ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS PRODUK GONDORUKEM DAN TERPENTIN (Studi Kasus Di PGT. Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)
AGUNG SEDAYU YUSWANDI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin: Studi Kasus di PGT Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013 Agung Sedayu Yuswandi NIM E24080091
RINGKASAN Agung Sedayu Yuswandi. E24080091. Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin: Studi Kasus Di PGT Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat-Banten. Dibimbing oleh Ir. E.G. Togu Manurung, MS. Ph.D.
Salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang benilai tinggi dan mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan saat ini dan di masa mendatang adalah gondorukem. Hal ini ditunjukkan dengan potensi dan ekspor gondorukem Indonesia yang terus meningkat, dimana Indonesia merupakan negara produsen gondorukem terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Brasil. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besarnya nilai tambah serta balas jasa terhadap faktor-faktor produksi dalam aktivitas pengolahan getah pinus serta mengamati faktor-faktor yang mempengaruhinya, menganalisis titik impas produk gondorukem dan terpentin pada perusahaan dan menganalisis profitabilitas perusahaan. Metode yang digunakan adalah melakukan analisis nilai tambah, analisis biaya produksi produk gondorukem dan terpentin, kemudian melakukan perhitungan break even points untuk mendapatkan nilai MOS (Margin Of safety), menghitung MIR (Marginal Income Ratio) dari produk gondorukem dan terpentin untuk mendapatkan nilai profitabilitas dari kedua produk tersebut. Nilai profitabilitas dari pendapatan perhitungan dan pendapatan real perusahaan akan dibandingkan. Hasil perhitungan analisis nilai tambah untuk produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar Rp. 9.566/kg, pada tahun 2012 mempunyai nilai sebesar Rp. 4.673/kg yang mengalami penurunan nilai sebesar 51%. Nilai tambah untuk produk terpentin adalah sebesar Rp. 3.695/kg pada tahun 2011 dan mengalami penurunan 42% menjadi Rp. 2.127/kg. Penurunan terjadi akibat dari turunnya harga produk. Berdasarkan hasil analisis profitabilitas produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar 85%, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 77%. Produk terpentin mempunyai profitabilitas sebesar 47% pada tahun 2011, dan turun menjadi 8% pada tahun 2012. Profitabilitas menurut pendapatan aktual perusahaan untuk produk gondorukem mempunyai nilai sebesar 79% pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 naik menjadi 81% akibat sisa produk di tahun 2011 yang terjual pada tahun 2012. .
Kata kunci: gondorukem, terpentin, nilai tambah, profitabilitas
DHH
Added value analyze and Profitability of gum rosin and turpentine: Case study at PGT. Sindangwangi, KBM is Wood Industry and Non Wood Perum Perhutani Unit III. West Java and Banten. By: 1)
Agung Sedayu, 2) E.G Togu Manurung
INTRODUCTION: One of the non-timber forest products, and high-level values have bright prospects for development now and in the future is gum rosin. This was indicated by the potential of Indonesian Gum Rosin and exports a growing, where Indonesia is the third largest producer of Gum Rosin in the world after China and Brazil. The research aims to analyze add value, breakeven point, profitability of Gum Rosin and turpentine products on PGT Sindangwangi. METHOD: The method used is to conduct value-added analyzes, cost analysis Gum Rosin and turpentine production, then do the calculations break even points to getting value MOS (Margin Of Safety), calculating MIR (Marginal Income Ratio) of gum rosin and turpentine products to get the value of the profitability of both products. Value calculation revenue and profitability of the real revenues the company will be compared. RESULT: calculation results for the analyzes value-added products Gum Rosin in 2011 of Rp. 9.566/kg, in 2012 had a value of Rp. 4.673/kg impaired by 51%. Value added to the product of turpentine is Rp. 3.695/kg in 2011 and decreased 42% to Rp. 2.127/kg. The decline occurred due to lower product prices. Based on the analysis of profitability gum rosin products in 2011 amounted to 85%, and in 2012 decreased to 77%. Turpentine products have profitability by 47% in 2011, and dropped to 8% in 2012. Profitability according to the company's actual revenues for Gum Rosin product has a value equal to 79% in 2011 and in 2012 increased to 81% due to residual products in 2011 were sold in 2012.. KEYWORDS: Gum rosin, turpentine, add value, profitability
1) Student at Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB 2) Faculty at Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB
ABSTRAK AGUNG SEDAYU YUSWANDI. Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin: Studi Kasus Di PGT. Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Dibimbing oleh E.G TOGU MANURUNG. Salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang benilai tinggi dan mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan saat ini dan di masa mendatang adalah gondorukem. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya nilai tambah serta profitabilitas produk gondorukem dan terpentin perusahaan. Hasil perhitungan analisis nilai tambah untuk produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar Rp. 9.566/kg, pada tahun 2012 sebesar Rp. 4.673/kg yang mengalami penurunan nilai 51%. Pada produk terpentin sebesar Rp. 3.695/kg pada tahun 2011 dan mengalami penurunan 42% menjadi Rp. 2.127/kg pada tahun 2012. Analisis profitabilitas untuk produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar 85%, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 77%. Produk terpentin sebesar 47% pada tahun 2011, dan turun menjadi 8% pada tahun 2012. Penurunan nilai tambah dan profitabilitas kedua produk terjadi akibat dari turunnya harga produk yang dipengaruhi efek dari persaingan global khususnya negara China. . Kata kunci: gondorukem, terpentin, nilai tambah, profitabilitas
ABSTRACT AGUNG SEDAYU YUSWANDI. Added value analyze and Profitability of gum rosin and turpentine: Case study at PGT. Sindangwangi, KBM is Wood Industry and Non Wood Perum Perhutani Unit III. West Java and Banten. supervised by E.G TOGU MANURUNG. One of the developing high values non-timber forest products which have bright prospects now and in the future is gum rosin. The research aims to analyze added value and profitability of gum rosin and turpentine products. Calculation results for the added value analyzes of gum rosin products in 2011 was Rp. 9.566/kg while in 2012 was Rp. 4.673/kg, decreased 51%. Added value of turpentine was Rp. 3.695/kg in 2011 and decreased 42% to Rp. 2.127/kg in 2012. Based on the analysis of profitability the data of Gum Rosin products in 2011 amounted 85%, and in 2012 decreased to 77%. Turpentine products have 47% profitability in 2011, and decreased to 8% in 2012. Decline in added value and profitability of the two products occurred due to lower products prices are influenced by the effects of global competition especially China. Keywords : Gum rosin, turpentine, added value, profitability
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PROFITABILITAS PRODUK GONDORUKEM DAN TERPENTIN (Studi Kasus Di PGT. Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten)
AGUNG SEDAYU YUSWANDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin: Studi Kasus di PGT Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten : Agung Sedayu Yuswandi Nama : E24080091 NIM
Disetujui oleh
If. E.G. Togu Manurung, MS, Ph.D Dosen Pembimbing
a an Darmawan M.Sc etua Departemen
Tanggallulus :
2 6 .U 2013
Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin: Studi Kasus di PGT Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Nama : Agung Sedayu Yuswandi NIM : E24080091
Disetujui oleh
Ir. E.G. Togu Manurung, MS, Ph.D Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. I Wayan Darmawan, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini dengan judul Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. E.G. Togu Manurung, MS. Ph.D selaku pembimbing. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada bapak, ibu serta adikku bayu segara dan asri amalia, atas segala doa, dukungan dan perhatian selama ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Agista Puspa Wulandaputri S.Pt yang senantiasa menemani, memberikan semangat dan mendoakan penulis. Teman-teman THH45, Rizki agung, mitha mitra, Wisnu Moko, Prabu Satria, yang telah membantu penulis. Bapak Sarim Kastono S.hut selaku General Manager di PGT Sindangwangi dan seluruh staf dan pegawai PGT. Sindangwangi yang telah membantu penulis selama pengumpulan data. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semuanya.
Bogor, Agustus 2013 Agung Sedayu Yuswandi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Getah Pinus
2
Gondorukem dan terpentin
3
Klasifikasi Gondorukem
4
Klasifikasi Terpentin
4
Konsep Biaya
5
Analisis Titik Impas
6
Analisis Nilai Tambah
8
Analisis Profitabilitas
9
METODE
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Jenis Data
10
Prosedur Analisis Data
11
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
14
Sejarah Perusahaan
14
Lokasi Perusahaan
14
Struktur Organisasi, dan Ketenagakerjaan
15
Proses Produksi
15
Persyaratan dan Kualitas Produk
18
Penanganan Limbah dan AMDAL
18
Penanganan Limbah yang Dilakukan
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Analisis Nilai Tambah Produk Gondorukem
20
Analisis Nilai Tambah Produk Terpentin
23
Analisis Profitabilitas
23
SIMPULAN DAN SARAN
29
Simpulan
29
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
47
DAFTAR TABEL Tabel 1 Produksi getah pinus menurut kelas umur Tabel 2 Pabrik gondorukem dan terpentin Perhutani Tabel 3 Persyaratan mutu umum gondorukem Tabel 4 Persyaratan mutu khusus gondorukem Tabel 5 Persyaratan mutu terpentin Tabel 6 Analisis Nilai Tambah Menurut Metode Hayami Tabel 7 Nilai Tambah Produk Gondorukem Tabel 8 Analisis Nilai Tambah Produk Terpentin Tabel 9 Biaya Produksi PGT Sindangwangi Tabel 10 Titik Impas PGT Sindangwangi Tabel 11 Profitabilitas Tabel 12 Profitabilitas aktual Perusahaan
2 3 4 4 5 11 21 23 24 26 26 28
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Laba, Titik Impas dan Volume Penjualan Gambar 2 Skema proses produksi
7 16
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Produksi PGT Sindangwangi Tahun 2011 Lampiran 2 Data Produksi PGT Sindangwangi 2012 Lampiran 3 Gaji Pegawai PGT Sindangwangi tahun 2011 Lampiran 4 Biaya Gaji PGT Sindangwangi Tahun 2012 Lampiran 5 Biaya Penyusutan PGT Sindangwangi tahun 2011 dan 2012 Lampiran 6 Biaya Pemeliharaan PGT Sindangwangi Tahun 2011 Lampiran 7 Biaya Pemeliharaan PGT Sindangwangi Tahun 2012 Lampiran 8 Biaya Umum PGT Sindangwangi Tahun 2011 Lampiran 9 Biaya Umum PGT Sindangwangi Tahun 2012 Lampiran 10 Biaya Variabel PGT Sindangwangi Tahun 2011 Lampiran 11 Biaya Variabel PGT Sindangwangi tahun 2012 Lampiran 12 Profitabilitas Lampiran 13 Profitabilitas aktual perusahaan Lampiran 14 Analisis Nilai Tambah Gondorukem tahun 2011 dan 2012 Lampiran 15 Struktur organisasi PGT Sindangwangi
32 33 33 33 34 36 37 37 38 39 40 43 44 44 46
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen gondorukem terbesar ketiga di dunia setelah China dan Brazil serta memberikan kontribusi 8% lebih terhadap produksi gondorukem dunia, sementara China yang didukung infrastruktur lebih bagus mampu memproduksi gondorukem sampai 600 ribu ton atau 75% dari total produksi dunia serta diikuti Brazil dengan produksi gondorukem 75.400 ton setiap tahun. Volume produksi gondorukem Indonesia diperdagangkan sekitar 60.000 ton yang terdiri dari 80% untuk ekspor dan 20% untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik (Fachrodji 2009). Data perum perhutani menunjukan terjadinya peningkatan produksi getah pinus dari 71.882 ton (2007) menjadi 99.492 ton (2011) yang menghasilkan gondorukem dari 50.088 ton (2007) menjadi 71.139 ton (2011) dan terpentin 9.913 ton (2007) menjadi 15.195 ton (2011), dimana hal ini menunjukan bahwa produksi gondorukem dan terpentin mempunyai potensi untuk terus dikembangkan. Gondorukem digunakan sebagai bahan baku yang penting bagi industriindustri lainnya seperti: batik, kulit, sabun cuci, cat, isolator, kertas dan vernis, Terpentin digunakan untuk bahan industri cat dan vernis, ramuan semir sepatu, pelarut bahan organik, bahan pembuatan kamper sintetis serta kegunaan lainnya. Pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin menjadi penting mengingat produk ini adalah bahan baku bagi pasokan industri lain sehingga pasokan gondorukem dan terpentin yang berkesinambungan dapat menjaga kelancaran akitivitas dari industri-industri tersebut. Serta mampu menyumbang hampir 40% pendapatan tahunan Perhutani setiap tahun, untuk itu pabrik gondorukem dan terpentin (PGT) Sindangwangi harus melakukan efisiensi dalam melakukan produktivitas produksi. Salah satu cara dalam melihat sejauh mana tingkat efisiensi yang telah dicapai agar peluang perusahaan untuk tetap bertahan semakin tinggi adalah melakukan analisis nilai tambah dari proses produksi perusahaan pada periode tertentu. Analisis nilai tambah menggambarkan produktivitas produksi, balas jasa terhadap tenaga kerja langsung, besarnya kontribusi terhadap faktor-faktor produksi selain bahan baku dan keuntungan perusahaan. Serta melakukan analisis BEP (Break event point) dan analisis profitabilitas yang dapat memberikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Pengolahan Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi, dibawah naungan Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Kayu dan Non kayu Unit III Bandung Jawa Barat dan Banten. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis besarnya nilai tambah serta balas jasa terhadap faktor-faktor produksi dalam aktivitas pengolahan getah pinus serta mengamati faktorfaktor yang mempengaruhinya. 2. Menganalisis titik impas produk gondorukem dan terpentin pada perusahaan 3. Menganalisis profitabilitas perusahaan.
2
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam memberikan informasi atau masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan untuk menjaga kestabilan usahanya. serta bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang nilai tambah dan nilai profitabilitas terhadap pengolahan produk gondorukem dan terpentin.
TINJAUAN PUSTAKA Getah Pinus Wibowo (2006) mengatakan bahwa getah pinus terdapat pada saluran resin atau celah-celah antar sel. Saluran tersebut sering disebut saluran interseluler. Saluran ini terbentuk baik kearah memanjang batang diantara sel-sel trakeida maupun kearah melintang dalam jaringan jari-jari kayu. Saluran yang kearah memanjang batang (vertikal) biasanya lebih besar dibandingkan dengan saluran kearah radial dan sering kali kedua macam saluran tersebut saling berhubungan dan membentuk jaringan transportasi getah/resin didalam pohon. Saluran resin secara konsisten terdapat pada genus Pinus. Saluran resin longitudinal yang normal selalu disertai oleh saluran horisontal yang terjadi di dalam sejumlah jari-jari. Saluran resin adalah suatu ruang antar sel yang dikelilingi oleh saluran-saluran parenkim khusus yang mengeluarkan resin ke saluran tersebut (Haygreen dan Bowyer, 1989). Luas permukaan luka sadap menentukan banyaknya saluran getah yang terluka sehingga getah yang keluar lebih banyak. Makin luas bagian kayu yang terluka, makin banyak hasil getahnya. Getah pinus setelah diolah akan menghasilkan gondorukem dan terpentin. Dari satu ton getah setelah dimasak dapat menghasilkan 600 kg gondorukem (rendemen 60%) dan 120 liter terpentin (rendemen 12%) (Matangaran, 2006). Menurut Sofyan (1999), produksi getah pinus sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat tumbuh dan umur pohon. Dimana batas ketinggian lokasi tempat tumbuh pohon pinus mempengaruhi produksi getahnya. Tabel 1 Produksi getah pinus menurut kelas umur Kelas Umur III IV V VI
Ketinggian Tempat (mdpl) 500 600 700 800 3,50 3,41 3,33 3,24 6,14 6,05 5,97 5,88 8,78 8,69 8,61 8,52 11,42 11,33 11,25 11,16
900 3,16 5,80 8,43 11,08
1000 3,07 5,71 8,35 10,99
1100 2,98 5,62 8,26 10,90
1200 2,89 5,54 8,18 10,82
1300 2,81 5,45 8,09 10,73
Sumber : Sofyan, 1999
Getah pinus dapat diperoleh dengan cara penyadapan pada pohon yang masih hidup. Ada tiga cara sistem penyadapan getah pinus yang dikenal di Indonesia yaitu, sistem koakan (quare), sistem bor, dan sistem riill. Penyadapan sistem koakan menghasilkan getah yang tinggi dalam waktu singkat, namun kadar
3
kotoran yang juga tinggi. Selain itu biaya penyadapan sistem koakan ini lebih rendah dibandingkan sistem bor. Sebaliknya, penyadapan sistem bor menghasilkan getah yang bersih, namun rendemennya lebih rendah dan biaya yang diperlukan dalam penyadapan sistem ini lebih tinggi. Produksi getah pinus setiap pohonnya dapat ditingkatkan dengan menggunakan zat perangsang, baik untuk penyadapan sistem koakan maupun bor (Anggita, 2012).
Gondorukem dan terpentin Gondorukem merupakan resin padat yang secara alami terdapat dalam getah jenis-jenis pohon pinus. Gondorukem dihasilkan dari proses penyulingan getah pinus berbentuk padat dan berwarna kuning sampai kecokelatan. Berdasarkan sumber dan cara memperolehnya gondorukem dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu gondorukem getah yang merupakan hasil destilasi getah yang diperoleh dari penyadapan pohon pinus, gondorukem kayu yang diperoleh dari ekstraksi tunggul pohon pinus tua, dan gondorukem tall oil yang merupakan hasil sampingan pabrik pulp kraft dengan bahan baku kayu pinus (Kirk & Othmer 2007, diacu dalam Meiyana 2011). Gondorukem digunakan untuk campuran bahan batik tulis dan cetak, disamping dapat dimasak lagi untuk campuran bahan–bahan sabun, cat dan vernis, kertas, fungisida, laquers, plastizers. Khusus untuk pabrik kertas, gondorukem diolah lagi menjadi rosin soap (Gintings, 2000). Menurut Marjatin (1994), industri gondorukem adalah industri yang mengolah bahan baku getah pinus menjadi gondorukem dan minyak terpentin. Terpentin adalah minyak eteris yang diperoleh sebagai hasil sampingan dari pembuatan gondorukem. Minyak terpentin digunakan sebagai bahan campuran untuk pelarut atau sebagai minyak pengering. Selain itu minyak terpentin juga digunakan untuk campuran tambahan memproses ramuan sepatu, logam dan kayu, sebagai bahan subtitusi kamper dalam pembuatan seluloid dan sebagai bahan pelarut bahan organik. Daftar pabrik gondorukem dan terpentin milik Perhutani disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pabrik gondorukem dan terpentin Perhutani Lokasi/Nama Pabrik Unit I Jawa Tengah 1. Paninggaran 2. Sapuaran 3. Cimanggu 4. Winduaji Unit II Jawa Timur 5. Sukun 6. Rejowaningun 7. Garahan Unit III Jawa Barat 8. Sindangwangi
Sumber: Perum Perhutani
Tahun Pendirian
Kapasitas Terpasang/tahun (ton getah)
1975 1986 1989 1991
8.400 6.000 15.000 12.000
1976 1993 1981
18.000 10.000 16.500
1991
12.000
4
Klasifikasi Gondorukem Pengujian produk gondorukem dan terpentin menggunakan standar SNI (Standar Nasional Indonesia) 7636:2011 untuk gondorukem dan SNI 7633:2011 untuk terpentin. Persyaratan mutu gondorukem dibagi menjadi 2 yaitu : persyaratan umum dan khusus. Tabel 3 Persyaratan mutu umum gondorukem No. 1. 2. 3.
Jenis Uji Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod
Persyaratan 160-190 170-220 5-25
Sumber: SNI (7636:2011)
Tabel 4 Persyaratan mutu khusus gondorukem No
Jenis uji
Satuan
Persyaratan mutu U P
D
T
1.
Warna: a. Metode Lovibond b. Metode Comparator Titik lunak Kadar kotoran Kadar abu Bagian yang menguap
°C % % %
X ≤6 ≥78 ≤0,02 ≤0,02 ≤2
WG ≤8 ≥76 ≤0,07 ≤0,05 ≤2,5
N ≤9 ≥74 ≤0,10 ≤0,08 ≤3
2. 3. 4. 5.
Sumber: SNI (7636:2011) Keterangan : U (utama) = Kualitas Utama P (pertama) = Kualitas Pertama D (Kedua) = Kualitas kedua T (ketiga) = Kualitas ketiga
WW ≤7 ≥78 ≤0,05 ≤0,04 ≤2
X (Extra) = Kuning Jernih WW (Water White) = Kuning WG (Window Glass) = Kuning kecoklatan N (Nancy) = Kecoklatan
Klasifikasi Terpentin Minyak terpentin adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan uap getah pinus/tusam. Pengujian kualitas terpentin yang dilakukan yaitu pengujian secara visual dan pengujian laboratoris yang terdiri dari berat jenis dan indeks bias terpentin. Adapun persyaratan umum kualitas terpentin adalah : Berbentuk cair Bau khas terpentin Bobot jenis pada suhu 25ºC : 0,848 - 0,865 Indeks bias pada suhu 20 ºC : 1,464 – 1,478 Titik nyala : 33 – 38ºC Titik didih awal : 150 – 160ºC
5
Tabel 5 Persyaratan mutu terpentin
-
Persyaratan Mutu A Jernih
Mutu B -*
° % % %
+≥ 32 ≥ 90 ≤2 ≤ 2,0 ≥ 80
+< 32 < 90 >2 > 2,0 < 80
No.
Uraian
Satuan
1.
Warna
2. 3. 4. 5. 6.
Putaran Optik pada suhu 27,5°C Kadar sulingan Sisa penguapan Bilangan asam Alpha pinene
Sumber: SNI (7633:2011)
Catatan : *) Tidak dipersyaratkan
Konsep Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu dan tidak dapat dihindarkan. Tiap usaha yang bertujuan mencari laba maupun yang tidak bertujuan mencari laba, mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi dari pada nilai masukannya. Dengan laba atau sisa hasil usaha tersebut, usaha bersangkutan akan memiliki kemampuan untuk berkembang dan tetap mampu mempertahankan eksistensinya di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan informasi biaya, untuk mengukur kegiatan usaha menghasilkan laba atau tidak. Tanpa informasi biaya, pihak pengelola tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya. Selain itu tanpa informasi biaya, pengelola juga tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lainnya. Berdasarkan dalam perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu biaya tetap, variabel dan semi variabel (Mulyadi, 1999). Biaya tetap Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam perubahan volume kegiatan tertentu dimana biaya tetap per satuan berubah. Biaya tetap atau biaya kapasitas adalah biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi, dan metode serta strategi manajamen. Jika biaya tetap mempunyai proporsi lebih tinggi dibanding biaya variabel, maka kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi jangka pendek akan berkurang. Contoh biaya tetap antara lain : gaji, pajak, pemeliharaan dan perbaikan bangunan, sewa, dan masih banyak lagi. Biaya Variabel Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, dimana biaya variabel per unit konstan. Contoh dari
6
biaya variabel adalah perlengkapan, perlatan kecil, biaya komunikasi, biaya pengiriman, biaya pengangkutan dan masih banyak lagi.
Analisis Titik Impas Titik impas atau break event point (BEP) merupakan keadaan dimana suatu perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak memperoleh laba. Dengan kata lain suatu usaha dikatakan impas jika jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap saja. Analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum mendapat laba. Dengan kata lain labanya sama dengan nol. Kegunaan dari titik impas tersebut berguna untuk mengendalikan operasional yang sedang berjalan, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan harga jual, sebagai dasar perencanaan kegiatan operasional dalam usaha untuk mencapai laba tertentu sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan produksi atau penjualan (Mulyadi, 2001). Menurut Limbong dan Sitorus (1987), selain digunakan untuk menentukan harga jual dan mengetahui produksi atau penjualan, juga merupakan dasar atau landasan dalam merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu atau profit planning, terdapat beberapa asumsi dalam menggunakan analisa titik impas, antara lain : a) Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan yang terkait dapat diidentifikasikan sebagai biaya variabel dan biaya tetap. b) Biaya tetap adalah konstan. c) Biaya variabel bertambah dengan bertambahnya volume produksi. d) Harga jual per unit tetap. e) Perusahaan terkait menjual atau memproduksi hanya satu jenis produk. Dalam analisis titik impas, biaya – biaya dikelompokkan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Ada dua cara dalam menentukan titik impas, yaitu : 1. Pendekatan Teknik Persamaan Secara matematis, titik impas produktivitas dapat dihitung sebagai berikut : = (P.Q) – (TVC+TFC) Keadaan impas adalah jika (keuntungan) = 0, maka : (P.Q) – (TVC+TFC) =0 BEP TC = TR (P.Q) = (TVC+TFC) (P.Q) – TVC = TFC (P.Q) – (AVC.Q) = TFC Q (P-AVC) = TFC BEP (Impas dalam unit)
=
-
7
BEP (Impas dalam rupiah)
=
TFC
Keterangan BEP P TVC TFC AVC
: : Nilai Impas Produksi (unit atau Rupiah) : Harga jual produk per unit (Rp/unit) : Biaya variabel total (Rp) : Biaya tetap total (Rp) : Biaya rata-rata variabel per unit (Rp/unit) : Laba (Rp)
2. Pendekatan Grafis Perhitungan titik impas dapat dilakukan juga dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara garis biaya dengan garis pendapatan penjualan merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan. Sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.
Sumber : Mulyadi, 2001
Gambar 1 Laba, Titik Impas dan Volume Penjualan Keterangan TR TC TVC TFC Daerah A Daerah B P Q
: : Penerimaan total (Rp) : Biaya total (Rp) : Biaya variabel total (Rp) : Biaya tetap total (Rp) : Daerah laba ( daerah antara TR, impas dan TC) : Daerah rugi, yaitu daerah antar P, impas dan Q : Pendapatan, biaya : Volume penjualan
8
Pada gambar 1 terlihat bahwa titik impas terjadi pada perpotongan antara TR dengan TC yang ditunjukan oleh tingkat output Q. Jika tingkat penjualan lebih kecil dari OQ, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang berarti bahwa hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya total yang telah dikeluarkan. Sebaliknya perusahaan akan mendapatkan keuntungan jika penjualan lebih besar dari OQ, artinya hasil penjualan lebih besar dari biaya total yang telah dikeluarkan. Titik impas dapat berubah dengan adanya perubahan harga input, perubahan harga output dan perubahan teknologi (Mulyadi, 2001).
Analisis Nilai Tambah Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional pada komoditi terkait. Input fungsional dapat berupa proses mengubah bentuk atau form utility, memindahkan tempat place utility, maupun menyimpan time utility, analisis nilai tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai. Selain itu analisis nilai tambah juga menunjukan bagaimana kekayaan perusahaan tercipta melalui proses produksi dan bagaimana distribusi kekayaan tersebut dilakukan. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen (Hayami et al. 1987) Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami, kelebihan dari alat analisis ini adalah sebagai berikut : 1. Lebih tepat digunakan untuk proses pengolahan produk-produk pertanian. 2. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya). 3. Dapat diketahu balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi. 4. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan. Besaran nilai tambah yang dihasilkan dapat ditaksir besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi yang digunakan dalam proses perlakuan tersebut. Dalam analisis nilai tambah terdapat juga tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukan banyak output yang dihasilkan dari satusatuan input, faktor koefisisen tenaga kerja yang menunjukan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input, dan nilai produk yang menunjukan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis (faktor pasar). Faktor teknis terdiri dari jumlah dan kualitas bahan baku serta input penyerta, kualitas produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, dan penggunaan unsur tenaga kerja. Faktor pasar meliputi harga bahan baku, harga jual output, upah tenaga kerja, modal investasi, informasi pasar, dan nilai input lain. Komponen pendukung dalam analisis nilai tambah, yaitu faktor konversi, faktor koefisien tenaga kerja, dan nilai produk. Faktor konversi menunjukan banyaknya output yang dihasilkan dari satuan input. Faktor koefisien tenaga kerja menunjukan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai produk menunjukan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Fungsi dari nilai tambah yang menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen, dapat dirumuskan sebagai berikut :
9
Nilai Tambah = f (K, B, T, U, H, h, L) Dimana : K = Kapasitas produksi unit usaha (unit) B = Jumlah bahan baku yang digunakan (unit) T = Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan (HOK) U = Upah tenaga kerja (Rp/HOK) H = Harga output (Rp/unit) h = Harga bahan baku (Rp/unit) L = Nilai input lain (unit) Distribusi nilai tambah berhubungan dengan teknologi yang diterapkan dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja berupa keahlian dan keterampilan, serta kualitas bahan baku. Apabila penerapan teknologi cenderung padat karya maka proporsi bagian tenaga kerja yang diberikan lebih besar daripada proporsi bagian keuntungan bagi perusahaan, sedangkan apabila diterapkan teknologi padat modal maka besarnya proporsi bagian manajemen lebih besar daripada proporsi bagian tenaga kerja.
Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas dapat diterapkan pada berbagai obyek informasi, seperti produk, keluarga produk, aktivitas maupun unit organisasi. Analisis profitabilitas ditujukan untuk mendeteksi penyebab timbulnya laba atu rugi yang dihasilkan oleh suatu obyek informasi dalam periode akuntansi tertentu (Mulyadi, 1999). Profit adalah besarnya laba yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Profitabilitas adalah nilai laba bersih dibagi dengan penerimaan total. Profitabilitas yang diperoleh laba perusahaan menggambarkan besarnya laba yang diperoleh dari hasil laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Menurut mulyadi (1999), besarnya nilai profitabilitas ini diperoleh dari perkalian antara Margin Income Ratio (MIR) atau Profit Volume Ratio dengan Margin Of Safety (MOS). Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dari volume penjualan dari titik impas merupakan angka Margin Of Safety (MOS). Menurut mulyadi (1999), secara matematis rumus untuk menghitung nilai MOS adalah : MOS (%) =
-
Keterangan : MOS : Margin Of Safety (%) BEP : Nilai Impas (Rp) TR : Penerimaan Total (Rp) Angka MOS ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun agar perusahaan tidak rugi, atau dengan kata lain angka MOS memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan yang tidak mengakibatkan kerugian.
10
Jika dihubungkan dengan Marginal Income Ratio (MIR), angka Margin Of Safety ini akan berhubungan langsung dengan laba. MIR itu sendiri adalah rasio antara pendapatan dengan hasil penjualannya. MIR memberikan informasi seberapa bagian dari penjualan tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Secara matematis, MIR dapat ditulis sebagai berikut (Mulyadi, 1999). : MIR (%) =
-
Keterangan : MIR : Marginal Income Ratio (%) VC : Biaya Variabel (Rp/unit) TR : Penerimaan Total (Rp) Dari hasil kali antara MOS (Margin Of Safety) dan MIR (Marginal Income Ratio) ini, kita dapat melihat profitabilitas perusahaan (kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba). Nilai profitabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis : (%) = MOS X MIR X 100% Keterangan : : Profitabilitas perusahaan (%) MIR : Marginal Income Ratio (%) MOS : Marginal Of Safety (%)
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi, Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Kayu dan Non kayu Unit III Bandung Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilaksanakan pada bulan FebruariMaret 2013.
Jenis Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan serta wawancara dengan pihak perusahaan. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan, bahan pustaka, literatur perusahaan maupun intansi terkait. Data primer yang diperlukan adalah kegiatan perusahaan yang mencakup pengadaan bahan baku, proses produksi, pengemasan dan pemasaran produk gondorukem dan terpentin.
11
Data sekunder yang diperlukan meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, sedangkan dalam menganalisis nilai tambah adalah jumlah dan harga bahan baku getah pinus yang digunakan, jumlah dan harga output yang dihasilkan, jumlah hari kerja langsung dan upah rata-rata per hari, serta data mengenai input lain meliputi biaya administrasi dan umum. Prosedur Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis nilai tambah, analisis biaya produksi produk gondorukem dan terpentin, kemudian melakukan perhitungan nilai MOS (Margin Of safety) dan MIR (Marginal Income Ratio) dari produk gondorukem dan terpentin untuk mendapatkan nilai profitabilitas dari kedua produk tersebut. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapatkan perlakuan tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut berasal dari pemanfaatan faktor-faktor tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia dan manajemen. Rumus dari metode Hayami : Tabel 6 Analisis Nilai Tambah Menurut Metode Hayami No Variabel Output, input, dan harga 1 Output (kg/bulan) 2 Bahan baku (kg/bln) 3 Tenaga kerja (HOK/bulan) 4 Faktor konversi 5 Koefisien tenaga kerja 6 Harga output 7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan keuntungan (Rp/kg) 8 Harga Bahan baku 9 Sumbangan input lain 10 Nilai Output 11 a. nilai tambah b. Rasio nilai Tambah 12 a. Imbalan tenaga kerja b. Bagian tenaga Kerja 13 a. keuntungan b. tingkat keuntungan Balas Jasa dari masing-masing faktor produksi 14 Marjin a. imbalan tenaga kerja B. sumbangan input lain c. keuntungan perusahaan Sumber: Hayami et all, 1987
Nilai A B C D =A/B E= C/B F G H I J=DxF K =J-I-H L% = (K/J) x100% M=ExG N % = (m/k) x 100% O = K-M P% = (O/J) X 100% Q% = (J-H) x 100% R % = (M/Q) x 100% S% = (I/Q) x100% T%= (O/Q) X 100%
12
Informasi yang dihasilkan melalui metode analisis nilai tambah hayami yang digunakan pada subsistem pengolahan adalah sebagai berikut : 1. Perkiraaan besarnya nilai tambah (Rp) 2. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukan persentase nilai tambah dari nilai produk 3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukan besar upah yang diterima oleh tenaga kerja 4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah. 5. Keuntungan pengolahan (Rp) menunjukan bagian yang diterima pengusaha (pengolah), karena menanggung resiko usaha 6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%), menunjukan persentase keuntungan terhadap nilai tambah 7. Marjin pengolah (Rp), menunjukan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 8. Persentase pedapatan tenaga kerja terhadap marjin (%) 9. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%) 10. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%) Analisis Biaya Produksi Analisis biaya produksi dilakukan untuk mengetahui struktur biaya yang diperlukan dalam pengusahaan pengolahan getah pinus menjadi produk gondorukem dan terpentin dan dapat mengetahui berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Biaya produksi merupakan penjumlahan dari total biaya tetap dan total biaya variabel dalam memproduksi suatu produk. Biaya produksi dihitung dengan menjumlahkan total biaya tetap dan biaya variabel seperti persamaan berikut: TC = TFC + TVC Sedangkan untuk menghitung biaya produksi per kilogram menggunakan rumus : UC = dimana : TC = Total biaya produksi gondorukem per tahun (Rp/tahun) TFC = Biaya tetap total produksi gondorukem per tahun (Rp/tahun) TVC = Biaya variable total produksi gondorukem per tahun(Rp/tahun) V = Volume produksi gondorukem per tahun (Rp/bln) UC = Biaya produksi per kilogram (kg)
13
Biaya tetap yang diperhitungkan antara lain, gaji, penyusutan, pemeliharaan. Sementara biaya variabel yang diperhitungkan adalah biaya getah, biaya angkut getah, biaya bahan penolong, biaya bongkar, upah tak langsung dan upah langsung. Analisis Break Even Point. Analisis Break even point (BEP) perusahaan bertujuan menentukan volume penjualan minimum yang tidak mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian tetapi juga tidak untung. Ada dua cara untuk menentukan BEP, yaitu menggunakan teknik persamaan dan pendekatan grafis. Perhitungan BEP dengan pendekatan grafis dibuat dengan menentukan titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara garis pendapatan (TR) dengan garis biaya (TC) merupakan titik impas. Persamaan BEP adalah sebagai berikut : a. Titik Impas atau BEP dalam unit, NBEP =
-
b. Titik Impas atau BEP dalam Rupiah, NBEP = Dimana : BEP N TFC C H
= Tingkat produksi gondorukem pada titik impas (ton/tahun) = Biaya tetap per satuan unit waktu (Rp/tahun) = Biaya variabel per satuan unit produksi (Rp/kg) = Harga persatuan unit (Rp/kg).
Profitabilitas Usaha Profitabilitas merupakan perhitungan untuk melihat kemampuan usaha dari produk gondorukem dan terpentin dalam memperoleh laba, yang diperoleh melalui hasil perkalian antara MOS atau Margin of safety dan MIR atau Marginal Income Ratio. Rumus yang digunakan dalam menghitung profitabilitas adalah sebagai berikut : -
MOS (%) =
MIR (%) =
-
= MOS Dimana : MOS = Margin of safety MIR = Marginal Income Ratio = Profitabilitas Usaha AVC = Biaya Rata-rata Variabel
-
MIR
14
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan Sebelum Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi didirikan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten mengadakan kerjasama produksi dengan pabrik swasta dalam pengolahan getah pinus, yaitu Maruha Karya Sari yang berlokasi di Jatinangor, Sumedang. Dengan produksi getah yang terus meningkat dari tahun ke tahun mendorong Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten membangun pabrik gondorukem dan terpentin yang diberi nama Sindangwangi pada tahun 1990 di Nagreg. Pembangunannya diresmikan pada tanggal 27 Agustus 1991 oleh Menteri Kehutanan Ir. Hasrul Harahap. Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi didirikan berdasarkan berdasarkan Keputusan Direksi Perhutani No. 691/Kpts/dir/1990 dengan kapasitas produksi 10.000 ton per tahun, dengan rendemen gondorukem sebesar 68% dan terpentin sebesar 12% diproyeksikan untuk penjualan dalam negeri dan luar negeri dengan sasaran kualitas hasil produksi gondorukem adalah kualitas WW-X. Pemasok getah berasal dari 12 KPH yaitu, Sukabumi, Garut, Sumedang, Cianjur, Bandung Utara, Bandung Selatan, Purwakarta, Bogor, Kuningan, Tasikmalaya, Majalengka, dan Ciamis. Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi ini merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah tanggung jawab Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, sejak tahun 2006 dinaungi oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu dan Non kayu Unit III Bandung Jawa Barat dan Banten Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Sindangwangi mulai membangun sistem manajemen mutu pada bulan Juni tahun 2000 dan dinyatakan lulus ISO 9002 oleh assesor dari MALQA. Pada tahun 2010 telah dilakukan upgrade menjadi ISO 9001 versi 2008. Dengan keberhasilan meraih sukses implementasi ISO 9001 PGT Sindangwangi diharapkan untuk dapat terus mempertahankan kualitas produk yang baik maka setiap kegiatan di PGT Sindangwangi harus berdasarkan rencana operasional kerja dan Standard Operational Prosedure (SOP).
Lokasi Perusahaan Pabrik Sindangwangi ini berada di daerah kaki Gunung Batu dengan jarak lebih dari 40 km dari kota Bandung yang berkedudukan di Desa Nagreg, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung. Pabrik ini dibangun dengan luas mencapai ± 3 ha. Luas keseluruhan komplek pabrik beserta kantor, gudang, dan perumahan karyawan sekitar 27.000 m2, sementara luas bangunannya sekitar 946 m2. Pabrik ini diproyeksikan untuk penjualan dalam negeri dengan sasaran kualitas hasil produksi gondorukem adalah kualitas WW-X. Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar wilayah di Kabupaten Bandung merupakan pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas permukaan laut bervariasi dari 500 m sampai 1.800 m. Secara umum letak
15
Kabupaten Bandung yang berada di dataran tinggi atau pegunungan membuat suhu udara di kabupaten ini cukup sejuk, yaitu berkisar antara 12 0C - 24 0C.
Struktur Organisasi, dan Ketenagakerjaan Struktur organisasi PGT sindangwangi terdiri dari beberapa Kepala Urusan yang dipimpin oleh seorang Manager. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 15. PGT Sindangwangi memiliki tenaga kerja berjumlah 43 orang, yang terdiri dari 32 orang pegawai perusahaan, 7 orang pegawai pelaksana, 4 orang outsourcing (staf pembantu operator), 12 orang satpam (outsourcing) berasal dari yayasan dan juga terdapat pekerja borongan. Secara umum pengaturan jam kerja yaitu : 1. Karyawan di bagian produksi, jam kerja selama 6 hari dalam satu minggu dengan sistem kerja 3 shift kerja yaitu : Shift 1 : Bekerja pukul 07.00 – 15.00 WIB. Shift 2 : Bekerja pukul 15.00 – 23.00 WIB. Shift 3 : Bekerja pukul 23.00 – 07.00 WIB. 2. Karyawan di bagian administrasi bekerja dari hari Senin sampai Sabtu dari pukul 08.00 – 16.00 WIB. Setiap shift melakukan pergantian jam kerja tiap satu minggu sekali dengan urutan pergantian jam kerja pagi-malam-sore dan seterusnya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pabrik dan kesejahteraan karyawan. Apabila pasokan getah melimpah seperti tanggal-tanggal tutupan, maka bagian produksi suka mengadakan lembur. Lembur diadakan pada hari minggu dengan waktu kerja 8 jam. Sistem upah didasarkan pada jenis pegawai, pangkat dan golongan yang ada di Perum Perhutani. Pegawai perusahaan mendapatkan gaji pokok, tunjangan, dan asuransi jamsostek. Gaji pokok berdasarkan golongan dan masa kerja, biasanya setiap 2 tahun sekali terdapat kenaikan gaji berkala sebesar 4%. Sedangkan pegawai pelaksana mendapatkan Upah Minimum Perum Perhutani, tunjangan, jamsostek, dan Dana Pensiun lembaga kesehatan yang bekerjasama dengan simponi BNI. Proses Produksi Proses produksi pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin sebagai berikut, yaitu : penerimaan getah, penampungan getah, pemanasan awal, pengenceran getah, pencucian awal, pencucian ulang, penampungan getah bersih, pemasakan getah, penampungan gondorukem dan terpentin. Secara umum tahap proses produksi gondorukem disajikan pada gambar 2.
16
Gambar 2 Skema proses produksi Keterangan Gambar : BG : Bak getah M : Melter ST : settler W : washer PN : Tangki penampung TTPS : Tangki terpentin proses sementara D : Tangki dehidrator TTPds : Tangki terpentin produk sementara TPTP : Tangki proses sementara TTP : Tangki terpentin produk MS : Tangki pemasak RC : Reflak condensor ST : Tangki separator CT : Tangki condensor V : Vakum F1 : filter GAF RBT4 F2 : Filter GAF PO5 F3 : Filter GAF PO1 APW : Air pengumpan washer IPAL : Instalasi pengolahan air limbah Getah yang berasal dari KPH-KPH dan datang ke PGT. Sindangwangi langsung di tampung pada bak getah. Bak Getah ini berfungsi sebagai tempat sortir getah berdasarkan kualitas mutunya. Pada proses penampungan ini diterapkan prinsip FIFO (first in first out) yang artinya getah yang masuk pertama dalam bak getah harus diproses lebih awal.
17
Pada proses pengenceran ini terjadi pencampuran getah dengan 1.000 kg terpentin ke dalam larutan getah dalam tangki melter kemudian dipanaskan pada suhu 68-80 oC selama 10-15 menit. Pengenceran getah ini bertujuan untuk memudahkan pemisahan kotoran dari getah, selain itu juga memudahkan dalam pemindahan dan penyaringan.Tangki melter dilengkapi dengan steam penekan yang berfungsi sebagai pengaduk agar larutan getah homogen, suhu menyebar merata, dan untuk menekan larutan getah agar tersaring. Proses Pencucian dilakukan dengan mencampurkan larutan getah dengan asam oksalat yang berfungsi untuk mengikat ion Fe dan memudahkan pemisahan kotoran halus. Ion besi akan membentuk endapan besi oksalat. Setelah kotoran dan air dibuang dengan membuka knop pada tangki settler serta getah yang dicampur asam oksalat diendapkan selama 6-10 menit. Kemudian mencuci larutan getah dari kotoran-kotoran halus dengan menggunakan adukan agitator dengan kecepatan 1.500 rpm yang ditambahkan air didalam settler. Banyaknya asam oksalat yang ditambahkan sekitar 3-4 kg per satu kali pencucian. Pada tahap ini dilakukan pemanasan sampai suhu 60-80 oC dan sambil diaduk dengan agitator ± 5 menit. Larutan diendapkan sehingga diperoleh 3 lapisan yaitu lapisan atas berupa lapisan getah, lapisan tengah berupa lapisan kotoran halus/jonjot, dan lapisan bawah berupa lapisan air. Setelah diendapkan ± 10 menit, air dan kotoran di blow down dan larutan getah dapat dikirim ke tangki penampung untuk proses selanjutnya. Getah yang terbuang saat proses blow down masuk dalam tangki penampung kemudian diendapkan beberapa saat dan setelah getah terpisah dengan air dan kotoran, getah tersebut disedot menuju pada tangki washer. Tangki penampung ada sebanyak 2 buah dengan kapasitas 7.000 liter. Berfungsi menampung larutan getah bersih dari tangki settler yang selanjutnya siap dikirim ke tangki pemasak. Penampung getah bersih ini juga berfungsi sebagai ukuran jumlah larutan getah yang akan dimasak. Pada proses ini juga dilakukan pengendapan kotoran yang masih lolos filter, kemudian sebelum dipindahkan ke tangki pemasak getah di blow down dulu. Proses pemasakan larutan getah menjadi gondorukem dan terpentin pada prinsipnya menggunakan metode destilasi uap yaitu pemisahan berdasarkan titik didih. Metode destilasi uap adalah metode penyulingan cairan yang tidak saling campur dengan air yaitu dengan menghembuskan uap air panas ke dalamnya. Cara ini bergantung pada kenyataan bahwa tekanan uap (demikian juga titik didih) campuran dari cairan tidak saling campur lebih rendah dari pada tekanan uap dari setiap cairan murni penyusunnya. Kemudian melakukan pengontrolan pada kaca pengamat di bagian atas ketel pemasak yang bertujuan untuk mencegah terbawanya larutan getah ke tangki kondensor dan melakukan peludangan (Canning). Cairan gondorukem hasil pemasakan harus diuji oleh Quality Control untuk mengetahui mutunya setelah dimasukkan kedalam kaleng. Cairan gondorukem dimasukkan ke dalam kaleng gondorukem dengan berat bersih 240 kg. Pada kaleng tertulis nomor masak, nomor kaleng, dan mutu gondorukem serta kaleng diletakkan diatas palet. Selanjutnya kaleng diletakkan di gudang penyimpanan gondorukem. Terpentin merupakan hasil destilasi dan pemanasan larutan getah yang berbentuk cairan saat proses pemasakan berlangsung. Uap terpentin mulai
18
menguap pada suhu 90-100oC karena adanya tekanan vacum pada tangki. Di kondensor uap terpentin didinginkan (dengan air) dan berubah menjadi cairan. Cairan ini berupa air dan minyak terpentin. Cairan masuk ke tangki separator. Pada tangki ini terjadi pemisahan air dengan minyak terpentin. Air lebih besar dari terpentin sehingga air berada dibawah dan terpentin berada diatas. Air yang dihasilkan akan dialirkan ke tangki kondensat, sedangkan minyak terpentin akan masuk ke tangki terpentin I. Dari tangki terpentin I, terpentin dikirim ke tangki terpentin II. Di tangki ini terdapat 2 pipa yaitu pipa atas dan pipa bawah. Terpentin yang mengalir melalui tangki bawah mengalir ke tangki proses untuk digunakan dalam proses pengenceran getah. Sedangkan pipa yang atas mengalirkan terpentin ke dehidrator. Pada dehidrator ditambahkan garam industri dengan tujuan untuk mengikat air yang masih terkandung pada terpentin. Di dehidrator juga terjadi penghilangan sisa-sisa air dalam terpentin. Terpentin yang berada di tangki ini diuji Berat Jenis, dan warnanya (kejernihan). Apabila Berat Jenis dan warna (kejernihan) sudah memenuhi standar maka terpentin siap dikirim ke tangki terpentin produk. Pada tangki ini terpentin siap untuk didistribusikan.
Persyaratan dan Kualitas Produk Pengujian produk gondorukem dan terpentin menggunakan standar SNI (Standar Nasional Indonesia) 7636:2011 untuk gondorukem dan SNI 7633:2011 untuk terpentin hasil revisi dari SNI 01-5009.12-2001 dan SNI 01-5009.3-2001. Alasan revisi standar ini karena adanya perubahan keadaan dilapangan. Pengujian gondorukem yang dilakukan di PGT. Sindangwangi terdiri dari pengujian secara visual dan laboratorium. Pengujian secara visual yang dilakukan yaitu pengujian terhadap warna gondorukem. Sedangkan pengujian laboratorium terdiri dari pengujian kadar kotoran, titik lunak, dan kadar terpentin tersisa. Untuk pengujian minyak terpentin yang dilakukan di PGT. Sindangwangi yaitu pengujian secara visual dan pengujian laboratoris yang terdiri dari berat jenis dan indeks bias terpentin.
Penanganan Limbah dan AMDAL Limbah Padat Limbah padat dihasilkan dari pengolahan pada tangki melter. Pembongkaran limbah dilakukan setiap 2 batch filtrasi dan jumlah rata-rata untuk setiap kali pembongkaran sebanyak 120-140 kg. Limbah ini tidak mengandung bahan yang berbahaya karena berasal dari kulit, serasah, dan kayu pinus. Penanganannya yaitu dengan dikeringkan dan ditimbun pada bak serasah. Serasah yang sudah kering biasanya diambil oleh pengrajin dari Pekalongan. Limbah Cair Mengandung sedikit getah dan terpentin serta zat lain yang terlarut dalam air termasuk asam oksalat. Limbah ini berasal dari hasil blow down pada proses di tangki settler dan tangki penampung. Penanganannya yaitu dengan UPL (Unit
19
Pengolah Limbah) dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Semua aliran kotoran dari tangki-tangki proses dimasukkan dalam bak penampung limbah sementara kemudian diendapkan sampai air limbah dengan larutan getah kotor yang masih tersisa terpisah. Air keluar lewat pipa bawah untuk kemudian dialirkan ke bak air kotor sedangkan larutan getah kotor dialirkan ke tangki washer untuk diendapkan kembali. Bila getah hasil pengendapan di tangki washer masih kotor dan perlu dicuci kembali, maka dari washer akan di kirim ke tangki settler untuk dicuci ulang dengan tujuan meningkatkan rendemen. Limbah Gas Limbah ini berupa asap yang berasal dari boiler dan forklift. Jumlah asap yang ditimbulkan tidak terlalu banyak sehingga masih berada dalam tahap aman bagi lingkungan. Setiap bulan dilakukan uji lab, dimana sampel udara diambil dari cerobong boiler. Hasil pengujian kemudian dilaporkan ke dinas lingkungan.
Penanganan Limbah yang Dilakukan Unit Pengolah Limbah (UPL) Unit penampungan limbah terdiri atas bak penampungan limbah. Proses pengolahan limbah dimulai dari memindahkan larutan getah limbah dari bak beton ke tangki penampungan getah limbah untuk didaur ulang ke washer atau ke anak bak getah. Air asam yang masih panas disirkulasikan agar menjadi dingin dengan menggunakan motor pompa. Air asam yang sudah dingin tersebut dipindahkan ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk dinetralisir Instalasi Pengolahan Air Limbah Fungsinya untuk menetralisir air limbah yang keluar dari unit pemisahan air limbah sehingga menjadi air buangan yang memenuhi persyaratan. Proses Instalasi Pengolahan Air Limbah yaitu mencampurkan air kapur dengan air asam hingga mencapai pH 9-10 dengan blower, kemudian dialirkan ke bak pengendap I. setelah bak pengendap I penuh, air campuran hasil olahan tersebut difiltrasikan ke bak isi melalui pengadukan dengan agitator, kemudian ditambahkan asam ferro hingga mencapai pH 6-7 (netral). Setelah itu, dozing pump dihidupkan untuk mencampurkan kaporit dengan aliran hasil akhir dari bak isi ke box filter karbon aktif. Filter karbon aktif dicek ulang untuk memastikan keadaan air sudah netral dengan menggunakan kertas lakmus (pH 6-7). Apabila bak pengendapan I sudah penuh dengan lumpur maka hidupkan pompa lumpur. Pompa back wash perlu dihidupkan apabila telah terjadi penyumbatan pada filter karbon. Setelah air sudah netral, air akan dialirkan ke sungai dan sebagian melewati sawah-sawah penduduk setempat. Pengujian air limbah secara rutin dilakukan oleh bagian penguji untuk dilaporkan kepada dinas lingkungan. Sistem Pengendalian Pencemaran Industri Pengendalian pencemaran Industri dengan cara melakukan pengujian air limbah dan uji ambien (uji udara). pengujian air limbah diambil sampel dari IPAL
20
(Instalasi Pengolahan Air Limbah), dan pengujian ambien diambil sampel dari cerobong asap boiler. Pengujian dilakukan sebulan sekali, dan diuji oleh penguji internal dan penguji eksternal. Penguji internal berasal dari tim penguji di PGT. Sindangwangi, dan tim penguji eksternal berasal dari BPPK (Balai Penelitian Pulp dan Kertas). Kemudian hasil pengujiannya dilaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Nilai Tambah Produk Gondorukem Pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin merupakan bentuk kegiatan yang mengakibatkan bertambahnya nilai komoditi getah pinus. Besaran nilai tambah tersebut bisa diketahui melalui analisis nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami. Dari hasil perhitungan nilai tambah Hayami dapat diperoleh keterangan seperti nilai tambah pengolahan dalam industri gondorukem, tingkat keuntungan dalam rupiah dan persen, serta besarnya balas jasa untuk faktor-faktor produksi yang digunakan. Perhitungan analisis nilai tambah ini dilakukan pada tahun 2011 dan 2012 data disajikan pada tabel 7. Bahan baku yang diolah oleh PGT Sindangwangi adalah sebanyak 14.738.729 kg getah Pinus dan menghasilkan 10.383.120 kg gondorukem, dan mempunyai nilai konversi 70,4%. Angka tersebut menunjukan 100 kg dari getah pinus dapat menjadi 70,4 kg gondorukem. Pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah bahan baku yang diolah sebesar 2% yang mengakibatkan turunnya hasil produk gondorukem sebesar 3% yaitu menjadi 10.117.920 kg, dimana faktor konversi yang dihasilkan adalah dari 100 kg getah pinus dapat menghasilkan 70,3 kg gondorukem Jumlah tenaga kerja langsung atau pekerja lepas yang dibutuhkan pada tahun 2011 dan 2012 tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 10 orang. Akibatnya total kerja yang digunakan adalah 2880 HOK (hari orang kerja) dengan asumsi jumlah kerja per tenaga kerja setiap tahun adalah sebanyak 288 hari kerja. Lamanya bekerja pegawai pada perusahaan adalah delapan jam per hari. Biaya upah di PGT Sindangwangi merupakan biaya pegawai lepas dimana penghasilan yang didapat tergantung dari banyaknya volume bahan baku dan produksi yang dihasilkan sehingga penghasilan yang didapat tidak dapat ditetapkan per bulannya. Pada tahun 2012 terjadi penurunan nilai upah yang diperoleh dikarenakan bukan menurunnya nilai upah yang diberikan tetapi karena turunnya jumlah bahan baku getah yang diperoleh Harga produk gondorukem pada tahun 2011 mempunyai rata-rata sebesar Rp. 18.909/kg, harga jual dasar produk ditetapkan oleh direksi yang digunakan untuk menentukan harga jual minimal, tetapi untuk tambahan harga biasanya dapat berubah jika kondisi pasar membaik dan harga peubah ini ditetapkan oleh general manager untuk kepentingan penjualan dengan kontrak dan penjualan langsung. Pada tahun 2012 harga rata-rata dari produk gondorukem sebesar Rp. 11.942/kg. Harga bahan baku getah pinus juga ditetapkan oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sebesar Rp. 3090/kg, harga ini sama untuk tahun
21
2011 dan 2012. Pemasok getah untuk PGT Sindangwangi diperoleh dari 12 KPH daerah Jawa Barat dan Banten. Tabel 7 Nilai Tambah Produk Gondorukem no
Variabel
nilai
Satuan 2011
Perubahan
2012
Output,Input dan Harga
1
Output (gondorukem)
Kg/thn
10.383.120
10.117.920
-3%
2
bahan baku
Kg/thn
14.738.729
14.382.298
-2%
3
Tenaga kerja
HOK/thn
2.880
2.880
0%
4 5
Faktor konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2)
HOK/Kg
0,704 0,00020
0,703 0,00021
0% 2%
6
Harga Output
Rp/Kg
18.909
11.942
-37%
48.398
36.817
-24%
7 Upah rata-rata tenaga kerja Rp/Hok Pendapatan dan keuntungan (Rp/kg bahan baku) 8
Harga Bahan Baku
Rp/Kg
3.090
3.090
0%
9
Sumbangan Input lain
Rp/kg
665
667
0%
10
Nilai output (4x6)
Rp/kg
13.321
8.401
-37%
11a
Nilai Tambah (10-9-8) Rasio Nilai Tambah ((11a/10) x 100%)
Rp/Kg
9.566
4.644
-51%
%
72%
55%
-23%
Rp
9
7
-22%
%
0,1%
0,2%
61%
keuntungan (11a-12a) tingkat keuntungan b ((13a/11a) x 100%) Balas Jasa Faktor Produksi
Rp
9.556
4.636
-51%
%
100%
100%
0%
14
Rp
10.231
5.311
-48%
%
0,10%
0,14%
50%
%
6,5%
12,6%
93%
%
93,4%
87,3%
-7%
b 12a b
Imbalan tenaga kerja (5x7) bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%)
13a
Marjin (10-8) Pendapatan tenaga kerja a ((12a/14) x 100%) sumbangan input lain b ((9/14) x 100%) keuntungan perusahaan c ((13a/14) x 100% Sumber : Pengolahan data
22
Sumbangan input lain adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan seperti biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, biaya administrasi dan umum, biaya bahan penolong serta biaya manajemen adalah gaji yang diberikan kepada tenaga kerja diluar tenaga kerja langsung. Nilai sumbangan input lain diperoleh dari jumlah total komponen yang ada dibagi dengan penggunaan input getah pinus. Pada tahun 2011 sumbangan input lain persatuan kilogram getah pinus mempunyai nilai Rp. 665/kg. Pada tahun 2012 menjadi Rp. 667/kg, akibat dari bertambahnya nilai manjemen, biaya administrasi umum dan penambahan upah pegawai pabrik data dapat dilihat pada lampiran 14. Nilai tambah yang diperoleh pada tahun 2011 sebesar Rp. 9.566/kg, dengan nilai rasio nilai tambah sebesar 72%. Nilai tambah yang dihasilkan ini masih merupakan nilai tambah kotor karena belum memperhitungkan imbalan tenaga kerja. Dari nilai rasio tersebut menunjukan bahwa setiap Rp. 100/kg nilai output akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 72/kg. Pada tahun 2012 nilai tambah yang diperoleh sebesar Rp. 4.644/kg, yang mengalami penurunan nilai dari tahun 2011 sebesar 51% akibat dari penurunan nilai output. Sehingga Rasio nilai tambah turun menjadi 51%. Faktor dari penurunan nilai output ini disebabkan oleh harga rata-rata gondorukem pada tahun 2011 sebesar Rp.18.909/kg yang turun menjadi Rp. 11.942/kg pada tahun 2012. Keuntungan yang diperoleh pada tahun 2011 dari kegiatan pengolahan bahan baku adalah Rp. 9.556/kg atau sebesar 100% dari nilai output. Nilai ini merupakan keuntungan bersih perusahaan karena sudah memperhitungkan biaya, seperti sumbangan input lain dan imbalan tenaga kerja. Dapat diartikan juga sebagai nilai tambah bersih dari pengolahan getah pinus menjadi gondorukem. Pada tahun 2012 nilai keuntungan dari output pengolahan getah pinus turun sebesar 51% menjadi Rp. 4.636/kg. Hal ini dikarenakan terlalu rendahnya harga output yang ditetapkan oleh pihak perhutani pada tahun 2012, yang turun sebesar 37% dari tahun 2011. Marjin atau selisih nilai output pada tahun 2011 yaitu (Rp.13.321/kg) dengan harga bahan baku (Rp.3090/kg), sehingga nilai Marjin Rp. 10.231/kg bahan baku. Besarnya marjin ini selanjutnya menunjukan kontribusi terhadap imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Balas jasa yang mempunyai nilai paling besar adalah keuntungan perusahaan sebesar 93,4% dimana dalam pengolahan getah pinus dapat memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan. Balas jasa yang kedua terbesar adalah sumbangan input lain yaitu 6,5%. Balas jasa yang paling rendah adalah imbalan tenaga kerja sebesar 0,10% hal ini dikarenakan perusahaan ini merupakan perusahaan yang padat modal dimana kegiatan produksinya lebih didominasi oleh tenaga mesin. Kontribusi marjin pada tahun 2012 yaitu, Rp. 5.311/kg turun 48% dari tahun sebelumnya hal ini disebabkan dari turunnya nilai ouput pada tahun ini. Balas jasa yang paling besar adalah pada nilai keuntungan sebesar 87,3% tetapi nilai ini turun 7% dari tahun lalu. Balas jasa kedua adalah sumbangan input lain yang pada tahun 2011 mempunyai nilai 12,6%. Balas jasa ketiga imbalan tenaga kerja yang mempunyai nilai 0,14%, naik 50% dari tahun 2011.
23
Analisis Nilai Tambah Produk Terpentin Pada pengolahan getah pinus yang dilakukan di PGT Sindangwangi selain menghasilkan produk gondorukem sebagai produk utama, juga menghasilkan minyak terpentin sebagai produk sampingan. Pada perhitungan nilai tambah yang dilakukan di PGT Sindangwangi tidak dilakukan perhitungan pembebanan biaya untuk produk terpentin karena sifatnya yang merupakan produk sampingan, sehingga biaya produksi dihitung pada produk gondorukem yang merupakan produk utama. Cara menghitung produk terpentin dilakukan dengan pengkalian antara nilai rendemen pengolahan getah pinus menjadi minyak terpentin dengan harga jualnya, nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Analisis Nilai Tambah Produk Terpentin no 1
Uraian
satuan
Nilai 2011
Perubahan
2012
Harga Output dan Jumlah Produk a. Harga Produk
Rp/Kg
b. Jumlah Produksi
Kg
2
Penggunaan Input Getah Pinus
Kg
3
Rendemen terpentin
%
Nilai Tambah (1.ax3) Sumber: Pengolahan data
Rp/kg
23.599
13.585
-42%
2.348.376
2.267.936
-3%
14.738.729 14.382.298
-2%
16
16
0%
3.695
2.127
-42%
Pada tahun 2011, nilai tambah dari produk terpentin sebesar Rp. 3.695/kg, dengan harga jual Rp. 23.599/kg. Harga ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga produk gondorukem karena produksinya yang lebih sedikit yaitu sebesar 16% dari penggunaan input getah pinus. Pada tahun 2012 nilai tambah dari produk terpentin turun sebesar 42% menjadi Rp. 2.127/kg, dengan harga jual Rp. 13.585/kg dan rendemen sebesar 16%.
Analisis Profitabilitas Analisis profitabilitas adalah salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu (Mulyadi, 2001). Dalam menganalisis profitabilitas harus diketahui struktur biaya apa saja yang berkontribusi terhadap biaya produksi pada sebuah perusahaan, terkait dengan itu struktur biaya dari
24
usaha pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin adalah adanya biaya tetap dan biaya variabel. Tabel 9 Biaya Produksi PGT Sindangwangi 2011 2012 Perubahan (Rp Juta) (Rp Juta) 1 -6% Biaya Tetap 2.803,592 2.643,045 Penyusutan** 701,078 701,078 0% Pemeliharaan * 369,920 318,563 -14% Gaji* 1.157,017 1.274,409 10% Umum* 575,576 348,994 -39% 2 -4% Biaya Variabel 56.193,796 54.174,581 Bahan baku** 49.044,602 47.337,303 -3% Bahan penolong* 6.483,169 6.071,345 -6% Upah* 666,023 765,933 15% Biaya Produksi 58.997,388 56.817,627 -4% Sumber : *Data didapat dari PGT Sindangwangi, ** Data didapat dari Pengolahan data No
Komponen Biaya
Biaya Tetap Pada biaya tetap nilai penyusutan diperoleh dari nilai investasi yang ditanamkan dibagi dengan masa pakai barang tersebut. Investasi pada perusahaan ini terdiri dari bangunan, mesin, kendaraan pengangkut, jalan umum yang dipakai untuk mengangkut produk, serta alat-alat penunjang yang digunakan sebagai proses produksi. Pada tahun 2011 dan 2012 biaya penyusutan tidak ada perubahan karena nilai investasi yang ditanamkan tidak ada yang ditambah. Biaya pemeliharaan tahunan PGT Sindangwangi diantaranya adalah biaya perawatan mesin produksi dengan perawatan setiap 1 bulan sekali karena pemakaian mesin digunakan selama 24 jam. Serta perawatan gedung kantor, pabrik, gudang serta instalasi air dan listrik yang berada di kawasan perusahaan. Biaya pemeliharaan tahun 2011 ke tahun 2012 turun sebesar 14% hal ini dilakukan untuk melakukan efisiensi agar pengeluaran bisa lebih dikurangi sehingga perusahaan dapat mendapatkan keuntungan maksimal. Biaya umum ikut mengalami penurunan juga untuk meningkatkan efisiensi perusahaan yaitu turunnya biaya sebesar 39% dari tahun 2011 ke tahun 2012. Biaya umum di PGT Sindangwangi meliputi, biaya yang dikeluarkan untuk makan minum karyawan, alat tulis kantor, perjalanan pabrik, alat keselamatan kerja, biaya listrik, telpon, fax, obat-obatan dan keperluan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pabrik. Biaya manajemen atau gaji yang dibayarkan oleh perum perhutani kepada karyawan PGT Sindangwangi dibagi dua, yaitu kepada pegawai perusahaan dan pegawai pelaksana. Untuk pegawai perusahaan tergantung dari tingkat jabatan, golongan pegawai, dan masa kerja. Pegawai pelaksana (outsourching) mendapatkan upah minimum perum perhutani, tunjangan, dan jamsostek. Nilai gaji yang dibayarkan oleh perum perhutani kepada karyawan PGT Sindangwangi mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu 6%. Biasanya setiap 2 tahun sekali terdapat kenaikan gaji
25
berkala sebesar 4%, hal ini untuk meningkatkan kesejahteraan para karyawan yang bekerja. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, biaya variabel di PGT Sindangwangi meliputi biaya bahan baku, bahan penolong, dan upah tenaga kerja langsung. Biaya pertama adalah biaya bahan baku yaitu getah pinus yang dipasok oleh 12 KPH yang berada di wilayah perum perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Pembayaran bahan baku tidak dilakukan di PGT Sindangwangi, pihak PGT hanya menerima getah. Pembayaran dilakukan oleh perum perhutani kepada KPH masing-masing yang memasok getah ke PGT. Biaya bahan baku getah pinus per kilogram adalah Rp. 3.090/kg, harga ini tetap untuk tahun 2011 dan 2012. Penurunan biaya variabel sebesar 4% pada tabel 9, disebabkan pada pasokan bahan baku yang ikut turun dan penggunaan bahan penolong yang berkurang. Biaya yang kedua adalah biaya bahan penolong. Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam kegiatan proses produksi berlangsung yaitu asam oksalat, bahan bakar, garam industri, drum kerucut, dan bahan kimia lainnya yang membantu dalam proses produksi berlangsung. Penggunaan bahan penolong untuk tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 6% dari tahun sebelumnya hal ini disebabkan dari penurunan bahan baku getah pinus yang di proses sehingga bahan penolong yang digunakan sesuai dengan bahan baku yang tersedia. Biaya yang ketiga adalah biaya upah. Upah yang diberikan oleh PGT Sindangwangi terhadap pekerja langsung sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan yang dilakukan besaran upah yang diberikan juga tergantung dari besaran volume bahan baku, produk gondorukem dan terpentin yang dihasilkan. Upah yang diberikan diatur oleh Perum Perhutani berdasarkan pada undangundang dan peraturan yang berlaku tentang ketenagakerjaan di Indonesia. Upah untuk tenaga kerja langsung dianggarkan melalui pengajuan dana melalui PERNI 46 (Peraturan Perhutani) ke KBM Industri kayu dan non kayu unit III Jawa Barat dan Banten. Analisis Titik Impas Analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum mendapat laba. Dengan kata lain labanya sama dengan nol. Kegunaan dari titik impas tersebut berguna untuk mengendalikan operasional yang sedang berjalan, sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan harga jual, sebagai dasar perencanaan kegiatan operasional dalam usaha untuk mencapai laba tertentu, dan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan produksi atau penjualan (Mulyadi, 2001). Dilihat dari tabel 10, pendapatan gondorukem diatas titik impas. Ini berarti PGT Sindangwangi tidak mengalami kerugian dalam produksinya. Ini menunjukan PGT Sindangwangi mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan gondorukem dan terpentin. Untuk menambah keuntungan lebih besar PGT Sindangwangi dapat meningkatkan produksinya dengan menambah produksi bahan baku dan memperhatikan juga kualitas dari bahan baku yang diperoleh.
26
Tabel 10 Titik Impas PGT Sindangwangi No
Item
Terpentin 2011 2012
Gondorukem 2011 2012
satuan
1
Produksi
kg/thn
10.383.120
10.117.920
2.348.376
2.267.936
2
Harga
Rp/kg
18.909
11.942
23.599
13.585
3
Pendapatan
196.334,416
120.828,200
55.418,381
30.809,590
4
Titik impas (unit)
Kg/thn
86.515
107.985
120.489
805.182
5 Titik impas (pendapatan) Sumber: Pengolahan Data
Rp juta/thn
1.635,906
1.289,552
2.843,376
10.938,285
Rp juta/thn
Pada penjualan di tingkat titik impas jika dihubungkan dengan penjualan aktual, maka akan diperoleh tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun. Sehingga perusahaan tidak rugi atau disebut juga Margin Of Safety (MOS). Semakin tinggi nilai MOS maka semakin aman perusahaan jika terjadi penurunan volume produksi atau penjualan. Nilai MOS, MIR dan profitabilitas disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Profitabilitas No.
Komponen
Satuan
Gondorukem
Terpentin
2011
2012
2011
2012
1
Produksi
Kg/thn
10.383.120
10.117.920
2.348.376
2.267.936
2
Harga
Rp/kg
18.909
11.942
23.599
13.585
3
Pendapatan (1 x 2)
Rp juta/thn
196.334,416
120.828,200
55.418,381
30.809,590
4.a
Biaya produksi
Rp juta/thn
29.498,694
28.408,813
29.498,694
28.408,813
4.b
Biaya produksi (unit )
2.841
2.808
12.561
12.526
5.a
Biaya tetap (tahun)
1.401,796
1.321,522
1.401,796
1.321,522
5.b
Biaya tetap (unit)
135
131
597
583
6.a
Biaya variabel (tahun)
28.096,898
27.087,290
28.096,898
27.087,290
6.b
Biaya variabel (unit)
Rp/kg
2.706
2.677
11.964
11.944
7.a
Titik impas (unit)
Kg
86.515
107.985
120.489
805.182
7.b
Titik impas (rupiah)
1.635,906
1.289,552
2.843,376
10.938,285
8
MOS
%
99%
99%
95%
64%
9
MIR
%
86%
78%
49%
12%
10
Profitabilitas
%
85%
77%
47%
8%
Sumber : Data Pengolahan
Rp/kg Rp juta/thn Rp/kg Rp juta/thn
Rp juta/thn
27
Nilai MOS yang disajikan pada tabel 11 mempunyai nilai 99% di tahun 2011 dan 2012 tidak ada perubahan untuk produk gondorukem. Hal ini berarti penjualan bagi produk gondorukem tidak boleh turun sebesar 99% dari pendapatan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Untuk produk terpentin nilai MOS pada tahun 2011 sebesar 95% dan tahun 2012 turun menjadi 64%. penurunan disebabkan meningkatnya nilai titik impas dalam penjualan (Rp) akibat turunnya nilai pendapatan terpentin karena harga terpentin yang mengalami penurunan. Kemampuan dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba tersebut dapat dilihat pada perhitungan (Marginal Income Ratio) MIR. Nilai MIR pada tahun 2011 menunjukan bahwa produk gondorukem dapat memberikan 86% dari hasil penjualannya dalam menutupi biaya tetap usaha dan mendapatkan laba. Penurunan MIR terjadi pada tahun 2012 menjadi 78%. Pada produk terpentin nilai MIR memberikan nilai 49% untuk tahun 2011 dan 8% pada tahun 2012. Nilai MIR pada produk terpentin lebih kecil daripada produk gondorukem mengingat produk ini merupakan produk sampingan dan menghasilkan jumlah produk yang lebih sedikit daripada gondorukem sebagai produk utama. Penurunan nilai MIR pada produk gondorukem dan terpentin disebabkan produk yang dihasilkan tahun 2012 menurun dan harga rata-rata produk yang mengalami penurunan. Profitabilitas perusahaan ini dapat dilihat dari perkalian antara MIR dan MOS. Nilai profitabilitas produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar 85%, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 77%. Untuk produk terpentin mempunyai profitabilitas sebesar 47% pada tahun 2011, dan turun menjadi 8% pada tahun 2012. Penurunan nilai kedua produk tersebut dari tahun sebelumnya dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan, volume penjualan, harga jual dan persaingan global. Secara keseluruhan tingkat profitabilitas PGT Sindangwangi masih tergolong cukup besar. Profitabilitas aktual perusahaan mengalami kenaikan khususnya kenaikan pada produk gondorukem, hal ini disebabkan oleh meningkatnya penjualan pada tahun 2012. Produk gondorukem dan terpentin yang tersisa ditahun 2011 terjual pada tahun 2012. Kenaikan pendapatan yang disajikan pada tabel 12 mempengaruhi nilai MIR dan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas untuk produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar 79%, dan pada tahun 2012 naik menjadi 81%. Akibat dari sisa produk gondorukem pada tahun 2011 dijual pada tahun 2012. Untuk produk terpentin masih tetap mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 29%, dan pada tahun 2012 sebesar 18%. Dikarenakan harga jual terpentin yang terlalu rendah walaupun penjualan terpentin melebihi produksinya.
28
Tabel 12 Profitabilitas aktual Perusahaan No.
Komponen
Gondorukem
satuan
Terpentin
2011
2012
2011
2012
1
Produksi
Kg/thn
10.383.120
10.117.920
2.348.376
2.267.936
2
Harga
Rp/kg
18.909
11.942
23.599
13.585
3.
Penjualan*
Kg/thn
7.371.065
12.512.160
1.722.643
2.673.370
4
Pendapatan *
Rp/thn
139.385,124
149.425,419
40.651,947
36.322,245
5.a
Biaya Produksi
Rp Juta/thn
29.498,694
28.408,813
29.498,694
28.408,813
5.b
Biaya Produksi (unit)
2.841
2.808
12.561
12.526
5.a
Biaya Tetap (tahun)
1.401,796
1.321,522
1.401,796
1.321,522
6.b
Biaya Tetap (unit)
135
131
597
583
7.a
Biaya Variabel (tahun)
28.096,898
27.087,290
28.096,898
27.087,290
7.b
Biaya Variabel (unit)
Rp/kg
2.706
2.677
11.964
11.944
8.a
Titik impas (unit)
86.515
142.639
120.489
805.182
8.b
Titik impas (rupiah)
Kg Rp Juta/tahun
1.635,906
1.703,388
2.843,376
10.938,285
9
MOS
%
99%
99%
93%
70%
10
MIR
%
80%
82%
31%
25%
11
Profitabilitas
%
79%
81%
29%
18%
Rp/kg Rp Juta/thn Rp/kg Rp Juta/thn
Sumber : *Data Pemasaran PGT Sindangwangi.
Berarti dari analisis nilai tambah dan profitabilitas diatas dapat diketahui bahwa PGT Sindangwangi pada periode 2011-2012 cenderung mengalami penurunan dari segi produksi dan harga jual yang telalu rendah, sehingga pendapatan perusahaan ikut mengalami penurunan. Untuk keuntungan yang diperoleh perusahaan secara aktual cenderung mengalami kenaikan jika dilihat dari pendapatan perusahaan yang diperoleh pada periode 2011-2012. Penurunan nilai dan harga yang diperoleh PGT Sindangwangi pada tahun 2012 dikarenakan adanya persaingan global khususnya dari negara China yang mendominasi produk gondorukem dan terpentin dengan harga yang murah sehingga menyebabkan penumpukan sisa produk. Penumpukan tersebut akhirnya dialihkan ke penjualan pada tahun 2012 dengan harga produk yang lebih murah dari tahun sebelumnya. Perbedaaan antara pendapatan aktual perusahaan dengan perhitungan dikarenakan penjualan yang seharusnya terjual di tahun 2011 ternyata memiliki sisa produk yang dijual pada tahun 2012. Sehingga keuntungan ini bukan hasil dari perbaikan kualitas ataupun kuantitas yang diperoleh perusahaan.
29
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Nilai tambah gondorukem pada tahun 2011 sebesar Rp. 9.566/kg, pada tahun 2012 mempunyai nilai sebesar Rp. 4.673/kg, yang mengalami penurunan nilai sebesar 51. Nilai tambah untuk produk terpentin adalah sebesar Rp. 3.695/kg pada tahun 2011 dan mengalami penurunan 42% menjadi Rp. 2.127/kg pada tahun 2012. Faktor penurunan dari kedua produk ini disebabkan karena turunnya nilai output yang diperoleh dari faktor konversi dikalikan dengan harga produk. Faktor penurunan nilai tambah yang diperoleh tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor: a) Faktor pertama yang mempengaruhi besarnya nilai tambah adalah nilai produk dimana nilai ini didapat dari hasil perkalian antara faktor konversi atau rendemen getah pinus terhadap produk yang dihasilkan dengan harga produk. b) Faktor kedua yang ikut mempengaruhi adalah harga bahan baku getah pinus. Bahan baku ini ditentukan oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. c) Faktor ketiga yang dapat mempengaruhi nilai tambah adalah besarnya sumbangan input lain. Komponen sumbangan input lain terdiri dari biaya pemeliharaan, penyusutan gaji pegawai, upah tak langsung, biaya umum, dan biaya bahan penolong. 2. Hasil analisa titik impas produk gondorukem diketahui 86.515 kg/thn yang mengalami kenaikan menjadi 107.985 Kg/thn pada tahun berikutnya. Begitu pula dengan produk terpentin yang mengalami kenaikan yaitu 120.489 kg/thn menjadi 805.182 kg/thn. PGT Sindangwangi memproduksi produk gondorukem dan terpentin diatas BEP. Hal ini menunjukan bahwa PGT Sindangwangi tidak mengalami kerugian dalam proses produksinya. 3. Profitabilitas menurut pengolahan data untuk produk gondorukem pada tahun 2011 sebesar 85%, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 77%. Sedangkan produk terpentin mempunyai profitabilitas sebesar 47% pada tahun 2011, dan turun menjadi 8% pada tahun 2012. Sedangkan profitabilitas menurut pendapatan aktual perusahaan untuk produk gondorukem mempunyai nilai pada tahun 2011 sebesar 79%, dan pada tahun 2012 naik menjadi 81%. Sedangkan untuk produk terpentin masih tetap mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 29%, dan pada tahun 2012 sebesar 18%.
Saran Pencapaian keuntungan perusahaan bisa lebih dimaksimalkan dalam meningkatkan nilai tambah dan profitabilitas dengan melakukan perbaikan dari kualitas getah yang diperoleh dari 12 KPH, dengan memberikan penyuluhan kepada para penyadap dalam memperoleh getah pinus yang berkualitas baik. Perlunya penambahan bak getah yang ada di PGT Sindangwangi untuk menampung getah yang menumpuk, karena getah yang dipasok melebihi batas terpasangnya yaitu 15.000 ton pada tahun 2011 dan 2012 dimana batas kapasitas
30
terpasangnya yaitu 12.000 ton per tahun. Pembaharuan mesin juga harus dilakukan untuk meningkatkan mutu produk, karena seringnya dilakukan perbaikan terutama pada mesin boiler yang sering rusak akibat pemakaian yang dilakukan 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA Anggita N. B. 2012. Rendemen dan Kualitas Dari Gondorukem dan Terpentin Hasil Pengolahan Getah Pinus (Pinus merkusii) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jendral Kehutanan. 1976. Vademicum Kehutanan. Departemen Pertanian. Ditjen Kehutanan. Jakarta. Fachrodji, A. 2009. The Curent Situation of Indonesia Gum Rosin. www.perhutaniproducts.com. [30 Juli 2013] Gintings, A. N. dkk. 2000. Himpunan Sari Hasil Penelitian Mangium dan Tusam. Pusat Penelitian Hasil Hutan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and processing in Upland Java A perspective From A sunda village. Bogor: CPGRT Centre Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Limbong WM dan P Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Matangaran, J.R., 2006. Catatan untuk Penyadap Getah Pinus. Duta Rimba Edisi8/Th./1/30Sept-30Okt2006: 22-23. Perum Perhutani Marjatin, K. 1994. Industri Non Kayu Menjelang Abad XXI. Duta Rimba No. 169-170/XIX/1994 : 41-43. Meiyana W. 2011. Sifat Fisiko-Kimia Ester Gliserol Gondorukem Hidrogenasi [Skripsi]. Bogor Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Mulyadi 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Aditya Media Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2011. Gondorukem. Indonesia : (SNI 7636:2011). [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2011. Terpentin. Indonesia : (SNI 7633:2011). Sofyan, K. 1999. Pembuatan Tabel Volume Produksi Getah Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Kelas Umur. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB Vol. XII No.1 (1999) pp. 21-25. Bogor. Wibowo P. 2006. Produktivitas Penyadapan Getah Pinus merkusii jungh et de Vriese dengan sistem koakan (Quare System) di Hutan pendidikan Gunung Walat Kabupaten Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
32 31
Lampiran 1 Data Produksi PGT Sindangwangi Tahun 2011 Bulan
Getah diterima
Produksi
Getah dimasak X
kg Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
791.908 1.030.194 1.060.912 1.230.785 1.388.130 1.626.466 1.646.203 1.668.873 1.572.561 1.648.841
Kg 530.784 929.830 1.353.039 899.273 1.162.600 1.385.686 1.515.251 1.266.933 1.461.040 1.585.374
November Desember Jumlah
1.429.116 697.588 15.791.577
1.410.815 1.238.104 14.738.729
drum 665 790 1.022 644 1.157 1.603 2.170 1.219 941 1.656
Kg 159.600 189.600 245.280 154.560 277.680 384.720 520.800 292.560 225.840 397.440
1.624 479 13.970
389.760 114.960 3.352.800
Gondorukem WW Jumlah Rendemen drum Kg Drum Kg % 878 210.720 1.543 370.320 70 1.906 457.440 2.696 647.040 70 2.922 701.280 3.944 946.560 70 1.972 473.280 2.616 627.840 70 2.236 536.640 3.393 814.320 70 2.448 587.520 4.051 972.240 70 2.276 546.240 4.446 1.067.040 70 2.527 606.480 3.746 899.040 71 3.416 819.840 4.357 1.045.680 72 3.061 734.640 4.717 1.132.080 71 2.512 3.139 29.293
602.880 753.360 7.030.320
4.136 3.618 43.263
992.640 868.320 10.383.120
70 70 70
Terpentin Jumlah Rendemen kg % 67.830 13 128.755 14 214.304 16 140.097 16 177.940 15 210.402 15 232.913 15 205.988 16 255.421 17 288.205 18 240.850 185.671 2.348.376
17 15 16
rendemen total % 83 83 86 85 85 85 86 87 89 90 87 85 86
31
33 32
Lampiran 2 Data Produksi PGT Sindangwangi 2012 Produksi Bulan
getah diterima
getah dimasak
kg
Kg
1.045.005 1.290.658 1.334.547
1.030.689 1.139.147 1.388.204
X Januari Februari Maret
April 1.005.190 842.022 Mei 1.341.651 1.201.483 Juni 1.459.268 1.261.147 Juli 1.628.931 1.434.500 Agustus 1.708.066 1.118.078 September 1.790.692 1.515.291 Oktober 931.962 1.182.723 November 309.340 689.443 Desember 1.412.687 1.579.571 Jumlah 15.257.997 14.382.298
Drum 96 611 157
Kg
Gondorukem Ww Drum Kg
jumlah drum
kg
Terpentin rendemen % kg
rendemen total rendemen %
%
23.040 146.640 37.680
2.920 2.726 3.900
700.800 654.240 936.000
3.016 3.337 4.057
723.840 800.880 973.680
70 70 70
139.912 161.629 219.288
14 14 16
84 84 86
162 1.915 1.453 2.506 1.110 38
38.880 459.600 348.720 601.440 266.400 9.120
8.048
1.931.520
2.464 591.360 3.521 845.040 3.537 848.880 2.303 552.720 1.839 441.360 1.953 468.720 2.365 567.600 1.974 473.760 4.608 1.105.920 34.110 8.186.400
2.464 3.521 3.699 4.218 3.292 4.459 3.475 2.012 4.608 42.158
591.360 845.040 887.760 1.012.320 790.080 1.070.160 834.000 482.880 1.105.920 10.117.920
70 70 70 71 71 71 71 70 70 70
132.194 186.953 193.368 236.725 201.587 276.608 207.481 93.594 218.597 2.267.936
16 16 15 17 18 18 18 14 14 16
86 86 86 87 89 89 88 84 84 86
33
Lampiran 3 Gaji Pegawai PGT Sindangwangi tahun 2011 No
Komponen
Manager asisten manager Bagian Umum Bagian Persediaan Bagian Produksi Bagian Penguji Satpam Operator mesin Jumlah Sumber: PGT Sindangwangi 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah pegawai (orang) 1 1 3 4 4 5 10 24 52
satuan Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn
Total gaji (Rp Juta) 78.780.516 41.664.516 60.188.328 110.130.960 110.577.036 111.015.336 155.558.400 489.102.096 1.157.017.188
Lampiran 4 Biaya Gaji PGT Sindangwangi Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Komponen
Manager asisten manager Bagian Umum Bagian Persediaan Bagian Produksi Bagian Penguji Satpam Operator mesin Jumlah Sumber: PGT Sindangwangi
Jumlah pegawai (orang)
satuan
1 1 3 4 4 5 10 24 52
Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn Hok/thn
Total gaji (RP) 78.780.516 41.664.516 74.539.728 111.330.960 110.577.036 138.546.936 152.318.400 566.651.220 1.274.409.312
34
Lampiran 5 Biaya Penyusutan PGT Sindangwangi tahun 2011 dan 2012 No
Tahun perolehan
Umur Pakai/tahun
Nilai perolehan (Rp Juta)
Penyusutan (Rp Juta)
1998
5
143,175
28,635
1994
5
13,293
2,658
1994
5
11,456
2,291
1996
20
49,963
2,498
4
Komponen Instalasi listrik PGT Instalasi listrik PGT Instalasi listrik PGT Rumah Dinas Kopel PGT
5
Bangunan di PGT
1994
20
105,251
5,262
6
forklift di pgt
1992
5
46,121
9,224
7
forklift di pgt
2007
5
39,965
7,993
8
forklift di pgt forklift 2,5 ton di pgt
2007
5
274,500
54,900
2009
5
243,650
48,730
1994
20
136,400
6,820
11
bak getah di pgt bangunan pabrik dan bak getah
2005
10
49,975
4,997
12
bak getah di pgt
1998
10
26,729
2,672
13
bak getah di pgt
2008
10
66,394
6,639
14
kisi-kisi bak getah
1998
10
14,195
1,419
15
mesin pgt
1991
8
1.153,600
144,200
16
instalasi gas di pgt
2008
10
90,500
9,050
17
2004
5
452,500
90,500
1991
10
6,772
677
1991
10
6,639
663
20
boiler di pgt R. Boiler & genset PGT pondasi boiler di pgt Gudang kaleng Di PGT
1992
20
6,687
334
21
saluran air limbah
2005
10
52,387
5,238
22
MPO PGT
1997
8
14,795
1,849
23
1997
8
12,619
1,577
24
MPO PGT Pagar Belakang Pgt
1999
20
48,221
2,411
25
Pagar depan PGT
1999
20
11,712
585
1 2 3
9 10
18 19
35
Lampiran 5 (Lanjutan) Biaya Penyusutan PGT Sindangwangi 2011 dan 2012 No
Komponen
Tahun perolehan
Umur Pakai/tahun
Nilai perolehan (Rp Juta)
Penyusutan (Rp)
26
IPAL pgt
1994
10
85,914
8,591
27
2005
5
132,016
26,403
1998
10
34,408
3,440
29
IPAL II TALUD penahan tanah di PGT TALUD penahan tanah di PGT
1999
10
24,453
2,445
30
Sumur artesis di pgt
1993
10
125,926
31
1998
10
8,481
32
Sumur artesis di pgt pembuatan pondasi storage
12,592 0, 848
2000
10
43,121
4,312
33
tangki storage terpentin
1994
5
71,875
14,375
34
ruang lab
1995
10
21,395
2,139
35
bak serasah di pgt
2005
10
67,130
6,713
36
flow meter di pgt
2000
5
84,500
16,900
37
flow meter di pgt
1999
5
74,800
14,960
38
filter housing di pgt
1999
5
198,550
39,710
39
alat-alat lab
2000
2
16,002
8,001
40
Rozin 3 field
2000
2
17,850
8,925
41
dehydrator di pgt
1999
5
22,500
4,500
42
timbangan analitik
1999
5
24,805
4,961
43
timbangan analitik
1993
5
14,795
2,959
44
Tangki Umpan pgt
2004
5
77,077
15,415
45
jalan produksi
1999
20
24,647
1,232
46
genset di pgt
1998
5
128,520
25,704
47
pengadaan pipa
2000
10
27,770
2,777
48
hydran system pgt
1994
10
33,418
3,341
49
pompa sirkulasi
1998
10
45,100
4,510
28
36
Lampiran 5 (Lanjutan) Biaya Penyusutan PGT Sindangwangi 2011 dan 2012 No
Komponen
50
pompa ground 3PK di pgt
1999
5
14,102
2,820
51
timbangan duduk di pgt
1992
5
2,500
0,500
52
timbangan duduk di pgt
1992
5
5,496
1,099
53
timbangan digital
1998
5
24,750
4,950
2001
20
282,400
14,120 701,078 12,982
54
pembuatan storage di pgt Total Rata-Rata Sumber: PGT Sindangwangi
Umur Pakai/tahun
Nilai perolehan (Rp Juta)
Tahun perolehan
Penyusutan (Rp)
Lampiran 6 Biaya Pemeliharaan PGT Sindangwangi Tahun 2011 No
3
Komponen Pemeliharaan Gedung Kantor Pemeliharaan Gedung Pabrik Pemeliharaan Gedung Lainnya
4
Pemeliharaan Mesin Boiler
5
Pemeliharaan gudang
6 7
Pemeliharaan Instalasi air Pemeliharaan Instalasi Lainnya
8
pemeliharaan komputer
1 2
9
Pemeliharaan meubel kayu Total Rata-rata Sumber: PGT Sindangwangi
satuan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp/thn Rp/bulan
volume
Nilai Persatuan
Jumlah Biaya
12
0,448
5,381
12
0,951
11,420
12
8,140
97,686
12
1,311
15,740
12
0,250
3,000
12
1,637
19,655
12
14,186
170,237
12
3,638
43,665
12
0,261
3,135 369,920 41,102
37
Lampiran 7 Biaya Pemeliharaan PGT Sindangwangi Tahun 2012 No 1 2 3 4
Komponen Biaya Pemeliharaan Gedung Kantor Biaya Pemeliharaan Gedung Pabrik Biaya pemeliharaan Gedung Lainnya Biaya Pemeliharaan Mesin Boiler
5
Biaya Pemeliharaan Genset Biaya Pemeliharaan Instalasi 6 air Biaya Pemeliharaan Instalasi 7 Lainnya Biaya pemeliharaan 8 komputer Total Rata-rata Sumber: PGT Sindangwangi
Nilai Persatuan
Jumlah Biaya (Rp Juta)
satuan
volume
Rp Juta/bulan
12
2,849
34,197
Rp Juta/bulan
12
3,795
45,547
Rp Juta/bulan
12
2,685
32,223
Rp Juta/bulan
12
4,407
52,890
Rp Juta/bulan
12
0,125
1,500
Rp Juta/bulan
12
2,516
30,200
Rp Juta/bulan
12
8,346
100,152
Rp Juta/bulan Rp Juta/tahun Rp Juta/bulan
12
1,821
21,852 318,563 39,820
Lampiran 8 Biaya Umum PGT Sindangwangi Tahun 2011 No
3
Komponen Biaya makan minum karyawan Biaya Alat tulis Kantor Biaya perjalanan Pabrik
4
Biaya penggandaan
5
Biaya Jamuan Tamu
6
8
Biaya Lainnya Biaya Alat keselamatan kerja Biaya Alat-alat Kebakaran
9
Biaya Listrik
10
Biaya telepon+fax
11
Biaya Ekstra fooding Biaya pengeluaran untuk ISO
1 2
7
12
Satuan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan
Volume
Nilai persatuan
Jumlah Biaya (Rp Juta)
12
4,386
52,632
12
1,261
15,137
12
0,414
4,975
12
0,529
6,349
12
3,617
43,411
12
6,944
83,328
12
1,901
22,818
12
1,106
13,275
12
0,76
0,912
12
0,605
7,265
12
3,289
39,474
12
1,805
21,668
38
Lampiran 8 (Lanjutan) Biaya Umum PGT Sindangwangi Tahun 2011 Nilai persatuan
Jumlah Biaya (Rp Juta)
No
Komponen
Satuan
Volume
13
Biaya Penerangan Biaya PPPK/ Obat-obatan
Rp Juta/bulan
12
1,208
14,500
Rp Juta/bulan
12
0,225
2,700
12
10,778
129,342
12
8,132
97,588 575,576 33,857
14 15
Biaya Lainnya Rp Juta/bulan Biaya pengujian 16 limbah/kalibrasi Rp Juta/bulan total Rp Juta/thn rata-rata Rp Juta/bulan Sumber: PGT Sindangwangi
Lampiran 9 Biaya Umum PGT Sindangwangi Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Komponen Biaya makan minum karyawan Biaya Alat tulis Kantor Biaya perjalanan Pabrik Biaya penggandaan Biaya Jamuan Tamu Biaya Lainnya Biaya Alat keselamatan kerja Biaya Alat-alat Kebakaran Biaya Listrik Biaya telepon+fax Biaya Ekstra fooding Biaya pengeluaran untuk ISO Biaya Penerangan Biaya PPPK/ Obatobatan Biaya Lainnya Biaya Marking & TM Gondo Hitam total rata-rata
Sumber : PGT Sindangwangi
Satuan
Volume
Nilai persatuan
Jumlah Biaya (Rp Juta)
Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan
12 12 12 12 12 12
4,434 1,156 0,441 0,366 4,010 6,658
53,208 13,880 5,300 4,402 48,130 79,907
Rp Juta/bulan
12
2,290
27,481
Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan Rp juta/bulan
12 12 12 12
0,83 0,138 0,410 3,325
1,000 1,661 4,920 39,906
Rp Juta/bulan Rp Juta/bulan
12 12
0,775 1,016
9,311 12,200
Rp Juta/bulan
12
0,150
1,800
Rp Juta/bulan
12
1,121
13,460
Rp Juta/bulan Rp Juta/tahun Rp Juta/bulan
12
2,702
32,425 348,994 21,812
39
Lampiran 10 Biaya Variabel PGT Sindangwangi Tahun 2011 No 1
Tahapan
Satuan
Harga Persatuan (Rp)
Jumlah
Persiapan Bahan Baku Material Biaya getah
Kg
15.791.577
3.090
2
136,330 Rit org (Rp/Kg)
10.289
588
6,050
7 (15.791.577)
8,25
130,280
Pengolahan Bahan Baku Material Bahan Bakar Solar RCO (rubber Chemical Oil)
48.795,972 248,630
Upah
Upah bongkar/timbang
(Rp Juta) 49.180,933 49.044,602
Biaya Bahan Lainnya Upah angkut/langsir
Jumlah
6.622,639 6.483,169 Liter
14.200
5.366
76,197
Liter
116.871
5.000
584,355
Bahan Bakar MFO
Liter
77.624
5.134
398,521
Drum kerucut
Buah
43.263
112.916
4.885,084
Asam Oxalat
Kilogram
28.350
14.700
416,745
Kapur Tohor
Kilogram
26.680
875
23,345
Garam Industri
Kilogram
6.750
2.100
14,175
Pack
24
150.000
3,600
Kaleng
410
8.000
3,280
Buah
4
1.000.000
4,000
Set
40
60.000
2,400
Liter
330
75.000
24,750
Fero Sulfat
Kilogram
450
15.000
6,750
Ka Chim
Kilogram
452
48.000
21,696
Carbon aktif
Kilogram
700
10.100
7,070
Kertas PH Cat Sheal Lowara Poliretan Chemical Degresor
Upah Upah lembur pegawai Upah Operator Harian Upah jog/ timbang gondorukem Upah tak langsung lain
139,470 Rp/Jam org (HOK/thn) org (Rp/Kg)
2733,75
8.000
21,870
2(288)
35.000
20,200
3(10.383.120)
0,85
8,825 88,574
40
Lampiran 10 (Lanjutan) Biaya Variabel PGT Sindangwangi Tahun 2011 No
Tahapan
Upah Penyimpanan kapling gondorukem dan terpentin Stuffing gondorukem dan terpentin Curah terpentin ke drum isotank
Satuan
Jumlah
Harga Persatuan (Rp)
Jumlah (Rp Juta) 390,223
(Rp/Kg)
12.731.496
12,5
159,143
(Rp/Kg)
12.731.496
14
178,240
(Rp/Kg)
2.348.376
12,5
29,354
2.348.376
10
23,483
Total Biaya Variabel Material
(Rp/Kg) (Rp Juta/thn) (Rp Juta/thn)
Upah
(Rp Juta/thn)
timbang drum terpentin
56.193,796 55.527,772 666,023
Sumber: PGT Sindangwangi
Lampiran 11 Biaya Variabel PGT Sindangwangi tahun 2012 No 1
2
Tahapan Persiapan Bahan Baku Material Biaya getah Biaya Bahan Lainnya Upah Upah angkut/langsir
Satuan
Kg
Rit org (Rp/Kg)
Harga Persatuan (Rp)
Jumlah
Jumlah (Rp Juta)
15.257.997
3.090
7.143
588
47.471,196 47.337,303 47.147,210 190,092 133,892 4,200
7 (15.257.997)
8,5
129,692
Upah bongkar/timbang Pengolahan Bahan Baku Material Bahan Bakar Solar RCO (rubber Chemical Oil) Drum kerucut Asam Oxalat Kapur Tohor Garam Industri Kertas PH Cat
Liter
10.850
6.685
6.324,131 6.071,345 72,532
Liter Buah Kilogram Kilogram Kilogram Pack Kaleng
142.752 42.158 24.800 21.550 6.550 25 400
5.188 112.460 15.125 900 2.100 150.000 8.000
740,597 4.741,088 375,100 19,395 13,755 3,750 3,200
Sheal Lowara Poliretan Chemical Degresor Fero Sulfat Ka Chim
Buah Set Liter Kilogram Kilogram
4 20 470 415 429
1.000.000 60.000 75.000 15.000 48.000
4,000 1,200 35,250 6,225 20,592
41
Lampiran 11 (Lanjutan) Biaya Variabel PGT Sindangwangi tahun 2012 No
Tahapan
Bioreaktor ganis zeolit pasirsilika Upah Upah lembur pegawai
3
Upah Operator Harian Upah jog/ timbang gondorukem Upah PHL peg. Kantor pabrik Upah tak langsung lain Pemasaran Upah Penyimpanan kapling gondorukem dan terpentin Stuffing gondorukem dan terpentin Curah terpentin ke drum isotank timbang drum terpentin Total Biaya Variabel Material
Upah Sumber: PGT Sindangwangi
Satuan
Jumlah
Harga Persatuan (Rp)
Jumlah (Rp Juta)
Kilogram Kilogram Kilogram Kilogram
100 100 100 100
10.100 15.000 10.000 10.000
Rp/Jam org (HOK/thn) org (Rp/Kg) org (HOK/thn)
1385
8.000
1,010 1,500 1,000 1,000 252,786 11,080
2(288)
35.400
20,400
3(10.249.835)
0,85
8,712
6(288)
4.000
7,200 205,394 379,253 379,253
(Rp/Kg)
12.385.856
12,5
154,823
(Rp/Kg)
12.385.856
14
173,401
(Rp/Kg)
2.267.936
12,5
28,349
(Rp/Kg) (Rp Juta/thn) (Rp Juta/thn) (Rp Juta/thn)
2.267.936
10
22,679 54.174,581 53.408,648 765,933
43 42
Lampiran 12 Profitabilitas No.
Komponen
satuan
Gondorukem 2011 2012
Perubahan
Terpentin 2011
2012
Perubahan
1
Produksi
kg/thn
10.383.120
10.117.920
-3%
2.348.376
2.267.936
-3%
2
Harga
Rp/kg
18.909
11.942
-37%
23.599
13.585
-42%
3
Pendapatan (1 x 2)
Rp Juta/thn
196.334,416
120.828,200
-38%
55.418,381
30.809,590
-44%
4.a
Biaya Produksi
Rp Juta/thn
29.498,694
28.408,813
-4%
29.434,978
28.408,813
-4%
4.b
Biaya Produksi dalam unit (4.a/1)
2.841
2.808
-1%
12.561
12.526
5.a
Biaya Tetap dalam tahun
1.401,796
1.321,522
-6%
1.401,796
1.321,522
-6%
5.b
Biaya Tetap dalm Unit (5.a/1)
135
131
-3%
597
583
-2%
6.a
Biaya Variabel dalam tahun
28.096,898
27.087,290
-4%
28.096,898
27.087,290
-4%
6.b
Biaya Variabel dalam unit (6.a/1)
Rp/kg
2.706
2.677
-1%
11.964
11.944
-0,2%
7.a
Titik impas dalam unit (5.a/(2-6.b))
kg
86.515
142.639
65%
120.489
805.182
568%
1.635,906 99% 86% 85%
1.703,388 99% 78% 77%
-21% 0% -9% -10%
2.843,376 95% 49% 47%
10.938,285 64% 12% 8%
285% -32% -75% -83%
7.b Titik impas dalam rupiah (7.a x 2) 8 MOS ((3-7.b)/3) 9 MIR ((3-6.a)/3) 10 Profitabilitas ( MOS x MIR) Sumber :Pengolahan data
Rp/kg Rp Juta/thn Rp/kg Rp Juta/thn
Rp Juta/thn % % %
-0,3%
44
Lampiran 13 Profitabilitas aktual perusahaan No. 1
Komponen Produksi
satuan
Gondorukem
Perubahan
2011
2012
kg/thn
10.383.120
10.117.920
Terpentin
Perubahan
2011
2012
-3%
2.348.376
2.267.936
-3%
2 3 3 4.a
Harga Penjualan* Pendapatan * Biaya Produksi
Rp/kg Kg/thn Rp Juta/thn Rp/thn
18.909 7.371.065 139.385,124 29.498,694
11.942 12.512.160 149.425,419 28.408,813
-37% 41% 7% -4%
23.599 1.722.643 40.651,947 29.498,694
13.585 2.673.370 36.322,245 28.408,813
-42% 35% -11% -4%
4.b 5.a
Biaya Produksi dalam unit (4.a/1) Biaya Tetap dalam tahun
Rp/kg Rp Juta/thn
2.841 1.401,796
2.808 1.321,522
-1% -6%
12.561 1.401,796
12.526 1.321,522
0% -6%
5.b 6.a
Biaya Tetap dalam Unit (5.a/1) Biaya Variabel dalam tahun
Rp/kg Rp Juta/thn
135 28.096,898
131 27.087,290
-3% -4%
597 28.096,898
583 27.087,290
-2% -4%
6.b
Biaya Variabel dalam unit (6.a/1)
2.706
2.677
-1%
11.964
11.944
-0,2%
7.a titik impas dalam unit (5.a/(2-6.b)) kg 86.515 7.b titik impas dalam rupiah (7.a x 2) Rp Juta/thn 1.635,906 8 MOS ((3-7.b)/3) % 99% 9 MIR ((3-6.a)/3) % 80% 10 Profitabilitas ( MOS x MIR) % 79% Sumber: * Data diperoleh dari bagian pemasaran PGT Sindangwangi
142.639 1.703,388 99% 82% 81%
65% 4% 0% 3% 3%
120.489 2.843,376 93% 31% 29%
805.182 10.938,285 70% 25% 18%
568% 285% -25% -18% -38%
Rp/kg
43
44
Lampiran 14 Analisis Nilai Tambah Gondorukem tahun 2011 dan 2012 no 1
uraian
Kg
10.383.120
10.117.920
Rp/Kg
a. Penerimaan getah pinus
Kg
15.791.577
15.257.997
b. Pengolahan getah pinus
Kg
14.738.729
14.382.298
3.090
3090
Nilai Bahan Baku
d. Nilai Getah Pinus (a x c) Tenaga Kerja Langsung Yang digunakan a. Jumlah Hari Kerja / Orang b. Jumlah kerja tenaga Langsung Jumlah Hari Kerja/ Tahun (a x b)
5
2012
11.942
c. Harga Getah Pinus
4
2011
18.909
b. Jumlah Produksi
3
Nilai
Harga Output dan Jumlah Produk a. Harga Produk
2
satuan
Rp/kg Rp
Hok Orang Hok/thn
48.795.972.930 47.147.210.730
288 10
288 10
2.880
2.880
Upah Tenaga Kerja Langsung a. Upah angkut/langsir
Rp/thn
6.050.000
4.200.000
b. Upah bongkar/timbang
Rp/thn
130.280.510
129.692.975
c. Upah jog/ timbang gondorukem
Rp/thn
8.825.652
8.712.360
Upah total
Rp/thn
145.156.162
142.605.335
Upah rata-rata/ hari kerja (4/3)
Rp/Hk
48.385
47.535
Sumbangan Input lain a. Manajemen
Rp
1.157.017.188
1.274.409.312
b. Bahan Penolong
Rp
6.483.169.724
6.089.443.597
c. Biaya Pemeliharaan
Rp
369.920.000
318.563.750
d. Biaya Penyusutan
Rp
701.078.037
701.078.037
e. Biaya administrasi dan umum
Rp
575.576.781
593.069.000
45
Lampiran 14 (Lanjutan) Analisis Nilai Tambah Gondorukem tahun 2011 dan 2012 no
Uraian
satuan
Nilai 2011
2012
f. Biaya Pemasaran
Rp
390.223.104
379.253.744
g. Upah lembur pegawai
Rp
21.870.000
11.080.000
h. Upah operator harian
Rp
20.200.000
20.400.000
i. Upah tak langsung lain
Rp
88.574.368
205.394.320
j. Upah Phl. Peg. Pabrik
Rp
Total Sumbangan Input lain
Rp
Sumbangan Input lain (7/2b) Sumber :Pengolahan data
Rp/kg
7.200.000 9.807.629.202
9.599.891.760
665
667
46
Lampiran 15 Struktur organisasi PGT Sindangwangi
Manager
Asman
Kepala bagian Umum
Kepala bagian Persediaan
Staf Umum
Staf Persediaan
Satpam
Sumber : PGT Sindangwangi
Pencurah getah
Kepala bagian Pengujian
Staf Penguji
Kepala bagian Proses
Operator
47
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi 5 Maret 1990 merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Yuswandi dan Ibu Kusmiati. Penulis menempuh pendidikan formal di SMP Negeri 7 Bogor (2002-2005), kemudian dilanjutkan ke SMA Negeri 4 Bogor (2005-2008). Pada tahun 2008 penulis diterima di IPB (Institut Pertanian Bogor) melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dan diterima di program studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama di IPB Penulis aktif sebagai anggota HIMASILTAN (Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan) kelompok bidang biokomposit periode 2010-2011. Anggota KOMDIS pada acara KOMPAK 2010. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang penelitian yang didanai oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemetrian Pendidikan Nasional pada tahun 2011 dengan judul “ Antioksidan dari Lindi Hitam Proses Pulping”. Pada tahun 2012 didanai kembali dengan judul “ Penangkal Radiasi Sinar UV oleh senyawa Lycopene dari Lignin Kayu Agathis” dan Isolasi Senyawa Guaiacol Zat Antioksidan dengan Metode Basa dari Lindi Hitam Proses Pulping Kayu Afrika”. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) tahun 2010 di Sancang-Papandayan, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) tahun 2011 di Gunung Walat. Serta melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PGT Sindangwangi tahun 2012. Kemudian sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor, Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Produk Gondorukem dan Terpentin: Studi Kasus di PGT Sindangwangi, KBM Industri Kayu dan Non Kayu Perum Perhutani Unit III Jaawa Barat dan Banten” di bawah bimbingan Ir. E.G. Togu Manurung, MS. Ph.D.