1
PENGKAYAAN UNSUR BUDAYA DALAM PROSES PRODUKSI PROGRAM DIALOG “OBROLAN BUDAYA” TVRI Wendrie Budianto Marketing Communication, School of Economic and Communication, Binus University. Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480. Telp. (021) 534 5830,
[email protected] ( Wendrie Budianto, Rahmat Edi Irawan, S.Pd, M.IKom )
ABSTRACT THE PURPOSE OF THIS RESEARCH is to understand pre-prodction, production, and post production process in dialog program “Obrolan Budaya”, understand culture element in production process embedded in program “Obrolan Budaya” TVRI and understand the S.W.O.T in dialog program “Obrola Budaya” TVRI. THE METHOD for this research is using qualitative method through a collecting data technique that is obtained by thoroughly interviewing the interviewees of “Obrolan Budaya” team production, attriving organazation data, and live observating in program production “Obrolan Budaya”, THE ACHIEVED DATA ANALYSIS is “Obrolan Budaya” process production program which is consist of pre- production, production, post-production, then analyzing culture element that is embed in appointed theme as ducussing “Obrolan Budaya” dialog program, and analyzing “Obrolan Budaya” program based on the strength from the program that make culture as program concept, weakeness that is found in the host of the program that is not a presenter, the chances of culture in dialog program, and the threat which came from other media that presenting impressions of other culture. THE CONCLUSION OF THIS RESEARCH is process production “Obrolan Budaya” step passes, and lack of culture elemnt in production and program analysis constituted by S.W.O.T analysis from observation result during research. Keyword : Obrolan Budaya, Process Production, Culture Element, TVRI
ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN, ialah mengetahui proses pra-produksi, produksi, dan paska produksi program dialog “Obrolan Budaya”, mengetahui unsur kebudayaan dalam proses produksi yang ditanamkan dalam program “Obrolan Budaya” TVRI dan mengetahui S.W.O.T dalam program dialog “Obrolan Budaya” TVRI. METODE PENELITIAN dilakukan dengan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan wawancara yang mendalam dengan narasumber yang merupakan tim produksi “Obrolan Budaya”, mencari data internal perusahaan, dan observasi langsung dalam produksi program “Obrolan Budaya”. ANALISIS HASIL YANG DICAPAI adalah proses produksi program “Obrolan Budaya” yang terdiri dari pra produksi, produksi, paska produksi, kemudian menganalisa unsur kebudayaan yang ditanamkan dalam tema-tema yang diangkat sebagai pembahasan program dialog “Obrolan Budaya”, dan menganalisis program “Obrolan Budaya” berdasarkan kekuatan dari program yang menjadikan budaya sebagai konsep program, kelemahan yang terdapat dari pembawa acara yang bukan seorang presenter, peluang dari budaya yang menjadi program dialog, dan acaman yang berasal dari media lain yang menghadirkan tayangan-tayangan budaya luar. SIMPULAN penelitian ini adalah berjalannya tahapan proses produksi Obrolan budaya, serta kurangnya unsur budaya dalam produksi dan analisis program didasari oleh analisis S.W.O.T dari hasil observasi selama dilakukannya penelitian. (WB) Kata Kunci : dialog Obrolan Budaya, proses produksi, unsur kebudayaan, TVRI
2
PENDAHULUAN Pada masa ini perkembangan teknologi komunikasi telah berkembang sehingga membuat sebuah informasi bertumbuh pesat, hal ini membuat kebutuhan setiap individu terhadap informasi semakin bertambah. Media penyiaran televisi merupakan salah satu alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi. Pengaruh budaya yang terjadi dapat mempengaruhi sikap keseharian dari masyarakat Indonesia yang menjadi kebiasaan tersendiri seperti hilangnya budaya malu, yang pada akhirnya dapat menciptakan sesorang untuk tidak malu melakukan hal buruk seperti tidak mau mengantri yang secara tidak langsung mengajarkan seseorang bersikap tidak menghargai hak orang lain yang pada akhirnya dapat tertanam dan membuat orang berani mengambil hak orang lain serperti korupsi, dan banyak hal – hal kecil yang menjadi kebudayaan bangsa ini yang mempengaruhi sikap dan perilaku, Clifford Geertz mengatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan. (Abdullah, 2006) Melihat fenomena budaya yang terjadi di Indonesia, TVRI sebagai televisi publik yang mengutamakan kepentingan bangsa memproduksi sebuah program dialog baru yang bernama “Obrolan Budaya” yang ditayangkan perdana pada tanggal 5 maret 2015 setiap kamis pukul 20:00 – 21:00. Dialog “Obrolan Budaya” menggantikan program dialog sebelumnya “Dialog TVRI” dengan tujuan agar program dialog yang disajikan dalam “Dialog TVRI” sebelumnya yang mengikuti isu – isu dan kejadian yang aktual menjadi lebih terfokus dengan tema yang sudah di tetapkan sesuai program setiap harinya. Program dialog “Obrolan Budaya” merupakan program dialog yang berisi perbincangan dan prolog yang berisi segala yang berhubungan dengan kebudayaan yang terjadi di Indonesia. Program dialog “Obrolan Budaya” merupakan program baru dengan tujuan memperkenalkan beragam budaya yang ada di Indonesia, memperkenalkan fenomena perkembangan budaya baru yang saat ini menjadi trend di Indonesia, memberikan informasi dan mengedukasi khalayak mengenai ragam budaya di Indonesia. Konsep program acara ini memperbincangkan tentang fenomena perkembangan budaya yang ada di Indonesia, acara ini menghadirkan budayawan serta pelaku budaya yang akan mengupas seputar tema yang diangkat, dan adanya peformance dari narasumber, peformance dari narasumber ini bersifat tentatif atau belum pasti narasumber melakukan peformance. Keunggulan atau keunikan sendiri dapat dilihat program ini dibentuk untuk kepentingan informasi yang bersifat edukasi, menghadirkan budayawan untuk membahas permasalahan – permasalahan, berbeda dengan program talkshow atau dialog yang dihadirkan sebelumnya di TVRI, dan berbeda dengan yang disajikan televisi swasta, karena “Obrolan Budaya” berfokus dan mengutamakan pentingnya menginformasikan budaya, dengan tayangan ini dapat mengingatkan kembali bagaimana pentingnya nilai – nilai kebudayaan di masyarakat. Dalam hal ini sebagai program dialog baru yang menjadikan budaya sebagai konsep utama, maka bagaimana sebuah nilai kebudayaan yang ditanamkan dan disajikan dalam program dialog
3
“Obrolan Budaya” sangat menarik untuk diperhatikan dimulai dari proses pra – produksi, produksi, dan post – produksi, bagaimana program ini mengangkat suatu nilai kebudayaan sangat dipengaruhi dimulai dari tahap perencanaan sampai ditayangkan kepada audience, agar program dialog “Obrolan Budaya” dapat mejadi program dialog yang informatif dapat melestarikan jati diri bangsa. Kajian Pustaka Dalam penelitian ini digunakan Jurnal lokal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Volume 16 nomor 1, juni 2014 karya Maisaratun Najmi mengenai “Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya” dalam jurnal ini dijelaskan produksi televisi komunitas Grabag TV dalam siaranan utama dalam program seni dan budaya, dan menunjukkan bahwa televisi komunitas di Grabag TV dapat bertahan dan eksis karena dukungan penuh dari masyarakat. Jurnal lokal ilmu komunikasi, 2013, 1 (4): 340-352 karya Dina Febriyana mengenai “Proses Produksi Program Talkshow “Redaksi 8” Pada Televisi Lokal Tepian TV Samarinda”. Jurnal Komunikologi Volume11 Nomor 1, Maret 2014 “Strategi Penyajian Program Pendidikan di Televisi Edukasi” karya Herry Kuswita dan 2 jurnal internasional Journal of tion AnalysisThi-Qar University number 2 Vol.6 (2011) “TV Talk Show as Institutional Talk: Topicalization Analysis dan Jurnal Canadian Journal of Communication, Vol 34 (2009) 41-59 “Reality TV Format: The Case of Canadian Idol” karya Doris Baltruschat.
METODE PENELITIAN Penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan temuan-temuan yang tidak diperoleh alat-alat prosedur statistik atau alat-alat kuantitatif lainnya (Ahmadi, 2014). Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepetasi yang tepat. Penelitian deskriptif memepelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandanganpandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir 2006). Metode penelitian deskriptif sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Karena dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah menjabarkannya secara menyeluruh masalah yang ingin peneliti ketahui dari proses produksi, pengkayaan budaya dalam program Obrolan Budaya dari episode 30 april 2015 dengan tema “membangkitkan ke-arifan lokal melalui seni pertunjukan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
HASIL DAN BAHASAN
4
Pra Produksi Untuk menghasilkan ide digunakan brainstorming dan clustering, dalam Obrolan Budaya clusering merupakan cara yang biasa dilakukan untuk menemukan ide-ide, karena budaya merupakan fenomena yang terjadi dimasyarakat, sehingga harus melihat apa yang sedang berlangsung dimasyarakat, dan menghubungkan budaya-budaya leluhur dengan pergeseran budaya akibat masuknya budaya asing. Ide-ide program Obrolan Budaya berfokus pada fenomena-fenomena dapat juga dikaitkan dengan kesenian-kesenian seperti beberapa tema yang pernah diangkat mengenai kesenian, selain budaya lama tema juga dapat budaya baru, dalam episode 26 maret 2015 dengan tema “Fenomena ‘Meme’ di Jejaring Sosial”, sehingga pencarian ide mengenai fenomena-fenomena budaya sangatlah luas. Tim produksi dalam menentukan tema saling memberi pendapat ide-ide tema masingmasing, dikumpulkan dan dipilih produser yang paling menarik untuk diangkat menjadi tema pembahasan. Dalam pencarian ide Obrolan Budaya masih dapat menjaga konten dalam fenomenafenomena budaya sesuai dengan tujuan program ini. Tema yang diperoleh tim produksi memulai untuk pembuatan naskah prolog dan VT, dalam pembuatan naskah yang menjadi job desk Rifni Arifa, pembuatan prolog berjalan dengan baik, dan tidak lepas dari pemantauan produser. Sedangkan VT video yang digunakan untuk prolog dibuat oleh Zainul Mutakin dengan mencari tayangan-tayangan budaya ada di TVRI atau mengambil liputan sendiri, sama dengan melakukan voxpop untuk mendapat pendapat masyarakat. Proses pembuatan prolog dan VT akan dimasukkan kedalam segmen saat live. Host Obrolan Budaya adalah dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, host tidak memiliki latar belakang presenter, dengan ini redaktur harus menyampaikan tema kepada host dan cohost untuk dipelajari, kerena host memiliki latar belakang dekan ilmu budaya beliau dapat cepat beradaptasi dengan tema-tema yang diangkat, dan beliau pun dapat memberi saran tema yang akan diangkat dan saran narasumber yang sesuai dengan tema pembahasan kepada tim produksi. Program talk show atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host).Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atua mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas. (Morissan, 2010) Dengan itu narasumber menjadi penentu dalam tema yang akan diangkat sebagai hasil yang diinginkan, dalam pencarian narasumber ini tim produksi juga melibatkan pendapat host
yang
memiliki latar belakang dekan ilmu budaya dan mengenal orang-orang yang menguasai bidang budaya, dan tim produksi tidak menutup ide dari tim produksi program dialog lain, seperti saran yang diberikan bapak Damas B. Mulyono selaku produser pelaksana program Berani Bersih yang menyarankan Aditya Gumay sebagai narasumber pada 30 april 2015 dengan tema “membangkitkan ke-arifan lokal melalui seni pertunjukkan”. Selain narasumber yang membahas tema, selalu dihadirkan budayawan seperti Arswendo Atmowiloto untuk memberikan pandangan secara budaya.
5
Dalam perencanaan ini tim produksi melakukan rapat, namun peniliti tidak melihat berunding secara langsung namun melalui media WhatsApp untuk berunding dalam 1 minggu sebelum program di produksi, dan terkadang redaktur membahas mengenai tema pada saat bertemu tanpa adanya rencana untuk rapat. Namun sejauh ini masih dapat terjaga dengan baik dari segi tema program dan tayangan-tayangan VT. Lokasi syuting program Obrolan Budaya berlangsung di lobi GPO TVRI, lobi tersebut merupakan lobi untuk absensi pekerja di TVRI, lokasi ini dipilih karena pada awal penayangan studio 7 masih dalam renovasi, selama 2 minggu pertama syuting live berlangsung di lobi GPO, dan dipindahkan ke studio 7, seluruh program dialog TVRI dipindahkan ke studio 7, namun studio 7 menghasilkan gambar yang tidak sebagus lobi GPO, dari segi pencahayaan studio tidak mampu memberikan kualitas baik, sehingga menjadi banyak evaluasi dalam on-air looking dan menjadi keputusan untuk dipindahkan kembali ke lobi GPO. Perpindahan ini menyebabkan berubahnya dekorasi, sehingga dalam penggunaan properti seperti sofa dipinjam dari program TVRI lain, namun menjadi permasalahan karena sofa tersebut seperti identitas dari program itu, sehingga tim produksi Obrolan Budaya harus mencari sofa sendiri, dan dalam pendekorasian peneliti melihat kinerja Zainul Mutakin dalam menata agar menghindari kesamaan dalam program dialog lain dari segi sofa, tanaman hias dan warna pencahayaan. Perpindahan ini juga berdampak kepada audience yang 2 minggu pertama selalu didatangkan, setelah pindah ke studio 7 penggunaan penonton dihilangkan. Pendapat redaktur menyatakan program ini ringan sehingga tidak apa jika tanpa audience, namun berbeda dengan tanggapan produser yang menyatakan adanya kendala biaya dari TVRI sehingga penggunaan audience dihilangkan sampai adanya revisi biaya produksi. Penggunaan audience dalam Obrolan Budaya membuat tampilan terlihat megah, dan juga adanya respon dari kalangan mahasiswa dalam menanggapi tema-tema yang diangkat. Setelah penentuan tema, pembuatan prolog, VT, penentuan narasumber, sebelum tim produksi selalu melakukan pengecekan baik dalam tema dan prolog, dan yang terpenting untuk menghubungi narasumber hanya untuk mengingatkan, karena bila narasumber tidak hadir atau terlambat itu akan berdampak, namun sejauh ini tim produksi Obrolan Budaya dapat mengatur baik dari pengecekan kembali sebelum produksi dan memastikan narasumber. Tim produksi membuat Rundown pada saat siang hari saat akan dilakukannya live, rundown ditujukan sebagai acuan saat berlangsungnya produksi program “Obrolan Budaya”, mengatur alur dialog antara host dengan co-host, host dengan narasumber, narasumber dengan narasumber, waktu budayawan untuk menanggapi perbincangan. Rundown terbagi dalam empat segmen sesuai dengan segmen “Obrolan Budaya”. Segmen pertama merupakan opening dengan menampilkan tune dan opening yang di lakukan co-host untuk memperkenalkan tema, host tidak melakukan opening dikarenakan latarbelakang host yang bukan seorang pembawa acara, setelah opening tema ditampilkan prolog, dan adanya chit-cha yang dimaksud adalah melakukan obrolan ringan seperti pengenalan narasumber.
6
Segemen kedua difokuskan terhadap dialog atau perbincangan yang sesuai dengan tema, begitu juga dengan segmen tiga, difokuskan untuk membahas tema yang diangkat. Segmen ke-empat, dalam segmen ini narasumber dminta untuk memberikan clossing statement seputar pembahasan tema. Adanya performance tentatif dari narasumber, namun sejauh peneliti melakukan observasi, performance dilakukan dalam segmen pertama sebagai pembuka acara, seperti pada 30 april 2015 dalam tema “membangkitkan ke-arifan lokal melalui seni pertunjukan” yang mengundang Aditya Gumay dan Sanggar Ananda untuk tampil membawakan sebuah tarian. Adanya publicity dan promosi Program “Obrolan Budaya” yang dilakukan tim promosi TVRI untuk menampilkan program “Obrolan Budaya”, dengan menyisipkan iklan program pada jam tayang setiap hari kamis siang. Selain melalui iklan yang di siarkan di TVRI, ada juga publisitas yang dilakukan melalui majalah Monitor TVRI untuk mempromosikan program “Obrolan Budaya”
Produksi Produksi Obrolan Budaya dilakukan secara live sehingga tidak bisa dalam menghindari kesalahan saat produksi, peneliti dalam observasi melihat datangnya penata kamera 10 menit sebelum produksi dimulai, kamera disusun sesuai letaknya masing-masing namun tidak dilakukan pengaturan, sehingga terkadang saat produksi berlangsung terlihat kamera yang goyang, kamera yang masih seperti mencari fokus gambar yang cocok, kamera yang berpindah-pindah untuk mencari angle. Begitu juga dalam ruang control room pada episode 30 april 2015 dengan tema “membangkitkan kearifan lokal melalui seni pertunjukkan” yang menghadirkan Aditya Gumay, menampilkan tarian dari sangar Ananda namun sepanjang itu suara musik terlalu kasar sehingga menghasilkan noise, dan pembicaraan yang tidak sesuai rundown membuat sedikit kesalahan dengan masuknya bumper untuk break, walau hal itu dapat diatasi dengan baik namun seharusnya hal itu bisa dihindari bahkan tidak terjadi dalam produksi live Obrolan Budaya.
Pasca Produksi Obrolan Budaya dalam hal ini adalah program live, sehinnga tidak ada proses editing sebelum ditayangkan, proses editing hanya digunakan dalam pembuatan VT atau video voxpop. Paska produksi Obrolan Budaya ditekankan dalam evaluasi setelah live yang diberikan tim pengawas dari pemberitaan TVRI. Evaluasi yang selama ini menjadi bahan untuk perbaikan terletak dalam produksi, dari segi on-air looking, dekorasi tempat duduk narasumber dan host, sejauh ini untuk konten masih sesuai dengan perencanaan Obrolan Budaya. Dan adanya bagian IT TVRI yang selalu melakukan record keepin sebagai copy tayang untuk narasumber atau produser yang meminta tayangan tersebut.
Unsur Budaya
Penampilan co-host yang selalu formal tidak sesuai dengan Obrolan Budaya yang membahas budaya, tidak perlu dengan mengenakan baju adat atau daerah
7
karena tidak setiap tema yang diangkat mengenai kesenian, seperti mengenakan batik atau yang memiliki motif yang menunjukkan khas Indonesia seperti host. Dengan penampilan baik dari host, co-host, dan narasumber dapat memperkenalkan atau menunjukkan sisi kebudayaan secara tidak langsung kepada penonton atau masyarakat Indonesia. Host yang berlatarbelakang dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya juga membuat tema yang dibawakan dapat disampaikan secara jelas kepada masyarakat yang tidak memahami, dan selalu ada budayawan untuk membandingkan dari sudut pandang ahli, sehingga dari peran host membuat penonton dapat memahami budaya. Narasumber sangat berperan penting dalam “Obrolan Budaya” karena pembahasan budaya membutuhkan narasumber yang menguasai bidangnya, dalam tema 30 april 2015 “membangkitkan kearifan lokal melalui seni pertunjukan” mengundang tiga narasumber yaitu Aditya Gumay, Lily Tjahyari, dan Arswendo Atmowiloto. Dipilihnya Aditya Gumay hadir sebagai narasumber dikarenakan latarbelakang Aditya Gumay sebagai seniman dengan Sanggar Ananda yang didirikannya menampilkan seni pertunjukkan budaya Indonesia, terlebih senggar ananda yang sempat melakukan performance tarian “Padang Kreasi”, dan tarian ini sempat dipersembahkan secara internasional di Eropa di empat negara dna sembilan kota selama 27 hari, sehingga sesuai dengan topik dialog yang membahas seni pertunjukkan. Lily Tjahyari hadir sebagai narasumber dengan latarbelakang akademisi pengetahuan budaya dan seorang penggiat budaya, dan Arswendo Atmowilto sebagai seorang budayawan yang dihadirkan untuk menanggapai tema yang membahas ke-arifan lokal dalam seni pertunjukkan. Pada 30 april 2015 mengangkat tema “membangkitkan ke-arifan lokal melalui seni pertunjukan", tema yang diangkat membahas dimana adanya budaya yang terus berkembang di Indonesia, dan seni pertunjukkan sebagai seni yang berkembang yang dapat menjadi sarana edukasi maupun sarana hiburan, namun seni pertunjukan sudah mulai tertinggal dengan adanya budayabudaya luar yang masuk kedalam Indonesia, sehingga bagaimana cara untuk menimbulkan seni pertunjukkan lebih melekat terhadap anak muda. Salah satu cara Obrolan Budaya dalam menunjukkan unsur budaya dalam program dialog ini adalah dengan adanya penampilan atau performance yang bersifat tentatif dari narasumber. Adanya penampilan yang bersifat tentatif, selama berlangsungnya program penampilan yang dihadirkan adanya pembacaan puisi puisi yang dilakukan Arswendo Atmowiloto yang berjudul “Ini Indonesia Kita Juga” pada 16 April 2015 dalam tema yang mengangkat “Menjaga Tradisi Lisan” dan juga seperti kehadiran Aditya Gumay yang membawa sanggar Ananda sebagai opening performance tarian daerah “Padang Kreasi” sesuai tema pada 30 april 2015“membangkitkan kearifan lokal melalui seni pertunjukkan”. Penampilan performance tidak selalu diadakan karena tema yang dibahas tidak selalu merupakan kesenian semacam tari, musik, sehingga dengan tema seperti “Budaya Malu” yang membahas masyarakat yang kehilangan budaya malu seperti antri, sehingga tema-tema yang
8
mengangkat moral tidak selalu harus menayangkan perfomance, karena program ini juga berfokus pada topik pembahasan dibanding perfomance. Namun dalam program ini sebagai pengisi suasana digunakan pengiring piano dan bernyanyi untuk opening dan clossing, tetapi lagu yang dibawakan tidak selalu lagu daerah, dalam program yang mengangkat kebudayaan dengan performance narasumber yang bersifat tentatif tergantung dengan tema bahasan, seharusnya dengan tidak adanya performance itu pengring piano dapat membawakan musik-musik daerah, dan membawakan lagu-lagu daerah, sebagai unsur budaya dalam program ini yang dimana kita ketahui banyak musik daerah Indonesia yang banyak tidak diketahui, dan apabila memungkinkan menggunakan alat musik daerah yang dapat menjadi pengiring seperti sasando, sehingga ketika tanpa ada performance karna bersifat tentatif, Obrolan Budaya tetap dapat menyajikan performance melalui musik, sehingga akan jauh menambah
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Program dialog Obrolan budaya memiliki proses produksi yangterbagi menjadi proses pra produksi, produksi, dan paska produksi 1. Dalam pra produksi tim produksi menyiapkan penentuan tema, prolog, VT, memberikan materi kepada host, menentukan narasumber, dalam persiapan melakukan dekorasi dan pengecekan kembali sebalum live. 2. Dalam produksi Obrolan Budaya crew yang digunakan tidak tetap setiap program ini live, crew cameraman yang standby 10 menit sebelum live, adanya persiapan latihan untuk perfomance jika ada performance dari narasumber. 3. Paska produksi Obrolan Budaya tidak melakukan editing dikarenakan program live, editing dilakukan hanya dalam pembuatan VT atau voxpop, dalam Obrolan Budaya paska produksi dilakukan dalam bentuk evaluasi, tim pengawas pemberitaan TVRI yang memberikan evaluasi terhadap hasil produksi baik dari konten acara dan on air looking. Obrolan Budaya merupakan program dialog yang menjadikan budaya sebagai konten program, berikut kesimpulan Obrolan Budaya dalam menanamkan unsur budaya : 1. Dalam tema-tema yang diangkat, prolog, VT, host yang berlatar belakang dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, narasumber yang merupakan orang-orang yang memahami budaya, dan adanya budayawan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. 2. Dalam penentuan tema Obrolan Budaya dapat menjaga tema-tema sesuai dengan fenomenafenomena budaya, sedangkan adanya kekurangan dalam tampilan Obrolan Budaya dalam menanamkan unsur budaya, dilihat dari tune yang sederhana, dekorasi sedikit memperlihatkan nilai-nilai budaya seperti ornament sehingga terlihat seperti program talkshow pada umumnya,
9
pakaian co-host yang selalu formal tidak menunjukan nilai budaya seperti host, narasumber yang selalu menggunakan batik atau kain-kain yang memiliki motif budaya. 3. Penampilan dari narasumber adalah salah satu cara Obrolan Budaya memperlihatkan budaya kepada masyarakat, namun performance bersifat tentatif, tidak selalu adanya penampilan dikarenakan harus menyesuaikan tema yang diangkat. Adanya S.W.O.T dalam program dialog Obrolan Budaya adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan program Obrolan Budaya dalam mengangkat fenomena kebudayaan dalam masyarakat, dengan mengangkat budaya sebagai topik dialog, menjadikan ciri khas dalam program tersebut. 2. Kelemahan program Obrolan Budaya adalah host yang tidak berlatar belakang presenter, sehingga membutuhkan co-host untuk mendampingi dalam jalannya acara, dan host bukan orang TVRI sehingga perlu untuk pengaturan dalam memberi materi. 3. Peluang program Obrolan Budaya terletak dalam banyaknya program yang mengangkat kebudayaan, namun dalam bentuk kemasan yang berbeda seperti feature, dokumenter, namun untuk program dialog tv swasta lebih banyak mengangkat politik. 4. Ancaman program Obrolan Budaya adalah Persaingan dari program-program televisi lainnya, yang menayangkan hiburan, budaya-budaya luar yang lebih menarik dibanding budaya sendiri. Kesimpulan utama dalam penelitian ini adalah proses produksi Obrolan Budaya dalam menanamkan unsur budaya terletak dalam tema dan konten pembahasan, dan adanya kekurangan dari segi tampilan yang ditayangkan untuk menunjukkan nilai budaya dalam program Obrolan Budaya.
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada program Obrolan Budaya antara lain: 1. Saran untuk Proses Pra Produksi Memperhatikan materi-materi budaya yang akan diangkat menjadi tema pembahasan. 2. Saran untuk Proses Produksi Kerabat kerja yang tidak tetap dalam,control room, floor director, cameraman, hendaknya kerabat kerja tidak berubah-ubah , agar adanya kesamaan sudut pandang, dan untuk kerabat kerja untuk memaksimalkan waktu sebelum on air. 3. Saran untuk Unsur Budaya Untuk segi konten tema-tema pembahasan yang diangkat sangat memperlihatkan informasi budaya, namun ada baiknya didukung dengan tampilan dilayar, seperti adanya ornament-ornament dan cara berpakaian yang menampilkan budaya Indonesia seperti batik, atau aksesoris sederhana yang memperlihatkan sisi budaya tidak sekedar konten namun tampilan kepada masyarakat Digunakan musik iringan piano selama dialog berlangsung, ada baiknya musik-musik pengiring tersebut memainkan musik-musik daerah Indonesia, dan dapat menambahkan alat musik daerah untuk memperlihatkan sisi budaya diluar dari tema pembahasan.
10
4.
Saran Umum
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan untuk yang ingin melakukan penelitian mengenai suatu produksi program, dan bagaimana program yang menggunakan budaya sebagai ciri khas menanamkan nilai budaya dalam program tersebut.
REFERENSI Abdullah, Irwan. (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ardianto, E. Komala, L, Karlinah, S (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Arifin, Eva. (2010) Broadcasting: to be broadcaster. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Baksin, Askurifai.( 2006). Jurnalistik televisi: Teori dan Praktek. Bandung: Simbiosa rekatama Media Biagi, Shirley (2010), media impact : penganta media massa. Jakarta: salemba humanika Darwanto, S.S. (2007). Televisi Sebagai Media Pendidikan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Emzir. (2012). Metodologi penelitian pendidikan kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ishak, Aswad. (2011) Mix methodologi : dalam penelitian komunikasi. Edisi pertama. Yogyakarta : mata padi pressindo Lamintang, Franciscus (2013). Pengantar Ilmu Broadcasting dan Cinematography. Jakarta : In Media. McQuail, D. (2012). Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba Humanika. Moleong. Lexy. (2009) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakaya Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Edisis Pertama. Bogor: Ghalia Indonesia. Mujianto, Yan., Elmubarok, Zaim., Sunahrowi (2010) Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta : Pelangi Publishing. Mulyana, Deddy., Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Komunikasi Antarbudaya : panduan berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nazir,M. (2006). Metodologi penelitian. Bogor : ghalia indonesia. Nurudin. (2009). Pengantar Komuinkasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada.
11
Raho, Bernard (2014). Sosiologi. Flores-NTT: Ledalero. Rangkuti, Freddy. (2009). Analisis SWOT: Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Edisi Pertama. Jogjakarta: Graha Ilmu. Sarwono, Jonathan (2006) Metode penelitian kuantitatid dan kualitatif. Edisi pertama. Yogyakarta: penerbit Graha Ilmu Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Rosdakarya Sulasman. Gumilar, Setia (2013). Teori – teori Kebudayaan : dari teori hingga aplikasi. Bandung : CV Pustaka Setia. Sekaran, Uma. (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jilid 1. Edisi 4. Jakarta : Salemba 4. Wiryanto. (2006). Pengantar Ilmu Komunikas. Jakarta : Grasindo. Zettl, Herbert. (2006). Television Production Handbook, San Fransisco State University. Jurnal Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Volume 16 nomor 1, juni 2014 “Produksi dan Penyiaran Program Seni dan Budaya”. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2013, 1 (4): 340-352 “Proses Produksi Program Talkshow “Redaksi 8” Pada Televisi Lokal Tepian TV Samarinda”. Jurnal Komunikologi Volume11 Nomor 1, Maret 2014 “Strategi Penyajian Program Pendidikan di Televisi Edukasi” Jurnal Volume 14 nomor 2 september 2013 “Televisi Lokal Dalam Perencanaan Strategi Kreatif Program Berbasis “Lokalitas” Sebagai Wujud Eksistensi Media” Journal of tion Analysis Thi-Qar University number 2 Vol.6 (2011) “TV Talk Show as Institutional Talk: Topicalization Analysis” SUMBER LAIN SDM LPP TVRI Current Affairs LPP TVRI
12
RIWAYAT PENULIS Wendrie Budianto lahir di kota Jakarta pada 15 September 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Ilmu Komunikasi Pemasaran peminatan Broadcasting pada tahun 2015.