ANALISA PENYEBAB MASALAH KEMISKINAN DI KABUPATEN TAPANULI UTARA (Studi Kasus : Dua Desa di Kec. Sipoholon dan Dua Desa di Kec. Tarutung)
Oleh :
Toga P. Sihotang, SE NRP : 933103024
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 1996
Toga P.Sihotang : Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara…, 1996 USU Repository © 2007
RINGKASAN A d a e m p a t m a c a m m a s a l a h y a n g m e n j a d i l a t a r belakang penelitian ini. Pertama pertanyaan yang hares dijawab oleh Perencana Pembangunan Wilayah dan Pedesaan yaitu "Apa yang telah terjadi dengan masalah kemiskinan d i P e d e s a a n ? " . K e d u a g a g a s a n a t a u i d e t e n t a n g pengentasan kemiskinan pada umumnya bersumber dari orang “luar”, bagimana jika ide dan analisa pengentasan kemiskinan datangnya dari orang-orang “dalam” atau orang miskin itu sendiri ?. Ketiga, Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu Kabupaten termiskin di Sumatera Utara disamping 4 (empat) Kabupaten lainnya yaitu : Nias, Dairi, Tapanuli Tengah, dan Kabupaten Karo. Keempat 94,5% Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh lahan kering ( up land ) dengan kondisi marginal. D a l a m p e n e l i t i a n i n i y a n g m e n j a d i p o k o k permasalahan adalah f a k t o r a p a y a n g m e n i m b u l k a n kemiskinan di Tapanuli Utara ? Sementara pemanfaatan lahan kering dalam penanggulangan kemiskinan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan merupakan investasi sosial jangka panjang. Dengan demikian suatu
Toga P.Sihotang : Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara…, 1996 USU Repository © 2007
keharusan untuk mencari sistem pertanian yang dapat memberikan peningkatan pendapatan petani dan juga usaha lain diluar usaha tani yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah berbagai a sp ek y a n g d id u g a men ja d i p en y eb ab k e mi sk in a n d i Kabupaten Tapanuli Utara yaitu dengan mencari bentuk farming sistem. Hal ini dilaksanakan dengan 1. Mengetahui faktor sumber daya manusia, potensi wilayah, sarana dan prasarana. 2. Mengetahui sistem produksi tanaman pangan secara khusus dan sistem pertanian secara umum. 3. Menelaah persoalan keamanan pangan (Kriteri Sayogyo). 4. Mengetahui peranan pranata sosial yang ada. 5. Mempelajari mekanisme pemasaran yang ada. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijaksanaan (decision maker) dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Tapanuli Utara khususnya. Daerah yang dipilih berdasarkan kepada tingkat pendapatan per kapita per tahun pada tahun terakhir, sementara pemilihan desa sampel di dasarkan atas desa paling miskin di dalam Kecamatan bersangkutan yang sebelumnya telah dikonfirmasikan dengan pemerintah setempat. Pengambilan petani sampel dilakukan secara acak (random) atas dasar bahwa pada pengamatan pra survey menunjukkan populasi masyarakat petani masing-masing
Toga P.Sihotang : Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara…, 1996 USU Repository © 2007
desa bersifat homogen dan sampel yang diambil berjumlah 15 orang untuk setiap desa. Sedangkan desa yang diambil menjadi wilayah sampel adalah desa Tapian Nauli dan desa Hutaraja Hasundutan (Kecamatan Sipoholon serta desa Sihujur dan desa Sitampurung (Kecamatan Tarutung). Sementara analisis data yang digunakan adalah rumus Sayogyo untuk mengetahui keamanan pangan sepanjang tahun atau luasan lahan minimun untuk dapat hidup layak. Sementara tingkat produktivitas tenaga kerja didekati dengan Nilai Produk Marginal Tenaga Kerja. Dan untuk mengetahui apakah populasi keempat desa sampel memiliki sebaran teoritik tertentu dalam pemilikan luas lahan untuk dapat hidup layak digunakan Uji Kebaikan Suai. Dari hasil analisis data pendapatan per kapita rata-rata per tahun untuk keempat desa penelitian Rp. 174.314,-, juga dibandingkan dengan batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS,1992) yaitu Rp.255.500 per kapita per tahun dan standard Sayogyo (320 Kg beras per tahun/Rp.256.000) maupun dengan batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia (Rp.730.000 per kapita per tahun) dapat disimpulkan bahwa kemiskinan absolut masih dijumpai pada daerah penelitian ini. Kemiskinan relatif dapat diketahui dari besarnya tingkat persentase pendapatan yang dikeluarkan oleh
Toga P.Sihotang : Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara…, 1996 ----=•=111
USU Repository © 2007
petani responden untuk kebutuhan pangan dan non pangan sepanjang tahun, sehingga dengan mengkonversi terhadap harga pasar yang berlaku pada penelitian diperoleh bahwa besarnya persentase pendapatan terhadap pengeluaran untuk kebutuhan pangan sebesar 66,35%. Persentase tersebut lebih kecil dari tingkat pengeluaran untuk kebutuhan pangan Sumatera Utara (71,71%). Rata-rata umur responden berkisar antara 44,97 tahun dengan tingkat pendidikan formal tidak tamat SD = 21,63%, tamat SD = 66,75% dan tamat SLTP = 11,62% Pendidikan non formal yang rendah ditunjukkan oleh besarnya persentase petani responden tidak pernah mengikutinya. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 6,23 jiwa dan hal ini akan memperkecil pendapatan perkapita, selain itu juga akan memberikan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja yang ada bila dimanfaatkan secara optimal akan memberikan masukan yang cukup besar bagi keluarga. Jumlah ketersediaan tenaga kerja pertahun pada keempat desa penelitian adalah 1.768,66 1.989,72 HOK , sementara yang hanya digunakan adalah sebesar 43,92 - 52,38 HOK per tahun. Sarana yang tersedia pada keempat desa penelitian masih belum mendukung untuk kemajuan suatu perekonomian masyarakat. Hal ini terlihat karena masih minimnya sarana perekonomian seperti transportasi, pasar dan sarana pendidikan, dan belum tersedianya lembaga
Toga P.Sihotang : Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara…, 1996 USU Repository © 2007
perkreditan. Umumnya pekerjaan masyarakat di desa penelitian adalah dari usaha tani padi darat, kopi dan tanaman semusim lainnya meskipun skala usaha yang relatif kecil dan pengelolaannya juga belum begitu intensif. Sehingga produksi yang dihasilkan oleh masing-masing usaha juga rendah. M e l i h a t s k a l a u s a h a y a n g ma s i h r e n d a h , m a k a menurut kriteria Sayogyo agar keluarga petani dapat hidup layak sesuai dengan jumlah anggota keluarga, maka lugs lahan minimum yang diusahakan petani adalah antara 0,51 - 2,28 Ha. Dengan menggunakan Uji Kebaikan Suai maka diperoleh nilai δ2 di desa penelitian adalah 4,387 untuk nilai δ2 = 7,815, dan dapat disimpulkan bahwa nilai δ2 desa penelitian lebih kecil dari nilai kritik. Dengan melihat luasan lahan dan jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga petani di desa penelitian, dapat disimpulkan bahwa potensi sumber daya fisik khususnya lahan dan tenaga kerja manusia merupakan potensi yang besar untuk dimanfaatkan dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Namun karena terbatasnya modal, pengetahuan serta ketrampilan petani maka potensi yang tersedia itu tidak dimanfaatkan secara optimal. K e g i a t a n p e m a s a r a n d i l a k u k a n o l e h p e d a g a n g pengumpul, pedagang pengumpul Kecamatan, pedagang Kebupaten sehingga rantai tata niaga cukup panjang. Sebagai konsekwensinya bahwa mata rantai yang terlalu panjang akan mempengaruhi penerimaan petani.
Toga P.Sihotang : Analisa Penyebab Masalah Kemiskinan Di Kabupaten Tapanuli Utara…, 1996 USU Repository © 2007