JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
Analisis Perhitungan Biaya Garansi Untuk Produk Dengan Level Multiple Sub-Assemblies (Studi Kasus : Mesin Cuci LG 2 Tabung) M. Rofichul Nuril Abshor, dan Maria Anityasari Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak— Hampir semua produsen memberikan garansi berupa free replacement untuk seluruh komponen/spare part. Seharusnya hal ini bisa dikaji lebih dalam lagi, karena setiap komponen/spare part mempunyai karakteristik yang berbeda terutama pada laju kerusakannya.Penelitian yang dilakukan oleh Bai dan Pham adalah mengembangkan garansi untuk repairable multi-component dalam kebijakan garansi FSW (Full Service Warranty). Dalam kebijakan ini, setiap komponen atau subsistem yang rusak akan diganti, setelah itu akan mendapatkan tambahan perawatan lagi yang bertujuan untuk mengurangi probabilitas sistem akan rusak dimasa yang mendatang. Baik penggantian komponen atau perawatan ini tidak akan dikenakan biaya kepada konsumen. Dalam penelitian ini akan mengimplementasikan model Bai dan Pham tersebut ke dalam produk mesin cuci dan dapat menentukan berapa masa dan biaya garansi yang tepat untuk produk tersebut. Dari hasil yang dieproleh akan dilakukan beberapa pengembangan skenario untuk mengetahui karakteristik dari model. Skenario yang dikembangkan adalah dengan mengubah parameter beta dan etha dari komponen dalam mesin cuci. Dari penelitian ini diketahui bahwa tidak semua komponen mesin cuci diperhatikan oleh konsumen dalam melakukan klaim ke service center, perubahan parameter distribusi kerusakan weibull sangat berpengaruh terhadap karakteristik dari tiap komponen, semakin terbatas data maka karakteristik keandalan dari komponen juga akan semakin rendah, dan terakhir model perhitungan sangat sensitif terhadap perubahan parameter distribusi weibull.
Kata kunci - garansi multi komponen, analisis biaya garansi, mesin cuci .
K
I. PENDAHULUAN
EMAJUAN industri di Indonesia saat ini sudah sangat berkembang pesat. Salah satunya adalah dalam industri manufaktur produk elektronik. Produk elektronik yang sudah banyak memenuhi pasar Indonesia adalah produk elektronik rumah tangga seperti televisi, kulkas, mesin cuci, AC, dan lain sebagainya. Kebutuhan elektronik di pasar domestik ditentukan oleh jumlah rumah tangga [9]. Pada saat ini penetrasi televisi sudah hampir mencapai 100 persen,
karena sudah hampir semua rumah tangga mempunyai televisi. Sedangkan untuk lemari es 60 persen dan mesin cuci 50 persen. Keadaan seperti ini akan membuat beberapa produsen produk elektronik akan banyak menginvestasikan asetnya ke Indonesia. Akibatnya adalah persaingan di industri elektronik yang akan juga semakin ketat. Persaingan industri elektronik yang ketat ini akan membuat produsen-produsen semakin kreatif untuk memenangkan persaingan. Jalan yang diambil bisa dengan cara memproduksi produk yang variatif demi memenuhi semua pangsa pasar Indonesia atau dengan memberikan service/pelayanan yang kompetitif pula. Untuk produk yang variatif sudah terbukti dengan banyaknya jenis-jenis televisi, kulkas, mesin cuci, AC yang beredar di pasaran. Sedangkan untuk service yang diberikan oleh produsen juga bervariatif, contohnya seperti pemasangan gratis, layanan antar gratis, kunjungan service, dan yang paling penting adalah garansi. Garansi ini dapat mempengaruhi cara pandang konsumen terhadap produk. Banyak konsumen yang berpendapat bahwa produk dengan waktu garansi yang lebih panjang adalah produk yang mempunyai reliability yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya [8]. Hal yang sering terjadi adalah konsumen juga akan lebih memilih produk dengan waktu garansi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk yang sejenis dengan harga yang lebih murah sampai tingkat harga tertentu. Garansi, pada kenyataannya, tidak saja memberikan manfaat kepada konsumen tetapi juga kepada produsen. Bagi konsumen, garansi melindungi dari membeli produk yang cacat, dan bagi produsen, garansi membatasi klaim yang tidak rasional dari konsumen. Disamping itu, produsen juga dapat memanfaatkan garansi sebagai alat promosi yang efektif untuk produknya, karena produk dengan masa garansi yang lebih lama memberikan sinyal kepada konsumen bahwa produk tersebut memiliki kualitas yang lebih baik. Dengan melihat realita tersebut harusnya produsen elektronik harus lebih serius untuk memperhitungkan garansi guna memenangi persaingan pasar. Hampir semua produsen saat ini memberikan layanan garansi kepada konsumen atas produk-produk yang diproduksinya. Selain untuk memberikan keunggulan pelayanan, ternyata memberikan garansi adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi oleh produsen jika ingin memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Selain itu dalam UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, tepatnya pasal 25 ayat 1 menyatakan bahwa pelaku usaha yang memproduksi barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun wajib
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
Tabel I Daftar Masa Garansi Produk Elektronik dari Beberapa Merek Merek
Mesin Cuci
LCD TV
AC
Kulkas
LG
12 bulan
12 bulan
18 bulan
12 bulan
Sharp
12 bulan
36 bulan
12 bulan
12 bulan
Panasonic
12 bulan
12 bulan
12 bulan
12 bulan
Toshiba
12 bulan
12 bulan
12 bulan
12 bulan
Samsung
12 bulan
24 bulan
12 bulan
12 bulan
Sanyo
12 bulan
12 bulan
12 bulan
12 bulan
Electrolux
12 bulan
-
-
12 bulan
Keterangan Service + Spare part Service + Spare part Service + Spare part Service + Spare part Service + Spare part Service + Spare part Service + Spare part
Dalam tabel 1 terlihat bahwa hampir semua produsen memberikan masa garansi selama 1 tahun (12 bulan) untuk hampir semua produknya dan garansi yang diberikan adalah untuk semua sparepart, padahal dalam kenyataannya reliability dari tiap komponen tidak sama. Jika dihadapkan dengan keadaan yang ada saat ini yaitu masa garansi yang ditawarkan oleh produsen maka timbul kecurigaan bahwa produsen tidak melakukan perlakuan khusus untuk menentukan masa garansinya melainkan hanya mengikuti standar minimum peraturan saja. Seharusnya produsen lebih memperhatikan penentuan masa garansi ini, karena jika mampu memberikan masa garansi yang lebih lama maka akan dapat menarik konsumen lebih banyak. Tetapi di sisi lain jika salah perhitungan, penentuan masa garansi akan menimbulkan biaya garansi yang cukup besar. Dalam jurnalnya Iskandar menyebutkan bahwa biaya garansi ini membebani produsen secara signifikan dengan sebaran ongkos 1,5-3% dari total penjualan [3]. Sebagai contoh, industri otomotif di Amerika Utara mengeluarkan 10 milyar dollar (100 triliyun rupiah) untuk pelayanan garansi per tahun (Roehm, 2003). Sedangkan di Eropa, belum pernah terjadi sebelumnya, garansi telah menjadi salah satu tantangan besar bagi manajemen perusahaan, karena ongkos garansi yang semakin besar (dapat mencapai 10 juta euro per tahun (120 milyar rupiah) untuk satu produsen produk elektronik di Eropa). Seperti disebutkan sebelumnya, dari tabel 1 terlihat bahwa garansi yang diberikan adalah memberikan servis dan penggantian sparepart secara gratis. Hal ini terjadi karena produsen masih berpandangan praktis saja yaitu hanya meniru kompetitor saja dan tanpa memperhatikan aspek teknis. Seharusnya perhitungan biaya waktu garansi harus memperhatikan sistem komponenkomponen di dalamnya juga. Banyak penelitian sebelumnya yang juga mengembangkan model matematis perhitungan biaya garansi, tetapi juga menganggap produk sebagai satu kesatuan utuh. Saat ini analisis garansi untuk complex system
adalah topik yang baru dan masih sedikit yang membahasnya [1]. Pada tahun 2006 Bai dan Pham juga baru mempublikasikan jurnal mengenai model matematis perhitungan biaya garansi untuk multi komponen. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka perlu dilakukan penelitian ini untuk membantu produsen dalam menentukan biaya & masa garansi yang tepat untuk produknya. Dalam penelitian ini akan dilakukan perhitungan biaya garansi untuk produk mesin cuci LG 2 pintu. Perhitungan akan dilakukan dengan cara mengimplementasikan model Bai dan Pham ke dalam produk mesin cuci tersebut. Di perusahaan LG juga menerapkan sistem garansi RSFW sama seperti yang terdapat dalam model Bai dan Pham, yaitu akan mengganti komponen yang rusak dengan komponen yang baru serta melakukan perawatan untuk menjaga keandalan produk. II. URAIAN PENELITIAN A. Tahap Telaah 1) Konsep Keandalan Ada beberapa distribusi yang digunakan untuk memodelkan kerusakan Distribusi Normal, Distribusi Eksponensial, dan Distribusi Weibull. Dalam penelitian Tugas Akhir ini digunakan Distribusi Weibull karena distribusi tersebut mampu memodelkan berbagai perilaku kegagalan produk [5] Distribusi Weibull dapat dirumuskan sebagai berikut : Probability density function (1) Survival function (2)
Cumulative distribution function
(3)
Hazard rate
(4) Dimana β = shape parameter, η = scale parameter. β < 1 Decreasing Hazard Rate (burn-in period) β = 1 Constant Hazard Rate (normal life period) β > 1 Increasing Hazard Rate (wear-out period) Perilaku laju kegagalan terhadap waktu sangat berhubungan dengan penyebab kegagalan dan dapat dilihat pada Gambar 2
DFR
CFR
IFR
Λ(t)
menyediakan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual dan wajib memenuhi jaminan atau garansi sesuai dengan yang diperjanjikan. Selain itu peraturan mengenai garansi ini juga diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 634/MPP/Kep/9/2002. Dalam pasal 1 angka 12 menyebutkan bahwa pelayanan purna jual adalah pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang dijual dalam hal jaminan mutu, daya tahan, kehandalan operasional sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun. Berikut ini adalah tampilan masa garansi untuk beberapa merek dan produk elektronik.
2
t
Gambar 1 Bathup Curve
(Sumber : Windiani 2009)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 A. Decreasing failure rate (DFR) Kurva yang menunjukkan bahwa laju kegagalan menurun seiring bertambahnya waktu. Secara umum, kegagalan pada periode ini disebabkan oleh kesalahan dalam manufaktur atau desain yang kurang sempurna. Jika suatu peralatan yang dioperasikan telah mealui periode ini, berarti manufaktur dan design dari peralatan ini sudah benar. Periode ini juga dikenal dengan periode pemanasan (burn – in period). Pada periode ini, η < 0 dengan sifat negative memory dan β < 1. B. Constant failure rate (CFR) Kurva yang menunjukkan bahwa laju kegagalan kecil, tetap dan bersifat random, serta dikenal juga dengan sebutan useful life period. Kegagalan pada periode ini disebabkan karena peralatan yang sudah normal sehingga dikarakteristikkan secara pendekatan dengan jumlah kegagalan yang konstan tiap satuan waktu. Pada periode ini, η = 0 dengan sifat no memory dan β = 1. C. Increasing failure rate (IFR) Kurva yang menunjukkan kenaikan laju kegagalan dengan bertambahnya waktu. Kegagalan pada periode ini disebabkan oleh keausan peralatan. Pada periode ini, η > 0 dengan sifat positive memory dan β < 1. 2) Garansi Garansi adalah perjanjian tertulis antara produsen dan konsumen meliputi spesifikasi produk, tanggung jawab pembeli, dan tindakan yang dilakukan oleh produsen apabila produk tidak bekerja sesuai dengan fungsinya [3]. Garansi adalah bentuk pernyataan yang berhubungan dengan adanya kompensasi yang nantinya akan digunakan untuk memperbaiki, mengganti part atau memperpanjang lamanya pemberian garansi apabila terjadi kerusakan atau kegagalan produk selama masa garansi [6]. Berdasarkan taksonomi kebijakan garansi di atas, kebijakan garansi dibentuk oleh beberapa elemen yang meliputi : a. Kebijakan garansi satu dan dua dimensi Kebijakan garansi satu dimensi ditetapkan berdasarkan waktu pemakaian produk. Sedangkan kebijakan garansi dua dimensi ditetapkan tidak hanya berdasarkan waktu pemakaian saja, melainkan juga jumlah pemakaian produk. Misalnya saja, kilometer untuk penggunaan kendaraan bermotor. b.
c.
Kebijakan free replacement (FRW), pro-rata (PRW), dan money back warranty (MBW) Kebijakan FRW adalah kebijakan dimana produsen akan mengganti atau memperbaiki komponen yang rusak selama masa periode garansi. Kebijakan PRW memiliki arti bahwa produsen akan mengembalikan harga beli produk atau mengganti komponen yang rusak berdasarkan harga produk dikalikan proporsi waktu kegagalan terhadap total periode garansi. Kebijakan MBW diberikan oleh produsen ketika terjadi kegagalan selama periode garansi. Dimana produsen akan mengembalikan harga beli produk. Kebijakan renewing dan non-renewing Yang dimaksud dengan kebijakan renewing adalah kebijakan yang diberikan oleh produsen dimana jika
3 terdapat kegagalan produk selama masa garansi, maka akan digantikan dengan produk sejenis dan produk pengganti akan diberikan garansi baru yang identik periodenya. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa setiap kali penggantian produk, maka periode garansi juga selalu diperbarui. Berbeda dengan kebijakan nonrenewing, pada kebijakan ini periode garansi yang diberikan hanya sebesar sisa periode garansi produk original. 3) Model Jun Bai dan Hoang Pham Penelitian yang dilakukan oleh Bai dan Pham adalah mengembangkan garansi untuk repairable multi-component dalam kebijakan garansi FSW (Full Service Warranty). Dalam kebijakan ini, setiap komponen atau subsistem yang rusak akan diganti, setelah itu akan mendapatkan tambahan perawatan lagi yang bertujuan untuk mengurangi probabilitas sistem akan rusak dimasa yang mendatang. Baik penggantian komponen atau perawatan ini tidak akan dikenakan biaya kepada konsumen. Penelitian ini juga mengembangkan model perhitungan untuk 4 jenis susunan komponen, yaitu seri (s), paralel (p), seri-paralel (s-p), dan paralel-seri (p-s). Berikut ini adalah formulasi untuk perhitugnan biaya garansinya: a. Susunan Seri
.................(5)
b.
Susunan Paralel
...........................(6) c.
Susunan Seri Paralel
.........(7)
d. Susunan Paralel Seri .................(8) B. Metodologi Penelitian Berikut ini merupakan gambaran metodologi penenlitian yang dipakai di penelitian ini. Persiapan Preliminary literature study Ide awal : Biaya Garansi untuk Level Multiple subassemblies
Identifikasi perumusan masalah
Studi Literatur
Tahap persiapan
Penetapan Tujuan Penelitian Model penentuan biaya garansi untuk produk dengan level multiple subassemblies
A
Gambar 2 Metodologi Penelitian
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 B
Pengumpulan & Pengolahan Data
· ·
· · · · · ·
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan Data Data Kerusakan Biaya per komponen
Pengolahan Data Perhitungan TTF untuk setiap komponen Penentuan parameter distribusi weibull Pembuatan block diagram Pembuatan diagram penyebab kerusakan Pengembangan skenario untuk parameter distribusi weibull Perhitungan biaya garansi Penentuan waktu garansi Analisis
Tahap Analisis
Penarikan Kesimpulan & Saran
Tahap Penarikan Kesimpulan & Saran
4 Setelah mengetahui block diagram sistem beserta setiap fungsi-nya, maka langkah selanjutnya adalah menentukan parameter kerusakan η dan β untuk sistem dan setiap komponen penyusun sistem. Parameter kerusakan didapatkan dengan cara memasukkan data waktu kegagalan ke dalam software weibull 6++. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghitung reliability (R(t)) tiap komponen untuk 10 tahun. Perhitungan yang dilakukan adalah dengan memasukkan parameter kerusakan η dan β sistem kedalam persamaan 2. Setelah diperoleh nilai reliability dari masingmasing komponen maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan biaya garansi. D. Perhitungan Biaya dan Waktu Garansi Untuk melakukan perhitungan biaya garani langkah pertama yang harus dilakukan adalah membagi sistem menjadi beberapa subsistem yang lebih sederhana. Dalam produk mesin cuci ini ada 3 subsistem utama, dimana subsistem pertama dipecah menjadi 2 bagian lagi. Jadi langkah perhitugannya adalah dengan menggunakan persamaan Bai dan Pham yang disesuaikan dengan keadaan/subsistem produk. Perhitungan yang dilakukan adalah dengan kondisi produk eksisting. Tabel 2 Biaya Garansi Untuk Eksisting Selama 10 Tahun.
Gambar 3 Metodologi Penelitian (lanjutan)
C. Analisis Pada bagian ini akan dilakukan analisis berkaitan dengan sistem amatan, yaitu mesin cuci dua tabung. Langkah pertama yang dilakukan adalah mendefinisikan block diagram mesin cuci dua tabung. Di bawah ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai kondisi sistem amatan. Mesin cuci dua tabung memiliki dua tabung yang berjajar dengan posisi tegak, Tabung pertama berfungsi untuk mencuci (washer) sedangkan tabung kedua berfungsi untuk mengeringkan (spinner) pakaian. Kedua fungsi tersebut memiliki aliran paralel, Dimana kedua fungsi tersebut bersifat independen, artinya ketika fungsi washer rusak maka fungsi spinner masih bisa berjalan dan begitu pula sebaliknya. Karena fungsi dari tabung cuci & bilas dan pengeringan bersifat independen tentunya disini ada komponen yang tidak saling berkaitan. Tetapi reliability sistem dibangun dari komponen penyusun sistem secara keseluruhan sehingga block diagram sistem merupakan gabungan antara komponen penyusun fungsi washer dan spinner. Socket
Wash Timer
Kapasitor
Motor
Gear Assembly
Bellow
Spin Timer
Kapasitor
Door Switch
Brake Belt
Spin Motor
Setelah diketahui biaya garansi yang sebenarnya disediakan, maka akan dikembangkan beberapa perhitungan juga untuk menentukan waktu garansi yang tepat. Beberapa perhitungan tersebut adalah dengan mengganti biaya garansi mulai dari 1%, 3%, 5%, 8%, dan 10 % dari HPP. HPP dari produk mesin cuci 2 tabung ini adalah sebesar Rp 1.120.000. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan beberapa skenario biaya garansi tersebut: Tabel 6 Skenario Biaya Garansi yang Disediakan Oleh Perusahaan
Pulsator
Kabel
Switch Selector
Drain Selector
Water Selector
Body
Tabung
Saluran Pembuangan
Filter
Gambar 4 Block diagram komponen sistem penyusun mesin cuci dua tabung
Dari hasil perhitungan untuk eksisting, maka dengan biaya garansi 1% dari HPP maka waktu garansi yang tepat adalah
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 antara 2 sampai 3 tahun. Sedangkan untuk biaya garansi 3%, 5%, 8%, dan 10% dari HPP adalah antara 3 sampai 4 tahun. III. KESIMPULAN/RINGKASAN Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini antara lain adalah. 1) Tidak semua komponen dari mesin cuci diperhatikan oleh konsumen dalam melakukan klaim ke service center. 2) Penentuan parameter distribusi weibull sangat berpengaruh terhadap karakteristik dari tiap komponen. Semakin terbatas data maka karakteristik keandalan dari komponen juga akan semakin tidak representatif. 3) Selain sangat sensitif terhadap perubahan parameter distribusi weibull (etha dan beta), model perhitungan juga sangat sensitif terhadap beberapa komponen yang tersusun secara seri. 4) Biaya garansi mengalami peningkatan dari tahun pertama hingga tahun kesepuluh. Untuk produk eksisting biaya garansi untuk tahun pertama dan tahun kesepuluh masing-masing adalah Rp 0,01 dan Rp 29.050.000. 5) Waktu garansi yang tepat jika perusahaan menyediakan biaya garansi sebesar 3% dari HPP adalah selama 3 tahun. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis M. Rofichul Nuril Abshor mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, ilmu, inspirasi, dan takdir yang terbaik bagi umat-Nya, kepada kedua orang tua ayah Masrur Arif dan ibu Deny Puspitowati atas doa restu, semangat dan motivasi, dan tidak lupa kepada Ibu Dr. Maria Anityasari, ST., ME., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan dan nasehat selama penyelesaian Tugas Akhir. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas segala bantuan dan doa dalam penyelesaian penelitian Tugas Akhir ini. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
Bai, J. & Pham, H. 2006. Cost analysis on renewable full-service warranties for multi-component systems. European Journal of Operational Research, 168, 492-508. Blischke, W. R. & Murthy, D. N. P. 1992. Product warranty management — I: A taxonomy for warranty policies. European Journal of Operational Research, 62, 127-148. Blischke, Wallace R. and Murthy, D.N. Prabharkar (1994), Warranty Cost Analysis, Marcel Dekker Inc., New York. Lewis, E.E. 1987. Introduction to Reliability Engineering. Canada : John Wiley & Sons. Manna, D.K., Pal, S., & Sinha S., 2007, A use-rate based failure model for two-dimensional warranty, Computer & Industrial Engineering, vol.52, pp. 229-240. Murthy, D. N. P. 1990. A New Warranty Costing Model. Mathematical Computer Modelling, 13, 59-69. Murthy, D. N. P. & Djamaludin, I. 2002. New product warranty: A literature review. International Journal of Production Economics, 79, 231-260. Oentaryo, A. S. 2011. Industri Elektronik Tumbuh 15% Tahun Depan [Online]. Jakarta. Available: http://dp-im.blogspot.com/2011/01/industrielektronik-tumbuh-15-tahun.html [Accessed 8 Oktober 2011].
5 [9]
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [10] Windiani, Shinta. 2009. Pengembangan Model Perhitungan Periode Garansi dan Analisis Biaya Garansi Untuk Produk Reuse Menggunakan Kebijakan Free Replacement Warranty (FRW) dengan Berbagai Jenis Rektifikasi. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.