e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 1 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
KAJIAN PUISI AKROSTIK DENGAN PENDEKATAN PARAFRASA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI SISWA KELAS VII.C DI SMP NEGERI 7 SINGARAJA Ni Komang Rai Nuratni, Gde Artawan, Ida Bagus Sutresna Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja, (2) mendeskripsikan kemampuan memahami puisi siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, dan (3) mendeskripsikan respons siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja terhadap kegiatan pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran memahami puisi, peningkatan kemampuan memahami puisi, dan respons siswa mengenai kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode (1) observasi, (2) tes, dan (3) angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif dan deskriptif-kuantitatif. Hasil pada tes memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa menunjukkan bahwa (1) terdapat langkah-langkat yang tepat dalam kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa terhadap memahami puisi, (2) kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa mampu meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja yang ditandai dengan peningkatan perolehan skor rata-rata memahami puisi siswa dari 76,52 pada siklus I menjadi 79,23 pada siklus II, dan (3) siswa memberikan tanggapan positif terhadap kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dalam pembelajaran memahami puisi. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 7 Singaraja agar menggunakan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa terhadap memahami puisi dalam pembelajaran membaca puisi sesuai dengan langkah-langkah yang ditemukan peneliti. Kata kunci: puisi akrostik, pendekatan parafrasa, memahami puisi Abstract This Classroom action research aims (1) to describe the learning steps through the study to understand poetry acrostic poem with the students in the class paraphrasing approach VII.C SMP 7 Singaraja, (2) describing the ability in understanding a poem of students in grades VII.C 7 SMP Negeri Singaraja through review of acrostic poem paraphrasing approaches, and (3) describing the responses of students in grades VII.C SMP 7 Singaraja in understanding the learning activities through the study of poetry acrostic poem by paraphrasing approach. The subjects were Indonesian
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 2 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 teachers and students who were 21 people. Object of this research is to understand the learning steps poetry, increased ability to understand poetry, and student responses on assessment acrostic poem by paraphrasing approach. Collecting data in this study was conducted using (1) observation, (2) test, and (3) questionnaire. Data were analyzed with descriptive techniques-qualitative and quantitativedescriptive. The results of the test understanding through the study of poetry acrostic poem by paraphrasing approach shows that (1) there are appropriate measures in the study Langkat acrostic poem by paraphrasing approach to understand poetry, (2) review of acrostic poem by paraphrasing approaches can improve the student's ability to understand poetry in class VII.C in SMP 7 Singaraja which is characterized by an increase in the acquisition of an average score of 76.52 students understand poetry at 79.23 on the first cycle to the second cycle, and (3) students gave a positive response to the study acrostic poem by paraphrasing approach in learning to understand poetry. Therefore, the authors suggest to the Indonesian teacher at SMP Negeri 7 Singaraja to use acrostic poem in order to study and understand poetry paraphrasing approach with the steps found in research. Keywords : acrostic poetry, paraphrasing approaches, understand poetry
PENDAHULUAN Keterampilan membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang tertulis. Somadayo (2011:4) mengungkapkan bahwa keterampilan membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan tulis. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai, membaca merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Tidak dapat dipungkiri keterampilan membaca tidak lepas dari kegiatan pengucapan yang tertulis atau tercetak pada buku, papan tanda, dan lain-lain. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan disajikan dalam bentuk bahasa tulis sehingga pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi, kemampuan membaca ini tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran di kelas yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Sehingga guru yang memiliki peran besar di kelas dituntut untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan membaca. Salah satu jenis kegiatan membaca yang perlu dilakukan di sekolah adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan, informasi,
serta memperoleh hiburan. Banyak informasi yang direkam dan dikomunikasikan melalui media tulis. Oleh karena itu, membaca pemahaman merupakan salah satu cara meningkatkan pengetahuan dan informasi. Soedarso (1989:58) mengemukakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Agustina (2008:15) berpendapat,”Membaca Pemahaman adalah membaca yang dilakukan tanpa mengeluarkan bunyi atau suara, pembaca tidak dituntut untuk mengoralkan bacaannya, tetapi hanya menggunakan mata dan hati serta pikiran untuk memahaminya”. Sebagaimana yang telah dikatahui, membaca memang memiliki peranan penting. Pentingnya membaca, utamanya membaca pemahaman bagi seseoarang patut kita sadari. Membaca pemahaman masih terus akan dibutuhkan sebagai alat untuk mempelajari berbagai bidang ilmu. Hal ini terutama sangat dirasakan oleh para pelajar. Melalui membaca pemahaman, seseoarang akan terbantu dalam rangka pengembangan kemampuan akademik, keahlian, dan kecerdasan. Dalam kehidupan masyarakat modern yang kompleks, kemampuan seseorang dalam membaca pemahaman sangat diperlukan dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial. Selain itu, membaca pemahaman akan memberikan nilai plus terhadap
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 3 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
pembacanya. Dalam hal ini, pembaca akan memperoleh informasi-informasi yang lebih dan beragam. Dalam membaca puisi adakalanya perlu suatu pemahaman untuk memahami puisi tersebut. Pada dasarnya, kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra dipahami, dihargai persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan hal-hal yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait perbait untuk merangkai makna dari makna puisi yang hendak disampaikan pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya Setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi. Menurut Damayanti (2013:12) mengatakan bahwa puisi merupakan karya seni imajinatif berbentuk sajian bahasa yang bernilai dan disusun dengan memperhatikan irama, rima, dan kata-kata perlambangan. Pada umumnya, puisi ditulis dalam bentuk baris-baris yang disatukan menjadi bait-bait. Senada dengan hal itu, menurut Waluyo (1987:25) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ini berarti puisi adalah karya sastra yang disampaikan dengan bahasa, pikiran, dan perasaan penyair. Sehubungan dengan hal tersebut tentunya puisi menjadi materi yang sulit diajarkan di sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa pengajaran puisi perlu strategi yang berbeda dengan materi yang lainnya. Antara (1985:1) menyatakan bahwa pengajaran puisi mempunyai tujuan membina apresiasi puisi dan mengembangkan kearifan untuk menangkap isyarat-isyarat kehidupan
yang tercermin dalam karya puisi tersebut. Pengajaran puisi mencakup empat manfaat, yaitu (1) menunjang keterampilan siswa dalam berbahasa, (2) meningkatkan kemampuan siswa tentang budaya bangsa, (3) mengembangkan rasa karsa siswa secara tanggap, dan (4) membentuk watak siswa. Apabila pembelajaran sastra dilakukan dengan mengaitkan keempat manfaat tersebut, secara bertahap siswa akan memiliki kemampuan mengapresiasikan suatu karya sastra. Salah satu karya sastra yang lazim diajarkan di sekolah adalah membaca puisi. Berbicara masalah membaca dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, tidak bisa terlepas dari standar kompetensi yang tertuang dalam kurikulum. Dalam standar kompetensi tersebut, siswa dituntut mampu membaca, baik itu membaca sastra maupun nonsastra. Terkait dengan hal itu, sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terdapat standar kompetensi yang tertuang di dalam silabus disebutkan bahwa salah satu pembelajaran sastra yang harus dikuasai oleh siswa tingkat SMP adalah memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak. Untuk mencapai standar kompetensi di atas, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tidak sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra saja, tetapi siswa dituntut pula untuk dapat memberikan sebuah penghargaan terhadap karya sastra melalui pembacaan karya sastra berupa puisi. Dengan memahami teori dan praktik yang telah diberikan di sekolah, siswa diharapkan mampu membacakan sebuah puisi. Pada pembelajaran sastra siswa dituntut untuk mampu menguasai komponen kesastraan, jenis sastra, dan perkembangannya untuk mengapresiasi karya sastra berbentuk puisi, prosa, dan drama. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra tidak hanya memberikan siswa pengetahuan tentang kesastraan (teori sastra dan sejarah sastra), tetapi juga memberikan keterampilan dalam mengapresiasi karya
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 4 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
sastra dalam pengapresiasian sastra. Dalam mengapresiasi sastra ada berbagai aspek kegiatan yang mendukung di dalamnya. Mulai dari memahami isi suatu karya sastra sampai mampu menciptakan sendiri karya sastra tersebut. Salah satu pengapresiasian karya sastra tersebut adalah membaca puisi. Keterampilan membaca puisi terdapat dalam standar isi SMP kelas VII semester genap yang berbunyi “memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan buku cerita anak”. Melalui pembelajaran keterampilan tersebut, diharapkan siswa mampu membaca puisi dan memahami puisi dengan baik. Namun, harapan itu belum tercapai dan mendapatkan kendala. Pada kenyataannya, kemampuan membaca puisi yang dikuasi oleh siswa belum optimal, khususnya pada siswa kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang peneliti lakukan di SMP Negeri 7 Singaraja, guru bahasa dan sastra Indonesia di kelas VII.C memberikan informasi bahwa skor ratarata siswa dari 21 orang dalam pembelajaran membaca puisi masih di bawah KKM, yakni 74,38, sedangkan KKM mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas VII.C adalah 76. Itu menandakan bahwa ketuntasan pembelajaran membaca puisi belum tercapai. Diperoleh informasi dari 21 orang di kelas VII.C yang mendapat skor sesuai KKM hanya 4 orang, sedangkan 17 orang mendapat skor di bawah KMM. Data tersebut menunjukkan dari 21 orang hanya 19,04% yang mendapat skor tuntas. Sisanya 80,95 % di bawah skor tuntas. Di samping itu, salah satu siswa kelas VII.C yang bernama Gede Menaka juga mengaku bahwa dia merasa kesulitan untuk menentukan ide atau gagasan yang akan disampaikan dan kesulitan dalam menentukan diksi atau pilihan kata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca puisi pada siswa perlu ditingkatkan. Sehubungan dengan hal tersebut, ditemukan beberapa masalah yang
melatarbelakangi belum optimalnya kemampuan membaca puisi pada siswa kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja. Masalah-masalah tersebut, yaitu (1) kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan oleh guru sehingga membuat siswa tidak memperhatikan guru ketika penyampaian materi berlangsung; (2) siswa kurang tertarik dalam pembelajaran membaca puisi dan merasa bosan; (3) siswa merasa kesulitan dalam memahami makna puisi; dan (4) tidak adanya contoh atau penjelasan yang lebih dalam tentang memahami puisi. Belum optimalnya pembelajaran membaca puisi di kelas ternyata disebabkan oleh kurangnya penerapan teknik yang inovatif oleh guru. Teknik yang dipakai guru tidak dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa mengekspresikan perasaannya. Pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas hanya sebatas memberikan informasi pengetahuan tentang sastra sehingga kemampuan mengapresiasi dan kemampuan menciptakan kurang mendapat perhatian, yang terjadi hanya transfer pengetahuan tentang sastra dari guru kepada siswa. Siswa kurang mendapat kesempatan untuk melakukan konstruksi pengetahuan dan mengembangkan pengetahuan itu menjadi sebuah produk pengetahuan yang baru. Teknik ataupun strategi pengajaran membaca puisi yang bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar siswa. Salah satu strategi yang perlu diberikan kepada siswa yaitu memberikan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Menurut Jingga (2012:73) puisi akrostik adalah puisi yang mengandung pesan terselubung. Pesan itu bisa diletakan di awal atau di akhir kalimat. Puisi akrostik pada setiap awal lariknya menggunakan huruf yang ada pada judul puisi, semua bait dalam puisi menceritakan atau mendeskripsikan topik kata yang tertera pada judul. Puisi akrostik berbeda dengan puisi-puisi lain karena huruf-huruf pertama tiap lariknya mengeja sebuah kata yang dapat dibaca secara
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 5 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
vertikal. Pola rima dan jumlah angka tiap baris dapat bervariasi dalam puisi akrostik, karena puisi akrostik lebih dari puisi deskriptif yang menjelaskan kata yang dibentuk. Untuk membantu siswa dalam memahami puisi tersebut digunakanlah pendekatan parafrasa. Melalui pendekatan parafrasa tersebut, diharapkan siswa menjadi lebih mudah mengubah puisi menjadi prosa atau karangan dan memahami makna pada puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Aminuddin (2002:41) menyatakan pengertian pendekatan parafrasa adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan oleh pengarangnya. Tujuan akhir dari parafrasa itu adalah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat. Dengan cara demikian, diharapkan pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suruto, 1989:195). Dipilihnya SMP Negeri 7 Singaraja sebagai tempat penelitian karena berdasarkan wawancara dengan Bapak Rudiarsa selaku guru bahasa dan sastra Indonesia, diperoleh informasi bahwa di sekolah tersebut masih minim dalam penerapan teknik-teknik atau strategi pembelajaran tertentu, khususnya dalam membaca puisi. Oleh sebab itu, peneliti merasa penting melakukan penelitian di sekolah tersebut guna memberikan inovasi pembelajaran terhadap guru. Kemudian, pemilihan siswa kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja sebagai subjek penelitian disebabkan oleh siswa kelas tersebut yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca puisi.
Selama ini sudah pernah dilakukan penelitian tentang kemampuan memahami puisi namun belum ada peneliti yang menggunakan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha. Namun, peneliti menemukan beberapa penelitian sejenis, tetapi berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan. Adapun penelitian sejenis sebagai berikut. Penelitian yang pertama adalah penelitian tentang memahami puisi pernah dilakukan sebelumnya oleh Eka Prastiani pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Pada Siswa Kelas X SMK MA’Arifnu 01 Bantarkawung. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi pada siklus I rata-rata skor yang diperoleh dari 64. Sedangkar skor rata-rata siklus II mencapai 82. Penelitian yang kedua adalah penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Memahami Puisi dengan Model Pembelajaran Expert Group di Kelas VI MI AL Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang” oleh Fatim Mufidah pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran expert group mengalami peningkatan, peserta didik lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran, serta kriteria ketuntasan minimal juga terpenuhi dari siklus 1 sampai siklus 2. Peningkatan kemampuan pada siklus 1 rata-ratanya 73.87 dan pada siklus 2 rata-ratanya 90. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan memahami puisi menggunakan model pembelajaran expert group dapat meningkatkan keaktifan, serta kemampuan peserta didik memahami puisi mengalami peningkatan, yang dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata- rata yang semakin meningkat. Kedua jenis penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, baik dari segi subjek penelitian, objek penelitian, dan strategi
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 6 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
atau pendekatan dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Puisi Akrostik dengan Pendekatan Parafrasa untuk Meningkatan Kemampuan Memahami Puisi Siswa di Kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja” sangat perlu dilakukan. Melalui penelitian inilah, diharapkan ada prestasi yang meningkat dari siswa dalam memahami puisi yang diberikan melalui pembelajaran kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja, serta penilitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dalam strategi atau pendekatan pemebelajaran sastra di sekolah. Berdasarkan latar belakang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja, (2) mendeskripsikan kemampuan memahami puisi siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, dam (3) mendeskripsikan respons siswa di kelas VII.C SMP Negeri 7 Singaraja terhadap kegiatan pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) bagi pembaca khususnya siswa, penelitian ini dapat dijadikan masukan atau refrensi guna memperluas cakrawala pengetahuan tentang apresiasi sastra, khususnya memahami puisi, (2) bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung untuk mengetahui dan memahami tentang apresiasi sastra, (3) bagi guru di SMP Negri 7 Singaraja, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran memahami puisi, (4) bagi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja, hasil penelitian ini sebagai alternatif siswa dalam belajar memahami puisi, dan (5) bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, pedoman, serta bahan perbandingan
untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan. METODE Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian ini adalah langkah-langkah pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, hasil peningkatan kemampuan memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, serta respons siswa mengenai kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dalam pembelajaran memahami puisi. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode observasi, tes, dan angket/kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku guru dan siswa selama dalam proses pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Data kuantitatif berupa tingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes memahami puisi dan respons siswa. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan metode tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi (pengamatan), lembar kuesioner siswa, instrumen tes kemampuan memahami puisi, dan pedoman penilaian kemampuan memahami puisi digunakan dalam metode tes. Instrumen lembar observasi digunakan dalam metode observasi, sedangkan instrumen lembar kuesioner digunakan dalam metode angket/kuesioner. Dalam penelitian ini, data langkahlangkah pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif, data hasil tes dianalisis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif, serta data respons siswa
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 7 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Kriteria keberhasilan dalam pembelajaran membaca puisi ditunjukkan dengan adanya keberhasilan memperoleh skor rata-rata kelas pada kategori baik atau 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Kriteria ini juga ditentukan dengan KKM yang dirancang oleh sekolah yang bersangkutan. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian dihentikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Ada tiga temuan penting dalam penelitian ini, yaitu (1) langkah-langkah yang tepat dalam menerapkan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa untuk meningkatkan kemampuan memahami puisi sangat efektif digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap puisi. (2) tercapainya peningkatan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. (3) siswa memberikan respon positif terhadap kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa. Temuan-temuan tersebut diuraikan sebagai berikut. Temuan pertama, terdapat beberapa langkah-langkah penerapan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dalam meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Adapun langkahlangkah pembelajarannya adalah sebagai berikut. Pertama, guru membuka kegiatan pembelajaran sekaligus mengecek kehadiran siswa dan mengisi jurnal harian mengajar. Kedua, guru memberikan apersepsi terkait dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan, yaitu memahami puisi sekaligus menyampaikan tujuan pembelajaran. Ketiga, guru dan siswa bertanya jawab mengenai pemahaman awal siswa tentang membaca puisi. Keempat, guru menjelaskan tentang puisi akrostik dan parafrasa. Kelima, siswa
mendengarkan guru yang sedang melaksanakan presentasi di kelas.Keenam, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang sudah dijelaskan. Ketujuh, guru membagikan sebuah contoh puisi akrostik. Kedelapan, siswa mencermati puisi akrostik yang telah diberikan oleh guru. Kesembilan, setelah itu guru kembali menugaskan siswa memparafrasakan puisi. Kesepuluh, guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Kesebelas, guru mengecek hasil pekerjaan siswa dan menugaskan beberapa siswa membacakan hasil karyanya di depan kelas dan siswa yang lain mendengarkan serta menanggapi penampilan teman yang sudah tampil. Keduabelas, guru memberikan evaluasi secara individu yaitu dengan memberikan penjelasan apabila ada yang kurang paham. Ketigabelas, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan. Keempatbelas, guru memberikan PR kepada siswa untuk membuat puisi akrostik kemudian diparafrasakan. Kelimabelas, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam penutup. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Dengan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi dengan cara memparafrasakan puisi. Peningkatan kemampuan memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat dilihat dari peningkatan hasil memahami puisi siswa pada siklus I jika dibandingkan dengan hasil memahami puisi melalui kajian puiai akrostik dengan pendekatan parafrasa sebelum diterapkan. Begitu juga halnya dengan peningkatan hasil memahami puisi siswa pada siklus II jika dibandingkan dengan hasil memahami puisi siswa pada siklus I. Temuan ini sejalan dengan penelitian sejenis dari Eka Prastiani yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 8 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Pada Siswa Kelasx Smk Ma’arif Nu 01 Bantarkawung Tahun 2010/2011”. Eka Prastiani memaparkan bahwa dalam memahami puisi melalui teknik parafrasa dimulai dengan menjelaskan mengenai materi parafrasa, guru memberikan puisi, dan guru memberikan kesempatan pada siswa untuk memparafrasakan puisi. Penerapan langkah-langkah dalam penelitian tersebut hampir serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan, yakni siswa memahami penjelasan guru mengenai materi parafrasa, kemudian siswa menerima puisi yang nantinya diparafrasakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan antara penelitian ini dan penelitian yang pernah dilakukan Eka Prastiani memiliki kesejalanan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Temuan kedua, kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa. pendekatan parafrasa ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami kandungan makna yang terdapat dalam cipta sastra. Dengan menggunakan puisi akrostik akan menjadi alat bantu dalam menerapkan pendekatan parafrasa ini. Hal ini terbukti dari hasil memahami puisi siswa. Dengan menggunakan puisi akrostik dan pendekatan parafrasa, siswa mampu memahami puisi. Puisi akrostik ini akan memberikan kemudahan bagi siswa pemula dalam meningkatkan kemampuan memahami puisi, tentunya dengan pendekatan parafrasa. Menurut Jingga (2012:73) mengatakan bahwa puisi akrostik adalah puisi yang mengandung pesan terselubung. Pesan itu bisa diletakan di awal atau di akhir kalimat. Untuk membantu siswa dalam memahami puisi tersebut digunakanlah pendekatan parafrasa. Melalui pendekatan parafrasa tersebut, diharapkan siswa menjadi lebih mudah mengubah puisi menjadi prosa atau karangan dan memahami makna pada puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Aminuddin (2002:41) menyatakan pengertian pendekatan parafrasa adalah strategi pemahaman kandungan makna
dalam cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang berbeda dengan kata-kata dan kalimat yang digunakan oleh pengarangnya. Tujuan akhir dari parafrasa itu adalah menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta karya sastra. Memparafrasakan sebuah cipta karya sastra bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Kemungkinan salah tafsir cukup besar. Memparafrasakan puisi adalah kegiatan mengubah suatu puisi menjadi frase-frase atau kalimat-kalimat. Dengan cara demikian, diharapkan pemahaman terhadap suatu puisi akan lebih mudah (Suruto, 1989:195). Oleh karena itu, puisi akrostik sangat tepat untuk dijadikan media pembelajaran terutama dalam memparafrasakan puisi. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan memahami puisi siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I rata-rata hasil memahami puisi76,52 sedangkan ratarata hasil memahami puisi siswa pada siklus II adalah79,23. Peningkatan yang terjadi sebesar2,71. Peningkatan yang paling penting terletak pada aspek memparafrasakan puisi. Rata-rata siswa sudah bisa memparafrasa puisi sekaligus langsung memahami puisi. Tabel Perbandingan Skor Memahami Puisi Siswa Kelas VIIC Pelaksanaan Skor Rata- Kategori rata Pratindakan 74,38 Cukup Siklus I 76,52 Baik Siklus II 79,23 Baik Temuan ini juga sejalan dengan penelitian sejenis dari Eka Prastiani pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Pada Siswa Kelas X SMK MA’Arifnu 01 Bantarkawung. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi pada siklus I rata-rata skor yang diperoleh dari 64. Sedangkar
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 9 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
skor rata-rata siklus II mencapai 82. Dengan demikian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka Prastiani menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi siswa sudah berhasil dengan baik. Temuan ini juga sejalan dengan penelitian sejenis yang kedua yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Memahami Puisi dengan Model Pembelajaran Expert Group di Kelas VI MI AL Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang” oleh Fatim Mufidah pada tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami puisi setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran expert group mengalami peningkatan, peserta didik lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran, serta kriteria ketuntasan minimal juga terpenuhi dari siklus 1 sampai siklus 2. Peningkatan kemampuan pada siklus 1 rata-ratanya 73.87 dan pada siklus 2 rata-ratanya 90. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kemampuan memahami puisi menggunakan model pembelajaran expert group dapat meningkatkan keaktifan, serta kemampuan peserta didik memahami puisi mengalami peningkatan, yang dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata- rata yang semakin meningkat. Temuan ketiga, siswa memberikan respons positif pada pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi.. Hal ini terbukti dari hasil respons siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa memberikan respons positif pada pembelajaran memahami pusi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dengan skor rata-rata 24,48. Pada siklus II respons siswa pada pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik denganpendekatan parafrasa meningkat menjadi lebih positif dengan skor rata-rata 26,52. Mengacu pada temuan pertama, kedua, ketiga, serta uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat meningkatkan
kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, melalui kajian puisi akrostik dengan pendakatan parafrasa dapat meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemahaman puisi siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I jumlah skor hasil pemahaman puisi siswa sebesar 1607 dan skor ratarata sebesar 76,52 dengan 11 orang siswa mendapatkan skor di bawah KKM. Untuk ketuntasan secara klasikal yang diperoleh pada siklus I adalah masih kurang dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan, yaitu 75%. Pada siklus II, total skor hasil pemahaman puisi siswa sebesar 1664 dan skor rata-rata sebesar 79,23 dengan 4 orang siswa yang mendapatkan skor di bawah KKM. Pada siklus II kriteria keberhasilan mencapai 75%. Kedua, berdasarkan langkah-langkah yang ada pada pembahasan, kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat meningkatkan kemampuan memahami puisi siswa kelas VII.C di SMP Negeri 7 Singaraja. Dengan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi dengan cara memparafrasakan puisi. Peningkatan kemampuan memahami puisi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat dilihat dari peningkatan hasil memahami puisi siswa pada siklus I jika dibandingkan dengan hasil memahami puisi melalui kajian puiai akrostik dengan pendekatan parafrasa sebelum diterapkan. Begitu juga halnya dengan peningkatan hasil memahami puisi siswa pada siklus II jika dibandingkan dengan hasil memahami puisi siswa pada siklus I. Ketiga, Kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dapat menumbuhkan siswa memberikan respons positif pada pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 10 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
akrostik dengan pendekatan parafrasa, siswa lebih mudah memahami puisi. Hal ini terbukti dari hasil respons siswa pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa memberikan respons positif pada pembelajaran memahami pusi melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa dengan skor rata-rata 24,48. Berdasarkan sikap masing-masing siswa terhadap respons yang diperoleh melalui metode kuesioner, yaitu sebanyak 4 orang siswa (19,05%) memberikan respons yang sangat positif dan 17 orang siswa (80,95%) memberikan respons yang positif. Dari 21 orang siswa tidak ada yang merespons kurang positif. Pada siklus II respons siswa pada pembelajaran memahami puisi melalui kajian puisi akrostik denganpendekatan parafrasa meningkat menjadi lebih positif dengan skor rata-rata 26,52. Berdasarkan sikap masing-masing siswa terhadap respons yang diperoleh melalui metode kuesioner, yaitu sebanyak 12 orang siswa (57,14%) memberikan respons yang sangat positif dan 9 orang siswa (42,85%) memberikan respons yang positif. Dari 21 orang siswa tidak ada yang merespons kurang positif. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (1) guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 7 Singaraja hendaknya menerapkan kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa pada pembelajaran memahami puisi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami puisi, (2) siswa di SMP Negeri 7 Singaraja yang ingin belajar memahami puisi mengikuti langkah-langkah penerapan melalui kajian puisi akrostik dengan pendekatan parafrasa agar kemampuan memahami puisi dapat ditingkatkan, dan (3) hendaknya penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan, pedoman, serta bahan perbandingan untuk menambah wawasan penelitian yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Agustina. 2008. Pembelajaran Keterampilan Membaca. Padang:
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS: UNP.Algensindo. Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Antara, I G. P. 1985. Apresiasi Puisi: Acuan Pengajaran Apresiasi Sastra. Denpasar: Damayanti, D. 2013. Buku Pintar Sastra Indonesia. Yogyakarta: Araska Jingga, GM. 2012. Yuk Menulis Yuuuk. Yogyakarta: Araska. Mufidah, Fatim. 2011. Peningkatan Kemampuan Memahami Puisi dengan Model Pembelajaran Expert Group di Kelas VI MI AL Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Prastiani, Eka. 2011. Peningkatan Kemampuan Memahami Puisi Melalui Teknik Parafrasa Siswa Kelas X SMK MA’Arifnu 01 Bantarkawung. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Semarang. Soedarso. 2006. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka. Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apersepsi Puisi. Jakarta: Erlangg
e-Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sasstra Indonesia, Undiksha 11 Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014