HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor)
NADIA JA’FAR ABDAT
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor)
NADIA JA’FAR ABDAT
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
SURAT PERNYATAAN
Bersama ini saya : Nama Lengkap
: Nadia Ja’far Abdat
NRP
: P.051040031
Program Studi
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : HUBUNGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) DAN SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor), adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Februari 2007 Yang Menyatakan :
Nadia Ja’far Abdat
Judul Tesis
Nama NRP Program studi
: Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro’ dan SDN Sukadamai 3 Bogor). : Nadia Ja’far Abdat : P.051040031 : Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)
Menyetujui : Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS Anggota
Ir. Ismail Pulungan, M.Sc Ketua
Mengetahui :
Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc
Tanggal Ujian
: 24 Agustus 2006
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Solo, pada tanggal 16 Agustus 1968, sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari ayah Ja’far Ali Abdat dan Ibu Badriyah Umar Abdat. Penulis telah menikah dengan Yunus Ahmad Abdat, SE pada tahun 1995 dan telah dikaruniai 1 putri, Amani Karimah (10 tahun) dan 2 putra, Miqdad (7 tahun) dan Ammar Muhammad (5 tahun). Pendidikan Sarjana (S1) ditempuh di Fakultas Tarbiyah Pendidikan
Jurusan
Islam Univeritas Ibn Khaldun Bogor, lulus pada tahun 1992.
Kesempatan menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) diperoleh pada tahun 2004, dengan bantuan biaya dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah sebagai dosen Psikologi Pendidikan pada Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor sejak 1993 sampai sekarang.
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul : “Hubungan Proses Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (Penelitian di SDIT Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 Bogor), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis ini terselesaikan atas dukungan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu ucapan terima kasih yang tulus ingin penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Ir. Ismail Pulungan, MSc, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Prof. Dr. Didin Hafidhuddin, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing. 2. Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan. 3. Departemen Pendidikan Nasional, c.q. Dirjen Dikti Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan bantuan biaya BPPS penuh selama penulis menjadi mahasiswa di Sekolah Pascasarjana IPB. 4. Keluarga Besar Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, mulai dari Rektor, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) beserta jajarannya, hingga seluruh staf di FAI UIKA. 5. Kepala Sekolah SDIT Ummul Quro, Bapak Moh. Furqon Zahidi, S.S dan Bapak Ari Ariansyah selaku Wakasek, Kepala Sekolah SDN Sukadamai 3 Bogor, Bapak Drs. Pipip Rosida beserta seluruh jajarannya. 6. Suami, Yunus Ahmad Abdat, SE dan putra-putri tercinta yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga. 7. Ayahanda, Ja’far Ali Abdat dan Ibunda, Badriyah Umar Abdat, kakanda dan adinda semuanya serta Ibunda mertua, Ibu Nuraini Nurdin, atas motivasinya, dukungan moril dan materil serta doanya yang senantiasa mengiringi perjalanan pendidikan penulis.
8. Sahabat-sahabat di PPN, yang telah turut serta menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi lancarnya perkuliahan sampai terselesaikannya tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah SWT mencatat kebaikannya sebagai amal sholeh dan memberikan balasan dengan kebaikan yang lebih banyak dari apa yang telah diberikannya kepada penulis. Terakhir, meskipun tesis ini masih jauh dari sempurna, tetapi mudahmudahan dapat memberi sedikit manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Atas segala kekurangan dan kekhilafan penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat-Nya bagi kita semua, amin.
Bogor, Februari 2007
Penulis
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
Persembahan :
Tertulis bagi putra putri belahan jiwaku : Amany, Miqdad dan Ammar Semoga Allah SWT senantiasa melindungi Dan dijadikan dadamu penuh iman, Kepalamu penuh ilmu. Serta di sekujur tubuhmu penuh amal. Amiin.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ………………………….………………….
i
DAFTAR TABEL ……………………………………………….…
vi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………........
ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………........
x
PENDAHULUAN Latar belakang ……………………………………………... Masalah Penelitian ……………………………………… Tujuan Penelitian …………………………………….…….. Kegunaan Penelitian ……………………………………….. Definisi Istilah ………………………………………….......
1 5 6 7 8
TINJAUAN PUSTAKA Proses Pembelajaran ……………………………………….. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ….……………………… Faktor-faktor Yang mempengaruhi Prestasi Belajar…..….... Umur ……………………………………………………….. Jenis Kelamin ………………………………………………. Minat ………………………………………………………. Motivasi ……………………………………………………. Pendidikan Dalam Keluarga ……………………………...... Kompetensi Guru ………………………………………….. Prestasi Belajar …………………………………………...…
11 19 21 24 25 26 28 31 32 36
KERANGKA BERFIKIR ………………………………………..
43
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel ….………………………………….. Rancangan Penelitian ….…………………………………… Data dan Instrumentasi …………………………………….. Pengumpulan Data ………………..………………………… Analisis Data ………………………………………………..
46 47 48 52 53
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu …………… Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor ………….……… Proses Pembelajaran ………………………………………… Faktor-faktor Internal Siswa Sekolah Dasar ……...……….. .. Faktor-faktor Eksternal Siswa Sekolah Dasar …………......
54 60 64 71 74
iv
Prestasi Belajar Siswa Prestasi Kognitif Siswa …………………………………………. Prestasi Afektif Siswa …………………………………………... Prestasi Psikomotor Siswa ………………………………… …… Hubungan Antara Faktor Internal Dengan Prestasi Belajar Siswa DI SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 ……......……. Umur ………………………………………………………… Jenis Kelamin ………………………………………………... Minat ………………………………………………………… Motivasi ……………………………………………………… Hubungan Antara Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Bogor …… Jarak Antara Rumah dan Sekolah ……………………………. Tingkat Pendidikan Ayah ……………………………………. Tingkat Pendidikan Ibu ………………………………………. Pekerjaan Ayah ………………………………………………. Status Ekonomi Keluarga …………………………………….
77 80 81 82 83
92
PEMBAHASAN .......................................................................................
105
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ………………………………………………………… Saran ……………………………………………………………..
107 108
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..
109
v
DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………
46
2 Peubah, Indikator dan Pengukurannya…………………………………..
48
3 Perbandingan Struktur Kurikulum Diknas dan SDIT Ummul Quro (UQ)
57
4 Prestasi Tahfidzul Qur’an di SDIT Ummul Quro………………………
58
5 Peningkatan Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro…………………………
59
6 Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir…………………..
60
7 Peningkatan Jumlah Siswa SDN Sukadamai 3 ………………………….
62
8 Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3…………………………...
64
9 Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3……………………………………………..
65
10 Latar Belakang Pendidikan dan Kesesuaian Bidang Ajar Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3……………..
66
11 Keikutsertaan Dalam Pelatihan Guru SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3………………………………………………….
67
12 Keterampilan guru dan keterlaksanaan dalam menyusun rencana dan mengelola proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3…………………………………………………..
68
13 Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Umur...................................................................................
72
14 Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Jenis Kelaminnya................................................................
72
15 Minat Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...........
73
16 Motivasi Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.......
74
17 Jarak Antara Rumah dengan Sekolah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..............................................................................
75
18 Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..............................................................................
75
19 Pekerjaan Ayah di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...............
76
20 Status Ekonomi Keluarga Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..............................................................................
77
21 Tabel Kontingensi Nilai TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3………………………………………………….
81
vi
22 Prestasi Kognitif TUC Ujian Nasional di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3…………………………..
79
23 Nilai Rata-Rata TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3…… 79 24 Penilaian Guru Terhadap Akhlak Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Selama Proses Pembelajaran …………………..
81
25 Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.... 82 26 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 83 27 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 84 28 Hubungan antara Umur dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 84 29 Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.......................................... 85 30 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 86 31 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 87 32 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 87 33 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 88 34 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 89 35 Hubungan antara Minat dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 89 36 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 90 37 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 91 38 Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 91
vii
39 Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...................................... 92 40 Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...................................... 93 41 Hubungan antara Jarak rumah dan Sekolah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.................. 93 42 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..................................... 94 43 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Afekitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3..................................... 95 44 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3................... 96 45 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 97 46 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 98 47 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.................................... 99 48 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 100 49 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3.............................................. 100 50 Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3............................................... 101 51 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3...................... 102 52 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3........................ 103 53 Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3................. 103
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman
1 Proses Pembelajaran ……………………………………………
15
2 Proses Mencapai Prestasi ………………………………………
40
3 Kerangka Berfikir tentang Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa …………………………………
ix
45
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran ……………………………. 113 2 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Guru dalam Menyusun Rencana Pengajaran ………………………………………. 114 3 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Melaksanakan Prosedur Mengajar …….……….………………………………………. 115 4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran ……………………………….. 117 5 Daftar Riwayat Pendidikan dan Pelatihan Guru…………………….…. 122 6 Kuesioner untuk siswa ………………………………………………… 126 7 Kuesioner untuk guru ………………………………………………….. 131
x
PENDAHULUAN
Latar Belakang “Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting”. Semua orang dari kalangan mana pun akan membenarkan pernyataan ini. Berbekal pendidikan yang memadai dan seimbang antara unsur-unsur jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrowi, manusia akan dapat mengembangkan potensi (fitrah) dirinya yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT guna meningkatkan harkat dan martabatnya. Konferensi Pendidikan Islam Dunia I di Mekkah pada tahun 1977 merekomendasikan bahwa pendidikan harus dapat melayani seluruh pertumbuhan manusia dalam segala aspek seperti spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmu pengetahuan, bahasa, baik secara individu maupun secara kolektif dan memotivasi semua aspek tersebut terhadap kebaikan pencapaian kesempurnaan (Autumn Issue,1988:i) Undang-Undang SISDIKNAS 2003 juga mengamanatkan hal yang senada. Pada bab II pasal 3 dinyatakan sebagai berikut : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk mencapai target hasil pendidikan yang sempurna dan bermartabat, keseimbangan antara kebutuhan fisik dan non-fisik, duniawi dan ukhrowi sangat perlu diperhatikan. Hasil Konferensi Pendidikan Islam Dunia dan amanat UU SISDIKNAS di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Mujadalah : 11 yang artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Selain seimbang harus pula diperhatikan bahwa hendaknya pendidikan dapat dimulai sejak dini . Manusia mengalami proses pendidikan berlangsung sejak dari buaian sampai mendekati waktu ajalnya (life long education) yang dilihat dari segi
2
kehidupan masyarakat dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang tanpa akhir (Arifin, 1987:33 ). Sebagai aktivitas yang memerlukan waktu yang panjang, proses pendidikan erat hubungannya berbagai faktor, baik internal dari dalam diri peserta didik maupun eksternal. Proses pembelajaran, sumber daya manusia (pendidik), serta lingkungan merupakan sebagian dari faktor-faktor pendukungnya. Proses ini harus diterapkan di semua lingkungan tempat seorang anak tumbuh dan berkembang yang dimulai dari pendidikan keluarga (informal), pendidikan sekolah (formal), serta pendidikan di masyarakat (non-formal). Keluarga merupakan institusi utama yang memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Lingkungan fisik dan psikis yang diciptakan oleh orang tua dibutuhkan sebagai pendukung keberhasilan belajar siswa. Di sekolah, proses pembelajaran perlu memperhatikan segala sesuatu yang berada dari dalam diri siswa (internal) maupun yang berada di luar diri siswa (eksternal). Faktor internal siswa, baik fisik maupun psikis merupakan faktor utama, sedangkan faktor eksternal yang sangat urgen dalam aktivitas pembelajaran seperti metode dan media yang relevan serta fasilitas yang memadai pun perlu diperhatikan. Selain hal tersebut dibutuhkan juga pendidik yang memiliki kompetensi keilmuan, sikap dan keterampilan yang sesuai kebutuhan dan didukung oleh peranserta keluarga dan masyarakat dalam hal pengamalan dan pemanfaatan pengetahuan yang telah dicapai. Pada kenyataannya tidak semua proses pendidikan berjalan baik serta menghasilkan manusia yang bermartabat. Berbagai kendala dihadapi seiring dengan laju perkembangan arus informasi dan globalisasi di segala bidang kehidupan. Di satu sisi perkembangan arus informasi dan globalisasi membawa dampak positif yaitu mempercepat perkembangan aspek kognitif serta membangun fasilitas yang semakin canggih. Namun di sisi lain perkembangan yang terlepas dari nilai-nilai dan norma agama, budaya serta moral bangsa memberi dampak negatif dalam tindakan dan perilaku manusia. Beberapa kendala dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia saat ini yaitu menyangkut kendala teknis operasional. Penelitian Nasional Pendidikan (PNP) pada tahun 1969 yang beranggotakan sekitar 100 pakar pendidikan Indonesia
3
berhasil mengidentifikasi adanya delapan masalah pendidikan
yang harus
menjadi perhatian yaitu sebagai berikut: (1) kebijakan pendidikan, (2) perkembangan anak Indonesia, (3) guru, (4) relevansi pendidikan, (5) mutu pendidikan, (6) pemerataan pendidikan, (7) manajemen pendidikan, dan (8) pembiayaan pendidikan. Namun, setelah lebih dari 30 tahun penelitian tersebut berlalu, upaya untuk melakukan perubahan belum banyak membuahkan hasil (Tilaar, 2004:1). Atas dasar permasalahan pendidikan di atas yang di antaranya adalah perkembangan anak, guru, dan mutu pendidikan, maka tindakan operasional yang dapat dilakukan adalah menyangkut peningkatan kualitas SDM. Pengelolaan proses pembelajaran yang di antaranya adalah ketepatan dalam pemilihan metode dan media pembelajaran, serta isi materi pelajaran, yang dapat membangun seluruh aspek mental, spiritual serta psikomotor peserta didik sebagai bentuk operasional dari pencapaian tujuan pendidikan yang holistik, mutlak diperlukan. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang holistik tersebut, diperlukan proses pembelajaran yang dapat mengintegrasikan seluruh aspek dalam pendidikan yang meliputi kognitif, afektif yang berlandaskan nilai-nilai dalam ajaran agama, serta psikomotor siswa dalam satu kesatuan. Keberadaan sumber daya manusia (pendidik) yang dapat menguasai keterpaduan tersebut sangat dibutuhkan. Peran guru yang dapat menyentuh nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap mata pelajaran dan mengkaitkannya dengan keimanan, akhlak serta ibadah sangat diperlukan sebagai wujud usaha untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Untuk itu perlu disiapkan guru-guru yang memiliki kompetensi keilmuan serta keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga dapat menjalin keterpaduan ilmu dalam satu kesatuan proses pembelajaran yang akan menghasilkan para siswa yang beriman dan berilmu pengetahuan serta memiliki sikap dan keterampilan yang positif dalam mengembangkan ilmunya pada masa yang akan datang. Kenyataan yang berkembang saat ini, usaha untuk menerapkan keterpaduan proses pembelajaran baru diselenggarakan oleh sebagian kecil lembaga-lembaga pendidikan khususnya lembaga swasta yang dikenal dengan Sekolah Islam
4
Terpadu. Lembaga-lembaga ini berusaha memadukan nilai-nilai moral, keimanan dan ketakwaan dalam setiap mata pelajaran sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Sedangkan di sekolah umum pelajaran agama masih diberikan secara terpisah dengan jumlah 3 jam pelajaran dalam sepekan. Berdasarkan kenyataan di atas, seperti apakah hasil yang dicapai oleh siswa di sekolah dengan suasana yang berbeda ? Maka penelitian ini diarahkan untuk melihat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT dengan di SD Negeri serta hubungan faktor-faktor internal dan eksternal siswa dengan prestasi belajar siswa, baik prestasi akademik (kognitif dan psikomotor), maupun non-akademik (afektif).
5
Masalah Penelitian Berlangsungnya proses pembelajaran tidak akan pernah terlepas dari lima faktor pendidikan yaitu : (1) faktor tujuan , (2) faktor pendidik, (3) faktor anak didik, (4) faktor alat, dan (5) faktor lingkungan. Sehubungan dengan itu, untuk mengetahui target pencapaian hasil belajar siswa tidak dapat dilakukan hanya dengan cara melihat salah satu faktor di atas, tetapi harus secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan jangka panjang seperti yang diamanatkan oleh UU SISDIKNAS 2003 bab II pasal 3, langkah-langkahnya harus dimulai sejak dini, yaitu perumusan tujuan serta penyelenggaraan proses pembelajaran yang mengarah kepada pencapaian tujuan tersebut. Selain itu harus diperhatikan faktorfaktor internal siswa baik fisik maupun psikis, serta faktor-faktor eksternal yaitu peranserta serta keadaan keluarga sebagai lingkungan yang terdekat dengan siswa, metode dan media pembelajaran serta interaksi antara siswa dengan guru. Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan proses pembelajaran antara di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN) ? 2. Adakah perbedan prestasi belajar antara siswa di SDIT dengan di SDN ? 3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor internal siswa SD terhadap prestasi belajar ? 4. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan prestasi belajar siswa ?
6
Tujuan Penelitian Dalam dunia pendidikan, usaha untuk mencapai hasil terbaik dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang baik dengan memperhatikan perbedaan karakteristik internal yang dimiliki oleh setiap anak. Proses pembelajaran berlangsung di bawah kendali setiap guru. Kebijakan guru untuk mendesain pembelajaran merupakan perwujudan dari kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing guru tersebut. Kompetensi guru sebagai pengelola proses pembelajaran ini, akan mengantarkan siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan. Sehubungan dengan itu maka penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai proses pembelajaran yang berlangsung di Sekolah Dasar Islam Terpadu dan Sekolah Dasar Negeri yang tidak terlepas dari unsur internal siswa, unsur guru, serta peranserta orang tua. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan sebagai berikut : (1) Menemukan perbedaaan proses pembelajaran antara di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN) (2) Melihat perbedaan prestasi belajar antara siswa di SDIT dengan di SDN (3) Menemukan hubungan antara faktor-faktor internal anak SD dengan prestasi belajar (4) Menemukan hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan prestasi belajar siswa
7
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan pendidikan khususnya di lingkungan tempat dilaksanakannya penelitian. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam usaha-usaha perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan andil yang besar terhadap hal-hal berikut ini : (1) Bagi guru, dapat memberi masukan tentang seberapa jauh faktor-faktor internal dan eksternal siswa berhubungan dengan prestasi belajar siswa, sehingga dapat menjadi
motivasi dalam usaha meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. (2) Bagi lembaga-lembaga pendidikan, dapat memberi masukan dalam memilih pendekatan belajar yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik dan tingkat perkembangan peserta didik. (3) Bagi para penyelenggara Pendidikan Keguruan, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam usaha pengembangan kompetensi guru yang sesuai dengan kebutuhan. (4) Bagi masyarakat khususnya orang tua diharapkan dapat memberikan wawasan tentang dukungan yang dapat diberikan kepada siswa dalam usaha meningkatkan prestasi belajarnya (5) Bagi pemerintah, dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan-kebijakan dalam usaha meningkatkan kualitas SDM Pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
8
Definisi Istilah
Untuk memberikan batasan yang jelas dan memudahkan pengukuran maka perlu dibuat definisi istilah yang akan dipergunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Istilah yang penting untuk diberikan definisi adalah yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
penyelenggaraan sebuah kegiatan pembelajaran yang dimulai dari pelaksanaan appersepsi sampai kepada evaluasi. Proses
pembelajaran yang menjadi
pembahasan dalam penelitian ini meliputi : 1) Tujuan Pembelajaran : adalah perumusan target yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran berakhir. 2) Appersepsi : adalah suatu kegiatan di awal kegiatan pembelajaran yang mencoba mengkaitkan antara materi yang telah diberikan dengan materi yang akan diberikan berikutnya. 3) Metode pembelajaran : adalah cara atau stategi yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran 4) Media pembelajaran : adalah alat-alat pendukung yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran 5) Interaksi antara siswa dengan guru, adalah suasana interaksi antara siswa dengan guru yang terjadi di dalam sebuah proses pembelajaran. 2. Faktor internal siswa yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa baik fisik maupun psikis. Faktor fisik meliputi : 1) Umur, adalah satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai siswa duduk di kelas VI Sekolah Dasar. 2) Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin antara siswa laki-laki dan perempuan Faktor psikis yang memiliki hubungan secara langsung terhadap prestasi belajar yaitu: 1) Minat ialah kecenderungan siswa terhadap suatu obyek atau materi pelajaran tertentu
9
2) Motivasi ialah dorongan yang dimiliki oleh siswa sehingga mau melakukan suatu kegiatan 3. Faktor eksternal siswa yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi : 1) Jarak antara rumah dan sekolah, jauhnya jarak yang ditempuh siswa dari rumah ke sekolah dalam kilometer. 2) Pendidikan orang tua, merupakan latar belakang tingkat pendidikan orang tua yaitu ayah dan ibu. Dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan ketentuan Dinas Pendidikan yang tertera dalam UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 yaitu : •
Pendidikan Dasar ( setingkat SD dan SMP )
•
Pendidikan Menengah ( setingkat SMA )
•
Pendidikan Tinggi ( Diploma dan Sarjana )
3) Pekerjaan ayah, bidang pekerjaan yang dijalankan oleh ayah 4) Status ekonomi keluarga, adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan jenis pekerjaan orang tua. 4. Prestasi belajar siswa ialah kemampuan akademik dan non akademik yang dimiliki oleh siswa yang ditunjukkan dalam hasil belajar. Prestasi belajar meliputi tiga domain yaitu : ialah kemampuan intelektual seseorang yang
1) Prestasi kognitif
ditunjukkan melalui prestasi akademik yang dicapai. Prestasi yang dimaksud adalah hasil Tes Uji Coba (TUC) Ujian Nasional ditambah pelajaran Pendidikan Agama Islam : (1)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
(2)
Bahasa Indonesia (BI)
(3)
Matematika (Mtk)
(4)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
(5)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
(6)
Pendidikan Agama Islam (PAI)
2) Prestasi
afektif
ialah
kemampuan
seseorang
untuk
menentukan
sikap/penilaian terhadap suatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Indikator yang digunakan adalah : (1)
Mentaati tata tertib kelas
10
(2)
Menjaga kebersihan
(3)
Mampu belajar bersama
(4)
Bersikap sopan
(5)
Aktif selama KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
(6)
Merapikan perlengkapan sendiri
(7)
Belajar dengan tekun
(8)
Berkata dengan baik
(9)
Menyelesaikan tugas tepat waktu
(10)
Mampu mengendalikan marah
3) Prestasi psikomotor merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan atau keterampilan berdasarkan kematangan atau pengetahuan yang dimilikinya. Indikator yang digunakan adalah nilai dalam bidang studi Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK).
TINJAUAN PUSTAKA
Proses Pembelajaran Dalam Ketentuan Umum UU Sisdiknas 2003 pasal 1 nomor 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dalam konteks pendidikan formal merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada evaluasi. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran. Hal penting yang harus diperhatikan dalam berlangsungnya proses belajar adalah kondisi internal siswa yang meliputi fisik dan psikis serta terjalinnya interaksi antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini peranan guru sebagai figur utama di sekolah sangat besar karena kedudukannya sebagai orang dewasa lebih memiliki pengalaman, lebih memahami nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan siswa sebagai peserta didik lebih banyak menerima pengaruh dan sebagai pengikut. Najati (2000:174-205) mengemukakan bahwa metode belajar dalam AlQur’an meliputi peniruan, pengalaman praktis serta berfikir, sedangkan prinsipprinsip belajar dalam Al-Qur’an meliputi 6 hal yaitu dorongan (motivasi), pengulangan, perhatian, partisipasi aktif (active learning), distribusi belajar (tenggang waktu untuk beristirahat) serta bertahap dalam merubah perilaku (proses belajar bukanlah suatu pekerjaan yang instant). Dalam hal peniruan, orang tua/pendidik merupakan figur utama yang akan dijadikan panduan oleh anak didik dalam bertindak dan berperilaku, sehingga perilaku orang tua/pendidik merupakan ujung tombak bagi pembentukan perilaku anak didik. Bandura (1977:11-12) mengemukakan bahwa proses belajar meliputi kegiatan yang terjadi melalui reciprocal interaction (hubungan timbal balik), modeling (peniruan) dari orang dewasa kepada peserta didik, serta vicarious
12
experience (pengalaman melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain). Lebih jauh Bandura dan Walters (Mustafa,2005:1)) menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" pembelajaran melalui pengamatan. Di sinilah letak peran penting orang tua dan guru sebagai teladan dan figur terbaik bagi anak-anak didiknya. Berbeda dengan Bandura, Bloom (Winkle, 1987:170) mengemukakan bahwa proses belajar tidak hanya melalui peniruan tetapi banyak aspek lain dari individu yang menjadi kekuatan untuk belajar. Bloom menyatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan manusia didukung oleh berbagai kemampuan atau aspek-aspek kepribadian yang dimiliki oleh setiap manusia kognitif
yaitu aspek
meliputi pengetahuan, penerapan, pemahaman, analisa sintesa dan
evaluasi; aspek afektif yang mencakup penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup; serta aspek psikomotorik yang mencakup persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Dalam bagian lain dikemukakan pula bahwa aspek dinamik-afektif manusia memiliki
kemampuan
untuk
melakukan
aktivitas
berdasarkan
hasrat/
kehendaknya, tidak selalu merupakan hasil peniruan. Dengan demikian meskipun secara sosial manusia cenderung pada peniruan seperti yang dikemukakan Bandura di atas, tetapi dengan menggunakan kemampuan kognitif dan dinamikafektifnya manusia dapat mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu aktivitas. Dalam proses pendidikan hal ini merupakan hak peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Proses pembelajaran saat ini, yang disosialisasikan dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) membuka peluang bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya tersebut. Siswa merupakan subyek didik yang memiliki peran aktif dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Proses ini dikenal dengan sebutan student centered learning (pembelajaran terpusat pada siswa).
13
Dalam proses belajar ini siswa lebih dihargai pribadinya sebagai manusia yang memiliki kehendak sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl R. Rogers (1969). Rogers (1969) lebih menekankan kepada grup/kelas bukan berorientasi pada kebebasan pribadi, artinya dengan membuat iklim belajar yang bebas sehingga para pelajar termotivasi serta dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan nyaman . Teori ini lebih mementingkan aspek non biologis, yaitu eksplorasi pikiran dan perhatian pelajar. Interaksi yang terjalin antara siswa dengan lingkungannya lebih beralasan karena siswa mau menjalin interaksi tersebut serta karena stimulus positif yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa dapat lebih banyak memperoleh pengalaman belajar yang berkesan sehingga akan bertahan lebih lama dalam ingatannya. Kondisi ini memungkinkan siswa untuk memperoleh prestasi yang lebih baik ketimbang siswa yang hanya duduk diam dan mendengarkan. Najati (2000:203) mengemukakan bahwa praktek tidak hanya penting dalam mempelajari keahlian yang bercorak gerakan saja, tetapi juga dalam ilmuilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral, keutamaan, nilai-nilai dan tata krama perilaku sosial. Lebih lanjut dikemukakan hasil suatu kajian eksperimental, bahwa orang-orang yang membaca sendiri huruf dan kalimat yang ada di hadapannya lebih cepat dalam menghafalnya ketimbang orang-orang lain yang hanya mendengarkan pelatih membacakan huruf dan kalimat itu dan pada saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu di layar film yang ada di depan mereka. Terkait dengan hasil eksperimen di atas, Maslow (Mangkunegara, 2000:94) memberikan 5 klasifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan prioritas tuntutannya yaitu : 1. Kebutuhan faal (materi), yaitu kebutuhan fisiologis agar manusia bisa hidup, misalnya : makan, minum, pakaian, perumahan dan kesehatan 2. Kebutuhan rasa aman, misalnya : mengunci rumah, berjalan di tempat yang aman, menyimpan barang-barang berharga dengan baik, dan lain-lain 3. Kebutuhan sosial, sayang menyayangi, misalnya : berumah tangga, bergaul dengan orang lain, berteman, saling mengunjungi, dan lain-lain.
14
4. Kebutuhan untuk dihargai, misalnya : dihormati, menunjukkan egonya, menjaga harga dirinya, dan lain-lain 5. Kebutuhan akan realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menunjukkan keberadaan diri dan kemampuannya. Konsep ini menyatakan bahwa jika kebutuhan yang paling urgen yaitu pada tingkat pertama belum terpenuhi, maka individu tidak akan melangkah untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Dalam perkembangan ilmu pendidikan yang sesuai dengan rumusan hasil Konferensi Pendidikan Islam (1977) dan tujuan Pendidikan Nasional, maka konsep Maslow di atas perlu dilengkapi dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (kebutuhan akan adanya Tuhan). Kebutuhan ini akan merupakan bagian integral dari tiap-tiap tingkatan kebutuhan di atas, tidak mendahului satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan proses belajar, maka kebutuhan pada tingkat keempat dan kelima menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para pendidik dan orang tua sehingga para siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang memadai. Percobaan seperti dikemukakan oleh Najati di atas cukup membuktikan pentingnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang didasarkan atas suri tauladan (contoh) yang baik dari pendidik dan orang tua. Peran aktif siswa dalam pembelajaran ini sudah dikembangkan dalam sebuah metode pembelajaran yang dikenal dengan Quantum Learning (Belajar Sukses) dan Quantum Teaching (Mengajar Sukses) yang diluncurkan oleh Bobbi DePorter, dkk (1999). Dalam metode ini siswa sungguh-sungguh dihargai dan diakui eksistensinya, dikembangkan kemampuan intelegensinya, disentuh emosinya,
sehingga tumbuh kreativitas dan rasa percaya diri yang dapat
membantunya menuju keberhasilan belajar. Selain partisipasi aktif dari para siswa, prinsip pengajaran yang efektif adalah penggunaan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi, "pendekatan multi metode-multi media". Dengan menggunakan metode dan media yang bervariasi, perbedaan individual siswa dapat terlayani, di samping pembelajaran menjadi lebih menarik karena sering terjadi pergantian kegiatan (Sukmadinata, 2004:197).
15
Guru sebagai motivator (pendorong), desainer (perancang), fasilitator (penyedia bahan dan peluang belajar), katalisator (penghubung),
guidance
(pemandu) serta penunjuk di mana informasi itu berada dan bagaimana memahami dan menyajikan hasil informasi tersebut, dan sebagai evaluator (penilai) serta justificator (pembenar) dalam perannya, hanya menyiapkan sebuah rencana pembelajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa, memberikan arahan kepada siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkannya. Untuk dapat melaksanakan tugas ini diperlukan keterampilan dan kreativitas dalam mendesain proses pembelajaran sehingga hasilnya maksimal. Sehubungan dengan fungsi guru di atas, Hamalik (2004:73) mengemukakan tentang beberapa hal penting yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, sebagai berikut : 1. Menguasai landasan kependidikan 2. Menguasai bahan pengajaran 3. Menyusun program pengajaran 4. Melaksanakan program pengajaran 5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Sardiman (2001:48) mengemukakan bahwa secara makro guru dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat di dalam proses belajar-mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang optimal. Sebagai visualisasi dapat dilihat dalam gambar 1. berikut : 2 Instrumental input/ masukan alat
1 Raw input/ masukan mentah
4 Proses pengajaran
3 Lingkungan
Gambar 1. Proses Pembelajaran
5 Hasil langsung
6 Hasil akhir
16
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Masukan mentah : siswa/subyek belajar Masukan alat : terdiri dari tenaga, fasilitas, kurikulum, sistem administrasi dan lain-lain. Lingkungan, termasuk antara lain keluarga, masyarakat dan sekolah. Proses pengajaran : merupakan proses interaksi antara unsur raw input, instrumental input dan juga pengaruh lingkungan. Hasil langsung : merupakan tingkah laku siswa setelah belajar melalui proses belajarmengajar, sesuai dengan materi/bahan yang dipelajarinya. Hasil akhir : merupakan sikap dan tingkah laku siswa setelah ada di masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik, karena pada dasarnya hasil pembelajaran terbaik adalah yang diperoleh melalui pengalaman. Namun dalam pelaksanaannya sering kali tidak disadari, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Guru pada umumnya kurang menyenangi situasi di mana peserta didik banyak bertanya mengenai halhal yang berada di luar konteks yang dibicarakannya (Mulyasa, 2004:106). Gibbs (Mulyasa, 2004:106) mengemukakan bahwa berbagai penelitian menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, penghargaan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat ditransfer dalam proses pembelajaran. Widada (Mulyasa, 2004:107) mengemukakan bahwa di samping penyediaan lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut : 1. Self esteem approach (pengembangan kesadaran akan harga diri). 2. Creative approach (mengembangkan problem solving, brainstorming, inquiry dan role playing). 3. Value clarification and moral development approach (pengembangan potensi pribadi melalui pendekatan holistik dan humanistik menuju self actualization.. 4. Multiple talent approach (pengembangan seluruh potensi peserta didik). 5. Inquiry approach (pengembangan potensi untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah). 6. Pictorial ridle approach (pendekatan untuk mengembangkan motivasi dan minat peserta didik).
17
7. Synetics approach (mengembangkan kompetensi peserta didik untuk membuka intelegensi dan kreativitasnya).
Melalui metode yang dapat mengembangkan seluruh kompetensi siswa, pengembangan potensi diri siswa berjalan lebih cepat dari pada proses yang selama ini digunakan di sekolah-sekolah yang masih cenderung bersifat teacher centered. Di sekolah yang menggunakan pendekatan seperti dikemukakan Widada di atas, serta didukung dengan pendekatan individual, emosional dan spiritual, para siswa berkembang lebih cepat, aktif, kreatif serta kritis dalam menyikapi sesuatu hal. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik siswa yang memang sedang berkembang pesat. Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta memenuhi komponenkomponen pembelajaran yang meliputi tujuan, materi, kegiatan, pendekatan pembelajaran yang digunakan, metode dan media yang disesuaikan serta evaluasi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu hal penting yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa diperlukan ketulusan dan kreativitas guru untuk mendesain suasana belajar yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan senang, sehingga materi pelajaran lebih mudah diserap. Proses
pembelajaran yang bersifat student centered memberi peluang
kepada para siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatannya tidak terpusat pada materi tetapi pada proses sebagaimana dikemukakan oleh pakar pendidikan Islam Mahmud Yunus (1992:72) bahwa penguasaan terhadap metodologi pengajaran lebih penting dari pada pemberian materi pelajaran (althariqah ahamm min al-madah). Materi yang sama apabila disampaikan dengan metode yang berbeda maka akan diperoleh hasil yang berbeda pula. Namun demikian, keseimbangan antara materi (isi) dan proses tetap harus menjadi perhatian mengingat kedua kompenen tersebut sangat penting dan berhubungan sangat erat. Perhatian terhadap isi bertujuan agar para siswa memiliki bekal pengetahuan yang cukup, sedangkan perhatian terhadap proses bertujuan agar para siswa merasakan suasana yang menyenangkan ketika belajar sehingga memperoleh kemudahan dalam menyerap dan memahami isi.
18
Sehubungan dengan usaha pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional secara holistik, maka penanaman nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa) dalam proses pembelajaran sudah merupakan sebuah kebutuhan yang harus mendapat perhatian. Penyelenggaraan kurikulum terpadu yaitu keterpaduan antara Iptek (Imu pengetahuan dan teknologi) dan Imtaq (Iman dan Taqwa) sangat relevan dengan bab II pasal 3 UU Sisdiknas. Melalui keterpaduan ini dirancang sebuah prestasi belajar siswa yang tidak hanya mengedepankan satu aspek saja yaitu kognitif, tetapi keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sekaligus internalisasi nilai-nilai dalam ajaran agama dalam satu kesatuan proses dan hasil yang utuh dan terkendali. Shariati (Agustian, 2001:xviii) mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk
dua-dimensional
yang
membutuhkan
penyelarasan
kebutuhan
kepentingan dunia-akhirat. Oleh sebab itu manusia harus memiliki konsep duniawi atau kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ / Emotional Quotient plus IQ / Intellegence Quotient) dan penting pula penguasaan rukhiyah vertikal atau Spiritual Quotient (SQ). Pendapat Shariati bahwa manusia memiliki kebutuhan akan keberadaan Tuhan di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raaf : 172 yang artinya sebagai berikut : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab : “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (keesaan Tuhan)”. Saat ini proses pembelajaran dengan pendekatan active learning yang diperkaya dengan pembinaan emosi dan spiritual baru diterapkan di sekolahsekolah tertentu, khususnya Sekolah Islam Terpadu (SIT). Di sekolah-sekolah ini SDM-nya dibekali dengan wawasan yang cukup melalui penyelenggaraan pelatihan secara periodik. Materi pelajaran diberikan secara terpadu, maksudnya adalah materi-materi pelajaran umum disampaikan melalui pendekatan emosional spiritual dengan menyentuh aspek keimanan dan ketakwaan serta pembentukan akhlak siswa.
19
Guru yang
berfungsi sebagai fasilitator, motivator, katalisator, serta
mediator membawa siswa untuk mengenal Sang Pencipta serta melaksanakan ajaran-ajaran-Nya melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman. Proses ini dilakukan untuk memberi makna pada materi pelajaran, dihubungkan dengan nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan agama.
Karakteristik Anak Sekolah Dasar Dalam psikologi perkembangan masa anak memasuki sekolah dasar dikategorikan pada usia 6 -12 tahun disebut sebagai masa bersekolah. Dalam hal perkembangan intelektual, Piaget (Hurlock,1992:162) menyebutnya sebagai masa concrete operations (operasional konkrit). Masa saat konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar sekarang menjadi konkrit dan tertentu. Oleh sebab itu pembelajaran pada masa ini mengharuskan para pendidik untuk memperagakan dan memberi contoh konkrit, sehingga anak memperoleh kejelasan dari apa yang ingin dicapai guru. Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan masa dewasanya. Oleh sebab itu peletakan dasar pengetahuan yang tepat melalui stimulasi positif dari pendidik sangat dibutuhkan. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa saat anak membentuk kebiasaan sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Hurlock (1992:166) mengemukakan bahwa kebiasaan anak untuk bekerja di bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuannya cenderung menetap sampai dewasa. Penelitian telah membuktikan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi terhadap perilaku berprestasi pada masa dewasa. Hal ini akan terjadi tidak hanya di bidang akademik tetapi di bidang-bidang lain pun akan demikian. Kebiasaan ini menuntut para pendidik untuk peka terhadap perilaku anak sedini mungkin, sehingga apabila ditemukan anak didik berada pada kebiasaan yang kurang baik dapat segera diantisipasi. Para pendidik dapat membimbing dan mengarahkan anak didik untuk melakukan kebiasaan yang baik, minimal sesuai
20
dengan kemampuan yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kesuksesan di masa datang dapat dirancang dari sekarang. Havighurst (1974:19) mengemukakan bahwa periode ini ditandai dengan tiga karakteristik yang memberinya dorongan kuat untuk keluar kepada lingkungan yang lebih luas. Ketiga karakteristik tersebut adalah : (1) kepercayaan diri seorang anak untuk keluar dari rumah menuju kepada peer group-nya, (2) kepercayaan secara fisik untuk masuk ke dalam dunia permainan dan keterampilan yang memerlukan kekuatan fisik (otot), dan (3) kepercayaan mental untuk memasuki dunia orang dewasa berupa konsep-konsep, logika, simbolisme dan komunikasi. Havighurst mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan pada periode ini yang akan menjadi modal dasar bagi perkembangannya untuk berprestasi di masa yang akan datang. Tugas perkembangan tersebut meliputi : 1. Mempelajari keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk bermain. 2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh. 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. 4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. 5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. 6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. 7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai. 8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga. 9. Mencapai kebebasan pribadi. Namun demikian, sekalipun setiap manusia ingin menguasai segala tugas perkembangannya dengan tepat, pada kenyataannya tidak semua orang dapat mencapainya. Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan yaitu : 1. Yang menghalangi •
Tingkat perkembangan yang mundur
21
•
Tidak
adanya
kesempatan
untuk
mempelajari
tugas-tugas
perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk menguasainya •
Tidak ada motivasi
•
Kesehatan yang buruk
•
Cacat tubuh
•
Tingkat kecerdasan yang rendah
2. Yang membantu •
Tingkat perkembangan yang normal atau diakselerasikan
•
Adanya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan dan adanya bimbingan untuk menguasainya
•
Motivasi
•
Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh
•
Tingkat kecerdasan yang tinggi
•
Kreativitas
Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst tersebut, pada poin 1 (satu) sampai dengan poin 8 (delapan) merupakan tahap-tahap perkembangan yang wajar pada anak, namun perlu dicermati pada tugas perkembangan poin 9 (sembilan). Sebagai bangsa yang beragama dan bermoral hendaknya para orang tua dan pendidik (guru) mewaspadai kebebasan yang dikehendaki oleh anak sehingga tidak keluar dari ruang lingkup tatanan sosial, moral dan agama. Melihat tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan di atas, selayaknya orang tua dan pendidik berusaha sebaik-baiknya untuk
dapat memberi
kesempatan dan dukungan agar anak dapat mempelajari dan melaksanakan tugastugas perkembangannya dengan tepat serta menghindarkan anak dari faktor-faktor yang menghambat.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Keberhasilan
belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor
intelegensi semata. Hasil penelitian menyatakan bahwa setinggi-tingginya, IQ menyumbang 20 persen saja bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam
22
hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (Golemen, 1997:44). Kekuatan-kekuatan lain tersebut dapat berupa kesehatan fisik, kondisi emosi yang dapat menggambarkan kesiapan siswa dalam menghadapi berbagai hambatan dalam belajar, keseluruhan proses pembelajaran, juga termasuk kondisi spiritual yang dapat menjadi motivasi yang sangat kuat sehingga seseorang mau berusaha mencapai kesuksesan dengan cara yang baik dan benar. Kekuatankekuatan tersebut dapat menjadi positif manakala diberikan arahan dan bimbingan oleh pendidik. Goleman (1997:45) juga mengemukakan bahwa yang mendukung kesuksesan belajar adalah kecerdaan emosional yang memiliki ciri-ciri seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; mengendalikan dorongan hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir; berempati dan berdo’a. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan pada anak-anak, apabila diupayakan terus menerus untuk mengajarkannya. Syah (1995:87) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor internal siswa, faktor eksternal siswa dan faktor pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa. 1. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini meliputi dua hal yaitu : (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani siswa. Kondisi tubuh siswa yang lemah, sedang dalam keadaan tidak sehat, dapat menurunkan kualitas kemampuan siswa sehingga materi yang dipelajari tidak dapat diserap dengan baik. (b) aspek psikologis, yaitu kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan tipe kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi. 2. Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktor eksternal ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial yang meliputi faktor alam serta instrumen. Faktor sosial adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sedangkan non sosial meliputi faktor alam, yaitu kondisi alam yang berupa cuaca atau iklim, dan faktor instrumen meliputi
23
kurikulum, program, sarana (fasilitas) . ‘Ulwan (1990:35) menyatakan bahwa selamatnya masyarakat serta kuat dan kokohnya bangunan tidak terlepas dari sehatnya anggota masyarakat dan cara mempersiapkannya. Pernyataan ini mengandung makna bahwa kondisi masyarakat yang sehat yaitu terdidik, berakal dan bijak turut mempengaruhi keberhasilan sebuah usaha pendidikan 3. Pendekatan Belajar. Pendekatan ini sangat berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa. Pendekatan belajar yang dimaksud meliputi ; (1) Surface yaitu pendekatan permukaan. Maksudnya adalah siswa belajar hanya berorientasi untuk mencapai kelulusan semata. Siswa memiliki pendekatan belajar ini pada umumnya motivasi belajarnya rendah, berapa pun hasil yang dicapai tidak terlalu penting meskipun hanya dapat mencapai kelulusan dengan nilai minimal. Belajar bagi para siswa di wilayah ini hanya merupakan pemenuhan kewajiban yang harus dilakukan oleh anak pada usia sekolah serta memenuhi keinginan orang tua. (2) Deep yaitu pendekatan mendalam. Maksudnya adalah siswa belajar dengan motivasi ingin mendalami pengetahuan karena merasa membutuhkannya. Pendekatan ini berdampak kepada hasil belajar yang biasanya cenderung baik karena diawali dengan motivasi yang baik. Siswa yang melakukan pendekatan belajar ini biasanya telah memiliki motivasi intrinsik yang cukup baik. Ia faham dengan makna belajar bagi pemenuhan kewajiban terhadap Tuhan karena belajar pun dapat menjadi ibadah dan secara sosial belajar dapat pula meningkatkan kualitas hidupnya dalam masyarakat demi menjelang masa depannya (Q.S. Al-Mujadalah :11) (3) Achieving yaitu pendekatan kemampuan tinggi. Pendekatan ini dilakukan oleh siswa dengan target mencapai hasil setinggi-tingginya karena ada ambisi tertentu yang ingin diraih. Sisi positif dari pendekatan ini adalah siswa akan berusaha sebaik-baiknya demi mencapai prestasi terbaik, misalnya dengan harapan dapat diterima di perguruan tinggi terbaik dan memperoleh pekerjaan di sebuah instansi
24
yang dapat memberinya jabatan serta kesejahteraan besar. Pendekatan jenis ini memiliki dampak negatif yaitu apabila siswa gagal meraih ambisinya
maka
dapat
berakibat
terjadinya
depresi
yang
membahayakan kelangsungan pendidikan dan masa depannya. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar berbeda antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Tentang pendekatan belajar yang digunakan seseorang juga tergantung pada apakah motivasi belajarnya termasuk intrinsik atau ekstrinsik. Faktor motivasi tersebut juga merupakan pengaruh dari pola didik yang diterapkan oleh orang tua dan guru kepada anak didik. Proses pembelajaran yang dikondisikan dengan memperhatikan tujuan secara universal, memperhatikan
berbagai kebutuhan siswa serta ditunjang
dengan kompetensi profesional dari seorang pendidik maka akan membuahkan hasil yang baik. Sebaliknya jika proses pembelajaran hanya memperhatikan salah satu aspek dari seluruh aspek mental yang dimiliki siswa maka hasil yang akan diperolehnya pun tidak akan dapat mencapai tujuan universal yang telah ditetapkan. Akibatnya hasil pendidikan menjadi tidak seimbang, di satu sisi terbangun kemampuan siswa yang tinggi, tetapi sisi-sisi lain tidak tersentuh. Hal ini akan menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan tidak mencapai apa yang diharapkan yaitu manusia yang bermartabat, yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam UU Sisdiknas 2003.
Umur Umur bagi seorang anak Sekolah Dasar, menggambarkan kesiapan mental dan kematangan dalam belajar. Secara logika, dengan bertambahnya umur seorang siswa, maka bertambah tingkat kematangan dan kesiapan mental dalam belajar yang sesuai dengan jenjang kelas yang ditempuhnya. Dalam UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 Bab 7 Pasal 34 tentang Wajib Belajar disebutkan bahwa : "Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar."
25
Padmowihardjo (1994:36) menyatakan bahwa umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Disebutkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang berhubungan dengan umur. Pertama, adalah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ sensual, dan otot organ-organ tertentu. Kedua, adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang lain. Dengan demikian umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan aktivitas otak dan otot manusia. Secara psikologis, para ahli psikologi pun menyatakan bahwa umur yang dianggap matang secara mental untuk memasuki jenjang SD ini adalah 6 tahun. Hurlock (1992:146) mengatakan bahwa hal yang wajib untuk anak berusia enam tahun di Amerika adalah masuknya anak ke kelas satu SD.
Hurlock juga
menyatakan bahwa pada umur tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Jenis Kelamin Terdapat perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan, baik secara fisik maupun psikis. Dalam hal fisik, laki-laki memiliki postur, daya tahan dan kekuatan tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini sudah dirasakan bahkan oleh anak-anak sendiri. Nolan (1977; Hurlock, 1992:167) menyatakan : "Secara diam-diam anak-anak belajar dari televisi bahwa anak lakilaki lebih berharga dari pada anak perempuan." Anggapan tersebut merupakan stereotip yang berkembang di masyarakat secara turun temurun. Di sisi lain, anak perempuan dengan kelemah lembutan fisiknya, memiliki kekuatan lain yang tidak dimiliki oleh laki-laki dalam tugas-tugas tertentu. Dalam hal psikis, proses kematangan anak perempuan cenderung lebih cepat dari pada anak laki-laki. Hal ini seiring dengan percepatan pertumbuhan fisiknya yang mana pada masa anak-anak menjelang remaja, secara fisik anak perempuan lebih cepat pertumbuhannya.
26
Selain perbedaan fisik dan psikis tersebut, juga terdapat perbedaan tingkah laku yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan. Di rumah atau pun di sekolah, anak laki-laki lebih sering melanggar peraturan dari pada anak perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa dirinya lebih kuat dan juga pada umumnya orang tua lebih memberi kebebasan dalam bergerak kepada anak laki-laki. Sebuah penelitian di Amerika Serikat (Hurlock, 1992:167) tentang perilaku masalah anak di sekolah menunjukkan buruknya perilaku anak laki-laki dari pada anak perempuan dalam hal penyesuaian diri dan perhatian yang kurang dari rata-rata. Hal ini merupakan keadaan yang dapat berdampak terhadap prestasi belajarnya.
Minat Dalam kehidupan manusia akan selalu berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain, benda, situasi atau aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekitarnya. Dalam berhubungan tersebut ada kemungkinan individu bersikap menerima, membiarkan atau menolaknya. Apabila individu tersebut menaruh minat, maka ia akan menyambut dan bersikap positif terhadap obyek tersebut dan melanjutkan dengan hubungan lebih jauh. Namun jika tidak berminat maka ia cenderung akan menghindarinya dan bersikap negatif terhadap obyek tersebut. Shaleh & Wahab (2004:262) menyatakan secara sederhana, minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Crow & Crow (Shaleh & Wahab,2004:264) berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat yaitu : 1. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan, rasa ingin tahu terhadap sesuatu 2. Motif sosial, misalnya minat terhadap pakaian timbul karena adanya persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain 3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang memperoleh sukses pada suatu aktivitas, maka akan
27
menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut. Hurlock (1992:107) membahas bahwa minat yang berkembang pada anak usia sekolah sangat mempengaruhi perilaku tidak saja selama periode ini tetapi juga sesudahnya. Menurutnya minat yang muncul dalam tingkah laku anak tidak dapat diabaikan begitu saja. Minat yang muncul pada akhir masa kanak-kanak dapat diterangkan sebagai berikut : 1. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita. Misalnya saja seorang anak yang menaruh minat pada masalah kesehatan dan fungsi tubuh manusia, akan bercita-cita menjadi perawat atau dokter. 2. Minat dapat dan memang berfungsi sebagai pendorong yang kuat. 3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang . Misalnya anak yang berminat pada pelajaran matematika akan berusaha keras untuk mendapat nilai baik dalam mata pelajaran itu, sedangkan anak yang kurang berminat cenderung kurang berhasil pada bidang ini. 4. Minat yang terbentuk pada masa kanak-kanak sering kali menjadi minat seumur hidup karena minat menimbulkan kepuasan. Anak cenderung mengulang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan dengan demikian menjadi kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup. Misalnya minat melukis atau minat pada musik bag orang dewasa biasanya berasal dari minat pada masa kanak-kanaknya. Minat-minat yang umum pada masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh Hurlock yaitu minat terhadap penampilan, pakaian, nama dan julukan, agama, tubuh manusia, kesehatan, seks, sekolah, pekerjaan masa depan, simbol status dan otonomi diri. Minat-minat tersebut semuanya dapat mengarah kepada tercapainya cita-cita yang berhubungan dengan perilaku mereka ketika masa kanak-kanak. Demikian pula halnya dalam kegiatan belajar di sekolah, biasanya setiap siswa menunjukkan adanya minat terhadap salah satu bidang studi atau rumpun bidang studi, dan juga terhadap kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Minat tersebut akan berpengaruh terhadap prestasi belajar karena dengan minat yang kuat mendorong seseorang melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh.
28
Motivasi Stanford (Mangkunegara, 2000:93) mengemukakan definisi motivasi adalah sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Motivasi dapat pula diartikan sebaga energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri Dalam kehidupan, sering didapatkan manusia yang melakukan pekerjaan dengan bersungguh-sungguh, tetapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit yang tidak berbuat apa pun. Dengan demikian, maka akan berbeda pula sesuatu yang diperoleh, tergantung kepada seberapa besar tingkat usaha yang dilakukannya. Hal itu disebabkan karena adanya motivasi dalam diri seeorang. Sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh para siswa di sekolah, Padmowihardjo (1994:52), mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah setiap usaha yang dilakukan untuk menimbulkan motif pada diri seseorang untuk belajar. Dalam sebuah Studi Motivasi McClelland (Mangkunegara, 2000:97) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu : 1. Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. 2. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain. Berkaitan dengan prestasi akademik, dari ketiga motivasi tersebut yang paling menopang adalah motivasi berprestasi, karena motivasi ini dilandasi oleh persaingan di antara teman untuk memperoleh nilai yang tinggi. Motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasinya sendiri sebelumnya, dapat pula berupa prestasi orang lain. Apabila individu menggunakan prestasinya sendiri di masa lampau sebagai ukuran keunggulan
29
yang dipakai, maka ukuran keunggulan ini disebut “autonomous standards”, dan bila memakai prestasi orang lain sebagai ukuran keunggulan disebut “social comparision standard”. Menurut McClelland motivasi berprestasi adalah usaha gigih untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. Selain itu McClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai “standar of excellent”. Motivasi berprestasi merupakan kecenderungan dalam individu untuk mencapai prestasi secara optimal. Motivasi berprestasi merupakan hasil belajar yang diperoleh dari pengalaman emosional, terutama berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan sesuatu secara sempurna. Timbulnya motivasi berprestasi adalah dari lingkungan keluarga, di mana pola asuh, gaya hidup, cara orang tua mendidik, serta latar belakang pendidikan orang tua memberi pengaruh pada timbulnya motivasi berprestasi. McClelland (1953:68) mengemukakan bahwa latar belakang keluarga mempengaruhi pembentukan motivasi berprestasi anak. Motivasi berprestasi kemudian berkembang terus setelah individu berinteraksi dan mendapat pengalaman dari lingkungan yang lebih luas, dan motivasi akan berkembang dengan cepat setelah seseorang merasa terus berkompetisi dengan orang lain. Maka faktor persaingan sangat berperan dalam perkembangan motivasi Rohwer (Mangkunegara, 2000:84) mengemukakan dua jenis motivasi yaitu : 1. Motivasi intrinsik berasal dari dorongan untuk bertindak secara efisien dan kebutuhan untuk berprestasi secara baik (excellence). Komponen motivasi berprestasi intrinsik adalah sebagai berikut : (1) Dorongan ingin tahu Rasa ingin tahu yang kuat mampu mendorong seseorang untuk melaksanakan tugas yang menantang dan sulit, tetapi mampu untuk diselesaikan. Dan ini merupakan ciri orang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Sedangkan orang yang memiliki motivasi berprestasi rendah cenderung memiliki rasa ingin tahu yang rendah dan untuk menyelesaikan tugas yang sulit cenderung tidak selesai.
30
Kemampuan menyelesaikan tugas yang sulit merupakan cerminan dorongan rasa ingin tahu yang berasal dalam diri (intrinsik) (2)
Tingkat Aspirasi Tingkat aspirasi seseorang turut menentukan tingkat motivasi dalam belajar. Level aspirasi merupakan perkiraan standar diri mengenai perasaan berhasil atau gagal dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang memperkirakan dirinya berhasil melakukan sesuatu tujuan akan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Orientasi keberhasilan dan kegagalan sangat penting bagi setiap mahasiswa, karena mereka memperkirakan hasil yang akan dicapainya
2. Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik ini berkembang dalam kaitan dengan perilaku yang ditujukan untuk kehidupan sosial. Adapun ciri-ciri motivasi ekstrinsik adalah: (1) Faktor kecemasan dalam berprestasi Kecemasan sering dikaitkan dengan 3 hal berikut ini: a) pengalaman kegagalan, b) rangsangan fisik (phsyiological arousal), dan c) keadaan kognisi. Tiga faktor yang mempengaruhi kecemasan ini mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Pengalaman gagal sering mengakibatkan terjadinya tekanan emosi. Akibat kecemasan terhadap fisik adalah keluarnya keringat yang berlebihan, gangguan fungsi pencernaan. Sedangkan pengaruh kecemasan terhadap kognisi tampak pada rasa khawatir terhadap kegagalan, menyalahkan diri sendiri (2) Pencapaian tujuan karena dorongan dari luar Pencapaian
tujuan
merupakan
keadaan
kognitif
yang
paling
menentukan keberhasilan belajar seseorang bila dibandingkan dengan elemen lain. Pencapaian tujuan karena pengharapan penerimaan orang lain, misalnya dengan mendapat pujian atau hadiah dari orang lain. (3) Standar hasil yang ditetapkan oleh faktor luar Penetapan standar keberhasilan dalam motivasi ekstrinsik bukan dari dalam dirinya, namun ditetapkan oleh orang lain karena takut kehilangan perhatian orang lain. (4) “Self regulation succses” karena pengaruh orang lain.
31
Mengulangi tugas-tugas yang gagal dipecahkan, mengerjakan tugas yang lebih sulit setelah berhasil memecahkan suatu tugas, usaha untuk berhasil ini lebih didorong oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri. Motivasi yang berkembang pada anak Sekolah Dasar pada umumnya diawali dengan motivasi ekstrinsik yaitu pencapaian tujuan karena pengharapan penerimaan dari luar (dalam hal ini orang tua dan guru). Orang tua memotivasi dengan cara memberikan hadiah bila anaknya berhasil dan memberikan sanksi bila anaknya ternyata gagal. Motivasi intrinsik akan muncul kemudian seiring dengan perkembangan kemampuan kognitif serta pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga memunculkan dorongan rasa ingin tahu yang besar. Mangkunegara (2000:104) mengatakan bahwa terdapat 2 faktor yang sangat mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan kepribadian. Artinya orang yang mempunyai motivasi berprestasinya tinggi bila memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa mampu mencapai prestasi maksimal.
Pendidikan Dalam Keluarga Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil tempat tumbuh dan berkembangnya cikal bakal generasi manusia yang akan datang. Di dalam sebuah keluarga tertumpu tanggung jawab pembinaan dan pendidikan yang pertama dan utama yang peran utamanya adalah ayah dan ibu. Keduanya memiliki fungsi yang setara dalam hal memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. Banyak hal di dalam keluarga yang merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan pendidikan di antaranya adalah faktor keutuhan atau keharmonisan keluarga, perhatian, kasih sayang, pemenuhan segala kebutuhan fisik, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, serta status sosial ekonomi dalam pandangan masyarakat. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, maka tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. (Daradjat, 1994:47). 'Ulwan (1990:55) menyatakan bahwa salah satu tanggung jawab terpenting menurut pandangan mayoritas pendidik adalah tanggung jawab pendidikan intelektual. Maksudnya adalah bagaimana orang tua dapat menumbuhkan sikap
32
terlibat dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan secara kritis, kebijakan yang berimbang dan persepsi yang matang lagi sehat. Orang tua yang memiliki wawasan pendidikan dan pengalaman yang baik akan lebih memberikan perhatian serta bimbingan bagi perkembangan pendidikan putra-putrinya. Melalui perhatian dan bimbingan dari kedua orang tua maka motivasi belajar anak dapat ditumbuh kembangkan secara positif. Mengingat situasi dan kondisi saat ini, yaitu di mana tingkat pendidikan tinggi yang dimiliki oleh orang tua berdampak kepada tingginya tingkat kesibukan orang tua di luar rumah sehingga sedikit sekali waktu perjumpaan dengan anak, maka yang lebih dibutuhkan saat ini adalah kualitas dari setiap perjumpaan tersebut. Keterbatasan waktu dapat digantikan dengan muatan komunikasi yang efektif dan efisien, sehingga kebutuhan anak untuk mendapat perhatian dan bimbingan tetap dapat dipenuhi.
Kompetensi Guru Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang tentang suatu bidang tertentu berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimilikinya. Kompetensi juga merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat menjalankan profesinya sesuai dengan kapasitas yang dimiliki sehingga suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cara profesional. Tanpa kompetensi seseorang akan mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta) kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan. Kepmendiknas
No.045/U/2002
mendefinisikan
kompetensi
sebagai
tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melakukan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Elemen-elemen kompetensi yang dikemukakan dalam Kepmendiknas No.045/U/2002 di atas adalah : (1) landasan kepribadian; (2) penguasaan ilmu dan
33
keterampilan; (3) kemampuan berkarya; (4) memiliki sikap dan keterampilan dalam berkarya berdasarkan ilmu yang dikuasai; dan (5) pemahaman kaidah kehidupan bermasyarakat seuai dengan keahlian berkarya. Ditjen Dikti (1982) mengemukakan bahwa kompetensi guru diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu : “kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan kompetensi kemasyarakatan.” Mulyasa (2004:37) memberikan definisi bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan (Mulyasa, 2004:38) mengemukakan bahwa kompetensi : “...is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that the person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, afective and psychomotor behaviors”. Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Profesi ini memerlukan persyaratan khusus. Ali (Usman, 2003:15) menyatakan beberapa persyaratan khusus yang harus dimiliki seorang guru antara lain sebagai berikut : 1. Menuntut adanya keterampilan yang mendasar tentang konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya. 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Usman (2003:15), menambahkan persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kode etik, 2. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap, 3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya.
34
Hamalik (2004:73) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, setiap guru wajib memiliki 3 kompetensi yang meliputi kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisah satu sama lain, akan tetapi secara praktis sesungguhnya merupakan keterpaduan yang tak dapat dipisah-pisahkan. Guru yang terampil mengajar tentunya harus pula memiliki kepribadian yang baik dan mampu melakukan social adjusment dalam masyarakat. Kompetensi yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kompetensi Profesional, meliputi : (1) Menguasai landasan kependidikan a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. (2)
Menguasai bahan pengajaran a) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah b) Menguasai bahan pengayaan.
(3) Menyusun program pengajaran a) Menetapkan tujuan pembelajaran b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai d) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar (4) Melaksanakan program pengajaran a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat b) Mengatur ruangan belajar c) Mengelola interaksi belajar mengajar (5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
35
2. Kompetensi Pribadi dan Kemasyarakatan, meliputi : (1) Mengembangkan Kepribadian a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa baik c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratan bagi jabatan guru (2) Berinteraksi dan berkomunikasi a) Berinteraksi
dengan
teman
sejawat
untuk
meningkatkan
kompetensi serta kemampuan professional b) Berinteraksi
dengan
masyarakat
untuk
menunaikan
misi
pendidikan (3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar b) Membimbing murid yang berkelainan atau berbakat khusus. (4) Melaksanakan administrasi sekolah a) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah b) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah. (5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. a) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah b) Melaksanakan penelitian sederhana Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, Hamalik (2004:78) juga mengemukakan bahwa guru dinilai kompeten secara profesional apabila : 1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Tanggung jawab yang dimaksud meliputi tanggung jawab moral, tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan. 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsnya dengan berhasil. Peran dan fungsi tersebut adalah sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota masyarakat, sebagai pemimpin, dan sebagai pelaksana administrasi ringan.
36
3. Mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah yang meliputi bidang pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap. 4. Mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar dalam kelas yaitu sebagai perencana dan pengelola kelas secara keseluruhan. Selain kompetensi yang bersifat profesional diatas, secara pribadi guru yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga belajar pada siswa berada pada tingkat optimal (Hamalik, 2004). Yang lebih penting dari itu semua bahwa faktor motivasi dan ketulusan guru dalam menjalankan tugas juga merupakan faktor penentu keberhasilan belajar siswa. Zakiah Darajat (Zainuddin, 1990:56) menyatakan “Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya dan kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah menjadi perusak dan penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka mengalami guncangan jiwa (tingkat menengah)”. Al-Ghazali, salah seorang filosof muslim abad ke 11 Masehi mengemukakan berbagai pandangannya mengenai karakter erta persyaratan sebagai seorang guru, di antara yang beliau kemukakan dapat disarikan oleh Zainuddin (1990:57) sebagai berikut :
Bertabiat dan perilaku seorang pendidik.
Minat dan perhatian terhadap proses belajar mengajar.
Memiliki kecakapan dan keterampilan mengajar.
Bersikap ilmiah dan cinta terhadap kebenaran.
Prestasi Belajar Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (DEPDIKBUD, 1999:787) prestasi diartikan
sebagai
“penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru”. Berbagai definisi lain kemudian banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang menyangkut prestasi.
37
Arikunto
(1998:19)
mengemukakan
bahwa
prestasi
mencerminkan
sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi. Gambaran prestasi siswa dapat dinyatakan dengan angka (0 s.d 10). Arifin (1989:46) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang pendidikan. Bloom (Winkel, 1987:149-154) menyatakan bahwa prestasi belajar menyangkut tiga domain (ranah) kemampuan yaitu pertama yang berhubungan dengan kecerdasan intelektual, pemahaman, dan penalaran domain kognitif,
disebut dengan
kedua adalah yang berhubungan dengan perasaan,
sikap
terhadap suatu hal serta pembentukan pola hidup disebut dengan domain afektif, dan ketiga adalah yang berhubungan dengan keterampilan, kemampuan fisik motorik yang disebut dengan domain psikomotorik. Pada tiap-tiap ranah dalam Taksonomi Bloom di atas terdapat komponenkomponen yang merupakan rangkaian sistematis dalam proses pembelajaran. Berikut ini diuraikan masing-masing komponen tersebut : 1. Ranah kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri dari : (1) Pengetahuan, sebagai komponen pertama dalam ranah kognitif mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition). (2) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti menjelaskan kembali isi sebuah cerita. (3) Penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru.
38
(4) Analisa yaitu kemampuan merinci suatu kesatuan di dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dan organisasinya dapat dipahami. (5) Sintesa yaitu kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta bentuk baru. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah. (6) Evaluasi merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan sesuatu. 2. Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom dan kawan-kawan terdiri dari lima komponen meliputi: (1) Penerimaan mencakup kepekaan yang akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. (2) Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. (3) Penilaian/penentuan sikap mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. (4) Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. (5) Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilainilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar/bekerja, tugas membina kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lain sebagainya. 3. Ranah psikomotorik (psycomotoric domain) menurut klasifikasi Simpson meliputi 7 komponen :
39
(1) Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciriciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsanganrangsangan yang ada. (2) Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah. (3) Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). (4) Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. (5) Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efesien. (6) Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya seorang pemain tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari lawannya atau dengan kondisi lapangan. (7) Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerakgerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan utama. Oleh sebab itu berhasil tidaknya pencapaian tujuan
40
pendidikan tergantung kepada bagaimana keterlaksanaan proses belajar mengajar tersebut
serta sejauh mana faktor-faktor pendukung, khususnya guru dapat
menjalankan perannya secara maksimal. Setiap proses belajar mengajar akan selalu berakhir dengan perolehan hasil belajar atau yang biasa disebut dengan prestasi belajar. Prestasi dapat diketahui melalui sebuah kegiatan evaluasi yaitu pada saat seorang pembelajar (peserta didik) harus menggali kembali informasi-informasi yang telah diperolehnya. Untuk lebih jelas tentang berlangsungnya sebuah proses belajar, maka digambarkan dalam suatu diagram sederhana yang dikemukakan oleh Winkel (1987:295) berikut ini:
Fiksasi
Retensi
Evokasi
(encoding)
(storage)
(retrieval)
fase konsentrasi (fase 2)
fase mengolah
fase menyimpan
fase menggali
(fase 3)
(fase 4)
(fase 5)
Keluar
Keluar
fase prestasi (fase 6)
Lupa
Gambar 2. Proses mencapai prestasi
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa prestasi akan dicapai setelah melalui suatu rangkaian kegiatan otak dalam sebuah proses belajar. Diawali dengan adanya motivasi sebelum memasuki fase konsentrasi, untuk mencapai prestasi diperlukan proses mengolah informasi (encoding), menyimpan (storage) setelah itu baru dapat dilakukan penggalian informasi yang hasilnya dapat dilihat dalam bentuk prestasi. Setinggi apa prestasi dicapai tergantung kepada kelancaran dalam melalui setiap fase tersebut. Prestasi berhubungan erat dengan kapasitas kecerdasan seseorang. Howard Garder
(1985)
seorang
tokoh
psikologi
populer
mengemukakan
hasil
penelitiannya yang menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki 8 kecerdasan. Teorinya dikenal dengan sebutan Multipple Intellegence (Kecerdasan Majemuk).
41
Teori Kecerdasan Majemuk (Garder; Amstrong, 2003 : 2-4) membangun konteks yang tepat untuk memahami kemampuan kognitif siswa. Kurikulum KM dapat dirancang untuk mencakup seluruh tingkat kompleksitas kognitif Bloom. 8 Kecerdasan Majemuk yang dimiliki manusia tersebut meliputi : 1. Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Misalnya sastrawan, wartawan, editor. 2. Kecerdasan Matematis-Logis, yaitu kemampuan menggunakan angkaangka dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar. Misalnya ilmuwan, pemrogram komputer, ahli logika. 3. Kecerdasan Spasial, yaitu kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasikan persepsi tersebut. Misalnya seniman, arsitek, dekorator. 4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, yaitu keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Misalnya, aktor, atlet, penari, pengrajin, pematung, dan lain-lain 5. Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan
cara
mempersepsi,
membedakan,
menggubah
dan
mengekspresikan misalnya : pendengar musik, kritikus musik, komposer dan penyanyi. 6. Kecerdasan
Interpersonal,
yaitu
kemampuan
mempersepsi
dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. 7. Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. 8. Kecerdasan Naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar.
Teori ini berpendapat bahwa setiap manusia memiliki potensi pada setiap kecerdasan di atas, namun demikian pada umumnya hanya akan ada satu atau dua kecerdasan saja yang dominan dimiliki oleh seseorang. Dari sini munculllah ahliahli dalam berbagai bidang. Berdasarkan pandangan ini maka akan diperoleh
42
seseorang yang cerdas dalam bidang eksak belum tentu cerdas pula dalam bidang sosial. Atau seseorang yang kecerdasan kognitifnya mendominasi biasanya pada kecerdasan yang lain agak berkurang. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebenarnya setiap orang adalah cerdas dan memiliki potensi untuk berprestasi pada bidangnya masing-masing. Untuk itu diperlukan dukungan dari lingkungan tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang.
43
KERANGKA BERFIKIR
Berlangsungnya proses pembelajaran selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan peserta didik. Hubungan tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Syah (1995) menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh tiga faktor sebagai berikut : 1. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini meliputi dua hal yaitu : (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani siswa. Kondisi tubuh siswa yang lemah, sedang dalam keadaan tidak sehat, dapat menurunkan kualitas kemampuan siswa sehingga materi yang dipelajari tidak dapat diserap dengan baik. (b) aspek psikologis, yaitu kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat belajar dan motivasi belajar siswa. 2. Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktor eksternal ini meliputi lingkungan sosial dan non-sosial.
Lingkungan sosial meliputi
kondisi keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai berikut : (1) Kondisi keluarga adalah segala sesuatu yang menyangkut latar belakang pendidikan orang tua, perhatian dan motivasi dari orang tua atau orang lain yang berada di dalam keluarga, status sosial ekonomi, sampai kepada keharmonisan keluarga. (2) Lingkungan sekolah menyangkut dua hal pergaulan antar teman, serta peran dan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. (3) Lingkungan masyarakat adalah situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat yang berada d sekitar rumah dan sekolah. Lingkungan non-sosial terdiri dari dua bagian yaitu : (1) Kondisi alam yang menyangkut cuaca atau iklim. (2) Faktor instrumen meliputi kurikulum, program, sarana (fasilitas) baik langung seperti alat-alat pembelajaran, maupun tidak langsung seperti gedung sekolah, bangku, pencahayaan dan sirkulasi udara, metode serta media pembelajaran yang terpadu dalam sebuah proses pembelajaran.
44
3. Pendekatan Belajar. Pendekatan ini sangat berkaitan dengan motivasi belajar siswa. Pendekatan belajar yang dimaksud meliputi ; (1) Surface yaitu pendekatan permukaan. Maksudnya adalah siswa belajar hanya berorientasi untuk mencapai kelulusan semata, sedangkan tentang kualitas hasil yang dicapai tidak terlalu penting. (2) Deep yaitu pendekatan mendalam. Maksudnya adalah siswa belajar dengan motivasi ingin mendalami pengetahuan karena merasa membutuhkannya. Pendekatan ini berdampak kepada hasil belajar yang biasanya cenderung baik karena diawali dengan motivasi yang baik. (3) Achieving yaitu pendekatan kemampuan tinggi. Pendekatan ini dilakukan oleh siswa dengan target mencapai hasil setinggi-tingginya karena ada ambisi tertentu yang ingin diraih. Pendekatan jenis ini memiliki dampak negatif yaitu apabila siswa gagal meraih ambisinya dapat
mengalami
depresi
yang
membahayakan
kelangsungan
pendidikannya. Beberapa faktor yang dikemukakan di atas merupakan faktor-faktor yang baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan dengan keberhasilan belajar setiap anak. Penelitian ini mencoba mencari hubungan antara beberapa faktor internal dan beberapa faktor eksternal dalam proses pembelajaran yang dianggap paling berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Atas
dasar
kerangka
berfikir
di
atas,
maka
penulis
menggambarkannya dalam sebuah bagan korelasi sebagai berikut :
mencoba
45
Peubah X : Proses Pembelajaran X1. Faktor Internal Siswa X.1.1 Umur X.1.2 Jenis Kelamin X.1.3 Minat X.1.4 Motivasi Peubah Y : Prestasi Belajar X2. Faktor Eksternal Siswa X.2.1 Jarak X.2.2 Pendidikan Ayah X.2.3 Pendidikan Ibu X.2.4. Pekerjaan Ayah X.2.5 Status ekonomi
Y.1 Prestasi Kognitif Y.2 Prestasi Afektif Y.3 Prestasi Psikomotor
Output : Terciptanya Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas Berlandaskan Iman dan Takwa
Gambar 3. Kerangka Berfikir tentang hubungan proses pembelajaran dengan prestasi belajar siswa
Bab Metodologi Hal 46 – 53 Dari Sumber Aslinya Memang Tidak Ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Sejarah SDIT Berawal di Masjid Arif Rahman Hakim (ARH) Salemba yang merupakan pusat pertemuan aktivis
kampus Universitas Indonesia Jakarta, sekitar tahun
1980-an mahasiswa yang aktif di mesjid ini memikirkan nasib masa depan bangsa dalam bidang pendidikan, yang masih jauh dari jangkauan akademis. Beberapa mahasiswa fakultas MIPA, Psikologi dan fakultas lainnya bergabung untuk membantu mencerdaskan bangsa melalui pembinaan kepada adik kelas mereka yang masih duduk di SMA. Tahun 1981- 1984 mereka melakukan pembinaan dalam bentuk menelaah dan melakukan pendalaman mata pelajaran dan Bimbingan Penyuluhan dari mesjid kepada para siswa kelas 3 di berbagai jurusan. Alhamdulillah, Sembilan puluh persen peserta yang sebagian besar pengurus Rohis di sekolah masing-masing diterima di Perguruan Tinggi Negeri . Tahun 1985 mereka meresmikan berdirinya Bimbingan Belajar Nurul Fikri (Bimbel NF) di bawah naungan Yayasan Nurul Fikri. Tahun 1992 para pendiri Yayasan Nurul Fikri ingin melanjutkan kiprah mereka dalam pendidikan formal berupa upaya pendirian sekolah alternatif yang mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Dibentuklah Kelompok Kerja (pokja) untuk pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Fikri. Sekitar setahun pokja
melaksanakan
tugasnya,
akhirnya
pada
pertengahan
Juli
1993
diresmikanlah SDIT Nurul Fikri yang berdomisili di Jalan Situ Indah No. 116 RT 06/X Kelurahan Tugu Kelapa Dua Cimanggis. Bersamaan dengan pendirian SDIT Nurul Fikri, Yayasan mendirikan Taman Al-Qur’an Nurul Fikri. Pada awal berdirinya SDIT Nurul Fikri membuka pendaftaran dari kelas 1 sampai dengan kelas IV. Kiprah Yayasan dilanjutkan pada Juli 1996 dengan membuka SLTP Islam Terpadu Nurul Fikri. Pembukaan SLTPIT Nurul Fikri ini merupakan bentuk integrasi kelanjutan studi pada jenjang yang lebih tinggi.
55
Sejarah SDIT Ummul Quro Sekolah Dasar Islam Terpadu Ummul Quro Bogor pertama kali berdiri pada tahun 1993 dengan nama Sholahuddin dengan jumlah siswa 17 orang dengan fasilitas yang masih sangat terbatas. Pada tahun 1997 memperoleh kemudahan dengan menempati sebidang tanah wakaf. Sejak tahun 1998 hingga sekarang, berkat kepercayaan orang tua Ummul Quro mampu membebaskan lahan dan membangun dua gedung permanen 3 lantai dengan luas lahan sekitar 6000 m2.
Visi dan Misi 1. Visi
:
“PELOPOR
SEKOLAH
ISLAM
TERPADU
BAGI
TERBENTUKNYA GENERASI QUR’ANI” 2. Misi : •
Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai SD yang berkualitas.
•
Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan Islam terpadu yang integral dan komprehensif
•
Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai lembaga pendidikan profesional yang mengutamakan persaudaraan dan saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa.
•
Membentuk SDIT Ummul Quro sebagai bi’ah salihah (lingkungan yang baik)
•
Membentuk keseimbangan ruhani, akal dan jasad bagi seluruh elemen pendidikan (guru, pegawai, siswa dan orang tua).
•
Membentuk peserta didik yang berpegang teguh kepada Al Qur’an
•
Membentuk
peserta
didik
yang
cinta
akan
masjid
memakmurkannya. •
Membentuk peserta didik yang taat dan khusyu dalam beribadah
•
Membentuk peserta didik yang saleh cendekia
dan
56
Tujuan 1. Tujuan Lembaga. •
Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik, baik berupa pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta sikap yang dapat digunakan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari dan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
•
Mengintegrasikan kemampuan, keterampilan dan sikap yang islami kepada peserta didik sehingga dapat tumbuh dan berkembang potensi fitrahnya ke arah terbentuknya insan yang bertaqwa dalam arti yang luas.
•
Membentuk peserta didik menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang saleh, aqidah yang benar, akhlak yang mulia, akal yang cerdas, fisik yang sehat dan kuat serta dekat dan cinta kepada AlQur’an.
2. Tujuan Operasional. Melatih dan mengajarkan kemampuan dasar baca tulis hitung, pemahaman dasar agama (aqidah, akhlaq, fiqh, sirah, Al Qur’an dan Hadits), pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP.
Kurikulum Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagai suatu sekolah yang mempunyai ciri khas, melakukan penjabaran dan penambahan bahan kajian dari mata pelajaran, memberikan penjiwaan agama Islam ke setiap mata pelajaran, memberikan tambahan jam mata pelajaran agama serta menumbuhkan kehidupan budaya sekolah yang islami. Muatan materi tersebut dikemas dalam keterpaduan antara Kurikulum Pendidikan Nasional dengan Kurikulum Khusus Ummul Quro (UQ) disajikan pada Tabel 3 berikut ini :
seperti
57
Tabel 3. Perbandingan Struktur Kurikulum Diknas dan SDIT Ummul Quro (UQ)
Kelas I dan II Diknas UQ * 50 jam
Alokasi Jam Pelajaran Kelas III dan IV Diknas UQ 31 jam 66 jam
Kelas V dan VI Diknas UQ 31 jam 63 jam
Keterangan : •
Pendekatan tematik, di gunakan kegiatan pembelajaran ini untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan pengelolaan waktunya di tetapkan oleh sekolah.
•
Untuk kelas I dan II alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran yang diatur dengan komposisi : (a) 20 % untuk agama dan PPKn, ( b) 50 % untuk membaca menulis dan berhitung (c) 30 % untuk sains, pengetahuan sosial, kesenian, keterampilan, dan pendidikan jasmani.
Kegiatan Ekstra kurikuler dan Kepanduan Kegiatan ekstra kurikuler dan kepanduan merupakan alternatif kegiatan bagi pengembangan bakat dan kemampuan siswa. Setiap siswa boleh memilih atau mengusulkan kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakatnya masingmasing. Berbagai kegiatan ekstra kurikuler diselenggarakan disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang meliputi kegiatan seni, sastra, komunikasi dan jurnalistik, tahfidzul qur'an, olah raga serta bahasa.
Pusat keunggulan. 1. Pengajaran Al Qur’an , yang bertujuan menanamkan kecintaan kepada Al Qur’an, memberikan kemampuan membaca Al Qur’an dengan tartil dan menghafal sebagiannya serta pengamalan Al Qur’an dalam seluruh gerak langkah keh idupan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan strategi dengan pembentukan tim khusus pengajaran Al-Qur'an serta tahfidzul qur'an.
58
Prestasi tahfidzul Qur’an siswa 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Prestasi Tahfidzul Qur’an di SDIT Ummul Quro
Tahun 2001 - 2002 2002 – 2003 2003 – 2004 2004 – 2005 2005 – 2006
4 juz 2
Jumlah Siswa Penghafal Al-Qur’an 3 juz 2 juz 1.5 juz 1 17 27 5 18 1 42 4 13 32
1 juz 18 27 57 37 26
2. Peningkatan Pengajaran Agama Islam, yang bertujuan memberikan bekal pendidikan agama yang cukup
kepada siswa serta keterampilan
melaksanakan praktek ibadah dengan baik. Untuk mencapai target tersebut dilakukan penambahan jam pelajaran agama serta memantau pelaksanaan praktek ibadah siswa.
Pendekatan Belajar Kelas dikelola dengan
mengaktifkan semua indera siswa dengan pendekatan
pembelajaran ( metoda ) yang aktif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yan g memberikan Pengalaman Belajar yang menyenangkan untuk siswa.
Pengalaman Belajar •
Field trip ( kunjungan )
•
Proyek – Proyek Pembelajaran di antaranya : Pasar mini siswa, nonton VCD (ttg cuaca, keajaiban alam, menaklukan syetan dengan do’a dll), bercocok tanam , belanja ke pasar tradisional / modern, jelajah lingkungan, observasi pertumbuhan tanaman, renang.
§
Waktu kunjungan disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan dibahas.
59
Staf Pengajar •
Staf pengajar adalah pengajar dan pendidik di bidangnya yang berjumlah 68 orang. Sebanyak 73 % S1 lulusan perguruan tinggi Negeri dan Swasta, dari keguruan ataupun non keguruan, selebihnya diploma dan pesantren
•
Asal Lembaga/PT : IKIP, IPB, UI, UIKA, UNPAK, UGM, ITB, Pesantren AlQur’an, dan perguruan tinggi lainnya
Peningkatan Jumlah Siswa dan Prestasi Penunjang Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pada tahun pertama berdirinya SDIT ini hanya memiliki 17 orang siswa. Namun demikian dengan kualitas output yang sesuai kebutuhan masyarakat saat ini yaitu selain memiliki kemampuan intelektual siswa juga dibekali dengan pengetahuan agama dianggap yang memadai, maka kepercayaan masyarakat terus meningkat. Hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa secara simultan pada tahun-tahun berikutnya. Berikut ini data jumlah siswa 5 tahun terakhir :
Tabel 5. Peningkatan Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro
Tahun
Jumlah siswa
2001 – 2002 2002 – 2003 2003 – 2004 2004 – 2005 2005 – 2006
573 679 754 795 846
Selain prestasi dalam hal peningkatan jumlah siswa, dalam perjalanan perkembangannya para siswa-siswi SDIT Ummul Quro juga aktif dan kreatif dalam berbagai kompetisi . Beberapa prestasi yang berhasil diraih tertera dalam Tabel 6 berikut ini :
60
Tabel 6. Prestasi Penunjang Siswa SDIT Tiga Tahun Terakhir No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Prestasi Juara I lomba menggambar pada ajang Dies Natalis IPB 42 Meraih medali perunggu pada Philippine Elementary Mathematics International Contest (PEMIC) Juara II pada ajang Olimpiade Nasional II Mental Aritmatika Juara I kontes Penggemar Matematika Se- Bogor Juara II Lomba Mewarnai se- Jakarta, Depok dan Bogor Juara II Kontes Penggemar Matematika Se- Kabupaten dan Kota Bogor Juara I Lomba Mewarnai se- Bogor dan Depok Juara III Lomba Cerdas Cermat se- Bogor Depok Juara I Lomba Menulis Cerita se-Bogor Juara I Lomba Mengarang se-Bogor dan sekitarnya
Tahun 2004 2005 2005 2005 2005 2005 2006 2006 2006 2006
Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri Sukadamai 3 Bogor SD Negeri Sukadamai 3 berdiri sekitar tahun 1984, yang pada awalnya merupakan wilayah kabupaten Bogor. Namum pada tanggal 1 Januari 1995 terjadi pemekaran
wilayah
sehingga
sekolah
ini
menjadi
wilayah
binaan
Kakandepdiknas/Dinas P dan P Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor hingga sekarang. Gedung SD Negeri Sukadamai 3 ini berdiri di atas tanah seluas 2.957 m2 dengan rombongan belajar 27 kelas dengan jumlah ruang belajar 12 lokal, 1 laboratorium komputer, 1 perpustakaan, 1 laboratorium IPA dan jumlah siswa seluruhnya 1206 siswa dan dibina oleh seorang Kepala Sekolah, 27 orang Guru, 1 petugas adminstrasi, serta 1 penjaga Sekolah. Program SDN Sukadamai 3 Budi Agung Dalam mencapai perspektif masa depannya yaitu “mencapai masyarakat madani yang beragama ditandai kebersaman dalam kebhinekaan dilandasi keadilan dan kesejahteraan yang berkesinambungan serta keserasian dalam kecenderungan global” SDN Sukadamai 3 Budi Agung menyusun programprgaram yang relevan.
61
Visi yang dipegang adalah berwawasan keunggulan, mempersiapkan tamatan yang berkualitas, bernalar logis, berpikir kritis, bertindak aktif, bersikap kreatif, peka, mandiri, berbudi pekerti, bertanggung jawab, menguasai iptek dan imtaq untuk masa depan bangsa yang cerah. Sedang misi yang diemban adalah sebagai berikut : 1. Mengutamakan pelayanan masyarakat 2. Menyiapkan fas ilitas belajar mengajar 3. Meningkatkan sumber daya yang berkualitas 4. Meningkatkan peran serta masyarakat 5. Meningkatkan mutu pembelajaran 6. Meningkatkan kerjasama penelitian dan pengembangan inovasi program Strategi yang dijalankan SDN Sukadamai 3 Budi Agung yan g memiliki motto “Iman ilmu dan amal” yaitu antara lain : 1. Menerapkan KBMA (Kegiatan Belajar Mengajar Aktif) 2. Mengkaji pendekatan SWOT - Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman 3. Mengkaji dimensi pelayanan TERRA (Tampilan pisik, Rasa memiliki, Cepat tanggap, Kehandalan, Jaminan mutu) 4. Mengkaji Strategi Belajar Mengajar 5. Menyiapkan SDM yang berkualitas 6. Mengkaji perencanaan strategi (Strategic Planning) 7. Menyusun rencana induk pengembangan Sekolah (RIPS) 8. Mengubah proses alamiah menjadi ilmiah 9. Mengubah anti pati menjadi simpati 10. Membina hati mengolah pikir 11. Mereka cipta karsa menjadi karya 12. Cerdas pikir cerdas hati dengan budi luhur Visi misi dan strategi tersebut dijadikan sebagai bahan acuan oleh semua personil dalam pelaksanaan pendidikan yang diselenggarakan SDN Sukadamai 3 Budi Agung Kota Bogor
62
Pada praktiknya usaha-usaha yang dijalankan sekolah terdapat peningkatan. Ini ditandai dengan tercapainya tujuan sekolah yaitu meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil belajar, pengakuan masyarakat terhadap keberadaan sek olah serta sikap atau mentalitas siswa yang terlihat semakin baik. Peningkatan jumlah siswa dalam 5 tahun terakhir disajikan dalam tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Peningkatan Jumlah Siswa SDN Sukadamai 3
Tahun
Jumlah Siswa
2001 – 2002 2002 – 2003 2003 – 2004 2004 – 2005 2005 – 2006
709 888 998 1136 1206
Kurikulum Kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai tingkat sekolah yang diselenggarakan yang merupakan rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta yang dig unakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar di setiap tingkatan sekolah dan berlaku secara nasional. SDN Sukadamai 3 menyelenggarakan proses pembelajaran dengan menggunakan standar kurikulum DEPDIKNAS 1994 untuk kelas III dan VI, dan Kurikukulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 untuk kelas I,II,IV dan V. Hal ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh DIKNAS, terkait dengan pemberlakuan KBK secara bertahap yang dimulai dari tahun 2004.
Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar Dalam rangka meningkatkan KBM, sekolah melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut : 1.
Tertib waktu, Tertib belajar dan Tertib admistrasi
2.
Menerapkan Strategi KBMA (Kegiatan Belajar Mengajar Aktif)
3.
Mengembangkan Seni Daerah
63
4.
Menerapkan Muatan Lokal bahasa Inggris dari kelas I
5.
Meningkatkan
Kerja
sama
dengan
berbagai
lembaga
yang
berhubungan dengan pengembangan potensi belajar siswa serta lembaga bimbingan diagnostik kesulitan belajar. 6.
Pembinaan peningkatan mutu KBM bagi staf pengajar melalui : a. Mengikuti diskusi dan latihan yang diselengarakan oleh British Council dan Basic Education Projek b. Magang di sekolah yang berwawasan Internasional Global Jaya Madaniah, Anisa. c. Mengikuti diskusi di sekolah Internasional ( Madaniah, Anisa, Global Jaya, Assukro) d. Work Shop dengan orang tua peduli pendidikan ( GENTALA ) e. Diskusi KKG di GUGUS VI Bina BEP f. Diskusi guru-guru di KKGS
7. Mengadakan Kegiatan Ekstra kurikuler : a. Sepak bola kerjasama dengan GRC Good Year b. Bulu tangkis kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai c. Renang kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai d. Karate kerjasama dengan Inkai Cabang Bogor e. Bina Tari kerjasama dengan Sanggar Reni Cimanggu Permai f. Pramuka, UKS, dokter kecil, karawitan, bina vokalia/bina musik g. Baca Tulis Alqur’an kerjasama dengan DKM Al Ithishom
Peluang dan Tantangan Peluang-peluang yang didapat, dikelola dengan baik dan dihasilkan segala apa yang diharapkan sesuai dengan tujuan. Begitu pula dengan tantangan tantangan yang dihadapi ditanggulangi dan ditangani dengan baik. Semuanya terbukti dengan diraihnya berbagai prestasi penunjang kegiatan belajar mengajar serta kegiatan ekstrakurikuler oleh para siswa sekolah ini. Berbagai prestasi ini dapat diraih berkat kesungguhan Kepala Sekolah dalam memotivasi serta
64
memfasilitasi berbagai kegiatan tersebut. Beb erapa prestasi yang diraih antara lain tertera dalam tabel 8 berikut :
Tabel 8. Prestasi Penunjang Siswa SDN Sukadamai 3 No
Prestasi
Tahun
1 2 3 4
Juara I MTQ tingkat Kota Bogor Juara II Baca Puisi Tingkat Kota Juara III Solo Vocal Tingkat Kota Juara I Bola Voli Putri HUT RI ke 54 antar Gugus se Kec. Tanah Sareal Juara II Bulu tangkis Putri HUT RI ke 54 antar Gugus Juara I MTQ Tingkat Kota Bogor Juara I Putri Siswa Teladan Tingkat SD se Kecamatan Tanah Sareal Juara I Sekolah Hijau Kota Bogor oleh Dinas Lingkungan Hidup
1999 1999 1999 2000
5 6 7 8
2000 2000 2001 2002
Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada evaluasi. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran. Terdapat persamaan maupun perbedaan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran di dua sekolah tersebut. Persamaan dan perbedaan tersebut dilandasi oleh perbedaan standar proses pembelajaran yang digunakan. Di SDIT Ummul Quro standar proses adalah berdasarkan Kurikulum 1994, 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang diakselerasikan dengan Quantum Teaching (Mengajar Sukses) dan Quantum Learning (Belajar Sukses). Di SDN Sukadamai 3 pembelajaran dilaksanakan mengacu pada ketentuan Kurikulum 1994 yang dikombinasikan dengan Kurikulum 2004 (KBK).
65
Selain kurikulum, perbedaan juga tampak pada jumlah jam belajar, metode pembelajaran yang diterapkan, serta target yang ingin dicapai di akhir proses pembelajaran. Tabel 9 berikut ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan dan persamaan proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 : Tabel 9. Perbedaan Proses Pembelajaran antara SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Uraian
No
SDIT Ummul Quro
1
Kurikulum
2
Jumlah jam pelajaran Proses Pembelajaran : Active learning • Metode • Pengelolaan Mengaktifkan semua indra Kelas siswa dengan pendekatan pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)
3
•
Target
1994, 2004 (KBK), Kurikulum Khusus Ummul Quro yang meliputi muatan Pendidikan Agama Islam, hafalan Al-Qur'an dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler 63 jam / minggu @ 30 menit
Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang dilandasi nilai-nilai ajaran agama
SDN SUKADAMAI 3 1994, 2004 (KBK), Kurikulum Khusus yang meliputi muatan lokal dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler 31 jam pelajaran / minggu @ 35 menit
Tutorial Pendekatan klasikal yang aktif
Pencapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotor
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok adalah pada kurikulum khusus, jumlah jam pelajaran, metode, pengelolaan kelas serta target pembelajaran. Untuk menyelenggarakan proses pembelajaran seperti tertera di atas dengan sebaik -baiknya, kedua sekolah mengupayakan beberapa langkah konkrit yang
66
berhubungan dengan peningkatan kualitas
SDM (guru). Beberapa langkah
tersebut adalah : 1. Memilih guru yang paling berkompeten untuk mengajar di kelas VI, diusahakan adalah guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan. 2. Menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk para guru. 3. Mengirimkan perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan, seminar atau lokakarya yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional atau lembaga-lembaga lain yang kompeten.
Latar Belakang Pendidikan Guru dan Kesesuaian Bidang Ajar Bagi seorang tenaga kependidikan (guru) latar belakang pendidikan yang relevan merupakan suatu syarat terpenting yang harus dipenuhi sebelum mengemban tugas sebagai guru. Hal ini merupakan syarat profesionalisme. Undang-undang terbaru yang dicanangkan pemerintah yaitu UU Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 mengisyaratkan hal tersebut. Hasil
pendataan keadaan guru tentang latar belakang pendidikan dan
kesesuaian bidang ajar di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 disajikan dalam tabel 10 berikut ini : Tabel 10. Latar Belakang Pendidikan dan Kesesuaian Bidang Ajar Pada Guru di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
1
2
Uraian
Latar Belakang Pendidikan a) Kependidikan b) Non Kependidikan Kesesuaian Bidang Ajar a) Mengajar sesuai latar belakang bidang keilmuan b) Mengajar tidak sesuai latar belakang bidang keilmuan
n = 10 SDIT SDN (%) (%) 80,00 20,00
60,00 40,00
90,00 10,00
40,00 60,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa masih ada guru yang bukan berlatar belakang ilmu kependidikan serta mengajar tidak sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Terjadinya guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
67
keilmuan di SDN Sukadamai 3 disebabkan di sekolah ini menggunakan sistem guru kelas, sehingga satu orang guru mengajar 6 bidang studi yaitu PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan Bahasa Sunda. Di SDIT Ummul Quro berlaku guru bidang studi yang sesuai dengan rumpun ilmunya. Keadaan ini menunjukkan terjadinya perbedaan proses pembelajaran dalam hal kreativitas memilih metode dan media pembelajaran serta kedalaman ilmu yang disampaikan. Namun
demik ian
hambatan-hambatan
untuk
dalam
mengantisipasi
mengajar,
maka
kemungkinan masing-masing
terjadinya sekolah
menyelenggarakan pelatihan bagi para guru atau mengirimkan para gurunya ke berbagai
pelatihan
sesuai
kebutuhan
pembelajaran
dan
pengembangan
profesionalisme. Keikutsertaan para guru dalam berbagai pelatihan tersebut disajikan dalam tabel 11 berikut ini : Tabel 11. Keikutsertaan Dalam Pelatihan Guru SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
1 2 3
Uraian
Pelatihan sesuai bidang ajar Pelatihan penunjang bidang kurikulum dan metodologi Pelatihan penunjang
n = 10 SDIT SDN (%) (%) 100,00 100,00 100,00 50,00 100,00 20,00
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa meskipun para guru bukan berlatar
belakang
ilmu
kependidikanan
tetapi
pelatihan-pelatihan
yang
diselenggarakan sesuai dengan bidang ajar sangat membantu para guru untuk lebih menguasai materi pelajaran yang diberikannya. Tidak hanya materi, tetapi pemilihan metode dan media yang relevan pun men jadi lebih mudah. Di SDIT Ummul Quro 100% guru diikut sertakan dalam berbagai pelatihan karena ering kali penyelenggaraannya adalah dengan cara mengundang nara sumber ke sekolah. Di SDN Sukadamai 3 pelatihan yang sesuai bidang ajar mengikutsertakan 100% guru juga karena mengundang nara sumber, sedangkan pelatihan-pelatihan yang lain dilakukan dengan cara mengirimkan guru untuk
68
mengikuti pelatihan yang diselnggarakan oleh Dinas Pendidikan atau lembagalembaga lainnya. Para guru yang telah mengikuti pelatihan -pelatihan, melakukan revisi-revisi proses pembelajaran. Suasana yang semula lebih banyak bersifat teacher centered (pembelajaran terpusat pada guru) secara bertahap telah mengalami perubahan menjadi student
centered (pembelajaran terpusat pada siswa) sehingga siswa
benar-benar diarahkan untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Jenis pelatihan yang diselenggarakan meliputi pelatihan Bidang studi yang berisi materi dan keluasan materi pelajaran, pelatihan bidang kurikulum dan metodologi, serta pelatihan penunjang yaitu seminar-seminar pendidikan, training motivasi dan kecerdasan emosi, psikologi populer serta pembinaan rohani yang diselenggarakan secara khusus setiap hari Sabtu di SDIT ummul Quro. Sebagai tindak lanju t dari berbagai pelatihan yang pernah diikuti, maka para guru dapat meningkatkan keterampilannya dalam menyusun rencana dan mengelola proses pembelajaran. Pengamatan tentang keterampilan guru mengajar dilakukan sebanyak 14 kali. Hasil pengamatan tentang menyusun rencana pengajaran dan mengelola proses pembelajaran disajikan dalam tabel 12 berikut : Tabel 12. Keterampilan guru dan keterlaksanaan dalam menyusun rencana dan mengelola proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian Kegia tan
Menyusun Silabus dan Skenario Pembelajaran Melakukan Appersepsi Memotivasi siswa Melibatkan sis wa dalam kegiatan pembelajaran Menyampaikan bahan Memberi contoh Menggunakan alat/media pembelajaran Interaksi dalam proses pembelajaran
Baik (%) SDIT SDN 85,8 21,4
Penilaian n=14 Cukup (%) Kurang (%) SDIT SDN SDIT SDN 50,0 14,2 28,6
100 100 85,7
100 85,8 57,1
14,3
14,2 42,9
-
-
100 85,8 50
100 85,8 28,4
14,2 50
14,2 72,8
-
-
50
12,1
50
59,3
-
28,6
69
Seperti terlihat dalam tabel 12 di atas, pada SDIT Ummul Quro : §
85,8% guru membuat skenario pembelajaran dengan lengkap, 14,2% guru mengajar tanpa skenario pembelajaran, hanya menggunakan buku paket sebagai panduan.
§
100% guru memberi motivasi yang bentuknya berupa nasehat agar siswa mau lebih giat belajar, memberi skore/poin untuk setiap prestasi siswa di dalam kelas serta reward berbentuk pujian dan kalimat toyyibah (misalnya ungkapan Subhanallah) baik secara indvidu maupun kelompok. Perilaku guru seperti ini membuat suasana belajar lebih menyenangkan bagi siswa karena mereka merasa diperhatikan dan dihargai kemampuannya
§
100% guru melakukan appersepsi dengan berbagai bentuk seperti diskusi hasil kunjungan, penjelasan umum tentang materi yang akan disajikan, tanya jawab materi yang lalu atau pun melalui cerita yang biasanya dilakukan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
§
Dalam suasana pembelajaran, aktivitas yang melibatkan siswa tercatat sebanyak 85,7%. Siswa
melakukan kegiatan berupa menggambarkan,
mempraktekkan, mendeskripsikan, mencari dan menemukan, membuat laporan, membuat resume dan mendiskusikannya, melakukan permainan (game) yang telah dirancang oleh guru, bermain peran, mengarang, memberi contoh, membacakan puisi, menempel informasi pentin g yang diperoleh pada majalah dinding, serta mengerjakan portofolio, selebihnya 14.3% kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru. §
Interkasi antara guru dengan siswa, tidak ditemukan guru yang pasif, 50,00% guru aktif berinterkasi, mengamati dan terlibat dengan siswa ketika siswa mengerjakan tugas, sedangkan 50,00% lainnya mampu menjalin komunikasi interaktif dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa, misalnya pembelajaran melalui game adalah yang paling disukai oleh siswa.
70
Pada SDN Sukadamai 3 : §
21,4% guru membuat skenario pembelajaran dengan lengkap, 50% guru membuat skenario pembelajaran tetapi tidak lengkap, dan sisanya sebanyak 28,6% guru mengajar tanpa skenario pembelajaran. Guru yang tidak membuat skenario pembelajaran merasa bahwa apa yang terdapat dalam buku panduan sudah cukup untuk dijadikan rujukan selain karena mereka sudah berpengalaman mengajar bidang yang sama selama bertahun-tahun.
§
85,8% guru memberi motivasi yang bentuknya berupa nasehat agar siswa mau lebih giat belajar, 14,2% guru mengajar tanpa memberi motivasi hanya sebatas penyampaian materi pelajaran dan evaluasi. Guru yang secara rutin dan tekun memberikan motivasi kepada siswa, menunjukkan adanya kepedulian yang tinggi terhadap keberhasilan mengajar dan belajar siswa. Namun demikian motivasi yang bentuknya hanya verbal (nasehat) sering membuat siswa menjadi jenuh karena pada umumnya semua guru akan mengatakan hal yang sama tentang apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan.
§
100% guru melakukan appersepsi dengan berbagai bentuk seperti diskusi hasil kunjungan, penjelasan umum tentang materi yang akan disajikan, tanya jawab materi yang lalu atau pun melalui cerita yang biasanya dilakukan pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
§
Dalam suasana pembelajaran, 42,9% kegiatan siswa mendengarkan penjelasan guru, selebihnya sebanyak 57,1% siswa melakukan kegiatan berupa menggambarkan, mendeskripsikan, mencari dan menemukan, membuat laporan, memberi contoh,
serta mengerjakan portofolio.
Keadaan ini sudah menggambarkan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk diterapkan secara bertahap mulai dari tahun ajaran 2002-2003. §
Interkasi antara guru dengan siswa ditemukan bahwa 28,6% guru pasif dalam
arti
guru
memberi
tugas
dan
menunggu
hingga
siswa
menyelesaikannya, 59,3% guru aktif berinterkasi, mengamati dan terlibat
71
dengan siswa ketika siswa mengerjakan tugas, sedangkan guru yang menjalin komunikasi interaktif dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa sebanyak 12,1%.
Faktor-faktor Internal Siswa Karakteristik siswa secara umum terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal yang meliputi ; (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani siswa. Umur, kesehatan fisik dan panca indra, serta jenis kelamin, merupakan faktorfaktor yang secara tidak langsung berhubungan dengan segala aktivitas siswa; (b) aspek psikologis, yaitu kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan tipe kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat belajar dan motivasi belajar siswa. Aspek psikologis ini merupakan salah satu faktor penentu yang memiliki dampak langsung terhadap aktivitas dan keberhasilan belajar siswa. Kedua adalah faktor ekternal siswa yang meliputi berbagai hal dari luar diri siswa
yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Faktor
eksternal tersebut di antaranya faktor orang tua, guru, teman, lingkungan belajar, fasilitas belajar, metode pembelajaran, tujuan pembelajaran serta kurikulum. Semua faktor tersebut memiliki andil yang cukup besar dalam mencapai keberhasilan belajar siswa.
Umur Siswa SD kelas VI rata-rata berumur antara 11 hingga 13 tahun. Perbedaan tersebut disebabkan berbedanya usia siswa ketika memasuki sekolah. Sebenarnya sudah ada ketentuan pemerintah bahwa untuk memasuki Sekolah Dasar seorang anak minimal harus berusia 6 tahun. Namun kenyataannya banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk masuk SD sebelum mencapai usia 6 tahun dan pihak sekolah tidak dapat menolak karena berbagai alasan. Jumlah siswa dalam rentangan umur tersebut dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
72
Tabel 13. Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Umur No
Umur siswa
Kategori
Jumlah n=73
Persentase (%)
1
11 tahun
Kurang
10
13,69
2
12 tahun
Tepat
54
73,97
3
13 tahun
Lebih
9
12,32
Tabel di atas menunjukkan bahwa 73,9% siswa kelas VI berumur 12 tahun. Umur yang tepat dengan tingkat perkembangan anak untuk siswa sampai di kelas VI. Sebanyak 13,7% siswa berumur lebih muda yaitu 11tahun. Artinya para siswa ini masuk Sekolah Dasar sebelum usianya mencapai 6 tahun. Meskipun berumur lebih muda atau di bawah standar umur siswa kelas VI namun para siswa ini dapat mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya. Selebihnya yaitu sebanyak 12,3% berumur di atas rata-rata siswa kelas VI yaitu 13 tahun.
Jenis kelamin Perbedaan individual pada siswa dapat dilihat dari aktivitas mental dan motorik siswa. Dalam aktivitas tersebut terdapat karakteristik perilaku yang berbeda antara siswa laki-laki dengan perempuan. Perbedaan tersebut nampak dalam beberapa hal, di antaranya perbedaan prestasi yang diraih. Jumlah siswa berdasarkan jenis kelaminnya disajikan dalam tabel 14 berikut ini : Tabel 14. Jumlah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Berdasarkan Jenis Kelaminnya No
Jumlah
Jenis kelamin n=73
Persentase (%)
1
Laki-laki
36
49,31
2
Perempuan
37
50,68
73
Minat dan Motivasi Belajar Siswa Minat dan Motivasi merupakan dua aspek psikologis yang paling berpengaruh terhadap proses keberhasilan belajar siswa. Minat dikategorikan dalam bidang akademik dan non akademik. Kategori bidang akademik adalah minat siswa terhadap salah satu bidang studi, dan non akademik adalah minat siswa terhadap kegiatan ekstra kurikuler. Untuk
mengetahui motivasi siswa dilihat dari persentase kehadiran,
kesungguhan dalam mengerjakan tugas, kesadaran mengulang pelajaran di rumah, kepedulian terhadap reward dan punishment serta standar keberhasilan yang dimiliki siswa. T inggi rendahnya minat dan motivasi dari masing-masing siswa disajikan dalam tabel 15 berikut : Tabel 15. Minat Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
1
Faktor Internal Siswa
Kategori (skor)
Minat
Jumlah (n=73)
Persentase (%)
33 40 73
45,20 54,80 100,00
Rendah (3-7) Tinggi (8-11) Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (54,79%) memiliki minat yang terkategori tinggi. Mereka
mengemukakan minatnya
terhadap salah satu bidang studi tertentu serta bidang ekstrakurikuler tertentu. Sebanyak 45,20% siswa memiliki minat yang terkategori rendah. Mereka belum menunjukkan adanya
arah minat yang jelas, maksudnya siswa tersebut tidak
memiliki kecenderungan terhadap salah satu bidang studi atau kegiatan ekstra kurikuler tertentu. Beberapa bidang studi yang paling banyak diminati oleh siswa adalah Matematika dan IPA, sedangkan sosial dan bahasa diminati oleh sebagian kecil siswa. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa pada umumnya siswa lebih suka kepada pelajaran yang memiliki tantangan, apalagi pada pelajaran IPA sering kali
74
diselenggarakan praktek yang banyak memberi pengalaman yang berkesan bagi siswa tentang perkembangan ilmu. Tabel 16. Motivasi Belajar Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
1
Faktor Internal Siswa
Kategori (skor)
Motivasi (skor)
Jumlah
Rendah (4-13) Tinggi (14-18)
Total
(n=73)
Persentase (%)
24 49 73
32,87 67,13 100,00
Dalam hal motivasi belajar, diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki motivasi yang terkategori tinggi yaitu sebanyak 67,13%. Sisanya yaitu sebanyak 32,87% memiliki motivasi yang terkategori rendah. Motivasi ini dilihat dari usaha siswa dalam kegiatan belajar untuk meraih hasil sebaik-baiknya.
Faktor-faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal yang diukur dalam penelitian ini adalah jarak yang ditempuh siswa dari rumah ke sekolah,
tingkat pendidikan ayah dan ibu,
pekerjaan ay ah, serta status sosial ekonomi keluarga. Pemilihan ini didasarkan pada
anggapan
bahwa
faktor-faktor
tersebut
memiliki
andil
dalam
keberlangsungan proses belajar siswa serta hasil belajarnya. Meskipun setiap anak memiliki minat dan motivasi tertentu tetapi dalam usianya yang masih dini, partisipasi aktif dari orang tua sangat diperlukan. Hasil penelitian tentang faktor-faktor eksternal yang ada pada siswa adalah sebagai berikut :
Jarak Antara Rumah Dengan Sekolah Jarak yang dimaksud adalah jauh dekatnya jarak yang ditempuh siswa dari rumah ke sekolah. Pada bagian ini jarak dibagi menjadi tiga kategori yaitu : dekat, sedang dan jauh. Hasil penelitian tentang jarak antara rumah dengan sekolah disajikan dalam tabel 17 berikut ini :
75
Tabel 17. Jarak Antara Rumah dengan Sekolah Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No 1 2
Jarak
Jumlah n=73 47 26 73
Dekat (100 m – 4 km) Jauh ( 4 km – 7 km) Jumlah
Persentase (%) 64,40 35,61 100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa 64,40% siswa rumahnya berjarak dekat dengan sekolah. Sisanya sebanyak 35,61% berdomisili jauh dari sekolah. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih memilih sekolah yang berjarak dekat dengan rumahnya.
Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Tingkat pendidikan ayah dan ibu maksudnya adalah jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh ayah dan ibu. Tingkat pendidikan dikategorikan dengan pendidikan Dasar dan Menengah yaitu jenjang SD, SMP, SMA, dan Pendidikan Tinggi yaitu jenjang perguruan tinggi. Tingkat pendid ikan ayah dan ibu disajikan dalam tabel 18 di bawah ini : Tabel 18. Tingkat Pendidikan Ayah dan Ibu Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
1 2
Tingkat Pendidikan
Dasar dan Menengah (SD-SMP-SMA) Tinggi (D3-S1-S2-S3)
Ayah
Ibu
N=73
(%)
n=73
(%)
16
21,90
32
43,82
57
78,10
41
56,16
73
100,00
73
100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua, baik ayah maupun ibu berpendidikan tinggi. Sebanyak 78,10% ayah berpendidikan tin ggi sedangkan ibu sebanyak 56,16%. Selebihnya yaitu sebanyak 21,90% ayah dan 43,82% ibu berlatar belakang pendidikan dasar dan menengah.
76
Keadaan ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang tua sudah mencapai pendidikan tinggi dan merupakan suatu kebutuhan untuk kelangsungan kehidupan sosial dan ekonominya. Jika keadaan ini terus meningkat maka dapat diprediksi akan terjadi peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia sehingga
secara bertahap masalah lemahnya kualitas SDM dapat diatasi.
Pekerjaan Ayah Pekerjaan ayah yang dimaksud adalah profesi atau jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah. Terdapat berbagai jenis pekerjaan yang ditekuni oleh ayah. Dari berbagai jenis pekerjaan tersebut dikategorikan kepada 2 jenis yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Swasta. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar ayah para siswa bergerak di bidang swasta yaitu sebanyak 65,71%, sedangkan selebihnya sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 34,24%. Selengkapnya tentang jenis pekerjaan ayah tersaji dalam tabel 19 berikut ini :
Tabel 19. Pekerjaan Ayah di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
No
Jenis Pekerjaan Ayah
Jumlah n=73
Persentase (%)
1
Pegawai Negeri Sipil
25
34,29
2
Swasta
48
65,71
73
100,00
Jumlah
Status Ekonomi Keluarga Pengkategorian status ekonomi keluarga yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan data yang ada di sekolah yaitu pada Buku Induk Siswa. Kategori ini berdasarkan form data siswa yang diisi oleh orang tua yang menyatakan keadaan ekonomi keluarga mereka seperti tersebut di atas. Keadaan ekonomi tersebut diukur dari jenis pekerjaan orang tua.
77
Hasil pendataan mengenai keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini : Tabel 20. Status Ekonomi Keluarga S iswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
Status Ekonomi Keluarga
Jumlah n=73
Persentase (%)
1
Cukup
27
36,97
2
Baik
46
63,03
73
100,00
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yaitu 63,01% berada dalam kondisi yang baik. Artinya segala kebutuhan pokok serta pendidikan anak dapat terpenuhi dengan baik. Keadaan yang terkategori cukup terdapat pada 34,34% keluarga, selebihnya sebanyak 2,73% berada dalam keadaan yang kurang layak.
Prestasi Belajar Siswa Prestasi Kognitif Siswa Hasil Tes Uji Coba (TUC) Ujian Nasional yang diselenggarakan di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 menunjukkan adanya keragaman pencapaian prestasi siswa yaitu ada yang rendah, sedang dan tinggi. Dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Frekuensi rentangan nilai rata-rata untuk semua bidang studi yang diporoleh disajikan dalam tabel 21 berikut ini :
78
Tabel 21. Tabel Kontingensi Nilai TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
Sekolah
Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
1
SDIT
4
17
21
2
SDN
27
25
52
31
42
73
Jumlah X2 = 6,813
Sangat nyata pada a = 0,01
Tabel 21 di atas mengungkapkan, berdasarkan uji Chi-Square diperoleh hasil bahwa : "Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang meyakinkan (sangat nyata) antara siswa SDIT Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3". Hal ini ditunjukkan oleh nilai X hitung (6,813) > Xtabel
(6,635) pada taraf
signifikansi 0,01 dan df = 1. Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar dilaksanakan pada 5 bidang studi yang meliputi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia (BI), Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam penelitian ini dilakukan juga penilaian terhadap bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga terdapat prestasi belajar pada 6 bidang studi. Hasil TUC tersebut diklasifikasikan dalam kategori rendah dan tinggi. Nilai rendah adalah capaian nilai pada
kisaran nilai terendah siswa sampai
kepada 7,05., dan nilai tinggi adalah capaian pada kisaran nilai 7,10 sampai dengan nilai tertinggi yang dicapai siswa yaitu 9,14. Hasil rata-rata Tes Uji Coba (TUC) yang dicapai siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 disajikan pada tabel 22 berikut ini :
79
Tabel 22. Prestasi Kognitif TUC Ujian Nasional Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No 1 2
Kategori Rendah Tinggi
Rentang Nilai n=73 31 42 73
3,24 – 7,05 7,1 – 9,14 Total
Jumlah Persentase (%) 42,47 57,53 100,00
Untuk lebih jelas mengenai angka nominal yang dicapai siswa pada tiap bidang studi serta fluktuasi nilainya dalam dua kali TUC, berikut ini disajikan nilai rata-rata kelas di SDIT Ummul Quro dan di SDN Sukadamai 3 : Tabel 23. Nilai Rata-Rata TUC di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 pada setiap Bidang Studi No
Bidang Studi
SDIT
SDN
TUC 1
TUC 2
TUC 1
TUC 2
1
PPKn
8.68
8.45
8.67
5.81
2
Bahasa Indonesia
7.14
7.82
6.63
7.33
3
Matematika
6.88
7.71
6.81
6.97
4
IPA
6.95
8.05
6.49
7.45
5
IPS
7.52
7.74
6.74
6.76
6
PAI
8.35
8.59
7.48
7.42
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil yang dicapai siswa baik di SDIT Ummul Quro maupun di SDN Sukadamai 3 berada pada katagori cukup baik, karena rata-ratanya di atas 6,0. Hanya saja terdapat variasi dan fluktuasi nilai yang dicapai. Tampak pada tabel 24, bahwa pada SDIT Ummul Quro diperoleh hasil : dari 6 bidang studi, 5 (83,33%) diantaranya mengalami peningkatan, yaitu pada bidang studi B. Indonesia, IPA, IPS, Matematika dan Pendidikan Agama, sedangkan 1 bidang studi (16,66%) mengalami penurunan yaitu pada pelajaran PPKn.
80
Pada SDN Sukadamai 3, dari 6 bidang studi, 3
(50%) di antaranya
mengalami peningkatan hasil dari TUC I ke TUC II yaitu pada mata pelajaran B. Indonesia, Matematika dan IPA, 1 pelajaran (16,66%) mengalami penurunan yaitu pada mata pelajaran PPKn, sedangkan 23,32% yaitu IPS dan Pendidikan Agama dapat dikatakan stabil karena perbedaannya hanya 0,02 dan 0,06 saja. Pada tabel di atas juga tampak bahwa pada TUC I nilai PPKn di SDN dan SDIT memiliki rata-rata yang sama, matematika hampir sama dan pada bidang studi yang lain hasil SDIT lebih tinggi dari pada hasil SDN. Pada TUC II seluruhnya hasil SDIT lebih tinggi dari pada SDN. Jika diperhatikan dari hasil pengamatan, sebenarnya latihan dan persiapan menghadapi ujian intensitasnya dapat dikatakan sama antara yang dilakukan di SDN Sukadamai dengan di SDIT Ummul Quro. Setiap hari siswa diberi latihan soal-soal ujian dan diberikan les tambahan atau yang di SDIT dikenal dengan istilah Bimbel (Bimbingan Belajar). Khusus pada bidang PAI, perbedaan hasil yang mencolok adalah sangat wajar karena jumlah jam pelajaran PAI di SDIT jauh lebih banyak dari pada di SDN. Di samping itu pendekatan pembelajaran spiritual pun merupakan alasan kuat sebagai faktor penunjang tingginya hasil TUC PAI di SDIT. Prestasi Afektif Siswa Untuk mengetahui perilaku afektif siswa dilakukan dengan menggunakan penilaian guru terhadap akhlak siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian yang dilakukan guru meliputi sepuluh tingkah laku yang dinilai dengan skor A (Baik sekali) dan B (Baik). Aspek-aspek tingkah laku tersebut yaitu (1) Mentaati tata tertib kelas, (2) Menjaga kebersihan, (3) Mampu belajar bersama, (4) Bersikap sopan, (5) Aktif selama KBM, (6) Merapikan perlengkapan sendiri, (7) Belajar dengan tekun, (8) Berkata dengan baik, (9) Menyelesaikan tugas tepat waktu, dan (10) Mampu mengendalikan marah. Rekapitulasi nilai disajikan dalam tabel 24 berikut :
81
Tabel 24. Penilaian Guru Terhadap Akhlak Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Selama Proses Pembelajaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Akhlak Siswa Mentaati tata tertib kelas Menjaga kebersihan Mampu belajar bersama Bersikap sopan Aktif selama KBM (Kegiatan Belajar mengajar Merapikan perlengkapan sendiri Belajar dengan tekun Berkata dengan baik Menyelesaikan tugas tepat waktu Mampu mengendalikan marah
A (%) 61,7 43,3 43,3 60 46,7 46,7 51,7 50,0 48,3 45,0
NILAI B (%) 38,3 56,7 56,7 40,0 53,3 53,3 48,3 50,0 51,7 55,0
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Penilaian A dan B senantiasa diberikan kepada siswa dengan harapan dapat memberi motivasi dan menumbuhkan rasa percaya diri. Apabila ditemukan siswa yang berperilaku kurang sesuai maka para guru senantiasa membimbing serta memotivasinya agar terbentuk karakteristik positif yang ada pada mereka. Setelah dianalisa, ternyata penilaian C hanya diberikan kepada para siswa yang memang sangat sulit dikendalikan oleh guru dan hal ini berpengaruh kepada pencapaian hasil belajar. Beberapa siswa yang memperoleh penilaian C pada beberapa perilaku di atas ternyata prestasinya cenderung rendah. Karena jumlahnya yang sangat sedikit maka dalam penelitian ini digabungkan dengan penilaian B. Siswa yang berprestasi rendah pada umumnya disebabkan karena kurang mampu bekerjasama dalam kelompok serta kurangnya ketekunan dalam belajar. Artinya siswa yang aktivitasnya kurang dalam KBM, kurang tekun serta tidak dapat bekerjasama akan mengalami kesulitan dalam belajar sehingga prestasinya pun kurang memuaskan.
Prestasi Psikomotor Siswa Prestasi psikomotor diambil dari nilai keterampilan siswa yang diperoleh dari guru bidang studi Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK). Tabel 25 di bawah
82
ini menyajikan persentase tinggi rendahnya nilai yang dicapai siswa dalam bidang psikomotor.
Tabel 25. Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
No
1
Prestasi Siswa
Nilai Ujian Kerajinan Tangan dan Kesenian (KTK)
Kategori
Rentang nilai
Jumlah
Rendah
7,0 – 8,0
48
Persentase (%) 65,8
Tinggi
8,1 – 9,0
25
34,2
73
100,00
Jumlah
N=73
Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa rentang nilai bagi siswa yang berprestasi rendah pada bidang psikomotor ini, cukup tinggi yaitu antara 7,0 – 8,0. yang dicapai oleh 65,8% siswa, sedangkan 34,2% siswa mencapai prestasi tinggi dengan rentang nilai 8,0 – 9,0. Indikator yang digunakan dalam penilaian adalah (1) perilaku terbimbing, maksudnya adalah bagaimana siswa dapat melakukan suatu aktivitas berdasarkan contoh yang diberikan oleh guru, (2) kreativitas siswa yaitu ketika siswa dapat berakselerasi mengekspresikan kreasinya.
Hubungan Antara Faktor Internal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Setelah diketahui adanya perbedaan proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa pada SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor, maka dilakukan uji korelasi Chi-Square untuk melihat adanya hubungan antara faktorfaktor internal dan eksternal siswa dengan prestasi belajarnya yang meliputi prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan uji korelasi tersebut diperoleh hasil tentang hubungan faktor internal dengan prestasi belajar siswa sebagai berikut :
83
Umur Pada siswa Sekolah Dasar, umur merupakan salah satu faktor yang dapat menggambarkan kesiapan anak menghadapi tantangan dalam kegiatan belajar. Untuk itu dilakukan pengukuran untuk melihat adanya hubungan antara umur dengan prestasi belajar siswa. Has ilnya disajikan dalam tabel 26 berikut ini : Tabel 26. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Umur siswa Muda (11 – 12) Tua (13) Jumlah X2 = 4,6
Kategori Rendah
Tinggi
32 8 40
32 1 33
Nyata pada a = 0,05
Tabel 26 di atas mengambarkan bahwa prestasi yang dimiliki oleh siswa yang berusia 11 dan 12 tahun baik yang rendah maupun yang tinggi masingmasing berjumlah 32 siswa, sedangkan siswa yang berusia 13 tahun sejumlah 9 orang, 8 di antaranya berprestasi rendah dan 1 orang berprestasi tinggi. Hasil analisis dari data di atas, menunjukkan bahwa X2 = 4,6 > Xtabel (3,811) pada taraf signifikansi 0,05. Ini artinya antara umur dengan prestasi siswa terdapat hubungan nyata. Siswa yang berusia 11 dan 12 cenderung berprestasi lebih tinggi dari pada siswa yang berumur 13 tahun. Prestasi afektif juga merupakan unsur penting yang perlu mendapat perhatian dan merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam proses belajar. Dalam penelitian ini juga dilakukan proses mencari hubungan antara prestasi afektif dengan umur siswa. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini :
84
Tabel 27. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Umur siswa Muda (11 – 12) Tua (13) Jumlah X2 = 8,2
Kategori Rendah
Tinggi
25 8 33
39 1 40
Sangat nyata pada a = 0,01
Tabel 27 di atas memberi gambaran bahwa umur memiliki hubungan sangat nyata dengan prestasi afektif siswa. Siswa yang berumur 11 dan 12 tampak mendominasi prestasi tinggi dengan jumlah 39 siswa. Siswa yang lebih muda cenderung memiliki apresiasi yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar bila dibandingkan dengan siswa yang berusia lebih tua yaitu 13 tahun. Prestasi psikomotor juga merupakan salah satu penilaian dalam penelitian ini. Dengan melihat perilaku psikomotor siswa diharapkan dapat lebih mengetahui sejauhmana kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hubungan antara umur dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 28 berikut ini : Tabel 28. Hubungan antara Umur dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Umur siswa Muda (11 – 12) Tua (13) Jumlah X2 = 2,27
Kategori Rendah
Tinggi
40 8 48
24 1 25 Tidak nyata
Dalam tabel di atas dapat disaksikan bahwa terdapat hubungan tidak nyata antara umur dengan prestasi psikomotor siswa. Hasil analisis menyatakan bahwa X2 = 2,27 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05.
85
Jenis Kelamin Selain peubah-peubah di atas, jenis kelamin juga merupakan salah satu peubah dalam penelitian ini. Sehubungan dengan data tentang jenis kelamin adalah nominal maka dilakukan analisis data dengan cara crosstabulation (tabulasi silang) untuk mengetahui distribusi jenis kelamin terhadap prestasi siswa pada beberapa bidang studi yang diamati. Dalam distribusi ini dapat diketahui berapa banyak siswa laki-laki dan perempuan yang mencapai prestasi rendah, sedang dan tinggi. Tabel 29. Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 No
Bidang Studi
Kategori Rendah
Tinggi
L
P
L
P
Jumlah
1
PPKn
18
15
18
22
73
2
Bahasa Indonesia
20
15
16
22
73
3
Matematika
19
15
17
22
73
4
IPA
20
17
16
20
73
5
IPS
19
16
17
21
73
6
PAI
23
12
13
25
73
7
Afektif
16
14
20
23
73
8
Psikomotor
21
15
15
22
73
Keterangan :
L = laki-laki P = Perempuan
Tabel 29 memberi gambaran bahwa capaian prestasi tinggi untuk setiap bidang studi didominasi oleh anak perempuan. Perbedaan jumlah yang mencolok terjadi pada prestasi bidang studi PAI dan psikomotor. Pada prestasi sedang terlihat adanya perimbangan, ada kalanya anak laki-laki lebih banyak, ada kalanya anak perempuan yang lebih banyak berprestasi sedang. Prestasi rendah didominasi oleh anak laki-laki.
86
Keadaan ini menepis stereotip yang berkembang dalam masyarakat bahwa anak laki-laki lebih berharga dan lebih penting dari pada anak perempuan sebagaimana yang dikemukakan oleh Nolan (1977). Meskipun secara intelektual banyak anak laki-laki yang tergolong cerdas, tetapi kenyataan membuktikan bahwa aktifitas fisik anak laki-laki yang lebih besar, kurangnya perhatian serta terjadinya berbagai pelanggaran aturan menjadi faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar yang dicapai anak laki-laki. Berdasarkan temuan ini, hendaknya para guru dan orang tua dapat lebih memotivasi anak-anak laki-laki untuk dapat memanfaatkan potensi yang dimilikinya secara positif dan optimal. Dengan demikian fungsi laki-laki sebagai pemimpin dapat terealisir dengan baik. Hasil penelitian tentang hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa dikemukakan dalam tabel 30 berikut ini : Tabel 30. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
23 17 40
14 19 33
X2 = 1,93
Tidak nyata
Tabel 30 di atas mengambarkan bahwa 23
siswa laki-laki berprestasi
rendah dan 14 siswa berprestasi tinggi, sedangkan pada siswa perempuan 17 siswa berprestasi rendah dan 19 siswa berprestasi tinggi. Jumlah siswa perempuan yang berprestasi tinggi lebih banyak dari pada siswa laki-laki. Hasil analisis menyatakan bahwa
X2
= 1,93
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05, bermakna bahwa terdapat hubungan yang tidak nyata antara jenis kelamin dengan prestasi yang diraih siswa.
87
Dalam hal prestasi afektif, hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajarnya disajikan dalam tabel 31 di bawah ini : Tabel 31. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah X2 = 14,57
Kategori Rendah
Tinggi
30 14 44
7 22 29
Sangat nyata pada a = 0,01
Tabel 31 di atas menyatakan bahwa terdapat hubungan sangat nyata antara jenis kelamin dengan prestasi belajarnya. Hasil analisis menyatakan bahwa X2 = 14,57 > Xtabel (6,635) pada taraf signifikansi 0,01, bermakna bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata antara jenis kelamin dengan prestasi yang diraih siswa dalam bidang afektif. Keadaan ini dapat diasumsikan bahwa anak-anak perempuan cenderung untuk lebih mentaati peraturan serta tekun dalam belajar sehingga hasilnya dapat tercermin dalam prestasi yang cenderung lebih baik dari pada anak -anak laki-laki. Hasil penelitian tentang hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 32 berikut ini : Tabel 32. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Kategori
Prestasi Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah X2 = 3,88
Rendah
Tinggi
17 8 25
20 28 48
Nyata pada a = 0,05
88
Tabel 32 di atas menyatakan bahwa X2 = 3,88 > Xtabel (3,118) pada taraf signifikansi 0,05 yang berarti bahwa terdapat hubungan nyata antara jenis kelamin dengan prestasi psikomotor siswa. Keadaan ini dapat diaumsikan bahwa anak perempuan lebih tekun dan terampil dalam melaksanakan tugas-tugas motorik, hal ini tercermin dalam hasil pekerjaan mereka yang lebih rapi dari pada laki-laki.
Minat Hasil penelitian tentang hubungan antara minat dengan prestasi kognitif, afektif dan psikomotor siswa dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini : Tabel 33. Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor
Prestasi Siswa Minat Siswa Rendah Tinggi Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
16 24 40
17 16 33
X2 = 0,88
Tidak nyata
Tabel 33 di atas mengambarkan bahwa tinggi rendahnya minat yang dimiliki para siswa beragam. Hasil analisis antara minat dan prestasi belajar siswa diperoleh bahwa X2 = 0,88 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan yang tidak nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa. Keadaan ini merupakan kondisi yang normal sebab pada siswa Sekolah Dasar belum terdapat arah minat yang jelas terhadap bidang studi atau kegiatan ekstra kurikuler tertentu. Dalam hal prestasi afektif, ditemukan angka yang berbeda yang menunjukkan adanya hubungan antara minat dengan prestasi afektif siswa. Hasilnya ditampilkan pada tabel 34 berikut ini :
89
Tabel 34. Hubungan Antara Minat dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori
Minat Siswa Rendah Tinggi Jumlah
Rendah
Tinggi
21 15 36
12 25 37
X2 = 5,53
Nyata pada a = 0,05
Hasil analisis antara minat dan prestasi belajar siswa diperoleh bahwa X2 = 5,33 > Xtabel (3,118) pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan nyata antara minat belajar
dengan prestasi yang diraih siswa. Para siswa
menunjukkan adanya perilaku positif dalam hal pengembangan sikap dan perilaku selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian tentang hubungan antara minat dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 35 berikut ini : Tabel 35. Hubungan antara Minat dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Minat Siswa Rendah Tinggi Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
12 22 34
21 28 49
X2 = 1,14
Tidak nyata
Tabel 35 di atas menyatakan bahwa sebagian besar sis wa berprestasi tinggi dalam bidang psikomotor ini. Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan tidak nyata antara minat dengan prestasi belajar siswa yaitu X2 = 1,14
90
< Xtabel pada taraf signifikansi 0,05, bermakna terdapat hubungan yang tidak nyata antara minat belajar dengan prestasi yang diraih siswa.
Motivasi Hasil penelitian tentang hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini : Tabel 36. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Kognitif S iswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Motivasi Siswa Rendah Tinggi Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
11 29 40
13 20 33
X2 = 0,98
Tidak nyata
Tabel 36 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa juga beragam. Sebanyak 24 siswa bermotivas i rendah yang dinyatakan dari kedisiplinan, usaha untuk sukses, tanggung jawab terhadap tugas serta keberhasilan yang rendah. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,98
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Dalam hal prestasi afektif, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara motivasi dengan prestasi afektif disajikan dalam tabel 37 berikut ini :
91
Tabel 37. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Motivasi Siswa Rendah Tinggi Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
23 11 34
19 20 39
X2 = 2,3
Tidak nyata
Tabel 37 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa dalam bidang afektif juga beragam. Sebanyak 42 siswa bermotivasi rendah, sedangkan 31 di antaranya bermotivasi tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,3
<
Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Dalam hal prestasi psikomotor, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara motivasi dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 38 berikut ini : Tabel 38. Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Motivasi Siswa Rendah Tinggi Jumlah
Kategori Rendah
Tinggi
15 11 26
33 14 47
X2 = 1,04
Tidak nyata
Tabel 38 di atas memberi gambaran bahwa tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki siswa dalam bidang psikomotor juga beragam. Sebanyak 48 siswa bermotivasi rendah, sedangkan 25 di antaranya bermotivasi tinggi.
92
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 1,04
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara motivasi belajar siswa dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor. Hubungan Antara Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SDIT Ummul Quro dengan SDN Sukadamai 3 Bogor Faktor-faktor eksternal merupakan hal-hal yang memiliki hubungan secara tidak langsung dengan proses dan hasil belajar, namun keberadaannya tetap dibutuhkan oleh para siswa. Beberapa faktor eksternal yang menjadi sasaran dalam penelitian ini meliputi : jarak antara rumah dan sekolah, tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ayah serta status ekonomi keluarga. Hasil penelitian tentang hubungan antara faktor-faktor eksternal dengan prestasi belajar siswa masing-masing dipaparkan berikut ini :
Jarak Rumah dan Sekolah Diperkirakan bahwa jarak antara rumah dan sekolah memiliki hubungan dengan prestasi belajar siswa, mengingat seringnya terjadi keluhan dari siswa yang rumahnya berjarak jauh dari sekolah. Hasil penelitian tentang hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel berikut ini : Tabel 39. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
23 16 39
24 10 34
Jarak Dekat Jauh Jumlah X2 = 0,95
Tidak nyata
93
Tabel 39 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di antaranya berdomisili jauh dari sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Dalam hal prestasi afektif, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi afektif disajikan dalam tabel 40 berikut ini : Tabel 40. Hubungan antara Jarak Rumah dan Sekolah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
21 14 35
26 12 38
Jarak Dekat Jauh Jumlah X2 = 0,94
Tidak nyata
Tabel 40 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di antaranya berdomisili jauh dari sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,94
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan sekolah dengan p restasi siswa dalam bidang afektif. Dalam hal prestasi psikomotor, hasil penelitian yang menggambarkan hubungan antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi psikomotor disajikan dalam tabel 41 berikut ini :
94
Tabel 41. Hubungan antara Jarak Rumah dan S ekolah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
20 16 36
27 10 37
Jarak Dekat Jauh Jumlah X2 = 2,14
Tidak nyata
Tabel 41 di atas memberi gambaran bahwa sebagian besar siswa yaitu sebanyak 47 siswa berdomisili dekat dengan sekolah, sedangkan 26 siswa di antaranya berdomisili jauh dari sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jarak rumah dan sekolah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa jarak antara rumah dan sekolah bukan merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan keberhasilan belajar siswa.
Tingkat Pendidikan Ayah Pada umumnya orang tua yang berpendidikan tinggi memiliki wawasan yang lebih luas dalam mendidik putra-putrinya, sehingga berpeluang dalam mencapai kualitas hasil pendidikan yang lebih baik. Dukungan kedua orang tua sangat dibutuhkan bagi proses belajar bagi anak sebagai motivasi utama. Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini :
95
Tabel 42. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
10 27 37
6 30 36
Pendidikan Ayah Rendah Tinggi Jumlah X2 = 1,27
Tidak nyata
Tabel 42 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ayah. Sebagian besar, yaitu 57 orang berpendidikan tinggi yang terkategori dalam pendidikan S1, S2 dan S3. Sebanyak 16 ayah siswa berpendidikan rendah yaitu pada tingkat SMP dan SMA Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 1,27
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi afektif siswa disajikan dalam tabel 43 di bawah ini : Tabel 43. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Pendidikan Ayah Rendah Tinggi Jumlah X2 = 5,17
Kategori Rendah
Tinggi
11 22 33
5 35 40
Nyata pada a = 0,05
96
Tabel 43 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan
ayah
hubungannya
dengan
prestasi
afektif.
Hasil
analisis
2
menunjukkan bahwa X = 5,17 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Keadaan yang tercermin dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa ayah yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dapat turut memberi dukungan dalam hal perilaku afektif siswa sehingga dapat terwujud kualitas hasil pendidikan yang lebih baik. Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 44 di bawah ini : Tabel 44. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
14 33 47
3 23 26
Pendidikan Ayah Rendah Tinggi Jumlah X2 = 3,01
Tidak nyata
Tabel 44 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ayah hubungannya dengan prestasi psikomotor. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 3,01 < Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara tingkat pendidikan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor. Keadaan ini dapat bermakna bahwa tingkat pendidikan ayah tidak cukup bukti dalam memberi dukungan terhadap kualitas hasil belajar psikomotor siswa.
97
Tingkat Pendidikan Ibu Ibu merupakan sosok yang paling dekat dengan proses tumbuh kemban g setiap anak. Perhatian dan dukungan dari ibu akan sangat berarti dalam membangun kualitas diri putra-putrinya sehingga diharapkan tercapai kualitas hasil pendidikan yang lebih baik, apalagi jika didukung oleh latar belakang pendidikan ibu yang memadai. Saat ini sudah merupakan hal yang lazim bahwa seorang ibu dapat mencapai tingkat pendidikan yang tinggi, meskipun tidak berarti bahwa para ibu yang berlatar belakang pendidikan rendah
tidak memiliki kualitas dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pemelihara rumah tangga. Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi kognitif siswa disajikan dalam tabel 45 di bawah ini : Tabel 45. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Jumlah X2 = 5,56
Kategori Rendah
Tinggi
21 16 37
11 25 36
Nyata pada a = 0,05
Tabel 45 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu. Sebagian besar, yaitu 41 orang berpendidikan tinggi yang terkategori dalam pendidikan S1, S2 dan S3. Sebanyak 32 ibu siswa berpendidikan rendah yaitu pada tingkat SMP dan SMA. Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi tinggi dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi terdapat sebanyak 25 siswa. Keadaan ini memberi gambaran bahwa untuk menciptakan kualitas hasil
98
diperlukan kualitas sumber daya manusia yang memadai, dalam hal ini peranserta ibu dalam keberhasilan putra-putrinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 5,56
>
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Keadaan ini bermakna bahwa keterlibatan ibu dalam kegiatan belajar putra-putrinya memiliki arti penting bagi terciptanya kualitas hasil pendidikan yang optimal. Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi afektif siswa disajikan dalam tabel 46 di bawah ini : Tabel 46. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Jumlah X2 = 5,62
Kategori Rendah
Tinggi
19 13 32
13 28 41
Nyata pada a = 0,05
Tabel 46 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu hubungannya dengan prestasi afektif. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 5,62 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi tinggi dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi sejumlah 28 siswa. Angka ini melebihi kategori-kategori yang lain. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa ibu yang berpendidikan rendah tidak memiliki kualitas dalam mengarahkan putra-putrinya. Keadaan yang tercermin dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa keberdaan ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi sangat dibutuhkan dalam memberi dukungan kepada putra-putrinya. Dengan demikian dapat mempertinggi
99
harapan akan terciptanya generasi yang berakhlak mulia, yang tercermin pada prestasi afektif. Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi psikomotor siswa disajikan dalam tabel 47 di bawah ini : Tabel 47. Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa Pendidikan Ibu Rendah Tinggi Jumlah X2 = 8,75
Kategori Rendah
Tinggi
28 20 48
5 20 25
Sangat nyata pad a a = 0,01
Tabel 47 di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pendidikan ibu hubungannya dengan prestasi psikomotor. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 8,75 > Xtabel pada taraf signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan sangat nyata antara tingkat pendidikan ibu dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor. Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang berprestasi rendah dihubungkan dengan ibu yang berpendidikan rendah sejumlah 28 siswa. Angka ini melebihi kategori-kategori yang lain. Keadaan ini dapat diasumsikan bahwa diperlukan bimbingan ibu dalam hal meningkatkan keterampilan motorik siswa.
Pekerjaan Ayah Pekerjaan ayah merupakan faktor eksternal lain yang diduga memiliki hubungan dengan prestasi bela jar siswa. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa semakin baik pekerjaan ayah, maka semakin baik pula fasilitas yang diberikan kepada putra-putrinya sehingga kegiatan belajarnya dapat terakomodasi dengan baik pula, dengan demikian diharapkan prestasi belajarnya pun menjad i baik.
100
Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi belajar kognitif siswa disajikan pada tabel 48 berikut ini : Tabel 48. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
13
13
28 41
19 32
Pekerjaan Ayah Pegawai Negeri Sipil Swasta Jumlah X2 = 0,96
Tidak nyata
Tabel 48 di atas memberi gambaran tentang jenis pekerjaan ayah. Dalam hal ini diklasifikasikan menjadi 2 yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil dan sebagai pekerja swasta. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,96
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi afektif disajikan pada tabel 49 berikut ini : Tabel 49. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
16
10
20 36
27 37
Pekerjaan Ayah Pegawai Negeri Sipil Swasta Jumlah X2 = 2,14
Tidak nyata
101
Tabel 49
di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi afektif. Tampak dalam tabel bahwa ayah yang bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi psikomotor disajikan pada tabel 50 berikut ini : Tabel 50. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
28
14
19 31
28 42
Pekerjaan Ayah Pegawa Negeri Sipil Swasta Jumlah X2 = 0,23
Tabel 50
Tidak nyata
di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi psikomotor. Tampak dalam tabel bahwa ayah yang bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,23
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor. Dari keadaan yang terdapat pada tiga jenis prestasi di atas,
dapat
diasumsikan bahwa apa pun jenis pekerjaan ayah tidak menunjukkan adanya cukup bukti untuk menyatakan hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
102
Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi
keluarga juga merupakan faktor eksternal lain yang
diduga memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa semakin baik status ekonomi keluarga, maka semakin baik pula fasilitas yang diberikan orang tua kepada putra-putrinya sehingga kegiatan belajarnya terakomodasi. Dengan demikian diharapkan prestasi belajarnya pun menjadi baik. Hasil penelitian tentan g hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prestasi belajar kognitif siswa disajikan pada tabel 51 berikut ini : Tabel 51. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
17 23 40
10 23 33
Status Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah X2 = 0,95
Tabel 51
Tidak nyata
di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya status
ekonomi keluarga. Tampak pada tabel bahwa siswa yang status ekonomi keluarganya tinggi berjumlah 46 siswa, sedangkan yang rendah berjumlah 27 siswa. Siswa yang status ekonominya tinggi dan berprestasi tinggi sebanyak 23 siswa, tetapi keadaan ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa semakin tinggi status ekonomi maka semakin tinggi pula prestasinya. Ini hanyalah gambaran sesungguhnya tentang keadaan siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95 < Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini :
103
Tabel 52. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
16 18 34
11 28 39
Status Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah X2 = 2,12
Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,21 < Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini : Tabel 53. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Kategori
Prestasi Siswa Rendah
Tinggi
12 16 28
15 30 45
Status Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah X2 = 0,99
Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,99 < Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
104
Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahw a status ekonomi keluarga bukan merupakan suatu faktor yang sangat penting yang berhubungan dengan pres tasi belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Hubungan dapat terjadi secara tidak langsung karena status ekonomi keluarga bukan merupakan keadaan yang berupa proses pembelajaran. Status ekonomi keluarga hanya merupakan faktor pendukung yang lebih mengarah kepada pengadaan fasilitas belajar dalam keluarga.
105
PEMBAHASAN
Dari seluruh hasil yang telah dipaparkan di atas,
meskipun dalam
penelitian ini tidak dilakukan penghitungan secara kuantitatif, tetapi atas dasar bukti-bukti di atas, jika memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3, maka dapat dikemukakan bahwa terdapat perbedaan antara proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3. Beberapa perbedaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : §
kesiapan guru dalam mengajar;
§
metode latihan yang digunakan di SDIT Ummul Quro lebih variatif dan tidak monoton, biasanya berbentuk game atau role playing;
§
besarnya kelas, di SDIT berjumlah 38 siswa/kelas, sedangkan di SDN berjumlah 48 siswa/kelas.
§
motivasi dalam bentuk reward yang selalu diberikan guru setiap kali siswa menunjukkan has il yang baik dalam latihan-latihan tersebut meskipun hanya berbentuk pengumpulan poin atau pujian; serta
§
kesempatan atau waktu belajar yang lebih panjang.
Dalam hal usaha pengembangan SDM (guru) perbedaan dapat diketahui pada : §
Prosedur recruitment (seleksi) guru yang memiliki beberapa kriteria tertentu yang meliputi kriteria akademis, psikis dan fisik;
§
Beberapa pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SDIT lebih bervariasi dan mengarah kepada pembinaan motivasi, keikhlasan dalam menjalankan tugas, serta mengoptimalkan kecerdasan emosi dan spiritual. Di SDN pelatihan-pelatihan lebih banyak dalam hal pengenalan kurikulum dan administrasi pembelajaran.
Beberapa alasan di atas dapat dijadikan sebagian bukti sebagai faktorfaktor penting yang memiliki hubungan terhadap keberhasilan belajar para siswa
106
karena bagaimana pun siswa memiliki motivasi serta minat yang kuat, tidak akan mencukupi
jika tidak ditunjang dengan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuannya, maka tidak cukup hanya berbekal latar belakang pendidikan formal saja, tetapi dibutuhkan akselerasi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta tantangan yang ada pada masa yang sedang berlangsung. Dalam hal faktor-faktor internal, umur siswa, jenis kelamin, minat dan motivasi merupakan faktor-faktor yang baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan atau tidak berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa pada bagian tertentu terdapat hubungan nyata dan pada bagian yang lain terdapat hubungan tidak nyata dengan prestasi belajar siswa. Dalam hal faktor-faktor eksternal, jarak antara rumah dan sekolah, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan status ekonomi keluarga juga merupakan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hasil analisis Chi-Square di atas bahwa terdapat hubungan sangat nyata, nyata dan tidak nyata antara faktor-faktor eksternal siswa dengan prestasi belajar siswa.
107
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 Bogor. 2. Terdap at perbedaan prestasi belajar yang meyakinkan antara siswa di SDIT Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3 Bogor. 3. Umur siswa berhubungan nyata dengan prestasi kognitif, sangat nyata dengan prestasi afektif dan tidak nyata dengan prestasi psikomotor. 4. Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, sangat nyata dengan prestasi pafektif dan nyata pada prestasi psikomotor. Jumlah anak perempuan yang berprestasi tinggi pada semua bidang studi lebih besar dibandingkan dengan jumlah anak laki-laki. 5. Minat siswa menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidk nyata pada prestasi psikomotor. 6. Motivasi menunjukkan hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. 7. Jarak antara rumah dengan sekolah berhubungan tidak nyata dengan prestasi belajar siswa. Artinya berapa pun jarak yang ditempuh siswa ke sekolah tidak menyebabkan tinggi rendahnya prestasi belajar. 8. Tingkat pendidikan ayah memperlihatkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidak nyata pada prestasi psikomotor. 9. Ting k at p end id ik an ib u men un ju kkan ad an y a h ub ung an n y ata d en g an p r es tas i ko gn it if d an a fekt if, s ert a hu b u ngan s an gat ny at a d eng an p rest as i p sik o mo to r. 10 . Peke rja an ay ah, menu n juk k an h ub ung an t id ak ny ata b aik p ad a p r es tas i ko gn it if, af ek tif maup un p siko mo to r. 11 . Statu s ek o no mi k e lu arg a jug a men un ju kk an ad an ya hu b un gan tid ak ny at a d eng an p res tas i ko g nit if, a fekt if, mau p un psik o mo to r.
108
Saran-Saran
Upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dapat ditempuh melalui beberapa cara sebagai berikut : 1. Dalam hal faktor internal siswa, hendaknya para guru dapat mengarahkan minat serta membangun motivasi siswa secara positif mengingat sebenarnya kedua faktor ini sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. 2. Bagi para penyelenggara pendidikan hendaknya diperhatikan masalah pengembangan proses pembelajaran menjadi pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dilandasi nilai-nilai dalam ajaran agama sehingga tujuan akhir Pendidikan Nasional dapat tercapai secara utuh dan menyeluruh. 3. Pelatihan-pelatihan penunjang bagi guru secara periodik sangat perlu diselenggarakan guna memberikan motivasi serta wawasan dan kesegaran baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan. 4. Kepada
orang
tua,
dukungan
moril
sangat
dibutuhkan
guna
mengoptimalkan hasil belajar siswa. 5. Kepada Sekolah Islam Terpadu, hendaknya dapat lebih mensosialisasikan program
penyelenggaraan
pendidikan
terpadu
kepada
masyarakat
khususnya orang tua siswa, serta memperhatikan aspek mental yang sesuai dengan kebutuhan siswa terutama untuk anak yang berada pada jenjang pendidikan dasar.
101
Tabel 49
di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi afektif. Tampak dalam tabel bahwa ayah yang bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,14
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Hasil penelitian tentang hubungan antara pekerjaan ayah dengan prestasi psikomotor disajikan pada tabel 50 berikut ini :
Tabel 50. Hubungan antara Pekerjaan Ayah dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Kategori
Prestasi Siswa Rendah
Tinggi
28
14
19 31
28 42
Pekerjaan Ayah Pegawa Negeri Sipil Swasta Jumlah X2 = 0,23
Tabel 50
Tidak nyata
di atas memberi gambaran tentang hubungan antara jenis
pekerjaan ayah dengan prestasi psikomotor. Tampak dalam tabel bahwa ayah yang bergerak di bidang swasta lebih banyak yaitu 47 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,23
<
Xtabel pada taraf
signifikansi 0,05 artinya terdapat hubungan tidak nyata antara jenis pekerjaan ayah dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor. Dari keadaan yang terdapat pada tiga jenis prestasi di atas,
dapat
diasumsikan bahwa apa pun jenis pekerjaan ayah tidak menunjukkan adanya cukup bukti untuk menyatakan hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
102
Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi
keluarga juga merupakan faktor eksternal lain yang
diduga memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa semakin baik status ekonomi keluarga, maka semakin baik pula fasilitas yang diberikan orang tua kepada putra-putrinya sehingga kegiatan belajarnya terakomodasi. Dengan demikian diharapkan prestasi belajarnya pun menjadi baik. Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prestasi belajar kognitif siswa disajikan pada tabel 51 berikut ini : Tabel 51. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Kognitif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
17 23 40
10 23 33
Status Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah X2 = 0,95
Tabel 51
Tidak nyata
di atas memberi gambaran tentang tinggi rendahnya status
ekonomi keluarga. Tampak pada tabel bahwa siswa yang status ekonomi keluarganya tinggi berjumlah 46 siswa, sedangkan yang rendah berjumlah 27 siswa. Siswa yang status ekonominya tinggi dan berprestasi tinggi sebanyak 23 siswa, tetapi keadaan ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa semakin tinggi status ekonomi maka semakin tinggi pula prestasinya. Ini hanyalah gambaran sesungguhnya tentang keadaan siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,95 < Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang kognitif. Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini :
103
Tabel 52. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Afektif Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
16 18 34
11 28 39
Status Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah X2 = 2,12
Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 2,21 < Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang afektif. Hasil penelitian tentang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan prestasi afektif ditampilkan dalam tabel 52 berikut ini : Tabel 53. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Psikomotor Siswa SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 Bogor Prestasi Siswa
Kategori Rendah
Tinggi
12 16 28
15 30 45
Status Ekonomi Rendah Tinggi Jumlah X2 = 0,99
Tidak nyata
Hasil analisis menunjukkan bahwa X2 = 0,99 < Xtabel
pada taraf
signifikansi 0,05., artinya terdapat hubungan tidak nyata antara status ekonomi keluarga dengan prestasi siswa dalam bidang psikomotor.
104
Dari tabel di atas dapat diasumsikan bahwa status ekonomi keluarga bukan merupakan suatu faktor yang sangat penting yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Hubungan dapat terjadi secara tidak langsung karena status ekonomi keluarga bukan merupakan keadaan yang berupa proses pembelajaran. Status ekonomi keluarga hanya merupakan faktor pendukung yang lebih mengarah kepada pengadaan fasilitas belajar dalam keluarga.
105
PEMBAHASAN
Dari seluruh hasil yang telah dipaparkan di atas,
meskipun dalam
penelitian ini tidak dilakukan penghitungan secara kuantitatif, tetapi atas dasar bukti-bukti di atas, jika memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3, maka dapat dikemukakan bahwa terdapat perbedaan antara proses pembelajaran di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3. Beberapa perbedaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
kesiapan guru dalam mengajar;
metode latihan yang digunakan di SDIT Ummul Quro lebih variatif dan tidak monoton, biasanya berbentuk game atau role playing;
besarnya kelas, di SDIT berjumlah 38 siswa/kelas, sedangkan di SDN berjumlah 48 siswa/kelas.
motivasi dalam bentuk reward yang selalu diberikan guru setiap kali siswa menunjukkan hasil yang baik dalam latihan-latihan tersebut meskipun hanya berbentuk pengumpulan poin atau pujian; serta
kesempatan atau waktu belajar yang lebih panjang.
Dalam hal usaha pengembangan SDM (guru) perbedaan dapat diketahui pada :
Prosedur recruitment (seleksi) guru yang memiliki beberapa kriteria tertentu yang meliputi kriteria akademis, psikis dan fisik;
Beberapa pelatihan yang diikuti oleh guru-guru SDIT lebih bervariasi dan mengarah kepada pembinaan motivasi, keikhlasan dalam menjalankan tugas, serta mengoptimalkan kecerdasan emosi dan spiritual. Di SDN pelatihan-pelatihan lebih banyak dalam hal pengenalan kurikulum dan administrasi pembelajaran.
Beberapa alasan di atas dapat dijadikan sebagian bukti sebagai faktorfaktor penting yang memiliki hubungan terhadap keberhasilan belajar para siswa
106
karena bagaimana pun siswa memiliki motivasi serta minat yang kuat, tidak akan mencukupi
jika tidak ditunjang dengan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Untuk meningkatkan kemampuannya, maka tidak cukup hanya berbekal latar belakang pendidikan formal saja, tetapi dibutuhkan akselerasi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta tantangan yang ada pada masa yang sedang berlangsung. Dalam hal faktor-faktor internal, umur siswa, jenis kelamin, minat dan motivasi merupakan faktor-faktor yang baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan atau tidak berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa pada bagian tertentu terdapat hubungan nyata dan pada bagian yang lain terdapat hubungan tidak nyata dengan prestasi belajar siswa. Dalam hal faktor-faktor eksternal, jarak antara rumah dan sekolah, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan status ekonomi keluarga juga merupakan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Hasil analisis Chi-Square di atas bahwa terdapat hubungan sangat nyata, nyata dan tidak nyata antara faktor-faktor eksternal siswa dengan prestasi belajar siswa.
107
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat perbedaan proses pembelajaran antara di SDIT Ummul Quro dengan di SDN Sukadamai 3 Bogor. 2. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang meyakinkan antara siswa di SDIT Ummul Quro dengan siswa SDN Sukadamai 3 Bogor. 3. Umur siswa berhubungan nyata dengan prestasi kognitif, sangat nyata dengan prestasi afektif dan tidak nyata dengan prestasi psikomotor. 4. Jenis kelamin menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, sangat nyata dengan prestasi pafektif dan nyata pada prestasi psikomotor. Jumlah anak perempuan yang berprestasi tinggi pada semua bidang studi lebih besar dibandingkan dengan jumlah anak laki-laki. 5. Minat siswa menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidk nyata pada prestasi psikomotor. 6. Motivasi menunjukkan hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, afektif dan psikomotor. 7. Jarak antara rumah dengan sekolah berhubungan tidak nyata dengan prestasi belajar siswa. Artinya berapa pun jarak yang ditempuh siswa ke sekolah tidak menyebabkan tinggi rendahnya prestasi belajar. 8. Tingkat pendidikan ayah memperlihatkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, nyata pada prestasi afektif dan tidak nyata pada prestasi psikomotor. 9. Tingkat pendidikan ibu menunjukkan adanya hubungan nyata dengan prestasi kognitif dan afektif, serta hubungan sangat nyata dengan prestasi psikomotor. 10. Pekerjaan ayah, menunjukkan hubungan tidak nyata baik pada prestasi kognitif, afektif maupun psikomotor. 11. Status ekonomi keluarga juga menunjukkan adanya hubungan tidak nyata dengan prestasi kognitif, afektif, maupun psikomotor.
108
Saran-Saran
Upaya untuk meningkatkan kualitas hasil belajar dapat ditempuh melalui beberapa cara sebagai berikut : 1. Dalam hal faktor internal siswa, hendaknya para guru dapat mengarahkan minat serta membangun motivasi siswa secara positif mengingat sebenarnya kedua faktor ini sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. 2. Bagi para penyelenggara pendidikan hendaknya diperhatikan masalah pengembangan proses pembelajaran menjadi pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang dilandasi nilai-nilai dalam ajaran agama sehingga tujuan akhir Pendidikan Nasional dapat tercapai secara utuh dan menyeluruh. 3. Pelatihan-pelatihan penunjang bagi guru secara periodik sangat perlu diselenggarakan guna memberikan motivasi serta wawasan dan kesegaran baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan. 4. Kepada
orang
tua,
dukungan
moril
sangat
dibutuhkan
guna
mengoptimalkan hasil belajar siswa. 5. Kepada Sekolah Islam Terpadu, hendaknya dapat lebih mensosialisasikan program
penyelenggaraan
pendidikan
terpadu
kepada
masyarakat
khususnya orang tua siswa, serta memperhatikan aspek mental yang sesuai dengan kebutuhan siswa terutama untuk anak yang berada pada jenjang pendidikan dasar.
Lampiran-lampiran
Lampiran 1 Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran
114
LEMBAR PENGAMATAN PROSES PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SDIT UQ / SDN Sukadamai 3 Hari / tanggal : ……………………………… Bidang studi : .……………………………. Nama Guru : …………………………… Kelas : VI ( A / B / C / D ) No 1
Kegiatan Appersepsi
Keterangan Dilakukan / tidak dilakukan Isinya : ……………………………………………….. ………………………………………………..
2
Motivasi
Diberikan / tidak diberikan
3
Tempat
Di dalam kelas / di luar kelas
4
Pokok bahasan
5
Sub pokok bahasan
6
Metode
7
Media
8
Suasana pembelajaran
9
Interaksi dengan guru
Menggunakan / tidak menggunakan Perangkatnya : ……………………………………….. ………………………………………..
siswa
Catatan Khusus : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………
Lampiran 2 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Guru Dalam Menyusun Rencana Pembelajaran
LEMBAR PENGAMATAN DAN PENILAIAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PENGAJARAN A. Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar 1. Merumuskan Tujuan, yang meliputi beberapa syarat : (a) kesesuaian TPK dengan TPU (b) kelengkapan jumlah TPK (c) kelengkapan rumusan (tidak menimbulkan tafsiran ganda) (d) kelengkapan rumusan TPK (subyek, tingkah laku yang dapat diukur, kondisi pencapaian dan kriteria pencapaian) (e) urutan TPK dari yang mudah kepada yang sukar Skala Nilai 1 2 3 4 5
Penjelasan Hanya satu syarat yang dipenuhi Dua sayata yang dipenuhi Tiga syarat yang dipenuhi Empat syarat yang dipenuhi Lima syarat yang dipenuhi
2. Menentukan metode mengajar Skala Nilai 1 2 3 4 5
Penjelasan Tidak mencantumkan metode mengajar Tercantum metode mengajar tetapi tidak relevan dengan TPK Tercantum satu metode mengajar yang relevan dengan TPK Tercantum dua metode mengajar yang relevan dengan TPK Tercantum lebih dari dua metode mengajar yang relevan dengan TPK dan bahan.
3. Menentukan langkah-langkah mengajar Skala Nilai 1 2 3 4 5
Penjelasan Tidak terdapat langkah-langkah mengajar Terdapat langkah mengajar secara umum Terdapat langkah mengajar secara rinci, sebagian besar sesuai dengan TPK Terdapat langkah mengajar secara rinci, semuanya sesuai dengan TPK tetapi hanya terpusat pada guru Terdapat langkah mengajar secara rinci, semuanya sesuai dengan TPK tetapi hanya terpusat pada guru dan murid
4. Menentukan cara-cara memotivasi murid Skala Nilai 1 2
Penjelasan Tidak mencantumkan cara memotivasi murid Tercantum cara-cara memotivasi murid, tetapi tidak relevan dengan TPK dan bahan
3 4 5
Tercantum satu cara memotivasi yang relevan dengan TPK Tercantum dua cara memotivasi yang relevan dengan TPK Tercantum lebih dari dua cara memotivasi murid yang relevan dengan TPK dan bahan.
Lampiran 3 Lembar Pengamatan dan Penilaian Keterampilan Melaksanakan Prosedur Mengajar
Lampiran 4 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3
117 Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Di SDIT Ummul Quro dan SDN Sukadamai 3 MATA PELAJARAN SKENARIO PEMBELAJA RAN MOTIVASI
MATERI
IPA 4 X TATAP MUKA SDN SDIT Ada tetapi Ada dan tidak lengkap lengkap Ada (berupa ada (skore nasehat) untuk prestasi siswa Tata Surya Tata Surya Darah Darah
SUB MATERI
• • • •
APPERSEPSI
Diskusi hasil kunjungan ke planetarium
Diskusi hasil kunjungan ke planetarium
Penjelasan tentang darah
Penjelasan tentang darah
Indoor/ outdoor (kunjuungn ke plantarium dilaksnkan pada kelas V)
Indoor/ outdoor (kunjungan ke Plantarium dilaksnakan awal smster genap)
TEMPAT
Gerhana Matahari Planet Fungsi organ tubuh
• • • •
Gerhana Matahari Planet Fungsi organ tubuh
IPS 3 X TATAP MUKA SDN SDIT Ada dan Ada dan lengkap lengkap Ada (berupa nasehat)
ada (skore untuk prestasi siswa
Benua Amerika dan Eropa • Amerika Utara • Eropa • Confers Asia Afrika
PBB dan Konferensi Asia Afrika • Sejarah , • Tujuan berdirinya • Badan-badan PBB, dan • Peranan PBB bagi Indonesia • Hasil dan manfaat KAA Tanya jawab soal.
Tanya jawab soal
MATEMATIKA 2 X TATAP MUKA SDN SDIT Ada tetapi Ada dan tidak lengkap lengkap Ada (berupa ada (skore nasehat) untuk prestasi siswa Grafik Aljabar Operasi Pengumpula Hitung n data Membuat Perkalian, grafik kelipatan, lingkaran perbandinga n suku Operasi hitung Pengumpula campuran n dan pengolahan data Tidak ada
Mengulang materi yang lalu
Branstorming tentang KAA yang baru dilaksanakan tahun 2005 Indoor
Indoor
Indoor
Indoor
118 METODE
MEDIA
Ceramah, tanya jawab, deskripsi
Papan tulis, gambar Buku IPA kelas 6
Ceramah, deskripsi, simulasi, pengamatan, tanya jawab, pelaporan, demonstrasi miniatur kerja jantung • Gambar, • perangkat tata surya • Torso • Botol bekas • pewarna
Diskusi, Menggambr, mencari dan menemukan letak kota dalam peta serta kenampakan alam seperti laut,gunung, dan sungai, • Atlas
Penugasan, Diskusi, presentasi
Latihan membuat grafik
Game Diskusi kelompok
Latihan soal
• Koran • Majalah • Buku-buku cetak tentang PBB dan konferensi Asia Afrika
Papan tulis
Papan tulis
119
MATA PELAJARAN SUASANA PEMBELAJA RAN
INTERAKSI
IPA 4 X TATAP MUKA SDN SDIT Aktif : Aktif : siswa siswa menggamba menggamba rkan, rkan, mendeskrips mendiskripsi ikan, kan, role menjelaskan playing. siswa memperhati kan penjelasan guru
siswa mempraktek kan cara kerja jantung dari botol yang diisi air dan diberi pewarna merah, lalu diberi selang dan didemonstra sikan di depan kelas
Aktif : Siswa mendengarka n penjelasan guru, berlatih membuat grafik dan mengerjakan portofolio
Aktif : latihan kecepatan dan ketepatan siswa dalam menyebutka n kelipatan angka-angka
Siswa secara bergiliran mengerjakan soal-soal yang diberikan guru ke depan kelas (di papan tulis) kemudian dibahas bersama
siswa mengukur tinggi badan temantemannya
IPS 3 X TATAP MUKA SDN SDIT Aktif, siswa Aktif : siswa secara mencari sendiri letak berkelompok kota-kota menghimpun tertentu informasi dari dalam atlas perpustakaan kemudian atau bahan menjawab bacaaan yang pertanyandimiliki, membuat pertanyaan yang telah resume disiapkan kemudian mendiskusikan. oleh guru pada portofolio Siswa menempel beberapa informasi terpenting pada Mading Sekolah
Positif, guru berkeliling kelas membimbin g siwa untuk menemukan
Positif, guru berkeliling kelas membimbing siwa dalam menghimpun informasi dari beberapa sumber
MATEMATIKA 2 X TATAP MUKA SDN SDIT Aktif : Aktif : Siswa latihan mendengarka kecepatan n penjelasan dan guru, berlatih ketepatan membuat siswa dalam grafik dan menyebutka mengerjakan n kelipatan portofolio angka-angka Siswa secara bergiliran mengerjakan soal-soal yang diberikan guru ke depan kelas (di papan tulis) kemudian dibahas bersama
siswa mengukur tinggi badan temantemannya
Guru pasif, hanya menunggu siswa menyelesaik an portofolio
Guru aktif sebagai juri dan pemberi motivasi
Positif, guru memberikan soal, siswa menyelesaik an soal, motivasi terlalu banyak sehingga dalam 2 jam pel hanya menyelesaik an 2 soal operasi hitung campuran
Guru berkeliling kelas membimbin g kegiatan siswa
120 MATA PELAJARAN SKENARIO PEMBELAJA RAN MOTIVASI
MATERI
BAHASA INDONESIA 1X TATAP MUKA SDN SDIT Ada tetapi Ada dan tidak lengkap lengkap Ada (berupa ada (skore nasehat) untuk prestasi siswa Kata Umum Kata umum dan kata dan kata khusus khusus
SUB MATERI
PPKn 2 X TATAP MUKA SDN SDIT Tidak ada Tidak ada
Ada (berupa nasehat)
ada (skore untuk prestasi siswa
Ada (berupa nasehat)
Cinta tanah air, Harga menghargai Menyadari perlunya cinta tanah air.
Cinta tanah air, Harga menghargai Menyadari perlunya cinta tanah air.
Syukur nikmat
ada (skore untuk prestasi siswa Syukur nikmat
Menghargai perilaku orang lain. Mengulang materi yang lalu
Menghargai perilaku orang lain. Mengulang materi yang lalu
Arti syukur. Macam syukur. Akibat tidak bersyukur.
Arti syukur. Macam syukur. Akibat tidak bersyukur.
Mengulang materi yang lalu
Brainstormi ng tentang kebiasaan berterima kasih pada teman Indoor
APPERSEPSI
Pengenalan kata umum dan khusus
Pengenalan kata umum dan khusus
TEMPAT
Indoor/ outdoor (kunjuungn ke plantarium dilaksnkan pada kelas V) Ceramah, tanya jawab. latihan
Indoor/ outdoor (kunjungan ke Plantarium dilaksnakan awal smster genap) Ceramah, tanya jawab. latihan
Indoor
Indoor
Ceramah, tanya jawab. latihan
Papan tulis Buku paket
Papan tulis Buku paket
Buku paket
Bercerita, drama, puisi yang bernafaskan Islam Buku paket
METODE
MEDIA
PEND. AGAMA ISLAM 2 X TATAP MUKA SDN SDIT Tidak ada Ada dan lengkap
Indoor
ceramah
Diskusi, mengarang, membuat puisi
Buku paket
Buku paket
121 MATA PELAJARAN SUASANA PEMBELAJA RAN
INTERAKSI
BAHASA INDONESIA 1X TATAP MUKA SDN SDIT Aktif : Aktif : Siswa Siswa menyimak menyimak penjelasan penjelasan guru, guru, kemudian kemudian menyelesaik menyelesaik an portofolio an portofolio
PPKn 2 X TATAP MUKA SDN SDIT Siswa Siswa bermain mendengark peran dengan an scenario yang penjelasan telah dibuat guru guru
PEND. AGAMA ISLAM 2 X TATAP MUKA SDN SDIT Siswa Siswa aktif mendengark memberikan an contoh, penjelasan mengarang guru dan membacaka n puisi
Guru aktif memonitor siswa
Pasif
Pasif
Guru aktif memonitor siswa
Aktif
Aktif
122
123
Peubah A. Faktor Internal A.1 Motivasi
Indikator 1. Usaha untuk sukses 2. Rasa percaya diri
2. Tanggung jawab terhadap tugas
4. Standar keberhasilan A.2. Minat
1. Minat terhadap salah satu bidang studi 2. Minat terhadap salah satu kegiatan ekstra kurikuler
Parameter 1. Kedisiplinan dalam kehadiran 2. kesungguhan dalam mengerjakan tugastugas di sekolah / di rumah 3. kesadaran mengulang pelajaran di rumah 4. kepedulian terhadap reward dan punishment 5. kepedulian tentang keberhasilan temantemannya 6. keinginan untuk berprestasi 1. bidang yang diminati 2. waktu yang digunakan 3. prestasi yang diraih 4. usaha untuk meningkatkan prestasi 5. dukungan yang diperoleh
Nomor kuesioner 1,2,3 4,7 5,6 8,9,10 11 12
1,5 2,6 3,7 4,8 9,10
B. Faktor Eksternal B.1 Faktor Sosial
B.2 Faktor kurikulum
1. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu 2. Kompetensi guru
(1) tujuan (2) materi (3) kegiatan pembelajaran (4) metode dan media
1. tingkat pendidikan ayah dan ibu 1. sikap guru dalam mengajar 2. kemampuan guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar 3. guru memberi teguran, reward dan punishment kepada siswa 4. interaksi guru dengan siswa di luar kelas 5. dedikasi guru dalam mengajar 6. kedisiplinan guru dalam mengajar 1. 2. 3. 4. 5.
C. Prestasi
perumusan tujuan (TPK) penentuan materi pelajaran desain kegiatan pembelajaran pemilihan metode yang bervariasi penggunaan media yang sesuai
4 1,5,13 2
3,4.6.7,12
8,9,12,14 11,15 10, 16
Penilaian pada lembar pengamatan
124 Belajar C.1 Prestasi Kognitif
C.2 Prestasi Afektif
1. Pengetahuan
1.
2. Penerapan
1. kemampuaan siswa menerapkan pengetahuan dalam pembelajaran
1. Sikap terhadap nilai
1.
2. Pembentukan pola hidup
nilai rata-rata raport pada 5 bidang studi UAN dan Pendidikan Agama
Sikap siswa terhadap mata pelajaran 2. Sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung
1.
sikap siswa terhadap pelaksanaan ibadah 2. sikap siswa terhadap nilai-nilai akhlak dalam ajaran agama
C.3 Prestasi Psikomotor
Penilaian pada lembar pengamatan
1,2,6 3,4,5 7,8,9 10, 11,12
1. Gerakan terbimbing
1. kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan dengan cara mencontoh gerakan guru
Penilaian pada lembar pengamatan
2. kreativitas belajar
2.
Penilaian pada lembar pengamatan
kreativitas siswa dalam melaksanakan tugas
Lampiran 5 Daftar Riwayat Pendidikan dan Pelatihan Guru
122 DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GURU I. Guru SDIT Ummul Quro NO RSP ND
PENDIDIKAN TERAKHIR
BIDANG STUDI YANG DIASUH
LAMA MENGAJAR
PELATIHAN BIDANG KEAHLIAN
SEMINAR / PEMBINAAN SIKAP
6 tahun
Ø Quantum Learning Ø Pelatihan KBK (3 Kali) Ø Metode Bercerita Ø Quantum Teaching
Ø Training Motivasi Ø Pembinaan Rohani Rutin Oleh Sekolah
Ø Al-Qur’an Ø Bahasa Arab
3 tahun
MA’HAD ALHIKMAH
Ø Qiroati Ø Tahfidz
5 thun
Ø Menejemen 5 S Ø Seminar Menjadi Guru Yang Efektif Ø Menjadi Guru Menyenangkan Ø Menejemen 5 S Ø Dll
4
S1 – PENDIDIKAN MATEMATIKA
Ø Matematika Ø IPA
4 tahun
5
S1 FKIP/B.INGGRI S S1-FH UIKA & LIPIA
Bahasa Inggris
1 tahun
Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Tashih Untuk Mendapatkan Syahadah Qiroati Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pumping Teacher Ø Seminar Edukatif Ø Pelatihan Student Active Learning Ø Pelatihan Pembelajaran Matematika Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Matematika Dan Sains Ø Studi Banding Ke Beberapa Sekolah Ø Pelatihan Student Active Learning
Bahasa Arab
1 tahun
7
S1- TEHNIK PERTANIAN IPB
Komputer
3 tahun
8
IKIP JAKARTA Ø Ø Ø Ø
1
S1 - IKIP
2
TAKMILI LIPIA JAKARTA
3
6
Ø B. Indonesia Ø KTK Ø B. Sunda
B. Indonesia PPKn IPS PAI
10 tahun
Ø Pelatihan KBK Ø Daurah Pengajaran Bahasa Arab Dan Tsaqafah Islamiyyah Dari Universitas Madinah Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Menjadi Guru Kreatif Ø Pelatihan Jaringan Komputer Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Mendongeng Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pelatihan Guru IPS Ø Pelatihan Guru Matematika
Ø Ø Ø Ø
Menejemen ISO Menejemen 5 S Pelatihan ESQ Dll
Ø Menejemen 5 S
Ø Menejemen ISO Ø Menejemen 5 S Ø Pelatihan ESQ
Ø Menejemen ISO Ø Menejemen 5 S Ø Pelatihan ESQ
123
9
S1 - IKIP JAKARTA
Ø PKPS Ø Penjaskes
3 tahun
Ø Matematika 10 tahun PETERNAKAN Ø IPA Ø PPKn IPB
10 S1
Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Guru Kreatif
Ø Seminar Pendidikan Anak
Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Kurikulum 2004 Ø Pelatihan Jurnalistik Ø Pelatihan Guru MIPA Ø Pelatihan Guru Matematika Ø Seminar Kebijakan UAN
Ø Ø Ø Ø
Menejemen ISO Menejemen 5 S Pelatihan ESQ Seminar Pendidikan Dan Remaja Ø Pelatihan Kepemimpinan Sekolah
124 II. SDN Sukadamai 3 NO RSP PENDIDIKAN ND TERAKHIR 1
IAIN Bandung / 1992
BIDANG STUDI YANG DIASUH Pendidikan Agama Islam
LAMA MENGAJAR 15 tahun
PELATIHAN BIDANG KEAHLIAN
SEMINAR / PEMBINAAN SIKAP
Ø MGPD Pendidikan Agama Islam Ø Pembinaan dari
UPTD DIKNAS Kecamatan 2
S1 – PLS
Pendidikan Jasmani
7 tahun
Ø Pelatihan tenis meja Ø Pelatihan bola basket
3
S1 – PLS
Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
14 tahun
4
SLTA / 1994
Teknologi Informasi dan komunikasi (komputer)
5 tahun
5
S1 – PPKn
Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
22 tahun
Ø Pelatihan kurikulum 2004 Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Administrasi Ø Pelatihan Penulisan Soal Ø Pelatihan Bilingual Ø Sosialisasi UndangUndang Guru Ø Implementasi Pengembangan Life skill Ø Implementasi Model Pembelajaran Ø Pelatihan Paket Office 2000 Ø Pelatihan Teknisi Komputer Ø Pelatihan Tenaga Pendidik dan Pengajar Ø Pelatihan Komputer Tingkat Nasional Ø Pelatihan Kurikulum Ø Sistem PENDAS pembinaan Ø Penggunaan Kit IPA profesional Ø Sosialisasi Suplemen guru Kurikulum Ø Kegiatan Ø Pembinaan Profesi pembinaan Guru dan Kepala guru kelas Sekolah VI Ø Implementasi Ø Seminar Pengembangan Life skill meningkatk Ø Implementasi Model an Pembelajaran profesionali
sme guru menyongso ng abad 21 6
Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Karawitan dan seni musik
4 tahun
Ø Pelatihan receider Ø Pelatihan membaca not balok Ø Pembinaan
Administrasi dari UPTD DIKNAS Kecamatan
125 7
Sarmud Fak.Ilmu Politik UNAS / 1985
Bahasa inggris
24 tahun
8
S1- PLS
Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
22 tahun
Ø Pelatihan Kurikulum 2004 Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Administrasi Ø Pelatihan Penulisan Soal Ø Pelatihan penulisan Skenario VCD PembelajaranPustekkomdiknas Ø Pelatihan kurikulum Ø Sistem PENDAS pembinaan Ø Penggunaan Kit IPA profesional Ø Sosialisasi Suplemen guru Kurikulum Ø Kegiatan Ø Pembinaan Profesi pembinaan Guru dan Kepala guru ke las Sekolah VI Ø Implementasi Ø Seminar Pengembangan Lifeskill meningkatk Ø Implementasi Model an Pembelajaran profesionali
sme guru menyongso ng abad 21 9
10
Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bandung
Karawitan
S1 – PLS
Ø B. Indonesia Ø PPKn Ø IPA Ø IPS Ø Matematika Ø Bahasa sunda
9 tahun
Ø Pelatihan Angklung Ø Pelatihan Guru Karawitan Ø Metode Cepat Melatih Kecapi
Ø Pembinaan dari UPTD DIKNAS Kecamatan Ø Pelatihan KBK Ø Pelatihan Kurikulum 2004 Ø Penggunaan Kit IPA Ø Pelatihan Pembelajaran Bilingual Ø Pelatihan Pembelajaran Elektronik (e-learning) Ø Pembinaan Administras i dari UPTD DIKNAS Kecamatan Ø Implementasi Pengembangan Lifeskill Ø Implementasi Model Pembelajaran
Lampiran 6 Kuesioner Untuk Siswa
131 Kuesioner untuk siswa 1. Nomor Responden : 2. Nama Lengkap : ……………………………………………….. 3. Jenis kelamin : ……………………………………………….. 4. Tempat tanggal lahir : ……………………………………………….. 5. Pendidikan Terakhir orang tua : Ayah : ……………………………………………….. Ibu : ……………………………………………….. Petunjuk pengisian : 1. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian 2. Adik-adik di mohon dapat mengisi pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan jujur sesuai dengan yang adik alami dan rasakan 3. Tidak perlu khawatir, karena jawaban apapun yang adik berikan tidak akan mempengaruhi nilai apapun di sekolah 4. Atas kesediaan adik mengisi daftar pertanyaan ini ibu ucapkan terima kasih, dan semoga adik -adik sukses dalam menempuh Ujian Akhir nanti. I. Kuesioner tentang motivasi siswa : No Pertanyaan 1 Saya senang sekali bersekolah di sekolah ini 2 3
Saya datang ke sekolah sebelum bel masuk berbunyi Saya merasa rugi jika tidak masuk sekolah
4
Saya mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik dan perasaan senang
5
Saya selalu belajar di rumah meskipun tidak ada PR atau ulangan
6
Saya selalu mengerjakan PR atau tugas lainya tepat waktu
7
Saya selalu mengulang pelajaran di rumah meskipun orang tua saya tidak mengharuskan untuk itu
8
Jika saya menghadapi kesulitan dalam belajar, maka saya akan berusaha sampai dapat menyelesaikannya, misalnya bertanya kepada guru, ayah/ibu atau teman yang lebih pandai Jika saya tidak mengerti dengan penjelasan guru, maka saya akan menanyakan langsung
9
Ya
Tidak
Keterangan Alasannya :
Alasannya :
132
10
kepada bapak/ibu guru Jika bapak/ibu guru meminta kepada kami untuk mengerjakan suatu soal di depan kelas, maka saya akan segera melakukannya dengan senang hati.
11
Hasil karya saya sering ditempel di malajah dinding sekolah
12
Saya senang mengikuti berbagai lomba baik di sekolah maupun di luar sekolah
13
Saya merasa senang jika guru/orang tua memuji saya karena berprestasi
14
Saya sedih dan merasa bersalah jika guru/orang tu a menegur saya karena saya melakukan kesalahan
15
Saya ingin segera memperbaiki diri ketika saya sadar telah melakukan kesalahan
16
Saya merasa terpacu jika mengetahui teman saya memperoleh prestasi lebih baik dari saya
17
Buat saya, dapat rangking itu sangat penting, karena itu tandanya saya sudah berhasil dengan baik
18
Saya mengikuti bimbingan belajar dengan baik agar saya dapat lulus dengan nilai yang baik
133 II. Kuesioner tentang minat siswa terhadap mata pelajaran : No 1.
Pertanyaan Apakah ada salah satu pelajaran yang paling kamu sukai ? Alasannya :
Ya
Tidak
Keterangan
2.
Apakah kamu menggunakan waktu lebih banyak untuk mempelajari pelajaran yang kamu sukai itu ?
3.
Adakah prestasi yang kamu raih pada pelajaran yang kamu sukai tersebut ?
Sebutkan pada kejuaraan apa :
4.
Apakah kamu terus berusaha untuk berprestasi dalam pelajaran yang kamu sukai itu ?
Sebutkan apa yang kamu lakukan agar selalu berprestasi
5.
Apakah ada salah satu kegiatan (ekskul) yang paling kamu sukai? Alasannya :
Sebutkan :
6
Apakah kamu menggunakan waktu lebih banyak untuk melakukan kegiatan yang kamu sukai itu ?
7
Adakah prestasi yang kamu raih pada kegiatan yang kamu sukai ?
8
Apakah kamu terus berusaha untuk berprestasi dalam kegiatan yang kamu sukai itu ?
9
Pada bidang yang paling kamu sukai, apakah kamu mendapat bimbingan khusus dari guru ?
Sebutkan bentuk bimbingannya :
10
Pada bidang yang paling kamu sukai, adakah dukungan dari orang tua di rumah
Sebutkan bentuk dukungannya :
11.
Adakah pelajaran/kegiatan di sekolah yang paling tidak kamu sukai ?
Sebutkan pelajaran apa dan alasannya :
12
Adakah pelajaran di sekolah yang menurutmu sangat sulit dan membuatmu tidak suka mengikutinya ?
Sebutkan pelajaran apa :
Sebutkan :
Sebutkan pada kejuaraan apa :
134
III. Kuesioner tentang interaksi dengan guru
:
No 1
Pertanyaan Saya senang dengan sikap guru-guru di sekolah ini
2
Guru-guru selalu membantu bila saya/ teman saya dalam kesulitan belajar Guru-guru selalu menegur bila saya/ teman saya melakukan suatu pelanggaran atau perilaku yang tidak baik
3
4 5 6
7 8 9
10
Guru-guru menegur saya dengan cara yang baik, sabar dan memberi pengertian Guru-guru selalu mengajar dalam suasana kelas yang menyenangkan Guru-guru memberi sanksi kepada saya jika saya melakukan pelanggaran
Guru-guru memuji saya jika dapat menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik Guru-guru mau mendengarkan jika saya ingin curhat karena suatu masalah Guru-guru senang berbincang-bincang dengan saya dan teman-teman di luar waktu belajar ? Ketika kami mengerjakan tugas-tugas di kelas/di luar kelas, guru-guru s elalu membimbing kami satu persatu
11
Ada pula guru yang bila ditanya tentang pelajaran yang belum saya mengerti, malah marah/tidak mau menjelaskan kembali
12
Ada pula guru yang tidak peduli jika kami melakukan kesalahan Ada pula guru yang membuat saya merasa takut jika mengajar
13
14
Ada pula guru yang tidak mau mendengarkan keluhan saya
15
Di antara para guru ada yang cara mengajarnya bikin BeTe
16
Di antara guru ada yang sering memberi tugas kemudian meninggalkan siswa di dalam kelas sampai tugas itu selesai
Ya
Tidak
Keterangan Berikan penjelasan :
Sebutkan contohnya:
135
IV. Kuesioner tentang sikap dan pembentukan pola hidup No Pernyataan 1 Saya senang mengikuti semua pelajaran karena buat saya semua pelajaran penting untuk diikuti dengan baik 2 Menurut saya ada pelajaran yang tidak begitu penting untuk diajarkan 3 4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
15
16
17
18 19 20
Saya selalu memperhatikan setiap guru sedang memberikan penjelasan Pada pelajaran tertentu saya malas memperhatikan penjelasan guru
Pelajaran dengan berdiskusi kelompok atau praktek, menurut saya lebih menyenangkan dari pada mendengarkan penjelasan guru Saya mempelajari Pendidikan Agama dan PPKn sama dengan pelajaran yang lain, yaitu untuk memperoleh nilai yang baik saja Dari pelajaran Pendidikan Agama dan PPKn , banyak pengetahuan yang dapat saya praktekkan untuk memperbaiki diri Saya melaksanakan ajaran agama sebagaimana yang saya pelajari, baik di rumah maupun di sekolah atas dasar kesadaran Saya melaksanakan ibadah seperti sholat dan puasa hanya karena perintah orang tua Kalau ada teman yang tidak melaksanakan sholat, maka saya berusaha mengingatkannya Orang tua di rumah selalu mengingatkan saya untuk sholat, tetapi saya sering mengabaikan Sekali-sekali jika sedang di perjalanan atau sedang sibuk, saya meninggalkan sholat Saya merasa, sholat atau tidak sholat tidak ada bedanya buat diri saya Kalau saya menemukan barang milik orang lain, maka saya berusaha untuk mencari pemiliknya dan mengembalikannya, atau melaporkan pada guru. Kalau saya melakukan kesalahan, biasanya saya berusaha menutupi kesalahan itu agar tidak ketahuan ayah/ibu atau guru saya Jika ada teman yang melakukan tindakan yang buruk, misal nya : mencela orang lain, berbohong atau mencuri, maka saya berusaha mengingatkannya Kalau ada teman saya yang sedang dalam kesulitan maka saya dengan senang hati saya berusaha untuk dapat membantunya Jika saya dapat memberi sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan saya merasa sangat senang Saya merasa BeTe mendengarkan nasehat orang tua di rumah Jika saya berpapasan dengan guru, maka saya selalu memberi salam
Ya
Tidak
Keterangan
Kalau sebutkan :
Sebutkan pelajaran apa
ada,
Lampiran 7 Kuesioner Untuk Guru
137 Kuesioner untuk guru Petunjuk pengisian kuesioner : 1. Kuesioner ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian, kerahasiaannya akan terjaga 2. Kepada Bapak/Ibu dimohon dengan hormat untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya 3. Atas kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih I. Kuesioner tentang Kompetensi Profesional : 1. Nama : ………………………..……………………………………………… 2. Pendidikan terakhir / tahun : …………………………………….……. …………………………………………. 3. Bidang studi yang diajarkan : (1) ……………………………………………… (2) ………....…………………………………… (3) ……………………………………………… (4) ………………………..…………………….. (5) ………………………………………….…… (6) ……………………………………………… 4. Selama Bapak/Ibu mengajar, sudah berapa lamakah mengasuh mata pelajaran tersebut di atas ? ……………………… tahun 5. Pelatihan dalam bidang keahlian yang pernah diikuti : (1) …..………………………………………………………………………… (2) .….………………………………………………………………………… (3) …..………………………………………………………………………… (4) …..…..…………………………………………………………………..… (5) ……..……………………………………………………………………… 6. Seminar atau Pembinaan Sikap yang pernah diikuti : (1) …....………………………………………………………………………... (2) ..…………………………………………………………………………… (3) ……………………………………………………………………………… (4) ……………………………………………………………………………… (5) ……………………………………………………………………………… 7. Kuesioner tentang kontribusi pelatihan yang pernah diikuti Petunjuk pengisisan kuesioner 7 Jawaban diberikan cukup hanya d engan memberi tanda cheklist (v) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan apa yang Bapak/ Ibu alami dengan kategori sebagai berikut : SS = sangat setuju S = setuju TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju
138 No
Pernyataan
1
Berbagai pelatihan/seminar yang diselenggarakan baik oleh sekolah, Dinas, ataupun organisasi terkait lainnya bagi saya sifatnya sangat penting Bagi saya berbagai pelatihan/seminar itu hanya menghamburhamburkan dana dan waktu mengajar, sebab semua guru pada dasarnya telah dibekali dengan teori dan praktek semasa dalam pendidikan formal Berbagai pelatihan/seminar yang pernah saya ikuti telah meningkatkan semangat saya dalam mengajar Berbagai pelatihan/seminar tersebut telah memacu saya untuk belajar lebih banyak lagi tentang keterampilan mengajar Saya selalu berharap agar pelatihan/seminar tersebut dapat dilaksanakan secara berkala Berbagai pelatihan/seminar tersebut telah membuka wawasan saya tentang perkembangan dunia pendidikan Berbagai pelatihan tersebut telah meningkatkan kemampuan saya dalam keterampilan mengajar Tidak hanya itu, pelatihan/seminar tersebut juga menambah wawasan serta mengarahkan saya kepada bagaimana perilaku yang terbaik dalam menghadapi serta membimbing siswa Setiap selesai mengikuti pelatihan saya selalu mengadakan revisi proses pembelajaran Revisi proses pembelajaran yang saya lakukan memberikan kontribusi positif bagi keberhasilan belajar siswa Pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sering kali dalam bentuk simulasi, sehingga saya memperoleh kejelasan tentang bagaimana cara menerapkannya dalam KBM Revisi pembelajaran yang saya lakukan adalah sebagai aplikasi dari simulasi yang saya dapatkan dalam berbagai pelatihan/seminar yang pernah saya ikuti Saya merasa tidak ada yang istimewa dari berbagai pelatihan/ seminar tersebut karena pada dasarnya semua/hampir semua informasi yang diberikan sudah saya ketahui sebelumnya Saya merasa kecewa terhadap penyelenggaraan pelatihan-pelatihan tersebut karena penyajiannya kurang menarik Saya merasa telah terjadi perubahan yang sangat berarti pada diri saya baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor jika dibandingkan dengan ketika pertama kali saya mengajar. Hal ini sebagai dampak adanya pelatihan /seminar untuk guru yang sering saya ikuti Menurut saya, pola mengajar konvensional yang cenderung kepada teacher centered, harus segera ditinggalkan demi memasuki era globalisasi yang kian menantang Saya merasa, mengajar dengan pola teacher centered lebih menyenangkan, siswa lebih mudah diatur dan proses pencapaian target lebih cepat dan tepat waktu Bagi saya pencapaian target kurikulum tepat waktu adalah penting Saya akan merasa bersalah jika tidak dapat menyelesaikan target kurikulum tepat waktu disebabkan proses pembelajaran perlu diperjelas atau diulang
2
3 4 5 6 7 8
9 10 11
12
13
14 15
16
17
18 19
20
Saya merasa antara target kurikulum dengan metode active learning seperti makan buah simalakama, sehingga saya merasa bingung menerapkannya
Alternatif Jawaban SS S TS STS
139
II. Kuesioner tentang kompetensi pribadi : Jawaban diberikan cukup hanya dengan memberi tanda cheklist (v) pada kolom 5, 4, 3, 2, 1 yang telah disediakan sesuai dengan apa yang Bapak/ Ibu alami dengan kategori sebagai berikut : 5 = selalu 4 = sering kali 3 = kadang-kadang 2 = sekali-sekali 1 = tidak pernah
i.
No
Pernyataan 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
15 16 17 18 19 20
Bila berpapasan dengan siswa, Bapak/Ibu menegur siswa terlebih dahulu Sebelum memulai pembelajaran, Bapak/Ibu menanyakan kabar dan kesiapan belajar siswa hari itu Bapak/Ibu berusaha menemukan masalah yang dihadapi siswa Bapak/Ibu bersedia membantu kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa Bapak/Ibu mau diajak dialog oleh siswa kapan pun waktunya Bapak/Ibu memperhatikan kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa Bapak/Ibu berusaha membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa melalui prosedur diagnostik Bapak/Ibu bersedia menjelaskan kembali hal -hal yang belum difahami oleh siswa Bapak/Ibu bersikap sabar dalam membimbing siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik Bapak/Ibu tidak lekas marah jika mnghadapi siswa yang lamban dalam belajar Bapak/Ibu menghargai setiap pendapat dan kritik dari siswa tentang keterampilan mengajar Bapak/Ibu Bapak/Ibu menciptakan suasana belajar yang tidak tegang dengan humor Bapak/Ibu berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan memberi kebebasan siswa dalam beraktivitas Bapak/Ibu berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan mnggunakan metode dan media yang bervariasi Bapak/Ibu selalu bersikap ramah di mana pun bertemu dengan siswa Bapak/Ibu berterus terang apabila ada pertanyaan siswa yang belum dapat dijawab Bapak/Ibu dapat menciptakan suasana belajar yang serius tapi santai Bapak/Ibu dapat bersikap tegas kepada siswa yang mengganggu temannya atau mengabaikan tugas dalam proses pembelajaran Bapak/Ibu memberikn reward secara proporsional kepada siswa yang berprestasi Bapak/Ibu memberikan punishment secara proporsional kepada siswa yang melanggar
Alternatif Jawaban 4 3 2 1