ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI PADA TEMA “PENANGANAN TERORISME” Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Abdul Azis NIM : 109051100061
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI PADA TEMA “PENANGANAN TERORISME” Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Abdul Azis NIM : 109051100061
Pembimbing
Drs. Study Rizal LK, M.A NIP : 1964 0428 1993 03 1 002
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M
i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi ini berjudul ANALISIS PRODUKSI PROGRAM DIALOG TVRI PADA TEMA “PENANGANAN TERORISME” telah diujikan dalam sidang Munaqosah di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 13 Januri 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Jakarta, 13 januari, 2013 Panitia Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota
Sekertaris Merangkap Anggota
Rubiyanah, MA NIP. 19730822 199803 2 001
Ade Rina Farida, M. Si NIP. 19770513 200701 2 018 Anggota
Penguji I
Penguji II
Rachmat Baihaky, MA NIP. 19761129 200912 1 001
Siti Napsiyah, MSW NIP. 19740101 200112 2 003
Pembimbing
Drs. Study Rizal, LK, MA NIP : 1964 0428 1993 03 1 002
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 22 Desember 2013
Abdul Azis
iii
ABSTRAK
Nama : Abdul Azis NIM : 109051100061 Analisis Poduksi Program Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme Terorisme saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius di Indonessia. Karena tindak terorisme masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Dalam konteks tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk memberantas terorisme, begitu pula lembaga sosial lain telah melakukan berbagai cara untuk menangani terorisme. Akan tetapi semua seakan belum berhasil. Dalam hal ini penulis melihat perlu adanya peran dari media untuk membantu proses penanganan terorisme, media sebagai lembaga publik yang paling berperan dalam pembentukan budaya di masyarakat. Dan TVRI dengan Program Dialog mencoba memberikan peranya dengan mengangkat tema Penanganan Terorisme.Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka munculah pertanyaan Bagaimana proses produksi program berita dialog TVRI yang meliputi pra produksi, Produksi dan pasca produksi? Kemudian Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme? Penelitian ini dibatasi pada proses produksi program Dialog TVRI pada edisi 23 januari 2013 dengan tema “Penanganan Terorisme”, dengan mendeskripsikan tiga tahapan produksi yang umum diterapkan pada program berita lainya. Pra Produksi adalah penemuan ide, Produksi ialah pelaksanaan dan Pasca Produksi yaitu proses penyelesaian dan penayangan. Dalam Penelitian ini penullis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu menerangkan dan menggambarkan keadaan sebenarnya yang kemudian menuangkannya dalam penulisan skripsi ini. Dengan subyek penelitiannya adalah stasiun TVRI jakarta dan objek penelitiannya adalah Program Dialog TVRI. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Standart operation procedure (SOP) dari Fred Wibowo, teori yang dikemukakan oleh Fred Wibowo ini di dalam bukunya mengatakan bahwa tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut Standart operation procedure (SOP) yaitu : Pertama, Pra Produksi (ide,perencanaan dan persiapan). Kedua, Produksi (pelaksanaan). Dan ketiga, Pasca Produksi, (penyelesaian dan penayangan). Dalam proses produksi acara ini penulis menemukan bahwa program dialog TVRI melakuakan tiga tahapan dalam proses produksi edisi 23 januari 2013, yaitu : pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Pra produksi, penentuan tema dilakukan pada rapa redaksi yang berjalan alot.Produksi, yaitu sempat mengalami kendala dengan tidak hadirnya narasumber dan keterlambatan hadir. Sedangkan, pasca produksi yaitu proses penayangannya. Dalam edisi tersebut TVRI mencoba berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan peran dari media.
iv
KATA PENGANTAR
Pertama- tama penulis mengucapkan puji syukur alhamdullilah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah memberikan nikmat iman, Islam, dan ikhsan kepada seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini. Shalawat bertangkaikan salam selalu tercurahkan kepada manusia pilihan, manusia yang membawa penerangan bagi umatnya di dunia maupun akhirat. Tak lain yaitu Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatsahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa beristiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan hingga terkadang rasa putus asa dan bosan pernah dirasakan. Namun, berkat doa, bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Terutama penulis mempersembahkan segalanya kepada orang tua dan keluarga besar penulis, yang mana telah mendoakan dan membantu penulis dalam segala hal terutama semangat dan motivasi. Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak DR. Arif Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemudian Wakil Dekan I Bidang Akademik yaitu Bapak Dr. Suparto, M. Ed, MA. dan Wakil Dekan II Bidang Administrasi umum yaitu Bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bagian Kemahasiswaan yaitu Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. 2. Ibu Rubiyanah, MA selaku Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, yang juga sudah saya anggap sebagai orang tua kedua penulis yang selalu memberikan saran dan motivasi selama penulisan skripsi ini.
v
3. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Study Rizal,LK, MA.yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi sampai selesainya skripsi ini dengan baik. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 5. Segenap Karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Perpustakaan Utama UIN Syarif hidayatullah jakarta yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai refrensi dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Kepada semua keluargaku dan khususnya kedua orang tua penulis yaitu Ibu Suwarni dan Bapak Kasmani yang telah memberikan doa, kasih sayang, semangat dan motivasi serta bantuan yang bersifat materiil. Semoga kebahagiaan akan selalu menyertai Ayah dan Ibu. 7. Buat saudara sepupuku tercinta Iswatun Khusnah yang sudah damai disisi ALLAH SWT, karena doa dan motivasinyalah penulis bisa sampai pada akhir pendidikian di UIN Syarif hidayatullah jakarta. 8. Special thanks to Ismi Khumairoh Iskandar yang telah memberikan motivasi, semangat, dan doanya. 9. Pihak-pihak stasiun TVRI. Khususnya pada bagian pemberitaan dan current affair, Bapak Pipiet Irianto, Bapak Erwin Aryananta Bapak Hendrajit, Bapak Subari, Bapak Supomo, Bapak Suryo, Bapak Sapto dan seluruh crew produksi program Dialog TVRI, terima kasih banyak untuk kerjasamanya yang telah membantu penulis untuk mengadakan penelitian dan memperoleh informasi yang terkait dengan judul skripsi penulis. 10. Bapak Wawan H Purwanto (Pengamat Intelejen)dan Bapak Ansy Lema (Presenter dan Dosen Univ.Nasional)yang telah ikut serta memberi petunjuk dan membantu penulis. 11. Pegawai perpustakaan TVRI yang telah membantu penulis dalam mencari bahan-bahan. 12. All crew URBANRKM 99,5fm khususnya Program Director mas Yahya Abdurahman dan Anne Syahman yang turut memberikan motifasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Tim Aspen dan Peneliti di LITBANG harian KOMPAS. 14. Teman- teman Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Jurnalistik. Angkatan 2009 dan all crew RDK 107,9fm terimakasih atas kebersamaanya penulis merasa bangga menjadi bagian dari kalian. Tetap berjuang dan semangat. vi
15. Teman-teman rumah khususnya saudara Yusridal dan Nurfaqih yang selalu membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat semuanya. Besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat menambah keilmuan terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu penulis berharap perbaikan pada penelitianpeneitian dengan tema yang sama selanjutnya. Atas segala perhatianya penulis mengucapkan terimaksih. Dan akhir kata dari penulis, semoga segala bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT. Amin yaa rabbal’alamin
Wassalamuallaikum Wr. Wb. Jakarta, 22 Desember 2013
Abdul Azis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................................................i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................................. .ii LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................... iii ABSTRAK.............................................................................................................................. iv KATA PENGANTAR.............................................................................................................v DAFTAR ISI.........................................................................................................................viii DAFTAR TABEL....................................................................................................................x DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1 B. Batasan dan Rumusan Masalah..........................................................................7 C. Tujuan Penelitian................................................................................................8 D. Manfaat Penelitian.............................................................................................9 E. Metodologi Penelitian.......................................................................................10 F. Tinjauan Pustaka...............................................................................................14 G. Sistematika Penulisan.......................................................................................16 BAB II
KAJIAN TEORITIS. A. Analisis Produksi.............................................................................................18 1. Produksi Program Televisi......................................................................18 2. Media Sebagai Institusi Budaya..............................................................32 B. Televisi.............................................................................................................34 1. Pengertian Televisi..................................................................................34 Program Siaran Televisi..........................................................................36 2. 3. Program Karya Jurnalistik (Current Affairs)..........................................37 C. Berita................................................................................................................38 1. Pengertian Berita.....................................................................................38 2. Jenis-jenis Berita.....................................................................................39 3. Nilai Berita..............................................................................................41 4. Format Berita Televisi.............................................................................44 5. Sumber Berita Televisi............................................................................51 D. Terorisme.........................................................................................................56 1. Pengertian Terorisme..............................................................................56
BAB III
PROFILE STASIUN TVRI A. Gambaran Umum TVRI; Dulu, Kini, dan Nanti..............................................59 B. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI......................................................69
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Program Dialog TVRI......................................................................................76 1. Profile dan Latar Belakang.........................................................................76 2. Aspek Marketing Dan Rating Program Dialog TVRI…..……..................83 B. Proses Produksi Program Dialog TVRI Pada Edisi 23 Januari 2013...............84 1. Pra Produksi Program Dialog TVRI..........................................................85 viii
2. Produksi Program Dialog TVRI................................................................91 3. Pelaksanaan Produksi Program Dialog TVRI.........................................101 4. Pasca Produksi Program Dialog TVRI....................................................106 C. Faktor Pendukung dan Kendala......................................................................107 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan.....................................................................................................109 B. Saran...............................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................115 LAMPIRAN..........................................................................................................................117
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Top Program TVRI Nasional Bulan November 2013.................................4 2. Tabel 2 Tim Produksi Program Dialog TVRI........................................................78
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 Kategori Tema Pada Program Dialog TVRI...........................................7 2. Gambar 2 Struktur Kelembagaan TVRI.................................................................72 3. Gambar 3 Struktur Organisasi Dewan Pengawas LPP TVRI................................73 4. Gambar 4 Struktural Pemberitaan..........................................................................77 5. Gambar 5 Rundown Dialog TVRI.........................................................................82
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses produksi program di televisi merupakan suatu aspek yang paling menentukan dalam kemajuan suatu media, dimana kemajuan media biasanya dinilai dari program-program yang dihasilkan. Kualitas program-program yang dihasilkan oleh suatu media dipengaruhi oleh sistem produksi program itu sendiri. Saat ini banyak televisi di Indonesia berlomba-lomba dalam memproduksi program televisi, dari program yang bernilai pendidikan, kebudayaan, ekonomi bahkan adapula yang hanya hiburan belaka. Berdasarkan fungsi media massa dalam hal ini televisi berperan sebagai penyampai informasi, hiburan, persuasi sosial, pengawasan, korelasi, dan pewaris sosial.1 Oleh sebab itu sebuah stasiun televisi sudah seharusnya memproduksi program-program yang berkualitas dan sesuai dengan fungsinya, agar pemirsa merasakan manfaat positif dari sebuah program yang dihasilkan oleh sebuah stasiun televisi. Pertelevisian di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun belakangan. Karena pada awalnya Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi saja, yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Perkembangan yang terjadi yaitu sudah tayangnya sebelas stasiun televisi. Dari sebelas stasiun televisi tersebut salah satunya adalah TVRI, dan 1
Nurdin, Pengantar Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Perada, 2007 ) h.
66-87
1
2
sepuluh stasiun televisi swasta. Pada tahun 1989 lahir stasiun televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), yaitu stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. Setelah itu munculah Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) Indosiar dan Andalas Televisi (ANTV). Setelah era reformasi bergulir, televisi swasta pun semakin ramai bermunculan. Saat itu lahir Metro TV, Transformasi Televisi (TRANS TV), TV7 yang sekarang berganti nama menjadi Trans 7, Lativi yang kini menjadi TVOne, serta Global TV.2 Hingga tahun 2013 televisi swasta semakin bertambah banyak dengan hadirnya beberapa stasiun swasta baru seperti Net.TV, Kompas TV, B Channel dan banyak lagi. Dengan banyaknya stasiun televisi baru, saat ini banyak bermunculan program acara di televisi, salah satunya adalah program berita. Program-program acara tersebut muncul dengan konsep acara berita yang tetap menjaga konsistensi dengan menyuguhkan berbagai informasi yang tetap mengedepankan berita-berita yang faktual. Dan elegan serta kekhasan acara berita. Namun seiring perkembangan zaman, kemasan program khususnya program berita di era hiburan seperti saat initampaknya kian penting, bahkan bisa sama pentingnya dengan berita yang disajikan. Inilah yang mendorongpara produser terus mencari bentuk baru penyajian program berita yang lebih inovatif, agar bisa diterima di masyarakat dan meraih segmen yang lebih luas seperti halnya program hiburan. Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak sikapnya. Sikap inilah kekhasan dan keunikan dari produksi itu. Produksi yang tidak memiliki kekhasan
2
Askurifai Baksin. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006)h.15.
3
dan keunikan berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja. Tidak memukau dan mempesona. Tidak mampu stop the eyes and the ears.3 Saat ini banyak televisi di Indonesia berlomba-lomba dalam memproduksi program televisi, dari program yang bernilai pendidikan, kebudayaan, ekonomi bahkan adapula yang hanya publik
hiburan belaka. Namun TVRI sebagai lembaga
masih mempertahankan program-program yang mempunyai nilai-nilai
berita dan pendidikan untuk pemirsanya, salah satunya pada program berita dialog TVRI yang memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemirsanya. Hal ini terbukti pada hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset yaitu neilsen pada tahun 2013 perbulan November, Program Dialog TVRI masuk dalam “TOP Program TVRI Nasional”. Dimana program Dialog TVRI menempati posisi ke-19.
3
1, h. 7-8.
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-
4
Tabel 1 Beberapa program-program di TVRI yang menjadi TOP Program di bulan November. TOP PROGRAM TVRI NASIONAL: Periode: Minggu ke- 48 (24 s/d 30 November 2013) Neilsen. NO.
NAMA PROGRAM
RATA-RATA JUMLAH PENONTON
1
SERI A : LIVORNO VS
243,291
JUVENTUS(L) 2
SHALAT JUMAT
202,720
3
DIALOG
174,692
4
AYO SEKOLAH DI
173,403
TVRI 5
SETELAH HUJAN
151,228
DATANG 6
TONG KOSONG
146,652
NYARING BUNYINYA 7
SELIDIK
141,469
8
INDONESIA MALAM
141,420
9
KOMUNITAS REGGAE
127,181
INDONESIA 10
SEBELAH MATA
126,996
11
SOEGENG SARJADI
122,085
SYNDICATE 12
JALAN MILIK KITA
110,033
BERSAMA 13
BERANTAS KORUPSI
108,894
14
KESEBELASAN WANITA-
107,280
WANITA CANTIK 15
SERIE A: H VERONA
99,160
VS CHIEVO (L) 16
TAPAL BATAS
97,994
17
SALAM DARI DESA
97,157
18
IBUKU SURGAKU
95,861
19
DIALOG TVRI
94,726
20
SAHABAT INDONESIA
93,820
5
Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi tertua di Indonesia. TVRI didirikan sejak tanggal 24 Agustus 1962. TVRI merupakan satusatunya stasiun televisi yang jangkauannya mencapai seluruh wilayah Indonesia, dengan jumlah penonton sekitar delapan puluh dua persen (82%) penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 22 stasiun daerah dan satu stasiun pusat yang didukung oleh 395 pemancar yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.4 Layaknya media informasi elektronik lainya, TVRI pun menyiarkan sebuah program berita dalam siaranya. Dialog TVRI merupakan salah satu nama program berita harian yang disiarkan TVRI setiap pukul 07.00 – 08.00 WIB. Dialog TVRI yang disiarkan TVRI berfungsi sebagai penyampai informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Sesuai dengan namanya, program ini adalah program berita talk show dimana setiap harinya membahas suatu kasuskasus tertentu ataupun suatu berita yang sedang hangat diperbincangkan dengan mengundang beberapa narasumber yang ahli pada bidangnya.5 Semakin ketatnya persaingan program-program yang dihasilkan oleh sebuah stasiun televisi membuat progaram Dialog TVRI lebih meningkatkan kualitasnya dengan memberikan inovasi-inovasi di dalam produksinya, tanpa menghilangkan nilai-nilai berita dan informasi sehingga program dialog TVRI mampu bertahan di tengah persaingan yang sangat ketat, sehingga program ini dapat masuk ke dalam “TOP Program TVRI Nasional” di 2013. Terorisme saat ini masih menjadi permasalahan yang sangat serius di Indonessia. Karena tindak terorisme masih terjadi di berbagai tempat di Indonesia. 4 5
TVRI, “Sejarah Televisi Republik Indonesia,” diakses dari www.tvri.co.id Subari, Produser Pelaksana, Wawancara Pribadi, Jakarta, 7 November 2013.
6
Dalam konteks tersebut, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi untuk memberantas terorisme, begitu pula lembaga sosial lain telah melakukan berbagai cara untuk menangani terorisme. Akan tetapi semua seakan belum berhasil. Dalam hal ini penulis melihat perlu adanya peran dari media untuk membantu proses penanganan terorisme, media sebagai lembaga publik yang paling berperan dalam pembentukan budaya di masyarakat. Litbang Kompas mencatat, sepanjang tahun 2012 kepolisian RI menangani 14 kasus terorisme di Indonesia sebanyak 78 orang ditetapkan menjadi tersangka dan 10 orang diantaranya tewas dalam penangkapanya. Dalam serangkaian penangkapan terakhir, ada beberapa remaja terkait aksi radikalisme itu. Sedangkan ANTARA News melansir bahwa, Sepanjang 2013, Mabes Polri mengaku telah menangani sebanyak 12 kasus terorisme. Ada sekitar 20 orang pelaku yang masuk dalam proses penyidikan. Sebanyak 28 orang lainnya telah menjalani persidangan dan tujuh orang telah mendapat vonis. Meski berbeda, data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat ada 87 orang pelaku terorisme yang ditangkap sepanjang Januari hingga pertengahan Desember 2013. Penanganan yang tak kunjung akhir yang terkadang malah menyudutkan suatu instansi pendidikan agama seperti pesantren bahkan perguruan tinggi yang berbasis islam disebut- sebut sebagai cikal bakal penanaman jiwa terorisme. Terorisme selalu dikaitkan dengan islam. Dimana terkadang pemberitaan di media- mediapun ikut menekankan hal itu.
7
Dari hal-hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana sistem produksi dari program dialog TVRI dari Pra Produksi, Produksi hingga Pasca Produksinya dan Bagaimana peran program dialog TVRI
dalam menangani
masalah Terorisme? Berdasarkan latar belakang diatas kemudian penulis memilih judul “Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme” sebagai judul skripsi ini. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Agar
lebih
terarah
antara
masalah
yang
dikemukakan
dengan
pembahasannya, maka perlu diberikan pembatasan masalah yang akan diteliti. Program dialog TVRI memiliki beberapa kategori tema dalam pembahasanya yaitu Ekonomi, Sosial, Budaya, Politik dan Hukum. Dimana setiap kategori tersebut akan terpecah menjadi tema-tema khusus atau judul dalam setiap episodenya. contohnya penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada kategori tema mengenai Hukum dimana tema khusus atau judulnya yaitu “Penanganan Terorisme” edisi 23 Januari 2013. Gambar 1 Kategori Tema Pada Program Dialog TVRI
Program Dialog TVRI
SOSIAL
BUDAYA
EKONOMI
HUKUM
HUKUM
PENANGAANAN TERORISME
8
2. Perumusan masalah Berdasarkan pembatasan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a) Bagaimana proses produksi program dialog TVRI saat mengangkat tema Penanganan Terorisme pada tanggal 23 Januari 2013, yang terdiri dari : 1. Pra produksi 2. Proses produksi 3. Pasca produksi b) Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Utama Mengetahui secara garis besar bagaimana media massa, khususnya TV dalam mengemas suatu acara. Serta memberi referensi pada pemirsa dalam memilih program yang mendidik. 2. Tujuan Khusus Sesuai dengan rumusan masalah diatas tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
9
a. Bagaimana proses Produksi program berita Dialog TVRI pada pengangkatan tema tentang Penanganan Terorisme dari pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi? b. Bagaimana peran program dialog TVRI dalam menangani masalah Terorisme? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi program berita pada siaran televisi. Penelitian ini juga dapat digunakan untuk memperluas dan memperkaya wacana pemikiran, serta menjadi tambahan referensi pustaka, khususnya di konsentrasi jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penulis mengharapkan semoga hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan dan gambaran kepada berbagai kalangan, seperti akademisi, dan aktivis penyiaran umumnya. Selain itu juga dapat menjadi motivasi bagi para pengelola stasiun televisi dalam menciptakan sebuah program yang inovatif dan mendidik, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pemirsa agar tercipta program acara berita yang lebih menarik, diminati dan diterima oleh pemirsa.
10
E. Metodologi Penelitian 1.
Pendekatan dan Metode Penelitian Dalam pnelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data
yang
dikumpulkan
umumnya
bersifat
kualitatif.
Peneliti
tidak
menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil penelitian.6 Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.7 Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu karena penulis lebih memanfaatkan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Berbeda dengan penelitian kuantitatif Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan. Sementara metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis digunakan untuk menghimpun data aktual dengan memaparkan realitas yang ada. Kegiatan
6
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Ciputat: UIN Jakarta Press, 2006), h. 41. 7 Lexi, J. Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), cet. Ke-23, h. 4.
11
pengumpulan data dilakukan dengan melukiskan sebagaimana adanya, tidak diiringi dengan ulasan atau pandangan atau analisis dari penulis.8 Sedangkan Jalaluddin Rakhmat mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji atau membuat prediksi.9 2.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah sebagai berikut. a. Data Primer Data primer digunakan sebagai acuan pertama untuk pembahasan penelitian ini dengan melakukan: 1) Observasi Observasi adalah kegiatan mengamati secara langsung suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersabut.10 Teknik observasi yang penulis lakukan adalah observasi langsung, yakni mendatangi lokasi TVRI dengan mengamati secara sistematis sebuah siaran langsung (live) di studio yang hasilnya langsung dimasukan ke dalam pembahasan yaitu pada edisi tanggal 23 januari 2013 pada tema penanganan terorisme.
8
Wardi Bachtiar, Metedelogi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h. 60 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996 ), h. 24. 10 Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: kencana, 2007), h. 106 9
12
2) Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.11 Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat mendalam (depth interview), yaitu wawancara terperinci yang dilakukan dengan menggunakan
petunjuk umum berupa daftar pertanyaan
yang
sebelumnya
telah
disusun
untuk
ditanyakan
kepada
narasumber. Wawancara ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam proses produksi program berita Dialog TVRI untuk mendapatkan data yang akurat, dalam hal ini adalah Produser, karena dalam tahap pra produksi produserlah yang berperan aktif seperti dalam penentuan tema. Kemudian Produser pelaksana, karena seorang produser pelaksana sangat berperan aktif dalam proses produksi. Lalu seorang Redaktur, yang mana seorang redaktur sangat membantu dalam proses pra produksi hingga pasca produksi pada program dialog TVRI, dan yamg terakhir pembawa acara karena program ini bersifat siaran langsung (live) dan pasca produksinya adalah penayangan program itu sendiri maka pembawa acara penulis anggap penting untuk diwawancarai.
11
Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh praktis riset media, public relation, advertising, Komunikasi, organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: kencana, 2007), h. 96
13
3) Dokumen Dokumen diperoleh dari sejumlah referensi yang ada atau menggunakan studi pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan-bahan tertlis yaitu seperti CV, Rundown acara, Design Program Dialog TVRI dan buku Cetak biru kebijakan umum TVRI tahun 2006. 3.
Teknik Pengolahan Data Setelah data-data terkumpul untuk realibilitas dan validitas data tersebut penulis menggunakan teknik tringulasi yaitu menggunakan, Pakar dimana penulis menggunakan teori dari Fred Wibowo, Informan yaitu seorang produser program diluar program dialog TVRI bertujuan untuk melihat kebenaran data sebelumnya dan yang terakhir Observasi, yaitu catatan lapangan hasil
dari pengamatan secara langsung untuk
mengkroscek data-data sebelumnya. 4.
Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif, yakni cara melaporkan data dengan memberi gambaran atau melukiskan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI edisi 23 Januari 2013 yang di tayangkan di TVRI, khususnya pada tema berita mengenai “Penanganan Terorisme”. Penelitian dilakukan dengan menganilisis data primer yang dikumpulkan dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan narasumber. Dari data-data yang dikumpulkan, penulis lalu melakukan analisis dan menyimpulkan pembahasan dalam penelitian ini.
14
5.
Pedoman Penulisan Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka Dalam penulisan skripsi ini, penulis meninjau beberapa tulisan, buku hasil penelitian, maupun skripsi-skripsi yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada beberapa contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis. Beberapa skripsi yang menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada “ Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme” diantaranya adalah: 1. Skripsi karya Ais Ramadhan Rasyid, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2011, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Analisis Program Tabir Sunnah di Trans TV”, dalam penelitian yang dilakukannya sama dengan peneliti yaitu untuk mengetahui bagaimana proses produksinya, namun berbeda dalam penggunaan teori dimana dalam penelitianya menggunakan teori Helbert Blumer dan Elihu Katz yang lebih menekankan peran media dalam
suatu
program
terhadap
pemirsanya
sedangkan
penulis
menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi.
15
2. Skripsi karya Nurita, mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2013, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “ Analisis Produksi Program Suara Anda di Metro TV”antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama meneliti bagaimana suatu acara diproduksi. Namun berbeda dalam penggunaan teorinya, penilitian sebelumnya menggunakan teori model alir dua tahap milik Paul Lazarfeld yang lebih menekankan pada pengaruh media yang ditularkan melalui opinian leader sedangkan penelitian ini menggunakan teori Fred Wibowo yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi. 3. Skripsi karya Anne Chrisnasari Syahman, mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tahun 2010, yang berjudul “Analisis Produksi Program Forum Kerukunan Umat Beragama di TVRI”. Yang membahas bagaimana sebuah proses produksi sebuah program. Anne menggunkan teori Maxine K, dan Reed yang menjelaskan bahwa proses produksi memiliki kewajiban merubah konsep atau ide, berbeda dengan penulis yang memilih menggunakan teori Fred Wibowo walaupun objeknya sama yang lebih menekankan bagaimana suatu produksi program dilaksanakan dari pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Meskipun penulis melakukan tinjauan terhadap skripsi tersebut di atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis sama-sama membahas proses produksi suatu program yang ditayangkan di televisi dengan objek penelitian dan hasil penelitian yang
16
berbeda dan peneliti memilih menggunakan teori dari Fred Wibowo yang berbeda dengan teori-teori yang digunakan oleh skripsi-skripsi diatas. Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti tentang “ Analisis Produksi Program Berita Dialog TVRI Pada Tema Penanganan Terorisme ”. G. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis membagi menjadi 5 Bab dan ditambah beberapa lampiran-lampiran. Dalam Bab satu yaitu Pendahuluan, Penulis menguraikan latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab dua yaitu Landasan Teori, Penulis menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dalam kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Berisi tentang, definisi analisis, produksi program televisi, berikut juga konsep berita, pengertian berita,nilai berita, komposisi berita, kategori berita. Bab tiga yaitu Profile Stasiun TVRI, Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum sejarah perkembangan TVRI, visi dan misi, program-program TVRI, struktur organisasi TVRI, serta program berita Dialog TVRI sebagai masalah penelitian. Bab empat yaitu Temuan Data dan Analisis, Bab ini berisi deskriptif hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses produksi program berita Dialog TVRI serta proses produksi pada edisi 23 januari 2013 tentang “ Penanganan Terorisme”.
17
Bab lima yaitu Penutup, Penulis memberikan kesimpulan dan saran terhadap apa yang telah diteliti dalam skripsi ini, dan juga beberapa lampiran yang didapat.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Analisis Produksi 1. Produksi Program Televisi Berita sebelum disajikan kepada masyarakat mengalami suatu proses. Dalam bahasa latin, proses adalah processus yang berarti geraknya, jalannya, kemajuan, berhasil yang dalam bahasa inggris procession
berarti
gerakan,
maju,
prosesi.
Produksi
adalah
pelaksanaan pengubah bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan visual, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi Pertelevisian.1 Produksi juga bias diartikan, barang yang dihasilkan atau kegiatan yang menghasilkan suatu barang atau jasa. Menurut Anton Moeliono proses adalah rangkaian tindakan, perbuatanatau pengelolaan yang dihasilkan.2 Sedangkan
pengertian
analisis
produksi
adalah
tahap
menganalisa atau memeriksa sebuah proses produksi, sehingga dapat mengetahui hasil dari analisis tersebut. Hal ini dilakukan karena produksi televisi merupakan sebuah proses pembuatan program yang nantinya ditayangkan di televisi dan memerlukan perjalanan panjang dan melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya
1
Darwanto Sastro Soebroto, Televisi Sebagai Media Pendidikan (Yogyakarta: Duta Wacana, 1995), h. 125. 2 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 703
18
19
manusia dengan berbagai keahlian dan peralatan penunjang serta biaya yang besar. Produksi program televisi memiliki berbagai macam format dan materi, beberapa di antaranya terkadang memiliki prosedur atau tata laksana kerja yang berbeda. Setiap materi program mendapatkan perlakuan khusus berdasarkan karakteristik dan spesifikasinya. Produksi siaran merupakan salah satu bagian dari organisasi penyiaran yang bertugas menangani produksi mata acara atau program acara.3 Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.4 Berfikir tentang produksi program televisi bagi seorang produser professional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai, dan memiliki makna. Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Namun, apakah visi itu tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideology, religi, dan pemikiran-pemikiran kritis atas sarana yang 3
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-
1, h. 24. 4
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 23
20
dipakai untuk menampilkan materi produksi. Atau, visi itu sekedar mengikuti arus yang mengalir. Bertolak dari dorongan kreativitas, seorang
produser yang
menghadapi materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini intelektualitas dan mana yang tidak. Kemudian akan lahir yang menunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah untuk produksi. Naskah ini merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh seorang produser ketika ia akan mulai berproduksi. 1. Materi Produksi Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi
yang baik untuk program-program documenter atau
sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut paut dengan materi hasil produksi itu lengkap. Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema untuk program documenter atau sinetron (film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi konsep
program.
Tema
ataupun
konsep
program
kemudian
21
diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program berbeda-beda. Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment. Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik. 2. Sarana produksi Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas allat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio.
22
3. Biaya produksi Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu:5 a. Financial Oriented Prenecanaan
biaya
produksi
yang
didasarkan
pada
kemungkinana keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan. b. Quality Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi badget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk
5
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h.29
23
menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya. Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit. Banyak factor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran kita melihat hal-hal tersembunyi atau yang sekiranya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya. 4. Organisasi Pelaksanaan Produksi Suatu produksi program televisi meliatkan banyak orang, misalnya pada artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabar yang bersangkut paut dengan masalah perijinan. Supaya pelaksanaan
shooting
dapat
berjalan
lancer,
produser
harus
memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten
24
produser atau sering disebut produser pelaksana atau production manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi.. Produser
pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang
mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara itu, secretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan. Tanggung jawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistic. Bidang yang langsung dibawah koordinasi pelaksana unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi. Lokasi, setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan makeup, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi artistic sepenuhnya dibawah tanggung jawab art designer atau art director. Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan director of photography (kamerawan). Sementara kamerawan membawahi bagian pencahayaan
(lighting)
dan
suara
(sound).
Sutradara
adalah
penanggung jawab penuh suatu produksi. Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berada pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip dengan sutradara. Hanya ia bekerja di belakang meja control di ruang
25
control. Asisten sutradara disebut floor
Director(FD) tugasnya
membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew didalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah cara men-switch kamera melalui tombol di meja control. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah cameramen. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus. 5. Tahap Pelaksanaan Produksi Suatu produksi
program televisi yang melibatkan banyak
peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure (SOP), seperti berikut:6 a. Pra – Produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra –produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut:
6
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, h.39
26
1) Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. 2) Perencanaan Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan
naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew. Selain
estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3) Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan samua kontrak, perijinan dan surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Keberhasilan sebuah produksi program televisi sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan. Oleh karena itu, pada tahap ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dalam tahap produksinya pun berjalan dengan baik dan lancar. b. Produksi Sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis, crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan
27
tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah posisii kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup:7 1. Shoot jauh (long shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak yang jauhnya cukup untuk dapat mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan. 2. Shoot dekat (close shoot) Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah kamera disingkat CS. 3. Shoot agak dekat (medium shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam naskah kamera istilah itu disingkat MCS. 4. Shoot sewajah (close-up) Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah seseorang sebatas dagu ke atas. Istilah ini disingkat CU.
7
Sunandar, Telaah Format Program Keagamaan di Televisi: Studi Deskriptif Analisis Televisi Pendidikan Indonesia, Tesis(Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1998)
28
5. Shoot terdekat (big close-up) Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau suatu benda tertentu sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim disingkat BCU, kadang-kadang disebut juga extra close-up dan Extreme close-up. Dengan big close-up dapat ditampilkan mata, hidung, bibir, dan lain-lain secara khusus untuk memberikan kesan tertentu pada pemirsa. 6. Shoot sedang (medium shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang ke atas. Dalam naskah kamera, shoot tersebut disingkat MS. 7. Shoot agak jauh (medium long shoot) Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut (knee shoot). 8. Shoot dua (two shoot) Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang sebatas dada keatas. 9. Shoot kelompok (group shoot) Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah orang sebatas dada keatas.
29
10.Shoot udara (aerial shoot) Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan suatu pemandangan yang mengesankan. 11. Shoot lebar (wide shoot) Pengambilan suatu objek yang tidak terlalu jauh, suatu pengambilan gambar oleh kamera yang melingkupi area yang luas. 12. Shoot amat jauh (very long shoot) Suatu pengambilan objek dari kamera yang melingkupi area yang amat luas dimana terdapat suatu objek. Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan mencatat time code pada saat mulai pengambilan, isi shoot dan time code pada akhir pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan tersebut perlu diulang pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan di dalam naskah selesai diambil maka hasil gambar asli (original material/row footage) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing.
30
c. Pasca-Produksi Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing, yaitu: pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua, editing dengan teknik digital atau nion linier dengan computer.8 (1) Editing Offline dengan teknik analog Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali hasil shooting berdasarkan catatan shooting dan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening. Apalbila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing offline ini dirasa
pas dan
memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi music. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario.
8
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 42
31
(2) Editing Online dengan teknik analog Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing. (3) Mixing (pencampuran gambar dengan suara) Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi music yang juga sudah direkam, di masukkan kedalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan music harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu tak terdengar jelas.. (4) Editing Offline dengan teknik digital atau non-linier Editing
non-linier atau editing digital adalah editing
yang
menggunakan computer dengan peralatan khusus untuk editing.alat editing tersebut bermacam-macam nama, jenis, fasilitasnya, misalnya : Pinacle – matrox – canupus, dll. Tahapan pertama, yang harus dilakukan adalah memasukan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging memperoleh OK, kedalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Sesudah
32
tersusun baik baru diuritkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening.
Apabila dalam
screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan menambah, mengurangi, atau menyisipi shoot yang diperlukan. (5) Editing online dengan teknik digital Editing
online
dengan
teknik
digital
sebenarnya
tinggal
penyempurnaan hasil editing offline dalam computer, sekaligus mixing
dengan music ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu
animasi atau wipe efek) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukan. Sesudah semua sempurna, hasil
online ini
kemudian dimasukan kembali dari file menjadi gambar pada pita betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standart. Setelah program dimasukan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan distasiun televisi. Kelima langkah utama pasca produksi
tersebut merupakan hal
yang sangat penting bagi seorang produser, penulis naskah, dan sutradara. Karena, hal tersebut dapat mengahsilkan sebuah tayangan yang menarik dan enak ditonton. 2. Media Sebagai Intitusi Budaya Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi,
saluran
pendidikan
dan
daluran
hiburan,
namun
kenyataanya media massa memberi efektif lain diluar fungsinya itu.
33
Efek media massa bukan hanya mempengaruhi sikap seseorang namun dapat pula mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. Dengan kata lain media massa dapat membentuk budaya di masyarakat. Denis McQuail menjelaskan, bahwa efek media massa memiliki typology yang mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri maupun orang yang menggunakan media massa untuk kepentingan berbagai penyebaran informasi. Kedua, efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benarbenar diluar kontrol media, di luar kemampuan media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dan keras memengaruhi seseorang atau masyarakat. Keempat, efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga memengaruhi sikap- sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan- persoalan perubahan budaya.9
9
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S, sos., M.Si. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. 3, hal. 317-318.
34
Media berperan dalam pengembangan kebudayaan,bukan saja seni dan simbol, melainkan juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma melalui proses komunikasi.
B. Televisi 1. Pengertian Televisi Televisi dari segi etimologis berasal dari kata “tele” yang artinya jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar.10 Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan balai pustaka, televisi adalah pesawat system penyiaran gambar obyek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya(gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukan berita dan sebagainya.11 Sedangkan, dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, televisi mempunyai pengertian pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau gelombang elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah
10
Latief Rosyidi, Dasar-dasat Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan: Firma Rimbow, 1989). Cet. II, h. 221 11 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Bina Aksara, 1986), Cet. III, h. 59
35
pantulan cahaya objek menjadi deretan pulsa-pulsa listrik, tabung kamera tersedia Dalam berbagai bentuk dan jenis. Namun, pada umumnya mempunyai dua bagian penting, yakni: permukaan peka cahaya berfungsi untuk mengubah pantulan cahaya obyek menjadi muatan listrik
membentuk
citra
elektris
(electrical
image).
Berkas
dibangkitkan oleh penembak electron kemudia dipindahkan keseluruh permukaan bermuatan listrik.12 Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tak perlu dijelaskan lagi. Kalau radio mempunyai daya tarik yang kuat disababkan unsurunsur kata-kata, music dan sound effect, maka televisi selain ketiga unsur tersebut juga memiliki unsur visual berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, sedang pesawat yang kecil mungil itu dapat menghidangkan selain film juga program yang menarik lainnya. Televisi sebagai suatu alat merupakan bagian dari suatu system yang besar, sehingga meskipun televisi merupakan kotak hitam ajaib, tetapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar televisi, berhubungan langsung dengan televisi tadi yang ditekan tombolnya, maka dengan serta merta akan merubah kearah fungsi
12
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pusaka), Jilid 16, cet. I, h. 194
36
sebenarnya, dimana kita akan dapat menikmati acara yang ditayangkan dari stasiun penyiaran yang bersangkutan. Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi, dengan menggunakan bayangan gambar dan suara demikian halnya dengan video dan film.13 Televisi adalah media yang mampu mempersatukan gambar dan bahasa. Secara keseluruhan, bahasa yang ada dalam materi acara terdiri dari bahasa asing, bahasa sehari-hari dan bahasa Indonesia. Ini tampak dalam film asing maupun local, sinetron, music, serta iklan.14 Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa televisi merupakan media komunikasi jarak jauh dengan penayangan gambar dan pendengaran suara, baik melalui kawat maupun secara elektromagnetik tanpa kawat. 2. Program Siaran Televisi Program siaran televisi
dapat di definisikan sebagai satu
bagian atau segmen dari isi siaran
radio atau televisi secara
keseluruhan. Sehingga memberikan pengertian bahwa, dalam siaran keseluruhan terdapat beberapa program yang diudarakan. Atau dapat dikatakan bahwa, siaran keseluruhan satu stasiun penyiaran tersusun dari beberpa program siaran.15
13
Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 1-2 14 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), cet. I, h. 5 15 Hidajanto Djamal dan Andi Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 159-160
37
Program siaran televisi di Indonesia pada umumnya di produksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.16 Namun pada saat ini
sudah
banyak
stasiun-stasiun
televisi
yang mulai
tidak
memproduksi program-programnya secara mandiri seperti pada segmen hiburan, sinetron dan lain-lain yang biasanya mereka membeli dari sebuah production house. 3. Program Karya Jurnalistik (Current Affairs) Current Affairs atau Curreant Event adalah satu kategori atau format dalam jurnalis penyiaran yang dicirikan pada penekanan analisis satu peristiwa yang baru terjadi atau seang berlangsung ketika topik berita ini disiarkan, yang meliputi persoalan politik, atau kontroversi kebijakan publik. Current Affairs tidak dimasukan dalam siaran berita reguler yang disiarkan pada jadwal rutin berita stasiun penyiaran seperti “Warta Berita” (TVRI), “Liputan 6” (SCTV), “Reportase Pagi” (Trans TV), “Topik Malam” (ANTV). Perbedaan dengan berita reguler adalah pada penekanan ulasanya, yaitu kedalaman analisis, sementara berita reguler hanya merupakan reportase sederhana berdasarkan fakta yang harus disiarkan segera dan minim analisis.17
16
h. 7
17
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003),
Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar- Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011). Cet. I, h. 164-165
38
C. Berita 1. Pengertian Berita Mitchel V. Charney seperti dikutip Uchjana dalam bukunya Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi menyatakan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk.18 Sudirman tebba dalam bukunya jurnalistik baru memaparkan secera singkat definisi berita secara singkat bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa.19 Pendapat lain dikemukakan oleh AS Haris Sumadiria menyatakan bahwa berita adalah semua hal yang terjadi didunia, apa yang dituliskan dalam surat kabar, apa yang disiarkan diradio, dan apa yang ditayangkan oleh televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak semua fakta merupakan berita, berita menyangkut orang-orang tetapi tidak semua menjadi berita, dan berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi didunia, tetapi sebagian kecil yang dilaporkan.20 Williard C. Bleyer dalam bukunya Newspaper and Editing mendefinisikan berita sebagai suatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena menarik minat atau
18
Suhaimi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27. 19 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.55. 20 A.S Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 63.
39
mempunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dapat menarik para pembaca untuk membaca berita tersebut.21 Sebuah pernyataan sederhana mendefinisikan berita, yaitu : sebuah berita sudah pasti sebuah informasi, tetapi sebuah informasi belum tentu sebuah berita. Hal itu karena informasi baru dapat dikatakan berita apabila informasi itu memiliki unsur-unsur yang mempunyai „nilai berita‟ atau nilai jurnalistik dan disebar luaskan kepada khalayak.22 Banyak pendapat para ahli yang mendefinisikan berita dengan beragam pendapat, namun dari sekian macam pengertian itu belum ada satupun definisi berita yang menjadi tolak ukur. Namun penulis menyimpulkan pengertian berita sebagai sebuah informasi sebuah fakta Atau peristiwa aktual yang kemudian disebar luaskan melalui media massa, seperti surat kabar, televisi, radio maupun media online. 2. Jenis-jenis Berita a. Jenis berita berdasarkan jenis peristiwa dan penggalian data, jenis berita ini dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yaitu: 1) Hard News (berita berat) adalah segala informasi penting atau menarik
yang
harus
segera
disiarkan
oleh
media
penyiarankarena sifatnya yang harus segera di tayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya. Yang termasuk
21
A.S Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 64. 22 Jani Yosep, To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV, Radio, dan Surat Kabar yang Profesional (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 22.
40
dalam berita hard news yaitu strarightnews, feature, dan infotainment.23 2) Soft News (berita ringan) adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth), namun tidak bersifat harus segera ditayangkan.Berita yang masuk dalam kategori berita ringan seperti magazine, current affair, documentar, dan talk show. 3) Investigative Reports ( laporan penyelidikan atau investigasi) adalah jenis berita yang eksklusif. Karena data yang didapat tidak bias diperoleh di permukaan seperti berita pada umumnya, tetapi harus melalui penyelidikan. Dalam penyajian berita ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energy reporternya. b. Jenis berita berdasarkan sifat kejadiannya 1.
Berita diduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti lokakarya, pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.
2.
Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya. Seperti peristiwa kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, pesawat dibajak anak-anak
23
Morissan. M.A, Jurnalistik Televisi Mutakhir(Jakarta: Kencana, 2010), h. 25.
41
sekolah di sandera, atau terjadinya ledakan bom di pusat keramaian.24 c. Jenis berita berdasarkan lokasi kejadian 1.
Indoor News adalah berita yang terjadi di tempat tertutup, siding cabinet, seminar, pengadilan adalah semua jenis berita yang berlangsung ditempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk dalam kategori berita ringan (soft news), karena berita tersebut tidak sampai mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat.
2.
Outdoor news adalah berita yang terjadi di tempat terbuka. Berita tentang kerusuhan, bencana alam, peperangan adalah berita yang terjadi ditempat terbuka dan jenis berita ini umumnya masuk dalam kategori berita berat (hard news).25
d. Jenis berita berdasarkan isinya Dilihat dari cakupan isinya, berita jenis ini terbagi pada berita politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hokum, seni, agama, kejahatan,
olahraga,
militer,
laporan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.26 3. Nilai Berita Nilai pada berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis untuk dapat memilih dan memutuskan berbagai fakta yang dianggap pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik 24
A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66. 25 A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 66-67. 26 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 56.
42
untuk diangkat. Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan. Begitu juga dengan editor, kriteris umum nilai berita membantu
editor
untuk
mempertimbangkan,
memilih
dan
memutuskan berita terbaik dan terpenting untuk dipublikasikan pada khalayak lewat media massa. Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly dalam news reporting and Editing (1980:6-17) menunjuk pada Sembilan hal, namun pakar lain menyebutkan dua hal lain yang juga termasuk dalam kriteria umum nilai berita, sehingga semuanya terdapat sebelas nilai berita, yaitu:27 1. Keluarbiasaan (unusualness) News is unusualness. Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita merupakan suatu peristiwa yang luar biasa. Semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita yang ditimbulkannya. 2. Kebaruan (newness) News is new. Berita adalah semua apa yang terbaru. Semua hal yang baru, apapun namanya, pasti memiliki nilai berita. 3. Akibat (impact) News has impact. Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Semakin besar dampak sosial 27
A.S Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktisi Jurnalis Profesional, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 81-91.
43
budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya. 4. Aktual (timeliness) News is timeliness. Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru saja terjadi. Aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Media massa harus memuat atau menyiarkan berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. 5. Kedekatan (Proximity) News is nearby. Berita adalah kedekatan, kedekatan yang dimaksud adalah kedekatan yang terjadi, baik berupa pernyataan atau pendapat didekat khalayak dalam bentuk dekat berupa geografis maupun dekat secara emosional agar dapat menarik penonton, pendengar dan pembaca. 6. Information (Information) News is information. Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm informasi adalah segala yang bias menghilangkan ketidakpastian. 7. Konflik (conflict) News is conflict. Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. 8. Orang Penting (Public Figure, News Maker)
44
News is about people. Berita adalah tentang orang-orang penting, ternama, pesohor, selebriti, figure public. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, dimanapun selalu membuat berita. 9. Kejutan (Surprising) News is surprising. Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tibatiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. 10. Ketertarikan manusiawi (Human Interest) News
is
interesting.
Kadang-
kadang
peristiwa
tidak
menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, alam kejiwaan dan alam perasaannya. 11. Seks (sex) News is sex. Berita adalah seks, seks adalah berita sepanjang sejarah peradaban manusia segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. 4. Format Berita Televisi Dunia televisi memiliki banyak istilah yang harus dimengerti oleh setiap orang yang bekerja didalamnya, tanpa istilah ini maka komunikasi akan terputus. Ada sejumlah istilah yang terkait dengan format yang digunakan dalam menyajikan suatu berita. Kelompok istilah ini melihat pada format yang berbeda dan digunakan untuk jenis berita yang berbeda. Salah satu tantangan yang dihadapi
45
pengelola berita adalah mencari cara atau format terbaik dalam menyajikan setiap berita. Dalam program berita televisi dikenal beberapa format berita yaitu cara bagaimana suatu berita itu ditampilkan atau disajikan. Format apa yang akan dipilih tentunya tidak dapat dilakukan sesukanya saja. Terdapat sejumlah kriteria atau persyaratan untuk menentukan suatu format berita dalam suatu program berita televisi. Suatu format dipilih tentunya karena terdapat alasan untuk itu.. suatu berita dapat disajikan dalam beberapa bentuk yaitu: 1. Reader (RDR) Sebuah cara paling dasar untuk menyajikan sebuah berita. Reader atau RDR adalah jenis berita yang seluruh narasi atau story-nya dibacakan oleh presenter tanpa didukung dengan gambar. Format seperti ini biasanya hanya digunakan jika sebuah berita penting terjadi pada saat program berita masih ”on air”. Tentu saja belum ada gambar yang tersedia karena tim liputan belum dikirim ketempat kejadian tetapi informasi penting itu harus segera dilaporkan setidaknya pada fakta-fakta dasarnya saja. Dengan demikian, reader merupakan format berita singkat yang disampaikan presenter tanpa didukung gambar(video). Format ini biasanya digunakan untuk melaporkan peristiwa penting dan mendadak yang belum ada videonya. Dikenal juga
46
istilah lain selain reader seperti “berita copy” dan “in vision only” yang memiliki pengertian yang sama dengan Reader. Laporan dalam format reader dapat dimulai dengan katakata: “ berita yang baru saja kami terima…” atau “Kami baru saja menerima laporan bahwa sebuah pesawat baru saja jatuh…” format berita reader ini biasanya diakhiri dengan kata-kata: “…kami akan menyampaikan perkembangan selanjutnya segera setelah kami menerima informasi terakhir.” 2. Voice Over (VO) Voice Over sering disingkat dengan sebutan VO saja yang mana naskah berita untuk VO dibacakan oleh presenter. Format VO menyajikan video atau gambar pendek (biasanya sekitar satu menit) yang diiringi dengan kata-kata penyiar. Format berita ini biasanya digunakan untuk menceritakan sebuah topic dalam waktu yang singkat. VO adalah format berita dengan video yang keseluruhan narasinya mulai dari intro hingga kalimat terakhir dibacakan oleh presenter. Presenter tampil didepan kamera (on-cam) setelah itu muncul gambar berita namun suara presenter tetap terdengar mengiringi gambar. Dalam format ini presenter muncul didepan kamera untuk membacakan intro (kata-kata yang diucapkan oleh presenter untuk mengantarkan sebuah berita) dan diikuti oleh pemutaran gambar video yang biasanya berlangsung sekitar 45 detik
47
sementara suara si presenter atau VO terdengar membaca berita mengiringi gambar. Istilah lain untuk VO adalah out of vision (OOV) atau underlay. Jika stasiun televisi telah menerima gambar video dari suatu peristiwa maka cara tercepat untuk menyampaikan gambar dan berita itu adalah dengan menggunakan format ini. 3. Reader Sound on Tape (RDR SOT) Format berita Reader Sound on Tape (RDR SOT) terdiri dari presenter yang muncul membacakan intro dan kemudian muncul Soundbite on Tape (SOT) dari narasumber berita. SOT adalah Cuplikan suara dari narasumber atau cuplikan dari wawancara panjan dengan narasumber. Istilah lain untuk SOT adalah sync (baca “sing”). SOT sebaiknya diusahakan pendek dan focus sehingga bias membantu memberikan efek dramatis dari berita yang dibaca sebelumnya. Dalam intro presenter menjelaskan nama sumber dan informasi singkat SOT-nya, namun tidak boleh sama persis (parroting) dengan SOT-nya. Format berita semacam ini sering disebut dengan reader SOT. 4. Voice Over-Sound on Tape (VO/SOT) VO-SOT adalah format berita yang memadukan antar voice over dengan sound on tape. Yang mana VO mmengenai peristiwa atau isu yang relevan atau ada kaitannya dengan apa yang diungkapkan dalam SOT. Sedangkat SOT adalah bagian
48
pernyataan sumber yang penting atau spesifik berkaitan dengan peristiwa (event) atau isu bersangkutan. 5. Reader Grafis (RDR-GRF) Format berita reader grafis (RDR-GRF) biasanya digunakan jika sebuah berita penting baru saja terjadi dan stasiun televisi belum mendapatkan akses untuk mengambil gambar dan merekamnya dalam kaset video. Untuk menggantikan gambar video yang belum ada maka digunakan ilustrasi berupa grafis. Pada banyak kasus terutama jenis berita bencana maka grafis yang digunakan adalah berupa peta yang menunjukan dimana lokasi bencana itu terjadi. Grafis dapat pula muncul dalam bentuk foto seseorang, misalnya Dalam menyampaikan berita bahwa seseorang yang terkenal meninggal dunia atau mengundurkan dari suatu jabatan. Dalam format berita grafis, pertama-tama presenter muncul membacakan intro (lead berita) dan kemudian muncul gambar grafis sementara suara presenter terdengar membacakan kelanjutan berita tersebut. 6. Package (PKG) Paket adalah laporan berita lengkap dengan narasi (voice over) yang direkam kedalam pita kaset. Narasi dalam paket dibacakan oleh seorang pengisi suara atau dubber yang biasanya adalah seorang reporter atau penulis berita (writer). Dengan kata lain, format berita paket (package) adalah format berita yang
49
bersifat
komprehensif
dengan
intro
dibacakan
presenter
sedangkan naskah paket dibacakan atau dinarasikan sendiri oleh reporter atau pengisi suara (dubber). Jadi berbeda dengan format VO dimana narasi dibacakan oleh presenter di studio. Biasanya rata-rata durasi sebuah paket dalam suatu program berita adalah 1,5 menit hingga 2,5 menit. Tentu saja ada paket yang berdurasi lebih lama, misalnya 5 menit atau bahkan 30 menit untuk sebuah laporan khusus. Dalam sebuah paket biasanya mengandung bagian-bagian sebagai berikut, yaitu: gambar, narasi, suara alami, kutipan langsung narasumber, grafis, dan laporan reporter di depan kamera (stand up). Paket selalu dimulai dengan presenter membacakan intro. 7. Laporan langsung (Live) Jika suatu peristiwa mengandung nilai berita masih berlangsung sementara program berita masih “On air”, maka stasiun televisi dapat menyampaikan berita dengan format laporan langsung(live report).
Hal ini dapat dimungkinkan karena
komunikasi dapat dilakukan melalui hubungan satelit atau microwave. Dalam format seperti ini presenter akan langsung berbicara dengan reporter yang berada dilokasi yang sedang meliput suatu peristiwa.
50
Laporan langsung akan dimulai dengan layar yang terbagi dua memperlihatkan presenter di studio pada bagian kiri layar dan reporter dari lokasi berita pada bagian kanan layar. Jika stasiun televisi atau reporter tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan laporan langsung secara visual, maka presenter dapat mewawancarai reporter dari lokasi melalui telepon yang dikenal dengan istilah laporan langsung melalui telepon live by phone (LBP) atau phono. Dalam format seperti ini presenter
akan
tampil
bersama
dengan
grafis
yang
memperlihatkan foto reporter yang sedang menyampaikan laporan atau sebuah peta atau gambar lokasi yang sudah terkenal dimana si reporter menyampaikan laporannya, misalnya gambar menara Eiffel jika si reporter melaporkan dari paris, perancis atau gambar gedung putih jika reporter ada di Washington DC Amerika Serikat. Dalam suatu laporan langsung, narasumber tidak selalu harus reporter tetapi bias saja salah seorang yang sudah benarbenar terlibat dalam berita, yang tentu saja akan memberikan kredibilitas Yang lebih baik daripada sekedar laporan wartawan. Durasi bagi laporan langsung tidak terbatas dan bergantung terhadap peristiwa itu sendiri. 8. Breaking News Berita yang sangat penting dan harus segera disiarkan, bila memungkinkan bersamaan dengan terjadinya peristiwa tersebut.
51
Breaking News merupakan berita yang tidak terjadwal karena dapat terjadi kapan saja. Misalnya berita-berita kecelakaan besar, srangan terror, bencana alam yang mengancam keselamatan jiwa, kerusuhan massa yang berdampak luas, keputusan politik dan ekonomi yang sangat penting dan berdampak pada hajat hidup orang banyak. Durasi breaking news mulai dari dua menit hingga tidak terbatas. 9. Laporan khusus Berita dengan format paket, lengkap dengan narasi dan soundbite dan sejumlah narasumber yang memberikan pendapat dan analisis mereka. Biasanya merupakan laporan panjang yang komprehensif mengenai berbagai peristiwa atau isu seperti politik, hokum, criminal, dan bencana (sering disebut dengan current affair). Laporan khusus biasanya disajikan dalam program tersendiri diluar program berita karenanya memiliki durasi panjang yaitu 30 menit atau lebih. 5. Sumber Berita Televisi Setiap stasiun TV tidak dapat hanya menunggu berita yang dating. Stasiun TV harus mengejar berita dan untuk mendapatkan berita tersebut Mereka harus memiliki reporter TV. Namun , selain berita stasiun TV juga membutuhkan gambar untuk mendukung berita yang sudah didapat, maka stasiun TV membutuhkan seorang juru kamera (camera person).
52
Pada bagian ini akan membahas sumber berita TV yang diperoleh dari beberapa komponen, yaitu: a. Reporter Sumber berita terpenting bagi stasiun TV adalah reporter dan juru kamera yang bertugas mencari informasi dan mengambil gambar dilapangan. Seorang reporter atau juru kamera dapat dikategorikan sebagai sumber berita jika mereka melihat langsung atau menjadi saksi mata dari suatu peristiwa bernilai berita. Jika mereka mendapat berita dari pihak lain, maka pihak lain itulah yang menjadi sumber berita bukan si reporter. Stasiun TV juga memperoleh bahan berita dari reporter dan juru kamera freelance. Selain itu juga stasiun TV bias juga memperoleh bahan berita dari juru kamera amatir yang kebetulan menyaksikan suatu peristiwa dan meliputnya. b. Pelayanan darurat Dalam setiap menjalankan tugasnya seorang reporter harus selalu sigap dan proaktif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasyarakat. Reporter tidak hanya menunggu penugasan yang akan diberikan kepadanya, namun ia juga harus mencari informasi awal yang dapat menjadi petunjuk dari suatu berita penting. Stasiun TV harus memiliki kontak dengan berbagai unit pelayanan darurat seperti polisi, pemadam kebakaran, rumah sakit (gawat darurat), pusat informasi cuaca, terutama saat musim hujan, badan SAR
53
(search and rescue) Informasi yang diperoleh dari pelayanan darurat tersebut dapat menjadi sumber berita bagi stasiun televisi. c. Kontak Publik Kontak public adalah orang-orang atau narasumber yang dapat dihubungi oleh semua orang(public) untuk dimintai keterangan terkait dengan organisasi atau profesi mereka. Narasumber ini dapat berasal dari organisasi pemerintah, non pemerintah, serikat buruh, kelompok-kelompok oposisi (penekan) atau pengamat dan kalangan perguruan tinggi. Orang yang paling mudah dihubungi biasanya adalah bagian hubungan masyarakat (Humas) atau juru bicara suatu organisasi atau lembaga. Mereka adalah lapis pertama sebelum reporter bias memperoleh keterangan kepada pejabat lain yang lebih tinggi kedudukannya. d. Kontak pribadi Kontak pribadi adalah barang berharga yang dimiliki seorang reporter. Reporter biasanya memiliki kontak pribadi dengan sumber-sumber berita yang terdiri dari para pejabat, tokoh masyarakat, atau orang-orang yang bekerja pada berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah. Mereka yang menjadi kontak pribadi suatu waktu akan memberikan informasi kepada reporter dan ia dapat diminta berbicara didepan kamera. Ini berarti orang tersebut dapat diidentifikasikan sebagai narasumber. Namun , ada beberapa kontak yang menawarkan informasi hanya jika identitas mereka dirahasiakan. Hal ini dapat diterima dalam praktik
54
jurnalisme televisi guna melindungi sumber yang tak ingin namanya disebutkan. e. Kantor berita Hamper seluruh stasiun televisi berlangganan kantor berita dan bahkan kebanyakan stasiun televisi menjadikan kantor berita sebagai sumber berita paling penting dan paling utama bagi program beritanya. f. Siaran Pers Siaran pers (press release) adalah informasi atau pernyataan (statement) yang dikirimkan ke media massa dengan tujuan untuk dapat dipublikasikan. Dalam memberikan informasi sah-sah saja mengutip press release selama informasi itu bermanfaat bagi masyarakat, namun jangan terkesan seperti iklan atau promosi gratis, karena siaran pers yang disebarkan biasanya menggambarkan
hal-hal
yang
positif
bagi
lembaga
mengeluarkannya, dan untuk membangun citra yang baik
yang atas
suatu organisasi yang bersangkutan. g. Jumpa Pers Sebagaimana siaran pers, jumpa pers atau konferensi pers biasanya mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan yang akan menguntungkan lembaga yang mengadakan jumpa pers tersebut. Statiun TV hendaknya lebih selektif dalam memilih konferensi pers yang akan diliput, dengan mempertimbangkan bobot berita dan siapa yang akan memberikan jumpa pers tersebut. Jadikan jumpa
55
pers sebagai kesempatan yang bagus untuk mendapatkan kutipan langsung narasumber atau wawancara khusus. h. Pemirsa Banyak pemirsa televisi yang suka menghubungi stasiun TV untuk memberikan informasi mengenai suatu peristiwa. Informasi dari pemirsa tersebut penting bagi stasiun TV karena biasanya cepat disampaikan. i. Saksi mata Para saksi mata dapat menjadi sumber informasi yang sangat baik, karena dapat memberikan keterangan dengan cepat sehingga menambah kredibilitas berita yang dibuat. Namun sering kali para saksi mata ini masih dalam kondisi emosional atau terguncang dengan peristiwa yang baru saja dialami sehingga reporter tidak bias sepenuhnya
mengandalkan keterangan para
saksi mata untuk mendapatkan keterangan yang objektif. j. Media lainnya Siaran televisi dan radio dari berbagai pelosok dunia dapat juga menjadi narasumber berita bagi suatu stasiun televisi. Sudah seharusnya setiap stasiun TV berlangganan surat kabar yang terbit di ibukota dan surat kabar local yang dianggap berwibawa. Stasiun TV sebaiknya memiliki perpustakaan yang menyimpan berbagai referensi seperti buku, buku pintar, petunjuk wisata, klipping atau naskah-naskah berita lama (arsip). Stasiun TV seringkali menerima informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang
56
terjadi dimasa datang. Reporter harus mencatatnya dalam News Diary sehingga redaksi tetap akan mengetahui peristiwa tersebut meskipun reporter itu sedang cuti. Tulislah tanggal penting atau hari peringatan dalam News Diary. D. Terorisme 1. Pengertian Terorisme Ketika membahas teroris, tidak terlepas dari empat istilah penting yaitu terorisme, teror, kelompok teroris, dan tindak terorisme. Selama ini terorisme didefinisikan dengan berbagai arti oleh para penstudi terorisme. Keberagaman defiisi ini menunjukan tidak adanya definisi universal mengenai terorisme. Pemerintah Amerika Serikat mendefinisikan terorisme sebagai “…. The calculated use of violence or threat of violence to attain goals that are political, religious or ideological in nature… through intimidation, coercion or instilling fear.” Ini berarti bahwa kelompok teroris merupakan kelompok pengguna kekerasan dengan tujuan menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan politis. Sementara itu, yang dimaksud dengan teror adalah suatu usaha untuk menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau golongan.
Maka kelompok teroris menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan rasa takut kepada non-kombatan dengan cara-cara yang tidak sah dan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan politik.28
28
Sukawarsini Djelantik, Ph. D, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan dan Keamanan Nasional (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneaia,2010), hal. 74
57
Kekerasan yang dilakukan kelompok teroris merupakan tindak pidana terorisme. Menurut UU No. 15 tahun 2003 (pasal 6 dan 7), tindak pidana terorisme adalah: 1) Suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional; 2) Suatu tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan hukum untuk memasukan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut,
menyembunyikan,
mempergunakan,
atau
mengeluarkan ke dan/ atau dari Indonesia suatu senjata api, amunisi, atau suatu bahan peledak dan bahan-bahan lainnya yang berbahaya dengan maksud
untuk melakukan tindak
pidana terorisme. Peneliti ilmu sosial mendefinisikan tindak terorisme sebagai berikut:“...
kekerasan
yang
dikalkulasikan,
mengejutkan,
dan
58
ditujukan terhadap masyarakat sipil, termasuk personel keamanan dan militer yang tidak sedang bertugas, terjadi dalam kondisi damai, dan target-target simbolis lainnya yang dilakukan oleh agen-agen rahasia, untuk tujuan psikologis yaitu mempublikasikan masalah politik, agama dan/ atau intimidasi atau pemaksaan terhadap pemerintah atau masyarakat sipil agar menyetujui tuntutan mereka.29 Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu kelompok dapat dikatakan sebagai kelompok teroris apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: a) Mengeksploitasi kelemahan manusia secara sistematik, yaitu kengerian atau ketakutan yang melumpuhkan; b) Adanya penggunaan ancaman atau penggunaan kekerasan fisik; c) Adanya tujuan politik yang ingin dicapai; d) Adanya sasaran yang umumnya masyarakat sipil; dan e) Dilakukannya perencanaan dan persiapan secara rasional
29
Sukawarsini Djelantik, Ph. D, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan dan Keamanan Nasional (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneaia,2010), hal. 21
BAB III PROFIL STASIUN TVRI A. Gambaran Umum TVRI; Dulu, Kini, dan Nanti Usulan untuk memperkenalkan televisi muncul jauh ditahun 1953, dari sebuah bagian di departemen penerangan, di dorong oleh perusahaanperusahaan AS, Inggris, Jerman, Jepang, Yang berlomba-lomba menjual Hardware-nya. Menjelang asean games ke-4 di Jakarta pada 1962, soekarno dan cabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional Indonesia tergantung pada pecan olahraga yang disiarkan, terutama ke jepang (yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an).1 Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV. Tanggal 25 Juli 1961, menteri penerangan mengeluarkan SK menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan panitia persiapan televisi (P2T).2 Pada 23 oktober 1961, presiden soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan Teleks kepada Menpen Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya 10 bulan) dengan adegan utama: (1) membangun studio di eks AKPEN di senayan (TVRI sekarang); (2) membangun dua pemancar; 100 watt dan 10 kw
1 2
Muhammad Mufid, Komunikasi & Regulasi Penyiaran, Jakarta, Kencana, Cet. I, 2005 www.tvri.co.id
59
60
Dengan tower 80 meter; dan (3) mempersiapkan software (program) serta tenaga. Tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT proklamasi kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman istana merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt. Tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengudarakan untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno. Indonesia menjadi Negara ke empat di Asia yang memiliki siaran televisi, setelah jepang, Filiphina, dan Thailand. Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan yayasan TVRI dengan pimpinan umum presiden RI. Pada Bab I pasal 3 keppres tersebut dikatakan bahwa yayasan TVRI merupakan pengelola tunggal pertelevisian di seluruh Indonesia. Sementara pasal 4 dan pasal 5 menjelaskan bahwa, “Keberadaan TVRI ditunjukan sebagai alat hubung masyarakat dalam melaksanakan pembangunan mental, khususnya manusia sosialis Indonesia”. Untuk melaksanakan misi TVRI, Presiden Soekarno mengeluarkan Keppres No. 218 Tahun 1963 tentang pemungutan sumbangan iuran untuk membantu pembayaran yayasan TVRI sebagai pelengkap Keppres No. 215 Tahun 1963. Dengan ketentuan ini, setiap pemilik pesawat televisi diseluruh wilayah Indonesia wajib mendaftarkan pesawatnya dikantor TVRI Kompleks Gelora Bung Karno, sebesar Rp. 300,- tiap pesawat.
61
Tahun 1963 TVRI mulai merintis pembangunan stasiun daerah, yang dimulai dengan stasiun Yogyakarta. Stasiun baru ini mulai siaran pada akhir tahun 1964. Segera setelah itu, TVRI berturut-turut mendirikan Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, dan Denpasar. Tahun !974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja departemen penerangan, yang diberi status Direktorat, langsung bertanggung jawab pada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film Departemen Penerangan RI. Sebagai alat komunikasi pemerintah, tugas TVRI adalah untuk menyampaikan policy pemerintah kepada rakyat. Satu tahun kemudian, dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai yayasan televisi RI juga sebagai Direktorat Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen perkantoran/birokrasi. Memasuki tahun 1975, selain berstatus sebagai yayasan, TVRI juga ditetapkan sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Penerangan dengan diterbitkannya SK Menteri Penerangan No.. 55B Tahun 1975, yang kemudian diperbarui oleh SK Menpen No. 230A tahun 1984 tentang organisasi dan tata kerja departemen penerangan yang didalamnya mengatur direktorat televisi yakni dibawah direktorat jendral RTF. Pada 1976, Indonesia meluncurkan sebuah satelit siaran domestic palapa, diikuti pada 1983 dengan satelit palapa B 2. Teknologinya memang Amerika, namun nama satelitnya merupakan symbol jawa, atau
62
tepatnya diambil dari sumpah Gajah Mada, Mahapatih kerajaan Majapahit Abad XIV di Jawa Tengah. Mulai tahun 1977, secara bertahap dibeberapa Ibu kota Propinsi dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah, yang terdiri dari: SPK Jayapura, SPK Ambon, SPK Kupang, SPK Malang (tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI Stasiun Surabaya), SPK Semarang, SPK Bandung, SPK Banjarmasin, SPK Pontianak, SPK Banda Aceh, SPK Jambi, SPK Padang, SPK Lampung. Jika dibuat periodisasi perkembangan TVRI, maka paling sedikit kita bias membagi menjadi tiga. Pertama, era 1962 sampai 1975. TVRI yang terlahir secara formal 24 Agustus 1962, ditetapkan badan hukumnya sebagai Yayasan melalui Keppres RI No.215/1963 Pada 20 Oktober 1963. Kedua, stasiun hokum era 1975 hingga 1999. TVRI para periode ini memiliki dua peran, yakni sebagai yayasan dan juga sebagai unit pelaksana Teknis Departemen Penerangan. Ketiga, era reformasi. Setelah beberapa waktu statusnya mengambang
seiring dengan dilikuidasinya
Deppen, berdasarkan SK presiden RI No. 335/M/1999 tentang Pembentukan Kabinet Persatuan Nasional. Dalam regulasi yang dikeluarkan pada tanggal 7 Juni 2000 dikatakan bahwa TVRI berbadan hukum perusahaan Jawatan(perjan). Namun, terhitung 15 April 2003, pemerintah lalu mengalihkan badan hokum TVRI menjadi Perseroan. Penandatanganan akta pendirian dan anggaran dasar PT. TVRI ini mempertegas PP No.9 Tahun 2000 yang
63
hakikatnya merupakan izin prinsip mengenai pengalihan status Perusahaan Jawatan ke Perseroan Terbatas. Semangat untuk menjadikan TVRI sebagai TV public telah diisyaratkan dalam berbagai kebijakan seputar TVRI PP No. 26 Tahun 2000 tentang status Perjan TVRI misalnya, secara eksplisit mengatakan bahwa tujuan Perjan adalah untuk menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi sesuai dengan prinsip-prinsip televisi public yang independen, netral, mandiri dan program siarannya senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan (Pasal 6). Beberapa definisi Lembaga Penyiaran Publik antara lain: Manchesne, di AS tahun 1997, menyebutkan Lembaga penyiaran public sebagai jasa penyiaran yang bersifat nirlaba, ditunjang oleh dana public yang tanggung jawabnya terutama ditunjukan kepada masyarakat, menyediakan jasa kepada seluruh penduduk dan tidak menggunakan prinsip-prinsip komersil sebagai alat untuk menentukan pembuatan program penyiaran. Selanjutnya, Eiffel dari eropa, mendefinisikan lembaga penyiaran public sebagai lembaga pelayanan umum, sebagai lembaga penyiaran yang diperuntukan bagi public yang didanai oleh public dan dikendalikan oleh public.3 Jadi, berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka jelas bahwa kebijaksanaan penyiaran public merupakan kebijaksanaan independen
3
Rangkuman Workshop”TVRI TV PUBLIK”, 2004, h. 40
64
yang bersifat non komersial, berorientasi pada kepentingan public dan peningkatan kualitas public dan partisipasi public dalam pengelolaan lembaga.
Ada tiga ciri khas lembaga penyiaran publik, yaitu: 1. Lembaga penyiaran public mempunyai fungsi sebagai public service. Fungsi ini dijalankan oleh lembaga penyiaran public dengan menyiarkan program-program yang memberikan manfaat bagi public. 2. Lembaga penyiaran public tidak berorientasi kepada pencarian keuntungan.. 3. Lembaga penyiaran public dikelola dengan melibatkan partisipasi public. Berkaca pada sejarah diatas TVRI sebagai lembaga publik memiliki prinsip-prinsip televisi public yang independen, netral, mandiri dan program siarannya senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat serta tidak semata-mata mencari keuntungan. TVRI sebagai LPP (Lembaga Penyiaran Publik), tidak bisa sepenuhnya mengikuti keinginan pasar. TVRI sesuai dengan tupoksinya (Tugas Pokok dan Fungsinya) salah satu tugasnya adalah mengawal peradaban bangsa dan merajut kesetaraan ditengah kemajemukan yang juga dituntut memberikan program mencerdaskan bangsa dengan program- program sosialisasi Pemerintah.4
4
Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
65
Hal ini menjadi menjadi faktor penghambat bagi TVRI ditengah perkembangan media- media saat ini. Setiap media menginginkan produksi program yang berkualitas dan menghibur bagi pemirsanya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung seperti biaya produksi yang mencukupi, serta keberadaan SDM yang berkualitas. Dalam hal ini TVRI juga dihadapkan pada satu masalah yang cukup sulit, dimana TVRI dituntut memberikan program yang mencerdaskan bangsa dengan program- program
sosialisasi Pemerintah. Namun pada
kenyataanya saat ini program- program sosialisasi tersebut menjadi tak layak jual. Sehingga kebutuhan anggaran untuk menciptakan program yang berkualitas menjadi terhambat, yang seharusnya TVRI dengan program yang berkualitas mampu menambahkan pemasukan dari programprogram yang laku terjual. . Konsekuensi logis dari keterbatasan anggaran mengakibatkan buruknya hasil produksi yang pasti memberikan efek domino terhadap audience share. Perlahan tapi pasti bahwa audience share sedikit demi sedikit berpindah pada TV Swasta yang mampu mengemas hampir seluruh programnya dengan format kekinian dan mengikuti keinginan pasar. hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Erwin Aryananta Direktur Bagian Pengembangan dan Usaha dalam wawancaranya bahwa “Memang TVRI tidak mampu mengikuti perkembangan zaman dan pergeseran nilai sosial masyarakat hari ini.”5
5
Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
66
Keberadaan SDM (Sumber Daya Manusia) Yang berkualitas menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk menciptakan produksi program yang berkualitas, ditengah- tengah persaingan industri Media yang semakin ketat TVRI saat ini masih belum mampu besaing dengan televisi- televisi swasta yang jelas kaya dengan SDM berkualitas. Televisi swasta lebih memanfaatkan SDM muda yang jelas orang- orang muda lebih dinamis, penuh kreatifitas karena sedang
berada pada proses
bertumbuh kembang. Sedangkan Design produksi berkaitan erat dengan kreativitas. Makin kreative SDM nya makin berkualitas pula hasil produksi yang dihasilkan. Berbeda dengan TVRI yang masih menganut azas primordialisme dan fedalisme yang terbungkus dalam pakaian birokrasi harus bersaing dengan orang- orang muda dinamis yang sedang bertumbuh kembang. Design produksi terkait erat dengan creativitas yang kita ketahui bersama bahwa untuk dunia kreatif sky is the limit. Lalu bagaimana dengan SDM TVRI khusunya dalam bidang produksi mampu bersaing bila jabatan bukan disesuaikan dengan kompetensi melainkan berdasarkan azas senioritas. Ini yang dimaksud dengan azas feodalisme dengan pakaian birokrasi. Dalam birokrasi komunikasi yang dibangun bukan dua arah melainkan azas top down communication. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya bila seseorang yang duduk sebagai birokrat harus bersaing dengan para pendatang muda yang dinamis disektor swasta.6
6
Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
67
Hal- hal tersebutlah yang menjadi pembeda antara televisi Publik dengan Televisi Swasta, seharusnya TVRI sudah mampu dan mau mengikuti hal tersebut jika tidak ingin ditinggalkan oleh pemirsanya. Dalam hal ini menjadi tugas yang cukup berat bagi divisi Pengembangan dan Usaha melihat tugas dari Tugas utama dari divisi tersebut yaitu mengenerata revenue dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan. Dengan memanfaatkan anggaran dari APBN yang sangat terbatas. Anggaran yang diterima dari APBN belum mampu mencapai tujuan tersebut, hal ini memaksa divisi Pengembangan dan Usaha mau tak mau untuk memikirkan permasalahan ini, divisi Pengembangan dan Usaha telah menjalankan tugas tersebut guna mencapai tujuan atas tanggung jawabnya yaitu dengan berkaca pada televisi swasta yang memanfaatkan aspek produksi program yang dihasilkan untuk mendapatkan pemasukan diluar anggaran APBN. Divisi Pengembangan dan Usaha membuka peluang kerjasama dengan pihak ketiga. Divisi Pengembangan dan Usaha melakukan road show keseluruh agency dan PH (Production House) untuk mendengar apa keinginan produsen agar content program dapat disesuaikan dengan keinginan pasar dan produsen. Dengan dasar itu Divisi Pengembangan dan Usaha melakukan diskusi secara mendalam dengan production centre agar mampu membuat program dengan content yang diinginkan masyarakat. Namun dengan keterbatasan dana dan dengan dukungan peralatan yang sudah sangat obsolete TVRI tidak cukup memiliki kekuatan yang memadai untuk memproduksi program dengan format kekinian agar mampu
68
bersaing dengan pihak swasta. Hal yang sangat menyulitkan ruang gerak TVRI dibatasi oleh UU 32. UU penyiaran memang berlaku umum terhadap TV swasta namun taring KPI terkesan tumpul saat menghadapi TV Swasta yang dianggap melanggar UU penyiaran, seperti menayangkan infotainment yang jelas- jelas tidak memiliki unsur edukasi namun sampai saat ini program dimaksud masih terus menerus menghiasi layar kaca. Sementara program seperti ini memiliki rating yang tinggi. Dapat dibayangkan bila TVRI menanyangkan hal serupa, TVRI wajib bersikap independen, netral dan imparsial.7 Langkah yang dilakukan oleh divisi pengembangan dan usaha yang dimulai pada tahun 2012 pertengahan cukup menuai hasil setidaknya Secara empirik pada pendapatan Non APBN mengalami kenaikan setiap tahunnya terutama lonjakan pendapatan terjadi pada tahun 2012 dan 2013. Hal ini tergambar pada tahun 2012 rating yang dikeluarkan oleh AGB Nielsen Media Research rating TVRI 0,6 dan pada bulan oktober 2013 rating yang dicapai menjadi 1,6. Prestasi ini harus mampu dipertahankan dan ditingkatkan oleh TVRI, dengan berkaca pada kekurangan yang ada dan perkembangan dunia media yang sangat pesat, TVRI harus mengalami perubahan kedepan jika masih ingin dilirik oleh pemirsanya. Dari kajian diatas jelas perubahan besar yang harus dilakukan oleh TVRI yaitu merubah bentuk kelembagaan TVRI, sudah saatnya TVRI harus mampu mandiri tanpa berharap hidup dari APBN. Karena jika terus berharap dari APBN, TVRI 7
Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan Usaha TVRI, 21 Januari 2013
69
akan terus dijadikan alat politik semata, dengan kata lain siapa penyandang dana terbesar akan bisa mengarahkan kemana TVRI bejalan. Dalam hal ini Erwin Aryananta selaku Direktur divisi Pengembangan dan Usaha mengatakan bahwa Sampai sekarang TVRI tetap bisa hidup bukan karena kepiawaiannya dalam bersaing secara sehat dalam industrinya namun hanya karena dukungan APBN. Apa yang terjadi kemudian adalah TVRI dalam banyak kesempatan harus mengikuti keinginan penyandang dana.8 B. Struktur Lembaga Penyiaran Publik TVRI Struktur perusahaan penyiaran public TVRI, terdiri dari: 9 Dewan pengawas. Dewan pengawas mempunyai tugas menetapkan kebijakan umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran tahunan, kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya, serta mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan arah dan tujuan penyiaran; mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran serta independensi dan netralitas siaran; melakukan uji kelayakan dan kepatutan secara terbuka terhadap calon anggota dewan direksi; mengangkat dan memberhentikan dewan direksi; menetapkan salah seorang anggota dewan direksi sebagai direktur utama; menetapkan pembagian tugas setiap direktur; melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada presiden dan dewan perwakilan rakyat republik Indonesia (DPR RI). Dewan direksi. Dewan direksi mempunyai tugas melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh dewan pengawas yang meliputi kebijakan
8
Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan Usaha TVRI, 21 Januari 2013 9 Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijakan Penyiaran, Kebijakan Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Televisi Republik Indonesia (TVRI) tahun 2006-2011, h. 18
70
umum, rencana induk, kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran tahunan, serta kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya; memimpin dan mengelola TVRI sesuai dengan tujuan dan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan hasil guna; menetapkan ketentuan teknis pelaksanaan operasional lembaga dan operasional penyiaran; mengadakan dan memelihara pembukuan serta administrasi sesuai peraturan yang berlaku; menyiapkan laporan tahunan dan laporan berkala; membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; mewakili lembaga didalam dan di luar pengadilan; menjalin kerjasama dengan lembaga lain baik di dalam maupun di luar negeri. Direktur utama. Tugasnya ialah menjabarkan visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya yang telah ditetapkan oleh dewan pengawas, dalam rencana induk dan rencana kerja dan anggaran tahunan. Direktur program dan berita. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya dibidang program, produksi, siaran berita dan non berita serta pendokumentasian. Direktur keuangan. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya dibidang keuangan, meliputi anggaran, keuangan dan akuntansi.
71
Direktur teknik. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya dibidang teknik, meliputi teknik produksi, teknik penyiaran, teknik informatika dan teknik media konvergensi. Direktur umum. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya dibidang umum, asset, sumber daya manusia, kelembagaan, organisasi dan ketatalaksanaan. Direktur pengembangan dan usaha. Tugasnya ialah melaksanakan visi, misi, kebijakan umum, kebijakan penyiaran, dan kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber daya dibidang pengembangan dan usaha. TVRI Pusat. TVRI Pusat dikelola langsung oleh dewan direksi sesuai bidang tugas masing-masing. Dalam melaksanakan tugas, dewan direksi dibantu oleh General Manager dan Manager yang setara dengan Kepala Bidang/ Bagian dan Kepala Seksi/ Subbagian. TVRI Stasiun Daerah. Merupakan satuan kerja TVRI pusat sekaligus sebagai kekuatan pendukung dalam penyelenggaraan siaran local, regional, nasional, dan internasional. Satuan pengawasan intern. Dipimpin oleh seorang kepala yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh direktur utama.
72
Pusat pendidikan dan pelatihan. Dipimpin oleh seorang kepala yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh direktur utama. Pusat penelitian dan pengembangan. Dipimpin oleh seorang kepala yang pelaksanaan tugas dan fungsinya dikoordinasikan langsung oleh direktur utama. Perwakilan luar negeri. Penunjukan perwakilan luar negeri dilakukan atas dasar kebutuhan lembaga penyiaran public TVRI, dengan prinsip kehati-hatian, efektif dan efisien. Penunjukan perwakilan luar negeri dilakukan oleh dewan direksi atas persetujuan dewan pengawas dan dikoordinasikan dengan departemen luar negeri RI. Lembaga penyiaran public local yang berafiliasi dengan TVRI. Proses afiliasi lembaga penyiaran public local dengan TVRI diatur dalam perjanjian kerjasama setelah mendapat persetujuan dewan pengawas. Gambar 2 Struktur Kelembagaan TVRI
PRESIDEN RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI
SEBAGAI KEPALA NEGARA
DEWAN PENGAWAS
DEWAN DIREKSI
MANAGEMEN
PETUGAS OPERASIONAL
73
Gambar 3 Struktur organisasi dewan pengawas LPP TVRI
74
75
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Program Dialog TVRI 1. Profil dan Latar Belakang Derap langkah pembangunan diseluruh pelosok tanah air dalam segala bidang merupakan hal yang harus diketahui masyarakat setiap saat. Berbagai bentuk upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur serta menjaga keutuhan NKRI merupakan langkah yang harus senantiasa didengungkan. Melalui Dialog Aktual, seluruh komponen bangsa mendapat kesempatan berbicara untuk menunjukan karya, kinerja, menyalurkan aspirasi, kepedulian bahkan kritik terhadap isu yang tengah berkembang di tengah masyarakat, demi keseimbangan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara agar menjadi negara bermartabat. Dengan mengajak masyarakat turut berperan aktif serta turut mengawasi dan menilai seberapa besar keseriusan seluruh komponen bangsa baik eksekutif, legislative, yudikatif hingga LSM dalam menjalankan tugas dan fungsinya demi terciptanya masyarakat yang adil dan makmur. Berdasarkan hal itulah TVRI sebagai lembaga publik dengan program Dialog TVRI, mencoba untuk memberikan wadah kepada semua komponen masyarakat untuk berperan aktif terhadap isu-isu yang muncul ditengah-
76
77
tengah masyarakat. Dengan format dialog interaktif masyarakat diharapkan dapat ikut serta dalam pembahasan isu atau topik yang diangkat pada dialog TVRI. Dialog TVRI ialah sebuah program berita yang dikemas secara serius tapi santai dengan format dialog interaktif, yang di produksi oleh bagian Current Affairs dan dikepalai oleh bidang berita. Dialog TVRI di produseri oleh dua orang dengan tim produksi yang berbeda dalam setiap minggunya.
Gambar 4 Struktural Pemberitaan
KEPALA BIDANG BERITA PIPIT IRIANTO, SS.
KEPALA SEKSI SIARAN BERITA
KEPALA SEKSI CURRENT AFFAIRS
KEPALA SEKSI SIARAN OLAH RAGA
KEPALA SEKSI PRODUKSI BERITA
HUSEIN AZHARI, S.sos
HENDRAJIT ARYAPUTRA.S.Sos. 1
EBI RUKBI. Drs.M.Si.
ENDAH TRI HANDAYANI, S.sos.
78
Tabel 3 Tim Produksi program dialog TVRI Tim Produksi 1
NO
NAMA
JABATAN
1
Irwan Hendarmin
Penanggung Jawab
2
Pipiet Irianto
Wakil Penanggung Jawab
3
Hendrajit Aryaputra
Produser Eksekutif
4
Subari Abd Zaini
Produser
5
Ferry Agusta
Produser Pelaksana
6
Mujihadi
Redaktur
7
Sri Rejeki
Redaktur
8
Dewi Tri Lestari
Redaktur
9
Endina Palisuri
Redaktur
10
Caesario
Redaktur
11
Astrid Permata
Redaktur
12
Bela Shinta
Redaktur
13
Puspita Perdani
Redaktur
14
Sisca Oktavia
Redaktur
79
Tim Produksi 2
NO
NAMA
JABATAN
1
Irfan
Penanggung Jawab
2
Pipiet Irianto
Wakil Penanggung Jawab
3
Hendrajit Aryaputra
Produser Eksekutif
4
A. Suryo Nugroho
Produser
5
Sapto Wibowo
Produser Pelaksana
6
Nazli Zakaria
Redaktur
7
Rosmeini
Redaktur
8
Herry Herman
Redaktur
9
Matroji
Redaktur
10
Supomo
Redaktur
11
Jehan Soraya
Redaktur
12
Jenifer
Redaktur
13
Rifni ArIfa
Redaktur
Tim produksi Dialog TVRI adalah orang-orang yang berasal dari Current Affairs, sedangkan Cameramen, Switcher, Audio men, PD, FD dan lainya berasal dari bagian tekhnik yang mereka semua selalu berganti-ganti tergantung situasi siapa saja yang sedang ada dan siap untuk produksi, jadi bagian-bagian tersebut tidak pasti atau tidak menentu orangnya.
80
Program Dialog TVRI tayang setiap senin-jumat pukul 07.00-08.00 WIB. Namun dengan seiringnya waktu karena banyaknyanya acara-acara kenegaraan yang harus disiarkan secara langsung membuat program Dialog TVRI harus berganti-ganti jam tayang menjadi jam 15.00-16.00 dan jam 18.00-19.00 WIB. Program berita ini mengangkat isu-isu aktual yang berkaitan dengan masyarakat umum. Program ini juga mengkombinasikan tayangan berita dengan talkshow, sehingga acaranya pun tidak seperti program berita kebanyakan yaitu news presenter membawakan berita-berita yang sudah disiapkan untuk selanjutnya ditayangkan dan ditonton oleh masyarakat. Pada dasarnya Dialog TVRI adalah program berita yang berisi isu-isu yang tengah bergulir dan berkembang pada saat itu, sehingga program ini menjadi referensi bagi pemirsa untuk mengetahui informasi secara mendalam dan aktual. Topik-topik yang diangkat pada Dialog TVRI sangatlah beragam, mulai dari ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Adapun kriteria sebuah topik yang diangkat adalah apa saja, selagi isu itu menarik, sedang hangat dibicarakan, tidak memihak dan menyudutkan pihak manapun. Program Dialog TVRI mempunyai konsep atau format yaitu dialog interaktif dikemas secara serius tapi santai, dipandu oleh seorang host yang komunikatif. Program ini juga menyertakan Prolog/ VT berdurasi tiga menit sesuai tema, agar lebih mudah dicerna penonton. Program Dialog TVRI juga menghadirkan pemirsa melalui rekaman video yang sudah diambil
81
sebelumnya dan juga melalui saluran telepon, untuk menanggapi tema dialog sehingga semakin memperkaya wawasan dan cakupan dari tema yang diangkat. Target audience Dialog TVRI adalah remaja dan dewasa dan juga masyarakat pada umumnya. Dengan adanya program Dialog TVRI pemirsa dituntut agar berfikir maju dan kritis terhadap permasalahan yang sedang membelit negara ini. Diharapkan program Dialog TVRI dapat menjadi wadah bagi pemirsa yang ingin menyampaikan aspirasinya baik secara langsung untuk membantu membangun negara yang lebih baik. Isi program dalam Dialog TVRI yaitu host membuka acara langsung didampingi para Narasumber dan duduk di sofa.kemudian pemutaran Prolog/ VT sesuai tema, dapat berupa mini feature atau komentar masyarakat. Lalu host interview dengan Narasumber sebanyak 3 (tiga) orang dan juga interkatif dengan penonton by phone.
82
Gambar 5 Rundown Dialog TVRI RUNDOWN DIALOG TVRI "PENANGANAN TERORISME"
Hari / Tanggal
:
RABU 23 Januari 2013
Pukul
:
07.00 s.d 08.00 WIB
Studio
:
VI (live)
NO 1 2
MATERI BERITA Tune Program Opening Pembawa Acara
DURASI
KETERANGAN
20 Detik Live
ANSY LEMA PEWAWANCARA
membuka acara dan mengenalkan narasumber
1. SUSNINGTYAS KERTOPATI ANGGOTA KOMISI 1 DPR RI
2. WAWAN H PURWANTO PENGAMAT INTELEJEN
Memulai dialog : 3
Dialog Sessi I
20 Menit
Live
4 5
Jeda Iklan I
2 Menit
Playback
Dialog Sessi II
10 Menit
Live
6
Jeda Iklan II
2 Menit
Playback
7
Dialog Berakhir, catatan dan kesimpulan
1 Menit
Live
8
Tune Penutup + Kerabat Kerja
20 Detik
Playback
83
KERABAT KERJA Penanggung Jawab Wakil Penanggung Jawab Produser Eksekutif Produser Produser Pelaksana Redaktur
: : : : : : :
Irwan Hendarmin Pipiet Irianto Hendrajit Aryaputra A Suryo Nugroho Sapto Wibowo Nazli Zakaria Rosmeini Herry Herman Matroji Supomo
2. Aspek Marketing dan Rating Program Dialog TVRI Aspek marketing dan rating juga diperlukan dalam suatu program acara televisi. Yaitu, bagaimana menjual acara-acara siaran kepada penonton yang tepat sasaran dan waktu menonton yang tepat pula. Hal tersebut bisa dilakukan dengan menginformasikan kepada seluruh penonton mengenai program yang akan ditayangkan. Dengan begitu banyak penonton yang mengetahui jam tayang acara yang mereka akan tonton. Televisi biasanya menggunakan iklan sebagai media untuk menjual atau mempromosikan acaranya. Namun, tidak sedikit juga yang menggunkan media lain seperti radio, koran dan bahkan sosial media untuk mempromosikan suatu acara televisi. Adapun dalam program Dialog TVRI, hanya menggunakan iklan di stasiun TVRI untuk mempromosikan acara tersebut. Namun, rencananya program ini juga akan menggunakan sosial media sebagai media promosi.
84
Dengan harapan semakin banyak yang digunakan dalam mempromosikan acaranya, maka semakin banyak pula penonton yang tertarik untuk menyaksikan acara tersebut. Selain aspek marketing, rating juga dieprlukan dalam suatu program acara televisi. Karena, kesuksesan program televisi saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa. Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat yang bernama “people meter” pada bebrapa responden. Untuk program Dialog TVRI berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh lembaga riset bernama Nielsen pada periode minggu terakhir bualan november 2013, ternyata memiliki rating yang cukup lumayan. Dialog TVRI masuk kedalam 20 besar TOP program TVRI Nasional dengan menempati posisi ke 19. Hal itu menandakan banyak penonton yang tertarik pada program Dialog TVRI.
B. Proses Produksi Program Dialog TVRI Sebelum membahas jalannya produksi suatu acara, maka dibutuhkan suatu perencanaan yang baik dan bertanggung jawab mengenai jalannya suatu program acara tersebut yang diatur oleh produser agar acara yang diproduksi menghasilkan tayangan yang baik. Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang, dan biaya besar, juga memerlukan suatu organisasi yang
85
rapih, dengan mengikuti tahap-pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Seperti teori yang dikemukakan oleh Fred Wibowo di dalam bukunya mengatakan bahwa, tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut Standart operation procedure (SOP) yaitu1 : 1) Pra Produksi 2) Produksi 3) Pasca Produksi Demikian juga dengan produksi program Dialog TVRI, memiliki tahapan seperti diatas. 1. Pra Produksi Program Dialog TVRI Tahap pra produksi merupakan semua tahapan persiapan sebelum sebuah produksi dimulai. Pada tahap ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan dijalani, atau juga disebut sebagai tahap perencanaan. Makin baik sebuah perencanaan produksi maka makin baik pula hasil dari produksinya dan akan memudahkan nantinya dalam proses produksi. a. Penemuan Ide/ Tema Penemuan ide adalah gagasan dalam menghasilkan sebuah produk suatu program berita. Pada proses pra produksi suatu program acara, penemuan ide adalah hal yang paling penting untuk dibicarakan agar
1
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-1, h. 20.
86
menghasilkan suatu kreativitas yang diinginkan. Tahap penemuan ide program Dialog TVRI saat edisi 23 januari diawali dari sebuah gagasan produser Dialog TVRI yang kemudian saat itu produser mengutarakan ide atau gagasannya pada rapat redaksi yang diikuti oleh produser pelaksana dan para produser-produser yang ada di bagian current affairs pada sehari sebelum program ditayangkan. Rapat dilaksanakan diruang Manager Current Affairs saat berlangsungnya rapat redaksi dilakukan ketika itu terjadi perbedaan pendapat tentang
tema apa yang akan diangkat. Setiap produser
mengemukakan pendapatnya. Dari peristiwa ekonomi, politik, hukum, pertahanan dan keamanan dan lain sebagainya. Rapat redaksi dilakukan didalam ruang rapat tertutup, seperti yang terjadi pada rapat tanggal 22 januari 2013, namun dengan seiring berkembangnya zaman dan kecanggihan teknology serta ketiadaan waktu untuk berkumpul karena kesibukan masing-masing, rapat redaksi pada program Dialog TVRI sering juga dilakukan melalui grup sosial media yang mereka miliki, seperti BBM, Facebook, Twitter dll. Namun rapat redaksi yang dilaksanakan saat penentuan tema penanganan terorisme hal itu tidak terjadi, rapat tetap diadakan di ruang tertutup yaitu di ruang manager current affairs, mengingat tema ini cukup serius berbeda dengan tema- tema sebelumnya. Penemuan ide adalah proses kreativitas yang terus berkembang setiap harinya, ide atau gagasan itu muncul seiring banyaknya peristiwa aktual atau kasus yang sedang hangat dibicarakan di media-media massa, seperti televisi, radio, dan surat kabar (koran). Pada hasil rapat redaksi pada tanggal 22 januari
87
2013 menghasilkan sebuah ide tema untuk pembahasan pada program dialog TVRI edisi 23 januari 2013 yaitu tentang “Penanganan Terorisme”, saat itu semua sepakat untuk mengangkat tema tersebut dengan mengesampingkan beberap ide tema yang muncul saat rapat berlangsung. Dengan alasan tema tersebut tepat dan aktual dimana saat itu banyak terjadi aksi serta penanganan terorisme salah satunya yaitu penyergapan para terduga teroris di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru yang bersifat doktrin. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Denis McQuail, bahwa efek media massa memiliki typology yang mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri maupun orang yang menggunakan media massa untuk
88
kepentingan berbagai penyebaran informasi. Kedua, efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benarbenar diluar kontrol media, di luar kemampuan media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk mengontrol terjadinya efek media massa. Ketiga, efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dan keras memengaruhi seseorang atau masyarakat. Keempat, efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga memengaruhi sikap- sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan- persoalan perubahan budaya.2 Hal-hal seperti itulah yang menjadi pertimbangan produser dan tim Dialog TVRI mengangkat tema penanganan terorisme saat 23 januri lalu. Dengan menilai bahwa penanganan terorisme adalah tema atau permasalahan yang sedang mencuat akhir- akhir di januari 2013. Namun ada pertimbanganpertimbangan lain yang diperhatikan oleh redaksi Dialog TVRI dalam menentukan sebuah ide atau gagasan yaitu dalam menampilkan sebuah tayangan berita, program Dialog TVRI saat itu tidak menyudutkan pihak manapun seperti menyinggung hal-hal pribadi yang nantinya dapat membuat pihak yang bersangkutan merasa terganggu dengan pemberitaan yang ada. 3 karena dalam banyak kasus pemberitaan, banyak pihak yang merasa 2
Prof. Dr. H. M. Burhan Bungin, S, sos., M.Si. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: KENCANA, 2008), Cet. 3, hal. 317-318. 3 Wawancara pribadi dengan Suryo Nugroho, Produser Program Dialog TVRI, 6 Desember 2013
89
pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan realitas yang ada, bahkan terlalu melebih-lebihkan. Setelah semua ide atau gagasan ditentukan, selanjutnya produser dan produser pelaksana berbicara kepada redaktur mengenai tema yang diangkat yaitu penanganan terorisme, kemudian berdiskusi membicarakan langkahlangkah apa yang akan dilakukan selanjutnya, agar ide dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk sebuah acara atau tayangan yang layak ditonton b. Perencanaan Tahap perencanaan adalah semua kegiatan mulai dari pembahasan ide atau gagasan awal sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar atau Shooting. dalam perencanaan ini terjadi proses iteraksi antara kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia.4 Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan diatas kertas. Perencanaan diatas kertas merupakan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan atau Script yang nantinya akan diproduksi saat pelaksanaan produksi program Dialog TVRI. Apa yang sudah direncanakan itulah yang nantinya akan dibuatkan audio visualnya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada tahap ini produser Dialog TVRI dibantu produser pelaksana dan redaktur membuat Script atau naskah berita, menentukan narasumber,
4
Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal. 270.
90
menyiapkan time schedule,5 mengurus perizinan studio kepada bagian teknik dan perencanaan lain yang mendukung proses produksi dan pasca produksi program Dialog TVRI. Perencanaan biaya juga dilakukan pada tahap ini, yaitu biaya untuk membayar para pengisi acara, serta biaya untuk keperluan lainya. Saat penentuan narasumber untuk tema penanganan terorisme edisi 23 januari para produser menentukan tiga narasumber yaitu: 1) Ibu Susningtyas Kertopati (Komisi I DPR RI) 2) Bapak Wawan H Purwanto (Pengamat Intelejen) 3) Natsir Abbas (Mantan Terorisme) Alasan mengundang ketiga Narasumber itu iyalah lebih karena lebih berkompeten untuk membicarakan masalah mengenai penanganan teroisme dan menjaga keseimbangan Narasumber, disini Program Dialog TVRI mencoba menghadirkan setiap aspek dalam penanganan terorisme yaitu seorang wakil rakyat yang menangani pertahanan dan keamanan, kemudian seorang pengamat Intelejen yang memantau kinerja dan upaya pemerintah dalam menangani kasus terorisme, kemudian seorang pelaku terorisme untuk melihat seperti apa pergerakan terorisme . c. Persiapan Setelah semua selesai direncanakan dengan matang dan baik, tahap selanjutnya adalah melakukan persiapan. Persiapan ini meliputi persiapan
5
Time schedule adalah perencanaan waktu. Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, hal. 271.
91
penampilan presenter, setting Studio, dan hal-hal yang menyangkut kelengkapan peralatan yang diperlukan pada saat penayangan program Dialog TVRI. 2. Produksi Program Dialog TVRI Tahap produksi adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar (Shooting) baik distudio maupun diluar studio.6 namun karena Dialog TVRI adalah sebuah acara yang ditayangkan secara live7 atau langsung, maka proses produksi yang dilakukan adalah seperti hal-hal berikut: a. Materi Produksi Materi produksi adalah berita yang sudah dikemas menjadi sebuah prolog dan sudah pernah ditayangkan, namun karena berita tersebut dianggap memiliki nilai berita yang baik dan pas dengan tema yang akan di angkat, maka berita tersebut ditayangkan kembali menjadi sebuah prolog dalam produksi program Dialog TVRI. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa program Dialog TVRI adalah sebuah program berita yang dikemas secara serius tapi santai atau ringan, namun tetap elegan.8 karena dalam penyajiannya Dialog TVRI mengedepankan berita-berita faktual namun santai dalam membawakan program acaranya.
6
Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal.271 7 Live adalah siaran yang dilakukan secara langsung dari sebuah lokasi tertentu baik di dalam studio maupun di luar studio. Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional (Bandung: Rosdakarya, 2013), cet. Ke-1. Hal. 199. 8 Wawancara pribadi dengan Suryo Nugroho, Produser Program Dialog TVRI, 6 Desember 2013
92
Secara umum, materi program Dialog TVRI adalah menyangkut berita politik, keamanan, pengetahuan, sosial, budaya dan hiburan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Dialog TVRI adalah program berita yang dikemas secara serius tapi santai dan ringan, yaitu bukan hanya konsep acara yang disajikan tetapi tema- tema yang diangkatpun mengandung unsur berita hard news9 dan soft news10. Artinya , tema tersebut tidak hanya diambil dari berita yang terjadi pada hari itu saja.11 Setelah semua gagasan selesai direncanakan dengan matang, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan produksi program Dialog TVRI. Dialog TVRI adalah sebuah program berita yang terdiri dari tiga sampai empat segmen dan membahas satu tema yang aktual bersama narasumber yang berkompeten di bidangnya, dengan durasi waktu 60 menit disiarkan secara langsung (live) dan diselingi dengan sebuah prolog / viti sebagai pembuka perbincangan serta voxpop atau cuplikan yaang berisi pendapat masyarakat mengenai tema yang diangkat. Pembuatan prolog sendiri berfungsi sebagai pembuka tema untuk memperjelas masyarakat agar tau apa yang akan dibahas pada tema saat itu dan mengerti masalah yang menjadi perbincangan nanti. 9
Hard News adalah segala informasi yang penting atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audience secepatnya. Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, hal. 209. 10 Soft News adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan seecara mendalam (indept) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audience secepatnya. Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, hal. 211. 11 Wawancara pribadi dengan Suryo Nugroho, Produser Program Dialog TVRI, 6 Desember 2013.
93
Langkah-langkah dalam proses produksi Dialog TVRI adalah: a) Pembuatan Prolog dan vox-pop Vox-pop kependekan dari vox populi dalam istilah Indonesia sebagai “suara masyarakat”. Artinya suatu program atau segmen yang mengetengahkan pendapat umum tentang suatu masalah. Tujuan dari Vox-pop
yaitu
menegetengahkan
serangkaian
pendapatumum
mengenai suatu masalah yang sedang dibahas dalam program kepada penonton dengan maksud agar penonton jua dapat mengetahui bermacam-macam pendapat dari berbagai orang atau grup sehingga dapat dikonfrontir dengan pendapatnya sendiri.12 Langkah pertama yaitu, setelah produser menentukan tema yang diangkat kemudian seorang produser pelaksana memberikan arahan kepada bagian redaktur untuk pembuatan prolog dan voxpop. Prolog dan voxpop dikerjakan oleh empat orang redaktur yang dibagi menjadi dua tim, tim satu membuat prolog yaitu dibantu dengan seorang audiomen dan editor. Mula-mula tim ini membuat sebuah naskah yang sesuai dengan isi tema atau berita yang akan dibahas. Kemudian produser pelaksana mengoreksi naskah yang sudah dibuat oleh redaktur, apakah layak untuk dijadikan dubing pada video potongan-potongan berita. Sedangkan tim kedua bertugas membuat
12
Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi (Jakarta: Grasindo, 1997), cet. Ke-1, h. 40.
94
sebuah voxpop, yaitu video rekaman yang berisi wawancara pendapat masyarakat terhadap satu tema yang dibahas. Dan biasanya pengerjaannya di luar studio dibantu oleh satu cameramen. b) Memilih visual berita Langkah kedua, setelah pembuatan prolog dan voxpop yaitu kemudian produser pelaksana bersama redaktur dan editor memilih visual berita yang berhubungan dengan tema yang di bahas. Visual berita didapakan dari berita- berita yang sudah tayang pada program berita sebelumnya yang bersangkutan dengan pembahasan atau tema yang sudah disepakati. Visual berita tersebut diambil kemudian dipotong bagian- bagian yang dianggap sesuai dengan naskah yang sudah dibuat. c) Editing atau Penyutingan Setelah naskah prolog selesai, proses selanjutnya adalah penyutingan atau editing. Produser Pelaksana Dialog TVRI bersama redaktur keruang editor untuk melakukan dubbing atau pengisian suara, dubbing dilakukan untuk menyempurnakan gambar yang sudah di sunting, setelah pengisian suara atau dubbing dilakukan, kemudian proses penyatuan gambar dengan suara melalui proses editing. Sedangkan video rekaman pendapat masyarakat yang sudah diambil untuk keperluan voxpop selanjutnya juga melalui proses editing.
95
Proses editing adalah pekerjaan memotong-motong dan merangkai (menyambung) potongan-potongan gambar sehingga menjadi sebuah tayangan berita yang dapat dimengerti. Pekerjaan ini dilakukan diruangan editing yang dilakukan oleh editor (penyunting). Gambar dan suara yang direkam dengan bantuan kamera sepanjang belasan atau puluhan menit harus dipotong-potong dan dirapihkan agar menjadi berita yang singkat.13 Setelah itu redaktur membuat rundown14 acara Dialog TVRI. b. Sarana dan Prasarana Untuk mewujudkan ide menjadi sebuah hasil produksi yang lebih konkrit dibutuhkan juga kelengkapan alat dengan kualitas standar broadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Adanya peralatan tersebut menunjang kelancaran seluruh proses produksi. Adapun sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan produksi program Dialog TVRI, yaitu: a) Kamera, merupakan alat yang digunakan untuk pengambilan gambar, dalam proses penayangan Dialog TVRI, dibutuhkan sedikitnya tiga kamera untuk menunjang lancarnya sebuah program acara yang baik, semua kamera-kamera yang ada langsung terhubung dengan switcher
13
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Bnadung: Kencana, 2008), h. 217. Rundown adalah susunan atau urutan acara yang disajikan, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, hal. 284. 14
96
atau alat memilah dan memilih stok gambar dari kamera maupun yang sudah ada. b) CCU (Camera Control Unit), merupakan alat yang dipergunakan untuk mengontrol beberapa kamera. Yang bisa dikontrol atau digantikan fungsinya melalui alat ini diantaranya adalah pengaturan pencahayaan
(brightness
contrast),
temperatur
warna
(color
temperature), kecepatan (shutter speed), white balance, serta warna hue (red, green, blue). Jumlah CCU yang digunakan sama persis dengan jumlah kamera yang digunakan karena masing-masing kamera dikontrol oleh satu CCU. c) Switcher, merupakan perangkat teknis untuk memindahkan dan memilih gambar dari berbagai stock shoot maupun input kamera. d) Audio Mixer, merupakan alat pengatur suara agar suara yang dihasilkan
tidak
mengalami
gangguan.
Alat
ini
berfungsi
mengendalikan penelpon yang masuk atau suara yang ada distudio agar tidak mengalami gangguan. Jika terjadi gangguan pada suarasuara, audioman atau orang yang mengendalikan alat ini akan segera memperbaikinya. e) Monitor, berfungsi untuk melihat tampilan visual yang dihasilkan dari kamera. Banyaknya monitor yang digunakan tentu saja tergantung dari berapa kamera yang digunakan. Ada monitor dari berbagai source kamera, monitor preview, serta monitor hasil akhir.
97
f) VRT (Video Tape Recorder), merupakan alat yang digunakan untuk merekam hasil shooting. g) Lighting, merupakan alat yang digunakan untuk pencahayaan dalam proses Shooting. h) Character
Generator,
merupakan
alat
yang
digunakan
untuk
menampilkan tittle, sub tittle serta grafik Selain sarana diatas program Dialog TVRI juga ditunjang oleh prasarana lain, antara lain: 1. Ruang visual penyutingan atau editing gambar, yaitu ruangan yang digunakan untuk mengedit gambar berupa foto atau video yang ada. 2. Master Control Room, adalah ruangan yang dapat mengendalikan beberapa alat seperti switcher, audio, mixer, CCU dan Character Generator. 3. Property, seluruh kebutuhan perlengkapan untuk mendukung suatu program. c. Biaya Produksi Setelah memperhatikan segala materi dan sarana prasarana yang dibutuhkan program Dialog TVRI, hal lain yang perlu diperhatikan dalam produksi program Dialog TVRI adalah biaya produksi. Dalam sebuah proses produksi tanpa didukung biaya, maka acara yang sudah disiapkan tidak akan berjalan lancar. Maka dari itu, biaya produksi harus direncanakan pula secara matang.
98
Biaya produksi pada acara Dialog TVRI sendiri tidak selalu sama setiap penayangannya. Besarnya biaya produksi bergantung atau disesuaikan dengan narasumber yang didatangkan, atau bergantung pada lokasi pelaksanaan produksinya, seperti misalnya diluar studio newsroom TVRI. Sedangkan biaya produksi saat produksi edisi 23 januari 2013 Dialog TVRI mengeluarkan biaya yang cukup besar, hal ini tidak disebutkan nominalnya oleh produser saat wawancara. d. Organisasi Pelaksanaan Produksi Pelaksanaan produksi merupakan satuan kerja yang akan menangani proses produksi secara bersama-sama sampai akhirnya ditayangkan untuk dinikmati oleh masyarakat. Meskipun mereka bertugas dibidang yang berbeda, tetapi semuanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan produksi
yang
ditayangkan
sesuai
dengan
yang
berkualitas
rencana
yang
telah
direncanakan. Untuk
menghasilkan
acara
baik,
memerlukan
pengorganisasian sumber daya manusia yang bekerja secara sistematis. Untuk memudahkan pekerjaan dilapangan, dilakukan pembagian tugas dan bertanggung jawab masing-masing atas tugas tersebut. Jalannya produksi program berita Dialog TVRI ini tidak lepas dari kerjasama sebuah tim yang solid. Oleh karena itu perlu adanya pembagian tugas yang tercatat sebagai struktur organisasi. Berikut ini merupakan struktur organisasi pelaksana program berita Dialog TVRI pada saat penayangan edisi 23 januari 2013:
99
a. Eksekutif Produser, adalah penanggung jawab terhadap produksi suatu program, dalam hal ini adalah program berita Dialog TVRI. Eksekutif produser bertanggung jawab atas penayangan program suara anda, mulai dari penetapan
tujuh
pilihan
berita,
persiapan
produksi,
sampai
penayangannya. b. Produser, adalah seorang pimpinan produksi yang bertanggung jawab kepada seluruh kegiatan pengkoordinasian pelaksanaan pra produksi, produksi dan pasca produksi.15 Dalam program Dialog TVRI dipimpin oleh seorang produser yang akan memutuskan berita apa yang akan dibahas, dan format berita apa yang akan digunakan,dll. c. Produser
Pelaksana,
orang
yang
membantu
produser
dalam
menjalankan tugasnya secara teknis. Produser Pelaksana pada program Dialog TVRI bertugas membuat rundown acara, menghubungi narasumber, dan masalah teknis lain seperti surat menyurat dan masalah perizinan yang dibantu oleh seorang redaktur. d. Redaktur, dalam program Dialog TVRI bertugas membuat naskah prolog, voxpop dan membantu produser pelaksana dalam hal teknis seperti menghubungi narasumber, surat menyurat, perizinan studio dan juga pembuatan rundown acara.
15
Morissan, MA, Manajamen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio & Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-1 hal.283.
100
e. Program Director, adalah orang yang bertanggung jawab secara teknis atas lancarnya suatu acara televisi, program Suara Anda diarahkan oleh seorang PD yang bertanggung jawab atas aspek teknis dan mampu menjalankan acara berdasarkan rundown acara dalam pelaksanaan produksi program Dialog TVRI. f. Cameraman, adalah seorang yang bertugas mengoperasikan kamera, crane, dolly, pedestal, steady dan melaksanakan arahan director dalam proses
pengambilan
gambar.
Seorang
juru
kamera
harus
mendengarkan segala yang dkatakan oleh PD, agar gambar yang diambil baik dan sesuai dengan arahan permintaan produser Dialog TVRI. g. Floor Director, bertugas mengarahkan semua hal yang ada didalam studio pada saat shooting berlangsung. Floor director mendapatkan arahan langsung dari program director. Ketika program director Dialog TVRI mengarahkan segala aspek saat produksi berlangsung di controlroom, maka floor director adalah nahkoda yang menjembatani antara presenter dengan program director sesuai arahan floor director. h. Lightingman,
bertugas
mengoperasikan
penataan
cahaya,
merencanakan pemakaian lampu, menentukan jenis dan tipe lampu, dan mengatur pencahayaan. i. Character Generator Operation, program Dialog TVRI dibantu seorang yang
bertugas
mempersiapkan
dan
mengoperasikan
peralatan
101
computer untuk mengerjakan credit tittle dan subtittle, serta menampilkan gambar grafis. j. Switcher, bertugas mengatur gambar sesuai dengan permintaan program director. k. VTR (Video Tape Recorder), mengoperasikan peralatan rekam audio visual dan melakukan pengisian time code. l. Property, menyediakan seluruh kebutuhan perlengkapan untuk mendukung program Dialog TVRI, seperti menyiapkan kelengkapan studio. m. Wardrobe, menyiapkan kostum untuk presenter Dialog TVRI, sesuai dengan kebutuhan produksi program. n. Make up, melaksanakan tata rias terhadap presenter dan bintang tamu yang hadir dalam program Dialog TVRI. o. Sound mixer/audioman, mengoperasikan audio, balancing, atau mengatur dan menjaga kualitas suara, menentukan audio yang digunakan, memasang mic atau wireless dan peralatan pendukung lainnya. d. Pelaksanaan Produksi Program DIALOG TVRI Sesudah perencanaan dan persiapan selesai dengan benar, pelaksanaan produksi dimulai. Produser dibantu oleh produser pelaksana bekerjasama dengan para crew untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan sebelumnya menjadi gambar dan tayangan yang dapat dinikmati oleh pemirsa.
102
Sekitar pukul 06.00 WIB tim Dialog TVRI yang terdiri dari produser dan produser pelaksana dan redaktur melakukan kroscek ulang terhadap semua aspek yang ada dalam program Dialog TVRI, seperti memeriksa, rundown acara, narasumber, dan yang tak kalah penting yaitu penampilan presenter. Ketika semua aspek ini dirasa sudah siap, kemudian seorang redaktur menyiapkan rundown yang telah dibuat untuk di copy dan dibagikan kepada beberapa crew. Pada tahap ini ketika tanggal 23 januari lalu Program dialog TVRI mengalami bebearpa kendala yaitu salah satunya tidak dapat hadirnya salah satu narasumber yaitu mantan pelaku terorisme yang mendadak memberi kabar bahwa tidak dapat hadir karena suatu hal. Pada tahap ini produser belum menyiapkan plan B ketika salah satu narasumber tidak dapat hadir. Sehingga saat itu hanya diisi dengan dua narasumber. Setelah itu produser Dialog TVRI memerintahkan salah satu redaktur untuk membagikan lembaran-lembaran tersebut kepada semua tim yang bertugas, seperti program director atau pengarah acara, switcher (petugas yang mengatur gambar), audioman (petugas yang mengendalikan suara yang masuk maupun keluar), character generator operation (yang mempersiapkan, mengoperasikan peralatan komputer dan mengerjakan credit tittle dan subtittle, serta menampilkan gambar grafis), presenter Dialog TVRI, dan sisanya dipegang produser eksekutif, produser dan produser pelaksana. Manfaat dibagi-bagikannya lembaran-lembaran tersebut adalah untuk memudahkan kerja semua tim Dialog TVRI pada saat on air, karena sangat
103
tidak mungkin pada saat acara mengudara perhatian mereka terpecah antara komputer dengan tugas pokok mereka masing-masing. Setelah itu tepat pukul 06.30 WIB produser pelaksana bersama ketiga redaktur yang bertugas menuju ruang master control room untuk mengontrol kesiapan diruang tersebut, dan membagi tugas kepada 3 redaktur yang ada. Yang pertama redaktur satu berada di ruang master control untuk menerima telepon dari masyarakat yang ingin berkomentar dalam telepon interaktif nanti. Kemudian redaktur kedua berada di dalam studio untuk membantu FD dalam mengarahkan situasi didalam studio. Redaktur ketiga berada di ruang tunggu narasumber untuk mengatur dan menerima kedatangan para narasumber. Tepat pada pukul 07.00 WIB tangal 23 Januari 2013 mulailah program Dialog TVRI, Dialog TVRI berlangsung selama 60 menit, secara langsung (live) dan terdiri dari tiga sampai empat segmen tergantung pada situasi saat berlangsungnya acara. Dan terkadang jika pertanyaan-pertanyaan dari penelpon bagus dan banyak itu bisa membuat segmen bertambah satu segmen. Namun pada produksi tanggal 23 januari 2013 dialog dilakukan hanya tiga segmen. Segmen pertama, dengan berdurasi 30 menit yaitu diawali dengan bumper in yang menandakan acara Dialog TVRI sudah dimulai dengan memunculkan logo program yang bergerak. kemudian pembawa acara membuka dan memperkenalkan narasumber yang telah hadir, pada saat awal segmen pertama seorang narasumber terlambat hadir yaitu bapak Wawan H
104
Purwanto dengan alasan kemacetan dan barulah dipertengahan segmen pertama
narasumber
tersebut
hadir,
lalu
setelah
pembawa
acara
memperkenalkan narasumber, sebelum memulai perbincangan pada segmen ini seharusnya terdapat pemutaran prolog dan voxpop. Pemutaran prolog dan voxpop ini seperti bertujuan sebagai pembuka tema untuk memperjelas masyarakat agar tau apa yang akan dibahas pada tema saat itu dan mengerti masalah yang menjadi perbincangan nanti. Namun saat itu tidak ada pemutaran voxpop dan prolog. Hal ini sedikit membuat dialog kurang hidup. Pada segmen ini pembawa acara memaparkan beberapa pertanyaan pada narasumber satu Ibu Susningtyas dari komisi I DPR RI yang sudah hadir terlebih dahulu yaitu, bagaimana penanganan dan komitmen kita mengenai terorisme saat ini? kemudian dilanjutkan dengan jawaban dari narasumber satu yang memaparkan bahwa penanganan terorisme seharusnya tidak musti menggunakan pendekatan diradikalisasi namun menurutnya masih kurang karena tidak menyentuh kepada anggota pelaku terorisme itu sendiri jadi kita tidak bisa mengetahui dasar dan motif dari pelaku tersebut. Menurutnya penanganan seharusnya dengan pencegahan yaitu harus mengetahui akar permasalahanya dulu dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat seperti PEMDA dan Departmen- departemen terkait. Bukan dengan cara pendekatan militeristik yang cenderung represif. Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan kepada narasumber kedua yaitu Bapak Wawan H purwanto pengamat Intelejen yaitu bagaimana sisi plus minusnya penanganan terorisme yang sudah dilaksanakan? Kemudian narasumber dua menjawab pertanyaan
105
tersebut yaitu pendekatan yang dilakukan saat ini masih menggunakan pola kekerasan dimana bisa membuat pelaku-pelaku yang telah bebas kembali menjadi terorisme hal ini menjadi hambatan untuk mengetahui embrio dari terorisme tersebut dengan menggunakan pola kemanusiaan. Segmen kedua, setelah jeda iklan sekitar dua menit, segmen kedua berdurasi 8 menit, dimulai dengan presenter membuka dan melanjutkan pembahasan dialog sesi pertama bersama para narasumber dengan memberikan kesempatan kepada setiap narasumber untuk berkomentar atau memberikan pandangan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sedang dibahas pada segmen pertama tadi. Segmen ketiga, setelah jeda iklan sekitar dua menit kemudian masuk di segmen ketiga ini yang berisi dialog sesi selanjutnya dan ditambah dengan interkatif kepada pemirsa dengan berdurasi 18 menit. Dengan menenerima dua penelpon, penelpon pertama yaitu Bapak Sanusi Kaplale yang berada di Pamulang yaitu pertanyaan yang menyingung orde baru dan kedamaian di Indonesia yang masih di intervensi oleh luar negeri. Kemudian penelpon kedua yaitu Bapak Prio yang menyinggung kasus korupsi juga harus di brantas, saat menerima telepon sangat disayangkan terjadi gangguan dari bagian audio sehingga narasumber dan pembawa acara tidak bisa menangkap inti dari pertanyaan kedua penelpon tadi sehingga membuat pembawa acara mengalihkan
dengan
pertanyaan
lain.
Setelah
itu
pembawa
acara
mempersilahkan satu persatu narasumber untuk menjawab pertanyaanpertanyaan dari pembawa acara. Dan dilanjutkan dengan catatan penutup dari
106
masing- masing narasumber yang pertama Ibu Susningtyas mengatakan bahwa dalam menghentaskan keamanan nasional kita lakukan secara integral tidak hanya kita berikan tanggung jawab ini hanya kepada aparat TNI, POLRI maupun Intelejen namun juga melibatkan Departemen- departemen terkait dalam hal penanganan berbagai maslah komunal masalah yang terjadi dimasyarakat itu harus dibangun sebaik- baiknya. Sedangkan Narasumber dua memberikan catatan terkahir yaitu dengan mengatakan dan mengajak semua elemen bangsa kita untuk bangkit menjadi negeri yang besar dari segi ekonomi dengan menjaga keamanan negara kita. Kemudian terakhir pembawa acara menutup dialog dengan memberikan kesimpulan yaitu kebijakan, regulasi atau polesi itu perlu mendapatkan lejitemasi dan untuk mendapatkan lejitemasi rakyat harus diajak bicara dan pemimpin harus mau berdialog dan mendengarkan apa yang menjadi aspirasi rakyat. Lalu setelah itu pembawa acara menutup acara dengan salam.
e. Pasca produksi Program DIALOG TVRI Setelah proses produksi tentunya akan ada pasca produksi. Dalam program Dialog TVRI jika siaranya dilakukan secara langsung (live) tidak ada pasca produksi, karena kegiatan produksi sudah berjalan sebagaimana mestinya dan hasilnya pun apa adanya, selain itu evaluasi dilakukan sambil berjalan. Misalnya dengan mendengar respon dari pemirsa dirumah melalui media sosial seperti facebook, twitter, email dan lain sebagainya. Akan tetapi jika proses produksinya dilakukan secara tunda (taping) maka akan ada pasca
107
produksi yaitu proses editing, dimana pada proses editing program Dialog TVRI biasanya dikerjakan oleh editor dan dibantu oleh seorang produser dan produser pelaksana sebagai pengarah akan seperti apa hasil yang akan ditayangkan. Namun dalam program Dialog TVRI sangat jarang adanya proses produksi dilakukan secara tunda (taping).
C. Faktor Pendukung dan Kendala Proses Produksi Program Dialog TVRI Dalam memperoduksi suatu program televisi tentu tidak semudah yang dibayangkan. Tentu banyak kendala yang dihadapi oleh seorang produser atau tim pelaksana produksi lainya. Namun, adapula faktor pendukung yang membuat acara tersebut semakin baik dan menarik. Pada produksi program Dialog TVRI tanggal 23 Januari 2013, terdapat faktor pendukung dan kendala, diantaranya sebagai berikut: a) Faktor pendukung 1. Kelengkapan peralatan menjadi salah faktor pendukung saat itu. 2. Biaya Produksi, biaya yang mencukupi saat itu juga menjadi faktor pendukung dalam proses produksi. 3. Persiapan seorang pembawa acara sangat mendukung berjalanya proses dialog saat itu. b) Faktor penghambat/ kendala 1. Kehadiran narasumber, dimana terjadi pembatalan hadir 30 menit sebelum acara dimulai atau keterlambatan hadir seorang narasumber hingga hampir satu segmen. hal ini menganggu jalanya dialog.
108
2. Kesiapan Audio yang pada pelaksanaanya sempat mengganggu jalanya proses dialog hal ini mengakibatkan tidak berkembangnya dialog saat itu. 3. Sulitnya mencari narasumber yang berkompeten terkait tema penanganan terorisme adalah satu faktor penghambat dalam proses produksi saat itu mengingat tema penanganan terorisme lebih berat dibanding tema- tema lain. Namun seharusnya seiring
berjalannya waktu dan banyaknya
pengalaman, berbagai kendala tersebut dapat diatasi. Dengan mempersiapkan segala hal- hal teknis terkait produksi, sehingga proses produksi pun akan berjalan lebih baik lagi.
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan Setelah melakukan observasi, menganalisa data dalam rangka menjawab rumusan pertanyaan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:. 1.
Dalam proses produksi program berita Dialog TVRI edisi 23 Januari
2013 pada tema penanganan terorisme, memiliki beberapa tahapan yang sama seperti program-program lainya, yaitu: tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Ketiga tahapan tersebut memiliki keterkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya. a. Proses pra produksi program Dialog TVRI Pada tahapan pra produksi program Dialog TVRI edisi 23 Januari 2013 pada tema penanganan terorisme, diawali dengan menentukan ide atau tema yang nantinya akan menjadi sebuah topik yang akan dibahas. Ide atau tema yang didapat merupakan hasil rapat redaksi dari para produser dan beberapa crew yang dilakukan melalui pertemuan langsung di ruang manager current affair sehari sebelum produksi dilaksanakan, pada saat penentuan tema beberapa produser masing-masing mengajukan tema yang berbeda-beda sehingga sempat terjadi perbedaan pendapat. Tema yang diangkat pada 23 januari yaitu penanganan terorisme adalah hasil dari rapat
109
110
redaksi dimana tema itu dipilih dengan alasan tema tersebut sedang hangat dibicarakan karena pada saat banyak terjadi aksi serta penanganan terorisme salah satunya yaitu penyergapan para terduga teroris di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru yang bersifat doktrin. Selain penemuan tema tahap pra produksi saat itu juga membahas dan menentukan narasumber, dalam penentuan narasumber pada edisi 23 januari 2013 produser lebih memilih Wawan H Purwanto seorang pengamat intelejen dan Susningtyas Kertopati seorang anggota komisi satu DPR dengan alasan keduanya lebih berkompeten, selain itu alasannya ialah komisi satu DPR bertugas menangani HANKAM
dalam membahas
penanganan terorisme selain itu sebenarnya Dialog TVRI telah memanggil
111
satu narasumber lagi yaitu Nasir Abbas mantan pelaku terorisme namun pada saat itu tidak dapat hadir. Persiapan studio dengan perangkatperangkatnya juga dibahas dalam proses ini. b. Proses produksi program Dialog TVRI Dalam program Dialog TVRI proses produksinya dilakukan secara langsung. Dalam prosesnya langkah awal
yang dilakukan adalah
menyiapkan materi, sarana dan prasarana serta pendukung lainnya. Pelaksanaan produksinya sendiri dimulai dengan mengedit gambar berita terkait tema untuk ditampilkan pada saat dialog berlangsung dan menyusun rundown acara. Program ini dibagi menjadi tiga segmen. Pada segmen pertama yaitu opening oleh pembawa acara, pengenalan tema dan narasumber serta memulai dialog segmen pertama dan pada segmen ini acara mengalami kendla yaitu narasumber dua terlambat hadir. Pada segmen kedua yaitu melanjutkan dialog serta diskusi bersama narasumber mengenai tema yang sedang dibahas. Dan pada segmen ketiga pemirsa dapat berinteraksi kepada narasumber secara langsung melalui telepon yang Kemudian langsung ditanggapi oleh para narasumber dan di akhiri dengan kesimpulan dari masing- masing narasumber dan closing. Namun sangat disayangkan pada segmen ini sedikit mengalami gangguan pada bagian audio penerima telepon sehingga mengganggu jalanya dialog.
112
c.
Proses pasca produksi program Dialog TVRI Program Dialog TVRI adalah program berita yang format siarannya
secara live dan dilakukan di dalam studio, dalam produksi secara live tidak ada proses editing. Dan pada produksi tanggal 23 januari 2013 tentang penanganan terorisme produksinya dilakukan secara langsung dan tidak ada peroses editing Maka proses penayangan merupakan bagian dari proses pasca produksi. Karena Dialog TVRI adalah program acara yang disiarkan secara langsung, maka saat proses pra produksi dan proses produksi segala sesuatunya harus disiapkan secara matang agar pada saat penayangan tidak terdapat kesalahan. 2.
Dalam pemilihan tema tersebut selain melihat aktualitas TVRI dengan
program dialog nya juga memliki tujuan dan harapan atas penayangan tema tersebut. Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru yang bersifat doktrin. Dengan kata lain Dalam edisi tersebut TVRI mencoba
113
berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan peran dari media.
B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu : 1.
Pra Produksi Kepada tim program Dialog TVRI, penulis berharap Dialog TVRI
lebih berani lagi dalam memilih seorang Narasumber dan juga dalam menentukan tema, tidak hanya dari kalangan pemerintahan namun juga pelaku dari tema yang diangkat agar dialog lebih hidup dan menarik serta tidak terkesan hanya dari satu sudut pandang saja. Bahkan tidak melulu mengundang narasumber dari pemerintahan namun dari lembaga- lembaga dan institusi dari luar pemerintah terkait tema yang diangkat. Kemudian persiapan tekhnis dan non tekhnis perlu diperhatikan agar tidak terjadi gangguan dalam proses produksi agar kualitas produksi yang dihasilkan lebih berkualitas tidak terkesan seperti televisi baru yang masih sering mengalami gangguan. 2.
Proses Produksi
Penulis berharap Dialog TVRI menambahkan inovasi- inovasi dalam tampilan layarnya seperti tampilan seperti Vox-pop dan Prolog. Dimana
114
kehadiran vox-pop atau pendapat masyarakat sangat diperlukan untuk memperkaya asumsi yang bisa memicu dialog semakin menarik untuk diikuti. Sedangkan prolog sendiri diperlukan sebagai penghantar tema yang akan dibicarakan untuk memancing narasumber untuk memberikan respon dari berita yang ditampilkan pada prolog. 3.
Pasca Produksi
Untuk penayangan penulis berharap program dialog TVRI sering melakukan siaran secara langsung dan lebih mensiapkan hal- hal teknis salah satunya seperti audio penelpon yang mengalami gangguan yang dapat menghambat atau tidak tersampaikanya pertanyaan- pertanyaan dari penelpon pada jalanya dialog. Karena hal itu juga sangat mempengaruhi minat pemirsa untuk menyaksikan program Dialog TVRI. Untuk waktu penayanganya program Dialog TVRI diharapkan tidak berubah-ubah yaitu tetap di waktu prime time pagi hari jam 07.00- 08.00 WIB. Dimana pada waktu tersebut banyak pemirsa membutuhkan tayangan berita yang up-date dan membahas secara mendalam seperti Program Dialog TVRI.
115
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Hidajanto Jamal dan Fachrudin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah Organisasi, Operasional dan Regulasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Bachtiar, Wardi, Metodelogi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Baksin, Askurifai..Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung :Simbiosa Rekatama Media, 2006. Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus, Teknologi Komunikasi di Masyarakat Jakarta: KENCANA, 2008.
Cetak Biru Kebijakan Umum, Kebijaka nPenyiaran, Kebijakan Pengembangan Kelembagaandan Sumber Daya TelevisiRepublik Indonesia (TVRI) Tahun 2006-2011. Djelantik, Sukawarsini Ph. D, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan dan Keamanan Nasional, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indoneaia, 2010.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pusaka, Jilid 16. Iskandarmuda, Deddy. Jurnalistik Televisi, Menjadi Reporter Professional.Bandung: rosdakarya, 2003. Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Ciputat: UIN Press, 2006. Kriyantono, Rahmat, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh Praktis Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa SebuahAnalisis Isi Media Televisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996. M Echols, Jhondan Hasan Syadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT..Gramedia, 1990. M Moeliono, Anton. Kamus Besar Bahasa Indonesia..jakarta: Balai Pustaka, 1999 Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ed.Revisi, 2007. Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bandung :Kencan, 2008. Morissan. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio &Televisi. Jakarta :Kencana, 2008. Mufid, Muhammad. Komunikaksi & Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana, 2005. Rahmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bnadung: Remaja Rosdakarya 1996. Rangkuman Workshop “ TVRI TV Publik”, 2004. Riset Media, Public Relation, Advertising, Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana, 2007. Rosyidi, Latief. Dasar-dasarRetorikaKominikasidanInformasi. Medan: Firma Rimbow, 1989.
116
Sastro, DarwantoSubroto. ProduksiAcaraTelevisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994. Sastro Soebroto, Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta: Duta Wacana, 1995. Suhaemi, dan Ruli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Prakti sJurnalis Profesional. Bandung: PT Simbiosa Rekatama Media, 2006. Sunandar.Telaah Format Program Keagamaan di Televisi: StudiDeskriptifAnalisisTelevisiPendidikan Indonesia. Tesis S2 IAIN SusunanKalijaga Yogyakarta, 1998. Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Cipiutat: Kalam Indonesia, 2005. Tim Penyusun KamusPembinaandan Pengembangan Bahasa. KamusBesarBahasa Indonesia.. Jakarta: Bina Aksara, 1986. Wibowo, Fred. Dasar-dasar Produksi Siaran Televisi. Jakarta: Grasindo, 1997. Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007. Yosep, Jani. To Be Journalist: Menjadi Jurnalis TV. Radio, dan Surat Kabar yang Profesional, Yogyakarta: Graha Ilm, 2009.. www.tvri.co.id Wawancara Prbadi Dengan Bpk. Subari, Jakarta 7 November 2013. Wawancara Pribadi Dengan Bpk. Suryo Nugroho, Jakarta 6 Desember 2013. Wawancara Pribadi dengan Erwin Aryananta, Direktur Bidang Pengembangan dan Usaha TVRI, 21 Januari 2013.
117
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Wawancara Nama
: A Suryo Nugroho
Jabatan
: Produser Program Dialog TVRI
Tanggal Wawancara : 6 Desember 2013 Tempat Wawancara : Halaman Masjid TVRI
1. Bagaimana proses pra produksi pada penentuan tema untuk tanggal 23 januari 2013 dilaksanakan ? Proses pra produksi diawali dengan penemuan ide dan menentukan tema dengan melakukan rapat redaksi dalam menentukan sebuah tema yang bakal kita bahas. 2. Dimana tempat pelaksanaan rapat redaksi untuk menentukan tema pada edisi 23 januari 2013? Rapat redaksi saat itu dilakukan di ruang manger current affairs 3. Apa yang mendasari sehingga dialog TVRI mengambil tema penanganan terorisme pada edisi 23 januari 2013 ? yang mendasari ialah aktualitas dimana program dialog dalam penentuan tema selalu mempertimbangkan aktualitas dari tema yang akan diangkat. Kalau soal terorisme karena pada saat itu belum lama terjadi penyergapan terorisme di wilayah bima NTB. 4. Siapa saja yang berperan dalam penentuan tema tersebut ? yang pasti yang berperan dalam penentuan tema tersebut ialah orangorang yang ikut dalam rapat redaksi. 5. Adakah pihak lain yang diluar currentaffair yang mempengaruhi dalam penentuan tema tersebut ? sesuai yang tadi saya bilang yang berperan dalam penentuan tema adalah orang- orang yang berpartisipasi dalam rapat redaksi jadi tidak ada campur tangan dari luar kecuali proyek kerjasama seperti sosialisasi program pemerintah. 6. Apa tujuan dialog TVRI mengangkat tema penanganan terorisme pada edisi 23 januari 2013 ? Yaitu lebih karena TVRI ingin menjalankan fungsinya sebagai sebuah media yaitu salah satunya memberikan informasi dan juga TVRI berharap dengan adanya pembahasan tema tersebut masyarakat dapat mampu menilai bagaimana bahayanya sebuah terorisme dan seperti apa penanganan dan konsekuensinya bagi pelaku terorisme. Dengan kata lain TVRI ingin berperan dalam membantu menghentaskan permasalahan terorisme. TVRI berharap informasi mengenai terorisme melalui program
dialog tersebut, masyarakat lebih berhati- hati dalam menerima hal- hal baru yang bersifat doktrin. Dengan kata lain Dalam edisi tersebut TVRI mencoba berperan dalam penanganan terorisme dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tema tersebut, sesuai fungsi dan peran dari media. 7. Apa yang mendasari anda memilih Wawan H Purwanto dan Susningtyas Kertopati sebagai narasumber pada saat tema tersebut? Itu karena mereka narasumber yang menurut kami lebih berkualits dan kompeten untuk membicarakan tema tersebut. 8. Mengapa dialog TVRI tidak mengundang narasumber dari BNPT dan mantan pelaku terorismenya langsung ? Sebenarnya saat itu kita sudah mengundang salah satu mantan terorisme namanya yaitu Natsir Abbas namun saat itu memberi kabar 30 menit sebelum acara dimulai beliau berhalangan hadir. Sebenanya sangat disayangkan karena sedikit mengurangi nilai informasi yang akan disampaikan. 9. Apa yang mendasari adanya program Dialog TVRI ? Yang menjadi dasar adanya dialog TVRI yaitu karena lebih kepada fungsi dan tugas dari current affairs 10. Apa visi dan misi program dialog TVRI? Memberikan tayangan atau tontonan yang lebih bernilai dan bermanfaat untuk pemirsanya dimana di indonesia ini masyarakat sangat membutuhkan informasi yang lengkap ditengah- tengah kesibukanya. 11. Sejak kapan program Dialog TVRI mulai tayang? Kalau ditanya sejak kapan saya tidak tau pasti tapi yang jelas program ini ada sejak current affair ada. 12. Seperti apa format acara Dialog TVRI? Format acaranya yaitu dialog interaktif yang dikemas serius tapi santai berdurasi satu ja, ada sekitar 4- 5 segmen yang didalamnya berbeda- beda yaitu menit awal opening perkenalan narasumber, pemutaran voxpop jika ada, wawancara narasumber kemudian interkasi penonton via televon kesimpulan closing. 13. Apakah alasan perubahan jam tayang dialog TVRI yang semula pagi hari menjadi siang bahkan malam hari?
Jam tayang dialog TVRI terkadang memang berubah tapi biasanya perubahan itu lebih karean adanya acara-acara menddadak yang bersifat kenegaraan seperti acara RI 1 atau RI 2. 14. Apakah ada segmentasi program Dialog TVRI, siapa sasaranya? Sasaranya masyarakat kelas bawah menengah atas artinya gini kalo kalian di kota sasaran atasnya biasanya kebijakan- kebijakan tertentu aja yg melihat TVRI, tapi masyarakat menengah kebawahnya tidak karena sukanya sinetron. Tapi klo kita masuk ke wilayah- wilayah indoneasia timur yg nota benya media swasta itu mereka terima sering diajak nah TVRI menjadi salah satu media yang salah satu sasaranya seperti itu yaitu daerah batasan daerah terprencil makanya moto kita mempersatukan persatuan itulah target sasaranya lebih kurangnya yaitu remaja dan dewasa dan masyarakat pada umumnya. 15. Seperti apa konten berita yang ada pada program Dialog TVRI? Untuk konten berita dialog TVRI biasanya mengangkat dari peristiwa yang aktual, dan untuk melihat berita tersebut kami bekerjasama dengan bagian news. 16. Bagaimanakah tahapan proses produksi dari pra hingga pasca produksi program Dialog TVRI? kalo berbicara prosesnya dari pra itu lebih pada persiapan, perencanaan dan juga memenentukan tema , lalu saat produksi setelah direncanakan dan persiapan beres tinggal mengapikasikan semua yang sudah direncanakan menjadi sebuah tayangan dialog, sedangkan pasca produksinya kalo dalam acara ini tidak ada karena acara dialog bersifat live, tapi pasca produksinya yaitu saat penayanganya saja. 17. Bagian apa saja yang terlibat dalam proses produksi program Dialog TVRI dari pra hingga pasca produksi? Kalo bagian apa saja ya banyak seperti dari teknik aja ada cameramen, soundmen dll, kemudian ada redaktur produser, PD, FD switcher dll. 18. Bagaimanakah aspek marketing dan rating pada program Dialog TVRI? Untuk aspek marketing kita lebih mensosialisasikan melalui iklan di TVRI dan juga melalui media sosial yang ada. Untuk ratingnya dialog TVRI cukup banyak peminatnya karena terlihat dari banyaknya penelfon yang masuk dan program dialog TVRI juga masuk dalam TOP program TVRI.
19. Sedikit pandangan tentang anda, menurut anda apa yang dimaksud terorisme dan seperti apa terorisme di Indonesia? Teror kan berarti memberikan semacam tekanan-tekanan, ancamanancaman artinya terorisme berarti merupakan tindakan-tindakan yang memberikan ancaman-ancaman, terorisme itu sendiri sebabnya yang dikaitkan dengan ancaman bom dimana, mungkin yang dimaksud seperti itu sebenarnya terorisme sendiri itu tidak seperti itu dan ini mungkin Cuma pandangan-pandangan yang sengaja oleh beberapa negara barat yang untuk menekan beberapa negara, sekali untuk alasan ekonomi kalo menurut saya, klo pandangan saya adalah masalah ekonomi mereka dengan ancaman-ancaman terorisme.
Wawancara Nama
: Sapto Wibowo
Jabatan
: Produser Pelaksana
Tanggal Wawancara : 6 Desember 2013 Tempat Wawancara : Halaman Masjid TVRI
1. Apakah tugas anda sebagai Produser pelaksana program Dialog TVRI ? Tugas sebagai dialog produser TVRI, ya sama kita kan kepanjangan tangan dari produser ya kita klo masalah produksi, kita terkait banyak masalah teknis kita dengan kawan-kawan teknis, masaslah programatis juga kita merangsang produksi itukan dari awal untuk dialog itukan dari ada Ping Pang sebelum ada komplotan acara dialog, nah setelah ada program dialog ini kan secara harus ada RAB segala macam. 2. Dengan siapa saja anda berkordinasi saat menjalankan tugas ? kemudian dengan siapa kita berkoordinasi; tentu saja dalam tugas dengan orang-orang teknik karena ini kan pekerjaan bersama bukan pekerjaan personal, jadi tentu siaran dengan orang-orang teknik koordinasi untuk menentukan narasumber harus ada koordinasi selain dengan produser kemudian dengan presenternya kemudian juga bagaimana kita menentukan narasumber itu sendiri jadi koordinasi kita tentu dengan atasan kita. 3. Darimana saja bahan berita program Dialog TVRI didapatkan ? Dari mana saja bahan berita program piala TVRI banyak kejadian aktual, itulah yang kita angkat jadi yang ada misalnya kejadian-kejadian mengandung konflik outinteres itulah yang kita angkat menjadi tema-tema dalam dialog kita.
4. Faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan dan penghambat dalam menjalankan program Dialog TVRI? Tentu saja tampilan, tampilan dilayar bagaimanapun orang melihat tampilan klo layarnya bagus mungkin ada grafis barang kali klo ada. Klo kita liat di dialog saya menggunakan window segala macam. Ya itu merupakan salah satu tiap-tiap kita untuk memberikan tampilan variatif dilayar kaca.
5. Ada berapa segmen dalam program Dialog TVRI? Fleksibel kadang-kadang ini tergantung, dari karena kita juga koordinasinya dengan limpa vektoral dari teknis juga ada misalnya dari perokok-perokok juga ada. Klo dari sini ketentuan biasanya dari penyusunan acara biasanya kalau acara sekitar 50 sampai 55 menit. Itu biasanya harus ada jeda 4 sampai 5. Tapi untuk dialog ini sendiri. Kan kita karena kadang-kadang ada tema menarik kemudian banyak narasumber menarik kemudian audience yang menonton juga bagus pertanyaan juga banyak kadang-kadang kalo satu jam bisa dibuat 3 segmen kadang-kadang 4 segmen jadi fleksibel. 6. Bagaimanakah cara memilih pemirsa yang ingin berkomentar, apakah ada kreteria khusus? Ini kita tetap sistim nya kan delay penelpon masuk dulu kita terima kita tanya dari mana, siapa . intinya sudah kita inikan tidak boleh melencengkan dari tema tapi kita tidak bisa memilih siapa-siapa karena mereka juga berebut untuk masuk juga, sudah inian mereka sendiri, mereka bisa masuk juga mereka sudah bersyukur . 7. Berapa biaya produksi program Dialog TVRI ? kalau patinya saya tidak tahu tapi kira- kira pasti cukuo besarlah sama seperti biaya produksi lainya. 8. Apa yang dilakukan agar program Dialog TVRI dapat menarik dan diminati pemirsa? Tampilan-tampilan dilayar itu harus variatif kemudian tema khususnya untuk hal-hal yang aktual, kemudian juga mengundang narasumber yang kompeten dengan apa yang kita bahas tema itu, saya pikir klo narasumber bagus paling tidak penonton juga akan tertarik dengan tema yang kita tampilkan saat itu. 9. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai produser pelaksana, menurut pandangan anda apa yang dimaksud dengan terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia? Teror kan berarti memberikan semacam tekanan-tekanan, ancamanancaman artinya terorisme berarti merupakan tindakan-tindakan yang memberikan ancaman-ancaman, terorisme itu sendiri sebabnya yang dikaitkan dengan ancaman bom dimana, mungkin yang dimaksud seperti itu sebenarnya terorisme sendiri itu tidak seperti itu dan ini mungkin Cuma pandangan-pandangan yang sengaja oleh beberapa negara barat yang untuk menekan beberapa negara, sekali untuk alasan ekonomi kalo
menurut saya, klo pandangan saya adalah masalah ekonomi mereka dengan ancaman-ancaman terorisme. 10. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di Indonesia? Saya pikir penanganan di indonesia ada densus 88 meskipun banyak orang pro kontra ada yang bilang itu settingan ada biaya amerika lah, dari luar lah, tapi saya pikir penanganan bagaimanapun kalau ada tindakantindakan yang membuat kestabilitas negara itu terganggu, ya pemerintah khususnya pihak keamanan seperti polisi memang harus bertindak.
Wawancara Nama
: Supomo
Jabatan
: Redaktur Program Dialog TVRI
Tanggal Wawancara : 18 Desember 2013 Tempat Wawancara : Ruang Current Affair
1. Apakah tugas anda sebagai Redaktur Program Dialog TVRI? Berkoordinasi mempersiapkan studio maupun yang berhubungan dengan dialog.
2. Dengan siapa saja anda berkordinasi saat menjalankan tugas ? menjalankan tugas ini bekerja sama dengan temen-temen teknik dan narasumber yang diundang.
3. Pada tahap apa saja seorang redaktur berperan dalam proses produksi dari pra hingga pasca produksi ? Redaktur mempersiapkan detail dari mempersiapkan narasumber sampai selesai produksi acara.
4. Sebagai redaktur factor apa saja yang menjadi penghambat dalam kelancaran proses produksi? Yang menjadi penghambat adalah mengundang narasumber yang harusnya jadi, setengah jam kemudian batal, itu yang sangat menyulit kan.
5. Sebagai redaktur factor apa saja yang menjadi pendukung dalam kelancaran proses produksi? Bekerjasama dengan para produser apa yang harus kita siapkan dan apa yang harus kita jalankan.
6. Pada saat tayang, Program Dialog TVRI didalamnya ada sebuah vitti atau foxpop Bagaimanakah proses pembuatan vitti atau voxpop tersebut dan apa tujuanya? Tidak semua dialog TVRI menggunakan vitti atau foxpop, jadi yang biasanya bersifat aktual dan bersifat memberikan penerangan kepada masyarakat itu baru disiapkan vitti atau foxpop. Tujuannya untuk memperjelas masyarakat apa sih yang ditayangkan saat ini.
7.
Pada saat tayang, Program Dialog TVRI didalamnya ada sebuah prolog Bagaimanakah proses pembuatan prolog tersebut dan apa tujuanya? Prolog sama dengan foxpop, proses pembuatannya harus mencari narasumber yang berpontensi dan visual-visual yang ditayangkan harus sama. Untuk membantu pemirsa dalam memahami tema yang dibicarakan. 8. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai redakturnya, menurut pandangan anda apa yang dimaksud dengasn terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia? Terorisme dinilai dari sisi pandang pribadi, semua orang bisa disebut terorisme. Kalau mereka menyimpang dari yang beda. Misalnya menghasut, mengajak itu sifatnya sudah tanda-tanda terorisme. Terorisme itu orang yang mengharapkan orang lain tersesat.Terorisme di indonesia hanya buatan, untuk menutup kasus yang sudah ada. 9. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di Indonesia? Terorisme itu diciptakan hanya sebagai pengalihan, dia bukan orang muslim sejati, memang mereka paham tentang al-quran, tentang hadist, tapi sebenarnya mereka bukan muslim. Mereka hanya ingin menguasai dan tidak mengerti makna yang sebenarnya.
Wawancara Nama
: Ansy Lema
Jabatan
: Presenter
Tanggal Wawancara : 5 Desember 2013 Tempat Wawancara : Lobby Gedung Perpustakaan TVRI
1. Sudah berapa lama anda menjadi Presenter program Dialog TVRI ? Sekitar tujuh tahun kurang lebihnya. 2. Apa yang menjadi alasan anda sehingga anda bersedia untuk menjadi presenter pada program Dialog TVRI? Saya beroperasi seorang guru atau dosen disebuah kampus, saya merasa selain menulis melalui media cetak dan lain-lain. Saya memberikan semangat pendidikan, terutama pendidikan politik itu dengan menggunakan media televisi, sehingga kemudia suatu ketika ada kesempatan saya mendaftar, melamar kemudian diseleksi menjadi host dialog TVRI, karena saya dengan TVRI saya bisa terlibat dalam proses diskursus publik, kalau ada diskursus publik masyarakat dapat pencerahan ada edukasi politik dan juga bagi para pengambil kebijakan mereka itu bisa dapat masukan dari masyarakat, bahwa inilah yang menjadi pertimbangan atau anspirasi masyarakyat. 3. Persiapan apa saja yang anda lakukan sebelum anda memandu
program Dialog TVRI? Riset dalam pengertian riset kecil misalkan tergantung tema, setelah diberikakan tema, mencari riset mandiri terutama mencari bahan-bahan, sumber-sumbernya dari mana. Kalau riset dirasa belum cukup, perlu menelpon beberapa orang untuk diajak diskusi, berbincang, mungkin bisa tambahan masukan untuk kita, sehingga kemudian ketika memandu dialog ini kita punya pengetahuan dasar tentang tema yang dibahas, persiapan terutama adalah baca, baca, dan baca. 4. Darimana anda mendapat pertanyaan untuk narasumber? Belajar sendiri, baground saya seorang aktivis tahun 90 an tepatnya 1998 , besar dikelompok studi jadi berdiskusi itu sudah hal yang biasa, kemudian bekerja di dunia kampus sebagai dosen membaca dan berdiskusi itu hal yang biasa sehari-hari saya lakukan itu jadi dengan talk show ini jadi pekerjaan saya sehari hari dan tidak menjadi suatu hal yang susah.
Artinya bekerja di televisi , dosen , dan baground saya sebagai aktivis dulu itu ada hubungan, karena saya bergerak intelektual akademis. 5. Apakah menurut anda durasi program Dialog TVRI yang berdurasi 1 jam ini sudah cocok, lalu apa saran anda? Sarannya menurut saya kalau durasi itu satu jam sih ngga oke pada prinsip nya untuk dialog 2 sampai 3 narasumber, tapi kalo mau variasi lagi ada hiburannya misalnya musiknya kita bisa buat satu setengah jam, tapi tergantung untuk menggali materi itu satu jam saja sudah cukup. Fungsi edukasi memberikan pendidikan, fungsi memberi informasi, fungsi entertain jadi sustansi tersampaikan tapi orang terhibur, ini merupakan PR besar bagi para pengelola acara-acara ini. 6. Apakah menurut anda jam tayang program Dialog TVRI saat ini sudah cocok, dan bagaimana saran anda? Untuk jam tayang sudah cukup, Saran saya harusnya dialog TVRI ini, kalau mengangkat tema-tema yang aktual mungkin di prime time sehingga banyak yang menonton. Kalau bisa lebih malam agar orang bisa sudah sampai rumah dan bisa menonton karena masalah – masalah itu merupakan aktual. Usul saya lagi tambahan untuk penyempurnaan program-program. Yang pertama narasumber 24 karat maksudnya narasumber yang kompeten dibidangnya, dia mengetahui detail misalnya masalah politik. Ada banyak ahli politik kita bisa bicara politik parlemen, politik partai politik, politik media, politik buruh itu beda – beda artinya ekonomi pedagangan, ekonomi ekspor impor, ekonomi moneter, ekonomi UMKM itu beda lagi, kita bisa mengundang narasumber yang baik. 7. Menurut anda sudah cocok kah format program Dialog TVRI dengan segmentasi yang diinginkan? Memang kalo pemirsa TVRI itu segmentasinya sangat beragam acaraacara TVRI itu mulai dari anak-anak sampai orang dewasa ada, tapi kalau dari program ini saya kira memang segmentasinya rada terbatas,karena tema yang dibahas cukup serius. Artinya yang disasar adalah orang-orang yang punya otoritas mengambil kebijakan disisianmeter. Yang kedua para penyelenggara negara disisianmeter, yang ketiga mungkin pihak-pihak terkait seperti LSM, pekalangan pers, atau mungkin dunia akademisi, dan lain-lain. Atau mungkin juga mereka yang terkena langsung dari tema yang dibahas, kira- kira seperti itu. 8. Dalam acara ini ada bentuk live (siaran langsung) dan siaran tunda,
menurut anda mana yang lebih cocok dan apa alasannya? Kalau mau lebih bagus live, karena live itu kan dari sisi aktualitasnya terjamah, terjaga, yang kedua live itu bisa membuka interaksi dengan pemirsa kita bisa
langsung mendengar apa yang terjadi masukan dari pemirsa. Jadi dari kedua sisi itu aja.
9. Ketika audience atau pemirsa mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan tema/terlalu banyak bicara, apa yang anda lakukan sebagai presenter? Harus dipotong, durasinya terbatas, tapi memang harus tidak mudah sebagai presenter untuk menyela pembicaraan orang karena itu harus mempunyai keahlian tertentu punya tehnik smooth ,sehingga orang tidak tersinggung dan tidak terkesan tidak bagus dilayar, harus masuk selanya itu harus enak dan itu soal yang terbaru.
10. Bagaimana menurut anda kinerja para crew dalam program ini? Sejauh ini standar tinggal nanti mungkin pembenahan lagi , kalau bisa mungkin akan ada diskusi atau memilih tema dan juga memilih narasumber, sehingga kemudian kita tahu kenapa kita memilih tema ini, dan narasumber apa yang kita pilih, siapa yang kita pilih dan dan kira – kira arahnya dimana. 11. Apakah ada factor pendukung dan penghambat selama anda menjadi presenter? Sejauh ini standar tinggal nanti mungkin pembenahan lagi , kalau bisa mungkin akan ada diskusi atau memilih tema dan juga memilih narasumber, sehingga kemudian kita tahu kenapa kita memilih tema ini, dan narasumber apa yang kita pilih, siapa yang kita pilih dan dan kira – kira arahnya dimana.
12. Menurut anda apa yang harus dilakukan agar program program Dialog TVRI semakin menarik dan diminati banyak penonton? Program TVRI ini perlu menampilkan narasumber yang bersustansi, ini bukan hanya talk tapi juga show. Jadi narasumber juga harus bisa show, jadi sustansinya oke tapi juga ada sisi-sisi hiburannya. Yang kedua adalah jam tayang, jam tayang ini penting sesuai dengan segmentasi, yang ketiga adalah tema yang benar-benar aktual. Tapi yang utama TVRI sebagai televisi publik tetap harus berpegang kepada upaya pencerdasan masyarakat dan edukasi. Tidak boleh karena kepentingan rating, tidak boleh karena kepentingan sensasi, kemudian mengorbankan idealisme TVRI. 13. Bagaimana kesan anda selama menjadi presenter pada program Dialog TVRI? Saya suka, artinya TVRI memberikan banyak ruang cukup besar untuk bisa belajar, untuk aktualisasikan diri saya, TVRI banyak memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri, misalnya dengan belajar, dengan membaca, mempersiapkan diri untuk memandu suatu dialog, kemudian memberikan kesempatan kepada saya untuk berkenalan dengan narasumber. 14. Pada edisi 23 januari 2013 program Dialog TVRI mengangkat tema tentang Penanganan Terorisme di Indonesia dan anda sebagai presenternya, menurut pandangan anda apa yang dimaksud dengasn terorisme itu dan bagaimana terorisme di Indonesia? Yang dimaksud dengan terorisme adalah sebuah aksi kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok orang atau masyarakat atau individu yang tujuan nya menimbulkan ketakutan atau menimbulkan traumatik tapi dibalik aksi teroris itu ada motif politik. Terorisme adalah aksi kekerasan, motif politik, upaya menimpulkan perasaan sikap traumatik. Terorisme di indonesia seperti yang kita lihat, ada jaringan yang macam-macam, walaupun tidak ada satu agama pun yang menganjurkan kekerasan, tetapi terorisme di indonesia itu kerap kali dan dibanyak tempat membawa-bawa agama, walaupun sebenarnya tidak ada agama , kalau dia beragama dengan benar & beriman tentu yang mereka lakukan adalah mereka propagandakan atau mereka promosikan adalah kasih, persaudaraan, perdamaian kemanusiaan yang sifatnya melintas batas, sementara teroris menebar ancaman, permusuhan, ketakutan, kekerasan, perpecahan. Harus dimulai dari mainseat, orang bisa berlaku anarkis karena dia mempunyai pola pikir tertentu, bahkan dia berfikir kalau berbuat kekerasan akan masuk surga. Jadi menurut saya adalah mainseat, karena banyak kasus otaknya dicuci sehingga mereka terpengaruh dengan buaianbuaian , yang kedua banyak yang dekat dengan kemiskinan struktural, ada yang mengatakan teroris merupakan protes terhadap ketidakadilan sosial maupun global. 15. Bagaimana pandangan anda mengenai penanganan terorisme di Indonesia? Penanganan itu ada dua pendekatan, yang pertama adalah prospority aprous pendekatan kesejahteraan, yang kedua security aprous kalau memang teroris sudah membahayakan harus disikat kenapa enggak, karena negara tidak boleh kalah dengan teroris.
Wawancara Nama
: Erwin Aryanantha
Jabatan
: Direktur Pengembangan dan Usaha
Tanggal Wawancara : 21 Januari 2014
1. Menurut pandangan Bapak seperti apa kualitas Program di TVRI dari sejak penayangan hingga saat ini? Baik buruknya kualitas program di TVRI tidak bisa ditentukan sepihak secara internal. keinginan yang begitu kuat untuk membuat program yang dianggap berkualitas dan menghibur dihadapkan pada beberapa dilematika pertimbangan anggaran dan pertimbangan kelayakan penayangan mengingat TVRI sbg LPP, Lembaga Penyiaran Publik, tidak bisa sepenuhnya mengikuti keinginan pasar. TVRI sesuai dengan tupoksinya (Tugas Pokok dan Fungsinya) salah satu tugasnya adalah mengawal peradaban bangsa dan merajut kesetaraan ditengah kemajemukan yang juga dituntut memberikan program mencerdaskan bangsa dengan program2 sosialisasi Pemerintah. dengan demikian dapat dibayangkan program sosialisasi seperti itu menjadi tak layak jual yang dengan sendirinya program seperti itu harus dibiayai denhan dana internal yang sangat terbatas. Konsekwensi logis dr keterbatasan anggaran mengakibatkan buruknya hasil produksi yang pasti memberikan efek domino terhadap audience share. Perlahan tapi pasti bahwa audience share sedikit demi sedikit berpindah pada TV Swasta yang mampu mengemas hampir seluruh programnya dengan format kekinian dan mengikuti keinginan pasar. Saat TVRI sedang sendiri masyarakat tidak memiliki pilihan jadi kesimpulan akhir yang dapat ditarik adalah bahwa memang TVRI tidak mampu mengikuti perkembangan jaman dan pergeseran nilai sosial masyarakat hari ini. 2. Apa saja tugas dan tanggung jawab divisi Pengembangan dan Usaha? Tugas utamanya men-generata revenue dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan. Tidak seluruh kegiatan mulai dari biaya pemeliharaan gedung, pemeliharaan peralatan hingga kesejahteraan karyawan ditanggung oleh APBN. Dengan demikian PU mengedepankan pendapatan sebagai perimbangan APBN. Begitu banyak keperluan capex (capital expenditure) dan opex (operating expences) yang dibebankan masuk dalam penerimaan Non APBN dengan demikian PU harus mampu menciptakan peluang kerjasama dengan pihak ketiga. Penerimaan Non APBN terdiri dari dua revenue stream yang berbeda. Penerimaan pertama didapat dari captive
market TVRI seperti kementrian dan Lembaga Negara lainnya namun pendapatan dari captive market tidak bisa diharapkan terlalu banyak karena masing2 kementrian dan lembaga negara juga memiliki keterbatasan anggaran. Namun justru potensi terbesar datang dari pihak ketiga. Secara empirik pendapatan Non APBN mengalami kenaikan setiap tahunnya terutama lonjakan pendapatan terjadi pada tahun 2012 dan 2013. 3. TVRI saat ini yang saya ketahui telah mengalami perkembangan dalam kualitas program, baik format maupun kontenya. Hal apa saja yang dilakukan oleh divisi Pengembangan dan Usaha dalam proses perkembangan yang terjadi saat ini? Seperti pada butir 1 dan 2 diatas bahwa PU yang membuka peluang kerjasama dengan pihak ketiga. PU melakukan road show keseluruh agency dan PH untuk mendengar apa keinginan produsen agar content program dapat disesuaikan dengan keinginan pasar dan produsen. Dengan dasar itu PU melakukan diskusi secara mendalam denhan production centre agar mampu membuat mampu membuat program dengan content yang diinginkan masyarakat. Namun dengan keterbatasan dana dan dengan dukungan peralatan yang sudah sangat obsolete TVRI tidak cukup memiliki kekuatan yang memadai untuk memproduksi program dengan format kekinian agar mampu bersaing dengan pihak swasta. Hal yang sangat menyulitkan ruang gerak TVRI dibatasi oleh UU 32 atas. UU penyiaran memang berlaku umum terhadap TV swasta sekalipun namun taring KPI terkesan tumpul saat menghadapi TV Swasta yang dianggap melanggar UU penyiaran, seperti menayangkan infotainment yang jelas2 tidak memiliki unsur edukasi namun sampai saat ini program dimaksud masih terus menerus menghiasi layar kaca. Sementara program seperti ini memiliki rating yang tinggi. Dapat dibayangkan bila TVRI menanyangkan hal serupa, TVRI wajib bersikap independen, netral dan imparsial. 4. Apa perbedaan TVRI sebagai Televisi Publik dengan Televisi Swasta yang banyak bermunculan saat ini dalam proses produksinya? Faktor yang jelas sangat berbeda adalah dari formasi SDM. Bayangkan TVRI yang menganut azas primordialisme dan fedalisme yang terbungkas dalam pakaian birokrasi harus bersaing dengan orang2 muda dinamis yang sedang bertumbuh kembang. Design produksi terkait erat dengan creativitas yang kita ketahui bersama bahwa untuk dunia kreatif sky is the limit. Lalu bagaimana dengan SDM tvri khusunya dalam bidang produksi mampu bersaing bila jabatan bukan disesuaikan dengan kompetensi melainkan berdasarkan azas senioritas. Ini yang dimaksud dengan azas feodalisme dengan pakaian birokrasi. Dalam birokrasi komunikasi yang
dibangun bukan dua arah melainkan azas top down communication. Dapat dibayangkan bagaimana jadinya bila seseorang yang duduk sebagai birokrat harus bersaing dengan para pendatang muda yang dinamis dimsektor swasta. 5. Bagaimana dengan posisi Rating TVRI apakah ada peningkatan? Saat Direksi terpilih dibulan April 2012 rating yang dikeluarkan oleh AGB Nielsen Media Research rating TVRI 0,6 dan saat Direksi mengundurkan diri pada bulan oktober 2013 rating yang dicapai menjadi 1,6. Silahkan jadikan sebagai data empiris untuk bulan2 kedepan yang dikhawatirkan akan turun kembali. 6. Menurut anda hal apa yang harus dilakukan oleh TVRI untuk menjaga eksistensinya atau menarik minat penontonya agar tetap setia kepada TVRI? MDari hasil kajian akademik dapat disimpulkan bahwa kesalahan adalah karena bentuk kelembagaan TVRI yang membuat SDM dapat melindungi inkomotensinya dari bentuk kelembagaan itu sendiri. Seorang karyawan yang tidak masuk kerja sampai hitungan bulanpun tetap mendapat gaji penuh tanpa dapat diberikan sanksi apapun mengingat PNS tidak serta mertamdapat diberhentikan atau diberikan sanksi. Untuk itu bila memang ada keinginan yang kuatuntuk memperbaiki TVRI bukan dengan secara sederhana bongkar pasang level direksi dan atau dewan pengawas atau sturktural dibawahnya namun bentuk kelembagaannya yang harus diubah agar tidak akan terjadi lagi seseorang menyembunyikan inkompetensinya dengan selalu melakukan perlawanan atau pemberontakan pada kebijakan top management karena keyakinan dirinya yang kebal akan sanksi. Industri TV adalah masuk pada kategori industri extravaganca yang tidak bisa disandingkan dengancara2 birokrasi. Dengan kata lain tidak mungkin industri pertelevisian dapat berkembang bila masuk dalam wilayah politik. TVRI sbg lembaga negara juga terbawa arys masuk dalam ranah politik yang seringkali masalah yang tidak terlalu mengemuka dapat dipolitisir. 7. Akhir-akhir ini terjadi permasalahan penayangan konvensi partai Demokrat, bagaimana bapak menjelaskanya? Terlalu naif kalau ini harus dijawab secara harafiah karena semua pihak sulit menerima akal sehat industri televisi harus dipolitisir. Akhirnya selalu terjawab dengan siapa yang paling kuat. Ini salah satu sebab mengapa TVRI merupakan sunset business. Sampai sekarang TVRI tetap bisa hidup bukan karena kepiawaiannya dalam bersaing secara sehat dalam
industrinya namun hanya karena dukungan APBN. Apa yang terjadi kemudian adalah TVRI dalam banyak kesempatan harus mengukuti keinginan penyandang dana.
Logo Program Dialog TVRI
GambarSuasana Studio 6 Saat Pra Produksi
Suasana Saat Berlangsungnya Dialog TVRI Bersama Kedua Narasumber.
Gambar saat Penayangan Program Dialog Pada Tema Penanganan Terorisme
Suasana di ruang control saat berlangsungnya
PembawaAcaraBapakAnsyLemasaatmembuka
Program Dialog pada 23 Januari 2013
Program Dialog pada 23 Januari 2013
Narasumber I ibu Susningtyas Komisi I DPR RI
Narasumber II Bapak Wawan H Purwanto Pengamat Intelejen
Saat membuka telepon interaktif untuk Pemirsa
foto saat wawancara bersama pak Suryo
foto saat wawancara bersama pak Sapto
foto penulis bersama presenter dialog TVRI