ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA HIPERMARKET GIANT POINS LEBAK BULUS
Desi Mulyanti
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA HIPERMARKET GIANT POINS LEBAK BULUS
Desi Mulyanti 105092002939
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
PENGESAHAN PENGUJI Skripsi yang berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Buah Segar pada Hipermarket Giant Poins Lebak Bulus”, yang ditulis oleh Desi Mulyanti NIM 105092002939. Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari selasa tanggal 8 maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis. Menyetujui, Penguji I
Penguji II
Dr. Elpawati, MP
Masrul Huda, M.Si
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Edmon Daris, MS
Rizki Adi Puspita Sari, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Ketua Program Studi Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001
Drs. Acep Muhib, MMA NIP. 150 317 959
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA HIPERMARKET GIANT POINS LEBAK BULUS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Desi Mulyanti 105092002939
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr.Ir. Edmon Daris, MS
Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM
Mengetahui, Ketua Program Studi Agribisnis
Ir. Lilis imamah ichdayati, M.Si NIP. 19620617 19890 2 003
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 11 Maret 2011
Desi Mulyanti 105092002939
Daftar Riwayat Hidup
Data Diri Nama Lengkap
: Desi Mulyanti
Alamat
: Jati Negara Baru Jl.Gunung Salak CA 55 Rt. 05 Rw. 16 Kel. Penggilingan Buaran Jakarta Timur
Telepon
: 085263630860
Tempat Tanggal Lahir : Aceh, 08 Desember 1986 Agama
: Islam
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1991-1992
TK Abba Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
1992-1998
SDN 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
1998-2001
SLTPN 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
2001-2004
SMAN 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
2005-2011
Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi 2007-2008
Wakil Ketua Bidang Seni dan Budaya IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pemuda Aceh)
2008-2009
Staf CIC (Campus Interpreuner Comunity) Staf Bidang Pendidikan IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pemuda Aceh)
Kegiatan Pelatihan 2005
International Workshop on Ecologically Energy Diversification for Developing Countries
2007
Pelatihan Kewirausahaan Campus Interpreuner Community Training Organization Platform Badan eksekutif mahasiswa agribisnis Training Kepemimpinan IMAPA 1 (Ikatan Mahasiswa Pemuda Aceh) Training Jurnalistik IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pemuda Aceh)
2008
Panel Forum Workshop Education for Peace Nanggroe Aceh Nurussalam (NAD)
2009
Training Kepemimpinan IMAPA 2 (Ikatan Mahasiswa Pemuda Aceh)
2010
Seminar Sosialisasi Multi Drug Resisten pada Pasien TB
Riwayat Pekerjaan 2007
Waiters Pizza Hut Gintung
2009
Praktek Kerja Lapang Bidang Manajemen Persediaan Buah Segar di Giant Poins Lebak Bulus
2010
Konsultan Oriflame
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim Assalamu’alaikum. Wr. Wb Penulis awali penyusunan skripsi ini dengan maksud dan harapan segala sesuatu yang tertuang di dalam skripsi ini atas izin dan ridha Allah SWT. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA HIPERMARKET GIANT POINS LEBAK BULUS, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian. Dukungan adalah salah satu wujud kebersamaan secara moril maupun spiritual dan tak satupun insan dapat berdiri sendiri dalam menyonsong suatu keberhasilan, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Ibunda, Ayahanda, Adik-adikku, seluruh keluarga dan Abi Reza yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan. 2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra,M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Program Studi Agribisnis 4. Bapak Dr. Edmon Daris, MS dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA selaku dosen pembimbing 5. Ibu Dr. Elpawati, MP dan Bapak Masrul Huda, M.Si selaku penguji skripsi 6. Bapak Yusuf, Bapak Kosim, Bapak Agustin dan seluruh staf Giant Poins 7. Kawan-kawan agribisnis angkatan 2005 8. Sahabat-sahabatku 9. Keluarga besar IMAPA (Ikatan Mahasiswa Pemuda Aceh) 10. Seluruh pihak yang telah membantu serta mendukung penulis sehingga terselesaikan skripsi ini.
Akhir kata, atas semua bantuan dan bimbingan penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang untuk memberikan balasan dan limpahan karunia, Amin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, karena tiada yang maha sempurna selain Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
vii
RINGKASAN DESI MULYANTI, Analisis Pengendalian Persediaan Buah Segar pada Hipermarket Giant Poins Lebak Bulus. (Di bawah bimbingan EDMON DARIS dan RIZKI ADI PUSPITA SARI). Iklim tropis telah menjadikan Indonesia sebagai sumber bagi ketersediaan berbagai jenis produk hortikultura terutama buah segar. Buah segar dapat dijadikan bahan makanan bergizi serta dapat menunjang kesehatan. Buah segar sebagai kelengkapan makanan memiliki manfaat yang sangat besar, baik sebagai sumber gizi maupun penambah selera makan. Hipermarket Giant Poins merupakan salah satu hipermarket yang menjual produk segar seperti buah-buahan impor dan lokal. Pemasaran produk buah segar membutuhkan manajemen persediaan yang cukup baik. Hal tersebut bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tetap menjaga kualitas produk sehingga akan menghasilkan keuntungan dan loyalitas konsumen. Perusahaan ritel seperti hipermarket Giant Poins, persediaan buah merupakan persediaan barang jadi karena produk buah segar langsung dipasarkan tanpa diolah terlebih dahulu. Manajemen persediaan hipermarket Giant Poins sangat perlu menentukan kuantitas pemesanan dan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali terhadap produk buah segar demi menjaga kontinuitas persediaan. Tingkat waktu tunggu dan pemesanan yang tepat juga menjamin ketersediaan produk sehingga mencukupi untuk memenuhi permintaan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan model persediaan buah segar yang diterapkan oleh hipermarket Giant Poins. 2) Menentukan alternatif model pengendalian persediaan yang sebaiknya diterapkan oleh hipermarket Giant Poins. Penelitian dilakukan di hipermarket Giant Poins yang berlokasi di jalan Raya Kartini Poins Square Lebak Bulus Jakarta Selatan. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa hipermarket Giant Poins adalah salah satu perusahaan ritel yang juga memasarkan produk-produk segar seperti buahbuahan impor dan buah-buahan lokal. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder. Berdasarkan data penjualan buah segar pada tahun 2009 maka akan dianalisis menggunakan analisis ABC untuk memilih sampel buah berdasarkan tingkat kuantitas penjualan tertinggi yaitu sepuluh macam buah yang termasuk ke dalam kelas A. Biayabiaya yang timbul pada proses persediaan, kemudian data diolah dengan menggunakan model persediaan probabilistik dan model persediaan non probabilistik. Model persediaan probabilistik adalah buah dengan pola permintaan fluktuatif yang akan dianalisis menggunakan metode periode tunggal dan periodic review system. Model persediaan non probabilistik adalah buah dengan pola permintaan konstan akan dianalisis menggunakan metode EOQ.
Buah segar memiliki pola permintaan/penjualan yang fluktuatif dan relatif konstan. Sampel buah yang termasuk ke dalam buah yang pola permintaannya fluktuatif adalah buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pisang cavendish, durian monthong, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman. Buah tersebut akan dianalisis mengunakan metode periode tunggal dan periodic review system. Sampel buah yang termasuk kedalam buah yang pola permintaannya relatif konstan adalah buah jeruk lokam, lengkeng bangkok, mangga harum manis dan jeruk mandarin shantang. Buah tersebut akan dianalisis menggunakan metode EOQ. Metode persediaan yang digunakan oleh hipermarket Giant Poins adalah metode Min-Max (minimum-maksimum). Metode Min-Max merupakan metode persediaan dimana kuantitas pemesanan hanya dapat dilakukan diantara kuantitas minimum dan maksimum dari rata-rata penjualan. Rata-rata penjualan diperoleh data penjualan tahun lalu. Sistem komputerisasi tersebut merupakan aplikasi dengan nama GBOS (Giant Book Office System) yang digunakan seluruh manajemen hipermarket Giant yang ada di Indonesia. Metode perusahaan memberikan total persediaan paling kecil pada durian monthong sebesar Rp 1,120,000. Hasil dari total biaya persediaan periode tunggal terendah yaitu pada buah pisang cavendish dan durian monthong senilai Rp 7,200,000. Hasil perhitungan Periodic review system periode 2 hari, biaya persediaan yang paling rendah dihasilkan pada buah pisang cavendish dan durian monthong yaitu sebesar Rp 3,600,000. Hasil perhitungan Periodic review system periode 2 hari, biaya persediaan yang paling rendah dihasilkan pada buah pisang cavendish dan durian monthong yaitu sebesar Rp 2,400,000. Hasil perhitungan EOQ, total biaya persediaan terendah dimiliki oleh buah jeruk mandarin shantang yaitu sebesar Rp 980,000. Rekomendasi Alternatif metode pengendalian persediaan buah segar yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins atas dasar perbandingan total biaya antar metode adalah 1) Jeruk lokam menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 2,560,000. 2) Semangka merah non biji menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. 3) Apel fuji RRC menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000 . 4) Lengkeng bangkok menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 5,500,000. 5) Mangga harum manis menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,580,000. 6) Pisang cavendish menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 2,340,000. 7) Jeruk mandarin shantang menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 1,780,000. 8) Pear ya lie RRC menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. 9) Salak pondoh sleman menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000.
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
xv
PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ...........................................................................
1
1.2
Perumusan Masalah ...................................................................
5
1.3
Tujuan .......................................................................................
5
1.4
Manfaat .....................................................................................
5
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................
8
2.1
Pengertian Bisnis Ritel ...............................................................
8
2.2
Sekilas Tentang Buah Segar ....................................................... 2.2.1 Karakteristik Buah Segar ................................................ 2.2.2 Penggolongan Buah Segar .............................................. 2.2.3 Penanganan Buah Segar Lepas Panen ............................
9 10 11 13
2.3
Manajemen Operasi ..................................................................
16
2.4
Manajemen Persediaan ............................................................. 2.4.1 Fungsi-Fungsi Persediaan .............................................. 2.4.2 Tujuan Persediaan .......................................................... 2.4.3 Biaya-Biaya Persediaan .................................................. 2.4.4 Model Analisis ABC ...................................................... 2.4.5 Model Persediaan Probabilistik ...................................... 2.4.5.1 Metode Periode Tunggal .................................. 2.4.5.2 Model Periodic Review System ........................ 2.4.6 Model Persediaan Non Probabilistik (Metode Economic Order Quantity)..............................................................
17 21 22 24 28 31 33 34
2.5 Penelitian Terdahulu ...................................................................
37
2.6 Kerangka Pemikiran....................................................................
40
METODOLOGI PENELITIAN.......................................................
43
35
BAB IV
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
43
3.2
Jenis dan Sumber Data ...............................................................
43
3.3
Metode Pengumpulan Data ........................................................
44
3.4
Metode Analisis Data ................................................................. 3.4.1 Analisis Kualitatif .......................................................... 3.4.2 Analisis Kuantitatif ........................................................
44 44 45
3.5. Pengambilan Sampel Model Analisis ABC ................................
46
3.6. Model Persediaan Probabilistik .................................................. 3.6.1. Metode Periode Tunggal ................................................ 3.6.2. Metode Periodic Review System .....................................
47 47 48
3.7. Model Persediaan Non Probabilistik (Metode Economic Order Quantity) ...................................................................................
50
3.5. Definisi Operasional ..................................................................
52
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...........................................
54
4.1. Profil Hipermarket Giant Poins .................................................. 4.1.1. Sejarah Berdiri ............................................................... 4.1.2. Prinsip Organisasi .......................................................... 4.1.3. Struktur Organisasi Hipermarket Giant Poins.................
54 54 56 56
4.2. Divisi Fresh and Frozen ............................................................ 4.2.1. Struktur Organisasi ........................................................ 4.2.2. Ketenagakerjaan ............................................................ 4.2.2.1. Karakteristik Tenaga Kerja .............................. 4.2.2.2. Sistem Kompensasi .......................................... 4.2.2.3. Status Pegawai ............................................... 4.2.2.4. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan ........ 4.2.2.5. Standar Kebersihan Karyawan .........................
57 57 59 59 60 60 60 61
4.3. Jenis Produk Departemen Fruit and Vegetable ........................... 62 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................
63
5.1. Analisis Persediaan Buah Segar pada hipermarket Giant Poins .
63
5.1.1. Perencanaan dan Pengadaan Produk .............................. 5.1.2. Prosedur Pembelian, Proses Pemesanan dan Penerimaan Produk dari Suplier......................................................... 5.1.2.1. Prosedur Pembelian ........................................... 5.1.2.2. Proses Pemesanan .............................................. 5.1.2.3. Proses Penerimaan ............................................ 5.1.3. Penyimpanan, Penanganan Mutu dan Pengawasan Mutu Buah Segar............................................................
62
xi
64 64 64 71 72
5.1.3.1. Penyimpanan Produk Buah Segar ...................... 5.1.3.2. Penanganan Mutu Produk Buah Segar ............... 5.1.3.3. Pengawasan Mutu Produk ..................................
72 78 79
5.2. Model Analisis ABC ..................................................................
81
5.3. Analisis Pola Permintaan/Penjualan Buah Segar ........................
83
5.4. Analisis Pengendalian Persediaan Buah Segar............................ 84 5.4.1. Analisis Persediaan Periode Tunggal .............................. 84 5.4.2. Analisis Persediaan Periodic Review System................... 88 5.4.3. Analisis Persediaan EOQ................................................ 91 5.5. Analisis Biaya Persediaan Buah Segar ....................................... 5.5.1. Biaya Pemesanan Buah Segar......................................... 5.5.2. Biaya Penyimpanan Buah Segar ..................................... 5.5.3. Analisis Biaya Persediaan Berdasarkan Metode Persediaan Hipermarket Giant Poins .............................. 5.5.4. Analisis Biaya Persediaan Periode Tunggal .................... 5.5.5. Analisis Biaya Persediaan Periodic Review System......... 5.5.6. Analisis Biaya Persediaan EOQ ...................................... 5.5.7. Analisis Perbandingan Biaya Persediaan ........................
94 94 94 95 96 97 98 99
5.6. Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Buah Segar untuk Hipermarket Giant Poins ............................................................ 103 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 109 6.1. Kesimpulan ................................................................................ 109 6.2. Saran ......................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Iklim tropis telah menjadikan Indonesia sebagai sumber bagi ketersediaan berbagai jenis produk hortikultura terutama buah segar. Buah segar dapat dijadikan bahan makanan bergizi serta dapat menunjang kesehatan. Buah segar sebagai kelengkapan makanan memiliki manfaat yang sangat besar, baik sebagai sumber gizi maupun penambah selera makan. Buah segar mutlak dibutuhkan oleh setiap orang. Pola hidup sehat yang memanfaatkan bahan-bahan segar alami mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi buah segar. Buah segar adalah salah satu jenis makanan yang sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari, jika dibandingkan dengan suplemen obat-obatan kimia. Buah segar jauh lebih aman tanpa efek samping yang berbahaya dan umumnya memiliki harga jauh lebih murah dibanding suplemen yang memiliki fungsi yang sama. Direktorat Jenderal Hortikultura (2009:4) menjelaskan bahwa kebutuhan konsumsi per kapita buah segar dipengaruhi oleh jumlah konsumen, perubahan preferensi konsumsi, tingkat harga, dan tingkat pendapatan masyarakat. Permintaan produk impor umumnya untuk memenuhi pasar-pasar modern seperti pasar swalayan, supermarket, hypermarket serta hotel. Pemasaran buah segar selain tersedia di pasar tradisional juga tersedia di perusahaan ritel modern. Ritel modern yang terus berkembang diseluruh Indonesia, membuat konsumen menjadikan pilihan utama sebagai tempat berbelanja. Keunggulan utama ritel modern seperti hypermarket adalah tempatnya
yang luas, nyaman dan beragam barang yang diperdagangkan, mulai dari barang kebutuhan sehari-hari hingga barang elektronik dan barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Hypermarket seringkali memberikan harga yang lebih murah dari pada toko atau pasar tradisional. Lokasi yang strategis, fasilitas dagang yang ditawarkan hypermarket relatif teratur, bersih dan menarik melalui sentuhan manajemen modern dalam pengelolaan. Buah segar merupakan salah satu jenis produk segar yang dapat ditemui dan dibeli di hypermarket. Permintaan konsumen terhadap buah segar dipengaruhi oleh tekstur, rasa, bau, warna yang khas serta aman, bermutu tinggi dan bergizi. Beberapa usaha guna menjaga kualitas dan persediaan yang tepat adalah menjaga tekstur, rasa, bau, warna yang khas serta aman, bermutu tinggi dan bergizi. Usaha lain yang harus dilakukan dalam pengendalian kualitas dan pengendalian persediaan adalah menjaga kesegaran dengan meminimalkan kesalahan penyimpanan. Menjaga kualitas buah tetap segar walaupun menempuh perjalanan jauh, meningkatkan umur kesegaran buah selama proses penyimpanan dan sistem pengemasan yang inovatif untuk mengurangi kerusakan fisik juga harus diperhatikan (Ahmad, 2009:4). Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetitif jangka panjang. Mutu, rekayasa produk, harga, lembur, kapasitas berlebih, kemampuan merespon pelanggan akibat kinerja kurang baik, waktu tenggang (lead time) dan profitabilitas keseluruhan adalah hal-hal yang mempengaruhi tingkat persediaan. Perusahaan dengan tingkat persediaan yang
2
lebih tinggi daripada pesaing cenderung berada dalam posisi kompetitif yang lemah. Kebijaksanaan manajemen persediaan telah menjadi sebuah senjata untuk memenangkan kompetitif (Erlina, 2009:1). Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Perusahaan yang menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan). Perusahaan yang tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan barang (Handoko, 2000:333). Hipermarket Giant Poins merupakan salah satu hipermarket yang menjual produk segar seperti buah-buahan impor dan lokal. Pemasaran produk buah segar membutuhkan manajemen persediaan yang cukup baik. Hal tersebut bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tetap menjaga kualitas produk sehingga akan menghasilkan keuntungan dan loyalitas konsumen. Perusahaan ritel seperti hipermarket Giant Poins, persediaan buah merupakan persediaan barang jadi karena produk buah segar langsung dipasarkan tanpa diolah terlebih dahulu. Manajemen persediaan buah segar bertujuan agar tingkat persediaan cukup, tidak terlalu banyak tetapi tidak terlalu sedikit. Biaya yang dikeluarkan pun ekonomis sehingga perusahaan tidak kehilangan kesempatan untuk melayani penjualan. Penanganan persediaan produk buah segar oleh manajemen pengelolaan
3
persediaan (divisi fruit and vegetable) di hipermarket Giant Poins, tak lepas dari berbagai permasalahan. Kualitas produk adalah yang utama, mengingat produk buah segar sangat rentan terhadap kerusakan sehingga perlu penanganan yang tepat. Permasalahan yang dihadapi departemen fruit and vegetable dalam hal penanganan persediaan produk buah segar di hipermarket Giant Poins adalah broken stock yang sering kali berlebihan atau terlalu besar sehingga menimbulkan kerugian. Salah satu penyebab terjadinya broken stock adalah handling product yang kurang baik dari barang datang sampai tahap pemajangan (display) sehingga buah-buahan menjadi cepat rusak. Broken stock bisa terjadi akibat persediaan yang berlebih karena permintaan yang berfluktuasi sehingga persediaan berlebih. Langkah-langkah yang selama ini dilakukan oleh pihak manajemen hipermarket Giant Poins dalam mengurangi broken stock antara lain sistem penyimpanan buah segar harus diperhatikan agar buah tidak cepat rusak seperti dengan penyajian buah segar yang benar dalam display dan melakukan estimasi sesuai dengan daya jual. Manajemen hipermarket Giant Poins sangat perlu menentukan kuantitas pemesanan dan waktu yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali terhadap produk buah segar demi menjaga kontinuitas persediaan. Tingkat waktu tunggu dan pemesanan yang tepat juga menjamin ketersediaan produk sehingga mencukupi untuk memenuhi permintaan konsumen. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul: ANALISIS
4
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA HIPERMARKET GIANT POINS LEBAK BULUS. 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang dihadapi hipermarket Giant Poins dalam persediaan produk buah segar, adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana metode persediaan buah segar yang diterapkan oleh hipermarket Giant Poins? 2. Alternatif metode pengendalian persediaan apa yang sebaiknya diterapkan oleh hipermarket Giant Poins? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan model persediaan buah segar yang diterapkan oleh hipermarket Giant Poins. 2. Menentukan alternatif model pengendalian persediaan yang sebaiknya diterapkan oleh hipermarket Giant Poins. 1.4 Manfaat 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam menetapkan kebijakan dan strategi dibidang persediaan untuk mengembangkan bisnis mereka.
5
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan penelitian selanjutnya yang berhubungan pengendalian persediaan produk buah segar pada perusahaan ritel seperti hypermarket. 3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai suatu media untuk memperkaya dan memperdalam wawasan serta ilmu pengetahuan mengenai analisis pengendalian persediaan buah segar pada hypermarket. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Jumlah persediaan yang tepat akan dapat meminimalkan biaya pengadaan persediaan sehingga akan menguntungkan perusahaan dan kepuasan bagi konsumen. Persediaan produk buah segar di hipermarket Giant Poins menjadi perhatian utama karena sifat buah segar dipengaruhi oleh musim dan sangat mudah rusak. Berdasarkan perumusan masalah yang dihadapi oleh hipermarket Giant Poins dalam kaitannya dengan sistem persediaan produk, maka penulis akan membatasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Jenis buah yang menjadi objek penelitian adalah seluruh jenis buah yang dijual oleh pihak hipermarket Giant Poins baik impor dan lokal sepanjang tahun 2009. 2. Identifikasi biaya penyimpanan akan ditentukan berdasarkan sifat buah yang disimpan atau langsung dipajang. Hal ini terkait pada biaya yang dikeluarkan untuk buah yang disimpan berbeda dengan buah yang langsung dipajang di area penjualan. 6
3. Peneliti akan menganalisa besarnya biaya persediaan yang dikeluarkan. Hasil yang didapat akan dibandingkan dengan hasil dari penerapan beberapa metode. Biaya yang paling rendah akan dijadikan sebagai alternatif pengendalian persediaan guna menekan biaya persediaan.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bisnis Ritel Penjualan eceran dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah retailing. Retailing berarti memotong kembali menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Bisnis retail merupakan suatu bisnis menjual barang dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pengguna akhir lainnya. Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis retail diantaranya meliputi assortment, breaking bulk, holding inventory, dan providing service (Sopiah dan Syihabudhin, 2008:7). Tipe-tipe pedagang eceran adalah sebagai berikut (Kotler, 2003:537): 1. Store retailer (pedagang eceran bertoko) a. Toko khusus b. Toko serba ada c. Toko swalayan d. Toko super, toko gabungan dan hypermarket e. Toko pemberi potongan harga f. Toko gudang g. Toko pamer katalog 2. Non store retailer (pedagang eceran bukan toko) a. Penjualan langsung b. Pemasaran langsung
c. Mesin penjaja otomatis d. Pelayanan pembeli 3. Retailer organization (organisasi pedagang eceran) a. Mata rantai perusahaan b. Rantai suka rela dan koperasi pedagang eceran c. Koperasi konsumen d. Organisasi franchise e. Konglomerat dagang. 2.2. Sekilas Tentang Buah Segar Novary dalam Rasyid (2006:8), menyatakan bahwa istilah hortikultura sendiri berasal dari kata hortus yang berarti kebun dan colare yang berarti membudidayakan. Hortikultura secara harfiah berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun dan istilah hortikultura telah di kenal di Eropa sejak abad 17. Buah dan termasuk salah satu tanaman hortikultura di samping sayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Buah segar merupakan salah satu bahan makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Astawan (2009:1) menambahkan bahwa buah segar terdapat kandungan mineral, kalsium, vitamin dan antioksidan. Buah segar pada umumnya kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat besi (Fe). Buah segar yang kaya kalsium adalah buah salak, sawo, jeruk nipis, arbei, nangka, pala dan srikaya.
9
2.2.1. Karakteristik Buah Segar Ahmad (2009:4-10) menyatakan bahwa karakteristik buah segar dapat terlihat dari penampilan, tekstur, flavour, kandungan gizi, dan keamanan. Karakteristik buah segar tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penampilan adalah sesuatu yang bisa dilihat langsung dengan mata atau dengan bantuan alat ukur seperti indeks warna, tabel warna dan colorometer. 2. Tekstur dapat dirasakan oleh jari tangan atau bantuan alat ukur, dapat dirasakan oleh mulut ketika dimakan (crispiness, juiceness dan mealiness) dan dapat juga ditentukan melalui uji rasa atau pemeriksaan secara kimia. 3. Flavour merupakan perpaduan unik dari rasa dan aroma yang mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen, dapat diukur melalui analisis kimia (gula, asam, tanin, oksalat dan zat volatil) atau melalui uji organoleptik. 4. Kandungan gizi dapat diketahui melalui analisis kimia terhadap kandungan vitamin, karbohidrat, protein, mineral dan lemak. 5. Keamanan berkaitan dengan kandungan zat anti gizi seperti asam sianida dan oksalat, kandungan racun yang mungkin terbentuk seperti alfatoxin, mikroba yang bersifat patogen seperti E. Coli yang banyak menyebabkan keracunan makanan dan sisa-sisa pestisida yang masih menempel. Ahmad (2009:11) menyatakan bahwa karakteristik buah segar biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah. Klasifikasi berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan penanganan pascapanen secara umum, 10
karena buah dengan karakteristik dinding buah yang mirip akan mempunyai respon yang mirip terhadap perubahan lingkungan. Pada dasarnya, dinding buah terdiri dari tiga komponen yaitu lapisan luar (exocarp atau epicarp), lapisan tengah (mesocarp), dan lapisan dalam (endocarp). Gunawan (2009:4) menyatakan bahwa buah (fructus) merupakan suatu organ yang berasal dari bunga yang menyelubungi biji. Berdasarkan susunan dan asal bagian-bagian yang membentuk buah, maka buah dibedakan menjadi: 1. Buah sungguh (buah sejati), buah ini terbentuk dari bakal buah saja. Buah biasanya tidak diselubungi oleh bagian lain yang disebut buah tenjang (fructus nudus). 2. Buah semu (fructus spurius), selain bakal buah ikut pula bagian-bagian lain dari bunga mengambil bagian dalam pembentukan buah, bahkan akhirnya dapat merupakan bagian yang utama dari buah tadi. Buah ini diselubungi oleh sesuatu organ, maka disebut dengan buah tertutup (fructus clausus). 2.2.2. Penggolongan Buah Segar Ahmad (2009:12-13) menyatakan bahwa berdasarkan iklim buah digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: buah klimaterik dan buah nonklimaterik. Penggolongan buah tersebut antara lain: 1. Buah klimakterik merupakan buah yang mengalami pematangan terjadi setelah laju respirasi mencapai puncaknya, contoh; markisa, alpukat, pepaya, pisang, nangka, melon, jambu biji, dan apel. Buah klimakterik
11
biasanya dipanen tua, lalu proses pematangan akan terjadi dengan sendirinya. 2. Buah non-klimakterik merupakan buah yang mengalami laju respirasi terus menurun dan tidak mempunyai puncak, contoh; jeruk, nanas, anggur, stroberi, salak dan ketimun. Buah non-klimakterik biasanya dipanen setelah terjadi proses pematangan pada pohon. Buah digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat alami dari dindingnya. Penggolongannya buah segar berdasarkan sifat alami dari dindingnya antara lain sebagai berikut: 1. Berry Lapisan luar tipis sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Kebanyakan buah masuk ke dalam golongan ini. 2. Hespiridium Lapisan luar tebal dan mengandung zat warna, lapisan tengahnya banyak mengandung ruang antar sel, dan lapisan dalamnya terdiri dari jaringan dengan kantong-kantong jus. Buah yang termasuk ke dalam golongan ini adalah buah jeruk, yang mempunyai sel-sel mengandung minyak di bawah kulit. Minyak akan keluar bila kulit mendapat tekanan dan menimbulkan warna coklat pada kulit setelah kering. Hespiribium merupakan jenis berry yang termodifikasi.
12
3. Drupe Lapisan luar akan terlihat jelas setelah buah matang,
lapisan tengah
merupakan daging buah, dan lapisan dalam merupakan pelindung yang keras bagi biji. Buah mangga masuk ke dalam golongan ini. 4. Pome Lapisan luar tipis, lapisan tengah merupakan daging buah, dan lapisan dalam seperti kertas yang berfungsi untuk melindungi biji. Buah yang termasuk ke dalam jenis ini adalah apel. 5. Pepo Lapisan luar tebal dan keras, lapisan tengah dan lapisan dalam menyatu membentuk daging buah. Pepo juga merupakan berry termodifikasi, contohnya adalah buah melon. Golongan polong, capsule (durian), achene (stroberi), dan nut (biji mete), komponen dinding buahnya sukar untuk dibedakan. 2.2.3. Penanganan Buah Segar Lepas Panen Zulkarnain
(2009:167-182)
menyatakan
bahwa
guna
menunggu
pemasarannya dan agar kualitasnya dapat dipertahankan tetap tinggi sebelum dipasarkan dan dikonsumsi, maka buah segar disimpan untuk sementara waktu dengan berbagai tindakan perlakuan pascapanen. Penyimpanan hendaknya dilakukan sesingkat mungkin untuk mengurangi resiko yang mungkin timbul pada periode pascapanen, seperti pembusukan dan kontaminasi jasad renik. Sebaiknya dibuat perencanaan waktu pemanenan yang matang guna memperpendek masa
13
simpan sebelum buah segar tersebut dipasarkan atau dikonsumsi. Perencanaan dan langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Kelas Produk (Grading) Produk buah segar adalah komoditas yang sensitif dan mudah rusak dengan resiko kerusakan yang tinggi, terutama sebagai akibat serangan jamur dan bakteri. Penanganan khusus dan cepat sangat diperlukan terhadap produk buah segar yang sudah dipanen agar kualitasnya tetap tinggi. Pengawasan mutu dalam setiap tahapan penanganan pascapanen (seperti pengkelasan, pengemasan, pengankutan dan penyimpanan) juga perlu dilakukan dengan ketat. 2. Pengemasan Pengemasan bermanfaat untuk memberikan perlindungan terhadap produk yang
akan dipasarkan,
mempermudah penanganan (tidak repot),
menambah nilai ekonomi, dan meningkatkan daya tarik. Wadah kemasan hendaknya tidak terlalu berat, tidak banyak ruang terbuang, namun kekar/ kuat (tidak menimbulkan lecetan-lecetan pada produk buah segar didalamnya bila kemasan tersebut ditumpuk). Bahan yang digunakan sebagai kemasan memiliki sifat keporian (poreus) yang baik untuk mendukung pertukaran udara yang lancar. Peningkatan suhu dan kelembaban akibat respirasi produk didalam kemasan dapat ditekan, agar memperkecil timbulnya penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan.
14
3. Pengangkutan Pemasaran produk buah segar sangat tergantung pada kelancaran angkutan, karena tempat di mana produk dihasilkan dan tempat di mana produk dipasarkan biasanya tidak berdekatan, sedangkan produk tersebut harus sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar. 4. Penyimpanan Metode penyimpanan yang digunakan sangat bergantung pada jenis produk, kegunaan dan waktu. Patokannya adalah produk tersebut harus masih dapat diterima oleh konsumen (dalam pengertian mutu, kondisi, dan penampakan yang memenuhi selera) sesudah penyimpanan selama periode waktu tertentu. 5. Perlakuan-Perlakuan Pascapanen untuk Mempertahankan Mutu Kerusakan produk buah segar sebagai akibat proses pematangan yang cepat merupakan salah satu permasalahan lepas panen yang perlu mendapat perhatian serius. Dua metode di bawah ini adalah perlakuan pascapanen produk buah segar yang diberikan untuk mempertahankan mutu. a. Penyimpanan suhu rendah Produk buah segar disimpan di dalam kotak yang terbuat dari kayu, kardus
atau
steoroform
(tergantung
pada
jenis
produknya).
Penyimpanan suhu rendah pada produk-produk seperti jeruk dan apel dapat bertahan 6-12 bulan dari saat pemetikan. Hal tersebut mengakibatkan buah segar seperti apel dan jeruk dapat tersedia di 15
pasaran sepanjang tahun, seakan-akan buah segar ini tidak mengenal musim. b. Pelapisan lilin Kehilangan air dan substrat akibat transpirasi tidak dapat diganti dengan cara apapun juga. Laju transpirasi dapat ditekan bila pori-pori pada permukaan produk ditutup menggunakan lilin, sehingga produk tersebut tidak cepat keriput akibat terlalu banyak kehilangan air. Pelapisan dengan emulsi lilin dapat dibarengi dengan perlakuan bakterisida ataupun fungisida untuk mencegah serangan bakteri dan cendawan. Beberapa jenis lilin yang dapat digunakan, diantaranya adalah lilin lebah dan lilin carnauba. Pengaruh lilin tersebut harus mampu menahen laju transpirasi dan mempertahankan keadaan produk agar tetap dalam kondisi puncak sehingga dapat diterima oleh konsumen. 2.3. Manajemen Operasi Manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Manajemen juga dapat diartikan sebagai pengawasan barang dan jasa atau pengelolaan sistem transformasi yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa (Ishak, 2010:2). Tampubolon (2004:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah perencanaan persediaan. Fungsi manajemen operasi tersebut adalah dengan kreativitas yang tinggi dapat menciptakan pertambahan nilai (value added) pada output yang diberikan kepada konsumen melalui pemanfaatan bagian-bagian dari 16
input, serta melakukan inspeksi yang akurat pada proses konversi (quality assurance). 2.4. Manajemen Persediaan Achun (2008:1) menyatakan bahwa persediaan adalah barang yang dimiliki
untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan
pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual). Indrajit
dan
Djokopranoto
(2003:4-5)
mendefinisikan manajemen
persediaan (inventory management) atau pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan produk, sehingga kebutuhan produk dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan produk dapat ditekan secara optimal. Pengendalian tingkat persediaan bertujuan mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyediaan produk. Usaha yang perlu dilakukan dalam manajemen persediaan secara garis besar dapat diperinci adalah sebagai berikut: 1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan produk; 2. Membatasi nilai seluruh investasi; 3. Membatasi jenis dan jumlah produk; 4. Memanfaatkan seoptimal mungkin produk yang ada. Penanganan persediaan barang haruslah dianut prinsip pengelolaan persediaan, yakni penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam 17
persediaan haruslah sedemikian rupa sehingga operasi perusahaan tidak terganggu. Biaya investasi yang timbul harus dijaga agar penyediaan barang yang keluarkan menjadi seminimal mungkin. Prinsip tersebut memang selaras dengan prinsip ekonomi, yakni menghasilkan keluaran tertentu dengan biaya seminimal mungkin, atau dengan biaya tertentu menghasilkan keluaran semaksimal mungkin. Zulfikarijah (2005:4) mendefinisikan persediaan sebagai stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi operasi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi; bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Definisi tersebut mengacu pada proses transformasi operasi, sehingga dapat dijelaskan proses aliran bahan dengan persediaan bahan menunggu memasuki proses produksi. Persediaan dalam proses merupakan tahap menengah pada transformasi dan persediaan barang jadi siap melengkapi tranformasi dalam sistem produksi. Persediaan juga dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barangbarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan, proses produksi dan persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Assauri, 2004: 169-170). Istilah (terminologi) persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbedaan seperti: 1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand) 2. Daftar persediaan secara fisik 3. Jumlah item di tangan 18
4. Nilai persediaan barang. Zulfikarijah
(2005:82),
Sistem
persediaan
adalah
serangkaian
kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Sistem dan model persediaan bertujuan meminimalkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Handoko (2000:334-335), menguraikan jenis-jenis persediaan dibedakan atas : 1. Persediaan bahan mentah (raw materials) yaitu persediaan barang-barang yang berwujud seperti baja, kayu dan komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Contoh persediaan bahan mentah antara lain benang diolah menjadi kain atau kaos, kertas untuk percetakan atau kertas dijual sendiri berupa kertas dan lain-lain. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component) yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. Contoh persediaan komponen rakitan pabrik mobil, dalam hal ini bagian-bagian (parts) dari mobil tersebut tidak diproduksi
19
pabrik mobil tetapi diproduksi oleh perusahaan lain kemudian oleh pabrik mobil dirakit menjadi mobil. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan merupakan komponen jadi. Contoh persediaan bahan pembantu; minyak solar dan minyak pelumas hanya merupakan bahan pembantu. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual. Zulfikarijah (2005:94) menyatakan bahwa usaha yang perlu dilakukan untuk pengendalian persediaan dalam perusahaan jasa adalah: 1. Kebijakan persediaan swalayan. Swalayan harus memiliki bagian yang bertugas mengidentifikasi item persediaan, perusahaan pemasok dan biaya setiap item. 2. Perusahaan jasa berhubungan dengan beberapa distributor atau merupakan perusahaan waralaba. Perusahaan akan menyediakan berbagai jenis barang yang dibutuhkan oleh konsumen agar semua pelanggan dapat dilayani. Perusahaan menggunakan komputer yang akan memberikan identifikasi jenis, ukuran, dan dan kemanfaatan untuk memudahkan menghitung jumlah persediaan yang tersedia. 20
2.4.1 Fungsi-Fungsi Persediaan Handoko (2000:335) menyatakan bahwa efensiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Persediaan ini mungkin tetap tinggal di ruang penyimpanan, gudang, pabrik, atau toko-toko pengecer. Fungsi-fungsi persediaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fungsi “Decoupling” Fungsi
penting
persediaan
adalah
memungkinkan
operasi-operasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan” (independence). Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemendepartemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga “kebebasan”nya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
21
2. Fungsi “Economic Lot Sizing” Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan “lot size” ini perlu mempertimbangkan “penghematan-penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya). 3. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering
menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “decoupling” yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu. 2.4.2. Tujuan Persediaan Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah persediaan yang tepat, lead time yang tepat dan biaya rendah. Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi dan sistem persediaan. Perusahaan perlu 22
mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis (Yamit, 2005:8). Tujuan dari manajemen persediaan adalah memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang rendah. Divisi yang berbeda akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda (Ishak, 2010:164). Tujuannya dari pengendalian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak. 2. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Produk juga menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak tertanggu karena kekurangan bahan. 3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit dari pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk. 4. Keuangan (finance) menginginkan minimisasi semua bentuk investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan. 5. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan. 23
6. Rekayasa
(engineering)
menginginkan
persediaan
minimal
untuk
mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering. 2.4.3. Biaya-Biaya Persediaan Kebanyakan model-model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan. Biaya-biaya persediaan secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Ishak, 2010:167-173): 1. Biaya pembelian (Purchasing cost = c) Biaya pembelian (purchasing cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal atau diproduksi sendiri oleh perusahaan. 2. Biaya pengadaan (Procurement cost) Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (set up cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri. a. Biaya pemesanan (ordering cost = k) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini pada umumnya meliputi, antara lain: 1) Pemrosesan pesanan 2) Biaya ekspedisi 3) Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya 24
4) Pengeluaran surat menyurat,
foto kopi dan perlengkapan
administrasi lainnya 5) Biaya pengepakan dan penimbangan 6) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan 7) Biaya pengiriman ke gudang, dan seterusnya. Biaya per pesanan tidak naik bila kuantitas pesanan berubah, tetapi bila semakin banyak item yang dipesan setiap kali pemesanan, maka jumlah pemesanan per periode akan turun. Hal tersebut mengakibatkan biaya pemesanan total akan turun. b. Biaya pembuatan (Set up cost = k) Ongkos pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik, yang meliputi ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya. 3. Biaya penyimpanan (holding cost = h) Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya suatu item. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi
secara
langsung
dengan
kuantitas
persediaan.
Biaya
penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biayabiaya yang temasuk sebagai bagian biaya penyimpanan adalah:
25
a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal) Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, di mana modal perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai presentasi nilai persediaan untuk periode tertentu. b. Biaya gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresi. c. Biaya kerusakan dan penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya di ukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya. d. Biaya kadaluarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut. 26
e. Biaya asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi. f. Biaya administrasi dan pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan peralatan handling. 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p) Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan produk atau kebutuhan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan persediaan adalah sebagai berikut: a. Kehilangan penjualan b. Kehilangan pelanggan c. Biaya pemesanan khusus d. Terganggunya proses produksi e. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial. 5. Biaya Sistemik Selain biaya-biaya yang biasanya bersifat rutin, maka ada ongkos lain yang disebut biaya sistemik. Biaya ini meliputi biaya perancangan dan perencanaan sistem persediaan serta ongkos-ongkos untuk mengadakan 27
peralatan (misalnya komputer) serta melatih tenaga yang digunakan untuk mengoperasikan sistem. Biaya sistemik ini dapat dianggap sebagai biaya investasi bagi pengadaan suatu sistem pengadaan. 2.4.4. Model Analisis ABC Teknik pengelompokan persediaan perlu diketahui terlebih dahulu sebelum menentukan titik optimum, baik jumlah pemesanan maupun order point. Analisis ini berguna dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dalam sistem inventori yang bersifat multisistem (Rangkuti, 2007:19). Kelas dibedakan ke dalam tiga kategori. Kelas yang nilainya tinggi dan merupakan item penting disebut kelas A, berada dalam tingkat pengendalian paling ketat. Kelas yang nilainya menengah disebut kelas B, berada dalam tingkat pengendalian yang moderat. Kelas yang bukan merupakan kelas penting dikendalikan menggunakan pengendalian fisik yang sederhana yaitu kelas C (Carter, 2009:324). Analisis ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode waktu (harga per unit dikalikan volume penggunaan dari material itu selama periode tertentu). Periode waktu yang umum digunakan adalah satu tahun. Analisis ABC juga dapat diterapkan menggunakan kriteria lain bukan semata-mata berdasarkan kriteria biaya tergantung pada faktor-faktor penting apa yang menentukan material tersebut.
28
Persentase tingkat kuantitas penjualan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
A
B
C
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Persentase jenis barang dalam persediaan (kelas)
Gambar 1. Analisis ABC Sumber : Rangkuti (2007:20)
Gambar 1 menjelaskan bahwa bentuk kurva ABC dengan cara mengklasifikasikan kelas masing-masing kelompok jenis barang berdasarkan tingkat kuantitas penjualan. Gambar 1 juga menunjukkan bahwa 20 persen jenis barang merupakan wakil dari 80 persen dari total tingkat kuantitas penjualan. Beberapa jenis barang akan terlihat dalam kurva ABC berdasarkan tingginya kuantitas penjualan per tahun. Tujuan manajemen untuk jenis barang A harus menerima analisis yang maksimal, dievaluasi dan dicek kembali karena jenis barang dalam kelas A merupakan jenis barang yang sangat tinggi nilai penjualannya. Jenis barang kelas 29
B menjadi perhatian kedua setelah kelas A. Jenis barang kelas C harus dianalisis secara kasual dengan memperhatikan satu demi satu kecenderungannya, misalnya jenis barang apa yang cenderung meningkat penjualanya atau memiliki tingkat persediaan yang paling banyak dan sebagainya. Secara keseluruhan, jenis barang yang termasuk dalam kelas A harus menjadi fokus perhatian utama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis ABC (Rangkuti, 2007:2324) adalah sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan kinerja ukuran. Nilai penjualan sering digunakan sebagai ukuran kinerja, untuk memperoleh keputusan yang berbeda, ukuran yang dipakai harus sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. Kriteria ukuran yang dipakai harus menunjukkan skala terbaik dari keputusan yang diambil. Misalnya, apabila perusahaan ingin mengambil keputusan mengenai investasi di bidang persediaan, maka total nilai penjualan merupakan data yang paling tepat. Tetapi apabila tujuan perusahaan ingin mengetahui kemampuan perusahaan untuk melayani pelanggan tanpa mengakibatkan keterlambatan, maka lebih tepat digunakan ukuran profitability dibandingkan dengan nilai penjualan. 2. Masalah yang kedua, seringkali perusahaan memiliki jenis barang yang masuk dalam kelas C berdasarkan kriteria nilai penjualan, tetapi sangat penting untuk pelanggan. Contohnya, penjualan salah satu komponen mesin yang sangat kompleks. Nilai penjualan per unit komponen tersebut sangat rendah dibandingkan dengan nilai penjualan mesin tersebut secara utuh, tetapi komponen merupakan jenis barang yang sangat penting dari 30
mesin yang telah dibeli konsumen. Penjualan komponen yang penting ini jika tidak dipenuhi, dapat mempengaruhi total penjualan mesin di masa yang akan datang. Jenis barang tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak manajemen meskipun komponen tersebut terdapat dalam kelas C,. 2.4.5. Model Persediaan Probabilistik Model persediaan dimana variabel-variabel yang terlibat yaitu input dan lead time fluktuatif sehingga harus didekati dengan distribusi probabilitas, maka kemungkinan persediaan habis dan kapan persediaan akan datang juga probabilistik sifatnya (Siswanto, 2009:1). Model pengendalian probabilistik digunakan apabila salah satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti. Model pengendalian ini memiliki struktur matematika yang cukup kompleks. Hal yang harus diperhatikan dalam model ini adalah adanya kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian persediaan produk yang tidak diharapkan atau karena waktu penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan. Guna menghindari stock out perlu diadakan suatu fungsi persediaan pengaman yaitu suatu persediaan tambahan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadi stock out (Jane, 2009:2). Model persediaan probabilistik, diasumsikan bahwa semua parameter persediaan tidak selalu konstan dan tidak diketahui secara pasti atau hanya estimasi/perkiraan saja. Parameter-parameter seperti permintaan, lead time, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya kekurangan persediaan dan harga, 31
kenyataan sering bervariasi. Menghadapi variasi yang ada, terutama variasi permintaan dan lead time, metode probabilistik biasanya dicirikan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock) (Ishak, 2010:180). Variasi permintaan dan lead time dalam sistem persediaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Persediaan Teoritik
Persediaan Nyata
Reorder Point stock Safety L1
L2
L3
Gambar 2. Variasi Permintaan dan Lead Time dalam Sistem Persediaan Sumber : Ishak (2010:180)
Gambar 2 memperlihatkan bahwa tingkat persediaan teoritik dan persediaan nyata dan persediaan nyata dari waktu ke waktu. Adanya perbedaan lead time dan permintaan dari waktu ke waktu menyebabkan berbedanya tingkat persediaan nyata. Perusahaan akan mengalami kekurangan tingkat persediaan bila tidak ada persediaan pengaman. Hal pokok dalam model probabilistik adalah analisis perilaku persediaan selama lead time. Hal tersebut karena lead time dan demand bersifat probabilistik, maka akan ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi: 1. Tingkat permintaan konstan, namun periode waktu datangnya pesanan (lead time) berubah. 32
2. Lead time tetap sementara permintaan berubah. 3. Permintaan dan lead time berubah. I y
Q
Z r
t
t Gambar 3. Model Permintaan Probabilistik Sumber: Ristono (2009:244)
2.4.5.1. Metode Periode Tunggal Metode
ini,
pengembalian
persediaan
dilakukan
hanya
sekali
(pengurangan persediaan terjadi hanya sekali), dan ketika tingkat persediaan mencapai reoder level, masa dilakukan pemesanan sebesar Q. Variabel Q dan r harus ditentukan untuk mencapai total biaya persediaan minimal (jane, 2009:3). Metode ini digunakan untuk menangani pemesanan dari barang-barang yang mudah rusak atau perishables goods (seperti, buah-buahan segar, sayuran, ikan laut, bunga potong) atau jenis-jenis produk lainnya yang memiliki masa pakai relatif lebih pendek (seperti koran dan majalah). Produk seperti yang telah disebutkan di atas jika tidak laku terjual atau tidak terpakai, jenis barang tersebut di atas kadang-kadang dijual dengan harga miring (Rangkuti, 2007:107).
33
2.4.5.2. Metode Periodic Review System Pengendalian persediaan Periodic Review System adalah suatu sistem pengendalian persediaan yang jarak waktu antar dua pesanan adalah tetap. Persediaan pengaman dalam sistem ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan (Noerbiant, 2009:3). Periodic Review System adalah persediaan yang dihitung hanya pada saat periode ditentukan, jika pada saat itu persediaan yang ada berada dibawah titik minimum persediaan yang ditetapkan (reorder point), maka dilakukan pemesanan. Pemesanan tidak dilakukan jika persediaan di atas reorder point (Ishak,2010:173). Periodic Review System dapat dilihat pada gambar 4.
R Inventory
I1 r I3
I2
t1
t2
t3
Gambar 4. Periodic Review System Sumber: Ishak (2010:174)
Gambar 4 menunjukkan pada saat t1, jumlah persediaan (I1) berada di atas reorder point (r), sehingga tidak dilakukan pemesanan. Selang waktu T pada saat t2, dilakukan pemesanan sejumlah Q2 = R-I2 unit, karena pada saat itu jumlah 34
persediaan (I2) berada di bawah reorder point. Perlu dicatat, bahwa pemesanan tidak diterima seketika, sehingga jumlah persediaan berkurang terus sepanjang leadtime sampai pesanan diterima. Pesanan yang dibuat pada t3 tidak diterima sampai persediaan habis dan terjadi kekurangan persediaan. Metode periodic review system ini, tingkat persediaan dipantau secara berkala atau berdasarkan interval waktu tertentu (T) dan jarak antar dua pesanan adalah tetap. Apabila dalam akhir periode T, tingkat persediaan masih sangat tinggi, melebihi ekspektasi tingkat pemesanan, maka tidak ada tindakan yang diambil. Sebaliknya, apabila
tingkat persediaan pada akhir periode T sama
dengan atau kurang dari ekspektasi tingkat pemesanan, maka akan dilakukan pemesanan sampai maksimum tingkat persediaan yang diijinkan. Setiap kali pesan jumlah yang dipesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai. Setiap kali pemesanan dilakukan, ukuran lot pesanan tidak sama. Permasalahan dalam metode ini adalah terdapat kemungkinan persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai, akibatnya, safety stock yang diperlukan relatif lebih besar. Safety stock dalam metode ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead time, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan (Jane, 2009:6). 2.4.6. Model Persediaan Non Probabilistik (Metode Economic Order Quantity) Model ini, untuk setiap kali pemesanan, jumlah yang dipesan selalu bersifat tetap. Metode yang paling populer ialah metode EOQ (Economic Order Quantity). Jumlah pemesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan
35
disebut Economic Order Quantity. Metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan (Yamit, 2005). Apriyono (2008:1) mendefinisikan Economical Order Quantity (EOQ) sebagai jumlah pembelian yang optimal atau jumlah pemesanan barang dengan biaya yang minimal. Metode EOQ terdapat dua golongan biaya variabel, yang pertama yaitu prucement (set up) cost adalah biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi pesanan dan yang kedua adalah storage (carrying cost). Handoko (2000:339) menjelaskan bahwa metode manajemen persediaan Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS) dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Perbedaan pokoknya adalah EOQ merupakan nama yang biasa digunakan untuk barangbarang internal, sedangkan ELS adalah biaya pemesanan (ordering cost) meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesinmesin (setup costs) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Guna menekan biaya persediaan, perusahaan menghadapi dua sifat yang bertentangan. Sifat yang menekankan pada jumlah pesanan sangat besar sehingga biaya pemesanan selama satu periode menjadi lebih kecil, tetapi sebaliknya biaya penyimpanan menjadi lebih besar. Sifat kedua menekan agar jumlah pesanan sangat kecil, sebaliknya biaya pemesanan menjadi sangat besar sehingga biaya pemesanan selama satu periode. Memperhatikan kedua sifat biaya tersebut maka dapat digambarkan hubungan biaya-biaya tersebut pada Gambar 5 bahwa jumlah 36
pesanan yang ekonomis terletak antara perbatasan biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan yang mencapai nilai maksimum.
Biaya TC (Q) HQ/2
PR CR/Q 0
Kuantitas
EOQ Gambar 5. Total Biaya Persediaan Sumber : Yamit (2005:49)
Total biaya pembelian adalah biaya pembelian per unit (P) dikalikan dengan
jumlah
kebutuhan
(R).
total
biaya
pemesanan
adalah
biaya
pemesanansetaip kali pesan (C) dikali dengan frekuensi pemesanan selama satu tahun (R/Q). total biaya simpan adalah biaya simpan per unit (H) dikali dengan rata-rata persediaan (Q/2). Jumlah dari ketiga jenis biaya tersebut (biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya simpan) adalah total biaya persediaan per tahun. 2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya mengenai manajemen persediaan produk ikan segar pada ritel modern dilakukan oleh Annisa (2008) dengan judul analisis manajemen 37
persediaan produk ikan segar pada hipermarket studi kasus di Giant hipermarket Mega Bekasi Hypermall kota Bekasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan jenis ikan segar yang paling sering dipesan oleh Giant Bekasi adalah bawal hitam, kembung banjar, patin, bandeng super, tongkol besar, ayam-ayam dan kakap merah bulat. Ikan-ikan tersebut juga merupakan ikan-ikan yang mendominasi penjualan produk ikan segar di Giant Bekasi. Pemesanan ikan segar pada Giant Bekasi dilakukan setiap hari, sehingga frekuensi pemesanan setiap tahunnya cukup tinggi tetapi jumlah pemesanan yang dilakukan setiap kali melakukan pemesanan tidak banyak. Besarnya jumlah pesanan optimal yang dicari dengan menggunakan metode EOQ dalam pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Bekasi, diperoleh hasil kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi pemesanan yang lebih kecil, kecuali untuk ikan tongkol besar dan kakap merah bulat kecil ternyata akan lebih optimal dengan kombinasi yang sebaliknya. Biaya persediaan dapat ditekan menjadi lebih rendah dan broken stock dapat dikurangi, melalui kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi yang lebih kecil ataupun sebaliknya. Giant Bekasi berupaya menyediakan produk ikan segar sesuai dengan permintaan pelanggan. Namun, kuantitas dan frekuensi pemesanan optimal ini tetap bergantung pada ketersediaan barang digudang pusat Hero Cibitung. Tingkat
persediaan
pengaman
optimal
yang
diperoleh
dengan
menggunakan metode EOQ menghasilkan jumlah yang lebih sedikit daripada jumlah persediaan pengaman yang dilakukan Giant Bekasi kecuali untuk ikan
38
bawal hitam, kembung banjar, patin, dan bandeng super yang keempatnya sudah efisien. Penelitian
terdahulu
yang
lainnya
adalah
mengenai
manajemen
pengendalian mutu dan optimalisasi persediaan sayur dan buah segar di supermarket Matahari Mal Depok yang dilakukan oleh Tamarinda (2005), menguji beberapa jenis sayur dan buah yang memiliki tingkat penjualan tinggi sepanjang tahun. Sayur dan buah yang memiliki tingkat penjualan tertinggi adalah lengkeng, pisang cavendish, jeruk medan, tomat dan wortel impor. Sayur dan buah dianalisis menggunakan metode periodic review system. Hasil analisis kinerja pengendalian mutu periode Agustus-September 2004 menunjukkan bahwa pengendalian mutu lengkeng, pisang cavendish, jeruk medan dan tomat tidak terkendali, sedangkan wortel impor terkendali. Hal ini berarti kapabilitas proses pengendalian mutu lengkeng, pisang cavendish, jeruk medan dan tomat memerlukan peninjauan kembali untuk dianalisis penyebabnya, sedangkan kapabilitas proses wortel impor perlu dipertahankan. Hasil analisis regresi menunjukkan adanya hubungan positif antara kegiatan pengendalian mutu dan persediaan. Jumlah persediaan yang semakin besar akan menyebabkan peningkatan jumlah kerusakan barang persediaan yang disimpan. Jumlah proporsi kerusakan yang semakin emningkat juga akan meningkatkan jumlah kerusakan terjadi. Hasil
analisis
optimalisasi
pengendalian
persediaan
yang
telah
diintegrasikan dengan kegiatan pengendalian mutu menunjukkan bahwa model pengendalian persediaan akan memberikan hasil jumlah dan waktu persediaan 39
yang yang optimal dengan biaya total persediaan yang minimum pada buah lengkeng adalah periodic review system periode 2. Pisang cavendish, jeruk medan, tomat dan wortel impor adalah periodic review system periode 3. 2.6. Kerangka Pemikiran Dunia bisnis semakin dihadapkan pada kondisi yang selalu berubah setiap waktu, hal ini menyebabkan perusahaan membutuhkan suatu perencanaan. Buah segar merupakan produk barang jadi yang butuh penanganan intensif dalam penyimpanan karena buah segar adalah produk yang mudah rusak. Hipermarket Giant Poins merupakan salah satu perusahaan ritel yang memasarkan buah segar. Buah segar yang dipasarkan di hipermarket Giant Poins bisa berbentuk curah atau dalam kemasan, baik lokal maupun impor. Hipermarket Giant Poins memiliki jaringan pelanggan, yakni seluruh lapisan masyarakat. Hipermarket Giant Poins memiliki pesaing, salah satunya Carrefour yang juga merupakan perusahaan ritel yang memasarkan buah segar. Upaya untuk membantu mengantisipasi fluktuasi penjualan dan persaingan diperlukan cara yang tepat, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan. Salah satu cara yang diperlukan untuk mengantisipasi permasalahan ialah pengendalian persediaan. Pengendalian persediaan dilakukan untuk menjaga persediaan produk agar penjualan produk optimal. Hal yang perlu diperhatikan seperti kuantitas pemesanan, persediaan pengaman dan pemesanan kembali guna menghindari kehilangan penjualan dan meminimisasi biaya persediaan. Pengendalian persediaan menggunakan model analisis ABC untuk mengelompokkan jenis buah berdasarkan tingkat kuantitas penjualan tertinggi. 40
Setelah hasil analisis ABC didapatkan maka akan dianalisis menggunakan model persediaan probabilistik dengan metode periode tunggal dan periodic review system serta model persediaan non probabilistik dengan metode EOQ. Jenis buah yang dengan pola permintaan fluktuatif akan dianalisis menggunakan model persediaan probabilistik yaitu metode periode tunggal dan periodic review system. Jenis buah dengan pola permintaannya konstan akan dianalisis menggunakan model persediaan non probabilistik yaitu metode EOQ. Berdasarkan hasil penelitian nanti akan terlihat berapakah biaya yang dibutuhkan jika menggunakan metode periode tunggal, periodic review system, dan EOQ. Secara garis besar, maksud uraian tersebut merupakan suatu kerangka pemikiran konseptual skripsi ini digambarkan pada gambar 6.
41
PRODUK BUAH SEGAR HIPERMARKET GIANT POINS
Analisis ABC
Produk Buah Segar
10 Macam Buah dari kelas A
Pola Permintaan
Pola Permintaan Fluktuatif
Model Persediaan Tidak Non Probabilistik
EOQ
Ya
Biaya Minimum
Model Persediaan Probabilistik
1. Periode Tunggal 2. Periodic Review System
Alternatif Pengendalian Persediaan Produk Buah Segar Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
Keterangan: : Alat penelitian : Aktivitas penelitian : Arah aktivitas penelitian : Sasaran penelitian
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di hipermarket Giant Poins yang berlokasi di jalan
Raya Kartini Poins Square Lebak Bulus Jakarta Selatan. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa hipermarket Giant Poins adalah salah satu perusahaan ritel yang juga memasarkan produk-produk segar seperti buah-buahan impor dan buah-buahan lokal. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2010. 3.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dihimpun dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kegiatan pengelolaan persediaan buah-buahan di hipermarket Giant Poins dan wawancara dengan karyawan serta pihak-pihak yang berkepentingan seperti Department Manager Fresh and Frozen, Department Manager Fruit and Vegetable, Assistent Department Head Fruit and Vegetable, HRD, Supervisor, dan Staff Department Fruit and Vegetable. Data sekunder yang digunakan merupakan data pola penjualan buah segar selama satu tahun dan data penunjang yang diperoleh melalui literatur, dokumen dan informasi dari berbagai instansi terkait seperti hipermarket Giant Poins (sebagai tempat penelitian), BPS, dan perpustakaan-perpustakaan instansi terkait. Data yang dibutuhkan yaitu gambaran umum perusahaan, pemasaran, persediaan dan penyimpanan buahbuahan di hipermarket Giant Poins.
3.3.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu pengamatan langsung
dan wawancara kepada Department Manager Fresh and Frozen, Department Manager Fruit and Vegetable, Assistent Department Head Fruit and Vegetable, HRD, Supervisor, dan Staff Department Fruit and Vegetable. Metode pengamatan langsung yaitu penulis langsung mengikuti aktifitas yang dilakukan hipermarket Giant Poins sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh aktivitas yang dilakukan perusahaan tersebut mulai pemesanan, penerimaan, penyimpanan dan perlakuan terhadap buah. Pengumpulan data wawancara menggunakan daftar pertanyaan. 3.4.
Metode Analisis Data
3.4.1. Analisis Kualitatif Analisis kualitatif disajikan secara deskriptif berkenaan dengan gambaran umum perusahaan, visi misi dan tujuan perusahaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi, produk-produk yang dipasarkan, ketenagakerjaan, pemasaran dan bauran pemasaran yang dimiliki oleh hipermarket Giant Poins. Analisis kualitatif juga digunakan untuk melihat cara pemesanan, penerimaan dan penyimpanan yang diuraikan secara deskriptif. Data kualitatif akan diuji kredibilitasnya dengan menggunakan metode triangulasi. Sugiyono (2008:83), menjelaskan bahwa triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Melakukan pengumpulan data dengan teknik ini berarti telah sekaligus menguji kredibilitas data. Metode
44
triangulasi
yang
digunakan
adalah
triangulasi
teknik,
yaitu
dengan
menggabungkan dan membandingkan data dari hasil pengamatan, data hasil wawancara dan data dokumen. 3.4.2. Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk persediaan buah segar dengan melihat pengeluaran seluruh biaya sebelum penjualan. Mulai dari penerimaan buah segar masuk ke hipermarket sampai buah segar terjual. Berdasarkan data penjualan buah segar pada tahun 2009 maka akan dianalisis menggunakan analisis ABC untuk memilih sampel buah berdasarkan tingkat kuantitas penjualan tertinggi yaitu sepuluh macam buah yang termasuk ke dalam kelas A. Biaya-biaya yang timbul pada proses persediaan, kemudian data diolah dengan menggunakan model persediaan probabilistik dan model persediaan non probabilistik. Model persediaan probabilistik adalah buah dengan pola permintaan fluktuatif yang akan dianalisis menggunakan metode periode tunggal dan periodic review system. Model persediaan non probabilistik adalah buah dengan pola permintaan konstan akan dianalisis menggunakan metode EOQ. Analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi data untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca. Data yang sudah terkumpul, tahap selanjutnya dilakukan pengeditan dan perhitungan data dalam bentuk tabulasi dan siap untuk dianalisis. Pengolahan data menggunakan alat bantu yaitu microsoft excel dan kalkulator. Analisis data menggunakan metode sebagai berikut:
45
1. Metode periode tunggal 2. Metode periodic review system 3. Model persediaan EOQ. 3.5.
Pengambilan Sampel Model Analisis ABC Rangkuti (2007: 21-22) menjelaskan bahwa analisis ABC digunakan oleh
para manajer untuk menentukan di mana analisis detail harus difokuskan. Metode analisisnya adalah dengan cara mengelompokkannya menjadi tiga kelas yaitu kelas A,B dan C. Adapun produk-produk inventory ke dalam kelas A, B dan C dengan kriteria 20 % dari jenis produk dikelompokkan ke dalam kelas A. 30 % dari jenis produk dikelompokkan ke dalam kelas B, dan 50 % jenis produk dikelompokkan ke dalam kelas C. Perhitungan analisis ABC adalah sebagai berikut: Kelas A = 20 % x jumlah seluruh jenis buah Kelas B = 30 % x jumlah seluruh jenis buah Kelas C = 50 % x jumlah seluruh jenis buah Prosedur analisis ABC adalah sebagai berikut: 1. Menentukan standar atau kriteria untuk mengukur pengelompokan semua jenis barang. 2. Semua jenis barang diurutkan dalam persediaan berdasarkan ukuran standar.
46
3.6.
Model Persediaan Probabilistik Persediaan probabilistik jumlah permintaan barang tiap-tiap periodenya
tidak diketahui secara pasti. Informasi tentang permintaan dapat diketahui dari pola permintaan yang diperoleh berdasarkan data masa lalu. 3.6.1. Metode Periode Tunggal Analisis periode tunggal umumnya difokuskan pada biaya kehilangan penjualan dan ekses. Kehilangan penjualan pada persediaan buah segar hipermarket Giant Poins mengacu pada kerugian yang harus ditanggung oleh hipermarket Giant Poins karena kehilangan penjualan yang potensial terjadi namun hilang karena kurangnya persediaan. Biaya kehilangan penjualan (Cs) merupakan keuntungan rata-rata yang didapat dari menjual setiap kilogram persediaan buah selama periode data. Cs (Rp) = keuntungan rata-rata Biaya ekses atau biaya kerusakan dapat diartikan jumlah rata-rata yang harus ditanggung karena adanya produk yang tidak dapat dijual (rusak) setiap 1 kilogram persediaan. Salvage value merupakan nilai penyelamatan pada buah yang mulai mengalami penurunan kualitas. Biaya ekses dapat dinyatakan sebagai berikut: Ce (Rp) = Harga beli produk rata-rata – salvage value Setelah mengetahui Ce dan Cs, selanjutnya dihitung ratio tingkat pelayanan. Tingka pelayanan atau service level adalah kemungkinan bahwa permintaan tidak
47
akan melebihi tingkat persediaan. Tingkat pelayanan dapat dihitung dengan rumus:
Tingkat pelayanan (SL) =
Cs Cs + Ce
Selanjutnya kita dapat mencari tingkat persediaan optimal pada tingkat pelayanan yang diinginkan (SL) dengan rumus: Tingkat Persediaan Optimal = Permintaan rata-rata + {Z(SL) x Simpangan baku permintaan} Dimana Z adalah standar deviasi rata-rata yang berkaitan dengan tingkat layanan terkait. (Rangkuti, 2007:109). 3.6.2. Metode Periodic Review System Analisis pengendalian persediaan Periodic Review System, pengecekan dan pengisian kembali persediaan buah segar di hipermarket Giant Poins dilakukan secara berkala dalam hitungan hari sesuai dengan masa simpan optimal rata-rata buah yang layak jual. Hipermarket Giant Poins tidak ingin menyimpan terlalu lama atau terlalu banyak persediaan jadi ditetapkan jangka waktu pengecekan dan pengisian kembali persediaan (T) adalah setiap dua hari dan tiga hari. Penetapan jangka waktu dua hari dan tiga hari didasarkan pada asumsi tingkat simpan prima suatu jenis buah tanpa harus beresiko mengalami kerusakan pada kondisi penanganan penyimpanan yang minimal. Hipermarket Giant Poins juga tidak memiliki resiko kehilangan penjualan akibat persediaan yang terlalu sedikit jadi hipermarket Giant Poins ingin memiliki
48
persediaan pengaman untuk mengantisipasi ketidaktersediaan produk di pasaran karena tidak musim. Jarak waktu antara waktu pemesanan dan penerimaan barang biasanya tidak menyebabkan hipermarket Giant Poins kehilangan penjualan karena pemesanan dilakukan sore hari dan datang keesokan harinya saat toko beroperasi, dengan demikian waktu tenggang (LT) diasumsikan nol (0). Persediaan Periodic Review System akan dilakukan dengan periode dua dan tiga hari. Jadi, setiap dua dan tiga hari sekali, bila permintaan selama periode persediaan memiliki distribusi normal dengan rata-rata (T + LT) + D, memiliki varian σ 2 x (T + LT) dan standar deviasi σ x √(T + LT). Suatu jumlah persediaan pengaman yang seharusnya dimiliki dengan demikian dapat dinyatakan sebagai berikut:
Persediaan Pengaman (SS) = Z x Standar deviasi permintaan selama T-LT = Z x σ x √(T+LT) Selanjutnya:
Target Stock Level = Permintaan rata-rata selama (T+LT) - persediaan pengaman = D x (L - LT) + Z x σ x √(T+LT)
Waktu tunggu yang seiring dengan waktu tutup toko menyebabkan adanya asumsi tidak ada kehilangan penjualan, maka: Tingkat Pemesanan Kembali (ROP) = Jumlah permintaan rata-rata pada waktu tunggu + jumlah persediaan pengaman
49
Maka jumlah tingkat pemesanan kembali (ROP) adalah sama dengan jumlah persediaan pengaman. Jadi, apabila telah tiba waktunya memesanan dan jumlah pemesanan telah berada di bawah jumlah persediaan pengaman, maka: Jumlah pemesanan = target stock level – persediaan di tangan (SOH) Rangkuti (2007:97) 3.7.
Model Persediaan Non Probabilistik (Metode Economic Order Quantity) Adapun asumsi yang perlu diperhatikan pada metode EOQ adalah sebagai
berikut (Handoko, 2000:341): 1. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik). 2. Harga per unit produk adalah konstan. 3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan. 4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan. 5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (leadtime) adalah konstan. 6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order. Perhitungan optimum order size adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2007:27):
EOQ = √2DCs/Cc
Keterangan: D = jumlah permintaan per tahun
50
Cs = biaya pemesanan per pesanan Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun
I = R/EOQ Keterangan: I
= frekuensi pemesanan
R
= jumlah kebutuhan dalam unit
EOQ = jumlah pembelian optimal yang ekonomis Perhitungan safety stock, reorder point dan maksimum inventory adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2000:92): Safety stock = jumlah standar deviasi dari tingkat permintaan (σ) x Z
ROP (reorder point) = penggunaan selama lead time + safety stock
Penggunaan selama lead time = lead time x permintaan
Maksimum inventory = safety stock + EOQ
Yamit (2005:49), menyatakan bahwa jika tidak terjadi kekurangan persediaan (stockout), maka total biaya persediaan per tahun menggunakan rumus sebagai berikut: TC = PR + CR/Q + HQ/2 Keterangan: R = jumlah kebutuhan dalam unit
51
P = biaya pembelian per unit C = biaya pemesanan setiap kali pesan H = biaya simpan per unit per tahun Q = jumlah pemesanan dalam unit 3.5. Definisi Operasional 1. Buah segar merupakan buah yang belum mendapatkan perlakuan pasca panen atau sudah mendapatkan perlakuan pasca panen namun tidak ada penambahan zat editif (perasa, pengawet dan lain-lain). 2. Persediaan buah segar adalah persediaan yang dimiliki oleh hipermarket Giant Poins baik yang sudah terdapat pada rak display maupun yang masih berada pada gudang penyimpanan. 3. Persediaan sebagai stock barang jadi yang digunakan untuk memfasilitasi operasi dan untuk memuaskan permintaan konsumen. 4. Biaya pemesanan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh hipermarket Giant Poins setiap kali melakukan pemesanan (Rp/pesanan). 5. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan selama satu tahun akibat adanya penyimpanan persediaan produk dalam ruang inventory (Rp/hari/unit). 6. Biaya pembelian adalah biaya rata-rata yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan buah dari supplier (Rp/Kg). 7. Waktu tunggu (lead time) merupakan waktu tenggang terhitung sejak pemesanan dilakukan oleh hipermarket Giant Poins sampai dengan pesanan diterima oleh pihak hipermarket Giant Poins (hari).
52
8. Tingkat pelayanan atau service level (SL) adalah kemungkinan bahwa permintaan tidak akan melebihi tingkat persediaan yang dimiliki. 9. Satuan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu tahun selama periode tahun 2009.
53
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.
Profil Hipermarket Giant Poins
4.1.1. Sejarah Berdiri Hipermarket Giant Poins merupakan salah satu group ritel dari Hero Group dengan nama PT. Hero Supermarket Tbk di gedung Hero II jalan Jendral Gatot Subroto 177A Jakarta. Hero Group adalah jaringan toko swalayan yang memiliki banyak cabang di Indonesia. Hero Group merupakan suatu group ritel yang memiliki berbagai format sebagai berikut: 1. Supermarket dengan nama Hero 2. Hypermarket dengan nama Giant 3. Drug Store dengan nama Guardian 4. Convenience dengan nama Starmart dan Mitra.
Hipermarket Giant Poins melakukan kegiatan operasional dari pukul 09.00 pagi hingga 22.00 malam. Hipermarket Giant Poins tidak hanya memberikan harga yang murah pada produk-produk yang dijualnya kepada masyarakat, namun juga memberikan pilihan dan koleksi produk yang beraneka ragam. Beberapa bentuk jaminan dan layanan tambahan gratis diberikan oleh hipermarket Giant Poins untuk memuaskan pelanggan. Jaminan dan layanan tersebut diantaranya adalah : 1. Jika ada yang lebih murah, maka akan diganti selisihnya 3 kali lipat. 2. Jika tidak puas, boleh dikembalikan. 3. Harga kasir yang tidak sama dengan harga di rak, bayar yang termurah.
4. Bebas biaya antar. 5. Parkir gratis di beberapa lokasi gerai hipermarket Giant. 6. Berbelanja dengan sistem kredit dari sumber kredit.
Tentu saja bentuk-bentuk jaminan dan layanan tersebut memiliki banyak persyaratan khusus agar hipermarket Giant Poins tidak rugi. Bentuk jaminan dan layanan tersebut cukup memberikan dampak efek psikologis yang besar pada perilaku konsumen. Hal ini terbukti dengan pendapatan per bulan hipermarket Giant Poins yang mencapai 8-8.5 Milyar. Pendapatan tersebut terdiri dari: pendapatan pada hari-hari biasa sebesar 200-250 Juta dari jumlah pelanggan 2500-3000 pelanggan, dan pendapatan saat akhir pekan yaitu sabtu dan minggu bisa mencapai 500-600 Juta dari jumlah pelanggan 4500-6000 pelanggan. Hipermarket Giant Poins didirikan pada tanggal 12 Agustus 2005. Lokasi di jalan Lingkar Selatan Lebak Bulus Jakarta Selatan. Perusahaan ritel yang bergerak dibidang usaha perdagangan eceran dan grosir, dengan mengoperasikan gerai swalayan. Hipermarket Giant Poins menyediakan berbagai jenis kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan rumah tangga, termasuk elektronik. Hipermarket Giant Poins juga gerai yang melayani pembelian secara grosir. Luas hipermarket Giant Poins secara keseluruhan adalah 10.216 m, yang terbagi atas: trading area seluas 6.407 m, back office area seluas 593 m, service area 447 m, grocery 1.922 m, fresh 1.473 m, GMS 2.563 m, COC 448 m, parkir mobil 32,5 m. Cabang hipermarket Giant hingga tahun 2009 mencapai 31 cabang yang tersebar diseluruh pulau Jawa (lampiran 1).
55
4.1.2 Prinsip Organisasi Prinsip organisasi hipermarket Giant Poins merujuk kepada perusahaan induknya, yaitu: Hero Group. Prinsip organisasi dari Hero Group adalah sebagai berikut: 1. Selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. 2. Menyediakan produk yang bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 3. Menciptakan kesatuan manajemen yang sempurna. Sehingga dapat mencapai kesejahteraan sesama karyawan, dan menuju kemajuan perusahaan. 4.1.3 Struktur Organisasi Hipermarket Giant Poins Hipermarket Giant Poins mempunyai tenaga kerja standar yang berjumlah 218 tenaga kerja. Namun pada kenyataannya, saat ini hanya ada 216 tenaga kerja yang terdiri atas 184 pria dan 32 wanita. Pimpinan tertinggi di hipermarket Giant Poins adalah Store General Manager yang membawahi dan mengawasi 4 orang manajer. Struktur organisasi disajikan pada lampiran 2. Manajer tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manager Grocery Manager Grocery membawahi dan mengawasi pengelolaan grocery food dan non food. 2. Manager Fresh and Frozen
56
Manager Fresh and Frozen membawahi dan mengawasi pengelolaan daging dan ayam, seafood, sayur dan buah, dairy frozen, bakery serta makanan siap saji. 3. Manager GMS (General Merchandise) Manager GMS membawahi dan mengawasi pengelolaan textile, furnishing (bazar), gents, house hold, children and infant, toys and stationary, footwear and sport, serta electrical. 4. Manager Sales Support Manager Sales Support membawahi dan mengawasi pengelolaan receiving, instore promo, Human Resource Development (HRD), Lost Provention (LP), accounting, IT, serta Check Out and chasier. 4.2. Divisi Fresh and Frozen 4.2.1. Struktur Organisasi Pimpinan tertinggi hipermarket Giant Poins adalah Store General Manager. Store General Manager bertanggung jawab terhadap bagian Divisi Fresh and Frozen. Divisi Fresh and Frozen dipimpin oleh seorang Manajer Fresh and Frozen. Divisi Fresh and Frozen membawahi enam bidang tugas departemen, yaitu: 1. Departemen Meat and Chicken Departemen Meat and Chicken membawahi dan mengawasi pengelolaan kinerja Assistent Department Head (ADH) meat and chicken, supervisor dan staff.
57
2. Departemen Seafood Departemen Seafood membawahi dan mengawasi pengelolaan kinerja Assistent Department Head (ADH) seafood, supervisor dan staff. 3. Departemen Fruit and Vegetable Departemen Fruit and Vegetable membawahi dan mengawasi pengelolaan kinerja Assistent Department Head (ADH) fruit and vegetable, supervisor dan staff. 4. Departemen Dairy Frozen Departemen Dairy Frozen membawahi dan mengawasi pengelolaan kinerja Assistent Department Head (ADH) dairy frozen, supervisor dan staff. 5. Departemen Bakery Departemen Bakery membawahi dan mengawasi pengelolaan kinerja Assistent Department Head (ADH) bakery, supervisor dan staff. 6. Departemen makanan siap saji Departemen makanan siap saji membawahi dan mengawasi pengelolaan kinerja Assistent Department Head (ADH) makanan siap saji, supervisor dan staff.
Departemen Fruit and Vegetable merupakan bagian dari divisi Fresh and Frozen. Departemen Head Fruit and Vegetable adalah sebagai manajer yang bertugas mengelola departement Fruit and Vegetable. Staff terbagi atas staf yang mengelola buah dan staf yang mengelola sayur.
58
4.2.2 Ketenagakerjaan Jumlah tenaga kerja di Departemen Fruit and Vegetable adalah 11 orang. Hari kerja yang diterapkan untuk seluruh karyawan adalah 6 hari kerja dalam satu minggu, dengan jam kerja per hari adalah 8 jam kerja. Satu hari terbagi dalam tiga shift, shift pagi dimulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00, shift siang dimulai pukul 09.00 sampai dengan pukul 17.00 dan shift sore dimulai pukul 14.00 sampai dengan pukul 22.00. Pembagian shift dilakukan oleh HRD yang berlaku untuk seluruh karyawan. 4.2.2.1. Karakteristik Tenaga Kerja Ada beberapa karakteristik tenaga kerja hipermarket Giant Poins yang dibedakan atas usia, jabatan, pendidikan, dan masa kerja. Karakteristik tersebut diperlihatkan dalam tabel 1. Tabel 1. Karakteristik tenaga kerja hipermarket Giant Poins
No
Nama
Usia (Tahun)
Jabatan
Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kosim Betty Heryan Abdul Kadir Rukino Abdul Aziz Sutar Moch. Yusanto Muhammad Sani Ramli Ahmad Zawawi Subur Subarja
35 43 48 38 39 51 41 36 38 42 30
DH Fruit and Vegetable Supervisor Fruit Supervisor Vegetable Staff Fruit Staff Fruit Staff Fruit Staff Fruit Staff Fruit Staff Vegetable Staff Vegetable Staff Vegetable
S1 SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA
Lama Kerja (Tahun) 13 19 26 12 19 28 18 15 15 19 9
Sumber: Hipermarket Giant Poins (2010)
59
4.2.2.2. Sistem Kompensasi Sistem kompensasi di Hipermarket Giant Poins terdiri dari gaji pokok dan tunjangan. Persentasenya adalah 70 % untuk gaji pokok dan 30 % untuk tunjangan. Tunjangannya terdiri dari tunjangan makan, tunjangan kesehatan dan tunjangan transportasi. Staf, asisten Department Head dan Department Head mendapatkan kompensasi yang berbeda, antara lain: 1. Kompensasi untuk staf terdiri dari gaji pokok, tunjangan makan, tunjangan kesehatan dan tunjangan transpotasi. 2. Kompensasi untuk Asisten Department Head terdiri dari gaji pokok, tunjangan makan, tunjangan kesehatan, tunjangan tansportasi dan tunjangan jabatan. 3. Kompensasi untuk Department Head hanya gaji pokok dan tunjangan kesehatan. 4.2.2.3. Status Pegawai Status pegawai di hipermarket Giant Poins adalah karyawan tetap setelah menjalani prevention atau pelatihan selama 3 bulan. Pelatihan selama 3 bulan bermaksud untuk melihat kinerja karyawan. Karyawan yang kinerjanya bagus maka akan diangkat sebagai karyawan tetap sedangkan karyawan yang kinerjanya kurang bagus atau tidak memenuhi kriteria akan dikeluarkan. 4.2.2.4. Pelatihan dan Pengembangan karyawan Pelatihan yang diterapkan di hipermarket Giant Poins adalah berupa training pendidikan dasar kerja. Training tersebut adalah kegiatan pengenalan 60
produk buah-buahan, karyawan akan mendapatkan materi tentang buah-buahan. Pelatihan tersebut ditujukan untuk karyawan baru. Pengembangan karyawan yang diterapkan di hipermarket Giant Poins adalah Hero Carier Development Program. Pengembangan tersebut berlaku untuk seluruh karyawan Giant Poins. Pengembangan karyawan diberikan kepada karyawan yang berprestasi. Standar prestasi di laksanakan tiap tahun yang dilihat dari kinerja karyawan. 4.2.2.5. Standar Kebersihan Karyawan Setiap karyawan memiliki tanggungjawab untuk menjaga kebersihan dengan baik agar terhindar dari pencemaran dan kontaminasi. Ketentuan yang harus dilaksanakan antara lain: 1. Seragam dalam keadaan bersih 2. Harus memakai topi 3. Harus memakai apron yang bersih 4. Menggunakan ID card karyawan 5. Harus menggunakan sepatu dan kaos kaki 6. Rambut pendek dan telinga terlihat 7. Wajah bersih (dilarang memelihara kumis, janggut, dan jambang) 8. Dilarang memelihara kuku dan memakai pewarna kuku 9. Dilarang memakai perhiasan 10. Memakai sarung tangan.
61
4.3. Jenis Produk di Departemen Fruit and Vegetable Departement Fruit and Vegetable membutuhkan penanganan cepat dan intensif hal ini disebabkan oleh sifat produk yang tidak tahan lama atau mudah rusak (perishable). Jenis produk yang termasuk dalam Departemen adalah Fruit and vegetable adalah sebagai berikut: Tabel 2. Jenis Produk di Departemen Fruit and Vegetable
Jenis Produk
Asal
Kemasan
Buah
• •
Lokal Impor
• • • •
Curah Steoroform jaring plastik ukuran 2 kg.
Sayuran
• •
Lokal Impor
• • • •
Curah Steoroform Jaring plastik ukuran 2 kg.
Tanaman obat-obatan
Lokal
• • •
Curah Steoroform plastik.
Bumbu masak
Lokal
• • •
Curah Steoroform plastik ukuran ½ kg.
Sumber: Hipermarket Giant Poins (2010)
62
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Persediaan Buah Segar pada hipermarket Giant Poins Berikut ini akan dijelaskan gambaran umum dari sistem persediaan buah segar yang selama ini diterapkan oleh hipermarket Giant Poins, mulai dari proses pemesanan barang sampai dengan metode atau cara perhitungan yang digunakan untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dimiliki. 5.1.1. Perencanaan dan Pengadaan Produk Perencanaan produk ditentukan oleh MD (Merchandise) di hipermarket Giant Poins. Penentuan jenis buah segar yang dijual di hipermarket Giant Poins adalah melalui persetujuan MD (Merchandise). Penentuan suplier untuk produk buah segar harus melalui ketentuan dan syarat yang berlaku. Syarat dan ketentuan untuk menjadi suplier hipermarket Giant Poins adalah sebagai berikut: 1. Menyerahkan proposal langsung ke hipermarket Giant Poins 2. Jika proposal diterima maka pihak hipermarket Giant Poins akan membuat PLU (Point Log Unit) gratis untuk suplier khusus produk buah segar. 3. Suplier harus mengajukan minimal 10 item produk karena hipermarket Giant Poins hanya akan mengeluarkan minimal 10 PLU (Point Log Unit). 4. Syarat untuk suplier adalah berani menyediakan jumlah pesanan yang diminta sehingga barang tidak terputus, mempunyai izin dari departemen kesehatan dan MUI, dan mempunyai sertifikat legalitas perusahaan. 5. Suplier harus bisa memenuhi jumlah pesanan untuk 3 hipermarket Giant. 6. Suplier harus mampu mengikuti promosi.
Pengadaan produk ditentukan oleh manajer fresh and frozen atas persetujuan pihak MD (merchandise). Sebagian besar produk dipesan ke DC (Ditribution Center) di Cibitung sebagai gudang pusat hipermarket Giant Poins. Selain dari DC Cibitung, hipermarket Giant Poins juga memesan kepada suplier yang memasokkan produk buah segar di hipermarket Giant Poins. Data suplier tersebut disajikan dalam lampiran 3. 5.1.2. Prosedur Pembelian, Proses Pemesanan dan Penerimaan Produk dari Suplier Adapun proses pembelian dari suplier di hipermarket Giant Poins adalah sistem putus. Proses pemesanan di hipermarket Giant Poins mencakup aktivitas pemesanan dan alur pemesanan. Kemudian penerimaan produk dari suplier mencakup aktivitas penerimaan, pemajangan, penyimpanan dan penanganan mutu produk buah segar. 5.1.2.1. Prosedur Pembelian Prosedur pembelian produk dari supplier adalah sistem putus yang artinya produk terjual atau tidak terjual menjadi tanggungan hipermarket Giant Poins. Sistem pembayaran 21 (dua puluh satu) hari berjalan. 5.1.2.2. Proses Pemesanan Aktivitas proses pemesanan buah segar mencakup kegiatan sebagai berikut: 1. SA (staf administrasi) membuat PO (purchase order) atas kebijakan dari manajer Fruit and Vegetable yang telah diisi dalam catatan estimasi order. 64
Setiap hari staf administrasi mengecek buah segar yang sudah dipajang dan di gudang dengan membawa ordering book, jika persediaan buah segar sudah minimum maka jumlah pesanan akan dicatat dalam ordering book. Pemesanan jumlah buah segar akan disesuaikan dengan kebutuhan, jika kuantitas sudah mencapai minimum maka pemesanan akan dilakukan. Lembar estimasi order berisi keterangan sebagai berikut: a. Nama barang dan nomor PLU (Point Log Unit). b. Jumlah yang akan dipesan menggunakan metode pemesanan minimum dan maksimum. Data akan terlihat dalam komputer jumlah minimum dan maksimum buah yang boleh dipesan. PO (purchase order) pemesanan dibuat sebanyak rangkap dua; 1 lembar untuk diserahkan ke supplier, lembar 2 untuk MD (merchandise). 2. Supplier akan membawa PO (purchase order) pada saat pengiriman buah segar. Secara ringkas, proses pemesanan disajikan dalam gambar berikut ini:
65
Atas persetujuan manajer fruit and vegetable
Staf Administrasi mengisi lembar estimasi
Mengisi lembar estimasi pemesanan berisi nama barang, nomor PLU dan jumlah pesanan.
PO untuk merchandise
PO untuk suplier
PO harus dibawa pada saat pengiriman barang
Gambar 7. Proses Pemesanan di Hipermarket Giant Poins
Metode persediaan yang digunakan oleh hipermarket Giant Poins adalah metode Min-Max (Minimum-maksimum). Metode Min-Max merupakan metode persediaan dimana kuantitas pemesanan hanya dapat dilakukan diantara kuantitas minimum dan maksimum dari rata-rata penjualan. Rata-rata penjualan diperoleh data penjualan tahun lalu. Sistem tersebut merupakan sistem informasi manajemen untuk mencegah terjadinya pemesanan diatas kuantitas rata-rata penjualan sehingga dapat meminimalisir kerusakan buah karena kelebihan order. Selain itu juga mencegah pemesanan dibawah kuantitas rata-rata penjualan demi menghindari kekurangan persediaan. Kelemahan dari sistem ini adalah frekuensi pemesanan yang dilakukan setiap hari sehingga biaya yang dikeluarkan untuk 66
biaya pemesanan menjadi besar dan mengakibatkan gudang penyimpanan tidak efisien. Sistem komputerisasi tersebut merupakan aplikasi dengan nama GBOS (Giant Book Office System) yang digunakan seluruh manajemen hipermarket Giant yang ada di Indonesia. Aplikasi GBOS terdapat beberapa pilihan menu. Menu tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Menu B - spaceman - expired - price change adalah untuk meng-input barang broken stock seperti barang yang rusak dan kadaluarsa. 2. Menu C – purchase order management adalah untuk membuat PO dalam pemesanan barang yang dilakukan oleh staf administrasi. 3. Menu D – receiving extern and intern adalah untuk penerimaan barang yang dilakukan oleh divisi accounting. Gambar 7 menunjukan bahwa alur pemesanan di hipermarket Giant Poins proses pemesaan diawali dari estimasi pemesanan yang diisi dalam lembar estimasi order. Pesanan dilakukan dengan mentransfer data pesanan melalui modem. Kemudian barang di terima lalu stock dipajang dan sebagian disimpan di gudang, jika ada barang rusak baik setelah penerimaan sampai tidak habis terjual disebut dengan broken stock. Broken stock yang jumlahnya di-input dan disebut dengan broken stock-know, sedangkan jumlah broken stock yang tidak ke-input maka disebut dengan broken stock-unknown. Ada pula produk broken stock second quality buah yang rusak sebagian, akan di diskon atau dilakukan PAP (Pemindahan Antar PLU) terlebih dahulu. PAP adalah penambahan nilai terhadap produk second quality. Contohnya; buah nenas, jambu dan bengkoang mengalami 67
kerusakan sebagian, maka buah-buahan tersebut akan dikupas dan dipotong kecil kemudian dikemas dalam steoroform lalu di-wrapping. Perlakuan tersebut adalah pindahan PLU dari PLU nenas, PLU jambu dan PLU bengkoang menjadi PLU rujak.
Estimasi Pemesanan
Modem Transfer
STOCK disimpan di gudang
Jenis Po (Purchase Order) Tipe : A = DC (Ditribution Central) B = MD C = Suplier
STOCK dipajang
Barang diterima
BS (Broken Stock) Produk Second Quality dilakukan PAP (Pemindahan Antar Point Log Unit)
Unknow
Input Know
Gambar 8. Alur Pemesanan di Hipermarket Giant Poins
Jenis PO (Purchase Order) di hipermarket Giant Poins terbagi atas tiga tipe yaitu tipe A, tipe B dan tipe C. Tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut:
68
1. Type A/ DC Cibitung Giant Poins
Input (min max)
Modem
Transportasi
Faktur / Delivery Order
DC Packing
Gambar 9. Alur Pemesanan Tipe A
Proses pemesanan tipe A adalah pemesanan ke DC (Distribution Central) Cibitung. DC Cibitung merupakan gudang pusat (ware house) hipermarket Giant karena hampir semua jenis persediaan buah dapat dipenuhi. Proses pemesanan ke DC Cibitung adalah sebagai berikut: 1. Hipermarket Giant Poins meng-input pesanan dengan menggunakan metode Min-Max. 2. Data yang telah di-input akan dikirim melalui modem. 3. DC Cibitung akan menerima data tersebut dalam bentuk faktur atau delivery order. Faktur rangkap dua, lembar pertama untuk DC Cibitung dan rangkap dua untuk hipermarket Giant Poins. 4. DC Cibitung secara otomatis akan menerima perintah untuk melakukan packing dan kemudian didistribusikan ke hipermarket Giant Poins.
69
2. Type B MD adalah penyedia barang untuk hipermarket Giant Poins. Hipermarket Giant Poins hanya akan melakukan pemesanan ke pihak MD jika DC dan supplier tidak dapat memenuhi pemesanan. Berikut adalah gambar alur pemesanan tipe B. Order via telepon Giant Poins
MD (merchandise) Order Supplier
Gambar 10. Alur Pemesanan Tipe B
Keterangan: 1. Hipermarket Giant Poins memesan melalui telepon ke MD (Merchandise). MD memesan ke suplier. 2. Suplier mengirim barang ke hipermarket Giant Poins. 3. Type C Ada beberapa jenis buah tertentu yang akan dipesan ke supplier (data supplier disajikan dalam lampiran 5). Pemesanan langsung ke pihak supplier untuk beberapa buah ini dilakukan karena mempertimbangkan harga beli yang ditawarkan supplier lebih murah dibandingkan dengan memesan ke DC. Berikut adalah gambar alur pemesanan tipe C.
70
fax Giant Poins
Supplier
Gambar 11. Alur Pemesanan Tipe C
Keterangan: 1. Hipermarket Giant Poins memesan melalui fax ke suplier. 2. Suplier mengirim barang ke hipermarket Giant Poins. 5.1.2.3. Proses Penerimaan Aktivitas penerimaan buah segar dari supplier yaitu mulai pukul 06.00 pagi mobil supplier datang dengan barangnya dan langsung melakukan pendaftaran pada BTRF (buku tamu dan registrasi faktur). Bagian accounting mengecek PO dan faktur asli. PO dan faktur dicek jika benar dan lengkap, maka supplier akan dipanggil dan pihak receiving akan menerima PO dan faktur. Sebaliknya jika tidak, barang tersebut akan dikembalikan ke suplier karena pihak hipermarket Giant Poins hanya akan menerima barang sesuai pesanan dan memenuhi tingkat standar. Setelah itu barang diturunkan dari mobil, pengiriman selesai dan barang masuk loading bay. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak receiving apakah PO dan faktur benar dan lengkap, jika tidak sesuai atau terjadi selisih harga maka supplier akan dihubungi. Staff receiving memeriksa dan menghitung buah yang datang, sesuai atau tidak dengan paduan kualitas dan kuantitas untuk buah segar. Barang yang sudah memenuhi kriteria maka barang dari transit area akan dimasukkan gudang pendingin, gudang proses atau dipajang 71
langsung di rak atau di chiller setelah diberi barcode. Detail flow chart penerimaan barang dapat dilihat di lampiran 4. 5.1.3. Penyimpanan, Penanganan Mutu dan Pengawasan Mutu Buah Segar Penyimpanan buah segar mencakup kegiatan menyimpan ke gudang penyimpanan. Penanganan mutu produk buah segar mencakup penerimaan dan pemajangan. Jumlah yang akan dipajang tidak ditentukan kuantitasnya, jadi buah segar akan dipajang sampai tempat pemajangan buah penuh agar tampilan menarik. 5.1.3.1. Penyimpanan Produk Buah Segar Penyimpanan buah dilakukan setelah penerimaan, kemudian dilakukan pemajangan. Chiller dan gudang pendingin adalah tempat penyimpanan buah. Chiller atau rak pendingin adalah alat yang digunakan untuk memajang buah kualitas terbaik. Buah yang dipajang di chiller akan diberi perlakuan khusus. Penanganan kualitas secara berkelanjutan dan penataan yang rapi sangat diutamakan. Buah yang dipajang di chiller adalah semua jenis buah organik kemasan, buah impor yang dikemas dengan steoroform, plastik dan jaring. Gambar 12 merupakan gambar chiller yang digunakan di hipermarket Giant Poins untuk memajang buah kualitas terbaik.
72
Gambar 12. Chiller (Rak pendingin) Gudang adalah sarana penunjang dalam menjaga kualitas buah. Gudang penyimpanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan buah. Letak antar gudang sangat berdekatan agar mempermudah penanganan kualitas. Penanganan kualitas mencakup penyortiran yang dilakukan setiap hari dan display jika persediaan mencapai titik minimum. Karakteristik produk buah segar adalah produk yang mudah rusak (perishable), dan hanya akan bertahan dalam suhu yang dingin. Gudang pendingin diperlukan untuk menjaga kualitas buah segar serta ruangan yang cukup untuk mengolah produk agar terlihat menarik. Ruang proses pengemasan sangat dibutuhkan untuk perlakuan seperti mengemas buah dengan kemasan styrofoam dan plastik wrap sebelum dipajang, menyortir, dan melakukan penambahan nilai. Jenis gudang yang tersedia di hipermarket Giant Poins gudang pendingin. Gudang pendingin berukuran 4 x 6 m dengan suhu ruangan 5 0C sampai dengan 0 0
C. Biasanya buah yang disimpan di gudang pendingin adalah semua jenis buah
kecuali buah durian, pisang dan beberapa jenis buah lainnya yang tidak tahan 73
dalam suhu dingin. Saat akan diadakan promosi, persediaan buah segar yang dibutuhkan akan lebih besar untuk mencukupi kebutuhan pelanggan. Maka biasanya pemesanan akan dilakukan, lalu produk akan langsung disimpan digudang untuk menghadapi masa promosi. Gambar 13 dan 14 merupakan gambar kompresor dan gudang pendingin untuk menyimpan buah segar.
Gambar 13. Kompresor
Gambar 14. Gudang Pendingin
74
Alat-alat yang digunakan untuk penunjang kegiatan pemajangan buah segar di hipermarket Giant Poins adalah sebagai berikut: 1. Mulai dari area penerimaan ke gudang, barang diletakkan dalam container berwarna hijau. Gambar 15 merupakan gambar container yang digunakan di hipermarket Giant Poins.
Gambar 15. Container 2. Buah segar dipajang di green bean (rak pemajangan yang digunakan hipermarket Giant Poins). Green bean terbuat dari bahan plastik berwarna hijau berukuran sekitar 2 x 2 m. Gambar 16 adalah gambar green bean di hipermarket Giant Poins.
Gambar 16. Green bean 75
3. Khusus buah pisang dipajang di rak bambu setinggi 2 meter. Gambar 17 merupakan rak bambu yang digunakan untuk pemajangan aneka pisang.
Gambar 17. Rak bambu 4. Jenis buah dengan kualitas terbaik akan dipajang di chiller. Buah yang dipajang di chiller membutuhkan perhatian lebih dibanding buah segar yang dipajang di green bean. Buah segar yang dipajang di chiller diwrapping terlebih dahulu. 5. Buah second quality adalah buah yang sudah mengalami penurunan kualitas. Biasanya dipajang dekat timbangan guna menarik perhatian costumer saat menimbang buah. Buah second quality tetap dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian yang besar. Gambar 18 merupakan tempat timbangan di hipermarket Giant Poins.
76
Gambar 18. Tempat Menimbang 6. Buah segar yang dipromosikan akan diletakkan di green bean khusus promosi. Jaraknya berdekatan dengan buah pajangan lainnya atau dipajang di depan tepat di pintu masuk hipermarket Giant Poins. 7. Alat yang digunakan untuk memudahkan display barang dari gudang penerimaan ke tempat pemajangan menggunakan garpu angkat dan palet. Gambar 19 dan 20 merupakan gambar garpu angkat dan palet yang digunakan untuk pengangkutan barang.
Gambar 19. Garpu angkat (antrack) 77
Gambar 20. Palet 5.1.3.2. Penanganan Mutu Produk Buah Segar Penanganan mutu produk buah segar mencakup penyortiran dan pengemasan buah sebelum dipajang. Gudang proses adalah tempat melakukan penyortiran dan pengemasan sebelum pemajangan. Letak antar gudang sangat berdekatan agar mempermudah penanganan mutu karena penyortiran dilakukan setiap hari. Gudang proses berfungsi sebagai tempat buah segar yang sudah ditarik. Adapun produk yang akan ditarik adalah produk yang tidak layak jual (rusak keseluruhan), atau produk tidak layak pajang (rusak sebagian). Di gudang proses buah akan diberi perlakuan sebagai berikut: 1. Buah yang tidak layak pajang akan disortir yang masih bagus dan dipajang kembali. Sisanya akan ditimbang lalu datanya di-input ke komputer agar diketahui jumlah kerugiannya. 2. Buah yang tidak layak pajang karena rusak sedikit atau sebagian maka akan dilakukan penambahan nilai dengan cara menjual dalam bentuk buah belah, atau buah kupas. Buah seperti: jeruk kupas, melon belah, semangka 78
belah bisa juga dilakukan diolah menjadi produk olahan seperti bakery dan minuman sari buah. 3. Buah yang rusak keseluruhan (tidak layak konsumsi), maka akan ditimbang agar datanya di-input. Kemudian buah segar tersebut akan dihancurkan dan dibuang. Gambar 21 merupakan gambar gudang proses di hipermarket Giant Poins.
Gambar 21. Gudang Proses 5.1.3.3.Pengawasan Mutu Produk Pelayanan konsumen juga sangat diperhatikan, seperti: jika produk buah yang setelah dibeli ternyata kualitasnya rendah atau bahkan rusak, maka customer diperbolehkan mengganti dengan buah yang baru yang serupa dengan berat yang sama dengan menunjukkan struk pembelanjaan. Khusus untuk produk buah segar struk tersebut berlaku hanya dua hari karena lebih dari itu maka keluhan pelanggan tidak akan dilayani. Menjaga kualitas buah segar dilakukan penyortiran setiap hari oleh karyawan. Penarikan dan perlakuan terhadap buah segar adalah:
79
1. Penarikan dan Perlakuan Buah Second Quality Aktivitas penarikan dan perlakuan buah second quality mencakup kegiatan sebagai berikut: a. Buah segar setiap hari disortir. b. Buah segar akan ditarik dan dimasukkan ke gudang proses, jika terjadi penurunan mutu sedikit saja. c. Buah segar akan disortir di gudang proses, yang bagus dipajang kembali. d. Buah yang sudah mengalami penurunan kualitas, maka akan diberi diskon sebesar 50%. Produk yang diberi diskon 50% akan disebut produk second quality. e. Selain itu, bisa juga dilakukan PAP (Perpindahan Antar PLU), contoh: durian yang sudah di-wrapping jika tidak laku dalam waktu satu hari setelah dimasukan kedalam gudang pendingin maka kondisi buah durian akan berair sehingga tidak layak dipajang lagi. Agar tidak banyak mengalami kerugian maka akan dilakukan PAP dengan mengolah durian menjadi lempok (selai durian), dan dibuatkan PLU baru. 2. Penarikan dan Perlakuan Buah Broken Stock (BS) Aktivitas penarikan dan perlakuan buah broken stock mencakup kegiatan sebagai berikut: a. Kriteria buah yang ditarik yaitu: buah sudah mengalami penurunan mutu, kadaluarsa, penampilan secara fisik sudah tidak bagus, kemasan rusak, perubahan harga, dan memar.
80
b. Buah yang sudah benar-benar rusak akan dimasukkan ke gudang proses, ditimbang lalu di-input baru kemudian dihancurkan dan dibuang. 5.2. Model Analisis ABC Analisis ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu per periode. Persediaan barang dalam penjualan buah yang memiliki jenis penjualan yang sangat banyak pada umumnya memiliki tingkat prioritas yang tidak sama. Masing-masing barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besar order size dan order point. Melalui analisis ABC, persediaan barang dapat diklasifikasikan jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya. Prosedur analisis ABC adalah sebagai berikut: 1. Pengelompokan semua jenis buah berdasarkan tingkat kuantitas penjualan tertinggi. 2. Semua jenis barang tersebut diurutkan dalam persediaan berdasarkan ukuran standar. Perusahaan skala besar seperti hipermarket Giant Poins memiliki persediaan jenis buah yang terdiri atas 320 jenis buah (Lampiran 5). Jenis buah yang termasuk ke dalam kelas A adalah 64 jenis buah dengan tingkat kuantitas penjualan tertinggi yaitu total kuantitas adalah 321,546Kg. Jenis buah yang termasuk kedalam kelas B adalah 96 jenis buah yaitu total kuantitas adalah 28,173Kg yang berada pada kuantitas di bawah kuantitas kelas A. Jenis buah
81
yang termasuk ke dalam kelas C adalah 160 jenis buah yaitu total kuantitas adalah 3099Kg yang merupakan kuantitas terendah dari penjualan.
Gambar 22. Analisis ABC pada hipermarket Giant Poins Sumber: Data primer diolah (2010)
Perhitungan analisis ABC adalah sebagai berikut: 1. Kelas A : 20% x 320 = 64 2. Kelas B : 30% x 320 = 96 3. Kelas C : 50% x 320 = 160 Sampel diambil 10 macam buah dari data buah yang memiliki tingkat kuantitas penjualan tertinggi, yaitu 10.000Kg ke atas. Hal ini dilakukan berdasarkan keputusan manajer yang memfokuskan perhatian persediaan pada kuantitas produk karena area penyimpanan yang terbatas. Tabel pengelompokkan kelas analisis ABC dari data tabel penjualan buah tahun 2009 akan diperlihatkan pada tabel berikut.
82
Tabel 3. Kelas A dari Analisis ABC Penjualan Buah Tahun 2009. NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Barang Jeruk lokam Semangka merah non biji Apel fuji RRC Lengkeng bangkok Mangga harum manis Pisang cavendish Jeruk mandarin shantang Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Total Sales (Kg) 47,247 36,502 18,143 17,193 16,208 14,238 14,005 13,830 12,753 10,865
Kelas ABC A A A A A A A A A A
Sumber: Data primer diolah (2010)
Tabel 3 adalah tabel buah yang termasuk dalam kelas A dari analisis ABC berdasarkan tingkat penjualan tertinggi. Sepuluh jenis buah yang termasuk ke dalam kelas A merupakan jenis buah yang akan dianalisis menggunakan modelmodel persediaan. Sepuluh jenis buah tersebut adalah buah dengan tingkat kuantitas penjualan 10.000Kg/tahun. Kemungkinan besar, buah tersebutlah yang memberikan keuntungan yang tinggi terhadap hipermarket Giant Poins. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melakukan pengendalian persediaan yang tepat agar tingkat penjualan dapat bertambah setiap tahunnya. Data buah keseluruhan sesuai analisis ABC disajikan pada lampiran 6. 5.3.
Analisis Pola Permintaan/Penjualan Buah Segar Buah segar memiliki pola permintaan/penjualan yang fluktuatif dan relatif
konstan. Hal ini dapat dilihat dari grafik pola permintaan/penjualan (lampiran 7) dengan melihat nilai simpangan baku dan permintaan rata-rata harian. Jika penjualan rata-rata terjadi pada nilai simpangan baku dan permintaan harian maka 83
pola permintaan relatif konstan. Sampel buah yang termasuk ke dalam buah yang pola permintaannya fluktuatif adalah buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pisang cavendish, durian monthong, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman. Buah tersebut akan dianalisis mengunakan metode periode tunggal dan periodic review system. Sampel buah yang termasuk kedalam buah yang pola permintaannya relatif konstan adalah buah jeruk lokam, lengkeng bangkok, mangga harum manis dan jeruk mandarin shantang. Buah tersebut akan dianalisis menggunakan metode EOQ. 5.4.
Analisis Pengendalian Persediaan Buah Segar Analisis pengendalian persediaan buah segar dilakukan menggunakan
metode periode tunggal, periodic review system dan economic order quantity. Analisis pengendalian persediaan mencakup perhitungan service level, persediaan optimal, persediaan pengaman dan tingkat persediaan harus melakukan pemesanan kembali. Perhitungan tersebut menyangkut kuantitas yang harus dijaga dan menghindari kerusakan yang berlebih. 5.4.1. Analisis Persediaan Metode Periode Tunggal Buah yang akan dianalisis menggunakan model periode tunggal adalah buah yang pola permintaannya fluktuatif. Buah tersebut adalah buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pisang cavendish, durian monthong, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman. Ada beberapa komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisis ini. Biaya-biaya tersebut adalah biaya kehilangan penjualan (Cs) dan biaya kerusakan (Ce). Biaya kehilangan penjualan (Cs) diperoleh dari pengurangan harga jual 84
dengan harga beli, sedangkan biaya kerusakan (Ce) diperoleh dari harga beli dikurangi nilai penyelamatan. Nilai penyelamatan untuk keenam jenis buah segar yaitu; apel fuji RRC, semangka merah non biji, pisang cavendish, durian monthong, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman adalah 75%. Nilai diperoleh karena adanya kegiatan mutasi untuk keenam jenis buah ini pada saat periode pengambilan data sehingga buah yang mengalami penurunan kualitas akan didiskon atau dilakukan PAP. Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis periode tunggal adalah perhitungan tingkat pelayanan atau service level (SL) yang berdasarkan biaya kehilangan penjualan (Cs) dan biaya kerusakan (Ce), (Lampiran 6). Bila nilai tingkat pelayanan sudah didapatkan, maka selanjutnya dihitung jumlah persediaan optimal. Hasil perhitungan disajikan pada tabel 4 yang menunjukkan nilai tingkat pelayanan untuk ke enam jenis buah segar terpilih. Tabel 4. Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan (SL) No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Produk Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
SL
% SL 0.5714 0.6128 0.4156 0.4788 0.4706 0.5597
57.14 61.28 41.56 47.88 47.06 55.97
Sumber: Data primer diolah (2010)
Analisis periode tunggal yang telah dilakukan menunjukkan tingkat pelayanan yang berbeda-beda. Tingkat pelayanan tertinggi dimiliki oleh apel fuji RRC dengan nilai 61.28%. Nilai tingkat pelayanan sebesar 61.28% pada buah apel fuji RRC menunjukkan bahwa perusahaan dapat memenuhi 61.28% dari total 85
permintaan jadi resiko kehilangan penjualan adalah sebesar 38.72%. Tingkat pelayanan yang tinggi artinya tingkat persediaan buah segar lebih dari rata-rata permintaan harian. Hal ini terjadi karena tingkat persediaan yang terjadi cenderung untuk mengurangi kemungkinan biaya kehilangan penjualan (Cs). Nilai tingkat pelayanan untuk jenis buah lainnya yang masih berada pada nilai di atas 50% yaitu buah semangka merah non biji sebesar 57.14% dan salak pondoh sleman sebesar 55.97%. Hal ini berarti bahwa tingkat persediaan memang masih berada di bawah tingkat permintaan harian, namun telah berhasil memenuhi sebagian besar tingkat permintaan yang ada. Nilai tingkat pelayanan untuk jenis buah yang berada pada nilai di bawah 50% adalah buah durian monthong sebesar 47.88%, pear ya lie RRC sebesar 47.06%. Tingkat pelayanan terendah dimiliki oleh pisang cavendish sebesar 41.56% yang menunjukkan bahwa perusahaan hanya dapat memenuhi 41.56% dari total permintaan atau bersedia menerima resiko kehilangan penjualan sebesar 58.44% dari total permintaan. Cara penafsiran yang sama juga berlaku bagi setiap sampel buah lainnya. Tingkat pelayanan ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan oleh pihak manajemen hipermarket Giant Poins karena perusahaan retail seperti hipermarket Giant Poins sangat mengutamakan layanan kelengkapan dan ketersediaan barang. Semakin besar nilai tingkat pelayanan yang ingin dicapai, akan semakin besar pula nilai investasi yang dibutuhkan untuk persediaan barang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rangkuti (2007:94) yaitu pengalokasian persediaan pengaman dalam jumlah relatif besar akan membutuhkan biaya yang cukup besar juga. 86
Tingkat pelayanan yang rata-rata berada di bawah angka 50% disebabkan karena perusahaan ingin mengurangi terjadinya kerugian karena kerusakan buah. Tabel 5 merupakan hasil perhitungan tingkat persediaan optimal model periode tunggal, setelah didapat nilai tingkat pelayanan. Tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa tingkat persediaan optimal untuk periode tunggal ditentukan oleh besarnya nilai Z dari tingkat pelayanan (SL), simpangan baku permintaan, dan rata-rata permintaan aktual per hari. Nilai Z dari tingkat pelayanan (SL) untuk setiap jenis buah didapatkan dari tabel kurva normal. Nilai dari simpangan baku permintaan dan rata-rata per mintaan aktual per hari dihitung berdasarkan sebaran data penjualan (permintaan) harian masing-masing jenis buah sepanjang tahun 2009. Tabel 5. Hasil Perhitungan Tingkat Persediaan Optimal (SO)
No.
1 2 3 4 5 6
Jenis Produk
Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
SO per Hari (Kg) 108.71 66.69 42.41 80.54 63.51 51.69
Selisih Persediaan (Kg) 7.31 7.80 -8.44 -1.78 -1.55 3.19
Sumber: Data primer diolah (2010)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat persediaan optimal dari setiap jenis buah berbeda-beda, bahkan ada yang bernilai negatif untuk buah pisang cavendish, durian monthong dan pear ya lie RRC. Hal itu menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan rata-rata aktual per hari yang berarti bahwa terdapat kekurangan persediaan. Kekurangan 87
persediaan terjadi pada buah pisang cavendish sebesar 8.44Kg, durian monthong sebesar 1.78Kg dan pear ya lie RRC 1.55Kg. Persediaan optimal yang hampir mendekati nilai permintaan aktual rata-rata terjadi pada persediaan buah semangka merah non biji. Tingkat persediaan optimal di hipermarket Giant Poins pada buah semangka merah non biji, apel fuji RRC dan salak pondoh sleman berdasarkan analisis periode tunggal telah mampu memenuhi tingkat permintaan rata-rata setiap harinya. 5.4.2. Analisis Persediaan Periodic Review System Analisis periodic review system akan dilakukan melalui penetapan kebijakan berdasarkan informasi dan input yang diperoleh dari sistem pengadaan persediaan. 1. Periode pengecekan persediaan (T) adalah 2 dan 3. Penetapan ini juga terkait dengan daya simpan buah pada umumnya, kebijakan menyimpan sedikit mungkin persediaan tanpa memperbesar resiko kehabisan persediaan dan usaha minimalisasi frekuensi pemesanan. 2. Waktu tenggang (LT) yang terjadi untuk menerima buah yang telah dipesan nol (0). Pemesanan dapat dilakukan setiap waktu saat persediaan buah menipis. 3. Pihak manajemen hipermarket Giant Poins menginginkan tingkat pelayanan 95 persen, yang berarti 95 persen permintaan akan dapat terpenuhi oleh persediaan yang ada dan bersedia menerima resiko kehabisan persediaan sebesar 5 persen.
88
Pertama-tama akan dilakukan perhitungan jumlah persediaan pengaman atau safety stock (SS) dalam memenuhi tingkat pelayanan (SL). Tabel 6 menunjukkan jumlah persediaan pengaman pada setiap jenis buah dengan periode yang telah ditentukan dan hasil perhitungan persediaan pengaman untuk masingmasing jenis buah. Jumlah persediaan pengaman berarti bahwa untuk dapat memenuhi 95% permintaan, maka jumlah persediaan pengaman merupakan jumlah persediaan minimum yang harus dimiliki. Jumlah persediaan pengaman juga merupakan batas untuk melakukan pemesanan kembali jika jumlah persediaan aktual sudah berada pada batas atau dibawah batas tersebut. Tabel 6. Perhitungan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Periodic Review System dengan Periode 2 dan 3 hari Jenis Produk Z(SL) Simpangan No. √(T+L) Baku SS Permintaan (Kg) (hari) (Kg) 1 2 3 4=1x2x3 Periode 2 1 Semangka merah non biji 1.645 40.60 1.41 94.45 2 Apel fuji RRC 1.645 27.38 1.41 63.70 3 Pisang cavendish 1.645 11.97 1.41 27.85 4 Durian monthong 1.645 32.31 1.41 75.17 5 Pear ya lie RRC 1.645 18.28 1.41 42.53 6 Salak pondoh sleman 1.645 21.13 1.41 49.16 Periode 3 1 Semangka merah non biji 1.645 40.60 1.70 113.54 2 Apel fuji RRC 1.645 27.38 1.70 76.57 3 Pisang cavendish 1.645 11.97 1.70 33.47 4 Durian monthong 1.645 32.31 1.70 90.35 5 Pear ya lie RRC 1.645 18.28 1.70 51.12 6 Salak pondoh sleman 1.645 21.13 1.70 59.09 Sumber: Data primer diolah (2010)
89
Buah yang mempunyai simpangan baku terbesar adalah semangka merah non biji sebesar 40.60Kg dengan pola permintaan yang fluktuatif, sehingga menghasilkan tingkat persediaan pengaman yang tinggi yaitu sebesar 94.45Kg. Semua jenis buah lain yang terpilih memiliki tingkat persediaan pengaman yang sangat kecil, bahkan di bawah rata-rata untuk buah pisang cavendish sebesar 27.85Kg. Permasalahan dalam metode periodic review system adalah terdapat kemungkinan persediaan sudah habis sebelum periode pemesanan kembali belum tercapai. Hal tersebut mengakibatkan persediaan pengaman yang diperlukan relatif lebih besar (Jane, 2009:6). Langkah berikutnya adalah menentukan target persediaan atau Target Stock Level (TSL). Tabel 7 memperlihatkan target stock level akan semakin besar jika jumlah periode pemesanan besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya tingkat permintaan sepanjang periode tersebut harus mampu dipenuhi oleh tingkat persediaan yang dimiliki. Target persediaan semangka merah non biji pada periode 2 hari adalah sebesar 212.25Kg dan pada periode 3 hari jumlahnya meningkat menjadi 417.14Kg. Semangka merah non biji memiliki batas tingkat persediaan untuk melakukan pemesanan ulang sebesar 94.45Kg untuk periode 2 hari, jadi hanya akan memesan bila jumlah persediaan berada di bawah tingkat persediaan pengaman. Jumlah pesanan adalah sebesar 113.54Kg untuk periode 3 hari dikurangi jumlah persediaan yang dimiliki. Hal tersebut turut berlaku untuk semua jenis buah pada setiap periode pemesanan yang telah ditentukan.
90
Tabel 7. Perhitungan Tingkat Target Persediaan (Target Stock Level) Periodic Review System dengan Periode 2 dan 3 hari Jenis Produk Rata-rata T+LT SS TSL No. Permintaan (hari) (Kg) (Kg) per Hari (Kg) 1 2 3 4=(1x2)+3 Periode 2 101.40 94.45 1 Semangka merah non biji 2 212.25 58.90 63.70 2 Apel fuji RRC 2 181.50 50.85 27.85 3 Pisang cavendish 2 129.55 82.32 75.15 4 Durian monthong 2 239.79 65.06 42.53 5 Pear ya lie RRC 2 172.65 48.50 49.16 6 Salak pondoh sleman 2 146.16 Periode 3 101.40 113.54 1 Semangka merah non biji 3 417.74 58.90 76.57 2 Apel fuji RRC 3 253.27 50.85 33.47 3 Pisang cavendish 3 186.02 82.32 90.35 4 Durian monthong 3 337.31 65.06 51.12 5 Pear ya lie RRC 3 246.30 48.50 59.09 6 Salak pondoh sleman 3 204.59 Sumber: Data primer diolah (2010)
Hal tersebut sejalan dengan teori tingkat persediaan pada akhir periode T sama dengan atau kurang dari ekspektasi tingkat pemesanan, maka akan dilakukan pemesanan sampai maksimum tingkat persediaan yang diijinkan. Jumlah yang dipesan setiap kali pesan sangat bergantung pada sisa persediaan pada saat periode pemesanan tercapai. Persediaan pengaman dalam metode ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama masa tenggang, tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan (Jane, 2009:6). 5.4.3. Analisis Persediaan EOQ Metode ini fokus pada memperkecil frekuensi pemesanan dengan tujuan meminimalisir biaya pemesanan, sehingga biaya pemesanan dan penyimpanan 91
jadi lebih ekonomis. Buah yang akan dianalisis menggunakan model persediaan EOQ adalah jeruk lokam, lengkeng bangkok, mangga harum manis dan jeruk mandarin shantang. Hal ini disebabkan karena pola permintaan buah relatif konstan pada tahun 2009. Pengelolaan buah segar selalu menginginkan kuantitas pemesanan yang ekonomis yaitu dengan total biaya persediaan yang minimal. Meminimalkan total biaya persediaan yaitu berusaha memperkecil biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang sifatnya saling bertentangan. Sifat yang pertama menekankan agar jumlah pesanan sangat besar sehingga ordering cost menjadi kecil, tetapi sebaliknya carrying cost menjadi sangat besar. Sifat yang lain menekan agar jumlah pesanan sangat kecil, tetapi sebaliknya ordering costs menjadi sangat besar selama satu tahun. Tabel 8 berikut menampilkan perhitungan dengan menggunakan metode EOQ yang menghasilkan optimum order size. Tabel 8. Hasil Perhitungan EOQ No
1 2 3 4
Jenis Produk
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
EOQ (Kg) 50.19 20.41 21.91 30.55
periode Periode penjualan pemesanan (hari/tahun) (hari) 7 150 6 330 7 270 6 120
FP (hari) 22 55 41 19
Sumber: Data primer diolah (2010)
Tabel 8 menunjukkan hasil perhitungan EOQ, periode pemesanan dan frekuensi pemesanan. Hasil perhitungan EOQ terbesar dimiliki oleh buah jeruk lokam yaitu sebesar 50.19 Kg. Selanjutnya hasil dari perhitungan EOQ akan menghasilkan periode pemesanan, sehingga analisis model EOQ akan memesan 92
dengan periode yang dihasilkan. Hasil perhitungan frekuensi pemesanan didapat dari periode penjualan yang dibagikan dengan periode pemesanan. Frekuensi pemesanan yang kecil untuk model EOQ dapat meminimalisir biaya pemesanan. Tabel 9 menunjukkan hasil perhitungan safety stock, penggunaan selama lead time, reorder point dan maksimum order (Lampiran 10). Hasil perhitungan safety stock diperoleh dari standar deviasi permintaan harian dikalikan dengan simpangan baku dari 95% yaitu sebesar 1.645 yang dilihat pada tabel kurva normal. Hasil dari perhitungan safety stock dapat digunakan untuk menghitung reorder point yaitu diperoleh dari penggunaan selama lead time sebesar 0 karena dipengaruhi oleh lead time yang bernilai nol (0). Pemesanan kembali akan dilakukan jika kuantitas sudah mencapai angka yang dihasilkan pada reorder point. Hal tersebut bertujuan mencegah terjadi kekurangan persediaan. Hasil maksimum order juga dapat diketahui dari penjumlahan antara nilai safety stock dengan EOQ. Pemesanan hanya akan dilakukan sampai batas maksimum inventory sehingga dapat mencegah terjadinya kelebihan persediaan. Tabel 9. Hasil Perhitungan safety stock, reorder point dan maksimum inventory No
1 2 3 4
Jenis Produk
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
SS (Kg) 313.98 199.67 153.59 131.17
ROP (Kg) 313.98 199.67 153.59 131.17
MI (Kg) 364.17 220.08 175.50 161.72
Sumber: Data primer diolah (2010)
93
5.5.
Analisis Biaya Persediaan Buah Segar Biaya persediaan yang dikeluarkan oleh hipermarket Giant Poins meliputi
biaya pemesanan yang dikeluarkan setiap kali melakukan pemesanan dan biaya penyimpanan akibat adanya penyimpanan buah segar dalam ruang pendingin dan chiller. Kedua biaya tersebut adalah biaya yang akan diperhitungkan sebagai komponen biaya dalam perusahaan. 5.5.1. Biaya Pemesanan Buah Segar Biaya yang termasuk ke dalam biaya pemesanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemesanan. Biaya-biaya tersebut antara lain adalah biaya listrik, telepon, fax, internet, kertas, dan tinta dengan biaya rata-rata sekitar Rp 20.000/ pesanan. Biaya tersebut merupakan biaya yang sudah ditetapkan pihak manajemen hipermarket Giant Poins dari hasil wawancara mendalam. 5.5.2. Biaya Penyimpanan Buah Segar Biaya yang termasuk kedalam biaya penyimpanan adalah biaya listrik untuk kebutuhan penerangan, ruang pendingin dan chiller untuk menjaga mutu buah, pendingin ruangan (AC), pemeliharaan dan perlengkapan persediaan dengan biaya rata-rata sekitar Rp 5000/hari untuk setiap jenis produk segar yang dijual. Biaya rata-rata ini merupakan kebijakan tanpa melihat banyaknya kuantitas (Kg) jenis produk yang disimpan. Biaya penyimpanan disini dikatakan sebagai biaya tetap, karena tetap akan dikeluarkan selama operasional berjalan. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Ishak (2010:167-173) yang mengatakan bahwa biaya penyimpanan perperiode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin 94
tinggi. Analisis biaya penyimpanan akan tetap diperhitungkan berdasarkan sifat buah yang disimpan dalam gudang pendingin atau di area penjualan. Terdapat dua macam buah sampel yang tidak disimpan dalam gudang pendingin sehingga tidak mengeluarkan biaya penyimpanan yaitu buah pisang cavendish dan durian monthong. Selanjutnya dalam analisis biaya persediaan, biaya yang akan dipertimbangkan hanya biaya yang merupakan biaya variabel, yaitu biaya pemesanan dan biaya kerusakan selama penyimpanan. 5.5.3. Analisis Biaya Persediaan Hipermarket Giant Poins
Berdasarkan
Metode
Persediaan
Tabel 10 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh hipermarket Giant Poins untuk kesepuluh jenis buah. Biaya persediaan tertinggi dimiliki oleh semangka merah non biji, apel fuji RRC, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman yaitu Rp 9,000,000. Hal ini disebabkan karena buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman memiliki frekuensi pemesanan yang paling besar yaitu 360 kali (lampiran 11). Hal ini disebabkan karena pemesanan dilakukan hampir setiap hari pada periode penjualan. Ditambah lagi biaya penyimpanan yang dikeluarkan setiap hari selama satu tahun membuat buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman mengeluarkan biaya tertinggi. Biaya persediaan yang paling kecil dimiliki oleh durian monthong yaitu Rp 1,120,000 karena durian monthong tidak membutuhkan penyimpanan dalam gudang pendingin.
95
Tabel 10. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Perusahaan No.
Jenis Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jeruk lookam Semangka merah non biji Apel fuji RRC Lengkeng bangkok Mangga harum manis Pisang cavendish Jeruk mandarin shantang Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Total Biaya Persediaan (Rp) 3,750,000 9,000,000 9,000,000 8,250,000 6,750,000 4,740,000 3,000,000 1,120,000 9,000,000 9,000,000
Sumber: Data primer diolah (2010)
5.5.4. Analisis Biaya Persediaan Metode Periode Tunggal Tabel 11 menampilkan hasil dari total biaya persediaan periode tunggal. Frekuensi pemesanan dalam analisis periode tunggal dilakukan setiap hari selama satu tahun yaitu 360 hari (lampiran 12). Frekuensi pemesanan terbesar akan menghasilkan total persediaan yang besar pula. Total biaya persediaan terbesar dimiliki oleh buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman yaitu sebesar Rp 9,000,000. Buah tersebut relatif tersedia sepanjang tahun walaupun tingkat permintaannya tidak terlalu tinggi dibanding dengan jenis buah segar lainnya. Hasil dari total biaya persediaan periode tunggal terendah yaitu pada buah pisang cavendish dan durian monthong senilai Rp 7,200,000. Hal ini disebabkan karena buah tersebut tidak mengeluarkan biaya penyimpanan selama satu tahun.
96
Tabel 11. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Periode Tunggal No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Produk Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Total Biaya Persediaan (Rp) 9,000,000 9,000,000 7,200,000 7,200,000 9,000,000 9,000,000
Sumber: Data primer diolah (2010)
5.5.5. Analisis Biaya Persediaan Metode Periodic Review System Tabel 12 menunjukkan hasil perhitungan total persediaan Periodic Review System untuk periode 2 dan 3 hari. Perhitungan biaya persediaan untuk seluruh jenis buah memperlihatkan perbandingan antara periode 2 dan 3 hari, dimana dalam periode 2 hari frekuensi pemesanan lebih besar dibanding periode 3 hari. Hasil dari perbandingan kedua periode tersebut menunjukkan hasil bahwa semakin kecil frekuensi pemesanan maka semakin kecil biaya persediaan yang dikeluarkan. Hasil perhitungan Periodic review system periode 2 hari memperlihatkan biaya yang paling besar dikeluarkan adalah pada buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman yaitu sebesar Rp 5,400,000. Hal tersebut terjadi karena pada periode 2 hari frekuensi pemesanannya paling besar dan biaya penyimpanannya pun tinggi. Biaya persediaan yang paling rendah dihasilkan pada buah pisang cavendish dan durian monthong yaitu sebesar Rp 3,600,000 pada periode 2 hari (lampiran 13).
97
Hasil perhitungan Periodic review system periode 3 hari memperlihatkan biaya yang paling besar dikeluarkan adalah pada buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman yaitu sebesar Rp 4,200,000. Hal tersebut juga terjadi karena pada periode 3 hari frekuensi pemesanannya paling besar dan biaya penyimpanannya pun tinggi. Biaya persediaan yang paling rendah dihasilkan pada buah pisang cavendish dan durian monthong yaitu sebesar Rp 2,400,000 pada periode 3 hari. Tabel 12. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Periodic Review System Total Biaya Persediaan No. Jenis Produk (Rp) Periode 2 hari 1 Semangka merah non biji 5,400,000 2 Apel fuji RRC 5,400,000 3 Pisang cavendish 3,600,000 4 Durian monthong 3,600,000 5 Pear ya lie RRC 5,400,000 6 Salak Pondoh Sleman 5,400,000 Periode 3 hari 1 Semangka merah non biji 4,200,000 2 Apel fuji RRC 4,200,000 3 Pisang cavendish 2,400,000 4 Durian monthong 2,400,000 5 Pear ya lie RRC 4,200,000 6 Salak pondoh sleman 4,200,000 Sumber: Data primer diolah (2010)
5.5.6. Analisis Biaya Persediaan EOQ Tabel 13 menampilkan biaya persediaan dengan menggunakan model EOQ. Jenis buah yang terpilih adalah buah jeruk lokam, lengkeng bangkok, mangga harum manis dan jeruk mandarin shantang karena buah tersebut pola 98
permintaannya relatif konstan. Total biaya persediaan terbesar dimiliki oleh buah lengkeng bangkok yaitu sebesar Rp 2,750,000. Total biaya persediaan terendah dimiliki oleh buah jeruk mandarin shantang yaitu sebesar Rp 980,000. Metode ini mengefisiensikan biaya pemesanan dengan frekuensi pesanan yang lebih kecil (lampiran 14). Biaya penyimpanan relatif kecil karena sifat buah yang tidak tersedia sepanjang tahun sehingga biaya penyimpanan tidak dikeluarkan setiap hari melainkan pada periode penjualan saja. Tabel 13. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode EOQ No
1 2 3 4
Jenis Produk
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
Total Biaya Persediaan (Rp) 1,190,000 2,750,000 2,170,000 980,000
Sumber: Data primer diolah (2010)
5.5.7. Analisis Perbandingan Biaya Persediaan Berikut adalah perbandingan biaya antara metode yang digunakan hipermarket Giant Poins dengan penerapan keempat metode persediaan yang digunakan yaitu periode tunggal, periodic review system periode 2 dan 3 hari dan EOQ. Perbandingan dilakukan pada biaya-biaya yang terjadi yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Perbandingan biaya persediaan dapat dilihat pada tabel 14 berikut.
99
Tabel 14. Perbandingan Total Biaya Persediaan Antar Metode No.
Jenis Produk
1
Jeruk lokam
2
Semangka merah non biji
3
Apel fuji RRC
4
Lengkeng bangkok
5
Mangga harum manis
6
Pisang cavendish
7
Jeruk mandarin shantang
8
Durian monthong
9
Pear ya lie RRC
10
Salak pondoh sleman
Model Pengendalian Persediaan Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3)
Total Biaya Persediaan (Rp)
3,750,000 1,190,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 8,250,000 2,750,000 6,750,000 2,170,000 4,740,000 7,200,000 3,600,000 2,400,000 3,000,000 1,220,000 1,120,000 7,200,000 3,600,000 2,400,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000
Sumber: Data primer diolah (2010) Keterangan: Periodic Review System (2) = periode pemesanan 2 hari Periodic Review System (3) = periode pemesanan 3 hari
100
Terlihat jelas perbedaan total biaya yang dikeluarkan untuk masingmasing jenis buah dari setiap model persediaan. Metode perusahaan memberikan total persediaan paling kecil pada durian monthong sebesar Rp 1,120,000. Hal ini membuktikan bahwa model perusahaan yang diterapkan oleh hipermarket Giant Poins sudah cukup baik untuk jenis buah durian monthong. Hipermarket Giant Poins mengendalikan tingkat persediaan berdasarkan metode minimum dan maksimum, selain itu juga berdasarkan intuisi dan pengalaman dari estimasi periode sebelumnya. Tinggi atau rendahnya tingkat penjualan buah segar dipengaruhi juga oleh intuisi dan pengalaman manajer divisi fresh. Metode periodic review system periode 2 hari memberikan total biaya persediaan paling kecil pada buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pisang cavendish, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman dibandingkan dengan metode perusahaan. Metode ini berusaha meminimalisir biaya persediaan dengan mengurangi frekuensi pemesanan sehingga biaya yang akan dikeluarkan untuk biaya pemesanan akan lebih kecil dibandingkan dengan metode periode tunggal. Namun tetap saja biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode periodic review system periode 3 hari. Jauh berbeda dengan menggunakan metode periodic review system periode 3 hari. Total biaya persediaan paling kecil dimilika oleh buah semangka merah non biji, apel fuji RRC, pisang cavendish, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman dibandingkan dengan semua metode yang diterapkan. Kelima jenis buah tersebut dapat dijadikan alternatif model pengendalian persediaan buah segar untuk hipermarket Giant Poins. Fokus analisis ini ditekankan pada frekuensi
101
pemesanan yang dilakukan setiap tiga hari selama satu tahun sehingga dapat meminimalisir biaya pemesanan. Biaya pemesanan yang menguntungkan akan membuat perusahaan perlu meningkatkan investasi untuk mengadakan persediaan yang dapat mencukupi tingkat permintaan selama tenggang waktu selama periode pemesanan. Hal ini berkaitan dengan nilai tingkat pelayanan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Khusus untuk metode EOQ yang hanya diterapkan pada buah yang pola permintaannya relatif konstan yaitu jeruk lokam, lengkeng bangkok, mangga harum manis dan jeruk mandarin shantang memberikan total biaya persediaan yang sangat kecil dibandingkan dengan metode perusahaan. Hasil perhitungan metode EOQ untuk buah jeruk mandarin shantang adalah sebesar Rp 980,000. Hasil tersebut adalah hasil paling rendah dibandingkan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp 3,000,000. Analisis ini dapat diterapkan pada jenis buah lainnya yang memiliki pola permintaan relatif konstan. Hasil metode EOQ pada buah segar ternyata dapat memberikan hasil yang optimal pada biaya persediaan sama halnya seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Annisa (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan besarnya jumlah pesanan optimal yang dicari dengan menggunakan metode EOQ dalam pengelolaan persediaan produk ikan segar Giant Bekasi, diperoleh hasil kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi pemesanan yang lebih kecil. Kuantitas pemesanan yang lebih banyak dan frekuensi yang lebih kecil ataupun sebaliknya, biaya persediaan dapat ditekan menjadi lebih rendah dan broken stock dapat dikurangi.
102
5.6. Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Buah Segar untuk Hipermarket Giant Poins Hasil yang diperoleh dari perbandingan antar model sangat bervariasi. Hasil tersebut akan dilihat model yang menghasilkan biaya minimum untuk persediaan. Tabel 15 berikut menunjukkan alternatif yang dapat diterapkan pada hipermarket Giant Poins walau tidak seluruh analisis menghasilkan biaya minimum. Analisis yang menghasilkan biaya minimum adalah metode periodic review system periode 3 hari dan EOQ. Analisis yang menggunakan metode periode tunggal dan periodic review system periode 2 hari terlihat masih menghasilkan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan metode yang periodic review system periode 3 hari. Jenis buah yang memberi alternatif biaya persediaan minimum adalah jeruk lokam, semangka merah non biji, apel fuji RRC, lengkeng bangkok, mangga harum manis, pisang cavendish, jeruk mandarin shantang, pear ya lie RRC dan salak pondoh sleman. Durian monthong terlihat metode yang diterapkan oleh perusahaan sudah cukup baik. Tabel 15. Alternatif metode pengendalian persediaan dan selisih biaya persediaan No.
Jenis Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jeruk lokam Semangka merah non biji Apel fuji RRC Lengkeng bangkok Mangga harum manis Pisang cavendish Jeruk mandarin shantang Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Alternatif Pengendalian Persediaan EOQ periodic review system (3) periodic review system (3) EOQ EOQ periodic review system (3) EOQ Metode Perusahaan periodic review system (3) periodic review system (3)
Selisih biaya Persediaan (Rp) 2,560,000 4,800,000 4,800,000 5,500,000 4,580,000 2,340,000 1,780,000 1,280,000 4,800,000 4,800,000
Sumber: Data primer diolah (2010)
103
Selisih biaya persediaan antar metode menunjukkan hampir semua buah memiliki selisih persediaan yang relatif besar kecuali pada buah durian monthong. Durian monthong menghasilkan selisih persediaan sebesar Rp 1,280,000 dibandingkan dengan metode yang dianalisis sehingga masih lebih baik menggunakan metode yang ada di perusahaan. Selisih biaya persediaan terbesar dimiliki oleh lengkeng bangkok yaitu sebesar Rp 5,500,000 sehingga pada buah tersebut merupakan alternatif yang paling baik yang dapat direkomendasikan kepada pihak perusahaan. Alternatif metode pengendalian persediaan buah segar yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins adalah sebagai berikut: a. Jeruk lokam menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 2,560,000. b. Semangka merah non biji menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. c. Apel fuji RRC menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000 . d. Lengkeng bangkok menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 5,500,000. e. Mangga harum manis menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,580,000. f. Pisang cavendish menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 2,340,000. g. Jeruk mandarin shantang menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 1,780,000.
104
h. Pear ya lie RRC menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. i. Salak pondoh sleman menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. Alternatif metode pengendalian persediaan buah segar berdasarkan analisis Periodic Review System 3 hari yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins berdasarkan tingkat persediaan optimal. Tingkat persediaan minimum dan batas persediaan untuk pemesanan serta periode pemesanan adalah sebagai berikut: 1. Semangka merah non biji memiliki tingkat persediaan optimal sebesar 417.74Kg. Tingkat persediaan minimum dan batas persediaan untuk pemesanan yang harus dijaga sebesar 113.54Kg dengan periode pemesanan 3 hari. 2. Apel fuji RRC memiliki tingkat persediaan optimal sebesar 253.27Kg. Tingkat persediaan minimum batas persediaan untuk pemesanan yang harus dijaga adalah 76.57Kg dengan periode pemesanan 3 hari. 3. Pisang cavendish memiliki tingkat persediaan optimal sebesar 186.02Kg. Tingkat persediaan minimum dan batas persediaan untuk pemesanan yang harus dijaga adalah 33.47Kg dengan periode pemesanan 3 hari. 4. Pear ya lie RRC memiliki memiliki tingkat persediaan optimal sebesar 246.30Kg. Tingkat persediaan minimum dan batas persediaan untuk pemesanan yang harus dijaga sebesar 51.12Kg dengan periode pemesanan 3 hari.
105
5. Salak pondoh sleman memiliki memiliki memiliki tingkat persediaan optimal sebesar 204.59Kg. Tingkat persediaan minimum batas persediaan untuk pemesanan yang harus dijaga sebesar 51.69Kg dengan periode pemesanan 3 hari. Tabel 16. Alternatif pengendalian persediaan periodic review system (3) No Jenis Produk SS T TSL (Kg/hari)
1 2 3
Semangka merah non biji Apel fuji RRC
4 5
Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Pisang cavendish
113.54 76.57 33.47 51.12 59.09
(hari)
3 3 3 3 3
(Kg/hari)
417.74 253.27 186.02 246.30 204.59
Sumber: Data primer diolah (2010)
Buah yang dipesan adalah buah yang tingkat persediaannya telah berada atau di bawah batas pengisisan ulang. Besarnya pesanan dilakukan adalah selisih dari tingkat persediaan yang harus dijaga yang dikurangi tingkat persediaan yang masih dimiliki. Tabel 17 adalah hasil yang dapat diterapkan sebagai alternatif bagi hipermarket Giant Poins. Alternatif metode pengendalian persediaan buah segar berdasarkan analisis EOQ yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins adalah pada buah jeruk lokam, lengkeng bangkok, mangga harum manis dan jeruk mandarin shantang. Terlihat nilai safety stock dan reorder point adalah sama besarnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh lead time yang bernilai nol sehingga tidak ada waktu tenggang antara waktu pemesanan dilakukan sampai waktu barang diterima. Perhitungan EOQ juga bisa menghasilkan maksimum order dimana pesanan hanya bisa dipesan pada batas yang telah ditentukan. Periode pemesanan
106
yang besar ternyata membuat analisis EOQ menghasilkan biaya yang paling ekonomis. Tabel 17. Alternatif pengendalian persediaan EOQ No
Jenis Produk
1 2 3 4
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
EOQ (Kg)
50.19 20.41 21.91 30.55
SS (Kg)
313.98 199.67 153.59 131.17
ROP
T
MI
(Kg)
(hari)
(Kg)
313.98 199.67 153.59 131.17
7 6 7 6
364.17 220.08 175.50 161.72
Sumber: Data primer diolah (2010)
Tabel 17 adalah hasil yang dapat diterapkan sebagai alternatif bagi hipermarket Giant Poins. Alternatif metode pengendalian persediaan buah segar berdasarkan analisis EOQ yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins berdasarkan tingkat persediaan optimal dan tingkat persediaan yang harus dijaga. Selain itu, periode pemesanan dan batas dimana persediaan harus dilakukan pemesanan serta batas maksimum pemesanan adalah sebagai berikut: 1. Jeruk lokam memiliki tingkat pemesanan optimal sebesar 50.19Kg dan tingkat persediaan minimum yang harus dijaga sebesar 313.98Kg. Periode pemesanan adalah 7 hari, batas persediaan harus dilakukan pemesanan adalah 313.98Kg dan batas maksimum tingkat persediaan sebesar 364.17Kg. 2. Lengkeng bangkok memiliki tingkat pemesanan optimal sebesar 20.41Kg dan tingkat persediaan minimum yang harus dijaga sebesar 199.67Kg. Periode pemesanan adalah 6 hari, batas persediaan harus dilakukan
107
pemesanan adalah 199.67Kg dan batas maksimum tingkat persediaan pemesanan sebesar 220.08Kg. 3. Mangga harum manis memiliki tingkat pemesanan optimal sebesar 21.91Kg dan tingkat persediaan minimum yang harus dijaga sebesar 153.59Kg. Periode pemesanan adalah 7 hari, batas persediaan harus dilakukan pemesanan adalah 153.59Kg dan batas maksimum tingkat persediaan sebesar 175.50Kg. 4. Jeruk mandarin shantang memiliki tingkat pemesanan optimal sebesar 30.55Kg dan tingkat persediaan minimum yang harus dijaga sebesar 131.17Kg. Periode pemesanan adalah 6 hari, batas persediaan harus dilakukan pemesanan adalah 131.17Kg dan batas maksimum tingkat persediaan sebesar 161.72Kg.
108
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode persediaan yang digunakan oleh hipermarket Giant Poins adalah metode Min-Max (minimum-maksimum). Metode Min-Max merupakan metode persediaan dimana kuantitas pemesanan hanya dapat dilakukan diantara kuantitas minimum dan maksimum dari rata-rata penjualan. Ratarata penjualan diperoleh data penjualan tahun lalu. Sistem tersebut merupakan sistem informasi manajemen untuk mencegah terjadinya pemesanan
diatas
kuantitas
rata-rata
penjualan
sehingga
dapat
meminimalisir kerusakan buah karena kelebihan order. Selain itu juga mencegah pemesanan dibawah kuantitas rata-rata penjualan demi menghindari kekurangan persediaan. Sistem komputerisasi tersebut merupakan aplikasi dengan nama GBOS (Giant Book Office System) yang digunakan seluruh manajemen hipermarket Giant yang ada di Indonesia. 2. Kegiatan pengelolaan persediaan buah segar di hipermarket Giant Poins sudah berjalan dengan baik untuk durian monthong. Hasil analisis biaya periode tunggal ternyata tidak dapat memberikan biaya minimum dibandingkan dengan analisis metode perusahaan. Hasil analisis biaya periodic review system periode 2 hari juga terlihat kurang efektif untuk diterapkan di hipermarket Giant Poins karena hasilnya masih berada di atas metode perusahaan. Alternatif metode pengendalian persediaan buah
segar yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins atas dasar perbandingan total biaya antar metode adalah sebagai berikut: a. Jeruk lokam menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 2,560,000. b. Semangka merah non biji menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. c. Apel fuji RRC menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000 . d. Lengkeng bangkok menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 5,500,000. e. Mangga harum manis menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,580,000. f. Pisang cavendish menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 2,340,000. g. Jeruk mandarin shantang menggunakan model EOQ dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 1,780,000. h. Pear ya lie RRC menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000. i. Salak pondoh sleman menggunakan model periodic review system 3 hari dengan selisih biaya persediaan sebesar Rp 4,800,000.
110
6.2. Saran Alternatif sistem pengendalian persediaan buah segar yang dapat diterapkan oleh hipermarket Giant Poins, yaitu sebagai berikut: 1. Mengelompokkan buah segar berdasarkan tingkat kuantitas penjualan tertinggi menggunakan analisis ABC agar dapat memfokuskan perhatian persediaan pada buah segar. 2. Mengelompokkan buah segar berdasarkan pola permintaan fluktuatif dan pola permintaan konstan. 3. Buah segar dengan pola permintaan fluktuatif sebaiknya menggunakan metode periodic review system periode 3 hari sedangkan buah segar dengan pola permintaan konstan sebaiknya menggunakan metode EOQ guna meminimalisir biaya persediaan. 4. Mengadakan penelitian lanjutan pada analisis ABC yaitu kelas B dan kelas C.
111
Lampiran 6. Jenis Buah Berdasarkan Analisis ABC NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
NAMA BARANG JERUK LOOKAM (S) KG SEMANGKA MERAH NON BIJI (A) APEL FUJI RRC KG LENGKENG BANGKOK KG MANGGA HARUM MANIS PISANG CAVENDISH JERUK MANDARIN SHANTANG KG DURIAN MONTHONG KG PEAR YA LIE RRC SALAK PONDOH SLEMAN JERUK PON KAM KG APEL FUJI SUPER KG MELON SKY ROCKET KG JERUK MEDAN KG ANGGUR RED GLOBE USA JERUK SHANTANG DAUN KG APEL WASHINGTON (B) KG PEPAYA BANGKOK JERUK BABY SWEET ALPUKAT KG PEAR KHUNG LIE STRAWBERRY ORGANIK A DRAGON FRUIT (BUAH NAGA)IMP PEAR XIANG LIE RRC MANGGA GEDONG SULUNGAN KG JERUK LOO KAM KG PEPAYA CALIFORNIA KG KORMA TUNISIA URAI KORMA URAI EGYPT KG BABY BLACK WATER MELON KG MANGGIS JERUK BABY ORANGE KG JERUK PONKAM S KG JERUK HONEY MURCOTT JERUK LEMON IMP JERUK NAVEL AUSTRALIA ANGGUR RED GLOBE AUSTRALIA APEL ROYAL GALA NZ
TOTAL SALES 47,247 36,502 18,143 17,193 16,208 14,238 14,005 13,830 12,753 10,865 7,684 6,628 6,552 6,338 5,730 5,655 5,252 5,237 4,312 3,744 3,740 3,259 2,568 2,509 2,450 2,270 1,944 1,839 1,737 1,693 1,653 1,643 1,629 1,577 1,542 1,475 1,396 1,394
Klasifikasi ABC A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A 119
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
APEL GRANNY SMITH PEAR SINGO RRC KG APEL ROYAL GALA PERANCIS JERUK MEDAN JUMBO KG NANAS PALEMBANG ANGGUR RED GLOBE MANGGA HARUM MANIS SPECIAL KG BELIMBING (B) LOKAL SEMANGKA MERAH BELAH ROCK MELON KG BUAH BLEWAH DURIAN MONTHONG PACK MARKISA (BUAH KONYAL) SEMANGKA KUNING NON BIJI LENGKENG BANGKOK SUPER KG DURIAN BANGKOK KG MELON RED SWEET ANGGUR RED GLOBE AFRICA KG APEL MALANG B RAMBUTAN ACEH SPECIAL PRICE FRUIT I NANAS SUBANG JAMBU BANGKOK BELIMBING GELAR KG MANGGA SIMANALAGI (B) JERUK NAVEL USA MANGGA GEDONG (B) PEAR PACKHAM AFRICA KG KELAPA BAKAR BANGKOK MANGGA DERMAYU JAMBU KLUTUK MERAH KG MELON GOLDEN BABY STRAWBERRY JERUK VALENCIA TIMUR TENGAH KG JERUK HONEY MURCOTT AUST KG PEAR PACKHAM KG BANGKUANG KG PISANG MAS KG SIRSAK ANGGUR RED PROSPERITY APEL MANALAGI AB
1,367 1,336 1,325 1,305 1,291 1,249 1,230 1,227 1,149 1,097 1,080 1,042 1,041 1,020 995 964 945 928 896 868 853 799 796 775 767 767 763 750 739 692 689 636 633 627 619 573 570 555 550 540 532
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B 120
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
STRAWBERRY HOLLAND 250G JERUK NAVEL RRC KG MELON RED SWEET POTONG PISANG TANDUK (B) APEL ROYAL GALA USA PEAR CENTURY RRC KG APEL RED STAR CHINA KG PEAR CAU SU LIE RRC KG ANGGUR RED GLOBE CINA TIMUN SURI KG FIRST CHOICE JERUK PERAS MEDAN JERUK MANDARIN TORRA TEMPLE KG KORMA IRAN KG JAMBU CINGCALO DELIMA JERUK NAVEL JUMBO KG JERUK NAVEL SUPER KG MANGGA CHERRY WJ KG SALAK PONDOH KG PISANG TANDUK SUPER MELON SKY ROCKET BELAH JERUK MANDARIN THAILAND KG SEMANGKA KUNING POTONG KG JERUK VALENCIA KG PEPAYA RED LADY KG KIWI FRUIT PISANG AMBON SISIRAN PEAR SHANDONG KG JERUK MANDARIN NOVA KG PEPAYA BANGKOK SARI KATES KG PISANG RAJA SUPER STRAWBERRY SWEET CHARLIE JERUK LOOKAM LOKAL KG ANGGUR AUTUM ROYAL KG PEPAYA CALIFORNIA SARI KATES KG APEL MERAH JUMBO PEAR KHUNG LIE JUMBO KG JAMBU CINGCALO HIJAU APEL WASHINGTON (K) KG SEMANGKA SWEET HONEY NB KG PISANG RAJA (B) JERUK MANDARINE FREEMOND
517 512 502 499 491 477 451 431 431 430 413 411 374 372 361 314 314 312 304 299 283 280 273 268 266 265 263 261 255 252 243 233 224 224 220 219 218 213 212 211 208
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B 121
121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161
PISANG MAS (B) JERUK HONEY MURCOTT AUST JUMB JAMBU GONDRONG PACK ANGGUR MERAH CREAMSON MANGGA GOLEK (B) MANGGA KWINI (B) JERUK HONEY MURCOTT JUMBO KG PISANG SEREH SUPER PISANG AMBON (B) PEAR GOLDEN KG PISANG KEPOK SUPER ANGGUR THOMPSON USA KG JERUK MANDARIN CLEMENVILLE KG MANGGA HARUM MANIS HTN SPECIAL STRAWBERRY GRADE K SAWO (B) JERUK BALI (A) JERUK MANDARIN SUNBURST JERUK VALENCIA USA PISANG ULI SUPER DUKU ANGGUR SUGAR ONE IMP KG BELIMBING DEWI KG JERUK VALENCIA AFRIKA KG KEDONDONG SUPER KG MELON CARIBEAN KG JERUK MANDARIN DAISY KG ASAM BANGKOK PISANG BARANGAN MEDAN SUPER PEPAYA BANGKOK POTONG APEL ROYAL GALA AFRICA KG ANGGUR CALMERIA USA KG JERUK NAVEL AFRICA KG MANGGA GEDONG SULUNGAN GINCU JERUK NAVEL USA JUMBO KG TERONG BELANDA KG MANGGA BUDI RAJA KG PEPAYA RED LADY SPECIAL KG JERUK VALENCIA AUSTRALIA KG PEAR SINGO RRC SUPER PISANG ULI (B)
205 200 199 178 175 174 172 165 163 163 162 155 155 153 146 143 139 136 134 128 124 124 122 119 118 118 116 115 113 113 110 106 105 105 101 92 91 88 87 87 84
B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B C 122
162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202
PISANG KEPOK FRAGRANT PEAR KG JERUK NAVEL CARA CARA KG RAMBUTAN ROPIAH (B) DURIAN BANGKOK PACK ANGGUR FLAME SEEDLESS USA JERUK MANDARIN IMPERIAL RAMBUTAN BINJAI ANGGUR BLACK GLOBE KG APEL FUJI NZ JERUK MEDAN SUPER KG LYCHEE IMP KG ANGGUR GOLDEN GLOBE KG KIWI JUMBO KG KELAPA MUDA LOKAL PEAR PACK HAM AUST KG PEPINO UNGU KG MANGGA HARUM MANIS MASAK POHON ANGGUR REGAL SEEDLESS KG APEL MANALAGI CHERRY KG MELON SUPER SWEET SEMANGKA BABY SEEDLESS KG APEL FUJI USA KG PEPAYA CALIFORNIA POTONG KG KIWI GOLD KG ANGGUR FLAME SEEDLESS KG MANGGA MADU ANGGUR CALMERIA AUST KG JERUK MANDARIN MINEOLA KG JERUK PONTIANAK ANGGUR RED GLOBE SUPER KG JAMBU CINCALO MERAH ANGGUR BIG B BLACK KG PISANG SEREH (B) ANGGUR THOMPSON KG APEL PACIFIC ROSE PEAR ANJOU MERAH USA PLUM HITAM JERUK BABY MESIR JERUK MANDARIN MIKAM KG KELAPA MUDA BANGKOK
84 83 83 79 70 68 68 67 66 61 60 58 57 53 52 49 49 49 47 45 44 44 43 41 41 41 40 40 39 38 38 37 36 35 34 34 33 31 29 28 28
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C 123
203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243
JERUK PERAS PONTIANAK KG APEL ROYAL GALA JUMBO KG ANGGUR SUMMER ROYAL KG JERUK MANDARINE CLAMENTINE JERUK SWEET THAILAND JERUK VALENCIA SUPER KG JAMBU CINGCALO APEL APEL GOLDEN KG APEL FUJI BLUSH KG STRAWBERRY SWEETHEART 125GR PEPAYA HAWAI PEAR ANJOU HIJAU USA NANAS PALEMBANG SUPER SEMANGKA MERAH BIJI KG MELON KINANTI KG MELON CANTELOUPE KG CEMPEDAK BUAH MATOA IRIAN JAYA KG NANAS SWEET HONEY SUNPRIDE JAMBU GONDRONG KG PISANG BARANGAN MEDAN (B) PEAR HOSUI RRC KG ANGGUR CHAMPAGNE KG STRAWBERRY GRADE B KORMA MEDJOL LARGE URAI PEAR PACKHAM JUMBO KG JERUK GRAPE FRUIT STRAWBERRY GRADE A KIWI FRUIT ORGANIK KG PLUM MERAH DUKU PALEMBANG KG JAMBU BOL (B) SALAK PONDOH SLEMAN SUPER APEL BRAEBURN KG MELON SKY ROCKET SISIR JERUK BALI B STRAWBERRY ORGANIK B PISANG MAS SUPER KELAPA HIJAU MANGGA HARUM MANIS (B) PISANG RAJA BULU HIJAU
28 27 27 26 25 25 23 23 23 23 22 22 22 22 21 21 20 20 20 20 19 19 19 18 18 17 16 16 16 15 13 12 12 12 11 10 10 9 9 8 8
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C 124
244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284
ANGGUR HIJAU SUPERIOR SEEDLES USA PEAR SINGO SUNPRIDE KG APEL ROYAL GALA LENGKENG BANGKOK (K) KG MANGGA BANGKOK JERUK NAVEL TIMUR TENGAH KG BLUEBERRIES IMP PISANG NANGKA KG JERUK MEDAN MINI KG ANGGUR EARLY SWEET KG BANGKUANG POMELO IMPORT APEL FUJI SUN MOON SUPER KG PEPINO ORGANIK KG PEPAYA CALIFORNIA HYBRIDA PCS ANGGUR BLACK UNKNOWN KG SALAK PLUM SUGAR IMP PARCEL BUAH SEGAR A APEL FUJI WANG SHAN KG DRAGON RED FRUIT KG ANGGUR BALI (B) JERUK BALI ACEH PEACH IMP NECTARINE IMP JERUK TANKAM MEDAN (AB) APEL JEPANG MUTSU MERAH NANGKA POTONG KG PEAR YA LIE PC PEARS XIANG LIE RRC PC APEL ARIANE KG MELON SKY HONEY POTONG ALPUKAT GARUT (B) KELAPA KOPYOR (B) NANGKA KUPAS PEAR KOREA SINGO KLT HALUS ANGGUR HIJAU KG JERUK MANDARIN HICKSON IMP JERUK MANDARIN SHANTANG JUMBO KG PEAR EMERALD KG STRAWBERRY CALIFORNIA
8 8 8 7 7 7 7 7 7 7 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C 125
285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320
APEL RED DEL KG DURIAN LOKAL KG ANGGUR HITAM IMP PEAR HOSUI DURIAN MONTHONG LOKAL KG MANGGA CHERRY KG MANGGA HARUM MANIS SPESIAL PEPAYA HAWAII SUNPRIDE KG PEAR KHUNG LIE PC KIWI FRUIT PC SALAK PONDOH LUMUT CHERRY MERAH IMP JERUK MANDARIN PAKISTAN IMP KG SRIKAYA BAYAT APEL USA BLUE CHELAN JERUK MANDARIN ELLENOR KG AVOCADOES IMP KG PEAR GOLDEN KOREA KG JERUK LOO KAM SUPER KG KECAPI KG APEL MALANG CHERRY KG BUAH DELIMA PC PEPAYA CALIFORNIA PCS MANGGA ALPHONSO INDIA KG JERUK HONEY MANDARIN KG MANGGA IRWIN KG ANGGUR KING AUTUM GREEN KG JERUK MANDARIN ELLENDALE KG MELON APEL APRICORT IMP BUAH DELIMA JAMBU KING ROSE APPLE KG MELON ANGEL SUNPRIDE KG DRAGON FRUIT BUAH NAGA IMPORT PC GOLDEN ORANGE MELON KG RAMBUTAN BANGKOK IMP KG
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
126
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
10
20 96
30
40
50 160
60
70
Analisis ABC 350
jumlah jenis buah
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320
300 250 200 150 100 50
B
A
0
1
2
3
4
5
6
80
90
100 320
Analisis ABC
C 7
8
9
10
kelas
DAFTAR GAMBAR 1.
Analisis ABC ............................................................................................
29
2.
Variasi Permintaan dan Lead Time dalam Sistem Persediaan ....................
32
3.
Model Permintaan Probabilistik ................................................................
33
4.
Periodic Review System ............................................................................
34
5.
Total Biaya Persediaan..............................................................................
37
6.
Alur Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................................
42
7.
Proses Pemesanan di Hipermarket Giant Poins..........................................
66
8.
Alur Pemesanan pada Hipermarket Giant Poins ........................................
68
9.
Alur Pemesanan Tipe A ............................................................................
69
10.
Alur Pemesanan Tipe B ............................................................................
70
11.
Alur Pemesanan Tipe C ............................................................................
71
12.
Chiller (Rak Pendingin) ............................................................................
73
13.
Kompresor ................................................................................................
74
14.
Gudang Pendingin ....................................................................................
74
15.
Container..................................................................................................
75
16.
Green Bean ...............................................................................................
75
17.
Rak Bambu ...............................................................................................
76
18.
Tempat Timbangan ...................................................................................
77
19.
Garpu Angkat (Antrack)............................................................................
77
20.
Palet..........................................................................................................
78
21.
Gudang Proses ..........................................................................................
79
22.
Analisis ABC pada Hipermarket Giant Poins ............................................
82
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Cabang/ Gerai Hipermarket Giant di seluruh Indonesia.................................
114
2.
Struktur Organisasi Hipermarket Giant Poins................................................
115
3.
Data Suplier Buah di Hipermarket Giant Poins .............................................
116
4.
Detail Flow Chart Penerimaan Barang .........................................................
117
5.
Data Penjualan Buah Segar (sampel) pada Tahun 2009 .................................
118
6.
Jenis Buah Berdasarkan Analisis ABC..........................................................
119
7.
Grafik Pola Permintaan Sampel Buah Tahun 2008 dan 2009 ........................
127
8.
Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan (SL)....................................................
131
9.
Hasil Perhitungan Tingkat Persediaan Optimal (SO) .....................................
132
10. Hasil perhitungan EOQ dan Hasil Perhitungan Safety Stock, Penggunaan Selama Leadtime, Reorder Point dan Maksimum Inventory ....................................... 133 11. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Perusahaan .....................
134
12. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Periode Tunggal .............
135
13. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Periodic Review System .........................................................................................................
136
14. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode EOQ ...............................
137
15. Perbandingan Total Biaya Persediaan Antar Metode .....................................
138
16. Surat Keterangan Penelitian ..........................................................................
140
DAFTAR PUSTAKA
Achun. Persediaan. http://zulidamel.wordpress.com/2008/01/02/persediaan /2008. Diakses pada tanggal 7 Juli 2009 pukul 10.00 Ahmad. Karakteristik Buah dan Sayur. http://tep.fateta.ipb.ac.id/elearning/media/ Teknik%20Pasca%20Panen/tep440_files/Karakteristikbuahsayur.htm.2009 Diakses pada tanggal 7 Juli 2009 pukul 10.00 Annisa. Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar pada Hipermarket Studi Kasus di Giant Hipermarket Mega Bekasi Hypermall Kota Bekasi. Skripsi Sarjana. (Bogor, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: 2008) Apriyono. http://www.geocities.com/yok_apriyono/VIT_AIR.HTM.2008. diakses pada tanggal 29 April 2010 pukul 09.51. Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Astawan, Made. Sehat Optimal dengan Sayur dan Buah. Jakarta: 2009 http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0712/16/122348.htm. 3 Juni2009. Di akses pada tanggal 3 Juni 2009, pukul 15.30. Carter, K william. Akutansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2009. Direktorat Jenderal Hortikultura. Gambaran Kinerja Makro Hortikultura. http://Www.Hortikultura.Deptan.Go.Id/Index.Php?Option=Com_Content&Ta sk=View&Id=218.2009. Diakses pada tanggal 7 Juli 2009 pukul 10.00 Erlina. Manajemen Persediaan. http://digilib.usu.ac.id/download/fe/ akutansierlina3.pdf. di akses tanggal 7 Juli 2009 pukul 10.00 Gunawan. Karakteristik dari buah. http://emperordeva.wordpress. com/about/karakteristik-dari-buah/2009. Diakses pada tanggal 24 Juli 2009 pukul 02.30. Handoko, T. Hani. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFEYogyakarta, 2000. Indrajit, E.R dan Djokopranoto. R. Manajemen Persediaan. Jakarta: Grasindo, 2003. Ishak, Aulia. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. 112
Jane. Metode Pengendalian Bahan Baku. http://file2shared.wordpress.com.2009. Diakses pada tanggal 13 Juni 2009 pukul 18.02. Kotler, Philip. Marketing Management II Edition. (New Jersey, Prentice Hall International Inc: 2003). Noerbiant. Metode Pengendalian Bahan Baku. http://file2shared.wordpress.com. 2009. Diakses pada tanggal 13 Juni 2009 pukul 18.02. Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan Aplikasi dibidang Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers, 2007. Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan Aplikasi dibidang Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers, 2000. Rasyid, Khairul. Optimalisasi pemasaran komoditas sayuran pada PT Alfa retailindo Tbk, Bintaro. [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Agribisnis, 2006. Siswanto. Manajemen Persediaan. http://fe.uajy.net/fs/as/?tag=inventory-theories. 2009. Diakses pada tanggal 29 April 2010 pukul 09.51. Sopiah dan Syihabuddin. Manajemen Bisnis Ritel. Malang: Andi Offset, 2008. Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. (Bandung, Alfabeta: 2008) Tamarinda, Retno. Manajemen Pengendalian Mutu dan Optimalisasi Persediaan Sayur dan Buah Segar di Supermarket Matahari Mall Depok. Skripsi Sarjana. (Bogor, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: 2005) Tampubolon. Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004. Yamit, Zulian. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonisia, 2005. Zulfikarijah, Fien. Manajemen Persediaan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2005. Zulkarnain. Dasar-dasar Hortikultura. (Jakarta, PT Bumi Aksara:2009)
113
Lampiran 3. Daftar Supplier Buah di Hipermarket Giant Poins No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Supplier Mitra Berry Strawberindo Lestary Supardi Salitrosa Sewu Segar Aneka Sukses Persada Mulias Raya
Komodity Strawberry Strawberry Strawberry Buah Impor Buah Impor Buah Impor Buah Impor
116
DAFTAR TABEL 1.
Karakteristik Tenaga Kerja Hipermarket Giant Poins ...................................... 59
2.
Jenis Produk di Departemen Fruit and Vegetable............................................ 62
3.
Kelas A dari Analisis ABC Penjualan Buah Tahun 2009................................. 83
4.
Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan (SL)...................................................... 85
5.
Hasil Perhitungan Tingkat Persediaan Optimal (SO) ....................................... 87
6.
Perhitungan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Periodic Review System...... 89
7.
Perhitungan Target Persediaan (Target Stock Level) Periodic Review System.. 91
8.
Hasil Perhitungan EOQ .................................................................................. 92
9.
Hasil Perhitungan Safety Stock, Reorder Point, dan Maksimum Inventory ....... 93
10.
Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Perusahaan........................ 96
11.
Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Periode Tunggal ............................ 97
12.
Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Periodic Review System ................. 98
13.
Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode EOQ ................................. 99
14.
Perbandingan Total Biaya Persediaan Antar Metode ....................................... 100
15.
Alternatif Metode Pengendalian Persediaan dan Selisih Biaya Persediaan....... 103
16.
Alternatif Pengendalian Persediaan Periodic Review System ........................... 106
17.
Alternatif Pengendalian Persediaan EOQ ........................................................ 107
LOSS PREVENTION 1
ACCOUNTING
RECEIVING
2
Arus Dokumen Arus Barang
TRANSIT AREA
Pendaftaran pada
Asli Cek PO
PO + Faktur di
BTRF
Faktur
beri Cap Stempel
3
Buku Tamu dan Registrasi Faktur
Apakah PO + Faktur
Receiving
Benar dan Lengkap
4
ya Pemanggilan supplier
Barang turun
Terima + PO + Faktur
9
Barang Masuk
ke Toko
6
ya
dr mobil Barang Masuk Pengiriman selesai
Apakah PO + Faktur
Barang Masuk ke
Benar dan Lengkap
Transit
Loading Bay Hubungi supplier Tidak / selisih 5
Barang Masuk ke
Copy PO + Asli Cek
Faktur
117
Asli Cek PO Faktur
PO+Faktur 7
8
gudang
Lampiran 4. Detail Flow Chart Penerimaan Barang
SUPPLIER
Lampiran 7. Grafik Pola Permintaan Tahun 2008
JERUK LOOKAM
APEL FUJI RRC
4000
10000 8000
P e n ju alan
3000
P e n ju alan
6000
2000
4000
1000
2000 0
0 0
5
10
15
-2000 0
5
10
15
-1000 Bulan
Bulan
SEMANGKA MERAH NON BIJI
2000
2000
1500
1500
P e n ju a la n
P e n ju a lan
PISANG CAVENDISH
1000 500
1000 500 0
0
0
0
5
10
5
10
15
15 Bulan
Bulan
MANGGA HARUM MANIS
DURIAN MONTHONG 4000
P e n ju a la n
P e n ju alan
3000 2000 1000 0 -1000
0
5
10 Bulan
15
5000 4000 3000 2000 1000 0 -1000 0
5
10 Bulan
15
LENGKENG BANGKOK
5000 4000 3000 2000 1000 0 -1000 0
4000 3000
P e n ju ala n
P e n ju ala n
JERUK PON KAM
2000 1000 0
5
10
-1000 0
15
5
PEAR YA LIE RRC
JERUK MANDARIN SHANTANG
1500
P e n ju alan
P e n ju a lan
4000 2000 0 5
15
Bulan
Bulan
0
10
10
15
1000 500 0 -500 0
5
10
-2000
Bulan Bulan
Grafik Pola Permintaan Tahun 2009
15
Lampiran 1. Gerai/Cabang Hipermarket Giant No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Gerai Hipermarket Giant di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi Hipermarket Giant Villa Mas Melati Hipermarket Giant Cimanggis Hipermarket Giant Kalibata Hipermarket Giant Plaza Semanggi Hipermarket Giant Poins Lebak Bulus Hipermarket Giant Kreo Larangan Ciledug Hipermarket Giant Lindeteves Hipermarket Giant Margocity Depok Hipermarket Giant Pamulang Square Hipermarket Giant City Mall Tangerang Hipermarket Giant Ujung Menteng Hipermarket Giant Tambun Hipermarket Giant Pondok Gede Hipermarket Giant Mega Bekasi Hipermarket Giant Wisma Asri Hipermarket Giant Cibubur Mitra Hipermarket Giant Botani Square Bogor Hipermarket Giant Taman Yasmin Bogor Hipermarket Giant Jati Asih Bekasi Hipermarket Giant di Jawa Barat Hipermarket Giant Pasteur Hyper Point Bandung Hipermarket Giant Bandung Supermal Hipermarket Giant Purwakarta Hipermarket Giant di Jawa Tengah Hipermarket Giant Banyuwangi Hipermarket Giant Central City Semarang Hipermarket Giant di Jawa Timur Hipermarket Giant Maspoin Square Surabaya Hipermarket Giant Pondok Tjandra Surabaya Hipermarket Giant Sun City Sidoarjo Hipermarket Giant Mayjen Songkong Surabaya Hipermarket Giant Gajayana Malang Hipermarket Giant Probolinggo Hipermarket Giant Diponogoro Surabaya
114
Lampiran 2. Struktur Organisasi Hipermarket Giant Poins
115
SA 006
SA 003
SA 010 Promosi
GIANT POINS
Melon Aneka jeruk
SA 007
SA 004
SA 002
SA 001 Aneka Apel
Timbangan
SA 012 SA 011
SA 009
SA 008
SA 005
SA 013 Gudang Ruang proses
SA 014
SA 005
Lampiran 2. Layout Department Produce
LAY OUT DEPARTEMEN PRODUCE
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BUAH SEGAR PADA HIPERMARKET GIANT POINS LEBAK BULUS
BAB I PENDAHULUAN • • • •
1.1 Latar Belakang Buah segar > baik di konsumsi setiap hari Suplemen obat-obatan kimia > aman Giant > menjual produk segar = buah segar. Pemasaran buah segar > manajemen persediaan yang cukup baik = mengurangi resiko kerugian.
1.2 Perumusan Masalah 1. How? metode persediaan HGP. 2. What? Alternatif metode HGP. 1.3 Tujuan 1. Mendeskripsikan metode HGP 2. Menganalisa alternatif metode HGP 1.4. Manfaat 1. Bagi perusahaan 2. Bagi pembaca 3. Bagi penulis
Ruang Lingkup Penelitian 1. Persediaan produk buah segar di HGP 2. Jenis buah yang akan diteliti adalah seluruh jenis buah yang dijual oleh HGP. 3. Mengamati besarnya biaya penyimpanan. Simpan digudang / langsung dipajang. 4. Mencari alternatif pengendalian persediaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bisnis Retail ? penjualan eceran/suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Buah Segar? Buah yang belum atau sudah mendapatkan perlakuan pasca panen namun tidak ada penambahan zat editif . Karakteristik Buah Segar? ◦ Penampilan ◦ Tekstur dapat dirasakan ◦ Flavour ◦ Kandungan gizi ◦ Keamanan kandungan gizi.
Penggolongan buah Buah klimaterik Buah non – klimaterik (Ahmad,2008) Penanganan Buah Lepas Panen Penentuan kelas produk (Grading) Pengemasan Pengangkutan Penyimpanan Perlakuan-Perlakuan Pascapanen untuk Mempertahankan Mutu (Zulkarnain,2009)
Manajemen Operasi Perencanaan persediaan Manajemen Persediaan
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan produk. Serangkaian kebijaksanaan: tingkat persediaan yang harus dijaga? kapan persediaan harus diisi? berapa besar pesanan yang harus dilakukan?
Fungsi-Fungsi Persediaan • Decoupling • Economic Lot Size • Antisipasi Tujuan Persediaan Menyediakan jumlah persediaan yang tepat lead time yang tepat dan biaya rendah Biaya-Biaya Persediaan • Biaya pembelian • Biaya pengadaan • Biaya penyimpanan • Biaya kekurangan persediaan • Biaya Sistemik
Model Analisis ABC fokus perhatian manajemen Metode Persediaan Probabilistik Fluktuatif 1. Model Periodic Tunggal Pemesanan dilakukan hanya sekali 2. Model Periodic Review System Pengendalian persediaan yang jarak waktu antar dua pesanan adalah tetap Model Persediaan EOQ Konstan Setiap kali pemesanan, jumlah yang dipesan selalu bersifat tetap
Penelitian Terdahulu Annisa (2008) : manajemen persediaan ikan segar pada Hipermarket. Menganalisis ikan dengan penjualan terbaik > metode EOQ. Retno Tamarinda (2005) : manajemen pengendalian mutu dan optimalisasi persediaan sayur dan buah segar di Supermarket Matahari Mal Depok. Jenis sayur dan buah - penjualan tinggi sepanjang tahun > metode periode tunggal dan metode periodic review system.
Kerangka Pemikiran PRODUK BUAH SEGAR HIPERMARKET GIANT POINS Analisis ABC
Produk Buah Segar
Pola Permintaan
10 Macam Buah dari kelas A
Model Persediaan Non Probabilistik
Y
Pola Permintaan Fluktuatif
T Model Persediaan
EOQ Biaya Minimum
Alternatif Pengendalian Persediaan Produk Buah Segar
Probabilistik
1. Periode Tunggal 2. Periodic review System
BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Hipermarket Giant Poins Raya Kartini Poins Square Lebak Bulus Jakarta Selatan Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2010. Jenis dan Sumber Data Data primer Data sekunder
Metode Analisis Data Analisis Kualitatif gambaran umum perusahaan, visi misi dan tujuan perusahaan, sejarah perusahaan, struktur organisasi, produk-produk yang dipasarkan, ketenagakerjaan, pemasaran bauran pemasaran yang dimiliki oleh hipermarket Giant Poins
Analisis Kuantitatif Model Persediaan Analisis ABC
Kelas A = 20 % x jumlah seluruh jenis buah Kelas B = 30 % x jumlah seluruh jenis buah Kelas C = 50 % x jumlah seluruh jenis buah
Metode Persediaan Probabilistik 1.
Metode Periode Tunggal Cs (Rp) = keuntungan rata-rata Ce (Rp) = Harga beli produk rata-rata – salvage value Tingkat pelayanan (SL) = Cs/Cs+Ce Tingkat Persediaan Optimal = Permintaan rata-rata + {Z(SL) x Simpangan baku permintaan}
2. Metode Periodic Review System Persediaan Pengaman (SS) = Z x Standar deviasi permintaan selama T-LT = Z x σ x √(T+LT) Target Stock Level = Permintaan rata-rata selama (T+LT) - persediaan pengaman = D x (L - LT) + Z x σ x √(T+LT) Tingkat Pemesanan Kembali (ROP) = Jumlah permintaan rata-rata pada waktu tunggu + jumlah persediaan pengaman Jumlah pemesanan = target stock level – persediaan di tangan (SOH)
Economic Order Quantity (EOQ) Perhitungan economic order quantity (Rangkuti, 2007:27)
EOQ= √2DCs/Cc Ket: D = jumlah permintaan per tahun Cs = biaya pemesanan per pesanan Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun
I = R/EOQ Keterangan: I = frekuensi pemesanan R = jumlah kebutuhan dalam unit EOQ = jumlah pembelian optimal yang ekonomis
Safety stock = jumlah standar deviasi dari tingkat permintaan (σ) x Z
ROP (reorder point) = penggunaan selama lead time + safety stock Penggunaan selama lead time = lead time x permintaan
Maksimum inventory = safety stock + EOQ
EOQ = PR + CR/Q + HQ/2
Ket: R = jumlah kebutuhan dalam unit P = biaya pembelian per unit C = biaya pemesanan setiap kali pesan H = biaya simpan per unit per tahun Q = jumlah pemesanan dalam unit
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Definisi Operasional Buah segar Persediaan buah segar Persediaan Biaya pemesanan Biaya penyimpanan Biaya pembelian Waktu tunggu (lead time) Tingkat pelayanan atau service level (SL) Satuan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu tahun selama periode tahun 2009.
•.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Profil Hipermarket Giant Poins
Sejarah Berdiri Hipermarket Giant Poins salah satu group ritel dari Hero Group PT. Hero Supermarket Tbk gedung Hero II jalan Jendral Gatot Subroto 177A Jakarta. Hero Group adalah jaringan toko swalayan yang memiliki banyak cabang di Indonesia. Supermarket Hypermarket Drug Store Convenience
Hero Giant Guardian Starmart dan Mitra
Prinsip Organisasi
Selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. Menyediakan produk yang bermutu tinggi sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Menciptakan kesatuan manajemen yang sempurna sehingga dapat mencapai kesejahteraan sesama karyawan, dan menuju kemajuan perusahaan.
Struktur Organisasi Hipermarket Giant Poins Divisi Manajer Grocery Fresh and Frozen GMS (General Merchandise) Sales Support
Ketenagakerjaan Karakteristik tenaga kerja: Sistem kompensasi Status Pegawai Pelatihan dan Pengembangan karyawan Standar Kebersihan Karyawan
BAB V PEMBAHASAN Analisis Persediaan Buah Segar pada hipermarket Giant Poins
sistem persediaan buah segar yang selama ini diterapkan proses pemesanan barang metode atau cara perhitungan yang digunakan untuk menentukan tingkat persediaan
Perencanaan dan Pengadaan Produk
Perencanaan produk oleh MD (Merchandise). Syarat dan ketentuan untuk menjadi suplier : Menyerahkan proposal langsung Jika proposal diterima PLU gratis untuk suplier khusus produk buah-buahan dan sayur. Suplier = min 10 item produk Berani menyediakan jumlah pesanan yang diminta Izin = departemen kesehatan dan MUI, dan sertifikat legalitas perusahaan. Bisa memenuhi jumlah pesanan 3 hipermarket Giant. Mampu mengikuti promosi.
Bagan 1. Proses pemesanan di Hipermarket Giant Poins Atas persetujuan manajer fruit and vegetable
Staf Administrasi mengisi lembar estimasi pemesanan
Mengisi lembar estimasi pemesanan berisi nama barang, nomor PLU dan jumlah pesanan.
PO untuk merchandise
PO untuk suplier
PO harus dibawa pada saat pengiriman barang
Alur pemesanan di Hipermarket Giant Poins Estimasi Pemesanan Input
Modem Transfer
STOCK disimpan di gudang
Jenis Po (Purchase Order) Tipe : A = DC (Ditribution Central) B = MD C = Suplier
Barang diterima
BS (Broken Stock) Produk Second Quality dilakukan PAP (Pemindahan Antar Point Log Unit)
Unknow
STOCK dipajang
Input Know
Alur Pemesanan Tipe A
Giant Poins
Input (min max)
Transportasi
Modem
Faktur / Delivery Order
DC Packing
Alur Pemesanan Tipe B
Order via telepon Giant Poins
MD (merchandise)
Order
Supplier
Alur Pemesanan Tipe C
fax Giant Poins
Supplier
Penyimpanan dan Penanganan Mutu Produk Buah Segar Gudang adalah sarana penunjang dalam menjaga kualitas buah. Gudang penyimpanan berfungsi sebagai tempat penyimpanan buah. Jenis gudang : Chiller dan rak pendingin
Gudang pendingin (kompresor)
Chiller (Rak pendingin)
Kompresor
Gudang Pendingin
Penanganan Mutu Produk Buah Segar Produk yang akan ditarik adalah rusak keseluruhan, atau rusak sebagian. Di gudang proses buah akan diberi perlakuan: Buah yang tidak layak pajang – disortir, OK, dipajang kembali. Buah rusak sedikit atau sebagian maka akan dilakukan penambahan nilai (PAP). Buah yang rusak keseluruhan, akan dihancurkan dan dibuang.
Pengawasan Mutu Produk
Penarikan dan Perlakuan Buah Second Quality Diskon 50 % (second quality). Penarikan dan Perlakuan Buah Broken Stock (BS) Ditimbang > di-input > dihancurkan > dibuang
Model Analisis ABC Prosedur analisis ABC adalah sebagai berikut: Pengelompokan semua jenis buah berdasarkan tingkat kuantitas penjualan tertinggi. Semua jenis barang tersebut diurutkan dalam persediaan berdasarkan ukuran standar.
Analisis ABC pada hipermarket Giant Poins
Perhitungan analisis ABC adalah sebagai berikut: Kelas A : 20 % x 320 = 64 Kelas B : 30 % x 320 = 96 Kelas C : 50 % x 320 = 160 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Barang Jeruk Lokam Semangka Merah Non Biji Apel Fuji RRC Lengkeng Bangkok Mangga Harum Manis Pisang Cavendish Jeruk Mandarin Shantang Durian Monthong Pear Ya Lie RRC Salak Pondoh Sleman
Total Sales (Kg) 47,247 36,502 18,143 17,193 16,208 14,238 14,005 13,830 12,753 10,865
Klasifikasi ABC A A A A A A A A A A
5.4. Analisis Pola Permintaan/Penjualan Buah Segar
Pola permintaannya fluktuatif: semangka merah non biji apel fuji RRC pisang cavendish durian monthong pear ya lie RRC salak pondoh sleman
1. Periode Tunggal 2. Periodic review System
Pola permintaannya relatif konstan: jeruk lokam lengkeng bangkok mangga harum manis jeruk mandarin shantang
EOQ
5.4.2. Analisis Persediaan Model Periode Tunggal No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Produk Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Keterangan: SL : Service level (tingkat pelayanan)
SL 0.5714 0.6128 0.4156 0.4788 0.4706 0.5597
% SL 57.14 61.28 41.56 47.88 47.06 55.97
Hasil Perhitungan Tingkat Persediaan Optimal (SO) No.
1 2 3 4 5 6
Jenis Produk
Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
SO per Hari (Kg) 108.71 66.69 42.41 80.54 63.51 51.69
Selisih Persediaan (Kg) 7.31 7.80 -8.44 -1.78 -1.55 3.19
Analisis Persediaan Periodic Review System Analisis periodic review system akan dilakukan melalui penetapan kebijakan berdasarkan informasi dan input yang diperoleh dari sistem pengadaan persediaan. Periode pengecekan persediaan (T) adalah 2 dan 3. Waktu tenggang (LT) = (0). Pihak manajemen HGP menginginkan tingkat pelayanan 95%.
Perhitungan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Periodic Review System dengan Periode 2 dan 3 hari No
Jenis Produk
Z(SL)
1 Periode 2 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Periode 3 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman
Simpangan Baku Permintaan (Kg) 2
√(T+L) (hari) 3
SS (Kg) 4=1x2x3
1.645 1.645 1.645 1.645 1.645 1.645
40.60 27.38 11.97 32.31 18.28 21.13
1.41 1.41 1.41 1.41 1.41 1.41
94.45 63.70 27.85 75.17 42.53 49.16
1.645 1.645 1.645 1.645 1.645 1.645
40.60 27.38 11.97 32.31 18.28 21.13
1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70
113.54 76.57 33.47 90.35 51.12 59.09
Perhitungan Target Stock Level Periodic Review System dengan Periode 2 dan 3 hari No
Jenis Produk
Periode 2 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Periode 3 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman
Rata-rata Permintaan per Hari (Kg) 1
T+LT (hari)
SS (Kg)
TSL (Kg)
2
3
4=(1x2)+3
101.40 58.90 50.85 82.32 65.06 48.50
2 2 2 2 2 2
94.45 63.70 27.85 75.15 42.53 49.16
212.25 181.50 129.55 239.79 172.65 146.16
101.40 58.90 50.85 82.32 65.06 48.50
3 3 3 3 3 3
113.54 76.57 33.47 90.35 51.12 59.09
417.74 253.27 186.02 337.31 246.30 204.59
Analisis persediaan EOQ N o
Jenis Produk
periode
EOQ
Periode
(Kg)
pemesanan
penjualan
(hari)
(hari/tahun)
FP (hari)
1 Jeruk lokam
50.19
7
150
22
2 Lengkeng bangkok
20.41
6
330
55
3 Mangga harum manis Jeruk mandarin 4 shantang
21.91
7
270
41
30.55
6
120
19
Komponen Biaya Persediaan Buah Segar Biaya Pemesanan Buah Segar
Rp 20.000/ pesanan
Biaya Penyimpanan Buah Segar
Rp 5000/hari/unit
Analisis Biaya Persediaan Hipermarket Giant Poins No.
Jenis Produk
Total Biaya Persediaan (Rp)
1
Jeruk lookam
3,750,000
2
Semangka merah non biji
9,000,000
3
Apel fuji RRC
9,000,000
4
Lengkeng bangkok
8,250,000
5
Mangga harum manis
6,750,000
6
Pisang cavendish
4,740,000
7
Jeruk mandarin shantang
3,000,000
8
Durian monthong
1,120,000
9
Pear ya lie RRC
9,000,000
10 Salak pondoh sleman
9,000,000
Analisis Biaya Persediaan Periode Tunggal
No.
Jenis Produk
Total Biaya Persediaan (Rp)
1
Semangka merah non biji
9,000,000
2
Apel fuji RRC
9,000,000
3
Pisang cavendish
7,200,000
4
Durian monthong
7,200,000
5
Pear ya lie RRC
9,000,000
6
Salak pondoh sleman
9,000,000
Analisis Biaya Persediaan Periodic Review System No.
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Jenis Produk Periode 2 hari Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak Pondoh Sleman Periode 3 hari Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Total Biaya Persediaan (Rp) 5,400,000 5,400,000 3,600,000 3,600,000 5,400,000 5,400,000 4,200,000 4,200,000 2,400,000 2,400,000 4,200,000 4,200,000
Analisis Biaya Persediaan EOQ
No
Jenis Produk
Total Biaya Persediaan (Rp)
1 Jeruk lokam
1,190,000
2 Lengkeng bangkok
2,750,000
3 Mangga harum manis
2,170,000
4 Jeruk mandarin shantang
980,000
Analisis Perbandingan Biaya Persediaan Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Buah Segar untuk Hipermarket Giant Poins No.
Jenis Produk
Alternatif Pengendalian Persediaan
1
Jeruk lookam
EOQ
2
Semangka merah non biji
periodic review system (3)
3
Apel fuji RRC
periodic review system (3)
4
Lengkeng bangkok
EOQ
5
Mangga harum manis
EOQ
6
Pisang cavendish
periodic review system (3)
7
Jeruk mandarin shantang
EOQ
8
Durian monthong
Metode Perusahaan
9
Pear ya lie RRC
periodic review system (3)
10 Salak pondoh sleman
periodic review system (3)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan HGP – metode min-max (metode persediaan dimana kuantitas pemesanan hanya dapat dilakukan diantara kuantitas minimum dan maksimum dari rata-rata penjualan). Metode HGP sudah berjalan dengan baik pada buah durian monthong. Hasil analisis biaya periode tunggal dan PRS periode 2 hari ternyata tidak dapat memberikan biaya minimum dibandingkan dengan analisis metode PRS periode 3 hari.
Alternatif metode pengendalian persediaan buah segar yang dapat diterapkan oleh HGP adalah sebagai berikut berikut:: Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
EOQ
Semangka merah Apel fuji RRC Pisang cavendish Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
periodic review system 3 hari
6.2. Saran 1.
2.
3. 4.
Mengelompokkan buah -> tingkat kuantitas penjualan tertinggi -> analisis ABC -> memfokuskan perhatian persediaan pada buah segar. Buah (pola permintaan fluktuatif) -> PRS 3 sedangkan buah (pola permintaan konstan) -> EOQ. Mengadakan penelitian lanjutan pada kelas B dan C. Perlu menyediakan tenaga ahli dibidang persediaan.
Jenis Produk
Jan 1 Jeruk Lookam 9262 2 Semangka Merah Non Biji 1313 3 Apel Fuji RRC 912 4 Lengkeng Bangkok 78 5 Mangga Harum Manis 59 6 Pisang Cavendish 1629 7 Jeruk Mandarin Shantang 4133 8 Durian Monthong 9 Pear Ya lie RRC 652 10 Salak Pondoh Sleman 1104 Sumber: Hipermarket Giant Poins (2010)
Total Sales
(Kg)
Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 6317 19263 10422 1983 2668 1772 1885 3354 2282 4384 3274 3438 5274 2070 4788 995 1877 2942 2412 1089 886 713 170 1700 2672 1775 232 181 91 46 18 1099 12456 2359 262 38 333 18 1 25 89 332 223 164 1535 8706 4576 480 1424 1599 777 525 1137 801 1463 1499 1224 1370 790 963 1 5 1797 7106 1187 430 1835 3094 1981 2624 971 81 152 1475 1086 1344 1788 1157 511 144 455 1765 833 1414 1604 1802 607 376 1680 594 301 206 220 525 1532 1918
Total
47,247 36,502 18,143 17,193 16,208 14,238 14,005 13,830 12,753 10,865
Lampiran 5. Data Penjualan Buah Segar (sampel) Pada Tahun 2009
No.
118
Jenis Produk
1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Sumber: data primer diolah (2010)
Harga Beli Rata-rata (Rp/Kg) 1 4,000 11,000 9,400 13,700 7,050 6,500
Biaya Kemasan (Rp/Kg) 2 200 0 0 200 0 200
Harga Jual Rata-rata (Rp/Kg) 3 4,900 12,990 10,490 15,790 7,990 7,790
Salvage Value 4=(3x75%)-2 3,475 9,743 7,868 11,643 5,993 5,643
Ce (Rp/Kg)
Cs (Rp/Kg)
SL
% SL
5=1-4 6=3-(1+2) 7=6/(6+5) 8=7x100 525 700 0.5714 57.14 1,258 1,990 0.6128 61.28 1,533 1,090 0.4156 41.56 2,058 1,890 0.4788 47.88 1,058 940 0.4706 47.06 858 1,090 0.5597 55.97
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Tingkat Pelayanan (SL)
No.
131
Jenis Produk
Z(SL)
1 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Sumber: data primer diolah (2010)
0.180 0.285 -0.705 -0.055 -0.085 0.151
Simpangan Rata-rata SO Selisih Baku Permintaan per Hari Persediaan Permintaan per hari (Kg) (Kg) (Kg) 2 3 4=(1x2)+3 5=4-3 101.40 40.60 108.71 7.31 58.89 27.38 66.69 7.80 50.85 11.97 42.41 -8.44 82.32 32.31 80.54 -1.78 65.06 18.28 63.51 -1.55 48.50 21.13 51.69 3.19
Lampiran 9. Hasil Perhitungan Tingkat Persediaan Optimal (SO)
No.
132
Jenis Produk
Permintaan per Tahun (Kg) 1 47,247 1 Jeruk lokam 17,193 2 Lengkeng bangkok 3 Mangga harum manis 16,208 4 Jeruk mandarin shantang 14,005 Sumber: data primer diolah (2010)
No
Jenis Produk
1 Jeruk lokam 2 Lengkeng bangkok 3 Mangga harum manis 4 Jeruk mandarin shantang Sumber: data primer diolah (2010)
Biaya Biaya periode EOQ R Periode per Pesanan Penyimpanan (Kg) (Kg) pemesanan penjualan (Rp) (Rp/tahun) (hari) (hari) 5 6=5/4 7 2 3 4=√(2)x1x2/3 20,000 750,000 50.19 337.47 7 150 20,000 1,650,000 20.41 122.80 6 330 20,000 1,350,000 21.91 144.71 7 270 20,000 600,000 30.55 197.25 6 120
σ (Kg)
Z
1 190.87 121.38 93.37 79.74
2 1.645 1.645 1.645 1.645
SS (Kg)
LT (hari)
3=1x2 313.98 199.67 153.59 131.17
4 0 0 0 0
penggunaan selama LT (Kg) 5=4x3
ROP (Kg)
0 0 0 0
6=5+3 313.98 199.67 153.59 131.17
EOQ (Kg) 7 50.19 20.41 21.91 30.55
FP (hari) 8=7/6 22 55 41 19
MI (Kg) 8=6+7 364.17 220.08 175.50 161.72
133
Lampiran 10. Hasil perhitungan EOQ dan Hasil Perhitungan Safety Stock, Penggunaan Selama Leadtime, Reorder Point dan Maksimum Inventory
No
Jenis Produk
1 Jeruk lookam 2 Semangka merah non biji 3 Apel fuji RRC 4 Lengkeng bangkok 5 Mangga harum manis 6 Pisang cavendish 7 Jeruk mandarin shantang 8 Durian monthong 9 Pear ya lie RRC 10 Salak pondoh sleman Sumber: data primer diolah (2010)
Biaya Pemesanan (Rp/Pesanan)
Frekuensi Pemesanan (hari/tahun)
1
2 150 360 360 330 270 237 120 56 360 360
20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
Total Biaya Pemesanan (Rp) 3=1x2 3,000,000 7,200,000 7,200,000 6,600,000 5,400,000 4,740,000 2,400,000 1,120,000 7,200,000 7,200,000
Biaya Lama Total Biaya Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan (Rp/hari) (hari/tahun) (Rp) 4 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
5 150 360 360 330 270 0 120 0 360 360
6=4x5 750,000 1,800,000 1,800,000 1,650,000 1,350,000 0 600,000 0 1,800,000 1,800,000
Total Biaya (Rp) 7=3+6 3,750,000 9,000,000 9,000,000 8,250,000 6,750,000 4,740,000 3,000,000 1,120,000 9,000,000 9,000,000
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Perusahaan
No.
134
Jenis Produk
1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Sumber: Data primer diolah (2010)
Biaya Frekuensi Pemesanan Pemesanan (Rp/Pesanan) (hari/tahun) 1 2 20,000 360 20,000 360 20,000 360 20,000 360 20,000 360 20,000 360
Total Biaya Pemesanan (Rp) 3=1x2 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000 7,200,000
Biaya Lama Total Biaya Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan (Rp/hari) (hari/tahun) (Rp) 4 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
5 360 360 0 0 360 360
6=4x5 1,800,000 1,800,000 0 0 1,800,000 1,800,000
Total Biaya (Rp) 7=3+6 9,000,000 9,000,000 7,200,000 7,200,000 9,000,000 9,000,000
135
Lampiran 12. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Periode Tunggal
No.
Jenis Produk
Periode 2 hari 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak Pondoh Sleman Periode 3 hari 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Sumber: data primer diolah (2010)
Total Biaya Lama Biaya Total Biaya Frekuensi Pemesanan Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan Pemesanan (Rp) per Hari (Rp) (Hari) (Rp) 2
3=1x2
4
5
6=4x5
Total Biaya (Rp) 7=3+6
20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
180 180 180 180 180 180
3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000 3,600,000
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
360 360 0 0 360 360
1,800,000 1,800,000 0 0 1,800,000 1,800,000
5,400,000 5,400,000 3,600,000 3,600,000 5,400,000 5,400,000
20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
120 120 120 120 120 120
2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
360 360 0 0 360 360
1,800,000 1,800,000 0 0 1,800,000 1,800,000
4,200,000 4,200,000 2,400,000 2,400,000 4,200,000 4,200,000
Lampiran 13. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode Periodic Review System
No.
Biaya per Pesanan (Rp) 1
136
Jenis Produk
Frekuensi Biaya Total Biaya Lama per Pesanan Pesanan Pemesanan Penyimpanan Penyimpanan (Rp) (hari) (Rp) (Rp/hari) (Hari)
1 Jeruk lokam 2 Lengkeng bangkok 3 Mangga harum manis 4 Jeruk mandarin shantang Sumber: Data primer diolah (2010)
1 20,000 20,000 20,000 20,000
2 22 55 41 19
3=1x2 440,000 1,100,000 820,000 380,000
4
5,000 5,000 5,000 5,000
5 150 330 270 120
Total Biaya Penyimpanan (Rp)
Total Biaya Persediaan (Rp)
5=4x5 750,000 1,650,000 1,350,000 600,000
6=4+5 1,190,000 2,750,000 2,170,000 980,000
137
Lampiran 14. Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Metode EOQ
No.
Jenis Produk
1
Jeruk Lookam
2
Semangka Merah Non Biji
3
Apel Fuji RRC
4
Lengkeng Bangkok
5
Mangga Harum Manis
6
Pisang Cavendish
7
Jeruk Mandarin Shantang
Model Pengendalian Persediaan Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan EOQ Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan EOQ
Alternatif Metode
Total Biaya Persediaan (Rp)
3,750,000 1,190,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 8,250,000 2,750,000 6,750,000 2,170,000 4,740,000 7,200,000 3,600,000 2,400,000 3,000,000 1,220,000
Selisih Biaya Persediaan
EOQ
2,560,000
Periodic Review System (3)
4,800,000
Periodic Review System (3)
4,800,000
EOQ
5,500,000
EOQ
4,580,000
Periodic Review System (3)
2,340,000
EOQ
1,780,000
Lampiran15. Perbandingan total biaya persediaan antar metode
No.
138
Durian Monthong
9
Pear Ya lie RRC
10
Salak Pondoh Sleman
Sumber: Data Primer diolah (2010)
Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3)
1,120,000 Metode Perusahaan 7,200,000 3,600,000 2,400,000 9,000,000 Periodic Review System (3) 9,000,000 5,400,000 4,200,000 9,000,000 Periodic Review System (3) 9,000,000 5,400,000 4,200,000
1,280,000
4,800,000
4,800,000
Lampiran15. Lanjutan
8
139
Tabel 1. Hasil perhitungan biaya kehilangan penjualan (Cs), Biaya Ekses (Ce), dan tingkat Pelayanan (SL) No.
Jenis Produk
1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Sumber: data primer diolah (2009) No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Produk Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Harga Beli Rata-rata (Rp/Kg) 1 4,000 11,000 9,400 13,700 7,050 6,500
SL 0.5714 0.6128 0.4156 0.4788 0.4706 0.5597
Biaya Harga Jual Kemasan Rata-rata (Rp/Kg) (Rp/Kg) 2 3 200 4,900 0 12,990 0 10,490 200 15,790 0 7,990 200 7,790
% SL 57.14 61.28 41.56 47.88 47.06 55.97
dan tingkat Pelayanan (SL) Salvage Value 4=(3x75%)-2 3,475 9,743 7,868 11,643 5,993 5,643
Ce Cs (Rp/Kg) (Rp/Kg)
SL
% SL
5=1-4 6=3-(1+2) 7=6/(6+5) 8=7x100 525 700 0.5714 57.14 1,258 1,990 0.6128 61.28 1,533 1,090 0.4156 41.56 2,058 1,890 0.4788 47.88 1,058 940 0.4706 47.06 858 1,090 0.5597 55.97
Tabel 2. Perhitungan Tingkat Persediaan Optimal (SO) No.
Jenis Produk
Z(SL)
1 1 2 3 4 5 6
No.
1 2 3 4 5 6
Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Jenis Produk
Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
0.180 0.285 -0.705 -0.055 -0.085 0.151
Simpangan Rata-rata SO Baku Permintaan per Hari Permintaan per hari (Kg) (Kg) (Kg) 2 3 4=(1x2)+3 40.60 108.71 101.40 27.38 66.69 58.89 11.97 42.41 50.85 32.31 80.54 82.32 18.28 63.51 65.06 21.13 51.69 48.50
SO Selisih per Hari Persediaan (Kg) (Kg) 108.71 7.31 66.69 7.80 42.41 -8.44 80.54 -1.78 63.51 -1.55 51.69 3.19
Selisih Persediaan
5=4-3 7.31 7.80 -8.44 -1.78 -1.55 3.19
Tabel. Perbandingan Total Biaya Persediaan
No.
Jenis Produk
Model Pengendalian Persediaan 1 Jeruk Lookam Metode Perusahaan EOQ 2 Semangka Merah Non Biji Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) 3 Apel Fuji RRC Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) 4 Lengkeng Bangkok Metode Perusahaan EOQ 5 Mangga Harum Manis Metode Perusahaan EOQ 6 Pisang Cavendish Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) 7 Jeruk Mandarin Shantang Metode Perusahaan EOQ 8 Durian Monthong Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) 9 Pear Ya lie RRC Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) 10 Salak Pondoh Sleman Metode Perusahaan Model Periode Tunggal Periodic Review System (2) Periodic Review System (3) Sumber: Data Primer diolah (2010)
Total Biaya Persediaan (Rp)
3,750,000 1,190,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 8,250,000 2,750,000 6,750,000 2,170,000 4,740,000 7,200,000 3,600,000 2,400,000 3,000,000 1,220,000 1,120,000 7,200,000 3,600,000 2,400,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000 9,000,000 9,000,000 5,400,000 4,200,000
Alternatif Metode
Selisih Biaya Persediaan
EOQ
2,560,000
Periodic Review System (3)
4,800,000
Periodic Review System (3)
4,800,000
EOQ
5,500,000
EOQ
4,580,000
Periodic Review System (3)
2,340,000
EOQ
1,780,000
Metode Perusahaan
1,280,000
Periodic Review System (3)
4,800,000
Periodic Review System (3)
4,800,000
Tabel. Data Buah Rusak Tahun 2009 No.
Jenis Produk Jan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Durian Monthong Jeruk Lookam Mangga Harum Manis Semangka Merah Non Biji Jeruk Mandarin Shantang Lengkeng Bangkok Pear Ya lie RRC Pisang Cavendish Salak Pondoh Sleman Apel Fuji RRC
0 3242 17.7 328.3 1033 15.6 130.4 244.4 165.6 91.2
Feb 534.2 2211 5.4 667 240.8 46.4 217.2 213.6 270.3 99.5
Mar 193.5 6742 0.3 443 0 36.2 268.8 239.9 91.05 187.7
Apr 0 3648 7.5 471.3 0.25 18.2 357.6 116.6 56.4 294.2
Jenis Produk
Jeruk Lookam Semangka Merah Non Biji Apel Fuji RRC Lengkeng Bangkok Mangga Harum Manis Pisang Cavendish Jeruk Mandarin Shantang Durian Monthong Pear Ya lie RRC Salak Pondoh Sleman
Jan Feb Mar Apr 9262 6317 19263 10422 1313 2668 1772 1885 912 995 1877 2942 78 232 181 91 59 18 1 25 1629 1424 1599 777 4133 963 1 1187 430 652 1086 1344 1788 1104 1802 607 376
Total Buah Rusak (Kg) May Jun Jul 825.8 1392 891.5 694.1 0 0 26.7 99.6 66.9 838.5 570.5 1096 0 0 0 9.2 3.6 219.8 231.4 102.2 28.8 78.75 170.6 120.2 252 89.1 45.15 241.2 108.9 88.6 Data Penjualan (Kg) May Jun Jul 1983 3354 2282 4384 2412 1089 886 46 18 1099 89 332 223 525 1137 801 1835 1157 1680
3094 511 594
1981 144 301
Tabel. Data Penjualan Buah Segar Tahun 2009 No.
1 2 3 4
Jenis Produk
Jeruk Lookam Semangka Merah Non Biji Apel Fuji RRC Lengkeng Bangkok
Jan Feb Mar Apr 9262 6317 19263 10422 1313 2668 1772 1885 912 995 1877 2942 78 232 181 91
Data Penjualan (Kg) May Jun Jul 1983 3354 2282 4384 2412 1089 886 46 18 1099
5 6 7 8 9 10
Mangga Harum Manis Pisang Cavendish Jeruk Mandarin Shantang Durian Monthong Pear Ya lie RRC Salak Pondoh Sleman
59 1629 4133 652 1104
18 1424 963 1187 1086 1802
1 1599 430 1344 607
25 777 1 1788 376
89 525
332 1137
223 801
1835 1157 1680
3094 511 594
1981 144 301
Total (Kg) Agt 1181 0 49.2 818.5 0 2491 91 219.5 30.9 71.3
Sep 437 0 460.5 859.5 1.25 471.8 353 224.9 33 17
Okt 36.45 0 2612 1319 0 52.4 166.6 183.6 78.75 170
Nov 68.4 0 1373 517.5 449.3 7.6 282.8 205.5 229.8 267.2
Des 663.8 6223.5 0 16536.5 144 4862.4 1197 9125.5 1777 3501.25 66.6 3438.6 320.8 2550.6 118.5 2135.7 287.7 1629.75 177.5 1814.3
Persentase Kerusakan (%) 45% 35% 30% 25% 25% 20% 20% 15% 15% 10%
Total Agt 3274 713 12456 164 1463 2624 455 206
Sep 3438 170 2359 1535 1499 5 971 1765 220
Okt 5274 1700 262 8706 1224 81 833 525
Nov 2070 2672 38 4576 1370 1797 152 1414 1532
Des 4788 1775 333 480 790 7106 1475 1604 1918
47,247 36,502 18,143 17,193 16,208 14,238 14,005 13,830 12,753 10,865
Total Agt 3274 713 12456
Sep 3438 170 2359
Okt 5274 1700 262
Nov 2070 2672 38
Des 4788 1775 333
47,247 36,502 18,143 17,193
35% 25% 10% 20% 30% 15% 25% 45% 20% 15%
164 1463 2624 455 206
1535 1499 5 971 1765 220
8706 1224 81 833 525
4576 1370 1797 152 1414 1532
480 790 7106 1475 1604 1918
16,208 14,238 14,005 13,830 12,753 10,865
Tabel 7. Perhitungan Persediaan Pengaman (Safety Stock) Periodic Review System dengan Periode Pemeri No.
Jenis Produk
Z(SL)
1 Periode 2 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Periode 3 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman
Simpangan Baku Permintaan (Kg) 2
√(T+L)
SS
3
4=1x2x3
1.645 1.645 1.645 1.645 1.645 1.645
40.60 27.38 11.97 32.31 18.28 21.13
1.41 1.41 1.41 1.41 1.41 1.41
94.45 63.70 27.85 75.17 42.53 49.16
1.645 1.645 1.645 1.645 1.645 1.645
40.60 27.38 11.97 32.31 18.28 21.13
1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70
113.54 76.57 33.47 90.35 51.12 59.09
dengan Periode Pemeriksaan 2 dan 3 hari
Tabel. Perhitungan Target Persediaan (Target Stock Level) Periodic Review System dengan periode pemeriksaan 2 dan 3 hari No.
Jenis Produk
Periode 2 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman Periode 3 1 Semangka merah non biji 2 Apel fuji RRC 3 Pisang cavendish 4 Durian monthong 5 Pear ya lie RRC 6 Salak pondoh sleman
Rata-rata T+LT Permintaan (hari) per Hari (Kg) 1 2
SS (Kg)
TSL (Kg)
3
4=(1x2)+3
101.40 58.90 50.85 82.32 65.06 48.50
2 2 2 2 2 2
94.45 63.70 27.85 75.15 42.53 49.16
212.25 181.50 129.55 239.79 172.65 146.16
101.40 58.90 50.85 82.32 65.06 48.50
3 3 3 3 3 3
113.54 76.57 33.47 90.35 51.12 59.09
417.74 253.27 186.02 337.31 246.30 204.59
eview System
No
Jenis Produk
1 2 3 4
No
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
Jenis Produk
1 2 3 4
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
Permintaan EOQ Biaya Biaya per Tahun (Kg) per Pesanan Penyimpanan (Kg) (Rp) (Rp/tahun) 1 2 3 4=√(2)x1x2/3 20,000 750,000 50.19 47,247 20,000 1,650,000 20.41 17,193 16,208 20,000 1,350,000 21.91 14,005 20,000 600,000 30.55
σ (Kg)
Z (Rp)
1
2 190.87 121.38 93.37 79.74
1.645 1.645 1.645 1.645
SS (Kg) 3=1x2 313.98 199.67 153.59 131.17
LT (Kg) 4 0 0 0 0
R (Kg) 5 337.47 122.80 144.71 197.25
penggunaan selama LT (Kg) 5=4x3 0 0 0 0
Periode periode pemesanan penjualan (Kg) (hari) 6=5/4 7 7 150 6 330 7 270 6 120
ROP (Kg) 6=5+3 313.98 199.67 153.59 131.17
EOQ (Kg) 7 50.19 20.41 21.91 30.55
FP (hari) 8=7/6 22 55 41 19
MI (Kg) 8=6+7 364.17 220.08 175.50 161.72
Tabel Perhitungan Total Biaya Persediaan Periodic Review System dengan Periode 2 dan 3 Hari No. Jenis Produk Biaya Pemesanan Frekuensi Total Biaya per Pesanan Pemesanan Pemesanan (Rp) (Rp) 1 2 3=1x2 Periode 2 1 Semangka merah non biji 20,000 180 3,600,000 2 Apel fuji RRC 20,000 180 3,600,000 3 Pisang cavendish 20,000 180 3,600,000 4 Durian monthong 20,000 180 3,600,000 5 Pear ya lie RRC 20,000 180 3,600,000 6 Salak Pondoh Sleman 20,000 180 3,600,000 Periode 3 1 Semangka merah non biji 20,000 120 2,400,000 2 Apel fuji RRC 20,000 120 2,400,000 3 Pisang cavendish 20,000 120 2,400,000 4 Durian monthong 20,000 120 2,400,000 5 Pear ya lie RRC 20,000 120 2,400,000 6 Salak pondoh sleman 20,000 120 2,400,000 Tabel Perhitungan Total Biaya Persediaan Model Periode Tunggal No.
1 2 3 4 5 6
Jenis Produk
Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
Biaya Pemesanan Frekuensi Total Biaya per Pesanan Pemesanan Pemesanan (Rp) (Rp) 1 2 3=1x2 20,000 360 7,200,000 20,000 360 7,200,000 20,000 360 7,200,000 20,000 360 7,200,000 20,000 360 7,200,000 20,000 360 7,200,000
Tabel Perhitungan Total Biaya Persediaan Model Hipermarket Giant Poins No.
1 2 3
Jenis Produk
Jeruk lookam Semangka merah non biji Apel fuji RRC
Biaya Pemesanan Frekuensi Total Biaya per Pesanan Pemesanan Pemesanan (Rp) (Rp) 1 2 3=1x2 20,000 150 3,000,000 20,000 360 7,200,000 20,000 360 7,200,000
4 5 6 7 8 9 10
Lengkeng bangkok Mangga harum manis Pisang cavendish Jeruk mandarin shantang Durian monthong Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
No
Jenis Produk
1 2 3 4
Jeruk lokam Lengkeng bangkok Mangga harum manis Jeruk mandarin shantang
20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000 20,000
330 270 237 120 56 360 360
6,600,000 5,400,000 4,740,000 2,400,000 1,120,000 7,200,000 7,200,000
Biaya Frekuensi Total per Pesanan Pesanan Pemesanan (Rp) (hari) (Rp) 1 2 3=1x2 22 20,000 440,000 55 1,100,000 20,000 41 20,000 820,000 19 20,000 380,000
Biaya Lama Total Biaya Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan per Hari (Rp) (Hari) (Rp) 4 5 6=4x5
Total Biaya (Rp) 7=3+6
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
360 360 0 0 360 360
1,800,000 1,800,000 0 0 1,800,000 1,800,000
5,400,000 5,400,000 3,600,000 3,600,000 5,400,000 5,400,000
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
360 360 0 0 360 360
1,800,000 1,800,000 0 0 1,800,000 1,800,000
4,200,000 4,200,000 2,400,000 2,400,000 4,200,000 4,200,000
Biaya Lama Total Biaya Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan per Hari (Rp) (Hari) (Rp) 4 5 6=4x5 5,000 360 1,800,000 5,000 360 1,800,000 5,000 0 0 5,000 0 0 5,000 360 1,800,000 5,000 360 1,800,000
Total Biaya (Rp) 7=3+6 9,000,000 9,000,000 7,200,000 7,200,000 9,000,000 9,000,000
Biaya Lama Total Biaya Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan per Hari (Rp) (Hari) (Rp) 4 5 6=4x5 5,000 150 750,000 5,000 360 1,800,000 5,000 360 1,800,000
Total Biaya (Rp) 7=3+6 3,750,000 9,000,000 9,000,000
5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000 5,000
330 270 0 120 0 360 360
1,650,000 1,350,000 0 600,000 0 1,800,000 1,800,000
8,250,000 6,750,000 4,740,000 3,000,000 1,120,000 9,000,000 9,000,000
Biaya Lama Total Biaya Total Biaya Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan Persediaan (Rp/hari) (Hari) (Rp) (Rp) 4 5 5=4x5 6=4+5 5,000 150 750,000 1,190,000 5,000 330 1,650,000 2,750,000 5,000 270 1,350,000 2,170,000 5,000 120 600,000 980,000
tabel alternatif pengendalian persediaan buah segar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Produk Jeruk Lookam Semangka Merah Non Biji Apel Fuji RRC Lengkeng Bangkok Mangga Harum Manis Pisang Cavendish Jeruk Mandarin Shantang Durian Monthong Pear Ya lie RRC Salak Pondoh Sleman
Alternatif Pengendalian Persediaan EOQ Periodic Review System (3) Periodic Review System (3) EOQ EOQ Periodic Review System (3) EOQ Periodic Review System (3) Periodic Review System (3) Periodic Review System (3)
No 1 2 3 4 5 No 1 2 3 4
Jenis Produk Semangka merah non biji Apel fuji RRC Pisang cavendish
Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman Jenis Produk Jeruk lokam Lengkeng bangkok Pear ya lie RRC Salak pondoh sleman
SO
SS
T
TSL
(Kg)
(Kg)
(hari)
(Kg)
108.71 66.69 42.41 63.50 51.69
113.54 76.57 33.47 51.12 59.09
3 3 3 3 3
417.74 253.27 186.02 246.30 204.59
EOQ
SS
ROP
T
MI
(Kg)
(Kg)
(Kg)
(hari)
(Kg)
50.19 20.41 21.91 30.55
313.98 199.67 153.59 131.17
313.98 199.67 153.59 204.59
3 3 3 3
364.17 220.08 175.50 161.72