T TUGAS AKHIR – MS141501
ANALISIS PENGARUH TRANSPORTASI LAUT PADA HARGA KOMODITI (STUDI KASUS:KOMODITI SAYURAN ASAL-TUJUAN SURABAYA-BANJARMASIN)
READY ELMARA BRAHMANTYA NRP. 4411 100 018 Firmanto Hadi, S.T.,M.Sc. Eka Wahyu Ardhi, S.T.,M.T. DEPARTEMEN TEKNIK TRANSPORTASI LAUT FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
TUGAS AKHIR – MS141501
ANALISIS PENGARUH TRANSPORTASI LAUT PADA HARGA KOMODITI (STUDI KASUS:KOMODITI SAYURAN ASAL-TUJUAN SURABAYA-BANJARMASIN) READY ELMARA BRAHMANTYA NRP. 4411 100 018
Firmanto Hadi, S.T., M.Sc. Eka Wahyu Ardhi, S.T., M.T. DEPARTEMEN TEKNIK TRANSPORTASI LAUT FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2017
i
FINAL PROJECT – MS141501
ANALYSIS OF SEA TRANSPORTATION ON COMMODITY PRICES (CASE STUDY:COMMODITY VEGETABLES DESTINATION SURABAYA-BANJARMASIN)
READY ELMARA BRAHMANTYA NRP. 4411 100 018 Firmanto Hadi, S.T., M.Sc. Eka Wahyu Ardhi, S.T., M.T. DEPARTMENT OF MARINE TRANSPORT ENGINEERING FACULTY OF MARINE TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR REVISI
iv
HALAMAN PERUNTUKAN
“Dipersembahkan kepada kedua orang tua Bapak Puguh dan Ibu Yayuk beserta kakak kandung Mas Dida atas segala dukungan,motivasi,kasih sayang,dan doanya selama ini.”
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunianya Tugas Akhir penulis yang berjudul “Analisis Pengaruh Transportasi Laut Pada Harga Komoditi (Studi Kasus: Komoditi Sayuran Asal-Tujuan Surabaya-Banjarmasin” ini dapat selesai dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Firmanto Hadi, S.T., M.Sc. dan Bapak Eka Wahyu Ardhi, S.T,M.T. selaku dosen pembimbing,yang telah sabar memberikan bimbingan ilmu dan arahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini : Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu: 1.
Bapak Firmanto Hadi, S.T., M.Sc. dan Bapak Eka Wahyu Ardhi, S.T,M.T selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan motivasinya selama pengerjaan dan penyusunan Tugas Akhir ini.
2.
Bapak Ir.Murdjito,M.Sc.Eng, Bapak Dr.Eng IGN Sumanta Buana,S.T.,M.Eng, Bapak Christino Boyke S.P.,S.T,M.T, Bapak Ferdhi Zulkarnaen,S.T.,M.Sc., Ibu Pratiwi Wuryaningrum,S.T.,M.T. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya untuk perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.
3.
Bapak Ir.Tri Achmadi Ph.D. selaku ketua Departemen Teknik Transportasi Laut.
4.
Bapak Dr. Ing.Setyo Nugroho selaku Dosen Wali yang selalu memberi motivasi saat perwalian serta ilmu yang beliau berikan saat di perkuliahan.
5.
Semua dosen Departemen Teknik Transportasi Laut atas bimbingan serta ilmu yang telah diberikan.
6.
Bapak Afifudin yang telah banyak memberikan informasi kepada penulis saat survey.
7.
Kepada kedua orang tua penulis, Mama, Bapak, Mas Dida, Mbak Anna serta keluarga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk duduk di bangku kuliah dan dukungan penuh sampai terselesaikannya Tugas Akhir.
8.
Kepada teman-teman angkatan Seatrans 2011/T09 dan P-51 Centerline yang selalu berjuang bersama-sama dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir.
9.
Kepada teman-teman seatrans 2012/T10, seatrans 2013/T11, seatrans 2014/T12, dan seatrans 2015/T13 yang seringkali memberikan semangat kepada penulis dan temanteman seperjuangan Tugas Akhir.
10. Vera Dwi Anisa yang selalu memberi dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 11. Teman-teman GGS (Ganteng Ganteng Seatrans) Gonot, Kobo, Ayik, Iman, Cules, Mansruk, Yoga, Lugito, Brewok, dan Dimsdo yang saling mendukung dan berjuang bersama hingga saat ini. 12. Tim Lab Tele lantai 4, Mas Tama, Gandhes, Yeni, Rizaldi, Udin, Putra, Sulthon, Satya, Gugun, Danan, Darto, Mamoth, Lutfi, Wahyu, Paman, Mas Cikruk, Aria Resa, Mas vi
Kebo, Daud, Alfi, dan Nemo yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir. 13. Yogi Ramadhani dan Wahyu Fitranto yang selalu ada disamping penulis saat duka dan suka serta dengan setia menemani penulis untuk survei.Terimakasih atas kesetiaan sebagai sahabat selama 18 tahun ini. 14. Teman-teman warga nias 158 Ayus, Tiwul, Huda, Nandes, Ijad, Paktuwa, Aditya Putri, Pak Slamet, Adi Mulya, Adisca, Erlina, Intifada Fikri, Jojo, Tacik, dan Rembes yang selalu memberi semangat kepada penulias saat mengerjakan Tugas Akhir di Basecamp Nias 158. 15. Semua pihak yang telah membantu didalam penyelesaian Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis sadar bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Surabaya, 24 Januari 2017
READY ELMARA BRAHMANTYA
vii
ANALISIS PENGARUH TRANSPORTASI LAUT PADA HARGA KOMODITI (STUDI KASUS:KOMODITI SAYURAN ASAL-TUJUAN SURABAYA-BANJARMASIN) Nama Mahasiswa NRP Departemen / Fakultas Dosen Pembimbing
: : : :
Ready Elmara Brahmantya 4411 100 018 Teknik Transportasi Laut / Teknologi Kelautan Firmanto Hadi, S.T.,M.Sc. Eka Wahyu Ardhi S.T.,M.T.
ABSTRAK
Pada saat ini kebutuhan komoditi sayur di kota Banjarmasin sangat bergantung oleh pasokan dari daerah lain. Salah satu daerah pemasok terbesar dan terdekat adalah Jawa Timur. Dari salah satu kota di provinsi ini yaitu Batu,komoditi sayur ini dihasilkan dan dikirim untuk memenuhi permintaan masyarakat Banjarmasin. Faktor utama pentingnya untuk mengkonsumsi sayuran membuat masyarakat Banjarmasin akan selalu membeli komoditi ini walaupun harga komoditi sangat mahal dan sering tidak stabil. Banyak yang beranggapan tingginya harga komoditi ini karena pengaruh sektor transportasi. Dalam penelitian ini komoditas yang dibahas lebih dikhususkan pada komoditas cabe rawit,kol/kubis,sawi,tomat, wortel,bawang merah,dan kentang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sektor transportasi,khususnya transportasi laut terhadap kenaikan harga komoditi akibat biaya-biaya pengiriman yang ditimbulkan. Terdapat beberapa pola alternatif pengiriman komoditi sayur yang akan dibandingkan dengan pola yang terjadi saat ini sebagai pembanding dalam proses analisis pada sektor transportasi laut. Dari hasil analisis biaya pada masing-masing pola pengiriman didapatkan biaya pengiriman per satuan unit (unit cost transport) dari penjual di Batu hingga pembeli di Banjarmasin.Pembiayaan transportasi meliputi biaya pengepulan sayur,biaya buruh bongkar muat,biaya pengemasan,biaya sewa truk,biaya kepelabuhanan,biaya administrasi dan biaya lainnya. Bermacam-macam biaya tersebut dibagi dengan jumlah muatan yang diangkut per satuan Kg,sehingga biaya per satuan unit didapatkan. Unit Cost Transport yang didapat dari masing-masing pola sangat bervariasi. Besarnya unit cost transport tersebut dibandingkan dengan harga jual ketujuh jenis komoditi untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh biaya pengiriman terhadap kenaikan harga komoditi. Dari hasil pengujian diketahui bahwa besar persentase unit cost transport terhadap harga jual komoditi tidak lebih dari 14,06% untuk komoditi yang memiliki harga jual tinggi seperti cabe rawit,bawang merah,dan kentang. Sedangkan untuk komoditi yang memiliki harga jual rendah seperti kol/kubis,sawi,tomat,dan wortel persentase nya tidak lebih dari 43,95%. Dari hasil persentase diketahui bahwa sektor transportasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga komoditi,meskipun telah dicoba dalam berbagai macam model pengiriman baik pada moda transportasi darat ataupun transportasi laut. Kata kunci : harga komoditi,sektor transportasi,transportasi laut,unit cost transport viii
ANALYSIS OF SEA TRANSPORTATION ON COMMODITY PRICES (CASE STUDY:COMMODITY VEGETABLES DESTINATION SURABAYA-BANJARMASIN)
Author ID No. Dept. / Faculty Supervisors
: : : :
Ready Elmara Brahmantya 4411 100 018 Marine Transport Enngineering/Marine Technology Firmanto Hadi, S.T.,M.Sc. Eka Wahyu Ardhi S.T.,M.T.
ABSTRACT
Nowdays the vegetable commodity demand in Banjarmasin is very dependent by supplies from other regions. One of the largest suppliers and nearby areas are East Java. From one city in this province, Batu,this commodities produced and delivered to served the demand in Banjarmasin. The main factor for the importance of consume vegetables make Banjarmasin people will always buy this commodity though the commodity prices are very expensive and often unstable. Many of people think the high price of this commodity due to the influence of the transport sector. In this study the commodities more be grouped especially to the commodity of cayenne , cabbage / kale, mustard greens, tomatoes, carrots, onions, and potatoes. This study aims to determine how much influence the transport sector, particularly sea transport to the rise in commodity prices due to the shipping costs incurred. There are several patterns of alternative vegetable delivery of commodities to be compared to the pattern seen today as a comparison under analysis in the marine transportation sector. From the analysis of the cost of each shipment patterns obtained the shipping cost per unit (unit cost of transport) from the seller in Batu to the buyer in Banjarmasin.The transportation costs are from grouping the commodities, labor costs of loading and unloading, packaging costs, the cost of renting a truck, cost port, administrative costs and etc. These costs are divided by the amount of cargo transported per unit Kg, so the cost per unit is obtained. Unit Cost Transport obtained from each pattern have many variation. The amount of the transport unit cost compared to the selling price of the seven kinds of commodities to determine how much influence the percentage of the cost of shipping the commodity price increases. From the test results it is known that the percentage of the unit cost of transport to the commodity price like no more than 14.06% for the commodities that have high selling price such as cayenne pepper, onions, and potatoes. As for the commodity which has lower selling prices like kale / cabbage, lettuce, tomatoes, and carrots percentage was not more than 43.95%. From the results of the percentage is known that the transport sector haven‟t significant effect on commodity prices, although it has been tried in a variety of delivery models both on land transport modes or sea transport. Keywords : commodity prices,transportation sector,sea transportation,unit cost transport ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... iii LEMBAR REVISI .................................................................................................................... iv HALAMAN PERUNTUKAN ................................................................................................... v KATA PENGANTAR .............................................................................................................. vi ABSTRAK .............................................................................................................................. viii ABSTRACT .............................................................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xvii Bab I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 I.1.
Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
I.2.
Perumusan Masalah ..................................................................................................... 2
I.3.
Batasan Masalah .......................................................................................................... 2
I.4.
Tujuan .......................................................................................................................... 2
I.5.
Manfaat ........................................................................................................................ 3
I.6.
Hipotesis ...................................................................................................................... 3
Bab II STUDI LITERATUR...................................................................................................... 5 II.1.
Pengertian Hortikultura ............................................................................................... 5
II.2.
Pengangkutan Hasil Hortikultura ................................................................................ 6
II.3.
Kebijakan Mengenai Hortikultura ............................................................................... 7
II.4.
Komoditas Hortikultura ............................................................................................... 8
II.4.1.
Komoditas Cabe Rawit ........................................................................................ 9
II.4.2.
Komoditas Kol/Kubis .......................................................................................... 9
II.4.3.
Komoditas Sawi/Petsay...................................................................................... 10
II.4.4.
Komoditas Tomat ............................................................................................... 11 x
II.4.5.
Komoditas Wortel .............................................................................................. 12
II.4.6.
Komoditas Bawang Merah ................................................................................. 13
II.4.7.
Komoditas Kentang ............................................................................................ 14
II.5.
Karakteristik Logistik Produk Hortikultura ............................................................... 15
II.6.
Supply Chain Management ........................................................................................ 16
II.7.
Logistik ...................................................................................................................... 18
II.7.1.
Definisi Logistik ................................................................................................. 18
II.7.2.
Sistem Logistik ................................................................................................... 19
II.7.3.
Elemen Sistem Logistik ...................................................................................... 19
II.7.4.
Manajemen Logistik ........................................................................................... 22
Bab III METODOLOGI ........................................................................................................... 25 III.1.
Diagram Alir .......................................................................................................... 25
III.2.
Tahap Pendahuluan ................................................................................................ 26
III.3.
Tahap Pengumpulan Data ...................................................................................... 26
III.4.
Tahap Pengolahan Data .......................................................................................... 26
III.5.
Tahap Analisa Data ................................................................................................ 27
III.6.
Tahap Perhitungan Biaya Eksisting ....................................................................... 27
III.7.
Tahap Skenario Proposed ....................................................................................... 27
III.8.
Tahap Perhitungan Biaya Skenario ........................................................................ 27
III.9.
Kesimpulan dan Saran ............................................................................................ 27
Bab IV GAMBARAN UMUM ................................................................................................ 29 IV.1.
Kota Banjarmasin dan Pertanian ............................................................................ 29
IV.2.
Jawa Timur ............................................................................................................. 29
IV.3.
Komoditi Sayuran di Indonesia .............................................................................. 30
IV.4.
Konsumsi Sayuran di Indonesia ............................................................................. 32
IV.5.
Ekspor dan Impor Sayuran di Indonesia ................................................................ 33
IV.6.
Jenis Sayuran .......................................................................................................... 34
IV.6.1.
Proses Penanganan Hortikultura ..................................................................... 35
IV.6.2.
Kualitas Sayuran ............................................................................................. 36 xi
IV.7.
Komoditas Terpilih ................................................................................................ 37
IV.8.
Konsumsi Sayur/Kapita Terhadap Kuantitas Permintaan ..................................... 37
IV.9.
Masa Simpan Sayur ............................................................................................... 38
IV.10.
Pola Pengangkutan Komoditi Sayuran Antar Pulau .............................................. 39
IV.11.
Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Eksisting) ............................................ 39
IV.11.1.
Penanganan Kemasan Komoditi .................................................................... 42
IV.11.2.
Perhitungan Biaya Pola Eksisting .................................................................. 43
IV.11.3.
Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Eksisting .......................................... 45
Bab V ANALISIS PEMBAHASAN........................................................................................ 51 V.1. Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Proposed I) ............................................. 51 V.1.1.
Penanganan Kemasan Komoditi ........................................................................ 53
V.1.2.
Perhitungan Biaya Pola Proposed I .................................................................... 54
V.1.3.
Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Proposed I ........................................... 57
V.2. Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Proposed II M1)...................................... 62 V.2.1.
Penanganan Kemasan Komoditi ........................................................................ 64
V.2.2.
Perhitungan Biaya Pola Proposed II M1 ............................................................ 64
V.2.3.
Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Proposed II M1.................................... 69
V.3. Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Proposed II M2)...................................... 74 V.3.1.
Penanganan Kemasan Komoditi ........................................................................ 76
V.3.2.
Perhitungan Biaya Pola Proposed II M1 ............................................................ 76
V.3.3.
Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Proposed II M2.................................... 81
V.4. Toleransi Keterlambatan Pengiriman ........................................................................ 86 V.5. Perbandingan Total cost Pengiriman ......................................................................... 89 V.6. Perbandingan Unit cost Pengiriman .......................................................................... 89 V.7. Perbandingan Unit cost Transportasi Terhadap Kenaikan Harga ............................. 90 Bab VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 95 VI.1.
Kesimpulan ............................................................................................................ 95
VI.2.
Saran ...................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 99 xii
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 101 BIODATA PENULIS ............................................................................................................. 127
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Cabe Rawit ............................................................................................................ 9 Gambar II-2 Kol/Kubis ............................................................................................................ 10 Gambar II-3 Sawi/Petsay ......................................................................................................... 11 Gambar II-4 Tomat .................................................................................................................. 11 Gambar II-5 Wortel .................................................................................................................. 12 Gambar II-6 Bawang Merah .................................................................................................... 13 Gambar II-7 Kentang ............................................................................................................... 14 Gambar II-8 Sistem Rantai Pasok Produk Hortikultura........................................................... 16 Gambar III-1 Diagram Alir Penelitian ..................................................................................... 25 Gambar IV-1 Produksi komoditas sayur terpilih Jawa Timur ................................................. 30 Gambar IV-2 Perbandingan jumlah produksi dan konsumsi sayuran di Indonesia ................. 32 Gambar IV-3 Grafik Konsumsi Sayuran Indonesia Kg/Kapita/Tahun .................................... 33 Gambar IV-4 Ekspor dan Impor Sayuran di Indonesia............................................................ 34 Gambar IV-5 Diagram Alur Penanganan Komoditi Hortikultura ........................................... 36 Gambar IV-6 Produksi Komoditi Terpilih ............................................................................... 37 Gambar IV-7 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin) ............................................................. 41 Gambar IV-8 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung .................... 42 Gambar IV-9 Moda transportasi darat pengiriman komoditi sayur (pick-up dan truk fuso) ... 42 Gambar IV-10 Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi...................... 46 Gambar IV-11 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi ....................... 46 Gambar IV-12 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi ............................... 47 Gambar IV-13 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi ............................. 48 Gambar IV-14 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi ............................ 48 Gambar IV-15 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi ............... 49 Gambar IV-16 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi ......................... 50 Gambar V-1 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin dengan truk pendingin) .......................... 52 xiv
Gambar V-2 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung ...................... 53 Gambar V-3 Ukuran kardus karton yang digunakan dan berat muatan/kardus ....................... 53 Gambar V-4 Moda transportasi darat pengiriman komoditi sayur (pick-up dan truk berpendingin) ............................................................................................................................ 54 Gambar V-5 Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi ......................... 57 Gambar V-6 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi ........................... 58 Gambar V-7 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi ................................... 58 Gambar V-8 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi ................................. 59 Gambar V-9 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi ................................ 60 Gambar V-10 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi................. 60 Gambar V-11 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi ........................... 61 Gambar V-12 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin dengan kapal kontainer) ....................... 63 Gambar V-13 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung .................... 64 Gambar V-14Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi ........................ 69 Gambar V-15 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi ......................... 70 Gambar V-16 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi ................................. 70 Gambar V-17 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi ............................... 71 Gambar V-18 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi .............................. 72 Gambar V-19 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi................. 72 Gambar V-20 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi ........................... 73 Gambar V-21 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin dengan kapal kontainer) ....................... 75 Gambar V-22 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung .................... 76 Gambar V-23 Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi ....................... 82 Gambar V-24 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi ......................... 82 Gambar V-25 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi ................................. 83 Gambar V-26 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi ............................... 84 Gambar V-27 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi .............................. 84 Gambar V-28 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi................. 85 Gambar V-29 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi ........................... 86 Gambar V-30 Perbandingan total cost pola pengiriman .......................................................... 89 xv
Gambar V-31 Perbandingan unit cost pola pengiriman ........................................................... 90 Gambar V-32 Grafik perbandingan kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi 91 Gambar V-33 Grafik perbandingan kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi .. 91 Gambar V-34 Grafik perbandingan kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi ......... 92 Gambar V-35 Grafik perbandingan kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi ........ 92 Gambar V-36 Grafik perbandingan kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi ...... 93 Gambar V-37 Grafik perbandingan kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi ............................................................................................................................... 93 Gambar V-38 Grafik perbandingan kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi .... 94
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel IV-1 Tabel produksi komoditas terpilih Jawa Timur ..................................................... 30 Tabel IV-2 Produksi Sayuran Indonesia ................................................................................... 31 Tabel IV-3 Konsumsi Sayuran di Indonesia Kg/Kapita/Tahun ............................................... 32 Tabel IV-4 Jenis sayuran berdasarkan bagian yang dikonsumsi .............................................. 34 Tabel IV-5 Klasifikasi Sayuran Berdasarkan Laju Respirasinya ............................................. 35 Tabel IV-6 Daerah Penghasil Komoditi Terpilih ..................................................................... 37 Tabel IV-7 Konsumsi/Kapita Dalam Rumah Tangga .............................................................. 38 Tabel IV-8 Permintaan Sayuran Banjarmasin .......................................................................... 38 Tabel IV-9 Umur Masa Simpan Sayur ..................................................................................... 39 Tabel IV-10 Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu .............................. 43 Tabel IV-11 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul Batu .................................................................................................................................................. 44 Tabel IV-12 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur............................................................ 44 Tabel IV-13 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak .......................... 45 Tabel IV-14 Biaya transportasi laut menggunakan kapal ferry ro-ro ....................................... 45 Tabel V-1Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu .................................. 54 Tabel V-2 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul Batu .................................................................................................................................................. 55 Tabel V-3 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur ............................................................... 56 Tabel V-4 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak .............................. 56 Tabel V-5 Biaya transportasi laut menggunakan kapal ferry ro-ro .......................................... 56 Tabel V-6 Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu ................................. 65 Tabel V-7 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul Batu .................................................................................................................................................. 65 Tabel V-8 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur ............................................................... 66 Tabel V-9 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak .............................. 66 Tabel V-10 Biaya pengurusan barang di depo petikemas ........................................................ 67 xvii
Tabel V-11 Biaya muat kontainer ............................................................................................ 67 Tabel V-12 Biaya transportasi laut kapal kontainer................................................................. 67 Tabel V-13 Biaya pembongkaran kontainer ............................................................................ 68 Tabel V-14 Biaya pengurusan barang di depo petikemas........................................................ 68 Tabel V-15 Biaya pengambilan barang ................................................................................... 68 Tabel V-16 Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu............................... 77 Tabel V-17 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul .... 78 Tabel V-18 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur ............................................................ 78 Tabel V-19 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak ........................... 79 Tabel V-20 Biaya pengurusan barang di depo petikemas........................................................ 79 Tabel V-21 Biaya muat kontainer ............................................................................................ 80 Tabel V-22 Biaya transportasi laut kapal kontainer................................................................. 80 Tabel V-23 Biaya pembongkaran container ............................................................................ 80 Tabel V-24 Biaya pengurusan barang di depo petikemas........................................................ 81 Tabel V-25 Biaya pengambilan barang ................................................................................... 81 Tabel V-26 Toleransi Keterlambatan Pengiriman Pola Eksisting & Pola Proposed I ............ 88 Tabel V-27 Toleransi Keterlambatan Pola Proposed II M1 & Proposed II M2 ..................... 88
xviii
BAB I PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah terlapas dari aktivitas
distribusi. Mulai dari distribusi sandang,pangan,dan papan. Aktivitas distribusi ini sendiri dilakukan karena adanya suatu permintaan terhadap suatu barang pada daerah tertentu. Terutama pada daerah yang bukan penghasil barang tersebut ataupun untuk daerah yang selalu mengalami kelangkaan terhadap barang tersebut. Begitu juga dengan Banjarmasin,salah satu kota di provinsi Kalimantan Selatan yang selalu mengandalkan distribusi pengiriman untuk ketersediaan komoditi sayuran setiap harinya. Banjarmasin seperti diketahui memang bukan daerah dengan tekstur tanah yang cocok untuk bercocok tanam dan mungkin akan sangat susah untuk dijadikan lahan pertanian. Maka dari itu permintaan akan sayuran untuk kota ini akan selalu ada. Akan tetapi dalam kenyataanya komoditi sayuran ini masih sering terjadi kelangkaan yang menyebabkan harga sayuran melonjak tinggi disaat permintaan konsumen akan sayur juga meningkat. Dalam kondisi seperti ini banyak dimanfaatkan oleh para pedagang yang memiliki cadangan stok komoditi ini untuk memainkan harga di pasar yang mengakibatkan banyak konsumen yang merugi dan terpaksa untuk membeli. Disisi lain banyak yang beranggapan permasalahan kelangkaan dan kenaikan harga ini disebabkan oleh sitem distribusi komoditi sayuran yang berlangsung saat ini.Salah satu faktor yang menjadi titik permasalahan adalah transportasi. Banyak argumen bahwa sering terjadinya kelangkaan dan ketidaktersediaan akan suatu komoditi ini disebabkan karena tidak adanya alat transportasi yang mengangkutnya.Salah satunya adalah sektor transportasi laut yang sebagaimana diketahui bahwa pengiriman dan distribusi sayur dengan tujuan Banjarmasin selalu menggunakan moda transportasi laut sebagai pilihan utama untuk moda pengiriman. Banyak dari sayuran tersebut didatangkan dari pulau Jawa dengan Surabaya menjadi pelabuhan utama
para pengirim sayur untuk
mendistrbusikan komoditi tersebut. Sebenarnya komoditi sayuran ini akan selalu ada dan tersedia begitu juga dengan alat transportasinya. Namun harga dari komoditi sayur di Banjarmasin masih tidak menentu 1
bahkan relatif tinggi. Maka dari itu perlu dilakukan analisis untuk mengetahui apa pengaruh transportasi laut terhadap pembentukan harga suatu komoditi. I.2.
Perumusan Masalah Perumusan Masalah dalam penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut: 1. Bagaiman pola logistik sayur saat ini mulai dari petani ke sentra pengepul di Batu hingga sampai kepada konsumen di Banjarmasin? 2. Bagaimana identifikasi biaya pada proses pengiriman sayur dari Jawa Timur ke Banjarmasin? 3. Bagaimana alternatif pola pengiriman sayur untuk menurunkan biaya pengiriman? 4. Bagaimana pengaruh sektor transportasi laut dalam mempengaruhi pembentukan harga komoditi sayur?
I.3.
Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam Tugas Akhir ini agar dapat terfokus dan tidak
menyimpang dengan tujuan yang diinginkan adalah : 1. Tujuan pengiriman hanya pada daerah Kalimantan Selatan (Banjarmasin) yang kebutuhan komoditi sayurnya masih membutuhkan pasokan dari daerah lain. 2. Hanya pada beberapa jenis komoditi sayuran yang sensitif langka di Banjarmasin dan pada komoditi yang gampang rusak. 3. Berfokus pada sektor transportasi laut. I.4.
Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagaiberikut: 1. Mengetahui pola pengiriman beserta sistem rantai pasok komoditi sayur yang terjadi saat ini. 2. Mengidentifikasi biaya pada proses pengiriman sayur dari Jawa Timur ke Banjarmasin. 3. Mengetahui alternatife pola pengiriman yang mampu menurunkan biaya angkut pengiriman. 4. Mengetahui seberapa besar pengaruh sektor transportasi laut pada pembetukan harga komoditi sayur.
2
I.5.
Manfaat Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui penyebab selalu
terjadinya ketidakstabilan harga pada komoditi sayuran di Banjarmasin dan juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sektor transportasi laut pada pembentukan harga komoditi sayur. I.6.
Hipotesis Dengan menganalisis sektor transportasi laut pada pengiriman komoditi sayuran maka
akan diketahui komponen biaya yang muncul yang akan mempengaruhi pembentukan harga komoditi sayur itu sendiri.
3
4
BAB II STUDI LITERATUR
II.1.
Pengertian Hortikultura Hortikultura berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to
cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias Sehingga Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura diantaranya adalah : a) Memperbaiki gizi masyarakat, b) memperbesar devisa negara, c) memperluas kesempatan kerja, d) meningkatkan pendapatan petani, dane)pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a) Tidak dapat disimpan lama, b) perlu tempat lapang (voluminous), c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) fluktuasi harganya tajam. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah menilik dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura 5
yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya. Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Apabila dilihat dari data selama Pelita V pengembangan hortikultura yang lebih ditekankan pada peningkatan keragaman komoditas telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, yaitu pada periode 19881992 telah terjadi peningkatan produktivitas sayuran dari 3,3 ton/ha menjadi 7,7 ton/ha, dan buah-buahan dari 7,5 ton/ha menjadi 9,9 ton/ha (Amrin Kahar, 1994). Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa petani hortikultura merupakan petani yang responsif terhadap inovasi teknologi berupa : penerapan teknologi budidaya, penggunaan sarana produksi dan pemakaian benih/bibit yang bermutu. Tampak disini bahwa komoditas hortikultura memiliki potensi untuk menjadi salah satu pertumbuhan baru di sektor pertanian. Oleh karena itu dimasa mendatang perlu ditingkatkan lagi penanganannya terutama dalam menyongsong pasar bebas abad 21 (Pratignja Sunu dan Wartoyo, 2006). II.2.
Pengangkutan Hasil Hortikultura Pengelolaan suhu sangatlah penting dalam pengangkutan dengan jarak tempuh jauh,
untuk itu muatan harus disusun sedemikian rupa agar terjadi sirkulasi udara yang baik yang dapat membawa keluar panas yang dihasilkan oleh produk dan juga akibat hawa panas yang datang dari udara sekitarnya serta panas jalan. Sarana angkutan yang dipakai harus mempunyai insulasi yang baik sehingga suhu muatan yang telah didinginkan terlebih dahulu dapat dijaga dan mempunyai ventilasi yang baik sehingga udara bisa mengalir melalui produk. Selama pengangkutan, produk hasil pertanian harus disusun dengan baik agar kerusakan dapat diminimumkan kemudian diperkuat dan aman. Muatan atau produk dalam kendaraan bak terbuka dapat diatur sedemikian rupa sehingga udara bisa mengalir melalui produk yang dapat mendinginkan produk itu sendiri selama kendaraan melaju. Perjalanan pada malam hari dan pagi hari bisa mengurangi beban panas (heat load) pada kendaraan yang mengangkut hasil panen. Pengemudi kendaraan yang terlibat dalam pengiriman produk harus dilatih terlebih dahulu tentang cara menangani muatan hortikultura. Pengemudi kendaraam
6
sering pindah tempat kerja (di Amerika Serikat dilaporkan pengemudi bekerja di satu perusahaan rata-rata hanya selama 3,5 tahun) sehingga pelatihan harus selalu diperhatikan. Beberapa dokumen melaporkan bahwa pengangkutan campuran beberapa jenis produk hortikultura di Amerika Utara adalah hal yang biasa dilakukan, khususnya untuk pengiriman sayur-sayuran. Muatan campuran dapat menjadi masalah yang serius jika suhu optimal tidak sesuai (contohnya dalam pengiriman buah yang sensitif terhadap kerusakan suhu dingin bersama-sama dengan komoditas yang membutuhkan suhu yang sangat rendah) atau ketika pengiriman campuran antara komoditas yang memproduksi etilen dengan komoditas yang sensitif terhadap etilen. Komoditas pertanian yang memproduksi etilen tinggi seperti pisang, apel dan melon yang matang bisa menyebabkan kerusakan fisik dan/atau perubahan warna, rasa dan tekstur yang tidak diinginkan terhadap komoditas yang sensitif terhadap etilen (seperti selada, mentimun, wortel, kentang, dan ubi jalar). Berbagai macam penutup palet bisa digunakan untuk menutupi produk yang didinginkan selama proses penanganan dan pengangkutan. Penutup dari bahan polietilen harganya murah dan ringan, serta melindungi palet dari debu, kelembapan dan mengurangi peningkatan suhu. Penutup berinsulasi ringan dapat melindungi muatan dari proses peningkatan panas untuk beberapa jam (misalnya, jika terjadi penundaan proses pemuatan). Penutup berinsulasi tebal terkadang digunakan untuk melindungi produk-produk tropis dari hawa dingin pada saat pengiriman selama musim dingin (Arruumita Nova Velina, 2011). Penggunaan mobil berpendingin (coolbox) menjadi salah satu alternatif, terutama berkaitan dengan waktu transportasi yang lama akibat kemacetan. Fasilitas-fasilitas distribusi harus dibangun sepanjang aliran produk, termasuk pembangunan sub terminal agro (STA) beserta fasilitas dan peralatannya, seperti cool storage, yang sangat diperlukan untuk produk hortikultura. Selain itu, metode cross-docking dan overnight shipping bisa menjadi alternatif penting untuk digunakan (Setijadi, 2012). II.3.
Kebijakan Mengenai Hortikultura Ada peraturan yang mengatur tentang hortikultura salah satunya: Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura Pasal 33 (2) Dalam hal sarana hortikultura dalam negeri tidak mencukupi atau tidak tersedia, dapat digunakan sarana hortikultura yang berasal dari luar negeri.
7
II.4.
Komoditas Hortikultura GBHN 1993 mengemukakan bahwa pembangunan pertanian hortikultura yang
meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan ditumbuhkembangkan menjadi agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komparatif berupa iklim yang bervariasi, tanah yang subur, tenaga kerja yang banyak serta lahan yang tersedia. Dengan demikian, upaya pengembangan komoditas hortikultura dengan tanaman pangan (Majelis Permusyawaratan Rakyat,1993). Propinsi Jawa Timur telah memprioritaskan pengembangan komoditas sayur-sayuran pada jenis sayur-sayuran yang potensial untuk dikembangkan di wilayah propinsi Jawa Timur disesuaikan dengan kondisi Wilayah Jawa Timur. Jenis sayur-sayuran prioritas tersebut meliputi cabai rawit, kol/kubis, sawi/petsay, tomat, wortel, bawang merah, dan kentang. Pengembangan hortikultura di masing-masing wilayah tersebut, lebih lanjut diarahkan pada komoditas hortikultura yang memberikan prioritas berprospek cerah, agar komoditas tersebut dapat diekspor sehingga menghasilkan devisa dan meningkatkan pendapatan petani setempat serta sekaligus diharapkan dapat mengatasi ketimpangan pembangunan di berbagai wilayah pada masa-masa mendatang (Soekartawi, 1995). Penentuan komoditas unggulan pertanian didasarkan pada kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Mempunyai tingkat kesesuaian agroekosistem yang tinggi, termasuk adanya lembaga penyaluran sarana produksi. 2. Mempunyai orientasi pasar yang jelas, baik sasaran pasar lokal, regional maupun internasiona(ekspor). 3. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menciptakan nilai tambah (pendapatan) dan kesempatan kerja, sehingga dapat mengatasi persoalan rendahnya produktivitas dan banyaknya pengangguran tak kentara. 4. Mempunyai
kemampuan
dalam
meningkatkan
ketahanan
pangan
masyarakat
berpendapatan rendah (ketersediaan pangan). 5. Mempunyai dukungan kebijaksanaan pemerintah dan kelembagaan, teknologi, serta modal.
8
6. Merupakan komoditas yang telah diusahakan oleh masyarakat setempat (lokalita), sehingga secara social dapat diterima dan tidak mengalami kesulitan dalam pengembangannya. 7. Mempunyai kelayakan ekonomi, sehingga dapat menarik investor. II.4.1. Komoditas Cabe Rawit Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae.) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu.
Sumber :www.probisnis.net Gambar II-1 Cabe Rawit
Cabai rawit dapat tumbuh baik didataran tinggi , maupun di dataran rendah. Bertanam cabai rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh-sungguh. Satu hektar tanaman cabai rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam . II.4.2. Komoditas Kol/Kubis Sayur Kubis, kol, kobis, atau kobis bulat adalah nama yang diberikan untuk tumbuhan sayuran daun yang populer. Sayuran ini sering digunakan sebagai hidangan lalapan. Nama ilmiah kubis adalah Brassica oleracea L. Kelompok Capitata ini dimanfaatkan daunnya untuk dimakan. 9
Sumber : www.amazine.co Gambar II-2 Kol/Kubis
Bentuk sayur kubis berupa daun yang berbentuk bundar. Daun ini tersusun sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih, yang disebut krop, kop atau kepala. Sayuran ini berasal dari Eropa Selatan dan Eropa Barat dan, walaupun tidak ada bukti tertulis atau peninggalan arkeologi yang kuat. Nama "kubis" diambil dari bahasa Perancis, chou cabus (harafiah berarti "kubis kepala"), yang diperkenalkan oleh sebagian orang Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Nama "kol" diambil dari bahasa Belanda kool. II.4.3. Komoditas Sawi/Petsay Sawi hijau adalah produk pertanian yang banyak dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan. Tanaman berdaun lebar ini biasa diolah menjadi aneka masakan. Sawi hijau merupakan bahan pangan yang cukup terjangkau bagi masyarakat karena masih banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional maupun modern. Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Produksi sawi di Indonesia tahun 2003, 2004, 2005, 2006 berturut-turut adalah 459,253 ton, 534,964 ton, 548,453 ton dan 590,400 ton.
10
Sumber : bibitbunga.com Gambar II-3 Sawi/Petsay
Menurut Badan Pusat Satistik Indonesia (2010), Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam produksi sawi di Indonesia dibanding kepulauan lainnya. Dari total produksi sawi di Indonesia, rata-rata kontribusi Pulau Jawa adalah sebesar 55,86 persen dari total produksi. II.4.4. Komoditas Tomat Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Tomat merupakan keluarga dekat dari kentang.
Sumber : sains.kompas.com Gambar II-4 Tomat
Kata "tomat" berasal dari kata dalam bahasa Nahuatl, tomat. Seperti komoditi sayuran lainnya tomat juga memiliki manfaat baik untuk kesehetan dan perawatan kecantikan kulit.
11
II.4.5. Komoditas Wortel Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh setinggi sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih.Dengan mengkonsumsi wortel baik untuk penglihatan pada mata, terutama bisa meningkatkan pandangan jarak jauh.
Sumber : www.progam-hamil.com Gambar II-5 Wortel
Selain Itu Wotel memliki manfaat dan khasiat antara lain : 1.
Mencegah Penyakit Jantung, karena wortel sangat bermanfaat untuk menurunan
kolesterol, maka wortel juga dapat mencegah penyakit jantung. 2.
Mencegah Penyakit kanker. Kandungan falcarinol yang terdapat di dalam wortel ini
merupakan senyawa yang mampu mencegah penyakit kanker sekaligus sebagai senyawa anti kanker. 3.
Dapat Menyehatkan Kulit. Vitamin A yang terdapat di dalam buah wortel ini mampu
menyehatkan dan mencerahkan kulit anda. Selain itu, wortel juga mampu menghilangkan bercak hitam atau yang biasa disebut dengan flek hitam pada wajah. 4.
Menjaga Kesehatan Mata. Wortel sudah sangat terkenal dapat menjaga kesehatan
mata, vitamin A yang terkandung dalam wortel inilah yang sangat baik untuk kesehatan mata. 5.
Membuat Awet Muda. Beta karoten yang terdapat pada buah wortel ini berfungsi
sebagai antioksidan yang dapat membantu tubuh kita untuk melawan pengaruh negatif dari radikal bebas. Untuk itu wortel sangat baik dikonsumsi agar terhindar dari beberapa penyakit. 6.
Mampu Mencegah Stroke. Ada sebuah penelitian terbukti bahwa wortel mampu
menurunkan resiko terserang penyakit stroke. Cukup hanya dengan mengkonsumsi wortel 12
sebanyak 6 buah setiap hari. Bagi yang jarang mengkonsumsi wortel, mungkin ini akan berat. 7.
Wortel juga bermanfaat untuk menurunkan kloesterol, minum air parutan/jus wortel
kemudian minum rutin setiap hari. Untuk menurunkan kolesterol, konsumsi air wortel ini pun harus rutin. II.4.6. Komoditas Bawang Merah Bawang merah(Allium cepa L. var. ascalonicum (L.) Back.) yang merupakan famili Alliaceae adalah spesies yang memiliki nilai ekonomi yang penting. Bawang merah adalah salah satu komoditas sayuran dataran rendah. Bawang merah merupakan salah satu tanaman semusim yang berbentuk rumput, daunnya panjang serta berongga seperti pipa, pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis. Oleh sebab itu, bawang merah disebut umbi lapis. Bawang merah mempunyai akar serabut dan berbatang pendek. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang spesifik yang bisa merangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin yang dikandungnya. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram ini tumbuh tunas dan akar serabut. Bawang merah memiliki bunga berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya.
Sumber : blimatiga.blogspot.com Gambar II-6 Bawang Merah
Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil dan berbentuk kubah dengan tiga ruangan serta tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari. Bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl. Untuk pertumbuhan optimal bawang merah 13
yaitu pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini biasanya peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi dan keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah juga membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara yaitu 25 0C – 32 0C dan kelembaban nisbi yang rendah. II.4.7. Komoditas Kentang Kentang adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan. Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi.
Sumber : www.lifestyle.analisadaily.com Gambar II-7 Kentang
Menurut sejarahnya, kentang berasal dari lembah-lembang dataran tinggi di Chili, Peru, dan Meksiko. Jenis tersebut diperkenalkan bangsa Spanyol dari Peru ke Eropa sejak tahun 1565. Semenjak itulah, kentang menyebar ke negara-negara lain -termasuk Indonesia-. Menurut catatan awal di Indonesia, tumbuhan ini mulai ada semenjak tahun 1794, dimulai dengan penanaman di sekitar Cimahi. Semenjak itu, kentang dapat ditemui pula di Priangan dan Gunung Tengger. Pada tahun 1812, kentang sudah dikenal dan dijual di Kedu. Sedangkan, di Sumatera tumbuhan ini dikenal setahun sebelumnya, 1811. Kentang tumbuh di pegunungan dengan ketinggian antara 1000 mdpl hingga 2000 mdpl, pada tanah humus. Tanah bekas letusan gunung berapi yang berstruktur remah lebih disukai. Kentang adalah makanan lezat yang tinggi pati dan rendah lemak. Ini juga merupakan produk kecantikan alami. 14
II.5.
Karakteristik Logistik Produk Hortikultura Pengelolaan logistik untuk produk pertanian relatif kompleks baik dalam hal produksi,
distribusi dan konsumsi. Dikarnakan dalam produk pertanian memiliki karakteristik tertentu yang dipengaruhi oleh sistem produksi, sifat produk dan konsumen sehingga sistem logistik harus dilakukan penanganan khusus dan berbeda dengan produk manufaktur. Mena and Steven dalam Fizzanty dan Kusnandar (2012) menjelaskan beberapa karakteristik khusus dari produk pertanian termasuk hortikultura, yaitu : 1. Musiman: produk pertanian memiliki sifat musiman baik pada sistem produksi maupun konsumsinya. 2. Keamanan, nutrisi dan kesehatan: produk pangan akan berdampak langsung pada tubuh sesorang yang mengkonsumsi. Oleh karena itu faktor kemananan, kualitas, ketelusuran menjadi isu penting. 3. Umur produk pendek dan rentan rusak: sifat biologis produk pertanian mengakibatkan umurnya pendek dan rentan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh fisik atau kimia. 4. Dampak terhadap lingkungan: sistem pertanian beresiko terhadapa lingkungan karena menggunakan banyak lahan, air, dan energi. Sementara itu Vorst, et al dalam Fizzanty dan Kusnandar (2012) menjelasakan karakteristik logistik produk pertanian berdasarkan pelaku dalam rantai pasok, yaitu :
Petani : Periode produksi lama, Produksi bersifat musiman, Kualitas hasil dan volume yang dipasok bervariasi
Pedagang (bandar/ritel) : Bervariasinya kualitas dan volume pasokan dari petani, Pasokan bersifat musiman, Memerlukan pengkondisian untuk transportasi dan ruang penyimpanan
Industri : Variabel dalam proses sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas hasil karena pengaruh sifat biologi yang bervariasi, musim, cuaca, hama, dan kerusakan biologi lainnya.- Dibutuhkan waktu untuk menunggu tes kualitas (karantina) - Ruang penyimpanan dan buffer harus khusus sesuai dengan sifat bahan baku atau produk- Membutuhkan ketelusuran dalam proses produksi mengingat pentingnya faktor kualitas dan lingkungan.
15
Produk hortikultura juga memiliki karakteristik pada sistem rantai pasokannya. Sistem rantai pasok hortikultura di Indonesia cukup kompleks dengan melibatkan banyak aktor, mulai dari pemasokan produk dari petani sampai ke konsumen. Setiap aktor memiliki fungsi dan aturan tertentu. Sebagai contoh disajikan Gambar II.8 menyajikan sistem pasokan hortikultura di Jawa Barat (Natawidjaya, et al, dalam Fizzanty dan Kusnandar,2012).
Sumber: Natawidjaya, dalam Fizzanty dan Kusnandar (2012) Gambar II-8 Sistem Rantai Pasok Produk Hortikultura
II.6.
Supply Chain Management Beberapa ahli yang menjelaskan definisi dari Supply Chain Management. Seperti,
Martin dalam Tunggal (2010) mendefinisikan Supply Chain Managementsebagai jaringan organisasi yang melibatkan hubungan upsteam dan downstream dalam proses dan aktivitas yang berbeda yang memberikan nilai dalam bentuk produk dan jasa pada pelanggan. Sedangkan menurut Stanford, Supply Chain Forum, dalam Tunggal (2010) SCM berhubungan erat dengan aliran manajemen material, informasi dan finansial dalam suatu jaringan yang terdiri dari supplier, perusahaan, distributor dan pelanggan. Menurut Folkerts and Koehorst dalam Woods (2003) Supply Chain Management simply refers to the management of the entire set of production, distribution, and marketing processes by which a consumer is supplied with a desired product. Sehingga manajemen rantai pasokan dapat diartikan sebagai koordinasi antar perusahaan dan interaksi bisnis terkait produk, jasa, sumberdaya keuangan dan informasi dengan menciptakan cara-cara yang terorganisir di rantai
16
pasok untuk berinteraksi satu sama lain. Supply Chain Management terdiri atas tiga elemen yang saling terikat satu sama lain, yaitu (Tunggal, 2010): 1. Struktur jaringan supply chain. Jaringan kerja anggota dan hubungan dengan anggota lainya 2. Proses bisnis supply chain. Aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai keluaran tertentu bagi pelanggan 3. Komponen manajemen supply chain. Variabel-variabel manajerial dimana proses bisnis disatukan dan disusun supanjang supply chain. Dalam hubungannya dengan Buyer –
Supplier dianjurkan agar diperbanyak
kemungkinan komponen yang harus menerima perhatian manajerial ketika mengatur hubungan rantai pasokan. Tiap komponen dapat memiliki beberapa subkomponen dengan kepentingan yang dapat berubah sesuai dengan proses yang dilakukan. Komponen utama dari manajemen rantai pasokan adalah (Tunggal, 2010): metode perencanaan dan pengendalian, struktur aliran kerja dan aktivitas kerja, struktur organisasi, struktur fasilitas aliran komunikasi dan informasi, struktur fasilitas aliran produk, metode manajemen, struktur wewenang (power) dan kepemimpinan (leadership), struktur risiko dan reward, budaya dan sikap. Indikator berhasilnya suatu pengelolaan rantai pasok khususnya di pertanian dikemukakan oleh Roekel, Willems and Boselie (2002) yakni: (1) meningkatnya margin dan pengetahuan pasar bagi produsen; (2) penurunan hilangnya produk selama penyimpangan dan transportasi; (3) kualitas produk meningkat; (4) meningkatnya produk pangan yang terjamin aman; (5) penjualan meningkat signifikan; (6) peningkatan nilai tambah produk yang dapat menghasilkan penerimaan. Mengacu pada pemikiran Roekel, Willems and Boselie tersebut, maka SCM itu gagal jika tidak dapat memberikan manfaat kepada semua anggotanya. Akan tetapi, Roekel, Willems and Boselie (2002) belum menjelaskan bagaimana rantai pasok itu dapat dikelola secara efektif. Terdapat empat prinsip pengelolaan SCM yang efektif dikemukakan oleh Collins, Dunne and Murray (2004) berdasarkan kerja kolaborasi dengan rantai pasok agribisnis yang berhasil. Jika prinsip-prinsip ini tidak diperhatikan, maka akan menghalangi kemampuan sistem (rantai pasok) untuk bekerja dengan baik. Makalah ini menggunakan prinsip-prinsip yang disampaikan Collins, Dunne and Murray (2004) tersebut untuk mengkaji pengelolaan rantai pasok hortikultura. Keenam prinsip tersebut adalah: 17
1. Prinsip-1: Fokuskan pada pelanggan dan konsumen Standar kualitas produk perlu disesuaikan dengan kebutuhan konsumen akhir. Oleh karena itu, umpan balik dari konsumen tentang penerimaan mereka akan produk menjadi sangat penting. 2. Prinsip-2: memastikan logistik dan distribusi yang efektif Prinsip 2 ini berkaitan dengan masalah distribusi dan logistik serta kondisi infrastruktur, sekaligus sebagai indikator kinerja rantai pasok dalam menangani produk. Aktivitas yang penting dalam logistik dan distribusi ini mencakup transportasi, penyimpanan dan prasarana komunikasi dalam pengembangan rantai pasok yang efisien di negara berkembang. 3. Prinsip-3: memiliki informasi yang efektif dan strategi komunikasi. Prinsip 3 dari manajemen rantai pasok berkaitan dengan arus informasi dan komunikasi di sepanjang rantai pasok. Kurangnya akses informasi pasar telah ditemukan menjadi hal penting bagi produsen gurem di negara berkembang. 4. Prinsip-4: membangun kerjasama yang efektif. Isu kritis yang berdampak pada rantai pasok dalam studi kasus ini adalah rendahnya kemampuan rantai pasok dalam membangun kerjasama yang efektif. Memahami permasalahan budaya petani dalam menerima umpan balik dari mitra bisnis mereka merupakan hal yang utama. Untuk berhasil dalam pengelolaan rantai pasok, maka prinsip-prinsip tersebut harus dipenuhi. Ketidakmampuan untuk memenuhi prinsip-prinsip manajemen rantai pasok tersebut, berpotensi gagal dalam pencapaian tujuan manajemen rantai pasok atau kerjasama rantai pasok tidak berlanjut (Trizna Fizzanty dan Kusnandar, 2012). II.7.
Logistik
II.7.1. Definisi Logistik Konteks logistik identik dengan organisasi, pergerakan, dan penyimpanan dari material dan manusia. Domain dari aktivitas logistik sendiri adalah menyediakan sistem dengan produk yang tepat, di lokasi yang tepat, pada waktu yang tepat (right product, in the right place, at the right time) dengan mengoptimasikan pengukuran performansi yang diberikan
18
contohnya meminimalisir total biaya operasional dan memenuhi kualifikasi yang diberikan sesuai dengan kemampuan dari klien dan sesuai dengan kualitas pelayanan. Logistik menurut Council of Supply Chain Management Professionals (CLM, 2000) adalah bagian dari manajemen rantai pasok (supply chain) dalam perencanaan, pengimplementasian, dan pengontrolan aliran dan penyimpanan barang, informasi, dan pelayanan yang efektif dan efisien dari titik asal ke titik tujuan sesuai dengan permintaan konsumen. Untuk mengalirkan barang dari titik asal menuju titik tujuan akan membutuhkan beberapa aktivitas yang dikenal dengan „aktivitas kunci dalam logistik‟ diantaranya: 1) customer service, 2) demand forecasting/planning 3) inventory management 4) logistics communications 5) material handling, 6) traffic and transportation, dan 7) warehousing and storage II.7.2. Sistem Logistik Adapun yang menjadi obyek dari sistem logistik dapat berupa barang jadi, barang ½ jadi, maupun bahan baku. Untuk memaksimalkan nilai sistem logistik yang diupayakan, diperlukan variasi rencana mengenai pengambilan keputusan untuk setiap tahapan aktivitasnya. Perencanaan sistem logistik yang mendukung juga mempengaruhi desain dan operasional sistem logistik yang akan diberlakukan guna menciptakan efisiensi dan efektifitas produksi suatu barang dan jasa. II.7.3. Elemen Sistem Logistik Dalam pembahasan mengenai
sistem
logistik,
perlu
diketahui
bahwa
obyek logistik tidak terbatas hanya pada logistik barang, melainkan termasuk logistik penumpang, logistik bencana, dan logistik militer (pertahanan keamanan) yang dilakukan oleh setiap pelaku bisnis dan industri baik pada sektor primer, sekunder maupun tersier dalam rangka menunjang kegiatan operasionalnya. Lebih lanjut dalam ini diuraikan bahwa aktivitas logistik juga melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang dapat dikategorisasikan kedalam dalam lima kelompok, diantaranya:
19
1. Konsumen, Pengguna logistik yang membutuhkan barang untuk penggunaan proses produksi maupun untuk konsumsi. Konsumen berkewenangan untuk menentukan sendiri jenis dan jumlah barang yang akan dibeli, dari siapa dan dimana barang tersebut ingin dibeli dan kemana tujuan barang tersebut diantarkan. 2. Pelaku Logistik (PL) Yaitu sebagai pemilik dan penyedia barang yang dibutuhkan oleh para konsumen, dibagi menjadi dua diantaranya: a) Produsen, pelaku logistik yang bertindak sebagai penghasil/ pembuat barang. b) Penyalur (intermediare) yang bertindak sebagai perantara perpindahan kepemilikan
barang
dari
produsen
menuju
ke
konsumen
melalui
saluran distribusi (pedagang besar/wholesaler, grosir, distributor, agen, pasar, pengecer, warung, dan sebagainya) dalam suatu mekanisme tata niaga. 3. Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Provider) Merupakan institusi penyedia jasa yang bertugas mengirimkan barang (transporter, freight forwarder, shipping liner, EMKL, dsb) dari lokasi asal barang (shipper), seperti produsen, pemasok, atau penyalur; menuju tempat tujuannya (consignee), seperti konsumen, penyalur, atau produsen; dan jasa penyimpanan barang (pergudangan, fumigasi, dan sebagainya). 4. Pendukung Logistik, Yaitu institusi mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan logistik, dan turut berkontribusi dalam penyelesaian jika terjadi permasalahan selama aktivitas logistik berlangsung. Adapun aktor-aktor yang termasuk dalam kategori ini diantaranya asosiasi, konsultan, institusi pendidikan dan pelatihan serta lembaga penelitian. 5. Pemerintah. Adapun peran pemerintah dalam aktivitas logistik diantaranya, sebagai: a) Regulator yang menyiapkan peraturan perundangan dan kebijakan. b) Fasilitator yang meyediakan dan membangun infrastruktur logistik yang diperlukan untuk terlaksananya proses logistik. c) Integrator yang mengkoordinasikan dan mensinkronkan aktivitas logistik sesuai dengan visi yang ingin dicapai, dan pemberdayaan baik kepada pelaku logistik, penyedia jasa logistik maupun pendukung logistik.
Ada 3 (tiga) komponen yang bergabung untuk membentuk sistem logistik, yaitu: 1. Struktur Lokasi Fasilitas Jaringan fasilitas yang dipilih oleh suatu perusahaan adalah fundamental bagi hasil-hasil akhir logistiknya. Jumlah, besar, dan pengaturan 20
geografis dari fasilitas-fasilitas yang dioperasikan atau digunakan itu mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan pelayanan terhadap nasabah perusahaan dan terhadap biaya logistiknya. Jaringan fasilitas suatu perusahaan merupakan seraangkaian lokasi ke mana dan melalui mana material dan produk-prodduk diangkut. Untuk tujuan perencanaan, fasilitas-fasilitas tersebut meliputi pabrik, gudang-gudang, dan toko-toko pengecer. Seleksi serangkaian lokasi yang unggul (superior) dapat memberikan banyak keuntungan yang kompetitif. Tingkat efisiensi logistik yang dapat dicapai itu berhubungan langsung dengan dan dibatasi oleh jaringan fasilitas. 2. Transportasi. Pada umumnya, satu perusahaan mempunyai 3 (tiga) alternatif untuk menetapkan kemampuan transportasinya. Pertama, armada peralatan swasta apat dibeli atau disewa. Kedua, kontrak khusus dapat diatur dengan spesialis transport untuk mendapatkan kontrak jasa-jasa pengangkutan. Ketiga, suatu perusahaan dapat memperoleh jasa-jasa dari suatu perusahaan transport berijin (legally authorized) yang menawarkan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat lain dengan
biaya
tertentu. Ketiga bentuk transport ini dikenaal sebagai private (swasta), contract (kontrak) dan common carriage (angkutan umum). Dilihat dari sudut pandang sistem logistik, terdapat 3 (tiga) faktor yang memegang peranan utama dalam menentukan kemampuan pelayanan transport, yaitu: a) Biaya b) Kecepatan,dan c) Konsistensi Dalam merancang suatu sistem logistik, hendaklah dimantapkan suatu keseimbangan yang teliti antara biaya transportasi itu dengan mutu pelayanannya. Mendapatkan keseimbangan transportasi yang tepat merupakan salah satu tujuan utama dari analisa sistem logistik. Ada 3 (tiga) aspek transportasi yang harus diperhatikan karena berhubungan dengan sistem logistik. Pertama, seleksi fasilitas mentapkan suatu struktur atau jaringan yang membatasi ruang-lingkup alternatif-alternatif transport dan menentukan sifat dari usaha pengaangkutan yang hendak diselesaikan. Kedua, biaya dari pengangkutan fisik itu menyangkut lebih daripada ongkos pengangkutan saja diantara 2 lokasi. Ketiga, seluruh usaha untuk mengintegrasikan kemampuan transport ke dalam suatu sistem yang terpadu mungkin akansia-sia saja jika pelayanan tidak teratur (sporadic) dan tidak konsisten. 21
3. Pengadaan persediaan,kebutuhan akan transport di antara berbagai fasilitas itu didasarkan atas kebijaksanaan persediaan yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Secara teoritis, suatu perusahaan dapat saja mengadakan persediaan setiap barang yang ada dalam persediaannya pada setiap fasilitas dalam jumlah yang sama. Tujuan dari integrasi persediaan ke dalam sistem logistik adalah untuk mempertahankan jumlah item yang serendah mungkin yang sesuai dengan sasaran pelayanan untuk nasabah. II.7.4. Manajemen Logistik Proses logistik berhubungan erat dengan aktivitas sehari-hari. Aktivitas logistik sangat penting dalam aktivitas di perusahaan maupun masyarakat dimana proses perpindahaan barang dari supplier ke produsen maupun produsen ke konsumen harus berjalan secara efektif dan efisien.Logistik manajemen diartikan oleh Council of Logistics Management dalam Farahani (2011) sebagai : “Logistics is that part of the supply chain process that plans, implements, and controls the efficient, effective forward and reverse flow and storage of goods, services, and related information between the point of origin and the point of consumption in order to meet customers requirements”. Sedangkan menurut Tunggal (2010), manajemen logistik adalah semua hal baik berupa aliran barang, pelayanan dan informasi pada sektor produk maupun jasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen logistik sebagai bagian dari supply chain yang berhubungan dengan aliran barang, pelayanan dan informasi. Aktivitas-aktivitas utama logistik: 1. Customer Services. Suatu proses yang berlangsung diantara pembeli, penjual dan pihak ketiga yang menghasilkan nilai tambah untuk pertukaran barang atau jasa pada waktu tertentu. 2. Ramalan Permintaan (Demand Forecasting). Ramalan permintaan manajemen logistik yang menentukan berapa banyak barang yang dibutuhkan oleh konsumen. 3. Manajemen Persediaan (Inventory Management) penentuan kebutuhan persediaan yang cukup antara proses produksi dan kebutuhan pelanggan. 4. Komunikasi Logistik. Komunikasi merupakan jaringan yang vital dari sebuah proses logistik. Membangun komunikasi yang akurat akan menjadikan perusahaan mudah untuk membuat suatu keputusan yang tepat.
22
5. Penanganan material (Material Handling). Material handling berhubungan dengan keseluruhan asapek gerakan dari produk. Penangan material haruslah seefektif mungkin guna menghindari penanganan material yang tidak perlu. 6. Proses Pemesanan. Aktivitas yang terdiri dari pemasukan pesanan, elemen komunikasi dan kredit serta elemen pengumpulan. 7. Pengemasan (packing). Pengemasan yaitu proses untuk melindungi produk dari kerusakan ketika disimpan dan mempermudah pemindahan produk. 8. Komponen-komponen dan Layanan Pendukung. Salah satu aktivitas dari pemasaran yang memberikan pelayanan pasca penjualan kepada pelanggan. 9. Seleksi lokasi pabrik dan Tempat Penyimpanan/Gudang. Bagian yang integral dalam sebuah sistem logistic dalam memberikan pelayanan dengan biaya seminimal mungkin yang digunakan sebagai tempat penyimpanan selama proses logistik. 10. Purchasing (Procurement) aktivitas pembelian aktual material 11. Reverse Logistic. Penanganan barang-barang retur baik berupa salvage dan scrap disposal. 12. Transportasi.
Fungsi transportasi adalah menghubungkan bagian dalam dan luar
departemen logistik 13. Pergudangan dan Penyimpanan. Produk harus disimpan dalam pabrik sebelum produk dikirim ke konsumen.
23
24
BAB III METODOLOGI
III.1. Diagram Alir MULAI
LATAR BELAKANG Permintaan Sayur Luar Pulau Kelangkaan Komoditi Menyebabkan Harga Tidak Stabil Sektor Transportasi Laut Menjadi Faktor Utama
Studi Literatur
Studi Lapangan
Manajemen Rantai Pasok Manajemen Logistik Penanganan dan Pengiriman Hortikultura
Identifikasi Permasalahan
Survei Lapangan Wawancara Narasumber
Pengumpulan Data
Harga Komoditi Sayur & Tingkat Kualitas Komoditi
Rantai Pasok Distribusi Sayur
Biaya & Tarif Transportasi
Identifikasi Variabel
Produksi & Konsumsi Sayur Jawa Timur
Produksi & Konsumsi Sayur Kalimantan Selatan
Surplus Produksi
Defisit Produksi
Distribusi Sayuran Surabaya-Banjarmasin
Pola Eksisting
Kenaikan Harga Komoditi (Petani-Tj.Perak) Kenaikan Harga Komoditi Transportasi Laut (Tj.Perak-Trisakti) Kenaikan Harga Komoditi (Trisakti-End User)
Pola Proposed I
Pola Proposed II
Pola Proposed III
Biaya Angkut/kg Minimum
Prosentase kenaikan harga rendah Biaya Transportasi menurun
KESIMPULAN
Gambar III-1 Diagram Alir Penelitian
25
III.2. Tahap Pendahuluan Dalam bab ini menjelaskan mengenai metodologi dari pengerjaan Tugas Akhir. Metodologi berisi langkah-langkah yang direncanakan penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Selain itu, terdapat kerangka berpikir penulis dalam menyelesaikan masalah di Tugas Akhir. Penjelasan detail mengenai pengumpulan data dan jenisnya juga akan dijelaskan pada bab ini. III.3. Tahap Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data dalam Tugas Akhir ini dilakukan dengan dua cara yaitu: a) Pengumpulan data secara langsung (Data Primer) Pengumpulan data secara langsung ini dilakukan dengan metode:
Wawancara Langsung Wawancara dilakukan terhadap semua pihak yang berkepentingan dalam
penulisan Tugas Akhir ini, antara lain dengan distributor sayur,petani,dan perusahaan pelayaran.Karena studi yang dilakukan terkait dengan komdisi yang terus mengakami perkembangan,data primer menjadi sangat penting peranannya dalam mengetahui kondisi eksisting yang terjadi saat ini.
Survey Kondisi Lapangan Survey kondisi lapangan dilakukan di daerah sentra penghasil sayuran seperti
Batu serta di pelabuhan pengiriman Tanjung Perak,dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pengangkutan sayuran pada saat ini. b) Pengumpulan data secara tidak langsung (Data Sekunder) Pengumpulan data seperti ini dilakukan peneliti dengan mengambil data seperti masa simpan umur sayuran,produksi dan konsumsi sayuran pada daerah yang diteliti Pengumpulan data secara sekunder dilakukan dengan mengambil beberapa data yang disediakan oleh beberapa instansi dan Departemen terkait yaitu Dinas Pertanian dan Dirjen Hortikultura,serta dari beberapa sumber dari internet. III.4. Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan data-data yang diperoleh baik data sekunder maupun data primer, untuk dijadikan sebagai input didalam melakukan perhitungan selanjutnya. Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui beberapa hal, seperti:
26
1. Macam-macam biaya yang ditimbulkan dalam proses pengiriman. 2. Biaya pengiriman komoditi yang ditimbulkan. III.5. Tahap Analisa Data Tahap analisis dan pengolahan data adalah tahap mulai perhitungan untuk mengukur seberapa besar permasalahan yang dihadapi untuk kemudian diAnalisis. Pada tahap ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: a) Identifikasi terhadap karakteristik sayuran seperti umur simpan sayuran dan penurunan kualitas sayur dan factor-faktor yang menjadi penyebab. b) Identifikasi terhadap pola pengangkutan sayuran yang biasa dilakukan pada saat ini seperti pola rantai pasoknya,biaya,waktu,dan kualitas sayur. c) Identifikasi terhadap beberapa pola yang dibandingkan sehingga dapat menurunkan prosentase kenaikan harga komoditi pada sektor transportasi laut. III.6. Tahap Perhitungan Biaya Eksisting Pada tahap ini dilakukan perhitungan terhadap biaya yang ditimbulkan dari proses pengiriman sayur yang terjadi saat ini. III.7. Tahap Skenario Proposed Pada tahap ini direncanakan beberapa skenario pengiriman sebagai pembanding dengan pengiriman yang terjadi saat ini. III.8. Tahap Perhitungan Biaya Skenario Pada tahap ini dilakukan perhitungan terhadap pola pengiriman yang telah diusulkan untuk mengetahui perubahan harga pengiriman yang terjadi dengan factor-faktor biaya yang timbul. III.9. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini merupakan akhir dari penelitian, dirangkum berbagai hasil penelitian dan evaluasi dari penelitian ini. Selain itu penyertaan saran sebagai acuan pengembangan pelayanan kesehatan terapung lebih lanjut.
27
28
BAB IV GAMBARAN UMUM
IV.1. Kota Banjarmasin dan Pertanian Kota Banjarmasin yang merupaan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan tentunya memiliki karakteristik khas kota sebagaimana kota-kota besar lainnya di Indonesia. Kota Banjarmasin secara geografis terletak dekat muara Sungai Barito dan dibelah dua oleh Sungai Martapura sehingga seolah-olah Kota Banjarmasin menjadi dua bagian. Kota Banjarmasin menjadi pusat pemerintah dan juga pusat industrialisasi dari Kalimantan Selatan. Keadaan ini menjadikan Kota Banjarmasin pusat pembangunan pemerintahan dan industrialisasi. Terlihat lahan kosong di Kota Banjarmasin tidak tersedia lagi yang ada hanya gedung-gedung dan pusat perbelanjaan. Kemiringan tanah antara 0,13% dengan susunan geologi terutama bagian bawahnya didominasi oleh lempung dengan sisipan pasir halus dan endapan alluvium yang terdiri dari lempung hitam keabuan dan lunak. Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air, di samping pengaruh musim hujan dan musim kemarau sehingga iklimnya bersifat tropis dengan curah hujan rata-rata 277,9 mm perbulan. Dengan kondisi tersebut, kemungkinan hasil pertanian tidak terlalu mendominasi seperti daerah-daerah lain di Provinsi Kalimantan Selatan. Mengenai hasil pertanian Kota Banjarmasin untuk kategori hortikultura masih mengandalkan pasokan komoditi dari luar pulau,seperti Pulau Jawa dan Pulau Sulawesi.Satusatunya produk pertanian yang bisa dihasilkan di Banjarmasin adalah komoditi padi sawah.Dengan masih bergantungnya pasokan komoditi sayur dari luar pulau menyebabkan harga komoditi sayur itu sendiri selalu tidak stabil bahkan cenderung sering mengalami kenaikan saat terjadi kelangkaan. Komoditi sayur unggulan yang dipasok menuju Banjarmasin biasanya berasal dari hasil pertanian di Batu,Jawa Timur. IV.2. Jawa Timur Jawa Timur merupakan salah satu daerah potensi penghasil hortikultura terbesar di Indonesia, terutama untuk jenis komoditi sayur-sayuran. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, Provinsi Jawa Timur merupakan penghasil komoditi sayuran terbesar di Indonesia 29
dengan total hasil produksi lebih dari 1.000.000 ton per tahunnya. Berikut disajikan data daerah penghasil produksi hortikultura untuk komoditi sayuran terpilih di Jawa Timur. Tabel IV-1 Tabel produksi komoditas terpilih Jawa Timur
Produksi Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
2010 142,109.00 181,344.00 41,111.00 56,342.00 53,798.00 203,739.00 115,423.00
2011 181,806.00 182,899.00 59,375.00 67,646.00 142,241.00 198,388.00 85,521.00
2012 244,040.00 236,817.00 47,158.00 62,018.00 90,583.00 222,862.00 162,039.00
2013 227,486.00 197,475.00 36,929.00 63,430.00 66,193.00 243,087.00 189,864.00
2014 238,820.00 201,358.00 39,399.00 64,851.00 48,844.00 293,179.00 208,270.00
Sumber:Dirjen Hortikultura (data diolah)
Sumber :Dirjen Hortikultura (data diolah) Gambar IV-1 Produksi komoditas sayur terpilih Jawa Timur
IV.3. Komoditi Sayuran di Indonesia Sayuran di Indonesia yang beriklim tropis tidak mengenal musim tanam, hampir sepanjang tahun sayuran tersebut bisa di tanam terutama pada daerah dataran tinggi seperti di pulau Jawa. Hal yang tidak bisa dilakukan di negara lain seperti Eropa, China dan negara lainnya yang hanya dapat menanam sayuran satu tahun sekali saja. Produksi sayuran di Indonesia :
30
Tabel IV-2 Produksi Sayuran Indonesia
Sumber : BPS dan Dirjen Hortikultura
Pada tabel VI.2 terlihat bahwa semakin lama produksi sayuran di Indonesia semakin meningkat.. Sedangkan untuk jumlah konsumsi sayur di Indonesia di tahun 2014 mencapai 8,746,012. Ton. (Sumber : Dirjen Hortikultura),Sehingga untuk kondisi sayuran di Indonesia saat ini mengalami surplus.Hal ini dapat dilihat pada Gambar VI.2 Perbandingan Jumlah Produksi dan Konsumsi Sayur di Indonesia.
31
Sumber : Dirjen Hortikultura (data diolah) Gambar IV-2 Perbandingan jumlah produksi dan konsumsi sayuran di Indonesia
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah produksi sayur di Indonesia masih melebihi daripada jumlah yang dikonsumsi sehingga menghasilkan surplus sayuran sebesar 2,363,265 Ton pada tahun 2014. IV.4. Konsumsi Sayuran di Indonesia Kebutuhan konsumsi per kapita dipengaruhi oleh jumlah konsumen, perubahan preferensi konsumsi, tingkat harga, dan tingkat pendapatan masyarakat. Konsumsi sayuran dan buah per kapita memiliki elastisitas lebih besar dibandingkan konsumsi bahan pangan karbohidrat, sehingga tingkat konsumsi sangat terkait dengan kondisi permintaan dan keadaan ekonomi. Secara rinci konsumsi sayuran dapat dilihat pada Tabel IV.3 dan Gambar IV.3 Tabel IV-3 Konsumsi Sayuran di Indonesia Kg/Kapita/Tahun
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
kg/kapita 37,913 37,047 35,242 33,205 34,655
Sumber : Dirjen Hortikultura (data diolah)
32
Sumber : Dirjen Hortikultura (data diolah) Gambar IV-3 Grafik Konsumsi Sayuran Indonesia Kg/Kapita/Tahun
Pada tabel IV.3 dan gambar IV.3 Konsumsi sayuran merupakan angka konsumsi yang diperoleh dari hasil SUSENAS yang diterbitkan BPS setiap tahun. Produk hortikultura yang dijadikan dasar sebagai perhitungan angka konsumsi baru mencakup buah-buahan dan sayuran karena dikonsumsi secara langsung di rumah tangga, tetapi tidak termasuk buahbuahan dan sayuran hasil industri pengolahan. Tingkat konsumsi buah-buahan dan sayuran hortikultura Indonesia tersebut masih jauh lebih rendah dari pada rekomendasi FAO/UNDP yaitu sebesar 73 Kg/Kapita pertahun, dan tentunya lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan negara-negara maju sekitar kita. Dengan demikian peluang untuk meningkatkan konsumsi ini sangat terbuka besar, namun untuk itu perlu upaya yang lebih besar. IV.5. Ekspor dan Impor Sayuran di Indonesia Nilai impor yang semakin kecil dan nilai ekspor yang semakin besar merupakan keinginan setiap negara dalam melakukan perdagangan internasional. Namun hal ini sangat tergantung pada keunggulan dan daya saing produk ditawarkan, serta kepiawaian dalam manajemen.Dalam perdagangan internasional, impor produk tidak dapat dihindari, hal penting adalah mengupayakan agar neraca ekspor impor bernilai positif (baik volume maupun nilai).
33
Sumber : Dirjen Hortikultura (data diolah) Gambar IV-4 Ekspor dan Impor Sayuran di Indonesia
Secara umum menurut pada tahun 2014-2015 terjadi peningkatan ekspor hortikultura (produk sayuran dan buah-buahan) dari 325,980 Ton di tahun 2014 menjadi 412,875 Ton di tahun 2015 meskipun tidak berkorelasi langsung dengan peningkatan nilai ekspor. Namun ironisnya pada periode yang sama jumlah impor juga lebih besar dengan nilai yang terus meningkat,yaitu dari 1,866,988 Ton di tahun 2014 menjadi 1,642,578 Ton di tahun 2015. Permintaan produk impor umumnya untuk memenuhi pasar-pasar moderen seperti pasar swalayan, supermarket, hypermarket serta hotel. Nilai ekspor dan impor yang tercantum merupakan nilai ekspor komoditas hortikultura dalam bentuk segar, bukan dalam bentuk olahan. IV.6. Jenis Sayuran Sayuran merupakan jenis makhluk hidup yang memilki jenis yang berbeda, berikut adalah pembagian beberapa jenis sayuran, diantaranya : Tabel IV-4 Jenis sayuran berdasarkan bagian yang dikonsumsi
Sumber : Utama,2002
34
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa masing-masing jenis dari komoditas sayuran memiliki bagian tersendiri untuk di konsumsi. Tabel IV-5 Klasifikasi Sayuran Berdasarkan Laju Respirasinya
Sumber : Utama,2002
Pada tabel IV.4 dan IV.5 terlihat bahwa laju respirasi jika dihubungkan dengan masa simpan sayur adalah semakin tinggi laju respirasi sayur, maka semakin pendek umur simpan sayur tersebut, dan sebaliknya semakin rendah laju respirasi sayuran, maka semakin panjang masa simpan sayuran tersebut, sayur yang memiliki laju respirasi tinggi adalah sayur dengan jenis daun. IV.6.1. Proses Penanganan Hortikultura Proses penanganan komoditi hortikultura diawali dari panen yang dilakukan oleh petani, proses di pengepul, proses di distributor hingga sampai di konsumen akhir. Berdasarkan kondisi eksisiting yang telah dilakukan didapatkan diagram alur proses penanganan dari petani ke pengepul sebagai berikut :
35
Panen Sayuran Oleh Petani
Pengambilan komoditi dan penyortiran berdasarkan tingkat kematangan oleh pengepul
ditolak
Dimakan hama, busuk, terlalu matang
diterima
Komoditi dipak dengan menggunakan keranjang plastik kemudian dikirim ke gudang pengepul menggunakan moda transportasi truk untuk dilakukan grading dan pengepakan
Berdasarkan Kualitas : Grade Super, I, II, II, IV
Grading Pengepakan
Dipak dalam berbagai macam kemasan (Karung Plastik & Kardus Karton/box)
Pengiriman ke distributor menggunakan truk untuk pengiriman di sekitar jawa dan menggunakan kapal untuk pengiriman ke luar jawa
Sumber : Alfi dan Marissa (2016) Gambar IV-5 Diagram Alur Penanganan Komoditi Hortikultura
IV.6.2. Kualitas Sayuran Sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat mudah mengalami kerusakan (perishable commodities), setelah proses panen dilakukan. Hal ini disebakan karena komoditi tersebut masih melakukan proses kehidupan sebagaimana lazimnya makhluk hidup lainnya, meskipun telah dipisahkan dari pohon induknya. Sayuran tersebut masih melakukan aktivitas pernapasan (respirasi) untuk kelangsungan kehidupannya dengan mengandalkan sumber energi yang tersedia didalam produk itu sendiri, dengan tidak ada lagi suplai dari luar seperti saat masih pada pohon induknya. Lambat laun sumber energi yang tersedia akan habis, selanjutnya sayuran tersebut pun akan sangat cepat mengalami penuaan, rusak dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Laju kerusakan yang terjadi berbanding lurus dengan kecepatan respirasi yang dimiliki oleh buah dan sayuran segar bersangkutan. Semakin cepat laju respirasinya, maka semakin cepat pula terjadinya kerusakan pada buah dan sayuran tersebut. 36
IV.7. Komoditas Terpilih Dari sekian banyak jenis komoditas sayuran akan dipilih beberapa jenis komoditas sayuran saja dalam penelitian ini. Terdapat tujuh jenis komoditas sayuran yang dipilih yaitu cabe rawit, kol/kubis, sawi, tomat, wortel, bawang merah, dan kentang. Komoditi-komoditi tersebut adalah komoditi yang sensitif langka dan memang terus dibutuhkan di Banjarmasin. Berikut akan dijelaskan daerah penghasil komoditi dan produksi komoditi terpilih di Jawa Timur yang akan dijelaskan pada tabel IV.6 dan gambar IV.6. Tabel IV-6 Daerah Penghasil Komoditi Terpilih No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Sayuran Kubis Kentang Bawang Merah Cabe Rawit Sawi Tomat Wortel
Daerah Penghasil Tulungagung, Blitar, Magetan, Malang, Batu, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi Probolinggo ,Malang, Batu, dan Pasuruan Malang ,Batu, Probolinggo, Nganjuk, Banyuwangi, Mojokerto, Magetan, dan Tuban Blitar, Kediri, Malang, Batu, Probolinggo, Jember, Banyuwangi, Nganjuk, dan Tuban Malang, Batu, Pasuruan, dan Probolinggo Blitar, Kediri, Malang, Batu, Pasuruan, Lumajang, dan Jember Pacitan, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Mojokerto, Magetan, Ngawi, Malang, dan Batu
Sumber : Dinas Pertanian Jawa Timur
Sumber : Dinas Pertanian Jawa Timur (data diolah) Gambar IV-6 Produksi Komoditi Terpilih
IV.8. Konsumsi Sayur/Kapita Terhadap Kuantitas Permintaan Dari data yang dikelola oleh SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dan BPS (Badan Pusat Statistik) diketahui bahwa jumlah rata-rata konsumsi sayur per kapita dalam rumah tangga di Indonesia tahun 2014 untuk komoditi terpilih adalah sebagai berikut.
37
Tabel IV-7 Konsumsi/Kapita Dalam Rumah Tangga
Komoditas Kuantitas (kg) Cabe Rawit 1.10 Kol/Kubis 0.78 Sawi 0.42 Tomat 0.77 Wortel 0.72 Bawang Merah 1.22 Kentang 0.90 Sumber : SUSENAS dan BPS
Dari data tabel IV-7 konsumsi sayuran per kapita dalam rumah tangga akan dikalikan dengam banyaknya jumlah rumah tangga di Banjarmasin, yaitu sebanyak 74.004 rumah tangga.Hasil pengalian tersebut akan menghasilkan asumsi kebutuhan komoditi sayur terpilih untuk Banjarmasin dalam setahun. Setelah itu dapat diketahui juga kebutuhan sayur untuk setiap bulan, setiap hari, dan setiap pengirimannya. Dengan tambahan asumsi bahwa satu pengirimin distributor dapat memenuhi 10 % dari total permintaan maka dapat diketahui jumlah permintaan sayur di Banjarmasin pada tabel IV.8 di bawah ini. Tabel IV-8 Permintaan Sayuran Banjarmasin
10% Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
Total Permintaan (ton/tahun) (ton/tahun) 6,784 558 4,810 395 2,590 213 4,749 390 4,440 365 7,524 618 5,550 456
10 % Permintaan (satu distributor) (ton/bulan) (ton/trip) 56 4.65 40 3.29 21 1.77 39 3.25 36 3.04 62 5.15 46 3.80 Total/RT 24.96
Sumber : Dirjen Hortikultura (data diolah)
IV.9. Masa Simpan Sayur Pada penelitian ini diketahui bahwa komoditi sayuran yang akan dikirim memiliki umur masa simpan sayur yang berbeda-beda. Perbedaan dapat diketahui dari jenis sayuran tersebut. Sayurn yang bersifat lunak seperti sawi dan cabe rawit akan memeiliki umur simpan yang singkat jika dibanding dengan komoditi kentang dan bawang merah yang memiliki umur simpan jauh lebih panjang.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.9 dibawah ini.
38
Tabel IV-9 Umur Masa Simpan Sayur
no 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
Suhu normal 2-4 hari 3-5 hari 2-3 hari 2-4 hari 9-10 hari 30 hari 30 hari
Suhu Pendingin 3-6 minggu 5-10 minggu 3-6 minggu 4-6 minggu 3 minggu 5 bulan 5 bulan
Sumber : Alimun Tri Atmojo 2010
IV.10. Pola Pengangkutan Komoditi Sayuran Antar Pulau Pada pengangkutan ini direncanakan sayuran yang dihasilkan berasal dari tiga daerah sentra pertanian yang masing-masing daerah menghasilkan komoditas sayur yang berbeda.Untuk daerah sentra pertanian di Batu,Jawa Timur dapat menghasilkan komoditas kol/kubis,wortel,dan kentang.Kemudian untuk darah sentra pertanian selanjutnya berada di Probolinggo,Jawa Timur yang dapat menghasilkan jenis komoditas sayur cabe rawit dan bawang merah.Sedangkan untuk daerah sentra pertanian yang terakhir berada di Pasuruan,Jawa Timur yang dapat menghasilkan jenis komoditas sayur sawi dan tomat. Tujuan pengiriman komoditi sayur ini yaitu menuju Banjarmasin,Kalimantan Selatan yang memang bukan daerah penghasil komoditi sayur. Pengangkutan ini menggunakan 2 media transportasi yaitu transportasi darat untuk mengangkut sayuran dari daerah produksi ke pelabuhan muat (Tanjung Perak),kemudian transportasi laut (kapal) yaitu dari Tanjung Perak ke Pelabuhan Trisakti dan dari pelabuhan Trisakti ke pasar sentra gudang pengepul distributor sayur Banjarmasin. IV.11. Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Eksisting) Pada pengiriman kondisi eksisting ini semua sayur yang terdiri dari tujuh jenis komoditi ini dikumpulkan dari tiga sentra pertanian (Batu,Probolinggo,Pasuruan) menuju satu sentra gudang pengepul yaitu di Batu,Jawa Timur.Komoditi sayur yang akan dikirim biasanya sudah
dipesan
terlebih
dahulu
jauh-jauh
hari
oleh
pembeli
yang
ada
di
Banjarmasin.Perencanaan pengiriman yang dilakukan antara dua agen distributor (Agen BatuAgen Banjarmasin) ini memang serba mendadak karena ada beberapa hal yang memang harus diperhatikan,antara lain ketersediaan dari jumlah komoditi yang akan dikirim,jadwal 39
kapal,dan cuaca di lautan saat itu.Jika ketiga hal tersebut dapat terpenuhi dan tanpa kendala maka pengiriman akan langsung dilakukan pada hari itu juga.Untuk kondisi saat ini agen pengepul di Batu,Jawa Timur akan mengumpulkan hasil panen dari para petani di sentra pertanian jika sudah ada permintaan dari agen di Banjarmasin (pembeli).Setelah sayur di panen oleh petani maka langsung diambil dan dikumpulkan di gudang sentra pemilik sayur.Setelah terkumpul sayur akan dipilah kualitasnya dan siap dipacking untuk selanjutya di muat ke dalam truk yang akan mengantarkan langsung dari sentra gudang pengepul di Batu menuju sentra gudang pengepul di Banjarmasin (milik pembeli Banjarmasin).Untuk moda transportasi laut pada pengiriman ini menggunakan kapal Ferry roro dari Tanjung Perak menuju ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin,truk yang berangkat dari sentra gudang pengepul Batu akan ikut naik ke dalam kapal tanpa dilakukan bongkar muat kembali.Pada proses pengiriman eksisting ini tidak dibutuhkan waktu yang lama karena bongkar muat hanya terjadi dua kali yaitu saat sayur diambil dari sentra pertanian dan saat sayur akan dimuat ke dalam truk.Pola rantai pasoknya adalah sebagai berikut.
40
Daerah Sentra Pertanian
2
6
Petani A 1
3
Transaksi Jual Beli Pengiriman Komoditi sayur Antar Pulau
5
4
Petani B END USER
Petani C
Pasar Sentra Batu (Pendem,Ds.Junrejo) ,Penjual Sayur Antar Pulau Batu
Transprotasi Laut Menggunakan Kapal Ro-Ro (Tj.Perak-Trisakti Banjarmasin)
Pasar Sentra Antasari Pedagang Pedagang Banjarmasin ,Pembelil Besar Kecil Sayur Antar Pulau Banjarmasin
Keterangan : 1. Sayuran yang telah dipanen di daerah sentra pertanian dikumpulkan dan diangkut menggunakan pick up dan truk kapasitas beragam. 2. Sayuran diangkut menuju pasar sentra Batu/agen distributor sayur antar pulau,untuk dilakukan pengumpulan,pemilihan kualitas dan pengemasan.Disini terjadi permintaan pengiriman sayur antar pulau oleh agen distributor dari Banjarmasin.Setelah jumah muatan dan harga disepakati maka sayur akan segera dikemas dan dikirim. 3. Sayuran yang sudah dipesan dan sudah dikemas akan dikirim menuju Pelabuhan Tanjung Perak dengan menggunakan truk Fuso dengan kapasitas normal 20-25 ton. 4. Truk fuso tiba di Pelabuhan Tanjung Perak dan akan melakukan pengiriman jalur laut dengan menggunakan armada Kapal Ferry RoRo.Perjalanan jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. 5. Truk Fuso sampai di pelabuhan Trisakti dan siap melakukan perjalanan darat menuju pasar sentra Antasari,Banjarmasin. 6. Sayuran sampai di pasar sentra Antasari/tempat agen distributor Banjarmasin,untuk kemudian sayur diperjual-belikan hingga sampai pada konsumen akhir.(Disini tanggung jawab pengirim sayur dari Batu telah selesai). Sumber : Wawancara dengan supir truk sayur Gambar IV-7 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin)
41
IV.11.1. Penanganan Kemasan Komoditi Dalam pengiriman komoditi sayur pola eksisting ini dilakukan proses penanganan muatan mulai dari sayur di panen dari sentra pertanian. Kemudian sayur yang telah dipanen dikumpulkan untun dipilah di gudang pengepul hingga sayur siap dimuat dan dikirim menggunakan moda truk fuso kapasitas 20-25 ton. Dari semua kegiatan penanganan muatan tersebut kemasan berupa karung plastik menjadi pilihan utama. Seperti terlihat pada gambar IV.8 kemasan karung plastik memiliki dimensi ukuran yang dapat memuat masing-masing tujuh komoditi yang akan dikirim dengan berat yang berbeda tergantung dari berat dan jenis komoditi itu sendiri.
Dimensi Karung Plastik Panjang = 56 cm Lebar = 26 cm Tinggi = 90 cm
Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang
Berat Komoditi/Karung Satuan 60 Kg 30 Kg 40 Kg 50 Kg 25 Kg 55 Kg 60 Kg
Sumber : Pekerja bongkar muat distributor sayur Gambar IV-8 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung
Sedangkan untuk moda transportasi darat yang digunakan dalam pengiriman komoditi sayur dengan menggunakan pick up untuk mengumpulkan sayur dari sentra pertanian menuju gudang pengepul Batu dan menggunakan truk fuso kapasitas 20-25 ton dari gudang pengepul Batu menuju Banjarmasin.
Sumber : suzukisumberbaru.com dan survei Gambar IV-9 Moda transportasi darat pengiriman komoditi sayur (pick-up dan truk fuso)
42
IV.11.2. Perhitungan Biaya Pola Eksisting Pengiriman komoditi sayur dari Batu ke Banjarmasin banyak melalui proses yang memunculkan biaya disetiap kegiatannya.Proses yang dilalui antara lain dari sentra petanigudang
pengepul(distributor
Batu),gudang
pengepul
Batu-Pelabuhan
Tanjung
Perak,Pelabuhan Tanjung Perak-Pelabuhan Trisakti Banjarmasin,dan Pelabuhan Trisaktigudang pengepul Banjarmasin (pembeli sayur). Yang dilalui melalui dua moda transportasi,yaitu transportasi darat dan transportasi laut.Pola rantai pasok pengiriman dapat dilihat pada Gambar IV.7 diatas. Dalam menganalisis pengaruh transportasi terhadap harga komoditi maka dilakukan analisis terhadap biaya-biaya yang muncul pada setiap kegiatannya. Maka dari itu akan dibagi beberapa kegiatan dalam pengiriman komoditi ini anatara lain : A. Sentra Pertanian-Gudang Pengepul (Kegiatan Seller) Pada kegiatan ini komoditi sayur akan diambil dari tiga sentra pertanian (sentra petani Batu,sentra petani Probolinggo,sentra petani Pasuruan) menuju gudang pengepul sayur di Batu,Jawa Timur.Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Batu yaitu kol/kubis,wortel,dan kentang dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 3.3 ton untuk kol/kubis yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,3 ton untuk komoditi wortel yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta 3.8 ton untuk komoditi kentang yang memerlukan 3 unit kendaraan pic-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel IV-10 Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu
A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Biaya Pengemasan Sewa Pick Up Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59
Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Probolinggo yaitu cabe rawit dan bawang merah dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 4.6 ton untuk cabe rawit yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,dan 5.2 ton untuk komoditi bawang merah yang memerlukan 43
4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani Pasuruan yaitu sawi dan tomat dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 1.8 ton untuk komoditi sawi yang memerlukan 3 unit kendaraan pic-up untuk pengangkutan serta 3.3 ton untuk komoditi tomat yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel IV-11 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul Batu
A B C D
Biaya Worker I (Probolinggo-Batu) Biaya Worker I (Pasuruan-Batu) Biaya Pengemasan (Probolinggo-Batu) Biaya Pengemasan (Pasuruan-Batu) Sewa Pick Up (Probolinggo-Batu) Sewa Pick Up (Pasuruan-Batu) Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 2,800,000.00 2,250,000.00 300,000.00 6,686,832.22
B. Gudang Pengepul-Pelabuhan Asal Selanjutnya pada kegiatan ini semua sayur yang telah diambil dari ketiga sentra pertanian berbeda akan dikumpulkan disini dan dipilah menurut kualitasnya. Komoditi yang akan dikirim menuju Banjarmasin adalah komoditi dengan kualitas super. Jumlah keseluruhan komoditi yang terkumpul sebesar 24.96 ton yang terdiri dari tujuh jenis komoditas yang berbeda,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel IV-12 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur
A
Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Muat dalam Truk (kapasitas 25 Ton)
Rp Rp
748,906.81 748,906.81
Total Biaya
Rp
1,497,813.62
Setelah sayur sudah dipilah maka sayur siap untuk dikemas dan dimuat kedalam moda transportasi darat dengan kapasitas lebih besar yaitu truk fuso dengan kapasitas 25 ton.Truk ini juga yang nantinya akan langsung mengirim komoditi dari Batu langsung menuju Banjarmasin (gudang pembeli) tanpa 44
adanya proses bongkar muat lagi dan juga tarif sewa truk adalah tariff sekali jalan dari gudang Batu langsung sampai pada gudang pembeli di Banjarmasin,rincian biaya pengirimannya adalah sebagai berikut : Tabel IV-13 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak
A B C D
Biaya Sewa Truk (Kapasitas 25 ton) Rute (Batu-Banjarmasin) Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Total Biaya Transportasi (Sentra Batu-TJ.Perak)
Rp Rp Rp Rp Rp
9,500,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00 9,750,000.00
C. Pelabuhan Asal-Pelabuhan Tujuan Pada kegiatan ini truk yang berangkat dari gudang pengepul Batu telah sampai di pelabuhan Tanjung Perak dan akan melanjutkan perjalanan melalui moda transportasi laut menggunakan jasa kapal ferry ro-ro dengan tujuan pelabuhan Trisakti Banjarmasin,rincian biaya sebagai berikut : Tabel IV-14 Biaya transportasi laut menggunakan kapal ferry ro-ro
A B
Tarif tiket masuk Pelabuhan Tj.Perak Tarif Tiket Kapal Roro KM.Dharma Kencana Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp
15,000.00 17,000,000.00 17,015,000.00
Berdasarkan rincian pembiayaan pengiriman diatas didapatkan total cost pengiriman komoditi sayur dari awal komoditi dipanen hingga menuju gudang pembeli di Banjamasin adalah sebesar Rp.38,069,120.43 dan menghasilkan unit cost sebesar Rp.1,524.99/kg. IV.11.3. Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Eksisting Dalam pengiriman ini terdapat tujuh jenis komoditi sayuran yang berbeda yang masing-masing memiliki harga awal yang berbeda pula. Setelah dilakukan analisis biaya dari pengiriman ini maka dapat dilihat berapa kenaikan harga komoditi akibat biaya transportasi yang ditimbulkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini : I.
Komoditi Cabe Rawit Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas cabe rawit yang memiliki harga awal Rp. 22,000/kg.
45
Gambar IV-10 Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi cabe rawit. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual cabe rawit di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 4,36 %. Jika dibandingkan dengan harga beli cabe rawit di Batu yaitu sebesar Rp.22.000 maka akan didapat prosentase sebesar 6,93%. II.
Komoditi Kol/Kubis Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kol/kubis yang memiliki harga awal Rp. 4.500/kg.
Gambar IV-11 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi
46
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi kol/kubis. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kol/kubis di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 20,33 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kol/kubis di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 33,89%. III.
Komoditi Sawi Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas sawi yang memiliki harga awal Rp.4.000/kg.
Gambar IV-12 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi sawi. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual sawi di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.500 maka akan didapat prosentase sebesar 16,05 %. Jika dibandingkan dengan harga beli sawi di Batu yaitu sebesar Rp.4.000 maka akan didapat prosentase sebesar 38,12%. IV.
Komoditi Tomat Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas tomat yang memiliki harga awal Rp.4.500/kg.
47
Gambar IV-13 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi tomat. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual tomat di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.000 maka akan didapat prosentase sebesar 16,94 %. Jika dibandingkan dengan harga beli tomat di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 33,89%. V.
Komoditi Wortel Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas wortel yang memiliki harga awal Rp.7.500/kg.
Gambar IV-14 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi
48
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi wortel.Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual wortel di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 12,20 %. Jika dibandingkan dengan harga beli wortel di Batu yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 20,33%. VI.
Komoditi Bawang Merah Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas bawang merah yang memiliki harga awal Rp.27.000/kg.
Gambar IV-15 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi bawang merah.Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual bawang merah di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 4,36 %. Jika dibandingkan dengan harga beli bawang merah di Batu yaitu sebesar Rp.27.000 maka akan didapat prosentase sebesar 5,65%. VII.
Komoditi Kentang Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kentang yang memiliki harga awal Rp.12.500/kg.
49
Gambar IV-16 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman kondisi eksisting menyebabkan kenaikan harga komoditi kentang.Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,524,99 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kentang di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.17.500 maka akan didapat prosentase sebesar 8,71 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kentang di Batu yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 12,20%.
Setelah menghitung biaya pengiriman dan menganalisis pengaruh transportasi terhadapa harga komoditi pada pola eksisting ini,selanjutnya akan dibandingkan dengan beberapa pola pengiriman yang akan diusulkan. Terdapat tiga pola pengiriman yang akan dihitung dan dianalisis juga terkait biaya transportasi yang muncul dan akan mempengaruhi harga komoditi. Perhitungan pola yang diusulkan akan dibahas pada bab selanjutnya.
50
BAB V ANALISIS PEMBAHASAN
V.1.
Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Proposed I) Pada pengiriman pola proposed I ini semua sayur yang terdiri dari tujuh jenis komoditi
ini dikumpulkan dari tiga sentra pertanian (Batu,Probolinggo,Pasuruan) menuju satu sentra gudang pengepul yaitu di Batu,Jawa Timur. Pada pola pengiriman yang diusulkan ini hal yang membedakan dari pola eksisiting saat ini adalah pada moda transportasi darat dari gudang pengepul Batu menuju pelabuhan asal,Tanjung Perak. Jika pada pola eksisting moda yang digunakan adalah truk fuso kapasitas 25 ton maka pada pola ini yang digunakan adalah truk pendingin dengan kapasitas yang sama. Untuk moda transportasi laut pada pengiriman ini juga sama yaitu menggunakan kapal Ferry roro dari Tanjung Perak menuju ke Pelabuhan Trisakti Banjarmasin,truk yang berangkat dari sentra gudang pengepul Batu akan ikut naik ke dalam kapal tanpa dilakukan bongkar muat kembali. Pada proses pengiriman pola yang diusulkan ini juga tidak dibutuhkan waktu yang lama karena bongkar muat hanya terjadi dua kali yaitu saat sayur diambil dari sentra pertanian dan saat sayur akan dimuat ke dalam truk. Pola rantai pasoknya adalah sebagai berikut.
51
Daerah Sentra Pertanian
2
Petani A
Transaksi Jual Beli Pengiriman Komoditi sayur Antar Pulau
1
6 5
3 4 Petani B
END USER
Petani C
Pasar Sentra Batu (Pendem,Ds.Junrejo) ,Penjual Sayur Antar Pulau Batu
Truk Berpendingin
Transprotasi Laut Menggunakan Kapal Ro-Ro (Tj.Perak-Trisakti Banjarmasin)
Pasar Sentra Antasari Pedagang Pedagang Truk Besar Kecil Banjarmasin Berpendingin ,Pembelil Sayur Antar Pulau Banjarmasin
Keterangan : 1. Sayuran yang telah dipanen di daerah sentra pertanian dikumpulkan dan diangkut menggunakan pick-up dan truk kapasitas beragam. 2. Sayuran diangkut menuju pasar sentra Batu/agen distributor sayur antar pulau,untuk dilakukan pengumpulan dan pengemasan.Disini terjadi permintaan pengiriman sayur antar pulau oleh agen distributor dari Banjarmasin.Setelah jumah muatan dan harga disepakati maka sayur akan segera dikemas dan dikirim. 3. Sayuran yang sudah dipesan dan sudah dikemas akan dikirim menuju Pelabuhan Tanjung Perak dengan menggunakan truk berpendingin dengan kapasitas normal 20-25 ton. 4. Truk berpendngin tiba di Pelabuhan Tanjung Perak dan akan melakukan pengiriman jalur laut dengan menggunakan armada Kapal Ferry Ro-Ro.Perjalanan jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. 5. Truk berpendingin sampai di pelabuhan Trisakti dan siap melanjutkan perjalanan darat menuju pasar sentra Antasari,Banjarmasin. 6. Sayuran sampai di pasar sentra Antasari/tempat agen distributor Banjarmasin,untuk kemudian sayur diperjual-belikan hingga sampai pada konsumen akhir.(Disini tanggung jawab pengirim sayur dari Batu telah selesai). Gambar V-1 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin dengan truk pendingin)
52
V.1.1. Penanganan Kemasan Komoditi Dalam pengiriman komoditi sayur pola ini dilakukan proses penanganan muatan mulai dari sayur di panen dari sentra pertanian. Kemudian sayur yang telah dipanen dikumpulkan untuk dipilah di gudang pengepul hingga sayur siap dimuat dan dikirim menggunakan moda truk berpendingin kapasitas 20-25 ton. Dari semua kegiatan penanganan muatan tersebut terdapat pergantian jenis kemasan pada komoditi. Untuk komoditi yang dipanen dan teah diambil menuju gudang pengepul di Batu kemasan yang digunakan adalah karung plastik,sedangkan saat komoditi sudah terkumpul di gudang pengepul Batu kemasan yang digunakan adalah kardus karton yang nantinya akan dimuat ke dalam truk berpendingin. Seperti terlihat pada gambar V.2 dan gambar V.3 kemasan karung plastik dan kardus kartom memiliki dimensi ukuran yang dapat memuat masing-masing tujuh komoditi yang akan dikirim dengan berat yang berbeda tergantung dari berat dan jenis komoditi itu sendiri. Dimensi Karung Plastik
Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang
Panjang = 56 cm Lebar = 26 cm Tinggi = 90 cm
Berat Komoditi/Karung Satuan 60 Kg 30 Kg 40 Kg 50 Kg 25 Kg 55 Kg 60 Kg
Sumber : Pekerja bongkar muat distributor sayur Gambar V-2 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung Dimensi Kardus Karton
Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang
Panjang = 52 cm Lebar = 32 cm Tinggi = 50 cm
Berat Komoditi/Karung Satuan 70 Kg 40 Kg 50 Kg 60 Kg 35 Kg 65 Kg 70 Kg
Sumber : Pekerja bongkar muat distributor sayur Gambar V-3 Ukuran kardus karton yang digunakan dan berat muatan/kardus
Sedangkan untuk moda transportasi darat yang digunakan dalam pengiriman komoditi sayur dengan menggunakan pick up untuk mengumpulkan sayur dari sentra pertanian menuju gudang pengepul Batu dan menggunakan truk berpendingin kapasitas 20-25 ton dari gudang pengepul Batu menuju Banjarmasin.
53
Sumber : suzukisumberbaru.com dan survei Gambar V-4 Moda transportasi darat pengiriman komoditi sayur (pick-up dan truk berpendingin)
V.1.2. Perhitungan Biaya Pola Proposed I Pada pengiriman pola ini proses yang dilalui antara lain dari sentra petani-gudang pengepul(distributor Batu),gudang pengepul Batu-Pelabuhan Tanjung Perak,Pelabuhan Tanjung Perak-Pelabuhan Trisakti Banjarmasin,dan Pelabuhan Trisakti-gudang pengepul Banjarmasin (pembeli sayur). Yang dilalui melalui dua moda transportasi,yaitu transportasi darat dan transportasi laut. Pola rantai pasok pengiriman dapat dilihat pada Gambar V.1 diatas. Dalam menganalisis pengaruh transportasi terhadap harga komoditi maka dilakukan analisis terhadap biaya-biaya yang muncul pada setiap kegiatannya. Maka dari itu akan dibagi beberapa kegiatan dalam pengiriman komoditi ini anatara lain : A. Sentra Pertanian-Gudang Pengepul (Kegiatan Seller) Pada kegiatan ini komoditi sayur akan diambil dari tiga sentra pertanian (sentra petani Batu,sentra petani Probolinggo,sentra petani Pasuruan) menuju gudang pengepul sayur di Batu,Jawa Timur.Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Batu yaitu kol/kubis,wortel,dan kentang dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 3.3 ton untuk kol/kubis yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,3 ton untuk komoditi wortel yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta 3.8 ton untuk komoditi kentang yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-1Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu
54
A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Biaya Pengemasan Sewa Truk Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59
Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Probolinggo yaitu cabe rawit dan bawang merah dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 4.6 ton untuk cabe rawit yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,dan 5.2 ton untuk komoditi bawang merah yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani Pasuruan yaitu sawi dan tomat dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 1.8 ton untuk komoditi sawi yang memerlukan 3 unit kendaraan pic-up untuk pengangkutan serta 3.3 ton untuk komoditi tomat yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-2 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul Batu
A B C D
Biaya Worker I (Probolinggo-Batu) Biaya Worker I (Pasuruan-Batu) Biaya Pengemasan (Probolinggo-Batu) Biaya Pengemasan (Pasuruan-Batu) Sewa Truk (Probolinggo-Batu) Sewa Truk (Pasuruan-Batu) Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 2,800,000.00 2,250,000.00 300,000.00 6,686,832.22
B. Gudang Pengepul-Pelabuhan Asal Selanjutnya pada kegiatan ini semua sayur yang telah diambil dari ketiga sentra pertanian berbeda akan dikumpulkan disini dan dipilah menurut kualitasnya. Komoditi yang akan dikirim menuju Banjarmasin adalah komoditi dengan kualitas super.Jumlah keseluruhan komoditi yang terkumpul sebesar 24.96 ton yang terdiri dari tujuh jenis komoditas yang berbeda. Pada kegiatan ini terjadi pergantian kemasan komoditi dari kemasan karung plastik menjadi kemasan kardus karton,rincian biaya seperti dibawah ini : 55
Tabel V-3 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur
A B C
Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Muat dalam Truk Pendingin (kapasitas 25 Ton) Pengemasan Kardus (Kemasan Kardus) Total Biaya
Rp Rp Rp Rp
748,906.81 748,906.81 1,816,000.00 3,313,813.62
Setelah sayur sudah dipilah maka sayur siap untuk dikemas dan dimuat kedalam moda transportasi darat dengan kapasitas lebih besar yaitu truk berpendingin dengan kapasitas 25 ton.Truk ini juga yang nantinya akan langsung mengirim komoditi dari Batu langsung menuju Banjarmasin (gudang pembeli) tanpa adanya proses bongkar muat lagi dan juga tarif sewa truk adalah tarif sekali jalan dari gudang Batu langsung sampai pada gudang pembeli di Banjarmasin,rincian biaya pengirimannya adalah sebagai berikut : Tabel V-4 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak
A B C D
Biaya Sewa Truk (Kapasitas 25 ton) Rute (Batu-Banjarmasin) Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Total Biaya Transportasi (Sentra Batu-TJ.Perak)
Rp Rp Rp Rp Rp
13,500,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00 13,750,000.00
C. Pelabuhan Asal-Pelabuhan Tujuan Pada kegiatan ini truk yang berangkat dari gudang pengepul Batu telah sampai di pelabuhan Tanjung Perak dan akan melanjutkan perjalanan melalui moda transportasi laut menggunakan jasa kapal ferry ro-ro dengan tujuan pelabuhan Trisakti Banjarmasin,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-5 Biaya transportasi laut menggunakan kapal ferry ro-ro
A B
Tarif tiket masuk Pelabuhan Tj.Perak Tarif Tiket Kapal Roro KM.Dharma Kencana Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp
15,000.00 17,000,000.00 17,015,000.00
Berdasarkan rincian pembiayaan pengiriman diatas didapatkan total cost pengiriman komoditi sayur dari awal komoditi dipanen hingga menuju gudang pembeli di Banjamasin adalah sebesar Rp.43,885,120.43 dan menghasilkan unit cost sebesar Rp.1,757.97/kg.
56
V.1.3. Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Proposed I Dalam pengiriman ini terdapat tujuh jenis komoditi sayuran yang berbeda yang masing-masing memiliki harga awal yang berbeda pula. Setelah dilakukan analisis biaya dari pengiriman ini maka dapat dilihat berapa kenaikan harga komoditi akibat biaya transportasi yang ditimbulkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini : I.
Komoditi Cabe Rawit Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas cabe rawit yang memiliki harga awal Rp. 22,000/kg.
Gambar V-5 Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi cabe rawit. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual cabe rawit di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 5,02 %. Jika dibandingkan dengan harga beli cabe rawit di Batu yaitu sebesar Rp.22.000 maka akan didapat prosentase sebesar 7,99%.
II.
Komoditi Kol/Kubis Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kol/kubis yang memiliki harga awal Rp. 4.500/kg. 57
Gambar V-6 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi kol/kubis. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kol/kubis di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 23,44 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kol/kubis di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 39,07%. III.
Komoditi Sawi Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas sawi yang memiliki harga awal Rp.4.000/kg.
Gambar V-7 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi
58
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi sawi. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual sawi di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.500 maka akan didapat prosentase sebesar 18,50 %. Jika dibandingkan dengan harga beli sawi di Batu yaitu sebesar Rp.4.000 maka akan didapat prosentase sebesar 43,95%. IV.
Komoditi Tomat Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas tomat yang memiliki harga awal Rp.4.500/kg.
Gambar V-8 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi tomat. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual tomat di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.000 maka akan didapat prosentase sebesar 19,53 %. Jika dibandingkan dengan harga beli tomat di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 39,07%. V.
Komoditi Wortel Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas wortel yang memiliki harga awal Rp.7.500/kg.
59
Gambar V-9 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi wortel. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual wortel di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 14,06 %. Jika dibandingkan dengan harga beli wortel di Batu yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 23,44%. VI.
Komoditi Bawang Merah Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas bawang merah yang memiliki harga awal Rp.27.000/kg.
Gambar V-10 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi
60
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi bawang merah. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual bawang merah di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 5,02 %. Jika dibandingkan dengan harga beli bawang merah di Batu yaitu sebesar Rp.27.000 maka akan didapat prosentase sebesar 6,51%. VII.
Komoditi Kentang Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kentang yang memiliki harga awal Rp.12.500/kg.
Gambar V-11 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed I menyebabkan kenaikan harga komoditi kentang. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,757,97 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kentang di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.17.500 maka akan didapat prosentase sebesar 10,05 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kentang di Batu yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 14,06%.
61
V.2.
Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Proposed II M1) Pada pengiriman pola proposed II M1 ini semua sayur yang terdiri dari tujuh jenis
komoditi ini dikumpulkan dari tiga sentra pertanian (Batu,Probolinggo,Pasuruan) menuju satu sentra gudang pengepul yaitu di Batu,Jawa Timur. Pada pola pengiriman yang diusulkan ini hal yang membedakan dari pola eksisiting saat ini adalah pada moda transportasi laut yang digunakan. Untuk kegiatan di darat dengan menggunakan moda transportasi darat juga sama dari hal kegiatan dan moda yang digunakan,yaitu pick-up dan truk kapasitas beragam untuk pengumpulan sayur ke gudang pengepul dan truk fuso kapasitas 25 ton untuk rute dari gudang pengepul Batu menuju depo petikemas pelabuhan asal. Untuk moda transportasi laut pada pengiriman ini menggunakan kapal container,maka dari itu truk fuso yang berangkat dari gudang pengepul Batu hanya mengirim barang hingga depo petikemas saja. Pola rantai pasoknya adalah sebagai berikut.
62
Daerah Sentra Pertanian
7
Petani A 1
2
3
4
8
Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ,Pembelil Sayur Antar Pulau Banjarmasin
Transaksi Jual Beli Pengiriman Komoditi sayur Antar Pulau 6 5
Petani B
END USER
Petani C
Pasar Sentra Batu (Pendem,Ds.Junrejo) ,Penjual Sayur Antar Pulau Batu
Depo Petikemas Tj.Perak
Truk Kontainer
Transprotasi Laut Menggunakan Kapal Kontainer (Tj.Perak-Trisakti Banjarmasin)
Truk Kontainer
Depo Petikemas Banjarmasin
Pedagang Besar
Pedagang Kecil
Keterangan : 1. Sayuran yang telah dipanen di daerah sentra pertanian dikumpulkan dan diangkut menggunakan truk kapasitas beragam. 2. Sayuran diangkut menuju pasar sentra Batu/agen distributor sayur antar pulau,untuk dilakukan pengumpulan dan pengemasan. 3. Sayuran yang sudah dipesan dan sudah dikemas akan dikirim menuju Pelabuhan Tanjung Perak dengan menggunakan truk fuso berkapasitas 25 ton menuju depo petikemas Surabaya. 4. Setelah itu komoditi di bongkar dan di muat ke dalam container,truk container menuju ke dermaga. 5. Perjalanan jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju Pelabuhan Trisakti Banjarmasin dengan menggunakan kapal kontainer 6. Kapal kontainer sampai di dermaga pelabuhan Trisakti dan dilakukan proses bongkar kontainer untuk diangkut menuju depo petikemas 7. Penyelesaian administrasi pengiriman dan pengambilan komoditi oleh pihak pembeli Banjarmasin. 8. Komoditi telah terkumpul di pasar sentra Banjarmasin dan siap didistribusikan. Gambar V-12 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin dengan kapal kontainer)
63
V.2.1. Penanganan Kemasan Komoditi Dalam pengiriman komoditi sayur pola ini dilakukan proses penanganan muatan mulai dari sayur di panen dari sentra pertanian. Kemudian sayur yang telah dipanen dikumpulkan untuk dipilah di gudang pengepul hingga sayur siap dimuat dan dikirim menggunakan moda truk fuso kapasitas 20-25 ton menuju depo petikemas. Dari semua kegiatan penanganan muatan tersebut kemasan berupa karung plastik menjadi pilihan utama. Seperti terlihat pada gambar V.13 kemasan karung plastik memiliki dimensi ukuran yang dapat memuat masing-masing tujuh komoditi yang akan dikirim dengan berat yang berbeda tergantung dari berat dan jenis komoditi itu sendiri. Dimensi Karung Plastik Panjang = 56 cm Lebar = 26 cm Tinggi = 90 cm
Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang
Berat Komoditi/Karung Satuan 60 Kg 30 Kg 40 Kg 50 Kg 25 Kg 55 Kg 60 Kg
Gambar V-13 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung Sumber : Pekerja bongkar muat distributor sayur
V.2.2. Perhitungan Biaya Pola Proposed II M1 Pada pengiriman pola ini proses yang dilalui antara lain dari sentra petani-gudang pengepul(distributor Batu),gudang pengepul Batu-Pelabuhan Tanjung Perak,Pelabuhan Tanjung Perak-Pelabuhan Trisakti Banjarmasin,dan Pelabuhan Trisakti-gudang pengepul Banjarmasin (pembeli sayur). Yang dilalui melalui dua moda transportasi,yaitu transportasi darat dan transportasi laut. Pola rantai pasok pengiriman dapat dilihat pada Gambar V.12 diatas. Dalam menganalisis pengaruh transportasi terhadap harga komoditi maka dilakukan analisis terhadap biaya-biaya yang muncul pada setiap kegiatannya. Maka dari itu akan dibagi beberapa kegiatan dalam pengiriman komoditi ini anatara lain : I.
Sentra Pertanian-Gudang Pengepul (Kegiatan Seller) Pada kegiatan ini komoditi sayur akan diambil dari tiga sentra pertanian (sentra petani Batu,sentra petani Probolinggo,sentra petani Pasuruan) menuju gudang pengepul sayur di Batu,Jawa Timur.Untuk jenis komoditi yang diambil dari
64
sentra petani di Batu yaitu kol/kubis,wortel,dan kentang dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 3.3 ton untuk kol/kubis yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,3 ton untuk komoditi wortel yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta 3.8 ton untuk komoditi kentang yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-6 Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu
A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Biaya Pengemasan Sewa Truk Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59
Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Probolinggo yaitu cabe rawit dan bawang merah dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 4.6 ton untuk cabe rawit yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,dan 5.2 ton untuk komoditi bawang merah yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani Pasuruan yaitu sawi dan tomat dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 1.8 ton untuk komoditi sawi yang memerlukan 3 unit kendaraan pic-up untuk pengangkutan serta 3.3 ton untuk komoditi tomat yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-7 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul Batu
A B C D
Biaya Worker I (Probolinggo-Batu) Biaya Worker II (Pasuruan-Batu) Biaya Pengemasan (Probolinggo-Batu) Biaya Pengemasan (Pasuruan-Batu) Sewa Truk (Probolinggo-Batu) Sewa Truk (Pasuruan-Batu) Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 2,800,000.00 2,250,000.00 300,000.00 6,686,832.22
65
II.
Gudang Pengepul-Pelabuhan Asal Selanjutnya pada kegiatan ini semua sayur yang telah diambil dari ketiga sentra pertanian berbeda akan dikumpulkan disini dan dipilah menurut kualitasnya. Komoditi yang akan dikirim menuju Banjarmasin adalah komoditi dengan kualitas super. Jumlah keseluruhan komoditi yang terkumpul sebesar 24.96 ton yang terdiri dari tujuh jenis komoditas yang berbeda,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-8 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur
A B
Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Rp Muat dalam Truk (kapasitas 25 Ton) Rp Total Biaya TKBM (Sayur sampai dalam truk siapRp dikirim)
748,906.81 748,906.81 1,497,813.62
Setelah sayur sudah dipilah maka sayur siap untuk dikemas dan dimuat kedalam moda transportasi darat dengan kapasitas lebih besar yaitu truk fuso dengan kapasitas 25 ton menuju depo petikemas Tanjung Perak,rincian biaya pengirimannya adalah sebagai berikut : Tabel V-9 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak
A B C D
III.
Biaya Sewa Truk (Kapasitas 25 ton) Rute (Batu-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp
3,500,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00 3,750,000.00
Depo Petikemas-Pelabuhan Asal Pada kegiatan ini truk yang berangkat dari gudang pengepul Batu telah sampai di depo petikemas dan akan melanjutkan perjalanan melalui moda transportasi laut menggunakan jasa kapal kontainer dengan tujuan pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Terdapat beberapa biaya untuk kegiatan pengiriman dan pendaftaran barang yang akan dikirim melalui petikemas,rincian biaya sebagai berikut :
66
Tabel V-10 Biaya pengurusan barang di depo petikemas
A B C D E F
IV.
Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence COO Transportation : Fumigation (Non Standar Aqis) Bongkar di Depo Petikemas Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
65,000.00 100,000.00 450,000.00 175,000.00 1,070,000.00 190,000.00 748,906.81 2,798,906.81
Pelabuhan Asal (Tanjung Perak) Pada proses pengiriman selanjutnya setelah segala kegiatan administrasi barang telah selesai maka komoditi yang telah dibongkar dan dimuat ke dalam kontainer akan dibawa menuju dermaga tempat kapal container bertambat untuk dilakukan proses muat kontainer ke dalam kapal,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-11 Biaya muat kontainer
A B C D E F
V.
Biaya Penumpukan 1 hari (skala hari) Lift on Haulage Lift off (stucking) Stevedoring ke kapal Freight Forwarder
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
150,000.00 250,000.00 150,000.00 250,000.00 720,000.00 550,000.00
Total Biaya
Rp
2,070,000.00
Pelabuhan Asal-Pelabuhan Tujuan Pada proses ini kontainer yang telah dimuat kedalam kapal kontainer akan segera dikirim menuju pelabuhan tujuan Trisakti Banjarmasin,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-12 Biaya transportasi laut kapal kontainer
A
VI.
Service Marine Transport
Rp
6,300,000.00
Pelabuhan Tujuan (Trisakti Banjarmasin) Pada proses ini kapal telah sampaim di pelabuhan tujuan,maka selanjutnya akan dikenakan biaya untuk penanganan pembongkaran kontainer dari kapal ke dermaga,rincian biaya sebagai berikut : 67
Tabel V-13 Biaya pembongkaran kontainer
A B C D E F G
VII.
Stevedoring (stuck lap) Jasa lift on dermaga-truck Jasa Haulage Jasa lift off di Container Yard Biaya Penumpukan Monitoring Lift on Container Yard -Keluar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
550,000.00 165,000.00 75,000.00 165,000.00 25,000.00 50,000.00 165,000.00
Total Biaya
Rp
1,195,000.00
Pelabuhan Tujuan-Depo Petikemas Pada proses ini dikenakan biaya administrasi lagi untuk biaya pengeluaran barang,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-14 Biaya pengurusan barang di depo petikemas
A B C D
VIII.
Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence Transportation :
Rp Rp Rp Rp
65,000.00 300,000.00 525,000.00 2,000,000.00
Total Biaya Transportasi
Rp
2,890,000.00
Pembiayaan Depo Petikemas-Buyer Setelah barang dalam kontainer telah selesai diurus maka barang akan segera diambil oleh pembeli,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-15 Biaya pengambilan barang
A B C
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Sewa Truk Dll
Rp Rp Rp
748,906.81 650,000.00 100,000.00
Total Biaya Transportasi
Rp
1,498,906.81
Berdasarkan rincian pembiayaan pengiriman diatas didapatkan total cost pengiriman komoditi sayur dari awal komoditi dipanen hingga menuju gudang pembeli di Banjamasin adalah sebesar Rp.31,806,934.04 dan menghasilkan unit cost sebesar Rp.1,274.13/kg.
68
V.2.3. Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Proposed II M1 Dalam pengiriman ini terdapat tujuh jenis komoditi sayuran yang berbeda yang masing-masing memiliki harga awal yang berbeda pula. Setelah dilakukan analisis biaya dari pengiriman ini maka dapat dilihat berapa kenaikan harga komoditi akibat biaya transportasi yang ditimbulkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini : I.
Komoditi Cabe Rawit Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas cabe rawit yang memiliki harga awal Rp. 22,000/kg.
Gambar V-14Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi cabe rawit. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual cabe rawit di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 3,64 %. Jika dibandingkan dengan harga beli cabe rawit di Batu yaitu sebesar Rp.22.000 maka akan didapat prosentase sebesar 5,79%. II.
Komoditi Kol/Kubis Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kol/kubis yang memiliki harga awal Rp. 4.500/kg.
69
Gambar V-15 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi kol/kubis. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kol/kubis di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 16,99 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kol/kubis di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 28,31%. III.
Komoditi Sawi Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas sawi yang memiliki harga awal Rp.4.000/kg.
Gambar V-16 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi
70
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi sawi. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual sawi di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.500 maka akan didapat prosentase sebesar 13,41 %. Jika dibandingkan dengan harga beli sawi di Batu yaitu sebesar Rp.4.000 maka akan didapat prosentase sebesar 31,85%.
IV.
Komoditi Tomat Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas tomat yang memiliki harga awal Rp.4.500/kg.
Gambar V-17 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi tomat. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual tomat di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.000 maka akan didapat prosentase sebesar 14,16 %. Jika dibandingkan dengan harga beli tomat di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 28,31%.
V.
Komoditi Wortel Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas wortel yang memiliki harga awal Rp.7.500/kg.
71
Gambar V-18 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi wortel. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual wortel di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 10,19 %. Jika dibandingkan dengan harga beli wortel di Batu yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 16,99%. VI.
Komoditi Bawang Merah Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas bawang merah yang memiliki harga awal Rp.27.000/kg.
Gambar V-19 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi
72
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi bawang merah. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual bawang merah di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 3,64 %. Jika dibandingkan dengan harga beli bawang merah di Batu yaitu sebesar Rp.27.000 maka akan didapat prosentase sebesar 4,72%.
VII.
Komoditi Kentang Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kentang yang memiliki harga awal Rp.12.500/kg.
Gambar V-20 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M1 menyebabkan kenaikan harga komoditi kentang. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1,274,13 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kentang di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.17.500 maka akan didapat prosentase sebesar 7,28 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kentang di Batu yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 10,19%.
73
V.3.
Proses Pengiriman Komoditi Sayur (Pola Proposed II M2) Pada pengiriman pola proposed II M2 ini semua sayur yang terdiri dari tujuh jenis
komoditi ini tidak lagi dikumpulkan dalam satu gudang pengepul (gudang pengepul Batu),melainkan sayur yang telah dipanen pada masing-masing sentra pertanian (Batu,Probolinggo,Pasuruan) akan dikirim menuju gudang pengepul di masing-masing kota. Jika pada pola pengiriman sebelumnya pengemasan dan pemilahan kualitas komoditi dilakukan di gudang pengepul Batu maka pada pola ini semua kegiatan tersebut akan dilakukan di masing-masing kota penghasil komoditi. Begitu juga dengan kegiatan transportasi darat nya,komoditi sayur yang telah dipilah dan dikemas akan langsung dikirim dari gudang pengepul masing-masing kota menuju ke pelabuhan asal dengan kendaraan kapasitas beragam. Untuk moda transportasi laut pada pola ini sama dengan pola proposed II M1 dimana pengiriman komoditi melalui petikemas.Pola rantai pasoknya adalah sebagai berikut.
74
Daerah Sentra Pertanian
1
2
Pasar Sentra Batu (Pendem,Ds.Junrejo) ,Penjual Sayur Antar Pulau Batu
7
8
Pasar Sentra Antasari Banjarmasin ,Pembelil Sayur Antar Pulau Banjarmasin
Petani A 3
4 5
6
Petani B END USER
Petani C
Depo Petikemas Tj.Perak
Truk Kontainer
Transprotasi Laut Menggunakan Kapal Kontainer (Tj.Perak-Trisakti Banjarmasin)
Truk Kontainer
Depo Petikemas Banjarmasin
Pedagang Besar
Pedagang Kecil
Keterangan : 1. Sayuran yang telah dipanen di daerah sentra pertanian dikumpulkan dan diangkut menggunakan truk kapasitas beragam. 2. Sayuran diangkut menuju pasar sentra di masing-masing kota untuk dilakukan pengumpulan dan pengemasan. 3. Sayuran yang sudah dipesan dan sudah dikemas akan dikirim menuju Pelabuhan Tanjung Perak dengan menggunakan kendaraan kapasitas beragam menuju depo petikemas Surabaya. 4. Setelah itu komoditi di bongkar dan di muat ke dalam container,truk container menuju ke dermaga. 5. Perjalanan jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju Pelabuhan Trisakti Banjarmasin dengan menggunakan kapal kontainer 6. Kapal kontainer sampai di dermaga pelabuhan Trisakti dan dilakukan proses bongkar kontainer untuk diangkut menuju depo petikemas 7. Penyelesaian administrasi pengiriman dan pengambilan komoditi oleh pihak pembeli Banjarmasin. 8. Komoditi telah terkumpul di pasar sentra Banjarmasin dan siap didistribusikan. Gambar V-21 Pola Rantai Pasok (Batu-Banjarmasin dengan kapal kontainer)
75
V.3.1. Penanganan Kemasan Komoditi Dalam pengiriman komoditi sayur pola ini dilakukan proses penanganan muatan mulai dari sayur di panen dari sentra pertanian. Kemudian sayur yang telah dipanen dikumpulkan untuk dipilah di gudang pengepul di masing-masing kota hingga sayur siap dimuat dan dikirim menggunakan moda transportasi darat dengan kapasitas beragam menuju depo petikemas. Dari semua kegiatan penanganan muatan tersebut kemasan berupa karung plastik menjadi pilihan utama. Seperti terlihat pada gambar V.22 kemasan karung plastik memiliki dimensi ukuran yang dapat memuat masing-masing tujuh komoditi yang akan dikirim dengan berat yang berbeda tergantung dari berat dan jenis komoditi itu sendiri. Dimensi Karung Plastik Panjang = 56 cm Lebar = 26 cm Tinggi = 90 cm
Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang
Berat Komoditi/Karung Satuan 60 Kg 30 Kg 40 Kg 50 Kg 25 Kg 55 Kg 60 Kg
Gambar V-22 Ukuran karung plastik yang digunakan dan berat muatan/karung Sumber : Pekerja bongkar muat distributor sayur
V.3.2. Perhitungan Biaya Pola Proposed II M1 Pada pengiriman pola ini proses yang dilalui antara lain dari sentra petani-gudang pengepul(distributor Batu),gudang pengepul Batu-Pelabuhan Tanjung Perak,Pelabuhan Tanjung Perak-Pelabuhan Trisakti Banjarmasin,dan Pelabuhan Trisakti-gudang pengepul Banjarmasin (pembeli sayur). Yang dilalui melalui dua moda transportasi,yaitu transportasi darat dan transportasi laut. Pola rantai pasok pengiriman dapat dilihat pada Gambar V.21 diatas. Dalam menganalisis pengaruh transportasi terhadap harga komoditi maka dilakukan analisis terhadap biaya-biaya yang muncul pada setiap kegiatannya. Maka dari itu akan dibagi beberapa kegiatan dalam pengiriman komoditi ini anatara lain :
76
I.
Sentra Pertanian Batu-Gudang Pengepul Batu Pada kegiatan ini komoditi sayur akan diambil dari sentra pertain Batu menuju gudang pengepul sayur di Batu,Jawa Timur.Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Batu yaitu kol/kubis,wortel,dan kentang dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 3.3 ton untuk kol/kubis yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,3 ton untuk komoditi wortel yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta 3.8 ton untuk komoditi kentang yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul di Batu,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-16 Biaya pengiriman sentra petani Batu-gudang pengepul Batu
A B C D
II.
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Biaya Pengemasan Sewa Truk Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59
Sentra Pertanian Probolinggo dan Pasuruan-Gudang Pengepul Untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani di Probolinggo yaitu cabe rawit dan bawang merah dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 4.6 ton untuk cabe rawit yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya,dan 5.2 ton untuk komoditi bawang merah yang memerlukan 4 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutannya serta untuk jenis komoditi yang diambil dari sentra petani Pasuruan yaitu sawi dan tomat dengan kuantiti masing-masing komoditi sebesar 1.8 ton untuk komoditi sawi yang memerlukan 3 unit kendaraan pic-up untuk pengangkutan serta 3.3 ton untuk komoditi tomat yang memerlukan 3 unit kendaraan pick-up untuk pengangkutan menuju gudang pengepul,rincian biaya seperti dibawah ini :
77
Tabel V-17 Biaya pengiriman sentra petani Probolinggo dan Pasuruan-gudang pengepul A B C D
III.
Biaya Worker I (Probolinggo-Sentra Probolinggo) Biaya Worker II (Pasuruan-Sentra Pasuruan) Biaya Pengemasan (Probolinggo-Sentra Probolinggo) Biaya Pengemasan (Pasuruan-Sentra Pasuruan) Sewa Truk (Probolinggo-Sentra Probolinggo) Sewa Truk (Pasuruan-Sentra Pasuruan) Dll Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 1,400,000.00 1,200,000.00 200,000.00 4,136,832.22
Gudang Pengepul-Pelabuhan Asal Selanjutnya pada kegiatan ini semua sayur yang telah diambil dari ketiga sentra pertanian berbeda akan dikumpulkan di masing-masing gudang pengepul dan dipilah menurut kualitasnya. Komoditi yang akan dikirim menuju Banjarmasin adalah komoditi dengan kualitas super,rincian biaya seperti dibawah ini : Tabel V-18 Biaya pengepulan dan pengemasan sayur A
B
Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Batu Bongkar Pasar Sentra Probolinggo Bongkar Pasar Sentra Pasuruan Muat dalam Truk (kapasitas 10 Ton)/(Sentra Batu) Muat dalam Truk (kapasitas 10 Ton)/(Sentra Probolinggo) Muat dalam Truk (kapasitas 5 Ton)/(Sentra Pasuruan) Total Biaya TKBM
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
304,124.59 293,987.11 150,795.11 304,124.59 293,987.11 150,795.11 1,497,813.62
Setelah sayur sudah dipilah maka sayur siap untuk dikemas dan dimuat kedalam moda transportasi darat dengan kapasitas beragam menuju depo petikemas Tanjung Perak,rincian biaya pengirimannya adalah sebagai berikut :
78
Tabel V-19 Biaya pengiriman gudang pengepul-pelabuhan Tanjung Perak
A
B
C
IV.
Biaya Sewa Truk (Kapasitas 10 ton) Rute (Batu-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Biaya Sewa Truk (Kapasitas 10 ton) Rute (Probolinggo-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Biaya Sewa Truk (Kapasitas 5 ton) Rute (Pasuruan-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir
Rp Rp Rp Rp
3,500,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00
Rp Rp Rp Rp
4,250,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00
Rp Rp Rp
1,250,000.00 50,000.00 150,000.00
Dll.
Rp
50,000.00
Total Biaya Transportasi
Rp
9,750,000.00
Depo Petikemas-Pelabuhan Asal Pada kegiatan ini komoditi yang telah dikirim dari masing-masing gudang pengepul telah sampai di depo petikemas dan akan melanjutkan perjalanan melalui moda transportasi laut menggunakan jasa kapal kontainer dengan tujuan pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Terdapat beberapa biaya untuk kegiatan pengiriman dan pendaftaran barang yang akan dikirim melalui petikemas,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-20 Biaya pengurusan barang di depo petikemas
A B C D E F
Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence COO Transportation : Fumigation (Non Standar Aqis) Bongkar di Depo Petikemas Total Biaya Transportasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
65,000.00 100,000.00 450,000.00 175,000.00 1,070,000.00 190,000.00 748,906.81 2,798,906.81
79
V.
Pelabuhan Asal (Tanjung Perak) Pada proses pengiriman selanjutnya setelah segala kegiatan administrasi barang telah selesai maka komoditi yang telah dibongkar dan dimuat ke dalam kontainer akan dibawa menuju dermaga tempat kapal container bertambat untuk dilakukan proses muat kontainer ke dalam kapal,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-21 Biaya muat kontainer
A B C D E F
VI.
Biaya Penumpukan 1 hari Lift on Haulage Lift off (stucking) Stevedoring ke kapal Freight Forwarder
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
150,000.00 250,000.00 150,000.00 250,000.00 720,000.00 550,000.00
Total Biaya
Rp
2,070,000.00
Pelabuhan Asal-Pelabuhan Tujuan Pada proses ini kontainer yang telah dimuat kedalam kapal kontainer akan segera dikirim menuju pelabuhan tujuan Trisakti Banjarmasin,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-22 Biaya transportasi laut kapal kontainer
A
VII.
Service Marine Transport
Rp
6,300,000.00
Pelabuhan Tujuan (Trisakti Banjarmasin) Pada proses ini kapal telah sampai di pelabuhan tujuan,maka selanjutnya akan dikenakan biaya untuk penanganan pembongkaran kontainer dari kapal ke dermaga,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-23 Biaya pembongkaran container
A B C D E F G
80
Stevedoring (stuck lap) Jasa lift on dermaga-truck Jasa Haulage Jasa lift off di Container Yard Biaya Penumpukan Monitoring Lift on Container Yard -Keluar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
550,000.00 165,000.00 75,000.00 165,000.00 25,000.00 50,000.00 165,000.00
Total Biaya
Rp
1,195,000.00
VIII.
Pelabuhan Tujuan-Depo Petikemas Pada proses ini dikenakan biaya administrasi lagi untuk biaya pengeluaran barang,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-24 Biaya pengurusan barang di depo petikemas
A B C D
IX.
Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence Transportation :
Rp Rp Rp Rp
65,000.00 300,000.00 525,000.00 2,000,000.00
Total Biaya Transportasi
Rp
2,890,000.00
Pembiayaan Depo Petikemas-Buyer Setelah barang dalam kontainer telah selesai diurus maka barang akan segera diambil oleh pembeli,rincian biaya sebagai berikut : Tabel V-25 Biaya pengambilan barang
A B C
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Sewa Truk Dll
Rp Rp Rp
748,906.81 650,000.00 100,000.00
Total Biaya Transportasi
Rp
1,498,906.81
Berdasarkan rincian pembiayaan pengiriman diatas didapatkan total cost pengiriman komoditi sayur dari awal komoditi dipanen hingga menuju gudang pembeli di Banjamasin adalah sebesar Rp.35,256,934.04 dan menghasilkan unit cost sebesar Rp.1,412.34/kg. V.3.3. Grafik Kenaikan Harga Komoditi Pola Proposed II M2 Dalam pengiriman ini terdapat tujuh jenis komoditi sayuran yang berbeda yang masing-masing memiliki harga awal yang berbeda pula. Setelah dilakukan analisis biaya dari pengiriman ini maka dapat dilihat berapa kenaikan harga komoditi akibat biaya transportasi yang ditimbulkan.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini : I.
Komoditi Cabe Rawit Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas cabe rawit yang memiliki harga awal Rp. 22,000/kg.
81
Gambar V-23 Grafik kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi cabe rawit. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.412,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual cabe rawit di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 4,04 %. Jika dibandingkan dengan harga beli cabe rawit di Batu yaitu sebesar Rp.22.000 maka akan didapat prosentase sebesar 6,42%. II.
Komoditi Kol/Kubis Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kol/kubis yang memiliki harga awal Rp. 4.500/kg.
Gambar V-24 Grafik kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi
82
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi kol/kubis. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.412,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kol/kubis di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 18,83 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kol/kubis di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 31,39%. III.
Komoditi Sawi Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas sawi yang memiliki harga awal Rp.4.000/kg.
Gambar V-25 Grafik kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi sawi. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.412,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual sawi di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.500 maka akan didapat prosentase sebesar 14,87 %. Jika dibandingkan dengan harga beli sawi di Batu yaitu sebesar Rp.4.000 maka akan didapat prosentase sebesar 35,31%. IV.
Komoditi Tomat Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas tomat yang memiliki harga awal Rp.4.500/kg.
83
Gambar V-26 Grafik kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi tomat. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.412,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual tomat di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.9.000 maka akan didapat prosentase sebesar 15,96 %. Jika dibandingkan dengan harga beli tomat di Batu yaitu sebesar Rp.4.500 maka akan didapat prosentase sebesar 31,39%. V.
Komoditi Wortel Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas wortel yang memiliki harga awal Rp.7.500/kg.
Gambar V-27 Grafik kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi
84
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi wortel. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.424,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual wortel di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 11,30 %. Jika dibandingkan dengan harga beli wortel di Batu yaitu sebesar Rp.7.500 maka akan didapat prosentase sebesar 18,83%. VI.
Komoditi Bawang Merah Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas bawang merah yang memiliki harga awal Rp.27.000/kg.
Gambar V-28 Grafik kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi bawang merah. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.412,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual bawang merah di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.35.000 maka akan didapat prosentase sebesar 4,04 %. Jika dibandingkan dengan harga beli bawang merah di Batu yaitu sebesar Rp.27.000 maka akan didapat prosentase sebesar 5,23%. VII.
Komoditi Kentang Berikut adalah grafik kenaikan harga akibat pengaruh transportasi dari komoditas kentang yang memiliki harga awal Rp.12.500/kg.
85
Gambar V-29 Grafik kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pengiriman pola proposed II M2 menyebabkan kenaikan harga komoditi kentang. Didapatkan nilai perubahan (∆) harga komoditas akibat transportasi yaitu sebesar Rp.1.412,34 ,nilai perubahan (∆) tersebut apabila dibandingkan dengan harga jual kentang di Banjarmasin yaitu sebesar Rp.17.500 maka akan didapat prosentase sebesar 8,07 %. Jika dibandingkan dengan harga beli kentang di Batu yaitu sebesar Rp.12.500 maka akan didapat prosentase sebesar 11,30%. V.4.
Toleransi Keterlambatan Pengiriman Sebelum mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan selama pengangkutan dari
gudang pengepul Batu ke Banjarmasin, maka harus diketahui berapa jarak yang harus ditempuh selama pengangkutan tersebut. Pada pengangkutan dengan rute ini memerlukan 2 moda transportasi yaitu moda transportasi darat dan moda transportasi laut. Transportasi darat berfungsi untuk menghubungkan antara sentra petani dengan gudang pengepul (distributor Batu) dan antara pelabuhan asal dengan gudang pengepul Batu tersebut serta dari pelabuhan tujuan ke pasar / konsumen (gudang pengepul Bajarmasin). Sedangkan transportasi laut menghubungkan antara pelabuhan asal dengan pelabuhan tujuan. Dari kedua aspek diatas dicari beberapa variabel jarak diantaranya :
86
Sentra Petani (desa Junrejo) – Gudang pengepul Batu (dengan asumsi komoditi dari Probolinggo dan Pasuruan telah sampai di Batu) Gudang pengepul Batu – Pelabuhan Tanjung Perak Pelabuhan Tanjung Perak – Pelabuhan Trisakti Pelabuhan Trisakti – Gudang pengepul Banjarmasin Diketahui jarak antara sentra petani (desa Junrejo) ke gudang pengepul Batu adalah 5 km dan kota Batu ke pelabuhan Tanjung Perak sebesar 110 km sedangkan jarak pelabuhan perak ke pelabuhan trisakti adalah 252 nm serta jarak pelabuhan trisakti ke gudang pengepul Banjarmasin adalah 7 km. Diasumsikan kecepatan rata-rata truk sebesar 40 km/jam sedangkan kecepatan kapal sebesar 12.5 knot. Perhitungan dapat menggunakan rumus : T = d/v T = waktu (jam) D = jarak tempuh (km) (mil) V = Kecepatan (km/jam) (knot) Diketahui : Sentra petani (Desa Junrejo) – Gudang pengepul Batu = 5 km (A) Gudang Pengepul ke Pelabuhan Tanjung Perak = 110 km (B) Pelabuhan Tanjung Perak ke Pelabuhan Trisakti = 252 mil (C) Pelabuhan Trisakti ke Gudang pengepul Banjarmasin = 7 km (D) Lama perjalanan = A + B + C + D = 5/40 + 110/40 + 252/12.5 + 7/40 = 23 jam Jika ditambah waktu pemanenan dan pengemasan di gudang pengepul dan pemuatan selama 1 hari (wawancara dengan distributor sayur), maka total waktu yang diperlukan selama penanganan muatan dan pengangkutan adalah 2 hari. Setelah diketahui lama pengangkutan sayur, maka dapat dihitung berapa toleransi keterlambatan untuk masingmasing komoditi. Toleransi ini diartikan sebagai waktu maksimum sayur datang dengan kondisi sayur masih baik. Maka faktor yang mempengaruhinya adalah masa simpan sayuran, 87
dimana perhitungannya adalah (Toleransi keterlambatan = Masa simpan sayur dikurangi – waktu pengangkutan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel V.26. Tabel V-26 Toleransi Keterlambatan Pengiriman Pola Eksisting & Pola Proposed I Jenis Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
Toleransi Keterlambatan = Masa simpan sayur- waktu pengankutan Masa Simpan sayur (hari) Lama pengangkutan (hari) Toleransi keterlambatan (hari) 4 1.97 2.03 5 1.97 3.03 3 1.97 1.03 4 1.97 2.03 10 1.97 8.03 30 1.97 28.03 30 1.97 28.03
Pada tabel V.26 terlihat bahwa masa simpan sayur mempengaruhi toleransi keterlambatan pengangkutan. Pada komoditi yang memiliki masa simpan yang tidak terlalu lama seperti sawi hanya memiliki toleransi keterlambatan 1hari saja, sehingga jika keterlambatan tersebut melebihi satu hari maka sawi tersebut sudah mengalami penurunan kualitas. Toleransi keterlambatan ini berlaku juga untuk pola proposed I karena moda yang digunakan dan waktu yang dibutuhkan sama dengan pola saat ini. Sedangkan untuk toleransi ketelambatan pengiriman pada pola pengangkutan proposed II M1 dan proposed II M2 akan ditambahkan waktu tunggu kapal di pelabuhan asal selama 2 jam dan waktu bongkar muat komoditi di depo petikemas pelabuhan asal dan tujuan masingmasing 4 jam,sehingga total penanganan pemindahan muatan di masing-masing depo selama 8 jam.Toleransi keterlamabatan dari kedua pola ini dapat dilihat pada tabel V.27 di bawah ini. Tabel V-27 Toleransi Keterlambatan Pola Proposed II M1 & Proposed II M2 Jenis Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
88
Toleransi Keterlambatan = Masa simpan sayur- waktu pengankutan Masa Simpan sayur (hari) Lama pengangkutan (hari) Toleransi keterlambatan (hari) 4 2.39 1.61 5 2.39 2.61 3 2.39 0.61 4 2.39 1.61 10 2.39 7.61 30 2.39 27.61 30 2.39 27.61
V.5.
Perbandingan Total cost Pengiriman Dari semua pola pengiriman yang telah dihitung dan dianalisis maka akan
menghasilkan total cost dari masing-masing pengiriman,yang akan dijelaskan pada Gambar V.30 .
Gambar V-30 Perbandingan total cost pola pengiriman
Dari gambar diatas diketahui bahwa pola eksisting menghasilkan total cost sebesar Rp.38,069,120.43. Pola proposed I menghasilkan total cost sebesar Rp.43,885,120.43. Pola proposed II M1 menghasilkan total cost sebesar Rp.31,806,934.04,dan pola proposed II M2 menghasilkan total cost sebesar Rp.35,256,934.04. Dapat dilihat bahwa pola propsed II M1 menjadi pola pengiriman yang paling murah. V.6.
Perbandingan Unit cost Pengiriman Sedangkan dari semua pola pengiriman yang telah menghasilkan total cost akan
dihasilkan unit cost untuk masing-masing pengiriman,yang akan dijelaskan pada Gambar V.31.
89
Gambar V-31 Perbandingan unit cost pola pengiriman
Dari gambar diatas diketahui bahwa pola eksisting menghasilkan unit cost sebesar Rp.1,524.99. Pola proposed I menghasilkan total cost sebesar Rp.1,757.97. Pola proposed II M1 menghasilkan total cost sebesar Rp.1,274.13,dan pola proposed II M2 menghasilkan total cost sebesar Rp.1,412.34. Dapat dilihat bahwa pola propsed II M1 menjadi pola pengiriman yang menhasilkan unit cost paling murah. V.7.
Perbandingan Unit cost Transportasi Terhadap Kenaikan Harga Dalam pengiriman ini terdapat empat pola pengiriman komoditi sayuran yang berbeda
yang masing-masing memiliki unit cost yang berbeda pula. Setelah dilakukan analisis biaya dari pengiriman ini maka dapat dilihat perbandingan kenaikan harga komoditi akibat beberapa jenis pola pengiriman yang dilakukan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini: I.
Komoditi Cabe Rawit Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual cabe rawit pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
90
Gambar V-32 Grafik perbandingan kenaikan harga cabe rawit akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah. II.
Komoditi Kol/Kubis Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual kol/kubis pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
Gambar V-33 Grafik perbandingan kenaikan harga kol/kubis akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah. 91
III.
Komoditi Sawi Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual sawi pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
Gambar V-34 Grafik perbandingan kenaikan harga sawi akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah. IV.
Komoditi Tomat Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual tomat pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
Gambar V-35 Grafik perbandingan kenaikan harga tomat akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan 92
pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah. V.
Komoditi Wortel Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual wortel pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
Gambar V-36 Grafik perbandingan kenaikan harga wortel akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah. VI.
Komoditi Bawang Merah Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual bawang merah pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
Gambar V-37 Grafik perbandingan kenaikan harga bawang merah akibat pengaruh transportasi
93
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah. VII.
Komoditi Kentang Berikut adalah grafik perbandingan biaya angkut yang muncul terhadap kenaikan harga jual kentang pada masing-masing pola pengiriman yang diterapkan.
Gambar V-38 Grafik perbandingan kenaikan harga kentang akibat pengaruh transportasi
Pada grafik diatas menunjukkan proses pola pengiriman pola proposed I memiliki biaya pengiriman yang menyebabkan kenaikan harga yang paling tinggi. Sedangkan pola proposed II M1 memiliki biaya pengiriman yang paling murah sehingga kenaikan harga akibat biaya transportasinya rendah.
94
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1. Kesimpulan 1. Pada kondisi eksisting komoditi sayur memang sangat dibutuhkan di Banjarmasin (bukan daerah penghasil),sayur yang dikirim berasal dari distributor di Batu Jawa Timur dengan mengambil pasokan sayur dari berbagai macam daerah sentra petani di Jawa Timur.Pengiriman transportasi laut menggunakan moda kapal ferry roro. 2. Pada pola eksisting menghasilkan total cost sebesar Rp.38,069,120.43 dengan unit cost Rp.1,524.99/kg. 3. Alternatif pola yang diusulkan : Pada pola proposed I menghasilkan total cost sebesar Rp. 43,885,120.43 dengan unit cost Rp. 1,757.97/kg. Pada pola proposed II M1 menghasilkan total cost sebesar Rp. 31,806,934.04 dengan unit cost Rp. 1,274.13/kg, pola ini menjadi pola yang menghasilkan unit cost paling murah. Pola pola proposed II M2 menghasilkan total cost sebesar Rp.35,256,934.04 dengan unit cost Rp.1,412.34/kg. 4. Dalam proses analisis pengaruh biaya transportasi terhadap kenaikan harga komoditi pada keempat pola pengiriman diatas didapatkan hasil prosentase unit cost terhadap harga jual di Banjarmasin pada masing-masing jenis komoditi,hasil sebagai berikut : a. Cabe Rawit (eksisting=4.36%,proposed I=5.02%,proposed II M1=3.64%,pola proposed II M2=4.04%) b. Kol/Kubis (eksisting=20.33%,proposed I=23.44%,proposed II M1=16.99%,pola proposed II M2=18.83%) c. Sawi (eksisting=16.05%,proposed I=18.50%,proposed II M1=13.41%,pola proposed II M2=14.87%) d. Tomat (eksisting=16.94%,proposed I=19.53%,proposed II M1=14.16%,pola proposed II M2=15.69%)
e. Wortel (eksisting=12.20%,proposed I=14.06%,proposed II M1=10.19%,pola proposed II M2=11.30%) f. Bawang Merah (eksisting=4.36%,proposed I=5.02%,proposed II M1=3.64%,pola proposed II M2=4.04%) g. Kentang (eksisting=8.71%,proposed I=10.05%,proposed II M1=7.28%,pola proposed II M2=8.07%)
5. Dalam proses analisis pengaruh biaya transportasi terhadap kenaikan harga komoditi pada keempat pola pengiriman diatas didapatkan hasil prosentase unit cost terhadap harga beli di Batu pada masing-masing jenis komoditi,hasil sebagai berikut : a. Cabe Rawit (eksisting=6.93%,proposed I=7.99%,proposed II M1=5.79%,pola proposed II M2=6.42%) b. Kol/Kubis (eksisting=33.89%,proposed I=39.07%,proposed II M1=28.31%,pola proposed II M2=31.39%) c. Sawi (eksisting=38.12%,proposed I=43.95%,proposed II M1=31.85%,pola proposed II M2=35.31%) d. Tomat (eksisting=33.89%,proposed I=39.07%,proposed II M1=28.31%,pola proposed II M2=31.39%) e. Wortel
(eksisting=20.33%,proposed
I=23.44%,proposed
II
M1=16.99%,pola
proposed II M2=18.83%) f. Bawang Merah (eksisting=5.65%,proposed I=6.51%,proposed II M1=4.72%,pola proposed II M2=5.23%) g. Kentang
(eksisting=12.20%,proposed
I=14.06%,proposed
II
M1=10.19%,pola
proposed II M2=11.30%)
6. Dari beberapa pola pengiriman yang telah dihitung dapat disimpulkan bahwa biaya transportasi tidak berpengaruh besar pada pembentukan harga komoditi meskipun telah dianalisis dalam berbagai cara pola pengiriman khususnya pada kegiatan transportasi laut.Justru semakin murah biaya angkut pengiriman maka akan menghasilkan prosentase yang rendah juga terhadap pembentukan harga komoditi.
96
7. Permasalahan justru timbul saat komoditi sayur sampai pada para importir yang ada di banyak pasar sentra di kota-kota termasuk di Jawa Timur dan Banjarmasin.Dimana banyak terjadi kegiatan monopoli pasar sehingga kenaikan harga yang drastis dapat ditentukan hanya oleh beberapa pihak. VI.2. Saran Setelah menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis menyarankan adanya upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan monopoli dalam pembentukan harga komoditi sayuran yang saat ini belum ada penanggulangan. Tugas Akhir ini memberi gambaran bahwasanya peran pemerintah sangat diperlukan agar permasalahan lonjakan harga yang tinggi pada komoditi sayur saat permintaan naik dapat teratasi dan tidak terus-menerus terulang. Penulis menyarankan perlu untuk dilakukan pengontrolan oleh pemerintah terkait jual beli komoditi sayuran di pasar sentra untuk menanggulangi oknum-oknum yang memonopoli harga pasar.Perlu adanya campur tangan pemerintah dalam membatasi ruang gerak monopolis dan menentukan harga produk.
97
98
DAFTAR PUSTAKA
Fizzanty, Trina dan Kusnandar. 2012. Pengelolaan Logistik dalam Rantai Pasok Produk Pangan Segar di Indonesia. Jakarta: LIPI. Utama,I.M.2002.Praktik-Praktik Penanganan Pasca Panen Skala Kecil:Manual Untuk Produksi Hortikultura.Denpasar Ir.I Made S.Utama,M.(n.d.).Penanganan Pasca Panen Buah Dan Sayuran Segar.Diakses November 5,2016,dari http://staff.unud.ac.id/~madeutama//wpcontent/uploads/2009/06/5-penanganan-pascapanen.pdf Jadwal dan Tarif Kapal.(n.d).Diakses Oktober 19,2016,dari http://www.dluonline.co.id/pencarianjadwal/http://103.53.76.218/sid/index.php/website/pricelist/muatan/14934 Produksi dan Konsumsi Sayur.(n.d).Diakses Oktober 17,2016,dari http://hortikultura.pertanian.go.id/ Daftar Harga Komoditi.(n.d).Diakses Oktober 17,2016,dari http://pertanian.jatimprov.go.id Daftar Harga Sayur Banjarmasin.(n.d).Diakses Oktober 24,2016,dari http://distantph.kalselprov.go.id/2016/09/27/harga-komoditi-hortikultura/ dan http://distantph.kalselprov.go.id/data-dan-arsip/ Tri Atmojo, Alimun. 2010. Desain Konseptual Pola Pengangkutan Sayuran Antar Pulau. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Nova Velina, Arruumita. 2012. Pengaruh Jasa Transportasi Terhadap Harga Produk : Studi Kasus Komoditas Hortikultura. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Alfi Nur Shoba dan Marissa Johani. 2016. Analisis Logistik Hortikultura Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing Produk Lokal : Studi Kasus Wilayah Jawa Timur. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember
99
LAMPIRAN
101
No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Sayuran Kubis Kentang Bawang Merah Cabe Rawit Sawi Tomat Wortel
Daerah Penghasil Tulungagung,Blitar,Magetan,Malang,Batu,Lumajang,Jember,Banyuwangi Probolinggo,Malang,Batu,Pasuruan Malang,Batu,Probolinggo,Nganjuk,Banyuwangi,Mojokerto,Magetan,Tuban,Pamekasan,Sampang Blitar,Kediri,Malang,Batu,Probolinggo,Jember,Banyuwangi,Nganjuk,Tuban Malang,Batu,Pasuruan,Probolinggo Blitar,kediri,Malang,Batu,Pasuruan,Lumajang,Jember Pacitan,Lumajang,Jember,Banyuwangi,Mojokerto,Magetan,Ngawi,Malang,Batu
Supply Jawa Timur Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
Ton/thn
Ton/hari 73212 71045.1 14147.4 18605.4 27174.9 66859 48612
200.58 194.64 38.76 50.97 74.45 183.17 133.18
Demand Banjarmasin 10% Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
102
Ton/thn
Ton/hari 6784 4810 2590 4749 4440 7524 5550
Ton/bulan 18.59 13.18 7.10 13.01 12.16 20.61 15.21
558 395 213 390 365 618 456
Ton/Bulan (satu distributor) Ton/RT 56 40 21 39 36 62 46 Total/RT
4.6 3.3 1.8 3.3 3.0 5.2 3.8 25.0
Kriteria Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Masa Simpan (hari) Tanpa pendingin 3 4 2.5 3 Pendingin 31.5 52.5 31.5 35 Masa Tanam (Bulan) April-Juni April-Juni Semua Bulan April April Masa Panen (hari) 70 90 30 90 Frekuensi (Tahun) 20 kali 3 kali 9 kali 15 kali 3 kali Daerah Sentra Batu (Probolinggo) Batu Batu (Pasuruan) Batu (Pasuruan) Batu Produksi Batu (ton/th) tahun 2012 73212 71045 14147 18605 Permintaan Banjarmasin (ton/th) tahun 2012 6784 4810 2590 4749
Bawang Merah 9.5 66.5
Kentang 30 150
30 150 April-Juni April-Juni 90 90 100 3 kali 1 kali Batu (Probolinggo) Batu 27175 66859 48612 4440 7524 5550
JADWAL KAPAL RO-RO SURABAYA-BANJARMASIN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Kapal KM.Dharma Kencana KM.Dharma Kencana KM.Dharma Kencana KM.Kumala KM.Kumala KM.Kumala KM.Kumala KM.Kumala KM.Kumala KM.Kumala
Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya
Rute Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin
Berangkat (ETA) 22/11/2016 16:00:00 PM 25/11/2016 20:00:00 PM 29/11/2016 15:00:00 PM 20/11/2016 14:00:00 PM 22/11/2016 20:00:00 PM 23/11/2016 17:00:00 PM 27/11/2016 23:00:00 PM 22/11/2016 01:00:00 AM 24/11/2016 11:00:00 AM 26/11/2016 20:00:00 PM
Sampai (ETD) Lama Berlayar 23/11/2016 19:00:00 PM 27 27/11/2016 23:00:00 PM 27 30/11/2016 18:00:00 PM 27 21/11/2016 04:30:00 AM 14.5 23/11/2016 14:30:00 PM 18.5 24/11/2016 16:30:00 PM 23.5 29/11/2016 00:30:00 AM 26.5 23/11/2016 00:30:00 AM 23.5 25/11/2016 10:30:00 AM 23.5 27/11/2016 19:30:00 PM 23.5 rata-rata 23.45
jam jam jam jam jam jam jam jam jam jam jam
KM.DHARMA KENCANA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Jenis Sepeda Motor Motor > 250cc Motor > 1000cc Kend.Kecil 3A Kend.Kecil 3B Kend.Kecil 3C Truk Sedang 4A Truk Sedang 4B Truk Sedang 4C Truk Besar 5A Truk Besar 5B Truk Besar 5C Tronton 6A Tronton 6B Tronton 6C Alat Berat Bagasi
Golongan GOL 1 GOL 2A GOL 2B GOL 2C GOL 3A GOL 3B GOL 3C GOL 4A GOL 4B GOL 4C GOL 5A GOL 5B GOL 5C GOL 6A GOL 6B GOL 6C GOL AB
Tarif Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Tarif angkutan kosong 115,000.00 350,000.00 900,000.00 1,400,000.00 1,600,000.00 3,000,000.00 4,150,000.00 4,800,000.00 5,850,000.00 9,800,000.00 9,800,000.00 13,900,000.00 11,200,000.00 13,900,000.00 21,500,000.00 350,000.00
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Truk Sedang 4A Truk Sedang 4B Truk Sedang 4C Truk Besar 5A Truk Besar 5B Truk Besar 5C Tronton 6A Tronton 6B Tronton 6C
Golongan GOL 4A GOL 4B GOL 4C GOL 5A GOL 5B GOL 5C GOL 6A GOL 6B GOL 6C
Tarif Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5,500,000.00 6,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 17,000,000.00 14,050,000.00 17,000,000.00 27,600,000.00
Tarif angkutan penuh
SBDS - (SURABAYA - BANJARMASIN - SURABAYA)
Vessel Name MERATUS BARITO MERATUS BANJAR 1 MATARAM EXPRESS MERATUS BARITO MERATUS BANJAR 1 MATARAM EXPRESS MERATUS BARITO MERATUS BANJAR 1 MATARAM EXPRESS MERATUS BARITO MERATUS BARITO
Voy Dir 1642N N 1627N N 1637N N 1643N N 1628N N 1638N N 1644N N 1629N N 1639N N 1645N N 1646N N
IDSUB/IDSUB ETA ETD 12/12/2016 14/12/2016 13/12/2016 15/12/2016 15/12/2016 16/12/2016 17/12/2016 18/12/2016 18/12/2016 20/12/2016 19/12/2016 21/12/2016 22/12/2016 23/12/2016 23/12/2016 25/12/2016 24/12/2016 26/12/2016 27/12/2016 14/12/2016 1/1/2017 2/1/2017
(Sumber : meratusonline.com) Nama Kapal MERATUS BARITO
Tarif Rp
6,300,000.00
Voy Dir 1642N N 1627N N 1637N N 1643N N 1628N N 1638N N 1644N N 1629N N 1639N N 1645N N 1646N N
IDBDJ/IDBDJ ETA ETD 15/12/2016 16/12/2016 16/12/2016 17/12/2016 17/12/2016 18/12/2016 20/12/2016 21/12/2016 21/12/2016 22/12/2016 22/12/2016 23/12/2016 25/12/2016 26/12/2016 26/12/2016 27/12/2016 27/12/2016 28/12/2016 30/12/2016 16/12/2016 4/1/2017 5/1/2017
Voy Dir 1642S S 1627S S 1637S S 1643S S 1628S S 1638S S 1644S S 1629S S 1639S S 1645S S 1646S S
IDBDJ/IDBDJ ETA ETD 15/12/2016 16/12/2016 16/12/2016 17/12/2016 17/12/2016 18/12/2016 20/12/2016 21/12/2016 21/12/2016 22/12/2016 22/12/2016 23/12/2016 25/12/2016 26/12/2016 26/12/2016 27/12/2016 27/12/2016 28/12/2016 30/12/2016 16/12/2016 4/1/2017 5/1/2017
IDSUB/IDSUB Voy ETA Dir ETD 1642S 17/12/2016 S 18/12/2016 1627S 18/12/2016 S 20/12/2016 1637S 19/12/2016 S 21/12/2016 1643S 22/12/2016 S 23/12/2016 1628S 23/12/2016 S 25/12/2016 1638S 24/12/2016 S 26/12/2016 1644S 27/12/2016 S 28/12/2016 1629S 28/12/2016 S 30/12/2016 1639S 29/12/2016 S 31/12/2016 1645S 1/1/2017 S 18/12/2016 1646S 6/1/2017 S 7/1/2017
Biaya TKBM dan Pengemasan 10%
Ton/thn
Cabe Rawit Kol/Kubis Sawi Tomat Wortel Bawang Merah Kentang
Ton/hari Ton/bulan Ton/Bulan (satu distributor 6784 4810 2590 4749 4440 7524 5550
18.59 13.18 7.10 13.01 12.16 20.61 15.21
558 395 213 390 365 618 456
56 40 21 39 36 62 46 Total/RT
Dimensi Karung Plastik Panjang = 56 cm Lebar = 26 cm Tinggi = 90 cm Dimensi Kardus Karton Panjang = 52 cm Lebar = 32 cm Tinggi = 50 cm
106
Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang Komoditi Cabe Rawit Kol/Kubis Wortel Bawang Merah Sawi Tomat Kentang
Ton/RT
Pola Eksisting 4.6 Karung Plastik 3.3 Karung Plastik 1.8 Karung Plastik 3.3 Karung Plastik 3.0 Karung Plastik 5.2 Karung Plastik 3.8 Karung Plastik 25.0
Kemasan yang digunakan Pro 1 (Truk Pendingin) Pro2 M1(Kontainer) Karung Plastik & Kardus Karung Plastik Karung Plastik & Kardus Karung Plastik Karung Plastik & Kardus Karung Plastik Karung Plastik & Kardus Karung Plastik Karung Plastik & Kardus Karung Plastik Karung Plastik & Kardus Karung Plastik Karung Plastik & Kardus Karung Plastik
Berat Komoditi/Karung Satuan 60 Kg 30 Kg 40 Kg 50 Kg 25 Kg 55 Kg 60 Kg Berat Komoditi/Karung Satuan 70 Kg 40 Kg 50 Kg 60 Kg 35 Kg 65 Kg 70 Kg
Pro2 M2 (Kontainer Karung Plastik Karung Plastik Karung Plastik Karung Plastik Karung Plastik Karung Plastik Karung Plastik
Cabe Rawit
Kol/Kubis
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 4,646 kg Kebutuhan Karung 78 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.68 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.69 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 4,646 kg Kebutuhan Karung 78 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 4.68 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 4.70 ton Validasi Kubikasi OK 0.12 Validasi Tonase OK 2.35
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,295 kg Kebutuhan Karung 110 Buah Kebutuhan Pick Up 4 unit Berat Muatan 0.84 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 0.85 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 3,295 kg Kebutuhan Karung 110 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 3.30 ton Berat Karung 0.03 ton Berat Total 3.33 ton Validasi Kubikasi OK 0.16 Validasi Tonase OK 1.67
(Batas Maksimum 30 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.79 0.84
(Batas Maksimum 2 Ton)
Sawi
3.93 0.42
(Batas Maksimum 30 Ton)
Tomat
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 1,774 kg Kebutuhan Karung 71 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 0.70 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 0.71 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 1,774 kg Kebutuhan Karung 71 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 1.78 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 1.80 ton Validasi Kubikasi OK 0.11 Validasi Tonase OK 0.90
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,252 kg Kebutuhan Karung 60 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.54 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.55 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 3,252 kg Kebutuhan Karung 60 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 3.30 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 3.32 ton Validasi Kubikasi OK 0.09 Validasi Tonase OK 1.66
(Batas Maksimum 30 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.54 0.35
2.14 0.77
(Batas Maksimum 30 Ton)
Wortel
Bawang Merah
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,041 kg Kebutuhan Karung 77 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.12 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.13 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 3,041 kg Kebutuhan Karung 77 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 3.08 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 3.10 ton Validasi Kubikasi OK 0.12 Validasi Tonase OK 1.55
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 5,153 kg Kebutuhan Karung 104 Buah Kebutuhan Pick Up 4 unit Berat Muatan 1.40 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.41 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 5,153 kg Kebutuhan Karung 104 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 5.20 ton Berat Karung 0.03 ton Berat Total 5.23 ton Validasi Kubikasi OK 0.16 Validasi Tonase OK 2.62
(Batas Maksimum 30 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.75 0.56
(Batas Maksimum 2 Ton)
Kentang Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,802 kg Kebutuhan Karung 64 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.68 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.69 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Tronton 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 667 Buah Kuantitas Muatan 3,802 kg Kebutuhan Karung 64 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 3.84 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 3.86 ton Validasi Kubikasi OK 0.10 Validasi Tonase OK 1.93
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.29 0.84
(Batas Maksimum 30 Ton)
3.71 0.70
(Batas Maksimum 30 Ton)
Cabe Rawit
Kol/Kubis
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 4,646 kg Kebutuhan Karung 78 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.68 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.69 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 7.0 m Lebar 2.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 525 Buah Kuantitas Muatan 4,646 kg Kebutuhan Kardus 67 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 4.02 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 4.04 ton Validasi Kubikasi OK 0.13 Validasi Tonase OK 2.02
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,295 kg Kebutuhan Karung 110 Buah Kebutuhan Pick Up 4 unit Berat Muatan 0.84 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 0.85 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 1051 Buah Kuantitas Muatan 3,295 kg Kebutuhan Kardus 83 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 2.49 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 2.51 ton Validasi Kubikasi OK 0.08 Validasi Tonase OK 1.26
(Batas Maksimum 30 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.79 0.84
(Batas Maksimum 2 Ton)
Sawi
3.93 0.42
(Batas Maksimum 30 Ton)
Tomat
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 1,774 kg Kebutuhan Karung 71 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 0.70 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 0.71 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 1051 Buah Kuantitas Muatan 1,774 kg Kebutuhan Kardus 51 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 1.28 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 1.29 ton Validasi Kubikasi OK 0.05 Validasi Tonase OK 0.65
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,252 kg Kebutuhan Karung 60 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.54 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.55 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 1051 Buah Kuantitas Muatan 3,252 kg Kebutuhan Kardus 51 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 2.81 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 2.82 ton Validasi Kubikasi OK 0.05 Validasi Tonase OK 1.41
(Batas Maksimum 30 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.54 0.35
2.14 0.77
(Batas Maksimum 30 Ton)
Wortel
Bawang Merah
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,041 kg Kebutuhan Karung 77 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.12 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.13 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 1051 Buah Kuantitas Muatan 3,041 kg Kebutuhan Kardus 61 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 2.44 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 2.46 ton Validasi Kubikasi OK 0.06 Validasi Tonase OK 1.23
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 5,153 kg Kebutuhan Karung 104 Buah Kebutuhan Pick Up 4 unit Berat Muatan 1.40 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.41 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 1051 Buah Kuantitas Muatan 5,153 kg Kebutuhan Kardus 86 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 4.30 ton Berat Karung 0.03 ton Berat Total 4.33 ton Validasi Kubikasi OK 0.08 Validasi Tonase OK 2.16
(Batas Maksimum 30 Ton)
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.75 0.56
(Batas Maksimum 2 Ton)
Kentang Kemampuan Angkut
Kemampuan Angkut
Ukuran Pick Up Panjang 2.350 m Lebar 1.585 m Tinggi 1.000 m Ukuran Karung Plastik Panjang 0.56 m Lebar 0.26 m Tinggi 0.9 m Jumlah Karung 28 Buah Kuantitas Muatan 3,802 kg Kebutuhan Karung 64 Buah Kebutuhan Pick Up 3 unit Berat Muatan 1.68 ton Berat Karung 0.01 ton Berat Total 1.69 ton Validasi Kubikasi OK Validasi Tonase OK
Ukuran Truk Fuso Berpendingin 25-30 Ton Panjang 10.0 m Lebar 3.5 m Tinggi 2.5 m Ukuran Kardus Panjang 0.52 m Lebar 0.32 m Tinggi 0.5 m Jumlah Kardus 1051 Buah Kuantitas Muatan 3,802 kg Kebutuhan Kardus 55 Buah Kebutuhan Truk 1 unit Berat Muatan 3.30 ton Berat Karung 0.02 ton Berat Total 3.32 ton Validasi Kubikasi OK 0.05 Validasi Tonase OK 1.66
(Batas Maksimum 2 Ton)
2.29 0.84
(Batas Maksimum 30 Ton)
3.71 0.70
(Batas Maksimum 30 Ton)
Biaya Bongkar Muat Kemasan Karung Plastik Harga Kemasan Rp
Berat
satuan
2,850.00
Kemasan Karton Kardus Biaya BuruhBongkar TKBM Muat Harga Rp Kemasan Rp
1 Buah
Berat 1,500.00 Berat 4,000.00
Buruh TKBM Rp
satuan 50satuan kg 1 Buah
Berat
satuan 50 kg
1,500.00
satu kilo Kardus Rp Kemasan 30.00
satu kilo Rp 30.00
Pola Eksisting Tarif Angkut Darat No
Jenis Gol Kendaraan 1 Gol 3A 2 Gol 4A 3 Gol 5A 4 Gol 6A 5 Gol 6B
Kapasitas Normal (ton)
Kapasitas Overload(ton) 2 5 10 18 20
3 6 12 20 25
Rute (Surabaya-Banjarmasin) Rp 4,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 7,500,000.00 Rp 8,500,000.00 Rp 9,500,000.00
Rute (Sentra Batu-Gudang Sayur Batu) Rp 150,000.00 Rp 200,000.00 Rp 350,000.00 Rp 400,000.00 -
Rp Rp Rp Rp -
Rute (Sentra Luar Kota-Gudang Sayur Batu) Probolinggo Pasuruan 300,000.00 Rp 275,000.00 400,000.00 Rp 375,000.00 550,000.00 Rp 500,000.00 750,000.00 Rp 700,000.00 -
no
Jenis sayuran 1 Cabe Rawit 2 Kol/Kubis 3 Sawi 4 Tomat 5 Wortel 6 Bawang Merah 7 Kentang
Daerah Penghasil Probolinggo Batu Pasuruan Pasuruan Batu Probolinggo Batu
Jarak (Km) 98 5 60 60 5 98 5
Daftar Harga Beli Komoditi Rp/kg Demand Cabe Rawit 22000 Kol/Kubis 4500 Sawi 4000 Tomat 4500 Wortel 7500 Bawang Merah 27000 Kentang 12500
Keterangan I II III IV V VI
Daerah Sentra Pengepul Batu Batu Batu Batu Batu Batu Batu
Kegiatan Seller Seller Mengumpulkan Barang Transportasi Darat Batu-Tj.Perak Port to Port Transportasi Darat Trisakti-Buyer Pasar End-User
4.6 3.3 1.8 3.3 3.0 5.2 3.8 25.0
I.Pembiayaan dari Daerah Sentra Pertanian-Pengepul Sayur Batu A B
Lokasi Sentra Pertanian Lokasi Sentra Pertanian
Batu,Probolinggo,dan Pasuruan Pasar Sentra Batu
Rincian Biaya Komoditas Sayuran Asli Batu Kol/Kubis Wortel Kentang
Harga Rp/kg Rp Rp Rp
Kuantitas 4,500.00 7,500.00 12,500.00
3.3 Ton 3.0 Ton 3.8 Ton 10.1 Ton
Kemasan Yang Dibutuhkan Satuan 110 Buah 77 Buah 64 Buah
Kendaraan Yang Dibutuhkan Satuan 4 Unit 3 Unit 3 Unit 10 Unit
A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Rp Biaya Pengemasan Rp Sewa Pick Up Rp Dll Rp Total Biaya Transportasi Rp Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59 10.1 Ton 307.72 /kg 307.72 /kg
Komoditas Sayuran Luar Batu (Probolinggo & Pasuruan) Cabe Rawit Bawang Merah Sawi Tomat
A B C D
Harga Rp/kg Rp Rp Rp Rp
22,000.00 27,000.00 4,000.00 4,500.00
Asal Penghasil Probolinggo Probolinggo Pasuruan Pasuruan
Kuantitas
Biaya Worker I (Probolinggo-Batu) (Buruh angkut dan Rp Supir) Biaya Worker I (Pasuruan-Batu) Rp Biaya Pengemasan (Probolinggo-Batu) Rp Biaya Pengemasan (Pasuruan-Batu) Rp Sewa Pick Up (Probolinggo-Batu) Rp Sewa Pick Up (Pasuruan-Batu) Rp Dll Rp Total Biaya Transportasi Rp Volume truk I (Prob-Batu) Volume truk II (Pasuruan-Batu) Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp
Kemasan Yang Dibutuhkan
4.6 Ton 5.2 Ton 1.8 Ton 3.3 Ton 14.8 Ton
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 2,800,000.00 2,250,000.00 300,000.00 6,686,832.22 9.8 Ton 5.0 Ton 14.8 Ton 451.02 /kg 451.02 /kg
Satuan 78 Buah 104 Buah 71 Buah 60 Buah Dari Probolinggo Dari Pasuruan
Kendaraan Yang Dibutuhkan Satuan 3 Unit 4 Unit 3 Unit 3 Unit 7 Unit 6
II.Pembiayaan Pengepulan Sayur di Sentra Sayur Batu A
Barang/Semua komoditi sayuran telah terkumpul dan siap dipilah Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Muat dalam Truk (kapasitas 25 Ton)
Rp Rp
Total Biaya TKBM (Sayur sampai dalam truk siap dikirim) Biaya per kg
Rp Rp
748,906.81 748,906.81 1,497,813.62 60.00 kg
III.Pembiayaan Daerah Sentra Batu-Tanjung Perak A B C D
Biaya Sewa Truk (Kapasitas 25 ton) Rute (Batu-Banjarmasin) sekali jalan dari Batu-Buyer Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Total Biaya Transportasi (Sentra Batu-TJ.Perak) Volume Muatan yang diangkut Biaya Angkut per/kg
Tarif Angkut KM.Dharma Kencana Sumber (www.dluonline.co.id) No Jenis 1 Truk Sedang 4A 2 Truk Sedang 4B 3 Truk Sedang 4C 4 Truk Besar 5A 5 Truk Besar 5B 6 Truk Besar 5C 7 Tronton 6A 8 Tronton 6B 9 Tronton 6C
114
Golongan GOL 4A GOL 4B GOL 4C GOL 5A GOL 5B GOL 5C GOL 6A GOL 6B GOL 6C
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Tarif Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
9,500,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00 9,750,000.00 24.96 Ton 390.57 /kg
5,500,000.00 6,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 17,000,000.00 14,050,000.00 17,000,000.00 27,600,000.00
IV.Pembiayaan Port to port (Tj.Perak-Trisakti) A B
Tarif tiket masuk Pelabuhan Tj.Perak Tarif Tiket Kapal Roro KM.Dharma Kencana Total Biaya Transportasi Volume muatan yang diangkut Biaya Angkut per/kg
Rp Rp Rp
15,000.00 17,000,000.00 17,015,000.00 24.96 Ton 681.59 /kg
Rp
Total Biaya Unit Cost (Seller-Buyer/Batu-Banjarmasin Total Unit Cost
Rp
Total Cost
Rp
1,524.99 /kg 38,069,120.43
Pola Proposed I Tarif Angkut Darat No
Jenis Gol Kendaraan 1 Gol 3A 2 Gol 4A 3 Gol 5A 4 Gol 6A 5 Gol 6B
Kapasitas Normal (ton) 2 5 10 18 20
Kapasitas Overload(ton) 3 6 12 20 25
Rp Rp Rp Rp Rp
Rute (Batu-Banjarmasin) 4,000,000.00 5,000,000.00 7,500,000.00 8,500,000.00 9,500,000.00
Rute (Sentra Batu-Gudang Sayur Batu) Rp 150,000.00 Rp 200,000.00 Rp 350,000.00 Rp 400,000.00 -
Rp Rp Rp Rp -
Rute (Sentra Luar Kota-Gudang Sayur Batu) Probolinggo Pasuruan 300,000.00 Rp 275,000.00 400,000.00 Rp 375,000.00 550,000.00 Rp 500,000.00 750,000.00 Rp 700,000.00 -
115
no
I II III IV V VI
Jenis sayuran 1 Cabe Rawit 2 Kol/Kubis 3 Sawi 4 Tomat 5 Wortel 6 Bawang Merah 7 Kentang
Daerah Penghasil Probolinggo Batu Pasuruan Pasuruan Batu Probolinggo Batu
Daerah Sentra Pengepul Batu Batu Batu Batu Batu Batu Batu
Daftar Harga Beli Komoditi Rp/kg Demand Cabe Rawit 22000 Kol/Kubis 4500 Sawi 4000 Tomat 4500 Wortel 7500 Bawang Merah 27000 Kentang 12500
Keterangan Kegiatan Seller Seller Mengumpulkan Barang Transportasi Darat Batu-Tj.Perak Port to Port Transportasi Darat Trisakti-Buyer Pasar End-User
Jarak (Km) 98 5 60 60 5 98 5
4.6 3.3 1.8 3.3 3.0 5.2 3.8 25.0
I.Pembiayaan dari Daerah Sentra Pertanian-Pengepul Sayur Batu A B
Lokasi Sentra Pertanian Lokasi Sentra Pertanian
Batu,Probolinggo,dan Pasuruan Pasar Sentra Batu
Rincian Biaya Komoditas Sayuran Asli Batu Kol/Kubis Wortel Kentang
Harga Rp/kg Rp Rp Rp
Kuantitas 4,500.00 7,500.00 12,500.00
3.3 Ton 3.0 Ton 3.8 Ton 10.1 Ton
Kemasan Yang Dibutuhkan Satuan 110 Buah 77 Buah 64 Buah
Kendaraan Yang Dibutuhkan Satuan 4 Unit 3 Unit 3 Unit 10 Unit
A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Rp Biaya Pengemasan Rp Sewa Pick Up Rp Dll Rp Total Biaya Transportasi Rp Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59 10.1 Ton 307.72 /kg 307.72 /kg
Komoditas Sayuran Luar Batu (Probolinggo & Pasuruan) Cabe Rawit Bawang Merah Sawi Tomat
A B C D
Harga Rp/kg Rp Rp Rp Rp
22,000.00 27,000.00 4,000.00 4,500.00
Asal Penghasil Probolinggo Probolinggo Pasuruan Pasuruan
Kuantitas
Biaya Worker I (Probolinggo-Batu) (Buruh angkut dan Rp Supir) Biaya Worker I (Pasuruan-Batu) Rp Biaya Pengemasan (Probolinggo-Batu) Rp Biaya Pengemasan (Pasuruan-Batu) Rp Sewa Pick Up (Probolinggo-Batu) Rp Sewa Pick Up (Pasuruan-Batu) Rp Dll Rp Total Biaya Transportasi Rp Volume truk I (Prob-Batu) Volume truk II (Pasuruan-Batu) Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp
Kemasan Yang Dibutuhkan
4.6 Ton 5.2 Ton 1.8 Ton 3.3 Ton 14.8 Ton
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 2,800,000.00 2,250,000.00 300,000.00 6,686,832.22 9.8 Ton 5.0 Ton 14.8 Ton 451.02 /kg 451.02 /kg
Satuan 78 Buah 104 Buah 71 Buah 60 Buah Dari Probolinggo Dari Pasuruan
Kendaraan Yang Dibutuhkan Satuan 3 Unit 4 Unit 3 Unit 3 Unit 7 Unit 6
II.Pembiayaan Pengepulan Sayur di Sentra Sayur Batu A B C
Barang/Semua komoditi sayuran telah terkumpul dan siap dipilah Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Muat dalam Truk Pendingin (kapasitas 25 Ton) Pengemasan Kardus (Kemasan Kardus) Total Biaya TKBM (Sayur sampai dalam truk siap dikirim) Biaya per kg
Rp Rp Rp Rp Rp
748,906.81 748,906.81 1,816,000.00 3,313,813.62 132.75
III.Pembiayaan Daerah Sentra Batu-Tanjung Perak A B C D
Biaya Sewa Truk (Kapasitas 25 ton) Rute (Batu-Banjarmasin) sekali jalan dari Batu-Buyer Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Total Biaya Transportasi (Sentra Batu-TJ.Perak) Volume Muatan yang diangkut Biaya Angkut per/kg
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
13,500,000.00 Truk Pendingin 50,000.00 150,000.00 50,000.00 13,750,000.00 24.96 Ton 550.80 /kg
IV.Pembiayaan Port to port (Tj.Perak-Trisakti) A B
Tarif tiket masuk Pelabuhan Tj.Perak Tarif Tiket Kapal Roro KM.Dharma Kencana Total Biaya Transportasi Volume muatan yang diangkut Biaya Angkut per/kg
Rp Rp Rp
15,000.00 17,000,000.00 17,015,000.00 24.96 Ton 681.59 /kg
Rp
Total Biaya Unit Cost (Seller-Buyer/Batu-Banjarmasin) Total Unit Cost
Rp
Total Cost
Rp
1,757.97 /kg 43,885,120.43
Pola Proposed II M1 Tarif Angkut Darat No Jenis Gol Kendaraan 1 Gol 3A 2 Gol 4A 3 Gol 5A 4 Gol 6A 5 Gol 6B 6 Gol 6B
Kapasitas Normal (ton) 2 5 10 18 20 20
Kapasitas Overload(ton) 3 6 12 20 25
Rp Rp Rp Rp Rp
Rute (Surabaya-Banjarmasin) 4,000,000.00 5,000,000.00 7,500,000.00 8,500,000.00 9,500,000.00 Sentra Batu-Depo Petikemas
25 Rp
3,500,000.00
Rute (Sentra Batu-Gudang Sayur Batu) Rp 150,000.00 Rp 200,000.00 Rp 350,000.00 Rp 400,000.00 -
Rp Rp Rp Rp -
Rute (Sentra Luar Kota-Gudang Sayur Batu) Probolinggo Pasuruan 300,000.00 Rp 275,000.00 400,000.00 Rp 375,000.00 550,000.00 Rp 500,000.00 750,000.00 Rp 700,000.00 -
no
I II III IV V VI VII VIII XI
Jenis sayuran 1 Cabe Rawit 2 Kol/Kubis 3 Sawi 4 Tomat 5 Wortel 6 Bawang Merah 7 Kentang
Daerah Penghasil Probolinggo Batu Pasuruan Pasuruan Batu Probolinggo Batu
Keterangan Kegiatan Seller Seller Mengumpulkan Barang Transportasi Darat Menuju Depo Petikemas TPS Surabaya Depo Petikemas Menuju Dermaga Tj.Perak Sampai di Pelabuhan Asal (Tj.Perak) Transportasi Laut (Port to Port) Sampai di Pelabuhan Tujuan (Trisakti Banjarmasin) Transportasi Darat Trisakti-Importir Importir-Buyer
Daerah Sentra Pengepul Batu Batu Batu Batu Batu Batu Batu
Jarak (Km) 98 5 60 60 5 98 5
Daftar Harga Beli Komoditi Rp/kg Demand Cabe Rawit 22000 4.6 Kol/Kubis 4500 3.3 Sawi 4000 1.8 Tomat 4500 3.3 Wortel 7500 3.0 Bawang Merah 27000 5.2 Kentang 12500 3.8 25.0
I.Pembiayaan dari Daerah Sentra Pertanian-Pengepul Sayur Batu A B
Lokasi Sentra Pertanian Lokasi Sentra Pertanian
Batu,Probolinggo,dan Pasuruan Pasar Sentra Batu
Rincian Biaya Komoditas Sayuran Asli Batu Kol/Kubis Wortel Kentang
Harga Rp/kg Rp Rp Rp
Kuantitas 4,500.00 7,500.00 12,500.00
3.3 Ton 3.0 Ton 3.8 Ton 10.1 Ton
Kemasan Yang Dibutuhkan Satuan 110 Buah 77 Buah 64 Buah
Kendaraan Yang Dibutuhkan
Satuan 4 Unit 3 Unit 3 Unit 10 Unit
A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Rp Biaya Pengemasan Rp Sewa Truk Rp Dll Rp Total Biaya Transportasi Rp Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp Komoditas Sayuran Luar Batu (Probolinggo & Pasuruan) Cabe Rawit Bawang Merah Sawi Tomat
A B C D
Harga Rp/kg Rp Rp Rp Rp
22,000.00 27,000.00 4,000.00 4,500.00
Asal Penghasil Probolinggo Probolinggo Pasuruan Pasuruan
Biaya Worker I (Probolinggo-Batu) (Buruh angkut dan Rp Supir) Biaya Worker II (Pasuruan-Batu) Rp Biaya Pengemasan (Probolinggo-Batu) Rp Biaya Pengemasan (Pasuruan-Batu) Rp Sewa Truk (Probolinggo-Batu) Rp Sewa Truk (Pasuruan-Batu) Rp Dll Rp Total Biaya Transportasi Rp Volume truk I (Prob-Batu) Volume truk II (Pasuruan-Batu) Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59 10.1 Ton 307.72 /kg 307.72 /kg Kuantitas 4.6 Ton 5.2 Ton 1.8 Ton 3.3 Ton 14.8 Ton
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 2,800,000.00 2,250,000.00 300,000.00 6,686,832.22 9.8 Ton 5.0 Ton 14.82607387 Ton 451.02 /kg 451.02 /kg
Kemasan Yang Satuan Dibutuhkan 78 Buah 104 Buah 71 Buah 60 Buah 313 Dari Probolinggo Dari Pasuruan
Kendaraan Yang Dibutuhkan
Satuan 3 Unit 4 Unit 3 Unit 3 Unit 7 Unit 6
II.Pembiayaan Pengepulan Sayur di Sentra Sayur Batu A B
Barang/Semua komoditi sayuran telah terkumpul dan siap dipilah Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Rp Muat dalam Truk (kapasitas 25 Ton) Rp Total Biaya TKBM (Sayur sampai dalam truk siap dikirim) Rp Biaya per kg Rp
748,906.81 748,906.81 1,497,813.62 60.00 kg
III.Pembiayaan Daerah Sentra Batu-Depo Petikemas A B C D
Via Truck Biaya Sewa Truk (Kapasitas 25 ton) Rute (Batu-Depo Petikemas) Rp Tarif Tol Rp Akomodasi Supir Rp Dll. Rp Total Biaya Transportasi (Sentra Batu-Depo Petikemas)Rp Volume Muatan yang diangkut Biaya Angkut per/kg Rp
3,500,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00 3,750,000.00 24.96356028 Ton 150.22 /kg
IV.Pembiayaan di Depo Petikemas-Tj.Perak Via Trailer A B C D E F
Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence COO Transportation : Fumigation (Non Standar Aqis) Bongkar di Depo Petikemas Total Biaya Transportasi Muatan Satu Kontainer Biaya Angkut/kg
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
65,000.00 100,000.00 450,000.00 175,000.00 1,070,000.00 190,000.00 748,906.81 2,798,906.81 24.96356028 Ton 112.12 /kg
V.Pembiayaan di Tanjung Perak A B C D E F
Rincian Biaya Biaya Penumpukan 1 hari (skala hari) Lift on Haulage Lift off (stucking) Stevedoring ke kapal Freight Forwarder
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Biaya Biaya Angkut/kg
Rp Rp
150,000.00 250,000.00 150,000.00 250,000.00 720,000.00 550,000.00 2,070,000.00 82.92 /kg
VI.Pembiayaan Port to port (Tanjung Perak-Trisakti Banjarmasin) A
Rincian Biaya Service Marine Transport Biaya Angkut/kg
Rp Rp
6,300,000.00 Per Container 252.37 /kg
VII.Pembiayaan di Trisakti Banjarmasin A B C D E F G
Rincian Biaya Stevedoring (stuck lap) Jasa lift on dermaga-truck Jasa Haulage Jasa lift off di Container Yard Biaya Penumpukan Monitoring Lift on Container Yard -Keluar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Biaya Biaya Angkut/kg
Rp Rp
550,000.00 165,000.00 75,000.00 165,000.00 25,000.00 50,000.00 165,000.00 1,195,000.00 47.87 /kg
VIII.Pembiayaan di Trisakti Banjarmasin-Importir A B C D
Rincian Biaya Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence Transportation :
Total Biaya Transportasi Muatan Satu Kontainer Biaya Angkut/kg
Rp Rp Rp Rp
65,000.00 300,000.00 525,000.00 2,000,000.00
Rp
2,890,000.00 24.96356028 Ton 115.77 /kg
Rp
XI.Pembiayaan Importir-Buyer A B C
Rincian Biaya Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Sewa Truk Dll
Rp Rp Rp
748,906.81 650,000.00 100,000.00
Total Biaya Transportasi Rp Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Rp Biaya per kg Rp
1,498,906.81 24.96356028 Ton 60.04 /kg 60.04 /kg
Total Biaya Unit Cost (Seller-Buyer/Batu-Banjarmasin Total Cost
Rp
Total Unit Cost
Rp
31,806,934.04 1,274.13 /kg
Pola Proposed II M2 I II III IV V VI VII VIII XI
Keterangan Kegiatan Seller Seller Mengumpulkan Barang (Batu,Pasuruan,Probolinggo) Transportasi Darat Menuju Depo Petikemas Depo Petikemas Menuju Dermaga Tj.Perak Sampai di Pelabuhan Asal (Tj.Perak) Transportasi Laut (Port to Port) Sampai di Pelabuhan Tujuan (Trisakti Banjarmasin) Transportasi Darat Trisakti-Importir Importir-Buyer
I.Pembiayaan dari Daerah Sentra Pertanian-Pengepul Sayur Batu
Rincian Biaya Komoditas Sayuran Asli Batu A B C D
Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Biaya Pengemasan Sewa Truk Dll Total Biaya Transportasi Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Biaya per kg
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
304,124.59 715,350.00 2,000,000.00 100,000.00 3,119,474.59 10.1 Ton 307.72 /kg 307.72 /kg
Komoditas Sayuran Luar Batu (Probolinggo & Pasuruan) A B C D
124
Biaya Worker I (Probolinggo-Sentra Probolinggo) Biaya Worker II (Pasuruan-Sentra Pasuruan) Biaya Pengemasan (Probolinggo-Sentra Probolinggo) Biaya Pengemasan (Pasuruan-Sentra Pasuruan) Sewa Truk (Probolinggo-Sentra Probolinggo) Sewa Truk (Pasuruan-Sentra Pasuruan) Dll Total Biaya Transportasi Volume truk I (Prob-Prob) Volume truk II (Pasuruan-Pasuruan) Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Biaya per kg
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp
293,987.11 150,795.11 518,700.00 373,350.00 1,400,000.00 1,200,000.00 200,000.00 Rp 4,136,832.22 9.8 Ton 5.0 Ton 14.8 Ton 279.02 /kg 279.02 /kg
100,000.00
II.Pembiayaan Pengepulan Sayur di Sentra Sayur (Batu,Pasuruan,Probolinggo) Barang/Semua komoditi sayuran telah terkumpul dan siap dipilah
A
B
Biaya Worker (TKBM untuk B/M dan Pemilahan) Bongkar Pasar Sentra Batu Bongkar Pasar Sentra Probolinggo Bongkar Pasar Sentra Pasuruan Muat dalam Truk (kapasitas 10 Ton)/(Sentra Batu) Muat dalam Truk (kapasitas 10 Ton)/(Sentra Probolinggo) Muat dalam Truk (kapasitas 5 Ton)/(Sentra Pasuruan)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Biaya TKBM (Sayur sampai dalam truk siap dikirim dari sentra-depo) Biaya per kg
Rp Rp
304,124.59 293,987.11 150,795.11 304,124.59 293,987.11 150,795.11
1,497,813.62 60.00 kg
III.Pembiayaan Daerah Sentra Batu,Probolinggo,Pasuruan-Depo Petikemas A
B
C
Via Truck Biaya Sewa Truk (Kapasitas 10 ton) Rute (Batu-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir
Rp Rp Rp
3,500,000.00 50,000.00 150,000.00
Dll. Biaya Sewa Truk (Kapasitas 10 ton) Rute (Probolinggo-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir Dll. Biaya Sewa Truk (Kapasitas 5 ton) Rute (Pasuruan-Depo Petikemas) Tarif Tol Akomodasi Supir
Rp
50,000.00
Rp Rp Rp Rp
4,250,000.00 50,000.00 150,000.00 50,000.00
Rp Rp Rp
1,250,000.00 50,000.00 150,000.00
Dll.
Rp
50,000.00
Total Biaya Transportasi Volume Muatan yang diangkut Biaya Angkut per/kg
Rp Rp
9,750,000.00 24.96 Ton 390.57 /kg
IV.Pembiayaan di Depo Petikemas-Tj.Perak A B C D E F
Via Trailer Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence COO Transportation : Fumigation (Non Standar Aqis) Bongkar di Depo Petikemas Total Biaya Transportasi Muatan Satu Kontainer Biaya Angkut/kg
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
65,000.00 100,000.00 450,000.00 175,000.00 1,070,000.00 190,000.00 748,906.81 2,798,906.81 24.96356028 Ton 112.12 /kg
V.Pembiayaan di Tanjung Perak Rincian Biaya A B
Biaya Penumpukan 1 hari (skala hari) Lift on
Rp Rp
150,000.00 250,000.00
C D E F
Haulage Lift off (stucking) Stevedoring ke kapal Freight Forwarder
Rp Rp Rp Rp
150,000.00 250,000.00 720,000.00 550,000.00
Total Biaya Biaya Angkut/kg
Rp Rp
2,070,000.00 82.92 /kg
125
VI.Pembiayaan Port to port (Tanjung Perak-Trisakti Banjarmasin) A
Rincian Biaya Service Marine Transport
Rp
Biaya Angkut/kg
Rp
6,300,000.00 Per Container 252.37 /kg
VII.Pembiayaan di Trisakti Banjarmasin A B C D E F G
Rincian Biaya Stevedoring (stuck lap) Jasa lift on dermaga-truck Jasa Haulage Jasa lift off di Container Yard Biaya Penumpukan Monitoring Lift on Container Yard -Keluar
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Total Biaya Biaya Angkut/kg
Rp Rp
1,195,000.00 47.87 /kg
Rp Rp Rp Rp
65,000.00 300,000.00 525,000.00 2,000,000.00
Rp
2,890,000.00 24.96356028 Ton 115.77 /kg
550,000.00 165,000.00 75,000.00 165,000.00 25,000.00 50,000.00 165,000.00
VIII.Pembiayaan di Trisakti Banjarmasin-Importir A B C D
Rincian Biaya Administration Docs & EDI Fee Handling Customs Clearence Transportation :
Total Biaya Transportasi Muatan Satu Kontainer Biaya Angkut/kg
Rp
XI.Pembiayaan Importir-Buyer A B C
Rincian Biaya Biaya Worker (Buruh angkut dan Supir) Sewa Truk Dll Total Biaya Transportasi Volume Muatan yg diangkut Transportasi (Sentra Batu-Gudang Pengepul Batu)/kg Biaya per kg
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
748,906.81 650,000.00 100,000.00 1,498,906.81 24.96356028 Ton 60.04 /kg 60.04 /kg
Total Biaya Unit Cost (Seller-Buyer/Batu-Banjarmasin Total Cost
Rp
Total Unit Cost
Rp
126
35,256,934.04 1,412.34 /kg
BIODATA PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Ready Elmara Brahmantya, dilahirkan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 29 Maret 1994. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara.. Penulis telah menempuh pendidikan formal dimulai dari TK Merpati Pos, SD Negeri Kaliasin III Kota Surabaya pada tahun 1999-2005, SMP Negeri 2 Kota Surabaya 2005-2008, berlanjut ke SMA Negeri 9 Kota Surabaya 20082011, dan pada tahun 2011 penulis diterima di Jurusan Transportasi Laut, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember melalui jalur SNMPTN tulis dengan NRP. 4411 100 018. Fokus bidang keahlian yang diambil penulis adalah bidang keahlian logistik maritim. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi, menjabat sebagai staff Divisi Minat dan Bakat Himpunan Mahasiswa Transportasi Laut pada periode 2013-2014.Penulis juga aktif dalam kegiatan olahraga futsal dan tidak pernah absen selam perhelatan Rektor Cup selama 5 periode berturut-turut,sejak masih membela Himatekpal hingga terbentuknya Himaseatrans dengan prestasi terbaik menjadi Juara III Rektor Cup (Himatekpal 2012) dan Juara I FTK Champ (HImaseatrans 2015).Penulis menjalankan kerja praktek di PT.Pelindo III Cabang Banjarmasin dan PT.Alstom Power System Energy Indonesia.Hobi penulis diluar kegiatan kampus adalah bersosialisasi dan bermain musik. Penulis mempunyai band bergenre punk rock yang bernama “Rondo Royal”.Bagi pembaca yang ingin menghubungi penulis bisa melalui alamat email:
[email protected].
127