ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)
OLEH TYAS KUMALA PUTERI H14103071
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
TYAS KUMALA PUTERI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT). Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik dari kuantitas maupun variasinya. Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, salah satunya yaitu transgenik. Beberapa tanaman transgenik telah di uji, dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan tanaman transgenik. Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Indonesia merupakan pasar terbesar bagi produk-produk hasil rekayasa genetika atau trans genik. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu produk pangan yang diisukan merupakan tanaman transgenik yaitu kacang kedelai. Untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, Indonesia mengimpor kedelai asal Amerika Serikat sekitar 70 persen, dimana separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika. Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap industri tahu di Kabupaten Bogor dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keputusan pembelian konsumen terhadap produk tahu karena isu transgenik yang beredar saat ini, serta faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut. Setelah itu dari hasil analisis keputusan konsumen, maka perajin tahu dapat memutuskan bahan baku yang akan mereka gunakan untuk membuat produk tahu. Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen digunakan alat analisis regresi logistik. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Untuk mengetahui keputusan perajin Tahu, digunakan data primer dari hasil wawancara dan di analisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 100 orang responden, 49 orang menyatakan berhenti mengkonsumsi 18 orang mengurangi konsumsi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, jumlah
anggota keluarga, dan fokus membeli. Sedangkan faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata. Faktor yang paling berpengaruh nyata yaitu fokus membeli. Dari keputusan konsumen yang sudah dianalisis maka perajin tahu menyatakan tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini sebanyak 25 orang dan 5 orang berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini dan mengganti dengan bahan baku yang lain. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu dari 100 responden, 49 orang konsumen berhenti mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik, 18 orang mengurangi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor yang mempengaruhi secara nyata keputusan konsumen, yaitu umur, tingkat pendidikan, pendapatan rata-rata keluarga per bulan, fokus pembelian, dan jumlah anggota keluarga. Faktor pengaruh dan manfaat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan konsumen. Perajin tahu yang memilih tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini yang merupakan kedelai asal Amerika Serikat sebanyak 25 orang dan 5 orang lebih memilih untuk berhenti menggunakan bahan baku seperti saat ini. Saran setelah mengetahui hasil penelitian ini adalah sebaiknya konsumen dan perajin mementingkan faktor kandungan gizi yang utama. Pemerintah juga perlu mengadakan penelitian lebih lanjut agar bisa membuat keputusan yang tepat dan jelas. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan kembali, mengingat penelitian ini dilaksanakan saat transgenik belum banyak diketahui oleh konsumen. Sehingga penelitian selanjutnya diharapkan hasil yang diperoleh lebih akurat.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)
Oleh TYAS KUMALA PUTERI H14103071
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Tyas Kumala Puteri
Nomor Pokok
: H14103071
Departemen
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Henny Reinhardt, SP, M.Sc. NIP. 132 321 419
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D. NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Tyas Kumala Puteri H14103071
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Tyas Kumala Puteri lahir pada tanggal 2 Februari 1985 di Pekanbaru. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Sarwo Kumolo dan Sri Wahyu Astuti, besar di Kota Pekanbaru kemudian pindah ke Kota Palembang, sampai menetap di Bekasi semenjak kelas satu SD, yaitu SDN Mekar Indah 01 Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SLTPN 49 Jakarta dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studi di Bogor. Institut Pertanian Bogor menjadi pilihan untuk mengembangkan diri dan menambah pengetahuan, dengan harapan dapat berguna bagi penulis dan lingkungan sekitarnya. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti Hipotesa, UKM Pramuka, Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman, dan Agricampus Bicycle Community.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan dan panutan sepanjang jaman, Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu Transgenik dan Pengaruhnya pada Industri Tahu (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan
masukan,
semangat, dan
bantuan
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Kedua orang tua penulis, Alm. Bapak Sarwo Kumolo, Ibunda Sri Wahyu Astuti, Mas Febri dan Mas Ferdian yang sudah memberi semangat dan perhatian terus menerus. Seluruh keluarga Jenar dan Tangerang
2.
Henny Reinhardt, SP, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik
3.
Dr. Sri Mulatsih dan Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si selaku dosen penguji dan komisi pendidikan, yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi penulis
4.
Teman-teman berbagi ilmu: Ningrum, Dede, Yana, Pondok Delonix. Pramuka IPB: Feri, Andari, Umen, Mbah2, Adik-adik 41-43. Teman-teman IE’40: Ade, Mimi, Heni, Sri, Winsih, Rina, Timor, Wirawan dan seluruh teman-teman angkatan 2003. Teman seperjuangan: Asih Irawan. Best: Kak Pipin, Kak Deni, Vera. Serta pihak-pihak yang telah membantu namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, Agustus 2007
Tyas Kumala Puteri H14103071
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
v
I. PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................
5
1.3. Tujuan .............................................................................................
6
1.4. Kegunaan Penelitian .......................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
7
2.1. Transgenik .......................................................................................
7
2.2. Kedelai ............................................................................................
8
2.3. Tahu dan Industri Tahu...................................................................
8
2.4. Masalah Pangan ..............................................................................
9
2.5. Konsumen .......................................................................................
10
2.6. Penelitian Terdahulu .......................................................................
12
2.7. Kerangka Pemikiran........................................................................
13
III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
16
3.1. Metodologi Penelitian.....................................................................
16
3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................
16
3.1.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................
16
3.1.3. Metode Pengumpulan Data .....................................................
16
3.1.4. Metode Pengolahan Data ........................................................
17
3.2. Metode Analisis Data......................................................................
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................
22
4.1. Gambaran Umum Industri Tahu Kecamatan Parung .....................
22
4.1.1. Kabupaten Bogor.....................................................................
22
4.1.2. Produsen Tahu Kecamatan Parung .........................................
22
4.2. Hasil Analisis Faktor dengan Regresi Logistik ............................
24
ii
4.2.1. Umur........................................................................................
26
4.2.2. Tingkat Pendidikan..................................................................
26
4.2.3. Pendapatan Rata-rata Keluarga per Bulan...............................
27
4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga .......................................................
27
4.2.5. Pengaruh ..................................................................................
27
4.2.6. Fokus Pembelian .....................................................................
28
4.2.7. Manfaat ....................................................................................
29
4.3. Hasil Analisis Deskriptif Konsumen .............................................
29
4.4. Hasil Analisis Deskriptif Produsen................................................
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
33
5.1. Kesimpulan ....................................................................................
33
5.2. Saran...............................................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
35
LAMPIRAN ................................................................................................
37
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia .
3
1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di Indonesia ……………………. .............................................................
4
4.1. Hasil Olahan Keputusan Konsumen dengan Regresi Logistik .............
24
4.2. Hasil Olahan Variabel Berpengaruh dengan Regresi Logistik .............
24
4.3.
Karakteristik Umum Responden Konsumen .......................................
25
4.4. Data Responden Variabel Pengaruh .....................................................
28
4.5. Data Responden Variabel Fokus Pembelian.........................................
28
4.6. Data responden Variabel Manfaat.........................................................
29
4.7. Perolehan Jawaban Keputusan Pembelian Konsumen .........................
30
4.8. Persentase Penurunan Pembelian Tahu ................................................
30
4.9. Produk Pengganti Tahu Apabila Mengandung Transgenik ..................
31
4.10. Keputusan Perajin Tahu........................................................................
31
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Pandangan Umum Terhadap Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh Terhadapnya..............................................................................................
11
2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................
15
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. Daftar Anggota Perajin Tahu ...................................................................
38
2. Kuesioner Pene litian Konsumen Tahu.....................................................
41
3. Kuesioner Penelitian Perajin Tahu...........................................................
43
4. Peta Kecamatan Parung ...........................................................................
44
5. Perolehan Data Primer .............................................................................
45
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kebutuhan manusia akan pangan selalu mengalami perkembangan baik
dari kuantitas maupun variasinya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang semakin bertambah tersebut adalah dengan marginalisasi lahan dengan pembukaan hutan untuk ditanami komoditi pangan yang pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem. Cara lain yang telah dilaksanakan yaitu revolusi hijau yang diterapkan dalam sistem pertanian di Indonesia, yang dalam kondisi nyata ternyata hanya meningkatkan produk tivitas pertanian tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan makanan untuk masyarakat. Hal tersebut terlihat dari banyaknya kasus kelaparan dan ketidakmampuan masyarakat Indonesia membeli bahan makanan di banyak daerah. Era bioteknologi hadir sebagai cara yang dianggap mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman. Salah satunya yaitu rekayasa genetika yang menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat baru seperti tanaman tahan terhadap hama, misalnya tanaman kedelai yang tahan terhadap herbisida. Tanaman transgenik sebagai tanaman yang telah di rekayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu dibuat untuk pengembangan teknik transformasi baru, studi dasar mengenai peranan atau fungsi suatu gen, dan perbaikan tanaman untuk tujuan khusus, salah satunya memenuhi kebutuhan pasar. Beberapa tanaman transgenik telah di uji dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan antara pihak yang menolak dan menerima keberadaan
2
tanaman transgenik (TOZ, 2006). Negara-negara yang tidak setuju terhadap tanaman transgenik adalah Uni Eropa. Menurut masyarakat Uni Eropa, buah dan hasil pertanian sayuran organik yang sudah sejak lama mereka konsumsi lebih sehat dan tidak membuat kekhawatiran terserang kanker. Tidak hanya masyarakat yang menolak kehadiran tanaman transgenik, tetapi perusahaan multinasional seperti Unilever dan Nestle yang mengolah kedelai dalam bentuk makanan bubuk kalengan melakukan penolakan yang sama. Hal tersebut membuat pemerintah beberapa negara Uni Eropa menindaklanjuti demonstrasi rakyatnya yang menolak mengkonsumsi kedelai transgenik Amerika, yaitu dengan peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang agar kedelai transgenik yang diimpor diberi label yang jelas. Salah satu eksportir kedelai terbesar adalah Amerika. Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka kedelai Amerika dilarang beredar di Eropa (Soeseno, 2000). Selain itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melakukan pengujian terhadap beberapa produk turunan kedelai, jagung dan kentang yang masuk ke Indonesia hasilnya positif mengandung rekayasa genetik. Penelitian yang dilakukan bukan hanya dala m produk tidak bermerk seperti tahu dan tempe, tetapi pada sejumlah produk pangan bermerk. Menurut YLKI keberadaan produk pangan rekayasa genetik ini tentu benar-benar melanggar hak konsumen, yaitu hak atas keamanan, hak atas informasi (karena sama sekali tanpa label di kemasan produk), hak untuk memilih dan hak untuk mendapatkan ganti rugi (YLKI, 2006). Namun pertentangan dari beberapa pihak tersebut tidak berlaku pada sebagian pihak yang lainnya. Seperti ya ng ditegaskan Menteri Pertanian bahwa tidak ada
3
bukti kedelai merupakan produk transgenik yang membahayakan kesehatan (Antara, 2006). Sangat sulit bagi masyarakat umum membedakan produk makanan transgenik dan yang bukan, karena perbedaan tersebut hanya bisa dilihat melalui uji laboratorium. Sedangkan pemberitaan mengenai kesimpangsiuran keberadaan dan dampak yang ditimbulkan dari produk berbahan baku transgenik semakin beredar di masyarakat. Dalam produk ini sering ditemukan sesuatu yang bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Salah satu bahan pangan transgenik yang diimpor dari Amerika ke Indonesia adalah kacang kedelai, karena pemenuhan kacang kedelai dalam negeri belum tercukupi. Hal tersebut dapat dilihat dari data impor kacang kedelai yang tinggi pada Tabel 1.1., walaupun sebenarnya Indonesia masih bisa mengirim produk kacang kedelainya meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Jenis kedelai yang diekspor adalah biji kedelai (kedelai kuning, hijau, coklat, hitam, campuran, dan pecah) dan olahan kedelai (bungkil kedelai, tepung, dan minyak kedelai). Tabel 1.1. Jumlah Ekspor Impor Kedelai Segar dan Kedelai Olahan Indonesia.
Ekspor Kedelai segar Kedelai olahan Impor Kedelai segar Kedelai olahan
2003 Volume (ton) 169
2004 Volume (ton) 1.300,4
2005 Volume (ton) 875,6
2005* Volume (ton) 747,2
13.454,9
17.080,4
8.275,8
6.100,9
Volume (ton) 1.192.716,9
Volume (ton) 1.115.792,8
Volume (ton) 1.086.178,2
Volume (ton) 806.688,3
1.580.950,5
1.765.942,6
1.896.808,1
1.441.026,6
Sumber : Departemen Pertanian, 2007 Ket : * Data kumulatif sampai bulan September 2006
4
Dari 70 persen impor kedelai yang dilakukan Indonesia berasal dari AS, yang separuh produksi kedelai AS berasal dari hasil rekayasa genetika (Antara, 2006). Data yang ditampilkan dalam Tabel 1.2., menggambarkan kondisi ketersediaan kedelai yang tidak mencukupi karena produksi dan produktivitas yang menurun. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam negeri harus dicukupi dari impor, yang harganya terjangkau dan kualitas kacangnya baik. Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai tahun 1990-2005 di Indonesia. Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Luas panen (Ha) 1 334 100 1 368 199 1 665 706 1 470 206 1 406 918 1 447 432 1 279 286 1 119 079 1 095 071 1 151 079 824 484 678 848 544 522 526 796 565 155 621 541
Produksi (ton) 1 487 433 1 555 453 1 869 713 1 708 528 1 564 847 1 680 007 1 517 181 1 356 891 1 305 640 1 382 848 1 017 634 826 932 673 056 671 600 723 483 808 353
Produktivitas (Kw/Ha) 11,15 11,37 11,22 11,62 11,12 11,37 11,86 12,36 11,92 12,01 12,34 12,18 12,36 12,75 12,80 13,01
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005
Berdasarkan laporan jurnal ilmiah tahun 2005 sampai 2006, keamanan pangan dan pakan transgenik semakin banyak menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Dr. Irina Ermakova dari Academy of Sciences Rusia melaporkan pada sebuah konferensi ilmiah bahwa 36 persen tikus yang lahir dari ibu yang diberi makan kedelai transgenik pertumbuhannya amat terhambat dibandingkan dengan 6 persen tikus yang lahir dari ibu yang diberi makan kedelai non-transgenik. Dalam tiga minggu, 55,6 persen anak dari tikus
5
yang diberi makan kedelai transgenik mati, tingkat kematian ini adalah enam hingga delapan kali kematian anak dari tikus yang diberi makan kedelai nontransgenik atau makanan tanpa kedelai tambahan. Ermakova dan tim penelitinya telah melakukan eksperimen ini tiga kali, dan setiap kali mendapatkan hasil yang amat mirip (YLKI, 2006). Perdebatan isu transgenik telah merugikan beberapa produsen pengguna bahan baku yang diisukan merupakan transgenik. Salah satunya adalah perajin tahu yang merupakan produk turunan dari kacang kedelai transgenik. Kerugian yang dialami bukan hanya dari sisi ekonomi, yaitu penurunan pendapatan, tetapi juga image yang menjadi tidak bagus lagi di mata konsumen. Perdebatan ini sudah dirasakan oleh pemilik Tahu Poo Kediri yang merasa dirugikan karena permintaan tahunya menurun sejak isu ini beredar (Maksum, 2006).
1.2.
Perumusan Masalah Kedelai yang menjadi bahan baku produk tahu di Indonesia lebih banyak
dipenuhi oleh produk impor dari AS yang telah diakui sendiri oleh negara tersebut sebagai produk rekaya sa genetik. Dikhawatirkan hal tersebut akan mempengaruhi keputusan konsumen yang telah mengetahui bahaya dan dampak dari tanaman transgenik. Isu transgenik yang masih diperdebatkan di Indonesia antara keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan, dikhawatirkan pada masa akan datang menimbulkan pengaruh pada keputusan konsumen tahu yang selanjutnya akan memberikan pengaruh kepada industri tahu di Indonesia. Penelitian ini
6
menganalisis isu bahan pangan transgenik terhadap keputusan pembelian dan faktor- faktor yang mempengaruhinya serta pengaruhnya pada industri tahu di Kabupaten Bogor, dengan sumber responden yang bertempat tinggal di Kecamatan Parung. Hal ini dikarenakan Kecamatan Parung merupakan daerah yang memiliki perajin tahu terbanyak di Kabupaten Bogor (BPS Kabupaten Bogor, 2006).
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini ada 2, yaitu :
•
Menganalisis pengaruh isu kedelai transgenik terhadap keputusan konsumen serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
•
Menganalisis hasil keputusan perajin tahu setelah mengetahui keputusan konsumen
1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut :
•
Mengetahui keputusan konsumen terhadap tahu berbahan baku kedelai transgenik serta faktor- faktor yang mempengaruhinya.
•
Memberikan ga mbaran kepada perajin tahu mengenai keputusan konsumen terhadap tahu berbahan baku kedelai transgenik, agar perajin bisa mengambil keputusan tepat mengenai penggunaan bahan baku.
•
Memberikan informasi sebagai pertimbangan penggunaan bahan baku produsen tahu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Transgenik Dalam memenuhi kebutuhan pangan, maka rekayasa genetik menjadi salah
satu cara yang dianggap mampu mengatasi masalah pangan, karena bisa menciptakan kombinasi genetik baru secara biokimia yang bisa meningkatkan jumlah bahan pangan. Menurut Old dan Primrose (1989) rekayasa genetik atau manipulasi gen yaitu penyusunan suatu molekul majemuk atau molekul rekombinan buatan, seperti molekul majemuk yang mengandung DNA asing untuk disisipkan ke dalam molekul vektor. Salah satu bentuk dari rekayasa genetik yaitu transgenik. Sejak tahun 1980 sudah puluhan tanaman transgenik yang diciptakan. Ada tomat berisi gen ikan Sebelah, yang tahan menghadapi suhu dingin musim salju. Selain itu, ada pula kentang berisi gen ayam, yang tahan terhadap serangan bakteri pemb usukan. Pendapat lain mengenai tanaman transgenik yaitu merupakan tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba atau virus untuk tujuan tertentu. Teknologi transgenik meluas sejak tahun 90-an. Data menunjukkan 63 persen produksi jagung AS adalah transgenik, demikian juga dengan 83 persen produksi kapas. Porsi terbesar adalah kacang kedelai yang mencapai 89 persen produksi. Meskipun demikian tidak semua pengembangan transgenik di AS berujung sukses, sebagian kalangan memandang produk transgenik tidak aman karena proses pembentukannya tidak alami dan bisa menyebabkan mutasi yang luas (Sigi, 2006).
8
2.2.
Kedelai Tanaman kedelai termasuk dalam famili Leguminoceae sub famili
Papilioneceae dan Glycine L. kedelai dibagi menjadi dua golongan yaitu berdasarkan jenisnya terdiri dari kacang kedelai putih/kuning dan hitam, kacang kedelai coklat dan hijau. Berdasarkan umurnya panen kedelai dibagi menjadi umur pendek (60-80 hari), umur sedang (90-100 hari), umur panjang (110-120 hari). Bagian utama dari kacang kedelai adalah kulit sebanyak 8 persen dan kotiledon sebanyak 90 persen. Selain itu, terdapat struktur minor yaitu hipokotil dan pilumul dengan persentase keduanya sekitar 2 persen (Somaatmadja, 1983). Kedelai transgenik merupakan kedelai yang dikembangkan melalui proses rekayasa genetik. Proses rekayasa genetik dilakukan dengan menyisipkan sel asing ke dalam tumbuhan tersebut. Menurut Kepala Badan Pemeriksa Obat dan Makanan, Husnia, semua produk kedelai impor asal Amerika Serikat merupakan kedelai transgenik. Dengan demikian semua produk turunan kedelai impor, seperti tahu, tempe, kecap, dan tauco juga merupakan bahan makanan transgenik yang berbahaya (Alatas, 2006). Hal tersebut akan merugikan perajin dari sisi permintaan karena akan ada kemungkinan bahwa konsumen lebih memilih untuk tidak membeli produk yang diisukan membahayakan kesehatan (Maksum, 2006).
2.3.
Tahu dan Industri Tahu Tahu merupakan bahan pangan nabati yang sangat diperlukan untuk
pemenuhan gizi masyarakat Indonesia, terutama sebagai sumber protein. Tahu dikenal sebagai makanan rakyat yang memiliki harga yang murah, dapat
9
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat di olah menjadi berbagai macam menu dan masakan. Protein yang terkandung dalam tahu memiliki kandungan gizi yang setara dengan daging hewan, sehingga tahu sering disebut sebagai daging tidak bertulang. Kandungan terbesar yang terdapat di dalam tahu adalah protein yaitu sebanyak 49 persen, lemak sebesar 27 persen, karbohidrat 14 persen, dan sisanya kalsium, abu, natrium, fosfor, besi, vitamin B1, vitamin B2, danvitamin B3 sebesar 10 persen (Sarwono dan Saragih, 2003). Krisis ekonomi tahun 1998 membuktikan bahwa UKMK mampu bertahan, bahkan banyak yang mampu meningkatkan hasil usahanya (Ismawan, 2001). Kabupaten Bogor memiliki banyak UKMK yang dapat dikembangkan, salah satunya adalah industri tahu yang berpusat di Kecamatan Parung (BPS Kabupaten Bogor, 2006). Saat ini industri tahu di Kecamatan Parung jumlahnya banyak dan memiliki keuntungan karena produknya di butuhkan masyarakat sebagai sumber protein yang bergizi dan terjangkau berbagai kalangan.
2.4.
Masalah Pangan Setiap tahunnya ribuan hektar areal pertanian beralih fungsi sebagai
pembangunan infrastruktur, seperti jalan, pasar, serta pemukiman, karena itu pemenuhan kebutuhan pangan penduduk dunia tidak mungkin lagi dengan melakukan perluasan lahan pertanian. Sedangkan dengan penggunaan pestisida maupun pupuk kimia menunjukkan pada tingkat yang sudah melampaui ambang batas sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Selain itu, masih
10
banyak terjadi marginalisasi lahan akibat pembukaan hutan atau deforestasi, sehingga berdampak negatif terhadap ekosistem. Era bioteknologi hadir sebagai cara mutakhir dalam peningkatan produksi tanaman maupun hewan, sebagai pengembangan teknologi yang telah digunakan oleh petani guna mendapatkan varietas tanaman atau hewan terbaik. Keberadaan produk pertanian transgenik dalam kehidupan budaya manusia adalah hal yang wajar terjadi sebagai dampak dari ancaman dan kemampuan berpikir manusia untuk mengantisipasi berbagai ancaman, yaitu bahaya kelaparan dan kekurangan gizi. Hal tersebut adalah akibat dari tidak seimbangnya pertumbuhan produksi pangan dan produk pertanian lainnya, terutama di negara berkembang (Baihaki, 2002).
2.5.
Konsumen Dalam prinsip pemasaran, sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya
hanya kalau memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta mampu memenuhinya dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Maka dari itu konsumen merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan sebuah industri. Seperti yang dikatakan Engel et al (1994), konsumen adalah pemegang kendali , dan pemasaran berhasil bila produksi atau jasanya menawarkan manfaat yang riil. Menurut UU no.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen secara spesifik diartikan bahwa istilah konsumen adalah sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan individu
11
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Loudon dan Bitta (1984) dalam Mangkunegara (2002), perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa. Pendapat lainnya yaitu menurut Zaltman dan Wallendorf (1979) dalam Mangkunegara (2002) menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakantindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan individu, kelompok, dan organsasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk pelayanan, dan sumber-sumber lainnya. Model dasar proses keputusan konsumen yang mengungkapkan kompleksitas faktor- faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku konsumen, dapat di lihat pada gambar 2.1. PENGARUH LINGKUNGAN Budaya Kelas Sosial Pengaruh Pribadi Keluarga Situasi PERBEDAAN INDIVIDU Sumber Daya Konsumen Motivasi dan Keterlibatan Pengetahuan Sikap Kepribadian, Gaya Hidup, Demografi.
PROSES KEPUTUSAN Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Hasil
PROSES PSIKOLOGIS Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan Sikap/Perilaku
Gambar 2.1 Pandangan Umum Terhadap Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Pengaruh-Pengaruh Terhadapnya. Sumber : Engel et al (1994)
12
2.6.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Mardiana (2002) dengan judul Telaah
Persepsi dan Sikap Pihak-Pihak Berkepentingan (stakeholders) terhadap Bahan Pangan Transgenik, membahas mengenai kehadiran bahan pangan transgenik yang begitu kontroversial di Indonesia terjadi karena adanya motif kepentingan yang berbeda-beda diantara pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap bahan pangan transgenik. Peneliti menelaah dan menganalisis sejauh manakah persepsi dan sikap akademisi atau ilmuwan, produsen atau pengusaha, pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan konsumen terhadap bahan pangan transgenik. Hasil dan kesimpulan dari peneliti adalah adanya kelompok akademisi atau ilmuwan yang mendukung bahan pangan transgenik. Menurut kelompok ini bahan pangan transgenik memiliki resiko yang kecil terhadap kesehatan dan lingkungan. Kelompok lainnya yaitu akademisi atau ilmuwan dengan prinsip kehati-hatian, menurut kelompok ini bahan pangan transgenik memiliki potensi resiko yang cukup besar terhadap aspek ekologi, kesehatan, sosial ekonomi, etika dan budaya. Sedangkan bagi LSM lebih keras menolak kehadiran bahan pangan transgenik. Penelitian oleh Marlina (2005) berjudul Keputusan Melakukan Pembelian dan
Jumlah
Pembelian
Roti
Unyil
Venus
Serta
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhinya. Peneliti ingin mengetahui karakteristik konsumen roti unyil venus, mempelajari alasan konsumen lebih memilih roti unyil venus daripada roti unyil non venus dan tahapan proses keputusan pembelian roti unyil venus,
13
mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian roti unyil venus, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pembelian roti unyil venus. Proses keputusan pembelian roti unyil venus dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan, manfaat, alasan, informasi, kebiasaan, pengeluaran roti unyil venus per bulan, dan kepuasan dengan variabel yang nyata adalah umur, pekerjaan, manfaat, alasan, sumber informasi dan kepuasan. Dua penelitian terdahulu yang telah menganalisis mengenai isu transgenik yang kontroversial serta persepsi konsumen terhadap suatu produk membuat peneliti menggabungkan kedua hasil dan cara penelitian terdahulu. Penelitian ini menganalisis persepsi konsumen dan keputusan pembelian produk tahu terhadap isu transgenik yang beredar tetapi masih menjadi perdebatan.
2.7.
Kerangka Pemikiran Perkembangan isu transgenik di masyarakat masih berupa pernyataan
tidak jelas mengenai dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan manusia, membahayakan atau tidak. Bagi kons umen, kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam memilih makanan. Sehingga penelitian ini ingin menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen terhadap pembelian tahu yang menggunakan kedelai transgenik. Hal ini dikarenakan pada masa yang akan datang dikhawatirkan akan mempengaruhi perajin tahu yang saat ini menggunakan bahan baku kedelai impor asal Amerika. Menurut data, kedelai yang dihasilkan Amerika berupa hasil rekayasa genetik (transgenik) sebesar 89
14
persen.
Sedangkan
konsumen
merupakan
faktor
terpenting
dalam
keberlangsungan sebuah industri. Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi keputusan konsumen yaitu umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, motivasi, manfaat, dan pengaruh eksternal. Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur, karena orang akan mengubah barang dan jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka berdasarkan kebutuhan sesuai dengan umur (Simamora, 2002). Pendidikan merupakan salah satu indikator status sosial di masyarakat yang mempengaruhi jalan pikiran dan keputusan yang akan di ambil (Kotler, 1997). Keadaan ekonomi yang dimaksud adalah pendapatan keluarga dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk (Kotler, 1997). Motivasi merupakan alasan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengkonsumsi barang tertentu, sesuai dengan sesuatu yang ingin dicapai (Engel, 1994). Manfaat menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk memilih barang atau jasa yang akan di konsumsi, karena merupakan hal yang paling di rasa langsung oleh konsumen (Kotler, 1997). Pengaruh dari luar. Bisa berasal dari keluarga, penjual ataupun orang lain yang mempengaruhi keputusan individu. Hal ini menjadi penting karena mempengaruhi keputusan individu (Kotler, 1997). Kerangka Pemikiran yang penulis gambarkan dari uraian diatas adalah sebagai berikut :
15
Keadaan umum : • Semakin berkembangnya isu transgenik di masyarakat yang dapat dilihat dari semakin banyaknya berita dan artikel yang membahas pertentangan bahaya atau tidak bahan pangan transgenik di kalangan pemerintah dan pihak-pihak yang terkait (Mardiana, 2002)
Faktor Internal : • Umur • Pendidikan • Pendapatan • Fokus Pembelian • Manfaat • Jumlah anggota keluarga
• Keputusan konsumen • Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut
Faktor eksternal
Tidak Berpengaruh
Berpengaruh
Industri Tahu Ket :
tidak dianalisis
Gambar 2.2
Kerangka pemikiran penelitian
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.
Metodologi Penelitian
3.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dalam wilayah Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor selama satu bulan, karena merupakan pusat industri tahu di Kabupaten Bogor. 3.1.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner konsumen ibu rumah tangga, dan wawancara perajin tahu, reponden diperoleh secara acak. Data sekunder diperoleh dari literatur- literatur yang relevan dengan topik yang diangkat, situs internet serta instansi yang terkait, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Parung dan beberapa pabrik tahu di wilayah Kecamatan Parung. 3.1.3. Metode Pengumpulan Data Untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi terdapat bermacam cara, baik untuk ukuran populasi yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Cara menentukan ukuran sampel yang diketahui ukuran populasinya adalah menggunakan rumus Slovin dan yang tidak diketahui menggunakan cara interval taksiran (Umar, 2003). Karena jumlah populasi di Kecamatan Parung diketahui, yaitu sebanyak 95.852 jiwa (Kantor Kecamatan Parung, 2006) maka dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Dalam angka jumlah contoh ditentukan dengan rumus :
17
n =
N 1 + Ne 2
(3.1)
di mana: n
: jumlah contoh yang akan diambil
N : jumlah populasi e
: kesalahan yang dapat ditolerir
Contoh yang ideal mempunyai sifat antara lain: menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, sederhana, dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin (Simamora, 2002), dengan rumus Slovin (e = 10 %) maka diperoleh jumlah contoh untuk responden ibu rumah tangga adalah: n =
95.852 = 99,89 = 100 orang 1 + 958,52
Jumlah contoh yang diambil sebanyak 100 responden (pembulatan ke atas). Sedangkan responden yang merupakan perajin tahu sebanyak 30 orang. 3.1.4. Metode Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 13 untuk mengolah faktor- faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen. 3.2.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini analisis
deskriptif dan regresi logistik. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik konsumen dan proses keputusan konsumen, serta keputusan perajin. Keputusan konsumen dalam memutuskan pembelian tahu berbahan baku kedelai transgenik merupakan kasus dengan peubah penjelas berupa kategori dan
18
numerik. Secara umum apabila peubah respon dalam analisis regresi berupa peubah kategorik, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Selain itu keputusan konsumen pada kasus ini merupakan model respons dikotomis yang bernilai 1 dan 0, yaitu nilai 1 untuk konsumen yang tetap mengkonsumsi tahu apabila menggunakan bahan baku kedelai transgenik dan 0 untuk konsumen yang berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik. Model respons dikotomis dapat dianalisis dengan analisis regresi logistik yang mengkaji hubungan pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y) melalui model persamaan matematis tertentu (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Variabel tak bebas dalam penelitian ini yaitu tetap mengkonsumsi tahu apabila menggunakan bahan baku kedelai transgenik (1) dan berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik (0). Variabel bebas yang diduga berpengaruh adalah Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Jumlah anggota keluarga, Motivasi, dan Manfaat. Model matematisnya : Y = g (x) = b0 + b1 X1 + b2 X2 + …….+ bp Xp
(3.2)
Nilai variabel tak bebasnya adalah : Y = 1, bila konsumen tetap mengkonsumsi tahu Y = 0, bila konsumen berhenti mengkonsumsi tahu Sebaran peluang yang digunakan adalah sebaran logistik, dengan model : E(Y ¦ X) = ? (X) = eg(x) / 1 + eg(x) Model regresi logistiknya :
(3.3)
19
π (X ) Y = g(X) = ln 1 − π ( X )
(3.4)
= b0 +b1 A+b2 B+b3 C+b4 D+b5 E+b6 F+b7 G+b8 H+b9 I + e Dimana : A
= Umur (tahun)
B
= Tingkat Pendidikan; 1 = SD, 2 = SLTP, 3 = SMU, 4 = Diploma, 5 = Sarjana, 6 = Pasca Sarjana
C
= Pendapatan; 1 = kurang dari 1.000.000 rupiah, 2 = 1.000.0001.999.999 rupiah, 3 = 2.000.000-2.999.999 rupiah, 4 = 3.000.0003.999.999 rupiah, 5 = lebih dari 4.000.000 rupiah
D
= Pengaruh; 1 = Satu arah, 2 = Dua arah
E
= Fokus Pembelian; 1 = Harga, 2 = Rasa, 3 = Kandungan Gizi
F
= Manfaat; 1 = Lauk, 2 = Makanan selingan
G
= Jumlah anggota keluarga
b0
= Intersep
b1,...., b9 = Koefisien Variabel ke A,...,I e
= Error
Definisi Variabel: Umur adalah umur saat responden mengisi kuesioner dan wawancara, dengan pembulatan kebawah Pendidikan adalah pendidikan terakhir responden saat mengisi kuesioner Pendapatan adalah jumlah pendapatan keluarga dalam satu bulan saat pengisian kuesioner dan wawancara Pengaruh terdiri dari dua kategori yaitu satu arah dan dua arah. Satu arah dalam penelitian ini adalah informasi yang didapat oleh responden merupakan
20
informasi yang satu arah. Dengan kata lain hanya bisa diterima oleh responden, yaitu media elektronik dan media cetak. Sedangkan dua arah yaitu informasi yang didapat oleh responden ketika bisa mengutarakan keingintahuannya kepada yang memberi informasi. Yang termasuk dalam dua arah yaitu keluarga, teman, orang asing. Fokus pembelian adalah alasan utama responden dalam memilih lauk Manfaat adalah yang bisa diperoleh responden dari produk tahu Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Nilai odds ratio Di dalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah bahwa ukuran ini seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu ukuran yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logistik adalah rasio odd. Dalam metode regresi logistik, ukuran yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas adalah nilai odds ratio (? ) yang didapat dari perhitungan eksponensial dari koefisien estimasi (bi) atau exp (bi). Odds ratio menunjukkan perbandingan peluang Y = 1 (konsumen tetap mengkonsumsi tahu apabila berbahan baku transgenik) dengan Y = 0 (konsumen berhenti mengkonsumsi tahu walaupun berbahan baku transgenik) dengan dipengaruhi oleh variabel tak bebas tertentu (Hosmer dan Lemeshow, 1989).
21
π (X ) P( Xi ) Odds ratio (? ) = atau 1 − π ( X ) 1 − P( Xi) Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : •
Umur : semakin bertambah umur maka keinginan membeli tahu seseorang lebih besar daripada tidak membeli.
•
Tingkat pendidikan : semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka keinginan untuk tidak me mbeli lebih tinggi daripada membeli.
•
Pendapatan : semakin tinggi tingkat pendapatan sebuah keluarga, maka semakin cenderung untuk tidak membeli daripada membeli
•
Pengaruh : keputusan membeli dipengaruhi oleh keinginan seseorang itu sendiri ataupun orang disekitarnya untuk semakin tidak membeli
•
Fokus pembelian : terdiri dari harga, rasa, dan kandungan gizi. Alasan Kandungan gizi sebagai prioritas dalam pembelian suatu produk makanan, maka semakin tidak membeli. Harga dan rasa sebagai prioritas dalam pembelian suatu produk makanan, maka semakin membeli.
•
Manfaat : memilih tahu sebagai lauk sumber protein daripada makanan selingan, maka semakin tidak membeli
•
Jumlah anggota keluarga : semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin membeli.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Industri Tahu Kecamatan Parung
4.1.1. Kabupaten Bogor Perindustrian Kabupaten Bogor telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak perkembangan pembangunan daerah. Kelompok Industri Kecil mempunyai peranan yang strategis dalam peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha serta membantu mengatasi kemiskinan. Industri kecil, industri rumah tangga dan kerajinan telah dibina dan didorong perkembangannya. Terutama industri yang berorientasi pada pemanfaatan sumberdaya alam dan tenaga kerja. Pengembangan sektor ini ditempuh melalui strategi pengembangan sentra industri. Salah satu industri yang berada di Kabupaten Bogor adalah industri tahu, yang terpusat di daerah Parung (BPS Kabupaten Bogor, 2007). Kecamatan Parung dengan penduduk berjumlah 92.582 jiwa dan terdiri dari sembilan desa memiliki banyak perajin tahu sebagai sumber mata pencaharian. 4.1.2
Produsen Tahu Kecamatan Parung Kecamatan Parung terdiri dari sembilan Desa, yaitu Desa Cogreg, Desa
Waru Jaya, Desa Waru, Desa Parung, Desa Bojong Indah, Desa Bojong Sempu, Desa Pemagarsari, Desa Jabon Mekar, dan Desa Iwul. Dari keesembilannya, Desa Iwul dan Desa Bojong Sempu merupakan desa dengan jumlah perajin tahu terbanyak karena sudah menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian masyarakat.
23
Desa Bojong Sempu memiliki kerjasama berbentuk mitra dengan sebuah lembaga yang membimbing masyarakat daerah setempat untuk memajukan potensi yang mereka miliki, yaitu industri tahu. Perajin tahu yang menjadi anggota dalam binaan lembaga ini dinamakan Masyarakat Mandiri (MM) yang sudah berjumlah 123 perajin (lampiran 1). Selain itu masih terdapat perajin yang belum menjadi anggota, sehingga jumlah perajin di Desa Bojong Sempu berjumlah lebih dari 123. Skala usaha yang dijalankan merupakan skala usaha mikro, dengan tenaga kerja berkisar antara 2-5 orang dan produksi menggunakan 10-30 kg kacang kedelai perhari, dan skala kecil yaitu menggunakan 10-15 orang tenaga kerja dan produksi 100kg kacang kedelai perhari (Tambunan, 2001). Hasil produksi dipasarkan ke beberapa wilayah sekitar terutama bagi perajin skala rumah tangga. Sedangkan untuk perajin skala kecil, memasarkan produksi ke beberapa wilayah di luar Kecamatan Parung. Desa Iwul memiliki penduduk dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai perajin tahu. Tidak ada data pasti dari kelurahan mengenai jumlah pasti perajin tahu di desa ini, tetapi di perkirakan 85 persen penduduk mengandalkan usaha produk tahu. Desa lain yang berada di wilayah Kecamatan Parung sejenis dengan Desa Iwul dan Bojong Sempu, hanya saja jumlah perajin tahu tidak sebanyak di kedua desa, hanya 2-4 perajin. Tahu yang diproduksi terdiri dari tahu putih, kuning, dan coklat (sudah digoreng). Dari wawancara denga n perajin dan penjual kedelai di lingkungan setempat, kacang kedelai yang digunakan merupakan kacang kedelai impor dari Amerika Serikat.
24
4.2.
Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Tahu dengan Regresi Logistik Hasil regresi logistik keputusan pembelian produk tahu apabila
mengandung bahan baku transgenik terhadap ibu rumah tangga dengan variabel umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, manfaat, pengaruh, dan fokus pembelian menghasilkan tabel klasifikasi antara nilai asal peubah respon dengan nilai prediksinya berdasarkan analisis regresi logistik. Dari hasil prediksi diperoleh rata-rata prediksi yang benar adalah 94.00 persen yang berarti model bisa dikatakan baik, dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Olahan Keputusan Konsumen yang dianalisis dengan Regresi Logistik
Y Observed Y Overall Percentage
0 1
0 45 2
1
Predicted Percentage Correct
4 49
91.80 96.10 94.00
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
Dugaan variabel yang merupakan hasil olahan dengan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil Olahan Variabel yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dengan Regresi Logistik Variabel Umur Pendidikan Pendapatan Pengaruh Fokus Membeli Manfaat Jml Keluarga constant
B .104 -1.630 1.089 -1.970 -5.869 -1.961 1.400 7.787
S.E. .073 .883 .753 1.885 1.924 1.656 .636 3.885
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
Wald 2.001 3.409 2.092 1.092 9.307 1.402 4.842 4.019
df 1 1 1 1 1 1 1 1
Sig. Exp(B) .157 1.109 .065 .196 .148 2.971 .296 .139 .002 .003 .236 .141 .028 4.056 .045 2410.146
25
Selain itu, karakteristik konsumen yang menjadi responden dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari 100 orang responden ibu rumah tangga, untuk variabel umur maka responden yang paling kecil adalah umur 20 tahun dan paling tua adalah umur 70 tahun. Tabel 4.3.
Karakteristik Umum Responden Konsumen Karakteristik Konsumen
Umur 20 – 26 27 – 33 34 – 40 41 – 47 48– 54 55 – 61 62 – 70 Total Tingkat Pendidikan Terakhir SD SMP SMU D S1 S2 Total Pendapatan Rata-Rata Keluarga /bulan < Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 1.999.999 Rp 2.000.000 - Rp 2.999.999 Rp 3.000.000 - Rp 3.999.999 Rp 4.000.000 - lebih Total Jumlah Keluarga 1 - 3 Orang 4 - 6 Orang 7 - 9 Orang > 9 Orang Total
Jumlah
%
14 24 36 11 9 5 1 100
14 24 36 11 9 5 1 100
37 17 29 9 7 1 100
37 17 29 9 7 1 100
41 40 14 1 4 100
41 40 14 1 4 100
19 69 9 3 100
19 69 9 3 100
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
Berikut ini akan dijelaskan pengaruh masing- masing variabel yang nyata terhadap keputusan pembelian produk tahu yang apabila mengandung bahan baku
26
transgenik. Taraf nyata yang digunakan dalam interpretasi data sebesar 20 persen. Hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sosial, yang variabel bebasnya dapat terus berubah seiring waktu dan latar belakang yang berbeda-beda. 4.2.1. Umur Nilai-p pada variabel umur sebesar 0.157 yang berarti bahwa peubah umur berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 1.109 yang berarti bahwa semakin bertambah usia seseorang maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 1.109 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk mengandung baha n baku transgenik daripada tidak membeli. Batas terkecil umur yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 20 tahun sampai 70 tahun (Tabel 4.3.). 4.2.2. Tingkat Pendidikan Nilai-p pada variabel pendidikan sebesar 0.065 yang berarti bahwa peubah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.196 yang berarti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 0.196 kali. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka konsumen semakin tidak ingin membeli. Pendapatan Rata-Rata Keluarga per Bulan Nilai-p pada variabel pendapatan rata-rata keluarga per bulan sebesar 0.148 yang berarti bahwa peubah pendapatan rata-rata keluarga per bulan
27
berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 2.971 yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan rata-rata sebuah keluarga per bulan maka rasio peluang ibu rumah tangga membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 2.971 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk mengandung bahan baku transgenik daripada tidak membeli. Hal ini bertentangan dengan hipotesis disebabkan karena seseorang yang berpenghasilan tinggi belum tentu memiliki daya pikir yang baik untuk mengkonsumsi sesuatu berdasarkan gizi yang terkandung. 4.2.3. Jumlah Anggota Keluarga Nilai-p pada variabel jumlah anggota keluarga sebesar 0.028 yang berarti bahwa peubah jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 4.056 yang berarti bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka rasio peluang membeli produk dibandingkan yang tidak membeli produk adalah 4.056 kali, dengan kata lain memilih untuk membeli apabila produk tahu mengandung bahan baku transgenik daripada tidak membeli. 4.2.4. Pengaruh Nilai-p pada variabel pengaruh sebesar 0.296 yang berarti bahwa peubah pengaruh, tidak berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.139 yang berarti bahwa rasio variabel pengaruh untuk membeli adalah 0.139 kali dibandingkan tidak membeli. Namun pengaruh yang paling besar dapat dilihat pada Tabel 4.4.
28
Tabel 4.4.
Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Pengaruh
Pengaruh Satu Arah Dua Arah Total
Jumlah
%
68 32 100
68 32 100
Keputusan 0 32 (65.31%) 17 (34.69%) 49 (100%)
1 36 (70.59%) 15 (29.41%) 51 (100%)
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007. Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli
Responden yang menyatakan tidak membeli transgenik lagi mendapat pengaruh lebih besar dari satu arah yang bisa berupa media elektronik dan media cetak sebanyak 65.31 persen dibandingkan dengan pengaruh dari dua arah, yaitu berlangsung secara tanya dan jawab. Begitu pula dengan responden yang menyatakan tetap membeli tahu, pengaruh satu arah yaitu media elektronik dan media cetak lebih besar dibandingkan pengaruh dua arah, yaitu sebesar 70.59 persen. 4.2.5. Fokus Membeli Nilai-p pada variabel fokus pembelian sebesar 0.002 yang berarti bahwa peubah fokus pembelian berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.003 yang berarti bahwa fokus pembelian mempengaruhi konsumen untuk membeli daripada tidak membeli tahu berbahan baku transgenik sebesar 0.003 kali, dengan kata lain lebih memilih untuk tidak membeli. Dari kecocokan jawaban antara fokus pembelian dengan keputusan pembelian tahu, maka konsumen yang fokus pembelian karena kandungan gizi lebih memilih tidak membeli tahu apabila berbahan baku transgenik dibandingkan konsumen yang fokus terhadap harga dan rasa yang lebih cenderung untuk tetap
29
mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik. Perolehan jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5.
Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Fokus Pembelian
Fokus Membeli Harga Rasa Kandungan Gizi Total
Jumlah
%
40 17 43 100
40 17 43 100
Keputusan 0 2 (4.09%) 4 (8.16%) 43 (87.75) 49 (100%)
1 38 (74.50%) 13 (25.50%) 0 (0.00%) 51 (100%)
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007 Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli
4.2.6. Manfaat Nilai-p pada variabel manfaat sebesar 0.236 yang berarti bahwa peubah manfaat tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tahu. Nilai odds ratio yang diperoleh sebesar 0.141. Manfaat yang diperoleh konsumen sebagai sumber protein ataupun selingan makanan tidak mempengaruhi keputusan pembelian tahu. Manfaat yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi tahu sebagai lauk sumber protein atau makanan selingan tidak mempengaruhi konsumen untuk membeli atau tidak tahu yang berbahan baku transgenik.Data dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6.
Perolehan Data Responden Konsumen Variabel Manfaat
Manfaat Lauk sumber protein Makanan selingan Total
Jumlah 88 12 100
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007. Ket : 0 = Berhenti Membeli; 1 = Tetap Membeli
% 88 12 100
Keputusan 0 42 (85.71%) 7 (14.29%) 49 (100%)
1 46 (90.20%) 5 (9.80%) 51 (100%)
30
Dari tujuh variabel, lima signifikan terhadap keputusan pembelian tahu yaitu umur, pendidikan, pendapatan, fokus membeli, dan jumlah keluarga. Sementara variabel tidak signifikan yaitu pengaruh dan manfaat.
4.3.
Hasil Analisis Deskriptif Konsumen Tahu Dari hasil kuesioner yang telah dilakukan terhadap 100 responden ib u
rumah tangga, Kecamatan Parung, diperoleh jawaban yang menyatakan akan berhenti total mengkonsumsi tahu, tetap mengkonsumsi tahu, dan mengurangi mengkonsumsi tahu apabila mengandung bahan baku transgenik. Secara umum masyarakat terutama ibu rumah tangga di Kecamatan Parung lebih banyak yang belum mengetahui lebih jelas mengenai isu transgenik, tetapi apabila hal ini bisa membahayakan kesehatan maka lebih memilih tidak membeli. Sedangkan, bagi yang baru mendengar dan belum mengetahui dengan jelas akibat yang ditimbulkan, selama belum ada larangan jelas dari pemerintah mereka lebih memilih untuk tetap mengkonsumsi. Perolehan data dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7.
Perolehan Jawaban Keputusan Pembelian Konsumen
Perolehan Jawaban Berhenti Total Mengkonsumsi Tahu Mengurangi Mengkonsumsi Tahu Tetap Mengkonsumsi Tahu Total
Jumlah 49 18 33 100
% 49.00 18.00 33.00 100.00
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
P ersentase penurunan rata-rata konsumen yang akan mengkonsumsi Tahu
apabila mengandung bahan baku transgenik dapat dilihat pada Tabel 4.8. Pengurangan konsumsi terbanyak yaitu jumlah awal mengkonsumsi sebanyak
31
empat kali dalam seminggu menjadi satu kali, dengan persentase penurunan sebesar 75.00 persen. Tabel 4.8.
Persentase Penurunan Pembelian Tahu
Jumlah Setelah Mengetahui isu Jumlah Awal Mengkonsumsi Transgenik (dalam minggu) (dalam minggu) 7 2 5 2 5 3 4 1 4 3 3 1 2 1 Total Rata-Rata Penurunan
Penurunan % 71.43 60.00 70.43 75.00 69.43 66.67 68.43
Total Responden yang mengurangi Konsumsi Tahu (orang) 1 2 2 1 1 8 3 18
26.74
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
Berkurangnya jumlah dan berhenti total konsumsi tahu setelah mengetahui isu transgenik menyebabkan konsumen memilih produk lain sebagai sumber protein. Produk pengganti yang akan di konsumsi dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9.
Produk Pengganti Tahu apabila Mengandung Transgenik Pilihan Responden Konsumen
Jenis Sumber Protein Ikan Daging Sapi Telur Daging Ayam Kacang-kacangan Total
Responden 20 7 13 10 4 54
% 37.04 12.96 24.07 18.53 7.40 100.00
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
Responden menjawab lebih dari satu mengenai sumber protein yang akan mereka beli sebagai pengganti tahu. Ikan yang dimaksud dalam tabel diatas adalah ikan basah (bukan asin). Ikan menjadi sumber protein pengganti yang terbanyak karena ikan memiliki kandungan gizi yang banyak dan masih bisa terjangkau
32
daripada ayam dan daging. Sedangkan kacang-kacangan yang dimaksud adalah kacang hijau dan kacang merah. Hal ini karena kacang hijau dan kacang merah merupakan sumber protein nabati sama dengan tahu yang berasal dari kacang kedelai.
4.4.
Hasil Analisis Deskriptif Respon Perajin Tahu Terhadap Bahan Baku Transgenik Pada Tahu Hasil wawancara terhadap perajin tahu mengenai isu kedelai transgenik
yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10.
Hasil Wawancara Keputusan Perajin Tahu terhadap Penggunaan Kacang Kedelai Transgenik
Keputusan Perajin Tetap Menggunakan Kacang Kedelai Impor Amerika Berhenti Menggunakan Kacang Kedelai Impor Amerika Total
Jumlah 25 5 30
% 83.33 16.67 100
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007
Perajin yang tetap menggunakan kacang kedelai seperti saat ini lebih banyak daripada yang berhenti menggunakan. Dalam menganalisis jawaban wawancara perajin maka hasil wawancara dibagi menjadi dua sisi, yaitu sisi konsumen dan sisi perajin. Pada sisi konsumen merupakan lanjutan dari hasil penelitian terhadap konsumen sebelumnya, yang ditanyakan kepada perajin untuk diketahui pendapatnya. Sedangkan pada sisi perajin merupakan wawancara bagaimana perajin dalam memandang bahan baku kedelai transgenik. Dari sisi konsumen pada penelitian sebelumnya, isu transgenik tidak membuat seluruh konsumen berhenti mengkonsumsi tahu, sehingga perajin akan tetap menggunakan kacang kedelai seperti biasa. Menurut perajin, konsumen
33
mereka merupakan kalangan menengah kebawah yang secara ekonomi lebih memilih lauk pauk sebagai sumber protein yang terjangkau oleh konsumen, sehingga tahu akan tetap menjadi pilihan. Dari sisi perajin mengenai bahan pangan transgenik, mengatakan selama ini belum me lihat bahaya dari tahu yang mereka buat, sehingga memutuskan untuk tetap menggunakan bahan baku seperti saat ini. Selain itu, belum ada ketegasan dari pemerintah mengenai dampak dari bahan pangan transgenik. Sedangkan bagi perajin yang berhenti dan akan mencari alternatif lain sebagai bahan baku mengatakan apabila benar bahan pangan transgenik membahayakan konsumen, pada akhirnya akan menyulitkan mereka juga sebagai perajin. Keseluruhan perajin mengatakan bahwa apabila kacang kedelai yang biasa mereka gunakan sebagai bahan baku harus dihentikan, pemerintah harus siap menyediakan pengganti kacang yang memiliki harga dan mutu yang sama.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diberikan dalam penelitian ini dapat dibagi
menjadi dua tahap. Tahap pertama yaitu wawancara dan kuisioner dengan 100 responden ibu rumah tangga di Kecamatan Parung. Hasil yang diperoleh yaitu isu transgenik menyebabkan 49 orang memilih berhenti mengkonsumsi, 18 orang mengurang konsumsi, dan 33 orang tetap mengkonsumsi. Faktor-faktor yang di analisis berjumlah tujuh variabel, dan yang signifikan mempengaruhi keputusan yaitu umur, pendidikan, pendapatan, fokus membeli, dan jumlah anggota keluarga. Sementara variabel tidak signifikan yaitu pengaruh dan manfaat. Variabel yang paling signifikan adalah fokus membeli yaitu terdiri dari rasa, harga dan kandungan gizi. Apabila kandungan gizi menjadi pilihan, maka 87.75 persen kons umen akan berhenti mengkonsumsi, sedangkan fokus pembelian konsumen adalah harga, maka 74.50 persen konsumen tetap mengkonsumsi tahu, walaupun berbahan baku transgenik. Tahap kedua yaitu wawancara dengan perajin tahu maka hasil yang diperoleh yaitu isu transgenik menyebabkan 25 perajin memilih tetap menggunakan kedelai seperti saat ini dan 5 orang memilih untuk mengganti bahan baku mereka.
5.2.
Saran Isu transgenik menyebabkan sebagian masyarakat untuk berhenti dan
sebagian lain tetap mengkonsumsi tahu. Walaupun masih berupa isu, konsumen
35
sebaiknya lebih reaktif terhadap isu yang dikhawatirkan membahayakan kesehatan. Salah satunya dapat dilakukan dengan menambah informasi untuk diri sendiri mengenai transgenik dari berbagai sumber. Selain itu, konsumen sebaiknya tidak hanya mempertimbangkan harga sebagai faktor keputusan pembelian tetapi faktor kandungan gizi lebih penting. Kesehatan diri dan keluarga sangat penting untuk diperhatikan. Perajin disamping ingin meningkatkan keuntungan dengan harga input yang murah juga harus tetap memperhatikan kebaikan untuk konsumen, terutama untuk kesehatan. Selain itu, produsen harus lebih aktif mencari informasi mengenai transgenik dari berbagai sumber sebagai masukan untuk kelanjutan usaha. Hal ini dilakukan agar produsen tahu tetap bisa menjalankan usaha dengan baik. Pemerintah sebaiknya mengadakan penelitian mengenai dampak yang ditimbulkan dari tanaman pangan transgenik. Hal ini agar pemerintah dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat agar kesimpangsiuran mengenai dampak dan kandungan dari bahan pangan transgenik diperoleh masyarakat dengan jelas, karena isu ini dikhawatirkan akan merugikan konsumen dan perajin. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan kembali untuk mengetahui lebih jelas dampak isu transgenik beberapa waktu kedepan. Hal ini karena penelitian yang dilakukan saat ini mengenai transgenik belum banyak diketahui masyarakat. Diharapkan dengan adanya penelitian lanjutan maka hasil yang diperoleh mengenai dampak yang ditimbulkan dari isu transgenik akan lebih baik dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, F. W. 2006. “Awas! Makanan Transgenik di Sekitar Kita”. http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=view&aid=1849&lang [10 Agustus 2006]. Antara.
2006. “Tak Ada Bukti Kedelai Transgenik Berbahaya”. http://www.indonesia.go.id/id/indek.php?option=com_content&task=view &id=1453=&itemid=699 [21 Juli 2006]
Baihaki, A. 2002. Rekayasa Genetik : Tantangan dan Harapan. Universitas Padjajaran Press, Bandung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2006. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2006. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Padi dan Palawija 1990-2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bitta, A. J. D., D. L. Loudon, M. Wallendorf, dan G. Zaltman. 2002. Dalam Mangkunegara. Perilaku Konsumen. Refika Aditama, Bandung. Departemen Pertanian. 2007. Ekspor Impor Kedelai Indonesia 2003-2006. Departemen Pertanian, Jakarta. Engel, R. F., R. D. Blackwell, dan Paul. W. 1994. Miniard. Perilaku Konsumen Jilid 1. Binarupa Aksara, Jakarta. Hosmer, D. W., S. Lemeshow. 1989. Applicated Logistic Regression. A WileyInterscience Publication, USA. Ismawan, I. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil-Menengah. Grasindo, Jakarta. .Kantor Kecamatan Parung. 2006. Demografi Kecamatan Parung. Kecamatan Parung, Bogor. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Hendra Teguh, Ronny A. Rusli, Benjamin Molan [Penerjemah]. Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta Maksum, D. U. 2006. ”Tahu Poo Kediri Membantah Gunakan Kedelai Transgenik”. http://www.tempointeraktif.com/ brk,2006072580650,id.html [25 Juli 2006].
37
Mardiana. 2002. Telaah Persepsi dan Sikap Pihak-Pihak Berkepentingan (stakeholders) terhadap Bahan Pangan Transgenik [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Marlina, C. 2005. Keputusan Melakukan Pembelian dan Jumlah Pembelian Roti Unyil Venus Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Old, R.W., dan S. B. Primrose. 1989. Prinsip-Prinsip Manipulasi Gen : Suatu Pengantar Rekayasa Genetik. Blackwell Scientific Publications, Inggris. Sarwono, B., dan Saragih, Y. P. 2003. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya, Jakarta. Sigi. 2006. “Bahaya tidak Unsur Transgenik”. http://www.liputan6.com/ view/8,128519,1,0,1185461758.html [3 September 2006] Simamora, B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta. Soeseno, S. 2000. “Heboh Kedelai Rekayasa”. www.indomedia.com/intisari/ http://www.indomedia.com/intisari/2000/juli/kedelai7.htm [ Juli 2000] Somaatmadja, D. 1983. Industri Hasil Pertanian. Departemen Perindustrian Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri, Bogor. Tambunan, T. T. H. 2003. Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta. TOZ.
2006. “Bahaya [Tidak] Unsur Transgenik”. http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msg03659.html [4 September 2006]
Umar, H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Ghalia Indonesia, Jakarta. YLKI. 2006. ”Menggugat Peredaran Pangan Transgenik; Selamatkan Hak Masyarakat Atas Keamanan & Kedaulatan Pangan”. http://ylki.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12 [29 Agustus 2006]
LAMPIRAN
39
Lampiran 1
Daftar Anggota Perajin Tahu Kecamatan Parung No. Anggota A0000001 A0000002 A0000003 A0000004 A0000005 A0000006 A0000007 A0000008 A0000009 A0000010 A0000011 A0000012 A0000013 A0000014 A0000015 A0000016 A0000017 A0000018 A0000019 A0000020 A0000021 A0000022 A0000023 A0000024 A0000025 A0000026 A0000027 A0000028 A0000029 A0000030 A0000031 A0000032 A0000033 A0000034 A0000035 A0000036 A0000037 A0000038 A0000039 A0000040 A0000041 A0000042 A0000043
Nama Sapri Rojak Abdul Muhit Sanudin Enjon Subur Mail Rakhmad Sahada Uwes Qorni Syamsuri Armani Nian Burek Samid Engkoy Rashid Ipin Sasmita M. Nawawi Raun Partei Nirman Amsori Nasip Roshid Saad Kona Nasim Mulyadi Naman Mursali Zaenal Adi M. Jaelani Kurdi Nadih Icing Herman Hamzah Fauzi M. Yusuf Fachrudin Kiban Ucad Toleng Rian Kusnirah Rakhmat
JK L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Umur 40 30 31 37 30 33 32 27 36 46 33 41 51 28 31 35 41 21 38 40 35 41 44 39 37 25 28 30 30 30 25 38 33 51 23 36 34 31 39 31 42 50 30
Tanggal Keanggotaan 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 23-02-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 30-03-2006 21-04-2006 21-04-2006 21-04-2006 21-04-2006 21-04-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 15-06-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006
Desa Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu
40
A0000044 A0000045 A0000046 A0000047 A0000048 A0000049 A0000050 A0000051 A0000052 A0000053 A0000054 A0000055 A0000056 A0000057 A0000058 A0000059 A0000060 A0000061 A0000062 A0000063 A0000064 A0000065 A0000066 A0000067 A0000068 A0000069 A0000070 A0000071 A0000072 A0000073 A0000074 A0000075 A0000076 A0000077 A0000078 A0000079 A0000080 A0000081 A0000082 A0000083 A0000084 A0000085 A0000086 A0000087 A0000088 A0000089 A0000090 A0000091
Rian Amin Asmat Mista Nasip Kinang Nasan Iwan Setiawan Ramblih Sarta Endar Darul Qutni Herman Sarman Udin Aba Nein Sapri Mulyadi Mawar Enang Caing Rosyid Koros Anwar Sain Kuwer Sanin Hamdani Oding Syam Ecin Endin Wahyudin Ahmad Sala Ilam Dalih Ahmad Ata Mad Yusup Mista Ocan Senin Neang Nakim Samsi Nimat Samsu Iyus Ruslan Boin Nawi Wahdi Masad Acep
L L L L L L L L L L
56 46 29 39 28 45 37 26 26 43
11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 11-09-2006 21-12-2006
Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
38 36 34 32 30 24 43 54 31 31 37 26 22 35 35 40 28 30 40 50 27 30 40 40 25 24 52 57 35 24 47 34 26 50 39 42 43 25
21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 21-12-2006 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007
Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu
41
A0000092 A0000093 A0000094 A0000095 A0000096 A0000097 A0000098 A0000099 A0000100 A0000101 A0000102 A0000103 A0000104 A0000105 A0000106 A0000107 A0000108 A0000109 A0000110 A0000111 A0000112 A0000113 A0000114 A0000115 A0000116 A0000117 A0000118 A0000119 A0000120 A0000121 A0000122 A0000123
Sain Kuwer Rahmat Asep Acing Supandi Ronih Sarman Nait Acep Asri Miing Udin Acang Mad Sarih Suroto Oting Uang Hendra Junaedi Adang Benur Husin Inen Puput Mamad H. Enin Karta Naih Ateng Nimung Saad Liman Encan Timan Mista Toyib Samsudin
Sumber : Koperasi Desa Bojong Sempu, 2007
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
51 22 20 53 33 34 40 23 41 26 47 36 40 37 34 38 28 32 30 31 34 31 33 52 46 38 43 35 36 30 34 26
19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 19-01-2007 05-01-2007 05-01-2007 19-01-2007 15-01-2007 15-01-2007 15-01-2007 15-01-2007 15-01-2007 15-01-2007 15-01-2007 13-02-2007 13-02-2007 13-02-2007 13-02-2007 13-02-2007 13-02-2007 13-02-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007 03-05-2007
Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Iwul Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu Bojong Sempu
42
Lampiran 2.
Kuesioner Penelitian Konsumen Tahu Lokasi Pengisian :………………….
No.Responden : ………
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi mengenai “PENGARUH ISU TRANSGENIK SAAT INI TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DAN PADA INDUSTRI TAHU DI KABUPATEN BOGOR PADA MASA MENDATANG (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)” oleh Tyas Kumala Puteri (H14103071) Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. IDENTITAS RESPONDEN Nama : ……………………………………. Alamat Singkat : ……………………………………. Usia : …………………………….. tahun Jumlah Anggota Keluarga : …………………………….. orang Tingkat Pendidikan terakhir : ……………………………………. Pekerjaan : ……………………………………. Pendapatan rata-rata keluarga per bulan : q Kurang dari Rp 1.000.000 q Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 q Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 q Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 q Lebih dari Rp 4.000.000 PERTANYAAN AWALAN Apakah anda mengetahui bahan pangan transgenik ? ya / tidak Pengenalan Kebutuhan 1. Apa alasan/motivasi anda membeli tahu ? a. Rasa yang enak b. Harga yang terjangkau c. Kandungan Gizi d. Mudah diperoleh e. Lainnya………………………………………………. 2. Manfaat apa yang Anda cari ? a. Sebagai Lauk sumber protein b. Makanan Selingan c. Lainnya……………………………………………….. Pencarian Informasi 1. Darimana Anda mengetahui tentang tahu sebelumnya ? a. Diri sendiri b. Keluarga / Saudara c. Teman d. Penjual
43
2.
e. Orang lain / Asing Siapa yang paling mempengaruhi anda dalam proses keputusan pembelian tahu, bila ternyata mengandung bahan transgenik ? a. Diri sendiri b. Keluarga / Saudara c. Teman d. Penjual e. Orang lain / Asing
Evaluasi Alternatif 1. Yang menjadi dasar pertimbangan apabila anda tetap membeli tahu sebagai pilihan ? a. Harga yang terjangkau b. Rasa yang enak c. Kandungan Gizi yang baik d. Mudah diperoleh e. Lainnya………………………………………………. 2. Yang menjadi fokus anda dalam memilih lauk pauk / pilihan makanan ? a. Harga b. Rasa c. Kandungan Gizi d. Lainnya………………………………………………. Apakah tahu berbahan baku kedelai transgenik termasuk dalam pilihan anda? Ya / tidak 3. Lauk pauk pilihan anda di bawah ini, apabila anda termasuk dalam kelompok yang menolak bahan pangan transgenik? a. Ikan b. Daging Sapi c. Daging Ayam d. Lainnya……………………………………………… Pembelian 1. Menurut anda apakah lebih baik mengganti tahu sebagai lauk dengan sumber protein lain ? a. Ya, yaitu…………………………………………. b. Tidak 2. Seberapa besar pengaruh selera dalam keputusan anda untuk membeli? a. Sangat penting b. Penting c. Cukup penting d. Tidak penting e. Sangat tidak penting Hasil 1. Apakah anda akan terus membeli tahu yang apabila diketahui mengandung bahan pangan transgenik ? Ya / tidak, alasan …………………………………….. 2. Apabila mengurangi, alasan anda hanya mengurangi......................................................... Banyaknya jumlah konsumsi tahu yang anda kurangi adalah dari................... kali, menjadi............ kali dalam seminggu.
Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan Terima Kasih Bogor, 2007
44
Catatan : Apabila diperlukan judul tulisan akan dirubah dengan tidak mengganti isi dan jawaban kuesioner
Lampiran 3.
Kuesioner Penelitian Perajin Tahu
Lokasi Pengisian :………………….
No.Responden : ………
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penyusunan skripsi mengenai “PENGARUH ISU TRANSGENIK SAAT INI TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN RUMAH TANGGA DAN PADA INDUSTRI TAHU DI KABUPATEN BOGOR PADA MASA MENDATANG (Studi Kasus : Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)” oleh Tyas Kumala Puteri (H14103071) Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. IDENTITAS RESPONDEN Nama Alamat Singkat Usia Jumlah Anggota Keluarga Tingkat Pendidikan terakhir Lama Usaha Jumlah Tenaga Kerja Pendapatan rata-rata per bulan : q Kurang dari Rp 500.000 q Rp 500.000 – Rp 999.999 q Rp 1.000.000 – Rp 1.499.999 q Rp 1.500.000 – Rp 1.999.999 q Lebih dari Rp 2.000.000
: ……………………………………. : ……………………………………. : …………………………….. tahun : …………………………….. orang : ……………………………………. : ......................................................... : .........................................................
Apakah anda pernah mendengar atau mengetahui ”Bahan Pangan Transgenik” sebelumnya ? ..................................................................................................................................... Keputusan anda apabila konsumen lebih memilih tidak mau mengkonsumsi Tahu berbahan baku transgenik ? ............................................................................................................ Keputusan anda apabila konsumen lebih memilih tetap mengkonsumsi Tahu berbahan baku transgenik ? .............................................................................................................................. Secara Pribadi, apakah anda bersedia tetap menggunakan bahan baku pangan transgenik ? jelaskan alasan anda ...................................................................................................................... ............................................................................................................................................................................... ............................................................................................................................................................................... ............................................................................................................................................................................... ............................................................................................................................................................................... ............................................................................................................................................................................... Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan Terima Kasih
45
Bogor, 2007
Catatan : Apabila diperlukan judul tulisan akan dirubah dengan tidak mengganti isi dan jawaban kuesioner
Lampiran 4.
Peta Kecamatan Parung
46
Sumber : Kantor Kecamatan Parung, 2006
Lampiran 5. Perolehan Data Responden Konsumen Y
Umur
Pendidikan
Pendapatan
Pengaruh
1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1
32 34 37 24 48 47 34 60 31 36 24 35 50 33 29 31 36 45 29 39 44 40 33 48 26 30 38 25 36 52 45 35 24 48 31 38 30 38 36 25 56 33 45 40
1 1 1 1 5 5 3 1 2 2 1 2 2 4 1 3 3 3 3 1 4 3 3 1 3 3 3 4 5 2 3 1 2 2 3 3 3 3 4 4 3 5 1 1
2 1 1 1 3 3 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 5 1 3 2 2 1 5 2 3 3 5 2 1 1 1 1 2 3 1 1 3 2 2 2 2 1
2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1
Fokus Membeli 1 1 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 1 3 1 3 3 3 2 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 1 1 1 3 2 1 1 3 3 2 3 2 1
Manfaat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1
Jml Kelrga 5 6 6 3 4 6 4 4 5 4 4 5 9 3 10 5 8 5 5 6 5 2 4 4 4 3 3 5 3 3 5 4 3 4 5 4 5 5 5 2 4 4 19 7
47
1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0
40 32 25 50 29 39 33 40 50 42 36 42 41 43 56 25 39 40 30 52 59 61 39 48 37 35 40 35 40 34 43 26 25 37 30 40 40 32 35 27 70 35 30 40 30 37 24 26 23 28 27 20 29 31 36 45
1 1 1 2 1 5 5 5 6 4 4 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 4 1 1 1 1 2 4 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 3 3 3
1 2 2 3 1 3 3 4 5 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 1 1 3 3 2 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2
2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
1 2 1 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 1 2 1 3 2 3 1 1 1 2 1 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1
8 8 4 4 6 4 3 4 4 4 4 5 5 1 5 4 3 4 5 6 6 3 5 4 5 5 5 6 7 4 6 4 5 7 4 4 8 2 3 1 4 6 6 5 4 3 3 8 5 5 5 5 10 5 4 5
48
Sumber : Data Primer Kecamatan Parung, 2007