ANALISIS PROFITABILITAS DAN NILAI TAMBAH BISNIS YOGHURT PADA UNIT PENGOLAHAN SUSU DARUL FALLAH
GARNIS AMELIA PALUPI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Bisnis pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Garnis Amelia Palupi NIM H34110040
ABSTRAK GARNIS AMELIA PALUPI. Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Bisnis Yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Yoghurt merupakan salah satu hasil olahan susu yang memiliki jumlah produksi terbesar di Kabupaten Bogor. Rata-rata yoghurt di Kabupaten Bogor dilakukan dalam skala usaha kecil dan menengah yang masuk ke dalam industri rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis profitabilitas usaha yoghurt pada Unit Pengolahan Susu (UPS Dafa) dengan membandingkan tingkat profitabilitas yoghurt stik sapi dan yoghurt stik kambing dan menganalisis nilai tambah usaha yoghurt stik sapi dan yoghurt stik kambing. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan memilih UPS Dafa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha ini mampu menghasilkan laba. Nilai profitabilitas usaha yoghurt stik sapi sebesar 27.50 persen lebih besar dibandingkan usaha yoghurt stik kambing sebesar 18.59 persen. Analisis nilai tambah menunjukkan usaha yoghurt stik sapi sebesar Rp 12 607.00 atau sebesar 56 persen, sedangkan usaha yoghurt stik kambimg sebesar Rp 24 077.00 persen atau 42.20 persen. Meskipun keuntungan per liter yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan yoghurt stik susu kambing namun karena penjualan yoghurt stik susu sapi lebih tinggi maka keuntungan total yang diterima yoghurt stik sapi menjadi lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Kata kunci: industri rumah tangga, nilai tambah, profitabilitas, yoghurt. GARNIS AMELIA PALUPI. Business Profitability Analysis and Yoghurt Added Value Analysis in ‘Unit Pengolahan Susu Darul Fallah’. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Yogurt is one of the dairy product the largest production of which is the district of Bogor. The average of yogurt in Bogor was done in small and medium scale enterprises that go into home industry. The purpose of this research was to analyze the profitability of the yoghurt business, contrasting the profit of the yoghurt made from cow milk and goat milk. The location was done intentionally by selecting the business unit yogurt of UPS Dafa. The results showed that the business was able to generate profits. The ratio of the profitability of yogurt made from cow milk was 27.50 percent and that of the yogurt made from goat milk was 18.59 percent. The analysis showed the added value of yogurt made from cow milk was Rp 12 607.00 or 56 percent, while that from goat milk was Rp 24 077.00 or 42.20 percent. Although profit per liter of yogurt made from cow milk lower than yogurt made from goat milk, but due to the sale of yogurt made from cow milk higher than yogurt made from goat milk then total profit of yogurt made from cow milk higher than yogurt made from goat milk. Keywords : added-value, home industry, profitability, yogurt.
ANALISIS PROFITABILITAS DAN NILAI TAMBAH BISNIS YOGHURT PADA UNIT PENGOLAHAN SUSU DARUL FALLAH
GARNIS AMELIA PALUPI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Analisis Profitabilitas dan Nilai Tambah Bisnis Yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah Nama : Garnis Amelia Palupi NIM : H34110040
Disetujui oleh
Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah profitabilitas dan nilai tambah, dengan judul Analisis Profitabilitas Usaha dan Nilai Tambah Yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing, serta kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama dan Ibu Etriya, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini. Di samping itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Aep Syefuddin dari Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik, Ibu Wanti dari Bidang Usaha Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, serta Ibu Asmalam Sinar Turnip selaku kepala produksi Unit Pengolahan Susu Darul Fallah, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015 Garnis Amelia Palupi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6
Manfaat Penelitian
6
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Metode Pengukuran Profitabilitas
6
Metode Analisis Nilai Tambah
8
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
9 9
Konsep Biaya
9
Konsep Harga Jual
9
Konsep Titik Impas
10
Analisis Profitabilitas
12
Analisis Nilai Tambah
14
Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
15 17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Jenis dan Sumber Data
17
Metode Pengolahan dan Analisis Data
17
Analisis Biaya Produksi
18
Analisis Titik Impas
18
Analisis Profitabilitas
18
Analisis Nilai Tambah
19
GAMBARAN UMUM USAHA Gambaran Umum Unit Pengolahan Susu Dafa
20 20
Pengadaan Bahan Baku
21
Tenaga Kerja
21
Proses Produksi Yoghurt
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Struktur Biaya
23
Biaya Tetap
24
Biaya Variabel
26
Total Biaya
29
Volume Penjualan
30
Analisis Profitabilitas
30
Analisis Nilai Tambah
40
SIMPULAN DAN SARAN
45
Simpulan
45
Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
51
RIWAYAT HIDUP
61
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang konstan 2000 (miliar rupiah) Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2011-2012 Peranan terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2011-2012 Produksi Olahan Susu oleh UMKM Kabupaten Bogor Tahun 20112013 dalam liter Perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 Total Biaya Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik susu sapi Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik susu kambing Perbandingan perhitungan usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada kondisi aktual Perbandingan perhitungan usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada kondisi volume penjualan sama Nilai tambah pengolahan yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada UPS Dafa Nilai tambah pengolahan yoghurt dengan asumsi jumlah output sama
1 2 2 3 19 24 27 28 29 32 35 38 39 41 44
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan Diagram Kerangka Pemikiran Proses Produksi Yoghurt pada UPS Dafa Bangunan UPS Dafa Proses Pemanasan Susu Sapi Proses Pemanasan Susu Kambing Proses Penyaringan Susu Sapi Proses Penyaringan Susu Kambing Penambahan Starter Bakteri pada Susu Sapi Penambahan Starter Bakteri pada Susus Kambing Penambahan Perisa Buah pada Yoghurt Susu Sapi Penambahan Perisa Buah pada Yoghurt Susu Kambing Proses Pengemasan Yoghurt Susu Sapi Proses Pengemasan Yoghurt Susu Kambing
11 16 22 54 54 54 55 55 55 56 56 56 57 57
15 16
Yoghurt Stik Susu Sapi Yoghurt Stik Susu Kambing
57 58
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Proporsi Masing-Masing Produk Berdasarkan Nilai Pasar Biaya Penyusutan Peralatan dan Bangunan Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing Dokumentasi
49 50 51 52 53 54
PENDAHULUAN
Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengetahui kinerja suatu sektor atau subsektor adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2014), peternakan merupakan salah satu subsektor dari sektor pertanian yang mengalami peningkatan PDB dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai PDB dari tahun 2010 hingga tahun 2013 dalam Tabel 1. Tabel 1 Sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang konstan 2000 (miliar rupiah) Lapangan Usaha
Tahun 2010
Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunanan Peternakan dan hasilhasilnya Kehutanan Perikanan Total PDB Pertanian
Pertum buhan rata-rata 161 925.5 2.1
2011
2012
2013*
151 500.7
154 153.9
158 910.1
47 150.6 38 214.4
49 260.4 40 040.3
52 325.4 41 918.6
54 629.3 43 902.3
4.64 4.62
17 249.6 50 661.8 304 777.1
17 395.5 54 187.7 315 036.8
17 423.0 57 702.6 328 279.7
17 442.5 61 661.2 339 661.2
0.88 6.58 3.5
Keterangan : (*) adalah angka sementara Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah)
Berdasarkan Tabel 1, subsektor peternakan mengalami pertumbuhan ratarata dari tahun 2010 hingga 2013 sebesar 4.62 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut di atas laju pertumbuhan sektor pertanian sebesar 3.5 persen per tahun. Selain itu juga subsektor peternakan memiliki rata-rata pertumbuhan melebihi dua subsektor lainnya yaitu tanaman bahan makanan dan kehutanan. Hal tersebut menyatakan bahwa subsektor peternakan telah mengalami peningkatan kinerja. Salah satu jenis produk peternakan yang permintaannya semakin meningkat adalah susu. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan konsumsi susu nasional. Pada tahun 2009 konsumsi masyarakat Indonesia hanya sebesar 1.91 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 2.04 kg/kapita/tahun1. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan sentra penghasil susu nasional. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan, Jawa Barat merupakan daerah penghasil produksi susu terbesar kedua setelah Jawa Timur dengan produksi susu sebesar 258 374 ton 1
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2013. Buletin Konsumsi Pangan. http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id//.
2 pada tahun 2013 2 . Berdasarkan jumlah produksi susu terbesar kedua nasional tersebut dapat dikatakan bahwa susu merupakan salah satu komoditas unggulan di provinsi Jawa Barat yang berpotensi untuk dikembangkan. Susu merupakan suatu bahan pangan hasil ternak yang mudah rusak karena mengandung berbagai komponen bahan pangan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme baik bakteri, kapang maupun khamir sehingga kuatitas produksi susu dan tingkat harga susu menjadi rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses penanganan yang baik (Rahman, 1992). Seiring berkembangnya teknologi, masyarakat tidak hanya mengkonsumsi susu dalam bentuk segarnya, tetapi diolah menjadi berbagai produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Selain itu juga, pengolahan diperlukan untuk memperpanjang umur suatu produk peternakan yang relatif mudah terserang bakteri maupun jamur. Usaha pengolahan susu yang berbentuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) saat ini sudah semakin meningkat. UMKM memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara maupun provinsi. Banyaknya industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang diserap dari banyaknya usaha dan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Perkembangan jumlah pelaku usaha dan penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2011-2012 No
Skala Usaha
1.
UMKM Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menegah Usaha Besar Jumlah
2.
Jumlah Pelaku Usaha (Unit) 2011 2012 8 750 914 9 166 503 8 626 671 9 042 519 116 062 115 749 8 181 8 235 1 728 1 853 8 752 642 9 168 356
Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 2011 2012 14 278 402 15 007 695 13 172 794 13 861 814 607 236 623 556 498 372 522 325 2 270 763 2 374 805 16 549 165 17 382 500
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2013
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa jumlah UMKM semakin meningkat dibandingkan usaha besar. Pengaruh dari jumlahnya yang semakin meningkat, membuat UMKM memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB Jawa Barat tahun 2011 sampai tahun 2012, dengan jelas dapat terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Peranan terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2011-2012 No
Skala usaha
1. 2.
UMKM Usaha Besar
Tahun 2011 (%) 54.20 54.55
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Barat, 2013
2
http://pertanian.go.id/EIS-ASEM-NAK-2014/Prod_Susu_Prop_2014
Tahun 2012 (%) 45.80 45.45
3 Kontribusi UMKM terhadap PDRB Jawa Barat adalah yang terbesar, dengan jumlah persentase pada tahun 2011 sebesar 54.20 persen dan meningkat menjadi 54.55 persen pada tahun 2012. Meskipun UMKM memiliki peranan yang penting, namun UMKM memiliki banyak kendala seperti modal dan pemasaran yang masih terbatas serta teknologi dan inovasi yang kurang berkembang. Hal tersebut menyebabkan profit yang dihasilkan UMKM rendah. Maka dari itu, UMKM perlu mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak agar UMKM dapat terus berkembang. Hal tersebut karena UMKM sangat memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu provinsi, termasuk didalamnya usaha pengolahan susu. Dinas Peternakan Jawa Barat terus melakukan pengembangan usaha pengolahan susu di sektor hilir. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendapatan bagi masyarakat3. Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang mengalami peningkatan hasil olahan susu yang diproduksi oleh UMKM dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Hal tersebut dapat dilihat yang pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi Olahan Susu oleh UMKM Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013 dalam liter Jenis Olahan Susu (liter) Yoghurt Susu Pasteurisasi Lainnya ( kerupuk susu, karamel susu, dodol, kefir, puding susu, dan pagsit susu) Total
2011 75 480 70 500 3 590
Tahun 2012 163 720 70 750 4 010
2013 495 360 157 680 5 140
149 570
238 480
658 180
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2015 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4, produksi hasil olahan susu terbesar yaitu yoghurt. Hal tersebut menunjukkan bahwa yoghurt memiliki peluang pasar yang baik di Kabupaten Bogor. Yoghurt merupakan salah satu produk olahan susu yang diperoleh dari fermentasi susu dan atau susu rekonstitusi dengan menggunakan bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus atau jenis bakteri asam laktat lain yang sesuai. Yoghurt memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari pada susu segar sebagai bahan dasar dalam pembuatan yoghurt, terutama karena meningkatnya total padatan sehingga kandungan zat-zat gizi lainnya juga meningkat (Wahyudi, 2006). Bahan baku pembuatan yoghurt umumnya berasal dari susu sapi, namun susu kambing juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan yoghurt. Susu kambing mempunyai kelebihan dibandingkan susu sapi, lemak dan protein pada susu kambing lebih mudah dicerna dan kandungan vitamin B1 nya lebih tinggi dibanding susu sapi. Disamping itu, yoghurt susu kambing sangat bermanfaat untuk kesehatan sehingga diharapkan konsumsi terhadap susu 3
Maulana, Adi Ginanjar. 2015. Jabar Perbanyak Pengolahan Susu. [Internet]. [diunduh 2015 April 20] Tersedia pada http://www.bisnis.com/industri/read/20150323/99/414880/jabarperbanyak-pengolahan-susu
4 kambing dapat meningkat dan dapat menjadi alternatif bahan pangan yang menyehatkan bagi masyarakat. Namun masyarakat belum menyadari manfaat dari susu kambing sehingga permintaan susu kambing tidak sebanyak permintaan susu sapi. Selain itu juga, susu kambing memiliki aroma khas kambing yang dapat mengurangi daya tarik konsumen dalam mengonsumsi susu kambing. Salah satu cara untuk meningkatkan konsumsi susu kambing adalah dengan melakukan fermentasi dengan menggunakan bakteri atau yang biasa disebut yohgurt. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, UMKM yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan yoghurt susu sapi dan yoghurt susu kambing dalam satu lingkup usaha yaitu hanya Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) yang terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) berada di bawah naungan Unit Peternakan Pondok Pesantren Pertanian Darul Fallah. Pelaksanaan kegiatan usaha di Unit Peternakan Darul Fallah sudah dimulai sejak tahun 1963. Pada awalnya unit peternakan melakukan budidaya kambing perah, sapi perah, dan penggemukan domba dan kambing. Namun seiring berjalannya waktu, unit peternakan mengalami berbagai kendala pasar dan sumber daya sehingga unit peternakan memfokuskan untuk melakukan pengolahan susu agar meningkatkan nilai tambah usahanya dengan membentuk UPS Dafa pada tahun 2007. UPS Dafa memproduksi produk olahan susu berupa yoghurt, susu pasteurisasi, dan kefir. Namun, produk susu olahan yang mendapat perhatian besar untuk terus dikembangkan oleh UPS Dafa adalah yoghurt. UPS Dafa juga memiliki akses bahan baku yang mudah karena Yayasan Pesantren Pertanian Darul Fallah memiliki peternakan sapi dan kambing perah sendiri. Salah satu tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Laba dicapai jika pendapatan melebihi total biaya yang dikeluarkan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya merupakan faktor penentu dalam kegiatan produksi yang akan berpengaruh terhadap perusahaan dalam mencapai tingkat perolehan laba. Produk yoghurt yang diproduksi UPS Dafa yaitu berasal dari susu sapi dan susu kambing. Kedua yoghurt tersebut memiliki perbedaan harga karena harga susu kambing jauh lebih mahal dibandingkan susu sapi yaitu harga susu kambing sebesar Rp 25 000 per liter sementara harga susu sapi hanya Rp 5 000 per liter. Hal tersebut menyebabkan perbedaan biaya produksi antara masing-masing yoghurt. Harga jual susu kambing sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga jual susu sapi. Hal ini karena pasokan susu kambing masih terbatas dan permintaannya yang tinggi. Menurut sekretaris Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia (Aspekin), pangsa pasar susu kambing semakin luas dan permintaannya cenderung meningkat, namun produksi susu belum optimal sehingga hal tersebut
5 membuat permintaan terhadap susu kambing tidak dapat terpenuhi. 4 Selain itu, susu kambing merupakan produk yang istimewa karena bukan hanya digunakan sebagai minuman tetapi juga digunakan untuk kesehatan dan kecantikan. Sukmawati (1999) dalam Sirait (2009) menyatakan bahwa segmen pasar dari susu kambing adalah manfaat, yaitu masyarakat yang berharap memperoleh manfaat setelah mengkonsumsi susu kambing. Dengan demikian, produk susu kambing sangat eksklusif karena dijual dan didistribusikan dalam jumlah yang terbatas. Selain terdapat perbedaan harga, juga terdapat perbedaan volume penjualan yang signifikan antara yoghurt susu sapi dengan yoghurt susu kambing. Hal tersebut karena yoghurt susu kambing masih terasa asing bagi sebagian masyarakat sehingga penjualan yoghurt susu kambing tidak sepesat penjualan yoghurt susu sapi. Adapun penjualan yoghurt susu sapi UPS Dafa selama tahun 2014 yaitu sebanyak 388 800 stik atau 11 664 liter sedangkan penjualan yoghurt susu kambing hanya sebanyak 6000 stik atau 300 liter. Hal ini berdampak pada profitabilitas yang dihasilkan oleh UPS Dafa sehingga perlu dikaji profit dari kedua produk yoghurt tersebut. Sampai saat ini, UPS Dafa masih dapat berproduksi walaupun pengolahan susu bagi UMKM tidaklah mudah karena adanya keterbatasan faktor produksi dan permintaan. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, pengukuran terhadap kemampuan UPS Dafa untuk menghasilkan laba atau yang disebut dengan profitabilitas perlu dikaji dan dianalisis sebagai salah satu cara untuk mengetahui manfaat usaha yang dilakukan dengan membandingkan profitabilitas yoghurt sapi dan yoghurt kambing. Batas kemampuan UPS Dafa dalam berproduksi juga harus dianalisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar UPS Dafa tidak menderita kerugian. Usaha pengolahan susu menjadi yoghurt memiliki keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan usaha produk non olahan karena usaha pengolahan menciptakan suatu nilai tambah. Besarnya harga input, biaya produksi, teknik produksi dan harga output mempengaruhi besarnya nilai tambah yang dihasilkan. Bahan baku susu tidak sepenuhnya dipasok dari peternakan Darul Fallah melainkan dipasok dari luar apabila pasokan di peternakan Darul Fallah tidak mencukupi. Selain itu juga, tidak ada perjajian kerjasama antara UPS Dafa dan pemasok bahan baku susu sehingga hal tersebut menjadi kelemahan karena tidak adanya jaminan pasokan dan harga yang stabil. Maka dari itu, pada penelitian ini akan dibahas perbandingan profitabilitas dan nilai tambah antara yoghurt yang berbahan baku susu sapi dengan yoghurt yang berbahan baku susu kambing. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat profitabilitas pengolahan yoghurt yang berbahan baku susu sapi dan susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah? 2. Seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan susu sapi dan susu kambing menjadi yoghurt pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah?
4
Wiraand. 2013. Produksi Susu Kambing Belum Optimal. [internet]. [diunduh pada 2015 Juni 1] Tersedia pada http://www.kedaisusukambing.com/
6 Tujuan Penelitian
1.
2.
Tujuan dari penelitian ini adalah : Menganalisis profitabilitas usaha yoghurt dengan membandingkan yoghurt berbahan baku susu sapi dengan yoghurt yang berbahan baku susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah Menganalisis nilai tambah usaha yoghurt dengan membandingkan yoghurt berbahan baku susu sapi dengan yoghurt yang berbahan baku susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah
Manfaat Penelitian
1. 2.
Manfaat dari penelitian ini adalah : Melatih kemampuan penulis dalam menganalisis permasalahan sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
2. 3.
Produk yang dikaji adalah yoghurt stik yang berbahan susu sapi dan susu kambing yang dihasilkan oleh UPS Dafa di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Lingkup kajian penelitian adalah membandingkan profitabilitas dan nilai tambah yoghurt stik susu sapi dengan yoghurt stik susu kambing. Metode analisis yang dignakan adalah Break Event Point, analisis profitabilitas melalui perkalian antara Margin Of Safety dan Margin Income Ratio, Degree of operating leverage dan analisis nilai tambah Hayami.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Pengukuran Profitabilitas
Penelitian mengenai profitabilitas dilakukan oleh Wibowo (2007), meneliti tentang harga pokok penjualan dan titik impas usaha penggemukan ternak domba. Harga pokok produksi pada tahun 2005 dengan menggunakan metode perusahaan
7 yaitu sebesar Rp 371 173.05 per ekor dan Rp 12 177.16 per kilogram. Sedangkan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing adalah Rp 392 851.66 per ekor dan Rp 12 888.32 per kilogram. Harga pokok penjualan pada tahun 2005 dengan menggunakan metode perusahaan yaitu sebesar Rp 372 267.44 per ekor atau Rp 12 213.07 per kilogram. Sedangkan jika menggunakan dengan metode full costing adalah sebesar Rp 393 946.05 per ekor atau Rp 12 925.49 per kilogram. Batas volume penjualan pada saat impas adalah 495 ekor dengan nilai penjualan impas Rp 243 946.923. Sedangkan produksi aktualnya telah melebihi titik impasnya, yaitu sebesar 2193 ekor dengan nilai penjualan aktual Rp 1 099 504 000.00. Nilai Marginal Income Ratio, Margin of Safety, dan profitabilitas usaha peternakan pada periode produksi tahun 2005 berturut-turut adalah sebesar 26 persen, 78 persen dan 20.28 persen. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa usaha peternakan layak dilaksanakan. Penelitian lain mengenai profitabilitas dilakukan oleh Wardani, Budiraharjo dan Prasetyo (2012), yang meneliti tentang analisis profitabilitas pada usaha peternakan sapi perah. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerimaan usaha ternak sapi perah adalah sebesar Rp 76 371 816.56 per bulan dengan biaya produksi sebesar Rp 68 236 700.50 per bulan sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 7 226 475.26 per bulan. Nilai profitabilitas sebesar 10.78 persen lebih tinggi dari tingkat suku bunga deposito Bank BNI periode Juni 2012 yaitu sebesar 4.35 persen sehingga usaha sapi perah menguntungkan. Fariyanti (1986) menganalisis mengenai analisis titik impas pada penjualan susu sapi perah. Metode yang digunakan adalah BEP (Break Even Point), (MIR Marginal Income Ratio) dan MOS (Margin of Safety). Penelitian ini membahas titik impas penjualan susu secara keseluruhan dan membandingkan titik impas penjualan untuk susu segar dan susu pasteurisasi. Titik impas yang diperoleh untuk penjualan susu secara keseluruhan tanpa membedakan kualitas yaitu diperoleh nilai sebesar 461 530.85 liter. Nilai tersebut lebih rendah dari nilai penjualan aktual yaitu sebesar 666 721.755 liter sehingga usaha berada dalam keadaan untung karena volume penjualan lebih tinggi dari titik impasnya. Kemudian ketika dibandingkan titik impas antara susu segar dan susu pasteurisasi, susu pasteurisasi berada di daerah menguntugkan sedangkan susu segar berada dalam keadaan rugi. Hal tersebut karena titik impas susu pasteurisasi lebih rendah dari penjualan aktualnya yaitu titik impas susu pasteurisasi sebesar 48 841.361 liter dengan penjualan aktual sebesar 151 721.5 liter. Sedangkan titik impas susu segar yaitu sebesar 751 986.025 liter dengan penjualan aktual sebesar 514 994.255 liter. Marjin kontribusi untuk penjualan susu secara keselurahan yaitu Rp 56.14 sedangkan untuk susu pasteurisasi yaitu Rp 169.76 dan untuk susu segar diperoleh marjin kontribusi yang sangat kecil yaitu Rp 23.43. Nilai MOS yang diperoleh untuk susu secara keseluruhan yaitu sebesar 30.78 persesen dan nilai MOS untuk susu pasteurisasi yaitu sebesar 67.81 persen sedangkan MOS untuk susu segar tidak mempunyai nilai karena usaha berada dalam keadaan rugi untuk susu segar sehingga sangat irrasional bila terjadi dalam perubahan volume penjualan.
8 Metode Analisis Nilai Tambah
Novara (1997) melakukan penelitian tentang nilai tambah pengolahan dan preferensi konsumen susu pasteurisasi pada PT. Baru Adjak menggunakan metode Hayami. Pada penelitian tersebut membandingkan susu tawar pasteurisasi dengan susu manis pasteurisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu manis pasteurisasi memberikan nilai tambah yang lebih besar daripada susu tawar pasteurisasi yaitu dengan nilai tambah sebesar Rp 603.40 untuk tahun 1994 dan sebesar Rp 713.99 untuk tahun 1995. Berdasarkan perhitungan nilai tambah maka dapat dikatakan bahwa perusahaan PT. Baru Adjak itu padat modal karena sebagian besar dari keuntungan merupakan imbalan terhadap modal dan manajemen. Harmawati, Kusnandar, dan Setyowati (2013) melakukan penelitian mengenai nilai tambah susu kambing peranakan etawah sebagai bahan baku produk olahan susu kambing. Metode yang digunakan dalam menganalisis nilai tambah yaitu dengan metode Hayami. Besarnya nilai tambah pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 15 444.09/lt dan Rp 15 885.49/lt. Besarnya nilai tambah permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE karena besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE. Imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 18 693.36/lt dan Rp 39 788.74/lt. Imbalan tenaga kerja pada usaha permen karamel susu kambing PE paling tinggi karena tingginya upah rata-rata tenaga kerja dalam pengolahan. Penelitian lain mengenai analisis nilai tambah yaitu dilakukan oleh Asheri (2014), yang meneliti tentang analisis nilai tambah cokelat batangan. Adapun tujuan dari penelitian ini selain untuk mengkaji nilai tambah dari cokelat batangan juga untuk membandingkan metode nilai tambah yang terbaik antara metode Hayami dan Syahza. Hasil penelitian membuktikan bahwa metode yang paling tepat digunakan dalam menganalisis nilai tambah yaitu metode Hayami. Walaupun metode Hayami telah lama digunakan, tetapi metode tersebut dapat menganalisis nilai tambah suatu komoditas pertanian dengan jelas dan sistematis jika dibandingkan dengan metode Syahza. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas yang berhubungan dengan analisis profitabilitas dan nilai tambah, maka terdapat beberapa perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Metode yang akan digunakan untuk mengukur suatu profitabilitas usaha pada penelitian ini sama seperti metode yang digunakan pada penelitian Wibowo (2007) dan Faryanti (1986) yaitu dengan menggunakan metode titik impas (Break Even Point), Marginal Income Ratio dan Margin of Safety. Sedangkan metode yang akan digunakan untuk mengukur nilai tambah dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Hayami karena berdasarkan penelitian dari Asheri (2014) bahwa metode Hayami adalah metode yang paling baik untuk mengukur suatu nilai tambah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada objek penelitian. Pada penelitian ini membandingkan tingkat profitabiltas dan nilai tambah produk olahan susu yaitu yoghurt dengan bahan buku susu sapi dan bahan susu kambing. Maka dari itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
9
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Biaya Menurut Mulyadi (1999), biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu dan tidak dapat dihindarkan. Informasi biaya digunakan untuk mengukur kegiatan usaha menghasilkan laba atau tidak. Tanpa informasi biaya, pihak pengelola tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah daripada nilai keluarannya. Selain itu tanpa informasi biaya, pengelola juga tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lainnya. Menurut Mulyadi (1999), dalam hubungannya dengan pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Menurut Soeharno (2006), biaya produksi adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Analisis biaya produksi dibagi menjadi analisis biaya jangka pendek dan analisis biaya jangka panjang. Analisis biaya jangka pendek dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel sedangkan pada analisis biaya jangka panjang, semua biaya adalah biaya variabel. Adapun pengertian dari biaya variabel yaitu biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Contohnya biaya bahan untuk menghasilkan suatu produk. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan sehingga biaya semakin besar. Sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang tidak tergantung banyak sedikitnya produk yang dihasilkan. Contohnya biaya penyusutan mesin. Biaya penyusutan ini tidak tergantung apakah mesin digunakan pada kapasitas penuh, setengah kapasitas, atau bahkan tidak digunakan, biaya tetap harus dikeluarkan sebesar penyusutan yang ditetapkan per tahunnya.
Konsep Harga Jual Menurut Mulyadi (2001), harga jual produk dan jasa umumnya ditentukan oleh perimbangan permintaan dan penawaran di pasar, sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual. Namun manajer menghadapi ketidakpastian dalam menentukan harga jual karena permintaan konsumen, selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan pesaing sulit untuk diramalkan.
10 Biaya merupakan satu-satunya faktor yang mempunyai kepastian relatif tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual. Biaya dapat memberikan informasi batas bawah penetuan harga jual. Perusahaan akan mengalami kerugian apabila harga jual berada dibawah biaya penuh produk atau jasa. Kerugian tersebut dalam jangka waktu tertentu dapat mengganggu pertumbuhan perusahaan dan dapat mengakibatkan perusahaan akan berhenti. Oleh karena itu, informasi biaya produk atau jasa diperlukan dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual (Mulyadi, 2001).
Konsep Titik Impas Menurut Roni (1990), analisis titik impas merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Analisis titik impas digunakan untuk menentukan berapa jumlah produk (dalam rupiah atau unit keluaran). Impas (break event) adalah keadaan suatu usaha yng tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis titik impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol) (Mulyadi, 2001). Analisis titik impas memberikan banyak manfaat bagi perusahaan. Selain digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi. Menurut Kasmir (2010), analisis titik impas mempunyai kegunaan-kegunaan lain seperti : 1. Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya) 2. Penentuan harga jual persatuan 3. Produksi atau penjualan minimum agar tidak mengalami kerugian 4. Memaksimalkan jumlah produksi 5. Perencanaan laba yang diinginkan Dalam perhitungan analisis titik impas, dibutuhkan beberapa asumsi antara lain : a) Dalam analisis titik impas hanya digunakan dua macam biaya yaitu biaya tetap dan biaya variabel b) Biaya tetap secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan c) Biaya variabel secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan d) Perusahaan hanya menjual satu macam produk e) Harga jual per satuan tidak berubah selama periode analisis Menurut Mulyadi (2001), ada dua cara dalam mengukur titik impas, yaitu: 1. Pendekatan Teknik Persamaan Secara matematis, titik impas produktivitasnya dihitung sebagai berikut :
11 Keadaan impas adalah jika keuntungan (π) sama dengan 0 (nol), maka:
Keterangan : Π : Keuntungan Q : Jumlah produk P : Harga jual produk : Biaya total variabel TVC TFC : Biaya total tetap AVC : Biaya rata-rata variabel 2. Pendekatan Grafis Pendekatan ini menentukan titik impas dengan melihat pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik. Titik pertemuan antara garis biaya dengan garis pendapatan penjualan merupakan titik impas. Pendekatan grafis secara jelas dapat terlihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1 Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan Sumber : Mulyadi (2001)
12 Keterangan : TR TC TVC TFC Daerah a Daerah b P Q
:Penerimaan total :Biaya total :Biaya variabel total :Biaya tetap total :Daerah laba atau untung :Daerah rugi :Pendapatan, biaya :Volume penjualan
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa titik impas terjadi pada perpotongan antara TR dengan TC yang ditunjukkan oleh titik output Q. Perusahaan akan mengalami kerugian apabila volume penjualan dan atau produksi lebih kecil dari titik OQ yang artinya hasil penjualan tidak dapat menutupi biaya total yang dikeluarkan. Sedangkan perusahaan akan mengalami keuntungan apabila volume penjualan dan atau produksi lebih besar dari titik OQ yang artinya hasil penjualan dapat menutupi biaya total yang dikeluarkan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa daerah laba atau keuntungan berada di sebelah kanan titik impas sedangkan daerah rugi berada disebelah kiri titik impas. Titik impas dapat berubah dengan adanya perubahan harga input, perubahan harga output, dan perubahan teknologi.
Analisis Profitabilitas Menurut Mulyadi (2001), analisis profitabilitas digunakan untuk mengetahui penyebab timbulnya laba atau rugi yang dihasilan oleh suatu obyek informasi dalam periode akuntansi tertentu. Profit adalah besarnya laba yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan. Profitabilitas adalah nilai laba bersih dibagi dengan penerimaan total. Profitabilitas yang diperoleh perusahaan menggambarkan besarnya laba yang diperoleh dari hasil laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Nilai profitabilitas diperoleh dari perkalian antara Margin Of Safety (MOS) dengan Margin Income Ratio (MIR) atau profit volume ratio (Mulyadi, 2001). Tingkat keamanan atau Margin Of Safety (MOS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu yang dianggarkan dengan penjualan pada titik impas. MOS digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian (Kasmir, 2010). Menurut Mulyadi (2001), secara matematis rumus untuk menghitung nilai MOS adalah :
Keterangan : MOS : Margin Of Safety (%) BEP : Nilai impas (Rp) TR : Penerimaan total (Rp)
13 Semakin tinggi nilai MOS maka keadaan perusahaan akan semakin baik sebab batas kemampuan perusahaan apabila terjadi penurunan produksi akan semakin besar (Munawir, 2002). Margin Income Ratio (MIR) merupakan bagian hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Menurut Mulyadi (2001), secara matematis rumus untuk menghitung nilai MIR adalah:
Keterangan : MIR : Marginal Income Ratio (%) VC : Biaya variabel (Rp/unit TR : Penerimaan total (Rp) MIR dapat memberikan informasi tentang berapa bagian dari penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan laba. Semakin tinggi nilai MIR maka keadaan perusahaan akan semakin baik sebab kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya tetap dan memperoleh laba akan semakin besar (Munawir, 2002). Menurut Mulyadi (2001), apabila marginal of safety (MOS) dihubungkan dengan marginal income ratio (MIR), angka margin of safety ini akan berhubungan langsung dengan laba. Sehingga semakin besar nilai MOS dan MIR dari suatu usaha, maka akan semakin besar nilai kemampuan usaha dalam memperoleh keuntungan, begitupun sebaliknya. Nilai profitabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis :
Keterangan : Π : Profitabiltas perusahaan (%) MIR : Marginal Income Ratio (%) MOS : Margin Of Safety (%) Menurut Mulyadi (2001), selain analisis titik impas dan marginal of safety, degree of operating leverage (DOL) juga merupakan parameter yang memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap profit pada tingkat penjualan tertentu. Degree of operating leverage di hitung dengan rumus berikut ini:
Pendapatan penjualan yang sudah dikurangi dengan biaya variabel atau laba yang belum dikurangi dengan biaya tetap merupakan laba kontribusi. Dengan parameter ini, dampak setiap rencana kegiatan yang menyebabkan perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan dapat diketahui manajemen dengan cepat (Mulyadi, 2001).
14
Penentuan Proporsi Biaya Bersama Menurut Rony (1990), biaya produksi bersama merupakan sejumlah biaya yang terjadi dari suatu proses bersama atas material tertentu yang mungkin menghasilkan dua atau lebih jenis produk. Biaya produksi bersama untuk beberapa jenis produk yang berbeda merupakan jumlah keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan. Biaya produksi dapat dipisahkan dan mudah diidentifikasikan untuk masing-masing produk dan umumnya tidak memerlukan pengalokasian biaya. Sebaliknya biaya produksi bersama memerlukan alokasi atau pendistribusian pada masing-masing produk. Menurut Rony (1990), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengalokasian biaya produksi bersama, yaitu: 1. Metode Nilai Pasar Metode nilai pasar merupakan metode yang paling banyak dipakai dengan alasan bahwa nilai pasar adalah ukuran yang paling logis terhadap biaya yang diperlukan bagi masing-masing produk. Dengan metode ini masing-masing produk bersama menghasilkan persentase keuntungan kotor per unit yang sama dengan asumsi unit yang dijual tanpa proses lebih lanjut. 2. Metode Phisik atau Kuantitas Metode ini menjabarkan pendistribusikan biaya bersama atas dasar ukuran unit atau phisik, seperti kilogram, ton, one, dan pon, yang berarti produk bersama harus dapat diukur dengan dasar yang sama. Namun, bila ukuran itu sukar diperoleh, jumlah unit bersama harus dituangkan ke dalam penyebut yang umum dapat dipakai bagi semua jumlah produksi. 3. Metode Biaya Rata-Rata per Unit Metode ini mengalokasikan biaya produksi bersama ke berbagai jenis produk atas dasar standar yang ditetapkan sebelumnya atau indek produksi. Biaya ratarata per unit diperoleh dengan cara membagi jumlah biaya produksi bersama terhadap jumlah produk yang dihasilkan dengan memakai ukuran unit yang sama dan tidak jauh berbeda satu dengan lainnya dasar pengukurannya. Metode ini tidak dapat digunakan bila dasar ukuran produk yang dihasilkan berbeda. 4. Metode Rata-Rata Tertimbang Metode ini memasukkan faktor bobot untuk setiap unit produk yang dihasilkan karena adanya perbedaan ukuran produk, kesukaran dalam prosessing, waktu yang dibutuhkan dalam menghasilkan setiap unit produk, buruh yang dipekerjakan, dan material yang dipakai, serta unsur-unsur lainnya. Metode ini dapat mengeliminir dengan cara mengalikan setiap jenis produk terhadap faktor bobotnya sehingga pengalokasian biaya produksi lebih mencerminkan beban setiap unit produk.
Analisis Nilai Tambah Nilai tambah merupakan selisih nilai produk bruto dengan pengeluaran. Nilai produk bruto yang dimaksud adalah nilai output ditambah dengan nilai jasa yang diberikan. Total pengeluaran yang dimaksud meliputi gaji atau upah, bahan
15 baku, bahan bakar dan biaya lainnya (Raharjo, 1986). Menurut Sudiyono (2004), nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolahan. Tujuan dari analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh sistem komoditi tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dengan nilai biaya antara bahan baku dengan bahan dasar, dan bahan penunjang lainnya yang terpakai untuk menghasilkan produk tersebut (Wasis, 2001). Menurut Hayami et al (1987), nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditas tersebut. Input fungsional tersebut berupa proses perubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun penyimpanan (time utility). Semakin banyak perubahan yang diperlakukan terhadap komoditas tertentu maka makin besar nilai tambah yang diperoleh. Nilai tambah dapat dihitung dengan dua cara yaitu menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis (faktor pasar). Faktor teknis terdiri atas jumlah dan kualitas bahan baku serta input penyerta, kualitas produk, penerapan teknologi, kapasitas produksi, dan penggunaan unsur tenaga kerja. Faktor pasar meliputi harga bahan baku, harga jual output, upah tenaga kerja, modal investasi, informasi pasar, dan nilai input lain (Hayami et al., 1987). Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Hayami antara (Hayami et al., 1987) : 1. Membuat arus komoditi yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditi, lokasi, lama penyimpanan, dan berbagai perlakuan terhadap komoditi bersangkutan. 2. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan finansial. 3. Memilih dasar perhitungan, yang mana dalam penelitian ini didasarkan pada per satuan input utama atau bahan baku.
Kerangka Pemikiran Operasional
Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) merupakan salah satu UMKM pengolahan susu yaitu yoghurt di Kabupaten Bogor. Pengelolaan susu bagi UMKM tidaklah mudah karena skala yang kecil dengan modal dan pasar yang terbatas serta teknologi dan inovasi yang kurang berkembang. Hal tersebut mempengaruhi tingkat profitabilitas yang diperoleh UPS Dafa. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu usaha diperlukan analisis titik impas terlebih dahulu. Penentuan titik impas dapat dilakukan apabila harga jual, biaya tetap dan biaya variabel diketahui. Analisis titik impas memberikan petunjuk penjualan yang dinyatakan dalam rupiah dimana usaha yang dilakukan tidak menghasilkan laba tetapi juga tidak mengalami kerugian. Analisis profitabilitas digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan usaha yoghurt dapat memperoleh laba atau untung. Analisis profitabilitas dilihat melalui nilai MOS dan MIR usaha terkait, yang dihitung berdasarkan nilai impas.
16 Analisis nilai tambah juga digunakan dalam penelitian ini karena analisis nilai tambah dapat menunjukkan besarnya nilai tambah dari proses olahan susu menjadi yoghurt. Metode Hayami digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis nilai tambah. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah yoghurt yang berbahan baku susu sapi dan yoghurt yang berbahan baku susu kambing. UPS Dafa memproduksi yoghurt susu sapi dengan bentuk stik, cup dan botol sedangkan yoghurt susu kambing hanya diproduksi dalam bentuk stik saja. Yoghurt yang diteliti adalah yoghurt yang berbentuk stik karena tingkat penjualannya yang tertinggi. Selain itu terdapat perbedaan biaya bahan baku dan volume penjualan antara yoghurt sapi denga yoghurt kambing. Berdasarkan analisis profitabilitas dan nilai tambah dapat diketahui bahan baku mana yang memiliki profitabilitas dan nilai tambah yang lebih besar. Berdasarkan analisis profitabilitas serta nilai tambah yang dilakukan pada usaha yoghurt akan diketahui sudah sejauh mana usaha tersebut telah mencapai tujuan dalam memperoleh keuntungan. Secara ringkas alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Diagram Kerangka Pemikiran
17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) yang berlokasi di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa UPS Dafa merupakan salah satu unit bisnis dari Darul Fallah yang memproduksi yoghurt dengan bahan baku susu kambing dan susu sapi di Kabupaten Bogor. Pelaksanaan penelitian ini, termasuk di dalamnya kegiatan pengumpulan dan pengolahan data dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2015.
Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara secara langsung kepada pihak perusahaan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari laporan produksi, proses produksi, pelaksanaan kegiatan fungsi-fungsi operasional perusahaan, dan literatur yang relevan dengan penelitian. Data yang diperoleh bersifat kualitatif dan kuantitatif dari eksternal dan internal perusahaan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara kuantitatif, diolah menggunakan microsoft excel dan kalkulator untuk disajikan dalam bentuk tabulasi guna mempermudah perhitungan dan pendeskripsian. Periode analisis yang digunakan adalah satu tahun, dimana hari efektif kerja masing-masing usaha untuk satu bulannya yaitu 25 hari (satu tahun = 300 hari kerja). Metode analisis yang digunakan untuk analisis profitabilitas usaha adalah perhitungan titik impas, Marginal Income Ratio (MIR), dan Marginal of Safety (MOS) yang dihasilkan berdasarkan data produksi, penjualan, dan biaya. Sedangkan untuk analisis nilai tambah, metode analisis yang digunakan adalah metode Hayami.
18 Analisis Biaya Produksi Biaya merupakan faktor penting dalam perencanaan laba dalam suatu usaha. Struktur biaya pada usaha yang diteliti harus dianalisis terlebih dahulu dengan melakukan kunjungan lapang langsung. Biaya-biaya yang dianalisis pada usaha pembuatan yoghurt ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik, yang kemudian diklasifikasikan menurut perilakunya menjadi biaya tetap dan variabel. Adapun rumus perhitungan total biaya produksi sebagai berikut:
Setiap proses produksi pada peralatan produksi pasti dihadapkan pada biaya penyusutan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Analisis Titik Impas
Titik impas digunakan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, harga jual, biaya produksi, dan laba rugi. Selain itu, dapat juga sebagai alat untuk mengetahui kapan suatu usaha mampu menutupi biaya produksinya atau kapan suatu suatu berada pada titik impas, saat laba sama dengan nol. Menurut Mulyadi (2001), BEP ada dalam dua bentuk yaitu BEP dalam tingkat harga dan BEP dalam jumlah unit produksi.
Analisis Profitabilitas
Profitabilitas merupakan perhitungan untuk melihat kemampuan usaha dari yoghurt dalam memperoleh laba, yang diperoleh melalui hasil perkalian antara MOS atau Margin of Safety dan MIR atau Marginal Income Ratio. Rumus yang digunakan dalam menghitung profitabilitas adalah sebagai berikut :
19
Keterangan : MOS : Margin Of Safety (%) MIR: Marginal Income Ratio (%) BEP : Nilai impas (Rp) TR : Penerimaan total (Rp) VC : Biaya variabel (Rp/unit Π: Profitabiltas perusahaan (%)
Analisis Nilai Tambah
Perhitungan nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis nilai tambah susu kambing dan susu sapi untuk diproduksi menjadi yoghurt adalah metode Hayami. Perhitungan dengan menggunakan metode Hayami akan diperoleh hasil berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja, dan keuntungan pengolahan. Adapun hasil perhitungan nilai tambah disajikan dalam bentuk Tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Perhitungan nilai tambah menurut metode Hayami Variabel I. Output, Input, dan Harga 1. Output yang dihasilkan (kg/hari) 2. Bahan baku yang digunakan (kg/hari) 3. Tenaga kerja (jam/hari) 4. Faktor konversi (1/2) 5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 6. Harga output (Rp/kg) 7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) II. Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) 10. Nilai output (4 x 6) (Rp) 11. a. Nilai tambah (10 - 9 – 8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 12. a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) 13. a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi 14. Marjin (10 – 8) (Rp) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) b. Sumbagan input lain ((9/14) x 100%) c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) Sumber: Hayami et al, 1987
Nilai A B C d = a/b e = c/b F G H I j=dxf k=j-h–i l (%) = (k/j) x 100% m=exg n (%) = (m/k) x 100% o=k–m p (%) = (o/k) x 100% q = j –h r (%) = (m/q) x 100% s (%) = (i/q) x 100% t (%) = (o/q) x 100%
20
Faktor konversi pada Tabel 5 menunjukkan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Koefisien tenaga kerja dalam tabel menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input. Nilai output pada tabel menunjukkan nilai produk yang dihasilkan dari satu satuan input yang digunakan. Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan selama produksi berlangsung.
GAMBARAN UMUM USAHA
Gambaran Umum Unit Pengolahan Susu Dafa
Unit Pengolahan Susu Darul Fallah (UPS Dafa) berada dalam Yayasan Pondok Pesantren Darul Fallah yang terletak pada KM 12 Jalan Raya Bogor Ciampea. UPS Dafa merupakan bagian dari salah satu unit bisnis Peternakan Darul Fallah. Unit bisnis lain yang berada di bawah Unit Peternakan Darul Fallah yaitu unit budidaya sapi perah dan unit budidaya kambing perah. Namun, pada Januari 2015 UPS Dafa sudah tidak membudidayakan kambing perah karena tidak ada tenaga kerja yang menangani peternakan kambing perah tersebut. Selain itu juga telah banyak kambing afkir sehingga kambing-kambing di Peternakan Darul Fallah dijual seluruhnya. UPS Dafa dirintis pada bulan Februari 2007. Pendirian UPS ini dibantu oleh Lembaga Mandiri yang Mengakar pada Masyarakat (LM3), yakni sebuah program Departemen Pertanian tahun 2007. Usaha pengolahan susu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk susu. UPS Dafa mengolah susu sapi dan susu kambing menjadi yoghurt, susu pasteurisasi, dan kefir. Namun, mulai tahun 2009 UPS Dafa tidak lagi memproduksi kefir karena tingginya kandungan alkohol dalam kefir. Saat ini produk olahan susu sapi dan susu kambing yang lebih banyak diproduksi adalah yoghurt karena jumlah permintaannya yang tinggi sedangkan susu pasteurisasi diproduksi hanya jika mendapat pesanan saja. Sehingga UPS Dafa memutuskan untuk lebih fokus kepada produk yoghurt. UPS Dafa masih beroperasi dalam skala mikro namun UPS Dafa telah memiliki izin TDI (Tanda Daftar Industri) yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dengan nomor 53/21/TDI-Agro&HH/B/X/08. Selain itu, UPS Dafa juga telah memiliki sertifikat halal yang diperoleh dari MUI Propinsi Jawa Barat dengan nomor 01041028021107. Sarana dan prasarana yang dimiliki UPS Dafa cukup memadai karena UPS Dafa memiliki bangunan, peralatan dan mesin untuk proses produksi dan sepeda motor untuk distribusi produk. Bangunan UPS Dafa terdiri dari ruangan proses produksi yang berukuran 4 x 4 meter dan ruangan terbuka berukuran 3 x 6 meter untuk proses pengemasan (packaging) serta ruangan berukuran 2 x 4 meter untuk penyimpanan produk.
21 Pengadaan Bahan Baku Bahan baku utama pembuatan yoghurt adalah susu segar. Bahan baku susu sapi segar diperoleh dari Unit Peternakan Darul Fallah, jumlah sapi perah yang dimiliki oleh Unit Peternakan Darul Fallah sebesar 11 ekor. Sapi laktasi selama tahun 2014 sebanyak 5 ekor. Rata-rata produksi susu sehari mencapai 35 liter. Sebagian besar susu yang dihasilkan oleh Unit Peternakan Darul Fallah digunakan untuk menjadi susu olahan. Apabila produksi susu sapi yang dihasilkan peternakan tidak mencukupi untuk membuat susu olahan, UPS Dafa melakukan pembelian kepada peternak mitra yang berlokasi di Kunak Lewiliang. Begitu juga halnya dengan bahan baku susu kambing yang diperoleh dari Unit Peternakan Darul Fallah. Jumlah kambing perah yang dimiliki Unit Peternakan Darul Fallah pada tahun 2014 sebanyak 20 ekor yang terdiri dari kambing laktasi berjumlah 9 ekor. Rata-rata produksi susu sehari mencapai 700 ml. Apabila produksi susu kambing tidak mencukupi untuk membuat susu olahan, UPS Dafa juga membeli kepada peternak mitra yang berlokasi sama dengan peternak susu sapi yaitu di Kunak Leuwiliang. Peternak mitra tersebut merupakan peternak anggota KPS Bogor yang berlokasi relatif dekat dengan Pondok Pesantren Darul Fallah. Sistem pembelian susu antara UPS Dafa dan peternak mitra merupakan sistem jual putus dan tidak ada perjanjian tertulis. Harga susu sapi yang dijual oleh Unit Peternakan Darul Fallah sama dengan harga yang dijual oleh peternak di Kunak yaitu Rp 5 000 sedangkan harga susu kambing segar yaitu Rp 25 000. Bahan baku untuk proses fermentasi susu menjadi yoghurt adalah starter bakteri. Bahan tersebut diperoleh dari unit bisnis yang ada di Pondok Pesantren Darul Fallah sendiri, tepatnya oleh PT DaFa Teknoagro Mandiri. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan bahan tambahan lain dibeli langsung oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar Bogor.
Tenaga Kerja Tenaga kerja pada UPS Dafa merupakan tenaga kerja luar keluarga yang terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja borongan. Jumlah tenaga kerja tetap sebanyak 3 orang dan tenaga kerja borongan sebanyak 5 orang. Tenaga kerja tetap memiliki fungsi di bagian produksi yakni sebagai pengolah produk serta juga melakukan pengawasan terhadap tenaga kerja lepas pada saat melakukan pengemasan produk. Tenaga kerja tetap UPS Dafa diantaranya adalah Kepala Produksi UPS Dafa yaitu Asmalam Sinar Turnip dan dua asisten produksi yaitu Siti Aisyah dan Ambar Fauziah. Tenaga kerja borongan semuanya adalah wanita, yang berasal dari warga sekitar UPS Dafa. Hari kerja UPS Dafa adalah hari Senin sampai dengan Sabtu dan hari libur hanya pada hari Minggu saja. Hari libur nasional kecuali Idul Fitri tetap merupakan hari kerja. Jam kerja dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB. Namun, untuk tenaga kerja borongan bekerja hanya jika ada produksi saja dan jam kerjanya tidak menentu, biasanya hanya bekerja dari pukul 07.00 WIB hingga pengemasan semua produk selesai. Gaji tenaga kerja tetap dibayarkan setiap akhir bulan, sedangkan upah untuk tenaga kerja borongan dibayarkan setiap
22 akhir minggu, dengan sistem pembayaran Rp 30 untuk setiap pengemasan satu stik produk yoghurt dengan bahan baku susu sapi dan Rp 40 untuk setiap pengemasan satu stik produk yoghurt kambing.
Proses Produksi Yoghurt Produk olahan susu sapi dan susu kambing yang dihasilkan UPS Dafa yaitu yoghurt dan susu pasteurisasi. UPS Dafa lebih banyak memproduksi yoghurt baik yang berbahan baku susu sapi maupun susu kambing. Yoghurt yang dihasilkan dari susu sapi yaitu terdiri dari bentuk stik dengan ukuran 30 ml, bentuk cup dengan ukuran 160 ml dan bentuk botol dengan ukuran 180 ml. Namun penjualan terbesar adalah untuk yoghurt stik susu sapi. Sedangkan yoghurt susu kambing hanya terdiri dari bentuk stik saja dengan ukuran 50 ml. UPS Dafa belum memiliki penjadwalan khusus dalam memproduksi yoghurt karena disesuaikan dengan pesanan dari distributor. Selama tahun 2014, UPS Dafa memproduksi yoghurt stik susu sapi sebanyak 81 kali produksi dan 12 kali produksi untuk yoghurt stik susu kambing. Berdasarkan perhitungan yang dibuat oleh UPS Dafa, Harga Pokok Produksi (HPP) yoghurt dengan bahan baku susu sapi per pak (isi 20 stick) sebesar Rp 3 982 sedangkan HPP yoghurt dengan bahan baku susu kambing per pak (isi 5 stick) sebesar Rp 4 624. HPP ini hanya memperhitungkan biaya bahan baku sampai pengemasan, belum memperhitungkan biaya penyusutan investasi, biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi dan gaji tenaga kerja tetap. Proses produksi yoghurt cukup mudah karena tidak membutuhkan peralatan atau mesin teknologi tinggi. Proses produksi yang dilakukan UPS Dafa dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Proses Produksi Yoghurt pada UPS Dafa
23 Proses produksi diawali dengan pemananasan susu hingga 85°C kurang lebih selama sepuluh menit sambil terus diaduk agar susu tidak pecah. Pemanasan susu dilakukan menggunakan panci besar dan dimasak di atas kompor gas dengan bantuan alat pengukur suhu termometer. Setelah proses pemanasan, kemudian susu didinginkan hingga 40°C. Suhu tersebut merupakan suhu yang paling optimum untuk media pertumbuhan starter yoghurt. Setelah itu, susu dimasukan ke dalam wadah untuk dimasukkan starter bakteri. Penambahan kultur starter ke dalam susu menggunakan dosis yang telah ditentukan. Dosis yang dipakai adalah sebanyak kurang lebih 5 persen dari volume susu. Kultur starter yang ditambahkan merupakan kultur campuran yang terdiri dari Lactobacilus bulgarius dan Streptococcus thermophilus. Setelah ditambahkan starter bakteri, susu diinokulasi selama minimal 12 jam. Pembuatan yoghurt stik susu sapi maupun yoghurt stik susu kambing dilakukan selama dua hari. Pembuatan yoghurt dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.00 dimana dilakukan proses pemanasasan, pendinginan dan penambahan starter bakteri, kemudaian didiamkan semalam dan diolah keesokan harinya mulai pukul 07.00. Susu yang telah difermentasi (diinokulasi) menjadi yoghurt kemudian ditambahkan dengan larutan gula lalu diaduk dan disaring agar menyatu. Hasil inokulasi antara susu dan bakteri disebut dengan plain yoghurt. Plain yoghurt tersebut kemudian ditambahkan larutan gula dan diaduk rata. Setelah pencampuran dengan larutan gula, plain yoghurt dapat diolah lebih lanjut dengan diberi perasa buah sedikit. Rasa atau escents yang dipakai oleh UPS diantaranya anggur, strawberry, leci, pala, jeruk keprok, dan lain-lain. Selanjutnya yoghurt yang sudah siap kemudian dapat langsung dikemas. Sebanyak 20 stick yoghurt susu sapi dikemas menjadi satu pak dan sebanyak 5 stik yoghurt susu kambing dikemas menjadi satu pak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Biaya
Biaya harus dianalisis terlebih dahulu sebelum menganalisis profitabilitas suatu usaha. Biaya digolongkaan menjadi biaya tetap, biaya variabel, biaya semi tetap, dan biaya semi varibel. Sehubungan dengan itu berikut ini akan dipaparkan struktur biaya dari usaha yoghurt yang berbahan baku susu sapi dan susu kambing yang menjadi objek dalam penelitian, terbagi kedalam biaya tetap dan biaya variabel.
24 Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang sifatnya tetap jumlahnya pada periode tertentu dan tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap akan berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Unit Pengolahan Susu (UPS) Dafa memproduksi berbagai macam produk olahan susu sapi dan susu kambing sehingga terjadi pemakaian biaya tetap bersama. Biaya tetap masing-masing produk dapat dipisahkan melalui metode nilai pasar dengan menggunakan nilai penjualan untuk masing-masing produk. Proporsi nilai penjualan masing-masing produk dihitung terhadap total penjualan. Proporsi nilai penjualan yoghurt stik susu sapi sebesar 81 persen sedangkan proporsi nilai pasar yoghurt stik susu kambing sebesar 5 persen dan sisanya sebesar 14 persen untuk produk lainnya. Secara lengkap cara perhitungan proporsi masing-masing produk disajikan pada Lampiran 1. Proporsi tersebut digunakan untuk menetapkan biaya tetap masing-masing produk dari biaya produksi bersama. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh UPS Dafa meliputi biaya penyusutan investasi dan biaya tidak langsung lainnya. Adapun biaya investasi meliputi biaya bangunan, alat transportasi, dan peralatan produksi. Biaya tidak langsung terdiri dari biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi dan biaya tenaga kerja tetap. Besarnya pengeluaran yang merupakan biaya tetap dari usaha yoghurt stik susu sapi dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 6 Tabel 6 Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 Yoghurt Stik Susu Sapi No
1.
2.
Yoghurt Stik Susu Kambing
Uraian
Biaya Penyusutan Investasi Biaya Tidak Langsung a. Biaya Listrik b. Biaya Komunikasi c. Biaya Transportasi d. Biaya Tenaga Kerja Tetap Total Biaya Tetap
Biaya per Persentase Biaya per Persentase Tahun terhadap Total Tahun terhadap Total Biaya Tetap Biaya Tetap 5 200 426 18.2 321 014 18.2
2 916 000 972 000
10.2 3.4
180 000 60 000
10.2 3.4
2 430 000
8.6
150 000
8.6
17 010 000
59.6
1 050 000
59.6
28 528 426
100
1 761 014
100
Berdasakan Tabel 6, persentase komponen biaya tetap terbesar terhadap total biaya tetap baik untuk yoghurt stik susu sapi maupun yoghurt stik susu kambing yaitu biaya tenaga kerja tetap yaitu sebesar 59.6 persen. Biaya tenaga
25 kerja diberikan untuk tiga orang pekerja tetap yang terdiri dari satu kepala produksi dan dua asisten produksi. Kepala produksi mendapat gaji sebesar Rp 750 000 per bulan atau Rp 9 000 000 per tahun. Asisten produksi mendapatkan gaji sebesar Rp 500 000 per bulan atau 6 000 000 per tahun. Adapun proporsi biaya tenaga kerja untuk yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 17 010 000, proporsi untuk yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 1 050 000, dan proporsi untuk produk lainnya sebesar Rp 2 940 000. Maka dari itu, biaya tenaga kerja tetap merupakan biaya yang paling mempengaruhi terhadap total biaya tetap. Hal ini karena biaya tetap memiliki persentase yang paling tinggi jika dibandingkan dengan komponen biaya tetap lainnya. Persentase komponen biaya tetap kedua terbesar adalah biaya penyusutan investasi. Adapun komponen biaya investasi yang dimiliki UPS Dafa terdiri dari bangunan untuk produksi seluas 3x4 m2 dengan nilai perolehan sebesar Rp 15 000 000, bangunan terbuka untuk pengemasan produk seluas 3x6 m2 dengan nilai perolehan sebesar Rp 10 000 000 dan bangunan untuk penyimpanan produk seluas 2x4 m2 dengan nilai perolehan sebesar Rp 10 000 000. Masing-masing bangunan memiliki umur ekonomis selama dua puluh tahun, dengan penyusutan sebesar lima persen per tahun. Selain itu, investasi yang dimiliki UPS Dafa adalah kendaraan operasional berupa motor. Nilai perolehan sepeda motor sebesar Rp 15 000 000 dengan umur ekonomis selama sepuluh tahun. Persentasi penyusutan untuk kendaraan tersebut adalah sepuluh persen per tahun. Penyusutan untuk masing-masing peralatan produksi pada usaha yoghurt stik susu sapi dan kambing juga didasarkan pada proposi nilai penjualan masingmasing produk. Adapun rincian biaya penyusutan investasi dapat dilihat pada Lampiran 2. UPS Dafa memliki 4 unit Freezer yang memiliki ukuran yang berbeda. Freezer ukuran 528 L, 300 L dan 150 L masing-masing berjumlah satu buah sedangkan freezer beukuran 200 L berjumlah empat buah. Masing-masing freezer memiliki umur ekonomis yang sama yaitu 10 tahun dengan persentasi penyusutan sebesar sepuluh persen per tahun. Peralatan produksi kompor gas dan termometer memiliki umur ekonomis yang sama yaitu 5 tahun. Persentase penyusutan untuk kompor dan termometer sebesar dua puluh persen per tahun. Milk can aluminium dengan harga Rp 400 000 memiliki umur ekonomis empat tahun. Milk can yang dimiliki UPS Dafa berjumlah empat dengan persentasi penyusutan sebesar dua puluh lima persen per tahun. Tiga buah panci yang dibutuhkan UPS Dafa memiliki umur ekonomis empat tahun juga. Penyusutan untuk panci sebesar dua puluh lima persen per tahun. Dua unit sealer yang dibutuhkan dalam usaha yoghurt susu sapi dan kambing memiliki umur ekonomis empat tahun, dengan penyusutan sebesar dua puluh lima persen per tahun. UPS Dafa membutuhkan dua buah wadah plastik yang berukuran 20 L dan 5 L dengan umur ekonomis empat tahun. Keranjang juga diperlukan pada usaha ini, dimana UPS Dafa membutuhkan 22 unit keranjang. Umur ekonomis keranjang selama empat tahun dengan penyusutan sebesar dua puluh lima persen per tahun. Peralatan lainnya seperti timbangan, takaran, pengaduk kayu, saringan, centong, mangkuk dan galon air memiliki umur ekonomis yang sama yaitu empat tahun. Penyusutan untuk masing-masing alat tersebut sebesar dua puluh lima persen per tahun. UPS Dafa membutuhkan satu unit timbangan, takaran, saringan dan galon air dengan masing-masing nilai perolehan sebesar Rp 90 000 untuk timbangan, Rp 25 000 untuk takaran, Rp 16
26 000 untuk saringan dan Rp 46 000 untuk galon air. Sedangkan untuk pengaduk kayu dan centong, UPS Dafa membutuhkan masing-masing sebanyak empat unit dan mebutuhkan mangkuk sebanyak sepuluh unit. Adapun biaya penyusutan investasi untuk yoghurt stik susu sapi adalah sebesar 5 200 426 dan biaya penyusutan untuk yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 321 014. Faktor biaya lainnya yang juga termasuk dalam biaya tetap adalah biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk hal yang tidak berhubungan secara langsung dalam produksi, namun dapat menunjang dalam proses produksi. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan UPS Dafa meliputi biaya listrik, biaya komunikasi, biaya transportasi, dan upah tenaga kerja tetap. Persentase biaya listrik terhadap total biaya tetap adalah 10.2 persen. Biaya listrik per bulan yang dikeluarkan UPS Dafa adalah Rp 300 000 atau Rp 3 600 000 per tahun, dengan proporsi sebesar Rp 2 961 000 untuk yoghurt stik susu sapi, sebesar Rp 180 000 untuk yoghurt stik susu kambing dan sebesar Rp 504 000 untuk produk lainnya. Biaya transportasi memiliki persentase sebesar 8.6 persen terhadap total biaya tetap. Biaya transportasi yang digunakan untuk membeli bahan bakar kendaraan membutuhkan biaya sebesar Rp 250 000 per bulan atau Rp 3 000 000 per tahun, dengan proporsi sebesar Rp 2 430 000 untuk yoghurt stik susu sapi, sebesar Rp 150 000 untuk yoghurt stik susu kambing dan sebesar Rp 420 000 untuk produk lainnya. Persentase komponen biaya tetap tetap terkecil terhadap total biaya tetap yaitu biaya komunikasi sebesar 3.4 persen. Biaya komunikasi per bulan sebesar Rp 100 000 atau Rp 1 200 000 per tahun, dengan proporsi sebesar Rp 972 000 untuk yoghurt stik susu sapi, sebesar Rp 60 000 utuk yoghurt stik susu kambing dan sebesar Rp 168 000 untuk produk lainnya.
Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang mengalami peningkatan sebanding dengan peningkatan jumlah produksi. Biaya variabel pada proses produksi yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing terdiri dari biaya bahan baku utama, biaya bahan baku pendukung dan biaya lainnya. Usaha Yoghurt Stik Susu Sapi Biaya bahan baku utama yoghurt stik susu sapi terdiri dari susu sapi segar dengan harga Rp 5 000 per liter. Adapun biaya bahan baku pendukung yang merupakan bahan baku penolong yang melengkapi proses produksi yaitu terdiri dari gula, air, starter bakteri, perisa buah, dan gas. Biaya gas merupakan biaya bersama sehingga dihitung berdasarkan proporsi penjualan masing-masing produk. Selain itu, ada bahan lainnya yang mendukung dalam proses produksi yaitu plastik, label dan upah ikat. Upah ikat merupakan upah untuk tenaga kerja borongan. Pengeluaran total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 7.
27
Tabel 7 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 No
Uraian
1.
Bahan Baku Utama: a. Susu Sapi Segar Total Biaya Bahan Baku Pendukung: a.Gula b. Air c. Starter Bakteri d. Perisa Buah e. Gas Total Biaya Biaya Lainnya: a. Plastik stik 20x40 b. Plastik stik 2,8x40
2.
3.
c. Label d. Upah ikat Total Biaya TOTAL
Satuan
Jumlah per Tahun
Harga (Rp/Sa tuan)
liter
6 318
5000
31 590 000 31 590 000
41.00 41.00
kg liter botol ml
1 944 4 860 486 11 178
9000 263 10.000 25
17 496 000 1 278 180 4 860 000 279 450 641 520 24 555 150
22.70 1.70 6.30 0.40 0.80 31.80
lembar lembar
19 440 388 800 19 440 388 800
80 15
1 555 200 5 832 000
2.00 7.50
100 30
1 944 000 11 664 000
2.50 15.10
20 995 200 77 140 350
27.20 100.00
lembar rupiah
Total Biaya per Tahun (Rp)
Persentase terhadap Total Biaya Variabel
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat biaya variabel yang dikeluarkan UPS Dafa untuk yoghurt stik susu sapi selama setahun adalah sebesar Rp 77 140 350. Pertestase komponen biaya variabel terbesar terhadap total biaya variabel untuk yoghurt stik susu sapi yaitu biaya bahan baku utama sebesar 41.00 persen. Hal tersebut karena susu sapi segar termasuk dalam bahan baku utama yang merupakan bahan baku dasar dari yoghurt stik susu sapi. Sedangkan persentase komponen biaya variabel terkecil terhadap total biaya variabel adalah biaya lainnya sebesar 27.20 persen. Biaya untuk bahan baku susu sapi segar yaitu sebesar Rp 31 590 000 per tahun dimana penggunaan susu sapi sebanyak 6 318 liter per tahun. Biaya bahan baku gula membutuhkan biaya sebesar Rp 17 496 000 per tahun untuk 1 944 kg per tahun. Biaya starter bakteri untuk proses fermentasi susu memnjadi yoghurt yaitu sebesar Rp 4 860 000 per tahun untuk 486 botol. Biaya air galon yang dibutuhkan selama setahun yaitu sebesar Rp 1 278 180 untuk 4 860 liter per tahun. Perisa buah membutuhkan biaya selama setahun sebesar Rp 279 450 untuk 11 178 ml atau 11.178 liter per tahun. Perhitungan biaya gas didasarkan pada proporsi penjualan yoghurt stik susu sapi sebesar 81.00 persen dengan biaya gas yang dikeluarkan untuk produksi
28 yoghurt susu sapi stik yaitu sebesar Rp 641 520. Sedangkan biaya kemasan dihitung per lembar kemasan yang dikeluarkan. Kemasan untuk produksi yoghurt stik susu sapi terdiri dari plastik stik ukuran 20x40 dan 2.8x40 serta label. Biaya yang dikeluarkan untuk plastik stik ukuran 20x40 sebesar Rp 1 555 200 per tahun, untuk plastik stik ukuran 2.8x40 sebesar Rp 5 832 000 per tahun dan untuk label sebesar Rp 1 944 000 per tahun. Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah untuk tenaga kerja kerja borongan. Besarnya upah untuk mengikat satu yoghurt stik sebesar Rp 30 sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja borongan dalam setahun sebesar Rp 11 664 000.
Usaha Yoghurt Stik Susu kambing Biaya bahan baku utama yoghurt stik susu kambing terdiri dari susu kambing segar dengan harga Rp 25 000 per liter. Adapun biaya bahan baku pendukung dan bahan lainnya sama seperti pada bahan baku pendukung pada yoghurt stik susu sapi. Pengeluaran total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 No
1.
2.
3.
Uraian
Bahan Baku Utama: a. Susu Kambing Total Biaya Bahan Baku Pendukung: a.Gula b. Air c. Starter Bakteri d. Perisa Buah e. Gas Total Biaya Biaya Lainnya: a.Plastik stik 20x40 b. Plastik stik 2,8x60 c. Label d. Upah ikat Total Biaya TOTAL
Satuan Jumlah Harga per (Rp/Satuan) Tahun
Total Biaya per Tahun (Rp)
Persentase terhadap Total Biaya Variabel
Liter
156
25 000
3 900 000 3 900 000
70.10 70.10
Kg liter botol Ml
84 180 12 276
9000 263 10.000 25
756 000 47 340 120 000 6 900 39 600 969 840
13.60 0.90 2.20 0.10 0.70 17.50
1 200
80
96 000
1.70
6 000
30
180 000
3.20
1 200
150
180 000
3.20
6 000
40
240 000 696 000 5 565 840
4.30 12.40 100.00
Lemb ar Lemb ar Lemb ar rupiah
29 Berdasarkan Tabel 8, persentase komponen biaya variabel terbesar terhadap total biaya variabel untuk yoghurt stik susu kambing yaitu biaya bahan baku utama sebesar 70.10 persen. Persentase komponen biaya variabel terkecil terhadap total biaya variabel adalah biaya lainnya yaitu sebesar 12.40 persen. Perhitungan biaya gas didasarkan pada proporsi penjualan yoghurt stik susu kambing sebesar 5 persen. Adapun biaya gas yang dikeluarkan UPS Dafa untuk yoghurt stik susu kambing yaitu sebesar Rp 39 600. Sedangkan biaya kemasan dihitung per lembar kemasan yang dikeluarkan. Kemasan untuk produksi yoghurt stik susu kambing terdiri dari plastik stik ukuran 20x40 dan 2.8x60 serta label. Biaya yang dikeluarkan untuk plastik stik ukuran 20x40 sebesar Rp 96 000 per tahun, untuk plastik stik ukuran 2.8x60 sebesar Rp 180 000 per tahun dan untuk label sebesar Rp 180 000 per tahun. Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah untuk tenaga kerja kerja borongan. Besarnya upah untuk mengikat satu yoghurt stik susu kambing berbeda dengan yoghurt sapi yaitu sebesar Rp 40. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja borongan dalam setahun sebesar Rp 240 000.
Total Biaya Total biaya merupakan jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh usaha yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Adapun total biaya dari usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 9. Tabel 9 Total Biaya Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing pada Kondisi Aktual UPS Dafa Tahun 2014 Yoghurt stik susu sapi No
Uraian Jumlah (Rp)
1.
2.
Biaya Tetap a. Biaya Penyusutan Investasi b. Biaya Tidak Langsung Total Biaya Tetap Biaya Variabel a. Biaya Bahan Baku Utama b. Biaya Bahan Baku Pendukung c. Biaya Lainnya Total Biaya Variabel TOTAL
Persentase terhadap Total Biaya
Yoghurt stik susu kambing Jumlah (Rp) Persentase terhadap Total Biaya
5 200 426
4.90
321 014
4.40
23 328 000
22.00
1 440 000
19.70
28 528 426
26.90
1 761 014
24.10
31 590 000
30.00
3 900 000
53.20
24 555 150
23.20
969 840
13.20
20 995 200 77 140 350 105 668 776
19.90 73.10 100
696 000 5 565 840 7 326 854
9.50 75.90 100
30 Berdasarkan Tabel 9, persentase komponen biaya terbesar terhadap total biaya baik untuk yoghurt stik susu sapi maupun yoghurt stik susu kambing yaitu biaya variabel. Biaya bahan baku utama menyumbang persentase terbesar pada biaya variabel. Persentase biaya bahan baku utama yoghurt stik susu kambing lebih besar dibandingkan yoghurt stik susu sapi. Hal tersebut karena harga susu kambing jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga susu sapi. Total biaya yang dikeluarkan untuk usaha yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 105 668 776 per tahun, yang merupakan jumlah dari biaya tetap sebesar Rp 28 528 426 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 77 140 350 per tahun. Total biaya usaha yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 7 326 854 per tahun yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 1 761 014 per tahun dan biaya variabel sebesar Rp 5 565 840 per tahun. Apabila struktur biaya dari kedua usaha dibandingkan, maka terlihat bahwa usaha yoghurt stik susu sapi memiliki total biaya yang jauh lebih besar dari usaha yoghurt stik susu kambing. Hal tersebut disebabkan volume produksi yoghurt stik susu sapi lebih banyak dibandingkan dengan yoghurt stik susu kambing.
Volume Penjualan Yoghurt stik yang telah dikemas siap untuk dijual ke agen. Yoghurt stik susu sapi yang dihasilkan sebanyak 19 440 pack atau 388 800 stik. Yoghurt stik susu sapi dalam kemasan di jual dengan harga Rp 7 500 per pack. Satu pack yoghurt sapi berisi 20 stik dengan ukuran 30 ml per stik. Total penerimaan usaha yoghurt stik susu sapi adalah sebesar Rp 145 800 000 dalam setahun. Keuntungan yang dicapai pada usaha yoghurt stik susu sapi adalah sebesar Rp 40 131 224 per tahun. Usaha yoghurt stik susu kambing hanya menghasilkan sebanyak 1 200 pack atau 6000 stik. Hal tersebut karena pasar yoghurt stik susu kambing masih sangat terbatas sehingga penjualannya sedikit. Yoghurt stik susu kambing dijual dengan harga yang sama dengan yoghurt stik susu sapi yaitu sebesar Rp 7 500 per pack. Satu pack yoghurt susu kambing hanya berisi 5 stik dengan ukuran 50 ml per stik. Total penerimaan usaha yoghurt stik susu kambing adalah sebesar Rp 9 000 000 dalam setahun. Keuntungan yang dicapai pada usaha yoghurt stik susu kambing adalah sebesar Rp 1 673 146 per tahun.
Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas merupakan suatu analisis yang mengukur seberapa besar kemampuan suatu usaha untuk memperoleh laba atau untung. Analisis profitabilitas dipengaruhi oleh biaya, harga jual dan volume penjualan. Untuk dapat menganalisis profitabilitas suatu usaha, maka terlebih dahulu harus menghitung titik impas usaha yang terkait. Titik impas atau break even pada suatu usaha adalah keadaan atau kondisi usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Titik impas
31 mampu memberikan informasi mengenai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan bersangkutan.
Usaha Yoghurt Stik Susu Sapi Apabila semua biaya dan pendapatan per tahun diketahui maka dapat melakukan perhitungan titik impas dengan menghitung komponen-komponen terlebih dahulu. Komponen-komponen dalam titik impas antara lain adalah Total Fixed Cost (TFC) atau total biaya tetap, Price (P) yang merupakan harga jual, dan Average Variable Cost (AVC) atau rata-rata biaya variabel. Total biaya tetap per tahun pada usaha yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 28 528 426 per tahun. Harga jual yang ditetapkan untuk yoghurt stik susu sapi adalah Rp 7 500 per pack untuk agen dan Rp 10 000 per pack untuk konsumen, namun penjualan pada tahun 2014 seluruhnya untuk agen sehingga komponen harga jual pada perhitungan titik impas menggunakan harga jual agen. Komponen terakhir dalam perhitungan titik impas adalah rata-rata biaya variabel, yang diperoleh melalui pembagian antara total biaya variabel selama satu tahun dibagi dengan jumlah produk dalam satu tahun. Total biaya variabel pada usaha yoghurt stik susu sapi adalah Rp 77 140 350 Perhitungan rata-rata biaya variabel ini dengan jelas dapat terlihat pada uraian berikut:
Perhitungan titik impas pada penelitian ini dibedakan menjadi dua berdasarkan satuannya, yaitu unit dan rupiah. Berikut perhitungan titik impas pada usaha yoghurt stik susu sapi dapat dilihat sebagai berikut:
32
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui titik impas dalam unit (pack) sebesar 8 078 pack dan titik impas dalam rupiah didapatkan sebesar 60 580 626 rupiah. Artinya untuk mencapai keadaan impas atau usaha tidak rugi dan tidak untung, usaha yoghurt stik susu sapi harus memproduksi paling sedikit sebanyak 8 078 pack per tahun dengan total penerimaan sebesar 60 580 626 rupiah per tahun. Adapun perbandingan antara hasil perhitungan titik impas dengan kondisi aktual usaha dapat di lihat lebih jelas pada Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik susu sapi Keterangan Dalam unit (pcs) Dalam Rupiah(Rp)
Titik Impas Keadaan Aktual Per Bulan Per Tahun Per Bulan Per Tahun 674 8 078 1 620 19 440 5 048 386
60 580 626
12 150 000
145 800 000
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa usaha yoghurt stik susu sapi kondisinya berada di atas keadaan titik impas. Ini terlihat dari kemampuan usaha dalam memproduksi dan menjual habis sebanyak 19 440 pack yoghurt stik susu sapi serta memperoleh pendapatan sebesar 145 800 000 rupiah. Kelebihan total penerimaan di atas biaya variabel pada usaha yoghurt stik susu sapi menunjukkan usaha tersebut mampu menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Kondisi perusahaan dalam titik impas juga dapat digambarkan pada grafik, seperti pada Gambar 4. Pada gambar terlihat bahwa penerimaan pada titik impas berada di atas biaya tetap sehingga perusahaan mampu berproduksi di atas titik impas.
Gambar 4. Titik impas produk yoghurt stik susu sapi
33
Kemampuan suatu usaha memperoleh laba dapat dianalisis dengan profitabilitas. Analisis profitabilitas merupakan hasil perkalian antara MIR dan MOS. MIR (Marginal Income Ratio) merupakan pembagian antara selisih dari total penerimaan dan total biaya variabel, dengan hasil penjualan itu sendiri. Total penerimaan yang didapat adalah sebesar 145 800 000 rupiah per tahun sedangkan TVC sebesar 77 140 350 rupiah per tahun. Adapun perhitungan MIR untuk usaha yoghurt stik susu sapi dapat terlihat sebagai berikut :
Keterangan di atas menjelaskan bahwa setiap tahun usaha yoghurt stik susu sapi mampu memberikan 47.09 persen dari hasil penjualannya, untuk menutupi biaya tetap usaha dan mendapatkan keuntungan. Hasil penjualan pada tingkat titik impas jika dihubungkan dengan penjualan aktual, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga usaha tidak rugi yang disebut juga Marginal of Safety (MOS). MOS adalah penurunan jumlah produksi yang dapat ditoleransi oleh perusahaan di atas titik impas. Berikut perhitungan MOS untuk usaha ini dapat terlihat pada uraian berikut :
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa usaha yoghurt stik susu sapi memiliki tingkat keamanan 58.45 persen, yang menunjukkan batas penurunan tingkat penjualan agar usaha tidak mengalami kerugian. Persentase dari MOS dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan usaha atau MIR guna melihat tingkat profitabilitas usaha yang bersangkutan. Profitabilitas yaitu ukuran seberapa besar kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan, dimana perhitungan profitabilitas untuk usaha yoghurt stik susu sapi sebagai berikut:
34 Perhitungan di atas menunjukkan usaha yoghurt stik susu sapi memiliki tingkat profitabilitas sebesar 27.50 persen. Ini menunjukkan bahwa apabila usaha tersebut mampu menjual seluruh hasil produksi, maka keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan adalah 27.50 persen. Di samping perhitungan di atas yang sudah dijelaskan, ada satu parameter lagi yang disebut degree of operating leverage (DOL) guna memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap profit pada tingkat penjualan tertentu. Perhitungan DOL dapat dihitung dengan menghitung komponenkomponen terlebih dahulu. Komponen tersebut diantaranya laba kontribusi dan laba bersih. Laba kontribusi diketahui dari selisih total penerimaan penjualan (TR) dan total biaya variabel (TVC), sehingga diperoleh laba kontribusi usaha yoghurt stik susu sapi adalah 68 659 650 rupiah. Selanjutnya laba bersih yang diperoleh pada usaha ini sebesar 40 131 224 rupiah. Berikut perhitungan DOL untuk usaha yoghurt stik susu sapi adalah sebagai berikut :
1.72 Berdasarkan perhitungan di atas pada total penerimaan sebesar 145 800 000 rupiah, degree of operating leverage usaha ini adalah sebesar 1.72 kali. Jika misalnya total penerimaan mengalami kenaikan sebesar 10 persen pada total penerimaan 145 800 000 rupiah tersebut, maka laba bersih akan mengalami kenaikan yaitu sebesar 17.2 persen yang didapat dari 1.72 dikali 10 persen.
Usaha Yoghurt Stik Susu kambing Analisis titik impas pada usaha yoghurt stik susu kambing sama halnya seperti perhitungan titik impas pada usaha yoghurt stik susu sapi. Perhitungan titik impas dihitung setelah biaya dan pendapatan diketahui. Titik impas memiliki komponen-komponen perhitungan yaitu diantaranya TFC atau total biaya tetap, harga jual, dan AVC atau rata-rata biaya variabel. Total biaya tetap per tahun pada usaha yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 1 761 014 per tahun. Harga jual yang ditetapkan untuk yoghurt stik susu kambing sama dengan yoghurt stik susu sapi yaitu Rp 7 500 per pack. Komponen terakhir dalam perhitungan titik impas adalah rata-rata biaya variabel, yang diperoleh melalui pembagian antara total biaya variabel selama satu tahun dibagi dengan jumlah produk dalam satu tahun. Total biaya variabel pada usaha yoghurt stik susu kambing adalah 5 565 840 rupiah. Perhitungan rata-rata biaya variabel ini dengan jelas dapat terlihat pada uraian berikut:
35
Perhitungan titik impas pada penelitian ini dibedakan menjadi dua berdasarkan satuannya, yaitu unit dan rupiah. Berikut perhitungan titik impas pada usaha yoghurt stik susu kambing dapat dilihat sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui titik impas dalam unit (pack) sebesar 616 pack dan titik impas dalam rupiah didapatkan sebesar 4 615 140 rupiah. Artinya untuk mencapai keadaan impas atau usaha tidak rugi dan tidak untung, usaha yoghurt stik susu kambing harus memproduksi paling sedikit sebanyak 52 pack per bulan atau 616 pack per tahun dengan total penerimaan sebesar 384 595 rupiah per bulan atau 4 615 140 rupiah per tahun. Adapun perbandingan antara hasil perhitungan titik impas dengan kondisi aktual usaha dapat di lihat lebih jelas pada Tabel 11. Tabel 11 Perbandingan titik impas dengan kondisi aktual usaha yoghurt stik susu kambing Keterangan Dalam unit (pcs) Dalam Rupiah(Rp)
Titik Impas Per Bulan
Per Tahun 52
384 595
Keadaan Aktual Per Bulan Per Tahun 616 100 1 200
4 615 140
750 000
9 000 000
36 Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa usaha yoghurt stik susu kambing kondisinya berada di atas keadaan titik impas. Ini terlihat dari kemampuan usaha dalam memproduksi dan menjual habis sebanyak 1 200 pack yoghurt stik susu kambing serta memperoleh pendapatan sebesar 9 000 000 rupiah. Kelebihan total penerimaan di atas biaya variabel pada usaha yoghurt stik susu kambing menunjukkan usaha tersebut mampu menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba. Kondisi perusahaan dalam titik impas juga dapat digambarkan pada grafik, seperti pada Gambar 4. Pada gambar terlihat bahwa penerimaan pada titik impas berada di atas biaya tetap sehingga perusahaan mampu berproduksi di atas titik impas.
Gambar 5. Titik impas produk yoghurt stik susu kambing Gambar 5 menunjukkan grafik titik impas yoghurt stik susu kambing, yang menunjukkan penerimaan pada titik impas berada di atas biaya tetap sehingga perusahaan mampu memproduksi di atas titik impas dan memperoleh keuntungan. Seberapa besar kemampuan usaha si pemilik untuk menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba dapat dilihat melalui perhitungan MIR, dimana perhitungan MIR dapat terlihat jelas sebagai berikut :
37 Keterangan di atas menjelaskan bahwa setiap tahun usaha yoghurt stik susu kambing mampu memberikan 38.16 persen dari hasil penjualannya, untuk menutupi biaya tetap usaha dan mendapatkan keuntungan. Hasil penjualan pada tingkat titik impas jika dihubungkan dengan penjualan aktual, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga usaha tidak rugi yang disebut juga Marginal of Safety (MOS). MOS adalah penurunan jumlah produksi yang dapat ditoleransi oleh perusahaan di atas titik impas. Berikut perhitungan MOS untuk usaha ini dapat terlihat pada uraian berikut :
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa usaha yoghurt stik susu kambing memiliki tingkat keamanan 48.72 persen, yang menunjukkan batas penurunan tingkat penjualan agar usaha tidak mengalami kerugian. Persentase dari MOS dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan usaha atau MIR guna melihat tingkat profitabilitas usaha yang bersangkutan. Profitabilitas yaitu ukuran seberapa besar kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan, dimana perhitungan profitabilitas untuk usaha yoghurt stik susu kambing sebagai berikut:
Perhitungan di atas menunjukkan usaha yoghurt stik susu kambing memiliki tingkat profitabilitas sebesar 18.59 persen. Ini menunjukkan bahwa apabila usaha tersebut mampu menjual seluruh hasil produksi, maka keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan adalah 18.59 persen. Di samping perhitungan di atas yang sudah dijelaskan, ada satu parameter lagi yang disebut degree of operating leverage (DOL) guna memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap profit pada tingkat penjualan tertentu. Perhitungan DOL dapat dihitung dengan menghitung komponenkomponen terlebih dahulu. Komponen tersebut diantaranya laba kontribusi dan laba bersih. Laba kontribusi diketahui dari selisih total penerimaan penjualan (TR) dan total biaya variabel (TVC), sehingga diperoleh laba kontribusi usaha yoghurt stik susu kambing adalah 3 434 160 rupiah. Selanjutnya laba bersih yang diperoleh pada usaha ini sebesar 1 673 146 rupiah. Berikut perhitungan DOL untuk usaha yoghurt stik susu sapi adalah sebagai berikut :
38
Berdasarkan perhitungan di atas pada total penerimaan sebesar 9 000 000 rupiah, degree of operating leverage usaha ini adalah sebesar 2.05 kali. Jika misalnya total penerimaan mengalami kenaikan sebesar 10 persen pada total penerimaan 9 000 000 rupiah tersebut, maka laba bersih akan mengalami kenaikan yaitu sebesar 20.50 persen yang didapat dari 2.05 dikali 10 persen. Perbandingan perhitungan antara usaha yoghurt stik susu sapi dengan yoghurt stik susu kambing disajikan pada Tabel 12. Berikut uraian perbandingan antar kedua usaha dapat dilihat sebagai berikut Tabel 12 Perbandingan perhitungan usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada kondisi aktual No 1 2 3 4 5 6 7 9 9 10 11
Uraian
Yoghurt stik susu Yoghurt stik susu sapi kambing Total Biaya Tetap (Rp) 28 528 426 1 761 014 Total Biaya Variabel (Rp) 77 140 350 5 565 840 Total Biaya (Rp) 105 668 776 7 326 854 Penerimaan (Rp) 145 800 000 9 000 000 Keuntungan Per tahun (Rp) 40 131 224 1 673 146 BEP (unit) 8 078 616 BEP (Rp) 60 580 626 4 615 140 Margin Income Ratio (MIR) 47.09 38.16 (%) Margin Of Safety (MOS) (%) 58.45 48.72 Degree Of Operating Leverage 1.72 2.05 Tingkat Profitabilitas (%) 27.50 18.59
Berdasarkan Tabel 12, total biaya yang dikeluarkan untuk yoghurt stik susu sapi lebih besar dibandingkan total biaya yoghurt stik susu kambing. Hal tersebut karena volume penjualan yoghurt stik susu sapi lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Meskipun demikian, proporsi total biaya terhadap total penerimaan pada yoghurt stik susu sapi lebih kecil dibandingkan dengan yoghurt stik susu kambing sehingga keuntungan yang didapat pada usaha yoghurt stik susu sapi lebih besar dibandingkan dengan usaha yoghurt stik susu kambing. Baik usaha yoghurt stik susu sapi maupun usaha yoghurt stik susu kambing, memiliki penjualan di atas titik impas sehingga kedua usaha berada di daerah yang menguntungkan. Meskipun BEP yoghurt stik susu sapi lebih besar dari BEP yoghurt stik susu kambing, namun proporsi BEP terhadap total penerimaan pada
39 yoghurt stik susu sapi lebih kecil dibandingkan proporsi BEP terhadap total penerimaan pada yoghurt stik susu kambing sehingga untuk mencapai BEP, yoghurt stik susu sapi membutuhkan waktu yang lebih cepat dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Nilai Margin Income Ratio (MIR) dipengaruhi oleh total penerimaan dan total biaya variabel. Semakin tinggi total penerimaan dan semakin kecil biaya variabel maka nilai MIR semakin tinggi. Adapun proporsi total biaya variabel terhadap total penerimaan pada yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan dengan proporsi total biaya variabel terhadap total penerimaan pada yoghurt stik susu kambing sehingga nilai MIR pada yoghurt stik susu sapi lebih tinggi dibandingkan nilai MIR pada yoghurt stik susu kambing. Nilai MIR menunjukkan kemampuan suatu usaha untuk menutupi biaya tetap. Semakin besar nilai Margin Of Safety (MOS), maka semakin besar kesempatan suatu usaha untuk memperoleh laba, sebaliknya semakin kecil nilai MOS, maka semakin rawan suatu usaha terhadap penurunan target pendapatan penjualan. Nilai MOS yoghurt stik susu sapi lebih besar dibandingkan nilai MOS pada yoghurt stik susu kambing. Hal tersebut karena nilai MOS dipengaruhi oleh total penerimaan dan BEP. Semakin tinggi penerimaan dan semakin rendah BEP, maka nilai MOS semakin tinggi. Kemampuan memperoleh laba atau profitabilitas diperoleh dari perkalian MIR dan MOS. Oleh karena nilai MIR dan MOS pada yoghurt stik susu sapi lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu kambing, maka usaha yoghurt stik susu sapi lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha yoghurt stik susu kambing pada Unit Pengolahan Susu Darul Fallah. Apabila volume penjualan diasumsikan sama yaitu sebesar 1200 liter untuk yoghurt stik susu sapi dan 1200 liter untuk yoghurt stik susu kambing selama satu bulan atau sebesar 14400 liter selama satu tahun maka akan diperoleh perhitungan analisis profitabilitas selama satu tahun yang disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Perbandingan perhitungan usaha yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada kondisi volume penjualan sama No 1 2 3 4 5 6 7 9 9 10 11
Uraian
Yoghurt stik susu Yoghurt stik susu sapi kambing Total Biaya Tetap (Rp) 35 204 000 35 204 000 Total Biaya Variabel (Rp) 95 235 000 266 051 520 Total Biaya (Rp) 130 439 000 301 255 520 Penerimaan (Rp) 180 000 000 432 000 000 Keuntungan Per tahun (Rp) 49 561 000 130 744 480 BEP (liter) 5 981 3 055 BEP (Rp) 74 756 327 91 643 672 Margin Income Ratio (MIR) 47.09 38.16 (%) Margin Of Safety (MOS) (%) 58.50 78.80 Degree Of Operating Leverage 1.70 1.30 Tingkat Profitabilitas (%) 27.50 30.3
Biaya tetap diperoleh dari hasil perhitungan tanpa adanya proporsi biaya bersama karena diasumsikan tidak ada produk lain yang dihasilkan. Masing-
40 masing biaya tetap yang diperoleh oleh usaha yoghurt stik susu sapi dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun biaya variabel untuk yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Baik usaha yoghurt stik susu sapi maupun yoghurt stik susu kambing diasumsikan memiliki volume penjualan yang sama yaitu 14 400 liter yoghurt selama satu tahun. Namun harga output yoghurt stik susu sapi berbeda dengan yoghurt stik susu kambing yaitu Rp 12 500 per liter untuk yoghurt stik susu sapi dan Rp 30 000 untuk yoghurt stik susu kambing sehingga diperoleh penerimaan yang berbeda. Break Even Point (BEP) dalam liter yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan BEP yoghurt stik susu kambing. Hal teresebut menunujukkan bahwa yoghurt stik susu sapi membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai BEP dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Kemampuan memperoleh laba atau profitabilitas diperoleh dari perkalian MIR dan MOS. Berdasarkan Tabel 13, usaha yoghurt stik susu kambing lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha yoghurt stik susu sapi. Hal tersebut menunjukkan hasil yang berbeda dengan perhitungan profitabilitas aktual kondisi UPS Dafa. Maka dapat disimpulkan bahwa volume penjualan dapat mempengaruhi profitabilitas yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Budiraharjo dan Prasetyo (2012) menyatakan bahwa profitabilitas yang dihasilkan oleh susu sapi segar yaitu sebesar 10.48 persen dan pada penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas susu sapi yang diolah menjadi yoghurt menghasilkan profitabilitas sebesar 27.50 persen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produk olahan memberikan profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk non olahan.
Analisis Nilai Tambah
Proses pengolahan susu sapi dan susu kambing menjadi yoghurt menyebabkan adanya nilai tambah pada produk susu tersebut. Sehingga harga jual pada produk olahan susu menjadi yoghurt memiliki nilai yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan susu segar yang belum mengalami proses pengolahan. Metode Hayami digunakan dalam menganalisis nilai tambah yaitu untuk memperkiraan sejauh mana bahan baku mengalami perubahan menjadi input yang memiliki nilai karena adanya proses pengolahan. Melalui analisis nilai tambah maka dapat teranalisa faktor mana dari proses produksi yang menghasilkan atau menaikkan nilai tambah dan sebaliknya. Komponen utama perhitungan nilai tambah adalah output atau produk, bahan baku, input tenaga kerja dan sumbangan input lainnya. Dasar penghitungan nilai tambah pengolahan susu sapi dan susu kambing menjadi yoghurt menggunakan per satuan bahan baku utama yang dalam hal ini adalah satu liter susu sapi dan satu liter susu kambing. Adapun analisis nilai tambah pengolahan susu sapi dan susu kambing menjadi yoghurt dapat dilihat pada Tabel 13.
41 Tabel 14 Nilai tambah pengolahan yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing pada UPS Dafa No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
Variabel Output, Input, Harga Output yang dihasilkan (liter/produksi) Bahan baku yang digunakan (liter/produksi) Tenaga kerja (jam/produksi) Faktor konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2) Harga output (Rp) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) Pendapatan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/liter bahan baku) Sumbangan input lain (Rp/liter output) Nilai output (4x6) (Rp) a. Nilai tambah (10-9-8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10)x100%) a. Imbalan tenaga kerja (5x7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a)x100%) a. Keuntungan (11a-12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi Marjin (10-8) (Rp) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14)x100%) b. Sumbagan input lain ((9/14)x100%) c. Keuntungan perusahaan ((13a/14)x100%)
Yoghurt Susu Sapi
Yoghurt Susu Kambing
144 78 10 1.80 0.13 12 500 2 917
25 13 10 1.90 0.77 30000 2 917
5 000 4 893 22 500 12 607 56 379 3 12 228 97
25000 7 923 57 000 24 077 42.2 2 246 9.3 21 831 90.7
17 500 2 28 70
32 000 7 24.8 68.2
Susu sapi yang diolah menjadi yoghurt stik selama satu tahun adalah 6 318 liter sedangkan susu kambing yang diolah menajdi yoghurt stik selama satu tahun adalah 156 liter. Dalam periode produksi satu tahun, produksi yoghurt stik susu sapi dilakukan sebanyak 81 kali produksi dan menghasilkan yoghurt sebanyak 11 664 liter atau rata-rata 144 liter per produksi sedangkan produksi yoghurt stik susu kambing dilakukan sebanyak 12 kali produksi dan menghasilkan yoghurt sebanyak 300 liter atau rata-rata 25 liter per produksi. Dari besaran output dan input bahan baku utama diperoleh nilai faktor konversi untuk yoghurt stik susu sapi sebesar 1.80. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari pengolahan 10 liter susu sapi akan menghasilkan yoghurt sebanyak 18 liter. Sedangkan nilai faktor konversi untuk yoghurt stik susu kambing sebesar 1.90. Artinya bahwa dari pengolahan 10 liter susu kambing akan menghasilkan yoghurt sebanyak 19 liter. Harga bahan baku susu sapi yaitu Rp 5 000 per liter sedangkan harga yoghurt sapi yaitu Rp 12 500 per liter. Harga bahan baku susu kambing lebih mahal dibandingkan dengan susu sapi yaitu Rp 25 000 per liter sedangkan harga yoghurt kambing yaitu Rp 30 000 per liter.
42 Jumlah tenaga kerja dan jam kerja yang terlibat dalam produksi yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing sama yaitu tiga orang walaupun terdapat perbedaan volume produksi antara yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing. Satu kali produksi yoghurt membutuhkan waktu dua hari karena adanya proses fermentasi sehingga total jam kerja untuk produksi yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing yaitu 10 jam per produksi. Nilai koefisien tenaga kerja untuk yoghurt stik susu sapi sebesar 0.13. Hal tersebut berarti untuk mengolah 100 liter susu sapi menjadi yoghurt membutuhkan waktu selama 13 jam. Sedangkan nilai koefisien tenaga kerja untuk yoghurt stik susu kambing sebesar 0.77 yang berarti untuk mengolah 100 liter susu kambing menjadi yoghurt dibutuhkan waktu 77 jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa mengolah yoghurt stik susu sapi lebih efisien karena yoghurt stik susu sapi diproduksi lebih banyak daripada yoghurt stik susu kambing dengan jumlah tenaga kerja dan jam kerja yang sama. Upah rata-rata tenaga kerja dalam pengolahan yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing adalah sama yaitu sebesar Rp 2 917 per jam. Upah rata-rata tenaga kerja diperoleh dari hasil penjumlahan upah seluruh tenaga kerja dibagi total jam kerja. Sumbangan input lain pada pengolahan yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 4 893 per liter output yang diperoleh dengan membagi total input lain selain bahan baku utama dan tenaga kerja tetap dengan jumlah output. Pada pengolahan yoghurt stik susu kambing diperoleh nilai sumbangan input sebesar Rp 7 923 per liter output. Nilai output yoghurt stik susu sapi dihasilkan Rp 22 500 per liter sedangkan nilai output sapi stik dihasilkan Rp 57 000. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian faktor konversi dan harga output. Perhitungan nilai tambah didapat dari selisih nilai output dengan harga bahan baku utama dan nilai sumbangan input per liter bahan baku utama. Adapun nilai output diperoleh dari perkalian faktor konversi dan harga output. Nilai tambah susu sapi yang diolah menjadi yoghurt stik susu sapi yaitu sebesar Rp 12 607 per liter bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 56.00 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa mengolah susu sapi menjadi yoghurt stik susu sapi untuk setiap Rp 100 dari nilai output terdapat nilai tambah sebesar Rp 56.00. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan susu kambing sebesar Rp 24 077 per liter bahan baku utama dengan rasio sebesar 42.20 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa mengolah susu kambing menjadi yoghurt stik susu kambing untuk setiap Rp 100 dari nilai output terdapat nilai tambah sebesar Rp 42.20. Imbalan tenaga kerja merupakan pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dari setiap pengolahan satu liter bahan baku. Perhitungan nilai tambah didapat dari perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja yang diberikan dari setiap liter bahan baku susu sapi yang diolah menjadi yoghurt stik susu sapi adalah Rp 379 per liter bahan baku sehingga bagian tenaga kerja dalam pengolahan yogurt sapi stik sebesar 3.00 persen. Artinya bahwa untuk setiap Rp 100 dari nilai tambah maka sebesar Rp 3.00 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Pada pengolahan yoghurt stik susu kambing, imabalan tenaga kerja adalah Rp 2 246 per liter bahan baku senhingga bagian tenaga kerja sebesar 9.30 persen. Hal tersebut menunjukkan untuk setiap Rp 100 dari nilai tambah maka sebesar Rp 9.30 merupakan bagian untuk pendapatan tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja pada pengolahan yoghurt
43 stik susu kambing lebih besar dibandingkan pada pengolahan yoghurt stik susu sapi karena koefisien tenaga kerja pada pengolahan yoghurt stik susu kambing lebih besar daripada pengolahan yoghurt stik susu sapi. Nilai tambah bagi pengusaha dapat dilihat melalui keuntungan yang diperoleh. Nilai keuntungan merupakan selisih antara nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja. Nilai keuntungan menunjukkan besarnya imbalan yang diterima oleh pengusaha atas usaha pengolahan yoghurt. Adapun keuntungan yang diperoleh pada pengolahan yoghurt stik susu sapi adalah Rp 12 228 per liter bahan baku dengan tingkat keuntungan 97 persen, sedangkan keuntungan pada pengolahan yoghurt stik susu kambing adalah Rp 21 831 per liter bahan baku dengan tingkat keuntungan sebesar 90.70 persen. Baik pada pengolahan yoghurt stik susu sapi maupun pengolahan yoghurt stik susu kambing, distribusi keuntungan dari nilai tambah jauh lebih besar dibandingkan dengan bagian tenaga kerja. Balas jasa pemilik faktor produksi terdiri dari pendapatan untuk tenaga kerja, sumbangan input lain, dan tingkat keuntungan. Kontribusi faktor-faktor produksi ditunjukkan melalui marjin yang diperoleh dari hasil pengurangan nilai output dengan harga bahan baku. Berdasarkan perhitungan marjin yang diperoleh pada pengolahan yoghurt stik susu sapi yaitu Rp 17 500 dan pada pengolahan yoghurt stik susu kambing adalah Rp 32 000. Marjin pada pengolahan yoghurt stik susu sapi sebesar Rp 17 500 per liter didistribusikan untuk masing-masing faktor produksi, yaitu sebesar 2.00 persen untuk pendapatan tenaga kerja, 28.00 persen untuk sumbangan input lain, dan 70.00 persen untuk keuntungan perusahaan. Marjin yang diperoleh pada pengolahan usaha yoghurt stik susu kambing yaitu Rp 32 000. Marjin tersebut didistribusikan untuk pendapatan tenaga kerja sebesar 7.00 persen, untuk sumbangan input lain sebesar 24.80 persen, dan untuk keuntungan perusahaan sebesar 68.20 persen. Pada pengolahan yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing, marjin yang didistibusikan untuk keuntungan perusahaan lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua pengolahan tersebut merupakan kegiatan padat modal. Padat modal merupakan kegiatan yang lebih banyak membutuhkan modal dibandingkan dengan tenaga kerja. Apabila output yang dihasilkan per produksi diasumsikan sama yaitu sebesar 100 liter untuk yoghurt stik susu sapi dan 100 liter untuk yoghurt stik susu kambing, maka akan diperoleh perhitungan analisis nilai tambah yang disajikan pada Tabel 15.
44
Tabel 15 Nilai tambah pengolahan yoghurt dengan asumsi jumlah output sama No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
Variabel Output, Input, Harga Output yang dihasilkan (liter/produksi) Bahan baku yang digunakan (liter/produksi) Tenaga kerja (jam/produksi) Faktor konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2) Harga output (Rp) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) Pendapatan dan Keuntungan Harga bahan baku (Rp/liter bahan baku) Sumbangan input lain (Rp/liter output) Nilai output (4x6) (Rp) a. Nilai tambah (10-9-8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10)x100%) a. Imbalan tenaga kerja (5x7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a)x100%) a. Keuntungan (11a-12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi Marjin (10-8) (Rp) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14)x100%) b. Sumbagan input lain ((9/14)x100%) c. Keuntungan perusahaan ((13a/14)x100%)
Yoghurt Susu Sapi
Yoghurt Susu Kambing
100 54.2 10 1.84 0.18 12 500 2 917
100 52 10 1.92 0.19 30000 2 917
5 000 4 891.5 23 062.7 13 171.2 57.1 538.2 4 12 633 96
25000 6 462.2 57 692.3 26 230.1 45.5 560.9 2 25 669.1 98
18 062.7 3 27 70
32 692.3 2 20 78
Berdasarkan Tabel 15, perhitungan nilai tambah yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing dengan komposisi output yang sama diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan analisis nilai tambah pada kondisi aktual UPS Dafa. Hasil menujukkan bahwa nilai tambah yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Hal tersebut karena nilai output yoghurt stik susu sapi lebih rendah sehingga keuntungan per liter output yang diperoleh oleh yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Harmawati, Kusnandar, dan Setyowati (2013), menyatakan bahwa nilai tambah pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 15 444.09/liter dan Rp 15 885.49/liter. Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari yoghurt stik susu kambing sebesar Rp 24 077/liter. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mengolah susu kambing menjadi yoghurt memiliki nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan mengolah susu kambing menjadi kerupuk dan permen karamel susu. Hal tersebut disebabkan proses pengolahan susu menjadi yoghurt lebih mudah dibandingkan kerupuk dan permen karamel.
45
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
3.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kedua usaha pengolahan yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing mampu menghasilkan laba atau profit. Namun berdasarkan perhitungan pada kondisi aktual UPS Dafa, terlihat bahwa usaha yoghurt stik susu sapi mampu menghasilkan profit lebih besar sebesar 27.50 persen, dibandingkan usaha yoghurt stik susu kambing yang mampu menghasilkan profit sebesar 18.59 persen. Hal tersebut karena volume penjualan yoghurt stik susu sapi lebih besar dibandingkan yoghurt stik susu kambing. Selain itu juga proporsi total biaya terhadap total penerimaan pada yoghurt stik susu sapi lebih rendah jika dibandingkan dengan yoghurt stik susu kambing. Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu usaha dengan total produksi lebih besar memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi. Apabila volume penjualan yoghurt stik susu sapi diasumsikan sama dengan volume penjualan yoghurt stik susu kambing, maka diperoleh profitabilitas yoghurt stik susu kambing yang lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu sapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa volume penjualan dapat mempengaruhi profitabilitas yag dihasilkan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis nilai tambah, pengolahan yoghurt stik susu sapi memiliki nilai tambah yang lebih rendah dibandingkan pengolahan yoghurt stik susu kambing. Adapun nilai tambah yoghurt stik susu sapi yaitu Rp 12 607 sedangkan nilai tambah yohgurt stik susu kambing yaitu Rp 24 077. Hal tersebut karena nilai output susu sapi lebih rendah dibandingkan susu kambing. Meskipun keuntungan per liter yoghurt stik susu sapi lebih rendah dibandingkan yoghurt stik susu kambing namun karena penjualan yoghurt stik susu sapi lebih tinggi maka keuntungan total yang diterima yoghurt stik sapi menjadi lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu kambing.
Saran 1.
2.
Berdasarkan kesimpulan sebelumnya, pada perhitungan kondisi aktual UPS Dafa, usaha yoghurt stik susu sapi memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan usaha yoghurt stik susu kambing. Oleh sebab itu, UPS Dafa sebaiknya tetap berfokus pada usaha pengolahan yoghurt stik susu sapi. Apabila UPS Dafa tetap mempertahankan usaha yoghurt stik susu kambing, maka diperlukan strategi pemasaran pada usaha yoghurt stik susu kambing.
46
3.
4.
Hal tersebut agar tingkat penjualan yoghurt stik susu kambing meningkat sehingga profitabilitas yang diperoleh akan meningkat. Berdasarkan perhitungan dengan volume penjualan yang sama antara yoghurt stik susu sapi dan yoghurt stik susu kambing, maka saran untuk pebisnis pemula adalah memilih usaha yoghurt stik susu kambing karena memiliki tingkat profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan yoghurt stik susu sapi. Namun dibutuhkan pemasaran yang tepat karena pasar yoghurt susu kambing berbeda dengan yoghurt susu sapi. Sebaiknya dilakukan penelitian terhadap subsistem on farm agar terjadi integrasi dengan subsistem hilir karena pada penelitian ini terdapat keterbatasan yang hanya meneliti pada subsitem hilir yaitu pada pengolahan susu.
47
DAFTAR PUSTAKA Asheri, Vitalia Putri. 2014. Analisis Nilai Tambah Cokleat Batangan (Chocolate Bar) di Pipiltin Cocoa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha. [Internet]. [Diunduh 2015 Januari 26]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_suby ek=11¬ab=3 [Depkop]. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2014. Peranan Terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2011-2012. [Internet]. [Diunduh 2015 Januari 26]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=fil &id=371:paparan-dinas-jawa-barat&Itemid=100 [Depkop]. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2014. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011 – 2012. [Internet]. [Diunduh 2015 Januari 26]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=fil e&id=394:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-danusaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2014. Buku Data Peternakan 2010-2013. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan. Fariyanti, Anna. 1986. Pelaksanaan Fungsi Manajemen dan Analisis Titik Impas Penjualan Susu Sapi Perah. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Wardani, Budiraharjo, Prasetyo. 2012. Analisis Profitabilitas pada Peternakan Sapi Perah Karunia Kediri. Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 339 – 357. [diunduh 2015 April 10]. Tersedia pada http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/aaj Harmawati, Kusnandar, Setyowati. 2013. Analisis Nilai Tambah Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) sebagai Bahan Baku Produk Olahan Susu Kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman. E-Jurnal AGRISTA Edisi 4 Vol 1, Januari 2013. [diunduh 2015 April 10]. Tersedia pada http://www.agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2015/01/ JURNALMETA-HARMAWATI-H0809076.pdf Hayami Y,Kawagoe. 1987.Agricultural Marketing an Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village . Bogor : CPGRT Centre. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, Edisi 3. Universitas Gajah Mada. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Munawir. 2002. Akuntansi Manajemen dan Keuangan. BPFE. Yogyakarta.
48 Novara, Titaresza. 1997. Nilai Tambah Pengolahan dan Preferensi Konsumen Susu Pasteurisasi (Studi Kasus Perusahaan Peternakan PT. Baru Adjak, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung). [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Rahardjo, M. Dawam. 1986. Transformasi Pertanian, Unit Pengolahanalisasi dan Kesempatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Rahman A,et.al. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor : IPB. Rony, Helmi. 1990. Akuntansi Biaya : Pengantar Untuk Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sirait, Janri Wolden Halomoan Sirat. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing Perah pada PT. Caprito A. P Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Soeharno. 2006. Teori Mikro Ekonomi. Yogyakarta: ANDI Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang (ID). Universitas Muhamadiyah Malang. Malang. Wahyudi, M. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 1, 2006. Teknisi Litkayasa Pelaksana pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor (ID). Wasis. 2001. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Bandung: Alumni. Wibowo, Teguh Pandityanto. 2007. Analisis Harga Pokok Penjualan dan Titik Impas Usaha Penggembukan Ternak Domba (Studi Kasus Peternakan Domba Tawakkal). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
49 Lampiran 1 Proporsi Masing-Masing Produk Berdasarkan Nilai Pasar Produk
Jumlah Produk Yoghurt Kambing (stik 60x5) 1.200 Yoghurt Sapi(stik 30x20) 19.440 Yoghurt Sapi (botol 180 ml) 1.600 Yoghurt Sapi (cup 160 ml) 1.568 Susu Kambing Pateurisasi (botol 180ml) 990 Susu Sapi Pateurisasi (botol 180 ml) 111 Susu Sapi Pateurisasi (cup 160 ml) 1.375
Harga 7.500 7.500 4.500 3.500 8.000 7.000 3.500
Penjualan 9000000 145800000 7200000 5488000 7920000 777000 4812500 180997500
% 5 81 4 3 4 0.4 2.6 100
50 Lampiran 2 Biaya Penyusutan Peralatan dan Bangunan Uraian
Kompor gas
2012
5
2
270.000
540000
Biaya penyusutan per tahun 108.000
Panci besar 20 L Panci sedang 15 L Panci kecil 10
2012
4
3
250.000
750000
187.500
2012
4
1
180.000
180000
45.000
2012
4
1
150.000
150000
37.500
Milk can alumunium Wadah plastik 20 L Wadah plastik 5L Timbangan
2012
4
4
400.000
1600000
400.000
2012
4
15
50.000
750000
187.500
2012
4
1
15.000
15000
3.750
2012
4
1
90.000
90000
22.500
Takaran
2012
4
1
25.000
25000
6.250
Termometer
2012
5
1
30.000
30000
6.000
Saringan
2011
4
1
16.000
16000
4.000
Pengaduk kayu
2011
4
4
5.000
20000
5.000
Mangkuk
2011
4
10
4.000
40000
10.000
Centong
2011
4
4
3.000
12000
3.000
Galon air
2011
4
1
46.000
46000
11.500
Freezer 528 L
2007
10
1
4.800.000
4800000
480.000
Freezer 300 L
2007
10
1
3.900.000
3900000
390.000
Freezer 200 L
2007
10
4
2.400.000
9600000
960.000
Freeaer 150 L
2007
10
1
1.700.000
1700000
170.000
Keranjang
2011
4
22
30.000
660000
16.500
Sealer
2011
4
2
200.000
400000
100.000
Motor
2007
10
1
15.000.000
15000000
1.500.000
Bangunan 3x4
2007
20
1
15.000.000
15000000
750.000
Bangunan 3x6
2007
20
1
10.000.000
10000000
500.000
Bangunan 2x4
2007
20
1
10.000.000
10000000
500.000
75324000
6.404.000
Total
Tahun Perolehan
Umur ekonomis
Unit
Harga
Jumlah
51 Lampiran 3 Biaya Tetap Yoghurt Stik Susu Sapi dan Yoghurt Stik Susu Kambing Yoghurt Stik Susu Sapi No
1.
2.
Yoghurt Stik Susu Kambing
Uraian
Biaya Penyusutan Investasi Biaya Tidak Langsung a. Biaya Listrik b. Biaya Komunikasi c. Biaya Transportasi d. Biaya Tenaga Kerja Tetap Total Biaya Tetap
Biaya per Persentase Biaya per Tahun terhadap Tahun Total Biaya Tetap 6 404 000 18.2 6 404 000
Persentase terhadap Total Biaya Tetap 18.2
3 600 000 1 200 000
10.2 3.4
3 600 000 1 200 000
10.2 3.4
3 000 000
8.6
3 000 000
8.6
21 000 000
59.6
21 000 000
59.6
35 204 000
100
35 204 000
100
52 Lampiran 4 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Sapi No
Uraian
1.
Bahan Baku Utama: a. Susu Sapi Segar Total Biaya Bahan Baku Pendukung: a.Gula b. Air c. Starter Bakteri d. Perisa Buah e. Gas Total Biaya Biaya Lainnya: a. Plastik stik 20x40 b. Plastik stik 2,8x40
2.
3.
c. Label d. Upah ikat Total Biaya TOTAL
Satuan
Jumlah per Tahun
Harga (Rp/Sa tuan)
liter
7 800
5000
39 000 000 39 000 000
41.00 41.00
kg liter botol ml
2 400 6 000 600 13 800
9000 263 10.000 25
21 600 000 1 578 000 6 000 000 345 000 792 000 30 315 000
22.70 1.70 6.30 0.40 0.80 31.80
lembar lembar
24 000 480 000 24 000 480 000
80 15
1 920 000 7 200 000
2.00 7.50
100 30
2 400 000 14 400 000
2.50 15.10
25 920 000 95 235 000
27.20 100.00
lembar rupiah
Total Biaya per Tahun (Rp)
Persentase terhadap Total Biaya Variabel
53 Lampiran 5 Biaya Variabel Yoghurt Stik Susu Kambing No
1.
2.
3.
Uraian
Bahan Baku Utama: a. Susu Kambing Total Biaya Bahan Baku Pendukung: a.Gula b. Air c. Starter Bakteri d. Perisa Buah e. Gas Total Biaya Biaya Lainnya: a.Plastik stik 20x40 b. Plastik stik 2,8x60 c. Label d. Upah ikat Total Biaya TOTAL
Satuan Jumlah Harga per (Rp/Satuan) Tahun
Total Biaya per Tahun (Rp)
Liter
7 488
25 000
187 200 000 187 200 000
70.10 70.10
Kg Liter Botol Ml
4 032 8 640 576 13 248
9000 263 10.000 25
36 288 000 2 272 320 576 000 331 200 792 000 40 259 520
13.60 0.90 2.20 0.10 0.70 17.50
Lemb ar Lemb ar Lemb ar rupiah
57 600
80
4 608 000
1.70
288 000 57 600
30
8 640 000
3.20
150
8 640 000
3.20
40
11 520 000
4.30
33 408 000 266 051 520
12.40 100.00
288 000
Persentase terhadap Total Biaya Variabel
54 Lampiran 6 Dokumentasi
Gambar 4 Bangunan UPS Dafa
Gambar 5 Proses Pemanasan Susu Sapi
Gambar 6 Proses Pemanasan Susu Kambing
55
Gambar 7 Proses Penyaringan Susu Sapi
Gambar 8 Proses Penyaringan Susu Kambing
Gambar 9 Penambahan Starter Bakteri pada Susu Sapi
56
Gambar 10 Penambahan Starter Bakteri pada Susus Kambing
Gambar 11 Penambahan Perisa Buah pada Yoghurt Susu Sapi
Gambar 12 Penambahan Perisa Buah pada Yoghurt Susu Kambing
57
Gambar 13 Proses Pengemasan Yoghurt Susu Sapi
Gambar 14 Proses Pengemasan Yoghurt Susu Kambing
Gambar 15 Yoghurt Stik Susu Sapi
58
Gambar 16 Yoghurt Stik Susu Kambing
59
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 September 1993. Penulis adalah anak pertama dati dua bersaudara kandung, dari pasangan Ariana Somari dan Ai Rubiah. Penulis menyelesaikan sekolah di TK Indria tahun 1998, SD Negeri Panaragan 2 Bogor tahun 1999, SMP Negeri 4 Bogor tahun 2005, dan SMA Negeri 5 Bogor tahun 2008. Pada tahun 2011, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan dan kepanitiaan di IPB seperti bendahara Divisi Logistik dan Transportasi pada IShare 2011, bendahara divisi Dana dan Usaha pada Agrifest 2012, staff divisi konsumsi pada Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2013, staff Penanggungjawab Poktan pada Masa Perkenalan Departemen (MPD) 49 tahun 2013, dan bendahara Divisi Konsumsi pada Management Leadership and Entrepreneurship School tahun 2014.