Karya Ilmiah
MODEL PENERIMAAN TEKNOLOGI (TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL)
Oleh:
Melissa T. A. Simarmata, S.E., M.Sc. (Dosen Tetap Fakultas Ekonomi – Universitas HKBP Nommensen)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2015
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, yang berjudul: “Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model).” Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi, pembahasan dan analisis dan mengharapkan umpan balik dari semua pihak yang membaca karya ilmiah ini agar lebih baik di masa mendatang. Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam rangka penyelesaian karya ilmiah ini, yaitu Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen, Bapak Dr. Ir. Parulian Simanjuntak, M.A.; Ketua Program Studi Akuntansi, Bapak Dr. Jadongan Sijabat, M.Si.; Rekan-rekan staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen; Bapak Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan keluargaku yang mendukung dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih.
Medan, Juli 2015 Penulis,
Melissa T. A. Simarmata, SE, MSc. i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4 II. 1. Teori yang Melandasi ........................................................................... 4 II. 2. Kelebihan dan Kelemahan Model Penerimaan Teknologi .................. 7 II.3. Penelitian-Penelitian yang Membahas Model Penerimaan Teknologi . 8 BAB III SIMPULAN .......................................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Butir yang membentuk konstruk Manfaat Persepsian .......................... 6 Tabel 1.2. Butir yang membentuk konstruk Kemudahan Penggunan Persepsian .............................................................................................. 7
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Rerangka Penelitian Eze et al. (2011) ............................................. 10 Gambar 2.2. Model Penelitian Pikkarainen et al. (2004) ..................................... 12 Gambar 2.3. Model Konseptual Pengembangan TAM Klasik Rusu & Shen (2011) ........................................................................ 13 Gambar 2.4. Model Penelitian Wang et al. (2003) .............................................. 14 Gambar 2.5. Model Penelitian Abadi & Nematizadeh (2012) ............................. 15 Gambar 2.6. Model Penelitian Aderonke & Charles (2010) ................................ 17 Gambar 2.7. Model Penelitian Liao & Wong (2008) ........................................... 20 Gambar 2.8. Model Konseptual yang diusulkan Narteh (2012) .......................... 21 Gambar 2.9. Model Penelitian Widjana & Rachmat (2011) ................................ 23
iv
BAB I PENDAHULUAN
Teknologi informasi berkembang dengan sangat pesat, setiap detik penemuan di bidang teknologi terjadi. Perkembangan teknologi terjadi di berbagai bidang
kehidupan
manusia,
seperti
kesehatan,
makanan,
pendidikan,
telekomunikasi, perdagangan dan bisnis, otomotif, perbankan, musik, film dan masih banyak lagi. Perkembangan teknologi informasi membantu manusia menyelesaikan pekerjaan mereka di dalam kehidupan sehari-hari baik secara individu maupun organisasi. Teknologi memberikan banyak kemudahan dalam hampir semua pekerjaan manusia. Teknologi dapat memberikan dampak baik dan buruk bagi manusia sebagai
pengguna.
Teknologi
memberikan
dampak
baik,
dalam
hal
mempersingkat waktu penyelesaian suatu pekerjaan atau tugas. Dengan menggunakan teknologi, jarak menjadi bukan suatu penghalang dalam berkomunikasi. Penggunaan teknologi memberikan dampak terhadap lingkungan yaitu, mengurangi penggunaan kertas (paperless), sehingga memaksimalkan penggunaan berkas secara elektronik (softfile) khususnya dalam hal pembukuan. Pada bidang kesehatan, mempercepat diagnosa terhadap pasien oleh para pekerja medis. Teknologi dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi individu atau suatu organisasi. Dengan menggunakan teknologi beberapa pekerjaan dapat dilakukan melalui suatu aplikasi dan dilakukan oleh jumlah pengguna yang lebih sedikit.
1
Selain dampak positif, teknologi juga dapat memberikan kerugian bagi penggunanya atau orang lain. Pada negara berkembang, dengan jumlah penduduk yang besar, penggunaan teknologi pada industri padat karya memberikan dampak buruk. Teknologi dapat mengganti tenaga manusia dan mengakibatkan pengangguran. Pada bidang perbankan, informasi keuangan dan bukan keuangan bisa dibobol dan dijual dan dana nasabah bisa dialihkan oleh para hacker, cracker, sehingga dapat merugikan nasabah dan pihak lembaga perbankan. Selain itu pada bidang seni, teknologi juga bisa digunakan dengan salah untuk melanggar hak cipta karya seni seseorang. Ditambah lagi, teknologi digunakan untuk melakukan tindakan kriminal di dunia maya, dan masih banyak lagi dampak buruk yang bisa merugikan manusia secara individu dan organisasi sebagai pengguna teknologi. Teknologi yang berkembang hingga saat ini masih memberikan keuntungan dan kerugian bagi penggunanya. Di sisi lain, manusia masih enggan untuk menggunakan dan bahkan tidak menggunakan teknologi sama sekali. Keengganan yang dialami oleh manusia dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Berbagai alasan tersebut seperti untuk menerapkan dan menggunakan teknologi dibutuhkan dana yang besar, teknologi tidak mudah dipahami dan digunakan, teknologi dipersepsikan masih belum memberi manfaat terhadap pengguna dan persepsi bahwa teknologi tidak dapat dipercaya untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada semua pengguna teknologi, alasan setiap individu menggunakan atau tidak menggunakan atau teknologi. Dalam paper ini akan membahas terkait dengan persepsi terhadap
2
internet adalah teknologi pada industri perbankan, baik internet banking, electronic bank. Untuk memberikan bukti, bahwa teknologi diterima atau ditolak, maka tulisan ini menyajikan beberapa hasil penelitian yang membahas atau menguji faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan teknologi. Salah satu teori yang digunakan untuk memberikan bukti secara empiris mengenai
penggunaan
teknologi
adalah
Model
Penerimaan
Teknologi
(Technology Acceptance Model). Model Penerimaan Teknologi telah banyak digunakan di berbagai penelitian di banyak negara, pada berbagai konteks, lingkungan dan budaya. Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model) pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1986) dalam disertasinya. Penelitian Davis (1989) sejak diterbitkan, telah dikutip sebanyak 23.532 kali yang memiliki dua konstruk yaitu manfaat persepsian (perceived usefulnes) dan kemudahan persepsian (perceived ease of use). Sehingga Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model) layak untuk dibahas dalam tulisan ini untuk menyajikan wacana tambahan sebagai referensi dalam bidang teknologi informasi.
3
BAB II PEMBAHASAN
II. 1. Teori yang Melandasi Suatu teori baru dibangun berdasarkan teori yang telah ada lebih dulu. Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model) dibangun dari beberapa teori yang telah hadir lebih dulu untuk membangun konstruk manfaat persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian. Beberapa teori tersebut adalah teori keyakinan-sendiri (self-efficacy theory), paradigma biaya-manfaat (costbenefit paradigm), adopsi dari inovasi-inovasi (adoption of innovations), evaluasi dari laporan-laporan informasi (evaluation of information reports), dan model disposisi kanal (channel disposition model). Teori-teori tersebut adalah teori yang mendasari MPT yang umumnya merupakan teori-teori psikologi yang biasa digunakan pada penelitian di bidang ekonomi untuk mempelajari perilaku manusia (pengguna). Dalam penelitian sistem teknologi informasi, ada beberapa teori yang digunakan seperti, Teori Difusi Inovasi (Innovation Diffusion Theory), Teori Perilaku Rencanaan (Theory of Planned Behavior), Teori Institusional (Institutional Theorry), Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action), Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model). Salah satu teori mengenai pemakaian sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi adalah Model Penerimaan
4
Teknologi (Technology Acceptance Model). Model Penerimaan Teknologi (MPT) pertama kali dikenalkan oleh Davis (1986) melalui penelitian yang ditulis pada disertasinya. Teori ini adalah pengembangan dari Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) oleh Ajzen dan Fishbein (1980). Teori yang diusulkan oleh Davis (1986) adalah teori yang mampu menjelaskan perilaku pengguna terhadap teknologi, yang mengusulkan Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model = TAM), yang menyarankan bahwa penerimaan teknologi disebabkan oleh faktor kemudahan persepsian (ease of use), manfaat persepsian (usefullnes) dan penggunaan sebenarnya (actual use). Model yang ditawarkan oleh Davis (1989) ini telah digunakan sebagai referensi pada banyak penelitian. Berdasarkan penelitianpenelitian yang telah dilakukan tersebut, berhasil memberikan bukti bahwa model ini mampu menjelaskan fenomena penerimaan penggunaan teknologi. Manfaat persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya (“as the extent to which a person believes that using a technology will enhance her or his performance.”) Berdasarkan definisi tersebut, diketahui bahwa manfaat persepsian suatu hasil persepsi, suatu kepercayaan (beliefs) mengenai proses pengambilan keputusan (Hartono, 2008). Suatu teknologi yang akan memberikan manfaat bagi seorang penggunanya, maka seorang pengguna akan menggunakannya. Sebaliknya, jika suatu teknologi dipersepsikan tidak memberikan manfaat maka, teknologi tersebut tidak akan digunakan.
5
Konstruk manfaat persepsian (perceived usefulness) dibentuk dari banyak butir pertanyaan. Penelitian (Davis, 1986) menggunakan enam butir pertanyaan untuk membentuk konstruk ini. Berikut ini adalah tabel yang menampilkan butir pertanyaan yang digunakan. Tabel 1.1 Butir yang membentuk konstruk Manfaat Persepsian
# Butir Lama 1
Manfaat Persepsian (Perceived Usefulness) Butir Work More Quickly
2
Job Performance
3
Increase Productivity
4
Effectiveness
5
Makes Job Easier
6
Useful
Sumber: Hartono (2008) hal. 152
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha (“as the extent to which a person believes that using a technology will be free effort.”) Sama seperti konstruk manfaat persepsian, konstruk kemudahan penggunaan persepsian ini juga dibentuk oleh suatu kepercayaan (beliefs) mengenai proses pengambilan keputusan (Hartono, 2008). Seseorang akan menggunakan suatu teknologi, ketika seseorang tersebut merasa percaya bahwa sistem informasi tersebut mudah digunakan dan sebaliknya seseorang tidak akan menggunakan teknologi ketika dia merasa percaya bahwa teknologi tersebut tidak mudah digunakan.
6
Konstruk kemudahaan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dibentuk dari enam butir pertanyaan. Keenam butir tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.2. Butir yang membentuk konstruk Kemudahan Penggunan Persepsian Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use) # Butir Lama Butir 1 Easy of Learn 2
Controllable
3
Clear & Understandable
4
Flexible
5
Easy to Become Skillful
6
Easy to Use
Sumber: Hartono (2008) hal. 152
II. 2. Kelebihan dan Kelemahan Model Penerimaan Teknologi Setiap teori, model, teknologi dan aplikasi memiliki kelebihan dan kelemahan, MPT juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan yang diberikan oleh MPT ini adalah (1) banyak model-model penerapan sistem teknologi informasi yang tidak mempertimbangkan faktor psikologis atau perilaku (behavior) pada model mereka. MPT mempertimbangkan faktor psikologis atau perilaku (behavior) tersebut. (2) MPT dibangun atas dasar teori yang kuat. (3) MPT telah banyak digunakan dalam berbeagai penelitian di bidang teknologi. Hasil menunjukkan sebagian besar dukungan dan menyimpulkan bahwa MPT adalah model yang baik dan hasilnya juga konsisten. (4) MPT adalah model yang parsimoni (parsimonious) yaitu model sederhana tetapi valid. 7
Selain kelebihan, MPT juga memiliki kelemahan seperti, (1) MPT belum menjelaskan alasan mengapa pemakai sistem
mempunyai kepercayaan-
kepercayaan tersebut. (2) MPT tidak menjelaskan perilaku pemakai sistem teknologi tidak dikendalikan dengan kontrol perilaku yang membatasi niat perilaku seseorang. (3) Banyak penelitian menggunakan MPT yang belum tentu mencerminkan atau mengukur pemakaian sebenarnya. (4) Penelitian MPT sebaiknya hanya menggunakan sebuah sistem informasi, kenyataannya pengguna sistem dihadapkan pada lebih dari satu sistem informasi. (5) Banyak penelitian MPT menggunakan mahasiswa S1 sebagai subjek dan mahasiswa S1 tidak memproksikan para profesional sebagai pengguna sistem, yang lebih mampu mencerminkan lingkungan kerja yang sesungguhnya. (6) Penggunakan subjek tunggal (satu jenis kelompok) memberikan hasil penelitian yang tidak dapat digeneralisasikan lintas organisasi atau kelompok secara umum. (7) Penelitian seperti ini umumnya adalah cross sectional, yang validitas eksternal hasilnya rendah
dan tidak dapat digeneralisasikan lintas waktu. (8) Penelitian
menggunakan MPT hanya menggunakan satu jenis tugas, pada kenyataannya teknologi yang dipakai untuk menyelesaikan lebih dari satu jenis tugas. (9) Model penelitian MPT kurang mampu menjelaskan antar hubungan (causation) variabel di dalam model. (10) Tidak mempertimbangkan perbedaan kultur.
II.3. Penelitian-Penelitian yang Membahas Model Penerimaan Teknologi Davis (1989) telah mengusulkan Model Penerimaan Teknologi yang telah banyak dikembangkan pada berbagai penelitian. Beberapa penelitian tersebut akan
8
disajikan dan dibahas pada bagian ini. Penelitian yang menggunakan Model Penerimaan Teknologi telah banyak dilakukan, dan sangat tepat digunakan pada penelitian kontek teknologi yang baru dikembangkan dan akan diterapkan secara umum. Model ini pertama sekali diperkenalkan oleh Davis (1989). Berikut ini adalah beberapa penelitian yang menggunakan Model Penerimaan Teknologi sebagai teori dasar. Penelitian mengenai implemetasi pada Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System = EIS), yang dilakukan pada 30 organisasi di KwaZulu/Natal di suatu wilayah di Afrika Selatan (Averweg, 2008). Tujuan penelitiannya adalah untuk mendiskusikan konstruk manfaat persepsian (perceived usefulness), kemudahan persepsian (perceived ease of use), penggunaan sistem aktual (actual system use) selama tahap pengembangan dan penerapan SIE pada organisasi-organisasi di negara sedang berkembang Afrika Selatan di Afrika. Penelitian Averweg menemukan bahwa, (1) korelasi KemudahanPenggunaan lebih rendah dari pada Manfaat-Penggunaan. (2) Secara parsial, menemukan bahwa Kemudahan Penggunaan Persepsian dapat menjadi katalisator yang lebih kuat dalam mendorong penerimaan TI. (3) Menemukan hubungan MPT, Kemudahan-Penggunaan lebih tinggi daripada Kegunaan Persepsian. (4) Kegunaan Penggunaan Persepsian dan Kemudahan Penggunaan Persepsian tidak memiliki konsistensi di dalam frekuensi Penggunaan SIE. Penelitian lain yang menggunan Model Penerimaan Teknologi adalah Eze et al. (2011). Mereka meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi internet banking pada orang muda dewasa yang dilakukan di Malaysia. Sampel yang
9
digunakan adalah kalangan orang muda Malaysia dengan rentang usia 18 – 28 tahun sebanyak 229 responden. Dua dari enam variabel bebas yang mereka gunakan adalah Kemudahan Persepsian (Perceived Ease of Use) dan Manfaat Persepsian (Perceived Usefulness) yang diusulkan oleh Davis (1989). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemudahan Persepsian (Perceived Ease of Use) dan Manfaat Persepsian (Perceived Usefulness) mempengaruhi penerimaan internet banking secara positif. Hal ini berarti bahwa kedua variabel yang diusulkan Davis (1989) konsisten dengan hasil penelitian ini. Berikut ini adalah gambar rerangka penelitian (Eze, Yaw, Manyeki, & Har, 2011).
Perceived ease of use
Perceived usefulness
Relative Advantage
Internet Banking Adoption
Self-Efficacy
Perceived Credibility
Trialability
Gambar 2.1. Rerangka Penelitian Eze et al. (2011)
10
Studi selanjutnya adalah suatu penelitian (Gefen, Karahana, & Straub, 2003) yang dilakukan untuk menguji kepercayaan pelanggan (customer’s trust) sebagai alasan utama mengapa pelanggan kembali kepada suatu pemasok (penjual) elektronik melalui suatu situs belanja (online shopping). Sama seperti penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini masih menggunakan Model Penerimaan Teknologi (Davis, 1989), yang dilakukan pada kontek online shopping atau e-commerce. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi lapangan. Responden yang digunakan adalah mahasiswa sarjana pada sekolah bisnis terkemuka di wilayah mid-Atlantic di Amerika Serikat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa niat pelanggan untuk bertransaksi dengan pemasok elektronik (e-vendor) yang mereka beli bergantung pada kepercayaan (trust) dan dua keyakinan (beliefs) MPT yang diidentifikasi oleh TAM, manfaat persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan persepsian (perceived ease of use) (Gefen, Karahana, & Straub, 2003). Penelitian (Jalal, Marzooq, & Nabi, 2011) menggunakan 171 responden, yang datanya dikumpulkan menggunakan kuesioner yang disebarkan, bertujuan untuk menggali dan mematangkan dampak faktor-faktor yang dipilih pada niat nasabah untuk menggunakan internet banking di Bahrain. Tiga faktor yang diuji adalah manfaat persepsian (perceived usefulness), kemudahan persepsian (perceived ease of use) dan keamanan dan privasi (security and privacy). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tiga faktor yang diidentifikasi adalah penting yang berkaitan kepada adopsi layanan e-banking pengguna. Yang pada intinya,
11
kemudahan persepsian (perceived usefulnes) dan manfaat persepsian (perceived ease of use) adalah sumber-sumber kepuasan (Jalal, Marzooq, & Nabi, 2011). Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan untuk menggali penggunaan online banking (Pikkarainen et al. 2004). Penelitian ini juga, secara teoritis menggunakan MPT yang dilakukan di negara Finlandia terhadap 268 nasabah bank swasta. Menguji enam faktor, di antaranya adalah kegunaan penggunaan persepsian (perceived usefulness), kemudahan persepsian (perceived ease of use) terhadap penggunaan online banking. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kegunaan penggunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan persepsian (perceived ease of use) memiliki dampak pada penerimaan online banking terhadap nasabah bank swasta di Finlandia.
Perceived usefulness H1
Perceived ease of use
Perceived enjoyment
Information on online banking
H2
H3 Online banking use
H4
H5
Security and privacy H6 Quality of Internet connection
Gambar 2.2. Model Penelitian Pikkarainen et al. (2004)
12
Penelitian Rusu & Shen (2011), dilakukan di UEA dengan melibatkan 183 pengguna e-banking. Penelitian ini dilakukan untuk menguji penerimaan ebanking dengan menggunakan MPT. MPT memiliki dua faktor utama yang mempengaruhi niat nasabah untuk menggunakan (customer’s intention to use). Dalam penelitian mereka mengusulkan bahwa, terdapat empat faktor yang diidentifikasi mempengaruhi kegunaan persepsian dan kemudahan persepsian, yaitu citra (image), keamanan (security), efikasi diri komputer (computer selfefficacy) dan kenyamanan (convenience), yang mengusulkan empat hipotesis untuk dibuktikan melalui penelitian ini.
Image Perceived Usefulness Security Attitude Computer Self-Efficacy
Intention Use
Perceived Ease of Use Technology Acceptance Model (TAM)
Convenience Gambar 2.3. Model Konseptual Pengembangan TAM Klasik Rusu & Shen (2011)
Hipotesis pertama yaitu security secara positif berhubungan kepada Manfaat Persepsian dan Kemudahaan Persepsian. Hipotesis kedua menyatakan bahwa citra (image) adalah secara positif berhubungan kepada manfaat Persepsian. Hipotesis ketiga yaitu kemahiran diri berkomputer (computer selfefficacy) berhubungan kepada Kemudahan Persepsian. Hipotesis keempat
13
menyatakan bahwa kenyamanan (convenience) secara positif berhubungan kepada kemudahaan
penggunaan
persepsian.
Hasil
penelitian
secara
empiris
menunjukkan dukungan terhadap MPT. Secara statistik menunjukkan bahwa Hipotesis 1 dan 2 tidak memberikan dukungan, kondisi ini berarti bahwa keamanan (security) dan citra (image) tidak memiliki hubungan secara positif terhadap penggunaan e-banking di UEA. Kemudian hipotesis 3 dan 4 berhasil memberi dukungan terhadap MPT, berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa kenyamanan (convenience) dan efikasi diri-komputer (self-efficacy) merupakan faktor yang berhubungan secara positif terhadap kemudahaan penggunaan persepsian.
Perceived Usefulness H1a
H5 H2
H4
H1b Computer Self-Efficacy
Behavioral Intention
Perceived Ease of Use
H3 H1c H6
Perceived Credibility
Gambar 2.4. Model Penelitian Wang et al. (2003)
Studi lainnya dilakukan di Taiwan kepada 123 responden dewasa pengguna internet banking melalui wawancara via telepon. Penelitian ini juga menggunakan MPT (Davis, 1989) yang dilakukan oleh Wang et al. (2003), yang
14
menggunakan variabel efikasi diri-komputer (computer self-efficacy), kemudahan persepsian, manfaat persepsian, kredibilitas persepsian dan niat keperilakuan (behavioral intention) dan mengusulkan delapan hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bukti bahwa melalui kemudahaan persepsian, manfaat persepsian dan kredibilitas persepsian memiliki efek signifikan variabel perbedaan individual pada efikasi diri-komputer (computer self-efficacy) terhadap niat keperilakuan (behavioral intention). Kedelapam hipotesis tersebut didukung, dengan demikian MPT adalah teori yang mampu menjelaskan fenomena pada perkembangan teknologi dan dilakukan di Taiwan.
Perceived Usefulness
H1
Perceived Enjoyment H3
H6
Perceived Ease of USe
H2
H5
H4
Perceived Credibility
Customer Attitude
H8
Intention to Use
H7
Age/income /education
Gambar 2.5. Model Penelitian Abadi & Nematizadeh (2012)
MPT yang dikembangkan oleh Abadi & Nematizadeh (2012) yang meneliti mengenai penerimaan e-banking oleh para nasabah bank-bank di Iran. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi taraf penerimaan e-banking
15
pengguna yang menggunakan MPT yang dikembangkan. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan survei kuesioner dan 188 kuesioner yang digunakan untuk analisis. Faktor-faktor yang digunakan pada penelitian ini adalah manfaat persepsian,
kemudahan
persepsian,
kesenangan
persepsian,
kredibilitas
persepsian, sikap nasabah dan umur, penghasilan, pendidikan serta faktor niat untuk menggunakan sebagai variabel terikat. Berdasarkan faktor-faktor tersebut diusulkan tujuh hipotesis. Hipotesis 1 menyatakan bahwa kegunaan persepsian memiliki efek positif pada sikap nasabah dan secara statistik hipotesis 1 didukung. Hipotesis 2 menyatakan kemudahaan penggunaan persepsian memiliki efek positif pada sikap nasabah dan hasil secara statistik hipotesis 2 didukung. Hipotesis 3 mengusulkan bahwa kesenangan persepsian memiliki efek positif pada sikap nasabah dan hasil menunjukkan bahwa hipotesis 3 didukung secara statistik. Hipotesis 4 yang diusulkan adalah bahwa kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada sikap nasabah. an hasil analisis statistik menunjukkan hipotesis 4 didukung. Hipotesis 5 mengusulkan bahwa kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada kemudahan penggunaan persepsian dan hasil menunjukkan bahwa hipotesis 5 tidak didukung secara statistik. Hipotesis 6 yang diusulkan menyatakan bahwa kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada kegunaan persepsian dan hasil menunjukkan bahwa hipotesis 6 tidak didukung secara statistik. Hipotesis 7 mengusulkan bahwa umur, penghasilan dan pendidikan memiliki efek positif pada sikap nasabah dan hasil menunjukkan bahwa yang
16
didukung secara statistik hanya pada satu variabel bebas yaitu pendidikan (education). Penelitian lainnya dilakukan di Nigeria, pada industri perbankan oleh Aderonke & Ayo (2010) yang mempelajari dampak pertumbuhan Teknologi Komunikasi dan Informasi (TKI) terhadap penerimaan dan niat pengguna untuk menggunakan sistem elektronik perbankan. Aderonke dan Ayo (2010) menggunakan MPT (Davis, 1989) yaitu kemudahaan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian, dan ditambah faktor kredibilitas persepsian, komputerefikasi diri, sikap nasabah dan niat untuk menggunakan e-banking. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik survei kuesioner dan berhasil mengumpulkan 292 kuesioner untuk dianalisis lebih lanjut. Perceived credibility H4 H5
Perceived usefulness
H6
H8
Customer Attitude H7 H3
Perceived ease of use H2
H1
Computer selfefficacy Gambar 2.6. Model Penelitian Aderonke & Charles (2010)
17
H9
Intention to use Electronic banking
Hipotesis yang diusulkan sebanyak sembilan, hipotesis 1 menyatakan bahwa komputer efikasi-diri memiliki efek positif pada kemudahan penggunaan persepsian. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis 1 didukung, komputer efikasi-diri memiliki efek positif terhadap kemudahan penggunaan persepsian. Berarti bahwa semakin mampu seseorang dalam mengoperasikan suatu komputer, maka e-banking akan dipersepsikan sebagai suatu perangkat yang mudah untuk digunakan. Hipotesis 2 yang diusulkan yaitu komputer efikasi-diri memiliki efek positif pada kemudahaan penggunaan persepsian. Secara statistik, hasil menunjukkan bahwa hipotesis 2 didukung. Kondisi ini menunjukkan bahwa, semakin mampu seorang nasabah menggunakan suatu komputer, maka e-banking akan dipersepsikan sebagai suatu alat yang berguna. Hipotesis 3 menyatakan bahwa komputer efikasi-diri memiliki efek positif pada sikap nasabah, dan hipotesis ini terkonfirmasi berdasarkan hasil analisis statistik. Komputer efikasi-diri nasabah akan mempengaruhi persepsi nasabah dan kemudian sikap nasabah terhadap e-banking. Hipotesis 4 yang diusulkan yaitu, kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada kemudahaan penggunaan persepsian dari e-banking. Analisis statistik menunjukkan bahwa e-banking dipersepsikan sebagai alat yang mudah digunakan karena dipengaruhi oleh kredibilitas persepsian dari e-banking tersebut. Hipotesis 5 menyatakan bahwa, kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada kegunaan persepsian e-banking dari nasabah. Hasil statistik juga menunjukkan bawah hipotesis 5 terkonfirmasi. Berarti bahwa nasabah akan
18
mempersepsikan bahwa e-banking berguna karena dipengaruhi oleh kredibilitas persepsian dari e-banking tersebut. Hipotesis 6 yang diusulkan yaitu, kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada sikap nasabah terhadap penggunaan ebanking. Hipotesis ini juga masih didukung, berarti bahwa kredibilitas persepsian memiliki efek positif pada sikap nasabah terhadap penggunaan e-banking. Semakin kredibel e-banking tersebut maka sikap nasabah terhadap penggunaan ebanking semakin besar. Hipotesis 7 menyatakan bahwa, kemudahaan persepsian memiliki suatu efek positif pada sikap nasabah. berdasarkan hasil uji statistik, maka hipotesis 7 juga terkonfirmasi. Hipotesis 8 yang diusulkan menyatakan bahwa kegunaan persepsian memiliki suatu efek positif pada sikap nasabah. hasil statistik juga menunjukkan bahwa hipotesis 8 didukung. Hipotesis 9 menyatakan bahwa sikap nasabah memiliki suatu efek positif pada penerimaan e-banking oleh nasabah dan hipotesis 9 ini juga didukung, yang menunjukkan bahwa niat nasabah memiliki efek positif yang signifikan secara statistik pada niat keperilakuan untuk menggunakan sistem e-banking. Penelitian Liao & Wong (2008) dilakukan di Hongkong bertujuan untuk menggali secara empiris pertimbangan-pertimbangan utama yang berkaitan dengan internet-enabled e-banking systems dan secara sistematis mengukur penentu-penentu interaksi nasabah dengan layanan e-banking. Liao & Wang (2008) mengusulkan 17 hipotesis dan menggunakan MPT sebagai teori yang melandasi penelitian ini serta menggunakan dua konstruk utama dalam MPT yaitu kemudahaan persepsian dan manfaat persepsian. Data yang dikumpulkan untuk
19
diuji adalah bank-bank komersial di Singapura berasal dari para nasabah sebagai responden sebanyak 320 kuesioner. Liao & Wang (2008), menggunakan konstruk kemudahan persepsian, manfaat persepsian, keamanan (security), ketanggapan (responsiveness) dan kenyaman (convenience). Hasil pengujian statistika menunjukkan bahwa 17 hipotesis yang diusulkan adalah didukung. Kelima kontruk yang digunakan terutama konstruk manfaat persepsian dan kemudahan persepsian secara signifikan mempengaruhi interaksi nasabah dengan internet e-banking.
Ease of Use (E)
Usefulness (U)
H2.2
H1 Security (S) Customer Interaction with Internet e-banking (CI)
Responsiveness (R)
Convenience (C) H2.1, H3, H4, H5
Gambar 2.7. Model Penelitian Liao & Wong (2008)
Model Penerimaan Teknologi (MPT) juga dijadikan sebagai dasar teori pada penelitian (Narteh, 2012) yang dilakukan di Ghana. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor institusional sama seperti faktor terkait pengguna yang mempengaruhi pemasaran layanan e-banking di industri perbankan ritel
20
Ghana. Faktor-faktor yang yang diusulkan yang mempengaruhi pemasaran layanan e-banking adalah faktor institusional (bank) dan faktor pengguna (nasabah). Faktor pengguna (nasabah) menggunakan lima variabel, dua variabel di antaranya adalah konstruk yang diusulkan MPT (Davis, 1989) yaitu kemudahan persepsian dan manfat persepsian dan tantangan e-banking (e-banking challenges) adalah faktor terikat.
Institutional factors Top management commitment Quality of ICT personel Legal regime ICT policy in the country E-banking challenges
User/consumer factors IT literacy levels Perceived ease of use Perceived usefulness Cost of devices Compatibility
Gambar 2.8. Model Konseptual yang diusulkan Narteh (2012)
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk menginvestigasi tantangan pemasaran layanan perbankan di Ghana. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada responden mengenai motif, kebutuhan dan nilai, kecemasan dan taraf kepuasan dan perilaku. Sedangkan dengan menggunakan survei, diperoleh 640 nasabah e-banking dari 13
21
bank yang berpartisipasi. Hasil penelitian menyarankan bahwa nasabah mempersepsikan layanan e-banking adalah mudah digunakan. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa kegunaan persepsian dari e-banking dalam melakukan kegiatan transaksi perbankan sehari-hari untuk menghemat waktu dan biaya. Penelitian berikut ini adalah penelitian mengenai internet banking yang dilakukan pada nasabah-nasabah bank di Surabaya. Penelitian ini juga masih menggunakan teori MPT (Davis, 1989) yaitu bahwa penerimaan suatu teknologi dipengaruhi oleh dua persepsi utama kemudahaan penggunaan persepsiaan dan kegunaan persepsian. Dalam penelitian ini, Widjana & Rachmat (2011) mencoba menjelaskan taraf penerimaan internet banking dari nasabah. untuk mengukur taraf penerimaan internet banking pada nasabah-nasabah bank di Surabaya Widjana & Rachmat (2011) menggunakan faktor kesadaran layanan (awareness of service), keamanan (security), kualitas koneksi internet (quality of internet connection), kemahiran berkomputer (computer self-efficacy), manfaat persepsian (perceived usefulness), kemudahan persepsian (perceived ease of use), kesenangan persepsian (perceived enjoyment), kepercayaan (trust), sikap untuk menggunakan (attitude towards using) dan niat adopsi (adoption intention). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah survei, hanya 193 kuesioner yang berhasil dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini mengusulkan sebelas hipotesis, dan yang akan dibahas pada tulisan ini hanya empat hipotesis yang menjadikan konstruk pada MPT yaitu persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi
22
kegunaan. Hasil penelitian menemukan bahwa hubungan signifikan antara kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian karena nasabah yang merasa bahwa menggunakan internet banking dapat menjadi ketika menggunakan juga adalah mudah bagi para nasabah. Hipotesis 6 menyatakan bahwa kemudahan penggunaan persepsian memiliki efek positif pada kenikmatan persepsian. Kondisi ini disebabkan bahwa semakin mudah dalam menggunakan internet banking maka nasabah semakin bahagia dan menikmati internet banking.
Perceived Usefulness
Trust
Quality of internet connection
Perceived Ease of Use
Attitude towards using
Computer selfefficacy
Perceived Enjoyment
Awareness
Security
Adoption Intention
Gambar 2.9. Model Penelitian Widjana & Rachmat (2011)
Hubungan signifikan juga terjadi antara kegunaan persepsian dan sikap terhadap penggunaan internet banking, nasabah akan memiliki sikap penerimaan yang positif dari internet banking ketika nasabah merasa bahwa menggunakan
23
internet banking memberi manfaat bagi para nasabah. Kemudahan penggunaan persepsian dan sikap terhadap penggunaan internet banking juga memiliki hubungan signifikan. Ini terjadi karena nasabah yang merasa bahwa tidak mudah menggunakan internet banking akan cenderung untuk memiliki sikap penolakan, sedangkan nasabah akan memiliki sikap penerimaan positif dari internet banking pada waktu ketika nasabah merasa bahwa menggunakan internet banking adalah sangat mudah. Beberapa penelitian yang telah dibahas di atas adalah sebagian kecil dari ribuan penelitian yang telah dilakukan mengguna MPT. Banyak hasil penelitian yang memberi dukungan penuh terhadap kedua konstruk utama MPT yaitu manfaat persepsian dan kemudahaan penggunaan persepsian. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa MPT mampu menjelaskan fenomena-fenomena penerimaan, adopsi dan penggunaan sistem teknologi yang baru. Tentunya kondisi tersebut tidak lepas juga dari berbagai kekurangan yang muncul pada saat pelaksanaan di setiap penelitian. Tetapi yang perlu dipahami adalah MPT merupakan teori yang masih layak dan tetap bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena kemunculan teknologi baru.
24
BAB III KESIMPULAN
Model Penerimaan Teknologi (Technology Acceptance Model) yang diusulkan oleh Davis (1989) telah banyak dikutip sebagai referensi penelitian di bidang teknologi, yang pada umumnya untuk menguji penerimaan atau adopsi suatu teknologi baru. Penelitian Davis (1989) sejak diterbitkan, telah dikutip sebanyak 23.532 kali yang memiliki dua konstruk yaitu manfaat persepsian (perceived usefulnes) dan kemudahan persepsian (perceived ease of use). Dan tulisan (Davis, Bagozzi, & Warshaw, 1989) telah dikutip sebanyak 12.722 kali. MPT digunakan sebagai teori untuk melandasi suatu penelitian, terutama penelitian di bidang teknologi. MPT digunakan untuk menguji apakah suatu teknologi baru tersebut digunakan karena faktor kemudahan dan manfaat persepsian dari seorang pengguna teknologi. Teknologi dari bidang keuangan, kesehatan, aplikasi kehidupan sehari-hari dan lain sebagainya. Dari beberapa hasil penelitian yang telah dibahas di bab sebelumnya memberikan bukti secara empiris, bahwa kedua konstruk tersebut adalah konstruk yang mampu menjelaskan penggunaan atau penerimaan suatu teknologi. Kedua konstruk tersebut, manfaat persepsian dan kemudahan persepsian sering digunakan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi penerimaan suatu teknologi. Selain itu, kedua konstruk tersebut juga digunakan di dalam suatu penelitian dengan melibatkan faktor-faktor lain seperti, kredibilitas persepsian, kesenangan persepsian, keyakinan, kenyamanan persepsian, keyakinan-sendiri komputer, sikap terhadap
25
perilaku atau sikap menggunakan teknologi, niat perilaku, perilaku atau penggunaan teknologi sesungguhnya dan masih banyak lagi variabel yang digunakan. Penelitian-penelitian menggunakan MPT banyak diterapkan pada situasi budaya yang berbeda (Hartono, 2008). MPT berbasis pada lingkup perilaku manusia, sehingga penerapan MPT pada aplikasi, teknologi dan pemakai yang sama dapat memberikan hasil yang berbeda, karena perbedaan budaya, terutama perbedaan budaya suatu negara dengan negara lain. Walaupun demikian, MPT adalah teori yang masih layak untuk digunakan dalam penelitian-penelitian di bidang teknologi informasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, H. R., & Nematizadeh, F. (2012). An Empirical Investigation of th Level of User's Acceptance of E-Banking among Some Customers of Bank in Iran. International Journal of Academia Research in Business and Social Sciences, 2(6), 418-430. Aderonke, A. A., & Ayo, C. K. (2010). An Empirical Investigation of the Level of Users' Acceptance of E-Banking in Nigeria. Journal of Internet Banking and Commerce, 15(1), 1-13. Averweg, U. R. (2008). Information Technology Acceptance in South Africa: An Investigation of Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and Actual System Use Constructs. The African Journal of Information Systems, 1(1), 44-66. Davis, F. D. (1986). Technology Acceptance Model for Empirically Testing New EndUser Information Systems Theory and Results. Masshacusset Institute of Technology. New York: MIT. Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, 13, 319-340. Davis, F. D. et al. (1989). User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoritical Models. Management Science, 35(8), 982-1003. Eze, U. C. et al. (2011). Factors Affecting Internet Banking Adoption among Young Adults. International Conference on Social Science and Humanity (hal. VI-377 VI-381). Singapore: IACSIT Press. Gefen, D.et al. (2003). Trust and TAM in Online Shopping: An Integrated Model. MIS Quarterly, 27(1), 51-90. Hartono, J. M. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. Jalal, A. et al. (2011). Evaluating The Impacts of Online Banking Factors on Motivating The Proces of E-Banking. Journal of Management Sustainability, 1(1), 32-42. Liao, Z., & Wong, W. K. (2008). the Determinants of Customer Interactions with Internet-Enabled E-Banking Services. Journal of the Operational Research Society, 59(9), 1201-1210. Narteh, B. (2012). Challenges of Marketing E-banking Services in a Developing Country: The Case of Ghana. Journal of Internet Banking and Commerce, 17(2), 1-21. Pikkarainen, T. et al. (2004). Consumer Acceptance of Online Banking: An Extension of The Technology Acceptance Model. Internet Research, 14(3), 224-235.
Rusu, R. F., & Shen, K. N. (2011). An Empirical Study on E-Banking Acceptance in the United Arab Emirates (UAE). Journal of Electronic Banking Systems, 1-9. Wang, Y. S. et al. (2003). Determinants of User Acceptance of Internet Banking: An Empirical Study. International Journal of Service Industry Management, 14(5), 501-519. Widjana, M. A., & Rachmat, B. (2011). Factors Determining Acceptance Level of Internet Banking Implementation. Journal of Economics, Business and Accountancy Ventura, 14(2), 161-174.