1
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
Oleh WAWAN KURNIA H14103116
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
2
RINGKASAN WAWAN KURNIA. Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor) (dibimbing oleh NUNUNG NURYARTONO dan JAENAL EFFENDI). Usaha kecil dan mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, dan mengatasi masalah kemiskinan. Tetapi dalam perkembangannya, UKM mengalami keterbatasan dalam mengakses permodalan. Porsi kredit yang diberikan perbankan kepada sektor UKM masih terbatas. Kredit perbankan lebih banyak diberikan kepada sektor-sektor ekonomi unggulan dan mempunyai risiko pembiayaan yang rendah. Salah satu mekanisme pembiayaan yang menjangkau pelaku UKM adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang membantu pengembangan UKM. BMT memadukan aktivitas ekonomi dan sosial dalam pengembangan bisnisnya. Salah satu BMT yang memiliki kinerja yang baik di Kota Bogor adalah Koperasi Baitul Maal wat Tamwil (KBMT) Wihdatul Ummah. KBMT Wihdatul Ummah memberikan pembiayaan kepada sektor UKM dengan memberikan kredit secara perorangan dan kelompok. BMT memberikan kredit dengan persyaratan yang lebih mudah, adanya pembinaan kepada nasabahnya berupa pelatihan, dan mengutamakan prinsip kekeluargaan dalam pembiayaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator social capital. Eksistensi KBMT Wihdatul Ummah dalam memberikan pembiayaan kepada sektor UKM menarik untuk diteliti berkaitan dengan adanya pengaruh social capital terhadap repayment rate. Oleh karena itu, tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah: (1) Menganalisis secara deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder untuk melakukan analisis sesuai dengan tujuan tersebut. Data primer diperoleh melalui studi kasus di KBMT Wihdatul Ummah dengan wawancara langsung terhadap nasabah dan pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probabilitas (non acak). Data yang diperoleh diolah dengan software E-Views 4.1 dan SPSS 13. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi binary dengan model probit dan analisis secara deskriptif dengan metode frekuensi dan tabulasi silang (cross tabs). Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data diketahui bahwa mekanisme pembiayaan yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah memiliki kelebihan dibandingkan mekanisme yang diterapkan di perbankan, yaitu adanya indikator social capital yang mendukung KBMT Wihdatul Ummah tetap survive dalam memberikan pembiayaan kepada UKM. Perbedaan kredit kelompok dengan
3
kredit perorangan berkaitan dengan indikator social capital adalah tingkat kepercayaan yang diberikan KBMT Wihdatul Ummah kepada kelompok lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan dan lebih singkatnya waktu pencairan pada pengajuan kredit pertama kali. Tingkat kepercayaan dan tingkat pengembalian kredit yang lebih baik menunjukkan indikator social capital kredit kelompok lebih baik daripada kredit perorangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah hubungan antar anggota, jarak antar rumah anggota, kepercayaan, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antara rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah. Sedangkan indikator diluar social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repaymnent rate adalah capital dan character. Indikator social capital yang signifikan tersebut memiliki pengaruh terhadap repayment rate. Jika semakin dekat hubungan yang dimiliki antar anggota, maka ikatan kekeluargaan akan semakin kuat dan berpengaruh positif terhadap produktivitas usaha, implikasinya repayment rate-nya semakin lancar. Jika semakin baik tingkat kepercayaan KBMT Wihdatul Ummah kepada nasabah, maka nasabah akan semakin bertanggung jawab sehingga repayment rate-nya semakin baik. Semakin besar capital yang dimiliki nasabah, produktivitas usahanya akan semakin meningkat sehingga repayment rate-nya semakin baik. Jika semakin baik character nasabah berupa ketepatan dalam melunasi pembayaran dan memiliki hubungan yang baik di lingkungannya, maka akan memiliki repayment rate yang semakin baik. Jika semakin jauh jarak rumah nasabah ke KBMT Wihdatul Ummah atau ke rumah anggota lainnya, maka hubungan dengan pengurus atau dengan anggota lainnya semakin berkurang dan repayment rate-nya semakin kurang baik. Sebagian besar nasabah yang berstatus sebagai mitra adalah nasabah yang memiliki aset usaha besar dan tidak ada waktu untuk menghadiri pertemuan sehingga repayment rate-nya berhubungan negatif. Tetapi sebagian besar nasabah merasakan manfaat yang baik dengan adanya pertemuan tersebut. Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini belum dapat merepresentasikan pengaruh social capital secara nasional karena keterbatasan waktu, biaya, dan akses untuk mendapatkan data nasabah pembiayaan dalam pengambilan sampel. Indikator social capital belum dapat dilihat dengan nilai indeks karena nasabah sibuk dengan usahanya sehingga variasi nilai indeks social capital yang dimiliki terbatas. Maka disarankan untuk penelitian selanjutnya dibidang lain, agar dapat lebih jelas melihat nilai social capital sebaiknya menggunakan nilai indeks.
4
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP REPAYMENT RATE PADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
Oleh WAWAN KURNIA H14103116
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
5
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Wawan Kurnia
NRP
: H14103116
Judul Skripsi
:Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Bogor)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Nunung Nuryartono, Ph.D NIP. 132 104 952
Jaenal Effendi, S.Ag, MA NIP. 132 317 142
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, Ms NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
6
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENARBENAR
HASIL
KARYA
SAYA
SENDIRI
YANG
BELUM
PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAINNYA.
Bogor,
Mei 2007
Wawan Kurnia H14103116
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama Wawan Kurnia lahir di Karawang pada tanggal 1 Januari 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Rosid dan Ibunda Acem Mugiana. Penulis pernah mengikuti pendidikan di SDN Dayeuh Luhur I dan tamat pada tahun 1996 serta mengikuti pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Jannah hingga lulus tahun 1996. Melanjutkan ke tingkat SLTP, di SLTPN II Tempuran lulus tahun 1999, Selanjutnya penulis melanjutkan ke tingkat SMU, di SMUN I Karawang lulus tahun 2002. Penulis juga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis memasuki IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi. Penulis aktif di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) sebagai Ketua Departemen Kewirausahaan periode 2003 - 2004. Ditingkat dua, penulis juga aktif di Himpunan Profesi, yaitu HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan) sebagai Ketua Umum periode 2004 2005 serta Menjadi Ketua Kajian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuam Agama Islam di ROHIS EKBANG 40 (Rohani Islam Ekonomi Pembangunan). Di tingkat tiga Penulis juga aktif di DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa periode 2005 - 2006) sebagai Ketua Komisi III/Komisi Eksternal, di samping itu masih aktif di HIPOTESA sebagai Dewan Penasehat Hipotesa (DPH HIPOTESA). Selain aktif di berbagai organisasi penulis pernah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum dari tahun 2004 - 2006. Penulis juga pernah mendapat Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) periode 2004 - 2005 dan pada tahun 2006 sampai tahun 2007 penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Goodwill International Leadership hingga menyelesaikan kuliah di IPB.
KATA PENGANTAR
8
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah, Jl. Gunung Batu, Kota Bogor) ”. Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa tarima kasih kepada Nunung Nuryartono, Ph.D dan Jaenal Effendi, S.Ag, MA yang telah memberikan masukan dan bimbingan selama penulisan skripsi ini, serta pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan rekan-rekan yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap agar penelitian selanjutnya mampu melengkapi kekurangan yang ada dalam karya penulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi perkembangan perekonomian syariah di Indonesia.
Bogor, Mei 2007
Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI............................................................................................................. ix DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xv DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xvi I.
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2. Permasalahan ........................................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10
II.
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 11 2.1. Kredit Perbankan .................................................................................... 11 2.2. Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) ..................................................................................................... 13 2.3. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)......................................... 16 2.4. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ............................................................. 18 2.4.1. Pengertian dan Latar Belakang BMT........................................... 18 2.4.2. Ciri-ciri BMT ............................................................................... 20 2.4.3. Badan Hukum BMT..................................................................... 21 2.4.3.1. BMT dalam Bentuk KSM.............................................. 21 2.4.3.2. BMT dalam Bentuk Koperasi ........................................ 21 2.4.4. Kegiatan-kegiatan BMT.............................................................. 22 2.4.4.1. Kegiatan bidang keuangan …………………………....22 2.4.4.2. Kegiatan non Keuangan ................................................ 24 2.4.5. Permodalan BMT........................................................................ 25 2.5. Perkembangan Teori Kapital ................................................................. 25 2.5.1. Kapital Menurut Teori Ekonomi Konvensional.......................... 25
10
2.5.2. Kapital Menurut Teori Social Capital.......................................... 26 2.5.2.1. Definisi Social Capital .................................................. 27 2.5.2.2. Indikator untuk Mengukur Social Capital ..................... 28 2.5.2.3. Fungsi Social Capital..................................................... 30 2.6. Model Probit ............................................................................................ 32 2.7. Penelitian–penelitian Terdahulu .............................................................. 33 2.8. Kerangka Pemikiran................................................................................. 36 2.9. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 38 III.
METODE PENELITIAN................................................................................. 39 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 39 3.2. Jenis dan Sumber Data............................................................................. 39 3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 40 3.4. Metode Pengambilan Sampel .................................................................. 42 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 44
IV. GAMBARAN UMUM KBMT WIHADATUL UMMAH ............................. 46 4.1. Latar Belakang Pendirian KBMT Wihdatul Ummah .............................. 45 4.2. Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah................................................ 48 4.2.1. Kinerja KBMT Wihdatul Ummah ................................................ 48 4.2.2. Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha ......................... 49 4.2.3. Penghimpunan Dana Tahun 2005................................................. 50 4.2.4. Tingkat Kesehatan dan Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah.......................................................................... 51 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 56 5.1. Karakteristik Responden .......................................................................... 56 5.1.1. Karakteristik Individu ................................................................... 56 5.1.2. Karakteritik Usaha ........................................................................ 58 5.1.3. Karakteristik Pembiayaan ............................................................. 62 5.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah Tetap Survive Memberikan Pembiayaan kepada UKM Berkaitan dengan Adanya Indikator Social Capital ................................................. 72
11
5.3. Perbedaan Pembiayaan pada Kredit Perorangan dan Kredit Kelompok Berkaitan dengan Indikator Social Capital yang Mempengaruhi Repayment Rate .................................................... 75 5.3.1. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status Keanggotaan...................................................................... 76 5.3.2. Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit ........................................................................................... 77 5.3.3. Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan pada Pengajuan Kredit Pertama ........................ 77 5.3.4. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan setelah Pengajuan Kredit Pertama..................... 79 5.3.5. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate ........................................................................... 80 5.3.6. Analisis Crosstab Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate (lancar atau tidak lancar)................................... 81 5.4. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Repayment Rate ................ 82 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 88 6.1. Kesimpulan .............................................................................................. 89 6.2. Saran ........................................................................................................ 90 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 92 LAMPIRAN.............................................................................................................. 95
12
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar Terhadap PDB Tahun 2001 s.d. 2004 (dalam persentase)........................................................ 2 1.2. Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga kerja, dan Produktivitas Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004............................................ 3 1.3. Perkembangan BMT di Indonesia.................................................................... 5 l.4. Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum tahun 2000 s.d 2004 (dalam milyar rupiah) ................................................... 7 3.1. Data yang Digunakan dalam Penelitian ........................................................... 40 4.1. Kinerja KBMT Wihdatul Ummah ................................................................... 48 4.2. Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha ............................................. 49 4.3. Penghimpunan Dana Tahun 2005 .................................................................... 49 4.4. Tingkat Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah ................................................. 50 4.5. Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Tahun 2005 dan Proyeksi Tahun 2006.................................................................................................................. 52 4.6. Kualitas Aktiva Produktif 2005 dan Proyeksi 2006 ........................................ 54 5.1. Hubungan Skema Kredit dengan Bidang Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................. 57 5.2. Hubungan Skema Kredit dan Besarnya Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................. 58 5.3. Alasan Memilih BMT ...................................................................................... 63 5.4. Manfaat dan Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................. 68 5.5. Bentuk Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................................. 68 5.6. Kondisi Usaha setelah Pembiayaan ................................................................. 69 5.7. Tingkat Pendapatan sebelum dan sesudah Pembiayaan .................................. 70 5.8. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status Keanggotaan.................................................................................................... 75 5.9. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit .................... 77 5.10. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya
13
Pencairan pada Pinjaman Pertama .................................................................. 78 5.11. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya Pencairan setelah Pinjaman Kredit Pertama ................................................... 79 5.12. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate................ 80 5.13. Analisis Crosstabs Repayment Rate (lancar/tidak lancar) dan Skema Kredit .............................................................................................................. 81 5.14. Hasil Estimasi Koefisien Faktor-faktor yang Mempengaruhi Repayment Rate Berkaitan dengan Social Capital ......................................... 82
14
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Sistem Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia .............................................. 15 2.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ..................................................................... 37 3.1. Metode Pengambilan Sampel Nasabah Pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................................. 5.1. Usia Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah ...................................... 55 5.2. Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah .............. 56 5.3. Besarnya Pengeluaran Per Hari Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................. 56 5.4. Lama Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Menekuni Usaha................................................................................................................ 59 5.5. Jumlah Tenaga Kerja Responden KBMT Wihdatul Ummah .......................... 59 5.6. Sumber Modal Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah...................... 60 5.7. Besarnya Pendapatan Per Tahun Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................. 61 5.8. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Ikut Menabung selain Melakukan Pinjaman ........................................................... 64 5.9. Besarnya Tabungan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah............................................................................................................. 64 5.10. Banyaknya Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Mendapatkan Pinjaman.................................................................................... 65 5.11. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengajukan Kembali Pinjaman setelah Pinjaman Pertama ................................................. 66 5.12. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengalami Peningkatan Pinjaman................................................................... 66 5.13. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Pernah Menunggak ...................................................................................................... 67
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Contoh Kuisioner ............................................................................................. 96 2. Hasil Analisis Probit........................................................................................ 102 3. Karakteristik Responden .................................................................................. 103 4. Indikator Social Capital ................................................................................... 108
16
DAFTAR SINGKATAN ADB
Asian Development Bank
BI
Bank Indonesia
BKD
Badan Kredit Desa
BMT
Baitul Maal wat Tamwil
BOPO
Biaya Operasional
BPR
Bank Perkreditan Rakyat
BPRS
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
BPS
Badan Pusat Statistik
BRI
Bank Rakyat Indonesia
CAMEL
Capital Asset Management Earning Liquidity
CAR
Capital Adequacy Ratio
DBS
Dana Bergulir Syariah
KBMT
Koperasi Baitul Maal wat Tamwil
KOPONTREN
Koperasi Pondok Pesantren
KSM
Kelompok Swadaya Masyarakat
KSP
Koperasi Simpan Pinjam
KUD
Koperasi Unit Desa
LDR
Loan to Deposit Ratio
LKM
Lembaga Keuangan Mikro
PINBUK
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
PDB
Produk Domestik Bruto
ROA
Return On Asset
ROE
Return On equito
TPK
Tempat Pelayanan Koperasi
UKM
Usaha Kecil Mikro
UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
U2O
Unit Usaha Otonom
USP
Unit Simpan Pinjam
ZIS
Zakat Infaq Sadaqah
17
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Berdasarkan sejumlah kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa Usaha
Kecil dan Mikro (UKM) berperan cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta mengatasi masalah kemiskinan. Disamping itu, UKM juga merupakan salah satu komponen utama dalam pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan data BPS tahun 2006, kondisi UKM dari tahun 2003 sampai 2006 menunjukkan perkembangan positif. Selama periode ini, kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata mencapai 54,8 persen. Secara sektoral aktivitas UKM ini didominasi oleh sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1.1). Kontribusi yang diberikan berdasarkan skala usaha rata-rata tahun 2003 sampai 2006 berdasarkan Tabel 1.1, usaha kecil memiliki persentase PDB tanpa migas terbesar (43,1 persen) dibandingkan usaha menengah (17,6 persen) dan usaha besar (39,3 persen). Usaha Kecil memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor tersier seperti perdagangan, hotel dan restoran. Penciptaan nilai tambah usaha kecil di masing-masing sektor tersebut tercatat rata-rata 87,3 persen dan 75,5 persen selama periode 2003 - 2006.
18
Tabel 1.1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar terhadap PDB Tahun 2003 - 2006 (dalam persentase) No
Lapangan Usaha
Rata-Rata Tahun 2003 – 2006 Usaha Kecil
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Usaha Menengah
Usaha Besar
Jumlah
87,3
8,7
4,1
100
8,2
3,3
88,6
100
Industri Pengolahan
13,1
11,9
75,0
100
4
Listrik, Gas, Dan Air
0,5
7,7
91,7
100
5
Bangunan
44,3
21,8
33,9
100
6
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
75,5
20,8
3,8
100
7
Pengangkutan dan Komunikasi
29,9
24,2
45,9
100
8
Keuangan, Sewa, dan Jasa
17,0
46,9
36,1
100
9
Jasa-jasa
39,7
7,9
52,4
100
PDB
38,8
15,9
45,3
100
PDB tanpa migas
43,1
17,6
39,3
100
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007).
Data BPS menunjukkan bahwa jumlah usaha kecil pada tahun 2006 meningkat 3,9 persen dibandingkan dengan tahun 2005 menjadi 48.822.925 unit. Jumlah ini merupakan bagian terbesar dari pelaku usaha di Indonesia. Tenaga kerja yang diserap oleh usaha kecil tahun 2006 mencapai 80.933.384 orang, bertambah 2,5 persen dibandingkan tahun 2005 (Tabel 1.2). Dengan semakin produktifnya usaha kecil maka akan semakin banyak tenaga kerja yang diserap sehingga diharapkan pengangguran akan berkurang dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Tabel 1.2. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2005 dan 2006
19
No 1
2
Indikator Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Total Unit Usaha Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Total Tenaga Kerja
(unit) (unit)
Tahun 2005 2006 47.006.889 48.822.925 95.855 106.711
Perkembangan Jumlah Persen 1.816.036 3,9 10.856 11,3
(unit) (unit)
6.811 7.204 47.109.555 48.936.840
393 1.827.285
5,8 3,9
(orang) (orang)
78.994.872 80.933.384 4.238.921 4.483.109
1.938.512 244.188
2,5 5,8
(orang) (orang)
3.212.033 3.388.462 86.445.826 88.804.955
176.429 2.359.129
5,5 2,7
Satuan
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2007).
Usaha kecil memiliki kontribusi yang besar terhadap PDB, jumlah unit usaha, dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu harus didukung dengan permodalan yang cukup. Salah satu lembaga keuangan mikro yang memberikan pembiayaan kepada UKM adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). BMT merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang banyak membantu pengembangan usaha mikro dan kecil dalam pengembangan bisnisnya serta dapat memadukan aktivitas ekonomi dan sosial. Kondisi yang memungkinkan BMT lebih banyak mendorong perkembangan usaha mikro dan kecil disebabkan layanan keuangan syariah BMT mudah diakses berbagai pelaku bisnis UKM yang unbankable. Sektor UKM yang mendapat dukungan BMT meliputi berbagai jenis usaha, di antaranya perdagangan, kerajinan, jasa, dan pertanian. Dengan memperoleh dana dari BMT, diharapkan usaha masyarakat kecil dan mikro dapat terbantu dan berkembang. Perkembangan BMT cukup pesat akhir-akhir ini. Dalam periode satu dasawarsa pertama tahun 1995 sampai dengan tahun 2005, Pusat Inkubasi Usaha
20
Kecil (PINBUK) berhasil memfasilitasi perkembangan lebih dari 3.000 BMT di seluruh Nusantara yang memiliki aset (konsolidasi) lebih dari Rp. 1 Triliun dengan jumlah pengelola lebih dari 20.000 orang, hampir setengahnya lulusan S-1 dan berjenis kelamin wanita. BMT melayani lebih dari 2 juta penabung dan memberikan pinjaman kepada lebih dari 1,5 juta pengusaha mikro dan kecil (PINBUK, 2003). BMT termasuk dalam salah satu lembaga keuangan mikro disamping lembaga keuangan formal (BPR, BRI, BKD, KSP, USP, dll) memiliki peranan penting untuk menyalurkan kredit UKM. Menurut laporan program Dana Bergulir Syariah (DBS) Kementerian Koperasi UKM, kinerja BMT semakin baik yang diindikasikan dengan dana yang disalurkan sejak tahun 2003 kepada 127 BMT mencapai Rp. 6,35 milyar. Sedangkan kredit macetnya (Non Performing Loan) juga kecil, yaitu 2 persen. Implikasi dari keberhasilan tersebut, pada tahun 2005 dana untuk program ditambah menjadi Rp. 53 milyar yang diberikan kepada 256 BMT di seluruh Indonesia. Berdasarkan data dari PINBUK, pada bulan Juni 2006 total konsolidasi pembiayaan seluruh BMT di Indonesia sebesar Rp. 2 trilyun dan total konsolidasi simpanannya Rp. 209 milyar (Tabel 1.3).
Tabel 1.3. Perkembangan BMT di Indonesia
21
No
Propinsi
Jumlah Konsolidasi Konsolidasi Aset Simpanan Pembiayaan Penabung Th. Th. 2005 Th. 2005 Th. 2005 2005 (milyar Rp) (milyar (milyar (milyar Rp) Rp) Rp) 72 16,39 4,23 4,45 17,76
Jumlah (unit)
1 DKI Jakarta 2 Jawa Barat
377
181,89
16,99
63,41
41,91
3 Jawa Tengah
512
718,60
71,47
77,88
139,76
4 D.I. Yogyakarta 5 Jawa Timur 2005 Juni 2006
108
55,76
17,07
16,74
23,77
362 2.401 3.200
236,97 1,33 -
34,56 276,82 209
38,30 247,71 2000
57,72 387,67 -
Sumber: Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (2007).
Keberhasilan BMT dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor UKM tidak terlepas dari sistem yang diterapkan di BMT. Sistem yang diterapkan di BMT menerapkan prinsip syariah yang pelaksanaannya mengutamakan kesejahteraan bersama tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan, kejujuran, kepercayaan dan mendukung peran serta nasabahnya. Hal tersebut menunjukkan adanya beberapa indikator
modal
sosial
(social
capital)
yang
diterapkan
di
BMT
untuk
mengoptimalkan fungsinya. Social capital merupakan ciri-ciri organisasi sosial seperti norma-norma, jaringan, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama dan koordinasi untuk saling menguntungkan (Putnam, 1995). Social capital juga merupakan isu menarik yang banyak dibicarakan dan dikaji akhir-akhir ini. Dalam laporan tahunannya yang berjudul Entering the 21st Century, Bank Dunia mengungkapkan bahwa tingkat social capital memiliki dampak yang signifikan terhadap proses-proses pembangunan (World Bank, 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Karlan (2001) menyimpulkan
22
adanya social capital terbukti mengurangi moral hazard dan kesalahan yang diakibatkan negative personal shock. Penelitian lainnya dilakukan oleh Bastelaer dan Leathers (2006), hasilnya menemukan bahwa semakin kecil grup, tingkat interaksinya semakin kuat sehingga menunjukkan adanya social capital berpengaruh signifikan terhadap repayment rate dari kredit yang diberikan. Grootaert (1999) juga melakukan penelitian serupa, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rumah tangga dengan social capital yang tinggi menghabiskan lebih banyak pendapatan, mereka juga memiliki lebih banyak aset, lebih banyak tabungan, dan lebih baik dalam mengakses kredit. Rupasingha, Goetz, dan Freshwater (2002) juga melakukan penelitian yang menemukan bukti signifikan bahwa pendapatan per kapita tumbuh dengan cepat di negara Amerika dengan tingkat social capital yang tinggi. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan melihat pengaruh adanya indikator social capital tersebut dalam perkembangan BMT terutama dalam repayment rate-nya.
1.2.
Permasalahan Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan lebih diutamakan pada lembaga
usaha yang dianggap lebih menguntungkan (usaha besar) dan kurang menjangkau sektor UKM. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) dari tahun 2000 – 2004, porsi pembiayaan bagi usaha besar lebih tinggi dibandingkan usaha kecil dan semakin menurun dari 21 persen hingga 17 persen (Tabel 1.4). Berdasarkan laporan triwulan BI IV-2005 dan triwulan IV-2006 pembiayaan untuk sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan. Tetapi jika dilihat dari kredit UMKM yang benar-benar disalurkan untuk usaha produktif (kredit konsumsi dihilangkan)
23
maka jumlahnya hanya mencapai 49,9 persen dari total kredit UMKM atau 26 persen dari total kredit perbankan. Tabel 1.4. Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum tahun 2000 - 2004 Tahun
2000
Total Korporasi (Usaha Besar) Usaha Kecil Kredit Nominal Porsi Nominal Porsi (milyar (persen) (milyar rupiah) (persen) rupiah) (milyar rupiah) 269.000 212.375 79 56.625 21
2001
307.594
245.025
80
62.569
20
2002
365.410
303.145
83
62.265
17
2003
437.942
363.974
83
73.968
17
2004
553.548
459.933
83
93.615
17
Sumber: Bank Indonesia (2004).
Pembiayaan kepada UMKM memiliki berbagai kendala disamping memiliki potensi dan peluang. Berdasarkan salah satu hasil survei Bank Indonesia (BI) tahun 2005 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan mengambil kredit ke bank karena tidak adanya agunan (untuk debitur mikro) atau terlalu tingginya suku bunga bank (untuk debitur kecil dan menengah). Selain itu, survei BI tersebut juga mendukung realita mengapa jumlah UMKM di Indonesia hanya sekitar 12 persen saja yang mengambil kredit bank. Hal ini karena untuk kredit di atas Rp. 50 juta, pada umumnya bank telah mensyaratkan dilengkapinya berbagai dokumen seperti ijin usaha dan legalitas perusahan (badan hukum), sedangkan kedua hal ini masih jarang dimiliki oleh sebagian besar UMKM. Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM terhadap lembaga-lembaga keuangan formal
seperti perbankan
24
menyebabkan UKM bergantung pada sumber-sumber informal. Bentuk dari sumber-sumber ini beraneka ragam mulai dari lembaga informal seperti pelepas uang (rentenir) hingga berkembang menjadi bentuk yang lebih formal seperti unit-unit simpan pinjam dan koperasi. BMT sebagai salah satu lembaga alternatif untuk mendapatkan pinjaman bagi sektor UKM memberikan kelebihan, yaitu tidak adanya jaminan atau agunan yang memberatkan seperti yang disyaratkan oleh perbankan. Pinjaman BMT lebih didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh BMT. BMT juga melakukan pembinaan usaha bagi peminjam. Kemudahan lain adalah mekanisme pencairan dan pengembalian pinjaman fleksibel serta disesuaikan dengan cash flow peminjam. BMT juga dalam memberikan pembiayaannya tidak hanya kepada UKM secara perorangan tetapi juga memberikan kredit secara berkelompok. Kelompok tersebut dapat dibentuk langsung oleh BMT secara sengaja atau dapat juga diajukan oleh kelompok sendiri. Pembiayaan secara berkelompok berbeda dengan pembiayaan secara perorangan. UKM dengan pembiayaan secara kelompok dapat memperoleh pembiayaan yang lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan secara perorangan, di dalam kelompok juga diterapkan peraturan yang disepakati bersama, dan adanya tanggung renteng (joint liability). Sistem yang digunakan di BMT berbeda dengan perbankan maupun lembaga keuangan mikro lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan penting dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi pertanyaan umum dan pertanyaan spesifik. Adapun pertanyaan umumnya adalah mekanisme apa yang
25
menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive dalam memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital ? Sedangkan pertanyaan spesifiknya adalah: 1. Bagaimana perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate ? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital ?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut tujuan umum penelitian ini adalah
mengidentifikasi mekanisme yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital. Sedangkan tujuan spesifiknya adalah: 1. Menganalisis secara deskriptif perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu:
26
1. Menjelaskan mekanisme yang menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah tetap survive memberikan pembiayaan kepada UKM berkaitan dengan adanya indikator social capital. 2. Menjelaskan perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kredit kelompok berkaitan dengan indikator social capital yang mempengaruhi repayment rate. 3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan social capital. 4. Sebagai masukan bagi pemerintah agar mendukung BMT melalui kebijakan yang efektif dengan adanya social capital yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
27
2.1.
Kredit Perbankan Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti kepercayaan.
Kepercayaan yang dimaksud di dalam perkreditan adalah kepercayaan yang terjadi antara pemberi dan penerima kredit. Menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perbankan, pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan (Simorangkir, 2004). Perbankan memiliki beberapa tujuan dalam menyalurkan kreditnya. Menurut Simorangkir (2004), tujuan kredit yang diberikan oleh perbankan, khususnya bank pemerintah adalah sebagai berikut: 1. Turut
mensukseskan
program
pemerintah
di
bidang
ekonomi
dan
pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Menurut Simorangkir (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi bank dalam menilai calon peminjam dalam memberikan kredit adalah sebagai berikut: 1. Karakter (character), yaitu tabiat serta kemauan pemohon kredit untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah dijanjikan. Karakter yang diteliti dalam hal ini, yaitu sifat-sifat, kebiasaan, kepribadian, cara hidup, dan
28
keadaan keluarga. Karena penilaian aspek itu sukar, maka bank melakukannya dengan sangat hati-hati. 2. Kemampuan
(capability).
Capability
merupakan
kesanggupan
calon
peminjam kredit untuk mengembalikan pinjaman dan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lainnya. Kemampuan calon peminjam kredit tergantung pada kecakapan, sifat, keadaan perusahaan, dan situasi perekonomian pada umumnya. 3. Modal (capital). Penyelidikan terhadap aspek modal tidak terbatas pada besar kecilnya modal yang ditanam, tetapi bagaimana penyebaran modal tersebut dalam alat-alat produksi. 4. Bidang usaha (condition). Bank kurang tertarik memberikan kredit kepada usaha yang sudah jenuh. Misalnya, di suatu daerah usaha pengangkutan sudah melebihi kebutuhan, maka bank tidak bersedia lagi memberikan kredit di bidang pengangkutan. 5. Rekening. Bank memperhatikan perputaran keuangan yang disalurkan dalam rekening nasabah, yaitu mutasi penyetoran dan penarikannya. Mutasi ini diperlukan untuk waktu tiga atau enam bulan terakhir. 6. Pergaulan sosial. Seseorang mempunyai lingkungan hidup sendiri atau berbagai ragam. Ada lingkungan pergaulan sosial, lingkungan bisnis, lingkungan intelektual, dan sebagainya. Misalnya, dikalangan pengusaha ia mempunyai nama yang baik dan dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya, tidak pernah memberi cek kosong.
29
7. Permintaan produksi. Bank ingin mengetahui perkembangan permintaan barang yang diproduksi oleh calon peminjam kredit. Bank meneliti tentang apa yang menyebabkan permintaan terhadap barang yang dijual oleh pemohon kredit dapat meningkat. 8. Persaingan. Bank juga akan menyelidiki persaingan dalam pemasaran barangbarang calon peminjam kredit.
2.2.
Pembiayaan Mikro (Microfinance) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Pembiayaan Mikro (Microfinance) adalah usaha untuk meningkatkan
akses pinjaman dan untuk menyelamatkan masyarakat yang memiliki pendapatan dan kesejahteraan rendah serta merupakan cara terbaik untuk mengurangi kemiskinan (Schreiner, 1999). Menurut Bank Indonesia kredit mikro adalah kredit yang diberikan kepada para pelaku usaha produktif baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Prinsip umum lembaga keuangan mikro menurut PINBUK (2003), yaitu sebagai berikut: 1. Modal LKM haruslah bersumber dari anggotanya sendiri yang dihimpun dari simpanan pokok dan simpanan wajib serta dapat pula kita tambahkan istilah simpanan pokok khusus sebagai penguat modal, semacam saham di PT./bank. Selain itu LKM dapat membuka berbagai jenis tabungan (simpanan sukarela). 2. Layanan kredit/pinjaman/pembiayaan hanya diberikan kepada anggota LKM saja, tidak boleh kepada bukan anggota.
30
3. Jaminan barang boleh diterapkan, namun pertimbangan yang terbaik berdasarkan watak/karakter peminjam sendiri. Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya
disebut
Lembaga
Keuangan
Mikro
(LKM).
Menurut
Asian
Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro (microfinance) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil (insurance to poor and low-income households and their microenterprises). Sedangkan bentuk LKM dapat berupa lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi, lembaga semiformal misalnya organisasi non pemerintah, dan sumber-sumber informal misalnya pelepas uang (Wijono, 2005). LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang berwujud bank dan non bank. Sedangkan menurut Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), LKM dibagi menjadi bank dan non bank dan LKM yang berwujud non bank dibedakan menjadi formal dan non formal (Gambar 2.1).
31
Bank
LKM
BPR/BPRS Pengaturan : UU Perbankan No.10/1998 Perijinan : BI Pengawasan : BI BRI unit Pengaturan
: UU Perbankan No.10/1998 Perijinan : BI Pengawasan : BRI cabang, BI
BKD unit Pengaturan
: UU Perbankan No.10/1998 Perijinan : BI Pengawasan : BRI atas nama BI
Koperasi Pengaturan
: UU Koperasi No.25/1992 Perijinan : Kementrian Negara Koperasi & PKM Pengawasan : Kementrian Negara Koperasi & PKM
Non Bank
Formal BKD Unit Pengaturan Perijinan Pengawasan
Non Formal
: : Gubernur setiap propinsi : Pemda Tingkat I
KSM BMT Arisan
Gambar 2.1. Sistem Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Sumber : Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (2003).
32
2.3.
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Terdapat berbagai definisi UMKM baik dari lembaga lokal maupun
asing. Salah satunya berdasarkan Kesepakatan Bersama Menko Kesra Sebagai Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (No.11/KEP/MENKO/KESRA/IV/2002– No.4/2/KEP.GBI/2002 tanggal 22 April 2002). Definisi UMKM berdasarkan kesepakatan bersama tersebut, yaitu (Rudjito, 2003): 1. Kredit Usaha Mikro adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro. Pemberian kredit dilakukan secara langsung maupun tidak langsung serta dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin dengan kriteria penduduk miskin menurut Badan Pusat Statistik dengan plafon kredit maksimal sebesar Rp. 50 juta. 2. Kredit Usaha Kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200 juta diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1 milyar per tahun, dengan plafon kredit maksimum sebesar Rp. 500 juta. 3. Kredit Usaha Menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha di luar usaha mikro dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafon di atas Rp. 500 juta sampai dengan Rp. 5 milyar.
33
Menurut Rudjito (2003), terdapat juga beberapa definisi usaha kecil dan usaha menengah yang diberikan oleh beberapa lembaga, diantaranya sebagai berikut: 1. UU No. 9 Tahun 1995. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia. 2. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999. Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum. 3. Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum di Indonesia No.3/9/BKr, Tanggal 17 Mei 2001. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki omzet paling banyak Rp. 1 milyar per tahun, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar, berbentuk usaha perorangan, dan merupakan badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
34
Menurut PINBUK (2003), usaha mikro atau usaha kecil bawah adalah usaha yang memiliki omzet lebih kecil dari Rp. 50 juta per tahun. Sedangkan usaha kecil adalah usaha dengan omzet antara Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta per tahun.
2.4.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang berbentuk
syariah. Legalitas BMT diberikan oleh Departemen Koperasi dan Usaha Kecil. Sedangkan pembinaannya dibawah Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). 2.4.1.
Pengertian dan Latar Belakang BMT Penggunaan istilah BMT diambil dari kata-kata Baitul Maal wa Baitul
Tamwil, yang kemudian dalam perkembangannya menjadi Baitul Maal wat Tamwil yang disingkat menjadi BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda. Menurut asal katanya Baitul maal (Bait = rumah, Maal = harta) merupakan
lembaga
penerima
zakat,
infak,
sadaqoh
dan
sekaligus
menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan Baitut Tamwil (Bait = rumah, at-Tamwil = pengembangan harta) adalah lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil. Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai usaha Mandiri Terpadu yang singkatannya juga BMT (PINBUK, 2003).
35
Istilah Baitul Maal telah ada dan tumbuh sejak zaman Rasulullah SAW, meskipun saat itu belum terbentuk suatu lembaga yang permanen dan terpisah. Kelembagaan Baitul Maal secara mandiri sebagai lembaga ekonomi berdiri pada masa khalifah Umar bin Khathab atas usulan seorang ahli fiqh bernama Walid bin Hisyam. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan sebuah Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang berbadan hukum koperasi simpan pinjam. Saat ini BMT telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama yang berdomisili di pedesaan. Usaha pendirian ini biasanya dimotori oleh para tokoh masyarakat, baik yang berada di lingkungan masjid, organisasi kemasyarakatan Islam, ataupun pesantren. BMT menjadi dekat dengan masyarakat karena proses kelahirannya tidak terlepas dari budaya lokal lingkungan masyarakatnya. Latar belakang pendirian BMT merupakan usaha-usaha pemberdayaan umat yang selama ini berada dalam kondisi di bawah garis kesejahteraan. Latar belakang ini juga tidak terlepas dari sistem perekonomian yang tidak pernah memihak kepada umat. Lebih parah lagi jeratan para rentenir yang semakin mencekik dengan kelipatan bunga (riba) yang tak mampu dibayar. Secara financial, Baitul Maal menggali dana dari zakat, infak, dan sadaqah (ZIS), sedangkan Baitul Tamwil merupakan akumulasi simpanan shohibul maal. Dengan demikian, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan intermediasi antara aghniya (kaum kaya) dan dhu’afa (kaum lemah).
36
2.4.2.
Ciri-ciri BMT Menurut PINBUK (2003), BMT memiliki ciri-ciri utama dan ciri-ciri
khas. Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut: 1. Berorientasi bisnis dan mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan lingkungannya. 2. Bukan lembaga sosial tapi dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan penggunaan zakat, infaq, sadaqah, dan wakaf bagi kesejahteraan orang banyak. 3. Ditumbuhkan dari bawah berdasarkan peran serta masyarakat dan sekitarnya. 4. Milik bersama masyarakat kecil bawah (mikro) dan kecil dari lingkungan BMT itu sendiri, bukan milik perorangan atau orang dari luar masyarakat itu. Sedangkan ciri-ciri khas BMT, yaitu sebagai berikut: 1. BMT adalah lembaga milik dan di bawah kendali masyarakat setempat sehingga keuntungan yang diperolehnya adalah juga akan menjadi milik dan hak masyarakat setempat, disamping itu maju mundurnya BMT ini akan sangat ditentukan oleh masyarakat setempat itu sendiri. 2. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, proaktif, dinamis tidak menunggu tetapi menjemput calon anggota penyimpan/peminjam, baik anggota yang dihimbau untuk menempatkan dana simpanan maupun untuk pembiayaan usaha. Istilah populernya adalah menjemput bola, tidak menunggu. 3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan tempatnya (biasanya di madrasah, masjid atau mushalla) ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah atau anggota BMT. Setelah pengajian ilmu-ilmu agama
37
biasanya dilanjutkan dengan “balam” (bagi-bagi pengalaman) pembicaraan bisnis dari para anggota pengelola usaha kecil. 4. Manajemen BMT adalah profesional dan islami.
2.4.3.
Badan Hukum BMT BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) atau berbentuk Koperasi.
2.4.3.1. BMT dalam Bentuk KSM Jika BMT didirikan dalam bentuk KSM, maka BMT akan mendapat sertifikasi operasi dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) yang mendapat pengakuan dari Bank Indonesia sebagai lembaga pengembangan swadaya masyarakat yang mendukung program yang menghubungkan antara bank dengan KSM. KSM juga dapat berfungsi sebagai pra koperasi dengan tujuan mempersiapkan segala sesuatu agar BMT dapat menjadi koperasi BMT. Jika para pengurus siap untuk mengelola BMT dengan baik dengan badan hukum koperasi, maka BMT dapat dikembangkan dengan badan hukum koperasi.
2.4.3.2. BMT dalam Bentuk Koperasi Jika pada awal pendirian telah ada kesiapan, maka BMT langsung didirikan sebagai badan hukum koperasi. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang bisa diambil: a. Sebagai koperasi serba usaha untuk perkotaan.
38
b. Sebagai Koperasi Unit Desa (KUD), dengan ketentuan yang diatur oleh Menteri Koperasi dan pengusaha kecil tanggal 20 Maret 1995, yaitu bila di suatu wilayah telah ada KUD dan berjalan dengan baik, maka BMT dapat menjadi Unit Usaha Otonom (U2O) atau Tempat Pelayanan Koperasi (TPK). Bila KUD tersebut belum berfungsi dengan baik, maka KUD tersebut dapat difungsikan sebagai BMT dan pengurus dipilih dalam suatu rapat anggota. Jika di daerah tersebut belum ada KUD, maka dapat didirikan KUD BMT. Dalam pendirian KUD diperlukan minimal 20 orang anggota. c. Sebagai Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN), BMT juga dapat menjadi U2O dan TPK dari Kopontren dan juga dapat didirikan Kopontren BMT. Dalam hal ini panitia pendirian BMT dapat berkonsultasi dengan Departemen Agama dan Departemen Koperasi di kabupaten/kota setempat.
2.4.4.
Kegiatan-kegiatan BMT Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh BMT, yaitu:
2.4.4.1. Kegiatan bidang keuangan Ada dua kegiatan BMT dalam bidang keuangan, yaitu pelayanan jasa simpanan dan pembiayaan, kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jasa Simpanan Jasa simpanan merupakan salah satu produk BMT yang memiliki keragaman sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan. Jasa simpanan sering disebut juga dengan tabungan. Ada beberapa jenis tabungan (simpanan), yaitu:
39
a. Tabungan Wadi’ah Menurut Antonio (1999), Al Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan harus dikembalikan kapan saja penitip menghendaki. Tabungan atau simpanan dengan prinsip wadi’ah adalah titipan dana yang setiap waktu dapat ditarik pemiliknya. b. Tabungan Mudharabah Tabungan atau simpanan dengan prinsip mudharabah dilakukan dengan cara dana dipercayakan oleh pemilik harta kepada BMT digunakan untuk kegiatan usaha yang menguntungkan, namun secara implisit pemilik dana bersedia menanggung kerugian selama BMT tidak dapat menutupi kerugian dengan cara lain (Antonio, 1999). Pemilik mendapatkan bagian bagi hasil dari modal tersebut sesuai dengan kesepakatan. Produk simpanan ini bermacam-macam, yaitu simpanan Mudharabah biasa, haji, nikah, dan sebagainya. 2. Pembiayaan Kegiatan pembiayaan adalah upaya BMT dalam membiayai usaha-usaha yang dilakukan oleh anggota sesuai dengan kebutuhan usaha tersebut. Pembiayaan dapat berbentuk: 1. Mudharabah. Menurut Antonio (1999), pada sisi penghimpunan dana, mudharabah digunakan pada:
40
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya. b. Deposito biasa. c. Deposito spesial (special investment), dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya untuk murabahah atau ijarah saja. 2. Musyarakah. Musyarakah musyarakah
biasanya
dilakukan
dengan
diaplikasikan cara
bank
untuk dan
pembiayaan
nasabah
proyek.
bersama–sama
menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut dengan sistem bagi hasil. (Antonio, 1999). 3. Murabahah. Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati (Antonio, 1999). Al murabahah banyak digunakan di KBMT yang memberikan pembiayaan kepada para pedagang. 4. Qardhul hasan. Qardhul hasan adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan (Antonio, 1999). Biasanya Al qard hanya diberikan kepada kaum dhuafa dan merupakan penyaluran dana zakat, infak, atau shodaqah.
41
2.4.4.2. Kegiatan non Keuangan Prioritas utama dari BMT adalah melakukan kegiatan bidang keuangan, namun bila ada kesempatan dan peluang tidak ada halangan bagi BMT untuk bergerak dalam sektor riil. Kegiatan tersebut antara lain: 1. Membuka usaha dagang. 2. Menyediakan jasa konsultasi bisnis, dll.
2.4.5.
Permodalan BMT BMT dapat didirikan dengan modal awal Rp. 10 juta atau lebih. Namun
jika terdapat kesulitan dalam mengumpulkan dana maka dapat juga didirikan dengan dana Rp. 5 juta. Modal ini dapat ditambah sejalan dengan bertambahnya usia BMT. Berdasarkan sumber modal, BMT dapat didirikan dengan modal beberapa orang, yayasan, BAZIS. Namun dari awal minimal untuk mendirikan sebuah BMT harus ada 7 orang, sedangkan jumlah yang sebaiknya adalah 20 - 44 orang.
2.5.
Perkembangan Teori Kapital Pengertian kapital memiliki perkembangan yang berbeda. Kapital yang
dulu dianggap sebagai sesuatu yang berwujud, tetapi sekarang kapital tidak hanya dilihat dari sisi fisik saja. Perbedaannya dapat dilihat menurut teori ekonomi konvensional dan teori tentang social capital.
42
2.5.1.
Kapital Menurut Teori Ekonomi Konvensional Kapital adalah sesuatu yang menghasilkan pendapatan dan tidak
dikonsumsi tetapi mengalami penyusutan input melalui proses produksi. Kapital tersebut harus diciptakan dan harus dipertahankan melalui usaha manusia (Goeorgi, 2002). Menurut Adam Smith dan Marshall, yang termasuk modal adalah hukum, gereja, literatur, kesenian, dan pendidikan. Menurut Irving Fisher yang disebut modal adalah semua yang termasuk manusia dan bentuk organisasi sosial. Joseph Schumpeter dan Theodere Schultz menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor yang paling dominan dibandingkan sumber daya alam (Deliarnov, 2003). Teori ekonomi klasik menekankan akumulasi kapital secara fisik dan harta kekayaan sebagai mesin dari perekonomian. Jika semakin banyak modal fisik yang dimiliki seperti tenaga kerja, peralatan, gedung, tanah dll, maka produktifitas akan semakin meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat. Hal serupa juga dinyatakan oleh teori konvensional neo klasik tentang perusahaan yang secara umum mengasumsikan tidak ada ketergantungan antara modal secara fisik dan modal sosial yang mempengaruhi transaksi atau pertukaran. Kritikan dari teori konvensional ini dilakukan oleh Coleman dan Putnam yang beralasan bahwa adanya aturan yang saling mempengaruhi atau timbal balik harus dimasukan ke dalam model ekonomi kita (Wilson, 2000).
43
2.5.2.
Kapital Menurut Teori Social Capital Kapital menurut teori ekonomi konvensional berbeda dengan kapital
menurut teori social capital. Perbedaannya bisa dilihat dari definisi dan indikatornya.
2.5.2.1
Definisi Social Capital Coleman (1988) mendefinisikan social capital sebagai keragaman dari
kesatuan yang berbeda dengan dua elemen di dalam kesamaan, yang terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan memudahkan kegiatan yang pasti baik perorangan ataupun korporasi di dalam struktur. Menurut Putnam (1995), social capital adalah ciri-ciri organisasi sosial seperti norma-norma, jaringan, dan kepercayaan yang memfasilitasi kerja sama dan koordinasi untuk saling menguntungkan. Social capital merupakan aturan informal dalam instansi yang memajukan kerja sama di antara dua atau lebih individu. Tidak hanya adanya aturan-aturan dari institusi tetapi juga institusi tersebut harus bekerja sama dalam kelompok-kelompok yang berkaitan dengan kebaikan tradisional seperti kejujuran, menjaga komitmen, dapat dipercaya dalam melakukan tugas, adanya timbal balik dan hal-hal yang dianggap baik (Fukuyama, 1999). Social capital berhubungan dengan konsep pada tingkat mikro, meso, maupun makro. Pada tingkat makro, social capital termasuk institusi seperti pemerintah, aturan hukum, kewarganegaraan, dan partai politik. Pada tingkat mikro dan meso, social capital berhubungan dengan jaringan dan aturan-aturan yang mempengaruhi interaksi di
44
antara individu-individu, rumah tangga, dan komunitas. Pada tingkat komunitas maupun perkumpulan lokal dapat diwujudkan dari social capital, tetapi harus ditekankan bahwa social capital dan perkumpulan lokal tidak sama. Social capital berada di luar konteks perkumpulan lokal baik formal maupun informal (Grootaert, 1999). Social capital membutuhkan investasi seperti aset ekonomi yang lainnya. Social capital memiliki nilai ekonomi, nilai tersebut dapat menurun terutama jika tidak terus menerus dipertahankan. Social capital juga dapat ditransfer dari satu organisasi ke organisasi lain melalui merger dan ditransfer dari karyawan dengan hubungan bisnisnya (Wilson, 2000). Social Capital tidak terlepas dengan manusia yang saling berhubungan sebagai pelaku social capital. Individu social capital adalah orang yang memiliki karakteristik sosial, termasuk kemampuan sosial, kharisma, serta dapat membuatnya mencapai pengembalian pasar dan non pasar dari interaksi dengan yang lain (Glaeser, Laibson, dan Sacerdote, 2002). Social capital memiliki beberapa ide utama, yaitu social capital menumbuhkan eksternalitas positif untuk anggota atau grup, eksternalitas positif ini diterima melalui berbagai kepercayaan, aturan-aturan, dan nilai serta konsekuensi yang diakibatkan oleh harapan dan tingkah laku (Durlauf, Steven, dan Fafchamps, 2004).
2.5.2.2. Indikator untuk Mengukur Social Capital Putnam (1995) telah mencoba untuk mengukur social capital dengan hitungan kelompok dalam masyarakat sipil, menggunakan suatu nomor, jumlah
45
(n) untuk mengetahui ukuran keanggotaan dalam sports club, liga bowling, masyarakat berkaitan kesusasteraan, politic clubs, dan semacamnya. Ukuran yang pertama untuk total social capital dalam suatu masyarakat adalah penjumlahan dari keanggotaan semua kelompok. SC =
n1,t.
(1)
Persatuan grup menghasilkan negatif eksternalitas yang dapat dianggap sebagai radius ketidakpercayaan atau rn. Jika semakin besar nilai rn, maka semakin besar pertanggungjawaban grup yang mewakili lingkungan masyarakat. Oleh karena itu ukuran untuk grup social capital tunggal rp.cn harus digandakan dengan timbal balik dari rn. Ukuran yang terakhir berkembang menjadi seperti dibawah ini (Fukuyama, 1999). SC = (rp.cn)1.t Grootaert
(2)
(1999), mengukur social capital dengan enam indikator,
yaitu: 1. Jumlah anggota dalam komunitas. 2. Heterogenitas internal dari perkumpulan (umur, jenis kelamin, pendidikan, agama dan sebagainya). 3. Kehadiran dalam pertemuan. 4. Keaktifan dalam membuat keputusan. 5. Pembayaran hak dari institusi atau negara kepada masyarakat. 6. Tujuan komunitas. Social capital dapat diukur dengan berbagai indikator. Putnam (2000) menggunakan suatu indikator gabungan yang berisi ukuran, yaitu intensitas
46
keterlibatan di dalam masyarakat dan hidup organisasi, perikatan publik (voting), sukarelawan yang bersosialisasi secara informal (mengunjungi para teman), dan kepercayaan tingkat interpersonal. Menurut Karlan (2001) untuk mengetahui pengaruh social capital terhadap tingkat repayment dan tingkat saving dapat menggunakan beberapa indikator, yaitu heterogenitas budaya, penyebaran geografi, dan strategi identifikasi. Rupasingha, Stephan, Goetz, dan Freshwater (2002) melihat pengaruh social capital terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka mengukur social capital melalui indikator kepadatan anggota organisasi, rata-rata tingkat kejahatan, pemberian amal sosial, dan partisipasi dalam memberikan suara. Bastelaer dan Leathers (2006) menggunakan beberapa indikator social capital, yaitu ukuran kelompok, umur grup, dan kestabilan anggotanya, geografi (jarak), sistem tanggung renteng, tipe hukuman yang diterapkan, pelatihan dalam kelompok, dan jaringan interpersonal untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate yang baik terhadap peminjaman benih di Zambia Selatan.
2.5.2.3. Fungsi Social Capital Fungsi social capital menurut beberapa ahli ekonomi adalah sebagai berikut: 1. Fungsi ekonomi social capital adalah untuk mengurangi biaya transaksi yang dihubungkan dengan mekanisme koordinasi formal seperti kontrak, hierarki, dan aturan birokrasi (Fukuyama, 1999).
47
2. Adanya pengakuan pertumbuhan yang berbeda dalam pertumbuhan ekonomi baik pada tingkat individu, rumah tangga, atau pada tingkat wilayah yang tidak dapat dijelaskan secara lengkap oleh input tradisional seperti tenaga kerja, tanah, dan modal fisik. Social capital dapat memberikan peranan dalam mempengaruhi kesejahteraan keluarga, tingkat komunitas, dan bangsa (Grootaert, 1999). 3. Social capital juga memberikan peranan dalam dunia agribisnis karena agribisnis merupakan sebuah sistem yang berhubungan dengan manusia. Adanya social capital dapat mendorong terbentuknya kepercayaan yang memberikan keeratan atau kohesi yang menjaga hubungan ini secara bersama dalam mendukung tujuan bisnis, dan kepercayaan juga dapat mengurangi ketidakpastian dalam transaksi bisnis (Wilson, 2000). 4. Efek ekonomi yang utama dari social capital adalah mengurangi biaya informasi dan transaksi. Ketika biaya transaksi dan biaya perkumpulan dikurangi maka penghamburan informasi juga dapat dikurangi dengan melibatkan sedikit risiko dan memperluas cakupan transaksi serta interaksi. Social capital juga memiliki efek negatif ketika social capital yang baik dapat memudahkan tindakan kolektif dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi. Social capital yang tidak baik dapat melumpuhkan kerjasama dan pembangunan ekonomi (Rupasingha, Goetz, dan Freshwater, 2000). 5. Social capital dapat berperan untuk bidang ekonomi dan sosial. Social capital dapat memacu repayment rate dan tabungan lebih tinggi, social capital juga
48
membantu kawan sebaya membedakan kesalahan yang disebabkan oleh moral hazard dan yang diakibatkan guncangan negatif perorangan (Karlan, 2001).
2.6.
Model Probit Menurut Gujarati (1997), penggunaan model Probit yaitu untuk
menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas (dependent) yang dummy atau dichotomous. Variabel dependennya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana sebagai berikut: Yi = α + β X i + U i
(3)
Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi , E (Yi/Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu. Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel dependennya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i adalah Uji (untuk J = 0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika pilihannya 0. Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utilitas. Model Probit mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linear normal yang dinyatakan sebgai berikut: Yi* = Xi’ β + εi
(4)
49
ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang sebenarnya dibuat oleh individu i. Goldberger dalam Maddala (1994) mengasumsikan adanya variabel respon yang mendasar yaitu Yi* di dalam model analisis Probit yang didefinisikan oleh hubungan regresi sebagai berikut: Yi* = β' xi + Ui
(5)
Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi. Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel Dummy Y yang didefinisikan sebagai berikut: Y = 1 jika
Y i* > 0
Y = 0 jika sebaliknya Prob (Yi = 1) = Prob (Ui > - β' Xi) = 1- F (-β' Xi ) Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti diatas. Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah: L = П yi = 0 F(- β' Xi) П yi = 1 [ 1 – F (-β' Xi ) ]
2.7.
(6)
Penelitian–penelitian Terdahulu Grootaert (1999) mengestimasi secara empiris bagaimana social capital
mempengaruhi kesejahteraan dan kemiskinan di Indonesia. Fokus penelitiannya anggota rumah tangga dalam perkumpulan lokal terutama aspek dari social capital yang relevan dengan keputusan rumah tangga sehari-hari yang
50
mempengaruhi kesejahteraan dan konsumsi. Untuk mengestimasi bagaimana social capital berkontribusi pada kesejahteraan rumah tangga, Grootaert menggunakan model bentuk reduksi dari kesejahteraan rumah tangga yang mengontrol karakteristik lokasi dan rumah tangga yang relevan. Grootaert mengukur social capital dengan enam dimensi, yaitu kepadatan anggota, heterogenitas internal dari perkumpulan (umur, jenis kelamin, pendidikan, agama dan sebagainya), kehadiran pertemuan, partisipasi aktif dalam membuat keputusan, pembayaran yang seharusnya, dan orientasi perkumpulan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rumah tangga dengan social capital yang tinggi menghabiskan lebih banyak pendapatan, mereka juga memiliki lebih banyak aset, lebih banyak tabungan, dan lebih baik dalam mengakses kredit. Karlan (2001) melakukan penelitian tentang tingkat repayment dengan membandingkan kelompok organisasi FINCA-Peru yang sebelumnya sudah terbentuk (uninvited) dengan kelompok baru yang sengaja diundang (invited). Alat analisis yang digunakan dengan metode OLS dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitiannya menyimpulkan kelompok uninvited memberikan tingkat repayment dan tingkat saving yang lebih baik dibandingkan kelompok yang diundang (invited). Adanya social capital terbukti mengurangi moral hazard dan kesalahan yang diakibatkan negative personal shock. Rupasingha, Goetz, dan Freshwater (2002) melakukan penelitian untuk melihat pengaruh social capital terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan metode analisis linear. Penelitian ini mengukur social capital melalui indikator kepadatan anggota organisasi, rata-rata tingkat kejahatan,
51
pemberian amal sosial, dan partisipasi dalam memberikan suara. Hasilnya menunjukkan bahwa social capital merupakan faktor yang penting untuk pertumbuhan ekonomi di negara Amerika. Mereka menemukan bukti signifikan bahwa pendapatan per kapita tumbuh dengan cepat di negara Amerika dengan tingkat social capital yang tinggi. Bastelaer dan Leathers (2006) melakukan penelitian pada tahun 1998 2000. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder dengan menggunakan metode OLS. Penelitian ini meneliti faktor yang mempengaruhi high repayment yang dilakukan oleh kelompok yang meminjam benih di Zambia Selatan. Hasilnya menemukan diantara faktor yang mempengaruhi, yaitu ukuran grup merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat repayment. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa semakin kecil grup tingkat interaksinya semakin kuat sehingga menunjukkan adanya social capital berpengaruh signifikan terhadap repayment rate dari kredit yang diberikan. Penelitian mengenai BMT juga salah satunya pernah dilakukan oleh Aryati (2006) yang menganalisis permintaan dan efektifitas pembiayaan usaha kecil pada lembaga keuangan mikro syariah. Dengan menggunakan metode OLS didapatkan hasil bahwa pembiayaan dipengaruhi secara nyata oleh faktor ekonomi (skala usaha), faktor non ekonomi (lama menjadi nasabah dan jenis usaha). Variabel biaya peminjaman berkorelasi negatif terhadap permintaan pembiayaan. Efektifitas penyaluran pembiayaan berdasarkan penelitian di KBMT Khidamatul Ummah, Kecamatan Cibungbulang dikategorikan cukup efektif.
52
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini meninjau indikator social capital yang terdapat pada lembaga keuangan mikro syariah khususnya di BMT (Baitul Maal wat Tamwil). Penelitian ini mengambil studi kasus KBMT Wihdatul Ummah sebagai salah satu lembaga keuangan mikro syariah di Kota Bogor dengan menghubungkan antara social capital dan repayment rate serta melihat perbedaan indikator social capital yang terdapat pada pembiayaan secara perorangan dan kelompok.
2.8.
Kerangka Pemikiran Berdasarkan permasalahan dan tujuan, secara garis besar kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 2.3. Kerangka berpikir penelitian ini mulai dari lembaga keuangan mikro yang terdiri dari bank dan non bank. Lembaga keuangan mikro non bank terdiri dari lembaga formal dan non formal, dari lembaga non formal diambil BMT sebagai lembaga yang akan diteliti dengan menggunakan studi kasus KBMT Wihdatul Ummah. BMT tersebut memiliki sistem yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya yaitu berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan berdasarkan ciri-ciri dan kegiatannya ada beberapa indikator yang menunjukkan adanya social capital. BMT
memberikan
kredit
kepada
perorangan
dan
kelompok.
Berdasarkan data kredit perorangan dan kelompok diambil sampel dengan metode non probabilitas (non acak). Melalui kuesioner diperoleh data yang dapat dianalisis secara deskriptif karakteristik responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah, perbedaan pembiayaan pada kredit perorangan dan kelompok, serta
53
implikasinya terhadap perkembangan BMT itu sendiri. Berdasarkan data tersebut juga dengan menggunakan model Probit dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate berkaitan dengan indikator social capital.
Lembaga Keuangan Mikro Bank
Non Bank
Non Formal
Formal KBMT Wihdatul Ummah
(Jl.Raya Gunung Batu, Kota Bogor)
Tabungan
Sistem
Kelompok/UKM
Perorangan/UKM
Social capital
Metode non probability - Analisis deskriptif - Regresi Binary dengan model Probit
Kredit
Repayment rate
kuesioner
Pengolahan data
- Mekanisme KBMT yang mendukung indikator social capital - Faktor-faktor yang mempengaruhi repayment rate - Perbedaan pembiayaan kredit perorangan dan kelompok berkaitan dengan indikator social capital
54
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual
2.9.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan literatur dan penelitian sebelumnya, hipotesis dalam
penelitian ini yaitu: 1. Kredit kelompok memiliki repayment rate yang lebih baik dibandingkan kredit perorangan karena indikator social capital-nya lebih kuat. 2. Secara bersama-sama variabel indikator social capital berpengaruh nyata terhadap repayment rate. 3. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate berkaitan dengan indikator social capital yaitu frekuensi pertemuan, kepercayaan, jarak antar rumah anggota, hubungan kedekatan dengan pengurus, dan keaktifan dalam mengambil keputusan. Faktor diluar social capital yang berpengaruh signifikan adalah capital dan capability. 4. Faktor yang berpengaruh positif terhadap repayment rate adalah frekeuensi pertemuan, kepercayaan, hubungan kedekatan dengan pengurus, keaktifan dalam mengambil keputusan, capital, dan capability. Sedangkan faktor yang berpengaruh negatif terhadap repayment rate adalah jarak.
55
III.
3.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus KBMT Wihdatul
Ummah di Jl. Raya Gunung Batu yang berada di Kota Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja disesuaikan dengan tujuan penelitian dan BMT tersebut merupakan salah satu BMT yang memiliki kinerja yang baik dan aset besar di Bogor. Waktu penelitian ini dimulai Februari 2007 sampai dengan Maret 2007.
3.2.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder baik berupa
data kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan kuesioner terhadap responden dari perorangan dan kelompok yang merupakan nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang berpartisipasi dalam pengajuan kredit. Selain itu, untuk melengkapi data yang dibutuhkan dilakukan juga wawancara secara langsung dengan pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Data sekunder diperoleh melalui laporan keuangan yang terdapat di KBMT Wihdatul Ummah, Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Perbankan Syariah, Internet, dan literatur lain yang relevan dengan penelitian ini.
56
Tabel 3.1. Data yang Digunakan dalam Penelitian Jenis Data
Satuan
I. Data Kuantitatif ¾ Besarnya kredit yang diajukan dan yang disetujui
Rupiah
¾ Rata-rata pendapatan kotor dan bersih perhari sebelum dan sesudah pembiayaan
Rupiah
¾ Jangka waktu angsuran
Hari/bulan/tahun
¾ Biaya transportasi
Rupiah
¾ Lama menjadi nasabah
Tahun
¾ Lama menekuni usaha
Tahun
¾ Besarnya tabungan
Rupiah
¾ Jarak rumah nasabah ke BMT
Km/menit/Rp
II. Data Kualitatif ¾ Repayment rate ¾ Lancar/tidak lancar dalam pengembalian ¾ Aktif memberikan masukan dalam rapat ¾ Hubungan dengan pengurus ¾ Status keanggotaan ¾ Skema Kredit ¾ Hubungan dengan anggota lainnya ¾ Keaktifan di lingkungan ¾ Dummy pengajuan kredit ¾ Dummy lamanya pencairan
3.3.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode studi
kasus (case study) salah satu lembaga keuangan syariah atau BMT yang ada di Bogor, yaitu KBMT Wihdatul Ummah. Metode studi kasus ini digunakan untuk
57
memberikan
gambaran
secara
lengkap
mengenai
perkembangan
BMT,
karakteristik UKM, mekanisme pembiayaan, dan indikator social capital yang ada di BMT. Wawancara dilakukan terhadap aspek tertentu yang berkaitan dengan aspek social capital dalam penelitian ini. Untuk mengetahui gambaran umum tentang karakteristik KBMT Wihdatul Ummah, pembiayaan yang diberikan, dan indikator social capital, dilakukan wawancara langsung dengan pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang direkomendasikan sebanyak 70 orang. Wawancara langsung dengan pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan kuesioner untuk nasabah dan peminjam kredit penelitian ini berisi tentang: a. Karakteristik dan keragaan usaha nasabah meliputi identitas nasabah, jenis usaha, pendapatan, sumber modal, lama menekuni usaha, dan kondisi usaha. b. Indikator social capital yang dilihat dari banyaknya pertemuan yang dihadiri, kedekatan dengan pengurus, keaktifan di lingkungan, partisipasi dalam kegiatan di KBMT Wihdatul Ummah, tingkat kepercayaan, hubungan dengan anggota lain, dan jarak rumah nasabah ke BMT atau anggota lainnya. c. Dari pengurus KBMT Wihdatul Ummah ditanyakan secara langsung mengenai kondisi nasabah dan keaktifannya dalam mengikuti kegiatan serta gambaran umum mengenai proses pembiayaan yang dilakukan serta perkembangan KBMT Wihdatul Ummah.
58
3.4.
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengambilan sampel non
probabilitas (non acak). Dengan metode ini artinya nasabah peminjam KBMT Wihdatul Ummah memiliki peluang yang tidak sama untuk dijadikan sampel sehingga hanya nasabah yang telah ditentukan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan rekomendasi dari pengurus KBMT Wihdatul Ummah didapatkan 70 nasabah dari 496 nasabah pembiayaan yang masih aktif. Jumlah responden yang diamati lebih dari 30 orang untuk memudahkan dalam analisis dengan asumsi kenormalan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 63 orang, yang terdiri dari nasabah perorangan sebanyak 39 orang dan nasabah kelompok sebanyak 24 orang (Gambar 3.1). Jumlah ini disesuaikan dengan data yang diberikan oleh pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Metode pengambilan sampel ini dilakukan secara purposive atau sengaja, dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Responden adalah nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang telah diberikan pembiayaan. 2. Pengambilan sampel berdasarkan data yang direkomendasikan oleh pimpinan KBMT Wihdatul Ummah mengenai anggota yang dapat diwawancarai baik berupa saran dan alamat nasabah.
59
BMT di Provinsi Jawa Barat
Pemilihan lokasi: Purposive Perkembangan BMT cukup besar
BMT di Kota Bogor
Pemilihan lokasi: Purposive Perkembangan BMT cukup besar
KBMT Wihdatul Ummah
Pemilihan lokasi: Purposive Memiliki kinerja yang baik, aset, dan pembiayaan besar
5000 nasabah pembiayaan
496 nasabah pembiayaan yang aktif
Non Probability sampling (purposive sampling) 70 nasabah pembiayaan
Rekomendasi pengurus KBMT Wihdatul Ummah
Editing data: - efektivitas - Kondisi
39 nasabah pembiayaan perorangan 63 nasabah pembiayaan kelompok
Gambar 3.1. Metode Pengambilan Sampel Nasabah Pembiayaan KBMT Wihdatul Ummah
60
3.5.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan analisis statistik Regresi Binary dengan menggunakan model Probit. Untuk melakukan pengolahan data, dalam penelitian ini digunakan software SPSS 13 dan Eviews 4.1. Penelitian ini mengikuti beberapa tahapan yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deskripsi data Tahapan ini merupakan tahap awal yang dilakukan untuk melihat karakteristik seluruh data yang diperoleh. Sebelum dilakukan pengolahan data dilakukan pengkodean data kualitatif dan mengklasifikasikan kategori jawaban untuk disesuaikan dengan tujuan penelitian. 2. Analisis Deskriptif Analisis dekriptif dengan menggunakan metode frekuensi dan tabulasi silang. Analisis dengan metode frekuensi digunakan untuk menjelaskan berbagai variabel yang berkaitan dengan jumlah dan persentase tingkat pengembalian kredit (repayment rate) dengan kategori yang ditentukan, status keanggotaan, alasan memilih BMT untuk mendapatkan pembiayaan, kepuasan dan keterbukaan KBMT Wihdatul Ummah dalam memberikan pelayanannya kepada
nasabah.
Sedangkan
metode
crosstabs
digunakan
untuk
membandingkan antara pembiayaan yang diberikan kepada perorangan dan kelompok. 3. Penyusunan Model Probit
61
Variabel dependen yang digunakan untuk model Probit dalam penelitian ini adalah repayment rate. Variabel dependen tersebut berupa Y = 1 (repayment rate lancar) dan Y = 0 (repayment rate tidak lancar). Sedangkan yang menjadi variabel independennya adalah indikator social capital dan indikator diluar social capital yang berkaitan dengan pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah. Model persamaan regresinya dapat ditulis sebagai berikut: Y = α + βX1 + βX2 + βX3 + βX4 + β X4 + βX6 + βX7 + βX8 + βX9 + βX10 + ε Keterangan: α
= Konstanta
X6 = Jarak rumah nasabah ke BMT (km)
Y
= 1 (repayment rate lancar)
X7 = Dummy Kenal dekat
= 0 (repayment rate tidak
X8 = Capital (Rp)
lancar) X1 = Hubungan dengan anggota lain
X9 = Dummy Character
X2 = Jarak antar rumah anggota
X10 = Dummy Collateral
X3 = Dummy pengajuan kredit
ε
X4 = Status keanggotaan X5 = Jumlah pertemuan (kali)
= Error
62
IV.
4.1.
GAMBARAN UMUM KBMT WIHDATUL UMMAH
Latar Belakang Pendirian KBMT Wihdatul Ummah KBMT Wihdatul Ummah merupakan salah satu lembaga keuangan
mikro syariah yang berada di Jl. Raya Gunung Batu, Kota Bogor. KBMT Wihdatul Ummah ini berbadan hukum koperasi syariah. Berdiri sejak tahun 1994 dengan modal pertama kurang lebih Rp. 27 juta dan sekarang telah mencapai aset kurang lebih Rp. 3,5 milyar. Sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 2006, KBMT Wihdatul Ummah telah memberikan pembiayaan dan pendampingan kepada kurang lebih 5000 mitra (496 masih aktif) pengusaha mikro dengan total pembiayaan yang telah digulirkan mencapai kurang lebih Rp. 30 milyar. Menurut Siswanto (2006), pentingnya KBMT Wihdatul Ummah terhadap perekonomian Umat Islam, yaitu: 1. Mencegah pelarian modal atau capital flight. KBMT berbentuk koperasi sehingga modal yang terkumpul tidak lari ke pihak lain. Semua anggota memiliki hak yang sama untuk memanfaatkan modal yang terhimpun sesuai dengan ketentuan di KBMT sehingga diharapkan tidak ada penguasaan dana oleh pihak tertentu. 2. Mempercepat proses pemerataan ekonomi umat Islam. Kenyataan
di
lapangan,
menunjukkan
bahwa
Indonesia
masih
berorientasi pada pertumbuhan yang melupakan aspek pemerataan sehingga melahirkan kesenjangan sosial, sedangkan trickle down effect atau efek menetes ke bawah ternyata tidak terjadi. KBMT dapat berperan dalam proses pemerataan
63
karena KBMT memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota untuk mengakses modal dari KBMT, artinya KBMT berfungsi sebagai jembatan antara aghniya (orang kaya) yang berlebihan dana dengan dhu’afa wal mustadhafiin (orang yang kurang mampu) yang memerlukan permodalan. Dengan demikian, KBMT memberikan peluang lebih besar bagi dhua’fa wal mustadhafiin untuk mendapatkan pembiayaan, padahal di lembaga keuangan yang lain atau bank konvensional kesempatan tersebut tidak diberikan. 3. Membebaskan umat dari lintah darat. Umat Islam dalam hal ini dhu’afa wal mustadhafiin mempunyai kebutuhan modal yang mendesak, sedangkan akses terhadap modal sangat sulit. Selain itu, lemahnya ilmu pengetahuan atau intelektual menyebabkan mereka mudah tergoda rayuan rentenir sehingga umat Islam khususnya di pedesaan yang miskin lebih termiskinkan. Padahal aktivitas rentenir menggunakan bunga adalah aktivitas ekonomi yang dilarang dalam Islam dan ancamannya berat. Akibatnya menambah kemiskinan, memacu perilaku kriminalitas yang meresahkan masyarakat, dan di akhirat terjerumus ke neraka. 4. Menumbuhkan dan menjalin ukhuwah Islamiah. KBMT yang terdiri dari anggota dengan sistem koperasi membuat semua anggota dan pengurus saling membantu. Dorongan positif ini membuat perkembangan dan pertumbuhan ekonomi didasari semangat kebersamaan. 5. Memasyarakatkan praktek-praktek ekonomi syariah Islam. Upaya mempercepat dan memasyarakatkan praktek-praktek ekonomi berdasarkan syariah Islam, khususnya di kalangan masyarakat lapisan bawah.
64
Melalui KBMT masyarakat dapat mengenal prinsip-prinsip pembiayaan secara syariah.
4.2.
Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah Perkembangan KBMT Wihdatul Ummah dari tahun ke tahun semakin
baik. Hal ini dapat dilihat dari kinerjanya, alokasi pembiayaan yang diberikan, penghimpunan dana, dan kualitas aktiva produktifnya yang semakin baik.
4.2.1.
Kinerja KBMT Wihdatul Ummah Kinerja KBMT Wihdatul Ummah mengalami peningkatan yang semakin
baik jika dilihat dari modal, aset, total dana pihak ketiga, dan laba yang didapatkan dari tahun 2005 ke tahun 2006. Modal KBMT Wihdatul Ummah mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2005 ke tahun 2006 telah tumbuh 23 persen, seiring dengan peningkatan modal, asetnya juga meningkat lebih tinggi 34 persen, total dana pihak ketiga yang telah dihimpun pada tahun 2006 sebesar Rp. 2.692.995.422, tumbuh 14 persen, tetapi penyaluran pembiayaan (dropping) mengalami penurunan 16 persen, dengan laba pada tahun 2006 sebesar Rp. 45.881.324 meningkat 12 persen dibandingkan pada tahun 2005 (Tabel 4.1).
65
Tabel 4.1. Kinerja KBMT Wihdatul Ummah Hal
2005 (Rp) 111.950.207
2006 (Rp) 138.053.957
Tumbuh (persen) 23
Aset
2.660.520.280
3.567.173.620
34
Total Dana Pihak Ke-3
2.359.676.119
2.692.995.422
14
41.012.448
45.881.324
12
5.769.080.000
4.854.700.000
-16
Modal
Laba/Rugi Dropping
Sumber: KBMT Wihdatul Ummah (2006).
4.2.2.
Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha Berdasarkan Tabel 4.2, alokasi pembiayaan berdasarkan sektor usaha dari
tahun 2003 ke tahun 2004 sebagian besar dialokasikan untuk sektor jasa dengan pertumbuhan sebesar 165 persen, berikutnya perdagangan meningkat sebesar 62 persen, alokasi yang mengalami penurunan terjadi pada sektor home industri sebesar 32 persen dan sektor lainnya sebesar 53 persen. Suatu hal yang belum baik karena sektor pertanian belum mendapatkan alokasi pembiayaan sedikit pun dari tahun 2003 hingga tahun 2006. Tetapi dalam rencananya BMT yang ada di Bogor akan bekerja sama dengan lembaga asuransi untuk memberikan pembiayaan ke sektor pertanian yang akan dimulai pada tahun 2007. Pembiayaan untuk sektor pertanian sangat penting karena sebagian besar masyarakat di Indonesia bermatapencaharian sebagai petani dan diharapkan dengan adanya alokasi pembiayaan untuk sektor pertanian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil.
66
Tabel 4.2. Alokasi Pembiayaan Berdasarkan Sektor Usaha Sektor Usaha
2003 (Rp)
Pertanian
2004 (Rp)
Tumbuh (persen)
0
0
0
1.400.628.700
2.271.271.200
62
Jasa
339.960.000
900.050.000
165
Home Industry
216.364.750
146.640.950
-32
Lain-lain
222.450.000
104.350.000
-53
2.179.403.450
3.422.312.150
142
Perdagangan
Total
Sumber: KBMT Wihdatul Ummah (2006).
4.2.3.
Penghimpunan Dana Tahun 2005 Berdasarkan Tabel 4.3, pada tahun 2005 jumlah nominal tabungan dari
non anggota lebih besar kurang lebih Rp. 1 trilyun dibandingkan jumlah tabungan anggota. Jumlah nominal depositonya juga, nasabah non anggota lebih besar kurang lebih Rp. 505 juta dibandingkan nasabah anggota. Tabel 4.3. Penghimpunan Dana Tahun 2005 Tabungan
Jumlah Portofolio (orang) 76
Nominal (Rp) 49.180.434,81
Non Anggota/mitra
2.804
1.184.456.652,07
Total
2.880
1.233.637.086,88
Anggota
Deposito
Jumlah Portofolio (orang)
Anggota Non Anggota/Mitra Sumber: KBMT Wihdatul Ummah (2006).
16
Nominal (Rp) 313.650.000,00
114
819.150.000,00
67
4.2.4. Tingkat Kesehatan dan Kualitas Aktiva Produktif KBMT Wihdatul Ummah Tingkat kesehatan suatu bank dapat diukur dengan menghitung nilai komponen CAMEL dan dapat diperbaiki dengan menyehatkan seluruh unsur atau komponennya, meliputi capital, asset, management, earning, dan liquidity. Tingkat kesehatan pada KBMT Wihdatul Ummah dikategorikan cukup sehat dengan skor 67,3 pada tahun 2005. Proyeksi pada tahun 2006 diharapkan dapat meningkatkan skornya hingga 71,8 melalui peningkatan kinerja dan manajemen yang baik. (Tabel 4.4). Tabel 4.4. Tingkat Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Hal
Skor
Predikat
Realisasi 2005
67,3 Cukup Sehat
Proyeksi 2006
71,8 Cukup Sehat
Sumber: KBMT Wihdatul Ummah (2006).
Berdasarkan Tabel 4.5, CAR (Capital Adequacy Ratio) KBMT Wihdatul Ummah pada tahun 2005 sebesar 6,2 persen, artinya rasio modal bank dibanding aktiva tertimbang menurut risiko sebesar 6,2 persen. Menurut kategori perbankan CAR di atas 4 persen termasuk dalam kategori A. Tetapi penghimpunan dana pada tahun 2005 belum mencapai tingkat CAR yang ideal. Untuk mencapai tingkat CAR ideal sebesar 12,5 persen diperlukan tambahan modal Rp. 381 juta. LDR (Loan to Deposit Ratio) KBMT Wihdatul Ummah sebesar 90 persen. LDR ini merupakan rasio total kredit yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah dibandingkan total dana pihak ketiga yang dihimpun. Rasio ini menggambarkan kemampuan KBMT Wihdatul Ummah membayar kembali
68
penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemampuan likuiditasnya. Pada tahun 2005 LDR sebesar 90 persen menunjukkan termasuk dalam kategori aman dan likuid, karena batas aman LDR secara umum suatu bank sekitar 90 - 100 persen. Tingkat profit salah satunya dapat dilihat dari ROA (Return On Asset). Pada tahun 2005 ROA KBMT Wihdatul Ummah sebesar 1,5 persen. ROA tersebut membandingkan laba yang didapatkan dengan seluruh sumber daya input atau total aset yang dimiliki oleh KBMT Wihdatul Ummah. Jika semakin sedikit nilai ROA, maka mencerminkan total aset yang dimiliki KBMT Wihdatul Ummah semakin besar. Berdasarkan Tabel 4.5. juga, BOPO KBMT Wihdatul Ummah pada tahun 2005 sebesar 96 persen. Biaya Operasional (BOPO) merupakan besarnya pengeluaran untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Nilai 96 persen menunjukkan biaya operasional di KBMT Wihdatul Ummah sangat tinggi. Hal ini dapat mengurangi keuntungan yang dimiliki. Oleh karena itu sebaiknya dikurangi dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen yang efektif.
69
Tabel 4.5. Kesehatan KBMT Wihdatul Ummah Tahun 2005 dan Proyeksi Tahun 2006 Faktor Penilaian
2005
2006
6,2 persen
6,1 persen
6 persen
5 persen
1. ROA
1,5 persen
1,2 persen
2. BOPO
96 persen
95 persen
Manajemen
58 orang
58 orang
1. Alat likuid
9 persen
22 persen
2. LDR
90 persen
85 persen
Modal (CAR) Kualitas aktiva produktif Rasio aktiva yang diklasifikasikan Rasio Rentabilitas
Likuiditas
Sumber: KBMT Wihdatul Ummah (2006).
4.2.5.
Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2005 dan Proyeksi Tahun 2006 Kategori repayment rate kredit yang dipakai di KBMT Wihdatul Ummah
terdiri dari kredit lancar, kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kategori tersebut tergantung dari jenis pinjaman atau lamanya keterlambatan dalam pembayaran. Kategori tersebut adalah sebagai berikut: 1. Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan jangka waktu angsuran per hari/minggu a. 30 hari
: lancar/kolektibilitas I
b. 31 – 90 hari
: kurang lancar/kolektibilitas II
c. 90 – 120 hari
: diragukan/kolektibilitas III
d. > 120 hari
: macet/kolektibilitas IV
70
2. Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan jangka waktu angsuran per bulan a. < 3 bulan
: lancar/kolektibilitas I
b. 3 – 6 bulan
: kurang lancar/kolektibilitas II
c. 6 – 9 bulan
: diragukan/kolektibilitas III
d. > 9 bulan
: macet/kolektibilitas IV
3. Terlambat dalam pembayaran pinjaman dengan angsuran berdasarkan jatuh tempo a. belum jatuh tempo
: lancar/kolektibilitas I
b. sudah jatuh tempo (> 3 bulan)
: kurang lancar/kolektibilitas II
c. sudah jatuh tempo (6 bulan)
: diragukan/kolektibilitas III
d. sudah jatuh tempo (> 6 bulan)
: macet/kolektibilitas IV
Berdasarkan data dari KBMT Wihdatul Ummah pada Tabel 4.6 pada tahun 2005 sebagian besar repayment rate termasuk dalam kategori lancar (90 persen) dan yang termasuk dalam kategori macet sebesar 1,2 persen. Hal ini menunjukkan repayment rate di KBMT Wihdatul Ummah dapat dinilai baik dan dalam manajemennya KBMT Wihdatul Ummah selalu berusaha ada peningkatan dari setiap tahun, hal ini juga dapat dilihat dari proyeksi untuk tahun 2006.
71
Tabel 4.6. Kualitas Aktiva Produktif Tahun 2005 dan Proyeksi Tahun 2006 Klasifikasi
2005 (Rp) 80.594.471
2006 (Rp) 200.000.000
2.057.885.575 (90 persen)
2.484.231.326
187.458.030
195.413.135
15.343.055
6.356.597
26.897.722 (1,2 persen)
14.068.068
2.287.584.382
2.700.069.126
Penempatan pada Bank Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Jumlah Sumber: KBMT Wihdatul Ummah (2006).
72
V.
5.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah nasabah yang mendapatkan
pembiayaan dari KBMT Wihdatul Ummah. Karakteristik responden dapat dilihat dari karakteristik individu, usaha, dan pembiayaan. 5.1.1.
Karakteristik Individu Berdasarkan Gambar 5.1, usia nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang
menjadi responden sebagian besar adalah 38 tahun dan 42 tahun sebanyak 7,9 persen. Usia yang termuda 28 tahun (1,6 persen) dan yang tertua 75 tahun (1,6 persen). 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00
Persen
4.00 3.00 2.00
69
61
56
53
49
46
42
39
36
32
0.00
28
1.00
Usia
Gambar 5.1. Usia Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Sebagian besar tingkat pendidikan nasabah adalah SMU sebanyak 31,8 persen, ada juga yang berpendidikan diploma/sarjana sebanyak 7,9 persen (Gambar 5.2). Sebagian besar pelaku UKM yang menjadi responden dalam penelitian ini awalnya pernah bekerja di perusahaan sebagai buruh. Tetapi karena penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari dan sistem kerja yang
73
mengikat, membuat sebagian besar lulusan SMA ini mencoba untuk membuka usaha sendiri. Beberapa lulusan diploma atau sarjana juga demikian, mereka ingin membuka usaha sendiri dan mencoba untuk membuka lapangan pekerjaan dengan merekrut orang yang belum mempunyai pekerjaan. Hal ini sesuai dengan salah satu peranan UKM, yaitu membuka lapangan pekerjaan. 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
S di M pl A om a/ sa rja na
S M P
ta m at
S M P
ta m at
S D
ta m at
ta m at
tid ak
tid ak
tid ak
pe rn ah
m en gi ku ti ta m at S D
Persen
Pendidikan
Gambar 5.2. Tingkat Pendidikan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Rata-rata
nasabah
KBMT
Wihdatul
Ummah
menghabiskan
pendapatannya per hari untuk pengeluaran (konsumsi, pendidikan anak, kesehatan, dll) sebesar Rp. 45.000 dan sebagian besar nasabah memiliki pengeluaran Rp. 30.000 sebanyak 15,9 persen. Pengeluaran yang paling sedikit Rp. 7000 dan yang paling banyak Rp. 150.000 per hari (Gambar 5.3). 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 R p. 70 00 R p. 15 00 0 R p. 25 0 00 R p. 35 00 0 R p. 45 00 0 R p. 55 00 0 R p. 65 00 0 R p .8 00 00 R p. 13 10 00
Persen
Besarnya pengeluaran per hari
Gambar 5.3. Besarnya Pengeluaran Per Hari Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
74
5.1.2.
Karakteristik Usaha Berdasarkan Tabel 5.1, sebagian besar bidang usaha nasabah kredit
perorangan adalah jasa percetakan (15,4 persen) dan menjual jam tangan (15,4 persen). Sedangkan bidang usaha yang dijalani oleh nasabah kelompok sebagian besar berdagang onderdil mobil (54,2 persen). Bidang usaha yang dijalani nasabah kelompok terutama pada kelompok Kebun Jahe persaingannya sangat tinggi karena harus bersaing dengan produk-produk impor yang semakin menguasai pasar domestik. Tabel 5.1. Hubungan Skema Kredit dengan Bidang Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah. Bidang Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Makanan Kebutuhan sehari-hari (sembako) Salon rias Kredit barang Onderdil mobil Percetakan Komputer Peralatan roda Pakaian Kaca mata Sepatu Loakan besi Menjahit Ikan, peralatan pancing Service elektronik Jam tangan Tas, topi Gambar, poster, koran Mesin tik Total Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang) 2 5,1 6 25 4
10,3
3
12,5
0 0 4 6 1 1 2 2 1 1 1 2 1 6 2 2 1 39
0 0 10,3 15,4 2,6 2,6 5,1 5,1 2,6 2,6 2,6 5,1 2,6 15,4 5,1 5,1 2,6 100
1 1 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24
4,2 4,2 54,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100
75
Berdasarkan Tabel 5.2, sebagian besar aset yang dimiliki oleh responden nasabah perorangan Rp. 2.000.000 (15,4 persen) dan aset usaha yang dimiliki oleh nasabah kelompok juga sama sebesar Rp. 2.000.000 (20,8 persen). Tetapi rata-rata besarnya aset perorangan (Rp. 19.705.128) lebih besar dibandingkan besarnya rata-rata aset kelompok (Rp. 18.104.166). Tabel 5.2. Hubungan Skema Kredit dan Besarnya Aset Usaha Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Besarnya Aset Usaha (Rp) 700.000 1000.000 1.300.000 1.500.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 10.000.000 11.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 50.000.000 70.000.000 100.000.000 200.000.000 Total Rata-rata aset usaha
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang) 1 2,6 0 0 3 7,7 2 8,3 1 2,6 0 0 3 7,7 1 4,2 6 15,4 5 20,8 4 10,3 3 12,5 2 5,1 0 0 5 12,8 2 8,3 1 2,6 2 8,3 0 0 4 16,7 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 3 7,7 1 4,2 1 2,6 0 0 1 2,6 1 4,2 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 2 5,1 3 12,5 1 2,6 0 0 39 100 24 100 Rp. 19.705.128 Rp. 18.104.166
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Berdasarkan Gambar 5.4, sebagian besar responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah menekuni usaha selama 15 sampai 20 tahun (26,9 persen).
76
Nasabah yang paling baru menekuni usaha kurang dari 5 tahun (17 persen) dan yang paling lama menekuni usaha lebih dari 20 tahun (25,4 persen). Ada nasabah yang pernah berganti dari satu jenis usaha ke jenis usaha lain dan ada juga nasabah yang tetap menekuni usaha yang sama sampai sekarang. 30.00 25.00 20.00 Persen
15.00 10.00 5.00 0.00 < 5 tahun
5 - 10 tahun
10 - 15 tahun
15 - 20 tahun
> 20 tahun
Lama menekuni usaha
Gambar 5.4. Lama Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Menekuni Usaha Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Sebagian besar responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah sebanyak 60,3 persen tidak memiliki tenaga kerja. Hal ini dikarenakan usaha yang dijalani responden berskala kecil dan mikro. Tenaga kerja yang dimiliki oleh responden antara 1 sampai 8 orang (Gambar 5.5). 70.00 60.00 50.00 40.00
Persen
30.00 20.00 10.00 0.00 tidak memiliki pekerja
1 orang
2 orang
3 orang
4 orang
8 orang
Jumlah tenaga kerja
Gambar 5.5. Jumlah Tenaga Kerja Responden KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Sumber modal yang dimiliki oleh responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah pada saat memulai usaha sebagian besar berasal dari modal sendiri dengan tambahan dari BMT (87,3 persen), ada juga yang berasal dari modal sendiri dan bantuan bank sebanyak 12,7 persen (Gambar 5.6). Berdasarkan
77
ketentuan KBMT Wihdatul Ummah, nasabah yang bisa mendapatkan bantuan modal adalah nasabah yang telah menjalani usaha selama satu tahun agar dapat dilihat perkembangan usahanya, tetapi ada juga yang kurang dari satu tahun sudah mendapatkan pembiayaan, hal ini disesuaikan dengan kondisi usaha. Berbeda dengan bank umum yang memberikan pembiayaan setelah nasabah menjalani usaha minimal dua tahun. 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 Persen
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 modal sendiri dan BMT
modal sendiri dan bank
Sumber modal
Gambar 5.6. Sumber Modal Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Berdasarkan Gambar 5.7, jumlah pendapatan per tahun sebagian besar lebih besar dari Rp. 50 juta (62,5 persen). Berdasarkan jumlah pendapatannya per tahun menurut definisi Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang termasuk kedalam usaha kecil sebanyak 62,5 persen karena memiliki omzet per tahun antara Rp. 50 juta sampai dengan Rp. 500 juta. Sedangkan responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang termasuk kedalam usaha mikro sebanyak 37,5 persen karena memiliki omzet per tahun kurang dari Rp. 50 juta.
78
70.00 60.00 50.00 40.00 Persen 30.00 20.00 10.00 0.00 1
2
3
4
5
Jumlah pendapatan per tahun
Gambar 5.7. Besarnya Pendapatan Per Tahun Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Keterangan jumlah pendapatan per tahun: 1 = < Rp. 10.000.000 2 = Rp. 10.000.000 - Rp. 25.000.000 3 = Rp. 20.000.000 - Rp. 35.000.000 4 = Rp. 35.000.000 - Rp. 50.000.000 5 = > Rp. 50.000.000
5.1.3.
Karakteristik Pembiayaan Berdasarkan Tabel 5.3, Sebagian besar alasan nasabah memilih KBMT
Wihdatul Ummah sebagai lembaga keuangan untuk menyimpan tabungan atau untuk mendapatkan pembiayaan dibandingkan dengan lembaga keuangan lain adalah karena prosedur dalam mengajukan kreditnya lebih mudah (86 persen). Salah satu kemudahannya terlihat dari agunan yang disyaratkan tidak terlalu memberatkan. Persyaratan tersebut, yaitu nasabah yang meminjam di bawah Rp. 5 juta cukup dengan menyediakan jaminan barang elektronik yang dimiliki tetapi tetap disimpan di rumahnya masing-masing, tidak seperti pegadaian yang mengambil barang nasabahnya sebagai jaminan. Tetapi menurut pengalaman KBMT Wihdatul Ummah dengan jaminan seperti itu cukup efektif. Sedangkan
79
untuk peminjam di atas Rp. 5 juta harus menyediakan surat berharga seperti BPKB kendaraan motor, surat tanah ataupun surat berharga lainnya. Alasan adanya sistem syariah cukup dikenal banyak oleh nasabah (72 persen), sebagian besar mengatakan mulai mengenalnya melalui KBMT Wihdatul Ummah. Adanya sistem syariah yang diterapkan salah satunya dengan prinsip bagi hasil merupakan salah satu alasan yang meringankan dan mereka juga tidak harus membayar dengan sejumlah uang yang tetap seperti sistem bunga. Sistem ini sangat cocok bagi usaha mikro dan kecil yang memiliki kondisi usaha yang labil karena mereka dapat menyesuaikan dengan kondisi usahanya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis sebagian besar mengatakan bahwa rata-rata penghasilan mereka tidak menentu bahkan kadang-kadang dalam sehari ada yang tidak mendapatkan uang sama sekali dan untuk pulang ke rumah dari tempat usahanya harus meminjam kepada temannya yang lain. Ajakan tetangga karena alasan melihat tetangganya lebih sukses juga menjadi salah satu alasan (12 persen). Sebagian besar dari nasabah memperoleh informasi tentang KBMT Wihdatul Ummah dari tetangga atau teman usahanya sendiri. Kesuksesan usaha tetangganya juga mendorong nasabah peminjam untuk memperluas usahanya dengan melakukan pinjaman. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, ada beberapa nasabah yang tempat usahanya pertama kali di tepi jalan, sekarang sudah bisa menyewa tempat usaha yang lebih besar dan dapat memperluas bidang usahanya dengan bantuan pinjaman dari KBMT Wihdatul Ummah. Alasan karena ditolak oleh bank lain tidak ada yang memilih (0 persen). Hal ini dikarenakan sebelum mengajukan mereka sudah mengetahui sistem
80
perbankan seperti apa dan mereka menyadari usaha mereka sangat rentan dengan risiko atau belum stabil dan tidak dapat menyesuaikan dengan persyaratan yang diminta. Adanya sistem kekeluargaan yang diterapkan dalam budaya kerja KBMT Wihdatul Ummah menjadikan nasabah lebih nyaman dalam melakukan pinjaman (76 persen). Jika nasabah terlambat membayar, maka KBMT Wihdatul Ummah tidak langsung menyita aset yang dijaminkan tetapi disesuaikan dengan kondisi usaha nasabah. Hal ini menunjukkan sistem pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah lebih fleksibel dibandingkan dengan perbankan. Sistem pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah yang lebih fleksibel dilihat dari sanksi yang diberikan bagi nasabah yang terlambat membayar, yaitu sebagai berikut: 1. Nasabah yang menunggak karena kondisi usahanya sedang menurun, dilakukan perpanjangan jatuh tempo. 2. Nasabah yang usahanya bangkrut, jaminannya diambil. 3. Nasabah yang menunggak karena moral hazard, jaminannya menjadi milik BMT. Tabel 5.3. Alasan Memilih BMT No 1 2 3 4 5 6
Alasan memilih Sistemnya syariah/Islami Ajakan tetangga/melihat tetangga lain telah sukses Prosedur mengajukan kredit mudah dibandingkan lembaga keuangan lain Ditolak oleh lembaga keuangan lain Lebih menguntungkan Adanya kekeluargaan
Sumber: Data Primer, diolah (2007). Catatan: nasabah diperbolehkan memilih lebih dari satu alasan.
jumlah (orang) 36 6
Persen
43 0 1 38
86 0 2 76
72 12
81
Berdasarkan Gambar 5.8, sebagian besar nasabah ikut menabung selain melakukan pinjaman 82,5 persen. Tabungan yang dimiliki nasabah digunakan juga untuk menutupi angsuran yang belum lunas. Pada pembiayaan kredit kelompok, tabungan dijadikan sebagai tanggung renteng (joint liability) jika ada nasabah yang menunggak dalam pembayaran.
90.00 80.00 70.00 60.00 50.00
Persen
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Ya
Tidak
Apakah menabung juga selain meminjam ?
Gambar 5.8. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Ikut Menabung selain Melakukan Pinjaman Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Besarnya tabungan yang dimiliki oleh nasabah sebagian besar berjumlah antara Rp. 100 ribu sampai dengan Rp. 500 ribu (32 persen) dan yang menabung lebih dari Rp. 1 juta sebanyak 17 persen (Gambar 5.9). Menurut nasabah responden, menabung di KBMT Wihdatul Ummah memiliki kelebihan dibandingkan menabung di bank lain. Nasabah tidak harus mendatangi bank untuk menyimpan uangnya, tetapi di KBMT Wihdatul Ummah petugasnya sendiri yang mendatangi nasabah setiap hari sehingga lebih mudah. 35.00 30.00 25.00 20.00 Persen 15.00 10.00 5.00 0.00 < Rp. 100.000 Rp. 100.000 - Rp. 500.000 Rp.500.000 Rp. 1.000.000
> Rp. 1.000.000
Besarnya tabungan
Gambar 5.9. Besarnya Tabungan Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Sumber: Data Primer, diolah (2007).
82
Sebagian besar responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah mendapat pinjaman sebanyak 12 kali (19,1 persen), yang paling sedikit mendapat pinjaman sebanyak satu kali dan yang paling banyak 20 kali (Gambar 5.10). Alasan nasabah melakukan pinjaman adalah karena untuk membantu menambah modal usaha agar tetap berjalan, memenuhi kebutuhan sehari-hari, memperbaiki atau menyewa rumah, membeli kendaraan, dan sebagian besar untuk meningkatkan volume usahanya. Setiap satu tahun satu kali, KBMT Wihdatul Ummah memberikan pembiayaan yang disebut marame. Pembiayaan ini dilakukan khusus pada waktu bulan Ramadhan atau hari raya Idul Fitri. Ketika kebutuhan sangat mendesak, pembiayaan dari KBMT Wihdatul Ummah sangat membantu bagi pelaku UKM daripada harus meminjam ke rentenir. 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00
Persen
8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Banyaknya mendapat pinjaman (kali)
Gambar 5.10. Banyaknya Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Mendapatkan Pinjaman Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Sebagian besar nasabah responden sebanyak 92 persen mengajukan kembali setelah mendapatkan pinjaman (Gambar 5.11). Nasabah mengajukan kembali pinjaman dengan alasan keperluan mereka untuk meminjam tidak cukup satu kali karena situasi usaha yang labil dan kebutuhan untuk meningkatkan volume usaha.
83
100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00
Persen
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Ya
Tidak
Apakah mengajukan kembali pinjaman ?
Gambar 5.11. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengajukan Kembali Pinjaman setelah Pinjaman Pertama Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Sebagian besar responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang mengalami
peningkatan
pinjaman
sebanyak
92
persen
dan
rata-rata
peningkatannya sebesar Rp. 1 juta (Gambar 5.12). Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang berstatus sebagai anggota lebih mudah melakukan pinjaman dengan proses pencairan yang lebih cepat karena setiap nasabah yang menjadi anggota adalah nasabah yang sudah dipercaya memberikan repayment rate yang baik dan sudah mengikuti beberapa pelatihan yang dianjurkan oleh KBMT Wihdatul Ummah. Semakin besar pinjaman yang diberikan menunjukkan semakin tinggi kepercayaan yang terjalin antara nasabah dan KBMT Wihdatul Ummah. 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00
Persen
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Ya
Tidak
Apakah mengalami peningkatan pinjaman ?
Gambar 5.12. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Mengalami Peningkatan Pinjaman Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Sebagian besar responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah sebanyak 76,2 persen menyatakan pernah menunggak karena kondisi usaha yang tidak
84
menentu (Gambar 5.13). Rata-rata nasabah juga menyatakan meskipun mereka menunggak tetapi pada hari, minggu atau bulan berikutnya mereka mengupayakan untuk memenuhi angsurannya sebelum jatuh tempo. Salah satu motivasi untuk melunasi angsurannya karena nasabah dapat meminjam kembali jika sudah melunasi pinjaman sebelumnya. 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00
Persen
30.00 20.00 10.00 0.00 Ya
Tidak
Apakah pernah menunggak dalam pembayaran angsuran ?
Gambar 5.13. Responden Nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang Pernah Menunggak Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Berdasarkan Tabel 5.4, Sebagian besar nasabah merasakan manfaat dengan adanya pembiayaan dari KBMT Wihdatul Ummah (95 persen) dan ada beberapa nasabah yang tidak merasakan manfaat dengan pembiayaan tersebut (5 persen). Manfaat yang dirasakan berupa adanya bantuan yang membantu kelancaran usaha nasabah, terbebas dari rentenir dan lembaga keuangan lainnya yang memberatkan, dan tertutupinya kebutuhan sehari-hari serta kebutuhan lainnya. Beberapa nasabah yang menyatakan tidak merasakan manfaat beralasan bahwa dengan adanya pembiayaan tersebut kondisi usaha dan tingkat pendapatan mereka semakin menurun. Hal ini sebenarnya bukan karena dampak dari pembiayaan, tetapi karena kondisi usaha yang tidak berkembang dan tidak mampu bersaing dengan usaha lain.
85
Tabel 5.4. Manfaat dan Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul Ummah
Jumlah (orang) Persen
Manfaat Merasakan Tidak manfaat merasakan manfaat 60 3 95
5
Kesejahteraan Merasakan Tidak kesejahteraan merasakan kesejahteraan 55 8 87,3
12,7
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Berdasarkan Tabel 5.4, dari 63 orang nasabah yang diwawancara mengenai
kesejahteraan,
sebanyak
87,3
persen
merasakan
peningkatan
kesejahteraan setelah pembiayaan dan sebanyak 12,7 persen tidak merasakan adanya peningkatan kesejahteraan. Bentuk peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5, Sebagian besar nasabah merasakan kesejahteraan dalam bentuk peningkatan peralatan rumah tangga sebanyak 47 persen. Sedangkan dalam bentuk perbaikan atau renovasi rumah dan peningkatan volume usaha sama, yaitu sebanyak 40 persen. Tabel 5.5. Bentuk Kesejahteraan yang dirasakan Nasabah KBMT Wihdatul Ummah Bentuk Kesejahteraan
Jumlah (orang)
Persen
Perbaikan/renovasi rumah
25
40
Peningkatan sarana/peralatan RT
30
47
Peningkatan volume usaha
25
40
Sumber: Data Primer, diolah (2007). Catatan: nasabah diperbolehkan memilih lebih dari satu alasan.
86
Sebagian besar nasabah mengatakan dampak pembiayaan sebelum terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 dan kenaikan harga BBM berpengaruh positif. Berdasarkan Tabel 5.6, kondisi usaha pada saat wawancara dari kelompok Ciomas sebagian besar mengalami peningkatan (60 persen), sedangkan yang mengalami penurunan sebesar 40 persen dan yang kondisi usahanya tetap, tidak ada (0 persen). Pada kelompok Kebun Jahe semuanya mengalami penurunan sebesar 100 persen. Hal ini dikarenakan kondisi usaha kelompok Kebun Jahe yang menjual onderdil mobil sedang mengalami penurunan jumlah penjualan. Penyebabnya adalah karena adanya barang-barang impor yang membanjiri produk dalam negeri dengan harga lebih murah seperti produk onderdil dari Korea, Jepang, Cina sehingga produk dalam negeri tidak mampu bersaing. Para pedagang Kebun Jahe mengeluhkan hal ini, karena mereka harus menjual barang second hand yang lebih mahal dibandingkan barang baru dari produk impor yang jauh lebih murah. Tabel 5.6. Kondisi Usaha setelah Pembiayaan Kondisi Usaha Meningkat Tetap Menurun Total
Kelompok Ciomas Jumlah (orang) 6 4 10
Persen 60 40 100
Kelompok Kebun Jahe Jumlah Persen (orang) 14 100 14 100
Perorangan Jumlah (orang) 13 6 20 39
Persen 33,3 15,4 51,3 100
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Kondisi usaha pada kredit perorangan dari 39 nasabah peminjam sebagian besar mengalami penurunan sebesar 51,3 persen, usaha yang kondisinya mengalami peningkatan sebanyak 33,3 persen, dan usaha yang kondisinya tetap
87
15,4 persen (Tabel 5.6). Sebagian besar bidang usaha kredit perorangan yang mengalami
peningkatan
kondisi
usaha
adalah
dalam
bidang
usaha
reklame/percetakan. Sedangkan yang mengalami penurunan adalah pedagang kaki lima dengan modal sedikit dan mereka merasakan akibat dampak krisis moneter dan kenaikan harga-harga barang dagangan sehingga daya beli konsumen semakin menurun. Berdasarkan Tabel 5.7, tingkat pendapatan sebelum dan sesudah pembiayaan pada kelompok Ciomas dan perorangan mengalami peningkatan dan penurunan yang sama besar (50 persen). Sedangkan pada kelompok Kebun Jahe sebagian besar tingkat pendapatannya mengalami penurunan (71,4 persen). Penurunan pendapatan ini dipengaruhi juga oleh kondisi usaha yang tidak stabil dan semakin menurun. Tabel 5.7. Tingkat Pendapatan sebelum dan sesudah Pembiayaan Tingkat Pendapatan Meningkat Tetap Menurun Total
Kelompok Ciomas Jumlah (orang) 5 5 10
Persen 50 50 100
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Kelompok Kebun Jahe Jumlah Persen (orang) 4 28,6 10 71,4 14 100
Perorangan Jumlah (orang) 14 11 14 39
Persen 35,9 28,2 35,9 100
88
5.2.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan KBMT Wihdatul Ummah Tetap Survive Memberikan Pembiayaan kepada UKM Berkaitan dengan Adanya Indikator Social Capital Berdasarkan perkembangannya (Bab IV), KBMT Wihdatul Ummah
memiliki perkembangan yang pesat dari tahun 1994 dengan modal awal Rp. 21 juta hingga tahun 2006 mencapai aset Rp. 3,5 milyar. Berdasarkan tingkat kesehatannya KBMT Wihdatul Ummah memiliki predikat cukup sehat. Kinerja baik yang dimiliki oleh KBMT Wihdatul Ummah tidak terlepas dari peranan usaha kecil dan mikro sebagai partner dalam penghimpunan dana dan pembiayaan. KBMT Wihdatul Ummah merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang dibangun dari bawah dan berdasarkan peran serta masyarakat sekitar. Oleh karena itu adanya saling ketergantungan antar KBMT Wihdatul Ummah dengan UKM yang berpengaruh terhadap mekanisme yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah. Mekanisme yang diterapkan di BMT berbeda dengan perbankan. Berdasarkan pengamatan penulis dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan keunggulan mekanisme yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah dan memungkinkan KBMT Wihdatul Ummah memiliki kinerja yang baik dan tetap survive meskipun memberikan pembiayaan kepada sektor usaha yang memliki risiko tinggi. Beberapa keunggulan mekanisme yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah adalah sebagai berikut: 1. Sistem penghimpunan dana di KBMT Wihdatul Ummah menerapkan sistem jemput bola, sehingga nasabah merasa diuntungkan dengan adanya petugas KBMT yang rutin setiap hari mengunjungi tempat usahanya. Hal ini
89
memberikan kemudahan dan nasabah dapat termotivasi untuk menabung setiap hari karena menghemat waktu dan biaya transportasi. 2. Pelaksanaan kegiatannya melibatkan peran aktif masyarakat sekitar. Salah satu contohnya,
dalam
menentukan
nasabah
yang
berhak
mendapatkan
pembiayaan, KBMT melihat karakter orang yang belum dikenal dengan cara bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk mengetahui karakter dan meminta pendapat apakah orang tersebut termasuk kriteria baik atau tidak. 3. KBMT Wihdatul Ummah menerapkan manajemen profesional seperti halnya sebuah perusahaan. Antar pengurus terjalin ikatan kekeluargaan yang erat. Hal ini terlihat dari budaya kerja Islami, salah satu contohnya yaitu kebiasaan menyapa dan memberikan salam kepada setiap nasabah sehingga nasabah yang datang merasa puas dengan pelayanannya. 4. KBMT Wihdatul Ummah tidak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga memberikan pembinaan kepada nasabah dengan adanya pertemuan rutin setiap bulan satu kali dan adanya pelatihan-pelatihan mengenai tata cara pengembangan usaha, dll. 5. Adanya penerapan sistem bagi hasil berdasarkan kesepakatan bersama yang bertujuan agar nasabah tidak dirugikan sehingga kedua belah pihak saling diuntungkan. 6. Jika ada nasabah yang memliki pembiayaan yang macet maka pendekatan kekeluargaan lebih diutamakan di KBMT Wihdatul Ummah. Pendekatan kekeluargaan ini dengan cara mempertimbangkan terlebih dahulu alasan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
90
7. Adanya perbedaan status bagi nasabah, yaitu sebagai mitra, calon anggota dan anggota. Adanya status keanggotaan dapat mendorong kerjasama diantara sesama anggota khususnya. Perbedaan status juga akan memotivasi nasabah untuk melakukan pengembalian pembiayaan yang lebih baik karena sebagai anggota dapat mengakses kredit lebih mudah dan lebih besar. 8. Adanya pemberian kredit kepada perorangan dan kelompok. Adanya pembentukan kelompok agar lebih terorganisir dan risiko pemberian kredit diharapkan dapat lebih kecil dengan adanya sistem tanggung renteng. Berdasarkan mekanisme yang diterapkan oleh KBMT Wihdatul Ummah ada beberapa hal yang dapat mendorong terbentuknya indikator social capital. Beberapa indikator tersebut akan berpengaruh terhadap repayment rate pembiayaan yang diberikan kepada UKM, yaitu sebagai berikut: 1. Adanya partisipasi calon anggota atau anggota dalam memberikan masukan dalam rapat dan keterlibatannya dalam mengambil keputusan. 2. Hubungan antara nasabah dengan pengurus atau hubungan kedekatannya. 3. Status keanggotan yang terdiri dari mitra, calon anggota, anggota angkatan kedua, dan anggota angkatan pertama. 4. Keaktifan nasabah di lingkungannya masing-masing, berupa keaktifan dalam membersihkan jalan, irigasi, dan gedung pertemuan. 5. Hubungan dengan anggota lainnya, apakah tidak memiliki hubungan, sebagai tetangga dekat, tetangga jauh, atau ada sebagian sebagai saudara.
91
6. Kepercayaan BMT kepada nasabah yang diwujudkan dalam bentuk perbedaan besarnya pinjaman yang diberikan dan diajukan, serta lamanya pencairan apakah semakin cepat atau semakin lama. 7. Struktur geografi berupa jarak rumah ke BMT dan jarak antar rumah anggota. 8. Adanya pertemuan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan calon anggota dan anggota. Oleh karena itu banyaknya kehadiran dalam pertemuan juga dapat dilihat sebagai indikator social capital. Adanya mekanisme yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah yang mendorong terbentuknya social capital dapat meningkatkan keeratan hubungan antara nasabah dan KBMT Wihdatul Ummah sehingga dapat mempengaruhi produktivitas usaha dan kelancaran dalam pengembalian kredit. Oleh karena itu, KBMT Wihdatul Ummah memiliki kelebihan dibandingkan dengan perbankan lainnya dengan adanya indikator social capital yang diterapkan dalam mekanismenya.
5.4.
Perbedaan Pembiayaan pada Kredit Perorangan dan Kredit Kelompok Berkaitan dengan Indikator Social Capital yang Mempengaruhi Repayment Rate Pembiayaan pada perorangan dan pada kelompok memiliki beberapa
perbedaan yang berhubungan dengan repayment rate. Perbedaan repayment rate pada kredit perorangan dan kredit kelompok dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan metode tabulasi silang (cross tabs).
92
5.3.1.
Analisis Crosstabs Keanggotaan
Hubungan
Skema
Kredit
dan
Status
Nasabah KBMT Wihdatul Ummah berdasarkan status keanggotaannya dibedakan menjadi mitra, calon anggota, anggota angkatan kedua, dan anggota angkatan pertama. Berdasarkan Tabel 5.8, sebagian besar kredit perorangan berstatus sebagai mitra dan anggota angkatan pertama (28,2 persen). Status keanggotaan pada kredit kelompok sebagian besar berstatus sebagai mitra (70,8 persen). Hal ini menunjukkan kredit perorangan lebih baik jika dilihat dari status keanggotaannya karena untuk menjadi anggota KBMT Wihdatul Ummah harus melewati beberapa tahap, yaitu menjadi mitra selama satu tahun, memiliki prestasi repayment rate yang baik, mengikuti pelatihan dan pertemuan rutin. Ada juga responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah yang memiliki repayment rate yang baik tetapi tidak bersedia menjadi anggota, karena tidak mau terikat dan tidak ada waktu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan atau pertemuan yang diadakan. Tabel 5.8. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Status Keanggotaan Status Keanggotaan
Mitra Calon anggota Anggota angkatan kedua Anggota angkatan pertama Total
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang) 11 28,2 17 70,8 10 25,6 2 8,3 7 17,9 1 4,2 11 28,2 4 16,7 39 100 24 100
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
Salah satu perbedaan sistem penyaluran kredit di KBMT Wihdatul Ummah dengan perbankan adalah adanya skema kredit yang diberikan kepada
93
nasabah
pembiayaan
perorangan
dan
nasabah
pembiayaan
kelompok.
Pembentukan kelompok dapat dilakukan oleh KBMT Wihdatul Ummah sendiri atau dapat diajukan oleh nasabah perorangan yang bersedia membentuk kelompok. Kelompok yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kelompok Ciomas dan kelompok Kebun Jahe. Kelompok tersebut secara sengaja dibentuk oleh KBMT Wihdatul Ummah. Pengajuan kredit dengan kelompok memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pengajuan kredit perorangan, yaitu dapat mengajukan kredit lebih besar, adanya sistem tanggung renteng (joint liability), dan adanya pertemuan rutin yang diadakan di dalam kelompok agar lebih mempererat kekeluargaan.
5.3.2.
Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Jumlah kredit Berdasarkan Tabel 5.9, sebagian besar kredit yang diberikan kepada
perorangan sebesar Rp. 1.500.000 (15,4 persen) dan kredit yang diberikan kepada kelompok sebesar Rp. 5 juta (42,9 persen). Rata-rata jumlah kredit yang diberikan kepada responden nasabah KBMT Wihdatul Ummah kelompok lebih besar (Rp. 8.486.410) dibandingkan pada kredit perorangan (Rp. 4.009.523). Jumlah kredit pada kredit kelompok lebih besar dibandingkan dengan kredit perorangan. Hal ini menunjukkan kepercayaan yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah lebih tinggi pada kredit kelompok dibandingkan pada kredit perorangan. Salah satu sebabnya karena pada kredit kelompok adanya sistem tanggung renteng sebagai antisipasi untuk mengurangi kredit macet. Tanggung renteng pada pembiayaan kelompok dilakukan dengan cara setiap anggota
94
kelompok wajib menabung sebesar Rp. 50.000 per bulan pada kelompok Kebun Jahe dan pada kelompok Ciomas sebesar Rp. 3.000 per minggu. Tabel 5.9. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Jumlah Kredit Jumlah Kredit (Rp) 300.000 500.000 700.000 970.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000 3.000.000 3.500.000 4.000.000 4.500.000 5.000.000 7.000.000 10.000.000 11.500.000 20.000.000 25.000.000 34.000.000 35.000.000 100.000.000 Total Rata-rata jumlah kredit
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah (orang) Persen Jumlah (orang) Persen 1 2,6 0 0 2 5,1 0 0 1 2,6 1 4,8 1 2,6 0 0 3 7,7 2 9,5 6 15,4 2 9,5 4 10,3 2 9,5 3 7,7 0 0 1 2,6 2 9,5 1 2,6 1 4,8 2 5,1 0 0 1 2,6 0 0 3 7,7 9 42,9 3 7,7 2 0 0 0 2 9,5 1 2,6 0 0 2 5,1 0 0 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 39 100 24 100 Rp. 4.009.523
Rp. 8.486.410
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
5.3.3.
Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan pada Pengajuan Kredit Pertama Berdasarkan Tabel 5.10, lamanya pencairan kredit perorangan memiliki
rata-rata waktu pencairan yang lebih lama (13 hari) dibandingkan kredit kelompok (9 hari). Hal ini juga menunjukkan kepercayaan yang diberikan oleh KBMT
95
Wihdatul Ummah kepada kredit kelompok lebih besar dibandingkan kepada kredit perorangan. Sebagian besar nasabah perorangan lama pencairan dalam mengajukan kredit untuk pertama kali selama 7 hari (56,4 persen), begitu juga pada nasabah kredit kelompok sebagian besar lamanya pencairan dalam mengajukan kredit pertama kali selama 7 hari (70,8 persen). Lamanya waktu pencairan karena KBMT Wihdatul Ummah harus hati-hati dan melakukan survei ketempat usaha serta memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui kondisi usaha, keluarga, keuangan, terutama karakter setiap individu agar tidak terjadi moral hazard maupun adverse selection. Tabel 5.10. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya Pencairan pada Pinjaman Pertama Lamanya Pencairan Pinjaman Pertama (hari) 3 7 10 14 15 21 30 60 Total Rata-rata lama pencairan pinjaman pertama
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang) 0 0 4 16,7 22 56,4 17 70,8 1 2,6 0 0 10 25,6 1 4,2 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 3 7,7 2 8,3 1 2,6 0 0 39 100 24 100 13 hari
9 hari
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
5.3.4.
Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lama Pencairan setelah Pengajuan Kredit Pertama Berdasarkan Tabel 5.11, lama pencairan setelah pengajuan kredit
pertama pada kredit perorangan sebagian besar selama 2 hari (38,9 persen) dan
96
pada kredit kelompok sebagian besar selama 5 hari (23,8 persen). Rata-rata lamanya pencairan setelah pinjaman kredit pertama pada kredit perorangan lebih cepat (4 hari) dibandingkan pada kredit kelompok (6 hari). Hal ini disebabkan sebagian besar kelompok Kebun Jahe mengalami kondisi usaha yang menurun dan pemberian kredit untuk nasabah kelompok jumlahnya lebih besar dibandingkan kredit perorangan sehingga KBMT Wihdatul Ummah harus lebih hati-hati dalam memberikan kredit pada nasabah kelompok. Tabel 5.11. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Lamanya Pencairan setelah Pinjaman Kredit Pertama Lamanya Pencairan setelah Pinjaman Kredit Pertama (hari) 1 2 3 4 5 7 21 30 Total Rata-rata lama pencairan setelah pengajuan kredit pertama
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang) 3 8,3 3 14,3 14 38,9 1 4,8 13 36,1 4 19 0 0 3 14,3 0 0 5 23,8 4 11,1 3 14,3 1 2,8 2 9,5 1 2,8 0 0 36 100 21 100 4 hari
6 hari
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
KBMT Wihdatul Ummah akan memberikan pinjaman selanjutnya jika peminjam sudah melunasi pinjaman sebelumnya. Lama pencairan pada pengajuan kredit selanjutnya rata-rata lebih cepat dibandingkan pencairan pada pengajuan kredit pertama karena KBMT Wihdatul Ummah sudah mengenal karakter nasabah dan biasanya tidak perlu dilakukan survei yang mendetail seperti pada pemberian kredit pertama.
97
5.3.5.
Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate Berdasarkan analisis crosstabs antara repayment rate dan jenis kredit
pada Tabel 5.12, didapatkan beberapa informasi yang membedakan repayment rate pada kredit perorangan dan kredit kelompok. Sebagian besar kredit kelompok memiliki rapayment rate lancar yang lebih besar (75 persen) dibandingkan kredit perorangan (66,7 persen). Hal ini menunjukkan adanya indikator social capital berpengaruh positif terhadap repayment rate pada kredit kelompok. Tabel 5.12. Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate Repayment Rate
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang)
Tidak pernah menunggak Lancar Kurang lancar Diragukan Macet Total
9
23
4
16,6
26 3 0 1 39
66,7 7,7 0 2,6 100
18 1 0 1 24
75 4,2 0 4,2 100
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
5.3.6.
Analisis Crosstabs Hubungan Skema Kredit dan Repayment Rate (lancar atau tidak lancar) Kategori repayment rate dalam penelitian ini dibedakan menjadi lancar
dan tidak lancar. Kategori tersebut dalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel dependen dalam model Probit. Nasabah yang tidak pernah menunggak dan lancar dimasukan dalam kategori lancar sedangkan nasabah yang kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam kategori tidak lancar. Alasan menggunakan kategori seperti ini karena nasabah yang tidak pernah menunggak dan status
98
repayment rate lancar termasuk kedalam repayment rate yang baik, maka dikategorikan lancar. Selain kategori tersebut dikategorikan tidak lancar. Berdasarkan repayment rate dengan kategori lancar dan tidak lancar (Tabel 5.13), kredit kelompok memiliki repayment rate lancar yang lebih besar (91,7 persen) dibandingkan dengan repayment rate kredit perorangan (89,7 persen), juga berdasarkan kategori tidak lancar kredit yang diberikan pada kelompok persentasenya lebih kecil (8,3 persen) dibandingkan kredit perorangan (10,3 persen). Tabel 5.13. Analisis Crosstabs Repayment Rate (lancar/tidak lancar) dan Skema Kredit Repayment Rate
Lancar Tidak lancar Total
Skema Kredit Perorangan Kelompok Jumlah Persen Jumlah Persen (orang) (orang) 35 89,7 22 91,7 4 10,3 2 8,3 39 100 24 100
Sumber: Data Primer, diolah (2007).
5.4.
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Repayment Rate Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software E-
Views 4.1 dengan menggunakan model Binary (Probit) didapatkan hasil seperti pada Tabel 5.14. Nilai McFadden R-squared persamaan tersebut 0,807890, artinya variabel dependen repayment rate pada KBMT Wihdatul Ummah dapat dijelaskan sebesar 80 persen oleh variabel-variabel yang terdapat dalam model dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai Probability LR stat sebesar 0,000482. Nilai ini lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan (α = 5 persen), jika Ho = variabel-variabel independen tidak
99
berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan H1 = variabel-variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, karena 0,000482 < 0,05, maka tolak Ho. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (lancar atau tidak lancar). Tabel 5.14. Hasil Estimasi Koefisien Faktor-faktor yang Mempengaruhi Repayment Rate Berkaitan dengan Social Capital Variabel Hubungan dengan anggota lain Jarak antar rumah anggota Dummy pengajuan kredit Status keanggotaan Jumlah pertemuan Jarak rumah nasabah ke KBMT W.U Dummy kenal dekat Capital Dummy Character Dummy Collateral C
N (jumlah responden) Probability LR stat McFadden R-squared
Koefisien 20,50 -24,67 36,99 -15,19 -1,31 -23,95 13,26 7,84 28,01 3,89 71,75
Probabilitas 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,05 0,01 0,02 0,48 0,02
63 orang 0,000482 0,807890
Sumber: Lampiran 2.
Hubungan dengan anggota lain berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Hubungan dengan anggota lain dalam penelitian ini, yaitu kedekatan antara anggota berupa hubungan dengan tetangga dekat, tetangga jauh atau memiliki hubungan saudara antar anggota. Berdasarkan hasil tersebut, artinya jika semakin dekat hubungan antar anggota, maka relationship yang terjalin dapat semakin baik dan akan meningkatkan produktivitas usahanya sehingga peluang repayment rate lancar akan semakin besar.
100
Jarak antar rumah anggota berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Jarak antar rumah anggota menunjukkan kedekatan antar anggota. Hal ini dilihat dari apakah jarak antar rumah anggota berdekatan/berkelompok, ada sebagian dekat dan ada sebagian jauh, atau jarak antar rumah anggota semuanya berjauhan. Hubungan negatif antara repayment rate dan jarak antar rumah anggota menunjukkan jika semakin jauh jarak rumah antar anggota, maka ikatan kekeluargaannya cenderung semakin berkurang dan kerjasama yang terjalin juga semakin berkurang. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas usaha sehingga peluang repayment rate lancar semakin kecil. Dummy pengajuan kredit berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Dummy pengajuan kredit digunakan untuk melihat tingkat kepercayaan KBMT Wihdatul Ummah dalam memberikan kredit kepada UKM. Tingkat kepercayaan ini salah satunya dapat dilihat dari selisih antara besarnya pinjaman yang diajukan dengan pinjaman yang disetujui. Jika besarnya pinjaman yang diajukan dengan pinjaman yang disetujui sama, maka dianggap sudah terbentuk kepercayaan antara nasabah peminjam dengan KBMT Wihdatul Ummah. Semakin tinggi tingkat kepercayaan antara nasabah dan pihak KBMT Wihdatul Ummah, nasabah akan semakin berusaha menjaga kepercayaan tersebut dan lebih bertanggung jawab, implikasinya peluang repayment rate lancar akan semakin besar. Status keanggotaan berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Status keanggotaan dilihat
101
berdasarkan status yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah dengan persyaratan yang ditentukan oleh KBMT Wihdatul Ummah. Persyaratan tersebut, yaitu untuk menjadi mitra harus mempunyai usaha dan menabung atau meminjam selama satu tahun. Untuk menjadi calon anggota harus berprestasi dalam repayment rate-nya selama satu tahun menjadi mitra. Setelah menjadi calon anggota dapat diangkat menjadi anggota dengan syarat sudah menjadi nasabah selama dua tahun, wajib mengikuti pelatihan satu tahun tiga kali dan aktif mengikuti pertemuan setiap satu bulan satu kali, serta kehadiran minimal sembilan kali pertemuan. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan nasabah yang berstatus sebagai mitra memiliki peluang repayement rate lancar yang semakin besar dibandingkan dengan nasabah yang berstatus sebagai calon anggota atau anggota. Hal ini bisa terjadi, karena nasabah yang berstatus sebagai mitra akan termotivasi berstatus sebagai anggota untuk mendapatkan akses kredit yang lebih besar dan lebih mudah. Alasan lainnya, sebagian besar pelaku usaha yang lebih besar asetnya dan memiliki repayment rate yang baik merasa tidak ada waktu untuk mengikuti pelatihan karena harus mengurusi usahanya sehingga mereka memilih menjadi mitra daripada menjadi anggota dan tidak mau mengikuti pertemuan rutin. Jumlah pertemuan berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Pertemuan ini diikuti oleh nasabah yang berstatus sebagai calon anggota dan anggota serta diadakan setiap satu bulan satu kali di KBMT Wihdatul Ummah. Bagi kelompok setiap satu bulan satu kali juga diadakan pertemuan sendiri berdasarkan kesepakatan kelompoknya
102
masing-masing. Semakin banyak nasabah menghadiri pertemuan, peluang repayment rate lancar semakin kecil. Hubungan negatif tidak berarti menunjukkan bahwa pertemuan tersebut tidak bermanfaat karena sebagian besar nasabah mengatakan merasakan manfaat dengan adanya pertemuan tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, alasan yang menyebabkan pengaruhnya negatif adalah ada hubungannya dengan hasil variabel status keanggotaan. Nasabah yang memiliki repayment rate yang baik dan beraset besar lebih memilih berstatus sebagai mitra karena tidak wajib untuk mengikuti pertemuan maupun pelatihan. Juga berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis ada beberapa yang tingkat pendidikannya tinggi dan merasa sudah mendapatkan materi pelatihan tersebut. Pelatihan yang dilakukan di KBMT Wihdatul Ummah berupa pelatihan manajemen keluarga, sistem pemasaran, dan administrasi. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka belum mampu menerapkan sistem administrasi yang dijalankan karena usaha mereka sangat kecil dan tidak sesuai jika sistem administrasi yang profesional diterapkan di dalam usaha mereka. Jarak antara rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Jarak antar rumah anggota dihitung dalam satuan kilometer dan dilakukan pengkodean untuk menentukan jarak dekat (1 – 5 km), jauh (5 – 10 km), dan sangat jauh (> 10 km). Jika semakin jauh jarak rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah, maka peluang repayment rate lancar semakin kecil. Semakin dekat jarak rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah memungkinkan pengawasan, akses informasi, dan partisipasi aktif nasabah akan
103
semakin mudah. Dengan demikian, jika semakin dekat jarak rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah, maka nasabah akan semakin bertanggung jawab dan lebih peduli dengan KBMT Wihdatul Ummah, implikasinya peluang repayment rate lancar akan semakin besar. Dummy kenal dekat atau hubungan kedekatan antar nasabah dengan pengurus KBMT Wihdatul Ummah berpengaruh positif tidak berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen, . Kedekatan tersebut salah satunya dapat dilihat dari lamanya menjadi nasabah, tetapi tidak semua nasabah yang sudah lama bergabung bisa menjadi dekat dengan pengurusnya. Hubungan tersebut dibentuk melalui partisipasi aktif nasabahnya dan pengurus KBMT Wihdatul Ummah yang aktif juga mendatangi tempat usaha nasabah untuk melakukan penarikan uang sekaligus menjalin silaturahmi. Kedekatan tersebut berpengaruh positif terhadap kelancaran repayment rate, artinya jika semakin dekat hubungan nasabah dengan pengurus, maka relationship yang dibangun akan semakin baik dan nasabah tersebut akan malu jika berbuat yang kurang baik sehingga peluang repayment rate lancar semakin besar. Besarnya capital berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Capital ini dihitung berdasarkan semua aset yang dimiliki pada saat wawancara dan dihitung dalam satuan rupiah dengan harga yang berlaku saat ini. Semakin besar aset yang dimiliki akan berpengaruh terhadap produktivitas usaha sehingga peluang repayment rate lancar akan semakin besar.
104
Dummy Character atau perilaku nasabah berpengaruh positif dan berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Penentuan character ini dilakukan penulis melalui wawancara langsung dengan salah satu pengurus KBMT Wihdatul Ummah. Informasi ini didapatkan dengan cara menanyakan siapa saja yang dianggap berkarakter baik dan bertanggung jawab. Character ini dilihat juga dari kontribusi nasabah responden kepada KBMT Wihdatul Ummah berupa ketepatan dalam memenuhi janji pembayaran dan perilaku yang dilihat dari hubungan yang dijalinnya dengan pengurus KBMT Wihdatul Ummah dan lingkungannya. Jika semakin baik Character nasabah, maka nasabah akan semakin bertanggung jawab untuk mengembalikan pinjamannya sehingga peluang repayment rate-nya lancar akan semakin besar. Dummy collateral atau besarnya jaminan yang dijaminkan berpengaruh positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap repayment rate pada taraf nyata 5 persen. Besarnya jaminan ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman yang disetujui oleh KBMT Wihdatul Ummah, yaitu jika kurang dari Rp. 5 juta maka jaminannya berupa barang elektronik tetapi tetap disimpan di rumah masingmasing nasabah. Jika pinjamannya di atas Rp. 5 juta maka jaminannya berupa surat berharga BPKB motor atau surat berharga rumah dan surat berharga lainnya yang dimiliki nasabah. Jika semakin besar collateral yang dijaminkan, maka nasabah akan semakin takut kehilangan jaminannya sehingga akan termotivasi berusaha lebih baik, implikasinya peluang repayment rate lancar akan semakin besar.
105
VI.
6.1.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Mekanisme yang diterapkan di KBMT Wihdatul Ummah memiliki
kelebihan
dibandingkan
perbankan.
Kelebihan
tersebut,
yaitu
sistem
penghimpunan dana dan pembiayaan di KBMT Wihdatul Ummah menerapkan sistem jemput bola, melibatkan partisipasi aktif masyarakat disekitarnya, menggunakan pendekatan kekeluargaan, memberikan pembiayaan kepada kelompok, melakukan pembinaan, dan membedakan status keanggotaan bagi nasabahnya. Mekanisme tersebut mendukung terbentuknya indikator social capital yang mempererat hubungan antara nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah sehingga dapat meningkatkan produktivitas usaha dan repayment rate yang baik. Perbedaan kredit kelompok dengan kredit perorangan berkaitan dengan indikator social capital adalah tingkat kepercayaan yang diberikan KBMT Wihdatul Ummah kepada kelompok lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kredit yang diberikan dan lama pencairan pengajuan kredit pertama. Berdasarkan besarnya persentase repayment rate yang lancar, kredit kelompok lebih besar daripada kredit perorangan. Hal tersebut menunjukkan indikator social capital berpengaruh positif terhadap pembiayaan pada kelompok meskipun nasabah kelompok mengalami kendala usaha yang menurun akibat masuknya barang-barang impor.
106
Indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah hubungan dengan anggota lain, jarak antar rumah anggota, kepercayaan yang dilihat dari dummy pengajuan kredit, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antar rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah. Sedangkan indikator diluar social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment rate adalah capital dan character. Indikator social capital yang berpengaruh positif adalah hubungan dengan anggota lain, dummy pengajuan kredit, besarnya capital, dan character nasabah. Sedangkan indikator social capital yang berpengaruh negatif adalah jarak antar rumah anggota, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antara rumah nasabah dengan KBMT Wihdatul Ummah. Kekurangan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini belum dapat merepresentasikan pengaruh social capital secara nasional karena keterbatasan waktu, biaya, dan akses untuk mendapatkan data nasabah pembiayaan dalam pengambilan sampel. Indikator social capital belum dapat dilihat dengan nilai indeks karena variasi nilai social capital-nya terbatas.
6.2.
Saran Perkembangan BMT sangat tergantung dari perkembangan UKM,
keduanya saling bekerja sama saling menguntungkan. Sebagian besar pelaku UKM adalah masyarakat lapisan bawah oleh karena itu sangat perlu untuk mendukung BMT sebagai lembaga keuangan yang mampu menjangkau
107
masyarakat lapisan bawah. Beberapa saran yang penulis ajukan berkaitan dengan hasil penelitian ini, yaitu: 1. Sebaiknya pelatihan yang ada di BMT disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi usaha nasabah yang bersangkutan, karena berdasarkan hasil wawancara tidak semua materi yang diperoleh dapat diaplikasikan, misalnya tentang administrasi harus disesuaikan dengan jenis usahanya. sebaiknya diadakan pelatihan yang diarahkan lebih kepada peningkatan keahlian, seperti menjahit, teknisi mesin, dll. 2. Karena pertanian memiliki peranan yang penting dalam ketahanan pangan, pembiayaan pada sektor pertanian sebaiknya dilakukan meskipun risikonya besar dan diupayakan adanya peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan cara pengadaan pelatihan tentang peningkatan nilai tambah tersebut. 3. Yang paling merasakan dampak kebijakan pemerintah yang mendasar adalah masyarakat lapisan bawah. Oleh karena itu pemerintah seharusnya lebih berhati-hati dalam mengambil setiap kebijakan dan memberikan solusi dari dampak kebijakan tersebut. Misalnya, dengan cara pemerintah menyediakan pembiayaan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat kecil melalui penyaluran dana yang dikelola langsung oleh BMT untuk UKM. 4. Kerjasama antar perbankan dan BMT harus ditingkatkan. Sebaiknya Bank Indonesia mengeluarkan program peningkatan penyaluran dana dari perbankan kepada BMT dengan sasaran masyarakat lapisan bawah karena BMT mampu mengelola pembiayaan tersebut dengan adanya indikator social capital.
108
5. Karena sistem syariah berbeda dengan sistem konvensional, sebaiknya untuk mengukur kinerja KBMT dibuat standar penilaian kinerja yang disesuaikan dengan sistem syariah. 6. Sebaiknya ketika nasabah berstatus menjadi anggota diberikan motivasi yang lebih tinggi lagi agar ketika mendapatkan pembiayaan yang lebih besar repayment rate-nya semakin baik. 7. Karena indikator social capital belum dapat dilihat dengan nilai indeks, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya di bidang lain menggunakan nilai indeks agar nilai social capital dapat dilihat dengan jelas.
109
DAFTAR PUSTAKA Antonio, M. S. 1990. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. BI dan Tazkia Institute, Jakarta. Aryati, 2006. Analisis Permintaan dan Efektivitas Pembiayaan Usaha Kecil pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT Khidmatul Ummah, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Insitut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil. 2007. ”Perkembangan Indikator Makro UMKM Tahun 2007”. Berita Statistik Maret 2007. http://www. dekop.go.id [15 Maret 2007] Bank Indonesia. 2006. ”Laporan Triwulan IV-2005 Bank Indonesia”. Data Statistik Bank Indonesia. http://www. bi.go.id. [15 Maret 2007] ........................... 2006. ”Laporan Triwulan IV-2006 Bank Indonesia”. Data Statistik Bank Indonesia. http://www. bi.go.id. [15 Maret 2007] Bastelaer, T. V., dan H. Leathers. 2006. ”Trust in Lending: Social Capital and Joint Liability Seed Loans in Southern Zambia”. World Development, Vol. 34, No. 10: pp. 1788 - 1807. Coleman, J. S. “Social Capital in the Creation of Human Capital.” American Journal of Sociology, 94 (1988): S95 – S 120. http://links. jstor.org/sici? = 0002-9602. [20 Februari 2007] Deliarnov. 2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. P.T. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Durlauf, N., Steven, dan M. Fafchamps. 2004. “Social Capital National Bureau of Economic Research”. 1050 Massachusetts Avenue Cambridge, MA 02138. http://www.nber.org/papers/w10485. [10 Februari 2007] Fukuyama, F. 1999. “Social Capital and Civil Society”. The Institute of Public Policy, George Mason University. http://www.imf.org/external/ pubs/ft/ se-minar/1999/reforms/fukuyama.htm #I. [4 Februari 2007] Glaeser, E. L., D. Laibson, dan B. Sacerdote. 2002. “An Economic Approach to Social Capital”. The Economic Journal, 112 (November): F437 – F458. Blackwell Publishers, USA.
110
Goeorgi, B. P. 2002.“The role of Human And Social Capital In Growth: Exstending Our Understanding”. University of Witwatersrand Cambridge Journal of Economic 2002, 26: 461 - 479. Grootaert, C. 1999. “Social Capital, Household Welfare and Poverty in Indonesia.” Local Level Institution Study Working Paper No. 6. Washington, D.C: The WorldBank.http://www.worldbank.org/html/dec/ Publications/Workpapers/wps 2000 series/wps2148/wps2148.pdf. [4 Februari 2007] Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Karlan, D. S. 2001. “Social Capital and Group Banking”. MIT Department of Economics.http://www.bu.edu/econ/ied/neudc/papers/Karlan-final.pdf. [6 Februari 2007] KBMT Wihdatul Ummah. 2006. Laporan Kinerja KBMT Wihdatul Ummah Tahun 2006. Bogor Koop, G. 2003. Bayesian Econometrics. John Weley and sons Ltd, the Atrium Southern Gate. Chicaster West Success, England. Maddala, G. S. 1983. Limited Dependent and Qualitative Variables in Econometrics. Cambridge University Press, USA. Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). 2003. BMT Sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Jakarta. Putnam, R. D. 1995. “Bowling alone: America's declining social capital”, Journal of Democracy, 61, January 1995: pp 65-78.http://www.infed.org/thinkers /Putnam.htm. [6 Februari 2007] Rudjito. 2003. Sinergi Kebijakan dalam Mendorong pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. http://www.apindo.or.id/images/_res/Sinergi Kebijakan Mendorong UMKM. pdf. [10 Februari 2007] Rupasingha, A., S. J. Goetz, dan D. Freshwater. 2000. “Social Capital and Economic Growth: A County-Level Analysis”. Journal of Agricultural and Applied Economics, 32: 3. Schreiner, M. 1999. “A Cost Effectiveness Analysis Of The Grameen Bank of Bangladesh”. http://www.blackwell-synergy.com/doi/abs/10.1111 /1467 - 7679. 00215?journalCode=dpr. [6 Februari 2007]
111
Simorangkir, O. P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Ghalia Indonesia, Bogor. Siswanto, A. 2006. Dinamika BMT dalam Pemberdayaan Umat: Kasus KBMT Wihdatul Ummah. [disampaikan dalam seminar perbankan syariah Bogor, 26 November 2006] Wijono, W. W. 2005. ”Pemberdayaan Keuangan Mikro sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan”. Kajian Ekonomi dan Keuangan, Edisis Khusus November2005.http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/kajian%5Cwiloej o-1.pdf. [5 Maret 2007] Wilson, P. N. 2000.”Social Capital, Trust, and the Agribusiness of Economics. Western Agricultural Economics”. Association Journal of Agricultural and Resource Economics, 25(1): 1 - 13. World Bank. 2000. “World Development Report 1999/2000: Entering the 21st Century”. New York: Oxford University Press. http://ideas.repec.org a/eee /regeco / v31y 2001i6p757-764.html. [5 Maret 2007]
112
113
Lampiran 1: Contoh Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN Analisis Kredit Perorangan dan Kredit Kelompok melalui Indikator Social Capital terhadap Repayment Rate dan Perkembangan UKM pada Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (Studi Kasus KBMT Wihdatul Ummah) Kuisioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk tugas skripsi oleh Wawan Kurnia (H14103116), mahasiswa sarjana Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi kuisioner dengan jujur dan objektif sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Karena, hal ini akan sangat membantu keberhasilan penelitian ini. TERIMA KASIH
I. Karakteristik Responden 1. Nama Responden :………………………………………………… 2. Jenis kelamin : 1 = laki-laki 2 = perempuan 3. Usia :…...................tahun 4. Alamat :………………………………………………….. 5. Jenis usaha yang dilakukan : (mohon diisi bidang usaha yang dikelola) a. pedagang :…………………………………………………………… b. wirausaha :…………………………………………………………… c. Lain-lain : sebutkan……………………………………………………………………… 6. Jarak lokasi rumah/usaha ke BMT :…………………………………menit ………………………………….km 7. Berapa biaya transportasi yang Bapak/Ibu keluarkan untuk ke BMT : Rp…………………... 8. Pendidikan terakhir : 1 = tidak pernah mengikuti 5 = tamat SMP 2 = tidak tamat SD 6 = tidak tamat SMA 3 = tamat SD 7 = tamat SMA 4 = tidak tamat SMP 8 = diploma/sarjana 9. Status : a. belum menikah b. menikah c. janda/duda 10. Data keluarga : Istri :…………………orang Anak :…………………orang Anak yang menikah :…………………orang 11.Agama :……………………………………………….
II. Keragaan Usaha 1. Berapa lama Bapak/Ibu menjadi nasabah peminjam di KBMT Wihdatul Ummah ?........................minggu / bulan / tahun
114
2. Sudah berapa tahun Bapak/Ibu menekuni usaha ini (dihitung sebelum menerima pembiayaan ) ?........................tahun…………………bulan 3. Berdasarkan pengalaman berusaha tersebut rata-rata pendapatan bersih yang Bapak/Ibu per harinya adalah Rp…………………….. 4. Dari pendapatan yang diperoleh, berapakah yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan: a. konsumsi/makan : ………………………………………% b. pendidikan :……………………………………….% c. kesehatan :……………………………………….% d. lainnya :………………………………………..% 5. Sudah berapa kali Bapak/Ibu mendapatkan pinjaman dari KBMT Wihdatul Ummah ?...........................kali 6. Selain mengajukan pinjaman, apakah Bapak/Ibu menabung di KBMT Wihdatul Ummah? a. Ya b. Tidak Jika Ya, besarnya tabungan : a. < Rp. 100.000 b. Rp.100.000-500.000 c. Rp. 500.0001.000.000 d. > Rp. 1.000.000 7. Untuk pertama kali meminjam, berapakah ? a. Besarnya pinjaman yang diajukan = Rp…………………………………….. b. Besarnya pinjaman yang disetujui = Rp…………………………………….. 8. Berdasarkan pertanyaan no 7 b. berapa besar dana yang dimanfaatkan untuk : a. Pengembangan usaha ............................% b. Konsumsi pribadi ..................................% c. Tambahan investasi/modal ....................% 9. Akad pinjaman yang dilakukan dengan KBMT Wihdatul Ummah : a. murabahah b. mudaharabah c. musyarakah d. lainnya……………………………………. 10. Besarnya bagi hasil yang disepakati ?.BMT :.....................% Nasabah :………………% 11. Berapa lama pencairan/persetujuan pinjaman :……………………hari /minggu / bulan 12. Berapakah jangka waktu yang diberikan oleh KBMT Wihdatul Ummah dalam pengembalian kredit ? 1= < 1 tahun 2= 1-2 tahun 3= 3-4 tahun 4= 5 tahun 5= > 5 tahun 13. Berapa besar angsuran per minggu / bulan / tahun Rp……………………… 14. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengangsur pembiayaan tersebut :………………minggu / bulan / tahun sebesar Rp.……………………………………….. 15. Alasan apa yang mendorong bapak/ibu menggunakan pinjaman diluar kebutuhan usaha? 1=Kebutuhan hidup sehari-hari 4=Membayar hutang 2=Biaya anak sekolah 5=Membeli kendaraan pribadi 3=Biaya pengobatan orang sakit
115
16. Apakah bapak/ibu mengajukan pinjaman kembali setelah pinjaman sebelumnya lunas? 1= Ya 2= Tidak Jika Ya, Berapa kali bapak/ibu mengajukan pinjaman setelah melunasi pinjaman pertama KBMT Wihdatul Ummah?.............................kali.Yang disetujui.......................kali. Selama bapak/ibu mengajukan pinjaman kembali apakah ada peningkatan jumlah pinjaman? 1= Ya, sebutkan ............................................... 2=Tidak 17. Apakah dalam pembayaran pinjaman pernah mengalami penunggakan ? 1=Ya, sanksi/teguran yang diberikan......................................................... 2=Tidak Pernah Jika Ya, lama menunggak...............................................hari / minggu / bulan 18. Menurut Bapak/Ibu pembiayaan yang telah disediakan oleh KBMT ini bermanfaat terhadap perkembangan/kemajuan usaha Bapak/Ibu ? a. Ya b. Tidak 19. Bila ya, apakah kesejahteraan hidup Bapak/Ibu dan keluarga juga meningkat seiring dengan kemajuan usaha Bapak/Ibu ?............................. 20. Bila ya, peningkatan kesejahteraan keluarga dalam bentuk : a. Perbaikan/renovasi rumah b. Peningkatan sarana /peralatan RT c. Peningkatan volume usaha d. Lain-lain, sebutkan………………………………………………………….. 21. Apakah pernah mencoba menabung di Bank lain ? sebutkan.................................... 1= Ya
2= Tidak
22. Apakah saat ini Bapak/Ibu memiliki rekening tabungan di bank lain? 1= Ya
2= Tidak
23. Apa alasan Bapak/ibu memiliki rekening di beberapa bank yang berbeda pada saat yang sama? ................................................................................................................................... ..... 24. Apakah Bapak/Ibu pernah meminjam kredit di Bank lain? 1= Ya 2= Tidak alasannya.............................................. 25. Apakah Bapak/Ibu saat ini meminjam kredit di Bank lain? 1= Ya 2= Tidak alasannya.............................................. Dampak Pembiayaan terhadap Kondisi Usaha Nasabah 26. Bagaimana kondisi usaha Bapak/Ibu setelah mendapatkan pembiayaan dari KBMT ini ? a. Meningkat b. Tetap c. Menurun 27. Tingkat pendapatan Bapak/Ibu setelah mendapat pembiayaan ? a. Meningkat b. Tetap
116
c. Menurun Sebelum
Sesudah
Pendapatan Keuntungan 28. Karakteristik Usaha/Industri Jenis Usaha yang Lama Dijalankan Usaha
Luas LahanYang digunakan Untuk Usaha (m2)
Omzet Usaha per Bulan
Jumlah Pendapatan per Tahun
Kode 2 ........... . Kode 1: Kode 2: 1=< 5 tahun 1=< Rp 1.000.000 2= 5 – 10 tahun 2=Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 3= 10 – 15 3=Rp 5.000.000 – tahun Rp 10.000.000 4=15 – 20 tahun 4=>Rp 10.000.000
Sumber Modal
Kode 5
Kode 3
Kode 1
5=> 20 tahun
Jumlah Tenaga Kerja
Kode 4
............... ............. .............. ............ Kode 3: Kode 4: Kode 5: 1=