HUBUNGAN PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO Setyoadi 1, Tina Handayani Nasution 2, Sri Indah Novianti 3 1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 3 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ABSTRAK Kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Derajat kesehatan siswa dapat ditingkatkan dengan melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan prestasi akademik siswa. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di 24 sekolah dasar negeri di Kecamatan Balen yang memiliki ruang UKS. Data pada penelitian ini dianalisa dengan menggunakan pearson corelation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan UKS 14 sekolah dasar (58,3%) di Kecamatan adalah kurang baik, dan 10 sekolah (41,7%) telah melaksanakan program UKS dengan baik. Sedangkan data prestasi akademik menunjukkan bahwa, prestasi akademik siswa kelas 5 di 13 sekolah (54,17%) di Kecamatan Balen berada pada kategori rendah, dan 11 sekolah (45,83%) memiliki prestasi akademik siswa kelas 5 dalam kategori tinggi. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pvalue= 0,023 <0,05 sehingga H0 ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulan bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Kekuatan korelasi yang sebesar 0,462 termasuk dalam kategori korelasi sedang dengan arah korelasi positif. Pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen harus lebih ditingkatkan. Kata kunci: UKS, Prestasi akademik ABSTRACT Health is one of the factors that affect student achievement. The health of students can be increased by implementing the school health program (health education, health care, and create a healthy school environment). This study aimed to find the corelation of the implementation school health program and the academic achievement of 5th grade elementary school student in Balen District. This study used cross sectional approach with simple random sampling technique and it was conducted in 24 elementary schools in Balen District. The data was analyzed with pearson corelation. The results showed that the implementation of school health program in 14 elementary schools (58.3%) in Balen District were not good and 10 schools (41.7%) were good. While data of academic achievement showed that the academic achievement of 5 th grade students in 13 schools (54.17%) were low, and 11 schools (45.83%) were high. Data analysis showed that p value= 0,023 <0,05, so H0 was rejected. This result concluded that there was corelation between the implementation of school health program and the academic achievement of 5th grade elementary school student in Balen District Bojonegoro Regency. The correlation strength was 0,462, so it was a moderate corelation. The implementation school health program in Balen District must be improved. Keywords
: the school health program, academic achievement
PENDAHULUAN Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Sebagai calon pemimpin bangsa mereka harus tumbuh dan berkembang secara optimal agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, produktif, cerdas, dan sehat sehingga bisa menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik (Hadi, 2005). Namun, anak yang berada pada pada tahap perkembangan usia sekolah rentan mengalami berbagai masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Berdasarkan data Riskesdas (2007), tercatat 220% anak usia sekolah mengalami diare, 1-2% menderita tifus, 20% menderita ISPA, 70 % anak usia sekolah di Papua menderita Malaria, dan 30-40% mengalami penyakit kecacingan. Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2009, sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita karies gigi (Wala dkk, 2013). Timbulnya berbagai masalah kesehatan pada anak usia sekolah dapat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik di sekolah. Menurut American Journal of Public Health, anak yang sering mengalami sakit gigi empat kali lebih sering memiliki nilai di bawah ratarata karena sering tidak masuk sekolah (Pricilla, 2014). Sunarti (2011) dalam penelitianya juga menyatakan demikian, tingkat absensi berhubungan positif dengan prestasi. Kesehatan, selain mempengaruhi intensitas siswa dalam mengukti kegiatan belajar mengajar di sekolah juga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam belajar (Syah 2010 dalam Minatun, 2011). Oleh karena itu kesehatan anak usia sekolah harus dijaga, ditingkatkan dan dilindungi.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat (Health Promoting School) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah. Konsep Health Promoting School di Indonesia dilaksanakan melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terdiri dari pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Melalui program UKS siswa akan ditanamkan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sejak dini sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit (Effendi, 2009). Pelaksanaan Health Promoting School di setiap negara dikenal dengan nama yang berbeda. Health Promoting School di Indonesia dilaksanakan melalui program UKS sedangkan di Amerika dilaksanakan melalui program School Based Health Center (SBHC). Penelitian mengenai hubungan pelaksanaan SBHC dan prestasi akademik pernah dilakukan di Amerika Serikat dan 50 distrik di Columbia. Hasil dari penelitian tersebut menujukkan bahwa komponen dalam SBHC secara statistik berhubungan dengan academic achievement. Siswa yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan di sekolah memilki nilai matematika lebih tinggi dan dropout (absen) lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan (Vinciullo et al; 2009). Hasil rivew dari beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pelaksanaan SBHC dapat meningkatkan status kesehatan siswa dan mempengaruhi prestasi akademik (Geierstanger et al; 2004). Di Indonesia program UKS sudah lama ditetapkan oleh pemerintah, namun sampai saat ini pelaksanaannya masih belum
maksimal. Menurut data dari Pusat Pengembangan Jasmani Depdiknas, baru sekitar 60% sekolah dasar yang memiliki UKS dan dari jumlah tersebut baru 70% sekolah yang menjalankan program UKS (Depkes RI, 2007). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Tim Pembina UKS pusat diketahui bahwa masih banyak sekolah yang belum melaksanakan UKS secara baik dan benar serta koordinasi yang terjalin antara Tim Pembina UKS di setiap janjang masih belum baik (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Bojonegoro, 776 Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Bojonegoro belum semuanya memiliki UKS yang memadai. Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa masih ada sekolah dasar di Kecamatan Balen yang belum memiliki ruang UKS dan masih banyak sekolah yang belum melaksanakan program UKS dengan baik. Karena itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan membandingkan 2 sekolah dasar di Kecamatan Balen yang telah melaksanakan program UKS dengan baik dan kurang baik. Dari studi pendahuluan tersebut didapatkan data bahwa siswa kelas 5 di sekolah yang telah menjalankan program UKS dengan baik memiliki nilai rata-rata Ulangan Tengah Semester (UTS) lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang menjalankan program UKS kurang baik yaitu 76, 94 dan 76,25. Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah dengan prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini bermanfaat secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah dengan pretasi akademik pada siswa. Secara praktis dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas mengenai pelaksnaan UKS di masa yang akan datang, mengevalusi pelaksnaaan UKS yang telah dilaksanakan di sekolah dan mengetahui kegiatan apa saja yang perlu ditingkatkan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian penelitian kuantitatif yang bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional (Alimul, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan Balen yang sudah memiliki ruang UKS, yaitu sebanyak 26 sekolah. Besar sampel didapatkan sebesar 24 sekolah dengan menggunakan Simple Random Sampling. Kriteria inklusi sekolah yaitu, sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Balen yang sudah memiliki ruang UKS dan bersedia menjadi sampel dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015. Variabel independen dan dependen penelitian ini adalah pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah dan prestasi akademik siswa kelas 5. Instrumen yang digunakan untuk menetahui pelaksanaan UKS pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 15 tentang pelaksanaan TRIAS UKS (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat) yang sudah diuji validitas dan realibilitasnya. Petugas UKS cukup memberikan salah satu
pilihan jawaban yang tersedia dan masingmasing jawaban akan mendapatkan skor sebagai berikut: “selalu” skor 3, “kadangkadang” skor 2, dan “tidak pernah” skor 1. Pelaksanaan UKS di kategorikan menjadi yaitu baik bila memiliki skor diatas rerata (mean) dan kurang baik bila dibawah rerata. Sedangkan variabel dependen atau prestasi akademik siswa kelas 5 diketahui dengan menggunakan rekap nilai aspek pengetahuan siswa selama semester ganjil tahun ajaran 2013/2015 dan di kategorikan menjadi 2 yaitu prestasi akademik tinggi bila nilai rerata kelas diatas rerata (mean) dan prestasi akademik rendah jika nilai rerata kelas yang didapat dibawah rerata. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan korelasi pearson untuk mengetahui hubungan pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa kelas 5. HASIL Distribusi data petugas UKS pada penelitian ini meliputi: jenis kelamin dan usia. Gambar 1.1 Karakteristik Jenis Kelamin Petugas UKS Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro
Laki-laki (14) 42%
58%
Perempuan (10)
Tabel 1.1 Distribusi Usia Petugas UKS Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Ket
N
Min
Max
Mean
SD
Usia
24
28
57
42,7
3,5
Me dian 47
Mo dus 49
24 petugas UKS di Kecamatan Balen yang menjadi responden dalam penelitian ini 10 (58%) berjenis kelamin laki-laki, dan usia petugas UKS termuda adalah 24 tahun dan tertua adalah 57 tahun. Tabel 1.2 Distribusi Pelaksanaan TRIAS UKS Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro TRIAS UKS
Mean
SD
Jumlah sekolah
Pendidikan kesehatan Pelayanan kesehatan Pembinaan lingkungan sekolah sehat
12,5
1,41
F 15
% 62,5
16,41 9,2
1,10 1,41
12 13
50 54,16
Tabel 1.3 Distribusi Pelaksanaan UKS Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro Pelaksnaan UKS Mean N % Baik 38,12 10 41,7 Kurang Baik 14 58,3 Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner tentang pelaksanaan TRIAS UKS di Kecamatan Balen diketahui bahwa dari 24 sekolah, 15 (62,5%) telah melaksanakan pendidikan kesehatan dengan baik, 12 (50%) sekolah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan baik, dan 13 (54,16%) sekolah melaksanakan pembinaan lingkungan sekolah dengan baik. Secara keseluruhan pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen di ketahui bahwa dari 24 sekolah ada 14 (58,3%) sekolah yang melaksanakan program UKS masih kurang baik dan 10 (41,7%) telah melaksanakan program UKS dengan baik.
Tabel 1.4 Prestasi Akademik Kelas 5 Sekolah Dasar Semester Ganjil Tahun Ajaran 2013/2015 Di Kecamatan Balen Kabupetn Bojonegoro Prestasi Akademik Mean N % Tinggi 79,16 11 45,83 Rendah 13 54,17 Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan nilai rata-rata kelas 5 di Kecamatan Balen diketahui bahwa dari 24 sekolah terdapat 13 (54,17%) sekolah yang memiliki prestasi akademik kelas 5 dalam kategori rendah dan 11 (45,83%) sekolah memiliki prestasi akademik kelas 5 tinggi. Hasil uji hipotesis Pearson Correlation dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% (α= 0,05%) di dapatkan nilai p value sebesar 0,023 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,462. Nilai p<0,05 dapat disimpulkan bahwa h0 di tolak yang berarti terdapat hubungan antara pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa. Sedangkan kekuatan korelasi (r) sebesar 0,462 menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi sedang (0.40-0.599) (Dahlan, 2009). PEMBAHASAN Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Data pelaksanaan UKS tingkat sekolah dasar di Kecamatan Balen didapatkan melalui kuesioner yang telah di isi oleh 24 petugas UKS di masing-masing sekolah yang menjadi responden dalam penelitian. Kuesioner tersebut berisi 15 item pertanyaan tentang pelaksnaaan TRIAS UKS yang masing-masing terdiri dari: 5 pertanyaan tentang pendidikan kesehatan), 6 pertanyaan tentang pelayananan kesehatan, dan 4 pertanyaan tentang pembinaan lingkungan sekolah sehat. Data hasil rekapitulasi jawaban kuesioner tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan di ketahui bahwa dari 24 sekolah, terdapat 22
(91,7%) sekolah yang setiap satu bulan sekali selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri kepada siswa, 1 (4,17%) sekolah yang setiap satu bulan sekali selalu melaksanakan pendidikan kesehatan tentang ciri-ciri makan yang sehat, 22 (91,7%) sekolah yang setiap satu bulan sekali selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya sarapan sebelum berangkat sekolah, dan 3 (12,5%) sekolah yang setiap satu bulan sekali selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang cara penularan dan bahaya dari penyakit menular. Sedangkan hasil rekapitulasi jawaban kuesioner tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan diketahui bahwa dari 24 sekolah, terdapat 13 (54,17%) sekolah yang setiap tahun ajaran baru selalu melaksanakan screening kesehatan, 13 (54,17%) sekolah setiap 6 bulan selalu melakukan pemeriksanaan berkala (gigi, telinga, dan mata), 24 (100%) sekolah setiap satu tahun selalu melaksanakan imunisasi kepada siswa, 23 (95,83%) sekolah setiap 6 bulan selalu memantau TB dan BB siswa, 14 (58, 33%) sekolah selalu memberikan perawatan di UKS jika ada siswa yang sakit, dan 21 (87,5%) sekolah selalu membawa siswa ke puskesmas jika tidak dapat dilakukan perawatan di UKS. Hasil rekapitulasi jawaban tentang pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat diketahui bahwa dari 24 sekolah, terdapat 6 (24%) sekolah yang setiap hari selalu memantau kebersihan kamar mandi sekolah, 11 (45,83%) sekolah setiap satu minggu selalu melaksanakan kegiatan jumat bersih, 2 (8,33%) sekolah setiap satu minggu selalu melaksanakan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk, dan 16 sekolah (66,7%) sekolah setiap hari selalu memantau kebersihan lingkungan sekolah.
Pelaksanaan TRIAS UKS di Kecamatan Balen berdasarkan diketahui bahwa dari 24 sekolah, 15 (62,5%) sekolah memiliki skor pelaksanaan pendidikan kesehatan lebih dari rerata, 12 (50%) sekolah memiliki skor pelaksanaan pelayanan kesehatan lebih dari rerata, dan 13 (54,16%) sekolah memiliki skor pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih dari rerata. Secara keseluruhan pelaksanaan UKS tingkat sekolah dasar di Kecamatan Balen diketahui bahwa dari 24 sekolah, 14 (58,3%) sekolah melaksanakan UKS dengan kurang baik. Banyaknya sekolah dasar di Kecamatan Balen yang belum melaksanakan UKS dengan baik disebabkan karena beberapa hal seperti minimnya sarana dan prasarana, guru UKS belum terlatih, kurangnnya pembinaan dan supervisi dari Tim Pembina UKS (Laporan Tim Pelaksana UKS Sekolah di Kecamatan Balen, 2013). Hasil penelitian ini didukung oleh peryataan Tampubolon (2013), yang menyatakan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan belum maksimalnya pelaksanaan program UKS yaitu belum adanya komitmen dari guru, faktor sarana dan prasarana yang masih terbatas, tenaga UKS yang masih belum terlatih, kurangnya keperdulian untuk melaksanakan program UKS serta belum optimalnya peran pemerintah dalam pelaksanaan program UKS. Kepala sekolah dan guru selaku Tim Pelaksana UKS di sekolah memiliki tugas dan peran yang sangat penting dalam melaksanakan dan mempromosikan kesehatan di sekolah. Peran dan tugas mereka sebagai Tim Pelaksana UKS di sekolah diantaranya adalah: 1) Menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi para murid, misalnya kebersihan diri; 2) Melaksanakan bimbingan dan pengamatan kesehatan dengan cara mengadakan pemeriksaan secara umum; 3) Melakukan P3K, mengukur tinggi badan dan berat
badan.;4) Melakukan deteksi dini terhadap penyakit-penyakit yang terjadi kepada murid dan memberikan obat sederhana; 5) Melakukan rujukan bila perlu; 6) Mengkoordinasikan dan menggerakkan masyarakat disekitar sekolah untuk meningkatkan dan memelihara kebersihan sekolah dan masyarakat; 7) Menjadi contoh bagi murid-muridnya dalam hal kesehatan misalnya kerapihan dalam berpakaian, tidak merokok, dan tidak minum-minuman berakohol (Ribka dkk, 2012). Agar dapat menjalankan peran dan tugasnya dengan baik petugas UKS di sekolah harus memperoleh pelatihan dan pembinaan dari puskesmas setempat serta mendapatkan buku-buku pedoman kesehatan (Notoadmodjo, 2005). Program UKS di sekolah-sekolah akan berjalan sesuai dengan rencana apabila dilaksanakan pengendalian dan pengawasan secara berjenjang oleh seluruh Tim Pelaksana UKS (tingkat kecamatan sampai pusat) dan Tim Pelaksana UKS sekolah. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat maupun keberhasilan dari program yang telah dilaksanakan, mengetahui kendala atau hambatan, mengetahui penyimpanganpenyimpangan yang mungkin terjadi baik pada tahap perencanaan pelaksanaan program dan pencapaian dari kegiatan yang dilaksanakan (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Prestasi Akademik Siswa Kelas 5 Hasil penelitian mengenai prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah dasar pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro diketahui bahwa dari 24 sekolah, terdapat 13 (54, 17%) sekolah yang memiliki prestasi akademik siswa kelas 5 dalam kategori rendah. Banyaknya sekolah
yang rerata prestasi akademik siswanya rendah salah satunya dapat disebabkan oleh pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen masih kurang baik sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesehatan siswa. Selama Bulan JuliDesembar 2014 rerata prosentase sakit siswa kelas 5 di SDN di Kecamatan Balen adalah 0,5 %. Menurut Oktaferani (2013), prosentase absen siswa dalam satu tahun dikatakan baik apabila tidak lebih dari 1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bloom dalam Azwar (2002) yang menyatakan bahwa secara umum prestasi akademik pada seseorang dapat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh terhadap presrasi akademik adalah kesehatan. Kesehatan dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu, berfungsinya alat panca indera dengan baik juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar siswa terutama indera penglihatan dan pendengaran. Karena sebagian besar apa yang dipelajari oleh manusia, dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran (Syah, 2010; Wijayanto, 2001). Perawat Komunitas (perawat kesehatan sekolah) memiliki andil dalam meningkatkan prestasi akademik siswa karena memiliki tugas dan untuk meningkatkan status kesehatan siswa. Ada 3 peran yang harus dijalankan oleh perawat kesehatan sekolah yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, sebagai pengelola kegiatan UKS, dan sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan (Effendi, 2009). Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah perawat mempunyai peran untuk: 1) Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data, analisis data, serta perumusan masalah prioritas; 2) Menyusun rencana kegiatan UKS bersama Tim Pembina UKS di Sekolah (TPUKS); 3) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun; 4) Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS; 5) Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (Effendi, 2009). Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas menjadi salah satu dari anggota TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai koordinator UKS di tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak terlibat dalam pengelola UKS (Effendi, 2009). Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, perawat kesehatan sekolah memiliki peran untuk memberikan penyuluhan kesehatan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perorangan (Effendi, 2009). Hubungan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah dengan Prestasi Akademik Menurut uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai signifikasi sebsar 0,023 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah dengan prestasi akademik siswa kelas 5 SD. Nilai korelasi pearson sebesar 0,462 menujukkan hubungan korelasi sedang. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Vinciullo (2009), yang menyatakan bahwa pelaksanaan Coordinated Shcool Health Program (CSHP) secara signifikan berhubungan dengan academic achievment.
Siswa yang mendapatkan pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan mendapatkan nilai matematika lebih tinggi dan nilai dropout (sakit) lebih rendah. UKS memiliki 3 program pokok (TRIAS UKS) yang harus dijalankan yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pedidikan kesehatan di sekolah dapat dilakukan secara intrakulikuler dan ektrakurikuler. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di sekolah umumnya bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah sehat dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan diantaranya yaitu program 7K dan PSN (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Pendidikan kesehatan adalah upaya yang diberikan berupa bimbingan dan atau tuntunan kepada peserta didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial) agar kepribadiannya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada siswa maka mereka akan memiliki pengetahuan tentang kesehatan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-harinya misalnya membiasakan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Banyak penelitian sebelumnya yang telah membuktikan pentingnya sarapan pagi dan pengaruhnya terhadap kondisi tubuh dan aktivitas seseorang, terutama anak-anak. Penelitian yang dilakukan oleh Muh Syahnur dkk (2013), menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi
dengan prestasi anak di SDN 20 Pangkajene Sidrap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Minatun (2011), juga menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa yang rutin sarapan pagi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak rutin sarapan pagi. Sarapan pagi sangat penting dilakukan oleh anak usia sekolah karena dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan konsentrasi (Faridi, 2002). Selain pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan juga perlu dilaksanakan di sekolah karena dengan adanya pelayanan kesehatan maka daya tahan tubuh siswa akan meningkat, angka kesakitan siswa menurun, serta dapat mendeteksi kelainan sejak dini serta mencegah komplikasi pada siswa (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Ada beberapa kegiatan dalam pelayanan kesehatan di sekolah diantaranya adalah pemantauan status gizi siswa dengan melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pemeriksanaan gigi, telinga, dan mata secara berkala setiap 6 bulan sekali. Guru selaku Tim Pelaksana UKS di sekolah perlu melakukan pemantauan terhadap status gizi siswa setiap 6 bulan sekali karena status gizi dapat mempengaruhi prestasi akademik. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Himmah (2010) pada anak Sekolah Dasar di Bekasi, yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kurang ternyata lebih banyak terjadi pada siswa dengan status gizi kurang dibandingkan siswa dengan status gizi normal. Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah (2013), juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa kelas I-V di Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang. Seorang anak yang mengalami gizi buruk akan mudah menderita penyakit infeksi sehingga mempengaruhi kehadirannya di sekolah yang akhirnya akan
menyebabkan mereka tertinggal dalam proses pembelajaran dan mempengaruhi hasil belajarnya (Sorhaindo dan Feinstein, 2006 dalam Sa’adah 2013). Selain pemantauan status gizi, pemeriksanaan (gigi, telinga, dan mata) setiap 6 bulan sekali juga penting untuk dilakukan. Dengan melakukan pemeriksanaan secara rutin dapat diketahui masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh siswa sehingga dapat dilakukan penganganan sejak dini karena adanya gangguan penglihatan dan pendengaran dapat mempengaruhi prestasi siswa. Penelitian yang dilakukan Irmawati (2010), menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara gangguan pendengaran dengan skor prestasi bahasa Indonesia (p= 0,007) dan skor prestasi Matematika (p= 0,025). Hal ini disebabkan karena adanya gangguan pada indera pendengaran dapat mengganggu proses belajar siswa dan hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi belajar nya. Penelitian yang dilakukan oleh Rumondor dkk (2014), juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelainan refraksi dengan prestasi belajar siswa. Kesehatan mata pada anak di usia sekolah menjadi salah satu faktor yang yang menentukan prestasi belajar. Hal ini disebabkan karena kelainan refraksi dapat mengganggu proses penerimaan informasi anak saat belajar. Kegiatan TRIAS UKS lainya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan siswa adalah melakukan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pembinaan lingkungan sekolah sehat memiliki tujuan untuk mewujudkan lingkungan sehat di sekolah yang memungkinkan setiap warga sekolah mencapai derajat kesehatan setinggitingginya dalam rangka mendukung tercapainya proses belajar yang maksimal bagi setiap peserta didik (Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar, 2012).
Jenderal
Lingkungan sekolah yang kotor dapat mengganggu konsentrasi siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung akibat bau sampah yang membusuk. Selain itu, lingkungan sekolah yang kotor juga bisa menjadi tempat berkembangnya berbagai macam bakteri dan kuman penyebab penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pranoto (1995 dalam Rahayu dkk, 2010) di Batam menunjukkan bahwa larva penyebab demam berdarah banyak ditemukan pada kontainer di sekolah karena tidak adanya yang bertanggung jawab untuk membersihkan tempat penampungan air di sekolah. Kesimpulan Berdasarkan tujuan khusus penelitian tentang hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah dengan prestasi akademik siswa kelas 5 di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro ddapat disimpulkan bahwa dari 24 sekolah, masih terdapat 14 (58,3%) sekolah yang melaksanakan UKS dengan kurang baik, 13 (54, 17%) sekolah memiliki prestasi akademik siswa kelas 5 dalam kategori rendah. Hasil uji hipotesis Pearson Correlation di dapatkan nilai p value sebesar 0,023 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,462.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, H.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta Salemba Medika. Ananto, P. 2006. Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Bandung; Yrama Widya Agustin, M. 2013. Efektivitas Metode Peer Education Dalam Meningkatkan Pengetahuan PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) Di SDN Pule II Modo Kabupaten Lamongan. Tugas Akhir.
Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Azwar, S. 2002. Tes prestasi: Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Dargo, A. 2013. Skripsi:Survei Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah Di SMA Se Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Effendy, N.1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC. Faridi, A. 2002. Skripsi: Hubungan Sarapan Pagi Dengan Kadar Glukosa Darah Dan Konsentrasi Belajar Pada Siswa SD. Bogor: GMSK Faperta IPB Geierstanger S P, Amaral G, Mansour M, and Walters S R; Articles: School Based Health Centers and Academic Performance: Research, Challenges, and Recommendations. Journal of School Health 2004;74 :347-352 Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM. Yogjakarta, (Online) (www.gizi.net, diakses pada 8 Oktober 2014) Himmah, E.F. 2010. Skripsi: Hubungan Status Gizi dan Faktor-Faktor Penentu Lainnya dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas 3, 4, 5, dan 6 di SD Marga Mulya III Bekasi Tahun 2010. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Irmawati, D. 2010. Skripsi: Hubungan Gangguan Pendengaran Dengan Prestasi Belajar Siswa(Studi Kasus Pada
Siswa Kelas V SD Di Kota Semarang). Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012. Pedoman Pelaksanaan UKS Di Sekolah. Jakarta . Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2012. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan UKS Di Sekolah. Jakarta . Lestasri, E. 2013. Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Konsumsi Pangan, Statusanemia Dan Prestasi Belajar Pada Remaja Putri Smpn 27 Di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Maslihah, S. 2011. Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2: Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik Siswa Smpit Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Semarang: Universitas Diponegoro. Minatun. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Muscari, M.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta; EGC Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2005, Promosi Kesehatan (Teori dan Praktek). Jakarta: PTRineka Cipta.
. 2008. Promosi Kesehatan Di Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. . 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta Oktaferani, W. 2013. Skrispi: Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di Sd Se-Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Tahun 2012/2013. Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Potter
& Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: ECG
Pricilla. 2014. Sakit Gigi Turunkan Prestasi Belajar, (Online), (http://www.parenting.co.id/article/u sia.sekolah/sakit.gigi.turunkan.prestas i.belajar/001/004/297, diakses tanggal 9 Oktober 2014). Qohar. 2000. Prestasi Belajar Akademik, (Online) (http://www.prestasi+akademik_/ belajarnews/235/saq8/html, diakses tanggal 20 Oktober 2014). Rahayu dkk. 2010. Studi Kohortkejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26, No. 4, Desember 2010 Ribka dkk. 2012. Analisis Pelaksanaan Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) Tingkat Sekolah Dasar Kecamatan Blimbing Kota Malang. The Indonesian Journal of Public Health,Vol. 9 No. 1, Juli 2012: 51–66 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Rohayati. 2014. Unnes Journal of Public Health: Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyelenggaraan Program Makan Siang Di SD Al Muslim Tambun. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Rumondor, N.E dkk. 2014. Hubungan Kelainan Refraksi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado. Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Sa’adah dkk. 2014. Artikel Penelitian: Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padangpanjang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3) Sastroasmoro, S & Ismael, S. 2008. DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta; CV Sagung Seto. Sunarti. 2011. Jurnal: Pengaruh Tingkat Absensi Terhadap Prestasi Belajar Siawa Kelas II Di SDN Manunggal Kecamatan Ngusikan Kabupaten Jombang: Universitas Gresik Tampubolon, E. 2013. Gambaran Pengetahuan Guru SD Dalam Pelaksanaan Program Uks Di SD Negeri 101810 Biru-Biru Kec. Biru-Biru Kab. Deli Serdang Tahun 2013. Jurnal Basic Health Community STIKES Deli Husada Delitua Volume 2 Edisi II November 2013. Tu’u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta; Grasindo.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan. Jakarta Vinciullo F M and Bradley B. Research Article A Correlational Study of the Relationship Between a Coordinated School Health Program and School Achievement: A Case for School Health. The Journal of School Nursing 2009; 25: 453-465 Wala dkk. 2013. Gambaran Status Karies Gigi Anak Usia 11-12 Tahun Pada Keluarga Pemegang Jamkesmas Di Kelurahan Tumatangtang I Kecamatan Tomohon Selatan: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado