ANALISIS PREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Iman Pirman Hidayat Irman Firmansyah
ABSTRACT Tujuan jangka panjang dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui model terbaik dalam rangka mengetahui potensi kebangkrutan bank syariah di Indonesia. jika model yang cocok untuk perbankan syariah telah ditemukan maka akan terus dipakai sebagai bahan pengambilan kebijakan manajemen dalam menangantisipasi terjadinya kebangkrutan bank syariah di masa yang akan datang. Terlebih situasi perekonomian di Indonesia saat ini tidak menentu yang kemungkinan akan berdampak pula terhadap keberlangsungan operasional bank syariah. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelompok-kelompok bank syariah di Indonesia yang berada dalam kondisi berpotensi bangkrut, abu-abu bahkan sehat. Juga untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap potensi kebangkrutan bank syariah. Metode yang digunakan yaitu melalui penelitian kuantitatif dengan pendekatan (1) model diskriminan untuk mengetahui kondisi potensi kebangkrutan (financial distress) bank syariah, model yang digunakan yaitu Z-Altman, (2) regresi berganda untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan proitabilitas terhadap potensi kebangkrutan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa seluruh bank syariah memiliki skor di atas 2,9 sehingga seluruhnya ada dalam kondisi yang sehat (jauh dari resiko kebangkrutan). Selain itu analisis lainnya menunjukkan bahwa likuiditas dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap potensi kebangkrutan bank syariah di Indonesia. Kata kunci: financial distress, bank syariah, Z-Altman 1. Latar Belakang Keadaan perekonomian akhir-akhir ini khususnya di tahun 2016 menunjukkan kondisi yang semakin bergolak, sistem dan subsistem organisasi menjadi makin terbuka dan tingkat persaingan semakin ketat dan tajam bahkan tidak menentu arah perubahannya terutama sejak dibukanya era Masyarakat Ekonomi ASEAN. Hal ini mengakibatkan sistem keuangan menciptakan berbagai ancaman yang dapat melemahkan daya saing perusahaan maupun perbankan. Kondisi ini semakin parah ternyata masih tersimpan berbagai kelemahan yang berakibat fatal baik bagi industri perbankan itu sendiri maupun bagi perekonomian Indonesia. Berbagai kelemahan yang ada dalam industri perbankan Indonesia antara lain adalah lemahnya manajemen bank, konsentrasi kredit yang berlebihan, moral hazard, terbatas dan kurang transparannya informasi kondisi keuangan bank dan belum efektifnya pengawasan Bank Indonesia. Berbagai kelemahan yang ada dalam industri perbankan dan kemudian diperburuk dengan krisis moneter, krisis likuiditas, dan kebangkrutan dunia usaha khususnya para konglomerat Indonesia, maka industri perbankan Indonesia secara cepat mengalami krisis. Peranan Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia
1
2
mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Bank sebagai lembaga kepercayaan yang memiliki pembiayaan dari berbagai pihak dengan jumlah yang cukup besar dan juga menjual sahamnya di bursa dan dibeli oleh masyarakat luas (bagi bank yang go public). Maka akan sangat bermanfaat apabila masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda kesulitan keuangan atau prediksi ke arah kebangkrutan bank yang dapat diolah dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Berdasarkan historis perjalanan perbankan di Indonesia, sejak berdirinya bank syariah yaitu bank Muamalat pada tahun 1991 yang telah melewati masa krisis ekonomi tahun 1998 hasil yang mengejutkan bahwa bank Mualamat dapat bertahan di tengahtengah bank konvensional yang banyak dilikuidasi. Ini menunjukkan bahwa bank syariah lebih kuat terhadap krisis. Begitu pula beberapa riset yang membuktikan bahwa bank syariah lebih kuat menahan gejolak krisis keuangan. Namun demikian kondisi perekonomian terus berjalan hingga melahirkan banyak bank syariah di Indonesia, hingga saat ini di tahun 2016 terhadap 12 bank umum syariah. Meskipun sejarah menyebutkan bahwa bank syariah lebih tahan terhadap krisis namun hal ini perlu dibuktikan dengan penelitian yang lebih komprehensip terhadap seluruh bank syariah yang ada di Indoneisa dengan meneliti mengenai potensi kebangkrutan bank syariah. Risiko kebangkrutan bagi bank syariah sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank syariah yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat untuk mengetahui posisi keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai. Tingkat kesehatan bank syariah penting artinya bagi bank syariah untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan. Kebangkrutan bank syariah akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar kalau proses kebangkrutan pada bank syariah dapat diprediksi lebih dini yang dapat mengurangi risiko terjadinya kebangkrutan tersebut. Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi dapat dibuktikan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat prediksi kegagalan perusahan meskipun tidak semua rasio dapat memprediksi dengan sama baiknya dan tidak dapat memprediksi dengan tingkat keberhasilan yang sama. Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan termasuk bank syariah dua sampai lima tahun sebelum diprediksi bangkrut. Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum dan sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Hal ini yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problematika keuangan yang mengancam operasional bank syariah. Faktor likuiditas mempunyai peranan penting dalam menjelaskan fenomena finansial distress tersebut.
3
Altman (2000) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Altman menggunakan multivariate discriminant analysis (MDA) dalam menguji manfaat lima rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan. Menurut altman teknik pengunaan MDA mempunyai kelebihan dalam mempertimbangkan karakteristik umum dari perusahaan yang relevan, termasuk interaksi antar perusahaan tersebut dan mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat digunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan maupun perbankan. Beberapa peneliti telah menggunakan model Altman Z-Score sebagai model untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan diantaranya Anggraini (2011) yang melakukan penelitian pada Bank BRI, Kartika (2015) yang melakukan penelitian pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014), dan Abrori (2015) yang melakukan penelitian pada bank syariah devisa dan non devisa. Selain itu likuiditas dan profitabilitas juga dapat digunakan sebagai prediktor finansial distress seperti pada penelitian Nugraheni (2012) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap finansial distress sedangkan hasil penelitian Andre (2013) bahwa likuiditas tidak mempengaruhi prediksi finansial distress. Kemudian dari hasil penelitian Nugraheni (2012) dan Andre (2013) menunjukkan hasil yang sama yaitu profitabilitas berpengaruh negatif terhadap prediksi fiinansial distress. Oleh karena itu kombinasi antara model Altman Z-Score dan model regresi dapat digunakan sebagai bahan untuk memprediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia melalui analisis laporan keuangan. Diantara variabel yang dijadikan faktor yang mempengaruhi finansial distress adalah likuiditas dan profitabilitas. Sehingga pada penelitian ini akan dianalisis dua model yaitu Altman Z-Score sebagai model untuk memprediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia serta model regresi untuk menguji likuiditas dan profitabilitas sebagai detektor financial distress.
2. Tinjauan Pustaka 2.1. Bank Syariah Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2005). Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam Ekonomi Islam yang menjalankan operasional usahanya berdasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan atau kerugian, artinya hasil yang diperoleh nasabah akan berfluktuasi sesuai dengan keuntungan yang di peroleh pihak bank dimana semakin besar keuntungan bank maka semakin besar pula hasil yang diperoleh nasabah. Bank- syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi (Karim, 2004).
4
Menurut Antonio (2001) Bank Islam atau yang selanjutnya disebut bank syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank ini usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Dalam melaksanakan investasinya, bank syariah memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri (equity), serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Muhamad (2005) dalam menjalankan usahanya minimal bank syariah mempunyai lima prinsip operasional yang terdiri atas: prinsip titipan murni, bagi hasil, prinsip jual beli dan margin keuntungan, prinsip sewa, dan prinsip fee (jasa). 2.2. Potensi Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi di saat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya. Analisis Kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan (financial distress). Semakin awal tanda-tanda kebankrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi. Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat. Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Jika beberapan variabel dipakai untuk memprediksi, ada kemungkinan hasil yang saling bertentangan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan semnacam itu metode prediksi multivariate bisa digunakan. Kegagalan (Failure) dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan kegaglan tidak harus menyebabkan keruntuhan atau pembubaran perusahaan. Kegagalan tidak harus menyebabkan keruntuhan atau pembubaran perusahaan. Kegagalan ekonomis berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan berarti jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada waktunya harus dipenuhi, walaupun harta totalnya melebihi kewajibannya totalnya. 2.3. Manfaat Informasi kebangkrutan Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut (Hanafi dan Halim, 2000: 261).: 1. Pemberi Pinjaman
5
2.
3.
4.
5.
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk maengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan untuk memonitor pinjaman yang ada. Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya atau tidaknya kemungkinan bangkrut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. Pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut dan pemerintah mempunyai badanbadan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunya kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakantindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan. Manajemen Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal maka tindakantindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya kebangkrutan, misalnya dengan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
2.4. Multiple Discriminant Analysis Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat univariate, yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analis keuangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio maka perlu dikombinasikan berbagai rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti. Analisis diskriminan adalah suatu analisis yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pada dasarnya, analisis diskriminan terdiri dari tiga tahap, yaitu (Sawir, 2005: 23) : 1. Menyusun klasifikasi kelompok yang bersifat mutually exclusive. Setiap kelompok dibedakan dengan suatu probability distribution dari ciri-cirinya. 2. Mengumpulkan data untuk pengamatan dalam kelompok. 3. Menurunkan kombinasi linier dari ciri-ciri tersebut yang paling baik mendiskriminasikannya (membedakan) diantara kelompok-kelompok. Multiple discriminant analysis atau analisis pembeda ganda merupakan suatu metodologi formal yang digunakan untuk memperkecil rasio dan untuk mempertinggi kepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk: 1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan 2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual 3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana organisasi dalam memutuskan alternatif-alternatifnya
6
2.5. Analisis Model Altman Z-Score Adalah prediksi kebangkrutan yang dikembangkan dibeberapa negara. Penemu adalah Altman tahun (1983,1984) melakukan survey di Amerika, Jepang, Jerman, Swiss, Brazil, Australia, Inggris, Irlandia, Kanada, Belanda, dan Perancis. Industri Perbankan Indonesia selama dekade terakhir mengalami perkembangan yang pesat dan penuh gejolak. Dibalik perkembangan industri perbankan yang sangat pesat tersebut, ternyata menyimpan berbagai kelemahan yang berakibat fatal baik bagi industri perbankan sendiri maupun perekonomian nasional. Mengingat bank sebagai lembaga kepercayaan yang memiliki pembiayaan dari berbagai pihak dengan jumlah yang cukup besar dan juga menjual sahamnya di bursa efek dan dibeli masyarakat luas (bagi bank yang go public), maka akan sangat bermanfaat apabila masyarakat dapat mengetahui tanda-tanda kesulitan keuangan/ prediksi kearah kebankrutan bank yang dapat diolah dari laporan keuangan yang dipublikasikan. Oleh karena itu, untuk melakukan prediksi kesulitan keuangan dan kebangkrutan perbankan Indonesia akan dicoba untuk diprediksi model Altman Z-Score dengan mengunakan data bank yang sudah go public dari tahun 2005-2008. Analisis Kebangkrutan Z adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan. Untuk menghitung nilai Z, terlebih dahulu kita harus menghitung lima jenis rasio keuangan. Sejumlah Studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah studi tentang prediksi ini adalah multiple Discriminant analisis yang dilakukan oleh altman yaitu analisis Z-Score. Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari altman merupakan sebuah Multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan financial dari sebuah perusahaan.Altman menemukan 5 jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Altman Z-Score ditentukan dengan mengunakan rumus sebagai berikut Z = 0,012(X1) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5) Keterangan: 1. Working Capital To Total Assets (X1) 2. Retained Earning To Total Assets (X2) 3. Earning Before Interest & Taxes to Total Assets (X3) 4. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4) 5. Sales To Total Assets (X5) 6. Z = Overall Index Persentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung dengan persentase penuh, sedang untuk persentase rasio ke 5 dihitung dengan persentase normal. Kriteria yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah: Z < 1,81 bangkrut 1,81 < Z < 2,99 grey area atau daerah kelabu Z > 2,99 tidak bangkrut Nilai “cut off” untuk indeks ini adalah 2,675. (Muslich, 2000:60)
7
Mengingat bahwa tidak semua perusahaan tidak melakukan go public dan tidak memiliki nilai pasar, maka formula untuk perusahaan yang tidak go public diubah menjadi sebagi berikut : Z = 0,717(X1) + 0,847(X2) + 3,107(X3) + 0,420(X4) + 0,998(X5) Adapun nilai cut off yang digunakan adalah: Z < 1,20 bangkrut 1,20 < Z < 2,90 grey area Z > 2,90 tidak bangkrut Karena banyak perusahaan yang tidak go-public sehingga tidak mempunyai nilai pasar, maka altman mengembangkan model alternative dengan mengantikan variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan nilai saham biasa dengan preferen dengan nilai buku total hutang. Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan ada perusahaan tersebut. Dalam menajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode altman ini dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu: 1. Rasio likuiditas yang terdiri X1 2. Rasio profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3 3. Rasio aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto, 2001:330) Pada penelitian ini model yang digunakan adalah model modifikasi Z-Altman untuk industri non manufaktur. Altman melakukan revisi model pada tahun 1997 khususnya pada perusahaan non manufaktur dengan menghilangkan variabel X5 karena pada perusahaan non manufaktur tidak terhdapat penjualan melainkan pendapatan. Adapun model alternatif yang diperoleh adalah berikut: Z = 6,56 (X1) + 3,26(X2) + 6,72(X3) + 1,05 (X4) Dimana: X1 : modal kerja terhadap total aset X2 : Laba ditahan terhadap total aset X3 : laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset X4 : nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban Z : nilai Z-score 2.6. Likuiditas Almilia dan Herdaningtyas (2005), menyebutkan LDR digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Sudarini, 2005). Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan), namun pembiayaan (financing. Para praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR adalah sekitar 80%.
8
Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%. Namun oleh Bank Indonesia, suatu bank masih dianggap sehat jika LDR nya masih dibawah 110%. Likuiditas bank syariah yang diukur dengan rasio FDR ini merupakan kemampuan bank syariah dalam mengembalikan simpanan para nasabah. Dengan demikian jika bank syariah mampu menyediakan dana saat masyarakat membutuhkannya maka likuiditas bank syariah dalam keadaan baik dan jauh dari kondisi potensi bangkrut. Semakin likuid maka semakin jauh dari potensi bangkrut. Hubungan antara likuiditas dengan prediksi kebangkrutan telah dibuktikan oleh hasil penelitian Nugraheni (2012) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap finansial distress, namun bebeda dengan hasil penelitian Andre (2013) dan Widarjo dan Setyawan (2009) yang menunjukan bahwa likuiditas tidak mempengaruhi prediksi financial distress. Oleh karena itu hipotesis pertama yang digunakan pada penelitian ini yaitu: H1: likuiditas mampu menjelaskan prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia 2.7. Profitabilitas Menurut Siamat (2005), rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas bank dalam memperoleh laba. Disamping dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio-rasio profitabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumbersumber modal. Teknik analisis profitabilitas ini melibatkan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan perhitungan laba rugi untuk memperoleh ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan kemampuan bank memperoleh laba. Oleh karena itu teknik analisis ini disebut juga dengan analisis laporan laba rugi. Analisis profitabilitas yang relevan dipergunakan dalam meneliti profitabilitas perbankan adalah ROA. Menurut Meythi (2005) alasan penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan asset yang dananya berasal dari masyarakat. Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan (Riyanto dalam Stiawan, 2009). ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba sebelum pajak dan rata-rata total aktiva. Karena hasil operasi yang ingin diukur, maka dipergunakan laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva yang digunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah aktiva operasional. Bank dengan total aset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik (Mawardi, 2005). Oleh karena itu, semakin tinggi profitabilitas maka semakin menjauh bank syariah dari kondisi kebangkrutan. Teori ini berhasil dibuktikan oleh Almilia (2003 dan 2006), Nugraheni (2012), Andre (2013) dan Salehi (2009) bahwa profitabilitas mempengaruhi financial distress. Oleh karena itu hipotesis kedua yang digunakan yaitu sebagai berikut: H2: profitabilitas mampu menjelaskan prediksi kebangkrutan bank syariah
9
3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang dilakukan untuk menjelaskan mengenai potensi kebangkrutan bank syariah di Indonesia dengan metode MDA melalui pendekaatan Z-Altman. Selain itu akan diuji pula pengaruh likuiditas dan profitabilitas dalam memprediksi kebangkrutan bank syariah melalui pengujian hipotesis. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan populasi seluruh bank umum syariah di Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Dari keseluruhan populasi tersebut digunakan metode purposive sampling untuk memilih sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pengambilan populasi yang diambil pada periode tersebut dengan pertimbangan karena keterbatasan peneliti dalam memperoleh data. 3.3 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel yaitu: 1. Variabel independen a. Likuiditas. Rasio ini dihitung dengan rumus: Jumlah Pembiayaan yang disalurkan FDR = ----------------------------------------------- x 100% Total Deposit b. Profitabilitas. Rasio ini dihitung dengan rumus: Laba Sebelum Pajak ROA = ------------------------------- x 100% Total Aset 2. Vaiabel Dependen. Dalam penelitian ini variabel dependennya yaitu finansial distress yang dihitung dengan rumus: Z = 6,56(X1) + 3,26(X2) + 6,72(X3) + 1,05 (X4) 3.4 Metode Analisis Data Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan kombinasi dari data time series (runtun waktu) dan cross section (silang tempat). Data panel dapat diolah jika memiliki kriteria (t > 1) dan (n > 1). Sedangkan disebut unbalanced panel karena tidak semua periode observasi mempunyai periode yang sama. Analisis dilakukan dengan 2 tahap yaitu Analisis Potensi kebangkrutan (financial distress) bank syariah dengan Metode Diskriminan model Altman Z-score dan dilanjutkan dengan regresi berganda untuk menganalisis pengaruh likuiditas dan profitabilitas terhadap financial distress. Berikut adalah model modifikasi Altman yang digunakan untuk mengukur Potensi Kebangkrutan Bank Syariah: Z = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4) Dimana:
10
X1 X2 X3 X4
: modal kerja terhadap total aset : Laba ditahan terhadap total aset : laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset : nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban
Setelah mengetahui nilai Z Altman, selanjutnya dilakukan analisis regresi berganda dengan terlebih dahulu menguji kualitas data yang terdiri dari uji multikolinieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan uji notmalitas data. Adapun model dasarnya dapat dirumuskan sebagai berikut: FD = a + β1 FDR + β2 ROA + e Dimana : FD : Finansial Distress FDR : Likuiditas ROA : Profitabilitas 4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.2 Analisis Z Altman Berdasarkan hasil analisis model z altman, maka dihasilkan nilai skor yang disajikan pada tabel 4.2:
Tabel 4.2. Skor Penilaian Potensi Kebangkrutan Bank Syariah di Indonesia
BUKOPIN Tahun BJBS BRIS BSM SYARIAH 6,64 6,61 6,56 2016 5,80 6,59 6,52 6,38 2015 6,50 6,54 6,50 6,23 2014 6,46 6,63 6,62 6,18 2013 6,47 6,57 6,65 6,32 2012 6,39 6,45 6,52 6,16 2011 6,77 6,50 6,57 6,20 2010 6,97
BMI 6,46 6,07 6,24 6,43 6,55 6,57 6,52
Skor Z Altman PANIN BNI MAYBANK VICTORIA BCA MEGA BTPN SYARIAH SYARIAH SYARIAH SYARIAH SYARIAH SYARIAH SYARIAH 6,72 6,72 5,97 6,38 6,88 6,48 6,97 6,72 6,72 5,36 6,29 6,84 6,20 6,93 6,84 6,70 8,69 6,31 6,79 6,30 6,88 6,71 6,58 8,49 6,26 6,73 6,53 6,96 6,57 8,46 6,74 6,78 6,70 7,26 6,90 8,24 7,02 6,85 6,57 6,37 7,14 7,04 7,03 6,53 -
1
Maka dapat kita simpulkan bahwa tidak ada 1 (satu) pun bank syariah di Indonesia yang berpotensi bangkrut karena semua nilai berada di atas 2,9. Sehingga bank syariah di Indonesia semuanya dalam kondisi sehat. Meskipun demikian, dapat kita lihat bahwa dari semua bank syariah yang ada di Indonesia, bank yang paling sehat adalah Maybank syariah khususnya di tahun 2014 sebesar 8,69. Untuk melihat rata-rata skor seluruh bank syariah pada tiap tahunnya dapat dilihat pada gambar 4.2.
Axis Title
rata-rata 6,9 6,8 6,7 6,6 6,5 6,4 6,3 6,2
rata-rata
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2015 Axis Title
Gambar 4.2. Rata-Rata skor Z altman Bank Syariah di Indonesia Berdasarkan hasil penelitian mengenai rata-rata prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia, maka dapat dilihat bahwa skor rata-rata menunjukkan dalam kondisi yang aman dan tidak berpotensi bangkrut. Namun jika dilihat dari tren perkembangannya maka terlihat tren yang menurun. Oleh karena itu kondisi tersebut harus tetap dijaga agar tidak terjadi tren yang menurun seterusnya, sehingga diusahakan harus diketahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya potensi kebangkrutan pada bank syariah. Dengan demikian penelitian harus dilanjutkan dengan mengetahui faktor-faktor apa saya yang berpengaruh terhadap potensi kebangkrutan bank syariah di Indonesia. berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kondisi profitabilitas dan likuiditas bank syariah berdampak terhadap kebangkrutan. Dengan demikian maka pada penelitian ini akan menguji apakah profitabilitas dan likuiditas memberikan dampak ataukah tidak terhadap potensi kebangkrutan bank syarih. Sebelum menguji pengaruh yang dimaksud, maka langkah awal harus diuji dulu kualitas datanya. Berikut hasil pengujiannya:
1
13
4.1.3 Uji Asumsi Klasik Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dikumpulkan yang diperoleh dari Bank syariah di Indonesia selama periode penelitian tahun 2010 sampai tahun 2016, maka diperoleh 12 Bank syariah yang datanya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sebelum hipotesis diuji, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat kualitas data untuk memastikan data layak dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. 4.1.3.1 Uji Normalitas Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Yang dimaksudkan untuk menguji apakah variabel independen (terikat) dan variabel dependen (bebas) dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian distribusi normal dilakukan dengan uji KolmogorovSmirnov. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka data dinyatakan berdistribusi normal. Tabel 4.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 79 Mean 0E-7 Normal Parametersa,b Std. Deviation ,34956957 Absolute ,140 Most Extreme Differences Positive ,140 Negative -,086 Kolmogorov-Smirnov Z 1,245 Asymp. Sig. (2-tailed) ,090 Sumber: Output SPSS (Data diolah) Berdasarkan output di atas, dapat kita lihat bahwa nilai Asymp. Sig (2tailed) yaitu 0,09. Nilai ini lebih besar dari 0,05 atau 5%. Maka dengan demikian disimpulkan bahwa data dinyatakan berdistribusi normal dan dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga data layak untuk digunakan. 4.1.3.2 Uji Multikolinieritas Pengujian kualitas data yang kedua adalah uji multikolinieritas. Uji Multikolonieritas data dapat dilakukan dengan matriks korelasi dengan melihat besarnya nilai VIF (variance inflation factor) dan nilai tolerance. Suatu model regresi yang bebas dari multikolinearitas memiliki angka VIF disekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati angka 1 atau tidak lebih dari angka 10. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.4.
14
Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) FDR
1,000
1,000
ROA
1,000
1,000
Sumber: Output SPSS (Data diolah) Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel independen pada Bank syariah di Indonesia berada di sekitar angka 1 (kurang dari angka 10). Dan nilai tolerance (TOL) yang diperoleh menunjukkan nilai lebih besar dari 0,10. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa dalam model regresi terbebas dari multikolinieritas antar variabel independen. 4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas Uji kualitas data yang selanjutnya yaitu uji heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas maka digunakan Uji Glejser. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Uji Glejser
Model
T
1
.233
.817
1,449
,151
(Constant) FDR
Sig.
ROA ,465 ,644 Sumber: Output SPSS (Data diolah) Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai sig. semua variabel independen lebih dari besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. 4.1.4. Analisis Regresi Data Panel Bank syariah di Indonesia 4.1.4.1. Uji F Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan analisis data panel model Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan SPSS. Untuk mengetahui ketepatan model (goodness of fit) pengaruh variabel independen yaitu profitabilitas dan likuiditas terhadap variabel dependen yaitu prediksi kebangkrutan yang diukur dengan skor Z Altman maka dilakukan uji F. Berikut adalah output SPSS hasil analisis uji F data Bank syariah di Indonesia dengan metode analisis regresi data panel:
15
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Ketepatan Model Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
11,367
2
5,683
9,532
76
,125
Total 20,898 a. Predictors: (Constant), Z_Alt b. Dependent Variable: ROA, FDR
78
Residual
F
Sig. ,000b
45,316
Sumber: Output SPSS (Data diolah) Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai signifkansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari batas nilai signifkansi (α = 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam rangka untuk menjelaskan variabel prediksi kebangkrutan (Z_Altman), maka variabel profitabilitas dan likuiditas dapat digunakan secara bersama-sama karena model sudah layak digunakan. 4.1.4.2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Selanjutnya untuk pengujian hipotesis pertama sampai kelima yang telah diajukan, maka dilakukan dengan menggunakan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan alat analisis regresi data panel diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji t Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
5,780
,127
,008
,001
ROA ,085 a. Dependent Variable: ROA
,013
FDR
Beta
T
Sig.
45,571
,000
,522
6,739
,000
,520
6,714
,000
Sumber: Output SPSS (data diolah) Dari tabel 4.7 di atas maka dapat dibuat persamaan regresi yaitu sebagai berikut: Y = 0,127 + 0,001 FDR + 0,013 ROA + e Penjelasan mengenai hasil analisis uji hipotesis parsial (uji t) masingmasing variabel adalah sebagai berikut: H1 : Likuiditas mampu menjelaskan prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia
16
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7 di atas diperoleh nilai signifikansi yaitu sebesar 0,000 dengan koefisien positif, atau dengan melihat nilai t hitung sebesar 6,739 dimana lebih besar dari nilai t tabel (2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian likuiditas berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada Bank syariah di Indonesia. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa likuiditas maampu menjelaskan prediksi kebangkrutan Bank syariah di Indonesia dapat diterima. H2 : Profitabilitas mampu menjelaskan prediksi kebangkrutan bank syariah di Indonesia Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.7 di atas diperoleh nilai signifikansi yaitu sebesar 0,000 dengan koefisien positif, atau dengan melihat nilai t hitung sebesar 6,714 dimana lebih besar dari nilai t tabel (2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada Bank syariah di Indonesia. Oleh karena itu hipotesis pertama yang menyatakan bahwa profitabilitas maampu menjelaskan prediksi kebangkrutan Bank syariah di Indonesia dapat diterima. 4.2. Pembahasan Hasil penelitian serta pengolahan data yang telah dilakukan menemukan beberapa temuan yang sangat penting dan unik. Hal ini terjadi karena lingkup penelitian saat dilakukan di lembaga keuangan bank syariah yang sangat jarang dilakukan dilakukan mengenai prediksi kebangkrutan. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan model Z Altman, maka kondisi bank syariah saat ini masih jauh dari kebangkrutan. Hal ini menjadi informasi yang sangat baik bahwa keberadaan bank syariah khususnya bank umum sangat dipercaya oleh masyarakat sehingga banyak masyarakat yang senantiasa menyimpan dananya di bank syariah. Namun dari tren hasil penelitian ini jika dirata-ratakan nilai Z Altman maka menunjukkan tren yang menurun. Tren menurun ini harus segera diantisipasi oleh bank syariah karena khawatir akan memberikan dampak buruk bagi keberlangsungan bank syariah di Indonesia beberapa tahun kemudian. Untuk mengantisipasi hal ini, maka dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab terjadinya tren menurun terkait skor Z Altman. Selain penelitian mengenai skor prediksi kebangkrutan (financial distress) di atas, penelitian ini juga menemukan hasil lainnya terutama mengenai apakah likuiditas dan profitabilitas mampu menjelaskan prediksi kebangkrutan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap finansial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugraheni (2012) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik bank syariah terutama dari sisi likuiditasnya, maka bank tersebut memiliki skor Z Altman semakin besar pula, sehingga akan semakin menjauhkan bank syariah dari potensi kebangkrutan. Likuiditas menggambarkan bahwa bank syariah mampu untuk membayar kewajibannya yang segera jatuh tempo. Lebih tepatnya pada perbankan syariah bahwa likuiditas dihitung dengan membandingkan antara pembiayaan yang
17
diterima oleh bank syariah dengan jumlah penyaluran. Oleh karena itu jika bank syariah masih mampu untuk mengumpulkan dana dengan baik untuk disalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana maka bank syariah tersebut berada pada posisi yang sangat likuid dan sangat jauh dari kebangkrutan. Temuan lainnya yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap financial distress. Sehingga hasil ini sejalan dengan Almilia (2003 dan 2006), Nugraheni (2012), Andre (2013) dan Salehi (2009) bahwa profitabilitas mempengaruhi financial distress. Melalui hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas yang merupakan ukuran dari kinerja keuangan bank syariah sangat menentukan kondisi keuangan bank syariah. Tujuan utama perbankan adalah untuk memperoleh laba melalui profitabilitas, namun yang lebih pentingnya lagi adalah apakah bank tersebut berada dalam posisis yang aman ataukah dalam posisi yang berpotensi bangkrut. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa semakin baik kinerja keuangan bank syariah (profitabilitas) maka semakin besak skor Z Altman, artinya semakin jauh dari potensi kebangkrutan. Oleh karena itu bank syariah harus terus mempertahankan profitabilitas karena profitabilitas adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan (kelangsungan) usaha. Saat ini profitabilitas perbankan syariah acap kali tidak stabil, hal ini terjadi karena bank sebagai lembaga intermediasi sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal bank. Dengan demikian bank harus ekstra keras agar profitabilitas dapat terus dijaga guna mempertahankan keberlangsungan usahanya.
V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian mengenai penilaian skor Z Altman menunjukkan bahwa seluruh bank syariah dalam keadaan sehat (jauh dari potensi kebangkrutan) 2. Likuiditas bank syariah berpengaruh positif terhadap skor Z Altman. Artinya semakin besar likuiditas maka semakin jauh dari potensi kebangkrutan 3. Profitabilitas bank syariah berpengaruh positif terhadap skor Z Altman. Artinya semakin besar profitabilitas maka semakin jauh dari potensi kebangkrutan 5.2 Keterbatasan Setelah melihat hasil penelitian ini disertai dengan kelengkapan data yang diperoleh, penulis mengaku banyak terdapat keterbatasan yang dapat mengganggu hasil penelitian, di antaranya yaitu variabel yang dijadikan independen hanya ada 2 (dua) yaitu likuiditas dan profitabilitas. Sehingga masih bisa ditambahkan dengan variabel lainnya agar hasil penelitian menjadi lebih baik.
18
5.3 Saran Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka saran yang disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti - Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel independen lain yang diprediksi berpengaruh terhadap potensi kebangkrutan bank syariah serta dapat pula menambah jumlah variabel yang diprediksi dapat mengganggu hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. - Penelitian selanjutnya dapat dilaksanakan dengan membandingkan antara kedua jenis bank yaitu bank syariah dan bank konvensional. 2. Bagi Perusahaan Perusahaan dapat memperhatikan mengenai kondisi bank syariah terutama mengenai faktor-faktor yang mampu meningkatakan dan atau menurunkan skor Z Altman. Hal ini terjadi karena jika bank syariah memiliki skor yang semakin besar maka semakin menjauhkan dari kondisi kebangkrutan.
DAFTAR PUSTAKA Abrori, Hilman. 2015. Analisis Perbandingan Risiko Kebangkrutan pada Bank Syariah Devisa dan Non Devisa dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score Periode 2010-2012. Skripsi UIN Walisongo, Semarang Almilia, Luciana Spica & Ikka Retrinasari. 2007. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ”. Procedding Seminar Nasional. Inovasi dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis. FE Universitas Trisakti Almilia, Luciana Spica dan Kristiadji. 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk memprediksi Kondisi Finansial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Vol. 7, No. 2 Almilia, Luciana Spica. 2006. Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Publik dengan menggunakan Analisis Multinomial Logit. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 12, No. 1 Anggraini, Yuli R. (2011). Analisis Prediksi Kebangkrutan Perbankan Berdasarkan Model Altman Z-Score pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Skripsi Univ. Jember Antonio, M. S., 2001. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik.Gema Insani Press: Jakarta. Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Hanafi, Mamduh M, dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Kartika, Shafrina P. 2015. Potensi Kebangkrutan pada Sektor Perbankan Syariah untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Karim, Adiwarman, 2008. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi 3. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
19
Kasmir, 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi 6. PT. Raja Grafindo Perkasa: Jakarta Mawardi, Wisnu, 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Asset Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14, No. 1, Hal: 83-93. Meythi, 2005. Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. XI, No.2, September, 2005 Muhamad, 2005. Manajemen Bank Syariah. UUP AMPY KPN: Yogyakarta Nugraheni, Restuti (2012). Pengaruh Likuiditas, Financial Leverage, dan Profitabilitas terhadap Financial Distress. Skripsi Univ. Negeri Yogyakarta Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta: BPFE Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia. Sudarini, Sinta. 2005. “Penggunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Laba Masa Yang Akan Datang”, Jurnal Akuntansi dan Manajemen, vol XVI No 3 Desember 2005, 195-207 Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Stiawan, Adi, 2009. Analisis Pengaruh Faktor Makroekonomi, Pangsa Pasar dan Karakteristik Bank terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Tesis Program Studi Manajemen UNDIP Widarjo, Wahyu dan Setyawan, Doddy. 2009. “Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Kondisi Finansial Distress Perusahaan Otomotif”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 11, No. 2