HUBUNGAN KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) TERHADAP KENDALI TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA Jeane Andinia, Pringgodigdo Nugrohob a b
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Abstrak
Hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Dari Riskesdas tahun 2007 dilaporkan prevalensi penduduk Indonesia usia di atas 18 tahun yang menderita hipertensi mencapai 31,7%. Hipertensi seringkali disertai perubahan-perubahan metabolik, salah satunya dislipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan kadar High Density Lipoprotein (HDL) terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross sectional menggunakan data sekunder dari 117 rekam medis pasien hipertensi poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji Chi-square. Dari hasil penelitian didapatkan jumlah pasien hipertensi tidak terkendali sebanyak 48 pasien (41%). Jumlah pasien hipertensi tidak terkendali dengan kadar HDL rendah sebanyak 11 pasien (61,1%), sedangkan jumlah pasien hipertensi terkendali dengan kadar HDL rendah sebanyak 7 pasien (38,9%). Dari penelitian ini didapatkan proporsi pasien hipertensi tidak terkendali dengan kadar HDL rendah secara signifikan lebih besar dibandingkan pasien hipertensi terkendali dengan kadar HDL rendah, namun nilai p=0,060 (p>0,05) yang didapatkan menyimpulkan bahwa secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara kadar HDL terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Kata kunci: Hipertensi; Kadar High Density Lipoprotein (HDL); Kendali tekanan darah. Abstract Hypertension is a major public health problem in Indonesia. Riskesdas 2007 reported the prevalence of Indonesia's population aged over 18 years who suffering hypertension achieve 31.7%. Hypertension is often accompanied by metabolic changes, one of them is dyslipidemia. This study aims to prove the association of High Density Lipoprotein (HDL) level to blood pressure control in hypertensive patients. Research is carried out by cross sectional method using secondary data from 117 medical records of hypertensive patients at internal medicine clinic Cipto Mangunkusumo general hospital. Hypothesis testing is done using the Chisquare test. From the results, the number of uncontrolled hypertensive patients were 48 patients (41%). The number of uncontrolled hypertensive patients with low HDL level were 11 patients (61.1%), while the number of controlled hypertensive patients with low HDL level were 7 patients (38.9%). From this study, the proportion of uncontrolled hypertensive 1 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
patients with low HDL level is significantly greater than controlled hypertensive patients with low HDL level, but the value of p = 0.060 (p> 0.05) were obtained concluded that no statistically significant relationship between the level of HDL to blood pressure control in hypertesive patients at internal medicine clinic Cipto Mangunkusumo general hospital.
Keywords: Blood pressure control; High Density Lipoprotein (HDL) level; Hypertension.
PENDAHULUAN Di Indonesia, hipertensi merupakan masalah utama kesehatan masyarakat yang mengalami transisi dalam sosial ekonomi dan epidemiologi.1 Dari hasil Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 didapatkan bahwa prevalensi penduduk Indonesia usia diatas 18 tahun yang menderita hipertensi mencapai 31,7%. Walaupun DKI Jakarta tidak masuk ke dalam 10 terbesar nasional, namun persentasenya cukup tinggi, mencapai 28,8% dari jumlah penduduk dewasa. Dengan kata lain, 1 dari 5 penduduk DKI Jakarta menderita hipertensi.2 Hipertensi bukanlah jenis penyakit yang dapat disembuhkan sempurna, akan tetapi penyakit ini dapat dikendalikan. Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National Committee in Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), pasien hipertensi diharapkan menjaga tekanan darahnya <140/90 mmHg, sedangkan untuk pasien hipertensi dengan diabetes mellitus tekanan darah terkendali adalah <130/80mmHg. National Cholesterol Education Program (NCEP) merekomendasikan batas tekanan darah terkendali pada pasien hipertensi adalah < 140/90 mmHg, sedangkan untuk pasien diabetes mellitus dengan proteinuria <130/80 mmHg.3,4 Peningkatan tekanan darah atau hipertensi seringkali disertai perubahan-perubahan metabolik seperti gangguan toleransi glukosa, hiperinsulinemia, hiperlipidemia, obesitas, perubahan humeral seperti peningkatan aktivitas renin plasma, katekolamin, aldosteron dan diikuti perubahan hemodinamik seperti hipertropi ventrikel kiri, dan gangguan fungsi diastolik. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah. Dari suatu hasil penelitian deskriptif pada tahun 2012 di Yogyakarta menggunakan subjek 25 orang hipertensi dan 25 orang normal, didapatkan rerata profil HDL individu pada hipertensi lebih rendah, dengan perbedaan yang signifikan antara profil HDL individu hipertensi dengan normal.1 HDL memiliki kemampuan memindahkan kolesterol dari ateroma dalam arteri dan mentransportasikannya kembali ke hepar untuk eksresi dan pemakaian ulang. Fenomena ini 2 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
menyebabkan kadar HDL yang tinggi dapat melindungi seseorang dari penyakit kardiovaskular dan HDL yang rendah akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan hipertensi. Resiko penyakit jantung koroner (PJK) dan hipertensi meningkat 2 sampai 3% untuk setiap 1,0 mg/dL penurunan HDL kolesterol.5 Berdasarkan situasi yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti merancang penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kadar HDL terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui keadaan sosiodemografi pasien hipertensi, mengetahui prevalensi pasien hipertensi terkendali dan tidak terkendali, serta mengetahui proporsi kadar HDL pada pasien hipertensi. TINJAUAN TEORITIS a. Definisi Hipertensi dan Kendali Tekanan Darah Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee in Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing kunjungan. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII ditunjukkan pada tabel berikut.6 Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII (2003)6 Tipe Tekanan
Sistolik
Diastolik
Darah
(mmHg)
(mmHg)
< 120
< 80
Normal Pre-hipertensi
120– 139
dan/atau
80 – 89
Hipertensi 1
140 – 159
dan/atau
90 – 99
Hipertensi 2
≥160
≥100
Pada JNC VII, tekanan darah terkendali adalah <140/90 mmHg dan pada pasien diabetes mellitus <130/80 mmHg. NCEP juga merekomendasikan tekanan darah terkendali adalah <140/90 mmHg, sedangkan pasien diabetes mellitus dengan proteinuria batas tekanan darah terkendali adalah < 130/80 mmHg.3,4
3 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
b. Patogenesis Hipertensi Mekanisme dalam pengontrolan konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terdapat pada pusat vasomotor, yaitu medula. Impuls merupakan rangsangan pusat vasomotor yang bergerak melalui saraf simpatis menuju ganglia simpatis. Pada titik tersebut, neuron preganglion akan melepaskan asetilkolin, yang selanjutnya akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Norepinefrin yang dilepaskan akan mengakibatkan terjadinya konstriksi pembuluh darah.7,8 Pada saat yang bersamaan saat sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai bentuk respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresikan epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresikan kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi akan mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah ke ginjal, sehingga renin terlepas. Renin akan merangsang pembentukan angiotensin I yang selanjutnya akan diubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat, yang nantinya akan merangsang penyekresian aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini akan menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan terjadinya peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor yang dijelaskan di atas cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.7
4 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
Gambar 1. Prinsip Terjadinya Hipertensi8 c. Aterosklerosis Aterosklerosis adalah penyakit terbentuknya plak di dinding arteri besar, sehingga mempersempit lumen pembuluh tersebut (sehingga aliran darah terganggu) dan menurunkan elastisitas pembuluh darah tersebut.9 Berbagai studi yang telah dilakukan diduga bahwa lesi awal dari aterosklerosis berupa lapisan lemak. Lesi awal ini terbentuk akibat meningkatnya kandungan lipoprotein di dalam lapisan intima. Akumulasi dari 5 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
lipoprotein terjadi diduga tidak hanya karena peningkatan permeabilitas atau kebocoran dari endotelium, namun juga karena berikatannya lipoprotein tersebut terhadap komponen pada matriks ekstraselular yang meningkatkan masa paruh partikel lipid pada intima. Lipoprotein tersebut akan mengalami oksidasi. Peningkatan dari oksidasi lipoprotein akan menghasilkan peningkatan pada hidroksiperoksida, lisofosfolipid, oksiterol dan hasil-hasil lainnya dari perubahan struktur asam lemak dan fosfolipid. Produk-produk oksidasi, terutama oksidasi Low Density Lipoprotein (LDL) akan menghasilkan lipid proinflamasi.10 Oksidasi LDL akan meningkatkan ekspresi molekul adhesi leukosit yang juga akan meningkatkan akumulasi dari leukosit yang merupakan karakteristik awal aterosklerosis. Sel-sel inflamasi yang ditemukan adalah monosit dan limfosit. Monosit dan limfosit akan penetrasi menembus lapisan endotel dan berdiam di dalam lapisan intima. Setelah masuk ke dalam lapisan intima monosit akan mengalami maturasi dan menjadi makrofag, setelah itu berubah menjadi sel busa (foam cell) karena makrofag mengendositosis lipoprotein. Pembentukan sel busa menyebabkan terbentuknya lapisan lemak pada endotel yang selanjutnya berkembang menjadi plak aterosklerosis apabila kadar lipoprotein tetap tinggi.10
Gambar 2. Pembentukan Plak Aterosklerosis d. Peran High Density Lipoprotein (HDL) High Density Lipoprotein (HDL), yang membantu menahan proses aterosklerosis, disintesis dalam bentuk nasens (imatur) di hati dan usus. Setelah disekresikan ke dalam darah, HDL 6 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
mengalami perubahan akibat berinteraksi dengan kilomikron dan Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Dengan kedua lipid ini, HDL saling bertukar lipid dan lemak. HDL juga menyerap kolesterol dari permukaan sel dan dari lipoprotein lain dan mengubahnya menjadi ester kolesterol. Ester kolesterol ini akhirnya dikembalikan ke hati, sehingga HDL dikatakan berperan dalam transpor kolesterol terbalik (reverse cholesterol transport).9 HDL mengandung protein dalam jumlah (dalam berat) yang lebih tinggi dan persentase triasilgliserolnya lebih rendah daripada lipoprotein darah lainnya. Dengan demikian, HDL merupakan partikel yang paling tinggi densitasnya (kepadatan).9 HDL memindahkan protein apoCII dan apoE ke kilomikron dan VLDL, lipoprotein yang kaya akan triasilgliserol. ApoCII merangsang penguraian triasilgliserol dalam partikelpartikel ini dengan mengaktifkan LPL. Penguraian ini menghasilkan sisa kilomikron (dari kilomikron) dan Intermediate Density Lipoprotein (IDL) (dari VLDL). ApoE, yang terkandung dalam partikel-partikel ini, berfungsi sebagai ligan untuk reseptor di membran sel hati yang berperan dalam penyerapan sisa kilomikron dan IDL.9 Sewaktu disekresikan ke dalam darah, partikel HDL berukuran kecil dan berbentuk diskoid. Partikel HDL imatur ini hampir tidak mengandung ester kolesterol dan triasilgliserol. Setelah HDL menyerap kolesterol dari lipoprotein lain dan dari membran sel, kolesterol tersebut diubah menjadi ester kolesterol oleh reaksi LCAT, yang dirangsang oleh apoAI, suatu komponen pada partikel HDL imatur. Sewaktu terisi oleh ester kolesterol dan trialgliserol, partikel menjadi besar dan berbentuk sferis.9 Partikel HDL berukuran besar ini (dikenal sebgai HDL3) memindahkan ester kolesterol ke VLDL untuk dipertukarkan dengan triasilgliserol. Pertukaran ini diperantarai oleh protein pemindah ester kolesterol (cholesterol ester transfer protein, CETP). Sewaktu diuraikan oleh LPL, VLDL memindahkan apoprotein CII, yang semula diperoleh dari partikel HDL, kembali ke partikel tersebut. Akibat pemindahan lemak dan protein ini ke HDL dan akibat penguraian triasilgliserol, VLDL berubah menjadi IDL yang berukuran lebih kecil dan lebih padat. Triasilgliserol pada sebagian partikel IDL mengalami penguraian terutama oleh trigliserida lipase hati, apoE dipindahkan ke HDL, dan terbentuk LDL. LDL memiliki kandungan triasilgliserol yang rendah, kandungan ester kolesterol yang tinggi, dan tidak memiliki apoprotein CII dan E. Partikel HDL yang telah berubah sekarang menjadi semakin kecil dan dikenal sebagai HDL2. Nasib partikel ini masih belum diketahui pasti.9
7 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
Partikel IDL dan LDL mengalami endositosis oleh sel hati dan isinya dibebaskan melalui kerja enzim lisosom. Dengan demikian kolesterol, yang dikumpulkan oleh HDL, dikembalikan ke hati. LDL juga mengalami endositosis oleh sel perifer untuk memberi sel tersebut kolesterol.9
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sistem RAA Aktivasi simpatis Resistensi insulin Endotelin-1 Jaringan lemak Perubahan struktur ginjal
Obat antihipertensi
-
Usia Jenis kelamin Obesitas Dislipidemia Olahraga DM CKD
Resistensi perifer
-
Jenis kelamin Olahraga Asupan garam CKD
Cardiac output
Kendali Hipertensi
Kepatuhan terapi
Sistem kesehatan
Pendekatan dokter
Gambar 3. Hal-hal yang Mempengaruhi Kendali Hipertensi
8 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional analitik yang dilakukan dengan cara menganalisis data sekunder rekam medis pengunjung poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 hingga Juni 2013. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien hipertensi di poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto mangunkusumo Jakarta dan mempunyai hasil pemeriksaan profil lipid pada rekam medis terakhir saat pasien berkunjung ke poliklinik, sedangkan kriteria eksklusinya adalah rekam medis pasien tidak memiliki hasil pemeriksaan yang berhubungan dengan faktor yang diteliti. Sampel pada penelitian ini dipilih secara consecutive sampling, yaitu semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memuat kriteria eksklusi dimasukkan ke dalam penelitian hingga jumlah sampel minimal yang diperlukan terpenuhi. Dari hasil perhitungan besar sampel didapatkan jumlah sampel minimal yang digunakan adalah 96 rekam medis pasien dan pada penelitian ini didapatkan jumlah rekam medis yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 117 rekam medis. Setelah data diperoleh maka data mentah akan dilakukan pengolahan secara manual terlebih dahulu menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk dilakukan pengelompokan kategori kendali tekanan darah. Selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program statistik komputer SPSS 20.0. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Chisquare. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan nilai α sebesar 0,05 serta interval kepercayaan atau confidence interval (CI) sebesar 95%, sehingga teknik pemaknaan nilai p bila bernilai < 0,05 maka variabel bebas memiliki hubungan bermakna dengan variabel terikat, begitu pula sebaliknya.17 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data penelitian, hasil data sampel penelitian diklasifikasikan ke dalam tabel di bawah ini berdasarkan karakteristik sosiodemografi, sebaran status hipertensi dan kadar HDL, serta hubungan kadar HDL terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi.
9 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
Tabel 2. Karakteristik Sosiodemografi Sampel Penelitian N
%
Laki-laki
55
47 %
Perempuan
62
53 %
20-39 tahun
2
1,7 %
40-59 tahun
43
36,8 %
60-79 tahun
65
55,6 %
≥ 80 tahun
7
6,0 %
Jenis kelamin
Usia
Tabel 3. Sebaran Status Hipertensi dan Kadar HDL pada Sampel Penelitian
Variabel
Klasifikasi
Status Hipertensi
Jumlah
Persentase (%)
Terkendali
69
59
Tidak Terkendali
48
41
18
15,4
99
84,6
Kadar High
Kadar HDL
Density
rendah (< 40
Lipoprotein
mg/dL)
(HDL) Kadar HDL normal (> 40 mg/dL)
10 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
Tabel 4. Hubungan Kadar HDL terhadap Kendali Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi
Hipertensi Variabel
Tidak Terkendali
Kadar HDL
11 (61,1%)
Hipertensi Terkendali
P
RP (CI 95%)
0,060
1,635 (1,045-2,560)
7 (38,9%)
rendah (< 40 mg/dL)
Kadar HDL normal (> 40
37 (37,4%)
62 (62,6%)
mg/dL) Dari keseluruhan sampel didapatkan angka hipertensi tertinggi terdapat pada kelompok usia 60-79 tahun, yaitu 65 orang (55,6%), sisanya diikuti oleh kelompok usia 40-59 tahun, yaitu 43 orang (36,8%), kelompok usia ≥ 80 tahun, yaitu 7 orang (6,0%) dan kelompok usia 20-39 tahun, yaitu 2 orang (1,7%). Dari keseluruhan sampel juga didapatkan bahwa lebih banyak pasien hipertensi yang terkendali dibandingkan pasien hipertensi tidak terkendali. Pada penelitian ini didapatkan pasien hipertensi yang memiliki kadar HDL rendah lebih sedikit dibandingkan pasien hipertensi yang memiliki kadar HDL normal. Secara deskriptif terlihat bahwa pasien-pasien hipertensi dalam penelitian ini sebagian besar memiliki kadar HDL yang normal. Hal ini bertentangan dengan penelitian deskriptif di Yogyakarta yang menyebutkan bahwa pada pasien hipertensi didapatkan rerata profil HDL yang rendah.1 Pada penelitian ini didapatkan jumlah pasien hipertensi yang tidak terkendali yang memiliki kadar HDL rendah sebanyak 11 pasien (61,1%), sedangkan yang memiliki kadar HDL yang normal sebanyak 37 pasien (37,4%). Pasien hipertensi terkendali yang memiliki kadar HDL rendah sebanyak 7 pasien (38,9%), sedangkan pasien hipertensi terkendali yang memiliki HDL yang normal sebanyak 62 pasien (62,6%). Uji Chi-square yang dilakukan menunjukkan nilai p yaitu 0,060 dimana nilai p tersebut jauh lebih besar daripada nilai p yang ditetapkan oleh peneliti yaitu < 0,05. Secara statistik hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan 11 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
antara kedua variabel yang diteliti. Rasio prevalensi > 1, yaitu 1,635 dengan interval kepercayaan yang tidak mencakup angka 1 (1,045-2,560) maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang dikaji pada penelitian ini yaitu kadar HDL yang rendah merupakan faktor risiko terhadap hipertensi tidak terkendali. Dari penelitian yang dilakukan di Eropa pada tahun 2008 menggunakan 3370 sampel pasien hipertensi yang diambil dari 12 negara di Eropa menunjukkan hasil pasien hipertensi yang memiliki tekanan darah terkendali sebanyak 28,1% dan sisanya memiliki tekanan darah yang tidak terkendali. Dari pasien-pasien yang memiliki tekanan darah yang tidak terkendali ini didapatkan hasil kadar HDL yang secara signifikan menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang memiliki tekanan darah terkendali, walaupun hasil signifikan ini hanya terlihat pada pasien wanita yang memiliki tekanan darah tidak terkendali.11 Dari penelitian lain yang dilakukan di Jepang yang dilakukan pada tahun 2008-2009 pada 1803 orang pria Jepang yang tampak sehat dan 1150 wanita Jepang yang tampak sehat didapatkan hasil bahwa HDL berhubungan positif dengan hipertensi meskipun alasan hubungan ini masih belum jelas.12 Dari studi prospektif yang dilakukan di Bangladesh pada tahun 2001 hingga 2002 menggunakan sampel 40 orang untuk grup pasien hipertensi dan 20 orang untuk grup kontrol didapatkan hasil HDL kolesterol pasien dengan hipertensi secara signifikan lebih rendah daripada grup kontrol.13 Hal yang dapat mempengaruhi hasil pada penelitian ini dapat terjadi akibat kekurangan yang mempengaruhi hasil penelitian, salah satunya adalah jumlah sampel yang minim. Selain jumlah sampel disadari pula bahwa sumber data yang berasal dari rekam medis mempengaruhi untuk terjadinya bias pada penelitian ini, sehingga dapat ditemukan perbedaan hasil pada penelitian ini yang secara teori bisa tidak sesuai dengan penelitian lain sejenis yang sudah dilakukan sebelumnya dengan jumlah sampel yang lebih besar. Selain itu, variabelvariabel perancu juga berperan dalam mempengaruhi hasil penelitian, sehingga dalam penelitian selanjutnya hendaknya diperhatikan variabel perancu lainnya. KESIMPULAN Dari 117 pasien hipertensi yang memenuhi kriteria penelitian, hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan daripada laki-laki. Kelompok usia yang lebih banyak mengalami hipertensi 12 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
adalah kelompok usia 60-79 tahun. Jumlah pasien hipertensi yang terkendali pada penelitian ini adalah 69 orang (59%), sedangkan jumlah pasien hipertensi yang tidak terkendali adalah 48 orang (41%). Terdapat 99 pasien hipertensi (84,6%) yang memiliki kadar HDL normal, sedangkan 18 pasien hipertensi lainnya (15,4%) memiliki kadar HDL rendah. Proporsi pasien hipertesi tidak terkendali pada kadar HDL rendah sebesar 61,1% (11 pasien), sedangkan proporsi pasien hipertensi terkendali pada kadar HDL rendah sebesar 38,9% (7 pasien). Dari penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar HDL terhadap kendali tekanan darah pada pasien hipertensi poliklinik penyakit dalam RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta (p=0,060). Rasio prevalensi penelitian ini 1,635 dengan interval kepercayaan 1,045-2,560 yang berarti kadar HDL rendah merupakan faktor risiko terhadap hipertensi tidak terkendali. SARAN Dokter atau klinisi diharapkan dapat memperhatikan pasien-pasien hipertensi dengan kadar HDL rendah karena kadar HDL yang rendah berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi yang tidak terkendali, sehingga apabila dokter memperhatikan kadar HDL maupun hasil pemeriksaan lainnya yang berpengaruh diharapkan kedepannya dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dari penyakit hipertensi tersebut. Sedangkan dalam penelitian selanjutnya peneliti diharapkan
dapat
memperhatikan
variabel-variabel
perancu
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat menggunakan metode untuk menganalisa tekanan darah dalam jangka waktu yang lebih lama misalnya menggunakan metode cohort. Penganalisaan mendalam mengenai hubungan hipertensi dengan variabel terkait akan sangat membantu dalam penatalaksanaan maupun deteksi dini ataupun pencegahan komplikasi hipertensi di kemudian hari.
13 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA 1
Indriani RN. Profil Lipid pada Hipertensi dan Non-Hipertensi [Internet]. 2012 [updated 2012 Sept
06;
cited
2013
May
31].
Available
from:
http://digilib.fk.umy.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=yoptumyfkpp-gdlrizkanovit-372 2
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: Laporan Nasional Tahun 2007 [Internet]. 2013 [cited 2013 May 31]. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007/
3
Wang TJ, Vasan RS. Epidemiology of Uncontrolled Hypertension in The United States. Circulation. Journal of The American Heart Association. 2005. 112:1651-1662. Dallas, TX.
4
US Departmen of Health and Human Services. National Cholesterol Education Program (NCEP): Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). US: National Institutes of Health;2004.
5
Sepriati. Pengaruh Latihan Fisik Terstruktur terhadap High Density Lipoprotein (HDL) pada Pasen Hipertensi di Poliklinik Ginjal dan Hipertensi RSUP M Djamil Padang [Penelitian]. Padang: Universitas Andalas; 2011.
6
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure;2003.
7
Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine [e-book]. 17th ed. USA: The Mc-Graw-Hill Companies, Inc; 2008.
8
Silbernagl S, Lang F. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme;2000.
9
Smith CM, Marks AD, Lieberman M. Marks’ Basic Medical Biochemistry: A Clinical Approach. 2nd ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
10
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc;2012.
14 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013
11
Kjeldsen SE, Naditch-Brule L, Perlini S, Zidek W, Farsang C. Increased Prevalence of Metabolic Syndrome in Uncontrolled Hypertension Across Europe: The Global Cardiometabolic Risk Profile in Patients with Hypertension Disease Survey. J Hypertens. 2008 Oct;26(10):2064-70. doi: 10.1097/HJH.0b013e32830c45c3.
12
Oda E, Kawai R. High Density Lipoprotein Cholesterol is Positively Associated with Hypertension in Apparently Healthy Japanese Men and Women. British Journal of Biomedical Science. 2011;68(1):29-33.
13
Saha MS, Sana NK, Shaha RK. Serum Lipid Profile of Hypertensive Patients in The Northern Region of Bangladesh. J Bio Sci. 2006;14:93-8.
15 Hubungan kadar high..., Jeane Andini, FK UI, 2013