GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
PERBEDAANKADAR KOLESTEROLLow Density Lipoprotein (LDL) DAN High Density Lipoprotein (HDL) SISWA SMP YANG OBESITAS DI DAERAH RURAL DAN URBAN Meildy E. Pascoal,1 Ketrina Konoralma 2, dan Wanda Cristin Kapero.3 1,Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Manado, 2,3, Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado. ABSTRACT Obesity occurs in adolescence at high risk of becoming obese in adulthood, excessive fat accumulation that occurred early on a risk factor for degenerative diseases in adulthood. Obesity in adolescents is influenced by genetic and environmental factors, with environmental factors strongly influence obesity is food intake in adolescents. Type of food chosen by teenagers today are more inclined to the western pangaruh. This affects the food choices toward unhealthy food which are foods high in fat, high in energy and low in fiber. Obesity is also associated with atherosclerotic lipid profile, such as increased LDL and triglycerides and increase HDL decrease. This study aims to determine whether there is any difference in levels of LDL and HDL cholesterol in junior high school students were obese in Rural and Urban areas. This research was observational analytic with cross sectional study design. The number of samples is 40 samples were taken using a sample selection techniques to determine the sample size based on certain considerations or using purposive sampling technique. Data were analyzed using (1) test for normality with the Kolmogorov-Smirnov and (2) unpaired t test. Results: In this research, the subject of study as many as 40 samples of students were obese consisting of 20 samples in SMPN 1 Kawangkoan and 20 samples in SMPN 1 Manado. Results of statistical analysis of data showed that the average HDL cholesterol levels in obese student at SMPN 1 Kawangkoan (47.50 mg / dl) and (47.60 mg / dl) in SMPN 1 Manado and average LDL cholesterol levels in obese students SMPN 1 Kawangkoan (127.00 mg / dl) and at SMPN 1 Manado (125.95) with a p-value of 0.05 can be concluded that there is no difference between LDL and HDL cholesterol levels in obese students in the area of Rural and Urban. Keywords: Obesity, Cholesterol Low Density Lipoprotein (LDL) and High Density Lipoprotein (HDL)
PENDAHULUAN Padamasa remajapengaruhteman sebaya lebih menonjol dari pada peran keluarga. Remajalebih mudah menerima pengaruh globalisasi, pengaruh polamakan “kebarat-baratan“(eropa) dengan tinggi lemak, tinggi kalori dan rendah serat menjadimakananyang menariksepertifast food atau junk food. Sekitar 15-20% remaja Indonesia biasa mengkonsumsi ayam goreng danburgerprodukluarnegeridansekitar 87% remajasukamakandiluar,seperti es campur,bakso dan jajanan lainya. Pola hiduppasifdanpola makananyang tinggi lemak, rendahseratsepertidiatasdapat
sebagai pemicu peningkatan prevalensi obesitas (Ginting, 2011). Obesitas yang terjadi pada masa remaja berisiko tinggi menjadi obesitas di masa dewasa, penimbunan lemak berlebih yang terjadi sejak dini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif pada masa dewasa. Obesitas yang terjadi pada remaja dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, dimana faktor lingkungan yang berpengaruh kuat terhadap kejadian obesitas adalah asupan makan pada remaja. Asupan zat gizi pada remaja sangat menentukan kematangan mereka di masa depan, sehingga pemilihan jenis makanan yang tepat bagi remaja merupakan hal yang penting untuk mencapai pertumbuhan
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
yang optimal. Jenis makanan yang dipilih oleh remaja pada masa kini lebih condong pada pangaruh western. Hal ini berpengaruh pada pemilihan makanan ke arah unhealthy food yang merupakan makanan tinggi lemak, tinggi energi, dan rendah serat, dimana jenis makanan tersebut banyak ditemui pada makanan siap saji (fast food). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan lebih dari 90% remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak diantara waktu makan. Lemak memberi tekstur yang disukai dan pemberi kelezatan khusus pada makanan. Hal inilah yang mendorong sebagian besar remaja suka mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak dalam jumlah yang tinggi karena rasanya yang enak. Makanan tinggi lemak yang dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kelebihan energi bila tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai, sehingga menyebabkan peningkatan penyimpanan energi dalam sel lemak yang mengakibatkan terjadinya obesitas (Rachmawati, 2014). Obesitas pada anak-anak secara khusus akan menjadi masalah kesehatan karena obesitas merupakan faktor risiko dari berbagai masalah kesehatan yang biasanya dialami orang dewasa seperti diabetes mellitus, hipertensi dan kolesterol tinggi (Muwakidah, 2008). Prevalensi obesitasdi Indonesia 2010 adalah 19,1%denganprevalensipalingrendah (13%) adalah provinsi Nusa Tenggara Timurdanprevalensipaling besar(37,1%) adalahprovinsiSulawesiUtara.(Trihono, 2010).Penelitian yang dilakukan oleh Padmiari dkk (2001) di kota Denpasar Bali menunjukkan prevalensi obesitas pada anak sekolah cukup tinggi 13,6%. Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah diproduksi oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh. Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah mengandung kolesterol, dimana 80 % kolesterol darah tersebut di produksi oleh
tubuh sendiri dan hanya 20% yang berasal dari makanan (Septianggi, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Hendrato (2010) di Jakarta, dari 72 anak lelaki yang diteliti sebagian besar mempunyai kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) rendah, dan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) tinggi. Dampak obesitas pada anak-anak dan remaja pada kardiovaskuler yaitu terjadinya peningkatan kadar insulin, trigliserida LDL, tekanan darah sistolik, dan penurunan kadar HDL (Hidayati dkk, 2010). Minahasa merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Sulawesi Utara. Di daerah ini banyakorang mengkonsumsimakanan yang berlemak tinggi dan berserat rendah, sehinggamempunyairesiko tinggiterhadap terjadinyaobesitas dan tingginyakolesterol dalam darah (Bodhy, 2011) Masalah gizi lebih saat ini tidak hanya terdapat pada masyarakat perkotaan tetapi terdapat juga pada masyarakat pedesaan, walaupun presentasi obesitas pada anak diperkotaan cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja SMP kota dan desa di Yogyakarta ditemukan kejadian obesitas 7,8% untuk wilayah kota dan 2% untuk wilayah pedesaan (Dwiningsih, 2013). SMPN 1 Kawangkoan merupakan salah satu sekolah percontohon di Sulawesi Utara yang terletak di daerah Minahasa yang tergolong masih pedesaan. Sekolah ini memiliki 512 orang siswa dan dari survey awal yang dilakukan di dapat sebanyak 30 orang siswa mengalami obesitas. Berbeda dengan SMP Negeri 1 Manado yang merupakan salah satu sekolah terbaik di Sulawesi Utara dan lokasi sekolah ini terletak di tengah kota dimana tempat-tempat jajanan mudah ditemui serta pusat perbelanjaan seperti mall dan tempat jualan fast food yang mudah dikunjungi. Obesitas mempunyai beberapa efek merugikan atas fungsi beberapa sistem organ. Maka dari itu penulis tertarik
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
untuk melihat apakah ada Perbedaankadar kolesterol LDL dan HDL pada siswa obesitas di daerah rural dan urban khususnya SMP Negeri 1 Kawangkoan dan SMP Negeri 1 Manado. Tujuan Penelitian adalahUntuk mengetahui Perbedaan kadar kolesterol LDL dan HDL pada siswa obesitas di SMP Negeri 1 Manado dan SMP Negeri 1 Kawangkoan. BAHAN DAN CARA Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif yang dilaksanakan pada SMP Negeri I Kawangkauan (Rural dan SMP Negeri I Manado (Urban) sedangkan Pemeriksaan di sampel Balai Penunjang Pelayanan Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara (BPPK). Dilaksanakan pada tanggal 7 – 24 Pebruari 2015. Penarikan subjek penelitian ini berdasarkan perhitungan minimal ukuran sampel dalam bidang kesehatan. Pengambilan subjek penelitian ini dilakukan dengan mencari subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi serta dengan mempertimbangkan jika ada subjek yang drop out selama penelitian berlangsung. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa obesitas di SMP Negeri 1 Kawangkoan dan SMP Negeri 1 Manado masing-masing adalah 40 orang siswa yang memenuhi kriteria a.Inklusi : Bersedia menjadi responden, Melakukan puasa 8-12 jam, Indeks Massa Tubuh (IMT) >25kg/m². b. Eksklusi : Mengkonsumsi obat-obatan, mengidap penyakit kolesterol.Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer ini meliputi karak-
teristik subjek: kebiasaan makan,Pengambilan Darah. Data sekunder meliputi data gambaran umum sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini menggunakan metode semi kuantitatif untuk mengetahui frekuensi makan dan kebiasaan makan subjek dengan wawancara menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Pengambilan darah diambil dari vena sebanyak 3 ml untuk pemeriksaan HDL dan LDL.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik subjek, kebiasaan makan, Analisis inferensia digunakan untuk melihat perbedaan dengan menggunakan uji t yaitu uji Independen T Test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rata-rata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Berdasarkan penelitian perbandinagn kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL) siswa SMP yang obesitas di daerah Rural dan Urban sebanyak 40 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 40 sampel yang didapat, diajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan responden, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin SMPN 1 Kawangkoan n %
SMPN 1 Manado n %
No
Jenis Kelamin
1
Laki – Laki
7
35
12
60
2
Perempuan
13
65
8
40
Total
20
100
20
100
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Dari tabel 1 dapat dilihat responden di SMPN 1 Kawangkoan yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu sebanyak 65%
sedangkan di SMPN 1 Manado yang paling banyak yaitu responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 60%.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Usia
No
Kelompok Umur
SMPN 1 Kawangkoan
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
11 - 12 Tahun
8
40
7
35
2
13 - 14 Tahun
12
60
13
65
Total
20
100
20
100
Dari tabel 2 dapat dilihat kategori umur terbanyak yaiu kategori usia 13-14 di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 60%
sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 65%.
Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kebiasaan Pola Makan No
Mengkonsumsi makanan dalam sehari
SMPN 1 Kawangkoan
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
> 3 kali sehari
11
55
17
85
2
≤ 3 kali sehari
9
45
3
15
Total
20
100
20
100
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat responden yang mengkonsumsi makanan > 3 kali sehari di SMPN 1 Kawangkoan
sebanyak 55% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 85% .
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Mengkonsumsi Makanan Karbohidrat No
SMPN 1 Kawangkoan
SMPN 1 Manado
Makanan pokok yang biasa dikonsumsi
n
%
n
%
1
Nasi
20
100
20
100
2
Roti
0
0
0
0
3
Ubi
0
0
0
0
Total
20
100
20
100
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Dari tabel 4 di atas dapat dilihat responden di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado didapat semuanya 100% mengkonsumsi makanan pokok
berkarbohidrat seperti nasi dibandingkan dengan makanan pokok lainnya seperti roti dan ubi.
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Mengkonsumsi Makanan Jajanan
No
SMPN 1 Kawangkoan
Makanan jajanan yang sering dikonsumsi
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
Gorengan
11
55
15
75
2
Bakso
1
5
1
5
3
Cemilan (Cokelat, Snack)
8
40
4
20
4
Junkfood (KFC, Pizza)
0
0
0
0
Total
20
100
20
100
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat responden paling banyak mengkonsumsi gorengan, di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 55%
sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 75%.
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Melakukan Olahraga
No
Kebiasaan melakukan olahraga
SMPN 1 Kawangkoan
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
Ya
12
60
17
85
2
Tidak
8
40
3
15
Total
20
100
20
100
Dari tabel 6 di atas dapat dilihat responden yang biasa melakukan olahraga di SMPN 1 Kawangkoan
sebanyak 60% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 85% .
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lamanya Berolahraga SMPN 1 Kawangkoan No
SMPN 1 Manado
Lamanya berolahraga n
%
n
%
1
15 menit
6
30
8
40
2
30 menit
7
35
4
20
3
1 jam
7
35
8
40
Total
20
100
20
100
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat jumlah responden yang melakukan kebiasaan lamanya berolahraga paling lama yaitu selama 1 jam di SMPN 1
Kawangkoan sebanyak 35% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 40%.
Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
No
SMPN 1 Kawangkoan
IMT
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
25 - 29,9
18
90
12
60
2
30 – 35
2
10
8
40
Total
20
100
20
100
Dari tabel 8 di atas dapat dilihat responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) dalam range IMT 25-29,9 kg/m2 di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 90% sedangkan di SMPN 1 Manado
sebanyak 60% dan range 30 - 35 kg/m2 di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 10% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 40%.
Tabel 9. Kadar Kolesterol HDL Berdasarkan Kategori
No
Kategori
SMPN 1 Kawangkoan
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
Normal
20
20
20
100
2
Tinggi
0
0
0
0
Total
20
100
20
100
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Dari tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa responden baik yang berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan semuanya
memiliki nilai kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) yang normal.
Tabel 10. Kadar Kolesterol LDL Berdasarkan Kategori
No
Kategori
SMPN 1 Kawangkoan
SMPN 1 Manado
n
%
n
%
1
Normal
17
85
16
80
2
Tinggi
3
15
4
20
Total
20
100
20
100
Dari tabel 10 di atas dapat dilihat responden yang memiliki nilai LDL di atas normal (tinggi) di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak sebanyak 15% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 20%.
Data yang ada dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sebarannya normal atau tidak. Normalitas sebaran data diketahui dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov karena jumlah subjek < 50 orang.
Hasil Data Uji Statistik Tabel 11. Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov Untuk Kadar Kolesterol HDL di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado HDL
Nilai Sig Liliefors (p)
Shapiro-Wilk (p)
Nilai Kadar Kolesterol HDL SMPN1 Kawangkoan
0,034
0,060
Nilai Kadar Kolesterol HDL SMPN 1 Manado
0,064
0,163
Dari tabel 11 di atas menunjukan hasil uji Shapiro wilk dan Liliefors. Nilai p Value (sig) liliefors 0,034 pada SMPN1 Kawangkoan dan 0,064 pada SMPN1 Manado. Data tidak berdistribusi normal karena nilai sig liliefors pada SMPN1 Kawangkoan < 0,05 sedangkan nilai sig
liliefors pada SMPN1 Manado > 0,05. P value uji Shapiro wilk pada kelompok SMPN1 Kawangkoan sebesar 0,060 dan pada kelompok SMPN 1 Manado sebesar > 0,05 maka berdasarkan uji Shapiro wilk data tiap kelompok berdistribusi normal.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Tabel 12. Uji Homogenitas Berdasarkan Rata-Rata Kadar Kolesterol HDL Pada Siswa SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado
Nilai
Levene Statistik
Nilai sig (p)
Nilai berdasarkan rata-rata (mean)
2,610
0,114
Nilai berdasarkan median
1,272
0,266
Dari tabel 12 di atas menunjukan hasil uji homogenitas dengan metode Levene’s Test. Nilai levene ditujukan pada baris nilai berdasarkan rata-rata, yaitu 2,610
dengan p value (sig) 0,114 dimana > 0,05 yang berarti terdapat perbedaan varians antara kelompok atau yang berarti tidak homogen.
Tabel 13. Rata-Rata Kadar Kolesterol HDL Pada Siswa SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado Nilai
Jumlah
Rata-rata(Mean)
Siswa SMPN1 Kawangkoan
20
47,50
Siswa SMPN 1 Manado
20
47,60
Dari hasil uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan untuk nilai rata-rata kadar kolesterol HDL menunjukan Mean atau rata-rata tiap kelompok yaitu,
kelompok siswa SMPN1 Kawangkoan nilainya 47,50 sedangkan kelompok SMPN 1 Manado 47,60.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Dari dua histogram diatas, dilihat dari sudut kemiringan tidak menunjukkan kesamaan kemudian dilihat dari puncak
tertinggi kedua histogram tersebut keduanya tidak sama yang berarti tidak terdapat perbedaan median.
Tabel 14 . Uji Statistik Keseluruhan Sampel Siswa SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado Sampel
Data yang hilang
n
(%)
Data yang masuk
SMPN 1 Kawangkoan
20
0
20
50
SMPN 1 Manado
20
0
20
50
Total
40
0
40
100
Dari tabel 14 di atas dapat dilihat data yang masuik (valid) ada 40 sampel sedangkan data yang missing atau data yang hilang tidak ada, dengan frekuensi
sampel untuk siswa obesitas di SMPN 1 Kawangkoan yaitu 20 sampel dan di SMPN 1 Manado 20 sampel.
Tabel 15. Uji T Tidak Berpasangan Berdasarkan Perbedaan Rata-Rata Antara Kelompok SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado Nilai Sig(2-tailed)
PerbedaanRatarata(Mean Difference)
Varians yang sama
0,855
0,100
Varians yang berbeda
0,855
0,100
Nilai
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Dari tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa nilai sig (2-tailed) atau p value. Nilai p value sebesar 0,855 dimana > 0,05. Karena > 0,05 maka H0 diterima artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL di daerah Rural dan daerah Urban.
Tabel 16. Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov Untuk Kadar Kolesterol LDL di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado. Nilai Sig Liliefors (p)
LDL Nilai Kadar Kawangkoan
Kolesterol
LDL
SMPN1
Nilai Kadar Kolesterol LDL SMPN 1 Manado
Dari tabel 16 di atas menunjukan hasil uji Shapiro wilk dan Liliefors. Nilai p Value (sig) liliefors 0,035 pada SMPN1 Kawangkoan dan 0,200 pada SMPN1 Manado. Data tidak berdistribusi normal karena nilai sig liliefors pada SMPN1 Kawangkoan < 0,05 sedangkan nilai sig liliefors pada SMPN1 Manado > 0,05. P
Shapiro-Wilk (p)
0,035
0,013
0,200
0,507
value uji Shapiro wilk pada kelompok SMPN1 Kawangkoan sebesar 0,013 dan pada kelompok SMPN 1 Manado sebesar 0,507 maka berdasarkan uji Shapiro wilk data tiap kelompok tidak berdistribusi normal karena nilai sig liliefors pada kelompok SMPN 1 Kawangkoan < 0,05.
Tabel 17. Uji Homogenitas Berdasarkan Rata-Rata Kadar Kolesterol LDL Pada Siswa Obesitas di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado Levene Statistik
Nilai sig (p)
Nilai berdasarkan rata-rata (mean)
1,054
0,311
Nilai berdasarkan median
1,318
0,258
Dari tabel 17 di atas menunjukan hasil uji homogenitas dengan metode Levene’s Test. Nilai levene ditujukan pada baris nilai berdasarkan rata-rata yaitu 1,054
dengan p value (sig) sebesar 0,311 dimana > 0,05 yang berarti tidak homogen.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Tabel 18. Rata-Rata Kadar Kolesterol LDL Pada Siswa Obesitas di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado Sampel
Jumlah
Rata-rata (Mean)
Siswa SMPN 1 Kawangkoan
20
127,00
Siswa SMPN 1 Manado
20
125,95
Dari hasil uji statistik menggunakan uji T tidak berpasangan untuk nilai rata-rata kadar kolesterol LDL menunjukan Mean atau rata-rata tiap kelompok yaitu,
kelompok siswa SMPN 1 Kawangkoan nilainya 127,00 sedangkan kelompok SMPN 1 Manado 125,95.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Dari dua histogram di atas, dapat dilihat bentuk kemiringan dan lebarnya berbeda. Hal ini menunjukan bahwa bentuk penyebaran data tidak sama. Kemudian
dilihat dari puncak tertinggi kedua histogram keduanya tidak sama yang berarti terdapat perbedaan median.
Tabel 19. Uji Statistik Keseluruhan Sampel Siswa Obesitas di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado
Data yang masuk
Data yang hilang
n
(%)
SMPN 1 Kawangkoan
20
0
20
50
SMPN 1 Manado
20
0
20
50
Total
40
0
40
100
Dari tabel 19 di atas data yang masuik (valid) ada 40 sampel sedangkan data yang missing atau data yang hilang tidak ada, dengan frekuensi sampel untuk siswa obesitas di SMPN 1 Kawangkoan yaitu 20 sampel dan di SMPN 1 Manado 20 sampel.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Tabel 20. Uji T Tidak Berpasangan Berdasarkan Perbedaan Rata-Rata Antara Kelompok SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado
Nilai Sig (2tailed)
PerbedaanRatarata(Mean Difference)
Varians yang sama
0,895
1,050
Varians yang berbeda
0,895
1,050
Dari tabel 20 diatas dapat dilihat bahwa nilai sig (2-tailed) atau p value. Nilai p value sebesar 0,895 dimana > 0,05. Karena > 0,05 maka H0 diterima artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol LDL di daerah Rural dan daerah Urban. PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 07 Maret 2015 dan tanggal 12 Mei 2015 dengan menggunakan sampel siswa SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado. Pada penelitian ini diambil 40 siswa yang obesitas yang memenuhi kriteria kemudian sampel yang diambil diukur terlebih dahulu berat badannya kemudian diukur tinggi badan dan di lihat Indeks Massa Tubuh responden apakah memenuhi kriteria atau tidak kemudian dilakukan pengambilan darah pada responden. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat dari hasil penelitian responden yang berjenis kelamin laki-laki di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 35% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 60% dan responden yang berjenis kelamin perempuan di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 65% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 40%. Responden terbanyak yaitu responden berjenis kelamin
perempuan, hal ini sesuai dengan teori (Gayle, 2005) perempuan lebih mudah bertambah berat badan dari pada laki-laki. Menurut Neal Barnard, M.D seorang ahli gizi dari Washington DC, perempuan memiliki masa lemak yang lebih banyak dalam tubuh dibandingkan dengan lakilaki. Laki-laki memiliki system metabolisme tubuh yang lebih aktif dibandingkan dengan perempuan, hal ini disebabkan karena masa otot pria lebih banyak dari masa oto perempuan. Hal lain yang menyebabkan perempuan lebih mudah bertambah berat badan daripada laki-laki dipengaruhi oleh factor hormon. Berdasarkan tabel 2 yaitu karakteristik responden berdasarkan usia, kategori usia yang terbanyak yaitu 13-14 tahun, di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 60% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 65%. Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdasnas) tahun 2010, jumlah kegemukan pada anak umur 13-15 tahun adalah 2,5% dan jumlah responden yang paling banyak ada pada responden dengan kategori umur 13-14 Tahun. Jumlah obesitas di Indonesia tahun 2010 adalah 19,1% dengan jumlah paling rendah (13%) adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan jumlah paling tinggi (37,1%) adalah provinsi Sulawesi Utara.(Trihono, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Padmiari dkk (2001) di
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
kota Denpasar Bali menunjukkan jumlah obesitas pada anak sekolah cukup tinggi 13,6%. Masalah gizi lebih saat ini tidak hanya terdapat pada masyarakat perkotaan tetapi terdapat juga pada masyarakat pedesaan, walaupun presentasi obesitas pada anak diperkotaan cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja SMP kota dan desa di Yogyakarta ditemukan kejadian obesitas 7,8% untuk wilayah kota dan 2% untuk wilayah pedesaan (Dwiningsih, 2013). . Berdasarkan tabel 3 yaitu karakteristik responden berdasarkan kebiasaan pola makan, dari hasil penelitian yang dilakukan responden di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado mempunyai kebiasaan makan lebih dari 3 kali sehari. Mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh. Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat responden semuanya mengkonsumsi makanan karbohidrat seperti nasi. Peningkatan asupan karbohidrat akan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, memakan makanan yang mengandung karbohidrat secara berlebihan pun bisa meningkatkan resiko obesitas. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat responden yang ada di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado ratarata mengkonsumsi makanan jajanan seperti gorengan. Gorengan terbukti mengandung lemak jenuh yang sangat tinggi dan hal inilah yang menjadi sumber penyakit jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, lemak trans yang terdapat pada gorengan akan memiliki dampak buruk seperti memicu kolesterol jahat, terserang jantung, kanker, dan penyakit lainnya. Semakin banyak mengkonsumsi makanan jajanan seperti gorengan, cokelat, snack atau makanan pendamping lainnya semakin tinggi pula kejadian obesitas karena kandungan kalori dan lemak sangat tinggi dan hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kolesterol dalam tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan lebih dari 90% remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak diantara waktu makan. Lemak memberi tekstur yang disukai dan pemberi kelezatan khusus pada makanan. Hal inilah yang mendorong sebagian besar remaja suka mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak dalam jumlah yang tinggi karena rasanya yang enak. Makanan tinggi lemak yang dikonsumsi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kelebihan energi bila tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang sesuai, sehingga menyebabkan peningkatan penyimpanan energi dalam sel lemak yang mengakibatkan terjadinya obesitas (Rachmawati, 2014). Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat responden yang biasa melakukan olahraga di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 60% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 85%. Menurut Katahn (1987) dalam Novikasari (2003), kegiatan fisik cukup besar pengaruhnya terhadap kestabilan berat badan. Semakin aktif seseorang melakukan aktivitas fisik, energi yang diperlukan semakin banyak. Tubuh yang besar memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan tubuh yang kecil untuk melakukan kegiatan fisik. Kurangnya aktivifas fisik atau kebiasaan berolahraga dikarenakan fasilitas pendukung atau kegiatan extrakulikuler disekolah kurang baik. Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat jumlah responden yang terbanyak melakukan kebiasaan lamanya berolahraga selama 1 jam di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 35% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 40%. Menurut (Guthrie, 1995) latihan fisik olahraga dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi waktu minimal 30 menit dapat membantu untuk mempertahankan kesehatan fisik. Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat responden yang memiliki Indeks Massa
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Tubuh (IMT) dalam range IMT 25-29,9 kg/m2 di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 90% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 60% dan range 30 - 35 kg/m2 di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 10% sedangkan di SMPN 1 Manado sebanyak 40%. responden di SMPN 1 Manado yang masuk pada kategori obesitas tipe II sebanyak 40% hal ini dikarenakan pola makan yang tidak terkontrol dan terlalu banyak makan makanan tinggi lemak berbeda dengan SMPN 1 Kawangkoan yang paling banyak ada pada kategori obesitas tipe I, para responden yang ada di SMPN 1 Kawangkoan sebagian besar mengalami obesitas karena faktor keturunan. Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat responden semuanya memiliki nilai HDL yang normal. Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang ada di SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado memiliki kadar kolesterol HDL dalam rentang normal. Hasil penelitian yang didapat berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Whitney et al didapati keadaan dislipidemia pada anak-anak dan remaja obes di kota Meksiko, pada penelitian tersebut kadar kolesterol HDL pada anakanak dan remaja obes lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dengan berat badan normal. Hal yang sama juga dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Sabine et al, terhadap remaja obes dengan usia 13-19 tahun di Belanda. Rendahnya kadar kolesterol HDL juga didapati oleh Sargowo dkk dalam penelitian yang dilakukan pada remaja obes di Kota Malang. Baik remaja laki-laki maupun perempuan juga memiliki kadar kolesterol HDL di bawah normal. Kadar kolesterol HDL tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran antropometri seseorang, hal ini bisa menjadi pertimbangan dari hasil yang didapat saat melakukan penelitian, beberapa faktor yang juga mempengaruhi kadar kolesterol HDL antara lain genetik dan pola hidup. Penelitian multi etnik yang dilakukan pada 33 remaja obes ras
Amerika asli, 33 remaja obes ras AfrikaAmerika, dan 33 remaja obes ras Hispanik, ternyata tiap ras memiliki rentang nilai kadar kolesterol HDL yang berbedabeda dimana ras Afrika-Amerika cenderung memiliki kadar kolesterol HDL lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan Toni Mustahsani, di Kecamatan Tanjung Sari, Jawa Barat, ternyata berat badan lahir juga mempengaruhi kadar kolesterol HDL dimana anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berisiko memiliki kadar kolesterol HDL dibawah normal di kemudian hari. Penelitian meta-analisis yang dilakukan Feng et al juga membuktikan bahwa kadar kolesterol HDL dipengaruhi oleh faktor genetik. Penelitian yang dilakukan oleh (Surentu dkk,2014) dari hasil penelitian yang ada menunjukkan lebih dari setengah (58,8%) remaja obesitas memiliki kadar kolesterol HDL dalam rentang normal. (Surentu dkk, 2004), penelitian yang dilakukan (Iksan dkk, 2015) di SMPN 1 Manado dari 13 sampel hanya satu sampel yang menunjukkan nilai HDL dibawah normal. Dimana kadar normal kolesterol HDL dalam tubuh untuk laki-laki 45mg/dl – 65mg/dl dan perempuan 35mg/dl – 55 mg/dl. Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat dilihat responden yang memiliki nilai LDL di atas normal (tinggi) di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak sebanyak 15% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 20%. Pola hidup kurang aktif dan pola makan yang tinggi lemak, rendah serat dapat menjadi pemicu peningkatan obesitas dan peningkatan kadar kolesterol LDL. Kadar kolesterol LDL melebihi normal dari responden di SMPN 1 Kawangkoan sebanyak 15% dan di SMPN 1 Manado sebanyak 20%, sedangkan kadar normal LDL dalam tubuh untuk remaja yaitu <150 mg/dl (Standar alat dan reagen Balai Penunjang Pelayanan Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara). Peningkatan kadar kolesterol LDL darah pada usia muda dapat terjadi karena berbagai faktor, diantaranya adalah gaya hidup seperti
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
kurangnya aktivitas fisik atau kurangnya olahraga dan konsumsi makanan yang tinggi lemak atau karbohidrat, siswa yang memiliki kadar kolesterol LDL melebihi normal dapat mengalami hiperkolestrolemia LDL. Hiperkolestrolemia LDL ini jika disertai dengan hipertrigliserida dan hipo-LDL bisa menyebabkan terjadinya Displidemia. Displidemia ini adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai peningkatan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida di atas normal serta penurunan HDL. Penelitian ini juga sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Hendrato (2010) di Jakarta dimana dari 72 anak lelaki yang diteliti sebagian besar mempunyai kadar kolesterol LDL yang tinggi, sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Iksan dkk (2015) di SMPN 1 Manado dari 13 sampel, 3 sampel menunjukkan nilai LDL di atas normal. Berdasarkan tabel 15 yaitu uji T tidak berpasangan berdasarkan perbedaan rata-rata kadar kolesterol HDL antara kelompok SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado dapat dilihat nilai sig (2tailed) atau p value sebesar 0,855 dimana > 0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat Perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL di daerah Rural dan Urban. Untuk uji T tidak berpasangan berdasarkan perbedaan rata-rata kadar kolesterol LDL antara kelompok SMPN 1 Kawangkoan dan SMPN 1 Manado (tabel 20) dapat dilihat nilai sig (2-tailed) atau p value sebesar 0,895 dimana > 0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat Perbedaan yang signifikan antara kadar kolesterol HDL di daerah Rural dan Urban. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapati tidak ada perbedaan anatara kadar kolesterol HDL maupun LDL pada siswa obesitas didaerah Rural maupun Urban, hal ini dikarenakan pola makan yang hampir sama antara orang yang tinggal di desa dan di kota apalagi orang yang ada di etnik Minahasa cenderung makan makanan yang tinggi lemak dan rendah serat. Obesitas saat ini tidak hanya terdapat pada masyarakat
perkotaan tetapi terdapat juga pada masyarakat pedesaan, walaupun presentasi obesitas pada anak diperkotaan cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan. Kelemahan dalam penelitian yaitu sampel yang tidak homogen. Dalam melakukan penelitian seharusnya diambil sampel yang homogen, yaitu perempuan atau laki-laki jangan di gabung karena kadar kolesterol laki-laki dan perempuan berbeda, nilai normal kadar kolesterol HDL antara laki-laki dan perempuan juga berbeda dan perempuan lebih mudah bertambah berat badan daripada laki-laki dan pada saat akan dimasukkan pada uji statistik khususnya uji t tidak berpasangan data tidak berdistribusi normal karena sampelnya tidak homogen. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak adaperbedaan antara kadar kolesterol HDL dan LDL pada siswa yang obesitas di daerah Urban dan Rural. SARAN 1. Bagi siswa obesitas untuk dapat mengatur pola makan dan memperbanyak aktivitas fisik, terlebih kepada siswa yang obesitas karena dengan ukuran berat badan yang lebih memiliki kecenderungan timbulnya berbagai macam penyakit. 2. Sebaiknya kepada orang tua yang memiliki anak yang nilai kolesterol LDL yang tinggi atau nilai diatas normal untuk dapat membantu ank dalam mengatur pola hidup sehat juga membawa untuk mengontrol kadar kolesterol HDL/LDL atau kadar profil lipid secara berkala guna menghindari penyakit atau komplikasi lainnya. 3. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya mengambil sampel yang homogen (Laki-Laki atau Perempuan jangan digabung). DAFTAR PUSTAKA
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Adityawarman. (2007). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Komposisi Tubuh pada Remaja. Artikel Penelitian. (124) Angraini D.R. (2014). Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Aktifitas fisik, Rokok, Konsumsi buah, Sayur dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pulau Kalimantan. Ariyoso.(2009).Statistik Berpasangan.
for
Life
Uji
T
http://www.statistik4life.blogspot.com/2009/ 11/uji-t-berpasangan. diakses pada tanggal 08 Februari 2015 Atikah. D.F. (2007). Efek Interfensi Diit dan Aktivitas Fisik Terhadap Profil Lipid Anak dan Obesitas. Tesis tidak dipublikasikan. Fakultas Kedokteran USU. Bodhy
W, Manampiring A.E. (2011). Prevalensi Sindroma Metabolik pada Remaja di Kota Tomohon.
Kedokteran Maret
Dwiningsih, Pramono.(2013). Perbedaan Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat dan Status Gizi pada Remaja yang Tinggal di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan. Artikel Penelitian 2013. Freeman W. Mason, M.D, Junge Christine. (2008). Kolesterol Rendah Jantung Sehat. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer 2008. Gardjito. Baskoro. (2009). Kolerasi kolesterol HDL dnegan IMT pada pendertita PJK di RSUD Moewardi Surakarta. Surakarta : Fakultas
Sebelas
Ginting. (2011). Hubungan Harga Diri dengan Kemampuan Aktualisasi Diri pada Remaja Putri dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai. Jurnal USU 2011. Hasdianah. (2012). Obesitas dalam : Mengenal diabetes mellitus pada orang dewasa dan anak-anak dengan solusi herbal. Yogyakarta : Nuha Medika,143-167 Hidayati, hadi, Lestariana. (2010). Hubungan Asupan Zat Gizi dan IMT dengan Hiperlipidemia pada Murid SLTP yang Obesitas di Yogyakarta. Volume 8. Nomor 1. Juni 2010. Hendarto Aryono. (2010). Small Dense Low Density Lippoprotein sebagai Prediktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Anak Lelaki Obes Pra-Pubertal. Volume 12. Nomor 3. Iksan
Diana,R. (2013). Faktor resiko kegemukan pada wanita dewasa muda. Jurnal gizi dan pangan. Maret 2013.
Universitas
N. Astrid, Manampiring Altje, Fatimawali. (2015). Gambaran Profil Lipid Pada Siswa Obese di SMPN 1 Manado. Jurnal eBiomedik (eBm). Volume 3.Nomor 1.Januari-April 2015.
Imamatul Awaliyah.(2013).Definisi Desa, Kota, Pedesaan, Perkotaan. http://awaliyahhasanah.blogspot.co m/2013/06/definisi-desa-kotapedesaan-dan.html.Diakses tanggal 22 Februari 2015. Muwakhidah dan Dian (2008). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Obesitas pada Remaja. Mexitalia M, Utari A, Sakundaru, dkk. (2009). Sindroma Metabolik pada Remaja Obesitas. Volume 4. No 2.
GIZIDO Volume 7 No. 1 Mei 2015Perbedaan Kadar KolesterolMeildy E. Pascoal, dkk
Nurahmi, Aprianti, Arif. (2006). Nilai Small Dense LDL Remaja dan Kaitannya dengan Lipid Lainnya. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Volume 13. Nomor 1. November 2006 : 17-19 Novikasari M.2003. Perubahan Bera Badan dan Status Gizi Mahasiswa Putra Jalur USMI Tahun 2002 pada Empat Bulan Pertama di IPB. Skripsi. Bogor. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Padmiari A, Hadi Hamam. (2001). Konsumsi Fast Food sebagai Risiko Obesitas pada Anak SD .http./www.tempo.co.id/mediaka/onl ine/tmp.online.old/art-3.htm. diakses pada tanggal 20 Januari 2014. Rachmawati, Suichan. (2014). Asupan Lemak dan Kadar High Density Lipoprotein (HDL) sebagai Faktor Risiko Peningkatan Kadar CReactive Protein (CRP) pada Remaja Obesitas dengan Sindrom Metabolik. Journal Of Nutrion College. Volume 3, Nomor 3 Tahun 2014. Suarca
K, IKG Suandi. Hubungan Antara Total Lemak Tubuh Dengan
Profil Lipid Pada Anak Obese Di SD Denpasar. Cermin Dunia Kedokteran. 2007; 34:299 Sukeksi,Andri (2010). Kadar kolesterol Darah pada Penderita Obesitas di Kelurahan Korpri Sambiroto Semarang. Jurnal unimus Vol.4.No 4. Surentu H, Tiho M, Mewo. (2014). Hubungan Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Darah dengan Kadar High Sensitivity C-Reactive Protein pada Remaja Obesitas di Minahasa. Septianggi. Mulyati. (2013). hubungan asupan lemak dan asupan kolesterol dengan kadar kolesterol total pada penderita jantung koroner rawat jalan di rsud tugurejo semarang. Jurnal gizi. Vol 2.No.2 Srinilawati, Krisnatuti, Mahendra. (2008). Care Your Self, Kolesterol. Jakarta : Penebar Plus 2008. Togelang Lidya, Fatimawali, Manampiring. (2013). Gambaran Kadar HDL pada Remaja Obesitas di Kabupaten Minahasa. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol 1. No 1. Maret 2013