ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA PADA TINGKAT MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS SISWA DI SMA NEGERI GORONTALO. Mangara Sihaloho *) Abstract: The research described a condition of Senior High School Students in concept understanding about chemical equilibrium shifting at macroscopic and microscopic level. The subject of research was students of Senior High School in Gorontalo. Data was collected through microscopic describing test in written test that consisted of multiple choices and interview essay form. The result showed that the students’ percentages in concept understanding about: (1) dynamic equilibrium was 43.5% (low), (2) the influence of concentration alteration at chemical equilibrium shifting, if: (a) concentration of reaction reagent/product was enlarged were 38,77% (low), and if the concentration of reaction reagent/product was minimized were 36,93% (low), (3) the influence of pressure and volume alteration towards chemical equilibrium shifting result of (a) pressure increasing and volume reduction were 38,76% (low), and (b) effect of pressure reduction and volume increasing was 35,67% (low) and, (5) the influence of temperature alteration towards chemical equilibrium shifting , if the temperature was increased and if the temperature was reduced, it was included in low category. Microscopic describing about alteration influencing of (1) pressure and volume towards chemical equilibrium shifting caused by compression increasing and volume reduction was included in low category, and effect of compression reduction and volume increasing was included in low category, (2) temperature towards chemical equilibrium shifting if the temperature was raised and if the temperature was reduced, it was included at low category. Kata Kunci: Kesalahan konsep, pergeseran kesetimbangan kimia, konsep mikroskopis dan makroskopis Menurut Fast dkk (dalam Wiseman,1981:481) bahwa sebagian besar konsep-konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep abstrak, dan umumnya merupakan konsep-konsep berjenjang yang berkembang dari yang sederhana ke yang kompleks (Sastrawijaya, 1988:45). Suatu konsep kompleks hanya dapat dikuasai dengan baik dan benar bila konsepkonsep yang mendasari telah dikuasai dengan baik dan benar pula. *) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Konsep kimia mempunyai dua aspek yaitu konsep yang bersifat makroskopis dan mikroskopis. Konsep yang bersifat makroskopis digeneralisasi dari pengamatan langsung terhadap gejala alam atau hasil eksperimen, seperti misalnya
konsep tentang wujud zat
padat dan zat cair.Konsep mikroskopis adalah konsep yang ditetapkan oleh para pakar dan digunakan untuk menjelaskan suatu objek seperti atom, ion, molekul, orbital atau peristiwa abstrak seperti
ionisasi dan struktur molekul dalam keadaan setimbang. Konsep yang
bersifat mikroskopis cenderung lebih sulit dipahami dibandingkan dengan konsep makroskopis. Kean dan Middlecam (1994: 175), mengemukakan bahwa untuk dapat memahami suatu konsep dengan utuh, kita harus mengenal konsep tersebut baik dari tingkat makroskopis maupun
mikroskopisnya. Nakhleh (1996:343) mengemukakan bahwa
kesulitan siswa dalam memahami konsep mikroskopis dapat menimbulkan pemahaman yang salah, yang mana apabila pemahaman yang salah ini berlangsung secara konsisten akan menimbulkan terjadinya salah konsep. Penelitian yang berkaitan dengan kesulitan siswa dalam memahami konsep mikroskopik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Maskil & Helena (1977: 101) mengemukakan bahwa siswa kesulitan memahami konsep partikel pada tingkat mikroskopis. Sihaloho (2001: 136) mengemukakan siswa maupun guru kesulitan memahami tentang proses yang diperlukan untuk memberikan gambaran mikroskopik larutan elektrolit berkaitan dengan interaksi antara spesies-spesies yang terdapat dalam larutan. Penelitian penelitian lain yang melaporkan tentang kesalahan siswa dalam memahami konsep-konsep pada tingkat mikroskopis antara lain adalah
Keadaan partikel asam basa (Nakheh,
1994:495) dan siswa dan elektrokimia (Huddle, Margaret & Rogers, 2000:104). Konsep pergeseran kesetimbangan kimia merupakan salah materi esensial yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Pokok bahasan ini diajarkan pada siswa kelas II semester 2. Keabstrakan konsep-konsep pada pokok bahasan ini sangat potensial dalam menimbulkan kesalahan konsep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) pemahaman siswa tentang konsep pergeseran kesetimbangan kimia tinjau dari aspek makroskopis
dan
mikroskopis.
(2)
pola-pola
gambaran
mikroskopik
kesetimbangan kimia oleh siswa SMAN.
*) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
pergeseran
Manfaat dari penelitian ini adalah: (1) untuk kepentingan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk melengkapi informasi tentang pemahaman pada tingkat makroskopis dan mikroskopis.materi pergeseran kesetibangan kimia, yang dimiliki siswa. (2) untuk kepentingan praktis dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi pendidikan
dalam
meningkatkan
kwalitas
hasil
pengajaran
pergeseran
kestimbangan.menggunakan gambaran mikroskopis. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriftif. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas III IPA SMA Negeri di Gorontalo tahun pelajaran 2006/2007. Sampel penelitian adalah SMAN 2 Gorontalo, SMAN 3 Gorontalo, dan SMA Negeri 4 Gorontalo. Dari masing-masing sekolah diambil 2 kelas paralel yang memiliki kemampuan relatif sama. Dipilihnya siswa kelas III sebagai populasi penelitian karena penelitian ini dilakukan pada semester 2 dan materinya baru selesai diajarkan. Untuk itu seminggu sebelum penelitian dilakukan terlebih dahulu diberitahukan tentang akan diadakan tes materi pergeseran kesetimbangan kimia. Hal ini dimaksudkan agar siswa mempelajari kembali materi pergeseran kesetimbangan kimia sehingga diperoleh data yang lebih akurat tentang pemahaman materi pergeseran kesetimbangan kimia oleh siswa. Data penelitian ini dikumpulkan degan tes gambaran mikroskopis yang berupa tes tertulis yang berbentuk uraian objektif. Dari hasil uji coba tes tertulis diperoleh validasi isi tes adalah 90% dan koefisien reabilitas sebesar 0,84%. Pola jawaban siswa dari hasil tes gamabaran mikroskopik dinyatakan dalam bentuk persentase. Dari hasil analisis tersebut diidentifikasi bentuk-bentuk kesalahan pemahaman siswa. Wawancara diberikan pada sebagian siswa yang menunjukkan pemahaman tentang pergeseran kesetimbangan kimia melalui gambaran mikroskopis dengan benar pada tes tertulis. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengumpulan data, persentase siswa yang dapat memberikan jawaban benar tentang konsep pergeseran kesetimbangan kimia pada tingkat makroskopik dan mikroskopis diberikan dalam Tabel 1. *) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Tabel. 1 Persentase Siswa yang Memberikan Jawaban Benar Item Tes Tentang Konsep Pergeseran Kesetimbangan Kimia pada Tingkat Makroskopis dan Mikroskopis. Nomor Konsep
Aspek yang diteliti
1
Kesetimbangan Dinamis
2
Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia a. Konsentrasi diperbesar b. Konsentrasi diperkecil
3
Pengaruh perubahan tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan kimia akibat: a. penambahan tekanan dan pengurangan volume
b. pengurangan tekanan dan kenaikan volume
4
Pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia a. suhu dinaikan
b. suhu diturunkan
Nomor Item
Persentase Siswa
1 2 3 4 5
SMA 2 Gto 21,42 61,42 35,71 34,28 17,14
SMA 3 Gto 38,75 75,00 45,00 86,25 48,75
SMA 4 Gto 23,52 57,35 33,82 54,41 19,11
6 7
54,28 20,00
71,25 31,25
44,11 11,76
8 9
50,00 30,00
57,50 25,00
35,29 22,06
10 11 12 13
17,14 11,42 42,57 28,57
73,75 47,50 76,25 57,50,
23,53 29,41 27,94 13,23
14 15 16 17
18,57 28,57 30,00 25,71
50,00 42,50 65,00 51,25
25,00 25,00 36,76 19,12
18 19 20 21
41,43 65,71 38,57 44,28
33,75 43,75 56,25 65,00
57,35 39,71 44,12 47,06
22 23 24 25
30,00 42,86 28,57 22,86
50,00 47,50 46,25 33,75
35,29 29,41 42,65 20,59
Keterangan: * Jumlah siswa SMA 2 Gto = 70 orang; SMA 3 Gto = 80 orang; SMA 4 Gto = 68 orang * Angka yang bercetak tebal merupakan harga rata-rata.
*) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Rerata persen -tase total 27,89 64,59 38,18 58,31 28,33 43,53 56,55 21,00 38,77 48,17 25,69 36,93
39,91 30,27 50,46 34,40 38,76 32,11 32,57 44,95 33,03 35,67 43,58 49,54 46,79 52,75 48,16 38,99 40,37 39,45 26,15 36,24
Bila ditinjau dari tahap konsep no 1 sampai 4, tampak bahwa persentase siswa yang menjawab benar cenderung menurun. Hal ini menunjukkan adanya kesulitan siswa dalam memahami konsep yang tingkatannya lebih tinggi(kompleks). Kesulitan tersebut dapat terjadi karena dalam memahami konsep yang lebih tinggi tingkatannya diperlukan aktivitas mental yang lebih tinggi pula, seperti yang dikemukakan oleh Klausmeier(dalam Ibnu,1989) bahwa semakin tinggi urutan konsep dalam tingkatan (hierarkhinya) maka dibutuhkan aktivitas yang lebih beragam dan lebih besar dalam upaya seseorang untuk memahami konsep tersebut.
PEMBAHASAN Tingkat pemahaman siswa tentang konsep pergeseran kesetimbangan dtinjau dari beberapa aspek yang diteliti yaitu kesetimbangan dinamis, Pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia, Pengaruh perubahan tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan kimia, pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia. Pemahaman Siswa Tentang Konsep Pergeseran Kesetimbangan Kimia Pada Tingkat Makroskopis Persentase siswa yang menjawab dengan benar konsep kesetimbangan dinamis aalah 43,53%. Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa tentang konsep kesetimbangan dinamis termasuk dalam kategori rendah. Persentase siswa yang menjawab benar tentang konsep, pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia (jika konsentrasi pereaksi/produk reaksi diperbesar) adalah 38,77%, dan jika konsentrasi pereaksi/produk reaksi diperkecil adalah 36,93%. Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap konsep ini termasuk kategori rendah. Persentase siswa yang menjawab benar tentang konsep, pengaruh perubahan tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan kimia akibat penambahan tekanan dan pengurangan volume adalah 38,76%, dan akibat pengurangan tekanan dan *) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
penambahan volume adalah 35,67% Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa
tentang pengaruh
perubahan
tekanan
dan
volume
terhadap
pergeseran
kesetimbangan kimia termasuk kategori rendah. Persentase siswa yang menjawab benar tentang konsep pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia (jika suhu dinaikan) adalah 48,16%, dan jika suhu diturunkan adalah 36,24%. Fakta ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa tentang pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia termasuk kategori rendah. Gambaran Mikroskopis Tentang Pengaruh Pergeseran Kesetimbangan Kimia Jika Konsentrasi Diperbesar dan Diperkecil Persentase siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila konsentrasi SO2 diperbesar pada reaksi
2SO2 (g) + O2 (g)
2SO3 (g) pada
suhu tetap menjawab bahwa kesetimbangan bergeser ke kiri (pereaksi) 55,96%, yaitu bahwa penambahan SO2 menyebabkan konsentarasi pereaksi (molekul SO2 dan O2) dan produk (SO3) bertambah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa tidak memahami bahwa penambahan/memperbesar konsentrasi pereaksi (SO2)
pada suhu tetap menyebabkan
kesetimbangan bergeser ke arah kanan atau keproduk (SO3), sehingga hanya konsentrasi SO3 yang bertambah. Kesalahan lain yang dijawab sebanyak 19,72% siswa mengemukakan bahwa penambahan konsentrasi SO2 tidak menpengaruhi kesetimbangan, dimana konsentrasi pereaksi dan produk tidak berubah. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopik apabila pada suhu tetap konsentrasi O2 diperkecil menjawab bahwa kesetimbangan bergeser ke arah kanan (produk) 61%, sehingga menyebabkan jumlah molekul SO2 dan O2 berkurang dan SO3 bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan siswa tidak memahami bahwa pengurangan /memperkecil konsentrasi pereaksi (O2) pada suhu tetap kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri /pereaksi, sehingga jumlah molekul SO2 dan O2 bertambah sedangakan konsentrasi produk (SO3) berkurang. Sebanyak 10,55% menyatakan pengurangan O2 tidak mempegaruhi kesetimbangan sehingga jumlah molekul pereaksi dan produk adalah tetap. Gambaran Mikroskopis Tentang Pengaruh Pergeseran Kesetimbangan Kimia Jika Tekanan Diperbesar dan Volume Dikuranigi *) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Persentase siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila tekanan diperbesar pada reaksi
N2 (g) + 3H2 (g)
2NH3
(g)
menjawab bahwa
kesetimbangan bergeser ke arah kiri kepihak dengan jumlah koefisien lebih besar atau ke arah pereaksi 30,21%, yaitu jumlah N2 dan H2 serta jumlah NH3 produk bertambah. Hal ini menunjukkan
bahwa
siswa
kemungkinan
tidak
memahami
bahwa
penambahan/memperbesar tekanan pada suhu tetap menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah koefisien yang terkecil yaitu ke kanan yaitu ke arah keproduk, sehingga yang bertambah adalah jumlah NH3 sedangkan jumlah molekul N2 (g) + H2 berkurang. Kesalahan ini terjadi karena siswa kemungkinan tidak tahu menentukan yang mana jumlah koefisien yang lebih besar pada suatu reaksi. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila pada suhu tetap tekanan dikurangi dan volume diperbesar menjawab bahwa kesetimbangan bergeser ke arah kanan kepihak koefisien yang lebih kecil 31,19%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa
tidak memahami bahwa pengurangan tekanan dan
penambahan volume
menyebabkan kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri /pereaksi kepihak dengan koefisien yang lebih besar, sehingga jumlah produk (NH2) berkurang sedangkan jumlah pereaksi (N2 dan H2 ) bertambah. Sebanyak 34,86% menjawab bahwa memperkecil tekanan dan penambahan volume tidak mempengaruhi kesetimbangan. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila diperbesar pada reaksi
H2 (g) + Cl2 (g)
2HCl3
(g)
menjawab
tekanan bahwa
kesetimbangan bergeser ke arah kiri jumlah molekul H2 dan Cl2 berkurang sedangkan jumlah produk bertambah 26,14%. Sebanyak 37,61% menjawab bahwa pengurangan tekanan menaikkan jumlah pereaksi dan produk reaksi bertambah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kemungkinan tidak memahami bahwa penambahan tekanan dan penambahan volume tidak berpengaruh apabila suatu reaksi kesetibangan sudah setimbang. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila
tekanan
dikurangi dan volume dinaikan menjawab bahwa kesetimbangan tekanan pada suhu tetap menyebabkan kesetimbangan bergeser bergeser ke arah kiri, sehingga jumlah molekul H2 dan Cl2 berkurang dan jumlah produk reaksi bertambah 34,86%.
Sebanyak 31,11%
meberikan gambaran mikroskopis bahwa pengurangan tekanan penambahan jumlah molekul
*) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
pereaksi dan produk. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kemungkinan tidak memahami bahwa pengurangan tekanan tidak berpengaruh apabila suatu reaksi dalam keadaan setimbang. Gambaran Mikroskopis Tentang Pengaruh Pergeseran Kesetimbangan Kimia Jika Suhu Dinaikan dan Diturunkan. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila suhu dinaikkan pada reaksi
N2O4 (g)
2NO2(g) menjawab
bahwa kesetimbangan bergeser
kearah kiri, ke arah yang membebaskan kalor 37,15%, yaitu jumlah pereaksi bertambah dan produk reaksi berkurang. Hal ini menunjukkan kemungkinan siswa tidak memahami bahwa penambahan suhu menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kanan yaitu kearah reaksi yang menyerap kalor, sehingga NO2 bertambah dan N2O4 berkurang. Sebanyak 37,15 siswa menjawab bahwa penambahan suhu tidak mempengaruhi pergeseran kesetimbangan sehingga jumlah pereaksi dan produk reaksi tetap. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila suhu dinaikkan pada reaksi
2H2 (g) +
O2
2H2O (g) - H = 484 KJ/mol menjawab bahwa
kesetimbangan bergeser kearah kanan , ke arah yang menbebaskan kalor 27,06, yaitu jumlah pereaksi berkurang dalam hal ini adalah gas H2 dan O2 sedangkan jumlah produk H2O bertambah. Sebanyak 19,26 siswa menjawab bahwa penambahan suhu tidak mempengaruhi pergeseran kesetimbangan. Hal ini menunjukkan kemungkinan siswa tidak memahami bahwa penambahan suhu pada reaksi diatas menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah reaksi yang menyerap kalor sehingga jumlah pereaksi bertambah dalam hal ini adalah gasH2 (g) dan gas O2 bertambah dan produk reaksi berkurang yaitu H2O. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila diturunkan pada reaksi
N2 (g) + 3H2(g)
2N2H3 (g)
suhu
H = + 22 KJ/mol menjawab
bahwa kesetimbangan bergeser ke arah kanan , ke arah reaksi endoterm 39,90% yaitu jumlah preaksi berkurang dalam hal ini N2
(g)
dan 3H2(g), sedangkan produk reaksi
bertambah. Sebanyak 19,72 siswa menjawab bahwa penurunan suhu tidak mempengaruhi pergeseran kesetimbangan. Hal ini menunjukkan kemungkinan siswa tidak memahami bahwa penurunan suhu pada reaksi diatas menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kiri,
*) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
ke reaksi eksoterm, sehingga jumlah pereaksi bertambah dalam hal ini adalah gas H2
(g)
dan gas N2 bertambah dan produk reaksi berkurang yaitu NH3. Siswa yang tidak dapat memberikan gambaran mikroskopis apabila diturunkan pada reaksi
2SO2 (g) + O2 (g)
2SO3
(g)
suhu
H = - 197 KJ
menjawab bahwa kesetimbangan bergeser ke kiri, ke arah reaksi yang menyerap kalor 50%, yaitu bahwa penurunan suhu reaksi diatas menyebabkan jumlah pereasi pereaksi bertambah. Dalam hal ini adalah SO2 dan O2 dan produk reaksi (SO3) berkurang. Sebanyak 21,55% siswa menjawab bahwa penurunan suhu tidak mempengaruhi kesetimbangan kareana volume gas tetap. Hal ini menujukkan bahwa kemungkinan siswa tidak memahami bahwa penurunan suhu menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan, ke reaksi yang membebaskan kalor, sehingga jumlah produk reaksi (SO3) bertambah dan jumlah pereaksi berkurang dalam hal ini adalah O2 dan SO2. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Tingkat pemahaman siswa tentang identifikasi konsep: (1) kesetimbangan dinamis termasuk dalam kategori sangat rendah, (2) pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia jika konsentrasi pereaksi/produk reaksi diperbesar dan jika konsentrasi pereaksi/produk reaksi diperkecil termasuk kategori rendah, (3) pengaruh perubahan tekanan dan volume terhadap pergeseran kesetimbangan kimia akibat penambahan tekanan dan pengurangan volume, (4) dan akibat pengurangan tekanan dan penambahan volume termasuk kategori rendah dan, (5) pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan kimia, jika suhu dinaikan dan jika suhu diturunkan termasuk kategori rendah. b. Gambaran mikroskopis tentang pengaruh perubahan tekanan dan volume terhadap kesetimbangan kimia akibat penambahan tekanan dan pengurangan volume termasuk kategori rendah, dan akibat pengurangan tekanan dan kenaikan volume. c. Gambaran mikroskopis
tentang pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran
kesetimbangan kimia jika: suhu dinaikkan termasuk kategori rendah, dan jika suhu diturunkan termasuk kategori rendah. *) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
d. Pola-pola kesalahan siswa dalam memberikan gambaran mikroskopik adalah: a) Siswa
tidak memahami bahwa penambahan/memperbesar konsentrasi pereaksi
(SO2) pada suhu tetap menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan atau keproduk (SO3), sehingga hanya konsentrasi SO3 yang bertambah. siswa
tidak
memahami bahwa pengurangan /memperkecil konsentrasi pereaksi (O2) pada suhu tetap kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri /pereaksi, sehingga jumlah molekul SO2 dan O2 bertambah sedangakan konsentrasi produk (SO3) berkurang. b) siswa tidak memahami bahwa penambahan/memperbesar tekanan pada suhu tetap menyebabkan kesetimbangan bergeser
ke arah koefisien yang terkecil ke arah
keproduk, sehingga yang bertambah adalah jumlah molekul NH3 berkurang adalah pereaksi yaitu jumlah molekul
N2
(g)
sedangkan
dan H2. siswa
tidak
memahami bahwa pengurangan tekanan dan penambahan volume menyebabkan kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri /pereaksi kepihak dengan koefisien yang lebih besar, sehingga jumlah produk (NH2) berkurang sedangkan jumlah pereaksi (N2 dan H2 ) bertambah. c) siswa tidak memahami bahwa penambahan tekanan dan pengurangan volume volume serta pengurangan tekanan dan penambahan volume tidak berpengaruh apabila suatu reaksi dalam keadaan setimbang. d) siswa tidak memahami bahwa penambahan suhu menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kanan yaitu kearah reaksi yang menyerap kalor, sehingga NO2 bertambah dan N2O4 berkurang. e) siswa tidak memahami bahwa penambahan suhu pada reaksi diatas menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah reaksi yang menyerap kalor sehingga jumlah pereaksi bertambah dalam hal ini adalah gas H2
(g)
dan gas O2 bertambah dan
produk reaksi berkurang yaitu H2O. f) siswa tidak memahami bahwa penurunan suhu pada reaksi diatas menyebabkan kesetimbangan bergeser kearah kiri, ke reaksi eksoterm, sehingga jumlah pereaksi bertambah dalam hal ini adalah gas H2 (g)
dan gas N2 bertambah dan produk reaksi
berkurang yaitu NH3. g) siswa
tidak memahami bahwa penurunan suhu menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke arah kanan, ke reaksi yang membebaskan kalor, sehingga jumlah produk *) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
reaksi (SO3) bertambah dan jumlah pereaks berkuran dalam hal ini adalah O2 dan SO2. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: a.
Dalam membelajarkan konsep pergeseran kesetimbangan diharapkan guru menjelaskan konsep tersebut dari dua sisi, yaitu sisi mikroskopis dan sisi makroskopis sehingga siswa dapat memahami konsep tersebut dengan lebih baik.
b.
Mengingat masih banyak siswa yang mengalami kesalahan secara konsisten dalam memahami gambaran mikroskopis pergeseran kesetimbangan maka perlu dilakukan suatu pembelajan remidial untuk meluruskan kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi pada siswa dengan mengunakan makromedia.
DAFTAR RUJUKAN Huddle, P.A. 1996. “An In-Depth of Misconceptions in Stoichiometry and Chemical Equilibrium at a South African University”. Journal of Research in Science Teaching. 33 (1): 65-77. Huddle, P.A. and White, M.D. 2000. “Using a Teaching Model to Correct Known Misconceptions in Electrochemistry”. Jornal of Chemical Education. 77 (1) : 104110. Ibnu, S. 1989. Kesalahan Konsep dan Konsekuensinya dalam Pengajaran IPA. Kumpulan Karangan Ilmiah. Malang: IKA IKIP Malang. Kean, E. dan Midlecamp, C. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: Gramedia. Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H. 1989. Kimia Untuk Universitas, Jilid I. Terjemahan oleh Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga Maskil, R & Helena, P.J. 1997. Asking Model Questions. Education in Chemistry, 132-143 Sihaloho, S. 2001. Analisis Pemahaman Konsep Larutan Elektrolit Melalui Penggambaran Mikroskopik Siswa Dan Guru Di SMU Kotamadia Gorontalo.Malang: Tesis Tidak Dipublikasikan.Malang: UMN Malang Wiseman, F.L. 1981. The Teaching of College Chemistry, Role of Student Develovmen Level. Jornal of Chemical Education. 58(6), 484-488
*) Mangara Sihaloho. Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Gorontalo