PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM KECAMATAN DARUSSALAM IMPLEMENTATION OF HEALTH BUSINESS SCHOOL IN PRIMARYHEALTH CARE WORK AREADISTRICT DARUSSALAM Ahmad Najjimi1,Rachmalia2 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,Fakultas keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ‘Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas, Fakultas Keperawatan Unsyiah Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Banyaknya sekolah sudah membentuk usaha kesehatan sekolah tapi belum melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah secara terencana, terpadu dan terarah, padahal UKS sebagai sebuah bentuk implementasi promosi kesehatan di sekolah, yang berfungsi sebagai saluran utama pembinaan kesehatan terhadap peserta didik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan usaha kesehatan sekolah baik dari segi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional. Jumlah responden 71 dipilih dengan menggunakan proportional random sampling dari jumlah populasi 356 orang siswa. Alat yang digunakan berupa kuesioner yang dibagikan ke seluruh responden, serta lembar observasi yang diisi oleh peneliti. Waktu dan tempat penelitianinidilakukanpadatanggal 23-26 Juli 2016 di SekolahDasar WilayahkerjaPuskesmasDarussalam Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan uks berada pada kategori baik (64,8%), pendidikan kesehatan berada pada kategori baik (47,6%), pelayanan kesehatan berada pada kategori kurang (56,3%), pembinaan lingkungan sekolah sehat berada pada kategori baik (80%). Diharapkan bagi institusi pendidikan dan kesehatan agar lebih meningkatkan pelaksanaan, serta terjalin kerjasama yang baik melalui upaya koordinasi yang lebih efektif saat pemantauan dan evaluasi program UKS. Kata kunci
: PelaksanaanUsahaKesehatanSekolah
ABSTRACT Many schools have formed a school health but has not yet implemented the school health in a planned, integrated and focused, whereas UKS as a form of implementation of health promotion in schools, which serve as the main channel of health guidance to learners. The purpose of the study is to examine the implementation of school health both in terms of health education, health services and fostering a healthy school environment. This research is a descriptive exploratory with cross-sectional design. The number of respondents 71 were selected using proportional random sampling of a population of 356 students. The tools used in the form of a questionnaire distributed to all respondents, as well as observation sheets filled out by the researcher. The time and place of this research was conducted on 23-26 July 2016 in Primary Schools Working area of Puskesmas Darussalam Aceh Besar. The results showed that the implementation of the uks are in good category (64.8%), health education are in good category (47.6%), health services are in a category of less (56.3%), development of healthy school environments that are in the category good (80%). It is expected for education and health institutions in order to further improve implementation, and established good cooperation through more effective coordination efforts currently UKS program monitoring and evaluation. Keywords
: Business Execution School Health
1
PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masalah kesehatan anak usia sekolah (7-12 tahun). Populasi anak usia sekolah merupakan komponen yang cukup penting dalam masyarakat,mengingat jumlahnya diperkirakan sepertiga dari jumlah penduduk indonesia (Pribadi, 2005). Tahun 2014 jumlah anak-anak sekolah dasar di Indonesia mencapai 29,47 juta jiwa dan jumlah institusi pendidikan di Indonesia khususnya sekolah dasar sebanyak 148.061. Sehingga sarana yang efektif untuk memberikan sosialisasi dan praktik kesehatan sejak dini pada anak-anak melalui sekolah (Depkes, 2015). Upaya pembinaan kesehatan pada anak usia sekolah perlu dikembangkan, mengingat kelompok tersebut sangat potensial sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pembangunan khususnya dibidang Kesehatan (Novita, 2008). Pembinaan lingkungan sekolah sehat merupakan perpaduan antara dua upaya dasar yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan. Hal ini agar dapat di terapkan dalam lingkungan sekolah berupa prilaku hidup bersih disekolah baik pada diri sendiri maupun lingkungan sekolah. Serta fasilitas-fasilitas sekolah dan juga bisa diterapkan diluar lingkungan sekolah yaitu kehidupan sehari-hari para peserta didik di lingkungan sosial. (Mubarak & Chayatin 2009) Hasil penelitian maupun pengamatan yang dilakukan baik oleh Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Agama, dan Departemen Dalam Negeri dapat disimpulkan berbagai masalah kesehatan anak usia sekolah, diantaranya masalah yang berkaiatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cacingan, diare, dan karies gigi/gigi berlubang. Selain itu juga ditemukan masalah gizi (gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih) dan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan sanitasi dasar yang kurang memenuhi syarat seperti tipus, kolera, dan disentri (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus setyo Wibowo tahun 2013 tentang
“Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah di sekolah dasar Negeri sekecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen”.Hasil yang diperoleh bahwa pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SD Negeri Se Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen tahun 2013 sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat sebanyak 67.86% dengan kategori baik, kemudian sebanyak 32,14% termasuk dalam katagori sangat baik dan termasuk dalam kategori kurang baik dan cukup baik tidak ada. Berdasarkan data dari Puskesmas Darussalam tahun 2015 jumlah Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas darussalam sebanyak 9 SD, dan 2 MIN, Diantara 11 sekolah tersebut, hanya 5 sekolah, yang mempunyai ruang UKS, dan 3 sekolah yang sudah terbentuk dokter kecil. Untuk kegiatan pelaksanaan UKS yang di lakukan oleh puskesmas diantaranya,pemeriksaan berkala pertama pada bulan Maret dan April, untuk penjaringan murid sekolah pada bulan Juli dan Agustus, sedangkan untuk pemeriksaan berkala kedua yaitu pada bulan Oktober dan November. Hasil data pada bulan Mei 2015 yang dilakukan pada 672 murid sekolah dasar wilayah kerja Puskesmas Darussalam didapatkan hasil murid dengan status gizi normal sebanyak 518 murid, gizi lebih sebanyak 3 murid, gizi kurang sebanyak 105 murid, karies gigi sebanyak 517 murid,gangguan dengan serumen sebanyak 443 murid, serta jumlah murid yang dirujuk ke Puskesmas sebanyak 7 murid.Dari hasil wawancara peneliti dengan Petugas UKS di Puskesmas Darussalam mengenai kendala dan permasalahan yang di hadapi yaitu tidak adanya tindak lanjut dari pihak sekolah mengenai tindakan kesehatan yang telah dilakukan oleh petugas puskesmas. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang, Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar wilayah kerja Puskesmas Darussalam kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar?
2
METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Desain yang digunakan adalah cross sectional yaitu untuk mengetahui variabel sebab atau resiko dan variabel akibat yang terjadi pada objek yang diukur dan dikumpulkan satukali saja dalam satu waktu (dalam waktu bersamaan) dan tidak ada follow up (Setiadi 2013). HASIL Data Demografi Data demografi responden pada penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin. Tabel 1.Distribusi Frekuensi Data Demografi Murid Sekolah Dasar Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (n=71) No Data demografi f % 1 Umur 10 tahun 3 4,2 11 tahun 66 93,0 12 tahun 1 1,4 13 tahun 1 1,4 2 Jenis Kelamin Laki-laki 23 32,4 Perempuan 48 67,6 3 Total 71 100 Berdasarkan tabel. 1 dapat diketahui bahwa distribusi umur yang paling banyak adalah 11 tahun yaitu 66 orang responden (93,0%). Untuk distribusi jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak 48 responden (67,6%). Sedangkan untuk distribusi kelas yaitu kelas VI sebanyak 71 orang responden (100%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Usaha KesehatanSekolah di SekolahDasarwilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar (n=71) No Katagori f % 1Baik4664,8 2Kurang2535,2 T0tal 71 100
Berdasarkan tabel. 2 menunjukan bahwa Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, berada pada kategori Baik sebanyak 46 responden (64,8 %) dari 71 orang responden. Tabel 3.Distribusi Frekuensi PendidikanKesehatanSekolah di SekolahDasarWilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (n=71) No 1 2 Total
Kategori Baik Kurang
f 48 23 71
% 67,6 32,4 100
Berdasarkan tabel.3 menunjukan bahwa Pendidikan Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori Baik sebanyak 48 orang responden (67,6%) dari total 71 responden. SekolahDasarWilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamata Darussalam Kabupaten Aceh Besar (n=71) No 1 2 Total
Kategori Baik Kurang
f 31 40 71
% 43,7 56,3 100
Berdasarkan tabel.4 menunjukan bahwa Pelayanan Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, berada pada kategori Kurang Baik sebanyak 40 responden (56,3%) dari 71 responden. Tabel. 5 Distribusi Frekuensi PembinaanLingkunganSekolahSehat di SekolahDasarWilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (n=71) No Kategori f % 1 Baik 9 82 2 Kurang 2 18 Total 71 100 Berdasarkan tabel.5 menunjukan bahwa Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, yang berada pada kategori Baik 3
sebanyak 9 Sekolah (82 %) dari total 10 pernyataan. PEMBAHASAN Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Secara umum Pelaksanaan Usaha Kesehatan sekolah berada pada katagori Baikyaitu berjumlah 46 responden (64,8%). Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan usaha kesehatan sekolah sudah di jalankan dengan baikdi lingkungan sekolah, agar anak anak didik mempunyai kemampuan hidup sehat yang lebih baik, serta dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis tanpa adanya gangguan fisik, baik terhadap dirinya sendiri, masyarakat ataupun kepada nusa dan bangsa. Menurut Notoatmodjo dkk, (2012). Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah sebuah bentuk implementasi promosi kesehatan di sekolah. Dalam buku panduan UKS yang di keluarkan oleh departemen kesehatan disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangan dan membimbing untuk menghayati, menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta didik (murid sekolah) sehari-hari. Hasil baik juga bisa dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Agus setyo Wibowo tahun 2013 tentang “ Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah di sekolah dasar Negeri sekecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen”. Hasil yang diperoleh bahwa pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SD Negeri se Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen tahun 2013 sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat sebanyak 67.86% dengan kategori baik, kemudian sebanyak 32,14% termasuk dalam katagori sangat baik dan termasuk dalam kategori kurang baik dan cukup baik tidak ada.
Hal ini sesuai dengan pendapat Selvia (2009),tujuan dari pada usaha kesehatan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersihdan sehat serta meningkatkan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkunganyang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Dari uraian diatas peneliti berpen dapat bahwa telaksananya pelaksanaan uks dengan baik disebabkan karena terjalinnya kerja sama yang baik, antara pihak sekolah sebagai institusi pendidikan dan pihak tenaga kesehatan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dengan menjalankan program penyuluhan mengenai pendidikan kesehata, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat di lingkungan sekolah, yang dilakukan baik oleh guru maupun tenaga kesehatan berupa penjelasan tentang hidup sehat, polamakan sehat, gizi seimbang, cara merawat kuku yang baik, bahaya merokok, cara mencuci tangan, pelayanan imunisasi, pemeriksaan telinga,penimbangan tinggi badan dan berat badan, pendataan murid baru untuk menjaring status kesehatan, pemeriksaan gigi dan mulut, pemberian obat cacing. Didalam lingkungan sekolah terdapatnya fasilitas serta sarana dan prasarana yang mendukung dalam telaksananya kebersihan lingkungan yang sehatdalam melaksanakan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah agar berjalan dengan yang diharapkan . Pendidikan Kesehatan diSekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa pelaksanaan usaha kesehatan sekolahyang diberikan oleh pengelola uks ditinjau dari pendidikan kesehatan berada pada katagori Baik yaitu sebanyak 48 responden (67,6%). TimPembina UKS(2008), menyatakanbahwapelaksanaankegiatanpendidik ankesehatandapat diberikan melaluikegiatan 4
intrakurikulerdan ekstrakurikuler.Kegiatan intrakurikulerdilaksanakanpada saatjampelajaranberlangsung sesuaidengan ketentuan yangberlaku. Pendidikaninitidakhanyadiberikanpadasaatmata pelajaranpendidikanjasmanisaja,namunbisajuga secaraintegratifpadasaat mata pelajaran lainnya disampaikankepada pesertadidik.Kegiatan ekstrakurikulerdilaksanakandiluarjampelajarany ang dilakukandisekolahatau diluar sekolah.Misalnya,melaksanakanpenyuluhantent anggizi,narkoba,dan sebagainyaterhadap pesertadidik. Hasil baik juga bisa dilihat dari penelitian hidayat (2011), yang berjudul pengetahuan, sikap dan prilaku siswa dan siswi tentang prilaku hidup bersih dan sehat melalui UKS di SD 258 Kelurahan Cibubur Jakarta Timur Tahun 2011. Dalam penelitian ini didapatkan hasi pengetahuan baik (56,2%), dan pengetahuan kurang 48%. Hal tersebut sesuai dengan persentase item pernyataan murid yang menjawab pernah mendapatkan “penyuluhan pendidikan tentang gizi seimbang”sebanyak 57 responden (80,3%). Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanam keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tau dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-bedayaitu berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masingmasingtermasukkepadaanakusiasekolah. Gizi yang baik untuk anak usia sekolah adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Nutrisi yang baik akan ikut membantu pencegahan terjadinya penyakit yang akut dan kronik. Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan halhal lainnya sehingga perlu pemantauan lebih dari orang tua(Supariasa, 2001). Dari hasil penelitian yang dilakukan Azzarkusuma 2013 tentang” Status gizi
berdasarkan pola makan anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rageg Tangerang tahun 2013” didapatkan hasil Pendudukyang mengkonsumsi makanan dengan nilai gizi di bawah 70% dari Angka KecukupanGizi(AKG)masihtinggi(40,6%)dan banyakdijumpaipadaanakusiasekolah(41,2%). Prevalensianak usia sekolah dengan statusgizikurusdiprovinsiBantensebesar9,5% lebih tinggidariangkanasional (7,6%). Berdasarkan uraian diatas masih ada masalah kesehatan gizi pada anak , hal ini dapat mempengaruhi kesehatan pada anak usia sekolah yang masih dalam tahap pendidika. Apabila kesehatan anak terganggu maka akan berdampak pada prestasi belajar anak. Dari data Nasional Indonesia didapatkan bahwa anemia gizi besi (AGB) masih diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil sekitar 3,4 juta anak usia sekolah menderita gangguan anak kekurangan yodium (GAKY) (Depkes,2007). Data diatas menunjukkan pentingnya kesehatan gizi pada anak sekolah, dikarenakan anak masih dalam tahap perkembangan dan pendidikan, hasil lainnya juga terlihat dari item pernyataan mengenai “pernah mendapatkan penjenlasan bahaya merokok” yaitu (78,9%), yang berarti semua responden pernah mendapatkan penyululuhan tentang bahaya merokok baik dari guru maupun dari petugas kesehatan, sedangkan (100%), siswa pernah menerima penjelasan yang berikan tentang merawat kuku yang baik agar tidak kotor. Hal ini menjelaskan pelaksanaan pendidikan kesehatan sudah dijalankan dengan baik, dimana siswa sudah sering mendapatkan penjelasan tentang pendidikan kesehatan. Menurut analisa peneliti kesehatan anak usia sekolah sangat ditentukan oleh pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan maupun kesehatan diri, agar terhindar dari penyakit dan juga keterlibatan baik dari institusi pendidikan maupun petugas kesehatan yang harus sejalan dalam menerapkan prilaku hidup sehat pada siswa.
5
Pelayanan kesehatan diSekolah DasarWilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah ditinjau dari Pelayanan kesehatan sekolah berada pada katagori kurang yaitu sebanyak 40 responden (56,3% ). Efendi&Makhfudli (2009), memaparkan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat dengan serangkaian kegiatan peningkatan status kesehatan (promotif) berupa penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan memberikan pelayanan kesehatan misalnya kegiatan cara menggosok gigi yang benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta cara memeriksa ketajaman penglihatan;kemudianpencegahan (preventif) berupa kegiatan peningkatan daya tahan tubuh misalnya imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas, kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan bagi siswa sekolah dasar kelas satu dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan bagi seluruh siswa; serta selanjutnya adalah pengobatan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal. Hasil Penelitian dan pembahasan Akbar 2008 dapat ditarik kesimpulan bahwa mekanisme organisasi UKS di Pusat Kegiatan Belajar Cipageran Kota Cimahi termasuk kategori cukup dengan porsentase 78,33%. Sementara di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Mandiri Cipageran Kota Cimahi termasuk kategori kurang dengan persentase 62,55%, Sementara di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina Mandiri Cipageran kota Cimahi termasuk kategori cukup dengan porsentase 77,22% dan kesediaan sarana dan prasarana UKS Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kota Cimahi dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Bina
Mandiri Cipageran Kota Cimahi termasuk kategori baik dengan persentase 66,67%. Hal tersebut sesuai dengan persentase jawaban responden yang menunjukkan “Sering mendapatkan pelayanan kesehatan pemeriksaan gigi dan mulut” yang di berikan oleh pihak puskesmas sebanyak 71 responden (100%). Penyebab masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya ialah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigidan mulut. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutsertapembinaan kesehatan gigi terutama padaanak usiasekolahperlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anaksedang menjalani proses tumbuh kembang, dan pada masa usia sekolah inianak masih sangatbergantung kepada orang dewasa dalamhal menjaga kesehatan dan kebersihan gigi, keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi selanjutnya sepertigigisusuyangterkena karies akan memengaruhi pada pertumbuhan gigi permanen nantinya. (Gunawan dkk 2012). Berdasarkan Data Riset kesehatan Dasar 2007, tingginya angka permasalahan gigi dan mulut di Indonesia mencapai 23,4% dengan salah satu Provinsi yang memiliki angka prevalensi tertinggi terdapat di Gorontalo (33,1%). Sedangkan pada tahun 2013, angka permasalahan gigi dan mulut di Indonesia mencapai 25,9% atau mengalami peningkatan sebesar 2,5%. Berdasarkan Uraian diatas menunjukkan masih kurang baik nya pelaksanaaan usaha kesehatan sekolah, sehingga masih perlunya dilaksanakan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan yang lebih rutin kepada anak usia sekolah mengingat masih banyaknya masalahmasalah kesehatan yang dialami oleh anak usia sekolah yang akan berdampak pada semangat serta prestasi dalam belajar, serta kedatangan pihak petugas kesehatan dari puskesmas yang kurang rutin mengunjungi sekolah untuk memberikan pelayanan kesehatan.
6
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas DarussalamKabupaten Aceh Besar Berdasarkan hasil penelitian yang diperlihatkan pada Tabel 5 bahwa Pembinaan lingkungan sekolah sehat berada pada katagori baik yaitu sebanyak 9 Sekolah (82%). Hasil ini menunjukkan lingkungan sekolah dalam penerapan lingkungan sehat sudah berjalan baik. Widajati (2002), menyatakan bahwa pembinaan lingkungan sehat sekolah adalah hal utama kegiatan yang dilakukan Usaha Kesehatan Sekolah untuk murid didikannya, hal ini untuk kesehatan lingkungan fisik, lingkungan psikososial dan lingkungan budaya, sehingga peserta didik mampu memelihara kebersihan, hal ini didapat melalu kegiatan pembinaan kesehatan. Kesehatan lingkungan tidak saja ditujukan pada kebersihan diri dan lingkungan fisiknya, tetapi lebih ditekankan pada faktor lingkungan psikososial (lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan disekolah dan diluar sekolah yang turut mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan siswa. Hal yang dapat dilakukan diantaranya pembinaan kebersihan pribadi sisiwa baik dalam penampilan maupun bebas dari tetularnya kuman penyakit infeksi maupun penyakit kelamin, dan pembinaan ruang sekolah, kebersihan lingkungan sekolah, kegiatan sekolah, lingkungan rumah. Hal tersebut sesuai dengan presentase yang didapatkan dalam penelitian diperoleh hasil yaitu dengan pernyataan “pencahayaan dari sinar matahari masuk keruang kelas” diperoleh 10 pernyataan (100%) dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, untuk pernyataan mengenai adanya jadwal piket di dalam kelas di peroleh hasil sebanyak 10 pernyataan (100%) ada terdapat jadwal piket dikelas dengan pembagian hari yang merata. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nadia tahun 2012 tentang “ Hubungan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah terhadap prilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD 13 seberang padang utara” didapatkan bahwa pelaksanaan
usaha kesehatan sekolah termasuk dalam kategori baik sebanyak 72,4% sedangkan kategori 27,6% menyatakan pelaksanaan uks dalam kategori sedang. Dari penelitian diatas berkaitan dengan pembinaan lingkungan sekolah sehat dikarenakan, prilaku hidup bersih dan sehat akan meningkatkan penegatahuan tentangKebersihan fisik, antara lain pembinaan kebersihan pribadi sisiwa baik dalam penampilan maupun bebas dari tetularnya kuman penyakit infeksi,Pembinaan lingkungan psikososial antara lain latihan kedisiplinan serta menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian diatas Peneliti berpendapat baik nya pembinaan lingkungan sekolah dikarnakan sudah tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung diarea lingkungan sekolah, seperti tempat sampah, tersedianya halaman dan kebun sekolah dan ruang kelas yang baik, seperti ada nya pencahayaan dari sinar matahari,kaca jendela dan lantai bersih, serta terdapat jadwal piket kelas yang telah di tentukan. REFERENSI Depkes. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta. Departemen Kesehatan RI 2007. Krida bina prilaku Hidup Bersih dan Sehat jakarta : Depkes RI Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. Mubarak, W.I, Chayatin, N, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo.(2012). Promosi kesehatan di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001.Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. W Gulo, 2001. Pendidiksn Kesehatan Sekolah, Jakarta : Grasindo.
7