ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK PADA KUMPULAN PUISI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 9 JEMBER Dzarna Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Dalam puisi terdapat gaya bahasa atau majas yang fungsinya untuk memperindah bahasa dalam puisi, termasuk puisi-puisi karya siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah analisis majas perbandingan melalui pendekatan semiotik pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember? Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Data diperoleh dari kumpulan puisi siswa atau dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember sebanyak 9 jenis majas dari 23 majas perbandingan. Majas yang digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember ketika menulis puisi diantaranya majas alegori ditemukan 13 majas, majas alusio ditemukan 5 majas, majas simile ditemukan 3 majas, majas metafora ditemukan 5 majas, majas antropomorfisme ditemukan 1 majas, majas sinestesia ditemukan 3 majas, majas antonomasia ditemukan 7 majas, majas hiperbola ditemukan 36 majas dan, majas personifikasi ditemukan 10 majas. Total semuanya adalah 83 majas. Majas hiperbola yang paling banyak digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Kata-kata kunci: analisis, majas perbandingan, pendekatan semiotik, puisi
Majas perbandingan yang akan di analisis yaitu majas-majas yang telah ditemukan peneliti saat melakukan penelitian. Maksudnya, peneliti menggunakan pendapat Mihardja (2012: ) dimana Miharja menyatakan bahwa ada 23 jenis majas perbandingan, diantaranya adalah (1) majas alegori, (2) majas alusio, (3) majas simile, (4) majas metafora, (5) majas antropomorfisme, (6) majas sinestesia, (7) majas antonomasia, (8) majas aptronim, (9) majas metonimia, (10) majas hipokorisme, (11) majas
litotes, (12) majas hiperbola, (13) majas personifikasi, (14) majas depersonifikasi, (15) majas pars pro toto, (16) majas totum pro parte, (17) majas eufimisme, (18) majas disfemisme, (19) majas fable, (20) majas parable, (21) majas perifrase, (22) majas eponim, dan (23) majas simbolik. Peneliti hanya akan menganalisis yang telah ditemukan saja. Sesuai dengan judul penelitian di atas yaitu Analisis Majas Perbandingan Melalui Pendekatan Semiotik pada Kumpulan Puisi Siswa
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 169
Kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember maka masalah penelitian pada penelitian ini adalah majas perbandingan apa saja yang digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember untuk menulis puisi dan bagaimanakah analisis majas perbandingan melalui pendekatan semiotik pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember? Tujuan peneliti ini adalah mendeskripsikan majas perbandingan apa saja yang digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember dan menganalisis makna majas perbandingan melalui pendekatan semiotik pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Majas perbandingan yang akan dianalisis yaitu majas perbandingan yang ditemukan peneliti saja. Penelitian bermanfaat bagi banyak pihak. Bagi peneliti penelitian ini berguna untuk menambah wawasan yaitu mengetahui makna majas perbandingan yang digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Bagi guru Bahasa Indonesia penelitian ini berguna untuk menambah ilmu dan untuk bahan mengajar tentang puisi. Khususnya mengetahui tentang makna majas perbandingan yang ditulis siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Bagi siswa penelitian ini berguna untuk menambah ilmu dan untuk memperbagus lagi majas yang digunakan saat menulis puisi khususnya menulis majas perbandingan. Bagi Pembaca baik yang menang dibidang Bahasa Indonesia atau dibidang yang lain, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan
dan menambah ilmu khususnya pada majas perbandingan pada puisi kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. METODE Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Moleong (2010:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan ketika menganalisis majas perbandingan yang ditemukan penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik analitik. Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda yang kemudian ditemukan maknanya. Alasan peneliti menggunakan pendekatan semiotik analitik karena yang akan diteliti adalah majas perbandingan pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Dimana majas perbandingan tersebut akan dianalisis maknanya. Instrumen penelitian artinya peneliti sebagai instrumen utama dan kehadirannya sangat diperlukan sebagai pengamat. Karena sebagai instrumen utama maka kegiatan yang dilakukan peneliti adalah (1) mengumpulkan data yang diperlukan, yaitu kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. (2) Membaca satu persatu puisi dan memasukkannya ke dalam tabel penyaring data dengan memberi kode
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 170
agar memudahkan peneliti memilah atau mengidentifikasi data. (3) Menganalisis makna pada setiap majas perbandingan kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember yang telah ditemukan. Agar memudahkan peneliti untuk memilah data maka peneliti membuat tabel sebagai instrumen pendamping berupa tabel penyaring data. Fungsi tabel penyaring data adalah memudahkan peneliti mengidentifikasi atau memilah data. Isi tabel penyaring data adalah (1) jenis majas perbandingan, (2) indikator, fungsi indikator memudahkan peneliti menyimpulkan jenis majas apa yang telah ditemukannya saat membaca puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember, (3) kode data, fungsinya agar diketahui majas yang telah ditemukannya adalah jenis majas apa, judulnya apa, data nomor berapa dan data ke-berapa. Berikut contoh tabel penyaring data untuk mengidentifikasi data.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 171
Tabel 1 Penyajian Data Majas Alegori MAJAS Alegori
INDIKATOR Majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Seting penelitian atau tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Pertama kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Peneliti memilih SMP Negeri 9 karena peneliti merupakan alumni di SMP Negeri 9 Jember. Dengan demikian peneliti sudah kenal dengan para guru sehingga peneliti mudah mendapatkan datadata yang diperlukan karena para guru mendukung peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti memilih kelas VIIIA karena pelajaran puisi sesuai dengan standar kompetensi 16. Mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam puisi bebas. Kompetensi dasarnya yaitu 16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Waktu pengambilan data atau kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Data tersebut diperoleh peneliti dari guru kelas VIII A setelah peneliti mendapat persetujuan dari kepala sekolah SMP Negeri 9 Jember, bahwa peneliti akan melakukan penelitian di sekolah tersebut. Menurut Lofland dalam Moleong (2010:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, tindakan dan data dokumen. Sumber data pada
KODE DATA DATA Ale. Sen.1.1 Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman. dst.
penelitian ini adalah dokumen kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember dengan jumlah 29 siswa. Prosedur pengumpulan data adalah dengan dokumentasi. Moleong (2010:216) menyatakan bahwa dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang tidak disiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dengan demikian, peneliti datang ke sekolah dan menemui guru kelas VIIIA kemudian peneliti meminta hasil kumpulan puisi siswa. Setelah kumpulan puisi siswa terkumpul, maka akan dianalisis tentang analisis majas perbandingan melalui pendekatan semiotik. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Membaca masing-masing puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember secara berulang-ulang. (2) Memahami tiap-tiap majas perbandingan sesuai dengan jenisnya. (3) Memilah data berupa jenis-jenis majas perbandingan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. (4) Menandai bagian yang diduga sebagai data. (5) Memasukkan data ke dalam tabel pengumpulan data yang telah disediakan. (6) Memberi kode pada data, dengan contoh kode data berikut ini. Per.Sen.1.1 = Majas Personifikasi dengan judul puisi
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 172
Senja data nomor satu.
pertama
Analisis data menurut Miles dan Huberman dalam Reakan (2008:34) membagi tiga tahap yang dilakukan dalam analisis data. Ketiga tahap tersebut adalah (1) tahap perekdusian data, (2) tahap paparan data, dan, (3) tahap penarikan kesimpulan. Berikut penjelasannya. Pereduksian data bertujuan agar memudahkan dalam pengecekan data. Data yang terkumpul diklasifikasikan. Artinya diklasifikasikan menurut jenis-jenis majas perbandingan. Karena peneliti mengambil pendapat Miharja sebagai kajian yang dianalisis, maka datadata yang akan diklasifikasikan ada 23 jenis majas perbandingan, diantaranya adalah (1) majas alegori, (2) majas alusio, (3) majas simile, (4) majas metafora, (5) majas antropomorfisme, (6) majas sinestesia, (7) majas antonomasia, (8) majas aptronim, (9) majas metonimia, (10) majas hipokorisme, (11) majas litotes, (12) majas hiperbola, (13) majas personifikasi, (14) majas depersonifikasi, (15) majas pars pro toto, (16) majas totum pro parte, (17) majas eufimisme, (18) majas disfemisme, (19) majas fable, (20) majas parable, (21) majas perifrase, (22) majas eponim, dan (23) majas simbolik. Data-data tersebut dimasukkan pada lembaran dan telah diberi kode seperti pada cotoh prosedur pengumpulan data di atas. Paparan data adalah penyusunan atau mengorganisasikan informasi sehingga memungkinkan dapat dilaksanakan tahapan analisis berikutnya yaitu penarikan kesimpulan. Hal yang dilakukan
disini adalah memilah-milah data dan menganalisis data sesuai dengan jenis majas perbandingan. Tahap penarikan kesimpulan merupakan penyikapan tindak lanjut dari hasil analisis data pada tahap sebelumnya. Dengan langkahlangkah diatas maka akan didapat hasil analisis data berupa (1) majas alegori, (2) majas alusio, (3) majas simile, (4) majas metafora, (5) majas antropomorfisme, (6) majas sinestesia, (7) majas antonomasia, (8) majas aptronim, (9) majas metonimia, (10) majas hipokorisme, (11) majas litotes, (12) majas hiperbola, (13) majas personifikasi, (14) majas depersonifikasi, (15) majas pars pro toto, (16) majas totum pro parte, (17) majas eufimisme, (18) majas disfemisme, (19) majas fable, (20) majas parable, (21) majas perifrase, (22) majas eponim, dan (23) majas simbolik. Agar penarikan kesimpulan data semakin benar, maka peneliti mengajak teman sejawat untuk mendiskusikan penarikan kesimpulan. Teknik yang dilakukan peneliti untuk pengecekan keabsahan data adalah (1) ketekunan pengamatan, yaitu menemukan ciriciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari kemudian memusatkan pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan melakukan ketekunan pengamatan, data-data yang ditemukan peneliti akan semakin benar bahwa data-data tersebut benar-benar jenis majas perbandingan, (2) Triangulasi, yaitu teknik memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dengan adanya triangulasi peneliti merasa semakin
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 173
yakin bahwa data-datanya memang benar, (3) Pengecekan sejawat, artinya peneliti berdiskusi dengan teman yang ahli dalam ilmu bahasa Indonesia khususnya majas perbandingan dengan cara diskusi apakah data tersebut sudah benar atau tidak. Tahap penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tahap Pra lapangan: tahap ini dilakukan peneliti untuk mencari buku-buku yang diperlukan sebagai referensi. Setelah buku-buku yang dibutuhkan terkumpul maka peneliti menyusun rancangan penelitian, dan yang terakhir peneliti mengkaji pustaka menyusun kerangka teori. Tahap Pelaksanaan: pada tahap ni peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya mengumpulkan data yang diperlukan, menyeleksi data, menganalisis data. Setelah data dianalisis maka data tersebut didiskusikan dengan orang lain hasil analisis data. Tahap yang terakhir adalah menata hasil analisis data. Tahap Penyelesaian: Tahap ini peneliti melakukan penyusunan draf laporan, penulisan laporan dan yang terakhir penjilidan laporan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari paparan data yang telah peneliti lakukan ditemukan sembilan jenis majas perbandingan, diantaranya majas alegori ditemukan 13 majas, majas alusio ditemukan 5 majas, majas simile ditemukan 3 majas, majas metafora ditemukan 5 majas, majas antropomorfisme ditemukan 1 majas, majas sinestesia ditemukan 3 majas, majas antonomasia ditemukan 7 majas, majas hiperbola ditemukan 36 majas dan, majas personifikasi ditemukan 10 majas. Total semuanya adalah 83
majas. Sedangkan jenis majas yang tidak ditemukan peneliti adalah majas antronim, majas metonimia, majas hipokorisme, majas litotes, majas depersonifikasi, majas pars pro toto, majas totum pro parte, majas eufemisme, majas disfemisme, majas fable, majas parable, majas perifrase, majas eponim dan majas simbolik. Berikut salah satu analisis jenis majas perbandingan yang telah ditemukan peneliti pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember. Berikut analisis selengkapnya. Majas Alegori Kode Data Ale.Desa.12.1=Aku terpaku melihat desaku yang sangat indah. Dalam puisi tersebut terpaku artinya kagum atau terpesona melihat pemandangan yang sangat indah. Dikatakan alegori karena menyatakan dengan cara lain untuk menyatakan kata kagum atau mempesona, yaitu dengan menggunakan kata terpaku. Terpaku yang dimaksud yaitu terpaku atau terpesona melihat keindahan desa yang indah dan terdapat suara-suara burung yang berkicauan. Majas Alusio Kode Alu.Des.12.2=Tampak pepohonan yang masih hijau merona. Dalam pusi tersebut kata hijau merona dapat disamakan dengan hijau atau penuh dengan kehijauan yang terdapat di desa itu (sesuai dengan judul puisi), dan yang dimaksud hijau disini adalah pepohonan yang penuh dengan dedaunan. Karena menyamakan kata hijau segar yang dipenuhi pepohonan dengan hijau merona, maka majas tersebut dikatakan majas alusio. Majas Simile
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 174
Kode Data Sim.Laut.14.1=Keindahanmu bagai surga dalam air. Dalam puisi tersebut kata bagai merupakan kata penghubung dan artinya membandingkan keindahan laut ibarat surga didalam air. Karena membandingkannya menggunakan kata penghubung sehingga dikatakan simile, yang dibandingkan adalah keindahan laut yang dipebuhi dengan ikan dan karang-karang dengan surge dalam air. Surga adalah tempat berkumpulnya orang-orang baik ketika di alam akhirat kelak. Majas Metafora Kode Data Met.Har.16.1=Kau adalah kucing besar yang sangat buas. Dalam puisi tersebut kata adalah membandingkan antara kau (harimau) dengan kucing besar yang buas. Penulis puisi membandingkan antara harimau dengan kucing besar karena bentuk tubuhnya sangat sama namun harimau berukuran lebih besar dari pada kucing, dan disebut buas karena harimau lebih berbahasa dari pada kucing. Dikatakan metafora karena terdapat kata adalah yang seharusnya kata sepereti atai bagaikan yang dipakai, jika menggunakan kata seperti maka menjadi: kau seperti kucing besar yang nakal, atau kau bagaikan kucing besar yang nakal. Dengan demikian, karena menghilangkan kata seperti dan bagaikan maka dikatakan majas metafora. Majas Antropomorfisme Kode Data Antr.Air.26.1=Air kau mengalir sampai ke kaki gunung. Dalam puisi tersebut ke kaki gunung dapat disamakan dengan tempat air yang paling bawah di daerah gunung. Disebut kaki gunung karena letaknya bawah sama seperti kaki manusia yang letaknya berada di bawah.
Dikatakan majas antropomorfisme karena menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Artinya kaki gunung tersebut bukanlah manusia namun dibandingkan dengan manusia, sehingga dikatakan antropomorfisme. Majas Sinestesia Kode Data Sin.Kuc.6.1=Oh kucingku yang manis. Dalam puisi tersebut kata manis sebenarnya adalah indera pengecap. Namun penulis puisi menggunakan kata manis yang artinya kucing yang sangat lucu dan enak dipandang, sehingga ia menyebutnya dengan manis. Dikatakan sinestesia karena mempertukarkan dua indra yang berbeda, seharusnya kata manis lebih pantas diungkapkan ketika menyicipi suatu makanan, contohnya ‘kue buatanmu ini rasanya sangat manis’. Majas Antonomasia Kode data Anto.Ibu.1.1=Oh Ibu…. Ibu adalah orang yang melahirkan kita. Dalam puisi tersebut kata ibu digunakan untuk memanggil seorang wanita yang lebih tua dengan tujuan untuk menghormatinya. Sebelum dipanggil ibu seorang wanita dipanggil nama aslinya misal, Ani, Wati, Tina. Namun ketika melahirkan anak, terkadang dipanggil nama anaknya tetapi di awali kata Ibu atau Bu. Misal nama anaknya adalah Rio, maka ibunya akan dipanggil Ibu Rio. Terkadang juga panggilan nama suami yang digunakan, misal nama suami adalah Hasan maka istrinya akan dipanggil Ibu Hasan atau Bu Hasan. Selain itu, panggilan ibu juga digunakan untuk memanggil guru di sekolah. Dengan demikian panggilan Ibu atau Bu menggantikan nama aslinya atau
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 175
nama dirinya sehingga dikatakan majas antonomasia. Majas Hiperbola Kode Data Hip.Kel.21.1Setiap aku melihatmu hatiku sangat bahagia dan tak henti-hentinyaku melihatmu. Dalam puisi tersebut tak hentihentinyaku melihatmu artinya setiap saat dan kapanpun dimanapun ia akan terus melihatnya. Hal tersebut melebih-lebihkan kenyataan karena tidak mungkin penulis akan melihat terus menerus kelinci (judul puisi) yang ia punya. Mungkin penulis sedang pergi ke pasar, ke sekolah, dan hal demikian tidak mungkin penulis akan membawa kemanapun kelincinya. Majas Personifikasi Sang surya muncul ditengah-tengah keindahanmu. Dalam puisi tersebut sang surya yang dimaksud adalah matahari. Ditengah-tengah keindahanmu, mu yang dimaksud adalah gunung (sesuai judul puisi). Yang menunjukkan majas tersebut adalah majas personifikasi adalah sang surya muncul. Artinya penulis puisi seakan menganggap sang surya dapat muncul seperti manusia. Sang surya adalah benda luar angkasa yang tidak dapat bergerak. Sifatnya hanya mengeluarkan cahaya dan bumilah yang mengelilingi matahari bukan matahari yang bergerak mengelilingi bumi. Dengan demikian arti kata muncul, penulis puisi membandingkan sang surya yang benda tidak bergerak dengan manusia yang dapat bergerak dan muncul atau datang sesuai keinginannya. Majas Perbandingan yang Digunakan Siswa SMP Negeri 9 Jember
Seperti penjelasan pada bab IV sebelumnya majas perbandingan yang ditemukan pada kumpulan puisi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember sebanyak 9 jenis majas dari 23 majas perbandingan. Majas yang digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember ketika menulis puisi diantaranya majas alegori ditemukan 13 majas, majas alusio ditemukan 5 majas, majas simile ditemukan 3 majas, majas metafora ditemukan 5 majas, majas antropomorfisme ditemukan 1 majas, majas sinestesia ditemukan 3 majas, majas antonomasia ditemukan 7 majas, majas hiperbola ditemukan 36 majas dan, majas personifikasi ditemukan 10 majas. Total semuanya adalah 83 majas. Majas Perbandingan yang Sering Digunakan Majas perbandingan yang sering digunakan oleh siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember adalah majas hiperbola, yaitu ditemukan 36 majas. Hal ini dikarenakan majas hiperbola adalah majas yang berlebih-lebihan dan cocok digunakan untuk anak-anak tingkat SMP karena pada usia-usia SMP cenderung suka membuat kata-kata yang berlebih-lebihan. Mengapa Majas Hiperbola yang Sering Digunakan? Majas hiperbola yang sering digunakan siswa karena majas hiperbola adalah majas yang berlebih-lebihan dan cocok digunakan untuk anak-anak tingkat SMP karena pada usia-usia SMP cenderung suka membuat kata-kata yang berlebih-lebihan. Selain itu majas hiperbola memang cocok untuk pembuatan puisi, khususnya puisi-puisi anak Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan majas
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 176
perbandingan yang paling sedikit ditemukan adalah majas antropomorfisme yaitu ditemukan 1 majas. Majas antropomorfisme adalah majas yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia. Majas Perbandingan Apa yang tidak Digunakan oleh Siswa?Mengapa? Majas perbandingan yang tidak digunakan siswa SMP Negeri 9 Jember diantaranya majas antronim, majas metonimia, majas hipokorisme, majas litotes, majas depersonifikasi, majas pars pro toto, majas totum pro parte, majas eufemisme, majas disfemisme, majas fable, majas parable, majas perifrase, majas eponim dan majas simbolik. Majas tersebut tidak ditemukan peneliti pada kumpulan puisi siwa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember karena majas tersebut cenderung pada prosa seperti novel dan cerpen. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember banyak menggunakan majas hiperbola. Selain itu bahasa yang digunakan sangat sederhana. Agar siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9 Jember lebih banyak pengetahuan tentang jenis majas, khususnya jenis majas perbandingan maka guru yang mengajar bahasa Indonesia harus menjelaskan secara rinci tentang jenis-jenis majas perbandingan.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peneliti menemukan 9 jenis majas perbandingan dari 23 jenis majas perbandingan menurut Mihardja. Majas-majas tersebut diantaranya adalah (1) majas alegori ditemukan 13 majas, (2) majas alusio ditemukan 5 majas, (3) majas simile ditemukan 3 majas, (4) majas metafora ditemukan 5 majas, (5) majas antropomorfisme ditemukan 1 majas, (6) majas sinestesia ditemukan 3 majas, (7) majas antonomasia ditemukan 7 majas, (8) majas hiperbola ditemukan 36 majas dan, (9) majas personifikasi ditemukan 10 majas. Total semuanya adalah 83 majas. Majas yang tidak ditemukan dari 23 jenis majas perbandingan adalah majas antronim, majas metonimia, majas hipokorisme, majas litotes, majas depersonifikasi, majas pars pro toto, majas totum pro parte, majas eufemisme, majas disfemisme, majas fable, majas parable, majas perifrase, majas eponim dan majas simbolik. Saran Peneliti berharap tesis ini berguna dalam perkembangan sastra. Adapun saran-saran yang peneliti ingin sampaikan berkenaan dengan hasil penelitian adalah: (1) Penelitian ini hendaknya mampu menambah materi pembelajaran apresiasi puisi di lembaga pendidikan baik di tingkat SMP maupun lembaga akademik lainnya khususnya jurusan bahasa atau sastra. (2) Penelitian ini seharusnya lebih diperluas lagi materinya tidak hanya majas perbandingan saja yang dianalisis, misal majas sindiri dan pertentangan juga di analisis. Dengan demikian peneliti lebih mengetahui majas-majas apa yang digunakan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 9
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 177
Jember saat menulis puisi. (3) Penelitian ini sangat membantu bagi para guru bahasa Indonesia ketika mengaja puisi khususnya pada majas perbandingan.(4) Untuk para peneliti berikutnya khususnya pada puisi, diharapkan akan mengembangkan penelitian serupa dengan lebih memfokuskan pada salah satu aspek jenis-jenis majas perbandingan. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Anwar, Chairil. 2011. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Eagleton, Terry. 2010. Teori Sastra Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu. Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Sastra. Bandung: Yrama Widya. Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarya: Graha Ilmu. Mihardja, Ratih. 2012. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta Timur: Laskar Aksara. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2012. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarya: Pustaka Pelajar Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa. Wahyuningtyas, Sri dan Santoso, Wijaya Heru. 2011. Sastra Teori dan Implemantasi. Surakarta: Yuma Pustaka.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 178