1
ANALISIS PENETAPAN HARGA PRODUK KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM INDUSTRI PERBANKAN: STUDI KASUS PADA BANK XYZ Fahira Dynia Dyah Setyaningrum Program Studi S1 Reguler Akuntansi Fakultas Ekonomi
ABSTRAK Skripsi ini bertujuan menganalisis penetapan harga produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank XYZ serta mengevaluasi penetapan harga dengan membandingkan SBDK Bank XYZ dan bank lain. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bank XYZ menggunakan Surat Edaran BI No.15/1/DPNP perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit sebagai acuan penetapan SBDK dengan komponen Harga Pokok untuk Dana Kredit (HPDK) sebagai HPP produk pada usaha manufaktur, biaya overhead, dan marjin keuntungan yang berdasarkan rasio keuangan bank. Menempati posisi ke-8 dalam urutan SBDK terendah dari 10 bank besar di Indonesia, Bank XYZ masih harus melakukan usaha terkait perhitungan SBDK yaitu mengubah driver dan menggunakan reciprocal method dalam alokasi biaya, serta terkait dengan strategi peningkatan jumlah wilayah KPR dan penghimpunan dana dari masyarakat untuk menekan SBDK. Kata kunci: Pricing; Biaya; Suku Bunga Dasar Kredit; Bank; KPR
ABSTRACT The purpose of this study is to analyze mortgage loan pricing in Bank XYZ and evaluate the Bank XYZ prime lending rate (as the minimum price of mortgage loan) compared to other banks. The study was a study case design. The results of this study indicate that Bank XYZ implement Bank Indonesia's policy which is Surat Edaran BI No.15/1/DPNP about Prime Lending Rate Information Transparency consist of HPDK as COGS in manufacture company, overhead cost, and profit margin based on bank financial ratio. Being the 8th rank from 10 lowest prime lending rate bank, Bank XYZ has to consider about prime lending rate calculation such as change driver and method in cost allocation, also strategy to add more mortgage loan branch and collect more fund from debtor.
Key Words: Pricing; Cost; Prime Lending Rate; Bank; Mortgage Loan
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
2
1.
Latar Belakang Bank bukanlah merupakan lembaga yang asing lagi bagi masyarakat, bahkan telah
menjadi bagian dari kehidupan negara. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Saat ini industri perbankan tengah mengalami kompetisi yang ketat. Menurut Biro Riset BUMN Center LM FEUI (2012), terdapat 109 bank di Indonesia. Dari 100 lebih bank yang ada di Indonesia terdapat 10 besar bank dilihat dari jumlah aset yang dimilikinya Berdasarkan hasil riset tersebut, Bank XYZ merupakan salah satu bank dengan pertumbuhan aset yang pesat sehingga menjadikan Bank XYZ sebagai salah satu dari 10 bank besar yang ada di Indonesia. Laporan Keuangan Bank XYZ 2012 mencatat terdapat peningkatan total kredit sebesar 16% yang terdiri dari kredit korporasi, retail, microfinance, dan konsumsi yang diklasifikasikan berdasarkan segmen bisnis. Diantara produk kredit Bank XYZ yang mengalami pertumbuhan tinggi, salah satunya adalah Kredit Pemilikan Rumah yang tentunya dimiliki pula oleh bank umum lainnya. Sebagai salah satu kebutuhan primer dalam masyarakat, kebutuhan akan rumah tidak akan pernah ada habisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, umumnya masyarakat memanfaatkan bantuan finansial dari perbankan dalam bentuk Kredit Pemilikan Rumah atau yang lebih dikenal dengan KPR. Fakta tersebut merefleksikan bahwa potensi bisnis KPR cukup menjanjikan bagi perbankan. Disamping sifat kebutuhannya yang sustainable, potensi KPR juga berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat (Santosa, 2009). Melihat dari peta penguasaan pasar KPR di Indonesia, 5 besar bank penguasa pasar KPR adalah Bank I, Bank XYZ, Bank A, Bank C, Bank D. Kelima bank ini mendominasi pasar dengan pangsa lebih dari 70%. Dipicu oleh iklim kompetisi ketat dan strategi para pelaku pasar yang berlomba menarik nasabah, sebagian besar nasabah KPR cukup sensitif terhadap suku bunga. Tipikal nasabah seperti ini cenderung lebih memilih bank dengan suku bunga kredit yang lebih rendah dibandingkan dengan pertimbangan lain, seperti kecepatan proses, layanan yang memuaskan, atau kemudahan persyaratan. Pemerintah di Indonesia menyadari hal tersebut sepenuhnya dengan mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/1/DPNP pada bulan Januari 2013 perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) yang selanjutnya akan disebut sebagai SBDK. SBDK merupakan suku bunga terendah yang mencerminkan kewajaran biaya
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
3 yang dikeluarkan oleh Bank termasuk ekspektasi keuntungan yang diperoleh (profit margin). SBDK yang ditambah dengan estimasi premi risiko akan menghasilkan suku bunga kredit yang dibayarkan oleh nasabah sebagai debitur. Dengan dipublikasikannya SBDK maka masyarakat dapat mengetahui "harga minimum" yang akan dikenakan oleh bank untuk produk kredit. Horngren (2012) menyatakan bahwa penetapan harga dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu konsumen, kompetitor, dan biaya. Karena biaya memegang aspek penting dalam penetapan harga, maka akuntansi pun ikut memiliki peran penting karena dapat memberikan informasi mengenai biaya yang terkait dalam menghasilkan suatu produk. Akuntansi biaya didefinisikan sebagai suatu sistem akuntansi yang dapat mengukur biaya dari suatu output atau hasil suatu proses produksi (Martinson, 2005). Oleh karena itulah akuntansi biaya yang dapat menyediakan gambaran akurat mengenai hubungan antara biaya tertentu dengan hasil tertentu serta dapat melacak bagaimana sumber daya bergerak dalam sebuah perusahaan, tak terkecuali pada industri perbankan. Berawal dari alokasi biaya Bank XYZ akan mengarah kepada penetapan harga produk KPR diimplementasikan dalam Bank XYZ, baik itu berdasarkan peraturan BI atau pun strategi Bank XYZ sebagai sebuah perusahaan yang ingin meningkatkan keberlanjutannya (pricing strategy). Harga produk yang menjadi fokus penelitian adalah Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK), sebagai harga minimum yang dikenakan bank bagi debitur, untuk produk KPR. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis proses perhitungan harga pada produk KPR yang diimplementasikan pada Bank XYZ serta mengevaluasi penetapan harga tersebut dibandingkan dengan bank-bank besar lain di Indonesia.
2.
Tinjauan Teoritis Harga menurut Kottler (2005) adalah salah satu bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan; unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Menurut Horngren, Datar, dan Rajan (2012), biaya adalah sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu. Cost assignment mencakup (1) penelusuran biaya-biaya yang telah terakumulasi dan memiliki hubungan langsung dengan cost object (direct costs) dan (2) pengalokasian biaya-biaya yang tidak memiliki hubungan langsung dengan cost object (indirect costs). Terdapat beberapa metode pengalokasian biaya tak langsung yaitu (1) mengalokasi corporate costs ke divisi dan produk, (2) mengalokasi biaya ke departemen-departemen pendukung dan operasi menggunakan metode alokasi single rate atau dual rate, (3) mengalokasi biaya-biaya dari beberapa departemen pendukung menggunakan metode direct, step-down, atau reciprocal.
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
4 Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Siamat (1995), bank memiliki rasio keuangan tersendiri yang dijadikan alat membuat analisis laporan keuangan, diantaranya adalah cash ratio, loan to deposit ratio (LDR), return on asset (ROA), return on equity (ROE), capital adequacy ratio (CAR), serta debt to equity ratio. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 15/1/DPNP, Suku Bunga Kredit (Lending Rate) merupakan hasil penjumlahan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan premi risiko. SBDK sendiri merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah bank. Komponen perhitungan SBDK terdiri dari Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK), biaya overhead, dan marjin keuntungan. Pada Tabel 1 terdapat perbandingan perhitungan komponen SBDK dengan harga produk manufaktur. Tabel 1. Perbandingan Perhitungan Komponen SBDK dengan Harga Produk Manufaktur No. 1.
Komponen SBDK
Perbandingan dengan Harga Produk Manufaktur
Harga Pokok Dana untuk
(=) Merupakan Harga Pokok Produk (HPP).
Kredit (HPDK)
(≠) Raw material berupa dana. Turut menghitung biaya dana sesuai regulasi bank sentral.
2.
Biaya Overhead
(=) Melakukan alokasi biaya tak langsung. (≠) Terdapat perbedaan jenis biaya, contoh: biaya provisi pada bank
3.
Marjin Keuntungan
(=) Mempertimbangkan target pendapatan. (≠) Melakukan perhitungan rasio keuangan.
3.
Profil Perusahaan dan Metodologi Penelitian
3.1
Profil Bank XYZ Sebagaimana yang tertulis pada laporan tahunan Bank XYZ, Bank XYZ berdiri pada
tahun 1955 dengan nama PT. YZ. Pada tahun 2002, Group X melakukan akuisisi terhadap saham mayoritas Bank YZ dari BPPN. Dalam transaksi terpisah, pemilik saham mayoritas Group X mengakuisisi kepemilikan mayoritas LP Bank tahun 2005 hingga akhirnya pada tahun 2008 Group X melakukan konsolidasi seluruh anak perusahaan dan lahirlah Bank XYZ. Penelitian ini mayoritas dilakukan pada divisi yang berada di bawah Strategy & Finance Director, yaitu Budget, Management, & Financial Accounting. Yang bertugas untuk menghitung dan melaporkan SBDK kepada Bank Indonesia adalah Management Accounting
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
5 Departemen Head yang merupakan bagian dari divisi Budget, Management, & Financial Accounting Kredit yang disediakan Bank XYZ terdiri dari 3 segmen yaitu Kredit Korporasi, Kredit Komersial, dan Kredit Konsumer. Kredit konsumer terdiri dari KPR, auto loan, kartu kredit, dan kredit personal & multiguna. Sepanjang tahun 2012, KPR Bank XYZ mampu mencapai Rp 21,11 triliun, meningkat sebesar 12% dari tahun 2011. Dengan demikian KPR mampu menyumbang 47% dari total kredit konsumer. KPR juga mampu meningkatkan Profit Before Tax (PBT) sebesar 38% dibandingkan tahun 2011, dengan membukukan PBT sebesar Rp 571 miliar di tahun 2012. Mematuhi SE BI No. 15/1/DPNP perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit, Bank XYZ turut melakukan publikasi atas SBDK produk kreditnya. Pada Gambar 1 terdapat data historis SBDK KPR Bank XYZ mulai dari April 2012 sampai dengan Maret 2013. Dari grafik tersebut terlihat bahwa nilai SBDK KPR Bank XYZ tidak mengalami perubahan yang drastis bahkan cenderung stagnan. SBDK KPR Bank XYZ hanya mengalami penurunan pada bulan Juli 2012 ke Agustus 2012 sebesar 0.20%. Nilai SBDK yang bersifat tetap ini dipengaruhi oleh adanya tindakan penyesuaian Bank XYZ terhadap SBDK bank lain yang diwujudkan misalnya dalam perhitungan marjin keuntungan yang ingin dicapai.
Sumber: Internal Bank XYZ dengan Olahan Penulis.
Gambar 1. Suku Bunga Dasar Kredit KPR Bank XYZ Periode April 2012 s.d Maret 2013
3.2 Metodologi Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan metode studi kepustakaan dan wawancara. Studi kepustakaan dilakukan dengan menggunakan sumber buku-buku bacaan terkait materi bahasan, jurnal online, informasi dari website lembaga-lembaga yang terkait materi
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
6 pembahasan, bahan-bahan kuliah, serta laporan tahunan perusahaan sedangkan wawancara menggunakan teknik semi terstruktur. Penulis selaku pewawancara menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu, namun juga terbuka keungkinan untuk melakukan pengembangan terhadap pertanyaan pada saat wawanara berlangsung agar dapat menggali informasi secara optimal namun tidak kehilangan fleksibilitas. Data penelitian yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dengan pihak Bank XYZ sedangkan data sekunder merupakan data yang diambil dari studi kepustakaan.
4.
Pembahasan
4.1
Analisis Penetapan Harga KPR Bank XYZ
4.1.1
Suku Bunga Dasar Kredit Bank XYZ Sebagai salah satu bank konvensional di Indonesia, Bank XYZ menaati peraturan
sesuai SE BI No. 15/1/DPNP dengan mempublikasikan SBDK Bank XYZ untuk bulan Maret 2013 yang ditempatkan pada website Bank XYZ (Gambar 4). Pada tabel 2 terdapat perbedaan penggolongan kredit antara kredit yang diberikan Bank XYZ dan kredit yang dihitung Bank XYZ dalam penghitungan SBDK. Perbedaan tersebut adalah bentuk penyesuaian Bank XYZ terhadap SE BI No. 15/1/DPNP.
Seluruh perhitungan selanjutnya akan menggunakan
penggolongan segmen kredit berdasarkan kredit yang dihitung Bank XYZ dalam SBDK sesuai Tabel 2 kolom 3. Berdasarkan Tabel 2, KPR termasuk kedalam kredit konsumsi yang terpisah dengan kredit pemilikan motor (auto loan).
Sumber: Website Bank XYZ
Gambar 2. Suku Bunga Dasar Kredit Bank XYZ Maret 2013
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
7
Tabel 2. Perbedaan Penggolongan Segmen Kredit Surat Edaran BI No.
Kredit yang Diberikan
Kredit yang Dihitung Bank
15/1/DPNP
Bank XYZ
XYZ dalam SBDK
1. Kredit Korporasi
1. Kredit Korporasi
1. Kredit Korporasi + Kredit High End Commercial. 2. Kredit Komersial - Kredit
2. Kredit Ritel
4.1.2
2. Kredit Komersial
High End Commercial -
(Termasuk High End dan
Kredit Microfinance.
Microfinance)
3. Kredit Microfinance
3. Kredit Microfinance
3. -
4. Kredit Konsumsi KPR &
4. Kredit Konsumsi KPR
4. Kredit Konsumsi +
Auto Loan Melalui Sales &
dan Non KPR
Ritel
Distribution (S&D) dan Retail
Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK) Perhitungan HPDK dilakukan oleh divisi Asset Liability Management dan diteruskan
kepada divisi Management & Financial Accounting. Langkah-langkah untuk menghitung HPDK adalah (1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan, (2) Menghitung Biaya Dana Pihak Ketiga (DPK), (3) Menghitung Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga (Non DPK), (4) Menghitung total Biaya Dana, (5) Menghitung Biaya Jasa, (6) Menghitung Biaya Regulasi. (7) Menghitung HPDK setiap segmen kredit. Data yang dibutuhkan untuk menghitung HPDK adalah average balance yang diambil dari balance sheet dan income statement, interest expense setiap segmen kredit, data deposit from other banks, two step loan, subordinate obligation (subdebt), dan senior bond. Data-data tersebut diambil dari Cognos, software yang digunakan Bank XYZ untuk menyimpan data. Perhitungan Biaya Dana Pihak Ketiga tidak dapat dilakukan salah satu segmen kredit saja melainkan secara keseluruhan untuk menjaga loan to deposit ratio Bank XYZ dan setiap segmen kredit. Perhitungan Biaya Dana Pihak Ketiga menggunakan rumus 1 dan hasil perhitungan terdapat pada tabel 3.
(1)
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
8 Tabel 3 Biaya Dana pihak Ketiga Segmen
Detil Segmen
Interest Expense
Day(s) of Year
Biaya Dana
Kredit
Kredit
DPK /Average
/Day(s) of
Pihak
Balance DPK
Month
Ketiga
(1)
(2)
(1)x(2)
Korporasi
Corporate + HE
0.41%
11.77
4.52%
Ritel
Commercial -
0.34%
11.77
4.09%
HE Konsumsi
S&D + Retail
0.30%
11.77
3.64%
Microfinance
Microfinance
0.12%
11.77
3.48%
Biaya Dana bukan Pihak Ketiga pada Bank XYZ terdiri dari biaya aktivitas Deposit from others banks, two step loan yang merupakan peraturan Bank Indonesia No. 1/5/PBI/1999, serta obligasi baik Junior Bond maupun Senior Bond. Perhitungan Biaya Dana bukan Pihak Ketiga menggunakan rumus 2 dan hasil perhitungan terdapat pada tabel 4.
(2)
Tabel 4 Perhitungan Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga Bank XYZ Klasifikasi Biaya Dana
Interest
Average
Day(s) of Year
Biaya Dana Non
Bukan Pihak Ketiga
Expense
Balance
/Day(s) of Month
DPK
(1)
(2)
(3)
((1):(2))x(3)
17%
4,742
11.77
4.21%
0.01%
1.5
11.77
5.78%
37.2%
6,513
11.77
6.73%
54.2%
11,256.67
11.77
5.67%*
Biaya Dana Kewajiban pada Bank Lain Biaya Dana Kewajiban pada BI Biaya Dana Pinjaman yang diterima Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga
(*) Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga tidak menjumlahkan semua Biaya Dana melainkan menghitung berdasarkan rumus dengan angka dari total Interest Expense dan Average Balance.
Menghitung total Biaya Dana tidak dengan cara langsung menjumlahkan Biaya Dana Pihak Ketiga dengan Biaya Dana bukan Pihak Ketiga melainkan harus mengetahui berapa
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
9 porsi Biaya Dana bukan Pihak Ketiga terhadap setiap segmen kredit terlebih dahulu dan menggunakan rumus 3. Porsi Dana bukan Pihak Ketiga diketahui dengan menggunakan driver average balance dari setiap segmen kredit. Hasil perhitungan total Biaya Dana terdapat pada tabel 5.
(3)
Tabel 5. Perhitungan Total Biaya Dana per Segmen Kredit Biaya
Average
Biaya
Porsi Dana
Total Biaya
Segmen
DPK
Balance Akhir
Non DPK
Non DPK
Dana
Kredit
(1)
(2)
(3)
(4)
Korporasi
4.52%
56,776.94
5.67%
4,104.9
4.60%
Ritel
4.09%
23,885.89
5.67%
1,726.9
4.19%
KPR
3.64%
36,315.10
5.67%
2,625.5
3.78%
Non KPR
3.64%
36,315.10
5.67%
2,625.5
3.78%
Microfinance
3.48%
2.404.95
5.67%
173.9
3.62%
Biaya jasa adalah seluruh biaya yang dibayar karena kewajiban bank yang berhubungan langsung dengan kegiatan pendanaan (funding) bank seperti komisi atau provisi kredit yang dibayar oleh bank karena penerimaan kredit dari bank lain, penerbitan surat berharga, atau lainnya. Dalam Bank XYZ, biaya surat berharga telah tergambar pada senior bond, subdebt, dan two step loan yang telah lebih dulu dihitung pada Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga. Hal-hal tersebut mengakibatkan Biaya Jasa Bank XYZ adalah sebesar 0.00% untuk semua segmen kredit. Biaya Regulasi pada Bank XYZ terdiri dari Biaya Giro Wajib Minimum dan Uang Kas (GWM) dan Biaya Premi Penjaminan LPS. Giro Wajib Minimum adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh Bank umum yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Untuk menghitung Biaya GWM, diperlukan data Biaya Dana Pihak Ketiga serta Persediaan Kas Aktual dari Bank XYZ. Data yang didapat dari internal ALM Bank XYZ, Persediaan Kas Aktual adalah sebesar 2.48% dari Average Balance Dana Pihak Ketiga. Untuk Biaya Dana Pihak Ketiga telah dihitung sebelumnya pada Tabel 3. Rumus yang digunakan untuk menghitung Biaya GWM yang diterapkan oleh Bank XYZ terdapat pada rumus (4) beserta hasil perhitungan masing-masing segmen kredit pada tabel 4.9.
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
10
(4)
Tabel 6. Perhitungan Biaya Giro Wajib Minimum Bank XYZ Biaya Dana
Giro Wajib
Persediaan
Segmen
Pihak
Minimum
Kas Aktual
Kredit
Ketiga
(2)
(3)
Biaya GWM
(1)
Korporasi
4.52%
8%
2.48%
0.53%
Ritel
4.09%
8%
2.48%
0.48%
KPR
3.64%
8%
2.48%
0.43%
Non KPR
3.64%
8%
2.48%
0.43%
Microfinance
3.48%
8%
2.48%
0.42%
Untuk Biaya Premi Penjaminan LPS, sebagai salah satu Bank Peserta Penjaminan, ditetapkan bahwa Biaya Premi Penjaminan LPS Bank XYZ adalah sebesar 0.20%. Tarif tersebut bersifat flat untuk semua segmen kredit. Biaya Regulasi merupakan jumlah dari Biaya GWM dan Biaya Premi Penjaminan LPS per segmen kredit yang terlihat pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Perhitungan Biaya Regulasi Bank XYZ Biaya Premi
Biaya Regulasi
Biaya GWM
Penjaminan LPS
(1)+(2)
(1)
(2)
Korporasi
0.53%
0.20%
0.73%
Ritel
0.48%
0.20%
0.68%
KPR
0.43%
0.20%
0.63%
Non KPR
0.43%
0.20%
0.63%
Microfinance
0.42%
0.20%
0.62%
Segmen Kredit
Perhitungan HPDK setiap segmen kredit dilakukan dengan cara menjumlahkan Total Biaya Dana, Biaya Jasa, dan Biaya Regulasi yang telah dihitung sebelumnya. Hasil perhitungan terdapat pada tabel 8.
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
11 Tabel 8. Perhitungan HPDK Bank XYZ Bulan Maret Segmen
Biaya Dana
Biaya
Biaya Regulasi
HPDK
Kredit
(1)
Jasa
(3)
(1)+(2)+(3)
(2) Korporasi
4.60%
0.00%
0.73%
5.33%
Ritel
4.19%
0.00%
0.68%
4.87%
KPR
3.78%
0.00%
0.63%
4.40%
Non KPR
3.78%
0.00%
0.63%
4.40%
Microfinance
3.62%
0.00%
0.62%
4.25%
Setelah melakukan perhitungan seluruh komponen HPDK Bank XYZ untuk bulan Maret 2013, dapat dilihat pada tabel 9 yang merupakan ringkasan dari hasil perhitungan seluruh komponen dari setiap segmen kredit Bank XYZ. Tabel 9. HPDK Bank XYZ Per 31 Maret 2013 Berdasarkan Segmen Kredit Komponen HPDK
Korpo-
Ritel
rasi 1.1
Konsumsi KPR
Micro-
Non KPR finance
Biaya Dana
4.60%
4.19%
3.78%
3.78%
3.62%
1.1.1 Biaya Dana Pihak Ketiga
4.52%
4.09%
3.64%
3.64%
3.48%
1.1.2 Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga
5.67%
5.67%
5.67%
5.67%
5.67%
4.21%
4.21%
4.21%
4.21%
4.21%
5.78%
5.78%
5.78%
5.78%
5.78%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
6.73%
6.73%
6.73%
6.73%
6.73%
1.1.2.1 Biaya Dana Kewajiban pada Bank Lain 1.1.2.2 Biaya Dana Kewajiban pada BI 1.1.2.3 Biaya Dana Surat Berharga 1.1.2.4 Biaya Dana Pinjaman yang Diterima 1.2
Biaya Jasa
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
1.3
Biaya Regulasi
0.73%
0.68%
0.63%
0.63%
0.62%
1.3.1 Biaya Giro Wajib Minimum dan
0.53%
0.48%
0.43%
0.43%
0.42%
1.3.2 Biaya Premi Penjamin LPS
0.20%
0.20%
0.20%
0.20%
0.20%
Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK)
5.33%
4.87%
4.40%
4.40%
4.25%
Uang Kas
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
12 4.1.3
Biaya Overhead Perhitungan biaya overhead dilakukan oleh divisi Management & Financial
Accounting. Langkah-langkah untuk menghitung biaya overhead adalah sebagai berikut: (1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan, (2) Melakukan pengelompokan biaya berdasarkan support unit dan berdasarkan wilayah segmen kredit. (3) Menghitung persentase biaya overhead. Data yang dibutuhkan untuk menghitung biaya overhead adalah data overhead yang telah diannualisasi, data loan receivable per wilayah segmen kredit bulan sebelumnya (februari 2013), dan data average loan balance bulan sebelumnya. Pengelompokan biaya terbagi menjadi support unit sebagai departemen pendukung dan wilayah segmen kredit sebagai departemen operasional. Support unit Bank XYZ terbagi menjadi Human Resource (HR), Head Office (HO), Information Technology (IT), Sales & Distribution (S&D), dan Others. Wilayah segmen kredit untuk KPR Bank XYZ terbagi menjadi Jakarta I Mortgage Sales Area, Jakarta II Mortgage Sales Area, Jateng & Jatim Mortgage Sales Area, Sumatera Mortgage Sales Area, Jabar Mortgage Sales Area, Kalimantan Indonesia Timur Mortgage Sales Area. Biaya dari masing-masing support unit dialokasikan kepada wilayah segmen kredit berdasarkan driver loan receivable yang berhasil dicapai oleh setiap wilayah segmen kredit. Selanjutnya alokasi biaya tersebut dijumlahkan dengan actual expense wilayah segmen kredit dan dibagi dengan average loan bulan sebelumnya untuk mendapatkan persentase biaya overhead. Hasil perhitungan persentase biaya overhead KPR Bank XYZ Maret 2013 terdapat pada tabel 10. Tabel 10. Perhitungan Persentase Biaya Overhead KPR Bank XYZ Maret 2013 Jenis Biaya
Total Alokasi
Average Loan
Persentase Biaya
Biaya + Actual
Februari 2013
Overhead
Expense
(2)
(1):(2)x100%
(1) Biaya Tenaga Kerja
375,792,937,690
19,242,443,672,080
1.95%
Biaya Pendidikan &
23,470,073,981
19,242,443,672,080
0.12%
6,183,706,319
19,242,443,672,080
0.03%
Biaya Sewa
49,328,738,809
19,242,443,672,080
0.26%
Biaya Promosi
26,988,819,383
19,242,443,672,080
0.14%
Biaya Pemeliharaan dan
13,896,583,704
19,242,443,672,080
0.07%
Pelatihan Biaya Penelitian dan Pengembangan
Perbaikan
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
13 Tabel 10. Perhitungan Persentase Biaya Overhead KPR Bank XYZ Maret 2013 (Lanjutan) Jenis Biaya
Total Alokasi
Average Loan
Persentase Biaya
Biaya + Actual
Februari 2013
Overhead
Expense
(2)
(1):(2)x100%
(1) 143,110,295,236
19,242,443,672,080
0.74%
31,395,059,723
19,242,443,672,080
0.16%
Biaya Overhead Lainnya
134,830,317,334
19,242,443,672,080
0.70%
Biaya Komunikasi
38,401,925,729
19,242,443,672,080
0.16%
Biaya Outsourcing
52,315,355,252
19,242,443,672,080
0.27%
Biaya ATK dan
7,886,355,429
19,242,443,672,080
0.04%
9,669,729,701
19,242,443,672,080
0.05%
737,372,447
19,242,443,672,080
0.004%
Biaya Asuransi
18,529,450,388
19,242,443,672,080
0.10%
Biaya Overhead Lainnya
2,810,302,132 +
19,242,443,672,080
0.04%
(Include. Tenaga Ahli)
4,479,826,256 =
Biaya Pembentukan PPAP Kredit yand Diberikan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap dan Inventaris
Perlengkapan Biaya Transportasi Biaya Pajak
7,290,128,388
4.1.4
Marjin Keuntungan Secara keseluruhan proses perhitungan profit margin pada Bank XYZ adalah
menghitung kemampuan atau kapasitas bank dalam segmen kredit saat ini dengan menghitung beberapa rasio keuangan dan selanjutnya dibandingkan dengan target akhir tahun. Berikut ini adalah tahap perhitungan profit margin KPR pada Bank XYZ Maret 2013. 1. Menghitung Capital Adequacy Ratio (CAR). Bank Indonesia secara khusus menetapkan bahwa bank harus memiliki rasio CAR minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Perhitungan ATMR diatur tersendiri dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/6/DPNP. Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut :
(10)
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
14 Untuk menghitung profit margin bulan Maret 2013, diperlukan CAR bulan sebelumnya (Februari 2013). Berdasarkan data dari Cognos, ATMR bulan Februari segmen KPR adalah 8,325 sedangkan Modal yang telah dibobotkan terhadap risiko kredit KPR adalah 1,359. CAR KPR Bank XYZ untuk perhitungan bulan Februari 2013 adalah sebagai berikut.
2. Menghitung Leverage untuk segmen kredit KPR. Leverage dibutuhkan untuk menghitung kemampuan bank untuk mencapai target 100% berdasarkan kemampuan bank saat ini yang terlihat dari CAR nya. Rumus (11) merupakan rumus untuk menghitung leverage yang diimplementasikan Bank XYZ.
(11)
3. Menentukan target dari yang ingin dicapai tiap segmen kredit hingga akhir tahun yaitu Desember 2013. Terdapat 2 jenis pendapatan yaitu fee income dan net interest income. Fee income adalah pendapatan atas biaya dibebankan kepada pihak ketiga, misalnya biaya administrasi, sedangkan net interest income adalah pendapatan bunga yang didapat dari pihak ketiga. Target fee income dapat dilihat dari data anggaran fee income yang dimiliki Bank XYZ, yaitu target tercapai 20.24% pada bulan Desember 2013. Untuk Net Interest Income merupakan proporsi total income dikurangi fee income yaitu 100%-20.24% = 79.76%. 4. Menentukan target ROE sehingga dapat ditentukan berapa persen Income from Loan untuk mencapai target ROE tersebut, setelahnya profit margin akan diperoleh dari persentasi income from loan dibagi dengan leverage yang dihitung sebelumnya. ROE Bank XYZ telah diketahui dari Cognos sebesar 20.2%. Berikut ini perhitungan Income from Loan, serta Profit Margin segmen kredit KPR Bank XYZ untuk bulan Maret 2013. Income from Loan = (100% - ROE) x Net Interest Income = (100% - 20.2%) x 79.76% = 63.65%
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
15
(12)
Dari ketiga jenis perhitungan komponen SBDK, yaitu HPDK, biaya Overhead, dan Profit Margin, telah didapat jumlah yang sama dengan SBDK bulan Maret 2013 seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. Pada tabel 11 terdapat ringkasan dari hasil perhitungan tiap komponen untuk membuktikan kesesuaiannya dengan nilai SBDK. Tabel 11. SBDK dan Komponennya pada Bank XYZ Maret 2013 Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) 1.
HPDK
4.40%
2.
Biaya Overhead
4.17%
3.
Profit Margin
2.10%
Total SBDK
4.2
10.67%
Evaluasi Harga Produk KPR Bank XYZ Salah satu cara untuk mengetahui posisi perusahaan adalah dengan cara melakukan
komparasi harga dengan perusahaan sejenis. Pada Gambar 5 terdapat persentase SBDK KPR 10 Besar Bank di Indonesia per Maret 2013. Dari grafik tersebut terlihat bahwa Bank XYZ merupakan posisi ke-8 SBDK paling rendah, tentunya hal ini mengindikasikan pergeseran dari posisi Bank XYZ yang pada tahun 2009 merupakan 5 besar penguasa pasar KPR di Indonesia berdasarkan penelitian Santosa (2009). Bank XYZ sebisa mungkin menurunkan SBDK nya untuk tetap bertahan di posisinya.
Sumber: www.bi.go.id dengan Olahan Penulis
Gambar 5. Persentase SBDK KPR 10 Bank Besar Indonesia Maret 2013
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
16 Dibandingkan komponen SBDK lainnya, HPDK memiliki proporsi cukup besar dalam keseluruhan nilai SBDK yaitu 41% dengan nilai HPDK sebesar 4.40%. Penulis menganalisis bahwa karakteristik bank memiliki pengaruh kuat dalam penentuan HPDK, terutama untuk Biaya Dana khususnya Biaya Dana Pihak Ketiga. Dilihat dari latar belakangnya, Bank B dan Bank C merupakan bank yang besar dan memiliki daya untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kuat. HPDK dapat disamakan dengan HPP pada perusahaan manufaktur. Semakin banyak material yang dapat dihimpun oleh perusahaan, maka cost per unit nya akan semakin murah. Hal ini juga yang berlaku pada industri perbankan. Dengan menghimpun lebih banyak dana dari masyarakat tentunya HPDK diharapkan mampu turun secara signifikan. Kedepannya Bank XYZ dapat berkoordinasi dengan bagian marketing untuk menarik lebih banyak lagi Dana Pihak Ketiga. Untuk Dana bukan Pihak Ketiga biayanya cenderung lebih tetap dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga sebagai akibat dari adanya regulasi dari Bank Indonesia. Biaya Overhead KPR yang dihitung oleh Bank XYZ untuk bulan Maret 2013 adalah sebesar 4.17% atau 39% dari keseluruhan komponen biaya SBDK. Evaluasi dari penulis mengenai penetapan biaya overhead yang diterapkan Bank XYZ dalam rangka mencapai SBDK yang lebih kompetitif adalah sebagai berikut: Evaluasi Metode Akuntansi Bank XYZ melakukan pembebanan biaya terhadap wilayah kredit sebagai departemen operasional berdasarkan biaya overhead departemen pendukung dengan menggunakan driver (pemicu) loan receivable. Untuk menghindari ketidakakuratan biaya, Bank XYZ dapat menggunakan driver baru yang mempertimbangkan cause and effect antar variabel sumber daya yang dikonsumsi. Sebagai contoh untuk HR misalnya Bank XYZ dapat menambahkan driver jumlah karyawan yang terdapat pada suatu wilayah kredit. Evaluasi Metode Alokasi Biaya dari Departemen Pendukung Metode yang dilakukan Bank XYZ dalam mengalokasikan biaya overhead dari departemen pendukung ke departemen operasional adalah direct method. Biaya-biaya dari setiap support unit hanya dialokasikan ke wilayah segmen kredit saja. Dilain sisi departemen pendukung memberikan jasa kepada departemen pendukung lain, tidak hanya kepada departemen operasional saja sehingga perlu dipertimbangkan. Metode yang direkomendasikan oleh penulis untuk dapat diterapkan oleh Bank XYZ adalah reciprocal method. Dengan menerapkan metode ini, Bank XYZ dapat mengetahui biaya apa saja yang memiliki kontribusi besar baik antara departemen
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
17 maupun terhadap departemen operasi sehingga dapat membantu membuat keputusan manajerial. Saran penulis apabila Bank XYZ ingin menerapkan reciprocal method sebaiknya sebagai berikut: 1. Memilih driver untuk masing-masing departemen pendukung. Contoh driver adalah sebagai berikut: a. Human Resources (HR) menggunakan driver jumlah tenaga kerja. b. Information Technology (IT) menggunakan driver jumlah waktu yang dibutuhkan (time spent). c. Sales & Distribution (S&D) menggunakan driver jumlah transaksi KPR. 2. Mengalokasikan biaya departemen pendukung kepada sesama departemen pendukung serta departemen operasional atau wilayah kredit dalam kasus Bank XYZ. Dari contoh driver yang disebutkan sebelumnya, HR, IT, dan S&D memiliki hubungan saling mempengaruhi. Jumlah tenaga kerja dapat mempengaruhi transaksi KPR yang dilakukan oleh S&D, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah time spent yang dilacak oleh departemen IT. Untuk pengalokasian kepada departemen operasional dilakukan seperti yang telah diimplementasikan sebelumnya. 3. Menghitung total biaya overhead masing-masing departemen yang telah mendapat alokasi dari departemen lainnya, baik departemen pendukung maupun departemen operasional. Evaluasi Strategi Mengingat support unit produk kredit didasarkan kepada wilayah, tentunya Bank XYZ dapat menekan biaya overhead dengan memperluas jangkauan wilayahnya. Semakin banyak wilayah tentunya pembagian bobot overhead akan semakin kecil tentunya dengan mempertimbangkan efisiensi dari biaya serta adanya penambahan biaya yang mungkin terjadi. Profit Margin yang dihitung untuk SBDK bulan Maret 2013 adalah sebesar 2.10% dan menjadi jumlah paling kecil dibandingkan komponen biaya SBDK lainnya. Yang menjadi fokus dari penulis adalah apakah rasio-rasio keuangan yang dihitung untuk menghitung profit margin sudah sesuai dengan tujuan dari perusahaan, seperti CAR dan ROE. Selain itu Bank XYZ sebaiknya benar-benar menerapkan adanya pertimbangan dari pihak manajemen
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
18 mengenai profit margin yang diterapkan. Hal tersebut dilakukan agar profit margin yang ditetapkan lebih reliable bagi Bank XYZ untuk mencapai target yang diinginkan.
5.
Penutup Kesimpulan yang didapat dalam penelitian sehubungan dengan tujuan penelitian
adalah sebagai berikut: 1. Bank XYZ menerapkan proses perhitungan harga KPR, yang diwakili dengan SBDK sebagai harga minimum kredit, berdasarkan Surat Edaran BI No. 15/1/DPNP perihal Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit. SBDK terdiri dari 3 komponen biaya yaitu Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK), biaya Overhead, dan Profit Margin. Pada industri perbankan HPDK berperan sebagai harga pokok produk, dimana produk yang dijual pada industri ini adalah dana. HPDK memperhitungkan berapakah biaya yang dikeluarkan untuk menghimpun dana dari masyarakat (sebagai pihak ketiga), bank lain, maupun bank sentral sebagai regulator. Biaya overhead dalam industri perbankan secara umum memiliki kemiripan karakteristik dengan biaya overhead pada industri manufaktur, dimana biaya overhead merupakan biaya keseluruhan kegiatan operasional Bank XYZ, baik departemen pendukung maupun departemen operasional yang berkontribusi terhadap kinerja produk kredit walaupun bersifat
tidak
langsung.
Bank
XYZ
menggunakan
direct
method
untuk
mengalokasikan biaya support unit (Terdiri dari Human Resource, Head Office, Information Technology, Sales & Distribution, dan Others) terhadap departemen operasional yang dibagi berdasarkan wilayah penjualan KPR. Profit margin dalam penetapan harga SBDK dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu beberapa rasio keuangan untuk mengetahui kapabilitas bank. Rasio-rasio yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Leverage, dan ROE. 2. Bank XYZ menempati urutan ke-8 dari 10 yang diurutkan dari SBDK terendah pada bulan Maret 2013. Yang menjadi faktor dari tingginya SBDK Bank XYZ dibandingkan dengan bank lain adalah tingginya Biaya Dana yang mencapai 4.40% serta Biaya overhead yang mencapai 4.17%. Rekomendasi yang diberikan adalah memperbanyak penghimpunan Dana Pihak Ketiga, memperbaiki metode pembebanan dan alokasi biaya yang lebih akurat, serta memperluas cakupan Bank XYZ. Sebagai implikasi penelitian, Bank XYZ dapat melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang lebih banyak agar dapat menurunkan biaya dana sebagai salah satu komponen SBDK pada Bank XYZ yang memiliki nilai paling tinggi. Bank XYZ dapat
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
19 menerapkan cost driver yang tepat untuk pembebanan biaya, baik pada support unit maupun klasifikasi berdasarkan wilayah penyaluran kredit. Penerapan reciprocal method dalam pengalokasian biaya dari support unit ke wilayah kredit sebagai departemen operasional dapat pula dilakukan Bank XYZ. Hal tersebut dilakukan agar informasi biaya yang didapat lebih akurat. Sehubungan dengan penurunan nilai SBDK, Bank XYZ sebaiknya memperluas jangkauan dan cakupan wilayah kredit. Dengan semakin banyaknya wilayah kredit maka biaya overhead yang dilalokasikan akan lebih sedikit dibandingkan cakupan wilayah kredit yang sedikit. Hal ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh bank dengan bertambahnya wilayah kredit. Dalam penentuan marjin keuntungan, Bank XYZ sebaiknya memastikan keselarasan rasio keuangan yang dihitung dalam profit margin dengan tujuan dari perusahaan serta meminta pertimbangan manajemen mengenai penetapan profit margin. Keterbatasan yang dimiliki dalam penelitian ini adalah hanya meneliti SBDK sebagai harga produk KPR, melakukan penelitian terbatas pada 2 divisi yaitu Management Accounting dan ALM, serta tidak mendapatkan informasi nilai komponen SBDK dari bank lain sebagai komparasi. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti harga lain dari produk KPR sebagai contoh biaya administrasi, melakukan penelitian terhadap divisi lain pada bank, serta mencari informasi komponen SBDK dari beberapa bank agar dapat memberikan analisis dan evaluasi yang lebih baik.
6.
Daftar Referensi
Bank Indonesia, 2013. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 15/1/DPNP (Online). (www.bi.go.id) Biro Riset BUMN Center Lembaga Manajemen FEUI, (2012), http://www.lmfeui.com/ Esterina, Ihutan Prisely. (2009). Perhitungan Harga Pokok pada Perusahaan Jasa: Studi Kasus pada PT. Wismar Inspecsindo. Skripsi. Depok: FEUI Hansen, Don & Maryanne Mowen. (2009). Cost Management: Accounting and Control : Cengage Learning. Horngren, Charles T., Srikant M. Datar, & Madhav Rajan (2012), Cost Accounting. Prentice Hall. Kaplan, Robert & Anthony A. Atkinson (1998). Advanced Management Accounting : Prentice Hall. Karl, E Case & Fair, C Rai. (2001). Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: Prenhalindo. Kotler, Philip. et,al. (2005). Principles of Marketing: Prentice Hall.
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013
20 Manullang, Roy. (2009). Implementasi Sistem Fund Transfer Pricing (FTP) pada Bank
X.
Tesis. Depok: FEUI Martinsons, Maris. (2005). Management of Information Systems: Insight From Management Accounting. Pratomo, Wahyu. (2012). Manajemen Dana Bank dan Portofolio. Santosa, Budi. (2009), Menyorot Prospek Kredit Pemilikan Rumah Siamat, Dahlan. (1995) Manajemen Bank Umum. Edisi Kesatu. Jakarta : Erlangga Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Warsono (2012), Bank Umum Komersial
Analisis penetapan..., Fahira Dynia, FE UI, 2013