ANALISIS PERILAKU PEMBELIAN DAN KONSUMSI PRODUK SUPLEMEN MAKANAN
ANDI AGUSTIADI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRACT ANDI AGUSTIADI. The analysis of buying and consumption behavior of food supplement. Supervised by HARTOYO and RETNANINGSIH. The objective of this research was to identify the consumption behavior of food supplement and to analyze the factors associated with buying and consumption behavior. This research was conducted at Tegal Gundil and Bantarjati villages (Northern Bogor Subdistrict) involving 100 purposively selected respondents. The respondents were at age of 20-65 year old and have consumed food supplement at least one product in the last month. Data collection was carried out through interviews using questionnaire. The research concluded that most of respondents consume tablet multivitamin of food supplement. It was about 83 brands of multivitamin mentioned by consumers. Which the Enervon-C was the most popular brand consumed. The greatest proportion of consumers consume at least a suggested portion in any relevant forms of food supplement a day (≥30 times/month). The results shows that the variables fo education and income have a negative significant relationship with the frequency of food supplement. Furthermore the variabel of income have a positive and significant relationship with the frequency of food supplement consumption. Keywords: consumption behavior, food supplement, purchasing behavior
ABSTRAK ANDI AGUSTIADI. Analisis perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan. Dibimbing oleh HARTOYO dan RETNANINGSIH. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada penduduk Kota Bogor yang tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Responden berjumlah 100 orang berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir dengan pemilihan secara purposive. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan jenis suplemen makanan yang dikonsumsi adalah multivitamin berbentuk kaplet. Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek. Enervon-C sebagai merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi. Proporsi terbesar konsumen mengonsumsi suplemen makanan setiap hari (≥30 kl/bl) dengan minimal satu takaran anjuran pakai suplemen makanan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Variabel pendapatan memiliki hubungan positif signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan. Kata kunci: perilaku konsumsi, perilaku pembelian, suplemen makanan
RINGKASAN ANDI AGUSTIADI. Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan. Dibimbing oleh HARTOYO dan RETNANINGSIH. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Tujuan khusus penelitian ini: 1) mengidentifikasi motivasi dan persepsi manfaat dalam pembelian produk suplemen makanan; 2) mengidentifikasi sumber informasi dan atribut produk dalam pembelian produk suplemen makanan; 3) mengidentifikasi evaluasi alternatif dalam pemilihan merek produk suplemen makanan; 4) mengidentifikasi pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk dan merek yang dikonsumsi, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan jumlah konsumsi; 5) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara yang dipilih berdasarkan pertimbangan di lokasi tersebut tersedia tempat pembelian suplemen makanan seperti apotek/toko obat, minimarket, toko/warung, dan stokis distributor MLM sehingga diduga penduduknya banyak yang mengonsumsi suplemen makanan karena memiliki kemudahan dalam membeli suplemen makanan. Penelitian ini melibatkan 100 orang yang dipilih secara purposive dengan kriteria berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir. Contoh dipilih secara purposive sebanyak 43 responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Bantarjati dan sebanyak 57 responden yang bertempat tinggal di Kelurahan Tegal Gundil. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer (wawancara langsung kuesioner) dan data sekunder (studi literatur). Pengambilan data dilakukan selama satu setengah bulan pada April – Mei 2011. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensia (korelasi Pearson) menggunakan program microsoft excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (53,0%) berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun) dengan rata-rata usia contoh sebesar 39 tahun. Lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan, lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana, sepertiga contoh (33,0%) bermata pencaharian sebagai pegawai swasta. Rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.605.000,00 per bulan, sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam kondisi sehat, hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil. Sebagian besar contoh (80,0%) berada dalam kondisi psikologis tidak stress, sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, hampir sebagian besar contoh (74,0%) memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan tidak berpenyakit. Proses pengambilan keputusan pembelian terhadap produk suplemen makanan menunjukkan hampir seluruh contoh memiliki motivasi membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran. Persepsi terhadap manfaat suplemen
makanan menunjukkan seluruh contoh memiliki persepsi sebagai produk yang dapat membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan stamina. Sebagian besar contoh (87,0%) memiliki pengetahuan baik terhadap produk suplemen makanan. Lebih dari separuh contoh (67,0%) mendapatkan informasi tentang suplemen makanan dari teman/kenalan, sebagian besar contoh (78,0%) memilih klaim sebagai fokus utama dalam mencari informasi. Sebagian besar contoh (79,0%) memilih klaim sebagai pertimbangan utama dalam memilih merek, hampir seluruh contoh (92,0%) tetap membeli merek yang biasa dikonsumsi walaupun harga naik. Lebih dari separuh contoh (57,0%) melakukan pembelian secara terencana, sebagian besar contoh (76,0%) memilih klaim produsen sebagai bentuk promosi yang paling menarik, lebih dari separuh contoh (69,0%) memilih apotek/toko obat sebagai tempat pembelian suplemen makanan, sebagian besar contoh (79,0%) memilih produknya lengkap sebagai tempat pembelian, sebagian besar contoh (76,0%) memilih keluarga sebagai orang yang mempengaruhi contoh dalam memutuskan pembelian, dan hampir separuh contoh (42,0%) menyediakan waktu khusus untuk membeli suplemen makanan. Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek dengan rata-rata 2 merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi contoh. Seperlima contoh (20,0%) memilih Enervon-C sebagai merek yang dikonsumsi. Sebagian besar contoh (80,0%) mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis multivitamin. Lebih dari separuh contoh (62,0%) mengonsumsi dalam bentuk kaplet. Lebih dari separuh contoh (67,0%) memiliki frekuensi pembelian suplemen makanan pada kategori (1 kl/bl) dengan rentang 1-15 kl/bl. Lebih dari separuh contoh (68,0%) memiliki jumlah pembelian suplemen makanan pada kategori (≥21 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl. Rata-rata pengeluaran contoh untuk membeli suplemen makanan sebesar Rp211.543,00. Sebagian besar contoh (76,0%) berada pada kategori di bawah ratarata (≤Rp211.543,00) sebesar ≤6% pendapatan dengan rentang pengeluaran untuk suplemen makanan sebesar Rp11.000,00 hingga Rp2.200.000,00. Lebih dari separuh contoh (54,0%) memiliki frekuensi konsumsi suplemen makanan pada kategori setiap hari (≥30 kl/bl) dengan rentang 3-30 kl/bl dan hampir separuh contoh (44,0%) berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai. Lebih dari separuh contoh (54,0%) memiliki jumlah konsumsi pada kategori setiap hari (≥30 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl dan hampir separuh contoh (49,0%) berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai. Analisis hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku pembelian suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendidikan dan pendapatan yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Sedangkan analisis hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendapatan yang memiliki hubungan signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan. Konsumen suplemen makanan disarankan untuk melakukan pembelian secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan mencari informasi sebelum melakukan pembelian serta tidak hanya melihat klaim dari produsen karena terkadang berlebihan dan tidak sesuai. Kata kunci: perilaku konsumsi, perilaku pembelian, suplemen makanan.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2013
Andi Agustiadi NIM I24060205
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS PERILAKU PEMBELIAN DAN KONSUMSI PRODUK SUPLEMEN MAKANAN
ANDI AGUSTIADI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
: Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan
Nama
: Andi Agustiadi
NIM
: I24060205
Disetujui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Pembimbing I
Ir. Retnaningsih, M.Si. Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan”. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. dan Ir. Retnaningsih, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh pengertian dalam memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. 2. Megawati Simanjuntak, S.P., M.Si., selaku dosen pemandu dalam seminar hasil penelitian, Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. dan Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S., selaku dosen penguji dan pembimbing akademik yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini, Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku komdik. 3. Seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di IKK dan FEMA yang telah banyak membantu selama perkuliahan hingga selesai. 4. Aparat pemerintahan Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, serta para responden penelitian ini. 5. Ibu dan Bapak tercinta, Kurniati S.Pd., dan Sya’roni S.Pd. dengan segenap kemampuannya yang terus mendoakan, menyemangati, berjuang dan berkorban untuk mencapai impian bersama. Om Istono, Bibi Enci, Tafi, Tiara, Annisa Noor Baeti yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi. 6. Sahabat seperjuangan IPB, IKK, Indra Thamrin, Pa Abas, Agus, Elmanora, Ririn, Sekar, seluruh crew Wisma Alma, Andi Rent Car, Magnet Botani yang telah menjadi teman dalam menyelesaikan skripsi. 7. Semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Bogor,
Februari 2013
Andi Agustiadi
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 Perumusan Masalah .................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5 Suplemen Makanan .................................................................................... 5 Pengertian, Fungsi, dan Komposisi Suplemen Makanan ....................... 5 Peraturan Perundangan Terkait Perlindungan Konsumen ..................... 6 Perilaku Pembelian dan Konsumsi .............................................................. 6 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ......................... 7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumsi ................................. 9 KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 15 METODE PENELITIAN ................................................................................... 19 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ...................................................... 19 Contoh dan Cara Penarikan Contoh .......................................................... 19 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 20 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 21 HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 25 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................................... 25 Karakteristik Contoh................................................................................. 26 Usia ................................................................................................... 26 Jenis Kelamin .................................................................................... 26 Pendidikan ......................................................................................... 26 Pekerjaan ........................................................................................... 27 Pendapatan ........................................................................................ 28 Kesehatan .......................................................................................... 28 Kehamilan ......................................................................................... 28 Tingkat Stress .................................................................................... 29 Kebiasaan Merokok ........................................................................... 29 Kebiasaan Makan .............................................................................. 29 Riwayat Kesehatan ............................................................................ 30 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen .............................. 30 Pengenalan Masalah .......................................................................... 30 Pencarian Informasi ........................................................................... 32 Evaluasi Alternatif ............................................................................. 35 Keputusan Pembelian......................................................................... 36 xi
Halaman Perilaku Pembelian dan Konsumsi Suplemen Makanan............................. 38 Jenis, Bentuk, dan Merek Konsumsi................................................... 38 Frekuensi Pembelian .......................................................................... 43 Jumlah Pembelian .............................................................................. 43 Pengeluaran Untuk Suplemen Makanan ............................................. 44 Frekuensi Konsumsi ........................................................................... 45 Jumlah Konsumsi ............................................................................... 46 Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Pembelian Suplemen Makanan .................................................... 47 Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Konsumsi Suplemen Makanan .................................................... 48 Pembahasan .............................................................................................. 49 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 58 SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 59 Simpulan .................................................................................................. 59 Saran ........................................................................................................ 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61 LAMPIRAN ...................................................................................................... 67 RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 79
xii
DAFTAR TABEL No Halaman 1 Kategori data dan alat ukur penelitian .................................................... 21 2
Sebaran contoh berdasarkan usia ............................................................
26
3
Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin .............................................
26
4
Sebaran contoh berdasarkan pendidikan .................................................
27
5
Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ...................................................
27
6
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ................................................
28
7
Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan ......................................
28
8
Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan ......................................
29
9
Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress ..............................................
29
10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok ....................................
29
11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan........................................
30
12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan ......................................
30
13 Sebaran contoh berdasarkan motivasi utama membeli suplemen makanan ..................................................................
31
14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi manfaat membeli suplemen makanan .......................................
31
15 Persentase contoh berdasarkan jawaban pengetahuan yang benar tentang suplemen makanan ..................................................
33
16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang suplemen makanan ....
34
17 Sebaran sumber informasi contoh tentang suplemen makanan ................
34
18 Sebaran contoh berdasarkan fokus dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan ................
35
19 Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan ..............................................
35
20 Sebaran contoh berdasarkan respon jika harga naik ................................
36
21 Sebaran contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian ......................
36
22 Sebaran contoh berdasarkan bentuk promosi penjualan yang paling menarik ......................................
36
23 Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian suplemen makanan ........
37
24 Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan dalam memilih tempat pembelian ..........................................................
37
xiii
No
Halaman
25 Sebaran contoh berdasarkan orang yang paling mempengaruhi keputusan pembelian suplemen makanan .......................
38
26 Sebaran contoh berdasarkan situasi ketika membeli suplemen makanan .............................................
38
27 Sebaran contoh berdasarkan jenis merek suplemen makanan yang dikonsumsi ......................................................
39
28 Sebaran contoh berdasarkan bentuk konsumsi suplemen makanan .........
39
29 Sebaran contoh berdasarkan ragam merek suplemen makanan ...............
40
30 Sebaran sepuluh merek suplemen makanan terbanyak dikonsumsi .........
40
31 Sebaran ragam merek berdasarkan tingkat pendidikan ............................
41
32 Sebaran ragam merek berdasarkan kategori usia .....................................
42
33 Sebaran ragam merek berdasarkan kategori pendapatan .........................
43
34 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pembelian suplemen makanan ....
43
35 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembelian suplemen makanan ........
44
36 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran untuk suplemen makanan .......
44
37 Sebaran contoh berdasarkan persentase pengeluaran suplemen makanan terhadap pendapatan contoh .....................................
44
38 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen makanan ......
45
39 Sebaran contoh frekuensi konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai ......................................................................
45
40 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi suplemen makanan .........
46
41 Sebaran contoh jumlah konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai ......................................................................
46
42 Hubungan karakteristik contoh dengan perilaku pembelian ....................
47
43 Hubungan karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi .....................
48
xiv
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1 Proses keputusan pembelian konsumen ....................................................................
7
2 Kerangka pemikiran perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan.........
17
3 Cara penarikan contoh ................................................................................................
19
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1 Kuesioner penelitian....................................................................................................
67
2 Uji reliabilitas...............................................................................................................
71
3 Uji korelasi pearson.....................................................................................................
72
4 Merek suplemen makanan yang dikonsumsi contoh................................................
73
5 Dosis konsumsi suplemen makanan yang dianjurkan ..............................................
76
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan aset manusia yang paling berharga. Setiap individu dapat melaksanakan aktivitas produktif untuk menjalani kelangsungan hidupnya dengan tubuh yang sehat. Sulitnya memenuhi asupan makanan yang seimbang, akibat dari pola makan yang tidak teratur, aktivitas pekerjaan yang diluar batas kewajaran dan faktor lingkungan yang tidak mendukung, membuat tubuh memerlukan asupan tambahan untuk melengkapi kebutuhan makanan tersebut. Salah satu solusi untuk mencukupi kekurangan asupan makanan adalah dengan mengonsumsi suplemen makanan (Hardinsyah 2002). Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika sering berada pada lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan kesehatan yang diduga kuat karena kekurangan zat gizi dalam makanan seharihari dengan frekuensi sering, tubuh dalam kondisi masa penyembuhan yang memerlukan tambahan suplemen, kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (lembur), setelah menjalani operasi besar, menjalani diet keras, stress berkepanjangan. Selain itu pada wanita dengan kondisi tertentu seperti hamil, menyusui, mulai menopause, pengikut vegetarian ketat dan mengalami gangguan metabolisme, termasuk kelompok yang memerlukan suplemen. Menurut SK Dirjen POM nomor HK.00.05.23.3644 (2004)
bahwa
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat telah menyebabkan peningkatan peredaran dan penggunaan suplemen makanan. Menurut Dirjen POM (2013) total suplemen makanan yang teregistrasi dan beredar di pasaran sebanyak 2505 merek. Banyaknya produk suplemen makanan tersebut menunjukkan produsen suplemen makanan melihat potensi pasar di Indonesia cukup baik. Hal ini berkaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, yaitu mencapai 237,6 juta jiwa (BPS 2010). Konsumsi suplemen diakibatkan oleh gencarnya propaganda produsen terhadap produknya dengan klaim meningkatkan produktivitas, stamina, kecerdasan,
kecantikan,
kebugaran.
Menurut
Hidayat
(2002) rendahnya
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendorong untuk mengonsumsi
2
suplemen. Hal tersebut dikarenakan dalam kondisi seimbang konsumsi suplemen tidak diperlukan, akan tetapi hal ini tidak diketahui sepenuhnya oleh konsumen (Hardinsyah 2002). Menurut Pilzer (2006) kelompok umur yang dijadikan target pasar bagi suplemen makanan adalah generasi baby boomers (30-65 tahun) yang pada saat ini telah mencapai puncak pendapatan dengan daya beli lebih besar. Mereka menginginkan lebih sehat, berpenampilan lebih menarik, dan awet muda. Sedangkan menurut Silitonga (2002) kelompok usia 20-60 tahun merupakan target pasar produk suplemen makanan pada umumnya. Hal tersebut, dikarenakan pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas tinggi, dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji tentang perilaku
konsumsi
produk
suplemen
makanan
dan
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan perilaku pembelian serta konsumsi suplemen makanan pada kelompok usia 20-65 tahun. Perumusan Masalah Suplemen makanan di Indonesia dimasukkan dalam golongan makanan, bukan obat. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/Menkes/Per/XII/76 menyatakan, suplemen makanan sebagai barang untuk dimakan dan diminum tetapi bukan sebagai obat (Megawaty 2003). Suplemen makanan digolongkan sebagai nutraceutical, sedangkan obat-obatan masuk golongan pharmaceutical. Suplemen bukan pengganti obat, sebab tidak ada suplemen yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat gizi yang berasal dari makanan alami. Dalam kondisi asupan yang seimbang konsumsi suplemen tidak diperlukan, akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya diketahui oleh konsumen sehingga terjadi salah penafsiran bahwa suplemen adalah obat (Gunawan 2002). Perilaku konsumsi masyarakat terhadap suplemen makanan, diduga didorong oleh promosi produsen dalam bentuk klaim produknya seperti peningkatan produktivitas, kecerdasan, kecantikan, dan kebugaran. Klaim tersebut diduga sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada kelompok usia 20-65 tahun, dimana pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif dengan
3
mobilitas tinggi sehingga membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Pengetahuan dan persepsi manfaat yang melekat dalam benak konsumen tentang suplemen makanan serta kegiatan promosi yang dilakukan oleh produsen/pemasar diduga merupakan faktor pendorong dalam mengonsumsi suplemen makanan. Oleh karena itu, perlu kajian untuk lebih memahami perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan pada kelompok usia ini dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan produk suplemen makanan yang dikonsumsi? 2. Bagaimana perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan? 3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan? Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis perilaku konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses pengambilan keputusan konsumen terhadap produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengidentifikasi motivasi dan persepsi manfaat dalam pembelian produk suplemen makanan.
2.
Mengidentifikasi sumber informasi dan atribut produk dalam pembelian produk suplemen makanan.
3.
Mengidentifikasi evaluasi alternatif dalam pemilihan merek produk suplemen makanan.
4.
Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk dan merek yang dikonsumsi, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan jumlah konsumsi.
5.
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan.
4
Manfaat Penelitian Penelitian ini berguna bagi beberapa pihak seperti peneliti, konsumen, produsen dan pemerintah sebagai berikut: 1.
Pemerintah; memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan dan BPOM mengenai perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan pada kelompok usia 20-65 tahun untuk dijadikan penelitian lanjutan dalam upaya perlindungan konsumen terhadap produk suplemen makanan.
2.
Produsen; memberikan informasi mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan strategi pemasaran yang lebih baik dan tidak merugikan konsumen.
3.
Konsumen; memberikan informasi melalui lembaga penggiat konsumen untuk membantu mendidik konsumen dengan memberikan informasi yang benar mengenai produk suplemen makanan dan memberikan informasi mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan pada kelompok usia 20-65 tahun agar menjadi konsumen yang bijak.
4.
Peneliti; hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan yang meliputi proses
pengambilan
keputusan
konsumen
dan
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan perilaku pembelian dan konsumsi produk suplemen makanan pada kelompok usia 20-65 tahun.
TINJAUAN PUSTAKA Suplemen Makanan Pengertian, Fungsi, dan Komposisi Suplemen Makanan Suplemen makanan memiliki istilah yang berbeda di beberapa negara di dunia. Istilah tersebut diantaranya dietary supplement (Amerika), healthy food (Cina), functional food (Jepang), healthy supplement (Korea), complementary medicine (Australia) sedangkan istilah di Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan nomor HK 00.063.02360 adalah suplemen makanan (Hardinsyah 2002). Menurut SK Dirjen POM nomor HK.00.063.02360 (1996) suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Produk suplemen mengandung satu atau lebih bahan vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka kecukupan gizi (AKG), konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut. Suplemen dapat digolongkan menjadi dua yaitu suplemen natural dan suplemen sintetis. Suplemen natural adalah hasil ekstraksi dari makanan yang mengandung unsur-unsur alami berasal dari jaringan tubuh hewan dan tumbuhtumbuhan. Suplemen sintetis pada umumnya merupakan rekayasa kimiawi di dalam laboratorium meskipun keduanya dianggap sama efektif. Suplemen makanan buatan berupa senyawa kimiawi yang dibuat sama dengan struktur kimia bahan alami. Secara global jika ditinjau dari kandungan bahannya, suplemen makanan terdiri dari bahan penyedia tenaga, vitamin, mineral, stimultant serta flavouring (Resanti 2009). Menurut Hardinysah (2002) secara umum manfaat suplemen adalah meningkatkan stamina, kesehatan, daya ingat, penampilan atau kecantikan. Suplemen makanan dapat berupa padatan (tablet, serbuk, kapsul) dan cairan (minuman kebugaran). Minuman suplemen sebagian besar mengandung energi, multivitamin B, vitamin C dan zat non gizi (stimultan dan flavouring). Sumber energi yang umum digunakan adalah taurine, dextrosa, fruktosa, sukrosa dan madu yang sekaligus berfungsi sebagai pemanis. Pemanis lain yang digunakan adalah sakarin, jenis vitamin yang banyak digunakan adalah vitamin B kompleks,
6
yaitu inositol, niacinamida atau nicotinamida, capantetonate, vitamin B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B6 (pyridoxin). Stimultan yang banyak digunakan adalah kafein. Flavouring digunakan sebagai penambah aroma dan warna seperti quinine dan asam sitrat serta pewarna tatrazine (Suistriyanta 2001). Peraturan Perundangan Terkait Perlindungan Konsumen Menurut SK Dirjen POM pasal 15 nomor HK.00.05.23.3644 (2004) dalam hal pelabelan suplemen makanan harus mencantumkan tulisan suplemen makanan, nama produk, nama dan alamat produsen atau importir, ukuran, isi, berat bersih, komposisi dalam kualitatif dan kuantitatif, kandungan alkohol bila ada, kegunaan, cara penggunaan dan takaran penggunaan, kontraindikasi, efek samping dan peringatan, nomor ijin edar, nomor kode produksi, batas kadaluarsa, keterangan lain tentang keamanan mutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Klaim suplemen makanan yang dibenarkan yaitu klaim kandungan nutrisi, klaim interaksi terhadap penyakit, dan klaim nutrisi penunjang. Klaim kandungan nutrisi menunjukkan tingkat nutrisi di dalam suplemen makanan misalnya suplemen yang mengandung 200 mg kalsium per penyajian harus diinformasikan sebagai “tinggi kalsium”. Klaim interaksi terhadap penyakit merupakan hubungan antara kandungan nutrisi dalam suplemen makanan dengan kondisi kesehatan seseorang misalnya produk suplemen tersebut mengandung sejumlah kalsium, maka produsen dapat memunculkan klaim “kalsium dan rendahnya resiko osteoporosis”. Klaim nutrisi penyokong memperlihatkan hubungan antara kekurangan nutrisi dengan penyakit defisiensi. Misalnya, label suplemen makanan yang mengandung vitamin C sebaiknya ditulis “vitamin C mencegah scurvy”. Selain itu produsen diizinkan memunculkan klaim yang berhubungan dengan fungsi tubuh secara keseluruhan, termasuk pengaruhnya terhadap kebugaran tubuh, ini dikenal dengan structure-function claims. Misalnya, “kalsium membuat tulang kuat” atau “antioksidan menjaga keutuhan sel” (Robin & Robert 2006). Perilaku Pembelian dan Konsumsi Menurut Kotler (2007) konsumen merupakan individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi dan mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen terdiri dari kelompok-kelompok yang
7
berbeda berdasarkan usia, pendapatan dan tingkat pendidikan. Perbedaan yang mendasar ini akan mempengaruhi konsumen dalam perilakunya terhadap pembelian barang atau jasa tertentu. Perilaku pembelian merupakan tingkah laku konsumen dalam membeli produk barang atau jasa mengenai apa yang dibeli, apakah membeli atau tidak, kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya (Sumarwan 2004). Menurut Koentjoroningrat (1985), diacu dalam Megawaty (2003) perilaku konsumsi adalah cara seseorang dalam memikirkan, merasakan dan melakukan tindakan memilih dan memakan makanan. Menurut Sumarwan (2004) konsumsi produk atau jasa (product use) dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu: (1) frekuensi konsumsi, (2) jumlah konsumsi, dan (3) tujuan konsumsi. Frekuensi konsumsi mendeskripsikan seberapa sering suatu produk digunakan atau dikonsumsi. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan oleh konsumen. Tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian oleh konsumen dimana konsumen mengonsumsi suatu produk dengan beragam tujuan. Menurut Kotler (2007) perilaku pembelian dan konsumsi tidak terlepas dari proses konsumen melakukan pengambilan keputusan terhadap barang atau jasa yang akan digunakan, proses tersebut memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana secara aktual konsumen mengambil keputusan terhadap produk yang dibeli dan digunakan. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Menurut Kotler (2007) terdapat lima tahap proses keputusan pembelian konsumen beserta faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Proses tersebut digambarkan pada Gambar 1. Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Purna Pembelian
Gambar 1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Kotler 2007) Tahapan pada proses keputusan pembelian adalah : 1. Pengenalan masalah, merupakan suatu proses saat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan yang disebabkan adanya rangsangan internal maupun
8
eksternal. Rangsangan tersebut muncul karena terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi. 2. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksternal). Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua informasi yang ada dalam ingatannya meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah. Pencarian eksternal dilakukan ketika pencarian internal tidak dapat memecahkan masalah, pencarian eksternal meliputi berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen berupa sumber-sumber informasi yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko), sumber publik (media masaa, organisasi konsumen), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). 3. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen mengolah informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan akhir. Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek. Konsumen juga dianggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan produk bervariasi menurut tingkat alternatif tiap ciri. Pada akhirnya konsumen akan sampai pada sikap ke arah alternatif merek melalui prosedur tertentu. Kriteria alternatif yang sering digunakan oleh konsumen antara lain harga, kepercayaan akan merek dan kriteria yang sifatnya hedonik. 4. Setelah menentukan alternatif merek yang dipilih, selanjutnya konsumen melakukan proses pembelian. Pembelian tidak sepenuhnya ditentukan oleh
9
konsumen itu sendiri, tetapi bisa juga dipengaruhi oleh sikap orang lain atau faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Pembelian akan dilakukan pada alternatif yang dipilih, namun jika tidak tersedia maka pembelian akan dilakukan terhadap alternatif pengganti yang dapat diterima jika memang diperlukan. 5. Tahap terakhir dari proses keputusan pembelian oleh konsumen ini adalah perilaku sesudah pembelian. Sesudah pembelian terhadap suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan sesudah pembelian, konsumen mendasarkan harapannya kepada informasi yang mereka terima tentang produk. Jika kenyataannya yang mereka dapat ternyata berbeda dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak puas. Bila produk tersebut memenuhi harapan, maka mereka akan merasa puas. Berdasarkan alur tersebut, jelaslah terlihat bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama setelah itu. Namun, para konsumen tidak selalu melewati seluruh lima urutan tahap ketika membeli produk. Mereka bisa melewati atau membalik beberapa tahap, akan tetapi model tersebut menyajikan suatu kerangka acuan ketika konsumen melakukan proses pengambilan keputusan pembelian produk baru.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Pembelian dan Konsumsi Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan contoh dalam membeli dan mengonsumsi suplemen makanan pada penelitian ini adalah faktor pribadi, sosial, fisiologis, psikologis, kebiasaan, dan kesehatan. Faktor pribadi meliputi karakteristik demografi (usia, jenis kelamin) dan pengetahuan. Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Faktor fisiologis meliputi kondisi kehamilan. Faktor psikologis meliputi tingkat stres. Faktor kebiasaan ditinjau dari kebiasaan makan dan merokok. Faktor kesehatan meliputi keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan. Usia. Menurut Sumarwan (2004) perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Oleh karena itu, pemasar harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai tingkatan usia, dan membuat beragam produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Perbedaan
10
tingkat usia tidak berhubungan nyata dengan frekuensi dan jumlah konsumsi suplemen makanan (Yanuardhini 2002). Hal tersebut diperkuat dengan penelitian Hidayat (2002) bahwa suplemen makanan hanya produk pelengkap guna memenuhi kekurangan asupan makanan. Jenis Kelamin. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) perbedaan jenis kelamin mengakibatkan perbedaan terhadap konsumsi jenis produk tertentu. Wanita lebih sering mengonsumsi suplemen makanan dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan dan kecantikan sedangkan laki-laki mengonsumsi suplemen makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran dan stamina. Selain itu, wanita lebih sering mengkonsumsi suplemen makanan tetapi lebih selektif dalam memilih suplemen makanan (Kissling, Miller, dan Russell 2003). Pengetahuan. Menurut Sumarwan (2004) pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk tersebut, serta informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) membagi pengetahuan konsumen menjadi tiga kategori: a) pengetahuan produk b) pengetahuan pembelian, dan c) pengetahuan pemakaian. Tingkat pengetahuan gizi akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap frekuensi dan tingkat konsumsi dari suatu produk (Kotler & Amstrong 1997). Menurut Patertson et.al (2001) juga menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Tingginya tingkat pengetahuan gizi seseorang tentang suplemen makanan memiliki kecenderung memilih makanan alami daripada mengonsumsi suplemen makanan sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya (Yanuardhini 2002). Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi yang diterimanya (Kotler 2007). Konsumen suplemen makanan yang berada di kota besar memiliki pendidikan tinggi dengan sumber informasi yang berlimpah tentang suplemen makanan (Kim
11
& Lee 2009). Konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan lebih selektif dalam memilih produk suplemen makanan (Kissling, Miller, & Russell 2003). Pekerjaan. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi pembelian dan pola konsumsi. Oleh karena itu para pemasar berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata terhadap kebutuhan produk dan jasa tertentu (Kotler 2007). Pekerjaan yang memiliki jam kerja tinggi dan dituntut selalu prima merupakan target pasar konsumen suplemen kesehatan (Marpaung 2009). Pekerjaan yang memiliki aktivitas lebih berat cenderung menggunakan suplemen makanan (Greger 2001). Pendapatan. Pendapatan merupakan sumberdaya material bagi konsumen untuk
membiayai
kegiatan
konsumsinya.
Jumlah
pendapatan
akan
menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Oleh karena itu, pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi (Berg 1986). Konsumen yang berpendapatan tinggi akan beralih memilih pangan berenergi yang lebih mahal untuk memenuhi kebutuhannya (Hardinsyah 1987). Konsumen suplemen makanan cenderung tinggal di kota besar dan memiliki pendapatan bulanan yang tinggi (Kim & Lee 2009). Pendapatan yang tinggi tidak berpengaruh terhadap frekuensi dan jumlah konsumsi suplemen makanan (Chotimah 2003). Kondisi Kehamilan. Menurut Depkes (2000) saat hamil diperlukan tambahan zat gizi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh ibu dan perkembangan janin, jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik maka janin yang dikandungnya akan baik juga. Kebutuhan gizi ibu meningkat selama hamil untuk pertumbuhan otot, organ tubuh, jaringan gigi, tulang, dan pembentukan sel darah merah, apabila asupan gizi ibu kurang, maka janin akan mengambil simpanan dari tubuh ibunya. Selama proses kehamilan direkomendasikan untuk mengonsumsi suplemen makanan yang mengandung zat gizi mikro seperti besi, asam folat, seng, vitamin A, kalsium dan iodin. Tingkat Stres. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) stres diartikan sebagai suatu tekanan, dan ketegangan yang mempengaruhi seseorang dalam kehidupan. Pengaruh yang timbul dapat bersifat wajar ataupun tidak, tergantung dari reaksi terhadap ketegangan tersebut. Tingkat stres seseorang dapat diketahui dengan
12
memperhatikan gejala-gejala stres yang ditunjukkan, baik gejala fisik maupun gejala emosional (Wilkinson 1989 diacu dalam Furi 2006). Menurut Gunawan (2002) suplemen makanan dibutuhkan oleh orang dengan kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran dan kondisi stress. Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) alasan utama terbentuknya kebiasaan makan karena pandangan yang didasarkan pada penilaian objektif terhadap nilai kebutuhan biogenik yang diperoleh melalui makanan. Dengan alasan ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi suplemen terbentuk oleh karena adanya penilaian objektif akan fungsi zat gizi yang dikandungnya dan sadar akan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Meningkatnya penggunaan suplemen makanan karena terjadi perubahan pola makanan dan gaya hidup, dimana saat ini masyarakat cenderung lebih menyukai jenis makanan yang praktis, cepat saji, berkadar lemak tinggi. Kebiasaan makan yang buruk dan ketidakyakinan akan kecukupan gizi dari makanan yang dimakan menjadikan suplemen makanan menjadi pilihan dalam meningkatkan kecukupan gizi (Wahlqvist 2002). Kebiasaan Merokok. Menurut Sutama (2008) ada tiga faktor yang menyebabkan
seseorang
mempunyai
kebiasaan
merokok,
yaitu
faktor
farmakologis, faktor psikologis dan faktor sosial. Menurut Latifah et.al (2002) asap rokok termasuk kedalam bahan kimia beracun. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Aditama (2006) yang menyatakan bahwa asap rokok berbahaya bagi perokok pasif yang menghisap asap sampingan (sidestream smokel) dan juga asap rokok yang dihembuskan keluar oleh perokok aktif sehingga beresiko terkena berbagai macam penyakit. Konsumsi suplemen makanan yang mengandung zat gizi tertentu membantu mengurangi bahaya yang diakibatkan oleh rokok (Abriansyah 2010). Keadaan Kesehatan. Penyakit adalah suatu keadaan terganggunya fungsi tubuh yang terjadi sebagai respons terhadap infeksi, tekanan, atau kondisi lainnya. Status kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami oleh seseorang dan penyakit yang diderita merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan keadaan kesehatan seseorang (Astawan & Wahyuni 1988). Konsumsi suplemen
13
makanan digunakan sebagai pelengkap kebutuhan asupan gizi tertentu pada saat tubuh dalam kondisi masa penyembuhan (Gunawan 2002). Riwayat Kesehatan. Menurut Depkes RI (2002) status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor penentu yang saling berinteraksi satu sama lain. Keempat faktor penentu tersebut adalah: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Riwayat kesehatan merupakan kumpulan informasi mengenai kesehatan masa lalu seseorang misalnya penyakit, kelainan tertentu, dan operasi/pembedahan. Menurut Donald, Johns, dan Troppmann (2002) penyakit degeneratif tertentu yang melarang untuk memakan makanan tertentu menjadikan suplemen makanan sebagai salah satu solusi pemenuhan asupan gizi.
KERANGKA PEMIKIRAN Perilaku konsumsi suplemen makanan dipengaruhi oleh karakteristik yang ada dalam diri konsumen. Kelompok usia 20-65 tahun merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas tinggi dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktifitasnya. Perilaku konsumsi suplemen makanan melewati suatu rangkaian proses pengambilan keputusan pembelian yang meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Pengenalan masalah meliputi motivasi dalam membeli suplemen makanan dan persepsi manfaat terhadap suplemen makanan. Pencarian informasi berhubungan dengan sumber informasi konsumen tentang suplemen makanan (sumber eksternal) dan atribut produk pada suplemen makanan. Evaluasi alternatif berhubungan dengan pilihan merek suplemen makanan untuk membuat keputusan akhir. Keputusan pembelian meliputi tempat pembelian, jenis, bentuk, merek produk, frekuensi pembelian, frekuensi konsumsi, jumlah pembelian dan jumlah konsumsi. Proses tersebut merupakan rangkaian pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian suplemen makanan. Rangkaian proses pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial, fisiologis, psikologis, kebiasaan, dan kesehatan. Faktor pribadi meliputi karakteristik demografi (usia, jenis kelamin) dan pengetahuan (sumber informasi internal). Usia mempengaruhi proses pengambilan keputusan terutama dalam hal jumlah ragam merek suplemen makanan. Konsumen dalam usia produktif memerlukan kebutuhan nutrisi tinggi untuk menunjang aktifitasnya. Jenis kelamin berpengaruh dalam pembelian jenis suplemen makanan tertentu. Perempuan lebih memilih suplemen makanan untuk penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki untuk menjaga stamina. Pengetahuan berpengaruh dalam hal pencarian informasi. Konsumen akan mengingat kembali (recall) informasi yang ada dalam ingatannya mengenai berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan (sumber informasi internal). Faktor sosial meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Konsumen yang berpendidikan tinggi cenderung lebih selektif dalam pengambilan keputusan
16
pembelian suplemen makanan. Konsumen melakukan pencarian informasi lebih banyak mengenai suplemen makanan sebelum membelinya. Konsumen dengan pekerjaan yang memiliki mobilitas tinggi cenderung berfokus pada pemilihan jenis, bentuk, dan merek suplemen makanan yang dapat membantu menjaga kesehatan, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Pendapatan yang tinggi berpengaruh terhadap pemilihan salah satu atribut produk yaitu harga suplemen makanan dan kuantitas suplemen makanan dengan ukuran kemasan saji yang berbeda. Faktor fisiologis berupa kondisi kehamilan dan faktor psikologis berupa tingkat stress. Pemilihan suplemen makanan pada ibu hamil proses fokus evaluasi alternatifnya cenderung berdasarkan rekomendasi dari ahli (dokter). Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai suplemen makanan yang seharusnya dikonsumsi untuk ibu hamil sehingga menyerahkan kepada ahlinya yaitu dokter. Konsumen yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (stress) mempengaruhi motivasi dan pencarian informasi dalam pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan. Faktor kebiasaan makan dan merokok mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan. Pemilihan dan pemenuhan kebutuhan akan nutrisi makanan akibat perubahan pola hidup mempengaruhi motivasi dalam mengonsumsi suplemen makanan. Kebiasaan ini berpengaruh terhadap pilihan jenis, bentuk dan merek suplemen makanan yang dikonsumsi. Faktor kesehatan meliputi keadaan kesehatan dan riwayat kesehatan. Kondisi kesehatan dan riwayat kesehatan konsumen mempengaruhi motivasi dalam mengonsumsi suplemen makanan yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian jenis, bentuk, merek produk suplemen makanan. Selain itu berpengaruh terhadap frekuensi dan jumlah konsumsi produk suplemen makanan.
Pengenalan Masalah - Motivasi - Persepsi Karakteristik Demografi: - Usia - Jenis Kelamin
Karakteristik Sosial: - Pendidikan - Pekerjaan - Pendapatan
Pengetahuan
Pencarian Informasi - Sumber Informasi - Atribut Produk
Kondisi Fisiologis: - Kehamilan Kondisi Psikologis: - Tingkat Stres
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian - Tempat Pembelian - Jenis, Bentuk, Merek Pembelian - Frekuensi dan Jumlah Pembelian - Frekuensi dan Jumlah Konsumsi
Kebiasaan: - Kebiasaan Makan - Kebiasaan Merokok Keadaan Kesehatan: - Keadaan Kesehatan - Riwayat Kesehatan
Perilaku Pasca Pembelian = Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Perilaku Pembelian dan Konsumsi Produk Suplemen Makanan
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh (Singarimbun 2006). Penelitian ini dilakukan pada penduduk Kota Bogor yang tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan dilokasi tersebut tersedia tempat pembelian suplemen makanan seperti apotek/toko obat, minimarket, toko/warung, dan stokis distributor MLM sehingga diduga penduduknya banyak yang mengonsumsi suplemen makanan karena memiliki kemudahan dalam membeli suplemen makanan tersebut. Pengambilan data dilakukan selama satu setengah bulan yaitu pada bulan April – Mei 2011. Contoh dan Cara Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini merupakan penduduk Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Bantarjati yang berusia 20-65 tahun. Contoh adalah individu berusia 20-65 tahun yang mengonsumsi suplemen makanan minimal 1 produk selama 1 bulan terakhir. Kelompok usia tersebut dipilih sebagai contoh dikarenakan merupakan kelompok usia produktif, memiliki mobilitas tinggi, dan membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitas. Cara penarikan contoh dilihat pada Gambar 2. Kecamatan Bogor Utara
Kelurahan Bantarjati
Kelurahan Tegal Gundil
RW 14 = 43 orang
RW 14 = 57 orang
RT 1 = 10 orang
RT 3 = 13 orang
RT 4 = 20 orang
RT 1 = 15 orang
RT 2 = 20 orang
Gambar 3. Cara Penarikan Contoh
RT 5 = 22 orang
20
Pemilihan Kecamatan Bogor Utara, Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan monografi Kelurahan Tegal Gundil (2010) jumlah penduduk sebanyak 26.096 jiwa, 6.667 KK, terbagi menjadi 98 RT dan 17 RW. Menurut monografi Kelurahan Bantarjati (2010) jumlah penduduk sebanyak 19.412 jiwa, 4.257 KK, terbagi menjadi 72 RT dan 16 RW. Setelah dipilih dua kelurahan sebagai lokasi penelitian dilanjutkan dengan pemilihan 1 RW secara purposive pada masingmasing kelurahan, pada Kelurahan Bantarjati dan Tegal Gundil dipilih RW 14. Setelah memilih RW kemudian dilanjutkan dengan pemilihan RT secara purposive sebanyak 3 RT di masing-masing kelurahan dipilih RT 1, RT 3, RT 4 pada Kelurahan Bantarjati dan RT 1, RT 2, RT 5 pada Kelurahan Tegal Gundil. Setelah itu contoh diambil sebanyak 43 contoh pada Kelurahan Bantarjati dan 57 contoh pada Kelurahan Tegal Gundil.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data dari penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui observasi hasil wawancara langsung pengisian kuesioner penelitian kepada contoh. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama berisi mengenai karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kondisi fisiologis, psikologis, kebiasaan dan pengetahuan). Bagian kedua mengenai perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan (tempat pembelian, jenis, bentuk, merek pembelian dan konsumsi, frekuensi pembelian dan konsumsi, jumlah pembelian dan konsumsi, pengeluaran untuk pembelian suplemen makanan). Bagian ketiga berkaitan dengan proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan mengonsumsi suplemen makanan (pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian) Data sekunder diperoleh dari buku demografi yang berasal dari Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati. Selain itu, data sekunder juga didapatkan melalui studi literatur dari buku mengenai perilaku pembelian dan konsumsi, penelusuran literatur terhubung berkala melalui internet serta penelitian terdahulu mengenai
21
perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan. Adapun kategori data dan alat ukur penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Kategori data dan alat ukur penelitian Jenis Data Primer
Primer
Sekunder
Variabel Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Pengetahuan Kondisi kehamilan Tingkat stress Kebiasaan makan Frekuensi pembelian Jumlah pembelian Frekuensi konsumsi Jumlah konsumsi Profil Kelurahan Tegal Gundil dan Kelurahan Bantarjati
Skala Data Rasio Nominal Rasio Nominal Rasio Rasio Nominal Nominal Nominal Rasio Rasio Rasio Rasio
Alat &Cara Pengukuran Kuesioner dan wawancara
Kuesioner dan wawancara
Pengolahan dan Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang dikumpulkan dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, dan analisis data. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan inferensia. Pengukuran realibilitas alat ukur dilakukan uji Cronbach’s Alpha dan pengukuran validitas dilakukan uji corrected inter-item. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kondisi fisiologis, psikologis, kebiasaan), data proses pengambilan keputusan konsumen yang mencakup pengenalan masalah (motivasi mengonsumsi, persepsi manfaat), pencarian informasi (informasi internal dan eksternal yaitu pengetahuan dan sumber informasi pribadi, komersil, publik, dan pengalaman), evaluasi alternatif (pertimbangan memilih merek dan harga),
keputusan pembelian (cara
memutuskan pembelian, bentuk promosi penjualan, tempat pembelian, orang yang berpengaruh dalam pembelian, dan situasi pembelian), data perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan (jenis, bentuk, merek, pengeluaran untuk suplemen, frekuensi dan jumlah pembelian, frekuensi dan jumlah konsumsi).
22
Statistik inferensia yang digunakan adalah uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan dengan perilaku pembelian dan konsumsi suplemen makanan (frekuensi dan jumlah) dengan pengujian menggunakan program software microsoft excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Definisi Operasional Bentuk konsumsi adalah klasifikasi suplemen berdasarkan wujud suplemen berupa kapsul, kaplet, tablet/pil, sirup/cair, serbuk, gel, tablet effervescent. Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan mengonsumsi satu merek terbanyak dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dikonsumsi selama satu bulan. Frekuensi pembelian adalah tingkat keseringan membeli satu merek terbanyak dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dibeli dalam hitungan satu bulan . Jenis Suplemen Makanan adalah klasifikasi suplemen makanan berdasarkan kandungannya yang diklasifikasikan menjadi multivitamin, sumber vitamin C, sumber kalsium, sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi, sumber vitamin E, sumber zat besi (Fe), sumber vitamin B, sumber energi, sumber serat, dan nutrisi otak. Jumlah konsumsi adalah kuantitas satu merek terbanyak suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh menurut ukuran kemasan saji dalam satu bulan. Jumlah pembelian adalah kuantitas satu merek terbanyak suplemen makanan dari keseluruhan merek suplemen makanan yang dibeli dalam hitungan satu bulan. Kebiasaan makan adalah pola kebiasaan yang dilakukan oleh contoh dalam memakan makanan pokok yang terbagi menjadi makanan teratur dan makan tidak teratur. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang dimiliki contoh apakah merokok atau tidak merokok. Kehamilan adalah keadaan fisiologis aktual contoh yang menunjukkan apakah contoh berada dalam kondisi hamil atau tidak hamil.
23
Klaim adalah pernyataan mengenai manfaat kesehatan dari mengonsumsi suplemen makanan yang dinyatakan oleh produsen. Merek konsumsi adalah nama dagang yang mengidentifikasikan produk suplemen makanan yang dikonsumsi. Motivasi adalah rangsangan internal dan eksternal dalam mengonsumsi suplemen makanan. Pekerjaan contoh adalah kegiatan yang dilakukan oleh contoh untuk memperoleh penghasilan baik dalam sektor formal (PNS, pegawai swasta, pegawai BUMN, wiraswasta) termasuk di dalamnya pensiunan karena masih mendapatkan penghasilan tetap, maupun sektor lainnya termasuk di dalamnya ibu rumah tangga. Pendidikan contoh adalah pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh dan ditamatkan contoh. Pendapatan contoh adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh contoh dan dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yang diperoleh dari usaha selama kurun waktu satu bulan dan dinyatakan dalam Rp/bl. Pengetahuan contoh adalah kemampuan contoh untuk memahami hal-hal yang berhubungan dengan informasi mengenai suplemen makanan yang sudah tersimpan dalam memori contoh (internal) yang diukur berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner. Pengeluaran suplemen adalah sejumlah nilai dalam rupiah yang harus dikeluarkan contoh untuk membeli suplemen makanan. Persepsi
adalah
cara
individu
untuk
memilih,
mengorganisasi
dan
menginterpretasikan informasi mengenai manfaat suplemen makanan diharapkan. Proses pengambilan keputusan adalah proses contoh dalam mengambil keputusan untuk mengonsumsi suplemen makanan yang dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan pembelian. Riwayat kesehatan adalah keluhan penyakit yang pernah diderita oleh contoh selama dua bulan terakhir.
24
Sumber informasi adalah pencarian informasi eksternal yang dijadikan sumber informasi mengenai suplemen makanan seperti sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersil (iklan, wiraniaga, penyalur), sumber
publik
(media
massa),
sumber
pengalaman
(penanganan,
pengkajian, dan pemakaian produk). Tempat pembelian adalah tempat contoh dalam memperoleh dan membeli suplemen
makanan
yang
terdiri
dari
apotek/toko
obat,
supermarket/minimarket, toko/warung, dan sales/distributor MLM,. Tingkat stress adalah kondisi psikologis aktual yang dirasakan oleh contoh apakah sedang stress, agak stress, atau tidak stress. Usia contoh adalah kategori umur contoh yang mengonsumsi suplemen makanan. Uks adalah ukuran kemasan saji yang digunakan sebagai takaran jumlah pembelian dan konsumsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat. Kelurahan Tegal Gundil memiliki luas wilayah 198 ha dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman sebanyak 169,5 ha, sedangkan Kelurahan Bantarjati memiliki luas wilayah 170 ha dengan pemanfaatan untuk perumahan/pemukiman sebanyak 156,7 ha. Secara administratif, Kelurahan Tegal Gundil memiliki 98 rukun tetangga (RT) dan 17 rukun warga (RW) dengan total penduduk sebanyak 26.096 jiwa. Komposisi penduduknya sebanyak 12.980 jiwa laki-laki dan 13.116 jiwa perempuan dengan kepadatan 131,8 per km2 dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 6.667 KK. Kelurahan Bantarjati memiliki 72 RT dan 16 RW dengan total penduduk sebanyak 19.412 jiwa. Komposisi penduduknya sebanyak 9.816 jiwa laki-laki dan 9.596 jiwa perempuan dengan kepadatan 43,6 per km2 dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 4.257 KK. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati memiliki mata pencaharian sebagai pegawai swasta, BUMN/BUMD, TNI, PNS, pensiunan, wiraswasta/pedagang, dan POLRI. Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan ini sebagian besar tamat SLTA, tamat SLTP, tamat SD, Sarjana, dan D3. Secara umum sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati terdiri dari sarana peribadatan, kesehatan, dan pendidikan. Sarana peribadatan terdiri dari 36 masjid dan 26 mushola. Sarana kesehatan terdiri dari 2 rumah sakit bersalin, 2 puskesmas, 5 poliklinik, 13 apotek, 3 balai pengobatan swasta, dan 3 rumah bersalin. Sarana pendidikan terdiri dari 2 play grup, 4 PAUD, 19 TK, 3 SD, 6 SLTP, 7 SLTA, 2 kejar paket B dan C, 1 PTS. Sedangkan sarana dan prasarana untuk mendapatkan suplemen makanan terdiri dari 13 apotek/toko obat, 12 minimarket, 44 toko/warung, dan 11 distributor MLM/stokis.
26
Karakteristik Contoh Usia. Menurut Papalia & Olds (2009) usia contoh merupakan lama hidup contoh. Hasil penelitian usia contoh menunjukkan bahwa kisaran usia contoh berada pada usia 20-65 tahun dengan rata-rata sebesar 39 tahun. Persentase terbesar usia contoh berada pada kategori dewasa awal sebesar 53,0 persen, hanya sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berada pada usia dewasa akhir (Tabel 2). Konsumen pada kategori usia berbeda memerlukan asupan nutrisi makanan yang berbeda untuk menunjang aktivitasnya (Goldberg 1994). Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan usia Kategori Usia Dewasa awal (20-40 th) Dewasa madya (41-60 th) Dewasa akhir (>61 th) Total Min-max (th) Rataan (th)
Jumlah n 53 43 4 100
% 53,0 43,0 4,0 100,0 20 – 65 39
Jenis Kelamin. Menurut Kotler (2007) perbedaan jenis kelamin menyebabkan perbedaan dalam pola konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (52,0%) berjenis kelamin perempuan dan hampir separuh contoh (48,0%) berjenis kelamin laki-laki (Tabel 3). Perempuan lebih memilih suplemen makanan untuk penampilan/kecantikan sedangkan laki-laki untuk menjaga stamina (Hidayat 2002). Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Kategori Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah n 48 52 100
% 48,0 52,0 100,0
Pendidikan. Menurut Sumarwan (2004) tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Hasil penelitian pendidikan contoh menunjukkan lebih dari separuh contoh (54,0%) berpendidikan sarjana (17 tahun), dan sebagian kecil contoh saja (4,0%) yang berpendidikan SLTP (9 tahun). Lama pendidikan contoh antara 9-23 tahun dengan rata-rata sebesar 16 tahun (Tabel 4).
27
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan memudahkan dalam menerima informasi terkait gizi, sehingga lebih mudah untuk memutuskan
memilih
makanan alami atau mengonsumsi suplemen makanan sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya (Hardinsyah 2002). Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan Jumlah
Tingkat dan Lama Pendidikan
n 0 0 4 24 10 54 8 100
Tidak sekolah (0 th) Tamat SD (6 th) Tamat SLTP (9 th) Tamat SLTA (12 th) Diploma (15 th) Sarjana (17 th) Pasca sarjana (20-23 th) Total Min-max (th) Rataan (th)
Pekerjaan.
Menurut
% 0,0 0,0 4,0 24,0 10,0 54,0 8,0 100,0 9 – 23 16
Kotler
(2007)
pekerjaan
seseorang
akan
mempengaruhi pola konsumsinya terhadap barang dan jasa tertentu. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan tertentu yang memiliki minat diatas rata-rata atas produk dan jasa. Hasil penelitian pekerjaan contoh menunjukkan persentase terbesar adalah pegawai swasta (33,0%), dan sebagian kecil contoh saja (1,0%) yang memiliki pekerjaan buruh dan pensiunan (Tabel 5). Jenis pekerjaan tertentu menurut berat ringannya akan menentukan tingkat kebutuhan tubuh terhadap asupan zat gizi (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V 1993). Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Buruh Pegawai negeri sipil Pegawai swasta Pegawai BUMN Wiraswasta Ibu rumah tangga Pensiunan Lainnya* Total *Lainnya : Mahasiswa, peneliti, pengurus masjid
Jumlah n 1 10 33 4 26 21 1 4 100
% 1,0 10,0 33,0 4,0 26,0 21,0 1,0 4,0 100,0
28
Pendapatan. Menurut Sumarwan (2004) pendapatan adalah sumberdaya material yang bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Hasil penelitian pendapatan contoh berkisar antara Rp600.000,00 hingga Rp25.000.000,00 dengan rata-rata pendapatan contoh sebesar Rp5.635.000,00. Persentase terbesar pendapatan contoh (38,0%) berada pada kisaran Rp1.000.000,00 hingga Rp3.999.999,00 (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan Pendapatan Contoh
Jumlah n % 5 5,0 38 38,0 28 28,0 8 8,0 21 21,0 100 100,0 600.000 – 25.000.000 5.605.000
Kesehatan. Menurut Hardinsyah (2002) suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Hasil penelitian kondisi kesehatan contoh menunjukkan sebagian besar contoh (77,0%) berada dalam kondisi sehat, hanya sebagian kecil contoh saja (4,0%) berada dalam kondisi sakit (Tabel 7). Konsumsi suplemen makanan umumnya dikonsumsi oleh orang dalam keadaan sehat yang berusaha untuk melengkapi kebutuhan akan vitamin, mineral, protein guna mencukupi kebutuhan gizi (Chotimah 2003). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kesehatan Jumlah
Kondisi Kesehatan
n 4 19 77 100
Sakit Agak Sehat Sehat Total
% 4,0 19,0 77,0 100,0
Kehamilan. Menurut Gershoff dan Whitney (1990) diacu dalam Chotimah (2003) perubahan fisiologis seperti hamil dan menyusui akan meningkatkan kebutuhan zat gizi tertentu, terutama jika tidak makan dengan baik sehingga membutuhkan
suplemen
makanan
sebagai
pelengkap.
Hasil
penelitian
29
menunjukkan hampir seluruh contoh (94,0%) berada dalam kondisi tidak hamil, dan sebagian kecil contoh saja (3,0%) yang berada dalam kondisi hamil (Tabel 8). Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kondisi kehamilan Kondisi Kehamilan Tidak hamil Hamil Total
Jumlah n 49 3 52
% 94,0 6,0 100,0
Tingkat Stress. Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika kondisi tubuh selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering di luar batas kewajaran (lembur) dan stress berkepanjangan. Hasil penelitian kondisi psikologis contoh menunjukkan sebagian besar contoh (80,0%) berada dalam kondisi tidak stress, dan sebagian kecil contoh (1,0%) berada dalam kondisi stress (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stress Tingkat Stress Stress Agak Stress Tidak Stress Total
Jumlah n 1 19 80 100
% 1,0 19,0 80,0 100,0
Kebiasaan Merokok. Menurut Gazali (2008) kebiasaan merokok yang dilakukan oleh banyak orang di Indonesia menjadi salah satu gaya hidup dan budaya masyarakat. Hasil penelitian kebiasan merokok contoh menunjukkan sebagian besar contoh (79,0%) memiliki kebiasaan tidak merokok, dan lebih dari seperlima contoh saja (21,0%) yang memiliki kebiasaan merokok (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok Kebiasaan Merokok Merokok Tidak Merokok Total
Jumlah n 21 79 100
% 21,0 79,0 100,0
Kebiasaan Makan. Menurut Sanjur (1982) kebiasaan makan merupakan tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan akan makan terkait dengan jumlah, frekuensi, dan proporsi makanan yang dikonsumsi. Hasil penelitian
30
kebiasaan makan contoh menunjukkan hampir sebagian besar contoh (74,0%) memiliki kebiasaan makan tidak teratur, dan lebih dari seperempat contoh (26,0%) memiliki kebiasaan makan teratur (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan Kebiasaan Makan Makan teratur Makan tidak teratur Total
Jumlah n 26 74 100
% 26,0 74,0 100,0
Riwayat Kesehatan. Menurut Khomsan (2002) riwayat kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami seseorang dan penyakit yang pernah diderita oleh seseorang seiring dengan peningkatan usia. Hasil penelitian riwayat kesehatan contoh menunjukkan hampir separuh contoh (47,0%) memiliki riwayat kesehatan tidak berpenyakit dan sepertiga contoh (30,0%) memiliki riwayat kesehatan pada kategori lainnya (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan riwayat kesehatan (n=100) Riwayat Kesehatan Tidak berpenyakit Maag Batuk/pilek Tiphus Demam berdarah Lainnya*
Jumlah n 47 12 9 7 6 30
% 47,0 12,0 9,0 7,0 6,0 30,0
*Lainnya : Cacar air, gastritis, vertigo, sakit kepala/migran, pendengaran, hipertensi, rematik, jantung, diabetes, liver, hepatitis, paru-paru, anemia, susah BAB/pencernaan, impaksi, usus buntu, radang tenggorokan, amandel, sakit gigi
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen Tindakan membeli yang dilakukan oleh konsumen tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu rangkaian proses keputusan pembelian konsumen yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku purna pembelian (Kotler 2007). Pengenalan Masalah. Menurut Kotler (2007) pengenalan masalah merupakan suatu proses saat konsumen menyadari adanya suatu kebutuhan yang disebabkan adanya rangsangan internal maupun eksternal. Mowen dan Minor (2003) menyebut rangsangan internal maupun eksternal ini dengan istilah motivasi. Istilah ini menunjukkan keadaan yang diaktivasi atau digerakkan yang
31
menyebabkan seseorang mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Tabel 13 merupakan hasil penelitian motivasi utama contoh dalam mengonsumsi suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh contoh (98,0%) memiliki motivasi dalam mengonsumsi suplemen makanan untuk membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran (96%). Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan motivasi utama membeli suplemen makanan (n=100) Motivasi Membantu menjaga kesehatan Membantu proses penyembuhan Pendamping program diet Mengurangi tingkat stress Meningkatkan kebugaran Pasca operasi besar Memenuhi kebutuhan kehamilan/menyusui Memasuki usia menopause Mengencangkan kulit/kecantikan Lainnya*
n 98 56 24 35 96 5 3 9 38 2
% 98,0 56,0 24,0 35,0 96,0 5,0 3,0 9,0 38,0 2,0
* Lainnya : Coba-coba, menambah massa otot
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007) persepsi adalah cara individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasi stimulus menjadi gambaran yang berarti. Hasil penelitian persepsi manfaat contoh terhadap suplemen makanan menunjukkan hampir seluruh contoh (98,0%) memilliki persepsi bahwa suplemen makanan merupakan produk yang berguna untuk membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan stamina (95%). Selain itu, sebagian kecil contoh (4,0%) memiliki persepsi lainnya (diet sukses) terhadap manfaat suplemen makanan (Tabel 14). Tabel 14
Sebaran contoh berdasarkan persepsi manfaat membeli suplemen makanan (n=100)
Persepsi Manfaat Membantu menjaga kesehatan Membantu meningkatkan kecerdasan Membantu merawat kesehatan kulit Membantu meningkatkan stamina Mengurangi rasa sakit/nyeri Lainnya* *Lainnya : Diet sukses, mengurangi toksik liver, nutrisi kehamilan
n 98 38 43 95 43 4
% 100,0 38,0 43,0 95,0 43,0 4,0
32
Pencarian Informasi. Menurut Boyd et al. (2000) informasi bernilai bagi konsumen karena keluasannya membantu membuat keputusan pembelian yang lebih memuaskan dan mengurangi resiko ketidakpastian sehubungan dengan pengambilan keputusan yang kurang baik. Menurut Sumarwan (2004) pencarian informasi terbagi menjadi pencarian internal dan pencarian eksternal. Pencarian internal dilakukan dengan mengingat kembali semua informasi yang ada dalam ingatannya meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah. Pencarian internal dikenal dengan istilah pengetahuan. Seorang konsumen yang memiliki pengetahuan lebih banyak akan lebih baik dalam mengambil keputusan, lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu mengingat kembali (recall) informasi dengan lebih baik. Menurut Sumarwan (2004) pencarian eksternal dilakukan ketika pencarian internal tidak dapat memecahkan masalah, pencarian eksternal meliputi berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen. Menurut Kotler (2007) lingkungan konsumen tersebut merupakan sumber-sumber informasi yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko), sumber publik (media masaa, organisasi konsumen), sumber pengalaman (penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk). Jumlah dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi tersebut berbeda tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli. Pencarian internal berupa pengetahuan contoh tentang suplemen makanan diukur berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan pengetahuan mengenai produk, pembelian, dan pemakaian tentang suplemen makanan. Tabel 15 merupakan hasil penelitian mengenai pengetahuan contoh mengenai suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh memiliki pengetahuan yang baik tentang suplemen makanan yaitu pengetahuan produk, pembelian, dan pemakaian.
33
Tabel 15 No 1 2
3 4 5 6
7
8 9 10 11 12 13 14
Persentase contoh berdasarkan jawaban pengetahuan yang benar tentang suplemen makanan
Pertanyaan Suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan Suplemen makanan mengandung vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka kecukupan gizi, konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut Suplemen makanan berbentuk gel, tablet, bubuk, cairan, kapsul, tablet effervescent Suplemen makanan bisa dibeli di apotek/toko obat, supermarket, sales/distributor MLM, toko/warung Suplemen makanan harus diawasi ijin edarnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Suplemen makanan yang berkualitas adalah produk suplemen makanan yang telah lolos uji klinis dan mendapatkan sertifikasi misalnya GMP, FDA, TGA, ISO Label suplemen makanan harus mencantumkan identitas produk, jumlah isi, pernyataan klaim kegunaan, cara penggunaan, dosis pemakaian, penyembuhan zat aktif yang digunakan, nama dan tempat pembuatan, distributor dengan alamat yang jelas Suplemen makanan banyak di klaim oleh produsen, distributor, sales secara berlebihan sehingga harus lebih teliti sebelum membeli Suplemen makanan dianjurkan untuk diminum sesuai dengan ukuran kemasan saji dan tidak berlebihan dalam mengonsumsinya Mengonsumsi suplemen makanan dengan dosis yang tepat tidak akan memberikan efek ketergantungan terhadap produk tersebut Klaim suplemen makanan umumnya untuk meningkatkan produktivitas, kecerdasan, kecantikan, kebugaran Suplemen makanan berbentuk tablet effervescent penggunaannya adalah dengan melarutkan produk tersebut Suplemen makanan memiliki harga yang bervariasi mulai dari ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan Suplemen makanan umumnya dikemas dalam bentuk tube berbahan (plastik, logam, gelas, komposit), kertas plastik, kardus mini
(%) 87,2 98,9
100,0 92,2 94,4 100,0
100,0
95,9 82,8 78,4 87,7 87,3 94,7 92,7
Tabel 16 merupakan hasil penelitian pengetahuan contoh tentang suplemen makanan. Pengetahuan contoh berada pada kisaran skor 50,0 – 100,0 persen dengan rata-rata sebesar 92,1 persen (kategori baik). Sebagian besar contoh (87,0%) berada pada kategori baik, dan sebagian kecil contoh saja (1,0%) berada pada kategori kurang (<60%).
34
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang suplemen makanan Pengetahuan Kurang (<60%) Sedang (60% - 80%) Baik (>80%) Total Min-max (%) Rataan (%)
Jumlah n 1 12 87 100
% 1,0 12,0 87,0 100,0 52,0 – 100,0 92,1
Hasil penelitian sumber informasi eksternal contoh tentang suplemen makanan menunjukkan lebih dari separuh contoh (67,0%) memilih sumber teman/kenalan sebagai sumber informasi tentang suplemen makanan, dan sebagian kecil contoh saja (9,0%) yang memilih sumber informasi lainnya (rekomendasi dokter, internet) sebagai sumber informasi tentang suplemen makanan (Tabel 17). Tabel 17 Sebaran sumber informasi contoh tentang suplemen makanan (n=100) Sumber Informasi Keluarga Teman/kenalan Tetangga Iklan Wiraniaga Distributor Kemasan Lainnya*
n 51 67 15 56 12 28 33 9
% 51,0 67,0 15,0 56,0 12,0 28,0 33,0 9,0
* Lainnya : Rekomendasi dokter, internet
Menurut Sumarwan (2004) secara garis besar atribut produk merupakan karakteristik dari suatu produk. Atribut produk dalam penelitian ini mencakup harga, kemasan, merek, dan klaim yang biasanya menjadi fokus contoh dalam mencari informasi. Tabel 18 merupakan hasil penelitian fokus contoh dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (78,0%) memilih klaim, dan sepertiga contoh (33,0%) memilih kemasan sebagai fokus utama dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan.
35
Tabel 18
Sebaran contoh berdasarkan fokus dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan (n=100) Fokus Informasi
n 49 33 61 78
Harga Kemasan Merek Klaim
% 49,0 33,0 61,0 78,0
Evaluasi Alternatif. Menurut Kotler (2007) konsumen mengolah informasi tentang pilihan merek dalam membuat keputusan akhir untuk mencari manfaat tertentu dari solusi suatu produk. Oleh karena itu, merek merupakan kriteria utama dalam evaluasi suatu produk. Hasil penelitian pertimbangan utama contoh dalam memilih merek menunjukkan sebagian besar contoh (79,0%) memilih klaim, dan sebagian kecil contoh (10,0%) memilih lainnya (rekomendasi dokter, peluang bisnis, kandungan nutrisi, kualitasnya, kredibilitas perusahaan) sebagai pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan (Tabel 19). Tabel 19
Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan utama dalam memilih merek suplemen makanan (n=100)
Pertimbangan Memilih Merek Harga Kemasan Klaim Lainnya*
n 55 27 79 10
% 55,0 27,0 79,0 10,0
* Lainnya : Rekomendasi dokter, peluang bisnis, kandungan nutrisi, kualitasnya, kredibilitas perusahaan
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) harga merupakan salah satu kriteria
evaluasi
mengembangkan
yang harapan
penting
bagi
mengenai
konsumen. hubungan
Terkadang,
harga-mutu
konsumen
(price-quality
relationship), yaitu dalam rentang harga tertentu untuk sebuah produk mereka mengharapkan bahwa harga yang tinggi mengindikasikan mutu yang lebih baik (Mowen & Minor 2003). Tabel 20 merupakan hasil penelitian mengenai respon contoh jika harga merek suplemen makanan yang dibeli mengalami kenaikan. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh contoh (92,0%) tetap membeli merek tersebut, dan beberapa contoh (2,0%) tidak jadi membeli merek produk suplemen makanan.
36
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan respon jika harga naik Respon jika Harga Naik Tetap membeli merek tersebut Membeli merek lain Tidak jadi membeli produk Lainnya Total
Jumlah n 92 6 2 0 100
% 92,0 6,0 2,0 0,0 100,0
Keputusan Pembelian. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) pembelian produk yang dilakukan oleh konsumen digolongkan ke dalam tiga macam yaitu: pembelian yang terencana sepenuhnya, pembelian yang separuh terencana, pembelian yang tidak terencana. Hasil penelitian contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian menunjukkan lebih dari separuh contoh (57,0%) melakukan pembelian secara terencana, dan beberapa contoh (2,0%) melakukan pembelian suplemen makanan secara mendadak (Tabel 21). Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan cara memutuskan pembelian Cara Memutuskan Pembelian Terencana Mendadak Tergantung situasi Total
Jumlah n 57 2 41 100
% 57,0 2,0 41,0 100,0
Menurut Kotler (2007) proses pembelian tidak terlepas dari promosi penjualan yang dilakukan oleh produsen agar produknya dikenal oleh konsumen. Tabel 22 merupakan hasil penelitian bentuk promosi penjualan yang paling menarik bagi contoh dalam melakukan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (76,0%) memilih klaim produsen, dan sebagian kecil contoh (17,0%) memilih figur orang terkenal. Tabel 22
Sebaran contoh berdasarkan bentuk promosi penjualan yang paling menarik (n=100)
Bentuk Promosi Penjualan Desain kemasan Potongan harga Hadiah langsung Figur orang terkenal Merek terkenal Klaim produsen
n 24 42 19 17 49 76
% 24,0 42,0 19,0 17,0 49,0 76,0
37
Menurut Chotimah (2003) berbagai merek suplemen makanan yang beredar dipasaran umumnya merupakan produk bebas yang dapat dijumpai di berbagai tempat seperti apotek/toko obat, supermarket, toko/warung, sales/distributor MLM dan lainnya. Tabel 23 merupakan hasil penelitian tempat pembelian suplemen makanan contoh. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (69,0%) memilih apotek/toko obat, dan beberapa contoh saja (7,0%) yang memilih toko/warung sebagai tempat untuk membeli suplemen makanan. Tabel 23
Sebaran contoh berdasarkan tempat pembelian suplemen makanan (n=100)
Tempat Pembelian Apotek/toko obat Supermarket/minimarket Sales/distributor MLM Toko/warung
n 69 14 33 7
% 69,0 14,0 33,0 7,0
Menurut Umar (2007) pertimbangan tempat merupakan salah satu strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsen agar produknya laku. Konsumen akan memiliki beberapa pertimbangan tertentu dalam memilih tempat untuk membeli produk suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (79,0%) memilih produknya lengkap sebagai tempat pembelian suplemen makanan dan lebih dari separuh contoh (51,0%) memilih dekat dengan tempat tinggal (Tabel 24). Tabel 24
Sebaran contoh berdasarkan pertimbangan dalam memilih tempat pembelian (n=100)
Pertimbangan Tempat Pembelian Lokasi mudah dijangkau Dekat dengan tempat tinggal Harganya lebih murah Pelayanan memuaskan Produknya lengkap
n 72 51 57 71 79
% 72,0 51,0 57,0 71,0 79,0
Menurut Kotler (2007) sumber pribadi seperti keluarga, teman, tetangga, dan kenalan berfungsi sebagai legitimasi dan evaluasi yang mempengaruhi dalam memutuskan pembelian suatu produk tertentu. Tabel 25 merupakan hasil penelitian mengenai orang yang paling berpengaruh dalam memutuskan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh memilih keluarga (76,0%), dan sebagian kecil contoh (7,0%) memilih tetangga dan wiraniaga.
38
Tabel 25
Sebaran contoh berdasarkan orang yang paling mempengaruhi keputusan pembelian suplemen makanan (n=100)
Orang yang Paling Berpengaruh Keluarga Teman/kenalan Tetangga Wiraniaga Distributor Lainnya*
n 76 43 7 7 18 8
% 76,0 43,0 7,0 7,0 18,0 8,0
*Lainnya : Rekomendasi dokter, anjuran agama
Menurut Peter dan Olson (2010) situasi konsumen didefinisikan sebagai perilaku seorang konsumen pada lingkungan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Situasi tersebut terdiri dari 3 faktor yaitu : 1) tempat dan waktu dimana perilaku terjadi, 2) penjelasan mengapa perilaku tersebut terjadi, 3) pengaruhnya terhadap perilaku konsumen (Mowen & Minor 2003). Hasil penelitian situasi contoh ketika membeli suplemen makanan menunjukkan hampir separuh contoh (42,0%) menyediakan waktu khusus untuk membeli suplemen makanan, dan lebih dari seperlima contoh (23,0%) menjawab tidak tentu (Tabel 26). Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan situasi ketika membeli suplemen makanan Situasi Ketika Membeli Menyediakan waktu khusus Bersama dengan kebutuhan lain Tidak tentu Lainnya Total
Jumlah n 42 35 23 0 100
% 42,0 35,0 23,0 0,0 100,0
Perilaku Pembelian dan Konsumsi Suplemen Makanan Jenis, Bentuk, dan Merek Konsumsi. Jumlah merek suplemen makanan yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek (Lampiran 4). Beragam merek tersebut, dikelompokkan berdasarkan jenis kandungannya sebagai multivitamin, sumber vitamin C, sumber kalsium, sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi, sumber vitamin E, sumber zat besi (Fe), sumber vitamin B, sumber energi, sumber serat, dan nutrisi otak. Tabel 27 merupakan hasil penelitian jenis suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (80,0%) mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis multivitamin, dan beberapa contoh saja (2,0%) yang mengonsumsi suplemen makanan dengan jenis sumber vitamin B.
39
Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan jenis suplemen makanan yang dikonsumsi (n=100) Jenis Suplemen Makanan Multivitamin Sumber vitamin C Sumber kalsium (Ca) Sumber kalsium dan vitamin C dosis tinggi Sumber vitamin E Sumber zat besi (Fe) Sumber vitamin B Sumber energi Sumber serat Nutrisi otak
n 80 38 4 34 16 7 2 6 23 14
% 80,0 38,0 4,0 34,0 16,0 7,0 2,0 6,0 23,0 14,0
Menurut Hardinsyah (2002) produk suplemen makanan yang beredar di pasaran umumnya dalam bentuk kapsul/kaplet, tablet/pil, sirup/cair, serbuk, gel. Satu merek produk suplemen makanan memiliki beragam variant bentuk yang ditawarkan kepada konsumen, misalnya satu merek produk suplemen makanan memiliki bentuk kapsul/kaplet, bentuk tablet/pil, bentuk sirup/cair, bentuk serbuk, bentuk gel disediakan sesuai dengan selera konsumen yang dibidik. Tabel 28 merupakan hasil penelitian bentuk suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (62,0%) mengonsumsi dalam bentuk kaplet, dan sebagian kecil contoh (17,0%) mengonsumsi dalam bentuk serbuk. Tabel 28
Sebaran contoh berdasarkan bentuk konsumsi suplemen makanan (n=100)
Bentuk Konsumsi Kapsul Kaplet Tablet/pil Tablet effervescent Sirup/cair Serbuk Gel
n 37 62 25 33 27 17 25
% 37,0 62,0 25,0 33,0 27,0 17,0 25,0
Menurut Aaker (1991) merek diartikan sebagai nama, simbol yang bersifat membedakan dengan maksud mengidentifikasi barang dan jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor. Menurut Yanuardhini
40
(2002) kombinasi beberapa merek suplemen makanan yang dikonsumsi memberikan manfaat berbeda dari setiap produknya. Tabel 29 merupakan hasil penelitian mengenai ragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan jumlah merek suplemen makanan yang dikonsumsi berada pada kisaran 1-5 merek dan proporsi terbesar ragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi sebanyak 2 merek berbeda. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarkan ragam merek suplemen makanan (n=100) Ragam Merek 1 merek 2 merek 3 merek 4 merek 5 merek Total
n 24 40 25 8 3 100
% 24,0 40,0 25,0 8,0 3,0 100,0
Menurut Rangkuti (2002) suatu merek tertentu dapat membedakan dari produk pesaing dan berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Beragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh, menunjukkan pola peringkat merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi. Tabel 30 merupakan hasil penelitian sepuluh merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian menunjukkan Enervon-C sebagai merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi oleh contoh (20,0%). Tabel 30 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sebaran sepuluh merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi oleh contoh (n=100)
Merek Konsumsi Enervon-C Habbatussauda CDR Redoxon K-Link Chlorophyle Natur-E Ester-C Thermolythe Pharmaton Formula Obimin
n 20 18 16 12 7 7 7 4 4 3
% 20,0 18,0 16,0 12,0 7,0 7,0 7,0 4,0 4,0 3,0
Tabel 31 merupakan hasil penelitian ragam merek suplemen makanan berdasarkan tingkat pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh
41
contoh (60,0%) pada tingkat pendidikan SLTP memilih dua ragam merek suplemen makanan berbeda. Hal tersebut menunjukkan hasil yang sama pada tingkat pendidikan perguruan tinggi yaitu hampir separuh contoh (41,6%) memilih dua ragam merek suplemen makanan berbeda. Namun hasil penelitian ini berbeda pada tingkat pendidikan SLTA yaitu lebih dari sepertiga contoh (39,2%) memilih satu merek suplemen makanan sebagai presentase terbesar contoh menurut tingkat pendidikan dalam mengonsumsi suplemen makanan. Perbedaan tingkat pendidikan contoh tidak memberikan kecenderungan tertentu terhadap perbedaan dalam pilihan ragam merek suplemen makanan. Tabel 31
Sebaran ragam merek suplemen makanan berdasarkan tingkat pendidikan
Ragam Merek 1 merek 2 merek 3 merek 4 merek 5 merek Total
SLTP n 1 3 0 0 1 5
% 20,0 60,0 0,0 0,0 20,0 100,0
Tingkat Pendidikan SLTA n % 9 39,2 7 30,5 5 21,7 1 4,3 1 4,3 23 100,0
PT n 14 30 20 7 1 72
% 19,5 41,6 27,7 9,7 1,5 100,0
Menurut Durianto (2001) merek memudahkan dalam proses pengambilan keputusan pembelian sehingga berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Selain itu, usia juga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan konsumen karena perbedaan usia seseorang memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dengan selera dan kesukaan berbeda terhadap merek tertentu (Sumarwan 2004). Tabel 32 merupakan hasil penelitian ragam merek suplemen makanan berdasarkan kategori usia. Hasil penelitian ragam merek suplemen makanan pada setiap kategori usia menunjukkan hasil yang sama yaitu sebanyak dua merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian tersebut menunjukkan separuh contoh (50,0%) berada pada kategori dewasa akhir (>61 th), hampir separuh contoh (43,4%) berada pada kategori dewasa awal (2040 th), dan lebih dari sepertiga contoh (34,9%) berada pada kategori dewasa madya (41-60 th). Hal ini menunjukkan pada setiap kategori usia contoh tidak menunjukkan perbedaan dalam pilihan ragam merek suplemen makanan. Contoh yang mengonsumsi suplemen makanan banyak ditemukan pada usia produktif
42
yaitu dewasa awal (20-40 th) dan dewasa madya (41-60 th). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Silitonga (2002) bahwa suplemen makanan dikonsumsi pada kelompok usia produktif guna menunjang aktivitasnya. Tabel 32 Sebaran ragam merek suplemen makanan berdasarkan kategori usia Ragam Merek 1 merek 2 merek 3 merek 4 merek 5 merek Total
Dewasa awal (20-40 th) n % 10 18,8 23 43,4 14 26,4 3 5,7 3 5,7 100,0 53
Usia Dewasa madya (41-60 th) n % 14 32,6 15 34,9 9 20,9 5 11,6 0 0,0 43 100,0
Dewasa akhir (>61 th) n % 0 0,0 2 50,0 2 50,0 0 0,0 0 0,0 4 100,0
Menurut Berg (1986) kuantitas dan kualitas makanan ditentukan oleh pendapatan. Pendapatan seseorang sangat berpengaruh terhadap pemilihan produk dan merek untuk mencapai tujuan konsumsi (Kotler 2007). Tabel 33 merupakan hasil penelitian ragam merek suplemen makanan berdasarkan kategori pendapatan. Hasil penelitian ragam merek suplemen makanan pada setiap kategori pendapatan menunjukkan hasil yang sama yaitu sebanyak dua merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi oleh contoh. Hasil penelitian tersebut menunjukkan lebih dari separuh contoh (55,6%) berada pada kategori pendapatan (>Rp10.000.000), hampir separuh contoh (44,2%) berada pada kategori pendapatan (
43
Tabel 33
Sebaran ragam merek suplemen makanan berdasarkan kategori pendapatan
Ragam Merek 1 merek 2 merek 3 merek 4 merek 5 merek Total
% 27,9 44,2 16,2 7,0 4,7 100,0
Pendapatan Rp4.000.000 – Rp10.000.000 n % 11 23,0 16 33,3 15 31,3 5 10,3 1 2,1 100,0 48
>Rp10.000.000 n 1 5 3 0 0 9
% 11,1 55,6 33,3 0,0 0,0 100,0
Frekuensi Pembelian. Menurut Sumarwan (2004) frekuensi pembelian menunjukkan seberapa sering suatu produk dibeli oleh konsumen. Frekuensi pembelian suplemen makanan contoh dikategorikan menjadi (1 kl/bl), (2 kl/bl), dan (≥3 kl/bl). Tabel 34 merupakan hasil penelitian frekuensi pembelian suplemen makanan contoh. Hasil penelitian menunjukkan frekuensi pembelian suplemen makanan berada pada kisaran 1-15 kl/bl. Lebih dari separuh contoh (67,0%) berada pada kategori (1 kl/bl), dan lebih dari seperdelapan contoh (16,0%) berada pada kategori (≥3 kl/bl) dalam membeli suplemen makanan. Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pembelian suplemen makanan Frekuensi Pembelian (1 kl/bl) (2 kl/bl) (≥3 kl/bl) Total
Jumlah n 67 17 16 100
% 67,0 17,0 16,0 100,0
Jumlah Pembelian. Menurut Sumarwan (2004) jumlah pembelian merupakan kuantitas produk yang dibeli oleh konsumen. Jumlah pembelian suplemen makanan contoh dikategorikan menjadi (1-10 uks/bl), (11-20 uks/bl), dan (≥21 uks/bl). Tabel 35 merupakan hasil penelitian jumlah pembelian suplemen makanan contoh. Hasil penelitian menunjukkan jumlah pembelian suplemen makanan contoh berada pada kisaran 3-60 uks/bl. Lebih dari separuh contoh berada pada kategori (1-10 uks/bl) sebesar 68,0 persen, dan hampir seperlima contoh (16,0%) memiliki jumlah pembelian pada kategori (≥21 uks/bl).
44
Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan jumlah pembelian suplemen makanan Jumlah Pembelian (1-10 uks/bl) (11-20 uks/bl) (≥21 uks/bl) Total
Jumlah n 16 16 68 100
% 16,0 16,0 68,0 100,0
Pengeluaran Suplemen Makanan. Menurut Senduk (2007) pengeluaran merupakan sejumlah nilai yang dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran contoh untuk membeli suplemen makanan berada pada kisaran Rp11.000,00 hingga Rp2.200.000,00 dengan rata-rata sebesar Rp211.543,00. Sebagian besar contoh (76,0%) berada pada kategori dibawah rata-rata dan hampir seperempat contoh (24,0%) berada pada kategori diatas rata-rata (Tabel 36). Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran untuk suplemen makanan Pengeluaran Suplemen Di bawah rata-rata (≤Rp211.543,00) D iatas rata-rata (>Rp211.543,00) Total
Jumlah n 76 24 100
% 76,0 24,0 100,0
Besarnya persentase pengeluaran untuk pembelian suplemen makanan diukur berdasarkan perbandingan antara pengeluaran suplemen makanan dengan pendapatan contoh. Tabel 37 merupakan hasil penelitian pengeluaran suplemen makanan terhadap pendapatan contoh. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (68,0%) berada pada kategori (<6% pendapatan), hampir seperlima contoh (16,0%) berada pada kategori (6-10% pendapatan), dan hampir seperlima contoh berada pada kategori (>10% pendapatan). Tabel 37
Sebaran contoh berdasarkan persentase pengeluaran suplemen makanan terhadap pendapatan
Persentase Pengeluaran Suplemen (<6 % pendapatan) (6-10 % pendapatan) (>10% pendapatan) Total
Jumlah n 68 16 16 100
% 68,0 16,0 16,0 100,0
45
Frekuensi Konsumsi. Menurut Sumarwan (2004) frekuensi konsumsi merupakan sesuatu yang menggambarkan kebiasaan dalam mengonsumsi suatu produk dengan menghitung keseringan mengonsumsi produk tersebut. Frekuensi konsumsi suplemen makanan contoh dikelompokkan menjadi kategori ≤2 kali seminggu (≤8 kl/bl), 2 kali seminggu – 6 kali seminggu (9-29 kl/bl), dan setiap hari (≥30 kl/bl). Tabel 38 merupakan hasil penelitian frekuensi konsumsi suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan kisaran frekuensi konsumsi suplemen makanan contoh antara 3-30 kl/bl. Lebih dari separuh contoh (51,0%) berada pada kategori setiap hari (≥30 kl/bl), dan lebih dari seperlima contoh (21,0%) berada pada kategori ≤2 kali seminggu (≤8 kl/bl). Tabel 38 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen makanan Frekuensi Konsumsi ≤2 kali seminggu (≤8 kl/bl) 2 kali seminggu – 6 kali seminggu (9-29 kl/bl) Setiap hari (≥30 kl/bl) Total
Jumlah n 21 28 51 100
% 21,0 28,0 51,0 100,0
Menurut AAP (American Academy of Pediatrics) diacu dalam Pujiarto (2005) satu dosis suplemen makanan multivitamin per hari tidak membahayakan, asalkan tiap dosis suplemen makanan tersebut tidak melebihi angka kecukupan gizi, meskipun kelebihan itu hanya untuk satu jenis vitamin atau mineral karena idealnya kandungan gizi suplemen makanan harus lebih rendah dari angka kecukupan gizi. Tabel 39 merupakan hasil penelitian frekuensi konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (56,0%) berada pada kategori tidak sesuai dengan anjuran pakai, dan hampir separuh contoh (44,0%) berada pada kategori sesuai anjuran pakai. Tabel 39
Sebaran contoh frekuensi konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai Frekuensi Konsumsi
anjuran pakai Total
Jumlah n 54 44 2 100
% 54,0 44,0 2,0 100,0
46
Jumlah Konsumsi. Menurut Khomsan (2002) suplemen makanan sebaiknya tidak dikonsumsi jika menu makanan sudah seimbang dan memenuhi prinsip 4 sehat 5 sempurna, cukup berolahraga, cukup beristirahat, hidup teratur, jauh dari stress dan bebas dari polusi. Jumlah konsumsi suplemen makanan contoh dikelompokkan menjadi kategori (≤8 uks/bl), (9-29 uks/bl), (≥30 uks/bl). Tabel 40 merupakan hasil penelitian jumlah konsumsi suplemen makanan contoh. Hasil penelitian menunjukkan kisaran jumlah konsumsi suplemen makanan contoh sebesar 3-60 uks/bl. Lebih dari separuh contoh (53,0%) memiliki jumlah konsumsi pada kategori (≥30 uks/bl), dan lebih dari seperlima contoh (13,0%) berada pada kategori (≤8 uks/bl). Tabel 40 Sebaran contoh berdasarkan jumlah konsumsi suplemen makanan Jumlah Konsumsi (≤8 uks/bl) (9-29 uks/bl) (≥30 uks/bl) Total
Jumlah n 21 26 53 100
% 21,0 26,0 53,0 100,0
Tabel 41 merupakan hasil penelitian jumlah konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh contoh (51,0%) berada pada kategori tidak sesuai dengan anjuran pakai, dan hampir separuh contoh (49,0%) berada pada kategori sesuai anjuran pakai. Tabel 41
Sebaran contoh jumlah konsumsi suplemen makanan berdasarkan anjuran pakai Jumlah Konsumsi
anjuran pakai Total
Jumlah n 50 49 1 100
% 50,0 49,0 1,0 100,0
47
Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Pembelian Suplemen Makanan Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku pembelian suplemen makanan dilakukan uji korelasi Pearson pada beberapa variabel karakteristik contoh. Variabel tersebut diantaranya adalah usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan terhadap frekuensi dan jumlah pembelian. Tabel 42 merupakan hasil uji korelasi Pearson karakteristik contoh dengan perilaku pembelian. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel pendidikan dan pendapatan yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan dengan koefisien korelasi sebesar -0,187 dan 0,169 (α<0,1). Artinya semakin tinggi pendidikan dan pendapatan contoh maka frekuensi pembelian terhadap suplemen makanan akan semakin rendah. Contoh yang memiliki pendidikan tinggi diduga lebih cenderung memilih makanan alami sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya daripada memilih mengonsumsi suplemen makanan. Hal tersebut sejalan dengan Sumarwan (2004) yang menyatakan bahwa konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi pilihan produk maupun merek. Contoh yang memiliki pendapatan tinggi umumnya akan membeli suplemen makanan dalam ukuran kemasan saji yang lebih besar dibandingkan harus membeli dalam ukuran kemasan saji lebih kecil (sachet). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kotler (2007) yang menyatakan bahwa jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan akan besar pengaruhnya terhadap pemilihan produk, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin leluasa dalam pemilihan produk yang diinginkan. Tabel 42 Hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku pembelian Variabel Usia Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Ket : * signifikan pada ά<0,1
Frekuensi Pembelian 0,036 -0,187* -0,169* 0,105
Jumlah Pembelian 0,030 -0,115 0,112 0,112
48
Hubungan Karakteristik Contoh dengan Perilaku Konsumsi Suplemen Makanan Hubungan karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi suplemen makanan diuji dengan menggunakan uji korelasi Pearson pada beberapa variabel karakteristik contoh yaitu usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan terhadap frekuensi dan jumlah konsumsi. Tabel 43 merupakan hasil uji korelasi Pearson karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan hanya variabel pendapatan yang memiliki hubungan signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan dengan koefisien korelasi sebesar 0,206 (α<0,05). Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan contoh maka frekuensi konsumsi terhadap suplemen makanan akan meningkat namun tidak diikuti dengan jumlah konsumsinya. Contoh yang mengalami peningkatan pendapatan akan meningkatkan frekuensi konsumsi suplemen makanan dengan merek atau jenis suplemen makanan yang lebih mahal harganya dengan takaran uks yang lebih sedikit untuk dikonsumsi, sehingga menyebabkan jumlah konsumsi dari suplemen makanan tidak naik seiring dengan meningkatnya pendapatan. Pilihan jenis, merek, bentuk suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh berpendapatan tinggi akan berbeda dengan contoh yang berpendapatan rendah. Hal tersebut dikarenakan konsumsi suplemen makanan akan disesuaikan dengan sumberdaya yang dimilikinya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Sutisna (2001), bahwa pilihan untuk membeli suatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh halhal pada diri konsumen. Tabel 43 Hubungan antara karakteristik contoh dengan perilaku konsumsi Variabel Usia Pendidikan Pendapatan Pengetahuan Ket : * signifikan pada p<0,05
Frekuensi Konsumsi 0,096 0,045 0,206* 0,114
Jumlah Konsumsi 0,042 -0,116 0,092 0,129
49
Pembahasan Proses pembelian suplemen makanan melalui rangkaian proses pengambilan keputusan mulai dari pengenalan masalah sampai pada perilaku purna pembelian. Proses tersebut akan sangat berbeda pada setiap konsumen suplemen makanan bergantung pada pengalaman yang pernah dirasakan. Pada konsumen yang baru pertama kali mengonsumsi merek suplemen makanan tertentu akan berbeda dengan konsumen yang sudah pernah mengonsumsi sebelumnya terutama pada proses kepercayaan dan evaluasi produk suplemen makanan karena adanya kondisi resiko dalam pembelian. Karakteristik konsumen suplemen makanan juga berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan pembelian suplemen makanan.
Hasil penelitian
menunjukkan lebih dari separuh konsumen suplemen makanan berada pada kategori dewasa awal (20-40 tahun) dengan rata-rata usia sebesar 39 tahun. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Chotimah (2003) yaitu sebagian besar konsumen berada pada usia dewasa awal (20-40 tahun). Pada kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif yang memiliki mobilitas tinggi sehingga membutuhkan zat gizi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Konsumen suplemen makanan yang berjenis kelamin perempuan memiliki kecenderung mengonsumsi suplemen makanan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan dan memperbaiki penampilan/kecantikan. Sedangkan konsumen suplemen makanan berjenis kelamin laki-laki memiliki kecenderungan mengonsumsi suplemen makanan dengan tujuan untuk membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran. Menurut Sumarwan (2004) konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi pilihan produk maupun merek. Lebih dari separuh konsumen suplemen makanan berpendidikan sarjana sehingga memungkinkan memiliki informasi tentang gizi dan kesehatan yang lebih baik. Konsumen yang memiliki pendidikan lebih baik akan lebih selektif dalam memilih produk suplemen makanan (Kissling, Miller, & Russell 2003). Pendidikan berkorelasi dengan pekerjaan karena pekerjaan tertentu terkadang mengharuskan untuk melewati suatu pendidikan formal terlebih dahulu sebelum berkarir di bidang pekerjaan tersebut, oleh karena itu para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat diatas rata-rata
50
terhadap kebutuhan produk dan jasa tertentu (Kotler 2007). Hasil penelitian menunjukkan sepertiga konsumen suplemen makanan bekerja sebagai pegawai swasta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suistriyanta (2001) dan Silitonga (2002)
bahwa persentase terbesar pekerjaan konsumen yang
mengonsumsi suplemen makanan adalah pegawai swasta yang memiliki aktivitas padat sehingga memiliki pola makan yang tidak teratur. Oleh karena itu, diperlukan suplemen makanan sebagai pelengkap asupan makan guna memenuhi nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Pendapatan menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Oleh karena itu, pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi (Berg 1986). Garis Upah Minimum Regional (UMR) Kota Bogor tahun 2011 adalah Rp1.056.914,00. Nilai ini selanjutnya menjadi batasan apakah konsumen suplemen makanan memiliki pendapatan di bawah atau di atas UMR. Hasil penelitian pendapatan berkisar antara Rp600.000,00 hingga Rp25.000.000,00 dengan rata-rata pendapatan konsumen sebesar Rp5.605.000,00. Lebih dari sepertiga konsumen suplemen makanan berada pada kisaran Rp1.000.000,00 hingga Rp3.999.999,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendapatan konsumen suplemen makanan berada di atas UMR Kota Bogor. Menurut Gunawan (2002) konsumsi suplemen makanan dibutuhkan oleh orang yang mengalami gangguan kesehatan yang diduga kuat karena kekurangan zat gizi dalam makanan sehari-hari, tubuh dalam kondisi masa penyembuhan, kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang sering diluar batas kewajaran (lembur), stress berkepanjangan. Selain itu pada wanita dengan kondisi tertentu seperti hamil dan menyusui. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar konsumen berada dalam kondisi sehat, berada dalam kondisi tidak hamil, tidak berada dalam kondisi stress, memiliki kebiasaan tidak merokok, memiliki riwayat kesehatan tidak berpenyakit, namun hampir sebagian besar konsumen suplemen makanan memiliki kebiasan makan tidak teratur. Kebiasaan makan inilah diduga kuat merupakan faktor yang mendorong untuk memenuhi tambahan asupan nutrisi dengan mengonsumsi suplemen makanan untuk menunjang aktivitas produktifnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan Wahlqvist
51
(2002) yang menyatakan peningkatan penggunaan suplemen makanan karena terjadi perubahan pola makan dan gaya hidup, dimana saat ini masyarakat cenderung lebih menyukai jenis makanan yang praktis, cepat saji, berkadar lemak tinggi. Kebiasaan makan yang buruk dan ketidakyakinan akan kecukupan gizi dari makanan yang dimakan menjadikan suplemen makanan menjadi pilihan dalam meningkatkan kecukupan gizi. Proses saat konsumen suplemen makanan menyadari adanya suatu kebutuhan akibat rangsangan internal maupun eksternal terhadap produk suplemen makanan dalam penelitian ini disebut dengan istilah motivasi. Menurut Hardinsyah (2002) secara umum manfaat dari mengonsumsi suplemen makanan adalah membantu menjaga kesehatan, meningkatkan kebugaran, memperbaiki penampilan/kecantikan. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh konsumen memiliki motivasi membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran dalam mengonsumsi suplemen makanan. Motivasi tersebut sebenarnya beragam bergantung pada jenis dan merek suplemen makanan yang dikonsumsi serta perbedaan karakteristik yang ada dalam diri konsumen. Menurut Sumarwan (2004) kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, atribut dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen. Persepsi konsumen dalam mengonsumsi suplemen makanan juga sangat beragam bergantung pada merek suplemen makanan yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan persentase terbesar konsumen dalam mengonsumsi suplemen makanan adalah membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan stamina. Menurut Sumarwan (2004) pencarian informasi terbagi menjadi pencarian internal dan pencarian eksternal. Pencarian internal merupkanan pengetahuan yang dimiliki konsumen tentang suplemen makanan. Konsumen yang memiliki pengetahuan lebih banyak tentang suplemen makanan akan lebih baik dalam mengambil keputusan, lebih tepat dalam mengolah informasi dan mampu mengingat (recall) informasi dengan lebih baik. Hasil penelitian diukur berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner mengenai pengetahuan produk, pembelian dan pemakaian yang menunjukkan sebagian besar konsumen memiliki pengetahuan yang baik tentang suplemen makanan. Pengetahuan yang dimiliki konsumen dapat mempengaruhi kepercayaannya terhadap konsumsi suatu produk
52
tertentu (Kotler 2007). Kepercayaan terhadap suatu merek produk suplemen makanan inilah yang membantu konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Sumarwan (2004) pencarian eksternal dilakukan ketika pencarian internal tidak dapat memecahkan masalah, pencarian eksternal meliputi berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen. Menurut Kotler (2007) konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Sumber informasi digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, dan kenalan) berfungsi sebagai legitimasi atau evaluasi, sumber komersil (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko) berfungsi sebagai pemberi informasi, sumber publik (media massa, ormas konsumen), sumber pengalaman (penanganan dan pengkajian). Konsentrasi sumber informasi dalam penelitian ini adalah sumber informasi apa yang mempengaruh dalam pembelian suplemen makanan. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh konsumen memilih teman/kenalan sebagai sumber informasi yang mempengaruhi dalam membeli suplemen makanan. Sedangkan fokus konsumen dalam mencari informasi mengenai suplemen makanan menunjukkan sebagian besar konsumen memilih klaim. Hal tersebut dikarenakan setiap merek berbeda memberikan klaim berbeda tentang manfaat suplemen makanan, sehingga fokus utama konsumen adalah mencari produk dengan klaim yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Kotler (2007) tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh konsumen dalam situasi pembelian. Konsep dasar yang harus dipahami yaitu konsumen berusaha memenuhi kebutuhan, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan berbeda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) harga merupakan salah satu kriteria evaluasi yang penting bagi konsumen. Hasil penelitian ini menunjukkan pertimbangan dalam memilih harga suplemen makanan tidak terlalu menjadi perhatian dikarenakan harga suplemen makanan dengan klaim tertentu memiliki tingkat harga yang tidak terlampau berbeda.
53
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen memilih klaim dalam mengevaluasi pertimbangan merek suplemen makanan. Selain itu, sebagian besar konsumen memilih klaim produsen sebagai bentuk promosi penjualan yang paling menarik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bentuk propaganda yang paling efektif adalah melalui klaim produk yang sesuai dengan kenyataan. Oleh karena itu, produsen harus memasarkan suplemen makanan dengan klaim yang sesuai karena akan dievaluasi dan dilegitimasi oleh konsumen melalui sumber pribadi untuk mengetahui kebenarannya. Oleh karena itu, sebagai konsumen harus lebih selektif dalam memillih produk suplemen makanan dengan klaim tertentu karena akan beresiko tinggi terhadap kesehatan. Klaim yang benar menginduk pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang suplemen makanan bukan merupakan obat penyembuh penyakit tertentu. Hasil penelitian mengenai harga merek suplemen makanan tertentu yang dibeli mengalami kenaikan harga menunjukkan hampir seluruh konsumen tetap membeli merek tersebut. Hal ini dikarenakan kenaikan harga suplemen makanan tidak terlalu signifikan dan masih dapat dijangkau, selain itu konsumen telah merasakan manfaat dari klaim suplemen makanan yang telah dikonsumsinya. Ada beberapa konsumen dalam penelitian ini yang menjadi member dari perusahaan Network Marketing, sehingga walaupun harga naik konsumen akan tetap membeli suplemen makanan tersebut karena merupakan kewajiban dari member untuk membeli produk setiap bulannya. Hasil penelitian ini menunjukkan klaim produk suplemen makanan sesuai dengan harapan tentang informasi yang mereka terima dari produk tersebut. Hal ini akan akan membentuk keyakinan dan sikap yang dapat mempengaruhi niat pembelian selanjutnya dimasa yang akan datang. Hasil penelitian tempat pembelian suplemen makanan menunjukkan lebih dari separuh konsumen memilih apotek/toko obat, sepertiga konsumen memilih sales/distibutor
MLM,
sebagian
kecil
konsumen
memilih
supermarket/minimarket, dan beberapa konsumen saja yang memilih toko/warung sebagai tempat pembelian suplemen makanan. Keadaan ini menggambarkan bahwa ketersediaan suplemen untuk dikonsumsi bukan lagi masalah karena beragam tempat pembelian menyediakan produk suplemen makanan sehingga dampak dari ketersediaan ini, memungkinkan konsumsi suplemen makanan akan
54
cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Selain itu produk yang lengkap menjadi pilihan bagi konsumen suplemen makanan sebagai pertimbangan dalam memilih tempat pembelian. Menurut
Durianto
(2001)
merek
merupakan
nama
dagang
yang
membedakan produk yang satu dan lainnya. Jumlah merek yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak 83 merek, dengan kisaran 1-5 merek berbeda dan rata-rata sebanyak 2 merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi. Jumlah merek tersebut lebih banyak dibandingkan dengan penelitian terdahulu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Suistriyanta (2001) di Kota Banjarmasi sebanyak 21 merek, Chotimah (2003) di Kota Bogor sebanyak 77 merek, Megawaty (2003) di Jakarta sebanyak 34 merek. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Hardinsyah (2002) yang menyatakan bahwa merek suplemen makanan yang beredar di kota besar jauh lebih banyak bila dibandingkan merek suplemen makanan yang berada di kota kecil. Jenis suplemen makanan yang banyak dikonsumsi adalah multivitamin. Bentuk suplemen makanan yang banyak dikonsumsi adalah kaplet. Hal tersebut diduga karena konsumen merasa multivitamin lebih praktis dan memiliki banyak kandungan nutrisi tertentu yang diperlukan oleh tubuh daripada harus mengonsumsi beragam suplemen makanan berbeda.
Sedangkan
kaplet
menjadi
pilihan
konsumen
diduga
karena
kemudahannya dalam mengonsumsi. Sepuluh merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi adalah Enervon-C, Habbatussauda, CDR, Redoxon, K-Liquid Chlorophyle, Natur-E, Ester-C, Thermolyte, Pharmaton Formula, Obimin. Merek tersebut merupakan merek suplemen makanan yang pada umumnya sudah dikenal oleh banyak orang. Perbedaan peringkat tersebut di duga dipengaruhi oleh perbedaan promosi yang dilakukan oleh masing-masing produsen suplemen makanan. Promosi produk merupakan salah satu bentuk sumber informasi yang dapat diberikan kepada masyarakat. Menurut Peter dan Olson (1996) bentuk promosi produk yang paling umum adalah iklan karena dapat ditemui pada berbagai media massa. Iklan merupakan salah satu dari empat alat utama yang dapat menimbulkan perhatian (attention), ketertarikan (interesting), menimbulkan keinginan (desire), dan akhirnya menimbulkan keinginan untuk membeli (action) yang digunakan oleh
55
perusahaan untuk berkomunikasi langsung dalam meyakinkan masyarakat sehingga tercapai target penjualan yang diinginkan (Kotler 2007). Rata-rata pengeluaran konsumen untuk membeli suplemen makanan sebesar Rp211.543,00 nilai tersebut setara dengan seperlima dari UMR Kota Bogor Tahun 2010 dengan persentase nilai sebesar ≤5% pendapatan konsumen untuk membeli suplemen makanan. Hal ini diduga konsumen suplemen makanan telah menganggarkan dalam belanja rutin bulanan. Hal tersebut didukung hasil penelitian bahwa lebih dari separuh konsumen melakukan pembelian suplemen makanan secara terencana dan menyediakan waktu khusus ketika membeli suplemen makanan. Menurut Sumarwan (2004) frekuensi pembelian menunjukkan seberapa sering suatu produk dibeli oleh konsumen sedangkan jumlah pembelian merupakan kuantitas produk yang dibeli oleh konsumen. Lebih dari separuh konsumen suplemen makanan memiliki frekuensi pembelian pada kategori (1 kl/bl) dengan rentang 1-15 kl/bl. Tingginya rentang frekuensi pembelian dikarenakan jenis suplemen makanan yang dibeli merupakan produk minuman yang memiliki ukuran kemasan saji sekali minum misalnya You C-1000, Extra Joss, Hemaviton Jreng, Fatigon Hydro sehingga lebih sering untuk dibeli. Jumlah pembelian suplemen makanan menunjukkan lebih dari separuh konsumen suplemen makanan memiliki jumlah pembelian pada kategori (≥21 uks/bl) dengan kisaran 3-60 uks/bl. Tingginya jumlah pembelian suplemen makanan diduga bertujuan sebagai stock sehingga ketika dibutuhkan produk suplemen makanan selalu tersedia, misalnya untuk pembelian produk Enervon C (botol), Habbatussauda (botol), Ester C (botol), K-Liquid Chlorophyle (botol). Hal tersebut dibuktikan dengan hasil korelasi antara frekuensi pembelian dan frekuensi konsumsi yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan koefisien korelasi sebesar -0,203 (α<0,1). Menurut Sumarwan (2004) frekuensi konsumsi merupakan sesuatu yang menggambarkan kebiasaan dalam mengonsumsi produk dengan menghitung keseringan
mengonsumsi
produk tersebut,
sedangkan
jumlah konsumsi
menunjukkan kuantitas dari produk yang dikonsumsi. Lebih dari separuh konsumen suplemen makanan mengonsumsi suplemen makanan pada kategori
56
setiap hari (≥30 kl/bl) dengan rentang 3-30 kl/bl. Lebih dari separuh konsumen suplemen makanan memiliki jumlah konsumsi pada kategori (≥30 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl. Suplemen makanan dikonsumsi setiap hari sehingga diduga bahwa suplemen makanan telah menjadi makanan pendamping bagi sebagian besar orang untuk melengkapi kekurangan nutrisinya. Padahal menurut DSHEA (1994) produk suplemen makanan bukan untuk dikonsumsi seperti makanan sehari-hari atau menjadi bagian dari makanan sehari-hari, namun hanya berfungsi sebagai pelengkap yang boleh dikonsumsi oleh orang-orang yang sedang melakukan diet ketat, vegetarian, dan mereka yang dinyatakan secara klinik mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi di dalam tubuhnya. Frekuensi dan jumlah konsumsi suplemen makanan berada pada kategori tidak sesuai dengan anjuran pakai. Hal tersebut tidak selaras dengan hasil penelitian
pengetahuan
bahwa
konsumen
suplemen
makanan
memiliki
pengetahuan baik. Hal ini dikarenakan penghitungan frekuensi dan jumlah konsumsi suplemen makanan, berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi merek suplemen makanan terbanyak yang dikonsumsi, sehingga beragam merek suplemen makanan berbeda dengan frekuensi dan jumlah lebih sedikit tidak dapat dilihat dalam penghitungan karena beragamnya perilaku konsumen. Perilaku tersebut misalnya konsumsi merek berbeda dalam satu jenis suplemen makanan misalnya mengonsumsi CDR dan Redoxon dalam waktu yang berbeda dengan tujuan dari konsumen untuk mencoba merek mana yang dirasakan cocok, namun dalam penghitungan akan dilihat merek mana dari kedua merek tersebut yang memiliki frekuensi dan jumlah konsumsi tertinggi walaupun asupan makanan dari kedua merek tersebut dirasa dapat saling melengkapi bagi konsumen. Selain itu, terdapat perbedaan penghitungan satuan konsumsi dalam ukuran bulan sedangkan kebutuhan akan konsumsi suplemen makanan dihitung berdasarkan kebutuhan akan nutrisi harian. Uji korelasi Pearson dilakukan pada variabel usia, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan terhadap jumlah dan frekuensi pembelian suplemen makanan. Hasil uji menunjukkan hanya variabel pendidikan dan pendapatan yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian. Semakin tinggi pendidikan akan semakin jarang membeli suplemen makanan. Hasil penelitian ini
57
sejalan dengan penelitian Silitonga (2002) bahwa konsumen suplemen makanan yang memiliki pendidikan tinggi lebih cenderung memilih makanan alami dengan kandungan gizi tertentu sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisinya daripada membeli suplemen makanan. Semakin tinggi pendapatan maka frekuensi pembelian suplemen makanan akan semakin rendah karena pada umumnya konsumen suplemen makanan membeli dalam ukuran kemasan saji lebih besar dibandingkan harus membeli dalam ukuran kemasan saji lebih kecil (sachet). Jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan akan besar pengaruhnya terhadap pemilihan produk, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin leluasa dalam pemilihan produk yang diinginkan (Kotler 2007). Uji korelasi Pearson pada variabel usia, pendidikan, pendapatan, pengetahuan terhadap frekuensi dan jumlah konsumsi menunjukkan hanya variabel pendapatan yang memiliki hubungan signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka frekuensi konsumsi terhadap suplemen makanan akan meningkat namun tidak diikuti dengan jumlah konsumsinya. Peningkatan pendapatan memberikan kemudahan bagi pembelian jenis suplemen makanan yang lebih mahal harganya dengan takaran uks yang lebih sedikit untuk dikonsumsi, sehingga menyebabkan jumlah konsumsi dari suplemen makanan tidak naik seiring dengan meningkatnya pendapatan. Meningkatnya pendapatan biasanya diikuti dengan meningkatnya jumlah beban pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga kondisi tubuh dituntut untuk selalu prima. Hal ini sejalan dengan Hardinsyah (2002) yang menyatakan kondisi tubuh yang selalu dituntut prima dengan pekerjaan yang diluar batas kewajaran (lembur) termasuk kelompok yang memerlukan suplemen.
58
Keterbatasan Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dengan desain cross sectional study hanya dapat melihat gambaran contoh pada selang waktu tertentu saja. Cara penarikan contoh secara purposive dilokasi tertentu mengakibatkan hasil penelitian ini belum bisa menggambarkan secara umum dan menyeluruh mengenai perilaku konsumsi suplemen makanan. Penelitian ini hanya melihat hubungan antara variabel tertentu yang diduga berkorelasi dengan frekuensi dan jumlah konsumsi sedangkan pengaruh dari variabel-variabel tersebut tidak dapat diketahui dari hasil penelitian ini. Penelitian ini tidak bisa melihat detail frekuensi pembelian kapan contoh membeli secara bersamaan atau tidak terhadap suplemen makanan tertentu karena penghitungan diambil berdasarkan frekuensi terbanyak contoh dalam membeli suplemen makanan. Penelitian juga tidak bisa melihat merek suplemen makanan yang sebenarnya dirasakan manfaatnya oleh contoh karena beragam merek suplemen makanan yang dikonsumsi oleh contoh dan tidak ditanyakan spesifik dalam instrument penelitian. Perilaku pasca pembelian pun tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga belum bisa melihat umpan balik terhadap konsumsi merek suplemen makanan tertentu.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Motivasi konsumen dalam mengonsumsi suplemen makanan adalah membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan kebugaran. Persepsi terhadap manfaat dalam mengonsumsi suplemen makanan adalah membantu menjaga kesehatan dan meningkatkan stamina. Sumber informasi internal berasal dari pengetahuan yang dimiliki, dan sumber informasi eksternal berasal dari sumber pribadi yaitu teman/kenalan. Atribut produk yang menjadi pilihan konsumen suplemen makanan dalam memillih merek adalah klaim. Konsumen suplemen makanan tetap membeli merek yang biasa dikonsumsi walaupun harga naik. Konsumen suplemen makanan dalam memutuskan pembelian menunjukkan hampir separuh konsumen berada pada kategori mendadak dan tergantung situasi (43%). Apotek/toko obat dengan produk lengkap menjadi pilihan konsumen dalam membeli suplemen makanan. Jumlah merek yang ditemukan sebanyak 83 merek dengan rata-rata 2 merek suplemen makanan berbeda yang dikonsumsi oleh konsumen. Enervon-C sebagai merek suplemen makanan yang banyak dikonsumsi. Jenis suplemen makanan yang banyak dikonsumsi adalah multivitamin dan berbentuk kaplet. Proporsi terbesar frekuensi pembelian suplemen makanan berada pada kategori (1 kl/bl) dengan kisaran 1-15 kl/bl. Lebih dari separuh konsumen suplemen makanan memiliki jumlah pembelian pada kategori (≥21 uks/bl) dengan kisaran 3-60 uks/bl. Proporsi terbesar frekuensi konsumsi suplemen makanan berada pada kategori setiap hari (≥30 kl/bl) dengan rentang antara 3-30 kl/bl dan hampir separuh konsumen berada pada kategori sesuai dengan anjuran pakai. Lebih dari separuh konsumen suplemen makanan memiliki jumlah konsumsi pada kategori (≥30 uks/bl) dengan rentang 3-60 uks/bl dan hampir separuh konsumen berada pada kategori sesuai anjuran pakai. Analisis hubungan pada variabel usia, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan terhadap jumlah dan frekuensi pembelian suplemen makanan menunjukkan hanya variabel pendidikan dan pendapatan yang memiliki hubungan negatif signifikan dengan frekuensi pembelian suplemen makanan. Semakin tinggi pendapatan maka frekuensi pembelian suplemen makanan akan semakin rendah karena pada umumnya konsumen suplemen makanan membeli dalam
60
ukuran kemasan saji lebih besar dibandingkan harus membeli dalam ukuran kemasan saji lebih kecil (sachet). Analisis hubungan pada variabel usia, pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan terhadap jumlah dan frekuensi konsumsi menunjukkan hanya variabel pendapatan yang memiliki hubungan positif signifikan dengan frekuensi konsumsi suplemen makanan. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka frekuensi konsumsi terhadap suplemen makanan akan meningkat namun tidak diikuti dengan jumlah konsumsinya karena jenis suplemen makanan yang dikonsumsi lebih mahal harganya dengan takaran uks konsumsi lebih sedikit. Saran Konsumen suplemen makanan dalam melakukan pembelian produk masih banyak yang melakukan pembelian tidak terencana dan tergantung situasi (43%). Perilaku seperti ini bukan merupakan pembelian yang bijak, mengingat produk suplemen makanan juga memiliki resiko bagi kesehatan jika dikonsumsi tidak sesuai aturan pakai. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelian produk suplemen makanan, konsumen disarankan untuk melakukan pembelian yang terencana, sesuai dengan kebutuhan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum melakukan pembelian serta tidak hanya melihat klaim yang di propagandakan oleh produsen karena terkadang berlebihan dan tidak sesuai. Konsumen suplemen makanan dalam melakukan pembelian produk memilih keluarga sebagai orang yang paling berpengaruh dalam memutuskan pembelian (76%). Keluarga sebagai sumber informasi pribadi yang terpercaya. Oleh karena itu, keluarga bisa menjadi media yang efektif bagi pemerintah untuk melakukan pendidikan dan perlindungan konsumen (penyuluhan) tentang suplemen makanan.
DAFTAR PUSTAKA Aaker D. 1991. Managing Brand Equity Capitalizing on the Value of a Brand Name. New York. The Free Press. Abriansyah M. 2010. Kebiasaan merokok, konsumsi energi dan vitamin c serta status gizi pada remaja laki-laki STM [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Aditama et al. 2006. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia [terhubung berkala].http://www.surveynetwork.org/home/index.php?q=activities/dialo g/surveys/ihsn/360-2006-002 [Oktober 2011]. Astawan M, Wahyuni M. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula (Manusia Usia Lanjut). Jakarta: PT. Meton Putra. Berg A. 1986. Peranan gizi dalam pembangunan. Jakarta: PT. Rajawali. Boyd WH, Walker CO, Larreche J. 2000. Manajemen Pemasaran. Nurmawan, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Marketing Management. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Penduduk Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Chotimah C. 2003. Perilaku konsumsi suplemen pada wanita dewasa di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/iXI/2002. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. [DIRJEN POM] Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan. 1996. Surat Ketetapan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan no HK.00.063. tentang Suplemen Makanan. Jakarta: Dirjen POM. Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Surat Ketetapan Drirektorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan no HK. 00.05.23.3644. Jakarta: Dirjen POM. Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Daftar Produk Suplemen Makanan. http://www.pom.go.id/webreg/index.php/home/produk [11 Februari 2013].
62
[DSHEA] Dietary Supplement Health Education of Act. 1994. Dietary supplement. http://www.dietarysupplementfda.co.id/ [11 April 2011]. Donald GK, Johns T, Troppmann L. 2002. Supplement use: is there any nutritional benefit?. E-journal of the American Dietetic Association [internet]. [diunduh 5 Jun 2012]; 102(6), 818.Tersedia pada: http://go.galegroup.com/ps/i.do?id. Durianto D, Sugiarto, Sitinjak T. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. . 1995. Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Furi AA. 2006. Persepsi tingkat stress dan strategi [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gazali R. 2008. Tobacco Free-Youth. Jakarta: Lembaga Penelitian Quit Tobacco Indonesia. Gershoff SW, Whitney C. 1990. Tuff University Guide Total Nutrition. New York: Harper & Row Publisher. Goldberg I. 1994. Functional Food. New York: Chapman Hall. Greger JL. 2001. Dietary Suplement Use: Consumer Characteristics and Interest. Journal of Nutrition, 31. 1339s-1343s. Gunarsa SD, Gunarsa YS. 1991. Psikologi Praktis: anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunawan A. 2002. Food Combaining. Kombinasi Serasi Pola Makan untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hardinsyah. 1987. Diktat Ekonomi Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. .. 2002. Manfaat dan Kiat Memilih Suplemen. Seminar Nasional Pangan dan Gizi. Nuansa Pangan, Gizi dan Keluarga. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
63
Hidayat R. 2002. Perilaku konsumsi suplemen pada pria dewasa di Kota Padang [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Khomsan A. 2002. Diktat Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kim J, Lee JS. 2009. Factors affecting the use of dietary supplements by Korean adults: data from the Korean National Health and Nutrition Examination Survey III. Journal of the American Dietetic Association 109(9). doi: 10.1016/j.jada.2009.06.374. Kissling G, Miller CK, Russell T. 2003. Decision-making patterns for dietary supplement purchases among women aged 25 to 45 years. E-Journal of the American Dietetic Association [internet]. [diunduh 5 Jun 2012]; 103(11), 1523. Tersedia pada: http://go.galegroup.com/ps/i.do?id. Koentjoroningrat. 1985. Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembangunan Kesehatan. Jakarta: Gramedia. Kotler P. 2007. Manajemen Pemasaran Jilid 1. Ed ke-12. Molan B, penerjemah. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia. Terjemahan dari: Marketing Management 12 Edition. , Armstrong G. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran. Sindoro A, penerjemah. Jakarta: Prenhallindo. Terjemahan dari: Marketing Basic. Latifah M, Djamaludin MD, Damayanti E, Atmojo SM. 2002. Bahaya Rokok, Minuman Keras dan Narkoba. Bogor: IPB Press. Marpaung PTP. 2009. Analisis tingkat kepuasan pelanggan supplemen doubel X pada PT AMWAY Indonesia studi kasus ADC Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Megawaty D. 2003. Perilaku konsumsi suplemen makanan pada wanita bekerja [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mowen JC, Minor M. 2003. Consumer Behavior. New Jersey: Prantice Hall. Monografi Bantarjati. 2010. Format Laporan Profil Desa dan Kelurahan. Bogor: Kelurahan Bantarjati. Monografi Tegal Gundil. 2010. Format Laporan Profil Desa dan Kelurahan. Bogor: Kelurahan Tegal Gundil.
64
Patterson AJ, Brown WJ, Roberts DCK. 2001. Dietary and supplement treatment of iron deficiency results in improvements in general health and fatigue in Australian woman of childbearing age. Journal of American Coll Nutrition 20(4):337-342. Papalia DE, Old SW. 2009. Human development perkembangan manusia. Marswendsdy, penerjemah; Widyaningrum R, editor. Jakarta: Salemba Humanika. Terjemahan dari: Human Development. Pilzer P. 2006. The Next Trillion: Why the Wellness Industry Will Exceed the $1 Trillion Health Care (Sickness) Industry in the Next Ten Years. Dallas: Videoplus. Peter JP, Olson JC. 1996. Consumer Behavior. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2010. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Ninth Edition. North American: McGraw Hill International Edition. Pujiarto PS. 2005. Bayiku Anakku: Panduan Praktis Kesehatan Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rangkuti F. 2002. The Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Resanti M. 2009. Perilaku konsumsi suplemen pada anak prasekolah di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Robin W, Robert JH. 2006. Dietary supplements in the US: pitfalls and safety. Journal of Nature Clinical Practice Gastroenterology and Hepatology, 3.2. doi: 10.1038/ncpgasthep0414. Sanjur D. 1982. Social and Cultural Prespective in Nutrition. USA: Prentice Hall. Senduk S. 2007. Mengelola Keuangan Keluarga. Jakarta: Elex Media Komputindo. Silitonga D. 2002. Perilaku konsumsi suplemen pada wanita dewasa di Kota Jakarta Timur [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Shiffman LG, Kanuk LL. 2007. Consumer Behaviour: Ninth Edition. New Jersey: Prantice Hall.
65
Suistriyanta. 2001. Perilaku konsumsi suplemen pada wanita dewasa di Kota Banjarmasin [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sutama IM. 2008. Dampak Rokok pada Sosial-Ekonomi, Perempuan, dan Anak. Advokasi Pencegahan Merokok pada Usia Dini dan Perokok Pasif. Semarang: UNICEF – Jateng. Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Umar H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wahlqvist ML. 2002. Food and Nutrition. Australia: Allen & Unwin. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V. 1993. Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI). Jakarta. Yanuardhini LS. 2002. Perilaku konsumsi suplemen pangan pada wanita dewasa di Kota Jakarta Pusat [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Tanggal Kuesioner :
Nomor Kuesioner :
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA 2011 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PERILAKU KONSUMSI SUPLEMEN MAKANAN Dengan hormat, Saya Andi Agustiadi I24060205 mengucapkan terima kasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuesioner ini. Lembar kuesioner ini merupakan instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk memenuhi tugas penyelesaian skripsi program sarjana yang berjudul Analisis Perilaku Konsumsi Suplemen Makanan. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Atas bantuan dan partisipasi Anda saya ucapkan terima kasih.
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Kuesioner ini terbagi atas pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka dan tertutup. Anda diminta untuk mengisi kuesioner ini sesuai keadaan yang sebenarnya. Untuk pertanyaan yang bersifat pilihan, Anda diminta untuk memberikan tanda silang (X) pada pilihan yang dianggap tepat. SCREENING 1. Dalam satu bulan terakhir apakah Anda pernah mengonsumsi suplemen makanan? (a) Ya (lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya) (b) Tidak (STOP, terima kasih) A.
KARAKTERISTIK CONTOH
1. Nama : ........................................ 2. Usia : ............tahun 3. Jenis kelamin : ............................ 4. Pendidikan terakhir : ....................... 5. Pekerjaan : ..................................... 6. Pendapatan Anda per bulan : ............................ 7. Kondisi fisiologis, psikologis, kebiasaan Anda dalam satu bulan terakhir :
68
a)
Sehat
b)
Agak sehat
a)
Hamil
b)
Tidak hamil
a)
Stress
b)
Agak stress
a)
Merokok
b)
Tidak merokok
a)
Makan teratur
b)
Makan tidak teratur
c)
Sakit
c)
Tidak stress
8. Penyakit yang pernah diderita oleh Anda? (riwayat kesehatan) ........................... ........................... ........................... ........................... .......................... 9. Petunjuk: Berikan tanda silang (X) pada kolom “benar” atau “salah” dari atribut pengetahuan tentang suplemen makanan berikut ini No 1
2
3 4 5 6
7
8
9
10 11 12 13 14
Pertanyaan Suplemen makanan merupakan produk yang digunakan untuk melengkapi makanan Suplemen makanan mengandung vitamin, mineral, tumbuhan atau bahan yang berasal dari tumbuhan, asam amino, bahan yang digunakan untuk meningkatkan angka kecukupan gizi, konsentrat, metabolit, konstituen, ekstrak atau kombinasi dari beberapa bahan tersebut Suplemen makanan berbentuk gel, tablet/ pil, bubuk, cairan, kapsul/ kaplet, tablet effervescent Suplemen makanan hanya bisa dibeli di tempat khusus seperti apotik Suplemen makanan tidak harus diawasi ijin edarnya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Suplemen makanan yang berkualitas adalah produk suplemen makanan yang telah lolos uji klinis dan mendapatkan sertifikasi misalnya GMP, FDA, TGA, ISO Label suplemen makanan harus mencantumkan identitas produk, jumlah isi, pernyataan klaim kegunaan, cara penggunaan, dosis pemakaian, penyembuhan zat aktif yang digunakan, nama dan tempat pembuatan, distributor dengan alamat yang jelas Suplemen makanan banyak di klaim oleh produsen, distributor, sales secara berlebihan sehingga harus lebih teliti sebelum membeli Suplemen makanan tidak dianjurkan untuk diminum sesuai dengan ukuran kemasan saji dan boleh dikonsumsi berlebihan Mengonsumsi suplemen makanan dengan dosis yang tepat akan memberikan efek ketergantungan terhadap produk tersebut Klaim suplemen makanan umumnya untuk meningkatkan produktivitas, kecerdasan, kecantikan, kebugaran Suplemen makanan berbentuk tablet effervescent penggunaanya adalah dengan mengunyah produk tersebut Suplemen makanan memiliki harga yang bervariasi mulai dari ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan Suplemen makanan umumnya dikemas dalam bentuk tube
Benar
Salah
69
No
B.
Pertanyaan berbahan (plastik, logam, gelas, komposit), kertas plastik, kardus mini
Benar
Salah
PERILAKU PEMBELIAN DAN KONSUMSI
10. Petunjuk : Isilah tabel perilaku pembelian suplemen makanan dibawah ini dengan benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya No
Merek
Bentuk
Jenis
Tempat
Frekuensi (bulan)
Jumlah (bulan)
Rupiah
11. Petunjuk : Isilah tabel perilaku konsumsi suplemen makanan dibawah ini dengan benar dan sesuai dengan keadaan sebenarnya Siapa Saja yang Konsumsi No Merek Mengonsumsi (hari/ minggu)
C.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengenalan masalah 12. Apakah alasan/ motivasi Anda dalam membeli dan mengonsumsi suplemen makanan? Alasan/ motivasi Ya Tidak Peringkat a) Membantu menjaga kesehatan b) Membantu proses penyembuhan penyakit c) Pendamping program diet d) Mengurangi tingkat stress e) Meningkatkan kebugaran f) Pasca operasi besar g) Memenuhi kebutuhan kehamilan h) Sedang menyusui i) Memasuki usia menopause j) Mengencangkan kulit/ kecantikan k) Lainnya,.................. 13. Bagaimana persepsi manfaat yang Anda harapkan terhadap produk suplemen makanan yang dibeli? Persepsi Manfaat Ya Tidak Peringkat a) Membantu menjaga kesehatan b) Membantu meningkatkan kecerdasan c) Membantu merawat kesehatan kulit d) Membantu meningkatkan stamina e) Mengurangi rasa sakit/ nyeri
70
f)
Lainnya,..................
Pencarian informasi 14. Darimanakah Anda mendapatkan informasi tentang suplemen makanan? Sumber Informasi Ya Tidak Peringkat a) Keluarga b) Teman/ kenalan c) Tetangga d) Iklan e) Wiraniaga f) Distributor g) Kemasan h) Lainnya,.................. 15. Apa yang menjadi fokus Anda dalam mencari informasi mengenai produk suplemen makanan? Fokus Pencarian Informasi Ya Tidak Peringkat a) Harga b) Kemasan c) Merek d) Klaim e) Lainnya,.................. Evaluasi alternatif 16. Faktor apa yang menjadi pertimbangan utama dalam memilih merek produk suplemen makan? Pertimbangan Utama Ya Tidak Peringkat a) Harga b) Kemasan c) Klaim d) Lainnya,.................. 17. Apa respon Anda jika harga merek suplemen makanan yang Anda cari mengalami kenaikan harga? a) Tetap membeli merek tersebut b) Membeli merek lain c) Tidak jadi membeli produk suplemen makanan d) Lainnya, sebutkan...... Keputusan pembelian 18. Bagaimana cara Anda memutuskan pembelian produk suplemen makanan? a) Terencana b) Mendadak c) Tergantung situasi 19. Bentuk promosi penjualan apa yang membuat Anda tertarik untuk membeli produk suplemen makanan? Bentuk Promosi Penjualan Ya Tidak Peringkat a) Desain kemasan b) Potongan harga c) Hadiah langsung d) Figur orang terkenal e) Merek terkenal f) Klaim produsen g) Lainnya, sebutkan..........
71
20. Apa yang menjadi pertimbangan Anda dalam memilih tempat pembelian? Pertimbangan Tempat Pembelian Ya Tidak Peringkat a) Lokasi mudah dijangkau b) Dekat dengan tempat tinggal c) Harganya lebih murah d) Pelayanan memuaskan e) Produknya lengkap 21. Menurut Anda siapa yang paling berpengaruh dalam memutuskan pembelian produk suplemen makanan? Orang Yang Paling Berpengaruh Ya Tidak Peringkat a) Keluarga b) Teman/ kenalan c) Tetangga d) Wiraniaga e) Distributor 22. Bagaimana situasi Anda ketika membeli produk suplemen makanan? a) Menyediakan waktu khusus untuk membeli (prioritas) b) Membeli diwaktu santai bersama belanja kebutuhan lain c) Tidak tentu d) Lainnya, sebutkan....... TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASI DAN KERJASAMANYA
Lampiran 2 Uji Reliabilitas Peubah Pengetahuan Motivasi Persepsi Sumber informasi Fokus pencarian informasi Promosi penjualan yang paling menarik Pertimbangan memilih tempat pembelian Orang yang mempengaruhi keputusan pembelian
Cronbach’ Alpha 0.703 0.614 0.742 0.780 0.706 0.738 0.714 0.834
N of items 14 11 7 8 5 7 5 5
72 Lampiran 3 Uji Korelasi Pearson Usia Usia Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pendidikan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pendapatan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pengetahuan Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N FPembelian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N JPembelian Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N FKonsumsi Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N JKonsumsi Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N *berkorelasi nyata pada level 0.01 **berkorelasi nyata pada level 0.05
1 100 -.032 .752 100 .109 .282 100 -.125 .216 100 .036 .722 100 .030 .766 100 .096 .343 100 .042 .677 100
Pendidikan -.032 .752 100 1 100 .376** .000 100 -.102 .312 100 -.187 .063 100 -.115 .256 100 .045 .654 100 -.116 .249 100
Pendapatan .109 .282 100 .376** .000 100 1 100 -.057 .577 100 -.169 .093 100 .112 .268 100 .206* .039 100 .092 .360 100
Pengetahuan -.125 .216 100 -.102 .312 100 -.057 .577 100 1 100 .105 .300 100 .112 .268 100 .114 .260 100 .129 .200 100
FPembelian .036 .722 100 -.187 .063 100 -.169 .093 100 .105 .300 100 1 100 -.127 .209 100 -.203* .042 100 -.106 .294 100
JPembelian .030 .766 100 -.115 .256 100 .112 .268 100 .112 .268 100 -.127 .209 100 1 100 .671** .000 100 .820** .000 100
FKonsumsi .096 .343 100 .045 .654 100 .206* .039 100 .114 .260 100 -.203* .042 100 .671** .000 100 1 100 .881** .000 100
JKonsumsi .042 .677 100 -.116 .249 100 .092 .360 100 .129 .200 100 -.106 .294 100 .820** .000 100 .881** .000 100 1 100
Lampiran 4 Merek Suplemen Makanan yang Dikonsumsi Suplemen Makanan Multivitamin Ad-dawa Herbal Alaska Bio Natural plus Black Mor Centrum Creatine CNI Sun Chorella Enzygard Habasah Habbatussauda Habbatussauda Hemaviton Hezzel Farm Imonocal K-link Kino Melilea Griendfield Organic Melilea Propolis Neurovit Obimin Pharmaton Formula Renovit Sari Akar Sari Kurma Al jazira Sari Kurma Naturlite Sulfitalamin Supertin Surbek T Telcom C Tiens Omega 3 Vitamin World Tiens Capsules Zinc Tiens Capsules Chitin Tiens Capsules Muncord Tiens Capsules Renuve Tiens Vigor Rousing Vegebland Vicanatal Total
Jumlah n
%
1 1 2 1 1 3 2 1 1 18 2 1 1 1 2 3 2 5 4 3 1 2 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 1 1 2 80
0,4 0,4 0,9 0,4 0,4 1,3 0,9 0,4 0,4 7,5 0,9 0,4 0,4 0,4 0,9 1,3 0,9 2,0 1,7 1,3 0,4 0,9 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 1,3 0,4 1,3 1,3 1,3 0,4 0,4 0,9 33,8
74
Merek Suplemen Makanan yang Dikonsumsi Jumlah Suplemen Makanan n Sumber Vitamin C Amway Bio C Nutrilite 1 Becom C 2 Enervon C 20 7 Ester C Fatigon C Plus 2 Vitalong C 2 Vitacimin 1 Vitamin C IPI 1 You C-1000 2 Total 38 Sumber Kalsium dan Vit C dosis tinggi Berocca 1 CDR 16 Protecal 1 Redoxon 12 Supradyn 3 Zevit Grow 1 Total 34 Sumber Vit E Ever E 250 3 Natur E 7 Nourish Skin 3 Tiens Vitality 3 Total 16 Sumber Zat Besi (Fe) Curcuma 1 Sangobion 3 Sakatonik Liver 1 Tonikum Bayer 2 Total 7 Sumber Vitamin B Biovolant 1 Bio Neuron 1 Total 2 Sumber Kalsium 1 Tiens Glucosamine Tiens Nutriens High Calcium 3 Total 4 Sumber Energi CNI Kopi Ginseng 2 Extra Joss 2 Fatigon Hydro 1 Hemaviton Jreng 1 Total 6
% 0,4 0,9 8,6 3,0 0,9 0,9 0,4 0,4 0,9 16,4 0,4 6,7 0,4 5,2 1,3 0,4 14,4 1,3 3,0 1,3 1,3 6,9 0,4 1,3 0,4 0,9 3 0,4 0,4 0,8 0,4 1,3 1,7 0,9 0,9 0,4 0,4 2,6
75
Merek Suplemen Makanan yang Dikonsumsi Jumlah Suplemen Makanan n Sumber Serat Cosway Li Tea Ti 1 Kiranti 2 K-liquid Chlorophyll 7 Sinergi Chlorophyle 1 Tiens Jiang Zhi Tea 3 Tiens Spirulina 3 Thermolyte Plus 4 Yakult 2 Total 23 Nutrisi Otak Amway Naturally Plus Lutein 1 Cerebrofit Ginko 1 Cerebrofit Excel 2 Fish Qua 2 Natural Omega 3 Fish Oil 3 Omepros 2 K-Omega Squa 1 Tiens Eel Oil 2 Total 14
% 0,4 0,9 3,0 0,4 1,3 1,3 1,7 0,9 9,9 0,4 0,4 0,9 0,9 1,3 0,9 0,4 0,9 6,1
76
Lampiran 5 Dosis Konsumsi Suplemen Makanan yang Dianjurkan Suplemen Makanan Multivitamin Ad-dawa Herbal Alaska Bio Natural plus Black Mor Centrum Creatine CNI Sun Chorella Enzygard Habasah Habbatussauda Habbatussauda Hemaviton Hezzel Farm Imonocal K-link Kino Melilea Griendfield Organic Melilea Propolis Neurovit Obimin Pharmaton Formula Renovit Sari Akar Sari Kurma Al jazira Sari Kurma Naturlite Sulfitalamin Supertin Surbek T Telcom C Tiens Omega 3 Vitamin World Tiens Capsules Zinc Tiens Capsules Chitin Tiens Capsules Muncord Tiens Capsules Renuve Tiens Vigor Rousing Vegebland Vicanatal
Frekuensi Konsumsi Dianjurkan (hari)
Jumlah Konsumsi Dianjurkan (hari)
1-2 kali 1 kali 2 kali 2 kali 1 kali 5 kali 2 kali 1-3 kali 1 kali 1-3 kali 2 kali 1-3 kali 1-2 kali 2-3 kali 3 kali 3 kali 1 kali 1 kali 1-2 kali 1 kali 1-2 kali 1-2 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1-3 kali 3 kali 3 kali 1-2 kali 1-2 kali 3 kali 1-2 kali 1 kali
1-4 uks 1 uks 2 uks 2 uks 1 uks 20 uks 2 uks 1-3 uks 1 uks 1-3 uks 2 uks 2-6 uks 1-2 uks 2-3 uks 3-6 uks 6-9 uks 1 uks 1 uks 1-2 uks 1 uks 2 uks 2-4 uks 1-2 uks 1-2 uks 1 uks 1-2 uks 1 kali 1-3 uks 3 uks 3 uks 1-2 uks 1-4 uks 6 uks 1-2 uks 1 kali
77
Dosis Konsumsi Suplemen Makanan yang Dianjurkan Frekuensi Konsumsi Jumlah Konsumsi Suplemen Makanan Dianjurkan (hari) Dianjurkan (hari) Sumber Vitamin C Amway Bio C Nutrilite 1 kali 1-2 uks Becom C 1 kali 1-2 uks Enervon C 1 kali 1 uks 1 kali 1 uks Ester C Fatigon C Plus 1 kali 1-2 uks Vitalong C 1 kali 1 uks Vitacimin 1 kali 1-2 uks Vitamin C IPI 3 kali 3 uks You C-1000 1 kali 1 uks Sumber Kalsium dan Vit C dosis tinggi Berocca 1 kali 1 uks CDR 1 kali 1 uks Protecal 1 kali 1 uks Redoxon 1 kali 1 uks Supradyn 1 kali 1 uks Zevit Grow 1 kali 1-2 uks Sumber Vit E Ever E 250 1 kali 1 uks Natur E 1-2 kali 1-4 uks Nourish Skin 1 kali 1 uks Tiens Vitality 1 kali 1-2 uks Sumber Zat Besi (Fe) Curcuma 3 kali 3 uks Sangobion 1 kali 1-2 uks Sakatonik Liver 1 kali 1 uks Tonikum Bayer 1 kali 1 uks Sumber Vitamin B Biovolant 3 kali 3-6 uks Bio Neuron 3 kali 3-6 uks Sumber Kalsium 1 kali 1 uks Tiens Glucosamine Tiens Nutriens High Calcium 1 kali 1 uks Sumber Energi CNI Kopi Ginseng 3 kali 3 uks Extra Joss 1-3 kali 1-3 uks Fatigon Hydro 1 kali 1 uks Hemaviton Jreng 1-3 kali 1-3 uks
78
Dosis Konsumsi Suplemen Makanan yang Dianjurkan Frekuensi Konsumsi Jumlah Konsumsi Suplemen Makanan Dianjurkan (hari) Dianjurkan (hari) Sumber Serat Cosway Li Tea Ti 1 kali 1 uks Kiranti 1-2 kali 1-2 uks K-liquid Chlorophyll 1 kali 1 uks Sinergi Chlorophyle 1 kali 1 uks Tiens Jiang Zhi Tea 1-3 kali 1-3 uks Tiens Spirulina 2-3 kali 2-6 uks Thermolyte Plus 1 kali 2 uks Yakult 2 kali 2 uks Nutrisi Otak Amway Naturally Plus Lutein 2 kali 2-4 uks Cerebrofit Ginko 1 kali 1 uks Cerebrofit Excel 1-2 kali 1-2 uks Fish Qua 1-2 kali 1-2 uks Natural Omega 3 Fish Oil 1-2 kali 1-2 uks Omepros 1 kali 1 uks K-Omega Squa 1 kali 1 uks Tiens Eel Oil 2 kali 2 uks
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 5 Agustus 1988. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Sya’roni S.Pd dan Kurniati S.Pd. Pada Tahun 2006, penulis menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Kota Cirebon. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan strata satu ke Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di kegiatan kewirausahaan. Pada tahun 2007-2009 penulis tergabung dalam organisasi bisnis United Core Vision dan Tiens International. Pada tahun 2010 penulis bergabung dengan CDA IPB dengan usaha rental mobil “Andi Rent Car” dan management foodcourt “Wiralodra 27”, selain itu penulis merupakan trainer kewirausahaan di perusahaan Stamco Consulting. Penulis menjadi finalis Wirausaha Muda Mandiri 2011 dengan hadiah beasiswa Bussines Plan Bank Mandiri serta beasiswa Go Enterpreneur Pegadaian. Pada tahun 2012 penulis aktif dalam perdagangan komoditas lembaran saham emas di perusahaan Virgin Gold Mining Corporation (VGMC) yang berkedudukan di Panama dan perusahaan Golden Bird yang berkonsentrasi pada pengembangan bisnis burung walet, emas fisik, property dan agroedutourism (eco park) yang berkedudukan di Singapore dan Malaysia. Penulis juga aktif dalam berbagai organisasi yang ada di kampus. Organisasi yang diikuti diantaranya adalah staf pada Divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor (HIMAIKO IPB) periode 2007-2008. Pada tahun 2007 penulis menjadi juara pertama pada pelatihan jurnalistik Metro TV sebagai The Best News Maker. Pada tahun 2009 penulis dianugrahkan penghargaan oleh Yayasan Damandiri sebagai mahasiswa terbaik nasional pendamping POSDAYA. Pada tahun 2012 penulis menjadi pembicara dalam acara studium general pra-wisuda diploma di kampus IPB sebagai mahasiswa wirausaha.