ANALISIS PRODUKSI DAN TATANIAGA KARET RAKYAT DI KABUPATEN MADINA (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina )
SKRIPSI
OLEH : EFRIDA NASUTION 030304012 SEP/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
ANALISIS PRODUKSI DAN TATANIAGA KARET RAKYAT DI KABUPATEN MADINA (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina )
SKRIPSI
EFRIDA NASUTION 030304012 SEP/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
RINGKASAN
EFRIDA NASUTION (030304012), 2008 dengan judul skripsi “Analisis Produksi dan Tataniaga Karet Rakyat di Kabupaten Madina”, (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal). Penelitian skripsi dibimbing oleh Bapak Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian dilakukan bulan Juni 2007 di Desa Tanobato Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut salah satu sentra produksi tanaman karet, dan petani sampel terpusat di daerah tersebut dan mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mudah melakukan peneli Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses produksi dan tataniaga karet rakyat di Kabupaten Madina. Yang bertepat di desa Tanobato, kecamatan Panyabungan Selatan, kabupaten Mandailing Natal. Adapun metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif untuk identifikasi masalah (1,2,3,6), metode analisis price spread dan share margin untuk identifikasi masalah (4) pada hipotesis 1, dan dengan menggunakan metode analisis efisiensi tataniaga untuk identifikasi masalah (5) pada hipotesis 2. Dari hasil penelitian disimpulkan : 1. Proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian belum sesuai dengan tekhnologi budidaya anjuran. 2. Komponen biaya produksi terbesar dalam usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah tenaga kerja. Dimana penerimaan sebesar Rp.25.788.577,78,-/Ha, sedangkan pendapatan bersih sebesar Rp.17.626.858,6,-/Ha. 3. Terdapat dua bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian, yakni dimana saluran 2 lebih baik dari saluran 1, karena petani dapat lebih untung. 4. Ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit petani dan pedagang pengumpul di daerah penelitian. Dimana petani mempunyai price spread profit lebih besar dibandingkan profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan, dan sebaliknya pedagang pengumpul desa dan kecamatan mempunyai share margin profit yang lebih besar dibanding petani. 5. Tingkat efisiensi tataniaga karet rakyat yang ada di daerah penelitian sudah tergolong efisien. 6. Kendala-kendala yang dihadapi dalam usahatani karet rakyat antara lain : Mahalnya harga pupuk, petani kurang mengerti dalam mengendalikan hama penyakit.Dalam hal tataniaga, turunnya harga nothering pabrik. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu mayoriras petani menggunakan pupuk urea karena harga nya relatif terjangkau,memberi arahan kepada petani, karena petani masih mempergunakan cara tersendiri menanggulangi hama penyakit dan belum sesuai dengan anjuran budidaya. Upaya untuk kendala tataniaga dengan memilih mutu/ kualitas bahan cup lump yang baik agar memperoleh keuntungan yang baik pula.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
EFRIDA NASUTION, lahir pada tanggal 24 Januari 1985 di Panyabungan, sebagai anak pertama dari lima bersaudara, puteri dari Ayahanda H. Bahran Efendy Nasution, BA. dan Ibunda Dra. Hj. Suaidah Lubis. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1991, masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Penyabungan Selatan dan tamat tahun 1997 2. Tahun 1997, masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 Penyabungan Selatan dan tamat tahun 2000 3. Tahun 2000, masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Penyabungan Selatan dan tamat tahun 2003 4. Tahun 2003, di terima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestastasi (PMP). Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah : 1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2. Bulan Juni – Juli 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sitinjo Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi. 3. Bulan Juni 2007 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Tanobato Kecamatan Panyabungan Selatan Kabupaten Mandailing Natal.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat ridho dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah ”Analisis Produksi dan Tataniaga Karet Rakyat di Kabupaten Madina”(Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan, Kab. Madina). Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis haturkan terimavkasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.. 2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 3. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ali Usman, selaku Kepala Desa Tanobato Kecamatan Panyabungan Selatan Kabupaten Mandailing Natal yang telah banyak memberi informasi dan data untuk penyusunan skripsi penulis
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
5. Seluruh masyarakat Desa Tanobato yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi untuk penulisan skripsi ini. 6. Rekan-rekan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluruh responden dan instansi terkaid yang telah memberikan data-data kepada penulis selama melakukan penelitian. Terima kasih yang tiada terkira penulis haturkan kepada orang tua tercinta Ayahanda H. Bahran Efendy Nasution, BA dan Ibunda
Dra.
Hj. Suaidah Lubis yang telah mencurahkan kasih sayang, pengorbanan, dukungan, nasehat, serta doa yang tiada hentinya, dan kepada adik-adik ku tercinta Pipi Saputri, Sutan Bajora, Andri Kurnia dan Imam Hidayat, yang juga selalu memberikan doa dan juga kepada orang-orang terdekat penulis yang selalu memberikan semangat dan dorongan yang tiada hentinya. Dan tidak lupa ucapan terima kasih kepada teman-teman stambuk ’03 yang telah begitu banyak memberikan bantuan dan support kepada penulis. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Medan, Agustus 2008
Penulis
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
RINGKASAN ........................................................................................... RIWAYAT HIDUP ................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
i ii iii iv v vii viii
PENDAHULUAN Latar Belakang .............................................................................. Identifikasi Masalah ...................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Kegunaan Penelitian ......................................................................
1 7 7 8
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka ........................................................................... Landasan Teori.............................................................................. Kerangka Pemikiran ...................................................................... Hipotesis Penelitian ......................................................................
9 10 13 18
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ............................................. Metode Pengambilan Sampel ........................................................ Metode Pengumpulan Data……………………………….. ............ Metode Analisis Data .................................................................... Defenisi dan Batasan Operasional ..................................................
19 20 20 20 22
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DAN LEMBAGA TATANIAGA Deskripsi Daerah Penelitian ........................................................... Karakteristik Petani Sampel dan Lembaga Tataniaga .....................
24 27
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Usahatani ............................................................ Analisis Ekonomi Usahatani .......................................................... Sistim Tataniaga .............................................................................
29 37 46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .................................................................................... Saran ..............................................................................................
55 56
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
20. 21. 22.
JUDUL
Hal.
Luas Penanaman TM dan TBM (Ha) Perkebunan Karet Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara (2001-2005).......................... 5 Perkembangan Produksi (Ton) Perkebunan Karet Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara ............................................................ 6 Daftar Luas Areal Produksi dan Produktifitas Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Madina Tahun 2005 ....................................... . 19. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Tanobato Tahun 2007............. 24 Distribusi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Desa Tanobato Tahun 2007 .................................................................................... ... 25 Sarana dan Prasarana yang Tersedia di Desa Tanobato Tahun 2007.... 26 Rekapitulasi Karakteristik Petani Karet Rakyat Sampel di Desa Tanobato Tahun 2007 ..................................................................... .... 27 Rekapitulasi Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Karet Rakyat di Desa Tanobato.............................................................. 28 Bibit yang Digunakan Petani Sampel di Desa Tanobato Tahun 2007 .................................................................................... .... 30 Jarak Tanam yang Digunakan Petani Sampel di Desa Tanobato Tahun 2007 .................................................................................... .... 31 Penyiangan Gulma yang Dilakukan Petani di Desa Tanobato Tahun 2007 .................................................................................... .... 33 Perlakuan Pemupukan dalam Usahatani Karet di Desa Tanobato........... 34 Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Kg/Ha/Tahun)........................................37 Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun) ............................................ .....38 Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (HKP/Ha/Tahun) ............................ .....39 Rata-rata Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun) ............................................ .....39 Rata-rata Biaya Produksi pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun) .......................................... .....40 Analisis Ekonomi Petani Karet yang Sudah Menghasilkan (TM) Per Kg Produksi Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007 ............. .... 41 Rata-rata Produksi, Produktifitas, Harga, Penerimaan, Total Biaya Produksi dan Pendapatan bersih pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun) .................................... .. 42 Rata-rata Komponen Biaya Tataniaga Untuk Tiap Kg Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007 ............................................................ .. 48 Price spread dan Share margin untuk Tiap Tataniaga Cup lump di Desa tanobato tahun 2007 .............................................................. .. 49 Rekapitulasi Volume Pembelian, Harga Beli, Biaya Tataniaga, Harga Jual, Profit dan Margin Tataniaga Setiap Lembaga Tataniaga di Desa Tanobato Tahun 2007.............................................................. 51
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
23. 24.
Rekapitulasi Share Margin pada Saluran Tataniaga Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007 ............................................................ .. 51 Tingkat Efisiensi Tataniaga Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007 ................................................................................... .. 52
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
NO. 1.
JUDUL
Hal.
Gambar Skema Kerangka Pemikiran ..............................................
17
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
JUDUL
Hal.
Karakteristik Petani Sampel Karet Rakyat Desa Tanobato Per Perani/Tahun/Ha .......................................................................... Distribusi Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato per Petani/Tahun/Ha ................................................. Distribusi Biaya Sarana pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha ...................................................................... Biaya Tenaga Kerja pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha…………………………………………………... Harga Alat pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato...................... Umur Ekonomis Alat yang Digunakan pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato ................................................................................ Nilai Penyusutan Alat yang Digunakan.(Rp)......................................... Biaya Penyusutan Alat pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha ...................................................................... Total Biaya Produksi pada Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha ........................................................................... Produksi, Produktifitas, Penerimaan Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha ..................................................... Pendapatan Bersih Usahatani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha ...................................................................... Pendapatan Keluarga Petani Karet Rakyat Desa Tanobato Per Petani/Tahun/Ha ........................................................................... Analisis Biaya-Biaya Tataniaga Petani karet yang sudah Menghasilkan Per Kg Produksi Cup lump di Desa Tanobato Per Petani/Tahun .......... Data Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007.......................................................................... Analisis Biaya-biaya Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Untuk Tiap Tataniaga Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007........................ Analisis Biaya-biaya Tataniaga Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan untuk Tiap Kg Cup lump di Desa Tanobato..........................
57 58 59 60 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Komoditas ini sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu yang relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi Indonesia yang pada awal pembudidayaan karet merupakan penghasil karet utama dunia sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum lama dalam hal membudidayakan karet (Siregar, 1995). Luas areal tanaman karet di Indonesia pada tahun 2006 adalah seluas 3,31 juta Ha dengan produksi nasional karet sebesar 2,27 juta Ton karet kering (KK) dengan produksi terbanyak berasal dari Sumatera (Anonimous, 2006). Sumatera Utara adalah dikenal sebagai salah satu pengekspor karet alam. Karet alam ini berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara, salah satu diantaranya adalah Kabupaten Mandailing Natal. Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas daerah 662.070 ha atau 9,23 persen dari wilayah propinsi Sumatera Utara. Ditinjau dari potensi lahan, Kabupaten Mandailing Natal memiliki potensi yang sangat luas untuk pengembangan tanaman perkebunan yang terdiri dari tanah milik swasta maupun tanah rakyat. Luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten Mandailing Natal 111.778,5 Ha yang terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 96.280,2 Ha dan Perkebunan swasta 15.498,3 Ha, sehingga pertambahan luas areal selama tahun anggaran 2005 adalah 3.432,77 atau 3,16 persen. Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Untuk itu luas tanaman perkebunan di kabupaten Mandailing Natal sebanyak 16,88 persen dari total luas perkebunan Kabupaten Mandailing Natal ( Dinas Perkebunan Madina, 2005 ). Subsektor perkebunan merupakan subsektor pertanian yang secara tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Sebagian besar tanaman tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan
besar
baik
milik
pemerintah
maupun
milik
swasta
( Soetrisno, L.,1999). Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi pengelolaan. Jenis tanaman dan produk yang dihasilkan. Berdasarkan fungsi, perkebunan diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, devisa negara dan pemeliharaan Sumber Daya Alam. Berdasarkan pengelolaan dapat dibagi menjadi perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara atau swasta, perkebunan perusahaan inti rakyat dan perkebunan unit pelaksanaan proyek ( Syamsulbahri,1996 ). Produksi karet alam sangat penting dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu : dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, mampu membentuk ekologi hutan yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik menanggulangi lahan kritis, dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, memiliki prospek harga yang cukup baik karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat (Anonimous, 2006).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Perkebunan rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat, serta rendahnya pendapatan petani. Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat juga disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan syarat-syarat tekhnis yang diperlukan. Dan rendahnya produksi tanaman karet juga disebabkan oleh usia pohon karet yang sudah sangat tua (Anonimous, 2003). Terdapat sejumlah faktor yang
menyebabkan
Indonesia masih
memerlukan usaha ke arah peningkatan produksi. Salah satu faktor teknis yang perlu dipertimbangkan adalah rendahnya mutu penyadapan. Kenyataan ini tidak hanya terjadi pada areal pertanaman karet rakyat, tetapi juga di perkebunanperkebunan besar milik pemerintah. Padahal sifat perlakuan teknis penyadapan karet berkaitan dengan tingkat produksi yang diharapkan, bahkan sangat menentukan umur ekonomi pohon. Pada sisi lain , perkembangan sistem panen tanaman karet yang dilakukan melalui pelukaan kulit pohon sudah berkembang pesat. Di Indonesia tampaknya usaha menetapkan penyadapan karet yang benar masih memerlukan waktu lagi, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyadapan tanaman karet kita belum sepenuhnya mengikuti pedoman baku. Kenyataan menunjukkan betapa banyak areal pertanaman karet yang mutu penyadapannya sangat memprihatinkan. Dengan demikian, selain produksinya rendah juga umur pohon layak sadap menjadi semakin singkat. Dengan kata lain, penyadapan tanaman karet di Indonesia merupakan prioritas utama agar pangsa pasar dan pelestarian produksi dapat diantisipasi ( Siregar, 1995 ).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Barang pertanian pada umumnya dicirikan oleh sifat : diproduksi secara musiman, selalu segar ( freshable ), mudah rusak , jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit ( bulky ), dan spesifik (tidak dapat diproduksi disemua tempat). Ciri tersebut mempengaruhi mekanisme pasar. Oleh karena itu sering sekali terjadi harga produksi pertanian yang dipasarkan menjadi naik-turun ( berfluktuasi ) secara tajam; dan kalau saja harga produksi pertanian berfluktuasi , maka yang sering dirugikan adalah dipihak petani atau produsen. Karena kejadian yang semacam ini petani atau produsen memerlukan kekuatan sendiri atau berkelompok
dengan
yang
lain
untuk
melaksanakan
pemasaran
( Soekartawi, 1990 ).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Untuk melihat luas penanaman karet rakyat di Sumatera Utara tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 1. Luas Penanaman TM dan TBM ( Ha) Perkebunan Karet Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara ( 2001-2005 ). No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kabupaten Deli Serdang Langkat Simalungun Karo Dairi Taput Tapteng Nias Nias Selatan Tapsel Labuhan Batu Asahan Madina Tobasa Humbahas Pak-pak 16 Barat 17 Samosir 18 Sergai Jumlah
2001 21.515 36.520 15.868 65 501 10.724 29.474 27.258 0 59.963 84.136 12.625 39.258 688 0
2002 21.280,8 36.908 12.145,5 65 505 11.382 30.083 27.258 0 58.186,4 85.613,4 12.614 43.044,5 785 0
2003 21.235,8 33.446 12.145,5 65 505 10.657,5 30.114 28.211 0 58.186,4 83.576 9.703 39.708 640,5 0
2004 9.603,1 25.353 12.037,5 65 134,5 8.028 30.264 26.267 2.72 49.749 81.849 9.61 39.078,3 640,5 3.535
2005 4.789,0 41.859 12.145,5 65 134 8.031,2 30.51 25.265,0 4.153,0 52.907,0 67.568,0 9.610,0 69.760,0 1.640,6 3.514,7
0 0 0 371 417,8 0 0 0 0 0 0 0 0 10.699 10.699 338.595 339.870,7 327.743,7 309.643,9 343.068,85
Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2006.
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Madina menduduki peringkat ketiga daerah penghasil karet terbanyak di Sumatera Utara. Dimana luas penanaman karet mengalami penurunan pada tahun 2003 sampai tahun 2004, dan pada tahun 2005 kembali mengalami kenaikan dengan luas penanaman sebesar 69.760,0 Ha.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Untuk melihat produksi karet rakyat menurut kabupaten di Sumatera Utara dapat di lihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Perkembangan Produksi ( Ton ) Perkebunan Karet Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara ( 2001-2005 ). No. Kabupaten
2001
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
14.021 17.188,43 12.872,45 21.428 21.428 20.971 13.875 10.751,62 10.739,98 39 61,75 61,75 323 405 375 6.688 6700 6700 15.802 15.802 14.786 14.086 14.086 15.049 0 0 0 44.684 44.328,39 44.328,39
11 12 13 14 15 16 17 18
Deli Serdang Langkat Simalungun Karo Dairi Taput Tapteng Nias Nias Selatan Tapsel Labuhan Batu Asahan Madina Tobasa Humbahas Pak-pak Barat Samosir Sergai Jumlah
2002
69.271 70.399 7.641 7.499 26.994 26.993,84 465 234,50 0 0
2003
69.407 4.938,86 26.694 398,37 0
2004
2005
5.890,11 17280 10.831,35 61,75 79,40 4.563,16 16.243 14.581 1.406 16230
3.974,56 29.284 10.886,58 63,50 102,90 4.565,99 16.524,00 1.072,00 2.309,00 19.085,42
68.546 5.273,2 26.693,6 398,37 2.056,9
62.932,00 5.273,20 32.768,00 785,90 2.161,14
0 0 0 207 302,40 0 0 0 0 0 0 0 0 7.574 8.354,28 235.317 235.877,5 227.321,8 197.914,84 211.080,87
Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara,2006.
Dari Tabel diatas dapat lihat bahwa produksi perkebunan karet rakyat di Sumatera utara pada tahun 2003 sampai tahun 2005 secara umum mengalami penurunan. Sedangkan di daerah penelitian Kabupaten Madina produksi perkebunan karet rakyat juga mengalami penurunan pada tahun 2002 sampai tahun 2004, sedangkan pada tahun 2005 kembali mengalami kenaikan seluas 32.768,00 ton
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian ? 2. Apa saja komponen biaya produksi terbesar pada usahatani karet rakyat dan berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usahatani karet rakyat di daerah penelitian? 3. Bagaimana bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian ? 4. Bagaimana price spread, share margin pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian ? 5. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian ? 6. Kendala apa saja yang dihadapi petani dalam sistem usahatani dan tataniaga karet rakyat serta apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah : 1. Untuk mengetahui proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani karet rakyat dan berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usahatani karet rakyat di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui price spread, share margin pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
5. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian. 6. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam sistem usahatani dan tataniaga karet rakyat serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi bagi petani karet dalam rangka menyalurkan hasil usahataninya secara efisien sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang diinginkan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah ataupun lembaga lainnya untuk menentukan strategi usahatani dan tataniaga, dalam usaha meningkatkan produksi karet dan pendapatan petani. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka Dalam dunia tumbuhan, tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiacae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis
(Setiawan, H., 2005) Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri (Tim Penulis, 1999). Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak 1876. Henry A. Wickham memasukkan beberapa biji karet ke kebun percobaan pertanian di Bogor, dan kemudian disusul pemasukan bibit-bibit karet berikutnya tahun 1890, 1896, dan 1898. Walaupun demikian, memerlukan waktu yang cukup lama untuk membudidayakan tanaman ini ( Setyamidjaja, D,. 1993 ).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Tanaman karet, Hevea brasiliensis Muell. Agr, adalah anggota famili Euphorbiaceae. Berbentuk pohon, tinggi 10-20 m, bercabang dan mengandung banyak getah susu. Tanaman karet mengalami gugur daun sekali setahun pada musim kemarau, di Sumatera Utara terjadi pada bulan Februari-Maret. Setelah gugur daun, terbentuk bunga bila tanaman karet telah berumur 5-7 tahun, tergantung pada tinggi tempat di atas permukaan laut. Masa produktif tanaman karet adalah 25-30 tahun (Sianturi, 2001) Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15 ° LS dan 15 ° LU, curah hujan yang cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mm/tahun. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m dpl dengan suhu 25-35 ° C (Setyamidjaja, D, 1993).
Landasan Teori Analisis produksi merupakan suatu analisis untuk mengetahui proses pengeluaran hasil usaha tani secara keseluruhan. Dalam usaha tani, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksipun ikut sebagai penentu pencapaian produksi (Daniel, 2002). Produksi itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor-faktor alam, tenaga, dan modal dibawah asuhan atau usaha pengelolaan (petani). Fungsi unsur alam dalam usaha tani atau usaha pertanian dipandang dari sudut sosial ekonomis sangat tergantung dari pada sifat atau tujuan dari usaha pertanian (Tohir, 1991).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Peningkatan produksi bisa dilakukan kapan saja, untuk mencapainya perlu beberapa faktor yang berpengaruh pada produksi, seperti penggunaan lahan, tenaga kerja, modal dan keahlian. Pada tanaman karet penggunaan tenaga kerja, modal dan keahlian yang tidak optimal akan menyebabkan pengeluaran biaya menjadi tinggi. Agar bisa mencapai optimal maka lahan harus ditambah agar bisa seimbang dengan produksi dan pendapatannya (Tim Penulis, 1999). Pembudidayaan dapat dilakukan dengan menggunakan klon karet unggul. Klon tanaman karet yang melebihi keunggulan dianjurkan untuk ditanam dalam berbagai skala atau tingkatan. Hal ini mengingat beberapa pertimbangan, seperti luasnya lahan, lokasi, cara pengolahan serta ketahanan terhadap hama dan penyakit, produksi, ketahanan terhadap angin. Klon-klon yang dianjurkan untuk ditanam diperkebunan rakyat adalah AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR 261, PR 300, PR 303 (Setyamidjaja, 1993). Sistem sadap merupakan penentu naik atau turunnya produksi lateks. Penyadapan bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks dikulit pohon. Kriteria utama layak sadap pada suatu areal pertanaman karet adalah lilit batang pohon. Lilit batang dinilai sudah dapat memberi petunjuk tentang ketebalan kulit dan kemampuan fisiologinya untuk menghasilkan lateks dalam jangka waktu yang lama (20-25 tahun). Ditinjau dari umur tanaman, biasanya lilit batang yang siap sadap berukuran ≥ 45 cm yang diukur pada ketinggian 130 cm dari pertautan populasi didekat permukaan tanah yang dicapai pada umur 5-7 tahun (Siregar, 1995). Dalam operasi usahataninya, petani akan menerima penerimaan dan pendapatan dari usaha taninya. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
produksi dengan harga jual. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya (Soekartawi, 1995). Tataniaga merupakan suatu usaha untuk menciptakan, mempromosikan, serta menyerahkan barang dan jasa kekonsumen akhir atau suatu macam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikn barang dari produsen ke konsumen. Dalam perekonomian dewasa ini sebagai besar produsen tidak menjual langsung barang-barang mereka kepada konsumen akhir, begitu juga dengan konsumen. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya saluran Tataniaga yang akan menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen yang akan melibatkan lembaga-lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dll (Kotler, P,. 2003). Tataniaga jika ditinjau dari aspek ekonomi dikatakan sebagai kegiatan produktif karena mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat , guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya tataniaga. Biaya tataniaga ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja tataniaga ini memerlukan ukuran efisiensi tataniaga ( Sudiyono, 2004 ). Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tataniaga. Biaya tataniaga meliputi biaya angkut, pengiriman, retribusi, dll. Besarnya biaya tataniaga ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga tataniaga dan efektifitas tataniaga yang dilakukan (Soekartawi, 1989).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan spread. Margin menyatakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima petani. Sedangkan spread menyatakan perbedaan kedua tingkat harga antara dua tingkat pasar. Marketing margin disebut juga price spread dan jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka diperoleh share margin (Sudiyono, 2004 ). Selama dalam proses menyalurkan hasil akan mengalami markering loss (kehilangan hasil). Kehilangan hasil pada tanaman perkebunan pada hal nya komoditi karet umumnya disebabkan oleh jarak antara kebun dan pabrik pengolahan menyebabkan kerusakan atau penurunan mutu hasil perkebunan rakyat dan juga disebabkan oleh cara dan waktu panen yang belum tepat ( Anonimous, 2005). Efisiensi tataniaga dapat diukur dengan menjumlahkan profit petani dari hasil penjualannya dengan profit middle-man (termasuk di dalamnya pedagang pengumpul desa dan kecamatan maupun agen) dibagi dengan penjumlahan biaya tataniaga dengan biaya produksi dan pemasaran hasil. Adapun kriteria efisiensi adalah jika efisiensi tataniaga lebih besar dari 1(>1) maka pasar tersebut dikatakan efisien, dan jika efisiensi tataniaga lebih kecil dari≤1) 1 (maka keadaan pasar tersebut tidak efisien (Mustafid, 2002) .
Kerangka Pemikiran Produksi karet adalah hasil usahatani karet dalam bentuk cup lump, yang dihitung
dalam
ukuran kg atau ton dan dibedakan mutu serta ukuran
produk. Produksi merupakan suatu proses pengeluaran usahatani (karet) secara keseluruhan atau proses pengeluaran hasil. Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi yang menggunakan input ( pupuk dan obat-obatan ). Sistem usahatani karet juga meliputi tekhnik budidaya yang terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai penyadapan. Penggunaan input produksi ini dalam usahatani akan menghasilkan output (pengeluaran) yang disebut produksi yang menjadi tujuan utama dalam mengelola usahatani. Harga jual dipengaruhi oleh hasil produksi fisik. Produksi fisik dikali dengan harga jual disebut total penerimaan. Penerimaan usahatani maupun pendapatannya akan mendorong petani untuk mengalokasikaannya dalam berbagai kegunaan seperti biaya produksi selanjutnya, tabungan dan pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara total penerimaan dengan biaya produksi. Dari pendapatan bersih akan dilihat besarnya efisiensi usahatani. Korbanan dalam usaha tani karet dinilai dalam rupiah disebut sebagai biaya produksi. Tataniaga adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai dari titik usahatani sampai ditangan konsumen akhir. Aliran barang ini terjadi karena adanya pihak atau lembaga tataniaga yang akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga. Tataniaga melibatkan berbagai pihak atau lembaga yang meliputi petani, agen ( pedagang besar ), pedagang pengumpul , dan pasar getah. Pada jalur tataniaga karet ini, petani sebagai produsen menjual hasil usahataninya berupa cup lump melalui pasar getah yang ada di daerah setempat. Pasar getah merupakan tempat para petani dan pembeli cup lump dikumpulkan untuk melakukan transaksi jual beli cup lump. Pasar getah ditempat penelitian
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
dilakukan 1 kali seminggu, yakni bertepat pada hari selasa. Yang datang ke pasar getah ini antara lain agen ( pedagang besar ) dan pedagang pengumpul desa/ kecamatan, lalu pedagang pengumpul desa/ kecamatan menjual cup lump tersebut kepada pedagang besar dan menyalurkannya ke pabrik. Semua pihak atau lembaga yang terlibat dalam saluran tataniaga cup lump ini melakukan fungsi-fungsi tataniaga antara lain pembelian, transportasi, penyimpanan, pembiayaan, resiko usaha, informasi pasar dan standarisasi. Pada setiap saluran tataniaga cup lump dipengaruhi oleh sejumlah penjual dan sejumlah pembeli. Keadaan ini menunjukkan struktur pasar tertentu. Struktur pasar yang terjadi dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi oleh saluran tataniaga yang ada. Struktur pasar yang terbentuk ini akan mempengaruhi atau akan menentukan besarnya biaya tataniaga, margin tataniaga, price spread dan share margin lembaga dan efisiensi tataniaga. Banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran akan mengakibatkan terjadinya perbedaan dan selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir terhadap harga jual petani ( marketing margin ). Besarnya penerimaan petani sebagai produsen yang menjual sendiri produk usahataninya tergantung pada harga penjualan cup lump. Dalam kegiatan produksi usahatani karet rakyat, petani sering kali mengalami masalah antara lain : mahalnya harga sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan yang kadang tidak diimbangi dengan besarnya harga jual cup lump serta rendahnya produksi karet. Dan salah satu yang dikeluhkan petani adalah pohon karet sudah terlalu tua. Dan belum memadainya fasilitas pengolahan hasil perkebunan
khususnya komoditi karet. Upaya yang dapat dilakukan petani
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
diantaranya dengan menggunakan sarana produksi yang efektif dan seefisien mungkin dan mengadakan penanaman bibit baru ataupun membuka lahan baru, dan diharapkan adanya pabrik Crumb Rubber.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Skema Kerangka Pemikiran
Petani Karet
Usahatani Karet
Kendala
Upaya
Cum lump
Produksi
Pedagang Pengumpul
Harga
Agen
Penerimaan
Biaya Produksi
Pendapatan Bersih
Biaya Tataniaga Struktur Pasar
Price spread dan Share margin
Efisiensi Tataniaga
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Hipotesis Penelitian. 1. Ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit antara petani dan pedagang perantara di daerah penelitian 2. Tingkat efisiensi Tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian sudah efisien.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu desa Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina, sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu sentra produksi tanaman karet, dan petani sampel terpusat di daerah tersebut dan daerah ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mudah melakukan penelitian. Untuk melihat luas areal, produksi dan produktifitas perkebunan karet rakyat di Kabupaten Madina dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.
Daftar Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Madina Tahun 2005
No
Kecamatan
Luas Areal (Ha)
Produksi
Produktifitas
TBM
TM
TTM
Jumlah
(Ton)
(Kg/Ha/thn)
1
Siabu
307
1082
739
2128
1001
0,92
2
Bukit Malintang
480
2206
82
2768
2052
0,930
3
Pyb. Utara
732
3337
466
4535
2970
0,890
4
Pyb. Kota
775
7865
328
8968
6607
0,840
5
Pyb. Timur
694
2890
1113
4697
1907
0,659
6
Pyb. Barat
302
1131
794
2227
961
0,849
7
322
1106
751
2179
951
0,859
8
Pyb. Selatan Lembah Sorik Marapi
179
577
401
1157
387
0,670
9
Tambangan
598
2631
1712
4941
1763
0,670
10
Kotanopan
688
2355
1599
4642
1437
0,610
11
Uta Pungkut
72
276
179
527
127
0,460
12
Muarasipongi
88
323
212
623
152
0,470
13
Batang Natal
1309
5396
3580
10285
4101
0,760
14
Lingga Bayu
1380
3525
2605
7510
3208
0,910
15
Batahan
227
893
608
1728
723
0,809
16
Natal
176
480
351
1007
379
0,789
17
Muara BT. Gadis
1264
5116
3458
9838
4042
0,790
Jumlah
9593
41189
18978
69760
32766
12,885
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Madina Ket : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TTM = Tanaman Tidak Menghasilkan Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Metode Pengambilan Sampel 1. Petani Karet Metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan “Metode Sensus”. Karena petani karet di Desa Tanobato hanya terdiri dari 30 KK. Oleh karena itu semua petani karet akan dijadikan sebagai sampel di daerah penelitian. 2. Pedagang Pengumpul Desa dan Pedagang Pengumpul Kecamatan Untuk pedagang pengumpul desa terdiri dari 3 orang pedagang pengumpul, Sedangkan pedagang pengumpul kecamatan terdiri dari 7 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu mengambil seluruh populasi sebagai sampel.
Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi ( Lembaga ) atau dinas seperti BPS Tk I Sumatera Utara, Kantor Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Kantor Dinas Perkebunan Madina dan Kantor Camat serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data Untuk identifikasi masalah (1,2,3,6) digunakan analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui proses produksi, komponen biaya produksi terbesar dan besar penerimaan dan pendapatan usahatani karet rakyat, serta bagaimana saluran
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
tataniaga karet rakyat dan kendala yang dihadapi petani dalam usahatani dan tataniaga karet rakyat di daerah penelitian. Untuk identifikasi masalah (4), pada hipotesis (1) digunakan rumus : - Untuk menghitung Price Spread : S = Pf Pr Keterangan : S = Price spread, dihitung dalam rupiah Pf = Biaya-biaya pada lembaga tataniaga Pr = Harga beli konsumen - Untuk menghitung Share margin : Sm =
Pf x 100 % Pr
Keterangan : Sm = Share margin, dihitung dalam persen ( %) Pf = Biaya-biaya pada lembaga tataniaga Pr = Harga beli konsumen ( Hutauruk, J,. 2003 ) Hipotesis diterima bila petani mempunyai price spread dan share margin profit lebih kecil dari pada pedagang perantara dalam penyaluran karet rakyat di daerah penelitian. Untuk identifikasi masalah (5), pada hipotesis (2) menghitung efisiensi tataniaga digunakan rumus : Z + Zm e
= C + Cm
Dimana : e : Efisiensi tataniaga Z : Profit middle-man (pedagang pengumpul ) (Rp) Zm : Profit petani (Rp) C : Biaya tataniaga (Rp) Cm : Biaya produksi (Rp) Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Tataniaga dikatakan efisien, jika : e > 1 = Efisien e ≤ 1 = Tidak efisien (Mustafid, 2002)
Defenisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari munculnya kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Definisi : 1. Produksi karet adalah hasil usaha tani karet dalam bentuk cup lump, dihitung dalam ukuran kg atau ton dan dibedakan mutu serta ukuran produk. 2. Petani karet adalah petani yang mengusahakan tanaman karet sebagai mata pencaharian utama. 3. Cup lump adalah bekuan dalam mangkok sadap atau tempurung yang berbentuk bulat, tebal. 4. Tataniaga adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. 5. Lembaga tataniaga adalah semua lembaga yang terlibat dalam proses penyampaian produk sampai konsumen akhir. 6. Pasar getah adalah pasar tempat menjual hasil cup lump, tempat para petani dan pembeli cup lump dikumpulkan. 7. Pedagang pengumpul desa/kecamatan adalah Pedagang yang mengumpulkan cup lump dari petani di desa/ kecamatan tersebut dan kemudian menjual pada pada pedagang besar.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
8. Agen/ pedagang besar adalah lembaga atau pihak yang membeli cup lump dari pedagang pengumpul desa/ kecamatan kemudian menjual ke pabrik 9. Biaya Tataniaga adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari produsen ke konsumen. 10. Price spread ( sebaran harga ) adalah kelompok harga beli dan harga jual, biaya pemasaran menurut fungsi pemasaran yang dilakukan. 11. Share margin adalah bagian harga yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran terhadap harga beli konsumen. 12. Efisiensi tataniaga adalah penjumlahan profit middle-man (pedagang pengumpul) dengan profit petani dibagi dengan penjumlahan biaya tataniaga dengan biaya produksi dan pemasaran. 13. Saluran tataniaga adalah suatu unit organisasi yang melibatkan semua pihak termasuk didalamnya petani produsen dan lembaga tataniaga yang terlibat dalm proses penyampaian produk sampai konsumen akhir.. 14. Komponen produksi adalah semua yang dikorbankan dalam usahatani untuk mendapatkan produksi yaitu pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan.
Batasan Operasional : 1. Tempat penelitian adalah Desa Tanobato. Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina. 2. Waktu penelitian adalah tahun 2007 3. Sampel penelitian adalah petani karet rakyat, pedagang pengumpul desa/ kecamatan.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL DAN LEMBAGA TATANIAGA
Deskripsi Daerah Penelitian Desa Tanobato terletak di ibukota Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 2170,01 Ha. Jumlah penduduk di Desa Tanobato sebanyak 1096 jiwa. Dengan memiliki topografi yang berbukit-bukit dan pegunungan. Desa Tanobato terletak 13 Km dari ibukota Kabupaten Mandailing Natal yaitu Penyabungan. Secara administratif, Desa Tanobato mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Hutarimbaru - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sayurmatinggi - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Roburan Dolok - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pagaran Tonga Tabel 4. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Penggunaan Lahan
1.
Lahan Sawah
2.
Lahan Kering - Pemukiman - Perkebunan Rakyat
Luas (Ha)
Persentase (%)
200
9.21
1700 250
78.34 11.52
3.
Bangunan Umum
2
0.09
4.
Tanah Wakaf
1
0.05
5.
Lainnya
17.01
0.79
2170.01
100.00
Jumlah Sumber : Kepala Desa Tanobato, 2007.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar di Desa Tanobato adalah Pemukiman yaitu sekitar 1700 Ha (78.35 %). Adapun tanaman perkebunan yang banyak di usahakan adalah karet dengan luas lahan 250 Ha (11.53 % ). Sedangkan sisanya untuk lahan sawah, bangunan umum, tanah wakap, dan lain-lain.
Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Tanobato pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1096 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 276 KK, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 497 orang dan perempuan sebanyak 599 orang.
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Desa Tanobato Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian
Jumlah penduduk (Orang)
%
900 30 20 7 10
93.07 3.10 2.06 0.73 1.04
967
100.00
Petani Wiraswasta PNS Pertukangan Pensiunan
Jumlah Sumber : Kepala Desa Tanobato, Tahun 2007.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Desa Tanobato mata pencahariannya adalah sebagai petani yaitu sebanyak 900 orang (93.08 %) dari jumlah penduduk yang bekerja. Selebihnya adalah wiraswasta sebanyak 30 orang (3,11 %), PNS sebanyak 20 orang (2.07 %), pensiunan 10 orang (1.04 %), dan pertukangan sebanyak 7 orang (0.73 %).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Sarana dan Prasarana Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Tanobato dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia di Desa Tanobato Tahun 2007 No. 1.
2.
3.
4. 5.
6.
Sarana dan Prasarana Sarana Pendidikan • SD • SMA Sarana Kesehatan • Puskesmas Pembantu • Posyandu Sarana Ibadah • Mesjid • Musholla Prasarana Perhubungan • Jembatan Sarana Olahraga • Lapangan Bola Kaki • Lapangan Bulu Tangkis • Lapangan Volley Sarana Perkantoran • Kantor Kepala Desa • Kantor Camat • Kantor Cabang Dinas pendidikan • Kantor Urusan Agama (KUA) Jumlah
Jumlah (Unit)
1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 18
Sumber : Kantor Kepala Desa Tanobato, Tahun 2007.
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Tanobato sudah tergolong lengkap baik sarana kesehatan, sarana ibadah, sarana perhubungan, sarana olahraga maupun sarana perkantoran. Begitu juga sarana pendidikan yang ada di Desa Tanobato tergolong sudah cukup lumayan walaupun sarana pendidikan SMP belum ada.Warga di Desa Tanobato ini terutama para muda mudinya sangat gemar berolahraga, terutama olahraga yang
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
paling di gemari adalah sepak bola. Dan sarana olahraga di desa ini sudah tergolong lengkap, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sarana olahraga yang ada.
Karakteristik Petani Sampel dan Lembaga Tataniaga • Petani Sampel Petani sampel adalah orang yang melakukan usahatani karet rakyat sebagai salah satu pencahariannya. Menurut hasil survey saat dilakukan penelitian diperoleh jumlah populasi petani karet rakyat di Desa Tanobato sebanyak 30 KK dan kesemua popolasi tersebut dijadikan sebagai sampel. Karakteristik dari petani karet rakyat sampel dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 7. Rekapitulasi Karakteristik Petani Karet Rakyat Sampel di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Uraian
Rata-rata
1.
Umur (Tahun)
46,26
2.
Pengalaman Bertani (Tahun)
16,96
3.
Lama Pendidikan (Tahun)
11,23
4.
Jumlah Tanggungan (Tahun)
2,63
Sumber : Lampiran 1
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata umur sampel adalah 46,26 tahun, rata-rata pengalaman bertani 16,96 tahun, rata-rata lama pendidikan 11,23 tahun, dan rata-rata jumlah tanggungan adalah 2,63 tahun. • Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Pedagang pengumpul desa dan kecamatan sampel dalam penelitian ini adalah para pedagang yang membeli cup lump dari para petani sampel. Biasanya para pedagang pengumpul desa dan kecamatan ini membeli cup lump langsung
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
dari petani dan ada juga dari sesama pedagang pengumpul (Toke) untuk di jual ke pabrik. Pasar getah tersebut diadakan dalam sekali seminggu yaitu bertepatan pada hari selasa. Disitulah para petani dan pedagang pengumpul mengadakan transaksi. Dimana pedagang pengumpul desa dan kecamatan sama-sama membeli cup lump dari petani karet yang bukan hanya berasal dari Desa Tanobato saja tetapi dalam satu kecamatan tersebut. Dan pedagang pengumpul tersebut selain berasal dari Desa Tanobato dan desa-desa di wilayah Penyabungan Selatan tetapi ada juga yang berasal dari luar daerah Kecamatan Penyabungan Selatan yang mana dia juga sekaligus sebagai pedagang besar (Agen). Dan Para pedagang pengumpul tersebut selain membeli cup lump dari petani mereka juga membeli cup lump antara sesama pedagang pengumpul untuk dijual ke pabrik tujuan masing-masing. Dan ada juga pedagang yang tidak membeli cup lump dari sesama pedagang pengumpul tetapi cukup pada petani karet saja. Tabel 8. Rekapitulasi Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Uraian
Rata-rata
1.
Umur (Tahun)
43,4
2.
Pengalaman Berdagang Karet (Tahun)
11,7
3.
Lama Pendidikan (Tahun)
12,1
Sumber : Lampiran 12
Dari Tabel diatas dapat dilihat rata-rata umur pedagang pengumpul desa dan kecamatan adalah 43,4 tahun, rata-rata pengalaman berdagang karet 11,7 tahun, dan rata-rata lama pendidikan 12,1 tahun.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Produksi Usahatani
Persiapan Lahan Terdapat dua jenis penanaman karet, yaitu newplanting (usaha penanaman karet di areal yang belum pernah dipakai untuk budidaya karet) dan replanting (usaha penanaman ulang di areal karet karena tanaman lama sudah tidak produktif lagi/peremajaan). Di Desa Tanobato, umumnya areal tanaman karet berasal dari areal hutan. Pembukaan areal hutan untuk dijadikan lahan perkebunan karet pumumnya dilakukan secara manual dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, parang dan babat. Proses pembukaan lahan diawali dengan membabat semak-semak
dan
pohon-pohon
kecil
serta
menebang
pohon-pohon
besar.Kemudian lalu dibakar sehingga lahan bersih yang kemudian dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul, lalu dilakukan pembuatan lubang tanam secara tugal. Setelah iti baru dilakukan penanaman bibit karet.
Persiapan Bibit Pada umumnya bibit yang digunakan petani di daerah penelitian berasal dari biji (seling) yang diperoleh petani dari pohon tanaman yang ada disekitar ataupun dari kebun sendiri. Lalu dikecambahkan, Setelah biji berkecambah dan tumbuh menjadi bibit tanaman yaitu sudah mempunyai 2-3 payung daun, maka bibit tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan di lapangan. Tetapi ada juga petani yang membeli bibit yang telah siap tanam. Bibit yang digunakan adalah bibit okulasi. Kemudian bibit yang telah dibeli tersebut
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
langsung ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penggunaan bibit oleh petani dapat dilihat pada Tabel beribut. Tabel 9. Bibit Yang Digunakan Petani Sampel di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Penggunaan Bibit
1.
Okulasi
2.
Biji Jumlah
Sumber
Jumlah Sampel
(%)
Dibeli
14
46.67
Swadaya
16
53.33
30
100.00
Sumber : Data Primer Diolah, 2007.
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 14 (46,67%) sampel yang menggunakan bibit dari okulasi sedangkan 16 (53,33%) sampel menggunakan biji. Jika dilihat dari penggunaan bibit di daerah penelitian, petani hampir setengah menggunakan bibit yang berasal dari biji maupun bibit okulasi, dan jika dilihat bibit yang masih banyak digunakan adalah bibit yang berasal dari biji. Hal ini disebabkan harga bibit okulasi mahal dan tidak terjangkau petani untuk membeli bibit. Dimana bibit okulasi berkisar antara Rp3.000-Rp7.000. Sedangkan bibit dari biji bisa diperoleh dari petani dengan harga yang relatif lebih murah yaitu antara Rp1.000 - Rp 1.500. Keunggulan bibit okulasi dari bibit dari biji adalah lebih cepat matang sadap. Tanaman dengan bibit okulasi dapat disadap pertama pada umur 5-6 tahun setelah bibit ditanam, sedangkan tanaman dengan biji dapat disadap pertama pada umur 7-9 tahun. Namun bibit okulasi memiliki umur produktif lebih pendek yaitu berkisar 20-25 tahun sedangkan bibit dari biji bisa mencapai lebih dari 30 tahun.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Penanaman
Bibit yang sudah ditanam adalah bibit yang mempunyai 2-3 payung daun dengan jarak tanam yang bervariasi. Jarak tanam yang digunakan petani sampel dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 10. Jarak Tanam yang Digunakan Petani Sampel di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Jarak Tanam (m x m)
Jumlah Sampel
(%)
1.
2x2
2
6.67
2.
3x3
6
2.00
3.
4x3
7
23.33
4.
4x4
10
33.33
5.
6x3
3
10.00
6.
6x4
2
6.67
Jumlah
30
100.00
Sumber : Data Primer Diolah, 2007.
Dari Tabel dapat diketahui bahwa jarak tanam yang banyak digunakan adalah 4 m x 4 m sebanyak 10 sampel (33.34%) dengan sistem bujur sangkar. Bila dibandingkan dengan tekhnologi anjuran, karena jarak tanamnya ada yang terlalu rapat atau sempit, maka jarak tanam yang dianjurkan adalah 4,25 m x 4,25 m. Sistem tanam yang digunakan petani pada umumnya monokultur atau tanaman karet sebagai tanaman utama dan tidak ada tanaman lain yang dibudidayakan diantara tanaman karet.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Penyisipan Penyisipan dilakukan ketika bibit yang ditanam ada yang mati atau pertumbuhannya kurang optimal. Bibit yang disisip ditanam di samping lubang tanam bibit yang mati. Kematian bibit disebabkan karena kurang adanya seleksi bibit sebelum dilakukan penanaman serta serangan penyakit.
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Pemeliharaan TBM didaerah penelitian sangat jarang dilakukan. Umumnya petani membiarkan saja bibit yang sudah ditanam. Dan sangat jarang ataupun sedikit sekali yang memberikan perawatan khusus. Umumnya dalam pengendalian penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman adalah disebabkan oleh jamur yang bisa membuat tanaman mati atau pas penanaman baru pohon karet mati muda dan menular/ berjangkit sesama pohon lain dan menyebabkan pohon karet lain juga terserang. . Adapun perawatan yang diberikan petani berupa pemberian pupuk dengan frekuensi 1-2 setahun, tetapi mayoritas sekali dalam setahun, dan ada juga yang tidak memberikan pupuk sama sekali dengan membiarkan saja tanamannya. Pemeliharaan lain yang dilakukan yaitu penyiangan gulma yang bertujuan untuk : • Memperoleh pertumbuhan yang optimal bagi tanaman pokok • Memudahkan
pekerjaan
pada
waktu
melakukan
penyadapan
dengan
membersihkan gulma yang tumbuh, diantaranya rumput dan lalang • Mengurangi persaingan antara tanaman pokok dengan tanaman pengganggu terutama dalam hal pemupukan.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Ada dua cara penyiangan yang dilakukan di daerah penelitian yaitu : • Penyiangan secara manual yaitu pembersihan rumput dan lalang dilakukan dengan menggunakan parang babat untuk disiangi disekeliling tanaman karet karet atau disepanjang barisan tanaman dengan cara di babat atau di kored. • Penyiangan secara kimiawi yaitu pembersihan rumput dengan menggunakan obat-obatan. Jenis yang digunakan adalah herbisida Round up, dengan menggunakan pompa semprot atau knapsack sprayer Frekuensi pemakaian tergantung pada banyaknya gulma yang tumbuh. Di daerah penelitian cara kimiawi umumnya di lakukan 2 kali dalam satu tahun, dan 2 – 4 kali dalam setahun dengan cara dibabat atau di kored. Penyiangan gulma yang dilakukan petani dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 11. Penyiangan Gulma yang Dilakukan Petani di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Penyiangan Gulma
Frekuensi/Tahun
Jumlah Sampel
(%)
1.
Kimiawi
2 kali
25
83.33
2.
Manual
2 – 4 kali
5
16.67
30
100.00
Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2007.
Dari Tabel dapat diketahui bahwa umumnya penyiangan gulma yang dilakukan petani di daerah penelitian secara kimiawi sebanyak 25 sampel (83,34%) dan secara manual sebanyak 5 sampel (16,67).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Pemeliharaan pada TM tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan TBM terutama dalam hal penyiangan gulma. Dalam hal pemupukan, tidak semua petani melakukan pemupukan. Umumnya petani menggunakan pupuk Urea, NPK, Kcl, dan Sp-36 yang dilakukan dalam 1 – 2 kali setahun. Dan ada juga sejumlah kecil petani yang tidak memberikan pupuk sama sekali. Pemupukan yang dilakukan pada tanaman karet yang telah menghasilkan adalah bertujuan untuk : • Meningkatkan hasil sadapan • Mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan pertumbuhan tanaman Perbandingan antara petani yang menggunakan pupuk dan yang tidak menggunakan pupuk dalam budidaya karet dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 12. Perlakuan Pemupukan Dalam Usahatani Karet di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Pemupukan
Frekuensi/Tahun
Jumlah Sampel
(%)
1.
Dilakukan
1 – 2 Kali
28
93.33
2.
Tidak Dilakukan
-
2
6.67
30
100.00
Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2007.
Dari Tabel dapat dilihat bahwa jumlah petani yang menggunakan pupuk sebanyak 28 petani (93,33%) dan tidak melakukan pemupukan sebanyak 2 petani (6,67%). Frekuensi umumnya dilakukan 1 kali setahun atau ada juga yang sampai 2 kali setahun. Hal ini disebabkan harga pupuk yang mahal sehingga sebagian petani tidak mampu melakukan pemupukan . Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Pada tanaman karet di daerah penelitian penyakit utama yang sering menyerang adalah Jamur Akar Putih (JAP) yang disebabkan oleh cendawan. Penyakit ini sering menyerang tanaman karet pada bagian akar, dan akan menyebabkan akar maupun batang yang terserang menjadi busuk dan basah.Daun menjadi layu dan mengering kemudian jatuh berguguran dan pada akhirnya akan mati. Penyakit yang terserang oleh Jamur Akar Putih ini pohon yang dikenainya akan berjangkit pada pohon lain dan pada akhirnya pembuluh lateks tidak berproduksi lagi dan keluar sehingga kelamaan akan menyebabkan kematian . Pengendalian penyakit yang dilakukan petani di daerah penelitian yaitu dengan menggali tanah disekitar leher akar dengan kedalaman 50 Cm kemudian akar yang terserang dikerok disepanjang permukaan akar, dan dibiarkan dan setelah 1-2 minggu kemudian akar ditutup tanah kembali. Hama yang sering menyerang tanaman karet juga disebabkan oleh rayap. Dimana serangannya dapat terlihat oleh batang, batang pohon dimakani rayap, sehingga batang karet tersebut berlumut sehingga mengakibatkan pohon karet busuk, berlubang dan titengah-tengah batang kosong dan lama-kelamaan pohon karet tersebut bisa mati. Di daerah penelitian petani menanggulangi permasalahan tersebut dengan cara menyemprot silinder ataupun dengan mengoles silinder tersebut ke batang pohon karet. Dan juga yang banyak mengganggu adalah babi hutan dan kera yang dapat merusak tanaman karet. Petani menanggulanginya dengan cara membuat ranjau.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Penyadapan dan Pengumpulan Hasil Penyadapan dilakukan dengan menyayat atau mengiris kulit batang. Tujuan penyadapan adalah untuk membuka pembuluh lateks sehingga lateks mengalir keluar dengan cepat pada awal, kemudian menjadi lambat secara perlahan-lahan. Umur tanaman mulai dapat disadap umumnya adalah berkisar 7-8 tahun. Penyadapan yang dilakukan di daerah penelitian adalah dengan sistim 4 hari sadap dan 1 hari untuk mengumpulkan hasi. Jadi penyadapan dilakukan 4 hari dalam seminggu pada hari normalnya. Tetapi ada juga yang tidak sampai 4 hari dalam seminggu, bisa saja 2 atau 3 hari penyadapan dalam seminggu, ini disebabkan oleh faktor cuaca misalnya musim penghujan atau hari kurang cerah, sehingga petani tidak bisa atau sulit mengadakan penyadapan. Penyadapan dilakukan dengan mengiris kulit batang tanaman karet dengan dalam irisan ± 2 mm . Penyadapan dilakukan 4 hari dalam seminggu dan biasanya petani menyadap pada pagi hari dengan waktu penyadapan sekitar 3-4 jam, dan setelah 4 hari melakukan penyadapan dalam ukuran normalnya selanjutnya 1 hari
untuk pengumpulan hasil cup lump. Pengumpulan hasil
dilakukan jika mangkuk penampung getah telah terisi penuh dan getah (cup lump) dalam keadaan menggumpal. Biasanya petani mengumpulkan hasil cup lump nya setiap hari senin karena hari selasa diadakannya pasar getah yang diadakan pada pagi hari.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
ANALISIS EKONOMI USAHATANI
Sarana Produksi Umur tanaman karet di daerah penelitian pada umumnya antar 7 – 50 tahun. Hal ini berpengaruh pada pemakaian sarana produksi termasuk pupuk serta penggunaan penggunaan tenaga kerja yang berbeda pada tanaman karet yang lebih muda. Pemberian pupuk pada tanaman karet yang sudah tua, dosisnya lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman yang masih muda sehingga kebutuhan tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit, selain itu tanaman yang sudah tua juga membutuhkan perawatan juga lebih sedikit. Seperti yang telah diketahui di daerah penelitian umur tanaman karet sejumlah besar sudah tergolong tanaman tua. Sarana produksi petani karet di Desa Tanobato terdiri dari jumlah pokok (batang) atau jumlah bibit karet, pupuk, dan obat-obatan yang dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, ( Kg/Ha/Tahun) No.
Uraian
Per/Petani/Tahun
Per/Ha/Tahun
1.
Jumlah pokok/ bibit (Batang)
1.553,3 Btg/Petani
384,72 Btg/Ha
2.
Urea
(Kg)
1139
267,4
Sp-36 (Kg)
95,5
13,73
Npk
(Kg)
77,58
23,58
Kcl
(Kg)
23,58
18,2
11,51
2,37
3.
Roundup (ltr)
Sumber : Lampiran 2
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Dari Tabel diatas dapat diliha bahwa rata-rata penggunaan sarana produksi bibit adalah 1.553,3 batang/petani atau 384,72 batang/Ha, Sedangkan rata-rata penggunaan sarana produksi pupuk yang terbesar adalah Urea sebesar 1139 Kg/petani atau 267,4 Kg/ Ha dan untuk herbisida (Roundup) sebesar 11,51 liter/Petani atau 2,37 liter/Ha. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan sarana produksi bibit sangat dominan pada usahatani karet dan kemudian diiringi oleh sarana produksi pupuk pada usahatani karet di daerah penelitian. Untuk mengetahui biaya sarana produksi pada budidaya karet rakyat dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 14. Rata-rata Biaya Sarana Produksi Pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun). No.
Uraian
Rp/Petani/Tahun
Rp/Ha/Tahun
%
1.
Jumlah pokok/ bibit
6.070.000
1.021.805
61,57
Urea
1.682.550
216.005,3
13,01
Sp-36
349.300
84.233,3
5,07
Npk
617.283,3
195.387,5
11,78
Kcl
345.866,6
32.800
1,98
Roundup
526.716,6
109.383,3
6,59
9.592.716,5
1.659.614,4
100.00
(Batang) 2.
3.
Jumlah Sumber : Lampiran 3
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya sarana produksi yang terbesar adalah bibit sebesar Rp. 6.070.000,-/petani atau Rp. 1.021.805,-/ha (61,57%) sedangkan yang terkecil adalah pupuk Kcl sebesar Rp.345.866,6,/petani atau Rp. 32.800,-/ha (1,98%). Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani karet rakyat di Desa Tanobato terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Untuk mengetahui rata-rata curahan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, ( HKP/Ha/Tahun) No.
Uraian
HKP/Petani/Tahun
HKP/Ha/Tahun
%
1.
TKDK
165,2
74,997
31,37
2.
TKLK
881.191
164,090
68,63
881.356,2
239,087
100.00
Jumlah Sumber : Lampiran 4
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk TKDK adalah 165,2 HKP/petani atau 74,997 HKP/Ha (31,37%) sedangkan untuk TKLK adalah sebesar 881.191 HKP/petani atau 164,090 HKP/Ha (68,64%). Untuk mengetahui biaya tenaga kerja pada budidaya karet rakyat dapat dilihat Pada Tabel 16. Tabel 16. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun). No.
Uraian
Rp/Petani/Tahun
Rp/Petani/Tahun
%
1.
TKDK
3.683.500
1.392.855,5
23,44
2.
TKLK
24.358.166,6
4.549.198,14
76,56
28.041.666,6
5.942.053,64
100.00
Jumlah Sumber : Lampiran 4
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk TKDK adalah Rp.3.683.500,-/petani atau Rp.1.392.855,5,-/Ha (23,44%) sedangkan
rata-rata
penggunaan
tenaga
kerja
TKLK
adalah
sebesar
Rp. 24.358.166,6,-/petani atau 4.549.198,14,-/Ha (76,56%) .
Biaya Produksi Adapun yang termasuk ke dalam biaya produksi di Desa Tanobato adalah biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan. Untuk mengetahui rata-rata biaya produksi usahatani karet rakyat dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 17. Rata-rata Biaya Produksi Pada Usahatani Karet Rakyat di Desa Tanobato Tahun 2007, (Rp/Ha/Tahun). No.
Uraian
Rp/Petani/Tahun
Rp/Ha/Tahun
%
1.
Sarana Produksi
9.593.716,6
1.873.615
23,08
2.
Tenaga Kerja
28.041.666,6
6.000.356,48
73,90
3.
Penyusutan
891.050
2.457.68,48
3,02
38.526.433,2
8.119.748,9
100.00
Jumlah Sumber : Lampiran 7
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya produksi yang terbesar
adalah
tenaga
kerja
sebesar
Rp.
28.041.666,6,-/petani
atau
Rp. 6.000.356,48,-/Ha (73,90%) sedangkan yang terkecil adalah penyusutan sebesar Rp. 891.050,-/petani atau Rp. 2.457.68,48,-/Ha (3,02%) jika dilihat dari Rp/petani/tahun, tetapi rata-rata biaya terkecil jika dilihat dari Rp/ha/tahun nya adalah sarana produksi yaitu senilai Rp. 1.873.615,-/ha (23,08%).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Tabel 18. Analisis Ekonomi Petani Karet Yang Sudah Menghasilkan (TM) Per Kg Produksi Cup lump di Desa Tanobato Tahun 2007 No.
Rp./Kg
(%)
10,027 9,234 21,343 13,041 14,511 9,336 23,856 2,624 533,34 4,483
0,11 0,11 0,25 0,15 0,17 0,10 0,27 0,03 6,21 0,05
311,594 45,969 1.867,192 +
3,62 0,53 21,74
Total Biaya Penyusutan Peralatan
2.866,55
33,37
2.
Profit petani
5.723,45
66,63
3.
Harga jual cup lump petani
8590
100,00
1.
Komponen Biaya Biaya Penyusutan Peralatan -
Cangkul Parang Ember Knapsack Pisau Deres Talang Kawat Tempurung Bak getah Mangkok getah
Pupuk Herbisida Tenaga Kerja
Sumber : Lampiran 11 dan 12.
Dari Tabel 18, dapat diketahui bahwa biaya produksi petani sebesar Rp. 2.866,55,-/Kg (33,37%), sedangkan profit petani sebesar Rp. 5.723,45,-/Kg (66,63%).
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Karet Rakyat Produksi merupakan keseluruhan hasil panen yang dihasilkan dalam kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan Kg atau Ton. Produktifitas adalah perbandingan antara jumlah produksi dengan luas lahan dalam suatu kegiatan usahatani yang dinyatakan dalam satuan Kg/Ha atau Ton/Ha. Penerimaan diperoleh dari hasil kali jumlah produksi dengan harga jual. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi . Total biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Untuk mengetahui produksi, penerimaan dan pendapatan bersih dari usahatani karet rakyat dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 19. Rata-rata Produksi, Produktifitas, Harga, Penerimaan, Total Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih Pada Usahatani Karet Rakyat di desa Tanobato Tahun 2007, ( Rp/Ha/Tahun) No.
Uraian
1.
Produksi (Kg)
2.
Produktifitas (Kg/ Ha)
3.
Harga (Rp)
4.
Penerimaan (Rp)
5.
Total Biaya Produksi (Rp)
6.
Pendapatan bersih (Rp)
per/Petani
per/Ha
12.308,26
257.267
2.945,11
-
8613
8613
107.906.693,3
25.788.577,78
38.490.400
8.048.419,2
69.416.293,3
17.626.858,6
Sumber : Lampiran 7,8,9.
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata produksi karet rakyat sebesar 12.308,26 Kg/petani atau 257.267 Kg/ha
dan produktifitas sebesar
2.945,11 Kg/Ha per petani, sedangkan harga rata-rata sebesar Rp. 8.613,- baik per petani maupun per hektar, sedangkan penerimaan sebesar Rp. 107.906.693,3,-
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
/petani
atau
Rp.
25.788.577,78,-/Ha,
total
biaya
produksi
sebesar
Rp. 38.490.400,-/petani atau Rp.8.048.419,2,-/Ha, dan pendapatan bersih sebesar Rp. 69.416.293,3,-/petani atau Rp. 17.626.858,6,-/ha.
Kendala Dalam Teknologi Usahatani Karet Rakyat Dalam menjalankan usahatani karet petani masih banyak menghadapi suatu kendala. Kendala yang dihadapi tersebut kurang lebih berasal dari diri petani sendiri yaitu kurangnya modal untuk menggunakan input produksi secara optimal sehingga dalam menjalankan usahatani terutama pembudidayaan tanaman karet belum sesuai dengan teknik budidaya, seperti : • Harga bibit okulasi yang mahal sehingga menyebabkan masih banyak petani menggunakan bibit dari biji (seling) atau hampir setengah dari jumlah populasi sampel petani di tempat penelitian menggunakan bibit dari biji . • Harga pupuk yang mahal menyebabkan banyak petani yang melakukan pemupukan dengan frekuensi 1 kali dalam setahun dan sejumlah kecil yang melakukan pemupukan 2 kali dalam setahun, dan ada juga sejumlah kecil petani yang tidak memberikan pemupukan sama sekali karena diakibatkan faktor biaya karena harga pupuk yang mahal sehingga produksi karet petani kurang optimal. • Dalam hal pengendalian hama penyakit , petani banyak yang kurang mengerti cara pengendalian, sehingga tanaman yang terserang hanya dilakukan pengendalian seadanya bahkan ada yang tidak dilakukan pengendalian sama sekali sehingga tanamn tidak bisa disadap lagi. • Belum memadainya /
belum adanya pabrik pengolahan hasil karet
(Cumb Rubber) di daerah atau kabupaten daerah penelitian, karena jika dilihat hasil produktifitas karet rakyat Madina cukup banyak dan pada saat ini Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
menduduki peringkat kedua penghasil karet terbanyak di Sumatera Utara, oleh sebab itu perlu didirikannya remeling/ pabrik pengolahan karet. Selain kendala yang dihadapi dalam teknologi anjuran budidaya karet kendala terbesar yang dihadapi petani adalah faktor sosial ekonomi petani itu sendiri . Dalam segi pendidikan formal tingkat pendidikan petani rata-rata adalah digolongkan rendah dan pengetahuan tentang usahatani dan budidaya karet petani diperoleh hanya berdasarkan pengalamannya saja serta tidak adanya pendidikan dan pelatihan yang diterima oleh petani, dan walaupun ada sejumlah kecil petani yang mengerti dalam teknologi anjuran budidaya karet, tetapi boleh dikatakan tingkat pengetahuan petani tentang budidaya usahatani karet di daerah penelitian masih kurang.
Upaya yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala yang Dihadapi Petani Setelah mengetahui kendala yang dihadapi petani maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan : • Petani membeli bibit okulasi dari penangkar bibit karet hasil okulasi yang berasal dari desa tetangga maupun luar daerah dengan mecari bibit yang lebih murah sehingga dapat terjangkau oleh petani. • Petani lebih banyak menggunakan pupuk urea dibandingkan pupuk Npk,Sp-36, dan Kcl mungkin dikarenakan harganya yang cukup relatif murah dibandingkan harga pupuk lain dan sekaligus untuk lebih menghemat biaya. • Dalam pengendalian penyakit, khususnya penyakit jamur akar putih, petani biasanya menggali tanah disekitar leher akar, kemudian akar di kerok diantara jarak pohon yang satu dengan yang lainnya di sepanjang permukaan akar dengan kedalaman kira-kira 50 Cm dan dibiarkan kira-kira 1 minggu lebih Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
kemudian tanah ditutup kembali guna mencegah penyakit tersebut tidak berjangkit pada pohon lain. • Pada saat ini usulan pendirian pabrik Crumb Rubber di daerah penelitian telah telah direalisasi dan disetujui oleh pemerintah kabupaten Mandailing Natal dan pada waktu dekat ini akan didirikan pabrik crumb rubber tersebut tiga pabrik pengolahan sekaligus di daerah yang berbeda di Kabupaten Mandailing Natal.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
SISTEM TATANIAGA
Saluran Tataniaga Cup Lump melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang menyalurkan cup lump dari petani di Desa Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lembaga-lembaga tataniaga yang berperan dalam tataniaga cup lump adalah petani, pedagang pengumpul desa dan kecamatan , dan agen. Produksi cup lump desa Tanobato sebesar 4.243.200 Kg/Tahun. Di daerah penelitian terdapat 2 bentuk saluran tataniaga.
Saluran tataniaga dapat dilihat sebagai berikut: Saluran 1 : Petani
Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan
Agen
Konsumen Luar Kabupaten Madina. Saluran 2 : Petani
Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan
Konsumen Luar
Kabupaten Madina.
Dari saluran tataniaga tersebut dapat dipaparkan bahwa total produksi cup lump desa Tanobato tahun 2007 sebesar 4.243.200 Kg. Petani melakukan penjualan cup lump sebesar 3.292.800 Kg kepada pedagang pengumpul desa dan kecamatan (Toke) dengan harga yang bervariasi dengan harga rata-rata Rp.8590 Kg/petani, kemudian pedagang pengumpul menjual cup lump nya kembali kepada agen (pedagang besar) dengan harga yang bervariasi juga dengan rata-rata 279.305,28 Kg/Tahun. Untuk lebih jelasnya melihat sebaran harga yang diberikan pedagang pengumpul kepada petani dan juga kesesama pedagang (agen) dapat Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
dilihat pada lampiran 12. Dan ada juga pedagang pengumpul yang menjual cup lump nya yang telah dibeli dari petani langsung dijual ke konsumen luar Kabupaten Madina, seperti yang dilihat pada saluran 2. Dari kedua saluran tataniaga diatas yang paling baik adalah saluran ke 2, karena dapat menguntungkan petani. Karena semakin panjang saluran tataniaga petani kurang diuntungkan. Dalam menyalurkan cup lump dari petani sampai kepadagang pengumpul hingga ke tujuan pabrik pengolahan. Pedagang pengumpul desa dan kecamatan maupun agen cenderung mengalami marketing loss dengan rata-rata sebesar 65.034 Kg selama tahun 2007 akibat penyusutan volume cup lump selama dalam penyimpanan ataupun dalam perjalanan menuju pabrik pengolahan, dan berhubung pabrik pengolahan karet berada diluar daerah Kabupaten Madina oleh sebab itu sangat cenderung mempengaruhi marketing loss,karena cup lump mengandung air. Namun marketing loss yang dialami pedagang pengumpul ditanggung sendiri oleh mereka. Petani pada umumnya menjual hasilnya melalui pedagang pengumpul desa mapun kecamatan yang mana mereka mengadakan transaksi ataupun penjualan setiap diadakannya pasar getah yaitu setiap hari selasa (sekali dalam seminggu). Pedagang pengumpul desa dan kecamatan setelah diadakannya pasar getah mereka langsung menjual hasil pembelian cup lump tersebut ke tujuan pabrik pengolahan mereka masing-masing, dan ada juga hanya menjualkannya kesasama pedagang pengumpul ataupun agen tanpa harus menjual ke pabrik lagi.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Tabel 20. Rata-rata Komponen Biaya Tataniaga Untuk Tiap Kg Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007 No. 1. 2.
Komponen Biaya
Rp./Kg
(%)
Harga beli pedagang pengumpul desa dan kecamatan Biaya Tataniaga: - Upah T.kerja - Ongkos lapangan - Distribusi - Transfortasi - Penyusutan transfortasi - Penyusutan timbangan - Marketing Loss
8590
84,33
0,551 0,039 0,051 5,086 18,904 1,180 0,146 +
0,005 0,0003 0,0004 0,049 0,185 0,001 1,433
25,957
0,254
128,043
1,257
3.
Margin tataniaga (Rp/Kg) Harga beli pedagang besar (Agen)
154 8744
1,52 85,86
4.
Harga jual pedagang besar (Agen)
10.185
100,00
Total Biaya Tataniaga Profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan
Sumber : Data Primer Diolah dari lampiran 12,14.
Pada saluran tataniaga cup lump ini, pedagang pengumpul membeli cup lump dari petani dengan harga rata-rata Rp.8590,-/Kg (84,33%) dan ada juga pedagang pengumpul (agen) membeli cup lump antara sesama pedagang pengumpul dengan harga rata-rata Rp. 8744,-/Kg (85,86%). Biaya tataniaga yang dikeluarkan pedagang pengumpul desa dan kecamatan sebesar Rp. 25,957/kg ( 0,254%), antara lain biaya upah tenaga kerja Rp. 0,551/kg (0,005%), Biaya tenaga kerja termasuk upah (muat, bongkar, jemur, menimbang) pada setiap diadakannya pasar getah., Ongkos lapangan Rp. 0,039/kg (0,0003%), Distribusi Rp. 0,051/kg (0,0004%), Transfortasi Rp. 5,086/kg (0,049%), Penyusutan transfortasi Rp.18,904/kg (0,185%), Penyusutan timbangan Rp. 1,180/kg
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
( 0,001%). Sehingga total biaya tataniaga adalah senilai Rp.25,957/kg (0,254%). Profit yang diperoleh pedagang pengumpul desa dan kecamatan adalah sebesar Rp. 128,043/kg (1,257%), margin pemasaran nya sebesar 154 (1,52%) dihitung selama setahun (tahun 2007). Dan markering loss sebesar Rp.0,146/ kg (1,433%). Pengangkutan yang digunakan pedagang pengumpul untuk mengangkut hasil pembelian cup lump dan menjualnya kembali ke pabrik pengolahan dengan menggunakan jenis angkutan fuso. Colt diesel, dan chevrolet luv. Dan untuk mengetahui Price spread dan share margin pemasaran cup lump ini dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 21. Price spread dan Share Margin Untuk Tiap Tataniaga Cup lump di Desa Tanobato, Tahun 2007. No.
Komponen Biaya
Price spread
Share margin (%)
(Rp) 1.
Rata-rata Harga Jual Petani - Biaya Produksi - Profit petani
2.
Biaya Tataniaga - Upah T.kerja - Ongkos lapangan - Distribusi - Transfortasi - Penyusutan transfortasi - Penyusutan timbangan - Marketing Loss
3. 4.
Profit Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Harga Jual Pedagang pengumpul Desa dan Kecamatan
8590 2.866,55 5.723,45
98,23 33,37 65,45
0,551 0,039 0,051 5,086 18,904 1,180 0,146 + 25,957
0,006 0,0004 0,0005 0,058 0,216 0,013 0,005+ 0,296
128,043
1,464
8744
100,000
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Dari Tabel 21, dapat dilihat bahwa share margin biaya produksi petani karet 33,37%, sedangkan share margin profit petani 65,45%. Di tingkat pedagang pengumpul desa dan kecamatan dapat diketahui bahwa
share margin profit
sebesar 1,464%. Harga pembelian cup lump dari petani oleh pedagang pengumpul desa dan kecamatan sangat bervariasi karena adanya persaingan harga antara sesama pedagang, dan ada juga karena mutu hasil cup lump yang cukup bagus dimana pedagang memberikan harga yang lebih tinggi karena bahan yang dijual petani sangat bagus, tidak mengandung bahan ( Misalnya: mengandung kayu, plastik, tanah ), maka petani memberikan harga yang tinggi dan cup lump tersebut sudah sangat kering dan telah di jemur petani dalam beberapa hari, dan kriteria tersebut dapat memberikan nilai lebih dalam pemberian harga dalam per Kg- nya. Dan begitu juga sebaliknya apabila hasil cup lump banyak mengandung bahan ( reject) maka harga yang diberikan pedagang pengumpul dapat lebih rendah. Hal ini bahwa hipotesis (1) yang menyatakan bahwa ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit antara petani dan pedagang pengumpul di daerah penelitian dapat diterima. Dari data-data pada saluran pemasaran cup lump di Desa Tanobato dapat dibuat rekapitulasi seperti yang terdapat pada Tabel 22.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Tabel 22. Rekapitulasi Volume Pembelian, Harga Beli, Biaya Tataniaga, Harga Jual, Profit dan Margin Tataniaga Setiap Lembaga Tataniaga di Desa Tanobato Tahun 2007 No. Uraian PPD dan PPK Pabrik 1. Volume Pembelian (Kg) 4.243.200 3.413.638,2 2. Rata-rata Harga Beli Petani 8590 10.185 (Rp/Kg) 3. Biaya Tataniaga (Rp/Kg) 25,957 4. Rata-rata Harga Jual ke sesama 8744 10.185 pedagang /Agen (Rp/Kg) 5. Profit (Rp/Kg) 128,043 6. Margin Tataniaga (Rp/Kg) 154 Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2007 Keterangan : PPD = Pedagang Pengumpul Desa PPK = Pedagang Pengumpul Kecamatan
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa biaya tataniaga pedagang pengumpul sebesar Rp. 25,957/kg, Sedangkan profit pedagang sebesar Rp.128,043/kg, dan margin tataniaga nya sebesar Rp.154/Kg. Dari Tabel 21. dapat dibuat rekapitulasi share margin yang diterima lembaga tataniaga pada saluran tataniaga cup lump pada Tabel 23. Tabel 23. Rekapitulasi Share Margin Pada Saluran Tataniaga Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Share Profit Petani Biaya Produksi Profit Pedagang Pengumpul Desa & kecamatan Biaya Tataniaga Total
Share margin (%) 65,45 33,37 1,464 0,296 100,000
Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2007.
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa profit petani sebesar 65,45%, sedangkan biaya produksinya sebesar 33,37%. Profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan sebesar 1,464% dan biaya Tataniaga sebesar 0,296%.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Efisiensi Tataniaga Untuk menghitung efisiensi tataniaga hingga saat ini belum ada ukuran yang jelas, akan tetapi penulis akan menentukan tingkat efisiensi yang diperoleh pada saluran Tataniaga cup lump di Desa Tanobato. Efisiensi tataniaga di dapat dari penjumlahan profit middle-man (pedagang pengumpul) dengan profit petani dibagi dengan penjumlahan biaya tataniaga dan biaya produksi dan pemasaran hasil. Tingkat efisiensi tataniaga cup lump dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Tingkat Efisiensi Tataniaga Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007. Profit Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan (Rp)
Profit Petani (Rp)
Biaya Tataniaga (Rp)
Biaya Produksi (Rp)
Efisiensi Tataniaga
128,043
5.723,45
25,957
2.866,55
2,02
Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa tingkat efisiensi tataniaga sebesar 2,02. Dimana nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan dengan profit petani dibagi dengan penjumlahan biaya tataniaga dengan biaya produksi. Besarnya efisiensi tataniaga tersebut lebih besar dari 1 (e >1) yang berarti bila dilihat dari tingkat efisiensi tataniaga menunjukkan bahwa saluran tataniaga karet yang ada di daerah penelitian masih tergolong efisien. Hal ini berarti hipotesis (2) yang menyatakan tingkat efisiensi tataniaga karet di daerah penelitian tergolong efisien dapat diterima.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Kendala Dalam Tataniaga Karet Rakyat
Harga karet yang berfluktuasi dan cenderung berubah-ubah setiap adanya pasar getah dan kadangkala harga tidak normal
Terjadinya persaingan harga antara pedagang pengumpul desa maupun kecamatan dengan pedagang besar (agen). Dimana di daerah penelitian pedagang pengumpul kecamatan ada juga yang berposisi atau sekalian merangkap sebagai pedagang besar (agen).
Keadaan jalan terhambat/ rusak sehingga mengakibatkan terlambatnya tiba ke pabrik, dimana tujuan pabrik pengolahan semua berada diluar Kab. Madina (seperti : Tapsel, Tebing, Siantar, maupun Padang/ Sumbar), dengan demikian susut menjadi naik.
Kadang-kadang harga nothering pabrik turun, karena disebabkan oleh musim gugur atau berganti daun, mutu / kualitas karet yang kurang baik, karenpabrik pengolahan mempunyai acuan tersendiri dalam menentukan harga nothering.
Upaya yang Dilakukan Dalam Mengatasi Kendala Tataniaga yang Dihadapi
Harga yang cenderung berubah-ubah ditentukan oleh pasar yang tidak dapat diubah oleh satu pihak saja baik petani maupun lembaga pemasaran, sehingga yang dapat dilakukan petani hanyalah mengurangi kerugian jika harga karet turun.
Dengan adanya persaingan harga, maka persaingan yang dilakukan dengan cara persaingan yang sehat dengan harga terbuka dan memilih mutu pembelian cup lump dengan kualitas yang baik .
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Dengan keadaan jalan yang terhambat, sebaiknya didirikan pabrik pengolahan karet (Remeling) di wilayah Mandailing Natal agar tidak terjadi kenaikan susut yang tinggi selama menuju pabrik pengolahan, karena pabrik pengolahan berada diluar Kabupaten Madina. Dan dengan didirikannya Pabrik pengolahan karet tersebut sangat membantu pedagang dalam menjual cup lump yang mereka beli dari petani dan otomatis dapat mengurangi biaya pengeluaran pedagang dan disatu pihak sangat menguntungkan petani yaitu bagaimana para petani menikmati hasil karet dengan harga yang layak.
Dengan menghadapi turunnya harga nothering pabrik (misalnya pada musim gugur dan berganti daun) hal ini tidak bisa kita elakkan, karena pihak pabrik mempunyai acuan tertentu dalam menentukan harga, dan sudah ada ketentuan waktu tertentu adanya musim gugur atau berganti daun. Dan para pedagang seharusnya memilih mutu/ kualitas bahan cup lump yang bagus dan tidak mengandung bahan (misalnya : cup lump bercampur dengan kayu, tanah plastik) agar remeling memberikan harga nothering yang bagus dan tidak rendah sesuai dengan kriterianya. Adapun kriteria kadar penjualan mutu yang terbaik di remeling adalah sebagai berikut : a. Nomor 1
= Kualitas C (asli mengandung cup lump)
b. Nomor 2
= Kualitas B (mengandung kotoran ringan seperti; kayu tipis)
c. Nomor 3
= Kualitas F (bahan reject / kotor, mengandung kayu campur
tanah). Dan dari kesemua kriteria tersebut remeling (pabrik) memberikan harga dan kadar yang berlaku sesuai dengan jenis bahan cup lump yang di jual pedagang pengumpul dengan ketentuan yang telah disepakati oleh pihak pabrik.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 7. Proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian belum sesuai dengan tekhnologi budidaya anjuran. 8. Komponen biaya produksi terbesar dalam usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah tenaga kerja, penerimaan sebesar Rp.25.788.577,78,-/Ha, sedangkan pendapatan bersih sebesar Rp.17.626.858,6,-/Ha . 9. Terdapat dua bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian, yakni dimana saluran 2 lebih baik dari saluran 1, karena petani dapat lebih untung. 10. Ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit petani dan pedagang pengumpul di daerah penelitian. Dimana petani mempunyai price spread profit yang lebih besar dibandingkan profit pedagang pengumpul desa dan kecamatan, dan sebaliknya pedagang pengumpul desa dan kecamatan mempunyai share margin profit yang lebih besar dibanding petani. 11. Tingkat efisiensi tataniaga karet rakyat yang ada di daerah penelitian sudah tergolong efisien. 12. Kendala-kendala yang dihadapi dalam usahatani karet rakyat antara lain : Mahalnya harga pupuk, petani kurang mengerti dalam mengendalikan hama penyakit. Dalam hal tataniaga, turunnya harga nothering pabrik. Upaya untuk mengatasi kendala tersebut yaitu
mayoriras petani
menggunakan pupuk urea karena harga nya relatif terjangkau, dalam hal
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
masalah hama penyakit petani masih mempergunakan cara tersendiri dan belum sesuai dengan anjuran budidaya. Upaya untuk kendala tataniaga dengan memilih mutu/ kualitas bahan cup lump yang baik agar memperoleh keuntungan yang baik pula.
Saran 1. Kepada petani karet rakyat di harapkan untuk dapat memperbaiki mutu dan kualitas karet yang dihasilkan dan melakukan usahatani karet rakyat sesuai dengan tekhnologi anjuran agar produktifitas karet rakyat bisa lebih bagus lagi dan agar mampu bersaing dengan karet milik perkebunan swasta sehingga nilai jualnya bisa lebih baik. 2. Kepada peneliti yang akan datang diharapkan untuk dapat memeliti lebih lanjut tentang sistem produksi usahatani dan pemasaran karet di Kabupaten Madina.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2003. Tanaman Perkebunan Rakyat http : //www.sumutprov.go.id/ongkam.php
Mandailing
Natal
Anonimous, 2005. Pengertian Abstrak Kehilangan Hasil pada Tanaman Perkebunan. http : // Agribisnis, deptan.go.id Anonimous, 2006a. Basis Data http : // database.deptan.go.id Anonimous, 2006b. Pengembangan http : // Primatani, litbang.deptan.go.id
Statistik
Pertanian
Tanaman
Karet
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta. Dinas Perkebunan Madina, 2005. Pendataan Statistik Tanaman Perkebunan Kabupaten Madina, Madina. Heru Setiawan, D., dan Agus Andoko, 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet, Agromedia Pustaka, Jakarta. Hutauruk, J., 2003. Tata Niaga Hasil Pertanian, Diktat Fakultas Pertanian, Unika ST. Thomas SU, Medan. Kotler, Philip, 2003. Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Mustafid, 2002. Analisis Efektifitas dan Efesiensi Tataniaga Kopi Biji di Provinsi Lampung, fakultas UNILA Lampung. Soetrisno, L., 1999. Pertanian Pada abad Ke-21, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Setyamidjaja, D., 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sianturi, H.S., 2001.Budidaya Tanaman Karet, Diktat. Fakultas Pertanian,USU, Medan. Siregar, HS., Tumpal, 1995. Teknik Penyadapan Karet, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian, Penerbit UMM- Malang. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani, Penerbit UI-Press, Jakarta. Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009
Soekartawi, 1990. Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Penerbit Grafindo Persada, Jakarta. Soekartawi, 1989. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya, Rajawali Press, Jakarta. Soekartawi, 1984. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya, Rajawali Press, Jakarta. Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, UGMPress, Yogyakarta. Tim Penulis P.S., 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000, Budidaya dan Pengolahan, Penebar Swadaya, Jakarta. Tohir. A., 1999. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008. USU Repository © 2009