ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI)
Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H24051985
DEPARTEMAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRAK Dewi Indah Vebriyanti. H24051985. Analisis Manajemen Risiko Gagal Bayar Debitur KPR Non Subsidi (Studi Kasus BTN Cabang Jakarta Harmoni). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto. Meskipun terjadi fluktuasi pada kondisi perekonomian, namun kebutuhan perumahan akan tetap tumbuh, dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi sesuai kondisi ekonomi. Peningkatan transaksi pembelian rumah yang semakin berkembang merupakan peluang besar bagi Bank Tabungan Negara (BTN) untuk memperluas kegiatannya dalam sektor penyaluran kredit perumahan. Meningkatnya pembiayaan perumahan dapat membuat bank memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun disisi lain hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pihak bank apabila tidak diimbangi dengan pengeloaan manajemen risikonya. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisa faktor – fakor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni. (2) Mengukur dan menganalisa potensi kerugian dan dana cadangan yang harus disediakan pada BTN Cabang Jakarta Harmoni dengan metode Creditrisk+ Portfolio. (3) Mengkaji kesesuaian metode Creditrisk+ Portfolio dalam mengukur potensi kerugian KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni (4) Mengkaji manajemen pengelolaan dan pengendalian risiko KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan dan wawancara langsung. Data sekunder diperoleh dari data historis BTN Cabang Jakarta Harmoni, laporan penelitian dan publikasi elektronik. Analisis yang digunakan analisis deskriptif dan dengan alat pengolah data menggunakan metode credit risk+ dengan bantuan program komputer Visual Basic 6.0. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko KPR BTN terdiri faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari Sumber Daya Manusia, Kebijakan & Prosedur, Teknologi Informasi serta Internal Control. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari debitur, kebijakan pemerintah, persaingan dan kondisi perekonomian. Perhitungan risiko kredit dengan metode credit risk+ portfolio menghasilkan expexted loss (kerugian yang diperkirakan) sebesar Rp Rp 12.107.824.456,54. Pada tingkat kepercayaan 95 persen menghasilkan unxecpected loss (kerugian yang tidak dapat diperkirakan) sebesar Rp 20.935.000.000,00 dan capital recuirement (dana cadangan yang harus disediakan untuk mengantisipasi kerugian) adalah sebesar Rp, 8.827.175.543,46. Sedangkan pada tingkat kepercayaan 99 persen menghasilkan unxecpected loss sebesar Rp 179.920.000.000 dan capital requirement sebesar Rp 167.812.175.543,46. Berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode back testing, perhitungan potensi kerugian menggunakan metode CreditRisk+ portfolio menghasilkan penyimpangan sebesar 2,0605 %. Hal ini berarti metode tersebut sesuai digunakan untuk mengukur potensi kerugian dari risiko KPR Debitur Realisasi Baru Menunggak BTN pada bulan April 2009. (4) Strategi pengendalian dan pengelolaan kredit KPR BTN dibedakan menjadi dua, yaitu : preventive control of credit dan repressive control of credit. Upaya Preventive control of credit dilakukan dengan cara : Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Perkreditan, Pembinaan debitur & Penagihan Intensif, Sistem Penyisihan Penghapusan Aktiva, Sistem asuransi, Peningkatan Kualitas SDM, Sistem Skoring, Agunan/Jaminan. Repressive control of credit dilakukan dengan cara : Restrukturisasi Kredit, dan Penyelesaian Kredit.
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H24051985
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS MANAJEMEN RISIKO GAGAL BAYAR DEBITUR KPR NON SUBSIDI (STUDI KASUS BTN CABANG JAKARTA HARMONI)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh DEWI INDAH VEBRIYANTI H24051985
Menyetujui, Oktober 2009
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr.Ir.Jono.M.Munandar, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Februari 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sumaryanto dan Trikaryanti. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Yudha Bekasi pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Jatimakmur Sari I Bekasi. Pada tahun 1999, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 128 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur dan kemudian pada tahun 2002 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 48 Pinang Ranti Jakarta Timur dan masuk pada program IPA. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) / PMDK di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2006. Selama menjalani kuliah, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang bernama Centre Of M@nagement (COM@) 2006-2008 pada Direktorat Public Relation. Penulis juga aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IAAS (International Association of students in Agriculture and related Sciences) pada tahun 2006-2007 dan Unit Kegiatan Mahasiswa MAX (Music Agriculture X-pression) pada tahun 2005 – 2007. Selain itu, penulis juga aktif pada kegiatan di lingkungan kampus seperti kepanitiaan-kepanitian, seminar-seminar dan pelatihan. Penulis juga pernah menjadi staf pengajar bimbingan mata kuliah manajemen keuangan yang diselenggarakan oleh Direktorat Finance COM@ dalam program “Kumulasi”.
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul “Analisis Manajemen Risiko Gagal bayar Debitur KPR Non Subsidi (Studi kasus BTN Cabang Jakarta Harmoni)” dan bertujuan untuk menganalisis potensi kerugian dan dana cadangan terhadap timbulnya risiko dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Penyususn skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan
arahan,
saran,
motivasi
dan
yang selalu
memperkenalkan hal-hal baru kepada penulis. 2.
Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Bapak Nurhadi Wijaya, S.TP, MM sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran dan kritik yang Bapak/Ibu berikan merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
3.
Bapak Haris Permana selaku Kepala Cabang Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni.
4.
Bapak Mochamad Ikhsan Nurhepi, Bapak Kun Haryadi (Supervisor Loan Service), selaku pembimbing selama penulis melaksanakan penelitian di Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni.
5.
Seluruh staf dan karyawan BTN Cabang Jakarta Harmoni atas keramahan dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi penulis.
v
7.
Ayahanda, Ibunda dan adikku (Indra) yang telah banyak memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup serta doa yang tulus dan tanpa henti.
8.
Ka Abi Herlambang atas segala bantuannya dalam membuat program komputer visual basic.
9.
Bagus Dwi Haryo yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat dan dorongan yang tulus.
10. Sahabat-sahabat terbaik ku Rara, Heni, Try, Pe’i, Tawang dan Levi yang telah memberikan indanya persahabatan, keceriaan, dan kebersamaan selama penulis kuliah serta motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 11. Lulud, Irsam, Mami, Rima, dan Riri untuk motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 12. Rekan – Rekan sebimbingan : Novi, Icha, Izul, Dicky, Irfan, Agung dan Melvin untuk kerjasama dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi. 13. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 42 yang selalu bersama-sama membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang diberikan. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya. Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama PT. Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni.
Bogor, Oktober 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xi
I
PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ................................................................................ Rumusan Masalah ........................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................ Manfaat Penelitian .......................................................................... Pembatasan Masalah .......................................................................
1 5 6 7 7
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit ............................................................................................. 2.1.1. Pengertian Kredit ................................................................ 2.1.2. Klasifikasi Kredit ................................................................ 2.1.3. Prinsip-Prinsip Perkreditan ................................................. 2.1.4. Tujuan Kredit ...................................................................... 2.2. Kredit Pemilikan Rumah ................................................................ 2.3. Risiko Kredit ................................................................................... 2.4. Manajemen Risiko .......................................................................... 2.4.1. Siklus Manajemen Risiko ................................................... 2.5. Pengukuran Risiko Kredit ............................................................... 2.5.1. Basel I ................................................................................. 2.5.2. Basel II ................................................................................ 2.6. CreditRisk+ Portfolio ..................................................................... 2.6.1. Kelebihan dan Keterbatasan Metode CreditRisk+ .............. 2.7. Penelitian Terdahulu .......................................................................
8 8 9 11 13 14 14 15 16 17 18 18 20 21 21
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 3.3. Metode Pengumpulan Data .............................................................
vii
23 26 26
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 3.4.1. Metode CreditRisk+ Portfolio ............................................ 3.4.2. Uji Validitas ........................................................................ 3.4.3. Program Komputer Visual Basic ........................................
26 27 29 31
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................ 4.1.1. Sejarah Singkat BTN .......................................................... 4.1.2. Visi dan Misi BTN .............................................................. 4.1.3. Struktur Organisasi BTN .................................................... 4.1.4. Kebijakan dan Sasaran Mutu BTN ..................................... 4.1.5. Kegiatan Usaha BTN .......................................................... 4.1.6. Proses Penyaluran KPR BTN ............................................. 4.1.7. Perkembangan BTN Cabang Jakarta Harmoni ................... 4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko KPR BTN ................... 4.2.1. Internal Bank ....................................................................... 4.2.2. Eksternal Bank .................................................................... 4.3. Manajemen Risiko Kredit BTN ...................................................... 4.4. Penentuan Nilai Potensi Risiko Kredit Pemilikan Rumah ............. 4.4.1. Pengelompokan Eksposur dalam Band ............................... 4.4.2. Perhitungan Probability of Default tiap Eksposur .............. 4.4.3. Perhitungan EL, UL dan EC ............................................... 4.4.4. Uji Validitas dengan backtesting ........................................ 4.5. Strategi Pengendalian & Pengelolaan Risiko KPR ........................ 4.5.1. Preventive Control of Credit ............................................... 4.5.2. Repressive Control of Credit .............................................. 4.6. Implikasi Manjerial .........................................................................
32 32 35 35 36 36 39 42 46 48 51 53 55 55 56 59 65 66 67 70 71
KESIMPULAN SARAN ............................................................................
73
1. Kesimpulan .............................................................................................. 2. Saran ........................................................................................................
73 74
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
75
LAMPIRAN ................................................................................................
77
viii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Perkembangan Penyaluran KPR BTN Jakarta Harmoni .......................... 2. Perkembangan Debitur KPR BTN Jakarta Harmoni ................................ 3. Perbandingan Jumlah Debitur dan Jumlah Kredit KPR Perorangan yang disalurkan BTN Jakarta Harmoni ............................................................ 4. NPL gross KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni ....................................... 5. Range eksposur dan jumlah debitur tiap band .......................................... 6. Penentuan Kolektibilitas BTN berdasarkan hari tunggakan ..................... 7. Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif .............................. 8. Jumlah debitur dan jumlah eksposur pada masing-masing kolektibilitas
ix
43 44 44 45 56 57 57 58
DAFTAR GAMBAR
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Halaman
Perkembangan dan Proyeksi Nilai KPR & KPA di Indonesia ............... Perkembangan Penyaluran Kredit BTN tahun 2004-2008 ..................... Portfolio Kredit BTN Berdasarkan Jenis Kredit Tahun 2008 ................ NPL Bank Tabungan Negara 2004-2008 ............................................... Klasifikasi Kredit ................................................................................... Siklus Manajemen Risiko ....................................................................... Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................. Alur Pikir Penelitian ............................................................................... Alur Pikir Program Komputer Visual Basic ........................................... Proses Penyaluran KPR BTN ................................................................. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko KPR BTN Jakarta Harmoni Penentuan band dan Probability of default ............................................ EL, UL. EC pada band Rp 5.000.000,00 ................................................ EL, UL. EC pada band Rp 10.000.000,00 .............................................. EL, UL. EC pada band Rp 25.000.000,00 .............................................. EL, UL. EC pada band Rp 100.000.000,00 ............................................ EL, UL. EC pada band Rp 500.000.000,00 ............................................ Total Nilai EL, UL, dan EC ................................................................... Hasil validasi dengan menggunakan metode backtesting ...................... Strategi pengelolaan dan pengendalian risiko KPR BTN ......................
x
2 3 4 5 9 16 24 25 31 42 47 58 60 61 62 63 64 65 66 66
DAFTAR LAMPIRAN
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Halaman
Daftar Istilah .......................................................................................... Diagram Sebab Akibat (Causal Loop) ................................................... Struktur Organisasi Kantor Pusat BTN ................................................. Struktur Organisasi Kantor Cabang Harmoni BTN ............................... Persyaratan Permohonan Kredit Pada Bank BTN .................................. Formulir Permohonan Kredit Pemilikan Rumah ................................... Jumlah Debitur Berdasarkan Kolektibilitas pada Setiap Band .............. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Potensi Risiko dan Dana Cadangan...... Petunjuk Mannual Penggunaan Program Komputer Visual Basic ......... Database Visual Basic ............................................................................
xi
77 79 80 81 82 83 85 87 88 94
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bank
memiliki
peranan
yang
strategis
untuk
menjunjung
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Berdasarkan undang-undang nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1988, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Penyaluran kredit merupakan kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70-80% dari volume usaha bank. Oleh karena itu sumber utama pendapatan bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit dalam bentuk pendapatan bunga (Siamat, 2004). Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit tersebut menyebabkan peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari permasalahan kredit. Kegiatan kredit ini memberikan tingkat pengembalian yang besar untuk bank namun tingkat pengembalian yang besar tersebut diikuti dengan risiko yang besar pula, sehingga bank memiliki tingkat risiko yang cukup besar dalam kegiatan kreditnya. Pada dasarnya bank membagi-bagi fasilitas kreditnya kedalam beberapa jenis yaitu kredit untuk usaha, kredit investasi, kredit untuk korporasi dan kredit untuk konsumen, termasuk juga diantaranya Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Saat ini perkembangan Kredit Pemilikan Rumah di Indonesia semakin marak. Hal itu dapat dilihat bahwa hampir semua bank besar di Indonesia mengeluarkan layanan KPR dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen). Hal itu didasari bahwa Indonesia dengan total jumlah penduduk mencapai ± 230 juta jiwa (tahun 2007) merupakan pasar yang potensial bagi industri perumahan. Survei yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa total kebutuhan rumah di seluruh Indonesia hingga akhir 2007 mencapai ± 7,8
2
juta unit. Simulasi yang dilaksanakan juga menunjukkan bahwa seiring dengan pertumbuhan jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka setiap tahun permintaan rumah di Indonesia berkisar pada jumlah 800.000 rumah baru (Annual Report BTN Tahun 2008). Motivasi masyarakat dalam membeli rumah tinggal pada dasarnya ada dua, yakni pertama untuk memenuhi kebutuhan sebagai tempat hunian yang dipakai sendiri dan kedua untuk tujuan investasi. Motivasi yang kedua, didasari pada keyakinan bahwa dalam sejarahnya sebuah rumah tinggal tidak akan pernah mengalami penurunan nilai jual. Motivasi tersebutlah yang menyebabkan nilai kredit perumahan tetap meningkat dari tahunketahunnya. Hampir seluruh transaksi pembelian rumah di Indonesia dilakukan dengan melibatkan institusi pembiayaan, terutama bank, melalui skema KPR. Meskipun terjadi fluktuasi pada kondisi perekonomian, namun kebutuhan perumahan akan tetap tumbuh, dengan tingkat pertumbuhan yang bervariasi sesuai dengan kondisi ekonomi. Bank Indonesia menyatakan bahwa dalam 5 tahun terakhir total pembiayaan perumahan tersebut tumbuh sebesar 27%. Pinjaman perumahan diperkirakan akan tetap meningkat dengan laju pertumbuhan bervariasi, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang diperkirakan mencapai angka sebesar 1.28% per tahun dari 2004-2009. Proyeksi dan perkembangan nilai kredit pembiayaan rumah melalui KPR dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan (2002-2007) dan proyeksi (2008-2012) nilai KPR & KPA di Indonesia ( Annual report BTN 2008)
3
Tingkat pertumbuhan bisnis pembiayaan rumah yang secara signifikan mengalami kenaikan dari tahun ketahun dapat dijadikan sebuah indikator positif bagi pelaku bisnis KPR akan pertumbuhan KPR yang akan semakin prospektif kedepannya. Bank yang memiliki produk KPR dalam usahanya, akan semakin bersaing ketat untuk menarik minat debiturnya. Salah satu bank besar di Indonesia yang berkontribusi dalam industri perbankan adalah Bank Tabungan Negara (BTN). Keberadaan BTN sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki keunggulan dalam produk kredit yang salah satunya adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Produk KPR ini telah ditawarkan pada tahun 1976, yang berarti BTN adalah satusatunya bank pelopor KPR di Indonesia yang telah banyak memberikan kontribusinya
dalam
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
pemerataan pembangunan di Indonesia. Melalui jaringan pelayanannya yang tersebar diseluruh Indonesia, BTN melakukan fungsinya sebagi lembaga intermediasi, menerima simpanan dari nasabah dan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit. Peningkatan transaksi pembelian rumah, baik untuk rumah baru maupun rumah sekunder, yang semakin berkembang merupakan peluang besar bagi BTN untuk memperluas kegiatannya dalam sektor penyaluran kredit perumahan.
Gambar 2. Perkembangan penyaluran kredit BTN tahun 2004-2008 (Annual report BTN 2008) Gambar 2 menunjukan total kredit yang disalurkan BTN semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2008 total kredit yang disalurkan telah mencapai Rp. 30.774 miliar atau meningkat 41,19 %
4
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp. 21.796 miliar. Pertumbuhan kredit BTN yang semakin meningkat ini didominasi oleh segmen pembiayaan perumahan yang merupakan fokus utama pengembangan bisnis BTN. Pada tahun 2008 portofolio kredit konsumsi pemilikan rumah mencapai 77,3 % atas total kredit yang diberikan perakhir tahun 2008. Sisanya terbagi atas kredit non kepemilikan rumah (8,10%), kredit lainnya (10,69%) serta pembiayaan syariah (3,91%). Seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.
Gambar 3. Portfolio kredit BTN berdasarkan jenis kredit tahun 2008 (Annual report BTN 2008) Pemusatan fokus usaha BTN pada pembiayaan perumahan menjadikan BTN sebagai satu-satunya bank di Indonesia yang memiliki fokus usaha yang sedemikian spesifik. Sehingga BTN mampu melayani segmen pembiayaan perumahannya secara lebih unggul, lebih fasih dalam hal penyampaian manfaat maupun kemasan produknya, serta lebih dapat memenuhi kebutuhan para nasabah dari kelompok masyarakat menengah dan menengah ke bawah yang sangat membutuhkan atap diatas kepala mereka. Semakin banyak dana yang disalurkan tentu saja akan semakin besar potensi menimbulkan risikonya. Besarnya risiko kredit ini ditunjukan dalam rasio Non Perfoming Loan (NPL). Risko kredit ini perlu dikelola dengan
5
baik supaya tidak mengakibatkan permasalahan kredit yang semakin besar dan merugikan perbankan. 1.2. Rumusan Masalah Meningkatnya pembiayaan perumahan dapat dianalogikan sebagai dua sisi keping mata uang yang berbeda. Di satu sisi meningkatnya pembiayaan perumahan dapat membuat bank memperoleh keuntungan yang lebih besar. Namun disisi lain hal tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi pihak bank apabila tidak diimbangi dengan kemampuan pembayaran yang sepadan dari debiturnya. Oleh karena itu, suatu manajemen risiko yang baik perlu diterapkan agar meningkatnya pembiayaan perumahan tidak menyebabkan kredit macet yang akan diikuti oleh peningkatkan nilai non performing loan. Tingginya NPL menunjukan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinu pinjaman kredit, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunga pinjaman. Rasio non performing loan BTN dapat ditunjukan pada Gambar 4.
Gambar 4. NPL Bank Tabungan Negara 2004-2008( Annual report BTN 2008) Pada Gambar 4 dapat dilihat NPL BTN pada tahun 2004 hingga 2008 besarnya berfluktuasi. NPL terendah yaitu pada tahun 2004 dengan nilai NPL Gross sebesar 3,21 % dan NPL Netto sebesar 0,22%. NPL tertinggi yaitu pada tahun 2007 dengan nilai NPL Gross sebesar 4,05% dan NPL Netto sebesar 2,81%. NPL Gross adalah NPL sebelum dikurangi
6
dengan
PPAP
(Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif)
yang
bersangkutan, sedangkan NPL Netto adalah NPL sesudah di kurangi dengan PPAP yang sudah disisihkan untuk golongan kredit NPL tersebut. Sampai saat ini NPL BTN masih dibawah standar NPL maksimal yang ditetapkan Bank Indonesia, yaitu sebesar 5%, namun upaya terhadap pengelolaan risikonya tetap harus ditingkatkan. Dari uraian diatas maka dapat dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor – fakor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 2. Dengan metode Creditrisk+ Portfolio, seberapa besarkah potensi kerugian dan dana cadangan yang harus disediakan pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 3. Apakah metode Creditrisk+ Portfolio sesuai untuk mengukur potensi kerugian pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 4. Bagaimana manajemen pengelolaan dan pengendalian risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni? 1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi faktor – fakor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit Pemilikan Rumah
PT Bank Tabungan Negara Cabang
Jakarta Harmoni. 2. Mengukur dan menganalisa potensi kerugian dan dana cadangan yang harus disediakan pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni dengan metode Creditrisk+ Portfolio 3. Mengkaji kesesuaian metode Creditrisk+ Portfolio dalam mengukur potensi kerugian pada sebuah portfolio Kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni
7
4. Mengkaji manajemen pengelolaan dan pengendalian risiko kredit Pemilikan Rumah PT Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan analisis penulis dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkannya di bangku perkuliahan dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian selanjutnya apabila terjadi korelasi permasalahan yang saling terkait. 2. BTN Cabang Jakarta Harmoni dapat mengetahui nilai potensi kerugian yang harus diantisipasi dan sebagai input alternatif untuk melaksanakan strategi-strategi fungsional dan operasional perusahaan terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang dihadapi sehingga dapat meminimalisir kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dapat berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada umumnya. 1.5. Pembatasan Masalah Analisis penelitian ini terfokus pada analisis risiko kredit KPR non subsidi dan pengelolaanya. Penelitian ini hanya membahas risiko kredit, sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi bahasan dalam penelitian. Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan risiko kredit pada penelitian ini tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan inflasi
serta
tidak
memperhitungkan
aspek
makroekonomi
yang
mempengaruhi kinerja PT Bank Tabungan Negara. Proses perhitungannya akan diolah dengan menggunakan metode CreditRisk+ Portfolio dengan bantuan model program komputer Visual Basic.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa latin “Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Dalam praktik sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain (Muljono, 2001): a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau
mengadakan
suatu
pinjaman
dengan
suatu
janji
pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. b. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan Indonesia, pengertian kredit ini telah dirumuskan dalam Bab I, Pasal I ayat 12 Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan yang merumuskan sebagai berikut ; “Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan
itu,
berdasarkan
persetujuan
atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. Dari perumusan di atas ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik yaitu : -
Adanya suatu penyerahan uang/tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut kepada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan.
9
-
Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masing-masing,
-
Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan utang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
2.1.2. Klasifikasi Kredit Menurut (Siamat, 2004) Kredit dapat diklasifikasikan seperti yang terdapat pada Gambar 5. Kredit Jangka Pendek Jangka Waktu Kredit
Kredit Jangka Menengah Kredit Jangka Panjang
Barang Jaminan
Kredit dengan jaminan Kredit Tanpa Jaminan Kredit Komersil
Klasifikasi Kredit
Tujuan Kredit
Kredit Konsumtif Kredit Produktif
Penggunaan Kredit
Segmen Usaha
Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Pertanian, Perdagangan, Otomotif, Pharmasi, Tekstil, Makanan, Konstruksi dan sebagainya
Gambar 5. Klasifikasi kredit (Siamat, 2004)
10
1. Jangka Waktu (maturity). Penggolongan kredit menurut jangka waktu dapat dibedakan menjadi : a. Kredit jangka pendek (short term-loan). Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan termasuk kredit modal kerja. b. Kredit jangka menengah (medium term-loan). Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya satu sampai dengan tiga tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja misalnya untuk membiayai pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit investasi. c. Kredit jangka panjang (long term-loan). Yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi tiga tahun. Misalnya kredit investasi yaitu kredit untuk membiayai suatu proyek, perluasan usaha atau rehabilitasi. 2. Barang Jaminan (collateral). Dilihat dari barang jaminan, kredit dapat dibedakan : a. Kredit dengan jaminan (secured loan) dan b. Kredit dengan tanpa jaminan (unsecured loan) 3. Tujuan Kredit. Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya : a. Kredit komersil (commercil loan). Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha debitur dibidang perdagangan. Kredit proposal ini meliputi antara lain : kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor, kredit impor dan sebagainnya. b. Kredit konsumtif (consumer loan). Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, kredit ini bagi debitur tidak dipergunakan sebagai modal kerja untuk memperoleh laba akan tetapi semata-mata digunakan untuk membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya misalnya membeli
11
properti (rumah), mobil, dan berbagai macam barang konsumsi lainnya. c. Kredit Produktif. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi misalnya pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran dan distribusi dan sebagainnya. 4. Penggunaan
Kredit.
Penggolongan
kredit
menurut
penggunaanya terdiri atas : a. Kredit modal kerja. Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. b. Kredit Investasi. Yaitu kredit yang diberikan bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-barang modal. 5. Segmen Usaha Sektor industri yang dibiayai oleh bank biasanya dubagi
lagi
menjadi
segmen-segmen
usaha
misalnya:
perdagangan, otomotif, pharmasi, tekstil, makanan, konstruksi dan sebagainya. 2.1.3. Prinsip-Prinsip Perkreditan Prinsip perkreditan ini disebut pula konsep 5C (character, capacity, capital ,collateral dan condition of economic). Pada dasarnya konsep 5C ini dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) debitur untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip perkreditan tersebut adalah sebagai berikut (Siamat, 2004) : 1. Character Penilaian character debitur merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan prilaku seseorang baik secara individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahannya. Pejabat analisis dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran,
ketulusan,
kecerdasan,
kesehatan,
kebiasaan-
12
kebiasaan, temperamental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya. Informasi lain yang juga sangat krusial untuk diketahui adalah apakah calon debitur tersebut masuk dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau daftar hitam. Pada prinsipnya penilaian karakter debitur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. 2. Capacity Capicity berkaitan dengan kemampuan peminjam mengelola usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian kemampuan tersebut perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha debitur dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit. Selanjutnya untuk mengukur capacity debitur harus dilakukan penelitian terhadap kemampuannya di bidang manajemen, bidang keuangan, pemasaran, dan kemampuan di bidang teknis. Dengan demikian penilaian kemampuan ini pada dasarnya berkaitan dengan kemampuan debitur mengelola usahanya sehingga dapat berkembang dengan memanfaatkan kredit bank. 3. Capital Penilaian modal dilakukan untuk melihat apakah debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahannya. Semakin besar jumlah modal yang ditanamkan oleh debitur kedalam usaha yang akan dibiayai dengan dana bank semakin menunjukan keseriusan debitur untuk menjalankan usahanya tersebut. 4. Collateral Penilaian barang jaminan (collateral) yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit bank yang diperolehnya adalah untuk mengetahui sejauhmana nilai barang jaminan atau agunan
13
tersebut
dapat
menutupi
risiko
kegagalan
pengembalian
kewajiban-kewajiban debitur. Fungsi jaminan disini adalah sebagai alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya debitur melunasi kewajibannya. 5. Condition of economy Prinsip C terakhir adalah kondisi ekonomi yaitu berkaitan dengan keadaan perekonomian suatu saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur. Begitu pula peraturanperaturan dan kebijakan pemerintah yang mungkin akan berdampak pada perekonomian secara regional, nasional dan internasional terutama yang berhubungan dengan sektor usaha debitur. 2.1.4. Tujuan Kredit Menurut Simorangkir,2004 Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit, yang terjelma dalam bentuk bunga yang diterima. Karena pancasila adalah dasar falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara, yaitu untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila. Oleh karena itu, tujuan kredit yang diberikan oleh suatu bank, khususnya bank pemerintah yang akan mengemban tugas sebagai agen of development, adalah sebagai berikut : 1. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. 2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahannya. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain : 1. Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran lalu lintas uang.
14
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang. 4. Kredit merupakan salah satu alat stabilitas ekonomi. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. 7. Kredit
merupakan
alat
untuk
meningkatkan
hubungan
internasional. 2.2. Kredit Pemilikan Rumah Pengertian kredit pemilikan rumah (KPR) menurut Bank Tabungan Negara adalah fasilitas pinjaman yang diberikan untuk pembelian rumah (di dalam maupun diluar real estate), merenovasi atau membangun rumah, membeli tanah atau ruko, dimana pinjaman ini dapat diangsur dalam jangka waktu yang tertentu dengan jumlah angsuran yang sesuai dengan kemampuan debitur. Sedangkan menurut website www.rumah123.com Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah produk pembiayaan yang diberikan kepada pembeli rumah dengan skema pembiayaan sampai dengan 90% dari harga rumah. KPR di Indonesia, hingga saat ini masih disediakan oleh perbankan, meskipun sudah ada beberapa perusahaan pembiayaan (leasing) yang juga menyalurkan pembiayaan dari lembaga sekunder pembiayaan perumahan. Perumahan
merupakan
unsur
pokok
bagi
kehidupan
dan
kesejahteraan masyarakat, selain kebutuhan akan pangan dan sandang, pendidikan dan kesehatan. Namun pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan lahan untuk pemukiman yang terbatas menjadikan masalah perumahan menjadi masalah yang kompleks. Menyadari hal tersebut, industri perbankan mulai mengembangkan produk pelayanan perumahan dalam wujud kredit pemilikan rumah rumah (KPR). 2.3. Risiko Kredit Risiko kredit menurut Idroes,2008 adalah kegagalan peminjam (borrower) atau counterparty berkaitan dengan kemampuan (ability) dan kemauan (willingness) untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Bank Indonesia sendiri di dalam
15
PBI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum mendefinisikan risiko sebagai kejadian potensial, akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Sedangkan risiko kredit menurut menurut Crouchy (hal 35, 2001) didefinisikan sebagai
risiko perubahan kualitas kredit
yang akan
mengakibatkan perubahan nilai posisi bank, penurunan kualitas tersebut diakibatkan oleh ketidakmampuan pihak lain dalam memenuhi kewajiban yang sudah diperjanjikan. Risiko kredit tersebut akan menimbulkan potensi kerugian ekonomis aktual bagi suatu perusahaan yang timbul akibat dari peristiwa kredit. Peristiwa terjadinya risiko kredit tidak hanya pada aktivitas perkreditan tetapi juga pada aktivitas lainya yang mengandung potensi/unsur gagal bayar pihak lawan, yaitu aktivitas treasury dan investasi maupun pembiayaan perdangangan. Risiko kredit yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : a. Probability of Default Merupakan kemungkinan debitur akan gagal bayar dalam memenuhi kontrak pembayaran. b. Recovery Rate Merupakan proporsi klaim yang akan ditanggung debitur jika tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar. c. Credit Exposure Kredit eksposur berkaitan dengan sejumlah nominal yang hilang akibat risiko default (gagal bayar). 2.4. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses yang menyeluruh dan kotinu dalam meminimalisasi risiko sebuah produk untuk mengoptimalkan keseimbangan manfaat dan risikonya. Risk management (manajemen risiko) pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains (ilmu) yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan.
16
Manajemen risiko kredit yang efektif merupakan tantangan yang dihadapi seluruh lembaga keuangan, yang menjadi faktor kritis kesuksesan bagi lembaga keuangan tersebut dalam menghadapi eksposur kredit yang signifikan. Banyak para ahli keuangan menyatakan bahwa risiko kredit merupakan risiko yang paling mendominasi, oleh sebab itu perlu langkahlangkah kongkret untuk me-manage risiko tersebut. Sejalan dengan prinsip tersebut, sesuai dengan ketentuan BI yang tertuang di dalam PBI nomor 5/8/PBI/2003 mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. 2.4.1. Siklus Manajemen Risiko Menurut Djohanputro (2006), siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan Gambar 6.
Evaluasi pihak berkepentingan
Identifikasi risiko
Pengawasan dan pengendalian risiko
Pengukuran risiko
Model pengelolaan risiko
Keterangan
Pemetaan risiko
Hubungan langsung Hubungan tidak langsung
Gambar 6. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2006) Siklus manajemen risiko menurut Djohaputro (2006) terdiri dari 6 tahap, yaitu : Tahap 1. Identifikasi Risiko Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dan utama adalah dengan melakukan
17
analisiss pihak berkepentingan (stakeholders) yang berkaitan dengan risiko tersebut. Tahap 2. Pengukuran Risiko Pada dasarnya pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Tahap 3. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan, dengan memilih-milih risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola. Perlu prioritas juga karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Tahap 4. Model Pengolahan Risiko Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5. Monitor dan Pengendalian Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Hal itu dikarenakan karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. 2.5. Pengukuran Risiko Kredit Untuk mendapatkan hasil terbaik dari pelaksanaan manajemen risiko kredit, salah satu pilar yang harus diperhatikan adalah masalah pengukuran risiko kredit. Bank Indonesia tidak menetapkan secara spesifik pendekatan pengukuran risiko kredit yang harus dijalankan oleh bank. Namun demikian, BI telah memberikan arah dalam pengaturan pengukuran risiko kredit yang
18
mengacu pada konsep Basel
yang
harus
dipedomani
perbankan
(Idroes,2008). 2.5.1. Basel I Dalam Basel I (1988) menerapkan standar umum untuk menghitung seluruh risiko dan menghitung kecukupan modal (capital adequency), sebesar 8 persen berdasarkan nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR dihitung berdasarkan bobot risiko pada masing-masing aset pada portofolio bank. Namun metode pengukuran risiko kredit tersebut kurang sensitif terhadap perubahan risiko karena bobot risko untuk kredit dianggap sama yaitu sebesar 100% tanpa ada pembedaan karakteristik risiko masing-masing perusahaan (private atau corporate). Konsep inilah yang sekarang dipedomani perbankan di Indonesia dalam menghitung risiko kredit. Maka kedepannya BI memberikan pilihan kepada perbankan untuk dapat menerapkan pengukuran
risiko
yang
lebih
advanced
guna
memberikan
kesempatan kepada perbankan untuk pengembangan kualitas manajemen risiko kreditnya. Direncanakan pada tahun 2009, pengukuran risiko kredit untuk menghitung kecukupan modal akan menggunakan pendekatan model standarad sesuai dengan Basel II (Zuchridin, 2009). 2.5.2. Basel II Basel II adalah pengukuran risiko kredit dengan pendekatan model standard Basel II tersebut pada dasarnya menggunakan metodelogi yang sama dengan pengukuran risiko kredit sebelumnya (konsep ATMR – Basel I), namun disusun lebih risk sensitive (peka terhadap risiko) karena bobot risiko kredit masing-masing instrumen ditetapkan berdasarkan (grading) rating/tingkatan dari instrumen tersebut serta kualitas kreditnya. Terdapat dua alternatif pendekatan dalam perhitungan risiko kredit dalam Basel II yaitu:
19
1.
Standardised Approach (Pendekatan ter-Standar) Dalam Standardised Approach (SA), bank menggunakan metode perhitungan sebagaimana digunakan dalam Basel I. Perbedaannya terletak pada kategorisasi aset dan besarnya bobot risiko yang didasarkan pada peringkat yang diberikan oleh lembaga pemeringkat eksternal. Tujuan metode ini adalah untuk menghitung cadangan modal (capital requirement) yang dibutuhkan oleh bank dan yang sebaiknya disisihkan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya kerugian akibat timbulnya risiko kredit. Input data yang dibutuhkan dalam Standardised Approach (Pendekatan Standar) adalah outstanding (Jumlah pinjaman yang belum tertagih), risk weight (bobot risiko) yang sesuai dengan karakter pinjaman dan capital ratio yang merupakan rasio untuk menentukan jumlah cadangan modal yang sebaiknya disisishkan oleh bank.
2.
Internal Rating-Based Approach (Pendekatan Rating Internal) Dalam
Internal
Rating-Based
Approach
(IRB)
bank
diperkenankan menggunakan model internal mereka dalam menghitung kebutuhan modal. Pendekatan ini diyakini memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendekatan terstandar
(standardised
approach)
dan
menghasilkan
perhitungan permodalan yang lebih sesuai dengan profil risiko bank. Asumsi utama dalam pendekatan ini adalah bank pada dasarnya lebih mengetahui karakter dan kondisi debitur mereka dibandingkan lembaga pemeringkat. Melalui pendekatan ini, bank dimungkinkan untuk menerapkan diferensiasi yang lebih tepat untuk masing-masing kategori aset mereka. Beberapa komponen yang menjadi parameter utama dalam pendekatan IRB adalah: a. Probability of Default (PD) yaitu kecenderungan terjadinya default (gagal bayar) untuk setiap kategori aset. Bank harus
20
menyediakan komponen PD untuk masing-masing kelompok debitur berdasarkan perhitungan internal mereka. b. Loss Given Default (LGD) adalah persentase kerugian yang diperkirakan akan terjadi jika suatu debitur default (gagal bayar). c. Exposure at Default (EAD) adalah perkiraan nilai eksposur pada saat terjadi default (gagal bayar). d. Maturity (M) adalah jangka waktu efektif (dalam tahun) dari eksposur bank. Terdapat dua pendekatan dalam IRB yaitu: a. Foundation IRB – Bank menghitung–probability of default (kemungkinan gagal bayar) yang terkait dengan masingmasing debitur dan pengawas menyediakan input lainnya seperti loss given default dan exposure at default. b. Advanced IRB – selain menggunakan probability of default, bank menambahkan input lainnya seperti exposure at default, loss given default dan jangka waktu. Persyaratan untuk penggunaan pendekatan ini lebih ketat dibandingkan dengan foundation IRB. 2.6. CreditRisk+ Portfolio Salah satu model yang dapat dipakai oleh perbankan untuk pengukuran risiko kredit yang didasarkan atas data historis peminjamnya adalah dengan menggunakan metode creditrisk+ portfolio Metode ini merupakan pengembangan dari metode CreditRisk+ yang dapat mengukur estimasi kerugian dibulan berikutnya. Metode ini merupakan model aktuaria dalam perhitungan risiko kredit dengan menggunakan foundation approach. Pengukuran
risiko
kredit
dengan
menggunkan
metode
ini
diperkenalkan oleh Credit Suisse First Brown (CSFB) pada akhir tahun 1997, bertujuan untuk menghitung distribusi kegagalan dari sutu kredit portofolio yang berdasarkan metodelogi matematika, actuarial. Dengan mengetahui distribusi kegagalan akan diketahui nilai risiko dari suatu
21
portfolio kredit sehingga dapat diketahui potensi risiko kredit jangka pendek. CreditRisk+ Portfolio digunakan untuk mencari probabilitas jumlah debitur yang default (gagal bayar) dalam suatu periode yang dinyatakan dengan poisson distribution. Model ini menitikberatkan tingkat default (gagal bayar) sebagai variabel acak dan memasukan variabelitas tingkat default (gagal bayar) untuk mengatasi ketidakpastiaan. Metode ini didasarkan pada pendekatan credit default model yang menggambarkan informasi jumlah dan batas waktu eksposure dan pengukuran risiko kredit sistematis dan debitur. 2.6.1. Kelebihan dan Keterbatasan Metode CreditRisk+ Teknik creditrisk+ portfolio memiliki kelebihan yaitu relatif mudah untuk diimplementasikan dan kemudahan dalam ketersedian data. Kontribusi marginal dari debitur dengan mudah dapat dihitung, juga creditrisk+ portfolio memfokuskan pada kondisi default yang dibutuhkan untuk mengestimasi potensi risiko. Dari berbagai instrument, data yang dibutuhkan hanya probability default, eksposur dan recovery rate (tingkat penerimaan kembali piutang yang sudah dihapus bukukan). Creditrisk+ memposisikan pada kondisi debitur tidak mampu membayar kewajiban yang dibutuhkan untuk mengestimasi potensi risiko. Keterbatasan metode creditrisk+ adalah (Chrouhy, 2001) : a. Asumsi bahwa risiko kredit tidak berhubungan dengan risiko pasar. b. Besarnya eksposur dari tiap debitur tetap dan tidak sensitif terhadap perubahan. c. Tidak memperhitungkan risiko mitigasi. 2.7. Penelitian terdahulu Pada penelitian Efendi (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance yaitu faktor internal perusahaan (sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan, dan keuangan), faktor business partner (dealer dan konsumen), lingkungan eksternal
22
(kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri, kondisi ekonomi, dan keamanan negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment (DP/Uang pangkal) , jangka waktu kredit, pendapatan konsumen, moral dan morale hazard. Nandifah
(2008),
dalam
penelitiannya
menunjukan
bahwa
berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode back testing, perhitungan potensi kerugian dengan menggunakan metode CreditRisk+ portfolio menghasilkan penyimpangan sebesar 4,06%. Hal ini berarti metode tersebut sesuai digunakan untuk mengukur potensi kerugian dari risiko kredit Kupedes BRI unit Ciampea pada bulan Desember 2007. Perhitungan risiko dengan CreditRisk+ portfolio menghasilkan expected loss sebesar Rp. 194.098.591,62, unexpected loss sebesar Rp.481.200.000,00 dan economic capital sebesar Rp.287.101.408,38 pada tingkat kepercayaan 95%. Triawan (2008), dalam penelitannya menunjukan bahwa potensi kerugian pembiayaan pada PT BPRS Amanah dengan menggunkan analisis creditrisk+ adalah sebesar Rp 1.650.150.000 dan economic capital Rp 835.992.177.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari permasalahan kredit. Kegiatan kredit ini memberikan tingkat pengembalian yang besar buat bank namun tingkat pengembalian yang besar tersebut diikuti dengan risiko yang besar pula sehingga bank juga memiliki tingkat risiko yang cukup besar dalam kegiatan kredit. Kredit pemilikan rumah merupakan salah satu bentuk penyaluran kredit yang dapat dijadikan bisnis yang menggiurkan karena nilainya mengalami kenaikan dari tahun-tahun. Berbagai kemudahan ditawarkan oleh bank-bank mengelola bisnis KPR untuk menarik minat debiturnya. Hal tersebut
perlu
diimbangi
dengan
selektifitas
persetujuan
kredit
perumahannya. Sebab apabila tidak, banyak nasabah KPR yang tidak bisa melunasi tagihan kreditnya dan menyebabkan tingkat risiko kredit meningkat, yang ditunjukan dengan meningkatnya rasio non performing loan. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar, risiko eksposur, dan risiko recovery. Perhitungan risiko dengan berbagai model yang beragam adalah untuk melihat besaran risiko kredit macet terhadap kredit yang relah diberikan. Disisi lain perhitungan risiko tersebut dapat digunakan sebagai faktor penting dalam mengambil keputusan oleh manjemen agar segmen kredit dapat memberikan trade off (timbal balik) yang optimun antara risk (risiko) dan return (pengembalianya). Pengukuran risiko kredit yang akurat dan mampu memberikan peringatan dini (early warning system) juga dapat menghindari kerugian yang akan diderita akibat risiko kredit. Pengukuran risiko kredit yang mencerminkan kualitas dan kuantitas risiko kredit dilakukan menggunakan metode CreditRisk+ Portfolio. Pada tahap akhir proses analisis risiko kredit pemilikan rumah, dirumuskan strategi pengelolaan dan pengendalian risiko kredit pemilikan rumah sebagai input alternatif bagi perusahaan dalam rangka peningkatan
24
kinerja perusahaan dan meminimalisir tingkat kerugian perusahaan. Adapun kerangka operasional dari penelitian ini, dapat di gambarkan pada Gambar 7. BTN
Visi, Misi dan Tujuan BTN
Pemberian Kredit (KPR)
Risiko Kredit KPR
Pengukuran Tingkat Risiko KPR
Metode CreditRisk+ Portfolio
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko KPR
Minimalisasi Kerugian
Strategi Perusahaan
Analisis Deskriptif
Gambar 7. Kerangka pemikiran Penelitian
Lingkungan:
Faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan: Sistem & prosedur pemberian kredit Besar nilai kredit Analisis Kredit
Pengumpulan data : - Studi Literatur - Pengamatan - Wawancara
Perusahaan yang ada: Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BTN semakin meningkat sehingga risiko kredit meningkat pula dan NPL semakin meningkat.
Data outstanding dan kolektibilitas debitur, recovery rate, NPL, laporan keuangan, serta total kredit.
Input
Kebijakan BI Peraturan pemerintah Kebijakan BTN
Proses: Identifikasi Risiko CreditRisk+ Portfolio) Uji Validasi Program Komputer Visual Basic
Output
Hasil yang diharapkan: Faktor berpengaruh terhadap KPR Potensi kerugian Economic capital
Parameter control: NPL < 5 % S.O.P
Minimalisasi kerugian
Optimalisasi manajemen risiko kredit
Feedback
25
Faktor berpengaruh yang tidak bisa dikendalikan: Karakter debitur Persaingan dengan bank sejenis Keadaaan politik, ekonomi & keamanan Kebijakan BI
Strategi pengelolaan & pengendalian risiko Implikasi manageriaal
Gambar 8. Alur pikir penelitian
26
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni yang berlokasi di Jalan Gajah Mada No 1 Jakarta Pusat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Waktu Penelitian dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan Mei 2009. 3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan data dan wawancara langsung dengan beberapa staf ahli yang terkait dengan bidang penelitian. Pengamatan dilakukan langsung di tempat penelitian dengan mengamati proses kredit di unit Loan Service PT. Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap staf unit Loan Service tersebut dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui data historis PT. Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni, laporan penelitian dan publikasi elektronik. Jenis data sekunder yang digunakan adalah data debitur kredit KPR DRBM (Debitur Realisasi Baru Menunggak) April 2009, laporan keuangan tahun 2004 - 2008 dan bahan-bahan penunjang yang terkait dalam penelitian. 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dalam mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit dan konsep pengelolaan dan pengendalian risiko kredit KPR BTN cabang Harmoni. Sedangkan pengelolaan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan pendekatan CreditRisk+ portfolio yang diolah dengan program komputer visual basic.
27
3.4.1
Metode CreditRisk+ Portfolio Tahapan yang dilakukan dalam metode CreditRisk+ Portfolio meliputi: Tahap1. Pengelompokan Eksposur dalam Band Besarnya pembiayaan kredit pemilikan rumah berbeda tiap debitur, sehingga penetapan angsuran debitur juga berbeda-beda. Eksposur diperoleh dari baki debet/ kredit outstanding (tagihan kredit pemilikan rumah) yang berpotensi default (gagal bayar). Eksposur kemudian dibagi kedalam beberapa band. Masing-masing band terdiri dari beberapa kelas. Tahap 2. Penghitungan Probability of Default Perhitungan Probability Of Default berdasarkan kolektibilitas dari masing-masing debitur. Data kolektibilitas dibuat berdasarkan data historis debitur dan kemampuan untuk membayar. Tahap 3. Mengukur Expected Loss (ELA) Expected Loss (EL) merupakan kerugian akibat gagal bayar (default) yang harus dapat ditutupi oleh provisi yang telah dicadangkan. Expected Loss (EL) merupakan hasil perkalian antara LGD dengan probability of default untuk seluruh kelompok debitur yang dapat dinotasikan sebagai berikut: ELA = LGDA X PA ............... ……………………….......…………(1) Dimana, ELA
= Expected Loss debitur A
LGDA
= Loss Given Default debitur A
PA
= Probability default debitur A
Loss Given default/Real Loss merupakan kewajiban debitur tidak tertagih yang tergantung dari status debitur yang bangkrut. Nilai real loss berkisar dari angka nol sampai dengan satu. Apabila nilai real loss nya nol merupakan nilai real loss yang paling rendah, tidak ada
28
kerugian sama sekali, recovery rate sama dengan seratus persen. Nilai real loss/LGD dapat dinotasikan sebagai berikut: LGD = Eksposur – RR .............. ………………................…....…(2) Di mana RR = Recovery Rate Recovery rate merupakan hasil bagi jumlah kewajiban debitur yang dihapusbukukan di kelas tertentu dengan nilai kelas tertentu yang dinyatakan dalam persentase. Nilai outstanding dari debitur yang dihapusbukukan dikelompokan didalam band dan kelas. Tahap 4. Mengukur Expected Number of Default pada Tiap Band µ=
EL j Lj
.........................................................................................(3)
Dimana, µ
= Expected number of default pada kelas ke-j
ELj
= Expected Loss pada kelas ke-j
Lj
= kelas ke-j
Sedangkan ELj dapat dinotasikan sebagai berikut:
∑E
ELj = A:
A
..................................................................................(4)
LA = L j
EA dapat diperoleh dari: EA =
EL A .......................................................................................(5) L
Dimana, EA
= Eksposur tiap debitur pada band L
L
= Band
Tahap 5. Menghitung Total Expected Loss Total expected loss merupakan penjumalahan dari expected loss tiap band. Expected loss tiap band diperoleh dari penjumlahan expected loss tiap kelas pada band tersebut. Expected loss tiap kelas dapat
dinotasikan sebagai berikut :
29
EL = µ x Lj x L x Real Loss ...........................................................(6) Tahap 6. Menghitung Unexpected Loss Unexpected Loss (UEL), merupakan kerugian akibat gagal bayar konsumen yang harus dapat dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected Loss adalah nilai kumulatif kemungkinan gagal (cumulative probability of default) yang diasumsikan mencapai tingkat keyakinan tertentu. Cumulative probability of default menggunakan distribusi Poisson dengan asumsi kemungkinan gagal (probability of default) dari sebagian kelompok konsumen bernilai kecil dan kejadian macet antar kelompok debitur saling independen. Dalam Crouhy (2000), rumus distribusi Poisson dinotasikan sebagai berikut: e−µ µ n Probability (n defaults) = ..................................................(7) n! Dimana, n
= Jumlah konsumen yang gagal bayar
e
= Nilai distribusi Poisson (2,718281828)
µ
= Nilai rata-rata expected number of default
Sehingga dapat dirumuskan: UL = n x Lj x L x Real Loss ............................................................(8) Tahap 7. Modal Ekonomi (Economic Capital) Economic Capital adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutupi kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit. Economic Capital dalam pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih UEL dan EL. Economic Capital = UEL – EL ......................................................(9) 3.4.2. Uji Validitas Menurut Jorion dalam Nandifah (2008), model validasi adalah sebagai proses umum untuk menguji apakah model dapat
30
diterima. Untuk mengetahui ketepatan penghitungan potensi kerugian pada risiko kartu kredit, dilakukan pengujian dengan Back Testing yang direkomendasikan oleh The Basel Committee dengan membandingkan estimasi nilai risiko yang dihitung dengan nilai risiko sebenarnya. σ =
PotentialLoss − Re alLoss x100% ……………………….(10) Re alLoss
Dimana, σ
= Standar deviasi
Potential loss
= Potensi
kerugian
menggunakan
metode
Standardized Approach Real Loss
= Risiko sebenarnya
Real Loss merupakan kewajiban debitur tak tertagih akibat kegagalan bayar (default) yang tergantung dari status debitur yang macet. Real loss dapat dapat dihitung dengan mengurangi recovery rate yang Penentuam Real Loss dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: q
Real Loss =
∑ Eksposur p x Probability of Default
…................(11)
p=1
Dimana, Eksposur p
= Jumlah eksposur debitur ke-p
Probability of Default p = Peluang macet pada debitur ke-p q
= Jumlah debitur Model dapat diterapkan apabila menghasilkan standar deviasi
≤ 6 persen. Jika simpangan berada di antara 6- 8 persen, maka terjadi kesalahan
penentuan
asumsi,
parameter,
atau
kesalahan
penghitungan sehingga harus diuji kembali. Jika penyimpangan validasi terlalu besar, berarti diperlukan perbaikan kesalahan asumsi, parameter, proses, teknik, perbaikan data yang dimasukkan atau mengganti dengan model yang lain.
31
3.4.3. Program Komputer Visual Basic Microsot visual basic adalah bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat aplikasi Windows yang berbasis grafis (GUI – Graphical User Interface). Bahasa pemrograman yaitu perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Data dan hasil yang telah didapatkan kemudian dipresentasikan dengan menggunakan Visual Basic. Visual
basic
ini
berbasis
obyek
(Object
Oriented
Programming = OOP) dan bersifat event driven programming. Artinya dapat disisipkan kode program pada event yang dimiliki suatu obyek. Program akan memberikan reaksi sesuai kode-kode program yang dibuat untuk suatu event pada object tertentu. Alur pikir program visual basic pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 9. Mulai
Eksposur, kolektibilitas Recovery Rate
Metode CreditRisk+ Portfolio
Uji validitas
Valid (σ < 6 %)
Tidak Valid (σ > 6 %)
Expected Loss, Unexpected Loss, Economic capital
Selesai
Gambar 9. Alur pikir program komputer Visual basic 6.0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat BTN Perjuangan BTN telah dimulai sejak Belanda menginjakkan kakinya pertama kali di Indonesia yaitu pada tahun 1897. Hal ini didasari oleh adanya surat keputusan yang menyatakan adanya pendirian
POSTSPAARBANK.
POSTSPAARBANK
tersebut
mempunyai tujuan antara lain untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar gemar menabung. Masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia dan POSTSPAARBANK dibekukan. Sebagai gantinya pemerintah Jepang mendirikan TYOKIN KYOKU. Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi kepada Bapak Damosoetanto untuk memprakarsai pengambilan TYOKIN KYOKU dari pemerintah Jepang ke pemerintah RI, maka TYOKIN KYOKU dirubah namanya menjadi KANTOR TABUNGAN POS (KTP). Peran yang sangat berarti pada saat itu adalah dalam pengerjaan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Tanggal 9 Februari 1950, lahir Bank Tabungan Pos (BTP), berdasarkan UU Darurat No. 50 tahun 1950 tanggal 9 Pebruari 1950. Pada tanggal itu pula telah mengilhami para pendiri BTN untuk menjadikan tanggal tersebut sebagai tanggal lahir BTN. Latar belakang dipilihnya tanggal tersebut sebagai tanggal lahir BTN tidak lain karena terdapatnya jiwa dan semangat keberanian dalam menentukan sikap pada kondisi yang tidak menentu pada saat itu. Karena
pada
tanggal
tersebut
diyakini
memiliki
semangat
patriotisme, maka resmilah tanggal tersebut diangkat sebagai tanggal lahir BTN yang sekaligus mengganti nama Bank Tabungan Pos RI
33
pada saat itu. Pada tahun 1963 BTP berubah menjadi Bank Tabungan Negara (BTN) sampai dengan sekarang. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 1968 tugas pokok Bank Tabungan Negara disempurnakan sebagai lembaga untuk perbaikan perekonomian rakyat, dan pembangunan ekonomi nasional, dengan jalan menghimpun dana dari masyarakat, terutama dalam bentuk tabungan. Sejarah BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya BTN oleh Pemerintah Indonesia sebagai lembaga pembiayaan kredit perumahan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Berdasarkan Surat Menteri Keuangan tanggal 29 Januari 1974 No. B-49/MK/I/1974, lahirlah Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sejalan dengan tugas tersebut, maka pada tahun 1976 mulailah realisasi Kredit Pemilikan Rumah pertama kalinya oleh BTN di negeri ini. Realisasi KPR pertama tersebut adalah di kota Semarang dengan 9 unit rumah dan di kota Surabaya dengan 8 unit rumah sehingga total KPR yang berhasil direalisasikan BTN pada tahun 1976 adalah sejumlah 17 unit rumah dengan nilai kredit pada saat itu sebesar Rp. 37 Juta. Sukses realisasi KPR tahun 1976 inilah akhirnya membawa kesuksesan BTN dalam merealisasikan KPR pada tahun-tahun berikutnya. Akhirnya sejarah mencatat dengan sukses BTN dalam bisnis perumahan melalui fasilitas KPR tersebut telah membawa status BTN ini menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) pada tahun 1992. Status persero ini memungkinkan BTN bergerak lebih luas lagi dengan fungsinya sebagai bank umum. Dan memang untuk mendukung bisnis KPR tersebut, BTN mulai mengembangkan produk-produk layanan perbankan sebagaimana layaknya bank umum. BTN juga memiliki produk Tabungan, Giro, Deposito, ataupun layanan perbankan lainnya yang dimiliki oleh bank lain. Sukses BTN dalam bisnis KPR juga telah meningkatkan status BTN sebagai bank umum menjadi Bank Devisa pada tahun 1994 melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
34
27/55/KEP/DIR tanggal 23 September 1994. Layanan bank dalam bentuk penerbitan Letter of Credit (L/C), pembiayaan usaha dalam bentuk dolar, dll bisa diberikan BTN dengan status tersebut. Dengan status baru ini tidak membuat BTN lupa akan fungsi utamanya sebagai penyedia KPR untuk masyarakat menengah kebawah. Diakui memang bisnis perbankan yang semakin berkembang menuntut BTN untuk terjun sebagai pemenuhan dari statusnya sebagai bank umum dan bank devisa. Krisis
ekonomi
yang
meluluh
lantakkan
sendi-sendi
perekonomian Indonesia membuat keyakinan BTN untuk memutar kembali bisnis utamanya di bidang perumahan. Tahun 1997 manajemen
BTN
menetapkan
kebijakan
strategisnya
untuk
mengembalikan BTN pada bisnis intinya, yaitu bisnis pembiayaan perumahan. Keputusan ini pada akhirnya banyak membantu BTN dalam proses rekapitalisasi atau penambahan modal oleh pemerintah bagi bank yang menderita sakit karena pengaruh krisis ekonomi. BTN juga mengembangkan bisnisnya pada bidang perbankan syariah. Bank BTN unit usaha syariah berdiri berdasarkan risalah RUPS tanggal 16 Januari 2004 dan perubahan Anggaran Dasar dengan akta No. 29 tanggal 27 Oktober 2004 yang ditandai dengan terbentuknya Divisi Syariah berdasarkan ketetapan Direksi No. 14/DIR/DSYA/2004 tanggal 4 November 2004. BTN telah pula mendapatkan prinsip dari Bank Indonesia perihal pembukaan operasional
unit
usaha
syariah
BTN
melalui
surat
BI
No.6/1350/DPbS yang dikeluarkan tanggal 15 Desember 2004. Bank Tabungan Negara (BTN) sepanjang perjalanannya dalam mengukir sejarah dengan segala prestasi yang dimilikinya telah membuktikan perannya dalam menghubungkan kegemaran masyarakat Indonesia untuk menabung. Perjalanan panjang yang pada akhirnya membawa misi yang harus diemban, yaitu sebagai bank penyedia dana untuk tumbuhnya pembangunan perumahan nasional dengan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) telah
35
membawa BTN sebagai bank satu-satunya yang besar melalui tugas mulia itu. 4.1.2. Visi dan Misi BTN Sebagai pedoman dalam mengelola usahanya, Direksi BTN telah menetapkan visi dan misi BTN yang wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh setiap pegawai. Visi PT Bank Tabungan Negara adalah
“Menjadi
bank
yang terkemuka dalam
pembiayaan
perumahan dan mengutamakan kepuasan nasabah”. Adapun misi PT. Bank Tabungan Negara adalah : 1.
Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang terkait, serta menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya.
2.
Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan professional serta memiliki integritas yang tinggi.
3.
Meningkatkan
keunggulan
kompetitif
melalui
inovasi
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan nasabah. 4.
Melaksanakan manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value
5.
Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
4.1.3. Struktur Organisasi BTN Berdasarkan Surat Keputusan Direksi No.32/DIR/DPP/2008 tanggal 18 April 2008 tentang struktur organisasi BTN, manajemen BTN terdiri dari Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Direksi yang dikepalai oleh Direktur Utama. Untuk mendukung
manajemen
BTN,
dalam
menjalankan
tugasnya
Komisaris dan Direksi juga dibantu oleh kepala-kepala divisi. Struktur organisasi kantor pusat BTN dapat dilihat pada Lampiran 3. BTN Cabang Jakarta Harmoni adalah kantor Cabang BTN dengan sistem operasional dan pembukuan yang terpisah, sehingga merupakan suatu profit center tersendiri yang accountable. Saat ini
36
Bank
Tabungan
Negara
Cabang
Jakarta
Harmoni
dalam
mengembangkan bisnis dan usahanya di bidang jasa perbankan didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 79 karyawan yang dipimpin oleh kepala Cabang dan mengepalai 3 bagain utama yaitu Debitur Branch Manager Retail (DBM Retail), Debitur Branch Manager-Junior Operation dan Bookeeping and control. Untuk kelancaran pembagian tugasnya, BTN Cabang Jakarta Harmoni memiliki struktur organisasi yang jelas seperti yang terdapat pada Lampiran 4. 4.1.4. Kebijakan dan Sasaran Mutu BTN Menganut keseuaian dengan ISO 9001 – 2001, kebijakan dan sasaran mutu proses KPR dan KPA Komersial adalah : Kebijakan mutu : Penyaluran KPR/KPA komersial berorientasi pada pelayanan berkualitas yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan dalam rangka mencapai target kredit. Sasaran mutu : 1.
Melaksanakan proses KPR/KPA komersial dari aplikasi sampai dengan pencairan sesuai dengan standar layanan.
2.
Kepuasan Nasabah
Standar layanan yang dimaksud adalah : 1.
Satu hari kerja pemberian persetujuan prinsip apabila berkas memadai.
2.
Lima hari kerja keputusan kredit/penerbitan SP3K sejak seluruh data dinyatakan lengkap.
3.
Satu hari kerja pencairan kredit setelah penandatanganan kredit.
4.1.5. Kegiatan Usaha BTN Sebagai Bank Umum dan Bank devisa Bank Tabungan Negara dalam kegiatan usahanya, mengklasifikasikan produk usahanya kedalam tiga macam produk, yaitu Produk Dana, Produk Jasa, dan Produk Kredit.
37
1.
Produk Dana a. Tabungan : Jenis tabungan pada BTN adalah : (1) Tabungan Batara : Tabungan Multiguna yang aman untuk digunakan dengan berbagai kemudahan yang terus meningkat. (2) Tabungan
e-Batarapos
merupakan
produk
:
Tabungan
Tabungan
e-Batarapos BTN
yang
diselenggarakan bekerjasama dengan PT. Pos Indonesia (Persero) melalui seluruh loket Kantor Pos yang telah On-line diseluruh Indonesia. (3) Tabungan Haji Nawaitu : Tabungan yang diperuntukkan bagi calon jamaah haji dalam rangka persiapan Biaya Perjalanan Ibadah Haji. (4) Tabungan Batara Prima : Tabungan yang memberikan bunga yang lebih besar dengan setoran awal yang lebih besar pula. b. Simpanan Berjangka, terdiri dari : (1) Deposito : Simpanan berjangka yang dapat ditarik atau dicairkan setelah jatuh tempo dalam mata uang rupiah maupun dolar. (2) Sertifikat Deposito : Simpanan dalam bentuk deposito berjangka yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan. c. Giro, giro digunakan untuk menunjang aktivitas usaha dalam pembayaran dan penerimaan dan untuk memudahkan aktivitas
kebutuhan
keluarga/pribadi/usaha.
Giro
yang
terdapat di BTN dapat berupa Giro Rupiah dan Giro Dolar. 2.
Produk Jasa Produk-produk jasa yang ditawarkan BTN
bertujuan
untuk memberikan kemudahan kepada nasabahnya, jenis-jenis produk jasa yang ditawarkan BTN terdiri dari: Atm Batara, Kiriman Uang, Inkaso, Inkaso Luar Negeri, Safe Deposit Box,
38
Money Changer, Penerimaan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), Bank garansi, Payment Point, Real Time Gross Settlement (RTGS), SMS Batara, Payroll, SPP Perguruan Tinggi dan Westren Union. 3.
Produk Kredit a. Kredit Griya Utama fasilitas kredit yang diberikan untuk pembelian rumah/ apartemen/ rusun berikut tanah dengan standar bangunan minimal sama dengan standar teknis rumah bersubsidi. b. Kredit Griya Multi, fasilitas kredit yang diberikan untuk berbagai keperluan seperti renovasi rumah dan modal kerja. c. Kredit Swa Griya, Kredit yang diberikan untuk membiayai pembangunan rumah diatas tanah yang telah dimiliki oleh pemohon. d. Kredit Swadana, diberikan kepada debitur yang memerlukan dana segera dengan jaminan tabungan atau deposito yang ditempatkan di BTN. e. Kredit Kepemilikan Ruko, Kredit yang diberikan oleh Bank untuk membeli Rumah Toko guna dihuni dan digunakan sebagai toko. f. Kredit Perumahan Perusahaan, fasilitas kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk penyediaaan fasilitas perumahan dinas perusahaan ataupun fasilitas pemilikan rumah pegawai yang didasarkan pada kerjasama antara BTN dengan perusahaan dalam mendukung program perumahan, g. Real Cash, adalah fasilitas pinjaman yang dapat dicairkan sewaktu-waktu bila dibutuhkan (stand-by loan). h. Kredit Ringan Batara (KRB), fasilitas kredit yang diberikan kepada karyawan perusahaan pengguna jasa batara payroll dengan agunan gaji karyawan. i. Kredit Usaha Mikro & Kecil (KUMK), untuk meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap dana pinjaman yang
39
berasal
dari
Surat
Utang
Pemerintah
(SUP)
untuk
pembiayaan Investasi dan Modal Kerja. j. Kredit Yasa Griya, fasilitas kredit yang diberikan oleh bank untuk membantu modal kerja dalam rangka pembiayaan pembangunan proyek perumahan. k. Kredit Pendukung Perumahan, fasilitas kredit yang diberikan untuk pembiayaan kebutuhan modal kerja dan/ atau sektor industri yang terkait dengan perumahan, termasuk usahausaha penunjangnya. l. Kredit Modal Kerja Kontraktor, fasilitas kredit yang diberikan
untuk
membantu
menyelesaikan
pekerjaan
borongnan sesuai dengan kontrak kerja. m. Kredit Investasi (KI), fasilitas kredit yang diberikan untuk membantu pembiayaan investasi, baik investasi baru, perluasan, modernisasi atau rehabilitasi khususnya bagi sektor-sektor industri yang terkait dengan perumahan dan atau usaha-usaha yang dapat menunjang sektor-sektor dimaksud. n. Kredit bersubsidi, fasilitas pembiayaan BTN dengan bunga ringan
yang
diberikan
kepada
masyarakat
menengah
kebawah dalam membantu program perumahan pemerintah. 4.1.6. Proses Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah BTN Proses penyaluran KPR di BTN terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1.
Pengajuan kredit Tahap pengajuan kredit ini biasanya didahului oleh adanya layanan informasi kredit mengenai ketentuan dan persyaratan pengajuan KPR yang dilakukan melalui telepon, surat maupun calon debitur yang datang langsung. Apabila tertarik pada kredit yang ditawarkan, maka calon debitur mengajukan permohonan kredit dengan mengisi formulir permohonan kredit KPR dan melengkapi semua ketentuan serta persyaratan kredit KPR.
40
Persyaratan dan formulir kredit dapat dilihat pada lampiran 5 dan 6. 2.
Analisis Kredit Pihak bank kemudian melakukan analisa kredit baik dari kelengkapan, kebenaran dan legalitasnya untuk mengetahui layak tidaknya calon debitur mendapatkan kredit. Proses penilaian kredit pada Bank Tabungan Negara Cabang Jakarta Harmoni menggunakan pendekatan 5C (Character, Capacity, Capital, Colateral, dan Condition of economy) yang diterapkan dalam Credit Scoring Model (CSM) yaitu suatu model program komputer yang membobotkan nilai pada masing-masing aspek penilaian kelayakan pemberian kredit (data pekerjaan, data penghasilan, tingkat konsumtif calon debitur, dll). Dalam prakteknya, CSM Bank BTN digunakan sebagai second opinion dalam menilai kelayakan debitur untuk mendapatkan fasilitas KPR sehingga hasil CSM belum tentu yang menentukan layak atau tidaknya debitur tersebut diberikan kredit. Namun dengan adanya CSM ini proses analsis kredit dapat berjalan dengan cepat dan akurat. Analisa berkas kredit ini meliputi analisis data calon debitur (identitas), data pekerjaan, data penghasilan, tingkat konsumtif calon debitur dan itikad untuk memenuhi kewajiban kreditnya.
Proses
verifikasi
datanya
dilakukan
melalui
wawancara, telepon, biro informasi kredit (BI checking) dan sumber lainnya. Jika diperlukan, verifikasi data juga dapat dilakukan melalui On The Spot (OTS) yaitu dengan melakukan kunjungan langsung. 3.
Keputusan Kredit Setelah dilakukan analisis terhadap kelayakan kredit calon debitur, maka tahap selanjutnya adalah memutuskan apakah permohonan kredit calon debitur dapat direalisasikan atau tidak. Analis tersebut kemudian melaporkan hasil analisisnya untuk
41
dapat diperiksa kembali oleh Supervisor, Branch Manager, Debitur Branch Manager Junior/ Debitur Branch Manager dan Kepala Seksi. Setelah itu baru dapat diputuskan apakah kredit calon debitur tersebut dapat disetujui, diturunkan nilai kreditnya, ditangguhkan atau ditolak kreditnya. Persetujuan kredit tersebut harus segera diberitahukan kepada calon debitur melalui Surat Pemberitahuan Pelaksanaan Pemberian Kredit (SP3K). 4.
Akad Kredit Akad kredit adalah perjanjian antara pihak bank dan calon debitur apabila kreditnya disetujui. Di dalam akad kredit ini, calon debitur harus bersedia memenuhi hak dan kewajiban debitur apabila kredit telah diberikan oleh pihak bank dengan melakukan penandatanganan perjanjian kredit. Akad kredit ini dihadiri oleh calon debitur, notaris dan juga pihak bank. Serta dicatatkan dan didaftarkan oleh notaris publik pada pengadilan negeri yang sesuai dengan domisili dari bank pemberi kredit sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua pihak. Selain itu pada saat akad juga dilakukan pembukaan rekening tabungan untuk pembayaran angsurannya.
5.
Realisasi Kredit Tahap realisasi kredit adalah proses pencairan dana kredit yang diajukan. Proses realisasinya untuk pembangunan rumah baru, jumlah dana yang dicairkan adalah sebesar 100% dari jumlah kredit yang disetujui dipotong dengan biaya-biaya administrasi seperti biaya sertifikat, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), listrik dan bestek (jalanan, lingkungan, saluran). Sedangkan untuk KPR yang sifatnya renovasi rumah lama, dana yang dicairkan adalah sebesar 100% dari total pinjaman, karena rumah lama sudah memiliki sertifikat. IMB dan lain-lainnya.
6.
Pembayaran Angsuran Proses
pembayaran
angsurannya
dilakukan
dengan
mendebet otomatis saldo di rekening tabungan debitur paling
42
cepat tanggal 7 dan selambat-lambatnya lambat tanggal 24 setiap bulannya sampai jangka waktu kredit berakhir. Apabila pada saat jatuh tempo, saldo direkening tabungan debitur tidak mencukupi untuk didebet, maka akan dikenakan denda yang besarnya adalah seribu rupiah perhari. Selain melalui rekening tabungan debitur, pembayaran angsuran juga dapat dilakukan melalui penyetoran secara kolektif. Pengajuan Kredit
Analisis Kredit
Tidak
Keputusan Kredit
Kredit ditolak
Ya Akad Kredit
Realisasi Kredit
Pembayaran Angsuran
Gambar 10. Proses penyaluran KPR BTN 4.1.7. Perkembangan BTN Cabang Jakarta Harmoni Perkembangan usaha BTN Cabang Jakarta Harmoni selama tiga tahun terakhir ini, mengalami peningkatan usaha dalam hal penyaluran KPR. Peningkatan ini terlihat dari peningkatan besarnya jumlah kredit yang disalurkan kepada debitur tiap tahunnya. Jumlah KPR yang disalurkan BTN Cabang Harmoni pada tahun 2006-2008 terdapat pada Tabel 1.
43
Tabel 1. Perkembangan penyaluran KPR BTN Jakarta Harmoni (2006-2008) Tahun 2006 2007 2008
Total Penyaluran KPR Retail (Rupiah) 255.096.640.000 398.781.616.000 766.606.606.044
Total Penyaluran KPR Umum (Rupiah) 149.311.000.000 309.397.500.000 408.261.300.000
Total Penyaluran KPR komersial (Rupiah) 404.407.640,000 708.179.116,000 1.174.867.906.044
Pada tahun 2008 jumlah kredit yang disalurkan adalah sejumlah
Rp.
1.174.867.906.044
yang
terdiri
dari
Rp.
766.606.606.044 penyaluran kredit KPR perorangan dan Rp. 408.261.300.000 penyaluran kredit KPR Umum. Kredit pada tahun 2008 ini meningkat 65,90 % dari jumlah kredit yang disalurkan pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 2007 sebesar Rp. 708.179.116.000. Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan ini terjadi karena BTN Cabang Jakarta Harmoni memiliki debitur yang cukup loyal dan percaya terhadap kredibilitas BTN sebagai bank perumahan dimana bunga yang dibebankan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan bank pesaingnya. Saat ini, bunga yang diberikan BTN adalah sebesar 14%. Selain itu jangka waktu pengembalian kreditnya pun relatif lebih lama yaitu 15 tahun. Hal inilah yang membuat debitur tidak beralih pada bank lain dalam hal kredit perumahan. Jumlah total debitur KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2008 adalah sebesar 10. 559 debitur. Yang terdiri dari 10.489 debitur untuk KPRRetail (perorangan) dan 70 debitur untuk KPR Umum. Debitur KPR Perorangan adalah debitur yang mengajukan kredit atas nama perorangan sedangkan debitur KPR umum adalah perusahaanperusahan besar yang secara kolektif pegawainya pengambil KPR BTN untuk rumah dinas atau developer (pembangun) rumah. Jumlah debitur KPR dapat dilihat pada Tabel 2.
44
Tabel 2 . Perkembangan debitur KPR BTN Jakarta Harmoni (20062008) Tahun
Total Debitur KPR Retail (orang)
2006 2007 2008
Total Debitur KPR Umum (orang)
6.366 8.800 10.489
Total Debitur KPR (orang)
70 116 70
6.436 8.916 10.559
Peningkatan jumlah debitur tidak selalu mengakibatkan peningkatan jumlah kredit yang disalurkan. Apabila kita lihat jumlah kredit yang disalurkan tiap bulannya pada tahun 2008, kredit yang disalurkan sangat fluktuatif dan besarnya tidak tergantung pada jumlah debitur, tetapi bergantung pada besarnya jumlah kredit yang diambil debitur. Tabel 3. Perbandingan jumlah debitur dan jumlah kredit KPR Perorangan yang disalurkan BTN Jakarta Harmoni (Januari – Desember 2008) Bulan Jumlah Nasabah Jumlah (Rp) Januari 96 28.890.700.000 Februari 532 29.838.466.000 Maret 384 24.811.942.044 April 922 51.658.283.000 Mei 955 61.076.296.000 Juni 907 67.580.460.000 Juli 1.120 89.692.541.000 Agustus 1.245 97.693.722.000 Septemeber 1.371 108.593.186.000 Oktober 794 73.874.800.000 November 1.068 65.080.090.000 Desember 1.095 67.816.120.000 10.559 766.606.606.044 Total Sumber : (BTN Cabang Jakarta Harmoni diambil pada tanggal 27 April 2009) Kredit
yang
disalurkan
ini
berfluktuasi
mengalami
peningkatan dan penurunan. Kredit yang paling besar adalah pada bulan september 2008 yaitu sebesar Rp 108.593.186.000 yang disalurkan kepada 1.371 debitur. Kredit yang paling paling rendah terdapat pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 28.890.700.000 yang disalurkan kepada 96 debitur.
45
Dana yang diperoleh untuk menyalurkan kredit ini sebagian besar berasal dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga ini meliputi Tabungan, Deposito, dan Giro. Pada Bank BTN Cabang Jakarta Harmoni jumlah deposito nya lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah tabungan atau gironya. Hal ini sesuai dengan prinsip pembiayaan bahwa pembiayaan jangka panjang paling sesuai apabila didanai pendanaan jangka panjang. Maksudnya adalah dana yang digunakan untuk kegiatan penyaluran KPR yang jangka waktu pengembalianya jangka panjang sesuai jika didanai dengan pendanaan deposito yang jatuh temponya juga jangka panjang. Untuk mengantisipasi terjadinya Rush dan kecukupan likuiditasnya BTN Cabang Jakarta Harmoni mendapatkan dana tunainya dari angsuran KPR yang diterima tiap bulannya. Jumlah peningkatan debitur dan kredit yang disalurkan ternyata juga mengakibatkan nilai Non Performing Loan (NPL) BTN Cabang Jakarta Harmoni berfluktuatif tiap bulannya. Namun hal ini masih dibawah standar NPL maksimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. NPL BTN Cabang Jakarta Harmoni dari bulan Januari – Desember 2008 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. NPL gross KPR BTN Cabang Jakarta Harmoni (Januari Desember 2008) Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
NPL KPR (Persen)
Perubahan (Persen)
4,58 4,74 4,79 4,51 4,36 4,51 4,58 5,56 5,42 4,63 3,91
3,493 1,055 -5,846 - 3,326 3,440 1,552 21,397 -14,576 -15,551
46
NPL BTN Cabang Jakarta Harmoni berfluktuatif setiap bulannya, NPL tertinggi adalah pada bulan Agustus yaitu sebesar 5,56 persen. Namun pada akhir tahun 2008 NPL BTN Cabang Jakarta Harmoni turun menjadi posisi NPL terendah pada tahun 2008 dengan nilainya sebesar 3,91 persen atau turun 15,55 persen dari bulan November yaitu sebesar 4,63 persen. Karena NPL yang terus berfluktuatif ini maka diperlukan suatu sistem manajemen risiko yang baik sebagai faktor penting dalam mengambil keputusan oleh manajemen agar segmen kredit dapat memberikan trade off (timbal balik)
yang
optimum
antara
risk
(risiko)
dan
return
(pengembaliannya). 4.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Risiko KPR BTN Manajemen risiko dimulai dengan identifikasi risiko kredit dan faktor yang mempengaruhinya. Identifikasi dilakukan terhadap semua aktivitas
fungsional
yang
mengandung
risiko
kredit.
Pelaksanaan
identifikasi risiko kredit dilakukan dengan baik oleh satuan kerja operasional maupun satuan kerja manajemen risiko, dikantor pusat (Division Risk Control Officer) maupun dikantor cabang (Branch Risk Control Officer). Satuan kerja manajemen risiko juga melakukan dokumentasi atas parameter risiko kredit untuk dikembangkan dalam pengelolaan risiko kredit. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak bank penyebab risiko KPR juga dipengaruhi oleh risiko-risiko lainnya seperti risiko operasional, risiko pasar, risiko hukum, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Berdasarkan faktor pengaruh yang datang dari dalam dan luar perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari faktor internal bank dan faktor eksternal bank. Faktor Internal bank adalah hal-hal yang mempengaruhi risiko kredit yang sifatnya berasal dari dalam bank. Faktorfaktor internal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari sumber daya manusia, kebijakan dan prosedur, teknologi informasi serta internal control. Sedangkan Faktor-faktor eksternal bank adalah hal-hal yang mempengaruhi risiko kredit yang sifatnya berasal dari luar bank. Faktor-faktor eksternal
47
yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari debitur, kebijakan pemerintah, kondisi politik dan ekonomi, serta persaingan dengan bank lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko Kredit Pemilikan Rumah BTN Cabang Jakarta Harmoni ditunjukan pada Gambar 11.
Sumber Daya Manusia
Kuantitas
Kualitas Teknologi Informasi Faktor Internal Bank
Kebijakan & Prosedur
Suku Bunga Jangka Waktu
Internal Control
Faktor Risiko Kredit Kebijakan Pemerintah Karakter Debitur Faktor Eksternal Bank
Pekerjaan Musibah
Kondisi ekonomi & Politik
Persaingan
Gambar 11. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko KPR BTN Jakarta Harmoni
48
4.2.1. Internal Bank 1.
Sumber Daya Manusia Bank Tabungan Negara merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang tata kerjanya dilakukan oleh sumberdaya manusia. Untuk memberikan hasil kerja yang optimal sumber daya manusia harus diperhatikan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumber daya manusia BTN Cabang Jakarta Harmoni dapat dikatakan cukup untuk ukuran kantor Cabang utama. Analis kreditnya berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 8 orang untuk kredit KPR dan Non KPR, dan 2 orang analis untuk kredit umum. Analis kredit tersebut sangat mempengaruhi kualitas pengembalian kredit oleh debiturnya. Kualitas sumber daya manusia yang terkait dengan risiko kredit berkenaan dengan moral hazard dan morale hazard. Moral hazard terjadi apabila karyawan dengan sengaja melakukan tindakan demi menguntungkan diri sendiri dan menimbulkan kerugian bagi bank. Misalnya seperti kemudahan pada pemberian kredit karena mendapat komisi dari debitur atau dengan alasan saudara atau kerabat. Sedangkan Morale hazard dapat terjadi karena lingkungan yang menyebabkan karyawan menjadi kurang hatihati dalam melakukan proses kredit dengan debitur. Pada BTN Cabang Jakarta Harmoni morale hazard yang dilakukan tidak terlalu mempengaruhi risiko kredit BTN karena jumlahnya tidak terlalu banyak. Hal tersebut dapat dimaklumi sebagai Human Error. Sedangkan Moral hazard tidak pernah dilakukan oleh pegawai karena adanya pengawasan yang ketat dari supervisor dan pimpinan. Selain itu para pegawainya juga menganut dan menerapkan nilai-nilai dasar dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai itu diantaranya adalah :
49
a.
Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa, pegawai Bank BTN taat melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing secara khusuk dan konsekuen.
b.
Pegawai Bank BTN selalu berusaha untuk menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya demi kemajuan Bank BTN.
c.
Pegawai Bank BTN mengutamakan kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan Bank BTN dengan kinerja yang terbaik.
d.
Pegawai Bank BTN selalu memberikan yang terbaik secara ikhlas bagi Bank BTN dan semua stakeholders, sebagai perwujudan dari pengabdian yang didasari oleh semangat kesediaan berkorban tanpa pamrih pribadi.
e.
Pegawai Bank BTN selalu bekerja secara professional yang kompeten dalam bidang tugasnya.
2.
Teknologi Informasi Sistem Teknologi Informasi (TI) yang terpadu merupakan suatu keharusan bagi setiap bank yang berkeinginan untuk melayani dan mengelola jutaan informasi nasabahnya dengan efektif dan efisien. Disamping itu, ketentuan undang-undang perbankan maupun praktik perbankan moderen menuntut setiap bank untuk menjalankan dan memelihara sistem TI terkini dalam rangka memantau risiko secara efektif. Sejak tahun 2000 Bank BTN telah berinvestasi di sistem perbankan baru yang dinamakan Silverlake Integrated Banking System (SIBS) yang akan mendukung kegiatan pemberian pinjaman Bank BTN di segmen perbankan komersial dan konsumer, serta pengelolaan risiko, dengan kapasitas di atas puluhan ribu transaksi per menit. Dalam upaya terciptanya sistem pendukung kegiatan core banking yang handal, efisien dan efektif, BTN melakukan penyelesaian beberapa aplikasi perbankan antara lain, aplikasi Daftar Hitam Nasional, SID (Sistem Informasi Debitur) versi
50
baru, penambahan fitur baru pada kartu platinum KGU Bank BTN, dan penyempurnaan credit scoring model (CSM) sebagai alat bantu memutuskan pemberian kredit perorangan yang berkualitas. Dengan aplikasi-aplikasi seperti itulah BTN dapat memperkecil terjadinya human error, penilaian kelayakan kredit dapat dilakukan secara lebih tepat dan cepat, dan pemantauan risiko dapat dilakukan secara ketat dan terpusat. 3.
Kebijakan dan Prosedur Kebijakan dan prosedur yang dimiliki BTN Cabang Jakarta Harmoni terkait dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh BTN pusat. Kebijakan BTN pusat untuk melakukan ekspansi penyaluran kredit dari tahun ke tahun dapat menimbulkan potensi risiko kredit yang semakin meningkat pula. Kebijakan mengenai kredit juga berupa kebijakan penetapan suku bunga kredit dan jangka waktu pinjaman. Semakin besar suku bunga kredit yang dibebankan maka semakin besar risiko kredit yang ditanggung, juga semakin besar tingkat keuntungan yang diterima. Begitu juga dengan jangka waktu pinjaman yang semakin panjang, maka semakin besar risikonya untuk tidak tertagih, demikian juga sebaliknya.
4.
Pengendalian Internal (Internal Control) Internal control atau pengendalian internal adalah suatu bentuk pengendalian terhadap masing-masing faktor yang menyebabkan potensi timbulnya risiko kredit. Semakin baik internal control yang dimiliki BTN terhadap suatu penyebab risiko, maka akan semakin baik pula risiko tersebut diatasi, begitu pula sebaiknya. Pengendalian internal ini dapat berupa pengawasan aktif oleh BRCO (Branch Risk Control Officer) pada masing-masing cabang yang menilai kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko.
51
4.2.2. Eksternal Bank 1.
Kebijakan Pemerintah Ketentuan dan tata cara tentang lembaga keuangan perbankan diatur dalam undang-undang perbankan nomor 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 10 tahun 1988, sehingga dapat dikatakan perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya paling diatur dan dibatasi. Dalam praktik manajemen risiko BTN mengacu pada kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI), diantaranya adalah PBI No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum dan PBI No. 10/15/PBI/2008 tentang “Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum”.
2.
Debitur Debitur merupakan pengguna dari kredit yang diberikan bank. Kemacetan kredit yang disebabkan oleh debitur bisa karena unsur kesengajaan, artinya debitur tidak mau membayar kewajiban kreditnya. Bisa juga disebabkan karena unsur ketidaksengajaan karena adanya musibah. Debitur sulit sekali dikendalikan oleh pihak bank, berbeda sekali dengan faktor internal dimana bank masih bisa mengawasi dan mengontrol faktor tersebut. Debitur merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya risiko kredit di Bank BTN Cabang Jakarta Harmoni. Faktor-faktor yang mempengaruhi debitur tersebut diantaranya yaitu : karakter debitur, pekerjaan debitur dan musibah. Karakter adalah sifat atau watak yang berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Penilaian karakter debitur merupakan masalah yang cukup kompleks karena berkaitan dengan watak dan prilaku seseorang. Pejabat analisis dalam melakukan penilaian karakter debitur perlu memperhatikan
52
terutama sifat-sifat sebagai berikut : kejujuran, ketulusan, kecerdasan,
kesehatan,
kooperatif,
kebiasaan-kebiasaan,
temperamental, kaku, membanggakan diri secara berlebihan dan sebagainya. Informasi lain yang juga sangat krusial untuk diketahui adalah apakah calon debitur tersebut masuk dalam daftar orang tercela (DOT) atau daftar hitam dengan melihatnya pada sistem informasi debitur (BI Checking). Pada prinsipnya penilaian karakter debitur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana itikad baik dan kemauan debitur untuk melunasi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kredit. Pekerjaan debitur juga mempengaruhi risiko kredit. Dilihat dari segi penghasilan dan pendapatannya. Selain itu bagi debitur yang berprofesi sebagai ahli hukum perlu diperhatikan apakah debitur tersebut dapat kooperatif kedepannya atau tidak, karena dikhawatirkan calon debitur tersebut dapat menghindari kewajibannya dengan mencari kekurangan dari segi hukum dalam perjanjian kredit yang telah disepakati. Musibah yang menimpa debitur seperti bencana alam dan pemutusan hubungan kerja juga dapat menimbulkan potensi risiko kredit. Karena kerugian yang menimpa debitur, sehingga debitur tersebut tidak dapat membayar angsuran kreditnya. 3.
Kondisi Politik dan Ekonomi Tahun 2008 ditandai dengan turbulensi luar biasa pada pasar finansial global yang berpengaruh pada perekonomian banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Krisis finansial yang berawal dari krisis energi, ditandai dengan melambungnya harga bahan bakar maupun produk komoditas utama, disertai inflasi tinggi yang diikuti peningkatan suku bunga global, akhirnya berkembang menjadi krisis finansial yang meluas. Kecenderungan pelemahan Rupiah, membuat Bank Indonesia mengambil langkah langkah moneter, pengendalian nilai tukar
53
dengan meningkatkan suku bunga rujukan. Meningkatnya suku bunga rujukan membuat tingkat bunga kredit perbankan meningkat dan membuat ekspansi sektor riil terhambat. Penundaan ekspansi sektor riil berakibat pada penurunan kesejahteraan perekonomian masyarakat Indonesia dan juga berakibat mempengaruhi kelancaran pembayaran angsuran kreditnya. Selain itu keadaan perekonomian yang fluktuatif mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pembiayaan. 4.
Persaingan dengan Bank Lain Perkembangan dunia usaha perbankan yang semakin agresif menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar bank. Bank penyalur kredit berlomba-lomba untuk mendapatkan calon debitur dengan menawarkan produk kredit yang lebih bervariasi dari segi kemasan dan penyampaiannya. Selain itu bank-bank pesaing juga memberikan kemudahan dalam bentuk persyaratan kredit dan proses pencairannya untuk menarik minat calon debitur untuk mengambil kredit. Apabila persaingan ini tidak disikapi oleh BTN akan berdampak pada beralihnya debitur BTN kepada bank pesaing. Apabila hal ini terjadi tentu saja akan menimbulkan kerugian pada bank.
4.3. Manajemen Risiko Kredit BTN Praktik manajemen risiko BTN mengacu pada peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum yang dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut di dalam ketentuan internal Bank sebagai Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko (PKMR). Proses manajemen risiko dijalankan dengan melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan proses tersebut juga dilakukan penilaian terhadap risk control system (sistem pengontrol risiko) yang meliputi : peran aktif dewan direksi dan komisaris, kecukupan kebijakan dan
54
prosedur, kecukupan proses manajemen risiko, Management Information System (MIS) serta internal control. Secara triwulan BTN mengeluarkan risk profile report yang merupakan ringkasan jenis inherent risk (risiko yang melekat) dan risk control system (sistem pengontrol risiko) yang menghasilkan profil risiko komposit Bank. Laporan ini telah secara rutin didistribusikan kepada Bank Indonesia dan Manajemen Bank BTN sebagai alat pengendalian risiko. Pada tahap awal, penerapan manajemen risiko di Bank BTN diarahkan untuk memperkuat infrastruktur manajemen risiko yang antara lain
meliputi
kelengkapan
organisasi
dan
SDM,
kecukupan
pedoman/kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko yang memadai. Pada tahap selanjutnya, Bank BTN akan mengembangkan pelaksanaan manajemen risiko yang lebih berkualitas & komprehensif searah dengan praktek manajemen risiko terbaik (best practices). Hal
ini sejalan dengan program Bank Indonesia yang akan
menerapkan ketentuan Basel II yang tertuang di dalam road map Basel II Bank Indonesia yang juga menjadi acuan Bank BTN di dalam mengembangkan praktek manajemen risikonya. Terkait dengan hal tersebut, isu penting yang menjadi salah satu target untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan manajemen risiko bank BTN adalah masalah penggunaan metode pengukuran risiko. Saat ini perhitungan risiko kredit baru menggunakan konsep ATMR (Basel I). BTN memilih pendekatan yang paling sederhana dalam mengukur risiko kredit karena disesuaikan dengan kesiapan infrastruktur, khususnya IT dan dukungan data yang memadai untuk mendukung pengukuran risiko dengan menggunakan pendekatan yang lebih advanced. Dalam proses pemberian KPR, saat ini Bank BTN telah memiliki tools untuk mengukur risiko kredit KPR yang berbasis pada data individual yaitu credit scoring model (CSM). Dalam prakteknya, CSM Bank BTN digunakan sebagai second opinion dalam menilai kelayakan debitur untuk mendapatkan fasilitas KPR. CSM belum memberikan informasi tentang tingkat probability default (PD) dari calon debitur KPR berdasarkan rating debitur yang disusun dari data
55
historis, karena penggunaan CSM baru sebatas untuk mengidentifikasikan faktor-faktor risiko yang disusun dan dinilai dengan banyak menggunakan pendekatan judgement. 4.4. Penentuan Nilai Potensi Risiko KPR dengan Metode Credit Risk+ Portfolio Proses selanjutnya dalam manajemen risiko adalah melakukan proses pengukuran risiko kredit. Sebagai simulasi, proses pengukuran risiko kredit pada KPR BTN dilakukan terhadap debitur KPR Komersial yang tergolong DRBM (Debitur Realisasi Baru Menunggak). DRBM adalah debitur BTN yang
baru menjadi debitur BTN (kurang dari satu tahun). Pada BTN
Cabang Jakarta Harmoni pemantauan secara intensif terhadap riwayat pembayaran DRBM ini sangat penting, karena apabila didapatkan debitur yang baru kurang dari setahun menjadi debitur namun kewajiban angsurannya sudah menunggak maka pihak BTN harus segera mewaspadai debitur tersebut. Data DRBM yang diambil adalah debitur KPR BTN yang menjadi debitur BTN mulai bulan April 2008 sampai dengan Maret 2009. Data tersebut diambil pada tanggal 5 Mei 2009 sebagai simulasi untuk perhitungan risiko kredit dengan menggunakan teknik creditrisk+ portfolio. Perhitungan potensi kerugian ini selanjutnya diolah dengan mengunakan bantuan program kompuetr visual basic 6.0. Data-data yang di input langsung terproses secara otomatis sehingga lebih efisien. Selain itu, dapat dilakukan simulasi-simulasi dengan mengubah parameter yang ada. 4.4.1. Pengelompokan Eksposur dalam Band Eksposur adalah besarnya risiko kerugian yang melekat pada besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Dalam metode CreditRisk+ Portfolio ini nilai eksposur diperoleh dari outstanding debitur. Outstanding debitur yaitu jumlah tunggakan kredit yang belum tertagih. Total nilai eksposur DRBM yang terangkum di bulan April 2009 adalah sebesar Rp. 813.075.645.211,00 dengan nilai eksposur terkecil adalah sebesar Rp. 6.900.834,00 dan nilai eksposur terbesar adalah Rp. 4.861.958.167,00.
56
Agar hasil perhitungan lebih akurat, nilai eksposur ini dibuat pengelompokan band (kelas eksposur kredit). Nilai band masingmasing diasumsikan sebesar Rp 5.000.000,00, Rp 10.000.000,00, Rp 25.000.000,00, Rp 100.000.000,00, dan Rp 500.000.000,00. Data outstanding yang telah dikelompokan dalam band diurut dari nilai terkecil sampai nilai terbesar kemudian dibagi ke dalam kelas-kelas pada band. Menurut metode creditrisk+ dalam tiap band tersebut minimal terdiri dari 10 kelas. Jumlah debitur dan range eksposur yang dikelompokan pada masing-masing band dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Range eksposur dan jumlah debitur tiap band Band
Range eksposur (Rp)
5.000.000,00 10.000.000,00 25.000.000,00 100.000.000,00 500.000.000,00
5.000.000 – 52.449.999 52.500.000 – 104.999.999 105.000.000 – 262.499.999 262.500.000 – 1.049.999.999 1.050.000.000 – 5.000.000.000
Jumlah debitur (debitur) 8.377 1.189 1.790 167 16
Berdasarkan data di atas (Tabel 5) maka jumlah debitur terbanyak terdapat dalam band 5.000.000.000 dengan jumlah 8.377 debitur. Dengan nilai eksposur antara 5.000.000 – 52.449.999 dan jumlah debitur paling sedikit terdapat dalam band 500.000.000 yaitu sebanyak 16 debitur, dengan nilai eksposur antara Rp 1.050.000.000 – Rp 5.000.000.000 4.4.2. Menghitung Probability of Default (PD) tiap eksposur Kemungkinan gagal bayar (probability of default) ditentukan berdasarkan
kolektibilitas
masing-masing
debitur.
Penentuan
kolektibilitas berdasarkan hari tunggakan yang ditetapkan BTN dapat dilihat pada Tabel 6.
57
Tabel 6. Penentuan kolektibilitas BTN berdasarkan hari tunggakan Hari Tunggakan 0 hari 1-90 hari 91 – 120 hari 121 – 180 hari 181 – 9999 hari
Kategori Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diperhatikan Macet
Kolektibilitas 1 2 3 4 5
Perhitungan probability of default (kemungkinan gagal bayar) ini sesuai dengan tingkat cadangan yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Berdasarkan SK Direksi BI NO.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 seluruh bank harus menetapkan
kualitas
aktiva
kemampuan
membayar.
produktif
Penentuan
berdasarkan probability
of
penilaian default
berdasarkan cadangan menurut ketentuan BI dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Kategori Reserves (%) 1. Lancar (Pass) 1% 2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention) 5% 3. Kurang Lancar (Substandard) 15 % 4. Diragukan (Doubtful) 50 % 5. Macet (Loss) 100 % Sumber : SK Direksi BI NO.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 Tingkat probability of default (kemungkinan gagal bayar) ini akan lebih akurat apabila bank memiliki data historis sendiri tentang tingkat default (gagal bayar) yang sesuai dengan data debiturnya. Namun demikian, dengan menggunakan tingkat probability of default yang diindikasikan dengan ketentuan BI tersebut telah cukup memadai untuk pengukuran risiko kredit KPR karena telah mempertimbangkan tingkat tunggakan debitur.
58
Tabel 8. Jumlah debitur dan jumlah eksposur pada masing-masing kolektibilitas Kolektiibilitas
Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diperhatikan Macet
Jumlah debitur (debitur) 10.738 719 58 16 8
Total Eksposur (Rp)
Persentase (Persen)
755.735.803.199 50.797.463.891
93,06 6,23
4.072.555.700 2.140.225.092 329.597.329
0,5 0,14 0,07
Pada Tabel 8 dapat dilihat jumlah debitur dan total eksposur pada
masing-masing
kategori
kolektibilitas.
Jumlah
debitur
terbanyak terdapat pada kolektibilitas lancar, yaitu sebanyak 10.738 debitur dengan total nilai eksposur pada kolektibilitas tersebut adalah Rp 755.735.803.199,00. Jumlah debitur paling sedikit terdapat pada kolektibilitas macet, yaitu sebanyak 8 debitur dengan total nilai eksposur pada kolektibilitas tersebut adalah Rp 329.597.329,00. Jumlah debitur tiap band berdasarkan kolektibilitas secara lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 7. Tampilan setting program visual basic 6.0 dalam penentuan band dan probability of default dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Penentuan band dan Probability of default (hasil pengolahan dengan Visual Basic 6.0)
59
4.4.3. Perhitungan Expected Loss, Unexpected Loss dan Economic Capital Expected Loss (EL) merupakan potensi kerugian yang dapat diperkirakan selama kurun waktu tertentu. Unexpected Loss (UL) merupakan sejumlah kerugian yang tidak diperkirakan terjadi atau kerugian maksimum pada tingkat keyakinan tertentu. Jika data yang digunakan adalah data dalam jangka waktu pendek maka sebaiknya dalam perhitungan unexpected loss menggunakan tingkat keyakinan 95 sampai dengan 99 persen (Jorion dalam Nandifah, 2008). Dalam penelitian ini menggunakan tingkat keyakinan 95 dan 99 persen. Economic Capital adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutup kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit. Economic Capital dalam pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih unexpected loss dan Expected Loss. Perhitungan EC ini diperlukan sebagi ukuran risiko yang harus ditanggung oleh BTN Cabang Jakarta Harmoni dari kerugian macet yang tidak terduga. 1.
Band Rp 5.000.000,00 Total eksposur dalam band Rp 5.000.000,00 adalah Rp 380.637.236.671,00 dengan nilai eksposur terkecil adalah Rp 6.900.834,00
dan
nilai
eksposur
terbesar
52.417.050,00. Jumlah debitur dalam band
adalah
Rp
Rp 5.000.000,00
adalah 8.377 debitur. Jumlah debitur dalam band ini adalah yang paling besar. Pada band ini menghasilkan nilai EL sebesar Rp 5.448.520.692,01. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 3.230.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah Rp (-2.218.520.692,01). Nilai UL dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 3.930.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah Rp (-1.518.520.692,01).
60
Gambar 13. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp 5.000.000,00 (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0) 2.
Band Rp 10.000.000,00 Total eksposur dalam band Rp 10.000.000,00 adalah Rp 93.344.254.080,00 dengan nilai eksposur terkecil adalah Rp 52.514.784,00
dan
nilai
eksposur
terbesar
adalah
Rp
104.823.450,00. Jumlah debitur dalam band Rp 10.000.000,00 adalah 1.189 debitur. Pada band ini menghasilkan nilai EL sebesar Rp 1.254.346.327,81. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 2.730.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah Rp 1.475.653.672,19. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 6.690.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah Rp 5.435.653.672,19.
61
Gambar 14. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp10.000.000,00 (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0) 3.
Band Rp 25.000.000,00 Total eksposur dalam band Rp 25.000.000,00 adalah Rp 239.262.311.487,00 dengan nilai eksposur terkecil adalah Rp 105.000.000,00
dan
nilai
eksposur terbesar
adalah
Rp
259.583.609,00. Jumlah debitur dalam band Rp 25.000.000,00 adalah 1.790 debitur. Pada band ini menghasilkan nilai EL sebesar Rp 3.791.601.206,19. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar Rp 6.975.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah Rp 3.183.398.793,81. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 23.900.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah Rp 20.108.398.793,81.
62
Gambar 15. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp25.000.000,00 (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0) 4.
Band Rp 100.000.000,00 Total eksposur dalam band Rp 100.000.000,00 adalah Rp 65.892.842.872,00 dengan nilai eksposur terkecil adalah Rp 262.880.666,00
dan
nilai
eksposur terbesar
adalah
Rp
972.712.667,00. Jumlah debitur dalam band Rp 100.000.000,00 adalah 167 debitur. Pada band ini menghasilkan nilai EL sebesar Rp 1.273.966.229,52. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar 6.500.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah sebesar Rp 5.226.033.770,48. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 23.900.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi
potensi
22.626.033.770,48.
kerugian
adalah
sebesar
Rp
63
Gambar 16. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp100.000.000,00 (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0.) 5.
Band Rp 500.000.000,00 Total eksposur dalam band 500.000.000,00 adalah Rp 33.939.000.101,00 dengan nilai eksposur terkecil adalah Rp 1.068.961.600,00 dan nilai eksposur terbesar adalah Rp 4.861.958.167,00. Jumlah debitur dalam band 500.000.000,00 adalah 16 debitur. Jumlah debitur dalam band ini adalah jumlah debitur yang paling sedikit. Pada band ini menghasilkan nilai EL sebesar Rp 339.390.001,01. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sebesar 1.500.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi potensi kerugian adalah ssebesar Rp 1.160.609.998,99. Nilai UL dengan tingkat keyakinan 99 persen adalah sebesar Rp 121.500.000.000,00. Maka EC atau modal yang harus dicadangkan untuk mengantisipasi
potensi
121.160.609.998,99.
kerugian
adalah
sebesar
Rp
64
Gambar 17. Nilai EL, UL, dan EC pada band Rp500.000.000,00 (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0) Berdasarkan hasil perhitungan, band Rp 5.000.000,00, Rp 25.000.000,00 dan band Rp 10.000.000,00 memiliki potensi risiko yang cukup besar. Hal tersebut dapat terjadi karena pada band tersebut memiliki jumlah eksposur yang cukup besar dan juga memiliki tingkat gagal bayar yang cukup tinggi pula. Total expected loss merupakan total expected loss tiap band. Perhitungan risiko kredit dengan metode creditrisk+ portfolio dengan jumlah eksposur sebesar Rp 813.075.645.211 dengan total jumlah debitur sebanyak 11.539 debitur menghasilkan total expected loss sebesar Rp 12.107.824.456,54 atau 1,49 persen dari total eksposur. Total unexpected loss merupakan total unexpected loss tiap band. Dengan tingkat keyakinan 95% nilai total unexpected loss sebesar
Rp
20.935.000.000 dan nilai economic capital yang harus dicadangkan sebesar Rpp 8.827.175.543,46. Dengan tingkat keyakinan 99% nilai total unexpected loss sebesar Rp 179.920.000.000 dan nilai economic capital yang harus dicadangkan sebesar Rp 167.812.175.543,46. Rekapitulasi hasil perhitungan visual basic dapat dilihat pada lampiran 8.
65
Gambar 18. Total nilai EL, UL, dan EC (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0) 4.4.4. Uji Validitas dengan BackTesting Uji validitas dilakukan dengan menggunakan backtesting dari nilai expected loss yang dihasilkan dari metode CreditRisk+ Portfolio terhadap kerugian aktual (real loss) untuk bulan April 2009. Total real loss Debitur Realisasi Baru Menunggak pada posisi April 2009 adalah sebesar Rp 11.863.376.679. Jika dibandingkan dengan nilai expected loss sebesar Rp 12.107.824.456,54 terdapat selisih sebesar Rp 244.447.777,54 (penyimpangan atau deviasi sebesar 2,0605 persen). Menurut Jorion dalam Nandifah, apabila selisih potensi kerugian dengan real loss tersebut masih berada pada nilai dibawah 6%, berarti perhitungan potensi kerugian masih dapat diterima. Dengan demikian, kemungkinan gagal bayar (probability of default) dari seluruh kelompok-kelompok debitur cukup akurat untuk memperhitungkan potensi kerugian yang terjadi dan metode CreditRisk+ dapat digunakan sebagai input alternatif perhitungan potensi kerugian akibat gagal bayar debitur dalam memenuhi kewajiban kreditnya.
66
Gambar 19. Hasil validasi dengan menggunakan metode backtesting (Hasil pengolahan dengan visual basic 6.0) 4.5. Strategi Pengendalian dan Pengelolaan Risiko KPR Pengendalian kredit adalah usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif dan tidak macet. Strategi pengendalian dan pengelolaan kredit BTN dibedakan menjadi dua, yaitu : preventive control of credit
dan repressive control of credit. Seperti yang terdapat pada
Gambar 20.
Preventive Control Strategi Pengelolaan & Pengendalian
Repressive Control
1. Penetapan Prosedur & Kebijakan Umum Perkreditan 2. Pembinaan debitur & Penagihan Intensif 3. Sistem Penyisihan Penghapusan Aktiva 4. Sistem Asuransi 5. Peningkatan Kualitas SDM 6. Sistem Skoring 7. Agunan/Jaminan
1. Restrukturisasi Kredit 2. Penyelesaian Kredit
Gambar 20. Strategi pengendalian & pengelolaan risiko kredit BTN
67
4.5.1. Preventive Control of Credit Preventive control of credit adalah pengendalian kredit yang dilakukan dengan tindakan pencegahan sebelum kredit tersebut macet. Upaya Preventive control of credit dilakukan dengan cara : 1.
Penetapan Prosedur dan Kebijakan Umum Perkreditan Dilakukan dengan menetapkan kebijakan perkreditan yang sehat dan dapat mengcover sistem pengelolaan risiko dalam pemberian kredit. Penetapan kebijakan dan prosedur harus diprogram dengan baik dan benar. Hal ini, didasarkan pada asas yuridis, ekonomis, dan kehati-hatian. Aspek yuridis artinya prosedur perkreditan harus sesuai dengan undang-undang perbankan dan ketetapan Bank Indonesia. Aspek ekonomis artinya menetapkan rentabilitas yang ingin dicapai dan tingkat bunga kredit yang disalurkan. Aspek Kehati-hatian artinya besar plafond kredit harus ditetapkan atas hasil analisis yang baik dan objektif. Dalam upaya portofolio risiko, BTN mengembangkan kebijakan pengendalian komposisi kredit, yang mengarah pada komposisi 75% : 25%. Komposisi ini berarti bahwa 75 persen dialokasikan untuk pembiayaan perumahan dan 25 persen untuk pembiayaan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar risiko kredit yang ada tidak terkonsentrasi pada kredit perumahan saja.
2.
Pembinaan Debitur dan Penagihan Intensif Mengingat jangka waktu kredit yang lama dan nilai pinjaman untuk kredit perumahan bukanlah nominal yang sedikit, maka diperlukan upaya untuk menjalin hubungan baik antara pihak bank dan debitur yang dapat membantu kelancaran pembayaran melaksanakan
kredit.
Upaya
pembinaan
tersebut debitur.
dilakukan
dengan
Pembinaan
debitur
dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan kepada debitur tersebut agar tetap menjaga itikad baik debitur untuk membayar
68
angsurannya. Untuk itu bank perlu melakukan pengamatan, pemeriksaan, pengarahan dan memberikan solusi terhadap masalah-masalah pembayaran angsuran yang timbul. Penagihan
secara
intensif
dilakukan
dengan
cara
memantau saldo di rekening tabungan debitur dan memotong sejumlah angsuran saat jatuh tempo angsuran tiap bulannya. Penagihan secara intensif ini dilakukan terhadap debitur yang tergolong macet yaitu kolektibilitas kurang lancar, diperhatikan dan macet. Selain itu penagihan secara intensif ini juga dilakukan kepada debitur yang baru setahun menjadi debitur KPR BTN atau disebutnya sebagai DRBM (Debitur Realisasi Baru MenunggaK). Penagihan secara intensif terhadap DRBM ini penting, bank perlu mewaspadai dengan ketat debiturnya ditahun pertama. Apabila didapat debitur menunggak pada tahun pertama maka BTN dapat segera mengambil langkah-langkah untuk menghindari kerugian, yaitu seperti : a.
Pengiriman surat pemberitahuan angsuran kedua
b.
Pengiriman surat konfirmasi atau salinan rekening koran
c.
Konfirmasi melalui telepon
d.
Pengiriman surat peringatan (SP1, SP2, SP3 dan SP terakhir)
e.
Kunjungan
ke
debitur
secara
sewaktu-waktu
tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu dimaksudkan agar debitur tidak kabur saat ditagih. 3.
Sisem Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Kualitas suatu kredit tidak hanya berkaitan erat dengan tingkat kesehatan bank namun juga dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva
Produktif
(PPAP).
Tidak
hanya
memperhatikan kualitas kredit, juga ada tindakan nyata untuk meminimalkan persentase kredit yang diklasifikasikan. Tata cara penilaian kualitas kredit mengacu pada Surat Keputusan Direksi
69
Bank Indonesia mengenai Kualitas Aktiva seperti yang terdapat pada Tabel 7. 4. Sistem Asuransi Untuk meng-hedging risiko kreditnya, BTN juga bekerja sama dengan pihak asuransi. Kerjasama ini dapat mengurangi kemungkinan kerugian dari debiturnya dan sudah dilakukan sejak awal proses realisasi kredit. BTN Cabang Jakarta Harmoni melakukan kerjasama dengan berbagai pihak asuransi. Dimana menggunakan dua asuransi yaitu : asuransi jiwa dan asuransi kebakaran. Asuransi jiwa digunakan untuk keselamatan debitur, misalnya apabila debitur meninggal dunia, maka pihak asuransi yang menanggulangi dan mengganti rugi semua tunggakan yang masih tersisa. Sedangkan asuransi kebakaran digunakan untuk melindungi rumah sebagai agunan yang dikreditkan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. Asuransi yang digunakan BTN adalah asuransi Bina Sentra Purna untuk asuransi jiwa dan asuransi Bina Griya Upakara untuk asuransi kebakaran. Kedua perusahaan asuransi ini adalah anak perusahaan dari Bank Tabungan Negara. Pembayaran premi asuransi dilakukan diawal yaitu pada saat realisasi kredit dengan presentase yang telah ditetapkan. 5.
Peningkatan Kualitas SDM Sumber daya manusia adalah faktor internal yang paling berpengaruh terhadap timbulnya potensi risiko kredit oleh karena itu meningkatkan kualitasnya juga menjadi fokus dalam proses pengendalian dan pengelolaan risiko ini. Peningkatan kualitas atau mutu sumber daya manusia ini dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dilaksanakan secara reguler serta diikutsertakan dalam berbagai sistem seminar atau lokakarya yang diselenggarakan dari dalam internal bank ataupun eksternal bank. Bank Indonesia sendiri
70
dalam surat keputusan menteri No. 23/80/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 mewajibkan bank untuk menyediakan dana pendidikan
pegawai
pengeluaran
SDM
minimal setiap
5
persen
tahun
dari
untuk
anggaran
meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pegawai bank dalam bidang operasional dan pengelolaan bank. 6.
Sistem Skoring Sistem skoring memudahkan penilaian/evaluasi calon nasabah. Siktem skoring ini dibuat oleh pihak internal BTN dengan standar minimum yang digunakan dalam sistem scoring dikaji ulang secara berkala oleh pihak independent dan digunakan secara standar diseluruh unit usaha. Hal-hal yang harus dimasukan dalam sistem skoring antara lain: status nasabah, status pekerjaan (sumber penghasilan, masa kerja), pendidikan, jumlah keluarga yang menjadi tanggung jawab nasabah, tempat tinggal dan jaminan.
7.
Agunan / Jaminan Dalam agunan hal-hal yang harus diatur secara jelas dan rinci adalah: a. Jenis, status kepemilikan dan pengikatan agunan b. Besarnya nilai agunan/jaminan c. Penilaian agunan oleh pihak independen (interen/eksteren) d. Penilaian ulang jaminan dilakukan sedikitnya 6 bulan sekali e. Pengeluaran jaminan hanya dilakukan bila pinjaman dilunasi f. Bila terjadi penukaran/penggantian agunan, wajib dievaluasi sebagaimana pada penilaian agunan yang baru
4.5.2. Repressive Control of Credit Repressive control of credit adalah pengendalian dan pengelolaan
kredit
yang
dilakukan
melalui
tindakan
penagihan/penyelesaian setelah kredit tersebut macet. Tindakan pengamanan atau penyelesaian kredit macet tersebut dapat dilakukan dengan:
71
1.
Restrukturisasi Kredit Restrukturisasi kredit merupakan upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Upaya ini dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan/atau bunga kredit serta debitur yang memiliki prospek usaha yang baik atau mempunyai sumber pembayaran kewajiban dan mampu untuk memenuhi kewajiban setelah direstrukturisasi.
2.
Penyelesaian kredit Penyelesaian kredit merupakan upaya yang dilakukan bank dalam rangka untuk menyelamatkan kredit dengan tidak melanjutkan hubungan dengan debitur baik melalui tindakan persuasif maupun tindakan hukum. Upaya ini dilakukan terhadap debitur yang tidak memenuhi kewajiban kredit kepada bank dan/atau dari hasil analisa disimpulkan bahwa tidak dapat dilakukan restrukturisasi kredit atau restrukturisasi kredit dianggap gagal oleh bank. Apabila debitur tidak dapat melunasi hutangnya kepada bank, maka jaminan akan diserahkan ke Pengadilan atau Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN). Debitur baru dapat mengambil kembali jaminannya setelah debitur membayar dengan lunas hutang-hutangnya dan memberikan bukti pelunasan pembayaran hutang dari bank ke DJPLN. Hal ini karena sudah menyangkut hutang negara.
4.6. Implikasi Manajerial Pengelolaan risiko yang dilakukan oleh manajemen perbankan bertujuan untuk mengurangi dan menghindari terjadinya kredit macet dari penyaluran dana bank. Perhitungan risiko dengan berbagai model yang beragam adalah untuk melihat besaran risiko kredit terhadap kredit yang telah diberikan. Pengukuran risiko kredit yang akurat dan mampu memberikan peringatan dini (early warning system) juga dapat menghindari
72
kerugian yang akan diderita akibat risiko kredit. Pengukuran risiko kredit yang mencerminkan kualitas dan kuantitas risiko kredit dapat dilakukan dengan menggunakan metode CreditRisk+ Portfolio. Dengan CreditRisk+ Portfolio dapat diperkirakan kerugian yang akan terjadi, sehingga bank memiliki cadangan dana untuk mengantisipasi risiko. Disisi lain besaran risiko tersebut dapat digunakan sebagai faktor penting dalam mengambil keputusan oleh manajemen agar segmen kredit dapat memberikan trade off yang optimum antara risk dan return nya. Keputusan yang telah ditetapkan dan diimplementasikan memiliki implikasi secara manajerial. Implikasi manajerial perlu menjadi perhatian pihak bank agar kebijakan yang diputuskan atas hasil risiko tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan serta menentukan teknik mitigasi risiko yang tepat dan akurat. Beberapa implikasi manajerial tersebut diantaranya: Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode creditrisk diharapkan perusahan dapat mengelola risiko kredit yang ditimbulkan oleh gagal bayar debitur. Terkait dengan pengelolaan risiko pembiayaan yang dilakukan perusahaan, metode creditrisk+ dapat dijadikan sebagai alternatif perhitungan atau second opinion dalam mengukur potensi kerugian risiko KPR. Tujuannya adalah untuk mengetahui nominal potensi kerugian yang akan dihadapi oleh perusahaan dan dari besar nominal potensi kerugian yang akan ditanggung pihak perusahaan dapat dijadikan referensi perusahaan untuk menentukan strategi mitigasi risiko yang efektif dan akurat. Bank juga dapat mengevaluasi peluang bisnisnya secara tepat dalam melakukan penawaran kredit perumahan. Jumlah debitur yang didapatkan dan jumlah kredit yang disalurkan harus diseimbangkan dengan kemampuan bank mengelola risiko dan kemampuan debitur membayar angsurannya. Dari segi operasional pemberian kredit, dalam melakukan proses kredit dapat membantu untuk memantau dan mengendalikan risiko kredit dengan mengukur perkiraan potensi kredit yang akan dihadapi.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan a.
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal bank. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari Sumber Daya Manusia, Kebijakan & Prosedur, Teknologi
Informasi serta Internal Control. Sedangkan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi risiko kredit terdiri dari debitur, kebijakan pemerintah, kondisi perekonomian dan persaingan dengan bank lain. b.
Perhitungan risiko kredit dengan metode creditrisk+ portfolio dengan jumlah eksposur sebesar Rp 813.075.645.211,00 dengan total jumlah debitur sebanyak 11.539 debitur menghasilkan expexted loss (kerugian yang diperkirakan) sebesar Rp 12.107.824.456,54. Pada tingkat kepercayaan 95 persen menghasilkan unxecpected loss (kerugian yang tidak dapat diperkirakan) sebesar Rp 20.935.000.000,00 maka dana cadangan yang harus disediakan untuk mengantisipasi kerugian tersebut adalah
sebesar
Rp.
8.827.175.543,46.
Sedangkan
pada
tingkat
kepercayaan 99 perssen menghasilkan unxecpected loss sebesar Rp 179.920.000.000 maka dana cadangan yang harus disediakan untuk mengantisipasi kerugian tersebut adalah sebesar Rp 167.812.175.543,46. c.
Berdasarkan pengujian validitas menggunakan metode back testing, perhitungan potensi kerugian menggunakan metode CreditRisk+ portfolio menghasilkan penyimpangan sebesar 2,0605 persen. Hal ini berarti metode tersebut sesuai digunakan untuk mengukur potensi kerugian dari risiko Kredit Pemilikan Rumah Debitur Realisasi Menunggak (DRBM) BTN pada bulan April 2009.
d.
Strategi pengendalian dan pengelolaan Kredit Pemilikan Rumah BTN dibedakan menjadi dua, yaitu : preventive control of credit
dan
repressive control of credit. Upaya Preventive control of credit dilakukan dengan cara : penetapan prosedur dan kebijakan umum perkreditan, pembinaan debitur & penagihan intensif, sistem penyisihan
74
penghapusan aktiva, sistem pengansuransian, peningkatan kualitas SDM, sistem skoring, agunan/jaminan. Repressive control of credit dilakukan dengan cara : restrukturisasi kredit, dan penyelesaian kredit. 2. Saran a.
Berdasarkan hasil penelitian, manajemen risiko kredit perumahan yang diterapkan BTN dapat dikatakan sudah baik dan telah memenuhi ketentuan manajemen risiko yang ditetapkan Bank Indonesia. Namun, mengingat risiko sifatnya berkembang, sebaiknya BTN melakukan perbaikan secara terus menerus untuk aspek-aspek yang mengurangi efektifitas dan efisiensi kinerja manajemen risiko kreditnya.
b.
BTN sebaiknya melakukan sosialiasi rutin terhadap kebijakan dan ketentuan manajemen risiko BTN kepada seluruh karyawan. Hal ini dapat menumbuhkan budaya manajemen risiko dalam lingkungan kerja BTN. Sehingga dampak risiko yang besar dapat dicegah dengan memelihara standar kepatuhan melaksanakan proses penyaluran kredit dengan baik.
c.
BTN dalam melakukan proses strategi pengendalian risikonya selain memberikan denda kepada debitur yang tidak tepat waktu dalam membayar angsurannya sebaiknya juga memberikan reward kepada debiturnya yang mampu membayar angsurannya secara tepat waktu selama periode tertentu. Biaya pemberian reward ini dapat didapatkan dari hasil pembayaran denda debitur yang menunggak. Pemberian insentif ini akan semakin memacu debitur untuk tetap membayar kewajibannya tepat pada waktunya.
d.
Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya dalam menganalisis risiko kredit yang disebabkan oleh penyaluran KPR ini, juga memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dalam memperkirakan besarnya potensi kerugian dan dana cadangan yang harus dicadangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Crouhy, M and Dan Galai et al. 2000. Risk Management. Mc Graw Hill, New York. Dendawijaya, L. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Bogor. Djohanputro, B. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Cetakan Kedua. PPM, Jakarta. Efendi, R. 2007. Analisis Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda pada Perusahaan Multifinance di Indonesia (studi kasus pada PT. PQR Finance). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Idroes, F. 2008. Manajemen Risiko Perbankan. Edisi Pertama. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kusumo, A. 2001. Buku Latihan Microsoft Visual Basic 6.0. Edisi Kedua. Elex Media komputindo, Jakarta. Nandifah, E. 2008. Analisis Manajemen Risiko Kredit Umum Pedesaan dengan Bantuan Simulasi Program Komputer (studi kasus BRI Unit Ciampea, Bogor). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyono, T, P. 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Edisi, Yogyakarta. Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga keuangan. Edisi Keempat. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simorangkir. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank. Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Bogor. Sofyan, I. 2005. Manajemen Risiko. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta. PT Bank Tabungan Negara (Persero). 2005. Laporan Keuangan Tahun 2004. Jakarta. PT Bank Tabungan Negara (Persero). PT Bank Tabungan Negara (Persero). 2006. Laporan Keuangan Tahun 2005. Jakarta. PT Bank Tabungan Negara (Persero). PT Bank Tabungan Negara (Persero). 2007. Laporan Keuangan Tahun 2006. Jakarta. PT Bank Tabungan Negara (Persero). PT Bank Tabungan Negara (Persero). 2008. Laporan Keuangan Tahun 2007. Jakarta. PT Bank Tabungan Negara (Persero). PT Bank Tabungan Negara (Persero). 2009. Laporan Keuangan Tahun 2008. Jakarta. PT Bank Tabungan Negara (Persero).
76
Republik Indonesia. 2003. Peraturan Bank Indonesia No.5/8/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Jakarta. Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Jakarta. Situs Bank Indonesia. Basel I dan Basel II. 2009. http//www.bi.go.id [15 Maret 2009]. Situs Bank Tabungan Negara. http://btn.ac.id. [ 5 juni 2009] Situs Credit Suisse First Boston Group. 1997. CreditRisk+ A Credit Risk Management Framework. http://www.csfb.com [20 Mei 2009] Situs Institute of Risk Management. 2002. http://www.irm.com [20 Mei 2009] Situs Leksikon Istilah Perbankan Indonesia. http://istilahbank.blogspot.com [26 Agustus 2009] Situs Rumah 123. http://rumah.123.com [26 Agustus 2009] Zuchridin, A. 2007. Analisis Pengukuran Risiko Kredit KPR Menggunakan Teknik Creditrisk+. Paper dalam Managerial Development Program Bank Tabungan Negara, Jakarta.
77
Lampiran 1. Daftar Istilah Back testing
: Test yang dilaksanakan untuk menilai keakuratan dari suatu model dengan membandingkan risiko terhitung (potential loss) dengan risiko sebenarnya (real loss).
Band
: Nilai kelompok besar dalam menghitung estimasi risiko berdasarkan metode CreditRisk+.
Debitur
: Nasabah perorangan atau perusahaan/badan tidak termasuk bank atau kantor perwakilan Bank Asing, yang memperoleh satu atau lebih fasilitas penyediaan dana (kredit).
Default
: Kegagalan debitur dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian atau akad kredit/komitmen lainnya yang ditanda-tangani bersama.
Economic capital
: Modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutup kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit. Economic Capital dalam pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih UL dan EL.
Expected loss
: Sejumlah kerugian yang dapat diperkirakan.
Eksposur
: Proporsi kerugian karena debitur default, tercermin dari nilai tunggakan angsuran pokok kredit dari setiap debitur.
Kolektibilitas
: Kualitas kredit yang ditentukan berdasarkan sejarah angsuran debitur.
Loss Given Default : Persentase kerugian yang diperkirakan akan terjadi jika suatu debitur default (gagal bayar). Maturity
: Jangka waktu efektif (dalam tahun) dari eksposur bank.
Non Performing loan : Konsumen dengan status menunggak atau kredit macet. NPL Gross
: NPL sebelum dikurangi dengan PPAP yang bersangkutan.
78 78
NPL Netto
: NPL sesudah di kurangi dengan PPAP yang sudah disisihkan untuk golongan kredit NPL tersebut.
Performing Loan
: Konsumen dengan status lancar (membayar angsuran penuh dan tepat waktu).
Potential loss
: Potensi kerugian yang ditentukan dari penghitungan dengan menggunakan metode Standardized Approach dan metode CreditRisk+.
PPAP
: (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). Cadangan yang dibentuk bank sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif.
Probability of default: Tingkat kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang dinyatakan dalam persentase tertentu. Real loss
: Kewajiban debitur tak tertagih akibat kegagalan gagar bayar.
Recovery rate
: Tingkat (persentase) jumlah kewajiban debitur yang dapat diperoleh kembali setelah dihapusbukukan.
Unexpected loss
: Sejumlah kerugian yang tidak diharapkan terjadi pada tingkat keyakinan tertentu.
+
Tingkat Kualitas Pengendalian
Tingkat Pelayanan
+
Manajemen + Risiko Kredit KPR
Tingkat Kualitas + SDM
+
+
Tingkat Kualitas Analisis
+
Tingkat Kualitas Keunggulan Kompetitif
+
Tingkat Kuantitas Risiko Kredit
+
+ Eksposur + Kredit +
NPL Bank Kerugian akibat Kredit KPR
Tingkat Kualitas
+ Risiko Kredit
+
Jumlah Penyaluran Kredit
-
+
Likuidasi Jaminan
Peningkatan Jumlah Debitur
Lampiran 2. Diagram Sebab Akibat (Causal Loop)
Tingkat Persaingan antar Bank
Perubahan Kebijakan Perbankan
+Tingkat
-
Pengembalian Kredit
+ Tingkat Kualitas+ Kolektabilitas Debitur
Karakteristik debitur: Character Collateral Capital Capacity Condition
Tingkat Probabilitas Gagal Bayar
+
79
Keterangan : + : berpengaruh positif − : berpengaruh negatif : yang dikaji dalam penelitian
Lampiran 3. Struktur Organisasi Kantor Pusat BTN
80
Lampiran 4. Struktur Organisasi BTN Kantor Cabang Jakarta Harmoni 81
82
Lampiran 5. Persyaratan Permohonan KPR BTN TNI/PNS/ POLRI
BUMN/ BUMD
SWASTA
WIRA USAHA
PROFESI ONAL
√
√
√
√
√
2 Copy Kartu Keluarga
√
√
√
√
√
3 Copy Surat Nikah/Cerai
√
√
√
√
√
4 Pas Photo 3x4 Suami/Istri
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2 Copy Ijin Praktek
√
√
√
√
√
Copy Gaji/S. Ket. Penghasilan
√
√
√
√
√
4 Copy Akta Pendirian
√
√
√
√
√
5 Copy SIUP & NPWP
√
√
√
√
√
6 Laporan Keuangan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
BERKAS DATA DIRI 1 Copy KTP Suami/Istri
DATA PEKERJAAN 1
3
7
Copy SK Terakhir/S. Keterangan Kerja Asli
Copy Rek. Tabungan 3 bulan terakhir DATA AGUNAN
1 Copy Sertifikat 2 Copy PBB Tahun Terakhir
1 2 3 4 5
DATA TAMBAHAN Bagi KPR Perorangan Copy Data Diri Penjual : KTP Suami/Istri, Kartu Keluarga, Surat Nikah Bagi Pasangan yang bekerja melampirkan Surat Keterangan Kerja dan Slip Gaji RAB untuk kredit Swagirya NPWP pribadi untuk kredit > Rp. 100 juta SPT Pph psl 21 untuk kredit > Rp. 50 juta
83 Lampiran 6. Formulir Permohonan KPR BTN
84
Lanjutan Lampiran 6.
85 Lampiran 7. Jumlah Debitur berdasarkan Kolektibilitas pada Masing-Masing Band. 1. Band Rp. 5.000.000,00 KELAS JUMLAH DEBITUR 1 1 2 111 3 10 4 12 5 20 6 76 7 267 8 837 9 3.188 10 3.855 TOTAL 8.377
L 1 109 10 11 18 70 241 762 2.935 3.656 7.813
DPK 1 1 2 5 24 62 230 177 502
KL 2 9 18 19 48
DIR 1 1 1 3 6
M 1 3 4 8
2. Band Rp 10.000.000,00 KELAS JUMLAH DEBITUR 1 2 3 4 5 62 6 211 7 173 8 343 9 164 10 236 TOTAL 1.189
L 53 194 165 327 157 223 1.119
DPK 7 16 8 15 6 12 64
KL 1 1 1 3
DIR 2 1 3
M 0
3. Band ke Rp 25.000.000,00 KELAS JUMLAH DEBITUR 1 2 3 4 243 5 1.088 6 173 7 113 8 79 9 50 10 44 TOTAL 1.790
L 230 980 160 108 72 43 39 1.632
DPK 13 102 10 4 6 6 3 144
KL 6 1 1 1 9
DIR 3 1 1 5
M 0
86
Lanjutan Lampiran 7. 4. Band Rp 100.000.000,00 KELAS JUMLAH DEBITUR 1 2 3 97 4 28 5 21 6 6 7 6 8 5 9 3 10 1 TOTAL 167
L 93 23 18 6 6 5 2 1 154
DPK 4 2 3 1 10
KL 1 1
DIR 2 2
M 0
5. Band Rp 500.000.000,00 KELAS JUMLAH DEBITUR 1 0 2 3 3 6 4 2 5 1 6 2 7 0 8 0 9 0 10 2 TOTAL 16
L 3 6 2 1 2 2 16
DPK 0
KL 0
DIR 0
M 0
1 2 3 4 5
5 10 25 100 500 TOTAL
Total Eksposur (Rupiah) 380.637.236.671,00 93.344.254.080,00 239.262.311.487,00 65.892.842.872,00 33.939.000.101,00 813.075.645.211,00
Asumsi Band (Juta) 5 10 25 100 500 TOTAL
Jumlah debitur tiap band 8.377 1.189 1.790 167 16 11.539
Unexpected Loss 99% (Rupiah) 3.930.000.000,00 6.690.000.000,00 23.900.000.000,00 23.900.000.000,00 121.500.000.000,00 179.920.000.000
Nilai Eksposur Terendah (Rupiah)
Nilai Eksposur Tertinggi (Rupiah)
6.900.834,00 52.514.784,00 105.000.000,00 262.880.666,00 1.081.961.600,00
52.417.050,00 104.823.450,00 259.583.609,00 972.712.667,00 4.861.958.167,00
Economic Capital 99% (Rupiah) (-1.518.520.692,01) 5.435.653.672,19 20.108.398.793,81 22.626.033.770,48 121.160.609.998,99 167.812.175.543,46
Expected Loss (Rupiah) 5.448.520.692,01 1.254.346.327,81 3.791.601.206,19 1.273.966.229,52 339.390.001,01 12.107.824.456,54
Unexpected Loss 95 % (Rupiah) 3.230.000.000,00 2.730.000.000,00 6.975.000.000,00 6.500.000.000,00 1.500.000.000,00 20.935.000.000,00
Economic Capital 95 % (Rupiah) (-2.218.520.692,01) (1.475.653.672,19) 3.183.398.793,81 5.226.033.770,48 1.160.609.998,99 8.827.175.543,46
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Pengukuran Potensi Risiko dan Dana Cadangan
No.
Asumsi Band (Juta)
87
88
Lampiran 9. Petunjuk Mannual Penggunaan Program Komputer Visual Basic
1. Instal Program Instalasi program komputer perhitungan risiko kredit BTN dengan menggunakan visual basic terdapat pada folder :\ source. Buka folder source, kemudian pilih package dan pilih instal. ‘source package instal 2. Menjalankan Program Untuk menjalankan program ini masih terdapat dalam folder :\ source. Buka folder source, kemudian pilih ‘DataProject’. ‘source DataProject Maka akan terlihat tampilan sebagai berikut :
3. Lalu klik pada area diatas gambar lambang IPB, sehingga terbuka tampilan menu utama program komputer ini. 4. Input Data Input data dapat dilakukan dengan menginput nilai outstanding dan kolektibilitas dari database debitur. Database debitur tersebut disimpan dalam format microsoft excel. Klik ‘Browse XLS’ kemudian select data beupa ‘datasumber’. ‘Browse XLS datasumber open Tampilan pada input data adalah sebagai berikut:
89 Lanjutan Lampiran 9
Database yang telah dipilih kemudian akan terlihat pada tampilan berikut :
5. Setting Parameter Pilih ‘Band/Probability’ pada menu utama program, maka akan tampak tampilan sebagai berikut:
90 Lanjutan Lampiran 9 a. Setting Band : asumsi band yang digunakan adalah 5.000.000, 10.000.000, 25.000.000, 100.000.000 dan 500.000.000 b. Setting Probability : setting probability of default (kemungkinan gagal bayar) ditetapkan berdasarkan kolektibilitas (hari tunggakan) masingmasing debitur. 6. Proses Data Setelah Input data dan setting parameter. Langkah selanjutnya memproses data. Pada menu utama program klik ‘proses’, lalu otomatis memproses hasil perhitungan dengan menggunakan Creditrisk+ Portfolio. Hasil pemrosesan data adalah tampilan berikut:
adalah dengan metode sebagai
7. Data Hasil Pada tampilan menu data hasil, adalah untuk menyajikan output yang telah di proses oleh program. Pilihan tampilannya berupa Kelas-Band, Band, Validasi, Tabel/Pie Chart. a. Kelas – Band Pada Pilihan kelas band ini dapat dilihat hasil berupa jumlah debitur yang berpotensi gagal bayar (default) dalam suatu kelas band pada tingkat keyakinan tertentu (95 % - 99%). Pilih kelas dan band yang ingin kita lihat hasilnya. Dan juga pilih tingkat keyakinan yang digunakan. Maka secara otomatis akan tampak tampilan sebagai berikut.
91 Lanjutan Lampiran 9
b. Band Pada pilihan band, kita dapat melihat hasil perhitungan nilai Expected Loss (EL), Unexpected Loss (UL) dan economic capital (EC) pada masingmasing band dengan tingkat keyakinan tertentu. Pilih band dan tingkat keyakinan yang ingin kita lihat hasilnya, maka secara otomatis akan tampil hasil nilai EL, UL dan EC yang kita pilih. Misalnya pada band 10.000.000 dengan tingkat keyakinan 95% tampilannya adalah sebagai berikut.
c. Validasi Pada pilihan validasi kita dapat melihat hasil validasi. Tampilannya adalah sebagai berikut :
92 Lanjutan Lampiran 9
d. Table/Pie Chart Pada pilihan table/pie chart kita dapat melihat jumlah eksposur dan jumlah debitur pada masing-masing kolektibilitas yang tergambar dalam diagram kolektibilitas. Tampilannya adalah sebagai berikut :
8. Data Baru Untuk menambahkan data baru pada database kita dapat memilih ‘databaru yang terdapat pada tampilan menu utama. Masukan nilai eksposur dan pilih kolektibilitasnya. Nilai probability of default, Band, kelas, Ela, dan EA akan tersetting sendiri oleh program. Kemudian pilih ‘Simpan
93 Lanjutan Lampiran 9
9. Keluar Program Untuk keluar program komputer ini dapat menggunakan pilihan ‘Exit’ yang terdapat pada pojok kanan tampilan menu utama.
91
94 Lampiran 10. Database Visual Basic A. Band Rp. 5.000.000 NO DEBITUR
EKSPOSUR
KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 ... ... ... 8320 8321 8322 8323 8324 8325 8326 8327 8328 8329 8330
6.900.834,00 8.194.000,00 8.565.000,00 8.736.375,00 9.202.000,00 9.335.700,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.410.000,00 9.587.000,00 9.587.000,00 9.587.000,00 9.587.000,00 9.587.000,00 9.590.800,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 9.646.000,00 ... ... ... 50.800.000,00 50.800.000,00 50.800.000,00 50.800.000,00 50.800.000,00 50.800.000,00 50.805.472,00 50.870.000,00 50.870.000,00 50.870.000,00 50.870.000,00
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ... ... ... 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
8331 8332 8333 8334 8335 8336 8337 8338 8339 8340 8341 8342 8343 8344 8345 8346 8347 8348 8349 8350 8351 8352 8353 8354 8355 8356 8357 8358 8359 8360 8361 8362 8363 8364 8365 8366 8367 8368 8369 8370 8371 8372 8373 8374 8375 8376 8377
50.870.000,00 50.870.000,00 50.870.000,00 50.873.000,00 50.873.000,00 50.874.800,00 50.875.000,00 50.875.000,00 50.875.000,00 50.875.000,00 50.919.075,00 50.986.500,00 50.990.266,00 51.000.000,00 51.016.500,00 51.063.536,00 51.063.536,00 51.063.536,00 51.064.333,00 51.166.633,00 51.166.667,00 51.166.667,00 51.252.875,00 51.279.950,00 51.359.500,00 51.472.467,00 51.562.467,00 51.562.467,00 51.565.625,00 51.606.450,00 51.634.866,00 51.645.161,00 51.781.234,00 51.784.563,00 51.800.000,00 51.810.067,00 51.833.382,00 51.833.382,00 51.936.200,00 52.000.000,00 52.000.000,00 52.000.000,00 52.256.800,00 52.256.800,00 52.264.063,00 52.308.350,00 52.417.050,00
1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
95 Lanjutan Lampiran 10. B. Band Rp. 10.000.000 NO DEBITUR
EKSPOSUR
KATEGORI
8378 8379 8380 8381 8382 8383 8384 8385 8386 8387 8388 8389 8390 8391 8392 8393 8394 8395 8396 8397 8398 8399 8400 8401 8402 8403 8404 8405 ... ... ... 9508 9509 9510 9511 9512 9513 9514 9515 9516 9517 9518 9519
52.514.784,00 52.562.125,00 52.667.000,00 52.669.500,00 52.760.881,00 52.760.881,00 52.760.882,00 52.760.882,00 52.760.882,00 52.760.882,00 52.845.750,00 52.877.313,00 52.903.217,00 53.000.000,00 53.000.000,00 53.000.000,00 53.000.000,00 53.000.000,00 53.040.779,00 53.138.203,00 53.145.400,00 53.161.850,00 53.202.742,00 53.265.497,00 53.318.100,00 53.318.100,00 53.402.026,00 53.468.300,00 ... ... ... 100.800.000,00 100.800.000,00 100.800.000,00 101.088.250,00 101.194.347,00 101.299.300,00 101.429.667,00 101.467.275,00 101.467.275,00 101.500.000,00 101.506.200,00 101.590.250,00
1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 4 4 1 2 1 2 1 1 1 1 ... ... ... 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9520 9521 9522 9523 9524 9525 9526 9527 9528 9529 9530 9531 9532 9533 9534 9535 9536 9537 9538 9539 9540 9541 9542 9543 9544 9545 9546 9547 9548 9549 9550 9551 9552 9553 9554 9555 9556 9557 9558 9559 9560 9561 9562 9563 9564 9565 9566
101.686.700,00 101.943.733,00 102.000.000,00 102.000.000,00 102.159.964,00 102.386.334,00 102.400.000,00 102.422.775,00 102.445.750,00 102.501.500,00 102.709.625,00 102.761.390,00 102.764.581,00 102.784.200,00 103.000.000,00 103.185.881,00 103.322.975,00 103.328.666,00 103.370.625,00 103.370.625,00 103.396.250,00 103.562.566,00 103.613.125,00 103.700.000,00 103.707.934,00 103.744.350,00 103.768.800,00 103.810.166,00 103.859.025,00 103.865.200,00 103.979.300,00 103.981.125,00 103.981.125,00 104.137.200,00 104.137.200,00 104.179.200,00 104.264.581,00 104.322.400,00 104.355.417,00 104.383.190,00 104.451.167,00 104.506.300,00 104.632.200,00 104.646.900,00 104.707.450,00 104.742.633,00 104.823.450,00
1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
96 Lanjutan Lampiran 10. C. Band Rp. 25.000.000 NO DEBITUR
EKSPOSUR
KATEGORI
9567 9568 9569 9570 9571 9572 9573 9574 9575 9576 9577 9578 9579 9580 9581 9582 9583 9584 9585 9586 9587 9588 9589 9590 9591 9592 9593 9594 9595 ... ... 11298 11299 11300 11301 11302 11303 11304 11305 11306 11307 11308 11309
105.000.000,00 105.000.000,00 105.000.000,00 105.000.000,00 105.000.000,00 105.000.000,00 105.000.000,00 105.025.000,00 105.311.677,00 105.311.677,00 105.311.678,00 105.311.678,00 105.342.800,00 105.447.145,00 105.520.739,00 105.668.104,00 105.727.800,00 105.856.550,00 105.856.550,00 105.875.833,00 105.903.650,00 105.924.950,00 105.924.950,00 105.924.950,00 105.939.800,00 106.087.800,00 106.087.800,00 106.087.800,00 106.298.984,00 ... ... 228.900.000,00 229.580.266,00 231.345.600,00 231.384.500,00 231.590.996,00 233.000.000,00 233.453.966,00 233.765.200,00 234.105.900,00 234.254.400,00 234.351.000,00 234.955.867,00
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ... ... 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1
11310 11311 11312 11313 11314 11315 11316 11317 11318 11319 11320 11321 11322 11323 11324 11325 11326 11327 11328 11329 11330 11331 11332 11333 11334 11335 11336 11337 11338 11339 11340 11341 11342 11343 11344 11345 11346 11347 11348 11349 11350 11351 11352 11353 11354 11355 11356
237.031.650,00 237.183.296,00 237.341.667,00 237.540.666,00 237.556.867,00 237.949.600,00 239.175.600,00 239.271.000,00 239.740.800,00 239.958.300,00 240.000.000,00 240.178.466,00 240.627.467,00 241.400.000,00 243.052.500,00 244.000.000,00 244.164.300,00 244.869.500,00 245.890.433,00 246.065.400,00 246.629.334,00 247.592.914,00 247.841.400,00 247.887.000,00 248.034.000,00 248.737.350,00 249.000.000,00 249.018.000,00 249.500.000,00 249.501.416,00 249.884.800,00 250.000.000,00 250.000.000,00 252.053.877,00 253.633.000,00 255.000.000,00 255.337.250,00 255.497.867,00 256.697.500,00 257.189.133,00 257.500.000,00 258.236.800,00 258.633.800,00 258.640.000,00 259.000.000,00 259.229.466,00 259.583.609,00
1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2
97 Lanjutan Lampiran 10. D. Band Rp 100.000.000 NO DEBITUR
EKSPOSUR
11357 11358 11359 11360 11361 11362 11363 11364 11365 11366 11367 11368 11369 11370 11371 11372 11373 11374 11375 11376 11377 11378 11379 11380 11381 11382 11383 11384 11385 ... ... 11465 11466 11467 11468 11469 11470 11471 11472 11473 11474 11475 11476
262.880.666,00 265.129.200,00 265.750.800,00 265.777.200,00 268.000.000,00 268.470.800,00 268.703.400,00 268.960.667,00 270.000.000,00 270.500.000,00 271.147.300,00 272.217.300,00 273.833.400,00 273.904.000,00 274.549.800,00 274.703.067,00 274.858.733,00 277.804.133,00 279.071.400,00 279.756.533,00 281.814.500,00 282.293.900,00 282.605.500,00 282.684.150,00 283.933.000,00 284.039.866,00 284.274.800,00 285.049.000,00 285.972.500,00 ... ... 386.070.800,00 387.748.000,00 390.527.850,00 395.705.833,00 395.705.834,00 398.397.867,00 404.223.088,00 407.734.300,00 413.647.800,00 424.835.000,00 430.720.000,00 431.119.623,00
KATEGORI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ... ... 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1
11477 11478 11479 11480 11481 11482 11483 11484 11485 11486 11487 11488 11489 11490 11491 11492 11493 11494 11495 11496 11497 11498 11499 11500 11501 11502 11503 11504 11505 11506 11507 11508 11509 11510 11511 11512 11513 11514 11515 11516 11517 11518 11519 11520 11521 11522 11523
434.020.200,00 434.153.744,00 438.948.900,00 442.059.200,00 444.723.600,00 450.455.200,00 454.859.946,00 455.000.000,00 459.455.600,00 460.000.000,00 461.465.800,00 463.383.850,00 463.965.084,00 463.983.500,00 468.378.800,00 472.797.900,00 478.028.917,00 479.389.300,00 483.527.750,00 484.194.000,00 487.720.700,00 489.060.600,00 498.540.400,00 511.060.800,00 543.551.000,00 547.775.466,00 559.929.300,00 575.510.300,00 589.826.900,00 600.871.000,00 623.237.000,00 635.810.667,00 650.000.000,00 653.730.000,00 659.172.200,00 672.670.100,00 683.974.314,00 691.380.700,00 758.169.667,00 769.570.400,00 791.411.667,00 824.583.800,00 826.533.700,00 889.934.400,00 932.288.266,00 933.424.266,00 972.712.667,00
1 4 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1
98
Lanjutan Lampiran 10. E. Band Rp 500.000.000 NO DEBITUR
EKSPOSUR
11524 11525 11526 11527 11528 11529 11530 11531 11532 11533 11534 11535 11536 11537 11538 11539
1.068.961.600,00 1.074.506.666,00 1.100.000.000,00 1.250.792.200,00 1.429.411.200,00 1.443.766.900,00 1.480.000.000,00 1.500.000.000,00 1.632.287.000,00 1.961.798.434,00 2.112.063.500,00 2.307.496.200,00 2.949.757.000,00 2.986.535.134,00 4.779.666.100,00 4.861.958.167,00
KATEGORI
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1