ANALISIS PRODUK TABUNGAN iB TAPENAS (TABUNGAN PERENCANAAN SYARI’AH) HASANAH PADA BNI SYARI’AH KANTOR CABANG PEMBANTU UNGARAN
TUGAS AKHIR
OLEH: JIHAN NOVIYANTI NIM : 201-11-020
PROGRAM D3 PERBANKAN SYARI’AH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
ANALISIS PRODUK TABUNGAN iB TAPENAS (TABUNGAN PERENCANAAN SYARI’AH) HASANAH PADA BNI SYARI’AH KANTOR CABANG PEMBANTU UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Memenuhi Syarat memperoleh gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah Pada Program Studi Diploma III Perbankan Syariah
OLEH: JIHAN NOVIYANTI NIM : 201-11-020
PROGRAM D3 PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
MOTTO
“Dalam usaha carilah cara yang halal bukan menghalalkan berbagai cara. Jalan menuju keagungan sejati adalah melalui pengalaman hidup yang penuh dengan kesukaran”
“Jangan takut mencoba, kesalahan adalah guru terbaik jika kamu mau mengakuinya dan mau belajar darinya”
“Mimpi itu penting karena dengan mimpi kita akan termotivasi untuk mewujudkannya, gak akan ada kata gak bisa selama kita yakin kalau kita mampu”
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada: 1. Allah SWT yang melimpahkan rahmad, karunia serta hidayahNYA 2. Ayah dan ibu tercinta atas semua do’a, pengorbanan dan dukungannya 3. Keluarga besarku dan saudara- saudaraku 4. Sahabat-sahabatku
serta
teman-temanku
yang
senantiasa
bersama dalam suka dan duka 5. Orang terdekatku yang banyak memberi semangat dan dorongan 6. Seluruh karyawan BNI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Ungaran 7. Teman-teman D3 Perbankan Syariah 8. Almamaterku
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. atas limpahan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PRODUK TABUNGAN iB TAPENAS HASANAH PADA BNI SYARI’AH KANTOR CABANG PEMBANTU UNGARAN”. Tugas Akhir ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Program Studi Diploma III STAIN SALATIGA. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu disini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta karunia-Nya yang tiada terhitung jumlahnya. 2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 3. Bapak Benny Ridwan, M.Hum selaku Ketua jurusan syariah STAIN Salatiga 4. Bapak H. Ahmad Mifdlol M., Lc., M.Si. selaku Ketua Program Studi Perbankan Syariah STAIN Salatiga. 5. Bapak H. Qi Mangku Bahjatulloh, Lc,MSI. selaku pembimbing tugas akhir STAIN Salatiga. 6. Seluruh Staff BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran yang telah banyak membantu serta mengajari segala sesuatu yang penulis belum mengerti.
7. Kedua orang tuaku, yang dengan sabar dan tanggung jawab, serta doa restu yang tulus yang selalu terpanjatkan untuk penulis selama ini, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian. 8. Saudara, kerabat, orang terdekat, serta keluarga besarku yang telah memberikan perhatian serta motivasinya. 9. Rekan-rekan seperjuangan D III Perbankan Syariah 2014, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Dengan adanya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfa’at bagi kami khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya dan belum merupakan hasil akhir. Oleh sebab itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dan mungkin perlu kiranya untuk ditinjau kembali tentang uraian yang ada di dalamnya demi kebaikan dan kemajuan Perbankan Syariah di masa yang akan datang. Amin. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 27 Agustus 2014 Penulis,
Jihan Noviyanti NIM. 20111020
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................iv MOTTO....................................................................................................................v PERSEMBAHAN...................................................................................................vi KATA PENGANTAR...........................................................................................vii ABSTRAK..............................................................................................................ix DAFTAR ISI............................................................................................................x DAFTAR TABEL...................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang............................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................5 C. Tujuan dan Kegunaan..................................................................5 D. Penelitian Terdahulu...................................................................7 E. Metode Penelitian......................................................................12 F. Sistematika Penulisan................................................................13
BAB II
LANDASAN TEORI A. Mudharabah...............................................................................14 B. Tabungan...................................................................................26 C. Tabungan iB Tapenas Hasanah.................................................31
D. Bagi Hasil..................................................................................35 E. Akad...........................................................................................43 BAB III
LAPORAN OBYEK A. Sejarah Berdirinya BNI Syari’ah..............................................50 B. Identitas Perusahaan..................................................................55 C. Visi, Misi dan Motto Layanan BNI Syari’ah............................55 D. Sistem, Struktur dan DPS..........................................................56 E. Keunggulan BNI Syari’ah.........................................................56 F. Struktur Organisasi dan Tugas Masing-masing Bidang............57 G. Deskripsi Jabatan.......................................................................58 H. Produk-produk BNI Syari’ah....................................................61
BAB IV
ANALISIS A. Penerapan Akad Mudharabah Muthlaqah.................................67 B. Cara Perhitungan Bagi Hasil.....................................................73 C. Manfaat Tabungan iB Tapenas Hasanah...................................74 D. Keunggulan Tabungan iB Tapenas Hasanah............................75 E. Analisis......................................................................................78
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................82 B. Saran..........................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1. Pembagian Nisbah Tabungan............................................................74
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1. Skema Mudharabah Muthlaqah....................................................18 2. Gambar 2.2. Skema Mudharabah Muqayyadah.................................................19 3. Gambar 2.3. Skema Al-mudharabah..................................................................21 4. Gambar 3.1. Struktur Organisasi........................................................................57 5. Gambar 4.1. Prosentase Nasabah.......................................................................80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari system perbankan di Indonesia secara umum. System perbankan syariah juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. Berdirinya perbankan dengan system bagi hasil, didasarkan pada dua alasan utama yaitu : 1. Adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan hanya agama Islam akan tetapi agama samawi lainnya. 2. Dari aspek ekonomi, penyerahan risiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Dalam jangka panjang system perbankan konvensional akan menyebabkan penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memiliki capital besar (Sjahdeni, 1999) Faktor utama yang yang membedakan bank konvensional dengan bank syariah adalah suku bunga (interest) sebagai balas jasa atas penyertaan modal yang diterapkan pada bank konvensional. Sementara pada bank syariah balas jasa
atas penyertaan modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada “akad”. Prinsip utama dari “akad” ini adalah keadilan antara pemberi modal adan pemakai modal. Prinsip ini berlaku baik bagi kreditur maupun debitur. Salah satu tantangan yang kini banyak dihadapi dan paling berat adalah banyaknya tudingan yang mengatakan bank syariah hanya sekedar perbankan konvensional yang ditambah label syariah. Tantangan lainnya adalah bagaimana menonjolkan ciri khas perbankan syariah, yakni bank yang secara langsung membangun sektor riil dengan prinsip keadilan. Selain itu, dari aspek eksternal, sektor perbankan syariah memiliki tantangan dari sisi pemahaman sebagian masyarakat yang masih rendah terhadap operasional bank syariah. Mereka secara sederhana beranggapan bahwa dengan tidak dijalankannya sistem bunga, bank syariah tidak akan memperoleh pendapatan. Konsekuensinya adalah bank syariah akan sulit untuk survive. Saat ini sebagian besar dari mereka hanya melihat bahwa nilai tambah bank syariah adalah lebih halal dan selamat, lebih menjanjikan untuk kebaikan akhirat, dan juga lebih berorientasi pada menolong antarsesama dibandingkan dengan bank konvensional. Hal tersebut memang benar, namun bank syariah memiliki keuntungan duniawi karena produk-produknya tidak kalah bersaing dengan bank-bank konvensional dan juga bagi hasil yang ditawarkan tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan bunga. Dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat akan pemahaman Islam apalagi masalah perbankan bahkan perekonomian secara lebih luas maka
perbankan syariah harus terus berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Dengan pesatnya pertumbuhan yang ditandai semakin banyaknya bank konvensional yang akhirnya mendirikan unit-unit syariah, ini membuktikan bahwa bank syariah memang mempunyai kompetensi yang tinggi. Perbankan syariah akan semakin tinggi lagi pertumbuhannya apabila masyarakat mempunyai permintaan dan antusias yang tinggi dikarenakan faktor peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang bank syariah, disamping faktor penyebab lainnya. Pemahaman yang rendah terhadap perbankan syariah salah satunya diakibatkan kurang dan masih bersifat parsialnya sosialisasi yang dilakukan terhadap prinsip dan sistem ekonomi syariah. Dengan demikian hal tersebut mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat terhadap bank syariah. Maka tugas penting yang harus dilakukan oleh pengelola bank syariah adalah meningkatkan sosialisasi sistem bank syariah melalui media massa yang efektif, sehingga pengetahuan masyarakat mengenai bank syariah tidak hanya terbatas pada bank yang menggunakan sistem bagi hasil. Pada abad 21 ini, kehadiran bank sebagai sarana menabung masyarakat sudah merupakan hal yang lumrah kita jumpai. Pada awal kehadirannya, kantor perbankan hanya dapat dijumpai didaerah perkotaan. Namun sekarang, di daerah kotamadya, kecamatan, bahkan kabupatenpun dapat kita lihat, bank-bank sudah banyak berdiri. Di zaman modern sekarang ini, hampir dalam semua kegiatan kita sehari– hari kita memerlukan keterlibatan atau jasa perbankan seperti menabung, mentransfer, meminjam uang, dan seterusnya. Banklah institusi andalan
masyarakat di segala penjuru dunia ini dalam urusan penghimpunan dana dan penyalurannya ke masyarakat.Seiring waktu, kegiatan bank pun berkembang mulai dari penukaran uang, tempat penitipan uang, tempat peminjaman uang, dan bergam jasa bank lainnya yang mengikuti perkembangan zaman. Begitulah sejak zaman dulu kala bank melingkupi kehidupan masyarakat. Bank Syari’ah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan prinsip syari’ah sedangkan prinsip syari’ah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syari’ah. Bank Syariah mampu melayani semua lapisan masyarakat dengan kualitas pelayanan yang sama dengan bank konvensional, hanya saja dalam kegiatan operasionalnya Bank Syari’ah itu berdasarkan pada prinsip syari’ah.Dalam menghimpun dana dari masyarakat, kini hampir sebagian besar Bank Syri’ah sudah menghilangkan biaya pengelolaan bulanan. Bahkan di BNI Syari’ah meski sudah tidak membayar biaya bulanan nasabah tetap mendapat fasilitas yang sama dengan nasabah yang membayar biaya bulanan di bank konvensional. Salah satu produk penghimpun dana di BNI Syari’ah adalah Tabungan iB Tapenas Hasanah yang merupakan simpanan atau Tabungan berjangka waktu. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik ingin membahas lebih mendalam dan sebagai obyek penulisan tugas akhir dengan mengangkat judul, “ ANALISIS PRODUK TABUNGAN iB TAPENAS HASANAH (Tabungan Perencanaan Berjangka Waktu) PADA BANK NEGARA INONESIA SYARI’AH CABANG PEMBANTU UNGARAN.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas yang dikemukakan dalam latar belakang masalah, yang menjadi masalah pokok dalam penulisan ini adalah : 1. Bagaimana penerapan akad mudharabah muthlaqah pada Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syari’ah Kantor Cabang pembantu Ungaran? 2. Bagaimana cara perhitungan bagi hasil pada Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Ungaran ? 3. Apa manfaat Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran? 4. Apa keunggulan Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran?
C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tugas akhir ini, di antaranya: a. Untuk mengetahui penerapan akad mudharabah muthlaqah pada Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syari’ah Kantor Cabang pembantu Ungaran. b. Untuk mengetahui cara perhitungan bagi hasil pada Tabungan iB Tapenaas Hasnah di BNI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Ungaran. c. Untuk mengetahui manfaat Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syari’ah Kantor Cabang Pembantu Ungaran. d. Untuk mengetahui keunggulan Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran.
2. Kegunaan Penelitian a. Bagi peneliti Untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian akhir program studi DIII Perbankan Syariah STAIN Salatiga dan untuk menambah pengetahuan tentang produk Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syari’ah Cabang Pembantu Ungaran , serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya Ekonomi Islam program Studi Perbankan Syariah. b. Bagi BNI Syari’ah Cabang Pembantu Ungaran Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pihak BNI Syari’ah Cabang Pembantu Ungaran untuk mengetahui tanggapan konsumen tentang perbankan syariah dan pengaruhnya terhadap keputusan menjadi nasabah. Selain itu, untuk memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi perusahaan dalam mengevaluasi atau memperbaiki kinerjanya guna memperluas pengetahuan konsumen sehingga dapat dijadikan sebagai masukan untuk memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen. c. Bagi STAIN Salatiga Agar karya ilmiah dapat digunakan sebagai referensi maupun tambahan informasi bagi mahasiswa STAIN Salatiga. d. Bagi pihak lain Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang akan mengambil topik yang sama.
D. Penelitian Terdahulu Terkait dengan tugas akhir yang diteliti oleh penulis, ada beberapa telaah pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dibuat sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan maupun pembeda bagi penelitian ini. Novita Yuli Astutik (2010), dalam skripsinya yang berjudul ‘’Penerapan Strategi Produk Taplus (Tabungan Plus) Untuk Meningkatkan Jumlah Nasabah Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Malang’’. Kebutuhan masyarakat selalu mengalami perkembangan di dalam pemenuhannya baik dari segi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi era globalisasi. Seiring dengan keadaan tersebut maka turut mempengaruhi kondisi perekonomian, dimana persaingan antar perbankan semakin ketat. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Malang hadir dengan tujuan melayani negeri kebanggaan bangsa, hal ini dimaksudkan bahwa bank secara optimal akan memberikan pelayanan kepada nasabah dengan berbagai jasa dan produk yang ditawarkan, sehingga kebutuhan nasabah dapat terpenuhi.Hasil dari penulisan ini adalah 1) prosedur Tabungan Plus pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Malang antara lain seperti ketentuan kriteria nasabah Taplus, prosedur pembukaan rekening Taplus, sarana Tabungan Plus yang diperoleh nasabah, ketentuan bunga, insentif dan fasilitas, manfaat BNI Taplus, keunggulan BNI Taplus, serta prosedur penutupan rekening Taplus.
2) Penerapan strategi produk pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Malang dilakukan melalui analisis pasar dengan pendekatan SWOT, yang kedua dengan menentukan tujuan produk Taplus yaitu untuk memenuhi sumber dana bank yang berasal dari tabungan. 3) PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Malang menentukan target sasaran produk Taplus. Keempat dengan penentuan anggaran sesuai dengan kebijakan pihak bank tidak melebihi jumlah yang ditetapkan. Kelima pelaksanaan strategi produk dilaksanakan dengan memberikan kemudahan kepada nasabah dari pembukaan rekening sampai penutupan rekening, insentif dan hadiah Rejeki Durian Runtuh, serta fasilitas-fasilitas kemudahan lain yang bisa dinikmati nasabah. Keenam melakukan evaluasi pelaksanaan strategi terhadap produk Taplus apakah sesuai dengan rencana yang telah disusun. Ana Novi Setiana (2011). Dalam skripsinya yang berjudul ‘’Aplikasi Akad Wadiah Pada Tabungan Ib Tunas Hasanah Di Bni Syariah Kantor Cabang Semarang’’.
Dari
hasil
pembahasan
terdahulu
mengenai
tabungan
iB
TunasHasanah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Tabungan iB Tunas Hasanah merupakan produk tabungan yangdiperuntukkan bagi nasabah di bawah 17 tahun dengan menggunakanakad wadi’ah yad adh-dhamanah. Dan prosedur menabung TabunganiB Tunas Hasanah di BNI Syariah Kantor Cabang Semarang sama dengan prosedur bank yang lain. Dengan adanya tabungan iB Tunas hasanah ini anak-anak diberikan pengertian bagaimana memilih dan memilah serta bertanggungjawab untuk mengelola keuangannya sendiri sejak dini.Sehingga
anak-anak terbiasa menabung uang yang seharusnya dibelanjakan untuk kebutuhan konsumtif dapat dialihkan untuk kebutuhan lainnya yang lebih bermafaat di kemudian hari agar dapat memupuk kemandirian anak. Pada pengaplikasiannya, tabungan iB Tunas Hasanah menggunakan akad wadiah. Akad wadiah adalah sebagai titipan murni dari satu pihakke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Prinsip wadi’ah yang biasa diterapkan dalam lembaga keuangan syari’ah adalah menggunakan wadi’ah yad dhamanah, yang mana pihak yang dititipibertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Pemilik harta akan diberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal ataupersentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank syari’ah karena pada prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan. Yahya Al Khosim (2010). Dalam skripsinya yang berjudul ‘’ Evaluasi Mekanisme Analisis Pembiayaan Pada Bni Kantor Cabang Syariah Surakarta’’. Proses
analisis
pembiayaan
yang
sistematis
tidakmengesampingkan
prinsip
prudential
tingkatkeberhasilan
kegiatan
pembiayaan
dari
dan sangatlah
itu
sendiri.
teliti
dengan
menentukan Begitu
juga
denganmekanisme analisis pembiayaan yang diterapkan oleh BNI Kantor CabangSyariah Surakarta, sistem analisis pembiayaan yang diterapkan oleh BNIKantor Cabang Syariah Surakarta mempunyai pola yang sangat sistematis dantelah sesuai dengan kaidah-kaidah dalam teori analisis kredit pada
umumnyadengan tetap memegang teguh prinsip kehati-hatian.Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, disini penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a) Mekanisme analisis pembiayaan pada BNI Kantor Cabang Syariah Surakarta mempunyai 8 tahapan yang meliputi; screening, pengumpulan data, verifikasi data, analisis laporan keuangan dan aspek-aspek perusahaan lainnya, penilaian resiko, analisis proyeksi keuangan, evaluasi kebutuhan keuangan, dan struktur fasilitas pembiayaan. b) Produk-produk pembiayaan BNI Kantor Cabang Syariah Surakarta meliputi produk pembiayaan komersiil dan produk pembiayaan personal. Produk pembiayaan komersiil terdiri dari; BNI iB Wirausaha, BNI iB Usaha Kecil, dan BNI iB Usaha Besar. Sedangkan untuk produk pembiayaan personal terdiri dari; BNI iB Griya, BNI iB Oto, BNI iB Gadai Emas, BNI iB Multijasa. c) Penyebab pembiayaan bermasalah pada BNI Kantor Cabang Syariah Surakarta terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi SDM dari BNI Kantor Cabang Syariah Surakarta sendiri dan debitur, sedangkan faktor eksternal meliputi; Kondisi ekonomi makro, Kebijakan pemerintah, Tingginya bunga (Islam ; bagi hasil). Damsiri (2012), Dalam Skripsinya Yang Berjudul‘’Strategi Pemasaran Pembiayaan OTO iBHasanah di Bni Syari’ah Cabang Semarang’’.Setelah penulis menyelesaikan pembahasan dalam bentuk Tugas Akhirtentang Strategi
Pemasaran Pembiayaan Murabahah OTO Syari’ah di BNI Syari’ahCabang Semarang, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : a) Di BNI Syari’ah terdapat pembiayaan untuk kendaraan bermotor baru atau second yaitu pembiayaan OTO iB Hasanah yang diperuntukkan bagi masyarakat yang akan mengajukan pembiayaan terutama pembiayaan pada kendaraan mobil. b) Untuk melakukan pemasaran pihak pengelola pembiayaan di BNI Syari’ah melukukan beberapa progam pemasaran yaitu menyebarkan brosur dan melakukan berbagai kunjungan. c) Dalam pemasaran produk ini terdapat berbagai kendala. d) Pihak pengelola pembiayaan menggunakan strategi yang tepat dalam memasarkan pembiayaan ini.
E. Metode Penelitian Untuk mengumpulkandata mengenai objek penelitian digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Sifat Dan Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data, dengan cara menyajikan, menganalisis dan menginterprestasikan data. 2. Penelitian Lapangan Untuk memperoleh data secara akurat baik melalui survei langsung kepada nasabah atau terjun ke perusahaan yang menjadi objek penelitian, terdiri dari: a.
Pengamatan (Observasi) yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan langsung tentang obyek yang diteliti. b.
Wawancara yaitu teknik memperoleh data dengan cara melakukan tanya
jawab dengan pejabat yang berwenang. 3. Penelitian Kepustakaan Mencari data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari literatur, artikel, data perusahaan, dan lain-lain yang dianggap relevan dengan penelitian.Tujuan penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data teoritis untuk membangun landasan teori yang kuat guna mendukung penelitian ini.
F. Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, tinjauan pustaka, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Berisi tentang mudharabah, bagi hasil, dan tentang tabungan
BAB III
: LAPORAN OBJEK Berisi tentang sejarah berdirinya BNI Syari’ah, visi misi BNI Syari’ah, struktur organisasi serta produk-produk yang disediakan oleh BNI Syari’ah.
BAB IV
: ANALISIS Berisi tentang pembahasan lebih detail mengenai produk Tabungan iB Tapenas Hasanah meliputi prosedur menabung pada Tabungan iB Tapenas Hasanah, akad mudharabah muthlaqah, perhitungan bagi hasilnya, Serta manfaat nya.
BAB V
: PENUTUP Merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini yang berisikan kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan, dan saran terhadap praktek ekonomi .
BAB II LANDASAN TEORI A. MUDHARABAH 1. Pengertian Menurut penduduk irak dan penduduk Hijaz Mudharabah menurut bahasa qiradh atau muqaradhah. Namun, pengertian qiradh dan mudhaharah adalah satu makna. (Hendi Suhendi, 2010 ). Pengertian
mudharabah
menurut
Adiwarman
Karim
(2004:192)
mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung. Menurut Muhammad Rawas Qal’aji dalam kitabnya Mu’jam Lughat alFuqaha sebagaimana dikutip oleh Muhammad Syafi’i Antonio, bahwa Mudharabah berasal dari kata dharb,berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Selain al-dharb, disebut juga qiradh yang berasal dari al-qardhu, berarti al-qath’u (potongan) karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. Ada pula yang menyebut mudharabah atau qiradh dengan muamalah. Jadi menurut bahasa, mudharabah atau qiradh berarti al-qath’u (potongan), berjalan, dan atau bepergian.
Menurut istilah, mudharabahdikemukakan oleh para ulama sebagai berikut. (fiqh al-sunnah : 212.). a. Menurut para fuqaha, mudharabah ialah akad antara dua pihak (orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. b. Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak yang berakad yang berserikat dalam kaentungan (laba), karena harta diserahkan kepada pihak lain dan yang lain punya jasa mengelola harta itu. c. Sayyid Sabiq berpendapat, mudharabah ialah akad antara dua belah pihak untuk salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang untuk diperdagangkan dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian. Jadi, Akad mudharabah menurut istilah merupakan akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil (keuntungan dan kerugian) menurut kesepakatan. Kemudian apabila terjadi kerugian, resiko dana akan ditanggung oleh pemilik modal selama bukan karena kelalaian pihak pengelola, maka mereka harus mempertanggung jawabkan atas kerugian tersebut.
2. Landasan Syariah a. AL-Quran ۙ وَ اٰﺧَﺮُوۡنَ ﯾَﻀۡﺮِﺑُﻮۡنَ ﻓِﯽ اﻟۡﺎَرۡضِ ﯾَﺒۡﺘَﻐُﻮۡنَ ﻣِﻦۡ ﻓَﻀۡﻞِ اﻟِﻠﮫ (Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allâh). (QS al Muzzammil:20) ْﻟَﯿْﺲَ ﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ ﺟُﻨَﺎحٌ أَن ﺗَﺒْﺘَﻐُﻮاْ ﻓَﻀْﻼً ﻣﱢﻦ رﱠﺑﱢﻜُﻢ "Bukanlah suatu dosa atasmu untuk mencari karunia dari Tuhanmu." (Qs. al-Baqarah: 198). َﻓَﺈِذَا ﻗُﻀِﯿَﺖِ اﻟﺼﱠﻼةُ ﻓَﺎﻧْﺘَﺸِﺮُوا ﻓِﻲ اﻷرْضِ وَاﺑْﺘَﻐُﻮا ﻣِﻦْ ﻓَﻀْﻞِ اﻟﻠﱠﮫِ وَاذْﻛُﺮُوا اﻟﻠﱠﮫَ ﻛَﺜِﯿﺮًا ﻟَﻌَﻠﱠﻜُﻢْ ﺗُﻔْﻠِﺤُﻮن Apabila telah ditunaikan sembahyang maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyakbanyaknya agar kamu beruntung. (QS.Al-Jum’ah[62]:10) b. AL-Hadits Diantara hadits yang berkaitan dengan qiradh (mudharabah) adalah: 1) Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Syuhaib bahwa Nabi SAW bersabda: “Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan melakukan qiradh (memberi modal kepada orang lain) dan yang mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk diperjual belikan” (HR. Ibnu Majah dan Shuhaib)
2) Dari Ibnu Mas'ud, bahwa nabi saw bersabda: Tidak seorang muslim yang mengQiradhkan hartanya kepada orang muslim sebanyak dua kali, kecuali perbuatannya seperti sedekah satu kali. (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban) 3) Dari Anas, bahwa nabi saw bersabda: "Pada malam diisra'kan aku melihat tulisan di pintu surga, tertulis: 'sedekah mendapat balasan sepuluh kali lipat dan Qiradh mendapat balasan delapan balasan kali lipat'. Aku katakan: ' mengapa Qiradh itu dapat lebih afdhal daripada sedekah'? Jibril menjawab: 'karena (biasanya) orang yang meminta waktu ia (sedekah) ia sendiri punya, sedangkan orang yang minta di Qiradhkan ia tidak akan minta di Qiradhkan kecuali ia butuh. c. Ijma Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengelolaan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid. d. Qiyas Mudharabah diqiyaskan kepada Al-Musyaqoh (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun).Selain diantara manusia ada yang miskin dan ada pula yang kaya.Disatu sisi banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Disisi lain tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan diatas yakni untuk kemaslahatan manusia dalam memenuhi kebutuhan mereka.
3. Dasar aplikasi mudharabah dalam penghimpunan dana Akad mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk perbankan berupa pembiayaan dan pendanaan. Namun dari segi penghimpunan dana, akad mudharabah dapat diterapkan pada produk-produk perbankan berupa, giro mudharabah dan deposito mudharabah. Ditinjau dari fungsinya, secara umum bentuk akad mudharabah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: a. Mudharabah Muthlaqah Ketentuan
prinsip mudharabah muthlaqah ialah shahibul maal tidak
dapat memberikan batasan-batasan terhadap dana yang diinvestasikan. Dengan demikian mudharib diberi kewenangan penuh untuk mengelola dana tanpa keterkaitan waktu, tempat, bentuk usaha dan jenis pelayanan.
Skema Mudharabah Muthlaqah Deposan
1. Investasi Dana 4. Bagi Hasil
2. Pembiayaan Bank
3. Bagi Hasil
Pengguna dana
Gambar 2.1 Mudharabah Muthlaqah Sumber: Burhanudin Susanto, 2008 b. Mudharabah Muqayyadah Pada akad mudharabah muqayyadah, shahibul maal memberikan batasan terhadap dana yang diinvestasikannya. Mudharib hanya bisa mengelolandana sesuai dengan permintaan atau persyaratan pemilik modal yang dapat berupa jenis usaha, tempat dan waktu tertentu saja.
Skema Penyaluran Dana Melalui Mudharabah Akad Bagi Hasil Nasabah
Proyek Usaha
Bank
Bagi Keuntungan
Modal
Gambar 2.2 Skema Penyaluran Dana Melalui Mudharabah Sumber: Burhanudin Susanto, 2008 4. Aplikasi dalam perbankan Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dan, al-mudharabah diterapkan pada: a. Tabungan Berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, deposito biasa, dan sebagainya. b. Deposito Spesial (special investment), di mana dana yang ditititpkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja. Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. 5. Manfaat Dan Risiko al-mudharabah a. Manfaat al-mudharabah 1) Bank akan menikmati peningkatan baginhasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benarbenar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5) Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/al-musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap dimana bank akan menagih penerima
pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. Risiko al-mudharabah Risiko yang terdapat dalam al-mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi. Di antaranya:
1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak. 2) Lalai dan kesalahan yang disengaja. 3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Secara umum, aplikasi perbankan al-mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini PERJANJIAN BAGI HASIL Nasabah(mudharib)
KEAHLIAN
Modal
Ketrampilam
100%
Bank (Shahibul maal)
PROYEK / USAHA
Nisbah
Nisbah PEMBAGIAN
X%
Y% KEUNTUNGAN
MODAL Gambar 2.3 Skema al-mudharabah Sumber: Burhanudin Susanto, 2008 6. Kedudukan Mudharabah Hukum mudharabah berbeda-beda karena adanya perbedaanperbedaan keadaan. Maka, kedudukan harta yang dijadikan modal dalam mudharabah (qiradh) juga tergantung pada keadaan. Karena pengelola modal perdagangan mengelola modal tersebut atas izin pemilik harta, maka pengelola
modal merupakan wakil pemilik barang tersebut dalam pengelolaannya, dan kedudukan modal adalah sebagai wikalah’ alaih (objek wakalah). Ketika harta ditasharrufkan oleh pengelola, harta tersebut berada di bawah kekuasaan pengelola, sedangkan harta tersebut bukan miliknya, sehingga harta tersebut kedudukannya sebagai amanat (titipan). Apabila harta itu rusak bukan karena kelalaian pengelola, ia tidak wajib menggantinya. Bila kerusakan timbul karena kelalaian pengelola, ia wajib menanggungnya. (Burhanudin Susanto : 2008) Ditinjau dari segi akad, mudharabah terdiri atas dua pihak. Bila ada keuntungan dalam pengelolaan uang, laba itu dibagi dua dengan presentase yang telah disepakati. Karena bersama-sama dalam keuntungan, maka mudharabah juga sebagai syirkah. Dari segi keuntungan yang diterima oleh pengelola harta, pengelola mengambil upah sebagai bayaran dari tenaga yang dikeluarkan, sehingga mudharabah dianggap sebagai ijarah (upah-mengupah atau sewamenyewa). Apabila pengelola modal mengingkari keuntungan-keuntungan mudharabah yang telah disepakati dua belah pihak, maka telah terjadi kecacatan dalam mudharabah. Kecacatan yang terjadi menyebabkan pengelola dan pengusaha harta tersebut dianggap ghasab. Ghasab adalah min al-kabair. 7. Biaya Pengelolaan Mudharabah Biaya bagi mudharib diambil dari hartanya sendiri selama ia tinggal di lingkungan (daerahnya) sendiri, demikian juga bila ia mengadakan perjalanan untuk kepentingan mudharabah. Bila biaya mudharabah
diambil dari
keuntungan, kemungkinan pemilik harta (modal) tidak akan memperoleh bagian dari keuntungan karena mungkin saja biaya tersebut sama besar atau bahkan lebih
besar dari pada keuntungan. Namun, jika pemilik modal mengizinkan pengelola untuk membelanjakan modal mudharabah guna untuk keperluan dirinya di tengah perjalanan atau karena penggunaan tersebut sudah menjadi kebiasaan, maka ia boleh menggunakan modal mudharabah. Imam Malik berpendapat bahwa biayabiaya baru boleh dibebankan kepada modal, apabila modalnya cukup besar sehingga masih memungkinkan keuntungan-keuntungan. (Azhar Basyir : 64.). Kiranya dapat dipahami bahwa biaya pengelolaan mudharabah pada dasarnya dibebankan kepada pengelola modal, namun tidak masalah biaya diambil dari keuntungan apabila pemilik modal mengizinkannya atau berlaku menurut kebiasaan. Menurut Imam Malik; menggunakan modal pun boleh apabila modalnya besar sehingga memperoleh keuntungan berikutnya. 8. Tindakan Setelah Matinya Pemilik Modal Jika pemilik modal meninggal dunia, mudharabah menjadi fasakh. Bila mudharabah telah fasakh pengelola modal tidak berhak mengelola modal mudharabah lagi. Jika pengelola bertindak menggunakan modal tersebut, sedangkan ia mengetahui bahwan pemilik modal telah meninggal dunia dan tanpa izin para ahli warisnya, maka perbuatan seperti itu dianggap sebagai ghasab. Ia wajib menjamin (mengembalikannya), kemudian jika modal itu menguntungkan, maka keuntungan dibagi dua. Jika mudharabah telah fasakh (batal), sedangkan modal berbentuk ‘urud (barang dagangan),
pemilik modal dan pengelola modal menjual atau
membaginya karena yang demikian itu adalah hak berdua. Jika pelaksana (pengelola modal) setuju dengan penjualan, sedangkan pemilik modal tidak
setuju, pemilik modal dipaksa menjualnya, karena pengelola mempunyai hak dalam keuntungan dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan menjualnya, demikian pendapat Mazhab Syafi’i dan Hambali. (fiqh al-sunnah : 41.) 9. Pembatalan Mudharabah Mudharabah menjadi batal apabila ada perkara-perkara sebagai berikut. a. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudharabah. jika salah satu syarat mudharabah tidak terpenuhi, sedangkan modal sudah dipegang oleh pengelola dan sudah diperdagangkan, maka pengelola mendapatkan sebagian keuntungnnya sebagai upah, karena tindakannya atas izin pemilik modal dan ia melakukan tugas berhak menerima upah. Jika terdapat keuntungan, maka keuntungan tersebut untuk pemilik modal. Jika ada kerugian, kerugian tersebut menjadi tanggung jawab pemilik modal karena pengelola adalah sebagai buruh yang hanya berhak menerima upah dan tidak bertanggung jawab sesuatu apa pun, kecuali atas kelalaiannya. b. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola modal atau pengelola modal tersebut sesuatu yang bertentangan dengan tujuan akad. Dalam keadaan seperti ini pengelola modal bertanggung jawab jika terjadi kerugian karena dialah penyebab kerugian. c. Apabila pelaksanaan atau pemilik modal meninggal dunia atau salah seorang pemilik modal meninggal dunia, mudharabah menjadi batal.
10. Rukun Dan Syarat Mudharabah Menurut ulama syafi’iyah (Fiqh’Ala Madzahib al-Arba’ah : 44.), rukunrukun qiradh ada enam, yaitu: a. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya; b. Orang yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik barang; c. Aqad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang; d. mal, yaitu harta pokok atau modal; e. amal, yaitu pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan laba; f. Keuntungan. Menurut Sayyid Sabiq, rukun mudharabah adalah ijab dan kabul yang keluar dari orang yang memiliki keahlian. Syarat-syarat
sah
mudharabah
berhubungan
dengan
rukun-rukun
mudharabah itu sendiri. Syarat-syarat sah mudharabah adalah sebagai berikut (Kasmir, 2003) 1) Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai. Apabila barang itu berbentuk mas atau perak batangan (tabar), mas hiasan atau barang dagangan lainnya, mudharabah tersebut batal. 2) Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan tasharruf, maka dibatalkan akad anak-anak yang masih kecil, orang gila, dan orang-orang yang berada di bawah pengampuan. 3) Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara modal yang diperdagangkan dengan laba atau keuntungan dari perdagangan
tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 4) Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik modal harus jelas persentasenya, seumpama setengah, sepertiga, atau seperempat. 5) Melafazkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan uang ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntungan akan dibagi dua dan kabul dari pengelola. 6) Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelola harta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan dagangankan barang-barang tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementara diwaktu lain tidak karena persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad mudharabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mudharabah ada persyaratan-persyaratan, maka mudharabah tersebut menjadi rusak (fasid) menurut pendapat al-Syafi’i dan Malik. Sedangkan menurut Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hanbal, mudharabah tersebut sah. B. TABUNGAN Semua pasti sudah mengenal tabungan dari kalangan tinggi dan rendah menabung uangnya di tabungan. Keluarga-keluarga yang tidak mampu akan membelanjakan sebagian besar bahkan seluruh pendapatannya untuk keperluan hidupnya. Individu yang berpendapatan tinggi akan melakukan tabungan lebih besar daripada individu yang berpendapatan rendah. Tabungan dapat dilakukan oleh seorang pedagang dengan membeli barang dagangan dengan maksud untuk mengkonsumsi lebih besar pada waktu yang akan datang.
1. Pengertian Tabungan Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan. Jadi disimpan dan akan digunakan di masa yang akan datang. Sedangkan Pendapatan merupakan faktor utama yang terpenting untuk menentukan konsumsi dan tabungan. Dalam praktik perbankan di Indonesia dewasa ini terdapat beberapa jenisjenis tabungan. Perbedaan jenis tabungan ini hanya terletak dari fasilitas yang diberikan kepada si penabung. Dengan demikian maka si penabung mempunyai banyak pilihan. (Kasmir, 2002:84). 2. Landasan Teori Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. .(Kasmir, 2002:84).Fatwa MUI Tentang Tabungan. Fatwa MUI ini berdasarkan Fatwa DSN 02/DSNMUI/IV/2000:Tabungan a. Tabungan ada dua jenis: (Wiroso,2005:197) 1) Tabungan yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu tabungan yang berdasarkan perhitungan bunga. 2) Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi'ah. b. Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari'ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. 3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. 4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 3. Tujuan Menabung dibank adalah : a. Penyisihan sebagian hasil pendapatan nasabah untuk dikumpulkan sebagai cadangan hari depan. b. Sebagai alat untuk melakukan transaksi bisnis atau usaha individu / kelompok. 4. Sarana Penarikan Tabungan : a. Buku Tabungan b. Slip penarikan c. ATM (Anjungan Tunai Mandiri)
d. Sarana lainnya (Formulir Transfer, Internet Banking, Mobile Banking, dll) 5. Perhitungan Bunga Tabungan : a. Metode Saldo Terendah Besarnya bunga tabungan dihitung dari jumlah saldo terendah pada bulan laporan dikalikan dengan suku bunga per tahun kemudian dikalikan dengan jumlah hari pada bulan laporan dan dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun. b. Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Rata-rata Pada metode ini, bunga dalam satu bulan dihitung berdasarkan saldo rata-rata dalam bulan berjalan. Saldo rata-rata dihitung berdasarkan jumlah saldo akhir tabungan setiap hari dalam bulan berjalan, dibagi dengan jumlah hari dalam bulan tersebut. c. Metode Perhitungan Bunga Berdasarkan Saldo Harian Pada metode ini bunga dihitung dari saldo harian. Bunga tabungan dalam bulan berjalan dihitung dengan menjumlahkan hasil perhitungan bunga setiap harinya. 6. Faktor-faktor tingkat Tabungan a. Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat b. Tinggi rendahnya suku bunga bank c. adanya tingkat kepercayaan terhadap bank 7. Hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Sebelum Anda menabung, tanyakan metode perhitungan bunga yang diberlakukan oleh bank tersebut.
b. Suku bunga tabungan dapat berubah sewaktuwaktu,karena itu suku bunga ini disebut suku bunga mengambang atau floating rate. c. Beberapa bank menetapkan suku bunga tabungan tetap untuk jangka waktu tertentu (fixed rate). d. Atas bunga tabungan yang diperoleh akan dikenakan pajak sesuai ketentuan berlaku. 8. Manfaat Tabungan Beberapa manfaat yang diperoleh dari tabungan pada umumnya, diantaranya: a. Manfaat yang diperoleh bagi bank antara lain adalah : 1) Sebagai salah satu sumber dana bagi bank yang bersangkutan dan dapat
digunakan
sebagai
penunjang operasional
bank
dalam
memperoleh keuntungan atau laba. 2) Sebagai
penunjang
untuk
menarik
nasabah
dalam
rangka
menggunakan fasilitas produk-produk lainnya. 3) Untuk membantu program pemerintah dalam rangka pertumbuhan ekonomi. 4) Meningkatkan kesadaran bagi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. b. Manfaat yang diperoleh bagi nasabah antara lain adalah : 1) Terjamin keamanannya karena dengan menyimpan uang di bank keamanan akan uang terjamin. 2) Akan mendapatkan bunga dengan menyimpan uang di bank.
3) Dapat terhindar dari pemakaian uang secara terus-menerus. 4) Adanya kepastian saat penarikan uang, karena dapat dilakukan setiap saat dimana saja dan tidak dikenakan biaya administrasi dengan fasilitas ATM. C. Tabungan iB Tapenas Hasanah Ada banyak produk penghimpunan dana yang secara teknis finansial dikembangkan sebuah lembaga keuangan islam termasuk BNI Syari’ah. Hal ini di kemungkinan sistem syari’ah memberi ruang yang cukup untuk itu. Dalam mobilisasi dana BNI Syari’ah menggunakan akad mudharabah mutlhaqah. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet Giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Adapun yang dimaksud dengan tabungan syar’iah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip- prinsip syari’ah. Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip memberikan hak kepada bank syari’ah atau lembaga keuangan syari’ah untuk menggunakan dan memanfaatkan uang atau dan titipannya, sedangkan Bank atau lembaga keuangan syari’ah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana dari pihak nasabah. Hubungan diantara pihak ketiga adalah kemitraan. Sebagai konsekuensinya bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya. Bank syari’ah akan membagi hasilkan kepada pemilik
dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam pembukaan rekening. Di sisi lain, bank juga berhak atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana atau barang tersebut. Kegiatan menabung yang dilakukan satu orang dengan orang lain sangatlah berbeda. Di dunia perbankan sendiri tabungan berarti simpanan yang di lakukan pihak ketiga yaitu penabung, di mana penarikan uang dilakukan oleh pihak ketiga dengan persyaratan yang sudah ditentukan oleh bank atau lembaga keuangan itu sendiri. Dalam islam menabung sangatlah dianjurkan, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Yang dimaksud dengan Tabungan iB Tapenas Hasanah adalah tabungan perencanaan berjangka waktu dengan sistem setoran bulanan yang dikelola secara syari’ah dengan akad mudharabah mutlhaqah, membantu meyiapkan rencana masa depan seperti rencana liburan, pernikahan, ibadah umroh ataupun pendidikan untuk anak. Dilengkapi dengan asuransi jiwa, Tabungan iB Tapenas Hasanah dapat membantu mewujudkan rencana masa depan yang lebih baik. Tabungan iB Tapenas Hasanah menggunakan prinsip Mudharabah Mutlhaqah yaitu, akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh keuntungan yang kemudian akan dibagikan sesuai nisbah yang disepakati. Dalam hal ini mudharib (bank) diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal atau menentukan arah investasi sesuai syari’ah.
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa bersikap hemat tidak berarti kikir dan bakhil. Karena yang dimaksud hemat di sini adalah menggunakan sesuatu dengan tidak berlebih-lebihan atau sesuai keperluan saja. Sedangkan kikir atau bakhil adalah sikap terlalu menahan diri dari belanja sehingga untuk keperluan sendiri yang pokok pun sedapat mungkin ia hindari, apalagi memberikannya kepada orang lain. Dengan kata lain, ia berusaha agar uang miliknya tidak dikeluarkan, tetapi berupaya agar orang lain memberikan uang kepadanya. Ia akan terus menyimpan dan memupuknya. 1. Dasar Hukum Tabungan iB Tapenas Hasanah Landasan hukum produk Tabungan iB Tapenas Hasanah mengacu pada prinsip mudharabah mutlhaqah sebagai berikut: a. Al-Quran Surat An-Nisa ayat 29 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. (Q.s An-Nisa : 29) Di dalam ayat ini menjelaskan bahwa salah satu sarat sahnya nasabah menitipkan uangnya untuk ditabung di bank dengan kesepakatan suka sama suka atau bisa dikatakn nasabah mempercayakan uangnya utuk dikelola oleh bank sesuai dengan prinsip syar’ah yang kemudian keuntungan dibagikan sesuai dengan ketentuan yang belaku di awal dan disepakati kedua belah pihak. b. Hadist Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib jika memberikan dana kemitra usahanya secara mudhorobah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rosulullah, dan Rosulullah pun membolehkannya. (HR.Thabrani) c. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 02/ DSN.MU.I/ IV/ 2000 tanggal 1 April 2000 tentang tabungan: “Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip syari’ah” d. UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat 9 “ Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek bilyet giro, dan alat lainnya yang bisa dipersamakan dengan itu” e. Petunjuk pelaksanaan pembukaan kantor Bank syari’ah, BI, 1999 f. PBI No 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan usahanya yang diatarannya meliputi upaya penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi. 2. Keunggulan Tabungan iB Tapenas Hasnah 1. Bagi hasil kompetitif dan lebih tinggi dibanding tabungan biasa. 2. Setoran bulanan, mulai dari Rp 100.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,/bulan. 3. Perlindungan asuransi jiwa bebas premi 4. Manfaat asuransi jiwa hingga Rp 750.000.000,5. Pilihan premi tambahan asuransi kesehatan (premi 5%, 10% dan 20%).
6. Manfaat asuransi kesehatan hingga Rp 1.000.000,-/hari/orang. 7. Pelayanan lebih dari 787 kantor cabang BNI dan 70 kantor cabang BNI Syariah di seluruh Indonesia. 8. Dana nasabah dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). 9. Layanan informasi 24 jam. D. Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil Bagi hasil menurut istilah adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.(Ahmad Rofiq,2004 : 153) Sedang menurut terminologi asing (Inggris) bagi hasil dikenal dengan profit sharring. Profit sharring dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharring diartikan: "Distribusi beberapa bagian dari laba (profit) pada para pegawai dari suatu perusahaan". Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan.(Cristopher Pass,1997:537) Bentuk-bentuk pembagian laba yang tidak langsung mencakup alokasi sahamsaham (penyertaan) perusahaan pada para pegawai, dibayar melalui laba perusahaan, dan memberikan para pegawai opsi untuk membeli sahamsaham sampai pada jumlah tertentu dimana yang akan datang pada tingkat harga sekarang, sehingga memungkinkan para pegawai memperoleh keuntungan baik dari pembagian deviden maupun setiap pertumbuhan dalam nilai saham yang dihasilkan dari peningkatan dalam kemampuan memperoleh laba.
Jika dalam suatu perusahaan, maka perolehan bagian laba sering dianjurkan untuk meningkatkan tanggung jawab pegawai dan dengan demikian meningkatkan produktivitas. Pada mekanisme lembaga keuangan syari'ah atau bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebut tadi, harus melakukan transparansi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek. Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. (Muhammad, 201:23) Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudlarabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan di muka. Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua lini kegiatan
ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu bentuk kerjasama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad atau mudlarabah. 2. Macam-macam bagi hasil Macam-macam bagi hasil sangat banyak. Namun secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syari'ah dapat dilakukan dalam empat akad utama yakni
al-musyarakah,
Sungguhpun
demikian
al
mudlarabah,
prinsip
yang
al-muzara'ah, paling
banyak
dan
al-musaqah.
dipakai
adalah
almusyarakahdan al-mudlarabah. (Muhamad Syafi'I Antonio, 2001:90) a. Musyarakah Musyarakah atau sering disebut sharikah yang mempunyai arti: teman sepersekutuan, perkumpulan, perserikatan. (Mahmud Yunus,1973:196) Syirkah dari segi etimologi berarti: al-ihtilath mempunyai arti: campur atau
percampuran.
Maksud
dari
percampuran
disini
adalah
seorang
mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan bagian yang lainya sulit untuk dibedakan lagi. Adapun secara terminologi Para ahli fikih mendefinisikan sebagai akad antara orang-orang yang berserikat dalam modal maupun keuntungan. Hasil keuntungan dibagihasilkan sesuai dengan kesepakatan bersama di awal sebelum melakukan usaha. Sedang kerugian ditanggung secara proposional sampai batas modal masing-masing. Secara umum dapat diartikan patungan modal usaha dengan bagi hasil menurut kesepakatan, sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu dari mereka. Akad Syirkah diperbolehkan menurut Ulama’ Fiqih. Ulama’ fiqih membagi Syirkah menjadi 2 macam yaitu:
1) Syirkah Amlak (milik) Syirkah Amlak ialah: persekutuan antara dua orang atau lebih untuk memiliki harta bersama tanpa melalui akad Syirkah. Syirkah dalam kategori ini dibagi menjadi dua macam yaitu: 2) Syirkah Ikhtiyariyah yaitu: Syirkah yang terjadi atas perbuatan dan kehendak pihak-pihak yang berserikat. 3) Syirkah Ijbariyah yaitu: Syirkah yang terjadi tanpa keinginan para pihak yang bersangkutan, seperti persekutuan ahli waris. 4) Syirkah Uqud (Akad) Syirkah Uqud yaitu: persekutuan antara dua orang atau lebih untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan keuntungan. Syirkah dalam kategori ini dibagi menjadi empat macam: a) Syirkah Inan yaitu: sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah sama baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam hal keuntungan dan resiko kerugian. b) Syirkah Mufawadhah yaitu: sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, maupun dalam keuntungan dan resiko kerugian.
c) Syirkah Abdan yaitu: persekutuan dua pihak atau lebih untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Hasil atau upah dari pekerjaan tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka. d) Syirkah Wujuh yaitu: persekutuan antara dua pihak pengusaha untuk melekukan kerjasama dimana masing-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal. Mereka menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. b. Mudharabah Mudlarabahmenurut bahasa yaitu memukul atau berjalan. (Mahmud Yunus, 1973:227) Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dengan menjalankan usaha. (M. Syafi'I Antonio, 1999: 135) Sedangkan pengertian menurut istilah para ulama’ fikih mudlarabah adalah sebagai berikut : 1) Mazhab Hanafi mendefiniskan mudlarabah sebagai akad atas suatu syarikat dalam keuntungan dengan modal harta dari satu pihak dan dengan pekerjaan (usaha) dari pihak yang lain. Secara tekstual ditegaskan bahwa syarikat mudlarabah adalah suatu akad (kontrak) dan mereka juga menjelaskan unsur-unsur pentingnya yaitu; berdirinya syarikat ini atas usaha fisik dari satu pihak dan atas modal dari pihak yang lain, namun tidak menjelaskan dalam definisi tersebut cara pembagian keuntungan antara kedua orang yang bersyarikat itu. Sebagaimana mereka juga tidak
menyebutkan syarat yang harus dipengaruhi pada masing-masing pihak yang melakukan kontrak dan syarat yang harus dipenuhi pada modal. 2) Mazhab Maliki mendefiniskan mudlarabah sebagai suatu pemberian mandat (taukiil) untuk berdagang dengan mata uang tunai yang diserahkan (kepada pengelolanya) dengan mendapatkan sebagian dari keuntungannya, jika diketahui jumlah dan keuntungan. Mazhab Maliki menyebutkan berbagai persyaratan dan batasan yang harus dipenuhi dalam mudlarabah dan cara pembagian keuntungan yaitu dengan bagian jelas yang tertentu sesuai kesepakatan antara kedua pihak yang bersyarikat.
Namun
definisi
ini
tidak
menegaskan
kategorisasi
mudlarabah sebagai suatu akad (kontrak), melainkan ia menyebutkan bahwa mudlarabah adalah pembayaran (penyerahan modal) itu sendiri. Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi mudlarabah adalah suatu akad (kontrak) yang memuat penyerahan modal khusus atau semaknanya tertentu dalam jumlah, jenis dan karakternya (sifatnya) dari orang yang diperbolehkan mengelola harta (jaizattasharruf) kepada orang lain yang 'aqil, mumayyiz dan bijaksana, yang ia pergunakan untuk berdagang dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya menurut nisbah pembagiannya dalam kesepakatan. Secara lebih sederhana mudlarabah adalah akad yang dilakukan oleh pemilik modal dengan pengelola, di mana keuntungan disepakati di awal untuk dibagi dua dan kerugian ditanggung oleh pemodal.
3. Syarat dan Rukun Bagi Hasil Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa bagi hasil yang sering dijalankan dalam lembaga keuangan islam adalah bagi hasil musyarakah dan mudharabah. Karena itu, syarat dan rukun bagi hasil dibatasi mengenai keduanya. Sebagai sebuah akad, musyarakah dan mudharabah mempunyai syarat dan rukun yang mempengaruhi keabsahannya. (Abdul Aziz Dahlan, 1997:195) Musyarakah akan menjadi akad sah apabila telah terpenuhi syarat dan rukunnya. Syarat Musyarakah yaitu: 1. Melafadzkan kata-kata yang menunjukkan izin yang akan mengendalikan harta. 2. Anggota syarikat percaya mempercayai. 3. Mencampurkan harta yang akan disyarikatkan. Adapun Rukun melakukan musyarakah adalah : 1. Macam harta modal 2. Nisbah bagi hasil dari modal yang diserikatkan 3. Kadar pekerjaan masing-masing pihak yang berserikat. Mengenai rukun mudharabah, ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yakni: 1. Malik atau shahibul maal ialah yang mempunyai modal. 2. Amil atau mudharib ialah yang akan menjalankan modal. 3. Amal, ialah harta pokok atau modal. 4. Shighat, atau perintah atau usaha dari yang menyuruh berusaha
Adapun syarat mudharabah adalah: 1. Barang yang diserahkan adalah mata uang. Tidak sah menyerahkan harta benda atau emas perak yang masih dicampur atau masih berbentuk perhiasan. 2. Melafadzkan ijab dari yang punya modal, dan qobul dari yang menjalankannya. 3. Diterapkan dengan jelas, bagi hasil bagian pemilik modal dan mudharib. 4. Dibedakan dengan jelas antara modal dan hasil yang akan dibagihasilkan dengan kesepakatan. Untuk mengurangi timbulnya perselisihan terutama atas biaya-biaya yang timbul, maka disarankan bahwa yang dibagihasilkan adalah pendapatan atau hasil bruto. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa keuntungan atau hasil netto yang dibagihasilkan, dengan catatan bahwa biaya-biaya yang dapat menimbulkan keraguan tentang keabsahannya seperti transportasi debitur, uang makan, uang saku debitur dan semacamnya tidak perlu dimasukkan untuk mengurangi pendapatan bruto tersebut. Jika yang dibagihasilkan bruto, maka disamping menyebutkan nisbah atau prosentase bagian hasil masing-masing, bank juga memberikan kepada nasabah beberapa bagian dari hasil bruto yang diperoleh, harus disepakati pula margin keuntungan atau profit bank dari bagian yang disetor ke bank syariah. Maka disetorkan oleh nasabah ke bank syariah dari cicilan / angsuran pokok modal mudlarabahnya juga termasuk profit bank sekaligus. Jika yang dibagihasilkan dari
hasil netto, cukup dengan menyebutkan nisbah. Sedangkan pembayaran modal mudlarabah berada di luar nisbah bagi hasil yang telah didapatkan. E. Akad A. Pengertian Akad Secara literal, akad berasal dari bahasa arab yaitu ﻋَﻘَﺪَ ﯾَﻌْﻘِﺪُ ﻋَﻘْﺪًاyang berarti perjanjian atau persetujuan. Kata ini juga bisa diartikan tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang berakad. Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan hubungan dan kesepakatan. Menurut para ulama fiqh, kata akad didefenisikan sebagai hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang ditetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum dalam objek perikatan. Rumusan akad mengindikasikan bahwa perjanjian harus merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus. Akad ini diwujudkan Pertama, dalam ijab dan kabul. Kedua, sesuai dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek perikatan. (Hasbi, 1984) Akad (ikatan,keputusan, atau penguatan) atau perjanjian atau transaksi dapat dartikan sebagai kemitraan yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Dalam istilah fiqh, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan bik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak, sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai. Secara khusus akad berarti kesetaraan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan
kepemilikan)
dan
kabul
(pernyataan
penerimaan
kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh kepada sesuatu.
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang dimksud dengan akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan hukum tertentu. B. Rukun Akad Untuk sahnya suatu akad harus memenuhi hukum akad yang merupakan unsur asasi dari akad. Rukun akad tersebut adalah: 1. Aqid (Orang yang menyelenggarakan Akad) Aqid adalah pihak-pihak yang melakukan transaksi, atau orang yang memiliki hak dan yang akan diberi hak, seperti dalam hal jual beli mereka adalah penjual dan pembeli. Ulama fiqh memberikan persyaratan atau kriteria yang harus dipenuhi oleh aqid antara lain : a. Ahliyah Keduanya memiliki kecakapan dan kepatutan untuk melakukan transaksi. Biasanya mereka akan memiliki ahliyah jika telah baligh atau mumayyiz dan berakal. Berakal disini adalah tidak gila sehingga
mampu
memahami
ucapan
orang-orang
normal.
Sedangkan mumayyiz disini artinya mampu membedakan antara baik dan buruk. Antara yang berbahaya dan tidak berbahaya dan antara merugikan dan menguntungkan. b. Wilayah Wilayah bisa diartikan sebagai hak dan kewenangan seseorang yang mendapatkan legalitas syar'i untuk melakukan transaksi atas suatu obyek tertentu. Artinya orang tersebut memang merupakan
pemilik asli, wali atau wakil atas suatu obyek transaksi, sehingga ia memiliki hak dan otoritas untuk mentransaksikannya. Dan yang terpenting, orang yang melakukan akad harus bebas dari tekanan sehingga mampu mengekspresikan pilihannya secara bebas. 2. Ma'qud ‘Alaih (objek transaksi) Ma'qud ‘Alaih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: a. Obyek transaksi harus ada ketika akad atau kontrak sedang dilakukan. b. Obyek transaksi harus berupa mal mutaqawwim (harta yang diperbolehkan syara' untuk ditransaksikan) dan dimiliki penuh oleh pemiliknya. c. Obyek transaksi bisa diserahterimakan saat terjadinya akad, atau dimungkinkan dikemudian hari. d. Adanya kejelasan tentang obyek transaksi. e. Obyek transaksi harus suci, tidak terkena najis dan bukan barang najis. 3. Shighat, yaitu Ijab dan Qobul Ijab Qobul merupakan ungkapan yang menunjukkan kerelaan atau kesepakatan dua pihak yang melakukan kontrak atau akad. Definisi ijab menurut ulama Hanafiyah adalah penetapan perbuatan tertentu yang menunjukkan keridhaan yang diucapkan oleh orang pertama, baik yang menyerahkan maupun menerima, sedangkan qobul adalah orang yang berkata setelah orang yang mengucapkan ijab,
yang menunjukkan keridhaan atas ucapan orang yang pertama. Menurut ulama selain Hanafiyah, ijab adalah pernyataan yang keluar dari orang yang menyerahkan benda, baik dikatakan oleh orang pertama atau kedua, sedangkan Qobul adalah pernyataan dari orang yang menerima. (Fathurrahman, 2001) Dari dua pernyataan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akad Ijab Qobul merupakan ungkapan antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi atau kontrak atas suatu hal yang dengan kesepakatan itu maka akan terjadi pemindahan ha kantar kedua pihak tersebut. Dalam ijab qobul terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi , ulama fiqh menuliskannya sebagai berikut : a. adanya kejelasan maksud antara kedua belah pihak. b. Adanya kesesuaian antara ijab dan qobul. c. Adanya pertemuan antara ijab dan qobul (berurutan dan menyambung). d. Adanya satu majlis akad dan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, tidak menunjukkan penolakan dan pembatalan dari keduannya. Ijab Qobul akan dinyatakan batal apabila : a. penjual menarik kembali ucapannya sebelum terdapat qobul dari si pembeli. b. Adanya penolakan ijab dari si pembeli.
c. Berakhirnya majlis akad. Jika kedua pihak belum ada kesepakatan, namun keduanya telah pisah dari majlis akad. Ijab dan qobul dianggap batal. d. Kedua pihak atau salah satu, hilang ahliyah -nya sebelum terjadi kesepakatan. e. Rusaknya objek transaksi sebelum terjadinya qobul atau kesepakatan. C. Syarat Akad Disamping rukun, syarat juga harus terpenuhi agar akad itu sah. Adapun syarat-syarat itu adalah: (Fathurrahman, 2001) 1. Syarat terjadinya akad a. Pelaku akad cakap bertindak (ahli). b. Yang dujadikan objek akad dapat menerima hukumnya. c. Akad itu diperbolehkan syara'dilakukan oleh orang yang berhak melakukannya walaupun bukan aqid yang memiliki barang. d. Akad dapat memberikan faidah sehingga tidak sah bila rahn dianggap imbangan amanah. e. Ijab itu berjalan terus, tidak dicabut sebelum terjadi kabul. Oleh karenanya akad menjadi batal bila ijab dicabut kembali sebelum adanya kabul.
f. Ijab dan kabul harus bersambung, sehingga bila orang yang berijab berpisah sebelum adanya qabul, maka akad menjadi batal. 2. Syarat Pelaksanaan akad Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat yaitu kepemilikan dan kekuasaan. 3. Syarat Kepastian Akad (luzum) Dasar dalam akad adalah kepastian. Seperti contoh dalam jual beli, seperti khiyar syarat, khiyar aib, dan lain-lain. Jika luzum Nampak maka akad batal atau dikembalikan. D. Macam-macam Akad Dalam kitab-kitab fiqh terdapat banyak bentuk akad yang kemudian dapat dikelompokkan dalam berbagai variasai jenis-jenis akad. Secara garis besar adapun pengelompokan macam-macam akad, anatara lain: (Mardani, 2012) 1. Akad menurut tujuannya: a. Akad Tabarru, b. Akad Tijari 2. Akad menurut namanya: a. Akad bernama (al-u’qud al-musamma) b. Akad tidak bernama (al-‘uqud gair al-musamma) 3. Akad menurut kedudukannya: a. Akad Pokok (al-‘aqd al-ashli)
b. Akad asesoir (a-‘aqd at-tabi’) 4. Akad dari segi unsur tempo di dalam akad: a. Akad bertempo (al-‘aqd az-zamani) b. akad tidak bertempo (al-‘aqd al-fauri) 5. Akad dari segi formalitasnya: a. Akad konsensual (al-‘aqd ar-radha’i) b. Akad formalitas (al-‘aqd asy-syakli) c. Akad riil (al-‘aqd al-‘aini) 6. Dilihat dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh syara’: a. Akad masyru’ b. Akad terlarang 7. Akad menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya: a. Akad mengikat (al-‘aqd al-lazim) b. Akad tidak mengikat 8. Akad menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan: a. akad Nafiz b. akad Mauquf. 9. Akad menurut tanggungan: a. ‘aqd adh-dhaman b. ‘aqd al-‘amanah 10. Akad menurut tanggungan: a. ‘aqd adh-dhaman b. ‘aqd al-‘amanah
BAB III LAPORAN OBJEK A. Sejarah Berdirinya BNI Syari’ah Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah. Di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. September 2013 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 64 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 16 Payment Point. Adapun salah satu bank yang berfungsi sebagai financial intermediary adalah Bank Negara Indonesia (BNI). Bank BNI ini didirikanpada tahun 1946, selang satu tahun kemerdekaan Indonesia. Pada saatitu BNI berperan sebagai bank sentral yang bertanggung jawab dalammenerbitkan dan mengelola mata uang rupiah. Dalam perkembangannyaBNI tercatat telah mengalami perkembangan yang pesat hinggaakhirnya BNI berubah status menjadi bank komersial pada tahun 1986.Dengan fokus pelayanan pada sektor industri, BNI secara bertahapmemainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia danmenjadi salah satu bank pemerintah yang terkemuka.Dan dengan adanya Peraturan Pemerintah dalam UU No.7/1992yang berisikan tentang perbankan yang di dalam Undang–Undang tersebutmemperkenalkan sistem Perbankan bagi hasil dan juga ketentuan tentangbank bagi hasil, perbankan syar’ah mulai dikembangkan. Dan perbankansyari’ah lebih serius di kembangkan lagi setelah dikeluarkannya UUNo.10/1998 dan di ikuti dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuanpelaksanaan dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Direksi Bank
Indonesia yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat dan kesempatan yang luas bagi pengembangan perbankan syari’ah di Indonesia. Dan pada masa awal sebagai peraturan lebih lanjut tentang ketentuan operasional bank berdasarkan prinsip syari’ah dikeluarkan SK Direksi BI No.32/34.KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 dan kemudian dirubah dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dengan No.6/24/PBI/2004 pada tanggal 14 Oktober 2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah. Hal ini menimbulkan ketertarikan bank konvensional untuk menawarkan produk-produk Bank Syari’ah. Seperti halnya BNI yang mengoperasionalkan “dual window banking system”, hal ini sebagai wujud dengan adanya UU No.10/1998. Salah satu pertimbangan PT BNI memberikan pelayanan perbankan syari’ah adalah, pertama: Penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama Islam, dan tentunya punya keinginan untuk bermuamalah sesuai syariat Islam. Kedua: Dengan menggunakan prinsip bagi hasil yang menjadi landasan utama perbankan syari’ah ini diharapkan dapat meminimkan dampak negatif yang mungkin saja dapat dialami oleh ekonomi Islam di masa mendatang. Ketiga: Pada tahun 1997 telah terjadi krisis yang sangat memukul dunia perbankan yang berprinsip bunga, dan ini berdampak pada banyaknya bank- bank yang terancam eksistensinya dan juga menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap Bank Konvensional, sehingga mendorong Bank Konvensional untuk memiliki bank yang mengutamakan transparansi dalam semua kegiatan dan juga kegiatan yang rasional. BNI akhirnya membuka Cabang Unit Syari’ah yang di resmikan oleh Menteri Keuangaan Republik Indonesia Dr. Bambang Sudibyo yakni pada tanggal
29 April 2000. Hal ini merupakan langkah awal Unit Usaha Syari’ah (UUS). Di mana BNI Syari’ah ini akan melakukan usaha pokoknya yaitu memberikan kredit dan jasa- jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah. Dalam perkembangannya, PT BNI Syari’ah membuka Kantor Cabang Syari’ah di Semarang pada tanggal 29 April 2003 yang terletak di Jl. Pandanaran No.102 Semarang, dengan pertimbangan mempunyai lokasi yang strategis karena berada di pusat kota Semarang sehingga memudahkan bagi nasabah. Pada tahun 2003 dilakukan penyusunan corporate plan BNI Syariah yang di dalamnya termasuk rencana independensi pada tahun 2009-2010. Proses independensi BNI Syariah diperkuat dengan kebijakan otonomi khusus yang diberikan oleh BNI kepada UUS BNI pada tahun 2005. Pada Tahun 2009, BNI membentuk Tim Implementasi Pembentukan Bank Umum Syariah, sehingga terbentuk PT Bank BNI Syariah yang efektif beroperasi sejak tanggal 19 Juni2010. Proses spin off dilakukan dengan beberapa tahapan,sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku termasuk ketentuan Bank Indonesia. Bank Indonesia memberikan persetujuan prinsip untuk pendirian BNI Syari’ah, dengan surat nomor 12/2/DPG/DPbS tanggal 8 Februari 2010 perihal Izin Prinsip Pendirian PT Bank BNI Syari’ah.Pada tanggal 22 Maret 2010 telah ditandatangani Akta Nomor 159, Akta Pemisahan Unit Usaha Syari’ah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ke dalam PT Bank BNI Syari’ah dan Akta Nomor 160, Akta Pendirian PT Bank BNI Syari’ah, yang keduanya dibuat di hadapan Aulia Taufani, sebagai penganti dari Sutjipto, Notaris di Jakarta.
Selanjutnya Akta pendirian tersebut telah memperoleh pengesahaan melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor AHU-15574. AH.01.01, Tanggal 25 Maret 2010.Izin Usaha diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tanggal 21 Mei 2010, melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/kep.gbi/2010 tentang Pemberian Izin Usaha PT Bank Bni Syari’ah. Selanjutnya BNI Syari’ah Capem Unisuula efektif beroperasi pada tanggal 19 Juni 2010. Saat ini BNI Syari’ah saat ini melayani nasabah melalui 59 kantor cabang di seluruh Indonesia yang didukung oleh jaringan dan teknologi BNI berupa layanan cabang, ATM, internet banking, dan call center. Lebih dari 750 cabang BNI sebagai Delivery Channel Perbankan Syari’ah terhubung melalui jaringan teknologi canggih di seluruh nusantara. Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi kantor cabang syariah di Jepara ke Semarang di Jl. Ahmad Yani No. 152. Sedangkan untuk melayani masyarakat Kota Jepara BNI Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah Jepara. Selain kantor cabang yang di Semarang juga di buka kantor cabang Pembantu Syari’ah di UNISULA, dan di bulan Mei 2003 menambah 1 Kantor Cabang Pembantu Syari’ah yang terletak di daerah Ungaran yaitu di Jl Pangeran Diponegoro No. 2224.
B. Identitas Perusahaan Nama
: PT. Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Syariah
Website
: http://www.bni.co.id
Berdiri
: 29 April 2000
Jenis usaha
: Bank umum
Status
: Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Kantor Cabang Pembantu Ungaran: Alamat
: Jl. Pangeran Diponegoro No. 222-A Ungaran
Telepon
: (024) 6922005
Website
: http://www.bni.co.id
Berdiri
: 24 Mei 2003
Jenis usaha
: Bank umum
Status
: Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
C. Visi, Misi dan Motto Layanan BNI Syariah a. Visi Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja b. Misi 1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan. 2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.
3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor. 4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah. 5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah. c. Motto layanan 1) Memegang teguh kepercayaan nasabah adalah janji kami. 2) Menjaga mutu layanan adalah modal utama kami. 3) Menempatkan kepuasan nasabah di atas segala-galanya adalah budaya kami. D. Sistem, Struktur dan DPS 1. Sistem yang digunakan adalah Dual Banking System yaitu dua sistem berjalan bersama dan berdampingan antara BNI Syariah dan BNI Konvensional. 2. Secara struktural BNI Syariah tidak terpisah dari BNI Konvensional, namun sistem akuntansi yang digunakan secara terpisah sehingga perhitungan keuangan tidak tercampur. 3. BNI Syariah dalam kegiatannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah yang terdiri dari Bpk. KH. Ma’ruf Amin dan Bpk. Drs. Hasanuddin, M.Ag., sehingga Insya Allah produk dan jasa BNI Syariah telah sesuai dengan kaidah Islam. E. Keunggulan BNI Syariah 1. Pembukaan rekening dan transaksi dapat dilakukan di seluruh cabang BNI, baik BNI Syariah maupun BNI Konvensional (SyariaChanneling Outlet;
Cabang/Capem BNI yang bisa memberikan layanan syariah (Tabungan, Deposito dan Giro) untuk dan atas nama BNI Syariah dalam satu wilayah kerja Kantor Bank Indonesia. 2. Fasilitas On Line di seluruh Cabang BNI Syariah dan Cabang BNI Konvensional. 3. BNI Syariah Card dapat digunakan di semua mesin ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, Jaringan Cirrus dan Master Card. 4. Layanan 24 jam melalui E-Banking (SMS Banking, Phone Banking dan Internet Banking). F. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Masing-masing Bidang Kantor Cabang Pembantu Ungaran Bagan 3.1
Branch manager
Teller
OSH
Prosecing
Costemer servis
Marketing
(Gambar 3.1 Struktur Organisasi BNI Syariah KCP Ungaran) Sumber: BNI Syariah KCP Ungaran, 2014.
Keterangan: Branch Manager : Purwadi Osh
: Muh Afif Amirillah
Teller
: Puspita
Prosecing
: Adhitya Ardian Putra
Costemer Servis : Roshita Marketing
: Elvin Subagdijo, Tahta Rahmanditya
G. Deskripsi Jabatan Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai tugas setiap bagian pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Pembantu Ungaran : 1. Kepala Cabang (branch manager) a. Mengelola secara optimal sumberdaya cabang agar dapat mendukung kelancaran operasi cabang. b. Mengkordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahunan cabang. c. Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank guna mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah ditetapkan baik pendanaan maupun jasa-jasa. 2. OSH (Operational & Servise Head) a. Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas transaksitransaksi jasa perbankan serta pemupukan dana di kantor cabang pembantu.
b. Menyelenggarakan pembukuan accounting atas transaksi keuangan di kantor cabang pembantu. c. Menyelenggarakan pengadministrasian dan pemantauan aatas transaksi pembiayaan di kantor cabang pembantu. d. Menyelenggarakan pelaporan transaksi kegiatan jasa-jasa perbankan, pemupukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan di kantor cabang pembantu sesuai pedoman atau ketentuan yang berlaku. OSH membawahi : 1) Back office officer yang terdiri dari teller dan Back office 2) Loan administration clerk 3) Trade service clerk 4) HR dan GA clerk 3. Prosessing a. Memastikan bahwa semua pembiayaan, penambahan pembiayaan telah mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan limit. b. Memastikan kebenaran administrasi atas pembiayaan yang diberikan. c. Memeriksa
kelengkapan
dan
keabsahan
nota
administrasi
pembiayaan. d. Memastikan bahwa fisik jaminan sesuai dengan nilai dan lokasinya.
4. Costumer servis a. Mengerjakan dan menyelesaikan semua operasional baik berupa tabungan, deposito, inkaso secara umum atau pun operasiona l pembayaaran dan pembukuanya. b. Memberikan pelayanan kepada nasabah dengan pedoman pada system operasional yang benar sehingga kedua pihak merasa puas. c. Memberikan informasi dan penjelasan kepada nasabah mengenai produk yang ditawarkan oleh bank atau yang di tanyakan oleh nasabah. 5. Teller a. Memberikan pelayanan kepada nasabah yang berhubungan dengan penerimaan dan penarikan uang. b. Mencatat semua transaksi yang terjadi setiap hari. c. Membuat laporan atas transaksi-tansaksi yang terjadi kemudian dilaporkan kepada bagian pembukuan. 6. Marketing a. Menyusun taktik dan strategi pemasaran produk perbankan kepada masyarakat dan dunia usaha setempat. b. Menyelengarakan penelitian potensi ekonomi maupun kegiatan usaha setempat. c. Mencari nasabah-nasabah baru dengan memperkenalkan dan menawarkan produk perbankan.
H. Produk- produk BNI Syari’ah Adapun produk- produk yang ditawarkan terbagi menjadi 3, yaitu produk penghimpunan dana (Funding), produk penyaluran dana (Lending), dan produk jasa. BNI Syari’ah memiliki berbagai jenis produk dan jasa yang relatif lengkap untuk memenuhi kebutuhan individu, usaha kecil, dan institusi. Produk dan jasa yang tersedia untuk individu, usaha kecil maupun institusi meliputi produk pembiayaan, produk investasi, produk simpanan, dan jasa-jasa perbankan. Keseluruhan produk tersebut dapat digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan etnis maupun agama. 1. Produk individu a. iB Hasanah Card, merupakan Kartu Pembiayaan yang berfungsi seperti kartu kredit berdasarkan prinsip syaraiah sebagaimana diatur dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) nomor 54/DSNMUI/IX/2006 tentang Syari’ah Card. b. Griya iB Hasanah, merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada individu untuk membeli, membangun, merenovasi rumah (termasuk ruko, rusun, rukan, apartemen dan sejenisnya), dan membeli tanah kavling serta rumah indent, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan membayar kembali masingmasing calon nasabah. c. Talangan Haji iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang ditujukan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang ditentukan oleh Departemen
Agama, untuk mendapatkan nomor seat porsi haji dengan menggunakan akad ijarah. Talangan Haji iB Hasanah dapat diberikan kepada nasabah yang sudah memiliki Tabungan iB THI Hasanah. d. Gadai Emas iB Hasanah atau disebut juga pembiayaan rahn merupakan penyerahan hak penguasaan secara fisik atas barang berharga berupa emas (lantakan dan atau perhiasan beserta aksesorisnya) dari nasabah kepada bank sebagai agunan atas pembiayaan yang diterima. e. Tabungan iB THI Hasanah Tabungan iB Haji Hasanah didesain untuk membantu
individu
dalam
merencanakan
pemenuhan
Biaya
Penyelengaraan Ibadah Haji. f. Tabungan iB Hasanah Tabungan iB Hasanah hadir untuk memenuhi kebutuhan anda dalam mengelola dana serta melakukan transaksi seharihari. Tabungan iB Hasanah dilengkapi dengan kartu ATM yang berfungsi juga sebagai kartu debit yang dapat dipergunakan untuk bertransaksi pada merchant berlogo MasterCard di seluruh dunia. Selain itu, Tabungan iB Hasanah juga dapat diakses melalui internetbanking, SMS banking, dan phone banking. Tabungan iB Hasanah dapat dibuka, tarik, dan setor di seluruh cabang BNI. g. Tabungan iB Prima Hasanah Tabungan iB Prima Hasanah adalah produk turunan dari Tabungan iB Hasanah yang ditujukan untuk individu yang menginginkan layanan lebih dan diberikan fasilitas executive lounge di bandara kota-kota besar di Indonesia.
h. Tabungan iB Tapenas Hasanah, Tabungan iB Tapenas Hasanah adalah tabungan perencanaan dalam mata uang Rupiah yang digunakan untuk mewujudkan rencana masa depan, misalnya untuk dana pendidikan, umroh, pernikahan, dan liburan. i. Multiguna iB Hasanah, merupakan fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk membeli barang kebutuhan konsumtif dengan agunan berupa barang yang dibiayai (apabila bernilai material) dan atau aset tetap yang ditujukan untuk kalangan professional dan pegawai aktif yang memiliki sumber pembayaran kembali dari penghasilan tetap dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku serta tidak termasuk kategori yang diharamkan dalam Syari’ah Islam. 2. Selain produk-produk individu tersebut di atas, BNI Syari’ah juga menyediakan produk pembiayaan kendaraan bermotor, produk pembiayaan multijasa, pembiayaan untuk pendidikan, kiriman uang, kliring, RTGS, remittance, TabunganKu iB, dan Deposito iB Hasanah. 3. Produk usaha kecil a. Tabungan iB Bisnis Hasanah, Tabungan iB Bisnis Hasanah adalah produk yang ditujukan untuk usaha kecil atau usaha perorangan yang menginginkan catatan mutasi rekening yang lebih detail dalam buku tabungan. Tabungan iB Bisnis Hasanah dilengkapi dengan kartu ATM yang berfungsi juga sebagai kartu debit yang dapat dipergunakan untuk bertransaksi pada merchant berlogo MasterCard di seluruh dunia. Selain
itu, Tabungan iB Bisnis Hasanah juga dapat diakses melalui internet banking, SMS banking, dan phone banking. Tabungan ini dilengkapi dengan fasilitas executive lounge. b. Giro iB Hasanah adalah rekening giro yang dilengkapi dengan fasilitas cek/bilyet giro untuk menunjang bisnis usaha kecil atau usaha perorangan. Giro iB Hasanah dapat diandalkan karena mempunyai banyak fasilitas dan keunggulan. c. Wirausaha iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan produktif yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan investasi) yang tidak bertentangan dengan Syari’ah dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. d. Tunas Usaha iB Hasanah adalah pembiayaan modal kerja dan atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang feasible namun belum bankable dengan prinsip Syari’ah dalam rangka mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden nomor 6 tahun 2007. e. CCF iB Hasanah, merupakan pembiayaan yang dijamin dengan cash, yaitu dijamin dengan simpanan/investasi dalam bentuk deposito, giro, dan tabungan yang diterbitkan BNI Syari’ah. f. Kopkar/Kopeg iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan mudharabah produktif di mana BNI Syari’ah sebagai pemilik dana menyalurkan pembiayaan
dengan
pola
executing
kepada
Koperasi
Karyawan
(Kopkar)/Koperasi Pegawai(kopeg) untuk disalurkan secara prinsip Syari’ah kepada end user/karyawan.
g. Usaha Kecil iB Hasanah adalah pembiayaan Syari’ah yang Di Gunakan untuk tujuan produktif (modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha kecil berdasarkan prinsip prinsip pembiayaan Syari’ah. Selain produkproduk usaha kecil tersebut di atas, BNI Syari’ah juga menyediakan produk Garansi Bank, SKBDN, SKB-DK, kiriman uang, kliring, RTGS, dan Deposito iB Hasanah. 4. Produk institusi a. Usaha Besar iB Hasanah adalah pembiayaan Syari’ah yang digunakan untuk tujuan produktif (modal kerja maupun investasi) kepada pengusaha berbadan hukum yang berada pada skala menengah dan besar dalam mata uang Rupiah maupun valas. b. Sindikasi iB Hasanah adalah pembiayaan yang diberikan oleh BNI Syari’ah bersama dengan perbankan lainnya untuk membiayai suatu proyek/usaha yang berskala sangat besar dengan syarat-syarat dan ketentuan
yang
sama,
menggunakan
dokumen
yang
sama
dan
diadministrasikan oleh Agen yang sama pula. c. Multifinance iB Hasanah adalah penyaluran pembiayaan langsung dengan pola executing, kepada multifinance untuk usahanya di bidang perusahaan pembiayaan sesuai dengan prinsip Syari’ah. d. Pembiayaan Kerjasama dengan Dealer iB Hasanah, merupakan pola kerjasama pemasaran dengan dealer dilatarbelakangi oleh adanya potensi pembiayaan kendaraan bermotor secara kolektif yang melibatkan end user dalam jumlah yang cukup banyak.
e. Fleksi
iB
Hasanah,
adalah
kerjasama
dengan
perusahaan/
lembaga/instansi dalam rangka pembiayaan kepada pegawainya. Dalam kerjasama ini perusahaan melakukan pendebetan gaji untuk kepentingan angsuran pegawai. f. Cash Management, adalah jasa pengelolaan seluruh rekening seperti corporate
internet
banking
yang
dapat
digunakan
oleh
perusahaan/lembaga/instansi. Produk ini dilengkapi dengan fasilitas virtual account. g. Payment Center, adalah kerjasama BNI Syari’ah dengan perusahaan dalam hal jasa penerimaan pembayaran untuk kepentingan perusahaan. Jasa ini dapat digunakan untuk penerimaan pembayaran uang kuliah, tagihan listrik dan sebagainya. h. Payroll Gaji, adalah layanan pembayaran gaji yang dilakukan oleh BNI Syari’ah atas dasar perintah dari perusahan/instansi pembayar gaji untuk mendebet rekeningnya dan mengkredit rekening karyawannya. Selain produk-produk institusi tersebut di atas, BNI Syari’ah juga menyediakan pembiayaan onshore, pembiayaan anjak utang dan anjak piutang, pembiayaan ekspor, L/C impor, Garansi Bank, SKBDN, SKB-DK, kiriman uang, kliring, RTGS, dan Deposito iB Hasanah.
BAB IV ANALISIS A. Penerapan Akad Mudharabah Muthlaqah Pada Tabungan iB Tapenas Hasanah Pembukaan Tabungan iB Tapenas Hasanah biasanya dimulai dengan wawancara antara calon nasabah dengan Customer Service. Customer Service akan memberikan penjelasan yang detail mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Tabungan tersebut. Sebelum membuka tabungan iB Tapenas Hasanah diperlukan rekening induk bisa berupa rekening tabungan iB Hasanah atau tabungan iB Bisnis Hasanah. Proses pembukaan Tabungan iB Tapenas Hasanah tidak berbeda dengan proses pembukaan tabungan lainnya. Untuk pembukaan rekening baru di BNI Syari’ah tidak dipungut biaya administrasi pembukaan. Sesuai dengan kebijakan tentang bea meterai dari direktorat jenderal pajak dokumen perbankan yang diberikan bea meterai, maka pada formulir aplikasi pembukaan rekening tidak perlu dibubuhkan meterai. 1. Ketentuan a. Tabungan iB Tapenas Hasanah menggunakan akad mudharabah mutlhaqah. b. Dengan jangka waktu mulai dari 1 tahun sampai dengan 18 tahun. c. Usia penabung saat masuk adalah minimal 17 tahun dan maksimal 55 tahun.
d. Untuk membuka rekening tabungan iB Tapenas Hasanah, nasabah haru mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening. e. Penabung telah memiliki rekening tabungan iB Hasanah / tabungan iB Bisnis Hasanah. f. Pembukaan rekening dapat dilakukan di seluruh cabang Bank pada saat buka kas. g. Kepada penabung diberikan buku tabungan. h. Dapat dilakukan autodebet dari rekening afiliasi Tabungan iB Hasanah atau Tabungan iB Bisnis Hasanah untuk setoran bulanan. i. Penggantian buku Tabungan Berencana bila buku tabungan penuh. j. Jika terdapat perbedaan antar saldo yang dicatat pada buku tabungan dengan saldo yang tercatat pada pembukuan bank maka yang digunakan adalah saldo yang tercatat pada pembukuan bank. k. Tabungan tidak memperoleh fasilitas iB Hasanah Card. 2. Pembukaan Tabungan iB Tapenas Hasanah a. Pada saat pembukaan rekening Tabungan iB Tapenas Hasanah baru mengisi dan menandatangani formulir pembukaan Tabungan iB Tapenas Haasanah yang merangkap formulir auto debet yang ada pada brosur. Ketentuan prinsip mengenal nasabah sangat perlu sehingga tidak terjadi money loundering atau pencucian uang. b. Customer Service Menerima formulir pembukaan rekening Tabungan iB Tapenas Hasanah dari nasabah yang dilengkapi dengan foto copy kartu
tanda pengenal nasabah yang ditentukan bank serta bukti kepemilikan rekening asal, dan selanjutnya: 1) Mencatat nomor, tanggal dikeluarkannya kartu tanda pengenal. 2) Memastikan pada bagian kuasa debet harus benar yaitu pengisian jangka waktu pendebetan tanggal sesuai dengan tanggal buka rekening dan waktu pendebetan yaitu sehari setelah pembukaan tabungan sampai dengan satu bulan pada tanggal yang sama sebelum berakhirnya masa atau periode tabungan. 3) Mencocokkan tanda tangan yang terdapat pada kartu identitas dengan tanda tangan yang tertera pada formulir dan bukti kepemilikan rekening asal. 4) Membubuhkan sampel sesuai dengan aslinya pada foto copy kartu identitas lalu membubuhkan paraf dan stempel vertikasi dan samping tanda tangan nasabah yang tertera pada dokumendokumen tersebut. c. Kemudian Customer Service mencatat nomor rekening Tabungan iB Tapenas Haasanah dan menuliskan nomor nasabah pada formulir tersebut dan mencatat data nasabah pada buku register pembukaan rekening Tabungan iB Tapenas Hasanah. Dan setelah itu memberikan formulir tersebut kepada pejabat yang ditunjuk ( pimpinan cabang) untuk diperiksa kebenarannya dan mendapatkan persetujuan. d. Costumer Service Operasional akan melakukan pemeriksaan ulang dan apabila telah sesuai membubuhkan tanda tangan pada formulir pembukaan
rekening Tabungan iB Tapenas Hasanah dan formulir standing intruction ( auto debet). e. Setelah mendapatkan persetujuan dari pimpinan, Customer Service melakukan input data untuk melakukan pembukaan Tabungan dan melakukan input data auto debet (tanggal pelaksanaan pemindahbukuan dari rekening tabungan iB Hasanah atau tabungan iB Bisnis Hasanah ke rekening Tabungan iB Tapenas). Kemudian minta otorisasi kepada pejabat atas pembukaan rekening tersebut. f. Customer Service melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen tersebut dan menyimpannya pada file Tabungan Berencana sesuai nomor urutnya. Dan menyerahkan buku tabungan kepada teller untuk pencetakan lembar data nasabah. g. Teller akan menyerahkan buku Tabungan Berencana yang telah dicetak nama dan alamat nasabah kepada Customer Service. h. Customer Service menempelkan stiker yang biasa disebut dengan ultraviolet (UV) signature tape tepat di atas kotak tanda tangan. Dan kemudian meminta pejabat untuk membubuhkan tanda tangan dan nama pada buku Tabungan iB Tapenas Hasanah i. Nasabah akan menandatangani buku tabungan di atas Overlay Paper dengan cara menekan ke atas hingga tanda tangan tersebut berbekas dan kemudian nasabah akan menyerahkan buku tabungan kembali kepada Customer Service untuk diproses lebih lanjut.
j. Kemudian Customer Service akan menyerahkan Tabungan Berencana kepada pejabat yang berwenang untuk membubuhkan tanda tangan dan nama jelas kemudian diserahkan kembali kepada Customer Service. k. Customer Service akan menyerahkan buku Tabungan Berencana kepada nasabah dan nasabah akan menerima buku tabungan. 3. Penyetoran Tabungan iB Tapenass Hasanah Penyetoran merupakan tindakan menyerahkan uang oleh seorang nasabah kepada lembaga terkait. Dalam istilah perbankan penyetoran adalah kegiatan seorang nasabah atau penabung untuk menyerahkan uangnya kepada bank untuk di tabung. Dalam Tabungan iB Tapenas Hasanah, pembayaran setoran bulanan dilakukan secara auto debet. Tabungan Berencana ini secara default akan blok debet dan blok kredit yang artinya proses setoran hanya bisa dilakukan oleh sistem dengan sumber dana yang berasal dari rekening induk yaitu dengan ketentuan: a. Setoran pertama dilakukan pada hari kerja setelah tanggal pembukaan rekening. b. Jika tanggal pendebetan jatuh pada hari libur, maka pendebetan akan dilakukan pada hari sebelumnya. c. Setoran bulanan berlaku tetap, sesuai dengan setoran awal minimal Rp. 100 ribu atau kelipatannya. Nasabah tidak dibenarkan untuk melakukan setoran tambahan di luar setoran bulanan yang telah ditetapkan.
4. Penarikan Tabungan iB Tapenas Hasanah Penabung tidak diperbolehkan melakukan penarikan sebelum jatuh tempo. Karena Tabungan iB Tapenas Hasanah adalah tabungan berjangka. Jadi, penabung tidak bisa melakukan penarikan kapan saja kecuali karena keadaan darurat. 5. Penutupan Tabungan iB Tapenas Hasanah a. Tabungan tidak dapat ditutup sebelum jatuh tempo kecuali dalam keadaan darurat. b. Penutupan dilakukan dengan melampirkan buku tabungan dan jika di kuasakan kepada orang lain, harus menggunakan surat keterangan pada pemilik rekening atau surat kuasa bermeterai. c. Penutupan tabungan hanya bisa dilakukan pada cabang penerbit atau pengelola tabungan tersebut. d. Atas penutupan setelah jatuh tempo, dikenakan biaya 25.000 dan penarikan tabungan sebelum jatuh tempo bank mengenakan biaya sebesar Rp. 100.000 dari nasabah. 6. Fasilitas Tabungan iB Tapenas Hasanah a. Buku Tabungan. b. Dapat dilakukan autodebet dari rekening afiliasi Tabungan iB Hasanah atau Tabungan iB Bisnis Hasanah untuk setoran bulanan.
B. Cara perhitungan Bagi Hasil Pada Tabungan iB Tapenas Hasanah Bank- bank islam beroperasi tidak berdasarkan pada bunga tetapi dengan sistem bagi hasil. Bagi hasil merupakan return dari kontrak investasi. Sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola. Secara teknis, bagi hasil tabungan Mudharabah Mutlaqaah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata bulanan yang dihitung tiap akhir bulan dan pada di awal bulan berikutnya. Perhitungan bagi hasil antara bank syari’ah yang satu dengan yang lain tidak sama. Besarnya nisbah bagi hasil yang diberikan BNI Syari’ah kepada nasabah Tabungan iB Tapenas Hasanah yaitu berjenjang. Simulasi Perhitungan Bagi Hasil : Ibu Anisa dengan usia 40 tahun ingin membuka Tabungan iB Tapenas Hasanah dengan kontrak 10 tahun (120 bulan) dengan ketentuan besar nilai kontrak sampai dengan jatuh tempo adalah maksimum Rp. 360 juta. Rekening dibuka pada tanggal 1/1/2007 sampai dengan 1/1/2017. a) Umur 40 tahun b) Saat kontrak umur 50 tahun, Jangka waktu tabungan berencana ibu Anisa adalah 10 tahun. Rumus: Maksimum dana / (jangka waktu x waktu maksimal umur) Rp. 360. 000.000 12 bln x 10
= Rp. 600.000,-/bulan
Pembagian Nisbah Tabungan Dalam Prosentase % Saldo Akhir
Nisbah
< 25 Juta
45%
25 Juta – 50 Juta
46%
50 Juta – 75 Juta
47%
75 Juta – 100 Juta
48%
>100 Juta
50% Tabel 4.1 Sumber: BNI Syari’ah KCP Ungaran, 2014.
Perhitungan Bagi Hasil Tabungan iB Tapenas Hasanah : Saldo rata – rata Ibu Anisa Rp. 600.000, Total dana 2 Milyar, pendapatan akhir bulan BNI Syari’ah Rp. 500.000.000 , Bagi hasil 50 % : = Saldo rata – rata x pendapatan x nisbah Total Dana BNI syariah = 600.000 x 100.000.000 x 50 % = 75.000,2.000.000.000 Bagi hasil yang diterima rata – rata pebulan adalah : Rp 75.000 / bulan untuk tabungan Rp 600.000,C. Manfaat Tabungan iB Tapenas Hasanah Beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan menabung tabungan berencana antara lain: 1. Membantu menyiapkan rencana masa depan anda & keluarga. Dapat membantu menyiapkan rencana masa depan, seperti rencana liburan, pernikahan, ibadah umroh ataupun pendidikan untuk buah hati.
2. Membantu nasabah untuk mewujudkan rencana masa depan yang lebih baik. 3. Terjamin keamanannya karena dengan menyimpan uang di bank keamanan akan uang terjamin. 4. Akan mendapatkan bagi hasil dengan menyimpan uang di bank. 5. Dapat terhindar dari pemakaian uang secara terus-menerus. 6. Adanya kepastian saat penarikan uang, karena dapat dilakukan setiap saat dimana saja dan tidak dikenakan biaya administrasi dengan fasilitas ATM. Pada Tabungan iB Tapenas Hasanah nasabah akan mendapatkan nisbah bagi hasil dengan pola berjenjang, dalam hal ini nasabah tidak bisa mengambil uang kapan saja saat belum jatuh tempo. Nasabah juga dilindungi asuransi jiwa, jadi apabila nasabah mengalami musibah juga akan di bantu, selain itu nasabah juga mendapatkan bebas biaya premi asuransi.n Setoran bulanan bersifat pilihan bagi nasabah dengan jumlah minimum sebesar Rp. 100.000,-. Maksimum manfaat asuransi Rp. 750 juta. D. Keunggulan Tabungan iB Tapenas Hasanah Setiap tabungan pasti ada kekurangannya dan juga ada kelebihannnya, begitu juga pada Tabungan iB Tapenas Hasanah sendiri pasti juga ada sisi kekurangannya dan keunggulanya. Keunggulan Tabungan iB Tapenas Hasanah adalah sebagai berikut: 10. Bagi hasil kompetitif dan lebih tinggi dibanding tabungan biasa.
Jika perhitungan bagi hasil Tabungan iB Hasanah, besarnya bagi hasil yang diberikan BNI Syariah kepada nasabah Tabungan iB Hasanah adalah sebagai berikut : Ibu Leli memiliki tabungan iB Hasanah dengan saldo rata-rata bulan juni sebesar Rp. 5.500.000. Perbandingan nisbah antara bank syariah dengan deposan adalah 73% : 27%. Saldo rata-rata per bulan sebesar Rp. 2.473.000.000. Kemudian keuntungan bank syariah yang dibagihasilkan adalah Rp. 25.000.000 . Jadi keuntungan yang didapat ibu leli yaitu : = (Saldo rata-rata nasabah : saldo rata-rata bank x keuntungan bank syariah) x 27% = (5.500.000 : 2.473.000.000 x 25.000) x 27% = 15.012 Bagi hasil yang diterima rata-rata perbulan adalah : Rp. 15.012/ bulan untuk tabungan dengan saldo rata-rata Rp. 5.500.000 11. Setoran bulanan, mulai dari Rp 100.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,/bulan. Pada saat setoran bulanan nasabah di wajibkan untuk melakukan setoran minimal Rp 100.000,- dan maksimal Rp. 5.000.000,-/bulan. Jadi nasabah tidak diperbolehkan melakukan setoran Tabungan iB Tapenas Hasanah di bawah Rp 100.000,- dan di atas Rp 5.000.000,- setiap bulannya.
12. Perlindungan asuransi jiwa bebas premi. Nasabah mendapatkan perlindungan asuransi jiwa bebas premi. Jadi saat nasabah sedang ada musibah tidak perlu kebingungan. Karena sudah mendapatkan perlindungan asuransi jiwa. 13. Manfaat asuransi jiwa hingga Rp 750.000.000,14. Pilihan premi tambahan asuransi kesehatan (premi 5%, 10% dan 20%). 15. Manfaat asuransi kesehatan hingga Rp 1.000.000,-/hari/orang. 16. Pelayanan lebih dari 787 kantor cabang BNI dan 70 kantor cabang BNI Syariah di seluruh Indonesia. Jadi, nasabah bisa melakukan setoran di mana saja. Tidak harus melakukan setoran di tempat yang dulu pada saat pembukaan rekening tabungan. Nasabah tidak perlu kerepotaan dalam melakukan setoran. 17. Dana nasabah dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Dalam hal ini Nasabah tidak perlu khawatir terhadap dana yang di setorkan pada bank. Karena dana nasabah sudah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan. 18. Layanan informasi 24 jam (Call center (021) 500046 dan 68888) dan dapat bertransaksi melalui ATM serta E-banking ini didukung oleh infrastruktur teknologi PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
E. Analisis Dalam sabda Rasulullah SAW. yang diriwayatkan dari Abu Rafie bahwa Rasulullah SAW. pernah meminta seseorang untuk meminjamkannya seekor unta. Diberinya unta kurban (berumur sekitar dua tahun). Setelah selang beberapa waktu, Rasulullah SAW. memerintahkan Abu Rafie untuk mengembalikan unta tersebut kepada pemiliknya, tetapi Abu Rafie kembali kepada Rasulullah SAW. Serta berkata,”Ya Rasulullah, unta yang sepadan tidak kami temukan yang ada hanya unta yang lebih besar dan berumur empat tahun.” Rasulullah berkata, ”Berikanlah itu karena sesungguhnya sebaik-baikkamu adalah yang terbaik ketika membayar.”(HR Muslim) Dari Hadits di atas jelaslah bahwa bonus sama sekali berbeda dari bunga, baik dalam prinsip maupun sumber pengambilan. Dalam praktiknya, nilai nominalnya mungkin akan lebih kecil, sama, atau lebih besar dari nilai suku bunga. Dana sepenuhya dimanfaatkan oleh pihak penyimpan harta sekaligus yang bertanggung jawab sepenuhnya atas keutuhan harta tersebut, dan itu juga sebagai jaminan yang diberikan kepada pemilik harta. (Muhammad Syafi’i Antonio, 1999 :88). Dalam dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi, insentif dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung, sekaligus sebagai indikator kesehatan bank terkait. Hal ini karena semakin besar nilai keuntungan yang diberikan kepada penabung dalam bentuk bonus, semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam investasi yang produktif dan menguntungkan. Yang mana pengelolaan harta
semacam ini dalam dunia perbankan menggunakan akad jenis mudharabah , yaitu akad mudharabah muthlaqah yang sering kita temukan. Pengaplikasian jenis akad mudharabah muthlaqah ini juga dapat kita temukan pada BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran, terutama pada Tabungan iB Tapenas Hasanah. Yang merupakan produk simpanan yang menggunakan akad mudharabah dan diperuntukkan bagi nasabah yang berusia di atas 17 tahun. Produk tabungan iB Tapenas Hasanah ini dihadirkan untuk membantu menyiapkan rencana masa depan. Tabungan iB Tapenas Hasabah dapat membantu Anda dalam mewujudkan rencana masa depan yang lebih baik. Selain mendapat buku tabungan,
juga
mendapat kartu ATM. Untuk menjadi nasabah Tabungan iB Tapenas Hasanah cukup dengan menyerahkan setoran awal senilai minimal Rp 100.000 Kemudian dilengkapi dengan fotokopi identitas diri (KTP/SIM/Paspor). Sama seperti tabungan lain, dengan ATM yang dimiliki bisa bertransaksi melalui mesin ATM. Tapi karena ini tabungan perencanaan berjangka waktu, maka tidak dapat melakukan penarikan sebelum jatuh tempo. Sebagai produk unggulan bisa kita lihat pada persentase nasabah dari bulan Juli 2013– Mei 2014, yaitu :
Prosentase Nasabah BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(Gambar 4.1 Prosentase Nasabah BNI Syariah KCP Ungaran) Sumber: BNI Syariah KCP Ungaran, 2014. 1. Kelebihan Tabungan iB Tapenas Hasanaah merupakan tabungan yang sangat menguntungkan bagi nasabah, karena sesuai dengan prinsip syari’ah, Setoran bulanan dilakukan secara auto debet setiap bulannya dari rekening induk dan mendapatkan bagi hasil berjenjang. Disamping itu juga bebas biaya premi asuransi dan mendapatkan fasilitas asuransi yang dimulai dari awal pembukaan tabungan berencana sampai akhir penutupan serta memudahkan kita mengatur rencana kebutuhan dana jangka menengah dan panjang. 2. Kekurangan Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai sistem syari’ah yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syari’ah menjadikan Bank Syari’ah kurang bisa diterima di semua golongan masyarakat.Banyak masyarakat
beranggapan mengenai bagi hasil keuntungan dengan bunga adalah sama. Kurangnya pelayanan out let BNI Syari’ah di kota-kota kecil menjadikan Bank ini belum sepenuhnya menjangkau seluruh golongan masyarakat. 3. Strategi BNI Syari’ah harus meningkatkan promosi dan sosialisasi agar masyarakat tertarik dengan produk Tabungan iB Tapenas hasanah. Juga Membangun jaringan mitra kerja seluas luasnya, baik di dalam maupun luar negeri. 4. Solusi BNI Syari’ah harus melakukan sosialisasi dengan masyarakat agar masyarakat lebih memahami prinsip-prinsip syari’ah yang di terapkan oleh BNI Syari’ah sehingga masyarakat memilih produk-produk yang ada di BNI Syari’ah. Disamping itu juga memberikan pelayanan fasilitas ATM terhadap masyarakat, memberikan pelayanan outlet BNI Syari’ah di kota-kota kecil atau di daerah sehingga masyarakat lebih terlayani dengan lebih baik.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas mengenai Tabungan iB Tapenas Hasanah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tabungan iB Tapenas Hasanah merupakan tabungan yang diperuntukkan bagi nasabah di atas 17 tahun dengan menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Tabungan iB Tapenas Hasanah ini di khususkan untuk perorangan usia antara 17 sampai 55 tahun di mana maksimal usia penabung 65 tahun pada saat jatuh tempo, setoran awal minimal Rp. 100.000,- atau kelipatannya setoran bulanan bersifat pilihan bagi nasabah dengan jumlah minimal sebesar Rp. 100.000,-, untuk jangka waktu tabungan minimal 1 tahun maksimal 18 tahun manfaat asuransi sampai Rp. 750 juta. . 2. Pada pengaplikasiannya, Tabungan iB Tapenas Hasanah menggunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil (keuntungan dan kerugian) menurut kesepakatan. Prinsip mudharabah yang biasa diterapkan dalam lembaga keuangan syariah adalah menggunakan mudharabah muthlaqah, yang mana shaibul maal tidak dapat memberikan
batasan-batasan terhadap dana yang diinvestasikan. Dengan demikian mudharib diberi kewenangan penuh untuk mengelola dana tanpa keterkaitan waktu, tempat, bentuk usaha dan jenis pelayanan. 3. Penarikan Tabungan iB Tapenas Hasanah hanya dapat dilakukan pada saat penutupan jatuh tempo begitu juga penutupannya. Secara teknis bagi hasil tabungan di lakukan berdasarkan saldo rata-rata yang di hitung tiap akhir bulan, nisbah bagi hasil yang di berikan BNI syari’ah berjenjang, apabila saldo akhir sebesar kurang dari Rp. 25.000.000,- maka nisbah bagi hasil sebesar 45%, saldo rata-rata Rp. 25.000.000,sampai Rp. 50.000.000,- bagi hasil yang di terima 46%, saldo rata-rata sebesar Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 75.000.000,nisbah bagi hasil yang di terima 47%, saldo rata-rata sebesar Rp.75.000.000,- sampai Rp. 100.000.000,- nisbah bagi hasil 48%, dan apabila saldo lebih dari Rp. 100.000.000,- nisabah bagi hasilnya 50%. 4. Penutupan Tabungan iB Tapenas Hasanah tidak dapat ditutup sebelum jatuh tempo kecuali dalam keadaan darurat, dengan melampirkan buku tabungan dan jika di kuasakan kepada orang lain, harus menggunakan surat keterangan pada pemilik rekening atau surat kuasa bermeterai dan hanya bisa dilakukan pada cabang penerbit atau pengelola tabungan tersebut.
B. SARAN Berdasarkan hasil laporan tugas akhir di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Ungaran maka penulis memiliki saran sebagai berikut : 1. Peningkatan promosi dan sosialisasi agar masyarakat tertarik dengan produk Tabungan iB Tapenas Hasanah di BNI Syariah. 2. Peningkatan pelayanan kepada para nasabahnya dengan selalu senyum dan bersikap sopan. 3. Selalu berpegang pada Syariat islam. 4. Penerapan manajemen yang tepat dan baik, yaitu dengan pelayanan yang memuaskan, menambah sumber daya manusia yang ahli dan trampil, pengelolaan laporan keuangan yang tepat dan teliti, strategi pemasaran yang jitu dan tepat sasaran dan sebagainya. 5. Dalam pembagian bagi hasil harus dapat memperhatikan pola-pola yang digunakan agar tidak terjadi resiko-resiko yang timbul kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA Al-Jambi, Abu Muhammad Dwino Koesen, Selamat Tinggal Bank Konvensional, Jakarta : CV Tifa Surya Indonesia, 2011 Antonio, Muhammad syafi’i, Bank Syariah dari Teori Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001. Anwar, Saifiddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar 2001 Arikunto,
Suharsimi,
Prosedur
Penelitioan
Suatu
Pendekatan
Praktek,
Yogyakarta: Rieneke Cipta, 1997. Buku pedoman kebijakan dan prosedur pembiayaan kecil syariah (PT. BNI (persero) Tbk Divisi Syariah) Buku Laporan Tahunan BNI Syari’ah Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : CV. Penerbit Diponegoro, 2005 Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta, CV. Gaung Persada, 2006 Karim, Adiwarman A, SE, MBA, MAEP, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani, 2001 Karim, Adiwarman., Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Lapoliwa, N. Akuntansi perbankan: untuk transaksi dalam valuta rupiah, Jakarta :
Institut Bankir Indonesia,1993 Maulana,Agus. Strategi dan Progam Manajemen Pemasaran, Jakarta: Erlangga, 1994 Majah, Ibnu, Sunnah, Juz II, Surakarta. Muhammad, Teknik perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, Jakarta : UII Press Yogyakarta, 2004 Muhammad, Manajemen Bank syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002. Muhammad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman, Yogyakaerta: Ekonidsia, cet. 2, 2006.
Pedoman Buku Pembiayaan BNI Syariah Rivai, Veithzal, Islamic financial management: teori, konsep, dan aplikasi: panduan praktis untuk lembaga keuangan , nasabah, praktisi, dan mahasiswa, Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2008 Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Islam, Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafiti, 2004 Syafi’I Antonio, Muhammad, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001 Thohirin, Ahmad, Strategi Kebijakan Perbankan Syariah, Kedaulatan Rakyat, 21 Mei 2002. Umar, Husain, Research Methods in Finance and Banking, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka utama, 2000 Wawancara dengan Roshita tentang Tabungan iB Tapenas Hasanah. Wibowo, Edy, Mengapa Memilih Bank Syari’ah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002. Wiroso, Jual Beli Murabahah,Yogyakarta:UII Press, 2005 www.bnisyariah.ac.id diakses pada tanggal 30 Mei 2014 www.bnisyariah.ac.id diakses pada tanggal 20 JULI 2014 Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2003