BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hiperkolesterol adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol total yang disertai dengan peningkatan kadar Low Density Lipoprotein ( LDL) plasma dalam darah puasa. Secara klinis, kadar kolesterol total digunakan sebagai tolak ukur, walaupun secara patofisiologi yang paling berperan sebagai faktor
resiko adalah LDL. Seorang
dikatakan menderita hiperkolesterol bila kadar kolesterol total plasma ≥200 mg/dL. Kadar kolesterol total plasma 200 mg/dL setara dengan kadar LDL 130 mg/dL (Grundy, 2004).
Terapi obat-obatan konvensional telah diteliti secara luas dan telah diakui digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Beberapa golongan antihiperkolesterol menurut National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) (2001) adalah bile acid sequestrants
(kolestiramin,
kolestipol,
kolesevelam),
fibrat
(klofibrat,
fenofibrat,
gemfibrozil), niasin (vitamin B3), statin (atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pravastatin, rosuvastatin, cerivastatin dan simvastatin). Mekanisme
kerja
simvastatin
dalam
menurunkan kadar kolesterol dan LDL adalah dengan cara menginhibisi enzim 3-hydroxy-3methylglutaroyl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase secara kompetitif.
Obat ini
menghambat aktivitas enzim HMG-CoA reduktase yang mengubah Asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Katzung, 2002). Pada proses sintesis kolesterol di hati simvastatin dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL sehingga kecepatan metabolisme LDL oleh hati menjadi lebih cepat dan simpanan LDL plasma menjadi berkurang (Katzung, 2002).
Berbagai studi mendukung bukti ilmiah berbagai antihiperkolesterol di atas secara efektif dapat menurunkan kadar kolesterol serum, tetapi juga menyebabkan berbagai efek samping. Efek samping dari simvastatin diantaranya nyeri abdominal, konstipasi, asthenia
nyeri kepala, mual, reaksi hipersensitif, miopati dan rabdomiolisis (NHLBI, 2001). Daun sirsak memiliki beberapa kandungan senyawa aktif, antara lain flavonoid, alkaloid, asam lemak, fitosterol, mirisil alkohol dan anonol (Asprey dan Thornton, 2000). Flavonoid dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara meningkatkan ekskresi asam empedu dan mengurangi kekentalan (viskositas) darah, sehingga mengurangi terjadinya pengendapan lemak pada pembuluh darah (Zarrabal dkk., 2005). Penelitian yang telah dilakukan oleh Uneputty dkk. (2013) menyimpulkan bahwa Infusa daun sirsak berpotensi menurunkan kadar kolesterol darah pada tikus jantan (Rattus novergicus). Sampai saat ini belum ada penelitian yang mengungkap mengenai daun sirsak sebagai penghambat penurunan kadar LDL maupun trigliserida dan sebagai peningkatan kadar HDL. Kandungan kimia dalam daun sirsak yang dapat menurunkan kolesterol diduga adanya senyawa sitosterol dan kalium. Pengobatan hiperkolesterol tidak jarang menggunakan lebih dari satu obat. Pengobatan kombinasi merupakan salah satu strategi penatalaksanaan lipid yang optimum, yaitu dengan menggunakan dua macam obat yang mempunyai mekanisme kerja yang berbeda (Supellman, 2003). Pemberian kombinasi simvastatin dan ekstrak etanol daun sirsak diharapkan dapat meminimum terjadinya efek samping yang terdapat pada simvastatin, serta mampu memberikan efek obat yang sinergis. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak terhadap kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dan mengetahui efektivitas pemberian kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin dalam menghambat peningkatan kadar kolesterol total dan LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak. B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol daun sirsak dapat menurunkan kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak? 2. Apakah kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dibandingkan pemberian ekstrak tunggal atau simvastatin tunggal? 3. Apakah kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dibandingkan pemberian ekstrak tunggal atau simvastatin tunggal? C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai manfaat kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin sebagai penurun kadar kolesterol total dan LDL, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis. D. Tujuan Penelitian 1. Mengungkap pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak terhadap penurunan kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak. 2. Membandingkan efektifitas pemberian terapi kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dengan pemberian ekstrak tunggal atau simvastatin tunggal. 3. Membandingkan efektifitas pemberian terapi kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin dalam menurunkan kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dibandingkan pemberian ekstrak tunggal atau simvastatin tunggal. E. Tinjauan Pustaka 1. Kolesterol a.
Definisi
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam darah dan diproduksi oleh hati. Kolesterol juga merupakan produk metabolisme hewan sehingga banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak. Separuh dari jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari yang berupa karbohidrat, lemak dan protein (Murray dkk., 2003). Kolesterol merupakan alkohol steroid yang ditemukan dalam lemak hewani, empedu, susu dan kuning telur. Kolesterol sebagian besar disintesis oleh hati. Kadar kolesterol dalam pembuluh darah yang tinggi berpotensi akan menyumbat pembuluh darah (Guyton dan Hall, 2007). Struktur kimia kolesterol dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur kimia kolesterol (C27H46O) (Murray dkk, 2003).
b. Biosintesis Kolesterol Biosintesis kolesterol terdiri dari lima tahap, yakni (1) sintesis HMG-CoA dari asetilCoA yang kemudian dengan bantuan enzim HMG-CoA reduktase membentuk asam mevalonat. (2) Pembentukan unit isoprenoid dari mevalonat dengan menghilangkan CO2. (3) enam unit isoprenoid berkondensasi membentuk intermediet skualen. (4) Siklisasi skualen untuk menghasilkan senyawa induk, yaitu lanosterol. (5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol. Síntesis kolesterol salah satunya dikendalikan oleh pengaturan enzim HMG-CoA Reduktase ( Price dan Wilson, 1994). Kolesterol merupakan komponen penting untuk pembentukan membran sel dan disintesis di seluruh jaringan, tetapi 90% disintesis dalam sel mukosa usus dan hepatosit.
Kolesterol dalam hati merupakan prekursor dari asam empedu sedangkan gonad dan kelenjar anak ginjal adalah prekursor dari hormon steroid. Asam lemak bebas (free fatty acids) dibebaskan ke dalam plasma oleh lemak jaringan. Diantara waktu-waktu makan dan selama berpuasa, asam lemak digunakan sebagai bahan bakar, terutama oleh jaringan otot dan jantung (Kosasih dan Kosasih, 2008 ). c.
Metabolisme Kolesterol Kolesterol yang berasal dari makanan disintesis oleh hati dalam bentuk ester
kolesterol. Trigliserida juga dibentuk di dalam hati dari sintesis asam lemak atau asam lemak bebas yang di lepaskan oleh jaringan adiposa. Ester kolesterol dan trigliserida membentuk VLDL (Very Low Density Lipoprotein) karena kolesterol dan trigliserida sendiri tidak dapat memasuki plasma, kecuali dengan membentuk VLDL, kemudian dilepaskan ke dalam plasma. Di dalam plasma, trigliserida yang berada dalam VLDL dikeluarkan dengan bantuan enzim lipoprotein lipase (LPL) sehingga trigliserida kembali menjadi asam lemak bebas yang akan di distribusikan ke dalam jaringan adiposa dan jaringan lainnya yang membutuhkan (Ganong, 1995). Kolesterol diabsorpsi dari usus dan digabung ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa. Setelah kilomikron melepaskan trigliserida di dalam jaringan adiposa, maka sisa kilomikron membawa kolesterol ke dalam hati. Sejumlah kolesterol di dalam hati akan diekskresikan di dalam empedu, keduanya dalam bentuk bebas dan sebagai asam empedu. Sejumlah kolesterol empedu diserap kembali dari usus. Kebanyakan kolesterol dalam hati digabung ke dalam VLDL dan bersirkulasi di dalam komplek lipoprotein (Ganong, 1995). Berikut ini adalah kategori kadar kolesterol total menurut National Cholesterol Education Program (2001) dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Kadar Kolesterol Total
d. Kadar
No.
Kolesterol Total Darah
Kadar
1
Normal
200
2
Sedang
200-239
3
Tinggi
Lebih dari 240
Kolesterol
Darah
dan Pengaturannya Pada dasarnya,
kolesterol beredar dalam bentuk lipoprotein plasma yang
dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh selain hati juga membentuk kolesterol meskipun dalam jumlah yang sedikit. Manfaat kolesterol non membran yang paling banyak dalam tubuh adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati. Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk membentuk asam kolat ini. Selain itu, kolesterol berkonjugasi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu yang membantu pencernaan dan absorpsi lemak. Sisanya sekitar 20% kolesterol digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain membentuk hormon adrenokortikal, membentuk progesteron dan estrogen, dan untuk membentuk testosteron. Sebagian besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum. Sekitar 1 gram kolesterol dieliminasi dari tubuh setiap hari. Separuh dari kolesterol ini diekskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam empedu, dan sisanya diekskresikan sebagai kolesterol (Guyton dan Hall, 2007). Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit meningkatkan konsentrasi plasma, tetapi bila kolesterol diabsorbsi oleh sel-sel tubuh maka peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim HMG-CoA reduktase untuk pembentukan kolesterol. Hal ini menjadi suatu sistem kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol plasma yang berlebihan. Akibatnya, perubahan kadar kolesterol darah yang terjadi biasanya kurang lebih 15%, kecuali apabila dilakukan
pengubahan jumlah kolesterol dalam diet lemak jenuh dan diet rendah kolesterol (Guyton dan Hall, 2007). e. Penetapan Kadar Kolesterol Total Metode yang sering digunakan dalam penetapan kadar kolesterol total yaitu (Berends dan Tel, 1980): 1.
Metode Libermann Burchad Prinsip : reaksi kolesterol dengan asam asetat anhidrida dan asam sulfat pekat akan membentuk senyawa dengan warna hijau dan kecoklatan. Absorben warna ini sebanding dengan kadar kolestrol dalam sampel. Metode kolorimetri langsung dengan reagen Lieberman–Burchad akan menghasilkan penyerapan cahaya dari kolesterol dan ester kolestrol yang berbeda. Ester kolesterol menghasilkan warna yang lebih benyak dibandingkan dengan kolesterol non ester dan mempunyai bias 10-15 % ketika analisis dilakukan berdasarkan standar kolesterol non ester. Metode ini memerlukan kerja keras yang disebabkan karena ester kolesterol harus dihidrolisis terlebih dahulu dan kolestrol diekstraksi. Tujuan ekstraksi ini adalah mencegah adanya zat-zat pengganggu yang akan mempengaruhi hasil, contohnya hemoglobin dan billirubin. Metode ini mempunyai kemampuan praktibilitas yang tinggi, meliputi waktu singkat, alat sederhana dan reagen yang stabil (kurang dari 6 bulan). Metode ini mempunyai kekurangan, karena merupakan metode langsung, maka spesifikasinya rendah (untuk sampel yang ditetapkan dengan metode ini tidak boleh dalam keadaan terhemolisis, hiperbilirubin), sensitivitas reagen rendah sukar didapat dan harganya mahal.
2. Metode Klungsoyr Prinsip : Alkohol yang digunakan akan mengendapkan protein dan membebaskan alkohol dari esternya. Reaksi warna timbul berasal dari reaksi kolesterol dengan
ferichoride. Senyawa warna yang timbul ditentukan secara fotometri atau kalorimetri. 3. Metode CHOD-PAP Prinsip : kolesterol ditemukan setelah hidrolisis enzimatik dan oksidasi. Indikator senyawa quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida dan 4-aminianypyrine dengan adanya pengaruh katalis peroksidase. Reaksi dapat dilihat pada gambar 2. kolesterol ester + H2O CHE Kolesterol + O2
CHO
kolesterol + fatty acid kolesterol-3-one + H2O2
2H2O2 + Phenol + 4-aminoantipyrine POD
Quinoneimine + 4H2O.
Gamabar 2. Reaksi penetapan kadar kolesterol dengan metode CHOD-PAP Penggunakan metode enzimatik dalam penetapan kadar kolesterol dilakukan melalui aksi esterase kolesterol. Ester kolesterol yang ada dalam serum akan diubah menjadi kolesterol bebas dalam serum, kolesterol yang dibebaskan diubah menjadi ∆-4 kolesterol dan hidrogen peroksida melalui aksi oksida kolesterol dalam oksigen yang ada (Hardjoeno, 2003). 2.
Low Density Lipoprotein (LDL) a. Definisi LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia. Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. Fungsi LDL adalah membawa kolesterol ke jaringan perifer (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor, termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi serta eliminasi LDL dan VLDL (Suyatna, 2007). LDL adalah jenis kolesterol yang berbahaya sehingga sering disebut dengan istilah kolesterol jahat. LDL disebut kolesterol jahat karena memiliki kecenderungan
melekat pada dinding pembuluh darah sehingga dapat menyempitkan pembuluh darah. LDL ini bisa melekat karena mengalami oksidasi atau dirusak oleh radikal bebas. Kolesterol LDL mengangkut kolesterol paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL menyebabkan pengendapan kolesterol darah dalam arteri. Kolesterol LDL merupakan faktor risiko utama membentuk penyakit jantung koroner, sehingga saat ini, LDL menjadi utama dalam pengobatan (UPT, 2009). Kadar LDL yang tinggi akan menyebabkan kolesterol lebih banyak melekat pada dinding pembuluh darah yang akan membentuk suatu plak lemak di sepanjang pembuluh darah bagian dalam. Plak ini akan menyumbat pembuluh darah sehingga membuat lumennya semakin sempit. Keadaaan seperti ini sering disebut aterosklerosis karena darah akan sulit mengalir melalui pembuluh darah yang sempit dan akan meningkatkan resiko penyakit jantung. Pembuluh darah yang tidak rata akan menyebabkan pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh dan akan membentuk sebuah plak yang akan menghalangi aliran darah ke jantung atau otak yang akan menyebabkan penyakit jantung atau stroke (Suyatna, 2007). Untuk menilai tinggi rendahnya kadar LDL dalam darah, umumnya dapat dibandingkan dengan angka standar dari National Cholesterol Education Program (NCEP). Kadar LDL kolesterol darah menurut NCEP (2001) dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. Kadar LDL Kolesterol No. 1 2 3
LDL Kolesterol Darah Optimum Mendekati Optimun Garis Batas Tinggi (B(Borderline High) 4 Tinggi 5 Sangat Tinggi
b. Metabolisme Lipoprotein
Kadar (Mg/dL) 100 100-129 130-159 160-189 Lebih dari 190
Metabolisme lipoprotein berasal dari jalur eksogen dan jalur endogen. Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk ke dalam darah. Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut lipoprotein (Adam, 2009). c. Penetapan Kadar LDL Metode pemeriksaan LDL-kolesterol dibagi menjadi dua golongan yaitu metode inderect dan direct. 1)
Metode inderect Metode indirect ini banyak digunakan, dimana pengukuran kadar LDL kolesterol dapat diperoleh dari nilai serapan pada masing-masing perlakuan, yaitu kadar kolesterol total, trigliserida dan HDL yang dihitung dengan menggunakan rumus Friedewald. Untuk menghitung kadar LDL kolesterol, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserid dan HDL kolesterol (Wallach, 1992). 𝐿𝐷𝐿
𝑚𝑔 Trigliserida = kolesterol total − − HDL … … . . 1 𝑑𝑙 5
Jika kadar trigliserida di atas 400 mg/dL, kadar LDL tidak dapat diestimasi dengan rumus di atas, sehingga untuk pasien hiperkolesterol harus dilakukan pemeriksaan kolesterol direct yang dapat mendeteksi perubahan kadar LDL kolesterol yang kecil. 2) Metode direct
Pada tahun 1998, suatu metode baru diperkenalkan dalam menentukan kadar LDL-C. Metode “Homogen” adalah seperti yang dipakai dalam immunoassay, menggambarkan metode yang tidak memerlukan pemisahan antara label yang bebas dan terikat. Metode ini mempunyai kemampuan otomatisasi penuh dalam penentuan kadar LDL secara langsung. Selain itu, metode ini memerlukan volume sampel yang kecil dan waktu pemeriksaan yang singkat. Keuntungan potensial lainnya yakni menggunakan pipet otomatis serta kendali waktu dan suhu yang lebih akurat. Ada beberapa metode homogen telah tersedia secara komersial. Ujiuji ini mengikutkan berbagai deterjen dan bahan kimia lain yang menyebabkan pemblokan atau pelarutan kelas lipoprotein yang spesifik guna mencapai spesifitas untuk LDL. Kolesterol dalam LDL diukur secara enzimatik (Pranoto dan Edijanto, 2003). Metode direct menggunakan reaksi enzimatik, dimana pada reaksi awal, LDL kolesterol diisolasi dengan proteching agent, kemudian ditambah enzim reaktan yang hanya bereaksi dengan LDL kolesterol yang telah diisolasi. Keuntungan metode direct dapat dengan langsung mengukur LDL kolesterol dan dapat digunakan untuk memperkirakan kadar small dense LDL dengan menggunakan rasio LDL kolesterol (Nauck dkk., 2002). 3.
Hiperkolesterol Hiperkolesterol adalah suatu kondisi dimana meningkatnya konsentrasi kolesterol
dalam darah yang melebihi nilai normal. Kolesterol telah terbukti mengganggu dan mengubah struktur pembuluh darah dan mengakibatkan gangguan fungsi endotel yang menyebabkan lesi, plak, oklusi, dan emboli. Selain itu, kolesterol juga diduga bertanggung jawab atas peningkatan stress oksidatif (Guyton dan Hall, 2007). Hiperkolesterol terjadi karena adanya peningkatan kadar kolesterol di dalam darah. Tingginya kadar kolesterol darah merupakan permasalahan yang serius karena merupakan
salah satu faktor resiko utama terjadinya aterosklerosis. Kebanyakan orang memilih mengatasi hiperkolesterol ini dengan obat-obatan sintesis yang bersifat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Bahri, 2002). 4.
Simvastatin Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur Penicillium
citrinum.
Senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif dan obat ini menghambat HMG-CoA reduktase yang mengubah Asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Witztum, 1996). Pada proses sintesis kolesterol di hati, simvastatin dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL sehingga kecepatan metabolisme LDL oleh hati menjadi lebih cepat, dan simpanan LDL plasma menjadi berkurang (Katzung, 2002). Struktur kimia simvastatin dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur kimia simvastatin (Katzung, 2002)
Simvastatin merupakan produk dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya, yaitu asam β-hidroksi di hati. Lebih dari 95% hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di dalam sirkulasi sistemik sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam. Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati. Efek samping dari pemakaian simvastatin adalah miopati. Akan tetapi, pada pasien dengan risiko tinggi terhadap gangguan otot, pemberian simvastatin harus diperhatikan (Suyatna, 2007).
5.
Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) Sirsak merupakan tanaman yang menyerupai semak atau perdu dengan batang keras.
Daunnya berbentuk bulat telur, agak tebal dan pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua, sementara itu bagian bawahnya mempunyai warna lebih muda. Tumbuhan ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Walaupun demikian, untuk memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, maka sirsak sebaiknya ditanam di daerah yang tanahnya cukup mengandung air. Tanaman sirsak di Indonesia tumbuh dengan baik pada daerah yang mempuyai ketinggian kurang dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Nama Sirsak itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang kurang lebih berarti kantung yang asam. Buah Sirsak yang sudah masak berasa asam. Budidaya sirsak yang paling baik adalah melalui okulasi dan akan menghasilkan buah pada usia empat tahun setelah ditanam (Thomas, 1992). a. Klasifikasi Tanaman Menurut Steenis (1981). Tanaman sirsak (Annona muricata L.) termasuk tanaman tahunan dengan sistematik sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Polycarpiceae
Famili
: Annonaceae
Genus
: Annona
Spesies
: Annona muricata L. Gambar tanaman dan daun sirsak dapat dilihat pada gambar 4.
a
b
Gambar 4. Tanaman sirsak (a), daun sirsak (b)
b. Kandungan Kimia dan Khasiat Daun Sirsak Daun sirsak mengandung flavonoid, alkaloid, asam lemak, fitosterol, mirisil alkohol dan anonol (Asprey dan Thornton, 2000).
Daun sirsak berkhasiat sebagai
pengobatan alternatif untuk pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak. Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk pengobatan demam, diare, anti kejang, anti jamur, anti parasit, anti mikroba, sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu dan lain-lain (Mardiana dan Ratnasari, 2011). Penelitian yang telah dilakukan oleh Uneputty dkk. (2013) menyimpulkan bahwa diduga adanya senyawa aktif sitosterol dan kalium yang terkandungan dalam daun sirsak yang dapat menurunkan kadar kolesterol. 6.
Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2000). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Pada metode tradisional, air biasanya digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi, tetapi pada metode modern pelarut organik dengan tingkat kepolaran yang berbeda dapat digunakan untuk menarik kandungan kimia dalam tanaman sesuai dengan kelarutan masing-masing komponen (Seidel, 2006). Ekstraksi dapat dibuat dengan dua macam metode, yaitu ekstraksi cara dingin (maserasi dan perkolasi) dan ekstraksi cara panas (refluks, infusa, dekokta dan sokletasi). Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000). Prinsip dari metode maserasi adalah merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari, kemudian cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga-rongga sel yang mengandung zat aktif, karena adanya perbedaan konsentrasi larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel. Zat aktif akan larut, kemudian larutan yang pekat akan terdesak keluar. Keunggulan dari metode maserasi ialah cara pengerjaan dan alat-alat yang digunakan sangat sederhana dan mudah diusahakan. Adapun kelemahan metode maserasi adalah proses kerja memerlukan waktu yang cukup lama serta hasil penyariannya kurang sempurna (Depkes RI, 1986). 7.
Cairan Penyari Cairan penyari yang digunakan dalam ekstraksi dipilih berdasarkan kapasitasnya
dalam melarutkan jumlah maksimum bahan aktif yang diinginkan dan jumlah minimum bahan aktif yang tidak diinginkan. Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, ekonomis, dan aman untuk digunakan (Depkes RI, 2000). Cairan penyari yang harus digunakan untuk proses ekstraksi harus memenuhi syarat kefarmasian atau dalam perdagangan dikenal dengan kelompok spesifikasi “pharmaceutical
grade”. Cairan penyari yang boleh digunakan adalah air dan etanol serta campurannya. Cairan penyari lain seperti metanol, heksana, toluene, kloroform serta aseton, pada umumnya hanya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Penggunaan cairan penyari metanol dihindari karena sifatnya yang toksik (akut dan kronik). Namun, jika dalam uji sisa cairan penyari dalam ekstrak menunjukkan hasil negatif, maka metanol sebenarnya merupakan cairan penyari yang lebih baik dari pada etanol (Depkes RI, 2000).
F. LANDASAN TEORI Simvastatin adalah obat golongan statin yang digunakan sebagai penurun kadar kolesterol bagi pasien hiperkolesterol. Obat ini bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim HMG-CoA reduktase
dalam sintesis kolesterol. Selain ini, hasil uji klinik
menunjukkan bahwa simvastatin juga dapat
menurunkan kadar LDL (Katzung, 2002).
Simvastatin dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL sehingga kecepatan metabolisme LDL oleh hati menjadi lebih cepat, dan simpanan LDL plasma menjadi berkurang (Katzung, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Uneputty dkk. (2013), menunjukkan bahwa potensi infusa daun sirsak dapat menurunkan kadar kolestol tikus putih jantan (Rattus novergicus). Sitosterol dan kalium adalah senyawa aktif yang terdapat dalam daun sirsak yang diduga dapat menurunkan kadar kolesterol. Kemampuan kalium sebagai penurun kadar kolesterol darah adalah dengan cara mengikat dan mengeluarkan kolesterol yang berada pada pembuluh darah. Sementara itu, mekanisme sitosterol dalam menurunkan kadar kolesterol adalah menghambat absorpsi kolesterol dari saluran cerna dan memperkecil esterifikasi kolesterol dalam sel epitel. Penelitian lain yang dilakukan oleh Posangi dkk. (2012) menyimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus Wistar.
Simvastatin dan daun sirsak mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dalam pengobatan hiperkolesterol. Menurut Lindarto (2006) penggunaan dua macam obat dalam pengobatan hiperkolestrol lebih efektif, dibandingkan dengan pengobatan monoterapi. Syarat dari terapi kombinasi yaitu masing-masing senyawa obat harus memiliki mekanisme kerja yang berbeda.
G. HIPOTESIS 1. Pemberian ekstrak etanol daun sirsak dapat menurunkan kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak? 2.
Pemberian kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin memiliki efektifitas yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dibandingkan dengan pemberian ekstrak tunggal atau simvastatin tunggal.
3.
Pemberian kombinasi ekstrak etanol daun sirsak dan simvastatin memiliki efektifitas yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar LDL tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak dibandingkan dengan pemberian ekstrak tunggal atau simvastatin tunggal.