ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA (Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor)
SKRIPSI KHUSNA RONY AGUSTINA
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN KHUSNA RONY AGUSTINA. D34102045. Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis, dan Susu Cair Konsumen Rumah Tangga. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Ahyar Ismail M Agr Pembimbing Anggota : Ir. Juniar Atmakusuma MS Susu merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang sangat penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi. Hal itu menyebabkan susu banyak dipilih oleh rumah tangga guna memenuhi kebutuhan gizi bagi keluarga. Termasuk pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Warga Perumahan Taman Pagelaran mempunyai karakteristik yang beragam. Keragaman tersebut akan menyebabkan perbedaan tiap rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi keluarganya. Hal tersebut juga akan menyebabkan terjadinya perbedaan permintaan susu, sehingga akan menyebabkan perbedaan pola konsumsi susu pada tiap rumah tangga tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mempelajari pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, dan 2) mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2006 di Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor. Populasi penelitian adalah rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yang mengkonsumsi susu. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan dua langkah, yaitu pertama menentukan lokasi penelitian dilakukan secara multistage purposive sampling. Kedua yaitu penentuan sampel yang dilakukan secara purposive. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Hasil penelitian mendapatkan bahwa pola konsumsi susu pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi dalam rumah tangga tersebut, yaitu pola konsumsi susu bubuk, pola konsumsi susu kental manis, dan pola konsumsi susu cair. Pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dilihat berdasarkan merek yang dikonsumsi, alasan memilih merek tersebut, frekuensi pembelian per bulan, tempat pembelian dan kandungan gizi yang diperhatikan. Berdasarkan merek yang dikonsumsi, merek-merek susu seperti Dancow, Bendera dan Ultra menjadi pilihan banyak rumah tangga. Faktor kebiasaan menjadi alasan yang paling sering digunakan dalam memilih merek-merek tersebut. Adanya rumah tangga yang tidak memperhatikan kandungan gizi pada susu yang akan mereka konsumsi dikarenakan mereka mengkonsumsi susu berdasarkan kebiasaan dan sekedar mengetahui bahwa susu baik untuk kesehatan. Berdasarkan analisis linier berganda, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu
bubuk yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan, jumlah balita dalam keluarga, dan dummy tingkat pengetahuan gizi, dengan R2 sebesar 0,527 atau 52,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu kental manis yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga, dengan R2 sebesar 0,502 atau 50,2%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu cair yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga, dengan R2 sebesar 0,508 atau 50,8%. Kata kunci : Pola konsumsi, Susu bubuk, Susu kental manis, Susu cair, Analisis linier berganda.
ABSTRACT The Consumption Pattern Analysis of Milk Powder, Viscous Milk and Milk Liquid On Household Comsumption (Survey at Taman Pagelaran Real Estate Ciomas District, Bogor) Agustina, K. R., Ismail, A., Atmakusuma, J. The purpose of this research were to explore households’ consumption pattern that took place in Taman Pagelaran resident and the factors which influence this pattern. This research was carried out on July 2006, the location is dedicated by multi stage purposive sampling and 60 households were taken by purposive way as the samples. The households’ consumption pattern were consist of the milk brand, buying motivation, consumed frequency, buying place an nutrition facts. This consumption pattern was grouped by the kinds of milk whish consumed, that were : powder, viscous and liquid. Derived from binary linier analysis, it showed that the factors which influenced the amount of powder milk consumption were the price, household of income, food consumption expenditure, the number of babies in the family, and the dummy of nutrient knowledge level, for 0,527 or 52,7% as R2. The factors which influenced the amount of viscous milk consumption were the price, household income, the number of family member and the number of babies in the family, for 0,502 or 50,2% as R2. The factors which influenced the amount of liquid milk consumption were the price, household income, the number of family member and the number of babies in the family, for 0,508 or 50,8% as R2. Key word : consumption pattern, households’ consumption, binary linier analysis
ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA (Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor)
KHUSNA RONY AGUSTINA D34102045
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA (Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor)
Oleh : KHUSNA RONY AGUSTINA D34102045
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 19 Januari 2007
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Ahyar Ismail M.Agr NIP. 131 878 942
Ir. Juniar Atmakusuma MS NIP. 130 804 891
Dekan Fakultas Peternakan
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Pati pada tangga 1 Agustus 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kusnan Agung Sumitro dan Ibu Ani Rahayu. Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 01 Gunungwungkal, Pati. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 01 Tayu, Pati. Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 01 Pati, dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan di Insitut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan, diantaranya sebagai Ketua SEIP Project tahun 2003 dan Ketua Stering Commite Acara SEIP Project 2004, panitia Lomba Cepat Tepat Fakultas Peternakan IPB tingkat SMU se-Jabodetabek tahun 2004 yang diadakan HIMASEIP, ketua panitia SEIP CUP Futsal Competition dan aktif sebagai pengurus HIMASEIP 2004-2005. Selain itu penulis juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tae Kwon Do pada tahun 2002-2003 dan dalam Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP).
KATA PENGANTAR Bismillahir-rahmanir-rahimi Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kapada pemimpin para nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW. Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Bubuk Konsumen Rumah Tangga (Survey pada Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Stusi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian adalah mempelajari pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu bubuk konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, dan mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang lebih lanjut dan juga dapat digunakan sebagai pertimbangan produsen dalam memasarkan produk susunya. Akhirr kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin yaa robbal ‘aalamin.
Bogor, Januari 2007
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .............................................................................................
i
ABSTRACT ................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
x
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Tujuan ................................................................................................. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
1 2 2 3
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................................
3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
5
Susu ..................................................................................................... Pola Konsumsi .................................................................................... Konsumen Rumah Tangga .................................................................. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi ..........................
5 8 9 10
METODE PENELITIAN ..........................................................................
13
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. Populasi dan Sampel ........................................................................... Desain Penelitian ................................................................................ Data dan Instrumentasi ....................................................................... Analisis Data ....................................................................................... Analisis Deskriptif .................................................................. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................... Definisi Istilah .....................................................................................
13 13 14 14 14 14 14 19
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .........................................
21
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
22
Karakteristik Responden ..................................................................... Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental dan Susu Cair ................... Pola Konsumsi Susu Bubuk .................................................... Pola Konsumsi Susu Kental .................................................... Pola Konsumsi Susu Cair .......................................................
22 28 30 34 37
Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Bubuk dan Susu Cair ...... Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk .... Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental Manis ........................................................................................ Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair ........ Hubungan Variabel-variabel Independen Terhadap Jumlah Konsumsi Susu ....................................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental, dan Susu Cair ................................................................. Harga Susu .............................................................................. Jumlah Pendapatan Keluarga ................................................... Pengeluaran Untuk Konsumsi Bahan Makanan ..................... Jumlah Anggota Keluarga ........................................................ Jumlah Balita Dalam Keluarga ............................................... Tingkat Pendidikan ................................................................. Tingkat Pengetahuan Gizi .......................................................
40 41
KESIMPULAN ...........................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
66
LAMPIRAN ................................................................................................
68
45 50 56 57 57 58 59 60 61 61 62
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Komposisi Susu Berbagai Jenis Mamalia .....................................
6
2. Kandungan Mineral Pada Susu dalam Bentuk Cair dan Abu ......
8
3. Persebaran Responden Berdasarkan RT dan RW ........................
14
4. Sebaran Jenis Kelamin Penentu Pola Konsumsi ..........................
22
5. Sebaran Umur Penentu Pola Konsumsi .......................................
23
6. Sebaran Status Penentu Pola Konsumsi dalam Rumah Tangga ...
23
7. Sebaran Tingkat Pendidikan Penentu Pola Konsumsi .................
24
8. Sebaran Tingkat Pengetahuan Gizi Penentu Pola Konsumsi .......
25
9. Sebaran Jumlah Anggota Keluarga ..............................................
25
10. Sebaran Jumlah Balita dalam Keluarga .......................................
26
11. Sebaran Jumlah Pendapatan Keluarga .........................................
27
12. Sebaran Jumlah Pengeluaran Untuk Konsumsi Bahan Makanan ......................................................................................
28
13. Perebaran Rumah Tangga Berdasarkan Konsumsi Susunya ........
29
14. Sebaran Jenis Susu yang Dikonsumsi Rumah Tangga .................
30
15. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Bubuk yang Paling Sering Dikonsumsi ..................................................
31
16. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Bubuk yang Sering Dikonsumsi ..........................................
32
17. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Bubuk dalam Sebulan ..................................................................
32
18. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Bubuk yang Dikonsumsi ...................................
33
19. Sebaran Rumah tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan ......................................................................
34
20. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Kental yang Paling Sering Dikonsumsi ...................................................
34
21. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Kental yang Dikonsumsi .....................................................
35
22. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Kental dalam Sebulan ...................................................................
36
23. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Kental yang Dikonsumsi ...................................
36
24. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan .....................................................................
37
25. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Cair yang Paling Sering Dikonsumsi ...................................................
38
26. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Cair yang Dikonsumsi .........................................................
38
27. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Cair dalam Sebulan ......................................................................
39
28. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Cair yang Dikonsumsi .......................................
40
29. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan ......................................................................
40
30. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk (Tahap I) .....
41
31. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk (Tahap II) ....
43
32. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental (Tahap I) .....
46
33. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental (Tahap II) ....
46
34. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu kental (Tahap III) ....
48
35. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap I) .........
51
36. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap II) ........
52
37. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap III) ......
54
38. Hasil Akhir Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu ............
56
39 Hubungan Variabel-variabel Independen Terhadap Jumlah Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental dan Susu Cair ....................
57
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran .........................................................
5
2. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Bubuk) ..........
44
3. Scatterplot untuk Uji Heteroskedastisitas (Susu Bubuk) ............
45
4. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Kental) ...........
49
5. Scatterplot untuk Uji Heteroskedastisitas (Susu Kental) ............
50
6. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Cair) ..............
55
7. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Cair) ...............
56
PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat cepat dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan yang bergizi, menyebabkan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi guna memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh meningkat. Salah satu cara untuk mencukupi kebutuhan gizi tersebut adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, karena protein sangat mempengaruhi kesehatan tubuh bagi manusia. Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi protein hewani dan protein nabati. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (2006), perkembangan konsumsi protein hewani nasional asal ternak mengalami peningkatan dari 4 gr/kapita/tahun pada tahun 2004 menjadi 4,01 gr/kapita/tahun pada tahun 2005 dengan nilai rasio sebesar 25%. Target yang ingin dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar 4,48
gr/kapita/tahun.
Ternyata
pencapaian
target
yang
didapat
sebesar
89,51 gr/kapita/tahun. Hal itu membuktikan bahwa jumlah masyarakat yang mengkonsumsi protein hewani semakin meningkat. Pangan asal ternak (hewani) merupakan sumber protein yang mengandung asam amino essensial yang tidak dapat disuplai dari bahan lain, sehingga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan dan peningkatan kecerdasan masyarakat. Bahan makanan yang diperoleh dari ternak diantaranya susu, daging dan telur. Susu merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang sangat penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi. Susu segar yang dihasilkan dari sapi perah memiliki kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral dalam komposisi seimbang, sehingga sangat baik bagi tubuh. Sifat susu yang mudah rusak oleh mikroorganisme atau senyawa pembusukan lain, menyebabkan perlunya pengolahan pada susu supaya lebih tahan lama serta aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang pengolahan hasil ternak, maka susu dapat diolah sedemikian rupa sehingga lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai gizi yang terkandung didalamnya. Produk susu olahan yang telah mengalami perkembangan teknologi antara lain: susu pasteurisasi, susu ultra high temperature (UHT), susu skim, susu bubuk, susu kental,
1
yoghurt, mentega dan es krim. Diantara sekian banyak produk susu olahan, yang telah banyak beredar di pasaran baik di toko besar maupun toko kecil adalah susu bubuk, susu kental, susu cair dan es krim yang memiliki variasi dalam rasa dan pengemasan. Perumusan Masalah Warga perumahan Taman Pagelaran memiliki karakteristik yang beragam. Keragaman tersebut tentunya akan menimbulkan perbedaan tiap rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan
konsumsi
makanannya,
salah
satunya
yaitu
dalam
mengkonsumsi susu. Pola mengkonsumsi susu dalam tiap rumah tangga akan dipengaruhi faktor-faktor yang ada dari dalam rumah tangga atau dari luar rumah tangga tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka menimbulkan beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana pola konsumsi susu bubuk, susu kental, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. 2. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Bagi produsen susu dalam hal perencanaan dan strategi pemasarannya. 2. Sebagai informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis sendiri dalam mengamati masalah berdasarkan fakta yang ada dan mencari jawaban dari permasalahan tersebut serta sebagai media dalam menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan.
2
KERANGKA PEMIKIRAN Kebutuhan makanan yang bergizi terutama protein pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dapat diperoleh dari sumber protein hewani dan sumber protein nabati. Salah satu sumber protein hewani yang mempunyai nilai gizi yang tinggi adalah susu. Keputusan rumah tangga dalam mengkonsumsi susu bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar rumah tangga tersebut (eksternal) atau faktorfaktor yang berasal dari dalam rumah tangga itu sendiri (internal). Faktor-faktor tersebut antara lain;
harga susu, tingkat pendapatan, jumlah pengeluaran untuk
bahan makanan, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, tingkat pendidikan, dan pengetahuan gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, akan digunakan sebagai pertimbangan bagi tiap-tiap rumah tangga dalam memilih jenis susu yang akan dikonsumsi. Berdasarkan hasil keputusan rumah tangga tersebut, akan diteliti bagaimana pola konsumsi rumah tangga terhadap jenis susu yang dikonsumsi (susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair) yang meliputi pilihan jenis susu yang dikonsumsi, merek produk susu yang dikonsumsi, alasan memilih merek yang biasa dikonsumsi, frekuensi pembelian susu dalam sebulan, tempat pembelian, atribut gizi yang paling sering diperhatikan, dan jumlah konsumsinya. Analisis regresi linier berganda merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di komplek perumahan Taman Pagelaran. Dengan alat ini kita dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh nyata dan yang tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi susu bubuk, susu kental, dan susu cair pada konsumen rumah tangga. Lebih jelasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Konsumen Rumah Tangga
Faktor Internal : - Tingkat pendapatan - Pengeluaran untuk bahan makanan - Jumlah anggota keluarga - Jumlah anak balita dalam keluarga - Tingkat pendidikan - Pengetahuan gizi
Faktor Eksternal : - Harga susu
Keputusan Rumah Tangga untuk Mengkonsumsi Susu (Bubuk, Kental atau Cair)
Pola Konsumsi Rumah Tangga dalam Mengkonsumsi Susu : - Jenis susu yang dikonsumsi - Merek susu yang dikonsumsi - Alasan memilih merek tersebut - Frekuensi pembelian per bulan - Tempat pembelian - Atribut gizi yang sering diperhatikan - Jumlah konsumsi
Gambar 1. Bagan Kerangka Penelitian Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental dan Susu Cair Pada Konsumen Rumah Tangga.
4
TINJAUAN PUSTAKA Susu Susu yang biasa dikonsumsi adalah air susu yang dihasilkan dari induk hewan tanpa penambahan apapun. Induk hewan penghasil susu biasanya hewan mamalia, terutama sapi. Selain itu susu juga bisa diperoleh dari induk hewan lainnya seperti kambing, kerbau, unta, kuda, domba dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan produksi susu adalah bangsa sapi atau rumpun sapi, lama bunting, masa laktasi, besarnya sapi, estrus, umur, selang beranak, masa kering, frekuensi pemerahan, serta makanan dan tata laksana. (Sudono, 1999). Susu merupakan makanan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan lengkap. Secara umum susu adalah hasil sekresi dari kelenjar susu (mamae) ternak mamalia betina yang sedang menyusui anaknya, namun dalam prakteknya susu merupakan hasil sekresi atau laktasi bebas kolostrum yang berasal dari ternak yang sehat (Edelstein, 1988). Kandungan komposisi nutrisi susu sapi jika dibanding dengan jenis susu mamalia lainnya seperti manusia, kambing, domba, kerbau, rusa, unta dan kuda dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Susu Berbagai Jenis Mamalia Komposisi Nutrisi (%) Spesies
Air
Lemak
Protein
Laktosa
Abu
Manusia
88,30
3,11
1,19
7,18
0,21
Sapi
87,25
3,80
3,50
4,80
0,65
Kerbau
76,89
12,46
6,03
3,74
0,89
Kambing
87,88
3,82
3,21
4,54
0,55
Domba
80,82
6,86
6,52
4,91
1,89
Rusa
67,20
17,09
9,89
2,82
1,49
Unta
87,61
5,38
2,98
3,26
0,70
Kuda
90,7
1,20
2,00
5,70
0,40
Sumber : Edelstein, 1988
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa air susu ibu mempunyai laktosa tertinggi yang kemudian diikuti kuda, domba dan sapi. Susu sapi yang umumnya dibuat menjadi susu olahan (susu cair, bubuk, kental manis dan
5
sebagainya) yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik (Edelstein, 1988). Komposisi susu rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah lemak 3,90%; protein 3,40%; laktosa 4,80%; abu (mineral) 0,72%. Komponen lainnya yang terdapat dalam susu adalah sitrat, enzim-enzim, fosfolipid dan vitamin. Produk susu terdiri dari susu homogen, susu skim, susu kental manis, susu kental tidak manis atau susu yang diuapkan, susu bubuk, yoghurt, keju, es krim dan mentega (Buckle et al., 1987). Susu Cair Susu pasteurisasi adalah susu segar, susu rekonstitusi atau rekombinasi yang telah mengalami proses pemanasan pada suhu 63-66º C (Low Temperature Long Time) selama 30 detik, atau pada pemanasan 72º C (High Temperature Sort Time) selama 15 detik, kemudian segera didinginkan sampai suhu 10º C, selanjutnya diperlakukan secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimum 4,4º C. Suatu proses pasteurisasi baru yang disebut Ultra High Temperature (UHT) yaitu susu dipanaskan sampai 125º C selama 15 detik atau 131º C selama lima detik. Susu yang dihasilkan boleh dikatakan steril dan bila dikemas secara aseptis dapat disimpan pada suhu kamar biasa selama beberapa bulan (Buckle et al., 1987). Blakely dan Bade (1991), menyatakan bahwa susu skim adalah susu segar yang dikurangi kadar lemaknya menjadi 8-9,25%. Pada susu skim juga dilakukan pasteurisasi. Susu skim mengandung air 90,5%, lemak 0,1%, protein 3,6%, karbohidrat 5,1% dan mineral 0,7%. Susu Bubuk Widodo (2003), menyatakan bahwa susu bubuk merupakan salah satu contoh pengolahan dan pengawetan susu dengan tujuan menurunkan kadar air susu dari 88% (susu segar) menjadi 3% (susu bubuk) dengan cara pengeringan semprot. Buckle et al., (1987), menjelaskan bahwa bila susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar pada panas rendah, maka akan diperoleh sisa abu putih yang berisi bahan-bahan mineral. Kandungan mineral dalam susu dan abu dapat dilihat pada Tabel 2.
6
Tabel 2. Kandungan Mineral Pada Susu dalam Bentuk Cair dan Abu Unsur Potassium
Cair (%) 0,140
Abu (%) 20,0
Kalsium
0,125
17,4
Chlorine
0,103
14,5
Fosforus
0,096
13,3
Sodium
0,056
7,8
Magnesium
0,012
1,4
Sulfur
0,025
3,6
Sumber : Buckle et al, 1987
Penelitian Lestari (2003) menyatakan bahwa sistem produksi susu bubuk di PT. Ultrindo Inti Jaya Jakarta, meliputi beberapa tahap yaitu: 1) penerimaan bahan baku; 2) separasi dan pasteurisasi; 3) penguapan; 4) pencampuran; 5) pemekatan; 6) pengeringan dan 7) pengemasan. Widodo (2003), menyatakan bahwa proses pengeringan (penguapan air) susu segar menjadi susu bubuk dilakukan dengan tiga proses: 1) evaporasi untuk penguapan air susu dari 88% menjadi 50%; 2) sprying atau pengeringan semprot untuk menguapkan air dan pembentukan bubuk (powder) dan 3) pengeringan lebih lanjut untuk penguapan air dari partikel susu bubuk. Susu Kental Manis Susu kental merupakan produk olahan susu yang dihasilkan oleh penguapan hampa terhadap susu, baik susu keseluruhan maupun susu skim dengan atau tanpa penambahan sukrosa. Pada pembuatan susu kental manis, susu yang diperoleh dari peternakan dihangatkan terlebih dahulu dengan suhu pemanasan 65-95º C selama 10-15 menit. Pemanasan pendahuluan ini penting, sebab hal ini akan menolong menstabilkan susu terhadap pengentalan selama penyimpanan produk jadi dan juga akan menghancurkan organisme patogen dan enzim tidak akan diinaktifkan pada prosedur penguapan susu selanjutnya. Setelah pemanasan pendahuluan, ditambahkan gula tebu sehingga diperoleh konsentrasi gula 62,5% sebagai sukrosa dalam bentuk akhir. Fungsi gula terutama adalah sebagai bahan pengawet, karena sebagian besar mikroorganisme tidak dapat hidup pada konsentrasi gula 62,5%.
7
Proses selanjutnya meliputi penguapan susu yang sudah mengandung gula dengan kondisi yang sangat ringan dengan menggunakan penguap hampa pada suhu sampai 77º C. Pada suhu 49º C, fase cair dari produk yang dikentalkan menjadi jenuh dengan laktosa dan pada waktu susu kental itu didinginkan terjadi larutan jenuh dan kristalisasi. Jika tidak dilakukan dengan sangat hati-hati, akan terbentuk inti laktosa dalam jumlah sedikit dan ini akan tumbuh menjadi kristal berukuran makroskopis yang cukup keras dan terasa kasar. Akibat kristalisasi ini adalah “rasa seperti pasir” yang dapat mengurangi mutu susu kental manis. Untuk menghindari hal ini, harus diadakan pendinginan sedemikian rupa sehingga terjadi kristalisasi laktosa secara cepat dan dengan demikian terbentuk kristal-kristal kecil. Hal ini dijalankan dengan mendinginkan susu sampai suhu 30º C yang akan menghasilkan keadaan lewat jenuh dari larutan laktosa dan dilakukan pembibitan dengan menambahkan laktosa yang berbentuk halus dengan jumlah 0,6 gram/liter susu kental. Kristalisasi akan selesai dalam waktu tiga jam. Kristal-kristal yang sangat halus terdapat dalam susu kental manis yang bermutu tinggi biasanya berdiameter sekitar 10 mikron dan kristal-kristal ini begitu halusnya sehingga tidak dapat dirasakan oleh lidah. Bila proses kristalisasi telah selesai, susu kental manis didinginkan, dimasukkan dalam drum-drum penyimpanan dalam jumlah besar untuk diisikan ke dalam kaleng. Produk ini kemudian ditutup dan tidak memerlukan proses pemanasan lagi. Stabilitas mikrobiologis produk tersebut ditentukan oleh kandungan gula yang tinggi dan masalah kerusakan biasanya terbatas pada pertumbuhan jenis ragi osmofilik (Buckle et al., 1987). Pola Konsumsi Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorangan perhari yang umum dikonsumsi atau dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola konsumsi merupakan cara mengkombinasikan elemen konsumsi dan tingkat konsumsi keseluruhan (Magrabi et al., dalam Purba (2004)). Menurut Kemalawaty (1999), pola konsumsi masyarakat umumnya dapat dilihat dari tingkat konsumsi, pengeluaran atau belanja, maupun proporsi dari pengeluaran untuk suatu komoditi tertentu.
8
Umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang dan malam. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan dua kali
sehari
yaitu
makan
siang
dan
malam,
bahkan
beberapa
keluarga
mengembangkan pola makan jika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang (Budiyanto, 2002) Menurut penelitian Dantji (1991), besarnya volume susu yang dikonsumsi oleh setiap keluarga sangat beragam sesuai tingkat kemampuan daya beli, jumlah anak balita yang ada dalam keluarga, jumlah anggota keluarga dan kesukaan terhadap jenis susu tersebut. Sebagian besar responden lebih memilih susu bubuk, lalu susu kental manis dan selanjutnya susu cair. Khusus untuk keluarga yang mempunyai anak balita, hampir seluruhnya (90%) memberikan susu tambahan atau susu untuk pengganti susu ibu. Frekuensi pembelian susu oleh keluarga sangat beragam sesuai dengan persediaan susu dan kemampuan keuangan (daya beli) dari keluarga. Pada susu cair (segar) sebagian besar keluarga berlangganan tiap hari sekali, sedangkan untuk susu bubuk dan susu segar sebagian besar keluarga melakukan pembelian selama sebulan sekali. Konsumen Rumah Tangga Lipsey et al., (1995), menyatakan bahwa pengertian rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal dalam satu atap dan membuat keputusan keuangan bersama atau menyebabkan pihak lain mengambil keputusan bagi mereka. Anggota rumah tangga seringkali disebut konsumen karena mereka membeli dan mengkonsumsi sebagian besar barang konsumsi dan jasa. Ciri-ciri rumah tangga antara lain: setiap rumah tangga mengambil keputusan yang konsisten selain itu rumah tangga menjual jasa-jasa faktor produksi pada perusahaan dan menerima penghasilan sebagai imbalannya. Menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.
9
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Engel et al., (1994), menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Faktor lingkungan mencakup budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Perbedaan dan pengaruh individual mencakup sumberdaya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian dan gaya hidup. Sedangkan faktor psikologis mencakup pengolahan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap dan perilaku. Perbedaan dan pengaruh individual merupakan faktor internal dari konsumen yang berpengaruh terhadap perilakunya. Faktor Pendapatan Kemampuan membeli merupakan indikator dari tingkat sosial ekonomi seseorang yang diukur dari besarnya pengeluaran terhadap barang dan jasa karena besarnya pengeluaran berhubungan erat dengan besarnya pendapatan (Engel el al., 1994). Jika rata-rata rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar, maka mereka dapat diperkirakan akan membeli lebih banyak beberapa komoditi walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama (Lipsey et al., 1995). Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang akan
dibeli
terutama
rumah
tangga
yang
berkurang
pendapatannya
(Lipsey et al.,1995). Faktor Distribusi Pendapatan Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang akan
dibeli
terutama
rumah
tangga
yang
berkurang
pendapatannya
(Lipsey et al.,1995).
10
Kemampuan membeli merupakan indikator dari tingkat sosial ekonomi seseorang yang diukur dari besarnya pengeluaran terhadap barang dan jasa karena besarnya pengeluaran erat hubungannya dengan besarnya pendapatan (Engel et, al, 1994). Frekuensi Konsumsi per Hari Menurut Khumaidi (1989), yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Khomsan (1993), menyatakan bahwa frekuensi makan perhari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan makan. Frekuensi makan ini bisa menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Makan makanan yang beraneka ragam relatif akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan tubuh. Faktor Harga Komoditi Itu Sendiri Putong (2003), mengatakan bahwa apabila pendapatan dianggap tetap, jumlah penduduk relatif konstan (zero growth), selera tidak berubah, perkiraan masa yang akan datang tidak ada perubahan, harga barang subtitusi relatif tetap dan faktor lain-lain yang berpengaruh dianggap tidak ada atau tidak berubah maka permintaan hanya ditentukan oleh harga. Lipsey et al (1995), menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar. Semakin tinggi harga suatu komoditi, maka semakin sedikit jumlah komoditi yang diminta. Pengetahuan Gizi Pengetahuan adalah faktor penentu utama dari perilaku konsumen. Apa yang konsumen beli, di mana mereka beli dan kapan mereka membeli akan bergantung pada pengetahuan yang relevan dengan keputusan ini. Secara umum, pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen (Engle et al., 1994).
11
Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel yang rusak termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologis tubuh dan sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, asupan (intake) zat gizi dalam jumlah seimbang mutlak diperlukan (Syarief, 1997). Menurut Budianto (2002), mengisyaratkan adanya jaminan bahwa bahan makanan harus aman dikonsumsi (food safety attribute), memiliki kandungan gizi tinggi (nutritional attribute) dan ramah lingkungan (ecolabelling attribute). Ukuran Keluarga Berdasarkan hasil penelitian Khadijah (2005), ukuran keluarga juga ikut mempengaruhi suatu pola konsumsi. Hal ini disebabkan ukuran keluarga akan menentukan jumlah barang yang dikonsumsi yang harus disediakan. Semakin besar ukuran keluarga, maka semakin besar pula jumlah konsumsi yang harus disediakan. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap jumlah konsumsi dengan nilai koefisien regresi sebesar +8,383. Artinya satu orang jumlah anggota keluarga menyebabkan kenaikan jumlah konsumsi mie instant sebanyak 8,383 bungkus/bulan.
12
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2006. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Komplek Perumahan Taman Pagelaran merupakan salah satu permukiman di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor yang mempunyai penduduk yang beragam. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang mengkonsumsi susu (bubuk, cair atau kental) di Komplek Perumahan Taman Pagelaran. Cara pengambilan sampel dilakukan secara dua langkah, yaitu: pertama menentukan lokasi penelitian yang dilakukan secara multistage purposive sampling yaitu pengambilan contoh secara bertingkat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hal ini dimulai dari penentuan Perumahan Taman Pagelaran sendiri, selanjutnya memilih secara purposive lima Rukun Warga (RW) dengan jumlah penduduk terbanyak, dari masing-masing Tetangga
(RT)
RW
dipilih
secara
purposive
dua
Rukun
dengan jumlah penduduk terbanyak. Selanjutnya dari sepuluh
Rukun tetangga terpilih, diambil secara purposive sebanyak 60 responden dengan masing masing RW sebanyak 12 responden. Jumlah responden sebanyak 60 ini didasarkan atas pernyataan Setiady dan Husaini (1998) yang menyatakan bahwa untuk sebuah penelitian sosial deskriptif dibutuhkan minimal 30 responden. Lebih jelasnya lihat Tabel 3. Tabel 3. Persebaran Responden Berdasarkan RT dan RW RW Terpilih
RT Terpilih
08
01 dan 03
Keluarga Terpilih (KK) 12
09
01 dan 07
12
10
02 dan 06
12
11
01 dan 04
12
12
01 dan 03
12
Total
60
13
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan sampel
yang digunakan adalah konsumen rumah tangga di Perumahan
Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya kepada responden. Data sekunder yang digunakan adalah data penunjang penelitian yang diperoleh dari kelurahan dan penelitian-penelitian yang relevan. Analisis Data Analisis Deskriptif Faktor-faktor yang tidak diuji secara statistik akan dianalisis secara deskriptif. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan sebaran responden berdasarkan umur, jenis kelamin, status dalam keluarga, tingkat pendidikan formal, pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam rumah tangga, pendapatan keluarga, dan persentase distribusi pendapatan untuk konsumsi bahan makanan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan wawancara dan kuesioner, data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif (rataan, persentase dan lain-lain). Analisis Regresi Linier Berganda Regresi Linier merupakan persamaan matematika yang menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Analisis ini di gunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis maupun susu cair pada konsumen rumah tangga.
14
Model untuk jumlah konsumsi susu bubuk adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5 + b6D1 + b7D2 + e Dimana: Y b0
= Jumlah konsumsi susu (gram/bulan) = Intersep
b1-b9 = Koefisien variabel bebas X1
= Harga susu bubuk (Rp/gram)
X2
= Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
X3
= Pengeluaran untuk bahan makanan (Rp/bulan )
X4
= Jumlah anggota keluarga (jiwa)
X5
= Jumlah balita dalam keluarga (jiwa)
D1
= Dummy tingkat pendidikan 0 = Kurang atau sama dengan SMA
D2
= Dummy Pengetahuan Gizi 0 = Kurang
e
1 = Lebih dari SMA
1 = Sedang
2 = Baik
= Variabel Pengganggu
Model untuk jumlah konsumsi susu kental manis adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5 + b6D1 + b7D2 + e Dimana: Y b0
= Jumlah konsumsi susu (gram/bulan) = Intersep
b1-b9 = Koefisien variabel bebas X1
= Harga susu kental Manis (Rp/gram)
X2
= Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
X3
= Pengeluaran untuk bahan makanan (Rp/bulan )
X4
= Jumlah anggota keluarga (jiwa)
X5
= Jumlah balita dalam keluarga (jiwa)
D1
= Dummy tingkat pendidikan 0 = Kurang atau sama dengan SMA
D2
= Dummy Pengetahuan Gizi 0 = Kurang
e
1 = Lebih dari SMA
1 = Sedang
2 = Baik
= Variabel Pengganggu
15
Model untuk jumlah konsumsi susu cair adalah sebagai berikut : Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5 + b6D1 + b7D2 + e Dimana: : Y b0
= Jumlah konsumsi susu (ml/bulan) = Intersep
b1-b9 = Koefisien variabel bebas X1
= Harga susu cair (Rp/ml)
X2
= Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
X3
= Pengeluaran untuk bahan makanan (Rp/bulan )
X4
= Jumlah anggota keluarga (jiwa)
X5
= Jumlah balita dalam keluarga (jiwa)
D1
= Dummy tingkat pendidikan 0 = Kurang atau sama dengan SMA
D2
= Dummy Pengetahuan Gizi 0 = Kurang
e
1 = Lebih dari SMA
1 = Sedang
2 = Baik
= Variabel Pengganggu
Mencari model yang terbaik dan menyelesaikan persamaan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.0 (Statisttical Product and Sevice Solutions). Model terbaik yang dipilih dalam membahas permasalahan terdiri dari koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2 adjusted), pengujian parameter secara serentak (Fhitung), pengujian parameter secara tunggal (thitung), kesesuaian tanda dan besar parameter regresi. Pengujian parameter regresi dilakukan secara serentak dan tunggal, SPSS selalu menggunakan α = 5% pada selang kepercayaan 95% (Santoso, 2000) Uji -t Untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas
maka dilakukan uji statistik –t dengan langkah-langkah sebagai berikut: H0 = bi = 0 H1 = bi > 0 atau bi < 0 t − hitung =
bi ; (n-k, t-tabel) S (bi )
16
Dimana : bi = Koefisien Peubah ke-i S (bi) = Standar error untuk bi n = Jumlah pengamatan k = Jumlah variabel dalam model Jika : 1. –ttabel < thitung < ttabel maka terima H0 yang artinya variabel-variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas 2. thitung < -ttabel atau thitung> ttabel maka tolak H0 yang artinya variabel-variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas Uji F Untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas pada suatu persamaan dilakukan dengan menggunakan uji-F. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesisnya adalah : H0 = bi = b2 = … = bk = 0 H1 = paling tidak ada satu b= 0 F hitung = Jumlah kuadrat regresi / (k-1) Jumlah kuadrat sisa / n-k Dimana : n = Jumlah sampel k = Jumlah variabel bebas Bila: 1. Fhitung > Ftabel maka tolak H0 yang berarti semua variabel bebas secara bersamasama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas 2. Fhitung < Ftabel maka terima H0 yang berarti semua variabel bebas tidak berpengaruh nyata pada variabel tak bebas Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total dalam seluruh varibel dependen (Y) yang dijelaskan oleh seluruh variabel independent dalam model semakin tinggi
17
keragaman yang dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien determinasinya.
R2 =
1 − JKS JKT
Dimana : R2
= Koefisien Determinasi
JKS
= Jumlah Kuadrat Sisa
JKT = Jumlah Kuadrat Total
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka ada autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi yaitu dengan mencari nilai Durbin-Watson. Apabila nilainya di bawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif, apabila nilainya antara -2 dan +2 maka tidak terjadi autokorelasi dan apabila nilai Durbin-Watson diatas 2 maka terjadi autokorelasi negatif. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Menurut Santoso (2000), model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent dan pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas yaitu : •
Memiliki nilai VIF (Variance Infltion Factor) di sekitar angka 1 dan memiliki nilai toleransi mendekati 1
•
Koefisien korelasi antar variabel harus lemah (dibawah 0,5)
Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas yaitu dengn melihat grafik sebaran peluang normal (normal probability) atau histogram, yaitu dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal untuk grafik sebaran peluang normal sedangkan untuk histogram dengan melihat kurva yang bebentuk lonceng. Uji normalitas lebih baik menggunakan scatterplot grafik sebaran normal (normal probability plot) karena scatterplot lebih jelas menggambarkan distribusi data dari model yang digunakan
18
dibandingkan menggunakan histogram (Santoso, 2000). Menurut Santoso (2000), dasar pengambilan keputusan grafik normal probability plot yaitu : - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varian dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka terjadi homokedastisitas, apabila berbeda terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan cara membuat scatterplot dari model persamaan regeresi. Jika membentuk pola tertentu misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit dan sebagainya maka terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya jika tidak membentuk pola yang jelas, serta titik-titik tersebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000). Definisi Istilah
1. Pola Konsumsi adalah susunan ragam kebiasaan konsumsi makanan seseorang atau kelompok yang dapat dilihat dari tingkat konsumsi, pengeluaran atau belanja untuk konsumsi makanan, maupun proporsi pengeluaran untuk suatu komoditi tertentu. 2. Responden adalah orang yang menentukan pola konsumsi dalam keluarga setiap harinya. 3. Jenis susu adalah macam susu yang biasa dikonsumsi dalam bentuk cair, bubuk dan susu kental manis. 4. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan keluarga selain kepala keluarga. 5. Pendapatan keluarga adalah semua uang tunai yang diterima tiap bulan, yang berasal dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang sudah bekerja. 6. Pengetahuan gizi adalah kemampuan reponden dalam menguasai informasi terhadap produk susu yang berkaitan dengan nilai gizinya.
19
7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh responden. 8. Frekuensi
konsumsi
adalah
tingkat
keseringan
rumah
tangga
dalam
mengkonsumsi susu yang diukur dalam satuan kali per hari. 9. Pengeluaran konsumsi adalah berapa jumlah pengeluaran konsumsi untuk bahan makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam tiap bulannya.
20
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Perumahan Taman Pagelaran merupakan salah satu komplek perumahan yang berada di Kecamatan Ciomas, Bogor. Perumahan Taman Pagelaran ini berada di sepanjang jalan raya Laladon-Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor. Adapun batas wilayah dari perumahan ini adalah : •
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciapus.
•
Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Ciomas Rahayu.
•
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Laladon.
•
Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Pondok Kencana. Perumahan Taman Pagelaran terdiri dari enam Rukun Warga (RW),
29 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah rumah tangga 2.471. Lokasi perumahan yang dekat dengan jalan dan sarana transportasi yang mudah diperoleh, memudahkan warga Perumahan Taman Pagelaran untuk melakukan aktivitas sehari-hari termasuk aktivitas berbelanja. Warga Perumahan Taman Pagelaran mempunyai karakteristik yang cukup beragam. Keragaman tersebut akan menimbulkan perbedaan tiap rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi makanannya. Mayoritas penduduk Perumahan Taman Pagelaran beragama Islam, sehingga untuk memudahkan penduduk dalam beribadah dibangun enam masjid yang tersebar di enam RW. Kegiatan hari raya, baik keagamaan maupun hari raya nasional, terpusat di Lapangan Tanah Hijau (LTH). Sarana pendidikan yang tersedia berupa sekolah dasar sebanyak satu buah, SMK sebanyak satu buah dan TK atau play group sebanyak tiga buah. Pusat perbelanjaan terdapat berupa warung kelontong, minimarket, warung sayur, dll. Selain itu, kegiatan usaha lainnya berupa usaha jual voucher, salon, bengkel , rumah makan , dll. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisrik Responden
Rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yang menjadi responden pada penelitian ini mempunyai karakteristik yang beragam. Hal ini tentu berpengaruh pada pola konsumsi susu. Karakteristik penentu pola konsumsi yang diambil pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, status dalam keluarga, tingkat pendidikan formal, pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam rumah tangga, pendapatan keluarga, dan persentase distribusi pendapatan untuk konsumsi bahan makanan. Umur
Umur responden penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran sangat beragam. Sebaran umur penentu pola konsumsi rumah tangga adalah dari 20-59 tahun. Jumlah penentu pola konsumsi terbanyak terdapat pada kisaran umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau sebesar 33,33% dari jumlah sampel. Kelompok penentu pola konsumsi yang berumur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 19 orang atau sebesar 31,67%. Sebanyak 26,67% atau 16 orang penentu pola konsumsi berada pada sebaran umur 41-50 sedangkan jumlah penentu pola konsumsi terkecil terdapat pada kisaran umur 51-59 tahun yaitu sebanyak lima responden atau sebesar 8,33%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran Umur Penentu Pola Konsumsi Umur (Tahun)
20 – 30
Jumlah Responden (Jiwa) 19
Persentase (%) 31,67
31 – 40
20
33,33
41 – 50
16
26,67
51 – 59
5
8,33
Jumlah
60
100,00
Jenis Kelamin
Sebagian besar penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran ditentukan oleh wanita. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, jumlah responden wanita yaitu sebanyak 57 orang atau 95%, dan sebanyak tiga orang atau 5% dari jumlah sampel yang diambil adalah pria. Hal ini menunjukkan bahwa wanita
22
lebih mendominasi dalam hal penentuan makanan sehari-hari dalam rumah tangga. Dominasi wanita sebagai penentu konsumsi makanan sehari-hari dalam rumah tangga terjadi karena sebagian besar wanita berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sehingga urusan rumah tangga termasuk dalam menentukan menu makanan sehari-hari banyak ditentukan oleh ibu rumah tangga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sebaran Jenis Kelamin Penentu Pola Konsumsi Jenis Kelamin
Jumlah Rersponden (Jiwa) 3
Persentase (%) 5,00
Perempuan
57
95,00
Jumlah
60
100,00
Laki-laki
Status dalam Keluarga
Besarnya jumlah penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yang didominasi oleh wanita dikarenakan sebagian besar wanita berperan sebagai ibu rumah tangga. Jumlah penentu pola konsumsi rumah tangga yang berstatus sebagai ibu berjumlah 52 orang atau 86,67% dari jumlah sampel yang diambil. Sedangkan jumlah terkecil adalah ayah, berjumlah dua orang atau 3,33% dari jumlah sampel yang diambil. Kecilnya jumlah penentu pola konsumsi yang berstatus sebagai ayah dan besarnya jumlah penentu pola konsumsi yang berstatus sebagai ibu dikarenakan peran ayah dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah bagi keluarga, sedangkan ibu bertindak dalam mengatur serta mengurus pekerjaan rumah. Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Status Penentu Pola Konsumsi dalam Rumah Tangga Status dalam Rumah Tangga
Ayah Ibu Anak Jumlah
Jumlah Responden (Jiwa) 2
Persentase (%) 3,33
52
86,67
6
10,00
60
100,00
23
Tingkat Pendidikan
Penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran sebagian besar mempunyai pendidikan SMU dan Perguruan Tinggi. Sebanyak 33 orang penentu pola konsumsi mempunyai pendidikan terakhir SMU atau sebesar 55% dari jumlah sampel. Penentu pola konsumsi yang mempunyai pendidikan akhir di Perguruan Tinggi adalah sebesar 23 orang atau sebesar 38,33% dari jumlah sampel. Urutan terkecil adalah responden yang berpendidikan akhir SMP, sebanyak empat orang atau sebesar 6,67% dari jumlah sampel. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan taman Pagelaran ini sudah mempunyai pendidikan yang cukup tinggi. Tingginya tingkat pendidikan ini karena ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam hal pendidikan dan transportasi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan Penentu Pola Konsumsi Tingkat Pendidikan
SMP
Jumlah Responden (Jiwa) 4
Persentase (%) 6,67
SMA
33
55,00
Perguruan Tinggi
23
38,33
Jumlah
60
100,00
Tingkat Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi menjadi landasan penting untuk menentukan konsumsi pangan keluarga. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penyajian makanan keluarga. Orang yang berpengetahuan gizi baik, akan mengupayakan kemampuan menerapkan pengetahuannya dalam pemilihan dan pengolahan pangan, sehingga konsumsi makanan yang mencukupi kebutuhan lebih terjamin (Nasution dan Khomsan, 1995). Pengetahuan gizi dihitung dengan cara menjumlahkan skor terhadap setiap pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan gizi yaitu baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60) (Khomsan, 2000). Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar penentu pola konsumsi rumah tangga memiliki pengetahuan gizi yang baik. Tabel 8 menunjukkan bahwa, penentu pola konsumsi yang memiliki pengetahuan gizi yang baik berjumlah 39
24
orang atau sebesar 65% dari sampel yang diambil. Penentu pola konsumsi rumah tangga yang memiliki pengetahuan gizi sedang berjumlah 19 atau sebesar 31,67%. Terdapat dua penentu pola konsumsi rumah tangga atau 3,33% dari sampel yang memiliki pengetahuan gizi kurang. Pengetahuan gizi berhubungan dengan tingkat pendidikan seseorang. Banyaknya penentu pola konsumsi rumah tangga dengan pengetahuan gizi tinggi, disebabkan oleh tingkat pendidikan penentu pola konsumsi rumah tangga yang juga tinggi. Tabel 8. Sebaran Tingkat Pengetahuan Gizi Penentu Pola Konsumsi Tingkat Pengetahuan Gizi
Jumlah Responden (Jiwa) 2
Persentase (%) 3,33
60 – 80 % (Sedang)
19
31,67
> 80 % (Baik)
39
65
Jumlah
60
100,00
< 60 % (Kurang)
Jumlah Anggota Keluarga
Pengelompokan jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu rumah tangga dengan anggota satu sampai tiga orang, empat sampai lima orang, dan enam sampai delapan orang. Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar rumah tangga mempunyai jumlah anggota keluarga empat sampai lima orang yaitu sebanyak 38 orang atau sebesar 63,33% dari jumlah sampel. Jumlah paling sedikit yaitu pada rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota keluarga dua sampai tiga orang yaitu sebanyak sembilan orang atau sebesar 15% dari jumlah sampel. Adanya rumah tangga yang hanya mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak satu orang adalah kepala keluarga yang hanya tinggal dengan satu anaknya. Tabel 9. Sebaran Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa) 1–3
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 9
Persentase (%) 15,00
4–5
38
63,33
6–8
13
21,67
Jumlah
60
100,00
25
Jumlah Balita dalam Keluarga
Sebagian besar rumah tangga tidak mempunyai anak di bawah lima tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10, bahwa rumah tangga yang tidak mempunyai anak di bawah lima tahun yaitu sebanyak 33 rumah tangga atau sebesar 55% dari jumlah sampel. Paling banyak, dalam satu keluarga mempunyai dua anak di bawah lima tahun, yaitu terdapat satu rumah tangga atau sebesar 1,67% dari jumlah sampel. Jumlah rumah tangga yang mempunyai anak usia di bawah lima tahun sebanyak 26 keluarga atau sebesar 43,33% dari seluruh sampel. Banyaknya rumah tangga yang tidak mempunyai balita dalam rumah tangga, disebabkan sebagian besar rumah tangga adalah rumah tangga yang sudah cukup lama, sehingga banyak diantaranya tidak mempunyai anak balita. Tabel 10. Sebaran Jumlah Balita dalam Keluarga Jumlah Balita dalam Keluarga (Jiwa)
0
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 33
Persentase (%) 55,00
1
26
43,33
2
1
1,67
60
100,00
Jumlah
Jumlah Pendapatan Keluarga
Jumlah pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang diterima tiap bulan yang berasal dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang sudah bekerja dan digunakan untuk keperluan rumah tangga. Rata-rata pendapatan keluarga pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yaitu sebesar Rp 2.861.833/bln. Berdasarkan data pada Tabel 11, pendapatan keluarga di Perumahan Taman Pagelaran sangat beragam yaitu mulai dari Rp 1.000.000/bln hingga yang terbesar Rp 10.000.000/bln. Sebagian besar rumah tangga mempunyai pendapatan keluarga antara Rp 1.000.000Rp 2.000.000/bln yaitu sebesar 32 rumah tangga atau sebesar 53,33% dari total responden. Persentase paling kecil yaitu pada rumah tangga yang mempunyai penghasilan keluarga sebesar Rp 2.100.000-Rp 3.000.000/bln yaitu sebesar 11,67% atau sebanyak tujuh rumah tangga. Sebagian mata pencaharian yang digunakan sebagai sumber pendapatan rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran adalah sebagai Pegawai Negeri.
26
Tabel 11. Sebaran Jumlah Pendapatan Keluarga Jumlah Pendapatan Keluarga (Rp) 1.000.000 – 2.000.000
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 32
Persentase (%) 53,33
2.000.001 – 3.000.000
7
11,67
3.000.001 – 4.000.000
12
20,00
9
15,00
60
100,00
>4.000.000 Jumlah
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah berapa jumlah yang dikeluarkan dari total pendapatan keluarga untuk keperluan belanja konsumsi bahan makanan untuk satu bulan. Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran adalah sebesar Rp 884.200/bln. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran ini di bagi menjadi empat kelompok. Pertama, rumah tangga dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp 315.000 – Rp 700.000/bln, yaitu sebanyak 26 rumah tangga atau sebesar 43,33% dari seluruh sampel. Kedua, rumah tangga dengan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp.701.000-Rp.1.100.000/bln, terdapat sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar 26,67%. Ketiga, rumah tangga dengan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp.1.101.000Rp.1.500.000/bln, yaitu sebanyak 12 rumah tangga atau sebesar 20%. Keempat, rumah tangga dengan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp.1.501.000-Rp.1.980.000/bln, sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 10% dari total sampel. Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan yang sangat beragam dikarenakan perbedaan pendapatan dan pola hidup tiap rumah tangga yang. lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.
27
Tabel 12. Sebaran Jumlah Pengeluaran Untuk Konsumsi Bahan Makanan Jumlah Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan (Rp) 315.000 – 700.000
Jumlah Rumah Tangga
Persentase
(Buah) 26
(%) 43,33
701.000 – 1.100.000
16
26,67
1.101.000 – 1.500.000
12
20,00
6
10,00
60
100,00
>1.501.000 Jumlah
Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Cair
Pola konsumsi susu adalah ragam kebiasaan seseorang atau kelompok (rumah tangga) dalam mengkonsumsi susu bubuk, susu kental manis, atau susu cair yang dapat dilihat dari jenis susu yang dikonsumsi, tingkat konsumsi, merek yang dikonsumsi,
alasan
mengkonsumsi
jenis
dan
merek
tertentu,
frekuensi
mengkonsumsi, tempat pembelian, dan atribut gizi yang sering diperhatikan. Berdasarkan data yang diperoleh, sebaran rumah tangga berdasarkan konsumsi susunya dibagi menjadi enam kelompok, yaitu rumah tangga yang hanya mengkonsumsi susu bubuk saja, rumah tangga yang hanya mengkonsumsi susu kental manis saja, rumah tangga yang hanya mengkonsumsi susu cair saja, rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu kental manis, rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair, dan rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk, kental manis dan cair. Sebanyak 60 rumah tangga yang dijadikan sebagai sampel penelitian, terdapat 27 rumah tangga atau sebesar 45% hanya mengkonsumsi susu bubuk saja. Rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis saja ada sebanyak 10 rumah tangga atau sebesar 16,67% dari jumlah sampel yang diambil. Rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair saja sebanyak lima rumah tangga atau 8,33% dari jumlah sampel, hal ini sama dengan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu kental manis. Rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair sebanyak 12 rumah tangga atau sebesar 20% dari jumlah sampel. Selanjutnya hanya ada satu rumah tangga (1,67%) mengkonsumsi susu bubuk, kental
28
manis, dan cair. Sebaran rumah tangga berdasarkan susu yang dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Konsumsi Susu Jenis Susu
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 27
Persentase (%) 45,00
10
16,67
Susu Cair Saja
5
8,33
Susu Bubuk dan Susu Kental
5
8,33
12
20,00
1
1,67
60
100,00
Susu Bubuk Saja Susu Kental Manis Saja
Susu Bubuk dan Susu Cair Susu Bubuk, Susu Kental, dan Susu Cair Jumlah
Berdasarkan data pada Tabel 13, dari enam kelompok tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu dilihat berdasarkan sebaran jenis susu yang dikonsumsi rumah tangga. Susu bubuk menjadi jenis susu yang paling banyak dikonsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, yaitu sebanyak 45 rumah tangga atau sebesar 56,96%. Jumlah ini merupakan akumulasi dari jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk saja, mengkonsumsi susu bubuk dan susu kental manis, mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair dan yang mengkonsumsi ketiganya (bubuk, kental manis, dan cair). Sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar 20,25% mengkonsumsi susu kental manis. Jumlah ini juga merupakan akumulasi dari rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis saja, mengkonsumsi susu kental manis dan bubuk, dan mengkonsumsi bubuk, kental manis dan cair. Terakhir yaitu rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair sebanyak 18 rumah tangga atau sebesar 22,79%. Jumlah ini juga merupakan akumulasi dari jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair saja, mengkonsumsi susu cair dan bubuk, dan yang mengkonsumsi bubuk, kental manis dan cair. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.
29
Tabel 14. Sebaran Jenis Susu yang Dikonsumsi Rumah Tangga Jenis Susu
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 45
Persentase (%) 56,96
Susu Kental Manis
16
20,25
Susu Cair
18
22,79
Jumlah
79
100,00
Susu Bubuk
Pola Konsumsi Susu Bubuk
Rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 45 rumah tangga atau sebesar 56,96%, yaitu terdiri dari 27 rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk saja, lima rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu kental manis, 12 rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair dan satu rumah tangga yang mengkonsumsi ketiganya. Penyimpanan yang lebih mudah dan praktis, dan banyaknya merek-merek susu yang hanya mengeluarkan jenis susu bubuk, menjadikan susu bubuk menjadi susu yang paling banyak dikonsumsi oleh sebagian besar rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Merek-merek Susu Bubuk yang Paling Sering Dikonsumsi
Susu bubuk merupakan jenis susu yang paling banyak dikonsumsi. Merek susu yang paling sering dikonsumsi adalah Dancow sebanyak 11 rumah tangga (24,44%), Bendera sebanyak tujuh rumah tangga (15,56%), Indomilk dengan lima rumah tangga (11,11%), Sustagen Kid dan SGM masing-masing empat rumah tangga (8,89%), Anlene, Chilkid dan Produgen Gold masing-masing tiga rumah tangga (6,67%), Prolene dan Nutrilon masing-masing dua rumah tangga (4,44%) dan Calcimex dengan satu rumah tangga (2,22%). Beberapa merek adalah merek susu untuk balita atau anak-anak, antara lain Sustagen Kid, Nutrilon, Chilkid, SGM, dan Produgen Gold. Banyaknya merek susu untuk balita atau anak-anak disebabkan karena balita dan anak-anak lebih diprioritaskan dalam konsumsi susunya dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu juga terdapat merek susu untuk kalangan orang tua atau dewasa, antara lain Anlene, Prolene, dan Calcimex. Sebaran rumah tangga berdasarkan merek susu yang dikonsumsinya dapat dilihat pada Tabel 15.
30
Tabel 15. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Bubuk yang Paling Sering Dikonsumsi Merek-merek susu
Dancow
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 11
Persentase (%) 24,44
Bendera
7
15,56
Indomilk
5
11,11
Anlene
3
6,67
Prolene
2
4,44
Calcimex
1
2,22
Sustagen Kid
4
8,89
Nutrilon
2
4,44
Chilkid
3
6,67
SGM
4
8,89
Produgen Gold
3
6,67
45
100,00
Jumlah
Alasan Memilih Merek Susu Bubuk yang Sering Dikonsumsi
Pemilihan merek susu yang akan dikonsumsi tentu disesuaikan dengan kebiasaan, kecocokan atau beberapa alasan lain yang pastinya tiap rumah tangga mempunyai alasan yang berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 16, sebanyak 14 rumah tangga atau sebesar 31,11% dari seluruh responden yang mengkonsumsi susu bubuk berpendapat bahwa mereka merasa cocok terhadap merek susu bubuk yang mereka konsumsi. Kecocokan ini biasanya mereka lihat dengan efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi susu merek tersebut. Responden dengan alasan sudah menjadi kebiasaan, terdapat sebanyak 12 responden atau sebesar 26,67%. Sedangkan yang terkecil adalah responden yang mempunyai alasan bahwa merek yang dikonsumsi lebih murah dibandingkan dengan merek yang lain, yaitu terdapat sebanyak tiga responden atau sebesar 6,67%.
31
Tabel 16. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Bubuk yang Sering Dikonsumsi Alasan
Cocok
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 14
Persentase (%) 31,11
Harganya lebih murah
3
6,67
Lebih mudah didapat
9
20,00
12
26,67
7
15,55
45
100,00
Kebiasaan Rasanya lebih enak Jumlah
Frekuensi Pembelian Susu Bubuk dalam Sebulan
Tabel 17 menunjukkan sebaran rumah tangga berdasarkan frekuensi pembelian susu dalam satu bulan. Kebanyakan rumah tangga hanya melakukan sekali pembelian dalam satu bulan. Rumah tangga yang hanya melakukan pembelian sekali dalam satu bulan sebanyak 18 rumah tangga atau sebesar 40% dari total 45 rumah tangga. Rumah tangga yang melakukan dua kali pembelian dalam sebulan, yaitu sebanyak 13 rumah tangga atau sebesar 28,89%. Rumah tangga yang melakukan pembelian sebanyak tiga kali dalam sebulan terdapat sembilan rumah tangga atau sebesar 20% dan yang melakukan pembelian sebanyak empat kali dalam sebulan hanya lima rumah tangga atau sebesar 11,11%. Banyaknya rumah tangga yang melakukan pembelian hanya sekali dalam sebulan, dikarenakan biasanya responden melakukan pembelian susu bubuk tersebut sekalian dengan belanja bulanan. Setiap pembelian, responden biasanya membeli dalam jumlah besar yang diperkirakan cukup untuk kebutuhan selama sebulan. Tabel 17. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Bubuk dalam Satu Bulan Frekuensi Pembelian (per Bulan)
1 kali
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 18
Persentase (%) 40,00
2 kali
13
28,89
3 kali
9
20,00
4 kali
5
11,11
45
100,00
Jumlah
32
Tempat Pembelian Susu Bubuk
Tabel 18 menunjukkan persebaran rumah tangga berdasarkan tempat biasanya membeli susu bubuk. Sebanyak 22 rumah tangga atau sebesar 48,89% dari responden yang mengkonsumsi susu bubuk, lebih memilih membeli susu bubuk di supermarket. Rumah tangga yang memilih membeli susu bubuk di minimarket sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar 37,78% dan yang memilih untuk membeli susu bubuk di toko kelontong sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 13,33%. Banyaknya rumah tangga yang memilih untuk membeli susu bubuk di supermarket dikarenakan rumah tangga tersebut membeli susu tersebut sekalian dengan belanja bulanan. Tabel 18. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Bubuk yang Dikonsumsi Tempat Pembelian
Supermarket
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 22
Persentase (%) 48,89
Minimarket
17
37,78
Toko Kelontong
6
13,33
Jumlah
45
100,00
Kandungan Gizi Susu Bubuk yang Paling Sering Diperhatikan
Protein merupakan kandungan gizi yang paling sering diperhatikan rumah tangga dalam memilih susu bubuk yang dikonsumsi. Sebanyak 21 rumah tangga atau sebesar 48,89% dari seluruh rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk menganggap bahwa protein sangat penting sehingga menjadi prioritas utama dibandingkan kandungan gizi yang lain. Sebanyak 12 rumah tangga atau 26,67% dari jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk menyatakan bahwa kandungan gizi yang paling sering diperhatikan adalah vitamin. Sebanyak tujuh rumah tangga atau 15,55% yang menganggap kalsium penting untuk diperhatikan. Susu bubuk berkalsium tinggi biasanya dipilih untuk pemenuhan kebutuhan kalsium tubuh bagi orang tua. Terakhir, yang menjadikan DHA (Docosahexaenoic Acid) sebagai perhatian utama dalam memilih susu bubuk yaitu sebanyak lima rumah tangga atau sebesar 11,11%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19.
33
Tabel 19. Sebaran Rumah tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan Kandungan Gizi
Protein
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 21
Persentase (%) 46,67
Vitamin
12
26,67
Kalsium
7
15,55
DHA
5
11,11
45
100,00
Jumlah
Pola Konsumsi Susu Kental Manis
Berdasarkan Tabel 14, terdapat sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar 20,25% dari total rumah tangga yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini mengkonsumsi susu kental manis. Sebanyak 16 rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis tidak semuanya mengkonsumsi susu kental manis saja, tetapi ada beberapa rumah tangga juga yang mengkonsumsi susu bubuk atau cair. Merek-merek Susu Kental Manis yang Paling Sering Dikonsumsi
Berdasarkan data pada Tabel 20, rumah tangga yang memilih susu kental manis merek Bendera ini terdapat sebanyak delapan rumah tangga atau sebesar 50% dari 16 rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis. Susu kental manis merek Indomilk menjadi pilihan terbanyak kedua dengan jumlah lima rumah tangga atau sebesar 25%. Merek Creamer dengan dua rumah tangga atau sebesar 12,5% dan terakhir susu kental Cap Nona dengan satu rumah tangga atau sebesar 6,25%. Tabel 20. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Kental Manis yang Paling Sering Dikonsumsi Merek-merek susu
Bendera
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 8
Persentase (%) 50,00
Indomilk
5
31,25
Creamer
2
12,50
Cap Nona
1
6,25
16
100,00
Jumlah
34
Alasan Memilih Merek Susu Kental Manis yang Sering Dikonsumsi
Setiap rumah tangga tentu mempunyai alasan sendiri dalam melakukan pemilihan merek susu yang akan dikonsumsi. Sebesar 43,75% atau sebanyak tujuh rumah tangga dari seluruh rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis, menyatakan bahwa harga yang lebih murah menjadi alasan utama mereka dalam memilih merek susu yang biasa dikonsumsi. Rumah tangga yang menyatakan alasan sudah menjadi kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut, terdapat sebanyak lima atau sebesar 31,25%. Rumah tangga yang menyatakan bahwa rasa yang lebih enak membuat mereka memilih merek tertentu untuk dikonsumsi, terdapat sebanyak empat rumah tangga atau sebesar 25% dari seluruh sampel yang mengkonsumsi susu kental manis. Sedikitnya alasan dalam menentukan pilihan merek yang dikonsumsi responden dikarenakan kurang bervariasinya jenis susu kental manis. Secara lebih jelas, sebaran rumah tangga berdasarkan alasan memilih merek susu kental manis yang dikonsumsi terdapat pada Tabel 21. Tabel 21. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Kental Manis yang Dikonsumsi Alasan
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 7
Persentase (%) 43,75
Kebiasaan
5
31,25
Rasanya lebih enak
4
25,00
16
100,00
Harganya lebih murah
Jumlah
Frekuensi Pembelian Susu Kental Manis dalam Sebulan
Hampir sama seperti pada konsumen susu bubuk, kebanyakan konsumen susu kental manis melakukan pembelian susu kental manis sebanyak satu kali dalam sebulan. Tabel 22 menunjukkan bahwa, rumah tangga yang melakukan pembelian sekali dalam sebulan ini ada sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 37,50% dari total 16 sampel yang mengkonsumsi susu kental manis. Rumah tangga yang melakukan pembelian sebanyak dua kali dalam sebulan ada empat rumah tangga atau sebesar 25%, dan untuk rumah tangga yang melakukan pembelian sebanyak tiga dan empat kali dalam sebulan masing-masing sebanyak tiga rumah tangga atau sebesar 18, 75% dari seluruh sampel yang mengkonsumsi susu kental manis.
35
Tabel 22. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Kental Manis dalam Sebulan Frekuensi Pembelian (per Bulan) 1 kali
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 6
Persentase (%) 37,50
2 kali
4
25,00
3 kali
3
18,75
4 kali
3
18,75
16
100,00
Jumlah
Tempat Pembelian Susu Kental Manis
Berbeda dengan konsumen susu bubuk yang lebih banyak memilih tempat pembeliannya di supermarket, konsumen susu kental manis justru paling banyak melakukan pembelian susu kental manis yang mereka konsumsi di minimarket. Tabel 23 menunjukkan sebaran rumah tangga berdasarkan pemilihan tempat pembelian susu kental manis yang dikonsumsi. Sebanyak tujuh dari 16 rumah tangga melakukan pembelian susu kental manis di minimarket. Rumah tangga yang melakukan pembelian di supermarket sebanyak lima rumah tangga atau sebesar 31,25%. Sedangkan untuk rumah tangga yang melakukan pembelian susu kental manis di toko kelontong terdapat sebanyak empat rumah tangga atau sebesar 25%. Pemilihan tempat pembelian yang lebih banyak dilakukan di minimarket, dikarenakan lokasinya yang lebih mudah dijangkau oleh konsumen rumah tangga. Tabel 23. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Kental Manis yang Dikonsumsi Tempat Pembelian
Supermarket
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 5
Persentase (%) 31,25
Minimarket
7
43,75
Toko Kelontong
4
25,00
16
100,00
Jumlah
36
Kandungan Gizi Susu Kental Manis yang Paling Sering Diperhatikan
Beberapa konsumen yang mengkonsumsi susu kental manis ternyata ada yang tidak memperhatikan kandungan gizi pada susu yang akan dibeli. Biasanya konsumen membeli karena sudah terbiasa. Tabel 24 menunjukkan sebaran rumah tangga berdasarkan kandungan gizi pada susu yang paling sering diperhatikan. Konsumen yang tidak biasa memperhatikan kandungan gizi pada susu yang akan dikonsumsi sebanyak tiga orang atau sebesar 18,75%. Sebanyak tujuh atau sebesar 43,75% sering memperhatikan kandungan protein pada susu yang akan dibeli. Sebanyak enam atau sebesar 37,50% yang sering memperhatikan kandungan vitamin pada susu yang akan dibeli. Adanya responden yang tidak memperhatikan kandungan gizi pada susu kental manis yang dikonsumsi, dikarenakan jenis susu kental manis tidak menawarkan banyak pilihan rasa dan kandungan gizi yang tidak banyak berbeda satu sama lain. Tabel 24. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan Kandungan Gizi
Protein
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 7
Persentase (%) 43,75
Vitamin
6
37,50
Tidak memperhatikan
3
18,75
16
100,00
Jumlah
Pola Konsumsi Susu Cair
Rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair sebagian besar juga mengkonsumsi susu bubuk. Berdasarkan data pada Tabel 13 dan Tabel 14, dari 18 rumah
tangga
yang
mengkonsumsi
susu
cair,
72,22%
diantaranya
juga
mengkonsumsi susu bubuk. Merek-merek yang Paling Sering Dikonsumsi
Tabel 25 menunjukkan sebaran rumah tangga berdasarkan merek-merek susu cair yang paling sering dikonsumsi. Sebanyak delapan rumah tangga atau sebesar 44,45% mengkonsumsi susu cair Ultra. Sebanyak empat rumah tangga atau sebesar 22,22% dari seluruh rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair memilih susu cair
37
Bendera. Sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 33,33% mengkonsumsi susu cair tanpa merek. Susu tanpa merek ini biasanya adalah susu segar yang biasa dijual setiap hari oleh penjual susu keliling. Banyaknya rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair lebih memilih merek Ultra, dikarenakan susu cair merek Ultra banyak terdapat di swalayan maupun minimarket. Selain itu, kebanyakan rumah tangga sudah merasa cocok dengan merek susu Ultra ini. Tabel 25. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Cair yang Paling Sering Dikonsumsi Merek-merek susu
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 8
Persentase (%) 44,45
Bendera
4
22,22
Tanpa merek
6
33,33
18
100,00
Ultra
Jumlah
Alasan Memilih Merek Susu Cair yang Sering Dikonsumsi
Tabel 26 menunjukkan alasan-alasan konsumen dalam memilih susu cair yang mereka konsumsi. Sebagian besar rumah tangga, yaitu sebanyak 12 rumah tangg (66,67%) rumah tangga menentukan merek produk susu cair yang dikonsumsi berdasarkan kebiasaan. Sebesar 22,22% atau sebanyak empat rumah tangga memilih merek susu yang mereka konsumsi berdasarkan pertimbangan bahwa merek susu cair yang dikonsumsi memiliki rasa yang lebih enak. Sedangkan sebesar 11,11% atau s ebanyak dua rumah tangga menyatakan alasan memilih merek susu yang biasa dikonsumsi berdasarkan harga yang lebih murah dibandingkan harga pada merek lain. Tabel 26. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Cair yang Dikonsumsi Alasan
Harga lebih murah Kebiasaan Rasanya lebih enak Jumlah
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 2
Persentase (%) 11,11
12
66,67
4
22,22
18
100,00
38
Frekuensi Pembelian Susu Cair dalam Sebulan
Rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair pada penelitian ini, mempunyai frekuensi pembelian yang beragam. Hal ini dikarenakan beberapa produk susu cair tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama, sehingga konsumen tidak bisa menyimpan susu cair dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan Tabel 27, rumah tangga yang melakukan pembelian sebanyak sekali dalam sebulan sebanyak dua rumah tangga (11,11%). Rumah tangga yang melakukan pembelian sebanyak dua kali selama sebulan sebanyak tiga rumah tangga (16,67%), untuk rumah tangga yang melakukan pembelian sebanyak tiga kali dalam sebulan ada sebanyak empat rumah tangga (22,22%), dan untuk rumah tangga terbanyak adalah yang melakukan pembelian susu cair sebanyak 4-25 kali dalam sebulan yaitu sembilan rumah tangga (50%). Hal ini dikarenakan adanya rumah tangga yang mengkonsumsi susu segar yang pembeliannya dilakukan setiap hari. Tabel 27. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Cair dalam Sebulan Frekuensi Pembelian (per Bulan)
1 kali
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 2
Persentase (%) 11,11
2 kali
3
16,67
3 kali
4
22,22
≥4 kali
9
50,00
Jumlah
18
100,00
Tempat Pembelian Susu Cair
Sedikitnya tempat yang menjual produk susu cair di pasaran, membuat rumah tangga tidak mempunyai banyak pilihan dalam memilih tempat pembelian susu cair tersebut. Rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair kebanyakan membeli susu cair yang biasa mereka konsumsi di mini market, yaitu sebanyak delapan rumah tangga atau sebesar 44,45%. Rumah tangga yang membeli susu cair di swalayan atau super market sebanyak empat rumah tangga atau sebesar 22,22%. Rumah tangga yang membeli penjual keliling atau pengantar susu sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 33,33%. Sebaran rumah tangga berdasarkan pemilihan tempat pembelian susu cair selengkapnya pada Tabel 28.
39
Tabel 28. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Cair yang Dikonsumsi Tempat Pembelian
Supermarket
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 4
Persentase (%) 22,22
Minimarket
8
44,45
Penjual keliling/pengantar susu
6
33,33
18
100,00
Jumlah
Kandungan Gizi Susu Cair yang Paling Sering Diperhatikan
Kandungan gizi biasanya menjadi pertimbangan dan perhatian konsumen sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi susu yang akan dikonsumsi. Rumah Tangga yang mengkonsumsi susu cair kebanyakan memperhatikan kandungan gizi yaitu protein, sebanyak 12 rumah tangga atau sebesar 66,66%. Jumlah rumah tangga yang tidak memperhatikan kandungan gizi pada susu yang dikonsumsi ada sebanyak tiga rumah tangga atau sebesar 16,67%. Nilai ini sama dengan rumah tangga yang selalu melihat kandungan vitamin pada susu yang akan dikonsumsi. Lebih jelasnya sebaran rumah tangga berdasarkan kandungan gizi yang paling sering diperhatikan lebih jelasnya disajikan pada Tabel 29. Tabel 29. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan Kandungan Gizi
Protein
Jumlah Rumah Tangga (Buah) 12
Persentase (%) 66,66
Vitamin
3
16,67
Tidak Memperhatikan
3
16,67
18
100,00
Jumlah
Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental dan Susu Cair
Analisis regresi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, menggunakan model fungsi regresi berganda. Analisis dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13.0 for windows (Statistical Program Service Solution).
40
Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
Analisis regresi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi susu bubuk konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama yaitu dengan memasukkan semua variabel penduga kedalam model dan melakukan uji secara statistik. Tahap kedua yaitu dengan memasukkan variabel yang berpengaruh nyata kedalam model. Tahap I. Berdasarkan hasil analisis jumlah konsumsi susu bubuk konsumen rumah
tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 30, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = 337,370 – 4,285X1 + 1,386X2 – 0,276X3 + 0,710X4 + 0,857X5 – 0,286D1 + 3,999D2 Tabel 30. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk (Tahap I) Variabel Konstanta (bo)
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
337,370
2,786
0,006
Harga Susu Bubuk(X1)
-4,285**
-2,736
0,012
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
1,386**
4,091
0,000
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan (X3)
-0,276*
-1,723
0,005
Jumlah Anggota Keluarga (X4)
0,710
0,477
0,737
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
0,857**
2,872
0,008
Dummy Tingkat Pendidikan (D1)
0,286
0,466
0,861
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2)
3,999*
2,118
0,021
R2
0,536
Fhitung
10,259
Hasil analisis regresi pada tahap pertama, didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,536 atau 53,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 53,6 % variasi jumlah konsumsi susu bubuk dapat diterangkan oleh ketujuh variabel independen yang diteliti, yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Sisanya sebesar 46,4 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung sebesar 10,259 yang lebih besar dari F tabel (α=0,01) dengan tingkat signifikan 0,000
41
yang jauh lebih kecil dari 0,05, menunjukkan bahwa model regresi bisa dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu bubuk konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Berdasarkan uji-t pada tahap pertama dapat dilihat bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata (α=0,01) adalah harga susu bubuk, jumlah pendapatan keluarga dan jumlah balita dalam keluarga. Untuk variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata (α=0,05) yaitu, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu jumlah anggota keluarga dan dummy tingkat pendidikan. Berdasarkan uji-t dimana nilai t-hitung jumlah anggota keluarga sebesar 0,477 dan nilai t-hitung dummy tingkat pendidikan sebesar 0,466 lebih kecil dari ttabel (1,684) pada taraf kepercayaan 95% Artinya kedua variabel ini tidak berpengaruh nyata pada tingkat signifikan 0,737 dan 0,861 yang lebih besar dari 0,05. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah anggota keluarga bernilai positif dan koefisien regresi dummy tingkat pendidikan bernilai negatif. Koefisien regresi jumlah anggota keluarga bernilai positif, artinya bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga akan meningkatkan jumlah konsumsi susu bubuk. Koefisien regresi dummy tingkat pendidikan bernilai negatif, artinya semakin tingginya tingkat pendidikan akan menurunkan jumlah konsumsi susu bubuk. Dummy tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk diduga terjadi karena dengan tingginya tingkat pendidikan formal penentu pola konsumsi keluarga, susu bubuk belum tentu menjadi pilihan keluarga tersebut untuk dikonsumsi. Kemungkinan keluarga tersebut lebih memilih mengkonsumsi susu kental manis atau susu cair. Selanjutnya dilakukan pembuangan variabel yang tidak berpengaruh nyata, hal ini dilakukan untuk memperbaiki ketepatan pendugaan model. Peubah variabel tersebut adalah jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam pendugaan berikutnya yaitu, harga susu bubuk, jumlah pendapatan keluarga, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan, jumlah balita dalam keluarga, dan dummy tingkat pengetahuan gizi.
42
Tahap II. Berdasarkan hasil analisi tahap II jumlah konsumsi susu bubuk konsumen
rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 31, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = 340,418 – 4,612X1 + 1,478X2 – 0,339X3 + 0,963X5 + 3,603D2 Berdasarkan Tabel 31, dari analisis regresi tahap kedua, diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,527 atau 52,7%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 52,7% variasi jumlah konsumsi susu bubuk dapat diterangkan oleh kelima variabel independen yang diteliti, yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan, jumlah balita dalam keluarga, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Sisanya sebesar 47,3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung sebesar 12,731 dengan tingkat signifikan 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi bisa dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu bubuk konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Tabel 31. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk (Tahap II) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
Konstanta (bo)
340,418
2,813
0,002
Harga Susu (X1)
-4,612**
-2,791
0,004
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
1,478**
4,237
0,000
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan (X3)
-0,339*
-1,903
0,000
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
0,963**
2,872
0,002
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2)
3,603*
2,226
0,009
R2
0,527
Fhitung
12,731
Uji Kelayakan Model. Uji autokorelasi menunjukkan angka Durbin-Watson sebesar
1,793 yang berada diantara negatif dua sampai dua, sehingga pada tahap II dinyatakan tidak terjadi autokorelasi. Kemudian hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa untuk kelima variabel independen yang diuji, didapatkan data angka VIF berada disekitar angka satu dan demikian juga nilai Tolerance mendekati satu, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya multikolinearitas dalam model regresi. Sehingga variabel tersebut layak dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu bubuk.
43
Pengujian normalitas pada normal probability memberikan hasil bahwa data terlihat di sekitar garis lurus atau tidak terpencar jauh dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi linier memenuhi persyaratan normalitas (Gambar 2). Berdasarkan hal tersebut, model regresi linier dapat digunakan untuk memprediksi jumlah konsumsi susu bubuk.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 2. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Bubuk) Hasil uji heteroskedastisitas dari Gambar 3 menunjukkan pola yang tidak berbentuk dengan jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Model regresi yang baik yaitu memiliki variasi dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau tidak terjadi heteroskedastisitas, jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model
regresi
pada
penelitian
ini
tidak
mengalami
heteroskedastisitas sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu bubuk dengan variabel independen yang digunakan.
44
Scatterplot
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -2.0
-1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 3. Scatterplot untuk Uji Heteroskedastisitas (Susu Bubuk) Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental Manis
Analisis regresi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi susu kental manis konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama yaitu dengan memasukkan semua variabel penduga kedalam model dan melakukan uji secara statistik. Tahap kedua yaitu mengidentifikasi variabel yang tidak berpengaruh nyata, dan tahap ketiga adalah memasukkan variabel yang berpengaruh nyata kedalam model. Tahap I. Berdasarkan hasil analisis tahap I jumlah konsumsi susu kental manis
konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 32, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = -444,369 – 4,256X1 + o,473X2 + 44,716X3 – 292,780X4 + 717,840X5 – 65,617D1 + 640,404D2 Berdasarkan hasil uji asumsi multikolinieritas pada Tahap I, ternyata terjadi hubungan kolinier antara jumlah pendapatan keluarga dan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan. Variabel pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan harus dikeluarkan pada tahap selanjutnya karena memiliki nilai VIF jauh dari satu jika dibandingkan dengan varibel jumlah pendapatan keluarga.
45
Tabel 32. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental Manis (Tahap I) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
Konstanta (bo)
-444,369
-3,597
0,006
Harga Susu Kental Manis (X1)
-4,256**
-4,331
0,001
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
0,473*
2,069
0,012
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan (X3)
44,716
0,602
0,550
Jumlah Anggota Keluarga (X4)
-292,780*
-1,788
0,080
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
717,840*
1,763
0,084
Dummy Tingkat Pendidikan (D1)
-65,617
-0,018
0,143
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2)
640,404
1,212
0,125
R2
0,510
Fhitung
4,956
Tahap II. Berdasarkan hasil analisis tahap II jumlah konsumsi susu kental manis
konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 33, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = -360,713 – 5,612X1 + 0,873X2 – 275,904X4 + 764,692X5 -70,965D1 + 643,373D2 Berdasarkan hasil analisis regresi kedua, didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,506 atau 50,6%. Ini menunjukkan bahwa sebesar 50,6% variasi jumlah konsumsi susu kental manis konsumen rumah tangga dapat diterangkan oleh keenam variabel independen yang diteliti yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Sisanya sebesar 49,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung sebesar 7,458 yang lebih besar dari F tabel (α=0,01) dengan tingkat signifikan 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, menunjukkan bahwa model regresi bisa dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu kental manis konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Berdasarkan uji-t pada tahap kedua, dapat dilihat bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata (α=0,01) adalah harga susu kental manis dan jumlah pendapatan keluarga. Variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata
46
(α=0,05) yaitu, jumlah anggota keluarga dan jumlah balita dalam keluarga. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Berdasarkan uji-t dimana t-hitung dummy tingkat pendidikan sebesar -0,031 dan nilai t-hitung dummy tingkat pengetahuan gizi 1,452 lebih kecil dari t-tabel (1,684) pada taraf kepercayaan 95%, artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata pada tingkat signifikan 0,187 dan 0,873 lebih besar dari 0,05. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi dummy tingkat pendidikan bernilai negatif dan dummy tingkat pengetahuan gizi bernilai positif. Koefisien regresi dummy tingkat pendidikan bernilai negatif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan akan menurunkan jumlah konsumsi susu kental manis. Hubungan negatif dan tidak berpengaruh nyatanya dummy tingkat pendidikan terhadap jumlah konsumsi susu kental manis diduga terjadi karena dengan tingginya tingkat pendidikan formal penentu pola konsumsi keluarga, susu kental manis belum tentu menjadi pilihan keluarga tersebut untuk dikonsumsi. Kemungkinan keluarga tersebut lebih memilih mengkonsumsi susu bubuk atau susu cair. Nilai koefisien regresi dummy tingkat pengetahuan gizi yang bernilai positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga, akan meningkatkan jumlah konsumsi susu kental manis. Tabel 33. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental Manis (Tahap II) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
Konstanta (bo)
-360,713
-3,921
0,001
Harga Susu Kental Manis(X1)
-5,612**
-4,875
0,000
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
0,873**
2,672
0,004
Jumlah Anggota Keluarga (X4)
-275,904*
-1,833
0,036
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
764,692*
1,892
0,038
Dummy Tingkat Pendidikan (D1)
-70,965
-0,031
0,187
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2)
643,373
1,452
0,873
R2
0,506
Fhitung
7,458
47
Selanjutnya yaitu melakukan pembuangan variabel yang tidak berpengaruh nyata, hal ini dilakukan untuk memperbaiki ketepatan pendugaan model. Variabel tersebut adalah dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam pendugaan berikutnya yaitu, harga susu kental manis, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga. Tahap III. Berdasarkan hasil analisis tahap III jumlah konsumsi susu kental manis
konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 34, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = 1142,829 – 8,124X1 + 0,897X2 - 226,865X4 + 673,237X5 Hasil analisis regresi tahap ketiga, didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,502 atau 50,2%. Ini menunjukknan bahwa sebesar 50,2% variasi jumlah konsumsi susu kental manis dapat diterangkan oleh keempat variabel independen yang diteliti, yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga. Sisanya sebesar 49,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung sebesar 14,657 dengan tingkat signifikan 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi bisa dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu kental manis konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Tabel 34. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu kental Manis (Tahap III) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
Konstanta (bo)
1142,829
4,526
0,000
Harga Susu Kental Manis (X1)
-8,124**
-6,221
0,002
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
0,897**
2,846
0,000
Jumlah anggota Keluarga (X4)
-226,865**
-2,314
0,000
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
673,237**
2,032
0,001
R2
0,502
Fhitung
14,657
Uji Kelayakan Model. Uji autokorelasi menunjukkan angka Durbin-Watson sebesar
1,690 berada diantara negatif dua sampai dua, sehingga pada tahap II dinyatakan tidak terjadi autokorelasi. Kemudian hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa
48
untuk kelima variabel independen yang diuji, didapatkan data angka VIF berada diantara angka negatif dua dan dua, demikian juga nilai Tolerance mendekati satu, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya multikolinearitas dalam model regresi. Sehingga variabel tersebut layak dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu kental manis. Pengujian normalitas pada normal probability memberikan hasil bahwa data terlihat di sekitar garis lurus atau tidak terpencar jauh dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi linier memenuhi persyaratan normalitas (Gambar 4). Berdasarkan hal tersebut, model regresi linier dapat digunakan untuk memprediksi jumlah konsumsi susu kental manis.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Kental 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Kental Manis) Hasil uji heteroskedastisitas dari Gambar 5 menunjukkan pola yang tidak berbentuk dengan jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y.
49
Scatterplot
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Kental
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2 -4
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 5. Scatterplot untuk Uji Heteroskedastisitas (Susu Kental Manis) Hal ini berarti bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Model regresi yang baik yaitu memiliki variasi dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau tidak terjadi heteroskedastisitas, jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model
regresi
pada
penelitian
ini
tidak
mengalami
heteroskedastisitas sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu kental manis dengan variabel independen yang digunakan. Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair
Sama seperti pada susu kental manis, analisi regresi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi susu cair konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran ini dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama yaitu dengan memasukkan semua variabel penduga kedalam model dan melakukan uji secara statistik. Tahap kedua yaitu mengidentifikasi variabel yang tidak berpengaruh nyata, dan tahap ketiga adalah memasukkan variabel yang berpengaruh nyata kedalam model.
50
Tahap I. Berdasarkan hasil analisis tahap I, jumlah konsumsi susu cair konsumen
rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 35, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = 164,387 + 233,926X1 + 318,517X2 – 140,800X3 – 249,914X4 + 556,187X5 – 296,419D1 + 514,778D2 Tabel 35. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap I) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
164,387
3,648
0,004
Harga Susu Cair (X1)
233,926**
3,648
0,001
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
318,517*
2,243
0,029
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan (X3)
-140,800
-1,645
0,106
Jumlah Anggota Keluarga (X4)
-249,914
-1,721
0,091
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
556,187
1,572
1,22
Dummy Tingkat Pendidikan (D1)
-296,419
-0,738
0,464
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2)
514,778
1,474
0,146
Konstanta (bo)
R2
0,517
Fhitung
8,271
Berdasarkan hasil uji asumsi multikolinieritas pada Tahap I, ternyata terjadi hubungan kolinier antara harga susu dan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan. Variabel pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan harus dikeluarkan pada tahap selanjutnya karena memiliki nilai VIF tidak berada antara negatif dua dan dua dan nilai Toleransi jauh dari satu jika dibandingkan dengan varibel jumlah pendapatan keluarga. Tahap II. Berdasarkan hasil analisis tahap II jumlah konsumsi susu cair konsumen
rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 36, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = -120,563 + 161,589X1 + 241,302X2 – 292,027X4 + 483,540X5 – 204,257D1 + 512,891D2
51
Tabel 36. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap II) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
-120,563
-2,879
0,001
Harga Susu Cair (X1)
161,589**
3,921
0,000
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
241,302**
2,643
0,011
Jumlah Anggota Keluarga (X4)
-292,027**
-2,011
0,067
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
483,540*
1,728
0,096
Dummy Tingkat Pendidikan (D1)
-204,257
-0,975
0,442
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2)
512,891
1,531
0,138
Konstanta (bo)
R2
0,515
Fhitung
8,912
Berdasarkan hasil analisis regresi kedua, didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,515 atau 51,5%. Ini menunjukkan bahwa sebesar 51,5% variasi jumlah konsumsi susu cair konsumen rumah tangga dapat diterangkan oleh keenam variabel independen yang diteliti yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Sisanya sebesar 49,4% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung sebesar 8,912 yang lebih besar dari F tabel (α=0,01) dengan tingkat signifikan 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, menunjukkan bahwa model regresi bisa dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu cair konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Berdasarkan hasil uji-t pada tahap kedua, dapat dilihat bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata (α=0,01) adalah harga susu, jumlah pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga. Variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata (α=0,05) yaitu, jumlah balita dalam keluarga. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata yaitu dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Berdasarkan hasil uji-t dimana t-hitung dummy tingkat pendidikan sebesar -0,975 dan nilai t-hitung dummy tingkat pengetahuan gizi 1,531 lebih kecil dari t-tabel (1,684) pada taraf kepercayaan 95%, artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata pada tingkat signifikan 0,442 dan 0,138 yang lebih besar dari 0,05. Sama seperti pada susu kental manis, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi dummy tingkat pendidikan bernilai negatif dan dummy
52
tingkat pengetahuan gizi bernilai positif. Koefisien regresi dummy tingkat pendidikan bernilai negatif artinya semakin tinggi tingkat pendidikan akan menurunkan jumlah konsumsi susu cair. Hubungan negatif dan tidak berpengaruh nyatanya dummy tingkat pendidikan terhadap jumlah konsumsi susu cair diduga terjadi karena semakin tinggi tingkat pendidikan formal penentu pola konsumsi keluarga, susu cair belum tentu menjadi pilihan keluarga tersebut untuk dikonsumsi. Kemungkinan keluarga tersebut lebih memilih mengkonsumsi susu bubuk atau susu kental manis. Untuk nilai koefisien regresi dummy tingkat pengetahuan gizi bernilai yang positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga, akan meningkatkan jumlah konsumsi susu cair. Selanjutnya yaitu melakukan pembuangan variabel yang tidak berpengaruh nyata, hal itu dilakukan untuk memperbaiki ketepatan pendugaan model. Peubah Variabel tersebut adalah dummy tingkat pendidikan, dan dummy tingkat pengetahuan gizi. Variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam pendugaan berikutnya yaitu, harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga. Tahap III. Berdasarkan hasil analisis tahap III, jumlah konsumsi susu cair konsumen
rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran seperti pada Tabel 37, maka didapatkan persamaan pengeluaran konsumsi sebagai berikut : Y = -142,684 - 187,670X1 + 252,390X2 – 417,067 X4+ 506,634X5 Tabel 37. Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap III) Variabel
Nilai Koefisien
t-hitung
Signifikan
-142,684
4,526
0,000
-187,670**
-6,221
0,000
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2)
252,390*
2,846
0,006
Jumlah anggota Keluarga (X4)
-417,067*
-2,314
0,041
Jumlah Balita dalam Keluarga (X5)
506,634*
2,052
0,048
Konstanta (bo) Harga Susu Cair(X1)
R2
0,508
Fhitung
7,992
53
Hasil analisis regresi tahap ketiga, didapat nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,508 atau 50,8%. Ini menunjukkan bahwa sebesar 50,8% variasi jumlah konsumsi susu cair dapat diterangkan oleh keempat variabel independen yang diteliti, yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga. Sisanya sebesar 49,2 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung sebesar 7,992 dengan tingkat signifikan 0,000 yang jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga model regresi bisa dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu cair konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Uji Kelayakan Model. Uji autokorelasi menunjukkan angka Durbin-Watson sebesar
1,727 berada diantara negatif dua sampai dua, sehingga pada tahap II dinyatakan tidak terjadi autokorelasi. Kemudian hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa untuk keempat variabel independen yang diuji, didapatkan data angka VIF berada diantara angka negatif dua dan dua, demikian juga nilai Tolerance mendekati satu, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya multikolinearitas dalam model regresi. Sehingga variabel tersebut layak dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu cair.
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Cair 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 6. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Cair)
54
Pengujian normalitas pada normal probability memberikan hasil bahwa data terlihat di sekitar garis lurus atau tidak terpencar jauh dan mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi linier memenuhi persyaratan normalitas (Gambar 6). Berdasarkan hal tersebut, model regresi linier dapat digunakan untuk memprediksi jumlah konsumsi susu cair. Hasil uji heteroskedastisitas dari Gambar 7 menunjukkan pola yang tidak berbentuk dengan jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Model regresi yang baik yaitu memiliki variasi dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau tidak terjadi heteroskedastisitas, jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model
regresi
pada
penelitian
ini
tidak
mengalami
heteroskedastisitas sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi jumlah konsumsi susu cair dengan variabel independen yang digunakan.
Scatterplot
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Cair
Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
2
3
4
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 7. Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Cair)
55
Hasil Akhir Analisis Regresi dan Hubungan Variabel-variabel Independen Terhadap Jumlah Konsumsi Susu
Pada hasil akhir analisis, pendugaan model dari masing-masing jenis susu menunjukkan hasil yang berbeda. Misalnya, ada beberapa variabel yang mempunyai pengaruh nyata pada jenis susu tertentu tapi tidak pada berpengaruh nyata pada jenis susu yang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 38. Tabel 38. Hasil Akhir Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Variabel
Susu Bubuk
Susu Kental Manis
Susu Cair
Koefisien
t-hitung
Koefisien
t-hitung
Koefisien
t-hitung
Konstanta (bo)
340,418
2,813
1142,829
4,526
-142,684
4,526
Harga Susu Cair (X1)
-4,612**
-2,791
-8,124**
-6,221
-187,670**
-6,221
1,478**
4,237
0,897**
2,846
252,390*
2,846
-0,339*
-1,903
-
-
-
-
-
-
-226,865*
-2,314
-417,067*
-2,314
0,963**
2,872
673,237*
2,032
506,634*
2,052
-
-
-
-
-
-
2,226
-
-
-
-
Jumlah Pendapatan Keluarga (X2) Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan (X3) Jumlah Anggota Keluarga (X4) Jumlah Balita dalam Keluarga (X5) Dummy Tingkat Pendidikan (D1) Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi (D2) R2 Fhitung
3,603* 0,527
0,502
0,508
12,731
14,657
7,992
Keterangan : ** Signifikan pada taraf nyata (α = 0,01) * Signifikan pada taraf nyata (α = 0,05)
Variabel-variabel yang digunakan dalam model ini tidak semua mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah susu yang dikonsumsi. Secara keseluruhan dari ketujuh variabel yang digunakan, ada yang mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi ketiga jenis susu (bubuk, kental dan cair). Harga susu, jumlah pendapatan keluarga dan jumlah balita dalam keluarga, merupakan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi ketiga jenis susu (bubuk, kental dan cair). Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan dan dummy tingkat pengetahuan gizi hanya mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk. Jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental dan susu cair. Jumlah anggota keluarga, hanya tidak
56
mempunyai pengaruh nyata pada jumlah konsumsi susu bubuk. Terakhir yaitu dummy tingkat pendidikan, variabel ini ternyata tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi ketiga jenis susu (bubuk, kental dan cair). Tabel 39. Hubungan Variabel-variabel Independen Terhadap Jumlah Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Cair Variabel
Jenis Susu Bubuk
Kental
Cair
Harga Susu
√
√
√
Jumlah Pendapatan Keluarga
√
√
√
Pengeluaran untuk konsumsi bahan Makanan
√
-
-
Jumlah Anggota Keluarga
-
√
√
Jumlah Balita dalam Keluarga
√
√
√
Dummy Tingkat Pendidikan
-
-
-
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi
√
-
-
Keterangan : √ = Mempunyai Pengaruh Nyata - = Tidak Mempunyai Pengaruh Nyata Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis, dan Susu Cair Harga Susu
Harga rata-rata susu bubuk yang dikonsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yaitu Rp 45,7412 ± 5,3123 per gram. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,791) lebih besar daripada t-tabel α = 0,05 (1,684). Artinya harga susu bubuk berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk. Hasil analisisi regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi harga susu bubuk bernilai negatif (-4,285), artinya bahwa peningkatan harga susu bubuk sebesar Rp 1 akan menyebabkan penurunan jumlah susu bubuk yang dikonsumsi dalam keluarga sebesar 4,285 gram. Harga rata-rata susu kental manis yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yaitu Rp 15,333448 ± 4,32276 per gram. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (6,221) lebih besar daripada t-tabel α = 0,05 (1,684). Artinya harga susu kental manis berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental mannis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi harga
57
susu kental manis bernilai negatif (-8,124), artinya bahwa meningkatnya harga susu kental manis sebesar Rp 1 akan menyebabkan menurunnya jumlah konsumsi susu kental manis dalam keluarga sebesar 8,124 gram. Harga rata-rata susu cair yang dikonsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yaitu Rp 9,66732 ± 4,63782 per ml. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (6,221) lebih besar dari t-tabel α = 0,05 (1,684). Artinya harga susu cair berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair. Analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi harga susu cair bernilai negatif (-187,670), artinya peningkatan harga susu cair sebesar Rp 1 akan menyebabkan penurunan jumlah konsumsi susu cair dalam keluarga sebesar 187,670 ml. Jumlah Pendapatan Keluarga
Rata-rata jumlah pendapatan keluarga adalah Rp2,8618 ± 1,881181 per bulan (dalam jutaan). Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (4,237) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pendapatan keluarga yang digunakan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah pendapatan bernilai positif 1,478. Artinya kenaikan jumlah pendapatan keluarga sebesar Rp 1 akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi susu bubuk sebesar 1,478 gram. Rata-rata jumlah pendapatan keluarga konsumen susu kental manis adalah Rp 2,4523 ± 1,62372 per bulan (dalam jutaan). Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,846) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pendapatan keluarga yang digunakan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental manis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah pendapatan bernilai positif yaitu 0,897. Artinya kenaikan jumlah pendapatan keluarga sebesa Rp 1 akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi susu kental manis sebesar 0,897 gram. Rata-rata jumlah pendapatan keluarga adalah Rp 2,7253 ± 1,82246 per bulan (dalam jutaan). Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,846) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pendapatan keluarga yang digunakan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair.
58
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah pendapatan keluarga bernilai positif yaitu 252,390. Artinya kenaikan jumlah pendapatan keluarga sebesar Rp 1 akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi susu cair dalam keluarga sebesar 252,390 ml. Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah Rp.8,842 ± 4,2201 per bulan (dalam ratusan ribu). Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (1,903) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah pendapatan bernilai negatif (-0,339). Artinya peningkatan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp 1 akan mengakibatkan penurunan jumlah konsumsi susu bubuk sebesar 0,339 gram. Hal ini bisa terjadi karena dengan adanya peningkatan jumlah konsumsi untuk bahan makanan, ternyata alokasi utuk konsumsi susu bubuk dialihkan untuk konsumsi susu kental manis atau untuk alokasi bahan makanan lain selain susu. Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah Rp 8,724 ± 3,6831 per bulan (dalam ratusan ribu). Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (0,602) lebih kecil daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental manis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah konsumsi untuk bahan makanan bernilai positif yaitu 44,714. Artinya kenaikan jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp 1 akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi susu kental manis sebesar 44,714 gram. Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah Rp 9,347 ± 4,3521 per bulan (dalam ratusan ribu). Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (1,645) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Artinya, jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair. Koefisien regresi jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan bernilai negatif yaitu -40,800. Artinya kenaikan jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp 1 rupiah akan mengakibatkan penurunan
59
jumlah konsumsi susu cair sebesar 40,800 ml. Hal ini terjadi sama seperti pada susu bubuk, dimana dengan adanya peningkatan jumlah konsumsi untuk bahan makanan, ternyata alokasi utuk konsumsi susu cair dialihkan untuk konsumsi susu kental manis atau untuk alokasi bahan makanan lain selain susu. Jumlah Anggota Keluarga
Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4,6 ± 1,291432 orang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (0,477) lebih kecil dari pada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah anggota keluarga bernilai positif (0,710). Artinya kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak satu orang akan menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi susu bubuk sebesar 0,710 gram. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4,8133 ± 1,62832 orang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,314) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental manis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah anggota keluarga bernilai negatif yaitu -226,865. Artinya bahwa kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak satu orang akan menyebabkan penurunan jumlah konsumsi susu kental dalam keluarga sebesar 226,865 gram. Hal ini bisa terjadi karena dengan adanya peningkatan jumlah anggota keluarga, kemungkinan keluarga tidak lagi mengkonsumsi susu kental manis lagi tetapi memilih mengkonsumsi susu bubuk. Rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4,832 ± 1,13772 orang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,314) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah anggota keluarga bernilai negatif yaitu -417,067. Artinya kenaikan jumlah anggota keluarga sebanyak satu orang akan menyebabkan penurunan jumlah konsumsi susu cair sebesar 417,067 ml. Sama halnya pada susu kental manis, dengan adanya peningkatan jumlah anggota keluarga, kemungkinan keluarga tidak lagi mengkonsumsi susu cair lagi tetapi memilih mengkonsumsi susu bubuk.
60
Jumlah Balita dalam Keluarga
Jumlah balita dalam keluarga termasuk variabel yang diduga mempengaruhi jumlah konsumsi susu bubuk keluarga. Rata-rata jumlah balita dalam keluarga adalah 0,74733 ± 0,548657 orang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,872) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah balita dalam keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah balita dalam keluarga bernilai positif (0,963). Artinya kenaikan jumlah balita sebanyak 1 jiwa dalam keluarga akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi susu bubuk sebesar 0,963 gram. Jumlah balita dalam keluarga termasuk variabel yang diduga mempengaruhi jumlah permintaan susu kental manis. Rata-rata jumlah balita dalam keluarga adalah 0,466667 ± 0,535729 orang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,032) lebih besar dari t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Artinya jumlah balita dalam keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental manis. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah balita dalam keluarga bernilai positif yaitu 673,273. Artinya peningkatan jumlah balita sebanyak satu jiwa dalam keluarga akan mengakibatkan peningkatan jumlah konsumsi susu kental manis sebesar 673,273 gram. Jumlah balita dalam keluarga termasuk variabel yang diduga mempengaruhi jumlah permintaan terhadap susu cair. Rata-rata jumlah balita dalam keluarga adalah 0,38743 ± 0,58326 orang. Hasil uji-t menunjukkan bahwa t-hitung (2,052) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah balita dalam keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi jumlah balita dalam keluarga bernilai positif yaitu 506,634. Artinya kenaikan jumlah balita sebanyak satu jiwa dalam keluarga akan meningkatan jumlah konsumsi susu cair sebesar 506,634 ml. Dummy Tingkat Pendidikan
Berdasarkan uji-t dummy tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk, dimana t-hitung (0,466) lebih kecil daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Koefisien regresi tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga bernilai positif (0,286). Artinya semakin
61
tinggi tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga akan meningkatkan jumlah konsumsi susu bubuk dalam keluarga sebesar 0,286 gram. Berdasarkan uji-t dummy tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental manis. Dimana thitung (0,031) lebih kecil daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Koefisien regresi tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga bernilai negatif (-0,286). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga akan menurunkan jumlah konsumsi susu kental manis dalam keluarga sebesar 0,286 gram. Hal ini mungkin terjadi karena dengan semakin tinggi tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga maka keputusan mengkonsumsi susu dialihkan pada susu bubuk. Berdasarkan uji-t dummy tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair. Hasil uji-t menunjukkan t-hitung (0,975) lebih kecil daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Koefisien regresi tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga bernilai negatif (-204,257). Hal ini menunjukkan semakin tingginya tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga maka akan menurunkan jumlah konsumsi susu cair sebesar 204,257 ml. Sama halnya pada susu kental manis, dengan semakin tinggi tingkat pendidikan penentu pola konsumsi keluarga maka keputusan mengkonsumsi susu dialihkan pada susu bubuk. Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi
Berdasarkan uji-t dummy tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu bubuk, dimana t-hitung (2,226) lebih besar daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Koefisien regresi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga bernilai positif (3,603). Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga maka akan meningkatkan jumlah konsumsi susu bubuk dalam keluarga sebesar 3,603 gram. Berdasarkan uji-t dummy tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu kental manis, dimana nilai t-hitung (1,452) lebih kecil daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Koefisien regresi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga bernilai
62
positif (643,373). Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga, akan meningkatkan jumlah konsumsi susu kental manis dalam keluarga sebesar 643,373 ml. Berdasarkan uji-t dummy tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi susu cair, dimana t-hitung (1,531) lebih kecil daripada t-tabel pada α = 0,05 (1,684). Koefisien regresi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga bernilai positif (512,891). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi penentu pola konsumsi keluarga, maka jumlah konsumsi susu cair meningkat sebesar 512,891 ml.
63
KESIMPULAN
Pola konsumsi susu pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi dalam rumah tangga tersebut, yaitu pola konsumsi susu bubuk, pola konsumsi susu kental manis, dan pola konsumsi susu cair. Pola konsumsi rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk sangat beragam. Dilihat dari merek susu yang dikonsumsi, rumah tangga paling banyak memilih merek Dancow, yaitu sebanyak 11 rumah tangga (24,44%). Alasan memilih merek susu bubuk tersebut kebanyakan karena sudah meresa cocok dengan merek tersebut, yaitu sebanyak 14 rumah tangga (31,11%). Berdasarkan frekuensi pembelian terbanyak melakukan pembelian satu kali dalam sebulan yaitu sebanyak 18 rumah tangga (40,00%). Terbanyak melakukan pembelian susu yang dikonsumsi yaitu di supermarket, sebanyak 22 rumah tangga atau sebesar (48,89%). Terakhir yaitu kandungan gizi yang paling banyak diperhatikan yaitu protein dengan 21 rumah tangga (46,67%). Pola konsumsi rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis juga sangat beragam. Dilihat dari merek susu yang dikonsumsi, paling banyak yang dipilih yaitu merek Bendera, sebanyak delapan rumah tangga (50%). Alasan memilih merek tersebut kebanyakan karena merasa harganya lebih murah dibandingkan merek lain, yaitu sebanyak tujuh rumah tangga (43,75%). Berdasarkan frekuensi pembelian terbanyak melakukan pembelian satu kali dalam sebulan yaitu sebanyak enam rumah tangga (37,50%). Terbanyak melakukan pembelian susu kental manis yang dikonsumsi yaitu di minimarket, sebanyak tujuh rumah tangga (43,75). Terakhir yaitu kandungan gizi yang paling banyak diperhatikan yaitu protein dengan tujuh rumah tangga ( 43,75%). Pola konsumsi rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair juga sangat beragam. Dilihat dari merek susu yang dikonsumsi, paling banyak yang dipilih yaitu merek Ultra, sebanyak 12 rumah tangga (66,67%). Alasan memilih merek tersebut karena sudah terbiasa, yaitu sebesar 66,67% atau sebanyak 12 rumah tangga. Berdasarkan frekuensi pembelian, terbanyak melakukan pembelian satu kali dalam sebulan yaitu sebanyak sembilan rumah tangga (50%). Terbanyak melakukan pembelian susu yang dikonsumsi yaitu di minimarket, sebanyak delapan rumah
65
tangga atau sebesar 44,45%. Terakhir yaitu kandungan gizi yang paling banyak diperhatikan yaitu protein dengan 12 rumah tangga (66,66%). Berdasarkan analisis linier berganda, menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu bubuk yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan, jumlah balita dalam keluarga, dan dummy tingkat pengetahuan gizi, dengan R2 sebesar 0,527 atau 52,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu kental manis yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga, dengan R2 sebesar 0,502 atau 50,2%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu cair yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga, dengan R2 sebesar 0,508 atau 50,8%.
66
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2006. Konsumsi Protein Hewani Nasional. Jakarta. Blakely, James and David H. Blade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleed dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press. Jakarta. Budianto. J. 2002. Kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian organik. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta dan Masyarakat Pertanian Organik Indonesia. Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Edisi Revisi. Universitas Muhammadiyah Malang Press. Malang. Dantji, H. S. 1991. Analisis Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Susu Segar, Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Cair di Kota Administratif Depok Kabupaten Bogor. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Durianto, Darmadi dan Sugiarto. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Edelstein. 1988. Composition of Milk, Word Animal Science. Meat Science, Milk Scienceand Technology. Editor : Cross H.R. Elsevier Science Publishers B.V. Amsterdam Engel, J.F., R.D. Black Well dan P.W. Miniard. 1994. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara. Jakarta. Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta Kemalawaty, 1999. Analisis konsumsi pangan sumber protein hewani di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Khadijah. 2005. Analisis konsumsi mie dan bihun konsumen rumah tangga di Jakarta Timur. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Faperta. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Khomsan, A. 1993. Keragaman Kebiasaan Makan Pada Peserta dan Bukan Peserta Proyek Diversivikasi Pangan dan Gizi. Media Gizi Keluarga. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
67
Khumaidi, M. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizo. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lestari, E. A. 2003. Audit energi pada pengolahan susu cair menjadi susu bubuk di PT Ultrindo Inti Jaya Jakarta. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey, R.G., Paul N. Courant, D. Purvis, dan P.O. Steiner.1995. Ekonomi Mikro. Binarupa Aksara. Jakarta. Nasution, A dan A. Khomsan. 1995. Aspek Gizi dan Kesehatan dalam Rangka Training Integrasi Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Bogor. Purba, R. P. 2004. Analisis perubahan pola konsumsi daging di Indonesia. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Putong, S. 2003.Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi 2. Ghalia Indonesia. Jakarta Santoso, S. 2000. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex Media Komputindo. Jakarta Setiady P dan Husaini U. 1998. Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syarief, H. 1997. Membangun Sumber Daya Berkualitas. Suatu Telaah Gizi Masyarakat dan Keluarga. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Widodo. 2003. Teknologi Proses Susu Bubuk. Lacticia Press. Yogyakarta.
68
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Cair Konsumen Rumah Tangga ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebasar-besarnya kepada kedua orang tua, kakak dan adik yang banyak membantu doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, serta kasih sayang yang selalu tercurah kepada penulis sehingga penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi dan Ir. Juniar Atmakusuma, MS juga selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu dan pikiran dalam membimbing dari awal pengerjaan proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Sri Mulatsih dan Ibu Nenni Polli atas masukan dan sarannya sebagai dosen penguji sidang. Selain itu ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Nining atas kritik dan saran yang telah diberikan pada saat seminar, dan Ibu Ririt selaku panitia seminar. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Winni atas kesabaran dan dukungannya, keluarga bapak Suryo Adiwibowo, temanteman SEIP 39 (jangan pada kuah doang ye....), adik-adik SEIP 40-41 atas semangatnya, dan tak lupa teman-teman seperjuangan “Yakuza” dan “cah pati” atas kebersamaan dan bantuannya. Serta terima kasih juga untuk semua civitas akademika Fakultas Peternakan IPB.
Bogor, Desember 2006 Penulis
64
LAMPIRAN
Lampiran 1. Karakteristik Responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 38 46 23 22 57 58 27 32 47 26 29 28 50 52 47 44 28 29 30 30 45 46 44 56 41
Status Ibu Ibu Anak Ibu Ayah Ibu Anak Ibu Ibu Anak Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Pendidikan SMU akademi PT PT SMU SMU PT Akademi SMU PT SMU SLTP PT PT SMU PT PT SMU SMU SMU PT SMU SMU SMU SMU
Pengetahuan Gizi sedang baik sedang sedang sedang baik sedang baik sedang baik baik baik baik baik baik sedang baik baik kurang sedang baik baik sedang baik sedang
Jumlah Anggota Keluarga 6 5 4 3 3 5 4 4 5 7 8 4 4 2 4 6 3 3 4 3 8 4 4 5 5
Jumlah Balita 2 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
Pendapatan 1.700.000 2.850.000 1.000.000 2.000.000 3.500.000 3.000.000 5.000.000 2.500.000 3.500.000 5.000.000 1.500.000 2.000.000 1.750.000 3.900.000 1.500.000 1.500.000 3.200.000 1.360.000 1.500.000 1.400.000 4.000.000 1.700.000 1.500.000 2.500.000 2.000.000
Pengeluaran 780000 915000 391000 425000 960000 1150000 1503000 880000 518000 1842000 430000 524000 448000 1116000 596000 420000 1005000 541000 700000 420000 1740000 532000 617000 315000 1109000
No. 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 45 38 59 32 23 41 33 44 31 37 41 37 47 42 36 33 34 32 36 35 24 34 29 32 36
Status Ibu Ibu Ibu Ibu Anak Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ayah Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Pendidikan SMU SMU SMU SMU PT PT SMU SMU SLTP SMU SMU SMU SMU SMU SMU SLTP PT PT PT SLTP SMU PT SMU PT PT
Pengetahuan Gizi baik sedang sedang baik baik baik baik baik baik sedang baik baik sedang sedang baik baik baik baik sedang kurang sedang baik baik baik baik
Jumlah Anggota Keluarga 6 5 4 6 5 4 4 7 3 5 5 4 3 6 4 4 6 4 4 4 4 5 5 4 6
Jumlah Balita 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Pendapatan 7.000.000 3.500.000 1.500.000 3.500.000 1.700.000 3.200.000 2.000.000 1.200.000 1.500.000 1.600.000 1.500.000 1.500.000 1.700.000 3.400.000 1.750.000 1.200.000 8.000.000 7.500.000 4.000.000 1.200.000 3.500.000 10.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000
Pengeluaran 1183000 940000 680000 1980000 480000 1020000 556000 712000 832000 442000 482000 707000 610000 542000 750000 560000 1324000 1520000 1300000 680000 1483000 1925000 1480000 536000 1256000
No. 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Jenis Kelamin laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur: SD
= 9,71
Rata-rata = 37
Umur 23 20 29 22 30 49 35 38 29 34
Status Anak Anak Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Pendidikan PT PT PT PT SMU SMU SMU SMU SMU SMU
Pendapatan : SD
Pengetahuan Gizi sedang baik baik baik sedang baik baik baik baik baik
= 1.881.181,1
Rata-rata = 2.861.833
Jumlah Anggota Keluarga 4 4 6 5 3 4 5 8 4 4
Jumlah Balita 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
Pengeluaran : SD
Pendapatan 1.400.000 3.000.000 2.600.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 5.200.000 3.000.000 1.000.000 1.200.000
Pengeluaran 981000 1130000 1050000 760000 980000 800000 1370000 1134000 430000 560000
= 422.014,129
Rata-rata = 884.200
Lampiran 2. Hasil Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk (Tahap I) b
Model Summary
Change Statistics Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square Change
F Change
df1
b Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk b
ANOVA
Model 1
df2
Sig. F Change
Durbin-Watson
,598(a) ,536 ,272 1522,48952 ,536 10,259 7 52 ,001 a Predictors: (Constant), Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi, Jumlah Balita dalam Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Dummy Tingkat Pendidikan, Harga Susu, Jumlah Pendapatan Keluarga, Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
Regression Residual
Sum of Squares 67262668 1E+008
df 7
Mean Square 9608952,544
52
2317974,337
F 10,259
Sig. ,001(a)
Total
2E+008 59 a Predictors: (Constant), Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi, Jumlah Balita dalam Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Dummy Tingkat Pendidikan, Harga Susu, Jumlah Pendapatan Keluarga, Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan b Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
Coefficients
a
1,741
Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B 337,370
Std. Error 1291,182
-4,285
7,101
-,138
Jumlah Pendapatan Keluarga
1,386
,008
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
-0,276
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Balita dalam Keluarga
(Constant) Harga Susu
Dummy Tingkat Pendidikan Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi
Correlations t
Partial
Collinearity Statistics
Zero-order
2,786
Sig. 0,006
-2,736
0,012
,391
,133
,108
,612
1,634
,184
4,091
0,000
,434
,149
,121
,835
1,797
,001
-,140
-1,723
0,005
,425
,109
,088
,691
1,560
0,710
161,629
,218
0,477
0,737
-,077
-,248
-,205
,886
1,129
0,857
399,676
,268
2,872
0,008
,419
,296
,248
,857
1,167
-0,286
368,060
-,060
-0,466
0,861
,263
,067
,054
,815
1,226
3,999
377,498
,110
2,118
0,021
,185
,129
,104
,895
1,118
a Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
Beta
Part
Torerance
VIF
Lampiran 3. Hasil Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk (Tahap II) b
Model Summary
Change Statistics Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square Change
F Change
df1
Sig. F Change
Durbin-Watson
,598(a) ,527 ,272 1522,48952 ,527 12,731 7 52 ,001 a Predictors: (Constant), Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi, Jumlah Balita dalam Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Dummy Tingkat Pendidikan, Harga Susu, Jumlah Pendapatan Keluarga, Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan b Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
b
ANOVA Model 1
df2
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
58790720
5
11758144,107
129006612
54
2389011,348
F 12,731
Sig. ,001(a)
Total
187797333 59 a Predictors: (Constant), Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi, Jumlah Balita dalam Keluarga, Harga Susu, Jumlah Pendapatan Keluarga, Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan b Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
Coefficients
a
1,793
Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B 340,418
Std. Error 1291,182
-4,612
7,101
-,138
Jumlah Pendapatan Keluarga
1,478
,000
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
-0,339
Jumlah Balita dalam Keluarga Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi
(Constant) Harga Susu
Correlations t
Partial
Collinearity Statistics
Zero-order
2,813
Sig. 0,002
-2,791
0,004
,391
,133
,108
,612
1,634
,184
4237
0,000
,434
,149
,121
,835
1,797
,001
-,140
-1,903
0,000
,425
,109
,088
,691
1,560
0,963
399,676
,268
2,872
0,002
,419
,296
,248
,857
1,167
3,603
377,498
,110
2,226
0,009
,185
,129
,104
,895
1,118
a Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Bubuk
Beta
Part
Torerance
VIF
Lampiran 4. Hasil Analisis Pola Konsumsi Susu Kental Manis (Tahap I) b
Model Summary
Change Statistics Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
R Square Change
F Change
b Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Kental b
ANOVA
Model 1
df1
df2
Sig. F Change
Durbin-Watson
,868(a) ,753 ,720 414,16840 ,753 22,686 7 52 ,000 a Predictors: (Constant), Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi, Jumlah Balita dalam Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Dummy Tingkat Pendidikan, Harga Susu, Jumlah Pendapatan Keluarga, Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
Regression
Sum of Squares 67262668
df 7
Mean Square 9608952,544 2317974,337
Residual
1E+008
52
Total
2E+008
59
F 10,259
Sig. ,001(a)
a Predictors: (Constant), Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi, Jumlah Balita dalam Keluarga, Jumlah Anggota Keluarga, Dummy Tingkat Pendidikan, Harga Susu, Jumlah Pendapatan Keluarga, Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan b Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Kental
1,399
Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) Harga Susu
B -444,369
Std. Error 402,770
Standardized Coefficients Beta
Correlations t -3,597
Sig. 0,006
Zero-order
Partial
Collinearity Statistics Part
Torerance
VIF
-4,256
,000
-,194
-4,331
0,001
-,123
-,250
-,128
,436
1,293
Jumlah Pendapatan Keluarga
0,473
,000
,292
2,069
0,012
,035
,366
,195
,447
1,239
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
44,716
44,148
,032
0,602
0,550
-,073
,061
,030
,878
2,138
Jumlah Anggota Keluarga
-292,780
108,436
-,038
-1,788
0,080
,016
,071
,035
,862
1,161
Jumlah Balita dalam Keluarga
717,840
105,881
,069
1,763
0,084
-,363
-,118
-,059
,729
1,371
Dummy Tingkat Pendidikan
-65,617
105,571
-,046
-0,018
0,143
-,296
-,084
-,042
,846
1,181
Dummy Tingkat Pengetahuan Gizi
640,404
8,187
,816
1,212
0,125
,837
,824
,722
,784
1,275
a Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Susu Kental