ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi kasus konsumen Pocari Sweat pada masyarakat Ciputat)
SKRIPSI
Oleh Sukarman 103081029321
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA 1429 H/2008
Hari ini tanggal 15 April 2008. telah melakukan ujian skripsi atas nama : Sukarman, NIM 103081029321. Dengan judul skripsi ”ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN” (Studi kasus konsumen Pocari Sweat pada masyarakat Ciputat), memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini suadah sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 April 2008
Tim Penguji Skripsi
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid. MS NIP : 131. 474.891
Heryanto. SE. M.Si NIP : 131. 569.931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ir. Ahmad Rodoni. MM NIP : 150. 317.955
Hari ini tanggal 15 April 2008. telah melakukan ujian skripsi atas nama : Sukarman, NIM 103081029321. Dengan judul skripsi ”ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN” (Studi kasus konsumen Pocari Sweat pada masyarakat Ciputat), memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini suadah sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 April 2008
Tim Penguji Skripsi
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid. MS NIP : 131. 474.891
Heryanto. SE. M.Si NIP : 131. 569.931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ir. Ahmad Rodoni. MM NIP : 150. 317.955
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Akhir-akhir ini minuman isotonik mempunyai pelanggan yang makin banyak dan meningkat dari tahun ketahun, hal itu di antaranya bisa dilihat dari makin mudahnya ditemukan penjual yang memasarkan produk isotonik itu sendiri, dengan gampang bisa kita jumpai penjual minuman isotonik itu di setiap sudut tempat belanja kebutuhan sehari-hari, mulai dari pedagang kaki lima yang menjajakan dipinggiran jalan, kios-kios dan toko-toko kecil di pasar sampai pusat pembelanjaan mewah berupa mal. Masyarakat semakin banyak yang tahu, paham dan mengerti akan perlunya pengganti cairan dan elektrolit yang hilang karena berbagai aktifitas yang dilakukan. Minuman isotonik menjadi salah satu jawaban karena
minuman isotonik membantu menggantikan cairan dan
elektrolit yang hilang, minuman isotonic dengan cepat meresap ke dalam tubuh karena osmolaritasnya yang baik dan terdiri dari elektrolit- elektrolit untuk membantu mengganti cairan tubuh. Permintaan pasar minuman isotonik dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal itu juga membuat perkembangan produsen minuman isotonik dari tahun ke tahun terus bertambah. Tapi berkembangnya produsen minuman isotonik setiap perusahaan berbeda tergantung dari berhasil atau tidaknya perusahaan itu menerapkan strategi bauran pemasarannya.
Minuman dengan rasa khas yang mengandung isotonik yang dikemas dalam kaleng kian banyak macamnya, di anataranya Pocari sweat. Pocari Sweat sangat cepat perkembangannya dan sekarang menjadi market leader di pasar mimunan isotonik di Indonesia. Pocari Sweat mulai memasuki pasar Indonesia tahun 1990. Pertama kali masuk ke Indonesia hanya 30.000 kaleng setahun, Ini pun harus didatangkan dari pabrik minuman Pocari Sweat di Korea Selatan. Pada tahun 1991, PT Amerta Indah Otsuka perusahaan yang memproduksi Pocari Sweat mendirikan pabrik di Lawang kabupaten Malang Jawa Timur, memproduksi minuman Pocari Sweat Pada waktu itu pabrik memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan. Pabrik di Lawang beroperasi selama 13 tahun (1991- 2004), pada bulan Januari 2004 diputuskan memindahkan pabrik ke Sukabumi. Pertimbangannya untuk lebih menekan biaya produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Pabrik penghasil minuman Pocari Sweat di Sukabumi saat ini telah mampu memproduksi 14 juta kaleng per bulan.. Melihat pasar Indonesia menjadi pasar yang potensial untuk minuman isotonik, sehingga saat ini, telah banyak pemain yang masuk di pasar minuman isotonik. Mulai dari Kino Sweat dari Gorup Kino, X-Ion dari PT Dankos Laboratories, Zporto dari PT Triusaha Mitraharja, Vita Zone dari Mayora, Mizone dari Aqua-Danone, sampai dengan Pocari Sweat dari PT Amerta Indah Otsuka (AIO) yang saat ini menjadi pemimpin pasar. Namun, seiring dengan ketatnya kompetisi, maka satu-persatu hilang begitu saja. Dan sampai saat ini, tinggal beberapa merek saja yang masih bertahan
pocari sweat cegah penyumbatan pembuluh darah bandara internasional di jepang paling waspada terhadap penumpang pesawat jarak jauh yang mungkin mengalami sindrom deep vein thrombosis (dvt). dokter di bandar udara itu, dilengkapi peralatan yang memadai, selalu siaga setiap kali ada penerbangan jarak jauh mendarat maklum dvt yaitu penggumpalan darah pada pembuluh darah balik (vena) bisa mematikan bila ada gumpalan darah yang terhanyut di pembuluh vena tersebut dan kemudian menyumbat paru-paru yang membuat orang jadi terganggu pernapasannya. dvt atau vte (venous thrombo embolic) dulu banyak terjadi pada penumpang pesawat jarak jauh kelas ekonomi yang selama perjalanan kesulitan atuu tidak banyak bergerak sehingga sindrom ini juga dikenal sebagai economic class syndrome. gangguan inilah yang beberapa waktu lalu divonis sebagai penyebab meninggalnya seorang wanita inggris setelah terbang selama 24 jam dari australia ke london. bila tidak meninggal penderita gangguan ini bisa mengalami pembengkakan di kaki, kram atau pegal pegal. kondisi ini bahkan bisa berlangsung sampai berhari-hari setelah turun dari pesawat antara lain untuk membantu mencegah terjadinya gangguan tersebut saga nutraceuticals research institute (snri) lembaga penelitian milik otsuka pharmaceutical, produsen minuman isotonik pocari sweat melakukan suatu penelitian. dalam penelitian yang dilakukan bekerjasama dengan japan air line (jal) tersebut menurut masao sakurai kepala peneliti di snri sebanyak 12 pria berusia 24 - 38 tahun diminta duduk diam (seperti naik pesawat terbang) selama empat jam. secara acak sebagian dari mereka diberi minum pocari, sebagian lain air minum biasa, dan sisanya diberi plasebo. ketika dari kaki subjek penelitian kemudian diperiksa darahnya, terlihat bahwa duduk selama empat jam dengan plasebo ternyata meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan plasma darah hingga 40 persen. sementara air minum biasa terlihat bisa
menggantikan cairan tubuh yang hilang tetapi tak sanggup mempertahankan jumlah plasma darah dan kekentalan darah. efektivitas air mmnum itu akan hilang bersama terbuangnya cairan tubuh baik melalui urin maupun pernapasan. sebaliknya volume plasma darah pada mereka yang minum pocari sweat tetap terjaga selama dua jam. tingkat kenaikan kekentalan darah pun bisa dicegah oleh cairan tersebut. demikian pula ketika penelitian dilanjutkan dengan mengadakan penerbangan selama 9 jam dari jepang ke amerika. dari total sampel 40 orang pria berusia di bawah 40 tahun yang diperlakukan seperti pada penelitian sebelumnya diperoleh kesimpulan bahwa konsumsi pocari sweat dalam penerbangan panjang mampu menjaga terjadinya hypovolemia, yaltu kondisi penurunan volume plasma darah. sebab umum terjadinya hypovolemia adalah dehidrasi, perdarahan, luka bakar, atau penggunaan obat-obatan. pengobatan bisa dilakukan dengan istirahat selama 30 menit, konsumsi cairan dengan tingkat gula sedang, minum jus buah, dan pada kasus parah bahkan juga dianjurkan untuk transfusi darah. menurut masao sakurai kandungan elektrolit pada pocari sweat menjadi kunci mengapa kekentalan dan volume plasma darah bisa terjaga pada mereka yang banyak mengeluarkan cairan tubuh. “kalau diganti dengan air minum biasa, cairan tubuh memang bisa tergantikan, tetapi elektrolitnya tidak. jadi, ketika air minum pengganti cairan tubuh itu dikeluarkan lagi, baik lewat urin maupun pernapasan, efektivitasnya ikut hilang,” katanya.
Produk minuman isotonik asal Jepang ini awalnya bisa dibilang gagal di pasar Indonesia. Sejak dipasarkan tahun 1990-an, kinerja penjualannya seperti membentur tembok. Pasarnya tak kunjung berkembang walaupun potensinya amat besar. Akan tetapi sekarang, bagi pengelola PT. Amerta Indah Otsuka (AIO) – produsen dan pemasar Pocari – berbagai kegagalan dan cerita sedih itu adalah kisah masa lalu. Dari tahun 2002 ke tahun 2003,
penjualannya meningkat 50%, dan berdasarkan data yang sudah masuk hingga September diperkirakan meningkat minimal 80%. Bagaimanapun, prestasi yang dicapai Pocari luar biasa. Di tengah persaingan sektor minuman yang sangat ketat, bisa meraih peningkatan penjualan tahunan sebesar 50% tentu menakjubkan. Dari data Indocommercial, rata-rata peningkatan produk minuman energi dan minuman kesehatan di Indonesia hanya 28,6% per-tahun. Berarti, Pocari bisa tumbuh jauh mengungguli industrinya. Bagi manajemen AIO, kinerja sekarang ini merupakan jerih payah dan ketersendatan yang pernah dialami pada tahun-tahun pertama mengenalkan Pocari. Pada awal penetrasi, persepsi masyarakat di Indonesia terhadap Pocari masih kabur. Salah persepsi ini tidak hanya datang dari konsumen, melainkan juga pedagang dan pengecer. Terbukti Pocari Sweat masih sering dipajang bersebalahan dengan minuman ringan seperti Coca-cola, Sprite dan Fanta. Bahkan juga dengan minuman air mineral seperti Aqua, Vit dan 2 Tang. Padahal Pocari merupakan minuman isotonik yang jelas berbeda dari minuman ringan, minuman energi ataupun minuman mineral. Perbedaan ini yang belum dimengerti oleh sebagian konsumen dan penjual. Sebagai minuman isotonik, fungsi Pocari adalah menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat olah raga atau dehidrasi. Komposisinya sengaja dibuat mirip dengan cairan yang ada dalam tubuh manusia. Jadi, dengan minum Pocari bukan bertambah tenaganya seperti pada minuman energi (energy drink), melainkan membuat tenaga cepat pulih seperti sediakala. Fungsi minuman isotonic hanya memulihkan, tidak menambah tenaga. Nasib Pocari yang terseok-seok di Indonesia sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Jepang. Di Jepang, awalnya Pocari juga susah, tidak laku.
Strategi Pemasaran Segmen pasar yang ingin dibidik Pocari adalah masyarakat umum yang beranggapan bahwa minuman isotonik ini dapat memulihkan tenaga. Oleh karena itu manajemen AIO membentuk tim detailer (semacam medical representative pada produk obat-obatan). Mereka ditugasi para opinion leader semisal para dokter agar mau merekomendasi Pocari kepada pasiennya.
Kemudian AIO pun melakukan presentasi untuk mengedukasikan Pocari di berbagai forum, misalnya acara-acara seminar. AIO memiliki tim-tim khusus yang disiapkan untuk melakukan presentasi. Para salesman Pocari adalah marketer yang sekaligus berfungsi untuk memberikan edukasi dan penjelasan. Promosi juga dilakukan melalui kegiatan sampling di berbagai target pasar potensial seperti sport center dan spa. Selain itu, sampling juga dilakukan di sekolah-sekolah sembari memberi penjelasan kepada siswa tentang manfaat Pocari. Mereka berprinsip, jika konsumen tidak diberi kesempatan mencoba gratis, mungkin mereka tak akan pernah mencoba selamanya. Promosi lain yang dilakukan Pocari adalah melalui kegiatan periklanan yang lumayan gencar, seperti melalui endorser Mia Audina, pemain bulu tangkis Indonesia yang kini telah pindah ke Belanda. Selain itu juga dikeluarkan iklan versi mumi. Terakhir kali, Pocari mengeluarkan iklan terbaru versi astronot dengan tema POCARI SWEAT GOES TO SPACE. Iklan versi ruang angkasa tersebut bekerja sama dengan pesawat luar angkasa Rusia, Soyuz. Konon iklan ini merupakan iklan komersial pertama yang dibuat di luar angkasa yang pembuatannya diserahkan kepada Dentsu, Inc, Jepang berkerja sama dengan National Space Development of Japan, Russian Aviation, dan Space Agency. Dari seluruh aktivitas periklanan itu, Nielsen Media mencatat, iklan Pocari tiap tahun terus meningkat.
Positioning yang dikehendaki Produk : Minuman isotonic (health drink) Target pasar : Olahragawan, para pasien di rumah sakit atau klinik, pelajar Keuntungan : Minuman yang bisa di pakai kapan saja dan dalam kondisi apa saja Proporsi nilai : Memulihkan tenaga, Mencegah dehidrasi, Minuman kesehatan baik di kala sehat atau sakit.
Strategi Pocari Sweet Persepsi masyarakat yang terkadang masih kabur terhadap produk Pocari Sweat sebagai minuman kesehatan (health drink) dapat diubah dengan jalan melakukan promosi yang
edukatif kepada konsumen. Hal ini sudah dijalankan Pocari Sweat yang sudah membentuk armada detailer dan sampling program. Ada beberapa strategi pemasaran yang tepat dijalankan untuk produk Pocari Sweat di tengahtengah kompetitor yang mulai bermunculan : 1. Iklan di media cetak maupun televisi dengan jalan endors terhadap tokoh
terkemuka
yang kompeten terhadap produk minuman ini 2. Pembuatan iklan yang lain dari yang lain seperti yang sudah pernah diluncurkan Pocari (Pocari Sweat Goes to Space). 3. Menekankan positioning bahwa Pocari bukan semata-mata minuman untuk orang sakit, tapi minuman yang bisa dipakai kapan saja dan dalam kondisi apa saja. 4. Penambahan varian kemasan bukan pada rasa ataupun ingredient, dengan jalan meluncurkan kemasan sachet isi 15 gram yang harga ritelnya hanya Rp. 1.500,-. Dengan demikian, hal ini dapat memperluas Pocari ke segmen-segmen konsumen yang lebih rendah. Yang jelas kini di pasar Pocari bak pemain yang bermain sendirian, karena para competitor di pasar minuman isotonic relatif diam dan pasarnya belum signifikan. Pocari hadir sebagai health drink yang dikaitkan dengan dunia olah raga. Produk ini mendapat sambutan cukup bagus, karena Pocari memang dibutuhkan untuk mengisi penyerapan cairan tubuh. Sehingga bila olahragawan minum Pocari sehabis olah raga tidak akan terjadi dehidrasi. Sampai saat ini, telah banyak pemain yang masuk di pasar minuman isotonik. Mulai dari Kino Sweat dari Gorup Kino, X-Ion dari PT Dankos Laboratories, Zporto dari PT Triusaha Mitraharja, Vita Zone dari Mayora, Mizone dari Aqua-Danone, sampai dengan Pocari Sweat dari PT Amerta Indah Otsuka (AIO) yang saat ini menjadi pemimpin pasar. Namun, seiring dengan ketatnya kompetisi, maka satu-persatu hilang begitu saja. Dan sampai saat ini, tinggal beberapa merek saja yang masih bertahan.
Berdasarkan hasil riset yang kami lakukan terhadap beberapa merek di kategori ini, setidaknya ada dua merek yang bersaing sangat ketat, yaitu sang pemimpin pasar “Pocari Sweat” dan
merek yang terus berusaha untuk menyalipnya, Mizone. Lebih jelas dapat dilihat di tabel di bawah ini (hubungi riset MARS 021-4753080).
Data tersebut memperlihatkan bahwa saat ini Pocari Sweat masih menjadi Top of Mind di bisnis kategori minuman isotonik. Namun kalau melihat dari sisi iklan, ternyata iklan Mizon lebih disukai konsumen. Lalu yang menjadi pertanyaan, apa yang menyebabkan Pocari Sweat tetap menjadi Top of Mind? Ataukah iklan sudah tidak lagi mempengaruhi penjualan dan Top of Mind bagi konsumen?
Mengacu pada konsep Hierarchy of effect, bahwa untuk sampai pada proses ‘adoption’ atau kondisi dimana konsumen telah menjadi pelanggan setia maka perusahaan tidak hanya perlu meningkatkan awareness melalui iklan. Tetapi juga perlu ada transfer product knowledge kepada konsumen. Artinya, perusahaan harus mampu membuat konsumen benar-benar memahami apa benefit yang diterimanya. Nah, Pocari Sweat telah melakukan transfer knowledge mengenai manfaat minuman isotonik sejak enam tahun lalu. Jadi, sangat wajar bila konsumen masih banyak yang lebih percaya terhadap merek Pocari Sweat.
Namun, efek dari gencarnya iklan-iklanya yang menarik yang dilakukan Mizone tetap sangat ampuh dalam meningkatkan awareness dan penjualan. Buktinya, saat ini Mizone telah menjadi pesaing terberat di pasar ini. Berbeda dengan merek lainnya yang bernasib kebalikannya. Sehingga, di pasar ini tinggal Mizone dan Pocari Sweat yang terus bersaing memperebutkan tempat pertama.
Untuk itu, yang perlu dilakukan Powerade saat ini adalah tidak sekedar membuat iklan yang gencar dan menarik, tetapi juga perlu ada transfer knowledge atau edukasi pasar yang efektif dan jitu. Sehingga, bukan tidak mungkin Powerade akan bisa menyalip posisi Mizone maupun Pocari Sweat dan menjadi pemimpin pasar. Akhirnya, baik Pocari sweat, Mizone, dan Vitazone tentu harus berhati-hati. Dan sekarang tinggal menunggu, apakah Powerade akan mampu menjadi pesaing utama Pocari Sweat atau Mizone? Ataukah akan bernasib seperti merek lainnya
Tapi Focari Sweat tetap sampai saat ini masih menjadi leader market, mengapa konsumen bisa terus menjatuhkan pilihannya tetap di Focari Sweat belum bisa diketahui secara pasti, oleh karena itu penulis mencoba menelitinya pada kasus skripsi yang berjudul.
” ANALIS PENGARUH BAURAN PEMASARA N DAN FAKTOR SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN ”
B. IDENTIFIKASI MASALAH Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi seorang konsumen, sehingga seorang konsumen menjatuhan pilihan pada produk Pocari Sweat. 2. Mengetahui mengapa konsumen minuman isotonik tetap memilih Pocari Sweat padahal banyak minuman isotonik yang lain yang memberikan kelebihan tersendiri. 3. C. PEMBATASAN MASALAH Supaya tulisan ini terarah dan tercapai tujuan yang diharapkan, maka penulis membatasi permasalahan pada analisis pengaruh bauran pemasaran dan pengaruh factor sosia terhadap keputusan pembelian Pocari Sweat di lingkungan masyarakat Ciputat baik penduduk asli maupun pendatang.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah sebagai berikut : Apakah strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Pocari Sweat mempunyai dampak yang signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen, dari perumusan tersebut dapat diturunkan beberapa penelitian yaitu: 1. Apakah ada pengaruh produk, harga, distribusi, promosi dan factor sosial terhadap keputusan pembelian 2. Faktor manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian di antara produk, harga, distribusi, promosi dan factor sosial
E. TUJUAN DAN MANFAAT 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh produk, harga, distribusi, promosi dan factor sosial terhadap keputusan pembelian pocari sweat b. Untuk mengetahui factor yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian 2. Manpaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari Skripsi ini adalah: 1. Bagi konsumen Bisa menjadi informasi dan menambah wawasan bagi konsumen minuman isotonik khususnya konsumen pocari sweat. 2. Bagi produsen
Bagi PT Amerta Indah Otsuka sebagai produsen Pocari Sweat, hasil penelitian ini di harapkan bisa menjadi sumber informasi, masukan serta saran untuk kemajuan PT Amerta Indah otsuka di masa mendatang.. 3. Bagi akademisi Tulisan ini diharapkan bias bermanpaat dan menjadi sumber reperensi dan kontribusi pemikiran bagi pihak akademis 4. Peneliti Tulisan ini pun diharapkan menjadi penunjang bagi pihak peneliti penelitian selanjutnya. .
dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN MANAJEMEN PEMASARAN Manajemen adalah proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatankegiatan kerja agar di selesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melaui orang lain. (Stephen P Robbin dan Mary Coulter, 1999: 8). Menurut Boone dan Kurtz (2002) mendefinisikan manajemen sebagai proses untuk mencapai tujuan organisasi melalui manusia dan sumber daya yang ada (dalam jurnal inovasi Manajemen Vol 1, no 2, 2005). Menurut Richard L Daft (2002) mendefinisikan manajemen adalah pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya organisasi (dalam jurnal inovasi Manajemen Vol 1, no 2, 2005). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan alat yang penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui fungsi manajemen dengan memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki. Pemasaran adalah proses manajerial dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan memuaskan mereka dengan cara memberikan produk dan layak dalam usaha mencapai tujuan perusahaan (Kamus lengkap ekonomi, Christoper Pass, Bryan Clowes, Lealiie davis, Erlangga, Jakarta 1994, Edisi II.)
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Philip kotler, 2002 : 9). Definisi ini berdasarkan konsep inti : kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran transaksi dan hubungan pasar, pemasaran serta pasar.
B. MARKETING MIX Marketing Mix adalah kombinasi dari empat variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi dan system distribusi (Basu Swasta, 1995 : 78). Sedangkan Sofyan Sauri mendefinisikan bauran pemasaran sebagai berikut : “ kombinasi variable atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, varaiabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen ( Sofyan sauri, 2004, 198). Istilah bauran pemasaran mengacu pada strategi terpadu yang memadukan produk, harga, promosi dan distribusi. Masing-masing unsur dari dari bauaran tersebut memerlukan masukan dari penelitian konsumen (James F Engel, 1994, 15). Apabila pasar sasaran telah ditentukan melalui riset pemasaran, maka perusahaan harus menyusun rencana untuk memasuki pangsa pasar yang telah dipilih, rencana tersebut akan berisi keputusan yang terbagi kedalam empat strategi yaitu :
Strategi Produk (Product), Strategi Harga (Price), Strategi Distribusi (Place), Strategi Promosi (Promotion) (Murti Suimarni, 2002, 246).
C. PRODUK (PRODUCT) Produk adalah suatu istilah umum yang meliputi barang-barang (goods), jasa (service), aktiva (asset), atau masukan factor(factor infut). Adapun pendapat lain adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (fandy Tjiptono, 2000, 95). Produk yang dihasilkan oleh dunia usaha pada umumnya berbentuk dua macam, yaitu produk yang berwujud dan produk yang tidak berwujud. Produk yang berwujud adalah berupa barang yang dapat dilihat, dipegang dan dirasa secara langsung sebelum dibeli, produk yang tidak berwujud adalah berupa jasa dimana tidak dapat dilihat atau dirasa sebelum dibeli. Tujuan utama dari pemasaran produk adalah bagaimana produk yang dibuat dapat laku dipasaran, untuk mencapai tujuan tersebut maka sebuah produk haruslah diciptakan dengan memperhatikan tingkat kualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu sebuah produk yang berkualitas tinggi mempunyai nilai yang lebih dibandingkan produk lainnya, hal ini yang biasa disebut dengan produk plus. Ada beberapa keuntungan atau manfaat dari yang dapat dipetik dengan adanya produk plus, misalnya :
a. Untuk meningkatkan penjualan. Dalam hal ini produk yang dimiliki akan menjadi pembicaraan dari mulut ke mulut antara konsumen. b. Menimbulkan rasa bagi konsumennya. Hal ini disebabkan produk yang dijual memiliki keunggulan dibandingkan produk pesaing c. Menimbulkan kepercayaan. Dalam hal ini akan memberikan keyakinan kepada konsumen akan kesenangan dari pasilitas yang diberikan d. Menimbulkan kepuasan. Pada akhirnya konsumen akan mendapatkan kepuasan dari produk atau jasa yang dijual sehingga kecil kemungkinan pindah ke produk lain. Dalam menciptakan produk plus tidaklah mudah, untuk itu diperlukan kondisikondisi yang satu sama lainnya saling mendukung. Kondisi-kondisi untuk menciptakan produk-produk plus tersebut sangat tergantung dari : a. Pelayanan yang prima b. Pegawai yang profesional c. Sarana dan prasarana yang dimiliki haruslah dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat d. Lokasi dan layout gedung dan ruangan e. Nama baik yang ditunjukan dari citra dan prestasi perusahaan
Persaingan bisnis atau usaha dewasa ini sangatlah ketat, maka jika suatu perusahaan tidak mampu bersaing terutama dalam strategi produk, perusahaan tersebut bisa saja di tinggal oleh konsumennya. Oleh karena itu, setiap perusahaan di dalam
mempertahankan
dan
meningkatkan
penjualan,
perlu
mengadakan
usaha
penyempurnaan dan perubahan produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan kegunaan dan kepuasan serta daya tarik konsumen yang lebih besar. Pada dasarnya, seorang pembeli suatu produk karena produk tersebut merupakan sebuah kebutuhan. Namun seorang pembeli suatu produk bukan karena fisik semata, melainkan juga manfaat yang timbul dari produk tersebut, setidaknya ada tiga tingkatan produk yang dibeli oleh konsumen, yaitu: a. Produk inti (care product) merupakan inti atau dasar yang sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh atau didapatkan oleh seorang konsumen dari produk tersebut. b. Produk normal (formal produk), yang merupakan bentuk, model, kualitas atau mutu dan kemasan yang menyertai produk tersebut. c. Produk tambahan (augemanted product), adalah tambahan produk formal dengan berbagai jasa yang menyertainya. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam dunia usaha dan bisnis dituntut untuk dapat bertahan hidup di tengah persaingan dengan perusahaan lain Bagi sebuah perusahaan yang memproduksi suatu produk tidak akan terlepas dari beberapa hal di bawah ini : a. Penentuan logo dan motto Logo merupakan ciri khas suatu perusahaan sedangkan motto serangkaian katakata yang berisikan misi dan visi dari sebuah perusahaan dalam melayani
masyarakat. Logo dan moto juga sering disebut sebagai ciri produk. Baik logo maupun motto harus dirancang dengan benar, pertimbangan logo dan motto adalah sebagai berikut : 1) Memiliki arti (dalam arti positif) 2) Menarik perhatian 3) Mudah diingat
b. Menciptakan merek Karena jasa memiliki beraneka ragam, maka setiap jasa harus memiliki nama. Tujuan agar mudah dikenal dan diingat pembeli. Namun inti kita kenal dengan merek. Untuk berbagai jenis produk perlu diberikan merek tertentu. Penciptaan merek harus harus mempertimbangkan factor-faktor sebagai berikut : 1) Mudah diingat 2) Terkesan hebat dan modern 3) Memiliki arti (dalam arti positif) 4) Menarik perhatian c. Menciptakan kemasan Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam dunia perusahaan kemasan lebih diartikan kepada memberikan pelayanan atau jasa kepada konsumen.
d. Keputusan Label Label merupakan sesuatu yang dilengketkan pada produk yang ditawarkan yang merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label dijelaskan siapa yang membuat, dimana dibuat, cara menggunakan, waktu kadaluarsa, komposisi, dan informasi lainnya. Selain hal-hal diatas, diatur daur hidup produk juga harus mendapatkan perhatian karena jika tidak diperhatikan maka bisa berakibat gagalnya pemasaran secara umum. daur hidup produk dibagi dalam lima tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (Introduction) Tahap ini perusahaan belum memperoleh laba, dan tingginya biaya promosi, untuk keluar dari tahap ini terkadang diperlukan waktu yang lama. Ciri-ciri tahap ini : a. Biaya tinggi b. Volume penjualan rendah c. Merugi dan saluran distribusi terbatas d. Penuh resiko e. Program promosi di rancang untuk merangsang permintaan primer f. Tipe produk yang ditawarkan bukan merk pabrik 2. Tahap pertumbuhan (Growth)
Pada tahap ini produk sudah diterima oleh pasar, kemudian penjualan sudah semakin besar dan laba pun sudah mulai dipetik, adanya peningkatan permintaan dan masuknya satu persatu pesaing yang mungkin dapat menjadi ancaman untuk tahap selanjutnya Ciri-ciri tahap ini : a. Penjualan dan laba meningkat dengan cepat b. Promosi mulai di tekan, bukan pada tipe produk c. Distribusi meningka
3. Tahap kedewasaan Pada tahap ini penjualan terus meningkat dan akan mencapai puncak kemudian turun secara perlahan akbiat mulai gencarnya pesaing masuk. Dalam tahap ini laba relatif stabil. Ciri-cirinya tahap ini : a. Volume penjualan tetap naik, akan tetapi sudah menurun demikin pula keuntungan yang diperoleh. b. Persaingan harga mulai tajam c. Upaya promosi harus intensif
4.
Tahap Penurunan
Pada tahap ini penjualan menurun dengan cepat dan seiring dengan menurunnya penjualan, maka laba pun semakin menurun dan pada akhirnya akan rugi. Ciri-ciri : a. Permintaan produk merosot b. Para pesaing mulai mundur dari pasar, karena tidak sanggup bertahan dengan kemunduran atau kemerosotan penjualan, ada pula yang tukar haluan.
D. HARGA (PRICE) Harga dapat dikatakan sebagai titik pertemuan antara kurva penawaran dan kurva permintaan, harga adalah jumlah uang (ditambah jumlah produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk menciptakan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya ( Basu Swasta, 1997, 241). Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara tepat. Harga meruapakan satu-satunya marketing mix yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya iuran, tarif, sewa, bungan, premium, komisi, upah, gaji, honorarium.
Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan suatu moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pada setiap produk atau jasa yang ditawarkan, bagian pemasaran berhak menentukan harga pokoknya. Factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan harga tersebut antara lain : biaya, keuntuntungan, praktek persaingan dan perubahan keinginan pasar. Kebijaksanaan harga ini menyangkut pula penetapan jumlah potongan, mark up, mark down dan sebagainya. Harga dalam sebuah perusahaan harus ditentukan, penetuan harga oleh suaru perusahaan dimaksudkan dengan berbagai tujuan yang hendak dicapai. 1. Tujuan penetapan harga secara umum : a. Bertahan hidup (Survival) Artinya dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi persaingan yang tinggi, dalam hal ini perusahaan menetukan harga semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang ditawarkan laku dipasaran.
b. Untuk memaksimalkan laba Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat sehingga laba ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi c. Untuk memperbanyak konsumen
Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan jumlah konsumen meningkat dan diharapkan pula konsumen pesaing beralih ke produk yang kita tawarkan d. Mutu Produk Tujuan dalam hal suatu produk adalah untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan biasanya harga ditentukan setinggi mungkin e. Karena pesaing Dalam hal ini, penentuan harga produk atau jasa yang kita tawarkan dengan melihat harga pesaing kita. 2. Pentingnya menetapkan harga a. Dalam perekonomian 1. Harga sebagai landasan penentuan biaya produksi 2. Harga sebagai alat pengukur dasar dalam sebuah sistem ekonomi 3. Harga sebagai kunci dalam perdagangan 4. Penting pada masa Inflasi dan resesi, karena secara psikologis akan mempengaruhi konsumen
b. Dalam perusahaan perorangan 1. Mempengaruhi posisi perusahaan di pasar 2. Sebagai penentu utama permintaan pasar
3. Mempengaruhi pendapatan dan laba perusahaan 4. Mempengaruhi program pemasaran perusahaan 3. Metode Penetapan harga Ada tiga variasi yang dipergunakan dalam penetapan harga a. Harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan. Metode ini menyatakan bahwa penetapan harga satu unit produk sama dengan biaya total unit ditambah dengan laba yang diinginkan dari setiap unit produk. b. Harga didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar dengan suplai Metode penetapan harga ini paling cocok bagi perusahaan yang tujuan penetapan harganya memaksimalkan laba, bagi perusahaan lain, metode ini juga penting untuk diketahui sebagai perbandingan metode atau dapat didayagunakan di dalam situasi khusus Dalam proses penetapan harga berdasarkan keseimbangan dan suplai ini, diasumsikan bahwa perusahaan akan terus menjual dan memproduksi jumlah unit yang lebih banyak selama jumlah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan unit terakhir lebih besar dari biaya marginal. c. Harga didasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang bersaing. Metode penetapan harga ini berorientasi pada kekuatan pasar, di mana harga jual bisa sama dengan produk pesaing, bisa diatas, dan bisa juga di bawah harga produk pesaing.
Metode ini bisa dipakai apabila terjadi persaingan yang sangat tajam dan produk tidak terlihat perbedaannya dengan produk pesaing, dan adanya pasar oligopoli. Penetapan harga di atas harga pesaing biasanya dilakukan perusahaan apabila produk yang dimilikinya benar-benar unik dibandingkan produk pesaing, atau adanya reputasi yang sangat baik. 4. Kebijakan dan strategi harga Kebijakan harga merupakan keputusan-keputusan mengenai harga yang ditetapkan oleh manajemen. Kebijakan harga dilakukan bilamana situasi atau strategi tertentu menuntutnya. Potongan harga dan kelonggaran merupakan salah satu cara yang ditawarkan perusahaan untuk mencapai kenaikan hasil atau penjualan. A. Potongan harga Potongan harga terdiri dari : 1. Potongan kuantitas (Quantity Discount), yaitu pengurangan harga jual bagi pembeli yang telah membeli dalam jumlah besar. 2. Potongan kumulatif (Cumulatif Discount), yaitu potongan yang diberikan atas dasar volume total pembelian yang dilakukan pada suatu periode tertentu. 3. Potongan dagang (Trade discount), yaitu potongan yang dilakukan oleh produsen kepada saluran distribusinya bila mereka ikut berperan dalam penyimpanan, penjualan dan pencatatan. Potongan dagang ini
disebut juga potongan fungsional, yaitu potongan yang diberikan kepada perantara karena menjalankan fungsi pemasaran. 4. Potongan Rabat Tunai (cash discount), yaitu potongan atau pengurangan harga jual bagi pembeli yang membayar hutangnya tepat atau mendahului waktu yang telah ditentukan. 5. Potongan musiman (Seasional discount), yaitu pengurangan harga bagi siapa saja yang membeli barang pada musim-musim sepi. Potongan ini memungkinkan penjual menjaga stabilitas produksinya selama periode itu. 6. Kelonggaran promosi (Promotion Allawances), yaitu potongan harga atau pembayaran yang digunakan untuk memberi imbalan kepada dealer yang berperan dalam iklan atau promosi. B. Penetapan harga promosi Yaitu penetapan di bawah daptar harga bahkan dibawah harga pokok, yang dilakukan pada saat tertentu dalam rangka promosi C. Penetapan harga diskriminasi Terjadi bila perusahaan menjual barang atau jasa yang berbeda-beda meskipun perbedaan biaya produk tersebut tidak proporsional dengan perbedaan harga. Terdiri dari empat dasar penetapan harga diskriminasi : 1. Konsumen,
yaitu
pembayaran
konsumen yang berlainan.
yang
berbeda-beda
bagi
Misal : Anak-anak dan dewasa membayar karcis yang berbeda kalau masuk kolam renang. 2. Bentuk produk, produk yang sedikit berbeda diberi harga yang berlainan dan tidak proporsional dengan perbedaan biayanya. Misal : sabun mandi LUX dijual lebih mahal daripada sabun madi Lifebuoy. 3. Tempat, produk yang dipasarkan di pasar yang berbeda akan ditawarkan dengan harga yang berbeda pula, walaupun biaya pemasaran di tempat-tempat yang berbeda tersebut tidak berbeda sebesar perbedaan harga jual. Misal : bioskop memasang tarif yang berbeda untuk kursi depan, tengah dan belakang. 4. Waktu, harga ditetapkan menurut musim, hari, bahkan jam. Misal : Harga telepon berbeda siang hari dibanding dengan malam hari sampai jam 06.00. D. Penetapan harga produk baru Penetapan harga di mana perusahaan membedakan antara penetapan harga inovasi produk asli yang di lindungi hak paten dan penetapan harga produk yang sudah ada. 1. Penetapan harga produk inovasi
Dalam hal ini perusahaan dapat memilih antara penetapan harga lintas pasar (market skimming pricing) dan penetapan harga tembus pasar (market penetration pricing) a. penetapan harga lintas pasar Perusahaan menetapkan harga tinggi dengan hak paten baru yang dilakukan pada permulaan melintas pasar, maksudnya, untuk penemuanpenemuan baru, produknya itu diberi hak paten baru, selanjutnya dilempar ke pasar dengan harga yang tinggi. Karena perusahaan tahu bahwa produk itu benar-benar baru di pasar dan belum ada perusahaan lain yang memproduksinya. Strategi penetapan harga lintas pasar ini dalam keadaan : Terdapat cukup banyak pembeli dengan permintaan tinggi Biaya perunit untuk memproduksi dan menyalurkan tidak terlalu banyak, atau masih dalam jumlah terbatas. Harga jual perdana yang tinggi tidak atau belum akan merangsang para pengusaha lain akan masuk. Harga jual tinggi mengandung citra produk tersebut istimewa. b. Penetapan harga untuk penetrasi pasar Perusahaan mencoba menetapkan harga yang lebih rendah bagi produk inovasi mereka, dengan harapan dapat menarik pembeli lebih banyak. Strategi ini berhasil dalam keadaan :
Pasar sangat peka terhadap perubahan harga, dan harga yang lebih rendah mendorong pasar untuk berkembang Biaya produksi dan distribusi makin rendah Harga yang rendah, dapat mengurangi persaingan yang ada dan potensial
2. Penetapan harga produk baru tiruan Untuk penetapan harga produk baru tiruan ini, perusahaan harus memutuskan ke mana menempatkan produk tersebut, berdasarkan kualitas dan harga.
Table 2.1 HARGA
MUTUP RODUK
Tinggi Sedang 1.Strategi 2. Strategi penetrasi Tinggi Premium 4.strategi 5. Strategi rata-rata Sedang MUTU Memasang harga berlebihan 7. strategi pengikis 8. Strategi pembersih Rendah Sumber : Djasmin saladin : 1996 : 86
E. DISTRIBUSI (PLACE)
Rendah 3. strategi nilai Istimewa 6. Strategi niali baik 9.Strategi rendah
nilai
Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsn kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperkenalkan (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan (Fandy Tjiptono, 2000 :185). Setelah produk diciptakan dan harga produk telah ditetapkan, setiap perusahaan akan melakukan kegiatan penyaluran pada tahap berikutnya, kegiatan ini dilakukan disuatu tempat atau lokasi yang sesuai dan tepat dimana antara penjual dan pembeli dapat bertemu langsung. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kebijakan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran (marketing channel) dan distribusi fisik (physical distribution) Proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu
Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan (utilitas, tempat, waktu dan kepemilikan)
Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel low) secara fisik dan non fisik. Yang dimaksud arus saluran pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi di lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan resiko dan arus pemasaran.
1. Memilih saluran distribusi Tingkatan saluran pemasaran atau saluran distribusi, pada dasarnya ada dua macam, yaitu : Saluran langsung (direct distribution), yaitu produsen menjual langsung produknya kepada konsumen.
Ada tiga cara : - penjualan dari rumah ke rumah -
lewat pos
-
lewat tok—toko perusahaan
Saluran tidak langsung (indirect distribution), yaitu produsen menjual barangnya dengan menggunakan perantara. 2. Insensitas distribusi a
Distribusi Insentif
Produsen
menyalurkan
barang-barangnya
dengan
menggunakan
sebanyak mungkin outlet atau tempat-tempat yang cocok bagi konsumen atau pelanggan, dan biasanya berupa barang-barang kebutuhan seharihari, dan jenis barang-barang industri yang sering di pakai (pensil, clips, dan lain-lain) barang-barang ini harus mempuinyai guna tempat (place utility). b. Distribusi selektif
Penyaluran dengan menggunakan lebih dari satu perantara untuk suatu daerah penjualan dan lebih selektif, biasanya berlaku untuk penyaluran barang-barang yang memerlukan pelayanan khusus, seperti pakaian, mesin-mesin kantor dan lain-lain. Strategi distribusi selektif ini digunakan dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : Modal yang dimilki oleh para penyalur Reputasi penyalur Letak, besar, dan strategisnya tempat pengecer tersebut Cukup atau tidak pengalaman-pengalaman penyalur dalam memasarkan produk tersebut c. Distribusi ekslusif Penyaluran barangnya hanya menggunakan satu pedagang atau perantara saja dalam suatu daearh geografis tertentu. Maksudnya agar tidak saling bersaing satu sama lainnya. Perusahaan dalam mengambil keputusan untuk memilih penyalur yang akan memasarkan produknya, perlu mempertimbangakn sebagai berikut : a. Pola saluran distribusi b. Banyaknya atau jumlah penyalur c. Lokasi atau daerah penyalur d. Bonafiditas para penyalur e. Reputasi penyalur
f. Kemampuan menjual dan jaringan distribusi yang luas g. Mempunyai tenaga penjual yang terlatih dan sarana serta pasilitas yang memadai.
F. PROMOSI (PROMOTION) Promosi adalah suatu bentuk aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima pada produk yang di tawarkan perusahaan yang bersangkutan (Fandy Ciptono, 2000 : 219) Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang di tujukan untuk mendorong permintaan. (Basu Swasta dan Irawan, 1997, hal 349) Pengertian promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang di buat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan
yang menciptakan
pertukaran dalam pemasaran (Basu Swasta dan Irawan, 1997:349) Promosi merupakan suatu kegiatan yang di tujukan untuk mempengaruhi pembeli sehingga pembeli akan melakukan pembelian terhadap produk atau barang yang di tawarkan ( Mc Cathy, 1996 : 12) Berdasarkan definisi di atas dapatlah di tarik kesimpulan bahwa promosi adalah usaha-usaha yang di lakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi konsumen agar membeli produk yang di hasilkan atau pun untuk menyampaikan berita tentang produk
tersebut dengan jalan mengadakan komunikasi dengan para konsumen yang sipatnya membujuk. Promosi merupakan salah satu factor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapa pun berkualitasnya suatu produk, bila suatu konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan membelinya
Sarana promosi Setiap perusahaan memiliki suatu produk yang ditawarkan, di kenal oleh konsumen dan lebih menarik perhatian, maka diperlukan promosi dengan alat-alat dan dengan teknik tertentu. Perusahaan menggunakan macam-macam bentuk promosi, bentuk promosi yang dikenal dapat dikombinasikan sehingga dapat menghasilkan manfaat yang paling baik dan cocok untuk kebutuhan perusahaan. Secara garis besar ada empat macam sarana promosi yang biasa digunakan oleh perusahaan yaitu : 1. Periklanan (Advertising) Iklan
adalah
sasaran
promosi
yang
digunakan
oleh
perusahaan
guna
menginformasikan segala sesuatu produk yang dihaslkan oleh perusahaan, Informasi yang diberikan adalah manfaat produk, harga produk serta keuntungan-keuntungan produk dibandingkan pesaing. Periklanan Merupakan salah satu bentuk pomosi yang paling banyak di gunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya. Iklan adalah bentuk komuniksi tidak
langsung, yang di dasari pada informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu prduk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian Tujuan periklanan secara keseluruhan mempengaruhi tingkat penjualan agar tingkat keuntungan perusahaan meningkat sedangkan tujuan periklanan secara khusus menurut Assaury (Assaury, 1995, hal 247) sebagai berikut : a. Memperhatikan para pelanggan yang setia dengan membujuk langganan agar tetap membeli. b. Menarik kembali pelanggan yang hilang atau lari, dengan menarik atau mengarahkan arus langganan secara secara perlahan-lahan kearah produk yang dihasilkan perusahaan dari merek produk saingan. c. Menarik langganan baru, dengan menarik arus pembeli kearah produk yang iklankan perusahaan, serta memperluas pasar secara keseluruhan. Ada lima langkah dalam program periklanan (dikenal dengan 5 M) : 1. Mission (menetapkan tujuan periklanan) 2. Money (Menetapkan anggaran periklanan) 3. Message (Menetapkan pesan yang akan disampaikan) 4. Media (Menetapkan media yang akan dipakai) 5. Measurement (Menetapkan atau mengevaluasi hasil yang dicapai). macam-macam periklanan 1.
Periklanan produk.
Dalam periklanan produk, para pengiklan memberi informasi atau menstimulasi pada pasar tentang produk. Periklanan produk ada dua macam yaitu : a. Periklanan tidak langsung ( Direct action advertising) Dalam bentuk ini para penjual mencari respon atau tanggapan yang cepat atas iklan tersebut. Contoh : dengan memberikan kupon dan nanti dikembalikan untuk diberi hadiah. b. Periklanan tidak langsung ( Indirect action advertising) Periklanan yang dirancang untuk memberikan stimulasi dalam jangka panjang, periklanan dalam bentuk stimulasi ini memberikan informasi yang mengingatkan konsumen tentang produk atau keuntungan yang bisa diperoleh konsumen. 2. Periklanan lembaga Ada dua macam periklanan kelembagaan, yaitu : a. Periklanan layanan kepada konsumen Memberikan informasi tentang operasi-operasi yang dilakukan para penjual Misal iklan yang menggambarkan aneka ragam suku cadang dan bentuk pelayanan yang dilakukan pada sebuah toko.
b. Periklanan pelayanan pada masyarakat
Periklanan yang di rancang dengan memperagakan kualitas dan kegunaan suatu barang, sehingga merangsang untuk memiliki barang tersebut, dan bagaimana masyarakat menghindarkan dari pencemaran yang mungkin terjadi. Misal : Iklan memperagakan sebuah mesin tekstil dengan segala kelebihan, dan menunjukan pada masyarakat usaha untuk menghindarkan pencemaran penggunaan mesin tersebut (Djaslim saladin :1994 :166). Periklanan mempunyai sifat ekspresif, karenanya memungkinkan perusahaan untuk mendramatisasi produk-produknya melalui penggunaan suara dan warna yang mempesona. Periklanan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk dan untuk memicu penjualan, periklanan dapat menjangkau masa yang amat luas secara geografis tersebar dengan biaya yang rendah. Periklanan mempunyai beberapa kelemahan, meskipun
dengan cepat dan
menjangkau banyak orang, akan tetapi periklanan mempunyai sifat infersonal sehingga tidak memiliki sifat memaksa seperti hanya dengan wiraniaga perusahaan, karena hanya merupakan sebuah komunikasi satu arah dengan pembeli, pembeli tidak merasa untuk memberikan perhatian atau tanggapan. Yang termasuk media iklan adalah surat kabar, majalah, televisi dan radio. Karena banyaknya ragam dan penggunaan iklan maka sukar sekali membuat generalisasi menyeluruh mengenai kualitas khusus dan iklan sebagai komponen promosi (Irawan, 1999 : 45) Namun kualitas iklan perlu dicatat yaitu : 1) Penampilan produk
Penampilan produk adalah model komunikasi yang paling memasyarakat (Irawan : 1999 : 46 ) sipat publik iklan menghasilkan pengesahan terhadap produk yang diiklankan dan juga penawaran standar. 2) Daya serap iklan Daya serap iklan adalah media yang dapat meresap karena penjual bisa mengulang-ulang pesan mereka ( Irawan : 1999: 47) ini juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan berbagai pesaing. 3) Ungkapan perasaan yang diperjelas Ungkapan perasaan yang diperjelas adalah iklan yang mampu mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui lukisan indah, bunyi dan warna.
4) Tidak ada hubungan tatap muka Tidak ada hubungan tatap muka adalah kegiatan periklanan tidak begitu memaksa seperti tenaga penjualan perusahaan ( Irawan : 1999 : 48) para khalayak sasaran tidak merasa wajib memperhatian atau memberikan tanggapan.
5) Meningkatkan citra Selain itu juga iklan bisa digunakan menampakan citra jangka panjang dari suatu produk, iklan juga merupakan cara efisien untuk mencapai sejumlah pembeli yang terpencar. Ciri-ciri periklanan Adapun ciri-ciri periklanan menurut Kotler (1996:400), sebagai berikut :
a. Persepsi publik : iklan merupakan model komunikasi yang sangat bermasyarakat, sipat mudah memasyarakatnya memberikan legitimasi pada produk dan juga menunjukan suatu penawaran terstandarisasi, karena banyak individu menerima untuk membeli produk itu akan di mengerti secara umum. b. Daya serap yang tinggi : iklan merupakan sebuah alat yang pervasive (berdaya serap tinggi) sehingga memudahkan penjual mengulang berkalikali, juga iklan ini memungkinkan pembeli menerima dan membanidngkan pesan dari berbagai pesaing, iklan berskala besar yang dibuat penjual mengisyaratkan hal positif mengenai ukuran penjual. c. Ungkapan
yang diperbesar : iklan merupakan kesempatan untuk
mendramatisasikan suatu perusahaan dan produknya melalui media cetak, media elektronik dan warna artistik. Tetapi kadang kala alatnya sangat ekspresif bisa atau mengalihkan konsumen tidak merasa dari pesan yang disampaikan. d. Tidak pribadi : Iklan tidak sama mendesak seperti tenaga penjual perusahaan, karena konsumen tidak merasa berkewajiban atau merespon,
iklan hanya mampu menawarkan monolog, bukan dialog dengan konsumen. 2. Promosi penjualan (Sales promotion) Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat di atur untuk merangsang pembelian produk dengan cara meningkatkan jumlah barang yang di beli pelanggan.
Promosi penjualan yang dilakukan oleh penjual dapat dikelompokan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut : b. Costumer
promotion,
yaitu
promosi
penjualan
yang
bertujuan
untuk
bertujuan
untuk
merangsang/mendorong pelanggan untuk membeli. c. Trade
promotion,
yaitu
promosi
penjualan
yang
mendorong/merangsang pedagang grosir, pengecer, eksportir dan importir untuk memperdagangkan barang /jasa dari sponsor. d. Sales-force promotion yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memotivasi armada penjual e. Business promotion yaitu promosi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan
baru,
mempertahankan
kontak
hubungan
dengan
pelanggan,
memperkenalkan produk baru, menjual lebih banyak kepada pelanggan lama dan mendidik pelanggan.
Tujuan promosi penjualan adalah menigkatkan penjualan, promosi penjualan dapat dilakukan melalui pemberian diskon, kontes, kupon atau sampel produk. Dengan menggunakan alat tersebut akan mmberikan tiga manpaat bagi promosi penjualan, yaitu : 1. Komunikasi, yaitu memberikan informasi yang dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli. 2. Intensif, yaitu memberikan dorongan dan semangat kepada konsumen untuk membeli segera produk yang ditawarkan
3. Invitasi, yaitu mengharapkan segera konsumen membeli produk yang diharapkan
3. Publisitas (Publicity) Publisitas merupakan bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa secara non personal yang mana orang atau organisasi yang di untungkan tidak membayar untuk itu, di bandingkan dengan iklan, publisias mempunyai kredibilitas yang lebih baik, karena pembenaran (baik langsung maupun tidak langsung) dilakukan oleh pihak lain selain pemilik iklan. Publisitas merupakan bagian dari pungsi yang lebih luas, di sebut hubungan masyarakat dan meliputi usaha-usaha untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang menguntungkan antara organisasi dan masyarakat, termasuk pemilik perusahaan, karyawan, lembaga pemerintah, penyalur, serikat buruh. Disamping itu juga calon pembeli. Komunikasi dengan masyarakat luas
melalui
hubungan
masyarakat ini dapat mempengaruhi kesan terhadap sebuah organisasi maupun produk atau jasa yang ditawarkan. Keuntungan publisitas : a. Biaya lebih rendah dibandingkan dengan advertising dan personal selling. b. Kebutuhan akan kredibilitas lebih baik dalam menyampaikan pesan c. Lebih meningkatkan daya baca masyarakat melalui surat kabar atau editorial d. Memberikan lebih banyak informasi e. Menggunakan waktu yang lebih tepat
f. Memudahkan pengontrolan pesan-pesan yang akan disampaikan g. Adanya keterbatasan dalam mengekspos berita (Djaslim Saladin:1994:182) Agar menarik konsumen kegiatan publisitas dapat dilakukan melalui : a. Ikut pameran b. Ikut kegiatan amal c. Ikut bakti sosial d. Sponsorship kegiatan 4. Personal selling Personal Selling adalah komunikasi (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk memperhatikan suatu produk kepada calon pelanggan dan bentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya. ( Fandy Tjiptono, 2000, hal 224) Sipat-sipat Personal Selling antara lain : Personal conprantation, yaitu adanya hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Cultivation, yaitu sipat yang memungkinkan berkembangnya segala macam hubungan, mulai dari sekedar hubungan jual beli sampai dengan suatu hubungan yang lebih akrab. Response, Yaitu situasi yang seolah-olah mengharuskan pelanggan untuk mendengar, memperhatikn dan menanggapi. Penjualan secara personal selling akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1. Perusahaan dapat bertatap muka langsung dengan konsumen atau calon konsumen.
Sehingga
dapat
langsung menjelaskan
tentang produk
perusahaan kepada konsumen secara rinci. 2. Dapat memperoleh informasi secara langsung dari konsumen tentang kelemahan produk kita, terutama keluhan yang konsumen sampaikan termasuk informasi tentang produk lain. 3. Pihak perusahaan bisa langsumg mempengaruhi konsumen dengan berbagai argumen yang dimiliki 4. Memungkinkan hubungan terjalin dengan akrab antara pihak perusahaan dengan konsumen.
Hal-hal yang mempengaruhi keputusan pembelian menurut Kotler
Gambar 2.1 Model Perilaku Pembeli
Lingkungan Rangsangan Pemasaran
Rangsangan lainnya
Produk
Ekonomi
Perusahaan Pembeli Pusat pembelian
Tanggapan Pembeli
Pilihan produk atau jasa Pilihan pemasok
Teknologi Harga
Proses Pengambilan Keputusan membeli
Politik
Waktu dan perjanjian Pengiriman Perjanjian pelayanan
Tempat Budaya
Promosi
Kuantitas pesanan
Persaingan
(Pengaruh Antarpribadi Dan individu) (Pengaruh organisasi)
Pembayaran
Suimber: Philip Kotler :2001 : 253
Gambar : 2.2 Empat P dari bauarn pemasaran
Price
Produk Jenis Produk Mutu Rancangan Ciri-ciri Nama merek Kemasan Ukuran Pelayanan Garansi
Harga Tercantum Potongan Harga Kelonggaran Periode Pembayaran Batas Kredit Pelanggan sasaran Yang diharapkan
Promotion
Place
Periklanan Penjualan Personal Promosi Penjualan Hubungan Masyarakat
Saluran Cakupan Pilihan Lokasi Persediaan Pengangkutan Logistik
Sumber: Philip Kotler : 2001:74
G. FAKTOR – FAKTOR SOSIAL Perilaku konsumen juga di pengaruhi oleh factor-faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial
1. Kelompok reperensi Perilaku seorang amat dipengaruhi oleh berbagai kelompok reperensi, sebuah kelompok reperensi bagi seseorang adalah kelompok-kelompok yang memberi pengaruh langsung atau tidak langsung, sikap atau perilaku seseorang. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok reperensi dari para konsumen sasaran mereka. Kelompok reperensi menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru, mereka juga mempengaruhi sikap dan gambaran diri seseorang, karena secara normal orang menginginkan untuk menyesuaikan diri. Pengaruh kelompok akan semakin besar pada produk yang akan menampak pada orang-orang yang dihormati oleh pembeli, minat seseorang terhadap sebuah televisi dalam pilihannya dalam berbagai merek akan sangat dipengaruhi oleh beberapa anggota kelompok, rekan-rekannya dalam pekerjaan, semakin bersatu kelompok akan semakin efektif proses komunikasinya, semakin tinggi anggota menghargai kelompoknya maka semakin besar pengaruh kelompok itu dalam membentuk pilihan produk dan merk anggotanya.
2. Keluarga Para anggota keluarga dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli, keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua, seseorang
memperoleh suatu orientasi terhadap agama, politik dan ekonomi juga ambisi pribadi harga diri dan cinta kasih Suatu pengaruh yang lebih langsung terhahap perilaku pembeli sehari-hari adalah keluarga sebagai sumber keturunan yakni pasangan suami istri beserta anakanaknya, keluarga adalah organisasi konsumen pembeli yang terpenting dalam masyarakat. 3. Peranan dan Status Sepanjang kehidupannya, seseorang terlibat dalam beberapa kelompok, yaitu keluarga, klub dan organisasi. kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status, sebuah peranan terdiri dari aktifitas yang diperkirakan oleh seseorang sesuai dengan orang-orang lain yang ada disekelilingnya. Setiap peranan akan mempengaruhi pembelian, setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat, perananan seorang mahkamah agung membawa status yang lebih tinggi dari peranan manajer merek, peranan manajer merek membawa status yang lebih tinggi dari karyawan kantor. Seseorang sering memilih produk untuk menyatakan peranan dan status mereka dalam masyarakat
Gambar : 2.3 Model Faktor Sosial yang mempengaruhi Pembeli Kebudayaan -Budaya
Sosial Kelompok Reperensi
-Sub Budaya Keluarga
-Kelas sosial
Peranan & Status
Pribadi - Usia & tahap daur hidup - Pekerjaan - Gaya Hidup - Situasi Ekonomi
-Motivasi -Pertsepsi -Kepercayaan -Sikap
Pembeli
Sumber: Philip Kotler : 2001:74
H. STUDI MENGENAI PEMBELIAN 1. Perilaku konsumen Dalam ilmu perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok atau organisasi memilih, membeli atau memakai, serta memanpaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka, memahai perilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidak pernah sederhana, pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Pelanggan juga mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Pelanggan mungkin menaggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka menit-menit terakhir. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam pendapatan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (dalam Milany Santi Pratiwi, 2006) Menurut mowan dan minor (2002 :6) perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide (dalam milana santy pratiwi, 2006) Dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan sejumlah tindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh paktor
psikologis (kejiwaan) serta faktor dari luar yang mengarahkan mereka untuk memilih, mendapatkan dan menggunakan produk barang maupun produk jasa yang diinginkannya.
2. Jenis perilaku pembelian Menurut Asael dalam kotler (2002:202) jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat diferensiasi ada 4 yaitu sebagai berikut : a. Perilaku pembelian yang rumit, terdiri dari proses 3 (tiga )langkah: (1) pembeli mengembangkana keyakinan tentang produk tersebut, (2) ia membangun pendirian tentang produk tersebut, dan (3) ia membuat pilihan pembelian yang cermat. b. Perilaku pembelian pengurang disonansi/ketidaknyamanan. Dalam hal ini, komunikasi pemasar haruslah mengarah untuk menyediakan kepercayaan dan evaluasi yang akan membantu konsumen merasa puas atas pilihan mereknya. c. Perilaku pembelian karena kebiasaan. Banyak produk yang dibeli dibawah tingkat keterlibatan yang rendah dan tidak terdapat perbedaan yang jelas antara merek yang ada, bila mereka membeli produk yang sama, ini timbul karena kebiasaan dan bukan karena timbul kesetiaan terhadap merek. d. Perilaku pembelian yang mencari variasi, dalam situasi ini, konsumen sering melakukan perpindahan merek, konsumen mengambil merek lain mungkin karena bosan atau ingin mencari rasa yang berbeda.
3. Proses pengambilan keputusan konsumen
Hampir setiap hari, bahkan dalam hitungan waktu (menit dan jam) kita selalu melakukan pengambilan keputusan. Hanya saja tanpa disadari ternyata proses pengambilan keputusan itu berjalan sedemikian rupa. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai sutu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan tertentu, dengan menetapkan pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Proses pemilihan dan penilaian itu biasanya diawali dengan mengidentifikasikan
masalah
utama
yang
mempengaruhi
tujuan,
menyusun,
menganalisis, dan memilih berbagai alternatif serta mengambil keputusan yang dianggap paling baik. Kalau ada dua atau lebih alternatif, dan dari dua pilihan konsumen harus memilih salah satunya, maka pemilihan adalah tidak lain proses pengambilan keputusan (desision making proses). Oleh karena itu, mempelajari konsumen akan memberikan petunjuk bagi perumusan kebijakan pemasaran suatu perusahaan. 4. Proses Keputusan Pembelian konsumen Proses pengambilan keputusan pembelian konsumen meliputi lima tahap, yaitu pemahaman atau pengenalan adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian, dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih. Gambar : 2.4 Proses Pembelian Model Lima Tahap
Pengenalan masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif
Keputusan pembelian
Perilaku pasca pembelian
Sumber : Philip kotler , 2002 :204
Philip Kotler (2002 : 204) mendefinisikan proses pengambilan keputusan pembelian adalah sebagai berikut :
a. Pengenalan masalah Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Yang dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal. b. Pencarian informasi Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita dapat membaginya kedalam dua tingkat, situasi pencarian informasi yang lebih ringan di namakan perhatian yang menguat. Pada tingkat selanjutnya, orang itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi : mencari bahan bacaan, menelpon teman dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk. Sumber
informasi konsumen di golongkan kedalam empat kelompok yaitu : 1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan), 2) sumber komersial (iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan di toko), 3) sumber publik (media masa, organisasi penentu tingkat konsumen), dan 4) sumber pengalaman (penanganan, pengkajian dan pemakaian produk).
c. Evaluasi alternatif Bagaimana konsumen memproses informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir? Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai proses yang bereorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional.
d. Keputusan pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang
paling disukai, namun dua faktor berikut dapat berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif
yang disukai konsumen, dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian. e. Perilaku pasca pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Jadi, pemasar kan terus menyelidiki hingga periode waktu pasca pembelian. Jika konsumen merasa puas, dia akan menunjukan probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli produk itu lagi dan ada kecenderungan mengatakan hal-hal yang baik tentang produk, sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan mengambil tindakan seperti berusaha mengurangi ketidakpuasan dengan membuang atau mengembalikan produk atau berusaha mengurangi ketidakpuasan dengan berbagai cara
I. PENELITIAN TERDAHULU Beberapa penelitian terdahulu mengenai bauran pemasaran yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian saya suguhkan sebagai berikut 1. Irman Triana dalam penelitian yang berjudul ”Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian ” dengan studi kasus pada konsumen Mie Kare pada masyarakat Cibiru Bandung, penelitian dilakukan tahun 2006. Pepen Ependi adalah adalah alumnus Universitas Padjajaran Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan dan parsial dari bauran pemasaran yang meliputi variabel produk (X1), harga (X2), Saluran distribusi (X3), dan promosi (X4) terhadap keputusan pembelian Mie kare Masyarakat
Cibiru Bandung (Y), serta untuk mengetahui bauran pemasaran yang berpengaruh paling dominan. Diolah dengan menggunakan regresi linier berganda.hasil uji simultan (uji F) menyebutkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hasil analisis linier berganda menjelaskan bahwa pengaruh setiap variabel bebas memiliki pengaruh positip (searah) dengan varabel terikat. 2. Eka Rahmawati (penelitian tahun 2005). Eka Rahmawati adalah alumnus UNS, penelitiannya berjudul ” Analisis pengaruh bauran pemasaran terhadap perilaku nasabah membuka tabungan” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pengaruh variabel bauran pemasaran yang terdiri dari produk, tempat, harga, promosi, orang, proses dan bukti fisik secara parsial dan simultan terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan tabungan Tahapan di Bank BCA kantor Cabang Pembantu Wonogiri, 2) variabel bauran pemasaran mana yang dominan mempengaruhi keputusan nasabah dalam menggunakan tabungan Tahapan di Bank BCA kantor Cabang Pembantu Wonogiri. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 125 responden dengan menggunakan metode simpel random sampling. Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment pearson dan pengujian reliabilitas menggunakan alpha cronbach. Analisis data menggunakan uji asumsi klasik, regresi linier berganda, uji t, uji F dan koefisien determinasi (R2). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil sebagai berikut: 1) variabel produk berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan 2) variabel tempat berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 3) variabel harga
berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 4) variabel promosi berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 5) variabel personal berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 6) variabel proses berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 7) variabel bukti fisik berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 8) variabel produk, tempat, harga, promosi, personal, proses dan bukti fisik secara simultan berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan, 9) variabel promosi merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku nasabah membuka tabungan.
3. Iwan Setiawan, dalam penelitian yang berjudul ” pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan berbelanja di Swalayan Yogya kabupaten Purwakarta, penelitian dilakukan tahun 2006. Iwan Setiawan adalah adalah alumnus Universitas Padjajaran Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk menganalisis pengaruh variabel produk, harga, distribusi, dan promosi terhadap keputusan berbelanja di Swalayan Yogya Kabupaten Purwakarta 2) Untuk menganalisis manakah dari variabel produk, harga, distribusi dan promosi, berpengaruh secara dominan terhadap keputusan pelanggan berbelanja di Swalayan Yogya Kabupaten Purwakarta Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian penjelasan (explanatory research) dengan metode survei. Variabel bebas adalah Bauran pemasaran (X), yang meliputi : X1 : Produk, X2 : Harga, X3 : Distribusi, X4 : Promosi. Variabel terikat adalah Keputusan Berbelanja (Y). Sampel diambil dari Populasi dengan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik Angket / Kuesioner, Wawancara dan observasi, Yang
terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya data dianalisis secara kuantitatif, yaitu dengan menggunakan model statistik dalam program komputer ( SPSS 10.0 ), dengan teknik analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Ada hubungan yang nyata (significan) antara variabel produk, harga, distribusi, dan promosi dengan variabel keputusan berbelanja di Swalayan Yogya b) Variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersamasama berpengaruh terhadap keputusan berbelanja di Swalayan Yogya.
J.
KERANGKA PEMIKIRAN Di era persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan menggunakan cara
dan taktik tersendiri supaya bisa memenagkan persaingan itu,
strategi bauran
pemasaran menjadi penentu suksesnya memenangkan persaingan itu, karena dengan produk yang menarik, harga yang pantastis, distribusi yang efektif dan efisien dan promosi yang menyentuh konsumen menjadi pilar bagi kemenangan persaingan itu selain bauran pemasaran juga adad faktor sosial yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Dalam penelitian ini, penulis memberikan sub variabel terhadap bauaran pemasaran meliputi : produk, harga, distribusi dan promosi dalam menganalisis pengaruhnya terhadap kepuusan pembelian Pocari Sweat. Berdasarkan beberapa alasan yang telah penulis sampaikan pada bahasan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis memberikan gambaran mengenai konsep berpikir sebagai berikut :
Gambar : 2.5 Kerangka Berpikir Penelitian Bauran Pemasaran & Faktor sosial Produk (X1)
Harga (X2)
Distribusi (X3)
Promosi (X4)
Pactor sosial (X5)
Keputusan Pembelian (Y) Uji Reliabilitas & Validitas, Uji Penyimpangan Asumsi klasik, uji Regresi Linier Berganda J.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan pernyataan belum teruji yang menjelaskan suuatu pakta atau penomena jawaban masalah penelitian, berdasarkan telaah konsep teoritis yang perlu diuji secara empiris (Indiarto & Bambang, 2002 : 250). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Diduga variabel produk (product) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen H2 : Diduga variabel Harga (price) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen H3 : Diduga variabel Distribusi (place) berpengaruh secara signifikan keputusan pembelian konsumen
terhadapvariabel
H4 :
Diduga variabel promosi (promotion) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen
H5
:
Diduga variabel factor sosial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel keputusan pembelian konsumen
BAB III METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN Penelitian ini di lakukan di PT Amerta Indah Otsuka, yang beralamat di gedung Wisma Pondok Indah lantai 11. PT Amerta Indah Otsuka merupakan
salah satu
produsen minuman isotonik di Indonesia, yang produknya bernama Pocari sweat. ada dua variable yang terlibat dalam penelitian ini yaitu variable bebas( indivenden) dan variable terikat (Devenden) variable bebasnya meliputi periklanan, promosi penjualan, publisitas dan personal selling yang di lakukan oleh PT Amerta Indah Otsuka dan variable terikatnya adalah pembelian konsumen.
B. METODE PENETUAN SAMPEL Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh penliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan (Sugiono, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah para konsumen Focari sweat yang berada di wilayah Ciputat baik penduduk asli maupun pendatang. Untuk melihat persepsi masyarakat terhadap Focari sweat, sample di ambil dengan metode simple random sampling, yaitu cara pengambilan sample dari semua anggota populasi yang di ambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara ini di lakukan karena anggota populasi di anggap homogen.
C. METODE PENGUMPULAN DATA Metode yang penulis lakukan dalam memperoleh serta mengumpulkan data dalam penelitian ini 1. Data Primer Dalam memperoleh data primer ini penulis melakukan penelitian secara langsung di lapangan dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Kuisioner atau Angket Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan membuat pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada objek penelitian. Penggunaan kuisioner dilakukan dengan skala likert. b. Wawancara Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui tanya jawab dengan pihak tertentu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian kpustakaan (library research), yaitu data yang diperoleh dengan membaca buku, literatur, catatan, surat kabar, majalah, jurnal, dan bacaan lainnyayang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Peneliti juga menggunakan media interenet atau pun mendatangi lembagalembaga tertentu untuk memperoleh data yang diperlukan.
D. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Validitas dan Reabilitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrument di anggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang tepat dari variable yang diteliti. Dalam penyusunan kuisioner, untuk menguji tingkat validitas instrumen peneliti dapat melakukan try out Reabilitas adalah tingkat keandalan kuisioner. Kuisioner yang reliabel adalah konsumen yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama. Asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Apabila data yang diperoleh sesuai denagn kenyataan, berapa kali pun pengambilan data dilakukan, hasilnya tetap sama.
Rumus Varians ∑ X2
(∑ X) ² n
σ = n
Dimana :
n
= Jumlah Sampel
X
= Nilai skor yang di pilih
Rumus Cronbach’s Alpha
∑ σ b2
k r 11=
1k-1
σ t2
Dimana : r 11 = Reliabilitas instumen
k = Banyak butir pertanyaan
σ t2 = Jumlah varians butir
2. Analisa Regresi Linier Berganda Analisa regresi linier bergnda ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable bebas terhadap variable terikat. Dalam penelitian ini varabel bebas (X) adalah Produk (X1), Harga (X2), Distribusi (X3), Promosi (X4). Sedangkan variable terikat yaitu keputusan pembelian konsumen (Y). model persamaan regresi secara umum berbentuk sebagai berikut : Y = ßo + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ß4X4 + e
3. Uji penyimpangan asumsi klasik a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu yang berkaitan dengan tenggang waktu (Time Length), yang dapat diartikan bahwa hubungan korelasi dari masing-masing variable waktu sekarang akan sama keadaannya pada masa yang akan datang.
b. Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variable bebas (independent). Adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak diantara variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi diantara variabel bebas, maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Menurut bhuono (2005 : 58), untuk melihat ada atau tidaknya Multikolinearitas dengan melihat VIF (variance Inflation factor) ini tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak kurang dari 0,10.
c. Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Asumsi
heteroskedastisitas
ialah
apabila
variansi
dari
factor
penggannggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Jika cirri ini terpenuhi, berarti variance factor pengganggu pada kelompok data tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi itu tidak dapat terpenuhi, maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap factor pengganggu sedemikian itu disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Bhuono 92005 : 62-63) untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas ada beberapa cara yaitu : 1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang di prediksi dan X adalah residual. 2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik yang membentuk pola yang teratur, maka mngindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jiak tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar di atas dan di bawah angak nol, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Maka hal tersebut bebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak di gunakan dalam penelitian.
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik Dalam penelitian ini menggunakan metode dependen yaitu menggunakan dua set variabel (bebas dan terikat), yang bertujuan untuk menentukan apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara individual atau bersamaan. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan yang meliputi barang-barang (goods), jasa (service), aktiva (asset), atau masukan factor(factor infut). sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (fandy Tjiptono, 2000, 95). 1. Harga adalah titik pertemuan antara kurva penawaran dan kurva permintaan atau harga adalah jumlah uang (ditambah jumlah produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk menciptakan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya ( Basu Swasta, 1997, 241). 2. Distribusi ( place) kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsn kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperkenalkan (jenis, jumlah, harga, tempat dan saat dibutuhkan) (Fandy Tjiptono, 2000 :185).
3. Promosi adalah suatu bentuk aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima pada produk yang di tawarkan perusahaan yang bersangkutan (Fandy Ciptono, 2000 : 219) 4. Faktor sosial adalah sesuatu yang mempengaruhi konsumen yang berasal dari kelompok reperensi, keluarga, pernanan dan status (Pholif kotler.2002) Sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian konsumen.
Tabel 3.1 Operasional Variabel penelitian No
Varaibel
1
Produk (X1)
2
Harga (X2)
3
Distribusi (X3)
4
Promosi (X4)
Indikator
Skala
1. kemampuan daya ingat konsumen terhadap merk yang didasarkan pada kategori produk tertentu 2 Kepercayaan kepada produk atas kandungan, kadaluarsa. 3. Kemampuan konsumen dalam mengenali merk 1. Kemampuan daya beli konsumen terhadap produk 2. kepuasan konsumen terhadap harga 1. kemudahan konsumen dalam menemukan produk 2. Keberhasilan produk dalam hal distribusi 3. Kepercayaan konsumen terhadap sistem pengangkuatan 1. Penggunaan media TV, radio sebagai sarana periklana 2. respon dari konsumen atas program yang pernah dilakukan 3. Keefektifan iklan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
5
Faktor sosial (X5)
6
Keputusan pembelian (Y)
1. Pengaruh lingkungan sekitar terhadap pembelian 2. pengaruh status terhadap pembelian 1. kelengkapan informasi yang didapat oleh konsumen tentang produk 2. kebiasaan dalam menggunakan merek tertentu 3. Konsumen diposisikan penggunaan yang sering 4. Kecermatan konsumen dalam memutuskan pembelian
Ordinal
Ordinal
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Objek penelitian adalah konsumen dari Pocari sweat yang di produksi oleh PT Amerta Indah Otsuka yang berada di Ciputat baik penduduk asli atau pun pendatang
Pocari Sweat
mulai memasuki pasar Indonesia tahun 1990. Pertama kali masuk ke Indonesia Pocari tidak langsung banyak. Pada waktu itu minuman isotonik belum begitu populer di Indonesia. Waktu itu Pocari sweat hanya 30.000 kaleng dalam waktu setahun setahun, pada waktu itu belum ada pabriknya pocari yang di produksi di Indonesia jadi harus didatangkan langsung dari pabrik minuman Pocari Sweat yang berada di Korea Selatan. Pada tahun 1991, PT Amerta Indah Otsuka perusahaan yang memproduksi Pocari Sweat mendirikan pabrik di Lawang kabupaten Malang Jawa Timur, memproduksi minuman Pocari Sweat Pada waktu itu pabrik memiliki kapasitas produksi 7 juta kaleng per bulan. Pabrik di Lawang beroperasi selama 13 tahun (1991- 2004), pada bulan Januari 2004 diputuskan memindahkan pabrik ke Sukabumi. Pertimbangannya untuk lebih menekan biaya produksi dan transportasi serta memberikan kemudahan penyediaan bahan baku. Pabrik penghasil minuman Pocari Sweat di Sukabumi saat ini telah mampu memproduksi 14 juta kaleng per bulan.
Pocari yang di produksi oleh PT Amerta Indah Otsuka beralamat di Sukabumi, 43359. Indonesia. Dengan BPOM RI MD 249210003752 Dengan lisensi dari Otsuka Pharmaceutical Co. Ltd Tokyo Jepang .
B. KARAKTERISTIK RESPONDEN Populasi dalam penelitian ini adalah para konsumen yang tinggal di Ciputat, baik penduduk asli maupun para pendatang yang melakukan pembelian Pocari Sweat. Jumlah sampel yang dipilih sebanyak 100 orang responden dengan pertimbangan tertentu. Hal ini karena peneliti mengalami beberapa hambatan dalam penelitian seperti: keterbatasan biaya, waktu serta tenaga. Ada pun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.1 Karakteristik responden KARAKTERISRIK RESPONDEN Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendapatan sebulan
Kategori
Res
Kategori
Res
Kategori
Res
Kategori
Res
15-20 tahun
5
Laki-laki
65
Pegawai swasta
23
< 500.000
53
21-25 tahun
64
Perempuan
35
PNS
7
500.000-1250.000
18
> 26 tahun
31
Wirausaha
15
1.250.000-
19
2.000.000 Pelajar Total
100
100
55 100
> 2.000.000
10 100
Sumber : olah data kuisioner Dari tabel 4.1 di atas, dapat di jelaskan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia di dominasi oleh responden yang berusia antara 21 sapai 25 yaitu 64 responden, karakteristik
berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden laki-laki 65 orang dan responden perempuan. 35 orang, karakteristik responden berdasarkan pekerjaan di dominasi oleh pelajar/mahasiswa swasta sebanyak. 55 orang, sedangkan karakteristik berdasarkan pendapatan di dominasi oleh responden yang memiliki pendapatan sebesar kurang dari Rp 500.000 sebulan yaitu sebanyak. 53 orang. Selanjutnya untuk pertanyaan ” Tuliskan merek minuman Isotonik yang anda Ingat ” (soal A nomor 6 pada lembaran kuisioner) hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Merek minuman Isotonik yang paling diingat responden
Merek Minuman Isotonik Pocari Mizone Powerade isotonic Vita zone Gatoride Total Sumber : olah data kuisioner
Jumlah 39 35 14 11 1 100
Prosentase 39,0 35,0 14,0 11,0 1,0 100,0
Dari tabel 4.2 di atas menunujukan bahwa merek yang paling banyak di ingat oleh responden adalah Pocari sweat sebanyak 39 responden atau sebesar 39 % kemudian disusul oleh merek Mizone dengan 35 responden atau 35 %
Sementara itu dari pertanyaan ” sebutkan merek minuman isotonik yang anda ketahui ” soal A nomor 7, ternyata merek minuman isotonik yang diketahui responden adalah Pocari sweat,
Mizone, Vita zone, Powerade Isotonic, Zap dan Gatorade dan berikut perolehan dari setiap minuman isotonik tersebut (lihat tabel 4.3) Tabel 4.3 Minuman isotonik yang diketahui responden No 1 2 3 4 5 6
Merek Minuman Isotonik Pocari Mizone Vita zone Powerade isotonic Zap Gatorade
Jumlah Perolehan 55 42 38 25 7 3
Sumber : Hasil dari olah data C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Validitas dan Reabilitas Untuk mendapatkan data primer dilakukan penyebaran kuisioner kepada para konsumen Pocari Sweat yang bertempat tinggal diciputat. Jumlah responden sebanyak 100 responden. Penulis melakukan try out pada 10 responden sebelum kuisioner di bagikan kepada 100 responden dengan 33 butir pertanyaan untuk menguji validitas serta reabilitas dari seluruh pertanyaan tersebut Setelah di lakukan try out ke 10 responden Dari hasil try out tersebut, kemudian diolah dengan bantuan SPSS 12. dan hasilnya tidak satu pun pertanyaan yang memilki nilai korelasi negatif, yang berarti ke 33 pertanyaannya adalah valid.
Hasil dari try out hasilnya bisa dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Validitas dan Reabilitas
No Butir Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Corrected ItemTotal Correlation 0,513
Cronbach's Alpha if Item Deleted 0,925
0,488 0,647
0,926 0,923
Valid Valid
0,396 0,643
0,926 0,924
Valid Valid
0,657
0,923
Valid
0,751 0,285
0,922 0,927
Valid Valid
0,227 0,152
0,928 0,931
Valid Valid
0,725
0,923
Valid
0,483 0,194
0,925 0,929
Valid Valid
0,751 0,751
0,922 0,922
Valid Valid
0,751
0,922
Valid
0,605 0,504
0,925 0,925
Valid Valid
0,338 0,482 0,751 0,605
0,927 0,925 0,922 0,925
Valid Valid Valid Valid
0,280
0,928
Valid
0,300 0,504
0,927 0,925
Valid Valid
0,776 0,480
0,922 0,925
Valid Valid
0,273 0,726 0,627
0,928 0,922 0,924
Valid Valid Valid
0,399 0,840
0,926 0,920
Valid Valid
0,273
0,928
Valid
Keterangan Valid
Sumber : olah data kuisioner dengan SPS
Skala pengukuran reliabel sebaiknya memiliki nilai alpa Cronbach minimal 0.70 (Nunnally, 1978 dan Nunnally and Berstein, 1994 dalam stanislaus, 2006 : 240) Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa nilai alpa Cronmbach lebih dari 0,70 berarti dapat dinyatakan reliabel dengan nilai alpa crobach yaitu 0,927 (dari out put SPSS) nilai alpa ini jelas berada di atas batas minimal 0,70 sehingga dapat dikatakan mempunyai reliabilitas yang baik.
2. Hasil dan pembahasan Pengaruh bauaran pemasaran dan paktor sosial terhadap keputusan pembelian pocari sweat dapat dilihat dapat dilihat dari variabel produk, variabel harga, variabel distribusi, variabel promosi dan variabel faktor sosial. Berikut ini adalah out put kuisioner yang di berikan kepada mayarakat Ciputat a. Produk Adapun dalam variabel produk pada kuisioner penulis memasukan 9 (sembilan) pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Apabila memerlukan minuman Isotonik Pocari yang teringat
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total
Frekuensi 5 51 6 28 10 100
Prosentase 5,0 51,0 6,0 28,0 10,0 100,0
Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.5 terlihat 5 responden menyatakan sangat setuju, 51 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan ragu, 28 responden meyatakan tidak setuju serta 10 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan
setuju apabila memerlukan minuman
isotonik pocari sweatlah yang teringat, ini berarti pocari udah cukup populer di masyarakat.
Tabel 4.6 Pocari sweat Berguna Bagi tubuh sehingga konsumen merasa memerlukannya
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 4 70 6 16 4 100
Prosentase 4,0 70,0 6,0 16,0 4,0 100,0
Dari Tabel 4.6 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 4 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70, dan 6 responden menyatakan ragu,
16 responden meyatakan tidak setuju serta 4 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari sweat berguna bagi tubuh mereka
Tabel 4.7
Kemasan pocari bagus sehingga konsumen tertarik untuk membelinya Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 6 6,0 Setuju 54 54,0 Ragu-ragu 6 6,0 Tidak setuju 31 31,0 Sangat Tidak setuju 3 3,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.7 terlihat 6 responden menyatakan sangat setuju, 54 responden menyatakan setuju, dan 6 responden menyatakan ragu, 31 responden meyatakan tidak setuju serta 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau kemasan pocari itu bagus.
Tabel 4.8 Pocari cukup memuaskan sehingga kecil kemungkinan konsumen untuk pindah ke produk lain
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 3 44 32 22 1 100
Prosentase 3,0 44,0 32,0 22,0 1,0 100,0
Dari Tabel 4.8 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 3 responden, 44
responden yang menyatakan setuju, sebanyak 32 responden
menyatakan ragu, 22 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari cukup memuaskan sehingga kecil kemungkinan konsumen untuk pindah ke produk lain.
Tabel 4.9 Pocari telah memberikan kualitas terbaik Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 3 3 Setuju 67 67 Ragu-ragu 19 19 Tidak setuju 9 9 Sangat Tidak setuju 2 2 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel
4.9 terlihat responden menyatakan sangat setuju sebanyak 3
responden, 67 menyatakan setuju, 19 responden menyatakan ragu, 9 responden meyatakan tidak setuju serta 2 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari telah memberikan kualitas terbaik Tabel 4.10 Pocari Sebagai Minuman Paporit
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi
Prosentase
5 42 26 26 1 100
5,0 42,0 26,0 26,0 1,0 100,0
Dari Tabel 4.10 terlihat 5 responden menyatakan sangat setuju, 42 responden menyatakan setuju, 26 responden menyatakan ragu, 26 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari sweat menjadi minuman paporit Tabel 4.11
Konsumen percaya kandungan yang tertera dikemasan sama dengan isi didalamnya Frekuensi Prosentase Sangat Sangat Setuju 11 11,0 Setuju 55 55,0 Ragu-ragu 16 16,0 Tidak setuju 18 18,0 Sangat Tidak setuju 0 0,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.11 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 11 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 55, serta 16 responden menyatakan ragu, 18 responden meyatakan tidak setuju sebagian besar responden meyatakan setuju kalau
dari pernyataan ini
kandungan yang tertera
dikemasan Pocari sweat sama dengan isi didalamnya Tabel 4.12 Nama Pocari sweat mudah di ingat Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 7 67 15 18 2 100
Prosentase 7,0 67,0 15,0 18,0 2,0 100,0
Dari Tabel 4.12 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 7 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 67, serta 15 responden menyatakan ragu, 18 responden meyatakan tidak setuju serta 2 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau nama pocari sweat mudah di ingat Tabel 4.13
Konsumen percaya pada pocari karena tanggal kadaluarsa tercantum Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 23 63 7 7 0 100
Prosentase 23 63 7 7 0 100,0
Dari Tabel 4.13 terlihat 23 responden menyatakan sangat setuju, 63 responden menyatakan setuju, 7 responden menyatakan ragu, responden meyatakan tidak setuju serta tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut. b. Harga Dalam variabel harga pada kuisioner penulis memasukan 5 (lima) pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.14 Harga Pocari cukup terjangkau
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel
Frekuensi 3 49 10 22 16 100
4.14 terlihat ada 3
Prosentase 3,0 49,0 10,0 22,0 16,0 100,0
responden yang menyatakan sangat setuju,
responden yang menyatakan setuju sebanyak 49, 10 responden menyatakan ragu, 22 responden meyatakan tidak setuju serta 16 menyatakan sangat tidak setuju,
dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau harga Pocari cukup terjangkau Tabel 4.15 Meskipun ada produk lain yang sama konsumen akan tetap memilih pocari Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 0 0,0 Setuju 47 47,0 Ragu-ragu 35 35,0 Tidak setuju 20 20,0 Sangat Tidak setuju 2 2,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.15 terlihat tidak ada responden yang menyatakan sangat setuju, 47 responden menyatakan setuju, 35 responden menyatakan ragu, 20 responden meyatakan tidak setuju serta 2 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas respon pernyataan tersebut. Tabel 4.16 Pocari seimbang antara kualitas yang didapatkan dengan harga yang ditawarkan Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total
Frekuensi 5 56 15 22 1 100
Prosentase 5,0 56,0 15,0 22,0 1,0 100,0
Dari Tabel 4.16 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 5 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 56, 15 responden menyatakan ragu, 22 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden
meyatakan setuju kalau Pocari seimbang antara kualitas yang didapatkan dengan harga yang ditawarkan Tabel 4.17 Bagi konsumen harga tak jadi masalah yang penting kualitas terjamin Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 3 3,0 Setuju 43 43,0 Ragu-ragu 30 30,0 Tidak setuju 23 23,0 Sangat Tidak setuju 1 1,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.17 terlihat 3 responden menyatakan sangat setuju, 43 responden menyatakan setuju, 30 responden menyatakan ragu, 23 responden meyatakan tidak setuju serta 1 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau harga tak jadi masalah yang penting kualitas terjamin
Tabel 4.18 Konsumen termasuk pembeli yang puas walaupun ada perubahan harga
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total
Frekuensi 2 27 22 47 2 100
Prosentase 2 27 22 47 2 100,0
Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.18 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 27, 22 responden menyatakan ragu, 57 responden meyatakan tidak setuju serta 2 menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan tidak setuju kalau mereka termasuk pembeli yang puas walaupun ada perubahan harga
c. Distribusi Dalam variabel distribusi pada kuisioner penulis memasukan 3 (tiga) pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.19 Pocari gampang ditemukan (selalu ada) disetiap pedagang apabila konsumen memerlukan
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel
Frekuensi 8 67 14 10 1 100
Prosentase 8,0 67,0 14,0 10,0 1,0 100,0
4.19 terlihat 8 responden menyatakan sangat setuju, 67
.responden menyatakan setuju, 14 responden menyatakan ragu,
responden
meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan tidak setuju,
dari
pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau Pocari gampang ditemukan (selalu ada) disetiap pedagang apabila konsumen memerlukan
Tabel 4.20 Pocari berhasil dalam distribusi saluran langsung
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 4 30 25 39 2 100
Prosentase 4,0 30,0 25,0 39,0 2,0 100,0
Dari Tabel 4.20 terlihat 4 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 25 responden menyatakan ragu, 39 responden meyatakan tidak setuju serta 2 menyatakan sangat tidak setuju,
dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan tidak setuju kalau Pocari berhasil dalam distribusi saluran langsung
Tabel 4.21 Konsumen percaya sistem pengangkutan Pocari dari pabrik sampai warung
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 8 70 20 2 0 100
Prosentase 8,0 70,0 20,0 2,0 0,0 100,0
Dari Tabel 4.21 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 8 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70, serta 20 responden menyatakan ragu, 2 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju bahwa mereka percaya sistem pengangkutan Pocari dari pabrik sampai warung d. Promosi Dalam
variabel promosi pada kuisioner penulis memasukan 5 (lima)
pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.22 Sering menyaksikan iklan Pocari Di TV atau di radio Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 12 44 19 24 1 100
Prosentase 12 44 19 24 1 100,0
Dari Tabel 4.22 terlihat 12 responden menyatakan sangat setuju, 44 responden menyatakan setuju, 19 responden menyatakan ragu, 24 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau mereka sering menyaksikan iklan Pocari di TV atau radio Tabel 4.23 Iklan Pocari Menarik perhatian Frekuensi
Prosentase
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
8 64 17 6 3 100
8 64 17 6 3 100,0
Dari Tabel 4.23 terlihat 8 responden menyatakan sangat setuju, 64 responden menyatakan setuju, 17 responden menyatakan ragu, 6 .responden meyatakan tidak setuju serta 3 responden menyatakan sangat tidak setuju,
dari
pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau iklan Pocari Menarik perhatian Tabel 4.24 Konsumen setuju isi pesan Pocari mudah dipahami Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 3 Setuju 71 Ragu-ragu 10 Tidak setuju 15 Sangat Tidak setuju 1 100 100,0 Total Dari Tabel 4.24 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 3 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 71, serta 10 responden menyatakan ragu, 15 responden meyatakan tidak setuju, 1 responden menyatakan sangat tidak setuju dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau isi pesan Pocari mudah dipahami
Tabel 4.25 Kegiatan Amal seperti program ”Satu hati” antara Pocari kerjasama AN TEVE sangat bagus dan harus di teruskan
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 4 79 4 13 0 100
Prosentase 4,0 79,0 4,0 13,0 0,0 100,0
Dari Tabel 4.25 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 4 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 79, 4 responden menyatakan ragu, 13 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju kalau kegiatan Amal seperti program ”Satu hati” antara Pocari kerjasama AN TEVE sangat bagus dan harus di teruskan
Tabel 4.26 Menurut konsumen pocari diklankan secara intensif
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total
Frekuensi 5 56 8 24 7 100
Prosentase 5,0 56,0 8,0 24,0 7,0 100,0
Dari Tabel 4.26 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 5 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 56, 8 responden menyatakan ragu, 24 responden meyatakan tidak setuju serta 7 responden
menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju pocari diklankan secara intensifs.
e. Paktor Sosial Dalam variabel paktor sosial pada kuisioner penulis memasukan 5 (lima) pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.27 Konsumen membeli Pocari karena reperensi teman
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 4 21 11 60 4 100
Prosentase 4,0 21,0 11,0 60,0 4,0 100,0
Dari Tabel 4.27 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 5 .responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 21, 11 responden menyatakan ragu, 60 responden meyatakan tidak setuju serta 4 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan tidak setuju kalau mereka membeli Pocari karena reperensi teman
Tabel 4.28 Ketika konsumen membeli pocari Pocari. Konsumen percaya minum di depan orang Sangat Setuju
Frekuensi 8
Prosentase 8
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
70 4 18 0 100
70 4 18 0 100,0
Dari Tabel 4.28 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak. 8 .responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70, 4 responden menyatakan ragu, 18 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju ketika mereka membeli pocari Pocari, mereka percaya minum di depan orang
Tabel 4.29 Bagi konsumen usul dan pertimbangan dari keluarga dalam membeli produk adalah sesuatu yamg harus pertimbangkan
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 8 49 22 19 0 100
Prosentase 8,0 49,0 22,0 19,0 0,0 100,0
Dari Tabel 4.29 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 8 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 49, 22 responden menyatakan ragu, 19 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju kalau usul dan pertimbangan dari keluarga dalam membeli produk adalah sesuatu yamg harus pertimbangkan Tabel 4.30 Konsumen merasa yakin minum pocari dibanding minuman biasa
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
Frekuensi 10 53 27 10 0 100
Prosentase 10,0 53,0 27,0 10,0 0,0 100,0
Dari Tabel 4.30 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 10 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 53, 27 responden menyatakan ragu, 10 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju mereka merasa yakin minum pocari dibanding minuman biasa Tabel 4.31 Teman kerja, teman organisasi mempengaruhi konsumen dalam pembelian
Frekuensi Sangat Setuju 2 Setuju 32 Ragu-ragu 3 Tidak setuju 63 Sangat Tidak setuju 1 100 Total Sumber : olah data kuisioner
Prosentase 2 32 3 63 1 100,0
Dari Tabel 4.31 terlihat responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 2 responden, responden yang menyatakan setuju sebanyak 32,
responden
menyatakan ragu sebanyak 2 responden, 63 responden meyatakan tidak setuju serta 1 responden menyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan tidak setuju
kalau teman kerja, teman organisasi
mempengaruhi konsumen dalam pembelian f. Pembelian konsumen Dalam variabel pembelian konsumen pada kuisioner penulis memasukan 6 (enam) pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.32 Sebelum membeli Pocari konsumen telah mendapatkan segala sesuatu tentang pocari Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 3 3,0 Setuju 65 65,0 Ragu-ragu 20 20,0 Tidak setuju 12 12,0 Sangat Tidak setuju 0 0,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.32 terlihat 3 responden menyatakan sangat setuju, 65 responden menyatakan setuju, 20 responden menyatakan ragu, 12 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju dengan pernyataan tersebut Tabel 4.33 Konsumen biasa membeli Pocari karena sudah biasa membelinya Sangat Setuju Setuju
Frekuensi 5 48
Prosentase 5,,0 48,0
Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
12 32 3 100
12,0 32,0 3,0 100,0
Dari Tabel 4.33 terlihat 5 responden menyatakan sangat setuju, 48 responden menyatakan setuju, 12 responden menyatakan ragu, 32 responden meyatakan tidak setuju serta 3 responden menyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
Tabel 4.34 Setelah konsumen mengetahui kandungan Pocari, konsumen tertarik dan membelinya Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 2 2,0 Setuju 48 48,0 Ragu-ragu 8 8,0 Tidak setuju 34 34,0 Sangat Tidak setuju 8 8,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.34 terlihat 2 responden menyatakan sangat setuju, 48 responden menyatakan setuju, 8 responden menyatakan ragu, 34 responden meyatakan tidak setuju serta 8 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut Tabel 4.35 Konsumen termasuk pembeli yang cerdas dalam menganalisis kandungan Pocari Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 7 7,0
Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
65 17 11 0 100
65,0 17,0 11,0 0,0 100,0
Dari Tabel 4.35 terlihat 7 responden menyatakan sangat setuju, 65 responden menyatakan setuju, 17 responden menyatakan ragu, 11 responden meyatakan tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
Tabel 4.36 Konsumen termasuk pembeli rutin Pocari jika memerlukan minuman Isotonik Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 3 3,0 Setuju 38 38,0 Ragu-ragu 26 26,0 Tidak setuju 30 30,0 Sangat Tidak setuju 3 3,0 100 100,0 Total Sumber : olah data kuisioner Dari Tabel 4.36 terlihat 3 responden menyatakan sangat setuju, 38 responden menyatakan setuju, 26 responden menyatakan ragu, 30 responden meyatakan tidak setuju serta 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, dari pernyataan ini sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut Tabel 4.37 Sebelum konsumen membeli pocari ada pertimbangan terlerbih dahulu misalnya ada intensif yang ditawarkan Frekuensi Prosentase Sangat Setuju 4 4,0 Setuju 52 52,0
Ragu-ragu Tidak setuju Sangat Tidak setuju Total Sumber : olah data kuisioner
13 26 5 100
13,0 26,0 5,0 100,0
Dari Tabel 4.37 terlihat 4 responden menyatakan sangat setuju, 52 responden menyatakan setuju, 13 responden menyatakan ragu, 26 responden meyatakan tidak setuju serta 5 menyatakan sangat tidak setuju,
dari pernyataan ini
sebagian besar responden meyatakan setuju atas pernyataan tersebut
3. Hasil Analisis Untuk menggambarkan pengaruh atau hubungan variabel bauran pemasaran ( produk, harga, distribuusi dan promosi) dan variabel faktor sosial. Terhadap keputusan pembelian, maka penulis menggunakan alat analisa SPSS 15.0 for windows pada penelitian ini dengan metode enter untuk mempermudah analisis pembahasannya a. Uji Normalitas dan Asumsi Klasik Regresi Loinier Berganda Untuk menguji regresi berganda ini, maka model tersebut harus memenuhi asumsi normalitas data dan asumsi klasik statistik. 1) Uji Normalitas Uji
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memilki data normal atau mendekati normal. Cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat normal propability plot yang membandingkan distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan plotting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang akan menggambarkan sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Gambar 4.1
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KeputusanPembelian
Expected Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Dari Gambar 4.1 grafik normal probability plot menunjukan pola grafik yang normal, terlihat dari titik-titik data yang tersebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Jadi asumsi kenormalan terpenuhi. 2) Autokorelasi Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu yang berkaitan de ngan
tenggang waktu, yang dapat diartikan bahwa hubungan korelasi dari setiap varabel waktu sekarang akan sama keadaannnya pada masa yang akan datang. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi adalah dengan menguji uji Durbin Watson
Tabel 4. 39 Tabel klasifikasi nilai d Nilai d Keterangan < 1.10 Ada autokorealsi 1.10 - 1.54 Tanpa kesimpulan 1.55 – 2.46 Tidak ada autokorelasi > 2.91 Ada autokorelasi Sumber: Al Ghipari :1997 :171 Ada pun dari pengolahan data, dsiperoleh hasil sebagai berikut Tabel 4. 40 Durbin – Watson Model Durbin - watson 1 1.999 Sumber : Out Put SPSS, 2008 Berdasarkan hasil dari tabel 4.40 yaitu garis perhitungan terhadap uji autokorelasi, yaitu sebesar 1.999. Jika melihat kepada tabel 4.39 Durbin – watson, berarti tidak ada autokorelasi dalam regresi linier bereganda. 3) Multikolinearitas Dalam penelitian ini, ada tidaknya gejala multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolenearitas di tunjukan pada tabel 4. 41
Tabel 4.41 Coefficients (a) Collinearity Statistics Tolerance VIF
Model 1
(Constant) Product Price Place Promotion Social factor
0,870 0,886 0,924 0,997 0,896
1,150 1,128 1,082 1,024 1,116
(a) dependen Variabel : Keputusan pembelian Sumber : Out put SPSS. 2008
Berdasarkan tabel 4.41 di atas dapat dijelaskan bahwa model regresi pada penelitian ini tidak mengalami gangguan multikolenearitas atau tidak terdapat korelasi antar variabel bebas. Hal ini terlihat pada nilai tolerance untuk kelima variabel bebas yang lebih besar dari 10 persen (0.1) dan Variance Inflation Factor (VIF) bernilai kurang dari 10 (Bhuono, 2005 : 58)
4) Heteroskedastisitas Penelitian ini akan menggunakan grafik scatterplot untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS, hasil grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini. Gambar 4.2
Scatterplot
Dependent Variable: KeputusanPembelian
Regression Standardized Predicted Value
3
2
1
0
-1
-2
-3 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat dari plot yang terpencr serta tidak membentuk suatu pola tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda bebas dar heterokedastisitas. b. Pengujian Hipotesis 1) Pengujian Parsial (Uji t) Pengujian hipotesis secara parsial dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. Hipotesa yang digunakan dalam pengujian ini adalah 1.
Ho = β1 = 0 Diduga variabel product tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen H1 = β1 ≠ 0 Di duga variabel product berpengaruh secara terhadap keputusan pembelian konsumen
signifikan
2.
Ho = β2 = 0 Diduga variabel price tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen H1 = β2 ≠ 0 Diduga variabel price berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
3.
Ho =β 3 = 0 Diduga variabel place tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen H1 = β 2 ≠ 0 Diduga variabel place berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
4.
Ho = β4 = 0 Diduga variabel promotion tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen H1 = β4 ≠ 0 Diduga variabel promotion berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
5.
Ho =β5 = 0
Diduga variabel sosial factor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
H1=β 5 ≠ 0
Diduga variabel faktor sosial berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen
Dasar pengambilan keputusan (a) Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Apabila t tabel > t hitung maka Ho diterima Apabila t tabel < t hitung, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Dengan tingkat signifikasi 5% (α = 5%) dan nilai df (degree of
freedom) n – k (100 – 5) = 95, maka dapat diketahui nilai t tabel sebesar 1, 985. (b) Dengan menggunakan angka signifikasi. Apabila angka signifikansi > 0,05, maka Ho diterima. Apabila angka signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diteima Tabel 4.42 Coefficients (a) Unstandardized Coefficient Beta Std error 1 (Constant) 0,204 3,337 Product 0,173 0,077 Price 0,373 0,096 Place 0,478 0,159 Promosion 0,057 0,104 Social factor 0,142 0,099 (a) Dependent variable : keputusan pembelian Sumber : Out put SPSS, 2007 Model
Standardized Coefficients Beta 0,202 0,348 0,263 0,047 0,128
t
sign
0,061 2,244 3,897 3,010 0,552 1,438
0,951 0,027 0,000 0,003 0,582 0,154
Dari tabel 4.42 di atas, selanjutnya penulis menguji hipotesa secara parsial pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Menguji signifikasi koefisien variabel produk Dari tabel koefisien (tabel 4.39) diperoleh nilai t hitung = 2,244 dengan tingkat signifikasi 5 % (α = 5 %) dan sifat df (degree of freedom) n – k (100-5) = 95, maka dapat diketahui nilai t tabel sebesar 1,985.
Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan : (t hitung )
(t tabel )
(2,244) > (1,985). Karena nilai t
hitung
> t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima, artinya koefisien regresi pada produk adalah signifikaan. Hasil yang sama juga bisa diperoleh dari perbandingan nilai sig. Dengan taraf signifikasi ; Sig,
α
(0,027) < (0,05) Karena sig < α, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya koefisien regresi pada produk adalah signifikan. Berdasarkan uji t pada variabel produk ternyata Ho ditolak atau Ha diterima, yang artinya koefisien regresi pada variabel produk adalah signifikan. Hal ini menunjukan bahwa produk pocari sweat berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dengan kata lain keseluruhan kualitas dan keunggulan Pocari sweat berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 2.. menguji signifikasi koefisien variabel harga Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan : (t hitung )
( t tabel)
(3,897) > (1,985)
Karena nilai t
hitung
> t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima, artinya koefisien regresi pada produk adalah signifikaan. Hasil yang sama juga bisa diperoleh dari perbandingan nilai sig. Dengan taraf signifikasi ; α
Sig,
(0,000) < (0,05) Karena sig < α, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya koefisien regresi pada harga adalah signifikan. Berdasarkan uji t pada variabel harga ternyata Ho ditolak atau Ha diterima, yang artinya koefisien regresi pada variabel harga adalah signifikan. Hal ini menunjukan bahwa harga pocari sweat berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dengan kata lain harga pocari yang ditawarkan terjangakau oleh daya beli konsumen. 3. Menguji signifikasi koefisien variabel distribusi Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan : (t hitung
t tabel)
(3, 010) > (1,985) Karena nilai t
hitung
> t tabel, maka disimpulkan bahwa Ho ditolak atau
Ha diterima, artinya koefisien regresi pada distribusi adalah signifikaan. Hasil yang sama juga bisa diperoleh dari perbandingan nilai sig. Dengan taraf signifikasi ; Sig,
α
(0,003) < (0,05) Karena sig < α, Ho ditolak atau Ha diterima, artinya koefisien regresi pada distribusi adalah signifikan. Berdasarkan uji t pada variabel harga ternyata Ho ditolak atau Ha diterima, yang artinya koefisien regresi pada variabel distribusi adalah signifikan. Hal ini menunjukan bahwa dalam distribusi pocari telah berhasil sehingga mempengaruhi keputusan pembelian 4. Menguji signifikasi koefisien variabel promosi Dengan membandingkan t hitung dan t tabel, didapatkan : (t hitung)
( t tabel)
(0,552) < (1,985) Karena nilai t
hitung
< t
tabel,
maka disimpulkan bahwa Ho terima atau
Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada promosi tidak signifikan. Dengan membandingkan angka signifikasi ; Sig,
α
(0,582) > (0,05) Karena sig > α, maka disimpulkan bahwa Ho terima atau Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada promosi tidak signifikan. Berdasarkan uji t pada variabel promosi ternyata Ho terima atau Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada promosi tidak signifikan. Hal ini di mungkinkan karena iklan pocari kurang gencar 5. Menguji signifikasi koefisien variabel faktor sosial
Dengan membandingkan t tabel dan t tabel, didapatkan : (t hitung)
(t tabel)
(1,438) < (1,985) Karena nilai t
hitung
< t
tabel,
maka disimpulkan bahwa Ho terima atau
Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada Faktor Sosial tidak signifikan. Dengan membandingkan angka signifikasi ; α
Sig,
(0,154) > (0,05) Karena sig > α, maka disimpulkan bahwa Ho terima atau Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada Faktor sosial tidak signifikan. Berdasarkan uji t pada variabel promosi ternyata Ho terima atau Ha ditolak, artinya koefisien regresi pada Faktor Sosial tidak signifikan. Hal ini di mngkinkan karena faktor sosial tidak berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian. 2. Uji Simultan (Uji F) Pengujian hipotesis secara simultan bertujuan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Ho : β = 0 Variabel – variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.
Ho : β ≠ 0 Variabel – variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya Dasar pengambilan keputusan : (a) Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel Apabila F tabel > F hitung, maka Ho diterima Apabila F tabel < F hitung, maka Ho ditolak atau Ha diterima (b) Dengan menggunakan angka signifikasi Apabila probabilitas > 0,05, maka Ho diterima Apabila probabilitas < 0,05, maka Ho diterima atau Ha diterima. Tabel 4. 44 ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 244,639 483,951 728,590
df 5 94 99
Mean Square 48,928 5,148
F 9,503
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), FaktorSosial, Harga, Promosi, Distribusi, Produk b. Dependent Variable: KeputusanPembelian
Dalam tabel Anova di atas terbaca nilai F
hitung
= 9.503 sementara dari tabel nilai
statistik F dengan derajatr bebas VI = 5 dan V2 = 94 pada taraf signifikasi 0,05 (F5 ; 94 ; 0,05)
kita peroleh F tabel = 2,311 jadi tampak bahwa
F hitung 9,503
F tabel >
2,311
Karena F
hitung
>F
tabel
maka dapat disimpulkan bahwa kita dapat menolak Ho, yang
artinya diantara variabel independen (produk, harga, distribusi, promosi, faktor sosial) dan variabel dependen (keputusan pembelian) terdapat hubungan Kesimpulan yang sama dapat diperoleh dari perbandingan nilai. Dengan taraf signifikasi (α) : α
Sig 0,000
<
0,05
Karena Sig < α maka disimpulkan bahwa kita dapat menolak Ho, yang berarti terdapat hubungan antara produk, harga, distribusi, promosi dan faktor sosial terhadap keputusan pembelian Dilihat dari perbandingan antara F
hitung
dan F
tabel
serta perbandingan nilai taraf
signifikansi, maka dapat di simpulkan bahwa kelima variabel bebas (produk, harga, distribusi, promosi dan faktor sosial) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
c. Analisis regresi linier berganda Model persamaan regresi secara umum berbentuk sebagai berikut : α = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e.
Tabel 4.45
Descriptive Statistics Mean 19,71 31,33 15,41 10,49 17,52 16,18
Keputusan Pembelian Produk Harga Distribusi Promosi Faktor Sosial
Std. Deviation 2,712 3,165 2,531 1,494 2,217 2,430
N 100 100 100 100 100 100
Sumber : Out put SPSS, 2008 Tabel 4.45 menunjukan deskripsi dari semua variabel yang diregresikan, yang berisi mengenai statistik deskriptif yang menampilkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi dan data valid masing-masing variabel. Variabel Y (keputusan pembelian) mempunyai rata-rata 19,71 dan standar deviasi 2,712, vaiabel X1 (Produk) mempunyai rata-rata 31,13 dan standar deviasi.3,165 ,variabel X2 (Harga) mempunyai rata-rata 15, 41 dan standar deviasi 2,531, variabel X3 (Distribusi) mempunyai rata-rata 10,49 dan standar deviasi 1,494, variabel X4 (promosi) mempunyai rata-rata 17,52 dan standar deviasi 2,217, serta variabel X5 (faktor sosial) mempunyai rata-rata.16,18 dan standar deviasi 2,430. Tabel 4.46 Model Summaryb Model 1
R R Square ,579a ,336
Adjusted R Square ,300
Std. Error of the Estimate 2,26901
DurbinWatson 1,999
a. Predictors: (Constant), FaktorSosial, Harga, Promosi, Distribusi, Produk b. Dependent Variable: KeputusanPembelian
Berdasarkan tabel 4,46 di atas, nilai korelasi antara variabel keputusan pembelian dengan seluruh variabel independen secara umum (R) sebesar 0,579 menunjukan
bahwa variabel bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor sosial terhadap keputusan pembelian mempunyai hubungan dengan kategori 0,579 (lihat tabel 4.47) Dari perhitungan hasil diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara varabel bauran pemasaran dan faktor sosial terhadap keputusan pembelian konsumen sebesar 0,576 untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kuatnya hubunagn itu, maka dapat digunakan pedoman pada tabel 4.47 di bawah ini. Tabel 4.47 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefiosien korelasi Interval korelasi Tingkat Hubungan 0.00 - 0.199 Sangat Rendah 0.20 - 0.399 Rendah 0.40 - 0.599 Sedang 0.60 - 0.799 Kuat 0.80 – 1000 Sangat kuat Sumber : sugiono (2002)(dalam Wahyu Hidayat, 2007)
Nilai R square sebesar 0,336 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi, atau 0,579 x 0,579 = 0,336. R square bisa disebut koefisien determinasi, yang dalam hal ini berarti 33,6 % keputusan pembelian konsumen bisa dijelaskan melalui variabel bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor sosial. Sedangkan sisanya (100 % - 33,6 % = 66,4 ) dijelaskan oleh atau faktor lain, R square berkisar pada angka 0 samapi 1, dengan catatan semakin kecil R square, maka semakin lemah kelima variabel.
Untuk menentukan persamaan regresi, maka dapat dilihat pada tabel 4.48 di awal yang penulis sajikan kembali sebagai berikut Tabel 4.48 Coefficients (a) Model
Unstandardized Coefficient Beta Std error 1 (Constant) 0,204 3,337 Product 0,173 0,077 Price 0,373 0,096 Place 0,478 0,159 Promosion 0,057 0,104 0,099 Social factor 0,142 (a) Dependent variable : keputusan pembelian Sumber : Out put SPSS, 2007
Standardized Coefficients Beta 0,202 0,348 0,263 0,047 0,128
t
sign
0,061 2,244 3,897 3,010 0,552 1,438
0,951 0,027 0,000 0,003 0,582 0,154
Tabel 4.48 menggambarkan persamaan regresi : Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e. Y = 0,204 + 0,173 X1 + 0,0,373 X2 + 0,478 X3 + 0,057 X4 + 0,142 X5 Konstanta sebesar 0,204 menyatakan bahwa kalau tidak ada pengaruh bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor sosial maka keputusan pembeliannya sebesar 0,204. Selanjutnya berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel distribusi yang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,487 atau yang paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. KESIMPULAN Penelitian dilakukan terhadap produk Pocari yang di produksi oleh PT Amerta Indah otsuka yang akan menguji bauaran pemasaran dan faktor sosial yang menurut asumsi penulis sangat bagus untuk di teliti, yaitu : produk, harga, distribusi, promosi dan faktor sosial, Dalam mengukur pengaruh marketing mix dan faktor sosial terhadap keputusan pembelian konsumen. Dalam penelitian ini, objek penelitian adalah masyarakat Ciputat baik penduduk asli maupun pendatang sebanyak 100 responden. Hal ini karena peneliti mengalami hambatan seperti, keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Berdasarkan kepada analisis BAB IV, maka penulis
mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji parsial (Uji t) menjelaskan bahwa variabel promosi dan faktor sosial diketahui tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Sedangkan variabel produk, harga dan distribusi diketahui berpengaruh positif dan signifikan. 2. Hasil uji simultan (Uji F) menyimpulkan bahwa kelima variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. 3. Berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian
adalah variabel distribusi yang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,487 atau yang paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. 4. Nilai R square (koefisien determinasi) yang di peroleh 33,6 % keputusan pembelian konsumen di pengaruhi oleh bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, promosi) dan faktor sosial. Sedangkan sisanya sebesar 66,4 dijelaskan oleh atau faktor lain
B. Implikasi 1. Pengujian koefisien regresi melalui uji t mengidentifikasikan bahwa promosi dan faktor sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal ini dimungkinkan karena promosi dan faktor sosial tidak berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian konsumen, dalam hal konsumen membeli Pocari bukan karena melihat iklan yang di tampilkan semata, tetapi pengaruh faktor lain. Sedangkan faktor sosial tidak berpengaruh secara langsung terhadap keputusan pembelian dikarenakan konsumen membeli pocari bukan karena reperensi dan juga bukan status 2. Pengujian koefisien regresi melalui uji t mengidentifikasikan bahwa produk, harga dan distribusi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pocari. Hal ini menunjukan bahwa konsumen sudah cukup mengenal baik dengan pocari, juga memiliki persepsi baik masalah kualitas dan harga yang ditawarkan, konsumen juga merasa mudah menemukannya kalau mereka memerlukan pocari.
3. Memberikan masukan kepada manajemen perusahaan supaya mengelola strategi marketing mix dengan baik.
C. SARAN 1. Berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel menunjukan bahwa variabel yang paling dominan terhadap keputusan pembelian adalah variabel distribusi yang memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,487 atau yang paling besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hal ini menunjukan bahwa faktor distribusi mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen pocari, sehingga bagi perusahaan sebaiknya mempertahankan kelancaran distribusi dengan baik. 2. memperbaiki kualitas iklan supaya iklan itu bisa lebih mudah dipahami dan diiklankan lebih intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal., Dan amaran., Tasai,. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Tinggi ., Akademika Presindo. Jakarta. 2004.
Perguruan
Tjiptono., Fandy, Manajemen Pemasarn¸ PT Prenhalindo. Jakarta, 2000 Hamid, Abdul. Panduan Penulisan Skripsi. Cetakan 1, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2004 http//:www.aio.co.id http// : email :
[email protected] Agung, Bhuono Nugroho., Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Andi. Yogyakarta. 2005 http//:www.petra.ac.id http// : www.uns.ac.id Ismail, Muhammad., dan karebet., Widjayakusuma., Menggagas Bisnis Islami. Gema Insani. Jakarta. 2006 Irawan , Handi. 10 prinsip Kepuasan Pelanggan. PT Exelmedia Komputindo, Jakarta. 2002 Kotler, Philip, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran. PT Gramedia Jakarta. 2001 Kotler, Philip,. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium. Prenhalindo. Jakarta. 2002 Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran Perspektif Asia, terjemahan fandy tjiptono, Andi and Education asia, yogyakarta, 2000.
Mc Carty, Jerome., dan wiliam D. Perreault, JR. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. 1996
Robbin, Stephen., Dan Mary., Coulter,. Manajement Sixth Edition. PT Prenhalindo. Jakarta. 1999
Saladin, djasmin, Dasar-Dasar Manjemen Pemasaran. CV Mandar Maju. Bandung. 1996 Santosa Budi Purbayu dan Ashari, .Analisis Statstik Dengan Microsoft Excell dan SPSS. Andi, Yogyakarta, 2005 Sugiyono,. Statistika Untuk Penelitian. CV Alfabeta bandung Suharyadi dan Purwanto S. K Statistiaka Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern., edisi perdana, buku 2, salemba empat, jakarta, 2004
Sukirno, sadono,. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. PT. Raja garfindo Persada. Jakarta. 2002 Sumarni., murni, Manajemen Pemasaran Bank, liberty., Yogyakarta, 2002. Supomo, Bambang dan Nur., indriantoro., Metodologi Penelitian Bisnis., BPFE – Yogyakarta 2002 Sauri, Sopyan., Manajemen Pemasaran., PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 Uyanto, Stanislaus,. Pedoman Analisis data dengan SPSS ., Graha Ilmu., Yogyakarta. 2006.
Harper W Boyd, Manajemen Pemasaran Global, jilid satu, Erlangga, Jakarta, 2002 Umimins, Julians, Promosi Penjualan, Terjemahan Heryanto, Edisi ketiga, Binarupa aksara, Jakarta. 2001 Maholtra, Marketing Research & ApliedOrintation, ED Printice HallInc, 2004 Robbinsw, Stephen, Perilkau Organisasio, Terjemahan Halida, Edisi kelima, Erlangga, Jakarta 2000 Davies, Manajemen Pemasaran yang sukses dalam sepekan, Terjemehan Anton Adiwiyono, Megapoin, Jakarta, 2001