ANALISIS VARIABEL PEMBENTUK PERSEPSI KONSUMEN PADA RITEL HYPERMARKET DI LEBAK BULUS Endah Pujiastuti Jl.Masjid Darussalam Rt/Rw:003/02 No:137 Kedaung-Pamulang 15415 Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabel pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus, serta mengetahui variabel yang paling dominan dari persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan membagikan kuesioner yang ditujukan kepada 100 responden yang dipilih secara acak untuk mengisi kuesioner tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada hypermarket Carrefour dan Giant, Lebak Bulus. Untuk mengetahui hubungan antar variabel tersebut penulis menggunakan metode perhitungan Analisis Validitas dan Reliabilitas, Analisis Faktor, dan Analisis Korelasi dengan alat analisis SPSS versi 11. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa terdapat satu variabel yang harus dihilangkan karena nilainya tidak valid yaitu variabel Iklan dan Promosi, sehingga yang tersisa menjadi lima variabel. Kelima variabel pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus berdasarkan dengan urutannya yaitu Variabel Harga, Variabel Lokasi, Variabel Kelengkapan Produk, Variabel Pelayanan, dan Variabel Kenyamanan Berbelanja. Kata kunci : Harga, Kelengkapan Produk, Kenyamanan Berbelanja, Lokasi, Pelayanan.
PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang maju dan berkembang pesat khususnya dikota-kota besar, telah terjadi perubahan di berbagai sektor termasuk di bidang industri dan produksi serta pada kegiatan ritel di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha berskala besar. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan semakin luasnya kesempatan untuk dapat lebih berkembang. Hal tersebut terkait dengan semakin tingginya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia dibanding tahun-tahun sebelumnya (Sanyoto, 2008). Hal ini membawa dampak pada pola perilaku belanja seseorang, dimana semakin banyaknya perusahaan ritel maka tuntutan akan tempat berbelanja yang nyaman serta menyediakan kebutuhan konsumen dalam satu lokasi semakin dibutuhkan. Proses pemilihan tempat berbelanja tertentu merupakan fungsi dari karakteristik konsumen dan karakteristik toko. Konsumen dapat memilah-milah tempat belanja mana yang dirasakan memiliki kriteria evaluasi dari pelanggan inti. Atribut yang mempengaruhi mereka masuk dari kategori berikut ini : (1)harga, (2)lokasi, (3)sifat dan kualitas keragaman barang, (4)iklan dan promosi, (5)personel penjualan, (6)pelayanan yang diberikan, (7)atribut fisik toko, dan (8) atmosfer toko (Engel, 1995 : 257). Namun disini peneliti hanya mengambil enam komponen yang paling utama, karena menurut the use multiatribut attitude model in store image study journal of retailing yang dikutip
dari Anita Susanti (2007 : 3) para pelanggan potensial yang diminta memilih dari delapan daftar atribut yang ada, memilih keenam komponen yang dirasa memiliki pengaruh paling besar dalam menilai citra tempat berbelanja yaitu lokasi, iklan dan promosi, harga, kenyamanan berbelanja, kelengkapan produk yang ditawarkan, dan pelayanan. Bentuk usaha ritel yang mengalami perkembangan cukup pesat adalah hypermarket. Dewasa ini perkembangan hypermarket tampak cukup pesat, banyak bermunculan hypermarket dengan berbagai fasilitas dan pelayanan yang semakin lengkap. Hypermarket menyediakan berbagai macam barang kebutuhan masyarakat secara lengkap. Pada dasarnya keberhasilan usaha pada bidang ritel berada pada pengadaan barang, baik secara kualitas maupun kuantitas serta harga yang terjangkau guna meningkatkan jumlah konsumen yang berkunjung pada ritel tersebut. Melihat banyaknya keinginan konsumen yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang beraneka ragam saat ini, memberi peluang besar bagi para pelaku bisnis untuk mendirikan tempat ritel hypermarket di kawasan Lebak Bulus. Hal ini menunjukkan bahwa Lebak Bulus merupakan wilayah yang diminati oleh para pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya. Dikarenakan Lebak Bulus merupakan bagian wilayah kota Jakarta Selatan yang sangat strategis. Dapat kita lihat, dikawasan Lebak Bulus berdiri dua ritel hypermarket yang posisinya saling berhadapan yaitu Carrefour dan Giant. Dimana keduanya saling bersaing dengan strategi pemasarannya masing-masing guna meningkatkan jumlah konsumen yang berkunjung pada ritel hypermarket tersebut. Dalam hal ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui persepsi konsumen dengan memperhatikan variabel-variabel pembentuk persepsi konsumen dalam berbelanja pada ritel hypermarket di Lebak Bulus.
TINJAUAN PUSTAKA Proses Pemilihan Tempat Berbelanja Konsumen biasanya mendatangi tempat berbelanja dengan tujuan dan motif serta pertimbangan yang bermacam-macam. Dalam memilih toko, konsumen dapat melakukan penilaian terhadap atribut-atribut yang mempengaruhi mereka dalam memilih tempat berbelanja. Menurut (Engel, F. James, 1995 : 257) atribut-atribut yang mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat berbelanja : 1. Harga Penetapan harga suatu toko harus didasarkan pada pemahaman kebutuhan dan keinginan konsumen, pentingnya harga bagi pembeli tergantung pada sifat pembeli. Untuk menarik konsumen untuk berbelanja, maka pengecer harus tanggap terhadap tingkat harga yang diinginkan oleh konsumen. 2. Lokasi Dalam memilih tempat belanja yang diseleksi oleh konsumennya adalah waktu perjalanan dan kestrategisan tempat dan kemudahan untuk mencapai tempat berbelanja tersebut. Selain itu kemudahan dalam memarkir kendaraan, kelancaran arus lalu lintas turut menjadi pertimbangan konsumen. Adanya tempat berbelanja lain pada lokasi yang sama dapat menjadi kendala bagi pengecer dalam menarik konsumennya.
3. Sifat dan Kualitas Keragaman Barang Kedalaman, luas dan kualitas keragaman barang merupakan determinan dalam memilih toko dan berlaku pada suatu hypermarket. Pada masa kini banyak toko yang berkembang dengan pesat dalam kemampuan bersaing, karena kemampuan mereka menyusun dan menyajikan ragam barang yang dominan. 4. Iklan dan Promosi Intensitas iklan yang diterima atau dirasakan oleh konsumen dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu tempat belanja. Iklan yang berisikan tentang promosi penjualan, misalnya adanya diskon terhadap barang yang ditawarkan akan mempengaruhi konsumen dalam berbelanja. 5. Personel Penjualan Personel penjualan yang berpengetahuan luas dan bersedia membantu dapat sebagai pertimbangan penting dalam memilih tempat berbelanja. 6. Pelayanan yang Diberikan Kemudahan pembelian barang ternyata mempengaruhi konsumen dalam memilih toko. Selain itu kelengkapan fasilitas yang diberikan seperti adanya ATM, juga dianggap sebagai pelayanan yang dapat meningkatkan arus pengunjung dalam memilih tempat untuk berbelanja. 7. Atribut Fisik Toko Fasilitas seperti lift, penerangan, AC, toilet yang strategis dan mudah dilihat, tata letak, penempatan lorong serta arsiteknya dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih toko. 8. Atmosfer Toko Arti pentingnya atmosfer ini dinyatakan dengan istilah atmosferik toko yaitu; perancangan secara sadar atas ruang untuk menciptakan efek tertentu pada konsumen. Banyak pengecer yang menyadari rancanganyang menciptakan kesan nyaman dapat menarik konsumen dalam memilih toko tersebut dibandingkan toko yang dirancang seadanya dan menampilkan kesan tidak nyaman. Pengertian persepsi Persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia sekitar kita. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia (Schiffman, G. Leon., Lazar, Leslie , 2004 : 137). Sedangkan menurut Simamora, Bilson (2002 : 102) persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dengan mana seorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan stimuli ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dengan menyeluruh. Pengaruh yang membelokkan persepsi Individu terbuka terhadap berbagai pengaruh yang cenderung membelokkan persepsi mereka, yaitu sebagi berikut : 1. Penampilan fisik Berbagai studi mengenai penampilan fisik telah menemukan bahwa model yang menarik lebih persuasif dan mempunyai pengaruh yang lebih positif terhadap sikap dan perilaku konsumen daripada model yang kelihatannya biasa saja. 2. Stereotip
3. 4.
5. 6.
Stereotip ini menimbulkan harapan mengenai bagaimana situasi, orang, atau peristiwa tertentu akan terjadi dan berbagai stereotip ini merupakan faktor penentu yang penting bagaimana stimuli tersebut kemudian dirasakan. Petunjuk yang tidak relevan Ketika diperlukan untuk membuat pertimbangan yang sulit melalui persepsi, para konsumen sering kali memberikan respon terhadap stimuli yang tidak relevan. Kesan pertama Kesan pertama cenderung pribadi; namun, dalam membentuk kesan yang seperti itu, penerima belum mengetahui stimuli mana yang relevan, penting, atau yang dapat diramalkan akan menjadi perilaku lainnya. Terlalu cepat mengambil kesimpulan Banyak orang yang cenderung terlalu cepat mengambil kesiumpulan sebelum meneliti semua keterangan atau bukti yang berhubungan. Efek Halo Para pakar perilaku konsumen memperluas gagasan efek halo ini meliputi penilaian terhadap berbagai obyek atas dasar penilaian pada satu dimensi. Dengan menggunakan definisi yang lebih luas ini, para pemasar memanfaatkan efek halo ketika mereka memperluas merek yng berhubungan dengan satu lini produk dengan yang lain. Pabrikan dan pedagang ritel memperoleh pengakuan dan status yang cepat untuk produk-produk mereka dengan mengaitkannya dengan nama yang sudah terkenal.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelanggan adalah : 1. Harga Harga yang rendah menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas. Harga yang terlalu rendah menimbulkan persepsi pembeli tidak percaya kepada penjual. Sebaliknya harga yang tinggi menimbulkan persepsi produk tersebut berkualitas harga yang terlalu tinggi menimbulkan persepsi penjual tidak percaya terhadap pembeli. 2. Citra Citra yang baik menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas. Sehingga pelanggan mudah marah untuk kesalahan terkecil sekalipun. Citra yang baik menimbulkan persepsi produk berkualitas sehingga pelanggan memaafkan suatu kesalahan meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya. 3. Tahap pelayanan Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapat selama ia menggunakan berbagai tahapan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk oleh tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelayanan terasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan. 4. Momen pelayanan (situasi pelayanan) Situasi pelayanan dikaitkan dengan kondisi internal pelanggan sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan. Kinerja pelayanan ditentukan oleh pelayanan, proses pelayanan dan lingkup fisik dimana pelayanan diberikan. Pengertian peritel Pengertian peritel menurut George H. Lucas, et al (1994 : 2) yang dikutip dari (Firmansyah, Herry : 2005) :
“Retailing is all activities involved in markerting of goods and services directly to consumers for their personal, family or household use”. Sedangkan menurut Levy and Weitz (1993 : 6) yang juga dikutip dari (Firmansyah, Herry : 2005) : “Retailing is a business that sells products and services to consumers for their personal or family use. A retailer is the final business on a distribution channel that links manufacturers with consumers” Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengecer (retailer) adalah suatu bentuk usaha yang menjual produk atau jasa langsung kepada konsumen akhir untuk dikonsumsi, dimana produk atau jasa tersebut didapatkan dari produsen yang menghasilkannya. Peritel besar adalah peritel berbentuk perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan ritel dalam skala besar, baik dalam arti gerai besar maupun dalam arti gerai kecil. Perusahaan perdagangan ritel besar dapat memiliki format bervariasi dari yang terbesar hingga yang terkecil (Ma’aruf, Hendri , 2005 : 71). Fungsi Retail Ritel memiliki beberapa fungsi yang dapat meningkatkan nilai-nilai dan jasa yang dijual kepada konsumen dan memudahkan distribusi produk-produk tersebut bagi perusahaan yang memproduksinya. Fungsi retail modern antara lain aadalah menyediakan berbagai jenis produk dan jasa, memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, menyimpan persediaan dengan ukuran lebih kecil, menyediakan jasa yang memudahkan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk maupun menawarkan kredit sehingga konsumen dapat memiliki produk dengan segera atau membayar belakangan. Ritel juga memajang produk sehingga konsumen bisa melihat dan memilih produk yang akan dibeli,serta dapat meningkatkan nilai produk dan jasa. Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut, peritel dapat berinteraksi dengan konsumen akhir dengan memberikan nilai tambah bagi produk atau barang dagangan dan memberikan layanan lainnya seperti pengiriman, pemasangan, dan sebagainya.
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode statistik dengan menggunakan Analisis Validitas dan Reliabilitas, Analisis Faktor dan Analisis Korelasi. Data hasil survei yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS), dan dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 11.0. Mengingat keterbatasan waktu, maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 100 orang. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabelnya adalah variabel Lokasi, Iklan dan Promosi, Harga, Kenyamanan Berbelanja, Kelengkapan Produk, dan Pelayanan. Berikut adalah indikator pengukur variabel yang digunakan yaitu : 1. Variabel Lokasi : a. Banyaknya sarana transportasi yang menunjang. b. Lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. c. Lingkungan sekitar yang asri dan teduh.
d. Tempat parkir yang luas dan aman. 2. Variabel Iklan dan Promosi : a. Adanya iklan yang menarik. b. Informasi katalog yang dapat dipercaya. c. Adanya undian berhadiah. d. Adanya hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu. 3. Variabel Harga : a. Harga barang sesuai dengan harga pasar. b. Adanya potongan harga. c. Harga produk kompetitif dengan harga yang ditawarkan pesaing. d. Terdapat diskon khusus pada event tertentu. 4. Variabel Kenyamanan Berbelanja : a. Penempatan rak disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang. b. Suasana yang diiringi alunan musik membuat pengunjung merasa nyaman. c. Pendingin ruangan (AC) berfungsi dengan baik. d. Lampu penerangan berfungsi dengan baik. 5. Variabel Kelengkapan Produk : a. Kelengkapan variasi dan jenis barang yang ditawarkan. b. Produk yang ditawarkan merupakan kebutuhan sehari-hari. c. Produk yang ditawarkan berkualitas. d. Tersedia penyaji informasi untuk barang - barang dengan harga promosi. 6. Variabel Pelayanan : a. Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan. b. Pramuniaga yang ramah dan sopan. c. Proses transaksi pembayaran yang cepat. d. Kasir memberikan penjelasan yang cukup jelas mengenai cara pembayaran (tunai, debet, kredit). Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah konsumen yang mengunjungi ritel hypermarket di Lebak Bulus, yaitu Carrefour dan Giant yang diambil secara random. Penelitian dilakukan selama bulan Juni 2009, awalnya penulis melakukan penyebaran kuesioner percobaan sebanyak 30 orang responden dengan 6 variabel yang terdiri dari 24 pernyataan. Kemudian setelah dilakukan analisis validitas dan realibilitas, terdapat 11 pernyataan kuesioner yang dihilangkan dan dari 11 pernyataan tersebut terdapat 4 butir pernyataan yang membentuk 1 variabel sehingga variabel tersebut harus dihilangkan, untuk penyebaran kuesioner berikutnya menggunakan 5 variabel dengan 13 pernyataan dengan 5 pilihan jawaban pada setiap butir pernyataan. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Survei yaitu teknik pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung berupa opini atau pendapat dari subjek yang diteliti (responden) dengan menjawab pernyataan-pernyataan penelitian. Survei dilakukan pada para konsumen ritel hypermarket di Lebak Bulus yaitu Carrefour dan Giant, dengan mengajukan kuesioner kepada 100 orang responden.
Kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup, yaitu kuesioner yang menyajikan pertanyaan dengan pilihan jawabannya. Teknik penskalaan yang digunakan adalah dengan menggunakan Skala Likert, dimana penelitian terhadap pernyataan diberi nilai 5 untuk penilaian Sangat Setuju, nilai 4 untuk penilaian Setuju, nilai 3 untuk penilaian Cukup Setuju, nilai 2 untuk penilaian Tidak Setuju, dan nilai 1 untuk penilaian Sangat Tidak Setuju.
PEMBAHASAN Sebelum mengambil sampel sebanyak 100 responden, pada awalnya penulis melakukan penyebaran kuesioner percobaan sebanyak 30 orang responden dengan 6 variabel yang terdiri dari 24 pernyataan dengan 5 pilihan jawaban pada setiap item pernyataannya. Kemudian setelah melakukan uji validitas dan realibilitas terdapat 10 pernyataan yang harus dihilangkan karena tidak valid, dan dari 10 pernyataan tersebut terdapat 4 butir pernyataan yang membentuk satu variabel sehingga variabel tersebut harus dihilangkan, variabel yang dimaksud tersebut adalah variabel Iklan dan Promosi. Sehingga pernyataan yang tersisa sebanyak 14 pernyataan. Setelah mengajukan kuesioner kepada 100 responden terhadap 5 variabel yang terdiri dari 14 pernyataan, jawaban 100 responden di uji validitas dan realibilitas kembali. Ternyata masih ada 1 pernyataan yang tidak valid, sehingga jumlah pernyataan menjadi 13 item pernyataan. Pengukuran kuesioner menggunakan Skala Likert dengan 5 derajat ukuran, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Butir pernyataan setelah uji validitas dan reliabilitas untuk masing-masing variabel diketahui Lokasi (Lokasi) terdiri dari 2 butir pernyataan, Harga (Harga) terdiri dari 3 butir pernyataan, Kenyamanan berbelanja (Nyaman) terdiri dari 3 butir pernyataan, Kelengkapan produk (Lengkap) terdiri dari 2 butir pernyataan, dan Pelayanan (Layan) terdiri dari 3 butir pernyataan. Hasil validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada penjelasan berikut ini : 1. Analisis Validitas dan Reliabilitas a. Variabel Lokasi Tabel 1. Validitas dan Reliabilitas Variabel Lokasi Kode Item Keterangan CITC Cronbach α A LOKASI 1 Lokasi dapat dilihat dengan jelas 0.5702 dari tepi jalan 0.7201 B LOKASI 2 Tempat parkir yang luas dan 0.5702 aman Sumber : data diolah spss.11 Pada tabel 1. dapat dilihat bahwa uji validitas mempunyai rentang Corrected Item Total Correlation yaitu 0.5702 dan cronbach alpha sebesar 0.7201. Kedua butir pernyataan pada variabel Lokasi tersebut memiliki nilai CITC lebih kecil dari nilai Cronbach alpha sehingga kedua butir tersebut dinyatakan valid. Sedangkan nilai reliabilitas yang dihasilkan Cronbach alpha sebesar 0.7201, hal ini menunjukan bahwa variabel Lokasi dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha lebih besar dari standar reliabel yaitu 0.60.
b. Variabel Harga Tabel 2. Validitas dan Reliabilitas Variabel Harga Kode Item Keterangan CITC Cronbach α C HARGA 1 Adanya potongan harga 0.5531 D HARGA 2 Harga produk kompetitif dengan 0.5123 0.6592 harga yang ditawarkan pesaing E HARGA 3 Terdapat diskon khusus pada event 0.6069 tertentu Sumber : data diolah spss.11 Pada tabel 2. dapat dilihat bahwa uji validitas mempunyai rentang Corrected Item Total Correlation yaitu antara 0.5123 – 0.6069 dan cronbach alpha sebesar 0.6592. Ketiga butir pernyataan pada variabel Harga tersebut memiliki nilai CITC lebih kecil dari nilai Cronbach alpha sehingga ketiga butir tersebut dinyatakan valid. Sedangkan nilai reliabilitas yang dihasilkan Cronbach alpha sebesar 0.6592, hal ini menunjukan bahwa variabel Harga dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha lebih besar dari standar reliabel yaitu 0.60. c. Variabel Kenyamanan Berbelanja Tabel 3. Validitas dan Reliabilitas Variabel Kenyamanan Berbelanja Kode Item Keterangan CITC Cronbach α F NYAMAN1 Penempatan rak disusun dengan 0.6862 rapi sesuai dengan jenis barang Suasana yang diiringi alunan 0.6128 0.7686 musik membuat pengunjung merasa nyaman H NYAMAN3 Pendingin ruangan (AC) 0.7642 berfungsi dengan baik Sumber : data diolah spss.11 Pada tabel 3. dapat dilihat bahwa uji validitas mempunyai rentang Corrected Item Total Correlation yaitu antara 0.6128 – 0.7642 dan cronbach alpha sebesar 0.7686. Ketiga butir pernyataan pada variabel Kenyamanan Berbelanja tersebut memiliki nilai CITC lebih kecil dari nilai Cronbach alpha sehingga ketiga butir tersebut dinyatakan valid. Sedangkan nilai reliabilitas yang dihasilkan Cronbach alpha sebesar 0.7686, hal ini menunjukan bahwa variabel Kenyamanan Berbelanja dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha lebih besar dari standar reliabel yaitu 0.60. G
NYAMAN2
d. Variabel Kelengkapan Produk Tabel 4. Validitas dan Reliabilitas Variabel Kelengkapan Produk Kode Item Keterangan CITC Cronbach α J LENGKAP1 Produk yang ditawarkan 0.5908 berkualitas K LENGKAP2 Tersedia penyaji informasi 0.5908 0.7428 untuk barang–barang dengan harga promosi Sumber : data diolah spss.11
Pada tabel 4. dapat dilihat bahwa uji validitas mempunyai rentang Corrected Item Total Correlation yaitu 0.5908 dan cronbach alpha sebesar 0.7428. Kedua butir pernyataan pada variabel Kelengkapan Produk tersebut memiliki nilai CITC lebih kecil dari nilai Cronbach alpha sehingga kedua butir tersebut dinyatakan valid. Sedangkan nilai reliabilitas yang dihasilkan Cronbach alpha sebesar 0.7428, hal ini menunjukan bahwa variabel Kelengkapan Produk dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha lebih besar dari standar reliabel yaitu 0.60. e. Variabel Pelayanan Tabel 5. Validitas dan Reliabilitas Variabel Pelayanan Kode Item Keterangan CITC Cronbach α L LAYAN 1 Pengetahuan pramuniaga atas 0.6459 produk yang ditawarkan M LAYAN 2 Proses transaksi pembayaran 0.4932 yang cepat 0.6929 N LAYAN 3 Kasir memberikan penjelasan 0.6557 yang cukup jelas mengenai cara pembayaran (tunai, debet, kredit) Sumber : data diolah spss.11 Pada tabel 5. dapat dilihat bahwa uji validitas mempunyai rentang Corrected Item Total Correlation yaitu antara 0.4932 – 0.6557 dan cronbach alpha sebesar 0.6929. Ketiga butir pernyataan pada variabel Pelayanan tersebut memiliki nilai CITC lebih kecil dari nilai Cronbach alpha sehingga ketiga butir tersebut dinyatakan valid. Sedangkan nilai reliabilitas yang dihasilkan Cronbach alpha sebesar 0.6929, hal ini menunjukan bahwa variabel Pelayanan dinyatakan reliabel karena nilai Cronbach alpha lebih besar dari standar reliabel yaitu 0.60. 2. Analisis Faktor Dalam penelitian ini analisis faktor digunakan untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam analisis multivariate selanjutnya. Sebagai landasan untuk menganalisis digunakan KMO and Barlett’s Test. Suatu indeks yang digunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor. Dengan KMO dari 0.5 – 1.0 berarti faktor analisis tepat, dan kurang dari 0.5, analisis dikatakan tidak tepat. Component matrix digunakan untuk memuat semua factor loading dari semua faktor variabel pada semua faktor extracted. Adapun hasil analisis faktor yang diperoleh sebagai berikut : a. Variabel Lokasi Tabel 6. KMO and Barlett’s Test Variabel Lokasi KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
,500 38,339 1 ,000
Tabel 6.1 Component Matrix Variabel Lokasi Component Matrixa
lokasi1 lokasi2
Compone nt 1 ,886 ,886
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Pada tabel diatas dapat dilihat angka KMO adalah sebesar 0.500. Karena nilai KMO ≥ 0.5 maka faktor analisis dikatakan cukup dan dapat diproses lebih lanjut. Pada pengujian variabel Lokasi ini analisis faktor berhasil membentuk satu komponen utama. Dan untuk penentuan komponen pada Lokasi adalah faktor LOKASI 1 (Lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan) dan LOKASI 2 (Tempat parkir yang luas dan aman) yang nilainya sama besar dan tidak ada yang dominant yaitu sebesar 0.886. b. Variabel Harga Tabel 7. KMO and Barlett’s Test Variabel Harga KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
,657 42,730 3 ,000
Tabel 7.1 Component Matrix Variabel Harga Component Matrix
harga1 harga2 harga3
a
Compone nt 1 ,774 ,799 ,751
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Pada tabel diatas dapat dilihat angka KMO adalah sebesar 0.657. Karena nilai KMO ≥ 0.5 maka faktor analisis dikatakan cukup dan dapat diproses lebih lanjut. Pada pengujian variabel Harga ini analisis faktor berhasil membentuk satu komponen utama. Penentuan faktor dominan pada komponen utama dari variabel Harga adalah HARGA 2 (Harga produk kompetitif dengan harga yang ditawarkan pesaing) yaitu sebesar 0.799.
c. Variabel Kenyamanan Berbelanja Tabel 8. KMO and Barlett’s Test Variabel Kenyamanan Berbelanja KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
,673 81,121 3 ,000
Tabel 8.1 Component Matrix Variabel Kenyamanan Berbelanja Component Matrixa Compone nt 1 nyaman1
,834
nyaman2
,871
nyaman3
,778
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Pada tabel diatas dapat dilihat angka KMO adalah sebesar 0.673. Karena nilai KMO ≥ 0.5 maka faktor analisis dikatakan cukup dan dapat diproses lebih lanjut. Pada pengujian variabel Kenyamanan Berbelanja ini analisis faktor berhasil membentuk satu komponen utama. Penentuan faktor dominan pada komponen utama dari variabel Kenyamanan Berbelanja adalah NYAMAN 2 (Suasana yang diiringi alunan musik membuat pengunjung merasa nyaman) yaitu sebesar 0.871. d. Variabel Kelengkapan Produk Tabel 9. KMO and Barlett’s Test Variabel Kelengkapan Produk KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
,500 41,866 1 ,000
Tabel 9.1 Component Matrix Variabel Kelengkapan Produk Component Matrixa
lengkap1 lengkap2
Compone nt 1 ,892 ,892
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Pada tabel diatas dapat dilihat angka KMO adalah sebesar 0.500. Karena nilai KMO ≥ 0.5 maka faktor analisis dikatakan cukup dan dapat diproses lebih lanjut. Pada pengujian variabel Kelengkapan Produk ini analisis faktor berhasil membentuk satu
komponen utama. Penentuan komponen pada Kelengkapan Produk adalah faktor LENGKAP 1 (Produk yang ditawarkan berkualitas) dan LENGKAP 2 (Tersedia penyaji informasi untuk barang–barang dengan harga promosi) yang nilainya sama besar dan tidak ada yang dominant yaitu sebesar 0.892. e. Variabel Pelayanan Tabel 10. KMO and Barlett’s Test Variabel Pelayanan KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
,641 53,509 3 ,000
Tabel 10.1 Component Matrix Variabel Pelayanan Component Matrixa
layan1 layan2 layan3
Compone nt 1 ,765 ,846 ,755
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Pada tabel diatas dapat dilihat angka KMO adalah sebesar 0.641. Karena nilai KMO ≥ 0.5 maka faktor analisis dikatakan cukup dan dapat diproses lebih lanjut. Pada pengujian variabel Pelayanan ini analisis faktor berhasil membentuk satu komponen utama. Penentuan faktor dominan pada komponen utama dari variabel Pelayanan adalah LAYAN 2 (Proses transaksi pembayaran yang cepat) yaitu sebesar 0.846. Tabel 11. Component Matrix Component Matrix Component 1 Lokasi ,834 Harga ,933 Kenyamanan berbelanja ,357 Kelengkapan produk ,741 pelayanan ,619 Extraction Method: Principal Component Analysis a.1 components extracted.
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel-variabel pembentuk persepsi konsumen dapat membentuk satu komponen. Dengan menggunakan Principal Component Analysis maka dapat diketahui bahwa nilai dari varibel-variabel tersebut dapat dianalisis sesuai dengan urutan besarnya, sebagai berikut : 1. Variabel Harga, dari tabel diatas terlihat bahwa variabel Harga menempati urutan pertama sebagai pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus yang mempunyai nilai sebesar 0.933. Ini berarti semakin terjangkau nya Harga maka konsumen tidak akan ragu untuk berbelanja pada ritel hypermarket tersebut. Indikator pengukur yang digunakan yaitu : a. Adanya potongan harga b. Harga produk kompetitif dengan harga yang ditawarkan pesaing
c. Terdapat diskon khusus pada event tertentu 2. Variabel Lokasi, dari tabel diatas terlihat bahwa variabel Lokasi menempati urutan kedua sebagai pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus yang mempunyai nilai sebesar 0.834. Ini berarti Lokasi yang semakin strategis pada ritel hypermarket akan mempengaruhi persepsi konsumen pada hypermarket tersebut. Indikator pengukur yang digunakan yaitu : a. Lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan b. Tempat parkir yang luas dan aman 3. Variabel Kelengkapan Produk, dari tabel diatas terlihat bahwa variabel Kelengkapan Produk menempati urutan ketiga sebagai pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus yang mempunyai nilai sebesar 0.741. Ini berarti semakin lengkap produk yang dijual oleh hypermarket akan membuat konsumen merasa senang berbelanja pada hypermarket tersebut. Indikator pengukur yang digunakan yaitu : a. Produk yang ditawarkan berkualitas b. Tersedia penyaji informasi untuk barang–barang dengan harga promosi 4. Variabel Pelayanan, dari tabel diatas terlihat bahwa variabel Pelayanan menempati urutan keempat sebagai pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus yang mempunyai nilai sebesar 0.619. Ini berarti semakin baik pelayanan yang diberikan oleh suatu ritel hypermarket akan mempengaruhi persepsi konsumen pada ritel hypermarket tersebut. Indikator pengukur yang digunakan : a. Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan b. Proses transaksi pembayaran yang cepat c. Kasir memberikan penjelasan yang cukup jelas mengenai cara pembayaran (tunai, debet, kredit) 5. Variabel Kenyamanan Berbelanja, dari tabel diatas terlihat bahwa variabel Kenyamanan Berbelanja menempati urutan terakhir sebagai pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus yang mempunyai nilai sebesar 0.357. Ini berarti semakin baik kenyamanan berbelanja yang diterima oleh konsumen tentu akan berpengaruh terhadap persepsi konsumen pada ritel hypermarket. Indikator pengukur yang digunakan : a. Penempatan rak disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang b. Suasana yang diiringi alunan musik membuat pengunjung merasa nyaman c. Pendingin ruangan (AC) berfungsi dengan baik
3. Analisis Korelasi Antar Variabel Tabel 12. Pearson Correlations Correlations
lokasi
harga
kelengkapan produk
atribut
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
lokasi 1,000 , 100 ,578** ,000 100 ,620** ,000 100 ,556** ,000 100 ,586** ,000 100
harga ,578** ,000 100 1,000 , 100 ,605** ,000 100 ,594** ,000 100 ,640** ,000 100
• Uji hipotesis : Holayanan : Tidak adanya hubungan antar variabel Ha : Adanya hubungan antar variabel
kelengkapan kenyamanan atribut produk ,620** ,556** ,000 ,000 100 100 ,605** ,594** ,000 ,000 100 100 1,000 ,459** , ,000 100 100 ,459** 1,000 ,000 , 100 100 ,665** ,521** ,000 ,000 100 100
layanan ,586** ,000 100 ,640** ,000 100 ,665** ,000 100 ,521** ,000 100 1,000 , 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
• Dasar pengambilan keputusan : Jika signifikan > α (0.05) maka Ho diterima Jika signifikan < α (0.05) maka Ho ditolak Keputusan : Seluruh nilai Sig.(2-tailed) 0.000 < 0.05, maka Ho ditolak Jadi, ada hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Hubungan antar variabel pembentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus adalah signifikan. 2. Variabel lokasi, harga, kenyamanan berbelanja, kelengkapan produk dan pelayanan mampu membentuk komponen utama persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus. 3. Dari lima variabel yang paling dominan membentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus adalah variabel Harga. Dengan mengetahui bahwa lima variabel tersebut dapat membentuk persepsi konsumen pada ritel hypermarket di Lebak Bulus, maka penelitian ini bisa menjadi masukan bagi pengusaha ritel hypermarket untuk lebih memahami konsumen dan mengaplikasikannya kedalam strategi pemasaran. Harga menunjukkan variabel yang paling mendominasi dalam membentuk persepsi konsumen berbelanja pada ritel hypermarket di Lebak Bulus.
DAFTAR PUSTAKA Engel, F James., dkk. 1995. Perilaku Konsumen, Jilid 2. Binarupa Aksara, Jakarta.
Firmansyah, Herry. 2005. Atribut-atribut Swalayan yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih PT. HERO Supermarket, Tbk. Universitas Gunadarma, Depok. Ma’aruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sanyoto, Eko Budi. 2008. ”Analisis Segmentasi, Preferensi dan Sikap Konsumen di Kota Bogor Dalam Berbelanja Di Pasar Serta Implikasinya Terhadap Perkembangan Pasar Tradisional.” Manajemen Bisnis IPB. Oktober 2008. Schiffman, G. Leon., Lazar, Leslie. 2004. Perilaku Konsumen, edisi ketujuh. Indeks, Jakarta. Simamora, Bilson. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. : PT. Gramedia, Jakarta. Susanti, Anita. 2007. Analisis Perbandingan Persepsi Konsumen Minimarket Indomaret Dengan Alfamart Di Komplek Cahaya Kemang Permai Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi. Universitas Negeri Semarang, Semarang.