Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016 ISSN : 0854-4204
Vol. 25 No. 2 : 130-152
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOMODITI HORTIKULTURA DI DESA PINGGAN, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI
#*#
I Gusti Bagus Udayana#, A.A. Ngurah Mayun Wirajaya *, I Made Sri Yuliartini # Program studi Agrotektologi, Fakultas Pertaian, University Warmadewa, Tanjung Bunngkak, Denpasar, Bali E-mail:
[email protected]
Abstract Secara administrasi desa Pinggan terbagi dalam satu wilayah kerja Banjar Dinas yaitu Banjar Dinas Pinggan. Dalam menjalankan roda pemerintahan sebgai pembantu ditingkat Banjar Dinas Desa Pinggan. Di samping itu terdiri tiga dusun Persiapan Desa lain yang menurut ketentuan yang berlaku jelas tidak dibenarkan sehingga sering menimbulkan konflik antara dusun Persiapan tersebut dengan penduduk Desa Pinggan. Secara ekonomi, wilayah Desa Pinggan dapat dipetakan menajdi wilayah holtikultura 500 Ha, hutan 350 Ha, perkebunan 410 Ha, perlindungan jurang dan lahan kritis 200 Ha, dan sisanya untuk fasilitas umum dan pemukiman. Saat ini dari luas lahan pertanian di Desa Pinggan 700 ha ditanami labu siam seluas 300 ha dari 646 petani. Kepemilikan lahan petani untuk ditanam labu siam berkisar antara 25 – 50 are/ petani. ditanami cabai seluas 30 ha dari 646 petani . Kepemilikan lahan petani untuk ditanam cabai berkisar antara 50 – 75 are/petani dan ditanami TOMAT seluas 50 ha dari 646 petani . Kepemilikan lahan petani untuk ditanam cabai berkisar antara 15 – 25 are/petani. Namun masih banyak kendala yang perlu diperbaiki Adapun kendala pada produksi tanaman hortikultura ini adalah pembudidayaannya masih perlu diperbaiki pada tiga komoditi tersebut, pemeihararan termasuk pemupukan, menjaga lingkungan kebun yang sehat pencegahan hama penyakit, permasalahan air dan pasar Hasil penelitian berupa paket teknologi tentang budidaya poertanian labu siam, tomat dan cabai Kata Kunci — Budidaya labu siam, tomat dan cabe
I. PENDAHULUAN This Desa Pinggan Kecamat an Kintamani, Kabupaten Bangli Provinsi Bali terletak di dataran tinggi, bukan penghasil pangan pokok akan tetapi merupakan sentra hortikultura di wilayah Bali. Selama ini pasar produk hortikultura di wilayah tersebut bersaing dengan pasokan hortikultura dari wilayah Jawa. Beberapa fenomena permasalahan agribisnis hortikultura di lokasi penelitian diantaranya : belum optimalnya teknik budidya, sering terjadinya kelebihan penawaran (excess supply), belum mengenal teknologi
pengolahan, belum optimalnya peran lembaga di tingkat petani serta belum terbentuknya jejaring dengan stakeholder. Berdasarkan hal tersebut, maka sangat cocok kalau di kawasan Pinggan dikembangkan klaster-klaster agroindustri produk turunan hortikultura (pemanfaatan buah, daun, batang dan tanaman). Untuk itu, diperlukan kegiatan komprehensif yang meliputi: (1) pengembangkan teknologi budidaya berbasis hortikultura, (2) rekayasa sosial dan teknologi produk turunan hortikultura untuk meningkatkan nilai tambah, (3) melakukan diseminasi
130
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
teknologi dan rekayasa soaial penerapan RPL, (3) komersialisasi produk turunan hortikultura dan mengembangkan sistem pemasaran, dan (4) penguatan kelembagaan di tingkat petani melalui penyusunan jejaring antara lembaga petani (kelompoktani dan koperasi), pemerintah dan stakeholder. Keberhasilan program ini akan memicu tumbuhnya agroindustri pedesaan berbahan baku dan teknologi lokal, sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat yang pad a akhirnya meningkatkan akses pangan yang lebih baik. Tingginya akses pangan berarti akan menguatkan ketahanan pangan pada masyarakat di Desa Pinggan Kec amatan Kintamani Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Di samping itu, produk turunan yang dihasilkan berbasis Zero Waste sehingga tidak menimbulkan limbah namun semua komponen komoditas hortikultura dapat dimanfaatkan. Peta Desa Pinggan disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Peta Lokasi Desa Pinggan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Bali
II.
URGENSI PERMASALAHAN PRIORITAS
Desa Pinggan sangat potensi hortikultura utamanya labu siam, tomat dan cabe. Lahan subur di bebukitan sangat cocok untuk tanaman hortikultura. Mendasarkan pengamatan kesuburan tanah mendorong produktivitas hortikultura yang cukup tinggi, walaupun pada kenyataannya teknik budidaya masih belum optimal. Tingginya produktivitas selama ini lebih disebabkan kesuburan tanah, sementara teknik budidaya masih belum sempurna. Fenomena social ekonomi agribisnis hortikultura di wilayah Pinggan (labu siam, tomat dan cabe) antara lain : (a) belum optimalnya penerapan teknik budidaya, cara bercocok dan tumpang sari tanaman belum benar, (b) kehilangan produksi karena buah rusak mencapai 30%, buah labu tomat dan cabe rontok terbuang di lahan, (c) sering terjadinya excess supply sehingga buah membusuk, harga turun pada saat pasar dimasuki hortikultura dari Jawa yang dampaknya adalah kelebihan penawaran, (d) rendahnya ketrampilan mengolah limbah sehingga limbah tanaman menjadi sampah. Labu Siam yang bahasa latinnya disebut Sechium edule merupakan tanaman yang sudah dibudidayakan di desa Pinggan, Bangli. Tanaman Labu Siam sendiri belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat maupun produk olahan lainnya padahal labu siam memiliki khasiat yang banyak untuk kesehatan. Dari penelitian yang dilakukan Arvin Sudibyo, 2010, ekstrak labu siam mampu menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi. Selain itu, penelitian yang dilakukan Tri Wahyuni, 2000, didapatkan hasil labu siam juga merupakan antioksidan
131
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
alami. Beberapa penelitian lain seperti yang dilakukan Olivia Bunga, 2012, ekstrak buah labu siam mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus wistar. Kandungan asam folat pada labu siam sendiri yaitu 93 mkg per 100 gram sudah mampu memenuhi 23,5% kebutuhan asam folat dimana asam folat sangat penting dikonsumsi oleh ibu hamil untuk perkembangan janin. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tanaman labu siam ini sangat bermanfaat bagi kesehatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa labu siam tidak hanya bermanfaat sebagai sayur tetapi juga bermanfaat apabila dilakukan pengolahan lebih lanjut. Demi meningkatkan kesejahteraan Desa Pinggan yang sebagian besar pendapatannya ditopang oleh pertanian hortikultura dan perkebunan maka sangat diperlukan sentuhan teknologi utamanya teknologi budidaya. Teknologi budidaya yang mampu meningkatkan produktivitas lahan, teknologi yang mampu
Vol. 25 No. 2 : 130-152
menurunkan persentase buah rontok derta teknologi pengolahan limbah berupa buah rontok, batang dan daun tanaman labu siam. Tomat di kabupaten Bangli memiliki prospek yang sangat tinggi dari segi produksi, untuk produksi tomat di kabupaten Bangli sebesarnya rata-rata 4,718.39 ton per tahun. Buah tomat dikenal oleh masyarakat sebagai buahbuahan dan bumbu masakan yang sangat diperlukan. Tomat mengandung komponen nutrisi terutama kaya akan vitamin dan meneral . Dalam satu buah tomat segar ukuran sedang (100 grm) mengendung sekitar 30 kalori, 40 mg vitamin C, 1500 SI vitamin A, 60 ug tiamin, (vitamin B) , zat besi, kalsium dan lain-lain (Depkes RI, 1972) Komposisi zat gizi yang terkandung dalam buah tomat cukup lengkp vit amin A dan C merupakan zat gizi yang jumlahny cukup dominan . Vitamin C dapat berbentuk asam Laskorbat dan asam L-dehidroaskorbat Selain itu buah tomat juga
Gambar 2. Tanaman Labu Siam, Tomat dan cabe yang belum optimal pengelolaannya 132
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
mengandung senyawa likopen dalam jumlah cukefektik sebagai antioksidan. Komponen tersebut menjadikan tomat sebagai bahan pangan yang bergizi dan memiliki kandungan Vitamin C yang cukup sehingga berper an untuk mencegah penyakit sariawan, memelihara keshatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka dan banyak lagi lainnya. Buah tomat mudah mengalami kerusakan jika tidak disimpan dengan baik, oleh karenanya perlu strategi khusus dalam pemasarannya Tomat di kabupaten Bangli memiliki prospek yang sangat tinggi dari segi produksi, untuk produksi tomat di kabupaten Bangli sebesarnya rata-rata 4,718.39 ton per tahun. Buah tomat dikenal oleh masyarakat sebagai buahbuahan dan bumbu masakan yang sangat diperlukan. Tomat menga ndung komponen nutrisi terutama kaya akan vitamin dan meneral . Dalam satu buah tomat segar ukuran sedang (100 grm) mengendung sekitar 30 kalori, 40 mg vitamin C, 1500 SI vitamin A, 60 ug tiamin, (vitamin B) , zat besi, kalsium dan lain-lain (Depkes RI, 1972) Komposisi zat gizi yang terkandung dalam buah tomat cukup lengkp vitamin A dan C merupakan zat gizi yang jumlahny cukup dominan . Vitamin C dapat berbentuk asam Laskorbat dan asam Ldehidroaskorbat Selain itu buah tomat juga mengandung senyawa likopen dalam jumlah cukefektik sebagai antioksidan. Komponen tersebut menjadikan tomat sebagai bahan pangan yang bergizi dan memiliki kandungan Vitamin C yang cukup sehingga berperan untuk mencegah penyakit sariawan, memelihara keshatan gigi dan gusi, memper cepat sembuhnya luka dan banyak lagi lainnya. Buah tomat mudah mengalami kerus akan jika tidak disimpan dengan baik, oleh karenanya perlu strategi khusus dalam pemasarannya Sebagai ringkasan, pada dasarnya ada 3 masalah utama dalam budidaya
tenaman hortikultura di Desa Pinggan, diantaranya : 1. Teknik budidaya tanaman yang belum optimal. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaiakan masalah ini adalah perbaikan teknologi budidaya. Perbaikan budidaya ini mencakaup pemiliha benih yang unggul, proses penanaman yang ideal, jarak tanam antar tanaman yang sesuai dengan anjuran, dosis dan waktu pemupukan yang tepat, perawatan tanaman agar produktivitas tanaman dapat meningkat. 2. Limbah tanaman belum dimanfaatkan dengan baik. Pada masa sebelum panen sering terjadi kerontokan buah (sekitar 25-30%) dan buah cacat ini menjadi limbah yang belum dimanfaatkan. Buah cacat berserakan di lahan seringkali menimbulkan lingkungan yang kotor. Setelah masa panen tertinggal limbah dedaunan serta pohon2 tanaman, berserakan tidak dimanfaatkan. Ironis lagi masa panen raya (ditambah masuknya hortikultura dari jawa) menyebabkan buah yang dipanen tidak laku. Fenomenanya buah dibuang atau setidaknya untuk makanan babi belum dimanfaatkan secara ekonomis. Mengingat kondisi seperti ini maka pendting untuk dikenalakan dan diterapkan teknologi pengolahan limbah sisa tanaman, buah cacat, dedaunan menjadi pupuk organik. Keguanaan pupuk ini adalah akan digunakan sebagai pupuk organik buat tanaman hortikultura di daerah tersebut (mengikuti metode Zerro Waste) dapat dikomersialisasikan. 3. Budidaya tanaman hortikultura masih menggunakan teknologi turun temurun. Di Era produk pertanian akan memasuki pasar global, setidaknya era MEA, maka perlu menyiapkan produk pertanian yang berkualitas. Menyikapi akan kebutuhan dan tuntutan tersebut,
133
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
maka pemrintah telah mengeluarka Permentan nomor 48/Permentan/ OT.140/10/2009, tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik mendasarkan GAP buah dan sayur (Good Agricultural Practices for Fruits and Vegetables) yang dikeluarkan pada tanggal 19 Oktober 2009, dan Permentan ini telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 21 Oktober 2009 dengan berita acara nomor 402. Dengan diberlakukannya Permentan ini merupakan penyempurnaan terhadap Permentan no 61/2006 tentang pedoman budidaya buah yang baik dengan cakupan lebih luas dan muatan lebih besar. Pedoman GAP Buah dan Sayuran merupakan panduan cara (tatalaksana) pengelolaan budidaya, mulai dari kegiatan pra tanam hingga penanganan pasca panen untuk menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan dan berdaya saing. 4. sangat penting untuk segera dilakukan agar tanaman bisa meningkat produktivitasnya sekaligus berkurang persentase kerontokan buahnya. Penurunan buah rontok sekitar 10 persen saja akan sangat berdampak peningkatan pendapatan. Teknik budidaya yang saat ini diterapkan masih berupa teknik budidaya yang turun temurun, sehingga masih perlu disempurnakan. Sisa tanaman hortikultura saat ini masih menjadi sampah (limbah), begitu juga buah tomat, labu dan cabe yang rontok juga menjadi sampah. Oleh karenanya akan lebih bermanfaat apabila limbah tersebut diolah menjadi pupuk, selain bisa dikembaliakan untuk pupuk tanaman petani juga bisa dijual yang akan menambah pendapatan Rumah tangga petani. Pengolahan limbah tanaman dan daun2an serta buah
Vol. 25 No. 2 : 130-152
cacat bisa meningkatkan nilai tambah bagi usahatani hortikultura.
III METODE PELAKSANAAN Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah diuraikan di atas, maka kegiatan akan dilakukan secara simultan mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi, pengolahan, pemasaran dan rekayasa kelembagaan. Pada tahun pertama dilakukan : Pemetaan potesi hortikultura (labu siam, cabe, tomat) di kawasan penelitian, kajian teknologi olahan cabe, labu siam dan tomat, sosialisasi prospek bisnis olahan hortikultura, mengkaji segmen pasar dan mengembangkan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Tahun kedua kegiatan berupa ; pengembangan teknik pasca panen, pengembangan cit ra produk melalui kemasan, penataan KRPL berwawasan wisata, pembentukan kelompok usaha (klaster agroindustri) dan penerapan strat egi pemasaran. Kegiatan tahun ketiga berupa : pengembangan klaster agroindustri berbasis hortikultura, optimalisasi pengolahan guna meningkatkan nilai tambah dan keuntungan serta optimalisasi peran kelembagaan dan koperasi pertanian. Rangkaian kegiatan tersebut akan dilaksanakan secara bersama-sama antara peneliti, kelompok tani dan kelompok tani wanita, dinas terkait utamanya Dinas Pertanian Tingkat kabupaten Bangli serta Pakar dari Balai Besar Pasca Panen Bogor. Sarana dan prasarana terkait rekayasa alat akan disediakan melalui Bengkel lokal. Kegiatan diseminasi teknologi ini juga menata aspek kelembagaan (institutional renovation). Kelembagaan yang dimaksud mulai dari penyediaan benih, pupuk dan sarana produksi lain (alsintan), on-farm, off-farm hingga koperasi pertanian (Koptan), sehingga
134
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
terjadi kerjasama yang saling mendukung antar lembaga terkait (institutional interacti on and inter relation). Untuk mencapai tujuan dan sasaran tahun pertama yang telah direncanakan, maka kegiatan akan dilaksanakan melalui aktivitas lapangan berupa survey awal pemahaman petani terhadap teknologi budidaya dan pasca panen secara partisipatif dalam waktu cepat (PRA), kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan percontohan lapangan (demonstration plot trial), penemuan teknologi budidaya yang sesuai dengan potensi sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya local (komoditas labu siam, tomat dan cabe). Rangkaian kegiatan tersebut akan dilaksanakan dan secara langsung akan melibatkan subak abian, desa dan banjar dimana kelembagaan pemerintah yang terkait yaitu BPTP, Perusda (Perusahaan Daerah bangle) dan Dinas Pertanian tingkat propinsi dan kabupaten juga akan terlibat aktif. Bengkel lokal penyedia sarana dan prasarana usahatani juga akan dilibatkan. Dengan demikian kegiatan diseminasi teknologi ini juga menata aspek kelembagaan (institutional renovation). Kelembagaan yang dimaksud mulai dari penyediaan benih, pupuk dan sarana produksi lain (alsintan), on-farm, off-farm hingga pemasaran, sehingga terjadi kerjasama yang saling mendukung antar lembaga terkait (institutional interaction and inter-relation).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN I.
BUDIDAYA TANAMAN HORTIKUTURA (LABU SIAM, CABE DAN TOMAT) DENGAN MENERAPKAN GAP (GOOD GRICULTURAL PRACTICES) Peningkatan daya saing hortikultura adalah salah satu kunci untuk dapat masuk ke perdagangan global, meskipun
itu untuk mengisi pasar di dalam negeri sendiri, karena ini sudah merupakan bagian dari pasar global. Dalam mengisi dan memasuki pasar-pasar moderen (pasar swalayan, supermarket, hypermarket), pasokan ke hotelrestoran-katering (HOREKA), pasokan bahan baku ke industri maupun untuk mengisi pasar ekspor saat ini terjadi persaingan sangat ketat, bukan hanya pada aspek dan persyaratan mutu produk tetapi juga dalam harga dan konsistensi dalam memenuhi komitmen. Penerapan budidaya yang baik (Good Agricultural Practices = GAP) termasuk dalam agribisnis hortikultura, sudah merupakan tuntutan untuk diterapkan oleh pelaku agribisnis di berbagai negara. Hal ini dapat dilihat dengan aturan yang telah diterapkan oleh negara-negara sekitar kita; Malaysia menerapkan SALM, Thailand menerapkan Q-System, Australia menerapkan Fresh Care, Eropa menerapkan EurepGAP, dll. Dengan demikian bila kita tidak segera melangkah atau memulainya, maka kita akan ketinggalan dan kalah bersaing dalam mengisi pasar dan permintaan hortikultura yang semakin meningkat, bahkan untuk pasar domestik sekalipun kita akan dapat tersingkir. Menyikapi akan kebutuhan dan tuntutan tersebut, maka telah dikeluarkan Permentan nomor 48/ Permentan/ OT.140/10/2009, tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (Good Agricultural Practices for Fruits and Vegetables) yang dikeluarkan pada tanggal 19 Oktober 2009, dan Permentan ini telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 21 Oktober 2009 dengan berita acara nomor 402. Dengan diberlakukannya Permentan ini merupakan penyempurnaan terhadap Permentan no 61/2006 tentang pedoman budidaya buah yang baik dengan cakupan lebih luas dan muatan lebih besar. Pedoman GAP Buah dan Sayuran ini merupakan panduan cara (tatalaksana) pengelolaan budidaya,
135
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
mulai dari kegiatan pra tanam hingga penanganan pasca panen untuk menghasilkan produk yang aman konsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan dan berdaya saing. Keluarnya Permentan 48/2009 merupakan suatu langkah terobosan untuk meningkatkan daya saing produk hortikultura, suatu langkah untuk memberdayakan pelaku usaha hortikultura, upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan dan lestari. Arti penting penerapan GAP Buah dan Sayur ini adalah sebagai acuan dalam pelaksanaan penerapan dan registrasi kebun atau lahan usaha dalam budidaya buah dan sayur sebagaimana dinyatakan dalam Permentan 48/2009 tesebut. Disamping itu juga; sebagai panduan dasar bagi pelaku usaha agribisnis buah dan sayur dalam menjalankan kegiatan budidaya tanaman, sebagai suatu sistem jaminan mutu, alat untuk berkompetisi dan melindungi pelaku usaha dalam memasuki perdagangan dunia, serta sebagai rangkaian terpadu penerapan Pengelolaan Rantai Pasokan (Supply Chain Management – SCM) Maksudnya dari Pedoman GAP buah dan sayur ini adalah sebagai panduan dalam budidaya tanaman buah dan sayur yang baik (termuat dalam Permentan 48/ 2009). Panduan ini bersifat umum untuk buah dan sayur dan tidak spesifik komoditas, oleh karena itu perlu ditindak lanjuti dengan perumusan standar operasional prosedur (SOP) budidaya untuk spesifik komoditas dan spesifik lokasi. Lebih dari itu panduan GAP ini bersifat dinamis, karena itu tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan penyempurnaan dan perubahan di kemudian hari sesuai dengan perkembangan teknologi, tuntutan pasar dan konsumen. Adanya GAP ini merupakan proses pembelajaran bagi petani/pelaku usaha untuk berproduksi dengan kualitas baik dan performan menarik.
Vol. 25 No. 2 : 130-152
Sebagaimana termaktub dalam Permentan 48/2009, tujuan Penerapan Pedoman Budidaya yang Baik (GAP) Buah dan Sayur ini adalah; 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas, 2. Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi, 3. Meningkatkan efisiensi produksi, 4. Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, 5. Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang berkelanjutan, 6. Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan 7. Meningkatkan daya saing dan peluang penerimaan produk oleh pasar (pasar ekspor dan domestik). Sebagai Tujuan akhir adalah memberikan jaminan keamanan terhadap konsumen serta meningkatkan kesejahteraan petani pelaku usaha. Teknologi budidaya tanaman hortikultura yang kami lakukan ini menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP). Hal ini kami lakukan untuk memenuhi tuntutan konsumen domestik maupun global akan produk yang aman, bermutu dan ramah lingkungan, memperbaiki proses produksi, meningkatkan kualitas produk sesuai standar, memungkinkan penelusuran semua aktivitas produksi dan dapat dilacak balik (traceability) bila terjadi masalah atau keluhan dari konsumen, serta meningkatkan daya saing dalam memasuki pasar global dengan menerapkan GAP pada teknologi budidaya ini diharapkan produksi, produktivitas dan mutu menjadi meningkat Produk hortikultura seperti jenis sayuran Indonesia sering diekspor ke negara tetangga seperti Singapura dan
136
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
Malaysia, namun terkadang mendapat penolakan karena setelah sampelnya diuji di laboratorium ternyata residu pestisidanya melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Hal ini terjadi karena penyemprotan pestisida yang berlebihan pada saat pertanaman sehingga pada saat panen, produk sayuran yang dihasilkan tidak memenuhi syarat kualitas yang ditentukan oleh negara tetangga tersebut. Sayuran merupakan jenis tanaman yang rentan terhadap bahaya residu pestisida yang berlebihan karena sifat pertanamannya yang hanya semusim, tidak tahunan Salah satu cara untuk mencegah berulangnya kejadian tersebut adalah dengan menerapkan Good Agriculture Practices (GAP) Sayuran atau Pedoman Budidaya Sayuran yang Baik. GAP adalah pedoman umum dalam melaksanakan budidaya yang benar untuk menjamin kualitas produk dan keamanan petani maupun konsumen serta ramah lingkungan.Tujuan diterapkannya GAP adalah untuk meningkatkan daya saing produk sayuran Indonesia di pasar domestik dan internasional yang ditunjukkan oleh peningkatan pangsa ekspor dan atau penurunan impor, tentunya dengan meningkatkan mutu produk sayuran kita. Mutu menurut Errol W. Hewett adalah karakteristik produk yang sesuai dengan harapan konsumen. Komponen mutu terdiri atas sifat yang kasat mata seperti warna, bentuk ukuran dan kebersihan, maupun yang tidak kasat mata seperti tekstur, rasa, aroma maupun nilai gizi dari produk sayuran. Secara garis besar hal-hal yang mempengaruhi mutu produk sayuran ada dua, yaitu faktor perlakuan sebelum panen (pada saat budidaya) dan perlakuan setelah panen, hal inilah yang tercakup dalam GAP sehingga mutu sayuran dapat terjaga. GAP memiliki standar untuk titik kendali bagi para petani yang melaksanakan pedoman ini.
Standar ini ada 3 status, yaitu wajib (harus dilaksanakan), sangat dianjurkan (sangat dianjurkan untuk dilaksanakan dan apabila dilaksanakan akan mendapat nilai sesuai kriteria alternatif kepatuhan), anjuran (dianjurkan untuk dilaksanakan dan akan mendapat nilai kepatuhan yang lebih rendah daripada nilai sangat dianjurkan) Ruang Lingkup GAP Sayuran Ruang lingkup GAP sayuran meliputi : (1) Manajemen Usaha Produksi, (2) Lahan dan Media Tanam, (3) Benih, (4) Penanaman, (5) Pemeliharaan, (6) Pemupukan, (7) Perlindungan Tanaman, (8) Irigasi/Fertigasi, (9) Panen, (10) Pasca Panen, (11) Penanganan Limbah, (12) Kesehatan, Keamanan dan Kesejahteraan Pekerja dan (13) Kepedulian Lingkungan. Manajemen usaha produksi meliputi : pencatatan dan dokumentasi, evaluasi internal, penanganan kemampuan pelaku usaha dan penaganan keluhan. Seperti kita ketahui, para petani kita jarang sekali atau bahkan tidak pernah melakukan pencatatan dalam melaksanakan usaha taninya sehingga bila ada komplain dari pihak konsumen, para petani tidak dapat membela diri bahwa mereka telah melaksanakan usaha taninya sesuai dengan GAP melalui pencatatan usahanya. Oleh karena itu pencatatan usaha dalam GAP merupakan hal yang diwajibkan. Lahan dan media tanam meliputi : lokasi lahan usaha dan persiapan lahan dan media tanam. Pada aspek ini hal yang wajib dilaksanakan ada dua hal yaitu pemilihan lokasi lahan usaha budidaya dengan kemiringan kurang dari 30% dan lahan harus bebas dari pencemaran limbah beracun. Pemilihan lokasi lahan menunjukkan kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup untuk mencegah erosi yang akan menyebabkan penurunan tingkat kesuburan lahan, sedangkan ketentuan lahan harus bebas dari pencemaran menunjukkan bahwa
137
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
petani yang telah melaksanakan GAP telah memproduksi sayuran yang bebas dari pencemaran limbah beracun sehingga aman dikonsumsi. Aspek benih meliputi mutu benih dan perlakuan benih yang tidak memiliki titik kendali yang wajib, melainkan semuanya sangat dianjurkan, meskipun demikian aspek ini sangat menentukan kualitas mutu sayuran yang dihasilkan oleh petani, dan karenanya juga sangat menentukan pendapatan usaha taninya. Penanaman hanya memiliki titik kendali anjuran dan sangat dianjurkan, begitu pula aspek pemeliharaan yang menyarankan petani untuk melaksanakannya sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (SOP) sebagai panduan budidaya. Pemupukan meliputi rekomendasi jenis, jumlah dan waktu pemupukan kemudian aplikasi pemupukan (organik dan anorganik) serta penyimpanan pupuk. Aspek ini memiliki dua titik kendali wajib yaitu : limbah manusia tidak boleh digunakan untuk memupuk tanaman dan penyimpanan pupuk dilakukan di tempat yang aman, kering dan terlindung serta terpisah dengan pestisida dan benih. Limbah manusia tidak boleh digunakan sebagai pupuk karena dikhawatirkan dapat menularkan penyakit yang berbahaya, sedangkan penyimpanan pupuk diharapkan tidak mencemari lingkungan sekitarnya maupun benih yang akan ditanam. Perlindungan tanaman meliputi : prinsip perlindungan tanaman, pestisida, penggunaan pestisida, pemeliharaan alat perlindungan, penyimpanan pestisida serta pembuangan sisa pestisida dan bekas kemasan. Pada aspek ini ada tiga aspek wajib, yaitu : pestisida yang digunakan harus terdaftar/mendapatkan izin resmi dari pemerintah, penggunaan pestisida harus sesuai dengan instruksi label dan penyimpanan pestisida dilakukan di tempat yang aman, kering dan terlindung serta terpisah dari hasil
Vol. 25 No. 2 : 130-152
tanaman. Semua titik kendali yang wajib ini dimaksudkan agar pestisida yang bersifat racun ini tidak membahayakan petani/pekerja yang mengaplikasikannya, tidak meninggalkan residu pestisida pada sayuran yang dihasilkan serta tidak mencemari lingkungan. Aspek irigasi/fertigasi memiliki titik kendali anjuran dan sangat dianjurkan, sedangkan aspek panen hanya memiliki titik kendali sangat dianjurkan. Meskipun demikian kedua aspek ini sangat mempengaruhi mutu hasil sayuran, oleh karenanya harus sangat diperhatikan oleh para petani. Aspek selanjutnya adalah pasca panen yang memiliki satu titik kendali wajib yaitu penggunaan bahan kimia untuk penanganan pasca panen harus aman sesuai dengan tujuan dan prinsip keamanan pangan. Seperti kita ketahui terkadang petani menggunakan bahan kimia agar produk sayuran yang dihasilkan memiliki penampilan yang menarik dan lebih tahan lama, oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa penggunaan bahan kimia itu aman bagi kesehatan konsumen. Penanganan limbah dan sampah hanya memiliki titik kendali sangat dianjurkan, namun harus tetap diperhatikan agar limbah dan sampah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan sementara aspek kesehatan, keamanan dan kesejhateraan pekerja memiliki satu titik kendali wajib yaitu : pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan produksi dan penanganan hasil dalam keadaan sehat dan tidak mengidap penyakit menular sehingga diharapkan produk sayuran yang dihasilkan aman dikonsumsi. Aspek terakhir adalah kepedulian lingkungan yang hanya memiliki titik kendali berupa anjuran berupa kepedulian terhadap lingkungan sekitar tempat usaha baik berupa sumber daya alam dan masyarakat sekitar maupun keaneka ragaman hayati.
138
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
Sertifikasi GAP Sayuran Petani yang telah melaksanakan GAP dapat mengajukan diri agar usaha tani sayuran yang dilaksanakannya mendapat sertifikat dari lembaga pemerintah. Sertifikat Prima Tiga diberikan terhadap pelaksanaan usahatani bila produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. Sertifikat Prima Dua diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani bila produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik, sedangkan sertifikat Prima Satu diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani di mana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik serta cara produksinya ramah lingkungan. Penerapan GAP dengan SOP budidaya tanaman hortikultura (labu siam, cabe dan tomat) ini dimulai dari penyiapan lahan, bibit, penananam, pembentukan arsitektur pohon, pemangkasan pemeliharaan, pemupukan, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), panen hingga pasca panen. “Ini dilakukan agar produksi komoditas hortikultura Desa Pinggan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dapat diterima oleh negara luar atau pihak eksportir”. Setelah ini dilaksanakan, maka produkproduk hortikultura tersebut diharapkan akan mendapat sertifikat Prima 1. II. Teknik Budidaya Hortikultura Berbasis GAP Adapun Teknologi budidaya yang akan dilakukan dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebagai berikut; A. Budidaya Tanaman Labu Siam Labu siam adalah sejenis buah yang tumbuh merambat yang dikonsumsi daging buahnya sebagai bahan dasar makanan. Sebenarnya labu siam masih tergolong anggota labu-labuan yang juga famili tanaman merambat seperti waluh, melon, dan blewah. Namun tidak seperti
waluh, melon, ataupun blewah, labu siam hanya memiliki besar dua kali kepalan tangan dengan bentuk membulat. Kulit luarnya beralur begitupun dengan pembagian ruang di dalam buahnya. Labu siam juga memiliki kulit yang cukup tipis dan penuh dengan tonjolan yang tidak beraturan. Uniknya lagi, tanaman ini akan mengeluarkan getah jika kulit buahnya dikupas. Maka penting sekali agar melakukan perendaman sebelum labu siam dimasak agar masakan tidak tercampur getah. Kegiatan budidaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan Tanah Pertama-tama lakukan pengolah tanah dengan cara membalik tanah dan menyeimbangkan unsur haranya dengan menaburi pupuk kandang/kompos dan membajak/mencangkul lahan yang akan ditanami labu siam. Buat guludan dan saluran drainase berupa parit agar memudahkan dalam pengairan dan mencegah genangan air yang adapat membuat tanaman busuk. Sediakan parapara dari kayu atau bambu setinggi 2 meter dengan lebar dan panjang bisa disesuaikan dengan luas lahan. Berikan anyaman bambu di atasnya atau ramraman kawat agar penjalaran tanaman bisa sempurna dan kuat menahan buah labu siam saat pembesaran. Buat lubang tanam berukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 20 cm. Atur jarak lubang tanam 3 m x 5 m, usahakan kerapatan tanaman antara 1200-1500 tanaman per hektar lahan. 2. Pembibitan Umumnya tanaman merambat khusunya famili labu-labuan, seperti labu siam diperbanyak melalui biji dalam buah. Semaikan biji labu siam di tempat lembab sampai berkecambah dan muncul tunas. Benih siap tanam jika tunas sudah memiliki panjang 30 cm. langkah pertama: Pilih labu siam yang tua, biasanya
139
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
sih warnanya agak kekuningan, kulitnya lebih keras, Setelah kita mendapatkan labu siam yang cukup tua maka taruh ditempat yang lembab dan tidak terkena matahari agar tunas bisa segera muncul mungkin diperlukan waktu sekitar 15 harian bahkan lebih, buah labu siam yang sudah mengeluarkan tunas = bibit siap tanam
Vol. 25 No. 2 : 130-152
tumbuh merata serta sempurna. Potong ujung cabang yang tua/tidak tumbuh agar tunas-tunas baru dapat tumbuh dan pucuk daun baru bisa tumbuh. Jaga dan hindarkan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Gunakan pestisida dan obat jika tanaman sudah terlanjur terserang hama dan penyakit sesuai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan.
Gambar 3. Contoh Bibit Labu Siam 3. Penanaman dan Pemeliharaan Masukan 2-3 benih ke dalam lubang tanam yang sudah disiapkan, kemudian tutup dengan tanah. Basahi dengan sedikit air untuk menjaga kelembaban tanaman. Jaga agar areal tanam terhindar dari serangan hama, penyakit, dan gulma/ rumput liar. Kontrol para-para apakah masih tetap kokoh untuk dijadikan sebagai media rambat labu siam. Bila terlihat rapuh maka segera ganti dengan kayu atau bambu yang cukup kuat. Segera lakukan penyulaman pada tanaman yang mati atau tidak tumbuh baik dengan bibit baru yang berumur sama dengan tanama yang sedang ditanam di lahan tanam. Penyulaman sudah bisa dilakukan setelah 1 minggu setelah tanam. Saat labu siam mulai tumbuh merambat/menjalar, lakukan penyiangan tahap lanjutan agar tanaman dapat tumbuh berbuah dengan maksimal. Jika sulur sudah keluar, rambat sulur pada para-para dengan benar. Tujuannya agar saat mulai berbuah nanti dapat menyanggah beban buah sehingga pohon tidak rusak dan patah. Setelah tanaman berumur 3-6 minggu, pangkasan cabang agar tunas bisa menyebar dengan baik dan buah akan
Gambar 4. Tanaman Labu Siam Dengan Para para 4. Pemanenan Labu siam sudah bisa dipanen setelah masuk umur 3-5 bulan setelah masa tanam. Potong tangkainya menggunakan pisau/gunting tajam, tahan dengan tangan agar jangan sampai terjatuh sebab nilai jual akan berkurang jika kulit buahnya tergoresatau rusak. Selanjutnya panen berikutnya bisa dilakukan setiap seminggu sekali. Labu siam sendiri memiliki masa produktif sampai usia 3-4 tahun masa tanam. Lakukan pembaruan pada tanaman yang sudah melewati masa produktifnya. Rata-rata perpohonnya labu siam dapat menghasilkan 500 buah atau 8-10 ton/hektar lahan per tahunnya
140
Gambar 5. Labu siam siap panen
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
B. Budidaya Tanman Cabe Cabe merah merupakan salah satu komoditas pertanian paling atraktif. Pada saat-saat tertentu, harganya bisa naik berlipat-lipat. Pada momen lain bisa turun hingga tak berharga. Hal ini membuat budidaya cabe merah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Disamping fluktiasi harga, budidaya cabe cukup rentan dengan kondisi cuaca dan serangan hama. Untuk meminimalkan semua resiko tersebut, biaya untuk budidaya cabe bisa dikatakan cukup tinggi. Pada kesempatan kali ini, alamtani mencoba memaparkan langkah-langkah yang harus dipersiapkan untuk budidaya cabe merah, khususnya jenis Capsicum annum L. Tanaman ini berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis dan subtropis. Dari sini menyebar ke berbagai belahan bumi lainnya. Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabe dimana matahari bersinar penuh. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Di dataran tinggi, cabe masih bisa tumbuh namun produksinya tidak maksimal. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabe merah, antara 24-28 derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas 32 pertumbuhan akan terganggu. Cabe bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%. Pemilihan benih cabe merah Masyarakat mengenal dua jenis cabe merah, yakni cabe merah besar dan cabe merah keriting. Perbedaan kedua jenis cabe ini terlihat dari bentuk dan tekstur kulitnya. Untuk mengetahui lebih jauh, silahkan lihat tulisan mengenal jenisjenis cabe. Dari dua jenis itu, terdapat puluhan bahkan ratusan varietas, dari yang lokal
hingga hibrida. Setiap varietas memiliki kekhasan tumbuh sendiri-sendiri. Untuk memilih jenis mana yang akan dibudidayakan, sebaiknya pilih varietas yang paling cocok dengan lokasi budidaya cabe masing-masing. Benih untuk budidaya cabe bisa didapatkan dengan dua cara, yaitu membeli di toko benih atau membenihkan sendiri. Benih cabe hibrida sebaiknya dibeli dari industri benih terpercaya yang menerapkan teknologi pemuliaan moderen. Sedangkan benih cabe lokal bisa didapatkan dari sesama petani atau menyeleksi sendiri dari hasil panen terdahulu. Penyemaian dan pembibitan Metode penyemaian untuk budidaya cabe sebaiknya menggunakan polybag (baik dari plastik atau daun-daunan). Mengapa demikian, karena benih cabe apalagi jenis hibrida harganya sangat mahal. Apabila disemai dengan ditabur, dikhawatirkan banyak biji yang tumbuh berhimpit sehingga tidak semua tanaman bisa dimanfaatkan. Siapkan campuran tanah, arang sekam dan kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Atau, kalau tidak ada arang sekam gunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Sebelum dicampur, media tersebut diayak agar halus. Untuk lebih detail, silahkan baca cara membuat media persemaian. Membuat media persemaian cabe Tujuan penyemaian benih adalah untuk mengurangi kematian akibat tanaman yang belum siap dengan kondisi lapangan. Baik itu melindunginya dari cuaca ataupun gangguan lainnya. Tanaman yang memerlukan tahap penyemaian biasanya yang mempunyai siklus panen menengah hingga panjang dan memiliki benih yang kecil-kecil. Untuk tanaman dengan siklus panen cepat seperti bayam dan kangkung, tahap penyemaian menjadi kurang ekonomis. Sedangkan untuk tanaman yang
141
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
memiliki biji besar, sebaiknya ditanam dengan ditugal. Tanaman yang berbiji besar relatif tahan terhadap kondisi lingkungan karena didalamnya telah terkandung zat yang berguna menopang awal pertumbuhan. Beberapa jenis hortikultura yang biasa disemaikan antara lain tomat, cabe, sawi, selada dan sebagainya. Proses penyemaian memerlukan tempat dan perlakuan khusus yang berbeda dengan kondisi lapangan. Untuk itu diperlukan tempat persemaian yang terpisah dengan areal tanam. Tempat persemaian bisa dibuat permanen ataupun sementara. Media persemaian bisa berupa tray, tercetak, polybag atau bedengan biasa. Berikut ini tahapantahapan mempersiapkan media persemaian. Menyiapkan media tanam Hal pertama yang harus disiapkan adalah media tanam. Sebagai tempat benih/biji berkecambah media tanam ini harus terjamin dari segi ketersedian nutrisi, kelembaban dan struktur baik. Media persemaian yang alami terdiri dari campuran tanah dan bahan-bahan organik yang memiliki kandungan hara tinggi. Selain itu ketersediaan air dalam media persemaian harus mencukupi atau tingkat kelembaban yang relatif lebih tinggi dari areal tanam biasa. Tanah yang baik untuk media persemaian diambil dari bagian atas (top soil). Sebaiknya ambil tanah dengan kedalaman tidak lebih dari 5 cm. Tanah yang baik merupakan tanah hutan, atau tanah yang terdapat di bawah tanaman bambu. Tanah tersebut memiliki karakteristik yang baik, terdiri dari campuran lempung dan pasir. Lempung benrmanfaat sebagai perekat media tanam sedangkan pasir bermanfaat untuk memberikan porositas yang baik. Untuk memperkaya kandungan hara bisa ditambahkan dengan pupuk organik. Bisa berupa pupuk kandang yang telah matang atau pupuk kompos. Hal yang
Vol. 25 No. 2 : 130-152
penting adalah haluskan pupuk tersebut dengan cara diayak. Struktur yang kasar tidak baik untuk pertumbuhan benih/biji yang baru berkecambah karena perakarannya masih terlalu lembut. Campurkan bagian tanah dan pupuk organik dengan rasio 1:1. Atau bisa disesuaikan dengan kondisi masingmasing. Cirinya, setelah dicampurkan ditambah air teksturnya bisa solid (bisa dikepal tidak ambrol) namun tidak becek. Membuat media persemaian berbentuk tray/polybag/cetak Campurkan tanah bagian atas (top soil) dengan pupuk organik (pupuk kompos atau ppuk kandang yang telah matang) komposisinya 1:1. • Untuk persemaian tray, masukkan campuran media tanam tersebut kedalam tray, padatkan secukupnya agar media bisa mencengkrap tanaman. Tray sudah siap untuk media tanam. • Untuk persemaian polybag, campurkan media tanam yang telah dibuat dengan arang sekam dengan komposisi 1:1. Ambil polybag dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran bibit tanaman. Media persemaian polybag siap untuk ditanami. • Untuk persemaian cetak, siram campuran media tanam yang telah dibuat tersebut dengan air secukupnya. Air berfungsi untuk menyolidkan campuran agar mudah dibentuk dan tidak ambrol. Kemudian gunakan cetakan untuk membentuk adonan menjadi bentuk kotak-kotak kecil. Lubangi bagian atas kotak-kotak tersebut sedalam 12 cm untuk memasukkan benih. Media persemaian siap ditanami. Membuat media persemaian berbentuk bedengan • Campurkan tanah bagian atas (top soil) dengan pupuk organik dengan komposisi 1:1.
142
Udayana, dkk.
•
• • •
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
Kemudian bentuk bedengan dan letakan campuran tadi diatas permukaan bedengan. Ketebalan campuran hendaknya 5-7 cm, ketebalan ini optimal untuk tanaman yang baru tumbuh. Siram bedengan dengan air secukupnya dan tebarkan benih di atas bedengan tersebut. Buat tiang penyangga atau bambu yang dilengkungkan, kemudian tutup bedengan dengan paranet. Penutup bedengan bisa dibuat permanen dengan paranet, atau dibuat dengan sistem tutup buka dengan plastik bening. Sistem tutup buka berguna pada musim hujan agar tanaman tidak terkena kucuran air hujan secara langsung. Benih yang cocok disemaikan di persemaian tipe bedengan adalah sayuran daun bersiklus pendek seperti sawi, caisim, pakchoi, dll.
Sebaiknya buat naungan untuk tempat penyemaian untuk menghindari terik matahari dan air hujan. Apabila ada biaya, ada baiknya melindungi tempat penyemaian dengan jaring pelindung hama atau serangga. Susun polybag yang telah diisi media semai dalam naungan tersebut. Rendam biji cabe dengan air hangat selama kurang lebih 3 jam. Jangan gunakan biji yang mengapung. Masukkan setiap biji cabe kedalam polybag sedalam 0,5 cm dan tutup dengan kompos halus. Basahi sedikit media tanam agar kelembabannya terjaga. Siram polybag pembibitan setiap pagi dan sore hari. Cara menyiramnya adalah tutup permukaan polybag dengan kertas koran kemudian siram hingga basah. Buka kertas koran tersebut setelah biji tumbuh kira-kira 3 sekitar hari. Selanjutnya siram secara rutin dan awasi pertumbuhannya. Bibit cabe merah siap untuk dipindahkan setelah 21-24 hari disemaikan atau setelah tumbuh 3-4 helai daun. Lebihkan 10% dari kebutuhan bibit. Misalnya untuk lahan satu hektar dibutuhkan sekitar 14000 bibit cabe merah, maka lebihkan 10 persen untuk tindakan penyulaman tanaman.
Pengolahan tanah Lahan yang diperlukan untuk budidaya cabe merah adalah tanah yang gembur dan memiliki porosotas yang baik. Sebelum cabe merah ditanam cangkul atau bajak lahan sedalam 20-40 cm. Bersihkan dari batu atau kerikil dan sisa-sisa akar tanaman. Apabila terlalu banyak gulma dan khawatir menganggu bisa gunakan herbisida. Buat bedengan dengan lebar satu meter tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 60 cm. Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk memudahkan pemeliharaan panjang bedengan maksimal 15 meter. Buat saluran drainase yang baik karena tanaman cabe merah tidak tahan terhadap genangan air. Budidaya cabe merah menghendaki tanah yang memiliki tingkat keasaman tanah pH 6-7. Apabila nilainya terlalu rendah (asam), daun tanaman cabe merah akan terlihat pucat dan mudah terserang virus. Tanah yang asam biasanya mudah ditumbuhi ilalang. Untuk menetralisirnya bisa gunakan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 2-4 ton/ha. Pemberian kapur atau dolomit dilakukan pada saat pembajakan dan pembuatan bedengan. Campurkan pupuk organik, bisa berupa kompos atau pupuk kandang pada setiap bedengan secara merata. Kebutuhan pupuk organik untuk budidaya cabe merah adalah 20 ton per hektar. Selain pupuk organik tambahkan juga urea 350 kg/ha dan KCl 200kg/ha.
143
Gambar 6. .Persiapan Tanah
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
Persiapan lahan untuk budidaya cabe dengan penerapan mulsa plastik. Untuk budidaya cabe intensif sebaiknya, bedengan ditutup dengan mulsa plastik perak hitam. Penggunaan mulsa plastik mempunyai konsekuensi biaya namun mendatangkan sejumlah manfaat. Mulsa bermanfaat untuk mempertahankan kelembaban, menekan erosi, mengendalikan gulma dan menjaga kebersihan kebun. Buat lubang tanam sebanyak dua baris dalam setiap bedengan dengan jarak 60-70 cm. Sebaiknya lubang tanam dibuat zig zag, tidak sejajar. Hal ini berguna untuk mengatur sirkulasi angin dan penetrasi sinar matahari. Diameter dan kedalaman lubang tanam kurang lebih 10 cm, atau disesuaikan dengan ukuran polybag semai. Penanaman bibit cabe merah Pemindahan bibit cabe merah dari area persemaian dilakukan setelah umur bibit sekitar 3 minggu atau bibit memiliki 3-4 helai daun permanen. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari untuk menghindari stress. Usahakan penanaman dilakukan serentak dalam satu hari. Cara menanamnya adalah dengan membuka atau menyobek polybag semai. Kemudian masukkan bibit cabe merah beserta media tanamnya kedalam lubang tanam. Jaga agar media semai jangan sampai terpecah. Kemudian siram tanaman secukupnya untuk mempertahankan kelembaban. Pemeliharaan dan perawatan Penyiraman diperlukan pada saat musim kering, caranya bisa dengan gembor atau dengan penggenangan. Hatihati ketika melakukan penyiraman disaat tanaman belum terlalu kuat. Penggenangan bisa dilakukan setiap dua minggu sekali. Periksa tanaman pada satu sampai dua minggu pertama untuk melakukan penyulaman tanaman. Apabila ada tanaman yang mati atau pertumbu-
Vol. 25 No. 2 : 130-152
hannya abnormal segera cabut dan ganti dengan bibit yang baru. Pada budidaya cabe memerlukan pemasangan ajir (tongkat bambu) untuk menopang tanaman berdiri tegak. Tancapkan ajir dengan jarak mnimal 4 cm dari pangkal batang. Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan pada hari ke-7 sejak bibit dipindahkan. Apabila tanaman terlalu besar dikhawatirkan saat ajir ditancapkan akan melukai perakaran. Bila akar terluka tanaman akan akan mudah terserang penyakit. Pengikatan tanaman pada ajir dilakukan setelah tanaman tumbuh tinggi atau berumur diatas satu bulan. Perempelan atau pemotongan tunas dilakuan setelah 3 minggu untuk budidaya cabe di dataran rendah dan 1 bulan untuk dataran tinggi. Potong tunas yang tumbuh pada ketiak daun dengan tangan yang bersih. Perempelan ini dilakukan sampai terbentuk cabang utama, ditandai dengan kemunculan bunga pertama atau kedua. Pemupukan susulan dilakukan setiap dua minggu sekali atau minimal 8 kali hingga panen terakhir. Pemupukan susulan dilakukan dengan pengocoran pupuk pada setiap lubang tanam. Pemupukan yang paling praktis adalah dengan menggunakan pupuk organik cair. Siramkan 100 ml larutan pupuk yang telah diencerkan pada setiap tanaman. Bisa juga ditambahkan NPK pada campuran tersebut. Penyiangan gulma dilakukan apabila diperlukan saja. Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya cabe cukup vital. Banyak kasus budidaya yang gagal karena serangan hama dan penyakit. Untuk lebih detail, silahkan baca pengendalihan hama dan penyakit tanaman cabe. Pemanenan budidaya cabe Budidaya cabe merah mulai bisa dipanen setelah berumur 75-85 hari setelah tanam. Proses pemanenan dilakukan dalam beberapa kali,
144
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
tergantung dengan jenis varietas, teknik budidaya dan kondisi lahan. Pemanenan bisa dilakukan setiap 25 hari sekali, disesuaikan dengan kondisi kematangan buah dan pasar. Buah cabe sebaiknya dipetik sekaligus dengan tangkainya untuk memperpanjang umur simpan. Buah yang dipetik adalah yang berwarna oranye hingga merah. Lakukan pemetikan pada pagi hari. Produktivitas budidaya cabe merah biasanya mencapai 10-14 ton per hektar, tergantung dari varietas dan teknik budidayanya. Pada budidaya yang optimal, potensinya bisa mencapai hingga 20 ton per hektar. 3. Budidaya Tanaman Tomat Tanaman tomat dapat beradaptasi luas mulai dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi tergantung dari varietas yang digunakan. Di Indonesia, rata-rata produksi tomat di lapang baru mencapai 15,51 ton/ha atau 21,93 ton/ha untuk Pulau Jawa dan 11,80 ton/ha untuk luar Jawa. Potensi produksi dari hasil penelitian dapat mencapai 50 ton/ha dan hasil ini sudah sering dicapai oleh para petani maju di Jawa Barat. Target yang akan dicapai dalam kerangka penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) tomat, yaitu produksi optimal dari budidaya di lapangan dengan mutu produksi sesuai standar mutu yang telah ditetapkan (SNI 01-3162-1992 dan Draf Standar Codex) dan meningkatnya ekspor buah tomat. Sasaran produksi tomat di tingkat nasional dari tahun 2010 - 2014 terus mengalami peningkatan, yaitu mulai dari 891,616 ton (2010), menjadi 934,200 ton (2011), 978,800 ton (2012), 1.025,6 ton (2013) dan 1.074,6 ton (2014), dengan wilayah produksi utama di Provinsi Jawa Barat, Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra Barat. Untuk itu, diperlukan penanganan khusus meliputi perbaikan manajemen dan aplikasi budidaya pra panen dan pasca panen sesuai dengan SOP berbasis Good
Agriculture Practices (GAP) untuk dapat menghasilkan produksi yang optimal. Ruang lingkup SOP tomat memuat instruksi kerja yang meliputi: 1). penyediaan benih, 2) persiapan lahan, 3). penanaman, 4). pemasangan ajir, 5) perempelan/wiwil, 6) pengairan, 6) pengendalian OPT, 7) pemupukan, 8) pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), 9) panen, 10). pasca panen. Pemasangan ajir merupakan kegiatan memasang penyanggah/penopang dekat dengan tanaman tomat dengan tujuan membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi kerusakan fisik tanaman yang disebabkan oleh beban buah dan tiupan angin, memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, serta mempermudah pemeliharaan. Sasaran terpasangnya ajir untuk menopang pertumbuhan tanaman agar tumbuh tegak. Ruang lingkup kegiatan pemasangan ajir meliputi penyiapan bambu/kayu yang akan digunakan sebagai bahan pembuat ajir, penyediaan golok/pisau untuk membuat ajir, dan penyediaan tali rafia untuk mengikat tanaman pada ajir. Prosedur pelaksanaan 1. Buat ajir dari bambu sepanjang 100 cm dengan menggunakan golok/pisau untuk tomat tipe determinate (tipe yang biasa ditanam di dataran rendah) atau panjang 225 cm untuk tomat tipe indeterminate (tipe yang biasa ditanam di dataran tinggi). Terdapat dua sistim pemasangan ajir yang pada umumnya dilakukan oleh petani, yaitu sistim segitiga dan sistim tunggal. Sistim segitiga menggabungkan empat buah ajir menjadi satu, dengan cara mengikat bagian atas bambu dengan menggunakan tali rafia. Sedangkan sistim tunggal hanya menggunakan satu buah ajir yang dihubungkan secara melintang satu sama lain dengan bambu yang diikat dengan
145
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
tali rafia. Dari kedua sistim pemasangan ajir tersebut, sistim tunggal dianggap lebih baik karena matahari lebih optimal diterima oleh tanaman; 2. Pasang ajir 10 cm dari tanaman tomat dan sekurang-kurangnya 20 cm dari bagian ajir masuk ke dalam tanah; 3. Ikat tanaman tomat pada ajir dengan menggunakan tali rafia pada 30 - 40 hari setelah tanam atau setelah tumbuh cabang pertama; 4. Catat seluruh proses kegiatan pemasangan ajir. Tomat merupakan buah yang banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Bahkan, kandungan vitamin C tomat jauh lebih banyak dibandingkan dengan apel atau jeruk. Akan tetapi, bila kita ingin mendapatkan manfaat yang maksimal dari tomat, kita harus mengkonsumsi tomat organik. Tidak perlu membelinya, kita bisa membudidayakan tomat organik dikebun kita sendiri. Berikut cara budidaya tomat organik. Pemilihan Bibit Bibit tomat dapat kita beli di tokotoko pertanian. Biasanya, mereka menyediakan bibit tomat dalam satu kantong atau dijual per gram. Bila kita ingin membeli bibit pohon tomat, kita bisa menggunakan cara ini dalam menentukan banyaknya bibit yang kita perlukan. Untuk 100 sampai 150 gram bibit, kita bisa menggunakannya untuk lahan seluas 1 hektar. Pemilihan Lahan Tempat untuk menanam tomat organik juga sangat penting dalam proses untuk membudidayakan tomat organik yang menghasilkan hasil yang bagus. Untuk tanah yang paling baik dalam bercocok tanam tomat organik adalah tanah yang tidak berair. Tanah becek dan mengandung banyak air bisa membuat buah tomat busuk dan gagal
Vol. 25 No. 2 : 130-152
tumbuh sempurna. Selain itu, tanah juga harus mempunyai kadar pH sebesar 5,5 sampai 6,5. Dan, akan lebih baik, bila lahan yang akan kita tanami sudah diberi pupuk kandang atau kompos yang akan mempermudah cara tanam tomat organik anda. Proses Pembibitan Proses pembibitan diawali dengan merendam benih tomat organik dalam 1 liter air yang sudah dicampur dengan 1 – 10 ml mikroba dan molase. Setelah itu, sediakan polybag yang diisi dengan tanah dan bokhasi dengan perbandingan 1:1. Masukkan satu biji benih ke tiap polybag. Pakaikan karung untuk menutupi polybag yang telah ditanami oleh benih tomat dan taruh ditempat yang teduh. Setelah bibit mulai tumbuh (sekitar 7 – 10 hari), penutup karung dibuka. Biarkan benih tomat tumbuh sampai setinggi sekitar 10 cm. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk ini sekitar 3 minggu. Setelah itu, tomat siap untuk dipindahkan dan ditanam di lahan yang anda sediakan. Penanaman Benih tomat yang tumbuh dan siap untuk ditanam dipindahkan dari polybag ke tanah yang anda sediakan. Proses penanaman ini dilakukan pada sore hari agar bibit tomat tidak layu. Perlu juga diperhatikan cara menanam bibit ini agar bibit tidak rusak. Pertama, buat lubang di lahan yang akan anda tanami tomat organik. Pindahkan bibit dari polybag secara perlahan dan jangan sampai akar tomat muda rusak. Masukkan bibit tomat ke dalam lubang di lahan anda secara tegak. Tutupi lubang sekitar tomat dengan tanah dan tekan sedikit agar padat. Pemeliharaan Ada beberapa teknik budidaya dan pemeliharaan yang perlu anda lakukan, agar tomat organik yang anda tanam menghasilkan buah yang bagus. Yang
146
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
pertama adalah penyiraman. Tomat tidak suka terlalu banyak air, jadi, penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari saja. Penyulaman juga penting untuk dilakukan, agar tomat dapat tumbuh dengan baik dan menghilangkan bagian yang rusak yang mengganggu pertumbuhan tomat. Sebaiknya proses ini dilakukan 7 sampai 10 hari setelah bibit dipindahkan dari polybag. Tanaman tomat juga memerlukan pemasangan ajir. Hal ini dilakukan agar tomat dapat tumbuh tegak dan mempermudah proses pemanenan. Lakukan proses ini setelah tanaman tomat berumur 1 minggu. Pasang ajir dan ikat ujungujungnya agar membentuk segitiga. Setelah tomat berumur 3 – 4 minggu, perlu dilakukan proses pengikatan pada ajir. Hal ini perlu dilakukan seminggu sekali sampai pertumbuhan batang berhenti. Tunas-tunas baru diketiak daun juga perlu dipangkas agar pertumbuhan terkonsentrasi pada tunas penghasil buah tomat. Selanjutnya, perlu juga dilakukan teknik budidaya perempelan daun. Daun yang mendekati tanah atau terlalu lebat dipotong agar penerimaan sinar matahari optimal. Pemupukan juga perlu dilakukan agar tomat mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Pupuk yang kita gunakan adalah pupuk organik, seperti pupuk kandang dan kompos. Perlu juga diberikan pupuk pelengkap cair (PPC) setiap 10 hari sekali. Selanjutnya adalah proses penyiangan. Proses ini dilakukan agar tomat tidak terganggu oleh gulma yang tumbuh disekitarnya. Cara mudah untuk melakukan proses ini, gunakan tangan untuk mencabuti gulma pengganggu. Dan proses pemeliharaan paling penting adalah pengendalian hama. Karena kita menggunakan teknik menanam tomat organik, maka pestisida yang kita gunakan juga harus organik dan aman. Untuk itu, gunakan pestisida nabati yang berasal dari ekstrak dan fermentasi
tanaman. Proses penyemprotan pestisida ini sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari, karena pada waktu itu, hama yang menyerang tumbuhan tomat sangat aktif. Panen Setelah tanaman tomat organik berumur sekitar 75 hari, proses pemanenan dapat dilakukan. Ada beberapa tips yang bisa anda pakai untuk memanen tomat. Pertama, pilih buah yang sudah bewarna kekuningan dan bagian tepi daun dan batang mongering. Pegang buah dengan ditelapak tangan dan patahkan batang tomat dengan tangan anda lainnya. Proses ini paling baik dilakukan saat cuaca cerah dan bisa dilakukan sebanyak 16 kali setiap 3 sampai 4 hari sekali.
III. PEMBUATAN PUPUK ORGANIK Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologitanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah). Manfaat pupuk organik meliputi: • Meningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, • Mengurangi pencemaran lingkungan, • Meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan • Meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. • Memperbaiki sifat fisika, kimia biologi tanah serta lingkungan.
147
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
•
Berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
Penambahan bahan organik berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa yang berpengaruh terhadap aktivitas biologis di dalam tanah. Senyawa tersebut meliputi senyawa perangsang tumbuh (auxin), dan vitamin. Senyawa-senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang, kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah. Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah, terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa perangsang tumbuh, sehingga berpengaruh positip terhadap pertumbuhan tanaman. Kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah, karena bahan organik tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai cara. Hasil perombakan bahan organik mampu mempercepat proses pelapukan bahan-bahan mineral tanah; distribusi bahan organik di dalam tanah berpengaruh terhadap pemilahan (differentiation) horison. Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber hara dan media tumbuh bagi tanaman. Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa udara). Kedua metode ini menghasilkan
Vol. 25 No. 2 : 130-152
kompos yang sama baiknya hanya saja bentuk fisiknya agak sedikit berbeda. Cara membuat kompos metode aerob Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkan arang sekam padi ke dalam adonan pupuk. Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung. Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk menyetabilkan suhu dan kelembabannya. Berikut ini cara membuat kompos aerob: • Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan diberi peneduh untuk menghindari hujan. • Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan kayu yang memiliki lebar 30-40 cm. • Siapkan material organik dari sisasisa tanaman, bisa juga dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil. Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik. Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung.
148
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
• Gambar 7. Pembuatan Kompos 1 · Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga penuh. Searah jarum jam: (1) Pemilihan lokasi pengomposan, (2) Membuat bak/ kotak kayu, (3) Menyeleksi dan merajang bahan baku, (4) Memasukkan bahan baku baku kedalm bak kayu • Siram bahan baku kompos yang sudah tersusun dalam kotak kayu untuk memberikan kelembaban. Untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan starter mikroorganisme pembusuk ke dalam tumpukan kompos tersebut. Setelah itu, naikkan bak papan ke atas kemudian tambahkan lagi bahanbahan lain. Lakukan terus hingga ketinggian kompos sekitar 1,5 meter. • Setelah 24 jam, suhu tumpukan kompos akan naik hingga 65 o C, biarkan keadaan yang panas ini hingga 2-4 hari. Fungsinya untuk membunuh bakteri patogen, jamur dan gulma. Perlu diperhatikan, proses pembiaran jangan sampai lebih dari 4 hari. Karena berpotensi membunuh mikroorganisme pengurai kompos. Apabila mikroorganisme dekomposer ikut mati, kompos akan lebih lama matangnya. • Setelah hari ke-4, turunkan suhu untuk mencegah kematian mikroorganisme dekomposer. Jaga suhu optimum pengomposan pada kisaran 45-60 o C dan kelembaban
•
•
•
149
pada 40-50%. Cara menjaga suhu adalah dengan membolak-balik kompos, sedangkan untuk menjaga kelembaban siram kompos dengan air. Pada kondisi ini penguapan relatif tinggi, untuk mencegahnya kita bisa menutup tumpukan kompos dengan terpal plastik, sekaligus juga melindungi kompos dari siraman air hujan. Cara membalik kompos sebaiknya dilakukan dengan metode berikut. Angkat bak kayu, lepaskan dari tumpukan kompos. Lalu letakan persis disamping tumpukan kompos. Kemudian pindahkan bagian kompos yang paling atas kedalam bak kayu tersebut sambil diaduk. Lakukan seperti mengisi kompos di tahap awal. Lakukan terus hingga seluruh tumpuka kompos berpindah kesampingnya. Dengan begitu, semua kompos dipastikan sudah terbalik semua. Proses pembalikan sebaiknya dilakukan setiap 3 hari sekali sampai proses pengomposan selesai. Atau balik apabila suhu dan kelembaban melebihi batas yang ditentukan. Apabila suhu sudah stabil dibawah 45 o C, warna kompos hitam kecoklatan dan volume menyusut hingga 50% hentikan proses pembalikan. Selanjutnya adalah proses pematangan selama 14 hari. Secara teoritis, proses pengomposan selesai setelah 40-50 hari. Namun kenyataannya bisa lebih cepat atau lebih lambat tergantung dari keadaan dekomposer dan bahan baku kompos. Pupuk kompos yang telah matang dicirikan dengan warnanya yang hitam kecoklatan, teksturnya gembur, tidak berbau. Untuk memperbaiki penampilan (apabila pupuk kompos hendak dijual) dan agar bisa disimpan lama, sebaiknya kompos diayak dan di kemas dalam karung. Simpan pupuk kompos di tempat kering dan teduh.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
Searah jarum jam: (1) Penyiraman dan penambahan dekomposer, (2) Proses penumpukkan kompos, (3) Merapihkan tumpukan, (4) Pembalikan kompos Proses pembuatan kompos aerob cocok untuk memproduksi kompos dalam jumlah besar. Gambar 8 •
•
Gambar 8. Pembuatan Kompos 2 Cara membuat kompos metode anaerob Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya memerlukan inokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang bisa menguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime (EM4). Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio, probio, dll. Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik yang mempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa diantaranya adalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang diperlukan untuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari, tergantung pada efektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45 o C dengan tingkat kelembaban 30-40%. Berikut tahapan cara membuat kompos dengan proses anaerob. • Siapkan bahan organik yang akan dikomposkan. Sebaiknya pilih bahan
•
•
Vol. 25 No. 2 : 130-152
yang lunak terdiri dari limbah tanaman atau hewan. Bahan yang bisa digunakan antara lain, hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dll. Rajang bahan tersebut hingga halus, semakin halus semakin baik. Siapkan dekomposer (EM4) sebagai starter. Caranya, campurkan 1 cc EM4 dengan 1 liter air dan 1 gram gula. Kemudian diamkan selama 24 jam. Ambil terpal plastik sebagai alas, simpan bahan organik yang sudah dirajang halus di atas terpal. Campurkan serbuk gergaji pada bahan tersebut untuk menambah nilai perbandingan C dan N. Kemudian semprotkan larutan EM4 yang telah diencerkan tadi. Aduk sampai merata, jaga kelembaban pada kisaran 30-40%, apabila kurang lembab bisa disemprotkan air. Siapkan tong plastik yang kedap udara. Masukan bahan organik yang sudah dicampur tadi. Kemudian tutup rapat-rapat dan diamkan hingga 3-4 hari untuk menjalani proses fermentasi. Suhu pengomposan pada saat fermentasi akan berkisar 35-45oC. Setelah empat hari cek kematangan kompos. Pupuk kompos yang matang dicirikan dengan baunya yang harum seperti bau tape.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari pemaparan kegiatan pengabdian kepada masyaraat di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali ini dapat disimpukan bahwa dalam penanaman hortikultura secara umum pada komoditi labu siam, cabai dan tomat diperlukan bibit yang baik dengan menggunakan bibit F1 dan tidak menanam daribibit
150
Udayana, dkk.
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
yang tidak memiliki daya tumbuh yang tinggi. Dalam proses pemeliharaan yang sangat di perlukan adalah kecukupan air, pemberian pupuk dasar dan pupuk susulan pada semua komoditi tanaman dan perlu diperhatikan adalan dalam penanganan hama dan penyakit, sebaiknya tidak menggunakan pestisida. Tindakan yangbaik adalah dengan pencegahan dini dengan menggunakan perangkap hama dan pestisida organik Pada KOmoditi tanaman labu siam yang sangat dipentingkan diantaranya adalah : 1. Bibit yang baik 2. Persiapan lahan 3. Persiapan Para-para 4. Persiapan penanaman 5. Pemangkasan 6. Pemeliharaan dan pemberian pupuk susulan 7. Penanganan hama dan penyakit dengan pestisida organic 8. Dan persiapan panen 9. Pemasaran Pada Penanaman cabai hal-hal yang perlu diperhatikan adalan : 1. Persiapan bibit dan persemaian 2. Persiapan Lahan 3. Persiapan penanaman 4. Perompesan 5. Pengairan 6. Persiapan pupuk organik susulan 7. Persiapan panen dan pasca panen 8. Pemasaran Untuk Komodoti Tomat, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1 Persiapan bibit dan pesemaian 2 Persiapan Lahan 3 Persiapan Penanaman 4 Persiapan Pengairan 5 Persiapan Pupuk organik 6 Persiapan pemeliharan 7 Persiapan panen dan pasca panen 8 Persiapan pemasaran
B.
Saran Saran yang dapat kami berikan dalam kegiatan ini adalah: 1. Bibit harus yang baik (F1) 2. Perrsiapan semai dan penanaman harus baik dan steril 3. Pemeliharaan berupa pengairan pemupukan susulan perompesan, pemangkasa dan penanganan hama dan penyakit tanaman harus dipersiapkan dengan tidaj diperkenankan menggunakan pestisida an-organik 4. Persiapan Panen dan pasca panen 5. Persiapan pasar dan pemasaran
VI. DAFTAR PUSTAKA Hari K, P. 2014. Pemerintah Dinilai Abaikan Sektor Hortikultura. Tempo, Jakarta. Darsono. (1997). Kemitraan pada sistem agribisnis cabe di Kabupaten Berbes [ie Brebes] Jawa Tengah: penelitian perseorangan dalam bidang pertanian. Fakult as Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Dirjen Hortikultura, 2011. RENCANA STRATEGIS Direktorat Jenderal Hortikultura. T ahun 2010-2014. Jakarta Suci Indraningsih, K., Ashari dan Supeno Friyat no. 2007. Strategi Pengembangan Model kelembagaan Kemitraan Agribisnis Hortikultura di Bali. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Diakses tanggal 15 Agustus 2015. Davis, H.J. and R.A. Golberg. 1957. A Concept o f Agribusiness. Harvard Graduate School of Business Administration. Boston, Massachusets. Downe y, W . David and Steven, P. Erickson. 1987. ‘Agribusiness
151
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
Vol. 25 No. 2 : 130-152
Management’. Mc Graw- Hill Book Company, New York, Second Edition.
Liediani, L. (1995). Perencanaan Industri Pengolahan Saos Tomat di Kabuapaten Sukabumi, Jawa Barat.
Hartayanie, L. (2012). Pengolahan Tomat Menjadi Manisan Untuk Mengatasi Over Supply pada masa Panen.
Sinta (Sinar Tani). 2000. ‘Prospek Bisnis Hortikultura Indonesia Semakin Menjanjikan, Kilas Balik 2000’. Penerbit PT.Duta Karya Swasta, Jakarta
152