perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH INTENSITAS OLAHRAGA AEROB TERHADAP PENINGKATAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PLASMA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
ALDILA AKHADIYATI NARWIENDA G.0009009
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Aldila Akhadiyati Narwienda, G0009009, 2012. Analisis Pengaruh Intensitas Olahraga Aerob terhadap Peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) Plasma. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Olahraga aerob telah diterima oleh masyarakat dunia dalam membantu meningkatkan kadar HDL plasma. Namun belum banyak penelitian mengenai karakteristik olahraga aerob yang efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma. Sehingga, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui intensitas olahraga aerob yang paling efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma. Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratorik dengan rancangan experimental randomized pre-test and post-test control group design yang dilakukan pada bulan April-Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi FK UNS. Total 40 subjek penelitian berdasarkan metode purposive sampling dibagi menjadi 4 kelompok secara random yaitu kelompok kontrol, kelompok olahraga aerob intensitas ringan, kelompok intensitas sedang, dan kelompok intensitas berat. Pengambilan data HDL plasma dilakukan sebelum dan sesudah program latihan aerobik naik turun tangga selama delapan minggu. Data dianalisis dengan menggunakan uji one-way ANOVA. Hasil: Berdasarkan hasil uji one-way ANOVA didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data selisih kadar HDL antarkelompok dalam penelitian (p = 0,002). Berdasarkan analisis statistik multiple comparison diperoleh hasil (1) tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih kadar HDL kelompok kontrol dengan kelompok intensitas ringan (p = 0,749), (2) terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih kadar HDL kelompok kontrol dengan kelompok intensitas sedang (p = 0,044), dan (3) terdapat perbedaan yang bermakna pada selisih kadar HDL kelompok kontrol dengan kelompok intensitas berat (p = 0,002). Simpulan: Latihan aerobik intensitas berat paling efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma.
Kata kunci : HDL, olahraga aerob
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Aldila Akhadiyati Narwienda, G0009009, 2012. The Effect of Aerobic Exercise Intensity on High Density Lipoprotein Plasma Levels. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Background: The value of regular aerobic exercise in increasing HDL plasma level has received widespread acceptance. In contrast, there were only few studies have examined which characteristics would affect the response of HDL-C level to exercise training. The objective of this study is to determine the most effective intensity of the aerobic exercise in increasing HDL plasma level. Method: This was an experimental laboratoric study with randomized pre-test and post-test control group design. This study was conducted from April to June 2012 at Laboratorium of Physiology FK UNS. Forty subjects were divided into four groups based on purposive sampling method. There were control group, mild-intensity group, moderate-intensity group and high-intensity group. The HDL level tests were taken before and after eight weeks of intervention. The results then were analyzed with one-way ANOVA test. Result: Based on one-way ANOVA test, we observed that there is significant difference among groups in the study (p = 0,002). Based on multiple comparison analyzes, we observed (1) there is no significant difference between the raise of HDL plasma level in control group and mild-intensity group (p = 0,749), (2) there is significant difference between the raise of HDL plasma level in control group and moderate-intensity group (p = 0,044), and (3) there is no significant difference between the raise of HDL plasma level in control group and high-intensity group (p = 0,002). Conclusion: High-intensity aerobic exercise is the most effective in increasing the HDL plasma level.
Keywords : HDL, aerobic exercise
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Intensitas Olahraga Aerob terhadap Peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) Plasma”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT dan melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Kiyatno., dr., PFK., M.Or., selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. 3. Sinu Andhi Yusuf, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, dan motivasi mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. 4. Arif Suryawan, dr., selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 5. Brian Wasita, dr., Ph.D, selaku Anggota Penguji yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Mamah, Abah, Anis, Yayas, Rifki yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Teman-teman Pendidikan Dokter angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian skripsi ini. 8. Sahabatku p53 dan keluarga Tikara yang telah mendoakan dan mendukung dalam penulisan proposal hingga terselesaikannya laporan skripsi. 9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungannya dalam penulisan proposal, penelitian hingga penulisan laporan. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.
Surakarta, September 2012
Aldila Akhadiyati Narwienda
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA …………………………………………………………………..
vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...
vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………...
ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..
x
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
xi
BAB I.
PENDAHULUAN………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………..
1
B. Perumusan Masalah …………………………………………
3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 3
BAB II.
D. Manfaat Penelitian …………………………………………..
3
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
5
A. Olahraga Aerob..……………………………………………..
5
1. Pengertian.....………….…………………………………
5
2. Manfaat Olahraga Aerob terhadap Kesehatan..……….…
6
3. Aerobic Stepping………………………....………………
8
B. Lipid ……………...…………………………………………
9
1. Kolesterol.……………………………………………….
9
2. Trigliserid......…………………………………………….
9
3. Sistem Transportasi Lemak………………………………
10
a. High Density Lipoprotein (HDL)..…………………… 10 b. Low Density Lipoprotein (LDL)………………………. 12 c. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)………………. 13 d. Kilomikron.................................................................... 13 C. Metabolisme Selama Olahraga......................………………... 14 1. Metabolisme Karbohidrat.……………………………….. 14 2. Metabolisme Lemak............................................................ 15 D. Pengaruh Olahraga Aerob terhadap Peningkatan HDL............. 17 E. Kerangka Pemikiran................................................................... 19 commit to user F. Hipotesis.................................................................................... 20
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………….
21
A. Jenis Penelitian ………………………………………………
21
B. Lokasi Penelitian ...................................………….………….
21
C. Subjek Penelitian …………………………………………….
21
1. Populasi..............................................................................
21
a. Kriteria inklusi.............................................................
21
b. Kriteria eksklusi...........................................................
22
2. Sampel................................................................................
22
a. Besar sampel................................................................. 22 b. Teknik sampling............................................................ 23 D. Rancangan Penelitian ………………………………………..
24
E. Identifikasi Variabel....................…………………………….. 24 F. Definisi Operasional.................………………………………. 25 G. Instrumen Penelitian …………………………………………
26
H. Cara Kerja …………………………………………………… 26 I. Teknik Analisis Data …………….…………………............... 29 BAB IV. HASIL PENELITIAN …………………………………………... 30 A. Hasil Percobaan Instrumentasi.................................................. 30 B. Analisis Deskriptif..................................................................... 32 C. Analisis Bivariat........................................................................ 35 BAB V.
PEMBAHASAN ………………………………………………… 37
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN …………………………………….
43
A. Simpulan …………………………………………………….. 43 B. Saran …………………………………………………………
43
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….
45
LAMPIRAN …………………………………………………………………
49
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Klasifikasi Intensitas Olahraga anjuran CDC dan ACSM........
8
Tabel 2.2
Komponen Lipoprotein.............................................................
14
Tabel 4.1
Hasil Uji Normalitas Data Heart Rate Percobaan Uji Validitas,
Reliabilitas,
dan
Obyektivitas
Alat
Ukur
Intensitas................................................................................... Tabel 4.2
Hasil Uji Pairwise Comparison untuk Menguji Validitas, Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas..................
Tabel 4.3
31
Hasil Uji Homogenitas dan Rata-rata (± SD) Indeks Massa Tubuh dan Usia Subjek Penelitian............................................
Tabel 4.4
31
32
Rata-rata (±SD) Kadar HDL Pretes, Kadar HDL Postes, dan Selisih Kadar HDL Postes dengan Pretes dalam Satuan mg/dl.........................................................................................
Tabel 4.5
33
Hasil Uji Multiple Comparison dengan LSD (Least Significant Different) Kadar HDL Postes dikurangi Kadar HDL Pretes................................................................................
commit to user
ix
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Penghasil ATP selama Olahraga................
17
Gambar 4.1 Perbandingan Selisih Kadar HDL Postes dengan Kadar HDL Pretes Masing-Masing kelompok..............................................
commit to user
x
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Persetujuan ......................................................................
49
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Universitas .......................................
50
Lampiran 3. Kadar HDL Pretes dan Postes...................................................
51
Lampiran 4. Analisis Bivariat .......................................................................
53
Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian............................................
57
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk terus-menerus selama bekerja (sedentary), kurang berolahraga, disertai dengan pola makan tidak sehat, dapat menginduksi berbagai penyakit degeneratif. Salah satu penyakit yang sering muncul akibat kurang berolahraga adalah penyakit kardiovaskuler. Di sisi lain telah banyak penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan teratur akan mengurangi risiko kematian yang disebabkan penyakit kardiovaskuler, serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler hingga 50% (WHO, 2003). Hal ini didukung dengan adanya data cross-sectional yang memperlihatkan bahwa orang-orang yang berolahraga lebih aktif memiliki kadar HDL yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurang berolahraga (Drygas et al., 2000), mengingat bahwa salah satu faktor risiko independen penyakit kardiovaskuler adalah rendahnya kadar High Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) (Francheschini, 2001). Penyakit kardiovaskuler telah tercatat sebagai penyebab terbesar kematian di seluruh dunia (Cutler et al., 2006). Data yang dimiliki oleh Depkes (2009) menunjukkan bahwa penyakit infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas 220.000 (14%) pada tahun 2002 di Indonesia. Case Fatality Rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%), kemudian diikuti oleh gagal jantung (13,42%), serta penyakit commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
jantung lainnya (13,37%). Adapun berdasarkan data rekam medik Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, penderita infark miokard akut yang berusia di bawah 45 tahun berjumlah 92 orang dari 962 penderita infark miokard akut (10,1%) pada tahun 2006. Angka tersebut bertambah menjadi 10,7% pada tahun 2007, yaitu 117 penderita infark miokard akut usia muda dari 1.096 total penderita (Sulastomo, 2010). Namun pada kenyataannya, tidak banyak masyarakat mengerti arti pentingnya berolahraga untuk menjaga kesehatan, terutama mencegah penyakit kardiovaskuler. Hal ini ditunjukkan dengan angka partisipasi olahraga penduduk perkotaan di Indonesia yang hanya mencapai 32,1%, sedangkan untuk daerah pedesaan sebesar 20,4%. Secara nasional ditunjukkan bahwa partisipasi olahraga untuk penduduk laki-laki (30,9%) lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan (20%) (Dirjen Olahraga dan BPS, 2004). Olahraga yang direkomendasikan oleh WHO dalam hubungannya dengan pengembangan dan pemeliharaan kesehatan adalah jenis olahraga aerob (Powers dan Howley, 2007). Olahraga aerob telah diterima oleh masyarakat dunia dalam membantu meningkatkan kadar HDL plasma dan turut serta mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler (Kodama et al., 2007). Salah satu bentuk olahraga aerob yang sederhana tetapi memenuhi syarat sebagai latihan untuk meningkatkan kebugaran adalah latihan naik turun bangku. Dengan mengatur intensitas dan waktu latihan naik turun bangku secara tepat diharapkan dapat memberi efek olahraga aerob yang baik pula (Powers dan Howley, 2007). Akan tetapi belum banyak penelitian mengenai karakteristik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
olahraga aerob yang efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma. Oleh sebab itu, masih diperlukan penelitian untuk mengetahui intensitas olahraga aerob yang paling efektif dalam meningkatkan HDL plasma.
B. Perumusan Masalah Berapa intensitas olahraga aerob yang paling efektif meningkatan kadar HDL plasma?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui intensitas olahraga aerob yang paling efektif dalam meningkatkan kadar HDL plasma.
D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Ilmiah : a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai efektifitas olahraga aerob terhadap peningkatan kadar HDL plasma. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan keilmuan terutama ilmu biomedik tentang efektifitas olahraga aerob dalam meningkatkan kadar HDL plasma. 2. Aspek Praktis : a. Memberikan manfaat bagi masyarakat mengenai pentingnya olahraga dalam meningkatkan kadar HDL plasma sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
b. Membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya berolahraga untuk menjaga dan memelihara kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Olahraga Aerob 1. Pengertian Olahraga aerob adalah salah satu jenis olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, misalnya jogging, senam, renang, bersepeda, dan lain-lain. Jenis olahraga yang lain adalah anaerob, yaitu olahraga dimana kebutuhan oksigen tubuh tidak terpenuhi seluruhnya, misalnya bulu tangkis, tenis lapangan, lari sprint, dan lain-lain (Karim, 2002). Pada olahraga aerob, sistem oksigen merupakan sumber energi predominan. Olahraga ini merangsang kerja jantung, pembuluh darah dan paruparu. Jantung akan menjadi lebih kuat dan lebih banyak memompa darah, di samping itu denyut jantung akan semakin berkurang. Sehingga persediaan darah yang disalurkan ke seluruh jaringan tubuh bertambah, dan volume darah akan meningkat. Pada saat yang sama, paru-paru akan memproses udara lebih banyak dengan usaha yang lebih minimal. Pengaruh olahraga aerob tersebut digunakan untuk mengukur apakah dosis latihan fisik telah cukup (Karim, 2002). Agar olahragaaerob yang dilakukan dapat mencapai tujuan dan sasarannya, maka olahraga yang dilakukan harus sesuai dengan dosis yang tepat. Dosis olahraga terdiri dari intensitas, frekuensi, durasi, dan model commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
latihan yang sering dikenal dengan FITT, yaitu Frequency, Intensity, Time, dan Type (Siswantoyo, 2008). Adapun ciri-ciri sistem olahraga aerob yaitu intensitas kerja sedang, lama kerja lebih dari 3 menit, irama gerak kerja lancar
dan
terus-menerus,
dan
selama
aktivitas
menghasilkan
karbondioksida dan air (Sukadiyanto, 2002) Intensitas olahraga dapatdiukur dengan menghitung denyut nadi. Agar olahraga dapat efektif maka intensitas yang dilakukan minimal mencapai denyut nadi ¾ x (200-usia) per menit sedangkan untuk mendapatkan hasil yang optimal diharapkan denyut nadi dapat mencapai (200-usia-10) per menit. Di samping itu, durasi olahraga aerob yang dilakukan minimal antara 5-10 menit. Idealnya, olahraga paling sedikit dilakukan 3 kali per minggu, baik olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi, oleh karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan olahraga (Astrad dan Rodhal, 2003). Menurut Kodama (2007), olahraga aerob dapat efektif meningkatkan HDL jika dilakukan selama minimal 8 minggu. Namun pada penelitian lain, mengenai pengaruh olahraga aerobik terhadap penurunan kadar gula darah, didapatkan hasil bahwa olahraga aerob dapat efektif menurunkan kadar gula darah jika dilakukan minimal selama 4 minggu berturut-turut (Indriyani et al., 2007). 2. Manfaat Olahraga Aerob terhadap Kesehatan Kegiatan olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Karim (2002), Warburton et al. (2006) dan Cadroy et al. (2002) menunjukkan bahwa olahraga aerob dapat : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
a.
Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang ditandai dengan denyut nadi istirahat menurun, isi sekuncup bertambah, penumpukan asam laktat berkurang, meningkatkan HDL kolesterol dan mengurangi aterosklerosis.
b. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai dengan optimalisasi pertumbuhan pada anak-anak, serta menurunkan nyeri sendi kronis pada pinggang, punggung dan lutut orang dewasa. c.
Meningkatkan fleksibilitas pada tubuh sehingga dapat mengurangi cedera.
d. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah obesitas dan mempertahankan berat badan yang ideal. e.
Mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan penyakit infeksi dengan meningkatkan sistem imun.
f.
Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitifitas hormon terhadap jaringan tubuh. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang berat
dapat menimbulkan aktivasi yang lebih besar dari sistem hemostasis. Efek olahraga terhadap tubuh tergantung pada beberapa faktor, di antaranya tipe olahraga, durasi, dan intensitas. Efek olahraga juga terkait dengan faktor jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan kebiasaan (antara orang yang bekerja duduk terus - menerus dengan yang terbiasa olahraga) (Cadroy et al., 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
3. Aerobic Stepping Step tes dikembangkan untuk mengukur olahraga aerob menggunakan alat tes yang sederhana. Peralatan yang dibutuhkan bervariasi tergantung tes yang akan dilakukan. Ketinggian bangku bervariasi antara 15-50 cm. Ketinggian bangku untuk pria sekitar 40 cm dan untuk wanita 33 cm. Keuntungan dari step tes ini adalah peralatan yang dibutuhkan murah, mudah dibawa serta pengukuran yang lebih sederhana (Adams, 2002). Berdasarkan rekomendasi dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan The American College of Sports Medicine (ACSM), intensitas dalam berolahraga merupakan faktor penentu dalam mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular. Berikut ini adalah klasifikasi olahraga yang dianjurkan oleh CDC dan ACSM (Wang, 2006). Tabel 2.1 Klasifikasi Intensitas Olahraga Anjuran CDC dan ACSM Intensitas
% VO2max
%HRmax
Sangat ringan
<30
<35
Ringan
30-49
35-59
Sedang
50-74
60-79
Berat
75-84
80-89
Sangat berat
>85
>90
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
B. Lipid 1. Kolesterol Kolesterol adalah steroid alkohol tidak jenuh yang mempunyai berat molekul tinggi, terdiri atas sebuah cincin perhydrocyclopentanthroline dan sebuah rantai yang memiliki 8 atom karbon. Kolesterol dalam tubuh memiliki fungsi untuk membangun dan memperbaiki membran-membran sel, sintesis asam empedu, vitamin D, prekursor hormon progestin, glukokortikoid, mineralokortikoid, androgen serta estrogen. Kolesterol dalam jumlah yang berlebihan di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan penyempitan yang disebut atherosklerosis (Almatsier, 2004). Sintesis kolesterol dikendalikan oleh enzim HMG-KoA reduktase dan dihambat oleh LDL kolesterol yang diambil melalui reseptor LDL. Reseptor LDL terdapat pada permukaan sel dalam lekukan yang tersalut dengan sebuah protein yang dinamakan klatrin pada sisi sitosol membran sel. LDL diambil oleh reseptor LDL dalam keadaan utuh melalui endositosis, kemudian dipecah dalam lisosom dan diikuti oleh translokasi kolesterol ke dalam sel. Jumlah reseptor LDL pada permukaan sel diatur oleh kebutuhan kolesterol bagi membran sel, sintesis hormon steroid atau asam empedu (Botham dan Mayes, 2009). 2. Trigliserid Trigliserid adalah molekul yang berisi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Trigliserid berisi asam lemak jenuh yang saling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
berikatan dan akan berbentuk padat pada suhu kamar. Trigliserid merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Trigliserid dan lipid besar lainnya (kolesterol dan phospolipid) yang terbentuk di dalam usus halus dikemas untuk diabsorbsi secara aktif dan ditransport oleh darah. Trigliserid akan bergabung dengan protein-protein khusus dan membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein (Almatsier, 2004). 3. Sistem Transportasi Lemak Lemak tidak dapat mengapung bebas dalam medium darah. Sehingga untuk mengangkut lemak diperlukan lipoprotein. Lipoprotein adalah gabungan molekul lemak atau lipid dan protein yang disintesis di dalam hepar. Setiap jenis lipoprotein berbeda dalam ukuran dan densitas serta berfungsi mengangkut berbagai jenis lipid dalam jumlah yang berbeda pula (Almatsier, 2004).Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid di dalam plasma ke jaringan-jaringan yang membutuhkan sumber energi dan sebagai komponen membran sel atau prekursor metabolit aktif (Almatsier, 2004).Tubuh membentuk empat jenis lipoprotein yaitu : a.
High Density Lipoprotein (HDL) HDL adalah lipoprotein yang memiliki diameter paling kecil yaitu 5-12 nm dan memiliki densitas 1,063-1,21 gram/ml. HDL mengandung 25-30% phosopolipid, 15-20% kolesterol, 3% trigliserid dan 45-59% protein (Bishop et al., 2000). HDL adalah lipoprotein dengan densitas tinggi, terutama terdiri atas protein. HDL diproduksi oleh hati dan usus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
halus. HDL mengambil kolesterol dan phospolipid yang ada di dalam hati dan menyerahkan kolesterol ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali ke hati lalu diedarkan ke seluruh tubuh atau dikeluarkan dari tubuh (Almatsier, 2004). Dalam hal ini, HDL dikatakan berperan dalam pengangkutan balik kolesterol (reverse cholesterol transport) (Botham dan Mayes, 2009). Kebanyakan partikel HDL mengandung apolipoprotein A-I (apoAI) sebagai komponen utama. Beberapa protein lain seperti apoliporotein (apo) A-II, apoCs, apoE, lipoprotein minor, lecithin : cholesterol acyltransferase (LCAT), paraoxonase (PON) dan platelet-activating factor acetylhydrolase (PAF-AH) tergabung dengan HDL dan memiliki fungsi fisiologis yang signifikan. Konsentrasi HDL dalam plasma dihitung sebagai HDL cholesterol (HDL-C) (Calabresi et al., 2003). HDL mengangkut kolesterol lebih sedikit. HDL sering disebut kolesterol baik, karena dapat membuang kolesterol berlebih yang terdeposit di dalam pembuluh darah arteri untuk kembali dimetabolisme di hepar lalu dieliminasi melalui traktus gastrointestinal. Sehingga HDL mencegah kolesterol mengendap pada arteri dan mampu mencegah terjadinya atherosklerosis (Soeharto, 2004). Di samping itu, HDL juga dapat mengurangi cedera pada pembuluh darah melalui efek antioksidan dan anti inflamasinya (Singh et al., 2007). Pemeriksaan HDL kolesterol dilakukan dengan serum atau plasma. Terlebih dahulu ditambahkan suatu pereaksi untuk mengendapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
partikel-partikel lipoprotein selain HDL. Selanjutnya supernatan yang diperoleh digunakan untuk pemeriksaan kadar HDL kolesterol. Kadar HDL kolesterol tidak sebanding dengan kadar kolesterol total (Widmann, 2002). Untuk mengukur tinggi rendahnya HDL kolesterol dalam darah dibandingkan dengan nilai standar. Nilai standar HDL kolesterol yang dibuat oleh National Institute Health (NIH)-USA adalah sebagai berikut 1) Normal
: ≥ 45 miligram/dl
2) Batas rendah
: 35-45 miligram/dl
3) Rendah
: ≤ 35 miligram/dl
b. Low Density Lipoprotein (LDL) LDL adalah lipoprotein dengan diameter 18-30 nm, mempunyai densitas 2,029-2,063 gram/ml. LDL mengandung 35-45% kolesterol, 4% trigliserid, 22-26% phospolipid dan 22-26% protein (Bishop et al., 2000). LDL yang melayang dalam darah akan ditangkap oleh reseptor LDL. Sel reseptor LDL ini berfungsi sebagai pengatur peredaran kolesterol dalam darah. Bila reseptor terganggu maka LDL dalam darah akan meningkat sehingga kolesterol yang berada dalam aliran darah akan bertambah banyak (Soeharto, 2004). Setiap
peningkatan
LDL kolesterol
selalu
diikuti dengan
meningkatnya kolesterol total darah. LDL bersirkulasi dalam darah dan dibawa ke sel otot, lemak, dan sel lain. Pengatur utama kadar kolesterol darah adalah hati karena sebagian reseptor LDL terdapat di dalam hati. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
LDL mengangkut kolesterol di dalam darah paling banyak. LDL disebut juga kolesterol jahat, karena kadar LDL yang tinggi menyebabkan kolesterol yang tinggi pula di dalam arteri (Almatsier, 2004). c.
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) VLDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter 40-80 nm dan memiliki densitas 0,95-1,006 gram/ml. VLDL mengandung 50-65% trigliserid, 8-14% phospolipid dan 5-10% protein (Bishop et al., 2000). VLDL diproduksi oleh hati dan merupakan lipoprotein dengan densitas sangat rendah, komposisi utamanya adalah trigliserid. Pada proses selanjutnya sebagian VLDL berubah menjadi LDL (Soeharto, 2004).
d. Kilomikron Kilomikron adalah partikel lipoprotein dengan diameter 80-1200 nm dan mempunyai densitas <0,95 gram/ml. Kilomikron mengandung 90-95% trigliserid, 2-6% phospolipid, 2-4% kolesterol dan 1-2% protein. (Bishop et al., 2000). Kilomikron mengangkut lipid dari saluran cerna ke seluruh tubuh. Lipid yang diangkut terutama adalah trigliserid. Kilomikron merupakan lipoprotein paling besar dan mempunyai densitas paling rendah (Almatsier, 2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Tabel 2.2 Komponen Lipoprotein Lipoprotein
Composition (%) Protein
Free
Cholesterol
Cholesterol
Esters
Triglyceride
Phospolipid
Chylomicron
2
2
3
90
3
VLDL
8
4
16
55
17
IDL
10
5
25
40
20
LDL
20
7
46
6
21
HDL
50
4
16
5
25
(Else et al., 2006)
C. Metabolisme Selama Olahraga 1. Metabolisme Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi pertama yang mudah digunakan. Karbohidrat dalam bentuk glukosa dapat dibakar langsung tanpa menggunakan oksigen (anaerob), yaitu melalui proses glikolisis. Namun ATP yang dihasilkan terbatas dan singkat pada keadaan puncak olahraga yang memerlukan energi seketika. Metabolisme anaerob akan menghasilkan asam laktat sebagai sisa pembakarannya. Asam laktat yang masuk ke sirkulasi darah akan menyebabkan tubuh merasa letih. Dalam beberapa teori disebutkan bahwa asam laktat akan menghambat kerja enzim tertentu yang menyebabkan kelelahan otot (Sherwood, 2001). Untuk mendapatkan ATP yang lebih besar maka metabolisme memerlukan oksigen, yangcommit disebuttometabolisme aerob. Pada metabolisme user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
aerob, setelah proses glikolisis menghasilkan asam piruvat, asam piruvat tersebut tidak akan diubah menjadi asam laktat tetapi berlanjut diproses pada
fase
fosforilasi
oksidatif.
Proses
fosforilasi
oksidatif
akan
menghasilkan 36 ATP per 1 molekul glukosa yang dipecah, sedangkan jika berhenti pada glikolisis maka hanya dihasilkan 2 ATP per 1 molekul glukosa (Sherwood, 2001). 2. Metabolisme Lemak Tahap awal penggunaan lemak sebagai sumber energi adalah hidrolisis triasilgliserol atau trigliserid oleh lipase yang akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat. Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unit-unit kecil melalui proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam mitokondria sel. Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran
oksigen
serta
membutuhkan
adanya
karbohidrat
untuk
menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2 atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasilkan melalui proses metabolisme energi dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
glukosa/glikogen. Aktivitas lipase sel adiposa diatur oleh beberapa hormon, antara lain: epinefrin, norepinefrin,
glukagon
dan
hormon
adrenokortikotropik.
Hormon-hormon tersebut mengaktifkan adenilat siklase di dalam sel adiposa dengan cara memicu reseptor-reseptor. Peningkatan kadar AMP siklik merangsang protein kinase A, yang akan mengaktifkan lipase dengan cara fosforilasi. Sehingga epinefrin, norepinefrin, glukagon dan hormon adrenokortikotropik bersifat menginduksi lipolisis (Koolman, 2005). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa energi yang diperoleh dari sistem metabolisme aerob dapat diperoleh dari pemecahan lemak. Kusmana (2006) menyebutkan bahwa lemak akan digunakan sebagai sumber energi terutama pada latihan aerobik beban ringan sampai sedang. Energi yang didapatkan dari pemecahan lemak dua kali lipat dibandingkan yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat. Di samping itu dengan dipecahnya kolesterol berlebih yang ada dalam tubuh dapat menurunkan kadar LDL kolesterol dan meningkatkan kadar HDL kolesterol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Gambar 2.1 Jalur Metabolisme Penghasil ATP selama Olahraga
D. Pengaruh Olahraga Aerobterhadap Peningkatan HDL Olahraga aerob yang dilakukan dengan menggunakan prinsip latihan yang benar akan memberikan pengaruh dan adaptasi biologis yang baik terhadap tubuh. Mekanisme biologis dan fisiologis yang terjadi karena olahraga aerob yang reguler tampak pada kontrol berat badan, peningkatan curah jantung baik selama olahraga maupun saat istirahat, peningkatan fungsi cardiac commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
ditandai dengan kontraksi miokard yang baik serta stabilitas elektrik jantung serta peningkatan fungsi endothel. Di samping itu olahraga dapat mengurangi tekanan darah, mencegah inflamasi sistemik, mengurangi koagulasi darah dan mengurangi adiposa abdominal. Olahraga juga dicatat dapat mengurangi stres, anxietas dan depresi (Warburton et al., 2006). Telah diketahui pula bahwa selama olahraga dilakukan akan terjadi adaptasi metabolik berupa stimulasi oksidasi lipid. Hal ini tetap berlanjut hingga
masa recovery post-olahraga.
Stimulasi
oksidasi
lipid
akan
meningkatkan kadar HDL kolesterol, mengurangi jumlah trigliserid dan LDL kolesterol dalam darah disertai dengan peningkatan sensitivitas hepar, otot skeletal dan jaringan adiposa terhadap insulin (Press et al., 2003). Stimulasi oksidasi lipid yang dimaksud adalah penggunaan lipid sebagai sumber energi ketika melakukan olahraga aerob. Dengan dipecahnya kolesterol untuk memenuhi kebutuhan energi ketika berolahraga maka kadar kolesterol dalam darah akan berkurang diiringi dengan turunnya kadar LDL kolesterol (Kusmana, 2006). Pengaruh olahraga aerob terhadap peningkatan HDL diduga melalui peningkatan aktifitas lipoprotein lipase (LPL) sehingga terjadi peningkatan katabolisme trigliserid (TG) yang bersirkulasi dalam darah disertai peningkatan konversi VLDL menjadi HDL. Di samping itu terjadi pertukaran transport lipid pada HDL yang lebih besar. Dengan kata lain, peningkatan kadar HDL akibat olahraga disebabkan adanya penggunaan lemak terutama trigliserid sebagai sumber energi, sehingga kadar trigliserid menurun (Press et al., 2003). Sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
laporan penelitian lain mengemukakan bahwa efek olahraga terhadap peningkatan HDL plasma melalui penurunan aktifitas hepatic lipase (HL) dan peningkatan aktifitas lecithin : cholesterol acyltransferase (LCAT).
E. Kerangka Pemikiran
Kilomikron/VLDL (Trigliserid + apoB + apoCII) LPL
IDL (apoB + ester kolesterol)
LDL (apoB + ester kolesterol) Olahraga aerob
PLTP
Mature HDL (ester kolesterol +apoA-I)
Hepar
HL LCAT PLTP
Makrofag (kolesterol bebas + ester kolesterol)
ABC
Nascent HDL ( kolesterol bebas + apoA-I)
commit to user
intestinal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Keterangan : : melepas ester kolesterol untuk dimetabolisme : masuk kembali ke hepar melalui LDL-reseptor : berubah menjadi
: melepas kolesterol bebas
: meningkatkan
: melepas apoA-I
: mengurangi
: menukar TG dengan ester kolesterol
PLTP
: phospolipid transfer protein
LCAT
: lecithin : cholesterol acyltransferase
HL
: hepatic lipase
LPL
: lipoprotein lipase
ABC A1 : ATP-binding cassette protein A1
F. Hipotesis Olahraga aerob intensitas sedang paling efektif dalam meningkatan kadar High Density Lipoprotein (HDL) plasma.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan experimental randomized pre-test and post-test control group design.
B. LokasiPenelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2012 di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran UNS. Penelitian dilakukan selama delapan minggu.
C. Subjek Penelitian 1. Populasi Sasaran pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. a.
Kriteria inklusi 1) Jenis kelamin laki-laki 2) Bersedia menjadi subjek penelitian 3) Berusia antara 19-22 tahun 4) BMI kategori healthy weight (18-25) (Katz dan Friedmann, 2008) 5) Bersedia mematuhi aturan yang tercantum pada informed consent
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Kriteria eksklusi 1) Mengalami tanda-tanda kelelahan saat olahraga sehingga tidak mampu menyelesaikan olahraga 2) Sedang menderita sakit 3) Mengonsumsi rokok, alkohol, napza, ataupun obat steroid pada saat program latihan naik turun bangku dilakukan 2. Sampel a. Besar sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah kelompok. Karena terdapat empat kelompok maka berdasarkan rumus Federer jumlah sampel minimal adalah (n-1)(t-1) ≥ 15 Keterangan : n = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan t = jumlah kelompok perlakuan t=4 maka didapatkan : (n - 1)(4 - 1) ≥ 15 3n – 3 ≥ 15 3n ≥ 18 n ≥6 Berdasarkan hasil perhitungan di atas jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini minimal adalah 6 mahasiswa untuk tiap kelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Namun, untuk menanggulangi objek penelitian yang drop out di tengah program latihan, maka ditetapkan besar sampel tiap kelompok sejumlah 10 orang. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang. b. Teknik sampling Besar sampel pada penelitian ini ditetapkan sebanyak 40 orang. Teknik pemilihan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Selanjutnya membaginya menjadi 4 kelompok secara random. Kelompok I adalah kelompok kontrol yang tidak melakukan olahraga aerob, kelompok II adalah kelompok olahraga aerob intensitas ringan, kelompok III adalah kelompok olahraga aerob intensitas sedang, dan kelompok IV adalah kelompok olahraga aerob intensitas berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
D. Rancangan Penelitian
40 mahasiswa FKUNS Random grouping Menentukan instrumentasi
Kelompok I (kontrol)
Kelompok II (perlakuan 1)
Kelompok III (perlakuan 2)
Kelompok IV (perlakuan 3)
Pre-test (menghitung kadar HDL sebelum perlakuan) Tidak melakukan olahraga aerob selama 8 minggu
Olahraga aerob intensitas ringan 3x5menit/minggu selama 8 minggu
Olahraga aerob intensitas sedang 3x5menit/minggu selama 8 minggu
Post-test (menghitung kadar HDL setelah perlakuan) Analisis uji statistik
E. Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas : olahraga aerob 2. Variabel terikat
: kadar HDL plasma
3. Variabel luar : a. Terkontrol 1) Usia
commit to user
Olahraga aerob intensitas berat 3x5menit/minggu selama 8 minggu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
2) Jenis kelamin 3) BMI b. Tidak terkontrol 1) Makanan dan minuman 2) Imunitas
F. Definisi Operasional 1. Olahraga aerob a.
Definisi : jenis olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh, pada penelitian ini olahraga aerob dilakukan dengan program latihan naik turun bangku (Lister, 2008).
b. Alat ukur : pulsemeter c.
Skala pengukuran : ordinal
d. Kategori : 1) Olahraga aerob intensitas ringan dengan beban latihan 50% HRmax (ukuran metronome 60 kali per menit) 2) Olahraga aerob intensitas sedang dengan beban latihan 60% HRmax (ukuran metronome 72 kali per menit) 3) Olahraga aerob intensitas berat dengan beban latihan 80% HRmax (ukuran metronome 84 kali per menit)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2. Kadar HDL plasma a.
Definisi : konsentrasi HDL per desiliter darah, pada penelitian ini pengukuran kadar HDL plasma dilakukan sebelum dan sesudah periode latihan naik turun bangku.
b. Alat ukur : pengukuran HDL plasma dengan metode enzimatis c.
Skala pengukuran : rasio
G. Instrumen Penelitian 1. Lembar informed consent yang berisi persetujuan kesediaan menjadi objek penelitian dan kesanggupan mengikuti anjuran dan aturan yang tercantum di dalam informed consent tersebut. 2. Bangku setinggi 40 cm (Adams, 2002) 3. Stopwatch 4. Metronome 5. Pulsemeter 6. Timbangan berat badan 7. Meteran tinggi badan
H. Cara Kerja 1. Melakukan percobaan pre-penelitian untuk menentukan instrumentasi intensitas olahraga aerob. Instrumen yang akan digunakan akan dilakukan uji untuk menentukan validitas, reliabilitas serta obyektivitasnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
a.
Uji validitas untuk menentukan apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur yang seharusnya diukur. Dalam uji validitas instrumen ini dibandingkan dengan gold standar pengukuran heart rate target latihan, lalu hasilnya diuji dengan menggunakan software SPSS.
b. Uji reliabilitas untuk menentukan sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya yang ditunjukkan dengan konsistensi hasil pengukuran yang dilakukan berulang. c.
Uji obyektivitas dengan percobaan yang dilakukan oleh 2 tester, yang secara statistik, hasil pengukurannya dihitung dengan uji beda t-test.
2. Persiapan subjek penelitian sebelum melakukan latihan (Adams, 2002) a. Tidak melakukan latihan pada hari olahraga aerob. b. Istirahat minimal 5 menit sebelum tes dimulai. c. Melemaskan otot (stretch) tapi bukan melakukan pemanasan sebelum olahraga aerob. d. Tidak mengonsumsi makanan stimulans (tembakau, kopi, teh, cola, coklat) 3 hari sebelum dilakukan olahraga aerob. 3. Pengambilan darah sampel untuk dihitung kadar HDL sebelum periode latihan. 4. Latihan step-test selama delapan minggu dengan anjuran diit lemak dan kolesterol, hal ini untuk mengontrol intake makanan dari objek penelitian dan usaha untuk menghomogenkan kondisi masing-masing objek penelitian sehingga saat pengukuran HDL tidak terjadi bias. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
a.
Makanan yang tidak dianjurkan dikonsumsi selama periode latihan adalah: kuning telur, ginjal, hati sapi, daging kambing, daging sapi, udang, lemak hewan, mentega, dan makanan yang mengandung minyak yang berlebih, sebab kandungan kolesterol dan lemaknya yang tinggi (Almatsier, 2004)
b. Latihan step-test dilakukan dengan urutan: 1) Meminta subjek penelitian berdiri didepan bangku setinggi 40 cm. 2) Menyiapkan
metronome
dan
melakukan
setting
sesuai
instrumentasi yang telah ditentukan. 3) Menyuruh subjek penelitian untuk memulai melangkah pada awal bunyi metronome. 4) Memulai start timer segera setelah subjek penelitian mulai bergerak. 5) Membantu dengan irama menghitung dengan suara keras. 6) Mendorong subjek penelitian untuk tetap bersemangat saatt melangkah naik turun bangku. 7) Menghentikan latihan dan metronome pada saat subjek penelitian mencapai target 50% HRmax untuk subjek penelitian dengan olahraga aerob intensitas ringan, pada 60% HRmax untuk subjek penelitian dengan olahraga aerob intensitas sedang dan pada 80% HRmax untuk subjek penelitian dengan olahraga aerob intensitas berat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
8) Subjek penelitian diminta segera duduk setelah menyelesaikan latihan. 9) Subjek penelitian dapat melakukan pendinginan dengan berjalan atau meregangkan otot gastrocnemius dan quadriceps. 5. Pengambilan darah sampel untuk dihitung kadar HDL setelah periode latihan. 6. Pengolahan data dengan uji statistik.
I. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh
dari
penelitian
dianalisis
secara statistik
menggunakan SPSS for windows release 17 dengan uji one-way ANOVA. Uji one-way ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh intensitas olahraga aerob terhadap peningkatan kadar HDL plasma apabila data yang didapatkan terdistribusi normal. Apabila dengan uji Saphiro-Wilk ternyata data tidak terdistribusi normal, maka analisis data menggunakan uji non-parametrik Kruskal-Wallis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Percobaan Instrumentasi Untuk menentukan intensitas masing-masing kelompok, terlebih dahulu dilakukan percobaan untuk menentukan instrumen penelitian. Percobaan dilakukan dengan naik turun bangku selama lima menit. Setelah itu denyut nadi obyek penelitian diukur dengan pulsemeter dan dibandingkan dengan gold standar. Setelan metronome yang menghasilkan denyut nadi yang paling mendekati gold standar akan digunakan sebagai intensitas pada penelitian. Percobaan
selanjutnya dilakukan
dua
kali
untuk
menentukan
reliabilitas. Kemudian percobaan diulang lagi dua kali, tetapi pengukuran denyut nadi dilakukan oleh dua orang yang berbeda, untuk menentukan obyektivitas. Percobaan untuk intensitas ringan, metronome disetel pada intensitas 60 kali per menit. Percobaan untuk intensitas sedang, metronome diukur pada intensitas 72 kali per menit. Sedangkan percobaan untuk intensitas berat, metronome disetel pada intensitas 84 kali per menit. Setelah obyek penelitian masing-masing kelompok melakukan latihan naik turun bangku selama lima menit, dilakukan pengukuran terhadap denyut nadi. Berikut ini pada tabel 4.1 adalah hasil uji normalitas data denyut nadi obyek penelitian pada percobaan instrumentasi.
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Heart Rate Percobaan Uji Validitas, Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas Jenis Uji
Df
Sig.
Percobaan validitas I
30
0,270
Gold standar
30
0,000
Percobaan reliabilitas I
30
0,617
Percobaan reliabilitas II
30
0,112
Percobaan obyektivitas I
30
0,521
Percobaan obyektivitas II
30
0,381
Dari tabel 4.1 tampak bahwa denyut nadi sampel pada lima percobaan terdistribusi normal. Sehingga dapat dilakukan uji t pada masing-masing percobaan. Berikut pada tabel 4.2 disajikan hasil uji t data denyut nadi obyek penelitian pada percobaan instrumentasi. Tabel 4.2 Hasil Uji Pairwise Comparison untuk Menguji Validitas, Reliabilitas, dan Obyektivitas Alat Ukur Intensitas Uji
N
Sig.
Validitas
30
0,093
Reliabilitas
30
0,500
Obyektivitas
30
0,056
Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan perbedaan pada uji validitas, yaitu dengan membandingkan denyut nadi obyek penelitian masing-masing sampel dengan denyut nadi gold standar yang telah ditentukan oleh CDC dan ACSM. Tidak didapatkan perbedaan pada uji obyektivitas dimana pengukuran denyut jantung dilakukan oleh 2 tester yang berbeda. Tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
pula didapatkan perbedaan pada uji reliabilitas yaitu uji untuk mengukur konsistensi hasil keluaran denyut jantung yang diharapkan dari masing-masing intensitas pada dua percobaan yang berbeda. Sehingga intensitas 60 kali permenit untuk kelompok ringan, intensitas 72 kali per menit untuk kelompok sedang, dan intensitas 84 kali per menit untuk intensitas berat dapat digunakan dalam penelitian ini. B. Analisis Deskriptif Penelitian dilaksanakan selama 8 (delapan) minggu berturut-turut mulai dari tanggal 16 April - 10 Juni 2012. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok aerobik ringan, kelompok aerobik sedang, dan kelompok aerobik berat. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang. Tabel 4.3 berikut ini adalah tabel yang merangkum karakteristik masing-masing kelompok sampel dalam penelitian. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas dan Rata-rata (± SD) Indeks Massa Tubuh dan Usia Subjek Penelitian Kelompok Penelitian No
Variabel
Variansi homogenitas
Kontrol
Intensitas
Intensitas
Intensitas
Ringan
Sedang
Berat
1.
IMT
0,135
22,76 ± 2,4
24,12 ± 4,58
22,31 ± 3,91 21,03 ± 2,46
2.
Usia
0,690
20,80 ± 0,63
20,50 ± 0,52
20,50 ± 0,70 20,40 ± 0,69
Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata indeks massa tubuh sampel penelitian tidak tampak banyak perbedaan dan masih tergolong dalam kategori normal, yaitu antara 18 hingga 25. Selisih indeks massa tubuh antara kelompok kontrol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
dengan kelompok intervensi intensitas ringan sebesar 1,36. Selisih indeks massa tubuh antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi intensitas sedang sebesar 0,45. Selisih indeks massa tubuh kelompok kontrol dengan kelompok intervensi berat sebesar 1,73. Pada variabel usia, sampel penelitian dari ke empat kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang besar. Pada uji variansi homogenitas, karakter indeks massa tubuh sampel mencapai angka signifikansi 0,135 dan karakter usia sampel mencapai angka signifikansi 0,690 yang menunjukkan masing-masing karakteristik sampel penelitian homogen. Tabel 4.4 Rata-Rata (± SD) Kadar HDL Pretes, Kadar HDL Postes, dan Selisih Kadar HDL Postes dengan Pretes dalam Satuan mg/dl Variabel No
(Kadar HDL)
Kelompok Penelitian Kontrol
Intensitas
Intensitas
Intensitas
Ringan
Sedang
Berat
1.
Pretes
52,24 ± 1,22
48,09 ± 1,34
46,29 ± 1,31
37,51 ± 1,58
2.
Postes
68,71 ± 8,22
62,88 ± 8,70
73,66 ± 8,40
71,03 ± 1,00
3.
Selisih
16,47 ± 1,52
14,78 ± 6,91
27,37 ± 1,18
33,52 ± 1,11
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok terjadi peningkatan rata-rata kadar HDL. Pada kelompok kontrol, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 52,24 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 68,71, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 16,47. Pada kelompok intervensi intensitas ringan, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 48,09 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 62,88, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 14,78. Pada kelompok intervensi intensitas sedang, rata-rata kadar HDL sebelum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
perlakuan sebesar 46,29 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 73,66, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 27,37. Pada kelompok intervensi intensitas berat, rata-rata kadar HDL sebelum perlakuan sebesar 37,51 dan sesudah perlakuan menjadi sebesar 71,03, sehingga didapatkan peningkatan rata-rata kadar HDL sebesar 33,52.
Gambar 4.1 Perbandingan Selisih Kadar HDL Postes dengan Kadar HDL Pretes Masing - Masing Kelompok Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat perbandingan peningkatan kadar HDL pada kelompok kontrol dengan kelompok intervensi. Peningkatan kadar HDL pada kelompok berat tampak lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan kadar HDL pada kelompok sedang tidak sebesar peningkatan kadar HDL pada kelompok intervensi intensitas berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
C. Analisis Bivariat Sebelum melakukan uji one-way ANOVA terhadap data selisih kadar HDL postes dengan pretes, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji normalitas yang digunakan adalah hasil uji Saphiro-Wilk karena sampel kurang dari 50. Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan hasil pada masing-masing kelompok selisih kadar HDL postes dengan pretes memiliki nilai signifikansi > 0,05 yang berarti data tersebut terdistribusi dengan normal. Selanjutnya
dilakukan
uji
one-way
ANOVA
untuk
mengetahui
perbandingan peningkatan kadar HDL antarkelompok. Berdasarkan hasil uji one-way ANOVA didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data selisih kadar HDL antar kelompok dalam penelitian dengan tingkat signifikansi 0,002. Kemudian, untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan dalam penelitian digunakan uji analisis Post Hoc. Tabel 4.5 Hasil Uji Multiple Comparison Post Hoc dengan LSD (Least Significant Different) Kadar HDL Postes Dikurangi Kadar HDL Pretes Variabel (Kadar HDL Postes-Pretes) Kontrol Intensitas Ringan Intensitas Sedang
Kontrol
Intensitas
Intensitas
Intensitas
Ringan
Sedang
Berat
0,749
0,044
0,002
0,021
0,001 0,247
Intensitas Berat
Berdasarkan tabel 4.5, analisis Post Hoc LSD menunjukkan bahwa: 1. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,749) pada selisih kadar user HDL postes dan pretes commit antara tokelompok kontrol dengan kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
intervensi intensitas ringan. 2. Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,044) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi intensitas sedang. 3. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p = 0,002) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi intensitas berat. 4. Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,021) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok intervensi intensitas ringan dengan kelompok intervensi intensitas sedang. 5. Terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p = 0,001) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok intervensi intensitas ringan dengan kelompok intervensi intensitas berat. 6. Terdapat perbedaan yang bermakna (p = 0,247) pada selisih kadar HDL postes dan pretes antara kelompok intervensi intensitas sedang dengan kelompok intervensi intensitas berat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif didapatkan peningkatan rerata kadar HDL pada keempat kelompok. Peningkatan rerata kadar HDL pada kelompok kontrol dan kelompok intensitas ringan lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok intensitas sedang dan intensitas berat. Peningkatan kadar HDL pada latihan aerobik intensitas sedang lebih sedikit daripada intensitas berat. Sehingga bila diurutkan, peningkatan rerata kadar HDL paling tinggi didapatkan pada kelompok latihan intensitas berat, disusul oleh kelompok intensitas sedang, lalu kelompok kontrol, dan yang terakhir kelompok intensitas ringan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Couillard dkk (2001) yang membuktikan bahwa latihan aerobik yang dilakukan intensif dengan intensitas berat mampu meningkatkan kadar HDL lebih efektif dibandingkan
latihan
yang ringan. Pada penelitian
tersebut, Couillard
menyimpulkan bahwa kadar HDL pada pria dengan hipertrigliseridemia meningkat secara signifikan dibandingkan pada pria yang tidak mengalami hipertrigliseridemia setelah melakukan latihan aerobik secara intensif. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kodama dkk (2007) bahwa latihan aerobik lebih efektif meningkatkan kadar HDL jika dilakukan pada objek yang memiliki kadar kolesterol total yang tinggi dan indeks massa tubuh yang normal yaitu kurang dari 28. Peningkatan kadar HDL ini diyakini berkaitan dengan pengurangan jaringan adiposa viseral yang diinduksi oleh latihan aerobik commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
tersebut (Couillard, 2001). Mempertimbangkan metode penelitian yang dilakukan Kodama dkk (2007) maka dalam penelitian ini penulis juga berusaha menghomogenkan objek penelitian yaitu dengan memilih sampel penelitian yang memiliki indeks massa tubuh normal, tidak overweight maupun underweight. Berdasarkan analisis deskriptif, indeks massa tubuh objek penelitian tidak memiliki selisih yang besar dan masih dalam kisaran angka 18 hingga 25. Penulis mengklasifikasikan perlakuan yang diterapkan pada objek penelitian berdasarkan persentase denyut jantung dibandingkan denyut jantung maximal (Wang, 2006). Untuk mendapatkan denyut jantung maximal menggunakan rumus HRmax = 220 – usia. Target capaian yang ditetapkan untuk kelompok intervensi intensitas ringan adalah sebesar 50%HRmax, untuk kelompok intervensi intensitas sedang sebesar heart rate sebesar 60%HRmax, sedangkan kelompok intervensi intensitas berat ditetapkan target heart rate sebesar 80%HRmax. Dengan kata lain, setelah melakukan latihan aerobik intensitas ringan maka heart rate akan meningkat menjadi ±100 denyut/menit, pada latihan aerobik intensitas sedang heart rate akan meningkat menjadi ±120 denyut/menit, sedangkan pada latihan aerobik intensitas berat heart rate akan meningkat menjadi ±160 denyut/menit. Penentuan intensitas ini telah dilakukan sebelum penelitian melalui percobaan instrumentasi, dan didapatkan hasil bahwa untuk kelompok intensitas ringan metronome disetel pada intensitas 60 kali per menit, untuk kelompok intensitas sedang pada intensitas 72 kali per menit, sedangkan untuk intensitas berat pada intensitas 84 kali per menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Dalam program latihan aerobik, seseorang dapat memilih jenis olahraga aerob yang diminati. Dan dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dalam memilih olahraga aerob sebagai bentuk usaha meningkatkan kadar HDL. Sebab penelitian ini memiliki kelebihan dalam hal metode, yaitu jenis latihan aerob yang dilakukan sederhana dan durasi waktu yang singkat. Namun, durasi waktu yang singkat hanya lima menit setiap sesi latihan dapat menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Sebab, pada intensitas yang paling ringan, durasi yang singkat tidak akan menunjukkan perubahan kadar HDL yang signifikan. Hal ini juga berlaku untuk olahraga dengan intensitas sedang, apabila latihan naik turun bangku dilakukan dengan durasi lebih lama, mungkin hasil yang didapatkan akan berbeda. Di samping itu, subjek penelitian yang memiliki tingkat kebugaran yang berbeda juga berpengaruh terhadap hasil penelitian. Seseorang yang terbiasa berolahraga dan memiliki stamina yang kuat akan mempunyai ketahanan yang lebih tinggi dalam melakukan latihan. Beberapa kelemahan lain dalam penelitian ini, antara lain kurangnya kontrol terhadap asupan makanan obyek penelitian sehingga asupan kolesterol tidak seragam pada masing-masing obyek penelitian. Di samping itu, aktivitas fisik lain di luar program latihan naik turun bangku mungkin dapat merancukan hasil penelitian, sebab pada penelitian ini, aktivitas di luar program belum dapat sepenuhnya dikontrol, sehingga terdapat kemungkinan subjek penelitian melakukan olahraga lain di luar program latihan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kadar HDL yang juga terjadi pada kelompok kontrol. Peningkatan HDL yang didapatkan setelah melakukan program latihan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
aerobik dalam penelitian ini dapat dijelaskan oleh teori bahwa pada keadaan olahraga, glukosa dalam darah akan dipakai sebagai sumber energi sehingga kadarnya berkurang. Hal ini memicu glukagon untuk melakukan glikogenolisis. Glukagon dapat mempercepat pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa dan meningkatkan kadar asam lemak bebas plasma dengan meningkatkan lipolisis pada simpanan triasilgliserol. Di samping itu, bertambahnya kadar HDL setelah olahraga juga berhubungan dengan beberapa hormon yang mengatur aktivitas lipase, antara lain: epinefrin, norepinefrin, glukagon dan hormon adrenokortikotropik. Epinefrin dan norepinefrin yang merupakan hormon katekolamin dihasilkan oleh medula adrenal berfungsi sebagai stimulator kuat reseptor adrenergik sistem saraf simpatis. Pada keadaan olahraga, frekuensi denyut jantung dan curah jantung meningkat akibat dilepaskannya hormon epinefrin dan norepinefrin. Epinefrin dan norepinefrin yang dilepaskan juga akan mendorong lipolisis dengan merangsang aktivitas enzim adenilsiklase yang mengkonversi ATP menjadi cAMP yang selanjutnya akan merangsang enzim protein kinase yang tergantung pada cAMP. Senyawa cAMP akan mengkonversi enzim triasilgliserol lipase inaktif menjadi bentuk aktif enzim lipase. Sehubungan dengan peningkatan aktivitas enzim lipoprotein lipase pada keadaan olahraga, dalam teori telah disebutkan bahwa konsentrasi HDL akan meningkat seiring dengan bertambahnya aktivitas enzim tersebut. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa kadar HDL dalam darah akan meningkat pula sesuai dengan menurunnya konsentrasi triasilgliserol dalam darah yang disebabkan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
meningkatnya proses lipolisis pada keadaan olahraga (Murray, 2003). Tahap awal penggunaan lemak sebagai sumber energi atau lipolisis pada keadaan olahraga adalah hidrolisis triasilgliserol oleh lipase yang akan menghasilkan asam lemak. Dan pembakaran asam lemak hanya akan terjadi jika terdapat oksigen yang cukup sehingga asam lemak yang dipecah atau proses lipolisis tersebut dapat menghasilkan energi yang dibutuhkan saat olahraga (Sherwood, 2001). Hasil uji pairwise comparison menunjukkan bahwa latihan naik turun bangku yang dilakukan secara teratur tiga kali lima menit dalam seminggu, selama 8 (delapan) minggu berturut-turut baik pada latihan dengan intensitas ringan, sedang, maupun berat, secara signifikan mampu meningkatkan kadar HDL dalam darah. Namun, berdasarkan uji Post Hoc dengan LSD, tampak bahwa latihan aerobik intensitas berat memiliki nilai kemaknaan yang paling tinggi dalam meningkatkan kadar HDL dibandingkan latihan aerobik intensitas sedang dan ringan. Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kusmana (2006) bahwa lipid akan digunakan sebagai sumber energi terutama pada latihan aerobik ringan sampai sedang. Hal ini mungkin diakibatkan oleh perbedaan metode penelitian dalam hal pemilihan jenis latihan, parameter pembagian intensitas, durasi latihan serta karakteristik sampel penelitian yang melakukan latihan. Dalam teori yang dipaparkan oleh Kuo (2005) pemecahan lemak lebih banyak terjadi pada latihan fisik dengan intensitas sedang dan durasi yang panjang. Sedangkan pada latihan fisik dengan intensitas yang lebih berat, sumber energi selama olahraga adalah karbohidrat dan hanya akan terjadi lipolisis jika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
cadangan karbohidrat telah habis. Teori tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukannya pada tahun 2005 yang menunjukkan bahwa oksidasi lipid terutama terjadi selama aktifitas fisik intensitas ringan hingga sedang, sedangkan pada intensitas yang lebih berat lipid menjadi sumber energi predominan pada masa recovery setelah latihan fisik. Press et al. (2003) juga mengemukakan bahwa lipolisis yang terjadi selama latihan masih berlanjut hingga masa recovery setelah olahraga. Bahkan Combaz menyatakan bahwa 70% energi pada masa recovery berasal dari pemecahan lipid. Dengan demikian, hasil penelitian Couillard (2001) dan Kuo (2005) serta teori yang dikemukakan oleh Combaz (2001) mendukung hasil penelitian ini, bahwa pada latihan aerobik intensitas berat membutuhkan waktu recovery lebih lama sehingga terjadi pula lipolisis yang lebih banyak dibandingkan latihan aerobik intensitas ringan maupun sedang. Hal ini akan menyebabkan kadar HDL pada objek penelitian kelompok intensitas berat meningkat lebih signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Peningkatan kadar HDL paling banyak didapatkan pada kelompok olahraga aerob intensitas berat, disusul oleh kelompok intensitas sedang. 2. Latihan aerobik naik turun bangku dengan intensitas metronome 72 kali per menit (intensitas sedang) hingga 84 kali per menit (intensitas berat) yang dilakukan dengan durasi 5 menit sebanyak 3 kali setiap minggu selama 8 minggu terbukti efektif dalam meningkatkan kadar HDL. B. Saran 1. Bagi masyarakat agar dapat menggunakan metode latihan aerobik naik turun bangku dengan intensitas sedang hingga berat dengan durasi dan frekuensi yang sesuai dengan penelitian ini. Namun, tidak menutup kemungkinan apabila masyarakat ingin melakukan latihan dengan intensitas ringan, tetapi dengan catatan bahwa durasi latihan harus ditambah agar peningkatan HDL dapat tercapai. Pemilihan intensitas dan durasi dapat disesuaikan dengan tingkat kebugaran dan kondisi kesehatan masing-masing individu. 2. Bagi peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian pengaruh latihan aerobik terhadap
peningkatan
kadar HDL dengan
memperhatikan
pengklasifikasian kelompok intervensi lebih teliti serta mengendalikan commit to user faktor perancu seperti asupan makan dan aktifitas fisik subjek penelitian
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
yang
dilakukan
di
luar
penelitian
dengan
metode
pengontrolan
menggunakan checklist. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan metode penelitian terutama pada kriteria durasi dan intensitas sehingga hasil penelitian yang lebih rinci dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam memilih metode olahraga yang tepat untuk meningkatkan HDL dan menjaga kesehatan tubuhnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
DAFTAR PUSTAKA
Adams GM. 2002. Exercise physiology. Dalam Laboratory manual, Edisi ke4. New York: McGraw-Hill Companies Inc. Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, pp 132-50. Astrad PO, Rodhal K. 2003. Textbook of work physiology. Tokyo: Mc GrawHill Koga Kusha Ltd, pp: 219-383. Botham KM, Mayes PA. 2009. Sintesis, transpor, dan ekskresi kolesterol. Dalam Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper, Edisi ke-27. Jakarta : EGC, pp: 239-49. Cadroy Y, Pillard F, Sakariassen KS, Thalamas C, Boneu B, Riviere D. 2002. Strenous but not moderate exercise increases the thrombotic tendency in healthy sedentary male volunteers. J Appl Physiol 93(3): 829-33 Calabresi L, Gomaraschi M, Franceschini G. 2003. Endothelial protection by high-density lipoproteins: from bench to bedside. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 23: 1724-31. Cutler JA, Thom TJ, Roccella E. 2006. Leading causes of death in the United States. JAMA. 295: 383-84. Couillard C, Despres JP, Lamarche B, Bergeron J, Gagnon J, Leon AS, Rao DC, Skinner JS, Wilmore JH, Bouchard C. 2001. Effects of endurance exercise training on plasma HDL cholesterol levels depend on levels of triglycerides: evidence from men of the Health, Risk Factors, Exercise Training and Genetics (HERITAGE) Family Study. Arterioscler Thromb Vasc Biol 21:1226–1232. Departemen Kesehatan RI. 2009. Rancangan pembangunan jangka panjang bidang kesehatan 2005-2025. Jakarta. De´ Combaz J, Schmitt B, Ith M, Decarli B, Diem P, Kreis R, Hoppeler H, Boesch C. 2001. Postexercise Fat Intake Repletes Intramyocellular Lipids But No Faster In Trained Than In Sedentary Subjects. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol.281: R760–R769. Dirjen Olahraga, BPS. 2004. Sport development index (SDI) nasional tahun 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga Departemen Pendidikan commit to user Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Drygas W, Kostka T, Jegier A, Kunski H. 2000. Longterm effects of different physical activity levels on coronary heart disease risk factors in middleaged men. Int J Sports Med. 21: 235-41. Else T, Hammer G, Lingappa V. 2006. Cardiovascular disorders: Vascular disease. Dalam: Stephen J, William F. Ganong, penyunting. Lange pathophysiology of disease, Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill, pp: 300-14. Franceschini G. 2001. Epidemiologic evidence for high density lipoprotein cholesterol as a risk factor for coronary artery disease. Am J Cardiol. 88 (12A): 9N-13N. Indriyani P, Supriyatno H, Santoso A. 2007. Pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di wilayah puskesmas bukateja purbalingga. Media Ners. 1, pp: 4999. Karim, Faizati. 2002. Panduan kesehatan olahraga bagi petugas kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Katz DL, Friedman RSC. 2008. Diet, weight regulation, and obesity. Dalam Nutrition in clinical practice: a comprehensive, evidence-based manual for the practitioner, 2nd edition. Lippincott: WilliamsWilkins. Kusmana, Dede. 2006. Olahraga untuk orang sehat dan penderita penyakit jantung. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kodama S, Tanaka S, Saito K, Shu M, Sone Y, Onitake F, Suzuki E, et al. 2007. Effect of Aerobic Exercise Training on Serum Levels of HighDensity Lipoprotein Cholesterol. Arch Intern Med. 167: 999-1008 Koolman J, Roehm KH. 2005. Lipid metabolism. Dalam Color atlas of biochemistry, 2nd edition. New York: Thieme Stuttgart, pp: 162-63. Kraus WE, Houmard JA, Duscha BD, et al. 2002. Effects of the amount and intensity of exercise on plasma lipoproteins. N Engl J Med.347(19):1483- 1492. Kuo CC, Fattor JA, Henderson GC, Brooks GA. 2005. Lipid oxidation in fit young adults during postexercise recovery. J Appl Physiol 99: 349– 356. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Lamanepa, Maria. 2005. The Comparison of Lipid Profile and The Progression of Atherosclerotic Lesion between Momordica Charantia Juice Dietary with and without Statin on Wistar Rats. Thesis. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Lister I. 2008. Pengaruh latihan aerobik intensitas ringan dan sedang terhadap jumlah trombosit pada remaja putri di Universitas Prima Indonesia.Thesis. Medan: Unversitas Sumatera Utara.
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). 2001. Executive Summary of The Third Report of the National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA. 285(19):2486- 2497. Powers S, Howley E. 2007. Exercise physiology, theory and application to fitness and performance, sixth edition. New York: McGraw-Hill Companies.Inc. Press V, Freestone I, George CF. 2003. Physical activity: the evidence of benefit in the prevention of coronary heart disease. QJ Med. 96: 24551. Roberts CK, Ng C, Hama S, Eliseo AJ, Barnard RJ. 2006. Effect of a shortterm diet and exercise intervention on inflammatory/antiinflammatory properties of HDL in overweight/obese men with cardiovascular risk factors. J Appl Physiol. 101(6):1727-1732. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi otot. Dalam Human phisiology: from cells to systems, edisi ke-2. Jakarta: EGC, pp. 232-35. Singh IM, Shishehbor MH, Ansell BJ. 2007. High-density lipoprotein as a therapeutic target. JAMA. 298(7): 786-98. Siswantoyo. 2008. Sport medicine dan permasalahannya. Dalam Proceding seminar olahraga nasional ke II. Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta, 127-13. Soeharto, Iman. 2004. Serangan jantung dan stroke hubungannya dengan lemak dan kolesterol, Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Sukadiyanto. 2002. Teori dan metodologi melatih fisik petenis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Wang, Jong-Shyan. 2005. Exercise prescription and thrombogenesis. Journal of Biomedical Science. 13: 753-61. Warburton DE, Nicol CW, Bredin SS. 2006. Health benefits of physical activity : the evidence. Canadian Medical Association Journal. 174(6): 801-09. World Health Organization .2003. Health and development through physical activity and sport. Geneva: The WHO Document Production Services.
commit to user