ANALISIS PEMASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI KEDELAI DI DESA NIPA KALEMOAN KECAMATAN BUALEMO KABUPATEN BANGGAI Trianto Enteding¹, Hj. Hadayani dan Rosida P. Adam²
[email protected] / Handphone : 085824033005 ¹(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis, Pascasarjana Universitas Tadulako) ²(Dosen Program Studi Magister Agribisnis, Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract This research aims to identify the soybean commodity marketing, analyze the environmental strategies and determine the development strategy of soybean commodity development strategies at Nipa Kalemoan Village Bualemo Sub-district Banggai Regency. The data collection method is using simple random sampling and to determine alternative strategies using SWOT analysis. The results of this research showed that the income received by the respondent an average of Rp 9.233.844.41/1,81 ha/planting season, or an average of Rp 5.099.287,21/ha/planting season, there are two channels soybean marketing. The margin earned on a single channel of 1.625 / Kg and an efficient level of 1,79 %, while the margin earned two channels of 3.083 / Kg and efficient level of 2,78 %. Through of SWOT analysis method implementation in the forms of programming are implemented is 1). Doing outreach to farmers about the development of commodity soybeans by maximizing the use of land to expand the soybean farming. 2). Doing technical training or study visits to farmers' groups to the development of commodity soybean area is to improve the skills of farmers to increase production of commodity soybeans. 3). Promote the provision of access to market information in order to meet market demand. 4). Works toward improving the infrastructure to facilitate the farmers to do farming and distribution or marketing of soybean production. 5). To strive for capital to finance soybean farming. 6) Do counseling about the introduction of soy and soy cultivate a good way. 7). Doing coaching skills in processing soybeans into processed products or an increase in value of the commodity soybeans. 8). Conduct counseling on agribusiness opportunities for commodity soybeans. Keywords: marketing analysis da soybean commodity development strategies Kedelai merupakan salah satu komoditi yang sangat diminati masyarakat dan telah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari bagi sebagian masyarakat. Selain itu, kedelai juga merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang mengandung protein nabati yang sangat tinggi nilai gizinya, mengandung zat anti oksidan yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh penduduk. Pada Tahun 2012 produksi kedelai nasional mencapai 843.153 ton, rendahnya produksi kedelai dalam negeri tidak berimbang dengan tingkat konsumsi kedelai
nasional yang mencapai.2.600.000 ton/tahun, tingginya permintaan kedelai dipasar dalam negeri dimana tingkat konsumsi masyarakat akan kedelai sangatlah besar, sementara disisi lain produksi dalam negeri belum mampu untuk memenuhinya. Daerah yang melakukan usahatani kedelai di Indonesia salah satunya adalah Sulawesi Tengah, tingkat konsumsi kedelai Sulawesi Tengah sebesar 4,2 kg/ kap/ tahun. Hal ini, masih dibawah standar konsumsi kedelai nasional yang mencapai 10 – 12 kg/ kap/ tahun. Tingkat produktivitas tanaman kedelai Sulawesi Tengah baru berkisar 1-1,5 ton per hektar. Produksi kedelai baru sekitar 5.000
11
12 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
ton dari target sebanyak 11.000 ton. Adapun Data mengenai perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai
ISSN: 2089-8630
dibeberapa Kabupaten di Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai dibeberapa Kabupaten di Sulawesi Tengah, Tahun 2012. Luas Panen Produksi Produktivitas No Kabupaten/Kota (ha) (ton) (ton / ha) 1 Banggai Kepulauan 1 1 1,00 2 Banggai 1624 2712 1,67 3 Morowali 424 394 0,93 4 Poso 178 202 1,13 5 Donggala 138 181 1,31 6 Toli-toli 5 6 1,20 7 Buol 64 80 1,25 8 Parigi Moutong 926 1572 1,69 9 Tojo Una-una 2261 3055 1,35 Jumlah 5621 8202 Rata-rata 295,84 431,68 1,45 Sumber Data : Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Tahun 2014.
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen usahatani kedelai di Sulawesi Tengah adalah 5.621 ha, menghasilkan produksi mencapai 8.202 ton dengan rata-rata perhektar atau produktivitas sebesar 1,45 ton/ha yang tersebar dibeberapa Kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah. Salah satu Kabupaten penghasil kedelai di Sulawesi Tengah adalah Kabupaten Banggai yang memiliki areal usahatani kedelai yang luas dan menempati urutan kedua setelah Kabupaten Tojo Una-una dengan Luas panen 1.624 ha yang menghasilkan produksi mencapai 2.712 ton.Terbatasnya kemampuan petani dalam mengakses informasi pasar dan ketergantungan petani terhadap para pedagang tengkulak masih sangat besar, sehingga posisi petani sebagai produsen dalam memasarkan produknya sebagai price taker atau penerima harga dan bukan penentu harga jual dari produksi yang mereka hasilkan, kondisi demikian mengakibatkan petani sulit merencanakan besarnya keuntungan yang mereka peroleh. Tingginya tingkat konsumsi kedelai merupakan salah satu peluang untuk
peningkatan usahatani kedelai, peningkatan produksi komoditi kedelai dapat dilakukan dengan penentuan strategi guna peningkatan pendapatan petani METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan pengumpulan data dan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta atau karakteristik responden. Data yang telah dikumpul disusun, dianalisis dan dijelaskan sehingga diperoleh gambaran mengenai keadaan pemasaran dan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (Purposive) yakni di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai, dengan pertimbangan bahwa Desa Nipa Kalemoan merupakan sentra produksi kedelai di Kecamatan Bualemo Kabupaten
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 13
Banggai. penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Nopember sampai dengan bulan Januari Tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah petani kedelai yang bermukim di Desa Nipa Kalemoan sebanyak 185 orang, berdasarkan penjajakan pedagang pengumpul I sebanyak 4 orang, pedagang pengumpul II sebanyak 3 orang, aparat terkait 2 orang dan aparat Desa sebanyak 3 orang, sehingga total populasi sebanyak 197 orang. Penentuan sampel responden yang ditentukan secara acak sederhana dengan total responden sebanyak 49 orang atau 20% dari total populasi responden, dengan merujuk apa yang dikatakan oleh Arikunto (2002), bahwa jika populasi kurang dari 100 orang maka sebaiknya semua anggota terpilih menjadi responden sehingga merupakan penelitian sensus. Jika populasi lebih dari 100 orang maka dapat diambil sampel acak sederhana dengan taraf kesalahan 10%, 15% , 20% atau lebih dari jumlah populasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari Responden yang menjadi objek dalam penelitian ini baik melalui wawancara dan pengisian kuesioner penelitian. Kuesioner (daftar pertanyaan) berisi satu set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan setiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam pengujian hipotesis, oleh karena itu kuesioner yang dibuat merupakan alat bantu dalam pengumpulan data dari satuan-satuan populasi yang berjumlah besar, beraneka ragam dan letaknya tersebar. (Mohar, 2005) Dari data ini secara garis besarnya meliputi identitas responden, umur responden, tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan oleh responden yang memiliki nilai penting dari pemasaran komoditi kedelai dan faktorfaktor pengembangan komoditi kedelai, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan sumber pustaka serta sumber-
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penelitian tentang komoditi kedelai. Analisis data yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan menggunakan model analisis. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya (Soekartawi, 1995). Untuk mengetahui pendapatan usahatani kedelai menggunakan rumus : Pd = TR – TC TR = Y . P TC = FC + VC
Wijaya (2003) mengemukakan pemasaran sebagai suatu kegiatan bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen dengan cara paling efisien dengan maksud menciptakan permintaan efektif. Untuk menghitung besarnya margin pemasaran menggunakan rumus : M = Hp - Hb Dimana : M = Margin pemasaran Hp = Harga Penjualan Hb = Harga Pembelian Soekartawi (2001) menyatakan bahwa terjadinya efisiensi pemasaran jika biaya pemasaran dapat ditekan dan nilai produk yang diterima lebih besar dan pemasarna tidak efisien jika biaya pemasaran lebih besar dari nilai produk. Untuk mengetahui efisiensi pemasaran komoditi kedelai dari produsen atau pedagang pengumpul ke pedagang pengecer menggunakan rumus : Eps = (TB / TNP ) x 100 % Teknik analisis SWOT digunakan untuk mendapatkan dan mengetahui strategi pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai. Analisis SWOT dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat strategis yakni kondisi wilayah, situasi, keadaan dan mempengaruhi perkembangan dari waktu ke waktu. Secara struktur lingkungan strategis yaitu faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesesses)
14 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
dan berupa lingkungan eksternal yang terdiri atas dua faktor strategis yaitu peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Perumusan strategi pengembangan kedelai dengan analisis SWOT dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : Data yang telah dikumpulkan diidentifikasi selanjutnya dianalisis untuk menentukan faktor internal dan eksternal berdasarkan tingkat urgensi terhadap pengembangan usahatani kedelai. Faktor internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan, faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh pada upaya pengembangan komoditi kedelai Faktor internal yang telah dianalisis dan terdiri atas kekuatan dan kelemahan kemudian dimasukkan ke dalam tabel IFAS (Internal Strategic Faktor Analysis Summary) dan faktor eksternal yang terdiri atas peluang dan ancaman dimasukkan dalam tabel EFAS (Eksternal Strategic Faktor Analysis Summary) untuk dilakukan pembobotan dan pemberian rating. Untuk menentukan bobot dapat digunakan rumus sebagai berikut : 1 βi = x (Ri + 1) (n + TR) Keterangan : βi = Bobot setiap rating n = Jumlah aktivitas TR = Total rating Ri = Rating setiap aktivitas
Tabel
ISSN: 2089-8630
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Nipa Kalemoan terletak di Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Desa Nipa kalemoan berbatasan dengan : Sebelah Utara : Laut (Teluk Tomini) Sebelah Selatan : Perkebunan Sawit Sebelah Timur : Desa Malik Makmur Sebelah Barat : Desa Bualemo A Luas wilayah Desa Nipa Kalemoan adalah 56 Km² dengan jarak antara ibu kota kabupaten sejauh kurang lebih 133 Km dan jarak antara ibu kota Kecamatan sejauh kurng lebih 3 Km. Penduduk Desa Nipa Kalemoan berjumlah 726 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 12 jiwa/Km², mata pencaharian penduduk Desa Nipa Kalemoan pada umumnya adalah sebagai petani. Iklim merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman khususnya dalam menentukan jenis komoditi yang akan ditanam. Iklim suatu daerah dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, angin, kelembaban udara, dan intensitas penyinaran sinar matahari Karakteristik Petani Responden Umur Responden Umur petani responden usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan yaitu umur 30 tahun hingga umur 50 tahun, dengan demikian petani responden di Desa Nipa Kalemoan merupakan usia kerja yang produktif adapun Data mengenai tingkat umur responden tertera pada Tabel 2 berikut :
2. Umur Petani Responden Usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan, 2014. Umur responden Jumlah Responden Persentase No (Tahun) (Orang) (%) 1 30 - 36 5 13,51 2 37 - 43 17 45,95 3 44 - 50 15 40,54 Jumlah 37 100 Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2015
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 15
Tingkat Pendidikan Responden Sebagian besar responden berpendidikan SLTA sebanyak 25 orang (56,82%), SLTP sebanyak 12 orang (27,17%), dan SD sebanyak 7 orang (15,91%). Jumlah Tanggungan Keluarga Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga rata-rata sebanyak 1 – 4 orang, dengan jumlah responden sebanyak 23 orang (52,27%), terdiri dari petani 21 orang, pedagang pengumpul 1 orang, pedagang pengumpul II sebanyak 1 orang. Jumlah tanggungan keluarga 5 – 7 orang sebanyak 21 orang (47,73%).
Pengalaman Berusahatani Sebagian besar responden memiliki pengalaman berusahatani 17-24 tahun dengan persentase sebesar 54%, dengan jumlah responden sebanyak 20 orang, kemudian pengalaman berusahatani 25-32 tahun dengan persentase sebesar 24%, dengan jumlah responden berjumlah 9 orang, sedangkan pengalaman berusahatani 9-16 tahun berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar 22 %. Luas Lahan Luas lahan yang digunakan petani kedelai di Des a Nipa Kalemoan bervariasi antara 1 ha hingga 3 ha dengan status lahan yang diolah milik sendiri. Lahan merupakan salah satu modal kerja dan faktor produksi yang sangat penting dalam pengelolaan usahatani kedelai, dimana semakin luas lahan yang dimiliki, petani akan lebih memiliki potensi yang leluasa untuk mengembangkan usahataninya. Responden dengan jumlah 8 orang memiliki luas lahan 1 ha dengan persentase 21,62 %, petani responden yang memiliki luas lahan 2 ha berjumlah 28 orang dengan persentase 75,68 %, dan petani responden yang memiliki luas lahan 3 ha berjumlah 1 orang dengan persentase 2,70 %. luas lahan yang dikelola petani responden untuk komoditi kedelai adalah berjumlah 67
ha dengan rata-rata 1,81 ha/petani 55,22 %.
atau
Analisis Penerimaan Penerimaan marupakan hasil yang diterima petani dari hasil kali antara jumlah produksi dengan harga produksi yang dinyatakan dalam rupiah, sehingga penerimaan sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan dan harga dari produksi tersebut. Tingkat harga yang diterima oleh petani responden usahatani kedelai rata-rata adalah sebesar Rp 6.000/Kg dengan jumlah produksi yang diperoleh petani responden dari usahataninya rata-rata sebanyak 3.168,92 Kg/1,8 ha/musim tanam atau 1.750 Kg/ha/musim tanam, sehingga rata-rata penerimaan petani kedelai adalah sebesar Rp 19.013.513,51/1,81 ha/musim tanam atau Rp 10.500.000/ha/musim tanam. Biaya Usahatani Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani responden tidak terlepas dari beban biaya yang harus dikeluarkan dan diperhitungkan. Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani responden dalam mengusahakan usahatani kedelai diperoleh dari total biaya pajak lahan rata-rata sebesar Rp 21.729,73/1,81 ha/musim tanam, biaya sewa lahan sebesar Rp 1.358.108,11/1,81 ha/musim tanam, dan total biaya penyusutan rata-rata sebesar Rp 20.398,84/1,81 ha, sehingga total biaya tetap diperoleh rata - rata sebesar Rp 1.400.236,68/1,81 ha atau sebesar Rp 773.265,03/ha. Total biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani responden usahatani kedelai diperoleh dari total biaya penggunaan benih rata-rata sebesar Rp 1.014.054,05/1,81 ha/musim tanam, total biaya penggunaan pupuk rata-rata sebesar Rp 733.378,38/1,81 ha/musim tanam, total biaya pengangkutan rata-rata sebesar Rp 181.081,08/1,81 ha/musim tanam, total biaya penggunaan pestisida rata-rata sebesar Rp 847.459,46/1,81 ha/musim tanam, total biaya
16 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
tenaga kerja sebesar Rp 5.778.918,92/1,81 ha/musim tanam, sehingga total biaya variabel rata-rata sebesar Rp 8.379.432,43/1,81 ha/musim tanam atau Rp 4.627.447,76/ha/ musim tanam. Total biaya atau beban yang dikeluarkan oleh petani responden usahatani kedelai dalam melakukan usahataninya adalah sebesar Rp 9.779.669,11/1,81 ha /musim tanam atau sebesar Rp 5.400.712,79/ha/musim tanam. Analisis Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan pada kegiatan usahatani Kedelai oleh petani responden atau besarnya penerimaan dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan (Soekartawi, 1995). pendapatan yang diterima oleh petani responden pada usahatani kedelai rata-rata sebesar Rp 9.233.844,41/1,81 ha/ musim tanam, atau rata-rata sebesar Rp 5.099.287,21/ ha /musim tanam. Analisis Pemasaran Saluran Pemasaran Pemasaran merupakan proses aliran barang dari petani responden sampai kepada konsumen akhir. Proses penyaluran hasil produksi dari produsen ke konsumen merupakan aktifitas yang menjadi kunci pembangunan pertanian sebab tanpa adanya pasar, produksi pertanian tidak akan dinikmati oleh masyarakat luas. Adapun lembaga yang terlibat pada pemasaran hasil pertanian khususnya kedelai yaitu pedagang pengumpul 1 dan pedagang pengumpul 2. Pada saluran pertama, produsen atau petani menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul 1, selanjutnya pedagang pengumpul 1 menjual kembali ke konsumen. Pada saluran pemasaran ke dua petani atau produsen menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul 2 Kecamatan kemudian pedagang
ISSN: 2089-8630
pengumpul 2 Kecamatan menjual kepada konsumen pedagang besar Kabupaten. Analisis biaya dan margin pemasaran Kedelai Biaya pemasaran merupakan korbanan yang dikeluarkan pada proses pergerakan barang dari tangan produsen ke tangan konsumen yang meliputi biaya transportasi, pengepakan/penyortiran, retribusi, pengangkutan. Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen dan harga yang diterima petani responden yang sering dipandang dari sisi harga. Selisih antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh petani pada tiap-tiap saluran pemasaran (Sudiyono, 2002). Harga penjualan kedelai oleh petani responden ke pedagang pengumpul 1 ratarata Rp 6.375/Kg, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 1.510,72/Kg. Proses pembelian kedelai oleh pedagang pengumpul 1 ke petani yaitu dengan cara mendatangi langsung petani, kemudian pedagang pengumpul 1 menjual kedelai ke konsumen dengan harga Rp 8.000/Kg, harga yang ditawarkan oleh pedagang pengumpul 1 ke konsumen mengalami kenaikan harga hal ini disebabkan adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang pengumpul 1 hingga komoditi kedelai sampai ketangan konsumen dan margin yang diperoleh sebesar Rp 1.625/Kg, sedangkan rata-rata harga kedelai dari petani sebesar Rp 5.917/Kg, pembelian kedelai yang dilakukan oleh pedagang pengumpul 2 dengan cara mendatangi petani dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul 2 meliputi biaya transportasi sebesar Rp 71,43/Kg, biaya pengepakan sebesar Rp 35,71/Kg, biaya tenaga kerja sebesar Rp 14,29/Kg, dan biaya retribusi sebesar Rp 42,86/Kg, sehingga total biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul 2 sebesar Rp 164,29/Kg, harga penjualan Rp 9.000/Kg, dengan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 2.918,71/Kg.
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 17
Efisiensi pemasaran Efisiensi pemasaran merupakan perbandingan atau nisbah antara total biaya dengan total produk yang dipasarkan, sehingga sistem pemasaran dikatakan efisien apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, namun persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi. Efisien pemasaran kedelai pada saluran pertama yaitu dari Petani ke Pedagang Pengumpul 1 sampai ke konsumen lebih efisien dari pada saluran dua hal ini disebabkan oleh nisbah antara biaya pemasaran yang dikeluarkan dengan total nilai produksi pada saluran satu lebih kecil dibanding saluran dua yaitu sebesar 1,79 %, sedangkan saluran pemasaran kedua yaitu dari Petani ke Pedagang Pengumpul 2 Kecamatan sebesar 2,78%. Analisis Identifikasi Faktor Lingkungan Strategis. Analisis identifikasi faktor lingkungan strategi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal pada usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan Internal Factor Evaluation (IFE) Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dalam pengembangan usahatani kedelai. Gambaran kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk pengembangan usahatani memberikan keunggulan kompetitif bagi usahatani tersebut. Kekuatan (Strengths) Pengalaman berusahatani Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong dan mendukung proses pelaksanaan usahatani. Semakin lama petani mengelola usahataninya maka pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh akan semakin banyak dan lebih terampil, sehingga dalam pelaksanaan pengambilan keputusan akan lebih berhatihati dan lebih bijaksana sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan usahatani kedelai. Dukungan Kelompok Tani Keberadaan Kelembagaan kelompok tani kedelai di Desa Nipa Kalemoan yang dirikan pada bulan November 2014 dengan jumlah kelompok tani sebanyak 11 kelompok, mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah melalui bantuan benih. Diharapkan dengan adanya kelompok tani dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan komitmen yang dimiliki akan terus berupaya melakukan pengembangan usahatani kedelai berjalan. Menurut Arifin (2013) bahwa melalui kelompok tani para anggota bisa menyerap beberapa informasi ataupun tukar pikiran sesama anggota kelompok tani dan juga sebagai tempat bermusyawarah antar sesama anggota apabila terdapat suatu permasalahan di dalam kelompok tani. Ketersedian Lahan Pengelolaan usahatani tidak terlepas dari adanya lahan garapan yang akan dikelolah untuk melaksanakan usahatani, dimana dengan adanya asumsi bahwa semakin luas lahan garapan maka akan semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan. Berdasarkan Data identitas petani pada lampiran 1 menunjukkan bahwa rata-rata luas lahan garapan petani responden sebesar 1,8 ha dengan status kepemilikan lahan milik sendiri, dengan tersedianya sumberdaya lahan yang belum terolah merupakan potensi yang dimiliki petani. Usia kerja produktif Tingkat kemampuan petani dalam mengelola usahataninya pada umumnya sangat dipengaruhi oleh umur petani terutama kemampuan fisik dan dalam hal
18 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Petani yang berumur relatif lebih muda memiliki kemampuan fisik dan mental yang kuat serta cepat menerima hal-hal yang baru, sedangkan petani yang berumur tua kondisi kemampuan fisik dan mental mulai berkurang tetapi petani yang berumur tua memiliki banyak pengalaman dalam mengelola usahatani, sehingga setiap bertindak selalu berhati-hati dalam mengambil keputusan terhadap pengelolaan usahataninya. Adanya permintaan pasar Pertumbuhan permintaan kedelai pada saat ini sangat meningkat pesat namun belum mampu diimbangi oleh produksi didaerah. Komoditi kedelai memiliki banyak manfaat guna pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti: tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, tempe dan lain-lain. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Beragamnya produk olahan kedelai yang dapat dilakukan, hal ini merupakan salah satu pertimbangan guna melakukan pengembangan dan peningkatan produksi kedelai untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Kelemahan (Weaknesses) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan petani responden dan pedagang sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan keterampilan serta cara berfikir untuk mengelolah dan mengembangkan usahataninya yang dapat berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan petani. Tingkat pendidikan yang dimiliki responden bervariasi mulai dari SD, SLTP, dan SLTA. Tingkat Pendidikan sangat menentukan kualitas sumberdaya manusia. Petani responden menyadari bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan formal maupun non formal seseorang akan mempengaruhi cara berfikir yang semakin baik. Dalam
ISSN: 2089-8630
penelitian ini pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai responden. Penerapan teknologi masih rendah Teknologi merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap pengembangan usahatani baik dari budidaya guna peningkatan produksi hingga penanganan pasca panen dan menjadi olahan bahan baku. Perkembangan teknologi dan informasi terhadap usahatani kedelai merupakan salah satu hal yang akan menambah kemauan petani untuk mengembangkan kedelai, dengan teknologi dan informasi yang baru dibidang pengembangan usahatani kedelai petani responden akan memperoleh produksi yang lebih maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka. Keterbatasan modal Salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani adalah ketersediaan modal untuk kelangsungan usahatani. Modal yang digunakan dapat diperoleh dari modal sendiri dan modal dari pihak lain berupa pinjaman, kemitraan, dan lain-lain. Saat ini modal yang digunakan oleh petani responden masih terbatas sehingga petani responden melakukan pinjaman ke tengkulak yang menyediakan kebutuhan dan keperluan usahatani dengan berupa pinjaman yang dibayarkan setelah panen. Hal ini merupakan salah satu kelemahan yang memerlukan perhatian. Akses pemasaran masih rendah Pemasaran merupakan suatu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa dan menyampaikan barang dari produsen ke konsumen melalui aturan permainan yang dijalankan oleh pasar. Kurangnya akses dan informasi pasar tentang komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan menyebabkan pasar dikuasai oleh para tengkulak, sehingga petani responden tidak dapat menentukan harga
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 19
penjualan tetapi berdasarkan harga yang ditawarkan oleh tengkulak.
peluang dan meminimalkan ancaman dalam melakukan usahatani.
Pendapatan Petani masih rendah Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dari hasil penjualan produksi yang kemudian dikurangi biaya. Pendapatan yang diterima oleh petani kedelai di Desa Nipa Kalemoan sebesar Rp 5.099.287,21 /ha/musim tanam atau sebesar Rp 849.881,20 /bulan selama 6 bulan, dengan kisaran tanggungan keluarga oleh petani berkisar 4 orang dengan standarisasi konsumsi sebesar 2 dolar/hari/orang, maka pendapatan petani kedelai masih rendah. Hasil analisis Internal Factor Analysis Summary (IFAS), terlihat faktor kekuatan (Strenghts) memilikii pengaruh atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo dengan nilai sebesar 1,66 yang terdiri dari : (a) Pengalaman berusahatani sebesar 0,33 (b) dukungan kelompok tani 0,52 (c) ketersediaan lahan sebesar 0,33 (d) usia kerja produktif sebesar 0,30 dan (e) adanya permintaan pasar 0,18 sedangkan kelemahan (Weakness) memiliki nilai sebesar 1,05 yang terdiri dari : (a) tingkat pendidikan petani rendah sebesar 0,18 (b) penerapan teknologi masih rendah 0,33 (c) keterbatasan modal usaha sebesar 0,18 (d) akses pemasaran masih rendah sebesar 0,18 dan (e) Tingkat pendapatan petani masih rendah sebesar 0,18. Nilai ini dapat di artikan bahwa pengembangan usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan memiliki kekuatan yang lebih besar, yaitu sekitar 54% di bandingkan dengan kelemahan sebesar 0,47%, sehingga masih memiliki peluang yang sangat baik untuk dilaksanakan.
Peluang (Opportunities) Adanya dukungan kebijakan pemerintah Aspek dukungan pemerintah dalam kebijakan guna upaya mensejahterakan masyarakat, kebijakan pemerintah daerah mempunyai peran dan pengaruh yang sangat besar dalam seluruh pembangunan pada umumnya. Pemerintah Kabupaten Banggai sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan pertanian dan perkebunan.
External Factor Evaluation (EFE) Analisis lingkungan external dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai peluang (opportunities) dan ancaman (threat) dalam pengembangan usahatani kedelai, sehingga petani responden dapat memanfaatkan
Peningkatan produksi masih terbuka Penggunakan sistem budidaya yang masih tradisional, dimana salah satunya belum melakukan pengolahan tanah secara sempurna serta adanya ketersediaan lahan, kemungkinan produksi kedelai di Desa Nipa Kalemoan masih dapat ditingkatkan. Adanya pembinaan dari PPL Peran penyuluh pertanian merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan dan kelangsungan usahatani. Pertemuan antara penyuluh dan petani setiap sebulannya sebanyak 16 kali pertemuan yang diharapkan pembinaan dari PPL lebih mengutamakan pengembangan potensi pertanian diperdesaan, sehingga peran penyuluh pertanian sebagai salah satu fasilitator pemerintah yang diperbantukan diperdesaan yang memiliki peran sebagai pemberi informasi tentang pertanian mulai dari budidaya hingga penanganan pasca panen serta informasi lain. Terbukanya peluang agribisnis Beragamnya produk olahan kedelai yang dapat dilakukan maka pengembangan industri pengolahan kedelai akan mampu memberikan nilai tambah kepada petani. Selain itu, dengan melihat peluang pasar petani tidak hanya menjadi produsen yang hanya bertumpu pada budidaya tetapi mampu mengembangkan produksi menjadi bahan
20 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
olahan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah terhadap peningkatan pendapatan petani. Motivasi petani Pentingnya motivasi bukan saja dilihat dari segi luas lahan atau modal yang besar, tetapi juga dilihat dari segi lain, motivasi yang dimiliki oleh seorang petani akan turut mempengaruhi hasil dan pendapatan yang diperoleh. Motivasi petani haruslah diimbangi dengan memberikan penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah yang menjadi mitra petani, dengan melihat kondisi pengalaman berusahatani yang tergolong cukup berpengalaman serta adanya ketersediaan lahan dan menjadi salah satu sumber pendapatan petani. Ancaman/ Tantangan (Threats) Gangguan hama dan penyakit Pertumbuhan tanaman kedelai yang optimal tidak akan mempunyai produksi yang tinggi bila hama dan penyakit tidak dikendalikan dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan usahatani salah satunya adalah penanggulangan hama dan penyakit. Gangguan hama yang terjadi di Desa Nipa Kalemoan dilakukan oleh serangga dan ulat. Infrastruktur belum memadai Keberadaan infrastruktur sangat penting untuk menjamin akses keluar-masuk transportasi ke kawasan sehingga produk dapat tersalurkan keluar kawasan dengan baik. Aspek sarana & prasarana sangat penting dan menentukan kualitas produk hortikultura yang dihasilkan. Kriteria yang menjadi dasar penetapan kawasan budidaya hortikultura menurut Permentan No: 41 Tahun 2009 salah satunya adalah mempunyai akses dan prasarana transportasi jalan dan pengangkutan yang mudah, dekat dengan pusat pemasaran dan pengumpulan produksi (Setiono, 2011).
ISSN: 2089-8630
Upah tenaga kerja cukup tinggi Upah tenaga kerja merupakan salah satu kendala dalam melakukan usahatani, adanya peningkatan upah tenaga kerja berpengaruh sangat besar dan menjadi kendala bagi para petani, dimana rata-rata petani di Desa Nipa Kalemoan dalam melakukan usahataninya hanya dengan menggunakan modal yang terbatas serta sangat bergantung kepada para tengkulak. Persaingan dengan kedelai impor dan kedelai lokal lainnya Kurangnya ketersediaan kedelai untuk kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku tahu dan tempe merupakan peluang yang besar bagi petani, namun dengan adanya kedelai lokal lainnya serta masuknya kedelai impor untuk mencukupi kebutuhan masyarakat, maka hal ini menjadi ancaman bagi para petani, dimana petani diharuskan lebih memperbaiki kualitas produk dan memiliki akses informasi pasar. Kondisi iklim/cuaca. Perubahan iklim dan Curah Hujan juga sangat berpengaruh pada besar kecilnya nilai produksi pada kedelai. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan dan pengelolaan tanaman, jika semakin tinggi nilai curah hujan maka produksi kedelai juga semakin tinggi hal ini dikarenakan kedelai juga merupakan salah satu tanaman yang sangat membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Hasil analisis Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS), terlihat faktor Peluang (Opportunities) memilikii pengaruh atau tingkat kepentingan relatif tertinggi dalam pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo dengan nilai sebesar 1,23 yang terdiri dari : (a) adanya dukungan pemerintah 0,18 (b) peningkatan produksi masih terbuka 0,18 (c) adanya pembinaan
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 21
dari PPL 0,36 (d) terbukanya peluang agribisnis 0,18 dan (e) adanya motivasi petani 0,33, sedangkan Ancaman/ Tantangan (Threats) memiliki nilai sebesar 0,87 yang terdiri dari : (a) gangguan hama dan penyakit sebesar 0,09 (b) infrastruktur belum memadai sebesar 0,09 (c) upah tenaga kerja cukup tinggi sebesar 0,11 (d) persaingan dengan kedelai impor dan kedelai lokal lainnya sebesar 0,09 dan (e) kondisi iklim/ cuaca sebesar 0,09. Dari total skor tertimbang sebesar 2,28 dapat di artikan bahwa pengembangan usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan memiliki peluang yang lebih besar, yaitu sebesar 1,23 atau memiliki peluang yang lebih besar sekitar 50% di bandingkan dengan kelemahan sebesar 1,05 atau sekitar 47%, sehingga masih memiliki peluang yang sangat baik untuk dilaksanakan.
Tabel 3.
Alternatif strategi pengembangan komoditi kedelai Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo. Untuk menentukan alternatif strategi pengembanngan komoditi kedelai dilakukan dengan Perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT yang dilakukan dengan penggabungan/ kombinasi antara kedua faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman), hasil skoring faktor internal dan faktor eksternal, perolehan nilai tertinggi terdapat pada strategi SO (StrengthsOpportunities) sebesar 2,89, strategi ST (Sterngths-Treats) sebesar 2,71, Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) sebesar 2,28, sedangkan yang terendah terdapat pada strategi WT (Weaknesses- Threats) sebesar 1,10. Analisis SWOT yang merupakan lanjutan dari analisis IFAS dan EFAS digunakan. Untuk lebih jelasnya hasil analisis matriks SWOT dalam perumusan strategi alternatif dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai berikut : Hasil Skor Faktor Internal dan Faktor Eksternal Komoditi Kedelai IFAS
EFAS Peluang (Opportunities)
Kekuatan (Strengths) Strategi ( SO )
Kelemahan (Weaknesses) Strategi ( WO )
1,66 + 1,23 = 2,89
1,05 + 1,23 = 2,28
Startegi ( ST )
Strategi ( WT )
1,66 + 1,05 = 2,71
1,05 + 1,05 = 1,10
Ancaman (Threats)
Faktor Kekuatan (Strengths)
1,66
Faktor Kelemahan (Weaknesses)
1,05
Faktor Peluang (Opportunities)
1,23
Faktor Ancaman (Threats)
1,05
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015. Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS serta diagram analisis SWOT, maka dapat dirumuskan asumsi-asumsi strategis. Untuk lebih jelasnya rumusan asumsi-asumsi strategi dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut :
22 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
Tabel 4.
ISSN: 2089-8630
Matriks SWOT dalam perumusan alternatif strategi pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo Kekuatan (Strengths) = S
IFE
EFE
Peluang (Opportunities) = O
1.Adanya dukungan pemerintah 2.Peningkatan produksi masih terbuka 3.Adanya pembinaan PPL 4.Terbukanya peluang agribisnis 5.Motivasi petani
Ancaman (Threats) = T 1.Gangguan hama dan penyakit 2.Infrastruktur belum memadai 3.upah tenaga kerja cukup tinggi 4.Persaingan dengan kedelai impor dan kedalai lokal lainnya 5.kondisi iklim/ cuaca
Kelemahan (Weaknesses) = W
1.Pengalaman berusahatani 2.Dukungan kelompok tani 3.Ketersediaan lahan 4.Usia kerja produktif 5. Adanya permintaan pasar
1.Tingkat pendidikan petani rendah 2.Penerapan teknologi masih rendah 3.Keterbatasan modal usaha 4.Akses pemasaran masih rendah 5.Pendapatan petani masih rendah
Strategi S – O
Strategi W – O
1. Meningkatkan peran pemerintah dalam peningkatan pengembangan kedelai dengan memanfaatkan potensi yang ada (O1,S1,S2,S3,S4,O5) 2. Meningkatan motivasi petani mengingat adanya permintaan pasar dan masih terbukanya peluang peningkatan produksi (O2,S5,O3) 3. Meningkatkan pembinaan oleh PPL dalam peningkatan produksi dan transformasi kedelai sehingga terbukanya peluang agribisnis oleh petani. (O4,O2,O3,O5,S5) Strategi S – T 1. memanfaatkan pengalaman dan dukungan kelompok tani untuk mengendalikan dan penanggulangan hama dan penyakit. (S1,S2,T1) 2. memanfaatkan dukungan kelompok tani guna meminimalisir upah tenaga kerja untuk menunjang pendapatan petani. (T2,T3,S5). 3. Memanfatkan potensi yang dimiliki dalam peningkatan produksi dan kwalitas kedelai untuk mengantisipasi persaingan. (S1,S2,S3,S4,T1,T2,T5).
1. Mengupayakan pengetahuan dan ketrampilan petani melalui pembinaan PPLdalam peningkatan dan pengembangan komoditi kedelai. (W1,W2,O1,O3) 2. Mengupayakan bantuan modal usahatani melalui program pemerintah. (W5,W3,O1,O4,O5) 3. Mengupayakan akses informasi pasar guna memenuhi permintaan pasar dan adanya peluang pengembangan agribisnis (W4,O4,O5)
Strategi W – T 1. Mengupayakan informasi pasar guna menekan persaingan dengan kedelai impor dan kedelai lokal lainnya (W4,T4) 2. Mengupayakan akses bantuan pembiayaan dari pemerintah maupun pihak swasta untuk menanggulangi upah tenaga kerja. (W3,W5,T3) 3. Mengupayakan peningkatan teknologi dan infrastruktur guna meningkatkan akses pemaran untuk meningkatkan pendapatan. (W2,W4,W5,T2,T4,T5)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015. Penyusunan dan Penetapan Rencana Program Strategis. Jumlah skor yang diperoleh berdasarkan evaluasi faktor internal dan eksternal diketahui bahwa skor tertinggi
berada pada kuadran I mendukung strategi Agresif dengan nilai skor 2,89 yang berarti usaha pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan berada dilingkungan internal yang sangat baik, dimana memiliki
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ……… 23
faktor kekuatan berupa pengalaman berusahatani, dukungan kelompok tani, ketersediaan lahan, usia kerja produktif, dan adanya permintaan pasar. Selain itu, memiliki faktor eksternal peluang yang berupa adanya dukungan pemerintah, peningkatan produksi masih terbuka, adanya pembinaan PPL, terbukanya peluang agribisnis dan adanya motivasi petani. Adapun beberapa program yang diusulkan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan peran pemerintah dalam peningkatan pengembangan kedelai dengan memanfaatkan potensi yang ada melalui kegiatan : a. Melakukan penyuluhan kepada petani tentang pengembangan komoditi kedelai dengan memaksimalkan penggunaan lahan untuk memperluas usahatani kedelai. b. Melakukan pelatihan teknis atau studi banding kepada kelompok tani ke Daerah pengembangan komoditi kedelai untuk meningkatkan keterampilan petani terhadap peningkatan produksi komoditi kedelai. 2. Meningkatkan motivasi petani mengingat adanya permintaan pasar dan masih terbukanya peluang peningkatan produksi. a. Mengupayakan penyediaan akses informasi pasar guna memenuhi permintaan pasar b. Mengupayakan perbaikan infrastruktur untuk mempermudah petani dalam melakukan usahatani dan pendistribusian atau pemasaran produksi kedelai. c. Mengupayakan bantuan modal usahatani untuk pembiayaan usahatani kedelai. 3. Meningkatkan pembinaan oleh PPL dalam peningkatan produksi dan transformasi kedelai sehingga terbukanya peluang agribisnis oleh petani.
a. Melakukan penyuluhan tentang pengenalan kedelai dan cara membudidayakan kedelai yang baik. b. Melakukan pembinaan keterampilan dalam mengolah kedelai menjadi produk olahan atau peningkatan nilai lebih terhadap komoditi kedelai. c. Melakukan penyuluhan tentang peluang agribisnis terhadap komoditi kedelai. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan a. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pemasaran yang terjadi di Desa Nipa Kalemoan adalah : 1) Pendapatan yang diterima oleh petani responden pada usahatani kedelai sebesar Rp 9.233.844,41/1,81 ha/ musim tanam, atau rata-rata sebesar Rp 5.099.287,21/ ha /musim tanam. 2) Saluran pemasaran dari petani/ produsen sampai ke konsumen akhir terdapat dua saluran pemasaran kedelai yaitu : Saluran I : Produsen/petani Pedagang Pengumpul 1 Konsumen (Bahan Baku UKM) Saluran II : Produsen/petani Pedagang Pengumpul 2 Konsumen (Pedagang Besar Kabupaten) 3) Hasil perhitungan efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa pemasaran kedelai pada saluran satu lebih efisien dengan nilai sebesar 1,79 %, dibandingkan dengan pemasaran kedelai pada Saluran II diperoleh efisiensi pemasaran sebesar 2,78 %. b. Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi yang tepat dalam upaya pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai pada posisi strategi atau kuadran I yaitu mendukung strategi agresif yaitu strategi
24 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
S-O (Strengths - Opportunities) dengan skor yang diperoleh sebesar 2,89 dengan program yang diusulkan diantaranya adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan peran pemerintah dalam peningkatan pengembangan kedelai dengan memanfaatkan potensi yang ada. b. Meningkatkan motivasi petani mengingat adanya permintaan pasar dan masih terbukanya peluang peningkatan produksi. Meningkatkan pembinaan oleh PPL dalam peningkatan produksi dan transformasi kedelai sehingga terbukanya peluang agribisnis. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Upaya peningkatan pendapatan, petani kedelai diharapkan dapat mengoptimalkan lahan yang tersedia dan adanya usaha peningkatan nilai lebih terhadap komoditi kedelai, dalam menyalurkan atau memasarkan hasil usahatani, petani responden sebaiknya menggunakan saluran pemasaran satu. 2. Diperlukan perhatian dari pemerintah Kabupaten Banggai guna pengembangan komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo baik dari segi pembinaan dan pelatihan maupun fasilitas infrastruktur. 3. Membangun kerja sama dengan perguruan tinggi maupun instansi lain yang terkait dengan penelitian ini guna pengembangan komoditi kedelai sangat diperlukan. Bagi peneliti yang tertarik dengan topik ini, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai referensi.
ISSN: 2089-8630
DAFTAR RUJUKAN Arifin Z., 2013. Potensi Pengembangan Dan Strategi Usaha Agribisnis Buah Durian Di Desa Tebul Timur Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan. Jurnal Manajemen Agribisnis, Volume 13, No. 2, Juli 2013 Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. BPS. Provinsi Sulawesi Tengah, 2014. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai. Sulawesi Tengah Mohar, 2005. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara, Jakarta. Setiono, 2011. Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Hortikultura. Blog spot.com, Berbagi Ilmu dari Sahabat Ke Sahabat. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press, Jakarta. _________, 2001. Agribisnis, teori dan aplikasinya. Rajawali Pers, Jakarta Wijaya.S.H., 2013, Analisis Pengaruh Faktor-faktor Bauran Pemasaran Terhadap Volume Eksport Biji Kakao Pada Para Eksportir di Kota Palu. Tesis Tidak di Terbitkan Makasar : Program Pasca Sarjana. Agribisnis, Universitas Hasanudin