Analisis Probabilitas Emiten Memperoleh Opini Going Concern Berdasarkan Pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: RATIH ASRIANI NIM : 1050 8200 2633
Dibawah Bimbingan Pembimbing I
Dr. Yahya Hamja, MM. NIP. 131 474 891
Pembimbing II
Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA NIP. 132 055 044
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M
i
Hari ini Rabu Tanggal Tujuh Belas Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Nama Ratih Asriani NIM : 105082002633 dengan judul Skripsi ANALISIS PROBABILITAS EMITEN MEMPEROLEH OPINI GOING CONCERN BERDASARKAN PERTIMBANGAN QUICK RATIO, RETURN ON EQUITY, DAN DEBT TO EQUITY RATIO. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 17 Juni 2009 Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA Ketua
Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Penguji Ahli
ii
Hari ini Jum’at Tanggal Dua Puluh Enam Bulan Juni Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas Nama Ratih Asriani NIM : 105082002633 dengan judul Skripsi ANALISIS PROBABILITAS EMITEN MEMPEROLEH OPINI GOING CONCERN BERDASARKAN PERTIMBANGAN QUICK RATIO, RETURN ON EQUITY, DAN DEBT TO EQUITY RATIO. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 Juni 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM. Ketua
Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA Sekretaris
Dr. Wiwik Utami, SE., Ak., M.Si. Penguji Ahli
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Agama Alamat Telepon/ Hp E-mail
Ratih Asriani Perempuan Jakarta, 6 Agustus 1987 Islam Jl. Ciputat Raya Gg. H. Saikin RT 011/008 No. 34 Pondok Pinang, Jakarta Selatan 12310 : (021) 766 3864/ 0813 8244 8846 :
[email protected]
: : : : :
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL 1 . 2 . 3 . 4 . 5 .
TK Islam Yanusa Jakarta
: 1992
SD Negeri 05 Jakarta
: 1999
SLTP Negeri 87 Jakarta
: 2002
SMK Negeri 18 Jakarta
: 2005
S1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Akuntansi
: 2005-2009
PENGALAMAN ORGANISASI 1. BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Koordinator Divisi Seni dan Budaya
iv
2007-2008
ABSTRACT
Ratih Asriani. Script title “Analysis the Probability of Public Listed Companies to get Going Concern Opinion Based on Judgement of Quick Ratio, Return on Equity, and Debt to Equity Ratio”. Stratum One (S1) Study Program Accounting Faculty of Economics and Social Science State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009 M/1430 H. The Purpose of this research is to analyze the probability of public listed companies to get a going concern opinion based on judgement of Quick Ratio, Return on Equity, and Debt to Equity Ratio. The variables are Quick Ratio (X1), Return on Equity (X2), and Debt to Equity Ratio (X3) wich measured using Probit Model to assess the hypothesis. The samples were secondary data of 57 companies registered in Indonesia Stock Exchange. The result of this research is to show that Quick Ratio and Debt to Equity Ratio are the judgements for public listed companies to get a going concern opinion, but not for Return on Equity.
Key Word :
Quick Ratio, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Going Concern Opinion.
v
ABSTRAK
Ratih Asriani. Judul Skripsi ”Analisis Probabilitas Emiten Memperoleh Opini Going Concern Berdasarkan Pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio. Strata Satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009 M/1430 H. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis probabilitas emiten memperoleh opini going concern berdasarkan pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio. Variabelnya adalah Quick Ratio (X1), Return on Equity (X2), dan Debt to Equity Ratio (X3) yang diuji menggunakan Model Probit. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu sebanyak 57 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Quick Ratio dan Debt to Equity Ratio merupakan pertimbangan bagi emiten untuk memperoleh opini going concern, tetapi tidak untuk Return on Equity.
Kata Kunci : Quick Ratio, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Opini Going Concern
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robill ‘Aalamiin, segala puji dan syukur kepada Sumber dari Suara-suara Hati yang Bersifat Mulia, Sumber Ilmu Pengetahuan, Sumber Segala Kebenaran, Sang Maha Cahaya, Penabur Cahaya Ilham, Pilar Nalar Kebenaran dan Kebaikan yang Terindah, Sang Kekasih Tercinta yang Tak Terbatas Pencahayaan Cinta-Nya, Allah SWT. Berkat limpahan taufik dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Shalawat serta salam teruntuk Nabi akhir zaman baginda Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ajaran islam yang telah terbukti kebenarannya, dan semakin terus terbukti kebenarannya. Tujuan penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis Probabilitas Emiten Memperoleh Opini Going Concern Berdasarkan Pertimbangan Quick Ratio, Return On Equity, Dan Debt To Equity Ratio ” ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat-syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Tetapi, Alhamdulillah berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT, dukungan, bimbingan, serta bantuan berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Papa dan Mama, terima kasih atas doa yang kalian panjatkan dan kepercayaan yang kalian berikan disetiap langkahku. Dorongan berupa semangat yang tertuang melalui doa, perhatian, kesabaran, kasih, dan sayang yang selalu dicurahkan. ”Papa-Mama terima kasih atas segalanya, karena Papa dan Mama lah ade merasa yakin bisa melawati ini semua, in always love forever.” 2. Buat kakakku tercinta, Kak Tina yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha menjadi lebih baik dalam menjalani hidup ini.
vii
3. Bapak DR. Yahya Hamja MM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan perhatian, motivasi, waktu, ilmu yang tidak terhinggga serta nasehat untuk menjalani masa depan, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal shaleh. 4. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA., CPA, selaku Pembimbing II, atas segala ilmu, motivasi dan waktu yang telah diberikan, semoga ilmu yang Bapak berikan menjadi ilmu yang bermanfaat. 5. Ibu Dr. Wiwik Utami, SE., Ak., M.Si., selaku Penguji Ahli Ujian Skripsi, atas waktu dan ilmu yang telah diberikan. 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi, dan Ibu Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi. 7. Para penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Abdul Hamid MS, Drs. Abdul Hamid Cebba MBA, Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. Serta semua dosen yang telah memberikan ilmunya, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu. 8. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Pak Rahmat, Pak Bambang, Bu Lili, Bu dewi, Bu Siska, Pak Sugeng, terima kasih atas segala bantuan dan pelayanan yang telah diberikan kepada penulis. 9. Sahabat-sahabat seperjuangan, Yenti, Devi, Lisda, Berlian, Kaka Rika, Ajeng, Epi, Fifi, Ita, Sovie, Upi, Lilik dan teman-teman lain yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk motivasi, kesabaran, dan segala bantuan yang telah kalian berikan untukku, I’m very happy to be your friend, thanx girls. 10. Sahabat-sahabatku tercinta di Path Community, GHa-LeRi, Akuntansi A 2005, Auditing B 2005, yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih kawan untuk rasa tulus yang telah kalian berikan kepadaku, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan kalian ini. Amien… 11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
Sebagaimana pepatah berkata “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, begitu pula penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun, agar kelak dapat berbuat yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, Juni 2009
Ratih Asriani
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... iv ABSTRACT ................................................................................................. v ABSTRAK ................................................................................................... vi KATA PENGANTAR.................................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv BAB. I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ......................................................1 B. Perumusan Masalah .............................................................. 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................. 8 1......................................................................................Tuj uan Penelitian ................................................................. 8 2......................................................................................Ma nfaat Penelitian ............................................................... 9
BAB. II.
LANDASAN TEORI A. Rasio Keuangan................................................................... 10 1......................................................................................Ras io Likuiditas................................................................... 13 a.................................................................................Qui ck Ratio.................................................................... 14 b. ...............................................................................Cur rent Ratio ................................................................. 15
x
c.................................................................................Cas h Ratio ..................................................................... 17 2......................................................................................Ras io Profitabilitas .............................................................. 17 a.................................................................................Ret urn on Equity ........................................................... 18 b. ...............................................................................Ret urn on Assets............................................................ 19 c.................................................................................Co ntribution Margin..................................................... 21 3......................................................................................Ras io Solvabilitas ................................................................ 22 a.................................................................................Tot al Debt to Total Assets Ratio .................................... 23 b. ...............................................................................Tot al Debt to Total Equity Ratio.................................... 24 c.................................................................................De bt Service Ratio (Penelusuran Utang) ...................... 25 B...........................................................................................Opi ni Audit ............................................................................... 25 C...........................................................................................Pen elitian Terdahulu.................................................................. 37 D. Kerangka Pemikiran ............................................................ 40 E. Hipotesa .............................................................................. 42 BAB. III.
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian................................................... 43 B. Metode Penentuan Sampel.................................................. 43 C. Metode Pengumpulan Data ................................................. 44 D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis....................................... 45
xi
1. Statistik Deskriptif ......................................................... 45 2. Penguji Hipotesis ........................................................... 45 E. Operasional Variabel Penelitian ........................................... 47 a. .......... Variabel Independen.............................................. 47 1) Quick Ratio .............................................................. 47 2) Return on Equity ...................................................... 47 3) Debt to Equity Ratio................................................. 47 b. Variabel Dependen......................................................... 48 1) .... Opini Going Concern ............................................ 48 BAB. IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian...................................... 49 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ............................ 49 2. Deskripsi Populasi Penelitian ......................................... 55 B. Analisis Deskriptif............................................................... 58 1......................................................................................An alisis Deskriptif Variabel Quick Ratio ............................ 58 2......................................................................................An alisis Deskriptif Variabel Return on Equity .................... 60 3......................................................................................An alisis Deskriptif Variabel Debt to Equity Ratio ............... 62 C. Análisis dan pembahasan ..................................................... 64 1. Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Quick Ratio ................................ 65 2. Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Return on Equity ........................ 67 3. Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Debt to Equity Ratio................... 69
BAB. V.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ......................................................................... 72
xii
B. Implikasi.............................................................................. 73 C. Saran ................................................................................... 74 DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 75 LAMPIRAN ................................................................................................. 77 1. ..........................................................................................Per usahaan yang Mendapatkan Opini Going Concern............... 78 2. ..........................................................................................Tab el Distribusi Probabilitas Binomial ...................................... 79 3. ..........................................................................................Lap oran Auditor Independen dengan Opini Going Concern ....... 83 4. ..........................................................................................Ikh tisar Akun-akun yang Digunakan Dalam Variabel Penelitian............................................................................. 85
DAFTAR TABEL
Nomor 4.1 4.2.1
Keterangan
Halaman
Daftar Perusahaan yang Masuk Kategori Sampel
56
Quick Ratio Industri Restaurant, Hotel, and Tourism Go Public di
59
Indonesia
xiii
4.2.2
Return on Equity Industri Restaurant, Hotel, and Tourism Go Public di Indonesia
61
4.2.3
Debt to Equity Ratio Industri Restaurant, Hotel, and Tourism Go Public di Indonesia
63
4.3.1
Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Quick Ratio
65
4.3.2
Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Return on Equity
67
4.3.3
Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Debt to Equity Ratio
69
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1
Keterangan Kerangka Pemikiran
Halaman 41
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Krisis gobal yang kini tengah melanda dunia, tak terkecuali Indonesia jelas mengingatkan kita pada krisis yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1997. Krisis tersebut seakan menorehkan tinta hitam pada sejarah perekonomian Indonesia, karena pada dasarnya krisis saat itu mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu dari dampak tersebut adalah terjadinya depresiasi mata uang rupiah dan penurunan harga-harga saham. Hal ini dikarenakan kesanksian para investor, baik lokal maupun asing untuk menanamkan modalnya ke perusahaan-perusahaan yang berada di dalam negeri, mengingat tak ada jaminan yang cukup memadai tentang kelangsungan hidup (going concern) dan kesehatan perusahaan secara signifikan untuk menghadapi kondisi perekonomian Indonesia yang saat itu sedang carut-marut. Peranan pemerintah dalam hal ini sangatlah dibutuhkan. Kebijakankebijakan pemerintah yang tepat, cepat, dan efektif diharapkan mampu membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi ini, baik itu kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter. Kondisi yang serba tak jelas seperti ini dengan perekonomian yang hanya bergantung pada kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah jelas membuat posisi perusahaan kian tertekan dan
xv
berada dalam ketidakpastian, karena banyaknya hal yang berada diluar kendali manajemen perusahaan. Hal ini membuat manajemen perusahaan harus bekerja lebih keras lagi agar mampu keluar dari kemelut krisis ini dan tak hanya “duduk tenang berdiam diri” tanpa memikirkan rencana dan strategi yang dianggap ampuh guna mengatasi masalah ini, jika tidak maka perusahaan akan “habis termakan” oleh kondisi krisis ini, seperti yang terjadi pada kebanyakan perusahaan di Indonesia saat itu. Kejadian ini jelas akan membuat kekhawatiran investor kian memuncak. Kekhawatiran ini dianggap cukup beralasan, mengingat dengan kondisi krisis saat itu, selain dari kondisi ekonomi yang akan terus berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari perusahaan, dalam menarik minat investor untuk berinvestasi, memungkinkan bagi pihak manajemen perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan dengan banyak indikasi kecurangan yang dirancang tanpa diketahui oleh pihak eksternal. Pada dasarnya kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis financial dan termotivasi oleh kesempatan yang salah arah. Kecurangan pelaporan keuangan ini sangat merugikan publik yang sangat menggantungkan keputusan ekonominya dari informasi pelaporan keuangan. Oleh karena itu, informasi keuangan yang relevan dan bersih dari fraud, akan dapat melahirkan keputusan ekonomi yang tepat bagi pihak ketiga. Sebaliknya informasi yang mengandung kecurangan akan sangat menyesatkan dalam proses pengambilan keputusan.
xvi
Berdasarkan penelitian Kautsar R Salman (2002), untuk mendeteksi kecurangan pada pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan. Activity ratio (digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan kegiatan lainnya) dapat mengindentifikasi kemampuan dalam penggunaan aset perusahaan memberikan motivasi bagi manajer untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan. Growth ratio (digunakan
untuk
menggambarkan
persentasi
pertumbuhan
pos-pos
perusahaan dari tahun ketahun) memberikan peluang bagi manajer dalam melakukan salah saji laporan keuangan untuk menjaga tampilan pertumbuhan pos-pos laporan keuangan agar tetap dianggap konsisten dengan pertumbuhan masa lalunya. Liquidity ratio (digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya) pada tingkat yang rendah, mendorong manajer untuk melibatkan dirinya dalam suatu kecurangan pelaporan keuangan. Akibat yang ditimbulkan dari kecurangan itu adalah perusahaan akan menderita kerugian yang tidak sedikit, bahkan dalam beberapa kasus perusahaan harus rela melikuidasikan dirinya akibat kecurangan yang dilakukan oleh jajaran pimpinan maupun karyawannya. Kondisi financial distress (kondisi sebelum terjadinya kebangkrutan) seperti ini pastilah menjadi “mimpi buruk” bukan hanya bagi civitas perusahaan tersebut, tetapi juga bagi
xvii
kreditur maupun investor yang telah menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Dalam hal ini, rasio keuangan juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi seperti itu. Penelitian ini dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003), yang menguraikan bahwa rasio keuangan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi financial distress. Menurut Foster (1986), masih dalam penelitian Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristiadji (2003), menyatakan empat hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan, yaitu: untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar perusahaan atau antar waktu, untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistik yang digunakan, untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan, dan untuk mengakaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Dalam penelitian tersebut menggunakan rasio-rasio seperti, rasio profit margin, rasio
financial leverage, rasio likuiditas,
dan rasio
pertumbuhan. Rasio tersebut dianggap sebagai rasio dominan yang dapat digunakan untuk mengprediksi financial distress. Melihat penjelasan diatas, baik dalam memprediksi kecurangan pelaporan keuangan maupun financial distress dibutuhkan analisis atas laporan keuangan yang berupa rasio keuangan. Analisis rasio keuangan ini dianggap mampu dalam membantu para pemakai laporan keuangan untuk mendapatkan
xviii
informasi yang lebih berkualitas dalam pengambilan keputusan investasi dan ekonominya. Sebelum mengambil keputusan investasi ataupun ekonomi tersebut, haruslah dilakukan analisis terlebih dahulu. Kegiatan analisis ini dapat dilakukan salah satunya dengan media laporan keuangan, mengingat analisis laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat, dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam menganalisa Laporan Keuangan bukanlah perkara yang mudah, namun butuh pengetahuan yang cukup memadai dan kepekaan terhadap kondisi ekonomi yang terjadi. Dalam hal ini dibutuhkan pihak independen yang tak hanya mampu untuk menganalisa laporan keuangan, tetapi juga mampu untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang kesehatan dan kelangsungan hidup (going concern) dari perusahaan-perusahaan tersebut kepada para investor. Pihak independen yang dimaksud adalah auditor yang dapat bekerja secara profesional dengan mengedepankan sikap integritas yang tinggi. Diharapkan dengan adanya auditor independen ini, dapat meminimalisir bahkan menghilangkan kekhawatiran pihak investor dengan penilaian yang diberikan oleh auditor independen tersebut dengan memberikan keyakinan yang memadai atas kesehatan perusahaan.
xix
Penilaian yang diberikan auditor independen tersebut merupakan opini going concern yang disajikan sebagai bagian dari opini audit sebagai bahasa penjelasan atas audit yang telah dilakukan. Opini ini merupakan hasil dari evaluasi yang telah dilakukan oleh auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan besar entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengenai dampak merugikan dari kondisi dan peristiwa tersebut. Berdasarkan penelitian Agrianti Komalasari A (2004), rasio keuangan yang diwakili dengan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern. Opini going concern yang diberikan oleh auditor independen ini dapat dijadikan acuan bagi para investor untuk mengambil keputusan tentang apakah investasi dapat dilakukan atau tidak, walaupun auditor tidak bertanggungjawab dalam memprediksikan kebangkrutan perusahaan, karena opini going concern yang dikeluarkan auditor bukanlah merupakan prediksi akan terjadinya kegagalan usaha entitas. Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agrianti Komalasari A (2004). Adapun perbedaan antara penilitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian sebelumnya,
xx
studi empiris pada semua industri yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, kecuali Industri Perbankan. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan industri Restaurant, Hotel, and Tourism. Tahun yang digunakan pada penelitian sebelumnya, yaitu tahun 1999 sampai dengan tahun 2003. Pada penelitian ini, tahun yang digunakan adalah tahun 2002 sampai dengan tahun 2007. Pada penelitian ini memasukkan Debt to Equity Ratio sebagai indikator dalam mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka panjang dan komposisi struktur pendanaannya. Pada penelitian sebelumnya, untuk mengukur profitabilitas perusahaan, digunakan rasio Return on Assets, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan Return on Equity, karena penulis ingin mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dari segi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham. Sehingga rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kelangsungan hidup suatu perusahaan, adalah Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio. Variabel kualitas auditor yang terdapat pada penelitian sebelumnya tidak digunakan pada penelitian ini, karena hasil dari pengaruh kualitas auditor terhadap pemberian opini going concern menunjukkan arah yang negatif, dengan kata lain tidak berpengaruh dan sampai saat ini memang tidak adanya teori yang menyebutkan bahwa kualitas auditor mempengaruhi kinerja seorang auditor, termasuk pemberian opini going concern. Analisis data yang
xxi
digunakan dalam penelitian ini menggunakan Metode Probit, sedangkan dalam penelitian sebelumnya menggunakan logistic regression. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti akan mencoba melakukan penelitian yang sekaligus merupakan judul penelitian ini, yaitu : “Analisis Probabilitas Emiten Memperoleh Opini Going Concern Berdasarkan Pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis, maka perumusan masalah atas penelitian tersebut adalah: 1.
Seberapa besar probabilitas emiten memperoleh opini going concern dengan memperhatikan Quick Ratio?
2.
Seberapa besar probabilitas emiten memperoleh opini going concern dengan memperhatikan Return on Equity?
3.
Seberapa besar probabilitas emiten memperoleh opini going concern dengan memperhatikan Debt to Equity Ratio?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
xxii
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: a. Mengetahui nilai probabilitas emiten memperoleh opini going concern dengan memperhatikan Quick Ratio b. Mengetahui nilai probabilitas emiten memperoleh opini going concern dengan memperhatikan Return on Equity c. Mengetahui nilai probabilitas emiten memperoleh opini going concern dengan memperhatikan Debt to Equity Ratio
2. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, maka penulis berharap bahwa hasil dari penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu: a. Bagi Auditor, sebagai suatu tinjauan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka menyediakan informasi yang berkualitas bagi para pemakai laporan keuangan. b. Bagi investor, memberikan pengetahuan dalam menilai keadaan sesungguhnya dari suatu perusahaan dalam industri Restaurant, Hotel, and Tourism, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. c. Bagi pembaca, memberikan referensi untuk melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan pengamatan yang lebih mendalam
xxiii
terhadap faktor-faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap pemberian opini going concern dan pengungkapan rencana manajemen didalam laporan auditor independen. d. Bagi penulis, memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pegaruh rasio keuangan, rencana manajemen terhadap opini going concern yang diberikan oleh auditor.
xxiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Rasio Keuangan Rasio
keuangan dihitung dengan membagi nilai rupiah pos yang
dilaporkan pada laporan keuangan dengan nilai rupiah pos lainnya yang dilaporkan. Tujuan rasio keuangan ini adalah untuk menyatakan suatu hubungan di antara dua pos yang relevan yang mudah ditafsirkan dan mudah dibandingkan dengan informasi lainnya. Selain itu rasio juga bermanfaat dalam mengevaluasi posisi dan kegiatan-kegiatan keuangan perusahaan dan melakukan perbandingan dengan hasil tahun-tahun sebelumnya atau dengan perusahaan lainnya. Berbagai penelitian dilakukan untuk mengkaji manfaat dari analisis rasio keuangan. Seperti Almalia dan Kristijadi (2003), dalam penelitian ini mengakaji analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur. Hasil dari penelitian ini, menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan, dengan rasio keuangan yang paling dominan adalah rasio profit margin yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan, rasio financial leverage, rasio lancar (current asset), dan rasio pertumbuhan. Begitu pula dengan hasil penelitian Muliaman D Hadad, dkk (2003), rasio keuangan
dinyatakan
ampuh
untuk
xxv
menganalisis
kondisi
keuangan
perusahaan, terutama untuk menganalaisis kebangkrutan suatu perusahaan. Manfaat lain dari analisis rasio keuangan adalah dapat digunakan untuk memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Hal ini berdasarkan pengujian Mcfoedz (1994) dalam penelitian Almilia dan Kristijadi (2003). Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut cash flows/current liabilities, net worth and total liabilities/fixed assets, gross profit/sales, operating income/sales, net income/sales, quick assets/inventory, operating income/total liabilities, net worth/sales, current liabilities/net worth, dan net worth/total liabilities. Ditemukan bahwa rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk memprediksi laba satu tahun ke muka, namun tidak bermanfaat untuk memprediksi lebih dari satu tahun. Sofyan Syafri Harahap (2007) menjabarkan keunggulan daripada teknik rasio keuangan, antara lain: 1. Rasio keuangan merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan; 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit; 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain; 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score); 5. Menstandarisir size perusahaan;
xxvi
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”; 7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. Disamping keunggulan seperti yang telah dijelaskan diatas, Sofyan Syafri Harap (2007) juga mengemukakan beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaannya. Keterbatasan tersebut, yaitu: a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya; b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: 1. Bahan perhitungan rasio atau
laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif. 2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. 3. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. 4. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda. c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
xxvii
d. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron. e. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio keuangan yang menurut penulisnya cocok untuk memahami perusahaan. Umumnya rasio yang paling populer dan dikenal, adalah; rasio likuiditas, rasio profitabilitas, dan rasio solvabilitas. Rasio-rasio tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Rasio Likuiditas Likuiditas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajibannya yang jatuh tempo dalam waktu dekat. Analisis posisi likuiditas perusahaan memberikan indikator kemampuan membayar utang jangka pendek perusahaan dan efisiensi operasi manajemen saat ini, semakin likuid
sebuah perusahaan,
semakin besar
kemungkinan
perusahaan tersebut sanggup membayar para karyawan, pemasok, dan pemegang wesel tagihnya (Henry Simamora, 2002:395). Likuiditas merupakan faktor penting dalam analisis laporan keuangan. Pada akhirnya, perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dapat dipaksa pailit dan tidak mempunyai kesempatan lagi untuk beroperasi. Fokus analisis likuiditas adalah pada modal kerja atau beberapa komponen modal kerja.
xxviii
a. Quick Ratio Persediaan dan beban dibayar dimuka merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid. Dalam perusahaan dengan siklus operasi yang panjang, kemungkinan dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengkonversikan persediaan menjadi kas. Oleh karena itu, banyak kreditor yang lebih menyukai Quick Ratio ketimbang rasio lancar sebagai ukuran solvensi jangka pendek perusahaan. Rasio cepat tidak menyertakan persediaan dan beban dibayar dimuka sebagai dasar aktiva lancarnya karena merupakan aktiva lancar yang paling tidak likuid. Quick Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva cepatnya. Aktiva cepat adalah aktiva yang dapat dengan segera dikonversikan menjadi kas. Quick Ratio (Rasio cepat) merupakan pelengkap penting untuk rasio lancar. Rasio untuk menghitung rasio cepat adalah sebagai berikut: Quick Ratio =
Henry
Kas + Setara Kas + Surat Berharga + Piutang Kewajiban Lancar
Simamora
(2000:526),
menyatakan
bahwa
dalam
memutuskan apakah suatu rasio cepat itu memuaskan atau tidak, para pemodal memperhitungkan kualitas surat berharga dan piutang perusahaan. Suatu akumulasi dari surat berharga atau piutang yang
xxix
kualitasnya buruk, atau keduanya, dapat menyebabkan rasio cepatnya tampak seolah-olah menguntungkan. Pada saat mengacu kepada surat berharga,
kualitas
yang
buruk
berarti
surat
berharga
yang
kemungkinan besar akan mendatangkan kerugian pada waktu dijual. Piutang dagang bermutu rendah mungkin tidak akan tertagih atau tidak dapat ditagih sebelum jatuh tempo. Kualitas piutang tergantung pada umur piutang, yang dapat dinilai dengan membuat skedul umur piutang atau dengan menghitung tingkat putaran piutang dagang.
b. Current Ratio Current Ratio (rasio lancar) merupakan ukuran likuiditas relatif yang diperhitungkan perbedaan dalam ukuran absolut. Rasio ini dipakai untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan jumlah aktiva
dan
kewajiban
lancar
yang
berbeda,
serta
untuk
membandingkan likuiditas perusahaan yang sama dari tahun ke tahun. Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah: Current Ratio =
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Rasio tersebut menunjukkan hubungan aktiva lancar dengan kewajiban lancar menurut nilai mata uangnya. Rasio yang rendah dapat berarti bahwa perusahaan tidak akan sanggup melunasi utang jangka pendeknya dalam kondisi darurat. Rasio yang tinggi dianggap
xxx
menguntungkan bagi kreditor. Walau kreditor jangka pendek umumnya merasa nyaman melihat saldo modal kerja yang besar, saldo yang besar itu sendiri bukanlah menjadi jaminan bahwa utang usaha akan dilunasi ketika jatuh tempo. John J
Wild,
et al (2005:188),
mengungkapkan alasan
digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur: (i)
Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar.
(ii)
Penyangga kerugian. Semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar nonkas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi.
(iii) Cadangan dana lancar. Rasio lancar menunjukkan keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga. Meskipun rasio lancar merupakan ukuran yang berguna dan relevan terhadap likuiditas dan solvabilitas jangka pendek, ia memiliki keterbatasan yang harus diperhatikan. Rasio lancar merupakan ukuran
xxxi
statis atas sumber daya yang tersedia pada suatu waktu untuk memenuhi kewajiban lancar. Cadangan sumber daya kas lancar tidak memiliki hubungan logis dan sebab akibat dengan arus kas masuk masa depan. Pada hal arus kas masuk masa depan merupakan indikator likuiditas yang terbaik. Arus kas masuk ini tergantung dari faktorfaktor yang tidak dicakup dalam rasio, seperti penjualan, pengeluaran kas, keuntungan, dan perubahan kondisi usaha.
c. Cash Ratio Apabila dilihat, maka sebenarnya yang digunakan untuk membayar utang adalah kas. Oleh karena itu, rasio kas (cash ratio) ini menawarkan perhitungan kemampuan kas untuk menutupi seluruh utang jangka pendek. Rasio ini kadang-kadang disebut juga dengan cash to current liabilities ratio. Adapun rumusnya yaitu: Cash Ratio =
Cash and Cash Equivalent + Marketable Securities Current Liabilities
Pada jenis usaha tertentu cash ratio bisa besar. Jenis usaha berbasis internet atau yang biasa dikenal dengan dotcom bisa dijadikan contoh. Karakter usaha ini antara lain: 1) Utang ke lembaga keuangan kecil. Bank tidak terlalu kenal bisnisnya, sehingga kurang berani menyalurkan dana.
xxxii
2) Adanya
cadangan
kas
besar
sebagai
cara
mengahadapi
ketidakpastian usaha.
2. Rasio Profitabilitas Analisis profitabilitas (profitability analysis) terdiri atas tes yang dilakukan untuk mengevaluasi kinerja laba perusahaan selama tahun tersebut. Hasilnya lalu dipadukan dengan data lainnya guna memprediksi potensi kemampuan perusahaan memperoleh laba, yang dianggap penting bagi kalangan manajer, kreditor, pemegang saham, karena dalam jangka panjang perusahaan harus beroperasi dengan laba yang memuaskan agar tetap hidup. Potensi kemampuan perusahaan memperoleh laba juga signifikan bagi para pemakai laporan keuangan lainnya, seperti pemasok dan serikat pekerja, yang berminat dalam membina hubungan yang berkesinambungan dengan perusahaan yang sehat secara finansial. Kesehatan keuangan perusahaan tergantung pada daya laba di masa yang akan datang.
a. Return on Equity Pengukuran ringkasan lainnya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah pengembalian atas ekuitas (Return on Eqiuty). ROE membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham di perusahaan: Return on Eqiuty
= Laba Bersih Setelah Pajak Rata-rata Modal (Equity)
xxxiii
Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama (Horne and Wachowicz, 2005:225). ROE yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan tersebut telah memilih untuk menerapkan tingkat utang yang tinggi berdasarkan standar industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan yang berlebihan.
b. Return on Assets Para manajer mengemban dua tanggung jawab dalam mengelola perusahaan, tanggung jawab pendanaan dan tanggung jawab operasi (Henry Simamora, 2002:390). Tanggung jawab pendanaan (financing resposibilities) berkenaan dengan bagaimana
seorang manajer
menghimpun dana yang dibutuhkan untuk menyediakan aktiva bagi perusahaan. Tanggung jawab operasi (operating responsibilities) berhubungan dengan bagaimana seorang manajer memakai aktiva tersebut dengan segera setelah diperoleh. Manajemen perusahaan
xxxiv
memikul tanggung jawab atas penggunaan aktiva/aset perusahaan seefektif mungkin dalam mengucurkan laba bagi para pemiliknya. Return on Assets merupakan suatu ukuran seberapa efektif manajemen telah menjalankan tanggung jawab tersebut. Ukuran yang tepat bilamana manajemen memperhitungkan investasi pada perusahaan dengan mencakup kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, ekuitas pemilik,
yang merupakan
keseluruhan sumber dana yang diinvestasikan dalam aktiva. Rasio ini menghubungkan hasil kinerja operasi dengan investasi perusahaan tanpa memperdulikan bagaimana perusahaan mendanai pembelian investasi tadi. Dengan demikian, ROA berupaya untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam membuat dan menjual barang dan jasa kepada pelanggan, aktivitas-aktivitas yang umumnya merupakan tanggung jawab departemen produksi dan departemen pemasaran. ROA mengesampingkan pertimbangan mengenai bauran pendanaan tertentu yang dipakai (ekuitas pemegang saham ataukah utang) oleh perusahaan, aktivitas yang lazimnya merupakan tanggung jawab departemen finansial atau akuntansi. Adapun rumus dari rasio ini adalah sebagai berikut: Return on Assets = Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Aktiva Rata-rata
xxxv
Dalam perhitungan rasio ini, hasil biasanya didefinisikan sebagai laba bersih (operating income). Rasio ini kerap kali dipakai oleh manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan multidivisional. Manajer divisi mempunyai pengaruh signifikan atas aset yang dipakai dalam divisi namun memiliki kendali yang lemah atas bagaimana aset tadi didanai karena tidak terlibat dalam perancangan perjanjian pinjamannya atau penerbitan obligasi atau modal sahamnya.
c. Contribution Margin Margin kontribusi sering digunakan dalam analisis titik impas (break even point). Sayangnya pada analisis laba yang bertumpu pada laporan keuangan ke pihak luar, analisis akan kesulitan menemukan biaya variabel. Adapun rumus margin kontribusi adalah sebagai berikut: Contribution Margin =
Sales – Variabel Cost Sales
Pada kasus khusus memang kita bisa menemukan harga pokok penjualan sama dengan biaya variabel. Tetapi hal tersebut hanya terjadi pada perusahaan dagang. Pada jenis usaha lain tidak ditemui hal
xxxvi
yang sama. Kadang-kadang analis membuat asumsi harga pokok penjualan sama dengan biaya variabel. Hal ini dilakukan pada kasus penyusunan laporan keuangan yang sifatnya prediktif (proyeksi, proforma). Laporan keuangan proyeksi perlu disusun untuk beberapa tujuan, misalnya: analisis kredit (terutama jangka panjang), valuasi nilai perusahaan, dan menyusun business plan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga perusahaan dapat menikmati laba.
3.
Rasio Solvabilitas Rasio
solvabilitas digunakan untuk menganalisis kemampuan
perusahaan dalam membayar utang jangka panjang dan komposisi struktur pendanaannya. Rasio ini mengukur hubungan antara pos-pos yang berbeda dari segi ekuitas neraca. Kreditor memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang belum jatuh tempo. Semakin besar persentase kewajiban, semakin tinggi risiko perusahaan mengalami gagal bayar (default). Perusahaan yang menerbitkan obligasi untuk mendanai pembelian aktiva tetap memikul dua kewajiban: kewajiban pertama untuk membayar bunga obligasi pada tanggal tertentu dan kewajiban kedua
xxxvii
untuk melunasi pokok pinjaman (obligasi) pada saat jatuh tempo. Jikalau sebuah perusahaan gagal memenuhhi komitmen tersebut, pemegang obligasi dapat memaksa perusahaan untuk gulung tikar dan dinyatakan bangkrut. Dengan
demikian,
peminjaman
meningkatkan
risiko
default.
Manajemen yang hati-hati akan mencoba untuk mempertahankan jumlah dana pinjaman pada tingkat sedemikian rupa sehinggga beban bunga jauh lebih kecil dari pada laba bersih sebelum dipotong beban bunga. Semakin stabil laba perusahaan, semakin tinggi keyakinan manajemen dalam menentukan tingkat dana pinjaman yang dapat dipertahankannya tanpa harus menempuh risiko yang tidak semestinya. Para pemegang saham juga menaruh minat terhadap kemampuan perusahaan, minat mereka adalah pada kesanggupan perusahaan untuk mempertahankan laba per lembar saham (earning per share) dan pembayaran dividen. Bunga atas dana yang dipinjam harus dibayar terlebih dahulu sebelum dividen dibagikan kepada para pemegang saham. Jikalau laba usaha sebelum dipotong biaya bunga tidak cukup besar untuk menutupi biaya bunga, maka dividen untuk para pemegang saham tentu akan terpangkas karena laba usaha yangg tersisa tidak memadai. Setiap kelompok kepentingan tadi menghendaki bahwa pendanaan dilaksanakan dengan cara sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko investasi
xxxviii
mereka, baik investasi tersebut dalam surat utang maupun ekuitas pemegang saham (Henry Simamora, 2002:400).
a. Total Debt to Total Assets Ratio Persentase jumlah aktiva/aset yang didanai oleh kreditor menunjukkan sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan utang (debt financing). Rumus rasio total utang terhadap total aktiva, yaitu: Total Debt to Total Assets Ratio = Total Kewajiban Total Aktiva Rasio
total
utang
terhadap
total
aktiva
yang
tinggi
mengindikasikan risiko default yang lebih besar dan lebih sedikit proteksi terhadap kepentingan kreditor. Persentase ini penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham karena kredior memiliki klaim terlebih dahulu atas aktiva dalam hal terjadi likuidasi. Yaitu, kreditor harus dibayar penuh sebelum aktiva dibagikan kepada para pemegang saham, maka semakin kuat proteksi terhadap kepentingan kreditor (Henry Simamora, 2002:401).
b. Total Debt to Total Equity Ratio Total debt to equity melihat struktur keuangan perusahaan dengan mengaitkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rumus untuk menghitung Debt to equity adalah sebagai berikut:
xxxix
Total Debt to Total Eqiuty Ratio =
Total Kewajiban Total Ekuitas
Rasio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan para pemegang saham, kreditor memiliki hak pertama atas aset perusahaan. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat diangggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat aset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain (Henry Simamora, 2001:533). Rasio yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang aset yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Semakin rendah rasionya, maka semakin sedikit kewajiban perusahaan di masa yang akan datang. Para kreditor melihat rasio utang yang tinggi dengan hatihati. Manakala sebuah perusahaan yang berupaya mencari pendanaan telah memiliki banyak kewajiban, maka tambahan pembayaran utang kemungkinan terlalu besar untuk ditangani oleh perusahaan tersebut. Untuk melindungi dirinya, maka kreditor biasanya mengenakan bunga
xl
tinggi pada pinjaman baru terhadap perusahaan yang mempunyai debt to eqiuty ratio yang tinggi.
c. Debt Service Ratio (Rasio Pelunasan Utang) Rasio ini menggambarkan sejauhmana laba setelah dikurangi bunga dan penyusutan serta biaya nonkas dapat menutupi kewajiban bunga dan pinjaman. Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan perusahaan menutupi utang-utangnya. Perusahaan yang sehat
mestinya
laba
yang
diperoleh
melebihi
kewajiban
pembayaran/pelunasan utang. Adapun rumus dari rasio ini adalah sebagai berikut: Debt Service Ratio = Laba Bersih + Bunga + Penyusutan + Beban Nonkas Pembayaran Bunga dan Pinjaman
B. Opini Audit Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu: 1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), seperti yang terdapat dalam standar profesional akuntan publik, dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup
xli
untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia, maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dengan pendapatnya ini, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas suatu entitas sesuai dengan PABU di Indonesia. 2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan yang Ditambahkan Dalam Laporan Audit Bentuk Baku (Unqualified Opinion With Explanatory Language). Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu
yang
mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Keadaan tersebut meliputi: a. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan audit independen lain. b. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. c. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen tersebut dapat
xlii
secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai. d. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya. e. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan komparatif. f. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun tidak disajikan atau tidak direview. g. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi
Keuangan
telah
dihilangkan,
yang
penyajiannya
menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat mengilangkan keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Dewan tersebut. h. Informasi lain dalam suatu dokumen yang bersisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. 3. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion). Kondisi tertentu mungkin memerlukan pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dengan semua hal yang material, posisi
xliii
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan PABU di Indonesia, kecuali untuk dampak yang berkaitan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana: a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. b. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari PABU di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar. c. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia harus juga menyantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam
suatu
frasa
kecuali untuk atau
dengan
pengecualian untuk. Frasa seperti tergantung atas atau dengan penjelasan berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup jelas atau tidak cukup kuat oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian laporan keuangan auditan, kata-kata seperti disajikan secara wajar,
xliv
dalam semua hal yang bersifat material, jika dibaca dengan Catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk disalahtafsirkan dan oleh karena itu pemakaiannya harus dihindari. 4. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan PABU di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan PABU di Indonesia. Bila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya. (a) semua alasan yang mendukung pendapat wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak wajar terhadap posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas, jika secara praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat ditentukan secara beralasan, laporan audit harus menyatakan hal itu. 5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer Opinion) Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor dapat tidak menyatakan suatu pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang kewajaran
xlv
laporan keuangan sesuai dengan PABU di Indonesia. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak
melaksanakan
audit
yang
lingkupnya
memadai
untuk
memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat harus tidak diberikan karena auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa terdapat penyimpangan materia dari PABU di Indonesia. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pemberian lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. Ia harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Auditor tidak harus menunjukkan prosedur yang dilaksanakan dan tidak harus menjelaskan karakteristik auditnya dalam suatu paragraf (yaitu, paragraf lingkup audit dalam laporan audit bentuk baku). Jika auditor menjelaskan bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan IAI, tindakan ini dapat mengakibatkan kaburnya pernyataaan tidak memberikan pendapat. Sebagai tambahan, ia harus
xlvi
menjelaskan keberatan lain yang berkaitan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan berdasarkan PABU di Indonesia. Dalam PSA No. 30 (IAI, 2001 : 341.1 – 342.7) antara lain dinyatakan: 1. Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian
besar
terhadap
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dalam jangka waktu pantas). Evaluasi auditor beradasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan
audit
yang
bersangkutan
dengan
asersi
manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit. 2. Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas dengan cara sebagai berikut:
xlvii
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi
keadaan
atau
peristiwa
yang
secara
keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor. b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: 1) Memperoleh informasi mengenai rencana manjemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan 2) Menentukan apakah kemungkinan rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan. c. Setelah
auditor
mengevaluasi
rencana
manajemen,
ia
mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangku waktu pantas.
xlviii
3. Auditor tidak bertanggungjawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja auditor yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya. 4. Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tunggal untuk mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan bahwa terdapat kesangsian
besar
mengenai
kemampuan
entitas
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut. 5. Jika, setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan besar entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
xlix
pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam mengenai dampak merugikan dari kondisi dan peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu pantas. Pertimbangan auditor yang berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi: a. Rencana untuk menjual aktiva b. Rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang c. Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran d. Rencana untuk menaikkan modal pemilik. Dalam mengevaluasi rencana manajemen, auditor harus menidentifikasi unsur-unsur terutama yang signifikan untuk mengatasi dampak negatif kondisi atau peristiwa dan harus merencanakan
dan
melaksanakan
prosedur
audit
untuk
memperoleh bukti audit tentang hal tersebut. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan tentang kemampuan perusahaan untuk mendapatkan tambahan pembelanjaan atau penjualan aktiva yang telah direncanakan. Jika informasi keuangan prospektif sangan signifikan bagi rencana manajemen, auditor harus meminta kepada manajemen
l
untuk
menyediakan
informasi
tersebut
dan
harus
mempertimbangkan cukup atau tidaknya dukungan terhadap asumsi signifikan yang melandasi informasi tersebut. Auditor harus menaruh perhatian khusus asumsi yang: 1. Material bagi informasi keuangan prospektif 2. Rentan atau mudah sekali berubah 3. Tidak konsisten dengan trend masa lalu Pertimbangan auditor harus didasarkan atas pengetahuan mengenai entitas, bisnis, dan manajemennya dan harus meliputi: (i) membaca
informasi
dan
asumsi
yang
melandasinya,
(ii)
membandingkan informasi keuangan prospektif periode lalu dengan hasil sesungguhnya yang dicapai sampai saat ini. Jika auditor mulai menyadari faktor-faktor yang dampaknya tidak tercermin dalam informasi keuangan prospektif periode tersebut, ia harus membahas faktor-faktor tersebut dengan manajemen dan, jika perlu, meminta perbaikan atas informasi keuangan prospektus tersebut. 6. Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
li
7. Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor menyangsikan kemapauan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat. Komite Standar Profesional Akuntan Publik, di bulan Maret 1998 telah mengeluarkan Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) No. 30.01 yang berjudul “Laporan Auditor Independen Tentang Dampak Memburuknya Kondisi Ekonomi Indonesia terhadap Kelangsungan Hidup Entitas” yang berlaku efektif untuk laporan audit yang diterbitkan setelah tanggal 2 Maret 1998. Dampak dari kondisi ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun 1997 perlu dipertimbangkan oleh auditor dalam penyusunan laporan auditnya, sehingga pengguna laporan auditor dapat mengetahui dampak tersebut terhadap laporan keuangan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam hal ini auditor perlu mempertimbangkan tiga hal: 1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran kepada kliennya dalam mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap kemampuan entitas di dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
lii
2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang timbul sebagai akibat dari kondisi ekonomi tersebut. 3. Modifikasi laporan auditor bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi tersebut berdampak terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Informasi yang perlu diungkapkan oleh manajemen terdiri dari empat komponen berikut ini: 1. Gambaran umum memburuknya kondisi ekonomi Indonesia dan wilayah regional Asia Pasifik pada umunya. 2. Uraian tentang tindakan manajemen dalam memberikan respon atas memburuknya kondisi ekonomi tersebut. 3. Uraian
tentang
rencana
tindakan
manajemen
yang
belum
di
implementasikan. 4. Pernyataan manajemen bahwa penyelesaian memburuknya kondisi ekonomi tersebut tergantung atas kebijakan ekonomi dan moneter yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia, yang berada diluar kendali perusahaan.
C. Penelitian Terdahulu Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
liii
1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eko Budi Setyarno, dkk (2006),
tentang
“Pengaruh
Kualitas
Audit,
Kondisi
Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”, bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Adapun dalam penelitian tersebut menggunakan 295 perusahaan manufaktur untuk dijadikan sampel dalam penelitiannya, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok auditee dengan opini audit going concern dan kelompok opini audit non going concern. 2. Dalam penelitian Agrianti Komalasari A (2004) mengungkapkan dalam hipotesisnya yang menyatakan bahwa kualitas auditor lebih cenderung memengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern, ternyata ditolak. Koefisien variabel ini menunjukkan arah negatif berbeda dengan ekspektasi sebelumnya argumentasinya adalah KAP Big Five sebagai pengukur KAP berkualitas dalam penelitiannya, merupakan KAP yang mempunyai frekuensi 79,9% dari jumlah samplenya. Namun dalam penelitiannya pula dinyatakan bahwa rasio profitabilitas yang diwakili dengan return on assets lebih cenderung memengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern. 3. Penelitian lain yang berhubungan dengan opini audit going concern dilakukan oleh Budi Manggala (2002). Dalam penelitiannya, diperoleh
liv
kesimpulan bahwa kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 1997 yang mengalami krisis moneter, berdampak pada pemberian opini going concern pada perusahaan auditan (auditee) yang telah diaudit oleh auditor independen. 4. Cybinski dan Winsor (2003) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa opini going concern dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi atas tekanan atau risiko kebangkrutan. Dimana dalam pengambilan keputusan atas opini going concern tersebut, dapat pula ditambahkan dua model prediksi kebangrutan, yaitu analysis of US Trade dan Service Industry Failures. 5. Sedangkan penelitian mengenai rasio keuangan dalam memprediksi kondisi tekanan kebangkrutan yang terjadi pada suatu perusahaan telah dilakukan oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristiadji (2003). Dalam penelitiannya diungkapkan bahwa rasio keuangan yang paling menonjol, adalah rasio profit margin, rasio financial leverage, rasio likuiditas: current ratio, dan rasio pertumbuhan. 6. Penelitian mengenai rasio keuangan dalam memprediksi financial distress suatu perusahaan juga dilakukan oleh Muliaman D Hadad, dkk (2003). Hasil dari penelitian ini, menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Dalam Muliaman D Hadad, dkk (2003) rasio keuangan yang lebih menonjol
lv
untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan adalah rasio-rasio likuiditas. 7. Kautsar R. Salman (2002), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa, rasio keuangan (dalam hal ini adalah leverage/solvency, activity rato, profitability, growth ratio,dan liquidity ratio) merupakan faktor-faktor signifikan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecurangan pelaporan keuangan. Hal ini karena faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kecenderungan perusahaan melakukan kecurangan pelaporan keuangan.
D. Kerangka Pemikiran Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka pada gambar
2.1
berikut
ini
adalah
kerangka
menggambarkan permasalahan penelitian.
lvi
pemikiran
skripsi
yang
Judul Analisis Probabilitas Emiten Memperoleh Opini Going Concern Berdasarkan Pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio
Perumusan Masalah:
Variabel Independen
Quick Ratio X1
Return on Equity (X2)
Debt to Total Asset Ratio (X3)
Pengumpulan Data
Opini Going Concern (Y1)
Variabel Dependen
Pengumpulan Data
Studi Pustaka 1. 2. 3. 4.
1. Sumber data, adalah data sekunder 2. Jenis data, adalah data dokumenter 3. Horison waktu, time series.
Quick Ratio Return on Equity Debt to Equity Ratio Opini Going Concern
Analisis Data Analisis Model Probit
Kesimpulan
lvii
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran E. Hipotesa Berdasarkan apa yang telah diungkapkan di atas, maka hipotesa yang akan dikembangkan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Terdapat nilai probabilitas yang besar pada Quick Ratio dalam memperoleh opini going concern. 2. Terdapat nilai probabilitas yang besar pada Return on Equity dalam memperoleh opini going concern. 3. Terdapat nilai probabilitas yang besar pada Debt to Equity Ratio dalam memperoleh opini going concern.
lviii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini akan membahas mengenai probabilitas perolehan opini going concern berdasarkan pertimbangan Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini terdiri atas variabel Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio, dan variabel opini going concern. Variabel Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio merupakan variabel bebas (independen), sedangkan variabel opini going concern adalah variabel terikat (dependen).
B. Metode Penentuan Sampel Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sampling, yakni tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002:131). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya berasal dari satu kategori industri saja, yaitu perusahaan yang bergerak dalam industri Restaurant, Hotel, and Tourism.
lix
b. Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah menerbitkan laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember yang telah di audit oleh auditor independen dari tahun 2002 samapai dengan tahun 2007. c. Opini yang diberikan oleh auditor tersebut adalah Unqualified Opinion dan Unqualified with Explanatory Language. d. Perusahaan tidak memiliki saldo negatif untuk saldo Laba Setelah Pajak dan saldo Ekuitasnya. Hal ini dikarenakan sulitnya menginterpretasi pada saldo negatif.
C. Metode Pengumpulan Data Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa catatan atau laporan historis yang telah dipublikasikan, yaitu berupa laporan auditor independen dan laporan tahunan perusahaan yang dikategorikan ke dalam sektor industri Restaurant, Hotel, and Tourism untuk periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2007. Dimana data-data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM). Sedangkan menurut jenis datanya, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data dokumenter, yaitu laporan keuangan auditee Restaurant, Hotel, and Tourism yang tercatat di BEI selama periode 20022007. Data dokumenter dalam penelitian ini dapat menjadi bahan atau dasar
lx
analisis data yang kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen. Sehingga dapat diketahui juga, bahwa horison waktu yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah studi time series. Dimana studi ini lebih menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan selama periode 2002-2007.
D. Metode Analisis dan Uji Hipotesis 1. Statistik Deskriptif Setelah semua data terkumpul, langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data, agar data tersebut dapat disusun sedemikian rupa sehingga lebih mudah untuk dianalisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian ini. Adapun metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan statistik deskriptif. Pengolahan data dengan metode ini pada umumnya digunakan oleh para peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden (jika ada). Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antara lain berupa:frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, dan modus), dispersi (deviasi standar dan varian) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:170).
2. Pengujian Hipotesis
lxi
Untuk menguji keterkaitan antara variabel-variabel yang ada dalam hipotesis, maka digunakan Analisis Model Probit. Untuk menganalisis sifat-sifat variabel terikat kategorik, diperlukan untuk memilih fungsi distribusi kumulatif (Cumulative Distribution Function-CDF) yang tepat. Distribusi normal sering juga digunakan untuk beberapa aplikasi. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan CDF normal atau disebut juga model probit atau model normit. Model probit (probability unit) pertama kali ditemukan oleh Chester Bliss (1930). Model probit menggunakan fungsi normal kumulatif (normal CDF) disebut juga dengan model normit. Model persamaan ini akan menunjukkan probabilitas variabel dependen pada variabel independen. Untuk menguji hipotesis dengan model probit dalam penelitian ini dibuat dalam beberapa tahap. Variabel independen dikelompokkan (dibuat range) terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat dengan mudah mengelompokkan perusahaan. Range dibuat berdasarkan data yang telah ada (Quick Ratio, Return on Equity, dan Debt to Equity Ratio) dengan memperhatikan
tingkat
likuiditas,
profitabilitas,
dan
solvabilitas
perusahaan. Setelah dibuat range seperti diatas, dicari perusahaan mana saja yang termasuk ke dalam kelompok variabel independen tersebut, ini dikategorikan sebagai populasi (N). Lalu dilihat mana sajakah perusahaan yang mempunyai variabel dependen (Opini Going Concern). Hal tersebut
lxii
dilakukan untuk mengetahui probabilitas perusahaan akan mempunyai variabel dependen pada variabel independen yang dimilikinya. Untuk mencari probabilitas tersebut dapat dihitung dengan cara membagi perusahaan yang memiliki Opini Going Concern pada perusahaan yang masuk dalam kelompok variabel independen (N). Setelah diketahui angka probabilitasnya, lalu dicari probitnya di tabel distribusi probabilitas binomial.
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen a. Quick ratio, adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva
cepatnya (Henry Simamora, 2000:525).
Rumus untuk
menghitung QR adalah sebagai berikut: Quick Ratio =
Kas + Setara Kas + Surat Berharga + Piutang Kewajiban Lancar
b. Return on Equity, adalah rasio yang digunakan untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama (Horne dan Wachowicz, 2005:226). Rumus untuk meghitung ROE adalah sebagai berikut:
lxiii
Return on Eqiuty = Laba Bersih Setelah Pajak Rata-rata Modal (Equity)
c. Total Debt to Total Equity Ratio, adalah rasio yang digunakan untuk mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya (Simamora, 2000:533). Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai berikut: Total Debt to Total Eqiuty Ratio =
Total Kewajiban Total Ekuitas
2. Variabel Dependen a. Opini Going Concern merupakan opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP, 2001)
lxiv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Pasar modal di Indonesia sudah dimulai sejak adanya zaman pemerintahan Belanda. Sedangkan perdagangan efek di Indonesia dimulai sejak tanggal 14 Desember 1912. Tujuan awalnya adalah untuk menghimpun dana guna kepentingan pengembangan sektor perkebunan di Indonesia. Investor yang berperan saat itu adalah orang-orang Hindi Belanda dan orang-orang Eropa lainnya, sedangkan efek-efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi milik perusahaan Belanda yang ada di Indonesia maupun yang diterbitkan oleh pemerintah Hindi Belanda. Perkembangan pasar modal ini cukup pesat, sehingga dibuka juga Bursa Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Terjadinya gelojak politik di Eropa pada awal tahun 1939 ikut mempengaruhi perdagangan efek yang ada di Indonesia. Akibatnya, pemerintah Belanda menutup Bursa efek di Surabaya dan Semarang, sehingga yang tersisa hanya Bursa Efek Jakarta. Namun, dengan terjadinya Perang Dunia kedua, Bursa Efek Jakarta pun
lxv
ikut ditutup. Hal ini sekaligus menandai berakhirnya aktivitas pasar modal di Indonesia. Tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tepatnya tahun 1952, Bursa Efek diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952. Undang-undang tersebut dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman yang dijabat oleh Lukman Wiradinata dan Menteri keuangan yang dijabat oleh Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo. Instrumen yang diperdagangkan adalah obligasi pemerintah RI (1950) dan saham yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka ini dan mendapat pengakuan kedaulatan oleh dunia, khususnya pemerintah Belanda, pemerintah Republik Indonesia Serikat kembali mengawali kebangkitan pasar modal dengan penerbitan obligasi Pemerintah Republik Indoneisa. Hal ini ditegaskan lagi dengan adanya Undang-Undang Darurat tentang Bursa No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kemudian diterapkan sebagai Undang-Undang No. 15 tahun 1952, sedangkan penyelenggaraan bursa saat itu diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), dan sebagai penasehatnya adalah Bank Indonesia. Namun, inflasi dan resesi ekonomi pada tahun 1958 menghentikan kegiatan bursa efek. Bursa Efek semakin tidak aktif pada tahun 1956 ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi perusahaan Belanda. Kebangkitan kembali pasar modal di Indonesia dimulai pada tahun 1977. Pada tanggal
lxvi
10 Agustus 1977 bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali Pasar Modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Dalam rangka mendorong kegiatan pasar modal, pemerintah memberikan fasilitas perpajakan kepada perusahaan-perusahaan yang go public dan kepada investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait seperti broker dan dealer, tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Peraturan perpajakan yang dikeluarkan pada tahun 1983 menyatakan bahwa fasilitas yang diberikan tersebut akan dihapus, kecuali untuk pajak penghasilan atas bungan deposito dan tabungan berjangka
lainnya
yang ditunda
pemungutannya. Tentu saja hal ini mempengaruhi kegiatan bursa dan iklim investasi yang kian melesu. Melihat
hal
tersebut,
pemerintah
mengeluarkan
paket-paket
deregulasi, diantaranya paket Desember 1987 (PAKDES 87) . Diantara paket tersebut ada hal penting yang berhubungan dengan pasar modal, yaitu dikenakannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Disamping itu, isi deregulasi lainnya yang penting adalah diperbolehkannya investor asing melakukan akses di pasar modal Indonesia. Dengan adanya paket ini, maka dapat kembali menarik minat investor, karen pengenaan pajak final atas tabungan akan
lxvii
berdampak pada pendapatan masyarakat. Keuntungan dari menabung tidak lagi memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Hal inilah yang mendorong masyarakat kembali tertarik melakukan investasi di pasar modal. Pada bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya pada tanggal 16 Juni 1989. Pada tanggal 13 Juli 1992 diberlakukannya swastanisasi bursa efek sebagai tanggapan atas dikeluarkannya Paket deregulasi Desember 1987 dan Desember 1988. Bursa Efek Jakarta berubah menjadi perusahaan swasta PT. BURSA Efek Jakarta. Pemilik saham perusahaan efek yang menjadi anggota bursa. Pada saat itu pula Bapepam yang mulanya sebagai Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tahun 1993 berdiri lembaga penunjang pasar modal, yaitu lembaga kliring dan penyelesaian, yaitu PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI) dan pada tahun 1994 berdiri PT. Pemeringkat Efek Indonesia (pefindo). Seiring dengan perkembangan kegiatan pasar modal, kegiatan di bursa juga semakin ramai dan kompleks. Data yang ada di Bursa Efek Jakarta
lxviii
diketahui bahwa jumlah saham yang tercatat semakin pesat, dari 24 saham ditahun 1988 menjadi lebih dari 200 saham. Dengan kenyataan tersebut, sistem perdagangan manual yang dilakukan sejak tahun 1877 oleh Bursa Efek Jakarta tidak lagi efisien. Akhirnya pada tahun 1995, tepatnya pada tanggal 22 Mei 1995 diterapkan satu sistem otomatis yang dapat memantau dengan segera pergerakan naik turunnya harga saham, serta informasi-informasi lain secara akurat dan cepat. Sistem ini dikenal dengan JATS (Jakarta Automated Trading System) atau sistem perdagangan efek. Sistem ini dapat memonitoring pialang dan investor dalam hal aktivitas perdagangan yang terjadi di Bursa. Disamping itu pelaksana order jual beli dapat berjalan lebih transparan dan adil. Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta telah menerapkan perdagangan jarak jauh (remote trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. Pada tanggal 3 Desember 2007, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya resmi bergabung dan mengusung satu nama, yaitu Bursa Efek Indonesia. Persetujuan perubahan nama ini sudah didapat dari Depkum HAM sejak 27 November 2007. Walaupun sudah resmi menjadi Bursa Efek Indonesia, namun saham-saham yang single listing di Bursa Efek Surabaya belum akan dimasukkan ke dalam perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai kondisi normal, hal ini dilakukan agar tidak mengganggu kinerja indek Bursa Efek Indonesia. Kondisi
lxix
ini
kemungkinan akan berlangsung maksimal selama 2 tahun, terhitung sejak tanggal dibentuknya Bursa Efek Indonesia, yaitu 3 Desember 2007. Selama masa transisi tersebut, manajemen akan berkoordinasi untuk menyatukan kedua sistem Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Seluruh karyawan juga tampung semua, jumlahnya menjadi sekitar 375 karyawan yang terdiri dari eks karyawan BEJ dan 75 eks karyawan BES. Diharapkan dengan adanya penggabungan ini, maka akan membawa spirit baru dan integritas baru bagi pasar modal Indonesia, sehingga prospek ke depan menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan penggabungan yang dilakukan pada waktu yang tepat, yaitu di tengah membaiknya kinerja pasar modal Indonesia, sehingga diharapkan reputasinya akan lebih baik. Dalam rangka mengantisipasi perkembangan Pasar Modal Indonesia ke depannya dan untuk memberikan kemudahan dan efisiensi perdagangan di bursa, maka PT Bursa Efek Indonesia telah mengembangkan satu sistem baru dengan nama JATS-NextG (Generation) yang akan mampu menangani semua produk finansial (saham, obligasi dan derivatif) dalam satu platform. Dengan sistem baru tersebut penyebaran informasi perdagangan
dan
pengawasan
terhadap
semua
produk
yang
diperdagangkan di Bursa dapat dilakukan secara terpadu. Kapasitas JATSNextG dirancang mampu menampung 1.000.000 order dan 500.000 transaksi per hari, dibandingkan dengan sistem saat ini yang menampung 360.000 order dan 200.000 transaksi per hari.
lxx
Penetapan ‘live’ JATS-NextG semula adalah tanggal 1 Desember 2008, namun karena BEI memandang perlu untuk melakukan pengujian yang lebih intens baik dari sisi BEI, Anggota Bursa maupun para pelanggan data feed, maka tanggal ‘live’ diubah menjadi tanggal 2 Maret 2009. Untuk kesiapan live JATS-NextG, BEI telah melakukan 14 kali mock trading, dari bulan September 2008 sampai Februari 2009, guna melakukan pengujian sistem secara terintegrasi bersama Anggota Bursa dan
data
vendor.
Beberapa
perubahan
kebijakan
terkait
pengimplementasian sistem JATS-NextG diantaranya adalah 1 (satu) fasilitas booth di lantai perdagangan bagi tiap AB, dan fasilitas untuk implementasi Single ID. Pengimplementasian sistem JATS-NextG merupakan salah satu faktor pendukung Bursa Efek Indonesia dalam mencapai visinya untuk menjadi Bursa kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
2. Deskripsi Populasi Penelitian Sampel yang digunakan pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (go public. Penelitian mengambil sampel selama 6 tahun, yaitu dari tahun 2002–2007. Penelitian secara purposive sampling mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam
lxxi
penelitian ini merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian. Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas, maka perusahaan yang memenuhi kriteria dari sampel adalah: 1. Pada periode 2002, terdapat 9 perusahaan. 2. Pada periode 2003, terdapat 8 perusahaan. 3. Pada periode 2004, terdapat 9 perusahaan. 4. Pada periode 2005, terdapat 9 perusahaan. 5. Pada periode 2006, terdapat 10 perusahaan. 6. Pada periode 2007, terdapat 12 perusahaan. Jadi, jumlah keseluruhan dari sampel diatas adalah sebanyak 57 perusahaan. Adapun daftar dari perusahaan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang Masuk Dalam Kategori Sampel Nama Perusahaan
No
Tahun
1
2002
Anta Express Tour & Travel Service, Tbk.
2
2002
Bakrieland Development, Tbk.
3
2002
Fastfood Indonesia, Tbk.
4
2002
Lamicitra Nusantara, Tbk.
5
2002
Panorama Sentrawisata, Tbk.
6
2002
Pioneerindo Gourmet International, Tbk.
7
2002
Plaza Indonesia Realty, Tbk.
lxxii
8
2002
Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk.
9
2002
Pudjiadi Prestige, Tbk.
10
2003
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
11
2003
Aryadhuta Hotels Tbk.
12
2003
Bakrieland Development Tbk.
13
2003
Lamicitra Nusantara, Tbk.
14
2003
Panorama Sentrawisata Tbk.
15
2003
Plaza Indonesia Realty Tbk.
16
2003
Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk.
17
2003
Pudjiadi Prestige Tbk.
18
2004
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
19
2004
Bakrieland Development Tbk.
20
2004
Fastfood Indonesia, Tbk.
21
2004
Panorama Sentrawisata, Tbk.
22
2004
Lamicitra Nusantara, Tbk.
23
2004
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
24
2004
Plaza Indonesia Realty Tbk.
25
2004
Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk.
26
2004
Pudjiadi Prestige Tbk.
27
2005
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
28
2005
Bakrieland Development Tbk.
29
2005
Bayu Buana Tbk.
30
2005
Fastfood Indonesia, Tbk.
31
2005
Mas Murni Indonesia Tbk.
32
2005
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
33
2005
Plaza Indonesia Realty Tbk.
34
2005
Pudjiadi Prestige, Tbk.
35
2005
Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk.
lxxiii
36
2006
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
37
2006
Bayu Buana Tbk.
38
2006
Fastfood Indonesia, Tbk.
39
2006
Hotel Sahid Jaya Tbk.
40
2006
Mas Murni Indonesia, Tbk.
41
2006
Panorama Sentrawisata, Tbk.
42 S u 43 m 44 b e 45 r 46 : 47 D 48 a t 49 a 50
2006
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
2006
Plaza Indonesia Realty, Tbk.
2006
Pudjiadi Prestige, Tbk.
2006
Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk.
2007
Anta Express Tour & Travel Service Tbk.
2007
Bayu Buana Tbk.
2007
Fastfood Indonesia, Tbk.
2007
Hotel Sahid Jaya Tbk.
2007
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
y 51 a n 52 g 53
2007
Panorama Sentrawisata, Tbk.
2007
Pelita Sejahtera Abadi
2007
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
54
2007
Pembangunan Graha Lestari
55
2007
Plaza Indonesia Realty, Tbk.
56
2007
Pudjiadi Prestige, Tbk.
57
2007
Pudjiadi & Sons, Tbk.
d i o l a h
B. Analisis Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Quick Ratio, Return on Rquity, dan Debt to Equity sebagai variabel independen.
lxxiv
Sedangkan variabel dependennya adalah Opini Going Concern merupakan variabel dummy. Variabel-variabel independen tersebut akan diuji secara deskriptif sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif Variabel Quick Ratio Quick Ratio, yaitu rasio likuiditas yang mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam rangka melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset-asetnya yang paling lancar, yaitu Kas dan Setara Kas, Investasi Jangka Pendek, dan Piutang.
Tabel 4.2.1 Quick Ratio Industri Restauran, Hotel, and Tourism Go Public di Indonesia NO
2002
2003
2004
2005
2006
2007
RATA RATA
0.9010
1.0411
1.0622
1.0530
1.0578
1.1128
1.0380
-
0.4264
-
-
-
-
0.4264
0.1693
1.1831
0.1731
0.5731
-
-
0.5247
TAHUN
NAMA PERUSAHAAN
1
Anta Express Tour & Travel Service, Tbk.
2
Aryadhuta Hotels Tbk.
3
Bakrieland Development, Tbk.
4
Bayu Buana Tbk.
5
Fastfood Indonesia, Tbk.
6
-
-
-
1.6913
1.8073
1.5023
1.6670
0.8507
-
0.9280
0.7734
0.7238
0.9627
0.8477
Hotel Sahid Jaya Tbk.
-
-
-
-
0.2688
0.3920
0.3304
7
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
-
-
-
-
-
0.5724
0.5724
8
Lamicitra Nusantara, Tbk.
0.4545
1.6094
3.8172
-
-
-
1.9604
9
Mas Murni Indonesia Tbk.
-
-
-
2.4762
3.0193
-
2.7477
10
Panorama Sentrawisata, Tbk.
0.6875
0.6899
1.4143
3.5731
lxxv
1.2404
0.8806
-
11
Pelita Sejahtera Abadi, Tbk
-
-
-
-
-
1.2551
1.2551
12
Pembangunan Graha Lestari, Tbk.
-
-
-
-
-
0.2525
0.2525
13
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
-
-
1.8222
1.5418
2.3425
2.5476
2.0635
14
Pioneerindo Gourmet International, Tbk.
0.5788
-
-
-
-
-
0.5788
15
Plaza Indonesia Realty, Tbk.
1.9905
3.0710
1.9360
1.4387
3.8470
3.8510
2.6890
16
Pudjiadi Prestige, Tbk.
2.2881
0.4264
0.5058
0.3919
4.4136
3.0099
1.8393
17
Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk.
0.9476
1.9736
1.3222
0.9987
1.2124
0.5346
1.1648
1.3060
1.3714
1.3830
1.2154
1.9380
1.3902
Rata-rata
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.2.1.2, maka dapat diketahui, bahwa sepanjang tahun 2002-2007 nilai minimum sebesar 16,93%, nilai ini merupakan Quick Ratio yang diperoleh PT Bakrie Development Tbk pada tahun 2002. Hal ini dapat dikatakan bahwa pada tahun 2002 tingkat Likuiditas PT Bakrie Developmnet Tbk. masih sangat rendah, ini dapat dikarenakan pada masa itu masih merupakan masa-masa sulit karena adanya krisis moneter yang terjadi pada tahun 199-1998 yang saat itu melanda Asia, tidak terkecuali Indonesia. Sedangkan untuk nilai tertinggi yaitu sebesar 441,36% merupakan Quick Ratio pada PT Pudjiadi Prestige Tbk pada tahun 2006. Hal ini menggambarkan bahwa tingginya tingkat Likuiditas perusahaan tersebut, yang berarti pula bahwa PT Pudjiadi Prestige Tbk dianggap mampu untuk melunasi kewajiban lancar dengan menggunakan asetnya yang paling likuid, yaitu Kas dan Setara Kas, Investasi Jangka Pendek, dan Piutang Usaha.
lxxvi
PT Mas Murni Indonesia Tbk, merupakan perusahaan yang memiliki tingkat Quick Ratio tertinggi dibandingkan dengan perusahaan lainnya selama periode penelitian, yaitu sebesar 272,77%. Sedangkan PT Pembangunan Graha Lestari Tbk memiliki nilai Quick Ratio yang terendah, yaitu sebesar 25,25%.
2. Analisis Deskriptif Variabel Return on Equity Return on Equity, yaitu rasio untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam sebuah industri yang sama.
Tabel 4.2.2 Return on Equity Industri Restauran, Hotel, and Tourism Go Public di Indonesia NO
TAHUN
NAMA PERUSAHAAN 2002
1
Anta Express Tour & Travel Service, Tbk.
2
Aryadhuta Hotels Tbk.
3
Bakrieland Development, Tbk.
4
Bayu Buana Tbk.
0.0347
2003
2004
2005
2006
2007
0.0074
0.0957
0.1005
0.1096
0.1249
0.1356 0.0511
0.5969
0.0788 0.1356
0.0869
0.1121 0.0522
lxxvii
RATARATA
0.2117 0.0225
0.0560
0.0436
5
Fastfood Indonesia, Tbk.
6
Hotel Sahid Jaya Tbk.
7
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
8
Lamicitra Nusantara, Tbk.
0.3128
0.1990
0.1952
0.2670 0.1248
0.0081
0.0086
0.0093
0.0020
0.0125
0.0015
0.3081
0.2564
0.0205
0.0727
0.0441
0.0441 0.0086
9
Mas Murni Indonesia Tbk.
10
Panorama Sentrawisata, Tbk.
11
Pelita Sejahtera Abadi, Tbk
12
Pembangunan Graha Lestari, Tbk.
13
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
14
Pioneerindo Gourmet International, Tbk.
0.5285
15
Plaza Indonesia Realty, Tbk.
0.2106
0.1275
0.0902
0.0861
0.1071
0.0660
0.1146
16
Pudjiadi Prestige, Tbk.
0.0393
0.0528
0.0176
0.0173
0.0019
0.0333
0.0270
17
Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk.
0.2403
0.1280
0.0990
0.0621
0.1435
0.2235
0.1494
0.1586
0.1337
0.0922
0.0934
0.1002
0.1000
Rata-Rata
0.0092
0.2306
0.0206 0.0208
0.2062
0.1844
0.0149 0.0698
0.0213
0.0536
0.0536
0.0167
0.0167
0.1837
0.2012 0.5285
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.2.2, maka dapat diketahui, bahwa sepanjang tahun 2002-2007 nilai minimum sebesar 0,15%, nilai ini merupakan Return on Equity yang diperoleh PT Panorama Sentrawisata Tbk pada tahun 2004, yang berarti bahwa dalam menghasilkan laba setelah pajak berdasarkan investasi (rata-rata ekuitas) sangatlah rendah. Sedangkan untuk nilai tertinggi yaitu sebesar 59,69% merupakan Return on Equity pada PT Bakrie Development Tbk pada tahun 2003. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam menghasilkan laba setelah pajak, manajemen mampu mendayagunakan investasi dengan baik, yaitu dengan cermatnya membaca peluang investasi dan manajemen biaya yang efektif. PT Lamicitra Nusantara Tbk, merupakan perusahaan yang memiliki tingkat Return on Equity yang rendah, yaitu sebesar 0,86%. Sedangkan PT
lxxviii
Pioneerindo Gourmet International, Tbk. memiliki nilai Return Equity tertinggi, yaitu sebesar 52,85%.
3. Analisis Deskriptif Variabel Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya
lxxix
Tabel 4.2.3 Debt to Equity Ratio Industri Restauran, Hotel, and Tourism Go Public di Indonesia
NO
TAHUN
NAMA PERUSAHAAN 2002
2003
2004
2005
2006
2007
1.4664
1.7072
2.0711
2.0119
2.1113
2.4771
1.1942
0.9951
RATARATA
1
Anta Express Tour & Travel Service, Tbk.
2
Aryadhuta Hotels Tbk.
3
Bakrieland Development, Tbk.
4
Bayu Buana Tbk.
5
Fastfood Indonesia, Tbk.
6
Hotel Sahid Jaya Tbk.
7
Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.
8
Lamicitra Nusantara, Tbk.
9
Mas Murni Indonesia Tbk.
10
Panorama Sentrawisata, Tbk.
1.6377
1.0544
11
Pelita Sejahtera Abadi, Tbk
1.0735
1.0735
12
Pembangunan Graha Lestari, Tbk.
0.3183
0.3183
13
Pembangunan Jaya Ancol, Tbk
0.5685
0.4152
14
Pioneerindo Gourmet International, Tbk.
3.5158
15
Plaza Indonesia Realty, Tbk.
1.0068
0.6492
0.5371
0.3717
0.3936
0.7655
0.6207
16
Pudjiadi Prestige, Tbk.
0.8787
0.7645
0.7370
0.6683
0.3058
0.9977
0.7253
17
Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk.
2.0964
1.8660
2.0309
1.9523
1.8075
1.7221
1.9125
1.4678
1.6298
0.9800
0.8869
0.8846
1.1576
Rata-Rata
6.8504 2.6123
0.4333
6.8504 0.8780
0.7872
0.2809
0.0658
0.0085
0.6560
0.7594
1.3087 0.8152 0.6779
0.6682
0.5710
0.8975
1.1830
1.0403
1.3718
1.3718
0.0232 1.4952
0.4014
0.3188
0.0351
3.5158
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.2.3, maka dapat diketahui, bahwa sepanjang tahun 2002-2007 nilai minimum sebesar 0,85%, nilai ini merupakan Debt to Equity Ratio yang diperoleh PT Lamicitra Nusantara Tbk pada tahun 2003, yang berarti bahwa maka semakin sedikit kewajiban perusahaan di
lxxx
0.9336
0.4289
0.8139
0.3723
masa yang akan datang.
1.1076
0.9974 0.0471
0.5659
1.9742
Sedangkan untuk nilai tertinggi yaitu sebesar 685,04% merupakan Debt to Equity Ratio pada PT Aryadhuta Hotels Tbk pada tahun 2003. Hal ini dapat diartikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang aset yang tersedia untuk menutupnya, meninggkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Para kreditor melihat rasio utang yang tinggi dengan hati-hati. PT Mas Murni Indonesia Tbk, merupakan perusahaan yang memiliki tingkat Debt to Equity Ratio yang rendah, yaitu sebesar 3,51%%. Sedangkan PT Aryadhuta Hotels Tbk. memiliki nilai Debt to Equity Ratio tertinggi, yaitu sebesar 685,04%.
C. Analisis dan Pembahasan Pada penelitian ini digunakan CDF Normal untuk menunjukkan probabilitas hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen yang digunakan dalam penelitian. CDF Normal yang digunakan disebut dengan model probit (normit). Model probit digunakan untuk menganalisis sifat-sifat variabel terikat kategorik. Pada penelitian ini variabel terikat (dependent) merupakan variabel terikat kategorik. Opini going concern merupakan variabel terikat kategorik yang digunakan dalam penelitian ini. Probabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
lxxxi
1. Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Quick Ratio Perhitungan probabilitas berikut akan menunjukkan emiten akan memperoleh opini going concern pada tingkat Quick Ratio tertentu. Tabel 4.3.1 Probabilitas Opini Going Concern pada variabel Quick Ratio QR
N
nGC
piGC
GC
<50%
8
6
0.75
0.294
100%
17
9
0.53
0.185
150%
11
5
0.45
0.226
>150%
21
10
0.48
0.176
Total
57
30
Profitabilitas (%) Sumber: Data diolah
0.881
Berdasarkan Tabel 4.3.1 diatas, maka dapat diketahui bahwa Quick Ratio dikelompokkan dalam 4 (empat) tingkatan. Pada dua tingkatan pertama, Quick Ratio dikelompokkan kurang dari 100%. Hal ini diasumsikan, bahwa emiten berada dalam keadaan non going concern, karena emiten tidak mampu membayar kewajiban lancarnya dengan aset
lxxxii
cepatnya (kas & setara kas, investasi jangka pendek, dan piutang) dalam keadaan tersedak. Sedangkan pada dua tingkatan terakhir, Quick Ratio dikelompokkan lebih atau sama dengan dari 100%. Hal ini diasumsikan, bahwa emiten berada dalam keadaan going concern, karena emiten mampu membayar kewajiban lancarnya dengan aset cepatnya (kas & setara kas, investasi jangka pendek, dan piutang) dalam keadaan terdesak. N menunjukkan banyaknya emiten yang memiliki Quick Ratio pada tingkatan atau kelompoknya. nGC menunjukkan banyaknya emiten pada tingkatan Quick Ratio yang menerima opini going concern. piGC menunjukkan hasil pembagian antara jumlah emiten yang berada pada suatu tingkatan Quick Ratio (N) dengan banyaknya emiten yang menerima opini ging concern (nGC). GC merupakan besarnya probabilitas perusahaan akan menerima opini going concern atas Quick Ratio yang dimiliki sesuai dengan tingkatnya (QR), dapat diketahui dengan menggunakan Tabel Distribusi Binomial (lihat Lampiran). Pada tabel diatas pula dapat diketahui bahwa emiten yang memiliki Quick Ratio dalam kelompok pertama, yaitu kurang dari 100% adalah sebesar 47,9% dalam memperoleh opini going concern, nilai ini didapat dengan menjumlahkan probabilitas pada kelompok Quick Ratio dua tingkatan pertama. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa emiten yang tingkat likuiditasnya kurang dari 100% atau dalam arti tidak dapat
lxxxiii
membayar kewajiban lancarnya sebesar 100% dari aktiva cepatnya dalam keadaan yang terdesak, mempunyai tingkat probabilitas yang lebih besar dalam memperoleh Opini Going Concern dari perusahaan (emiten) yang memiliki Quick Ratio diatas 100% (dua tingkatan terakhir), yaitu hanya sebesar 40,2% dalam memperoleh opini going concern, nilai ini didapat dengan menjumlahkan probabilitas pada kelompok Quick Ratio dua tingkatan terakhir. Jadi, tingkat probabilitas emiten dalam memperoleh opini going concern dengan mempertimbangkan Quick Ratio adalah sebesar 88,81%. Nilai ini merupakan akumulasi dari nilai probabilitas setiap tingkatan.
2. Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Return on Equity Perhitungan probabilitas berikut akan menunjukkan perusahaan akan memperoleh opini going concern pada tingkat Return on Equity tertentu.
Tabel 4.3.2 Probabilitas Opini Going Concern pada variabel Return on Equity ROE
N
nGC
piGC
GC
<5%
20
13
0.65
0.164
10%
13
8
0.62
0.221
15%
10
6
0.60
0.251
>15%
14
3
0.21
0.250
lxxxiv
Total
57
30
Probabilitas (%) Sumber: Data diolah
0.89
Berdasarkan Tabel 4.3.2 diatas, maka dapat diketahui bahwa Return on Equity dikelompokkan dalam 4 (empat) tingkatan. Pada dua tingkatan pertama, Return on Equity dikelompokkan kurang dari 10%. Hal ini diasumsikan bahwa emiten dalam keadaan non going concern. Sedangkan pada dua tingkatan terakhir, Return on Equity dikelompokkan lebih atau sama dengan dari 10%. Hal ini diasumsikan bahwa emiten dalam keadaan going concern. N menunjukkan banyaknya emiten yang memiliki Return on Equity pada tingkatan atau kelompoknya. nGC menunjukkan banyaknya emiten pada tingkatan Return on Equity yang menerima opini going concern. piGC menunjukkan hasil pembagian antara jumlah emiten yang berada pada suatu tingkatan Return on Equity (N) dengan banyaknya emiten yang menerima opini ging concern (nGC). GC merupakan besarnya probabilitas emiten akan menerima opini going concern atas Return on Equity yang dimiliki sesuai dengan tingkatnya (ROE), dapat diketahui dengan menggunakan Tabel Distribusi Binomial (lihat Lampiran). Pada tabel diatas pula dapat diketahui bahwa emiten yang memiliki Return on Equity kurang dari 10% (dua tingkatan pertama) memiliki tingkat probabilitas sebesar 38,5% dalam memperoleh opini going
lxxxv
concern, nilai ini didapat dengan menjumlahkan nilai probabilitas pada dua tingkatan pertama. Lain halnya dengan Return on Equity lebih dari atau sama dengan 10% memiliki tingkat probabilitas yang lebih besar, yaitu 50,1% dalam memperoleh opini going concern, nilai ini didapat dengan menjumlahkan nilai probabilitas pada dua tingkatan terakhir. Hal ini mungkin disebabkan bukan karena kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, namun karena kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil. Jadi, tingkat probabilitas emiten dalam memperoleh opini going concern dengan mempertimbangkan Return on Equity adalah sebesar 89%. Nilai ini merupakan akumulasi dari nilai probabilitas setiap tingkatan.
3. Probabilitas Perolehan Opini Going Concern dengan Pertimbangan variabel Debt to Equity Ratio Perhitungan probabilitas berikut akan menunjukkan emiten akan memperoleh opini going concern pada tingkat Debt to Equity Ratio tertentu. Tabel 4.3.3 Probabilitas Opini Going Concern pada variabel Debt to Equity Ratio DER
N
nGC
piGC
GC
<50%
13
4
0.31
0.234
lxxxvi
100%
21
11
0.52
0.160
150%
8
5
0.63
0.279
>150%
15
10
0.67
0.206
Total
57
30
Probablitilas (%)
0.88
Sumber: Data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3.3 diatas, maka dapat diketahui bahwa Debt to Equity Ratio dikelompokkan dalam 4 (empat) tingkatan. Pada dua tingkatan pertama, Debt to Equity Ratio dikelompokkan kurang dari 100%. Hal ini diasumsikan, bahwa emiten berada dalam keadaan going concern, karena klaim pihak lain lebih kecil dibandingkan dengan ekuitas yang tersedia untuk menutupinya. Sedangkan pada tingkatan kedua, Debt to Equity Ratio dikelompokkan lebih atau sama dengan dari 100%. Hal ini diasumsikan, bahwa emiten berada dalam keadaan non going concern, karena semakin tingginya klaim pihak lain (kewajiban) di masa yang akan datang, dibandingkan dengan ekuitas yang tersedia. N menunjukkan banyaknya emiten yang mendapatkan Debt to Equity Ratio pada tingkatannya. nGC menunjukkan banyaknya emiten pada tingkatan Debt to Equity Ratio yang menerima opini going concern. piGC menunjukkan hasil pembagian antara jumlah emiten yang berada pada suatu tingkatan Debt to Equity Ratio (N) dengan banyaknya emiten yang
lxxxvii
menerima opini ging concern (nGC). GC merupakan besarnya probabilitas emiten akan menerima opini going concern atas Debt to Equity Ratio yang dimiliki sesuai dengan tingkatnya (DER) dapat diketahui dengan menggunakan Tabel Distribusi Binomial (lihat Lampiran). Pada tabel diatas pula dapat diketahui bahwa emiten yang memiliki Debt to Equity Ratio kurang dari 100% mempengaruhi penerimaan opini going concern dengan nilai probabilitas sebesar 39,4%, nilai ini didapat dengan menjumlahkan nilai probabilitas pada dua tingkatan pertama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit kewajiban perusahaan di masa yang akan datang, sehingga mempunyai tingkat probabilitas yang lebih kecil dalam menerima Opini Going Concern dari emiten yang memiliki Debt to Equity Ratio diatas atau sama dengan 100%, yaitu sebesar 48,5%, nilai ini didapat dengan menjumlahkan nilai probabilitas pada dua tingkatan terakhir, yang berarti dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang ekuitas yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan risiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Sehingga lebih memotivasi auditor dalam memberikan opini Going Concern. Jadi, tingkat probabilitas emiten dalam memperoleh opini going concern dengan mempertimbangkan Debt to Equity Ratio adalah sebesar 88%. Nilai ini merupakan akumulasi dari nilai probabilitas setiap tingkatan.
lxxxviii
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Quick Ratio merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi emiten untuk memperoleh opini going concern. Hal ini tercermin dengan lebih besarnya probabilitas emiten dengan Quick Ratio diatas 100% dibandingkan dengan Quick Ratio diatas 100%. Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa emiten yang tingkat likuiditasnya kurang dari 100% atau dalam arti tidak dapat membayar kewajiban lancarnya sebesar 100% dari aktiva cepatnya dalam keadaan yang terdesak, mempunyai tingkat probabilitas yang lebih besar dalam menerima Opini Going Concern dari emiten yang memiliki Quick Ratio diatas 100%. 2. Emiten yang memperoleh opini going concern berdasarkan pertimbangan Return on Equity ternyata tidak terbukti pada hasil penelitian ini. Hal ini dapat dijelaskan dengan emiten yang memiliki Return on Equity kurang dari 10% memiliki probabilitas lebih kecil dibandingkan dengan Return on Equity lebih dari 10% dalam memperoleh opini going concern. Hasil ini
lxxxix
mungkin disebabkan bukan karena kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, namun karena kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil. 3. Dalam memperoleh opini going concern, Debt to Equity Ratio merupakan salah satu pertimbangannya. Hal ini ditunjukkan dengan lebih besarnya probabilitas Debt to Equity Ratio diatas 100% dibandingkan dengan Debt to Equity Ratio dibawah atau sama dengan 100%. Sehingga lebih memotivasi auditor dalam memberikan opini Going Concern.
B. Implikasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa rasio keuangan, khususnya Quick Ratio dan Debt to Equity Ratio yang mencerminkan tingkat likuiditas dan solvabilitas yang rendah memiliki probabilitas yang besar terhadap Auditor dalam mengeluarkan Opini Going Concern. Hal ini akan mendorong manajer untuk melibatkan dirinya dalam suatu kecurangan pelaporan keuangan dalam rangka menjaga tampilan pertumbuhan pos-pos laporan keuangan agar tetap dianggap konsisten dengan pertumbuhan masa lalunya. Untuk itu dibutuhkan auditor yang cakap dalam menganalisa laporan keuangan auditee, sehingga kecurangan sekecil apapun yang dilakukan oleh auditee akan dapat terdeteksi.
xc
C. Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi para investor yang hendak melakukan investasi, karena mengingat pentingnya mengetahui kelangsungan hidup (going concern) suatu perusahaan agar keputusan investasinya menghasilkan keuntungan bagi investor tersebut. 2. Walaupun rasio keuangan merupakan sebuah analisis tradisional, tetapi tetap dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis, dalam hal ini adalah sebagai bahan pertimbangan auditor dalam mengeluarkan opini going concern. 3. Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan dilakukannya penelitian kembali dengan penambahan variabel lain, sehingga dapat memperluas pembahasannya.
xci
Perusahaan yang Mendapatkan Opini Going Concern No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tahun 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2003 2004 2004 2004 2004 2004 2005 2005 2005 2005 2006 2006 2006 2007 2007 2007
Nama Perusahaan Anta Express Tour & Travel Service, Tbk. Bakrieland Development, Tbk. Lamicitra Nusantara, Tbk. Panorama Sentrawisata, Tbk. Pioneerindo Gourmet International, Tbk. Plaza Indonesia Realty, Tbk. Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk. Pudjiadi Prestige, Tbk. Anta Express Tour & Travel Service Tbk. Aryadhuta Hotels Tbk. Lamicitra Nusantara, Tbk. Panorama Sentrawisata Tbk. Plaza Indonesia Realty Tbk. Pudjiadi & Sons Estate Ltd. Tbk. Pudjiadi Prestige Tbk. Anta Express Tour & Travel Service Tbk. Bakrieland Development Tbk. Panorama Sentrawisata, Tbk. Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk. Pudjiadi Prestige Tbk. Bakrieland Development Tbk. Bayu Buana Tbk. Mas Murni Indonesia Tbk. Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk. Bayu Buana Tbk. Hotel Sahid Jaya Tbk. Pudjiadi & Sons Estates Ltd. Tbk. Bayu Buana Tbk. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. Pembangunan Graha Lestari
xcii
xciii
xciv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Perusahaan yang Mendapatkan Opini Going Concern
78
2
Tabel Distribusi Probabilitas Binomial
79
3
Laporan Auditor Independen dengan Opini Going Concern
83
4
Ikhtisar Akun-akun yang Digunakan Dalam Variabel
85
Penelitian
xcv