ANALISIS MANAJEMEN TEKNOLOGI PROSES DI PABRIK BIODIESEL SKALA PERCONTOHAN BALAI REKAYASA DISAIN DAN SISTEM TEKNOLOGI ( Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong )
Oleh Tri Adiwinanto A 14101706
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN TRI ADIWINANTO. Analisis Manajemen Teknologi Proses di Pabrik Biodiesel Skala Percontohan, Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknolo gi (Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong) (di bawah bimbingan EKA INTAN KUMALA PUTRI). Krisis energi yang terjadi di Indonesia pada tahun 2005 merupakan masalah serius yang perlu dicari jalan keluarnya. Permasalahan lain seput ar sumber energi adalah tingginya harga minyak mentah di dunia. Jenis BBM yang umum dikonsumsi di Indonesia adalah bensin, solar dan minyak tanah. BBM jenis solar pada umumnya dipergunakan pada sektor industri dan transportasi. Kebutuhan solar yang berjuml ah besar dan harga minyak mentah di pasar dunia yang tinggi tersebut mendorong pemerintah untuk mulai mengembangkan usaha pencarian alternatif pengganti BBM sebagai salah satu solusi bagi masalah BBM di Indonesia. Saat ini telah dikembangkan jenis bahan ba kar yang berasal dari produk nabati (Biofuel) dan dapat diperbaharui. Secara umum, jenis bahan bakar alternatif dari bahan nabati tersebut dinamakan Biodiesel (bahan bakar pengganti solar) dan Bioetanol (bahan bakar pengganti bensin) . Pengembangan pada proses pembuatan biodiesel termasuk salah satu alternatif dalam mengatasi masalah BBM di Indonesia. Pengembangan produksi biodiesel dipengaruhi oleh teknologi pada proses pengolahan bahan baku hingga menjadi biodiesel. Sehubungan dengan hal tersebut maka peng uasaan teknologi, efektivitas dan efisiensi mesin serta alat yang dimiliki harus dilengkapi dengan pemahaman informasi yang baik. Salah satu pabrik biodiesel yang telah beroperasi adalah milik BPPT dengan kapasitas 1.5 ton/hari. Rendahnya kapasitas produksi disebabkan karena pabrik tersebut merupakan pabrik percontohan ( Pilot Plant) bagi pengembangan teknologi pembuatan biodiesel. Pengetahuan yang dihasilkan pada tahap Pilot Plant ini selanjutnya dapat digunakan bagi pengembangan teknologi pembuatan biodies el skala komersial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan manajemen teknologi proses yang telah diterapkan di pabrik biodiesel skala percontohan (Pilot Plant) dan mengkaji faktor - faktor yang perlu ditingkatkan terkait dengan penerapan manajemen teknologi proses. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2007. Penelitian ini dilaksanakan di pabrik percontohan milik Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( Engineering Center), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) y ang berlokasi di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Propinsi Banten. Jenis data pada penelitian ini terdiri dari d ata primer dan data sekunder. Data primer adalah hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak pengambil keputusan (expert judgement) terhadap perangkat teknologi dan kemampuan teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. Data sekunder diperoleh dari laporan - laporan periodik manajemen pabrik, instansi terkait, jasa fasilitas internet, tulisan dan buku yang terkait dengan penelitian ini. Analisis manajemen teknologi proses di pabrik percontohan menggunakan metode ”Science and Technological Management Information System ” atau STMIS. Metode STMIS merupakan metode yang berguna untuk mengetahui tingkat kecanggihan perangkat dan kemampuan teknologi . Metode ini mengacu
pada data penilaian terhadap indikator komponen dan indikator kemampuan teknologi. Kegiatan pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode yang terdiri dari Mann-Whitney, tabulasi silang (Crosstabs) dan Chi-square Analysis dengan menggunakan program aplikasi komputer Minitab version 14. Analisis terhadap indikator komponen teknologi menunjukkan bahwa komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan masih belum sesuai dengan harapan pihak manajeme n pabrik dan masih ingin terus dikembangkan. Uraian tentang masing - masing komponen teknologi tersebut adalah sebagai berikut : (a) pabrik percontohan memiliki perangkat teknologi dengan tingkat kecanggihan yang berada pada kategori mesin serba guna hingg a mesin khusus, sedangkan pihak manajemen berkeinginan untuk menggunakan peralatan atau mesin yang tergolong mesin terpadu ; (b) sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di pabrik percontohan secara umum masih berada pada tingkat kemampuan yang tergolong me reproduksi hingga mengadaptasi pekerjaannya , sedangkan pihak manajemen pabrik berkeinginan untuk memiliki perangkat manusia dengan kemampuan menyempurnakan hingga melak ukan inovasi dalam pekerjaannya ; (c) pihak manajemen pabrik percontohan memiliki kemamp uan antara menerangkan fakta hingga menspesifikasi fakta dalam memanfaatkan informasi, sedangkan pihak manajemen pabrik berkeinginan untuk memiliki kemampuan menggeneralisasi hingga mengkaji fakta dalam memanfaatkan informasi yang ada ; (d) k oordinasi aktivitas produksi sebagai wujud perangkat organisasi di pabrik percontohan tergolong antara melindungi pola kerja hi ngga menstabilkan pola kerjanya sedangkan p ihak manajemen pabrik percontohan berkeinginan untuk memiliki kemampuan antara memapankan pola kerja hingga menguasai pola kerja unggul. Analisis terhadap indikator kemampuan teknologi menunjukkan bahwa kemampuan teknologi yang dimiliki pihak manajemen pabrik percontohan saat ini berada pada posisi sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indon esia. Pihak manajemen pabrik percontohan berkeinginan untuk memiliki kemampuan teknologi yang terbaik di Indonesia. Harapan tersebut bertujuan agar visi pihak manajemen dimana ingin menjadi pembuat pabrik biodiesel yang unggul dapat tercapai. Selain penilaian terhadap komponen dan kemampuan teknologi, di dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian keterkaitan antara indikator kemampuan teknologi dengan indikator komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. Hasil dari penilaian tersebut menunju kkan bahwa antara indikator kemampuan teknologi dengan indikator komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan tidak saling berhubungan (independen). Peningkatan manajemen teknologi pada proses pembuatan biodiesel harus senantiasa dilakukan oleh pihak manajemen pabrik percontohan dalam proses pembelajarannya, sehingga pihak manajemen dapat terus meningkatkan kualitas manajemen teknologi prosesnya. Upaya peningkatan manajemen teknologi tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan komponen teknolog i yang dimiliki dan masih dapat dikembangkan. Pencapaian misi untuk menghasilkan berbagai patent process dan disain pabrik dapat menjadi lebih efektif jika pihak manajemen juga memiliki tingkat kemampuan penciptaan teknologi yang baik dengan memperhatikan komponen perangkat manusia ( humanware), informasi (infoware) serta kerangka kerja (organware).
ANALISIS MANAJEMEN TEKNOLOGI PROSES DI PABRIK BIODIESEL SKALA PERCONTOHAN BALAI REKAYASA DISAIN DAN SISTEM TEKNOLOGI ( Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong )
Oleh : Tri Adiwinanto A 14101706
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
:
Nama NRP
: :
Analisis Manajemen Teknologi Proses di Pabrik Biodiesel Skala Percontohan Balai Rekayasa Disain d an Sistem Teknologi (Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong) Tri Adiwinanto A 14101706
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi NIP. 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS MANAJEMEN TEKNOLOGI PROSES DI PABRIK BIODIESEL SKALA PERCONTOHAN BALAI REKAYASA DISAIN DAN SISTEM TEKNOLOGI ( KAWASAN PUSAT PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI, SERPONG )” BENAR - BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH
PADA
SUATU
PERGURUAN
TINGGI
ATAU
LEMBAGA
MANAPUN.
Bogor, April 2008
Tri Adiwinanto A 14101706
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Juni 1980 di Jakarta sebagai anak ketiga dari pasangan keluarga Bapak Soewignyo dan Ibu Endang Mulyo Hastuti . Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 08 Pagi Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur mulai tahun 1986 dan lulus pada tahun 1992. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 117 Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Jombang, Jawa Timur dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan Program Diploma II (D-2) melalui jalur umum pada Program Studi Pelaksana Lapang Perkebunan Terpadu, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya penulis mengikuti Program Diploma III (D-3) alih jenjang pada Program Studi Pengelola Perkebunan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan Strata-1 (S1) pada tahun 2002 di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis , Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis h ingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis , Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul ”Analisis Manajemen Teknologi Proses di Pabrik Biodiesel Skala Percontohan Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi (Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong) ”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan manajemen teknologi proses di pabrik biodiesel skala percontohan (Pilot Plant) dan selanjutnya mengkaji faktor - faktor yang perlu ditingkatkan terkait dengan penerapan manajemen teknologi proses. Penulis menyadari bahwa penelitian serta penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sekecil apapun . Oleh karena itu, penulis mohon maaf dan menerima segala saran atas perbaikan skripsi ini . Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca .
Bogor, April 2008
Tri Adiwinanto A 14101706
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama sekali penulis ingin menghaturkan puji dan rasa syukur kehadirat Allah swt atas rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw. Semoga jiwa keteladanan beliau dapat selalu menjadi tuntunan dan inspirasi bagi penulis dalam menjalani sisa hidup ini , sehingga mendapat keselamat an di dunia dan akhirat. Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada : 1. Bapak dan ibu tercinta atas dukungan dan doanya serta pelajaran akan hidup sederhana, kerja keras, keikhlasan, rendah diri dan selalu ingat kepada Allah swt. Bapak dan ibu adalah tugu sejati dan merupakan anugerah te rindah yang telah Allah berikan di dalam hidup ini. Terima kasih bapak dan ibu. Semoga Allah membalas segala pengorbanan yang telah kalian berikan. Doa ananda selalu menyertaimu. 2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MSi yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dengan ikhlas kepada penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk membalas seluruh kebaikan ibu dan mohon maaf atas segala kekhilafan serta kesalahan saya. 3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utam a saat sidang yang telah memberikan penilaian serta saran sehingga membuat skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Dra. Yusalina, MS selaku dosen utusan Komisi Pendidikan yang telah memberikan penilaian serta saran tentang tata cara penulisan karya ilmiah yang baik. 5. Ir. H. Soni Solistia Wirawan, M.Eng selaku Kepala Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi (Engineering Center), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) atas ijin yang telah diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di pabrik percontohan. 6. Ir. Arie Rahmadi atas informasi, bimbingan dan waktu yang telah diberikan pada saat penulis melaksanakan penelitian . Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk membalas segala kebaikan bapak.
7. Mbak Rini, Mas Budi dan Alm. Mbak Ndari (kakak - kakakku tercinta), Topik (sepupu) atas segala kasih sayang, doa, nasihat dan dukungan baik moral maupun material. Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kalian. 8. Kawan - kawan seperjuanganku ; Sriyanto (romo), Hendra, Fahmi, Jafar, Dian Endah, Wendi, Oedrew, Ooz, Zuer, Dede, Irene, Mas Manijo, Rully, Yanuar, Mbak Kristin, Topan, Restu serta yang tidak penulis sebutkan atas semangat kebersamaan dan dukungannya selama ini. Semoga semangat kebersamaan ini dapat selalu terpelihara hingga akhir masa . 9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namun telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini . Penulis berkeyakinan sekecil apapun kebaikan yang telah diberikan adalah wujud niat dan amal baik, sehingga penulis berhara p semoga Allah swt senantiasa memberikan balasan yang berlipat, Amin.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xii
I.
PENDAHULUAN....................................................................... 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian.................................................................. 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................. 1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian .................................
1 1 3 6 6 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 2.1. Pengertian Biofuel dan Biodiesel .......................................... 2.2. Proses Pembuatan Biodiesel ................................................. 2.3. Pembuatan Biodiesel Skala Pilot Plant ................................. 2.4. Penelitian Terdahulu .............................................................
8 8 8 9 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 3.1.1. Pengertian Teknologi, Teknologi Pertanian dan Manajemen Teknologi .............................................. 3.1.2. Komponen Teknologi ............................................... 3.1.3. Kemampuan Teknologi ............................................ 3.1.4. Hubungan antara Komponen Teknologi dan Kemampuan Teknologi ............................................ 3.1.5. Strategi Teknologi .................................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
11 11
IV. METODE PENELITIAN .......................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2. Metode Pengumpulan, Jenis dan Sumber Data ...................... 4.3. Metode Analisis ................................................................... 4.3.1. Analisis Indikator Komponen Teknologi ................... 4.3.1.1. Analisis Perangkat Teknologi ( Technoware) ... 4.3.1.2. Analisis Perangkat Manusia ( Humanware) ...... 4.3.1.3. Analisis Perangkat Informasi ( Infoware) ......... 4.3.1.4. Analisis Perangkat Organisasi ( Organware) .... 4.3.2. Analisis Indikator Kemampuan Teknologi ................. 4.3.2.1. Analisis Kemampuan Pemanfaatan (utilization capability)................................................ 4.3.2.2. Analisis Kemampuan Kompilasi (compilation capability). .....................................................
22 22 22 22 23 23 24 24 25 25
11 12 13 16 18 19
26 26
4.3.2.3. Analisis Kemampuan A kuisisi (acquisition capability)...................................................... 4.3.2.4. Analisis Kemampuan Penciptaan (generation capability)...................................................... 4.4. Analisis Keterkaitan antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi ................................ 4.5. Metode Pengolahan Data ...................................................... 4.5.1. Metode Mann-Whitney............................................ 4.5.2. Tabulasi Silang (Crosstabs) dan Metode Chisquare Analysis .......................................................
27 27 28 28 28 29
V. GAMBARAN UMUM PABRIK PERCONTOHAN .................. 5.1. Sejarah dan Lokasi Pabrik Percontohan .............................. 5.2. Manajemen Pabrik Percontohan ( Engineering Center)........ 5.3. Proses Pembuatan Biodiesel ............................................... 5.4. Produk Biodiesel ................................................................
30 30 30 32 34
VI. ANALISIS INDIKATOR KOMPONEN TEKNOLOGI ........... 6.1. Analisis Perangkat Teknologi ............................................. 6.2. Analisis Perangkat Manusia ................................................ 6.3. Analisis Perangkat Informasi .............................................. 6.4. Analisis Perangkat Organisasi .............................................
36 36 38 41 43
VII. ANALISIS INDIKATOR KEMAMPUAN TEKNOLOGI ....... 7.1. Analisis Kemampuan Pemanfaatan ..................................... 7.2. Analisis Kemampuan Kompilasi......................................... 7.3. Analisis Kemampuan Akuisisi ............................................ 7.4. Analisis Kemampuan Penciptaan........................................
48 49 50 50 51
VIII. KETERKAITAN INDIKATOR KEMAMPUAN DAN KOMPONEN TEKNOLOGI SERTA PENERAPAN MANAJEMEN TEKNOLOGI PROSES DI MASYARAKAT ...................................................................... 8.1. Ikhtisar Keterkaitan antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi di Pabrik Percontohan............................................................. 8.2. Penerapan Manajemen Teknologi Proses Di Masyarakat .... 8.2.1. Aspek Ekonomi ....................................................... 8.2.2. Aspek Lingkungan ...................................................
54
54 57 57 59
IX. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 9.1. Kesimpulan ........................................................................ 9.2. Saran ..................................................................................
62 62 63
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
65
LAMPIRAN .......................................................................................
67
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produksi Biodiesel di Beberapa Negara Eropa (dalam kilo ton) Periode Tahun 2002 - 2005 .........................................................
4
2. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Teknologi.........................
24
3. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Manusia ...........................
24
4. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Informasi .........................
25
5. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Organisasi ........................
25
6. Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Pabrik Percontohan Tahun 2007 ............................................................
30
7. Hasil Penilaian Perangkat Teknologi Pembuatan Biodiesel di Pabrik Percontohan .................................................................
36
8. Hasil Penilaian Perangkat Manusia di Pabrik Percontohan .........
39
9. Hasil Penilaian Perangkat Informasi di Pabrik Percontohan ........
41
10. Hasil Penilaian Perangkat Organisasi di Pabrik Percontohan ......
44
11. Hasil Penilaian Komponen Kemampuan Teknologi di Pabrik Percontohan ...............................................................................
48
12. Hasil Penilaian Keterkaita n antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi di Pabrik Percontohan ...............................................................................
54
13. Perkiraan Perhitungan Harga Biodiesel pada Pabrik Biodiesel Skala 100 000 Ton Per Tahun ....................................................
58
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Diagram Alir Pembuatan Biodiesel Skala Pilot Plant .................
10
2. Hubungan Manajemen Teknologi dengan Proses Transformasi Input Menjadi Output dalam Bidang Agribisnis..........................
12
3. Skema Kemampuan Sebuah Perusahaan atau Lembaga Penelitian untuk Melakukan Kegiatan Operasional atau Perubahan Teknologi..................................................................
15
4. Hubungan antara Komponen Teknologi dan Kemampuan Teknologi ...................................................................................
17
5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Manajemen Teknologi Proses........................................................................
21
6. Struktur Organisasi Pabrik Percontohan Tahun 2007 ..................
31
7. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel di Pabrik Percontohan ...............................................................................
33
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Kuisioner Analisis Indikator Komponen Teknologi .....................
68
2. Kuisioner Analisis Indikator Kemampuan Teknologi ..................
74
3. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Teknologi ................
76
4. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Manusia ..................
77
5. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Informasi .................
78
6. Hasil Pengolahan Data Peni laian Perangkat Organisasi ...............
79
7. Hasil Pengolahan Data Penilaian Kemampuan Teknologi ............
80
8. Hasil Pengolahan Data Keterkaitan antara Indikator Komponen Teknologi dengan Indikator Kemampuan Teknologi ...................
81
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Krisis energi yang terjadi di Indonesia pada tahun 2005 merupakan masalah serius yang perlu dicari jalan keluarnya. Penghematan pemakaian sumber energi menjadi faktor penting sebagaimana tersebut dalam Keputusan Presid en No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi yang berlaku efektif mulai Bulan Juli 2005 1). Permasalahan lain seputar sumber energi adalah tingginya harga minyak mentah di dunia. Harga minyak mentah saat ini mencapai level US$ 98,38 per barrel2). Pemerintah mengambil kebijakan pemberian subsidi BBM sebagai salah satu usaha untuk menjaga agar harga BBM di dalam negeri masih dapat terjangkau oleh rakyat. Pada tahun 2005, pemerintah memperbaiki kebijakan pemberian subsidi BBM tersebut dengan mencabut sebagi an besar subsidi BBM sebagai akibat dari kenaikan harga minyak mentah dunia yang tinggi. Harga harga bahan bakar minyak selanjutnya disesuaikan dengan harga minyak dunia. Subsidi BBM pada tahun 2006 akan melebihi Rp. 60 triliun apabila kecenderungan konsumsi BBM terus bertahan sampai akhir tahun 3). Jenis BBM yang umum dikonsumsi di Indonesia adalah bensin, solar dan minyak tanah. BBM jenis solar pada umumnya dipergunakan pada sektor industri dan transportasi. Kebutuhan minyak solar di Indonesia semakin m eningkat dari tahun ke tahun. Kebutuhan solar pada tahun 2003 sekitar 24 juta kilo liter (kl) 4). Sedangkan menurut data dari Direktorat Jenderal Energi dan Sumber Daya Mineral, kebutuhan solar pada tahun 2006 diperkirakan sebesar 44 juta kl per tahun dengan rincian antara lain untuk industri sekitar 6 juta kl, untuk kebutuhan PLN sekitar 12 juta kl dan untuk sektor transportasi saja membutuhkan 26 juta kl5). 1)
”Reformasi Sektor Energi”. Harian Kompas-cetak, hlm 33. 20 Agustus 2005 ”Harga Minyak Dunia Menembus U S$ 98 Per Barel”. www.metrotvnews.com/Ekonomi/Headline News. 7 November 2007 3) ”Subsidi BBM Akan Naik”. Harian Kompas-cetak, hlm 17. 15 April 2006 4) ”Penggunaan Biodiesel di Indonesia Mengalami Kemajuan Berarti ”. www.depkominfo. go.id. 8 Maret 2006 5) Irawan dan Hidayat. ”Prospek Biodiesel Cerah”. http://www. sinarharapan.co.id/ feature/otomotif.html. 7 Desember 2005 2)
2
Kebutuhan solar yang berjumlah besar dan harga minyak mentah di pasar dunia yang tinggi tersebut me ndorong pemerintah untuk mulai mengembangkan usaha pencarian alternatif pengganti BBM sebagai salah satu solusi bagi masalah BBM di Indonesia. Saat ini telah dikembangkan jenis bahan bakar yang berasal dari produk nabati (Biofuel) dan dapat diperbaharui. Secara umum, jenis bahan bakar alternatif dari bahan nabati tersebut dinamakan Biodiesel (bahan bakar pengganti solar) dan Bioetanol (bahan bakar pengganti bensin). Perkembangan kebijakan dalam pemanfaatan biodiesel (yang merupakan bagian dari biofuel) telah mengalami kemajuan cukup berarti dibandingkan beberapa tahun lalu, yaitu antara lain dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Alternatif 6). Pada Perpres No. 5 Tahun 2006 disebutkan adanya target terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu adanya peranan masing masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional. Untuk bahan bakar nabati (biofuel) ditargetkan peranannya menjadi lebih dari 5 persen, yang setara dengan pemanfaatan minimal 4.7 juta kl biodiesel pada tahun 2025. Sesuai dengan target tersebut maka pengembangan pemanfaatan biodiesel dijabark an dalam suatu road map biodiesel, yang di antaranya mentargetkan pada tahun 2009 pemenuhan 2 persen dari total kebutuhan minyak diesel (solar) dengan biodiesel atau setara dengan 720 000 kl biodiesel 7). Peluang pemasaran biodiesel tidak hanya ter batas di dalam negeri saja, namun peluang tersebut juga terdapat di luar negeri. Wakil dari perusahaan yang berpengalaman mengembangkan biodiesel di Eropa (Energea Corp., Austria) menyatakan bahwa pasar biodiesel di Eropa cukup besar yaitu mencapai 5 950 kilo ton pada tahun 2006 dan akan meningkat menjadi 13 450 kilo ton pada
6)
7)
”Penggunaan Biodiesel di www.depkominfo.go.id. Op. cit. ”Penggunaan Biodiesel di www.depkominfo.go.id. Op. cit.
Indonesia
Mengalami
Kemajuan
Berarti ”.
Indonesia
Mengalami
Kemajuan
Berarti ”.
3
tahun 2010. Pasar biodiesel terbesar di Eropa adalah negara Perancis yaitu mencapai sekitar 700 kilo ton pada tahun 2006 8). Usaha realisasi pengembangan pembuatan dan pen ggunaan biodiesel di Indonesia memang masih tergolong baru, namun untuk memenuhi target produksi biodiesel sebesar 720 000 kl tersebut memerlukan pabrik dengan jumlah yang relatif banyak. Apabila pabrik komersial yang akan dibangun berkapasitas 30 000 ton/tahun, maka diperlukan sekitar 25 - 27 pabrik untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya, jika pabrik berskala besar (kapasitas 100 000 ton/tahun) yang akan dibangun maka diperlukan sekitar delapan pabrik 9). Saat ini, di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pe ngetahuan dan Teknologi Serpong telah beroperasi pabrik biodiesel milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan kapasitas 1.5 ton/hari. Pabrik tersebut adalah pabrik skala percontohan (Pilot Plant) sebagai salah satu sumber informasi tentan g pengembangan teknologi pembuatan biodiesel di Indonesia 10). Pembangunan pabrik tersebut di atas bertujuan agar BPPT dapat unggul dalam riset rancang bangun serta optimasi proses pembuatan biodiesel dan produk derivatif/turunannya. Pengelolaan manajemen teknologi pembuatan biodiesel oleh BPPT belum optimal, jika dibandingkan dengan beberapa negara Asia yang serius mengembangkan energi biodiesel seperti Malaysia, India, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Keberadaan pabrik tersebut diharapkan usaha pengelolaa n manajemen teknologi pembuatan biodiesel dapat menjadi optimal 11).
1.2. Perumusan Masalah Peluang pengembangan pembuatan biodiesel di Indonesia cukup besar, namun kapasitas produksi untuk mencapai target yang ditetapkan pemerintah maupun untuk pemasaran di luar negeri masih belum terpenuhi. Masalah tersebut disebabkan karena pengembangan pembuatan dan penggunaan biodiesel sebagai 8)
9)
10)
11)
”Indonesia Punya 21.94 Juta Hektar Lahan Untuk Tanam Jarak Pagar ”. www.mediaindo.co.id/berita.asp . 8 Maret 2006 ”BPPT : Diperlukan 27 Pabrik Biodiesel Skala Komersial Pada Tahun 2009 ”. www.bppt.go.id/index.php. 10 Maret 2006 ”Pabrik Kedua BPPT Segera Beroperasi ”. www.dprin.go.id/berita_psb.htm. 3 Januari 2006 ”Biodiesel Diserbu. Pemerintah Perlu Siapkan Tata Niaga ”. www.kompas. com/kompas-cetak/0508/18/humaniora/1982101.htm . 18 Agustus 2005
4
bahan bakar alternatif pengganti solar pada umumnya masih dilakukan pada skala penelitian (laboratorium dan Pilot Plant). Hal tersebut berbeda dengan perkembangan yang terjadi di beberapa negara Eropa, dimana pembuatan biodiesel telah berkembang pada tahap komersial. Pada Tabel 1 dapat dilihat data produksi biodiesel di beberapa negara Eropa. Tabel 1. Produksi Biodiesel di Beb erapa Negara Eropa (dalam kilo ton) Periode Tahun 2002 - 2005 Negara
Tahun 2002
2003
2004
2005
Jerman
450
715
1 088
1 900 - 2 100
Perancis
366
357
502
600 - 800
Italia
210
273
419
500 - 550
Austria
25
32
100
150
Spanyol
0
9
70
70 - 80
Denmark
10
41
44
30 - 40
Inggris
3
9
15
25
Sumber : Susilo, 2006.
Perkembangan pembuatan biodiesel di Indonesia secara umum terdiri dari beberapa tahap pengembangan yaitu produksi skala laboratorium, skala Pilot Plant dan skala komersial. Perkembangan pembuatan biod iesel di Indonesia saat ini mulai memasuki tahap komersial. Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) menyatakan bahwa menurut data yang didapat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sudah ada 11 investor yang siap untuk membangun pabrik biodiesel dan bioetanol di Indonesia dengan kapasitas 50 000 hingga 150 000 kl per tahun 12). Pengembangan pembuatan biodiesel termasuk salah satu alternatif dalam mengatasi masalah BBM di Indonesia. Hal tersebut merupakan sebuah bukti bahwa penggunaan teknologi di bidang agribisnis masih terus berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia. Selain itu, hal tersebut juga merupakan bukti bahwa kemajuan bidang agribisnis di Indonesia membutuhkan teknologi untuk terus berkembang. 12)
Djanuarto. “3 Pabrik Biodiesel dan Bioetanol Siap Dibangun ”. http://forums. biodieselnow.com/topic.asp. 27 Maret 2006
5
Pengembangan teknologi di bidang agribisnis memberi peran yang positif antara lain dalam hal (1) meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (2) mengenalkan teknologi baru yang tepat guna dan tepat sasaran; (3) memberikan nilai tambah (added value); dan (4) meningkatkan cadangan devisa (Sa’id, 2001). Pengembangan pembuatan biodiesel dipengaruhi oleh teknologi pada proses pengolahan bahan baku hingga menjadi biodiesel. Sehubungan dengan hal tersebut maka penguasaan teknologi, efektivitas dan efisiensi mesin serta alat yang dimiliki harus dilengkapi dengan pemahaman informasi yang baik. Pembuatan biodiesel bagi skala komersial memerlukan sistem manajemen teknologi yang baik. Hal tersebut disebabkan karena pembuatan biodiesel menggunakan perangkat mesin yang dioperasikan oleh manusia , sehingga pemahaman informasi tentang kinerja mesin dan cara pengoperasiannya sangat dibutuhkan agar produksi dapat berjalan efektif serta efisien. Selain itu, biaya investasi bagi pembangunan pabrik biodiesel skala komersial cukup besar. Pembangunan pabrik biodiesel dengan kapasitas 100 000 ton/tahun memerlukan biaya sekitar Rp. 130 miliar 13). Pengembangan manajemen teknologi pada proses pembuatan biodiesel dapat berguna untuk memanfaatkan peluang pasar di dalam maupun luar negeri. Indonesia memiliki peluang yang besar dalam jangka panjang bagi pemasaran biodiesel. Hal tersebut disebabkan oleh besarnya potensi sumber daya alam untuk bahan baku biodiesel yang dimiliki Indonesia. Potensi tersebut dapat bertambah lagi jika usaha peningkatan manajemen tekno logi dikelola dengan baik. Setiap tahap pada proses tersebut harus didukung oleh penguasaan teknologi dan efisiensi mesin serta alat penunjang lain yang dimiliki. Salah satu pabrik biodiesel yang telah beroperasi adalah milik BPPT dengan kapasitas 1.5 ton/ hari. Rendahnya kapasitas produksi disebabkan karena pabrik tersebut merupakan pabrik percontohan ( Pilot Plant) bagi pengembangan teknologi pembuatan biodiesel. Produksi biodiesel skala Pilot Plant merupakan tahap pengembangan dari skala laboratorium yang telah optimal. Pengetahuan yang dihasilkan pada tahap Pilot Plant ini selanjutnya dapat digunakan bagi pengembangan teknologi pembuatan biodiesel skala komersial. Oleh sebab itu 13)
”Indonesia Punya 21.94 Juta Hektar Lahan Untuk Tanam Jarak Pagar ”. www.mediaindo.co.id/berita.asp . Op. cit.
6
pengelolaan teknologi pada skala Pilot Plant perlu dikelola seoptimal mungkin agar dapat menjadi acuan bagi pengelolaan teknologi pembuatan biodiesel skala komersial. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan bagi penelitian ini, yaitu antara lain : 1. Bagaimana manajemen teknologi proses yang telah di terapkan di pabrik biodiesel skala percontohan ( Pilot Plant) selama ini ? 2. Faktor - faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan pengelolaan teknologi terkait dengan penerapan manajemen teknologi proses di pabrik biodiesel skala perconto han ?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan antara lain : 1. Menganalisis penerapan manajemen teknologi proses yang telah diterapkan di pabrik biodiesel skala percontohan ( Pilot Plant). 2. Mengkaji faktor - faktor yang perlu ditingkatkan terkai t dengan penerapan manajemen teknologi proses.
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain bagi : 1. Pihak Manajemen Pabrik Percontohan . Hasil analisis manajemen teknologi proses ini dapat menjadi salah satu masu kan dalam proses pengambilan keputusan pada usaha pemanfaatan peluang teknologi pembuatan biodiesel. 2. Penulis. Penelitian ini merupakan syarat wajib bagi kelulusan dan berguna sebagai latihan dalam menganalisis permasalahan berdasarkan ilmu serta pengetahuan yang didapat selama kuliah. 3. Masyarakat dan Pembaca. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan seputar masalah pengelolaan teknologi khususnya pada industri pembuatan biodiesel yang akan berproduksi secara komersial.
7
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian terhadap aspek manajemen teknologi proses di pabrik biodiesel skala percontohan ( Pilot Plant) milik BPPT. Kegiatan analisis dilaksanakan pada komponen teknologi yang dimiliki pabri k percontohan melalui proses wawancara dengan pihak pengambil keputusan ( expert judgement). Kegiatan penelitian ini terbatas pada aspek manajemen teknologi pada proses pembuatan biodiesel dan tidak melibatkan kegiatan proses produksi bahan baku (budidaya dan pembuatan bahan baku minyak). Oleh sebab itu, data - data yang digunakan merupakan data - data yang berhubungan dengan komponen teknologi yang digunakan oleh pihak manajemen pabrik pada proses pembuatan biodiesel.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Biofuel dan Biodiesel Saat ini, sumber bahan bakar alternatif yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah bahan bakar nabati atau Biofuel. Bahan baku untuk Biofuel dapat berasal dari produk-produk dan limbah pertanian yang sangat berlimpah di Indonesia. Secara umum, jenis bahan bakar alternatif dari bahan nabati tersebut dinamakan Biodiesel (bahan bakar pengganti solar) dan Bioetanol (bahan bakar pengganti bensin) 14). Biodiesel merupakan sumber energi alternatif p engganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan (nabati) dan memiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar. Komoditas perkebunan penghasil minyak nabati di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel cukup banyak, di antaranya minyak kelapa sawit (CPO), minyak kelapa ( Coconut Oil) dan minyak jarak pagar (Jatropha Oil) (Hambali, 2006). Proses pembuatan biodiesel dilakukan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan alkohol menggunakan zat basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertent u. Proses reaksi kimia di atas biasa disebut dengan proses transesterifikasi (Susilo, 2006). Biodiesel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar solar di antaranya (1) bersumber dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui; (2) memiliki nilai setana (cetane) yang tinggi dan bebas sulfur (belerang); (3) aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun; (4) biodegradable : lebih mudah terurai oleh mikroorganisme, sehingga pencemaran akibat tumpahnya biodiesel pad a tanah dan air bisa teratasi secara alami; dan (5) memungkinkan diproduksi pada skala kecil atau menengah (Susilo, 2006).
2.2. Proses Pembuatan Biodiesel Menurut Hambali (2006) biodiesel merupakan jenis bahan bakar yang terbuat dari minyak nabati dan m emiliki sifat menyerupai minyak diesel/solar dan pada prinsipnya, pembuatan biodiesel terdiri dari beberapa proses antara lain : 14)
Unggul Wirawan. “Saatnya Eksplorasi Bahan Bakar Hayat i”. http://www.bppt.go.id/ index.php. 10 November 2006.
9
1. Pre-Treatment (optional) Pada proses ini, bahan baku minyak dibersihkan dari kotoran -kotoran atau zat-zat yang tidak diinginkan seperti getah. Proses ini memiliki sifat optional yang berarti tergantung dari jenis bahan baku minyak yang akan digunakan dan apabila bahan baku minyak tersebut telah bersih maka dapat langsung diproses pada tahap selanjutnya. 2. Trans-esterifikasi Proses ini merupakan proses mereaksikan bahan baku minyak yang telah bersih dengan alkohol dan katalis. Pada proses transesterifikasi, selain meng hasilkan metil ester (biodiesel), juga dihasilkan produk sampingan yaitu gliserin. Gliserin dapat dimanfaatkan da lam pembuatan sabun. Bahan baku sabun ini berperan sebagai pelembab ( moistouriser). 3. Purifikasi Proses ini bertujuan memurnikan biodiesel yang dihasilkan. Pada proses ini dilakukan proses pemisahan biodiesel dengan kotoran dan air.
2.3. Pembuatan Biodiesel Skala Pilot Plant Menurut Hambali (2006) produksi biodiesel skala Pilot Plant merupakan pengembangan dari proses produksi skala laboratorium yang telah optimal. Proses produksi meliputi tiga tahap yaitu (1) trans -esterifikasi bahan baku minyak (trigliserida) dengan alkohol dan katalis; (2) separasi fase ester dan gliserin; dan (3) pencucian. Diagram alir pembuatan biodiesel skala Pilot Plant adalah seperti yang tersaji pada Gambar 1.
10
Alkohol Katalis
Reaktor Transesterifikasi
Bahan Baku Minyak
Purifikasi/Separasi Air
Metil Ester (Biodiesel)
Wash Percolator
Lapisan ester
Lapisan gliserin Gliserin
Limbah Air
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Biodiesel Skala Pilot Plant (Sumber : Hambali, 2006)
2.4. Penelitian Terdahulu Komalasari (2001) melakukan penelitian yang menggunakan metode “Science and Technological Management Information System ” atau STMIS untuk menguraikan manajemen tek nologi perusahaan yang mengacu kepada data indikator transformasi teknologi dan indikator kemampuan teknologi. Metode tersebut digunakan sebagai upaya untuk menjawab peluang teknologi yang mungkin masih dapat diterapkan oleh Perusahan Pengolahan Kayu Lapis PT. Kutai Timber Indonesia. Selain itu metode tersebut juga digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan dibandingkan dengan posisi teknologi unggul. Penelitian tentang manajemen teknologi proses pembuatan biodiesel saat ini belum ada. Penelitian seputar biodiesel yang ada saat ini hanya terbatas pada produk biodiesel saja. Penelitian mengenai analisis manajemen teknologi proses ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Komalasari (2001) pada metode analisisnya yaitu menggunaka n metode “Science and Technological Management Information System ” atau STMIS. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada objek penelitian.
11
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Teknologi, Teknologi Pertanian dan Manajemen Teknologi Keberhasilan di sektor agribisnis tidak terlepas dari penerapan teknologi yang merupakan bagian dari sistem manajemen agribisnis. Pemahaman tentang teknologi hendaknya diartikan dalam lingkup yang luas dan perlu diintegrasikan secara efektif sehingga dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tiedel (1981) dalam Mangunwidjaja dan Sailah (2005) memberi batasan teknologi sebagai kumpulan berbagai kemungkinan produksi, teknik, metode, dan proses yang dengannya sumber - sumber daya secara nyata diubah oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pengertian teknologi secara lebih luas atau komprehensif merupakan seluruh kemampuan, peralatan, dan tata kerja serta kelembagaan yang diciptakan untuk beke rja secara lebih efektif dan efisien (Anonim, 1989 dalam Mangunwidjaja dan Sailah, 2005). Berkembangnya permasalahan tentang kebutuhan manusia (sandang, pangan dan papan) mendorong lahirnya teknologi di bidang pertanian. Arti teknologi pertanian menurut M angunwidjaja dan Sailah (2005) adalah penerapan antara ilmu - ilmu terapan teknik (sipil, mesin, listrik, kimia, dll) dengan ilmu ilmu terapan pertanian (botani, zoologi, fisiologi, dll) sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh manusia berkai tan dengan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Selanjutnya, penggunaan teknologi pertanian tidak hanya berkaitan dengan permasalahan kebutuhan primer saja, namun digunakan juga bagi penyelesaian atas masalah - masalah kebutuhan sekunder dan tersier sepert i transportasi dan industri. Manajemen teknologi menurut Tjakraatmadja (1997) dalam Sa’id (2001) adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai tambah suatu teknologi dengan cara melakukan proses manajemen yang tepat. Berdasarkan fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan manajemen teknologi dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai dari perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka mencapai nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
12
konsumen. Pada Gambar 2 dapat dilihat bagaimana hubungan antara manajemen teknologi dengan proses transformasi input menjadi output dalam bidang agribisnis.
TRANSFORMASI
INPUT
OUTPUT
TEKNOLOGI Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia
Produk Akhir Produk Sampingan
Komponen Teknologi Kemampuan Tekn ologi
Inovasi
Perbaikan Produktivitas
Kinerja
MANAJEMEN TEKNOLOGI
Evaluasi Produktivitas
Gambar 2. Hubungan Manajemen Teknologi dengan Proses Transformasi Input Menjadi Output dalam Bidang Agribisnis Sumber : Sa’id, 2001
Manajemen teknologi dalam bidang agribisnis tidak hanya mencakup pengetahuan teknis budidaya, alat dan mesin pertanian saja; melainkan juga meliputi pengetahuan mengen ai pengelolaan semua aspek teknologi untuk mengubah masukan/input menjadi keluaran/output, sehingga penggunaan teknologi menjadi efektif dan efisien. Pada gambar di atas diperlihatkan bahwa proses transformasi input menjadi output sangat membutuhkan peran teknologi. Teknologi itu sendiri digambarkan sebagai suatu kesatuan dari dua elemen penyusun yaitu komponen teknologi dan kemampuan teknologi.
3.1.2. Komponen Teknologi Penggunaan
teknologi
harus
memperhatikan
penyesuaian
antara
komponen teknologi dengan kondisi sosial budaya masyarakat khususnya Indonesia sebagai usaha untuk mendukung pengembangannya. Komponen komponen teknologi menurut Sharif (1993) dalam Sa’id (2001) terdiri dari :
13
1. Perangkat Teknologi (Technoware) Komponen ini disebut juga perangkat keras (hardware), yaitu fasilitas yang berwujud fisik seperti mesin pengolah bahan baku, komputer, traktor, dan lain-lain. Komponen ini memberdayakan fisik manusia dan mengontrol kegiatan operasional transformasi. 2. Perangkat Manusia (Humanware) Komponen ini berwujud kemampuan manusia seperti keterampilan, pengetahuan, keahlian dan kreativitas dalam mengelola ketiga komponen teknologi lainnya. Komponen perangkat manusia berfungsi memberikan ide pemanfaataan sumber daya alam dan teknologi untuk keperluan prod uksi. 3. Perangkat Informasi (Infoware) Komponen ini berwujud dokumen fakta seperti website di internet, informasi yang diperoleh melalui telepon dan mesin faksimili, buku -buku mengenai pemeliharaan mesin - mesin industri pertanian, jurnal - jurnal aplikasi teknologi mutakhir, dan dokumen - dokumen lainnya. Komponen ini berfungsi
mempercepat
proses
pembelajaran,
mempersingkat
waktu
operasional dan penghematan sumber daya. 4. Perangkat Organisasi (Organware) Komponen ini berwujud kerangka kerja organisasi seperti struktur organisasi, fasilitas kerja, metode pendanaan, teknik negosiasi, hubungan lini antar manajer atau kepala bagian dan jaringan kerja ( networking). Komponen perangkat organisasi berfungsi mengkoordinasikan semua aktivitas produksi di suatu perusahaan atau lembaga penelitian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penjelasan dari komponen teknologi di atas menunjukkan bahwa ketersediaan keempat komponen teknologi dalam suatu perusahaan atau lembaga penelitian, khususnya pada pembuatan biodiesel s angat penting dalam melakukan proses transformasi input menjadi output.
3.1.3. Kemampuan Teknologi Jika melihat kembali Gambar 2, aspek kemampuan teknologi juga sangat penting dimiliki oleh perusahaan atau lembaga penelitian agar dapat beroperasi
14
sesuai tujuannya. Pengertian tentang kemampuan teknologi menurut Sa’id (2001) yaitu merupakan sebuah proses pembelajaran organisasi yang menghasilkan peningkatan produktivitas dan efisiensi ekonomi dari suatu perusahaan atau lembaga penelitian. Sebuah perusahaan atau lembaga penelitian yang produktif harus memiliki kemampuan teknologi untuk mengelola perubahan teknologi dan mengambil peluang - peluang yang strategis bagi tujuan berjangkanya. Pergerakan transformasi dari input menjadi output sangat melibatkan pengalaman perusahaan atau lembaga penelitian dalam mengembangkan komponen dan kemampuan teknologinya. Suatu perusahaan atau lembaga penelitian memperoleh komponen teknologi melalui dua cara yaitu mengimpor atau mengembangkan secara lokal. Penggunaan komponen teknologi impor sangat membutuhkan pembelajaran bagi perusahaan atau lembaga penelitian dalam hal melakukan perubahan ( learning by changing). Kemampuan melakukan perubahan teknologi terjadi bila perusahaan atau lembaga penelitian tersebut memiliki kemam puan akuisisi dan penciptaan teknologi. Adapun
pengembangan
komponen
teknologi
lokal
membutuhkan
pembelajaran bagi perusahaan atau lembaga penelitian dalam hal melakukan kegiatan operasional (learning by doing). Kemampuan melakukan kegiatan operasional di atas terjadi bila perusahaan atau lembaga penelitian tersebut memiliki kemampuan pemanfaatan dan kompilasi teknologi (Sa’id, 2001). Skema mengenai kemampuan sebuah perusahaan atau lembaga penelitian untuk melakukan kegiatan operasional atau perubahan tekn ologi dapat dilihat pada gambar 3. Penjelasan di atas menegaskan bahwa kemampuan teknologi melibatkan komponen teknologi dan kelanjutan manajemen perubahan dalam dua cara yaitu (1) komponen teknologi dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu; serta (2) pengembangan dan komersialisasi teknologi baru. Perkembangan teknologi terjadi melalui akumulasi kemampuan teknologi suatu perusahaan atau lembaga penelitian dengan melakukan investasi keempat komponen teknologi.
15
Pembelajaran yang berkelanjutan (learning by doing dan learning by changing) menurut Sharif (1993) dalam Sa’id (2001) sangat memerlukan empat hal, yaitu : 1. Kemampuan Pemanfaatan Teknologi ( Technology Utilization Capability ) Kemampuan
ini
mencakup
kegiatan
operasional,
pengawasan
dan
pemeliharaan komponen teknologi dalam proses transformasi dan aktivitas pendukung lainnya. Contoh : kemampuan dalam menggunakan mesin - mesin pengolah bahan baku, kemampuan dalam melakukan pengawasan dan pemeliharaan mesin mesin pengolah di pabrik.
INPUT
PERUSAHAAN / LEMBAGA PENELITIAN
OUTPUT
PRODUKTIF
KOMPONEN TEKNOLOGI Technoware Humanware Infoware Organware
Belajar sambil mengalami perubahan
KEMAMPUAN TEKNOLOGI Pemanfaatan Teknologi Kompilasi Teknologi Akuisisi Teknologi Penciptaan Teknologi
KEMAMPUAN PERUBAHAN Belajar sambil bekerja
Gambar 3.
KEMAMPUAN OPERASIONAL
Skema Kemampuan Sebuah Perusahaan atau Lembaga Penelitian untuk Melakukan Kegiatan Operasional atau Perubahan Teknologi Sumber : Sa’id, 2001
16
2. Kemampuan Kompilasi Teknologi ( Technology Compilation Capability ) Kemampuan ini mencakup pemesanan seluruh fasilitas yang dibutuhkan, membuat prosedur operasional dengan baik, dan mobilisasi semua sumber daya dalam transformasi serta aktivitas pendukung lainnya. Contoh : kemampuan membuat prosedur operasional yang baik se perti jadwal kegiatan produksi; jadwal pemesanan dan pengiriman barang, sehingga dapat memaksimalkan semua sumber daya yang ada. 3. Kemampuan Akuisisi Teknologi ( Technology Acquisition Capability ) Kemampuan ini meliputi pembaruan (memperbaiki) semua komponen teknologi melalui pencarian, seleksi, negosiasi dan penyusunan waktu pembelian. Contoh : kemampuan melakukan negosiasi pembelian teknologi canggih dengan pihak importir (baik negosiasi harga, biaya pengiriman dan pelatihan terhadap teknisi perusahaan atau lembaga penelitian). 4. Kemampuan Penciptaan Teknologi ( Technology Generation Capability ) Kemampuan ini meliputi penentuan kebutuhan pasar, pengembangan produk, proses dan teknik yang baru; membangun prototype dan pengembangan model; serta penyusunan modal un tuk implementasi inovasi. Contoh : kemampuan dalam mengembangkan teknik baru sehingga dapat mengurangi biaya produksi, kemampuan dalam membuat perencanaan produksi dan investasi teknologi baru, serta kemampuan dalam membuat usulan proyek dan anggaran denga n baik dan tepat sehingga proses implementasi proyek tersebut dapat sesuai dengan tujuannya.
3.1.4. Hubungan antara Komponen Teknologi dan Kemampuan Teknologi Komponen teknologi dan kemampuan teknologi merupakan dua hal yang saling berhubungan dalam sua tu cara yang sistematis. Sharif (1993) dalam Sa’id (2001) menjelaskan bahwa ada suatu urutan tertentu dalam perkembangan kemampuan, mulai dari kemampuan pemanfaatan teknologi sampai dengan kemampuan penciptaan teknologi. Tahap pertama, perusahaan atau lembaga penelitian harus mengumpulkan pengalaman operasional dalam memproduksi output (kemampuan pemanfaatan teknologi); tahap kedua, perusahaan atau
17
lembaga penelitian melakukan optimasi pengalaman untuk meningkatkan kinerja teknologi yang digunakan (kemampua n kompilasi teknologi); tahap ketiga, perusahaan atau lembaga penelitian mulai melakukan perubahan dengan mencari dan mengakuisisi teknologi dari perusahaan atau lembaga penelitian lain (kemampuan akuisisi teknologi); dan akhirnya tahap keempat, perusahaan atau lembaga penelitian melakukan adaptasi dan inovasi dengan mengembangkan dan mengkomersialisasikan teknologi baru (kemampuan penciptaan teknologi). Jika konsep kemampuan teknologi untuk mengantisipasi perubahan teknologi dianalisis lebih lanjut, ada d ua cara umum yang dapat digunakan oleh perusahaan atau lembaga penelitian yaitu melakukan alih teknologi dan pengembangan teknologi lokal. Pada Gambar 4 dapat dilihat hubungan antara komponen teknologi dan kemampuan teknologi.
KOMPONEN TEKNOLOGI Technoware, Humanware, Infoware, Organware
Penggunaan teknologi oleh perusahaan atau lembaga penelitian pada proses transformasi
Alih Teknologi
Pengembangan Teknologi Lokal
Perbaikan kemampuan teknologi Pemanfaatan (Utilization)
Kompilasi (Compilation)
Akuisisi (Acquisition)
Penciptaan (Generation)
Akumulasi Semua Kemampuan Teknologi (Learning By Doing) KEMAMPUAN TEKNOLOGI
Gambar 4. Hubungan antara Komponen Teknologi dan Kemampuan Teknologi Sumber : Sharif (1993) dalam Sa’id, 2001
18
Perbaikan kemampuan teknologi harus senantiasa dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga penelitian dalam proses pembelajaran nya, sehingga perusahaan atau lembaga penelitian tersebut dapat meningkatkan kadar teknologi output-nya. Peningkatan kadar teknologi tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan kemampuan akuisisi dan kemampuan penciptaan teknologi. Dengan menggunakan kemampuan akuisisinya, perusahaan atau lembaga penelitian dapat melakukan alih teknologi terhadap teknologi impor. Sedangkan dengan menggunakan kemampuan penciptaannya, perusahaan atau lembaga penelitian dapat melakukan pengembangan teknologi lokal. Akumulasi dari semua kemampuan teknologi tersebut (sebagai akibat pengelolaan perubahan teknologi) juga akan meningkatkan kecanggihan komponen teknologi perusahaan atau lembaga penelitian. Komponen teknologi yang canggih tersebut akhirnya akan digunakan oleh pe rusahaan atau lembaga penelitian dalam proses transformasi dengan menggunakan kemampuan pemanfaatan dan kompilasi teknologi.
3.1.5. Strategi Teknologi Dalam usaha untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan berbasis teknologi, suatu perusahaan ata u lembaga penelitian membutuhkan kemampuan penguasaan teknologi. Kemampuan tersebut dapat tercapai apabila didukung oleh strategi teknologi yang sesuai dengan tujuan perusahaan atau lembaga penelitian. Strategi teknologi menurut Ramanathan (1993) dalam Komalasari (2001) merupakan salah satu usaha untuk pengembangan dan pemanfaatan teknologi yang tepat dalam rangka mendukung pencapaian tujuan perusahaan atau lembaga penelitian. Strategi teknologi tersebut dapat digolongkan ke dalam empat klasifikasi seperti berkut ini : 1. Strategi memperpanjang umur teknologi ( technology extender), pada strategi ini perusahaan atau lembaga penelitian bermaksud memiliki kemampuan operatif. 2. Strategi pemanfaatan teknologi ( technology exploitation), strategi ini menuntun perusahaan atau lembaga penelitian untuk memiliki kemampuan akuisif.
19
3. Strategi pengikut teknologi ( technology follower), strategi ini dimaksudkan agar perusahaan atau lembaga penelitian memiliki kemampuan pendukung. 4. Strategi unggul teknologi ( technology leadership), strategi ini bertujuan agar perusahaan atau lembaga penelitian memiliki kemampuan mengembangkan atau menemukan teknologi baru yang dapat dikerjakan sendiri.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kegiatan penerapan manajemen teknologi proses di pabrik per contohan meliputi perencanaan, pemeliharan dan pengawasan operasional teknologi proses. Usaha peningkatan pengelolaan teknologi proses dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator komponen teknologi dan indikator kemampuan teknologi yang berkaitan denga n komponen serta kemampuan teknologi yang telah dimiliki pabrik biodiesel. Analisis terhadap indikator komponen teknologi dan indikator kemampuan teknologi bertujuan untuk mengetahui tingkat kemapanan dan kemampuan yang dimiliki pabrik biodiesel sehingga dapat diketahui faktor - faktor apa yang berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan teknologi proses dan alternatif pengembangan yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan tujuan pihak manajemen pabrik. Analisis indikator komponen teknologi dilak ukan melalui metode pembobotan dengan memberikan penilaian menurut kondisi nyata (pengamatan) dan harapan terhadap komponen teknologi yang meliputi perangkat teknologi (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (organware). Analisis indikator kemampuan teknologi juga dilakukan melalui metode pembobotan memberikan penilaian menurut kondisi nyata (pengamatan) dan harapan terhadap faktor - faktor yang meliputi kemampuan
pemanfaatan
teknologi,
kemampuan
kompilasi
teknologi,
kemampuan akuisisi teknologi dan kemampuan penciptaan teknologi. Hasil penilaian - penilaian tersebut selanjutnya diolah dengan m etode Mann-Whitney untuk mengetahui apakah perangkat dan kemampuan teknologi yang dimiliki pabrik percon tohan saat ini sudah sesuai dengan harapan pihak manajemen pabrik atau belum. Jika belum maka akan diketahui faktor - faktor apa
20
saja yang masih perlu dikembangkan guna meningkatkan manajemen teknologi proses di pabrik percontohan. Selain itu, untuk melihat ada atau tidaknya hubungan di antara kedua indikator maka dilakukan penilaian dengan menggunakan tabulasi silang (Crosstabs). Hasil penilaian yang diperoleh selanjutnya diolah dengan metode Chi-square Analysis. Selanjutnya dari hasil pengolahan data ter sebut akan diperoleh informasi apakah kedua indikator tersebut bersifat independen (bebas) atau saling terkait. Kerangka pemikiran operasional secara sistematis tersaji pada Gambar 5.
21
Manajemen Teknologi Proses Pabrik Percontohan
Analisis Indikator Komponen Teknologi
Analisis Indikator Kemampuan Teknologi
Metode Pembobotan
Metode Pembobotan
Metode Pembobotan
Technoware Humanware Infoware Organware
Kemampuan Pemanfaatan Kemampuan Kompilasi Kemampuan Akuisisi Kemampuan Penciptaan
Kedua Indikator dengan Tabulasi Silang
Pengolahan Data dengan Metode Mann-Whitney
Pengolahan Data dengan Metode Mann-Whitney
Pengolahan Data dengan Metode Chi-Square
Kondisi Manajemen Teknologi Proses Pabrik Percontohan
Alternatif Pengembangan Manajemen Teknologi proses
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Manajemen Teknologi Proses
22
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pabrik Percontohan milik Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( Engineering Center), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berlokasi di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknoogi Serpong, Propinsi Banten. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja dengan alasan BPPT adalah salah satu lembaga penelitian milik negara yang sedang mengembangkan teknologi pembuatan biodiesel dan pabrik percontohan tersebut adalah tempat dimana kegiatan pengembangan tersebut berlangsung. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data berlangsung pada bulan Mei hingga Juli 2007.
4.2. Metode Pengumpulan, Jenis dan Sumber Data Proses
pengumpulan
data
yang digunakan
adalah
dengan
cara
mengumpulkan dan menggunakan data primer serta data sekunder yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan teknologi. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pengisian kuisioner dan wawancara langsung dengan
pihak
pengambil keputusan (expert judgement). Data - data tersebut antara lain yaitu hasil penilaian terhadap perangkat teknologi dan kemampuan teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. Data sekunder diperoleh dari laporan - laporan periodik manajemen pabrik, instansi terkait, jasa fasilitas internet, tulisan dan buku yang terkait dengan penelitian ini. Wawancara dilaksanakan kepada seorang anggota Pool of Scienctist sebagai pihak yang dapat mewakili manajemen pabrik percontohan dalam usaha peningkatan pengelolaan teknologi. Pengetahuan dan pengalaman dari pihak pihak tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi proses pengolahan dan analisis data selanjutnya. 4.3. Metode Analisis Analisis manajemen teknologi proses di pabrik percontohan menggunakan metode “Science and Technological Management Information System ” atau STMIS. Metode STMIS merupakan metode yang berguna untuk mengetahui
23
tingkat kecanggihan perangkat komponen dan kemampuan teknolog i (Komalasari, 2001). Metode ini merupakan metode pembobotan dengan melakukan penilaian pada data indikator komponen dan indikator kemampuan teknologi. Melalui indikator tersebut, metode STMIS selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui posisi teknologi pabrik percontohan dengan posisi teknologi unggul dan untuk menjawab peluang teknologi yang mungkin masih dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen pabrik percontohan. 4.3.1 Analisis Indikator Komponen Teknologi Analisis terhadap indikator komponen teknolog i bertujuan untuk menilai status teknologi pembuatan biodiesel di pabrik percontohan. Petunjuk atau indikator komponen teknologi dapat dihasilkan melalui analisis dengan melakukan penilaian terhadap empat komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan.
Keempat
komponen
tersebut
adalah
perangkat
teknologi
(technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi ( organware). Cara penilaian terhadap komponen teknologi adalah dengan memberi nilai yang dilakuk an oleh staf pabrik percontohan pada kuisioner yang telah disiapkan (Lampiran 1). Kisaran nilai atau bobot yang diberikan adalah 1 sampai dengan 9 dengan kategori rendah untuk nilai 1 – 3, sedang untuk nilai 4 – 6 dan tinggi untuk nilai 7 – 9. Kriteria dalam penilaian keempat komponen teknologi adalah sebagaimana tersaji di bawah ini. 4.3.1.1.Analisis Perangkat Teknologi ( Technoware) Analisis perangkat teknologi ( technoware) mengacu pada tingkat kecanggihan perangkat keras yang berhubungan langsung dengan tahapa n produksi, mulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan proses pengolahan hingga menghasilkan produk jadi. Setiap tahapan dinilai berdasarkan kriteria yang tersaji pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Teknologi Jenis Mesin Mesin Manual (Manual Facilities) Mesin Bermotor (Powered Facilities) Mesin Serbaguna (General Facilities) Mesin Khusus (Special Facilities) Mesin Otomatis (Automatic Facilities) Mesin Berkomputer (Computerize Facilities) Mesin Terpadu (Integrated Facilities)
1 2 3 4 5 6 7
Nilai 2 3 4 5 6 7 8
3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Komalasari, 2001
4.3.1.2. Analisis Perangkat Manusia ( Humanware) Analisis perangkat manusia ( humanware) berguna untuk mengetahui sejauh mana sumber daya manusia terlibat dengan tingkat kecanggiha n teknologi. Penilaian kemampuan sumber daya manusia dilakukan pada setiap tingkatan pekerja berdasarkan penggolongan jenis pekerjaan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen pabrik percontohan. Kriteria penilaian terhadap setiap jenis pekerja tersaji p ada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Manusia Tahap Kemampuan Kemampuan mengoperasikan ( Operating Abilities) Kemampuan mengeset (Setting Abilities) Kemampuan mereparasi (Repairing Abilities) Kemampuan mereproduksi (Reproducing Abilities) Kemampuan mengadaptasi ( Adapting Abilities) Kemampuan menyempurnakan ( Improving Abilities) Kemampuan melakukan Inovasi ( Inovating Abilities)
1 2 3 4 5 6 7
Nilai 2 3 4 5 6 7 8
3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Komalasari, 2001
4.3.1.3.Analisis Perangkat Informas i (Infoware) Analisis perangkat informasi berguna untuk mengetahui kemampuan mengoperasikan
dan
mendayagunakan
informasi,
pembelian
informasi,
peningkatan dan perencanaan informasi termasuk prasarana dan failitas informal. Analisis perangkat informasi di laksanakan dengan menggunakan kriteria yang tersaji pada Tabel 4.
25
Tabel 4. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Informasi Tahap Kemampuan Mengenal fakta (Familiaring Facts) Menerangkan fakta (Describing Facts) Menspesifikasi fakta (Specifying Facts) Menggunakan fakta (Utilizing Facts) Memahami fakta (Comprehending Facts) Menggeneralisasi fakta (Generalizing Facts) Mengkaji fakta (Assesing Facts)
1 2 3 4 5 6 7
Nilai 2 3 4 5 6 7 8
3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Komalasari, 2001
4.3.1.4. Analisis Perangkat Organisasi (Organware) Analisis perangkat organisasi bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana pola kerja manajemen pabrik percontohan dapat mendukung pencapaian misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa aspek yang dinilai pada analisis pera ngkat organisasi antara lain adalah struktur organisasi, fasilitas kerja, hubungan antar bagian, rata - rata umur peralatan atau mesin, organisasi peningkatan rekayasa/Litbang dan prosentase anggaran peningkatan Litbang. Kriteria penilaian terhadap setiap aspek tersebut tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Penilaian Analisis Perangkat Organisasi Tahap Kemampuan Mencari bentuk pola kerja (Striving Framework) Menetapkan pola kerja (Tipe-up Framework) Menciptakan pola kerja baru ( Venturing Framework) Melindungi pola kerja (Protecting Framework) Menstabilkan pola kerja (Stabilizing Framework) Memapankan pola kerja (Prospecting Framework) Menguasai pola kerja unggul ( Leading Framework)
1 2 3 4 5 6 7
Nilai 2 3 4 5 6 7 8
3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Komalasari, 2001
4.3.2. Analisis Indikator Kemampuan Teknologi Indikator kemampuan teknologi merupakan data yang diperoleh dengan cara menghubungkan kemampuan teknologi pabrik percontohan dengan kemampuan teknologi pabrik biodiesel secara umum di Indonesia maupu n di tingkat internasional. Cara tersebut didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pihak manajemen pabrik percontohan tentang kemampuan teknologi yang ada di pabrik lain (di Indonesia maupun tingkat internasional). Hal ini perlu
26
dilakukan
dengan tujuan agar manajemen pabrik percontohan mampu
mengembangkan kemampuan teknologinya untuk mewujudkan visi dan misi serta mengejar strategi teknologi yang telah ditentukan. Indikator kemampuan teknologi dapat dihasilkan melalui analisis dengan melakukan penilaian terhadap empat hal yang terkait dengan kemampuan teknologi antara lain yaitu k emampuan pemanfaatan (utilization capability), kemampuan kompilasi (compilation capability), kemampuan akuisisi (acquisition capability) dan kemampuan penciptaan ( generation capability). Pokok - pokok penilaian
yang
dilaksanakan
untuk
menganalisis
kemampuan/kapabilitas
teknologi di pabrik percontohan adalah sebagaimana tersaji di bawah ini. 4.3.2.1. Analisis Kemampuan Pemanfaatan ( Utilization Capability) Analisis
kemampuan
pemanfaatan
dilaksanakan
pada
kegiatan
operasional, pengawasan dan pemeliharaan komponen teknologi dalam proses produksi dan aktivitas pendukung lainnya . Kemampuan pemanfaatan tersebut terdiri dari : 1) Kemampuan dalam menggunakan dan mengontrol perangkat tek nologi 2) Kemampuan untuk merencanakan kegiatan yang termasuk dalam aspek – aspek seperti perencanaan dan penjadwalan produksi 3) Kemampuan untuk melaksanakan perbaikan preventif dengan rutin 4.3.2.2. Analisis Kemampuan Kompilasi ( Compilation Capability) Analisis kemampuan kompilasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan pihak manajemen pabrik percontohan dalam mengoptimalkan pengalaman untuk meningkatkan kinerja teknologi yang digunakan. Kemampuan kompilasi tersebut terdiri dari : 1) Kemampuan pemesanan seluruh fasilitas yang dibutuhkan 2) Kemampuan membuat prosedur operasional dengan baik 3) Kemampuan memobilisasi semua sumber daya dalam proses produksi serta aktivitas pendukung lainnya
27
4.3.2.3. Analisis Kemampuan Akuisisi ( Acquisition Capability) Analisis kemampuan akuisisi meliputi kegiatan pembaruan (memperbaiki) semua komponen teknologi melalui pencarian, seleksi, negosiasi dan penyusunan waktu pembelian. Kemampuan akuisisi tersebut terdiri dari : 1) Kemampuan mengidentifikasi semua sumber teknologi secar a mandiri 2) Kemampuan bernegosiasi untuk mengejar/memperoleh teknologi 3) Kemampuan untuk menganalisis teknologi yang ditawarkan berkaitan dengan proses parameter, spesifikasi lain, keuntungan sosial -ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah 4) Kemampuan
untuk
melaksanakan
studi
rekayasa
secara
rinci
dan
menterjemahkan proses parameter dasar ke dalam rancangan dan peralatan 4.3.2.4. Analisis Kemampuan Penciptaan ( Generation Capability) Analisis kemampuan penciptaan meliputi pengembangan produk, proses dan teknik yang baru; membangun prototype dan pengembangan model; serta penyusunan modal untuk implementasi inovasi. Kemampuan penciptaan tersebut terdiri dari : 1) Kemampuan pengembangan produk, proses dan teknik yang baru 2) Kemampuan membangun prototype dan pengembangan model 3) Kemampuan dalam penyusunan modal untuk implementasi inovasi Penilaian kemampuan - kemampuan teknologi di atas bertujuan untuk mengetahui kinerja dan kemampuan yang dimiliki oleh pihak manajemen pabrik percontohan. Proses penilaian dilaksanakan den gan cara memberikan peringkat mulai dari 0 - 5 pada kuisioner yang telah disiapkan (Lampiran 2). Peringkat peringkat tersebut adalah sebagai berikut : Peringkat 0 Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5
= = = = = =
tidak memiliki kemampuan di bawah pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia terbaik di Indonesia sama dengan pabrik biodiesel lain di dunia terbaik dalam industri biodiesel di dunia
28
4.4. Analisis Keterkaitan antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi Selain penilaian terhadap komponen dan kemampuan teknologi, di dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian keterkaitan antara indikator kemampuan teknologi dengan indikator komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. Analisis ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kedua indikator tersebut. Proses penilaian dilaksanakan dengan cara memberikan peringkat mulai dari 1 - 3 pada tabel kontingensi yang terdapat di kuisioner yang telah disiapkan (Lampiran 2). Kriteria penilaian berdasarkan peringkat berikut : Peringkat 1 = Peringkat 2 = Peringkat 3 =
kurang baik cukup baik sangat baik
4.5. Metode Pengolahan Data Kegiatan pengolahan data pada pe nelitian ini dilakukan setelah mendapat hasil dari metode pembobotan pada metode analisis “ Science and Technological Management Information System ” atau STMIS.. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan metode yang terdiri dari Mann-Whitney, tabulasi silang (Crosstabs) dan Chi-square Analysis dengan menggunakan program aplikasi komputer Minitab version 14. 4.5.1. Metode Mann-Whitney Metode Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan kondisi nyata dari komponen teknologi (P) dengan kondisi yang dihara pkan (H) oleh pihak manajemen pabrik percontohan. Selain itu, metode ini juga digunakan dalam menganalisis ada-tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan teknologi yang dimiliki pihak manajemen dengan kemampuan yang diharapkan (Mulyono, 1998). Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Minitab version 14. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, apabila nilai probabilitas yang didapat < α (α = 0.05) maka H 0 ditolak. Sebaliknya, jika nilai probabilitas yang didapat > α (α = 0. 05) maka H 1 ditolak. Apabila H 1 ditolak berarti kondisi
29
komponen teknologi di pabrik saat ini sudah sesuai dengan kondisi yang diharapkan oleh pihak manajemen pabrik. 4.5.2. Tabulasi Silang (Crosstabs) dan Metode Chi-square Analysis Tabulasi silang (Crosstabs) digunakan untuk menyusun tabel kontingensi sebagai format penilaian terhadap hubungan kedua indikator. Metode Chi-square Analysis berguna untuk menentukan apakah antara indikator kemampuan teknologi dan indikator komponen teknologi berhungan satu sa ma lain atau sebaliknya. Metode ini dilakukan setelah melakukan penilaian dengan menggunakan tabulasi silang ( Crosstabs). Kedua indikator tersebut diuji berdasarkan hipotesis berikut : H0 = kedua indikator bersifat bebas H1 = kedua indikator bersifat dep enden Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program Minitab version 14, jika χ2hitung > χ2α;db maka H 0 ditolak. Sebaliknya jika χ 2hitung < χ2α;db maka H 1 ditolak. Apabila H 1 ditolak berarti kedua indikator bersifat bebas (Mulyono, 1998).
30
V. GAMBARAN UMUM PABRIK PERCONTOHAN
5.1. Sejarah dan Lokasi Pabri k Percontohan Pabrik biodiesel skala percontohan ( Pilot Plant) berdiri pada tahun 2003 di Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Propinsi Banten. Pabrik skala percontohan tersebut adalah pabrik yang didirikan oleh Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi (Engineering Center), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan tujuan penelitian dan pelatihan. Pabrik biodiesel ini berkapasitas 1.5 ton per hari dan merupakan salah satu lokasi dimana kegiatan pengembangan teknologi pembuatan biodiesel dilaksankan.
5.2. Manajemen Pabrik Percontohan ( Engineering Center) Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi (BRDST) atau Engineering Center adalah salah satu lembaga/balai penelitian yang dimiliki oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Lembaga penel itian ini memliki tujuan antara lain melakukan penelitian seputar pengembangan pembuatan biodiesel. Visi pihak manajemen pabrik percontohan adalah menjadikan Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( Engineering Center) sebagai pembuat pabrik biodiesel yang unggul. Selain itu, pihak manajemen pabrik percontohan mempunyai misi untuk menghasilkan berbagai patent process dan disain pabrik. Pabrik percontohan memiliki karyawan yang berjumlah 14 orang dengan jenis pekerjaan seperti yang tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Pabrik Percontohan Tahun 2007. No. Keterangan Jumlah (Orang) 1 Pool of Scientist 5 2 Manajer Pabrik 1 3 Administrasi 1 4 Karyawan Proses Poduksi 4 5 Laboratorium 3 TOTAL 14 Sumber : Engineering Center, 2007.
Uraian singkat tentang jenis pekerja pada pabrik percontohan yang dinilai sebagai sampel adalah sebagai berikut :
31
a. Pool of Scientist yaitu pegawai BPPT yang merupakan peneliti biodiesel dan bertugas merumuskan kegiatan uji coba inovasi sert a memberi arahan kepada manajer pabrik tentang kegiatan tersebut. b. Manajer Pabrik yaitu pegawai BPPT yang bertanggung jawab mengoperasikan pabrik percontohan sesuai arahan dan perintah/rekomendasi dari Pool of Scientist. c. Staff Administrasi yaitu pegawai yang bertanggung jawab atas kegiatan pengadaan barang/jasa administrasi penjualan produk, pengupahan pegawai dan pengambilan data non teknis. d. Karyawan Proses Poduksi yaitu pegawai yang bertanggung jawab atas proses produksi menurut arahan dan pengawasan manaj er pabrik. e. Laboratorium yaitu pegawai yang bertanggung jawab melakukan uji bahan baku dan produk jadi serta melaksanakan percobaan laboratorium sesuai dengan arahan Pool of Scientist. Struktur organisasi pabrik percontohan adalah terdiri dari Pool of Scientist, manajer pabrik sebagai pimpinan pabrik percontohan yang dibantu oleh karyawan proses poduksi dan laboratorium. Struktur organisasi pabrik percontohan tersaji pada Gambar 6. Pool of Scientist
Manajer Pabrik
Produksi
Laboratorium
Gambar 6. Struktur Organisasi Pabrik Percontohan Tahun 2 007 Engineering Center sebagai lembaga pemerintah telah berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan pengembangan biodiesel di Indonesia. Kegiatan kegiatan yang telah dilakukan oleh Engineering Center dalam mengembangkan biodiesel antara lain adalah : a. mengembangkan optimasi proses dan disain pabrik biodiesel pada berbagai kapasitas produksi hingga pada skala komersial b. mengoperasikan pilot plant biodiesel 1.5 ton/hari secara terus - menerus di kawasan PUSPIPTEK Serpong dengan tujuan penelitian dan pel atihan (sejak 2003)
32
c. bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Riau membangun pabrik biodiesel berkapasitas 8 ton/hari (2004) d. mengadakan uji biodiesel dengan kategori B30 pada kendaraan dengan jarak tempuh hingga 20 000 km (2002 - 2004) e. mempersiapkan target pe nggunaan biofuel (termasuk biodiesel) bersama lembaga lain melalui Perpres No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (2005) f. merumuskan standar biodiesel nasional bersama lembaga lain melalui SNI 04-7182-2006 (2005) g. berperan serta secara aktif di d alam Forum Biodiesel Indonesia dan Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Timnas BBN) bersama lembaga lain (hingga kini) h. menyediakan konsultasi dan pelatihan kepada lembaga pemerintah yang lain, lembaga - lembaga pendidikan, pelaku - pelaku industri, lembaga lembaga non pemerintah (LSM), dan masyarakat umum (hingga kini) i. berpartisipasi aktif di dalam acara - acara yang berhubungan dengan biofuel (seminar, workshop, pameran dll) (Sumber : Engineering Center, 2007) 5.3. Proses Pembuatan Biodiesel Proses pembuatan biodiesel secara umum terdiri dari beberapa tahap antara lain kegiatan persiapan ( preparation/pretreatment), proses reaksi (TransEsterification),
pencucian (settling
& washing),
pemurnian (drying
&
purification) (Gambar 7). Uraian singkat tentang masing - masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Persiapan (preparation/pretreatment) Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini terdiri dari 2 macam yaitu (1) pencampuran katalis dan alkohol; dan (2) pembersihan bahan baku minyak dari bahan - bahan yang tidak diinginkan seperti getah. 2) Reaksi (Trans - Esterification) Pada tahap ini, campuran alkalis dan alkohol dimasukkan ke dalam reaktor dan selanjutnya bahan baku minyak ditambahkan. Reaksi ini dilakukan di dalam sebuah reaktor yang tertutup rapat untuk menghindari penguapan alkohol. Setelah selesai, tahap ini akan menghasilkan dua jenis produk yaitu gliserin dan biodiesel (methil ester).
33
Methanol Catalyst
Preparation
Preparation (Degumming)
Feedstock
Trans - Esterification
Settling & Washing
Drying
Methanol Recovery
BIODIESEL
Purification
GLYCERIN
By Product
Gambar 7. Diagram Alir Proses Pembuatan Biodiesel di Pabrik Percontohan. 3) Pencucian (settling & washing) Setelah proses reaksi telah selesai, tahap selanjutnya adalah pencucian dengan tujuan memisahkan gliserin dan biodiesel. Kedua produk tersebut dapat terpisahkan dengan kondisi lapisan gliseri n berada di bawah lapisan biodiesel. 4) Pemurnian (drying & purification) Tahap pemurnian terdiri dari dua jenis yaitu (1) pemurnian biodiesel; dan (2) pemurnian gliserin. Pada pemurnian biodiesel, kegiatan yang dilakukan adalah pencucian dengan tujuan member sihkan biodiesel dari sisa - sisa katalis atau sabun. Setelah itu biodiesel dikeringkan untuk mengurangi kadar air dan alkohol kemudian disimpan di tangki penyimpanan. Pemurnian gliserin bertujuan untuk menghilangkan katalis dan sabun
34
dengan menggunakan zat asam. Selain itu, alkohol dan air juga dipisahkan untuk mendapatkan gliserin murni. Pada tahap pemurnian ini, alkohol yang didapat dari kegiatan pemisahan dengan gliserin dapat digunakan kembali untuk dicampurkan dengan katalis pada tahap persiapan.
5.4. Produk Biodiesel Berkurangnya persediaan bahan bakar fosil di masa depan telah menjadi perhatian dunia saat ini. Kegelisahan ini secara signifikan akan menggeser pendapat dunia ke arah alternatif bahan bakar terbarukan ( renewable fuels). Biodiesel akan menjadi bagian penting bagi persediaan sumber energi terbarukan kita dan dapat digunakan baik sebagai campuran bahan bakar tambahan pada berbagai perbandingan maupun sebagai produk bahan bakar murni. Engineering Center saat ini telah mampu menghasilkan produk biodiesel sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (SNI 04 -7182-2006). Beberapa manfaat produk biodiesel yang dibuat oleh Engineering Center antara lain adalah : a. tidak beracun, mudah terurai dan bebas belerang (sulfur) b. minim kadar emisi gas c. mengurangi ketergantungan pada bahan bakar dari minyak mineral d. mengurangi emisi/asap mencapai 50 % e. meningkatkan efisiensi dan daya tahan mesin f. tingkat pengapian tinggi dan bersifat melumasi mesin g. titik nyala (flash point) pada 150 oC (petro diesel pada 70 oC) h. aman untuk disimpan dan dipergunakan (Sumber : Engineering Center, 2007) Selain manfaat di atas, produk biodiesel tersebut dapat dipergunakan antara lain untuk mobil - mobil bermesin diesel, transportasi umum, kendaraan kendaraan berat, mesin - mesin pertanian, pembangkit listrik bermesin diesel, mesin - mesin pertambangan atau konstruksi serta mesin - mesin kapal penagkap ikan. Potensi bahan baku pembuatan biodiesel yang diproduksi oleh Engineering Center dapat menggunakan bahan baku lokal seperti miny ak kelapa
35
sawit (CPO - Crude Palm Oil), minyak goreng (olein), margarin (stearin), asam lemak (fatty acid), minyak sayur/goreng sisa pakai, minyak kelapa serta minyak jarak pagar. Saat ini, pabrik percontohan menggunakan minyak kelapa sawit (CPO - Crude Palm Oil) sebagai bahan baku untuk memproduksi biodiesel.
36
VI. ANALISIS INDIKATOR KOMPONEN TEKNOLOGI
Analisis terhadap indikator komponen teknologi bertujuan untuk menilai status tingkat kemapanan komponen teknologi pembuatan biodiesel di pabrik percontohan. Indikator komponen teknologi dapat dihasilkan melalui analisis dengan melakukan penilaian terhadap empat komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. Keempat komponen tersebut adalah perangkat teknologi (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (organware). 6.1. Analisis Perangkat Teknologi ( Technoware) Analisis perangkat teknologi mengacu pada tingkat kecanggihan perangkat keras yang berhubungan langsung dengan tahapan produksi, mulai dari penerimaan bahan baku sampai dengan proses pengolahan hingga menghasilkan produk jadi. Analisis ini dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap peralatan atau mesin utama yang digunakan di pabrik percont ohan pada proses pembuatan biodiesel. Hasil penilaian terhadap alat - alat atau mesin utama tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Penilaian Perangkat Teknologi Pembuatan Biodiesel di Pabrik Percontohan Tahapan Produksi dan Peralatan/Mesin Persiapan (Preparation) - Premuring Prosen Trans-esterification - Reactor Pencucian (Washing) - Washer Drying - Dryer Destilasi (Distillation) - Demethanol Column Purifikasi (Purification) - Dryer / Filter
Tingkat Kecanggihan Perangkat Teknologi
P
H
Mesin Bermotor
4
7
Mesin Serba Guna
5
9
Mesin Serba Guna
5
9
Mesin Serba Guna
5
9
Mesin Serba Guna
5
9
Mesin Serba Guna
5
9
5
9
MEDIAN Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Nilai
37
Kondisi perangkat teknologi yang terdapat di pabrik percontohan sesungguhnya masih berada pada keadaan yang relatif cukup baik bagi proses pembuatan biodiesel. Kondisi tersebut tercermin pada tingkat kecanggihan perangkat teknologi yang berada pada kategori sedang (mesin serb a guna hingga mesin khusus). Selain itu, rata - rata usia peralatan atau mesin yang ada juga masih berada pada keadaan relatif baik yaitu sekitar 5 tahun. Uraian tentang hasil penilaian terhadap tahapan produksi dan mesin adalah sebagai berikut : Tahap persiapan merupakan tahap awal proses pembuatan biodiesel. Tahap ini menggunakan mesin dengan kategori mesin bermotor (nilai 2). Pada kolom harapan pihak manajemen pabrik menginginkan penggunaan mesin dengan kategori mesin otomatis hingga mesin berkomputer (n ilai 7). Hal tersebut dibutuhkan agar kegiatan yang berada pada tahap persiapan dapat berjalan dengan
optimal.
Penggunaan
mesin
berkomputer
diharapkan
dapat
memberikan informasi tentang seberapa optimal hasil dari proses yang telah dilakukan dan dapat mempersingkat waktu proses. Pada tahap - tahap selanjutnya yaitu mulai dari proses reaksi ( Transesterification) hingga tahap pemurnian ( Purification) menggunakan mesin dengan kategori yang sama yaitu mesin serba guna (nilai 5). Pihak manajemen pabrik menginginkan untuk dapat menggunakan mesin dengan kategori mesin terpadu (nilai 9). Penggunaan mesin terpadu diharapkan dapat menghemat biaya instalasi dan menghemat waktu proses. Hasil pengolahan data penilaian terhadap peralatan atau mesin utama di pabrik percontohan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perangkat teknologi yang terdapat di pabrik percontohan memiliki median 5 (kategori sedang). Median tersebut memberi arti bahwa perangkat teknologi yang terdapat di pabrik percontohan tergolong antara mesin serba guna. Pada kolom harapan terdapat median dengan nilai 9 (kategori tinggi). Angka tersebut menunjukkan bahwa pihak manajemen pabrik percontohan mempunyai keinginan untuk menggunakan peralatan atau mesin yang tergolong mesin terpadu.
38
Peralatan atau mesin yang ad a di pabrik percontohan sebenarnya sudah termanfaatkan secara baik. Hal tersebut tercermin dari realisasi kapasitas yang terpakai sudah maksimal yaitu 1.5 ton per hari. Akan tetapi pihak manajemen masih ingin terus meningkatkan kualitas kinerjanya dengan m encari jenis peralatan atau mesin yang dapat bekerja se -efisien mungkin. Kegiatan perawatan dan perbaikan terhadap peralatan atau mesin hingga saat ini masih dapat dilakukan oleh karyawan proses produksi. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Mann-Whitney memperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0025 pada taraf nyata 0.05 (Lampiran 3). Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak, dengan arti kondisi perangkat teknologi di pabrik percontohan berbeda nyata atau belum sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak manajemen. Harapan untuk menggunakan peralatan atau mesin yang tergolong mesin terpadu adalah sebuah usaha untuk mewujudkan target pihak manajemen agar dapat menjadi pembuat pabrik biodiesel yang unggul. Selain pabrik pe rcontohan, pabrik biodiesel lain di Indonesia yang saat ini memiliki kualitas lebih baik adalah pabrik biodiesel milik PT. Wilmar Energi yang berlokasi di Dumai, Propinsi Riau. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi terbesar di Indonesia yaitu 1 000 ton per hari atau sekitar 350 000 ton per tahun. Upaya pengembangan tingkat kecanggihan perangkat teknologi dari mesin yang berkategori serba guna hingga menjadi mesin terpadu dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu (1) proses pengembangan melalui kegiata n alih teknologi yaitu dengan mengimpor teknologi; atau (2) pengembangan teknologi lokal. 6.2. Analisis Perangkat Manusia ( Humanware) Komponen perangkat manusia berfungsi memberikan ide pemanfaataan sumber daya alam dan teknologi untuk keperluan produks i. Analisis perangkat manusia berguna untuk mengetahui sejauh mana kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki pabrik percontohan dalam menggunakan teknologi. Analisis ini didasarkan pada hasil penilaian terhadap perangkat manusia seperti yang tersaji pada Tabel 8.
39
Tabel 8. Hasil Penilaian Perangkat Manusia di Pabrik Percontohan Komponen Perangkat Manusia
Tingkat Kemampuan
Pool of Scientist Menyempurnakan Manajer Pabrik Mereproduksi Staff Administrasi Mereproduksi Karyawan Proses Poduksi Mereproduksi Laboratorium Mengadaptasi MEDIAN
Nilai P
H
8 6 6 6 7 6
9 8 8 8 8 8
Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Uraian tentang hasil penilaian terhadap perangkat manusia adalah sebagai berikut : Pool of Scientist memiliki tingkat kemampuan menyempurnakan dalam pekerjaannya (nilai 8). Manajemen pabrik menginginkan agar Pool of Scientist memiliki kemampuan hingga pada kemampuan melakukan inovasi. Hal tersebut diperlukan karena Pool of Scientist merupakan pekerja yang bertu gas merumuskan kegiatan uji coba inovasi serta memberi arahan kepada manajer pabrik tentang kegiatan tersebut. Manajer pabrik, staff administrasi dan karyawan proses produksi memiliki tingkat kemampuan mereproduksi dalam pekerjaannya (nilai 6) sedangkan karyawan bagian laboratorium memiliki kemampuan mengadaptasi dalam pekerjaannya (nilai 7). Pada kolom harapan pihak manajemen pabrik meninginkan baik manajer pabrik, staff administrasi, karyawan proses produksi maupun karyawan bagian laboratorium untuk dapat memiliki kemampuan menyempurnakan dalam pekerjaannya. Hal tersebut diperlukan agar arahan yang diberikan oleh Pool of Scientist dapat dipahami dan dilakukan dengan lancar. Hasil pengolahan data penilaian terhadap perangkat manusia (Lampiran 4) menunjukkan bahwa perangkat manusia yang terdapat di pabrik percontohan memiliki median 6 (kategori sedang). Median tersebut memberi arti bahwa perangkat manusia yang terdapat di pabrik percontohan memiliki kemampuan yang tergolong antara mereproduksi hingga mengadap tasi pekerjaannya. Pada kolom harapan terdapat median dengan nilai 8 (kategori tinggi). Angka tersebut
40
menunjukkan bahwa manajemen pabrik percontohan mempunyai keinginan untuk memiliki perangkat manusia dengan kemampuan antara menyempurnakan hingga melakukan inovasi dalam pekerjaannya. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Mann-Whitney memperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0238 pada taraf nyata 0.05 (Lampiran 4). Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak, dengan arti kondisi perangkat manusia di pabrik percontohan berbeda nyata dengan yang diharapkan oleh pihak manajemen. Harapan pihak manajemen yang belum tercapai terhadap perangkat manusia antara lain disebabkan oleh faktor tingginya tingkat pergantian karyawan (turn over) pada tingkat karyawan proses produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak manajemen terus mengupayakan kegiatan pelatihan bagi karyawan proses produksi agar harapan pihak manajemen dapat terwujud. Selain pelatihan, pihak manajemen juga selal u mengingatkan para karyawan untuk senantiasa melakukan pengecekan kesehatan agar para karyawan selalu berada dalam kondisi baik dan proses produksi dapat berjalan lancar. Jika ditinjau dari latar belakang pendidikan, pabrik percontohan memiliki para pekerja yang berpendidikan S1 hingga S3 pada jabatan tertentu seperti Pool of Scientist serta manajer pabrik dan para pekerja yang berpendidikan SMK hingga Diploma III pada tingkat karyawan proses produksi dan laboratorium. Hal ini dapat menjadi modal yang ba ik bagi pengembangan teknologi proses di pabrik percontohan. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh Pool of Scientist serta manajer pabrik dapat dijadikan acuan untuk selalu mencari inovasi baru bagi peningkatan teknologi proses pembuatan biodiesel di pabrik percontohan. Peningkatan kemampuan perangkat manusia di pabrik percontohan perlu dilakukan sedini mungkin, karena sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen yang terpenting dalam mengendalikan suatu teknologi. Upaya peningkatan kemampuan terse but dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) jika ingin melakukan alih teknologi maka SDM perlu melakukan pembelajaran dalam hal melakukan perubahan; atau (2) jika ingin mengembangkan teknologi lokal maka SDM membutuhkan pembelajaran dalam melakukan kegia tan operasional. Proses pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan melalui pelatihan dalam kegiatan
41
operasional (on the job training) atau pelatihan khusus di luar kegiatan operasional (of the job training). 6.3. Analisis Perangkat Informasi ( Infoware) Komponen
perangkat
informasi
berfungsi
mempercepat
proses
pembelajaran, mempersingkat waktu operasional dan penghematan sumber daya. Sarana informasi yang dimiliki manajemen pabrik percontohan antara lain adalah telepon dan mesin faksimili, komputer, fasili tas internet (e-mail), format laporan mingguan, lembar acuan kerja bagian (produksi dan laboratorium), literatur ilmiah, dokumen SNI dan prosedur pengujian biodiesel. Analisis perangkat informasi berguna untuk mengetahui kemampuan pihak manajemen dalam me ngoperasikan dan mendayagunakan informasi, pembelian informasi, peningkatan serta perencanaan informasi termasuk prasarana dan failitas informal. Hasil penilaian terhadap indikator kemampuan dalam menggunakan perangkat informasi adalah seperti yang tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Penilaian Perangkat Informasi di Pabrik Percontohan Nilai Indikator Kemampuan Tingkat Kemampuan P H Pengoperasian Informasi Menggunakan Fakta 5 8 Pembelian Informasi
Memahami Fakta
7
9
Peningkatan Informasi
Mengenal Fakta
3
8
Perencanaan Informasi
Menerangkan Fakta
4
8
4.5
8
MEDIAN Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Uraian tentang hasil penilaian terhadap perangkat informasi adalah sebagai berikut : Kemampuan
pihak
manajemen
pabr ik
dalam
mengoperasikan
dan
mendayagunakan informasi berada pada tingkat menggunakan fakta (nilai 5) sedangkan pada kolom harapan pihak manajemen menginginkan agar memiliki kemampuan menggeneralisasi fakta (nilai 8). Pihak manajemen memberikan alasan bahwa kemampuan menggeneralisasi fakta dibutuhkan
42
agar informasi yang ada dapat dipahami oleh pihak
- pihak yang
membutuhkan informasi tersebut. Kemampuan pihak manajemen pabrik dalam pembelian informasi berada pada tingkat memahami fakta (nilai 7) sedangkan pa da kolom harapan pihak manajemen menginginkan agar memiliki kemampuan mengkaji fakta (nilai 9). Hal tersebut dibutuhkan karena pembelian informasi harus dapat menunjang kemampuan pihak manajemen untuk dapat melakukan kajian terhadap fakta fakta yang ada. Kemampuan pihak manajemen pabrik dalam peningkatan informasi berada pada tingkat mengenal fakta (nilai 3). Kemampuan ini merupakan kemampuan terendah terhadap perangkat informasi yang dimiliki pihak manajemen. Untuk itu pihak manajemen meninginkan untuk memiliki kemampuan hingga menggeneralisasi fakta (nilai 8). Hal ini bertujuan agar pihak manajemen dapat meningkatkan pemahaman terhadap informasi yang diterima. Kemampuan pihak manajemen pabrik dalam perencanaan informasi berada pada tingkat menerangkan f akta (nilai 4). Kemampuan ini juga masih tergolong rendah dan oleh sebab itu pihak manajemen ingin memiliki kemampuan hingga menggeneralisasi fakta. Kemampuan menggeneralisasi fakta dalam perencanaan informasi dibutuhkan karena informasi yang didapat harus dapat digunakan oleh pihak yang membutuhkan. Pengolahan terhadap data penilaian di atas (Lampiran 5) menghasilkan nilai median sebesar 4.5 (kategori sedang). Median tersebut memberi arti bahwa pihak manajemen pabrik percontohan memiliki kemampuan antara m enerangkan fakta hingga menspesifikasi fakta dalam memanfaatkan informasi. Pada kolom harapan terdapat median dengan nilai 8 (kategori tinggi). Angka tersebut menunjukkan bahwa manajemen pabrik percontohan mempunyai keinginan untuk memiliki kemampuan antar a menggeneralisasi hingga mengkaji fakta dalam memanfaatkan informasi yang ada. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Mann-Whitney memperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0265 pada taraf nyata 0.05 (Lampiran 5). Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak, dengan arti
43
kemampuan pihak manajemen dalam memanfaatkan informasi berbeda nyata dengan yang diharapkan. Kendala yang dihadapi oleh pihak manajemen antara lain adalah rendahnya kemampuan dalam memahami informasi yang a da karena sebagian besar sarana informasi yang terdapat di pabrik percontohan masih menggunakan bahasa asing (Inggris). Sebagai langkah untuk mengatasi kendala ini, upaya yang dapat diterapkan adalah dengan memberi pelatihan bahasa asing bagi sumber daya manusia guna meningkatkan kemampuan pemahamannya. Upaya lain yang dapat dilakukan dalam jangka pendek adalah membuat perangkat informasi yang ada menjadi lebih mudah dipahami (informatif). Selain itu, pihak manajemen juga perlu mempertimbangkan upaya penge mbangan teknologi informasi yang canggih dan terintegrasi. Perangkat informasi yang dimiliki pabrik percontohan sudah cukup menunjang kebutuhan pihak manajemen baik untuk kegiatan perencanaan, evaluasi maupun pertanggung jawaban. Pemanfaatan perangkat inf ormasi yang tersedia di pabrik percontohan perlu ditingkatkan agar dapat menunjang komunikasi yang efektif dan efisien baik antar bagian maupun dengan pihak eksternal pabrik.
6.4. Analisis Perangkat Organisasi ( Organware) Analisis perangkat organisasi berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana pola kerja manajemen pabrik percontohan dapat mendukung pencapaian misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Analisis ini dilakukan dengan memberi penilaian terhadap beberapa aspek antara lain struktur organisasi, f asilitas kerja, hubungan antar bagian, rata -rata umur peralatan, organisasi peningkatan rekayasa atau litbang dan prosentase anggaran peningkatan litbang. Hasil penilaian seperti yang tersaji pada Tabel 10. Hasil pengolahan data penilaian di atas (Lampira n 6), menunjukkan nilai median sebesar 5.5 (kategori sedang). Median tersebut memberi arti bahwa perangkat organisasi di pabrik percontohan memiliki kemampuan antara melindungi pola kerja hingga menstabilkan pola kerjanya. Pada kolom harapan pihak manajemen pabrik percontohan berkeinginan untuk memiliki kemampuan
44
antara memapankan pola kerja hingga menguasai pola kerja unggul. Hal ini diperlihatkan oleh median dengan nilai 8.5 (kategori tinggi). Tabel 10. Hasil Penilaian Perangkat Organisasi di Pabrik Perc ontohan Posisi Nilai Kriteria Pabrik Percontohan P H a. Struktur organisasi cukup memadai 5 7 b. Fasilitas kerja cukup memadai 5 8 c. Hubungan antar bagian baik 6 8 d. Rata - rata umur peralatan atau mesin 5 tahun 6 9 e. Organisasi peningkatan baik 6 9 rekayasa/litbang f. Anggaran peningkatan litbang (%) belum memadai 5 9 MEDIAN 5.5 8.5 Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Uraian singkat tentang hasil penilaian perangkat organisasi adalah seperti berikut ini. a. Struktur Organisasi Struktur organisasi pabrik percontohan adalah terdiri dari Pool of Scientist, manajer pabrik sebagai pimpinan pabrik percontohan yang dibantu oleh karyawan proses poduksi dan laboratorium. Sejauh ini pihak manajemen merasa st ruktur organisasi yang ada saat ini sudah cukup memadai dengan kemampuan melindungi pola kerja yang sudah ada (nilai 5). Namun pihak manajemen juga masih ingin meningkatkan kemampuannya hingga pada tingkat menstabilkan pola kerjanya (nilai 7). Sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas organisasinya, pihak manajemen pabrik percontohan berencana untuk menambah jumlah anggota Pool of Scientist. Tujuan rencana ini adalah guna meningkatkan efisiensi pabrik. Selain itu, rencana ini juga bertujuan untuk menemukan cara - cara baru yang bersifat inovatif dan berguna bagi pengoperasian serta disain pabrik. b. Fasilitas Kerja Fasilitas kerja yang terdapat di pabrik percontohan terdiri dari peralatan atau mesin pengolah, sarana informasi, kegiatan pelatihan serta fasi litas kesehatan bagi karyawan. Fasilitas tersebut tergolong cukup memadai dengan kemampuan
45
melindungi pola kerja yang ada (nilai 5). Namun pihak manajemen menginginkan agar fasilitas tersebut dapat digunakan secara maksimal guna meningkatkan kemampuan organisasi hingga tergolong kemampuan yang dapat memapankan pola kerjanya (nilai 8). c. Hubungan Antar Bagian Koordinasi antar bagian yang diterapkan di pabrik percontohan adalah koordinasi satu arah (one way). Pool of Scientist sebagai perumus kegiatan uji coba suatu inovasi memberikan instruksi kepada manajer pabrik tentang kegiatan tersebut. Selanjutnya, manajer pabrik beserta karyawan proses produksi melaksanakan instruksi sesuai dengan arahan Pool of Scientist. Produk hasil dari kegiatan pada bagian pro duksi selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis mutu produk. Jika hasil dari kegiatan di bagian produksi dan laboratorium sudah baik dan sesuai dengan yang diharapkan, maka laporan hasil kegiatan tersebut ditanda -tangani manajer pabrik da n kemudian diserahkan kepada Pool of Scientist. Hubungan antar bagian di lingkungan pabrik memiliki kemampuan menstabilkan pola kerjanya (nilai 6). Kemampuan ini sudah baik dalam pelaksanaannya namun pihak manajemen masih ingin terus meningkatkan kemampuannya hingga pada tingkat kemampuan memapankan pola kerjanya (nilai 8). d. Rata - Rata Umur Peralatan atau Mesin Pihak manajemen pabrik percontohan memiliki kemampuan menstabilkan pola kerja (nilai 6) dalam mengelola rata - rata umur peralatan atau mesin yang dimilikinya. Pihak manajemen menginginkan kemampuan ini dapat ditingkatkan hingga pada kemampuan menguasai pola kerja unggul. Pabrik percontohan memiliki peralatan atau mesin dengan rata - rata umur sekitar 5 tahun. Jika ditinjau dari umurnya, perala tan atau mesin yang terdapat di pabrik percontohan relatif masih muda dan belum banyak memerlukan perbaikan maupun pergantian. Kendala yang dihadapi adalah pihak manajemen ingin memiliki pabrik dengan kapasitas produksi yang lebih besar serta disain perala tan atau mesin yang lebih baik. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, saat ini pihak manajemen sedang membangun pabrik dengan kapasitas 3 ton per hari.
46
e. Organisasi Peningkatan Rekayasa atau Litbang Balai Rekayasa Disain dan Sistem Teknologi ( Engineering Center) merupakan salah satu bentuk dari organisasi peningkatan rekayasa atau litbang yang dimiliki oleh BPPT. Tugas dan tanggung jawab pihak manajemen pabrik percontohan adalah melakukan kegiatan - kegiatan penelitian dan pelatihan yang berguna bagi pengembangan pembuatan biodiesel di Indonesia. Hasil kegiatan tersebut saat ini sudah cukup baik. Salah satu implementasi dari hasil kegiatan peningkatan rekayasa atau litbang yang dilakukan pihak manajemen adalah pembangunan pabrik biodiesel berkapasitas dela pan ton per hari di Pekan Baru, Propinsi Riau. Kemampuan yang dimiliki organisasi peningkatan rekayasa atau litbang tersebut tergolong baik dengan nilai 6 yaitu berada pada tingkat kemampuan menstabilkan pola kerja. Kemampuan ini masih akan terus ditingka tkan hingga tingkat menguasai pola kerja unggul (nilai 9). f. Prosentase Anggaran Peningkatan Litbang Kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) yang dilakukan oleh pihak manajemen meliputi bagian produksi dan laboratorium. Aktivitas penelitian dan pengembangan tersebut terdiri dari penelitian awal seperti pengujian kualitas bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi. Selain itu, aktivitas lain yang juga dilakukan adalah penelitian lanjutan seperti pencarian cara - cara baru guna mendapatkan proses produksi yang lebih efektif dan efisien. Anggaran penelitian dan pengembangan yang dimiliki saat ini masih belum memadai untuk menunjang realisasi target pihak manajemen. Anggaran yang tersedia hanya dapat menempatkan kemampuan pihak manejemen pada tingkat melindungi pola kerja yang ada. Pihak manajemen sendiri berkeinginan untuk memiliki kemampuan menguasai pola kerja unggul di dalam organisasinya. Hasil
pengolahan
data
penilaian
perangkat
organisasi
dengan
menggunakan metode Mann-Whitney memperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0041 pada taraf nyata 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 ditolak, dengan arti kemampuan organisasi dari pihak manajemen saat ini belum sesuai dengan yang diharapkan.
47
Belum tercapainya harapan pihak manajemen disebabkan oleh beberapa hal antara lain pihak manajemen kekurangan anggota Pool of Scientist yang merupakan ahli dalam penelitian biodiesel. Penambahan jumlah ahli ini bertujuan untuk mendapatkan cara - cara baru yang bersifat inovatif da n berguna bagi pengoperasian serta disain pabrik. Hal lain yang menjadi penyebab belum tercapainya harapan pihak manajemen adalah ketersediaan anggaran litbang yang masih belum memadai untuk menunjang realisasi target pihak manajemen. Saat ini pihak manajemen berharap untuk memiliki anggaran yang dapat digunakan untuk membangun pabrik dengan kapasitas yang lebih besar guna keperluan penelitian dan pengembangan serta pelatihan seputar proses pembuatan biodiesel. Upaya yang dapat diusahakan dalam rangka mend apatkan anggaran litbang sesuai dengan yang dibutuhkan antara lain adalah dengan pencarian metode pendanaan yang sesuai dan mampu mendukung kebutuhan pihak manajemen. Salah satu upaya tersebut adalah menjalin kerjasama dengan pihak eksternal yang mungkin t ertarik untuk menggunakan teknologi pembuatan biodiesel yang dihasilkan oleh pihak manajemen.
48
VII. ANALISIS INDIKATOR KEMAMPUAN TEKNOLOGI Analisis indikator kemampuan teknologi dilakukan dengan memberi penilaian terhadap empat hal yang terkait dengan kemampuan teknologi antara lain yaitu kemampuan pemanfaatan, kemampuan kompilasi, kemampuan akuisisi dan kemampuan penciptaan yang dimiliki oleh pabrik percontohan dengan dilihat dari keadaan umum industri biodiesel di Indonesia ataupu n tingkat internasional. Pesaing pabrik percontohan yang terdapat di dalam negeri dan juga sedang mengembangkan teknologi pembuatan biodiesel saat ini antara lain PT. Bakrie, PT. Barata Indonesia, PT. Energi Alternatif, PT. Eterindo, PT. Musim Mas, PT. Rekayasa Industri, PT. Sumi Asih, PT. Wilmar Energi, ITB, LIPI, IPB dan BATAN. Pesaing yang terdapat pada tingkat internasional antara lain negara negara seperti Malaysia, India, Filipina, Thailand, Cina, Jerman, Perancis, Italia, Austria, Spanyol, Denmark, Inggris, Amerika Serikat serta Brasil yang dapat berproduksi dengan jumlah yang meningkat pesat. Jerman merupakan negara penghasil utama biodiesel di dunia dengan jumlah produksi 1.892 miliar liter pada tahun 2005 (Bourne, 2007). Salah satu perusahaan yang memiliki kapasitas produksi relatif besar di dunia adalah Lurgi AG, Corp. (Jerman). Perusahaan ini memiliki pabrik dengan kapasitas terbesar 400 000 ton per tahun (Lo, 2007). Hasil penilaian terhadap komponen kemampuan teknologi di Pabrik Percontohan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Penilaian Komponen Kemampuan Teknologi di Pabrik Percontohan Nilai Komponen Kemampuan Teknologi P H Kemampuan Pemanfaatan Teknologi 2 3 Kemampuan Kompilasi Teknologi
2
3
Kemampuan Akuisisi Teknologi
2
4
Kemampuan Penciptaan Teknologi
3
4
MEDIAN
2
3.5
Keterangan : P H
= nilai menurut pengamatan = nilai yang diharapkan
49
Hasil pengolahan data penilaian di atas (Lampiran 7), pada kolom pengamatan terdapat nilai median sebesar 2. Median tersebut mem beri arti bahwa kemampuan teknologi yang dimiliki pabrik percontohan saat ini berada pada posisi sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia. Pihak manajemen pabrik percontohan berkeinginan untuk memiliki kemampuan teknologi yang terbaik di Indonesia. Hal ini diperlihatkan oleh median dengan nilai 3.5 pada kolom harapan. Berikut ini adalah uraian tentang penilaian keempat komponen kemampuan teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. 7.1. Analisis Kemampuan Pemanfaatan Teknologi Analisis kemampuan pemanfaatan teknologi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pihak manajemen pabrik percontohan dalam mengendalikan kegiatan operasional, pengawasan dan pemeliharaan komponen teknologi dalam proses produksi dan aktivitas pendukung la innya. Kemampuan pemanfaatan tersebut terdiri dari kemampuan dalam menggunakan dan mengontrol perangkat teknologi, kemampuan untuk merencanakan kegiatan yang termasuk dalam aspek - aspek seperti perencanaan dan penjadwalan produksi, kemampuan untuk melaksa nakan perbaikan preventif dengan rutin. Sejauh ini pihak manajemen telah memiliki kemampuan pemanfaatan teknologi. Berdasarkan hasil penilaian, kemampuan pemanfaatan teknologi yang dimiliki pihak manajemen berada pada posisi sama dengan pada umumnya pabri k biodiesel lain di Indonesia (nilai 2). Posisi ini berbeda dengan harapan pihak manajemen dimana ingin memiliki kemampuan pemanfaatan teknologi yang berada pada posisi terbaik di Indonesia (nilai 3). Alasan pihak manajemen ingin berada pada posisi tersebu t karena pihak manajemen mempunyai visi untuk menjadi pembuat pabrik biodiesel yang unggul. Kegiatan penggunaan dan pengontrolan terhadap perangkat teknologi selama ini diserahkan kepada karyawan proses produksi. Dalam hal kegiatan perencanaan dan penjadwa lan produksi, karyawan proses produksi melakukannya setelah mendapat instruksi dari manajer pabrik tentang uji coba apa yang akan dilakukan. Pelaksanaan kegiatan perbaikan preventif dilakukan jika terjadi kendala atau kerusakan pada perangkat teknologi.
50
7.2. Analisis Kemampuan Kompilasi Teknologi Analisis kemampuan kompilasi teknologi bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kemampuan
pihak
manajemen
pabrik
percontohan
dalam
mengoptimalkan pengalaman untuk meningkatkan kinerja teknologi yang digunakan. Analisis ini mencakup kegiatan pemesanan seluruh fasilitas yang dibutuhkan, kemampuan membuat prosedur operasional dengan baik
dan
mobilisasi semua sumber daya dalam proses produksi serta aktivitas pendukung lainnya. Kemampuan kompilasi teknologi yang dimiliki p ihak manajemen saat ini berada pada posisi sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia (nilai 2). Pihak manajemen mengharapkan agar posisi ini dapat ditingkatkan pada tingkat kemampuan yang terbaik di Indonesia (nilai 3). Dengan berada di p osisi ini, kemampuan pihak manajemen diharapkan dapat menjadi maksimal dan kinerja pabrik percontohan dapat berjalan secara optimal. Kegiatan yang berhubungan dengan pemesanan seluruh fasilitas yang dibutuhkan di pabrik percontohan sepenuhnya ditentukan o leh Pool of Scientist. Manajer pabrik selaku pihak yang bertanggung jawab mengoperasikan pabrik percontohan hanya terbatas memberikan laporan tentang jenis fasilitas yang dibutuhkan kepada Pool of Scientist. Upaya pembuatan prosedur operasional yang terdapat di pabrik percontohan sejauh ini sudah berjalan dengan baik. Proses pembuatan prosedur tersebut disesuaikan dengan rekomendasi kegiatan uji coba yang dikeluarkan oleh Pool of Scientist. Kegiatan mobilisasi sumber daya yang ada di pabrik percontohan sel ama ini sudah berjalan baik, namun kegiatan tersebut hanya terbatas pada pelaksanaan kegiatan operasional. 7.3. Analisis Kemampuan Akuisisi Teknologi Analisis kemampuan akuisisi teknologi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pihak manajemen d alam melakukan perubahan dengan mencari dan mengakuisisi teknologi dari pihak lain. Analisis ini meliputi kegiatan pembaruan atau memperbaiki semua komponen teknologi melalui pencarian, seleksi, negosiasi dan penyusunan waktu pembelian. Kemampuan akuisisi teknologi yang dimiliki pihak manajemen saat ini berada pada posisi sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia
51
(nilai 2). Pihak manajemen mengharapkan agar posisi ini dapat ditingkatkan pada tingkat kemampuan yang sama dengan pabrik biodi esel lain di dunia (nilai 4). Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya pihak - pihak yang menawarkan berbagai macam teknologi proses pembuatan biodiesel pada berbagai skala, baik kecil, menengah maupun besar. Pihak manajemen berharap agar dengan kemampuan yang terbaik maka kegiatan untuk menghasilkan berbagai patent process dan disain pabrik dapat dilakukan secara maksimal. Kemampuan pihak manajemen dalam mengidentifikasi sumber - sumber teknologi hanya dimiliki oleh Pool of Scientist. Kegiatan identifikasi tersebut dilaksanakan oleh Pool of Scientist setelah mendapat laporan tentang komponen teknologi yang dibutuhkan dari manajer pabrik dan karyawan proses produksi. Upaya negosiasi untuk memperoleh/mengejar teknologi telah dilakukan dengan baik oleh pihak manajemen. Hal tersebut tercermin dari keinginan untuk selalu berusaha
menjalin
hubungan
dengan
perusahaan
yang
berpengalaman
mengembangkan teknologi pembuatan biodiesel di negara - negara maju. Pihak manajemen dalam menganalisis teknologi yang ditawarka n selalu berusaha menyesuaikan dengan perkembangan situasi yang ada seperti keuntungan sosial-ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah. Dalam upaya melakukan studi rekayasa dan menterjemahkannya ke dalam rancangan dan peralatan pihak manajemen sudah dapat melakukannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan upaya Pool of Scientist dalam mendapatkan data - data dari pabrik percontohan untuk digunakan dalam disain rancangan dan peralatan yang baru. 7.4. Analisis Kemampuan Penciptaan Teknologi Analisis kemampuan penciptaan teknologi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pihak manajemen dalam melakukan adaptasi dan inovasi dengan mengembangkan teknologi baru. Analisis kemampuan penciptaan ini meliputi pengembangan produk, proses dan teknik yang baru; memb angun prototype dan pengembangan model; serta penyusunan modal untuk implementasi inovasi. Kemampuan penciptaan teknologi yang dimiliki pihak manajemen saat ini berada pada posisi terbaik di Indonesia (nilai 3). Namun pihak manajemen masih ingin meningkatkan kemampuan ini hingga pada tingkat yang sama dengan pabrik
52
biodiesel lain di dunia (nilai 4). Pabrik yang menjadi acuan pihak manajemen adalah pabrik - pabrik berskala besar yang dimiliki oleh instansi pemerintah maupun perusahaan di negara maju. Alasan yang digunakan pihak manajemen adalah teknologi yang digunakan oleh pabrik tersebut dapat memenuhi tuntutan kebutuhan yang ada saat ini. Salah satu tuntutan tersebut adalah setiap kegiatan industri harus memperhatikan aspek lingkungan. Sebagai contoh, pab rik biodiesel yang berwawasan lingkungan adalah pabrik yang berlokasi di Amerika Serikat dapat memanfaatkan ganggang hijau sebagai penghasil energi bagi pembangkit listrik guna keperluan produksi. Kemampuan dalam pengembangan produk, proses dan teknik yang baru sudah dapat dilakukan di pabrik percontohan. Hal ini diperlihatkan dengan upaya pihak manajemen untuk menguji coba setiap jenis bahan baku guna menghasilkan produk jadi dengan kualitas terbaik. Kemampuan pihak manajemen dalam membangun prototype dan pengembangan model sudah menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terbukti dengan prestasi pihak manajemen yang dapat membangun beberapa pabrik biodiesel dengan mengacu pada hasil uji coba yang dilaksanakan di pabrik percontohan. Untuk menunjang kegiatan imple mentasi inovasi, pihak manajemen selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam penyusunan modal yaitu di antaranya dengan menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah. Hasil pengolahan data dengan menggunakan metode Mann-Whitney memperoleh nilai probabili tas sebesar 0.0471 pada taraf nyata 0.05. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak, dengan arti kemampuan teknologi yang ada di pabrik percontohan belum dapat memenuhi harapan pihak manajemen. Uraian tentang penilaian keempat ko mponen kemampuan teknologi di atas memperlihatkan bahwa secara umum kemampuan teknologi yang dimiliki pihak manajemen belum sesuai harapan. Hal ini disebabkan antara lain karena kemampuan teknologi yang ada tidak dimiliki secara merata oleh semua karyawan. Kemampuan teknologi selama ini terpusat hanya dimiliki oleh Pool of Scientist. Sebagai pihak pengambil keputusan, Pool of Scientist dihadapkan pada kendala kekurangan anggota yang merupakan ahli dalam penelitian biodiesel. Pihak manajemen ingin memiliki p eneliti dengan latar belakang pendidikan setingkat S3 (Doktor) dan merupakan ahli dalam bidang penelitian biodiesel.
53
Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh ahli tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pihak manajemen hingga pada tingkat yang terbaik di Indonesia. Hal ini sesuai dengan visi pihak manajemen dimana ingin menjadi pembuat pabrik yang unggul.
54
VIII. KETERKAITAN INDIKATOR KEMAMPUAN DAN KOMPONEN TEKNOLOGI SERTA PENERAPAN MANAJEMEN TEKNOLOGI PROSES DI MASYARAKAT
8.1. Ikhtisar Keterkaitan antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi di Pabrik Percontohan Selain penilaian terhadap komponen dan kemampuan teknologi, di dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian keterk aitan antara indikator kemampuan teknologi dengan indikator komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Penilaian Keterkaitan antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi di Pabrik Percontohan Perangkat Perangkat Perangkat Perangkat Teknologi Manusia Informasi Organisasi Kemampuan 2 2 2 2 Pemanfaatan Kemampuan 2 2 2 2 Kompilasi Kemampuan 2 3 2 3 Akuisisi Kemampuan 2 3 3 3 Penciptaan Uraian tentang hasil penilaian keterkaitan antara indikator transformasi teknologi dengan indikator kemampuan teknologi adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan Pemanfaatan Teknologi Kemampuan pemanfaatan pada perangkat teknologi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan pemanfaatan untuk perangkat teknologi yang cukup baik. Kemampuan pemanfaatan pada perangkat manusia bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan pemanfaatan untuk perangkat manusia yang cukup baik. Kemampuan pemanfaatan pada perangkat informasi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan pemanfaatan untuk perangkat informasi yang cukup baik.
55
Kemampuan pemanfaatan pada perangkat organisasi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik perconto han memiliki kemampuan pemanfaatan untuk perangkat organisasi yang cukup baik. 2. Kemampuan Kompilasi Teknologi Kemampuan kompilasi pada perangkat teknologi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan kompilasi untuk perangkat teknologi yang cukup baik. Kemampuan kompilasi pada perangkat manusia bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan kompilasi untuk perangkat manusia yang cukup baik. Kemampuan kompilasi pada perangkat informasi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan kompilasi untuk perangkat informasi yang cukup baik. Kemampuan kompilasi pada perangkat organisasi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan kompilasi untuk perangkat organisasi yang cukup bai k. 3. Kemampuan Akuisisi Teknologi Kemampuan akuisisi pada perangkat teknologi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan akuisisi untuk perangkat teknologi yang cukup baik. Kemampuan akuisisi pada perangkat manusia bernilai 3 yang be rarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan akuisisi untuk perangkat manusia yang sangat baik. Kemampuan akuisisi pada perangkat informasi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan akuisisi untuk perangkat informasi yang cukup baik. Kemampuan akuisisi pada perangkat organisasi bernilai 3 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan akuisisi untuk perangkat organisasi yang sangat baik.
56
4. Kemampuan Penciptaan Teknologi Kemampuan penciptaan pada perangkat teknologi bernilai 2 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan
penciptaan untuk
perangkat teknologi yang cukup baik. Kemampuan penciptaan pada perangkat manusia bernilai 3 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan
penciptaan untuk
perangkat manusia yang sangat baik. Kemampuan penciptaan pada perangkat informasi bernilai 3 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan
penciptaan untuk
perangkat informasi yang sangat baik. Kemampuan penciptaan pada perangkat organisasi bernilai 3 yang berarti bahwa pabrik percontohan memiliki kemampuan
penciptaan untuk
perangkat organisasi yang sangat baik. Hasil penilaian di atas selanjutnya diuji dengan metode Chi-square Analysis dan menghasilkan nilai khi-kuadrat hitung (χ 2hitung) sebesar 0.391 dengan derajat bebas 9 (Lampiran 8). Nilai khi-kuadrat hitung (χ 2hitung) tersebut lebih kecil dari nilai khi-kuadrat tabel (χ 20.05;9) yaitu sebesar 16.919. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa antara indikator kemampuan teknologi dengan indikato r komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan tidak saling berhubungan (independen). Kemampuan teknologi yang dimiliki pihak manajemen selama ini tidak hanya diperoleh melalui komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan.
Kemampuan
ter sebut
sebagian
diperoleh
melalui
proses
pembelajaran di luar pabrik percontohan seperti pelatihan, seminar, workshop dan pameran yang diselenggarakan bekerja sama dengan pihak eksternal seperti lembaga pemerintah yang lain, lembaga - lembaga pendidikan, lembaga - lembaga non pemerintah (LSM) serta pelaku - pelaku industri baik dalam maupun luar negeri. Pengetahuan yang didapat melalui kegiatan tersebut dapat memberikan tambahan kemampuan bagi pihak manajemen. Dalam usaha pencapaian misinya, pihak manajemen perlu memperhatikan komponen teknologi yang dibutuhkan untuk masing - masing tingkat kemampuan. Misi pihak manajemen pabrik percontohan adalah menghasilkan berbagai patent
57
process dan disain pabrik. Untuk mencapai misi tersebut pihak manajemen perlu memiliki tingkat kemampuan penciptaan teknologi yang baik. Kemampuan penciptaan yang baik membutuhkan komponen perangkat manusia ( humanware), informasi (infoware) dan kerangka kerja (organware) yang baik pula.
8.2. Penerapan Manajemen Teknologi Proses di Masya rakat Analisis terhadap manajemen teknologi proses pada pembuatan biodiesel merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui manajemen teknologi proses yang telah diterapkan di pabrik percontohan selama ini dan faktor - faktor apa saja yang masih dapat ditingkatkan. Hasil analisis terhadap manajemen teknologi proses yang telah diterapkan di pabrik percontohan menunjukkan bahwa kemapanan komponen teknologi dan tingkat kemampuan teknologi yang dimiliki pihak manajemen masih dapat ditingkatkan. Dalam rangka usaha peningkatan manajemen teknologi prosesnya, pihak manajemen perlu untuk selalu menyesuaikan penerapan usaha peningkatan tersebut dengan faktor - faktor yang berkembang di masyarakat antara lain seperti aspek ekonomi dan lingkungan. Hal ini disebabkan karena hasil penelitian dan pengembangan pembuatan biodiesel yang dilakukan oleh pihak manajemen pabrik percontohan pada akhirnya akan diterapkan di masyarakat. 8.2.1. Aspek Ekonomi Pabrik biodiesel skala percontohan saat ini dapat menghasilkan produk biodiesel yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (SNI 04 -7182-2006). Produk biodiesel tersebut banyak diminati oleh masyarakat pengguna mesin diesel baik industri maupun individu. Namun saat ini pihak manajemen sedang menghadapi permasalahan akan t ingginya harga minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Harga CPO internasional bulan Januari 2008 berada pada tingkat US$ 946 per ton atau sekitar Rp 8 700 per kg 16). Harga CPO internasional pada akhir bulan Februari adalah senila i US$ 1 250 per ton
16)
”Harga Ekspor CPO Tertinggi dalam Sejarah Persawitan ”. http://antara.co.id. 24 Januari 2008
58
atau sekitar Rp 11 250 per kg . Harga CPO di dalam negeri pada bulan Maret 2008 berada pada tingkat Rp. 8 300 per kg 17). Permasalahan lain yang dihadapi pihak manajemen seputar aspek ekonomi saat ini adalah sulitnya produk biodiesel un tuk bersaing dengan minyak solar non industri di pasar dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh harga minyak solar non industri relatif lebih rendah karena mendapat subsidi dari pemerintah dibandingkan dengan harga jual biodiesel. Perkiraan perhitungan harga biodiesel pada pabrik dengan kapasitas 100 000 ton/tahun dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Perkiraan Perhitungan Harga Biodiesel pada Pabrik dengan Skala 100 000 Ton Per Tahun No
Komponen Biaya *)
I II
Bahan Baku (CPO) Biaya Produksi **) Bahan Kimia Steam Listrik dan air Tenaga Kerja Pemeliharaan Pengembalian Modal ***) Jumlah Biaya Produksi (II) Harga Biodiesel Sebelum Pajak (I + II) III Pajak ( PPN 10 % ) Harga Biodiesel + PPN atau****) Keterangan :
*) ***) ****)
Satuan
Jumlah
Persentase
Rp/kg
8 300
90 %
Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp Rp/kg Rp/liter
435 100 30 15 60 260 900 9 200 920 11 020 9 918
5 % 1 % 0.3 % 0.2 % 0.7 % 2.8 % 10 % 100 % -
= Sumber : Ananto, 2008 1) , **) = Sumber : Kismanto, 2006 19) = Kapasitas 100 000 ton/tahun, 6 tahun pay-back period = Berat Jenis Biodiesel → 1 liter = 0.9 kg
Menurut data yang tersaji pada Tabel 13, perkiraan harga biodiesel yang diproduksi pada pabrik berkapasitas 100 000 ton per tahun adalah senilai Rp. 9 918 per liter. Harga tersebut masih di atas harga minyak solar non industri. Harga minyak solar non industri saat ini adalah Rp 4 300 per liter.
17)
Ananto. ”Kenaikan Harga CPO Capai 20 % ”. Harian Seputar Indonesia-cetak, hlm 20. 12 Maret 2008 1) Ananto. ”Kenaikan Harga CPO Capai 20 % ”. Harian Seputar Indonesia-cetak. Op. Cit. 19) Kismanto. ”Integrated Biodiesel Plant Palm Oil Mill”. http://bfuel.biz. 4 April 2006
59
Harga biodiesel dihasilkan dari beberapa komponen penyusun. Komponen penyusun yang pertama adalah biaya bahan baku. Biaya ini merupakan komponen yang memiliki persentase terbesar di antara komponen lainnya, yaitu sebesar 90 persen atau senilai Rp. 8 300 per kg. Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan baku adalah komponen yang paling menentuka n tinggi rendahnya harga biodiesel. Salah satu cara yang dapat dipertimbangkan untuk menekan harga bahan baku adalah dengan membangun pabrik biodiesel yang berdekatan dengan pabrik bahan baku. Cara ini bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi pengangk utan bahan baku. Cara lain yang dapat menjadi alternatif adalah dengan mempertimbangkan penggunaan bahan baku selain CPO seperti minyak kelapa (c oconut oil) atau minyak jarak (jatropha oil). Komponen penyusun harga biodiesel yang kedua adalah biaya produks i. Biaya produksi merupakan biaya yang terdiri dari biaya untuk pengolahan bahan baku seperti biaya bahan kimia, steam, listrik dan air, tenaga kerja, pemeliharaan serta ditambah juga dengan biaya bagi pengembalian modal. Di antara komponen biaya produksi, biaya yang memiliki persentase terbesar adalah biaya bahan kimia. Biaya bahan kimia tersebut memiliki persentase sebesar 5 persen atau senilai Rp. 435 per kg. Biaya pengembalian modal dihasilkan dari nilai investasi pabrik berkapasitas 100 000 ton per tah un yang diasumsikan senilai Rp. 156 milyar dengan waktu pengembalian 6 tahun. Nilai investasi tersebut setelah dibagi dengan waktu pengembalian maka akan diperoleh nilai pengembalian modal per tahun sebesar Rp. 26 milyar. Selanjutnya, nilai pengembalian mo dal per tahun dibagi dengan kapasitas produksi per tahun maka akan diperoleh hasil Rp. 260 per kg. Komponen terakhir penyusun harga biodiesel adalah PPN sebesar 10 persen. 8.2.2. Aspek Lingkungan Salah satu paradigma yang berkembang di masyarakat saat ini adalah tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan dengan isu manajemen lingkungan. Isu ini menekankan pada pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien dengan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Contoh isu lingkungan yang ada saat ini antara lain dampak pemanasan global terhadap perubahan iklim yang terjadi. Isu ini berdampak pada seluruh sektor industri di dunia termasuk industri biodiesel. Tantangan yang
60
timbul seputar pembuatan biodiesel adalah apakah produ k dan proses pembuatan biodiesel yang ada saat ini sudah termasuk ramah lingkungan. Perkembangan pembuatan biodiesel sesungguhnya merupakan salah satu alternatif dari permasalahan lingkungan yang ada saat ini. Jika dilihat dari fungsinya, produk ini bergu na untuk menggantikan minyak solar yang merupakan sumber energi fosil dengan jumlah yang semakin menipis dan relatif tidak ramah lingkungan. Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, biodiesel memiliki keunggulan di antaranya ramah lingkungan karena tidak men gandung belerang yang menyebabkan polusi udara dan mudah terurai oleh mikroorganisme yang terdapat di tanah. Untuk menjawab permasalahan dan tantangan yang ada, pihak manajemen pabrik percontohan saat ini sedang melakukan kajian tentang konsep pembangunan pabrik biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik minyak kelapa sawit (CPO) sebagai alternatif solusi seputar permasalahan naiknya harga bahan baku dan isu lingkungan. Konsep tersebut merupakan bentuk dari pengembangan manajemen teknologi yang dilakukan ole h pihak manajemen pabrik percontohan. Beberapa manfaat yang dapat diambil dari konsep pembangunan pabrik terintegrasi ini antara lain : 1. Pembangunan pabrik biodiesel yang terintegrasi relatif dapat menekan harga bahan baku karena lokasi antara pabrik bahan baku dan pabrik biodiesel berdekatan. 2. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa sawit (CPO) dapat digunakan sebagai sumber energi seperti tandan kosong, cangkang inti sawit serta limbah cair (POME – Palm Oil Mill Effluent). Limbah pabrik CPO tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi setelah diolah menjadi biogas. Biaya penggunaan energi untuk pembangkit listrik adalah sekitar Rp 130 per kg 19). Kegiatan pemanfaatan limbah pabrik CPO tersebut dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang berasal dari fosil untuk menekan biaya penggunaan energi. 3. Manfaat lain dari pembangunan pabrik biodiesel yang terintegrasi dengan pabrik CPO adalah terserapnya emisi pabrik oleh tanaman yang ada di 19)
Kismanto. ”Integrated Biodiesel Plant Palm Oil Mill”. http://bfuel.biz. Op. cit.
61
kebun sehingga pencemaran udara dapat ditekan. Tanam an kelapa sawit merupakan tanaman yang ramah lingkungan. Kebun kelapa sawit dapat menyerap CO 2 dan melepaskan O 2 lebih banyak dibandingkan dengan hutan tropis sehingga kebun kelapa sawit merupakan filter udara raksasa (Darmosarkoro, 2007). Selain itu, peng gunaan limbah cair (POME) juga dapat mengurangi pencemaran udara. Apabila limbah cair (POME) diolah menjadi biogas maka dapat menghasilkan angka CER ( Carbon Emission Reduction) rata - rata 30 000 per tahun (Butarbutar, 2007). CER ini juga dapat digunakan sebagai sumber tambahan pendapatan bagi manajemen pabrik karena dapat dijual. Penjualan CER tersebut merupakan salah satu penerapan dari sistem mekanisme pembangunan yang ramah lingkungan (CDM - Clean Development Mechanism ).
62
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Manajemen teknologi proses yang telah diterapkan di pabrik biodiesel skala percontohan (Pilot Plant) selama ini telah berjalan cukup baik dan masih dapat ditingkatkan. Kondisi mesin yang terdapat di pabrik percontohan tergolong relatif baik dengan rata - rata umur peralatan dan mesin sekitar lima tahun. 2. Hasil analisis terhadap penerapa n manajemen teknologi proses di pabrik biodiesel skala percontohan ( Pilot Plant) adalah sebagai berikut : a. Pabrik percontohan memiliki perangkat
teknologi dengan tingkat
kecanggihan yang berada pada kategori sedang yaitu mesin serba guna hingga mesin khusus. b. Sumber daya manusia (SDM) yang terdapat di pabrik percontohan memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. SDM tersebut secara umum masih berada pada tingkat kemampuan yang tergolong antara mereproduksi hingga mengadaptasi pekerjaannya . c
Perangkat informasi yang dimiliki pabrik percontohan sudah cukup menunjang kebutuhan pihak manajemen baik untuk kegiatan perencanaan, evaluasi maupun pertanggung jawaban. Pihak manajemen pabrik percontohan memiliki kemampuan antara menerangkan fakta hingga menspesifikasi fakta dalam memanfaatkan informasi. Pemanfaatan perangkat informasi yang ada masih mengalami kendala karena sebagian besar sarana informasi yang terdapat di pabrik percontohan masih menggunakan bahasa asing.
d. Koordinasi aktivitas produksi seba gai wujud perangkat organisasi di pabrik percontohan tergolong sedang. Pihak manajemen memiliki kemampuan antara melindungi pola kerja hingga menstabilkan pola kerjanya.
63
e. Analisis terhadap indikator kemampuan teknologi mendapat hasil bahwa kemampuan teknologi yang dimiliki pabrik percontohan saat ini berada pada posisi sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia. f. Hasil penilaian keterkaitan antara indikator kemampuan teknologi dengan indikator komponen teknologi di pabrik percontohan menunjukkan bahwa antara indikator kemampuan teknologi dengan indikator komponen teknologi yang terdapat di pabrik percontohan tidak saling berhubungan (independen). g. Ditinjau dari indikator - indikator yang terdapat dalam manajemen teknologi proses di pabrik percontohan, dapat dilihat bahwa pihak manajemen masih dapat meningkatkan manajemen teknologi prosesnya.
9.2. Saran 1. Peningkatan manajemen teknologi pada proses pembuatan biodiesel harus senantiasa dilakukan oleh pihak manajemen pabrik percontohan dalam proses pembelajarannya, sehingga pihak manajemen dapat terus meningkatkan kualitas manajemen teknologi prosesnya. 2. Berdasarkan kondisi yang ada di pabrik percontohan, peningkatan manajemen teknologi dapat dilakukan dengan cara antara lain sebagai b erikut : a. Upaya pengembangan tingkat kecanggihan perangkat teknologi dari mesin yang berkategori serba guna hingga menjadi mesin terpadu perlu mempertimbangkan apakah proses pengembangan tersebut dilakukan melalui kegiatan alih teknologi atau pengembanga n teknologi lokal. b. Peningkatan kemampuan perangkat manusia di pabrik percontohan perlu dilakukan sedini mungkin, karena sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen yang terpenting dalam mengendalikan komponen teknologi lainnya. Upaya peningkatan kemamp uan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan pembelajaran dalam hal melakukan perubahan dan pembelajaran dalam melakukan kegiatan operasional. Proses pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan melalui pelatihan dalam
64
kegiatan operasional (on the job training) atau pelatihan khusus di luar kegiatan operasional (of the job training). c. Upaya yang dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan pemanfaatan perangkat informasi adalah dengan memberi pelatihan bahasa asing bagi sumber daya manusia guna meningkatkan kemampuan pemahamannya. Selain itu, pihak manajemen juga perlu mempertimbangkan upaya pengembangan teknologi informasi yang canggih dan terintegrasi. d. Upaya yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kualitas organisasi di pabrik percontohan adal ah pencarian metode pendanaan yang sesuai dan dapat mendukung kebutuhan pihak manajemen. Upaya tersebut dapat dilakukan antara lain dengan menjalin kerjasama dengan pihak eksternal yang mungkin tertarik untuk menggunakan teknologi pembuatan biodiesel yang dihasilkan oleh pihak manajemen atau masyarakat yang tertarik untuk menggunakan biodiesel sebagai sumber energi ( Biodiesel Enthusiast). e. Pencapaian misi untuk menghasilkan berbagai patent process dan disain pabrik dapat menjadi lebih efektif jika pihak manajemen juga memiliki tingkat
kemampuan
penciptaan
teknologi
yang
baik
dengan
memperhatikan komponen perangkat manusia ( humanware), informasi (infoware) serta kerangka kerja (organware). f. Konsep mengenai pembangunan pabrik biodiesel dimana terintegrasi dengan pabrik minyak kelapa sawit (CPO) yang sedang dikaji saat ini, perlu dikembangkan semaksimal mungkin agar mampu mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi saat ini berkaitan dengan kondisi ekonomi dan lingkungan.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ananto, S. ”Februari, Kenaikan Harga CPO Capai 20 %”. Sektor Riil. Ekonomi Bisnis. Harian Seputar Indonesia-cetak, hlm 20. 12 Maret 2008. Bourne, J.K. 2007. ”Impian - Impian Hijau”. Jurnal Resmi National Geographic Society. National Geographic Indonesia, hlm 30, Edisi Oktober 2007. Butarbutar, P. 2007. ”The Clean Development Mechanism . Polusi Turun, Profit Naik”. Seminar Nasional Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit dari Hulu hingga Hilir, 18 - 19 Juli 2007. Pusat Audit Teknologi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. ”Biodiesel Diserbu. Pemerintah Perlu Siapkan Tata Niaga ”. http://www.kompas.com/kompas -cetak/0508/18/humaniora/1982101.htm , 18 Agustus 2005. ”BPPT : Diperlukan 27 Pabrik Biodiesel Skala Komersial Pada Tahun 2009 ”. http://www.bppt.go.id/index.php, 10 Maret 2006. Darmosarkoro, W. ”Penelitian dan Pengembangan Teknologi Budidaya Kelapa Sawit”. Seminar Nasional Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit dari Hulu hingga Hilir, 18 - 19 Juli 2007. Pusat Audit Teknologi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Djanuarto, B. D. ”3 Pabrik Biodiesel dan Bioetanol Siap Dibangun ”. http://forums.biodieselnow.com/topic.asp , 27 Maret 2006. Hambali, E. dkk. 2006. Jarak Pagar. Tanaman Penghasil Biodiesel. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. ”Harga
Ekspor CPO Tertinggi dalam Sejarah Persawitan ”. http://antara.co.id/arc/2008/1/24/harga -ekspor-cpo-tertinggi-dalam-sejarah -persawitan, 24 Januari 2008.
”Harga
Minyak Dunia Menembus U S$ 98 Per Barel”. http:// www.metrotvnews.com/Ekonomi/Headline News, 7 November 2007.
”Indonesia Punya 21.94 Juta Hektar Lahan Untuk Tanam Jarak Pagar ”. http://www.mediaindo.co.id/berita.asp , 8 Maret 2006. Irawan, G. dan Hidayat, K. “Prospek Biodiesel Cerah”. http://www.sinarharapan. co.id/feature/otomotif.html, 7 Desember 2005. Kismanto, A. ”Integrated Biodiesel Plant Palm Oil Mill”. http://bfuel.biz/ files/ako_Integrated_Biodiesel_Plant_Palm_Oil_Mill_Read -Only_.pdf, 4 April 2006. Komalasari, P. 2001. Kajian Manajemen Teknologi dan Produksi Bersih Pengolahan Kayu Lapis PT. Kutai Timber Indonesia. Tesis. Program Studi Manajemen Agribisnis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
66
Lo, C. ”Setting Up A Biodiesel Plant”. Seminar Nasional Gelar Teknologi Industri Kelapa Sawit dari Hulu hingga Hilir, 18 - 19 Juli 2007. Pusat Audit Teknologi - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta. Mangunwidjaja, D. dan Sailah, I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Mulyono, S. 1998. Statistika Untuk Ekonomi. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. ”Pabrik Kedua BPPT Segera Beroperasi ”. http://www.dprin.go.id/ berita_psb.htm, 3 Januari 2006. ”Penggunaan Biodiesel di Indonesia Mengalami http://www.depkominfo.go.id , 8 Maret 2006.
Kemajuan
”Reformasi Sektor Energi”. Fokus. Harian Kompas-cetak, hlm 33, 2005.
Berarti ”. 20 Agustus
”Subsidi BBM Akan Naik”. Bisnis dan Keuangan. Harian Kompas -cetak, hlm 17, 15 April 2006. Sa’id, G. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis. Kunci Menuju Daya Saing Global Produk Agribisnis. Ghalia Indonesia - MMA IPB. Jakarta. Susilo, B. 2006. Biodiesel. Pemanfaatan Biji Jarak Pagar Sebagai Alternatif Bahan Bakar. Trubus Agrisarana. Surabaya. Wirawan, U. “Saatnya Eksplorasi Bahan Bakar Hayati” . http://www.bppt.go.id/ index.php, 10 November 2006.
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Kuisioner Analisis Indikator Komponen Teknologi B. Pertanyaan untuk Analisis Perangkat Teknologi 1. Jenis mesin atau alat apa yang dimiliki oleh pabrik percontohan PU SPITEK Serpong ? (isi sesuai tabel di bawah ini) Tahapan Produksi dan Nama Mesin/Alat
Tingkat Kecanggihan Mesin/Alat
Nilai P
H
Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Pilih jenis mesin yang digunakan di pabrik percontohan sesuai dengan kriteria pada tabel di bawah ini. (Kisaran nilai adalah 1 -9, dengan kategori ; nilai 1 -3 rendah, nilai 4-6 sedang dan nilai 7-9 tinggi) Jenis Mesin Nilai Mesin Manual (Manual Facilities)
1
2
3
Mesin Bermotor (Powered Facilities)
2
3
4
Mesin Serbaguna (General Facilities)
3
4
5
Mesin Khusus (Special Facilities)
4
5
6
Mesin Otomatis (Automatic Facilities)
5
6
7
Mesin Berkomputer (Computerize Facilities)
6
7
8
Mesin Terpadu (Integrated Facilities)
7
8
9
69
2. Apakah mesin-mesin atau alat-alat yang ada telah digunakan secara optimal ? (YA/TIDAK) Jelaskan alasan anda ! (Bandingkan antara kapasitas terpasang dan realisasi kapasitas yang terpakai) 3. Apakah mesin-mesin atau alat-alat tersebut sudah memenuhi kebutuhan pihak manajemen pabrik percontohan ? (SUDAH/BELUM) Apabila belum, jenis mesin apa yang dibutuhkan pihak manajemen pabrik percontohan saat ini ? 4. Apakah ada pabrik lain yang menggunakan mesin atau alat yang sa ma atau lebih baik jika dibandingkan dengan mesin yang digunakan oleh pabrik percontohan ? (YA/TIDAK) Jika YA, sebutkan nama pabrik dan jenis mesin yang digunakan oleh pabrik tersebut ! 5. Sejauh ini dalam perbaikan mesin atau alat yang dimiliki, apakah pihak manajemen pabrik percontohan melakukan kerjasama dengan pihak lain ? Jika YA, dengan pihak mana saja kerjasama tersebut dilakukan ? B. Pertanyaan untuk Analisis Perangkat Manusia 1. Berapa jumlah pegawai yang ada di pabrik percontohan PUSPITEK Ser pong saat ini (seluruh pegawai tetap, pegawai kontrak, dan lain -lain) ? No
Status Pegawai
Jumlah
1 2 3 4 5 TOTAL Berapa jumlah masing-masing pegawai untuk setiap bagian/divisi ? No
Bagian / Divisi
1 2 3 4 5 TOTAL
Jumlah
70
2. Bagaimana komposisi pegawai tiap jenjang berdasarkan tingkat pendidikan dan jenis kelamin ? 3. Apakah jumlah dan komposisi pegawai tersebut telah mencukupi dan memadai ? (SUDAH/BELUM) Jelaskan alasan Anda ! 4. Apakah ada kriteria tertentu untuk pe gawai bidang teknik, seperti misalnya minimal tingkat pendidikan dan keterampilan untuk penyelia, ahli teknik maupun tenaga peneliti ? (ADA/TIDAK) Jika ada, mohon disebutkan ! 5. Adakah hambatan-hambatan atau kendala di bidang SDM, khususnya yang menangani bidang teknik ? (ADA/TIDAK) Jika ada, kendala apa saja yang muncul ? 6. Kegiatan apa sajakah yang telah dilakukan oleh pihak manajemen pabrik percontohan untuk terus mengupayakan peningkatan kemajuan dan keterampilan sumber daya manusia ? Kriteria tahap kemampuan pekerja. Tahap Kemampuan Kemampuan mengoperasikan ( Operating Abilities) Kemampuan mengeset (Setting Abilities) Kemampuan mereparasi (Repairing Abilities) Kemampuan mereproduksi ( Reproducing Abilities) Kemampuan mengadaptasi (Adapting Abilities) Kemampuan menyempurnakan ( Improving Abilities) Kemampuan melakukan Inovasi ( Inovating Abilities)
Nilai 2 3 4 5 6 7 8
1 2 3 4 5 6 7
3 4 5 6 7 8 9
Kisaran nilai adalah 1-9, dengan kategori ; nilai 1 -3 rendah, nilai 4-6 sedang dan nilai 7-9 tinggi. 7. Sudah sampai pada tingkat apakah keahlian yang dimiliki oleh para pekerja saat ini ? (isi sesuai tabel di bawah ini) Komponen Perangkat Manusia
Tingkat Kemampuan
Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Nilai P
H
71
C. Pertanyaan untuk Analisis Perangkat Informasi Dalam kuisioner ini analisis terhadap perangkat informasi dilakukan berdasarkan kegiatan yang terdiri dari : a. Pengoperasian Informasi : Hal-hal yang diperlukan untuk mengoperasik an perangkat informasi secara efektif termasuk prosedur, jaminan mutu berikut prosedur mendeteksi kerusakan secara cepat. b. Pembelian Informasi : Hal-hal yang diperlukan untuk melakukan seleksi dan memasang perangkat informasi, termasuk spesifikasi peralatan , lay out, flowchart, spesifikasi bahan mentah, sketsa rekayasa, rincian pabrikasi dan rincian instrumentasi. c. Peningkatan Informasi : Hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan desain dan pemakaian perangkat teknologi termasuk rincian proses, parameter desain sekaligus spesifikasi, pengembangan produk dan proses, teknik pengelolaan produksi. d. Perencanaan Informasi : Hal-hal yang diperlukan untuk perencanaan jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi peningkatan perangkat teknologi termasuk informasi menyeluruh mengenai perkembangan terakhir dalam desain, jenis dan kualitas produk yang diminta pasar, perbaikan kinerja dan penggunaan perangkat teknologi. Pertanyaan : 1. Perangkat informasi apa saja yang digunakan di pabrik percontohan ? 2. Apakah penggunaan peran gkat informasi tersebut telah memadai untuk kebutuhan pabrik percontohan ? 3. Apakah perangkat informasi tersebut telah beroperasi secara efektif untuk meningkatkan kinerja pihak manajemen pabrik percontohan ? Jelaskan jawaban dan alasan Anda ! 4. Apakah informasi yang diterima pihak manajemen pabrik telah digunakan untuk keperluan perencanaan jangka pendek atau jangka panjang ? Jelaskan jawaban dan alasan Anda ! 5. Apakah pegawai mengalami kesulitan dalam menggunakan sarana informasi yang tersedia ? Jelaskan jawa ban dan alasan Anda ! 6. Apakah pihak manajemen pabrik telah merencanakan pembelian perangkat informasi yang lebih canggih ? Jelaskan jawaban Anda dan sebutkan jenis perangkat informasi seandainya akan dibeli !
72
Berikan penilaian pada perangkat informasi yang terdapat di pabrik percontohan berdasarkan kriteria pada tabel di bawah ini. Kisaran nilai adalah 1 -9, dengan kategori ; nilai 1-3 rendah, nilai 4-6 sedang dan nilai 7-9 tinggi. Tahap Kemampuan Nilai Mengenal fakta (Familiaring Facts) 1 2 3 Menerangkan fakta (Describing Facts) 2 3 4 Menspesifikasi fakta (Specifying Facts) 3 4 5 Menggunakan fakta (Utilizing Facts) 4 5 6 Memahami fakta (Comprehending Facts) 5 6 7 Menggeneralisasi fakta (Generalizing Facts) 6 7 8 Mengkaji fakta (Assesing Facts) 7 8 9 Lakukan penilaian untuk tiap -tiap komponen perangkat informasi di bawah ini berdasarkan kriteria penilaian di atas. Nilai Komponen Perangkat Informasi Tingkat Kemampuan P H Pengoperasian Informasi Pembelian Informasi Peningkatan Informasi Perencanaan Informasi Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
D. Pertanyaan untuk Analisis Perangkat Organisasi 1. Bagaimana bentuk strutur organisasi yang digunakan saat ini ? Apakah telah sesuai dengan kebutuhan pihak manajemen pabrik ? 2. Bagaimana bentuk mekanisme kerja pegawai di lingkungan pabrik percontohan ? (berdasarkan Job Description, perintah lisan atau inisiatif dari pegawai sendiri) 3. Bagaimana pola kerja yang diterapkan di pabrik percontohan ? 4. Apakah pola kerja yang diterapkan tersebut telah memuaskan kedua belah pihak (pihak manajemen pabrik dan pegawai) ? Apakah pola kerja tersebut sesuai dengan kebutuhan manajemen pabrik ? 5. Apakah pola kerja yang ada saat ini telah sesuai dan dapat mendukung kinerja operasional pabrik ?
73
Berikan penilaian pada kriteria analisis perangkat organisasi berdasarkan kriteria penilaian pada tabel di bawah ini. Kisaran nilai adalah 1 -9, dengan kategori ; nilai 1-3 rendah, nilai 4-6 sedang dan nilai 7-9 tinggi. Tahap Kemampuan Nilai Mencari bentuk pola kerja (Striving Framework) 1 2 3 Menetapkan pola kerja (Tipe-up Framework) 2 3 4 Menciptakan pola kerja baru ( Venturing Framework) 3 4 5 Melindungi pola kerja (Protecting Framework) 4 5 6 Menstabilkan pola kerja (Stabilizing Framework) 5 6 7 Memapankan pola kerja (Prospecting Framework) 6 7 8 Menguasai pola kerja unggul ( Leading Framework) 7 8 9 Lakukan penilaian untuk tiap -tiap kriteria di bawah ini berdasarkan kriteria penilaian di atas. Kriteria a. Struktur organisasi b. Fasilitas kerja c. Hubungan antar bagian d. Rata - rata umur peralatan atau mesin e. Organisasi peningkatan rekayasa/litbang f. Anggaran peningkatan Litbang (%) Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Posisi Pabrik Percontohan
Nilai P
H
74
Lampiran 2. Kuisioner Analisa Indikator Kemampuan Teknologi
Indikator kemampuan teknologi terdiri dari : 1. Kemampuan Pemanfaatan (Utilization Capability) yaitu kemampuan dalam menggunakan dan mengontrol perangkat teknologi; kemampuan untuk merencanakan kegiatan yang termasuk dalam aspek -aspek seperti perencanaan dan penjadwalan produksi; dan kemampuan untuk melaksanakan perbaikan preventif dengan rutin. 2. Kemampuan Kompilasi (Compilation Capability) yaitu kemampuan dalam pemesanan seluruh fasilitas yang dibutuhkan; k emampuan membuat prosedur operasional dengan baik; kemampuan me mobilisasi semua sumber daya dalam tranformasi serta aktivitas pendukung lainnya. 3. Kemampuan Akuisisi (Acquisition Capability) yaitu kemampuan dalam mengidentifikasi semua sumber teknologi secara mandiri; kemampuan bernegosiasi untuk mengejar/memperoleh teknologi; kemampuan untuk menganalisa teknologi yang ditawarkan berkaitan dengan proses parameter, spesifikasi lain, keuntungan sosial-ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah; kemampuan untuk melaksanakan studi rekayasa secara rinci dan menterjemahkan proses parameter dasar ke dalam rancangan dan peralatan. 4. Kemampuan Penciptaan ( Generation Capability) yaitu kemampuan dalam pengembangan produk, proses dan teknik yang baru; k emampuan membangun prototipe dan pengembangan model; kemampuan dalam penyusunan modal untuk implementasi inovasi. Berikan penilaian terhadap kemampuan manajemen pabrik percontohan saat ini. Penilaian berdasarkan kriteria peringkat di bawah ini : Peringkat 0 Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 5
= = = = = =
tidak memiliki kemampuan di bawah pada umumnya pabrik biodiesel di Indonesia sama dengan pada umumnya pabrik biodiesel lain di Indonesia terbaik di Indonesia sama dengan pabrik biodiesel lain di dunia terbaik dalam industri biodiesel di dunia
Kriteria yang dinilai adalah sebagai berikut : Komponen Kemampuan Teknologi Kemampuan Pemanfaatan Teknologi Kemampuan Kompilasi Teknologi Kemampuan Akuisisi Teknologi Kemampuan Penciptaan Teknologi Keterangan : P = nilai menurut pengamatan H = nilai yang diharapkan
Nilai P
H
75
Berikan juga penilaian Anda terhadap kemampuan manajemen pabrik percontohan pada setiap kompo nen teknologi. Kriteria penilaian berdasarkan peringkat berikut : Peringkat 1 = kurang baik Peringkat 2 = cukup baik Peringkat 3 = sangat baik Perangkat Teknologi Kemampuan Pemanfaatan Kemampuan Kompilasi Kemampuan Akuisisi Kemampuan Penciptaan
Perangkat Manusia
Perangkat Informasi
Perangkat Organisasi
76
Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Teknologi
Mann-Whitney Test and CI: C1; C2
C1 C2
N 6 6
Median 5,000 9,000
Point estimate for ETA1-ETA2 is -4,000 95,5 Percent CI for ETA1 -ETA2 is (-4,000;-3,000) W = 21,0 Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant at 0,0051 The test is significant at 0,0025 (adjusted for ties)
77
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Manusia.
Mann-Whitney Test and CI: P; H
P H
N 5 5
Median 6,000 8,000
Point estimate for ETA1 -ETA2 is -2,000 96,3 Percent CI for ETA1 -ETA2 is (-3,000;0,000) W = 17,0 Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 i s significant at 0,0367 The test is significant at 0,0238 (adjusted for ties)
78
Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Informasi.
Mann-Whitney Test and CI: P; H
P H
N 4 4
Median 4,500 8,000
Point estimate for ETA1-ETA2 is -4,000 97,0 Percent CI for ETA1 -ETA2 is (-6,000;-1,001) W = 10,0 Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant at 0,0304 The test is significant at 0,0265 (adjusted for ties)
79
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data Penilaian Perangkat Organisasi
Mann-Whitney Test and CI: C1; C2
C1 C2
N 6 6
Median 5,500 8,500
Point estimate for ETA1 -ETA2 is -3,000 95,5 Percent CI for ETA1 -ETA2 is (-4,000;-2,000) W = 21,0 Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant at 0,0051 The test is significant at 0,0041 (adjusted for ties)
80
Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data Penilaian Kemampuan Teknologi
Mann-Whitney Test and CI: C1; C2
C1 C2
N 4 4
Median 2,000 3,500
Point estimate for ETA1 -ETA2 is -1,000 97,0 Percent CI for ETA1 -ETA2 is (-2,000;0,000) W = 11,0 Test of ETA1 = ETA2 vs ETA1 not = ETA2 is significant at 0,0606 The test is significant at 0,0471 (adjusted for ties)
81
Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data Keterkaitan antara Indikator Kemampuan Teknologi dengan Indikator Komponen Teknologi
Chi-Square Test: C1; C2; C3; C4 Expected counts are printed below observed counts Chi-Square contributions are printed below expect ed counts C1 2 1,73 0,042
C2 2 2,16 0,012
C3 2 1,95 0,002
C4 2 2,16 0,012
Total 8
2
2 1,73 0,042
2 2,16 0,012
2 1,95 0,002
2 2,16 0,012
8
3
2 2,16 0,012
3 2,70 0,033
2 2,43 0,077
3 2,70 0,033
10
4
2 2,38 0,060
3 2,97 0,000
3 2,68 0,039
3 2,97 0,000
11
Total
8
10
9
10
37
1
Chi-Sq = 0,391; DF = 9; P -Value = 1,000 16 cells with expected counts less than 5.