ANALISIS PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANG UNAN PADA WILAYAHJAKARTASELATANI TAHUN ANGGARAN 2000-2005
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Unruk Memenuhi Syarat-Syarat untuk Meraih Ge!ar Sarjana Ekonomi
Oleh Firdaus
NIM: 102082026192
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ANALISIS PENERIMAAN PA.JAi< BUMI DAN BANGUNAN PADA WILAYAH .JAKARTA SELA TAN l TAHUN ANGGARAN 2000-200S
Skripsi fJit.\jukan kepada Fakultas l·:konon1i dan l!inu Sosial
l lntuk Memcnuhi Syarnt-Syar;1t untuk ivlcrnih Ciclnr Snrjnnn EklH1tH11 !
()!ch Fi rd:111s Nl~·I 1020~2021>1'1.'.
Pcn1bin1bi11g I
Pcmbimbing II
Lukman Dj Tiro.SE,Ak .. Msi
.JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSJAL UNIVISRSITAS !SLAM Nl~GISRI SYARIF HIDAY ATULLAH .JAKARTA l 427W2007M
Bari ini Rabu Tanggal 22 Bulan September Tahun Dua Ribu Enam telah diiakukan Ujian Komprehensif atas nama Firdaus Nilvi: i 02082026 i 92 dengan judul Skripsi "ANAL/SIS PEN£"'RIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA WILAYAH JAKARTA SELATAN I TAI/UN ANGGARAN 2000-2005". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai saiah satu syarat untuk memproleh gelar Sa.rjana Ek-0no!ni pada Jurusan
~ALkuntansi
Fakultas E:koncmi dan Ihnu Scsial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah .lakaria_
Jakarta, 22 September 2006
Tim Penguji Uji:m Komprchensif
Ra mawati, SE.MM Ketu a
)' essi Fitri, SE. Ak., M.Si Sekretaris
' Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli \
1-luri ini Senin tanggal 5 bulan Februari crahu1; l)ua J<.ibu ~rujuh tclah dilakukun uj ian Skripsi alas nanw Fi rd a us NIM: I02082026 I 92 dengan j udu I shipsi "ANALISIS PENERIMAAN PA.JAi< BUMI DAN BANGUNAN PADA WILA Y AH .JAKARTA SELATAN I TAIHIN ANCGARAN 2000 -· 2005". fVle1nperhatikan pena111piJan n1ahasiS\Va tcrsehut seJa111a ujian ber]angsung, 11laka
skripsi ini sudah clapat diterin1a sebagai salah satu syarat untuk n1en1pcro!ch ge!ar Sai:jana Ekonon1i pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonon1i clan lln1u Sosial liniversitas Islam Ncgcr1 (l!IN) SyMil' I lidayatullah .Jakarta .
.Jakarta, 5 FelJruari 2007
'rin1 Pcnguji lljian Skripsi
Lukman Dj Tiro,Slc,Ak,iVl.Si Sekretaris
(~ Amilin, SE,AK,IVl.Si Pc11guji 1\hli
DAFTAR RIW AYAT HIDUP
I. Biodata Pribadi I. Nama Lengkap
: Firdaus
2. Tempat/Tangga! Lahir
: Jakarta, 28 April 1983
3. Alamat
: JI. H. Kelik Rt 004/08 No.44 Kelurahan Kelapa Dua Kecamatar: Kebon Jeruk Jakarta Barat 11550
4. Agama 5.
Kewat 15
: 'slam : Indonesia
6. Nama Bapak
: M. Sholeh
7. Namalbu
: Marhamah (Alm)
8. Motto Hidup
: - Jalani apa yur.g kita yakini benar dan baik - You are what do you think
II. Pcndidikan Formal
1. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 05 Pagi Jakarta. 2. Madrasah Tsanawiyah Darut Tafsir Bogor 3. Madrasah Aliyah Negeri Sebelas (MAN 11) Jakaita 4. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS) Jurusan Akuntansi Perpajakan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
ABSTRACT Office Service of Land Tax and Building ( KPPBB) is an medium provided by State to taxpayer in fulfi)Iing obligation Tax him it to State. Paradise " Analysis Acceptance of Land Tax and Building At Region of Jakarta South off Year Budget 2000-2005". One of the indicator able to be made by size measure efficacy of execution of duty an Office Service of lease is creaticn plan acceptance specified to ever-; yenr. This research aim to know aild study wh:; happened difference among/between budget with reaiization acceptance of Land Tax and Building. Method Analysis which is used in this research is Descriptive Analysis. Pursuant to result of research in Office Service of Land Tax and Building that acceptance of Land Tax and Building have reached proven wanted goals that realization always above specified plan. Keyword: Tax plan, Realization Tax, Acceptance of Tax, Land Ta>: and Building
ABSTRAK Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) adalah suatu sarana yang disediakan oleh Negara bagi wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya kepada Negara. Firdaus " Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Wilayah Jakarta Selatari I Tahun Anggaran 2000-2005". Salah satu indicator yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan pelaksanaan tugas suatu Kanter Pelayanan Pajak adalah terciptanya rencana penerimaan yang ditetapkan untuk setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mompelajari mengapa terjadi perbedaan antara anggaran dengan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Metorle analisis yang digunakan dalam penelitim ini adalah Analisis Deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sudah mencapai target yang diinginkan terbukti bahwa realisasi selalu diatas rencana yang ditetapkan.
Kata kunci : Rencana Pajak, Realisasi Pajak, Penerimaan Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan
KATAPENGANTAR I
~ ) \ -......:.?) \.0.1 \ \"". Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
taufik,
hidayah
dan
inayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tugas penyusunan Skripsi yang berjudul "Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Wilayah Jak11rta Selatan I Tahun Angg:iran 2000-2005". Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga. para sahabat dan juga setiap orang yang mengikuti langkah dan petunjuknya. Dalam usaha penyusunan Skripsi ini cukup
b~nyak
:1a!angan dan rintangan
serta kesulitan yang penulis hadapi. Untuk menghadapi kesulitan terscbut, penulis telah mendapat banyak bantuan baik moril maupun materil yang tidak termlai harganya baik dalam bentuk bimbingan, petunjuk maupun fasilitas yang sangat diperlukan, kbususnya kepada ayahanda M.Soleh dan ibtmda Marhamah yang tak kenal lelah memberikan kasih sayang dan dukungannya berupa do'a, moril maupun materil kepada penu!is dalam upaya penyusunan Skripsi ini. Sehubungan dengan Skripsi ini pula, maka penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada ; I. Ibu Dr. Wiwik Utami, AK,Msi. 2elaku dosen pembimbing I yang dengan ikblas meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan yang bermanfaat selama penyusunan dan penulisan skri.psi ini. 2. Bapak Lukman Dj Tiro, SE,Ak, Msi. Selaku dcscn pembimbing II yang juga telah dengan ik.1ilas bersedia meluangkai1 waktu untuk memberikan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan selama penyusunan dan penulisan skripsi ini. 3. Pimpinan dan segenap karyawan kantor Pajak Bmni dan Bangunan, kbususnya kepada Bapak Muamar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan riset dan kepada Bapak M.Ali, SE. yang
4. Bapak Ors. Moh. Faisal Badroen, MBA. Selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. 5. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBM. Selaku Sekretaris jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri SyarifIIidayatullah Jakarta. 6. Bapak da."1 Ibu dosen yang banyak berjasa mendidik penulis dengan berbagai macam ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan serta staff FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Seluruh anggota kcluarga besarku, khususnya kepada kedua orang tua kami; Ayahanda M. Soleh dan lbunda Marhamah yang telah memberikan dukw1gan dan rnenjadi sumber motivasi yang paling utama dan berharga. 8. Sahabat karibku selama kuliah (Adam. Tohari), juga teman-teman seangkatan dan seperi :.iangan yang tel ah berbagi suka cita bersama daiam menempuh
studi
SI
Akuntansi,
khususnya anak-anak
Akunta.<si
perpajakan. (good luck for the future) 9. Temanku Iwan (rental eXp) dalam penyediaan sarana pengetikan dan Tohari yang selal u menemani aku dalan1 menyelesaikart tugas skripsi ini. 10. Untuk temanku, Fitri yang telah mampu menghadirkan banyak warna baru dalam kehidupanku dan menjadi motivasi bagiku un1uk tcaus maju dan melangkah kedepan. 11. 10 SKS yang entah gimana kabarnya, Najib, Oni, Adam,Sukanto yang telall membolehkan numpang di Kosannya.Erni, Diana Oche, Dwi Cantieq, Shusay Maniez, Dina Imoet, Ncex, Akang Heri dan semuanya keluarga akuntansi 2002, yang ga bisa gw sebutin satu2, klo nyebutin satu2 itu namanya Ngapsen. Atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan, sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Jakarta.~__ __,F'""e"'bru'-=a,,__,ri'-'2"'0"'0'-'-7-"M,..
DAFTARISI
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... . Abstract . ............... ..............................................................................................
11
Abstrak ............................................................................................................... m Kata Penga11tar .......... ............................................................ ............................. 1v Daftar Isi . .. .. .. ... ... .. ... .. ... .. .. ... ... .... ...... .. . .. .... ... .. .. ......... .. .... ....... .. .. .... .......... ... ... ....
v1
Daftar Tabel ........................................................................................................ viii Daftar Garn liar .. . .... . ... ... .. .. ... .... . ... .. ... .. .. .. .. .. ... .. ... ..... .. .. .. .. .... .. ... . ... .. .. .. .. ... . ... .. . .
ix
Daftar Lampi ran . ... .. ... ... . ... ... .. .. . .. .. ... .. .. .. . ... ... .. .... ... . ... ... .. .... ......... .. ... .. ... . ... . .. .. ...
x
'RAB I.
PENDAHULUAN .................................................................. ........
1
A. Latar Belakang Penelitian ... .............................. ....... ........... ......
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
3
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA.................... . ........................... 5 A. Ruang Lingkup Pajak Bumi dan Bangunan ................................
5
1. Pajak Bumi dan Bangunan .............................................. ......
5
a. Pengertian Pajak..............................................................
5
b. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan ............................
6
c. Objek Bumi dan Bangunan ..............................................
9
d. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan .................................. 10 e. Dasar Pengenaan dan Cara Menghii.ung Pajak Terutang........................................................................... 13 f.
Tahun Pajak,dan Tempat Menentukan Pajak Terutang................................................... ........................ 19
B. Penerimaan Disektor Pajak Bun1i dan Bangunan......................... 20 I. Pembagian Hasil Pajak Bumi dan Bangunan ........................ 20
Pembayaran ........................................................................... 22 3. Tata Cara Penyeraban SPOP ................................................. 26 4. Tata Cara Penyeraban SPPT.................................................. 28 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PBB ........... 34
BAB HI. METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 36 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................ .......... .................... 36 B. Metode Pengumpulan Data ... ..................................................... 36 C. Metode Analisis Data ................................................................. 31
D. Operasional Variable Penelitian . .. ........................................... 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHA.SAN ...................................................... 39 A. Gambaran Urr:um Objek Penelitian ............................................ 39 1
Sejardh Singkat KPPBB. ....................................................... 39
2. Struktur Organisasi.. .............................................................. 40 B. Hasil dan Pembahasan ................................................................ 45 1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tabun 2000-2005. ... 45 2.
Ha~il
P<'11eri111aw Berdasiirkan Reneau" dan
Real;sa~i.........
50
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PBB .......... 52
BAB V.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 60 A. Kesimpulan ................................................... .............................. 60 B. Implikasi ..................................................................................... 62 C. Saran ........................................................................................... 62
Daftar Pustaka ............ .......................................................... ...... ........... .. .. ......... 64 Lampiran. .. .................. ................................ ...................... ......... .............. ... ........ 65
DAFfAR TABEL
Nomor 4.1
Keterangan
Halamau
Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Bumi
40
4.2
Realisasi Penerimaan PBB T AHUN 2000-2005
41
4.3
Rencana Realisasi Penerimaan PBB Tahun 2000-2005
48
4.4
Daftar Rencana Penerimaan PBB Tahun 2000-2005
50
DAFTAR GAMBAR
Nomor
2.1
Keterangan
Halaman
Prosedur Penyerahan dan Pengeluaran Surat Pemberitahuan Objek Pajak
27
2.2
Tata Cara Pembayaran dan Penagihan PBB
29
2.3
Tata Cara Pembayaran Melalui SISTEP
34
DAFTAR LAMPIRAN
Ketcrangan
Nomor
I
Surat Keterangan Riset
2
Surat Keterangan Riset KPPBB
3
Struktur Organisasi KPPBB Jakarta Selatan I
4
Rekapitulasi Rencana Penerimaan PBB Tahun 2000-2005
5
I Undang-undang Perpajakan
BABI PENDAHIJLUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bumi termasuk perairan dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi penting dalam pembangunan nasional menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Di samping itu, Bumi dan Bangunan memberikan keuntungan dan atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat darinya. Maka wajar menyerahkan sebagian dari kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran pajak. Selama ini telah dilakukan pemungutan pajak atas tanah (bumi) yang pelaksanaannya didasarkan pada berbagai Undang-Undang, ordonasi atau peraturan perundang-undangan lainnya. Sistem perpitjakan yang berlaku sebelumnya adanya pembaharuan di bidang pajak akhir tahun 1983, khususnya pajak kebendaan dan kekayaan, telah menimbulkan tumpang tindih antara pajak yang satu dengan pajak lainnya. Dengan
mengadakan
pembaharuan
sistem
perpajakan
melalui
penyederhanaan yang meliputi bermacam-macam pungutan atas Tanah dan Bangunan, tarif pajak dan cara pembayarannya, menyadarkan masyarakat
untuk melaksanakan kewajibannya serta memenuhi haknya di bidang perpajakan. Realisasi tahap pertama dalam penyederhanaan sistem perpajakan yang berkaitan dengan pajak atas bumi dan bangunan adalah diberlakukannya Undang-Undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang berlaku secara efektif sejak Januari 1985, yang terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah pusat, namun hasil penerimaannya diserahkan kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk kepentingan pembangunan di daerah yang bersangkutan sesuai letak objek pajak tersebut. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) salah satu jeni8 pajak yang potensial karena dari tahun ke tahun objeknya mengalami peningkatan baik dari jumlah maupun dari nilainya. Dengan meningkatkannya peran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai sumber penerimaan daerah, maka sangatlah diperlukan kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak untuk berperan serta dalam usaha peningkatan penerimaan tersebut. Maka dari itu penelitian ini sangat penting dilakukan karena dari penerimaan Pajak sangat penting disektor
pembangunan,yang
mana
judul
penelitian
:" ANALISIS
PENERIMAAN SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI WILAYAH JAKARTA SELATAN I".
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dirumuskan dalam skripsi ini sebagai berikut: I. Bagaimana pertumbuhan penerimaan sektor Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dari tahun 2000-2005? 2. Apakah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun 2000-2005 mampu mencapai target yang diharapkan? 3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun 2000-2005. C. Tujuan dan Manfaat
I. Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui penerimaan sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada wilayah Jakarta Selatan I yang dimulai dari tahun 2000-2005. b. Untuk mengetahui apakah penerimaan mampu mencapai target yang diharapkan setiap tahunnya. c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut. 2. Manfaat penelitian: a. Bagi penulis Penulis dapat memperdalam pengetahuan tentang pennasalahanpermasalahan nyata yang dihadapi oleh pihak KPP PBB di Jakarta Selatan I khususnya sektor penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Bagi wilayah Jakarta Selatan I yang diteliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan '
yang bennanfaat bagi pihak KPP PBB khususnya di wilayah Jakarta Selatan I. c. Bagi pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan lebih lanjut untuk menambah pengetahuan di bidang perpajakan. d. Bagi Wajib Pajak Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi wajib Pajak agar membayar Pajaknya,karena dalam membayar pajak wajib pajak bisa menikmati pembangunan dengan baik.
BABil Tinjanan Pnstaka
A. Rnang Lingknp Pajak Bnmi dan Bangunan 1. Pajak Bumi dan Bangunan a. Pengertian pajak Dalam buku "Perpajakan Indonesia "(2000:2) oleh Waluyo dan Wirawan B. Ilyas yang memberikan batasan-batasan pajak menurut para ahli. Diantaranya yang dikemukakan oleh P.J.A. Andriani mengenai pengertian pajak yaitu: Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelengarakan pemerintahan. Selanjutnya menurut Rochmat Soemitro tentang pengertian pajak adalah sebagai berikut: Pajak adalah iuran kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksa) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempumakan., sehingga berbunyi: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengelaran rutin dan "surplus"nya digunakan untuk publik invesment (Siti Resmi,2005:1). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak: I) Pajak
dipungut
berdasarkan
undang-undang
serta
aturan
dapat ditunjukan
adanya
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2) Dalam
pembayaran
pajak tidak
kontraprestasi individual oleh pemerintah. · 3) Pajak di pungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengcluaran pemerintah, yang
bila
dari
pemasukannya
masih
terdapat
surplus,
dipergunakan untuk membiayai Public investment. 5) Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. b. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bersifat sebagai pajak kebendaan dengan mengambil sebagian objek bidang hmta tak bergerak, pemilik atau pemakai harta tak bergerak tersebut menjadi penanggung pajaknya.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 yang mulai berlaku secarn efektif sejak Januari 1985 dan sudah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994. Ditetapkanya Undang-Undang Nomor 12 tahun 1985 tentang PBB tersebut didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya, dan oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperoleh kepada negara melalui pajak. Hal di atas sesuai dengan apa yang tercantum dalam UndangUndang Dasar 1945 pasal 33 (3) yang berbunyi: "Bumi clan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besamya untuk kemakmuran rakyat". Dengan demikian jelaslah bahwa bumi termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya, berada di bawah kekuasaan negara yang dipergunakan seluas-luasnya untuk tujuan kemakmuran rakyat. Dalam ha! ini pemerintah berkewajiban mengatur atas pemberian-pemberian hak dan penggunaan tanah/bumi oleh perorangan atau badan, sehingga bagi mereka yang memperoleh manfaat atas kekuasaan negara tersebut sudah sewajamya untuk dapat mentaati pmaturan dan dapat memberikan iuran kepada negara melalui kewajiban membayar pajak.
Selanjutnya yang dimaksud dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menurut Undang-Undang Nomor 12 1994 adalah " Pungutan yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan ".
Pengertian Bumi di sini adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawah (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1994 pasal 1, ayat 1). Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan, pedalaman serta laut wilayah Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan Bangunan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1994 adalah konstruksi teknik yang ditanam dan diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan serta dapat dikategorikan. Termasuk dalam pengeritian Bangunan baik pendirian untuk perumahan tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan lainnya menurut penjelasan Undang-Undang nomor 12 tahun 1994 adalah: I) Jalan lingkungan yang letak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut ; 2) Jalan to! ;
3) Kolam renang ; 4) Pagar mewah ; 5) Tempat olah raga ; 6) Galangan kapal, dermaga ;
7) Taman mewah ; 8) Tempat penampungan /kilang minyak, air dan gas, pipa minyak ; '
9) Fasilitas lain yang memberikan manfaat. Menurut B. Budiono (I 997: 179) mengenai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak negara, dalam hat ini pajak umm, yaitu suatu jenis pajak yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan instansi Operasionalnya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 talmn I 994 pasal 2 ayat I yaitu yang menjadi objek pajak adalah bumi dan atau bangunan. Pada dasarnya semua tanah dan bangunan yang berada di wilayah Indonesia bisa di masukan sebagai objek pajak. Adapun objek pajak yang dikenakan/tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) meskipun objek terse,but berupa bumi dan bangunan yaitu sebagai berikut: 1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umurn dan tidak mencari keuntungan, antara lain: a) Di bidang ibadah, contoh: masjid, gereja, vihara. b) Di bidang kesehatan, contoh: rumah sakit. c) Di bidang pendidikan, contoh: madrasah, pesantren. d) Di bidang sosial, contoh: panti asuhan. e) Di bidang kebudayaan nasional, contoh: museum, cancli.
2) Digunakan untuk kuburan umum, peningg;alan purbakala atau yang sejenis dengannya. '
3) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam,, hutan wisata, taman nasional. 4) Digunakan oleh perwakilan diplomatik atau konsultan berdasarkan asas perlakuan timbal batik. Artinya bila tanah atau gedung perwakilan RI di negara tertentu tidak dikenakan pajak bumi dan bangunan (PBB), hal yang sama diperlakukan terhadap tanah atau gedung negara tersebut yang ada di sini. 5) Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi Internasional, yaitu antara lain : a) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) b) Badan-badan Internasional dari PBB c) Kerjasama Teknik Bilateral d) Organisasi ASEAN e) Kerjasama kebudayaan d.
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Yang menjadi subjek pajak Bumi dm1 Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan (UU Nomor 12 tahun 1985, pasal 4 ayat I).
Dalam pasal 4 ayat I Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata adalah : I) Mempunyai suatu hak atas bumi dan atau ; 2) Memperoleh manfaat atas bumi ; 3) Memiliki, menguasai bangunan ; 4) Memperoleh manfaat atas bangunan. Yang dimaksud dengan orang adalah orang pribadi atau perseorangan. Badan merupakan badan usaha dengan nama atau dalam bentuk apapun termasuk yang berbentuk. I) Perseroan Terbatas 2) Perseroan Komanditer 3) Perseroan lainnya 4) BUMN dan BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun 5) Persekutuan 6) Perkumpulan lainnya 7) Firma 8) Koperasi 9) Yayasan atau organisasi yang sejenis 10) Lembaga 11) Dana pensiun 12) Bentuk Usaha Tetap
Berdasarkan pada prinsip bahwa suatu OQjek pajak tidak akan dikenakan pajak secara ganda, apabila terha.dap subjek pajak yang '
hanya secara nyata mempunyai hak atau mengua.sai objek pajak telah dikenakan kewajiban membayar pajak (dan di samping itu ada orang atau badan hukum yang memperoleh manfaat atas objek pajak), maka badan atau orang yang memperoleh manfaat atas objek pajak tidak lagi dikenakan kewajiban membayar pajak. Demikian juga sebaliknya, apabila subjek pajak yang memperoleh manfaat atas objek pajak yang telah dikenakan kewajiban membayar pajak (dan di samping itu terdapat orang atau badan yang mempunyai ha.k atau menguasai objek pajak, tidak lagi dikenakan kewajiban membayar pajak). Berkenaan dengan ha! tersebut dapat terjadi bahwa atas suatu objek Pajak, belum jelas wajib pajalmya. Dalam pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan bahwa suatu objek pajak yang belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak dapat menentukan subjek pajak menjadi wajib pajak, adalah dengan asas manfaat. Penunjukkan sebagai wajib pajak oleh Dirjen Pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak dan dapat dibatalkan atau dicabut jika subjek pajak yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa sebenar-benarnya ia bukan wajib pajak. Sebagai keseimbangan, Undang-Undang juga memberikan hak kepada mereka yang ditunjukkan sebagai wajib pajak untuk mengajukan keberatan dengan memberikan keterangan secara tertulis
kepada Direktorat Jenderal Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak yang dimaksud. Atas keberatan tersebut, dalam waktu '
sebulan sejak diterimanya surat keberatan tersebu1~ Direktorat Jenderal Pajak wajib memberikan jawaban apakah keterangan tersebut dikabulkan atau ditolak.
Bila terjadi
penolakan
maka
surat
keputusannya wajib disertai dengan alasan. Bila waktu sebulan tersebut terlewati maka keterangan yang diajukan itu dianggap disetujui. Suatu objek pajak yang belum jelas wajib pajaknya kemudian ditunjuk wajib pajaknya oleh Dhjen pajak, misalnya: 1) Subjek pajak A yang, memanfaatkan atau menggunakan sebidang
tanah/bangunan milik orang lain, dimana pemanfaatannya bukan karena suatu hak berdasarkan Undang-Undang atau bukan karena suatu perjaajian sebagai wajib pajak. 2) Subjek pajak berdomisili di luar objek pajak untuk memelihara objek pajak dikuasai kepada orang lain, atau badan lain. Dalam ha! ini Dirjen Pajak dapat menunjukkan bahwa. kuasa tersebut sebagai wajib pajak.
e. Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak Terutang Hal-ha! yang perlu diketahui dalam menentukan besamya Pajak Bumi dan Bangunan Terutang adalah: I) Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Nilai jual objek pajak (NJOP) merupakan dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan dan diperbaharui setiap tiga tahun sekali oleh menteri keuangan namun untuk daerah tertentu yang perkembangan pembangunannya sangat pesat ditetapkan setiap tiga tahun sekali. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli. NJOP dapat ditentukan dengan cara : a) Melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatu metode pendekatan/ metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain sejenis yang letaknya dekat serta fungsi yang sama. b) Menentukan nilai perolehan baru. Nilai perolehan baru adalah penentuan nilai jual objek pajak dengan menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan dan
dikurangi dengan biaya penyusutan berdasarkan sesuai dengan kondisi fisik objek tersebut. Berdasarkan
keputusan
menteri
keuangan
Nomor
523/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998 pasal I tentang penentuan klasifikasi dan besarnya nilai jual objek pajak sebagai dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan menerangkan bahwa : Nilai jual objek pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah, perairan pedalaman serta wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang berada di atas maupun dibawahnya, dan /atau bangunan yang melekat diatasnya. 2) Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) Dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendahrendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 1998 tanggal 30 September 1998 pasal 1 tentang penetapan besarnya Nilai Jual Kena Pajak untuk perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan, besarnya persentase NJKP yaitu : a) Sebesar 40 % (empat puluh persen )untuk:
Objek pajak perumahan, yang wajib pi\jaknya perseorangan dengan nilai jual objek pajak atas bumi dan bangunan sama atau lebih besar dari Rp 1.000.000.000,0U (satu milyar rupiah). Ketentuan ini tidak berlaku untuk objek pajak yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh pegawai negeri sipil, anggota ABRI dan para pensiunan tennasuk janda dan duda, yang penghasilannya semata-mata berasal dari gaji atau uang pensiun. (peraturan pemerintah Nomor 74 tahun 1998 pasal 2) b) Sebesar 20 % untuk objek pajak lainnya. 3) Tarif Pajak Besamya tarif pajak yang dikenakan adalah sebesar 0,5 % Setelah diketahui NJOP, NJKP, dan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan, maka
untuk
menghitung
besarnya
PBB
Terutang
dapat
dipergunakan rumus sebagai berikut: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Terutang = Tarif Pajak x % NJKP X NJOP untuk perhitungan pajak
Dalam perhitungan PBB terutang, dikenal Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), yaitu bangunan yang nilai jualnya lebih rendah, maka bangunan tersebut tidak dikenakan pajak. Hal tersebut diatur dalam pasal 3 ayat (3) UU No.12 tahun 1994
bahwa
besarnya
NJOPTKP
8.000.000,00 untuk setiap wajib pajak.
ditetapkan
sebesar Rp
Apabila wajib pajak mempunyai beberapa objek pajak yang diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) hanya salah satu objek pajak yang nilainya terbesar, sedangkan objek pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Menteri keuangan diberi wewenang untuk menentukan besamya Nilai Jual Objek
Pajak
Tidak
Kena
Pajak
(NJOPTKP)
dengan
mempertimbangkan perkembangan ekonom.i dan moneter serta perkembangan harga umum objek pajak setiap tahunnya. Contoh perhitungan: 1) Di desa Pondok Aren: a) Tanah seluas 800 M dengan NJOP Rp 300.000,- per M b) Bangunan seluas 450 M dengan NJOP Rp 400.000,-per M c) Pagar mewah sepanjang 150 M dengan tinggi 1,5 M dan NJOP Rp 200.000,- per M 2) Di desa Kunciran Tanah luas 1000 M dengan hargajual Rp 100.000,- per M Jawaban: Menurut perhitungan PBB berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 523/KMK. 04/1998 tanggal Desember 1998 Objek pajak yang terletak di desa Pondok Aren Objek pajak Tanah 228.000.000,-
Luas(M) 800
Luas(M) 24
Luas(M) Per (M) Jumlah 285.000,-
~-
Bangunan 450 193.050.000,Pagar mewah 150 x l,5m 50.625.000,-
7
429.000,-
11
22 5.000,-
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB
= Rp 471675000
NJOPTKP
= Rp (8.000.000,-)
NJOP untuk perhitungan PBB
= Rp 463.675000,-
NJKP = 20 % X Rp 463.675.000,-
= Rp
PBB yang terntang
= 0,5 % x Rp 92.375.000,-
92. 735.000,-
= Rp 463.675,2). Objek pajak yang terletak di desa Kunciran Objekpajak Tanah
Luas (M)
Klas
1.000
29
NJOP (Ro) Per (1\1) Jumlah 103.000,103.000.000,-
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB= Rp 103.000.000,NJOPTKP
=
NJOP untuk perhitungan PBB
= Rp 103.000.000,-
NJKP = 20 % X Rp I 03.000.000,-
= Rp 20.600.000,-
PBB yang terntang
= 0,5 % x Rp 20.600.000,-
0
= Rp l 03.000,Objek pajak milik Bapak Sobari di desa Kunciran tidak mendapat pengurangan Nilai
Jual
Objek Pajak Tidak
Kena Pajak
(NJOPTKP), karena wajib pajak ( Bapak Sobari ) memiliki lebih dari satu objek pajak yang berlainan tempat. Untuk itu hanya dapat pengurangan Nilai
Jual
Objek Pajak Tidak
Kena
Pajak
( NJOPTKP) satu kali saja, yaitu objek pajak di desa Pondok Aren karena objek pajak ini memiliki Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang lebih besar darl pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) atas objek pajak di desa Kunciran. Jadi total besamya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus dibayar Bapak Sobari adalah : = PBB Terutang di desa Pondok Aren + PBB Terutang di desa
Kunciran
= Rp 463.675,- + Rp 103.000,= Rp 566.675,f.
Tahun Pajak, Saal Dan Tempat Yang Menentukan Pajak Terutang Tahun pajak dalam pajak bumi dan bangunan adalah jangka waktu satu tahun takwim ( 1 Januari sampai dengan 31 Desember ). Saat yang menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari, sebagai contoh: 1) Objek pajak yang dimiliki wajib pajak per 1 Januari 1997 berupa Tanah dan Bangunan. Pada tanggal 15 Januari 1997 bangunan tersebut terbakar, maka dasar menghitung PBB Terutang tetap berdasarkan keadaan pada tanggal 1 Januari 1997 (sebelum terbakar) 2) Objek pajak pada tanggal 1 Januari 2000 be1upa sebidang tanah tanpa bangunan di atasnya. Pada tanggal 20 Agustus 2000 dilakukan pendataan, temyata di atas tanah tt:rsebut telah berdiri
suatu bangunan, maka pajak yang terutang untuk tahun 2000 tetap dikenakan berdasarkan keadaan pada tanggal l Januari 2000. Sedangkan bangun~nnya baru akan dikenakan pada tahun 200 I. Pengaturan penetapan tempat PBB Terutang yang meliputi objek pajak sebagai berikut: I) Untuk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2) Untuk daerah lainnya, wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah Tingkat II.
B. Penerimaan di Sektor Pajak Bumi da11 Bangnnan 1. Pembagian Basil Pajak Bumi dan Bangunau (PBB)
Hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) merupakan penerimaan negara yang dibagi antara pusat dan pemerintah daerah dengan ketentuan imbang 90 % untuk pemerintah daerah tingkat I dan pemerintah daerah tingkat II sebagai pendapatan daerah bersangkutan , sedangkan sisanya I 0 % merupakan bagian pemerintah pusat. Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 16 tahun 2000 tentang pembagian Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangiman (PBB) antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah menetapkan sebagai berikut : a. I 0 % dari 90 % disisihkan untuk upah pungut. b. 20 % dari 81 % merupakan bagian pemerintah daerah tingkat I. c. 80 % dari 81 % merupakan bagian pemerintah daerah tingkat II.
Berdasarkan pembagian seperti di atas, maka bagian masingmasing penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut: a. Pemerintah pusat sebesar 10 % b. Upah pungutan sebesar 10 % dari 90 5 yang menghasilkan bagian sebesar 9 % c. Penerimaan pemerintah daerah tingkat I sebesar 20 % dari 81 % yang menghasilkan bagian sebesar 16,2 % d. Penerimaan pemerintah daerah tingkat II sebesar 80 % dari 81 % yang menghasilkan bagian sebesar 64,8 % Dengan melihat pembagian tersebut, tampak jelas bahwa hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ini memang diarahkan untuk kepentingan masyarakat di daerah yang bersangkutan. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang terima oleh daerah merupakan pendapatan daerah dan setiap tahun harus dicantumkan dalam Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Adapun nasional,
penggunaannya
yang
bersangkutan.
diarahkan
Dengan
diselaraskan
untuk
penggunaan
dengan
pembangunan
kepentingan
masyarakat
yang
seperti
diharapkan
akan
ini,
merangsang masyarakat di daerah tempat objek pajak untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak. Kesadaran un1uk membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ini akan mencerminkan sifat kegotongroyongan rakyat dalam pembiayaan pembangunan.
2. Penetapan Rencana Penerimaan PBB dan Tata Cara Pembayaran Pajak Bnmi dan Bangunan a. Penetapan Rencana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Penetapan program dalam pencapaian rencana penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) guna lebih meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada tahun berikutnya, yaitu dengan menetapkan rencana penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) setiap tahunnya agar terns meningkatkan kesadaran masyarakat, pengusaha dan pengembangan pemegang Surat Izin Pemberitahuan Pajak Terutang (SIPPT) demi meningkatkan hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) dan pencapaian
rencana yang telah ditetapkan. Adapun tata cara penetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai dasar penagihan, kepala kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan menerbitkan antara lain : I) Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) a) Dasar Penerbitan (SPPT) Surat pemberitahuan ini diterbitkau1 berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Objek
pajak
yang
sebelumnya
dikenakan
Juran
Pembangunan Daerah (IPEDA) . Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dapat diberikm1 berdasarkan objek
pajak yang telah ada pada kantor p<elayanan pajak bumi dan bangunan yang bersangkutan. b) Kapan SPPT harus dilunasi Pajak terutang berdasarkan Surat p,emberitahuan Pajak Terutang (SPPT) harus dilunasi selamba.t-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) oleh wajib pajak. Jadi bila seorang wajib pajak menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) pada tanggal I Maret 2000, maka selambat-lambatnya pada tanggal 31 Agustus 2000 wajib pajak tersebut harus melunasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)nya. Tanggal 31 Agustus 2000 ini disebut juga tanggal jatuh tempo Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). 2) Surat Ketetapan Pajak (SKP) a)
Dasar Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) SKP diterbitkan apabila surat pemberitahuan objek pajak yang disampaikan melewati 30 hari si:telah ditegur secara tertulis temyata tidak dikembalikan oleh wajib pajak sebagaimana ditentukan dalam surat tegoran. Surat
ketetapan
pajak
diterbitkan
/dibuat
apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainnya ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari
jumlah pajak berdasarkan surat pemberitahuan objek pajak yang dikembalikan oleh wajib pajak. b) Kapan Surat Ketetapan Pajak (SKP) harus dilunasi Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak harus dilunasi selambat-lambatnya I bulan sejak tanggal diterimanya surat keteapan pajak oleh wajib pajak. Jadi bila seseorang wajib pajak menerima surat ketetapan pajak pada tanggal I Maret 2000 wajib pajak tersebut sudah harus melunasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)nya selambat-lan1batnya tanggal 31 Maret 2000. Tanggal 31 Maret 2000 ini disebut juga tanggal jatuh tempo surat ketetapan pajak (SKP). c) Jumlah Pajak dalam Surat Ketetapan Pajak (SKP) Jumlah pajak yang terutang dalam SKP yang penerbitnya disebabkan oleh pengembangan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) lewat 30 hari diterima wajib pajak adalah sebesar pokok pajak ditambah dengan de:nda administrasi 25 % dihitung dari pokok pajak.
Contoh: Wajib pajak A tidak menyampaikan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) berdasarkan data yang ada, kepala kantor pelayanan pajak Bumi dan Bangunan mengeluarkan surat ketetapan pajak (SKP) yang berisi : Objek pajak dengan Iuas dari nilai jual
Luas objek pajak menurut SPOP Pokok pajak
Rp 100.000,-
Denda Administrasi (25% x Rp 100.000,-)
Rp
Jumlah pajak yang terutang dalam SKI'
Rp 125.000,-
25000,-
3) Surat Tagihan Pajak (STP) a) Dasar penerbitan surat tagihan pajak (STP) Wajib pajak terlambat membayar hutang pajaknya seperti tercantum dalam surat pemberitahuan pajak terutang, yaitu melampaui batas waktu 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Wajib pajak terlambat membayar hutlmg pajaknya seperti tercantum dalam SKI', yaitu melampaui batas waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Wajib pajak melunasi pajak yang temtang setelah lewat saat jatuh tempo
pembayaran PBB,
tetapi
denda
administrasi tidak dilunasi. b) Besarnya denda Administrasi dalam surat tagihan pajak (STP) dan saat jatuh tempo. Besarnya denda administrasi karena wajib pajak membayar pajaknya melampaui batas waktu jatuh tempo surat pemberitahuan pajak terutang adalah st:besar 2 % sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.
Adapun saat jatuh tempo STP yaitu 1 bulan sejak diterimanya STP oleh wajib pajak. Contoh : STP tahun 2000 diterima oleh wajib pajak pada tanggal Maret 2000 dengan pajak yang terutang sebesar Rp 100.000,dan oleh wajib pajak barn dibayar tanggal I 0 Oktober 2000. Besamya pembayaran pajak adalah sebagai berikut : Pokok pajak -
Rp 100.000,-
Denda administrasi selama 2 bulan ( 2 x 2 % x Rp 100.000,-)
Rp
4000,-
Pajak yang harus dibayar pada tanggal 10 Oktober
Rp 104.000,-
3. Tata Cara Penyerahan Surat Pemberitabuan Objek Pajak Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) merupakan sarana atau alat untuk mendaftarkan subjek pajak atau mendaftarkan objek pajak. (Siti Resmi,2005:1) Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) diberikan oleh kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan kepada wajib pajak yang memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan yang berada di wilayah kerjanya. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ini diberikan kepada wajib pajak dengan surat pengantar resmi yang harus ditandatangani oleh wajib pajak sebagai bukti penerimaan.
Pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang sudah diisi oleh wajib pajak dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan, selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) oleh wajib pajak. Wajib
pajak
yang
terlambat
mengembalikannya
Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sesuai waktu yang telah ditentukan tetapi isinya tidak benar
( baik disengaja maupun tidak disengaja )
dikenakan administrasi dan kepadanya diterbitkan. Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Untuk lebih jelasnya dalam memahami prosedur penyerahan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), di bawah ini digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.: Kantor Pelayanan PBB Jakarta Q,.,.1..-.+... ~ T
SPOP
SPPT
SPPT
30 hari
Wajib Pajak Gambar 2.1 : Prosedur Penyerahan dao Pengeluaran SPOP
r~r\tv'•"
UT AMA UIN SYAHID J!\l(/l8TA 4. Tata Cara Penyerahan SPPT Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) merupakan surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak 1.mtuk memberitahukan pajak terutang kepada wajib pajak Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) diterbitkan berdasarkan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) atau objek pajak yang sebelumnya telah dikenakan Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) yang mana data objek pajak tersebut ada di kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan Jakarta Selatan I. Wajib
pajak untuk mendapatkan Surat P1:mberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) dapat diambil di kantor kelurahan atau di tempat wajib pajak terdaftar atau tempat lain yang ditunjuk juga dalam rangka pelayanan kepada wajib pajak Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dapat dikirim melalui kantor pos dan giro atau diantarkan oleh aparat kelurahan. Pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) oleh waj ib pajak. Jadi jika seorang wajib pajak menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) pada tanggal 1 Maret 2000, maim selambat-lambatnya pada tanggal 31 Agustus 2000, ia harus melunasi pajak bumi dan bangunan (PBB)nya. Tanggal 31 Agustus ini disebut juga tanggal jatuh tempo surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT).
Surat
Pemberitahuan
Pajak
Terutang
(SPPT)
diserahkan
bersamaan dengan membayar sebesamya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terutang dengan cara 'melalui Bank, kantor pos dan giro yang tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau yang telah ditunjuk kantor pelayanan pajak bumi clan bangunan Jakarta Selatan I. Untuk lebih memahami, di bawah ini bagan prosedur pembayaran dan penagihan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT):
[:'""'""
Dirjen Pajak
I
o, Petugas Pajak
•• SPPT
Wajib Pajak
Pembayaran
I I
-·
Gambar 2.2: Tata Cara Pembayaran dan Penagiihan PBB a. Cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Dalam rangka memperlancar serta mempermudah pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB}, maka kantor perbenclaharaan dan Kas Negara membuka rekening pada Bank Persepsi. Saat ini berlaku 2 ( dua ) tata cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu sistem SISTEP (sistem tempat pembayaran) dan non SISTEP dalam
ha! ini kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan Jakarta Selatan I menggunakan sistem SISTEP. I) Sistem Tempat Pembayaran (SISTEP) Pengelola Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) baik dari jajaran
Direktorat
Jenderal
Pajak
maupun
dari
jajaran
Pemerintahan daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya) sangat mendambakan
terciptanya
suatu
sistem
pemungutan
dan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang semaksimal mungkin, dengan ketentuan: a) Sistematis b) Mudah, dalam cara maupun administrasinya c) Sederhana, dalam cara maupun administrasinya d) Dapat dilaksanakan pengawasan/kontrol dengan efektif dan efisien. Untuk
dapat
menciptakan
sistem
yang
memenuhi
persyaratan seperti tersebut di atas tidak mudah, karena masih ada beberapa kendala antara lain : a) Kondisi dan situasi masing-masing wilayah berbeda-beda b) Jumlah wajib pajak PBB sangat besar c) Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada masing-masing Kantor Pajak Bumi dan Bangunan d) Luas wilayah dan keadaan geografis Indonesia yang begitu luas
e) Tingkat pendidikan dan pengetahuan wajiib pajak yang sangat heterogen, kh ususnya dimasyarakat pedesaan 2) Pokok-Pokok Ketentuan Sistem Tempat Pembayaran a) Hanya ada satu tempat pembayaran untuk setiap wilayah pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tertentu, sebagaimana tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Objek pajak di suatu wilayah tertentu (Kelurahan/Kecamatan) telah ditentukan tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) nya. Wajib pajak tidak dapat/dapat boleh membayar ke tempat pembayaran lain. b) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hanya dapat dilakukan dalam satu kali pembayaran/ sekaligus dalam arti jumlah pajak terutang dapat diangsur atau dicicil. c) Penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) untuk wilayah pemerintahan tertentu penyampaiannya kepada wajib pajak dilakukan secara serentak I dalam periode tertentu sehingga tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) seragam, yaitu l(satu) tanggal jatuh tempo. d) Ketentuan jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang seragam dapat diberlakukan misalnya untuk satuan wilayah
pemerintahan kecamatan yang berbeda
mempunyai tanggal jatuh tempo berbeda. Penentuan tanggal jatuh
tempo
secara
berbeda-beda
dimaksudkan
untuk
menghindari terjadinya penumpukan pernbayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada satu tanggal jatuh tempo saja. e) Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan {PBB) yang melewati tanggal jatuh tempo akan dikenakan denda administrasi secara otomatis sebesar 2 % setiap bulan untuk selama 24 bulan dengan memperhatikan keputusan Din:ktur Jenderal Pajak Nomor KEP 45/PJ.6/1996 tentang petunjuk penerbitan surat tagihan dan pelaksanaan penagihan pajak bumi dan bangunan Juncto
Keputusan
Direktur
Jendral
Pajak
Nomor
503/PJ.6/2000 tanggal 22 November 2000. 1) Surat Tanda Terima Setoran (STTS) harus sudah tersedia di
tempat pembayaran sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) diterima oleh wajib pajak. g) Untuk semua sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) harus diterbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). h) Dalam satu wilayah Daerah Tingkat II hanya ada satu Bank/Kantor Pos dan Giro Operasional V. i) Dal am hal ada I (satu) Dae rah Tingkat IT terdapat lebih dari (satu) Bank/Kantor Pos dan Giro persepsi maka jumlah Bank pers~psi
dibatasi sebanyak-banyaknya 3 (tiga) jenis Bank,
sedangkan Bank/Kantor Pos dan Giro Opersionalnya tetap satu.
j) Administrasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) harus dilaksanakan dengan dukungan komputer. k) Pembuatan Buku Induk PBB, SPPT, STTS satuannya adalah Desa/Kelurahan. 3) Tata Laksana Pembayaran Salah satu ketentuan pada sistem tempat pembayaran ini, wajib pajak harus melunasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)nya sekaligus (tanpa diangsur) pada tempat pernbayaran yang telah ditentukan. Namun, untuk wajib pajak yang tempat tingalnya jauh atau sulit sarana dan prasarananya dari tempat pembayaran yang ditunjuk dapat membayar melalui petugas pemungut. Selanjutnya
petugas
pemungut
rnenyetorkannya
ke
Bank/Kantor Pos dan Giro tempat pembayaran. Wajib pajak kemudian menerima Tanda Terima Setoran (TIS) sebagai tanda bukti penerimaan sementara dan Surat Tanda Terima Setoran (STIS) sebagai tanda bukti pembayaran PBB yang sah dari tempat pembayaran melalui petugas pemungut sebagai pengganti TIS. Di samping itu, wajib pajak daat melaksanakan kewajiban membayar PBB nya melalui prosedur pemindahbukuan/ transfer, kiriman uang lewat bank atau wesel pos.
Jika
digambarkan
dalam
bentuk
bagan,
tata
cara
pembayaran melalui SISTEP (sistem tempat pembayaran) seperti di bawah ini:
Bank/Kantor Pos dan Giro Operasional (PBB)
Bank/Kantor Pos dan Giro Persepsi
T Tempat Pembayaran
I
~etugas Pemungut
Transfer
" WajibPajak
Gambar 2.3 :Tata cara pcmbayaran melah1i SISTEP
5. Faktor-faktor yang Mempengarnhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
a. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Wajib pajak pada umumnya cenderung untuk mcmgbindari pajak dan wajib pajak juga biasanya mengulur-ulur waktu pembayaran pajaknya. b. Kualitas Aparatur Pajak Sumber daya manusia dari aparatur pajak kurang berkualitas dikarenakan
kurang
adanya pelatihan-pelatihan khusus
dalam
melayani masyarakat. c. Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi Negara kita mengalami krisis social, politik dan ekonomi yang mengakibatkan
terpuruknya
ekonomi
nasional
berkepanjangan
sehingga penerimaan pajak pun terhambat. d. Adanya Permohonan Pengurangan Dari Wajib Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tidak mencapai target penerimaan yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan adanya pennohonan pengurangan pajak terutang oleh wajib pajak. e. Tingkat Akurasi Data Karena keterbatasan dalam keakurasian data pada kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan yang kurang akurat disebabkan oleh kelalaian sehingga wajib pajak banyak yang mengajukan permohonan keberatan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dalam skripsi ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Jakarta Selatan I yang merupakan lnstansi Vertikal dari Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I. Adapun penelitian ini akan membahas mengenai pertumbuhan penerimaan Sektor Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan rencana dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Jakarta Selatan I. B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis berusaha mengurnpulkan sernua data untuk keperlnan analisis pada kantor Pelayanan Pajalc Bumi dan Bangunan. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam menyusun skripsi ini adalah dengan penelitian sebagai berikut : I. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca. literatur, buku-buku pedoman (undang-undang) perpajakan, diktat,surat kabar dan sumbersumber lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Literatur-literatur yang tersedia untuk dipelajari dimanfaatkan oleh penulis sebagai bahan pertimbangan dan menambah
pengetahuan serta untuk menunjang data primer yang diperoleh dalam menyusun skripsi ini. '
2. Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan survey langsung pada KPP Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan 1 sebagai objek penelitian. Data yang diambil dalam penelitian kali ini berkaitan dengan topik pembahasan yang diteliti, dengan cara sebagai berikut: a. Observasi langsung terhadap buku-buku pedoman, catatan laporan pada KPP dan peraturan-peraturan yang era1! kaitannya dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun
2000 sampai
dengan 2005. b. Wawancara langsung dengan pejabat KPP Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan 1. Dalam penelitian kaliini saya berusaha memperoleh data langsung yang berhubungan dengan pem1asalahan yang dibahas melalui
tanya jawab
dengan
pihak
yang
berkompeten
dan
berkecimpung dalam permasalahan yang penulis bahas dalam penelitian ini.
C. Metode Analisis Data Data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis dan kemudian di analisa dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Metode ini meliputi: l. Analisis Deskriptif Kualitatif yaitu proses menganalisis data yang bersifat non angka dengan menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang
lain
serta
mencari
sebab
akibatnya
berdasarkan
fakta.(
Nur
lndriantoro,2002:2) 2. Analisis Deskriptif Kuantitatif yaitu proses menganalisis data dengan menguraikan angka dan perhitungan sebagai pedoman dalam menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). D. Operasional Variabel Penelitian Berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam penelitian ini, maka penulis menjabarkan definisi operasional dari setiap variabel yang diteliti yaitu: I. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah jumlah seluruh pajak yang diterima oleh negara dan sektor Bruni dan Bangunan pada suatu tahun pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator jwnlah penerimaan pajak sektor Bumi dan Bangunan. 2. Rencana (Target) penerimaan pajak Bumi dan Bangunan adalah jumlah penerimaan pajak yang diharapkan dapat terealisasi pada tahun pajak yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pemungutan pajak. 3. Realisasi penerimaan pajak Bumi dan Bangunan adalah seluruh jumlah penerimaan pajak Bumi dan Bangunan yang secara riitl telah diterima oleh kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan I.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Um nm Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat KPPBB
Kantor pelayanan PBB Jakarta Selatan Satu adalah salah satu unit organisasi pelaksana fungsi Direktorat jenderal Pajak yang pelaksanaan tugasnya dibawa Kanwil IV DJP Jaya I dengan wi:tayah kerja meliputi kecamatan Pancoran, Kecamatan Tebet dan kecamatan Setia budi.
Kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan (PBB) Jakarta Selatan I berlokasi di jalan Pasar Minggu Raya no. 11 Jakarta Selatan telepon
021-7993028, 7992961. Sekarang KPPBB Jakarta Selatan 1 memiliki gedung sendiri yang mana sebuah badan usaha atau instansi yang menginginkan keefektifan dan keefisienan suatu peke1jaan yang dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan sebaiknya. Dimana kantor pajak bumi dan bangunan (PBB) mempunyai 3 Kecamatan yang mana meliputi Kecamatan Pancoran, Kecamatan Setia Budi, Kecamatan Tebet yang mana luas wilayahnya 14.665 Ha, dengan jumlah penduduk 477.273 jiwa.
Wilayah kerja KPPBB Jakarta Selatan Satu memiliki data monografi sebagaimana tabel di bawah ini: Tubel 4.1 Wilayab kerja KPPBB Jakarta Selatan 1 Kecamatan Jumlah kelurahan Luas wilayah (km2) Jumlah Penduduk Jumlah kepala keluarga Jumlah objek pajak Jumlah sppt 2002 Jmnlah sppt 2003
Pan co ran Setiabudi 'febet Total 6 7 8 21 8,23 9,05 9,53 26,81 120,518 120,208 . 235,793 476,519 28,547 26,208 57,526 112,281 20,454 26,038 39,447 85,939 19,403 25,385 38,301 83,089 19,528 25,427 38,:506 83,461
Sun1ber: Seksi Pendapatan dan penilaian
2. Struktur Organisasi Organisasi suatu kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan bertujuan agar dalam pelaksanaan tugas lebih tertib dan berdaya guna serta dapat diadakan evaluasi secara objektif terhadap setiap pelaksanaan.
Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juni 200 I tentang Rcorganisasi, KPPBB Jakarta Selatan dipecah menjadi 3 (tiga) unit kantor yang salah satunya adalah KPPBB Jakarta Selatan Satu dengan wilayah ke1ja meliputi Kecamatan Pancoran, Kecamatan Tebet, dan Kecamatan Setia budi. KPPBB Jakarta Selatan Satu merupakan bagian dari wilayah kerja Kanwil IV Ditjen Pajak Jaya I. Dalam pelaksanaan operasionalnya didukung sumber daya manusia sebagaimana tabel dan gambaran proporsinya pada diagram berikut ini.
Tabet 4.2 Daftar Penyebaran Pegawai KPPBB menu rut Jenjang Pendidiklln ,;'',
Keoab Kantor SubBa . Umum Seksi Pendataan Dan Penilaian
Seksi PMi<>olahan Data dan lnfonnasi Seksi Penetnmn
Seksi Penerimaan Seksi Pennaihnn Seksi Keberatan dan Pen"'_,,...,.,... Kelom""" Fun11.Sima1 Jumhh
....
,,
S2
SJ
-
SI I
-
Kualifikalli Pe awai DUI DI
DIV
-
..· ...
.·
-
-
3
-
2
I I
3
-
4
I I
I
2
2
-
3
-
I
I
-
-
2 3
I
I
2 2 I
4
16
2
-
I 8
I
-
-
I
-
-
6
10
.
SLTP , SD
-
-
-
...
·.
SMU
-
-
-
-
Jumlah
Pe•....! I
6 9
• 6
4 4 3 3 44
SurrDer: Sub Bagian Ummn Ketemngan: - 2 orang sedang !UJYlS behjar ke jeajang S2 - 3 orang sedang tugas bcbjar ke jenjang SI
DS2 El S1
DOiii DOI
DSMU
Adapun penjelasan togas dan tanggung jawab dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan 1 adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan a). Menyusun rencana kerja pembentuk atau pemeliharaan basis data
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
(PBB),
serta
menyampaikannya kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
b). Melaksanakan pembentukan dan atau pemeliharaan basis data objek Pajak Bumi dan Bangunan setelah rencana kerja disetujui Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. c). Membuat laporan bulanan kemajuan fisik dan keuangan mengenai pelaksanaan pembentukan dan atau pemeliharaan basis data objek Pajak Bumi dan Bangunan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. d). Menyampaikan surat pertanggungjawaban kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Tepat pada waktunya. 2. Sub Bagian Umum, terdiri dari: a). Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, kepegawaian dan laporan. b). Urusan keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan. c). Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan. 3. Seksi Pendataan dan Penilaian, terdiri dari: a). Subseksi klasifikasi mempunyai tugas melakukan urusan pendaftaran, tata usaha pendataan ,penilaian, klasifikasian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
b). Subseksi pemuktahiran data mempunyai tugas melakukan urusan pemukhtahiran data objek dan subjek Pajak Bumi dan Bangunan. c). Subseksi Monografi mempunyai tu gas melakukan urusan pengumpulan data potensi Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Seksi Pengolahan Data dan lnformasi, terdiri dari: a). Subseksi pengolahan Data mempunyai tugas melakukan urusan perekaman dan pengolahan data Pajak Bumi dan Bangunan. b). Subseksi Dukungan Komputer .mempunyai tugas melakukan pengumpulan urusan dan memberikan dukungan system computer. c). Subseksi Pelayanan Terpadu mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan terpadu. 5. Seksi Penetapan, terdiri dari: a). Subseksi Penetapan pedesaan dan perkotaan mempunyai tugas melakukan urusan penetapan Pajak Bumi dan Bangunan sector pedesaan dan perkotaan. b). Subseksi penetapan perkebunan, kehutanan dan pertambangan mempunyai tugas melakukan urusan penetapan Pajak Bumi dan
Bangunan
pertambangan.
sector
perkebunan,
kehutanan
dan
6. Seksi Penerimaan, terdiri dari: a). Subseksi Tata Usaha penerimaan dan Restitusi mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha penerimaan, restitusi dan kompensasi Pajak Bumi dan Bangunan. b). Subseksi pemantauan penyetoran dan pe:mbagian penerimaan mempunyai tugas melakukan urusan pemantauan penyetoran pembagian penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. 7. Seksi Penagihan, terdiri dari: a). Subseksi penagihan Aktif mempunyai tugas mempersiapkan surat tegoran dan melakukan penagihan aktif Pajak. b). Subseksi Tata Usaha Piutang mempunyai tgas melakukan urusan tata usaha piutang Pajak dan penyelesaian usu! penghapusan piutang Pajak. 8. Seksi Keberatan dan Pengurangan, terdiri dari: a). Subseksi keberatan dan banding mempurnyai tugas melakukan urusan penyelesaian keberatan, uraian banding dan gugatan Pajak. b). Subseksi pengurangan mempunyai tugas melakukan urusan pengurangan dan pemeriksaan sederhana kantor clan atau lapangan atas permohonan keberatan dan pengurangan Pajak.
B. Hasil dan Pembahasan 1. Penerimaan Sektor Pajak Bnmi dan Bangnnan dari tahnn
:woo
sampai dengan tahnn 2005. Dalam melaksanakan fungsinya pelayanan di bidang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan melaksanakan kegiatan untuk menghitung PBB yang terutang. Dimana dengan diperlukannya data yang akan dikumpulkan, data tersebut diperoleh dari Surat Pemberitahuan Objek Pajak ($POP) baik hasil pendaftaran, pembentukan basis data (pendataan) atau pemeliharaan basis data (perubahan). Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangumm adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) membantu menghitung Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dengan cara : a. Pengelompokan nilai tanah dalam Zone-zone Nilai tanah (ZNT) dan klasifikasi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi. b. Pengelompokan nilai bangunan dalam Dafta1r Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan klasifikasi nilai bangunan. c. Penghitungan Nilai Jual Objek Pajak dengan bantuan computer. Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim (tanggal Januari sampai dengan 31 Desember). Saat yang menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan objek pajak tersebut pada tanggal I Januari.
Adapun tempat pajak terutang adalah di wilayah kabupaten/daerah tingkat II atau kotamadya/daerah tingkat II yang meliputi letak objek pajak tersebut. Khusus untuk Jakarta di wilayah DKI Jakarta. Tarif PBB belum berubah dari tahun 1986 sampai dengan sekarang 0,5 %. Dasar perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20 % dan setinggi-tingginya 100 % dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) tersebut ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) yang berlaku sekarang adalah : a. 40 % untuk objek perkebunan yang luasnya 25 Ha keatas dan dikelola oleh Wajib Pajak Badan. b. 20 % untuk objek pajak perumahan. Contoh Perhitungan: Seorang wajib pajak bemama bari mempunyai objek Pajak
didaerah
pejaten barat yang mana tanah seluas 800 m dengan nilai jual 300.000/m dan bangunan 400 m dengan nilai jual 350.000/ m.
Maka besarnya pajak yang terutang adalah sebagai berikut : - Nilai jual tanah 800 x Rp300.000
Rp240.000.000
- Nilaijual bangunan 400 x Rp 350.000
Rp 140.000.000
Nilai jual sebagai Dasar pengenaan pajak
Rp 380.000.000
Nilai jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Rp
Nilaijual Objek Pajak Untuk Penghitungan Pajak
Rp 372.000.000
8.000.000
Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang terutang : 0,5 x 20% x 372.000.000
Rp
37.200.000
Perhitungan di atas merupakan per wajib pajak yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk melakukan penilaian secara missal sesuai keadaan tanggal I Januari (awal tahun pajak) dengan system computer. Setelah dianalisis perhitungannya, maka dimulailah pencetakan dan penerbitan SPPT, serta Surat Tanda Terima Setoran (STTS) PBB dan Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP) PBB tersebut. Sebagai bahan kajian untuk dianalisis, maka penulis sajikan laporan rencana realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan untuk tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun 2005.
Gambar4.3 Grafik Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun Anggarit_~ 20()_()_-2005_ pada KPPI3}3JaI<~l't:l:~;e1a!anl._ realisasi
250,000 200,000
'&
150,000
1 100,000 50,000
I
2000
2001
2002
2003
2004
2005
I
tahun L __________ -
--
--------~------------------_j
Sumber: KPPBB Jakarta Selatan I (dalamjutaan) Dari grafik di atas dapat diketahui pertumbuhan penerimaan pajak Bumi dan Bangunan pada KPPBB Jakarta Selatan 1 dalam periode, pada tahun 2000 bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu sebesar Rp 151.056 Sedangkan pada tahu 2001 yaitu sebesar Rp 218. 779 dengan demikian dapat diketahui bahwa pada periode tahun pajak dari tahun 2000 sampai tahun 2001 terjadi kenaikan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp 67.722 kenaikan yang cukup signifikan ini dikarenakan karena wilayah kerja kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2001 mencakup seluruh kecamatan yang ada di daerah Jakarta Selatan, belum adanya pemecahan wilayah kerja KPPBB yang menjadi tiga wilayah. Sehingga penerimaan PBB pada tahun itu meningkat secara drastis. Walaupun pada tahun 2001 terjadi kenaikan penerimaan PBB
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurnnan ini disebabkan karena
kurangn~a
tingkat kepatuhan wajib pajak dalarn
menjalankan kewajiban perpajakannya seperti patuh bayar, patuh bayar adalah kepatuhan wajib pajak baik orang pribacli maupun baclan clalarn membayar pajak terhutang tepat pacla waktunya ses:uai dengan ketentuan yang telah clitetapkan oleh Direktorat jenderal Pajak. Hal yang berbeda terjacli pacla tahun 2003-2005, selarna tiga tahun total penerimaan PBB selalu mengalami peningkatan yang relatif signifikan clan juga stabil, besamya kenaikan terjadi pada setiap tahunnya, kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan juga clisebabkan adanya kenaikan NJOP tiap tahunnya. Berclasarkan tabel di atas maka acla beberapa ha! yang dapat penulis simpulkan antara lain : I. Penerimaan PBB terbesar terjacli pada tahun 200 I yaitu sebesar
Rp 218.779 dikarenakan pada tahun tersebut wiilayahnya masih satu wilayah Jakarta selatan belum adanya pemisahan wilayah. 2. Penerimaan PBB terendah terjacli pada tahun 2002 yakni sebesar Rp
110.938 dikarenakan pacla tahun 2002
terjadinya pemecahan
wilayah yang terjadi clijakarta selatan menjadi tiga wilayah. 3. Selarna
tahun 2003-2005 penerimaan PBB selalu mengalarni
kenaikan yang mana relatif stabil, kenaikan ini juga clilihat dari kenaikan NJOP pacla tiap tahunnya sehingga Pajak Bumi dan
2. Target Penerimaan Pajak Bumi dan Bangnnan ber!llasarkan Rencana dan Realisasinya.
Rencana Penerimaan Pajak Merupakan Besamya Pajak yang telah ditetapkan pada tiap awal tahun pajak yang diharapkan dapat terealisasi pada akhir tahun Pajak. Sedangkan realisasi Penerimaan Pajak merupakan besamya Pajak yang berhasil diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan pada akhir tahun Pajak yang dapat dijadikan perbandingan dalam mengukur suatu kinerja dari penerimaan Pajak Brnni dan Bangunan. Berikut ini penulis sajikan daftar Rencana dam Realisasi penerimaan Pajak Brnni dan Bangunan Yang terjadi pada Kantor p,efayanan Paja Bumi dan Bangunan diwilyah Jakarta Selatan I
Tahun Anggaran 2000-2005,
sebagai berikut :
Table 4.4 Daftar perbandingan Rencana dan Realisasi PBB Tahnn Anggaran 2000-2005 pada wilayah Jakarta Selatan 1
No
Tahun
Rencana
Realisasi
Rp 129.865 Rp 151.056 2000 1 2001 Rp 197.887 Rp218.779 2 2002 3 RP 108.286 RP 110.938 2003 Rp 111.200 Rp 113.197 4 5 2004 Rv 118.715 R~ 121.888 2005 Rp 140.101 Rp 143.575 6 Sumber: KPPBB Jakarta Selatan 1 ( dalam jutaan )
Selisih Rp % 21.191 16,32% 20.892 10,56% 2,45% 2.652 1.997 1,80% 3.173 2,67% 3.474 2,48%
Berdasarkan tabel di atas, dimana rencana penerimaan Pajak yang telah
ditetapkan
pada
tahun
anggaran
'.2000
yaitu
sebesar
Rp 129.865 dan realisasinya adalah sebesar Rp 151.056 di mana terjadi
peningkatan persentase yang telah ditetapkan 100% menjadi 16,32%. Hal ini disebabkan karena adanya kesadaran dari wajib pajak untuk membayar pajaknya sehingga te1jadinya suatu
pen,~apaian
target yang
direncanakan oleh pihak Pajak Bumi dan Bangunan yang ada di wilayah Jakarta Selatan I. Pada tahun 200 I rencana anggaran yang ditetapkan Rp 197 .887 yang realisasinya adalah sebesar Rp 218. 779 dimana rencana yang telah ditetapkan jelas lebih besar dibandingkan pada tahun 2000 dan realisasinya juga mencapai target yang diharapkan, tetapi persentasenya menurun dibandingkan pada tahun 2000, dikarenakan pada tahun 200 I itu masih ada dalam satu wilayah belum terbagi me:njadi tiga wilayah. Sehingga pada tahun 200 I penerimaannya mencapai target yang cukup signifikan. Sedangkan pada tahun 2002 penerimaan yang didapat itu lebih kecil dibandingkan pada tahun 200 I. Dengan demikian persentasenya menurun yang mana pada tahun 2001 mencapai 10,56% menjadi 2,45%, yang disebabkan oleh adanya pemecahan wilayah yang ada di Jakarta Selatan, pada tahun 200 I memakai satu wilayah kini talmn 2002 menjadi tiga wilayah. Sehingga terjadinya penurunan persentase tetapi rencana yang diharapkan mencapai target yang diinginkan. Selanjutnya
tahun 2003 terjadinya penurunan persentase dari
2,45% menjadi 1,80% rencana yang dilakukan adalah sebesar Rp 111.200
yang realisasinya mencapai sebesar Rp 113.197 Oleh karena itu pada
tahun 2003 masih dapat mencapai target walaupun persentasenya menurun, ini disebabkan oleh wajib pajak yang masih menunda dalam '
membayar pajaknya sehingga terjadinya penurunar1 pt•rsentase. Sedangkan
pada
tahun
2004
kembali
terjadinya
kenaikan
persentase, yang mana rencana penerimaan PBB mencapai target yang diinginkan ini dikarenakan oleh kepatuhan wajib paj.ak dalam membayar pajaknya. Sehingga penerimaan PBB mengalami kenaikan yang cukup stab ii dan signifikan, dan juga kenaikan ini disebaban oleh kenaikan NJOP pada tiap tahunya sehingga Penerimaan Pajak pada tiap tahunnya relative stab ii. Pada tahun 2005 kembali terjadinya penurunan persentase tetapi rencana yang dianggarkan oleh KPPBB mencapai target yang diinginkan. Dengan demikian pada tahun 2005 masih ada wajib pajak yang belum membayar pajaknya, walaupun masih ada tetapi target yang diinginkan KPPBB selalu mencapai target setiap tahunnya, dan juga dilihat dari kenaikan NJOP setiap tahunnya masih banyak wajib Pajak yang telat membayar Pajaknya dikarenakan faktor ekonomi pada saat ini yang masih belum relatife stabil sehingga adanya penundaan dalam pembayaran PBBnya. Berdasarkan data yang didapat mengenai penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di wilayah Jakarta Selatan I dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Ada kalanya peningkatan jumlah wajib pajak tidak diikuti
dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, ha! ini terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi penerimaan Piiiak itu sendiri. '
3. Faktor-faktor yang Mempengarnhi Penerimaan Sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dalam membahas dan menganalisa objek penelitian ini, penulis menggunakan data-data atau catatan-catatan mengenai penerimaan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan tahun anggaran 2000 sampai tahun 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi pem:rimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut adalah : a. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Wajib pajak pada umumnya cenderung untuk menghindari pajak. Hal ini terbukti dengan masih adanya tunggakan pembayaran pajak bumi dan bangunan. Wajib pajak juga biasa mengulur-ulur waktu pembayaran pajaknya. Jika sudah jatuh tempo wajib piijak baru membayamya. b. Kualitas Aparatur Pajak Kualitas pendidikan aparatur pajak juga mempengaruhi penerimaan pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Smnber daya manusia dari aparatur pajak juga harus ditingkatkan dengan cara memberi pelatihan-pelatihan yang melayani wajib pajak.
berguna untuk tugas-tugasnya dalam
c. Kondisi Sosial, dan Ekonomi Kondisi perekonomian yang ada saat ini tidak menentu Karena masih terpuruknya nilai tukar mata uang Dollar Amerika terhadap mata uang Rupiah. Hal ini mengakibatkan naiknya harga-harga barang, terutama barang-barang kebutuhan pokok. Kondisi tersebut juga mengakibatkan pengangguran dimana-mana, banyak bidang usaha mengalami kemacetan usaha dikarenakan suku bunga pinjaman yang semakin tinggi. Hal ini menyebabkan memburuknya kemampuan ekonomi wajib pajak sehingga wajib pajak tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. d. Tingkat Akurasi Data Data yang didapatkan baik dari pendataan langsung yang dilakukan oleh aparatur Pajak maupun oleh wajib pajak sendiri selanjutnya diolah untuk menentukan jumlah pajak terntang yang ada pada blanko Surat Pemberitahuan Pajak Terntang ( SPPT). Akan tetapi terkadang tingkat akurasi data yang diolah oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan tidak akurat, sehingga wajib pajak banyak yang mengajukan permohonan keberatan kepada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih adanya pengajuan permohonan keberatan yang isinya antara lain karena kesalahan data yang ada pada Surat
P•~mberitahuan
Pajak
Terutang (SPPT). Kesalahan data tersebut antara lain berupa salah
cantum nama, salah alamat sampai dengan kesalahan jumlah pajak terutang. Dalam
melaksanakan
pendataan
untuk
perhitungan
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jakarta Selatan I, banyak hambatan yang pasti tidak terhindar dan mungkin terjadi di luar dugaan atau di luar perhitungan karena berkaitan dengan suatu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat. Untuk membayar pajak, tidak jarang menemui hambatan atau tantangan baik yang bersifat internal maupun yang bersifat ekstemal. 1) Hambatan-hambatan yang bersifat internal a) Sumberdaya manusia yang kurang mendukung b) Tingkat pendidikan yang masih rendah c) Aparat pajak yangjauh lebih sedikitjika dibandingkan dengan jumlah wajib pajak. 2) Hambatan-hambatan yang bersifat eksternal a) Kesadaran masyarakat khususnya wajib pajak yang kurang mendukung. b) Kebiasaan wajib pajak yang mengulur-ulur waktu pembayaran atau
menunda pembayaran sampai
akan jatuh tempo
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
c) Adanya wajib pajak yang tidak mau membayar karena kesalahan dalam penulisan nama, jumlah perhitungan dari luas tanah ataupun bangunan. d) Adanya pemindah tanganan hak atas tanah yang tidak di ketahui oleh pihak kecamatan atau kelurahan. Hambatan juga sering terjadi dalam ha\ pembayaran pajak seperti kurangnya penyuluhan dari aparatur P!liak sehingga dalam pengenaan sanksi juga belum dijalankan sepenuhnya maka kadangkadang rencana yang telah ditentukan tidak ses11ai . Dengan demikian meningkatkan peran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai pencapaian rencana penerimaan pemerintah perlu adanya suatu sistem yang dapat menjamin tertib administrasi sehingga mudah dalam menjalankan pengawasan sekaligus dapat menjamin peningkatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) semaksimal mungkin. Berdasarkan uraian di atas, maka berikut ini penulis membahas lebih dalam mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak adalah: I) Penyuluhan Untuk meningkatkan penerimaan dari sector Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), wajib pajak memerlukm1 penyuluhan guna membayar pajak. Penyuluhan ini merupakan hal yang sangat
penting Karen dengan mengadakan penyuluhan wajib pajak akan memberikan suatu dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung tentang maksud dan tujuan membayar pajak sebagai salah
satu
sumber
penerimaan
negara
untuk
membiayai
pembangunan nasional. Adapun cara penyampaian penyulu:han yang dilaku:kan oleh petugas Pajak Bumi clan Bangunan adalah sebagai berikut: a. Menyebarluaskan infmmasi tentang Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi clan Bangunan (SPPT PBB) kepada masyarakat satu bulan sebelum waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), melalui : I. Pembuatan brosur-brosur 2. Pengumuman dimedia masa 3. Pengumuman diradio 4. Pengumuman dispanduk 5. Penayangan ditelevisi b. Informasi yang disarnpaikan antara lain : Mengenai
batas waktu dan tempat pengarnbilan atau
penyampaian Pajak Terutang (SPPT PBB
).
Tim
kerja
penyampaian Surat Pemberitahuaaj Pajak Terutang (SPPT PBB) akan bertugas pada posko dikelurahan/kecamatan selama 15 hari. Penyuluhan yang disarnpaikan kepada wajib pajak dapat dilakukan melalui media masa seperti radio, televisi, surat kabar
dan majalah. Penyuluhan semacam ini hanya bersifat sporadic dan tidak umum, tetapi seharusnya pihak pajak melakukan pendekatan kepada wajib pajak secara langsung sehingga dapat menjelaskan tentang apa maksud dan tujuan dari pihak itu sendiri. 2) Bimbingan. Bimbingan ini merupakan suatu pola yang dilakukan oleh aparatur pajak terhadap wajib pajak mempunyai pandangan tentang apa yang harus dilakukan serta langkah apa yang harus digunakan. Bimbingan juga merupakan arahan kepada wajib pajak agar wajib pajak tahu akan maksud dan tujuan membayar pajak. Sebagai contoh, seorang aparatur pajak memberikan bimbingan kepada wajib pajak bahwa dengan membayar pajak berarti wajib pajak ikut berperan serta di dalarn pembangunan, dan dana
yang
diperoleh
merupakan
sumber
penerimaan
negara/pemerintah yang digunakan untuk pembangunan sepe1ti pembuatan jalan, jembatan atau prasarana umum lainnya yang dapat dinikmati oleh orang banyak ternnasuk wajib pajak itu sendiri. Untuk itu dengan adanya bimbingan kepada waj ib paja maa wajib pajak akan sadar dan terdorong untukmembayar pajaknya, maa rencana penerimaan akan tercapai. Bimbingan harus dilakukan secara jelas kepada wajib paja seperti : a. Pengertian tentang pajak serta apa maksud dan tujuan pajak.
b. Proses pelaksanaan seperti penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajakn (SPOP), Surat Pemberitauab Paja Terutang (SPPT) dan kapan aan jatuh tempo. c. Dimana wajib pajak harus membayar pajaknya. d. Jika wajib pajak tidak mematuhi apa sanksi yang akan dikenakan. Apabila bimbingan yang dilakukanjelas, maka wajib pajak merasa bahwa ia mempunyai tanggung jawab dalam membayar pajak yang
merupakan
sumber penerimaan
negara
gnna
membiayai pembayaran nasional yang hendak dicapai. 3) Pengawasan Keberhasilan yang dicapai dalam mncana penerimaan pajak mutlak harus didukung oleh adanya suatu system pengawasan baik ke dalam maupun keluar yang berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban dan hak dari semua pihak baik aparatur pajak maupun wajib pajak itu sendiri. Pengawasan
mempunyai
peranan
penting
dalam
meningkatkan penerimaan pajak termasuk Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
Melalui
pengawasan,
diharapkan
dapat
mengurangi penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang bagi aparatur pajak dalam meajalankan tugasnya. Sedangkan bagi wajib pajak diharapkan mampu memenuhi hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan peraturan penmdang-undangan yang berlaku. 4) Kemudahan bagi wajib pajak dalam membayar pajaknya yaitu dengan cara : a.Pembayaran PBB melalui Bank yang ditunjuk pemerintah b.Pembayaran PBB melalui A1M c. Pendaftaran objek pajak melalui internet d.Melalui Telepon Dengan adanya Hallo PBB yang ada di Jakarta Selatan I maka wajib pajak bisa mengetahui segala pemmsalahan pajak dengan menelepon wajib pajak bisa mengetahui berapa pajak yang harus dibayar, kapan jatuh tempo dan lain-lainnya.
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan basil analisis permasAlaban dan pembabasan pada skripsi yang telah dilakukan di KPPBB, maka penulis
b•~rusaba
memberikan
beberapa kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan yang dimaksud adalab sebagai berikut: !. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dliperoleb oleb kantor
pelayanan Pajak Bumi dan Bangi.man di wilayab Jakarta Selatan 1, rencana penerimaan Pajak yang telah ditetapkan pada tahun angaran 2000 s/d 2005 terjadinya peningkatan pada setiap tahunnya. Akan tetapi pada tabun 2001 terjadinya penerimaan yang cukup tinggi, dikarenakan pada tabun tersebut masib terjadi satu wilayah
dan belum adanya
pemisaban wilayab yang terjadi di Jakarta Selatan l ,pertumbuban penerimaan pada setiap tabunnya relative stabil,dikarenakan wajib pajak yang taat dalam membayar pajaknya. 2. Data yang diperoleb dari basil penelitian diseksi penerimaan dikantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan diwilayah Jakarta Selatan I mendapatkan basil yang sangat baik yaitu penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tiap tabunnya mengalami peningkatan.
3. faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan pada wilayah Jakarta Selatan I adalah: a. Tingkat Kesadaran Wajib Pajak Wajib pajak pada umumya cenderung menghiindari pajaknya dan wajib pajak juga bisa mengulur-ulur waktu dalam membayar pajaknya. b. Kualitas Aparatur Pajak Sumber daya manusia dari aparatur pajak khususnya dalam pendidikan yang kurang berkualitas dikarenakan kurang adanya pelatihan pelatihan khusus dalam melayani masyarakat. c. Kondisi Sosial, dan Ekonomi Negara kita mengalami krisis sosial ,ekonomi yang mengakibatkan terpuruknya perekonomian nasional sehingga penerimaan pajak pun terhambat. d. Adanya permohonan Pengurangan oleh wajib Pajak Pajak Bumi dan Bagunan (PBB) tidak mencapai target penerimaan yang diharapkan. Hal tersebut dikarenakan adanya permohonan pengurangan pajak terutang oleh wajib pajak. e. Tingkat Akurasi Data Karena keterbatasan dalam keakurasian data pada kantor pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang kurang akurat disebabkan oleh kelalaian sehingga wajib pajak banyak yang ngajukan permohonan keberatan.
B. Im plikasi Berdasarkan hasil penelitian Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan rencana dan realisasi penerimaan, maka Implikasi yang terjadi adalah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sudah bagus didalam pendapatan juga kinerja yang diterapkan cukup baik terbukti dimana realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan selalu mencapai target dari yang direncanakan tiap tahunnya.
C. Saran Untuk mencapai angka realisasi penerimaan pajak agar dengan rencana penerimaan pajak, maka pemerintah dalam hal ini aparatur pajak agar melaukan tindaan-tindakan yang lebih baik agar faktor-faktor yang menjadi penghambat tidak tercapainya rencana penerimaan dapat diatasi untuk itu penulis menyarankan : I. Dilihat dari segi penerimaan, maka dapat diketalmi bahwa masih ada
potensi wajib pajak yang menunda membayar pajaknya. Untuk itu Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan khususnya wilayah Jakarta Selatan l, lebih memperhatikan dari seksi penerimaan agar kine1janya lebih giat dan lebih baik lagi, agar supaya tunggakan Pajaknya dapat diperkecil
2. Untuk pencapaian target yang diharapkan,seksi penagihan lebih giat melakukan penagihan kepada wajib pajak yang belum membayar pajaknya dengan cara mengirimkan surat tegoran dan jika wajib pajak masih belum membayar pajak juga maa akan diterbitkan surat paksa. 3. Dalam menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB maka pihak Kantor Pelayanan Pajak PBB Jakaita Selatan hendaknya meningatkan penyuluhan, bimbingan dan pengawasan kepada wajib pajak serta lebih mengefektifkan dan meningkatkan kine1ja seksi pendataan maupun penilaian agar didapatkan data-data baru mengenai suatu objek pajak sehingga dapat meningkatkan pembiayaan untuk pembangunan nasional. 4. Kemudahan bagi wajib Pajak dalam membayar Pajaknya : - Didalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Bank agar waktunya tidak dibatasi haya sampai jam 11.00. Tetapi sampai jam kerja yang berlaku dibank. - Didalam membayar pajak Bumi dan Bangunan tidak saja lewat ATM tetapi bagi Wajib Pajak yang sudah mempunyai rekeming bisa langsung ditransper lewat rekening yang ditunjuk pemerinta.h.
DAFTAR PUSTAKA
B.Budiono, Perpajakan Indonesia, Penerbit Kawula Indonesia, Jakarta, 1997 Departemen Keuangan RI, tahun 1994. Peraturan-Peraturan tentang Perpajakan, Percetakan Negara RI, Jakarta. Direktrur Jenderal Pajak, tahun 1998, Penggenaan Pajak Bumi dan Bangunan, nomor 16/PJI 1998, Jakarta. Direktur Jenderal Pajak, Undang-undang Nomor 12 tahun 2004, Penerbit Bina Rena, Jakarta. Early Suandy, Hukum Pajak, Penerbit Salemba Empat, Jakarta,2005. Indriantoro Nur," Meteologi Penelitian Bisnis ",BFE UGM, Yogyakarta,2002. Keputusan Menteri Keuangan, tahun 1998, Perhitungan Pqjak Bumi dan Bangunan Terntang, nomor 523/KMK.04/1998, Jakarta. Mardiasmo, "Perpajakan," edisis revisi tahun 2002, PT Andi offse, Yogyakarta. Peraturan Pemerintah, tahun 2000 tentang Pembagian HasH Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, nomor 16, Jakarta. Rochmat Soemitro, Prof., SH., Asas dan Dasar Perpajakan, " Eresco, Bandung,2003. Siti Resmi, "Perpajakan Teori dan Kasus ," Salemba Empat, Jakarta,2005.
Undang-undang Perpajakan, tahun 2005, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Waluyo dan B Ilyas Wirawan," Perpajakan Indonesia," Salemba Empat, Jakarta,2003.
DEPARTEMEN A.GA.MA UNIVERSITAS ISLAM NEG-ERI (Uil'l) SYARIF HIDAYATULLAJI JAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN Il~MU SOSIAL Ter•kredltasl Derdasarkarii Surnt Keputusan Btdnn AJr.redltasi Nasfonal Program Studt Manajemen: Terakredlhisl "A 11 SK. BAN PT No. 026/DAN·PTIAk"IX/SJ/J 2006 Program Studl Akuntausl : Terakredlta!I o B" SK. BAN PT No. 028/BAN·PT/Ak·l.XlSJ/l 2006 Telp
lr.I{. JuaniJ;i No. 95, Ciputat 15412. Indonesia
Nomor Lampi ran Hal
: (62-21_ 7493318, 74'16006 Fax. (62-21) 7496006
Website : www.uinjkt.:.ac.id en1nil: ui!!iktiffiindo.qct.i~
: EEIS/OT.01.6/75/111/2006
Jakarta, 29 Maret 2006
: Permohonan Kunjungan Riset. Kepada Yth: Kantor Pelayanan Pajak Bumi & Bangunan ( KPf'BB) JI. Pasar Minggu Raya No.11 Jakarta Selatan Assalamu'a/aikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa Fakultas Ekonomi dan I/mu i:osial UIN ,Jakart8 yang memi/iki 2 (dua) p,·ogram studi yaitu Program Studi Manajemen dan Program Studi AKuntansi serta telah ',erAkreditasi BAN PT, dengan ini mengajukan permc~c~qn k11njungan rise! pada perusahaan/instansi yang Bapak/lbu pimpin. Dalan1 proses pendidik<m yang diberikan kepada mahasiswa kami, selain dal3m bentuk teori dan studi kasus, kami pun juga rnelengkapinya dengan melakukan rise! di lapangan. Adapun lokasi tujuan riset adalah perusahaannembaga yang menurut hemat kami telah menjalanf:an prinsip - prinsip Manajemen dan Akuntansi yang baik dar profesional. Untuk _tujuan tersebut, dengan ini kami mohon agar mahasiswa karni : Nama Jurusan/Semester NIM
: Firdaus : Akuntansi I VIII : 102082026192
Narr~ t<Jrsebut di alas mohon dinerkenankan untuk melakukar. kunjungan r:stot di lingkunvan perusahaan/lembaga yang Bapakilbu pimpin.
Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat tercipta kerjasama yang berkelanjutan antara Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Perusahaan Bapak/lbu. Sebagai institusi pendidikan, kami sangat mengharapkan dukungan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis/industri dan masyarakat dalam pembangunan masyarakat madani yang kita cita-citakan. Demikianiah permohonan kami sampaikan, alas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan te•ima kasih. Wassalamu'alaikurn Wr. Wb.
DZPARfE:!v!EN KEUANGAN REPURL!K INDONEST !\. DIREKTORAT JENDERA.L PAJAK KANTOR \VILAYAH DJP JAKARTA Sl~LATAN K.ANTORPEIAYANAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN JAKARTA SELATAN SATU R.i1;-.P:i=lllinlj8UN<. ll 1'b.ti
Tolopon
: 7993028. 7992.961
P"ll' DJP: http:/lwww.pnjnk.goid
Fnk<:imili
: 79942.l3
15 Janumi 2007
SURAT KETERANGAN NOMOR: S-
/Wl'J.04/KB.0101/2007
' Yang bertanda tangan dibavvah ini , Kepala Kantor Pelaya'l~ll Pajak Bumi dan Ban gun an lrta Se Iatan Satu. Dengan ini menerangkan dengan sesungguhnya bah"\Va : Nam a
NIR Jnrusan
: Firdaus
1020820::'.610' : Akuntans1
snrat dari UNIVEl\SITAS ISLAM: NEGFRJ f1JlN) SYARJF DAYATULLAH JAKARTA perih.J permohonan kurjungan riset untuk menjalankan prinsip.sip majemen dan akt•ntansi yang baik dan profesional adalah benar telah melakukan riset pada tor fek1.yanan Paja.1< Bumi dan Bangunan Jakai1a Selatan Satu.
deng-m
,---·.~
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sesun&,"llhnya diberikan pada dan atas nintaan yang bersangkutan untuk dapat dipergnnakan seba;;aimooa mestinya. An. Kepala Kantor Pelayanan PBB ,d!:'7.':~tu!rnrt
E ttik~R~i~~~i@(// :t<j SARTONO, SH. M.SI
J.-: ·,:,:,:1
i
I I
t ::::;::kOOak=rU:&:~--
'Wlitan:::::::
Pud !Astutl
::::::::.:::=:P.elllt$ai'la:::::::::::::::::::
Katharina Sltumorang
Satwan Hasan Sldik
Muamar
Kusnadi
I
I
nif!1an;::-:··
·.-:::.::oat~:t.:1nfimriii~1:-:··
.,M~'---1
-· ·
<::;:;:Pruurtii?!ri:'.
~
Ir. Rustana MMA
. : ::.:'l
..
: ::::);:~~~j~j~:~~t~~~~}~{~~~~~~~: Zaln.irl
ST
,< : I ;-
_ J
;:'/::::::: :::-: >J S•)
.,
I
I
Rotu.i Paniaitan, S.Sos ~·1
'
Tri Setvo Nuqroho
I
t
I 1a~t~:Jrg;~~~;~fa~:::'.·>
I
r:: ::::::::::;:;:P!itiiJciiri.!l:>==:J Yudiat1
'
I <:::::::::::::::P.elikSililil:::: ::::::: ·:::::
I
___J
~-a;;
. ·.:::t<~lt'!iriP911'flmf!SiQf!~I;: :-:<
Sugimin
OWi Rochayatl Edi Vlermanlho
~w;::r:::krioal On.. DJ!miluddin, MM
I
[::·:~::::kefu~:[tt~:~:~:;::-?
s..ntoso
Edv Sartllono
lne Martllana, SE
I
I
·1
L
,
;~:~~~~~:~m~~~t~~~~~~?:~i~~~i~:~~~
~ :::/~~~~:~~!~\'\ ~:~:~:~:::· Joko
~
l
Selam at Umi>•
I Ketut weta
'.:~::-:::'.:~:::::::::'.::~e1awaria:::::::::::::::::::::::
Roni Manto
<>::::::::~~its~ii·'· :-:· :::::::Kortak:Petr-anfu.uan:::: ·: ·: ::;:;:fy~i~~~~=gi~~~~:: :-:1
Yana Yusuf Bayu Wand!hay<1sa ~
I
~~~}:~t~;:4~~~~~~m~~~ Tumar
·,·.· ·.·.·.
M. AQus Budls4ntoso. S?1
lka lndr\.ana, SE
:::::::::;:::::::::::::Petiliirii: ::::::.:;:::::::::::.
'
:-:::::: Penenmaan. -.
Sudarmad!I, SH
n\~~:~~~~~i~~:~~~~~~~f~~:~w~~~mrnmm1 i:r:twti~~i.t.:: ,\ I
pu!ra
"''
:
~
. ..
·>::P.e:neiawn·f'~$Sa:en·&"Pe&.ni.asn.:
I
...
Abn~[SH
::::::::: ::•:::::::::<:~~~•:::::::-: :::<::-
· ···>:Pe:#~in:o~ta:>:.· ·>:······
0~£3:::
..
l
···K~l~:~k~_f :<:Pii-fl~Ql~::ti:.::
::::K!i~ta:: Selli!l.
f::::::::::::::::::P¢1il.l#li~::::;::::::::::::::
V-cvl lrawatl
t
. ':'.Ke~~!t$ekii1
I :~:::::: ttima1d:foiiiiti:t!iigga.: ::::::: =1 SudlaU
I
I',,,,,,,,,,,,,,,,,,p;1•...~' ,,~·•' '" :::,'I
·:Kepaia Se11~1:~engoiab:a:i:::::
t:
.·::'::::::::t
Ali Yusuf
ii:i:: :;. ;.
f
S!git Wahyu Sawin, S.Sos
I
I
r::,:::: :, ':'::::: 'Pililiaffi»::,:;:":'::1
I
Jum•tl
I
I
Hetiansyafl
I
Dafta:r Pe:rbandin.gan Rencana dan ReaHsasi P:SB Tahun Anggaran 2000-2005 Pada WHayah Jakarta Selatan I Tahun
Rencana
Realisasi
%
2000
Rp 129.865.000.000
Rp 151.056.501.110
116,32%
2001
Rp 197.887.094.000
Rp 218.779.254.644
110,56%
'3
2002
Rp 108.286.670.000
Rp 110.938.703.865
102,45%
4
2003
Rp 111.200.000.000
Rp 113.197.011.873 I 101,80% I
2004
Rp 118.715.460.000
L6 [ 2005
Rp 121.888.139.695
Rp 140.101.056.000
No i
--
1
I 2
,-
5
-
---
J
102,67% I
Rp 143.575.683.674~2,4~~
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Selatan 1
71 , ; ] jPajak Bumi dan Bangunan
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLlK INDONESIA,
l!enimbang: a.
b.
c.
cl.
e. f.
g.
h.
•
bahwa pajak merupakan salah saru sumber penerimaan negara yang sangar pen ting arti bagi pelaksanaali dan peningkatan pembangunar nasi 0 nal sebagai pei.g,malan panca yang bertujuan untuk meningkarkan kemakmuran clan ke;;ejahternan ralcyar, clan oleh kare. itu perlu clikelola clengan meningkarkan peran sena masyarakat sesuai clengan kemampuann bahwa bumi clan bangunan memberikan keuntungan clan/atau kecludukan· sosial ekono yang lebih baik bagi orang a01c: hada~ yang mempunyai suatu hak arasnya atau memperoi' manfaa, clari paclanya, dan olen karena iru wajar apabila mereka cliwajibkan memberI sebagian clari manfaat atau kenikmatan yang cliperolehnya Jcepacla negara melalui pajaki' bahwa sesuai clengan amanac yang rerkanclung clalam Garis-garis Besar Haluan Ne' Tahun 1983 perlu diadakan pe;.1baharuan sistem perpajakan, sehingga dapat mewuju, , · peran serra clan kegotong-royongan masyarakat sebagai porensi yang sangat besar dal pembangunan nasional; , ~~i; bahwa sisrem perpajakan yang berlaku selama ini, khususnya pajak kebenclaan clan' p~ kekayaan, relah menimbulkan beban pajak berganda bagi masyarakat, clan oleh karena i .' perlu diakhiri melalui pembaharuan sisrem perpajakan yang seclerhana, muclah;· aclil, d ... memberi kepastian hukum; ·-..,. bahwa untuk mencapai maksud rersebut di atas perlu disusun Unclang-unclang tent Pajak Bumi don Bangunan; bahwa pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang p dalam kehiclupan nasional. Khususnya di bidang perekonomian, termasuk berkembangn bentuk-bemuk dan praktek penyelenggaraan kegiaran usaha yang belum tercampung dal Unclang-undang perpajakan yang sekarang berlaku; bahwa dalam usaha umuk selalu menjaga agar perkembangan perekonomian sebagai terse . di atas dapar tetap berjalan sesuai dengan kebijakan pembangunan yang bertumpu pacfi Trilogi Pembangunan sebagaimana diamanarkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara; dan seiring dengan itu dapar diciprakan kepastian hukum yang berkaitan deng2n aspek'\ perpajakan bagi benruk-bentuk dan prakrek penyelenggaraan kegiatan usaha yang terus,f berkembang, cliperlukan .l2ngkah-langkah penyesuaian yang memaclai terhaclap berbagai ,\, ..,~j Undang-undang perpajakan yang celah ada; bahwa unruk mewujudkan hal-hal rersebur, dipandang perlu mengubah beberapa kerenruan ·;~ dalam Undang-undang Nomr 12 Tahun 1985 renrang Pajak Bumi clan Bangunan; ···~
'ngingar
'.-.(!:,
rng·undang Pajak Untuk Ta/run 2005
3. Undang·undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Kerentuan Umum clan Tata C'!!a Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembara11 Negara Nomor 3262) sebagaimana ce!ah diubah dengan Undang·undang Nomor 9 Tahun 1994.(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Namor 3566); 4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 198~ tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312); Dengan perserujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: nencabur:
nansi Pajak Rumah Tangga 1908 (Personeelc Belasring Ordonnanrie l ')08, Sraarsblad Tahun 1908 or 13) sebagaimana telah beberapa kali diubah, rerakhir dengan Pcrarur:rn Pemerin(ah Pengganti mg-undang Nomor 19 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tambahan 1959 Nomor 112, Tambahan >aran Negara Nom0r 1868) yang dengan Undang-undang Nomor l Tahun l ?61 (Lemi:>aran Negara n 1961 Nore.or 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2124) rclah ditctapkc l menjadi Undangngi
mansi Verponding Indonesia 1923 (Inlandsche Verpondings Ordornancie 1923, Sraatsblad Tahun Nomor 425) sebagaimana telah beberapa kali di ubah, rerakhir dengan Algemeene Vtrorder.i!1gen enlandsche Besruur Java en Madoera (Staatsblad Tahun 1931 Nomor 168); >nansi Verponding 1928 (VerpGndir.gs Orclonnantie 1928, Sraatsblad Tahun 1928 Nemor 342) ;aimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang·undang Nomor 29 Tahu., 1959 (Iembran 1ra Tahun 1959 Nomor 74, Tambaham Lembaran Negara Nomor 1882): mansi Pajak Kekayaan 1932 (Ordonnantie ap de Vermogens Belascing 1932, Staatsblad Tahun 1932 ror 405) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang·undang Nomor 8 Tahun ' (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomar 18, Tambahan Negara Namor 2827); >nansi Pajak Jalan 1942 (Weggeld Grdonnanrie 1942; Staarsblad Tahun 1941 Nomor 97) sebagaimana beberapa kali diubah, terakhir dengan Algemeene Verordening Oorlogsmisdrijven (Scaacsblad Tahun ; Nomor 47); I 14 huruf j, k, dan l Undang-undang Ncmor 11 Dre lahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak rah (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1287) yang ;an Undang-undang Nomor l Tahun 1961 (Lembaran Negara Tahum 1961 Nomor 3, Tambahan baran Negara Nomor 2124) celah dicetapkan menjadi Undang-undang. ruran Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 11 Tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi obaran Negara Tahun 1959 Nomor 104, T2mbahan Lemb"an Nomor 1860) yang dengan Undangrng Nonior 11 Tahun 1961 (Lembarari Negara Tahun 1961 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara oor 2124) celah ditetapkan menjadi Undang-undang; •kan: l. UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 2. UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN.
©2005
Undang-m1dang Pajak U111uk Tahun 2005
I '
··.'"•. .
.•
; ] jPajak Bumi dan Bangunan
·.:~;~ Pasal I \i!engubah beberapa ketencuan dalam Undang-undang Nomor 12 T.~hun 3angunan sebagai berikut: I. Ketent'1an Pasal 3 ayat (3) dan ayat (4) dirub~h,
t. Ketencuan Pasal 17 dihapus, Kecentuan Pasal 23 dirubah, Kecentuan Pasal 27 dihapus. ._.j'
BAB! KETENTUAN UMUM •L\t
Pall as . ..l~ 'ang dimaksud dalam Undang-undang ini clengan: ·:;~ "• Bumi adalah permukaan bumi clan tubuh bu"'i yang aca dibawahnya. ni\ Bangunan adalah konstruksi teknik yang clicanam ~cau dilekatkan secara tetap pacla tanah Jan/atau per~icah;;:· ? Nilai Jual Objek Pajak adalah harga raca-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secaii~~: wajar, dan bilama na tidak terdapat rransaksi jual beli NHai Jual Objek Pajak ditencukan melaluL·~ perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai peroleh baru, atau Nilai Jual Objek Pajak:~ penggan ti; _. -,,_a~.~~ · · ·' · ··im
Surat Pemberitahuan Objek Pajak adalah surat yang digunakan oleh W:1jib Pajak uncuk melaporkan dar;\ objek pajak menurut ketentuan undang-undang int; .. · · · · . ; ".,..,~.· Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang adalah surat yang digunakan oleh Direkrorat Jenderal Pajak .un;ulf; memberitahukan besarnya pajak terhutang kepada Wajib Pajak. ., ·· ,,
~,,
:
BAB II OBJEKPAJAK
_
_; ~'
.·;,
Pasal 2 ) Yang menjadi objek pajak aclalah buffii dan/arau bangunan. ) Klasifikasi objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayar (!) diatur oleh Menceri Keuangan. Pasal 3 ) Objek Pajak yang ridak dikenakan Pajak Bumi clan Bangunan adalah objek pajak yang: . . : .,, ~i· a. digunakan semara-mata untuk melayani k.ependngan umum di bidang ibadah, sosial, kesehata~.··~ pencl!dikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan tmtu.~ memperoleh keimtungtin; · . ~.• b. digunakan umuk kuburan, peninggalan purbakala arau yang sejenio: dengan itu; •~ c. merupakan hucan lindung, hucan suaka alam, huran wisara, taman nasional, tanah penggembalaari yang dikuasai oleh desa, clan tanah negara yang belum dibebani suaru hak; . "' d. digunakan oleh pe1wakilan cliplomacik, konsulat berdasarkan perlakuan timbal balik; e. cligunakan oleh badan arau perwakilan organisasi inrernasional yang ditenrukan oleh Menceri Keuangan.
'J
!005
ndang·undang Pajak Untuk Tahun_2_0n_s_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ ,
,jek pajalc yang digunakan oleh negara uncuk penyelenggaraan pemerinta.han, penentuan pengenaan aknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerincah.
arnya Nilai jual Objek Pajak Titiak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) "'k setiap Wltjib Pajak. ryesuaian besamya Nilai jual Objek Pajak Ttdak Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan ~ Menteri Keuangan.
BAB III SUBJEK PAJAK Pasal 4 1g menj.;di subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyaca mempunyai suacu hak atas bumi 1/atau inemperoleh manfaat atas bumi, dan/arau memiliki, rnenguasai, da:n/arau memperoleh manfaat s bangunan. bjc!c pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) yang dikenakan kc .vajiban membayar pajak menjadi tjib Pajak menurut Undang-undang ini . .lam ha! atas suam objek pajak belum jelas diketahui Wajib Paiaknya, Direktur Jenderal Pajak dapat netapkan oubjek pajak sebagoimana dimaksud dalam ayat (i) sebagai Wajib Pajak. bjek pajak yang diretapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dap•t memberikan keterangan secara culis kepada Direktur Jenderal Pajak bahwa ia bukan Wajib Pajak terhadap objek pajak dimaksud. a kecerangan yang diajukan oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disemjui, maka rekmr Jenderal Pajak membatalkan penetapan sebagai Wajib. Pajak Sj!bagaimana dimaksud dalam ayat dalam jangka waktu sa~u bulan sejak diterimanya surar keterangan dimaksud. a keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat mtusan penolakan dengan disercai alasan-alasannya. abila setelah jangka ,.;aktu satu bulan <ejalc cani:~al diteri~anva kereran~an <ebagaimana dimaksud am ayat (4), Direkcur Jenderal Pajak cidak memberikan kepumsan, maka keterangan yang diajukan icu 1nggap disetujui.
BAB IV TARIF PAJAK Pasal 5 tjak ;•ang dikenakan aras objek pajak adalah sebesar 0,5% {lima persepuluh persen).
BABY DASAR PENGENAAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
Pasal 6 tsar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak.
,J1-c---:--,---::-------------------U_1_ul_a,,.g.undo11g Pqjak l111tuk Ta/lun 2005
I
~ Pajak Bumi dan Bangunan
~
......t
,,
.1!."
'·.~
. •'··~ t) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (!) ditetapkan setiap tiga Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah rertentu diterapkan setiap rahun sesuai perkembangan daetah~.
tahun•olf\l.
I) Dasar penghirungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan serendah·rendahnya 20%i(d.,. · puluh persen) dan setinggi-tingginya 100% (seracus persen) dari Nilai Jual Objek Pajak: ·· ·"· "
.t
'1) Besarnya persenrase Nilai Jual Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan dengan Peratuhiri1!.
Pemerinrah dengan memperhacikan kondisi ek;~oalm~ nasional.
:;~
··.'...\'!."
'5arnya pajak yang cerhurang dihirung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Nilai Jual Kena Pajak.
''\ ;~ .i
I
.tl
BABY! TAHUN PAJAK, SA.AT, DAN TEMPAT YANG MENENTUKAN PAJAK TERHUTANG
i)
,;~
.;,~
Pasal 8
hun pajak a.Jalah jangka wakrn saru rahun takwim. Saar yang menemukan pajak ya~g terhutang 'adalali J 'nurut keadaan objek pajak pad• wnggal 1 Januari. Tempat pajak yang ce1rhutang: ._ .i,1•.tf
.
'.\
unruk daerah Jakarta, di wilayah Daerah Khusus lbukota Jakarta; '· untuk daerah lain1.ya, di wilayah Kaburaren Daerah Tingkat II acau Kotamadya Daerah Tingkat II. ng meliputi letak obyek pajak.
BAB VII PENDAFTARAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK, SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG, DAN SURAT KETETAPAN PAJAK .
'
-
\::·"-~ ·• "; 1 :• ''}~
. :'.i
,::~
Pasal 9
Dalam rangka pendacaan, subjek pajak wajib mendafrarkan objek pajaknya dengan mengisi Surar Pemberitahuan Objek Pajak. Surat Pemberitahuan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serra ditandarangani dan disampaikan kepada Direkrorat Jencleral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak, selambac-lambamya 30 (tiga puluh) hari secelah tanggal diterimanya Surat Pemberirahuan Objek Pajak oleh subjek pajak. Pelak"enaar. clan rata c1r• pcnclaftaran objek pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diacur lebih Ian jut oleh Menteri Keuangan. Pasal 10 Berclasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak sebogaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1 ), Direktur Jencleral Pajak menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang. Direkrur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Kerecapan Pajak dalam hal-hal sebagai berikut: a.
apabila Surat Pemberirahuan Objek Pajak tidak disampaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan setelah ditegur secara terrulis tidak disampaikan sebagaimana ditenrukan dalam Surat Teguran;
Undang•rtndang Pajak Unl:tk Tahun 2005
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau kecerangan lain ternyata jumlah pajak yang cerhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihimng berdasarkan Surat Pemb•"itahuan Objek Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajak. 1mlah pajak yang terhucang dalam Surat Ketecapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), huruf a lalah pokok pajak ditambah dengan denda adminjstrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dihitu»g ari pokok pajak. 1mlah pajak yang terhutang dalam Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b lalah selisih pajak yang terhucang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang :rhutang yang dihitung berdasarkan Surat Pembericahuan Objek Pajak ditambah denda odminisrrasi ,besar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih pajak yang rerhutang.
BAB VIII TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN Pasal 11 ajak )'ang terhutang berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang sebagaimana dimaksud dalam 'asal 10 ayat (1) harus dilunasi selarr: '>ar-lambarnya 6 (enam) bulan sejak ranggal diterimanya Surat 'emberitahuan Pajak Terhurang oleh Wajib Pajak. 'ajak yang terhutang berdasarkan Surat Keterapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal I 0 ayat (3) an ayat (4) harus dilunasi selambat-lambamya 1 (satu) bulan <ejak canggal diterimanya Surat Ketetapan 'ajak oleh Wajib Pajak. 'ajak yang terhucang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar ai:au kurang dibayar, dikenakan ,enda administrasi sebesar 2%. (dua persen) sebulan, yang dihicung dari saat jacuh tempo sampai dengan :ari pembayaran uncuk jangka wakcu paling lama 24 (dua puluh empat) bula;,. )enda adminiscrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditambah dengan hutang pajak yang belum tau kurang dibayar ditagih dengan Surat Tagihan Pajak yang harus dilunasi selambat-lambarnya l' (sacu) •ulan sejak tanggal diterimanya Surat Tagihan Pajak oleh Wajib Pajak. 'ajak yang terhutang dibayar di Bank, K8.:uor Pos dan Giro, dan rempat lain yang ditunjuk oleh Menceri Ceuangan. :aca Cara pembayaran dan penagihan sebagaimana dimaksud dalam ayat: (!), ayat (2), ayat (3), ayat (4), Ian ayat (5) diacur oleh Menteri Keuangan. Pasal 12 Pemberitahuan PojakTerhutang, Surat Ketetapan Pajak, dan SuratTagihan Pajakmerupakan dasar penagihan
Pasal 13 1h pajak yang terhutang berdasarkan Surat Tagiha.n Pajak yang cidak dibayar pada wakcunya dapat ditagih m St.:rat Paksa. Pasal 14 eri Keuangan dapat melimpahkan kewenangan penagihan pajak kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat iatau Bupati!Walikotamadya Kepala Daerah Tingkac II. ©2005
------------------------"'U'-'11"-da"11"'g'--'·u11d
r
J Pajak Bumi dan
Bangunan BABIX KEBERATAN DAN BANDING Pasal 15
Wajib pajak dapat mengajukan keberaran pada !Jirekrur Jenderal Pajak ams: a.
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang;
b.
Surat Kererapan Pajak.
Keberaran diajukan secara rerrulis dalam bahasa lndonesia dengan menyarakan alasan secara jelas. Keberaran hari;s diajukan dalam jangka wakru 3 (riga) bulan sejak ranggal direrimanya surar sebagaimana dimaksud dalam ayar (I) oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangb wakru itu tidak dapar dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. Tanda penerimaan Surat Keberaran yang diberikan oleh pejabar. Direkrorai: Jencieral Pajak yang dirunjuk untuk icu atau tan
'.~:;~l:~~an
Direkrur Jenderal Pajak aras keberaran dapar berupa menerima seluruhnya acau ttau menambah besarnya jumlah pajak yang cerhucang.
.'it
seb~gian,_menolak,j. ",'
)alam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan aras kerecapan sebagaimana climaksud dalam Pasal I 0 ayar ,:~ 2) huruf a, Wajib Pajak yang bersangkuran harus dapat membukcikan keridakbenaran kececapan pajak -~~ e~ebuL .
1
lpabila jangka wakru sebagaimana dimaksud dalam ayar (J) celah lewar dan Direkrur Jenderal Pajakridak ~ oemberikan suaru kepurusan, maka keberatan yang diajukan, cersebur dianggap diterima. ) Pasal 17 Dihapus.
BABX PEMBAGIAN HAS!L PENERIMAAN PAJAK Pasal 18 lasil penerimaan pajak merupabn penerimaaan Negara yang dibagi anrara Pemerinrah Pusar dan 'merinrah Daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90% (sembilan puluh persen) uncuk
rulang-undang Pqjak Untuk Tahun 2005
-
nerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah Daerah Tingkat I sebagai pendapatan daerah yang sangkutan. ;ian penerimaan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) sebagian besar diberikan ,ada Pemerintah Daerah Tingkat II. >angan pembagian hasil penerimaan pajak sebagairnana dimaksud dalam ayat (!) dan ayat (2) diatur 1gan Peraturan Pemerintah.
BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 nteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang rerhurang: karena kondisi tertencu objek !Jajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/arau karena sebab-sebab tertentu lainnya; dalam ha! objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. entuan mengenai pemberian pengurangan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayar (I) d.iatur oleh nteri Keuangan. Pasal 20 minraan Wajib Pajak Direktur Jenderal Pajak dapat mengurnngkan denda admin!masi karena hal-hal
Pasal 21 that yang dalam jabatannya atau tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan objek pajak, wajib: menyampaikan laporan bulanan mengenai semua mutasi dan perubahan keadaan objek pajak secara rertulis kepada Direkrorat Jenderai Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak: memberikan keterangan yang diperlukan atas permintaan Direktorat Jenderal Pajak. vajiban memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, berlaku pula bagi tbat lain yang ada hubungannya dengan objek pajak. am ha! pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (I) dan ayat (2) terikat oleh kewajiban untuk negang rahasia jabatan kewajiban unruk merahasiakan itu clitiaclakan sepanjang menyangkut pelaksanaan fang-unclang ini. cara penyampaian laporan clan perminraan keterangan sebagaimana dirnaksud dalam ayat (1) clan : (2) diatur oleh Menreri Keuangan.
1
Pasal 22 yang ticlak rnemenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dikenakan sanksi menurut n perundang-undangan yang berlaku.
:,..i (~·
Undang·ullilang Pqjak Untuk Tahun 2005
$~
'
.
;;:
Pasal 23
•rhadap hal-hal yang te.'ah dia:11r secara khmus dalam Undang·11ndang ini, berlaku ketentuan dalam Undani'· idang Nomor 6 Tahun 1983 temang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diuhil!J.L ngan Undang-undang Nomor 9 Tah:m 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Le.mbara< egara Nomor 3566) serta ,oeraturan pertmdang·undangan lainnya. .:U1. . :~,
'
ii
KETEN::::IDANA .ang siapa karena kealpaannya:
.
ridak mengembalikan/menyampaikan Surar Pemberirahuan Objek Pajak kepada Direkrorat Jenderal
Pajak·~
menyampaikan Surar Pemberirahuan Objek Pajak, rerapi isinya ridak benar acau ridak lengkap dan/atau melam pirkan keterangan yang tidak benar;
!
?
1ingga menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam .,' \ Ian) arau denda setinggi-tingginya sebesar 2 (dua) kali pajak yang terhuta1og. "· Pasal 25 1
Barang siapa dengan sengaja: a.
tidak mengembalikan/menyamp«ikan Surar Pemberitahuan Objek Pajak kepada Direktorat Jenderal_;,; ·' - . ,-!';~·••N ><
• k; PaJa
b.
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak, terapi isinya tidak benar atau tidak lenglrap clan/. · atau melampirkan keterangan yang cidak benar; ..
c.
memperlihatkan surar palsu arau dipalsukan arau dokumen lain yang palsu arau dipalsukan seola4<.,t olah benar;
d.
tidak memperliharkan arau ridak meminjamkan surar arau dokumen lainnya;
e.
ridak menunjukkan data atau ridak menyampaikan kererangan yang diperlukan;
sehingga menimbulh& kerugian pada Negara dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 2 (dua) rahun arau denda setinggi-tin15ginya sebesar 5 (lima) kali pajak yang terhurang. Terhadap bukan Wajib Pajak yang bersangkuran yang mdakukan rindakan sebagaimana dimaksud dalam . ayar (1) huruf d dan huruf e, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya I (satu) rahun atau denda seringgi-tingginy• Rp 2.000.000,00 (dua jura rupiah). Ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam ayar (I) diliparkan dua apabila seseorang melakukan lagi rindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat I (satu) rahun, rerhitung sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau •sejak dibayarnya denda. Pasal 26
• 1 ~ '; ••
'
lak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 ridalc dapat dimntut setelah lampau wakru ·sepuluh) tahun sejak berakhirnya rahun pajak yang bersangkuran.
1dan.~·undt';,g Pajak Untuk Tahun 2005
Pasal 27 Dihapus.
BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 .p luran Pembangunan Daerah (Ipeda), Pajak Kekayaan PKk), Pajak Jalan, dan Pajak Rumah Tangga rang terhutang unruk tahun pajak 1985 dan sebelumnya berlaku ketemuan peraruran perundangrn yang lama sampai dengan tanggal 31 Desember 1990. Pasal 29 berlakunya Undang-undang ini, peraturan pelaksanaan yang rclah ada di bidang luran Pembangunan (lpeda) berdasarkan Uridang-undang Nomor 11 Prp Tahun 1959 rentang Pajak Hasil Bumi, tetap sampai dengan tan'lll"I 31 Desember 1990 sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur dengan in pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-undang ini. Pasal 30 lp objek pajak dalam bidang penambangan minpk dan gas bumi serta dalam bidang penambangan , sehubungan dengan Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil yang masih berlaku pada saat berlakunya ~-undang ini,· tetap dikenakan luran Pembanguna'l Daerah (lpeda) berdasarkan ketentuan-ketentuan 'erjanjian Kontrak Karya dan Kontrak Bagi Hasil yang masih berlaku. /
BABXN KETENTUAN PENUTUP Pasal 31 .g-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986. Agar setiap orang mengetahuinya, intahkan pe?gundangan Undang-undang ini dengan penemparannya dalam Lembaran Negara Republik :sia.
Pasal II n berlakunya Undang-undang ini, peraturan pelaksanaan yang telah ada. di bidang Pajak Bumi dan oan Lerdasarkan Undang·undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, tetap 1 sepanjang tidak bertentangan dan belum diatur dengan pemturan pelaksanaan yang baru berdasarkan g·undang ini.
~ IPajak Bumi dan Bangunan
Undang·undang Pajak Untuk Tahun 20IJS'
. '~~J
.·~.;~~,
Pasal llI
-
-:;~
Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang perubahan Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan .·
.
. • .
•ilib~~
.. '
:'·Viii.;
fasal N lJndang-undang ini mulai berlaku pada canggal 1 Januari 1995.
':::.v..
'.gar seriap orang mengecahuinya, memerimahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempacannyi'Ji falam Lembaran Negara Republik Indonesia
1}1
Undang-~ndang'Nomor
12 Tahun
Disahkan_di Jakarta pada tanggal 27 D~sember l 985
198~·L.:;~~·;jl ' " •u (I
I
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, . .,,.;!I;: ttd : · " ·· ".:iw
.
.
SOEHARTO
'" -
•
·'4~1.·1:11·. ' .- •'J1!nsqi'-·
'~
,.
EKRETARIS·NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
'
ttd
Q
' I., Ji!,
.'.<~~
>iundangk:m di Jakarta 1ada tanggal 27Deszmber1985 '
'" ,)td
''..
!r_-.d,~Tij~
la,·,-·
-_,._!;
..... •·\I_'_',~;. t --~°'J"... Ii_,.! '_.·
·'"
:
. : ,1,_ ; .
SUDHARMONO, S.H.
·~
·-; . -:
...
~
':,~f:-~;'~'.
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 'Ii\HUN 1985 NOMOR 68
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 · Di~ahkan di Jakarta , 4,~ pada tanggal 9Nopermber1994 ...... , ·"· 'Lc:.J!.;;;. PRESIDEN REPUBLIK iNDONESIA/ ' ' '.-'rt . . :-~-
... •!.Jttb1
ttd SOEHARTO
undangkan di Jakarta da tanggal 9Nopermber1994 KRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd MOERDIONO
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1994 NOMOR 62 005
: I ,, ,fl
1dang-undang Pajak Untuk Ta/um 2005
,~-~M~
PENJELASAN [--------·1 SUSUNAN DALAM SATU NASKAH .l.1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIAL NOMOR 12 TAHUN 1985, DAN . ==""==~UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1994
f'[ ::::::::=
'
• "'
'*'' v~~:!--~-~
TENTANG PAJAKBUMIDANBANGUNAN
UM Negara Republik Indonesia yang kehidupan rakyat dan perekonomiannya sebagian besar bercorak bumi termasuk perairan clan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi penring 1embangun masyarakat atlil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. trena iru bagi mereka yang memperoleh manfaat dan bumi dan kebyaan alam yang terkandung nya, karena mendapat sesuatu hak dari kekuasaan negara, wajar menyerahkan sebagian dari ker:ikmatan )erolehnya kepada Negara melalui pembayaran paiak. 1 bedakunya Un.-lang-undang ini, terhadap tanah yang tunduk pada hukum adar telah dipungut pajak kan. Undang-undang Nomor 11 prp Tahun 1959 dan terhadap tanah yang tunduk pada hukum barat Lt pajak berdasarkan Ordonansi Verponding Indonesia l 923, clan Ordonansi Verponding 1928. Di : itu terdapat pula pungutan pajak atas tanah dan bangunan yang berc.lasarkan pada Ordonansi Pajak Tangga 1908 serta lain-lain pungutan d2orah atas tanah clan bangunan. perpajakan yang berlaku selama ini, khususnya pajak kebendaan clan kekayaan relah menimbulkan g tindih anrara satu pajak dengan pajak lainnya sehingga mengakibarkan beban pajak berganda bagi .kat. lengan amanat yang rerkandung dalam Garis-garis Besar Haluan Negara perlu diadakan pembaharuan 'erpajakan yang berlaku dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak dalam nakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan sehingga dapat mewujudkan perhiasan 1ingkatan kesadaran kc·Najiban perpajakan serta meratakan pend.;paran masyarakat. trena iru Ordonansi Pajak Rumah Tangga 1908, Ordonansi Verponding Indonesia 1923, Ordonansi ling 1928, Ordonansi Pajak Kekayaan 1932. Ordonansi Pajak Jalan 1942,, Pasal 14 huruf j, huruf k, ·uf I Undang-undang Darurat Nomor 11 Tahun 1957 tentang Peraturan IJmum Pajak Daerah, luran gunan Daerah (lpeda) dan lain-lain peraturan perundang-undangan tentang pungutan daerah sepanjang ai tanah dan bangunan perlu dicabut. 1n Perundang-undangan lainnya terutama yang selama ini menjadi dasar bagi penyelenggaraan pungutan 1erah, khususnya seperti pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor masih berlaku . . mengadakan pemb2haruan sistem perpajakan melalui penyederhaan yang meliputi macam-macam m atas tanah dan/atau bangunan, tarif pajak dan cara pembayarannya, diharapkan kesadaran perpajakan syarakat akan meningkat sehingga penerimaan pajak akan meningkat pula. Pajak dalam Undang-undang ini adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di wilayah Republik ;ia. mencerminkan keikutsertaan clan kegotong-royongan masyarakat di bidang pembiayaan pembangunan, 'mua objek pajak dikenakan pajak.
l~~,-P-aj-ak-B~u-m-id_a_n-Ba_ng_u_n~an~~~~~~~~~~~~~~~~----"' U11dang•unda11g t'Qjak U11tuk Ta/tun 2005 .
l
P~merintah ·'.~
.lam Undang-undang ini, bumi dan/arau bangunan yang dimiliki oleh Pe:merincah Pusar dan .erah dikenakan Pajak. Penencuan pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan acas objek pajak yang digunakan ·.~ h Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan, diacur lebih lanjuc de.ngan Peracuran Pemerincah. .::1 :sil penerimaan pajak ini diarahkan kepad1 cujuan upcuk kepencingan masyarakat di daerah yang bersangkucan, .ka sebagian besar hasil penerimaan pajak ini diserahkan kepada Pemerinrah Daerah.
'
1ggunaan pajak yang demikian oleh daerah akan merangsang masyarakat uncuk memenuhi kewajibannya mbayar pajak mereka yang sekaligus mencerminkan sifat kegocong-royongan rakvac dalam pembiayaan nbangunan. rena Pajak Bumi dan Bangunan sebagian besar akan diserahkan kepada Pemerintah Daerah maka dirasa Ju uncuk menecapkan cempat-tempat pembayaran yang lebih mudah dan dekat sehingga Pemerincah Daerah •g bersangkuran dapat segera memanfaarkan hasil penerimaan pajak guna membiayai pembangunan dimasing: sing wilayahnya. npar yang lebih dekar rersebur adalah seperci Bank, K1ntor Pos dan Giro serca tempat-tempat lai1; yang unjuk oleh Menceri Keuangan. Bagi Wajib Paj1k dimungkinkan memperole:h pengurangan acas pembayacan aknya, karena sebab-sebab rercenru arau clalam ha! objek pajak clici.npa bencana alam a.tau <ebab lain yang r biasa, sehingga Wajib Pajak ridak mampu membayar hutang pajaknya. gara Repuui1k lnC:onesia adalah negara hukum berclasarkan Pancasila clan Unclang-Unclang Dasar 1945 •g menjunjung tinggi hak clan kewajiban seriap orang, oleh karena itu. menempatkan perpajakan sebagai •h sacu perwujuclan kewajiban kenegaraan clalam kegorong--royongan nasional sebagai peran serta rr.asya:al,: nperharikan prinsip kepasrian hukum, keadilan, dan keseclerhanaan serra clitunjang oleh siscem aclminisrrasi pajakan yang memuclahkan Wajib Pajak clalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak. Setelah hampir ,·,0 1 clasawarsa berlakunya Unclang-unclang Nomor 12 Tahun 1985, dengan makin meningkarkan kesejahteraan ;yarakat clan meningkarkan jumlah Objek Pajak serra untuk menyelaraskan pengena:).!:' pajak clengan amanat · · 1m Garis-garis Besar Haluan Negara, clirasakan suclah masanya unruk menyempurnakan Unclang-unclang '. mor 12 Tahun 1985. ·. •:· 1gan berpegang reguh pacla prinsip kepastian hukum Jan keaclilan maka arah clan tujuan penyempurnaan-• i :lang-unclang ini aclalah sebagai berikut: · ,:, Menunjang kcbijaksanaan pemerinrah menuju kemanclirian bangsa clalam pembiayaan pembangunan · 1 y:;ng sumber utamanya berasal clari penerimaan pajak; '' ',_;fl
Lebih memberikan kepastian hukum clan keaclilan bagi masyarakat unmk'berparrisipasi clalam pembiayaari pembangunan sesuai clengan kemampuan. · .. igan berlanclaskan pacla arah clan tujuan penyempurnaan tersebut, maka dalam penyempurnaan Unclang'. lang Nomor 12 Tahun 1985 perlu cliacur kembali kerentuan-ketentuan mengenai Pajak Bumi clan Bangunan . g clituangkan clalam Undang-unclang tenrang Perubahan atas Unclang-unclang Nomor 12 Tahun 1985 ang Pajak Bumi clan Bangunan dengan pokok-pokok antara lain sebagai berikut: •i
'11dang-undang Pajak Untuk Taliun 2005 ·
ltuk lebih memberikan keadilan dalam penger.aa; pajak, diatur ketentuan mengenai besarnya Nilai Jual ijek Pajak Ttdak Kena Pajak unruk setiap Wajib Pajak. emperjelas ketenruan mengenai upaya banding ke badan peradilan pajak.
,SAL DEMI PASAL ikup jelas.
igka I Permukaan bumi meliputi ranah dan perairan· pedalarnan serta laut wilayah Indonesia. ,gka 2 Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
./
jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, ~a:i emplasemennya, dan lain-lain yang merupah.1 »tu kesacuan dengan kompleks bangunan teroebut; jalan TOL;
./ ./
l:olam renang; pagar mewah;
./ ./
tempat olah raga; galangan kapal, dermaga;
./
taman mewah;
./
tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;
./
fasilitas lain yang memberikan manfaat .
./
.ngka 3 Yang dimaksud dengan: ./
./
./
Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suam pendekatan/metode penemuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya soma dan telah diketahui harga jualnya. Nilai perolehan baru, adalah suam pendekatan metcde penemuan nil;;.i jual suaru objek pajak dengan cara menghitung seluruh biay• yang dikeluarkan umuk memperoleh objek rersebut pada saar penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek terse bur . Nilai jual penggami, adalah suaru pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada basil produksi objek pajak tersebut.
\ngka 4 Cukup jelas.
!78
jPajak Bumi dan Bangunan
~~~~~~~~~~U_n_da_n~g~·-•nd~a_n~g_P_~~~-k_U~_1_11_u_k_T._a_h~un~2~oo_s-,.t-+-1-1 - ;.,:~
Angka 5 Cukup jelas. 'asal 2 Ayac (I) Cukup jelas.
~m
-~
) Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan "\ menuruc nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serca unmk memudahkan penghitungan pajak ._, yang cerhurang.
Dalam meoencukan klasifikasi bumi/ranah diperharikan faktor-faki:or sebagai berikut: l. lerak, 2.
perunrtikan;
3.
r-emanfaaran;
4.
kondisi lingkungan dan lain-lain.
Dalam menentuka'1 klasifikasi bangunan diperha&:an faktor-faktor sel::agai berikuc: I.
bahan yang digunakan;
2.
rekJyasa;
3.
letak;
4.
kondisi lingkungan clan lain-lain.
~3
~
Ayac (I) Yang dimaksud dengan cidak dimaksudkan uncuk memperoleh keuncungan adalah bahwa objek pajai< icu diusahakan uncuk melayani kep~ntingan umum, dan nyaca-nyata cidak ditujukan uncuk mencari keuntungan. Hal itu dapac cliketahui ancara lain clari anggaran. Ayat (2) Yang dimaksud clengan objck pajak dalam ayat ini aclalah objek pajak yang dimiliki/dikuasai/digunakan oleh Pemerincah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerincahan. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak negara yang sebagian besar penerimaannya n1erupakan pendapacan claerah yang antara lain dipergunakan uncuk penyecliaan fasilicas yang juga clinikmati oleh Pemerincah Pusat clan Pemerincah Daerah. Oleh sebab icu wajar Pemerincah Pusat juga ikut membiayai penyecliaan fasilicas cersebut melalui pembayaran Pajak Bumi clan Bangunan. Mengenai bumi dan/acau bangunan milik perorangan clan/acau badan yang digunakan oleh negara, kewajiban perpaJai
'lntlang·undang Pajak Untuk Tahun 2005
1at (3) Untuk setiap Wajib Pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta .rupiah). Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, yang diberikan Nilai Jual Objek Pajak TI.dak Kena Pajak hanya salah satu Objek'Pajak yang nilainya terbes~r. sedangkan, Objek Pajak lainya tetap dikenakan sec~rn penuh tanpa dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.
Contoh: 1.
Seorang Wajib Pajak har.ya mempunyai Objek Pajak berupa bumi dengan nilai sebagai berikut: ./ · Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp. 3.000.000,00
./ · Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Rp. 8.000.000,00
Karena Nilai Jual Objek Pajak berada di bawah Nilai Jual Pajak Ticlak Kena Pajak, maka Objek Pajak tersebur tidak dikenakan Pajak Bu"'li dan Bangunan. 2.
Seorang Wajib Pajak mempunyai dua Objek Pajak berupa bumi dan bangunan masing-masing di Desa A dan Desa B dengan nilai sebagai berikur: a. Desa A ,/
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp
,/
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
Rp
8.000.000,00 5.000.000,00
Rp
8.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak unruk Perhitungan Pajak: ./ Nilai Jual Objek Pajak Bumi
b.
,/ ./
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan Nilai Jual Objek Pajak sehagai Dasar Pengenaan Pajak
,/ ./
Nilai Jual Ohjek Pajak Tidak Kena Pajak Nilai Ju;I Objek Pajak untuk Perhitungan Pajak
Rp 5.000.000,00 (+) Rp 13.000.000,UO Rp 8.000.000,00 (-) Rp 5.000.000,00
Desa B ,/
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp
,/
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
Rp
7.000.000,00 3.000.000,00 7.000.000,00
Nilai Jual Ohjek ·Pajak untuk Perhitungan Pajak: ./
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp
,/
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
,/
Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajalt
,/
Nilai ]l!al Objek Pajak Tidak Kena Pajak
Rp 3.000.000,00 (+} Rp 10.000.000,00 0,00 (-) Rp
,/
Nilai Jual Objek Pajak untuk Perh!tungan Pajak
Rp 10.000.000,00
Unruk Objek Pajak di Desa B, tidak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah}, karena Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak telah diberikan untuk Objek Pajak yang berada di Desa A. 3.
Seorang Wajib Pajak mempunyai dua Objek Pajak berupa bumi clan bangunan pada satu Desa C dengan nilai sebagai berikut:
~ IPajak Bumi dan Sangunan a.
Undang-undang Pajak Umuk Tallun 2005
Objek I ../
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp 4.000.000,00
../
Nilai J ual Objek Pajak Bangunan
Rp 2.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak umuk Perhirungan Pajak ../
Nilai Jual Objek Pajak Flumi
Rp 4.000.000,00
../
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
Rp 2.000.000,00 (+)
../
Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Rp 6.000.000,00
../
Nilai J ual Objek Pajak Tidak Kena .Pajak
Rp 8.000.000,00
Karena Nilai Jual Objek Pajak berada dibawah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, ' i . ' maka objek Pajak rcrscbur tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan. ~ h.
ObJek 11 ../ Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp 4.000.000,00
../
Rp
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
1.000.000,00
Nilai Jual Objek Pajak untuk Perhiru .. gan Pajak: ../
Nilai Jual Objek Pajak Bumi
Rp 4 .000.000,00
../
Nilai Jual Objek Pajak Bangunan
../
Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaa!l Pajak
../
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
../
Nilai Jual Objek Pajak unruk Perhia•ngan Pajak
1.000.000,00 (+) Rp 5.000.000,00 0,00 (-) Rp Rp 5.000.000,00 Rp
Umuk Objek II, ridak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp 8.000.000,00 (delapan jura rupiah), karena Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak celah diberikan untuk. Objek I. Ayat (4) Berdasarkan kerenruan ini Menreri Keuangan diberikan wewenang unruk mengubah besarnya Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayac (3) dengan mempertimLangkan perkembangan ekonomi dan mone-"'r serra perkembangan harga umum objek pajak setiap cahunnya. 1sal 4 Ayat (1) Tmda pembayaran pelunosan pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak. Ayat (2) Cukup jelas. Ayac (3)
;
~'
Ketenruan ini memberikan kewenangan kepada Direkrur Jenderal Pajak unruk menenrukan subjek pajak sebagai Wajib Pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas Wajib Pajaknya.
'dang-undang Pajak Untuk Tahtm 2 0 0 5 ' - - - - - - - - - - - - - - - -
Contoh-:1.
2.
3.
Subjek pajak bernama A yang memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/atau bangunan milik orang lain bernama B, bukan karena sesuatu hak berdasarkan undang··undang atau bukan karena perjanjian maka dalam hal demikian A yang memanfaatkan atau menggunakan bumi dan/arnu bangunan tersebut ditetapkan sebagai WajilY Pajak. Suatu objek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan atau menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai Wajib Pajak. Subjek pajak dalam waktu yang lama berada di luar wilayah lecak objek pajak, sedang unruk merawat objek pajak tersebut dikuasakan kepada orang atau badan, maka orang atau badan yang diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai Wajib Pajak. Penunjukan sebagai Wajib Pajak oleh Direkrur Jenderal Pajak bukan merupakan bukti pemilikan hak.
(4)
It
Cukup ielas. l[
(5)
Cukup jelas. It
(6)
Cukup jelas. at (7)
Berdasarkan kerentuan dalam ayar ini, apabila Direkrur Jenderal Pajak ridak memberikan kepurusan dalam waktu l (satu) bulan sejak tanggal diterimanya keterar.gan dari Wajib Pajak, maka ketetapan sebagai Wajib Pajak gugur dengan sendirinya clan berhak mendap~rkan kepurusan pencabutan penetapan sebagai Wajib Pajak. · '
•kup jelas.
'at (I) Cukup jelas. •at ('.!) Pada dasarnya penetapan nilai jual objek pajak adalah 3 (tiga) tahun sekali. Namun demikian untuk daetah tertentu yang karena perkembangan pembangunan mengakibarkan kenaikan nilai jual objek pajak cukup besar, maka penetapan nilai jual ditetapkan serahun sekali. Dalam menetapkan nilai juai, Menteri Keuangan mendengar pertimbangan Gubernur serta memperhatikan asas self assessment.
I
~ Pajak Bumi dan Bangunan
~•GI Yang dimaksud Nilai Jual Kena Pajak (<1ssmmem value) adalah nilai jual yang dipergunakan dasar penghitungan pajak yairu suatu persenrase rercenru dari nilai jual sebenamya. Contoh:
1.
~
sebagai:~
:-'·\~<~\~-;.
Persenrase Nilai Jual Kena Pajak misalnya 20% maka besarnya Nilai Jual Kena Pajak 20% x Rp 1.000.000,00 = Rp 200.000,00
2.
·~.~!
Nilai Jual suaru objek pajak sebesar Rp 1.000.000,00 ~,'
'.1·' . .:. ·.::~, •/
·~:.1·!
Nilai Jual suaru objek pajak sebesar Rp J.000.000,00
' Pajak Persentase Nibi Jual Kena Pajak misalnya 50% maka besarnya Ni.lai Jual Kena 50% x Rp 1.000.000,00 = Rp 500.000,00
·~·
.·.~ '
Aya< (4)
;j ...
·.~
Cukup jelas.
.;
,.·1·
"'.
sal 7 Nilai Jual Objck Pajak scbdum d1ter:>,,Kan rarif pajak dikurangi rerl<:bih dahulu dengan baras Nilai Jual Objek Pa;ak Tidak Kena Pajak sebesar Rp 8.000.000,00 (delapan jurn rupiah)
Con&oh: Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa: ,/
Tanah seluas 800 m' dengan ha1ga jual Rp 300.000/m';
,/
Bangunan seluas 400 m 2 dengan nilai jual Rp 350.000/m';
./
Taman mewah seluas 200 m 2 deng•n nilai jual Rp 50.000/m';
./
!'agar mewah sepanjang 120 m dan ringgi rara-rata pagar 1,5 m dengan nilai jual Rp 175.000/m'.
Persenrase nilai jual kena pajak misalnya 20% Besarnya pajak yang rerhurang adalah seb~gai berikur: I.
a.
b. c.
d.
2.
Nilai Jual Tanah 800 x Rp 300.000,00
Rp 240.000.000,00
Nilai Jual Rumah dan Garasi 400 x Rp 350.000,00
Rp 140.000.000,00
Nilai Jual Taman Me~ah 200 x Rp 50.000,00 Nilai Jual Pagar Mewah (I 20 x 1,5) x Rp 175.000,00
Rp
I 0.000.000,00
Rp
31.500.000,00 (+)
Nibi Jual sehagli Dasar Pengenaar. Pajak
Rp 421.500.000,00
Baras Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
=
Rp
Nilai Jual Objek Pajak unruk Penghitungan Pajak
=
Rp 413.500.000,00
=
Rp
Besarnya Pajak Bumi. dan Bangunan yang rerhurang: 0,5 x 20% x Rp 413.500.000,00
005
8.000.000,00 (-)
413.500,00
'I
rang•rmdang Pajnk Untuk Ta/um 2005
-P-a-ja_k_B-um-i-da-n·-B-ang-un_a_n,_,j 2831
(1)
Jangka waktu
(saru) tahun takwim adalah dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
2 Karena tahun pajak dimulai pada ranggal 1 Januari, maka keadaan objek pajak pada tanggal rersebur merupakan saat yang menemukan pajak yang terhurang. Contoh a.
Objek pajak pada ranggal 1 Januari 1995 berupa ranah dan bangunan. Pada ranggal 10 Januari 1995 bangunannya rerbakar, maka paick yang cerhurang recap berdasarkan k!'adaan objek pajak pada tanggal 1 Januari 1995, yairu keadaan sebelum bangunan rersebur terbakar;
b.
Objek pajak pada ranggal 1 Januari 1995 berupa sebidang ranah car.pa bangunan di arasnya. Pada ranggal 10 Agusrus 1995 dilakukan pendaraan, rem ya ta diatas canah tersebut telah berdiri suatu bangunan, maka pajak yang terhutang untuk cahun 1995 rerap dikenakan pajak berdasarkan .keadaan pada tanggal I Januari 1995. Sedangkan bangunannya baru akan dikenakan pada rahun 1996.
: (3)
Tempat pajak yang terhurang untuk Kotamadya Batam, di wilayah Propinsi Daecah Tingkat I bersangkutan.
t
(I)
Dalam rangka pendataan, Wajib Pajak akan diberikan surat Pemberitahuan Objek Pajak umuk diisi dan dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang pernah dikenakan iPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali kalau ia menerima SPOP, maka dia wajib mengisinya dan mengembalikannya kepada Direkrorat Jenderal Pajak. t
(2)
Yang dimaksud dengan jelas, benar, dan lengkap adalah: Jelas, dimak,udkan agar penulisan data yang diminta dalam Surat Pemberit:ahuan Objek Pajak (SPOP) dibuar sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan solah rafsir yang dapat merugikan negara maupun Wajib Pajak sendiri. Benar, berarri data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperti luas tanah dan/atau bangunan, tahun dan harga perolehan dan sererusnya sesuai dengan kolom-kolom/perranyaan yang ada pada Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). t
(3)
Cukup jelas.
l1------------------------IJ'"'1"'1da""n...,,g·.undang Pqjak Untuk Ta/tun 2005
I
~ Pajak Sumi dan Sangunan
ttyl··.i·'····. \:j7
'
Pajak yang terhutang yang harus dibayar pada canggal I 0 Oktober 1995 adalah: Pokok pajak + denda adminimasi ~ Rp I 00.000,00 + Rp 4.000,00 = Rp I 04.000,00 . .:ii·:.
Ayat (4) ' ·' i Menurur kerenruan ini denda administrasi clan pokok pajak seperti tersebut pada contoh pcPje!asan ·) ayat (3), ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak (STP) yang harus dilunasi dalam wakm satu bulan sejak tanggal direrimanya STP tersebur. Ayar (5) Cukup jelas. Ayar (6) Cukup jelas. LI 12
CL.
J 13 Dalam ha! tagihan pajak yang rerhurang dibayar serelah jaruh tempo yang telah ditenrukan, penagihann~ ' dila:.Oukan dengan surat paksa yang saar ini berdasarkan Undang-undang !'1omor 19 Tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surar Paksa. I 14 "
Pelimpahan kewenangan penagihan pajak kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan/arau Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, bukanlah pelimpahan urusan penagihan, tetapi hanya sebagai ·• pemungut pajak, sedangkan pendataan objek pajak daP penetapan objek yang terhutang terap menjadi < kew·_·:ian;an ~.fenre;·i Kcua11gan. Dalam hal jumlah pajak yapg rerhutang sebagaimana tercanrum dalarn Surat Pemberirahuan Pajak Terhurang tidak sesuai dengan objek pajak di lapangan maka pemungur pajak ridak dibenarkan mengubah jumlah pajalc yang terhurang, rerapi harus melaporkan hal rersebur kepada: Menreri Keuangan dalam hal ini Direkrur Jenderal Pajak.
15 i\.yat (I) Kcberaran rcrhadap Surat Pemberirahuan Pajak Terhurang dan Surat Ketetapan Pajak harus diajukan masing-masing dalam s~.tu surat keberaran rersendiri untuk seriap tahun pajak. \yat (2) Cukup jelas.
rlang-undang Pqjak Untuk Tahun 2005 Pajak Bumi dan Eiangunan
I
(3) Kerentuan ini dimaksudkan untuk memberi waktu yang cukup kepada Wajib Pajak uncuk mempersiapkan surat keberaran beserra alasan-alasannya. Apabila rernyata batas waktu 3 (tiga) bulan rersebut tidak dapar dipenuhi oleh Wajib Pajak karena keadaan di luar kekuasaannya (force mayeurf maka renggang wakru rersebut masih d1par dipertimbangkan untuk diperpanjang oleh Direktnr Jenderal Pajak. : (4)
Cukup jelas. (5)
t
Cukup jelas. (6)
t
Cukup jelas.
(I)
t
Cuku p jelas. [ (2)
Cukup jelas. .t
(3)
Cu ku p jelas. .t
(4)
Ketentuan ini mengharuskan Wajib Pajak membuktikan ketidakbenaran ketetapan Wajib Pajak mengajukan keberatan cerhadap ketetapan secara jabatan.
pajak.~'1alam
hal
Apabila Wajib Pajak tidak dapat membukrikan ketidakbenaran Surat IKetetapan Pajak secara jabatan itu, maka keberatannya dicolak. l[
(5)
Kecenruan ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak, yaicu apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak canggal diterirnanya surac keberatan, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan kepucusan acas Keberatan yang diajukan berarti keberacan tersebut diterima.
~ IPajakBumiilanBangunan
Undanr.·~"1da11g
P/liak Untuk Tailur. 2005
asai I 7 Dihapus Dengan dihapuskannya Pasal 17, kerenruan banding Pajak Bumi dan Bangunan mengikuti kerentuan Pasal 27 Undang·undang Nomor 6 Tahun l 9il3 rentang r~etenruan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nome:· 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun I 994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566). isal I 8 . Ayat (I) Cukup jelas. Aya: (2) Karena pene1 ;maan pajak ini diarahkan unruk kepenringan masyarakat di Daerah Tingkat II yang hersangkuran, maka sebagian besar penerimaan pajak ini d:berikan kepada Daerah Tingkat II. Ayar (3) Cukup jelas. 1sal 19 Ayor (I)
a
l-luruf a
Kondisi rerremu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan sebab-sebab rertenr~<;i~ lainnya, berupa lahan pertanian yang sangar terbaras, bangunan yang dirempati sendiri yang,{~ dikuasai arau dimiliki oleh golongan Wajib Pajak tertenru, lahan yang nilai jualnya meningl
Yang dimaksud dengan bencana alam ad~h gempa bumi, banjir, tanah longsor. Yang dimaksud dengan sebab lain yang luar biasa adalah seperti: kebakaran; kekeringan; wabah penyakir ranaman;
hama ranaman. <; 1.'-;
Ayar (2) Cukup jclas.
·"'
,-,
~20
·~
Keren'.uan ini. memberi kesemparan kepada Wajib Pajak unruk meminra penguranga? denda adminis.r;asi··.•·.}.'.:l:.' sebagaimana d1maksud dalam pasal I 0 ayar (3), Pasal l I ayar (3), dan ayat ('l) kepada Direktur Jenderal Pajak. j' Direkrur Jenderal Pajak dapar mengurangkan sebagian arau seluruh denda administrasi dimaksud.
·~
·":::\
"
Utidang•undang Pqjak U11tuk Tahun 2005
Zl
· .
yat (1).- 1,:1:·.::.c.., .,•. ,.. ,
:.:.:
·;,_;,/.;.Pejabatyang rugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan objek pajak adalah Camat sebagai Pejabat ;.'·~,.: ..·•.. Pembuar Akta Tanah, Notaris Pejabac Pembl)llt Aleta Tanah, dan Pejabat Pembuat Akta Tanah. ·'../: '· Ll.p~f.l~ certillis mutasi objek pajak misalnya lain jual beli, hi bah, warisan, harus disampaikan • ·' •kepada .Direktorar Jenderal Pajak yang wilayah sekerjanya melipuri lerak objek pajak. ~
·- ..
,
'
.yat (2) i' · · Pejabat y:i~g dimaksud dalam ayat (1) misalnya antara lain: Kepala Kelurahan atau Kepala Desa, Pejabar Dinas Tata Kora, Pejabat Dinas Pengawasan Bangunan. Pejabat Agraria, Pejabat Balai Hana Peninggalan. . •yar (3) Cukup jelas. lyat (4 ) Cukup jelas.
•eraruran perundang-undangan yang berlaku bagi pejabat dalam Pasal ini ialah amara lain: •eratu.ra1,Peinetinrah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraruran Disiplin Pcgawai Negeri: Sipil,Staimblad S60 Nd'mor. 3 tenrang Peratitran Jabatan Noraris. · • · '. •J'
.
23 fang. dimaksud dengan peraruran perundang·undangan lainnya adalah amara lain .Undang-undang Nomor •·· . l9 Tahun 1959 renrang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa.
24 (eaJp.,,an sebagaimana dimaksud dalam pasal ini berarti tidak sengaja, lalai, dan kurang hati-hati sehingga >erbuatan teroebut mengakibatkan kerugian bagi negara. )urat Pemberitahuan Objek Pajak harus dikembalikan/disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak 1elambar-lambamya dalam wakru 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal dite.rimanya Surat Pemberirahuan )bjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
25 l\.yar (1) Perbuatan arau tindakan sebagai111ana dimaksud dalam ayac ini yang dilakukan dengan sengaja merupakan tindak pidana kejahacan, karena itu diancam dengan pidana yang lebih berac. . ; ... . ,. . . ~. ! ;") A.yat (2) "· Yang dimaksud dengan bukan Wajib Pajak dalam ayat ini yaitu pejabar yang rugas pekerjaaannya · berkaitan langsung atau ada hubungannya dengan objek pajak araupun pihak lainnya. ;
~
'
U11da11g-unda11g Pajak Untuk Tahun 2005 . .
Pajak Bumi dan Bangunan
Ayat (3) Uncuk mencegah terjadinya pengulangan cindak piclana perpajakan maka bagi mereka yang 'me lagi tindak piclana sebagaimana climaksud dalam ayac (I) sebelum lewac l .(sacu) cahun sejaif_ ~ menjalani seb,gian acau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan atau sej:ak dibayarnya denda,· dike., pidana lebih berat ialah 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana sebagaimana dalam ayac 0).;" '-'. ti 26
'';-9
Penyimpangan terhadap ketencuan Pasal 78 Kicab Undang·unclang H.ukum Piclana climaks';'.dkani\lri menyesuaikan clengan kewajiban menyimpan dokumen perpajakan yang lamanya I 0 (s~puluh) tahu." al 27 Dihapus •al 28 Cukup jelas. sal 29 Cukup jelas. tsal 30 Ketentuan Unclang-unclang ini berlaku terhaclap objek pajak yang cligunakan clalam rangka Kontrak f
Cukup jelas. 'asal 11 Cukup jelas. 'asal III Cukup jelas. Pasal IV Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3312 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3569