ANALISIS MOTIVASI KERJA GURU KELAS DALAM PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN DI SDN PONDOK PUCUNG 02 DAN MI SOEBONO MANTOFANI KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh SITI NURRACHMAWATI 1110018300056
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Siti Nurrachmawati (1110018300056): Analisis Motivasi Kerja Guru Kelas dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani Kota Tangerang Selatan Kata Kunci: Motivasi Kerja, Guru Kelas, Perencanaan Pembelajaran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dan penerapannya dalam kelas di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan MaretSeptember 2014 di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun yang berperan dalam penelitian ini, meliputi: peneliti sendiri, Kepala Sekolah dan guru kelas dari SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, penyebaran angket, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan trianggulasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui Motivasi guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran bermotivasi tinggi. Begitu juga dengan motivasi guru kelas untuk penerapan perencanaan pembelajaran dalam kelas. Hal ini dikuatkan dengan sangat setujunya guru pada pernyataan guru bertanggung jawab menerapkan RPP dalam kelas dan hal ini juga dapat dibuktikan dengan 72% guru menyusun dan menerapkan RPP dalam kelas, kemudian 28% guru melaksanakan pembelajaran tanpa RPP dan dapat diketahui kualitas pembelajaran tanpa RPP kurang. Dengan demikian, penyusunan perencanaan pembelajaran dan menerapkannya menghasilkan pembelajaran yang lebih berkualitas berdasarkan observasi.
i
ABSTRACT Siti Nurrachmawati (1110018300056): Analysis of Work Motivation In Classroom Teacher Lesson Planning Preparation Of Pondok Pucung 02 And MI Soebono Mantofani South Tangerang City Keywords: Work Motivation, Master Class, Lesson Planning This study aims to determine how motivational classroom teacher in preparing lesson plans and classroom implementation in South Tangerang City. This study was conducted in March-September 2014 at SDN Pondok Pucung 02 and MI Soebono Mantofani. The method used is descriptive qualitative. As for the role in this study, including: researchers themselves, Principal and class teacher of SDN Pondok Pucung 02 and MI Soebono Mantofani.Teknik data collection in this study using observation, interviews, questionnaires, and documentation. Data validity checking techniques using triangulation. Based on the results of this research is Motivation classroom teachers in preparing lesson plans is dominated by intrinsic motivation. So is the motivation for the application of classroom teachers in classroom learning plan that is intrinsic motivation. This is confirmed by the very statement of disapproval of teachers in the teacher responsible for implementing the lesson plans in the classroom and it can also be evidenced by the 72% of teachers develop and implement lesson plans in the classroom, then 28% of teachers implementing learning can be known without the RPP and the quality of learning without RPP less. Thus, the preparation of lesson plans and apply it produces a higher quality of learning by observation.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim,, Alhamdulillah, tidak ada ungkapan lain, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalamnya-dalamnya kepada Allah SWT, atas segala nikmat dan hidayah-Nya dalam setiap hembusan nafas penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Allahumma Shalli ‘ala Muhammad, shalawat beserta salam selalu tercurah kepada habibina wa syafi’ina wa maulana Muhammad saw. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis sangat terbatas. Begitu juga dengan rintangan dan hambatan yang penulis temui saat penulisan skripsi ini. Namun, semua bisa penulis lalui berkat keinginan yang kuat untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan sudah pasti semua juga tidak terlepas dari support serta bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, terima kasih untuk: 1.
Dr. Hj. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Fauzan, MA, Kepala Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Asep Ediana Latip, M.Pd, Dosen Pembimbing sekaligus Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan, serta mengajarkan penulis dengan sabar.
4.
Muhammad Amin, S.Sos, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Soebono Mantofani serta Dewan Guru.
5.
Ibu Een Sukaenah, S.Pd, Kepala SDN Pondok Pucung 02 serta Dewan Guru.
6.
Yang tercinta dan selalu mencintai penulis ayahanda Radin dan ibunda Warti yang selalu memberikan perhatian, dukungan, serta doa kepada penulis dalam setiap langkah kehidupan penulis. May Allah Bless U and Love U.
7.
Nenekku pahlawanku Ibu Hj. Lati dan keluarga besar penulis yang senantiasa mendoakan, membimbing dan memberikan support kepada penulis.
iii
8.
Adik tunggalku tersayang Uswatun Hasanah yang sering menemani penulis mencari hiburan.
9.
Andi Sofyan, S.Kom, yang jauh dimata, tangan pun sulit untuk menggapai namun penulis yakin ia selalu memeluk penulis dengan doa dan support, terlebih lagi disaat menjelang sidang skripsi.
10. Kakak, sahabat, sekaligus partner kerja yang baik, Imran Satria Muchtar, S.Pd.I yang selalu ada di samping penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Kakak, sahabat, sekaligus partner kerja yang baik, Hickmah, Pramono Hadi, S.Pd.I yang selalu memberi support, bantuan dan hiburan di kala stress melanda. 12. Mungkin penulis belum memiliki seseorang yang sepenuhnya berada disisi penulis tapi penulis merasa bahagia memiliki kalian, sahabat-sahabatku Siti Esha Aisyah, Resa Sri Astuti, Anis, Bibeh, Deva, Ka Echa, Dinda, Anis Suryani, Rini, yang selalu memberi support, memberi hiburan, dan mendengarkan keluh-kesah penulis. Yang senantiasa membuat penulis tertawa dalam keadaan apapun. 13. Teman baru yang memberi warna baru dalam hidup penulis, Reza Nur Fahlevi, S.Kep “Nice to know u” 14. Serta teman-teman PGMI Kelas B Angkatan 2010 dan semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripri ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Tapi penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, 23 September 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK .................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................iii DAFTAR ISI ................................................................................................. v DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 5 C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 5 D. Perumusan Masalah ............................................................................ 6 E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Kerja Guru 1. Pengertian Motivasi Kerja Guru a. Pengertian Motivasi ................................................................ 8 b. Pengertian Motivasi Kerja Guru ........................................... 10 2. Dasar-Dasar Motivasi Kerja Guru ............................................... 11 3. Bentuk-Bentuk Motivasi Kerja Guru .......................................... 13 4. Peranan Guru Kelas...................................................................... 15 B. Perencanaan Pembelajaran 1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran a. Pengertian Perencanaan ......................................................... 18 b. Pengertian Pembelajaran ........................................................ 19 c. Pengertian Perencanaan Pembelajaran ................................... 20 2. Macam-Macam Perencanaan Pembelajaran ................................ 21 3. Komponen Perencanaan Pembelajaran ........................................ 23
v
4. Fungsi Perencanaan Pembelajaran ............................................... 26 5. Langkah-Langkah Penyusunan RPP ........................................... 28 6. Penerapan RPP Dalam Pembelajaran .......................................... 31 C. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 32 D. Kerangka Berfikir .............................................................................. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 34 B. Latar Penelitian ................................................................................. 35 C. Metode Penelitian............................................................................... 35 D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ........................... 36 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ................................ 42 F. Analisis Data ..................................................................................... 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ................................................................................... 46 B. Pembahasan ....................................................................................... 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 77 B. Saran .................................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.0
Pedoman Penilaian Observasi
Tabel 3.1
Pedoman Observasi
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
Tabel 3.3
Pedoman Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.4
Pedoman Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.5
Alternatif Jawaban Responden atau Jawaban Angket
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Angket Motivasi Menyusun Perencanaan Pembelajaran
Tabel 3.7
Klasifikasi Skor Observasi
Tabel 3.8
Klasifikasi Skor Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.9
Klasifikasi Skor Angket
Tabel 4.0
Hasil Observasi Proses Kegiatan Belajar Mengajar di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani
Tabel 4.1
Saya Merasa Senang Menyusun RPP
Tabel 4.2
RPP Merupakan Bagian dari Mengajar
Tabel 4.3
Saya Merasa Senang Menerapkan RPP dalam Pembelajaran
Tabel 4.4
Saya Menyiapkan Perencanaan Pembelajaran Setiap Kali Akan Mengajar
Tabel 4.5
Saya Akan Meluangkan Waktu untuk Menyusun RPP
Tabel 4.6
Saya Akan Mengerahkan Segenap Kemampuan Saya untuk Menyusun RPP
Tabel 4.7
Saya Menyelesaikan Penyusunan RPP Tepat Waktu Sebelum
vii
Memasuki Tahun Ajaran Baru Tabel 4.8
Saya Bertanggung Jawab Menerapkan RPP dalam Pembelajaran
Tabel 4.9
Saya Belajar dari Berbagai Sumber Agar Mampu Menyusun RPP Sesuai Kurikulum yang Berlaku
Tabel 4.10
Saya Mengikuti Workshop atau Pelatihan Perencanaan Pembelajaran yang Sesuai Kurikulum yang Berlaku
Tabel 4.11
Saya Menyusun RPP Berdasarkan Kemampuan Sendiri
Tabel 4.12
Sebagai Guru Saya Memiliki Kemampuan Menyusun Perencanaan Pembelajaran
Tabel 4.13
Saya Menyusun RPP Jika Mendapat Isentif
Tabel 4.14
Saya Menyusun RPP Jika Mendapat Tunjangan
Tabel 4.15
Saya Menyusun RPP Jika Mendapat Kompensasi
Tabel 4.16
Saya Menyusun RPP Jika Ada Peluang Terhadap Karir
Tabel 4.17
Saya Menyusun RPP untuk Memenuhi Beban Sertifikasi
Tabel 4.25
Saya Menyusun RPP Hanya untuk Kenaikan Golongan
Tabel 4.26
Saya Menyusun RPP Jika Diminta Kepala Sekolah
Tabel 4.20
Saya Menyusun RPP Karena Takut Dapat Teguran dari Kepala Sekolah
Tabel 4.21
Saya Menerapkan RPP dalam Pembelajaran Jika Kepala Sekolah Mengontrol Pembelajaran
Tabel 4.22
Saya Menerapkan RPPdalam Pembelajaran Karena Takut Dapat Teguran dari Kepala Sekolah
Tabel 4.23
Saya Semangat Menyusun RPP Jika Diberi Pujian
Tabel 4.24
Saya Semangat Menerapkan RPP Jika Diberi Pujian
viii
Tabel 4.25
Saya Senang Bersaing dalam Penyusunan RPP
Tabel 4.26
Nilai Angket Motivasi Kerja Guru Kelas dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Tabel 4.27
Hasil Penilaian Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tabel 4.28
Hasil Penilaian Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2.
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 3.
Instrumen Observasi
Lampiran 4.
Instrumen Wawancara
Lampiran 5.
Instrumen Angket
Lampiran 6.
Instrumen Dokumentasi (Telaah RPP)
Lampiran 7.
Hasil Observasi
Lampiran 8.
Hasil Wawancara
Lampiran 9.
Hasil Angket
Lampiran 10. Hasil Telaah RPP Lampiran 11. Dokumentasi RPP
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah guru. Sebagus-bagusnya kurikulum pendidikan dan selengkap-lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna dalam mencapai peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan peserta didik. Oleh sebab itu, seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi yang dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional sebagaimana disebutkan dalam PP RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pasal 3 ayat 2 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap professional dalam menjalankan fungsi sebagai guru dalam pembelajaran. Kompetensi guru terkait dengan proses pembelajaran adalah kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa salah satu kompetensi seorang guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran sebelum pembelajaran tersebut dilaksanakan. Keharusan seorang guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran ditegaskan dalam PP RI No. 74 Tahun 2008 Pasal 52 Tentang Beban Kerja, beban
kerja
guru
mencakup
kegiatan
1
pokok
yaitu
merencanakan
2
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru. Dengan demikian, jelas bahwa merencanakan pembelajaran merupakan hal penting sebagai bagian dari beban kerja guru. Pembelajaran yang baik akan tercapai apabila disertai dengan perencanaan pembelajaran. Perencanaan Pembelajaran mempunyai peranan penting dalam memandu guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki rencana pembelajaran karena perencanaan tersebut adalah ciri kompetensi pedagogik yang penting untuk meningkatkan kualitas praktik pembelajaran. Adapun fungsi dari perencanaan pembelajaran seperti yang dijelaskan Abdul Majid dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran Mengambangkan Standar Kompetensi Guru. Perencanaan pembelajaran digunakan oleh guru sebagai petunjuk dan arah kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran mempunyai manfaat baik bagi guru maupun peserta didik. Bagi guru perencanaan pengajaran merupakan suatu pedoman kerja untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan untuk peserta didik perencanaan pembelajaran merupakan pedoman belajar yang bisa digunakan sebagai pemandu mereka dalam belajar.1 Seorang guru harus mempelajari kurikulum dan memahami semua program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran terdiri dari kalender akademis, program tahunan (prota), program semester (prosem), silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kalender akademis berisi alokasi waktu minggu efektif dan hari efektif dalam setiap semester dalam satu tahun ajaran. Program tahunan (prota) berisi rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan. Program semester (prosem) merupakan
1
2011), h. 22
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
3
penjabaran dari program tahunan yang diarahkan untuk menentukan minggu pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan silabus merupakan hasil penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok–pokok serta uraian materi pembelajaran yang perlu dipelajari siswa. Dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berisi lebih spesifik lagi karena didalamnya terdapat kegiatan pembelajaran untuk setiap kali pembelajaran berlangsung. Seorang guru yang menyadari kewajiban tugasnya, sudah pasti menyusun perencanaan pembelajaran untuk setiap pembelajaran. Penyusunan perencanaan pembeljaran secara berkala untuk setiap pembelajaran akan dapat menjamin kesinambungan tujuan, materi pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian. Dalam proses pembelajaran, guru dituntut dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah direncanakan. Salah satu penyebab proses pembelajaran tidak berjalan dengan efektif karena kurangnya persiapan guru dalam pembuatan perencanaan pembelajaran. Namun, realita yang peneliti temukan saat peneliti mengikuti kegiatan PPKT, peneliti menemukan beberapa orang guru di sekolah tempat peneliti PPKT yang tidak menyusun RPP. Kemudian peneliti pun melakukan wawancara dan melakukan penelitian di sekolah tersebut untuk laporan penelitian PPKT. Menurut beberapa guru yang di tanyakan, mereka beranggapan
penyusunan
perencanaan
pembelajaran
untuk
setiap
pembelajaran itu tidak perlu karena menurut mereka tanpa perencanaan pembelajaran, pembelajaran dapat dilaksanakan. Tetapi, penyusunan perencanaan pembelajaran perlu dilaksanakan saat akan dilaksanakan penilaian akreditasi sekolah. Mereka juga mengalami kesulitan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran saat mendeskripsikan kegiataan pembelajaran dalam RPP. Hal ini menjadi salah satu faktor rendahnya motivasi guru dalam menyusun dan menerapkan RPP di dalam kelas. Di samping itu pula peneliti menemukan saat observasi pertama
4
terdapat beberapa guru yang berasumsi bahwa tanpa perencanaan pembelajaran aktifitas belajar mengajar masih bisa dilakukan. Fakta yang ditemukan oleh peneliti lainnya adalah masih terdapat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang menggunakan metode ceramah tanpa ada metode lainnya sehingga aktifitas pembelajaran menjadi tidak kondusif. Dengan demikian, bukan karena tidak perlu penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut untuk setiap pembelajaran, tetapi rendahnya motivasi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Padahal dalam melakukan segala sesuatu sudah pasti memerlukan motivasi agar memiliki semangat yang tinggi dan menghasilkan hasil yang maksimal. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.2 Guru yang memiliki motivasi akan bekerja keras menyumbangkan segenap kemampuan, keterampilan, dan pikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional melalui pembelajaran yang telah direncanakan. Kemampuan guru yang dilandasi motivasi akan mewujudkan semangat yang tinggi dan guru akan melaksanakan prosedur pencapaian mutu pendidikan nasional
diantaranya
dengan
melakukan
penyusunan
perencanaan
pembelajaran untuk setiap pembelajaran. Untuk menumbuhkan motivasi guru dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dibutuhkan peran serta kepala sekolah seperti hasil penelitian Dzulfadhli tahun 2010 yang berjudul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru Di SMA Hasanuddin Lagoa Jakarta Utara menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah juga ikut berkontribusi dalam memotivasi kerja guru.
2
Sarlito Wirawan Bintang,2000), Cet.8, h.57
Sarwono,
Pengantar
Umum
Psikologi,(Jakarta:
Bulan
5
Adanya permasalahan klasik dalam dunia pendidikan mengenai guru yang tidak memiliki waktu untuk menyusun perencanaan pembelajaran untuk setiap pembelajaran. Tetapi disaat akan ada penilaian akreditasi sekolah, guru-guru bersedia meluangkan waktunya untuk menyusun perencanaan pembelajaran. Hal ini jelas menggambarkan rendahnya motivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dan penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Motivasi Guru Kelas Dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya : 1. Rendahnya motivasi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran untuk setiap pembelajaran. 2. Rendahnya motivasi guru untuk menerapkan perencanaan pembelajaran dalam kelas. 3. Motivasi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran hanya saat akan dilaksanakan akreditasi sekolah. 4. Guru masih beranggapan bahwa kegiatan mengajar adalah suatu pekerjaan rutin yang tidak membutuhkan perencanaan pembelajaran. 5. Guru-guru
berasumsi
bahwa
tanpa
perencanaan
pembelajaran,
pembelajaran dapat dilaksanakan. 6. Guru mengalami kesulitan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran saat mendeskripsikan kegiataan pembelajaran dalam RPP.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan tersebut agar lebih fokus. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah:
6
1. Rendahnya motivasi guru kelas dalam menyusun perencanaan pembelajaran untuk setiap pembelajaran. 2. Rendahnya motivasi guru kelas untuk menerapkan perencanaan pembelajaran dalam kelas. 3. Perencanaan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana motivasi guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran ? 2. Bagaimana motivasi guru kelas untuk menerapkan perencanaan pembelajaran dalam kelas ?
5. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menjelaskan motivasi guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran. 2. Menjelaskan motivasi guru kelas untuk menerapkan perencanaan pembelajaran dalam kelas.
6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis, memberi tambahan pengalaman dan memperluas wawasan akademik terkait motivasi guru dalam penyusunan perencanaan pembelajaran. b. Secara praktis, memberikan pengetahuan kepada para guru, kepala
sekolah,
serta
pengamat
pendidikan
bahwa
dalam
penyusunan
7
perencanaan pembelajaran merupakan suatu hal yang penting untuk kemajuan pendidikan. c. Sebagai wahana dalam menambah khazanah keilmuan juga memberikan
informasi kepada pihak yang akan melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
motivasi
pembelajaran.
guru
kelas
dalam
penyusunan
perencanaan
BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Kerja Guru 1. Pengertian Motivasi Kerja Guru a. Pengertian Motivasi Kata dasar motivasi adalah “motif”, berasal dari bahasa Inggris “motive” yang berarti alasan atau sebab.1Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “motif” diartikan sebagai alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu.2Sedangkan dalam kamus Psikologi, motif adalah sebab atau alasan bagi sesuatu aktivitas.3 Menurut Ngalim Purwanto, yang dimaksud motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.4Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, motif berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku.5Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa motif adalah alasan, sebad, dorongan yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Sedangkan untuk istilah motivasi (motivation) itu sendiri dapat dilihat daribahasa latin yakni “movere” yang berarti menggerakkan (to move)6. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.7
1
A.L.N. Kramer Sr, Kamus Kantong Inggris, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
2001), h. 175 2
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008), Cet. Ke-4, h. 930 3 Jalaludin dan Ali Ahmad Zen,Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan,(Surabaya: Putra Al-Ma’arif, 1977), h. 120 4 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:CV.Remaja Rosdakarya,2007), Cet. 5. h.60 5 Sarlito Wirawan Sarwono,Op. cit., h.57 6 Winardi, Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), cet.1, h. 1 7 Sarlito Wirawan Sarwono,Op. cit., h.57
8
9
Menurut Mc Donald seperti yang dikutip Oemar Hamalik dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran merumuskan bahwa, “Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsur yang saling berkaitan, sebagai berikut : a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energy dalam pribadi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologisdalam organisme manusia b. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal). Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif. Perubahan ini dapat diamati pada perbuatannya. c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi memberikan respon-respon kea rah suatu tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energy dalam dirinya. Tiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan.8 Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu : a. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. b. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. c. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.9
8
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta : Bumi Aksara, 2012), Cet
12, h. 106 9
Abdul Rahman Shaleh dan Yunita Faela Nisa,Psikologi & Industri,(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet 1, h. 80-81
10
Dari beberapa pemaparan pengertian motivasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berkaitan dengan perubahan energi dalam diri pribadi, timbulnya perasaan bermotif tingkah laku, dan munculnya reaksireaksi yang menggerakkan, mengarahkan dan menopang seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. b. Pengertian Motivasi Kerja Guru Seorang
guru
memiliki
tugas
merencanakan
pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, dan mampu mengelola kelas.Tugas tersebut tidak mudah dilakukan, apabila guru tidak memiliki motivasi kerja yang baik.Tidak jarang ditemukan guru yang kurang bersemangat dalam melakukan tugasnya, yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang diharapkan.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya motivasi kerja guru.10Oleh karena itu, motivasi kerja guru memiliki andil besar dalam menentukan kinerja guru. Yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri dan dari luar diri seseorang, untuk melakukan sesuatu yang terlihat dari dimensi internal dan dimensi eksternal.11Menurut W. Jack Duncan motivasi kerja berkaitan dengan dorongan yang muncul dari diri seseorang untuk melakukan untuk melakukan tugas secara keseluruhan berdasarkan tanggung jawab masing-masing.12 Berdasarkan Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan terbitan Juli 2009 yang ditulis oleh Nirva Diana, Motivasi kerja adalah dorongan dari diri sendiri (internal) yang mempengaruhi perilaku individu dalam melakukan aktifitas untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik, yang dapat diketahui dari tujuh indikator yaitu berusaha memenuhi kritreria pekerjaan, berupaya mengetahui cara melaksanakan pekerjaan, berupaya bekerja keras, berupaya menyelasaikan pekerjaan, berusaha
10
Hamzah B. Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), cet 9, h. 63 11 Hamzah B. Uno,Teori Motivasi dan Pengukurannya,(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), cet 9, h. 72 12 Hamzah B. Uno,Ibid . h. 87
11
memenangkan kompetisi, berupaya memenuhi kebutuhan, dan berupaya mencapai jenjang karier.13 Dapat disimpulkan motivasi kerja adalah dorongan dalam diri dan luar diri seorang individu untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.Dorongan dalam diri dan luar diri seorang individu berkaitan dengan perubahan energi, timbulnya perasaan bermotif tingkah laku, dan munculnya reaksi-reaksi yang menggerakkan, mengarahkan dan menopang seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
2. Dasar - Dasar Motivasi Kerja Guru Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang mendorong kearah suatu tujuan tertentu.Kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah tujuan tertentu adalah motivasi.Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kebutuhan, perasaan, pikiran, dan motivasi. Setiap manusia dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya didorong oleh motivasi. Adanya berbagai kebutuhan akan menimbulkan motivasi seseorang untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. Orang mau bekerja dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan dari hasil pekerjaannya. a. Dasar Hedonisme Ngalim
Purwanto
dalam
bukunya
Psikologi
Pendidikan
mengungkapkan tentang teori hedonisme sebagai teori motivasi. Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan.Hedonisme adalah suatu alairan di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.Menurut pandangan hedonism, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan.Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan masalah, manusia cenderung memilih alternative pemecahan yang dapat
13
Nirva Diana,Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan;Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja,(Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, Juli 2009), h. 694
12
mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.14 Teori di atas kaitannya dengan motivasi kerja guru adalah seorang guru harus memiliki perasaan senang terhadap tugasnya karena perasaan senang ini akan menghilangkan kesulitan dalam melaksanakan tugas sehingga tugas itu juga tidak menjadi beban. b. Dasar Kebutuhan (Need Thery) Teori lain tentang motivasi juga diungkapkan oleh Henry Murray, yaitu teori kebutuhan (Need Theory). Menurut teori kebutuhan, maka seseorang akan termotivasi, apabila ia belum mencapai tingkat-tingkat tertentu kepuasan dengan kehidupannya.15 Kaitan teori ini dengan motivasi kerja guru adalah seorang guru akan terus bersemangat untuk memperbaiki kekurangannya dalam proses pembelajaran jika yang ia kerjakan belum dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut. c. Dasar Hierarki Kebutuhan Teori motivasi yang sering kali kita dengar yaitu teori Maslow tentang hierarki kebutuhan.Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi.16Adapun kelima tingkat kebutuhan yang mendorong manusia untuk bekerja menurut teori hierarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization).17 Dari beberapa teori motivasi di atas, jelas dapat tergambarkan bahwa manusia memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu karena ada maksud dan tujuan tertentu. Motivasi bekerja sudah pasti memiliki tujuan untuk mencari materi demi memenuhi kebutuhan hidup dan masa depan. Akan tetapi, 14
M. Ngalim Purwanto,Op. cit., h.74 Winardi, Op. cit., h. 73 16 Hamzah B. Uno, Op. cit., h. 40 17 M. Ngalim Purwanto, Op. cit., h. 79 15
13
motivasi bekerja itu tidak hanya berwujud kebutuhan ekonomi saja (bentuk uang), tetapi bisa juga dalam bentuk kebutuhan psikis untuk aktif berbuat.Sebab ganjaran yang paling “manis” dari bekerja ialah nilai sosial dalam bentuk pengakuan, penghargaan, respek, dan kekaguman kawankawan terhadap pribadinya.18
3. Bentuk – Bentuk Motivasi Kerja Guru Menurut para ahli motivasi dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu motivasi intrinstik dan ekstrinsik, berikut ini adalah pemaparan dari dua bentuk motivasi : a. Motivasi Intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.19Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan.20 Faktor – faktor yang menimbulkan motivasi intrinsik adalah :21 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu Memperoleh informasi dan pengertian Mengembangkan sikap untuk berhasil Menyenangi kehidupan Menyadari sumbangan terhadap usaha kelompok Keinginan diterima oleh orang lain
Dapat disimpulkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri individu itu sendiri karena adanya motif atau tujuan tertentu. Seorang guru yang ingin kegiatan mengajarnya terencana agar berjalan dengan lancar,
18
Kartini Kartono,Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan & Industri,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet 4, h. 147 19 Sardiman,Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet 19, h. 89 20 Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet 1, h. 162 21 Ibid
14
sistematis, berkualitas, dan tentunya dapat tercapai tujuan pembelajarannya maka ia akan menyusun perencanaan pembelajaran setiap kali akan mengajar. b. Motivasi Ekstrinsik Di bawah ini definisi dari motivasi menurut beberapa para ahli sebagai berikut : 1) Dalam Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karena pengaruh yang berada di luar diri.22 2) Motivasi ekstrensik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.23 Ada beberapa cara yang dapat menumbuhkan motivasi ekstrinsik diantaranya sebagai berikut : a) Ganjaran Ganjaran merupakan suatu yang diterima seseorang sebagai balasan yang telah seseorang lakukan.Ada beberapa bentuk ganjaran, yaitu : (1) Pujian Sesorang akan merasa senang dan bangga ketika hasil kerjanya memuaskan bahkan membuahkan pujian dari orang lain. Apalagi dalam dunia pekerjaan seorang bawahan akan merasa senang sekali disaat atasannya memberikan pujian atas hasil kerjanya. (2) Kompensasi Kompensasi merupakan imbalan berupa uang atau bukan uang kepada karyawan atas pekerjaan (fisik atau pikiran) yang telah dilakukan untuk organisasi atau perusahaan. (3) Teguran Teguran juga dapat menjadi sebuah motivasi karena setiap individu pastii tidak ingin mendapat teguran atas kelalaiannya saat bekerja maupun hasil kerjanya yang kurang optimal. 22
Jalaludin dan Ali Ahmad Zen, Op. cit., h. 120 Sardiman, Op. cit., h. 90
23
15
(4) Hukuman Hukuman merupakan buah hasil dari teguran yang diabaikan. Jika seseorang telah ditegur akan tetapi masih lalai maka hukumanlah yang akan ia terima. b) Saingan atau kompetensi Persaingan yang ketat dalam dunia pekerjaan maupun pendidikan dapat memicu motivasi seseorang untuk menjadi yang terbaik dan akan memperoleh pujian atau hadiah pada akhirnya nanti. Yang terpenting dalam persaingan ini adalah dilakukan secara sportif. Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi ekstrinsik antonim dari motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul karena ada faktor dari luar bukan dari dalam diri seorang.Kuat lemahnya sebuah motivasi turut mempengaruhi keberhasilannya.
4. Peranan Guru Kelas Dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1 menyatakan “Pengertian guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”24 Dalam kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan, guru kelas didefinisikan sebagai guru yang dikuasakan mempertanggungjawabkan sekelas murid; memberikan hampir seluruh mata pelajaran di kelas tersebut secara tetap (yang biasanya) selama satu tahun ajaran (di SD).25 Menurut Udin Syaefudin Saud dalam bukunya Pengembangan Profesi Guru, ada beberapa peran dan tugas pokok guru diantaranya:26
24
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Departemen Pendidikan Nasional RI Jakarta, 2005 Pasal 1 ayat 1 h. 3 25 Jalaludin dan Ali Ahmad Zen, Op. cit., h. 66 26 Udin Syaefudin saud,Pengembangan Profesi Guru,(Bandung: CV. Alfabeta, 2009), h. 36-37
16
1) Guru sebagai pengajar Seorang guru harus menampilkan pribadi sebagai cendikiawan (scholar) serta sebagai pengajar (teacher), dengan demikian guru harus menguasai bidang disiplin ilmu (scientific discipline) dan cara mengajarkan atau menyampaikan materinya ke peserta didik. 2) Guru sebagai pengajar dan juga pendidik Pribadi seorang guru juga harus mencerminkan seorang pendidik dengan menguasai ilmu yang akan diajarkan, menguasai cara mengajarkan dan mengadministrasikannya, serta memiliki wawasan dan pemahaman tentang kependidikan 3) Guru sebagai pengajar, pendidik, dan juga agen pembaharuan dan pembangunan masyarakat Seorang guru mampu mengajar dan mendidik dalam situasi apapun (individu dan kelompok, baik dalam kelas, di luar kelas, formal maupun non-formal, serta informal) sesuai dengan keragaman karakteristik dan kondisi objektif peserta didik dengan lingkungan dan kontekstualnya lebih luas lagi sebagai penggerak dan pelopor pembaharuan dan perubahan masyarakat dimana ia berada Sardiman A.M menyatakan peran guru dalam kegiatan belajarmengajar
adalah
guru
sebagai
informator,
organisator,
motivator,
pegarah/director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.27 Pendapat lain dalam buku Model-Model Pembelajaran mengenai peran guru berkaitan dengan kompetensi guru diantaranya, guru melakukan diagnosis terhadap perilaku awal siswa, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru melaksanakan proses pembelajaran, guru sebagai pelaksana administrasi sekolah, guru sebagai komunikator, guru mampu mengembangkan ketermpilan diri, guru dapat mengembangkan potensi anak, dan guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah.28 Dari beberapa pernyataan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa peran seorang guru itu tidak hanya mengajar dan dibawah ini akan diuraikan beberapa peran guru : a) Guru sebagai pengajar (informator)
27
Sardiman, Op. cit., h. 144-146 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
28
cet. 2, h. 59-65
17
Dikatakan dalam buku Asas-asas Kurikulum, “guru adalah seseorang yang menyebabkan orang lain mengetahui atau mampu melaksanakan sesuatu atau yang memberi pengetahuan kepada orang lain”. Sesuai dengan definisi tersebut sudah jelas bahwa seorang guru memiliki peran sebagai pengajar atau penyampai informasi berupa ilmu pengetahuan untuk para peserta didik. b) Guru sebagai organisator Seorang guru harus mampu mengelola kegiatan akademik, semua komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar haus dapat diorganisasikan dengan baik sehingga mencapai efektifitas dan efesiensi dalam belajar pada diri siswa. c) Guru sebagai pembimbing Seorang guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, akan tetapi guru juga berperan sebagai pembimbing agar peserta didik dapat menemukan dan memecahkan masalahnya sendir, mengenal diri sendiri, dan beradaptasi dengan lingkungannya. d) Guru sebagai penghubung Maksud penghubung disini adalah guru sebagai mediator dan fasilitator. Seorang guru harus mampu menjadi media untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat dan tuntutan masyarakat dan mampu menjadi fasilitas agar peserta didik mengalami kemudahan dalam proses belajar-mengajar. e) Guru sebagai motivator Peran guru sebagai motivator sangatlah penting, guru harus pandai merangsang dan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk meningkatkan semangat belajar mereka, sehingga hasil belajar peserta didik meningkat dan tujuan pembelajaran tercapai.
18
B. Perencanaan Pembelajaran 1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran a. Pengertian Perencanaan Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata rencana yang artinya konsep, rancangan, program. Sedangkan perancanaan berarti proses, perbuatan, cara merencanakan.29 Rencana juga dapat diartikan sebagai pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.30 Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.31 Sebagai landasan penguraian apa yang dimaksud dengan perencanaan, di bawah ini akan dipaparkan beberapa pendapat para ahli : a. Wina Sanjaya mengatakan dalam bukunya bahwa perencanaan merupakan “hasil proses berpikir yang mendalam, hasil dari atau proses pengkajian dan mungkin penyeleksian dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektifitas dan efesiensi. Perencanaan adalah awal dari semua proses suatu pelaksanaan kegiatan yang bersifat rasional.32 b. Jusuf Enoch mendefinisikan perencanaan adalah, “Sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan
29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. 4 h. 1162 - 1163 30 Wina Sanjaya,Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Kencana,2011), cet. 4, h. 22 31 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,(Jakarta: PT Bumi Aksara,2006), cet. 1, h. 2 32 Wina Sanjaya,Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Kencana,2010), cet.3, h. 25
19
datang untung mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.”33 c. Arthur W. Stellermengatakan, “Perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentu tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber.”34 Dari definisi diatas memiliki kandungan makna yang sama, yaitu perencanaan adalah sebuah kegiatan yang didalamnya terdapat unsur tujuan yang harus dicapai, strategi untuk mencapai tujuan, sumber daya yang mendukung strategi
dan implementasi. Maka jika dikaitkan dalam
pembelajaran, perencanaan berarti sebagai proses berpikir mendalam untuk merencanakan dan memersiapkan pembelajaran yang akan berlangsung agar mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi kognitif-holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan.35 Di bawah ini akan dipaparkan beberapa definisi dari pembelajaran. 1. Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.36 2. Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
33
Jusu Enoch,Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan,(Jakarta : Bumi Aksara,1995),
cet 2, h. 1 34
Hamzah B. Uno, Op. cit., h. 1 Wina Sanjaya, Op. cit.., h. 27 36 UU Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Ketentuan Umum Pasal 1,(Jakarta: Depdiknas,2003), h.4 35
20
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.37 3. Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tersebut.38 4. Menurut
Tohirin
dalam
bukunya
yang
berjudul
Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pembelajaran adalah suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar.39 Dari beberapa definisi pembelajaran yang telah dipaparkan di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi, yang didalamnya terdiri dari guru, peserta didik, dan perangkat pembelajaran
yang
saling
mendukung
agar
tercapainya
tujuan
pembelajaran.Agar kegiatan pembelajaran berjalan baik dan berkualitas, maka diperlukanlah sebuah perencanaan yang matang.Selain itu, perencanaan juga harus efektif agar dalam pengaplikasiannya terciptalah kondisi belajar yang kreatif dan inovatif. C. Pengertian Perencanaan Pembelajaran Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, maka penulis menarik kesimpulan yang dimaksud perencanaan pembelajaran adalah proses berpikir
yang
mendalam
untuk
merencanakan
dan
memersiapkan
pembelajaran agar terjadi interaksi yang baik, yang didalamnya terdiri dari
37
Oemar Hamalik,Kurikulum dan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Aksara,1995), cet 1,
h. 57 38
Wina Sanjaya, Op. cit., h. 26 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), cet 2, h.8 39
21
guru, peserta didik, dan perangkat pembelajaran yang saling mendukung agar tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Macam – Macam Perencanaan Pembelajaran a. Kalender Akademis (Kalender Pendidikan) Kalender akademis atau biasa dikenal dengan istilah kalender pendidikan, berarti menentukan alokasi waktu minggu efektif dan hari efektif dalam setiap semester dalam satu tahun ajaran. Hal ini berfungsi untuk mengetahui berapa jam efektif yang tersedia dalam satu tahun ajaran demi keperluan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Berikut ini langkah–langkah yang ditempuh dalam menentukan kalender akademis :40 1) Menentukan bulan dimulai kegiatan belajar dan bulan berakhir belajar untuk setiap satu tahun ajaran 2) Menentukan jumlah minggu efektif setiap bulan diambil waktu ujian dan hari libur 3) Menentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu b. Program Tahunan ( Prota ) Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan.41 Prota ini dimaksudkan agar jumlah materi yang harus disampaikan sesuai dengan jumlah waktu pembelajaran yang tersedia. Jika jumlahnya tidak sesuai maka akan berakibat kepada peserta didik. Saat jumlah materi lebih banyak daripada waktu yang disediakan, maka guru akan kalang kabut ketika pelajaran akan memasuki ujian semester. Guru akan sekedar menerangkan tanpa peduli peserta didik mengerti atau tidak materi yang disampaikan karena bagi guru, ia telah mencapai target dengan
40
Wina Sanjaya, Op.cit., h. 50 Wina Sanjaya,Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), cet 1, h.
41
165
22
menyampaikan semua materi. Oleh sebab itu, penetapan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi dasar itu penting. c. Program Semester ( Prosem ) Dikutip dari buku Wina Sanjaya yang berjudul Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Program Semester (Prosem) merupakan penjabaran dari program tahunan yang diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.42 Pengalokasian waktu pada Prosem diberikan secara lebih rinci dibandingkan Prota. Pada Prosem setiap topik satuan bahasan dikembangkan menjadi sub topik dan ditentukan alokasi waktunya. Selanjutnya dibuat distribusi waktu disetiap minggu minggu efektif pada setiap bulan selama satu semester, dimulai dari semester ganjil kemudian semester genap. d. Silabus Silabus merupakan hasil penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok–pokok serta uraian materi pembelajaran yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.43Silabus mencakup halhal penting didalamnya seperti yang telah diuraikan di atas.Dengan demikian, silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam menyusun Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu panduan langkahlangkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan.44 Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan
42
Wina Sanjaya, Op. cit., h. 166 Lukmanul Hakim,Perencanaan Pembelajaran,(Bandung: CV Wacana Prima,
43
2009), h. 173
44
Trianti, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 214
23
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.45 Dapat disimpulkan RPP merupakan rencana yang menggambarkan kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat satu kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam satu kali pertemuan atau lebih.
3. Komponen Perencanaan Pembelajaran Komponen-komponen
perencanaan
pembelajaran
berdasarkan
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang standar proses, sebagai berikut: a. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan b. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema c. Kelas/ semester d. Materi pokok e. Alokasi
waktu
untukpencapaian
ditentukan KD
dan
sesuai beban
dengan
keperluan
belajar
dengan
mempertimbangkanjumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai. f. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati
dandiukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Briggs
mendefinisikan
tujuan
pembelajaran
adalah
suatu
pernyataan tentang apa yang harus dilakukan siswa atau tingkah
45
cet. 2, h. 5
Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010),
24
laku yang bagaimana yang diharapkan dari siswa setelah ia menyelesaikan suatu program pembelajaran tertentu.46 g. Kompetensi dasar dan indicator pencapaian kompetensi Kompetensi dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari kompetensi inti.Konten kompetensi dasar terdiri atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Dijelaskan oleh Evi Fatimatur Rusydiyah dkk dalam buku Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama (2009), indikator memiliki ciri-ciri : 47 ciri perilaku (bukti terukur) yang menggambarkan peserta didik telah mencapai KD; pencapaian KD ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur; dikembangkan sesuia karakteristik peserta didik, satuan pendidikan dan daerah; menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan diobservasi; serta digunakan sebagai dasar menyusun alat evaluasi. h. Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan proseduryang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai denganrumusan indikator ketercapaian kompetensi. Ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengembangan materi pembelajaran seperti yang dijelaskan M. Rohman dan Sofan Amri dalam buku Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran (2013), prinsip-prinsip yang dimaksud adalah 1) prinsip relevansi, artinya materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan standar isi, 2) prinsip konsistensi, artinya jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik satu
macam, maka materi
pembelajaran yang diajarkan juga harus satu macam, dan 3)
46
Muhammad Rahman dan Sofan Samri,Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) cet. 1, h. 61 47 EviFatimatur rusydya, Dkk, Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama, (Jakarta: Lapis PGMI, 2009) , h.15
25
prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh juga terlalu banyak. i. Metode
pembelajaran,
digunakan
oleh
pendidik
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didikmencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai. j. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. Beraneka ragam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, oleh sebab itu seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran. Prinsip-prinsip pemilihan media sebagai berikut :48 1) Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar). 2) Untuk dapat memilih media yang tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dan tiap-tiap media pembelajaran. 3) Pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa. 4) Pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar. k. Sumber
belajar,
dapat
berupa
buku,
media
cetak
dan
elektronik,alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. l. Langkah-langkah
pembelajaran
dilakukan
melalui
tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup. m. Penilaian hasil pembelajaran. Setiap kegiatan sudah pasti memiliki sebuah tujuan, begitu juga dengan penilaian hasil pembelajaran. Adapun tujuan penilaian
48
Muhammad Rahman dan Sofan Samri,Strategi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) cet. 1, h. 173
26
hasil pembelajaran yang dijelaskan Zainal Arifin dalam buku Evalusi Pebelajaran (2011), sebagai berikut :49 1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan; 2) Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran; 3) Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan; 4) Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
4. Fungsi Perencanaan Pembelajaran Setiap tindakan sudah pasti perlu pemikiran–pemikiran yang matang untuk memuluskan apa yang akan kita kerjakan. Oleh karena itu, pasti kita membuat perencanaan sebelum bertindak untuk mengerjakan sesuatu.Dalam menjalani kehidupan juga sudah pasti kita memiliki perencanaan agar perjalanan hidup kita bisa berjalan terarah dan mencapai segala impian dan tujuan yang diharapkan. Begitu juga dalam dunia pembelajaran, kita perlu merancang jalannya pembelajaran agar pembelajaran berjalan sistematis dan berkualitas,seperti yang dikutip dari Ali Mahsun yang mengutip Muhaimin yang mengutip berdasarkan penelitian Chair yang menunjukkanbahwa kegiatan pembelajaran yang diawali
dengan
melakukan kegiatan
penyusunan perencanaan
pembelajaran akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan perolehan hasil belajar. Dalam buku Perencanaan Pembelajaran dan Desain Sistem Pembelajaran, dituliskan delapan fungsi dari perencanaan pembelajaran, yaitu :50 49
3, h. 15
Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2011) cet.
27
a. Fungsi Kreatif Pembelajaran yang telah terencana akan memberikan umpan balik yang memberikan gambaran jalannya pembelajaran yang telah terlaksana. Dengan begitu, guru akan kreatif merevisi kelemahan yang terjadi agar embelajaran selanjutnya jauh lebih baik. b. Fungsi Inovatif Tidak akan terjadi sebuah inovasi, jika tidak ada perencanaan. Inovasi akan muncul disaat kita memperbaiki kekurangan atau kelemahan dari sebuah perencanaan. c. Fungsi Selektif Sebagai guru kita harus selektif dalam memilih strategi, strategi mana yang efektif dan efesien untuk dikembangkan dan dipergunakan dalam materi yang sesuai sehinggga tujuan pembelajaran dapat tercapai. d. Fungsi Komunikatif Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang tentang tujuan dan hasil yang ingin dicapai, serta strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. e. Fungsi Prediktif Fungsi prediktif disini berarti perencanaan dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akana terjadi dan menggambarkan hasil yang akan diperoleh. f. Fungsi Akurasi Perencanaan juga berfungsi untuk menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan materi.Jangan sampai materi yang disampaikan tidak seimbang dengan waktu yang tersedia. Jika hal itu terjadi maka guru akan sekedar menyampaikan materi tanpa memperdulikan peserta didik memahami materi atau tidak. g. Fungsi Pencapaian Tujuan Pembelajaran memiliki dua sisi yang sama penting, yakni sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Mengajar tidak sekedar membuat 50
Wina Sanjaya, Op. cit.,h. 35 - 37
28
mereka berkembang dalam intelektual saja, akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. h. Fungsi Kontrol Dengan perencanaan sudah pasti kita dapat mengontrol tigkat keberhasilan peserta didik, mana materi yang sudah dipahami dan mana materi yang masih perlu diulangi kembali. Selain fungsi perencanaan pembelajaran juga memiliki manfaat seperti yang diterangkan Abdul Majid sebagai berikut :51 1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan 2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan 3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid 4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja 5) Untuk bahan penyusun data agar terjadi keseimbangan kerja 6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya Dengan demikian dapat disimpulkan fungsi dan manfaat perencanaan pembelajaran adalah untuk merencanakan dan menggambarkan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga pembelajaran tersebut berjalan dengan persiapan yang baik; efisien dalam waktu, tenaga dan biaya; dan mejadi alata ukur atau kontrol tingkat keberhasilan belajar peserta didik ataupun keberhasilan guru atas pengajarannya sebagai seorang pendidik.
5. Langkah-langkah
Penyusunan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Kemampuan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan langkah awal yang harus dimiliki setiap guru ataupun calon guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah gambaran kegiatan 51
2011), h. 22
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
29
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dan peserta didik. Dalam RPP harus jelas kompetensi dan tujuan dari pembeljaran tersebut, apa yang harus
dilakukan,
apa
yang
arus
dipelajari,
bagaimana
cara
mempelajarinya,serta bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai materi yang disampaikan. Langkah-langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai berikut : a. Mengisi kolom identitas yang mencakup nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, dan alokasi waktu. b. Menuliskan SDKD dan indikator yang dikutip dari silabus c. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SKKD dan indikator. d. Menuliskan materi pokok kemudian dibuat materi ajar. e. Merumuskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran terdiri atas : 1) Kegiatan pendahuluan Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses proses pembelajaran. 2) Kegiatan inti Kegiatan inti ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif,
inspiratif,
menyenagkan,
menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Di dalam kegiatan inti terdapat tiga tahap kegiatan, yaitu : a) Eksplorasi
30
Dalam kegiatan eksplorasi ini, guru menggali pengetahuan peserta
didik,
sejauh
mana
mereka
mengetahui
pengetahuan tentang materi yang akan dipelajari. b) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi ini, guru memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis dan berdiskusi dengan cara pemberian tugas secara berkelompok. Selain itu, guru juga memfasilitasi peserta didik untuk mendemontrasikan hasil diskusinya. c) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru melalukan umpan balik secara lisan maupun tertulis dan memberikan konfirmasi hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. 3) Kegiatan penutup Dalam kegiatan penutup guru membantu peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran, guru memberikan evaluasi hasil belajar serta memberikan peserta didik tindak lanjut dengan memberikan pekerjaan rumah.Dalam kegiatan penutup ini juga guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. f. Menyusun kriterian penilaian (evaluasi) g. Menetukan sumber belajar Perencanaan pembelajaran disusun bukan hanya sekedar sebagai pelengkap administrasi, namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Dengan
demikian,
penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
31
6. Penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam Pembelajaran Agar pelaksanaan pembelajaran berkualitas maka perlu disusun sebuah
perencanaan
pembelajaran
agar
pembelajaran
berjalan
sistematis.Penyusunan perencanaan pembelajaran juga memiliki prinsipprinsip yang perlu diperhatikan sehingga pembelajaran benar-benar berkualitas.Seperti yang tertulis dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang standar proses, dibawah ini adalah prinsip-prinsip penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran : a. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan lingkungan peserta didik. b. Mengutamakan partisipasi aktif peserta didik. c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar,motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. d. Memperhatikan pengembangan budaya membaca dan menulisyang dirancanguntuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan,dan remedi. f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
32
C. Hasil Penelitian yang Relevan Badriyah dengan judul “Motivasi Kerja Guru PAI Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Kota Magelang”. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan motivasi guru PAI SMA Muhammadiyah kota Magelang dalam bekerja adalah adanya motivasi intrinsik yang cukup tinggi meskipun motivasi ekstrinsik ikut memotivasi guru dalam bekerja, begitu juga dengan peran Kepala Sekolah. Hal demikian cukup membuktikan bahwa motivasi ekstrnal ikutserta memotivasi guru dalam melaksanakan tugasnya.52 Yuhendrial dengan judul “Motivasi Kerja Guru Profesional Dalam Melaksankan Tugas Mengajar Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat”. Dari hasil penelitian tersebut rekapitulasi data motivasi kerja guru profesional dalam merencanakan pembelajaran di SDN Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat sudah tinggi dengan skor rata-rata 3,76. Sedangkan untuk rekapitulasi data motivasi kerja guru profesional dalam melaksanakan pembelajaran di SDN Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat sudah tinggi dengan skor rata-rata 3,83.53
D. Kerangka Berfikir Sekolah yang berkualitas mempunyai sistem yang baik, yang terdiri dari beberapa elemen. Guru merupakan salah satu elemen yang sangat penting karena secara langsung berinteraksi dalam proses pembelajaran. Peranan guru sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dan hasil belajar anak. Keberhasilan yang diperoleh peserta didik, tidak terlepas dari peran guru yang memiliki rasa tanggung jawab atas tugasnya. Guru yang memiliki rasa tanggung jawab atas tugasnya, tidak akan melupakan tugasnya untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 52
Badriyah, Motivasi Kerja Guru PAI Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Kota Magelang, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010 53 Yuhendrial, Jurnal Administrsi Pendidikan; Motivasi Kerja Guru Profesional Dalam Melaksankan Tugas Mengajar Di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat, 2013, h.290-291
33
(RPP) setiap kali akan melakukan kegiatan belajar-mengajar. RPP bukan hanya sebagai pelengkap dari administrasi. Akan tetapi, perencanaan pembelajaran ini sebagai bagian integral dari proses pekerjaan professional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, penyusunan RPP merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Motivasi Guru Kelas Dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Motivasi Guru Kelas Dalam Penerapan Perencanaan Pembelajaran Dalam Kelas PEMBELAJARAN BERKUALITAS
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil dua tempat (dua sekolah), yaitu di SDN Pondok Pucung 02 yang beralamat di Jl. Palem Puri No.2 Kampung Utan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan dan MI Soebono Mantofani yang beralamatkan di Jl. Sumatera No. 75 Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Waktu penelitian sebagai proses pengumpulan data dalam penelitian sebagai berikut : Tahapan
Waktu
Proses Awal Penelitian 1. Persetujuan Judul Penelitian oleh
7 Januari 2014
Kajur 2. Seminar Proposal Skipsi
25 Januari 2014
3. Bimbingan Skripsi oleh Dosen
9 Maret 2014 s/d September 2014
Pembimbing yang bersangkutan Penyususnan Data 1. Revisi Bab I
9 Maret 2014 dan 12 Maret 2014
2. Revisi Bab II
19 Maret 2014 dan 26 Maret 2014
3. Revisi Bab III
27 April 2014 dan 3 Mei 2014
4. Revisi Bab IV
28 Agustus 2014
5. Revisi Bab V
12 Sepetember 2014
Laporan Penelitian 1. Survei Awal di SDN Pondok
7 Mei 2014 dan 9 Mei 2014
Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani 2. Penyebaran Angket
14 Mei 2014
3. Pengumpulan data dari SDN
12 Mei s/d 7 Juni 2014
Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani
34
35
4. Wawancara
dengan
Kepala
29 Mei 2014 dan 31 Mei 2014
Sekolah SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani
B. Latar Penelitian Latar Penelitian ini menggunakan dua sekolah yaitu SDN Pondok Pucung 02 yang berlokasi di Jl. Palem Puri No.2 Kampung Utan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan dan MI Soebono Mantofani yang beralamatkan di Jl. Sumatera No. 75 Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Yang akan diteliti disini adalah motivasi kerja guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dan motivasi guru kelas untuk menerapkan perencanaan pembelajaran dalam kelas. Adapun yang berperan dalam penelitian ini, meliputi: peneliti sendiri, Kepala Sekolah dan guru kelas dari SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani.
C. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara-cara berpikir untuk melakukan penelitian.1 Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai suatu proses yang terdiri atas sejumlah kegiatan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.2 Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran. Metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif,
metode
ini
bertujuan
untuk
menggambarkan,
mendeskripsikan atau melukiskan secara sistematis mengenai situasi atau kejadian.Hal ini sesuai dengan pernyataan Wina Sanjaya dalam buku Penelitian Pendidikan, 1
Maman Abdurrahman, Panduan Praktis Memahami Penelitian, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011) cet 1, h. 3 2 Ibid, h. 4
36
“Penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut”.3 Penelitian deskripsi biasanya tidak diarahkan untuk menguji hipotesa, melainkan
untuk
mencari
informasi
untuk
mengambil
kesimpulan.
Berdasarkan proses sifat dan analisis datanya, penelitian ini bersifat eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena. Karena penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala nyata yang ada dilapangan.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.4 Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut. 1. Observasi Banyak yang beranggapan observasi sebagai aktifitas sempit yakni mengamati sesuatu dengan penglihatan. Dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan
perhatian
terhadap
sesuatu
objek
dengan
menggunakan seluruh alat indra.5 Observasi ini merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui motivasi guru kelas untuk penerapan RPP dalam kelas.
3
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet.1, h.47 4 Maman Abdurrahman, Ibid, h.85 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), cet. 13, h. 156
37
Dalam observasi, ada tiga komponen yang menjadi obyek penelitian,
yaitu:
Place
(Tempat),
Actor(Pelaku)
dan
Activities
(Aktivitas).6 Place atau tempat disini adalah lingkungan kelas di Sekolah. Actor atau pelaku disini adalah guru mata pelajaran yang terkait penelitian dan siswa.Activities atau aktivitas disini adalah kegiatan belajar mengajar.Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan yaitu di SDN Pondok Pucung02 dan MI Soebono Mantofani. a) Place (Tempat) Tempat yang menjadi obyek penelitian disini ialah SDN Pondok Pucung 02 yang berlokasi di Jl. Palem Puri No.2 Kampung Utan Pondok Pucung,
Kecamatan
Pondok Aren,
Kota Tangerang
Selatandan MI Soebono Mantofani yang beralamatkan di Jl. Sumatera No. 75 Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. b) Actor (Pelaku) Adapun
actor
(pelaku)
yang
diobservasi/diamati
dalam
penelitian ini adalah guru kelas di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani. Jumlah guru yang mengajar di SDN Pondok Pucung 02 berjumlah 18 orangsecara keseluruhan, terdiri dari 12 orang sebagai guru kelas, 2 orang sebagai guru Agama, 1 orang sebagai guru bahasa Inggris, 1 orang sebagai guru kesenian,
1 orang sebagai guru
penjaskes, dan 1 orang sebagai guru komputer. Sedangkan jumlah guru yang mengajar di MI Soebono Mantofani sebanyak 22 orang secara keseluruhan, terdiri dari 13 orang sebagai guru kelas, 1 orang guru penjaskes, dan 8 orang guru bidang studi.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), cet. 15, h. 228
38
c) Activities (aktivitas) Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui motivasi guru dalam penerapan perencanaan pembelajaran. Dalam panduan observasi, penulis membuat pedoman observasi sebagai berikut Tabel 3.0 Pedoman Penilaian Observasi Skor
Keterangan
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Dimensi
Indikator
No. Item
Langkah – Langkah RPP Pelaksanaan
A. Kegiatan Pendahuluan
Pembelajaran
B. Kegiatan Inti
a, b, c a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k
C. Kegiatan Penutup
a, b, c, d
Sikap Guru Dalam Proses Pembelajaran Penggunaan Media dan Metode Pembelajaran
a, b, c, d, e, f, g a, b, c, d, e
2. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.7
Percakapan yang dimaksud disini adalah percakapan antara pewawancara
7
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 135
39
dengan yang diwawancarai. Dalam wawancara ini peneliti memberikan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan daftar pertanyaannya (instrumen) dalam bentuk pedoman wawancara kepada kepala sekolah. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
motivasi
ekstrinsik
dalam
penyusunan
perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh tiap guru kelas. Adapun pedoman wawancara sebagai berikut : Table 3.2 Pedoman Wawancara Dimensi
Indikator
No. Item
Motivasi
Perintah dari kepala sekolah
Ekstrinsik
Pemberian kompensasi
4
Pemberian pujian
5
Penilaian RPP
6
Pelatihan workshop
1, 2, 3
7, 8
3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, dan agenda.8 Tujuan dari studi dokumentasi ini melampirkan RPP sebagai bukti guru kelas menyusun RPP untuk setiap kali melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memberikan penilaian atas RPP yang terkumpul untuk mengetahui kualitas dari RPP tersebut. Adapun pedoman penilaian RPP sebagai berikut : Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
8
Skor
Keterangan
5
Sangat Baik
Suharsimi Arikunto, Op. cit., h. 231
40
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang
1
Sangat Kurang
Tabel 3.4 Pedoman Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dimensi
Indikator A. Identitas Mata Pelajaran
Rencana
No. Item A1
B. Perumusan Indikator
B1, B2
C. Perumusan Tujuan Pembelajaran
C1, C2
D. Pemilihan Materi Ajar
D1, D2, D3
Pelaksanaan
E. Pemilihan Sumber Belajar
E1, E2, E3
Pembelajaran
F. Pemilihan Media Pembelajaran
F1, F2, F3
G. Metode Pembelajaran
G1, G2, G3
H. Penilaian Hasil Belajar
H1, H2, H3
4. Angket Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden.9 Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang menghendaki jawaban pendek, dan tertentu yang telah disediakan oleh peneliti dengan cara memberikan tanda-tanda pada jawaban yang dipilih. Angket yang digunakan terdiri dari 25 butir soal yang disebarkan kepada seluruh guru kelas di SDN
Pondok Pucung 02 dan MI Soebono
Mantofani.
9
Maman Abdurrahman, Op.cit, h. 95
41
Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh empat respons yang menunjukkan tingkatan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tabel 3.5 Alternatif Jawaban Responden atau Jawaban Angket Pernyataan Intrinsik Dan Ekstrinsik Jawaban
Skor
Sangat Setuju
4
Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak setuju
1
Adapun kisi-kisi instrument penelitian yang peneliti gunakan dalam pembuatan angket sebagai berikut : Tabel 3.6 Kisi – kisi angket motivasi menyusun perencanaan pembelajaran Variabel
Dimensi
Indikator
No. Item
Penelitian Motivasi instrinsik
Memiliki
perasaan
senang
1
perasaan
senang
3
RPP
dalam
dalam menyusun RPP Memiliki menerapkan pembelajaran Tanggung jawab guru dalam
2, 4, 5, 7
menyusun RPP Tanggung menerapkan
jawab
guru
RPP
dalam
8
pembelajaran Mengembangkan sikap untuk
9, 10
berhasil dalam menyusun RPP Memiliki keyakinan dengan
6, 11, 12
42
pengetahuan yang dimiliki Motivasi Motivasi
Kerja
Menyusun RPP jika mendapat
ekstrinsik
13, 14, 15
ganjaran Menyusun RPP jika diminta 16, 17 kepala sekolah Menerapkan pembelajaran
RPP
dalam
jika
kepala
sekolah
18, 19
mengontrol
pembelajaran Senang memperoleh pujian Adanya persaingan
20, 21 22
Adanya peluang terhadap karir
23, 24, 25
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan yangdidasarkan atas kriteria tertentu. Ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu kredibilitas, keteralihan,
kebergantungan, dan
kepastian.10 Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan kredibilitas. Kriteria ini dipergunakan untuk membuktikan bahwa data atau informasi yang diperoleh benar-benar mengandung nilai kebenaran (truth value). Adapun teknik yang dilakukan antara lain: 1.
Pengamatan secara seksama Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus
untukmemperoleh gambaran yang nyata tentang motivasi kerja guru kelas dalam penyusunan dan penerapan RPP dalam kelas.
10
Lexy J. Moleong, Op.Cit, h. 173
43
2.
Trianggulasi Trianggulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang memperoleh dari sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dilakukan sehingga informasi yang didapatkan memperoleh kebenaran. 3.
Mengadakan membercheck Membercheck dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data.
Membercek dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara. Dalam hal ini, peneliti berusaha menggulang kembali garis besar hasil wawancara berdasarkan catatan yang dilakukan peneliti agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data.
F. Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah baru kemudian dilakukan analisis model interaktif dengan tahapan: 1.
Pengumpulan Data Peneliti membuat catatan yang dikumpulkan melalui melalui
observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan angket yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan adalah motivasi guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dan motivasi guru kelas dalam penerapan perencanaan pembelajaran di kelas. 2.
Reduksi Data Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, bahkan langkah
ini dilakukan sebelum data benar-benar dikumpulkan. Peneliti sudah mengetahui data apa saja yang dibutuhkan terkait penelitiannya tentang
44
motivasi kerja guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dan motivasi guru dalam penerapan perencanaan pembelajaran di kelas. 3.
Penyajian Data Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian
data atau sekumpulan informasi yang terkumpul melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dan pengisian angket. 4.
Skoring Memberikan nilai pada setiap observasi, dokumentasi, dan jawaban
angket. Kemudian melihat rata-rata skor jawaban responden, dengan klasifikasi sebagai berikut : Tabel 3.7 Klasifikasi Skor Observasi Klasifikasi
Keterangan Jumlah Skor Jawaban
80– 100
Baik
60 – 79
Cukup
≤ 59
Kurang
Tabel 3.8 Klasifikasi Skor Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Klasifikasi
Keterangan Jumlah Skor Jawaban
80 – 100
Baik
60 – 79
Cukup
≤ 59
Kurang
Tabel 3.9 Klasifikasi Skor Angket Klasifikasi
Keterangan Jumlah Skor Jawaban
25% – 30%
Rendah
51% – 75%
Sedang
76% – 100%
Tinggi
45
Setelah pengumpulan data, tahap berikutnya data tersebut di analisa dengan analisis kuantitatif secara deskriptif analisis. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut : P = F X 100 % N Keterangan :
5.
P
: Prosentase
F
: Frekuensi jawaban responden
N
: Jumlah responden
Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara meninjau hasil
penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dari lapangan dengan analisa kualitatif secara deskriptif dan menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk teks yang bersifat naratif.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Hasil Observasi Dalam observasi disini langkah-langkah yang dilakukan peneliti ialah: mengumpulkan data-data tentang proses pembelajaran yang terjadi di dlam kelas yang di lakukan oleh guru-guru kelas. Adapun hasil yang di peroleh penulis saat melakukan observasi adalah sebagai berikut: Tabel 4.0 Hasil Observasi Proses Kegiatan Belajar Mengajar di SDN Pondok Pucung 02 dan Madrasah Ibtidaiyah Soebono Mantofani No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Inisial Responden *S *B *Ss *Mr *H *Is *Aa My Er Ry Nj As Yy Fm Ay Sm Aw Zl Jn An Nt Re Yl Abdr Mrf
Skor 54,4% 53,3% 55,6% 51,1% 53,3% 70% 67,8% 65,6% 63,6% 75,6% 86,7% 81,1% 82,2% 82,2% 85,7% 92,2% 92,2% 92,2% 97,8% 90% 95,6% 98,9% 92,2% 93,3% 97,8%
Ket: *guru yang tidak mempunyai RPP
46
47
Pada hasil observasi yang diperoleh oleh peneliti, peneliti menemukan ada beberapa guru yang mengajar tidak diawali dengan menyusun RPP dan sebagian besar guru mengajar menggunakan RPP. Di samping itu, pada penilaian observasi terdapat beragam penilaian yang dilakukan peneliti guna mengetahui apakah guru menerapkan RPP yang mereka pada proses pembelajaran di dalam kelas atau guru hanya membuat RPP tetapi tidak menerapkannya di dalam kelas. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada 7 guru yang tidak menyusun RPP dan 18 guru menyusun RPP. Proses Pembelajaran oleh 5 guru tidak menyusun RPP, bisa dikatakan pembelajaran tersebut berjalan kurang baik karena pembelajaran berjalan tidak terstruktur. Sedangkan 2 guru yang tidak menyusun RPP, proses pembelajarannya sudah berjalan cukup baik. Dalam hal ini, peneliti menemukan bahwa guru yang mempunyai nilai di bawah 60% merupakan guru yang tidak mempunyai RPP. Hal ini menjadikan alasan bahwa RPP merupakan perangkat pembelajaran yang penting. Sesuai dengan dengan standar kompetensi guru kelas SD/MI bahwa setiap guru harus dapat mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
yang
diampu.
Sehingga
dengan
Rancangan
pelaksanaan
pembelajaran yang di buat oleh guru dapat membuat kegiatan beajar mengajar yang kondusif sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di siapkan. Pada tabel di atas, peneliti juga menemukan terdapat 5 guru yang mempunyai standar kompetensi guru kelas SD/MI di atas 60%-70%, dan 15 guru yang mempunyai standar kompetensi di atas 80%-90%. Guru yang mempunyai nilai 60%-70% merupakan guru yang memiliki standar kompetensi yang cukup baik, dalam aspek peddagogik, aspek kepribadian, maupun aspek sosial. Akan tetapi dari salah satu aspek tersebut beberapa guru masih kurang memilikinya, karena 2 dari 5 guru tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan RPP. Sehingga kurangnya guru dalam membentuk proses kegiatan belajar mengajar yang baik.
48
Dari hasil observasi itu juga, peneliti menemukan 64% atau 16 guru sudah menyiapkan ruang dan media pembelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, sisanya 36% atau 9 guru hanya sekedar menyiapkan ruang tanpa mempersiapkan media pembelajaran atau langsung memulai pelajaran. Terdapat 80% atau 20 guru yang memperhatikan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran, namun masih ada 20% atau 5 guru yang kurang memperhatikan hal tersebut. Ini menjelaskan bahwa masih terdapat beberapa guru yang kurang memperhatikan aspek pedagogik dalam standar kompetens;i guru kelas. Dalam hal menyampaikan indikator pembelajaran hanya 32% atau 8 guru yang melaksanakan dengan baik dan 60% atau 15 guru sebelum memulai pelajaran melakukan apersepsi dengan baik. Untuk menggunakan metode dan media yang dapat meningkatkan perhatian peserta didik hanya 24% atau 6 saja guru yang melaksanakannya, alhasil dalam meminimalisir verbalisme atau yang lebih dikenal ceramah juga hanya 44% atau 11 guru yang dapat melakukannya. Namun, sudah 52% atau 13 guru yang melibatkan siswa dalam setiap pembelajaran, 68% atau 17 guru dapat memfasilitasi siswa untuk berfikir kritis dan memfasilitasi siswa untuk membuat laporan hasil diskusi atau tugas yang diberikan. Akan tetapi, hanya 52% atau 13 guru yang memfasilitasi siswa untuk mendemonstrasikan hasil diskusi atau tugas individu, hal ini sering disebabkan oleh waktu yang tidak cukup hanya 40% atau 10 guru yang tepat dapat penggunaan alokasi waktu. Tidak hanya itu yang diakibatkan oleh waktu yang tidak cukup, kegiatan konfirmasi juga sering terlewati dan pada akhirnya hanya 68% atau 17 guru yang melakukan kegiatan konfirmasi. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya sudah 68% atau 17 guru melakukan hal tersebut dan 60% atau 15 guru sudah dengan baik membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Memberikan penilaian dan tindak lanjut dalam pembelajaran dengan memberikan PR 84% atau 21 guru melakukan hal tersebut. Namun, hanya 24% atau 6 guru yang menyampaikan sub materi untuk pertemuan selanjutnya.
49
Dalam hal penguasaan materi, 100% atau 25 guru menguasai namun hanya 44% atau 11 guru yang berkualitas baik dalam penyampaian materi, hal ini disebabkan terlalu fokusnya guru dengan satu sumber buku pegangan tanpa menambahkan sumber lain yang relevan sehingga hanya ada 36% atau 9 guru yang menambahkan pengetahuan yang relevan untuk menambah informasi pengetahuan bagi peserta didik dalam arti lain ketika menjelaskan materi hanya 36% atau 9 guru yang berwawasan luas dalam penyampaian materi. Jika dilihat maka guru yang memiliki standar Minimnya sumber yang relevan dan pengetahuan guru juga berdampak saat kegiatan tanya-jawab, guru yang memiliki keterampilan baik dalam menanggapi atau merespon pertanyaan peserta didik hanya 48% atau 12 dan hanya 44% atau 11 guru yang dapat memotivasi peserta didik yang kurang aktif.
2. Hasil Wawancara Objek yang diwawancarai disini ialah Kepala Sekolah. Dari hasil wawancara kepada Kepala Sekolah SDN Pondok Pucung 02 yang menjabat sejak 2005 sampai sekarang (2014). Adapun hasil wawancara yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut: Hasil wawancara dengan kepala sekolah SDN Pondok Pucung 02 dapat diketahui bahwa 100% kepala sekolah melakukan motivasi ekstrinsik untuk memotivasi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Dari hasil wawancara motivasi yang beliau lakukan adalah dengan berbagai cara berikut ini : Kepala sekolah telah mewajibkan setiap guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap kali melaksanakan pembelajaran. Kemudian, kepala sekolah juga memberi teguran kepada setiap guru yang tidak menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebenarnya mulai diterapkannya penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) diberlakukan sejak berdirinya sekolah akan tetapi pada beberapa tahun ini, pihak sekolah sesekali
50
mengontrol jalannya pembelajaran dan memberikan reward bagi guru yang menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini untuk memotivasi guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dalam setiap proses pembelajaran meskipun masih banyak guru yang tidak termotivasi untuk menyusun rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) dalam proses pembelajaran. Disamping itu juga, kepala sekolah menberikan penilaian terhadap RPP setiap guru di sekolah.Tidak hanya itu, kepala sekolah juga mengadakan pelatihan mengutus beberapa guru untuk mengikuti pelatihan atau workshop diluar sekolah untuk kemajuan kompetensi guru dalam menyusun RPP dengan baik terlebih lagi disaat ada pembaharuan kurikulum. Berbeda dengan hasil wawancara kepala sekolah SDN Pondok Pucung 02 yang melakukan 100% motivasi ekstrinsik untuk memotivasi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. hasil wawancara dengan kepala sekolah MI Soebono Mantofani menunjukkan hanya 77,8% beliau memotivasi guru dengan menggunakan motivasi ekstrinsik. Sama halnya dengan kepala sekolah SDN Pondok Pucung 02, beliau juga mewajibkan setiap guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembeljaran (RPP) dalam setiap kali masuk kelas, memberikan teguran kepada yang tidak menyusun RPP, memperhatikan kemajuan kompetensi guru dengan mengontrol jalannya kegiatan pembelajaran, memberikan penilaian terhadap RPP setiap guru, dan mengadakan maupun mengikutsertakan guru untuk mengikuti pelatihan atau workshop
yang
berkaitan
dengan
peningkatan
kompetensi
guru.
Perbedaannya hanya pada pemberian reward, kepala sekolah MI Soebono Mantofani menganggap RPP ini masih bagian dari tugas guru selain mengajar sehingga beliau merasa bahwa tidak perlu adanya pemberian reward khusus bagi guru yang menyusun RPP secara berkala.
3. Hasil Angket Pada penelitian ini, peneliti mencoba mengukur atau menilai motivasi guru dalam membuat perencanaan pembelajaran melalui penyebaran angket. Total
51
pertanyaan adalah sebanyak 25 item dan jumlah responden yang masuk dalam pengolahan data tersebut sebanyak 25 orang, yang terdiri dari 12 guru kelas SDN Pondok Pucung 02 dan 13 orang guru kelas MI Soebono Mantofani. Adapun data tabel frekuensi peneliti paparkan sebagai berikut :
Tabel 4.1 No. Item 1.
Saya Merasa Senang Menyusun RPP Alternatif Jawaban Frekuensi Sangat Setuju 3 Setuju 20 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 0 Jumlah 25
Prosentase 12% 80% 8% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (80%) menjawab setuju, dan (8%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyenangi kehidupannya sebagai seorang guru. Tabel 4.2 No. Item 2.
RPP Merupakan Bagian Dari Mengajar Alternatif Jawaban Frekuensi Sangat Setuju 12 Setuju 12 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju 0 Jumlah 25
Prosentase 48% 48% 4% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (48%) yang menjawab sangat setuju, (48%) menjawab setuju, dan (4%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa RPP merupakan bagian dari mengajar bagi mereka. Tabel 4.3 Saya Merasa Senang Menerapkan RPP Dalam Pembelajaran No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 3. Sangat Setuju 3 12% Setuju 20 80% Tidak Setuju 2 8% Sangat Tidak Setuju 0 0% Jumlah 25 100 %
52
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (80%) menjawab setuju, dan (8%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka senang menerapkan RPP dalam pembelajaran. Tabel 4.4 Saya Menyiapkan Perencanaan Pembelajaran Setiap Kali Akan Mengajar No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 4. Sangat Setuju 2 8% Setuju 20 80% Tidak Setuju 3 12% Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 25 100 % Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab sangat setuju, (80%) menjawab setuju, dan (12%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyiapkan perencanaan pembelajaran setiap kali akan mengajar. Tabel 4.5 Saya Akan Meluangkan Waktu Untuk Menyusun RPP No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 5. Sangat Setuju 2 8% Setuju 22 88% Tidak Setuju 1 4% Sangat Tidak Setuju 0 0% Jumlah 25 100 % Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab sangat setuju, (88%) menjawab setuju, dan (4%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyenangi kehidupannya sebagai seorang guru. Tabel 4.6 Saya Akan Mengerahkan Segenap Kemampuan Untuk Menyusun RPP No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 6. Sangat Setuju 3 12% Setuju 22 88% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% Jumlah 25 100 %
53
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (88%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka mengerahkan segenap kemampuannya dalam menyusun RPP. Tabel 4.7 Saya Menyelesaikan Penyusunan RPP Tepat Waktu Sebelum Memasuki Tahun Ajaran Baru No. Item 7.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 1 8 10 6 25
Prosentase 4% 32% 40% 24% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (4%) yang menjawab sangat setuju, (32%) menjawab setuju, dan (40%) menjawab tidak setuju, dan (24%) menjawab
sangat
tidak
setuju.
Ini
menunjukkan
bahwa
mereka
menyelesaikan RPP tepat waktu sebelum memasuki tahun ajaran baru. Tabel 4.8 Saya Bertanggung Jawab Menerapkan RPP Dalam Pembelajaran No. Item 8.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 10 13 2 0 25
Prosentase 40% 52% 8% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (40%) yang menjawab sangat setuju, (52%) menjawab setuju, dan (8%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka bertanggung jawab menerapkan RPP dalam pembelajaran. Dari tabel frekuensi diatas menunjukkan bahwa guru mengembangkan sikapnya untuk keberhasilan dalam mengajar, khususnya mengembangkan sikap bertanggungjawab atas yang menjadi tugasnya.
54
Tabel 4.9 Saya Belajar Dari Berbagai Sumber Agar Mampu Menyusun RPP Sesuai Kurikulum Yang Berlaku No. Item 9.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 3 22 0 0 25
Prosentase 12% 88% 0% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (88%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kemampuan yang baik dengan menyusun RPP sesuai dengan sumber yang berlaku. Tabel 4.10 Saya Mengikuti Workshop Atau Pelatihan Perencanaan Pembelajaran Yang Sesuai Kurikulum Yang Berlaku No. Item 10.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 2 23 0 0 25
Prosentase 8% 92% 0% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab sangat setuju, (92%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka mengikuti workshop atau pelatihan perencanaan pembelajaran pembelajaran yang sesuai kurikulum yang berlaku. Dari dua tabel frekuensi diatas menunjukkan bahwa mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan keterampilan tertentu, informasi dan pengertian.Dalam hal ini mereka berkeinginan kuat untuk dapat memiliki keterampilan menyusun RPP sesuai dengan kurikulum yang berlaku sehingga mereka mengikuti workshop atau pelatihan untuk mendapatkan informasi atau pengertian-pengertian tentang pendidikan sehingga mereka dapat mencerdaskan anak bangsa.
55
Tabel 4.11 Saya Menyusun Rpp Berdasarkan Kemampuan Sendiri No. Item 11.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 5 20 0 0 25
Prosentase 20% 80% 0% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (20%) yang menjawab sangat setuju, dan (80%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP berdasarkan kemampuan sendiri. Tabel 4.12 Sebagai Guru Saya Memiliki Kemampuan Menyusun Perencanaan Pembelajaran No. Item 12.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 14 11 0 0 25
Prosentase 56% 44% 0% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (56%) yang menjawab sangat setuju, dan (44%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran. Dua tabel di atas menunjukkan bahwa mereka berkeinginan diterima oleh orang lain, hal tersebut mereka wujudkan dengan cara sebagai seorang guru mereka mampu menyusun RPP berdasarkan kemampuan sendiri. Tabel 4.13 Saya Menyusun RPP Jika Mendapatkan Insentif No. Item 13.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 3 19 3 25
Prosentase 0% 12% 76% 12% 100 %
56
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab setuju, (76%) menjawab tidak setuju, dan (12%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP bukan karena mendapat insentif. Tabel 4.14 Saya Menyusun RPP Jika Mendapatkan Tunjangan No. Item 14.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 2 20 3 25
Prosentase 0% 8% 80% 12% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab setuju, (80%) menjawab setuju, dan (12%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP bukan karen mendapat tunjangan. Tabel 4.15 Saya Menyusun RPP Jika Mendapatkan Kompensasi No. Item 15.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 1 20 4 25
Prosentase 0% 4% 80% 16% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (4%) yang menjawab setuju, (80%) menjawab tidak setuju, dan (16%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP bukan karena mendapat kompensasi. Tabel 4.16 Saya Menyusun RPP Jika Ada Peluang Terhadap Karir No. Item 23.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 3 22 0 25
Prosentase 0% 12% 88% 0% 100 %
57
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab setuju, dan (88%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP bukan karena ada peluang terhadap karir. Jika dilihat dari empat table frekuensi di atas, mereka menyusun RPP bukan karena mendapatkan kompensasi, berupa isentif, tunjangan, bonus (kompensasi), maupun adanya peluang terhadap karir. Akan tetapi, jika dilihat dari dua table prosentase di bawah ini : Tabel 4.17 Saya Menyusun RPP Untuk Memenuhi Beban Sertifikasi No. Item 24.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 3 12 10 0 25
Prosentase 12% 88% 40% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (88%) menjawab setuju, dan (40%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP untuk memenuhi beban sertifikasi. Tabel 4.18 Saya menyusun RPP hanya untuk kenaikan golongan No. Item 20.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 3 11 10 1 25
Prosentase 12% 44% 40% 4% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab setuju, (44%) menjawab setuju, (40%) menjawab tidak setuju, dan (4%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP untuk kenaikan golongan. Dua tabel frekuensi di atas yang berisi pernyataan yang mengandung motivasi ekstrinsik berupa kompensasi, mereka menyatakan setuju terhadap dua pernyataan diatas.
58
Tabel 4.19 Saya Menyusun RPP Jika diminta kepala sekolah No. Item 16.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 6 13 6 25
Prosentase 0% 24% 64% 24% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (24%) yang menjawab setuju, (64%) menjawab tidak setuju, dan (24%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP jika diminta kepala sekolah Tabel 4.20 Saya MenyusunRPP Karena Takut Dapat Teguran Dari Kepala Sekolah No. Item 17.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 6 14 5 25
Prosentase 0% 24% 56% 20% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (24%) yang menjawab setuju, (56%) menjawab tidak setuju, dan (20%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP karena takut dapat teguran dari kepala sekolah Tabel 4.21 Saya Menerapkan RPP Dalam Pembelajaran Jika Kepala Sekolah Mengontrol Pembelajaran No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 18. Sangat Setuju 0 0% Setuju 5 20% Tidak Setuju 15 60% Sangat Tidak Setuju 5 20% Jumlah 25 100 % Tabel di atas menjelaskan bahwa (20%) yang menjawab setuju, (60%) menjawab tidak setuju, dan (20%) menjawab sangat tidak setuju. Ini
59
menunjukkan bahwa mereka menerapkan RPP dalam pembelajaran jika kepala sekolah mengontrol pembelajaran Tabel 4.22 Saya Menerapkan RPP dalam Pembelajaran Karena Takut Dapat Teguran Kepala Sekolah No. Item 19.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 6 12 7 25
Prosentase 0% 24% 48% 28% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (24%) yang menjawab setuju, (48%) menjawab tidak setuju, dan (7%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menerapkan RPP dalam pembelajaran karena takut dapat teguran kepala sekolah. Dari empat tabel frekuensi di atas menunjukkan bahwa takut mendapat teguran atau mendapat hukuman bukan menjadi motivasi mereka dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tabel 4.23 Saya semangat menyusun RPP jika di beri pujian No. Item 20.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 2 11 2 25
Prosentase 0% 8% 44% 8% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab setuju, (44%) menjawab tidak setuju, dan (8%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka semangat menyusun RPP bukan karena diberi pujian.
60
Tabel 4.24 Saya semangat menerapkan RPP jika diberi pujian No. Item 21.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 2 11 2 25
Prosentase 0% 8% 44% 8% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab setuju, (44%) menjawab tidak setuju, dan (8%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka semangat menerapkan RPP bukan karena diberi pujian. Dua table frekuensi di atas yang didalamnya terdapat pernyaataan yang mengandung motivasi eksternal berupa pujian juga tidak menjadi motivasi guru dalam menyusun RPP. Tabel 4.25 Saya senang bersaing dalam penyusunan RPP No. Item 22.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 0 4 16 5 25
Prosentase 0% 16% 64% 20% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (16%) menyatakan setuju, (64%) menyatakan tidak setuju dan (20%) menyatakan sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa persaingan atau kompetisi tidak menjadi motivasi mereka dalam menyusun RPP. Di bawah ini juga akan peneliti paparkan tabel perbandingan secara keseluruhan motivasi intrinsik dengan motivasi ekstrinsik. Angket terdiri dari 12 pernyataan motivasi intrinsik dan 13 pernyataan motivasi ekstrinsik. Setiap pernyataan memiliki empat jawaban alternatif, yaitu :
61
Alternatif Jawaban Responden atau Jawaban Angket Pernyataan Intrinsik Dan Ekstrinsik Jawaban
Skor
Sangat Setuju
4
Setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak setuju
1
Adapun hasil angket yang di peroleh peneliti dari SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani adalah sebagai berikut: Tabel 4.27 Nilai Angket Motivasi Kerja Guru Kelas Dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama S B Ss Mr H Is Aa My Er Ry Nj As Yy Fm Ay Sm Aw Zl Jn An Nt Re
Motivasi intrinsik 38 36 31 34 34 34 39 37 37 35 48 37 29 36 34 37 38 40 37 36 47 35
Motivasi ekstrinsik 40 23 37 40 21 23 29 28 32 34 26 23 32 33 26 26 24 24 26 26 30 27
62
23 24 25
Yl Abdr Mrf RATA-RATA
35 39 36 36,96
32 36 26 28,96
Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat diketahui bahwa motivasi intrinsik jauh lebih kuat daripada motivasi ekstrinsik. Dari 25 guru yang terdiri atas 2 sekolah yang berbeda, hanya 4 orang yang motivasi intrinsiknya jauh lebih tinggi daripada motivasi ekstrinsiknya dalam menyusun RPP. Jadi, dapat dikatakan seorang guru kelas lebih memiliki motivasi intrinsik dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
4. Hasil Dokumentasi Langkah dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti disini ialah mengambil dan mengumpulkan RPP setiap guru kelas.Dengan adanya dokumen ini peneliti dapat menggambarkan RPP yang disusun oleh guru dan menggambarkan suasana kegiatan pembelajaran. Adapun penulis menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel 4.28 Hasil Penilaian Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Inisial Responden My Er Ry Nj As Yy Fm Ay Sm Aw Zl Jn An Nt Re Yl
Skor 57% 62% 55% 70% 60% 60% 72% 66% 85% 93% 86% 96% 80% 95% 80% 81%
63
17 18
Abdr Mrf
85% 88%
Dari hasil dokumentasi ini diketahui bahwa terdapat 18 guru yang membuat RPP dan 7 guru yang tidak membuat RPP.
Selain itu dapat
bardasarkan tabel diatas dapat di ketahui pula kualitas guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Dari 18 guru yang menyusun RPP, 100% telah mencantumkan identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran. Untuk perumusan indikator yang sesuai dengan kompetensi dasar dan penggunakan kata operasional yang dapat diukur sudah 66,7% guru berkualitas baik dalam merumuskan indikator. Begitu juga dalam perumusan tujuan pembelajaran sudah 77,8% guru memiliki kualitas baik dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai indikator akan tetapi hanya 66,7% yang perumusan tujuan pembelajarannya sesuai dengan aspek audience, behaviour, condition, dan degree. Dalam pemilihan materi ajar sudah 83,3% guru memilih materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tetapi untuk keruntutan materi dan sistematikanya hanya 55,6% yang memperhatikan. Untuk pemilihan sumber belajar sudah 94,4% guru memakai sumber beragam yang relevan dengan materi
dalam
pembelajaran.
Namun,
dalam
hal
pemilihan
media
pembelajaran hanya 66,7% guru yang memakai dan memilih media sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran juga sudah 77,8% guru yang memiliki kualitas baik dalam memilih metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran. Dalam menyesuaikan teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran sudah 72,2% guru yang memiliki kualitas baik akan tetapi untuk kejelasan prosedural hanya 27,8% yang berstatus baik dan untuk kelengkapan instrumen soal, kunci jawaban, dan pedoman penskoran hanya 38,9% yang memiliki kualitas baik.
64
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Motivasi Kerja Guru
Kelas
Dalam
Penyusunan
Perencanaan Pembelajaran Jika melihat hasil temuan dari keseluruhan data yang diperoleh peneliti di atas maka dapat diketahui bahwa guru di MI Soebono Mantofani dan SDN Pondok Pucung 02 memiliki motivasi yang tinggi dalam penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dan
motivasi
yang
mendominasi adalah motivasi intristik yang berkaitan dengan motivasi guru itu sendiri dalam menyusun RPP. Hal ini dapat dilihat dari guru yang membuat RPP pada sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Dari hasil Observasi yang dlakukan penulis pada saat penelitian, penulis menemukan bahwa terdapat 11 guru di MI Soebono Mantofani yang menyusun RPP dan 2 guru yang tidak menyusun RPP, sedangkan dapat diketahui pula terdapat 7 guru di SDN Pondok Pucung 02 yang membuat RPP dan 5 guru yang tidak membuat RPP. Sehingga dapat diketahui bahwa terdapat 18 guru yang membuat RPP. Berikut peneliti menggambarkan dalam bentuk diagram.
Guru Yang Membuat RPP
7, 39%
11, 61%
SD MI
Grafik 1
Pada diagram di atas terlihat bahwa guru MI lebih dominan membuat RPP dan mendapai prosentase 61% sedangkan di SDN hanya mendapatkan prosentase 39%.
65
Guru Yang Tidak Membuat RPP 2, 29%
SD 5, 71%
MI
Grafik 2
Kemudian pada diagram di atas terlihat bahwa guru MI mempunyai prosentase yang lebih sedikit daripada guru SDN terhadap RPP yang tidak dibuat guru MI mempunyai prosentase 29%. Sedangkan guru SDN mempunyai prosentase 71%. Pada kedua diagram tersebut peneliti menilai bahwa terdapat perbedaan yang terjadi pada motivasi guru di kedua tersebut diantaranya adalah: (1). Guru di MI pada dasarnya merupakan guru kelas yang tidak harus mengajarkan 5 mata pelajaran wajib sehingga meskipun terdapat guru kelas atau wali kelas akan tetapi guru MI mempunyai guru bidang study yang berbeda sehingga memungkinkan mereka untuk membuat RPP sesuai guru bidang study masing-masing. Sedangkan pada SDN, guru kelas atau wali kelas merupakan guru yang harus mengajarkan 5 mata pelajaran wajib tersebut, sehingga dapat di jelaskan banyaknya motivasi mereka dalam membuat RPP menjadi kurang baik di bandingkan guru MI, (2). Guru SDN lebih memfokuskan belajar mengajar sesuai dengan sistem yang di sarankan oleh pemerintah serta mengikuti sistem yang dicanangkan oleh pemerintah. Akan tetapi sistem pemerintah yang terkadang setiap tahun sering berubah menyesuaikan perkembangan kurikulum membuat guru SDN terkadang terlambat untuk membuat RPP justru membuat RPP jika sudah memasuki program sertifikasi. Sedangkan guru MI tidak terlalu fokus terhadap kurikulum yang di sarankan pemerintah dan hanya menyesuaikan program yang dicanangkan pemerintah sesuai dengan visi dan misi di MI tersebut
66
sehingga memungkinkan guru MI lebih memfokuskan kualitas penyusuna RPP melalui seminar-seminar pendidikan dan melalui peraturan-peraturan pada yayasan MI tersebut, (3). Dalam peraturan yang di buat MI, guru-guru di nilai langsung oleh pemilik yayasan yang setiap hari datang dan mengontrol setiap aktifitas sekolah sehingga memungkinkan guru berusaha mendapat penilaian dari pemilik yayasan, sedangkan di SDN, hanya kepala sekolah yang berusaha untuk mengawasi guru-guru daam menyusun RPP, sedangkan pemerintah hanya terkadang saja datang ke sekolah untuk mengontrol jalannya aktifitas yang dilakukan guru. Dari penjelasan ini, peneliti menilai terjadinya perbedaan antara .guru MI dan guru SDN. Akan tetapi pada dasarnya semua guru tetap mempunyai motivasi intristik yang ebih dominan dalam menyusun
RPP dengan di
dorong oleh motivasi yang berasal dari pihak sekolah tersebut. Indikator yang menguatkan bahwa motivasi intristik lebih dominan dalam penyusunan RPP dapat dilihat dari hasil angket dan wawancara. Berikut peneliti sajikan dalam bentuk tabel. Saya Menyusun RPP Berdasarkan Kemampuan Sendiri No. Item 11.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 5 20 0 0 25
Prosentase 20% 80% 0% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (20%) yang menjawab sangat setuju, dan (80%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP berdasarkan kemampuan sendiri. Sebagai Guru Saya Memiliki Kemampuan Menyusun Perencanaan Pembelajaran No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 12. Sangat Setuju 14 56% Setuju 11 44% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% Jumlah 25 100 %
67
Tabel di atas menjelaskan bahwa (56%) yang menjawab sangat setuju, dan (44%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan menyusun perencanaan pembelajaran. Saya Mengikuti Workshop Atau Pelatihan Perencanaan Pembelajaran Yang Sesuai Kurikulum Yang Berlaku No. Item 10.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 2 23 0 0 25
Prosentase 8% 92% 0% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (8%) yang menjawab sangat setuju, (92%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka mengikuti workshop atau pelatihan perencanaan pembelajaran pembelajaran yang sesuai kurikulum yang berlaku. Saya Akan Mengerahkan Segenap Kemampuan Untuk Menyusun RPP No. Item Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 6. Sangat Setuju 3 12% Setuju 22 88% Tidak Setuju 0 0% Sangat Tidak Setuju 0 0% Jumlah 25 100 % Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (88%) menjawab setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka mengerahkan segenap kemampuannya dalam menyusun RPP. Dari beberapa tabel di atas dapat dijelaskan bahwa seorang guru akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk menyusun RPP dengan kemampuan sendiri. Hal ini dikarenakan mereka berkeinginan diterima oleh orang lain, sehingga mereka wujudkan dalam bentuk mengembangkan sikap bertanggungjawab atas salah satu tugas mereka yaitu menyusun RPP demi menunjang keberhasilannya dalam mengajar. Menyusun RPP bukanlah sekedar tugas akan tetapi merupakan peranan guru yang berkaitan dengan
68
kompetensi guru, hal ini sesuai dengan peranan guru menurut Dr. Rusman, M.Pd dalam bukunya Model-Model Pembelajaran (2010). Kemudian, salah satu cara mereka mengembangkan kompetensinya dalam menyusun RPP adalah dengan mengikuti workshop atau pelatihan. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan keterampilan tertentu, informasi dan pengertian. Dalam hal ini mereka berkeinginan kuat untuk dapat memiliki keterampilan menyusun RPP yang jauh lebih baik lagi untuk meningkatkan kompetensi mereka. Pada penjelasan indikator di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intristik terhadap guru dalam menyusun RPP di sekolah lebih mendominasi daripada motivasi ekstrinstik.Karena beberapa faktor intristik telah dimiliki oleh guru dalam penyusunan RPP tersebut.Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar–Mengajar (2011) bahwa yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Indikator-indikator penguat motivasi intrinsik di atas juga sesuai dengan faktor-faktor yang menimbulkan motivasi intrinsik menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2001) Peneliti juga ingin melihat motivasi dibalik penyusunan RPP ini dari hasil dokumentasi berupa RPP yang terkumpul dengan cara penilaian telaah RPP, apakah penyusunan RPP dilakukan hanya sekedar pelengkap administrasi atau penyusunan RPP dijadikan sebagai pedoman jalannya pembelajaran. Berikut ini peneliti paparkan dalam bentuk tabel. Tabel 4. 29 Hasil Penilaian Telaah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran No. 1 2 3 4
Inisial Responden My Er Ry Nj
Skor 57% 68% 55% 70%
69
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
As Yy Fm Ay Sm Aw Zl Jn An Nt Re Yl Abdr Mrf
71% 60% 72% 66% 85% 93% 86% 96% 80% 95% 80% 81% 85% 88%
Pada hasil penilaian RPP yang dilakukan peneliti di atas, dapat diketahui bahwa 10 RPP guru (55,6%) mendapat nilai 80 – 100 (baik), 6 RPP guru (27,8%) mendapat nilai 70 – 79 (cukup) dan 2 RPP guru (16,7%) mendapat nilai ≤ 59 (kurang), sehingga dapat disimpulkan bahwa penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru di kedua sekolah tersebut disusun sesuai dengan komponen-komponen RPP yang terdapat dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang standar proses dan langkah-langkah dalam RPP yang memuat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang didalamnya terdapat kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, dan kegiatan penutup. Hal ini membuktikan bahwa penyusunan RPP dilakukan sebagai pedoman guru dalam proses pembelajaran agar pembelajaran menjadi berkualitas karena telah terencana dengan baik. Meskipun sudah diketahui bahwa guru memiliki motivasi intristik dalam menyusun RPP akan tetapi bukan berarti motivasi ekstrinstik tidak mendukung dalam penyusunan tersebut, seperti yang dikatakan Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi Pendidikan (2007), yang dimaksud motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Makna segala sesuatu yang diungkapkan Ngalim Purwanto dapat diartikan dorongan dari dalam diri sendiri maupun dorongan dari luar yang memberikan rangsangan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan.
70
Adanya pengaruh motivasi ekstrinsik dapat dibuktikan dari hasil data wawancara peneliti dengan kepala sekolah SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani. Dari hasil wawancara yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kepala sekolah SDN Pondok Pucung 02 telah mewajibkan setiap guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap kali melaksanakan pembelajaran. Kemudian, kepala sekolah juga memberi teguran kepada setiap guru yang tidak menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disamping itu juga, kepala sekolah menberikan penilaian terhadap RPP setiap guru di sekolah. Tidak hanya itu, kepala sekolah juga mengadakan pelatihan mengutus beberapa guru untuk mengikuti pelatihan atau workshop diluar sekolah untuk kemajuan kompetensi guru dalam menyusun RPP dengan baik terlebih lagi disaat ada pembaharuan kurikulum. Kemudian dari hasil wawancara di MI Soebono Mantofani juga dapat diketahui bahwa kepala sekolah telah mewajibkan setiap guru untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap kali melaksanakan pembelajaran. Kepala sekolah juga memberi teguran kepada setiap guru yang tidak menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kali melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah menganggap RPP merupakan bagian dari mengajar sehingga tidak ada kompensasi atau reward khusus bagi guru yang menyusun RPP tepat waktu dan secara berkala di MI Soebono Mantofani. Meskipun tidak adanya reward, kepala sekolah tetap memperhatikan kemajuan kompetensi guru dengan mengontrol jalannya kegiatan pembelajaran, memberikan penilaian terhadap RPP setiap guru, dan mengadakan maupun mengikutsertakan guru untuk mengikuti pelatihan atau workshop yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru. Jika melihat dari hasil wawancara tersebut, dapat menunjukan bahwa motivasi ekstrinstik juga mendukung dalam penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru sehingga faktor motivasi dari pihak sekolah juga memberikan dorongan yang lebih terhadap guru yang tidak menyusun RPP tersebut. Salah satu faktor motivasi ekstrinstik yang sangat berpengaruh adalah pihak sekolah
71
pihak sekolah mewajibkan guru untuk menyusun RPP dan memberikan teguran bagi guru yang belum menyusun RPP.Hal ini dilakukan oleh 2 sekolah yang peneliti teliti, baik SDN Pondok Pucung 02 maupun MI Soebono Mantofani. Dengan adanya tindakan dari pihak sekolah tersebut menumbuhkan motivasi seseorang guru untuk menyusun RPP di sekolah. Indikator yang juga menguatkan bahwa motivasi ekstrinstik tetap mendukung terhadap motivasi intristik dalam meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RPP dapat dilihat dari hasil angket dan wawancara tentang pemberian reward guru dalam melakukan penyusunan RPP.Berikut penulis sajikan dalam bentuk tabel. Saya Menyusun RPP Untuk Memenuhi Beban Sertifikasi No. Item 24.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 3 20 2 0 25
Prosentase 12% 88% 10% 0% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (88%) menjawab setuju, dan (40%) menjawab tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP untuk memenuhi beban sertifikasi. Saya menyusun RPP hanya untuk kenaikan golongan No. Item 20.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 3 11 10 1 25
Prosentase 12% 44% 40% 4% 100 %
Tabel di atas menjelaskan bahwa (12%) yang menjawab sangat setuju, (44%) menjawab setuju, (40%) menjawab tidak setuju, dan (4%) menjawab sangat tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa mereka menyusun RPP untuk untuk kenaikan golongan.
72
Dua tabel frekuensi di atas yang berisi pernyataan yang mengandung motivasi ekstrinsik berupa kompensasi, mereka menyatakan setuju terhadap dua pernyataan diatas. Dari dua indikator tersebut dapat membuktikan bahwa motivasi ekstrinstik juga mendukung terhadap guru dalam menyusun RPP karena dapat membantu guru untuk mendapatkan reward. Tentu saja hal ini menjadi motivasi mereka untuk menyusun RPP tersebut. Motivasi ekstrinstik pada tabel di atas merupakan motivasi kuat yang mendukung guru dalam membuat RPP, hal ini dapat dijelaskan karena beban sertifikasi, dan kenaikan golongan untuk guru merupakan hal penting bagi seorang guru dalam meningkatkan karier bahkan meningkatkan kesejahteraan guru tersebut. Kuatnya motivasi intrinsik yang didukung oleh motivasi ekstrinsik, bukan berarti tidak ada masalah yang dihadapi guru dalam penyusunan RPP. Salah satu masalah penting yang peneliti temukan adalah guru merasa keberatan jika harus menyusun RPP sebelum memasuki tahun ajaran baru. Pada masalah ini, terdapat 40% guru yang keberatan menyusun RPP sebelum memasuki tahun ajaran baru.
2. Motivasi Guru Kelas Untuk Penerapan
Perencanaan
Pembelajaran Dalam Kelas Disamping meneliti motivasi penyusunan perencanaan pembelajaran, peneliti juga meneliti motivasi guru untuk penerapan RPP dalam kelas. Dari hasil temuan keseluruhan data yang diperoleh peneliti di atas, dapat diketahui bahwa guru di Soebono Mantofani dan SDN Pondok Pucung 02 memiliki motivasi yang tinggi pada penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran dan motivasi yang mendominasi adalah motivasi intristik yang berkaitan dengan motivasi guru itu sendiri dalam menerapkan RPP di dalam kelas. Indikator yang menguatkan bahwa motivasi intristik lebih dominan dalam penerapan RPP dapat dilihat dari hasil angket dibawah ini.
73
Saya Bertanggung Jawab Menerapkan RPP Dalam Pembelajaran No. Item 8.
Alternatif Jawaban Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
Frekuensi 10 13 2 0 25
Prosentase 40% 52% 8% 0% 100 %
Dari tabel frekuensi di atas dapat diketahui 40% sangat setuju, 52% setuju atas pernyataan menerapkan RPP merupakan tanggung jawab guru dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa guru memiliki motivasi internal yaitu mengembangkan sikap untuk keberhasilan dalam mengajar, khususnya mengembangkan sikap bertanggung jawab atas yang menjadi tugasnya. Agar tidak sekedar mengetahui motivasi penerapannya saja, peneliti juga akan memaparkan hasil obeservasi proses kegiatan belajar mengajar di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani dan hasil telaah RPP, guna mengetahui kualitas mengajar guru dan kualitas RPP guru. Berikut ini peneliti sajikan tabel observasi penerapan RPP dan telaah RPP. Hasil Observasi Proses Kegiatan Belajar Mengajar di SDN Pondok Pucung 02 dan Madrasah Ibtidaiyah Soebono Mantofani No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Inisial Responden *S *B *Ss *Mr *H *Is *Aa My Er Ry Nj As Yy Fm Ay
Skor 54,4% 53,3% 55,6% 51,1% 53,3% 70% 67,8% 65,6% 63,6% 75,6% 86,7% 81,1% 82,2% 82,2% 85,7%
74
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Sm Aw Zl Jn An Nt Re Yl Abdr Mrf
92,2% 92,2% 92,2% 97,8% 90% 95,6% 98,9% 92,2% 93,3% 97,8%
Ket: *guru yang tidak mempunyai RPP
Berdasarkan tabel di atas dapat tergambarkan bahwa terdapat 10 guru yang memiliki nilai baik dengan skor 80 – 100, kemudian 5 guru memiliki nilai cukup baik dengan skor 70 – 79, dan 10 guru memiliki nilai kurang baik dengan skor ≤ 69. Dari 10 guru yang memiliki nilai baik dan 5 guru yang memiliki nilai cukup baik, mereka adalah guru yang menyusun RPP. Sedangkan 10 orang guru yang memiliki nilai kurang baik 3 diantaranya adalah guru yang menyusun RPP akan tetapi mereka kurang termotivasi untuk menerapkan RPP dalam kelas dan 7 guru memang tidak menyusun RPP setiap kali pertemuan. Berikut ini peneliti akan menggambarkan kualitas penerapan RPP dari dua sekolah tersebut yang peneliti sajikan dalam bentuk grafik.
Penerapan RPP di SDN
kurang cukup baik
Grafik 3
Dari grafik di atas dapat menerangkan bahwa dari 7 orang guru SDN Pondok Pucunng 02 yang menyusun RPP terdapat 4 orang guru yang
75
penerapan RPP di dalam kelas sudah berkualitas baik, 2 orang guru penerapan RPP di dalam kelas cukup baik baik dan 1 orang guru penerapan RPP di dalam kelas masih kurang baik.
Penerapan RPP di MI
kurang cukup baik
Grafik 4
Dari grafik di atas dapat menerangkan bahwa dari 11 orang guru MI Soebono Mantofani yang menyusun RPP terdapat 6 orang guru yang penerapan RPP di dalam kelas sudah berkualitas baik, 4 orang guru penerapan RPP di dalam kelas cukup baik baik dan 1 orang guru penerapan RPP di dalam kelas masih kurang baik. Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru kelas di SDN Pondok Pucung 02 dan MI Soebono Mantofani memiliki motivasi yanga tinggi dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan motivasi yang terlihat mendominasi adalah motivasi intristik yang berkaitan dengan rasa senang dengan kehidupannya sebagai seorang guru. Tidak hanya rasa senang yang menjadi bukti seorang guru memiliki motivasi intrinsik, selalu berusaha mengembangkan sikap untuk berhasil dalam mendidik dengan cara selalu mengikuti pelatihan atau workshop juga menjadi bukti kesungguhan guru yang tumbuh dari hati mereka sebagai rasa tanggungjawab mereka atas tugas seorang pendidik. Namun, motivasi eksternal juga ikut mendukung dalam penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).
76
Kemudian berdasarkan hasil observasi peneliti dalam penyusunan dan penerapan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) di dalam kelas dapat diketahui 18 guru (72%) menyusun RPP dan menerapkannya dalam proses pembelajaran. Dalam 18 guru (72%) ini terdapat 10 guru (40%) berkualitas baik, 6 guru (24%) berkualitas cukup, dan 2 guru (8%) berkualitas kurang dalam penyusunan maupun penerapannya di dalam kelas. Sedangkan terdapat 7 guru (28%) yang belum menyusun dan menerapkan RPP dalam proses pembelajaran dan kualitas pembelajaran yang tanpa RPP 5 guru (20%) berkualitas kurang dan 2 guru (8%) berkualitas cukup. Melihat hasil observasi peneliti diatas, maka dapat dikatakan penyusunan RPP dan menerapkannya dapat membantu jalannya proses pembelajaran menjadi pembelajaran yang berkualitas.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas, peneliti menarik kesimpulan : 1. Motivasi guru kelas dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dinilai motivasi yang tinggi, hal ini dilihat dari berbagai macam cara guru untuk berusaha mendapatkan hasil terbaik di sekolah. Diantaranya dengan terdapat peraturan-peraturan sekolah, dengan adanya reward yang diberikan sekolah terhadap guru yang terbaik, dan kebiasaan-kebiasan guru tersebut yang semangat untuk membuat RPP, serta guru juga mengikuti workshop atau pelatihan guna meningkatkan kompetensinya sebagai seorang guru. Sehingga terciptalah motivasi yang tinggi yang dimiliki guru dalam menyusun RPP. Motivasi guru MI Soebono Mantofani jauh lebih tinggi daripada motivasi guru SDN Pondok Pucung 02, hal ini disebabkan karena di sekolah swasta bebean kerja tidak begitu berat dan pengewasan jauh lebih ketat dari SD Negeri. 2. Motivasi guru kelas untuk penerapan perencanaan pembelajaran dalam kelas juga dinilai motivasi yang tinggi. Hal ini juga dilihat dari kesiapan guru untuk mengajarkan pelajaran dengan memahami pelajaran yang akan diajarkan, kemudian dilihat dari cara guru mengajar dengan memahami siswa mereka sehingga terjadinya proses kegiatan belajar yang kondusif, meskipun beberapa dari guru tidak membuat RPP, namun dengan adanya pengontrolan keguatan pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah membuat guru berusaha tampil lebih baik sehingga menimbulkan motivasi yang tinggi terhadap penerapan pembelajaran. Hal ini dikuatkan dengan sangat setujunya guru pada pernyataan guru bertanggung jawab menerapkan RPP dalam kelas dan hal ini juga dapat dibuktikan dengan 72% guru
77
78
menyusun dan menerapkan RPP dalam kelas, kemudian 28% guru malaksanakan pembelajaran tanpa RPP dan dapat diketahui kualitas pembelajaran tanpa RPP berkualitas kurang. Dengan demikian, penyusunan
perencanaan
pembelajaran
dan
menerapkannya
menghasilkan pembelajaran yang lebih berkualitas berdasarkan observasi.
B. Saran Dari penelitian ini terdapat saran yang dapat disampaikan yaitu : 1.
Bagi Pembaca Bagi pembaca, saran yang diberikan terkait dalam penelitian ini
adalah sebagai jadikan salah satu referensi untuk melihat dan mengukur diri sendiri dalam mengatur tanggungjawab yang tidak dapat terlepas dari bagian pekerjaan kita 2.
Bagi Peneliti selanjutnya Penelitian-penelitian lebih lanjut hendaknya lebih memperluas
bahasan dan temuan-temuan yang lainnya di lapangan demi memajukan pendidikan di Indonesia. 3.
Bagi Guru Hendaknya yang belum menyusun RPP, untuk segera menyusun
RPP secara berkala karena RPP mempengaruhi jalannya kegiatan pembelajaran. Dan perlu disadari bahwa RPP merupakan bagian dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga RPP merupakan tanggungjawab seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Maman. Panduan Praktis Memahami Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2011 Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2002 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008 Diana, Nirva. Jurnal Kependidikan dan Kebudayaan ;Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, dan Motivasi Kerja. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. Juli 2009. h. 87 Enoch, Jusu. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: PT. BumiAksara. 1995 Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. 2009 Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: BumiAksara. 2012 Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: BumiAksara. 2001 IKAPI. Undang-Undang Sisdiknas Sistem PendidikanNasional. Bandung: Fokusmedia. 2009 J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004 Jalaludin dan Ali Ahmad Zen. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan. Surabaya: Putra Al-Ma’ari. Kartono, Kartini. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan &Industri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2002 Kramer. Kamus Kantong Inggris. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. 2001 Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2011 Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya. 2007
Rahman, Muhammad dan Sofan Samri. Startegi dan Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2013 Redaksi Sinar Grafika. Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005. Jakarta: Redaksi Sinar Grafika. 2009 Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2010 Rusydya, Evi Fatimatur,Dkk. Perencanaan
Pembelajaran Edisi Pertama.
Jakarta: Lapis PGMI. 2009 Dkk, Perencanaan Pembelajaran Edisi Pertama, (Jakarta: Lapis PGMI, 2009) Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2013 Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2011 Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2011 Sardiman. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2011 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta. 2012 Sarwono, SarlitoWirono. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. 2000 Saud, Udin Syaefudin. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta. 2009 Shaleh, Abdul Rahman dan Yunita Faela Nisa. Psikologi & Industri. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006 Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006 Trianti. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009 UU Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Ketentuan Umum Pasal 1. Jakarta: Depdiknas. 2003 Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006 Uno, Hamzah B. Teori Motivasidan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2012
Winardi. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2001
PROFIL SEKOLAH A. SDN Pondok Pucung 02 a. Sejarah Singkat SDN Pondok Pucung 02 SDN Pondok Pucung 02 berdiri sejak tahun 1979. Adapun Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SDN Pondok Pucung 02 sebagai berikut : a) Bpk. H. Jaya (1979 – 1991) b) Bpk. Zaenudin (1992 – 2002) c) Bpk. Jamhari (2003 – 2004 ) d) Ibu Hj. Een Sukaenih (2005 sampai sekarang) b. Data Guru dan Tenaga Kependidikan SDN Pondok Pucung 02 No.
Nama
Jabatan
Ket.
1.
Hj. Een Sukaenah, S.Pd
Kepala Sekolah
PNS
2.
Satiri
Guru Kelas
PNS
3.
Zaelani, S.Pd
Guru Kelas
PNS
4.
Bahrudin
Guru Kelas
PNS
5.
Jaini, S.Pd
Guru Kelas
PNS
6.
Abdul Azis, S.Pd
Guru Kelas
PNS
7.
Asmawati, S.Pd.I
Guru Kelas
PNS
8.
Ida Sukriyah, S.Ag
Guru Kelas
PNS
9.
Hj. Siti Musolihah
Guru Kelas
SUKWAN
10.
Nasuha, S.Pd.I
Guru Bidang Studi
SUKWAN
11.
Andriyani, S.Pd
Guru Kelas
SUKWAN
12.
Muiyah, S.Pd
Guru Kelas
SUKWAN
13.
Nurainun
Guru Bidang Studi
SUKWAN
14.
Kurdiat, SH
Guru Bidang Studi
SUKWAN
15.
Haimi, S.Thi
Guru Kelas
SUKWAN
16.
Agus Waluyo
Guru Kelas
SUKWAN
17.
Nini Hasanah
Guru Bidang Studi
SUKWAN
18.
Imron Rosyadi
Guru Bidang Studi
SUKWAN
19.
Nurihidayah
Guru Bidang Studi
SUKWAN
20.
Sarmadan, S.Pd
Guru Bidang Studi
SUKWAN
21.
Dahlan
Penjaga Sekolah
SUKWAN
B. MI Soebono Mantofani a. Sejarah Singkat MI Soebono Mantofani MI Soebono Mantofani merupakan satuan pendidikan yang ada di dalam lingkungan Yayasan Soebono Mantofani. Asal-mula nama Soebono Mantofani diambil dari nama Almarhum suami pemilik yayasan Ibu Hj. Titi Sri Sulaksmi, kakak dari BJ. Habibie. Yayasan ini didirikan sebagai hadiah bukti cinta Ibu Hj. Titi untuk suaminya Bapak Soebono. MI Soebono Mantofani sendiri berdiri tahun 1999. Adapun Kepala Sekolah yang pernah menjabat di MI Soebono Mantofani sebagai berikut : a) Bpk. H. Rahmat Hindiartna Kusuma (1999 – 2004) b) Ibu Iin Karlina, M.Pd (2005 – 2006) c) Bpk. Muhammad Amin, S.Sos (2007 sampai sekarang) b. Data Guru dan Tenaga Kependidikan SDN Pondok Pucung 02 No.
Nama
Jabatan
Ket.
1.
Muhammad Amin, S.Sos
Kepala Sekolah
GTY
2.
Wahyudi, S.Pd
Wakakur
GTY
3.
Nurma Juwita, S.Pd
Guru Kelas
GTY
4.
Nela Triza Fatimah, S.Pt
Guru Kelas
GTY
5.
Mahsunatul Ma’rifah, S.Pd
Guru Kelas
GTY
6.
Rukiyah, S.Pd.I
Guru Kelas
GTY
7.
Yulianah
Guru Kelas
GTY
8.
Mariyah
Guru Kelas
GTY
9.
Reni Erawati, S.Pd.I
Guru Kelas
GTY
10.
Eti Rachma, S.Sos.I
Guru Kelas
GTY
11.
Susi Setyani, S.Farm
Guru Kelas
GTY
12.
Firda Mizela, S.Pd
Guru Kelas
GTY
13.
Yuni Yanti
Guru Kelas
Honorer
14.
Abdurrahman
Guru Kelas
Honorer
15.
Saidih, S.Ag
Guru Bidang Studi
GTY
16.
Usman Badrun, S.Pd
Guru Bidang Studi
GTY
17.
Zulhijah, SE
Guru Bidang Studi
Honorer
18.
Johan Abdillah
Guru Bidang Studi
Honorer
19.
Ahmad Fauzi
Guru Bidang Studi
Honorer
20.
Faturroziq, S.Pd
Guru Bidang Studi
Honorer
21.
Desti Arifin
Guru Bidang Studi
Honorer
22.
DwiFazriyatunnisa, SE
Guru Bidang Studi
Honorer
23.
Hanifah, S.Pd
Guru Bidang Studi
Honorer
24.
Maududi, S.S.I
Guru Bidang Studi
Honorer
25.
Ahmad Badrun, S.S
Guru Bidang Studi
Honorer
26.
Asniah, S.Pd
Guru Kelas
Honorer
27.
M. Paran, S.Pd
Tata Usaha
GTY
28.
Midan
Penjaga Sekolah
GTY