ANALISIS PENGETAHUAN KONSUMEN TERHADAP MADU DI PT APIARI PRAMUKA CIBUBUR JAKARTA TIMUR
SKRIPSI MAGDALENA SIMATUPANG
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN Magdalena Simatupang. D14070145. 2011. Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Ir. Hotnida C.H Siregar, M.Si : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si
Konsumen umumnya membeli produk berdasarkan pengetahuan, demikian juga dengan madu. Madu merupakan produk peternakan yang berkontribusi banyak bagi kesehatan. Pengetahuan konsumen mengenai madu perlu diuji karena masyarakat yang mengetahui banyak hal tentang madu dimungkinkan dapat meningkatkan kesadarannya untuk mengkonsumsi madu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik konsumen madu, tingkat pengetahuan konsumen mengenai madu dan korelasi karakteristik konsumen terhadap pengetahuan madu. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada 60 orang konsumen madu Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah accidental sampling, yaitu memilih konsumen yang kebetulan sedang membeli produk dan bersedia untuk diwawancarai. Penelitian ini berlangsung sejak 03 Maret hingga 30 April 2011 di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka dan tertutup, artinya pertanyaan di dalam kuesioner berupa isian dan pilihan berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen Apiari Pramuka, umumnya adalah perempuan, sudah menikah, berdomisili di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, berusia antara 31-60 tahun, Sarjana dan berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan. Sebagian besar konsumen (98,34%) menganggap informasi tentang madu penting tetapi sebanyak 58,33% jarang mencari informasi tambahan tentang madu karena informasi yang diperoleh sejak Sekolah Dasar dirasa sudah cukup. Sebanyak 88,34% konsumen sudah mengetahui bahwa madu berjenis-jenis, akan tetapi masih banyak jenis madu yang belum mereka kenal. Jumlah konsumen yang mengetahui nutrisi, manfaat dan cara penyimpanan madu berturut-turut yaitu 15%; 42,12% dan 18,33%. Semua konsumen tidak dapat membedakan keaslian madu berdasarkan warna, rasa dan kekentalan namun berdasarkan aroma semua konsumen menjawab dengan benar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara karakteristik konsumen terhadap pengetahuan madu. Kesimpulan yang dapat diambil adalah tingkat pengetahuan konsumen bahwa madu berjenis-jenis termasuk tinggi, namun jenis-jenis madu yang mereka kenal masih sedikit. Tingkat pengetahuan konsumen mengenai nutrisi madu, manfaat, cara penyimpanan dan cara pengenalan madu asli masih terbatas. Karakteristik konsumen tidak berkorelasi terhadap pengetahuan madu. Informasi tentang madu perlu disebarluaskan kepada konsumen untuk meningkatkan permintaan dari konsumen lama atau menambah konsumen baru. Kata-kata kunci: madu, pengetahuan madu, konsumen
ABSTRACT Consumer Knowledge Analysis of Honey in PT Apiari Pramuka Cibubur East Jakarta Simatupang, M., H. C. H. Siregar and L. Cyrilla Honey is natural food with many beneficial for health. Knowledge about of honey were assumed to increase their honey consumption. The aims of this research were to analyze consumer’s character, their knowledge of honey and correlation between consumer’s character and knowledge of honey. The research used survey methodology. The data were collected by interviewing technique was to interview 60 consumers at PT Apiari Pramuka Cibubur, East Jakarta since 03 March until 30 April 2011. The samples were taken by accidental sampling, and the questioner was used as a tool. The data were analyzed descriptively. The result showed that most of the consumers were female, married, lived in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi, age around 31-60, university graduated and have income more than Rp 5.000.000. Information about honey was supposed to be important but most of the consumers (58,33%) seldom seek more information. The result also showed that 88,34% consumers knew that honey consists of many types, but they just knew limited kinds of honey. Only 15% of the consumers of honey nutrient, 42,12% of honey function and 18,33% of honey storage. Most of consumers didn’t know how to differ between pure and impure honey. Consumer knowledge of honey din’t correlate to consumers characteristic. Keywords: honey, knowledge of honey, consumer.
ANALISIS PENGETAHUAN KONSUMEN TERHADAP MADU DI PT APIARI PRAMUKA CIBUBUR JAKARTA TIMUR
MAGDALENA SIMATUPANG D14070145
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TERKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Nama NIM
: Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur : Magdalena Simatupang : D14070145
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
(Ir. Hotnida C. H. Siregar, M.Si) NIP. 19620617 199003 2 001
Pembimbing Anggota,
(Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si) NIP. 19630705198803 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 05 Oktober 2011
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 19 April 1988 di Porsea, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Jataris Simatupang dan Floria Marpaung. Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri Siruar, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Negeri 3 Porsea pada tahun 2004, sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Balige, Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2007. Pada tahun 2007, Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa organisasi yang meliputi Anggota Komisi Pra-Alumni Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB (2010/2011), Ketua Persekutuan Oikumene Protestan Katolik (POPK) Fakultas Peternakan IPB (2009/2010), Anggota Komisi Kesenian PMK IPB (2007-sekarang) dan Sekretaris Natal Fakultas Peternakan IPB (2008). Penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan seperti Fasilitator Pesta Petani Muda Indonesia Provinsi Jawa Barat dan Banten (2011) dan Anggota Divisi Konsumsi DEKAN CUP Fakultas Peternakan (2009).
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-Nya yang tiada pernah berkesudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur”, yang merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan sejak Maret hingga April 2011, yang berlokasi di PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur. Skripsi ini membahas tentang karakteristik konsumen madu, tingkat pengetahuan konsumen terhadap madu dan korelasi karakteristik terhadap tingkat pengetahuan madu. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pengetahuan konsumen terhadap madu ternyata bervariasi, dan tidak sepenuhnya pengetahuan tersebut benar secara ilmiah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya dan bidang peternakan pada khususnya.
Bogor,
September 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .............................................................................................
i
ABSTRACT................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
v
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................
vi
DAFTAR ISI...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Madu ............................................................................................... Komposisi Madu ............................................................................. Karbohidrat ......................................................................... Protein, Enzim dan Asam Amino ....................................... Vitamin dan Mineral ........................................................... Jenis-jenis Madu ............................................................................. Manfaat Madu ................................................................................. Keaslian Madu ................................................................................ Warna .................................................................................. Rasa ..................................................................................... Kekentalan .......................................................................... Aroma ................................................................................. Pengujian Madu Palsu .................................................................... Penyimpanan Madu ........................................................................ Kadar Air ............................................................................ Kadar HMF ......................................................................... Aktivitas Enzim .................................................................. Keasaman ............................................................................ Konsumen ....................................................................................... Pengetahuan Konsumen .................................................................. Karakteristik Konsumen ................................................................. Keputusan Pembelian ..................................................................... Lokasi dan Waktu ........................................................................... Materi .............................................................................................. Prosedur .......................................................................................... Analisis Data ...................................................................................
3 3 3 4 6 6 7 8 11 12 13 13 13 13 15 15 16 17 17 17 18 19 20 22 22 22 22
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................... Lokasi Perusahaan .......................................................................... Sejarah Perusahaan ......................................................................... Visi dan Misi Perusahaan ...............................................................
24 24 24 25
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. Karakteristik Konsumen ................................................................. Perolehan Informasi dan Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu .............................................................................. Perolehan Informasi Mengenai Madu................................. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu ............. Pengetahuan jenis-jenis madu. ................................ Pengetahuan zat makanan yang terdapat dalam madu Pengetahuan manfaat madu. ................................... Pengetahuan keaslian madu .................................... Pengetahuan cara penyimpanan madu .................... Konsumsi dan Keputusan Pembelian Madu ................................... Konsumsi Madu .................................................................. Keputusan Pembelian Madu ............................................... Korelasi Karakteristik Konsumen terhadap Pengetahuan Madu ....
26 26 28 28 30 31 32 32 34 38 39 39 41 43
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. Kesimpulan ..................................................................................... Saran ...............................................................................................
45 45 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
46
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................
49
LAMPIRAN................................................................................................
50
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat dan Indonesia ............
4
2. Jumlah Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin dalam 100 g Madu .......................................................................
5
3. Rataan Komponen Madu dari Beberapa Jenis Tumbuhan...........
7
4. Standar Nasional Mutu Madu di Indonesia .................................
12
5. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Perkembangan Khamir dalam Madu .................................................................................
17
6. Karakteristik Konsumen Madu PT Apiari Pramuka ....................
26
7. Perolehan dan Tingkat Kepentingan Informasi Madu .................
29
8. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu ......................
31
9. Jenis-jenis Madu yang Dikenal oleh Konsumen..........................
31
10. Tingkat Pengetahuan Konsumen terhadap Manfaat Madu ..........
33
11. Cara Pengujian Keaslian Madu....................................................
35
12. Konsumsi Madu Konsumen.........................................................
39
13. Jenis Madu yang Dikonsumsi oleh Konsumen ............................
40
14. Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Madu ............
41
15. Jumlah Konsumen Berdasarkan Ada/Tidaknya Keluhan pada Pembelian Madu ..........................................................................
41
16. Tempat Responden Membeli Madu .............................................
42
17. Nilai Korelasi Pearson dan p-value antara Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Umur serta Pendidikan terhadap Pengetahuan akan Madu ..............................................................
44
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Reaksi Pembentukan HMF, Asam Levulinat dan Asam Format dari Monosakarida (Heksosa) dalam Suasana Asam (Achmadi, 1991) .....
Error! Bookmark not
2. Warna Berbagai Jenis Madu ...............................................................
37
PENDAHULUAN Latar Belakang Madu merupakan cairan kental kaya karbohidrat, yang diproduksi oleh lebah dari nektar tanaman. Madu sejak dahulu tidak hanya dikenal sebagai bahan pangan, tetapi juga sebagai penyembuh penyakit. Masyarakat Mesir kuno sudah memanfaatkan madu sebagai obat luka, obat sakit perut dan pengawet mumi. Para ilmuwan sudah berhasil mengidentifikasi sejumlah nutrisi yang terdapat dalam madu serta manfaat-manfaatnya. Beberapa manfaat madu diantaranya anti mikroba, anti virus, anti parasit, anti oksidan, anti inflammatory, campuran bahan pangan, anti kanker,
mengurangi
peradangan
kulit,
mempercepat
penyembuhan
luka,
menstimulasi regenerasi jaringan tubuh yang rusak, sebagai sumber energi dan meningkatkan daya tahan tubuh. Madu yang dijual di masyarakat sering kali dipalsukan dengan beberapa bahan tambahan seperti gula, air, pewarna dan bahan tambahan lainnya, sehingga diperlukan metode yang lebih tepat untuk membedakan madu asli dan palsu. Madu merupakan bahan pangan yang memerlukan cara penyimpanan yang baik agar terhindar dari kerusakan. Hal tersebut menarik diuji kepada masyarakat, apakah mereka sudah mengetahuinya atau belum. Masyarakat yang mengetahui banyak hal tentang
madu
dimungkinkan
dapat
meningkatkan
kesadarannya
untuk
mengkonsumsi madu. Konsumsi madu per kapita masyarakat Indonesia masih sangat rendah yaitu sebesar 0,3 kg per tahun dibandingkan masyarakat Jerman dan Jepang sudah mencapai 1,3 kg per tahun (PPN, 2005). Salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi rendahnya konsumsi madu masyarakat Indonesia adalah kurangnya pengetahuan tentang madu. Ada lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil. Pencarian informasi merupakan efek dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan adalah faktor penentu utama perilaku konsumen. Setiap produk yang dibeli oleh konsumen didasarkan pada pengetahuannya (Engel et al. 1995). Hal ini melatarbelakangi penulis melakukan penelitian tentang “Analisis Pengetahuan Konsumen terhadap Madu di PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta
Timur”. Pengetahuan konsumen yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi jenisjenis madu, nutrisi, manfaat, keaslian dan cara penyimpanan. Apiari Pramuka Cibubur merupakan perusahaan yang khusus menghasilkan produk lebah madu. Madu yang diproduksi oleh Apiari Pramuka, menurut hasil penelitian Laboratorium Institut Fűr Honigforschung, Bremen, Jerman dan Laboratorium Lembaga Penelitian Holtikultura Departemen Pertanian RI di Jakarta, telah memenuhi Standar Internasional (Sarwono, 2001). Sebagian besar konsumen perusahaan ini adalah konsumen Rumah Tangga. Konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian ini merupakan konsumen rumah tangga, sehingga hal ini menjadi dasar pemilihan PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur sebagai lokasi penelitian. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis karakteristik konsumen madu PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur. 2. Menganalisis tingkat pengetahuan konsumen terhadap madu 3. Menganalisis korelasi karakteristik konsumen terhadap pengetahuan akan madu.
2
TINJAUAN PUSTAKA Madu Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman (extra floral nectar) atau ekskresi serangga ( SNI, 2004). Definisi madu menurut Codex (1989) adalah zat pemanis alami yang diproduksi oleh lebah madu dari nektar tanaman atau sekresi bagian lain dari tanaman atau ekskresi dari insekta pengisap tanaman, yang dikumpulkan, diubah dan dikombinasikan dengan zat tertentu dari lebah kemudian ditempatkan, dikeringkan, lalu disimpan di dalam sarang hingga matang. Lebah menambahkan enzim dan bahan anti mikroba selama proses pemindahan (Siregar, 2006). Enzim utama madu adalah diastase (amilase), invertase (sukrase,
α-glukosidase)
dan
glukosa
oksidase.
Diastase
berperan
dalam
menguraikan glikogen menjadi gula-gula sederhana, invertase menguraikan sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa dan glukosa oksidase berperan dalam memproduksi hidrogen peroksida serta glukosa asam glukonik (Suarez et al., 2010). Lebah menurunkan kadar hingga sekitar 50%, selanjutnya akan memasukkannya ke sel madu yaitu sel-sel yang terdapat di bagian atas sisiran. Lebah pekerja masih terus mengipasi madu di dalam sel sampai kadar air mencapai sekitar 20%, selanjutnya sel ditutupi atau disegel dengan malam (wax). Madu dalam sel yang tersegel disebut madu matang dan sudah dapat dipanen. Proses pembentukan madu yang melibatkan banyak bunga dari berbagai tanaman dan banyak lebah menyebabkan madu dari setiap koloni lebah memiliki komposisi kimia, penampilan fisik, maupun ciri biologi yang khas. Produk lebah madu selain madu diantaranya pollen dan royal jelly. Pollen merupakan pakan lebah madu yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat (Sihombing, 2005). Royal jelly juga merupakan bahan pakan lebah madu yang mengandung protein dan vitamin ( B1, B2, B6, B12, C, A dan K). Komposisi Madu Faktor utama yang menentukan komposisi madu adalah komposisi nektar tanaman asal madu dan faktor-faktor eksternal seperti iklim, topografi, jenis lebah madu, cara pengolahan dan cara penyimpanan (Sihombing, 2005). Madu yang berasal dari negara berlainan umumnya berbeda pula, seperti komposisi madu
Amerika berbeda dengan madu Indonesia. Komposisi kimia madu Amerika Serikat dan Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Madu Amerika Serikat dan Indonesia Amerika Serikat Indonesia Komposisi Satuan Kisaran Rataan Rataan Kisaran nilai nilai Air % 17,2 13,4-22,9 22,9 16,6-37,0 Fruktosa % 38,2 27,2-44,3 29,2 12,2-60,7 Glukosa % 31,3 22,0-44,3 18,6 6,6-29,3 Sukrosa % 1,3 0,2-7,6 13,4 1,4-53,0 Asam bebas a 0,43 0,13-0,92 41,31 10,33-62,21 Lakton a 0,14 0,0-0,37 1,80 0,0-8,98 Total Asam a 0,57 0,17-1,17 43,07 11,31-62,20 Abu % 0,169 0,02-1,028 1,14 0,06-14,68 Nitrogen % 0,041 0,0-0,133 0,113 0,0-0,668 pH 3,91 3,42-6,10 3,92 3,60-5,34 Nilai diastase DN 20,8 21,0-61,2 Td Td 4,1-187,9 HMF mg/kg Td Td 37,1 Sumber Keterangan
: Siregar (2002) : a = satuan untuk Amerika Serikat adalah %, sedangkan Indonesia adalah miliekivalen (mek)/kg td = tidak dianalisis dan DN = Diastase Number
Madu didominasi oleh unsur karbohidrat sedangkan unsur yang paling sedikit adalah nitrogen. Perbedaan yang menonjol antara madu Amerika dengan madu Indonesia terletak pada kadar air, fruktosa, sukrosa dan total asam. Karbohidrat Unsur terbesar dalam madu adalah karbohidrat (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Madu mengandung sekitar 80% karbohidrat, sedangkan jumlah protein dan vitamin kurang dari 0,5% (Suarez et al., 2010). Karbohidrat merupakan kelompok nutrien yang penting dalam susunan makanan, yang bermanfaat sebagai sumber energi (Gaman dan Sherrington, 1992). Fungsi karbohidrat menurut Budiyanto (2002), diantaranya sebagai sumber energi utama, terlibat dalam proses metabolisme lemak (sintesis asam lemak) dan menghemat protein.
4
Tabel 2. Jumlah Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin dalam 100 g Madu Komponen Satuan Jumlah Karbohidrat Kkal 300 Protein G 0,50 Lemak G 0,00 Mineral : Sodium (Na) Mg 1,60-17,00 Kalsium (Ca) Mg 3,00-31,00 Potassium (K) Mg 40,00-3500,00 Magnesium (Mg) Mg 0,70-13,00 Pospor (P) Mg 2,00-15,00 Zink (Zn) Mg 0,05-2,00 Tembaga (Cu) Mg 0,02-0,60 Besi (Fe) Mg 0,03-4,00 Magnesium (Mn) Mg 0,02-2,00 Kromium (Cr) Mg 0,01-0,30 Selenium (Se) Mg 0,002-0,01 Vitamin : Phyllochinon (K) Mg 0,025 Thiamin (B1) Mg 0,00-0,01 Riboflavin (B2) Mg 0,01-0,02 Pyridoxin (B6) Mg 0,01-0,32 Mg Niacin 0,10-0,20 Asam panthothenic (B3) Mg 0,02-0,11 Asam askorbic (C) Mg 2,2-2,5 Sumber : Bognadov (2010)
Monosakarida (fruktosa dan glukosa) mencapai 85-90% dari karbohidrat yang terdapat dalam madu, sedangkan disakarida, oligosakarida dan polisakarida hanya sebagian kecil (Sihombing, 2005). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi (Bognadov, 2010). Konsumsi madu sebanyak 20 g dapat memenuhi kebutuhan energi sebesar 3%. Konsumsi madu menurut Bognadov et al. (2008) sebaiknya antara 50-80 g per hari. Madu pada dosis ini memberikan efek yang paling baik bagi kesehatan. Konsumsi madu dapat dilakukan dengan cara mencampurnya dengan air putih karena madu akan lebih mudah berdifusi ke dalam darah (Sarwono, 2001). Madu sebaiknya dikonsumsi oleh konsumen yang berumur satu tahun ke atas karena madu dapat terkontaminasi bakteri Clostridium botulinum (Bognadov, 2010). Bakteri ini sering terdapat dalam berbagai produk makanan termasuk makanan alami 5
seperti madu. Spora Clostridium botulinum dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi di bawah umur satu tahun dan dapat menimbulkan keracunan sedangkan dalam saluran percernaan anak di atas umur satu tahun bakteri ini tidak dapat bertahan lama. Saluran pencernaan bayi umur satu tahun ke atas lebih mampu mentolerir bakeri ini daripada umur di bawah satu tahun. Protein, Enzim dan Asam Amino Jumlah protein dalam madu termasuk sedikit, paling tinggi sebesar 0,5% yang terdiri atas enzim dan asam amino (Suarez et al., 2010), namun protein sangat diperlukan di dalam tubuh. Fungsi protein menurut Budiyanto (2002) adalah sebagai enzim, sebagai alat pengangkut molekul dalam tubuh, pengatur pergerakan otot, penunjang mekanis, pertahanan tubuh, media perambatan impuls syaraf dan pengendali pertumbuhan. Protein berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh, serta dapat berperan sebagai sumber energi apabila kadarnya di dalam tubuh berlebih (Gaman dan Sherrington, 1992). Asam amino dalam madu sekitar 1%. Jenis asam amino yang terdapat dalam madu adalah asam glutamik, asam aspartik, asparagin, glutamin, histidin, glisin, treonin, b-alanin, arginin, a-alanin, asam gaminobutirik, prolin, tirosin, valin, amonium, metionin, sistin, isoleusin, leusin, triptopan, penillalanin, ornitin dan lisin (Suarez et al., 2010). Vitamin dan Mineral Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal (Budiyanto, 2002). Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya terbagi menjadi dua bagian yaitu vitamin larut air (vitamin B dan C) dan vitamin larut lemak (vitamin A, D, E dan K). Jenis vitamin yang terdapat dalam madu adalah phyllochinon (K), thiamin (B1), riboflavin (B2), pyridoxin (B6), niacin, asam panthothenic (B3) dan asam ascorbic (C), sedangkan unsur mineralnya adalah P, S, Ca, Mg, K, Na, Zn, Fe, Cu dan Mn. Unsur lain yang terdapat dalam madu adalah Al, Ba, Sr, Bi, Cd, Hg, Pb, Sn, Te, Tl, W, Sb, Cr, Ni, Ti, V, Co dan Mo (Suarez et al., 2010). Vitamin secara umum, berfungsi sebagai koenzim metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Gaman dan Sherrington (1992). Mineral adalah unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi mineral dalam tubuh antara lain 6
memperkuat tulang dan gigi, membentuk garam-garam yang dapat larut sehingga mampu mengendalikan komposisi cairan tubuh, serta membangun enzim dan protein (Budiyanto, 2002). Jenis-jenis Madu Jenis-jenis madu beraneka ragam tergantung nektar tanamannya. Beberapa jenis madu di Indonesia antara lain madu kapuk, karet, kopi, klengkeng, sonokeling, durian, rambutan, apel, jambu air, mangga, kaliandra, multiflora, hutan, jambu mente, mahoni, bunga matahari dan madu royal jelly. Jenis-jenis madu lain yang terdapat di negara sub tropis menurut Sihombing (2005) antara lain alfalfa, aster, athel, bamboo, basswood, bergamot, blackberry, bluberry, blue curls, bluevine, boneset, buckwheat, cantaloupe, cape vine, coralvine, cranberry, galiberry, goldenrod, holly, horsemint, locust, manzanita, marigold, mesquite, mountain laurel, mustard, palmatto dan pepperbush Setiap madu mempunyai karakteristik yang berbeda baik berdasarkan komposisi, rasa maupun penampilan fisik (Bognadov et al., 2008). Perbedaan komposisi madu dari berbagai tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Komponen Madu dari Beberapa Jenis Tumbuhan Komponen (%) Nama Tumbuhan Dekstrosa Levulosa Sukrosa Maltosa
Total asam
Air
Ketapang baluh (Tilia Americana)
31,6
37,9
1,2
6,9
0,46
16,5
Beberetean (Rubus spp)
25,9
37,6
1,3
11,3
0,57
16,4
Semanggi putih (Trifolium repens)
30,7
38,4
1,0
7,3
0,62
17,9
Kapas belanda (Gossypium)
36,7
39,3
1,1
4,9
0,58
16,1
Jeruk (Citrus spp)
32,0
38,9
2,8
7,2
0,59
16,5
Sumber : Sihombing (2005)
Selain komponen, warna madu juga bervariasi. Contoh madu Indonesia yang termasuk berwarna gelap adalah madu hutan, berwarna agak cerah yaitu madu royal 7
jelly, sonokeling, kapuk, mahoni, rambutan dan propolis, sedangkan yang berwarna cerah antara lain madu karet dan madu bunga matahari. Jenis madu yang tergolong berwarna gelap menurut Bognadov (2010), diantaranya chesnut, cotton, honeydew, heather dan manuka, sedangkan yang berwarna agak cerah yaitu eucalyptus, linden, thyme dan tupelo. Beberapa madu yang berwarna cerah diantaranya acacia, borage, clover, lavender, lucerne, rosemary, orange, rape, rhododendron, sunflower dan taraxacum. Manfaat Madu Beberapa manfaat madu diantaranya meningkatkan daya tahan tubuh, sumber energi, sumber nutrisi, campuran bahan pangan, anti mutagenik, anti radang, anti virus, anti mikroba, meningkatkan kadar hemoglobin (Hb) darah, obat luka, apiterapi, anti oksidan, anti tumor dan anti kanker (Bognadov et al., 2008; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Madu mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Echinococcus serta virus Rubella (Suarez et al., 2010; Bognadov et al., 2008). Beberapa bakteri lain yang sensitif terhadap madu diantaranya Bacillus anthracis, Corynebacterium diphtheriae, Escherichia coli, Haemophilus influenza, Klebsiella pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Proteus sp., Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium,
sp.,
Salmonella
Serrata
cholerae-suis,
marcescens,
Shigella
Salmonella sp.,
typhi,
Streptococcus
Salmonella faecalis,
Streptococcus mutans, Streptococcus pneumonia, Streptococcus pyogenes, Vibrio choleriae, Actin pyogenes, Streptococcus agal dan Epiderm floccosum (Bognadov, 2010). Aktivitas anti mikroba pada madu dipengaruhi oleh sifat osmolaritasnya yang tinggi, keasaman dan hidrogen peroksida yang dibentuk dari oksidasi glukosa oleh enzim glukosa oksidase selama pematangan dalam sarang (Suarez et al., 2010). Glukosa oksidase yang secara alami diperoleh dari kelenjar hipofaring yang terdapat dalam kepala lebah madu, dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Aktivitas air (aw) yang rendah dalam madu yaitu sekitar 0,5-0,6 menjadikan madu mampu menghambat pertumbuhan mikroba (Suarez et al., 2010; Bognadov et al., 2008). Aktivitas air yang rendah serta terdapatnya ekstrak metanol di dalam madu chesnut mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen seperti Erwinia 8
carotovora, Yersinia enterocolitica dan Aeromonas hydrophila (Truchado et al., 2009). Madu memiliki pH rendah dengan rata-rata 3,9 sehingga mampu berfungsi sebagai anti mikroba. Bakteri yang berasal dari golongan Pseudomonas memiliki pH minimum untuk pertumbuhannya sekitar 5,6 (Buckle et al., 1987) sehingga ketika pH turun melewati batas minimum pertumbuhan maka pertumbuhan sel bakteri berhenti dan kehilangan kemampuan hidup. Setiap madu memiliki sifat anti bakteri yang berbeda-beda. Madu yang memiliki aktivitas anti mikroba tinggi adalah madu buckwheat, chestnut, cotton, honeydew dan manuka, sedangkan yang aktivitas anti mikrobanya sedang diantaranya eucalyptus, heather, lavender, linden, rape, rhododendron, rosemary, thyme dan tupelo, dan yang memiliki aktivitas anti mikroba rendah yaitu acacia, borage, clover, lucerne dan orange (Bognadov, 2010). Jenis madu yang kemampuan anti bakterinya paling baik adalah madu manuka (Leptospermum scoparium) yang berasal dari Amerika (Suarez et al., 2010). Madu manuka mengandung komponen penolik yaitu methyl syringate dan asam syringic yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Madu sebaiknya disimpan di tempat yang dingin, terhindar dari cahaya atau sinar, serta jangan terlalu lama disimpan supaya kemampuan anti mikrobanya tetap baik (Bognadov, 2010). Madu dapat mengurangi reaksi oksidasi di dalam pangan dan tubuh manusia (Suarez et al., 2010). Hasil penelitian Mayasari (2002) membuktikan bahwa konsentrasi madu 20% efektif menghambat ketengikan daging sapi yang dikukus dalam bentuk yang dihaluskan maupun dipotong dadu (2x2x2) cm3. Madu mangga yang berwarna gelap lebih efektif dalam menghambat oksidasi lemak hingga penyimpanan 21 hari, sedangkan madu karet yang berwarna terang hanya efektif menghambat oksidasi pada penyimpanan kurang dari 14 hari. Madu mangga dan madu karet dapat menurunkan nilai pH daging hingga 21 hari. Kadar air daging yang ditambahkan madu karet dan madu mangga lebih rendah daripada daging yang tidak ditambahkan madu. Madu mengandung sejumlah unsur tertentu sehingga mampu berfungsi sebagai anti oksidan diantaranya glukosa oksidase, katalase, asam askorbik, flavonoid, asam fenolik, asam organik dan asam amino (Bognadov, 2010). Madu yang berwarna gelap memiliki asam fenolik yang lebih besar sehingga sifat anti 9
oksidannya lebih tinggi. Penyimpanan madu selama enam bulan pada suhu 4 oC dapat menurunkan aktivitas anti oksidan sebesar 30% (Wang et al., 2004). Inflammatory merupakan peradangan dalam saluran pencernaan (Bognadov, 2010). Penyakit radang pada saluran pencernaan tikus telah berhasil dikurangi karena mengkonsumsi madu. Radang pada saluran pencernaan manusia juga sudah pernah berhasil dikurangi setelah mengkonsumsi madu. Madu dapat mencegah pembentukan radikal bebas yang dilepaskan dari jaringan tubuh yang meradang. Pengurangan peradangan disebabkan oleh adanya sifat anti bakteri pada madu. Madu akasia, buckwheat, firewheat, soybean (kedelai), tupelo dan christmas berry dapat menghambat mutasi amina heterosiklik seperti Trp-p-1 (3-Amino-1,4dimethyl-5H-pyridol [4,3-b] indole) pada bahan makanan selama pemanggangan dan penggorengan (Bognadov, 2010). Amina heterosiklik dapat timbul pada daging saat penggorengan atau pemanggangan. Senyawa heterosilklik yang terkonsumsi melalui bahan pangan dapat menyebabkan kanker dalam tubuh. Pemberian madu pada tikus dapat menghambat penyebaran sel kanker dan tumor, serta mampu mengaktifkan sitem kekebalan tubuhnya (Bognadov, 2010). Madu dapat menghambat penyebaran sel kanker pada kandung kemih. Pasien yang menderita kanker kepala dan leher, setelah diterapi dengan madu hasilnya menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dibanding pasien yang sama sekali tidak diterapi dengan madu. Madu hutan dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan aktivitas anti tumor pada tikus (Bognadov, 2010). Penyebaran sel tumor dapat dikurangi karena madu mampu melakukan pelepasan sitotoksik H2O2 dan mengurangi aktivitas oksigen reaktif dalam tubuh (Suarez et al., 2010). Madu dapat digunakan sebagai obat luka (Bognadov, 2010). Madu banyak digunakan sebagai obat perawatan luka karena tingkat osmolaritasnya yang tinggi dapat mempercepat pengeringan pada bagian tubuh yang luka serta mencegah perkembangan bakteri. Sifat osmolaritas madu termasuk tinggi sehingga pada saat dioleskan pada bagian tubuh yang luka madu akan menyerap air sehingga pertumbuhan koloni bakteri dapat dikurangi atau bahkan dicegah (Suarez et al., 2010).
10
Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat juga dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi (Bognadov, 2010). Madu dapat berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh (Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010), karena madu mampu meningkatkan B-limfosit dan T-limfosit serta mengaktivasi neutrofil dalam tubuh. Madu dapat menstimulasi produksi anti bodi dalam tubuh (Bognadov, 2010). Madu dapat meningkatkan serum darah dan monosit. Madu dapat digunakan sebagai bahan pemanis alami dan pelengkap nutrisi untuk berbagai produk makanan dan minuman seperti kue, es teh, yogurt, jus, dan susu (Bognadov, 2010). Madu juga dapat digunakan dalam proses pengolahan daging, sayur dan buah, yang bertujuan sebagai anti oksidasi, anti bakteri, mengurangi reaksi pencokelatan dan memperbaiki rasa. Penambahan madu untuk berbagai makanan ringan bertujuan untuk mengatur kadar air. Keaslian Madu Madu asli adalah pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar tanaman (James et al., 2009). Madu palsu adalah semua bahan makanan yang menggunakan nama madu namun tidak semuanya dihasilkan dari lebah (Sumoprastowo dan Suprapto, 1980). Pemalsuan madu terdiri atas tiga kategori yaitu pemalsuan volume, pemalsuan mutu dan pemalsuan menyeluruh. Pemalsuan volume dilakukan dengan cara meningkatkan volume madu dengan ditambah bahan lain seperti fruktosa, glukosa, sirup dan bahan pengental. Pemalsuan mutu biasanya dilakukan dengan memodifikasi kadar air. Standar mutu madu berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2004 dapat dilihat pada Tabel 4. Pemalsuan menyeluruh umumnya tidak menggunakan madu asli sebagai bahan utama, biasanya menggunakan campuran sagu, gula pasir dan pewarna. Madu palsu tidak memiliki kandungan enzim, selain itu juga tidak memiliki kandungan vitamin dan mineral yang sama dengan madu asli (Harli, 2001). Faktor-faktor yang menentukan kualitas madu antara lain warna, rasa, kekentalan dan aroma (Sihombing, 2005). 11
Tabel 4. Standar Nasional Mutu Madu di Indonesia No Komponen Satuan 1 Aktivitas enzim diastase Diastase Number 2 Hidroksimetilfurfural (HMF) mg/kg 3 Air % 4 Gula pereduksi %, b/b 5 Sukrosa %, b/b 6 Keasaman ml NaOH 1 N/kg 7 Padatan tidak larut air %, b/b 8 Abu %, b/b 9 Cemaran arsen (As) mg/kg 10 Cemaran Logam Timbal (Pb) mg/kg Tembaga (Cu) mg/kg
Persyaratan Minimal 3 Maksimal 50 Maksimal 22 Minimal 65 Maksimal 5 Maksimal 50 Maksimal 0.5 Maksimal 0.5 Maksimal 0.5 Maksimal 1,0 Maksimal 5,0
Keterangan : b/b= berat/berat Sumber : SNI 01-3545-2004
Warna Warna madu asli bervariasi mulai dari putih, kuning muda hingga merah gelap dan hitam (Miret et al., 2007). Warna madu dipengaruhi oleh sumber nektar tanaman, proses pengolahan dan proses penyimpanan seperti suhu dan waktu (Terrab et al., 2003). Senyawa polifenol dapat mempengaruhi warna madu, terutama pada madu berwarna pekat. Oksidasi yang berlangsung antara zat-zat polifenol akan semakin menimbulkan warna gelap. Warna madu sebelum dan sesudah penyimpanan dapat berubah. Madu yang disimpan semakin lama akan memiliki warna yang semakin gelap (White, 1979). Warna yang timbul pada madu yang disimpan lama disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti gabungan tannat dan polifenol lain dengan zat besi dari kemasan atau alat pengolah, reaksi dari gula tereduksi dengan senyawa yang mengandung nitrogen amino (asam amino, polipeptida dan protein) dan ketidakstabilan fruktosa dalam larutan asam (karamelisasi) (White, 1979). Madu yang berwarna pekat banyak mengandung tirosin dan triptofan, sedangkan kandungannya pada madu yang berwarna cerah sangat sedikit atau hampir tidak ada. Madu yang berwarna gelap mengandung lebih banyak mineral seperti Fe, Cu dan Mn.
12
Rasa Rasa madu asli berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi rasa madu menurut Bognadov et al. (1999) adalah nektar tanaman dan kandungan nutrisinya. Madu kapuk memiliki rasa yang berbeda dengan madu hutan. Rasa madu kapuk adalah manis sedangkan rasa madu hutan agak pahit. Rasa manis pada madu dipengaruhi oleh unsur karbohidrat. Madu palsu sering memiliki rasa dan penampilan fisik yang hampir sama dengan madu asli, namun khasiat dan komponen nutrisinya berbeda (James et al., 2009). Kekentalan Kekentalan madu dipengaruhi oleh kadar air nektar tanaman (Garcia, 2008). Madu asli memiliki kekentalan rendah jika kadar air sumber nektar tanamannya tinggi. Madu kapas belanda (Gossypium) lebih kental daripada madu semanggi putih (Tripolium repens). Kadar air madu kapas belanda sebesar 16,1% sedangkan madu semanggi putih 17,9% (Sihombing, 2005). Suhu juga dapat mempengaruhi kekentalan madu (Bognadov, 2010). Kekentalan madu pada suhu 20 oC lebih tinggi daripada suhu 30 oC. Madu pada suhu tinggi akan lebih mudah mengalami pencairan. Komposisi madu selain air umumnya hanya sedikit mempengaruhi kekentalannya. Aroma Faktor yang mempengaruhi aroma madu adalah unsur volatil di dalamnya terutama asam glukonat dan prolin (Suarez et al., 2010). Unsur volatil dari setiap nektar tanaman berbeda-beda sehingga aroma yang ditimbulkan pun khas atau berbeda. Banyaknya unsur volatil yang sudah ditemukan dalam madu sekitar 500 jenis, diantaranya pada madu jeruk yaitu methylanthranilate, lilac aldehyde, hotrienol dan 1-p-menthen-al dan di dalam madu eucalyptus diantaranya nonanol, nonanal, nonanoic, serta isophorone (3,5,5- trimethylcyclohexen-2-enone). Ada 4 unsur volatil baru yang ditemukan oleh Barra et al. (2010) dalam madu yaitu 1,3propanodiol, 2-methyl butanoic acid, 3,4-dimethyl-3-hexen-2-one dan 6-methyl-5octen-2-one. Pengujian Madu Palsu Enam sampel madu palsu diuji oleh Rachmawaty (2011), diantaranya madu palsu sukrosa, glukosa, fruktosa, Carboxy Methyl Cellulose (CMC), gelatin serta 13
madu campuran sagu dan sukrosa. Keenam sampel tersebut diuji dengan metode uji semut, uji larut, uji keruh, uji buih, uji pemanasan, uji tarik, uji lengket, uji segi enam, uji ikan mentah dan uji iod. Hasilnya menunjukkan bahwa uji yang paling efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan madu palsu adalah uji larut dengan persentase efektivitas rata-rata sebesar 83,3%. Uji pemalsuan yang paling tidak efektif adalah uji semut dan uji lengket dengan persentase efektivitas rata-rata 0,5% dan 0%. Empat jenis sampel madu palsu yang diuji oleh Ansori (2002) diantaranya madu palsu sukrosa, fruktosa, glukosa dan gula aren. Metode pengujian yang digunakan didasarkan pada pengetahuan yang ada di masyarakat, diantaranya uji bakar, uji rembes, uji koagulasi, uji kristalisasi dan uji larut. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya uji larut yang paling akurat untuk menguji keaslian madu. Uji bakar, uji rembes, uji koagulasi dan uji kristalisasi tidak akurat sehingga tidak dianjurkan untuk digunakan dalam pengujian keaslian madu. Uji larut memiliki tingkat akurasi sebesar 83,3% (Rahmani, 2004). Uji semut dilakukan dengan cara mengoleskan sampel madu pada plastik berukuran 5x3 cm lalu disimpan di tempat yang terdapat semut merah kecil dan semut lain. Semut diamati setelah 90 menit apakah datang atau tidak. Hasilnya menujukkan bahwa madu asli dan semua madu palsu sama-sama didatangi semut. Madu asli dan madu palsu didatangi semut diduga karena gula-gula yang terdapat pada madu merupakan makanan dari semut (Rachmawaty, 2011). Uji buih dilakukan dengan cara memasukkan 15 g sampel madu ke dalam botol kecil dan dikocok secara vertikal sebanyak sepuluh kali kemudian didiamkan selama 5 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa madu asli dan semua madu palsu berbuih. Buih pada madu palsu sukrosa, fruktosa, glukosa, serta campuran sagu dan sukrosa cenderung menghilang setelah lima menit didiamkan, sedangkan buih pada madu palsu CMC dan gelatin bertahan hingga satu minggu (Rachmawaty, 2011). Uji kristalisasi yang dilakukan oleh Ansori (2002) menunjukkan bahwa madu asli dan madu palsu mengalami pengkristalan. Madu asli dan madu palsu fruktosa yang disimpan selama dua minggu mengkristal pada suhu 22-27 oC. Kristal madu asli dan madu palsu fruktosa bertekstur halus, sedangkan kristal madu sukrosa bertekstur kasar. Kristalisasi madu dipengaruhi oleh suhu (Winarno, 1982). Madu 14
akan mudah mengalami kristalisasi pada suhu antara 11-18 oC (kristalisasi optimal pada suhu 14 oC). Kristalisasi madu dipengaruhi oleh perbandingan jumlah gula pereduksi yang terdapat dalam madu, jika kadar glukosa lebih besar daripada fruktosa maka madu akan cepat mengkristal (Gojmerac, 1983). Persentase kadar glukosa yang dapat menyebabkan madu mengkristal antara 30-70%, sedangkan fruktosa yang menjadi syarat pengkristalan madu antara 78-95%. Proses pengkristalan sebenarnya biasa terjadi pada madu, karena madu bersifat lewat jenuh (supersaturated) (Achmadi, 1991). Uji koagulasi yang dilakukan oleh Ansori (2002) menunjukkan bahwa kuning telur yang dimasukkan ke dalam madu asli dan madu palsu sama-sama mengalami koagulasi. Madu asli dan palsu sama-sama dapat terkoagulasi karena kuning telur mengandung sekitar 16% protein
per 100 g berat telur. Madu asli dan palsu
umumnya bersifat asam (pH 3,81-5,70) sehingga ketika dicampur dengan kuning telur maka kuning telur akan mengalami proses koagulasi (Winarno, 1982). Penyimpanan Madu Penyimpanan madu perlu diperhatikan oleh setiap konsumen agar terhindar dari kerusakan atau penurunan kualitas. Madu dapat mengalami beberapa perubahan selama penyimpanan. Hasil penelitian Siregar (2002) menunjukkan bahwa perubahan yang
terjadi
pada
madu
selama
penyimpanan
adalah
kadar
air,
kadar
hidroksimetilfurfural (HMF), gula pereduksi, aktivitas enzim dan jumlah khamir. Suhu dan lama penyimpanan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas madu selama penyimpanan. Kadar Air Kadar air madu dapat mengalami perubahan selama penyimpanan. Suhu dan lama penyimpanan dapat mempengaruhi kadar air (Siregar, 2002). Kadar air madu kapuk randu yang disimpan selama empat bulan lebih tinggi daripada yang disimpan dua bulan (pada suhu yang sama). Kadar air madu yang disimpan pada suhu 28 oC lebih tinggi daripada yang disimpan pada suhu 3 oC (pada waktu yang sama). Ada dua faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar air madu yaitu sifat madu yang higroskopis atau mudah menarik air (Sihombing, 2005) dan aktivitas khamir yang mengakibatkan fermentasi (Siregar, 2002). Konsentrasi gula yang secara alami terdapat dalam madu menimbulkan sifat higroskopis. Madu dapat menyerap air pada 15
temperatur yang tinggi akibatnya madu akan semakin encer dan mudah terfermentasi (Sihombing, 2005). Kadar HMF HMF merupakan senyawa kimia hasil dekomposisi glukosa, fruktosa dan monosakarida lain yang memiliki enam atom C, dalam suasana asam dan dipercepat dengan bantuan panas. Reaksi ini selanjutnya menghasilkan asam format dan levulinat (Achmadi, 1991). Kadar HMF dapat menjadi indikator kerusakan madu. Suhu yang tinggi atau pemalsuan madu dengan gula-gula invert dapat meningkatkan kadar HMF (Winarno, 1982). Warna madu akan semakin gelap seiring meningkatnya kadar HMF karena oksigen dari udara akan mengoksidasi HMF sehingga membentuk warna gelap. Madu yang baru dipanen dapat mengandung HMF dalam jumlah kecil, yaitu 0,06-0,2 mg/100 g madu (White, 1979).
Gambar 1. Reaksi Pembentukan HMF, Asam Levulinat dan Asam Format dari
Monosakarida (Heksosa) dalam Suasana Asam (Achmadi, 1991)
Suhu dan lama penyimpanan madu saling berinteraksi dalam mempengaruhi kadar HMF. Kadar HMF madu didaerah panas (17-21 oC) meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan di daerah dingin (14-18 oC) dengan lama penyimpanan yang sama yaitu enam bulan (Bosch dan Serra, 1986). Kadar HMF madu yang disimpan pada suhu 28 oC selama empat bulan lebih tinggi dibandingkan kadar HMF madu yang disimpan pada suhu yang sama selama dua bulan (Siregar, 2002). Hasil penelitian Ghostidar dan Chakrabarti (1992) juga menunjukkan bahwa kadar HMF meningkat seiring dengan bertambahnya suhu dan lama penyimpanan.
16
Aktivitas Enzim Suhu penyimpanan dapat mempengaruhi aktivitas enzim dalam madu. Hasil penelitian Siregar (2002) menunjukkan bahwa aktivitas enzim diastase yaitu pada suhu 28 oC sangat nyata lebih rendah daripada suhu 3 oC. Suhu tingggi dan penyimpanan yang lama dapat menyebabkan penurunan aktivitas enzim diastase dan invertase pada madu (White, 1979). Keasaman Suhu dan lama penyimpanan berpengaruh pada keasaman madu. Keasaman madu yang disimpan pada suhu 28 oC lebih tinggi daripada suhu 3 oC, keasaman madu yang disimpan selama empat bulan juga lebih tinggi daripada madu yang disimpan selama dua bulan (Siregar, 2002). Penyimpanan madu pada temperatur tinggi akan meningkatkan kadar asam bebas (Chai et al., 1988). Keasaman madu dipengaruhi oleh jumlah khamir. Pengaruh suhu selama penyimpanan terhadap perkembangan khamir dalam madu disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Perkembangan Khamir dalam Madu Suhu penyimpanan Perkembangan khamir o ( C) 11 Khamir tidak dapat tumbuh 13-21 Kisaran minimal untuk proses fermentasi madu 27 Kisaran maksimal untuk proses fermentasi madu 71 Temperatur penting untuk mengawasi perkembangan khamir 77 Terjadi perubahan kimia dan rasa madu secara cepat Sumber : Graham (1992) Khamir dalam madu merombak sebagian gula pereduksi menjadi asam asetat (Achmadi, 1991). Khamir mulai dapat melakukan proses fermentasi dalam madu pada suhu antara 13-21 o C, dan maksimal fermentasinya berlangsung pada kisaran suhu 27 o C. Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk lain dan tidak untuk diperdagangkan. Definisi konsumen menurut 17
Kotler (2005) adalah individu atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya. Konsumen terdiri atas dua bagian yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu merupakan konsumen yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi merupakan konsumen yang menggunakan barang dan jasa untuk keperluan organisasi seperti organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintahan dan lembaga lainnya seperti sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit (Sumarwan, 2002). Pengetahuan Konsumen Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut (Sumarwan, 2002). Pengetahuan konsumen terdiri atas tiga bagian yaitu pengetahuan produk, pengetahuan pembelian dan pengetahuan pemakaian. Pengetahuan produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan karakteristik atau atribut produk, pengetahuan manfaat produk dan pengetahuan kepuasan yang diberikan produk kepada konsumen. Atribut suatu produk dibedakan menjadi dua bagian yaitu atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik suatu produk seperti bentuk dan ukuran, sedangkan atribut abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen. Konsumen memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyebutkan karakteristik dari suatu produk, tergantung dari kelengkapan informasi yang diketahuinya. Para pemasar perlu memahami tingkat pengetahuan konsumen mengenai atribut produk yang dikonsumsinya karena hal ini akan mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian (Sumarwan, 2002). Setiap pemasar perlu menyampaikan informasi mengenai manfaat produk bagi konsumen, karena setiap konsumen selalu ingin tahu manfaat produk yang akan dibeli atau dikonsumsinya (Sumarwan, 2002). Konsumen dapat merasakan dua jenis manfaat setelah mengkonsumsi produk, yaitu manfaat fungsional dan manfaat psikososial. Manfaat fungsional adalah manfaat yang dirasakan konsumen secara fisiologis, contohnya minum madu dapat meningkatkan energi. Manfaat psikososial meliputi aspek psikologis (perasaan dan emosi) dan aspek sosial (persepsi konsumen 18
terhadap bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya setelah mengkonsumsi produk). Konsumen umumnya lebih ingin mengetahui atribut manfaat suatu produk daripada atribut lainnya, misalnya setiap konsumen lebih ingin mengetahui manfaat mengkudu daripada zat makanan yang terdapat di dalamnya. Konsumen bisa saja mengetahui kalau mengkudu bermanfaat bagi kesehatan, tetapi mereka tidak mengetahui zat makanan apa saja yang terdapat mengkudu, atau walaupun mereka mengetahui zat makanan yang terdapat dalam madu tetapi mereka bisa saja tidak memahami maknanya. Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman, kepribadian dan karakteristik demografi konsumen (Engel et al., 1995). Konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak tentang suatu produk mungkin tidak terlalu termotivasi untuk mencari informasi tentang produk tersebut karena sudah merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki untuk mengambil keputusan. Konsumen yang memiliki kepribadian yang senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak. Beberapa karakteristik demografi yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, status pernikahan dan lokasi geografi. Usia dapat dijadikan sebagai dasar untuk segmentasi pasar suatu produk (Sumarwan, 2002). Produk ada yang dapat dipasarkan kepada semua kelompok umur namun ada juga yang hanya dapat dipasarkan kepada kelompok umur tertentu. Kategori konsumen berdasarkan umur adalah bayi dibawah umur 1 tahun, batita (bayi di bawah tiga tahun), balita (bayi di bawah lima tahun), anak usia sekolah (6-12 tahun), remaja awal (13-15 tahun), remaja lanjut (16-18 tahun), dewasa awal (19-24 tahun), dewasa lanjut (25-35 tahun), separuh baya (36-50 tahun), tua (51-65 tahun) dan lanjut usia (di atas 65 tahun). Sebanyak 80% atau lebih keputusan pembelian atau konsumsi barang ditentukan oleh perempuan (Lury, 1998). Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik demografi konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan dapat menentukan jenis pekerjaan. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan 19
yang diterimanya. Pendapatan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang. Jumlah pendapatan dapat menggambarkan besarnya daya beli dari seorang konsumen. Tingkat pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi pola pikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu produk. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pemilihan produk (Sumarwan, 2002). Lokasi dimana konsumen tinggal akan mempengaruhi pola konsumsinya terhadap suatu produk. Konsumen sangat mempertimbangkan akses dari tempat tinggalnya ke lokasi penjualan produk (Sumarwan, 2002). Konsumen umumnya membeli produk di daerah yang mudah dijangkau. Penelitian tentang kepuasan konsumen madu oleh Heriyana (2008) di PT Mutiara Tugu Ibu (MTI) Depok, menyimpulkan bahwa atribut yang paling mempengaruhi kepuasan konsumen adalah atribut manfaat madu sedangkan atribut yang paling rendah memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen adalah atribut harga madu. Sebagian besar konsumen madu MTI berumur antara 20-30 tahun, berprofesi sebagai pegawai swasta, tingkat pendidikan terahir SMA atau sederajat, bertempat tinggal di Depok, berstatus menikah dan mempunyai pendapatan rata-rata per bulan antara Rp 600.000-Rp 1.974.872. Sebagian besar konsumen madu MTI bekerja sebagai pekerja lapang yang mempunyai aktivitas tinggi. Penelitian lain dilakukan oleh Hasibuan (2008), menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan madu per enam bulan adalah variabel harga madu, harga gula, pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Permintaan madu perusahaan MTI oleh konsumen rumah tangga di kota Depok dan Bogor adalah 1,5 kg/6 bulan/keluarga. Keputusan Pembelian Keputusan konsumen untuk membeli produk barang maupun jasa tidak muncul begitu saja, namun melalui beberapa tahapan tertentu. Ada lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil (Engel et al., 1995). Pencarian informasi merupakan efek dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan adalah faktor penentu utama perilaku 20
konsumen.
Setiap
produk
yang
dibeli
oleh
konsumen
didasarkan
pada
pengetahuannya. Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli yang tahapnya dimulai dari pengenalan masalah, yaitu berupa desakan yang membangkitkan tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan (Umar, 2000). Tahap ini diikuti oleh tahap mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan yang dilanjutkan dengan tahap evaluasi alternatif yang berupa penyeleksian. Tahap berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan pembelian yang diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian (membeli lagi atau tidak), tergantung pada tingkat kepuasan yang didapat dari produk barang atau jasa tersebut.
21
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di PT Apiari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur. Pelaksanaannya berlangsung sejak 03 Maret hingga 30 April 2011. Materi Sampel yang digunakan adalah 60 orang konsumen madu di PT Apiari Pramuka. Materi yang digunakan adalah kuesioner dan alat tulis. Prosedur Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada konsumen. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah accidental sampling, yaitu memilih konsumen yang kebetulan sedang membeli produk dan bersedia untuk diwawancarai (Usman dan Purnomo, 1995). Kriteria konsumen yang dipilih adalah konsumen rumah tangga, bersedia diwawancarai, berusia 17 tahun ke atas dan mempunyai penghasilan sendiri sehingga mempunyai hak maupun kebijakan sendiri dalam mengeluarkan uang. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka dan tertutup, artinya pertanyaan di dalam kuesioner berupa isian dan pilihan berganda. Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif. Hubungan karakteristik konsumen terhadap tingkat pengetahuan madu diolah dengan menggunakan program Minitab14. Rumus koefisien korelasi yang digunakan (Muhidin dan Abdurrahman, 2007) adalah: ∑ ∑
∑X ∑Y ∑
∑
∑
Keterangan: r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = jumlah responden X = jumlah skor variabel X (X= karakteristik konsumen: jenis kelamin, status pernikahan, umur dan pendidikan ) Y = jumlah skor variabel Y (Y= tingkat pengetahuan konsumen: pengetahuan jenisjenis madu, manfaat, nutrisi, keaslian dan penyimpanan madu) Tingkat keeratan korelasi antara variabel X dan Y digolongkan menjadi: 0,00 - < 0,20 : korelasi sangat lemah (diabaikan/dianggap tidak ada) ≥0,20 - < 0,40 : korelasi rendah
≥0,40 - < 0,70
: korelasi sedang/cukup
≥ 0,70 - < 0,90 : korelasi kuat/tinggi ≥ 0,90 - ≤ 1,00 : korelasi sangat kuat/sangat tinggi
23
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Lokasi Perusahaan Perusahaan Apiari Pramuka terletak di Bumi Perkemahan Cibubur (Wiladatika), Jakarta Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan tol Jagorawi, sebelah Timur berbatasan dengan kawasan Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur, sebelah Selatan dan Utara berbatasan dengan pintu masuk dan keluar Bumi Perkemahan Pramuka Cibubur. Sejarah Perusahaan Pencetus berdirinya PT Apiari Pramuka adalah Mayjen. TNI (Purn) Dr. Aziz Saleh sebagai Sekjen Kwartir Nasional (Kwarnas) pada tahun 1970. Hal yang melatarbelakangi pendirian perusahaan ini adalah keinginan untuk menerapkan kegiatan peternakan lebah secara modern di Indonesia yang saat itu masih dilakukan secara tradisional oleh masyarakat, sementara usaha peternakan lebah modern yang dirintis oleh pemerintah maupun badan swasta (seperti Massito Apiaries dan Lembaga Apikultur Indonesia) tidak membawa hasil yang memuaskan bahkan mengalami kegagalan. Hal tersebut menarik perhatian kalangan Gerakan Pramuka untuk membantu pemerintah merintis kembali usaha memodernisasi peternakan lebah di Indonesia sehingga pada tanggal 28 Mei 1970, diselenggarakan workshop peternakan lebah di Jakarta. Salah satu hasil workshop tersebut adalah usulan pembentukan suatu badan untuk menampung segala aktivitas peternakan lebah di lingkungan Gerakan Pramuka. Badan ini disebut Pusat Apiari Pramuka dan sekarang dikenal dengan Unit Usaha Apiari Pramuka atau disingkat dengan Apiari Pramuka. Kwarnas kemudian membentuk “Tim Pelaksana Pusat Apiari Pramuka” dengan SK Kwarnas nomor 68/KN/71 tanggal 20 Agustus 1971, yang diketuai oleh Letjen. TNI (Purn) H. M. Sarbini, yang merupakan ketua pertama dan pelopor ternak lebah modern sejak Indonesia merdeka. Tanggal 19 April 1972, Apiari Pramuka mendapat sumbangan 25 kotak (stup) beserta koloni lebah unggul Apis mellifera dari Mrs. G. N. Frost, Presiden Australian Freedom from Champaign Committe. Bantuan ini merupakan modal pertama bagi Apiari Pramuka untuk menyelenggarakan peternakan lebah modern di Indonesia. Lebah unggul tersebut kemudian dicoba di
PT Perkebunan XVIII (Persero) di Siliwok Sawangan, Kecamatan Grinsing, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Koloni-koloni tersebut ternyata dapat berkembang dan berproduksi dengan baik serta memberikan hasil yang cukup banyak. Keberhasilan tersebut didukung oleh kondisi dan cuaca di Grinsing yang memiliki banyak tanaman sumber pakan lebah, terutama randu dan karet. Panen madu pertama berlangsung bulan Agustus 1973, pada saat itu mantan Presiden Soeharto sekaligus meresmikan kantor Apiari Pramuka. Areal perkebunan PTP XVIII Siliwok dijadikan sebagai daerah penggembalaan utama lebah madu Apiari Pramuka sejak tahun 1973. Apiari Pramuka resmi menjadi anggota International Federation of Beekepers Association pada tahun 1973, yaitu organisasi peternak lebah sedunia yang berpusat di Roma (Italia) yang lebih dikenal dengan Apimondia. Visi dan Misi Perusahaan Visi perusahaan Apiari Pramuka adalah memberdayakan potensi perlebahan di Indonesia secara maksimal. Apiari Pramuka memiliki empat misi. Misi tersebut diantaranya (1) menyebarkan ilmu peternakan lebah modern di kalangan Gerakan Pramuka atau generasi muda dan peminat masyarakat, (2) meningkatkan produkproduk peternakan lebah, (3) menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat di pedesaan, meningkatkan gizi dan pendapatan petani dan (4) memenuhi kebutuhan madu dalam negeri serta untuk jangka panjang mengusahakan ekspor madu ke luar negeri.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen yang meliputi alamat, jenis kelamin, status pernikahan, umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Konsumen Madu PT Apiari Pramuka Karakteristik Alamat Jabodetabek Luar Jabodetabek Tidak menyebutkan alamat Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Status pernikahan Sudah menikah Belum menikah Tidak menyebutkan status pernikahan Umur 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun Lebih dari 60 tahun Tidak menyebutkan umur Pendidikan terakhir SMP SMA D3 S1 S2 S3 Tidak menyebutkan pendidikan terakhir Pekerjaan PNS Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Pensiunan Penghasilan per bulan Kurang dari satu juta rupiah Satu sampai tiga juta rupiah Lebih dari tiga sampai lima juta rupiah Lebih dari lima juta rupiah Tidak menyebutkan penghasilan
Jumlah Orang
%
51 6 3
85,00 10,00 5,00
36 24
60,00 40,00
53 1 6
88,33 1,67 10,00
3 11 24 13 1 8
5,00 18,33 40,00 21,67 1,67 13,33
1 11 6 32 8 1 1
1,67 18,33 10,00 53,33 13,33 1,67 1,67
14 34 2 9 1
23,33 56,67 3,33 15,00 1,67
1 6 13 34 6
1,67 10,00 21,67 56,67 10,00
Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar konsumen (85%) tinggal di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Hal ini mengindikasikan bahwa jarak antara tempat tinggal konsumen dengan lokasi penjualan merupakan suatu pertimbangan bagi konsumen untuk membeli madu. Apiari Pramuka yang berlokasi di Cibubur Jakarta Timur masih dapat dijangkau oleh masyarakat sekitar Jabodetabek. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarwan (2002) yaitu lokasi dimana konsumen tinggal akan mempengaruhi konsumsinya terhadap suatu produk. Konsumen sangat mempertimbangkan
akses dari tempat tinggalnya ke lokasi
penjualan produk. Konsumen juga mengemukakan bahwa posisi Apiari Pramuka termasuk strategis karena letaknya dekat dengan pintu keluar tol Jagorawi. Faktor tersebut mendukung para konsumen untuk membeli madu di Apiari Pramuka. Sebanyak 10,00% konsumen tinggal di luar Jabodetabek. Hal ini menunjukkan bahwa ada konsumen di luar Jabodetabek yang mengenal madu Apiari Pramuka dan berminat untuk membelinya. Hasil penelitian sebelumnya oleh Heriyana (2008) di PT Mutiara Tugu Ibu (MTI) Depok menyimpulkan hal yang sama yaitu sebagian besar konsumen madu berasal dari sekitar Jabodetabek dengan alasan lokasi penjualan madu tersebut masih dekat dengan tempat tinggal konsumen. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa konsumen umumnya membeli madu di daerah yang mudah dijangkau atau dekat dengan tempat tinggal. Jumlah perempuan (60%) yang membeli madu ke Apiari Pramuka lebih banyak daripada laki-laki (40%). Perempuan biasanya lebih banyak berperan dalam hal keputusan pembelian produk rumah tangga. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lury (1998) yaitu bahwa 80% atau lebih keputusan pembelian atau konsumsi barang ditentukan oleh perempuan. Budaya masyarakat Indonesia sesuai dengan teori ini bahwa perempuan lebih bertanggung jawab pada keputusan pembelian keperluan rumah tangga. Sebagian besar konsumen (88,33%) berstatus menikah sedangkan yang belum menikah hanya 1,67%. Status pernikahan konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumen. Proses pengambilan keputusan pembelian yang terjadi pada konsumen yang sudah menikah cenderung memiliki 27
unsur pengaruh dari pasangannya atau anggota keluarganya. Konsumen yang sudah menikah relatif lebih hati-hati dan terencana dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk, sedangkan konsumen yang belum menikah relatif lebih bebas dalam menentukan pilihan mengkonsumsi suatu produk. Sebaran umur konsumen madu berturut-turut didominasi oleh kalangan umur 41-50 tahun (40,00%), 51-60 tahun (21,67%) dan 31-40 tahun (18,33%). Umur mempengaruhi selera konsumen dalam memilih produk yang mereka gunakan (Sumarwan, 2004). Konsumen yang berusia antara 41-50 tahun lebih mendominasi karena umumnya pada usia tersebut konsumen sudah berkeluarga dan kehidupannya mulai mapan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa konsumen Apiari Pramuka berada
di
rentang
usia
yang
dianggap
masih
produktif
untuk
bekerja
(berpenghasilan). Sebagian besar konsumen yang berusia 41-50 tahun bekerja sebagai pegawai swasta (58,33%) dan PNS (20,83%). Tabel 6 memperlihatkan bahwa sebagian besar konsumen berpendidikan S1 keatas (68,33%). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara pandang bahkan persepsi terhadap suatu produk (Sumarwan, 2002). Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik relatif lebih responsif terhadap informasi, apalagi didukung oleh pekerjaan sebagai pegawai swasta (56,67%) dan PNS (23,33%) yang memiliki pendapatan memadai lebih dari lima juta rupiah per bulan untuk membeli madu yang cukup mahal yaitu Rp 100.000/kg. Sebagian besar konsumen yang bekerja sebagai pegawai swasta berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan (55,88%) dan lebih dari tiga sampai lima juta rupiah per bulan (23,53%). Konsumen yang bekerja sebagai PNS sebagian besar juga berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan (78,57%). Perolehan Informasi dan Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu Perolehan Informasi Mengenai Madu Perolehan dan tingkat kepentingan informasi madu bagi konsumen dapat dilihat pada Tabel 7. Konsumen pada umumnya sudah mengetahui istilah madu sejak Sekolah Dasar (88,33%). Sebagian besar (80,00%) mengetahuinya dari keluarga. Jumlah konsumen yang mengetahui istilah madu dari sekolah, teman dan iklan hanya sebagian kecil (20%). 28
Tabel 7. Perolehan dan Tingkat Kepentingan Informasi Madu Perolehan dan tingkat kepentingan informasi madu Waktu pertama sekali konsumen mengetahui istilah madu SD SMP SMA Kuliah Sumber pertama sekali konsumen mengetahui istilah madu Keluarga Sekolah Teman Iklan Tingkat keseringan konsumen mencari informasi tentang madu Sangat sering Sering Alasan Ingin mengetahui nutrisi madu (8,00%) Ingin mengetahui manfaat madu (84,00%) Informasi tentang madu masih kurang (4,00%) Madu tertulis di kitab suci (4,00%) Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Tingkat kepentingan informasi tentang madu bagi konsumen Sangat penting Alasan Sangat bermanfaat bagi kesehatan (100%) Penting Alasan Bermanfaat bagi kesehatan (85,45%) Agar dapat membedakan madu palsu (5,45%) Madu tertulis di Al Qur’an (1,82%) Tidak menyebutkan alasan (7,27%) Ragu-ragu Tidak penting Sangat tidak penting
Jumlah Orang % 53
88,38
4 1 2
6,67 1,67 3,33
36 6 1 2
80,00 15,00 1,67 3,33
0 25
0,00 41,67
0 35 0
0,00 58,33 0,00
4
6,67
55
91,67
1 0 0
1,67 0,00 0,00
Tampaknya informasi yang diperoleh sejak kecil dirasa sudah cukup oleh sebagian besar konsumen (58,33%) sehingga mereka jarang mencari informasi tambahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Engel et al. (1995), yaitu bahwa konsumen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak tentang suatu produk mungkin tidak terlalu termotivasi lagi untuk mencari informasi produk tersebut karena sudah merasa cukup dengan pengetahuan yang 29
dimiliki untuk mengambil keputusan pembelian, sedangkan konsumen yang memiliki kepribadian yang senang mencari informasi akan meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sebagian konsumen (41,67%) masih sering mencari informasi tambahan terutama konsumen yang pendidikannya cukup tinggi (S1-S3). Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarwan (2002) yakni konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan lebih responsif terhadap informasi. Konsumen memberikan respon terhadap kurangnya informasi madu dengan cara mencari informasi tambahan. Sebagian besar alasan konsumen menyatakan sering mencari informasi tentang madu adalah karena mereka ingin mengetahui manfaatnya (84,00%), sedangkan alasan lainnya adalah ingin mengetahui nutrisinya (8,00%), masih kekurangan informasi tentang madu (4,00%) dan madu tertulis di kitab suci (4,00%). Hal ini sesuai dengan teori Sumarwan (2002) yang menyatakan bahwa umumnya konsumen lebih ingin mengetahui atribut manfaat suatu produk daripada atribut zat makanan yang terdapat di dalamnya. Konsumen bisa saja tidak mengetahui zat makanan apa saja yang terdapat dalam madu tetapi mereka tahu bahwa madu memiliki manfaat, atau walaupun mereka mengetahui zat makanan yang terdapat dalam madu tetapi mereka bisa saja tidak memahami maknanya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa tampaknya konsumen yang merasa kurang mengetahui informasi tentang madu memiliki kepribadian yang senang mencari informasi dan mau meluangkan waktu untuk mencari informasi yang lebih banyak. Hampir semua (91,67%) konsumen berpendapat bahwa informasi tentang madu penting, bahkan 6,67% menyatakan sangat penting. Alasan utama konsumen menyatakan informasi madu penting adalah karena madu bermanfaat bagi kesehatan (85,45%), sedangkan sebagian kecil alasan lainnya adalah agar dapat membedakan madu palsu (5,45%) dan madu tertulis di kitab suci Al Qur’an (1,82%). Hal ini sesuai dengan pendapat konsumen sebelumnya yaitu bahwa mereka sering mencari informasi tentang madu karena merasa penting untuk mengetahui manfaatnya. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu Tingkat pengetahuan konsumen mengenai jenis madu, manfaat, zat makanan (nutrien) terbesar, keaslian dan penyimpanan madu disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 memperlihatkan bahwa jumlah konsumen yang mengetahui tentang madu lebih 30
banyak daripada konsumen yang tidak mengetahui. Pengetahuan konsumen yang paling menonjol adalah jenis-jenis madu (88,34%) dan cara penyimpanan madu (65,00%), sebaliknya tingkat pengetahuan terhadap zat makanan terbesar dalam madu (35,00%), manfaat madu (42,12%) dan cara penyimpanan madu (30,00%) tergolong rendah. Tabel 8. Tingkat Pengetahuan Konsumen Mengenai Madu Tingkat pengetahuan (%) Pengetahuan ST T R TT STT Jenis-jenis madu 6,67 81,67 5,00 6,67 0,00 Zat makanan terbesar dalam 8,33 26,67 15,00 50,00 0,00 madu Manfaat madu 2,53 39,59 4,70 52,95 0,23 Cara membedakan madu 0,00 30,00 15,00 50,00 5,00 asli dan palsu Cara menyimpan madu 0,00 65,00 6,67 28,33 0,00 Rata-rata 5,15 48,30 10,92 34,42 1,08
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan: ST = sangat tahu; T = tahu; R = ragu-ragu; TT = tidak tahu; STT = sangat tidak tahu
Pengetahuan jenis-jenis madu. Tabel 8 menunjukkan sebagian besar konsumen (88,34%) mengetahui bahwa madu berjenis-jenis. Adapun jenis-jenis madu yang mereka ketahui seperti terlihat pada Tabel 9 adalah madu hutan (5,00%), super (41,67%), royal jelly (5,00%), klengkeng (11,67%), kapuk (13,33%), propolis, apel, karet, kopi, sonokeling dan mangga masing-masing 3,33%, sedangkan rambutan dan mahoni masing-masing 1,67%. Tabel 9. Jenis-jenis Madu yang Dikenal oleh Konsumen Jenis-jenis madu Hutan Super Royal jelly Klengkeng Kapuk Propolis Apel Karet Kopi Sonokeling Mangga Rambutan Mahoni Jumlah
Jumlah Orang 3 25 3 7 8 2 2 2 2 2 2 1 1 60
% 5,00 41,67 5,00 11,67 13,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 3,33 1,67 1,67 100,00 31
Madu yang paling umum dikenal oleh konsumen adalah madu super, yaitu madu kapuk yang dicampur dengan pollen dan royal jelly. Penambahan pollen dan royal jelly dalam madu menjadi daya tarik bagi konsumen sehingga mereka lebih mengenal madu ini. Konsumen menyatakan bahwa selain merasakan manfaat madu, mereka juga sekaligus dapat merasakan manfaat pollen dan royal jelly. Pollen dapat berfungsi sebagai sumber protein, lemak dan karbohidrat, sedangkan royal jelly dapat berfungsi sebagai sumber protein dan vitamin ( B1, B2, B6, B12, C, A dan K) (Sihombing, 2005). Jenis madu yang paling jarang dikenal oleh konsumen adalah madu rambutan, mahoni, propolis, apel, karet, kopi, sonokeling dan madu mangga. Jadi, sebagian besar konsumen sudah mengetahui kalau madu berjenis-jenis, namun tidak semua jenis madu mereka kenal. Oleh karena itu, pengenalan jenis-jenis madu perlu dilakukan lebih luas kepada konsumen. Pengetahuan zat makanan yang terdapat dalam madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah konsumen yang tidak mengetahui zat makanan terbesar dalam madu (50,00%) lebih banyak daripada konsumen yang mengetahui (35%). Konsumen yang menyatakan tahu zat makanan terbesar dalam madu memberikan jawaban yang berbeda-beda. Sebanyak 42,86% konsumen diantaranya menyatakan karbohidrat merupakan zat makanan terbesar dalam madu, 23,81% konsumen menyatakan protein dan 33,33% konsumen menyatakan vitamin. Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Madu mengandung sekitar 80% karbohidrat, sedangkan jumlah protein dan vitamin kurang dari 0,5% (Suarez et al., 2010). Unsur karbohidrat terbesar dalam madu adalah monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa, mencapai 85-90% dari total karbohidrat sedangkan disakarida, oligosakarida dan polisakarida hanya sebagian kecil (Sihombing, 2005). Oleh karena itu, hanya 15% konsumen yang mengetahui zat makanan terbesar dalam madu dengan benar. Pengetahuan manfaat madu. Tingkat pengetahuan konsumen tentang manfaat madu sangat terbatas. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 memperlihatkan bahwa dari 14 manfaat madu yang ditanyakan, hanya 5 manfaat madu yang paling banyak diketahui konsumen yaitu meningkatkan daya tahan tubuh (93,33%), sumber energi (90,00%), sumber nutrisi (85,00%), 32
campuran bahan pangan (78,33%) dan anti mutagenik (73,33%). Manfaat lain seperti yang tercantum pada Tabel 10 kurang diketahui oleh konsumen. Pengamatan ketika wawancara menunjukkan bahwa setelah mengetahui berbagai manfaat madu seperti yang tercantum dalam kuesioner, konsumen memberikan reaksi yang positif untuk lebih meningkatkan konsumsi madu. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi tentang madu yang mudah diakses diperlukan untuk meningkatkan konsumsi. Tingkat pengetahuan konsumen terhadap berbagai manfaat madu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Tingkat Pengetahuan Konsumen terhadap Manfaat Madu Tingkat Pengetahuan (%) No Manfaat ST T R TT STT Meningkatkan 1 21,67 71,67 0,00 6,67 0,00 daya tahan tubuh 2 Sumber energy 30,00 60,00 3,33 6,67 0,00 3 Sumber nutrisi 38,33 46,67 5,00 10,00 0,00 Campuran bahan 4 18,33 60,00 11,67 10,00 0,00 pangan 5 Anti mutagenik 13,33 60,00 5,00 21,67 0,00 6 Anti radang 11,67 26,67 20,00 41,67 0,00 7 Anti virus 8,33 28,33 10,00 53,33 0,00 8 Anti mikroba 6,67 26,67 13,33 53,33 0,00 Meningkatkan 9 kadar hemoglobin 8,33 23,33 25,00 43,33 0,00 darah 10 Obat luka 8,33 23,33 20,00 48,33 0,00 11 Apiterapi 0,00 26,67 15,00 58,33 0,00 12 Anti oksidan 5,00 20,00 15,00 60,00 0,00 13 Anti tumor 5,00 20,00 20,00 55,00 0,00 14 Anti kanker 3,33 20,00 13,33 63,33 0,00
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan : ST= sangat tahu; T =tahu; R =ragu-ragu; TT=tidak tahu; STT=sangat tidak tahu
Madu dapat berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh (Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010) karena mampu meningkatkan B-limfosit dan T-limfosit serta mengaktivasi neutrofil dalam tubuh. Zat makanan terbesar dalam madu adalah karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Fruktosa dan glukosa selama proses pencernaan, dapat dengan cepat ditransportasikan ke dalam darah sehingga cepat pula dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi (Bognadov, 2010). Madu merupakan sumber nutrisi bagi tubuh (Sihombing, 2005; Bognadov, 2010; Suarez et al., 2010). Nutrisi madu yang dapat dimanfaatkan tubuh diantaranya 33
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Manfaat madu dalam berbagai produk makanan diantaranya sebagai pemanis alami dan pelengkap nutrisi (kue, es teh, yogurt, jus dan susu), anti oksidasi, anti bakteri, mengurangi reaksi pencokelatan dan memperbaiki rasa (daging, sayur dan buah), serta mengatur kadar air untuk berbagai makanan ringan (Bognadov, 2010). Sifat anti mutagenik pada madu dipengaruhi oleh unsur glukosa dan fruktosa. Madu terbukti mampu menghambat penyebaran sel kanker pada kandung kemih selain itu, dibuktikan juga bahwa pasien yang menderita kanker kepala dan leher, setelah diterapi dengan madu hasilnya menunjukkan penurunan yang signifikan. Suarez et al (2010) menyatakan bahwa madu dapat mengurangi penyebaran sel tumor karena madu mampu melakukan pelepasan sitotoksik H2O2 dan mampu mengurangi aktivitas oksigen reaktif dalam tubuh. Manfaat madu sebagai anti mikroba dipengaruhi oleh sifat osmolaritasnya yang tinggi, keasaman dan hidrogen peroksida yang dibentuk dari oksidasi glukosa oleh enzim glukosa oksidase selama pematangan dalam sarang (Suarez et al., 2010). Aktivitas air (aw) yang rendah dalam madu yaitu sekitar 0,5-0,6 (Suarez et al., 2010; Bognadov et al., 2008) serta pH yang rendah dengan rata-rata 3,9 membuat madu mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Madu mengandung glukosa oksidase, katalase, asam askorbik, flavonoid, asam phenolic, asam organik dan asam amino sehingga mampu berfungsi sebagai anti oksidan (Bognadov, 2010). Madu dapat mencegah pembentukan radikal bebas yang dilepaskan dari jaringan tubuh yang meradang karena adanya sifat anti bakteri di dalamnya. Madu banyak digunakan sebagai obat perawatan luka karena tingkat osmolaritasnya yang tinggi dapat mempercepat pengeringan pada bagian tubuh yang luka serta mencegah perkembangan bakteri. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Suarez et al. (2010) yaitu sifat osmolaritas madu termasuk tinggi sehingga pada saat dioleskan pada bagian tubuh yang luka madu akan menyerap air sehingga pertumbuhan koloni bakteri dapat dikurangi atau bahkan dicegah. Madu dapat meningkatkan serum darah, monosit dan kadar hemoglobin (Bognadov, 2010). Pengetahuan keaslian madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah konsumen yang menyatakan tidak mengetahui cara membedakan madu asli dan palsu lebih besar (55,00%) daripada yang menyatakan tahu (30,00%). Hal ini mengindikasikan bahwa 34
sebagian besar konsumen tidak dapat membedakan madu asli dan palsu secara fisik. Pendapat konsumen tentang cara mengenali madu asli secara fisik dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Cara Pengujian Keaslian Madu Cara pengujian Berdasarkan rasa Manis Sangat manis Tidak menyebutkan jawaban Berdasarkan warna Cokelat Agak jernih Tidak menyebutkan jawaban Berdasarkan aroma Khas Tidak menyebutkan jawaban Berdasarkan kekentalan Sangat kental Agak kental Madu asli tidak mengkristal Madu asli tidak dikerumuni semut Telur akan matang dalam madu asli Madu asli tidak berbusa
Jumlah Orang
%
11 4 3
61,11 22,22 16,67
7 5 6
38,89 27,78 33,33
14 4
77,78 22,22
7 11 5 8 2 4
38,89 61,11 26,32 42,11 10,53 21,05
Keaslian madu secara fisik dilihat berdasarkan rasa, warna, aroma dan kekentalan. Konsumen menyatakan dua pendapat yang berbeda tentang rasa madu asli. Sebanyak 61,11% konsumen menyatakan madu asli memiliki rasa manis sedangkan 22,22% menyatakan sangat manis. Rasa madu asli berbeda-beda, tergantung nektar tanaman dan kandungan nutrisinya (Bognadov et al., 1999). Madu asli ada yang sangat manis seperti madu klengkeng dan kapuk, manis seperti madu karet dan pahit seperti madu hutan dan mahoni. Oleh karena itu, pendapat konsumen tentang keaslian madu berdasarkan rasa masih kurang tepat karena tidak semua madu asli memiliki rasa manis atau sangat manis. Sebanyak 38,89% konsumen menyatakan bahwa madu asli berwarna cokelat, sedangkan 27,78% menyatakan warna madu asli adalah agak jernih. Warna madu asli bervariasi mulai dari putih, kuning muda hingga merah gelap dan hitam (Miret et al., 2007). Madu hutan cenderung berwarna hitam, madu karet berwarna kuning muda dan madu klengkeng cenderung berwarna merah. Warna madu dipengaruhi 35
oleh sumber nektar tanaman, proses pengolahan dan proses penyimpanan seperti suhu dan waktu (Terrab et al., 2003). Oleh Karena itu, pendapat konsumen tentang keaslian madu berdasarkan warna masih kurang tepat karena madu asli tidak selalu berwarna cokelat atau agak jernih. Warna beberapa madu yang dijual di PT Apiari Pramuka dapat dilihat pada Gambar 2. Sebanyak 100% konsumen yang memberikan jawaban tentang aroma madu asli menyatakan bahwa madu asli beraroma khas. Aroma madu asli adalah khas (Suarez et al., 2010). Faktor yang mempengaruhi aroma madu adalah unsur volatil di dalamnya. Unsur volatil dari setiap nektar tanaman berbeda-beda sehingga aroma yang ditimbulkan pun khas atau berbeda. Oleh karena itu, pendapat konsumen tentang aroma madu asli adalah benar. Pendapat konsumen tentang kekentalan madu asli ada dua, yakni sebanyak 38,89% konsumen menyatakan madu asli secara fisik terlihat sangat kental sedangkan 61,11% menyatakan madu asli agak kental. Kekentalan madu asli bervariasi, tergantung kadar air nektar tanaman (Garcia, 2008). Madu asli memiliki kekentalan rendah jika kadar air sumber nektar tanamannya tinggi. Rata-rata kadar air madu sebesar 17,2% (Siregar, 2002). Suhu juga mempengaruhi kekentalan madu (Bognadov, 2010). Kekentalan madu pada suhu 20 oC lebih tinggi daripada suhu 30 oC. Madu pada suhu tinggi akan lebih mudah mengalami pencairan. Komposisi madu selain air umumnya hanya sedikit mempengaruhi kekentalannya. Oleh karena itu, pendapat konsumen tentang kekentalan madu masih kurang tepat karena tidak semua madu asli sangat kental atau agak kental. Konsumen mengemukakan cara lain untuk membedakan madu asli dan palsu, diantaranya madu asli jika dimasukkan ke dalam kulkas tidak mengkristal, madu asli tidak dikerumuni semut, apabila telur dimasukkan ke dalam madu asli maka telurnya akan matang dan madu asli tidak berbusa. Uji kristalisasi tidak efektif digunakan untuk menguji keaslian madu karena madu asli dan palsu sama-sama dapat mengkristal di dalam kulkas (Ansori, 2002). Kristalisasi madu dipengaruhi oleh perbandingan jumlah gula pereduksi yang terdapat dalam madu, jika kadar glukosa lebih besar daripada fruktosa maka madu akan cepat mengkristal (Gojmerac, 1983). Persentase kadar glukosa yang dapat 36
menyebabkan madu mengkristal antara 30-70%, sedangkan fruktosa yang menjadi syarat terjadinya kristalisasi madu antara 78-95%. Proses pengkristalan biasa terjadi pada madu karena madu bersifat lewat jenuh (supersaturated) (Achmadi ,1991).
(A) Madu hutan
(B) Madu karet
(D) Madu royal jelly
(G) Madu super
(C) Madu klengkeng
(E) Madu sonokeling
(H) Madu mahoni
(F) Madu kapuk
(I) Madu propolis
(J) Madu bunga matahari
(K) Madu rambutan
Gambar 2. Warna Berbagai Jenis Madu
37
Uji semut tidak efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan madu palsu karena madu asli dan palsu sama-sama dikerumuni semut (Rachmawaty, 2011). Madu asli dan palsu dikerumuni oleh semut diduga karena gula-gula yang terdapat di dalamnya merupakan makanan semut. Uji koagulasi tidak efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan palsu karena berdasarkan hasil penelitian Ansori (2002), kuning telur dapat terkoagulasi di dalam madu asli maupun madu palsu. Koagulasi telur dipengaruhi oleh unsur protein di dalamnya. Madu asli dan palsu umumnya bersifat asam (pH 3,81-5,70) sehingga ketika dicampur dengan kuning telur maka akan terjadi proses koagulasi pada kuning telur. Protein akan terdenaturasi oleh asam sehingga terbentuklah koagulat (Winarno, 1982). Hasil penelitian Rachmawaty (2011) menunjukkan bahwa uji buih kurang efektif digunakan untuk membedakan madu asli dan madu palsu karena madu asli dan palsu yang diujikan sama-sama berbusa. Timbulnya busa pada madu asli dan madu palsu diakibatkan oleh adanya protein. Uji yang lebih efektif adalah uji larut (Ansori, 2002; Rachmawaty, 20100). Madu asli tidak mudah larut dalam air sedangkan madu yang dipalsukan dengan sukrosa, gula, fruktosa, CMC dan gelatin mudah larut (Rachmawaty, 2011). Efektivitas uji larut yang dilakukan oleh Rachmawaty (2011) sebesar 83,3%. Hasil penelitian Ansori (2002) menunjukkan bahwa madu asli hanya satu dari 20 percobaan yang menunjukkan tanda-tanda terjadinya pelarutan, madu palsu glukosa 11 dari 20 percobaan, madu palsu fruktosa 15 dari 20 percobaan, madu palsu sukrosa 20 dari 20 percobaan dan madu palsu gula aren sebanyak 19 dari 20 percobaan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa semua uji yang disebutkan oleh konsumen tidak efektif untuk menguji kepalsuan madu. Pengetahuan cara penyimpanan madu. Tabel 8 menunjukkan bahwa konsumen yang menyatakan tahu cara menyimpan madu adalah 65,00%, sebanyak 28,21% diantaranya menyatakan madu harus disimpan di kulkas sedangkan 71,79% menyatakan di suhu ruang. Hasil penelitian Siregar (2002) membuktikan bahwa kadar air dan keasaman madu yang disimpan pada suhu kulkas (3 oC) lebih rendah
38
daripada yang disimpan pada suhu ruang (28 oC), selain itu aktivitas enzimnya lebih tinggi. Hal ini berarti madu sebaiknya disimpan pada suhu kulkas (3 oC). Suhu yang tinggi dapat meningkatkan kadar HMF (Winarno,1992). Kadar HMF madu di daerah panas (17-21 oC) meningkat dua kali lebih cepat setelah disimpan selama enam bulan dibandingkan di daerah dingin (14-18 oC) dengan lama penyimpanan yang sama (Bosch dan Serra, 1986). Oleh karena itu, madu sebaiknya disimpan pada suhu kulkas daripada suhu ruang. Jadi, berdasarkan jawaban konsumen dapat diketahui bahwa total konsumen yang menjawab tahu cara penyimpanan madu dengan benar hanya sebesar 18,33% dari total konsumen. Konsumsi dan Keputusan Pembelian Madu Konsumsi Madu Tujuan konsumen mengkonsumsi madu, anggota keluarga, frekuensi dan cara konsumen mengkonsumsi madu dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Konsumsi Madu Konsumen Konsumsi madu Tujuan mengkonsumsi madu Obat Makanan biasa Kecantikan Obat dan makanan biasa Obat, makanan biasa dan kecantikan Anggota keluarga yang mengkonsumsi madu Anak-anak dan remaja (1-18 tahun) Orang dewasa dan lanjut usia (lebih dari 19 tahun) Orang sakit Semua keluarga Frekuensi konsumsi madu Satu kali satu hari (satu sendok makan) Dua kali satu hari (satu sendok makan) Tiga kali satu hari (satu sendok makan) Jarang Cara mengkonsumsi madu Minum langsung Dicampur dengan bahan lain Air putih (64,71%) Bandrek (11,76%) Jus (23,53%)
Jumlah Orang % 14 9 0 32 5
23,33 15,00 0,00 53,33 8,33
9 9 1 41
15,00 15,00 1,67 68,33
15 39 2 4
25,00 65,00 3,33 6,67
43 17
71,67 28,33
39
Tabel 12 menunjukkan bahwa umumnya madu dikonsumsi oleh semua anggota keluarga (68,33%). Hal ini menunjukkan bahwa madu tidak hanya dikonsumsi oleh kelompok umur tertentu. Madu dapat dikonsumsi oleh semua golongan
usia, namun sebaiknya untuk bayi di bawah umur 12 bulan tidak
disarankan karena bakteri Clostridium botulinum sering terdapat dalam jumlah kecil di dalam madu apabila proses pengemasan madu tidak steril (Bognadov, 2010). Saluran pencernaan orang yang berumur satu tahun ke atas lebih mampu mentolerir bakteri ini daripada orang di bawah umur satu tahun. Sekitar 65,00% konsumen umumnya mengkonsumsi madu dua kali per hari sebanyak dua sendok makan (seperti tercantum pada Tabel 12). Satu sendok makan madu setara dengan 10,362 g sehingga dapat diketahui bahwa satu hari konsumen mengkonsumsi madu sekitar 20,724 g. Konsumsi madu menurut Bognadov et al. (2008) sebaiknya antara 50-80 g per hari. Artinya konsumen disarankan mengkonsumsi madu sekitar 5-8 sendok makan per hari. Madu pada dosis ini memberikan efek yang paling baik bagi kesehatan (Bognadov et al., 2008). Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa konsumsi madu konsumen Apiari Pramuka masih termasuk rendah. Sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu dengan cara meminum langsung (71,67%) sedangkan 28,33% mencampur madu dengan bahan lain seperti air putih, bandrek dan jus. Madu dapat dicampur dengan air putih karena madu akan lebih mudah berdifusi ke dalam darah (Sarwono, 2001). Jenis madu yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen adalah madu super dan madu kapuk. Jenis madu yang dikonsumsi oleh konsumen ditampilkan pada Tabel 13. Tabel 13. Jenis Madu yang Dikonsumsi oleh Konsumen Jenis madu yang dikonsumsi Super Kapuk Hutan Klengkeng Royal jelly Karet Propolis Apel Berganti-ganti Tidak menyebutkan jenis madu Total
Jumlah Orang % 31 51,67 14 23,33 3 5,00 3 5,00 2 3,33 1 1,67 2 3,33 1 1,67 1 1,67 2 3,33 60 100,00 40
Keputusan Pembelian Madu Minat konsumen terhadap keputusan pembelian madu dapat dilihat pada Tabel 14. Seluruh konsumen berpendapat berminat membeli madu. Hal tersebut wajar karena konsumen yang datang ke Apiari Pramuka bertujuan untuk membeli madu. Tabel 14. Minat Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Madu Jumlah Minat Orang % Sangat berminat 23 38,33 Berminat 37 61,67 Ragu-ragu 0 0,00 Tidak berminat 0 0,00 Sangat tidak berminat 0 0,00 Total 60 100,00 Konsumen biasanya ada yang memiliki keluhan dan tidak memiliki keluhan dalam hal pembelian suatu produk. Ada tidaknya keluhan konsumen pada pembelian madu disajikan pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui bahwa sebanyak 68,33% konsumen memiliki keluhan dalam hal pembelian madu. Hal yang paling dikeluhkan konsumen adalah kurangnya informasi tentang madu (58,54%) dan sulitnya mendapatkan madu asli (29,27%), sedangkan alasan lainnya adalah sulitnya membedakan madu asli dan palsu (9,76%) serta mahalnya harga madu (2,44%). Tabel 15. Jumlah Konsumen Berdasarkan Ada/Tidaknya Keluhan pada Pembelian Madu Jumlah Ada/tidaknya keluhan Orang % Memiliki keluhan 41 68,33 Alasan Harga madu mahal (2,44%) Sulit mendapat madu asli (29,27%) Kurang mengetahui informasi tentang madu (58,54%) Sulit membedakan madu asli dan palsu (9,76%) Tidak memiliki keluhan 19 31,67 Total 60 100,00 Konsumen merasa masih kekurangan informasi tentang madu. Hal ini sesuai dengan pendapat konsumen sebelumnya yaitu sebagian dari mereka sering mencari 41
informasi tentang madu dan menganganggap informasi tersebut penting. Adapun informasi yang perlu disampaikan kepada konsumen diantaranya manfaat madu, cara penyimpanan madu, cara membedakan madu asli dan madu palsu, serta zat makanan terbesar dalam madu. Hal ini perlu diinformasikan kepada konsumen karena tingkat pengetahuan terhadap hal tersebut masih rendah. Madu yang beredar di masyarakat banyak yang dipalsukan baik secara volume (penambahan fruktosa, glukosa, sirup, pengental dan lainnya), mutu (memodifikasi kadar air) dan menyeluruh (campuran sagu, gula pasir dan pewarna), sehingga konsumen sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan madu asli. Hal ini menjadi faktor yang membuat konsumen selektif dalam memilih lokasi penjualan madu. Tempat konsumen biasa membeli madu disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Tempat Responden Membeli Madu Tempat Madu Pramuka Alasan : a. Asli (88,37%) b. Lokasi strategis (11,67%) Madu Pramuka dan Supermarket Alasan : a. Asli (66,67%) b. Tidak menyebutkan alasan (33,33%) Madu Pramuka dan Nusantara Alasan : a. Asli (100,00%) Madu Pramuka dan Apotek Alasan : a. Asli (100,00%) Madu Mutiara Tugu Ibu Alasan : a. Harga lebih terjangkau (100,00%) Dimana saja Alasan : a. Yang penting asli (50,00%) b. Tidak menyebutkan alasan (50,00%) Madu Pramuka dan Perhutani Alasan : a. Asli (50,00%) b. Tidak menyebutkan alasan (50,00%) Total
Jumlah Orang 43
% 71,67
6
10,00
3
5,00
3
5,00
1
1,67
2
3,33
2
3,33
60
100,00 42
Tabel 16 menunjukkan bahwa tempat utama konsumen membeli madu adalah di Apiari Pramuka (71,67%), sedangkan tempat alternatif lainnya adalah di Supermarket, Nusantara, Apotek, Mutiara Tugu Ibu dan Perhutani. Alasan utama konsumen membeli madu di Apiari Pramuka dan tempat pilihan lainnya adalah keaslian madu. Konsumen membeli madu di tempat yang mereka anggap keasliannya dijamin karena mereka merasa pengetahuan untuk membedakan madu asli dan madu palsu terbatas. Penelitian Hasibuan (2002) juga membuktikan hal yang sama yaitu sebagian besar konsumen madu MTI Depok dan Bogor tidak tahu membedakan madu asli dan palsu namun mereka mempercayakan keaslian madu pada perusahaan yang menjadi langganan mereka (MTI). Oleh karena itu, perusahaan harus tetap menjaga kualitas madu atau bila perlu mencantumkan bukti hasil uji kimia pada kemasan agar konsumen tetap percaya terhadap madu yang dijual. Harga madu yang mahal bukan merupakan keluhan utama bagi konsumen untuk membeli madu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Heriyana (2008) yang menyatakan bahwa atribut yang paling rendah mempengaruhi permintaan madu konsumen MTI Depok adalah harga madu. Korelasi Karakteristik Konsumen terhadap Pengetahuan Madu Nilai korelasi pearson dan p-value antara jenis kelamin, status pernikahan, umur, serta pendidikan terhadap pengetahuan akan madu disajikan pada Tabel 17. Karakteristik kosumen secara umum berkorelasi sangat rendah terhadap pengetahuan akan madu. Umur berkorelasi rendah terhadap pengetahuan akan jenis-jenis, keaslian dan cara penyimpanan madu. Korelasi yang sangat rendah atau rendah antara karakteristik konsusmen dengan tingkat pengetahuan madu diduga karena perolehan informasi madu oleh setiap konsumen berbeda-beda sehingga pengetahuan yang dimiliki pun berbeda. Setiap konsumen memiliki karakter yang berbeda dalam hal pencarian informasi, sebagian ada yang merasa sudah cukup dengan informasi yang dimiliki namun sebagian lagi yang memiliki kepribadian senang mencari informasi akan mencari informasi yang lebih banyak lagi (Engel et al ., 1995).
43
Tabel 17. Nilai Korelasi Pearson dan p-value antara Jenis Kelamin, Status Pernikahan, Umur serta Pendidikan terhadap Pengetahuan akan Madu Pengetahuan Korelasi
Jenis-jenis madu
Manfaat madu
Nutrisi madu
Keaslian madu
Penyimpanan madu
Pearson correlation
p-value
Pearson correlation
p-value
Pearson correlation
p-value
Pearson correlation
p-value
Pearson correlation
p-value
Jenis kelamin
-0,067
0,610
-0,074
0,575
0,117
0,373
-0,056
0,668
0,008
0,954
Status pernikahan
0,131
0,318
0,094
0,474
-0,224
0,085
-0,191
0,143
0,066
0,618
Umur
0,262
0,043
-0,035
0,790
0,079
0,548
0,300
0,020
0,070
0,596
Pendidikan
-0,027
0,838
0,065
-0,622
0,0649
0,649
0,034
0,796
-0,258
0,047
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakteristik konsumen Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur, umumnya adalah perempuan, sudah menikah, berdomisili di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, berusia antara 31-60 tahun, Sarjana dan berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah per bulan. Sebagian besar konsumen (98,34%) menganggap informasi tentang madu penting tetapi sebanyak 58,33% jarang mencari informasi tambahan tentang madu karena informasi yang diperoleh sejak kecil dirasa sudah cukup. Tingkat pengetahuan konsumen bahwa madu berjenis-jenis termasuk tinggi. Konsumen yang mengetahui bahwa madu berjenis-jenis sebanyak 88,34%, akan tetapi masih banyak jenis madu yang belum mereka kenal. Tingkat pengetahuan konsumen mengenai nutrisi madu, manfaat, cara penyimpanan dan cara pengenalan madu asli masih terbatas. Karakteristik konsumen tidak berkorelasi terhadap pengetahuan madu. Saran Informasi tentang madu khususnya hasil penelitian yang mencakup tentang jenis-jenis madu, nutrisi madu, manfaat madu, cara yang paling efektif membedakan madu asli dan palsu, serta cara yang lebih tepat untuk menyimpan madu perlu disebarluaskan
kepada
konsumen
untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
meningkatkan permintaan dari konsumen lama atau menambah konsumen baru.
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, S. 1991. Analisis Kimia Produk Lebah Madu dan Pelatihan Staf Laboratorium Pusat Perlebahan Nasional Parung Panjang. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ansori, F. M. 2002. Studi keakuratan beberapa cara uji keaslian madu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2004. SNI-01-3545-2004: Madu. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. Barra, M. P.G., M. C. P. Diaz, & C. V. Gallegos. 2010. Volatile compounds in honey produced in the central valley of Nuble province, Chile. J. Agricultural. 70 (1):75-84. http://www.scielo.cl/pdf/chiljar/v70n1/AT08.pdf [06 mei 2011] Bognadov. S, V. Killchenman, P. Fluri, U. Buhler, & P. Lavancy. 1999. Influence of organic acids and components of essential oils on honey taste. Swiss BeeResearchCenter.http://www.cul.puntes/sanidad/varroa/acidos_organicos_infl uencias.pdf [6 Mei 2011] Bognadov, S. Tomislav, J. R. Sieber, & P.Gallmann. 2008. Honey for nutrition and health: a Review. American Journal of the College of Nutrition 27: 677-689. http://:ww.beehexagon.net/files/file/fileE/HealthHoney/NutritioJAC.pdf. [28 Januari 2011] Bognadov, S. 2010. Honey as nutrient and function food. Bee product science .http://www.beehexagon.netfles/fil/file./HealthHoney/HoneyNutrition.JACN.pdf +Honey+for+NutritionHealth+Review+filetype:pdf [28 Januari 2011] Bosch, I. C & J. B. Serra. 1986. Changes in the hydroxymethylfurfural content of processed honeys put on Spanish market. Alimentaria 23 (175) : 59-61 Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, & M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan: Purnomo, H & Adiono. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. Budiyanto. M. A. K. 2002. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadyah Malang, Malang. Chai, E. H., W. C. Chung, & J. H. Youn. 1988. Changes in storage quality of acacia and buckwheat honeys. J. Korean Agric. Chem. Soc 31 (1) : 58-64 Codex Alimentarius Commission. 1989. Codex Standards of Sugars (honey). Supplement 2 to Codex Alimentarius Vol. III. Food and Agriculture Organization, Rome. Engel J. F, R. D. Blackwell, & P. W. Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Edisi ke-6. Jilid 2. Binarupa Aksara, Jakarta. Gaman. P. M. & K. B. Sherrington. 1992. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi ke-2. Terjemahan: Murdijati Gardjito. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Garcia, J. M, E. Chambers, Z. Matta & M. Clark. 2008. Serving temperature viscocity measurements of nectar and honey thick liquid. J. Food Sci. Dyphagia
23 : 65-77 http://www.springerlink.com/content/010u23632842877t/fulltext.pdf [6 Mei 2010] Ghostidar, N. & J. Chakrabarti. 1992. Studies on hydroxymethylfurfural formation during storage of honey. J. Food Sci. Tech. Mysore 29 (6) : 390-400 Gojmerac, W. L. 1983. Bees, Beekeeping, Honey and Pollination. Saybrook Press. Westport USA. Graham, M. J. 1992. The Hive and The Honey Bee. Dadant and Sons, Hamilton, Illinois. Harli, M. 2001. Madu : yang asli dan yang palsu. www.indomedia.com. [5 Juni 2011]. Hasibuan, M. M. 2008. Analisis permintaan madu Mutiara Tugu Ibu oleh konsumen rumah tangga di Depok dan Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Heriyana. 2008. Analisis kepuasan konsumen madu Mutiara Tugu Ibu di Depok Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. James, O.O., M. A. Maesubi, L. A. Usman, S. O. Yeye, K. O. Ajanaku, K. O. Ogunniran, O. Ajanin, & T. O. Siyanbola. 2009. Physical characterisation of some honey samples from North-Central Nigeria. Journal of Physical Sciences. 4(1):464-470 Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Ed ke-11. Jilid 1. Jakarta. Lury, C. 1998. Budaya Konsumen. Edisi ke-1. Terjemahan: Champion H. T. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Mayasari, I. 2002. Madu sebagai anti oksidan alami untuk mencegah ketengikan daging sapi masak selama penyimpanan pada suhu 4 oC. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Miret, M. L. G., F, Ayala, & A. Terrap. 2007. Simplified method for calculating colour of honey by application of the characteristic vector method. J. Food Research International 40 : 1080-1086. Muhuidin, S. A. & Abdurrahman, M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Pustaka Setia, Bandung. Pemerintah Rpublik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999. Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2005. Lebah Madu. Penebar Swadaya, Jakarta. Rachmawaty, M. 2011. Efektivitas beberapa uji pemalsuan madu. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rahmani, M. F. 2004. Keakuratan metode uji larut untuk keaslian madu (studi kasus di Kota Bogor). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sarwono, B. 2001. Lebah Madu. Agro Media Pustaka, Tangerang. Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 47
Siregar, H. C. H. 2002. Pengaruh metode penurunan kadar air, suhu dan lama penyimpanan terhadap kualitas madu randu. Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siregar, H. C. H. 2006. Pengantar pengenalan madu. Paper. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suarez, M. A. Sara., T. Stefania, R. Enrico. E. Bertoli, & M. Battino. 2010. Contribution of honey in nutrition and human health: a review.J. Mediterr Nutr Me-tab 3 : 15-23 http://www.springer-link.com/content/g1771u466wvr2h26/fulltext.pdf [28 Januari 2011] Sumarwan, U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia dan MMA-IPB, Bogor. Sumoprastowo, R. & R. A, Suprapto. 1980. Beternak Lebah Madu Modern. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Terrab, A., A. G. Gonzalez., & F. J. Heredia. 2003. Mineral content and electrical conductivity of honeys produced in Northwest Marocco and their contribution to the characterization of unifloral honeys. J. Food Science and Agriculture. 83 (7): 637-643 Truchado, P., A. Gil-Isquierdo, F. Barberan, & A. Allende. 2009. Inhibition by chesnut honey of N-Acyl-L homoserine lactones and biofilm formation in erwinia carotovora, yersinia enterocolitica, and aeromaona hydrophila. J. Agricultural and Food Chemistry 57 (23): 11186-11193 Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Usman, H. & P. S. Akbar. 1995. Pengantar Statistik. Bumi Aksara, Jakarta. Wang, X. H., N. Gheldof., & N. J. Engeseth. 2004. Effect of processing and storage on anti oxidant capacity of honey. J. Food Science 69 (2): C96-C101. White, J. W. 1979. Physical characteristic of honey. In: Crane, E. (Ed). Honey : A Compreherensive Survey. Heinemann, London. Winarno, F. G. 1982. Madu : Teknologi, Khasiat dan Analisa. Ghalia Indonesia, Jakarta.
48
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan penyertaan-Nya selama menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ir. Hotnida C.H Siregar, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, kritik dan saran, serta motivasi dalam melaksanakan penelitian ini mulai dari awal hingga akhir. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si selaku Dosen Pembimbing Anggota yang juga dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, kritik dan saran, serta motivasi dalam melaksanakan penelitian ini mulai dari awal hingga akhir. Terimakasih kepada Tuti Suryati S.Pt. M.Si selaku Dosen Penguji Seminar, Ir. B.N Polii, SU, Ir. Agus Setiana, M.S dan Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si selaku Dosen Penguji sidang, atas saran atau masukan yang telah diberikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Mama dan Bapak tercinta, kakak Mariani, Abang Makmur, Adik Nora, Tulang & Nantulang Willy, Uda & Tante Keizya, Uda & Inanguda Berliana, Tulang & Nantulang Hendra, Abang Rudy, Kakak Santi, kakak Uli, dan kakak Rini atas cinta, doa, semangat dan dukungannya. Terimakasih juga kepada PT Apiari Pramuka Cibubur Jakarta Timur, yang telah memberikan kesempatan dan bantuan untuk melakukan penelitian di Perusahaan ini, selanjutnya terimakasih kepada Khairani sebagai teman seperjuangan selama kuliah dan penelitian atas dukungan, semangat dan kebaikan yang diberikan. Terimakasih kepada Ribkha Sinaga, Nova Simatupang, Glentina Togatorop, Ruth Manalu, Jernita Sitorus, Happy Home, Devianti, Ribka, keluarga IPTP 44, keluarga POPK, keluarga Komisi kesenian PMK IPB, Komisi Pra-alumni dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENGETAHUAN KONSUMEN TERHADAP MADU DI PT APRIARI PRAMUKA CIBUBUR JAKARTA
Yth Bapak/Ibu/Sdr/i pelanggan madu PT Apriari Pramuka Cibubur, Jakarta Timur Saya Magdalena Simatupang (D14070145) mahasiswi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor, bermaksud untuk mengajukan kuesioner ini dalam rangka perlengkapan bahan penelitian untuk menyusun skripsi dengan judul “ANALISIS PENGETAHUAN KONSUMEN TERHADAP MADU DI PT APIARI PRAMUKA CIBUBUR JAKARTA TIMUR”. Saya memohon supaya Bapak/Ibu/Sdr/i berkenan mengisi kuesioner ini dengan memberikan jawaban yang jujur sesuai dengan yang dialami. Setiap jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/i berikan dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, saya mengucapkan terimakasih. IDENTITAS KONSUMEN Petunjuk : berikan tanda silang [x] pada salah satu jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr/i anggap benar atau sesuai. Nama : Jenis kelamin
: [ ] laki-laki
Status pernikahan
: [ ] belum menikah
Alamat
:
Umur
:
Pendidikan trakhir
: [ ] SD
[ ] D1
[ ] S1
[ ] SMP
[ ] D2
[ ] S2
[ ] SMA/SMK [ ] D3
[ ] S3
Pekerjaan
: [ ] Pelajar
[ ] perempuan [ ] menikah
[ ] Pegawai swasta [ ] Ibu RT
[ ] Mahasiswa/i
[ ] Wiraswasta
[ ] Pensiunan
[ ] PNS
[ ] ABRI
[ ] Lainnya…….
Penghasilan/bulan : [ ] < Rp 1.000.000 [ ] Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 [ ] >Rp 3.000.000 - Rp 5.000.000 [ ] >Rp 5.000.000 INFORMASI MADU Petunjuk : berikan tanda silang [x] pada salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dan isilah titik-titik pada pertanyaan berikutnya dengan jujur sesuai pengetahuan anda. 1. Pertama sekali Anda mengetahui istilah madu adalah sejak…. a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Kuliah
e. setelah menikah
2. Dari mana Anda pertama sekali mengetahui istilah madu…. a. keluarga
b. sekolah
c. iklan
d. teman-teman
e. lainnya……… 3. Apakah Anda sering mencari informasi tentang madu? a. Sangat sering c. ragu-ragu e. sangat tidak sering b. Sering d. tidak sering/jarang Alasan :……………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………….. 4. Seberapa pentingkah informasi tentang madu bagi Anda? a. Sangat penting c. ragu-ragu e. sangat tidak penting b. Penting d. tidak penting Alasan :……………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………….. NUTRISI MADU 1. Apakah Anda tahu nutrisi (zat makanan) apa yang paling besar dalam madu? a. sangat tahu c. ragu-ragu e. sangat tidak tahu b. tahu d. tidak tahu jika jawaban Anda (a) atau (b), sebutkan nutrisinya apa : ……………………....... Jika jawaban Anda (c), (d), atau (e), apa alasannya:……………………………… ………………………………………………………………………………… JENIS MADU 1. Apakah selama ini Anda tahu bahwa madu itu berjenis-jenis? a. sangat tahu c. ragu-ragu e. sangat tidak tahu b. tahu d. tidak tahu jika jawaban Anda (a) atau (b), apa saja jenis-jenisnya :………………………… …………………………………………………………………………………. 52
…………………………………………………………………………………. Jika jawaban Anda (c), (d), atau (e), apa alasannya:………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. 2. Jenis madu apa yang biasa anda konsumsi?....................................................... …………………………………………………………………………………. MANFAAT MADU Petunjuk : berikan tanda check list [√] pada salah satu kotak jawaban yang Anda anggap sesuai dengan pengetahuan anda dan isilah titik-titik pada pertanyaan berikutnya dengan jujur sesuai pengetahuan anda. 3. Seberapa tahukah Anda tentang manfaat-manfaat madu di bawah ini?
No
Manfaat madu
1. 2. 3.
Sumber energi Sumber nutrisi Campuran bahan pangan Meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah Meningkatkan daya tahan tubuh Anti oksidan Anti tumor Anti kanker Anti mutagenik Anti radang Anti virus Anti mikroba Apiterapi Obat luka
4.
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sangat tahu
Tahu
Raguragu
Tidak tahu
Sangat Tidak tahu
53
KEASLIAN MADU 1. Apakah Anda tahu membedakan madu asli dan palsu? a. sangat tahu c. ragu-ragu e. sangat tidak tahu b. tahu d. tidak tahu jika jawaban Anda (a) atau (b), menurut Anda madu asli : rasanya seperti apa?............................................................................................ ………………………………………………………………………………… warnanya seperti apa?......................................................................................... …………………………………………………………………………………. aromanya seperti apa?......................................................................................... ………………………………………………………………………………..... kekentalannya seperti?........................................................................................ …………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………… Jika jawaban Anda (c), (d), atau (e), apa alasannya:……………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Apakah Anda punya cara lain untuk membedakan madu asli dan madu palsu? a. ya, caranya : ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………............. ......................................................................................................................................... b . tidak
CARA PENYIMPANAN MADU 1.Apakah selama ini Anda tahu cara menyimpan madu? a. sangat tahu c. ragu-ragu e. sangat tidak tahu b. tahu d. tidak tahu jika jawaban Anda (a) atau (b), bagaimana caranya :……………………............... …………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………. Jika jawaban Anda (c), (d), atau (e), apa alasannya:……………………………… 54
………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. KONSUMSI MADU 1. Untuk apa Anda membeli atau mengkonsumsi madu? a. Obat c. kosmetik/kecantikan b. pangan/makanan d. lainnya (sebutkan):………………………………….. (jawaban boleh lebih dari 1 atau semuanya). Diantara pilihan tersebut, mana yang lebih Anda diutamakan?.................................................. 2. Siapa biasanya yang mengkonsumsi madu di keluarga Anda? a. anak-anak & remaja (1-18 tahun) b. Dewasa-lanjut usia (>19 tahun) c. yang sedang sakit d. semua anggota keluarga
e.lainnya …………………
(jawaban boleh lebih dari 1 atau semuanya). Diantara pilihan tersebut, mana yang lebih Anda diutamakan?.................................................. 3. Bagaimana frekuensi Anda minum madu? (misalnya 1x/hari) ……………………………………………………………………………………... 4. Bagaiman cara Anda meminum/mengkonsumsi madu? a. Minum madu secara langsung tanpa dicampur dengan bahan lainnya b. Minum madu dengan dicampur bahan tambahan lain, seperti………………... Lainnya (sebutkan)……..………………………………………….................... 5. Jenis madu apa yang biasa anda konsumsi……………………………………. 6. Berapa kali Anda membeli madu dalam waktu 1 tahun? a. 1 -2 kali c. 3 – 4 kali e. 9 - 10 kali b. 5 - 6 kali d. 7 - 8 kali f. lebih dari 10 kali PEMBELIAN MADU 1. Apakah Anda berminat untuk membeli madu? a. sangat berminat c. ragu-ragu e. sangat tidak berminat b. berminat d. tidak berminat 2. Dimana biasanya anda membeli madu?.............................................................. Mengapa di tempat tersebut?.............................................................................. 3. Apakah merek mempengaruhi keputusan anda dalam membeli madu? a. sangat mempengaruhi c. ragu-ragu e.sangat tidak mempengaruhi b. mempengaruhi d. tidak mempengaruhi Mengapa?............................................................................................................… ……………………………………………………………………..
55
4. Merek apa yang biasanya Anda beli?................................................................ Mengapa harus merek tersebut? …......................................................................................................................... 5. Apakah Anda selama ini memiliki beberapa keluha tertentu sehingga tidak terlalu sering (jarang) membeli madu? a. ya
b.tidak
Jika ya apakah alasannya? a. Harganya mahal b. Sulit mendapatkan madu asli c. Kurang mengetahui informasi tentang madu d. Sulit membedakan madu asli dan madu palsu e. Lainnya (sebutkan)…………………
TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
56