ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN PADA SENTRA PRODUKSI TANAMAN PANGAN (PADI, JAGUNG DAN KEDELAI) KECAMATAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE
PUBLIKASI JURNAL
OLEH : HERLIN G2 F1 013 004
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN PADA SENTRA PRODUKSI TANAMAN PANGAN (PADI, JAGUNG DAN KEDELAI) KECAMATAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE
KARYA ILMIAH Oleh: HERLIN G2 F1 013 004
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Ir. H. Sahta Ginting, M.Agr.Sc., Ph.D.
Prof. Dr. Ir. La Ode Safuan, M.P.
Mengetahui : Ketua Program Studi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Program Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo
Dr. H. Hasbullah Syaf, S.P., M.Si NIP. 19721201 199903 1 001
1 ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA LAHAN PADA SENTRA PRODUKSI TANAMAN PANGAN (PADI, JAGUNG DAN KEDELAI) KECAMATAN WAWOTOBI KABUPATEN KONAWE Analysis of Land Resource Potentials in Food Production Centre of Rice, Corn, and Soybeans in District of Wawotobi Konawe Regency" Herlin1, Sahta Ginting 2, La Ode Safuan2. 1. Mahasiswa Pascasarjana Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Halu Oleo 2. Dosen Program Pascasarjana Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Halu Oleo, Kampus Abdullah Silondae, Jl. Mayjend S. Parman Kel. Kemaraya Kendari, 93121
ABSTRAK Tesis ini bertujuan untuk (1) Menganalisis potensi sumber daya lahan di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe dan (2) Memberikan arahan pengembangan tanaman pangan (Padi, Jagung dan Kedelai) di Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. Dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap potensi sumberdaya lahan yang ada dengan menggunakan metode digitasi citra serta overlay yang kemudian dikolaborasikan dengan data primer hasil survey lapangan dan data sekunder dari berbagai literatur yang ada. Selanjutnya dilakukan skoring untuk menetapkan kawasan yang layak untuk dibudidayakan ataupun tidak dibudidayakan kaitannya dengan pertanian tanaman serta arahan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan. Penetapan kawasan ini menggunakan tiga indikator yaitu kemiringan lereng, curah hujan dan jenis tanah. Penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah Kecamatan Wawotobi memiliki potensi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan yang dilihat dari hasil skoring analisis penetapan kawasan terbagi tiga kategori diantaranya adalah Kawasan Lindung seluas 17,25 ha (0,19%), Kawasan Penyangga seluas 513,49 ha (5,63), serta yang terakhir adalah Kawasan Kawasan Budidaya (Tanaman Semusim/ Tahunan dan Kawasan Permukiman) seluas 8586,26 ha (94,18%) dengan arahan pengembangan untuk tanaman padi seluas 3642 ha (82.67%), tanaman jagung seluas 688 ha (15.61%) dan kedelai seluas 75 ha (1.7%). Kata Kunci : Potensi, Sumberdaya Lahan, Tanaman Pangan.
ABSTRACT This study aimed to (1) Analyze the potentials of land resource in the District of Wawotobi in Konawe; (2) Providing the orientation of foods development (rice, corn and soybean) in the district of Wawotobi in Konawe. The study began by firstly identifyng the potentials of land resources by using digitation method and overlay via image maps, which was then collaborated with primary date gathered from a field survey and secondary data from a variety of existing literatur. Next a scoring was done to determine wheather the area was feasible or not for cultivating agricultural foods, as well as the orientation of agricultural areas. The area was determined using three indicators, namely slope, rainfall and soil type. The study was showed that district of Wawotobi is potential for development of foods agriculture, as indicated from the scoring result analysis. The area is devided into three categories, including conservation areas 17.25 ha (0.19%), supporting areas 513.49 ha ( 5.63%), and cultivable
2 areas (seasonal/annual plants) and residental areas 8586.26 ha (94.18%) with the direction of development of rice plant are 3642 ha (82.67%), corn plant 688 ha (15.61%) and soybean as 75 ha (1.7%). Keywords: Potential, Land Resources, Food Crops. 1.
PENDAHULUAN
Kondisi lahan dan air di Indonesia memiliki potensi serta peluang yang sangat besar untuk pengembangan pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura ataupun tanaman perkebunan. Pengembangan berbagai komoditas pertanian pada lahan yang tersedia merupakan pilihan strategis dalam rangka meningkatkan produksi dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Potensi daratan seluruh Indonesia adalah 188.2 juta ha, yang dimana dapat dibedakan menjadi dua yaitu daratan basah atau lahan basah dan daratan kering atau lahan kering (Puslitnak, 2000 dalam Sukarman dan Nata Suharta (2010). Selanjutnya, menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia tahun 2014 menyebutkan bahwa luas lahan yang digunakan untuk usaha pertanian pada tahun 2013yaitu mencapai 25.261.879 ha sedangkan lahan yang tidak diusahakan mencapai 14.213.815 ha. Penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk perkebunan/tegal 11.876.881 ha, dan ladang seluas 5.272.895. Kabupaten Konawe berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014-2034 ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Provinsi yaitu Pusat Kawasan Pertanian Wawotobi yang berada di Kecamatan Wawotobi. Hal tersebut juga terintegrasi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Konawe tahun 2014-2034 menyebutkan bahwa wilayah Kecamatan Wawotobi termasuk dalam wilayah yang diarahkan sebagai kawasan peruntukan untuk tanaman pangan dan perkebunan. Wilayah Kecamatan Wawotobi, Kabupaten secara umum merupakan wilayah daratan dengan luas 6765 ha yang secara faktual berdasarkan data BPS Kecamatan Wawotobi dalam angka tahun 2016 menyebutkan bahwa seluas 2180.65 ha merupakan lahan pertanian sawah, seluas 2269.79 ha lahan pertanian non sawah, seluas 793 ha bangunan dan sisanya
merupakan penggunaan lahan lainnya. Adanya lahan serta didukung dengan kebijakan terkait arahan pengembangan wilayah pertanian utamanya tanaman pangan diharapkan menjadi pendorong tercapainya kesejahteraan serta mampu menopang kestabilan pangan baik lingkup lokal maupun nasional. Faktanya menjelaskan bahwa tujuan yang seperti dimaksudkan tersebut dinilai belum berjalan serta tercapai secara maksimal.Hal tersebut di buktikan dengan adanya permasalahan yang dihadapi diantaranya terdapatnya lahan yang tidak termanfaatkan dan terolah walaupun memiliki potensi dalam hal ini berada dekat dengan sumber air (irigasi). Selain itu, kenyataan yang terjadi adalah pemanfaatan lahan untuk pertanian sawah ataupun non sawah yang besar idealnya berbanding lurus dengan produktivitas hasil pertanian namun hal tersebut tidak berjalan secara maksimal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa hasil panenuntuk jenis tanaman padi sawah, jagung ataupun kedelai dari tahun 2009 sampai 2015 mengalami kondisi yang fluktuatif. Dengan demikian diperlukannya adanya arahan serta perencanaan yang baik dalam rangka tercapainya kesejahteraan melalui pengembangan wilayah pertanian tanaman pangan dengan memaksimalkan potensi sumberdaya lahan yang ada pada kawasan Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe. 2.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada wilayah Kecamatan Wawotobi Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari - Maret 2016.
3
Sumber : Citra Satelite Kec. Wawotobi 2016 Gambar 1. Deliniasi Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis guna menjawab rumusan masalah diantaranya adalah :
dalam obyek view. Salah satu cara overlay yang digunakan adalah Union melalui aplikasi pemetaan Arc GIS 12. Union akan menghasilkan theme yang baru dengan mengkombinasikan dua atau lebih theme sehingga dihasilkan gabungan dari kedua atau lebih theme tersebut beserta dengan atribut datanya (Sholahuddin, 2015). Hal yang dianalisis menggunakan metode overlay ini adalah : 1) Analisis Penetapan Kawasan (Lahan Budidaya dan Lindung). 2) Analisis Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Identifikasi Potensi Sumberdaya Lahan
A. Identifikasi Potensi Sumberdaya Lahan Dalam penelitian ini yang terlebih dahulu dilakukan adalah melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap potensi apa saja yang terdapat pada wilayah penelitian yang dalam hal ini wilayah sentra produksi tanaman pangan berupa padi, jagung serta kedelai B. Skoring dan Pembobotan Teknik analisis ini dipergunakan untuk mengetahui kelayakan komoditas pertanian tanaman padi, jagung dan Kedelai di Kecamatan Wawotobi. Dalam analisis ini dilihat dari tiga faktor yaitu kelerengan tanah, jenis tanah dan intensitas curah hujan rata-rata. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah penjumlahan nilai Skoring. Menurut SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982 kelayakan lahan dapat ditentukan dengan melakukan penilaian terhadap aspek fisik tanah dan kondisi kelerengan lapangan serta jumlah curah hujan yang ada di daerah dan menghasilkan suatu zona kelayakan lahan yang dapat dibudidayakan dan tidak dapat dibudidayakan (area lindung). C. Analisis Arahan Pengembangan Kawasan Teknik analisis overlay peta adalah teknik analisis spasial dengan cara membuat data spasial yang baru berdasarkan existing theme di
a. Penggunaan Lahan Kondisi penggunaan lahan pada wilayah Kecamatan Wawitobi berdasarkan hasil analisis citra udara menggunakan aplikasi pemetaan GIS (Geografic Information System) yang kemudian dikolaborasikan dengan hasil suevey lapangan terdiri dari permukiman, kebun jagung, sawit, sawah, kebun campuran, rawa dan tambak. Penggunaan lahan di wilayah ini didominasi oleh kebun campuran yang didalamnya berupa lahan belum termanfaatkan(62,50%), dan kemudian sawah (20,06%) serta sawit (8,17%) dan untuk penggunan lainnya berupa rawa, tambak dan kebun jagung.
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Wawotobi tahun 2016
4 b. Jenis Tanah
d. Kemiringan Lereng
Jenis tanah yang berada pada wilayah Kecamatan Wawotobi terdiri atas jenis tanah alluvial, kambisol, organosol dan podsolik. Jenis tanah alluvial denganluas 7092 ha atau dengan persentase 77.79% mendominasi wilayah Kecamatan Wawotobi. Jenis tanah yang lain adalah kambisol seluas 631 ha (6.92%), organosol seluas 540 ha (5.92%), dan podsolik seluas 855 ha (9.38%).
Secara topografi wilayah dapat dilihat dari peta kemiringan lereng berdasarkan hasil olah peta SRTM Pulau Sulawesi diketahui bahwa terdapat kemiringan wilayah yang bervariasi yang dimana didominasi dengan kategori kemiringan lereng yang datar (0-8%) seluas 5696 ha, kemiringan lereng landai (8-15%) seluas 2658 ha, kemiringan lereng agak curam (15-25%) seluas 393 ha, kemiringan lereng curam (25-45%) seluas 278 ha serta kemiringan lereng sangat curam (>45%) seluas 1 ha.
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Gambar 3. Peta Jenis Tanah Kecamatan Wawotobi c. Curah Hujan Curah hujan di Kabupaten Konawe tahun 2011 mencapai 1.386,20 MM dalam 113 Hari Hujan (HH) atau lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2010 yang mencapai 3.648,50 MM dalam 292 Hari Hujan (HH). Pola curah hujan tahunan Kecamatan Wawotobi berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2011berkisar antara 1.500 - 1.900 mm.
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Gambar 4.Peta Sebaran Curah Hujan Kecamatan Wawotobi
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Wawotobi f. Ketersediaan Sumber air Sungai Lasolo merupakan salah satu sungai besar yang memberikan suplai air untuk pengairan tanaman pertanian pada wilayah Kecamatan Wawotobi yang disuplai menggunakan jaringan-jaringan irigasi hingga sampai ke wilayah-wilayah pertanian. Jaringan irigasi yang ada pada umumnya mengikuti jalur jalan pertanian dan berada di sisi kiri ataupun kanan jalan. Keluar masuknya air pada wilayah pertanian masyarakat untuk kemudian diatur menggunakan pintu air yang dioperasikan manual oleh para petani. Kondisi eksisting wilayah juga menggambarkan secara umum kawasan pertanian tanaman pangan pada wilayah ini telah diakses oleh aliran air yang ditandai dengan tersedianya saluran irigasi walaupun masih ada diberapa titik yang saluran irigasi sekundernya tidak berfungsi dikarenakan oleh lahan yang sudah tidak diusahakan dan tidak produktif lagi.
5 3.2 Analisis Penetapan Kawasan Teknik analisis ini dipergunakan untuk mengetahui kelayakan komoditas pertanian tanaman padi, jagung dan Kedelai di Kecamatan Wawotobi. Dalam analisis ini dilihat dari tiga faktor yaitu kelerengan tanah, jenis tanah dan intensitas curah hujan rata-rata. Metode yang digunakan dalam analisis ini metode skoring. Skoring merupakan alat analisis kuantitatif yaitu analisis yang menggunakan angka atau nilai dalam menentukan pilihan suatu arahan (Solehuddin muhammad, 2015) menurut SK Mentan No.837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1982. Pembobotan dilakukan berdasarkan standar yang telah ada untuk kemudian diolah menggunakan aplikasi pemetaan SIG. Tabel 1. Analisis Penetapan Kawasan di Kecamatan Wawotobi No
Fungsi Kawasan
1 2 3
Kawasan Lindung Kawasan Penyangga Kawasan Budidaya (Tanaman Semusim/ Tahunan) dan Kawasan Permukiman Jumlah
Luas (ha) 17,25 513,49 8586,26
Persen tase (%) 0,19 5,63 94,18
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Gambar 6. Peta Penetapan Kawasan Kecamatan Wawotobi 3.3 Arahan Pengembangan Kawasan Berdasarkan identifikasi potensi dan hasil overlay analisis penetapan kawasan dan peta penggunaan lahan eksisting Kecamatan Wawotobi sehingga diarahkan beberapa wilayah untuk menjadi pengembangan sentra produksi pertanian pangan baik itu padi, jagung dan kedelai. Tabel 2. Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan No
9117
Jenis Kom oditi
Luas Wilayah Arahan Pengembangan (ha)
100
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Berdasarkan hasil analisis ini maka disebutkan bahwa wilayah Kecamatan Wawotobi berdasarkan kriteria yang telah ada terbagi atas 3 kawasan yang dimana pada daerah ini didominasi oleh kawasan budidaya (tanaman semusim dan tahunan) ataupun kawasan permukiman seluas 8579,58 ha atau sebesar 94,18% dari total wilayah Kecamatan Wawotobi, Selanjutnya kawasan penyangga seluas 513,49 ha atau sebesar 5,63% dari total luas wilayah Kecamatan Wawotobi dan kawasan lindung seluas 17,25 ha atau sebesar 0,19% dari luas total wilayah Kecamatan Wawotobi.
1
Padi
3642
2
Jagu ng
688
3
Kede lai
75
Lokasi
Desa Kukuluri, Anggotoa, Analahambuti, Korumba, Nario Indah, Karandu, Hopa-Hopa, Nohu-Nohu, Ranoeya, Kasupute, Peralahi, Inolebu, Inalahi, Kelurahan Wawotobi, Bose-Bose, puusinauwi, Lalosabila, Kulahi, dan Kasumewuho. Desa Hopa-Hopa, Korumba, Nario Indah, Karandu, Ranoeya, Nohu-Nohu, Puusinauwi, BoseBose, dan Lalosabila Kelurahan Wawotobi, Desa Kasupute, Inalahi, dan Lalosabila
Sumber : Hasil Analisis 2016 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dijelaskan bahwa arahan pengembangan tanaman pertanian pada kawasan ini dibagi
6 menjadi tiga yaitu pengembanan tanaman padi sawah, tanaman jagung dan kedelai. Nampak dilihat bahwa jenis tanaman pertanian yang mendominasi ialah untuk jenis pertanian padi sawah yang diarahkan mengalami pengembangan seluas 3642 ha yang tersebar di seluruh Kelurahan/Desa di Kecamatan Wawotobi diantaranya adalah Desa Kukuluri, Anggotoa, Analahambuti, Korumba, Nario Indah, Karandu, Hopa-Hopa, Nohu-Nohu, Ranoeya, Kasupute, Peralahi, Inolebu, Inalahi, Kelurahan Wawotobi, Bose-Bose, pusinauwi, Lalosabila, Kulahi, dan Kasumewuho. Kondisi geografis merupakan salah satu unsur pendorong utama yang dimana pada wilayah areal pengembangan tuntuk pertanian padi sawah berdasarkan analisis penetapan kawasan berada pada kawasan yang tepat yaitu kawasan pengembangan pertanian baik itu pertanian musiman ataupun tahunan. hal lain yaitu ditunjang pula dengan ketersediaan sumber air serta fasilitas penunjang berupa saluran irigasi sehingga memungkinkan untuk pengembangan kedepan yang lebih baik dalam rangka mencapai stabilitas pangan terkhusus di Kabupaten Konawe yang merupakan lumbung padi di Sulawesi Tenggara. Selanjutnya adalah arahan pengembangan untuk pertanian tanaman jagung yang sebelumnya telah ada dibeberapa wilayah di Kecamata Wawotobi yang kemudian dikembangkan seluas 688 ha dibeberapa titik yaitu di wilayah Desa/Kelurahan Desa HopaHopa, Korumba, Nario Indah, Karandu, Ranoeya, Nohu-Nohu, Puusinauwi, Bose-Bose, dan Lalosabila. Sama halnya dengan areal pengembangan tanaman padi sawah, pengembangan tanaman jagung juga berada pada wilayah kawasan pengembangan pertanian baik itu pertanian musiman ataupun tahunn yang artinya berdasarkan hasil analisis tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan pada wilayah tersebut. Secara faktual tanaman jagung sering ditanam juga pada areal wilayah persawahan yang telah habis panen sebagai tanaman transisi setelah panen. Arahan pengembangan pertanian tanaman pangan untuk tanaman pertanian kedelai diarahkan pada beberapa wilayah di Kecamatan Wawotobi ialah di Kelurahan/Desa Wawotobi, Desa Kasupute, Inalahi, dan Lalosabila seluas
75 ha. pengembangan tanaman kedelai tidak begitu besar seperti tanaman jagung dan padi sawah mengingat bahwa kondisi eksisting yang tidak ditemukannya lahan pertanian kedelai kecuali sawah dan jagung.
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Gambar 7. Peta Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Wilayah Kecamatan Wawotobi memiliki Potensi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai. Wilayah Kecamatan Wawotobi dibagi menjadi tiga kategori diantaranya adalah Kawasan Lindung seluas 17,25 ha (0,19% dari total luas wilayah Kecamatan Wawotobi), Kawasan Penyangga seluas 513,49 ha (5,63 % dari total luas wilayah Kecamatan Wawotobi), serta yang terakhir adalah Kawasan Kawasan Budidaya (Tanaman Semusim/ Tahunan dan Kawasan Permukiman)seluas 8586,26 ha (94,18% dari total luas wilayah Kecamatan Wawotobi). Berdasarkan identifikasi potensi dan hasil overlay analisis penetapan kawasan dan peta penggunaan lahan eksisting Kecamatan Wawotobi diarahkan beberapa wilayah untuk menjadi pengembangan komoditas pertanian tanaman pangan yaitu: 1) Pengembangan kawasan tanaman pertanian padi sawah seluas 3642 ha
7 yang tersebar di seluruh Kelurahan/Desa di Kecamatan Wawotobi diantaranya adalah Desa Kukuluri, Anggotoa, Analahambuti, Korumba, Nario Indah, Karandu, HopaHopa, Nohu-Nohu, Ranoeya, Kasupute, Peralahi, Inolebu, Inalahi, Kelurahan Wawotobi, Bose-Bose, puusinauwi, Lalosabila, Kulahi, dan Kasumewuho. 2) Arahan pengembangan untuk pertanian tanaman jagung yang sebelumnya telah ada dibeberapa wilayah di Kecamata Wawotobi yang kemudian dikembangkan seluas 688 ha dibeberapa titik yaitu di wilayah Desa/Kelurahan Desa Hopa-Hopa, Korumba, Nario Indah, Karandu, Ranoeya, Nohu-Nohu, Puusinauwi, Bose-Bose, dan Lalosabila. 3) Arahan pengembangan pertanian tanaman pangan untuk tanaman pertanian kedelai diarahkan pada beberapa wilayah di Kecamatan Wawotobi ialah di KelurahanWawotobi, Desa Kasupute, Inalahi, dan Lalosabila seluas 75 ha. Saran
Perlu adanya upaya pengendalian serta pengawasan penataan ruang yang baik pada wilayah sehingga potensi yang ada dapat terjaga kelestariannya. Perlunya dukungan dari pemerintah dalam rangka memajukan pertanian tanaman pangan yang ada di Kecamatan Wawotobi baik itu dalam bentuk dukungan modal, infrastruktur fisik, bibit tanaman, pelatihan dan sebagainya. Adanya regulasi yang tegas terkait pihakpihak yang melakukan pelamggaran penataan ruang dalam hal ini kaitannya dengan peningkatan potensi sumberdaya lahan pada kawasan sentra produksi tanaman pangan di Kecamatan Wawotobi. Diperlukan adanya kerjasama dari berbagai stakeholder baik itu pemerintah, masyarakat ataupun pihak swasta dalam rangka menjaga potensi serta memanfaatkan potensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Setiady P., Usman H.1995. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PenerbitPT. Bumi Aksara Amien, L.I. 1995. Pendekatan Agroekologi Dalam Tata Ruang Wilayah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Dalam Prosiding Kongres Nasional VI HITI. Penataan Tanah Sebagai Perangkat Penataan Ruang Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta. 12-15 Desember 1995. Arsyad S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2016. Kabupaten Konawe Dalam Angka Tahun 2016. Unaaha: Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe. 2016. Statistik Kecamatan Wawotobi Tahun 2016. Unaaha: Badan Pusat Statistik Baja S, Chapman DM, Dragovich, D. 2002. Using GIS Based Continuous Method for Assessing Agricultural Land Use Potential in Sloping Area. Environment and Planning B: Planning and Design 29: 3-20. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. 1999. Panduan Metodologi Analisis Zone Agro Ekologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat & Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitlaan dan Pengembangan Pertanian.Analisis Zone Agro Ekologi. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat & Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitlaan dan Pengembangan Pertanian. Bratakusumah, D. S, dan Solihin, D. 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Busyra, B. S. dan Salwati. 2008. Zona Agroekologi Sebagai Acuan Perencanaan Pembangunan Pertanian Di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jambi. Jurnal Agronomi 9(2): 117-121. Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.
8 Dewbery, S.O.1996. Introduction In Land Development Handbook. Planning, Engginering, and Surveyin. (Dewberry. O.S 1996,., ed). Newyork.Mc Graw-Hill. Driesen, P.M. & Konjin, N.T. 1992. Land Use System Analysis The Netherland. Wagenin Agricultural University. 230 p. Clarke, G.R (1950). Productivity ratings.Trans.4th Inf.Congres Soil Sci 1: 345-348. Dror, Yehezkel. (1976). Strategies for Administrative Reforms. In Ann F. Leemans. The Management of Change in Government. (The Hague:Martinus Nuhoff). FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation . FAO Soil Bulletin, 32 Rome. FAO.79p. Gardner, P. Franklin., R. B Pearce dan R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo dan Subiyanto. Universitas Indonesia (UI – Press). Handoko, T. Hani. 1984. Dasar – dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta. Jamulya dan Sunarto. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan-Evaluasi Kemampuan Lahan. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah mada. Kiniry, J. R., C. A. Jones, J. C. O’Toole, R. Blanchet, and D. A. Spanel. 1989Radiation-Use Efficiency in Biomass Accumulation Prior to Grain Filling for Five Grain-Crop Species. Field Crop Res. 20:51-64. Kunarjo. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan. Jakarta: UI Press. Las, I., A.K. Makarim., A. Hidayat., A. S. Karama., I. Mawan. 1991. Peta Agroekologi Utama Tanaman Pangan di Indonesia. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Leuschner, W.A. 1984. Introduction to Forest Resource Management. John Wiley &Sons, Inc. New York. Linden, Wim van der and Ronald K. Hambleton (ed). Handbook of Modern Item response theory. New York: Springer-Verlag, 1997
Margules Chris R. and Pressey Robert L. 2000. Systematic Conservation Planning, Nature, 405: 243-253. Mawardi, Edy. 2011. Kajian Potensi Sumberdaya Lahan dan Realisasi Pengembangan Usaha Tani Jagung di Sumatera Barat. Laporan Hasil Penelitian BPTP Sumbar : 56 – 71 Moekijat, 2000. Kamus Manajemen. Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju. Nasution, S. 1989. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Pokja Sanitasi Kabupaten Konawe.2014. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Konawe. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman. Prajudi, Atmosudirjo. 1989. Dasar-Dasar Administrasi Manajemen dan Manajemen Kantor. Jakarta: Gunung Agung. Prapto, Suharsono. 1985. Identifikasi Bentuk Lahan dan Interpretasi Citra Untuk Geomorfologi.(Bahan Ajar). Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Rossiter DG. 1994. Lectue Notes : “Land Evaluation”. Cornell University, College of Agriculture & Life Sciences, Departement of Soil, Crop, & Atmospheric Sciences Ruky, Achmad S, 2001, Manajemen Penggajian dan Pengupahan Untuk Karyawan Perusahaan ,Edisi Pertama, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta Santun, Sitorus, R.P.1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung:Tarsito Saraswati, D. P. 1998. Penggunaan ZonaAgroekologi Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Pertanian Daerah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Karangploso. Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung : Pustaka Buana. Solahuddin, Muhammad. 2015. SIG Untuk Memetakan Daerah Banjir dengan Metode Skoring dan Pembobotan.(Studi Kasus Kabupaten Jepara). Fasilkom: Udinus. Sugiono.2001.Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
9 Sugiono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung : Alfabeta. Suharto, Edi (1997).Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran, Bandung : LembagaStudi Pembangunan-STKS Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi, Yogyakarta. Susetyo, Y. A., M. A. Ineke Pakereng, Sri Yulianto J. Prasetyo 2008. Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial. Universitas Kristen Satya Wacana. Semarang Titmuss, 1974.Social Policy. Jakarta: Handal NiagaPustaka Tzschpuke, W. 1998. Forest Sustainability - A contribution to conserving the basis of our existence. In : Plant Research and Development Focus : Forest Management and Sustainability. Institute for Scientific Co-operation Tubingen. 47/48 : 13-28. Wahyunto dan Sutrisno, N. 2012. Potensi Sumberdaya Lahan Pertanian untuk Mendukung Kemandirian Pangan di Provinsi Kalimantan Barat. Laporan Hasil Penelitian BPTP Sumbar : 367– 384. Yudohusodo, Siswono. 2006. Kebijakan, Pendidikan dan Hasil Penelitian Pertanian, Seminar Nasional dengan Paradigma Baru Pembangunan Pertanian dan Masa Depan Bangsa. Lustrum XII Fakultas Pertanian UGM, 16 September 2006. Yogyakarta. Yuniarto, T dan Woro, S. 1991. Evaluasi Sumberdaya Lahan-Kesesuian Lahan. Yogyakarta : Fakiltas Geografi Universitas Gadjah Mada.