ANALISIS PERBEDAAN PENDANAAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DENGAN MUSYAROKAH (Studi kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo) Oleh: SARSITI (Dosen FE-UNSA)
ABTRACT The development of Islamic economic system in the last decade in Indonesia looks increasingly rapidly. It is characterized by the operation of some banks with sharia system , the commercial banks , Islamic business units of conventional banks, and rural banks sharia. This study intends to examine further the concept of Islamic banking system in terms of the results. With paried sample t test analysis, which is to see is there any difference in the level of funding for the results of using contract mudharobah and musyarokah. By testing the hypothesis: no difference in the level of funding for the results of using contract mudharobah and musyarokah. And based on the results of test analysis test which Hitu ng t < - t table ( -2.871 < -2.045 ), then Ho is rejected and Ha is accepted , it can be concluded that there are significant differences between financing products using mudarobah contract and the contract musyarokah in the PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Solo Branch. Keywords : Islamic banks, finance , Mudharobah , Musyarokah.
PENDAHULUAN Perbankan merupakan suatu jenis bisnis yang unik. Keunikannya adalah mengenai peraturan yang sedemikian banyak memagari seluruh transaksinya, hal ini merupakan tindakan preventif untuk mengamankan dana masyarakat yang dihimpun oleh bank, sehingga bank akan tetap eksis sebagai lembaga kepercayaan masyarakat. Dari pihak internal bank, peraturan dibuat sedemikian rupa untuk menghindari resiko yang akan membawa kerugian materiil maupun immateriil. Bank-bank konvensional yang ada sekarang ini menawarkan sistem bunga, yang dalam Islam identik dengan riba. Islam melarang adanya riba, dan setiap pelanggaran atas ketentuan ini merupakan perbuatan dosa kepada Allah. Oleh karena itu diperlukan lembaga-lembaga perbankan yang Islami yang bebas dari praktek-praktek riba, sehingga umat Islam dapat menyalurkan investasi sesuai syari’at Allah (Syamsul Fallah, 2006). Sistem Islam betul-betul harus diabadikan kepada persaudaraan umat manusia yang disertai keadilan ekonomi dan sosial serta distribusi pendapatan yang adil dan kepada 21
kemerdekaan individu dalam konteks kesejahteraan sosial. Perlu diyakini disini bahwa pengabdian ini berorientasi spiritual dan terjalin erat dengan keseluruhan jalinan nilai-nilai ekonomi dan sosialnya. Bank syariah dalam menjalankan usahanya mengutamakan konsistensi penerapan prinsip syariah dengan menggunakan sistem non bunga dan penerapan kualitas pelayanan syariah. Sistem non bunga bank syariah dalam istilah ekonomi diartikan dengan pembagi laba, secara definisi diartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai suatu perusahaan (Muhammad, 2001). Dalam sistem ekonomi syariah dikenal beberapa bentuk kemitraan dalam berusaha, namun yang umum dikenal ada 2 (dua), yaitu Mudharabah dan Musyarakah. Penelitian ini bermaksud menelaah lebih jauh tentang konsep perbankan syariah ditinjau dari sistem bagi hasil.
LANDASAN TEORI 1. Pengertian Bank Syariah Pada dasarnya bank mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang mempunyai kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Bank konvensional menerima simpanan dari nasabah yang kelebihan dana dan
kemudian menyalurkan
kembali dalam bentuk kredit kepada pihak yang kekurangan dana. Atas simpanan dari nasabah tersebut bank memberikan bunga kepada nasabah. Demikian juga atas pemberian pinjaman kredit tersebut, maka bank juga mengenakan bunga kepada para peminjam. Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan-kegiatan yang dilarang Syariah Islam, seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi dan perdagangan barang-barang yang dilarang Syariah, misalnya menjual minuman keras. Bank Syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, Syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan 22
perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank Islam itu adalah : a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah. c. Memberikan zakat. 2. Prinsip-Prinsip Operasional Perbankan Syariah Islam mengajarkan segala yang baik dan bermanfaat bagi manusia, dengan mengabaikan waktu, tempat atau tahap-tahap perkembangannya. Selain itu, Islam adalah agama fitrah, yang sesuai dengan sifat dasar manusia (human nature). Aktivitas keuangan dan perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada paling tidak pelaksanaan dua ajaran Al Quran, yaitu : a. Prinsip At Ta’awun, yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan. b. Prinsip menghindari Al Iktinaz, yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur (idle) dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Perbedaan pokok antara perbankan Islam dengan perbankan konvensional adalah adanya larangan riba (bunga) bagi perbankan Islam. Bagi Islam, riba dilarang, sedangkan jual-beli (al-bai’) dihalalkan. 3. Piranti Keuangan Perbankan Syariah Sistem keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing), maupun dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan (debt financing). 23
Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and loss sharing), sebagai metode pemenuhan kebutuhan permodalan (equity finacing), dan akad-akad jual beli (al-bai’) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing). Bank Islam tidak menggunakan metode pinjam-meminjam uang dalam rangka kegiatan komersil, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba. Oleh karena itu mekanisme operasional perbankan Syariah dijalankan dengan menggunakan piranti-piranti keuangan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : Ada dua macam kontrak dalam kategori ini yaitu : musyarakah (joint venture profit sharing) dan mudharabah (trustee profit sharing). a. Musyarakah (Joint Venture Profit Sharing) Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (syirkah al inan) sebagai sebuah badan hukum (legal entity). Setiap pihak memiliki bagian secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal mereka dan mempunyai hak mengawasi (voting right) perusahaan sesuai dengan proporsinya. Untuk pembagian keuntungan dengan kontribusi modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila perusahaan merugi, maka kerugian itu juga dibebankan secara proporsional kepada masing-masing pemberi modal. b. Mudharabah (trustee Profit Sharing) Kontrak mudaharabah juga merupakan suatu bentuk equity finanching, tetapi mempunyai bentuk (feature) yang berbeda dari musyarakah. Pada mudharabah, hubungan kontrak antar pemberi modal, melainkan antara penyedia dana (shahibul maal) dengan entrepreneur (mudharib). Pada kontrak mudharabah, seorang mudharib 24
(dapat berupa perorangan, rumah tangga perusahaan atau suatu unit ekonomi, termasuk bank) memperoleh modal dari unit ekonomi lainnya untuk tujuan melakukan perdagangan. Mudharib dalam kontrak ini menjadi trustee atas modal tersebut. 4. Perbedaan Sistem Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional Pada dasarnya pada sistem perbankan Syariah prinsip yang digunakan dalam operasional kegiatannya adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip Syariah Islam di mana prinsip utama yang dianut oleh perbankan Syariah adalah adanya larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, menjalankan bisnis dan aktivias perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan, dan prinsip memberikan zakat. Jadi pada intinya pada perbankan Syariah sangat melarang (mengharamkan) adanya bunga dalam kegiatan operasionalnya. Perbedaan yang jelas dalam sistem perbankan syariah ini yaitu tidak menerapkan pengenaan bunga, tetapi dalam sistem operasional perbankan ini menggunakan sistem bagi hasil yang ditetapkan melalui nisbah yang dapat dilakukan sesuai dengan kontrak kerjsama yang diharapkan tidak memberatkan bagi nasabah.
PEMBAHASAN Untuk menjawab permasalahan tentang perbedaan tingkat bagi hasil pada produk pendanaan dengan menggunakan akad mudharabah dan musyarokah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo digunakan paried sample t tes, yaitu untuk melihat adakah perbedaan tingkat bagi hasil dengan menggunakan akad mudharobah dan musyarokah.
25
Besarnya Bagi Hasil Untuk Produk Pendanaan Dengan Akan Mudharobah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbl. Cabang Solo No. Nasabah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Besarnya Transaksi Pendanaan Rp 1.000.000,00 Rp 1.500.000,00 Rp 5.000.000,00 Rp 500.000,00 Rp 7.500.000,00 Rp 10.000.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 2.500.000,00 Rp 30.000.000,00 Rp 12.000.000,00 Rp 4.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Rp 15.000.000,00 Rp 20.000.000,00 Rp 50.000.000,00 Rp 70.000.000,00 Rp100.000.000,00 Rp 80.000.000,00 Rp 7.000.000,00 Rp 8.000.000,00 Rp 13.000.000,00 Rp 25.000.000,00 Rp 3.500.000,00 Rp 750.000,00
26
Besarnya Bagi Hasil Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
500.000,00 750.000,00 2.500.000,00 250.000,00 3.750.000,00 5.000.000,00 1.000.000,00 1.250.000,00 15.000.000,00 6.000.000,00 2.000.000,00 1.500.000,00 7.500.000,00 10.000.000,00 25.000.000,00 35.000.000,00 50.000.000,00 40.000.000,00 3.500.000,00 4.000.000,00 6.500.000,00 12.500.000,00 1. 750.000,00 375.000,00
Besarnya Bagi Hasil Untuk Produk Pendanaan Dengan Akan Musyarokah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbl. Cabang Solo No. Nasabah
Besarnya Transaksi Pendanaan
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.500.000 2.500.000 7.500.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 125.000.000 100.000.000 50.000.000 35.000.000 150.000.000 120.000.000 50.000.000 75.000.000 100.000.000 85.000.000 75.000.000 2.000.000 30.000.000 8.000.000 13.000.000 20.000.000 10.000.000
Besarnya Bagi Hasil Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.200.000 2.000.000 6.000.000 12.000.000 16.000.000 20.000.000 100.000.000 80.000.000 40.000.000 28.000.000 120.000.000 96.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 68.000.000 60.000.000 1.600.000 24.000.000 6.400.000 10.400.000 16.000.000 8.000.000
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan pengujian hipotesis komparatif. Adapun langkah-langkah dalam uji hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Perumusan Hipotesis Ho : µ A = μB
: berarti tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat bagi hasil produk pendanaan dengan menggunakan akad mudharabah, dan musyarokah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo.
27
Ha : µ A ≠ μB
: berarti ada perbedaan yang signifikan tingkat bagi hasil produk pendanaan dengan menggunakan akad mudharabah, dan musyarokah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo.
2. Menentukan daerah kritis dengan taraf nyata 5% Degree of freedom = n – 2 t tabel = t α/2; n – 2 t tabel = 2,045 3. Menentukan Nilai t hitung t hitung =
bi Sb i
t hitung = -2,871. 4. Kreteria Pengujian Ho Ditolak
Ho Ditolak
Ho Diterima - 2,045
2,045
Ho diterima apabila nilai - t tabel < t hitung < t tabel Ho ditolak apabila nilai t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel. Mengingat – t
hitung
<-t
tabel
(-2,871 < -2,045), berarti Ho ditolak dan Ha diterima,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara produk pendanaan dengan menggunakan akad mudarobah dan akad musyarokah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo. Di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo menerapkan metode revenue sharing untuk menghitung bagi hasil. Sistem bagi hasil yang merupakan suatu kerja sama antara dua pihak dalam menjalankan usaha. Pihak pertama yaitu bank (mudharib) yang memberikan andil dalam keahlian, keterampilan, sarana dan waktu untuk mengelola usaha tersebut. Sedangkan pihak kedua yaitu pemodal (shahibul maal). Atas masing-masing andil itulah, kedua belah pihak berhak 28
atas hasil usaha yang mereka kerjakan. Karena tidak ada yang dapat memastikan, berapa keuntungannya. Maka pembagian hasil usaha itu ditetapkan dalam bentuk prosenstase bagi hasil (nisbah) dari pendapatan yang diperoleh, bukan atas besarnya dana yang diinvestasikan. Keuntungan tersebut dibagikan tergantung dari perjanjian dan jenis usaha yang dijalankan. Pembagian keuntungan itu dilakukan setidaknya dalam satu siklus usaha.
KESIMPULAN Berdasarkan uji hipotesis dengan t test, maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat bagi hasil pada produk pendanaan yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Solo dengan menggunakan akan mudharobah dan musyarokah. Hal ini terbukti bahwa nilai -t hitung < - t table (-2,871 < -2,045), berarti Ho ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis dalam penelitian ini terbukti kebenarannya. Dan disarankan dengan adanya penerapan nisbah dalam kontrak kerjasama dengan perbankan syariah, dibutuhkan kejelasan dan jangan sampai adanya unsur yang memberatkan bagi nasabah sehingga prinsip-prinsip syariah tetap akan dapat terbina dengan baik.
REFERENSI Akhyai, M.Adnan, 2005, Akuntansi Syariah (Arah, Prospek & Tantangan), UII, Press, Yogyakarta. Ascarya & Diana, 2006, Mencari Solusi rendahnya Pembiayaan Bagi hasil di perbankan syariah di Indonesia, Jakarta, Pusat Pendidikan Bank Indonesia. Bank Indonesia, 2003. Perbankan Syariah, Jakarta, www.bi.go.id. Bank Muamalat Indonesia, 2008. Apa & Bagaiamana bank Muamalat Indonesia. http:// www.muamalat. Go.id Gazali, Ahmad, 2003. Sistem Bagi Hasil Republika 19 Oktober 2003. Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta. IAI. 29
Karim, Adiwarman A, 2001. Penerapan Syariah Islam di bidang Ekonomi, Makalah di Samapaikan dalam Seminar Nasional Syariah Economics Days 2001 oleh FSI-FEUI, 2000) Rosedi, 2006, Bank Syariah: Hakikat & Urgensinya, www.wikipedia.com. Sinungan Murcharsyah, 1993. “ Manajemen dana bank”, Edisi kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara. Zulkifli, Sunarta.2003, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, penerbit Zikrul hakim, Jakarta. Nofeiman, 2005: Perkembangan Sistem Pembiayaay bagi hasil dalam sistem Ekonomi Syariah. www.Nofeiman.com
30