ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
ANALISIS PENERIMAAN SISTEM ABSENSI WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) STUDI KASUS: SMK NEGERI 1 SINGARAJA Putu Rima Yuliandewi1, Ketut Agustini2, I Made Ardwi Pradnyana 3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] 3 Abstrak - Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerimaan Sistem Absensi Wajah Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) di SMK Negeri 1 Singaraja. Ada tiga variabel yang dikaji yaitu variabel persepsi kemanfatan (usefulness), kemudahan (ease of use) dan penerimaan sistem (acceptance) dengan melibatkan 280 responden di mana meliputi; 240 responden siswa dan 40 responden guru dan pegawai yang menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM). Variabel persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) meliputi pendapat tentang sistem, penerimaan, optimalisasi pemanfaatan, menghemat waktu, meringankan pekerjaan dan pengolahan data, variabel persepsi kemudahan pengguna (perceived ease of use) meliputi mudah beradaptasi dan interface dan variabel persepsi penerimaan sistem (acceptance) meliputi sikap pengguna, alasan pengguna dan kelebihan sistem. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemanfaatan terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja .Berdasarkan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 0.195, nilai korelasi regresi (R) bernilai positif 0.345, nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5% (6.132 > 1.6503), koefisien determinasi (R²) sebesar 0.119; (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemudahan pengguna terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 0.658, nilai korelasi regresi (R) bernilai positif 0.535, nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5% (10.561 > 1.6503), koefisien determinasi (R²) sebesar 0.286; (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi kemanfaatan dan kemudahan pengguna secara bersama-sama terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan nilai korelasi regresi (R) bernilai positif 0.537, nilai F hitung > F tabel pada taraf signifikansi 5% (56.163 > 19.49), Adjusted R² sebesar 0.283.
Kata-kata kunci : Sistem Absensi Wajah, Persepsi Kemanfaatan (Usefulness), Persepsi Kemudahan (Ease Of Use) , Penerimaan Sistem (Acceptance) Abstract - The purpose of this research was to analyze the reception Face Attendance System Using Technology Acceptance Model (TAM) at SMK Negeri 1 Singaraja. There are three variables that were examined variable perceived usefulness, perceived ease of use and system acceptance involving 280 respondents which include; 240 student respondents and 40 respondents teachers and employees who use the model of the Technology Acceptance Model (TAM). Variable perceived usefulness includes opinions about the system, acceptance, optimize utilization, time-saving, ease of work and data processing, variable perceived ease of use includes adaptable and interfaces and variable system acceptance covers user attitudes, reasons and advantages of the system users. The results of this study indicate that (1) There is a positive and significant impact on the acceptance of expediency attendance system in the face of SMK Negeri 1 Singaraja. Based on the value of the regression coefficient is positive 0195, the value of regression correlation (R) 0345 is positive, the value of t> t table at a significance level of 5% (6132> 1.6503), the coefficient of determination (R ²) of 0119; (2) There is a positive and significant impact on the acceptance of user convenience attendance system in the face of SMK Negeri 1 Singaraja. Based on the value of the regression coefficient is positive 0658, the value of regression correlation (R) 0535 is positive, the value of t> t table at a significance level of 5% (10 561> 1.6503), the coefficient of determination (R ²) of 0286; (3) There is a positive and significant influence perceptions of usefulness and ease of use together against acceptance of the attendance system in the face of SMK Negeri 1 Singaraja. Based on the regression correlation value (R) 0537 is positive, the value of F count> F table at a significance level of 5% (56 163> 19:49), Adjusted R² of 0.283.
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
KKM setiap selesai ulangan sehingga di akhir semester siswa tidak akan terlalu banyak menempuh remidial. Keywords : Face Attendance System, Perceived Usefulness, Perceived Ease, Acceptance System.
I. PENDAHULUAN SMK Negeri 1 Singaraja belakangan ini terus menggenjot tingkat disiplin bagi seluruh warga sekolahnya. Salah satu trobosan yang diambil oleh pihak sekolah adalah menerapkan absensi dengan sistem wajah berbasis teknologi informasi (TI). Sistem absensi tersebut diuji coba tahun 2014 lalu, dimana pengguna sistem hanya untuk guru dan pegawai. Pada Februari 2015 sistem dinyatakan sempurna dan diterapkan untuk seluruh warga sekolah. Masing-masing ruang kelas kini dipasangi layar monitor yang terhubung secara online ke server untuk absensi siswa dan siswi SMK Negeri 1 Singaraja. Sistem absensi wajah dibangun dengan teknologi canggih dimana pengguna yang akan mengabsen diri tinggal berdiri di depan layar monitor sistem dan menghadap ke layar sekitar lima detik. Dari proses ini maka proses absensi dapat diselesaikan. Fitur-fitur yang disediakan untuk siswa dan siswi lebih banyak dibandingkan dengan fitur-fitur sistem absensi untuk guru dan pegawai. Fitur-fitur yang disediakan untuk guru dan pegawai hanya untuk absensi kehadiran dan rekapan kehadiran guru dan pegawai. Sedangkan fitur-fitur untuk siswa selain untuk absensi, sistem juga dapat menyimpan nilai siswa, daftar pelajaran, daftar piket di kelas, dan struktur organisasi di kelas. Sistem ini juga memberikan informasi kepada orangtua siswa melalui SMS. Dengan diterapkannya sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja, kini siswanya tidak lagi mengabsen secara konvensional dengan membubuhkan tanda tangan di atas kertas. Dengan sistem ini guru dan orang tua bisa mengontrol anak-anak secara ketat. Apabila orangtua siswa tidak menerima SMS dari sistem bisa saja siswa lupa mengabsen atau siswa bersangkutan tidak ke sekolah [1]. Salah satu fitur sistem yang dapat menyimpan nilai siswa dapat mempermudah orangtua siswa untuk mengontrol bagaimana perkembangan prestasi belajar anak di sekolah. Orang tua siswa dapat melihat nilai siswa dengan membuka website yang sudah terhubung dengan sistem. Guru berkewajiban menyetor nilai murni siswa ke bagian admin untuk di simpan di sistem sehingga orang tua siswa bisa melihat nilai siswa. Dengan adanya sistem yang bisa memperlihatkan nilai siswa ini, orang tua diharapkan bisa mengontrol prestasi siswa dan mengingatkan untuk segera mengikuti remidial jika nilainya belum memenuhi standar
Setelah peneliti melakukan survei awal tentang sistem dengan beberapa pengguna sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja, sistem masih belum dikatakan bisa diterima dengan baik oleh pengguna baik itu siswa maupun guru dan pegawai, hal ini dapat dibuktikan melalui hasil wawancara dengan beberapa guru yang masih belum bisa menerima kemajuan teknologi saat ini. Mereka menolak kehadiran sistem absensi menggunakan wajah ini dan lebih suka melakukan absensi dengan manual. Bagi mereka yang masih buta dengan teknologi dan belum bisa menerima perkembangan teknologi akan menyatakan bahwa penggunaan sistem ini susah digunakan. Pengguna sistem akan mengeluh saat sistem mengalami gangguan misalnya ketika wifi di sekolah bermasalah maka sistem absensi akan mengalami error dan akan diperlukan waktu yang lebih untuk melakukan absensi ulang. Selain itu, setelah peneliti lakukan observasi ke beberapa siswa, ada sebagian siswa yang memanipulasi nomor handphone orangtuanya dengan nomor handphonenya sendiri. Jadi jika siswa itu tiba di sekolah SMS dari sistem tidak akan masuk ke handphone orangtuanya melainkan ke handphonenya sendiri dan untuk nilai siswa tidak akan bisa di ketahui pula oleh orang tua. Alasan siswa melakukan hal itu karena siswa takut jika dia membolos atau terlambat akan ketahuan dan nilainya juga akan di ketahui orang tua. Bukan hanya itu, dari beberapa siswa yang ada di SMK Negeri 1 Singaraja berasal dari berbagai daerah yang perekonomian keluarganya bisa dikatakan kurang mampu dan masih buta dengan kemajuan teknologi yaitu dalam menggunakan handphone, belum bisa mengikuti perkembangan dari sistem absensi ini. Berdasarkan hasil survei awal yang peneliti lakukan, sistem ini masih perlu diteliti tingkat penerimaannya. Penelitian dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan teori dan model. Salah satu model untuk memprediksi dan menjelaskan penggunaan teknologi komputer adalah Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian TI karena model ini lebih sederhana dan mudah diterapkan [2]. Selain itu Venkatesh dan Davis dalam [3] menyatakan “TAM dinilai mampu memberi kontribusi terbaik dalam memprediksi dan menjelaskan penerimaan (Acceptance) pengguna pada teknologi komputer dalam organisasi”. TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan teknologi informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah diterimanya teknologi
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
informasi oleh si pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use) [4]. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan dan persepsi kemudahan terhadap penerimaan Sistem Absensi Wajah Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) di SMK Negeri 1 Singaraja
dengan adanya indikator penggunaan sistem dan frekuensi penggunaan komputer atau dari aspek kepuasan pengguna. Beberapa model penerimaan teknologi telah dibangun untuk memahami dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi oleh pengguna, diantaranya adalah Theory of Reason Action (TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), Social Cognitive Theory (CST), Task Technology Fit Theory, The Diffusion of Innovation Theory, dan Technology Acceptance Model (TAM).
II. KAJIAN TEORI A. Sistem Absensi Wajah Absensi adalah suatu pendataan kehadiran, bagian dari pelaporan aktifitas suatu institusi, atau komponen institusi itu sendiri yang berisi data-data kehadiran yang disusun dan diatur sedemikian rupa sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pihak yang berkepentingan [5]. Sistem absensi wajah merupakan sebuah trobosan baru di dunia IT yang dibangun dengan teknologi canggih dimana pengguna yang akan mengabsen diri tinggal berdiri di depan layar monitor sekitar lima detik. Dari proses ini maka proses absensi dapat diselesaikan. Sistem aplikasi ini mengakomodasi waktu dan kehadiran yang terdiri dari perangkat keras dan lunak dengan teknologi pengenalan wajah dan kartu RFID, aplikasi berbasis web dengan plugin pengenalan wajah dan kartu RFID sehingga manajemen waktu dan kehadiran dapat dilakukan dengan lebih akurat. RFID (Radio Frequency Identification) adalah proses identifikasi seseorang atau objek dengan menggunakan frekuensi transmisi radio. Menurut Hunt dkk dalam [6] RFID adalah teknologi identifikasi yang fleksibel, mudah digunakan, dan sangat cocok untuk operasi otomatis. RFID dapat disediakan dalam alat yang hanya dapat dibaca saja (Read Only) atau dapat dibaca dan ditulis (Read/Write), tidak memerlukan kontak langsung maupun jalur cahaya untuk dapat beroperasi, dapat berfungsi pada berbagai variasi kondisi lingkungan, dan menyediakan tingkat integritas data yang tinggi. B. Model Penerimaan Teknologi Menurut Iqbaria dalam [7] secara individu maupun berkelompok, penerimaan teknologi dapat dijelaskan dari variasi penggunaan suatu sistem, karena diyakini bahwa penggunaan suatu sistem yang berbasis TI dapat meningkatkan kinerja individu atau kinerja organisasi. Indikator penerimaan teknologi informasi, dapat dilihat
C. Technology Acceptance Model (TAM) Model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) merupakan sebuah model yang pertama kali dikenalkan oleh Fred Davis pada tahun 1986. Teori TAM dari Davis menjelaskan sebuah penerimaan individu terhadap teknologi komputer yang didasarkan pada dua kepercayaan khusus [7] yaitu: kemanfaatan yang dirasakan (Perceived Usefulness) yaitu derajat dimana seseorang berfikir bahwa menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan kinerjanya. Kemudahan penggunaan yang dirasakan (Perceived Ease of Use) yaitu tingkatan dimana seorang individu mempercayai bahwa menggunakan teknologi akan memerlukan sedikit usaha. Model penerimaan teknologi ini merupakan sebuah pengembangan dari teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action). TAM berfokus pada sikap terhadap pemakaian teknologi informasi, dimana pemakai mengembangkan berdasarkan persepsi manfaat dan kemudahan dalam penggunaan teknologi informasi. Sasaran dari Technology Acceptance Model (TAM) adalah untuk menyediakan sebuah penjelasan dari faktorfaktor penentu penerimaan komputer yang umum. Technology Acceptance Model (TAM) didesain untuk diterapkan hanya untuk sikap penggunaan komputer, namun karena menggabungkan berbagai temuan yang diakumulasi dari risetriset dalam beberapa dekade, maka Technology Acceptance Model (TAM) sesuai sebagai modeling penerimaan komputer. TAM memiliki dua sisi yaitu sisi pertama atau yang biasa disebut beliefs yang terdiri atas perceived usefulness dan perceived ease of use dan sisi yang kedua terdiri dari attitude, behavior intention to use dan usage behavior. D. Hipotesis H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) terhadap penerimaan sistem absensi wajah. H2 :
Terdapat pengaruh signifikan antara persepsi kemudahan pengguna (perceived ease of use) terhadap penerimaan sistem absensi wajah.
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
H3
: Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan sistem absensi wajah.
III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, sedangkan metode penelitiannya adalah deskriptif analisis. Berdasarkan tujuan analisis dan aspekaspek yang dianalisis dalam kaitannya dengan penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja menggunakan TAM (Technology Acceptance Model). Dalam penelitian ini penulis mengambil 3 faktor penelitian untuk dianalisis secara deskriptif yaitu, persepsi kemanfatan (perceived usefulness), persepsi kemudahan (perceived ease of use) dan penerimaan sistem (acceptance). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 280 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah : a. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian dengan cara menggambarkan objek penelitian yang terdiri dari keadaaan responden yang diteliti, dan distribusi item masing-masing variabel. Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner dalam bentuk pertanyaan dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan selanjutnya ditabulasikan untuk dideskripsikan b. Analisis Statistik Inferensial Berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis.
Analisis deskriptif adalah analisis yang menjelaskan secara sistematis data yang didapat dalam penyebaraan kuesioner pada objek penelitian. Berdasarkan kuesioner yang sudah disebarkan kepada 280 pengguna Sistem Absensi Wajah di SMK Negeri 1 Singaraja yang menjadi responden dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Pengukuran Variabel Kemanfaatan Pengukuran variabel kemanfaatan yang terdiri dari 6 indikator dimana masing-masing indikator terdiri dari beberapa pernyataan. Hasil dari masing-masing pernyataan indikator kemanfaatan untuk pengguna siswa, guru dan pegawai dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 Tabel 1. Hasil Penelitian Variabel Kemanfaatan Pengguna Siswa NO
Kode
1
PU.1
2
PU.2
3
PU.3
4
PU.4
5
PU.5
6
PU.6
Indikator Pendapat tentang sistem Penerimaan Optimalisasi pemanfaatan Menghemat waktu Meringankan pekerjaan Pengolahan data
STS (1)
TS (2)
KS (3)
S (4)
SS (5)
Total skor
34
20
54
307
545
960
4
3
54
251
408
720
1
3
21
281
174
480
16
18
97
445
384
960
2
12
26
370
310
720
4
12
55
337
312
720
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dijelaskan bahwa pada variabel persepsi kemanfaatan dengan indikator pendapat tentang sistem dan menghemat waktu memperoleh skor sebesar 960. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dan siswi pengguna sistem absensi merasakan manfaat dari penerapan sistem tersebut berdasarkan opini tentang manfaat sistem dan menghemat waktu. Tabel 2. Hasil Penelitian Variabel Kemanfaatan Pengguna Guru dan Pegawai
IV. PEMBAHASAN Objek dari penelitian ini adalah variabel kemanfaatan dan kemudahan pengguna terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK N 1 Singaraja. Hubungan antar objek dapat dilihat pada gambar 1
NO
Kode
1
PU.1
2
PU.2
3
PU.3
4
PU.4
5
PU.5
6
PU.6
Indikator Pendapat tentang sistem Penerimaan Optimalisasi pemanfaatan Menghemat waktu Meringankan pekerjaan Pengolahan data
STS (1)
TS (2)
KS (3)
S (4)
SS (5)
Total skor
1
6
21
52
40
120
7
16
16
85
36
160
1
6
15
47
11
80
2
10
20
44
4
80
0
8
11
81
20
120
0
8
18
73
21
120
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dijelaskan bahwa pada variabel persepsi kemanfaatan dengan indikator penerimaan
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
memperoleh skor sebesar 160. Hal ini menunjukkan bahwa guru dan pegawai pengguna sistem absensi menunjukkan sikap terbuka atau tertutup terhadap kebermanfaatan sistem absensi wajah. Adapun hasil pengukuran pernyataan variabel persepsi kemanfaatan secara keseluruhan untuk pengguna siswa, guru dan pegawai dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3. Hasil Pengukuran Variabel Persepsi Kemanfaatan Pilihan
Jumlah
Total
% responden
SS (5)
2.265
43
S (4)
2.373
KS (3)
408
5.240
NO
Kode
45
1
PEU.1
8
2
PEU.2
TS (2)
122
2
STS (1)
72
1
Berdasarkan tabel 4.4 hasil pengukuran variabel persepsi kemanfaatan dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti Gambar 2
Gambar 2. Diagram Hasil Pengukuran Variabel Persepsi Kemanfaatan Berdasarkan gambar diatas dari hasil pengukuran variabel persepsi kemanfaatan dapat diketahui bahwa 45% pengguna setuju terhadap kemanfaatan sistem absensi wajah, 43% sangat setuju, 8% kurang setuju, dan 2% memilih tidak setuju dan sangat tidak setuju dari total seluruh reponden 2. Pengukuran Variabel Kemudahan Pengukuran variabel kemudahan yang terdiri dari 2 indikator dimana masing-masing indikator terdiri dari beberapa pernyataan. Hasil dari masing-masing pernyataan indikator kemudahan untuk pengguna siswa, guru dan pegawai dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5 Tabel 4.Hasil Penelitian Variabel Kemudahan Pengguna Siswa NO
Kode
1
PEU.1
2
PEU.2
Indikator Mudah beradaptasi Interface
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dijelaskan bahwa pada variabel persepsi kemudahan dengan indikator mudah beradaptasi untuk pengguna Siswa memperoleh skor sebesar 1200. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna merasakan kemudahan penggunaan sistem absensi wajah yang akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Tabel 5.Hasil Penelitian Variabel Kemudahan Pengguna Guru dan Pegawai
STS (1)
TS (2)
KS (3)
S (4)
SS (5)
Total skor
9
4
43
620
524
1200
31
81
130
433
284
959
Indikator Mudah beradaptasi Interface
STS (1)
TS (2)
KS (3)
S (4)
SS (5)
Total skor
7
36
20
109
28
200
2
13
13
102
30
160
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dijelaskan bahwa pada variabel persepsi kemudahan dengan indikator mudah beradaptasi untuk pengguna Guru dan Pegawai memperoleh skor sebesar 200. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna merasakan kemudahan penggunaan sistem absensi wajah yang akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Adapun hasil pengukuran pernyataan variabel persepsi kemudahan secara keseluruhan untuk pengguna siswa, guru dan pegawai dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6.Hasil Pengukuran Variabel Persepsi Kemudahan Pilihan
Jumlah
SS (5)
886
S (4)
1.264
Total
% responden 35 50
2.519
KS (3)
206
8
TS (2)
134
5
STS (1)
49
2
Berdasarkan tabel 6 hasil pengukuran variabel persepsi kemudahan dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti Gambar 3
Gambar 3. Diagram Hasil Pengukuran Variabel Persepsi Kemudahan Berdasarkan gambar diatas dari hasil pengukuran variabel persepsi kemudahan dapat diketahui bahwa 50% pengguna setuju terhadap kemudahan penggunaan sistem absensi wajah, 35% sangat setuju, 8% kurang setuju, dan 2% memilih tidak setuju dan 5% sangat tidak setuju dari total seluruh reponden.
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
3. Pengukuran Variabel Penerimaan Sistem Pengukuran variabel penerimaan sistem yang terdiri dari 3 indikator dimana masing-masing indikator terdiri dari beberapa pernyataan. Hasil dari masing-masing pernyataan indikator penerimaan sistem untuk pengguna siswa, guru dan pegawai dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8 Tabel 7.Hasil Penelitian Variabel Penerimaan Sistem Pengguna Siswa NO
Kode
1
ACC.1
2
ACC.2
3
ACC.3
Indikator Sikap Pengguna Alasan Pengguna Kelebihan Sistem
STS (1)
TS (2)
KS (3)
S (4)
SS (5)
Total skor
11
29
184
459
277
960
20
34
169
468
269
960
8
10
50
615
277
960
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dijelaskan bahwa pada variabel penerimaan sistem dengan indikator sikap pengguna, alasan pengguna dan kelebihan sistem untuk pengguna Siswa sama-sama memperoleh skor sebesar 960. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna akan menerima sistem dengan dipengaruhi oleh sikap pengguna terhadap sistem dan motivasi pengguna untuk tetap menggunakan sistem selain itu kelebihan sistem juga akan mempengaruhi pengguna untuk menerima sebuah sistem. Tabel 8 Hasil Penelitian Variabel Penerimaan Sistem Pengguna Guru dan Pegawai NO
Kode
1
ACC.1
2
ACC.2
3
ACC.3
Indikator Sikap Pengguna Alasan Pengguna Kelebihan Sistem
STS (1)
TS (2)
KS (3)
S (4)
SS (5)
Total skor
7
36
46
96
15
200
3
9
42
116
30
200
2
10
29
100
19
160
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dijelaskan bahwa pada variabel persepsi kemudahan dengan indikator mudah beradaptasi untuk pengguna Guru dan Pegawai memperoleh skor sebesar 200. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna merasakan kemudahan penggunaan sistem absensi wajah yang akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Adapun hasil pengukuran pernyataan variabel penerimaan sistem secara keseluruhan untuk pengguna siswa, guru dan pegawai dapat dilihat pada tabel 9 Tabel 9.Hasil Pengukuran Variabel Penerimaan Sistem Pilihan
Jumlah
SS (5)
887
S (4)
1.854
Total 2.519
% responden 26 54
KS (3)
520
15
TS (2)
128
4
STS (1)
51
1
Berdasarkan tabel 9 hasil pengukuran variabel persepsi kemudahan dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti Gambar 4
Gambar 4.Diagram Hasil Pengukuran Variabel Penerimaan Sistem Berdasarkan gambar diatas dari hasil pengukuran variabel penerimaan sistem dapat diketahui bahwa 54% pengguna setuju terhadap penerimaan sistem absensi wajah, 26% sangat setuju, 15% kurang setuju, 4% memilih tidak setuju dan 1% sangat tidak setuju dari total seluruh reponden. Pengujian Hipotesis A. Pengaruh Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness) Terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah Hasil dari penelitian mendukung hipotesis pertama (H1), bahwa variabel kemanfaatan berpengaruh positif terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0.195. Koefisien regresi X1 tersebut memiliki arti bahwa setiap kenaikan Persepsi Kemanfaatan sebesar 1 satuan akan menaikkan Penerimaan Sistem Absensi Wajah sebesar 0.195 satuan. Hal ini berarti arah model tersebut adalah positif. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai korelasi regresi (R) yang memiliki nilai positif di antara Persepsi Kemanfaatan dan Penerimaan Sistem Absensi Wajah sebesar 0.345. Nilai t hitung sebesar 6.132 (di atas nilai t tabel yaitu 1,152) mengindikasikan bahwa variabel Persepsi Kemanfaatan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Penerimaan Sistem Absensi Wajah, selain itu didukung dengan nilai signifikansi 0.000 (dibawah 0.05) yang memiliki arti variabel Persepsi Kemanfaatan (perceived usefulness) berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah. Berdasarkan dari analisis juga didapatkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,119 menunjukan bahwa sebesar 11.9% variabel Penerimaan Sistem Absensi Wajah dipengaruhi oleh variabel Persepsi Kemanfaatan, dan sisanya
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
sebesar 88.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Davis (1989) yang menunjukkan bahwa suatu persepsi kemanfaatan diyakini mempengaruhi Acceptance dengan dasar pemikiran bahwa semakin tinggi manfaat yang dirasakan oleh pengguna dapat mempertinggi tingkat penerimaan sistem (Acceptance) itu sendiri. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [4] yang melakukan suatu penelitian untuk melakukan Analisis Penerimaan Komputer Mikro Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Jawa Tengah dan [8] yang melakukan suatu penelitian untuk melakukan Analisis Penerimaan Pengguna Akhir Terhadap Penerapan Sistem E_Learning dengan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) di SMA N 1 Wonosari. [4] menunjukkan bahwa konstruk persepsi pengguna terhadap kegunaan (PU) berpengaruh positif signifikan terhadap Penerimaan (ACC). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [8] menunjukkan bahwa Pengaruh yang diberikan oleh PU terhadap konstruk ACC terbukti positif. B. Pengaruh Persepsi Kemudahan Pengguna (Perceived Ease Of Use) Terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah Hasil dari penelitian mendukung hipotesis kedua (H2), bahwa variabel kemudahan pengguna berpengaruh positif terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Hal ini bisa dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0.658. Koefisien regresi X2 tersebut memiliki arti bahwa setiap kenaikan Persepsi Kemudahan Pengguna sebesar 1 satuan akan menaikkan Penerimaan Sistem Absensi Wajah sebesar 0.658 satuan. Hal ini berarti arah model tersebut adalah positif. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai korelasi regresi (R) yang memiliki nilai positif di antara Persepsi Kemudahan Pengguna dan Penerimaan Sistem Absensi Wajah sebesar 0.535. Nilai t hitung sebesar 10.561 (di atas nilai t tabel yaitu 1,6503) mengindikasikan bahwa variabel Persepsi Kemudahan Pengguna berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Penerimaan Sistem Absensi Wajah, selain itu didukung dengan nilai signifikansi 0.000 (dibawah 0.05) yang memiliki arti variabel Persepsi Kemudahan Pengguna (perceived ease of use) berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah. Berdasarkan dari analisis juga didapatkan nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,286 menunjukan bahwa sebesar 28.6% variabel Penerimaan Sistem Absensi Wajah dipengaruhi oleh variabel Persepsi Kemudahan Pengguna, dan sisanya sebesar 71.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini didukung oleh teori Davis (1989) yang menunjukkan bahwa suatu persepsi bahwa suatu persepsi
kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap penerimaan pengguna. Dalam konteks penelitian ini kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap penerimaan sistem absensi wajah. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh [8] yang melakukan suatu penelitian untuk melakukan Analisis Penerimaan Pengguna Akhir Terhadap Penerapan Sistem E_Learning dengan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) di SMA N 1 Wonosari dan [9] yang melakukan suatu penelitian untuk mengetahui Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan dan Computer Self Efficacy terhadap Minat Penggunaan E SPT dalam Pelaporan Pajak. [8] menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi kemudahan penggunaan maka akan semakin baik pula sikap penggunaan sistem dan [9] menunjukkan bahwa variabel Kemudahan Penggunaan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Minat Penggunaan E SPT. C. Pengaruh Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness) Dan Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease Of Use) Terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah Uji regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis ketiga (H3) yang digunakan menganalisis pengaruh variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Y). Berdasarkan hasil perhitungan regresi sederhana dengan proses SPSS 22.0 for windows, maka diperoleh output seperti yang disajikan berikut ini: Tabel 10. Hasil Uji Regresi Berganda Konstanta 25.599 Koefisien Regresi X1 -0.037 Koefisien Regresi X2 0.716 F Hitung 56.63 F tabel 19.49 Sig 0.000 R 0.537 Adjusted R Square 0.283 Dari tabel 1 diatas dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 25.599 – 0.037X1 + 0.716 X2 Berdasarkan persamaan regresi di atas memiliki nilai konstanta sebesar 25.599. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa apabila persepsi kemanfaatan dan kemudahan pengguna secara bersama-sama bernilai nol, maka perubahan penerimaan sistem menjadi 25.599 satuan. Koefisien regresi X1 sebesar -0,037 bernilai negatif yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan persepsi kemanfaatan sebesar 1 satuan akan menurunkan penerimaan sistem sebesar -0,037 satuan jika X2 dianggap tetap. Koefisien regresi X2 sebesar 0,716 bernilai positif yang memiliki arti bahwa setiap kenaikan persepsi kemudahan pengguna sebesar 1 satuan akan menaikkan penerimaan sistem sebesar 0,716 satuan jika X1 dianggap tetap.
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
a. Koefisien Korelasi (R) Berdasarkan pada tabel 1 di atas, diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,537. Tidak mengindikasikan tanda negatif sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan sistem absensi wajah. b. Koefisien Determinasi (Adjusted R²) Kegunaan dari koefisien determinasi adalah untuk berapa % variasi variabel dependen (Penerimaan Sistem Absensi Wajah) dijelaskan oleh variasi dari variabel independen. Tabel 11. Model Summary Uji Regresi Berganda
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R²) sebesar 0,283 atau 28,3% yang memiliki pengertian bahwa penerimaan sistem absensi wajah yang dapat dijelaskan oleh variabel persepsi kemanfaatan dan kemudahan pengguna sebesar 28.3 % sedangkan sisanya sebesar 71.7 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Sehingga variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. c. Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1 dan X2) secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Kriteria dari uji F adalah jika F hitung > F tabel maka hipotesis diterima dan sebaliknya jika F hitung > F tabel maka hipotesis tidak didukung. Berdasarkan tabel 4.12 di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 56.163 dan nilai F tabel 19.49 pada taraf siginifikansi 5% maka F hitung > F tabel, sehingga persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan sistem absensi wajah. Hasil penelitian ini didukung oleh [10] yang melakukan suatu penelitian untuk mengetahui Pengaruh Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi Kemudahan Website UB terhadap Sikap Pengguna dengan Pendekatan TAM. [10] menunjukkan bahwa kemudahan penggunaan Website UB dan kemanfaatan penggunaan Website UB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap penggunaan Website UB.
V PENUTUP Berdasarkan dari analisis data dan pengujian hipotesis tentang “Analisis Penerimaan Sistem Absensi Wajah Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) Studi Kasus SMK Negeri 1 Singaraja” maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemanfaatan terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 0.195, nilai korelasi regresi (R) bernilai positif 0.345, nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5% (6.132 > 1.6503), koefisien determinasi (R²) sebesar 0.119. (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan kemudahan pengguna terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang bernilai positif 0.658, nilai korelasi regresi (R) bernilai positif 0.535, nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 5% (10.561 > 1.6503), koefisien determinasi (R²) sebesar 0.286. (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan persepsi kemanfaatan dan kemudahan pengguna secara bersama-sama terhadap penerimaan sistem absensi wajah di SMK Negeri 1 Singaraja. Berdasarkan nilai korelasi regresi (R) bernilai positif 0.537, nilai F hitung > F tabel pada taraf signifikansi 5% (56.163 > 19.49), Adjusted R² sebesar 0.283 Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan hal-hal yang terkait dengan keterbatasan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut (1) Penelitian ini dalam pengambilan data menggunakan teknik kuesioner sehingga data yang dihasilkan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam terjadinya suatu bias. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan penelitian mendatang menggunakan teknik pengumpulan data yang lain seperti menggunakan video untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. (2) Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan sebelumnya didapatkan hasil penerimaan sistem dari Variabel Persepsi Kemanfaatan memberikan memberikan Sumbangan Efektif terkecil yaitu sebesar 2.91%, maka dari itu dari segi kemanfaatan sistem perlu di tinjau kembali agar sistem absensi wajah bisa lebih bermanfaat bagi sekolah yang menerapkannya. (3) Penelitian ini memberikan informasi bahwa Persepsi Kemanfaatan dan Kemudahan Pengguna memberikan sumbangan 28.3% terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah, sedangkan sisanya 71.7% dijelaskan faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan penelitian mendatang dapat menambahkan variabel lainnya yang dapat berpengaruh terhadap Penerimaan Sistem Absensi Wajah, seperti kepercayaan dan kondisikondisi yang memfasilitasi pengguna. .
ISSN
2252-9063
Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
REFENCES [1] Artini. (2015). Widya Wahini. Edisi Khusus Tahun 2015. [2] Muntinah, S. T., Astuti, E. S., & Azizah, D. F. (2012). Pengaruh Minat Perilaku terhadap Actual Use Teknologi Informasi dengan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). [3] Handayani, D., & Suhartini, W. (2009). Model Penerimaan Teknologi Informasi Oleh Dosen Pada Perguruan Tinggi di Surabaya . Seminar Nasional . [4] Arie, B. S. (2010). Analisis Penerimaan Komputer Mikro Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro. [5] Pustaka, K. (2014, April 05). Pengertian dan Jenis-jenis Absensi. Diambil kembali dari Kajian Pustaka: Pengertian dan Jenis-jenis Absensi _ KajianPustaka.com
[6] Hernawansn. (2012, juni 12). Pengenalan dan Aplikasi RFId (Radio Frequency Identification). Diambil kembali dari Pengenalan dan Aplikasi RFId (Radio Frequency Identification) [7] Pratiwi, L. K. (2014). Survei Deskriptif Faktor-Faktor Penggunaan IT (Gadget Device) di Kalangan Siswa TK dan SD Ditinjau dari Jenis Pekerjaan Orang Tua Siswa di Kota Singaraja. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha [8] Destiana, B. (2012). Analisis Penerimaan Pengguna Akhir Terhadap Penerapan Sistem E_Learning dengan Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) di SMA N 1 Wonosari. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. [9] Chandra, I. R. (2015). Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan dan Computer Self Efficacy terhadap Minat Penggunaan E SPT dalam Pelaporan Pajak. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. [10] Habib Hanafi, K. &. (2012). Pengaruh Persepsi Kemanfaatan dan Persepsi Kemudahan Website UB terhadap Sikap Pengguna dengan Pendekatan TAM.