ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
SKRIPSI
Oleh: UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003
Program Studi KEUANGAN dan PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SURAKARTA 2006
ii
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
SKRIPSI Diajukan Kepada Jurusan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Oleh: UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003
JURUSAN EKONOMI ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SURAKARTA 2006
iii
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam
Oleh UMI FAUZIYAH 30.02.3.5.003
Surakarta, 9 Agustus 2006
Disetujui dan Disahkan
Oleh :
Dosen Pembimbing Skripsi I
Dosen Pembimbing Skripsi II
Drs. Azis Slamet Wiyono, MM. NIP. 131611007
M. Usman, M.Ag. NIP. 150289198
iv
ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP
Disusun oleh : UMI FAUZIYAH NIM. 30.02.3.5.003
Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta, Pada hari Sabtu, tanggal 12 Agustus 2006 Dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam Surakarta, 12 Agustus 2006 Mengetahui Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Drs. Sri Walyoto, MM NIP. 070020256
Fauzi Muharom, M. Ag NIP. 150369024
Penguji I
Penguji II
Fitri Wulandari, SE, M.Si NIP. 150291030
H. Sholahuddin Sirizar, MA NIP. 150327129
PJS Ketua Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta
Dra. Hj. Tasnim Muhammad, M. Ag NIP. 150201335
iii
PERSEMBAHAN Karya kecil ini ku persembahkan untuk : Bapakku Sholikhun, dan Ibuku Sururiyah yang selalu melimpahkan kasih sayangnya dan selalu berdo’a untuk anak-anaknya. Terimakasih atas segala dukungan dan kesabarannya, semoga Allah selalu melindungi. Amin. Adik-adikku (Miftah Farid dan Rhoudlotul Jannah) semoga menjadi anak yang saleh dan salehah
iv
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS. Al- Insyirah : 6-8)
v
ABSTRACT The purpose of this research to analyse about method of calculation of sharing holder at mudharabah defrayal in BMT KHONSA Cilacap and to analyse whether method of calculation of sharing holder at mudharabah defrayal in BMT KHONSA Cilacap have as according to Religious advices of DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000. Research methodologies used to collect the data that is passing study of book and field study in BMT KHONSA Cilacap in the form of documentation and interview. While its analysis method use the data of client of mudharabah defrayal to be analysed by its sharing holder ratio with the method of revenue sharing matching with Religious advices of DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000. Stages;Steps of performed within assessing according to the method by seeing deferred payment of sharing holder conducted is each month adapted by ratio of sharing holder from advantage got by a client and seen from fundamental instalment paid remain to per month by client. Solution of result of this research indicate that the BMT KHONSA Cilacap have used the method of revenue sharing matching with Religious Advices of DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. This Matter is visible from result analyse the calculation of instalment of sharing holder paid by client of mudharabah defrayal per month to BMT KHONSA Cilacap. Thereby, writer hope that BMT KHONSA Cilacap earn more improving is amount of its earnings especially at mudharabah defrayal, so that activity of BMT KHONSA Cilacap can expand better from year to year. Keyword : Method of Sharing Holder Calculation, Mudharabah Defrayal
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan petunjukNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERDASARKAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL (DSN) DI BMT KHONSA CILACAP". Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, keluarga sahabat serta pengikutnya yang telah memberikan jalan penerang sampai akhir jaman. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah. Dalam penulisan skripsi ini penulis tak luput dari berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Keadaan ini semata-mata keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnya apabila pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Nashruddin Baidan, selaku ketua STAIN Surakarta. 2. Dra. Hj. Tasnim Muhammad, M. Ag, selaku Pejabat Sementara Jurusan Ekonomi Islam 3. Bapak Drs. Azis Slamet Wiyono, MM. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I, terima kasih atas segala bimbingan dan saran-sarannya. 4. Bapak M. Usman, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II, terima kasih atas segala bimbingan dan saran-sarannya. 5. Pimpinan dan staf BMT KHONSA Cilacap yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
vii
6. Bapak dan Ibu, terima kasih atas segala dorongan do'a dan financialnya selama ini. 7. Adik-adikku yang tercinta (Miftah Farid dan Rhoudlotul Jannah), terima kasih atas dukungannya selama ini. 8. Muhammad Arrozi, SEI, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 9. Rekan-rekan dan sahabat penulis Yati, Yetty, Prapti, Nita, Yayah, Hidayah, Sabik, Rima, Erika, Mba Uci, Mba Festi, Anna, Olin, Beti, Ade, Feria, Indah, Ida, Siti, Ela, Dini, Dilla, Linda, Arif, Mas Yan, Kokoh, Agus, Indra, Andi, Wiwit, terima kasih atas dukungannya selama ini. 10. Teman-teman Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah Angkatan 2002 terima kasih atas dukungannya selama ini. 11. Teman-teman Ikhwan & Akhwat KAMMI JEI STAIN Surakarta SEM Institute Yogyakarta. 12. Mas Fajar dan Mba Erlin (Abi dan Umminya Ziedan), terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. 13. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka lakukan mendapat ridha dan balasan dari Allah SWT. Amin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi pendorong bagi dunia pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb
Surakarta, Agustus 2006
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .........................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQOSYAH .............................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
v
ABSTRAKSI ...............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
4
C. Batasan Masalah .................................................................
4
D. Rumusan Masalah.................................................................
4
E. Tujuan Penelitian...................................................................
5
F. Manfaat Penelitian.................................................................
5
G. Jadwal Penelitian ..................................................................
6
H. Sistematika Penulisan ...........................................................
6
LANDASAN TEORI ....................................................................
8
A. Metode Bagi Hasil..................................................................
8
1. Pengertian Bagi Hasil ......................................................
8
2. Landasan Syariah............................................................
16
3. Teori Bagi Hasil ...............................................................
18
4. Konsep Bagi Hasil ...........................................................
19
5. Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil .......
20
6. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil ....................................
24
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil.................
24
8. Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah.............
26
BAB II
ix
B. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil ..................
27
1. Pengertian Pendapatan dan Biaya ....................................
27
2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil .....................
27
3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi) Keuangan.
29
C. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)..
29
1. Pengertian Pembiayaan ....................................................
29
2. Pengertian Akad Mudharabah ...........................................
29
3. Landasan Syariah..............................................................
31
4. Rukun dan Syarat Mudharabah .........................................
33
5. Perkara yang Membatalkan Mudharabah ..........................
35
6. Jenis-Jenis Mudharabah....................................................
35
7. Terjadinya Kerugian...........................................................
36
8. Teknik Mudharabah dalam Perbankan ..............................
37
9. Manfaat Mudharabah.........................................................
38
D. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah...............................
39
E. Filosofis BMT (Baitul Maal wat Tamwil)..................................
40
1. Pengertian BMT.................................................................
40
2. Landasan BMT ..................................................................
41
3. Ciri-Ciri Utama BMT...........................................................
42
4. Ciri-Ciri Khusus BMT .........................................................
43
F. Kerangka Berfikir....................................................................
44
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
46
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................
46
B. Metode Penelitian ..................................................................
46
1. Jenis Penelitian .................................................................
46
2. Jenis Data..........................................................................
46
3. Sumber Data .....................................................................
47
4. Metode Pengumpulan Data ..............................................
47
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..............
48
D. Metode Analisis Data ............................................................
49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................
51
A. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap) ...................
51
1. Profil BMT KHONSA Cilacap.............................................
51
2. Visi dan Misi ......................................................................
52
BAB III
x
3. Data Lembaga...................................................................
52
4. Landasan Hukum .............................................................
53
5. Sruktur Organisasi.............................................................
53
6. Motto, Prinsip dan Komitmen.............................................
54
7. Jenis Produk .....................................................................
55
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data .........................................
56
C. Pembahasan Hasil Analisis ..................................................
57
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di BMT KHONSA Cilacap..............................
58
2. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan
BAB V
Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap...............................
64
PENUTUP ....................................................................................
68
A. Kesimpulan ...........................................................................
68
B. Keterbatasan Penelitian.........................................................
68
C. Saran.....................................................................................
68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 : Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah .............................
58
Tabel 2 : Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah ..............................
59
Tabel 3 : Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan Mudharabah ..........................................................
62
Tabel 4 : Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap ............................................................
xii
64
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 : Prinsip Pembagian Hasil Usaha ...............................................
16
Gambar 2 : Skema Mudharabah Pada BMT KHONSA ...............................
39
Gambar 3 : Kerangka Berfikir.......................................................................
45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 : Surat Pernyataan Dosen Pembimbing Lampiran 3 : Daftar Perhitungan Pembayaran Angsuran Mudharabah Lampiran 4 : Kartu Pembiayaan Lampiran 5
: Akad Pembiayaan Mudharabah
Lampiran 6
: Fatwa Dewan Syariah Nasional
Lampiran 7
: Daftar Pertanyaan
Lampiran 8
: Laporan Keuangan Konsolidasi BMT KHONSA Cilacap
Lampiran 9
: Laporan Laba Rugi Nasabah Pembiayaan Mudharabah
Lampiran 10 : Hasil Pengolahan Data Dengan Komputer Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya
lembaga
keuangan
syariah.
Sejak
tahun
1992,
perkembangan lembaga keuangan syariah terutama perbankan syariah, cukup luas sampai sekarang. Hal ini dipicu oleh UU No.10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system yaitu bankbank konvensional mulai melirik dan membuka unit usaha syariah. Islam mendorong masyarakat ke arah usaha nyata dan produktif. Islam mendorong seluruh masyarakat untuk melakukan investasi dan melarang membungakan uang. Investasi merupakan suatu kegiatan usaha yang mengandung risiko karena adanya unsur ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan kembaliannya (return) juga tidak pasti dan tidak tetap. Sedangkan membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap. Pelaksanaan kegiatan operasional lembaga keuangan syariah tidak semua aktivitas usahanya sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Oleh karena itu, fatwa ulama diperlukan guna memastikan pemenuhan kualifikasi tersebut. Fatwa mengenai halal-haram transaksi keuangan syariah di Indonesia ditetapkan Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional (DSN) dengan bantuan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Sistem keuangan Islam yang berpihak pada kepentingan kelompok mikro sangat penting. Berdirinya bank syariah membawa andil yang sangat
xv
baik dalam sistem keuangan di Indonesia. Peranan ini sebagai upaya dalam mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karena itu, keberadaannya perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat Muslim. Lembaga keuangan bank memiliki sistem dan prosedur yang baku sehingga tidak mampu menjangkau masyarakat lapisan bawah dan kelompok mikro. Bank syariah dengan prosedurnya yang panjang dan rumit, menyebabkan pengusaha mikro tidak dapat meminjam sumber pendanaan dari bank, sehingga potensi besar yang dimiliki oleh sektor mikro menjadi tidak berkembang. Banyak
sektor
mikro
yang
berfikir
sangat
pragmatis
dalam
pemenuhan kebutuhan permodalan. Mereka mengambil jalan pintas dengan cara mengakses kredit dari rentenir dan lintah darat dengan suku bunga yang sangat tinggi, bahkan terkadang di atas keuntungan usaha yang dibiayai. Keadaan ini tidak
dapat disalahkan, karena mereka tidak mampu
menjangkau prosedur perbankan. PINBUK (Pusat Inkubasi Usaha Kecil) yang keberadaanya telah menyebar di semua propinsi di Indonesia, merasa prihatin terhadap kondisi usaha mikro. PINBUK mengadakan berbagai pengkajian yang panjang dan mendalam, maka dirumuskanlah sistem keuangan yang lebih sesuai dengan kondisi usaha mikro dan sesuai dengan syariah. Alternatif tersebut adalah BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT dalam menjalankan usahanya menggunakan prinsip bagi hasil. Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi.
xvi
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah.1 BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tahun 1999, hingga saat ini sudah ada 6 produk layanan pembiayaan yaitu mudharabah, murabahah, musyarakah, rahn, ijarah dan qardhun hasan. Keenam produk layanan pembiayaan tersebut yang memiliki resiko paling tinggi adalah pembiayaan mudharabah. Resiko–resiko itu antara lain: 1. Nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak; 2. Nasabah lalai dalam mengelola dananya dan melakukan kesalahan yang disengaja; 3. Nasabah tidak jujur sehingga melakukan penyembunyian keuntungan. BMT KHONSA Cilacap merupakan salah satu BMT yang berkembang pesat, hal tersebut ditandai dengan semakin meningkatnya aset pendapatan BMT dari tahun ke tahun. Awal aset pendapatan tersebut adalah 2 juta hingga saat ini mencapai 2 milyar untuk layanan pembiayaan. Ketika nasabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah, biasanya pihak BMT KHONSA Cilacap menyuruh nasabah untuk menghitung proyeksi atau rencana keuntungan bagi hasil pada usahanya. Hal tersebut tidak sesuai dengan prosedur pembiayaan, karena yang seharusnya menghitung proyeksi keuntungan usahanya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka penulis membahas tentang “Analisis Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Di BMT KHONSA Cilacap”. 1
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 191
xvii
B. Identifikasi Masalah Berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti,
maka penulis
melakukan identifikasi masalah yaitu: 1. Pengusaha mikro tidak dapat meminjam dana di bank syariah karena prosedur yang diterapkan di bank syariah cukup rumit; 2. Pembiayaan
mudharabah
mempunyai
resiko
yang
tinggi
dalam
penerapannya di BMT KHONSA Cilacap; 3. BMT KHONSA Cilacap mengharuskan nasabahnya untuk menghitung proyeksi keuntungan bagi hasil pada usahanya.
C. Batasan Masalah Batasan masalah ini bertujuan memberikan batasan yang paling jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan pembahasan. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis memberikan batasan yaitu metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah berdasarkan fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 di BMT KHONSA Cilacap.
D. Rumusan Masalah Perumusan masalah ini bertujuan memberikan rumusan yang paling jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan analisis. Berdasarkan uraian yang telah ada, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah dengan revenue sharing lebih menguntungkan pihak BMT KHONSA Cilacap?
xviii
2. Apakah metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan fatwa DSN No.15/DSNMUI/IX/2000?
E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu baik untuk kepentingan pribadi atau yang lain. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis
metode
perhitungan
bagi
hasil
pada
pembiayaan
perhitungan
bagi
hasil
DSN
No.15/DSN-
mudharabah di BMT KHONSA Cilacap. 2. Menganalisis pembiayaan
kesesuaian
metode
mudharabah
berdasarkan
Fatwa
pada
MUI/IX/2000 di BMT KHONSA Cilacap.
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademisi Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
referensi
dan
pengembangan teori bagi penelitian selanjutnya. 2. Bagi Praktisi Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pimpinan BMT KHONSA Cilacap dalam mengambil keputusan tentang metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.
xix
G. Jadwal Penelitian No Bulan
Juni
Kegiatan 1
Penyusunan Proposal
2
Konsultasi ke DPS
3
Seminar Proposal
4
Revisi Proposal
5
Pengumpulan Data Sekunder
6
Wawancara
7
Processing Data
8
Penulisan Skripsi
9
Konsultasi ke Perusahaan
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
H. Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Bab ini diuraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal penelitian dan sistematika skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung penulis agar didapat gambaran yang jelas berkaitan dengan metode bagi hasil pada lembaga keuangan syariah terutama yang berkaitan dengan objek yang diteliti oleh penulis, yaitu metode perhitungan bagi hasil, konsep pendapatan dan biaya dalam bagi hasil, pembiayaan mudharabah, pengakuan laba atau rugi mudharabah, filosofis BMT dan kerangka berfikir.
xx
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang waktu dan tempat penelitian, jenis penelitian, jenis data, sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang profil obyek penelitian (BMT KHONSA Cilacap), hasil analisis data, pembahasan hasil analisis, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebut dalam perumusan masalah, serta menilai metode bagi hasil pembiayaan mudharabah yang dipraktikkan pada BMT KHONSA Cilacap. BAB V PENUTUP Bab ini berisi tentang uraian kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dan penelitian. Pada bab ini penulis juga akan menyampaikan keterbatasan penulis dalam melakukan penelitian serta memberikan beberapa saran sebagai masukan bagi lembaga keuangan syariah, khususnya BMT KHONSA Cilacap.
xxi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing pihak, misalkan 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul maal) dan 80% bagi pengelola dana (mudharib). Bagi Hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah. 2
Metode bagi hasil terdiri dari dua sistem: a.
b.
Bagi untung (Profit Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah; Bagi hasil (Revenue Sharing) adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana. Dalam sistem syariah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syariah.3 Aplikasi perbankan syariah pada umumnya, bank dapat menggunakan
sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Bankbank syariah yang ada di Indonesia saat ini semuanya menggunakan
2 3
Ibid, hal. 191 www.e-syariah.com,2004
xxii
perhitungan bagi hasil atas dasar revenue sharing untuk mendistribusikan bagi hasil kepada para pemilik dana (deposan).4 Suatu bank menggunakan sistem profit sharing di mana bagi hasil dihitung dari pendapatan netto setelah dikurangi biaya bank, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah bagi hasil yang akan diterima oleh para shahibul maal (pemilik dana) akan semakin kecil, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang
berdampak
menurunnya
jumlah
dana
pihak
ketiga
secara
keseluruhan, tetapi apabila bank tetap ingin mempertahankan sistem profit sharing tersebut dalam perhitungan bagi hasil mereka, maka jalan satusatunya untuk menghindari resiko-resiko tersebut di atas, dengan cara bank harus mengalokasikan sebagian dari porsi bagi hasil yang mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana. 5 Suatu bank yang menggunakan sistem bagi hasil berdasarkan revenue sharing yaitu bagi hasil yang akan didistribusikan dihitung dari total pendapatan
bank
sebelum
dikurangi
dengan
biaya
bank,
maka
kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal, sehingga akan berdampak 4
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta, Djambatan, 2003, hal. 264 5 Ibid, hal. 264
xxiii
kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah. Pertumbuhan dana pihak ketiga dengan cepat harus mampu diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk aset yang menarik, layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi pemilik dana.6 Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Syafi'i yang mengatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu yang pada akhirnya ia akan mendapat yang lebih besar dari bagian shahibul maal. Sedangkan, untuk profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Abu hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boros.7
Prinsip pembagian hasil usaha ada 2 yaitu: a. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Revenue Sharing) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi hasil usaha berdasarkan prinsip bagi hasil (revenue sharing) adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan Operasi Utama (angka 1) Pendapatan operasi utama bank syariah adalah pendapatan dari penyaluran dana pada investasi yanng dibenarkan syariah yaitu pendapatan penyaluran dana prinsip jual beli, bagi hasil dan prinsip ujroh. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam perhitungan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) ini
6
Ibid, hal. 264 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta, PT. Grasindo, 2005, hal. 118
7
xxiv
adalah pendapatan (revenue) dari pengelolaan dana (penyaluran) sebesar porsi dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun tanpa adanya pengurangan beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah.8 2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat (angka 2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil investasi tidak terikat merupakan porsi bagi hasil dari hasil usaha (pendapatan) yang diserahkan oleh bank syariah kepada pemilik dana mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat). Penentuannya dilakukan dalam perhitungan distribusi hasil usaha yang sering disebut dengan profit distribution.9 3) Pendapatan operasi lainnya (angka 3) Praktik dalam penyaluran dana bank syariah mengenakan fee administrasi atas penyaluran tersebut yang besarnya disepakati antara bank sebagai pemilik dana dan debitur sebagai pengelola dana (mudharib). Pendapatan operasi lain yang diperoleh bank syariah adalah pendapatan atas kegiatan usaha bank syariah dalam memberikan layanan jasa keuangan dan kegiatan lain yang berbasis imbalan seperti pendapatan fee inkaso, fee transfer, fee LC dan fee kegiatan yang berbasis imbalan lainnya.10 4) Beban Operasi (angka 4) Pembagian hasil usaha dengan prinsip bagi hasil (revenue sharing) semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai mudharib, baik beban untuk kepentingan bank syariah sendiri maupun untuk kepentingan pengelolaan dana mudharabah, seperti beban tenaga 8
Ibid, hal. 120 Ibid, hal. 121 10 Ibid, hal. 121 9
xxv
kerja, beban umum dan administrasi, beban operasi lainnya ditanggung oleh bank syariah sebagai mudharib.11 b. Distribusi Hasil Usaha Berdasarkan Prinsip Bagi Untung (Profit Sharing) Penerapan distribusi hasil usaha dengan prinsip bagi untung (profit sharing) bukanlah hal yang mudah, karena pihak deposan harus siap menerima
bagian
kerugian
apabila
dalam
pengelolaan
dana
mudharabah mengalami kerugian yang bukan akibat dari kelalaian mudharib sehingga uang yang diinvestasikan pada bank syariah menjadi berkurang. Di lain pihak, bank syariah sendiri harus secara jujur dan transparan menyampaikan beban-beban yang akan ditanggung dalam pengelolaan dana mudharabah, seperti membuat dan menentukan dengan tegas dan jelas beban yang akan dibebankan dalam pengelolaan dana mudharabah baik beban langsung maupun beban tidak langsung. Apabila bank syariah menerapkan pembagian hasil usaha berdasarkan prinsip bagi untung (profit sharing), bank syariah harus membuat dua laporan laba rugi yang terpisah, yaitu laporan laba rugi bank sebagai institusi keuangan syariah dan laporan pengelolaan dana mudharabah dimana bank sebagai mudharib.12 1) Laporan hasil usaha mudharabah (bank sebagai mudharib) Laporan
hasil
usaha
pertanggungjawaban
mudharabah
bank
syariah
ini
dalam
dibuat mengelola
sebagai dana
mudharabah mutlaqah yang telah dipercayakan shahibul maal (deposan) kepada bank syariah sebagai mudharib. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam laporan ini yaitu: 11 12
Ibid, hal. 122 Ibid, hal. 122
xxvi
a) Pendapatan operasi utama (angka1) Pendapatan
operasi
utama
perhitungannya
sama
dengan
perhitungan distribusi hasil usaha yang mempergunakan prinsip revenue sharing. Besarnya pendapatan yang dibagikan dalam pembagian hasil usaha pada prinsip bagi untung (profit sharing) ini adalah pendapatan dari pengelolaan dana (penyaluran) sebesar porsi dari dana mudharabah (investasi tidak terikat) yang dihimpun.13 b) Beban mudharabah Bank syariah harus dapat memisahkan beban yang menjadi tanggungan bank syariah sendiri dan beban yang dibebankan pada pengelolaan dana mudharabah. Bank syariah harus menetapkan dengan tegas dan jelas beban-beban yang akan dipergunakan sebagai pengurang pendapatan pengelolaan dana mudharabah, baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi, maupun beban-beban lainnya untuk disampaikan kepada shahibul maal sehingga mengetahuinya. Apabila bank syariah telah mengakui beban-beban sebagai pengurang pengelola dana mudharabah tidak diperkenankan diakui sebagai beban bank syariah sebagai pengelola
institusi
pengembalian
keuangan
beban
harus
syariah
sehingga
jika
terjadi
diakui
sebagai
pendapatan
pengelolaan dana mudharabah, bukan sebagai pendapatan bank syariah selaku institusi keuangan syariah.14
13 14
Ibid, hal. 124 Ibid, hal.125
xxvii
c) Laba atau rugi mudharabah (angka 3) Pendapatan operasi utama dikurangi dengan beban mudharabah inilah yang akan menghasilkan laba atau rugi.15 2) Laporan laba rugi bank syariah (bank sebagai institusi keuangan syariah) Data-data yang ada pada laporan ini adalah data-data untuk kepentingan bank syariah sendiri dalam mengelola institusi keuangan syariah, khususnya beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah dan data-data yang telah diperhitungkan dalam pembuatan laporan pengelolaan dana mudharabah. Dalam laporan laba rugi ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: a) Pendapatan bank sebagai mudharib Pendapatan yang ada dalam laporan ini adalah bagian pendapatan atas pengelolaan dana mudharabah yang diperoleh bank syariah dan pendapatan penyaluran yang menjadi milik bank syariah sendiri. b) Pendapatan operasi lainnya (angka 3) Pendapatan operasi ini adalah pendapatan yang sama dengan pendapatan operasi lainnya dalam prinsip bagi hasil. c) Beban operasi Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah sendiri tidak ada kaitannya dengan pengelolaan dana mudharabah,
15
Ibid, hal. 126
xxviii
baik beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya.16 Penentuan beban-beban ini merupakan unsur distribusi hasil usaha apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha adalah pembagian laba (profit sharing), karena dalam prinsip ini hasil usaha yang akan dibagikan antara mudharib dan shahibul maal merupakan keuntungan yang diperoleh yaitu pendapatan pengelolaan dana mudharabah dikurangi dengan beban-beban yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah.17 Apabila bank syariah mempergunakan prinsip profit sharing maka bank syariah harus dapat membedakan dengan jelas, transparan dan adil terhadap beban-beban yang merupakan pengurang dari pendapatan pengelolaan dana mudharabah (yang disebut dengan dana mudharabah) dan beban-beban yang merupakan pengeluaran bank syariah sebagai institusi keuangan (yang disebut dengan beban lembaga keuangan syariah). Semua beban dana mudharabah yang dikeluarkan sehubungan dengan pengelolaan dana mudharabah tersebut termasuk beban tenaga kerja, beban umum dan administrasi serta beban-beban lainnya. Sedangkan apabila bank syariah mempergunakan prinsip distribusi hasil usaha dengan pembagian hasil (revenue sharing) maka semua beban yang dikeluarkan oleh bank syariah menjadi tanggungan bank syariah sendiri sehingga tidak diperhitungkan dalam unsur distribusi hasil usaha.18
16
Ibid, hal. 127 Ibid, hal. 127 18 Ibid, hal. 128 17
xxix
Gambar 1 Prinsip Pembagian Hasil Usaha Prinsip Revenue Sharing Laporan Laba Rugi (Bank sbg LKS) (1) Pendapatan Operasi Utama
Prinsip Profit Sharing Laporan Hasil Usaha Mudharabah (Bank sbg Mudharib) (1) Pendapatan Operasi Utama
= Revenue sharing
(-/-) (2) Hak pihak ke 3 atas bagi hasil ITT
Perhitungan
(3) Pendapatan Operasi lainnya
(-/-) (4) Beban Operasi (Tenaga kerja, Adm, Opr Lainnya
Pembagian hasil Usaha
Profit sharing
Porsi shahibul maal
(+/+)
Shahibul maal
=
• Bagi hasil (prinsip bagi hasil) • Margin (prinsip jual beli) • Pendapatan neto sewa • Lainnya (SWBI, IMA dsb)
(-/-) (2) Beban Mudharabah • Beban tenaga kerja • Beban administrasi • Beban penyusutan • Beban opr lainnya
= (3) Laba/rugi Mudharabah
(5) Laba/rugi
Sumber : Wiroso, 2005, hal. 119
2. Landasan Syariah a. Al-Qur'an QS al-Baqarah: 282
(282 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ...... ﻩ ﻮﺘﺒﻰ ﻓﹶﺎ ﹾﻛﺴﻤ ﻣ ﺟ ٍﻞ ﻳ ٍﻦ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃﺪ ﻢ ِﺑ ﺘﻨ ﻳﺍﺗﺪ ﻮﺍ ِﺇﺫﹶﺍﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻬﺎﹶﺃﻳﻳ “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” 19 QS. Al-Maidah: 1 19
Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya Al-'Aliyy, Bandung, Penerbit Diponegoro, 2000, hal. 37
xxx
(1 : ) ﺍﳌﺎﺋﺪﺓ......ﻌﻘﹸﻮ ِﺩ ﻭﻓﹸﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟ ﻮﺍ ﹶﺃﻣﻨ ﻦ ﺀَﺍ ﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻬﺎﹶﺃﻳﻳ “Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu…” 20 b. Al-Hadist Hadist riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf:
ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺴ ِﻠ ﻭﹾﺍ ﹸﳌ ﺎﺍﻣﺣﺮ ﺣﻞﱠ ﻭ ﹶﺍ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ ﺣ ﹶ ﻡ ﺣﺮ ﺎﺻ ﹾﻠﺤ ﻦ ِﺇﻻﱠ ﻴ ﺴ ِﻠ ِﻤ ﻦ ﹾﺍ ﹸﳌ ﻴ ﺑﺰ ﺎِﺋﺢ ﺟ ﹾﻠﺍﹶﻟﺼ ﺎﺍﻣﺣﺮ ﺣﻞﱠ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ ﺣ ﹶ ﻡ ﺣﺮ ﺮﻃﹰﺎ ﺷ ﻢ ِﺇﻻﱠ ِﻭ ِﻃﻬ ﺮ ﺷ “Perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” 21
Hadits nabi riwayat Ibnu Majah dari ’Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas dan Malik dari Yahya:
ﺭ ﺍﺿﺮ ِ ﻭ ﹶﻻ ﺭ ﺮ ﺿ ﹶﻻ “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” 22 c. Kaidah Fiqih:
ﺎﻋﻠﹶﻰ َ ﹾﲢ ِﺮ ْ ِﳝﻬ ﻴ ﹲﻞ ﺩِﻟ ﺪﻝﱠ ﻳ ﺣ ﹸﺔ ِﺇﻻﱠ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺎﺕ ﹾﺍ ِﻹ ﺑ ِ ﻼ ﻣ ﹶ ﺎﺻ ُﹶﻞ ﻓِﻲ ﹾﺍ ﹸﳌﻌ اَ َﻷ “Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” 23
20
Ibid, hal. 84 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta, 2001, hal.88 22 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh 1, Jakarta, Logos, 1996, hal.125 21
xxxi
ﷲ ِ ﻢ ﺍ ﺣ ﹾﻜ ﺤ ﹸﺔ ﹶﻓﹶﺜﻢ ﺼ ﹶﻠ ﺕ ﹾﺍ ﹶﳌ ِ ﺪ ﻭ ِﺟ ﺎﻨﻤﻳ ﹶﺃ “Dimana terdapat kemaslahatan, disana terdapat hukum Allah.”24
3. Teori Bagi Hasil Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing . Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara definitif profit sharing diartikan:”distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan”.25 Hal itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk pembayaran mingguan/bulanan. Mekanisme lembaga keuangan syariah pada pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk penyertaan atau bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi harus melakukan transparasi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan proyek.26 Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua 23
Himpunan Fatwa DSN Untuk Lembaga Keuangan Syariah, op.cit., hal.89 Ibid, hal. 89 25 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2004, hal.18 26 Ibid, hal. 18 24
xxxii
pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan dimuka.27 Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Pada tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling mengingatkan.28
4. Konsep Bagi Hasil Konsep bagi hasil adalah sebagai berikut: a. Pemilik dana akan menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan syariah yang bertindak sebagai pengelola; b. Pengelola atau lembaga keuangan syariah akan mengelola dana tersebut dalam sistem pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah; 27
Ibid, hal.19 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta, UII Press, 2004, hal. 120
28
xxxiii
c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.29
5. Nisbah Keuntungan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil Hal-hal yang berkaitan dengan nisbah bagi hasil yaitu: a. Prosentase Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya 50:50, 70:30, 60:40, atau 99:1. Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah tertentu, misalnya shahib almaal mendapat Rp 50.000,00 dan mudharib mendapat Rp 50.000,00.30 b. Bagi Untung dan Bagi Rugi Ketentuan diatas itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong ke dalam kontrak investasi (natural uncertainty contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah tertentu. 29 30
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, op.cit., hal. 265 Karim, op.cit., hal. 198
xxxiv
Bila dalam akad mudharabah ini mendapatkan kerugian, pembagian kerugian itu bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak. Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut sebagai nisbah keuntungan, bukan nisbah saja, karena nisbah 50:50, atau 99:1 itu hanya diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnisnya rugi, kerugiannya itu harus dibagi berdasarkan porsi masing-masing pihak, bukan berdasarkan nisbah. Hal ini karena ada perbedaan kemampuan untuk mengabsorpsi/menanggung kerugian di antara kedua belah pihak. Bila untung, tidak ada masalah untuk menikmati untung. Karena sebesar apa pun keuntungan yang terjadi, kedua belah pihak akan selalu dapat menikmati keuntungan itu. Lain halnya kalau bisnisnya merugi. Kemampuan shahib al-maal untuk menanggung kerugian finansial tidak sama dengan kemampuan mudharib. Dengan demikian, karena kerugian dibagi berdasarkan proporsi modal (finansial) shahib al-maal dalam kontrak ini adalah 100%, maka kerugian (finansial) ditanggung 100% pula oleh shahib al-maal. Di lain pihak, karena proporsi modal (finansial) mudharib dalam kontrak ini adalah 0%, andaikata terjadi kerugian, mudharib akan menanggung kerugian (finansial) sebesar 0% pula.31 Apabila bisnis rugi, sesungguhnya mudharib akan menanggung kerugian hilangnya kerja, usaha dan waktu yang telah ia curahkan untuk menjalankan bisnis itu. Kedua belah pihak sama-sama menanggung kerugian, tetapi bentuk kerugian yang ditanggung oleh keduanya berbeda, sesuai dengan objek mudharabah yang dikonstribusikannya. Bila yang dikontribusikan adalah uang, risikonya adalah hilangnya uang
31
Ibid, hal.198
xxxv
tersebut. Sedangkan yang dikontribusikan adalah kerja, risikonya adalah hilangnya kerja, usaha dan waktunya, sehingga tidak mendapatkan hasil apapun atas jerih payahnya selama berbisnis.
c. Jaminan Ketentuan pembagian kerugian bila kerugian yang terjadi hanya murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business risk), bukan karena risiko karakter buruk mudharib (character risk). Bila kerugian terjadi karena karakter buruk, misalnya karena mudharib lalai dan atau melanggar persyaratan-persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-maal tidak perlu menanggung kerugian seperti ini. "Para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Jelas hal ini konteksnya adalah business risk."32 Sedangkan untuk character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi wakil dari shahibul maal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul maal, sehingga wajib baginya berlaku amanah. Jika mudharib melakukan keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana, yaitu
melakukan
pelanggaran,
kesalahan,
dan
kelewatan
dalam
perilakunya yang tidak termasuk dalam bisnis mudharabah yang disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, mudharib tersebut harus menanggung kerugian mudharabah sebesar bagian kelalaiannya
32
sebagai
sanksi
dan
Ibid, hal. 198
xxxvi
tanggungjawabnya.
Ia
telah
menimbulkan kerugian karena kelalaian dan perilaku zalim karena ia telah memperlakukan harta orang lain yang dipercayakan kepadanya di luar ketentuan yang disepakati. Mudharib tidak pula berhak untuk menentukan sendiri mengambil bagian dari keuntungan tanpa kehadiran atau sepengetahuan shahibul maal sehingga shahibul maal dirugikan. Jelas hal ini konteksnya adalah character risk.33 Pihak mudharib yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib al-maal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada mudharib. Jaminan ini akan disita oleh shahib al-maal jika ternyata timbul kerugian karena mudharib melakukan kesalahan, yakni lalai dan ingkar janji. Kerugian yang timbul disebabkan karena faktor resiko bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahib al-maal. Cara penyelesaiannya adalah jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. d. Menentukan Besarnya Nisbah Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masingmasing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-menawar antara shahib al-maal dengan mudharib. Dengan demikian, angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, bahkan 99:1. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah 100:0 tidak diperbolehkan.34 e. Cara Menyelesaikan Kerugian 33 34
Ibid, hal.199 Ibid, hal. 199
xxxvii
Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal. Kemudian bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal.35
6. Investasi Berdasarkan Bagi Hasil Inti mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua bentuk kegiatan ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang maupun jasa. Salah satu bentuk kerjasama dalam bisnis atau ekonomi Islam adalah qirad atau mudharabah. Qirad atau mudharabah adalah kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau ketrampilan atau tenaga dalam pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha. Melalui mudharabah kedua belah pihak yang bermitra tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit dan loss sharing dari proyek ekonomi yang disepakati bersama.36
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada 2 yaitu: a. Faktor Langsung
35 36
Ibid, hal. 199 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 19
xxxviii
Faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio), penjelasannya adalah sebagai berikut: 1)
Investment
rate
merupakan
prosentase
aktual
dana
yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas; 2)
Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu rata-rata saldo minimum bulanan dan ratarata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan; 37
3)
Nisbah (profit sharing ratio) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu BMT dan BMT lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu BMT, misalnya pembiayaan mudharabah 5 bulan, 6 bulan, 10 bulan dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
b. Faktor Tidak Langsung Faktor-faktor tidak langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil:
37
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2002, hal. 106
xxxix
1) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah a) Shahibul Maal dan Mudharib akan melakukan share baik dalam pendapatan
maupun
biaya.
Pendapatan
yang
dibagihasilkan
merupakan pendapatan yang diterima setelah dikurangi biaya-biaya; b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. 2) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.38
8. Komponen Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah Beberapa hal yang terkait dengan perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: a. Saldo pembiayaan; b. Jangka waktu pengembalian; c. Sistem pengembalian, apakah mengangsur atau ditangguhkan; d. Hasil yang diharapkan oleh BMT; e. Nisbah bagi hasil; f.
Proyeksi pendapatan dari calon peminjam. Berdasarkan pengalaman usaha sebelumnya, proyeksi ini lebih mudah diketahui;
g. Realisasi pendapatan yang sesungguhnya. Berdasarkan laporan keuangan peminjam, besar kecilnya laba aktual menjadi dasar dalam pengambilan tingkat bagi hasil;
38
Ibid, hal. 106
xl
h. Tingkat persaingan harga, baik dengan lembaga keuangan sejenis maupun dengan lembaga konvensional.39
B. Konsep Pendapatan dan Biaya dalam Bagi Hasil 1. Pengertian Pendapatan dan Biaya a. Pendapatan Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas;
b. Biaya Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selam periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, atau aktivitas; termasuk pemberian jasa.40
2. Metode Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pendapatan bagi hasil adalah pendapatan yang diperoleh oleh bank bagi hasil yang berasal dari mudharabah dan musyarakah. Ditinjau dari cara menentukan jumlah rupiah pembayaran angsuran dan pokok pembiayaan terdapat dua metode yaitu: a. Bagi hasil netto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan dari usaha/proyek yang dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagihasilkan adalah laba dari sebuah usaha/proyek. Contoh: bila dari sebuah proyek atau usaha dihasilkan penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 dan biaya-biaya 39
Ridwan, op.cit., hal. 176 Ivan Rahmawan Arifin, Modul Kuliah Akuntansi Syariah, Surakarta, STAIN Surakarta, 2003, hal. 114 40
xli
usaha Rp 500.000,00, maka yang dibagihasilkan sebesar Rp 1.500.000,00. Ini disebut metode profit sharing; b. Bagi hasil brutto adalah bagi hasil yang didasarkan pada pendapatan usaha/proyek yang tidak dikurangi dengan biaya-biaya yang timbul. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dibagihasilkan adalah pendapatan dari sebuah usaha/proyek. Contoh: bila dari sebuah proyek atau usaha dihasilkan penjualan sebesar Rp 2.000.000,00 dan biaya-biaya usaha sebesar Rp 500.000,00, maka yang dibagihasilkan adalah sebesar penjualan yaitu Rp 2.000.000,00. Ini disebut metode revenue sharing.41 Ditinjau dari cara pembayaran nasabah kepada bank maka terdapat dua metode penerimaan pendapatan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah yaitu: a. Bagi hasil dibayarkan terpisah dengan angsuran pokok pinjaman, pada cara ini maka pendapatan bagi hasil yang diterima oleh bank bagi hasil merupakan pembayaran terpisah dari pembayaran angsuran pokok pembiayaan; b. Bagi hasil dibayarkan tidak terpisah dengan angsuran pokok pinjaman, pada cara ini maka pendapatan bagi hasil yang diterima merupakan pembayaran
bersamaan
dengan
pembayaran
angsuran
pokok
pembiayaan. Sebelum menyetujui sebuah usulan pembiayaan yang diajukan oleh nasabah maka bank bagi hasil akan membuat proyeksi pembayaran terlebih dahulu.42
41 42
Ibid, hal. 139-140 Ibid, hal. 140
xlii
3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi) Keuangan Sistem pencatatan dan pelaporan (akuntansi) keuangan, ada dua sistem yaitu: a. Accrual basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu meskipun realisasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya. b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan tanggal transaksinya.43
C. Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) 1. Pengertian Pembiayaan Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan bab I pasal I No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.44 Kata mewajibkan pada Undang-Undang di atas maksudnya adalah pihak yang dibiayai mewajibkan untuk mengembalikan uang pinjamannya, kecuali apabila terjadi resiko bisnis dalam mudharabah, maka tidak mewajibkan untuk mengembalikan uang pinjamannya.
2. Pengertian Akad Mudharabah Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Maksud dari kata memukul atau berjalan dalam hal ini adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam melaksanakan usaha.
43
Priyonggo Suseno dan Heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 2004, Yogyakarta, UII Press, hal. 13 44 Undang-Undang No.10 tahun 1998
xliii
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modalnya sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.45 Sedangkan menurut para ulama, istilah syarikah mudharabah memiliki pengertian yaitu pihak pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola untuk diperdagangkan. Pemodal berhak mendapat bagian tertentu dari keuntungan.46 Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi, bahwa telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-Qur'an, Sunnah, maupun Ijma'. Praktik mudharabah antara Khadijah dengan nabi, saat itu Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad Saw. keluar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal (shahib al-maal) sedangkan Nabi Muhammad Saw. berperan sebagai pelaksana usaha (mudharib). Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha,
dengan
tujuan
untuk
mendapatkan
untung
disebut
akad
mudharabah. Jadi akad mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.47
45
Syafi'I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, hal. 95 Abu Asma' Kholid Syamhudi, "Hakikat Mudharabah", Majalah As-Sunnah, (Surakarta) Ed. 3 TH X/1427H/2006M, hal. 17 47 Karim, op.cit., hal. 193 46
xliv
3. Landasan Syariah Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayatayat dan hadits berikut ini: a) Al-Qur'an
(20 : ) ﺍﳌﺰﻣﻞ.....ﻀ ِﻞ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﻦ ﹶﻓ ﻮ ﹶﻥ ِﻣﺘﻐﺒ ﻳ ﺽ ِ ﺭ ﻮ ﹶﻥ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷ ِﺮﺑﻳﻀ ﻭ ﹶﻥﺧﺮ ﻭﺀَﺍ ...... "….dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah …."48 Makna dari surat al-Muzzammil : 20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.
(10 : ) ﺍﳉﻤﻌﺔ..... ﷲ ِ ﻀ ِﻞ ﺍ ﻦ ﹶﻓ ﻮﺍ ِﻣﺘﻐﺑﺍﺽ ﻭ ِ ﺭ ﻭﺍ ﻓِﻲ ﹾﺍ َﻷﺸﺮ ِ ﺘﻼ ﹸﺓ ﻓﹶﺎﻧ ﹶﺖ ﺍﻟﺼ ِ ﻴﻀ ِ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﹸﻗ "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah …."49
(198 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ......ﺑ ﹸﻜﻢﺭ ﻦ ﻼ ِﻣ ﻀﹰ ﻮﺍ ﹶﻓﺘﻐﺒﺗ ﺡ ﹶﺃ ﹾﻥ ﺎﺟﻨ ﻢ ﻴ ﹸﻜﻋﹶﻠ ﺲ ﻴﹶﻟ "Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari Karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhan-mu…."50 Surat al-Jumu'ah:10 dan al-Baqarah: 198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha. b) Al-Hadits
ﺐ ِ ﺒ ِﺪ ﹾﺍ ﹸﳌ ﹶﻄﻠﱠ ﻋ ﻦ ﺑ ﺱ ﺎﻌﺒ ﺎ ﺍﹾﻟﺪﻧ ّﺳِﻴ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ:ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺎ ﹶﺃﻧﻬﻤ ﻨ ﻋ ﻲ ﺍﷲ ﺿ ِ ﺭ ﺱ ٍ ﺎﻋﺒ ﻦ ﺑﻯ ﺍﺭﻭ ﻨ ِﺰ ﹶﻝ ِﺑ ِﻪ ﻳ ﻭ ﹶﻻ ﺍﲝﺮ َ ﻚ ِﺑ ِﻪ ﺴ ﹸﻠ ﻳﺎ ِﺣِﺒ ِﻪ ﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻻﻋﻠﹶﻰ ﺻ ﻁ ﺮ ﹶ ﺘﺷ ﹰﺔ ِﺍﺎ ِﺭﺑﻣﻀ ﻊ ﹾﺍﳌﹶﺎ ﹶﻝ ﺩ ﹶﻓ ِﺇﺫﹶﺍ
48
Depag RI, op.cit., hal. 459 Ibid. hal. 442 50 Ibid hal. 24 49
xlv
ﻪ ﺮ ﹶﻃ ﺷ ﺒ ﹶﻠ ﹶﻎﻦ ﹶﻓ ﻤ ﺿ ﻚ ﻌ ﹶﻞ ﹶﺫِﻟ ﺒ ٍﺔ ﹶﻓِﺈ ﹾﻥ ﹶﻓﺭ ﹾﻃ ﺕ ﹶﻛِﺒ ٍﺪ ﹰﺔ ﺫﹶﺍﺍﺑﺘﺮِﻯ ِﺑ ِﻪ ﺩﺸ ﻳ ﻭ ﹶﻻ ﺎﺍ ِﺩﻳﻭ ﻩ ﺯ ﺎﻢ ﹶﻓﹶﺄﺟ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺳ ﺭ "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut pada Rasulullah Saw dan Rasulullah pun membolehkannya." (HR. Thabrani)51 c) Ijma' Imam Zailai dalam kitabnya Nasbu ar-Rayah (4/13) telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi pengolahan harta anak yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadis yang dikutip oleh Abu Ubaid dalam kitabnya al-Amwal (454) “Rasulullah saw. telah berkhotbah di depan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada di tanganmu janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat”.52 Indikasi dari hadis ini adalah menginvestasikan harta anak yatim secara mudharabah sudah dianjurkan, apalagi mudharabah dalam harta sendiri. Adapun
pengertian
zakat
disini,
seandainya
harta
tersebut
diinvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on investment (keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan senantiasa berkembang, bukan berkurang.53
51
Thabrani, dikutip oleh Syafi'i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, op.cit., hal. 96 52 Alaudin Al-Kasani, Bada'i Ash-Shana'i fi Tartib Asy-Syara'i, juz VI, hal. 79 53 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta, UII Press, 2005, hal. 15
xlvi
d) Qiyas Mudharabah diqiyaskan kepada al-musaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin dan ada pula yang kaya. Di satu sisi, banyak orang kaya yang tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi lain, tidak sedikit orang miskin yang mau bekerja, tetapi tidak memiliki modal. Dengan demikian, adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk memenuhi kebutuhan kedua golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.54 4. Rukun dan Syarat Mudharabah Ada beberapa rukun dan syarat dalam pembiayaan mudharabah yaitu: a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha) Akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), pihak kedua sebagai pelaksana usaha (mudharib). Syarat keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum.55 b. Objek mudharabah (modal dan kerja) Objek merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan berbentuk uang. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, ketrampilan, selling skill, management skill dan lain-lain. 56 Syarat objek mudharabah adalah: 1) modal harus diketahui jumlah dan jenisnya (mata uang);
54
Rachmat Syafe'I, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, Bandung, Pustaka Setia, 2001, hal. 226 55 Syafi'i Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, Jakarta, Tazkia Institute, 1999, hal. 174 56 Karim, op.cit., hal. 194
xlvii
2)
modal harus tunai.57
Para fuqaha tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah. Para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya mudharabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudharib telah bekerja. Para ulama Syafi'i dan Maliki melarang hal itu karena merusak sahnya akad.58 c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul) "Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip 'an-taraadhim minkum (sama-sama rela)."59 Kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
Si
pemilik
dana
setuju
dengan
perannya
untuk
mengkontribusikan dana dan si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Syaratnya adalah melafazkan ijab dari yang punya modal dan qabul dari yang menjalankannya.60 d. Nisbah Keuntungan "Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah."61 Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
57
Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, op.cit., hal. 175 Karim, op.cit., hal.194 59 Karim, op.cit., hal. 194 60 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 73 61 Karim, op.cit., hal. 194 58
xlviii
Syaratnya adalah: 1) Keuntungan harus dibagi untuk kedua pihak; 2) Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu kontrak dan proporsi tersebut harus dari keuntungan; 3) Nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu; 4) Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pemodal dan pengelola.62
5. Perkara yang Membatalkan Mudharabah Mudharabah dianggap batal pada hal berikut: a. Pembatalan, larangan berusaha dan pemecatan; b. Salah seorang aqid meninggal dunia; c. Salah seorang aqid gila; d. Pemilik modal murtad; e. Modal rusak di tangan pengusaha.63
6. Jenis-Jenis Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: a. Mudharabah Muthlaqah "Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
62 63
Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, op.cit, hal. 176 Syafe'i, op.cit., hal. 237
xlix
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis."64 Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if'al ma syi'ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. Jenis usaha disini mempunyai syarat yaitu aman, halal dan menguntungkan. b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah
muqayyadah
atau
istilah
lainnya
restricted
mudharabah/specified mudharabah adalah mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.65
7. Terjadinya Kerugian Kerugian dalam mudharabah adalah ketidakmampuan nasabah dalam membayar cicilan pokok senilai pembiayaan yang telah diterimanya atau jumlah seluruh cicilan lebih kecil dari pembiayaan yang telah diterimanya. Kerugian ditanggung oleh bank syariah, kecuali akibat: a. nasabah melanggar syarat yang telah disepakati; b. nasabah lalai dalam menjalankan modalnya.66 Kemungkinan bank menderita kerugian dari berbagai operasinya menyalurkan dananya kepada masyarakat, apabila terdapat banyak sekali nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya. Namun, apabila bank Islam dikelola secara profesional kemungkinan terjadinya kerugian sangat kecil, karena kerugian disalah satu portofolio akan dapat ditutupi dengan 64
Antonio, op.cit., hal. 97 Ibid, hal. 97 66 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, op.cit., hal. 74 65
l
keuntungan pada portofolio lain, dalam hal ini semuanya terhimpun dalam pot dana (pool of fund).67 Cara mengurangi risiko kerugian yang dihadapi nasabah atau mengurangi jumlah nasabah yang tidak memenuhi kewajibannya, maka diperlukan peningkatan profesionalisme para pengelola bank Islam terutama dalam menilai kelayakan proyek dan karakter nasabah. Proyekproyek yang besar dianjurkan memakai akuntan public untuk menilai laporan keuangan proyek.
8. Teknik Mudharabah dalam Perbankan Teknik mudharabah dalam perbankan sebagai berikut: 4. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal, harus diserahkan tunai, dapat berupa uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus
jelas tahapannya dan disepakati
bersama; 5. Hasil
pengelolaan
modal
pembiayaan
mudharabah
dapat
diperhitungkan dengan dua cara: 1) perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing); 2) perhitungan dari keuntungan proyek (profit sharing); 6. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang telah disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung
seluruh
kerugian
kecuali
akibat
kelalaian
dan
penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana; 67
Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta, Dana Bhakti Wakaf, 1992, hal.45
li
7. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah; 8. Jika nasabah cidera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban dapat dikenakan sanksi administrasi.68
9. Manfaat Mudharabah Manfaat mudharabah adalah sebagai berikut: a. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat; b. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah; d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar aman, halal dan menguntungkan karena keuntungan yang konkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan; e. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap.69
68
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta, Ekonisia, 2004, hal. 70-71 69
Antonio, op.cit., hal. 97-98
lii
Gambar 2 Skema Mudharabah Pada BMT KHONSA Perjanjian Bagi Hasil
Nasabah (Mudharib)
Keahlian / keterampilan
Modal 100%
BMT KHONSA (Shahibul Maal)
PROYEK/USAHA Nisbah X% 100 % Kelalaian
Nisbah Y%
LABA RUGI
Pengambilan Modal Pokok
100 % Force Majfur (Musibah) dan Business Risks
Sumber Data: BMT KHONSAMODAL Cilacap D. Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: 1) 2)
Laba pembiayaan mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.70 Pengakuan laba atau rugi mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima oleh bank. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba, dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berkaitan dengan
70
IAI, PSAK No. 59, Jakarta, 2002
liii
pengelolaan dana mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan, dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah.71 Rugi
pembiayaan
mudharabah
yang
diakibatkan
penghentian
mudharabah sebelum masa akad berakhir diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah. Rugi pengelolaan yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan pada pengelola dana. Bagian laba bank yang tidak dibayarkan oleh pengelola dana pada saat mudharabah selesai atau dihentikan sebelum masanya berakhir diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada pengelola dana.
E. Filosofis BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) 1. Pengertian BMT Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil.72 Baitul maal wattamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada batasan ekonomi, sosial bahkan agama. Masyarakat dapat berperan aktif dalam membangun sebuah sistem keuangan yang lebih adil dan penting mampu menjangkau lapisan pengusaha yang terkecil. Peran
BMT
lingkungannya 71 72
dalam
merupakan
menumbuhkembangkan sumbangan
Ibid Sudarsono, op.cit., hal. 96
liv
yang
usaha
sangat
mikro
berarti
di bagi
pembangunan nasional. BMT tidak digerakkan dengan motif laba semata, tetapi juga dengan motif sosial. BMT beroperasi dengan pola syariah, maka mekanisme kontrolnya tidak hanya dari aspek ekonomi saja, tetapi agama atau akidah menjadi faktor pengontrol dari dalam yang lebih dominan.73
2. Landasan BMT Baitul maal wattamwil (BMT) berlandaskan prinsip syariah Islam, keimanan,
keterpaduan
kebersamaan,
kemandirian
(kaffah), dan
kekeluargaan
profesionalisme.
atau Dengan
koperasi, demikian,
keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal, sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.74 Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang.
Keterpaduan
mengisyaratkan
adanya
harapan
untuk
mencapai sukses di dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus profesional. Landasan Syariah BMTadalah sebagai berikut: a. Al-Qur'an
(282 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ..... ﻩ ﻮﺘﺒﻰ ﻓﹶﺎ ﹾﻛﺴﻤ ﺟ ٍﻞ ﻣ ﻳ ٍﻦ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃﺪ ﻢ ِﺑ ﺘﻨ ﺍﻳﺗﺪ ﻮﹾﺍ ِﺇﺫﹶﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻬﺂﹶﺃﻳﻳ 73 74
Ridwan, op.cit., hal. 73-74 Ibid, hal. 129
lv
" Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." 75 b. Al-Hadist Salah satu hadist Rasulullah saw, menegaskan bahwa:
ﻣﺎ ﺮ ﺣ ﺣﻞﱠ ﻭ ﹶﺃ ﻼ ﹰﻻ ﹶﺃ ﺣ ﹶ ﻡ ﺣﺮ ﻢ ِﺍﻻﱠ ﻭ ِﻃ ِﻬ ﺮ ﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﻮ ﹶﻥ ﻤ ﺴ ِﻠ ﻤ ﹶﺍﹾﻟ " Kaum muslimin (dalam kebebasan) sesuai dengan syarat dan kesepakatan mereka, kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram."(at-Tirmidzi)76
Islam
mendorong penganutnya berjuang untuk mendapatkan harta
dengan berbagai cara, asalkan sesuai dengan syariat Islam yaitu harta yang halal lagi baik, tidak menggunakan cara batil, tidak berlebihlebihan/melampaui batas, tidak menzalimi maupun dizalimi, menjauhkan diri dari riba, maisir (perjudian), gharar (ketidakjelasan) serta tidak melupakan tanggung jawab sosial berupa zakat, infak, shadaqah.77
3.Ciri-Ciri Utama BMT Ciri-ciri utama BMT adalah sebagai berikut: a. Beroperasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan masyarakat; b. Bukan lembaga sosial, tetapi bermanfaat untuk mengefektifkan pengumpulan dan pensyarufan dana zakat, infaq dan sedekah bagi kesejahteraan orang banyak; c. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di sekitarnya; d. Milik bersama masyarakat bahwa bersama dengan orang kaya disekitar BMT, bukan milik perseorangan atau orang dari luar masyarakat. Atas dasarnya ini BMT tidak dapat berbadan hukum perseroan.78 75
Depag RI, op.cit., hal. 37 At-Tirmidzi dikutip oleh Syafi'i Antonio, dalam bukunya Bank Syariah dari Teori ke Praktek, op.cit., hal. 11 77 Ibid, hal. 12 78 Ridwan,op.cit., hal. 132 76
lvi
4. Ciri-Ciri Khusus BMT Baitul maal wattamwil (BMT) merupakan lembaga milik masyarakat, sehingga
keberadaannya
akan
selalu
dikontrol
dan
diawasi
oleh
masyarakat. Laba atau keuntungan yang diperoleh BMT juga akan didistribusikan kepada masyarakat, sehingga maju mundurnya BMT sangat dipengaruhi oleh masyarakat di sekitar BMT berada. Selanjutnya BMT memiliki ciri khusus sebagai berikut: a. Staf dan karyawan BMT bertindak proaktif, tidak menunggu tetapi merebut bola, baik untuk menghimpun dana anggota maupun untuk pembiayaan; b. Kantor dibuka dalam waktu tertentu yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasar; c. BMT mengadakan pendampingan usaha anggota; d. Manajemen BMT adalah professional Islami; 1) Administrasi keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi syariat; 2) Setiap bulan BMT akan menerbitkan laporan keuangan dan penjelasan dari sisi laporan tersebut; 3) Setiap bulan buku yang ditetapkan, maksimal sampai bulan Maret tahun berikutnya, BMT akan menyelenggarakan Musyawarah Anggota Tahunan. Forum ini merupakan forum permusyawaratan tertinggi; 4) Aktif menjemput bola, berprakarsa, kreatif-inovatif, menemukan masalah dan memecahkannya secara bijak dan memberikan kemenangan kepada semua pihak (win-win solution);
lvii
5) Berfikir, bersikap dan bertindak "Ahsanu 'Amala" atau service excellence; 6) Berorientasi kepada pasar bukan pada produk.79
F. Kerangka Berfikir Salah satu pendapatan utama BMT adalah dari produk pembiayaan mudharabah. Produk ini menggunakan prinsip bagi hasil, yang di tentukan berdasarkan kesepakatan dan menggunakan prosentase keuntungan tertentu. Metode perhitungan bagi hasil yang digunakan adalah revenue sharing sesuai yang ditentukan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Revenue sharing merupakan suatu metode perhitungan bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan. Hal-hal yang mempengaruhi bagi hasil adalah saldo pembiayaan, jangka waktu pengembalian, sistem pengembalian, hasil yang diharapkan oleh BMT, nisbah bagi hasil, proyeksi pendapatan dari calon peminjam, realisasi pendapatan yang sesungguhnya, tingkat persaingan harga, baik dengan lembaga keuangan sejenis maupun dengan lembaga konvensional.80 Mengingat hal tersebut apabila saldo pembiayaan tinggi, nisbah bagi hasil tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh BMT akan tinggi pula. Sedangkan jangka waktu pembiayaan terkait dengan jumlah angsuran bagi hasil yang akan diterima setiap bulan. Apabila jangka waktu pendek, maka angsuran yang diperoleh akan besar. Apabila jangka waktu pembiayaan panjang, maka angsuran bagi hasil yang diterima akan cenderung kecil.
79 80
Ibid, hal. 133-134 Ibid, hal. 176
lviii
Kalau angsuran pokok tergantung dari saldo pembiayaan. Apabila angsuran pokok besar, maka saldo pembiayaan sedikit atau cepat lunas. Apabila angsuran pokok kecil, maka saldo pembiayaan besar atau pelunasannya lama. Gambar 3 Kerangka Berfikir Saldo pembiayaan Jangka waktu pengembalian Sistem pengembalian Bagi hasil yang diterima oleh BMT
Hasil yang diharapkan Nisbah bagi hasil Proyeksi pendapatan Tingkat persaingan harga
Fatwa DSN Saldo pembiayaan, jangka waktu pengembalian, sistem pengembalian, hasil yang diharapkan oleh BMT, nisbah bagi hasil, proyeksi pendapatan dari calon peminjam dan tingkat persaingan harga akan berpengaruh secara signifikan terhadap bagi hasil yang diterima oleh BMT. Metode yang digunakan BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN, maka bagi hasil yang diperoleh BMT juga sudah sesuai dengan Fatwa DSN, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
lix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni 2006 dan tempat penelitiannya berada di BMT KHONSA Cilacap, Jalan Gatot Subroto No. 120 Cilacap, Telp. (0282) 541520. Penulis melaksanakan penelitian bulan Juni karena sistem laporan keuangan BMT tersebut menggunakan sistem triwulanan. Bulan tersebut sudah mewakili untuk membuat laporan
lx
keuangan triwulan kedua atau setengah tahun, sehingga penulis dapat memperoleh data yang valid dalam melakukan penelitian di BMT tersebut.
B. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Berdasarkan tempat penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah field reseach, yaitu penelitian yang sumber datanya diperoleh dengan mendatangi perusahaan secara langsung sebagai objek penelitian. 2. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah memaparkan data dan memberikan gambaran penjelasan secara teoritik yang didasarkan pada masalah yang diteliti yang ada di lapangan serta mengeksplorasikan ke dalam bentuk laporan. Penulis juga memaparkan data dalam bentuk angka-angka, kemudian angka-angka perhitungan bagi hasil tersebut akan dideskripsikan ke dalam data kualitatif, sehingga memudahkan penulis untuk mengambil kesimpulan. Data tersebut adalah akad, data perhitungan pembayaran angsuran mudharabah dan data nasabah pembiayaan mudharabah. 3. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pihak BMT KHONSA Cilacap. Data tersebut yaitu jawaban responden
lxi
(nasabah dan pihak BMT KHONSA Cilacap) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan merupakan pengelolanya. Data tersebut adalah perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, akad, angsuran nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap. 4. Metode Pengumpulan Data a. Studi Lapangan
1) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data-data dengan melakukan review terhadap dokumen yang berkaitan dengan masalah tersebut. 2) Interview, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tatap muka atau wawancara pada pihak BMT KHONSA Cilacap untuk memberikan data yang diperlukan dalam proses penelitian.
b. Studi Pustaka Pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku yang membahas dan berhubungan dengan objek penelitian.
C. Populasi, Sampel dan Tenik Pengambilan Sampel
lxii
"Populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang diteliti."81 Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah pembiayaan mudharabah. Populasi yang digunakan oleh penulis adalah 130 nasabah pembiayaan mudharabah. "Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci."82 "Krejcie dan Morgan (1970) telah memberikan panduan dalam menentukan jumlah anggota sampel dari populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95%."83 "Semakin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel menjauhi populasi maka semakin besar kesalahan generalisasi."84 Penulis menentukan jumlah sampel yang diambil adalah 30 nasabah pembiayaan mudharabah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode pengambilan sampel probabilitas/acak (random sampling), yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dengan memberikan pertanyaan kepada 30 nasabah pembiayaan mudharabah yang dianggap sudah mewakili dan dapat memberikan informasi yang jelas tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh penulis.
D. Metode Analisis Data
81
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta, UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1995, hal. 109 82 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, Yogyakarta, UPFE UMY, 2005, hal. 95 83 Sugiyono, Statistik Non Parametris, Bandung, Alfa Beta, 2004, hal. 11 84 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfa Beta, 1998, hal. 63
lxiii
Metode analisis data yang dipakai oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Penulis menggunakan data nasabah pembiayaan mudharabah untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Rumus yang digunakan oleh penulis adalah:85
Plafon Pembiayaan Jangka waktu
Angsuran Pokok
=
Laba
= % laba x Saldo Pembiayaan
BAHAS BMT
= Nisbah BAHAS x laba
Simpanan Pembiayaan = 0,25% x Plafon Pembiayaan Total Angsuran
= Angsuran Pokok + BAHAS + Simpanan Pembiayaan
Saldo Bulan Kedua
= Saldo Bulan 1 - Angsuran Pokok
Dimana : a. Angsuran Pokok
: Pembayaran angsuran pembiayaan tanpa
ditambah dengan bagi hasil yang dibayarkan setiap bulan. b. Plafon Pembiayaan : Batas maksimal pembiayaan yang diberikan kepada nasabah. c. Jangka Waktu
: Waktu pembayaran pelunasan pembiayaan.
d. Laba
: Keuntungan yang diperoleh BMT dari hasil
usaha nasabah pembiayaan mudharabah. e. BAHAS
: Bagi Hasil.
f. Nisbah BAHAS
: Prosentase yang ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan antara pihak BMT dengan pihak nasabah.
85
Ridwan, op.cit., hal. 176
lxiv
g. Simpanan Pembiayaan : Simpanan nasabah yang besarnya ditentukan oleh BMT pada saat aqad sebesar 0,25% dari plafon pembiayaan. h. Total Angsuran
: Angsuran yang terdiri dari angsuran pokok,
BAHAS dan simpanan pembiayaan. i. Saldo Pembiayaan
: Jumlah saldo pembiayaan mudharabah yang
harus dibayar oleh nasabah setelah dikurangi dengan angsuran pokok. 2. Setelah mengetahui total angsuran nasabah pembiayaan mudharabah, maka
penulis
akan
menganalisis
cara
pembayaran
pembiayaan
mudharabah dengan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menilai kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut: a. Cara pembayaran angsuran bagi hasil yang dilakukan setiap bulan disesuaikan dengan nisbah bagi hasil dari keuntungan yang didapat oleh nasabah; b. Angsuran pokok dibayar setiap bulan. Berdasarkan rumus tersebut kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif, metode yang digunakan dalam proses penalarannya yaitu metode induktif. Metode induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat studi lapangan menuju kepada teori.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap) 1. Profil BMT KHONSA Cilacap
lxv
BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tanggal 19 Oktober 1999, dengan Badan Hukum No. :092/BH/KDK/11/XII/2000, didasari ikhlas mencari ridho Allah, BMT KHONSA telah mampu mengukir prestasi dan ikut berperan aktif dalam mengembangkan potensi umat, khususnya masyarakat kecil. Berdasarkan wawancara dengan manager umum pada BMT KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag., alasan pemilihan lokasi kantor BMT ini adalah sebagai berikut: a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini disebabkan letak daerah tersebut terdapat di jalan utama dimana semua angkutan kota melewati jalan tersebut; b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan lembaga keuangan syariah lainnya; c.
Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian kota Cilacap yaitu di Jalan Gatot Subroto No.120 Cilacap, disana terdapat pertokoan di sepanjang jalan dan terdapat tempat keramaian atau hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT KHONSA dalam mempromosikan dirinya. Atas dasar amanah dan kerja sama dengan berbagai pihak, BMT
KHONSA telah membantu pembiayaan Rp. 2 Milyar lebih bagi 1000 orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi, BMT KHONSA berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang kuat, profesional dan unggulan.
2. Visi dan Misi
lxvi
Visi BMT KHONSA Cilacap adalah mengembangkan kualitas ekonomi dan kesejahteraan umat melalui : a. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan simpanan umat; b. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan investasi; c. Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas jaringan kerja dengan pendekatan sosial, ekonomi produktif dan dakwah. Misi BMT KHONSA Cilacap adalah menjadi lembaga keuangan syariah, profesional, produktif, unggul dan berperan bagi pengembangan dakwah.
3. Data Lembaga a. Nama Koperasi
: KSU BMT KHONSA
b. Tempat Kedudukan Pusat : Jl. Gatot Subroto No.120 Cilacap No.Telepon
: (0282) 541520
No. Fax
: (0282) 541766
E-mail
:
[email protected]
Unit Pasar Gede
: Kios Blok A Lt II No. 129 Cilacap
Unit
:
Maos
Pasar
Tambangan
Jl.
Raya
Sampang Cilacap No. Telepon
: (0282) 695503
Unit Gandrungmangu
: Jl. Raya Gandrung-Sidareja Cilacap
No.Telepon
: (0280) 523782
lxvii
Maos-
c. Dewan Syariah
: H. Arwani Amin Lc
d. Ketua Pengurus
: Listiyanto A.Md
e. Manager
: Alif Ediyanto S.Ag
f. Jumlah Tenaga Kerja
: 13 orang
g. Tanggal Pendirian
: 19 Oktober 1999
4. Landasan Hukum a. Badan Hukum
: Koperasi
b. Nomor Badan Hukum
: 092/BH/KDK.11.16/XII/2000
c. NPWP
: 02.063.960.5-522.000
5. Struktur Organisasi Struktur Organisasi Pelaksanaan KSU BMT KHONSA: Dewan Pengurus: 1. Ketua
: Listiyanto A.Md.
2. Sekretaris : Juhartono ST. 3. Bendahara : Nurcholis 4. Anggota
: 1. Karsito S.Pd. 2. Sapto Widod Jati ST.
Dewan Pengawas Syariah: 1. H. Arwani Amin Lc. 2. Ir. M. Syaifullah 3. Drs. Faiz al Hamidi Dewan Pengelola:
lxviii
Manager Umum
: Alif Ediyanto S.Ag.
Kepala Bagian Operasional Pembukuan
: Ani Widiarti SE.
Staff Operasional Pembukuan
: Indriyani
Staff Operasional Pembukuan
: Nikmawati
Kepala Bagian Keuangan
: Suswanti
Kepala Bagian Pemasaran
: Utrianingsih
Staff Pemasaran
: Suparudin
Staff Pemasaran
: Suprayitno
Staff Pemasaran
: Warso
Staff Pemasaran
: Ahmad Faroid
Kepala Cabang BMT KHONSA Pasar Gede : Andys Setyorini SE. Kepala Cabang BMT KHONSA Maos
: M. Ahyadi
Kepala Cabang BMT KHONSA Gandrung
: Lamijan
6. Motto, Prinsip dan Komitmen a. Motto Usaha
: Mitra Anda Menuju Sukses
b. Motto Pelayanan
: Aman, Lancar, Mudah, Berkah sesuai Syariah
c. Prinsip Usaha
: Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah dan Itqon
d. Komitmen
: Profesional, Mandiri dan Independen
7. Jenis Produk a. Simpanan 1) Simpanan Mudharabah
(SIMUDAH)
2) Simpanan Berjangka Mudharabah
(SAJADAH)
3) Simpanan Untuk Qurban
(SUQUR)
lxix
4) Simpanan Masa Depan
(SIMAPAN)
5) Simpanan Anak Sekolah
(SIMAS)
6) Simpanan Haji Mabrur
(SAHAM)
7) Simpanan Penyertaan Modal Investasi (SIMPATI) b. Layanan Pembiayaan 1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil) 2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan) 3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha) 4) Rahn (pembiayaan gadai) 5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa) 6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan) c. Layanan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) BMT KHONSA membuka layanan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Hibah untuk dikelola sesuai dengan syariah dan disalurkan kepada 8 asnaf, melalui Program Integral Dakwah Divisi Baitul Maal KHONSA: 1) Bina Ekonomi Dhu’afa
(BEDA)
2) Bina Sekolah Anak Dhu’afa
(BISA)
3) Bina Kesehatan Sosial
(BAKSOS)
4) Bina Aqidah, Syariah dan Akhlaq
(BIASA)
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersumber dari data perhitungan pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah pada nasabah BMT KHONSA Cilacap, aqad pembiayaan mudharabah antara nasabah sebagai mudharib dan pihak BMT
lxx
KHONSA Cilacap sebagai shahibul maal, serta jawaban responden ( pihak BMT dan nasabah) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah. Kemudian penulis menggunakan data-data tersebut untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Penilaian pada metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang metode perhitungan bagi hasil yang dipakai pada BMT KHONSA Cilacap, karena dengan penelitian tersebut BMT KHONSA Cilacap akan mengetahui metode perhitungan bagi hasil yang digunakan sesuai dengan
Fatwa
DSN
No.15/DSN-MUI/IX/2000.
Untuk
itu
penulis
memfokuskan pada metode pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, sehingga BMT tersebut dapat meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang. Contoh kasus 1 : Pada tanggal 20 Desember 2005, Pak Muhadir seorang pedagang beras ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp 2.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1,5 tahun atau 18 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan mudharabah. Pak Muhadir dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai melunasi pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Pak Muhadir boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan.
lxxi
Contoh kasus 2 : Pada tanggal 31 Oktober 2005, Bu Suprapti seorang pedagang gerabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp 1.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1 tahun atau 12 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan mudharabah. Bu Suprapti dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk membayar
simpanan
pembiayaan,
apabila
sudah
selesai
melunasi
pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Bu Suprapti boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan. Contoh kasus diatas akan dibahas oleh penulis dalam pembahasan hasil analisis data.
C. Pembahasan Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan membahasnya secara detail dan terperinci.
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Di BMT KONSA Cilacap Contoh kasus 1 dan 2 akan dibahas oleh penulis secara terperinci. Data yang dipakai dalam menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada
lxxii
pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap adalah data nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran pada pembiayaan mudharabah. Penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah Nama Alamat Tgl. Pby. Jth Tempo Jml. Pemby.
: Muhadir : Jl. Tambakan No.10 Rt. 05/ 06 Cilacap : 20 Desember 2005 : 20 Juni 2007 : Rp 2.000.000,00 Angsuran Pembiayaan (Rp) Saldo Pemby. No. Tanggal (Rp) Pokok BAHAS 1. 18/01/06 1.888.800 111.200 60.000 2. 28/02/06 1.777.600 111.200 56.700 3. 20/03/06 1.666.400 111.200 53.400 4. 20/04/06 1.555.200 111.200 50.000 5. 30/05/06 1.444.000 111.200 46.700 6. 20/06/06 1.332.800 111.200 43.400 7. 20/07/06 1.221.600 111.200 40.000
Simp. Pby. (Rp) 2.100 5.400 5.400 8.800
Sumber: Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya. Jumlah pembiayaan Rp 2.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp 2.000.000,00 : 18 bulan = Rp 111.111,00 atau dibulatkan menjadi Rp 111.200,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 2.000.000,00 = Rp 300.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp 300.000,00 = Rp 60.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka
lxxiii
penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing. Tabel 2 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah Nama : Suprapti Alamat : Jl. Kokosan Rt.01/10 Cilacap Tgl. Pby. : 31 Oktober 2005 Jth Tempo : 31 Oktober 2006 Jml. Pemby. : Rp 1.000.000,00 Angsuran Pembiayaan (Rp) Saldo Pemby. No. Tanggal (Rp) Pokok BAHAS 1. 30/11/05 916.600 83.400 30.000 2. 26/12/05 833.200 83.400 27.500 3. 27/01/06 749.800 83.400 25.000 4. 28/02/06 666.400 83.400 22.500 5. 28/03/06 583.000 83.400 20.000 6. 29/04/06 499.600 83.400 17.500 7. 31/05/06 416.200 83.400 15.000 8. 30/06/06 332.800 83.400 12.500
Simp. Pby. (Rp) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 8.100 2.500
Sumber : Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya. Jumlah pembiayaan Rp 1.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp 1.000.000,00 : 12 bulan = Rp 83.333,33 atau dibulatkan menjadi Rp 83.400,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp 150.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp 150.000,00 = Rp 30.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing. Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BMT dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah
lxxiv
akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman. Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang dipinjam dibagi dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan oleh
nasabah.
Berdasarkan
hal
tersebut
diatas,
maka
penulis
menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan komputer (lihat lampiran) dengan uji 2 sampel t (paired samples test), maka langkahlangkah pengujian: 1. Menentukan Hipotesa Ho : µ1 ≤ µ 2 (Revenue sharing lebih kecil atau sama dengan profit sharing) Ha : µ1 > µ 2 (Revenue sharing lebih besar atau lebih menguntungkan daripada profit sharing) 2. Level of signifikan ( α = 0,05 ) 3. Kriteria pengujian Ho diterima bila = -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Ho ditolak bila = t hitung >t tabel atau t hitung <-t tabel
4. Perhitungan nilai t hitung untuk sampel berpasangan
lxxv
t=
X1 − X 2 s s 12 s 22 + − 2r 1 n n1 n 2 1
s 2 n 2
Berdasarkan perhitungan, t sebesar = 10,106 hasilnya adalah t hitunng > t tabel yaitu 10,106 > 1,669 5. Hasil Pengujian Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh 10,106 > 1,669 maka Ho ditolak artinya metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing. Hasil pengujian diatas dapat dibuat grafik metode revenue sharing (laba kotor) dan metode profit sharing (laba bersih) adalah sebagai berikut:
2.000.000 1.900.000 1.800.000 1.700.000 1.600.000 1.500.000 1.400.000 1.300.000 1.200.000 1.100.000 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Laba Bersih
Andriyanto Titik Ida Sudiyono Lamijan Endang Triyanto Pujiyono Edi Muhadir Danar Andi Doni Yeni Sutri Susilowati Yayan Fulyani Yohanah Tiyem Anang Sumini Sapon Suprapti Mudiri Agus Indra Denis Sarno Manto Total Laba
Laba Kotor
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112131415161718192021222324252627282930
lxxvi
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang ada di BMT KHONSA
Cilacap
dan
laporan
laba
rugi
nasabah
pembiayaan
mudharabah (data terlampir) dari populasi sebanyak 130 orang dan penulis mengambil sampelnya sebanyak 30 orang, maka rata-rata nasabah tersebut adalah 130 : 30 = 4,33. Penulis akan menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya, yang dapat dihitung dari pendapatan dan beban-beban operasional BMT. Perhitungan ini ada dalam bentuk tabel yaitu: Tabel 3 Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan Mudharabah Uraian Yang Berjalan Metode Profit Selisih Selama Ini Sharing Pendpt. bagi hasil Rp 91.618.225,00 Rp 90.878.040,00 atas pemby. diberikan Pendpt. adm. atas Rp 9.998.650,00 Rp 9.998.650,00 pemby. diberikan Pendpt. Rp 2.216.650,00 Rp 2.216.650,00 Operasional lainnya Pendpt. non Rp 1.568.550,00 Rp 1.568.550,00 operasional Pendpt. proyek Rp 20.471.810,44 Rp 20.471.810,44 KPPA PG Total Pendapatan Rp 125.873.885,44 Rp 125.133.700,4 Beban bagi hasil atas simpanan Beban bagi hasil atas pemby. diterima Beban adm. atas pemby. diterima Beban adm. & umum Beban organisasi Beban dana yayasan Beban penghapusan
Rp 13.283.859,96
Rp 13.283.859,96
Rp
6.939.892,41
Rp
6.939.892,41
Rp
851.450,00
Rp
851.450,00
Rp 70.044.492,21
Rp 70.044.492,21
Rp
1.799.000,00
Rp
1.799.000,00
Rp
9.242.900,00
Rp
9.242.900,00
Rp
4.603.900,00
Rp
4.603.900,00
lxxvii
pemby. Beban dana pengurus Beban operasional lainnya Beban non operasional Beban pendidikan & latihan Beban proyek KPPA PG Beban pajak terutang Total Beban
Rp
2.443.200,00
Rp
2.443.200,00
Rp
4.466.350,00
Rp
4.466.350,00
Rp
2.247.300,00
Rp
2.247.300,00
Rp
696.600,00
Rp
696.600,00
Rp
136.800,00
Rp
136.800,00
Rp
160.800,00
Rp
160.800,00
Rp 116.916.544,58 Rp 116.916.544,58
Laba
Rp
8.957.340,86
Rp
8.217.155,9
Rp 740.184,96
Sumber Data: Laporan Keuangan BMT KHONSA Cilacap Tahun 2005 Laba BMT = Pendapatan - Beban Berdasarkan tabel diatas, maka penulis akan menghitung pendapatan bagi hasil atas pembiayaan diberikan dengan metode profit sharing adalah laba untuk BMT x total laba bersih 1 bulan x rata-rata nasabah x 1 tahun = 20% x Rp 8.745.000,00 x 4,33 x 12 bulan = Rp 90.878.040,00. Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut maka penulis mengetahui
bahwa
dengan
metode
revenue
sharing
lebih
menguntungkan bagi pihak BMT sebesar Rp 740.184,96; karena perhitungan bagi hasil dengan revenue sharing didasarkan pada laba kotor, sedangkan profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada laba bersih. Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh BMT KHONSA Cilacap dari laba kotor mudharib, maka penulis menganalisis metode yang digunakannya adalah metode revenue
lxxviii
sharing, yang lebih menguntungkan pihak BMT tersebut, dengan alasan sebagai berikut: a. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan oleh BMT KHONSA Cilacap; b. BMT mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah pembiayaan; c. BMT tidak menanggung resiko biaya-biaya dari pengelolaan usaha nasabah yang dibiayai oleh BMT dikarenakan BMT tidak ikut mengelola; d. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah pihak (BMT dan nasabah).
2. Analisis
Kesesuaian
Metode
Perhitungan
Bagi
Hasil
Pada
Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap
Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian metode
perhitungan
bagi
hasil
pada
pembiayaan
mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap. Tabel 4 Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap No.
Item Dalam Distribusi Hasil Usaha
Implementasi Distribusi Hasil Usaha
1.
Akad
Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar-menawar
lxxix
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Fatwa DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha
Kesesuaian
Sesuai
2.
Metode Bagi Hasil
antara nasabah dan BMT, sehingga saling rela dan saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati di BMT KHONSA Cilacap adalah 20%:80%. Metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing.
dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Distribusi Hasil Usaha Butir ke3 Fatwa DSN No.15/DSNMUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Disribusi Hasil Usaha Butir ke1&2.
Sesuai
Berdasarkan hasil wawancara dengan manager umum pada BMT KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag, yaitu apabila nasabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi akad pembiayaan. Akad yang dipakai di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan syariah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar-menawar sehingga saling rela ('an-taraadhim minkum) juga saling percaya antara nasabah pembiayaan mudharabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap, proses pembiayaannya sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan, jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan analisis usaha nasabah. Metode perhitungan yang dipakai oleh BMT KHONSA Cilacap yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan nisbah bagi hasil menurun, yang diangsur setiap bulannya. Metode
lxxx
revenue sharing yang diterapkan di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap menarik jaminan berupa sertifikat tanah, sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi kontrak ini, maka pihak shahibul maal (BMT) dibolehkan meminta jaminan kepada mudharib. Tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor resiko bisnis, maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul maal (BMT). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur, hal ini dikhawatirkan apabila dibayar diakhir periode usaha maka akan terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh. Pada BMT tersebut sasaran pembiayaan mudharabah adalah pengusaha mikro dan tidak mungkin kontraktor, karena modal yang dimiliki BMT kecil, tidak seperti modal yang dimiliki oleh bank syariah. Sedangkan modal untuk kontraktor itu besar. Pihak BMT dan nasabah harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya. Kalau dalam mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya, maka solusinya yaitu pihak BMT akan menghubungi nasabahnya untuk mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BMT akan memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabah tetap belum bisa melunasinya maka pihak BMT akan membolehkan nasabahnya untuk menunda angsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang antara nasabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap yaitu dengan cara memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran
lxxxi
angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalahgunakan dananya, maka solusinya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap akan menarik
jaminan
dari
mudharib
yang
menyalahgunakan
dana
pembiayaan mudharabah. Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan kepada 30 nasabah pembiayaan mudharabah sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk membuktikan jawaban dari manager umum, sehingga penulis mengetahui kenyataan yang dialami oleh para nasabah BMT tersebut. Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut kepada 30 nasabah pembiayaan mudharabah, ditemukanlah kesesuaian antara pihak BMT dan nasabah, sehingga BMT tersebut dalam menggunakan metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yaitu metode revenue sharing.
lxxxii
lxxxiii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Profil Obyek Penelitian (BMT KHONSA Cilacap) 1. Profil BMT KHONSA Cilacap BMT KHONSA Cilacap berdiri sejak tanggal 19 Oktober 1999, dengan Badan Hukum No. :092/BH/KDK/11/XII/2000, didasari ikhlas mencari ridho Allah, BMT KHONSA telah mampu mengukir prestasi dan ikut berperan aktif dalam mengembangkan potensi umat, khususnya masyarakat kecil. Berdasarkan wawancara dengan manager umum pada BMT KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag., alasan pemilihan lokasi kantor BMT ini adalah sebagai berikut: a. Mudah dijangkau oleh para nasabah atau masyarakat. Hal ini disebabkan letak daerah tersebut terdapat di jalan utama dimana semua angkutan kota melewati jalan tersebut; b. Letaknya yang strategis, sehingga memudahkan komunikasi dengan lembaga keuangan syariah lainnya; c.
Lokasi tersebut berdekatan dengan pusat keramaian kota Cilacap yaitu di Jalan Gatot Subroto No.120 Cilacap, disana terdapat pertokoan di sepanjang jalan dan terdapat tempat keramaian atau hiburan sehingga menjamin akan keberadaan BMT KHONSA dalam mempromosikan dirinya. Atas dasar amanah dan kerja sama dengan berbagai pihak, BMT
KHONSA telah membantu pembiayaan Rp. 2 Milyar lebih bagi 1000 orang nasabah / anggota. Insya Allah, dengan komitmen yang tinggi,
lxxxiv
BMT KHONSA berniat menjadi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang kuat, profesional dan unggulan.
2. Visi dan Misi Visi BMT KHONSA Cilacap adalah mengembangkan kualitas ekonomi dan kesejahteraan umat melalui : d. Mengembangkan permodalan masyarakat dengan penghimpunan simpanan umat; e. Pengembangan usaha kecil dengan pembiayaan modal kerja dan investasi; f.
Pemberdayaan umat secara integral (terpadu) dan memperluas jaringan kerja dengan pendekatan sosial, ekonomi produktif dan dakwah. Misi BMT KHONSA Cilacap adalah menjadi lembaga keuangan
syariah, profesional, produktif, unggul dan berperan bagi pengembangan dakwah.
3. Data Lembaga a. Nama Koperasi
: KSU BMT KHONSA
b. Tempat Kedudukan Pusat : Jl. Gatot Subroto No.120 Cilacap No.Telepon
: (0282) 541520
No. Fax
: (0282) 541766
E-mail
:
[email protected]
Unit Pasar Gede
: Kios Blok A Lt II No. 129 Cilacap
lxxxv
Unit
Maos
:
Pasar
Tambangan
Jl.
Raya
Sampang Cilacap No. Telepon
: (0282) 695503
Unit Gandrungmangu
: Jl. Raya Gandrung-Sidareja Cilacap
No.Telepon
: (0280) 523782
c. Dewan Syariah
: H. Arwani Amin Lc
d. Ketua Pengurus
: Listiyanto A.Md
e. Manager
: Alif Ediyanto S.Ag
f. Jumlah Tenaga Kerja
: 13 orang
g. Tanggal Pendirian
: 19 Oktober 1999
4. Landasan Hukum a. Badan Hukum
: Koperasi
b. Nomor Badan Hukum
: 092/BH/KDK.11.16/XII/2000
c. NPWP
: 02.063.960.5-522.000
5. Struktur Organisasi Struktur Organisasi Pelaksanaan KSU BMT KHONSA: Dewan Pengurus: 1. Ketua
: Listiyanto A.Md.
2. Sekretaris : Juhartono ST. 3. Bendahara : Nurcholis 4. Anggota
: 1. Karsito S.Pd. 2. Sapto Widod Jati ST.
lxxxvi
Maos-
Dewan Pengawas Syariah: 4. H. Arwani Amin Lc. 5. Ir. M. Syaifullah 6. Drs. Faiz al Hamidi Dewan Pengelola: Manager Umum
: Alif Ediyanto S.Ag.
Kepala Bagian Operasional Pembukuan
: Ani Widiarti SE.
Staff Operasional Pembukuan
: Indriyani
Staff Operasional Pembukuan
: Nikmawati
Kepala Bagian Keuangan
: Suswanti
Kepala Bagian Pemasaran
: Utrianingsih
Staff Pemasaran
: Suparudin
Staff Pemasaran
: Suprayitno
Staff Pemasaran
: Warso
Staff Pemasaran
: Ahmad Faroid
Kepala Cabang BMT KHONSA Pasar Gede : Andys Setyorini SE. Kepala Cabang BMT KHONSA Maos
: M. Ahyadi
Kepala Cabang BMT KHONSA Gandrung
: Lamijan
6. Motto, Prinsip dan Komitmen a. Motto Usaha
: Mitra Anda Menuju Sukses
b. Motto Pelayanan
: Aman, Lancar, Mudah, Berkah sesuai Syariah
c. Prinsip Usaha
: Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah dan Itqon
d. Komitmen
: Profesional, Mandiri dan Independen
lxxxvii
7. Jenis Produk a. Simpanan 1) Simpanan Mudharabah
(SIMUDAH)
2) Simpanan Berjangka Mudharabah
(SAJADAH)
3) Simpanan Untuk Qurban
(SUQUR)
4) Simpanan Masa Depan
(SIMAPAN)
5) Simpanan Anak Sekolah
(SIMAS)
6) Simpanan Haji Mabrur
(SAHAM)
7) Simpanan Penyertaan Modal Investasi (SIMPATI) b. Layanan Pembiayaan 1) Mudharabah (pembiayaan usaha dengan sistem bagi hasil) 2) Murabahah (pembiayaan pengadaan barang secara cicilan) 3) Musyarakah (pembiayaan kerjasama / modal usaha) 4) Rahn (pembiayaan gadai) 5) Ijarah (pembiayaan sewa barang / jasa) 6) Qardhul Hasan (pembiayaan kebajikan) c. Layanan ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) BMT KHONSA membuka layanan Zakat, Infaq, Shadaqah dan Hibah untuk dikelola sesuai dengan syariah dan disalurkan kepada 8 asnaf, melalui Program Integral Dakwah Divisi Baitul Maal KHONSA: 5) Bina Ekonomi Dhu’afa
(BEDA)
6) Bina Sekolah Anak Dhu’afa
(BISA)
7) Bina Kesehatan Sosial
(BAKSOS)
8) Bina Aqidah, Syariah dan Akhlaq
(BIASA)
lxxxviii
B. Pengujian dan Hasil Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang bersumber dari data perhitungan pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah pada nasabah BMT KHONSA Cilacap, aqad pembiayaan mudharabah antara nasabah sebagai mudharib dan pihak BMT KHONSA Cilacap sebagai shahibul maal, serta jawaban responden ( pihak BMT dan nasabah) mengenai metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah. Kemudian penulis menggunakan data-data tersebut untuk dianalisis nisbah bagi hasilnya dengan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Penilaian pada metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang metode perhitungan bagi hasil yang dipakai pada BMT KHONSA Cilacap, karena dengan penelitian tersebut BMT KHONSA Cilacap akan mengetahui metode perhitungan bagi hasil yang digunakan sesuai dengan
Fatwa
DSN
No.15/DSN-MUI/IX/2000.
Untuk
itu
penulis
memfokuskan pada metode pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap, sehingga BMT tersebut dapat meningkatkan pendapatan di masa yang akan datang. Contoh kasus 1 : Pada tanggal 20 Desember 2005, Pak Muhadir seorang pedagang beras ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp 2.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1,5 tahun atau 18 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan mudharabah. Pak Muhadir dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA
lxxxix
Cilacap untuk membayar simpanan pembiayaan, apabila sudah selesai melunasi pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Pak Muhadir boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan. Contoh kasus 2 : Pada tanggal 31 Oktober 2005, Bu Suprapti seorang pedagang gerabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah sebesar Rp 1.000.000,00. Jangka waktu pembiayaan mudharabah selama 1 tahun atau 12 bulan. Nisbah bagi hasil yang disepakati 20% (untuk BMT) dan 80% (untuk nasabah). Perkiraan laba sebesar 15% dari saldo pembiayaan mudharabah. Bu Suprapti dianjurkan oleh pihak BMT KHONSA Cilacap untuk membayar
simpanan
pembiayaan,
apabila
sudah
selesai
melunasi
pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah, maka Bu Suprapti boleh mengambil hasil simpanan pembiayaan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada aqad pembiayaan. Contoh kasus diatas akan dibahas oleh penulis dalam pembahasan hasil analisis data.
C. Pembahasan Hasil Analisis Berdasarkan hasil analisis data tersebut diatas, maka penulis akan membahasnya secara detail dan terperinci.
xc
1. Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Di BMT KONSA Cilacap Contoh kasus 1 dan 2 akan dibahas oleh penulis secara terperinci. Data yang dipakai dalam menganalisis metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap adalah data nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran pada pembiayaan mudharabah. Penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah Nama Alamat Tgl. Pby. Jth Tempo Jml. Pemby.
: Muhadir : Jl. Tambakan No.10 Rt. 05/ 06 Cilacap : 20 Desember 2005 : 20 Juni 2007 : Rp 2.000.000,00 Angsuran Pembiayaan (Rp) Saldo Pemby. No. Tanggal (Rp) Pokok BAHAS 1. 18/01/06 1.888.800 111.200 60.000 2. 28/02/06 1.777.600 111.200 56.700 3. 20/03/06 1.666.400 111.200 53.400 4. 20/04/06 1.555.200 111.200 50.000 5. 30/05/06 1.444.000 111.200 46.700 6. 20/06/06 1.332.800 111.200 43.400 7. 20/07/06 1.221.600 111.200 40.000
Simp. Pby. (Rp) 2.100 5.400 5.400 8.800
Sumber: Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya. Jumlah pembiayaan Rp 2.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp 2.000.000,00 : 18 bulan = Rp 111.111,00 atau dibulatkan menjadi Rp
xci
111.200,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 2.000.000,00 = Rp 300.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp 300.000,00 = Rp 60.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing. Tabel 2 Laporan Angsuran Pembiayaan Mudharabah Nama : Suprapti Alamat : Jl. Kokosan Rt.01/10 Cilacap Tgl. Pby. : 31 Oktober 2005 Jth Tempo : 31 Oktober 2006 Jml. Pemby. : Rp 1.000.000,00 Angsuran Pembiayaan (Rp) Saldo Pemby. No. Tanggal (Rp) Pokok BAHAS 1. 30/11/05 916.600 83.400 30.000 2. 26/12/05 833.200 83.400 27.500 3. 27/01/06 749.800 83.400 25.000 4. 28/02/06 666.400 83.400 22.500 5. 28/03/06 583.000 83.400 20.000 6. 29/04/06 499.600 83.400 17.500 7. 31/05/06 416.200 83.400 15.000 8. 30/06/06 332.800 83.400 12.500
Simp. Pby. (Rp) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 8.100 2.500
Sumber : Data nasabah pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap Penulis akan menganalisis angsuran pokok dan angsuran bagi hasilnya. Jumlah pembiayaan Rp 1.000.000,00 ; Angsuran pokoknya adalah Rp 1.000.000,00 : 12 bulan = Rp 83.333,33 atau dibulatkan menjadi Rp 83.400,00 (untuk memudahkan nasabahnya dalam membayar angsuran pokoknya). Laba usaha nasabahnya adalah 15% x Rp 1.000.000,00 = Rp 150.000,00 ; maka angsuran bagi hasil untuk BMTnya adalah 20% x Rp 150.000,00 = Rp 30.000,00. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka
xcii
penulis mengetahui metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing. Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BMT dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman. Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang dipinjam dibagi dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan oleh
nasabah.
Berdasarkan
hal
tersebut
diatas,
maka
penulis
menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan metode revenue sharing yang sesuai dengan Fatwa DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan komputer (lihat lampiran) dengan uji 2 sampel t (paired samples test), maka langkahlangkah pengujian: 6. Menentukan Hipotesa Ho : µ1 ≤ µ 2 (Revenue sharing lebih kecil atau sama dengan profit sharing) Ha : µ1 > µ 2 (Revenue sharing lebih besar atau lebih menguntungkan daripada profit sharing) 7. Level of signifikan ( α = 0,05 ) 8. Kriteria pengujian Ho diterima bila = -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Ho ditolak bila = t hitung >t tabel atau t hitung <-t tabel
xciii
9. Perhitungan nilai t hitung untuk sampel berpasangan
t=
X1 − X 2 s s 12 s 22 + − 2r 1 n n1 n 2 1
s 2 n 2
Berdasarkan perhitungan, t sebesar = 10,106 hasilnya adalah t hitunng > t tabel yaitu 10,106 > 1,669 10. Hasil Pengujian Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh 10,106 > 1,669 maka Ho ditolak artinya metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing. Hasil pengujian diatas dapat dibuat grafik metode revenue sharing (laba kotor) dan metode profit sharing (laba bersih) adalah sebagai berikut:
2.000.000 1.900.000 1.800.000 1.700.000 1.600.000 1.500.000 1.400.000 1.300.000 1.200.000 1.100.000 1.000.000 900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0
Laba Bersih
Andriyanto Titik Ida Sudiyono Lamijan Endang Triyanto Pujiyono Edi Muhadir Danar Andi Doni Yeni Sutri Susilowati Yayan Fulyani Yohanah Tiyem Anang Sumini Sapon Suprapti Mudiri Agus Indra Denis Sarno Manto Total Laba
Laba Kotor
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112131415161718192021222324252627282930
xciv
Berdasarkan laporan keuangan tahun 2005 yang ada di BMT KHONSA
Cilacap
dan
laporan
laba
rugi
nasabah
pembiayaan
mudharabah (data terlampir) dari populasi sebanyak 130 orang dan penulis mengambil sampelnya sebanyak 30 orang, maka rata-rata nasabah tersebut adalah 130 : 30 = 4,33. Penulis akan menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya, yang dapat dihitung dari pendapatan dan beban-beban operasional BMT. Perhitungan ini ada dalam bentuk tabel yaitu: Tabel 3 Perbandingan Metode Perhitungan Bagi Hasil pada Pembiayaan Mudharabah Uraian Yang Berjalan Metode Profit Selisih Selama Ini Sharing Pendpt. bagi hasil Rp 91.618.225,00 Rp 90.878.040,00 atas pemby. diberikan Pendpt. adm. atas Rp 9.998.650,00 Rp 9.998.650,00 pemby. diberikan Pendpt. Rp 2.216.650,00 Rp 2.216.650,00 Operasional lainnya Pendpt. non Rp 1.568.550,00 Rp 1.568.550,00 operasional Pendpt. proyek Rp 20.471.810,44 Rp 20.471.810,44 KPPA PG Total Pendapatan Rp 125.873.885,44 Rp 125.133.700,4 Beban bagi hasil atas simpanan Beban bagi hasil atas pemby. diterima Beban adm. atas pemby. diterima Beban adm. & umum Beban organisasi Beban dana yayasan Beban penghapusan
Rp 13.283.859,96
Rp 13.283.859,96
Rp
6.939.892,41
Rp
6.939.892,41
Rp
851.450,00
Rp
851.450,00
Rp 70.044.492,21
Rp 70.044.492,21
Rp
1.799.000,00
Rp
1.799.000,00
Rp
9.242.900,00
Rp
9.242.900,00
Rp
4.603.900,00
Rp
4.603.900,00
xcv
pemby. Beban dana pengurus Beban operasional lainnya Beban non operasional Beban pendidikan & latihan Beban proyek KPPA PG Beban pajak terutang Total Beban
Rp
2.443.200,00
Rp
2.443.200,00
Rp
4.466.350,00
Rp
4.466.350,00
Rp
2.247.300,00
Rp
2.247.300,00
Rp
696.600,00
Rp
696.600,00
Rp
136.800,00
Rp
136.800,00
Rp
160.800,00
Rp
160.800,00
Rp 116.916.544,58 Rp 116.916.544,58
Laba
Rp
8.957.340,86
Rp
8.217.155,9
Rp 740.184,96
Sumber Data: Laporan Keuangan BMT KHONSA Cilacap Tahun 2005 Laba BMT = Pendapatan - Beban Berdasarkan tabel diatas, maka penulis akan menghitung pendapatan bagi hasil atas pembiayaan diberikan dengan metode profit sharing adalah laba untuk BMT x total laba bersih 1 bulan x rata-rata nasabah x 1 tahun = 20% x Rp 8.745.000,00 x 4,33 x 12 bulan = Rp 90.878.040,00. Berdasarkan perbandingan kedua metode tersebut maka penulis mengetahui
bahwa
dengan
metode
revenue
sharing
lebih
menguntungkan bagi pihak BMT sebesar Rp 740.184,96; karena perhitungan bagi hasil dengan revenue sharing didasarkan pada laba kotor, sedangkan profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada laba bersih. Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan bagi hasil yang diperoleh BMT KHONSA Cilacap dari laba kotor mudharib, maka penulis menganalisis metode yang digunakannya adalah metode revenue
xcvi
sharing, yang lebih menguntungkan pihak BMT tersebut, dengan alasan sebagai berikut: e. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan oleh BMT KHONSA Cilacap; f.
BMT mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah pembiayaan;
g. BMT tidak menanggung resiko biaya-biaya dari pengelolaan usaha nasabah yang dibiayai oleh BMT dikarenakan BMT tidak ikut mengelola; h. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah pihak (BMT dan nasabah).
3. Analisis
Kesesuaian
Metode
Perhitungan
Bagi
Hasil
Pada
Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap
Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian metode
perhitungan
bagi
hasil
pada
pembiayaan
mudharabah
berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap. Tabel 4 Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah Berdasarkan Fatwa DSN Di BMT KHONSA Cilacap No.
Item Dalam Distribusi Hasil Usaha
Implementasi Distribusi Hasil Usaha
1.
Akad
Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar-menawar
xcvii
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Fatwa DSN No. 15/DSNMUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha
Kesesuaian
Sesuai
2.
Metode Bagi Hasil
antara nasabah dan BMT, sehingga saling rela dan saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang disepakati di BMT KHONSA Cilacap adalah 20%:80%. Metode yang digunakannya adalah metode revenue sharing.
dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Distribusi Hasil Usaha Butir ke3 Fatwa DSN No.15/DSNMUI/IX/2000 tentang Prinsip Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah Pada Ketentuan Umum Prinsip Disribusi Hasil Usaha Butir ke1&2.
Sesuai
Berdasarkan hasil wawancara dengan manager umum pada BMT KHONSA Cilacap, Bapak Alif Ediyanto, S.Ag, yaitu apabila nasabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi akad pembiayaan. Akad yang dipakai di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan syariah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar-menawar sehingga saling rela ('an-taraadhim minkum) juga saling percaya antara nasabah pembiayaan mudharabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap, proses pembiayaannya sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan, jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan analisis usaha nasabah. Metode perhitungan yang dipakai oleh BMT KHONSA Cilacap yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan nisbah bagi hasil menurun, yang diangsur setiap bulannya. Metode
xcviii
revenue sharing yang diterapkan di BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap menarik jaminan berupa sertifikat tanah, sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BMT KHONSA Cilacap yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi kontrak ini, maka pihak shahibul maal (BMT) dibolehkan meminta jaminan kepada mudharib. Tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor resiko bisnis, maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul maal (BMT). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur, hal ini dikhawatirkan apabila dibayar diakhir periode usaha maka akan terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh. Pada BMT tersebut sasaran pembiayaan mudharabah adalah pengusaha mikro dan tidak mungkin kontraktor, karena modal yang dimiliki BMT kecil, tidak seperti modal yang dimiliki oleh bank syariah. Sedangkan modal untuk kontraktor itu besar. Pihak BMT dan nasabah harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya. Kalau dalam mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya, maka solusinya yaitu pihak BMT akan menghubungi nasabahnya untuk mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BMT akan memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabah tetap belum bisa melunasinya maka pihak BMT akan membolehkan nasabahnya untuk menunda angsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang antara nasabah dengan pihak BMT KHONSA Cilacap yaitu dengan cara memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran
xcix
angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalahgunakan dananya, maka solusinya adalah pihak BMT KHONSA Cilacap akan menarik
jaminan
dari
mudharib
yang
menyalahgunakan
dana
pembiayaan mudharabah. Penulis juga memberikan beberapa pertanyaan kepada 30 nasabah pembiayaan mudharabah sebagai sampel dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan oleh penulis untuk membuktikan jawaban dari manager umum, sehingga penulis mengetahui kenyataan yang dialami oleh para nasabah BMT tersebut. Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut kepada 30 nasabah pembiayaan mudharabah, ditemukanlah kesesuaian antara pihak BMT dan nasabah, sehingga BMT tersebut dalam menggunakan metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yaitu metode revenue sharing.
c
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode revenue sharing lebih menguntungkan daripada profit sharing, hal ini ditunjukkan dengan Ho ditolak karena t hitung = 10,106 > t tabel = 1,669 . Berdasarkan hal tersebut maka BMT KHONSA Cilacap menggunakan metode revenue sharing. 2. Metode revenue sharing yang dipakai oleh BMT KHONSA Cilacap sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000 yang menyebutkan bahwa dilihat dari kemaslahatan, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil (revenue sharing).
B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian yang dialami oleh penulis adalah keterbatasan data dari obyek penelitian dikarenakan data tersebut bersifat rahasia.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen
BMT
KHONSA
Cilacap
dalam
menerapkan
perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah.
ci
metode
2. BMT KHONSA Cilacap sebaiknya tetap menggunakan metode revenue sharing dalam pembiayaan mudharabahnya, karena metode revenue sharing ini sudah sesuai dengan Fatwa DSN No.15/DSN-MUI/IX/2000.
cii
DAFTAR PUSTAKA
Al-Kasyani, Alaudin, Bada'i Ash-Shana'i fi Tartib Syara'I Syirkah AlMathbu'ah, Mesir. Antonio, Syafi’I, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, 2001, Gema Insani Press, Jakarta. --------------------, Wacana Ulama dan Cendekiawan, 1999, Tazkia Institute, Jakarta. Arifin, Ivan Rahmawan, Akuntansi Syariah, 2003, STAIN Surakarta, Surakarta. A. Perwataatmadja, Karnaen dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, 1992, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-‘Aliyy, 2000, Penerbit Diponegoro, Bandung. Haroen, Nasrun, Ushul Fiqh 1, 1996, Logos, Jakarta. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syariah, 2001, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Bank Indonesia, Jakarta. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59, 2002, Jakarta. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, 2004, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, 2004, UII Press, Yogyakarta. ---------------, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, 2005, UII Press, Yogyakarta. ---------------, Manajemen Bank Syariah, 2002, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. ---------------, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, 2005, UPFE UMY, Yogyakarta. Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), 2004, UII Press, Yogyakarta.
ciii
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, 1995, UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, 2004, Ekonisia, Yogyakarta. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, 1998, Alfa Beta, Bandung. ------------, Statistik Non Parametris, 2004, Alfa Beta, Bandung. Suseno, Priyonggo dan Heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, 2004, UII Press, Yogyakarta. Syafe’i, Rachmat, Fiqih Muamalah untuk IAIN, STAIN, PTAIS dan Umum, 2001, Pustaka Setia, Bandung. Syamhudi, Abu Asma' Kholid, Hakikat Mudharabah, Majalah As-Sunnah, (Surakarta) Ed. 3 TH X/1427H/2006M. Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah : Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional, 2003, Djambatan, Jakarta. Undang-undang No.10 Thn. 1998. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, 2005, PT. Grasindo, Jakarta. www.e-syariah.com, 2004
civ