ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI UPTD PUSKESMAS BANTAR Lilis Rismawati1) Kamiel Roesman Bachtiar, Rian Arie Gustaman2) Garut (
[email protected])1) Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya (www.unsil.ac.id)2)
ABSTRAK Program UKGS diarahkan kepada penanaman kebiasaan memelihara diri sejak dini, agar murid mempunyai pengetahuan, kesadaran dan kemampuan dalam mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut serta dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencari pengobatan yang memadai sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Keberhasilan program UKGS erat kaitannya dengan berjalannya fungsi manajemen di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen program UKGS ditinjau dari berbagai faktor yang menghambat dalam fungsi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (analisis deskriptif) dengan jenis penelitian pendekatan kualitatif. Informan penelitian ini adalah 3 orang petugas UKGS, 7 orang guru UKS dan 7 orang murid SD yang diambil secara acak dari 7 SD dengan jumlah informan 17 orang. Informasi diperoleh melalui metode indefth interview dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan program UKGS di UPTD Puskesmas Bantar yaitu pada tahap perencanaan petugas harus mengidentifikasi masalah dan prioritasnya serta mengkaji hambatan dan kelemahan program; tahap pelaksanaan cakupan UKGS yang belum tercapai yaitu: kegiatan sikat gigi masal mencapai 42,9%, siswa yang memperoleh perawatan yaitu 2,2%, frekuensi pemeriksaan petugas kesehatan ke
SD/MI secara keseluruhan baru dilaksanakan
minimal 1 kali, tidak dilakukannya pembinaan ke guru UKS; tahap pengorganisasian perlu mengkaji lebih dalam lagi tentang tugas pokok dan fungsi petugas UKGS; perlu ditingkannya pengawasan dan secara berjenjang di tingkat Dinas Kesehatan terhadap kegiatan di Puskesmas, dan Puskesmas juga mengadakan pengawasan ke Sekolah. Kata kunci: manajemen, UKGS, cakupan, petugas, murid
ABSTRACT UKGS program is directed to thehabit investment in keeping self earlier, so that students have knowledge, consciousness, and ability to prevent teeth deases and mouth as well as can take a step that is appropriate to seek a medicinal treatment that is sufficient until degree of teeth and mouth health which is optimal can be achieved. The success of UKGS program related to the implementation of management program of UKGS is surveyed from some factors which obstruct in function: planning, organizing, implementation, supervision. This research used study case method (descriptive analysis) and the kind of research of qualitative appproah. The informant of this research is 3 people the implementer of UKGS, 7 people UKS teacher and 7 people student of elementary school that is taken with random from elementary schools with total informant 17 people. The information is acquired through indefth interview and triangulation. The result of research showed a factor that became inhibitor in implementation of UKGS at UPTD clinic Bantar is in step of functionary planning must identify the problem and its priority and inspect the obstacle as well as the weakness of program; the step of UKGS implementation that has not yet been achieved is the activity of massive tooth brush till 42,9%, students who get treatment is 2,2%, the frequency of check up of health implementer to elementary shool/MI entirely and then it is implemented minimal once; the step of organizing needs to inspect more about the principal task and function of UKGS functionary; the step of supervision of Health Departement must improve frequency supervision and evaluation toward activities that are implemented by Clinic, and Clinic that can make a supervision at schools. Keyword
: management, UKGS, scope, functionary, students
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu usaha pokok Puskesmas yang termasuk dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Termasuk di dalam program UKGS adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid-murid sekolah dasar, yaitu meliputi Dental Health Education dan pemeriksaan gigi dan mulut (Darwita, 2006). Untuk melihat berjalannya fungsi manajemen program UKGS di puskesmas, maka penulis akan menelaah lebih lanjut tentang Program UKGS yang dilaporkan oleh Puskesmas, terutama yang erat kaitannya dengan Manajemen UKGS yang
berdasarkan teori fungsi manajemen (G.R. terry), yaitu: planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (fungsi penggernakan pelaksanaan), controlling (pengawasan dan pengendalian) sesuai dengan fungsi manajemen yang digunakan Depkes. R.I., (Muninjaya, 2004). Berdasarkan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya diperoleh data UKGS tahun 2011, dari 20 Puskesmas yang menjadi wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, didapat data Puskesmas Bantar yaitu, untuk pelayanan ke SD: (1). Kegiatan penyuluhan
melakukan 23 kali dalam 1 tahun, (2). Kegiatan sikat gigi masal tidak
melakukan, (3). untuk perawatan medik dasar melakukan
4,2%. Sedangkan untuk
pelayanan ke TK: (1). untuk kegiatan penyuluhan melakukan 5 kali dalam 1 tahun, (2). Kegiatan sikat gigi masal tidak melakukan, (3).untuk perawatan tidak melakukan. 2. Tujuan Penelitian Menganalisis manajemen program UKGS ditinjau dari berbagai faktor yang menghambat dalam fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan sehingga dapat dicari pemecahannya untuk meningkatkan cakupan pelaksanaan program UKGS siswa/i SD/MI di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bantar Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun 2012.
METODE PENELITIAN Jenis peneilitian yang digunakan adalah studi kasus, dengan menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku, seperti transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, rekaman dan lain-lain. Menurut Bungin (2010), di dalam metode penelitian kualitatif, umumnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik, salah satunya adalah metode wawancara mendalam (indepth interview). Setelah informasi diperoleh melalui wawancara mendalam, maka dilakukan cross-check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, metode ini diantaranya: (1). Focus group discussion (FGD), (2). Triangulasi.
PEMBAHASAN Hasil wawancara mendalam yang berkaitan dengan manajemen pelaksanaan program UKGS di Puskesmas Bantar, yaitu meliputi tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan program UKGS. Hasil analisis dari manajemen Pelaksanaan UKGS di Puskesmas Bantar di tinjau dari berbagai faktor diantaranya: 1. Tahap Perencanaan program UKGS (P1) Muninjaya (2004), mengemukakan ada lima (5) langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah perencanaan, yaitu: Analisis situasi (pengumpulan data primer dan sekunder), mengidentifikasi masalah dan prioritasnya, menentukan tujuan program, mengkaji hambatan dan kelemahan program, dan menyusun rencana kerja operasional (RKO) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan petugas pelaksana UKGS, diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan perencanaan UKGS hal yang dilakukan yaitu mengetahui jumlah sekolah, meminta data murid dari tiap sekolah, mengatur tenaga dan mengatur jadwal pelaksanaan UKGS. Selain itu informasi diperoleh melalui telaah dokumen laporan kegiatan Puskesmas, bahwa selain analisis situasi dengan pengumpulan data, petugas juga menentukan tujuan program yaitu kegiatan dilaksanakan untuk mengurangi angka karies gigi pada murid sekolah. Serta petugas melaksanakan penyusunan RKO seperti mengatur tenaga, jadwal pelaksanaan UKGS, dan penentuan sumber dana yang berasal dari BOK. Hal ini diperkuat dengan pernyataan informan triangulasi (guru UKS) bahwa sebelum melaksanakan kegiatan, petugas datang untuk meminta data dan memberikan jadwal kegiatan. Berdasarkan informasi hasil wawancara, maka dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan perencaanan program UKGS petugas hanya melaksanakan kegiatan analisis situasi, menentukan tujuan program dan penyusunan RKO, sedangkan mengidentifikasi masalah dan prioritasnya serta mengkaji hambatan dan kelemahan program tidak dilaksanakan. Menurut petugas, alasan dari tidak sempurnanya pelaksanaan pada tahap ini, yaitu bahwa adanya keterbatasan waktu dan tenaga, dikarenakan petugas harus menjalankan pelayanan di Balai Pengobatan Gigi juga, dan program yang direncakan bukan hanya satu program saja, sehingga tidak sempat untuk melakukan identifikasi masalah ke lapangan
terkait program yang akan dijalankan. Selain itu dalam mengkaji hambatanpun tidak sempat dilaksanakan, dengan alasan yang diungkapkan sama, yaitu keterbatasana waktu dan tenaga. 2. Tahap Pengorganisasian Program UKGS (P2) Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan wewenang dapat diketahui melalui struktur organisasi yang dianut. Wewenang seseorang dalam sebuah organisasi dibatasi melalui uraian tugasnya sesuai dengan fungsi dan kedudukan staf di dalam sebuah organisasi (Muninjaya, 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan petugas pelaksana UKGS, diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan pengorganisasian menyatakan tidak ada masalah, kerja sama lintas sektor sudah terjalin dengan baik begitu pula dengan pembagian tugas ada di struktur organisasi di Puskesmas, namun petugas tidak dapat menyebutkan secara rinci tentang tugas pokok dan fungsi petugas UKGS, karena yang disebutkan hanya kegiatan penyuluhan, pemeriksaan, sikat gigi masal, dan tindakan perawatan di kerjakan di Puskesmas. Sedangkan tugas pokok dan fungsi petugas UKGS menurut Depkes R.I., (1996) merupakan kegiatan tim, dimana tugasnya adalah: a. Dokter Gigi 1) Penanggung jawab pelaksanaan operasional. 2) Bersama Kepala Puskesmas dan Perawat gigi menyusun rencana kegiatan, memonitoring program dan evaluasi. 3) Membina integrasi dengan unit-unit yang terkait. 4) Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi, UKS, guru SD dan dokter kecil. 5) Bila tidak ada perawat gigi, dokter gigi dapat sebagai pelaksana UKGS. b. Perawat Gigi 1) Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD. 2) Membina kerjasama dengan tenaga UKS dan Depdikbud. 3) Melakukan persiapan/ lokakarya mini untuk menyampaikan rencana kepada pelaksana terkait.
4) Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS (data sosiodemografis dan epidemiologis). 5) Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif. 6) Monitoring pelaksanaan UKGS 7) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan. 8) Evaluasi program Berdasarkan analisis pada saat penelitian, petugas kurang bisa menjelaskan tugas pokok dan fungsi sebagai petugas UKGS, dikarenakan tidak hapalnya secara keseluruhan akan tugas pokok dan fungsi, karena berdasarkan analisis yang didapat, petugas bukan hanya melaksanakan kegiatan pada waktu terlibat pemeriksaan ke Sekolah saja, tapi sebelumnya petugas menyusun sebagian tahapan perencanaan seperti pengumpulan data, mengatur jadwal kegiatan, dan mengatur tenaga, yang lainnya yaitu melakukan kerjasama dengan lintas sektor, melaksakan pencatatan dan pelaporan, namun ada hal-hal yang tidak terlaksana yaitu tidak melaksanakan persiapan lokakarya mini untuk membina Guru UKS, tidak melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif. Sehingga dengan tidak hapalnya tugas pokok dan fungsi sebagai petugas UKGS dapat mempengaruhi terhadap pelaksanaan kegiatan UKGS di Puskesmas Bantar. 3. Tahap Pelaksanaan program UKGS (P2) Berdasarkan standar pelayanan minimal Puskesmas, tahapan pelaksanaan UKGS yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Paket Minimal UKS yaitu UKGS Tahap I Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang ada di Puskesmas. Kegiatan berupa: 1) Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh guru 2) Pencegahan penyakit gigi dan mulut berupa kegiatan bimbingan pelihara diri bagi murid SD, minimal untuk kelas I, II, III berupa : sikat gigi massal dan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1(satu) kali sebulan. 3) Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi yang memerlukan. b. Paket Standar UKS yaitu UKGS Tahap II Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah terjangkau oleh tenaga, sedangkan fasilitas kesehatan gigi puskesmas masih terbatas. Kegiatan berupa:
1) Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi). 2) Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh guru sesuai dengan kurikulum. 3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut SD minimal untuk kelas I, II, III berupa : a) Sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1(satu) kali sebulan b) Pembersihan karang gigi 4) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas 1 diikuti pencabutan gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas. 5) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. 6) Pelayanan medik gigi dasar bagi murid yang membutuhkan perawatan. 7) Rujukan bagi yang memerlukan. c. Paket Optimal UKS yaitu UKGS Tahap IIl Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD yang sudah terjangkau oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan gigi yang dimiliki puskesmas sudah memadai. Kegiatan berupa: 1) Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi). 2) Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kurikulum. 3) Pencegahan penyakit gigi dan mulut SD minimal untuk kelas I, II, III berupa : a) Sikat gigi masal dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1(satu) kali sebulan b) Intensifikasi aplikasi fluor (antara lain berupa berkumur-kumur dengan fluor), dikhususkan di daerah-daerah yang atas dasar penelitian epidemiologic menunjukkan adanya perubahan dalam pola karies pada gigi tetap. c) Pembersihan karang gigi 4) Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas 1 diikuti pencabutan gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas. 5) Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-VI. 6) Pelayanan medik gigi dasar pada murid kelas terpilih/selektif sesuai kebutuhan. 7) Rujukan bagi yang memerlukan. Cakupan pelaksanaan UKGS di Puskesmas dapat diukur bila target atau sasaran
program UKGS ada, sasaran dari program UKGS salah satunya adalah murid SD. Adapun indikator sasaran dalam ketentuan Dep.Kes.R.I. (2000) dijelaskan bahwa: sebanyak 100% SD mendapatkan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, minimal 80% SD melaksanakan sikat gigi masal, frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal 2 kali pertahun, minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik gigi dasar, dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan. Hasil wawancara dengan informan petugas pelaksana UKGS yaitu, kegiatannya sudah rutin dilaksanakan tiap tahun, minimal 1 tahun sekali untuk semua Sekolah Dasar dan kadang sampai 2 kali, kegiatannya yaitu penyuluhan dan pemeriksaan, dan kadang-kadang sikat gigi masal, namun jarang terlaksana karena keterbatasan waktu, tenaga dan sarana prasarana, meliputi: tidak adanya kit UKGS dari Dinas seperti alat diagnostik pemeriksaan, alat penambalan dan alat pencabutan serta tidak adanya transportasi khusus untuk petugas UKGS. Kegiatan lainnya yang belum tercapai adalah pelaksanaan lokakarya mini dengan pembinaan terhadap guru dan dokcil dikarenakan keterbatasan dana dan waktu, namun untuk pelaksanaan pelatihan dan pembinaan dokcil sedang dipersiapkan, yaitu akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2012. Tapi untuk pembinaan terhadap guru UKS tidak dilaksanakan, padahal hal ini lebih penting untuk dilaksanakan karena peran guru terhadap murid sangat berperan besar. Selain berdasarkan hasil wawancara, informasi kegiatan UKGS juga didapat dari telaah laporan kegiatan UKGS yang mencakup: (1) kegiatan penyuluhan dilaksanakan mencapai 100% oleh guru melalui pelajaran materi kesehatan dan oleh petugas dilaksanakan melalui metode CST (chair side talk) yaitu penyuluhan dilakukan secara langsung pada murid yang diperiksa di kursi tempat pemeriksaan, (2) kegiatan sikat gigi masal untuk tahun 2012 petugas tidak melaksanakan namun ada 3 sekolah yang rutin melaksanakan kegiatan sikat gigi masal di pelajaran materi kesehatan di sekolah, sehingga jika ada kerjasama yang baik antara guru dan petugas maka dapat dilaporkan bahwa pencapaian sikat gigi masal mencapai
42,9 % dari standar minimal sebanyak 80%, (3) jumlah sekolah yang
melaksanakan UKGS yaitu sebanyak 7 SD (100%), (4) cakupan siswa SD jenjang kelas terpilih yang perlu perawatan yaitu sebanyak 224 murid dari 311 siswa yang diperiksa, dan
yang memperoleh perawatan yaitu sebanyak 5 orang (2,2%) dari standar minimal 80%, (5) prevalensi karies gigi anak sebesar 72%, (6) frekuensi pemeriksaan petugas kesehatan ke SD/MI sebanyak 9 kali dengan masing-masing 1 kali ke SD dan 2 kali ke 2 SD yang berdekatan dengan Puskesmas, (7) rapat rutin bulanan/tahunan untuk membahas program dan cakupan UKGS, kadang-kadang tidak dilaksanakan secara rutin tiap bulan, tapi disesuaikan dengan pelaksanaan UKGS. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan program UKGS petugas baru mendekati paket standar tahap ll, namun pelaksanaan sikat gigi masal di setiap sekolah belum terealisasi secara rutin dan keseluruhan dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan sarana prasarana dari pihak Puskesmas dan Sekolah, padahal hal tersebut dapat dilakukan jika pihak Puskesmas dapat bekerjasama dengan pihak sekolah dan melakukan pembinaan terhadap guru tentang pentingnya melaksanakan sikat gigi masal karena dapat mencegah terjadinya karies gigi, sehingga sekolah dapat melaksanakan sikat gigi masal secara mandiri dan rutin. Diharapkan kegiatan-kegiatan yang belum tercapai dalam cakupan pelaksanaan UKGS dapat tercapai secara maksimal sesuai dengan cakupan yang telah ditentukan. 4. Tahap Pengawasan program UKGS (P3) Pengawasan dan pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan (Muninjaya, 2004). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan petugas pelaksana UKGS, diperoleh informasi menyatakan bahwa tidak ada kejelasan target dari Dinas Kesehatan tentang waktu pelaksanaan UKGS karena jarang ada pengawasan dan tindak lanjut dari pihak Dinas akan pelaksanaan UKGS. Untuk laporannya tiap bulan dan kegiatan yang dilaporkan yaitu jumlah murid yang diperiksa dan perlu tindak lanjutnya, jumlah murid yang mendapat perawatan, jumlah kegiatan penyuluhan, pembinaan, kegiatan sikat gigi masal, dan kegiatan lain sesuai dengan yang ada di format laporan bulanan. Berdasarkan informasi hasil wawancara, maka dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan pengawasan program UKGS Dinas Kesehatan Kota Tasimalaya harus lebih meningkatkan lagi frekuensi pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas, serta perlu memberikan kejelasan tentang waktu pelaksanaan
UKGS yang harus dilaksakan setiap tahunnya dan jenis kelas sasaran yang harus dibina di Sekolah Dasar oleh petugas UKGS. Namun, berdasarkan pernyataan informan pada saat triangulasi, pihak Puskesmaspun tidak melaksanakan pembinaan khusus kepada guru UKS/ guru BP terkait pelaksanaan program UKGS serta tidak dimintanya laporan oleh petugas UKGS, dan hal ini pun bisa menjadi alasan mengapa program UKGS, terutama pelaksanaan sikat gigi masal tidak terlaksana secara menyeluruh, padaha hal ini penting untuk dilakukan karena dengan terlaksananaya kegiatan pereventif seperti pelaksanaan sikat gigi masal secara rutin yaitu minimal dilaksanakan 1 bulan sekali di Sekolah sehingga dapat mencapai tujuan dari program UKGS itu sendiri, yaitu dapat menurunkan angka karies gigi pada anak usia dini.
PENUTUP 1. Kesimpulan a.
Tahap perencanaan UKGS petugas hanya melaksanakan kegiatan analisis situasi, menentukan tujuan program dan penyusunan RKO, sedangkan mengidentifikasi masalah dan prioritasnya serta mengkaji hambatan dan kelemahan program tidak dilaksanakan.
b. Tahap pengorganisasian, secara keseluruhan sudah terlaksana, namun untuk pemahaman tugas pokok dan fungsi petugas pelaksana program UKGS masih kurang. c. Tahap pelaksanaan program UKGS petugas mendekati paket standar UKS yaitu UKGS tahap ll, namun pelaksanaan sikat gigi masal dan pembinaan guru UKS/guru BP oleh petugas kesehatan gigi di setiap sekolah belum terealisasi secara rutin, dan keseluruhan dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan sarana prasarana dari pihak Puskesmas. Selain itu hal-hal yang belum tercapai dalam cakupan pelaksanaan UKGS adalah: (a) kegiatan sikat gigi masal mencapai 42,9% dari standar minimal sebanyak 80%, (b) siswa yang memperoleh perawatan yaitu 2,2% dari standar minimal 80%, (c) prevalensi karies gigi anak masih tinggi yaitu sebesar 72%, (d) frekuensi pemeriksaan petugas kesehatan ke SD/MI secara keseluruhan baru dilaksanakan minimal 1 kali, dari standar minimal 2 kali dilakukan setiap tahunnya. d. Tahap pengawasan program UKGS, Dinas Kesehatan Kota Tasimalaya harus lebih meningkatkan lagi frekuensi pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Puskesmas, serta perlu memberikan kejelasan tentang waktu pelaksanaan
UKGS yang harus dilaksakan setiap tahunnya dan jenis kelas sasaran yang harus dibina di Sekolah Dasar oleh petugas UKGS. Begitu juga dengan petugas UKGS perlu melakukan pengawasan terhadap kegiatan guru terkait dengan kegiatan di Sekolah. 2. Saran 1. Bagi Sekolah binaan UKGS a. Dapat meningkatkan perhatian guru terkait kesadaran memelihara kesehatan gigi murid dengan memberikan penyuluhan secara rutin dalam pelajaran kesehatan b. Dapat meningkatkan tindakan pencegahan terhadap karies gigi dan perawatan gigi sejak masih dini, seperti sikat gigi masal dan melakukan rujukan ke Puskesmas pada saat ada murid yang mengeluh sakit. 2. Bagi petugas UKGS (dokter gigi dan perawat gigi) di UPTD Puskesmas Bantar: a. Petugas UKGS diharapkan dapat melakukan penyempurnaan dalam tahap-tahap perencanaan kegiatan yaitu pada tahap mengidentifikasi masalah dan prioritasnya serta mengkaji hambatan dan kelemahan program. b. Petugas UKGS dapat meningkatkan pemahamannya terhadap tugas pokok dan fungsi sebagai petugas UKGS, serta dalam hal kerjasama lintas sektor. c. Petugas UKGS diharapkan lebih meningkatkan lagi hasil pencapaian kegiatan UKGS. d. Perlu ditingkatkannya pengawsan secara rutin dari Puskesmas ke Sekolah terhadap kegiatan UKGS. 3. Bagi UPTD Puskesmas Bantar a. Dapat meningkatkan lagi sistem manajemen program UKGS, baik dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. b. Kepala
Puskesmas
dapat
meningkatkan
perhatiannya
terhadap
program
pengembangan Puskesmas, terutama program UKGS sehingga dapat dianggap penting untuk mecapai cakupan kegiatan sesuai dengan indikator cakupan UKGS. 4. Bagi Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya a. Dapat meningkatkan frekuensi pengawasan secara berjenjang dan analisis tindak lanjut terkait pelaksanaan program-program Puskesmas, khusunya program UKGS, sehingga dapat di evaluasi. b. Dapat menentukan sasaran dan target yang jelas dalam pelaksanaan UKGS yang harus dilakukan.
c. Dapat memenuhi SDM yang diperlukan untuk menunjang terlaksananya program UKGS, baik dalam hal pendanaan ataupun sarana prasarana lainnya. d. Dapat mengambil tindakan/sangsi yang tegas terhadap Puskesmas yang tidak melaksanakan kegiatan secara optimal/sesuai target dan memberikan reward/ penghargaan kepada Puskesmas yang berprestasi dalam mencapai target kegiatan, sehingga memberikan semangat/ stimulant bagi Puskesmas lain untuk menuju ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010. Darwita,
R.R.
et
all.,
Keberhasilan
Program
UKGS
dan
Peran
Guru,
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/443bebdb89696fd9cae56da1592b411735561fb 0.pdf, 2006. Departemen Kesehatan R.I., Tata Cara kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Direktorat jenderal Pelayanan Medik, Jakarta, 1995. ----------------------------------------, Pedomanan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, Direktorat jenderal Pelayanan Medik, Jakarta, 1996. ----------------------------------------, Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut, Jakarta, 1999. ---------------------------------------, Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, Jakarta, 2000. -------------------------------------, Pedoman Penyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, Jakarta, 2004. Herijulianti, dkk., Pendidikan Kesehatan Gigi ll, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002. Muninjaya, A.A.Gde., Manajemen Kesehatan Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004. Notoatmodjo, Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT.Rineka Cipta, Jakarta. Panjaitan, M., Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal Ed ke-1, USU Pre9s, Medan, 1997. Situmorang, N., Perilaku Pencarian Pengobatan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Penunjang Poliklinik Gigi Puskesmas di Dua Kecamatan Kota Medan, Dentika Dental Journal, Medan, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2012.