ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM RANGKA PENETAPAN HARGA JUAL KORAN PADA PT. CITRA MEDIA NUSA PURNAMA
SKRIPSI Program Studi Akuntansi
Nama NIM
: KARMILA INDRIASARI : 4320412-139
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM RANGKA PENETAPAN HARGA JUAL KORAN PADA PT. CITRA MEDIA NUSA PURNAMA
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA EKONOMI Program Studi Akuntansi
Nama NIM
: KARMILA INDRIASARI : 4320412-139
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam Rangka Penetapan Harga Jual Koran pada PT. Citra Media Nusa Purnama”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Mercu Buana.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala dukungan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak selama proses studi dan juga selama proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Hadri Mulya , SE. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana. 2. Bapak H. Sabarudin Muslim, SE. M.Si. selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan kesabaran beliau dalam membimbing penulis dan memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi. 3. Ibunda tercinta Aisyah Azis, adikku Kaswadi Yudha Pamungkas atas semua kasih sayang, dorongan, doa dan support-nya. 4. Bapak Prianto, Bapak Riza, Bapak M. Zulkarnain, Palupi dan rekan-rekan di PT Citra Media Nusa, terima kasih atas bantuan dan kesempatan yang telah diberikan.
ii
iii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ------------------------------------------ i KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- ii DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------ iv DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------- vi DAFTAR LAMPIRAN ------------------------------------------------------------- vii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian --------------------------------------------1 B. Perumusan Masalah -------------------------------------------------- 4 C. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------- 4 D. Manfaat Penelitian --------------------------------------------------- 4
BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya ----------------------------------------------------- 6 B. Klasifikasi Biaya ----------------------------------------------------- 9 C. Biaya Produksi -------------------------------------------------------- 13 D. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi -------------------------14 E. Harga Jual Produk --------------------------------------------------- 19
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan ------------------------------------- 28 B. Metode Penelitian --------------------------------------------------- 36 C. Definisi Operasional Variabel ------------------------------------- 36 D. Metode Pengumpulan Data ---------------------------------------- 36 E. Metode Analisis Data ----------------------------------------------- 37
BAB IV : ANALISI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengelompokan Biaya ---------------------------------------------- 38 B. Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi ---------------------- 41
iv
C. Perhitungan Harga Pokok Penjualan ------------------------------ 47 D. Penetapan Harga Jual dan Perencanaan Laba Menggunakan Metode Cost Plus -------------------------------------------------- 49 E. Penetapan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Actual Cost System/Direct Costing ------------------------------- 52 F. Pembahasan ---------------------------------------------------------- 60
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ----------------------------------------------------------- 62 B. Saran -------------------------------------------------------------------64
DAFTAR PUSTAKA --------------------------------------------------------------- 65
v
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Biaya Produksi Tidak Langsung ------------------------------------- 43 Tabel 2 : Biaya Overhead Percetakan ------------------------------------------- 44 Tabel 3 : Biaya Pokok Produksi / Eksemplar ---------------------------------- 45 Tabel 4 : Production Cost --------------------------------------------------------- 46 Tabel 5 : Biaya Pemasaran, Administrasi dan Umum ------------------------ 48 Tabel 6 : Pengelompokan Biaya Sesuai dengan Perilakunya ---------------- 55 Tabel 7 : Taksiran Harga Pokok per Eksemplar Koran ----------------------- 56
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Keterangan No. 138/SK/HRD-MI/VIII/2008 Lampiran 2 : Struktur Organisasi PT Citra Media Nusa Purnama Lampiran 3 : Ikhtisar Laporan Keuangan Tahun 2007 PT Citra Media Nusa Purnama
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Metode perhitungan harga pokok produksi merupakan salah satu komponen
penting
dalam
menentukan
kemajuan
perusahaan
dalam
menghadapi dunia persaingan yang semakin ketat. Seiring dengan kenaikan harga bahan baku maka harga jual suatu produk ditentukan dari penentuan harga pokok produksi. Jika perhitungan harga pokok produksi tidak tepat maka akan mempengaruhi penentuan harga jual produk yang tidak tepat juga. Misalnya perhitungan harga pokok produksi yang tinggi, maka akan menghasilkan penentuan harga jual yang tinggi pula. Akibatnya suatu produk tidak mampu bersaing di pasar. Demikian pula sebaliknya, jika perhitungan harga pokok produksi rendah maka akan menghasilkan penentuan harga jual yang rendah pula sehingga perusahaan tidak mencapai laba yang maksimal walaupun harga jual dapat bersaing di pasar. Seperti diungkapkan oleh Rudianto, bahwa salah satu persoalan rumit yang dihadapi oleh manajemen suatu perusahaan adalah menetapkan harga jual produk perusahaan. Harga jual produk perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Namun, penetapan harga jual yang dianggap tepat bukan perkara mudah. Penetapan harga suatu produk memerlukan analisis pasar, analisis pesaing, dan analisis
2
produksi. Itu berarti memerlukan koordinasi di antara bagian pemasaran, bagian penelitian, bagian keuangan, bagian akuntansi, dan bagian produksi serta beberapa bagian yang terkait. Penetapan harga jual produk memerlukan berbagai pertimbangan yang terintegrasi. Mulai dari biaya produksi, biaya operasional, target laba yang diinginkan perusahaan, daya beli masyarakat, harga jual pesaing, kondisi perekonomian, elastisitas harga produk dan sebagainya. Karena itu, penentuan harga jual produk perusahaan haruslah merupakan kebijakan yang harus benarbenar dipertimbangkan secara matang dan terintegrasi. Walaupun terdapat banyak aspek yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan harga jual produk, tetapi seringkali faktor biaya dijadikan titik tolak dalam penetapan harga jual produk. Kebijakan harga jual produk dan biaya akan selalu berubah-ubah sesuai dengan perubahan biaya produk dan kondisi pasar. Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk didalam suatu periode akan dijadikan dasar untuk menetapkan harga jual produk. Persoalannya, berapa besar marjin laba yang diinginkan perusahaan untuk setiap unit produk yang dihasilkannya. Penetapan marjin laba di atas biaya yang dikeluarkan perusahaan memerlukan suatu keahlian khusus dengan pertimbangan dari berbagai aspek yang kompleks sebagaimana disebutkan di atas. Dalam penentuan harga pokok produksi kaitannya dengan harga jual produk, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Secara garis besar terdapat dua pendekatan pokok yaitu:
3
1. Pendekatan biaya. Terbagi ke dalam beberapa metode, yaitu: a. Penetapan harga biaya plus, b. Penetapan mark-up, dan c. Penetapan harga breakeven. 2.
Pendekatan pasar atau persaingan. PT Citra Media Nusa Purnama yang bergerak di bidang penerbitan
surat kabar memiliki dua produk yang dijual yaitu koran Harian Umum Media Indonesia dan kolom Iklan yang dipasang dalam koran Media Indonesia dan melakukan penentuan harga pokok produksi secara standard. Penentuan harga pokok produksi tersebut digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan harga jual iklan dan koran yang diterbitkan untuk periode tahun berikutnya. Dari perkiraan tersebut bisa saja terjadi biaya produksi tahun berjalan yang tinggi membawa dampak pada harga jual yang tinggi tetapi pada kenyataannya biaya produksi sesungguhnya adalah rendah sehingga produk tidak mampu bersaing di pasaran. Begitu juga sebaliknya dengan biaya-biaya produksi yang rendah akan membawa pengaruh harga jual yang rendah. Tetapi setelah waktu berjalan, ternyata biaya produksi mengalami kenaikan yang melonjak, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Berdasarkan paparan di atas, dalam skripsi ini penulis tertarik untuk mengangkat masalah di atas, dengan mengambil tema “ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DALAM RANGKA
4
PENETAPAN HARGA JUAL KORAN PADA PT CITRA MEDIA NUSA PURNAMA”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana metode perhitungan harga pokok produksi pada PT Citra Media Nusa Purnama? 2. Apakah metode perhitungan harga pokok produksi tersebut sudah digunakan sebagai penetapan harga jual pada PT Citra Media Nusa Purnama?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu: 1. Untuk mengetahui metode perhitungan harga pokok produksi pada PT Citra Media Nusa Purnama. 2. Untuk mengetahui apakah metode perhitungan harga pokok produksi tersebut sudah digunakan untuk menetapkan harga jual pada PT Citra Media Nusa Purnama.
D. Manfaat Penelitian Kegunaan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
5
1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dari penelitian yang dilakukan penulis dengan cara mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama perkuliahan dalam pembahasan masalah pada PT Citra Media Nusa Purnama. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini bermanfaat bagi PT Citra Media Nusa Purnama untuk mengevaluasi metode perhitungan harga pokok produksi dan harga jual. 3. Bagi Para Pembaca Sebagai bahan informasi atau pengetahuan tambahan di bidang akuntansi khususnya dan merupakan sumber referensi bagi jurusan akuntansi terutama bagi yang akan meneliti lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan harga pokok produksi dan harga jual produk.
6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Biaya Di dalam Akuntansi, pembahasan mengenai “biaya” mendapat tempat yang sangat luas. Bahkan terdapat pembahasan akuntansi khusus mengenai biaya, yang disebut sebagai “Akuntansi Biaya”. Akuntansi biaya, seperti disebutkan oleh Maher dan Deakin (Maher dan Deakin, 2001:3-4), merupakan bagian yang integral dengan financial accounting. Dengan demikian, “Akuntansi biaya” adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta menyajikannya informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Biaya (cost) berbeda dengan beban (expense). Cost adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost, yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil. Beban dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan. Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai loss. ( Michael W. Maher dan Edward B. Deakin, 2001:3-4) Biaya, seperti dikemukakan oleh Philip Kotler (Kotler, 2005:148), dapat digolongkan ke dalam dua jenis:
7
1. Biaya tetap Biaya tetap (fixed cost, juga sering disebut overhead) adalah biaya-biaya yang tidak akan berbeda karena pengaruh produksi atau penjualan. Perusahaan harus membayar tagihan setiap bulan untuk sewa, listrik, bunga pinjaman, gaji, dan lain-lain. 2. Biaya variabel Biaya variabel akan naik dan turun seirama dengan tingkat produksi. Biaya-biaya ini dihitung konstan per unit yang diproduksi. Biaya-biaya ini disebut variabel karena jumlah totalnya berubah-ubah sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya total (total cost) merupakan gabungan biaya tetap dan biaya variabel untuk setiap tingkat produksi tertentu. Adapun biaya rata-rata (average cost) adalah biaya per unit pada tingkat produksi tersebut; biaya ini sama dengan biaya total dibagi produksi (Philip Kotler, 2005: 148). Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk : 1.
Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
8
2. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat membantu dalam : a. Penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun barang dalam proses, b. Penetapan harga jual terutama harga jual yang didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan harga jual berdasarkan harga pokok, dan penetapan laba. c. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Selanjutnya, Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menggolongkan biaya di antaranya : 1. Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan a. Factory Cost (Biaya Produksi) 1) Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost) 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) 3) Biaya Overhead. b. Commercial Expense (Biaya Operasi) 1) Biaya penjualan dan pemasaran 2) Biaya administrasi dan umum. 2. Berdasarkan Periode Akuntansi a. Capital Expenditure (Pengeluaran Modal). Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada beberapa periode akuntansi. Jenis pengeluaran ini dikapitalisir dan dicantumkan sebagai harga perolehan. Suatu pengeluaran
dikelompokkan
sebagai
capital
expenditure
jika
9
pengeluaran ini memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi, jumlahnya relatif besar, dan pengeluaran ini sifatnya tidak rutin. b. Revenue Expenditure (Pengeluaran Penghasilan). Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi. Pengeluaran ini menjadi beban pada periode tersebut, dan dicantumkan
dalam
income
statement.
Suatu
pengeluaran
dikelompokkan sebagai revenue expenditure jika pengeluaran tersebut memberi manfaat pada periode terjadinya pengeluaran tersebut, jumlahnya relatif kecil, dan umumnya pengeluaran ini sifatnya rutin.(PSAK, 2004)
B. Klasifikasi Biaya Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya (Carter & Usry, 2006:40-47).
Klafifikasi yang paling umum
digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Biaya dalam Hubungannya dengan Produk Proses klasifikasi
biaya dan beban dapat dimulai dengan
menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis. Dalam lingkungan manufaktur, total biaya operasi terdiri atas dua elemen: biaya manufaktur dan biaya komersial a. Biaya Manufaktur Disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik –biasanya didefinisikan
10
sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. b. Biaya Komersial Terdiri atas dua klasifikasi besar: beban pemasaran dan beban administrative (disebut juga beban umum dan administrative 2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi Beberapa biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume produksi atau output, sementara yang lainnya relative konstan dalam jumlah, seperti diuraikan oleh Carter & Usry (Carter & Usry, 2006:43) sebagai berikut: a. Biaya Variabel Biaya variable didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Jumlah total biaya variable berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan (relevant range). Biaya variable biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Berikut ini adalah biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variable: •
Perlengkapan
•
Bahan baker
•
Peralatan kecil
•
Kerusakan, sisa dan beban reklamasi
11
•
Biaya penerimaan
•
Royalti
•
Biaya komunikasi
•
Upah lembur
•
Penanganan bahan baku
b. Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.
Biaya tetap bersifat
konstan secara total dalam rentang yang relevan. Dengan kata lain biaya tetap per unit semakin kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang relevan. Berikut adalah biaya overhead pabrik •
Gaji eksekutif produksi
•
Depresiasi
•
Pajak Properti
•
Amortisasi paten
•
Gaji supervisor
•
Asuransi property dan kewajiban
•
Gaji satpam dan pegawai kebersihan
•
Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan bangunan
•
Sewa
c. Biaya semivariabel
12
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variable; jenis biaya ini disebut biaya semivariabel, misalnya biaya listrik, air dan limbah, inspeksi, pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin pabrik dll. 3. Biaya dalam hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, pusat biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasi biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. 4. Biaya dalam hubungannya dengan periode Akuntasi. Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital expenditure) atau sebagai pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagi beban. 5. Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi. Biaya differensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternative. Biaya differensial sering kali disebut biaya marginal atau biaya incremental. Jika biaya differensial hanya terjadi apabila satu alternative tertentu diambil, maka biaya tersebut sebagai biaya tunai yang berkaitan dengan alternative tersebut. Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang bila alternative tertentu
13
diambil disebut biaya oportunitaa dari alternative tersebut. Suatu biaya yang telah terjadi dan oleh karena itu tidak relevan terhadap pengambilan keputusan disebut biaya tertanam (sunk cost).
C. Biaya Produksi Kata “produksi” sering digunakan dalam istilah membuat sesuatu. Dalam istilah yang lebih luas dan lebih fundamental, produksi dapat diartikan: “Pengubahan bahan-bahan dari sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil itu dapat berupa barang ataupun jasa” (Basu Swasta, 2002:211).
Biaya produksi atau biaya manufaktur didefinisikan sebagai
jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik (Carter & Usry, 2006:40). 1. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam mengklasifikasikan biaya sebagai bahan baku langsung. Contoh dari bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel. 2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk pada saat produksi. Biaya tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara
14
fisik dalam pembuatan produk disebut tenaga kerja tidak langsung dan diperlakukan sebagai bagian biaya overhead pabrik. 3. Overhead pabrik disebut juga overhead manufaktur terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja disebut biaya konversi (conversion cost).
Gabungan antara biaya tenaga kerja
langsung dengan bahan langsung disebut biaya utama (prime cost)
D. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi diperhitungkan dari biaya produksi yang terkait dengan produk yang telah selesai selama periode tertentu.
Diperlukan
penyesuaian terhadap total biaya produksi yang terkait dengan adanya barang setengah jadi di awal dan akhir periode. Untuk lebih jelas penentuan harga pokok produksi dapat ditampilkan sebagai berikut (Garrison, 2006:61): Bahan langsung: Persediaan awal bahan langsung Tambah: Pembelian xxx Bahan baku yang siap digunakan Kurang: Persediaan akhir bahan baku xxx Bahan baku yang digunakan dalam produksi Tenaga kerja langsung Biaya Overhead Pabrik Total Biaya Produksi Tambah: Barang dalam proses awal
xxx xxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
Kurang: Persediaan barang dalam proses akhir Harga Pokok Produksi
xxxx xxxx
15
Sedangkan Dari segi sistem akuntansi biaya (cost system), harga pokok produksi dapat dikelompokkan menjadi dua sistem yaitu : 1. Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Yaitu sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai dengan harga pokok yang sesungguhnya dinikmati. Pada sistem ini, harga pokok produksi baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya dikumpulkan. 2. Standard Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Yaitu sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sebesar harga pokok yang telah ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk atau pesanan dikerjakan. Sedangkan dari segi Sistem Pengumpulan Harga Pokok, dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1.
Job Order Cost. Yaitu suatu metode pengumpulan harga pokok produk yang dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak. Jadi setiap ada pesanan mempunyai harga pokok tersendiri yang dibuat dalam job cost sheet. Pada metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi pesanan pelanggan.
2.
Process Cost. Yaitu metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu. Pada metode ini, proses produksi diperusahaan dilaksanakan secara terus menerus, barang yang dihasilkan homogen, dan perhitungan harga pokok produksi didasarkan
16
atas waktu. Pada metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi stock. (Helmy Roni, 2001:32) Untuk menghitung biaya dari metode harga pokok proses (process cost) adalah sebagai berikut: a. Laporan harga pokok produksi digunakan untuk mengumpulkan, meringkas dan menghitung harga pokok baik total maupun satuan atau per unit. Apabila produk diolah melalui beberapa tahap atau departemen, laporan harga pokok disusun setiap departemen di mana produk diolah. b. Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada produk melalui rekening barang dalam proses yang diselenggarakan untuk setiap elemen biaya. Apabila produk diolah melalui beberapa departemen, rekening barang dalam proses disamping diselenggarakan untuk setiap elemen biaya harus diselenggarakan untuk setiap departemen di mana produk diproses. c. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan waktu atau periode tertentu. Apabila produk diproses melalui beberapa tahap atau departemen, laporan produksi tersebut dibuat untuk setiap departemen. d. Produksi
ekuivalen
(equivalent
production)
digunakan
untuk
menghitung harga pokok satuan. Produksi ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi di mana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran produk selesai. Misalnya, bulan Januari 2000 dihasilkan produk selesai 400 kg dan produk dalam proses l00kg tingkat penyelesaian
17
75%. maka produksi ekuivalen yang dihasilkan = 400 kg + 100 kg (75%) = 475 kg. e. Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen biaya produksi tertentu, maka elemen biaya produksi tertentu (misalnya biaya bahan) tersebut dibagi dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang bersangkutan (produksi ekuivalen bahan). Selanjutnya, informasi harga pokok produksi sangat bermanfaat khususnya dalam: a. Menentukan harga jual produk. Perusahaan yang berproduksi massal memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang. Dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk mengetahui perkiraan biaya produksi persatuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per uni tmerupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya yang lain. b. Memantau realisasi biaya. Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan penetapan biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut.
Oleh
karena
itu,
akuntansi
biaya
digunakan
untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
18
Pengumpulan biaya produksi untuk jangka waktu tersebut dilakukan dengan menggunakan “Metode harga pokok proses”. c. Menghitung laba/rugi bruto periode tertentu. Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu rnenghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi laba/rugi bruto periodik diperlukan untuk rnengetahui kontribusi produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba/rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok proses digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk periode tertentu guna menghasilkan informasi laba/rugi bruto tiap periode. d. Menentukan harga pokok produksi jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi laba. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses (work in pracess). Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode. Berdasarkan catatan biaya produksi tiap periode tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat
19
pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca. Disamping itu berdasarkan catatan tersebut,manajemen dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi yang melekat pada produk
jadi
yang
belum
laku
di
jual
pada
tanggal
neraca
disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses (L. Gayle Raybun, 2002:16).
E. Harga Jual Produk Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (.Basu Swastha, 2002:211). Penentuan harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos, atau bahkan lebih dari itu, yaitu untuk mendapatkan laba. Salah satu prinsip bagi manajemen dalam penentuan harga ini adalah: ‘Menitik beratkan pada kemauan pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba”(Basu Swasta, 2002:211).
20
Tingkat harga produk/jasa dipengaruh oleh beberapa faktor, seperti: kondisi perekonomian, penawaran dan permintaan, elastisitas permintaan, persaingan, biaya, tujuan manajer, dan Pengawasan pemerintah. Secara umum terdapat beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan harga jual suatu produk dengan berbasis pada besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan (Rudianto, 2006:232), yaitu: 1. Metode maksimalisasi laba 2. Metode tingkat pengembalian atas modal yang digunakan 3. Metode biaya konversi 4. Metode marjin kontribusi 5. Metode biaya standar. 1. Metode Maksimalisasi Laba Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk menghasilkan laba maksimal dalam jangka panjang. Laba maksimal dalam jangka pendek bukan tujuan yang baik dari perusahaan yang ingin hidup berkesinambungan dalam jangka panjang. Laba usaha per unit produk yang besar, tetapi tidak diimbangi dengan volume penjualan produk yang optimal, jelas hanya akan menghasilkan laba usaha total yang tidak optimal. Sebaliknya, laba usaha per unit produk yang kecil tetapi diimbangi dengan penjualan produk dalam volume yang besar, mungkin juga tidak akan menghasilkan laba usaha total seperti yang diharapkan. Jika faktor harga jual akan berpengaruh secara nyata terhadap volume penjualan produk maka menghitung dan menganalisis berbagai variasi dan
21
alternatif harga jual dan volume penjualan sangat diperlukan untuk melihat alternatif yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Kombinasi antara harga jual dan volume penjualan yang paling menguntungkan harus dipilih untuk melihat dampak optimalnya perolehan laba usaha perusahaan. 2. Metode Tingkat Pengembalian Atas Modal Terkadang perusahaan menetapkan terlebih dahulu besarnya tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkannya di dalam suatu bidang usaha, sebagai dasar untuk menentukan harga jual produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh para penanam modal perusahaan mengharuskan perusahaan menggunakannya sebagai dasar untuk menetapkan harga jual produk pada kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, dapat diformulasikan harga jual dengan metode pengembalian atas modal adalah sebagai berikut: Harga = total biaya + (tingkat pengembalian modal x modal) Volume penjualan Misal = 320.000.000 + (20% x 500.000.000) = Rp.8.400/unit 50.000 3. Metode Biaya Konversi Jika suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu produk dengan komposisi biaya yang berbeda satu dengan lainnya maka perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan untuk membuat pilihan produksi yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Artinya, jika perusahaan memiliki 2 produk untuk dihasilkan dengan jumlah laba per unit yang sama antara
22
satu produk dengan lainnya maka perusahaan harus melihat komposisi biaya di antara kedua produk. Dengan melihat dan menganalisa komposisi biaya masing-masing produk tersebut, perusahaan dapat memilih untuk memproduksi salah satu produk saja yang memberikan keuntungan total yang lebih besar bagi perusahaan. 4. Metode Marjin Kontribusi Marjin kontribusi adalah selisih harga jual dengan biaya produksi variabel yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Marjin kontribusi bukanlah laba kotor usaha. Marjin kontribusi dihitung dengan mengabaikan biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan. Jika perusahaan telah mencapai titik impas (break event point) maka biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan pada periode tersebut telah dibebankan dan ditutup oleh volume impas tersebut. Itu juga berarti bahwa untuk volume penjualan di atas volume impas perusahaan dapat mengabaikan biaya tetap tersebut dalam menentukan harga jual produknya. Tentu saja hal itu hanyalah salah satu alternatif yang dapat diambil perusahaan dalam menghadapi berbagai persoalan di dalam menentukan harga jual produknya. Misalnya, dalam menghadapi persaingan harga yang ketat menentukan harga jual produk untuk pesanan khusus, menentukan harga jual produk untuk pesanan tambahan, dan sebagainya. 5. Metode Biaya Standar Jika perusahaan telah memiliki biaya standar yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan besarnya biaya produksi maka penentuan harga jual
23
pula ditentukan berdasarkan biaya standar yang dimiliki perusahaan. Persoalannya, seringkali realisasi biaya produk menyimpang dari biaya standar yang dimiliki perusahaan. Jika terjadi penyimpangan realisasi biaya produksi dari biaya standarnya maka harus segera diambil tindakan cepat untuk merevisi keputusan harga jual yang telah ditetapkan. Secara umum terdapat 4 jenis perusahaan dilihat dari reaksi yang mereka lakukan terhadap penyimpangan biaya standar, yaitu: 1. Perusahaan yang tidak merevisi standar yang telah ditetapkannya, walaupun terjadi penyimpangan di dalam realisasi biaya produksi. 2. Perusahaan yang merevisi standar yang telah ditetapkan dalam batas tertentu, pada saat terjadi penyimpangan di dalam realisasi biaya produksi. 3. Perusahaan yang merevisi standar yang telah ditetapkan agar lebih sesuai dengan kondisi aktual, pada saat terjadi penyimpangan di dalam realisasi biaya produksi. 4. Perusahaan menggunakan harga pasar, pada saat terjadi penyimpangan terhadap realisasi biaya produksi. Sementara itu, Basu Swastha, membagi metode penetapan harga ke dalam dua pendekatan pokok, yaitu: pendekatan biaya (metode penetapan harga biaya plus, metode penetapan harga mark-up, dan metode penetapan harga breakeven), serta pendekatan pasar atau persaingan (Basu Swasta, 2002:215-217). 1. Metode Penetapan Harga Biaya Plus (Cost-Plus Pricing Method)
24
Dalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut (disebut marjin). Jadi, harga jual produk itu dapat dihitung dengan rumus: Biaya Total + Marjin = Harga Jual Sebagai contoh: Perusahaan telah memutuhkan untuk memenuhi pesanan dari langganannya sebanyak 100 unit pompa air tangan. Biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi diperkirakan sebanyak Rp.3.350.000 dengan perincian sebagai berikut: - Biaya Bahan Baku (Material)
= Rp.2.000.000,-
- Biaya tenaga kerja
= Rp. 750.000,-
- Biaya lain seperti penyusutan alat dsb
= Rp. 600.000,-
Jumlah Biaya
= Rp. 3.350.000,-
Jika perusahaan menginginkan laba sebesar 15% dari biaya total, maka harga total = Biaya total + marjin (laba) = Rp. 3.350.000, + (15 % x Rp.3.350.000,) = Rp. 3.852.500,0 Dengan demikian setiap pompa ditetapkan harganya sebesar Rp.38.525,-
2. Metode Penetapan Harga Mark-Up (Mark-up Pricing Method) Penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga biaya plus, hanya saja para pedagang atau perusahaan lebih banyak menggunakan penetapan harga mark-up. Pedagang yang membeli barang-barang
25
dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up. Harga Beli + Mark Up = Harga Jual Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan dapat diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya yang juga diambilkan dari sebagian mark-up. 3. Metode Penetapan Harga Break-Even (Break-even Pricing Method) Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah penetapan harga break-even. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break-even bilamana penghasilan yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan mendapatkan laba bilamana penjualan yang dicapai berada di atas titik break-even (titik impas); jika penjualan berada di bawah titik break-even, maka penjualan akan merugi. Metode penetapan harga break-even ini dapat diterapkan dengan menggunakan beberapa anggapan tertentu, yaitu: a. Seluruh biaya dapat digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap b. Seluruh barang yang diproduksi akan terjual c. Biaya variabel per unitnya tetap. Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel
26
Setelah diketahui, maka kita sekarang dapat mencari titik pertemuan biaya total dengan penghasilan total. Titik ini dinamakan titik break event (break
even
point).
Untuk
menentukan
titik
break-event
dapat
menggunakan rumus: Break Event Point = BTT (dalam unit) H – BVR
Break Event Point = BTT (dalam rupiah) 1 – BVR/H Di mana: BTT
= Biaya Tetap Total
H
= Harga jual per unit
BVR
= Biaya Variabel Rata-rata
H – BVR
= Kontribusi per unit pada overhead
Contoh: perusahaan akan mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp.250., biaya variabel sebesar Rp.30. per unit. Jika dikehendaki harga jual per unit sebesar Rp.80, maka titik break evennya dapat dicari sebagai berikut: BEP (dalam unit)
= 250 80-30
= 5 unit
BEP (dalam rupiah)
= 250 1- 30/80
= Rp.400
4. Metode Penetapan Harga Dalam Hubungannya dengan Pasar Dalam hal ini, penentuan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi justru harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau perusahaan dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar agar dapat
27
bersaing, atau dapat juga ditentukan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat harga dalam persaingan.
28
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis mengemukakan tentang metodelogi penelitian yang digunakan, mulai dari gambaran umum perusahaan, gambaran umum tentang objek penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional variable, jenis data, serta teknik analisa data. A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Citra Media Nusa Purnama PT. Citra Media Nusa Purnama adalah perusahaan yang bergerak dibidang Penerbitan Surat Kabar yang diterbitkan oleh Badan Penerbit “ Yayasan Warta Indonesia “ ber-alamat kantor di Jl MT Haryono, Jakarta. Sebagai Ketua Yayasan dan sekaligus pendiri adalah Teuku Yously Syah. Harian Media Indonesia terbit perdana pada hari senin 19 Januari 1970 dengan motto “ Pembawa Suara Rakyat”, berdasarkan Surat Izin Terbit (SIT) No.0856/SK/Dir-PK/SIT/1969 tanggal 06 Desember 1969, Yang dikeluarkan oleh Departemen Penerangan dengan ketentuan sebagai berikut : Pemimpin Umum/Redaksi/Perusahaan
: Teuku Yously Syah
Misi Penerbitan
: Umum / Independen
Periode Terbit
: 7 x Seminggu
Oplah Pertama
: 5.000 Eks
29
Jumlah Halaman
: 4 (empat) halaman
Sistem Cetak
: Letter Press
Bahasa
: Indonesia
Dalam rangka memajukan penerbitan Harian Umum Media Indonesia, ketua Badan Yayasan Penerbit telah melakukan konsolidasi dan usaha pembenahan di segala bidang untuk meningkatkan mutu penerbitan. Sejalan dengan itu maka pada tahun 1976 Penerbitan Harian Umum Media Indonesia telah dapat meningkatkan jumlah halamannya dari 4 (empat) halaman menjadi 8 (delapan) halaman setiap hari. Pada tahun 1988, Teuku Yously Syah selaku pendiri Media Indonesia melakukan kerja sama dengan Surya Paloh mantan pemimpin Umum Harian “ Prioritas” . Dengan kerja sama ini dua kekuatan bersatu yaitu : Kekuatan Pengalaman bergabung dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun itu lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru di bawah bendera PT Citra Media Nusa Purnama, Duduk sebagai Direktur Utama, Surya Paloh, sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi dan sebagai pemimpin perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur yang sementara itu markas Usaha dan Redaksi dipindah ke Jl. Gondangdia Lama No. 46 Jakarta. Awal tahun 1995, bertepatan usia nya yang ke-25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Jl.Pilar Mas Raya Kav A-D Komplek Delta Kedoya Selatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Digedung baru ini semua kegiatan
30
dilakukan dibawah satu atap : Redaksi, Usaha, Percetakan dan Fasilitas penunjang karyawan lainnya. 2. Struktur Organisasi PT. Citra Media Nusa Purnama Strukrur organisasi dalam perusahaan merupakan bentuk pendelegasian wewenang daripada pelaksanaan kerja dan tanggungjawab tetap berada pada orang yang mendelegasikannya. Struktur organisasi adalah skema atau bagan mengenai sistem organsasi dari suatu badan usaha, lembaga atau organisasi lainnya. Struktur organisasi merupakan tata hubungan kerja dalam suatu organisasi, baik tata hubungan kerja wewenang (hirarki) atau tata hubungan dari tiap-tiap bagian yang ada dan yang tercakup dalam seluruh kegiatan (operasi) badan usaha, lembaga atau organisasi tersebut. Secara umum ada tiga macam bentuk struktur organisasi : a. Organisasi garis (line organization) Pada organisasi garis, setiap bawahan bertanggung jawab langsung pada atasannya. Jadi setiap bawahannya hanya mempunyai seorang atasan saja. Masing- masing bagian merupakan unit yang berdiri sendiri, dan setiap atasan menjalankan semua fungsi pengawasannya dibagiannya. b. Organisasi garis dan staf (line and staff organization) Merupakan organisasi seperti organisasi garis, setiap bawahan bertanggung jawab terhadap satu atasan, tetapi terdapat staf ahli yang diperbantukan bagi pimpinan untuk memberikan saran-saran. Staf ahli hanya bisa memberi saran kepada atasan / kepala bagian, tetapi tidak mempunyai kekuasaan untuk memberi perintah.
31
c. Organisasi fungsional (functional organization) Pada organisasi fungsional, setiap bagian dipimpin oleh seorang ahli pada bidangnya dan bisa memerintah bawahan yang mana saja sesuai dengan keahliannya, sehingga masing-masing bawahan bisa mempunyai beberapa orang pimpinan. PT. Citra Media Nusa Purnama menggunakan struktur organisasi garis, karena setiap bawahan bertanggung jawab kepada seorang manajer bagiannya masing-masing. Masing-masing bawahan menjalankan tugasnya menurut fungsinya masing masing sesuai dengan pembagian fungsi yang telah dibuat oleh manajer. Manajer lebih berperan sebagai pengawas dan pengatur manajemen dalam kegiatannya, dan untuk pelaksanaannya lebih ditugaskan kepada asisten manajer. Suatu struktur organisasi akan menjadi alat yang efektif bagi manajemen dalam mencakup tujuannya apabila dalam organisasi tersebut terdapat kesatuan tujuan, pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang tegas serta hubungan kerja sama yang terkoordinasi. Berdasarkan struktur organisasi PT Citra Media Nusa Purnama, berikut ini diuraikan secara ringkas tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dalam perusahaan sebagai berikut: a. Executive Committee Tugas dan tanggung jawabnya adalah: 1) Memberi pengarahan dan mengawasi pekerjaan Direktur. 2) Menetapkan garis-garis kebijakan perusahaan b. Direktur Utama
32
Tugas dan tanggung jawabnya adalah: 1) Bertanggung jawab atas tercapainya tujuan perusahaan secara keseluruhan. 2) Menetapkan strategi yang harus ditempuh perusahaan. 3) Mengambil keputusan yang terbaik dalam rangka mencapai tujuan perusahaan c. Direktur Pemberitaan Tugas dan tanggungjawabnya adalah: 1) Bertanggung jawab terhadap seluruh isi produk pemberitaan Harian Umum Media Indonesia, termasuk didalamnya adalah tampilan artisti, lay out serta perwajahannya. 2) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Direktur Utama dan Direktur Bisnis dan Pengembangan Usaha untuk bersama-sama membina dan mengembangkan citra Harian Umum Media Indonesia. 3) Bertanggung jawab terhadap hokum atas pelaksanaam redaksional isi pemberitaaan Harian Umum Media Indonesia dan wajib melayani hak jawab dan koreksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4) Secara
berkala
berkonsultasi
dengan
Dewan
Direksi
untuk
memperoleh masukan menyangkut kebijakan isi pemberitaan maupun aspek lainnya.
33
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya Direktur Pemberitaan dibantu oleh Deputy Direktur Pemberitaan, Redaktur Senior, Kepala Divisi Pemberitaan dan Kepala Divisi Percetakan. d. Direktur Pengembangan Usaha Tugas dan tanggung jawabnya adalah: 1) Bertanggung jawab terhadap bisnis dan pengembangan bisnis Koran Media Indonesia 2) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan direktur utama dan direktur
pemberitaan
untuk
bersama-sama
menciptakan
dan
mengembangkan citra Harian Umum Media Indonesia. 3) Bertanggung jawab atas efektifitas pelaksanaan organisasi dan pemberdayaan sumber daya manusia yang ada di bawah Direktorat Pengembangan Bisnis. 4) Secara
terus
menerus
melakukan
evaluasi
terhadap
strategi
pengembangan bisnis dan pencapaian target penjualan dan pendapatan Harian Umum Media Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, direktur pengembangan bisnis dibantu oleh Deputy Direktur Pengembangan Bisnis, Kepala Divisi Marketing, Kepala Divisi Iklan, Kepala Divisi Keuangan dan Accounting, Kepala Divisi HRD dan Kepala Divisi Supporting. 3.
Kegiatan Perusahaan dan Perkembangan
34
PT.Citra Media Nusa Purnama adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan surat kabar harian dengan nama “Media Indonesia”, di usia nya yang ke 38 tahun ini Media Indonesia terus berkembang dan melangkah maju dengan selalu melakukan inovasi. Beberapa pencapaian dan kekuatan harian Umum Media Indonesia adalah sebagai berikut: a. Memiliki editorial yang kuat, inovatif dan terdepan. b. Memiliki karateristik pembaca yang memiliki sikap c. Menempati peringkat kedua deretan 10 besar surat kabat nasional peraih iklan terbesar versi Nielsen Media Research d. Hasil Survery yang dikeluarkan oleh Mark Plus Insight menempatkan Media Indonesia pada urutan ke-3 besar sebagai koran yang dibaca para eksekutif untuk mengakses berita ekonomi dan bisnis. e. Media Indonesia berhasil memenangkan tender selama dua periode (periode 2006-2007 dan periode 2007-2008) sebagi surat kabar nasional yang menjadi satu-satunya tempat penayangan pengumuman barang/jasa pemerintah oleh Bappenas. f. Coverage distribusi Media Indonesia yang menjangkau hampir seluruh wilayah kabupaten di 34 provinsi Indonesia. g. Media Indonesia dengan segmentasi dan readership profile-nya merupakan media komunikasi yang tepat bagi Bappenas dengan masyarakatMedia Indonesia mendapatkan kepercayaan dari beberapa institusi (pemerintah,
35
embassy, international company dll) untuk menerbitkan tabloid eksklusif yang menjadi sisipan di dalam koran Media Indonesia h. Readership Media Indonesia adalah 408.000, dengan profile: 1) 65% pria dan 35% wanita 2) Usia produktif 20-49 tahun (77%) 3) Social Economic Status A1-A2-B Class (75%) 4) Mayoritas pekerjaan White collars (41.6%) 5) Psikografis pembaca Media Indonesia adalah western minded, settled dan juga optimist i.
Media Indonesia mendapatkan kepercayaan dari beberapa institusi (pemerintah, embassy, international company dll) untuk menerbitkan tabloid eksklusif yang menjadi sisipan di dalam koran Media Indonesia Contoh tabloid yang pernah diterbitkan oleh Media Indonesia : 1)
Tabloid Finlandia (Kedubes Finlandia)
2)
Tabloid Holland (Kedubes Belanda)
3)
Jurnal KUKM (Kementerian KUKM)
4)
Pesona Papua & Pesona Nusantara (PT Freeport Indonesia)
5)
Go Holiday (Air Asia) Berbagai Inovasi terus dilakukan, sehingga saat ini Media Indonesia
berhasil melakukan inovasi dalam bentuk penerbitan edisi khusus, rubrik baru, aneka tips informatif selain sudah adanya berbagai suplemen setiap harinya serta pembentukan Media Indonesia online (MiCom).
36
Sebagai bisnis, Media Indonesia semakin kokoh karena ditunjang berbagai unit usaha di bawah grup Media Indonesia seperti Hotel Seraton Media (Jakarta), Hotel Papandayan (Bandung), Hotel Bali Intercontinental (Bali), indocater, Lampung Post, Yayasan Sukma, serta Metro TV (TV Berita pertama di Indonesia). B. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari populasi objek penelitian, yang dalam hal ini digunakan untuk menggambarkan dan menguraikan metode perhitungan harga pokok produksi dalam rangka penetapan harga jual koran pada PT Citra Media Nusa Purnama. C. Definisi Operasional Variabel 1. Harga Pokok Produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memproduksi koran yang dihasilkannya. 2. Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi adalah metode yang digunakan oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi. 3. Metode penetapan harga jual adalah metode yang digunakan oleh perusahaan dalam menetapkan harga koran yang dihasilkan untuk dijual kepada konsumen. D. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan
37
(field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian lapangan menggunakan cara: 1.
Wawancara (interview) Yaitu mengadakan wawancara langsung atau lisan dengan petugas atau karyawan yang berwenang, terutama pada saat pengambilan data laporan keuangan.
2.
Pengamatan (Observation). Yaitu dengan cara pengamatan langsung pada obyek penelitian dan mencatatnya secara sistematis. Dari observasi tersebut diperoleh data berupa gambaran umum perusahaan PT Citra Media Nusa Purnama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dalam penulisan penelitian ini.
E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang penulis lakukan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu: 1.
Menggambarkan dan menguraikan metode perhitungan harga pokok produksi dalam rangka efektifitas penetapan harga jual koran PT. Citra Media Nusa Purnama.
2. Membandingkan teori-teori mengenai analisis metode perhitungan harga pokok produksi dan penetapan harga jual yang diperoleh melalui data-data kepustakaan yang diterapkan pada laporan keuangan PT Nusa Purnama.
Citra Media
38
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengelompokan Biaya PT Citra Media Nusa Purnama sebagai perusahaan penerbitan yang memproduksi koran membagi biaya yang timbul ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok biaya produksi (berkaitan erat dengan proses produksi) dan kelompok biaya operasional/non produksi (yang juga menunjang proses produksi secara tidak langsung sehingga produk tersebut dapat terjual). Pembagian secara mendetail yang dilakukan PT Citra Media Nusa Purnama adalah sebagai berikut: a. Biaya produksi Adalah semua biaya yang secara langsung berkaitan erat dengan proses produksi yang meliputi biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Namun, perlu dikemukakan di sini, bahwa pada PT Citra Media Nusa Purnama akun biaya bahan baku langsung ditampilkan sebagai biaya produk langsung, akun biaya produksi tidak langsung meliputi biaya yang dikeluarkan untuk redaksi termasuk tenaga kerja langsung redaksi seperti: wartawan, redaktur, fotografer, editor dll, serta biaya overhead percetakan dan overhead pabrik sebagai biaya percetakan. Hal ini disebabkan penyusunan laporan keuangan PT Media Citra Nusa Purnama disesuaikan dengan kegiatan perusahaan. Untuk lebih
39
detilnya maka biaya produksi pada PT Citra Media Nusa Purnama adalah sebagai berikut: 1) Biaya produksi langsung (bahan baku kertas Koran) 2) Biaya produksi tidak langsung (a) Gaji dan upah redaksi (wages and allowance) (b) Tunjangan (welfare) (c) Telekomunikasi (d) Transportasi & Perjalanan dinas redaksi 3) Biaya overhead percetakan yang terdiri dari: (a) Biaya pemakaian tinta (b) Biaya pemakaian plate (c) Biaya pemakaian bahan kimia (d) Gaji & upah karyawam percetakan (e) Tunjangan(welfare) (f) Biaya bahan bakar (fuel) (g) Biaya listrik dan air (electricity and water) (h) Biaya ATK & RTK (stationery and house hold) (i) Biaya Asuransi (j) Biaya perbaikan dan pemeliharaan peralatan pabrik (k) Biaya missprint b. Biaya operasional/non produksi Biaya operasional/non produksi adalah semua biaya-biaya yang secara tidak langsung mendukung dihasilkannya produk dan memungkinkan
40
dilakukannya penjualan atas produk tersebut. Meliputi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Dengan demikian, biaya operasional/non produksi pada PT Citra Media Nusa Purnama meliputi: 1) Biaya pemasaran, terdiri atas: (a) Gaji/upah (Sallaries) (b) Tunjangan (welfare) (c) Asurasi (Insurance) (d) Kerumahtanggaan (Household need) (e) Listrik & air (f) Perjalanan dinas (g) Komisi penjualan (h) Promosi (i) Ekspedisi/Distribusi (j) Sumbangan dan jamuan (Donation and entertainment) (k) Retribusi dan Perizinan (Legal and permit) (l) Transportasi (Vehicle) (m) ATK (Office stationaries and printing) (n) Administrasi Pajak (Tax administration and pinalty) (o) Telepon dan fax (Telephone and fax) (p) Perbaikan dan pemeliharaan (Repair and maintenance) (q) Pengangkutan barang (Freight out) (r) Biaya lain-lain (Other selling & General Adm)
41
(s) Langganan koran dan majalah (Newspaper and Magazine) 2) Biaya administrasi dan umum, terdiri atas: (a) Gaji/upah (Sallaries) (b) Tunjangan (welfare) (c) Asurasi (Insurance) (d) Kerumahtanggaan (Household need) (e) Listrik & air (f) Perjalanan dinas (g) Biaya bank (h) Sumbangan dan jamuan (Donation and entertainment) (i) Retribusi dan Perizinan (Legal and permit) (j) Transportasi (Vehicle) (k) ATK (Office stationaries and printing) (l) Administrasi Pajak (Tax administration and pinalty) (m) Telepon dan fax (Telephone and fax) (n) Perbaikan dan pemeliharaan (Repair and maintenance) (o) Biaya lain-lain (Other selling & General Adm) (p) Langganan koran dan majalah (Newspaper and Magazine)
B. Proses Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan penelitian penulis mengenai perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh PT Citra Media Nusa Purnama, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan menerapkan metode standard cost system atau
42
dengan istilah lain metode full costing. Dimana bukan hanya biaya-biaya yang bersifat variabel yang dibebankan pada harga pokok produksi tetapi juga biaya tetap seperti gaji. Seperti akan dilihat kemudian, perlakuan terhadap biaya dalam penetapan harga pokok jual pun menerapkan metode standard cost system, dimana harga jual ditetapkan berdasarkan perhitungan biaya variabel dan biaya tetap dalam memproduksi produk. Hal ini memungkinkan perusahaan dalam mengambil keputusan untuk jangka panjang mengenai harga jual demi tujuan kesinambungan perusahaan. Untuk lebih jelasnya, perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan untuk menetapkan harga jual pada PT Citra Media Nusa Purnama tahun 2007 disajikan sebagai berikut. 1. Biaya Produksi langsung (Direct Production Cost) Bahan baku dicatat sebesar harga beli ditambah dengan biaya lainnya yang terjadi dalam rangka perolehan bahan tersebut sampai bahan baku siap dipakai dalam proses produksi. Untuk bahan baku yang cacat/rusak dan tidak layak dipakai menurut bagian quality control, maka barangbarang tersebut akan dijual kembali dan akan menambah pendapatan di luar usaha. Berdasarkan data yang penulis peroleh, biaya bahan baku kertas koran dikeluarkan selama tahun 2007 adalah sebagai sebesar Rp 34.474.863.357
43
Jumlah Koran yang diproduksi tahun 2007 sebanyak 69.800.000 eksemplar, sehingga biaya produksi langsung (BPL) yang dibebankan kepada satu eksemplar koran dapat dihitung sebagai berikut: BPL per eks.
= Rp. 34.474.863.357 69.800.000 = Rp. 493.91/eksemplar
2. Biaya Produksi Tidak Langsung (Indirect Production Cost) Biaya –biaya yang termasuk dalam biaya produksi tidak langsung adalah biaya redaksi yang dikeluarkan untuk membuat berita dan tulisan yang akan diterbitkan dalam koran termasuk didalamnya antara lain: gaji wartawan, gaji fotografer, gaji redaktur, gaji artistik, tunjangan, dan biaya peliputan berita. Perhitungan terhadap biaya produksi tidak langsung didasarkan pada jumlah biaya yang dikeluarkan yang kemudian dibagi dengan total eksemplar koran yang diproduksi pada PT Citra Media Nusa Purnama Berikut ini data-data biaya produksi tidak langsung yang dibebankan pada tahun 2007: Tabel 1 Biaya Produksi Tidak Langsung PT Citra Media Nusa Purnama, 2007 KETERANGAN JUMLAH Wages and Allowance Welfare Telecomunication Transportation & business trip Jumlah
Rp Rp Rp Rp Rp
Sumber: Laporan Keuangan PT Citra Media Nusa Purnama, 2007
15.645.475.058 5.483.350.904 2.075.320.663 5.184.325.804 28.388.472.429
44
Jumlah eksemplar koran yang diproduksi tahun 2007 sebanyak 69.800.000, sehingga biaya produksi tidak langsung (BPTL) yang dibebankan kepada satu eksemplar koran dapat dihitung sebagai berikut: BPTL per eks
= Rp. 28.388.472.429 69.800.000 = Rp. 406.71/eksemplar
3. Biaya Overhead Percetakan (Factory Overhead) Biaya overhead percetakan merupakan biaya-biaya selain biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak yang berkaitan dengan produksi koran pada PT Citra Media Nusa Purnama. Berikut data-data biaya overhead percetakan yang dibebankan pada tahun 2007:
Tabel 2 Biaya Overhead Percetakan PT Citra Media Nusa Purnama, 2007 KETERANGAN JUMLAH Ink consumption Plate consumption Chemical consumption Salary & Wages Welfare fuel Electricity and Water Stationary and Household Insurance Repair and Maintenance Missprint Total Factory Overhead
Rp3.164.189.951 Rp2.063.988.982 Rp1.539.296.755 Rp3.338.276.477 Rp528.364.593 Rp47.840.500 Rp705.470.036 Rp17.564.000 Rp49.620.100 Rp2.542.835.300 Rp55.204.032 Rp14.052.650.726
Sumber: Laporan Keuangan PT Citra Media Nusa Purnama, 2007
45
Jumlah koran yang diproduksi tahun 2007 sebanyak 69.800.000 eksemplar, maka jumlah Biaya Overhead Percetakan (BOP) yang dibebankan pada satu eksemplar koran dapat dihitung sebagai berikut: BOP per eks.
= Rp. 14.052.650.726 69.800.000 = Rp. 201.33/eksemplar
Dengan demikian, biaya produksi per eksemplar koran dapat dijumlahkan sebagai berikut:
Tabel 3 Biaya Pokok Produksi / eksemplar PT Citra Media Nusa Purnama, 2007 KETERANGAN
JUMLAH
Biaya produksi langsung
Rp.
493.91
Biaya tidak langsung
Rp.
406.71
Biaya overhead percetakan
Rp.
201.33
Harga pokok produksi/unit
Rp. 1.101.95
Pembuktian perhitungan di atas, dapat dicocokkan dengan laporan Production Cost yang diambil dari perusahaan. Berikut ini adalah production cost PT Citra Media Nusa Purnama tahun 2007:
46
Tabel 4 Production Cost PT Citra Media Nusa Purnama, 2007 DESCRIPTION
Cumulatif Amount
%
Direct Production Cost Paper
34.474.863.357
44,82%
34.474.863.357
44,82%
15.645.475.058
20,34%
Welfare
5.483.350.904
7,13%
Telecomunication
2.075.320.663
2,70%
Transportation & business trip
5.184.325.804
6,74%
28.388.472.429
36,91%
Ink consumption
3.164.189.951
4,11%
Plate consumption
2.063.988.982
2,68%
Chemical consumption
1.539.296.755
2,00%
Salary & Wages
3.338.276.477
4,34%
528.364.593
0,69%
47.840.500
0,06%
705.470.036 17.564.000 49.620.100 2.542.835.300 55.204.032 14.052.650.726
0,92% 0,02% 0,06% 3,31% 3,31% 18,27%
76.915.986.512 69.800.000
100,00%
Total Direct Production cost Indirect Production Cost Wages and Allowance
Total Indirect Production cost Printing Overhead Printing :
Welfare Fuel Electricity and Water Stationary and Household Insurance Repair and Maintenance Missprint Total Printing Overhead Total Production Cost Quantity Production (eksemplar) Production Cost per Unit (Rp.)
1.101,95
Sumber: Laporan Keuangan PT Citra Media Nusa Purnama, 2007
Dari laporan keuangan Production cost PT Citra Media Nusa Purnama tahun 2007 di atas, terdapat kecocokkan perhitungan harga pokok produksi / eksemplar koran yaitu sebesar Rp. 1.101,95
47
C. Perhitungan Harga Pokok Penjualan Setelah elemen-elemen harga pokok produksi diketahui, maka penulis akan menyajikan perhitungan harga pokok penjualan per eksemplar koran yang diproduksi oleh PT Citra Media Nusa Purnama. Dalam penentuan harga jual koran per eksemplar, PT Citra Media Nusa Purnama membebankan biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum terhadap produk pada tahun 2007 sebesar Rp 63.660.095.752 sebagaimana tercantum dalam tabel 5.5. Berdasarkan data tersebut dapat dihitung biaya pemasaran, administrasi dan umum (PA&U) yang dibebankan ke satu eksemplar koran yang diproduksi tahun 2007, adalah sebagai berikut: Biaya PA&U per eksemplar
= Rp. 63.660.095.752 69.800.000 = Rp. 912.04/eksemplar
48
Tabel 5.5 Biaya Pemasaran, Administrasi dan Umum PT Citra Media Nusa Purnama, 2007 KETERANGAN Sallaries& Wages Welfare Insurance Household need
JUMLAH 21.310.025.421 4.303.579.827 46.856.731 2.276.884.073
Electricity & Water
704.441.041
Business Trip
411.593.439
Sales Comission
6.608.153.998
Promotion
1.029.418.179
Distribution
14.500.049.260
Donation and entertainment
425.638.477
Legal and permit
605.922.763
Transportation (Vehicle)
1.130.022.583
Office Suplies and equipment
500.974.590
Office stationaries and printing Telephone and fax
522.265.309 731.129.916
Repair and maintenance
1.157.518.375
Other selling & General Adm
7.108.644.316
Subscription (Newspaper and Magazine) Bank Cahrges Total Oerating Expenses
54.370.800 232.606.654 63.660.095.752
49
Setelah diketahui harga pokok produksi dan biaya operasional/non produksi, maka di bawah ini adalah perhitungan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan pada PT Citra Media Nusa Purnama, seperti telah disebutkan di atas, menggunakan metode standard cost system, yaitu penetapan harga jual dengan mempertimbangkan biaya yang dihabiskan dalam memproduksi produk, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya produksi langsung
Rp.
493.91
Biaya produksi tidak langsung
Rp.
406.71
Biaya overhead percetakan
Rp.
201.33
Harga pokok produksi/eksemplar
Rp.
1.101,95
Biaya pemasaran, administrasi dan
Rp.
912,04
umum Harga pokok penjualan/eksemplar
Rp.
2.014
Dari perhitungan di atas, maka diketahui harga pokok penjualan per eksemplar koran adalah sebesar Rp.2,014
D. Penetapan Harga Jual dan Perencanaan Laba Menggunakan Metode Cost Plus Dalam menghitung harga jual, PT Citra Media Nusa Purnama menggunakan metode cost plus atau metode mark up, sedangkan dalam perencanaan labanya perusahaan menggunakan metode standard cost system atau metode full costing. Alasan perusahaan menerapkan metode ini
50
karena dengan menerapkan metode full costing diharapkan semua biaya yang dikorbankan dapat diperoleh kembali melalui penjualan dan memberikan laba sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Laba perusahaan merupakan selisih antara pendapatan perusahaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam periode yang sama untuk mencapai laba yang optimal. Perusahaan harus melakukan perencanaan laba sehingga kegiatan-kegiatan dalam perusahaan dapat terkoordinasi dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan dasar perencanaan laba adalah untuk mencari jalan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Pada umumnya laba perusahaan ditentukan oleh tiga faktor penting yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu harga jual, besarnya biaya produksi untuk menghasilkan produk tersebut, dan banyaknya produk yang berhasil dijual. Dasar pengambilan keputusan oleh manajemen adalah data yang merupakan hasil perhitungan dari pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan, pendekatan dalam membuat perencanaan laba melalui hubungan
biaya-volume-laba
akan
memberikan
informasi
apakah
kenaikan/penurunan biaya variabel akan mempengaruhi volume penjualan, apakah kenaikan/penurunan biaya tetap juga mempengaruhi volume penjualan dan lain-lain. Besarnya laba yang diinginkan perusahaan dihitung melalui titik impas, dengan mengetahui besarnya produk yang harus dihasilkan untuk mencapai keadaan di mana perusahaan tidak mendapatkan keuntungan maupun menderita kerugian maka dapat dihitung besarnya
51
produk yang harus dijual untuk mencapai laba yang diinginkan, atau berapa laba yang diperoleh perusahaan untuk menjual produknya di atas titik impas. Ketika perusahaan sudah melakukan perhitungan harga pokok penjualan per eksemplar koran, maka perusahaan akan menentukan berapa tingkat laba yang diinginkan untuk diperoleh perusahaan atas penjualan yang akan dilakukan. Dan tingkat laba yang diinginkan akan ditentukan oleh kebijakan manajemen agar produk yang dihasilkan harganya dapat terjangkau oleh masyarakat dan juga laba yang diinginkan perusahaan dapat tercapai. PT. Citra Media Nusa Purnama menetapkan harga jual dengan menggunakan metode cost plus atau metode mark up, yaitu penetapan harga jual di atas biaya yang dikeluarkan. Hal ini terkait dengan laba yang hendak dicapai. Jadi, harga jual sama dengan tingkat laba yang hendak dicapai. Tingkat laba/harga jual yang ditetapkan adalah sebesar 24.13% dari penjualan. Hal ini berarti 75.87% dari hasil penjualan itu harus menutupi jumlah biaya variabel dan tetap, dengan kata lain 75.87% dari penjualan adalah sama dengan jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Perhitungan yang dilakukan oleh PT Citra Media Nusa Purnama dalam merencanakan laba atau penetapan harga jual suatu produk yaitu dengan cara harga pokok penjualan produk di mark up sesuai dengan besarnya laba perusahaan yang diinginkan agar semua biaya dapat tertutup dan perusahaan tidak mengalami suatu kerugian, caranya adalah sebagai berikut:
52
Total biaya per eksemplar
= Rp. 2.014
Laba yang diinginkan (24.13%)
= Rp. 486
Harga jual per eksemplar
= Rp. 2500
Dari hasil perhitungan di atas dapat terlihat bahwa harga jual sebesar Rp. 2.500 masih memberikan laba sesuai yang diinginkan perusahaan atau sebesar 24.13%. Dengan demikian, harga jual tersebut akan digunakan oleh PT Citra Media Nusa Purnama untuk menjual produknya agar laba 24.13% dapat tercapai. Untuk perbandingan pada perhitungan selanjutnya, jika perusahaan menjual 200.000 eksemplar/hari maka laba per harinya adalah sebagai berikut: Penjualan (200.000 eks @ Rp. 2.500) Harga Pokok penjualan (200.000 @ Rp. 2.014) Laba (rugi)
Rp. 500.000.000,-
Rp. 402.800.000,Rp. 97.200.000,-
E. Penetapan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Actual Cost System /Direct Costing 1. Pengklasifikasian Perilaku Biaya Dalam melakukan pengelompokkan yang didasarkan atas tingkah laku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi, biaya-biaya akan dikelompokkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Pada saat dilakukan penelitian, PT Citra Media Nusa Purnama belum melakukan pengelompokkan biaya ke dalam biaya tetap dan variabel oleh
53
karena perusahaan masih menggunakan metode standard cost system (full costing) dalam perhitungan harga pokok penjualannya. Maka berdasarkan data yang telah diperoleh akan dilakukan analisis sebagai berikut: a. Biaya produksi langsung merupakan biaya variabel karena besarnya biaya bahan baku kertas tergantung dari jumlah volume produksi. b. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya tetap, karena besarnya biaya ini tidak tergantung dari volume produksi yang dilakukan, berita yang disiapkan tim redaksi
tidak tergantung pada jumlah
eksemplar koran yang dicetak. c. Biaya pemakaian tinta, plat dan bahan kimia termasuk biaya variable sebab tergantung dari jumlah eksemplar koran yang diproduksi. d. Biaya gaji merupakan biaya tetap yang dibayarkan setiap bulan. e. Biaya bahan bakar merupakan biaya variabel, karena besarnya biaya ini tergantung dari volume produksi yang dilakukan. f. Biaya listrik merupakan biaya semi variabel, di mana bersifat tetap karena perusahaan merupakan pelanggan tetap dari PLN dan bersifat variabel karena digunakan untuk menjalankan mesin-mesin produksi, sehingga
apabila
volume
pemakaian
meningkat
maka
akan
mempengaruhi biaya pemakaian listrik. g. Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya semi variabel, di mana biaya reparasi merupakan biaya variabel karena jumlahnya tidak sama
tergantung
pemakaian,
sedangkan
biaya
pemeliharaan
54
merupakan biaya tetap karena biaya tersebut dikeluarkan secara rutin yang besarnya sesuai kebijaksanaan manajemen. h. Biaya ATK dan RTK merupakan biaya variabel yang besarnya ditentukan oleh kebijaksanaan manajemen. i. Biaya asuransi merupakan biaya tetap yang dibayarkan setiap bulan. j. Biaya telepon merupakan biaya semi variabel, di mana bersifat tetap karena perusahaan merupakan pelanggan tetap Telkom dan bersifat variabel karena besarnya tergantung pemakaian. k. Biaya entertainment merupakan biaya variabel karena dalam melaksanakan kegiatan pemasaran sebagai upaya meningkatkan penjualan membutuhkan biaya entertainment kepada relasi bisnis. l. Biaya transportasi bisnis merupakan biaya tetap karena besarnya ditentukan oleh kebijaksanaan manajemen. m. Biaya tunjangan kesehatan merupakan biaya variabel karena besarnya tergantung dari jumlah klaim yang diberikan karyawan kepada perusahaan. n. Biaya asuransi merupakan biaya tetap karena besarnya tetap. Pada Tabel di bawah ini disajikan rincian biaya yang diperhitungkan untuk memproduksi koran sebanyak 200.000 eksemplar yang telah dikelompokkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume produksi. Dari tabel tersebut dapat dilihat besarnya biaya tetap dan biaya variabel yang terjadi.
55
Tabel 6 Pengelompokkan Biaya sesuai Dengan Perilakunya UNSUR BIAYA BIAYA TETAP BIAYA VARIABEL Production Cost Direct Production Cost 98.781.843 81.342.328 Indirect Production Cost Factory Cost Ink consumption Plate consumption Chemical consumption Salary & Wages Welfare fuel Electricity and Water Stationary and Household Insurance Repair and Maintenance Missprint Operational Cost Sallaries& Wages Welfare Insurance Household need Electricity & Water Business Trip Sales Comission Promotion Distribution Donation and entertainment Legal and permit Transportation (Vehicle) Office Suplies and equipment Office stationaries and printing Telephone and fax Repair and maintenance Other selling & General Adm Subscription fee Bank Charges Total Cost
9.066.447 5.914.009 4.410.592 9.565.262 1.513.939 808.562 142.178 2.914.424
61.060.245 12.331.174 134.260 6.524.023 807.382 1.179.351
837.971 1.326.669 8.147.443 155.790 666.495 189.457.496
137.079 1.212.842 50.327 4.371.637 158.178
1.211.073 18.934.539 2.949.622 41.547.419 1.219.594 1.736.168 3.237.887 1.435.457 1.496.462 1.256.957 1.990.003 12.221.165
213.339.301
56
Tabel 7 Taksiran Harga Pokok per eksemplar Koran TAKSIRAN HARGA POKOK PER EKSEMPLAR KORAN UNTUK 200.000 KORAN UNSUR BIAYA JUMLAH BIAYA BIAYA./EKS Total Biaya Produksi Variabel 124.102.953 620.51 Total Biaya Operasional Variabel 89.236.348 446.18 Total Biaya Variabel 213.339.301 1.066.69 Total Biaya Produksi Tetap 96.286.693 481.43 Total Biaya Operasional Tetap 93.170.803 465.85 Total Biaya Tetap 189.457.496 947.28 Total Harga Pokok Penjualan 402.796.797 2.013.98
2. Analisis Pemanfaatan Metode Direct Costing Dalam menghitung harga pokok produksi, pengendalian biaya serta meninjau kebijaksanaan harga, PT Citra Media Nusa Purnama masih menggunakan metode full costing. Metode ini kurang tepat bila digunakan untuk pengambilan keputusan jangka pendek, khususnya dalam penerimaan pesanan/tawaran khusus. Hal ini dapat dilihat yaitu bila ada pesanan cetak koran dengan edisi khusus dengan harga permintaan/penawaran yang lebih rendah dari harga jual yang telah ditetapkan perusahaan, maka pesanan tersebut akan ditolak karena tidak memberikan laba sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Dengan menggunakan metode direct costing, maka pesanan khusus dengan harga permintaan yang lebih rendah dari harga jual yang telah ditetapkan perusahaan mungkin masih dapat diterima dengan syarat harga jual pesanan khusus lebih besar dari seluruh jumlah biaya variabel, perusahaan masih akan mendapat tambahan laba yang mungkin apabila pesanan tersebut
57
ditolak maka kesempatan mendapat tambahan laba akan hilang apabila memakai standar harga dengan perhitungan biaya full costing. Dalam hal ini analisa direct costing dalam perhitungan harga pokok produksi untuk menentukan harga jual sangat bermanfaat bagi perusahaan. Dengan bantuan analisis Break Even dan Analisis hubungan Cost-VolumeProfit, PT Citra Media Nusa Purnama dapat dibantu dalam menentukan berapa banyaknya eksemplar koran yang harus dijual dengan tingkat harga tertentu sekaligus memperhatikan biaya produksi yang ada agar tidak mengalami kerugian melainkan pulang pokok (impas), bahkan diharapkan laba dengan tingkat tertentu dapat diperoleh. Di bawah ini adalah perhitungan Direct Costing dengan bantuan analisa break even dan hubungan Cost-Volume-Profit: a. Dengan bantuan analisa break even, PT Citra Media Nusa Purnama dapat memperkirakan besarnya penjualan/harga jual yang harus dikenakan untuk 200.000 eksemplar koran agar ia impas (pulang pokok). Rumusnya adalah:
BEPunit
= Jumlah Biaya Tetap Harga Jual/unit – Biaya Variabel
200.000 eks
= Rp. 189.457.496 harga jual/unit – Rp. 213.339.301
200.000 (H. jual/unit – Rp. 213.339.301)= Rp. 189.457.496 Harja jual / unit
= Rp. 189.457.496 + 213.339.301 200.000 = Rp. 2.013.98
58
Jadi PT Citra Media Nusa Purnama harus menjual koran yang diproduksinya dengan harga sebesar Rp. 2.013.98/ eksemplar Analisa Direct Costing: Penjualan (200.000 unit @ Rp. 2.013.98) Harga Pokok Produksi variabel (200.000@ Rp. 620.51) Batas Kontribusi Kotor Biaya variabel lainnya: Penjualan dan Adm Batas Kontribusi Bersih Biaya tetap: Biaya produksi Rp. 96.286.693,Biaya opersional Rp. 93.170.803,-
Rp. 402.796.797,-
Rp. 124.102.953,Rp. 278.693.844,Rp. 89.236.348,Rp. 189.457.496,-
Rp. 189.457.496,Rp. 0
Laba (rugi)
Dari analisis direct costing yang dilakukan dapat dilihat bahwa apabila PT Citra Media Nusa Purnama menjual 200.000 eksemplar produknya dengan harga Rp. 2.013,98/eksemplar, maka perusahaan mengalami pulang pokok yang berarti hasil penjualan cukup untuk menutupi biaya produksi, biaya penjualan dan biaya administrasi. Angka tersebut juga sebagai peringatan untuk tidak menjual produk di bawah Rp. 2.013,98/eksemplar karena akan mengalami kerugian. b. Dengan bantuan analisis hubungan Cost-Volume-Profit dapat dianalisis sebagai berikut: Agar PT Citra Media Nusa Purnama memperoleh laba 24.13% dari penjualan berarti 75.87% dari hasil penjualan itu harus menutupi jumlah biaya variabel dan tetap. 75.87% Penjualan
= Rp. 189.457.496 + Rp 213.339.301
59
= Rp. 402.796.797,Penjualan
= Rp. 530.903.911,-
Dengan penjualan sebesar 530.903.911,- untuk produksi koran sebanyak 200.000 eksemplar, maka harga jual yang dikenakan atas tiap unit produk tersebut adalah: Harga jual
= Rp. 530.903.911,200.000 = Rp. 2.654,52/eksemplar atau dibulatkan Rp 2.655,-/eks.
Dari analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat memperoleh 24.13% laba dari penjualan PT Citra Media Nusa Purnamai harus menjual 200.000 eksemplar koran dengan harga /eksemplar Rp. 2.654.52,Dengan analisis Direct Costing tersebut hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Penjualan (200.000 @ Rp. 2.654.52,-) Harga Pokok Produksi variabel (200.000t @ Rp. 620.51) Batas Kontribusi Kotor
Rp. 124.102.953,Rp. 406.800.958
Biaya variabel lainnya: Penjualan dan Adm Batas Kontribusi Bersih
Rp. 89.236.348,Rp. 317.564.610,-
Biaya tetap: Biaya produksi Biaya opersional Laba (rugi)
Rp. 530.903.911,-
Rp. 96.286.693,Rp. 93.170.803,Rp. 189.457.496,Rp. 128.107.114,-
60
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa dari 200.000 eksemplar koran yang terjual, dengan menggunakan metode direct costing atau actual cost system menghasilkan laba sebesar Rp. 128.107.114,-. Hal ini jika dibandingkan dengan perolehan laba dengan menggunakan metode standard cost system atau full costing di atas yang hanya menghasilkan laba dari 200.000 eksemplar koran sebesar Rp.97.200.000,-. Dengan demikian, terdapat selisih laba sebesar Rp. 30.907.114,-. Lebih besar menggunakan actual cost system dibanding dengan menggunakan standard cost system.
F. Pembahasan Melalui penggunaan kedua metode perhitungan biaya di atas, yaitu metode standard cost system atau full costing dan actual cost system atau direct costing sebagai dasar dalam perhitungan harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual produk, dapat dilihat bahwa kedua metode tersebut memiliki perbedaan dalam aplikasinya, terutama dalam alokasi biaya tetap dan variabel yang dibebankan kepada produk. Hal itu pun berpengaruh terhadap penetapan harga jual, juga berpengaruh terhadap perencanaan laba khususnya laba jangka pendek. Metode direct costing memungkinkan perusahaan menerima pesanan khusus di bawah harga pokok penjualan yang ditetapkan pada metode full costing, selama jumlah penjualan lebih besar dari biaya variabel. Dari perbandingan penjualan 200.000 eksemplar koran di atas, misalnya, penetapan harga jual pun memiliki perbedaan dan juga laba yang
61
diperoleh pun memiliki perbedaan, lebih besar menggunakan direct costing. Hal itu disebabkan biaya yang dibebankan kepada produk hanya dari biaya variabel. Sehingga hal itu akan berpengaruh terhadap penyusunan laporan keuangan perusahaan. Meskipun demikian, penerapan kedua metode tersebut dapat diterapkan secara bersamaan pada PT Citra Media Nusa Purnama. Metode full costing digunakan dalam perencanaan laba jangka panjang dan metode direct costing dapat digunakan dalam perencanaan laba jangka pendek.
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan seluruh pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya ke dalam beberapa poin berikut ini. 1. Perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh PT Citra Media Nusa Purnama, diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan menerapkan metode standard cost system atau dengan istilah lain metode full costing. Di mana bukan hanya biaya-biaya yang bersifat variabel yang dibebankan pada harga pokok produksi tetapi juga biaya tetap seperti gaji. 2. Dalam penentuan harga jual koran per eksemplar, PT Citra Media Nusa Purnama membebankan biaya produksi, biaya penjualan, biaya penjualan dan administrasi terhadap produk. Dalam menghitung harga jual, PT Citra Media Nusa Purnama menggunakan metode cost plus atau metode mark up, sedangkan dalam perencanaan labanya perusahaan menggunakan metode standard cost system atau metode full costing. Alasan perusahaan menerapkan metode ini karena dengan menerapkan metode full costing diharapkan semua biaya yang dikorbankan dapat diperoleh kembali melalui penjualan dan memberikan laba sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
63
3. Dari perhitungan di atas terlihat bahwa dari 200.000 eksemplar koran yang terjual, dengan menggunakan metode direct costing atau actual cost system menghasilkan laba sebesar Rp. 128.107.114,-. Hal ini jika dibandingkan dengan perolehan laba dengan menggunakan metode standard cost system atau full costing di atas yang hanya menghasilkan laba dari 200.000 eksemplar koran sebesar Rp.97.200.000,-. Dengan demikian, terdapat selisih laba sebesar Rp. 30.907.114,-. Lebih besar menggunakan actual cost system dibanding dengan menggunakan standard cost system. 4. Peranan perhitungan biaya dengan metode full costing digunakan untuk perencanaan laba jangka panjang, sedangkan metode direct costing digunakan untuk perencanaan laba jangka pendek khususnya untuk menerima pesanan pesanan khusus di bawah harga pokok penjualan yang ditetapkan pada metode full costing. Dengan demikian, penerapan kedua metode tersebut dapat diterapkan secara bersamaan. Metode full costing digunakan dalam perencanaan laba jangka panjang dan metode direct costing dapat digunakan dalam perencanaan laba jangka pendek, khususnya untuk menambah volume penjualan produk sehingga laba jangka pendek bertambah, dan dengannya laba jangka panjang pun akan bertambah pula.
64
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis bermaksud untuk memberikan masukan yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan: 1. Dikarenakan terbukti metode direct costing menghasilkan laba yang lebih besar,
hendaknya
perusahaan
PT
Citra
Media
Nusa
Purnama
menggunakan metode direct costing dalam perhitungan biayanya, khususnya dalam menerima pesanan khusus, sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lain. 2. Dikarenakan belum terdapat pengelompokkan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, hendaknya perusahaan PT Citra Media Nusa Purnama membuat klasifikasi biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel dari seluruh biaya produksi dan non produksi sehingga dapat diterapkan metode direct costing. 3. Diperlukan perencanaan laba untuk tahun mendatang yang sesuai dengan alokasi biaya yang ada secara tepat. Perencanaan laba harus diestimasi secara tepat sehingga laba akan mengalami kenaikan dari setiap periode. 4. Faktor-faktor lain yang mendukung kenaikan laba harus juga ditingkatkan, misalnya peningkatan volume penjualan, promosi, kualitas produk, dan pelayanan terhadap konsumen. 5. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan melibatkan data yang lebih luas, sehingga diperoleh kesimpulan penelitian yang mendukung penelitian ini.
65
DAFTAR PUSTAKA Carter, Usry. Akuntansi Biaya. Buku 1 Edisi 13, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Dyckman, Dukes dan Davis. Akuntansi Intermediate. Jilid I. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Munir Ali. Jakarta: Erlangga, 2000. Garrison, Noreen dan Brewer. Akuntansi Manajerial. Buku 1 Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2004. Indriantoro, Nur & Supomo B. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Manajemen dan Akuntansi. Yogyakarta: BPFE, 2002. Keown, Arthur J. Dasar-dasar Manajamen Keuangan Jakarta: Salemba Empat, 2004. Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas, Jilid 2, Jakarta: Indeks, 2005. Maher, Michael W. dan Deakin, Edward B. Akuntansi Biaya, Jakarta: Erlangga, 2001. Niswonger, Rollin & Fess, Phillip E. Prinsip-prinsip Akuntansi Edisi Ke-16, Jakarta: Salemba Empat. Polimeni, Ralph S. & Cashin, James A. Teori dan soal-soal akuntansi biaya, Jakarta: Erlangga, 2002.
66
Raybun, L. Gayle. Akuntansi Biaya: Pendekatan Manajemen Biaya, Jakarta: Erlangga, 2002. Roni, Helmy. Akuntansi Biaya: Pengantar untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi, Jakarta: FEUI, 2001. Rudianto. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Grasindo, 2006. Swastha, Basu. Pengantar Bisnis Modern Yogyakarta: Liberty, 2002.