SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PREMI, BEBAN KLAIM, HASIL UNDERWRITING, CADANGAN TEKNIS, DAN RISK BASED CAPITAL TERHADAP LABA PADA 20 PERUSAHAAN ASURANSI UMUM DI INDONESIA PERIODE 2009-2013
MUTMAINNAH
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PREMI, BEBAN KLAIM, HASIL UNDERWRITING, CADANGAN TEKNIS, DAN RISK BASED CAPITAL TERHADAP LABA PADA 20 PERUSAHAAN ASURANSI UMUM DI INDONESIA PERIODE 2009-2013 Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
MUTMAINNAH A21111267
Kepada
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015
ii
SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PREMI, BEBAN KLAIM, HASIL UNDERWRITING, CADANGAN TEKNIS, DAN RISK BASED CAPITAL TERHADAP LABA PADA 20 PERUSAHAAN ASURANSI UMUM DI INDONESIA PERIODE 2009-2013
disusun dan diajukan oleh
MUTMAINNAH A21111267
telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan
Makassar, 13 Mei 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si NIP 196606221993031003
Dr. H. Abd. Rahman Laba, SE., MBA NIP 196301251989101001
Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Dr. Nurdjanah Hamid, M.Agr NIP 196005031986012001
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama
: Mutmainnah
NIM
: A21111267
jurusan/program studi
: Manajemen
dengan ini menyatakan dengan sebenar-sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PREMI, BEBAN KLAIM, HASIL UNDERWRITING, CADANGAN TEKNIS, DAN RISK BASED CAPITAL TERHADAP LABA PADA 20 PERUSAHAAN ASURANSI UMUM DI INDONESIA PERIODE 2009-2013 adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Makassar, 13 Mei 2015 Yang membuat pernyataan,
Mutmainnah
v
PRAKATA Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia, atas limpahan rahmat dan rahim yang tiada pernah terputus Engkau berikan, sehingga menjadi kekuatan tiada habisnya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Semoga kesejahteraan senantiasa menyelimuti keluarga dan sahabat Nabi beserta seluruh umat Islam. Penuyusunan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Premi, Beban Klaim, Hasil Underwriting, Cadangan Teknis, dan Risk Based Capital Terhadap Laba Pada 20 Perusahaan Asuransi Umum di Indonesia Periode 2009-2013” ini tidak dapat penulis selesaikan sepenuhnya tanpa kerja keras, doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan untaian rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Kedua orang tua dan keluarga penulis, atas doa, dorongan, semangat yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mahlia Muis, SE., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Dr. H. Rahman Laba, SE., MBA selaku dosen pembimbing II penulis yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripisi ini. 3. Bapak Dr. Mursalim Nohong, SE., M.Si selaku dosen mata kuliah konsentrasi keuangan dan juga sekaligus sebagai dosen penguji penulis yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membantu dan mengarahkan penulis dalam pengolahan data keuangan dalam skripsi ini.
vi
4. Bapak Drs. Kasman Damang, MM selaku penasehat akademik penulis yang telah membimbing dari awal perkuliahan hingga selesai. 5. Para dosen dan seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin atas bantuan yang diberikan kepada Penulis selama masa perkuliahan. 6. Sahabat SMA penulis yaitu Windayani, Nurhanipah, Emy Sri Mulyanti, Irmawati atas doa, dukungan, perhatian, dan semangat yang senantiasa kalian berikan selama ini. 7. Sahabat dan teman-teman kuliah penulis yaitu Yusniati Hasyim, Eviyanti Hajar, Satria Sulastri, Titi Kurniati Djalil, Miftahuljannah Afnas, Nur Fajri Sriwahyuni, Putry Nanda Aafiyah, M. Fiqransyah, Rifqy Nurwahyudi dan M. Rian Sulfian atas bantuan dan dukungan kalian selama ini. 8. Teman-teman galaXI dan teman-teman Ikatan Mahasiswa Manajemen (IMMAJ) atas kebersamaannya selama ini dalam menjalani hari-hari perkuliahan dan kegiatan organisasi. 9. Serta semua pihak yang membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini hingga tuntas, yang tidak bisa penyusun sebutkan satu per satu. Penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan ampunanNya. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, karena itu kritik serta saran yang membangun sangat penyusun harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi seluruh masyrakat. Amin. Makassar, 13 Mei 2015 Penulis
vii
ABSTRAK
Analisis Pengaruh Pendapatan Premi, Beban Klaim, Hasil Underwriting, Cadangan Teknis, dan Risk Based Capital Terhadap Laba Pada 20 Perusahaan Asuransi Umum di Indonesia Periode 2009-2013
Mutmainnah Mahlia Muis Rahman Laba
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi laba pada perusahaan asuransi umum di Indonesia periode 2009-2013. Laba merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Ada lima variabel independen yang digunakan yaitu pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif, yaitu data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan periode 2009-2013 yang diperoleh dari website resmi dari masing-masing dari dua puluh perusahaan asuransi yang menjadi objek dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pertumbuhan setiap variabel yaitu laba, pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan risk based capital ke 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia mengalami trend yang fluktuatif setiap tahunnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan model regresi linier berganda. Dari hasil uji F menunjukkan bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap laba. Dan berdasarkan hasil uji T menunjukkan bahwa pendapatan premi, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara parsial atau masing-masing berpengaruh positif signifikan terhadap laba, sedangkan beban klaim secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba.
Kata kunci: Laba, pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital
viii
ABSTRACT
Analysis of the Effect of the Premium Income, Claim Expense, Underwriting Result, Technical Reserve, and Risk Based Capital of the 20 General Insurance Company Profits in Indonesia Period 2009-2013
Mutmainnah Mahlia Muis Rahman Laba
The purpose of this research is to find out and analyze the factors that affect profits of general insurance company in Indonesia period 2009-2013. Profit is the dependent variable of this research. There are five independent variables used are premium income, claim expense, underwriting result, technical reserve, and risk based capital. This research was included in the quantitative research, the data used are secondary data in the form of financial statement period 2009-2013 obtained from the official website of each general insurance company which is the object of this research. Based in these research it can be known that the growth of every variables that is profit, premium income, claim expense, underwriting result, technical reserve, and risk based capital to 20 general insurance company in Indonesia experienced fluctuating trend annually. This research uses analytical methods by multiple linier regression model. F test results showed that the premium income, claim expense, underwriting result, technical reserve, and risk based capital simultaneously or jointly significant effect on profits. And T test results showed that premium income, underwriting result, technical reserve, and risk based capital partially or each significant positive effect on profit, while claim expense partially no significant effect on profit.
Keywords: Profit, premium income, claim expense, underwriting result, technical reserve, and risk based capita
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................
i
HALAMAN JUDUL…………………......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………..........................
iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………..
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………..
v
PRAKATA……………………………………………………………………………….
vi
ABSTRAK……………………………………………………………………………… viii ABSTRACT…………………………………………………………………………….
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………................
x
DAFTAR TABEL………………………………………............................................
xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………
xvi
BAB I PENDAHULUAN………………………………............................................
1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….....
11
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………
11
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………………………………..…
12
1.4.1
Kegunaan Teoritis………………………………………………..
12
1.4.2
Kegunaan Praktis……………………………………………..….
12
1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………….....
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………. 14 2.1 Landasan Teori…………………………………………………………..
14
2.1.1 Asuransi……………………………….......................................
14
2.1.2 Laba …………………………………………………………........
23
2.1.3 Pendapatan Premi……………………………………………..…
26
2.1.4 Beban Klaim………………………………………………………. 28 2.1.5 Hasil Underwriting………………………………………………... 31 2.1.6 Cadangan Teknis…………………………………………………
32
2.1.7 Risk Based Capital…………………………………………......... 33 2.2 Penelitian Terdahulu…………………………………………………..…
36
2.3 Kerangka Penelitian……………………………………………………...
39
2.4 Hipotesis Penelitian………………………………………………………
42
BAB III METODE PENELITIAN…………………..................................................
44
3.1 Rancangan Penelitian…………………………………………………...
44
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………..
44
3.3 Populasi dan Sampel…………………………………………………….
45
3.4 Jenis dan Sumber Data………………………………………………….
47
3.5 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………
48
3.6 Veriabel Penellitian dan Definisi Operasional…………………….....
48
3.7 Analisis Data……………………………………………………………...
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….. 57 4.1 Hasil Analisis…………………..………………………...……………….
57
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan……………………………
57
4.1.2 Tinjauan Kinerja Keuangan…………………………………
85
4.1.3 Analisis Data …………………………………….………………... 112 4.1.3.1 Uji Asumsi Klasik…………………………………………. 112 4.1.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2)…………………………... 116 4.1.3.3 Uji F………………………………………………………… 117 4.1.3.4 Uji T………………………………………………………… 119
4.1.3.5 Analisis Regresi Linier Berganda…………………..…… 126 4.2 Pembahasan…………………………………........................................128 BAB V PENUTUP…………………………………………………………………….. 134 5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….. 134 5.2 Saran……………………………………………………………………… 136 5.3 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………. 138 DAFTAR PUSTAKA………………………………….............................................. 139
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perasuransian 2008-2012………..
3
Tabel 1.2 Total Aset dan Laba Bersih 20 Perusahaan Asuransi Umum di Indonesia Tahun 2013……………………………………………………..
4
Tabel 1.3 Gambaran Singkat Laporan Keuangan Asuransi Umum Gabungan...
8
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan Asuransi Umum…………………………… 46 Tabel 4.1 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2009…….. 85 Tabel 4.2 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2010……. 87 Tabel 4.3 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2011…….. 89 Tabel 4.4 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2012…….. 90 Tabel 4.5 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2013…….. 92 Tabel 4.6 Data Keuangan yang telah dilogaritmanaturalkan Tahun 2009 dan 2010………………………………………………………………………….. 94 Tabel 4.7 Data Keuangan yang telah dilogaritmanaturalkan Tahun 2011 dan 2012………………………………………………………………………….. 95 Tabel 4.8 Data Keuangan yang telah dilogaritmanaturalkan Tahun 2013………… 96 Tabel 4.9 Rasio Pertumbuhan Laba………………………………………………….. 98 Tabel 4.10 Rasio Pertumbuhan Pendapatan Premi………………………………….100 Tabel 4.11 Rasio Pertumbuhan Beban Klaim………………………………
102
Tabel 4.12 Rasio Pertumbuhan Hasil Underwriting………………………………… 104 Tabel 4.13 Rasio Pertumbuhan Cadangan Teknis………………………………….. 106 Tabel 4.14 Rasio Pertumbuhan RBC……………………………………………….. 108 Tabel 4.15 Statistik Deskriptif…………………………………………………….. ……110 Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi………………………………………………………116
Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………..............117 Tabel 4.19 Hasil Uji F………………………………………………………………… 118 Tabel 4.20 Hasil Uji T………………………………………………………………… 120 Tabel 4.20 Hasil Uji Persamaan Regresi………………………………………………127
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian………………………………………………….… 42 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas…………………………………………………….. 113 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas………………………………………….. 115
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Keuangan Perusahaan Asuransi Lampiran 2 Data Keuangan Perusahaan Asuransi yang Telah dilogaritmanaturalkan Lampiran 3 Hasil Uji SPSS Lampiran 4 Biodata
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini yang seiring
dengan perkembangan jumlah pelaku ekonomi, perkembangan jumlah kebutuhan barang dan jasa, serta perkembangan jenis variasi kebutuhan barang dan jasa, maka kegiatan transaksi dalam perekonomian juga dilakukan dengan adanya perantara dalam kegiatannya. Perantara pun dapat diartikan sebagai pelaku pasar dan dapat juga diartikan sebagai bangunan fisik pasar sebagai penghubung antara pihak yang memiliki surplus atau kelebihan barang dan jasa dengan pihak yang kekurangan barang dan jasa. Oleh karena itu, perantara ini dapat dikenal dengan istilah lembaga keuangan. Menurut Sigit dan Totok (2006) lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan anara pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Berdasarkan kegiatan tersebut, lembaga keuangan memiliki dua kegiatan utama, yaitu penghimpunan dana dari unit surplus dan penyaluran dana kepada unit defisit. Lembaga keuangan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah asuransi. Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan
nonbank yang
mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992, Asuransi atau pertanggungan adalah 1
2
perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau taggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dan suatu peristiwa tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas rneninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam dunia bisnis, banyak sekali risiko yang tidak dapat di prediksi. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Seperti yang kita ketahui bahwa umumnya tujuan berasuransi dalam melindungi seseorang dari hilangnya pendapatan yang nantinya digunakan kebutuhan pendidikan, masa pensiun, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Jenis usaha perasuransian dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu asuransi kerugian (non life insurance) dan asuransi jiwa (life insurance). Asuransi kerugian meliputi beberapa perlindungan seperti perlindungan terhadap risiko kebakaran, perlindungan terhadap risiko pengangkutan dan berbagai perlindungan dari risiko lainnya yang tidak termasuk perlindungan risiko kebakaran dan risiko pengangkutan. Misalnya, perlindungan terhadap kendaraan, perkreditan, kecelakaan diri, pencurian uang dan sebagainya. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi jiwa juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia. Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980an. Dipertegas lagi dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
3
Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Diharapkan dengan semakin berkembangnya perusahaan asuransi di Indonesia yang juga
akan meningkatkan premi nasional, maka akan semakin
berkembang pula pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahunnya.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Perasuransian 2008 – 2012 No
Keterangan
2008
2009
2010
2011
2012
1. Asuransi Jiwa/ Life Insurance
46
46
46
46
47
Asuransi Umum/ General Insurance
90
89
87
86
84
3. Reasuransi/Reinsurance
4
4
4
4
4
2.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan,Perasuransian Indonesia 2012.
Tabel
di
atas
memperlihatkan
pertumbuhan
jumlah
perusahaan
perasuransian yang dilansir pada statistik perasuransian 2012 yang diterbitkaan oleh otoritas jasa keuangan. Per 31 Desember 2012, jumlah perusahaan perasuransian yang memiliki izin usaha untuk beroperasi di Indonesia adalah 398 perusahaan, terdiri atas 140 perusahaan asuransi dan reasuransi. Pertumbuhan asuransi jiwa pada tahun 2008 hingga tahun 2011 tetap pada jumlah 46 setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut baru mengalami peningkatan 1 perusahaan pada tahun 2012 dengan total 47 perusahaan. Berbeda dari asuransi jiwa, asuransi umum mengalami penurunan setiap tahunnya. Mulai dari tahun 2008 pertumbuhannya mencapai 90 perusahaan hingga pada tahun 2012 pertumbuhannya menurun hanya sebanyak 84 perusahaan. Sementara itu, perusahaan reasuransi tetap pada pertumbuhan 4 perusahaan setiap tahunnya.
4
Perkembangan industri perasuransian tersebut tidak terlepas dari kerja keras pelaku usaha perasuransian dalam mengembangkan industri perasuransian serta peran Bapepam-LK yang sekarang di ambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan sejak 2012 lalu selaku regulator dan pengawas dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan
melakukan
pengawasan
untuk
mendukung
perkembangan
industri
perasuransian yang sehat dan mampu melindungi kepentingan pemegang polis.
Tabel 1.2 Total Aset dan Laba Bersih 20 Perusahaan Asuransi Umum di Indonesia Tahun 2013 No.
Nama Perusahaan Asuransi Umum
1
Asuransi Artarindo
2
Asuransi Bina Dana Arta
3
Asuransi Bintang
4
2013 (dalam jutaan rupiah) Jumlah Aset
Laba Bersih
132.627
11.565
2.153.350
151.478
396.947
19.792
Asuransi Central Asia
8.759.622
221.522
5
Asuransi Dayin Mitra
1.099.220
32.841
6
Asuransi Ekspor Indonesia
1.914.079
107.336
7
Asuransi Intra Asia
130.366
1.997
8
Asuransi Harta Aman Pratama
296.406
21.547
9
Asuransi Jasa Indonesia
8.054.171
303.381
10
Asuransi Jasaraharja
1.299.202
106.736
11
Asuransi Jasa Tania
202.092
5.875
12
Asuransi Maipark Indonesia
334.472
41.761
13
Asuransi MSIG
2.327.869
171.756
14
Asuransi Multi Artha Graha
1.478.728
152.769
15
Asuransi Purna Artanugraha
531.860
12.091
16
Asuransi Ramayana
1.167.762
33.721
17
Asuransi Sinar Mas
5.683.411
276.425
18
Asuransi Staco Mandiri
177.220
6.054
19
China Taiping Insurance Indonesia
482.241
10.383
20
Lippo General Insurance
1.712.066
79.134
Sumber : Annual Report 2013 Masing-masing Perusahaan Asuransi Umum
5
Tabel di atas memperlihatkan besar total aset dan laba bersih yang diperoleh masing-masing perusahaan asuransi umum di Indonesia tahun 2013 yang menjadi objek penelitian penulis. Perusahaan yang memiliki total aset terbesar adalah perusahaan Asuransi Central Indonesia yaitu sebesar Rp 8.759.622 juta, sebaliknya perusahaan yang memiliki total aset terkecil adalah perusahaan Asuransi Intra Asia yaitu sebesar Rp 130.366 juta. Selanjutnya perusahaan yang memiliki laba bersih terbesar adalah perusahaan Asuransi Jasa Indonesia yaitu sebesar Rp 303.381, sedangakan perusahaan yang memiliki laba bersih terkecil adalah perusahaan Asuransi Intra Asia yaitu sebesar Rp 1.997 juta. Hal ini menunjukkan perusahaan Asuransi
Jasa
Indonesia
memiliki
kinerja
yang
baik
dalam
pengelolaan
keuangannya karena memiliki laba bersih yang terbesar diantara dua puluh perusahaan asuransi umum lainnya. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pengamat keuangan karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasikan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Unsur-unsur dalam penbentukan laba adalah pendapatan, beban atau biaya. Laba dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu laba kotor, laba opesional, laba sebelum pajak, dan laba bersih setelah pajak. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak profesional seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fisikus, dan sebagainya (Harahap, 2001, dalam Sabrina, 2013). Piranti umum dan terukur untuk evaluasi kinerja perusahaan asuransi adalah dengan melakukan analisis terhadap aspek-aspek kinerja perusahaan dalam laporan keuangannya yang merupakan muara dari seluruh aktivitas perusahaan
6
(Fikri, 2009). Pada perusahaan asuransi, faktor-faktor yang digunakan untuk melihat apakah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba diantaranya adalah pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital. Hal ini untuk mengetahui komponen-komponen mana dari laporan keuangan tersebut yang berpengaruh terhadap laba sehingga perusahaan dapat meninjau lebih lanjut kinerjanya agar mendapatkan laba yang optimal. Pendapatan premi merupakan sejumlah uang yang dibayarkan pihak tertanggung atas imbalan jasa dari perlindungan yang diberikan pihak penanggung sesuai dengan perjanjian yang disepakati sebelumnya. Pendapatan Premi yang diterima perusahaan tidak hanya menjadi profit perusahaan tetapi sebagian juga merupakan kewajiban perusahaan di masa mendatang. Sebagian dari premi harus dicadangkan perusahaan sebagai cadangan premi sehingga bila di masa yang akan datang terjadi klaim maka perusahaan tidak kesulitan membayarnya. Sudah jelas diketahui bahwa pos pendapatan premi dalam laporan laba rugi akan meningkatkan perolehan keuntungan perusahaan asuransi. Beban klaim merupakan biaya yang dikeluarkan pihak penanggung sebagai tanggung jawab atas perlindungan yang diberikan kepada pihak tertanggung sesuai dengan risiko yang telah dipertanggungkan sebelumnya. Tingginya jumlah beban klaim mengindikasikan banyaknya dana yang dieluarkan untuk menanggung klaim dan manfaat kepada pihak tertanggung. Jika jumlah beban klaim lebih tinggi di bandingkan pendapatan premi, maka sudah jelas bahwa pada laporan keuangan perusahaan bisa saja menunjukkan jumlah negatif pada pos laba atau mengurangi perolehan keuntungan perusahaan.
7
Kegiatan underwriting perusahaan akan mampu mendeteksi potensi-potensi risiko yang mungkin terjadi, termasuk seberapa besar risiko yang sanggup ditanggung oleh perusahaan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sehingga ketika ada risiko yang harus ditanggung perusahaan memiliki dampak diluar besaran, maka perusahaan dapat melakukan suatu aktivitas pengelolaan risiko tersebut. Hasil underwriting merupakan selisih dari pendapatan underwriting dengan beban klaim dan beban operasional. Hasil underwriting mengukur tingkat keuntungan dari usaha asuransi murni. Hasil underwriting merupakan laba/rugi dari aktivitas utama asuransi yang didapat dari selisih pendapatan premi dan beban underwriting (beban klaim dan beban komisi). Hasil underwriting ini merupakan salah satu variabel pembentuk laba bersih dan juga digunakan untuk investasi. Cadangan teknis merupakan taksiran sejumlah uang yang disediakan pihak penanggung dalam menghadapi kewajiban yang diramalkan akan timbul dari penutupan risiko. Menurut Arrum (2014) melalui penjualan polis, maka perusahaan asuransi melakukan pengumpulan dana masyarakat (pool of common fund). Dana yang berhasil dikumpulkan tersebut, kemudian harus disisihkan sebagian terbesar dalam bentuk cadangan teknis. Cadangan Teknis yang relatif tinggi cenderung menunjukkan bahwa portofolio usaha kurang merata sepanjang tahun, sehingga cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan menjadi relatif tinggi. Hal ini berarti bahwa cadangan teknis yang tinggi tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan karena perusahaan menetapkan kewajiban teknisnya lebih besar dibanding dengan melakukan investasi.
8
Salah satu alat untuk mengukur kesehatan kinerja keuangan perusahaan asuransi di Indonesia yaitu dengan menggunakan metode Risk Based Capital (RBC). RBC merupakan rasio kecukupan modal terhadap resiko yang ditanggung dan menjadi salah satu indikator utama dalam menilai kesehatan perusahaan asuransi, khususnya yang terkait dengan solvabilitas atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya (Rina, 2011). Risk Based Capital dirancang untuk dapat memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajiban kepada para tertanggung. Dengan kata lain, Risk Based Capital diarahkan untuk melihat tingkat keamanan yang dapat diberikan oleh perusahaan asuransi kepada para pemegang polis sehingga dapat memberikan kepercayaan yang tinggi kepada masyarakat terhadap perusahaan asuransi. Dengan peningkatan kepercayaan ini, diharapkan jumlah masyarakat yang mengasuransikan harta bendanya di perusahaan asuransi akan meningkat, hal ini juga akan meningkatkan perolehan laba. Tabel 1.3 Gambaran Singkat Laporan Keuangan Asuransi Umum Gabungan di Indonesia periode 2008-2012 (dalam jutaan rupiah) Keterangan
2008
2009
2010
2011
2012
10.927.055
12.758.904
14.586.094
17.327.023
20.451.329
Beban Klaim Hasil Underwiriting Cadangan teknis RBC
6.637.058
7.979.301
9.282.230
10.801.806
13.058.390
4.336.412
4.833.597
5.383.452
6.585.121
7.479.056
7.988.956
9.171.558
10.860.395
12.838.553
22.520.055
247,49%
298,9%
317,69%
306,11%
275,16%
Laba Bersih
2.209.690
2.489.291
3.217.312
4.280.764
4.665.166
Pendapatan Premi
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Perasuransian Indonesia 2012.
9
Tabel di atas menunjukkan gambaran mengenai laporan keuangan perusahaan asuransi umum gabungan periode 2008-2012 dari segi pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, Risk Based Capital, dan laba. Pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah pendapatan premi, hasil investasi serta laba asuransi umum setiap tahunnya meningkat. Mulai dari tahun 2008 hingga 2012 peningkatan pendapatan premi yang pesat meningkat hingga 26,9% yaitu sebesar Rp 20.451.329 juta dibanding tahun-tahun sebelumnya. Beban klaim juga mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga tahun 2012 mencapai 27,34% atau sebesar Rp 13.058.390 juta. Tingginya hasil selisih pendapatan underwritng dengan beban-beban menyebabkan hasil underwriting juga mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga di tahun 2012 mencapai 35,53% atau sebesar Rp 22.520.055 juta dibanding tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan premi setiap tahunnya juga berdampak pada pos cadangan teknis yang sama dengan pos-pos lainnya juga mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga tahun 2012 mencapai 26,17% atau sebesar RP 7.479.056 juta. Berbeda dengan pos-pos lainnya, pertumbuhan RBC mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 275,16% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 306,11%. Menurut Arrum (2014) dengan adanya RBC yang tinggi, maka risiko yang dihadapi akan semakin kecil. Hal ini membuat perusahaan asuransi umum tidak efisien karena adanya penggunaan modal yang diinvestasikan menjadi tidak produktif. Peningkatan pos-pos tersebut juga mempengaruhi terbentuknya perolehan laba perusahaan. Sama halnya dengan pos-pos sebelumnya, perolehan laba juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di tahun 2012, laba meningkat hingga 27,67% yaitu sebesar Rp 4.665.166 juta dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
10
Setelah menganalisis tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis dan Risk Based Capital, dan laba mengalami peningkatan pesat setiap tahunnya. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Dian Astria (2009) yang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi laba Asuransi Takaful. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pendapatan premi berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba, sedangkan beban klaim berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba. Hasil yang sama juga diperoleh Rina Dhaniati (2011). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa RBC dan rasio penerimaan premi berpengaruh positif terhadap laba, rasio underwriting tidak berpengaruh terhadap laba, sedangkan rasio beban klaim berpengaruh negatif terhadap laba. Syarifuddin (2006) juga menemukan hasil penelitian yang sama bahwa RBC berpengaruh positif terhadap Laba perusahaan asuransi kerugian nasional. Akan tetapi, dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang bertentangan bahwa rasio klaim bruto berpengaruh positif terhadap laba. Hasil yang bertentangan dengan penelitian sebelumnya di atas diperoleh B. Charumanthi
(2012).
Dalam
penelitiannya
ditemukan
bahwa
premi
neto
berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan asuransi jiwa di India, dan risiko underwriting tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Hasil yang sama juga diperoleh M. Agung Ali Fikri (2009) bahwa pendapatan premi dan beban klaim berpengaruh negatif terhadap laba perusahaan asuransi jiwa, sedangkan hasil underwriting berpengaruh positif terhadap laba. Hasil penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda dengan kelima penelitan sebelumnya diperoleh Arrum Dika Setia Ningrum (2014). Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa RBC dan rasio pertumbuhan premi tidak
11
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROE,
sedangkan
rasio
cadangan
teknis
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE perusahaan asuransi umum. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis dan Risk Based Capital yang akan diteliti sebagai faktor yang memengaruhi laba pada 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia periode 2009-2013.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka yang
akan diangkat sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara simultan atau bersama memengaruhi laba pada 20 perusahaan asuransi umum? 2. Apakah pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara parsial atau masing-masing memengaruhi laba pada 20 perusahaan asuransi umum?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian
ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis secara simultan atau bersama pengaruh pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital terhadap laba pada 20 perusahaan asuransi umum.
12
2. Untuk
menganalisis
secara
parsial
atau
masing-masing
pengaruh
pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital terhadap laba pada 20 perusahaan asuransi umum.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai seberapa besar pengaruh pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital terhadap laba pada 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis lainnya. 1.4.2
Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan dan berhubungan dengan objek penelitian. -
Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan laba usahanya dengan melihat dan mengkaji seberapa besar pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital dapat memengaruhi peningkatan labanya setiap tahunnya dari berbagai perusahaan asuransi umum yang ada di Indonesia.
-
Bagi masyrakat, sebagai bahan untuk memberikan informasi mengenai asuransi dan berbagai jenis manfaat dalam memberikan perlindungan yaitu perlindungan jiwa, kesehatan, material dan lainnya dimasa yang akan datang serta keuntungan yang didapatkan dalam melakukan asuransi.
-
Bagi penulis, sebagai wadah dalam proses untuk belajar lebih kritis dan penerapan ilmu berdasarkan teori yang telah dipelajari selama ini dalam
13
menganalisis masalah yang menjadi objek penelitian yaitu seberapa besar laba perusahaan asuransi dapat dipengaruhi oleh pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital. Serta faktor manakah yang memiliki peran besar dalam membentuk pertumbuhan laba.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada laba bersih per tahun dengan komponen-
komponen yang dapat memengaruhi pertumbuhannya
yaitu pendapatan premi,
beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis dan Risk Based Capital, serta seberapa besar kelima komponen tersebut memengaruhi laba pada 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan tahunan periode 2009-2013.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Asuransi
2.1.1.1 Pengertian Asuransi Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko kerugian dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Ada beberapa definisi asuransi sebagai berikut: 1. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246 “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri pada seseorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu.” 2. Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
14
15 3. Menurut paham ekonomi “Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, di samping bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious event)”. Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan riisiko. 2.1.1.2 Manfaat Asuransi Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tertanggung, antara lain: a. Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul. b. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil. c. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit. d. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. e. Alat penyebaran risiko. Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan. f.
Membantu meningkatkan kegiatan usaha.
16 2.1.1.3 Risiko dan Ketidakpastian Pengertian risiko secara umum menurut Sigit dan Totok (2006) adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian. Sedangkan menurut Mulyadi (2013) risiko merupakan peristiwa yang terjadi, dimana kejadian tersebut tidak dapat diduga sebelumnya yang akibatnya menimbulkan dampak kerugian, kerugian yang mana bisa berupa material dan non material. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial atau kemungkinan terjadi kerugian. Ketidakpastian dan peluang kerugian ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain ketidakpastian ekonomis, ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, ketidakpastian terjadinya perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya. Dalam usaha perasuransian, sudah dilakukan pemilahan risiko. Pemilahan ini dimaksudkan agar dapat dilakukan secara tepat idetifikasi terhadap risiko yang akan diangkat dalam perjanjian asuransi. a. Risiko murni adalah suatu risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan. b. Risiko spekulatif adalah risiko yang berkaitan dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian. c. Risiko individu adalah risiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup sehari-hari. Risiko individu dapat dipilah menjadi tiga jenis yaitu risiko pribadi (personal risk), risiko harta (property risk), dan risiko tanggung gugat (liability risk).
17 2.1.1.4 Prinsip Asuransi 1. Insurable Interest Pada
prinsipnya
merupakan
hak
berdasarkan
hukum
untuk
mempertanggungjawabkan suatu risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui
sah
secara
hukum
antara
tertanggung
dengan
sesuatu
yang
dipertanggungkan. 2. Itikad Baik (Utmost Good Faith) Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik (utmost good faith). Pihak penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu yang sangat perlu diperhatikan adalah perlakuan dari penanggung pada saat benar-benar ada risiko yang menimpa tertanggung. 3.
Indemnity Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi
risiko yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip indemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian. Dalam kedua jenis asuransi tersebut, pihak penanggung tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau anggota tubuh yang cacat/hilang karena indemnity berkaitan dengan ganti rugi finansial. Indemnity ini dapat dilakukan dengan beberapa cara: pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali. 4. Proximate Cause Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independen.
18 5. Subrogation Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian. Dengan prinsip subrogasi, tertanggung tidak mungkin menerima ganti rugi yang lebih besar dari kerugian yang dideritanya. 6. Kontribusi Prinsip kontribusi merupakan salah satu akibat wajar dari prinsip indemnity yaitu, bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama besar. 2.1.1.5 Polis Asuransi Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Polis memegang peranan penting dalam menjaga
konsistensi
pertanggungjawaban
baik
pihak
penanggung
maupun
tertanggung. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum. Dengan memiliki polis asuransi tersebut maka pihak tertanggung memiliki jaminan dan bukti otentik yang dapat digunakan oleh tertanggung untuk mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan tanggung jawabnya. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada penanggung. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut: 1. Nomor polis 2. Nama dan alamat tertanggung
19 3. Uraian risiko 4. Jumlah pertanggungan 5. Jangka waktu pertanggungan 6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain 7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan 8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polis, nomor rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan. 2.1.1.6 Penggolongan Asuransi 1. Menurut Sifat Pelaksanaannya a. Asuransi sukarela Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut, b. Asuransi wajib Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait
yang
pelaksanaannya
dilakukan
berdasarkan
ketentuan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya: asuransi tenaga kerja, asuransi kecelakaan, dan sebagainya. 2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis: a. Usaha Asuransi 1) Asuransi kerugian (nonlife insurance)
20 Asuransi kerugian menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi sebagai berikut: a. Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran. Kebakaran adalah sesuatu yang seharusnya tidak terbakar yang diakibatkan karena adanya kejadian yang tiba-tiba dan terlepas dari unsur kesengajaan seperti petir, ledakan, dan kejatuhan pesawat. b. Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine insurance) penanggung atau perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran. c. Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan
ke
dalam
asuransi
kebakaran
dan
asuransi
pengangkutan. Jenisnya antara lain: asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan, dan sebagainya. 2) Asuransi jiwa (life insurance) Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam
penanggulangan
risiko
yang
dikaitkan
dengan
jiwa
atau
meninggalnya seorang yang di[ertanggungkan. Pada prinsipnya manusia menghadapi risiko berkurang atau hilangnya produktivitas ekonomi yang diakibatkan oleh: kematian, mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran. Asuransi jiwa memberikan:
21 a. Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan b. Santunan bagi tertanggung yang meninggal c. Bantuan
untuk
menghindari
kerugian
yang
disebabkan
oleh
meninggalnya orang kunci d. Penghimpunan dana untuk persiapan pensiun 3) Asuransi Kredit (credit insurance) Dalam hal ini, asuransi yang dikaitkan dengan dunia perbankan dan lebih dititikberatkan pada asuransi jaminan kredit merupakan bidang asuransi kerugian (general insurance) yang meliputi: a. Asuransi kebakaran (fire insurance) b. Asuransi pengangkutan laut (marine insurance) c. Asuransi kendaraan bermotor (motor vehicle insurance) Oleh karena itu, asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama dibidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang sewaktuwaktu dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang dan bank sebagai pemberi kredit. Pengelolaan asuransi kredit di Indonesia dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia, di mana yang menjadi tetanggung adalah bank-bank pemerintah, bank-bank swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. 4) Reasuransi (reinsurance) Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko di mana penanggung menyebarkan seluruh
22 atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Pihak tertanggung biasa disebut sebagai ceding company dan yang menjadi penanggung adalah reasuradur. Fungsi reasuransi adalah: a. Meningkatkan kapasitas akseptasi. b. Alat penyebaran risiko. c. Meningkatkan stabilitas usaha. d. Meningkatkan kepercayaan. b. Usaha Penunjang 1) Pialang asuransi Adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. 2) Pialang reasuransi Adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dewan bertindak untuk kepentingan, perusahaan asuransi. 3) Penilai kerugian asuransi Adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan. 4) Konsultan aktuaria Adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria. 5) Agen asuransi Adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
23 2.1.2
Laba
2.1.2.1 Pengertian laba Menurut Brigham dan Joel yang dialihbahasakan oleh Erika (2013) yaitu: "Laba adalah perubahan suatu ekuitas dalam suatu periode setelah disesuaikan dengan modal (misalnya, investasi oleh pemilik) atau distribusi modal (misalnya, dividen) yang melebihi investasi.” Yusuf dan Dansu (2014) mendefinisikan laba sebagai perbedaan antara pendapatan total dari seluruh aset dan total pengeluaran dalam mengelola seluruh aset-kewajiban portofolio. Laba adalah penting bagi investor dan manajemen sebaga sumber dari dividen dan pertumbuhan sementara untuk tertanggung dan regulator, laba memberikan keamanan tambahan terhadap kebangkrutan. Terdapat dua cara dalam mendefinisikan laba, yaitu: 1. Definisi laba dalam ilmu ekonomi Laba dari sisi ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor dari hasil penanaman modalnya, setelah dikurangi seluruh biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut. Menurut Fischer yang dialihbahasakan oleh Dian (2012) mendefinisikan laba ekonomi sebagai deretan peristiwa yang dihubungkan dengan berbagai tahapan berbeda yaitu penikmatan laba psikis, laba nyata, dan laba uang. 2. Definisi laba dalam akuntansi Laba Akuntansi merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan tersebut.
24 Belkaoui (2006) menyatakan bahwa laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yg direalisasikan yg berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dgn biaya historis. Dalam metode historical cost (biaya historis) laba diukur berdasarkan selisih aktiva bersih awal dan akhir periode yg masing-masing diukur dgn biaya historis sehingga hasil akan sama dengan laba yang dihitung sebagai selisih pendapatan dan biaya. Setelah melihat definisi-definisi laba di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa laba merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah mengalami proses penyelisihan beberapa komoponen yang membentuknya diantaranya pendapatan dan beban-beban pada periode tertentu. 2.1.2.2 Jenis-jenis laba Adapun jenis-jenis laba dalam menyajikan laporan laba rugi akan terlihat pengklasifikasian dalam pengukuran laba (Soemarsono, 2004) adalah sebagai berikut : 1. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan disebut laba bruto (gross profit) atau margin kotor (gross margin). Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan beban-beban usaha. 2.
Laba bersih operasi perusahaan yaitu selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha (income from operating) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan).
25 3. Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan secara keseluruhan sebelum pajak perseroan yaitu perolehan dari laba operasi dikurangi atau ditambah. 4. Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba rugi bersih (net loss). 2.1.2.3 Tujuan pelaporan laba Tujuan berguna
pelaporan
kepada
pihak
laba yang
adalah memiliki
memberikan kepentingan
informasi terhadap
yang laporan
keuangan seperti investor, stakeholder, pemasok, kreditor, pelanggan, karyawan dan masyarakat (Lukman, 2011). Dalam uraian yang dikemukakan oleh Dian (2009), tujuan pelaporan laba di atas:
1. Tujuan umum, yaitu laba harus merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal.
2. Tujuan utama, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Laba harus dievaluasi berdasarkan dimensi perilaku, salah satunya adalah kemampuan meramal.
3. Tujuan khusus, yaitu penggunaan laba sebagai pengukur efisiensi manajemen penggunaan angka laba historis untuk meramal keadaan saham dan distribusi dividen di masa yang akan datang dan penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.
26 Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pelaporan laba dapat memberikan informasi
penting
berupa hasil akhir dari kondisi keuangan
perusahaan sehingga para pemegang kepentingan dalam perusahaan tersebut dapat menilai dan menindaklanjuti kemudian mengambil keputusan dalam melanjutkan usahanya.
2.1.3
Pendapatan Premi
2.1.3.1 Pengertian Pendapatan Premi Menurut uraian yang dikemukakan oleh Arief (2014) “pendapatan premi adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh seorang pemegang
polis kepada
perusahaan asuransi sehubungan dengan adanya peranjian pertanggungan yang dituangkan dalam polis asuransi”. Sedangkan uraian yang dikemukakan oleh Sabrina (2013) “premi adalah sesuatu yang diberikan sebagai hadiah atau derma atau suatu pembayaran tambahan di atas pembayaran normal.” Menurut Mulyadi (2013) premi adalah harga untuk jaminan risiko yang ditanggung oleh penanggung untuk risiko tertentu, pada tempat tertentu, dan untuk jangka waktu tertentu pula. Sigit dan Totok (2006) menambahkan bahwa
premi asuransi adalah
kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Definisi-definisi mengenai premi di atas umumnya memiliki makna yang sama, sehingga penulis dapat menyimpulkan mengenai pendapatan premi yang
27 merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung kepada pihak penanggung atas penanggulangan risiko yang diberlakukan oleh pihak penanggung sesuai dengan perjanjian sebelumnya yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. 2.1.3.2 Komponen Premi Asuransi Didalam premi yang dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung atas risiko yang dialihkan, terdapat beberapa komponen didalamnya, antara lain: 1. Premi dasar Premi yang dibebankan kepada tertanggung ketika polis dibuat atau dikeluarkan, yang perhitungannya didasarkan: a. Data
dan
keterangan
yang
diberikan
oleh
tertanggung
kepada
penanggung pada waktu penutupan asuransi yang pertama. b. Luasnya risiko yang dijamin oleh penanggung sesuai yang dikehendaki oleh tertanggung. Premi dasar biasanya terdiri dari tiga kelompok, yaitu: 1) Komponen premi untuk membayar kerugian yang mungkin terjadi. 2) Komponen premi untuk membiayai operasi perusahaan. 3) Komponen sebagai bagian keuntungan perusahaan. 2. Premi tambahan Untuk tambahan data interest yang diasuransikan atau perubahan atau penambahan risiko yang dijamin kepada tertanggung dikenakan tambahan premi (additional premiums, surcharge).
2.1.3.3 Premi Bruto dan Premi Neto Premi bruto merupakan premi yang diperoleh dari tertanggung, agen, broker, maupun dari perusahaan lain dan perusahaan reasuransi. Premi bruto yang berasal
28 dari pertanggungan langsung (direct business) dinamakan premi langsung. Sedangkan premi yang berasal dari pertanggungan tidak langsung (indirect business) yaitu premi yang diterima dari perusahaan asuransi lain atau reasuransi dinamakan premi tidak langsung (Sabrina, 2013). Menurut Kirmizi dan Agus (2011) premi neto adalah premi bruto setelah dikurangi premi reasuransi, setelah premi reasuransi bayar dikurangi komisinya (premi retensi sendiri). Makin besar pendapatan premi neto dan makin terkendali besarnya beban klaim neto akan menghasilkan surplus underwriting yang berarti menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola risiko yang diterimanya dari tertanggung. Dalam mengevaluasi kinerja operasional suatu perusahaan asuransi, biasanya juga pendapatan premi neto juga akan dibandingkan dengan beban usaha, beban klaim dan pengeluaran komisi asuransi. Pengukuran ini penting untuk mengetahui apakah biaya-biaya yang dikeluarkan tidak melebihi pendapatan neto yang diterima dan apakah berada pada tingkat kewajaran atau tidak. Kenaikan atau penurunan yang tajam pada volume premi neto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestablian kegiatan operasi perusahaan. Pentingnya rasio ini dapat dijadikan input untuk menilai kesiapan, kemampuan dan kapasitas perusahaan
dalam
menghadapi
pertumbuhan
premi
yang
terlalu
cepat.
Pertumbuhan pendaptan premi dapat diketahui dengan rasio pertumbuhan premi (Arrum, 2014). 2.1.4
Beban Klaim Menurut PSAK No. 28 klaim adalah ganti rugi yang dibayarkan atau yang
menjadi kewajiban kepada tertanggung atau perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan telah terjadinya kerugian. Bagian klaim yang diterima dari
29 reasuradur merupakan salah satu bentuk "pemulihan klaim" (claim recovery). Beban klaim diakui dan dicatat bersamaan dengan timbulnya kewajiban kepada tertanggung/perusahaan asuransi (ceding company) yaitu pada periode tercapainya persetujuan ganti rugi kepada tertanggung. Mulyadi (2013) menambahkan bahwa klaim disebut sebagai tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tertanggung kepada penanggung. Klaim asuransi yang dikemukakan oleh Yusuf dan Dansu (2014) adalah tuntutan oleh seseorang atau organisasi untuk dapat mengganti pihak penanggung agar kerugian polis asuransi dapat tertutupi. Kedua peneliti ini menegaskan klaim yang menyediakan penanggung kesempatan untuk membuat kesan yang baik pada pemegang polis. Namun, mengesankan tertanggung dengan pembayaran klaim bisa sangat mahal karena klaim merupakan biaya terbesar dari perusahaan asuransi. Meskipun demikian, perusahaan asuransi perlu mengambil fungsi penanganan klaim mereka lebih serius karena jika sebuah klaim ditangani dengan baik, itu menghasilkan retensi pelanggan yang lebih tinggi tetapi jika menangani dengan buruk, pemegang polis akan kehilangan kepercayaan perusahaan asuransi dan ini dapat merusak reputasi paling berharga. Jadi, dari beberapa definisi mengenai klaim diatas dapat disimpulkan bahwa klaim merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan pihak penanggung atas dasar pertanggungjawaban terhadap pihak tertanggung yang telah melakukan perjanjian sesuai dengan bentuk penanggulangan risiko dan tarif premi yang telah diberlakukan sebelumnya oleh kedua belah pihak. Dalam menghitung jumlah klaim yang akan dibayarkan perusahaan asuransi kepada claimant, claim analyst menetapkan tiga jumlah manfaat klaim (Fikri, 2009), yaitu:
30 1. Jumlah Manfaat Kematian Jumlah manfaat kematian yang harus dibayar atas kematian tertanggung didasari oleh jumlah uang pertanggungan polis yang bersangkutan. Oleh karena itu, claim analyst memulai perhitungan jumlah manfaat dengan menentukan jumlah manfaat kematian dasar yang harus dibayarkan. Manfaat kematian asuransi dasar biasanya sama dengan jumlah uang pertanggungan polis yang bersangkutan. 2. Jumlah Penambahan Claim analyst kemudian akan menetapkan semua jumlah yang harus ditambahkan ke jumlah manfaat kematian tambahan. Daftar jumlah manfaat yang dapat ditambahkan ke manfaat kematian asuransi dasar adalah sebagai berikut : a. Asuransi tambahan yang dibayar penuh b.
Accidental death benefit
c. Kelebihan premi yang dibayar dimuka d. Dividen polis yang masih harus dibayar e. Dividen polis yang disimpan di perusahaan asuransi untuk mendapatkan bunga/bagi hasil f.
Bunga pembayaran klaim yang ditangguhkan
g. Bunga pinjaman yang dibayar dimuka
3. Jumlah pengurangan Claim analyst juga dapat mengurangi jumlah tertentu dari manfaat kematian dasar, termasuk : a. Premi yang harus dibayar namun belum dibayar selama masa tenggang (grace period) b. Pinjaman atas polis Bunga/bagi hasil pinjaman polis yang belum dibayar
31 2.1.5
Hasil Underwriting Menurut
Abbas (2012)
dalam
asuransi
yang
dimaksudkan dengan
underwriting ialah pemilihan risiko yang aman agar perusahaan mendapat keuntungan (profit). Sedangkan menurut Rina (2011) underwriting adalah proses penilaian dan penggolongan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon tertanggung atau sekelompok orang dalam pertanggungan sehubungan dengan produk asuransi tertentu dan pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut. Kedua definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa underwriting merupakan penyeleksian risiko-risiko yang akan diantisipasi sebelum melakukan suatu perjanjian perlindungan dengan pihak tertanggung. Dari risikorisiko yang kita pilih ada yang bisa diterima dan ada pula yang tidak bisa diterima. Agar bisa mendapat keuntungan, perusahaan harus mengadakan evaluasi terlebih dahulu terhadap semua risiko yang hendak diasuransikan. Hasil underwriting yang dikemukakan Fikri (2009) adalah nilai yang didapat dengan menghitung selisih antara pendapatan underwriting dan beban underwriting. Pendapatan underwriting perusahaan asuransi dapat diperoleh dari pendapatan premi bruto, premi reasuransi dan kenaikan atau penurunan premi yang belum menjadi
pendapatan.
perusahaan
asuransi
Sedangkan dari
beban
pengeluaran
underwriting klaim
atau
dapat
diperoleh
manfaat
asuransi,
klaim reasuransi, kenaikan atau penurunan kewajiban manfaat polis masa depan dan kenaikan atau penurunan estimasi klaim. Tingginya hasil underwriting secara umum menunjukan baiknya proses underwriting yang telah dilakukan. Sedangkan penurunan hasil underwriting menunjukan semakin memburuknya kinerja underwriting selama periode tertentu, yang biasanya diukur dalam jangka
32 waktu tahunan. Baik buruknya kinerja underwriting bergantung seberapa tepat underwriter membuat keputusan yang objektif terhadap calon tertanggung. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil underwriting merupakan laba/rugi dari aktivitas utama asuransi yang didapat dari selisih pendapatan premi dan beban underwriting (beban klaim dan beban operasi). Hasil underwriting ini merupakan salah satu variabel pembentuk laba bersih dan juga digunakan untuk investasi. 2.1.6
Cadangan Teknis Menurut Abbas (2012) cadangan (reserves) merupakan taksiran sejumlah
uang yang tersedia ditambah dengan jumlah yang akan diperoleh dari pembayaran premi neto dan bunga, harus bisa membayar semua klaim dengan penuh. Jadi besarnya cadangan ditambah dengan nilai premi neto akan diterima harus sama dengan klaim yang akan datang. Misalnya, berapa besar jumlah yang dibutuhkan untuk menghadapi risiko para pemegang polis dikemudian hari. Menurut Nagy dan Cotlet (2011) cadangan teknis adalah taksiran dari pembayaran masa depan untuk risiko-risiko yang tercipta di masa lalu (untuk asuransi umum) atau untuk yang akan terjadi di masa depan (untuk asuransi jiwa) dan nilai dari cadangan teknis seharusnya membolehkan pihak penanggung, kapan pun, untuk menghormati perjanjian-perjanjian yang timbul dari kontrak asuransi. Definisi menurut kedua pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa cadangan teknis merupakan kesiapan untuk mengantisipasi risiko yang akan terjadi kedepannya bagi pihak penanggung dalam menangani kewajiban-kewajiban yang dapat diramalkan akan terjadi kedepannya. Cadangan teknis terdiri atas cadangan premi dan cadangan klaim. Cadangan premi mencerminkan bagian premi yang telah diterima di muka namun
33 belum diakui sebagai pendapatan pada periode berjalan karena berkaitan dengan sisa masa pertanggungan yang belum berjalan. Cadangan klaim terdiri dari utang klaim, perkiraan atas nilai klaim yang sedang dalam proses penyelesaian dan perkiraan atas kalim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan (Arrum, 2014). Menurut PPRI No. 73 Tahun 1992 Pasal 14 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian bahwa cadangan teknis menggambarkan kewajiban perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang timbul dalam rangka transaksi asuransi. Dengan ketentuan pasal ini, perusahaan asuransi kerugian harus membentuk cadangan teknis yaitu: a. Cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium reserves), yaitu bagian premi dari pertanggungan yang masih berjalan, b. Cadangan klaim. Nagy dan Cotlet (2011) menambahkan bahwa cadangan teknis dibentuk sejak kontrak asuransi dibuat dan dipertahankan sepanjang periode berlakunya. Oleh karena itu, cadangan terkait dengan kontrak asuransi jiwa lebih tinggi daripada kontrak asuransi umum selama asuransi jiwa ditutup dengan periode yang lebih lama. 2.1.7
Risk Based Capital Pengertian Risk Based Capital Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 63
Tahun 2004 menyatakan bahwa, rasio kesehatan RBC adalah suatu ukuran yang menginformasikan tingkat keamanan finansial atau kesehatan suatu perusahaan asuransi yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi kerugian sebesar 120%. Semakin besar rasio kesehatan RBC sebuah perusahaan asuransi, semakin sehat
34 kondisi finansial perusahaan tersebut. Perusahaan yang mencapai RBC 120% akan selalu dalam posisi untuk selalu mampu membayar kewajibannya, khususnya klaim. Berikut ini pengertian Risk Based Capital Menurut perusahaan asuransi terkemuka dalam situs internetnya (www.allianz.co.id) menyatakan bahwa : “Rasio kesehatan Risk Based Capital suatu perusahaan asuransi pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau Net Worth perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan akuntansi standar dibagi dengan nilai kekayaan bersih yang dihitung kembali dengan mengikutsertakan risiko-risiko pemburukan yang mungkin terjadi. Pengikutsertaan risiko-risiko tersebut merefleksikan adanya ketidakpastian yang dihadapi oleh perusahaan dalam aktivitas sehari-harinya, misalnya kemungkinan jatuhnya nilai aset secara jangka pendek akibat investasi pada instrumen yang lebih berisiko, demikian pula pada kemungkinan naiknya tingkat hutang akibat perkembangan yang tidak menguntungkan di masa depan dalam hal tingkat suku bunga, tingkat kematian, tingkat putus kontrak dan sebagainya. Nilai kekayaan bersih yang kedua, sebagai penyebut dari rasio tersebut sebenarnya merupakan besaran yang semula disebut sebagai Risk Based Capital karena berupa besaran nilai kekayaan bersih atau Capital yang dihitung secara Risk Based”.
Dari kedua definisi di atas, menunjukkan kesamaan pandangan mengenai Risk Based Capital yang dapat penulis simpulkan bahwa merupakan salah satu metode pengukuran batas tingkat solvabilitas yang disyaratkan dalam undangundang untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi untuk memastikan pemenuhan kewajiban asuransi dan reasuransi dengan mengetahui besarnya kebutuhan modal perusahaan sesuai dengan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan dalam mengelola kekayaan dan kewajibannya. Tujuan mendasar dari sistem Risk Based Capital seperti yang dikemukakan oleh Cummins dkk. (1995) adalah untuk meminimalkan biaya langsung dan tidak langsung dari perusahaan asuransi bangkrut. Sebuah sistem Risk Based Capital yang dirancang dengan baik akan membantu para regulator mengidentifikasi
35 perusahaan finansial lemah, sementara masih ada waktu untuk rehabilitasi dan menghapus perusahaan yang mengalami masalah pembayaran dari pasar sebelum mereka mengalami defisit besar. Sistem seperti ini juga harus memotivasi asuransi yang sebaliknya akan memiliki insentif yang tidak memadai untuk keselamatan dalam menahan lebih banyak modal dan untuk mengurangi risiko kebangkrutan. Pemerintah
sebagai
badan
pengatur
(regulator)
mewajibkan
setiap
perusahaan asuransi untuk menyampaikan informasi mengenai tingkat solvabilitas perusahaan dengan menggunakan metode risk based capital (RBC). Perhitungan risk based capital ini digunakan oleh pemerintah sebagai tolak ukur dalam membuat peraturan mengenai tingkat solvabilitas pada perusahaan asuransi. Pengertian risk based capital menurut Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. PER-09/BL/2011 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yaitu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dan deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban (Fachri, 2013). Rumus untuk menghitung RBC adalah :
Sumber : Keputusan Menteri Keuangan No.424/KMK.06/2004
Rumus Risk Based Capital yang tidak akurat dapat merusak investasi, penjaminan, dan keputusan reasuransi dari perusahaan asuransi yang dikelola
36 dengan baik, yang mengarah ke diversifikasi kurang efektif. Ini benar-benar dapat mengurangi tingkat keselamatan untuk asuransi sehat secara finansial dan menghasilkan tingkat premi yang lebih tinggi untuk setiap tingkat keselamatan. Sebuah sistem rancangan buruk juga bisa menyebabkan kerusakan tidak dapat dibenarkan dengan reputasi perusahaan asuransi yang dikelola dengan baik, meningkatkan biaya modal untuk perusahaan ini dan menghambat kemampuan mereka untuk meningkatkan modal baru (Cummins, dkk., 1995). Diharapkan dengan menerapkan metode RBC ini dapat : 1) Mendorong industri
asuransi
terus
meningkatkan
kemampuan
manajemen
risiko,
2) Memperkenalkan teknik penilaian risiko secara lebih komprehensif, 3) Mendorong market discipline melalui penyempurnaan aspek transparansi informasi keuangan, 4) Konvergensi antara regulatory dan economic capital, 5) Meningkatkan kualitas antar
pengawasan, asuransi
dan
dengan
6)
Memperluas
menciptakan
level
kesetaraan playing
dalam
field
persaingan
sesuai
standar
internasional (Kirmizi dan Agus, 2011).
2.2
Penelitian Terdahulu Judul yang diangkat tentu tidak terlepas dari penelitian terdahulu sebagai
landasan dalam menyusun arah penelitian ini. Kajian teori yang telah dipilih sebagai landasan penelitian yang telah dikemukakan diatas, sebagian besar merupakan tinjauan teori dari hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah diteliti. Berikut ini terdapat beberapa peneltian terdahulu yang mengkaji tentang faktor-faktor yang memengaruhi laba, yaitu:
37 1. Dian Astria (2009), “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Laba PT Asuransi Takaful Keluarga” Penelitian ini menggunakan analisis metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam model penelitian, secara statistik signifikan memengaruhi perolehan laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga. Pendapatan premi dan hasil investasi berpengaruh positif terhadap laba perusahaan. Sedangkan beban klaim dan beban operasional berpengaruh negatif, dimana semakin besar beban klaim dan beban operasional maka semakin kecil laba yang dapat diperoleh perusahaan. 2. Rina Dhaniati (2011), “Analisis Pengaruh RBC, Rasio Underwriting, Rasio Hasil Investasi, Rasio Penerimaan Premi, dan Rasio Beban Klaim Terhadap Laba Pada Perusahaan Asuransi” Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, RBC berpengaruh positif terhadap jumlah laba Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, rasio underwriting tidak berpengaruh terhadap jumlah laba Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, rasio hasil investasi berpengaruh positif terhadap jumlah laba Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, rasio penerimaan premi berpengaruh positif terhadap jumlah laba Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan rasio beban klaim berpengaruh negatif terhadap jumlah laba Perusahaan Asuransi Kerugian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Syarifuddin (2006), “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Laba Perusahaan Asuransi Kerugian Nasional” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas Premi Reasuransi Keluar (REASS). Rasio Klaim Bruto (RKB), Yield to Investment (YOI) dan Risk
38 Based Capital (RBC) berpengaruh secara signifikan terhadap Laba Perusahaan Asuransi Berdasarkan pengujian one-tail, ternyata hasilnya menunjukkan bahwa Hipotesis pengaruh Premi Reasuransi Keluar dan Rasio Klaim Bruto tidak terbukti berpengaruh negatif terhadap Laba Perusahaan, sedangkan hipotesis pengaruh YOI dan RBC terbukti berpengaruh positif terhadap Laba Perusahaan. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh jenis perusahaan antara BUMN dan non BUMN (Swasta dan Patungan) terbukti signifikan, demikian pula dengan penentuan tingkat batas minimum RBC juga berpengaruh secara signifikan tehadap Laba Perusahaan Asuransi. 4. B. Charumanthi (2012), “On the Determinants Of Probability of Indian Life Insurers – An Empirical Study” Hasil penelitian ini membawa pada kesimpulan bahwa profitabilitas perusahaan asuransi jiwa secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh size (seperti yang dijelaskan oleh logaritma dari premi bersih) dan likuiditas. Leverage, pertumbuhan premi dan logaritma dari modal yang secara negatif dan signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan asuransi jiwa India. Studi ini tidak menemukan adanya bukti untuk hubungan antara risiko underwriting dan profitabilitas. 5. Arrum
Dika
Setia
Ningrum
(2014),
“Analisis
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Return On Equity Pada Perusahaan Asuransi Umum” Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji F menunjukkan Risk Based Capital (RBC), Solvency Margin Ratio (SMR), Investment Yield Ratio (IYR), Technical Reserves Ratio (TRR) dan Premium Growth Ratio (PGR) secara simultan berpengaruh terhadap return on equity (ROE). Dan berdasarkan hasil uji T menunjukkan bahwa RBC tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE, SMR
39 memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap ROE, IYR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE, TRR memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ROE, dan PGR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE. 6. M. Agung Ali Fikri (2009), “Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi dan Underwriting Terhadap Laba Asuransi Jiwa” Berdasarkan analisis regresi, variabel yang berpengaruh positif terhadap laba perusahaan adalah hasil investasi dan underwriting, sedangkan variabel yang berpengaruh negatif terhadap laba perusahaan adalah klaim. Hasil analisis juga didapatkan pengaruh negatif dari tingkat premi tehadap laba perusahaan. Hal yang sama juga terjadi dengan membandingkan pengaruh premi terhadap laba industri asuransi jiwa. Hal ini cukup beralasan karena setiap premi yang dibayarkan oleh nasabah kepada asuransi mengandung unsur risiko yang memicu terjadinya klaim. Dampak premi yang menurunkan laba dapat ditutupi dengan hasil investasi.
2.3
Kerangka Penelitian Perusahaan asuransi umum di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup pesat saat ini. Adanya berbagai macam risiko finansial merupakan salah satu penyebab masyarakat mengikatkan diri dengan perusahaan asuransi. Beberapa masyarakat juga mendaftarkan diri sebagai pemegang polis asuransi dengan berbagai macam tujuan diantaranya sebagai perlindungan terhadap risiko yang mungkin akan terjadi di masa depan dan juga sebagai investasi. Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan asuransi dapat meningkatkan premi asuransi secara bertahap sehingga dipercaya akan meningkatkan juga perolehan laba. Karena itu, industri asuransi sangat menjanjikan keuntungan besar dalam dunia bisnis.
40 Laba merupakan nilai prestasi kesehatan keuangan suatu perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara maksimal. Sehingga penting pengukuran pertumbuhan laba menjadi dasar bagi seorang menejemen untuk dapat memutuskan apakah perusahaan akan tetap dipertahankan atau akan ditingkatkan. Secara umum laba diperoleh dari proses penyelisihan pendapatan dan beban. Dalam laporan keuangan perusahaan asuransi terdapat beberapa komponen yang dapat membentuk besar kecilnya perolehan laba diantaranya pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis dan Risk Based Capital. Pendapatan premi diperoleh dari pembayaran wajib yang dilakukan oleh pihak tertanggung secara teratur kepada pihak penanggung sesuai dengan kesepakan
yang
telah
disepakati.
Pendapatan
premi
merupakan
sumber
pendapatan utama perusahaan asuransi. oleh karena itu, besar kecilnya perolehan premi akan memengaruhi pertumbuhan laba. Beban
klaim
merupakan
sejumlah
uang
yang
diberikan
sebagai
pertanggungjawaban pihak penanggung kepada pihak tertanggung atas risiko yang terjadi dan telah disepakati sebelumnya dalam polis asuransi. Besar kecilnya beban klaim juga akan memengaruhi pertumbuhan laba, maka pihak perusahaan harus siap ketika terjadi klaim dan memiliki cadangan klaim yang cukup agar dapat memenuhi tuntutan klaim yang diajukan pihak tertanggung. Underwriting merupakan suatu kegiatan yang sangat menentukan dalam perolehan laba perusahaan dan memperkuat posisi keuangan perusahaan. Penyeleksian risiko harus benar-benar memiliki hasil yang baik dan aman sehubungan dengan produk asuransi agar perusahaan dapat menetukan untuk menolak atau menerima risiko tersebut. Hasil underwriting adalah nilai yang didapat
41 dengan menghitung selisih pendapatan underwriting dengan beban underwriting. Tingginya hasil underwriting akan menunjukkan baiknya proses underwriting dan juga meningkatkan perolehan laba perusahaan. Cadangan premi merupakan taksiran sejumlah uang akan kesiapan perusahaan untuk mengantisipasi risiko yang akan terjadi kedepannya. Cadangan teknis terdiri atas cadangan premi dan cadangan klaim. Hal ini berarti cadangan teknis yang tinggi maka perolehan laba akan semakin rendah pula. Risk Based Capital merupakan suatu ukuran yang menginformasikan tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, setiap perusahaan asuransi wajib memiliki Risk Based Capital (RBC) minimal 120%. Semakin besar RBC maka semakin sehat kondisi finansial perusahaan dan tingkat kecukupan modal yang tinggi untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan. Hal ini akan membuat perusahaan tidak efisien, karena tingkat solvensi yang terlalu tinggi, sehingga semakin tinggi RBC maka akan semakin rendah perolehan laba perusahaan asuransi. Berdasarkan pemaparan di atas, adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data yang diperoleh dari dua puluh perusahaan asuransi umum di Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi dan neraca tahun 2009-2013. Dari laporan keuangan tersebut terdapat pos-pos yang merupakan variabel independen yang terdiri dari pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital yang dikaitkan terhadap laba perusahaan yang merupakan variabel dependen dalam penelitian ini yang dapat digambarkan sebagai berikut.
42
PENDAPATAN PREMI
(X1)
BEBAN KLAIM
(X2) HASIL UNDERWRITING
LABA
(X3)
(Y)
CADANGAN TEKNIS
(X4)
RISK BASED CAPITAL
(X5)
(Variabel Independen)
(Variabel Dependen)
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
2.4
Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara
dianggap benar. Berdasarkan kerangka penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat diperoleh hipotesis dalam penelitian ini, yaitu : 1. H0 :
Diduga bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara simultan atau bersama berpengaruh signifikan terhadap laba pada 20 perusahaan asuransi umum.
43 2. H0 :
Diduga bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara parsial atau masingmasing berpengaruh signifikan terhadap laba pada 20 perusahaan asuransi umum.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Rancangan
penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti (Sugiyono, 2012). Rancangan penelitian memberikan alur penelitian dari mempersiapkan data penelitian, menguji hipotesis, yang pada akhirnya memberikan kesimpulan yang sesuai dengan hasil yang diperoleh, rumusan masalah, dan hipotesis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang disusun berdasarkan laporan keuangan 20 perusahaan asuransi umum yang go public. Penelitian ini juga merupakan penelitian explanatory dimana penelitian berusaha menjelaskan atau membuktikan hubungan atau pengaruh antar variabel. Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah pendapatan premi (X1), beban klaim(X2), hasil underwriting (X3), cadangan teknis (X4), dan Risk Based Capital (X5). Sedangkan variabel terikat atau veriabel dependen dalam penelitian ini adalah laba (Y).
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia
yang go public pada periode 2009-2013. Data yang dibutuhkan merupakan laporan keuangan yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode electronic research
44
45 yaitu pencarian data melalui akses internet ke situs perusahaan asuransi umum yang bersangkutan dan link lainnya yang relevan.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Menurut sugiono (2012) bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan asuransi umum di Indonesia yang go public, yaitu yang menerbitkan laporan keuangan periode 2009-2013. 3.3.2
Sampel Sampel menurut Sugiyono (2012) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia yang go public dan menerbitkan laporan keuangan selama periode 2009-2013. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Wicaksono, 2012), yaitu:
Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi e = Batas toleransi kesalahan (error tolerance)
46 Diketahui : N 85 Perusahaan e 19,5% 0,195 n
n n 20,09 dibulatkan menjadi 20 perusahaan.
Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan Asuransi Umum No.
Nama Perusahaan
1
Asuransi Artarindo
2
Asuransi Bina Dana Arta
3
Asuransi Bintang
4
Asuransi Central Asia
5
Asuransi Dayin Mitra
6
Asuransi Ekspor Indonesia
7
Asuransi Harta Aman Pratama
8
Asuransi Intra Asia
9
Asuransi Jasa Indonesia
10
Asuransi Jasaraharja
11
Asuransi Jasa Tania
12
Asuransi Maipark Indonesia
13
Asuransi MSIG
47 No.
Nama Perusahaan
14
Asuransi Multi Artha Graha
15
Asuransi Purna Artanugraha
16
Asuransi Ramayana
17
Asuransi Sinar Mas
18
Asuransi Staco Mandiri
19
China Taiping Insurance Indonesia
20
Lippo General Insurance
3.4
Jenis dan Sumber Data
3.4.1
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data yang berupa angka-angka yang dapat dihitung dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data tersebut merupakan data laporan keuangan periode 2009-2013 berupa laporan laba rugi dan neraca yang di dalamnya terdapat pos-pos yaitu pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, Risk Based Capital dan laba yang telah dilogaritmanaturalkan yang nantinya akan diolah sesuai dengan metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini. 3.4.2
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
yaitu data yang diperoleh dari laporan tahunan atau laporan keuangan yang dipublikasikan dalam website resmi perusahaan asuransi umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini pada periode 2009-2013.
48
3.5
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakanakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan jalan mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal ataupun skripsi dan artikel yang berasal dari internet yang berhubungan dengan materi penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teori dan metode atau konsep lainnya yang akan membantu penulis dalam mengolah data. Selain itu, pengumpulan dan pencatatan data laporan keuangan tahunan pada masing-masing perusahaan asuransi umum di Indonesia yang menjadi sampel selama periode 2009-2013. Data tersebut diperoleh dari media internet dengan cara men-download melalui situs perusahaan asuransi yang menjadi objek penelitian ini.
3.6
Variabel penelitian dan Definisi Operasional Sugiyono (2012) merumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan veriabel yang lain maka macammacam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel independen merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas variabel yang diamati. Secara tidak langsung, definisi operasional itu mengacu pada bagaimana
49 mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, penulis memberikan definisi operasional dari variabel-variabel, yaitu: 1. Variabel bebas (Indenpendent variable) Veriabel bebas dalam penelitian ini adalah pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan asuransi umum, diantaranya adalah: a. Pendapatan premi (X1) Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Pendapatan premi perusahaan asuransi diperoleh dari jumlah pendapatan premi bruto dikurangi komisi dan dikurangi premi reasuransi dibayar yang telah dikurangi komisi reasuransi diterima. b. Beban Klaim (X2) Klaim adalah beban yang harus dibayarkan oleh penanggung kepada pihak
tertanggung
apabila
terjadi
risiko
yang
dipertanggungkan.
Umumnya, seseorang atau sistem yang menangani klaim akan menentukan apakah informasi yang diserahkan atas suatu klaim telah sesuai dengan pertanggungan yang tercantum dalam suatu polis yang berlaku atau tidak, sehingga orang atau sistem tersebut dapat mengambil
keputusan
untuk
menyetujui
atau
menolak
klaim (Rina, 2011) c. Hasil Underwriting (X3) Hasil underwriting adalah nilai yang didapat dengan menghitung selisih antara pendapatan underwriting dan beban underwriting. Pendapatan underwriting perusahaan asuransi dapat diperoleh dari pendapatan premi bruto, premi reasuransi dan kenaikan atau penurunan premi yang belum
50 menjadi pendapatan. Sedangkan beban underwriting dapat diperoleh perusahaan asuransi dari pengeluaran klaim atau manfaat asuransi, klaim reasuransi, kenaikan atau penurunan kewajiban manfaat polis masa depan dan kenaikan atau penurunan estimasi klaim (Fikri, 2009). d. Cadangan Teknis (X4) Cadangan teknis terdiri atas cadangan premi dan cadangan klaim. Cadangan premi mencerminkan bagian premi yang telah diterima di muka namun belum diakui sebagai pendapatan pada periode berjalan karena berkaitan dengan sisa masa pertanggungan yang belum berjalan. Cadangan klaim terdiri dari utang klaim, perkiraan atas nilai klaim yang sedang dalam proses penyelesaian dan perkiraan atas kalim yang telah terjadi tetapi belum dilaporkan (Arrum, 2014). e. Risk Based Capital (X5) Risk Based Capital adalah suatu ukuran yang menginformasikan tingkat keamanan financial atau kesehatan suatu perusahaan asuransi yang dihitung berdasarkan peraturan akuntansi standar dibagi dengan nilai kekayaan bersih yang dihitung kembali dengan mengikutsertakan risikorisiko pemburukan yang mungkin terjadi. Semakin besar rasio kesehatan Risk Based Capital sebuah perusahaan asuransi, maka semakin sehat kondisi financial perusahaan tersebut. Risk Based Capital suatu perusahaan asuransi juga modal yang harus dijaminkan oleh perusahaan asuransi kepada pemerintah untuk menjamin ketersediaan dana untuk pembayaran klaim asuransi, jumlah dana yang harus dijaminkan ini menurut Departemen Keuangan minimal adalah 120% persentase ini
51 dihitung dari jumlah beban klaim terutama dalam kejadian perusahaan bersangkutan bangkrut/collapse (Fachri, 2013). 2. Variabel terikat (Dependent variable) Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan asuransi umum. Laba atau rugi diperoleh dari jumlah keseluruhan pendapatan asuransi umum yang dukurangi dengan biaya operasional dan pajak serta beban-beban lainnya.
3.7
Analisis Data
3.7.1
Pengujian Model (Uji Asumsi Klasik) Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benar-
benar menunjukkan pengaruh atau hubungan yang signifikan dan representatif. Berikut ini beberapa pengujian dalam uji asumsi klasik. 3.7.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel indepnden atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Sugiyono, 2009). Uji normalitas data dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik Normal Probability Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Uji normalitas dengan grafik Normal P-P Plot akan membentuk satu garis lurus diagonal, kemudian plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Jika
distribusi
normal
maka
garis
yang
menggambarkan
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. (Singgih, 2014).
data
52 3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah jika model tersebut homoskedastisitas (Singgih, 2014). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linear berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu SRESID dengan residual eror yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Sulaiman, 2004). 3.7.1.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada penyakit autokorelasi. Tentu saja model regresi yang terbebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Aturan main untuk menggunakan uji Durbin-Watson adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson. Dalam tabel Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau dU) dan nilai batas bawah (lower bound atau dL) (Singgih, 2014). Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sulaiman, 2004): 1. 1,65 < DW < 2,35 (berarti tidak terjadi autokorelasi)
53 2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (berarti tidak dapat disimpulkan) 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 (berarti terjadi autokorelasi) 3.7.2
Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 R2 1). Semakin besar R2 (meendekati 1), maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Sulaiman, 2004). 3.7.3
Uji F (Uji Simultan) Uji F-stastistik bertujuan untuk menduga persamaan secara keseluruhan. Uji
ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama pada model sudah layak untuk menduga variabel terikat. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, hal ini disebut sebagai hipotesis nol (Dian, 2009). Tahapan uji F sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis H0 : = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Ha : 0, artinya
variabel
independen
secara
bersama-sama
tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (minimal salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen).
54 2. Menentukan tingkat signifikasi () 3.
Menentukan Fhitung dan Ftabel Untuk menentukan Ftabel dapat ditentukan dengan rumus degree of freedom (df) sebagai berikut: df 1 = jumlah variabel df 2 = n – k – 1 ;
4. Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut: Probability Fhitung < Ftabel, maka tolak H0 Probability Fhitung > Ftabel, maka terima H0 Jika terima H0, berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat dan model layak digunakan. Sebaliknya jika tolak H0, berarti tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Dian, 2009). 3.7.4
Uji T (Uji Parsial) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas
berpengaruh pada variabel terikatnya atau untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas (Dian, 2009). Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji ini, sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis: H0 : = 0, artinya variabel independen secara masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Ha : 0,
artinya
variabel
independen
secara
masing-masing
tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (minimal salah
55 satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen). 2. Menentukan tingkat signifikasi () 3. Menentukan thitung dan ttabel Untuk menentukan ttabel dapat ditentukan dengan rumus (/2; n-k-1) α = 5% : 2 =2,5% (uji 2 sisi) df = n – k – 1 4. Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut; thitung < ttabel, maka tolak H0 thitung > ttabel, maka terima H0 Jika thitung > ttabel maka tolak H0, berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat maka model layak digunakan. Sebaliknya jika thitung < ttabel maka terima H0, berarti tidak ada satu pun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Dian, 2009).
3.7.5
Analisis Regresi Berganda Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik yaitu
teknik analisis regresi berganda. Teknik ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan dan seberapa besar pengaruh antara antara variabel terikat yaitu laba dengan beberapa variabel bebas yaitu pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital. Model persamaan regresi yang digunakan sebagai berikut: Y = + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
56 Keterangan : Y =
Laba
X1 =
Pendapatan Premi
X2 =
Beban Klaim
X3 =
Underwriting
X4 =
Cadangan Teknis
X5 =
Risk Based Capital
=
Konstanta
b
=
Koefisien Regresi
e
=
Standard Error (tingkat kesalahan yang dapat diterima)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Analisis
4.1.1` Gambaran Umum Perusahaan Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi umum yang go public di Indonesia. Asuransi umum (general insurance) sering juga disebut dengan asuransi kerugian. Sedikit berbeda dengan asuransi jiwa, pada asuransi umum yang diasuransikan adalah benda atau kepentingan seseorang yang melekat pada benda. Pada asuransi umum benda-benda yang dapat diasuransikan adalah semua benda yang memiliki nilai ekonomis. Disamping itu pada bendabenda tersebut melekat kepentingan orang yang mengasuransikan. 1. PT. Asuransi Artarindo Tbk Asuransi Artarindo adalah
sebuah Asuransi
Umum yang
berdiri
sejak 1978,dan berkantor pusat di Jakarta berdasarkan akta Notaris Julian Nimrod Siregar No. 66 yang selanjutnya disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. JA 5/99/17 tanggal 8 September 1977 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tanggal 12 Februari 1978 Tambahan No. 48. Sesuai dengan Keterbukaan Informasi Perusahaan, bersama ini disampaikan kami telah menandatangani perjanjian opsi penjualan saham dan technical assistance dengan SHC Capital Asia Limited, pada tanggal 22 Desember 2011. Perjanjian ini menghasilkan opsi penjualan saham dalam 2 tahap hingga mencapai 55%. Dan juga kami mendapatkan technical assistant dalam kurun waktu 5 tahun.
57
58
Sampai saat ini perusahaan terus mendapat kepercayaan hampir di seluruh propinsi di Indonesia dengan 27 kantor cabang dan 19 kantor pemasaran. Sejak didirikan, struktur permodalan perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan permodalan. PT Asuransi Artarindo kemudian terus mengalami perubahan secara progresif hingga menjadi Rp 25 Milyar pada akhir tahun 2000. Selanjutnya untuk menghadapi tuntutan persaingan yang semakin ketat dan juga guna
memenuhi
tuntutan
peraturan
perundang-undangan
dibidang
usaha
perasuransian yang memasyarakatkan modal sendiri, perusahaan asuransi minimal Rp 100 Milyar pada tahun 2014, maka pada tahun 2007 para pemegang saham telah sepakat untuk menaikkan Modal Dasar Perusahaan menjadi Rp 100 Milyar. Sedangkan Modal Disetor ditingkatkan menjadi Rp 25 Milyar. Pada tahun 2010 ini, modal sendiri perusahaan sudah berhasil melewati persyaratan yang ditentukan menjadi Rp 103,154 Milyar. Sebagai upaya dalam mengawali langkah awal untuk menyambut masa depan yang lebih cerah, manajemen PT. Asuransi Artarindo menciptakan visi, misi dan filosofi baru yang diharapkan akan menjadi karakter yang lebih positif melalui penerapan berbagai ide dan perkembangan baru sehingga akan memenuhi kebutuhan para nasabah yang terus meningkat. Produk-produk yang ditawarkan PT. Asuransi Artarindo terdiri dari: Asuransi Kebakaran, Asuransi Property dan Industrial All Risk, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Alat-alat Berat, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Rangka Kapal, Asuransi Penyimpanan Uang, Asuransi Uang Dalam Pengangkutan / Pengiriman, Asuransi Kebongkaran, Custom Bond, Surety Bond, Asuransi Pemasangan Mesin, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Peralatan Elektronik, Asuransi Rekayasa, Asuransi
59
Fidelity Guarantee. Asuransi Kerusakan Mesin, Asuransi Kehilangan Keuntungan, Asuransi Gempa Bumi, Hole In One Insurance, Public Liability Insurance. 2. PT. Asuransi Bintang Tbk. PT Asuransi Bintang Tbk. adalah salah satu perusahaan asuransi umum yang tertua di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Maret 1955 oleh mantan pejuang kemerdekaan 1945 yaitu : Soedarpo Sastrosatomo, Idham, Wibowo, Pang Lay Kim, Ali Budiardjo, Roestam Moenaf, J.R. Koesman dan Ismet. Meski kompetisi semakin ketat, dan dampak globalisasi telah memasuki semua sektor usaha.Dengan terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta system dan prosedurnya, PT Asuransi Bintang Tbk. terus tumbuh dan berkembang dalam kurun waktu lebih dari 5 dasawarsa. Para pendiri PT Asuransi Bintang Tbk. telah menegakkan dan mengembangkan budaya perusahaan yang berlandaskan tata kelola yang efektif, menjadikan PT Asuransi Bintang Tbk. perusahaan yang terus berkembang
dan
memberikan
manfaat
yang
berimbang
kepada
seluruh
stakeholders dan pelayanan kepada masyarakat. PT Asuransi Bintang Tbk. secara konsisten menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Menyadari pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, PT Asuransi Bintang Tbk. pada tahun 1984 memulai program pelatihan eksekutif, yang sampai saat ini sudah mencapai 15 angkatan dengan mencetak lebih dari 150 orang calon eksekutif bidang asuransi umum, yang tersebar di berbagai perusahaan asuransi umum dan pialang asuransi di Indonesia. Kerusuhan Mei 1998, memberi pelajaran yang berharga bagi PT Asuransi Bintang Tbk. karena untuk pertama kalinya PT Asuransi Bintang Tbk. menimba pengalaman menyelesaikan lebih dari 400 kasus klaim secara serempak. Sehingga ketika peristiwa banjir besar melanda Jakarta dan daerah lainnya pada
60
awal tahun 2002, PT Asuransi Bintang Tbk. telah memiliki keahlian untuk menyelesaikan klaim massal akibat banjir tersebut dengan baik dan cepat. Hal yang sama juga terbukti pada penyelesaian Intern Payment klaim Terorisme & Sabotase (TS) di Hotel JW Marriot tahun 2009 yang dalam waktu relatif cepat Hotel tersebut sudah dapat berfungsi kembali secara normal. Menjelang akhir 2006 PT Asuransi Bintang Tbk. melakukan Penawaran Umum Terbatas yang pertama untuk memperoleh tambahan modal guna meningkatkan kapasitas untuk menahan risiko, dan mulai memasuki bisnis asuransi yang berbasis syariah pada tahun 2007. PT Asuransi Bintang Tbk. terus memperkokoh diri melalui fokus pada pelayanan, dan peningkatan infrastruktur perusahaan. Mencermati kondisi pasar asuransi umum sekarang dan pada masa yang akan datang, PT Asuransi Bintang Tbk. menetapkan visinya yang baru yaitu penyedia solusi asuransi yang terkemuka dalam profitabilitas melalui kemampuan beradaptasi, berkreasi & teknologi. Produk-produk yang ditawarkan PT Asuransi Bintang Tbk terdiri dari: Perisai Mobil Individual, Bintang eCargo, Asuransi Kebakaran, Asuransi Terorisme & Sabotase, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Rekayasa, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Perjalanan. 3. PT. Asuransi Bina Dana Artha Tbk. PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. didirikan dan berkedudukan di Jakarta sesuai dengan akta Notaris Kartini Mulyadi SH No.78 tertanggal 12 Oktober 1982. Pada awal berdiri, perusahaan bernama PT Asuransi Bina Dharma Artha dan pada tahun 1994 diganti menjadi PT Dharmala Insurance Tbk. Sejak 1999, perusahaan berubah nama menjadi PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., juga dikenal sebagai Asuransi ABDA atau ABDA Insurance. Saat ini perusahaan berkedudukan di Plaza
61
ABDA, Jl. Jend. Sudirman Kav. 59 Jakarta dan memiliki 32 kantor cabang dan pemasaran. Selain itu perusahaan juga akan memperluas jejaring di seluruh Indonesia. Di tahun 2004 tepatnya pada tanggal 15 Desember 2004 PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. melakukan Right Issue sehingga jumlah saham menjadi 275.914.080 lembar saham dengan total nilai sebesar Rp. 89.848.944.000,-. Pada akhir tahun 2008 total modal sendiri sebesar Rp. 118.810.079.000,- yang berarti telah memenuhi peraturan perundangan yang berlaku dimana pada tahun 2014 modal sendiri disyaratkan minimum Rp.100 milyar. Setelah lebih dari 30 tahun beroperasi, PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. telah memperoleh kepercayaan dan apresiasi dari para pemegang saham, karyawan dan para pelanggan. Saat ini, perusahaan memiliki 33 kantor cabang dan pemasaran yang berlokasi di berbagai kota besar di Indonesia guna mendekatkan diri dan memberikan layanan terbaik kepada semua pelanggan. Perusahaan didukung oleh 496 karyawan yang profesional dan berdedikasi tinggi. Berbekal pengalaman lebih dari 25 tahun di industri pengalihan resiko, PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. tumbuh dan berkembang serta terbukti mampu menghadapi segala kendala yang terjadi baik di seputar industri asuransi maupun perubahan dalam perekonomian Indonesia dan perekonomian internasional. Perusahaan bergerak dalam bidang Asuransi kerugian dengan jenis pertanggungan: Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Kebakaran, Asuransi Rekayasa, Asuransi Aneka, Asuransi Pengangkutan, Surety Bond, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Kesehatan. 4. PT. Asuransi Central Asia
62
PT Asuransi Central Asia atau yang lebih dikenal sebagai ACA berdiri sejak tanggal 29 Agustus 1956. Hingga saat ini ACA telah memainkan peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Saat ini, ACA telah memiliki aset Rp 3.139 triliun, 59 kantor cabang dan perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia, 1 (satu) unit syariah yang berpusat di Jakarta dengan jumlah karyawan sekitar 1.300 orang. Per Desember 2009 permodalan yang dimiliki ACA mencapai Rp 2,2 triliun dan nilai RBC (Risk Based Capital) 264.47% jauh melebihi batas minimal 120% sesuai ketentuan pemerintah. Salah satu dari keberhasilan ACA yang paling signifikan adalah berhasil mengimplementasikan sistem teknologi yang tepat khususnya dalam distribusi pelayanan dan purna jual produk-produk retail. Dalam menjalankan usaha, ACA telah berupaya untuk menciptakan tim manajemen yang kuat dan profesional yang bekerja berlandaskan pada prinsipprinsip good corporate governance. Perusahaan berkomitmen untuk menyediakan perlindungan terbaik yang didukung oleh pelayanan terbaik pula. Selain itu, ACA senantiasa berusaha untuk menjadi perusahaan yang dipercaya serta dapat menghadirkan kenyamanan bagi para pelanggannya. Hal ini sesuai dengan motto perusahaan "Perlindungan Kami adalah Kenyamanan Anda". Produk-produk yang ditawarkan ACA terdiri dari: Asuransi Kebakaran, Asuransi Rumah Idaman (ASRI), Asuransi Kendaraan Bermotor, Otomate, Personal Safe, Asuransi Demam Berdarah, Asuransi Rawat Inap, Medisafe, Asuransi Perjalanan,Travel Safe, Asuransi Kargo, Bonding, Asuransi Rekayasa, Asuransi Perangkat Elektronik, Asuransi D & O, Asuransi Uang, Asuransi Pencurian & Kebongkaran, Asuransi Tanaman, Asuransi Syariah.
63
5. PT Asuransi Dayin Mitra Tbk Sebagai salah satu pemain penting dalam industri asuransi, PT Asuransi Dayin Mitra Tbk terbukti telah mampu melewati periode krisis dengan tetap menjaga tingkat pertumbuhan yang wajar. Perjalanan sejarah perusahaan sejak didirikannya tahun 1982, merupakan bukti konsistensi pada komitmennya untuk maju dan memberi yang terbaik. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk berdiri sejak 1982.Pada 1989,PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk “go public” di Bursa Efek Jakarta. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk juga telah mendapatkan berbagai penghargaan : a. Tahun 2001, Emiten terbaik Sektor Asuransi (Investor Award 2001, Majalah Investor bersama Arthur Andersen),Peringkat 4 rating Asuransi Umum dari 102 Perusahaan Asuransi Umum dengan Predikat Sangat Bagus (Majalah InfoBank), Pemberi Bisnis terbaik VII periode 1998 - 2000 (PT. Reasuransi Nasional Indonesia). b. Tahun 2002, Mendapat peghargaan dengan predikat sangat bagus atas kinerja keuangan tahun 2001 (Majalah InfoBank) c. Tahun 2003, Peringkat 2 rating Asuransi Umum dari 96 Perusahaan Asuransi Umum dengan predikat sangat Bagus (Majalah Info Bank) d. Serta secara berturut - turut pada tahun 2004 & 2005 mendapat penghargan dengan predikat Sangat Bagus atas kinerja keuangan tahun 2003 & 2004 (Majalah InfoBank). Produk-produk yang ditawarkan PT Asuransi Dayin Mitra terdiri dari: Dayin Usaha,
Dayin
Rumah,
Dayin
Mobil
Plus,
Asuransi
Rekayasa,
Asuransi
Pengangkutan, Dayin Mitra Travelmate, Dayin Medika, Asuransi terhadap Uang, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Alat Berat. Asuransi Rangka Kapal.
64
6. PT Asuransi Ekspor Indonesia (Asei) PT Asuransi Asei Indonesia atau Asuransi Asei adalah anak perusahaan dari Indonesia Re atau PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) yang diresmikan pada tanggal 9 Oktober 2014 berdasarkan akta nomor 8 tahun 2014. Dahulu, Asuransi Asei merupakan bentuk wujud transformasi dari PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
yang
berdiri
tahun
1985,
dan
tahun
2014
bertransformasi menjadi PT Asei Reasuransi Indonesia (Persero). Mendasar atas regulasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang tidak memperkenankan perusahaan Reasuransi menjual produk asuransi, maka pada bulan Oktober 2014 terbentuklah Asuransi Asei yang menjadi anak usaha dari AseiRe. Pada awal tahun 2015, Asei Re mengubah namanya menjadi Indonesia Re. Asuransi Asei sebagai perusahaan asuransi kerugian yang memberikan proteksi asuransi kepada perbankan dan sektor riil, dan senantiasa berupaya mendukung misi perdagangan nasional dan internasional di Indonesia. Saat ini, Asuransi Asei tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan asuransi terkemuka di Indonesia, telah memilki 21 Kantor Cabang dan 30 Kantor Pemasaran yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam dukungan internasional, Asuransi Asei telah sejak lama tergabung dalam Berneunion, dan Aman Union. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Asei terdiri dari: Asuransi ekspor, Asuransi
kredit
perdagangan,
Asuransi
pembiayaan,
Asuransi
penjaminan,
Supertyship, Asuransi umum, Asuransi syariah. 7. PT. Asuransi Intra Asia Asuransi Intra Asia adalah asuransi umum yang berkantor pusat di Jakarta. Asuransi ini berdiri sejak 1988.PT. Asuransi Intra Asia semula bernama PT. Asuransi
65
Marannu Mario yang didirikan pada tahun 1988 oleh Haji Andi Sose dengan modal dasar dan modal disetor masing-masing sebesar Rp. 1,5 miliar. Pada tahun 1996, PT. Asuransi Marannu Mario berubah nama menjadi PT. Asuransi Marannu disertai dengan peningkatan modal dasar dan modal disetor, masing-masing menjadi Rp.60 miliar dan Rp.15 miliar. Kepemilikan saham mayoritas masih dipegang oleh Haji Andi Sose (95%) dan sisanya oleh Koperasi Karyawan PT. Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo). Pada tahun 1999,PT. Intra Asia Corpora membeli seluruh saham yang dimiliki oleh Haji Andi Sose dan nama perusahaan diubah menjadi PT. Asuransi Intra Asia. Perubahan tersebut pada tanggal 27 Juli 1999 yang dijadikan tanggal berdirinya PT Asuransi Intra Asia.Pembelian Saham tersebut disertai dengan peningkatan modal dasar dan modal disetor, masing-masing menjadi Rp. 72 miliar dan Rp. 18 miliar. Pada tanggal 26 Mei 2010 Pemegang saham PT. Asuransi Intra Asia telah menambah modal disetor sebesar Rp. 50 miliar , sehingga jumlah modal disetor/ dtempatkan menjadi Rp. 87,155 miliar dan ekuitas perusahaan menjadi 79,5 miliar. Penambahan modal disetor tersebut telah disahkan dalam RUPSLB tanggal 16 Juni 2010 oleh Notaris Elly Halida,SH. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Intra Asia terdiri dari: Asuransi Umroh,
Asuransi
Persona,
Asuransi
Arti
+,
Asuransi
Kebakaran,
Asuransi
Pengangkutan, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Kesehatan, Asuransi Aneka, Suverty Bond.
8. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
66 PT. Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk. („Perusahaan‟) didirikan pada tanggal 28 Mei 1982 berdasarkan Akta Notaris Trisnawati Mulia, SH No. 76 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-1325.HT.01.01.Th.82 tangga1 21 September 1982. Perusahaan mulai beroperasi komersial sebagai perusahaan asuransi kerugian sejak tahun 1983 berdasarkan Surat Ijin Usaha dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 633/MD/1983 tanggal 11 Februari 1983. Pada awal berdiri sampai dengan tahun 1988 kegiatan usaha perseroan mendapat bantuan teknis dari Asia Insurance Hongkong dan setelah itu sepenuhnya dijalankan
oleh
tenaga-tenaga
profesional
Indonesia.
Perseroan
telah
menyampaikan Pernyataan Penawaran Umum Perdana pada tahun 1990 kepada Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal. Pernyataan Pendaftaran Penawaran Umum Perdana tersebut telah mendapat Pernyataan Efektif dari Badan Pelaksana Pasar Modal melalui suratnya No. SI-128/SHM/MK.10/1990 tanggal 30 Juli 1990, selanjutnya pada tanggal 14 September 1990 saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Fathiah Helmi, SH No. 13 tanggal 18 November 2008 mengenai Peningkatan Modal ditempatkan dan disetor
Perseroan melalui
Penawaran Umum Terbatas I (“PUT I”) dengan menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (“HMETD”) dan peningkatan Modal Dasar Perseroan menjadi Rp. 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) yang terdiri atas 2 (dua) milyar saham dengan nilai nominal Rp. 50 per saham. Perusahaan berkantor pusat di Jalan Balikpapan Raya No.9, Jakarta dan memiliki jaringan operasi sebanyak 4 (empat)
67
kantor cabang dan 13 (tiga belas) kantor pemasaran yang tersebar di wilayah Jakarta, Tangerang, Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Harta Aman Pratama terdiri dari: Aman Harta ,
Aman
Oto,
Aman Kargo,
Aman Hull,
Aman Diri,Aman Sehat,
Aman Uang, Aman Perjalanan, Asuransi CAR, Asuransi Burglary, Asuransi Bonding, Erection All Risk Insurance, Machinery Breakdown Insurance, Liability Insurance (Asuransi Tanggung Gugat), Heavy Equipment Insurance (Asuransi alat-alat berat), Electronic Equipment Insurance, Fidelity Guarantee Insurance. 9. PT Asuransi Jasaraharja Putera Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari kebijakan pemerintah untuk melakukan nasionalisasi terhadap Perusahaan-Perusahaan milik Belanda dengan diundangkannya Undang-Undang No.86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda. Penjabaran dari Undang-Undang tersebut dalam bidang asuransi kerugian, pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asuransi kerugian Belanda berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.6 tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan Asuransi Kerugian Belanda yang dikenakan Nasionalisasi. Peraturan Pemerintah tersebut ditetapkan tanggal 16 Januari 1960, namun berlaku surut sampai tanggal 3 Desember 1957. Pada tahun 1994, pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian sebagai penjabaran UU No.2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur antara lain ketentuan yang melarang Perusahaan Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial untuk menjalankan asuransi lain selain
68
program asuransi sosial. Sejalan dengan ketentuan tersebut, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 hingga saat ini Jasa Raharja melepaskan usaha asuransi non wajib dan surety bond untuk lebih fokus dalam menjalankan program asuransi sosial yaitu menyelenggarakan Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang sebagaimana diatur dalam UU. No.33 tahun 1964 dan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan sebagaimana diatur dalam UU. No.34 tahun 1964. Produk-produk yang ditawarkan Asruansi Jasaraharja Putera terdiri dari: JPASTOR, Asuransi Kendaraan Bermotor, JP-BONDING – Bond, JP-ASPRI Kecelakaan Pribadi, JP-GRAHA – Properti, JP-ASKRED - Asuransi Kredit, Asuransi Rekayasa/Engeneering, Asuransi Tanggung Gugat/Liability, Asuransi Rangka Kapal/Hull, Asuransi Alat Berat/Heavy Equipment, Asuransi Harta Benda/Properti, Asuransi Pengangkutan/Cargo, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Uang, Asuransi Pencurian/Kerusakan, Hole in One, Asuransi Papan Reklame, Asuransi Peralatan Pindah Pindahan. 10. PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Pembentukan PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) merupakan bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa dan tanah air Indonesia. Sejarah tersebut bermula pada tahun 1845 ketika dilaksanakannya nasionalisasi atas NV Assurantie Maatschappij de Nederlander, sebuah perusahaan Asuransi Umum milik kolonial Belanda,
dan
Bloom
Vander,
perusahaan
Asuransi
Umum
Inggris
yang
berkedudukan di Jakarta. Dalam perjalanan bersejarahnya, melalui Keputusan Menteri Keuangan No.764/MK/IV/12/1972 tertanggal 9
Desember
1972,
pemerintah Indonesia
memutuskan untuk melakukan merger antara PT Asuransi Bendasraya dan PT
69
Umum Internasional Underwriters (UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) sebagai sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha Asuransi Umum. Pengesahan penggabungan tersebut selanjutnya dikukuhkan dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 1 tanggal 2 Juni 1973. Saat ini Asuransi Jasindo memiliki jaringan pelayanan yang terdiri dari 74 Kantor Cabang yang berlokasi di seluruh Indonesia dan 1 kantor cabang di luar negeri serta berkantor pusat di Jl. Let. Jend. MT Haryono kav. 61 Jakarta. Sebagai salah satu BUMN yang memiliki kinerja usaha gemilang di Indonesia, seluruh saham PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Asuransi Jasindo juga banyak mendapatkan dukungan reasuradur terkemuka dari seluruh belahan dunia, seperti Swiss Re dan Partner Re, dalam memberikan back-up reasuransi, terutama pertanggungan yang bersifat mega-risk. Dalam menyelesaikan klaim-klaim besar, komitmen atas ketepatan dan kecepatan Asuransi Jasindo tak perlu diragukan lagi. Hal ini dibuktikan dengan penyelesaian klaim-klaim besar bahkan hingga bernilai triliunan rupiah. Sebut saja misalnya, klaim Apogee Kick Motor Satelit Palapa B2 sebesar US$ 75 juta, BDC Failure Satelit Palapa C2 senilai US$ 31,2 juta, Battery Charging Failure Satelit Palapa C2 sebesar US$ 36,5 juta, dan Loss of DB Satelit Garuda milik Aces International hingga senilai US$ 101,5 juta. Pengalaman dan kemampuan Asuransi Jasindo yang mengundang decak kagum ini, telah pula diakui oleh badan pemeringkat internasional yaitu Standard and Poor's untuk kategori “Claim Paying Ability” pada tahun 1997 dengan peringkat BBB. Selanjutnya, di tahun 2009, Asuransi Jasindo kembali mendapatkan pengakuan sebagai satu-satunya perusahaan Asuransi Umum nasional yang
70
memperoleh rating dari badan pemeringkat internasional AM Best yang berbasis di Hongkong dan Amerika Serikat, untuk kategori “Financial Strength Ability” (Stable Outlook) dengan peringkat B++ dan Issuer Credit Ability (Stable Outlook) dengan peringkat BBB. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Jasindo terdiri dari: Asuransi Kebakaran, Asuransi Pesawat dan Ruang Angkasa, Asuransi Engineering, Asuransi Oil & Gas, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Rangka Kapal, Asuransi Aneka, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Keuangan. 11. PT. Maskapai Asuransi Jasa Tania Dekade 1980 Perseroan didirikan dengan nama PT Maskapai Asuransi Jasa Tania pada tahun 1979 yang berdomisili di Bandung, dengan bisnis yang berbasiskan kepercayaan dari PT Perkebunan I-XXIX. Pada periode ini operasional Perseroan didukung oleh jaringan 5 kantor cabang dan 1 kantor perwakilan. Dengan semakin berkembangnya kegiatan usaha, sejak tahun 1987 domisili Perseroan dipindahkan dari Bandung ke Jakarta. Dekade
1990 Dengan
semakin
meningkatnya
kepercayaan
dari
PT
Perkebunan I-XXXII dan berkembangnya industri asuransi, perseroan mulai mengembangkan bisnisnya disektor perbankan, badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta. Dekade 2000 Dengan melihat peluang pasar yang ada, Perseroan memfokuskan segmentasi usaha di sektor korporasi dan ritel, dengan pendekatan pengembangan
manajemen
resiko
dan
pusat
pelayanan
pelanggan
yang
berorientasi "customer care". Untuk membentuk corporate image, perseroan
71
melakukan perubahan seiring dengan diluncurkannya produk unggulan, yaitu JT OTO, JT CARE dan JT GRIYA. Dekade 2010 Dengan semakin berkembangnya industri perasuransian, Perseroan secara terus menerus meningkatkan kinerja operasionalnya dengan mengembangkan jaringan pemasaran sehingga saat ini Perseroan telah memiliki 12 Kantor Cabang, 7 Kantor Pemasaran dan 4 Unit Pemasaran. Selain itu Perseroan juga telah mengembangkan produk asuransi yang dipasarkan, yaitu Surety Bond dan Asuransi Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan pasar asuransi yang terus berkembang. Perseroan juga secara konsisten menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), baik di jajaran Pengurus maupun karyawan Perseroan, sehingga secara simultan dapat meningkatkan kepercayaan stakeholder. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Jasa Tania terdiri dari: JT oto mobil, JT griya, JT care mikro, JT cash plan, Asuransi tanaman, Asuransi ternak. Produk lainnya seperti: Asuransi Kecelakaan kerja, Asuransi sector energi, asuransi pekerjaan rekayasa, asuransi alat berat. 12. PT. Asuransi Multi Artha Guna Tbk. Mengawali kiprahnya untuk pertama kalinya dalam bidang pelayanan asuransi yang terpercaya, PT Asuransi Multi Guna Tbk berdiri pada tanggal 14 November 1980. Pada awalnya perusahaan asuransi ini membuka kantor pusat di Surabaya dan membuka beberapa kantor cabang di Jakarta dan Bandung. Pada tahun 1983, perusahaan ini menjalin kerjasama dengan The Red Shield Co. Ltd., Singapore.
Dengan
terjalinnya
kerjasama
tersebut,
perusahaan
ini
mulai
memberanikan diri untuk memasarkan produk asuransi kesehatan. Setelah
72
beroperasi selama 25 tahun, pada tanggal 23 Desember 2005 Perseroan resmi tercatat sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 2005, perusahaan ini akhirnya berhasil mencatatkan sahamnya untuk pertama kali di Bursa Efek Jakarta dan merubah statusnya menjadi perusahaan terbuka. Selain itu, Multi Artha Guna juga telah mendapatkan beberapa penghargaan di antaranya Emiten Terbaik 2013 Sektor Asuransi dari Majalah Investor, Best General Insurance 2012 dalam Insurance Awards, Best of the Best Awards dalam kategori The Top 50 Companies for 2012 dari Forbes dan beberapa penghargaan lainnya. Sampai saat ini Asuransi MAG telah memiliki 10 kantor cabang di Lampung, Pekanbaru, Bogor, Bandung, Surabaya, Makassar, Palembang, Medan, Manado dan Banjarmasin serta 18 kantor perwakilan di Pontianak, Balikpapan, Yogyakarta, Jambi, Muara Bungo, Semarang, Malang, Samarinda, Cikarang, Tanjung Pinang, Kendari, Solo, Serpong, Batam, Aceh, Denpasar, Padang dan Palu. Perseroan dapat berkiprah sebagai perusahaan asuransi yang semakin diperhitungkan dalam industri keuangan dan perasuransian nasional karena didukung oleh: Sumber daya keuangan yang kuat dan sehat. Team manajemen yang stabil, berpengalaman dan kompeten. Pengelolaan yang mandiri sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat dan obyektif. Jaringan usaha yang cukup luas. Rangkaian produk yang bervariasi. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi MAG terdiri dari: MAGNA Mobil, MAGNA Sehat, MAGNA Wisata, MAGNA Properti, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Rekayasa/Enginering, Asuransi Uang, Asuransi Kebongkaran/Pencurian, Asuransi Kebakaran, Asuransi Gempa Bumi, Asuransi Alat-alat Berat, Asuransi Peralatan Elektronik, Asuransi Gangguan Usaha.
73
13. PT Asuransi Maipark Indonesia Deregulasi sektor keuangan di akhir 1980-an menyebabkan penurunan tarif premi di Indonesia ke tingkat yang sama dengan negara-negara tanpa eksposur risiko bencana. Karena persaingan yang berlebihan menjadi praktik pasar untuk menyediakan asuransi gempa tanpa pengisian resiko premi yang memadai. Menanggapi situasi di atas dan melalui suksesi arahan administratif dan peraturan, pemerintah mewajibkan semua perusahaan asuransi umum dan reasuransi berlisensi yang beroperasi di Indonesia untuk bekerja sama dalam mengasuransikan
risiko
khusus
melalui
usaha
bersama
dari
semua
perusahaan. Kendaraan untuk usaha ini adalah Indonesia Gempa Reasuransi Renang atau Renang Reasuransi Gempa Bumi Indonesia (PRGBI). Berpartisipasi dalam Gempa Renang dibuat wajib bagi semua perusahaan asuransi dan reasuransi umum. The PRGBI mulai beroperasi mulai 1 Januari 2003. Pada saat yang sama tarif gempa wajib diperkenalkan dan disahkan oleh pemerintah. Sejak tanggal 1 Januari 2004 PRGBI berubah menjadi perseroan publik, PT. Asuransi MAIPARK Indonesia. MAIPARK adalah singkatan untuk Maskapai Asuransi Indonesia (MAI) dan Perusahan Asuransi RISIKO Khusus (PARK). MAI adalah tertua Perusahaan Asuransi Umum di Indonesia dan izin dibeli oleh 32 pemegang saham pendiri pada tanggal 23 Desember 2003 di sebuah Rapat Umum Pemegang Saham. Tujuannya adalah untuk membentuk sebuah komunitas tertanggung yang membayar premi yang cukup untuk menutupi biaya kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam. Selain fungsinya sebagai reasuradur MAIPARK terlibat dalam mendukung penelitian, pendidikan masyarakat tentang bencana alam, mitigasi risiko dan lebih ketat dan standar konstruksi yang aman dan kode bangunan.
74
PT Asuransi Maipark Indonesia yang saat ini bergerak di bidang asuransi umum, pada pertengahan tahun 2014 nanti sudah beralih menjadi perusahaan murni reasuransi. Perseroan kini tengah melakukan persiapan peralihan bisnis dan menambah modal sesuai ketentuan otoritas. Seperti diketahui, untuk dapat menjadi perusahaan reasuransi, Maipark harus memiliki modal minimal Rp 200 miliar seperti yang diatur PP
No.81/2008
tentang
Perubahan
Ketiga
Atas
PP
No.73/1992
tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Maipark yaitu perlindungan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, kebakaran dan ledakan berikut gempa, gunung meletus, tsunami, gangguan usaha. 14. PT Asuransi MSIG Indonesia Sejarah panjang Perusahaan dapat ditelusuri kembali ke tahun 1970 ketika PT. Maskapai Asuransi Indonesia mulai bertindak sebagai Agen Umum untuk Taisho Marine and Fire Insurance Co, Ltd, Jepang. Kemudian, pada tanggal 22 Oktober 1975 PT. Asuransi Insindo Taisho dengan izin usaha di bidang asuransi kerugian Nomor Kep-588/MD/1987 pada tanggal 2 Februari 1987 resmi didirikan sebagai perusahaan patungan antara Taisho Marine and Fire Insurance Co., Ltd., Jepang (70% saham) dan PT. Maskapai Asuransi Indonesia (30% saham), dengan Modal Dasar sebesar Rp 750 juta. Karena perubahan peraturan Pemerintah, pada tahun 1983 komposisi saham Perusahaan berubah menjadi 51% dipegang oleh pihak Indonesia dan 49% oleh pihak Jepang. Namun, sejak Desember 1990, Modal Dasar meningkat menjadi Rp 15 miliar, komposisi saham menjadi 79,60% dimiliki oleh pihak Jepang
75
sedangkan 20,40% sisanya oleh pihak Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 16 Desember 1999 Modal Dasar ditingkatkan menjadi Rp 40 miliar dengan tidak ada perubahan dalam komposisi saham. Pada
tahun
2014,
Modal
Dasar
Perusahaan
ditingkatkan
dari
Rp.40.000.000.000 menjadi Rp.100.000.000.000 dengan persentase kepemilikan saham tidak berubah yaitu 80% saham milik MSIG Holdings (Asia) Pte. Ltd. dan 20% saham milik Bapak Rudy Wanandy. Peningkatan Modal Dasar PT. Asuransi MSIG Indonesia tersebut berlaku sejak 30 Mei 2014. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2008 Pasal 6B bahwa Perusahaan Asuransi harus memiliki modal sendiri paling sedikit Rp.100.000.000.000 paling lambat 31 Desember 2014. Menggabungkan praktik terbaik di tingkat lokal maupun global, anak-anak perusahaan inti dan afiliasi dari MSIG Holdings (Asia) Pte. Ltd yang tersebar di ASEAN dan Hong Kong ("MSIG") telah menyediakan solusi asuransi umum selama lebih dari 100 tahun. Sebagai perusahaan asuransi terkemuka yang didirikan dengan perspektif jangka panjang, MSIG bertujuan untuk menawarkan solusi asuransi yang efektif, efisien dan mudah dipahami; disampaikan dengan layanan yang aktif dan tulus. Di seluruh kawasan regional, 3.500 karyawan perusahaan melangkah lebih jauh untuk menambahkan nilai pada bisnis dan gaya hidup pelanggan dan menginspirasikan keyakinan pada mereka. MSIG didukung oleh dasar yang kokoh dan warisan yang kaya dari Asuransi Mitsui Sumitomo Company, Limited, sebuah perusahaan asuransi yang telah mapan dengan peringkat keuangan yang kuat dari lembaga pemeringkat terkemuka, termasuk Standard & Poor’s dan Moody`s. Saat ini MSIG adalah salah satu dari sedikit asuransi umum asing yang memiliki perwakilan di setiap negara ASEAN,
76
bukti dari kekuatan dan jangkauannya. MSIG juga mendapatkan manfaat sebagai bagian dari dari MS&AD Insurance Group - salah satu kelompok asuransi umum terbesar di dunia. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi MSIG terdiri dari: Asuransi personal (Asuransi home shield, Asuransi kendaraan bermotor, Asuransi kecelakaan diri) dan Asuransi komersial (Asuransi pengangkutan barang, Asuransi harta benda, Asuransi kendaraan bermotor, Asuransi tanggung gugat, Asuransi rekayasa). 15. PT. Asuransi Purna Artanugraha PT. Asuransi Purna Artanugraha, selanjutnya disebut ASPAN, didirikan pada tanggal 10 Juni 1991. Izin usaha ASPAN dikeluarkan oleh Departemen Keuangan R.I. melalui surat keputusan No. 155/KM.13/1992 tanggal 23 Mei 1992 dengan kegiatan usaha di bidang Asuransi Kerugian. Berdirinya ASPAN dilatarbelakangi oleh keinginan dari Yayasan Kesehatan Pensiunan PT. PELNI dan Dana Pensiun PT. PELNI untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para anggota dan lingkungannya. Keinginan tersebut disambut baik oleh manajemen PT. PELNI maka berdirilah ASPAN pada tahun 1991. Akan tetapi, ASPAN baru mulai beroperasi secara penuh pada tahun 1992 setelah mendapatkan izin resmi dari Departemen Keuangan pada tahun yang sama.Komposisi kepemilikan saham ASPAN dimiliki oleh Yayasan Kesehatan Pensiunan PT. PELNI sebesar 56,66% dan Dana Pensiuna PT. PELNI sebesar 43,34%. Pada
awalnya,
kegiatan
usaha
ASPAN
hanya
menangani marine
hull dan personal accident penumpang kapal PT. PELNI saja. Namun, seiring berjalannnya waktu ASPAN mulai berkembang sesuai dengan portofolio usaha seperti saat ini. Dalam perkembangannya, Asuransi ASPAN berusaha untuk dapat
77
memperkuat struktur modal perusahaan dengan meningkatkan modal disetor perusahaan. Hal ini direalisasikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 16 Desember 1997 dan diputuskan bahwa modal setor perusahaan ditingkatkan dari Rp 3 milyar menjadi Rp 15 milyar. Dalam rapat tersebut juga diputuskan mengenai perubahan seluruh anggaran dasar perseroan sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Pada awal tahun 2004 modal disetor perusahaan ditingkatkan menjadi Rp 25 milyar. Peningkatan modal disetor ini dilakukan secara berangsur-angsur untuk menyesuaikan
dengan landscape arsitektur
perasuransian
nasional
mengenai
modal disetor sebesar Rp 100 milyar pada tahun 2010, bagi perusahaan asuransi kerugian yang ditetapkan oleh pemerintah. ASPAN selama ini telah dipercaya menangani risiko-risiko yang ada dari beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti PT. Pelni, PT. PAL, PT. Bank Mandiri, PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI). ASPAN juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan besar reasuransi di Indonesia seperti PT. Rasuransi Internasional Indonesia (Reindo), PT. Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional-Re). Produk-produk yang ditawarkan ASPAN terdiri dari: Asuransi surety bond, asuransi marine cargo, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kebakaran, asuransi kecekaan diri, asuransi heavy equipment, asuransi machinery breakdown, asuransi contractor all risk, asuransi rangka kapal dan jenis asuransi kerugian lainnya. 16. PT. Asuransi Ramayana Tbk. PT. Asuransi Ramayana Tbk. didirikan tanggal 6 Agustus 1956 dengan Akta Notaris Raden Meester Soewandi No. 14 dan disahkan dengan Penetapan Menteri
78
Kehakiman Republik Indonesia tanggal 15 September 1956 No. J.A.5/67/16 dengan nama PT. Maskapai Asuransi Ramayana. Tujuan didirikannya perusahaan asuransi tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan proteksi atas barang-barang impor dan ekspor NV. Agung yang saat itu dipimpin oleh F.S. Harjadi dan R.G. Doeriat. Nama PT. Asuransi Ramayana mulai digunakan setelah diadakan perubahan nama dengan Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 95 dan disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman No. C.2.5040-HT01.04.TH 86 tanggal 19 Juli 1986. Pada tahun 1990, Perusahaan mendapatkan persetujuan dari Bapepam No. 1638/PM/1990 tanggal 19 September 1990, untuk mencatatkan sahamnya secara parsial pada Bursa Efek Jakarta sebanyak 1 (satu) juta lembar saham dengan nilai nominal masing-masing Rp 1.000 per saham. Pada tanggal 8 Desember 2000 Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 10 Desember 2001 Perusahaan telah menandatangani Perjanjian tentang Pendaftaran Efek bersifat ekuitas di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) No. SP-108/PE/KSEI/2001 tanggal 10 Desember 2001 untuk melakukan konversi saham menjadi catatan elektronik (scriptless trading). Dengan demikian, terhitung sejak tanggal 20 Pebruari 2002 perdagangan saham perusahaan yang terjadi di Bursa Efek akan diselesaikan dengan menggunakan layanan C-BEST (The Central Depository and Book entry Settlement System) atau dengan cara pemindahbukuan dalam sistem KSEI. Pada tanggal 5 Oktober 2005 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pemegang saham menyetujui untuk membuka Kantor Cabang Syariah sebagai tanggapaan atas semakin banyaknya permintaan jasa asuransi yang berbasis syariah.
79
Perusahaan memiliki 28 Kantor Cabang / Unit dan 7 Perwakilan dengan jumlah karyawan sebanyak 600 orang. PT Asuransi Ramayana Tbk. sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang pengelolaan risiko sangat menyadari pentingnya sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang pekerjaannya. Setiap tahun Perusahaan menganggarkan biaya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi karyawan dalam bidang tugasnya minimal sebesar 5% dari biaya pegawai. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan antara lain dalam bentuk workshop, inhouse-training, mengirimkan karyawan untuk mengikuti kursus, dan seminar mengenai perasuransian, manajemen, pemasaran, keuangan, akuntansi, perpajakan, hukum, dan bidang-bidang lainnya yang relevan dengan usaha Perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri. Jumlah tenaga ahli dalam bidang tugas masing-masing adalah 4 (empat) orang bergelar Ahli Asuransi Indonesia - Kerugian (AAIK); 4 (empat) orang bergelar Certified Islamic Insurance Specialist (CIIS); 35 (tiga puluh lima) orang bergelar Ajun Ahli Asuransi Indonesia - Kerugian (AAAIK); 4 (empat) kandidat Ahli Asuransi Indonesia - Kerugian (AAIK); 48 (empat puluh delapan) orang kandidat Ajun Ahli Asuransi Indonesia - Kerugian (AAAIK); dan 6 (enam) orang berregister akuntan. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Ramayana terdiri dari: Properti (Asuransi Kebakaran, Home Stop Risk, Property/Industrial All Risk), Kendaraan (Kendaraan Bermotor, Oto Stop Risk, Alat Berat, Pengangkutan), Asuransi Pengangkutan Darat, Laut & Udara (Rekayasa, CAR / EAR, EEI, Machinery Breakdown, Hull & Aviation), Aneka (Money Insurance, Asuransi Kecelakaan Diri, Liability (D & O, Golfer, Automobile), Bond, Surety Bond, Custom Bond, Syariah). 17. PT Asuransi Sinar Mas
80
PT Asuransi Sinar Mas didirikan pada tanggal 27 Mei 1985 dengan nama PT. Asuransi Kerugian Sinar Mas Dipta dengan surat No. Kep-2562/MD 1986. Pada tahun 1991, Perusahaan berubah nama menjadi PT. Asuransi Sinar Mas. Sebagai Perusahaan Asuransi Umum terbesar di Indonesia dari sisi Gross Premium Written, ASM telah membuktikan komitmen pelayanan kepada para nasabahnya melalui pembayaran klaim yang cepat dan tepat untuk berbagai produk yang dipasarkannya. Selain itu Perusahaan juga memberikan kemudahan bagi para nasabah, rekanan dan partner/agen untuk mengakses segala hal yang berhubungan dengan pertanggungan asuransi melalui website, 24 Hour Customer Care, Call Center, dan lain2. Untuk melayani kebutuhan masyarakat akan asuransi, ASM mempunyai jaringan pemasaran yang luas di seluruh Indonesia. Total Jaringan Pemasaran per Desember 2014 adalah 211 terdiri dari 30 Kantor Cabang, 3 Kantor Cabang Syariah, 71 Kantor Pemasaran dan 107 Marketing Point. Perusahaan didukung oleh Perusahaan Reasuransi ternama Internasional seperti Munich Re, Swiss Re, Hannover Re, Toa Re, dll serta Perusahaan Reasuransi Nasional yakni Tugu Re, Nasional Re, Marein dan Reindo. Prestasi ASM sebagai salah satu perusahaan asuransi umum terbesar di Indonesia juga tidak perlu diragukan lagi. Berbagai penghargaan telah diperoleh ASM. Penghargaan-penghargaan yang telah diraih oleh Asuransi Sinar Mas semakin memantapkan posisi perusahaan sebagai market leader di industri asuransi umum di Indonesia serta meningkatkan kepercayaan masyarakat dan industri terhadap Asuransi Sinar Mas.
81
ASM menawarkan berbagai produk asuransi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama masyrakat Indonesia. Produk - produk tersebut mencakup: simas mobil yang memberikan solusi rasa aman dengan proteksi jaminan terlengkap untuk kendaraan, simas rumah Hemat++ memberikan solusi rasa aman dengan proteksi jaminan terlengkap untuk rumah, simas travel Insurance menggantikan rasa cemas anda dengan menjamin perlindungan perjalanan liburan maupuan bisnis diseluruh dunia selama 24 Jam penuh, simas sehat memberikan perlindungan bagi tertanggung atas terjadinya resiko finansial yang mungkin terjadi akibat kecelakaan, sakit atau biaya rumah sakit yang terus meningkat dari waktu ke waktu., simas marine cargo memberikan pelayanan maksimal dalam 1 hari. Melindungi pengangkutan barang & kapal Anda di seluruh dunia, simas Cancer Insurance memberikan keamanan dalam keuangan khusus untuk penyakit kanker. 18. PT Asuransi Staco Mandiri PT Asuransi Staco Mandiri didirikan di Jakarta pada tanggal 10 Februari 1990 dengan Akte Notaris H. Asmawel Amin S.H. dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat No. C.2.960.HT.01.01 tahun 1990 tertanggal 26 Februari 1990 dengan nama PT Staco Jasapratama (General Insurance). Izin usaha telah diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan surat keputusan Nomor: Kep.230/KM.13/1990 tertanggal 5 April 1990. Sesuai dengan Akta Notaris Nomor 3, tanggal 2 Mei 2011 yang dibuat oleh Aulia Taufani, S.H. sebagai pengganti dari Notaris Sutjipto, S.H. dan sesuai keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-27973.AH.01. 02.Tahun 2011, tanggal 6 Juni 2011, PTStaco Jasapratama berubah nama menjadi PTAsuransi Staco Mandiri.
82
PT Asuransi Staco Mandiri bergerak dibidang asuransi kerugian didukung dengan permodalan yang jumlahnya meningkat secara bertahap sejalan dengan perkembangan
usaha.
Diawali
dengan
jumlah
modal
dasar
sebesar
Rp.
15.000.000.000,- dan modal disetor sebesar Rp. 6.000.000.000,- secara bertahap ditingkatkan sehingga kini memiliki modal dasar sebesar Rp. 115.000.000.000,- dan modal disetor sebesar Rp. 59.282.000.000,-. PT Asuransi Staco Mandiri sampai saat ini sudah memiliki 12 (dua belas) kantor cabang yang tersebar di Jakarta (Jakarta 1, Jakarta 2, Jakarta 3, Kantor Cabang Utama), Tangerang, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Pekanbaru, Makassar dan Cabang Syariah, serta 5 (lima) kantor pemasaran di Bekasi, Bandar Lampung, Palembang, Bali dan Balikpapan. Untuk meningkatkan pelayanan, pengembangan jaringan usaha akan dilakukan secara bertahap. Produk-produk yang ditawarkan Asuransi Staco Mandiri terdiri dari: Asuransi Peralatan Elektronik, Asuransi Pemasangan Mesin, Asuransi Rekayasa, Asuransi Kehilangan Keuntungan, Asuransi Properti dan Industri, Asuransi Kebakaran dan Perluasan Jaminan, Jaminan Akibat Ketidakjujuran, Asuransi Uang, Asuransi Kebongkaran, Asuransi Tanggung Gugat, Asuransi Tenaga Kerja, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Penerbangan, Asuransi Pengangkutan, Asuransi Rangka Kapal. 19. PT China Taiping Insurance Indonesia PT. China Taiping Insurance Indonesia telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1996. Kami adalah anggota dari Cina Taiping Insurance Group Co Ltd dengan saham sebesar 55%, kelompok keuangan dan asuransi milik negara dari Republik
83
Rakyat Cina dengan bisnis yang terdiversifikasi di lebih dari 20 anak di seluruh dunia. PT. China Taiping Asuransi Indonesia (sebelumnya dikenal sebagai China Insurance Indonesia), sebagai perusahaan asuransi umum yang terdaftar lokal sesuai dengan hukum Indonesia, berkaitan dengan asuransi non-jiwa dan reasuransi. Saat ini, Cina Taiping Insurance terutama bergerak dalam bisnis asuransi, dan juga menyediakan investasi, pialang sekuritas, manajemen aset dll China Taiping Insurance memiliki lebih dari 20 anak perusahaan di daratan Cina, Hong Kong, Makau, Eropa dan Asia Tenggara. Selama lebih dari 80 tahun, China Taiping Insurance telah menjabat sebagai jendela untuk industri asuransi Cina. Tujuan perusahaan adalah untuk terus memperkuat posisinya sebagai kelompok keuangan dan asuransi yang komprehensif dan beragam. PT. China Taiping Insurance Indonesia dibangun di bulan Juni 1996, kantor pusat berlokasi di Jakarta, memiliki kantor di pusat kota Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan.Setelah mengembangkan bisnisnya, China Taiping Insurance Indonesia akan terus membuka kantor di kota-kota lain / wilayah domestik dan luar negeri. China Taiping Insurance Indonesia menyediakan berbagai macam produk yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda yaitu Marine Insurance, Asuransi Rekayasa, Asuransi Kebakaran, Asuransi Umum, Asuransi Motor. Rencana kami disesuaikan dengan premi terjangkau untuk memenuhi kebutuhan Anda dan mencapai bagian dari pikiran. Jangan ragu untuk menghubungi atau drop kami e-mail untuk pertanyaan produk atau kutipan, kita akan paling wajib untuk membantu Anda.
84
PT. Lippo General Insurance Tbk PT Lippo General Insurance Tbk pada awalnya didirikan pada tanggal 6 September 1963 dengan nama PT Asuransi Brawidjaja. Pada tanggal 1 Oktober 1982 nama perusahaan diubah menjadi PT Asuransi Marga Pusaka. Pada tanggal 9 Januari 1991 perusahaan mengubah kedudukan usaha yang semula di Surabaya menjadi di Jakarta. Kemudian pada tanggal 6 Juli 1991 nama perusahaan diubah menjadi PT Lippo General Insurance. Setelah Penawaran Umum Saham Perseroan kepada masyarakat, pada tanggal 21 April 1997 PT Lippo General Insurance menjadi perusahaan terbuka dan nama perusahaan dilengkapi menjadi PT Lippo General Insurance Tbk. Pada tanggal 22 Juli 1997 saham dari PT Lippo General Insurance Tbk dicatatkan di Bursa Efek Indonesia “IDX”.Beberapa kategori produk yang ditawarkan diantaranya asuransi kebakaran,
asuransi kesehatan baik
individu,
keluarga maupun karyawan
perusahaan, asuransi kendaraan bermotor, asuransi pengangkutan dan berbagai asuransi lainnya. Kinerja solvabilitas PT Lippo General Insurance Tbk pada tahun 2013 meningkat sangat pesat dibanding tahun sebelumnya dengan aset mencapai lebih dari Rp 1,712 Triliun dan pencapaian Risk Based Capital (RBC) 332% yaitu, rasio perbandingan modal dan kewajiban jauh melebihi persyaratan yang ditetapkan pemerintah yakni, minimal 120%. Penghargaan sebagai The Best Public Listed General Insurance Company diraih PT Lippo General Insurance Tbk di tahun 2013 dan 2014 di ajang Indonesia Insurance Award. Selama beberapa tahun terakhir, PT Lippo General Insurance Tbk juga meraih penghargaan di beberapa kategori dari berbagai institusi atau ajang
85
prestisius lainnya, diantaranya, Majalah Media Asuransi, InfoBank Insurance Award dan The National Customer Service Championship. PT Lippo General Insurance Tbk saat ini memiliki cabang-cabang dan kantor pemasaran di berbagai daerah di Indonesia, yaitu Jakarta, Karawaci, Cikarang, Palembang, Medan, Bandung, Surabaya, Solo, Semarang, Makasar, Pekanbaru, Balikpapan dan Bali. Produk-produk yang ditawarkan Lippo General Insurance terdiri dari: Travel Protection Plus, Health Plus+, Motor Vehicle Insurance (Auto Protection & Motor Protection), Property Insurance (Home Protection, Bussiness Care, Bussiness Care SPBU, Cafe Safe), Personal Accident Insurance(PESONA).
4.1.2
Tinjauan Kinerja Keuangan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital terhadap laba. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang menyajikan laporan keuangan periode 2009-2013 secara lengkap sesuai dengan variabel yang diteliti. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang diterbitkan dalam website resmi masing-masing perusahaan asuransi umum di Indonesia. Data keuangan tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam logaritma natural agar diperoleh hasil pengujian regresi linier berganda yang lebih akurat. Peninjauan kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk melihat kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dengan membandingkan data keuangan pada tahun sekarang dengan tahun sebelumnya.
86
Berikut ini penyajian data keuangan ke 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia tahun 2009-2013. Tabel 4.1 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2009
No 1 2 3
Perusahaan Asuransi Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
6
Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
7
Asuransi Intra Asia
4 5
No
Perusahaan Asuransi
2009 (dalam jutaan rupiah) B. Klaim
H. Undwrtg
9,012
2,761
6,250
4,136
121%
3,575
336,275
214,462
69,470
169,169
126%
26,055
59,951
25,018
20,947
35,268
240%
3,637
613,301
368,167
238,487
435,738
264%
163,595
101,742
45,192
53,061
54,920
198%
7,696
69,943
16,988
49,834
65,008
1675%
37,130
20,848
1,750
10,670
7,287
140%
2,196
P. Premi
C. Teknis
RBC
Laba
2009 (dalam jutaan rupiah) B. Klaim
H. Undwrtg
79,147
32,036
17,550
37,287
211%
7,277
299,220
135,387
144,261
181,435
322%
50,994
926,404
393,309
257,285
681,464
140%
166,331
90,448
30,186
42,447
178,337
147%
9,206
218,326
106,232
60,354
127,699
380%
49,192
49,180
12,246
36,412
30,259
429%
20,693
352,846
155,759
196,447
258,707
318%
96,750
63,908
20,573
42,752
30,310
314%
17,135
234,117
79,058
101,135
124,760
157%
22,049
Asuransi Sinar Mas 1,072,283 Asuransi Staco 18 Mandiri 27,302 China Taiping 19 Insurance 20,684 Lippo General 20 Insurance 172,363 Sumber : Data keuangan diolah
621,304
190,388
465,850
261%
143,020
8,330
18,749
11,908
311%
2,464
6,685
13,999
16,879
409%
1,704
117,854
35,410
80,082
369%
23,127
8
12
Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
13
Asuransi Maipark
14
Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana
9 10 11
15 16 17
P. Premi
C. Teknis
RBC
Laba
87
Pada tabel diatas menunjukkan data keuangan berdasarkan enam variabel yang terdapat dalam penelitian ini dari 20 perusahaan asuransi umum. Pada tahun 2009, perusahaan yang memiliki pendapatan premi tertinggi adalah perusahaan Asuransi Sinar Mas dengan jumlah sebesar Rp 1.072.283.000.000. Hal ini dikarenakan Asuransi Sinar Mas merupakan salah satu asuransi dengan penghasilan terbesar di Indonesia yaitu pendapatan preminya berada pada kisaran 500 juta – trilyunan rupiah pertahun. Sedangkan perusahaan yang memiliki pendapatan premi terendah adalah perusahaan Asuransi Artarindo dengan jumlah sebesar Rp 9.012.000.000. Hal ini dikarenakan Asuransi Artarindo merupakan salah satu asuransi dengan penghasilan terendah di Indonesia yaitu pendapatan preminya berada pada kisaran 50 milyar ke bawah pertahun. Perusahaan yang memiliki beban klaim tertinggi masih dipegang oleh Asuransi Sinar Mas dengan jumlah sebesar Rp 621.304.000.000. Sedangkan perusahaan yang memiliki beban klaim terendah juga masih dipegang oleh Asuransi Artarindo dengan jumlah sebesar Rp 2.761.000.000. Perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC tertinggi adalah Asuransi Jasa Indonesia, Asuransi Sinar Mas dan Asuransi Ekspor Indonesia dengan jumlah sebesar Rp 257.285.000.000, Rp 465.850.000.000, dan 1675%. Sedangkan perusahaan yang memiliki hasil underwriting cadangan teknis, dan RBC terendah adalah Asuransi Artarindo dengan jumlah sebesar Rp 6.250.000.000, Rp 4.136.000.000, dan 121%. Perusahaan yang memiliki laba tertinggi adalah Asuransi Jasa Indonesia dengan jumlah sebesar Rp 166.331.000.000. Sedangkan perusahaan asuransi dengan laba terendah adalah China Taiping Insurance dengan jumlah sebesar Rp 1.704.000.000.
88
Tabel 4.2 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2010
No 1 2 3
Perusahaan Asuransi Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
6
Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
7
Asuransi Intra Asia
8
Asuransi Harta
4 5
No
9 10 11
Perusahaan Asuransi Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia
12
Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
13
Asuransi Maipark
14
Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha
15
2010 (dalam jutaan rupiah) P. Premi
B. Klaim
H. Undrwtg
C. Teknis
RBC
Laba
12,672
3,552
9,120
5,080
119%
6,148
425,993
303,898
92,613
250,629
149%
45,297
72,666
26,793
33,223
52,893
193%
2,677
678,527
434,222
234,510
451,193
305%
215,499
98,211
45,201
58,217
64,085
201%
14,150
100,441
36,413
60,905
94,376
1262%
48,122
22,370
2,069
9,601
11,210
181%
3,319
116,621
47,877
24,237
52,142
176%
9,413
2010 (dalam jutaan rupiah) P. Premi
B. Klaim
H. Undrwtg
C. Teknis
RBC
Laba
334,658
132,639
173,820
209,899
347%
67,518
1,074,312
405,782
272,963
872,086
134%
194,252
109,885
31,395
57,516
57,258
180%
12,007
254,649
106,038
84,602
140,881
282%
59,362
56,006
3,480
51,972
34,047
572%
27,435
369,341
186,059
183,116
338,715
225%
97,090
74,615
25,083
48,732
35,266
267%
19,619 24,383
237,045
83,909
115,323
151,319
187%
Asuransi Sinar Mas 1,341,303 Asuransi Staco 18 Mandiri 26,986 China Taiping 19 Insurance 21,815 Lippo General 20 Insurance 225,702 Sumber : Data keuangan diolah
823,725
203,263
639,179
338%
298,484
7,431
20,199
14,303
505%
3,741
9,299
12,516
18,560
319%
1,925
176,282
19,862
120,764
339%
54,059
16 17
Asuransi Ramayana
Pada tabel diatas menunjukkan data keuangan berdasarkan enam variabel yang terdapat dalam penelitian ini dari 20 perusahaan asuransi umum. Pada tahun 2010,
89
perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim tertinggi adalah perusahaan Asuransi Sinar Mas dengan jumlah sebesar Rp 1.341.303.000.000 dan Rp 823.725.000.000. Sedangkan perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim terendah adalah perusahaan Asuransi Artarindo dan Asuransi Maipark dengan jumlah sebesar Rp 12.672.000.000 dan Rp 3.480.000.000. Perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC tertinggi adalah Asuransi Jasa Indonesia dan Asuransi Ekspor Indonesia dengan jumlah sebesar Rp 272.963.000.000, Rp 872.086.000.000, dan 1262%. Sedangkan perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC terendah adalah Asuransi Artarindo dengan jumlah sebesar Rp 9.120.000.000, Rp 5.080.000.000, dan 119%. Selanjutnya perusahaan yang memiliki laba tertinggi adalah Asuransi Sinar Mas yang mengalami peningkatan laba dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 298.484.000.000. Sedangkan perusahaan asuransi dengan laba terendah masih dipegang oleh China Taiping Insurance dengan jumlah sebesar Rp 1.925.000.000.
Tabel 4.3 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2011
No 1 2 3
Perusahaan Asuransi Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
6
Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
7
Asuransi Intra Asia
4 5
2011 (dalam jutaan rupiah) P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC
Laba
15,856
6,869
8,986
80,820
582%
5,757
537,426
391,569
126,325
317,998
283%
87,622
93,056
36,043
43,321
53,803
168%
9,119
688,419
525,858
150,188
2,134,384
295%
194,497
116,421
40,137
76,794
688,856
173%
25,672
167,911
63,588
90,397
161,359
782%
67,844
31,341
1,655
14,703
16,110
187%
3,842
90
8
12
Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
13
Asuransi Maipark
14
Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana
9 10 11
15 16 17 18 No
Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri Perusahaan Asuransi
146,378
45,798
34,257
56,034
149%
14,431
374,011
211,467
182,801
403,262
308%
69,606
1,244,451
610,894
362,698
1,028,373
144%
254,030
114,393
29,750
59,238
132,576
159%
10,973
310,718
138,232
107,809
188,719
302%
95,466
66,128
2,828
62,083
87,757
820%
34,545
425,508
242,030
182,845
1,099,125
214%
99,228
82,308
30,612
48,484
46,730
257%
20,049
267,554
118,216
104,899
480,852
232%
25,648
1,656,987
1,048,399
387,974
771,207
340%
389,685
28,418
4,730
24,260
13,849
206%
5,919
2011 (dalam jutaan rupiah) P. Premi
China Taiping Insurance 24,897 Lippo General 20 Insurance 304,343 Sumber : Data keuangan diolah 19
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC
7,637
17,259
138,996
349%
5,384
210,539
52,083
141,755
365%
42,014
B. Klaim
Laba
Pada tabel diatas menunjukkan data keuangan berdasarkan enam variabel yang terdapat dalam penelitian ini dari 20 perusahaan asuransi umum. Pada tahun 2011, perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim tertinggi adalah perusahaan Asuransi Sinar Mas dengan jumlah sebesar Rp 1.656.987.000.000 dan Rp 1.048.399.000.000. Sedangkan perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim terendah adalah perusahaan Asuransi Artarindo dan Asuransi Staco Mandiri dengan jumlah sebesar Rp 15.856.000.000 dan Rp 4.730.000.000. Perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC tertinggi adalah Asuransi Sinar Mas, Asuransi Central Asia dan Asuransi Maipark dengan jumlah sebesar Rp 387.974.000.000, Rp 2.134.384.000.000, dan 820%. Sedangkan perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC terendah
91
adalah Asuransi Artarindo, Asuransi Staco Mandiri, dan Asuransi Jasa Indonesia dengan jumlah sebesar Rp 8.986.000.000, Rp 13.849.000.000, dan 144%. Selanjutnya perusahaan yang memiliki laba tertinggi adalah Asuransi Sinar Mas yang mengalami peningkatan laba dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 389.685.000.000. Sedangkan perusahaan asuransi dengan laba terendah adalah Asuransi Intra Asia dengan jumlah sebesar Rp 3.842.000.000.
Tabel 4.4 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2012 2012 (dalam jutaan rupiah) N o
1 2 3
Perusahaan Asuransi
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
6
Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
7 8
4 5
9 10 11 12
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrt g
C. Teknis
RBC
254,667
165,701 2,889,77 4
987 % 312 % 164 % 207 %
82,482
603,658
161%
16,694
8,576
8,118
628,711
463,662
110,223
136,306
42,674
74,275
882,143
612,765
117,982
41,528
24,132 1,060,12 6
267,001
104,704
129,331
251,383
Asuransi Intra Asia
51,891
9,989
19,592
20,888
552 % 158 %
Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia
181,880
54,106
40,983
145,192
159%
Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
277,379 1,372,57 0
186,320
198,519
770,935
385,239
597,275 1,064,17 4
175,445
71,623
60,909
68,690
366,569
184,016
172,542
465,069
322 % 159 % 166 % 343 %
Laba
6,644 99,374 26,291 219,43 9 28,542 62,799 5,445 16,549 82,876 261,84 2 12,462 147,14 3
92
13
Asuransi Maipark
14
Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha
15 16
Asuransi Ramayana
17
71,818
800
69,715
463,639
218,484
245,481
81,610 1,192,05 5
76,944
33,221
41,085
33,548
351,852 1,841,91 9
Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco 18 Mandiri 29,732 China Taiping 19 Insurance 29,318 Lippo General 20 Insurance 332,105 Sumber : Data keuangan diolah
159,222 1,115,05 0
145,928 372,961
729,218 2,592,99 0
5,924
26,836
69,637
9,375
19,942
172,904
257,616
76,320
305,908
790 % 191 % 235 %
227% 300 % 239 % 435 % 305 %
35,502 133,35 2 11,066 32,642 368,12 6 8,077 8,365 42,622
Pada tabel diatas menunjukkan data keuangan berdasarkan enam variabel yang terdapat dalam penelitian ini dari 20 perusahaan asuransi umum. Pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim tertinggi masih dipegang oleh perusahaan Asuransi Sinar Mas dengan jumlah sebesar Rp 1.841.919.000.000 dan Rp 1.115.050.000.000. Sedangkan perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim terendah adalah perusahaan Asuransi Artarindo dan Asuransi Maipark dengan jumlah sebesar Rp 16.694.000.000 dan Rp 800.000.000. Perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC tertinggi adalah Asuransi Jasa Indonesia, Asuransi Central Asia dan Asuransi Artarindo dengan jumlah sebesar Rp 385.239.000.000, Rp 2.889.774.000.000, dan 987%. Sedangkan perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC terendah adalah Asuransi Artarindo dan Asuransi Intra Asia dengan jumlah sebesar Rp 8.118.000.000, Rp 20.888.000.000, dan 158%. Selanjutnya perusahaan yang memiliki laba tertinggi masih dipegang oleh Asuransi Sinar Mas yaitu sebesar Rp 368.126.000.000. Sedangkan perusahaan asuransi
93
dengan laba terendah adalah Asuransi Intra Asia dengan jumlah sebesar Rp 5.445.000.000.
Tabel 4.5 Data Keuangan ke 20 Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2013 2013 (dalam jutaan rupiah) No 1
Perusahaan Asuransi
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC
Laba
24,243
14,145
10,098
22,654
1178%
11,566
2
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
782,342
529,211
176,775
1,248,759
476%
151,479
3
Asuransi Bintang
149,940
59,290
79,377
200,439
131%
19,792
4
Asuransi Central Asia
1,068,421
812,163
221,148
3,338,933
208%
221,522 32,841
5 6
Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
7
Asuransi Intra Asia
8
Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera
9
143,962
57,002
80,041
751,062
214%
417,070
179,543
180,148
692,782
531%
107,336
57,832
11,171
20,422
22,819
283%
1,997
222,399
73,108
55,364
173,775
175%
21,547
656,117
196,362
182,589
573,391
263%
106,736
2013 (dalam jutaan rupiah) No
Perusahaan Asuransi
10
Asuransi Jasa Indonesia
11
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC
Laba
1,195,318
612,501
356,768
1,082,028
164%
304,083
223,138
129,598
53,607
80,238
172%
5,654
409,127
227,889
175,973
487,034
547%
152,770
82,601
2,596
78,018
97,396
833%
41,762
12
Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
13
Asuransi Maipark
14
509,465
243,998
266,557
1,519,324
260%
171,756
15
Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha
81,307
32,144
40,188
365,491
162%
12,091
16
Asuransi Ramayana
375,635
171,674
159,263
807,025
145%
33,722
Asuransi Sinar Mas 2,041,570 Asuransi Staco 18 Mandiri 31,682 China Taiping 19 Insurance 33,513 Lippo General 20 Insurance 495,373 Sumber : Data keuangan diolah
1,228,809
436,360
3,261,395
328%
276,426
6,805
28,557
57,630
397%
6,054
12,110
21,403
256,426
342%
10,383
399,227
97,966
513,139
332%
79,134
17
94
Pada tabel diatas menunjukkan data keuangan berdasarkan enam variabel yang terdapat dalam penelitian ini dari 20 perusahaan asuransi umum. Pada tahun 2013, perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim tertinggi masih dipegang oleh perusahaan Asuransi Sinar Mas dengan jumlah sebesar Rp 2.041.570.000.000 dan Rp 1.228.809.000.000. Sedangkan perusahaan yang memiliki pendapatan premi dan beban klaim terendah adalah perusahaan Asuransi Artarindo dan Asuransi Maipark dengan jumlah sebesar Rp 24.243.000.000 dan Rp 2.596.000.000. Perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC tertinggi adalah Asuransi Sinar Mas, Asuransi Central Asia dan Asuransi Artarindo dengan jumlah
sebesar
Rp
436.360.000.000,
Rp
3.338.933.000.000,
dan
1178%.
Sedangkan perusahaan yang memiliki hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC terendah adalah Asuransi Artarindo dan Asuransi Bintang dengan jumlah sebesar Rp 10.098.000.000, Rp 22.654.000.000, dan 131%. Selanjutnya perusahaan yang memiliki laba tertinggi adalah Asuransi Jasa Indonesia yaitu sebesar Rp 304.083.000.000. Sedangkan perusahaan asuransi dengan laba terendah adalah Asuransi Intra Asia dengan jumlah sebesar Rp 1.997.000.000.
Berikut ini penyajian data keuangan ke 20 perusahaan asuransi umum di Indonesia tahun 2009-2013 yang telah ditransformasikan ke dalam logaritma natural.
Tabel 4.6 Data Keuangan yang telah dilogaritmanaturalkan Tahun 2009 dan 2010 2010
2009 No
Perusahaan Asuransi
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
22.92
21.74
22.56
22.14
121
22.00
23.26
21.99
22.93
22.35
119
22.54
2
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
26.54
26.09
24.96
25.85
126
23.98
26.78
26.44
25.25
26.25
149
24.54
3
Asuransi Bintang
24.82
23.94
23.77
24.29
240
22.01
25.01
24.01
24.23
24.69
193
21.71
4
Asuransi Central Asia
27.14
26.63
26.20
26.80
264
25.82
27.24
26.80
26.18
26.84
305
26.10
24.53
24.69
24.73
198
22.76
25.31
24.53
24.79
24.88
201
23.37
6
Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
25.35 24.97
23.56
24.63
24.90
1675
24.34
25.33
24.32
24.83
25.27
1262
24.60
7
Asuransi Intra Asia
23.76
21.28
23.09
22.71
140
21.51
23.83
21.45
22.99
23.14
181
21.92
8
Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia
25.09
24.19
23.59
24.34
211
22.71
25.48
24.59
23.91
24.68
176
22.97
26.42
25.63
25.69
25.92
322
24.65
26.54
25.61
25.88
26.07
347
24.94
27.55
26.70
26.27
27.25
140
25.84
27.70
26.73
26.33
27.49
134
25.99
Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
25.23
24.13
24.47
25.91
147
22.94
25.42
24.17
24.78
24.77
180
23.21
26.11
25.39
24.82
25.57
380
24.62
26.26
25.39
25.16
25.67
282
24.81
13
Asuransi Maipark
24.62
23.23
24.32
24.13
429
23.75
24.75
21.97
24.67
24.25
572
24.04
14
Asuransi MSIG
26.59
25.77
26.00
26.28
318
25.30
26.63
25.95
25.93
26.55
225
25.30
1
5
9 10 11 12
95
96
2010
2009 No
Perusahaan Asuransi
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
15
Asuransi Purna Artanugraha
24.88
23.75
24.48
24.13
314
23.56
25.04
23.95
24.61
24.29
267
23.70
16
Asuransi Ramayana
26.18
25.09
25.34
25.55
157
23.82
26.19
25.15
25.47
25.74
187
23.92
27.70
27.16
25.97
26.87
261
25.69
27.92
27.44
26.04
27.18
338
26.42
24.03
22.84
23.65
23.20
311
21.63
24.02
22.73
23.73
23.38
505
22.04
23.75
22.62
23.36
23.55
409
21.26
23.81
22.95
23.25
23.64
319
21.38
25.87
25.49
24.29
25.11
369
23.86
26.14
25.90
23.71
25.52
339
24.71
17
Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco 18 Mandiri China Taiping 19 Insurance Lippo General 20 Insurance Sumber: Data keuangan diolah
Tabel 4.7 Data Keuangan yang telah dilogaritmanaturalkan Tahun 2011 dan 2012 2012
2011 No
Perusahaan Asuransi
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
23.49
22.65
22.92
25.12
582
22.47
23.54
22.87
22.82
23.91
987
22.62
2
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta
27.01
26.69
25.56
26.49
283
25.20
27.17
26.86
25.43
27.69
312
25.32
3
Asuransi Bintang
25.26
24.31
24.49
24.71
168
22.93
25.64
24.48
25.03
25.83
164
23.99
4
Asuransi Central Asia
27.26
26.99
25.74
28.39
295
25.99
27.51
27.14
26.26
28.69
207
26.11
5
25.48
24.42
25.06
27.26
173
23.97
25.49
24.45
25.14
27.13
161
24.07
6
Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia
25.85
24.88
25.23
25.81
782
24.94
26.31
25.37
25.59
26.25
552
24.86
7
Asuransi Intra Asia
24.17
21.23
23.41
23.50
187
22.07
24.67
23.02
23.70
23.76
158
22.42
1
97
2012
2011 No
Perusahaan Asuransi
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
P. Premi
B. Klaim
H. Undwrtg
C. Teknis
RBC %
Laba
Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia
25.71
24.55
24.26
24.75
149
23.39
25.93
24.71
24.44
25.70
159
23.53
26.65
26.08
25.93
26.72
308
24.97
26.35
25.95
26.01
27.12
322
25.14
27.85
27.14
26.62
27.66
144
26.26
27.95
27.37
26.68
27.69
159
26.29
25.46
24.12
24.80
25.61
159
23.12
25.89
24.99
24.83
24.95
166
23.25
12
Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna
26.46
25.65
25.40
25.96
302
25.28
26.63
25.94
25.87
26.87
343
25.71
13
Asuransi Maipark
24.91
21.76
24.85
25.20
820
24.27
25.00
20.50
24.97
25.13
790
24.29
14
26.78
26.21
25.93
27.73
214
25.32
26.86
26.11
26.23
27.81
191
25.62
15
Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha
25.13
24.14
24.60
24.57
257
23.72
25.07
24.23
24.44
24.24
235
23.13
16
Asuransi Ramayana
26.31
25.50
25.38
26.90
232
23.97
26.59
25.79
25.71
27.32
227
24.21
28.14
27.68
26.68
27.37
340
26.69
28.24
27.74
26.64
28.58
300
26.63
24.07
22.28
23.91
23.35
206
22.50
24.12
22.50
24.01
24.97
239
22.81
23.94
22.76
23.57
25.66
349
22.41
24.10
22.96
23.72
25.88
435
22.85
26.44
26.07
24.68
25.68
365
24.46
26.53
26.27
25.06
26.45
305
24.48
8 9 10 11
17
Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco 18 Mandiri China Taiping 19 Insurance Lippo General 20 Insurance Sumber: Data keuangan diolah
98
Tabel 4.8 Data Keuangan yang telah dilogaritmanaturalkan Tahun 2013 2013 No
Perusahaan Asuransi
Pend. Premi
B. Klaim
Hsl Underwriting
Cad. Teknis
RBC %
Laba Bersih
1
Asuransi Artarindo
23.91
23.37
23.04
23.84
1178
23.17
2
Asuransi Bina Dana Arta
27.39
26.99
25.90
27.85
476
25.74
3
Asuransi Bintang
25.73
24.81
25.10
26.02
131
23.71
4
Asuransi Central Asia
27.70
27.42
26.12
28.84
208
26.12
5
Asuransi Dayin Mitra
25.69
24.77
25.11
27.34
214
24.21
6
Asuransi Ekspor Indonesia
26.76
25.91
25.92
27.26
531
25.40
7
Asuransi Intra Asia
24.78
23.14
23.74
23.85
283
21.41
8
Asuransi Harta
26.13
25.02
24.74
25.88
175
23.79
9
Asuransi Jasaraharja Putera
27.21
26.00
25.93
27.07
263
25.39
10
Asuransi Jasa Indonesia
27.81
27.14
26.60
27.71
164
26.44
11
Asuransi Jasa Tania
26.13
25.59
24.70
25.11
172
22.46
12
Asuransi Multi Artha Guna
26.74
26.15
25.89
26.91
547
25.75
13
Asuransi Maipark
25.14
21.68
25.08
25.30
833
24.46
14
Asuransi MSIG
26.96
26.22
26.31
28.05
260
25.87
15
Asuransi Purna Artanugraha
25.12
24.19
24.42
26.62
162
23.22
16
Asuransi Ramayana
26.65
25.87
25.79
27.42
145
24.24
17
Asuransi Sinar Mas
28.34
27.84
26.80
28.81
328
26.35
18
Asuransi Staco Mandiri
24.18
22.64
24.08
24.78
397
22.52
19
China Taiping Insurance
24.24
23.22
23.79
26.27
342
23.06
20 Lippo General Insurance Sumber: Data keuangan diolah
26.93
26.71
25.31
26.96
332
25.09
Tujuan utama dari transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural (LN) ini adalah untuk mengubah skala pengukuran data asli menjadi bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari metode analisis yang digunakan. Karena data keuangan dengan indikator nilai nominal (dalam rupiah) yang dimasukkan ke dalam uji SPSS telah menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat kelayakan pengujian SPSS atau tidak valid. Oleh karena itu, penggunaan transformasi logaritma natural dilakukan agar diperoleh hasil uji SPSS yang lebih akurat dan memenuhi syarat kelayakan pengujian.
99
100
4.1.2.1 Rasio Pertumbuhan Laba Tabel 4.9 Rasio Pertumbuhan Laba No
Perusahaan Asuransi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia Asuransi Intra Asia Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna Asuransi Maipark Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri China Taiping Insurance Lippo General Insurance
2010 (%) 71.97 73.85 -26.40 31.73 83.86 29.60 51.14 29.35 32.40 16.79 30.43 20.67 32.58 0.35 14.50 10.59 108.70 51.83 12.97 133.75
2011 (%) -6.36 93.44 240.64 -9.75 81.43 40.98 15.76 53.31 3.09 30.77 -8.61 60.82 25.92 2.20 2.19 5.19 30.55 58.22 179.69 -22.28
2012 (%) 15.41 13.41 188.31 12.82 11.18 -7.44 41.72 14.68 19.06 3.08 13.57 54.13 2.77 34.39 -44.81 27.27 -5.53 36.46 55.37 1.45
2013 (%) 74.08 52.43 -24.72 0.95 15.06 70.92 -63.32 30.20 28.79 16.13 -54.63 3.82 17.63 28.80 9.26 3.31 -24.91 -25.05 24.12 85.66
Sumber: Data keuangan diolah
Pada tabel di atas menunjukkan berbagai peningkatan dan penurunan pada laba ke
20 perusahaan asuransi
tahun 2010-2013.
Secara keseluruhan,
pertumbuhan laba mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, perusahaan yang mengalami peningkatan laba tertinggi adalah Lippo General Insurance dengan perolehan peningkatan laba sebesar 133,75%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan laba yang terendah adalah Asuransi Bintang dengan perolehan penurunan laba sebesar –26,40%.
101
Pada tahun 2011, perusahaan yang mengalami peningkatan laba tertinggi adalah Asuransi Bintang dengan perolehan peningkatan laba yaitu sebesar 240,64%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan laba terendah adalah Lippo General Inserance dengan perolehan penurunan laba sebesar –22,28%. Hal ini berbanding terbalik dengan perolehan laba pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, perusahaan yang mengalami peningkatan laba tertinggi masih dipegang oleh Asuransi Bintang dengan perolehan sebesar 181,31%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan laba terendah adalah Asuransi Purna Artanugraha dengan perolehan penurunan laba sebesar –44,81%. Pada tahun 2013, perusahaan yang mengalami peningkatan laba tertinggi adalah Lippo General Insurance dengan perolehan sebesar 85,66%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perolehan laba adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan sebesar –63,32%. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan perolehan laba tertinggi adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dan kegiatan operasionalnya berjalan secara produktif sehingga menghasilkan keuntungan yang sangat optimal. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perolehan laba secara drastis bisa jadi karena penurunan perolehan pendapatan perusahaan yang tidak sebanding dengan beban yang harus ditanggung perusahaan. Hal ini disebabkan
karena
kegiatan
underwriting
(pemilihan/penyeleksian
risiko)
perusahaan tersebut tidak dilakukan secara efektif sehingga berdampak buruk pada perolehan keuntungan perusahaan.
102
4.1.2.2 Rasio Pertumbuhan Pendapatan Premi Tabel 4.10 Rasio Pertumbuhan Pendapatan Premi No
Perusahaan Asuransi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia Asuransi Intra Asia Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna Asuransi Maipark Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri China Taiping Insurance Lippo General Insurance
2010 (%) 40.61 26.68 21.21 10.64 -3.47 43.60 7.30 47.35 11.84 15.97 21.49 16.64 13.88 4.67 16.75 1.25 25.09 -1.16 5.47 30.95
2011 (%) 25.13 26.16 28.06 1.46 18.54 67.17 40.10 25.52 11.76 15.84 4.10 22.02 18.07 15.21 10.31 12.87 23.54 5.31 14.13 34.84
2012 (%) 5.29 16.99 46.48 28.14 1.34 59.01 65.57 24.25 -25.84 10.30 53.37 17.97 8.60 8.96 -6.52 31.51 11.16 4.62 17.76 9.12
2013 (%) 45.22 24.44 10.00 21.12 22.02 56.21 11.45 22.28 136.54 -12.91 27.18 11.61 15.01 9.88 5.67 6.76 10.84 6.56 14.31 49.16
Sumber: Data keuangan diolah
Pada tabel di atas menunjukkan berbagai peningkatan dan penurunan pada pendapatan premi ke 20 perusahaan asuransi tahun 2010-2013. Secara keseluruhan, pertumbuhan pendapatan premi juga telah mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan premi tertinggi adalah Asuransi Harta dengan perolehan peningkatan sebesar 47,35%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan premi yang terendah adalah Asuransi Dayin Mitra dengan perolehan penurunan pendapatan premi sebesar –3,47%.
103
Pada tahun 2011, perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan premi tertinggi adalah Asuransi Ekspor Indonesia dengan perolehan peningkatan laba yaitu sebesar 67,17%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan premi terendah adalah Asuransi Central Asia dengan perolehan pendapatan premi sebesar 1,46%. Pada tahun 2012, perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan premi tertinggi adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan sebesar 65,57%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan premi terendah adalah Asuransi Jasaraharja Putera dengan perolehan penurunan pendapatan premi sebesar –25,84%. Pada tahun 2013, perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan premi tertinggi adalah Asuransi Jasaraharja Putera dengan perolehan sebesar 136,54%.
Sedangkan
perusahaan
yang
mengalami
penurunan
perolehan
pendapatan premi adalah Asuransi Jasa Indonesia dengan perolehan sebesar – 12,91%. Perusahaan yang mengalami peningkatan perolehan pendapatan premi tertinggi adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan operasionalnya secara produktif sehingga banyak masyarakat yang bersedia untuk mengasuransikan barang berharganya dengan menaruh kepercayaan tinggi kepada perusahaan untuk melakukan kegiatan asuransi. Begitupun sebaliknya bagi perusahaan yang mengalami penurunan perolehan pendapatan premi disebabkan karena kegiatan underwriting (pemilihan/penyeleksian risiko) perusahaan tersebut tidak dilakukan secara efektif sehingga berdampak buruk pada kepercayaan masyarakat untuk melakukan kegiatan asuransi.
104
4.1.2.3 Rasio Pertumbuhan Beban Klaim Tabel 4.11 Rasio Pertumbuhan Beban Klaim No
Perusahaan Asuransi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia Asuransi Intra Asia Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna Asuransi Maipark Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri China Taiping Insurance Lippo General Insurance
2010 (%) 28.65 41.70 7.09 17.94 0.02 114.35 18.23 49.45 -2.03 3.17 4.01 -0.18 -71.58 19.45 21.92 6.14 32.58 -10.79 39.10 49.58
2011 (%) 93.38 28.85 34.52 21.10 -11.20 74.63 -20.01 -4.34 59.43 50.55 -5.24 30.36 -18.74 30.08 22.04 40.89 27.28 -36.35 -17.87 19.43
2012 (%) 24.85 18.41 18.40 16.53 3.47 64.66 503.56 18.14 -11.89 26.20 140.75 33.12 -71.71 -9.73 8.52 34.69 6.36 25.24 22.76 22.36
2013 (%) 64.94 14.14 38.94 32.54 37.26 71.48 11.83 35.12 5.39 -20.55 80.94 23.84 224.50 11.68 -3.24 7.82 10.20 14.87 29.17 54.97
Sumber: Data keuangan diolah
Pada tabel di atas menunjukkan berbagai peningkatan dan penurunan pada beban klaim ke 20 perusahaan asuransi tahun 2010-2013. Secara keseluruhan, pertumbuhan beban klaim juga telah mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, perusahaan yang mengalami peningkatan beban klaim tertinggi adalah Asuransi Ekspor Indonesia dengan perolehan peningkatan beban klaim sebesar 114,35%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan beban klaim yang terendah adalah Asuransi Maipark dengan perolehan penurunan beban klaim sebesar –71,58%.
105
Pada tahun 2011, perusahaan yang mengalami peningkatan beban klaim tertinggi adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan peningkatan beban klaim yaitu sebesar 93,38%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan beban klaim terendah adalah Asuransi Staco Mandiri dengan perolehan penurunan beban klaim sebesar –36,35%. Pada tahun 2012, perusahaan yang mengalami peningkatan beban klaim tertinggi adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan sebesar 503,56%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan beban klaim terendah adalah Asuransi Maipark dengan perolehan penurunan beban klaim sebesar –71,71%. Pada tahun 2013, perusahaan yang mengalami peningkatan beban klaim tertinggi adalah Asuransi Maipark dengan perolehan sebesar 224,50% yang pada tahun-tahun sebelumnya telah mengalami penurunan perolehan beban klaim. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan beban klaim terendah adalah Asuransi Jasa Indonesia dengan perolehan sebesar –20,55%. Perusahaan yang memiliki peningkatan perolehan beban klaim tertinggi adalah perusahaan yang mengalami pengajuan tuntutan klaim dengan jumlah yang besar atau beberapa dari pemegang polis mengajukan tuntutan klaim pada periode tersebut sehingga perusahaan harus bisa menutupi pengajuan tuntutan klaim dalam jumlah yang besar tersebut tanpa harus mengalami kerugian. Sebaliknya perusahaan yang mengalami penurunan perolehan beban klaim disebabkan karena kurangnya pengajuan tuntutan klaim oleh pemegang polis pada periode tersebut sehingga perusahaan hanya menutupi tuntutan klaim dengan jumlah yang kecil. Kurangnya pengajuan tuntutan klaim bukan berarti baik bagi perusahaan, karena bisa saja para pemegang polis akan mengajukan tuntutan klaim dengan jumlah yang besar pada periode berikutnya. Karena perusahaan asuransi telah dipersiapkan
106
untuk mengatasi risiko tuntutan klaim yang besar, maka perusahaan seharusnya menyediakan cadangan dana untuk menutupi jumlah klaim yang terlalu besar jika dengan pendapatan premi dan hasil investasi saja tidak mampu menutupi jumlah klaim yang besar karena hal tersebut merupakan hak para pemegang polis dan merupakan tanggung jawab dan kewajiban perusahaan asuransi. 4.1.2.4 Rasio Pertumbuhan Hasil Underwriting Tabel 4.12 Rasio Pertumbuhan Hasil Underwriting No
Perusahaan Asuransi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia Asuransi Intra Asia Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna Asuransi Maipark Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri China Taiping Insurance Lippo General Insurance
2010 (%) 45.92 33.31 58.61 -1.67 9.72 22.22 -10.02 38.10 20.49 6.09 35.50 40.18 42.73 -6.79 13.99 14.03 6.76 7.73 -10.59 -43.91
2011 (%) -1.47 36.40 30.39 -35.96 31.91 48.42 53.14 41.34 5.17 32.87 2.99 27.43 19.45 -0.15 -0.51 -9.04 90.87 20.10 37.90 162.22
2012 (%) -9.66 -12.75 71.45 69.57 7.41 43.07 33.25 19.63 8.60 6.21 2.82 60.04 12.29 34.26 -15.26 39.11 -3.87 10.62 15.55 46.54
2013 (%) 24.39 60.38 6.87 -13.16 -2.96 39.29 4.24 35.09 -8.02 -7.39 -11.99 1.99 11.91 8.59 -2.18 9.14 17.00 6.41 7.33 28.36
Sumber: Data keuangan diolah
Pada tabel di atas menunjukkan berbagai peningkatan dan penurunan pada hasil
underwriting
ke
20
perusahaan
asuransi
tahun
2010-2013.
Secara
keseluruhan, pertumbuhan hasil underwriting juga telah mengalami fluktuasi setiap
107
tahunnya. Pada tahun 2010, perusahaan yang mengalami peningkatan hasil underwriting tertinggi adalah Asuransi Bintang dengan perolehan peningkatan hasil underwriting sebesar 58,61%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan hasil underwriting yang terendah adalah Lippo General Insurance dengan perolehan penurunan hasil underwriting sebesar –43,91%. Pada underwriting
tahun
2011,
tertinggi
perusahaan
adalah
Lippo
yang
General
mengalami Insurance
peningkatan dengan
hasil
perolehan
peningkatan hasil underwriting yaitu sebesar 162,22%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan hasil underwriting terendah adalah Asuransi Central Asia dengan perolehan penurunan hasil underwriting sebesar –35,96%. Pada
tahun
2012,
perusahaan
yang
mengalami
peningkatan
hasil
underwriting tertinggi kembali dipegang oleh Asuransi Bintang dengan perolehan sebesar 71,45%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan hasil underwriting terendah adalah Asuransi Purna Artanugraha dengan perolehan penurunan hasil underwriting sebesar –15,26%. Pada
tahun
2013,
perusahaan
yang
mengalami
peningkatan
hasil
underwriting tertinggi adalah Asuransi Bina Dana Artha dengan perolehan sebesar 60,38%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perolehan hasil underwriting adalah Asuransi Central Asia dengan perolehan sebesar –13,16%. Perusahaan yang mengalami peningkatan perolehan hasil underwriting tertinggi adalah perusahaan yang pendapatan underwritingnya memiliki jumlah yang lebih besar untuk menutupi beban underwritingnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam kegiatan underwritingnya (proses penyeleksian/pemilihan
risiko)
sehingga
perusahaan
dapat
menghasilkan
keuntungan yang optimal. Sebaliknya perusahaan yang mengalami penurunan
108
perolehan hasil underwriting disebabkan karena kegiatan underwriting (proses penyeleksian/pemilihan risiko) perusahaan tersebut tidak berjalan secara efektif sehingga perolehan keuntungan perusahaan mengalami penurunan. 4.1.2.5 Rasio Pertumbuhan Cadangan Teknis Tabel 4.13 Rasio Pertumbuhan Cadangan Teknis No
Perusahaan Asuransi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia Asuransi Intra Asia Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna Asuransi Maipark Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri China Taiping Insurance Lippo General Insurance
2010 2011 (%) (%) 22.82 1490.94 48.15 26.88 49.97 1.72 3.55 373.05 16.69 974.91 45.18 70.97 53.84 43.71 39.84 7.46 15.69 92.12 27.97 17.92 -67.89 131.54 10.32 33.96 12.52 157.75 30.93 224.50 16.35 32.51 21.29 217.77 37.21 20.66 20.11 -3.17 9.96 648.90 50.80 17.38
2012 (%) -70.14 233.38 207.98 35.39 -12.37 55.79 29.66 159.11 48.11 3.48 -48.19 146.43 -7.00 8.45 -28.21 51.65 236.22 402.83 24.39 115.80
2013 (%) -6.12 17.79 20.96 15.54 24.42 175.59 9.24 19.69 -4.00 1.68 16.81 4.72 19.34 27.45 989.46 10.67 25.78 -17.24 48.31 67.74
Sumber: Data keuangan diolah
Pada tabel di atas menunjukkan berbagai peningkatan dan penurunan pada cadangan teknis ke 20 perusahaan asuransi tahun 2010-2013. Secara keseluruhan, pertumbuhan cadangan teknis juga telah mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, perusahaan yang mengalami peningkatan cadangan teknis tertinggi adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan peningkatan cadangan teknis sebesar
109
53,84%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan cadangan teknis adalah Asuransi Jasa Tania dengan perolehan penurunan cadangan teknis sebesar –67,89%. Pada tahun 2011, perusahaan yang mengalami peningkatan cadangan teknis tertinggi adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan peningkatan cadangan teknis yaitu sebesar 1490,94%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan cadangan teknis adalah Asuransi Staco Mandiri dengan perolehan penurunan cadangan teknis sebesar –3,17%. Pada tahun 2012, perusahaan yang mengalami peningkatan cadangan teknis tertinggi adalah Asuransi Sataco Mandiri dengan perolehan sebesar 402,83%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan cadangan teknis terendah adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan penurunan cadangan teknis sebesar – 70,14%. Hal ini berbanding terbalik dengan periode sebelumnya. Pada tahun 2013, perusahaan yang mengalami peningkatan cadangan teknis tertinggi adalah Asuransi Purna Artanugraha dengan perolehan sebesar 989,46%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan cadangan teknis terendah adalah Asuransi Staco Mandiri yang kembali mengalami penurunan cadangan teknis dengan perolehan sebesar –17,24%. Perusahaan yang mengalami peningkatan perolehan cadangan teknis tertinggi adalah perusahaan yang memiliki cadangan dana yang hanya sedikit terpakai atau bahkan tidak terpakai yang telah dipersiapkan untuk menghadapi risiko kerugian yang disebabkan karena jumlah jumlah beban yang harus ditanggung perusahaan tidak besar jumlahnya. Sebaliknya perusahaan yang mengalami penurunan perolehan cadangan teknis disebabkan karena berkurangnya cadangan dana yang desediakan perusahaan yang digunakan untuk menutupi risiko kerugian
110
yang diakibatkan oleh jumlah beban yang harus ditanggung perusahaan cukup besar. Faktor lain yang juga menyebabkan penurunan perolehan cadangan teknis karena pendapatan atau keuntungan yang disisihkan untuk dijadikan cadangan tidak mengalami peningkatan yang pesat atau bahkan mengalami penurunan sehingga tidak banyak menambah jumlah cadangan teknis yang dimiliki perusahaan sebelumnya. 4.1.2.6 Rasio Pertumbuhan Risk Based Capital Tabel 4.14 Rasio Pertumbuhan RBC No
Perusahaan Asuransi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Asuransi Artarindo Asuransi Bina Dana Arta Asuransi Bintang Asuransi Central Asia Asuransi Dayin Mitra Asuransi Ekspor Indonesia Asuransi Intra Asia Asuransi Harta Asuransi Jasaraharja Putera Asuransi Jasa Indonesia Asuransi Jasa Tania Asuransi Multi Artha Guna Asuransi Maipark Asuransi MSIG Asuransi Purna Artanugraha Asuransi Ramayana Asuransi Sinar Mas Asuransi Staco Mandiri China Taiping Insurance Lippo General Insurance
2010 (%) -1.65 18.25 -19.58 15.53 1.52 -24.66 29.29 -16.59 7.76 -4.29 22.45 -25.79 33.33 -29.25 -14.97 19.11 29.50 62.38 -22.00 -8.13
2011 (%) 389.08 89.93 -12.95 -3.28 -13.93 -38.03 3.31 -15.34 -11.24 7.46 -11.67 7.09 43.36 -4.89 -3.75 24.06 0.59 -59.21 9.40 7.67
2012 (%) 69.59 10.25 -2.38 -29.83 -6.94 -29.41 -15.51 6.71 4.55 10.42 4.40 13.58 -3.66 -10.75 -8.56 -2.16 -11.76 16.02 24.64 -16.44
2013 (%) 19.35 52.56 -20.12 0.48 32.92 -3.80 79.11 10.06 -18.32 3.14 3.61 59.48 5.44 36.13 -31.06 -36.12 9.33 66.11 -21.38 8.85
Sumber: Data keuangan diolah
Pada tabel di atas menunjukkan berbagai peningkatan dan penurunan pada RBC ke 20 perusahaan asuransi tahun 2010-2013. Secara keseluruhan,
111
pertumbuhan RBC juga telah mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2010, perusahaan yang mengalami peningkatan RBC tertinggi adalah Asuransi Staco Mandiri dengan perolehan peningkatan RBC sebesar 62,38%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan RBC terendah adalah Asuransi MSIG dengan perolehan penurunan RBC sebesar –29,25%. Pada tahun 2011, perusahaan yang mengalami peningkatan RBC tertinggi adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan peningkatan RBC yaitu sebesar 389,08%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan RBC terendah adalah Asuransi Staco Mandiri dengan perolehan penurunan RBC sebesar – 59,21%. Pada tahun 2012, perusahaan yang mengalami peningkatan RBC tertinggi adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan sebesar 69,59%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan RBC terendah adalah Asuransi Central Asia dengan perolehan penurunan RBC sebesar –29,83%. Pada tahun 2013, perusahaan yang mengalami peningkatan RBC tertinggi adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan sebesar 79,11%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan RBC terendah adalah Asuransi Ramayana dengan perolehan sebesar –36,12%. Perhitungan Risk Based Capital ini digunakan oleh pemerintah sebagai tolak ukur dalam membuat peraturan mengenai tingkat solvabilitas yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi kerugian sebesar 120%. Jadi, perusahaan yang mengalami peningkatan perolehan RBC tertinggi berarti bahwa perusahaan asuransi tersebut memiliki kondisi keuangan yang sehat, karena jika perusahaan memiliki RBC yang lebih besar dari 120% maka perusahaan tersebut sangat mampu menutupi risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari penyimpangan
112
pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Sedangkan, perusahaan yang mengalami penurunan RBC disebabkan karena adanya risiko kerugian yang harus ditanggung perusahaan. Risiko kerugian terjadi biasanya karena ketidakefektifan pengelolaan kekayaan dan kewajiban perusahaan. Tingginya nilai hutang perusahaan termasuk pembiayaan tuntutan klaim yang harus dipenuhi perusahaan tidak sebanding dengan peningkatan jumlah kekayaan yang diperoleh perusahaan sehingga akan mengurangi jumlah RBC perusahaan asuransi pada periode tersebut. 4.1.3
Analisis Data
4.1.3.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benarbenar menunjukkan pengaruh atau hubungan yang signifikan dan representatif. Berikut ini beberapa pengujian dalam uji asumsi klasik. 4.1.3.2.1 Uji Normalitas Alat uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, nilai residu dari regresi mempunyai distribusi yang normal. Uji normalitas data dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik Normal Probability Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Uji normalitas dengan grafik Normal P-P Plot akan membentuk satu garis lurus diagonal, kemudian plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi normal maka
garis
yang
menggambarkan
data
sesungguhnya
akan
mengikuti
garis diagonalnya. (Singgih, 2014). Hasil olah data uji normalitas dengan menggunakan grafik Normal Probability Plot dapat dilihat dalam gambar berikut.
113
Sumber: Output SPSS 20
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Tampilan grafik Normal P-P Plot di atas menunjukkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal sehingga model regresi layak digunakan dan memenuhi asumsi normalitas. 4.1.3.2.2 Uji Heteroskedastisitas Alat uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka hal tersebut dikatakan homoskedastisitas. Sedangkan jika varians berbeda,
114
disebut sebagai heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih, 2014). Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linear berganda adalah dengan melihat grafik Scatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu SRESID dengan residual eror yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Sulaiman, 2004). Hasil olah data uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot dapat dilihat dalam gambar berikut.
Sumber: Output SPSS 20
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
115
Tampilan grafik di atas, menunjukkan titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan dalam penelitian ini. 4.1.3.2.3 Uji Autokorelasi Alat uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Secara praktis, bisa dikatakan bahwa nilai residu yang ada tidak berkorelasi satu dengan yang lain. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Singgih, 2014). Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sulaiman, 2004): 4. 1,65 < DW < 2,35 (berarti tidak terjadi autokorelasi) 5. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (berarti tidak dapat disimpulkan) 6. DW < 1,21 atau DW > 2,79 (berarti terjadi autokorelasi) Tabel 4.16 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
1
R
.946
R Square
a
.895
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .889
Durbin-Watson
.47561
a. Predictors: (Constant), RBC, C.Teknis, B.Klaim, H.Underwriting, P.Premi b. Dependent Variable: Laba
Sumber: Output SPSS 20
2.103
116
Pada table di atas menunjukkan angka Durbin-Watson sebesar 2,103. Angka tersebut berada pada 1,65 < DW < 2,35. Hal ini berarti bahwa model regresi di atas tidak terdapat masalah autokorelasi. 4.1.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 R2 1). Semakin besar R2 (meendekati 1), maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Sebaliknya, semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Sulaiman, 2004). Hasil olah data uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat dalam table berikut.
Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model
1
R
R Square
.946a
.895
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .889
Durbin-Watson
.47561
2.103
a. Predictors: (Constant), RBC, C.Teknis, B.Klaim, H.Underwriting, P.Premi b. Dependent Variable: Laba
Sumber: Output SPSS 20.
Pada tabel di atas, angka R sebesar 0,946 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel dependen yaitu laba dengan 5 variabel independennya yaitu pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital sangat kuat. Pada R square menujukkan angka sebesar 0,895 . Namun untuk jumlah variabel dependen lebih dari dua, maka digunakan adjusted R
117
square yang menunjukkan angka sebesar 0,889. Hal ini berarti bahwa besar kemampuan ke lima variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan ini adalah sebesar 88,9%, sedangkan sisanya sebesar 11,1% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 4.1.3.3 Uji F (Uji Simultan) Uji F-stastistik bertujuan untuk menduga persamaan secara keseluruhan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama pada model sudah layak untuk menduga variabel terikat.
Tabel 4.18
ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
Df
Mean Square
181.004
5
36.201
21.263
94
.226
202.267
99
F 160.038
Sig. .000b
a. Dependent Variable: Laba b. Predictors: (Constant), RBC, C.Teknis, B.Klaim, H.Underwriting, P.Premi
Hasil Uji F Sumber: Output SPSS 20
Tahapan uji F sebagai berikut (Dian, 2009): 5. Merumuskan hipotesis H0 : = 0, Diduga bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara simultan atau bersama berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum.
118
Ha : 0, Diduga bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara simultan atau bersama tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. 6. Menentukan tingkat signifikasi (). Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%). Pada tabel di atas, menunjukkan angka signifikansinya yaitu 0,000. 7. Menentukan Fhitung dan Ftabel Pada tabel di atas, telah diperoleh Fhitung yaitu 160,038. Untuk menentukan Ftabel dapat ditentukan dengan rumus degree of freedom (df) sebagai berikut: df 1 = jumlah variabel ; artinya df 1 = 5 df 2 = n – k – 1 ; artinya df 2 = 94 Jadi, dapat dilihat pada Ftabel kolom 5 baris 94 adalah 2,31. Atau dapat dicari pada program Ms Excel dengan cara mengetik pada cell kosong =finv(0.05,5,94) lalu tekan enter. Maka hasilnya adalah 2,31127 atau 2,31. 8. Membandingkan hasil Fhitung dengan Ftabel dengan kriteria sebagai berikut: Probability Fhitung < Ftabel, maka tolak H0 Probability Fhitung > Ftabel, maka terima H0 Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui Fhitung > Ftabel atau 160,038 > 2,31 yang berarti terima H0. Berdasarkan hasil uji f pada tabel di atas, diperoleh hasil Fhitung 160,038 dengan signifikansi atau probabilitas yaitu 0,000. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05, selain itu perbandingan antara Fhitung
119
dengan Ftabel diperoleh hasil Fhitung > Ftabel atau 160,038 > 2,31 yang berarti terima H0, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh variable dependen atau laba perusahaan asuransi. Jadi dari hasil pengujian secara simultan atau uji F, dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. Hal ini didukung dengan teori-teori yang ada, bahwa jika pendapatan premi dan hasil investasi meningkat maka laba perusahaan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika beban klaim, cadangan teknis dan Risk Based Capital mengalami peningkatan, maka seharusnya laba perusahaan akan mengalami penurunan dengan asumsi faktor lain bernilai tetap atau tidak berubah. 4.1.3.4 Uji T (Uji Parsial) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh pada variabel terikatnya atau untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas.
120
Tabel 4.19
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -5.772
1.269
P.Premi
.558
.181
B.Klaim
-.021
H.Underwriting
Beta -4.548
.000
.508
3.079
.003
.090
-.026
-.233
.816
.475
.150
.349
3.174
.002
C.Teknis
.145
.069
.156
2.106
.038
RBC
.001
.000
.213
6.076
.000
1
a. Dependent Variable: Laba
Hasil Uji T Sumber: Output SPSS 20
Pada tabel di atas, hasil yang diperoleh dengan pengujian secara parsial atau uji t dapat dijelaskan dan dianalisis sebagai berikut. 1. Pendapatan Premi (X1) Dalam menentukan uji t untuk pendapatan premi, adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) Merumuskan hipotesis: H0 : = 0, Diduga bahwa pendapatan premi berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. Ha : 0, Diduga bahwa pendapatan premi tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. 2) Menentukan tingkat signifikasi ().
121
Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%). Pada tabel di atas, menunjukkan angka signifikansi pendapatan premi yaitu 0,003. 3) Menentukan thitung dan ttabel Pada tabel di atas, telah diperoleh thitung yaitu 3,079. Untuk menentukan ttabel dapat ditentukan dengan rumus (/2; n-k-1) α = 5% : 2 =2,5% (uji 2 sisi) df = n – k – 1 ; artinya 100 – 5 – 1 = 94 Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), maka diperoleh ttabel yaitu 1,986. 4) Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut; thitung < ttabel, maka tolak H0 thitung > ttabel, maka terima H0 Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui thitung > ttabel atau 3,079 > 1,986, yang berarti terima H0. Berdasarkan hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 3,079 dengan signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,003. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05, selain itu hasil perolehan thitung > ttabel atau 3,079 > 1,986, yang berarti terima H0, Hal ini berarti bahwa pendapatan premi berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. 2. Beban Klaim (X2) Dalam menentukan uji t untuk beban klaim, adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) Merumuskan hipotesis:
122
H0 : = 0, Diduga bahwa beban klaim berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. Ha : 0, Diduga bahwa beban klaim tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. 2) Menentukan tingkat signifikasi (). Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%). Pada tabel di atas, menunjukkan angka signifikansi beban klaim yaitu 0,816. 3) Menentukan thitung dan ttabel Pada tabel di atas, telah diperoleh thitung yaitu - 0,233. Untuk menentukan ttabel dapat ditentukan dengan rumus (/2; n-k-1) α = 5% : 2 =2,5% (uji 2 sisi) df = n – k – 1 ; artinya 100 – 5 – 1 = 94 Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), maka diperoleh ttabel yaitu 1,986. 4) Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut; thitung < ttabel, maka tolak H0 thitung > ttabel, maka terima H0 Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui thitung < ttabel atau - 0,233 < 1,986, yang berarti tolak H0. Berdasarkan hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil t hitung yaitu – 0,233 dengan signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,816. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih lebih besar dari 0,05, selain itu hasil perolehan thitung < ttabel atau - 0,233 < 1,986, yang berarti tolak H0. Hal
123
ini berarti bahwa beban klaim tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum di Indonesia pada periode penelitian ini.
3. Hasil Underwriting (X3) Dalam menentukan uji t untuk hasil underwriting, adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) Merumuskan hipotesis: H0 : = 0, Diduga bahwa hasil underwriting berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. Ha : 0, Diduga bahwa hasil underwriting tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. 2) Menentukan tingkat signifikasi (). Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%). Pada tabel di atas, menunjukkan angka signifikansi hasil underwriitng yaitu 0,002. 3) Menentukan thitung dan ttabel Pada tabel di atas, telah diperoleh thitung yaitu 3,174. Untuk menentukan ttabel dapat ditentukan dengan rumus (/2; n-k-1) α = 5% : 2 =2,5% (uji 2 sisi) df = n – k – 1 ; artinya 100 – 5 – 1 = 94 Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), maka diperoleh ttabel yaitu 1,986. 4) Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut; thitung < ttabel, maka tolak H0 thitung > ttabel, maka terima H0
124
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui thitung > ttabel atau 3,174 > 1,986, yang berarti terima H0. Berdasarkan hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 3,174 dengan signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,002. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05, selain itu hasil perolehan diketahui thitung > ttabel atau 3,174 > 1,986, yang berarti terima H0, Hal ini berarti bahwa hasil underwriting berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. 4. Cadangan Teknis (X4) Dalam menentukan uji t untuk cadangan teknis, adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) Merumuskan hipotesis: H0 : = 0, Diduga bahwa cadangan teknis berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. Ha : 0, Diduga bahwa cadangan teknis tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. 2) Menentukan tingkat signifikasi (). Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%). Pada tabel di atas menunjukkan angka signifikansi cadangan teknis yaitu 0,038. 3) Menentukan thitung dan ttabel Pada tabel di atas, telah diperoleh thitung yaitu 2,106. Untuk menentukan ttabel dapat ditentukan dengan rumus (/2; n-k-1) α = 5% : 2 =2,5% (uji 2 sisi) df = n – k – 1 ; artinya 100 – 5 – 1 = 94
125
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), maka diperoleh ttabel yaitu 1,986. 4) Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut; thitung < ttabel, maka tolak H0 thitung > ttabel, maka terima H0 Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui thitung > ttabel atau 2,106 > 1,986, yang berarti terima H0. Berdasarkan hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil t hitung sebesar 2,106 dengan signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,038. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05, selain itu hasil perolehan diketahui thitung > ttabel atau 2,106 > 1,986, yang berarti terima H0, Hal ini berarti bahwa cadangan teknis berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. 5. Risk Based Capital (X5) Dalam menentukan uji t untuk RBC, adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu: 1) Merumuskan hipotesis: H0 : = 0, Diduga bahwa RBC berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. Ha : 0, Diduga bahwa RBC tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi. 2) Menentukan tingkat signifikasi (). Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05 (α = 5%). Pada tabel di atas, menunjukkan angka signifikansi RBC yaitu 0,000.
126
3) Menentukan thitung dan ttabel Pada tabel di atas, telah diperoleh thitung yaitu 6,076. Untuk menentukan ttabel dapat ditentukan dengan rumus (/2; n-k-1) α = 5% : 2 =2,5% (uji 2 sisi) df = n – k – 1 ; artinya 100 – 5 – 1 = 94 Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi 0,025), maka diperoleh ttabel yaitu 1,986. 4) Membandingkan hasil thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut; thitung < ttabel, maka tolak H0 thitung > ttabel, maka terima H0 Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui thitung > ttabel atau 6,076 > 1,986, yang berarti terima H0. Berdasarkan hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 6,076 dengan signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,000. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05, selain itu hasil perolehan diketahui thitung > ttabel atau 6,076 > 1,986, yang berarti terima H0, Hal ini berarti bahwa RBC berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. 4.1.3.5 Analisis Regresi Linear Berganda Pengujian regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan dan seberapa besar pengaruh antara antara variabel terikat yaitu laba dengan beberapa variabel bebas yaitu pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital. Hasil pengujian regresi linear berganda dapat dilihat dalam table berikut.
127
Tabel 4.20 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -5.772
1.269
P.Premi
.558
.181
B.Klaim
-.021
H.Underwriting
Beta -4.548
.000
.508
3.079
.003
.090
-.026
-.233
.816
.475
.150
.349
3.174
.002
C.Teknis
.145
.069
.156
2.106
.038
RBC
.001
.000
.213
6.076
.000
1
a. Dependent Variable: Laba
Uji Persamaan Regresi Sumber: Output SPSS 20
Berdasarkan hasil pengujian dari table di atas, dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut: Y = -5,772 + 0.508 - 0.026 + 0.349 + 0.156 + 0,213 Model persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta () sebesar 5,772 menunjukkan angka negatif. Hal ini berarti jika pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan RBC bernilai 0, maka jumlah laba bernilai sebesar Rp -5,772 dengan asumsi faktor lainnya bernilai tetap. Sedangkan hasil uji regresi linier berganda untuk variabel independen dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nilai koefisien (B) untuk pendapatan premi menunjukkan angka yaitu 0,508. Hal ini berarti setiap peningkatan Rp 1,- pendapatan premi, maka akan
128
meningkatkan laba sebesar Rp 0,508 dengan asumsi faktor lainnya bernilai tetap.
2. Nilai koefisien (B) untuk beban klaim menunjukkan angka yaitu -0,026. Hal ini berarti setiap peningkatan Rp 1,- beban klaim, maka akan mengurangi laba sebesar Rp 0,026 dengan asumsi faktor lainnya bernilai tetap. 3. Nilai koefisien (B) untuk hasil underwriting menunjukkan angka yaitu 0,349. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan Rp 1,- hasil underwriting, maka akan meningkatkan laba sebesar Rp 0,349 dengan asumsi faktor lainnya bernilai tetap. 4. Nilai koefisien (B) untuk cadangan teknis menunjukkan angka yaitu 0,156. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan Rp 1,- cadangan teknis, maka akan meningkatkan laba sebesar Rp 0,156 dengan asumsi faktor lainnya bernilai tetap. 5. Nilai koefisien (B) untuk RBC menunjukkan angka yaitu 0,213. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1% RBC, maka akan meningkatkan laba sebsesar Rp 0,213 dengan asumsi faktor lainnya bernilai tetap.
a. 4.2.1
Pembahasan Pengaruh Pendapatan Premi (X1) Terhadap Laba (Y) Hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 3,079 dengan
signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,003. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa pendapatan premi berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum.
129
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Dhaniati (2011) dan Dian Astria (2009) yang juga menemukan adanya pengaruh signifikan dari pendapatan premi terhadap laba perusahaan asuransi umum di Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa pendapatan premi merupakan pendapatan utama perusahaan asuransi. Menurut Dian (2009) semakin besar premi yang diterima oleh perusahaan, maka semakin banyak dana yang dapat diinvestasikan. Sehingga dapat diperoleh hasil investasi yang semakin besar, dimana semakin besar hasil investasi maka semakin besar pula laba yang dapat diraih oleh perusahaan. Hasil ini konsisten dengan hasil pengujian persamaan regresi yang juga telah mengindikasikan bahwa jika pendapatan premi meningkat maka laba perusahaan asuransi juga akan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan premi secara parsial bermanfaat dalam memprediksikan laba perusahaan asuransi umum. 4.2.2
Pengaruh Beban Klaim (X2) Terhadap Laba (Y) Hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung yaitu – 0,233 dengan
signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,816. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa beban klaim tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum di Indonesia pada periode penelitian ini. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Dhaniati (2011), Ali Fikri (2009), serta Dian (2009) yang menemukan bahwa beban klaim berpengaruh signifikan negatif terhadap laba perusahaan asuransi. Hasil pengujian persamaan regresi telah mengindikasikan bahwa jika beban klaim
130
meningkat maka akan mengurangi laba perusahaan asuransi. Akan tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa beban klaim secara parsial kurang bermanfaat dalam memprediksikan laba perusahaan pada periode penelitian ini. Adanya faktor lain seperti beban operasi, beban komisi atau beban lainnya yang kemungkinan lebih berpengaruh dalam memprediksikan laba perusahaan asuransi umum. Selain itu, kewajiban perusahaan asuransi dalam memenuhi tuntutan klaim telah mempersiapkan beberapa cadangan dana untuk menghadapi tuntutan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan sangat mampu dan siap membayar tuntutan klaim tanpa harus mengalami risiko kerugian. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam kegiatan underwriting (pemilihan/penyeleksian risiko) asuransi. 4.2.3
Pengaruh Hasil Underwriting (X3) Terhadap Laba (Y) Hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 3,174 dengan
signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,002. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa hasil underwriting berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Fikri (2009) yang juga menemukan adanya pengaruh positif signifikan dari hasil underwriting terhadap laba perusahaan asuransi. Hasil underwriting merupakan nilai yang didapat dengan menghitung selisih antara pendapatan underwriting dan beban underwriting. Tingginya hasil underwriting secara umum menunjukan baiknya proses underwriting (pemilihan risiko) yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil underwriting secara parsial bermanfaat dalam memprediksikan laba perusahaan asuransi. Hal ini konsisten dengan hasil pengujian persamaan regresi
131
yang mengindikasikan bahwa jika hasil underwriting mengalami peningkatan maka akan meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. 4.2.4
Pengaruh Cadangan Teknis (X4) Terhadap Laba (Y) Hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 2,106 dengan
signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,038. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa cadangan teknis berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arrum (2014) yang juga menemukan adanya pengaruh positif signifikan dari rasio cadangan teknis dengan ROE perusahaan asuransi umum. Menurut PPRI No. 73 Tahun 1992 Pasal 14 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian bahwa cadangan teknis menggambarkan kewajiban perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang timbul dalam rangka transaksi asuransi. Dengan ketentuan pasal ini, perusahaan asuransi kerugian harus membentuk cadangan teknis yaitu cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium reserves), yaitu bagian premi dari pertanggungan yang masih berjalan dan cadangan klaim. Menurut Arrum (2014) cadangan teknis yang relatif tinggi cenderung menunjukkan bahwa portofolio usaha kurang merata sepanjang tahun, sehingga cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan menjadi relatif tinggi. Hal ini berarti bahwa cadangan teknis yang tinggi tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan asuransi umum. Hal ini tidak konsisten dengan hasil pengujian persamaan regresi yang mengindikasikan bahwa jika cadangan teknis mengalami peningkatan maka akan meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan
132
bahwa cadangan teknis secara parsial berpengaruh positif dalam memprediksikan laba perusahaan pada periode penelitian ini. Adanya faktor lain yang menyebabkan peningkatan cadangan teknis yang diikuti oleh peningkatan laba seperti peningkatan pendapatan premi dan hasil investasi yang lebih pesat dibandingkan periode sebelumnya, sedangkan beban klaim tidak mengalami peningkatan yang pesat. Adapun tuntutan klaim yang harus dipenuhi pihak perusahaan tidak terlalu besar jumlahnya sehingga dapat ditutupi oleh pendapatan premi atau hasil investasi saja tanpa harus mengurangi jumlah cadangan premi atau cadangan klaim yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mengantisipasi terjadinya risiko kerugian. 4.2.5
Pengaruh Risk Based Capital (X5) Terhadap Laba (Y) Hasil uji t di pada tabel di atas, diperoleh hasil thitung sebesar 6,076 dengan
signifikansi atau probabilitasnya yaitu 0,000. Karena signifikansi atau probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa RBC berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rina Dhaniati (2011) dan Syarifuddin (2006) yang juga menemukan adanya pengaruh positif signifikan dari RBC terhadap laba perusahaan asuransi umum di Indonesia. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
53/PMK.010/2012 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, setiap perusahaan asuransi wajib memiliki Risk Based Capital (RBC) minimal 120%. RBC diarahkan untuk melihat tingkat keamanan yang dapat
diberikan
oleh
perusahaan
kepada
pemegang
polis
sehingga
dapat memberikan kepercayaan yang tinggi kepada masyarakat terhadap perusahaan asuransi. Makna angka nilai Risk Based Capital paling sedikit
133
120% adalah bahwa perusahaan tersebut minimal memiliki kekayaan 120% lebih setiap
besar risiko
dari
nilai
hutang
pertanggungan
perusahaannya
yang
dimiliki
termasuk
perusahaan
untuk asuransi
membiayai tersebut.
Menurut Arrum (2014) RBC yang tinggi menunjukkan tingkat kecukupan modal yang tinggi bagi perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Namun hal ini akan membuat perusahaan tidak efisien, karena tingkat solvensi yang terlalu tinggi, sehingga semakin tinggi RBC maka akan semakin rendah perolehan keuntungan perusahaan. Hal ini tidak konsisten dengan hasil pengujian persamaan regresi yang mengindikasikan bahwa jika RBC mengalami peningkatan maka akan meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RBC secara parsial berpengaruh positif dalam memprediksikan laba perusahaan pada periode penelitian ini. Menurut Fachri (2013) peningkatan RBC yang diikuti oleh peningkatan laba karena rendahnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang menyebabkan penigkatan solvabilitas. Selain itu, modal yang sebagai salah satu komponen dalam rumusan RBC untuk menutupi rendahnya kewajiban tersebut dapat di investasikan kembali secara produktif sehingga akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
BAB IV PENUTUP
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan pada perusahaan
asuransi umum di Indonesia yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kegiatan
inti
dari
perusahaan
asuransi
adalah
kegiatan
underwriting
(penyeleksian/pemilihan risiko) yang tidak dapat terpisahkan dari kinerja perusahaan untuk meningkatkan labanya. Dengan adanya kegiatan underwriting tersebut perusahaan dapat lebih berkonsentrasi dengan analisis risiko dari calon tertanggung, mengeluarkan produk-produk baru untuk menarik premi yang lebih baik sehingga diperoleh keuntungan yang lebih optimal. 2. Pada tahun 2010-2013, perusahaan yang mengalami peningkatan laba tertinggi adalah Lippo General Insurance dengan perolehan peningkatan laba sebesar 133,75%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan laba yang terendah adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan sebesar –63,32%. Perusahaan yang mengalami peningkatan pendapatan premi tertinggi adalah Asuransi Jasaraharja Putera dengan perolehan sebesar 136,54%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan premi yang terendah adalah Asuransi Jasaraharja Putera dengan perolehan penurunan pendapatan premi sebesar –25,84%. Perusahaan yang mengalami peningkatan beban klaim tertinggi adalah Asuransi Intra Asia dengan perolehan sebesar 503,56%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan beban klaim terendah
134
135
adalah Asuransi Maipark dengan perolehan penurunan beban klaim sebesar – 71,71%. Perusahaan yang mengalami peningkatan hasil underwriting tertinggi adalah
Lippo
General
Insurance
dengan
perolehan
peningkatan
hasil
underwriting yaitu sebesar 162,22%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan hasil underwriting terendah adalah Lippo General Insurance dengan perolehan penurunan hasil underwriting sebesar –43,91%. Perusahaan yang mengalami peningkatan cadangan teknis tertinggi adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan peningkatan cadangan teknis yaitu sebesar 1490,94%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan cadangan teknis terendah adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan penurunan cadangan teknis sebesar –70,14%. Perusahaan yang mengalami peningkatan RBC tertinggi adalah Asuransi Artarindo dengan perolehan peningkatan RBC yaitu sebesar 389,08%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan RBC terendah adalah Asuransi Staco Mandiri dengan perolehan penurunan RBC sebesar – 59,21%. 3. Pada periode penelitian ini dapat diketahui bahwa laba, pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital mengalami fluktuasi dan tidak mengalami pola pertumbuhan yang teratur bahkan terdapat peningkatan dan penurunan secara drastis setiap tahunnya dari ke enam variabel tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pertumbuhan yang terjadi pada ke enam variabel tersebut dipengaruhi oleh keefektifan kegiatan underwriting masing-masing perusahaan asuransi. Peningkatan pada laba, pendapatan premi, hasil underwriting dan RBC mencerminkan baiknya kegiatan underwriting perusahaan tersebut. Sedangkan peningkatan yang terjadi pada beban klaim dan cadangan teknis bukan berarti berakibat buruk bagi
136
perusahaan. Beban klaim merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan sehingga jika terjadinya peningkatan pada beban klaim, perusahaan seharusnya memiliki dana cadangan (cadangan teknis) untuk mengatasi hal tersebut tanpa harus mengalami risiko kerugian. 4. Hasil yang diperoleh dari uji F menunjukkan bahwa pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. Pada pengujian koefisien determinasi angka R sebesar 94,6% menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara laba dengan pendapatan premi, beban klaim, hasil underwriting, cadangan teknis, dan Risk Based Capital sangat kuat. Kemudian perolehan adjusted R square yang bahwa besar kemampuan ke lima variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan ini adalah sebesar 88,9%, sedangkan sisanya sebesar 11,1% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 5. Hasil yang diperoleh dari uji t menujukkan bahwa pendapatan premi, hasil underwriting, cadangan teknis dan Risk Based Capital secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum. Sedangkan beban klaim secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan asuransi umum.
5.2
Saran Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan pada perusahaan
asuransi umum di Indonesia yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh saran sebagai berikut:
137
1. Masyarakat
Indonesia masih belum
memahami pentingnya berasuransi
sehingga minat berasuransi masih relatif terbatas. Kurangnya pemahaman akan produk asuransi serta kurangnya keyakinan terhadap perusahaan asuransi menjadi alasan terbesar masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan asuransi diharapkan agar mengoptimalkan kegiatan operasionalnya dan kegiatan pemasaran produknya serta lebih sering melakukan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya berasuransi agar dapat menarik minat dan kepercayaan masyarakat
untuk
melakukan
asuransi.
Semakin
banyak
masyarakat
berasuransi maka semakin besar peluang untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. 2. Dalam asuransi, kegiatan underwriting atau pemilihan atau penyeleksian risiko merupakan kegiatan yang sangat penting. Perusahaan seharusnya mengadakan evaluasi terhadap semua risiko yang hendak diasuransikan yang dilakukan oleh bagian underwriting untuk mengantisipasi terjadinya risiko kerugian. Seleksi risiko yang tepat akan menghasilkan keuntungan yang lebih optimal bagi perusahaan. 3. Untuk penelitian selanjutnya, karena keterbatasan data maka perlu adanya penambahan variabel lainnya yang diuji dalam model penelitian. Pemilihan variabel yang baik dan lebih banyak akan memberikan tingkat keakuratan penilaian kualitas kinerja perusahaan asuransi terhadap jumlah laba dengan periode penelitian yang lebih panjang, sehingga jumlah sampel penelitian menjadi lebih banyak dan dapat meningkatkan distribusi data yang lebih baik.
138
5.3
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Beberapa keterbatasan penelitian disebutkan sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan data keuangan dan hasil perhitungan berbagai angka sehingga
dalam
pengujian
statistik
ditemui
berbagai
kendala
dengan
keterbatasan software yang ada. 2. Sumber data yang diperoleh merupakan data sekunder sehingga penelitian tidak dilakukan di tempat perusahaan berada, sehingga faktor internal tidak bisa ditinjau lebih dalam. 3. Kurangnya penelitian sebelumnya yang dapat mendukung hasil dari penelitian ini sehingga perlu untuk menggali lebih dalam mengenai faktor yang memengaruhi laba perusahaan asuransi.
DAFTAR PUSTAKA
Allianz. 2014. Risk Based Capital, (online), (http://avr.allianz.co.id/finansial.php, diakses pada 14 Desember 2014). Astria, Dian. 2009. Analisis Faktor yang Memengaruhi Laba P.T. Asuransi Takaful Keluarga, Skripsi Diterbitkan. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11597/H09das.pdf?se quence=0, diakses 28 Oktober 2014). Belkaoui, Ahmad Riahi. 2006. Teori Akuntansi. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Charumathi, B. 2012. On the Determinants Of Probability of Indian Life Insurers – An Empirical Study. Proceediing of the World Congress on Engineering, (online), Vol. 1, (http://www.iaeng.org/publication/WCE2012/WCE2012_pp505-510.pdf, diakses pada 16 Desember 2014). Cummins, J. David, Harrington, Scott. E, and Klein, Robert. 1995. Insolvency Experience, Risk-Based Capital and Prompt Corrective Action in PropertyLiability Insurance. Journal of Financial Institution Center, (online), (http://fic.wharton.upenn.edu/fic/papers/95/9506.pdf, diakses pada 16 Desember 2014). Dhaniati, Rina. 2011. Analisis Pengaruh RBC, Rasio Underwriting, Rasio Hasil Investasi, Rasio Penerimaan Premi, dan Rasio Beban Klaim Terhadap Laba Perusahaan Asuransi, Jurnal Diterbitkan. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. (publication.gunadarma.ac.id, diakses pada 9 Desember 2014). Dian.
2012. Konsep Laba (Teori Akuntansi), (online), (http://dianpawpaw.wordpress.com/2012/12/05/konsep-laba-teori-akuntansi/, diakses 17 November 2014).
Fadlullah, Arief. 2014. Pengaruh Pendapatan Premi dan Hasil Investasi Terhadap Cadangan Dana Tabarru’ (Studi Pada PT. Asuransi Sinarmas Syariah), Skripsi Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24861/1/ARIEF%20FA DLULLAH.pdf, diakses 28 Oktober 2014). Fikri, M. Agung Ali. 2009. Pengaruh Premi, Klaim, Hasil Investasi dan Underwriting Terhadap Laba Asuransi Jiwa, Skripsi Diterbitkan. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. (repository.ipb.ac.id, diakses pada 8 Desember 2014).
139
140
Hawarin, Sabrina. 2013. Analisis Pengaruh Pendapatan Premi dan Hasil Investasi Terhadap Laba Perusahaan Asuransi Umum di Indonesia Tahun 2007-2011, Skripsi Diterbitkan. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20331671-S44618Skripsi%20Sabrina%20Hawarin%20.pdf, diakses pada 8 Oktober 2014). Kirmizi dan Agus, Susi Surya. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Modal dan Aset Terhadap Rasio Risk Based Capital (Rbc), Pertumbuhan Premi Neto dan Profitabilitas Perusahaan Asuransi Umum Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, (online), Vol.3, No.1, (http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPEB/article/viewFile/403/397, diakses pada 16 Desember 2014). Muhammad, Fachry Rizky. 2013. Pengaruh Perhitungan Pendapatan Premi Berdasarkan PSAK 62 Terhadap Risk Based Capital dan Dampaknya Pada Laba, Skripsi Diterbitkan. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. (elib.unikom.ac.id, diakses pada 13 Desember 2014). Nagy, Cristina Mihaela dan Cotlet, Dumitru. 2011. Specific Aspec of Technical Raserves of Insurance Accounting. Annal of the University of Petrosany, (online), Vol. 11, (http://www.upet.ro/annals/economics/pdf/2011/NagyCotlet.pdf, diakses pada 15 Desember 2014). Nasution, Lukman. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Pada Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 Divisi Asuransi Jiwa Syariah, Skripsi Diterbitkan. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/302/1/101673LUKMAN%20NASUTION-FSH.PDF, diakses 23 Oktober 2014). Ningrum, Arrum Dika Setia. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Return On Equity Perusahaan Asuransi Umum, Skripsi Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro. (eprints.undip.ac.id, diakses 10 Desember 2014). Nitisusastro, Dr. H. Mulyadi. 2013. Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia. Bandung: Alfabeta. Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Perasuransian Indonesia 2012, (online). Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. (http://www.ojk.go.id/statistik2012-perasuransian, diakses pada 25 November 2014) PSAK 28. 2010. Akuntansi Asuransi Kerugian (online). (staff.blog.ui.ac.id, diakses 13 Desember 2014). Putra, Wicaksono. 2012. Menentukan Jumlah Sampel dengan Rumus Slovin, (online), (http://analisis-statistika.blogspot.com/2012/09/menentukan-jumlahsampel-dengan-rumus.html, diakses pada 10 Februari 2015).
141
Riana, Erika. 2013. Pengaruh Laba Bersih Terhadap Cash Dividend, (online). Tasikmalaya: Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi. (http://journal.unsil.ac.id/jurnal/20131/3403/20131093403047.pdf, diakses 17 November 2014). S.R., Soemarsono. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jilid Satu. Jakarta: Salemba Empat. Salim, Drs. H. Abbas. 2012. Asuransi & Manajemen Risiko. Jakarta: Rajawali Pers. Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik Konsep dan Aplikasi SPSS. Jakarta: PT Elex media Komputindo. Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Andi. Syarifuddin. 2006. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Laba Asuransi Kerugian Nasional, Tesis Diterbitkan. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. (http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=110884&lokasi=lokal, diakses pada 8 Desember 2014). Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Yusuf, Tajudeen Olalekan, and Dansu, Francis Sawhenu. 2014. Effect of Claim Cost on Insurer‟s Profitability in Nigeria. International Journal of Business and Commerce, (online), Vol. 3, No. 10, (http://www.ijbcnet.com/3-10/IJBC-143805.pdf, diakses pada 17 Desember 2014).
142
143
Lampiran 1 Data Keuangan Setiap Perusahaan Asuransi 1. Data Keuangan Asuransi Artarindo (dalam jutaan rupiah) No
Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
1 2 3 4 5
Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital
9.012 2.761 6.250 4.136 121%
12.672 3.552 9.120 5.080 119%
15.856 6.869 8.986 80.820 582%
16.694 8.576 8.118 24.132 987%
24.243 14.145 10.098 22.654 1178%
6
Laba Bersih
3.575
6.148
5.757
6.644
11.566
2012 628.711 463.662 110.223 1.060.126 312% 99.374
2013 782.342 529.211 176.775 1.248.759 476% 151.479
2012 136.306 42.674 74.275 165.701 164% 26.291
2013 149.940 59.290 79.377 200.439 131% 19.792
2012 882.143 612.765 254.667 2.889.774 207% 219.439
2013 1.068.421 812.163 221.148 3.338.933 208% 221.522
Sumber: Data keuangan diolah
2. Data Keuangan Asuransi Bina Dana Arta (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 336.275 214.462 69.470 169169 126% 26.055
2010 425.993 303.898 92.613 250.629 149% 45.297
2011 537.426 391.569 126.325 317.998 283% 87.622
Sumber : Data keuangan diolah
3. Data Keuangan Asuransi Bintang (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 59.951 25.018 20.947 35.268 240% 3.637
2010 72.666 26.793 33.223 52.893 193% 2.677
2011 93.056 36.043 43.321 53.803 168% 9.119
Sumber : Data keuangan diolah
4. Data Keuangan Asuransi Central Asia (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
Sumber : Data keuangan diolah
2009 613.301 368.167 238.487 435.738 264% 163.595
2010 678.527 434.222 234.510 451.193 305% 215.499
2011 688.419 525.858 150.188 2.134.384 295% 194.497
144
5. Data Keuangan Asuransi Dayin Mitra (dalam jutaan rupiah) No
Keterangan
1 2 3 4 5
Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital
6
Laba Bersih
2009
2010
2011
2012
2013
101.742 45.192 53.061 54.920 198%
98.211 45.201 58.217 64.085 201%
16.421 40.137 76.794 688.856 173%
117.982 41.528 82.482 603.658 161%
143.962 57.002 80.041 751.062 214%
7.696
14.150
25.672
28.542
32.841
Sumber: Data keuangan diolah
6. Data Keuangan Asuransi Ekspor Indonesia (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 69.943 16.988 49.834 65.008 1675% 37.130
2010 100.441 36.413 60.905 94.376 1262% 48.122
2011 167.911 63.588 90.397 161.359 782% 67.844
2012 267.001 104.704 129.331 251.383 552% 62.799
2013 417.070 179.543 180.148 692.782 531% 107.336
2012 51.891 9.989 19.592 20.888 158% 5.445
2013 57.832 11.171 20.422 22.819 283% 1.997
Sumber : Data keuangan diolah
7. Data Keuangan Asuransi Intra Asia (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 20.848 1.750 10.670 7.287 140% 2.196
2010 22.370 2.069 9.601 11.210 181% 3.319
2011 31.341 1.655 14.703 16.110 187% 3.842
Sumber : Data keuangan diolah
8. Data Keuangan Asuransi Harta Aman Pratama (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
Sumber : Data keuangan diolah
2009 79.147 32.036 17.550 37.287 211% 7.277
2010 116.621 47.877 24.237 52.142 176% 9.413
2011 146.378 45.798 34.257 56.034 149% 14.431
2012 181.880 54.106 40.983 145.192 159% 16.549
2013 222.399 73.108 55.364 173.775 175% 21.547
145
9. Data Keuangan Asuransi Jasaraharja Putera (dalam jutaan rupiah) No
Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
1 2 3 4 5
Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital
299.220 135.387 144.261 181.435 322%
334.658 132.639 173.820 209.899 347%
374.011 211.467 182.801 403.262 308%
277.379 186.320 198.519 597.275 322%
656.117 196.362 182.589 573.391 263%
6
Laba Bersih
50.994
67.518
69.606
82.876
106.736
Sumber: Data keuangan diolah
10. Data Keuangan Asuransi Jasa Indonesia (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 926.404 393.309 257.285 681.464 140% 166.331
2010 1.074.312 405.782 272.963 872.086 134% 194.252
2011 1.244.451 610.894 362.698 1.028.373 144% 254.030
2012 1.372.570 770.935 385.239 1.064.174 159% 261.842
2013 1.195.318 612.501 356.768 108.2028 164% 304.083
2012 175.445 71.623 60.909 68.690 166% 12.462
2013 223.138 129.598 53.607 80.238 172% 5.654
Sumber : Data keuangan diolah
11. Data Keuangan Asuransi Jasa Tania (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 90.448 30.186 42.447 178.337 147% 9.206
2010 109.885 31.395 57.516 57.258 180% 12.007
2011 114.393 29.750 59.238 132.576 159% 10.973
Sumber : Data keuangan diolah
12. Data Keuangan Asuransi Multi Artha Guna (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
Sumber : Data keuangan diolah
2009 218.326 106.232 60.354 127.699 380% 49.192
2010 254.649 106.038 84.602 140.881 282% 59.362
2011 310.718 138.232 107.809 188.719 302% 95.466
2012 366.569 184.016 172.542 465.069 343% 147.143
2013 409.127 227.889 175.973 487.034 547% 152.770
146
13. Data Keuangan Asuransi Maipark (dalam jutaan rupiah) No
Keterangan
2009
2010
2011
2012
2013
1 2 3 4 5
Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital
49.180 12.246 36.412 30.259 429%
56.006 3.480 51.972 34.047 572%
66.128 2.828 62.083 87.757 820%
71.818 800 69.715 81.610 790%
82.601 2.596 78.018 97.396 833%
6
Laba Bersih
20.693
27.435
34.545
35.502
41.762
2012 463.639 218.484 245.481 1.192.055 191% 133.352
2013 509.465 243.998 266.557 1.519.324 260% 171.756
Sumber: Data keuangan diolah
14. Data Keuangan Asuransi MSIG (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 352.846 155.759 196.447 258.707 318% 96.750
2010 369.341 186.059 183.116 338.715 225% 97.090
2011 425.508 242.030 182.845 1.099.125 214% 99.228
Sumber : Data keuangan diolah
15. Data Keuangan Asuransi Purna Artanugraha (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 63.908 20.573 42.752 30.310 314% 17.135
2010 74.615 25.083 48.732 35.266 267% 19.619
2011 82.308 30.612 48.484 46.730 257% 20.049
2012 76.944 33.221 41.085 33.548 235% 11.066
2013 81.307 32.144 40.188 365.491 162% 12.091
2012 351.852 159.222 145.928 729.218 227% 32.642
2013 375.635 171.674 159.263 807.025 145% 33.722
Sumber : Data keuangan diolah
16. Data Keuangan Asuransi Ramayana (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
Sumber : Data keuangan diolah
2009 234.117 79.058 101.135 124.760 157% 22.049
2010 237.045 83.909 115.323 151.319 187% 24.383
2011 267.554 118.216 104.899 480.852 232% 25.648
147
17. Data Keuangan Asuransi Sinarmas (dalam jutaan rupiah) No
Keterangan
1 2 3 4 5
Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital
6
Laba Bersih
2009
2010
2011
2012
2013
1.072.283 621.304 190.388 465.850 261%
1.341.303 823.725 203.263 639.179 338%
1.656.987 1.048.399 387.974 771.207 340%
1.841.919 1.115.050 372.961 2.592.990 300%
2.041.570 1.228.809 436.360 3.261.395 328%
143.020
298.484
389.685
368.126
276.426
2012 29.732 5.924 26.836 69.637 239% 8.077
2013 31.682 6.805 28.557 57.630 397% 6.054
2012 29.318 9.375 19.942 172.904 435% 8.365
2013 33.513 12.110 21.403 256.426 342% 10.383
Sumber: Data keuangan diolah
18. Data Keuangan Asuransi Staco Mandiri (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 27.302 8.330 18.749 11.908 311% 2.464
2010 26.986 7.431 20.199 14.303 505% 3.741
2011 28.418 4.730 24.260 13.849 206% 5.919
Sumber : Data keuangan diolah
19. Data Keuangan China Taiping Insurance (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
2009 20.684 6.685 13.999 16.879 409% 1.704
2010 21.815 9.299 12.516 18.560 319% 1.925
2011 24.897 7.637 17.259 138.996 349% 5.384
Sumber : Data keuangan diolah
20. Data Keuangan Asuransi Lippo General Insurance (dalam jutaan rupiah) No 1 2 3 4 5 6
Keterangan Pendapatan Premi Beban Klaim Hasil Underwriting Cadangan Teknis Risk Based Capital Laba Bersih
Sumber : Data keuangan diolah
2009 172.363 117.854 35.410 80.082 369% 23.127
2010 225.702 176.282 19.862 120.764 339% 54.059
2011 304.343 210.539 52.083 141.755 365% 42.014
2012 332.105 257.616 76.320 305.908 305% 42.622
2013 495.373 399.227 97.966 513.139 332% 79.134
Lampiran 2 Data Keuangan Tahun 2009 yang Telah Dilogaritmanaturalkan No
Perusahaan Asuransi
Pend. Premi (X1)
B. Klaim (X2)
Hsl. Underwriting (X3)
Cad. Teknis (X4)
RBC % (X5)
Laba Bersih (Y)
1
Asuransi Artarindo
22.92
21.74
22.56
22.14
121
22.00
2
Asuransi Bina Dana Arta
26.54
26.09
24.96
25.85
126
23.98
3
Asuransi Bintang
24.82
23.94
23.77
24.29
240
22.01
4
Asuransi Central Asia
27.14
26.63
26.20
26.80
264
25.82
5
Asuransi Dayin Mitra
25.35
24.53
24.69
24.73
198
22.76
6
Asuransi Ekspor Indonesia
24.97
23.56
24.63
24.90
1675
24.34
7
Asuransi Intra Asia
23.76
21.28
23.09
22.71
140
21.51
8
Asuransi Harta
25.09
24.19
23.59
24.34
211
22.71
9
Asuransi Jasaraharja Putera
26.42
25.63
25.69
25.92
322
24.65
Asuransi Jasa Indonesia
27.55
26.70
26.27
27.25
140
25.84
11
Asuransi Jasa Tania
25.23
24.13
24.47
25.91
147
22.94
12
Asuransi Multi Artha Guna
26.11
25.39
24.82
25.57
380
24.62
13
Asuransi Maipark
24.62
23.23
24.32
24.13
429
23.75
14
Asuransi MSIG
26.59
25.77
26.00
26.28
318
25.30
15
Asuransi Purna Artanugraha
24.88
23.75
24.48
24.13
314
23.56
16
Asuransi Ramayana
26.18
25.09
25.34
25.55
157
23.82
17
Asuransi Sinar Mas
27.70
27.16
25.97
26.87
261
25.69
18
Asuransi Staco Mandiri
24.03
22.84
23.65
23.20
311
21.63
19
China Taiping Insurance
23.75
22.62
23.36
23.55
409
21.26
20
Lippo General Insurance
25.87
25.49
24.29
25.11
369
23.86
10
Sumber : Data keuangan diolah
148
149
Data Keuangan Tahun 2010 yang Telah Dilogaritmanaturalkan No
Perusahaan Asuransi
Pend. Premi (X1)
B. Klaim (X2)
Hsl Underwriting (X3)
Cad. Teknis (X4)
RBC % (X5)
Laba Bersih (Y)
1
Asuransi Artarindo
23.26
21.99
22.93
22.35
119
22.54
2
Asuransi Bina Dana Arta
26.78
26.44
25.25
26.25
149
24.54
3
Asuransi Bintang
25.01
24.01
24.23
24.69
193
21.71
4
Asuransi Central Asia
27.24
26.80
26.18
26.84
305
26.10
5
Asuransi Dayin Mitra
25.31
24.53
24.79
24.88
201
23.37
6
Asuransi Ekspor Indonesia
25.33
24.32
24.83
25.27
1262
24.60
7
Asuransi Intra Asia
23.83
21.45
22.99
23.14
181
21.92
8
Asuransi Harta
25.48
24.59
23.91
24.68
176
22.97
9
Asuransi Jasaraharja Putera
26.54
25.61
25.88
26.07
347
24.94
10
Asuransi Jasa Indonesia
27.70
26.73
26.33
27.49
134
25.99
11
Asuransi Jasa Tania
25.42
24.17
24.78
24.77
180
23.21
12
Asuransi Multi Artha Guna
26.26
25.39
25.16
25.67
282
24.81
13
Asuransi Maipark
24.75
21.97
24.67
24.25
572
24.04
14
Asuransi MSIG
26.63
25.95
25.93
26.55
225
25.30
15
Asuransi Purna Artanugraha
25.04
23.95
24.61
24.29
267
23.70
16
Asuransi Ramayana
26.19
25.15
25.47
25.74
187
23.92
17
Asuransi Sinar Mas
27.92
27.44
26.04
27.18
338
26.42
18
Asuransi Staco Mandiri
24.02
22.73
23.73
23.38
505
22.04
19
China Taiping Insurance
23.81
22.95
23.25
23.64
319
21.38
20
Lippo General Insurance
26.14
25.90
23.71
25.52
339
24.71
Sumber : Data keuangan diolah
150
Data Keuangan Tahun 2011 yang Telah Dilogaritmanaturalkan No
Perusahaan Asuransi
Pend. Premi (X1)
B. Klaim (X2)
Hsl Underwriting (X3)
Cad. Teknis (X4)
RBC % (X5)
Laba Bersih (Y)
1
Asuransi Artarindo
23.49
22.65
22.92
25.12
582
22.47
2
Asuransi Bina Dana Arta
27.01
26.69
25.56
26.49
283
25.20
3
Asuransi Bintang
25.26
24.31
24.49
24.71
168
22.93
4
Asuransi Central Asia
27.26
26.99
25.74
28.39
295
25.99
5
Asuransi Dayin Mitra
25.48
24.42
25.06
27.26
173
23.97
6
Asuransi Ekspor Indonesia
25.85
24.88
25.23
25.81
782
24.94
7
Asuransi Intra Asia
24.17
21.23
23.41
23.50
187
22.07
8
Asuransi Harta
25.71
24.55
24.26
24.75
149
23.39
9
Asuransi Jasaraharja Putera
26.65
26.08
25.93
26.72
308
24.97
Asuransi Jasa Indonesia
27.85
27.14
26.62
27.66
144
26.26
11
Asuransi Jasa Tania
25.46
24.12
24.80
25.61
159
23.12
12
Asuransi Multi Artha Guna
26.46
25.65
25.40
25.96
302
25.28
13
Asuransi Maipark
24.91
21.76
24.85
25.20
820
24.27
14
Asuransi MSIG
26.78
26.21
25.93
27.73
214
25.32
15
Asuransi Purna Artanugraha
25.13
24.14
24.60
24.57
257
23.72
16
Asuransi Ramayana
26.31
25.50
25.38
26.90
232
23.97
17
Asuransi Sinar Mas
28.14
27.68
26.68
27.37
340
26.69
18
Asuransi Staco Mandiri
24.07
22.28
23.91
23.35
206
22.50
19
China Taiping Insurance
23.94
22.76
23.57
25.66
349
22.41
20
Lippo General Insurance
26.44
26.07
24.68
25.68
365
24.46
10
Sumber : Data keuangan diolah
151
Data Keuangan Tahun 2012 yang Telah Dilogaritmanaturalkan No
Perusahaan Asuransi
Pend. Premi (X1)
B. Klaim (X2)
Hsl Underwriting (X3)
Cad. Teknis (X4)
RBC % (X5)
Laba Bersih (Y)
1
Asuransi Artarindo
23.54
22.87
22.82
23.91
987
22.62
2
Asuransi Bina Dana Arta
27.17
26.86
25.43
27.69
312
25.32
3
Asuransi Bintang
25.64
24.48
25.03
25.83
164
23.99
4
Asuransi Central Asia
27.51
27.14
26.26
28.69
207
26.11
5
Asuransi Dayin Mitra
25.49
24.45
25.14
27.13
161
24.07
6
Asuransi Ekspor Indonesia
26.31
25.37
25.59
26.25
552
24.86
7
Asuransi Intra Asia
24.67
23.02
23.70
23.76
158
22.42
8
Asuransi Harta
25.93
24.71
24.44
25.70
159
23.53
9
Asuransi Jasaraharja Putera
26.35
25.95
26.01
27.12
322
25.14
Asuransi Jasa Indonesia
27.95
27.37
26.68
27.69
159
26.29
11
Asuransi Jasa Tania
25.89
24.99
24.83
24.95
166
23.25
12
Asuransi Multi Artha Guna
26.63
25.94
25.87
26.87
343
25.71
13
Asuransi Maipark
25.00
20.50
24.97
25.13
790
24.29
14
Asuransi MSIG
26.86
26.11
26.23
27.81
191
25.62
15
Asuransi Purna Artanugraha
25.07
24.23
24.44
24.24
235
23.13
16
Asuransi Ramayana
26.59
25.79
25.71
27.32
227
24.21
17
Asuransi Sinar Mas
28.24
27.74
26.64
28.58
300
26.63
18
Asuransi Staco Mandiri
24.12
22.50
24.01
24.97
239
22.81
19
China Taiping Insurance
24.10
22.96
23.72
25.88
435
22.85
20
Lippo General Insurance
26.53
26.27
25.06
26.45
305
24.48
10
Sumber : Data keuangan diolah
152
Data Keuangan Tahun 2013 yang Telah Dilogaritmanaturalkan No
Perusahaan Asuransi
Pend. Premi (X1)
B. Klaim (X2)
Hsl Underwriting (X3)
Cad. Teknis (X4)
RBC % (X5)
Laba Bersih (Y)
1
Asuransi Artarindo
23.91
23.37
23.04
23.84
1178
23.17
2
Asuransi Bina Dana Arta
27.39
26.99
25.90
27.85
476
25.74
3
Asuransi Bintang
25.73
24.81
25.10
26.02
131
23.71
4
Asuransi Central Asia
27.70
27.42
26.12
28.84
208
26.12
5
Asuransi Dayin Mitra
25.69
24.77
25.11
27.34
214
24.21
6
Asuransi Ekspor Indonesia
26.76
25.91
25.92
27.26
531
25.40
7
Asuransi Intra Asia
24.78
23.14
23.74
23.85
283
21.41
8
Asuransi Harta
26.13
25.02
24.74
25.88
175
23.79
9
Asuransi Jasaraharja Putera
27.21
26.00
25.93
27.07
263
25.39
10
Asuransi Jasa Indonesia
27.81
27.14
26.60
27.71
164
26.44
11
Asuransi Jasa Tania
26.13
25.59
24.70
25.11
172
22.46
12
Asuransi Multi Artha Guna
26.74
26.15
25.89
26.91
547
25.75
13
Asuransi Maipark
25.14
21.68
25.08
25.30
833
24.46
14
Asuransi MSIG
26.96
26.22
26.31
28.05
260
25.87
15
Asuransi Purna Artanugraha
25.12
24.19
24.42
26.62
162
23.22
16
Asuransi Ramayana
26.65
25.87
25.79
27.42
145
24.24
17
Asuransi Sinar Mas
28.34
27.84
26.80
28.81
328
26.35
18
Asuransi Staco Mandiri
24.18
22.64
24.08
24.78
397
22.52
19
China Taiping Insurance
24.24
23.22
23.79
26.27
342
23.06
20
Lippo General Insurance
26.93
26.71
25.31
26.96
332
25.09
Sumber : Data keuangan diolah
Lampiran 3 Hasil Pengujian SPSS
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
P.Premi
100
22.92
28.34
25.8168
1.30053
B.Klaim
100
20.50
27.84
24.8087
1.76008
H.Underwriting
100
22.56
26.80
24.9279
1.05092
C.Teknis
100
22.14
28.84
25.7818
1.53820
RBC
100
119.00
1675.00
326.8100
251.94306
Laba
100
21.26
26.69
24.0992
1.42937
Valid N (listwise)
100
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 2. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Summaryb Model
1
R
.946
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.895
.889
Durbin-Watson
.47561
2.103
a. Predictors: (Constant), RBC, C.Teknis, B.Klaim, H.Underwriting, P.Premi b. Dependent Variable: Laba
3. Hasil Uji F (Uji Simultan) ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
df
Mean Square
181.004
5
36.201
21.263
94
.226
202.267
99
a. Dependent Variable: Laba b. Predictors: (Constant), RBC, C.Teknis, B.Klaim, H.Underwriting, P.Premi
4. Hasil Uji T (Uji Parsial) dan Persamaan Regresi
F 160.038
Sig. .000b
a
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -5.772
1.269
P.Premi
.558
.181
B.Klaim
-.021
H.Underwriting
Beta -4.548
.000
.508
3.079
.003
.090
-.026
-.233
.816
.475
.150
.349
3.174
.002
C.Teknis
.145
.069
.156
2.106
.038
RBC
.001
.000
.213
6.076
.000
1
a. Dependent Variable: Laba
5. Hasil Uji Normalitas
6. Hasil Uji Heteroskedastisitas
7. Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
1
R
R Square
.946a
.895
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .889
Durbin-Watson
.47561
a. Predictors: (Constant), RBC, C.Teknis, B.Klaim, H.Underwriting, P.Premi b. Dependent Variable: Laba
2.103
BIODATA
Identitas Diri Nama Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat Rumah Telepon Rumah dan HP Alamat E-mail
: Mutmainnah : Ujung Pandang, 29 September 1992 : Perempuan : Jl. Mesjid Bebul Jannah No. 10, Urip Sumoharjo : 08991503480 :
[email protected]
Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal 1. 1998 – 2004 2. 2004 – 2007 3. 2007 – 2010 4. 2011 – 2015
: SD Negeri Maccini I Makassar : SMP Muhammadiyah 1 Makassar : SMK Negeri 6 Makassar : S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (Manajemen)
Pendidikan Nonformal/Training/Seminar 1. Pelatihan Basic Study Skill, Hasanuddin University (2011) 2. Latihan Kepemimpinan Tingkat 1 Ikatan Mahasiswa Manajemen Periode 20112012 IMMAJ FE-UH (2012) Pengalaman Organisasi 1. Organisasi Pramuka, SMK Negeri 6 Makassar 2. Keluarga Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Manajemen (IMMAJ) FEB-UH Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.
Makassar, Mei 2015
Mutmainnah