ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)
Oleh RAHMAD MUSTOFA A 14105589
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RAHMAD MUSTOFA, Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Tahu (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan). Di bawah bimbingan HARMINI. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor usaha kecil, menengah dan koperasi sebesar 56,7 persen dari total PDB Nasional (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah). Pertumbuhan koperasi yang diikuti oleh partisipasi anggota dan perkembangan bidang usaha pada tahun 2004 sampai 2005 akan meningkatkan tingkat kesejahteraan dan penyerapan tenaga kerja, khususnya koperasi yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian. Salah satu koperasi yang bergerak dalam pengolahan pertanian adalah Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesa (Primkopti) Jakarta Selatan, yaitu pengolahan kedelai menjadi tahu. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu dan 10 persen dalam bentuk produk lain seperti tauco dan kecap. Kebutuhan kedelai untuk produksi tahu pada Primkopti Jakarta Selatan diperoleh dari impor. Harga kedelai yang ditawarkan untuk para pengusaha tahu mengalami fluktuasi yang cenderung naik. Selain kedelai, bahan bakar minyak tanah yang digunakan oleh para pengusaha tahu juga mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pendapatan pada usaha pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi tahu. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, Primkopti Jakarta Selatan, pemerintah dan pihak-pihak lain. Penelitian dilakukan di Jakarta Selatan yang dipilih secara langsung. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan november sampai desember tahun 2007. Pemilihan responden sebanyak 51 pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dengan menggunakan rumus slovin dan penarikan sampel secara sengaja (purposive). Jenis data yang digunakan pada penelitian adalah data primer dan data sekunder. Alat analisis data meliputi analisis penerimaan rasio R/C dan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Primkopti Jakarta Selatan berdiri pada tanggal 6 september 1979 dengan latarbelakang pada cita-cita dan kepentingan bersama sebagai pengusaha tahu dan tempe untuk meningkatkan kesejahteraan. Pada akhir tahun 2006 anggota Primkopti Jakarta Selatan yang memproduksi tahu berjumlah 141 anggota dari 1122 anggota koperasi. Pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan rata-rata berumur 50 tahun. Tingkat pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) sebesar 68,62 persen. Ratarata pengusaha tahu baik untuk skala besar dan kecil mempunyai jumlah keluarga lima orang, yang terdiri dari tiga orang anak dan kedua orang tua. Pengalaman dan pengetahuan dalam membuat tahu yang dimiliki oleh pengusaha tahu secara keseluruhan sudah 27 tahun dan menjadi anggota Primkopti Jakarta Selatan ratarata sejak 20 tahun yang lalu.
Pendapatan yang diterima oleh para pengusaha tahu terdiri dari pendapatan kotor, pendapatan atas biaya produksi dan pendapatan atas total biaya. Pendapatan kotor yang diterima oleh pengusaha tahu skala besar sebesar RP 1.420.487,- per proses produksi, sedangkan untuk skala kecil sebesar Rp 476.672,- per proses produksi. Pendapatan atas biaya produksi untuk skala besar dan skala kecil per proses produksi masing-masing sebesar Rp 171.716,- dan Rp 55.033,-. Pendapatan atas total biaya masing-masing sebesar RP 128.817,- dan Rp 16.222,per proses produksi. Nilai rasio R/C untuk usaha skala besar dan kecil memiliki nilai yang berbeda. Produksi tahu yang dilakukan oleh pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta selatan rata-rata telah mendapatkan keuntungan karena mempunyai nilai rasio R/C lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya produksi skala besar lebih efisien apabila dibandingkan dengan usaha skala kecil, masing-masing nilainya adalah 1,138 dan 1,130. Nilai rasio R/C atas total biaya untuk usaha skala besar senilai 1,100, sedangkan untuk usaha skala kecil senilai 1,035. Nilai rasio tersebut memberikan indikasi bahwa usaha skala besar lebih efisien dalam penggunaan total biaya dibandingkan dengan usaha skala kecil. Faktor-faktor produksi pada usaha skala besar yang memberikan pengaruh nyata pada output produksi tahu adalah variabel kedelai sedangkan yang tidak berpengaruh nyata yaitu variabel bahan coko dan tenaga kerja. Pada faktor produksi pada skala kecil yang berpengaruh nyata adalah variabel kedelai, tenaga kerja dan air, sedangkan yang kurang berpengaruh nyata adalah variabel coko.
ii
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU PENGUSAHA TAHU ANGGOTA PRIMKOPTI JAKARTA SELATAN
RAHMAD MUSTOFA A 14105589
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUR PERTANIAN BOGOR 2008
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUR PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: RAHMAD MUSTOFA
NRP
: A 14105589
Program Ekstensi
: MANAJEMEN AGRIBISNIS
Judul
: ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Harmini, MSi NIP. 131 688 732 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TAHU (Kasus Pengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)” MERUPAKAN HASIL KARYA
SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2008
RAHMAD MUSTOFA A 14105589
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 20 mei 1984. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Daryono dan Sati Hertanti. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Karangnongko II Boyolali pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Mojosongo, Boyolali sampai tahun 1999 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Al-Muayyad Surakarta sampai tahun 2002. Tahun 2002 penulis melanjutkan di Diploma 3 Manajemen Bisnis dan Koperasi, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahun 2005 penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, IPB. Selama perkuliahan penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2003-2004 penulis menjadi ketua koordinator pengembangan sumber daya manusia di Keluarga Muslim Diploma Feperta (KEMUDI A) IPB, pada tahun 2004-2005 penulis menjadi anggota staf hubungan masyaratakat dan dakwah di Lembaga Studi Islam Faperta (eL-SIFA) IPB. Selama perkuliahan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis pada tahun 2005, penulis bergabung menjadi anggota Lembaga Studi Islam Ekstensi Manajemen Agribisnis (L-SIMA) IPB dan pada tahun 2006-2007 penulis dipercaya menjadi ketua (L-SIMA) IPB.
iv
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan keadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang diberikan sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Adapun judul skripsi adalah ”Analisis Pendapatan Dan Faktor-Aktor Yang Mempengaruhi Produksi Tahu (KasusPengusaha Tahu Anggota Primkopti Jakarta Selatan)”. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pendapatan pada usaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi tahu dengan menggunakan metode analisis penerimaan rasio R/C dan analisis fungsi Cobb-Douglas. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan informasi dan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang pendapatan pada suatu koperasi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2008
Penulis
v
UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur penulis panjatkan keadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1. Ayah dan Bundaku tercinta, adik dan kakakku tersayang, yang senantiasa memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, dan doa yang tulus disholat malamnya. 2. Ir. Harmini, MSi selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kesabaran. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Ir. Popong nurhayati, MM selaku dosen penguji yang telah mengarahkan dan memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Keluarga besar pengurus Primkopti Jakarta Selatan yang telah memberikan ijin tempat melakukan penelitian dan para pengusaha tahu anggota Primkopti yang telah memberikan banyak informasi. 5. Ibu Rini yang telah memberikan informasi dan data-data koperasi yang diperlukan sehingga penelitian berjalan lancar. 6. Ahmad Jam’an yang telah menjadi pembahas dalam seminar dan masukanmasukannya untuk kelancaran skripsi. 7. Darnoto dan keluarga besarnya, terimakasih atas informasi dan tempat tinggalnya serta pelayanannya yang ramah selama terjun ke lapangan. 8. Dwi Cahyo, STP dan Asobani, Amd yang telah merelakan komputer, waktu dan tempatnya untuk mengerjakan skripsi. 9. Ust. Fatih Karim yang selalu menanyakan perjalanan skripsi saya dan motivasinya selama ini. 10. Rekan-rekan seperjuangan di Lembaga Studi Islam Ekstensi Manajemen Agribisnis (L-SIMA) IPB yang telah merelakan waktu ku untuk penyelasain skripsi, selamat berjuang saudara-saudaraku. 11. Rekan-rekanku yang cool n fresh (Jam’an, Nursyam, Dedy, Sudar, Darma dan Novan) yang tetap memberi semangat dan doanya. 12. Teman-tema kost R&J (Mas Dwi, Dayat, Bani dan Huda) yang telah menemani dan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
vi
13. Rekan-rekanku (Muth, Sri, Neng) terimakasih atas motivasi dan doanya. 14. Seluruh staf ekstensi dan teman-teman ekstensi serta semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat ditulis satu per satu. Semoga Allah SWT selalu membalas kebaikan anda semua dengan sesuatu yang lebih baik. Amin.
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI........................................................................................................ x DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 10
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi ................................................................................................ 11 2.1.1. Pengertian dan Ketentuan Umum Koperasi............................... 11 2.1.2. Fungsi dan Prinsip Koperasi ...................................................... 12 2.2. Kedelai .................................................................................................. 13 2.2.1. Budidaya dan Produksi Kedelai ................................................. 13 2.2.2. Konsumsi Kedelai ...................................................................... 14 2.3. Tahu ...................................................................................................... 15 2.3.1. Karakteristik Tahu...................................................................... 15 2.3.2. Syarat Mutu Bahan Baku Tahu .................................................. 16 2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 16
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritik................................................................ 20 3.1.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ............ 20 3.1.2. Fungsi Produksi.......................................................................... 21 3.1.3. Model Fungsi Produksi .............................................................. 26 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 29
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 32 4.2. Metode Pengambilan Contoh................................................................ 32 4.3. Sumber dan Jenis Data .......................................................................... 33 4.4. Metode Analisis .................................................................................... 34 4.4.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ............ 34 4.4.2. Pendugaan Fungsi Produksi ....................................................... 36 4.2.2.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas ...................... 36 4.5. Definisi Operasional ............................................................................. 40
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Primkopti Jakarta Selatan........................................ 42 5.1.1. Sejarah Singkat Primkopti Jakarta Selatan ................................ 42 5.1.2. Keanggotaan Primkopti Jakarta Selatan..................................... 43 5.1.3. Keorganisasian Primkopti Jakarta Selatan ................................. 44 5.1.4. Bidang Usaha Primkopti Jakarta selatan.................................... 47 5.2. Proses Produksi Tahu............................................................................ 48 5.2.1.
Bahan-Bahan Pembuat Tahu..................................................... 48
5.2.2. Peralatan dan Perlengkapan untuk Membuat Tahu.................... 50 5.2.3. Cara Membuat Tahu................................................................... 53 5.3. Karakteristik Pengusaha Tahu Primkopti Jakarta Selatan .................... 56 5.3.1. Umur Pengusaha Tahu ............................................................... 56 5.3.2. Tingkat Pendidikan Pengusaha Tahu ......................................... 57 5.3.3. Jumlah Anggota Keluarga Pengusaha Tahu .............................. 58 5.3.4. Pengalaman Usaha Pengusaha Tahu.......................................... 59 5.3.5. Keanggotaan Pengusaha Tahu ................................................... 60 5.3.6. Tenaga Kerja Pengusaha Tahu................................................... 62 5.4. Analisis Pendapatan Pengusaha Tahu Primkopti Jakarta Selatan......... 62 5.5. Analisis Fungsi Produksi ...................................................................... 72 5.5.1. Usaha Tahu Skala Besar ............................................................ 73 5.5.2. Usaha Tahu Skala Kecil ............................................................. 76 5.6. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada produksi Tahu ....... 78
xi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ........................................................................................... 84 6.2. Saran...................................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87 LAMPIRAN ........................................................................................................ 89
xii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kontribusi PDB Sektor Pertanian dan Non Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Terhadap PDB Nasional (%) Tahun 2003................................. 1 2. Perkembangan Jumlah Koperasi Menurut Propinsi Tahun 20042005........................................................................................................... 3 3. Perkembangan produksi, konsumsi dan perdagangan kedelai di Indonesia, tahun 1997-2004 ...................................................................... 4 4. Harga Kedelai di Primkopti Jakarta Selatan Tahun 1997-2006................ 8 5. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun 2001 – 2005........................................................................................................... 8 6. Jumlah Anggota dan Posisi Anggota per 31 Desember 2006 ................... 44 7. Posisi dan Status Kerja Karyawan Primkopti Jakarta Selatan Periode Tahun 2006-2010. ..................................................................................... 46 8. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Pengusaha Tahu ........................ 56 9. Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Pengusaha Tahu................ 57 10. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga.................................. 58 11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman dalam Memproduksi Tahu .......................................................................................................... 59 12. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Menjadi Anggota Koperasi .................................................................................................... 61 13. Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Tahu ..................................................... 62 14. Rata-Rata Pendapatan dan Rasio R/C Usaha Tahu Skala Besar dan Skala Kecil .............................................................................................. 64 15. Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Produksi Tahu Skala Besar................. 67 16. Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Produksi Tahu Skala Kecil ................. 68
xiii
17. Hasil Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Besar.......................................................................................................... 74 18. Hasil Perbaikan Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Besar....................................................................................... 74 19. Hasil Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Kecil .......................................................................................................... 76
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Sifat Fungsi Produksi .................................................................................. 22 2. Tahapan Suatu Proses Produksi .................................................................. 25 3. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................... 31
xv
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen
lapangan usaha, baik usaha besar maupun usaha kecil, menengah dan koperasi. Semua komponen mempunyai peranan masing-masing dalam bidang usaha yang berbeda-beda untuk kemajuan di dalam bidang ekonomi. Kinerja perekonomian digambarkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku oleh masing-masing usaha. Bidang usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi yaitu bidang pertanian, perdagangan dan industri. Sektor pertanian pada tahun 2003 memberikan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 16,58 persen 1 . Kontribusi PDB sektor atas dasar harga berlaku terhadap PDB nasional tahun 2003 dapat dilihat Tabel 1. Tabel 1. Kontribusi PDB Sektor Pertanian dan Non Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku Terhadap PDB Nasional (%) Tahun 2003 LAPANGAN USAHA 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan 2. Non Pertanian PRODUK DOMESTIK BRUTO
TRIWULAN I
II
III
IV
Total
1 7.91
1 6.94
1 7.21
1 4.29
1 6.58
1 0.39
8 .71
8 .27
5 .46
8 .19
1 .96 2 .20 1 .03 2 .32 8 2.09 1 00.00
2 .56 2 .19 1 .06 2 .42 8 3.06 1 00.00
3 .25 2 .10 1 .07 2 .51 8 2.79 1 00.00
2 .74 2 .24 1 .09 2 .76 8 5.71 1 00.00
2 .63 2 .19 1 .06 2 .51 8 3.42 1 00.00
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2004.
1
Buletin Sektor Pertanian, 2004 dikutip dari situs. www.deptan.go.id
Kontribusi PDB diberikan oleh sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 8,19 persen. Salah satu pelaku utama perekonomian rakyat adalah para produsen kecil yaitu para pengusaha kecil yang bergerak pada usaha-usaha produksi. Para produsen kecil tersebut bergerak pada hampir seluruh sektor perekonomian. Berbagai jenis usaha ekonomi yang menggunakan kata rakyat, pada umumnya menunjuk pada produsen kecil yang bergerak pada bidang usaha ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi pada tahun 2003 sebesar 4,10 persen dibandingkan pada tahun 2002 (Berita Resmi Statistik) 2 . Pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor usaha kecil, menengah dan koperasi sebesar 56,7 persen dari total PDB Nasional (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah) 3 . Hal itu menunjukkan bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi memiliki kemampuan usaha yang tidak kalah dengan usaha besar yang sebagian modalnya dari pinjaman. Sampai saat ini usaha kecil, menengah dan koperasi dapat tumbuh dan berkembang lebih baik bila dibandingkan dengan usaha besar. Perkembangan pelaksanaan pembinaan kelembagaan dan usaha koperasi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Jumlah koperasi yang tumbuh di kalangan masyarakat serta jumlah anggota koperasi dan partisipasi mereka dalam koperasi semakin meningkat, hal tersebut juga diikuti dengan semakin beragamnya bidang usaha koperasi dan semakin dirasakan manfaatnya bagi anggota (Lembaga Ketahanan Nasional, 1995). Pertumbuhan dan perkembangan koperasi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
2 3
www.bps.go.id www.depkon.go.id
2
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Koperasi Menurut Propinsi Di Indonesia Tahun 2004-2005 Tahun No 1 2 3 4 5
Propinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
2004 (unit) Tidak Aktif Aktif 3.576 3.141 13.283 5.612 11.778 3.494 1.644 3 06 11.685 5.182
Jumlah 6.717 1 8.895 15.272 1.950 16.867
2005 (unit) Tidak Aktif Aktif 3.596 3.141 13.671 6.088 11.555 4.244 1.343 6 48 12.282 4.893
Jumlah 6.737 1 9.759 15.799 1.991 1 7.175
Sumber : Departemen Koperasi 2006. Pertumbuhan jumlah dan anggota koperasi yang semakin meningkat tidak menggambarkan sepenuhnya bahwa kesejahteraan ataupun pendapatan anggota koperasi semakin meningkat, sehingga koperasi diharapkan mampu lebih mempunyai peranan yang penting dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya serta lebih aktif untuk mencapai tujuan dari koperasi, yaitu memajukan kesejahteraan anggota dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, dan makmur. Tujuan koperasi dapat dicapai dengan peran aktif dan kerjasama yang selaras antara pengurus dan anggota. Koperasi yang bergerak dalam industri pengolahan hasil pertanian mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta penyerapan tenaga kerja. Semakin dikembangkannya agroindustri bagi industri kecil dan menengah diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah produk yang dihasilkan. Sehingga para pelaku usaha industri dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Peranan industri dalam mengolah hasil pertanian dapat berupa produk jadi yang dijual langsung kepada konsumen akhir maupun produk setengah jadi. Salah satu industri yang mengolah hasil pertanian adalah industri pembuatan tempe dan tahu.
3
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 persen dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40 persen tahu dan 10 persen dalam bentuk produk lain seperti tauco dan kecap 4 . Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 mencapai 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru 0,71 juta ton dan kekurangannya sebesar 1,31 juta ton di dapatkan dengan impor. Hanya sekitar 35 persen dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Mengingat Indonesia memiliki penduduk yang cukup banyak, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Perkembangan produksi, konsumsi dan perdagangan kedelai di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Perdagangan Kedelai di Indonesia, Tahun 1997-2004 Produksi Konsumsi Defisit Impor Ekspor Net Impor Tahun (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) (000 ton) 1997 1.357 1.973 616 616 0,01 616 1998 1.306 1.649 343 343 0,00 343 1999 1.383 2.684 1.301 1.302 0,02 1.302 2000 1.018 2.294 1.276 1.278 0,52 1.277 2001 827 1.960 1.133 1.136 1,19 1.135 2002 673 2.017 1.344 1.365 0,24 1.365 2003 672 2.016 1.343 1.193 0,43 1.192 2004 707 2.015 1.307 1.307 0,00 1.307 Pertumb -5,17 -0,05 6.51 6,50 6.51 (%) Sumber : FAO, 2004 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005.
4
www.wikipedia.org
4
Penurunan total konsumsi jauh lebih rendah daripada penurunan produksi. Implikasinya adalah, tanpa terobosan yang berarti, Indonesia akan mengalami defisit yang makin besar (Swastika, 2003 dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005). Penurunan produksi kedelai di dalam negeri mengakibatkan industri yang menggunakan bahan baku kedelai harus membeli dari luar negeri. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menggunakan bahan baku berupa kedelai. Industri ini banyak dikelola oleh masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Untuk mempermudah mendapatkan bahan baku berupa kedelai dan kebutuhan-kebutuhan yang lain, para pengusaha bersatu dalam wadah koperasi. Ikut serta dalam berkoperasi mempermudah para anggota dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan untuk bahan baku pembuatan tahu. Penyediaan bahan baku kedelai dibantu pemerintah dengan adanya subsisdi sampai tahun 1998. Bantuan pemerintah tersebut melalui Badan Urusan Logistik (BULOG) kepada Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) dengan tujuan agar anggota koperasi dapat memenuhi kebutuhan kedelai secara maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan kedelai. Mulai tahun 1999 pemerintah tidak memberikan bantuan kepada Primkopti sehingga koperasi menyediakan bahan baku kedelai secara mandiri untuk anggotanya. Kemandirian penyediaan kedelai berdampak pada harga kedelai yang lebih mahal dan harus bersaing harga dengan pengusaha kedelai swasta. Sehingga diperlukan pengelolaan yang efisien dan efektif agar kedelai
5
yang diperoleh mempunyai kualitas yang baik dan harga yang rendah. Salah satu Primkopti yang harus mandiri adalah Primkopti Jakarta Selatan. Primkopti Jakarta Selatan merupakan salah satu koperasi yang berdiri karena adanya kesamaan cita-cita dan kepentingan segenap produsen tempe dan tahu, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Primkopti Jakarta Selatan merupakan koperasi yang memiliki banyak prestasi yang diraihnya. Beberapa prestasi yang dicapai adalah sebagai koperasi teladan utama tingkat nasional dan sebagai koperasi mandiri pada tahun 1998. Sebagai koperasi mandiri, Primkopti Jakarta Selatan dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anggotanya, khususnya penyediaan kedelai dan minyak tanah. Pemenuhan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe oleh anggota koperasi didapatkan dari kedelai impor. Kedelai diambil melalui beberapa perusahaan yaitu, PT Multi Karisma, PT Gaya Baru dan PT Gerbang Cahaya. Pemenuhan kedelai dari luar negeri dilakukan karena sulit mencari kedelai yang diproduksi dari dalam negeri, dimana produktivitas dalam negeri belum cukup untuk memenuhi permintaan di dalam negeri.
1.2.
Rumusan Masalah Primkopti Jakarta Selatan merupakan koperasi yang berangotakan para
pengusaha tempe, tahu dan tauco. Kinerja dan peran aktif perangkat koperasi menjadikan Primkopti Jakarta Selatan meraih beberapa penghargaan dari pemerintah. Prestasi yang pernah diraih yaitu sebagai koperasi terbaik I tingkat nasional pada tahun 1981 sampai tahun 1986, sebagai koperasi teladan utama Koprinka pada tahun 1974 sampai tahun 1994, sebagai koperasi teladan utama
6
tingkat nasional dan sebagai koperasi mandiri pada tahun 1998. Prestasi yang dicapai oleh Primkopti Jakarta Selatan pada tahun tersebut tidak dapat mengidentifikasikan tingkat kesejahteraan anggotannya pada saat sekarang khususnya tingkat pendapatan yang diterima oleh anggota, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Keadaan Primkopti Jakarta selatan tersebut sebagai salah satu alasan pemilihan penelitian selain tempat yang mudah dijangkau dan kemudahan informasi dari pengurus Primkopti Jakarta Selatan. Kemajuan dan perkembangan Primkopti Jakarta Selatan dapat dicapai dengan peran aktif para anggota dan pengurus dalam menjalankan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. Selain hal tersebut, Primkopti juga dibantu oleh pemerintah dalam menangani kebutuhan bahan baku khususnya persediaan kedelai sampai tahun 1998. Pada tahun 1999 sampai sekarang Primkopti bekerja secara mandiri tanpa bantuan persediaan kedelai oleh pemerintah. Pemutusan persediaan kedelai membuat pengurus koperasi harus lebih aktif dan mandiri dalam bekerja khususnya masalah persedian bahan baku. Kebutuhan bahan baku khususnya kedelai didapatkan oleh Primkopti dari kedelai impor. Harga yang diberikan kepada koperasi mengikuti nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang dolar. Primkopti Jakarta Selatan melakukan impor kedelai dikarenakan harga kedelai lokal lebih mahal yang harus didatangkan dari Jawa Timur. Hal tersebut merupakan salah satu yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga kedelai dan akan berdampak pada pendapatan para pengrajin tahu. Harga kedelai yang diberikan kepada anggota koperasi oleh Primkopti Jakarta Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.
7
Tabel 4. Harga Kedelai di Primkopti Jakarta Selatan Tahun 1997-2006 Tahun Harga Per Kg (Rp) Selisih 1997 1048 1998 703.9 -33 1999 2060 195 2000 1961 -4,8 2001 2389 22 2002 2374 -0,6 2003 2629 11 2004 3525 34 2005 3623 2,8 2006 3230 -11 Sumber : Primkopti Jakarta Selatan, 2007. Harga kedelai dari Primkopti Jakarta Selatan untuk kebutuhan anggota setiap tahun mengalami perubahan. Perubahan harga yang terjadi cenderung naik, sehingga mempengaruhi pengusaha dalam memproduksi tahu. Pendapatan anggota koperasi dalam memproduksi tahu juga dipengaruhi oleh bahan bakar minyak khususnya minyak tanah. Dampak harga minyak tanah yang semakin meningkat membuat pengrajin harus lebih efisien dan efektif dalam penggunaanya agar pendapatan yang diperoleh tetap maksimal. Harga bahan bakar minyak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak di Indonesia Tahun 2001 – 2005 Harga Per Liter (Rp) Tahun Minyak Tanah Premium Solar 2001 1200 1450 900 2002 1500 1750 1550 2003 1800 1800 1650 2004 1800 1800 1650 2005 2000 4500 4300 Perubahan 11,1 150,0 160,0 Sumber : Pertamina, 2005.
8
Kenaikan harga minyak tanah dan perubahan harga kedelai yang cenderung naik mengakibatkan biaya faktor-faktor produksi semakin meningkat. Peningkatan biaya produksi akan berdampak pada hasil pendapatan dan kesejahteraan anggota Primkopti Jakarta Selatan khususnya anggota yang memproduksi kedelai menjadi tahu. Anggota koperasi yang memproduksi tahu lebih merasakan dampak dari kenaikan bahan baku kedelai dan minyak tanah, hal ini dikarenakan anggota yang memproduksi tahu menggunakan kedelai lebih banyak dibandingkan dengan anggota
yang
memproduksi
tempe.
Banyaknya
kedelai
yang
dipakai
mempengaruhi jumlah bahan bakar yang dipakai. Semakin banyak kedelai diproduksi maka bahan bakar yang digunakan juga semakin meningkat. Informasi dari Primkopti Jakarta Selatan menyebutkan bahwa rata-rata produksi tempe menggunakan kedelai sebanyak 55 kilogram per proses produksi, sedangkan produksi tahu menggunakan kedelai sebanyak 100 kilogram per proses produksi. Dari kondisi tersebut di atas maka masalah yang dikaji dalam rangka mengembangkan usaha industri tahu di Primkopti Jakarta Selatan adalah berapa besar pendapatan yang diterima oleh pengusaha tahu di Primkopti Jakarta Selatan? Faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi tahu?
1.3.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pendapatan usaha pada pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi tahu.
9
1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan banyak manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan, yaitu: 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam bidang studinya; 2. Memberikan informasi kepada Primkopti Jakarta Selatan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan dalam mencapai tujuantujuan koperasi; 3. Memberikan informasi kepada pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan yang berkaitan dengan perkoperasian dan pengembangan koperasi; 4. Sebagai informasi kepada para pelaku industri kecil untuk senantiasa aktif dalam keanggotaan koperasi dan pentingnya berkoperasi; dan 5. Memberikan informasi kepada masyarakat umum dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Koperasi
2.1.1. Pengertian dan Ketentuan Umum Koperasi Menurut undang-undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian bab I tentang ketentuan umum, Pasal 1 : Ayat (1) Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi yang kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas azas kekeluargaan; ayat (2) Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi; ayat (3) Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang; ayat (4) Koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi; ayat (5) Gerakan koperasi adalah keseluruhan organisasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama kopersi. Rekomendasi International Labour Organization (ILO) Nomor 127, Pasal 12 ayat (1) : menyebutkan bahwa koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang yang berkumpul secara suka rela untuk berusaha bersama mencapai suatu tujuan bersama melalui suatu organisasi yang dikontrol secara demokratis, bersama-sama berkontribusi sejumlah uang dalam membentuk modal yang diperlukan untuk mencapai tujan bersama tersebut dan bersedia turut bertanggungjawab menanggung resiko dari kegiatan tersebut, turut menikmati manfaat usaha bersama tersebut sesuai dengan kontribusi permodalan yang diberikan orangorang tersebut, kemudian orang-orang tersebut secara bersama-sama dan langsung turut memanfaatkan organisasi tadi.
Menurut International Cooperative Alliance (ICA, 1995) dalam Nasution, 2002 : Koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang mandiri (autonomous) bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan aspirasi melalui badan usaha (enterprise) yang dimiliki bersama dan dikontrol secara demokratis. Menurut Hatta (1955) dalam Nasution (2002) : Koperasi yang benar-benar koperasi (the ideal type cooperative) adalah bentuk kerjasama dengan sukarela antara mereka yang sama cita-citanya untuk membela keperluan dan kepentingan bersama. Koperasi yang sebenarnya tidak dikemudikan oleh cita-cita keuntungan (erwerbsprinzip), melainkan oleh cita-cita memenuhi keperluan bersama (bedarfdeckungsprinzip).
2.1.2. Fungsi dan Prinsip Koperasi Fungsi dan peran koperasi menurut undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 adalah : 1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khsusnya dan masyarakat umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya; 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat; 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian
nasional
dengan
koperasi
sebagai
sokogurunya;
12
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Prinsip koperasi menurut undang-undang perkoperasian nomor 25 tahun 1992 adalah : 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis; 3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota; 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5. Kemandirian. Selanjutnya, dalam ayat (2) dikatakan bahwa dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut : 1. Pendidikan perkoperasian; 2. Kerjasama antar koperasi.
2.2.
Kedelai
2.2.1. Budidaya dan Produksi Kedelai Tanaman kedelai merupakan tanaman cash crop yang dibudidayakan di lahan sawah dan di lahan kering. Sekitar 60 persen areal pertanaman kedelai di Indonesia terdapat di lahan sawah dan sisanya di lahan kering. Areal pertanaman kedelai tersebar diseluruh Indonesia dengan luas 526.796 ha pada tahun 2003. Wilayah terbesar pertanaman kedelai terdapat di pulau Jawa yaitu sebesar 374.346
13
ha atau 71,06 persen dari total wilayah pertanaman kedelai di Indonesia (Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, 2005). Produktivitas kedelai rata-rata di tingkat petani saat ini masih sekitar 1,1 ton/ha, bahkan sebagian besar masih di bawah 1,0 ton/ha, sedangkan hasil di tingkat percobaan dapat mencapai 2,0-3,0 ton/ha (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2005).
2.2.2. Konsumsi Kedelai Konsumsi kedelai nasional dari tahun 1990 sampai tahun 2004 mengalami penurunan pertumbuhan rata-rata 0,05 persen setiap tahun. Penurunan total konsumsi jauh lebih rendah daripada penurunan produksi, tanpa trobosan yang berarti, Indonesia akan mengalami defisit yang semakin besar. Artinya, Indonesia akan makin bergantung kepada kedelai impor untuk menutupi defisit (Marwoto dkk, 2005). Konsumsi kedelai pada tahun 1990 sebesar 11,38 kg/kapita, pada tahun 2004 konsumsi menurun menjadi 8,97 kg/kapita atau turun rata-rata 1,69 persen per tahun. Penurunan terjadi sejak tahun 1995. Selama periode 1995-2000, konsumsi kedelai menurun dari 11,82 kg/kapita pada tahun 1995 menjadi 10,92 kg/kapita pada tahun 2000, atau 1,57 persen per tahun. Selanjutnya, penurunan paling tajam terjadi pada periode 2000-2004, rata-rata 4,81 persen per tahun (Marwoto dkk, 2005).
14
2.3.
Tahu
2.3.1. Karakteristik Tahu Tahu adalah makanan yang terbuat dari kedelai yang dilumatkan, dihancurkan menjadi bubur (Widie, 1999). Tahu dengan penggumpal Kalsium sulfat (CaSO4 2%) menghasilkan tahu kedelai dengan kadar air, protein, kalsium dan rendemen yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Tahu yang memiliki kadar air tinggi memiliki karakteristik berupa gumpalan protein yang kecil, elastis, kompak dan memiliki volume yang besar. Karakteristik tersebut terdapat pada tahu dengan penggumpal kalsium sulfat yang mengandung kadar air paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk kadar lemak dan karbohidrat untuk tiap tahu dengan penggumpal garam kalsium berbeda, tidak menghasilkan hasil yang berbeda secara signifikan (Said Mustopha, Bambang Nurhadi, dan Tati Sukarti) 5 . Uji organoleptik terhadap warna dan tekstur, diketahui, tahu dengan penggumpal garam kalsium sulfat merupakan tahu yang paling disukai. Walaupun pada umumnya penggumpal garam kalsium menghasilkan tahu dengan warna yang putih. Tingginya derajat putih tahu dengan penggumpal garam kalsium disebabkan karena garam kalsium juga dapat berfungsi sebagai zat pemutih bahan makanan (bleaching). Secara keseluruhan tahu yang dihasilkan dengan penggumpal kalsium sulfat menghasilkan karakteristik tahu yang lebih baik dibandingkan penggumpal lain (Said Mustopha, Bambang Nurhadi, dan Tati Sukarti) 6 .
5 6
www.deptan.go.id www.Loc.cit
15
2.3.2. Syarat Mutu Bahan Baku Tahu Kebutuhan kedelai untuk berbagai keperluan terus meningkat dan kapasitas produksi kedelai dalam negeri sudah tidak mampu memenuhi permintaan tersebut dan diperlukan mendatangkan kedelai dari luar negeri. Karakteristik utama kedelai impor adalah ukuran bijinya tergolong besar yaitu sekitar 16 g/100 biji. Preferensi kedelai untuk bahan baku olahan baik berskala besar maupun rumah tangga masih ditentukan oleh ukuran biji, yaitu kedelai berukuran biji sedang (10 g/100 biji) dan kedelai berbiji besar (15 g/100 biji) 7 . Kedelai yang paling baik untuk tahu adalah kedelai putih dari kualitas yang nomor satu. Bijinya besar-besar, mulus dan tidak terdapat campuran batu kerikil atau kotoran lain. Sebab kalau yang dipakai kedelai kualitas rendahan, maka sari kedelainnya tidak akan banyak diperoleh dan pasti tidak seenak kedelai nomor satu (Kastyanto, 1999).
2.3.
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu memberikan pengamatan yang berbeda-
beda pada pola pengambilan data, metode analisis dan hasil yang dicapai. Berikut adalah penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pendapatan pada sektor agribisnis: Purnama (2006) yang berjudul Analisis Efisiensi Penggunaan FaktorFaktor Produksi Industri Tahu menggunakan analisis fungsi produksi CobbDouglas dan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Marjinal (BKM). Model produksi yang diduga menunjukkan bahwa jumlah nilai-nilai
7
“Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur”. www.deptan.go.id
16
elastisitas dari parameter penjelas adalah sebesar 0,801 yang berarti produksi tahu berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale). Nilai ini mengandung arti bahwa penambahan satu persen dari masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi sebesar 0,801 persen. Tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu menggunakan perhitungan rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dan Biaya Korbanan Margnal (BKM). Rasio NPM dan BKM faktor produksi kedelai dan tenaga kerja bernilai lebih dari satu yang berarti faktor-faktor produksi belum efisien dan perlu penambahan pemakaian faktor produksi untuk mencapai kondisi optimal. Sari (2002) yang berjudul Analisis Efisiensi dan Pendapatan Pengrajin Tempe Anggota KOPTI Kotamadya Bogor menunjukkan bahwa pendapatan pengrajin tempe pada usaha skala besar dan kecil mempunyai nilai R/C rasio yang positif. Nilai R/C yang posotif memberikan arti bahwa usaha tempe masih memberikan keuntungan bagi para pengrajin. Nilai koefisien dugaan pada model Cobb-Douglas dapat langsung menunjukkan nilai elastisitas penggunaan faktor produksi pada usaha tempe. Output tempe pada skala besar lebih responsif terhadap perubahan pemakaian faktor-faktor produksi kedelai, ragi, tenaga kerja, dan plastik dibandingkan pada skala kecil. Penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tempe belum efisien karena nilai perbandingan rasio nilai produk marginal (NPM) dengan biaya korbanan marginal (BKM) tidak sama dengan satu. Latifah (2006) meneliti mengenai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap pendapatan usaha pengrajin tempe yang ada di kotamadya Bogor. Metode yang digunakan adalah metode analisis produksi,
17
fungsi produksi Cobb-Douglas dan efisiensi faktor produksi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kenaikan (BBM) minyak cukup mempengaruhi terhadap kondisi usaha pengrajin tempe. Setelah adanya kenaikan BBM, hasil produksi mengalami penurunan sebesar 12,9 persen. Penggunaan faktor-faktor dalam memproduksi tempe belum efisien baik sebelum kenaikan BBM maupun setelah kenaikan BBM kecuali bahan baku kedelai. Penelitian yang dilakukan oleh Yarsi (2006) yang berjudul Analisis Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Pola Kemitraan dari PT. Perkebunan Nusantara VI dan PT. Bakrie Pasaman Pantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatra Utara) menggunakan metode analisis pendapatan perkebunan, analisis imbangan penerimaan terhadap biaya (R/C) dan analisis penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dihasilkan yaitu bahwa pendapatan pada sistem kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit berbeda-beda tergantung dari penerimaan yang diperoleh dan jumlah biaya yang dikeluarkan. Pendapatan kebun plasma dan kebun inti PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VI lebih tinggi daripada pendapatan dari PT. Bakrie Pasaman Plantation (PTBPP). Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan PTPN VI sebanyak 772 karyawan, sedangkan tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan PTBPP sebanyak 1621. Tenaga kerja sangat berperan dalam meningkatkan produksi kebun plasma dan sangat berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu perbedaan waktu, tempat, situasi, obyek permasalahan yang diteliti dan beberapa metode analisis yang digunakan. Obyek penelitian yang diteliti yaitu difokuskan kepada
18
para pengrajin tahu yang menjadi anggota Primkopti Jakarta Selatan. Obyek penelitian dilakukan dengan membandingkan tingkat pendapatan antara pengrajin tahu yang memproduksi dalam jumlah kecil dengan yang memproduksi dalam kapasitas besar. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai referensi dan perbandingan dengan penelitian ini. Perbandingan tingkat pendapatan antar usaha , keuntungan, faktor-faktor produksi dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritik
3.1.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ( Rasio R/C) Menurut Gaspersz (2000), penerimaan total didefinisikan sebagai total uang yang dibayarkan kepada produsen untuk suatu produk dan dihitung sebagai perkalian antara harga produk (P) dan kuantitas produk yang diminta (Q) serta dinotasikan sebagai total revenue (TR). Perhitungan TR menggunakan formula : TR = P x Q. Tentang definisi biaya Putong (2003) mendefinisikan bahwa biaya (cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan dimasa yang akan datang, dalam pengertian ekonomi biaya tidak lain adalah investasi. Biaya dapat digolongkan dalm dua jenis, yaitu; pertama, biaya eksplisit yaitu segala biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan faktor-faktor produksi. Kedua, biaya implisit (tersembunyi), yaitu semua biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apabila digunakan. Tentang pengendalian dan kategori biaya menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dalam Rony (1990), biaya atau cost adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui pemberian jasa. Sedangkan ongkos atau expense adalah pengeluaran untuk memperoleh pendapatan. Biaya produksi dikatagorikan menjadi tiga jenis biaya yakni ;
a. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) Suatu biaya produksi disebut sebagai biaya bahan baku langsung bila bahan tersebut merupakan bagian intergral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainnya dalam ujud produksi yang dihasilkan. b. Biaya Buruh Langsung (Direct Labor Cost) Suatu biaya produksi disebut biaya buruh langsung bila biaya itu dikeluarkan atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada buruh yang langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini dapat ditelusuri secara jelas diukur dengan waktu yang dipergunakan dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk produk akhir c. Biaya Pabrik Lainnya (Factory Overhead Cost) Kelompok biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku langsung dan buruh langsung yang timbul dan dibebankan terhadap pabrik karena baik sebagian bagian yang memiliki eksistensi dalam produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang, memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri.
3.1.2. Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (2003), fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Fungsi produksi mempunyai sifat-sifat seperti fungsi utility. Jika input bertambah, output juga meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output yang
21
lebih besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input berikutnya. Sifat ini disebut low of diminishing returns. Secara grafis, ceteris paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja (diasumsikan bahwa K tetap), Q (L), adalah pada Gambar 1. Q
Q = f(L)
L
0
Gambar 1. Sifat Fungsi Produksi Keterangan : Q = Jumlah Output L = Jumlah Tenaga Kerja K = Jumlah Modal Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output bertambah) diindikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif. Sedangkan sifat kenaikan yang menurun (menggambarkan low of diminishing returns) diindikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negatif. Menurut Soekartawi (2002), hubungan fisik antara input dan output disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output (Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah factor relationship (FR). FR dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,X3,…,Xn)
22
Berdasarkan persamaan di atas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut : a. Menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau b. Menambah jumlah beberapa input
(lebih dari satu) dari input yang
digunakan. Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: Y = f( X1+ΔX1,|X2,X3,…Xn) ΔX1 = tambahan dari X1 Persamaan di atas dapat dikatakan bahwa Y dipengaruhi oleh X, atau tambahan X1 (ΔX1) dengan syarat-syarat X2,X3,…Xn adalah tetap (ceteris paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berilut : Y = f [(X1+ΔX1), (X2+ΔX2), (X3+ΔX3)|,…Xn)]. Penjelasan hubungan satu input (X1, atau X2) dengan satu output, Y, atau Y = f(X). Hubungan Y dan X dapat terjadi dalam tiga situasi yaitu : a. Bila produk marginal konstan, b. Bila produk marginal menurun, dan c. Bila produk marginal naik. Tambahan satu satuan input x yang dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu satuan output,Y, disebut dengan istilah produk marginal (PM). PM dapat diltulis dengan rumus : PM = ΔY/ΔX. Apabila PM konstan maka dapat diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu
23
satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau decreaing productivity, maka PM akan menurun. Selanjutnya bila penambahan satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang semakin menaik secara tidak proporsional. Peristiwa ini disebut dengan produktivitas yang menaik atau increasing productivity, dalam keadaan demikian maka PM juga semakin menaik. Mengaitkan produk marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan produk total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif. Artinya dengan cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (ep) adalah presentase peubahan dari output sebagai akibat dari presentase perubahan dari input. Ep dapat ditulis melalui rumus sebagai berikut : ep =
ΔY Δ X / atau ep = ΔY . X Y X ΔX Y
Karena ΔY/ΔX adalah PM, maka besarnya ep tergantung dari besar kecilnya PM dari suatu input, misalnya input X. Hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2 yang menjelaskan bahwa : a. Bila PT tetap menaik, maka nilai PM positif; b. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol; c. Bila PT sudah mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif; dan d. Bila PT menaik pada tahap increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate.
24
Output (unit) Y
Daerah I
Daerah II
Daerah III Output (PT)
PR
Input (unit) Q PM
Gambar 2. Tahapan Suatu Proses Produksi
Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat pada Gambar 2. PR didefinisikan sebagai perbandingan antara PT per jumlah input, maka rumus untuk mencari PR adalah sebagai berikut : PR = Y/X. Sehingga hubungan PM dan PR dapat dicari, antar lain : a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan menaik. b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan menurun. c. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum. Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya ep, maka dapat pula dilihat pada Gambar 2, bahwa : a. ep = 1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.
25
b. Bila PM = 0 dalam situasi PR sedang turun, maka ep = 0. c. ep > 1 bila PT menaik pada tahapan ”increasing rate” dan PR juga menaik di daerah 1. Di daerah ini masih mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan. d. Nilai 1 > ep > 0, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap menaik pada tahapan ”decreasing rate”. e. Nilai ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan menurun. f. Situasi ep < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan bagi produsen yang bersangkutan.
3.1.3. Model Fungsi Produksi
Menurut Soekartawi (2002) Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas yang banyak dipakai dalam penelitian, yaitu: a. Penyelesaian fugsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, misalnya pada fungsi kuadratik.
26
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. c. Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran retrurns to scale. Fungsi Cobb-Douglas selain mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan yang terletak pada permasalahan pendugaan yang melibatkan kaidah metode kuadrat terkecil. Secara umum kelemahan fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut: a. Spesifikasi variabel yang keliru. b. Kesalahan pengukuran variabel. c. Bias terhadap variabel manajemen. d. Masalah multikolinearitas yang sulit dihindarkan. e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya, bila data cross section yang dipakai maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup. Secara sistematik, fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan sebagai berikut : Y = a X 1b1 X 2b 2 ... X ibi ... X nbn e u = a X ibi e u Fungsi Cobb-Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka : Y = f(X1, X2,...Xi,...Xn), Y = Variabel yang dilelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga
27
u = Kesalahan (disturbance term), dan e = Logaritma notural, e = 2,718. Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaa tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan melogaritmakan persamaan tersebut, yaitu : Y = f(X1,X2) dan Y = a X 1b1 X 2b 2 e u Logaritma dari persamaan di atas adalah : Log Y = log a + b1 log X1 + b2 log X2 + v; atau Y* = a* + b1 X 1* = b2* + V * Y* = Log Y X* = Log X v* = Log v A* = Log a Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini antara lain : a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite); b. Perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisa
28
yang merupakan lebih dari satu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intercep dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut. c. Tiap variabel X adalah perfect competition. d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklan adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u. Ada tiga alasan pokok pentingnya penggunaan fungsi Cobb-Douglas yang banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu : a. Penyelesaian Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain; b. Hasil
pendugaan
garis
melalui
fungsi
Cobb-Douglas
akan
menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitasnya; dan c. Besarnya elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale.
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional
Anggota Primkopti Jakarta Selatan merupakan kumpulan dari para pengusaha tahu. Usaha industri pembuatan tahu dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi dan biaya yang digunakan untuk produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan yaitu kedelai, tenaga kerja, bahan bakar, coko, air dan solar. Bahan baku kedelai diperoleh dari impor, sehingga harga yang ditawarkan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap nilai dolar. Hal ini menyebabkan terjadinya fluktuasi harga kedelai yang harus dibeli oleh anggota koperasi. Selain fluktuasi
29
harga kedelai yang cenderung naik, proses produksi juga dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar minyak tanah yang digunakan setiap berproduksi. Dampak fluktuasi harga kedelai yang cenderung naik dan kenaikan minyak tanah lebih dirasakan oleh pengusaha tahu dibandingkan dengan pengusaha tempe. Pengusaha tahu lebih banyak memproduksi kedelai dibandingkan dengan pengusaha yang memproduksi kedelai. Rata-rata pengusaha tahu menggunakan kedelai sebesar 100 kilogram per proses produksi, sedangkan pengusaha tahu menggunakan kedelai rata-rata sebesar 55 kilogram per proses produksi. Banyaknya kedelai yang dipakai berpengaruh positif terhadap pemakaian bahan bakar khususnya minyak tanah. Semakin banyak kedelai maka bahan bakar yang digunakan juga semakin meningkat. Permasalahan tersebut menjadi konsep dan landasan dalam penelitian selain penelitian ini turut melengkapi penelitian sebelumnya yang meneliti pada pendapatan para pengusaha tempe. Penelitian tentang analisis pendapatan usaha pengrajin tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dilakukan dengan beberapa tahap dan metode. Tahap pertama, melakukan pengumpulan data dari pengusaha tahu serta penggunaan input produksi. Tahap kedua, melakukan analisis hal-hal yang mempengaruhi pada produksi, termasuk banyaknya penggunaan faktor-faktor produksi. Tahap ketiga yaitu melakukan analisis pendapatan sehingga akan menghasilkan besarnya pendapatan dan besarnya keuntungan yang diterima oleh para usaha pengrajin tahu anggota koperasi. Kerangka pemikiran konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
30
Permasalahan Pengusaha Tahu
Karakteristik Pengrajin Tahu -Usia pengrajin tahu -Tingkat pendidikan -Jumlah anggota keluarga -Pengalaman Usaha Pengrajin Tahu -Keanggotaan pada Primkopti -Tenaga kerja
Harga Input
Produksi
Harga Output
Faktor-Faktor Produksi: -Kedelai -Tenaga Kerja -Bahan Bakar -Coko (pengental) -Air -Solar
Analisis Pendapatan Analisis Fungsi Produksi
Pendapatan Pengrajin Tahu dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Produksi Tahu
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
31
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Jakarta Selatan yang dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra pengusaha tempe dan tahu di DKI Jakarta. Penelitian dilakukan pada Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) Jakarta Selatan dengan adanya kemudahan dalam mengumpulkan data. Penelitian di lapangan dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan november sampai dengan bulan desember 2007. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari pengrajin tahu serta data dari instansi terkait.
4.2.
Metode Pengambilan Contoh
Responden pada penelitian analisis pendapatan ini adalah para pengrajin tahu anggota Primkoti Jakarta Selatan. Pemilihan responden sebanyak 51 pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan dengan menggunakan rumus slovin dan dipilih secara sengaja (purposive). Rumus dan perhitungan sampel sebagai berikut: n=
N 1 + Ne 2
Dimana: n = Jumlah sampel yang akan diambil N = Jumlah populasi obyek penelitian e = Kesalahan pengambilan sampel atau nilai kritis sebesar 10%
105 = 51 1 + 105.0,12 Metode pemilihan sampel secara sengaja (purposive) dilakukan dengan memilih tempat para pengusaha tahu yang mudah dijangkau, sehingga dapat menemukan sampel dengan waktu dan biaya yang lebih efisien. Pengelompokkan sampel menjadi dua skala besar dan skala kecil dilakukan setelah mendapatkan jumlah responden sebanyak 51 pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan. Pengelompokkan dilakukan berdasarkan atas rata-rata produksi kedelai yang telah diketahui dari Primkopti Jakarta Selatan. Rata-rata pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan memproduksi kedelai sebanyak 100 kilogram per proses
produksi
pada
tahun
2006.
Rata-rata
tersebut
menjadi
dasar
pengelompokkan atas dua skala, yaitu skala besar dan skala kecil. Pengusaha tahu yang memproduksi kedelai di atas rata-rata masuk pada kelompok pengusaha tahu skala besar, sedangkan yang memproduksi di bawah rata-rata masuk pada kelompok pengusaha tahu skala kecil. Pengelompokkan ini dilakukan untuk membandingkan pendapatan dan faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi.
4.3.
Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung dengan para pengusaha tahu dan pengurus Primkopti Jakarta Selatan. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan bantuan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
33
4.4.
Metode Analisis
Pengolahan data dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis imbangan penerimaan dan biaya produksi tahu, analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum pengusaha tahu anggota koperasi. Data yang ada dijelaskan dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap transfer data, editing data, pengolahan dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dibaca dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu software Minitab Release 14, Program Mikrosoft Excel dan kalkulator. Setelah diperoleh nilai-nilai dari pengolahan data kemudian tahap terakhir melakukan interpretasi hasil data yang ada.
4.4.1. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)
Analisis imbangan penerimaan dan biaya didapatkan dengan berdasarkan pembagian antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). Perhitungan total penerimaan menggunakan rumus : TR = harga (P) x kuantitas (Q) (Gaspersz, 2000). Kosep dasar biaya produksi dalam jangka pendek menurut Gaspersz (2000), bahwa konsep produksi jangka pendek terdapat input tetap (fixed cost) dan input variabel (variable inputs), pada dasarnya biaya yang diperhitungkan dalam produksi adalah biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input-input tetap dalam proses produksi jangka pendek. Penggunaan
34
input tetap tidak tergantung pada kuantitas output yang diproduksi. Biaya variabel (variable cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran input-input variabel dalam proses produksi jangka pendek. Penggunaan input
variabel
tergantung pada kuantitas output yang diproduksi. Produksi output yang dihasilkan semakin besar maka semakin besar pula input variabel yang digunakan. Penjumlahan antara biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC) menghasilkan biaya total (TC). Formulasi biaya total adalah TC = TFC + TVC. Penerimaan usaha pengrajin tempe dan tahu merupakan penerimaan setelah dikurangi oleh biaya total produksi yang tergantung pada tingkat output yang diproduksi. Sehingga rumus keuntungan ekonomis dapat dinyatakan sebagai berikut : π = TR – TC π = Keuntungan TR = Total penerimaan TC = Total biaya Analisis pendapatan usaha pengrajin tahu diukur dengan menggunakan pengukuran efisiensi. Efisiensi suatu usaha terhadap penggunaan suatu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya. Rasio perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima oleh pengrajin usaha tahu dengan setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, serta rasio perbandingan antara penerimaan atas total biaya dengan total biaya yang dikeluarkan. Pengukuran tersebut dapat dituliskan rumus sebagai berikut : R/C rasio =
Total Peneriman(TR) Total Biya(TC )
35
Dimana : Jika R/C > 1 maka usaha pengrajin tempe dan tahu menguntungkan untuk diusahakan. Jika R/C < 1 maka usaha pengrajin tempe dan tahu tidak menguntungkan untuk diusahakan. Jika R/C = 1 maka usaha pengrajin tempe dan tahu impas, yaitu usaha memberikan jumlah penerimaan yang sama dengan jumlah yang dikeluarkan.
4.4.2. Pendugaan Fungsi Produksi 4.4.2.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Analisis fungsi produksi menjelaskan hubungan antara produksi dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Fungsi produksi Cobb-Douglas melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang satu disebut variabel dependen atau tidak bebas (Y) dan yang lain disebut variabel independen atau peubah bebas (X). Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier. Fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : Y = a X 1b1 X 2b2 ... X ibi ... X nbn e u Keterangan : Y = Variabel yang dijelaskan, X = Variabel yang menjelaskan, a,b = besaran yang akan diduga, u = kesalahan, dan
36
e = logaritma natural. Fungís Cobb-Douglas di atas kemudian ditrasformasikan kedalam bentuk linier, sehingga fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut ; Ln Y = ln b0 + b1 lnX1 + b2 lnX2 + b3 lnX3 + b4 lnX5 + b6 lnX6 + u Keterangan : Y = Hasil produksi tahu per proses produksi (kg), X1 = Jumlah bahan baku kedelai per proses produksi (kg), X2 = Jumlah minyak tanah (liter), X3 = Jumlah kayu bakar (ton), X4 = Jumlah coko (kg), X5 = Jumlah tenaga kerja per proses produksi (HOK), X6 = Jumlah air (liter), X7 = Jumlah solar (liter), b0 = Konstanta, b1 = Koefisien regresi kedelai, b2 = Koefisien regresi minyak tanah, b3 = Koefisien regresi kayu bakar, b4 = Koefisien regresi coko, b5 = Koefisien regresi tenaga kerja, b6 = Koefisien regresi air, b7 = Koefisien regresi solar, u = Penyimpangan pendugaan. Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
37
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: Hipotesis : Ho:
β
n=
0
H1: βn ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik-t : t-hitung =
bi − β i Sbi
t-tabel = tα/2(n-p) Dimana : bi = koefisien regresi ke-i Sbi = standar deviasi koefisien regresi ke-i Βi = parameter ke-i yang dihipotesiskan n = banyaknya pasangan data p = jumlah parameter regresi Kriteria uji : t-hitung > t-tabel ά/2 (n-p), maka tolak H0 t-hitung < t-tabel ά/2 (n-p), maka terima H0 Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktorfaktor produksi (Xi) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y). Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y).
38
Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas atau apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai berikut : Hipotesis : H0 : β1 = β2 = ... = β(k-1) = 0 H1: paling tidak ada 1 βi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalh uji F, yaitu : F-hitung =
R 2 /(k − 1) (1 − R 2 ) /(n − k )
Dimana : R2 = Koefisien determinan k = Jumlah variabel termasuk intersep n = Jumlah pengamatan Kriteria uji : F-hitung < F tabel (k-1, n-k), maka terima H0 F-hitung > F tabel (k-1, n-k), maka tolak H0 Apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka secara bersama-sama parameter bebas dalam produksi (Xi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil daripada F-tabel, maka secara bersama-sama parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi. Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat sejauhmana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh parameter bebas terhadap parameter tidak bebas. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :
39
R2 =
Jumlah Kuadrat Re gresi ( JKR) Jumlah Kuadrat Total ( JKT )
Dimana : JKR = Jumlah kuadrat regresi JKT = Jumlah kuadrat total R2
= Koefisien determinasi Variance Inflation Factor (VIF) digunakan untuk mengidentifikasi
adanya multikolinear dalam model. Multikolinear adalah suatu keadaan dimana antar variabel prediktor terdapat hubungan sangat erat (rij ~ 1) . Dalam regresi, apabila ada korelasi antar variabel prediktor, maka akan ada ketidak sesuaian model yang telah dibuat. Apabila nilai VIF > 1, berarti ada korelasi antar variabel prediktor sehingga ada ketidak sesuaian model atau apabila nilai VIF lebih dari lima atau sepuluh, maka taksiran parameter kurang baik.
4.5. Definisi Operasional
Pengamatan yang dilakukan mengenai data dan informasi mengenai usaha produksi tahu yang dilakukan oleh para anggota koperasi. Data dan informasi yang diperoleh tentang variabel-variabel dalam produksi memiliki pengertian tersendiri. Adapaun variabel-variabel yang diperoleh didefinisikan sebagai berikut: 1. Pengusaha tahu adalah pelaku usaha yang memiliki usaha pembuatan tahu. 2. Proses produksi tahu adalah proses yang diperlukan untuk mengubah faktor input menjadi output berupa tahu dengan satuan rupiah.
40
4. Skala usaha tahu adalah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu usaha industri tahu yang ditentukan oleh besarnya jumlah kedelai yang digunakan dalam setiap produksi dalam setiap proses produksi. 5. Jumlah kedelai per proses produksi adalah jumlah kedelai dalam satuan kilogram yang digunakan untuk membuat tahu untuk satu kali proses produksi. 6. Jumlah minyak tanah per proses produksi adalah banyaknya minyak tanah yang digunakan dalam satuan liter untuk satu kali proses produksi. 7. Jumlah kayu bakar per proses produksi adalah banyaknya kayu bakar yang digunakan dalam satuan ton untuk satu kali proses produksi. 8. Jumlah tenaga kerja per proses produksi adalah jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam satuan hari orang kerja (HOK) yaitu dalam waktu tujuh jam untuk satu kali proses produksi. 9. Jumlah coko atau sulfat kapur per proses produksi adalah jumlah coko yang diperlukan dalam satuan kilogram untuk satu kali proses produksi. 10. Jumlah air per proses produksi adalah jumlah air yang diperlukan dalam satuan liter untuk satu kali proses produksi 11. Jumlah solar per proses produksi adalah jumlah solar yang diperlukan dalam satuan liter untuk satu kali proses produksi.
41
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Gambaran Umum Primkopti Jakarta Selatan
5.1.1. Sejarah Singkat Primkopti Jakarta Selatan
Nama Primkopti Jakarta Selatan adalah singkatan dari Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia – Jakarta Selatan. Primkopti Jakarta Selatan semula bernama KPTTS (Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Jakarta Selatan) yang dibentuk berdasarkan kuasa rapat tanggal 18 Mei 1979. Kemudian pada tanggal 6 September 1979 mendapat pengesahan dengan nomor 1305/BH/I dari kantor wilayah Koperasi Jakarta Selatan. Kantor Primkopti Jakarta Selatan pada awalnya berkedudukan disalah satu rumah pengurus koperasi, kemudian dilanjutkan menumpang di kantor kecamatan Mampang. Hal ini dilakukan karena keterbatasan modal yang dimiliki oleh koperasi dan belum mengalami pertumbuhan dan perkembangan usaha yang pesat. Pada tahun 1981 sampai sekarang Primkopti Jakarta Selatan mempunyai kantor sendiri yang berkedudukan di
jalan Kalibata Tengah Nomor 8-9,
Kelurahan Pancoran, Jakarta Selatan. Berdirinya Primkopti Jakarta Selatan secara garis besar dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan nasib, cita-cita dan kepentingan segenap produsen tahu dan tempe untuk meningkatkan kesejahteraan. Adanya suatu wadah yang mengelola untuk kepentingan bersama ini akan membantu dalam menyiapkan bahan baku produksi khususnya pemenuhan kedelai untuk produksi. Pencapaian kesejahteraan bersama dilakukan dengan berasaskan kekeluargaan dalam setiap menjalankan
hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi. Salah satu bukti yang mencerminkan meningkatnya pencapaian tujuan dari koperasi dalam rangka untuk kesejahteraan anggota adalah banyak memperoleh prestasi dan penghargaan dari pemerintah. Pada tahun 1981 sampai dengan tahun 1986 Primkopti Jakarta Selatan sebagai koperasi terbaik tingkat nasional. Pada tahun 1998 sebagai koperasi terbaik I jenis industri dan pengusaha tingkat Kodya Jakarta Selatan, dan pada tahun yang sama mendapat predikat sebagai koperasi teladan utama tingkat nasional.
5.1.2. Keanggotaan Primkopti Jakarta Selatan
Jumlah anggota koperasi per 31 Desember 2006 adalah 1122 orang. Jumlah
anggota tersebut mengalami penurunan sebanyak 14 orang apabila
dibandingkan dengan anggota per 31 Desember 2005. Penurunan jumlah anggota disebabkan oleh dua faktor, yaitu meninggal dunia dan pindah usaha. Pada tahun 2006 jumlah anggota koperasi yang keluar sebanyak 21 orang dan yang masuk menjadi anggota sebanyak tujuh orang. Unit pelayanan yang diberikan oleh Primkopti Jakarta Selatan kepada anggotanya memiliki delapan unit. Tujuan dari pembagian kelompok unit kerja adalah untuk memudahkan pelayanan kepada anggota atas kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi khususnya dalam persediaan kedelai untuk bahan baku industri. Pengelompokan unit pelayanan berdasarkan tempat tinggal para anggota, dengan demikian distribusi kedelai akan lebih efisien dan efektif dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas yang maksimal bagi anggota. Rincian posisi anggota per 31 Desember 2006 dapat dilihat pada Tabel 6.
43
Tabel 6. Jumlah Anggota dan Posisi Anggota Primkopti Jakarta Selatan per 31 Desember 2006. No
Unit Pelayanan
1 2 3 4 5 6 7 8
Tebet Pasar Minggu Kebayoran Lama Kebayoran Baru Tegal Parang Kuningan Barat Cikoko Bintaro Total
Awal Tahun 112 265 172 141 140 106 117 83 1136
Anggota Baru Keluar 0 6 4 4 0 4 0 4 3 3 0 0 0 0 0 0 7 21
Akhir Tahun 106 265 168 137 140 106 117 83 1122
Jenis Produksi Tempe Tahu 106 0 201 64 166 2 135 2 91 49 81 24 117 0 83 0 980 141
Tauco 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun Buku 2006.
Pelayanan koperasi terhadap anggota koperasi terbagi menjadi delapan unit pelayanan yang dikelompokkan berdasarkan tempat tinggal anggota. Pada awal tahun 2006 jumlah anggota Primkopti Jakarta Selatan sebesar 1136 orang. Pada tahun tersebut jumlah anggota yang keluar dari koperasi karena meninggal dunia dan pindah profesi sebesar 21 orang dan yang masuk sebesar tujuh orang sehingga pada akhir tahun jumlahnya sebesar 1122 orang. Anggota Primkopti Jakarta selatan dalam mengolah kedelai terbagi menjadi tiga jenis, yaitu anggota yang memproduksi tahu, tempe dan tauco. Jumlah anggota yang memprodukdi tahu pada tahun 2006 sebesar 141 orang, memproduksi tempe sebesar 980 orang dan memproduksi tauco satu orang.
5.1.3. Keorganisasian Primkopti Jakarta Selatan
Alat perlengkapan organisasi Primkopti Jakarta Selatan dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan koperasi. Beberapa alat perlengkapan organisasi yang digunakan yaitu: 1. Rapat Anggota Tahunan 2. Pengurus
44
3. Badan Pengawas 4. Karyawan dan 5. Keanggotaan. Rapat anggota tahunan dilaksanakan untuk membahas dua topik yang berkaitan dengan pencapaian tujuan koperasi. Topik pertama dilakukan pada awal tahun yang membahas program kerja dan rancangan anggaran belanja untuk tahun berikutnya. Rapat yang kedua membahas tentang laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi yang dilakukan pada akhir tahun. Komposisi kepengurusan Primkopti Jakarta Selatan mengikuti surat keputusan Dirjen Bina Lembaga Koperasi yaitu sebanyak-banyaknya lima orang. Komposisi tersebut terdiri dari ketua bidang usaha, ketua bidang organisasi, sekretaris dan bendahara. Susunan kepengurusan
periode 2006-2010 adalah
sebagai berikut: Penasihat
: H. Masrur Sani
Pengurus
:
Ketua
: R. Soetedja
Ketua Bidang Usaha
: H. Sutaryo
Ketua Bidang Organisasi
: Tohari
Sekretaris
: H. Tjasbari
Bendahara
: Abdul Hamid
Pengawas
:
Ketua
: Sukirno Samadi
Sekretaris
: Rasdjo
45
Kegiatan-kegiatan operasional pelayanan yang diberikan oleh koperasi dijalankan oleh karyawan. Jumlah karyawan secara keseluruhan untuk berbagai bidang berjumlah 63 orang. Status karyawan dalam koperasi sebagai karyawan tetap dan karyawan honorer. Posisi dan status kerja karyawan Primkopti Jakarta Selatan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Posisi dan Status Kerja Karyawan Primkopti Jakarta Selatan Periode Tahun 2006-2010. No Posisi Kerja Status Kerja Jumlah (orang) 1 Manajer Karyawan tetap 1 2 Kepala Toserba Karyawan tetap 1 3 Karyawan Staf Karyawan tetap 16 4 Karyawan Toserba Karyawan tetap 20 5 Karyawan Wartel Karyawan tetap 2 6 Karyawan Unit Karyawan Tetap 10 7 Karyawan Toserba Karyawan Honorer 5 8 Karyawan USP Karyawan Honorer 2 9 Sopir dan Kenek Truk Karyawan tetap 6 Total 63 Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun Buku 2006.
Setiap manajer dan karyawan telah ditetapkan posisi kerja yang harus dijalankannya. Sejak tahun 1993 Primkopti Jakarta Selatan telah menggunakan manajer yang tugasnya secara khusus untuk menangani bidang usaha bersamasama dengan pengurus yang membidanginya. Adanya pembagian kerja dan tanggung jawab yang jelas akan memperlancar kinerja koperasi, khususnya dalam pelayanan terhadap anggotanya. Keanggotaan koperasi bersifat terbuka. Primkopti Jakarta Selatan menerima semua anggota baru yang bergerak dalam industri yang berbahan baku kedelai seperti industri tahu, tempe dan tauco yang berdomisili di wilayah Jakarta Selatan.
46
5.1.4. Bidang Usaha Primkopti Jakarta selatan
Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum dan kesejahteraan anggota secara khusus maka berbagai bentuk usaha komersil maupun non komersil dilakukan oleh koperasi. Kegiatan ini diharapkan akan dapat membangun kekuatan keluarga anggota koperasi dengan pengurus dan pengawas Primkopti Jakarta Selatan. Kekuatan yang menyatu antar berbagai pihak akan dapat mempercepat tujuan-tujuan koperasi. Kegiatan usaha komersil yang dilakukan oleh Primkopti Jakarta Selatan adalah sebagai berikut: 1. Penyaluran kedelai non Dolog 2. Penyaluran alat-alat produksi 3. Penyaluran alat-alat rumah tangga 4. Penyaluran sarana transportasi bagi anggota 5. Penyaluran kredit (simpan pinjam, investasi, perumahan, kendaraan) 6. Penyaluran bahan pembantu produksi 7. Penyewaan alat-alat pesta 8. Penyewaan tempat tinggal 9. Penyaluran sembilan bahan pokok dan 10. Penyaluran minyak tanah. Aspek kegiatan non komersial yang dilakukan koperasi untuk anggota, karyawan dan anggota keluarganya. Adapun kegiatannya yaitu: 1. Pendidikan dan latihan 2. Pelayanan kesehatan 3. Tunjangan kesehatan atau sosial dan 4. Bantuan kepada wilayah kerja.
47
5.2.
Proses Produksi Tahu
Proses pembuatan tahu pada dasarnya sangat sederhana. Setelah bahan baku dan peralatan disiapkan maka pembuatan tahu dapat dimulai. Rata-rata waktu yang digunakan untuk pembuatan tahu dari awal sampai akhir selama 13 jam. Waktu yang digunakan ini adalah waktu tidak efektif, artinya tenaga kerja yang dibutuhkan tidak selama waktu tersebut. Hal ini terjadi karena dalam proses produksi harus menunggu perendaman kedelai selama lima sampai enam jam. Keadaan tersebut tidak berarti tenaga kerja kemudian menganggur, akan tetapi pembuatan tahu untuk hari ini perendaman sudah dilakukan hari sebelumnya dan untuk hari selanjutnya dilakukan perendaman kedelai hari ini, begitu seterusnya.
5.2.1. Bahan-Bahan Pembuat Tahu
Bahan-bahan yang digunakan untuk proses produksi pembuatan tahu mempengaruhi kualitas tahu yang dihasilkan. Apabila bahan yang digunakan bermutu rendah maka mutu produk akhir akan kurang baik. Oleh karena itu, pengusaha tahu mengenal bahan baku secara detail sangat penting. Adapun bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tahu meliputi bahan baku dan bahan pembantu. Selain bahan-bahan yang digunakan, proses produksi harus ditunjang dengan peralatan dan perlengkapan yang memadai serta tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan dalam produksi ini sehingga dapat menghasilkan output yang bermutu tinggi. Bahan baku yang digunakan untuk produksi tahu adalah kedelai dan bahan pembantu yang dibutuhkan adalah coko atau kalsium sulfat murni serta air bersih. Persyaratan bahan baku tahu lebih ketat dari pada bahan baku tempe atau kecap.
48
Pasalnya, tahu diproduksi melalui proses ekstraksi (penyaringan) protein kedelai dengan penambahan air. Jadi, jumlah dan mutu protein kedelai amat penting dipertimbangkan saat memilih bahan baku. Kedelai sebagai bahan baku membuat tahu yang diterima oleh pengusaha tahu anggota koperasi berasal dari kedelai impor. Mutu kedelai yang diberikan tidak sesuai dengan keinginan anggota karena kualitas tinggi kedelai yang diberikan tidak kontinu. Kualitas tinggi yang tidak bisa dipertahankan secara terus menerus memberikan dampak kepada pengusaha dalam menghasilkan tahu. Dampak yang ditimbulkan yaitu kualitas dan kuantitas hasil tahu berubah-ubah walaupun jumlah input kedelai sama. Hal tersebut akan berpengaruh pada jumlah pendapatan yang harus diterima oleh pengusaha tahu. Kualitas kedelai tahu yang diinginkan oleh pengusaha adalah kualitas yang bermutu tinggi. Kualitas kedelai harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Kedelai yang menjadi bahan baku tahu sebaiknya belum lama (baru) dipanen dan cukup umur. Kedelai yang terlalu lama disimpan atau terlalu muda mempunyai rendemen yang rendah. Tahu yang berbahan baku kedelai muda akan menghasilkan tahu yang lembek dan tidak tahan lama. 2. Kadar air kedelai maksimal 13%. Bila kadar airnya mencapai 15 %, jamur mudah sekali tumbuh selama penyimpanan. Namun, perlu dijaga pula agar kadar airnya tidak terlalu rendah. Kedelai yang berkadar air sembilan persen atau kurang akan mudah pecah dan rendemen tahu akan menurun. 3. Biji kedelai harus utuh karena enzim-enzim lipoksidase akan aktif bila kedelai pecah sehingga menyebabkan minyaknya tengik dan bau tahu kurang enak.
49
4. Kedelai harus bebas dari berbaga macam kotoran, seperti kerikil, pasir, atau sisa-sisa tanaman. Persediaan kedelai yang dibutuhkan oleh pengusahan tahu belum bisa dipenuhi secara optimal oleh Primkopti Jakarta Selatan. Keadaan tersebut menyebabkan proses produksi tidak bisa lancar untuk sebagian anggota. Akibat yang harus diterima adalah pengusaha tahu harus membeli kedelai dari pihak luar atau pedagang swasta. Bahan baku pembantu yang digunakan untuk membuat tahu yaitu coko atau kalsium sulfat murni dan air bersih. Coko ini berfungsi sebagai penggumpal yaitu untuk mengendapkan protein dan larutan padat pada sari kedelai. Bahan penggumpal ini bentuknya berupa serbuk putih. Tahu yang dihasilkan lunak, teksturnya lembut dan rasanya lembut hingga sedang. Dosis pemakaian kira-kira sepuluh gram per setengah kilogram kedelai kering. Pemberian kalsium sulfat dilakukan pada saat suhu sari kedelai 70-75° C. Pembuatan tahu merupakan salah satu industri yang boros penggunaan airnya. Air yang digunakan sangat berpengaruh pada mutu tahu. Oleh karena itu air yang digunakan harus bersih, tidak berbau, jernih, tidak berasa, tidak mengandung besi dan mangan serta bebas dari jasad renik patogen. Air yang biasa digunakan oleh pengusaha tahu anggota koperasi adalah air sumur.
5.2.2. Peralatan dan Perlengkapan untuk Membuat Tahu
Peralatan yang digunakan dalam memproduksi tahu masih sederhana. Peralatan yang sederhana yang digunakan oleh semua anggota Primkopti Jakarta Selatan menghasilkan kuantitas produk yang bermacam-macam. Pengusaha tahu
50
dalam usaha skala kecil memproduksi tahu dengan bahan baku kedelai paling sedikit 40 kg per hari dan usaha skala besar memproduksi tahu paling banyak 400 kg per hari. Kuantitas produksi tahu yang mempunyai selisih jauh tersebut tidak secara langsung ditentukan oleh peralatan yang digunakan, akan tetapi dipengaruhi oleh besar kecilnya modal yang dimiliki oleh pengusaha. Pengusaha tahu yang memiliki modal besar akan menggunakan alat-alat dan perlengkapan yang sederhana dan mampu menampung produk yang banyak. Salah satu perlengkapan yang berpengaruh besar kecilnya produksi adalah tempat. Peralatanperalatan yang digunakan untuk memproduksi tahu adalah sebagai berikut: 1. Wadah perendaman Alat perendaman digunakan untuk merendam biji kedelai sebelum digiling. Alat yang digunakan ini dapat berupa bak, ember besar dan drum yang dipotong menjadi dua. 2. Alat penggiling Alat penggiling kedelai terdiri dari beberapa komponen dan membutuhkan beberapa alat perlengkapan. Komponen yang terdapat pada mesin giling dan pelengkapnya yaitu corong, penggiling, penampung dan genset atau mesin diesel sebagai sumber listrik. Pengoperasian mesin genset menggunakan bahan baku berupa solar. 3. Alat memasak Alat yang digunakan untuk memasak yaitu kompor, wajan dan tungku. Peralatan ini berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dalam memproduksi tahu. Pengusaha yang memproduksi dalam skala kecil biasanya hanya menggunakan kompor dan drum sebagai alat untuk merebus kedelai.
51
Drum yang digunakan juga sebagai pengganti wajan yang dapat memproduksi sekitar 50 kg per hari. Usaha skala besar yang memproduksi lebih dari 100 kg per hari menggunakan tungku dan drum yang jumlahnya lebih dari satu. Tungku yang digunakan berfungsi sebagai perebus air dan uap air disalaurkan ke drum yang berisi kedelai. Alat perlengkapan yang digunakan untuk memasak terdiri dari blower, lilit dan tangki minyak tanah. Lilit dan tangki digunakan untuk sumber api dengan menggunakan minyak tanah sedangkan blower berfungsi sebagai sumber udara untuk membakar kayu. 4. Alat penyaringan Alat penyaring bubur kedelai yang digunakan adalah rangkaian dari kain belacu atau kain mori. Bahan ini kuat untuk menyaring bubur kedelai yang kental sehingga tidak mudah sobek. Penyaringan dilakukan dengan beralaskan wadah yang terbuat dari kayu atau biasa disebut tahang. Tahang mempunyai bentuk bulat dan mempunyai diameter 0.75-125 m. Pengusaha tahu dalam usaha skala besar maupun kecil mempunyai tahang antara satu sampai empat buah. Selain untuk tempat menyaring, tahang juga dapat digunakan untuk merendam kedelai maupun untuk tempat air. 5. Alat cetak Alat cetak yang digunakan mempunyai banyak ukuran dan bentuk. Cetakan untuk tahu potong berbentuk bujur sangkar dengan panjang 60 cm x 60 cm atau ukuran yang lebih besar. Cetakan untuk tahu besar mempunyai bentuk yang berlubang-lubang yang digunakan untuk
52
membungkus tahu dan mengukur besaran tahu. Alat cetak yang digunakan berasal dari bahan kayu yang kuat dan tidak mudah rusak. 6. Wadah pengiriman Wadah pengiriman digunakan untuk tempat tahu yang sudah jadi dan siap untuk dipasarkan. Tempat tahu yang digunakan mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Beberapa macam tempat tahu yang digunakan oleh pengusaha tahu Primkopti Jakarta Selatan yaitu ember plastik besar bekas cat, ember plastik besar dan kecil, ranjang plastik dan blek atau tempat yang berbentuk kubus yang terbuat dari seng. Beberapa macam tempat yang digunakan, ranjang plastik yang paling mahal dan kuat. 7. Lain-lain. Peralatan pendukung lainnya antara lain gayung, tongkat pengaduk bubur, meja kerja, ember tandon air, papan penggaris dan pisau pemotong tahu.
5.2.3. Cara Membuat Tahu
Pembuatan tahu tidak memerlukan pengetahun banyak dan ketrampilan yang lama, karena prosesnya yang sederhana. Sebelum proses pembuatan tahu dimulai, terlebih dahulu dipersiapkan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan. Peralatan dan perlengkapan yang lengkap dalam kondisi baik akan mendukung proses produksi yang lancar dengan hasil yang maksimal, sehingga pengusaha tahu harus menyiapkannya dengan baik. Proses pembuatan tahu secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pembuatan sari kedelai, penggumpalan dan pengendapan serta pencetakan. Langkag-langkah pembuatan tahu dapat dilihat pada Lampiran 1.
53
a. Pembuatan sari kedelai Pembuatan sari kedelai dimulai dengan membersihkan kedelai dari kotoran dan benda-benda asing. Beberapa contoh benda asing antara lain kerikil, pasir dan sisa tanaman. Kedelai yang yang akan dibuat tahu sebaiknya kedelai yang utuh, tidak pecah-pecah, tidak berlubang, tidak busuk dan tidak berjamur. Kualitas kedelai akan mempengaruhi mutu tahu yang akan dihasilkan. Setelah kedelai bersih, kemudian direndam di dalam tangki atau tong perendaman. Perendaman yang dilakukan bisa semalam atau dalam waktu 8-12 jam dengan air bersih dan suhu normal. Kedelai yang telah direndam kemudian digiling hingga menjadi bubur halus. Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin giling yang memakai sumber energi dari mesin diesel yang berbahan baku solar. Kedelai yang sudah menjadi bubur ditampung dalam wadah yang tidak berkarat, biasanya pengusaha tahu menggunakan ember dan tahang. Tahap berikutnya, bubur kedelai dimasak. Pemasakan kedelai dilakukan pada suhu 100°C selama 10-15 menit. Setelah masak, kemudian disaring dan menghasilkan sari kedelai. Waktu yang digunakan pada tahap ini dimulai dari pukul 8.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB. Proses penggilingan dan perebusan dilakukan berulangulang sesuai dengan komposisi peralatan yang digunakan. b. Penggumpalan dan pengendapan Penggumpalan sari kedelai dilakukan dengan memberikan coko atau kalsium sulfat murni. Pengusaha tahu dalam melakukan penggumpalan tidak semuanya menggunakan coko dan penggantinya adalah asam coka.
54
Selama pencampuran, sari kedelai diaduk-aduk dengan tujuan agar larutan bisa merata. Setelah selesai, bubur tahu didiamkan sehingga akan mengendap dan gumpalan akan turun di dasar wadah. Waktu yang digunakan untuk penggumpalan dan pengendapan sekitar 15 menit. c. Pencetakan Gumpalan bubur tahu dimasukkan kedalam cetakan yang telah dialasi kain, lalu bagian atas juga ditutup dengan kain serupa dan papan. Beberapa papan ditumpuk hingga air menetes. Tahu besar dicetak dengan menggunakan papan yang mempunyai banyak lubang berbentuk persegi. Gumpalan bubur diletakkan pada kain dan dimasukkan dicetakan dengan cara ditali. Setelah tahu menetes dan airnya habis maka tahu sudah mengeras dan siap ditaruh pada tempat pengiriman. Tempat yang digunakan untuk menaruh tahu sampai beberapa waktu dicampur dengan air bersih. Pemberian air pada tempat tahu ini bertujuan agar tahu tidak bau dan tahan lama sampai beberapa hari. Tahu yang dihasilkan adalah tahu putih dengan ukuran yang bermacammacam. Tahu ini dipasarkan di daerah sekitar dengan cara menjual langsung pada konsumen dan diambil oleh pelanggan. Pengusaha tahu skala besar pada umumnya menjual tahu dengan cara diambil sendiri oleh para pelanggannya, sedangkan pada pengusaha tahu skala kecil menjualnya langsung dibawa kepasar terdekat dan dijual pada konsumen akhir. Hal ini yang menyebabkan biaya transportasi lebih besar dikeluarkan oleh usaha tahu skala kecil dibandingkan dengan skala besar.
55
5.3.
Karakteristik Pengusaha Tahu Primkopti Jakarta Selatan
Pengusaha tahu secara umum dapat diketahui dengan karakteristik. Karakteristik yang dimiliki oleh setiap pengusaha dapat mempengaruhi aktivitasnya sebagai anggota koperasi dan dalam memproduksi tahu. Karakteristik tersebut adalah usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman usaha membuat tahu, dan pengalaman menjadi anggota Primkopti Jakarta Selatan. Secara jelas karakteristik pengusaha tahu untuk skala besar dan skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.
5.3.1. Umur Pengusaha Tahu
Umur para pengusaha tahu rata-rata berusia 50 tahun, baik untuk usaha tahu dalam skala besar maupun dalam skala kecil. Pengusaha tahu yang paling muda berusia 34 tahun, sedangkan yang paling tua berusia 62 tahun. Tingkat umur para pengusaha tidak mempengaruhi hasil produksi maupun prosesnya. Sebaran responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Pengusaha Tahu Umur Usaha Tahu Skala Besar Usaha Tahu Skala Kecil (tahun) Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) % 34-38 1 5 2 6 39-43 1 5 4 13 44-48 4 21 7 22 49-53 5 26 9 28 54-58 7 37 7 22 59-63 1 526 3 9 Total 19 100 32 100
Responden pengusaha tahu dalam skala besar mempunyai umur antara 5458 tahun sebesar 36,84 persen atau berjumlah tujuh orang dari 19 orang.
56
Kemudian diikuti oleh umur antara 49-53 tahun dengan jumlah lima orang. Responden untuk pengusaha tahu dalam skala kecil paling banyak berumur antara 49-53 tahun dengan persentase sebesar 28,13 persen atau berjumlah sembilan orang dari 32 orang. Kemudian diikuti oleh tingkat umur antara 54-58 tahun dan 44-48 tahun dengan prosentase yang sama yaitu 21,88 persen. Data Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa
pengusaha skala besar usianya lebih tua dibandingkan
dengan skala kecil.
5.3.2. Tingkat Pendidikan Pengusaha Tahu
Tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan anggota koperasi terhadap aktivitas mereka sebagai anggota Primkopti Jakarta selatan. Para anggota yang mengetahui tentang pentingnya berkoperasi akan tetap memaksimalkan
kewajiban
sebagai
anggota
dan
memenuhi
kebutuhan
produksinya dari koperasi. Pengusaha tahu anggota Primkopti rata-rata menyelesaikan pendidikannya sampai Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 68,62 persen. Kemudian yang menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 27,45 persen dan sisanya menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Menengah Umum (SMU). Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan pengusaha tahu dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Pengusaha Tahu Usaha Tahu Skala Besar Usaha Tahu Skala Kecil Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) % SD 10 52,63 25 78,13 SMP 8 42,11 6 18,75 SMU 1 5,26 1 3,13 Total 19 100,0 32 100,0
57
Data Tabel 9 di atas menggambarkan bahwa paling besar pengusaha tahu skala besar dan kecil menyelesaikan tingkat pendidikannya sampai SD, yaitu untuk skala besar 53 persen sedangkan untuk skala kecil sebesar 78 persen. Pendidikan ditingkat SMP untuk skala besar berjumlah delapan orang atau 42,11 persen sedangkan untuk skala kecil sebanyak enam orang atau sebesar 18,75 persen. Secara keseluruhan dalam bentuk persentase, pengusha tahu Primkopti Jakarta Selatan untuk usaha skala besar mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan usaha skala kecil.
5.3.3. Jumlah Anggota Keluarga Pengusaha Tahu
Pengusaha tahu Primkoti Jakarta Selatan mempunyai status sudah menikah semuanya. Jumlah keluarga yang dimiliki oleh pengusaha rata-rata lima orang yang terdiri dari dua orang tua dan mempunyai anak berjumlah tiga orang. Jumlah keluarga yang dimiliki mempengaruhi tingkat pengeluaran yang harus dibelanjakan untuk kebutuhan sehari hari dan umur anak mempengaruhi proses produksi yang berkaitan dengan tenaga kerja. Anak pengusaha tahu yang sudah besar atau setingkat SMU lebih membantu bekerja dalam produksi. Sebaran responden berdasarkan jumlah keluargannya dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga Pengusaha Tahu Usaha Tahu Skala Kecil Usaha Tahu Skala Besar Jumlah Keluarga
2-4 5-7 8 - 10 Total
Jumlah (orang) 9 9 1 19
Persentase (%) 47,37 47,37 5,26 100
Jumlah (orang) 18 14 0 32
Persentase % 56,25 43,75 0 100
58
Data Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa jumlah keluarga untuk pengusaha tahu skala besar mempunyai prosentase yang sama yaitu sebesar 47,37 persen untuk jumlah keluarga antara dua sampai empat dan lima sampai delapan anggota keluarga. Pengusaha tahu skala kecil paling banyak mempunyai jumlah keluarga dua sampai empat orang dengan prosentase 56,25 persen dari total jumlah keluarga tahu skala kecil.
5.3.4. Pengalaman Usaha Pengusaha Tahu
Pengalaman dalam membuat tahu dari orang lain sangat diperlukan untuk bisa belajar dan bekerja mandiri. Secara umum para pengusaha tahu mendapatkan ilmunya dari keluarganya. Hal ini terjadi dikarenakan adanya budaya pembuatan tahu yang turun temurun serta membekali keluarganya atau anaknya dengan ketrampilan tersebut. Ketrampilan yang dimiliki akan digunakan untuk membuka usaha tahu dan tidak bekerja di tempat orang lain. Keadaan tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka yang rata-rata sampai SD. Sebaran responden berdasarkan pengalaman dalam membuat atau memproduksi tahu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman dalam Memproduksi Tahu Usaha Tahu Skala Besar Usaha Tahu Skala Kecil Pengalaman Usaha (tahun) Jumlah Persentase Jumlah Persentase (orang) (%) (orang) % 12-16 1 5,26 6 18,75 17-21 2 10,53 4 12,50 22-26 2 10,53 6 18,75 27-31 5 26,32 9 28,13 32-36 8 42,11 2 6,25 37-42 1 5,26 5 15,63 Total 19 100,0 32.0 100,0
59
Pengalaman dan pengetahuan dalam membuat tahu yang dimiliki oleh pengusaha tahu secara keseluruhan sudah dimiliki sejak 27 tahun yang lalu. Pengalaman tersebut didapatkan sejak dalam usia remaja baik dari keluarganya maupun dari pengalaman bekerja dari orang lain. Usaha tahu skala besar mempunyai tingkat pengalaman paling banyak selama 32-36 tahun dengan persentase sebesar 42,11 persen. Sebanyak lima orang atau sebesar 26.32 persen dari pengusaha skala besar mempunyai pengalaman selama 27-31 tahun. Usaha skala kecil mempunyai tingkat pengalaman yang paling banyak selama 27-31 tahun dengan persentase sebesar 28,13 persen. Pengalaman usaha membuat tahu untuk skala besar lebih lama apabila dibandingkan dengan pengalaman dari usaha skala kecil, yaitu selama 29 tahun dan 25 tahun.
5.3.5. Keanggotaan Pengusaha Tahu
Keanggotaan Primkopti Jakarta Selata
bersifat terbuaka. Keterbukaan
disini bahwa setiap orang bisa ikut menjadi anggota koperasi dengan ketentuan harus mempunyai industri yang berbahan baku kedelai dan harus berdomisili di wilayah Jakarta Selatan. Pentingnya berkoperasi banyak disadari oleh masyarakat yang mempunyai industri perumahan dengan bahan baku kedelai, sehingga anggota Primkopti Jakarta Selatan mempunyai jumlah anggota yang banyak yaitu lebih dari seribu orang. Pemahaman dan pengalaman menjadi anggota koperasi mempunyai pengaruh terhadap proses industri dan hasil produksi. Pengaruh terhadap proses industri dan produksi bahwa pengalaman menjadi anggota akan dapat mempunyai pengetahuan yang lebih luas khususnya dalam melakukan usaha dengan bimbingan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh koperasi. Proses
60
produksi yang benar akan menghasilkan output yang lebih baik dan keuntungan yang diperoleh bisa maksimal. Sebaran responden berdasarkan pengalaman menjadi anggota koperasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Sebaran Responden Berdasarkan Pengalaman Menjadi Anggota Koperasi Usaha Tahu Skala Besar Usaha Tahu Skala Kecil Pengalaman Menjadi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Anggota (tahun) (orang) (%) (orang) % 3-8 1 5,26 1 3,13 9 - 13 4 21,05 8 25,00 14 - 18 2 10,53 7 21,88 19 - 23 0 0,00 5 15,63 24 - 28 12 63,16 11 34,38 Total 19 100,0 32 100,0
Pengalaman menjadi anggota koperasi yang diperoleh pengusaha tahu secara umum telah mencapai waktu selama 20 tahun. Pengalaman yang diperoleh selama kurun waktu tersebut telah memberikan dampak yang positif terhadap anggota khususnya dalam menjalankan industrinya. Pengalaman menjadi anggota koperasi untuk usaha tahu dalam skala besar relatif lebih lama apabila dibandingkan dengan pengalaman pengusaha dalam skala kecil. Perbandingan pengalaman tersebut adalah selama 22 tahun untu skala besar dan 19 tahun untuk skala kecil. Data Tabel 15 di atas juga memberikan indikasi bahwa pengalaman yang paling banyak persentasenya adalah dalam kurun waktu 24-28 tahun baik untuk usaha dalam skala besar maupun kecil. Akan tetapi untuk usaha skala besar persentasenya lebih besar apabila dibandingkan dengan usaha skala kecil. Pengalaman menjadi anggota selama 28 tahun memberikan indikasi bahwa anggota tersebut telah masuk koperasi bersama berdirinya koperasi, hal ini dikarenakan umur Primkopti Jakarta Selatan berumur 28 tahun.
61
5.3.6. Tenaga Kerja Pengusaha Tahu
Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi tahu terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari keluarga (bapak, ibu dan anak) yang tidak secara langsung mendapatkan upah dari hasil kerjanya. Tenaga kerja selain keluarga adalah tenaga kerja yang bukan dari keluarga dan kerjanya mendapatkan upah secara langsung. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Tahu Usaha Tahu Skala Besar Tenaga Kerja Jumlah Persentase (orang) (%) Dalam Keluarga 33 28 Luar Keluarga 86 72 Total 119 100,0
Usaha Tahu Skala Kecil Jumlah Persentase (orang) % 65 90 7 10 71,5 100,0
Persentase tenaga kerja dalam keluarga lebih besar pada usaha tahu skala kecil yaitu 90,2 persen. Hal ini terjadi karena pengusaha tahu skala kecil mendapatkan keuntungan yang kecil sehingga tidak mampu membayar tenaga kerja dari luar. Sedangkan pengusaha skala besar mempunyai modal yang besar sehingga jumlah produksinya tinggi dan mampu memperkarjakan tenaga dari luar keluarga.
5.4.
Analisis Pendapatan Pengusaha Tahu Primkopti Jakarta Selatan
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarakan. Penerimaan yang diterima oleh pengusaha tahu merupakan jumlah penjualan tahu dengan satuan tertentu dikalikan dengan harga jual. Satuan yang
62
diterapkan oleh masing-masing pengusaha berbeda-beda, yaitu dengan satuan bijian, per papan dan per kaleng. Setiap satuan yang ditawarkan mempunyai harga yang berbeda pula. Satuan biji mempunyai harga yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan satuan papan dan kaleng. Satuan papan merupakan bentuk cetakan yang dipakai, sehingga pengusaha lebih mudah mengetahui jumlah produksinya dalam satu kali proses produksi. Satuan kaleng adalah tempat yang digunakan untuk wadah yang siap dijual yang langsung diambil para pelanggannya. Pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh para pengusaha tahu menurun setelah harga kedelai mengalami peningkatan pada tahu 1998. Selain itu, keuntungan juga semakin kecil setelah harga bahan bakar minyak mengalami peningkatan. Hal ini dirasakan khususnya oleh para pengusaha tahu skala kecil. Permasalahan ini juga disampaikan oleh pihak pengurus Primkopti Jakarta selatan dengan pengamatan secara umum. Pendapatan pengusaha tahu skala besar dan skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Pendapatan yang diterima oleh pengusaha tahu dibedakan atas dua bagian. Pertama disebut pendapatan atas biaya produksi yaitu pendapatan yang telah dikurangi dengan biaya-biaya produksi, baik biaya produksi langsung maupun biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung yaitu biaya yang dikeluarkan langsung oleh pengusaha dalam memulai produksi, antara lain biaya pembelian kedelai, minyak tanah, kayu bakar, coko atau kalsium sulfat murni, tenaga kerja, air dan solar. Biaya produksi tidak langsung yaitu biaya transportasi, sewa peralatan dan sewa bangunan. Pendapatan kedua disebut pendapatan atas total biaya, yaitu pendapatan yang telah dikurangi oleh biaya produksi dan biaya
63
yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan yaitu biaya tenaga kerja keluarga yang tidak mendapatkan upah dan biaya penyusutan atas peralatan yang dipakai. Pendapatan pengusaha tahu per proses produksi atau per satu hari dan pendapatan atas biaya atau R/C dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-Rata Pendapatan dan Rasio R/C Usaha Tahu Skala Besar dan Skala Kecil per Proses Produksi Usaha Tahu Skala Usaha Tahu Skala No Uraian Besar Kecil I Nilai (Rp) Nilai (Rp) PENDAPATAN Pendapatan Kotor 1.420.487 478.672 Pendapatan Atas Biaya Produksi 171.716 55.033 Pendapatan Atas Total Biaya 128.817 16.222 II R/C RASIO R/C Rasio Atas Biaya Produksi 1,138 1,130 R/C Rasio Atas Total Biaya 1,100 1,035
Berdasarkan Tabel 13 di atas, menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh pengusaha tahu skala besar lebih besar apabila dibandingkan dengan usaha tahu skala kecil, baik untuk pendapatan kotor, pendapatan atas biaya produksi maupun pendapatan atas total biaya. Pendapatan kotor yang diperoleh usaha besar senilai Rp 1.420.487,- per satu proses produksi atau dalam satu hari, sedangkan untuk usaha
kecil sebesar Rp 478.672,-. Pendapatan atas biaya
produksi usaha skala besar senilai Rp 171.716,- per hari dan usaha kecil sebesar Rp 55.033,- per hari. Pendapatan atas total biaya usaha skala besar senilai Rp 128.817,- per hari sedangkan usaha skala kecil senilai Rp 16.222,- per hari. Ratarata pendapatan bersih yang diterima oleh pengusaha tahu skala kecil dalam jumlah yang sangat sedikit. Perbedaan besarnya keuntungan antara usaha skala kecil dan skala besar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu, jumlah output tahu
64
berbeda, harga tahu, penggunaan bahan bakar, sistem penjualan dan teknologi yang digunakan. Jumlah tahu yang dihasilkan oleh usaha besar lebih banyak dari pada usaha kecil. Perbedaan produksi sangat berpengaruh pada pendapatan, dengan modal yang tinggi atau dengan penggunaan input yang besar akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Keterbatasan modal merupakan salah satu permasalahan utama bagi pengusaha tahu skala kecil, baik untuk biaya produksi maupun untuk biaya investasi. Penggunaan bahan bakar antara skala besar dan kecil secara umum berbeda. Rata-rata pada skala besar menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya, sedangkan pada skala kecil lebih banyak menggunakan minyak tanah. Pemakaian bahan bakar kayu lebih efisien dibandingkan dengan bahan bakar minyak tanah. Pembelian bahan bakar kayu yang dipakai pada skala besar dalam jumlah yang besar atau lebih banyak dari skala kecil. Pembelian dengan kapasitas besar tersebut lebih murah dan efisien dalam biaya transportasi dan tenaga kerja. Perbedaan harga antara kayu bakar dan minyak tanah sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan para pengusaha tahu. Beberapa pengusaha tahu skala besar menjual tahunya dengan harga yang lebih mahal dari harga rata-rata. Perbedaan harga ini ditentukan oleh tempat para pengusaha tahu menjual atau wilayah mereka memproduksi tahu. Selain hal tersebut, usaha skala besar berbeda dalam melakukan sistem penjualan tahu. Sistem penjualan pada skala besar yaitu langsung diambil oleh para pedagang tahu eceran atau pelanggan yang datang langsung ke tempat produksi. Pada skala kecil menjual tahu hasil produksinya rata-rata langsung dibawa kepasar dan dijual
65
sendiri. Perbedaan sistem penjualan tersebut lebih menguntungkan pada usaha tahu skala besar karena tidak banyak mengeluarkan biaya transportasi. Teknologi yang digunakan untuk produksi tahu pada skala besar dan skala kecil masih sederhana dan secara umum tidak ada perbedaan. Teknologi yang sama yang digunakan untuk produksi tahu skala besar dan skala kecil lebih menguntungkan pada skala besar, karena nilai penyusutan atas teknologi yang dipakai besarnya tidak terlalu berbeda jauh. Teknologi dan peralatan yang mempunyai nilai ekonomi yang rata-rata sama adalah diesel, mesin penggiling, blower dan wadah perebusan. Nilai rasio R/C untuk usaha skala besar dan kecil memiliki nilai yang berbeda. Produksi tahu yang dilakukan oleh pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta selatan rata-rata telah mendapatkan keuntungan karena mempunyai nilai rasio R/C lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya produksi skala besar lebih efisien untuk dibandingkan dengan usaha skala kecil. Perbedaan nilai antara skala besar dan skala kecil sangat sedikit yaitu selisih 0,008 atau perbandingan nilaianya sebesar 1,138:1,130. Nilai rasio R/C atas total biaya untuk usaha skala besar senilai 1,100, sedangkan untuk usaha skala kecil senilai 1,035. Nilai rasio tersebut memberikan indikasi bahwa usaha skala besar lebih efisien dalam penggunaan total biaya dibandingkan dengan usaha skala kecil. Penurunan nilai rasio R/C atas biaya produksi ke total biaya pada skala kecil disebabkan oleh biaya yang diperhitungkan mempunyai nilai yang besar. Nilai biaya yang diperhitungkan yaitu biaya tenaga kerja keluarga dan penyusutan pada skala besar lebih banyak dibandingkan dengan usaha skala kecil.
66
Biaya yang digunakan pada proses produksi terdiri dari biaya produksi dan biaya yang diperhitungkan. Biaya produksi terdiri dari biaya produksi langsung meliputi biaya pembelian kedelai, minyak tanah, kayu bakar, coko, tenaga kerja, air dan solar serta biaya produksi tidak langsung yang meliputi transportasi, sewa peralatan dan sewa bangunan. Biaya yang diperhitungkan yaitu biaya tenaga kerja keluarga dan biaya penyusutan atas peralatan dan bangunan tempat berproduksi. Struktur biaya dalam produksi tahu skala besar dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Produksi Tahu Skala Besar per Proses Produksi Uraian BIAYA 1.1. Biaya Produksi A. Biaya Produksi Langsung a. Kedelai (kg) b. Minyak Tanah (liter) c. Kayu Bakar (ton) d. Coko (kg) e. Tenaga Kerja (HOK) f. Air (liter) g. Solar (liter) Jumlah Biaya Produksi Langsung B. Biaya Produksi Tidak Langsung: a. Transportasi (Rp) b. Sewa Peralatan (Rp) c. Sewa Bangunan (Rp) Jumlah Biaya Produksi Tidak Langsung Jumlah Biaya Produksi 1.2. Biaya yang Dioperhitungkan: A. Tenaga Kerja Keluarga B. Penyusutan (Rp) Jumlah Biaya yang Diperhitungkan Total Biaya
Usaha Tahu Skala Besar Penggunaan Biaya (Rp) % Biaya
169,737 17,579 0,673 3,011 4,526 9,105 2,229
942.303 52.737 67.289 3.976 113.605 9.105 9.587 1.198.603
72,95 4,08 5,21 0,31 8,80 0,70 0,74
25.263
25.263 19.263 5.642 50.168 1.248.771
1,96 1,49 0,44
1,737 16.846,33
26.053 16.846 42.899 1.291.670
2,02 1,30 100
Total biaya yang digunakan dalam proses produksi usaha tahu skala besar berjumlah Rp 1.291.670,- per proses produksi. Total biaya tersebut digunakan untuk biaya produksi dan biaya yang diperhitungkan dengan persentase
67
pemakaian yang berbeda-beda. Persentase pemakaian biaya paling besar pada usaha skala besar untuk pembelian kedelai sebesar 72,95 persen dari total biaya yang digunakan. Pemakaian biaya selanjutnya yaitu untuk biaya tenaga kerja, kayu bakar, dan minyak tanah, masing-masing sebesar 8,80 persen, 5,21 persen dan 4,08 persen. Sedangkan biaya yang paling kecil digunakan untuk pembelian coko dengan persentase 0,31 persen. Besarnya persentase yang digunakan oleh setiap faktor-faktor biaya dalam produksi akan mempengaruhi output yang dihasilkan. Perubahan input tersebut dapat dilihat dalam elastisitas biaya produksi. Biaya yang digunakan pada produksi tahu skala kecil mempunyai persentase yang berbeda-beda antar faktor produksi. Struktur biaya produksi tahu skala kecil dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Rata-Rata Penggunaan dan Biaya Produksi Tahu Skala Kecil per Proses Produksi Uraian BIAYA 1.1. Biaya Produksi A. Biaya Produksi Langsung a. Kedelai (Kg) b. Minyak Tanah (liter) c. Kayu Bakar (ton) d. Coko (Kg) e. Tenaga Kerja (HOK) f. Air (drum) g. solar (liter) Jumlah Biaya Produksi Langsung B. Biaya Produksi Tidak Langsung: a. Transportasi (Rp) b. Sewa Peralatan c. Sewa Bangunan Jumlah Biaya Produksi Tidak Langsung Jumlah Biya Produksi 1.2. Biaya yang Dioperhitungkan: A. Tenaga Kerja Keluarga (HOK) B. Penyusutan (Rp) Jumlah Biaya yang Diperhitungkan Total Biaya
Usaha Tahu Skala Kecil Penggunaan Biaya (Rp) % Biaya
51,250 27,290 0,052 0,325 0,219 3,234 0,522
285.273 79.313 5.197 704 5.438 3.234 2.244 381.402
61,69 17,15 1,12 0,15 1,18 0,70 0,49
30.531,3
30.531 3.595 8.109 42.236 423.638
6,60 0,78 1,75
2,02 8.577,05
30.234 8.577 38.811 462.450
6,54 1,85 100
68
Total biaya yang digunakan untuk memproduksi tahu skala kecil sebesar Rp 471.217,- per proses produksi atau per hari. Biaya yang paling besar digunkan untuk pembelian kedelai dengan persentase sebesar 61,69 persen dari total biaya yang digunakan. Persentase biaya yang lain setela biaya kedelai yaitu untuk pembelian minyak tanah sebesar 17,15 persen, transportasi sebesar 6,60 persen, tenaga kerja keluarga sebesar 6,54 persen, penyusutan 1,85 persen, sewa bangunan 1,75 persen, tanaga kerja luar 1,18 persen, kayu bakar 1,12 persen, sewa peralatan 0,78 persen, air 0,70 persen, solar 0,49 persen dan coko 0,15 persen. Persentase penggunaan biaya-biaya dalam produksi tahu antara usaha skala besar dan skala kecil berbeda-beda. Besarnya persentase untuk biaya kedelai pada usaha skala besar lebih besar dari pada skala kecil. Hal ini menunjukkan bahwa usaha skala besar lebih banyak menggunakan kedelai sehingga akan menghasilkan output tahu yang lebih banyak. Persentase kedelai yang tinggi akan lebih menguntungkan produsen karena secara langsung akan meningkatkan hasil tahu dengan tidak menambahnya faktor biaya-biaya yang lain. Bila dibandingkan dengan usaha skala kecil, maka faktor-faktor biaya selain kedelai akan meningkat lebih banyak. Dengan demikian faktor kedelai pada usaha skala besar lebih elastis bila dibandingkan dengan usaha skala kecil. Persentase biaya minyak tanah untuk usaha skala besar lebih sedikit dari pada skala kecil. Perbedaan yang sangat signifikan ini terjadi karena usaha skala besar lebih banyak menggunakan kayu bakar karena lebih efisien. Para pengusaha tahu skala kecil lebih memilih minyak tanah karena lebih efektif dalam penggunaannya, tidak memakan tempat yang luas untuk gudang dan tidak memerlukan modal yang besar.
69
Pengusaha tahu skala besar mempunyai persentase penggunan kayu bakar yang jauh lebih besar dibandingkan dengan usaha skala kecil. Besarnya persentase penggunaan kayu bakar untuk usaha skala besar dan skala kecil yaitu 5,21 persen dan 1,10 persen. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan bahan bakar kayu yang banyak yaitu lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan minyak tanah yang harganya mahal. Para pengusaha dalam membeli kayu bakar dalam jumlah yang besar, sehingga dapat digunakan untuk waktu yang lama. Penggunaan kayu bakar banyak dipilih oleh para pengusaha skala besar selain karena lebih efisien, juga mempunyai kelebihan yang lain, yaitu kapasitas modal yang besar dan mempunyai lahan yang lebih luas dalam produksi daripada pengusaha skala kecil. Penggunaan coko untuk penggumpalan dalam produksi tahu mempunyai persentase yang paling kecil bila dibandingkan dengan persentase biaya-biaya yang lain. Pada usaha skala besar, persentase penggunaan coko sebesar 0,31 persen sedangkan untuk skala kecil sebesar 0,15 persen. Penggunaa coko yang sedikit karena coko merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk proses penggumplan. Adapaun untuk penggunaan coko pada usaha skala kecil lebih sedikit karena ada beberapa pengusaha yang tidak menggunakan coko dan tanpa campuran yang lain. Tenaga kerja selain keluarga yang dipakai oleh pengusaha tahu skala besar mempunyai persentase yang lebih besar dibandingkan dengan usaha skala kecil. Besarnya persentase pada skala besar yaitu 8,80 persen sedangkan skala kecil sebesar 1,15 persen, hal ini menunjukkan bahwa tenaga kerja selain keluarga lebih banyak digunakan pada usaha skala besar. Banyaknya tenaga kerja luar yang
70
digunakan yaitu empat sampai lima orang, sedangkan pada skala kecil rata-rata tidak sampai satu orang. Banyaknya penggunaan tenaga kerja ini dikarenakan produksi yang dijalankan menggunakan input yang banyak, sehingga output yang dihasilkan juga lebih besar. Produksi pengusaha pada skala kecil tidak menggunakan tenaga kerja dari luar karena produksi yang dilakukan sedikit, tidak mampu untuk membayar upah tenaga kerja dan bisa dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga yaitu ayah, ibu dan anak. Pemakaian air bersih untuk produksi tahu tidak memiliki tingkat biaya yang besar dengan persentase biaya yang kecil yaitu kurang dari satu persen. Selisih persentase untuk skala besar dan kecil sebesar 0,01 yaitu dengan nilai 0,70 persen dan 0,69 persen. Penggunaan biaya air lebih banyak digunakan oleh pengusaha skala besar dibandingkan pada penggunaan air pada skala kecil. Persentase penggunaan solar pada usaha skala besar 0,74 persen, sedangkan untuk skala kecil 0,48 persen. Pemakaian produksi skala besar berjumlah 170 kilogram kedelai menghabiskan biaya solar Rp 9600,- sedangkan untuk skala kecil dengan produksi kedelai 51 kilogram menghabiskan biaya solar sebesar Rp 2.200,-. Pengunaan biaya tersebut lebih efisien pada usaha skala kecil yaitu untuk satu kilogram kedelai menghabiskan dana sebesar Rp 43,- sedangkan untuk skala besar menghabiskan dana sebesar Rp 53,- setiap kilogramnya. Biaya transportasi pada skala kecil lebih tinggi dibandingkan dengan skala besar. Hal tersebut terjadi karena pada skala besar melakukan penjualan tahu dengan cara diambil oleh pelanggan sehingga tidak harus pergi kepasar. Sedangkan pada skala kecil penjualan tahu dilakukan di pasar sehingga banyak memerlukan biaya transportasi.
71
Biaya sewa bangunan pada usaha skala kecil lebih tinggi dari pada skala besar. Hal ini terjadi karena pada usaha skala kecil banyak menggunakan bangunan dengan status sewa, sedangkan pada usaha besar menggunakan bangunannya sendiri tanpa bayar sewa. Pengusaha skala besar banyak menggunakan bangunannya sendiri sehingga tingkat penyusutannya lebih besar dibandingkan dengan usaha skala kecil. Tenaga kerja dalam keluarga lebih banyak digunakan pada usaha tahu skala kecil. Hal ini menyebabkan biaya yang diperhitungkan untuk tenaga kerja keluarga lebih besar dibandingkan dengan skala besar. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dilakukan agar tidak mengeluarkan biaya yang lebih besar, selain hal itu juga disebabkan oleh jumlah produksi yang tidak terlalu banyak.
5.5.
Analisis Fungsi Produksi
Produksi tahu yang dilakukan oleh para pengusaha tahu anggota Primkopti Jakarta Selatan menggunakan beberapa macam faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan yaitu kedelai, minyak tanah, kayu bakar, coko, tenaga kerja, air bersih dan solar. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel produksi yang besaran jumlahnya dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan yang diinginkan. Sedangkan tahu yang dihasilkan merupakan variable output yang besaran jumlahnya dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi. Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan variable yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi. Model analisis regresi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh atau kekuatan dari beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Pengujian
72
dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F-hitung, nilai t-hitung dan mendeteksi adanya multikolinearitas antar variabel prediktor. Daftar faktor-faktor produksi yang dianalisis dengan model regresi pada usaha tahu skala besar dan skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
5.5.1. Usaha Tahu Skala Besar
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada faktor-faktor produksi tahu skala besar mempunyai nilai koefisien dan Variance Inflation Factor (VIF) yang berbeda-beda. Nilai VIF memberikan identifikasi bahwa antar variabel mempunyai multikolinearitas dalam model, yaitu suatu keadaan dimana antar variabel prediktor terdapat hubungan sangat erat. Apabilai nilai VIF lebih dari 10, maka taksiran parameter kurang baik. Nilai VIF pada hasil regresi berganda tahap pertama untuk variabel produksi tahu skala besar mempunyai nilai yang besar atau lebih dari 10, sehingga perlu dihilangkan salh satu variabel. Variabel yang dihilangkan diwakili oleh variabel yang lain. Faktor-faktor produksi tahu diduga dengan menggunakan fungsi CobbDouglas yang dimasukkan dalam regresi berganda adalah faktor-faktor yang tidak mempunyai nilai nol. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dapat dimasukkan dalam fungsi Cobb-Douglas karena nilao nol tidak dapat dilogaritmakan. Faktor produksi yang tidak mempunyai nilai nol pada usaha tahu skala besar dan skala kecil adalah variabel kedelai, tenaga kerja, coko dan air. Variabel-variabel tersebut menjadi variabel pokok yang mempengaruhi output tahu. Hasil regresi berganda pada faktor-faktor produksi tahu skala besar dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Tabel 17.
73
Tabel 17. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Besar Koefisien St-eror t-hitung VIF Variabel Dugaan Konstan 8,080 1,728 4,68 Kedelai (Ln X1) 0,7385 0,5094 1,45 113,0 Coko (Ln X2) -0,01931 0,02756 -0,70 1,9 Tenaga Kerja (Ln X3) 0,0158 0,1062 0,15 2,7 Air (Ln X4) 0,3305 0,6308 0,52 114,4 R2 96,8 % R-Sq (adj) 95,9 % F-hitung 106,36
Nilai VIF pada hasil regresi tersebut mempunyai sifat multikolinearitas yang tinggi antar variabel. Multikolinearitas yang tinggi diindikasikan dengan nilai pada setiap variabel lebih dari 10. Variabel yang mempunyai nilai VIF lebih dari sepuluh yaitu kedelai sebesar 113 dan air sebesar 114,4. Menghilangkan korelasi antar variabel maka salah satu variabel dihilangkan dari model regresi, sehingga variabel yang dimasukkan dalam model berkurang satu, tetapi bisa diwakili oleh variabel lainnya. Setelah dilakukan beberapakali percobaan, maka variabel yang dihilangkan dalam regresi berganda adalah variabel air. Hasil perbaikan pendugaan regresi faktor-faktor produksi tahu skala besar dapat dilihat pada Tabel 18 dan Lampiran 9.
Tabel 18. Hasil Perbaikan Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Besar Koefisien St-eror t-hitung VIF Variabel Dugaan Konstan 8,9727 0,2848 31,50 Kedelai (Ln X1) 1,00259 0,07189 13,95* 2,4 Coko (Ln X2) -0,01921 0,02689 -0,71 1,9 Tenaga Kerja (Ln X3) 0,0214 0,1031 0,21 2,7 R2 96,8 % R-Sq (adj) 96,1% F-hitung 148,93 Keterangan : * = nyata pada tingkat kepercayaan 95 %
74
Hasil pendugaan model linier berganda diperoleh koefisien determinan (R2) sebesar 96,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 96,8 persen variasi produksi dapat dijelaskan oleh variable-variabel faktor produksi yang digunakan. Uji F yang diperoleh dari model tersebut sebesar 148,93 persen yang menunjukkan bahwa secara statistik model dapat berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen. Artinya bahwa faktor-faktor produksi tahu berupa kedelai, bahan bakar, tenaga kerja dan solar secara bersama-sama mempengaruhi produksi tahu yang dihasilkan. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dengan uji-t. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,120 maka faktorfaktor produksi berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output. Niali t hitung variabel kedelai sebesar 13,95 maka menunjukkan bahwa faktor produksi kedelai perpengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Faktor produksi coko dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu. Hasil pendugaan fungís produksi tahu skala besar yang diperoleh adalah sebagai berikut: Ln Y = Ln 8,9727 + 1,00259 Ln kedelai (X1) - 0,01921 Ln Coko (X2) + 0,0214 Ln Tenaga Kerja (X3) Penjumlahan nilai-nilai elastisitas pada setiap variabel sebesar 1,005 yang berarti bahwa produksi tahu berada pada skala kenaikan hasil yang semakin meningkat (increasing return to scale). Nilai elastisitas yang lebih dari satu ini berarti bahwa penambahan faktor produksi sebesar satu persen dalam proses produksi menyebabkan kenaikan hasil tahu sebesar 1,005 persen.
75
5.5.2. Usaha Tahu Skala Kecil
Analisis regresi berganda produksi tahu skala kecil menggunakan empat variabel, yaitu kedelai, coko, tenaga kerja dan air. Variabel-variabel yang digunakan adalah variabel yang tidak mempunyai nilai nol pada data produksi tahu. Hasil pendugaan regresi faktor-faktor produksi tahu skala kecil dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Tabel 19.
Tabel 19. Hasil Pendugaan regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Tahu Skala Kecil Koefisien St-eror t-hitung VIF Variabel Dugaan Konstan 6,4972 0,7432 8,74 Kedelai (Ln X1) 0,3187 0,1070 2,98* 2,3 Coko (Ln X2) 0,14131 0,03234 -1,96 1,1 Tenaga Kerja (Ln X3) -0,06326 0,05463 2,59* 1,1 Air (Ln X4) 0,8889 0,1719 5,17* 2,4 R2 85,0 % R-Sq (adj) 82,8% F-hitung 38,31 Keterangan: * = nyata pada tingkat kepercayaan 95 %
Pendugaan regresi untuk produksi tahu skala kecil dilakukan sekali. Pendugaan yang dilakukan tidak menghasilkan multikolinearitas antar variabel. Empat variabel yang digunakan dalam pendugaan produksi tahu skala kecil menghasilkan niali VIF yang kurang dari 10, sehingga tidak terjadi multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang sangat erat antar variabel akan mendapatkan taksiran yang lebih baik. Koefisien determinan (R2) yang dihasilkan dari produksi tahu skala kecil bernilai 85,0 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 85,0 persen produksi dapat dijelaskan oleh variabel-variabel produksi yang digunakan. Uji F yang diperoleh dari model tersebut sebesar 38,31 persen yang menunjukkan bahwa secara
76
statistik model dapat berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen. Artinya bahwa faktor-faktor produksi tahu berupa kedelai, bahan bakar, coko, tenaga kerja, air dan solar secara bersama-sama mempengaruhi produksi tahu yang dihasilkan. Pengaruh faktor produksi secara parsial untuk model ini dengan uji-t. Apabila nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,056 maka faktorfaktor produksi berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output. Niali t hitung variabel kedelai sebesar 2,98, variabel tenaga kerja sebesar 2,59 dan variabel air sebesar 5,17 maka menunjukkan bahwa faktor produksi kedelai, tenaga kerja dan air perpengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Faktor produksi coko tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu. Hasil pendugaan fungís produksi tahu skala kecil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Ln Y = Ln 6,4972 + Ln 0,3187 Kedelai (X1) + 0,14131 Ln Coko (X2) - 0,06326 Ln Tenaga Kerja (X3) + 0,8889 Ln Air (X4) Nilai elastisitas secara keseluruhan sebesar 0,486 yang berada pada skala penambahan input yang tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh (decreasing return to scale). Nilai elastisitas 0,486 kurang dari satu artinya bahwa setiap penambahan input satu persen akan meningkatkan produksi tahu sebesar 0,486 persen. Kondisi tersebut banyak dipengaruhi oleh koefisien dugaan yang nilainya negatif dan berpengaruh nyata pada produksi, yaitu variabel tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan pada skala kecil dari dalam keluarga dan kurang efektif, karena jam kerja yang tidak teratur.
77
5.6.
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Produksi Tahu
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tahu secara umum mempunyai enam variabel, yaitu variabel kedelai, minyak tanah, kayu bakar, coko, tenaga kerja, air dan solar. Variabel umum yang digunakan tidak semuanya digunakan oleh pengusaha tahu, artinya pengusaha tahu yang satu dengan pengusaha tahu yang lain mempunyai perbedaan penggunaannya. Perbedaan penggunaan faktor produksi tersebut khususnya pada penggunaan variabel bahan bakar, ada yang menggunakan minyak tanah dan ada yang menggunakan kayu bakar atau menggunakan keduanya. Selain variabel bahan bakar, variabel solar tidak digunakan oleh semua pengusaha tahu, karena masih banyak pengusaha tahu yang menggunakan sistem sewa. Sistem sewa yang dilakukan dengan mengeluarkan uang tunai tanpa membeli solar untuk bahan bakar diesel dalam proses penggilingan kedelai. Sistem ini sulit untuk mengetahui berapa banyak solar yang dipakai dalam satu kali proses produksi, sehingga variabel solar ada yang berniali nol. Faktor-faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dimasukkan dalam pendugaan fungsi Cobb-Doglas dan regresi berganda. Nilai nol tidak dapat dilogaritmakan sehingga akan menyebabkan pendugaan yang tidak akurat. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol adalah variabel minyak tanah, kayu bakar dan solar, sehingga variabel tersebut tidak dimasukkan dalam fungsi produksi. Variabel yang dimasukkan yaitu kedelai, coko, tenaga kerja dan air. Nilai koefisien pada regresi juga menunjukkan nilai elastisitas. Nilai yang dihasilkan dari regresi berganda untuk model fungsi produksi mempunyai nilai yang bersifat positif dan negatif. Faktor-faktor produksi yang mempunyai nilai
78
positif memberikan pengaruh yang berbanding lurus dengan hasil produksi, sedangkan faktor-faktor produksi yang bernilai negatif menunjukkan hubungan yang timbal balik dari output. Faktor-faktor produksi skala besar yang dianalisis dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas dan regresi berganda terdapat tiga variabel yaitu variabel kedelai, coko dan tenaga kerja. Variabel air tidak dimasukkan karena mempunyai kolerasi dengan variabel kedelai dan variabel air diwakili oleh variabel lainnya. Analisis terhadap faktor-faktor produksi dan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap produksi tahu skala besar adalah sebagai berikut: 1. Kedelai (X1) Pemakaian rata-rata kedelai pada produksi tahu skala besar berjumlah 169,737 kilogram per proses produksi. Faktor kedelai tersebut mempunyai nilai koefisien regresi positif, yaitu sebesar 1,00259 artinya bahwa setiap peningkatan pemakaian kedelai dalam proses produksi sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas tahu sebesar 1,00259 persen, ceteris paribus. Nilai koefisien regresi menunjukkan besaran elastisitas yang positif dan berada pada nilai antara nol dan satu, yang menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi kedelai berada pada daerah rasional. Nilai t hitung kedelai sebesar 13,95 lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,120, artinya kedelai mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. 2. Coko (X2) Rata-rata pemakain coko dalam produksi tahu skala besar berjumlah 3,011 kilogram per proses produksi. Nilai koefisien regresi yang menunjukkan nilai elastisitasnya bersifat negatif, yaitu sebesar -0,01921. Nilai tersebut berarti bahwa
79
setiap penambahan coko pada produksi tahu akan menyebabkan nilai output tahu akan mengalami penurunan. Hal ini diduga karena pemakaian coko yang tidak menggunakan takaran khusus yang tidak seimbang dengan sari kedelai sehingga jumlah yang dipakai antar pengusaha tahu berbeda-beda. Nilai t hitung coko sebesar -0,71 lebih kecil dat t tabel sebesar 2,120, artinya coko tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. 3. Tenaga Kerja (X3) Penggunaan tenaga kerja setiap proses produksi rata-rata sebesar 6,26 HOK. Hari orang kerja (HOK) adalah standar waktu yang digunakan para pekerja dalam sehari selama tujuh jam. Nilai koefisien atau nilai elastisitas pada faktor tenaga kerja sebesar 0,0214, artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen per proses produksi akan meningkatkan hasil output tahu sebesar 0,0214, ceteris paribus. Tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi tahu skala besar adalah tenaga kerja dalam keluarga dan dari luar keluarga. Nilai t hitung tenaga kerja sebesar 0,21 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,120, artinya tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Faktor-faktor produksi pada usaha tahu skala besar mempunyai pengaruh yang nyata dan tidak nyata terhadap produksi tahu. Faktor yang berpengaruh nyata yaitu variabel kedelai, sedangkan variabel coko dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada produksi tahu pada tingkat kepercayaan 95 persen. Faktor-faktor produksi pada skala kecil yang dianalisis terdapat empat variabel, yaitu variabel kedelai, coko, tenaga kerja dan air. Empat variabel yang
80
dianalisi merupakan variabel yang tidak memiliki nilai nol, sehingga dapat dianalisis dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas dan regresi berganda. Analisis terhadap faktor-faktor produksi dan pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap produksi tahu skala kecil adalah sebagai berikut: 1. Kedelai (X1) Kedelai yang digunakan pada proses produksi tahu skala kecil rata-rata per prose produksi sebesar 51,250 kilogram. Nilai koefisien regresi yang menunjukkan niali elastisitas pada faktor kedelai sebesar 0,3187, artinya setiap peningkatan pemakaian kedelai sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas tahu sebesar 0,3187, ceteris paribus. Nilai koefisien regresi menunjukkan besaran elastisitas yang positif dan berada pada nilai antara nol dan satu, yang menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi kedelai berada pada daerah rasional. Nilai t hitung kedelai sebesar 2,98 lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,056, artinya kedelai mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. 2. Coko (X2) Penggunaan faktor produksi coko per proses produksi rata-rata sebesar 0,325 kilogram. Nilai koefisien atau nialai elastisitasnya variabel coko bersifat negatif, yaitu sebesar 0,14131. Niali tersebut berarti bahwa setiap penambahan coko sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas tahu sebesar 0,14131 persen, ceteris paribus. Nilai koefisien regresi menunjukkan besaran elastisitas yang positif dan berada pada nilai antara nol dan satu, yang menggambarkan bahwa penggunaan faktor produksi kedelai berada pada daerah rasional. Nilai t
81
hitung coko sebesar -1,96 artinya coko tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. 3. Tenaga Kerja (X3) Tenaga kerja yang digunakan per proses produksi rata-rata ssebanyak 2,23 HOK. Hari orang kerja (HOK) yang digunakan oleh para pekerja mempunyai waktu selama tujuh jam perhari. Nilai koefisien regresi variabel tenaga kerja sebesar -0,06326, artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen per proses produksi akan mengurangi produktivitas tahu sebesar -0,06326, ceteris paribus. Nilai t hitung tenaga kerja sebesar 2,59 lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,056, artinya tenaga kerja mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. 4. Air (X4) Penggunaan air bersih pada produksi tahu skala kecil rata-rata sebesar 323,4 liter per proses produksi. Nilai koefisien atau niali elastisitasnya sebesar 0,8889, artinya setiap penambahan faktor produksi air sebesar satu persen akan meningkatkan produktivitas tahu sebesar 0,8889 persen, ceteris paribus. Nilai t hitung air sebesar 5,17 lebih besar dari pada t tabel yaitu 2,056, artinya air mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi tahu yang dihasilkan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Faktor-faktor produksi pada usaha tahu skala kecil mempunyai pengaruh yang nyata dan pengaruh tidak nyata pada produksi tahu pada tingkat kepecayaan 95 persen. Faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen adalah variabel coko, sedangkan faktor yang berpengaruh nyata pada produksi tahu yaitu variabel kedelai, tenaga kerja dan air.
82
Kedelai mempunyai pengaruh nyata pada produksi tahu untuk skala besar dan skala kecil pada tingkat kepercayaan 95 persen. Adanya perubahan harga kedelai akan berpengaruh pada produksi tahu dan pendapatan yang diterima oleh pengusaha tahu. Hal ini juga diperkuat pada tingkat penggunaan biaya kedelai yang tinggi pada produksi tahu yaitu sebesar 72,95 persen dari total biaya pada skala besar dan 61,69 persen dari total biaya pada usaha skala kecil. Persentase penggunaan biaya kedelai yang besar pada produksi tahu sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan apabila harga mengalami perubahan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa hasil output berupa tahu juga dipengaruhi oleh kualitas kedelai yang didistribusikan dari Primkopti. Kualitas kedelai yang bagus akan meningkatkan kuantitas dan kualitas tahu. Kuantitas yang semakin meningkat akan meningkatkan hasil pendapatan yang diterima oleh pengusaha tahu dan kualitas yang tinggi akan menghasilkan rasa yang lebih enak dan keawetan tahu yang semakin lama. Keadaan tersebut dapat memberikan peningkatan pendapatan kepada pengusaha tahu, sehingga Primkopti Jakarta Selatan dapat memberikan kualitas kedelai yang bagus secara terus menerus. Harga kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada hasil produksi tahu dan pendapatan pengusaha tahu. Perubahan harga kedelai yang cenderung naik akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi pengusaha tahu sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan dari Primkopti Jakarta Selatan dan pemerintah untuk mengontrol harga kedelai.
83
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pengusaha tahu anggota Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia (Primkopti) Jakarta Selatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Anggota Primkopti Jakarta Selatan pada akhir tahun 2006 yang memproduksi tahu berjumlah 141 anggota dari 1122 anggota koperasi. Umur pengusaha tahu rata-rata berumur 50 tahun, akan tetapi untuk pengusaha tahu skala besar lebih tua dibandingkan dengan pengusaha tahu skala keci. Pengalaman membuat tahu dan pengalaman menjadi anggota koperasi lebih berpengalaman pada pengusaha skala besar. Pengalaman pengusaha skala besar selama 29 tahun dan telah menjadi anggota koperasi selama 21 tahun, sedangkan pengusaha skala kecil pengalaman membuat tahu selama 25 tahun dan menjadi anggota koperasi selama 19 tahun. 2. Nilai rasio R/C usaha tahu skala besar dan kecil mempunyai nilai lebih dari satu. Nilai rasio R/C atas biaya produksi untuk usaha skala besar 1,138 dan atas total biaya senilai 1,100. Nilai rasio R/C atas biaya produksi pada usaha skala kecil sebesar 1,130 dan atas total biaya sebesar 1,035. Nilai rasio R/C pada usaha tahu tersebut menunjukkan bahwa usaha produksi tahu pada anggota Primkopti Jakarta Selatan memberikan keuntungan dan lebih efisien pada usaha skala besar. Rata-rata pendapatan pengusaha tahu per proses produksi pada usaha skala besar sebesar Rp 128.917,- dan pada skala kecil sebesar Rp 16.222,-.
3. Faktor-faktor produksi pada usaha skala besar yang memberikan pengaruh nyata pada output produksi tahu adalah variabel kedelai, sedangkan yang tidak berpengaruh nyata yaitu variabel coko dan tenaga kerja. Pada faktor produksi pada skala kecil yang berpengaruh nyata adalah variabel kedelai, tenaga kerja dan air, sedangkan yang kurang berpengaruh nyata adalah variabel coko. Nilai elastisitas faktor produksi usaha tahu skala kecil lebih kecil dari pada nilai elastisitas pada usaha skala besar. Nilai elastisitas pada skala besar 1,005 sehingga berada pada skala usaha kenaikan hasil yang semakin meningkat (increasing return to scale). Nilai elastisitas pada usaha skala kecil sebesar 0,486, nilai elastisitas kurang dari satu dan lebih dari nol mempunyai arti bahwa tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara proporsional oleh tambahan output yang diperoleh atau berada pada skala usaha kenaikan hasil yang semakin menurun atau berada pada tahap decreasing return to scale.
6.2. Saran
Pengusaha tahu skala besar dapat meningkatkan jumlah kedelai untuk memperoleh produksi tahu yang lebih banyak sehingga akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Penambahan kedelai akan meningkatkan output tahu yang semakin besar. Pengusaha tahu skala kecil dapat memperbaikai produksi tahu yang berada pada tahapan decreasing return to scale dengan lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja karena mempunyai pengaruh yang nyata yang bersifat negatif. Tenaga kerja keluarga dapat dijadwalkan dengan baik, sehingga dapat bekerja lebih optimal dalam proses produksi tahu.
85
Kualitas kedelai berpengaruh pada output produksi tahu. Kualitas kedelai yang baik dan kontinu akan membantu pengusaha tahu untuk memaksimalkan produksi. Peningkatan kualitas kedelai dapat dilakukan oleh Primkoti Jakarta Selatan sebagai distributor kedelai sehingga hasil output berupa tahu dapat meningkat pada segi kualitas dan kuantitasnya. Kuntitas yang semakin besar dan kualitas yang semakin baik akan menguntungkan pengusaha tahu sehingga tingkat kesejahteraan sebagai anggota koperasi dapat lebih meningkat. Harga kedelai yang berfluktuasi dan cenderung naik berpengaruh nyata pada produksi tahu dan pendapatan pengusaha tahu untuk skala besar dan kecil. Harga kedelai yang berfluktuasi dapat diminimalisasi dengan peran pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan khususnya yang berkaitan dengan impor kedelai dan produktivitas kedelai di Indonesia. Pemerintah dapat melakukan berbagai program untuk meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada kedelai. Pemerintah bisa mendukung dengan memberikan iklim bersaing yang sehat antara kedelai impor dan lokal dengan tetap memberikan perlindungan yang cukup terhadap petani, sehingga kedelai menjadi tanaman utama.
86
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prosiding Lokakarya Pengembangan Kedelai di Lahan Suboptimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Malang. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 2005. Teknologi Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Agro Inovasi. Malang Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN). 2002. Koperasi : Untuk Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah. Gasperz, Vincent. 2000. Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Iriawan, Nur dan septin. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Andi Offset. Yogyakarta. Kastyanto, Widie. 1999. Membuat Tahu, Penebar Swadaya. Jakarta. Latifah, Farida. 2006. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak Terhadap Pendapatan Usaha Pengrajin Tempe. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanaia, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS). 1995. Pembangunan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta. Nasution, Muslimin. 2002. Evaluasi Kinerja Koperasi Metode Sistem Diagnosa. Bank Bukopin dan TPP-KUKM. Prasetyo, Bambang dan Lina. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Purnama, Dhanang. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Industri Tahu (Kasus di Desa Sragen Wetan, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah). Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanaia, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rony, Helmi. 1990. Akuntansi Biaya : Pengantar untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas UI. Jakarta. Sari, Puspita. 2006. Analisis Efisiensi dan Pendapatan Pengrajin Tempe Anggota KOPTI Kotamadya Bogor Propinsi Jawa Barat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanaia. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sarwono. 2002. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya. Jakarta.
87
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sunaryo. 2001. Ekonomi Manajerial : Teori Ekonomi Mikro. Erlangga. Jakarta. Undang-undang Perkopersian 1992 (UU NO. 25 TH. 1992). 1995. Sinar Grafika Jakarta. Wudianto, Rini dan Adisarwanto. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah. Kering. dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. Yarsi, Asri. 2006. Analisis Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanaia. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
89
Lampiran 1. Langkah-Langkah Pembuatan Tahu Kedelai
Pembersihan
Perendaman
Penggilingan
Pemasakan
Penyaringan
Sari kedelai
Ampas
Bahan penggumpal
Penggumpalan
Penyaringan
Air tahu
Bubur tahu
Pencetakan
Pemotongan
Tahu putih
90
Lampiran 2. Karakteristik Pengrajin Tahu Skala Usaha Besar No
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Surni Suwarno Suharto Tukino Samidi Sutarman Mudhofar Amat R Sugiatmi Suprapto Wardi Sutarno Tahir Warseno Wagimin Gimin Jasmanto Tasripin Sriwarsono
Alamat Lenteng Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Mp. Prapatan Lenteng K. Barat K. Barat Poncol K. Barat K. Barat K. Barat
Produksi 300 300 100 100 250 160 150 400 100 150 125 150 300 100 100 140 100 100 100
Jenis kelamin Wanita Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Wanita Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria
Usia 50 48 45 54 54 53 56 45 50 55 43 36 50 57 59 45 49 55 52
Pendidikan SD SMP SD SD SMP SMP SD SD SMU SMP SMP SMP SD SD SMP SD SD SD SMP
Pengalaman Membuat Tahu (th) 18 35 35 35 33 33 31 30 32 29 26 27 17 40 36 15 22 25 34
Pengalaman Menjadi Anggota Primkopti (th) 13 28 28 28 28 28 28 28 28 28 16 3 13 28 28 9 16 10 28
Jumlah Keluarga 6 2 4 6 2 4 3 3 4 5 5 4 5 5 6 2 5 8 5
91
Lampiran 3. Karakteristik Pengrajin Tahu Skala Usaha Kecil No. Jenis No Nama Produksi Alamat Resp kelamin 1 2 Tahyat 50 Pria K. Barat 2 3 Tentrem 60 Wanita Poncol 3 4 Ngadinah 60 Wanita Poncol 4 7 Sri Yanto 50 Pria Mp. Prapatan 5 8 Dalimin 40 Pria Mp. Prapatan 6 9 Mujiman 40 Pria Mp. Prapatan 7 10 Mulyani 40 Wanita Mp. Prapatan 8 11 Pandoyo 50 Pria Mp. Prapatan 9 12 Wagimin 25 Pria Mp. Prapatan 10 13 Sugito 80 Pria Mp. Prapatan 11 23 Suyadi 50 Pria K. Barat 12 24 Sriyanto 50 Pria K. Barat 13 28 Saguh 50 Pria K. Barat 14 29 Kiyo Widyo 50 Pria K. Barat 15 31 Lasiman 60 Pria K. Barat 16 33 Saryono 50 Pria K. Barat 17 34 Rochman 50 Pria K. Barat 18 35 Sriyanto B 40 Pria K. Barat 19 36 Mulyono 60 Pria K. Barat 20 37 Suparmin 75 Pria K. Barat 21 38 Siswanto 75 Pria K. Barat 22 40 Dalyanto 50 Pria Poncol 23 41 Parjiman 50 Pria Poncol 24 42 Kirmanto 50 Pria K. Barat 25 43 Sawidi 30 Pria K. Barat 26 44 Suharni 50 Wanita K. Barat 27 45 Tukul 55 Pria K. Barat 28 46 Warlan 50 Pria K. Barat 29 47 Pondali 50 Pria K. Barat 30 48 Karyono 50 Pria K. Barat 31 49 Trimo 50 Pria K. Barat 32 50 Suroyo 50 Pria K. Barat
Usia
Pendidikan
60 42 55 55 43 51 55 57 50 56 48 62 45 34 45 50 57 40 45 52 51 38 55 44 50 47 50 43 61 50 48 52
SD SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SMP SD SMP SD SMP SD SD SD SMP SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SMU SD SD SD
Pengalaman (Th) 30 30 30 24 12 30 30 32 22 20 29 40 37 15 37 22 42 37 25 24 20 12 30 32 30 20 30 13 15 20 22 12
Anggota 18 28 28 22 10 15 28 20 20 17 26 26 28 9 20 16 15 28 12 20 17 7 28 28 28 15 28 9 13 12 10 10
Jumlah Keluarga 6 4 2 3 5 2 4 3 3 4 5 6 6 4 2 4 6 5 2 4 6 4 5 6 4 4 7 6 2 6 4 6
92
Lampiran 4. Pendapatan Kotor Pengrajin Tahu Skala Besar No
Nama
1 Surni 2 Suwarno 3 Suharto 4 Tukino 5 Samidi 6 Sutarman 7 Mudhofar 8 Amat R 9 Sugiatmi 10 Suprapto 11 Wardi 12 Sutarno 13 Tahir 14 Warseno 15 Wagimin 16 Gimin 17 Jasmanto 18 Tasripin 19 Sriwarsono Rata-Rata
Penggunaan Kedelai (kg) 300 300 100 100 250 160 150 400 100 150 125 150 300 100 100 140 100 100 100 169,74
Jumlah Tahu (Papan/ Kaleng) 210 70 25 28 70 40 37 95 28 40 33 32 180 60 57 62 54 45 54 64,21
Harga Per Papan (Rp) 15000 32000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 30000 38000 13850 15000 15000 20000 15000 18000 15500 24597
Pendapatan Tahu (Rp) 3150000 2240000 750000 840000 2100000 1200000 1110000 2850000 840000 1200000 990000 1216000 2493000 900000 855000 1240000 810000 810000 837000 1391105
Pendapatan Ampas (Rp) 60000 60000 20000 15000 37500 24000 22500 60000 15000 22500 18750 22500 45000 22500 18000 34000 30000 16000 15000 29386
Total Pendapatan (Rp) 3210000 2300000 770000 855000 2137500 1224000 1132500 2910000 855000 1222500 1008750 1238500 2538000 922500 873000 1274000 840000 826000 852000 1420487
93
Lampiran 5. Pendapatan Kotor Pengrajin Tahu Skala Kecil No
Nama
1 Tahyat 2 Tentrem 3 Ngadinah 4 Sri Yanto 5 Dalimin 6 Mujiman 7 Mulyani 8 Pandoyo 9 Wagimin 10 Sugito 11 Suyadi 12 Sriyanto 13 Saguh 14 Kiyo Widyo 15 Lasiman 16 Saryono 17 Rochman 18 Sriyanto B 19 Mulyono 20 Suparmin 21 Siswanto 22 Dalyanto 23 Parjiman 24 Kirmanto 25 Sawidi 26 Suharni 27 Tukul 28 Warlan 29 Pondali 30 Karyono 31 Trimo 32 Suroyo Rata-Rata
Penggunaan Kedelai (kg) 50 60 60 50 40 40 40 50 25 80 50 50 50 50 60 50 50 40 60 75 75 50 50 50 30 50 55 50 50 50 50 50 51,25
Jumlah Tahu (Papan/ Kaleng) 30 35 35 25 30 30 26 35 25 60 30 28 25 28 33 25 35 25 35 43 35 40 28 29 15 28 33 28 29 28 29 29 30,90625
Harga Per Papan (Rp) 12000 20000 20000 23000 13000 13000 18000 12000 15500 12500 15000 15000 16000 15000 15000 16000 12500 15000 15000 15000 18000 12000 15000 15000 18000 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15000 15359,375
Total Pendapatan Tahu (Rp) 360000 700000 700000 575000 390000 390000 468000 420000 387500 750000 450000 420000 400000 420000 495000 400000 437500 375000 525000 645000 630000 480000 420000 435000 270000 420000 495000 420000 435000 420000 435000 435000 468844
Pendapatan Ampas (Rp) 10000 12000 40000 10000 6000 6000 6000 8000 4000 12000 7000 7000 10000 12000 15000 10000 10000 10000 12000 13000 12000 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 9828
Penghasilan Total (Rp) 370000 712000 740000 585000 396000 396000 474000 428000 391500 762000 457000 427000 410000 432000 510000 410000 447500 385000 537000 658000 642000 487500 427500 442500 277500 427500 502500 427500 442500 427500 442500 442500 478672
94
Lampiran 6. Daftar Produksi dan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tahu Skala Besar
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jumlah Rata-Rata
Y Tahu (Rp) 3150000 2240000 750000 840000 2100000 1200000 1110000 2850000 840000 1200000 990000 1216000 2493000 900000 855000 1240000 810000 810000 837000 26431000 1391105,26
Kedelai (kg) 300 300 100 100 250 160 150 400 100 150 125 150 300 100 100 140 100 100 100 3225 169,74
Minayk Tanah (liter) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 60 74 40 40 60 334 17,6
Kayu Bakar (ton)
Coko (kg)
Tenaga Kerja (HOK)
Air (liter)
Solar (liter)
57000 100000 40000 100000 100000 66000 66000 200000 100000 133000 100000 71000 133000 180000 180000 222000 132500 120000 180000 12,8 0,67
4,5 4,5 1,5 5 5 5 4 5 3 3 3 10 5 1 0,5 0,5 0,5 0,2 0,5 57,2 3,01
7 6 4 6 9 6 7 10 6 7 6 7 10 4 3 9 4 4 4 119 6,26
1500 1500 600 600 1300 900 900 1700 600 900 700 800 1500 600 600 800 600 600 600 17300 910,53
6,5 0 0 2 5 2 0 0 2,5 2 0 0 7,7 6 5 1,16 0 1 1,5 42,36 2,23
95
Lampiran 7. Daftar Produksi dan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tahu Skala Kecil Y Tahu Kedelai Minyak Kayu Bakar No (Rp) (kg) Tanah (liter) (ton) 1 360000 50 0 36000 2 700000 60 30 90000 3 700000 60 30 90000 4 575000 50 20 77000 5 390000 40 20 73000 6 390000 40 20 60000 7 468000 40 20 60000 8 420000 50 20 70000 9 387500 25 20 60000 10 750000 80 40 120000 11 450000 50 30 90000 12 420000 50 35 105000 13 400000 50 30 90000 14 420000 50 40 120000 15 495000 60 40 132500 16 400000 50 20 70000 17 437500 50 0 25000 18 375000 40 30 98300 19 525000 60 40 125000 20 645000 75 40 120000 21 630000 75 40 120000 22 480000 50 20 66000 23 420000 50 26 78000 24 435000 50 20 68500 25 270000 30 20 75000 26 420000 50 30 90000 27 495000 55 35 105000 28 420000 50 30 90000 29 435000 50 30 90000 30 420000 50 30 90000 31 435000 50 30 90000 32 435000 50 30 90000 1,7 Jumlah 15003000 1640 866 0,05 Rata-rata 468843,75 51,25 27,1
Coko (kg) 2 0,33 0,33 0,33 0,33 0,5 0,5 0,5 0,25 0,5 0,5 0,33 0,5 0,5 1 0,33 0,5 0,2 0 0,5 0,5 0,5 0,5 0,1 0 0,33 0,5 0,25 0,5 0,25 0,25 0,3 10,41 0,33
Tenaga Kerja (HOK) 1,5 3 2 3 2 3 2 2 3 2,5 3,5 1 1,5 2 1 2 3 2 2,5 4 3 2 2,5 2 1,5 2 2 2 2 2 2 2 71,5 2,23
Air (liter) 300 400 400 300 300 300 300 300 300 500 300 300 300 300 400 300 300 300 400 400 400 300 300 300 250 300 300 300 300 300 300 300 10350 323,44
Solar (liter) 1 0 1 1,63 0 1,25 0 1,5 0 0 0 1 0 0 1,2 0 1,5 0 1,66 1,33 1,3 0 1 0 0 0 1,33 0 0 0 0 0 16,7 0,52
96
Lampiran 8. Hasil Analalisis Regresi Produksi Tahu Skala Besar The regression equation is Ln Y (Tahu) = 8,08 + 0,739 Ln Kedelai - 0,0193 Ln Coko + 0,016 Ln Tenga Kerja + 0,330 Ln Air
Predictor
Coef SE Coef
Constant
8,080
T
P VIF
1,728 4,68 0,000
Ln Kedelai 0,7385 0,5094 1,45 0,169 113,0 Ln Coko
-0,01931 0,02756 -0,70 0,495
1,9
Ln TK
0,0158 0,1062 0,15 0,884
Ln Air
0,3305 0,6308 0,52 0,609 114,4
2,7
S = 0,0960740 R-Sq = 96,8% R-Sq(adj) = 95,9% Analysis of Variance
Source
DF
Regression
SS
MS
F
P
4 3,92704 0,98176 106,36 0,000
Residual Error 14 0,12922 0,00923 Total
18 4,05626
Source DF Seq SS Ln K
1 3,91995
Ln C
1 0,00418
Ln TK Ln A
1 0,00038 1 0,00253
Unusual Observations Obs Ln K Ln Y-B
Fit SE Fit Residual St Resid
1 5,70 14,9629 14,7115 0,0470
0,2514
3,00R
97
Lampiran 9. Hasil Perbaikan Analalisis Regresi Produksi Tahu Skala Besar The regression equation is Ln Y (Tahu) = 8,97 + 1,00 Ln Kedelai - 0,0192 Ln Coko + 0,021 Ln TK
Predictor
Coef SE Coef
Constant
T
P VIF
8,9727 0,2848 31,50 0,000
Ln Kedelai 1,00259 0,07189 13,95 0,000 2,4 Ln Coko
-0,01921 0,02689 -0,71 0,486 1,9
Ln TK
0,0214 0,1031 0,21 0,838 2,7
S = 0,0937217 R-Sq = 96,8% R-Sq(adj) = 96,1% Analysis of Variance
Source
DF
Regression
SS
MS
F
P
3 3,9245 1,3082 148,93 0,000
Residual Error 15 0,1318 0,0088 Total
18 4,0563
Source DF Seq SS Ln Kedelai 3,9200 Ln Coko 1 0,0042 Ln TK
1 0,0004
Unusual Observations Obs Ln K Ln Y
Fit SE Fit Residual St Resid
1 5,70 14,9629 14,7040 0,0437
0,2589
3,12R
98
Lampiran 10. Hasil Analalisis Regresi Produksi Tahu Skala Kecil The regression equation is Ln Y (Tahu) = 6,50 + 0,319 Ln Kedelai - 0,0633 Ln Coko + 0,141 Ln Tenaga Kerja + 0,889 Ln Air
Predictor
Coef SE Coef
Constant
T
P VIF
6,4972 0,7432 8,74 0,000
Ln Kedelai 0,3187 0,1070 2,98 0,006 2,3 Ln Coko
-0,06326 0,03234 -1,96 0,061 1,1
Ln TK
0,14131 0,05463 2,59 0,015 1,1
Ln Air
0,8889 0,1719 5,17 0,000 2,4
S = 0,0901962 R-Sq = 85,0% R-Sq(adj) = 82,8%
Analysis of Variance
Source
DF
Regression
SS
MS
F
P
4 1,24654 0,31164 38,31 0,000
Residual Error 27 0,21965 0,00814 Total
31 1,46620
Source DF Seq SS Ln K
1 0,87982
Ln C
1 0,03357
Ln TK Ln A
1 0,11558 1 0,21757
99