Jurnal Ilmiah Kopertis Wilayah IV
ANALISIS PENERIMAAN SISTEM E-LEARNING MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL
Sri Lestari Universitas Widyatama Bandung ABSTRAK - Universitas Widyatama sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi di Indonesia telah menggunakan model pembelajaran e-learning untuk menunjang proses pembelajarannya dalam rangka peningkatan kualitas pendidikannya. Sistem E-Learning Universitas Widyatama memiliki sejumlah fasilitas seperti upload modul/bahan kuliah, tugas online, kuis online, forum , dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi penerimaan mahasiswa terhadap penggunaan e-learning menggunakan dua factor persepsi pemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use ) dari Technology Acceptance Model (TAM) pada matakuliah tang bersifat kuantitatif. Technology Acceptance Model (TAM) merupakan sebuah model untuk menjelaskan dan memprediksi penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi berdasarkan pengaruh dua faktor, yaitu persepsi pemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Hasil dari penelitian akan menggambarkan penerimaan mahasiswa terhadap system e-learning dan akan menjadi acuan pada keberlanjutan e-learning di Universitas Widyatama. Kata kunci : E-Learning, Technology Acceptance Model ABSTRACT - Widyatama University as one of the hihger educational institutions in Indonesia have been using e-learning models to support learning process to improve the quality of education. It has a number of facilities such as uploading moduls, online assignments and quizzes, forums , and others. The study focused on the individual users acceptance investigation for e-learning. It evaluate influence of two factors, perceived usefulness and perceived ease of use using E-Learning system using the Technology Acceptance Model (TAM) on quantitative subjects. Technology Acceptance Model (TAM) is a model to explain and predict the user acceptance of a technology based on the influence of two factors, perceived usefulness and perceived ease of use .The outcomes will enrich the understanding of students’ acceptance of e-learning system and will assist in its continuing implementation at Widyatama University. Keyword : E-Learning, Technology Acceptance Model PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem E-Learning merupakan salah satu inovasi di dalam pembelajaran online. Dengan model pembelajaran online, semua yang terlibat di dalam pembelajaran dapat dengan mudah mengakses materi, kuis, tugas, dan berkomunikasi di dalam forum layaknya di dalam kelas. Saat ini sistem E-Learning banyak digunakan oleh institusi pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan. Evaluasi terhadap sistem E-Learning dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kelayakan serta keberhasilan dari
172
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
kinerja e-learning sehingga akan dapat dinilai dan diukur manfaat dari penerapan e-learning tersebut. Universitas Widyatama sebagai salah satu institusi pendidikan di Indonesia telah menggunakan model pembelajaran e-learning untuk menunjang proses pembelajarannya dalam rangka peningkatan kualitas pendidikannya. Sistem E-Learning Universitas Widyatama memiliki sejumlah fasilitas seperti upload bahan kuliah, tugas online, kuis online, forum mata kuliah, melihat pengumuman, dan lain-lain. Sistem E-Learning Universitas Widyatama telah berjalan selama 4 tahun dan belum pernah dilakukan evaluasi. Berdasarkan wawancara singkat, beberapa dosen masih mengalami kesulitan untuk mengubah cara mereka mengajar dari pengajaran tradisional menjadi pengajaran e-learning. Sementara bagi mahasiswa mengeluhkan pada beberapa mata kuliah yang bersifat kuantitatif (menggunakan hitungan/program) apabila menggunakan e-learning, mereka kesulitan untuk memahami materi. Perumusan Masalah 1) Apakah ada pengaruh perceived ease of use terhadap attitude toward using e-learning. 2) Apakah ada pengaruh perceived usefulness terhadap attitude toward using e-learning. 3) Apakah ada pengaruh perceived ease of use terhadap actual usage e-learning. 4) Apakah ada pengaruh perceived usefulness terhadap actual usage e-learning 5) Apakah ada pengaruh attitude toward using terhadap actual usage e-learning TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran penerimaan pengguna terhadap suatu teknologi (e-learning) berdasarkan pengaruh dua factor, yaitu persepsi pemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use). Hasil dari penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola e-learning Universitas Widyatama untuk memperbaiki atau menyempurnakan system e-learning khususnya pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif sehingga menjadi lebih baik dan dapat mendukung visi, misi dan tujuan Universitas Widyatama. Perceived Usefullness (PU) / Manfaat Attitute Toward Using (ATU) / Minat
Actual Usage (AU) / Perilaku
Perceived Ease Of Use (PEOU) / Kemudahan
Gambar 1 Rancangan Penelitian TAM KAJIAN PUSTAKA Davis (1989) menjelaskan bahwa pada konsep TAM terdapat dua variabel perilaku utama dalam mengadopsi sistem informasi, yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use). Perceived usefulness diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan system tertentu dapat meningkatkan kinerjanya, dan perceived ease of use Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
173
diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan system tidak diperlukan usaha apapun (Davis, 1989). Perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa system tersebut mudah digunakan maka system tersebut berguna bagi mereka (Davis, 1989). Definisi tersebut juga didukung oleh Wibowo (2006) yang menyatakan bahwa persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa teknologi tersebut dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. TAM terkenal dengan model yang berkaitan dengan penerimaan teknologi dan penggunaan, telah menunjukkan potensi besar dalam menjelaskan dan memprediksi perilaku pengguna teknologi informasi (Park, 2009). Penelitian ini menunjukkan TAM sebagai model yang paling sesuai untuk mengeksplorasi penerimaan e-learning di Yordania. TAM dibangun di atas dua elemen dasar - persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Easy Of Use / PEU) dan persepsi mendatangkan manfaat (Perceived Usefulness / USE). Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship). Menurut Rigopoulos dan Askounis (2007), Gefen et al. (2003), serta Yahyapour (2008) perceived ease of use juga dapat diukur melalui indikator jelas dan mudah dimengerti, serta mudah dikuasai. Dalam Gefen et al. (2003) dan Yahyapour (2008) ditambahkan bahwa perceived usefulness dapat diukur dengan indikator meningkatkan produktivitas, menjadikan kerja lebih efektif, dan pekerjaan menjadi lebih cepat. Hal serupa juga diungkapkan Shun Wang et al. (2003) bahwa persepsi kemanfaatan merupakan definisi dimana seseorang percaya dengan menggunakan suatu sistem dapat meningkatkan kinerja mereka. Davis (1989) mengkonsepkan bahwa perceived usefulness diukur melalui indikator seperti meningkatkan kinerja pekerjaan, menjadikan pekerjaan lebih mudah . Menurut (Davis, 1993). attitude toward using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Menurut Widyarini (2005) disebutkan sikap menyatakan apa yang kita sukai dan tidak. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif (cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components). Menurut Yahyapour (2008) sikap didefinisikan sebagai salah satu bentuk evaluasi terhadap konsekuensi telah melaksanakan suatu perilaku. Menurut Kusuma dan Susilowati (2007) serta Yahyapour (2008), attitude toward using e-learning diukur dengan indikator teknologi e-learning menyenangkan untuk digunakan, menggunakan e-learning merupakan ide yang bagus karena memudahkan , penggunaan e-learning dinilai perlu. Actual system usage merupakan perilaku nyata dalam mengadopsi suatu sistem. Dalam Davis (1989), actual system usage didefinisikan sebagai bentuk respon psikomotor eksternal yang diukur oleh seseorang dengan penggunaan nyata. Actual system usage dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi (Wibowo, 2006). Seseorang akan puas menggunakan sistem jika meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktivitas, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan. Dalam penelitian ini penggunaan e-learning didefinisikan sebagai kondisi nyata mahasiswa yang menggunakan e-learning yang dikonsepkan dalam bentuk pengukuran frekuensi penggunaan. Menurut Rigopoulos dan Askounis (2007), actual usage diukur berdasarkan penggunaan yang berulang-ulang dan penggunaan yang lebih sering, dalam hal ini penggunaan system e-learning.
174
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Widyatama Reguler B1 dan Reguler B2 prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika yang telah mengikuti proses belajar mengajar menggunakan e-learning pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif pada tahun akademik 2015-2016. Ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil, sebagaimana dalam metode struktural lainnya ukuran sampel ini menjadi dasar dalam estimasi kesalahan sampling. Ferdinand (2002 : 48) menyebutkan bahwa pedoman ukuran sampel adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 106 responden (13 indikator x 8). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu seseorang diambil sebagai sampel karena dipastikan bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian (Sugiyono, 2008 : 122). Kriteria dalam purposive sampling yang dimaksud, yaitu : Responden merupakan mahasiswa Universitas Widyatama pada prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika yang telah mengikuti perkuliahan mata kuliah yang bersifat kuantitatif menggunakan e-learning. Mata kuliah tersebut adalah Teknologi Informasi I, Perancangan Basis Data, Statistika, Otomasi Perkantoran, Matematika Diskrit, Metode Numerik, Rekayasa Perangkat Lunak, Logika Matematika dan Information Technology IV. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode survei yaitu menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008 : 199). Pertanyaan pada kuisioner tersebut berisi butir-butir pengukur konstruk atau variabel dalam bentuk daftar pertanyaan dan pernyataan yang digunakan dalam model penelitian. Penyebaran dan pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden dan melalui dosen yang mengajar di prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika yang mewakili sampel tersebut dengan self administered report yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan pernyataan tertutup di mana jawaban sudah disediakan oleh peneliti. Penilaian mengenai konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan pertanyaan berskala. Bentuk dasar yang digunakan dalam kuesioner ini adalah close ended questions dan scaled response questions. Close ended questions adalah suatu bentuk pertanyaan atau pernyataan dengan berbagai alternatif respon bagi respondennya guna mengetahui karakteristik responden. Scaled response questions adalah bentuk pertanyaan atau pernyataan yang memakai skala interval guna mengukur dan mengetahui ekspektasi responden mengenai atribut-atribut yang sedang diteliti, dari sudut pandang responden. Skala interval merupakan skala angka untuk memeringkat obyek sedemikian rupa sehingga jarak setara secara numerik mewakili jarak setara karakteristik yang sedang diukur (Malhotra, 2006 : 278). Pada penelitian ini penilaian mengenai konstruk dalam penelitian ini dilakukan dengan pertanyaan berskala Jawaban yang terkumpul kemudian disusun dengan skala Likert menggunakan 5 skala yaitu Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Netral (3), Setuju (4), dan Sangat Tidak Setuju (5). Validitas adalah uji sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurannya (Sugiyono, 2008 : 175). Tujuan dari Uji validitas adalah untuk memeriksa apakah isi kuesioner sudah tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur dan cukup dipahami oleh semua responden. Indikasinya adalah kecilnya persentase jawaban responden yang tidak terlalu menyimpang dari responden lainnya. Masrun dalam Sugiyono (2008 : 188) menyatakan variabel-variabel terukur dikatakan valid jika muatan faktornya (r) ≥ 0,195
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
175
(untuk n = 100, pada α = 5%). Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini, menggunakan komputer dengan paket program SPSS for Windows Release. Analisis korelasi yang akan digunakan sebagai metode untuk melakukan uji validitas ialah Korelasi Pearson Product Moment (r) karena sangat populer dan sering dipakai oleh mahasiswa dan peneliti. Dengan analisis korelasi maka derajat hubungan dan kontribusi variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) dapat diketahui. Teknik analisis Korelasi tersebut termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. Misalnya: data dipilih secara acak (random), datanya berdistribusi normal, data yang dihubungkan berpola linier, dan data yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama. Kalau salah satu tidak terpunuhi persyaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan. Korelasi ini dilambangkan dengan (r) .Ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabilah nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r =0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r yang dapat dilihat di tabel di bawah ini. Menurut Sugiyono (2008 : 175), reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Tujuan dari uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana konsistensi alat ukur yang digunakan , sehingga bila alat ukur tersebut digunakan kembali untuk meneliti obyek yang sama dengan teknik yang sama walaupun waktunya berbeda, maka hasil yang diperoleh akan sama. Reliabilitas mampu menunjukkan sejauh mana instrumen dapat dipercaya dan diandalkan. Dalam penelitian ini, untuk menguji reliabilitas digunakan teknik analisis dengan formula Alpha Cronbach dengan program SPSS for Windows Release. Nilai suatu instrumen dikatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach ≥ 0,6 Tabel 1 Range Nilai Alpha Croanbach (Triton, 2005) Nilai Alpha Croanbach Keterangan 0,00 s.d. 0,20 kurang reliabel 0,21 s.d. 0,40 agak reliabel 0,42 s.d. 0,60 cukup reliabel 0,61 s.d. 0,80 reliabel 0,81 s.d. 1,00 sangat reliabel HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Widyatama Reguler B1 dan Reguler B2 prodi Sistem Informasi dan Teknik Informatika yang telah mengikuti proses belajar mengajar menggunakan e-learning pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif seperti mata kuliah tersebut adalah Teknologi Informasi I, Perancangan Basis Data, Statistika, Otomasi Perkantoran, Matematika Diskrit, Metode Numerik, Rekayasa Perangkat Lunak, Logika Matematika dan Information Technology IV. Responden berjumlah 106, namun 1 responden tidak menjawab semua pertanyaan, sehingga dikeluarkan dalam perhitungan, sehingga jumlah responden menjadi 105. Dari jumlah responden terdata sebanyak 46.7% mahasiswa regular B1, dan 53.3 % mahasiswa regular B2. Sebanyak 69.1% merupakan mahasiswa di program studi Sistem Informasi, dan sisanya sebanyak 30.5% merupakan mahasiswa di program studi Teknik Informatika. Dari 105 responden sebanyak 63.8% lakilaki dan 35.2 % perempuan. Sebanyak 78.1 % telah menggunakan pembelajaran model e-
176
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
learning selama 1-4 semester dan sisanya 21.9 % telah menggunakan pembelajaran model elearning selama 5-8 semester. Pengujian yang berupa uji validitas dan reliabilitas diperlukan karena variabel penelitian diukur dengan menggunakan beberapa indikator. Variabel perceived ease of use diukur dengan empat indikator, perceived usefulness diukur dengan empat indikator, attitude toward using diukur dengan tiga indikator, dan actual usage diukur dengan dua indikator. Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Perceived Easy Of Use
Perceived Usefulness
Attitute Toward Using Actual Usage
Indikator PEOU1 PEOU2 PEOU3 PEOU4 PU1 PU2 PU3 PU4 ATU1 ATU2 ATU3 AU1 AU2
r (korelasi) 0.502 0.834 0.875 0.720 0.496 0.867 0.864 0.866 0.835 0.829 0.879 0.324 0.430
Probabilitas 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Masrun dalam Sugiyono (2008 : 188) menyatakan variabel-variabel terukur dikatakan valid jika muatan faktornya (r) ≥ 0,195 (untuk n = 100, pada α = 5%). Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan harga r yang lebih besar dari 0.195, sehingga semua indicator dapat dikatakan valid atau dengan perkataan lain semua indikator tersebut memang merupakan indikator dari variabelnya. Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Variabel Perceived Easy Of Use Perceived Usefulness Attitute Toward Using Actual Usage
Nilai Alpha Cronbach 0.847 0.917 0.922 0.726
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Berdasarkan pengukuran hasil uji reliabilitas yang disajikan pada Tabel 3 terlihat nilai Alpha Cronbach variabel perceived ease of use, variabel perceived usefulness, variabel attitude toward using, serta variabel actual usage sesuai dengan syarat ≥ 0,60. Ini berarti, instrumen untuk variabel ease of use, variabel perceived usefulness, variabel attitude toward using, serta variabel actual usage adalah reliabel. Bagian ini akan menguraikan analisis deskriptif tentang jawaban responden pembentukan variabel konstruk yang didasarkan kepada distribusi frekuensi hasil tabulasi skor jawaban. Intrepretasi bagi setiap indikator didasarkan kepada ketentuan-ketentuan seperti dalam Tabel 5.3 berikut ini. Tabel 4 Dasar Intrepretasi Indikator dan Variabel Penelitian No. 1 2 3
Nilai Skor 1 - 2.33 2.34 - 3.67 3.68 - 5.00
Intrepretasi Kurang Cukup Baik
Sumber : Solimun & Adji (2009) Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
177
1) Variabel Perceived Ease of Use
Variabel perceived ease of use berkaitan dengan persepsi seseorang bahwa suatu teknologi khususnya pembelajaran e-learning pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Ada 4 dimensi untuk mengukur variabel perceived ease of use yaitu : mudah digunakan (PEOU1), jelas dan mudah dimengerti (PEOU2), mudah difahami (PEOU3), dan mudah ditemukan (PEOU4). Pengukuran berbagai indikator tersebut dilakukan secara kuantitatif, yaitu melalui pemberian skor terhadap persepsi responden mengenai kemudahan menggunakan e-learning pada pembelajaran yang bersifat kuantitatif. Secara keseluruhan persepsi responden terhadap indikator perceived ease of use dapat disajikan pada Tabel 5.4 berikut ini Tabel 5 Persepsi Responden Terhadap Indikator Perceived Easy Of Use Skala Jawaban Pernyataan Rata-rata Skala Jawaban 1 2 3 4 5 Mudah digunakan 2 4 25 59 15 3.77 Jelas dan mudah 23 49 19 17 2 2.34 dimengerti Mudah difahami 21 41 26 15 1 2.39 Mudah ditemukan 16 29 31 25 4 2.73 Skor Rata-Rata 2.81 Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari keempat indikator perceived ease of use yang diteliti maka berdasarkan persepsi responden terhadap mudah digunakan (PEOU1) merupakan bagian dari perceived ease of use yang memiliki nilai rata-rata skala jawaban tertinggi yaitu (3,77), menjelaskan bahwa menurut pandangan responden setuju secara keseluruhan sistem e-learning mudah digunakan untuk pembelajaran yang bersifat kuantitatif. Sementara untuk persepsi responden tentang jelas dan mudah dimengerti (PEOU2) rata-rata skala jawabannya (2.34), artinya rata-rata responden menyatakan tidak setuju bahwa pembelajaran menggunakan e-learning untuk mata kuliah yang bersifat kuantitatif membut materi menjadi jelas dan mudah dimengerti. Untuk persepsi responden mudah dipahami (PEOU3) rata-rata skala jawabannya sebesar (2,39) artinya responden tidak setuju bahwa interaksi dalam pembelajaran e-learning untuk mata kuliah yang bersifat kuantitatif membuat mata kuliah menjadi jelas dan mudah dipahami. Persepsi responden mengenai mudah ditemukan (PEOU4) memiliki rata-rata skala jawaban sebesar (2,73), artinya rata-rata responden bersikap netral bahwa dengan metode pembelajaran dengan e-learning untuk mata kuliah yang bersifat kuantitatif membuat informasi mudah ditemukan. 2) Variabel Perceived Usefulness Variabel perceived usefulness berkaitan dengan suatu ukuran di mana pembelajaran elearning pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. Ada 4 dimensi untuk mengukur variabel perceived usefulness yaitu meningkatkan efektivitas (PU1), meningkatkan performance (PU2), meningkatkan produktivitas (PU3), dan bermanfaat (PU4). Pengukuran berbagai indikator tersebut dilakukan secara kuantitatif, yaitu melalui pemberian skor terhadap persepsi responden mengenai kemanfaatan yang diberikan oleh adanya fasilitas e-learning untuk pembelajaran pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif. Secara keseluruhan persepsi responden terhadap indikator perceived usefulness disajikan pada Tabel 6 berikut ini.
178
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Tabel 6. Persepsi Responden Terhadap Indikator Perceived Usefulness Skala Jawaban Pernyataan Rata-rata Skala Jawaban 1 2 3 4 5 Meningkatkan efektivitas 6 11 32 41 15 3.46 Meningkatkan performance 16 35 34 18 2 2.57 Meningkatkan produktivitas Bermanfaat Skor Rata-Rata
15
35
39
15
1
2.54
12
32
36
22
3
2.73 2.83
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari keempat indikator perceived usefulness yang diteliti maka berdasarkan persepsi responden terhadap meningkatkan efektivitas (PU1) merupakan bagian dari perceived usefulness yang memiliki nilai rata-rata skala jawaban tertinggi yaitu (3,46), menjelaskan bahwa menurut pandangan responden setuju pembelajaran menggunakan akan meningkatkan efektivitas pembelajaran sehingga dapaat menghemat waktu.. Sementara untuk persepsi responden tentang meningkatkan performance (PU2) rata-rata skala jawabannya (2.57), artinya rata-rata responden menyatakan netral bahwa pembelajaran menggunakan e-learning akan meningkatkan performance untuk mata kuliah yang bersifat kuantitatif. Untuk persepsi responden meningkatkan produktivitas (PU3) rata-rata skala jawabannya sebesar (2,54) artinya responden bersikap netral bahwa pembelajaran menggunakan e-learning akan meningkatkan produktivitas untuk mata kuliah yang bersifat kuantitatif. Persepsi responden mengenai bermanfaat (PU4) memiliki rata-rata skala jawaban sebesar (2,73), artinya rata-rata responden bersikap netral bahwa keseluruhan system e-learning bermanfaat dalam proses pembelajaran untuk mata kuliah yang bersifat kuantitatif. 3) Variabel Attitude Toward Using Dalam penelitian ini variabel attitude toward using berkaitan dengan perilaku terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan dan penolakan sebagai dampak menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Ada 3 dimensi untuk mengukur variabel attitude toward using yaitu menyenangkan (ATU1), ide yang bagus (ATU2),dinilai perlu (ATU3). Pengukuran berbagai indikator tersebut dilakukan secara kuantitatif, yaitu pemberian skor terhadap persepsi responden mengenai sikap nyata para pengguna e-learning khususnya pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif. Secara keseluruhan persepsi responden terhadap indikator attitude toward using dapat disajikan pada Tabel 5.6 berikut ini. Tabel 7. Persepsi Responden Terhadap Indikator Attitude Toward Using Skala Jawaban Pernyataan Rata-rata Skala Jawaban 1 2 3 4 5 Menyenangkan 14 40 26 24 1 2.6 Ide yang bagus 16 35 27 25 2 2.64 Dinilai Perlu 13 36 29 25 1 2.66 Skor Rata-Rata 2.64 Berdasarkan data pada Tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa dari ketiga indikator attitude toward using yang diteliti maka berdasarkan persepsi responden terhadap dinilai perlu (ATU3) merupakan bagian dari attitude toward using yang memiliki nilai rata-rata skala jawaban tertinggi yaitu sebesar (2,66), menjelaskan menurut pandangan responden netral
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
179
pembelajaran model e-learning sangat diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif. Selanjutnya menyenangkan (ATU1) dengan nilai ratarata skala jawabannya sebesar (2,6) menunjukkan pandangan responden yang netral terhadap pembelajaran model e-learning menyenangkan untuk digunakan pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif. Sementara untuk ide yang bagus (ATU2) nilai rata-rata responden (2,64) menunjukkan sikap netral terhadap model pembelajaran e-learning merupakan ide yang bagus digunakan pada mata kuliah yang bersifat kuantitatif 4) Variabel Actual Usage Actual usage dalam penelitian ini merupakan bentuk nyata adopsi layanan e-learning yang dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi. Ada 2 dimensi untuk mengukur variabel actual usage yaitu kontinu (AU1), menggunakan lebih banyak (AU2) Pengukuran berbagai indikator tersebut dilakukan secara kuantitatif, yaitu melalui pemberian skor terhadap persepsi responden mengenai adopsi e-learning yang dilakukan oleh responden. Secara keseluruhan persepsi responden terhadap actual usage dapat disajikan pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Persepsi Responden Terhadap Indikator Actual Usage Skala Jawaban Pernyataan Rata-rata Skala Jawaban 1 2 3 4 5 Kontinu 4 12 28 50 11 3.5 Menggunakan Lebih 8 18 39 33 7 3.12 Banyak Skor Rata-Rata 3.31 Berdasarkan data pada Tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa dari dua indikator actual usage yang diteliti maka berdasarkan persepsi responden terhadap penggunaan untuk transaksi pribadi merupakan bagian dari actual usage yang memiliki rata-rata skala jawaban tertinggi yaitu kontinu (ATU1) sebesar (3,5), menjelaskan menurut pandangan responden setuju ketika masa perkuliahan e-learning mereka selalu mengikuti semua aktifitasnya secara kontinu selama satu semester. Selanjutnya menggunakan lebih banyak (ATU2) dengan nilai rata-rata skala jawabannya sebesar (3,12) menunjukkan pandangan responden yang netral terhadap partisipasi dalam forum lebih dari 2 kali untuk mata kuliah 2 sks, dan lebih dari 3 kali untuk mata kuliah 3 sks. Dengan menggunakan software AMOS didapatkan hasil standard test regresi seperti pada table dibawah ini
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa PEOU(Kemudahan) berpengaruh positif terhadap ATU(minat) PU (Manfaat) berpengaruh signifikan terhadap ATU (minat) ATU(minat) tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku (AU) PU(Manfaat) tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku (AU) PEOU(Kemudahan) tidak berpengaruh signifikan terhadap AU(perilaku)
180
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang dilakukan pada bab sebelumnya maka kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) Perceived ease of use (kemudahan) berpengaruh signifikan terhadap attitude toward using (minat) 2) Perceived usefulness (manfaat) berpengaruh signifikan terhadap attitude toward using (minat) 3) Perceived ease of use (kemudahan) tidak berpengaruh signifikan terhadap attitude toward using ATU(minat) 4) Perceived usefulness (manfaat) tidak berpengaruh signifikan terhadap attitude toward using (minat) 5) Attitude toward using (minat) tidak berpengaruh signifikan terhadap actual usage perilaku (AU) SARAN 1) Penelitian dapat dikembangkan untuk responden yang lebih luas yaitu seluruh mahasiswa Universitas Widyatama 2) Pengukuran dan analisa dapat menggunakan software Lisrel agar dihasilkan hasil yang lebih akurat Beberapa saran yang diajukan untuk penelitian berikutnya adalah: • Penelitian tentang perilaku pengguna terhadap penerimaan teknologi menggunakan TAM dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengkombinasi teori lain dari bidang ilmu sosial, ekonomi, psikologi atau bidang ilmu lainnya. • Bagi para peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan untuk menggunakan variabel penelitian tambahan di luar variabel dalam penelitian ini DAFTAR PUSTAKA Arief Wibowo, (2006), “Kajian tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM), Universitas Budi Luhur Jakarta Davis, F.D., (1989), “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and Acceptance of Information System Technology,” MIS Quarterly, Vol.13, No.3, pp.319-339. Davis, F.D. (1993). User Acceptance of Information Technology: System Characteristics, User Perception and Behavioral Impacts. International Journal of Man-Machine Studies. 38 (3): 475-487. Davis, F.D., Bagozzi, R.P dan Warshaw, P.R. (1989). User Acceptance of Information Technology: A Comparison of Two Theoritical Model. Management Science, 35, 9821002. Ferdinand, Augusty, (2002), Structural Equation Modelling dalam Penelitian Manajemen, FE UNDIP Semarang Ghozali, Imam ( 2006), “Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ghozali, Imam (2013).” Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi dengan program AMOS Versi 21.0 ”, Cetakan Kelima.Universitas Diponegoro, Semarang Park, S. Y. (2009). An Analysis of the Technology Acceptance Model in Understanding University Students' Behavioral Intention to Use e-Learning.
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
181