MAJAS PERBANDINGAN DALAM KUMPULAN PUISI SAJAK SELEMBAR DAUN KARYA TAUFIK SANDJOJO
SELMI FEBRI YENI
ABSTRACT This study discusses the comparative figure of speech in the poem poetry collection Leaves of Work Taufik Sandjojo sheet. The problem chosen because the researchers wanted to know the shape and meaning of the poem poetry collection Leaves A sheet of paper Taufik Sandjojo. This study aimed to describe the figure of speech is figure of speech comparing comparison allegories, litotes comparison, figure of speech comparing metaphor , personification comparison figure of speech , figure of speech simile comparison, comparison symbolic figure of speech, and the figure of speech in comparison tropen poem Poetry collection sheet leaves Taufik Sandjojo work . This research is a qualitative descriptive method. This is a source of research data collection sheet Leaf Poems Poetry Works Taufik Sandjojo. This data collection technique is used to give the code a comparison figure of speech in poetry collection Leaves poem work sheet Taufik Sandjojo. Techniques of data analysis in this study were : ( a) objects that have been read as a whole, ( b ) Grouping the data that have been coded by the comparative figure of speech poem poetry collection Leaves of Work Taufik Sandjojo sheet, ( c ) Conducting discussions by analyzing the comparative figure of speech contained in the data, ( d ) Making research conclusions and suggestions . Case of this research is the collection of leaf sheet of work poem Poetry Taufik Sandjojo found as many as 40 figure of speech figure of speech comparing comparison. As many as 14 figure of speech figure of speech personification , such as inanimate objects can sing, talk, dance, sweat, whispering, and ask. Allegory by 4 majas like comparing two similarity based similarity intact, the story metaphor, and figurative painting. Metaphor as much as 5 figure of speech as stated something similar, but not equal worth , and inversely . Schiller as much as 2 figure of speech using words whose meaning is parallel or equivalency of meaning. 7 simile figure of speech as much as using the word comparison like, like, and tubs. Litotes 2 figure of speech as much as lowering the actual situation, and use opposite words, and a symbolic figure of speech as much as 6 emblem or symbol using gems, wind , an angel and a green carpet in this poetry collection . The conclusion from this study is that the poem poetry collection Leaves work sheet Taufik Sandjojo more common figure of speech personification comparisons , and comparisons of the least figure of speech is figure of speech litotes and found tropen by 2 figure of speech figure of speech .
1
puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji dari jenis-jenis atau ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga puisi dapat dikaji dari sudut pandang pengkajian gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang. Puisi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu, bait dan struktur, ide-ide maupun konteksnya. Hal ini mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuan (inovasi). Sesuai dengan perkembangan zaman, estetika puisi selalu berubah-rubah sesuai dengan evolusi selera pembaharuan konsep nilai keindahannya. Ketepatan diksi merupakan salah satu daya tarik puisi. Selain penggunaan kata-kata, pemilihan kata dalam puisi juga merupakan seni estetikanya yang indah. Keindahan majas dan kepuitisan menjadi daya tarik bagi penggemar puisi dan segenap lapisan masyarakat sastra, diantaranya pelajar, mahasiswa, dan tidak terkecuali bagi masyarakat. Nilai keindahan unsur kepuitisan pada puisi berasal dari bahasa yang bermajas. Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa tersendiri atau dengan sadar memilih gaya tertentu dalam menulis sebuah puisi. Perbedaan gaya antara seseorang dengan yang lain kadang-kadang kecil, tetapi kadangkadang sangat menyolok. Dalam dunia sastra masalah gaya penyampaian atau gaya bahasa ini merupakan sesuatu yang sangat menentukan visi
A. Pendahuluan Sastra diartikan sebagai hasil karya cipta manusia yang mengandung suatu nilai keindahan, dituangkan secara lisan maupun tulisan, dengan media sebagai penyampainya. Hasil dari sastra dinamakan dengan karya sastra yang dapat berwujud seni, kreativitas, maupun hasil olah rasa lainnya. Karya sastra adalah cerminan kompleksitas kehidupan baik fenomena yang terjadi di sekitar, maupun refleksi kehidupan pengarang itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian terhadap karya sastra perlu dilakukan, agar terungkap maksud dan tujuan serta keindahannya. Suatu karya sastra tulisan dapat berupa puisi, novel, cerpen dan drama. Secara garis besar, karya sastra terbagi atas dua, yaitu karya sastra lisan dan karya sastra tulisan, tulisan dapat berupa puisi, novel, cerpen, ataupun teks drama. Salah satu jenis karya sastra tulisan yang sering dijumpai saat ini adalah puisi. Seorang sastrawan akan menuangkan pikiran dan perasaannya melalui struktur bahasa yang artistik dengan penggunaan pemilihan kosakata yang indah, bermakna, puitis, dan tentunya bernilai seni. Sastrawan menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui struktur bahasa yang artistik dengan menggunakan kosakata yang indah, bermakna, bahkan puitis atau bernilai seni dan bukan menggunakan bahasa yang biasa digunakan sehari-hari. Puisi sebagai salah satu sebuah karya seni, dapat dikaji dari segi struktur dan unsur -unsurnya, mengingat bahwa 2
kepengarangan seseorang, yang menentukan perbedaan suatu karya dengan yang lain, dengan gayanya ia hendak memberi bentuk terhadap apa yang hendak dipaparkannya. Dengan gaya bahasa tertentu pula seorang pengarang dapat mengekalkan pengalaman rohaninya dan penglihatan batinnya, serta dengan itu pula ia menyentuh dan menggelitik hati pembacanya. Kumpulan puisi Sajak Selembar Daun adalah hasil karya Taufik Sandjojo. Taufik Sandjojo adalah seorang penulis lepas yang aktif menulis sejak dulu. Dilahirkan di Bengkalis, Riau dan menghabiskan sebagian masa kecilnya di kota Bagan Siapiapi. Puisi-puisi Taufik adalah Rumah Rindu yang Tak Berjendela. Rumah rindu yang memungkinkan semua orang dapat singgah dan menghirup wangi imaji yang dituturkannya dalam bait-bait kata yang elok dan mempesona. Puisi-puisi karya Taufik Sandjojo termasuk kedalam jenis karya sastra puisi modern, di mana bait-bait dalam puisinya berstruktur bebas, tidak terikat dan penggalan kata yang digunakan tidak rumit serta mudah dicerna tetapi sarat akan makna. Didalamnya banyak ditemukan klasifikasi majas perbandingan. Bahasa yang lugas maupun gaya bahasa kiasan yang digunakan oleh para pengarang pada saat ini memunculkan sastrawan yang fenomenal mampu disejajarkan dengan sastrawan pada zaman sebelumnya, dan salah satunya Taufik Sandjojo yang menulis kumpulan
puisi Sajak Selembar Daun yang memuat empat puluh sembilan puisi yang mengangkat tema sosial dan peneliti memilih sepuluh puisi untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti melakukan penelitian pada kumpulan puisi ini adalah karena kumpulan puisi Taufik Sandjojo ini masih baru dalam dunia karya sastra dan memiliki gaya bahasa yang sangat indah karena majas yang digunakan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun ini lebih cenderung kepada majas perbandingan. Berdasarkan alasan di atas peneliti penting untuk meneliti majas perbandingan yang digunakan oleh Taufik Sandjojo dalam kumpulan puisinya yang berjudul Sajak Selembar Daun. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti batasi masalah penelitian pada bentuk dan makna majas perbandingan yang terdapat dalam kumpulan puisi Taufik Sandjojo yang berjudul Sajak Selembar Daun. Berdasarkan batasan masalah tersebut, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut. Bagaimanakah bentuk dan makna majas perbandingan yang terdapat dalam kumpulan puisi karya Taufik Sandjojo yang berjudul Sajak Selembar Daun ? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan makna majas perbandingan dalam kumpulan puisi yang berjudul Sajak Selembar Daun, karya Taufik Sandjojo.
3
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut. 1. Peneliti sendiri, untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, terutama di bidang bahasa dan pengetahuan terhadap majas perbandingan dalam kumpulan puisi yang berjudul Sajak Selembar Daun, karya Taufik Sandjojo. 2. Bagi siswa dan mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang puisi khususnya majas perbandingan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun, karya Taufik Sandjojo. 3. Bagi guru dan dosen sebagai bahan penunjang dalam mengajar demi terwujudnya tujuan pendidikan terutama bahasa Indonesia tentang majas perbandingan. 4. Bagi peneliti lainnya, untuk dapat dijadikan sebagai acuan dan perbandingan untuk penelitian relevan.
Menurut Zaim (dalam Sugiyono, 2009:220), metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan tidak menggunakan angka-angka tetapi berupa kata-kata yang memberikan gejala yang sesuai dengan kenyataan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penelitian ini bersifat mendeskripsikan kata-kata atau kalimat-kalimat yang mengandung majas dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo. Objek adalah sasaran dalam penelitian, objek penelitian yaitu sepuluh puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo yang diterbitkan oleh Bahari Press Cetakan Pertama. Peneliti terfokus pada kalimat yang mengandung majas dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun dan digunakan oleh Taufik Sandjojo khususnya majas perbandingan yaitunya alegori, litotes, metafora, personifikasi, simile, simbolik, dan tropen dalam sepuluh puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo. Sepuluh puisi itu adalah sebagai berikut: (1) Untuk Negeri Syuhada 1, (2) Lelaki 3 Zaman, (3) Surat Qais untuk Laila, (4) Untuk Negeri Syuhada 2, (5) Daun Jatuh, (6) Laksana, (7) Tarian Pena, Tarian Sufi, (8) Senja Berbisik, (9) Memori Sebuah Bukit, dan (10) Senja di Surau Kami. Menurut Sugiyono (2009:8), instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah orang atau human instrumen, yaitu peneliti sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan
B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2009:4), mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara utuh. 4
wawasan yang luas, dan berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Karena peneliti sendiri sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data. Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2009:225) menjelaskan bahwa macam teknik pengumpulan data ialah observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi/ gabungan. Teknik digunakan agar pekerjaan yang sedang dilakukan mempunyai tahap yang pasti dan akan mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Moleong (2009:159) adalah cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, juga mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tingkatan selebihnya adalah data tambahan seperti media yang lain. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Membaca dan memahami kumpulan puisi Taufik Sandjojo yang berjudul Sajak Selembar Daun secara berulang-ulang. 2. Memberi kode majas perbandingan apa saja yang terkandung dalam kumpulan puisi Taufik Sandjojo yang berjudul Sajak Selembar Daun. 3. Mencatat majas perbandingan yang ada dalam kumpulan puisi
Sajak Selembar Daun ke dalam tabel identifikasi. 4. Melakukan studi kepustakaan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian untuk dijadikan bahan referensi. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong 2009:280). Teknik dalam penelitian, Teknik adalah penjabaran dari metode penelitian, sistem atau metode penelitian dengan meneliti langsung objeknya (Alwi, 2005:916). Adapun teknik atau langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan proses penelitian terdiri dari: 1. Membaca kembali data yang telah terkumpul secara keseluruhan. 2. Mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan berdasarkan majas perbandingan berupa kalimat-kalimat yang mengandung majas perbandingan yaitunya alegori, litotes, metafora, personifikasi, simile, simbolik, dan tropen. 3. Melakukan pembahasan dengan menganalisis majas perbandingan yaitunya alegori, litotes, metafora, personifikasi, simile, simbolik, dan tropen yang terkandung dalam data tersebut. 4. Merumuskan kesimpulan dan saran. 5. Penyajian hasil.
5
pengecekan dosen pembimbing dan teman sejawat. Hal ini bertujuan untuk mencek kembali penelitian yang peneliti lakukan apakah sudah benar atau valid.
Teknik Pengabsahan Data Menurut Sugiyono (2009:268), dalam penelitian kualitatif, temuan dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Menurut Sugiyono (2009:272), meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam dengan secara pasti dan sistematis. Maka dengan cara tersebut peneliti gunakan untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini, yaitunya, bahasa kiasan yang terdapat dalam kumpulan puisi "Sajak Selembar Daun" yang menjadi objek penelitian, oleh karena itu data dalam penelitian ini harus mempunyai nilai keabsahan. Pengecekan uji keabsahan data pada penelitian ini yaitu dengan teknik pengecekan dosen pembimbing dan Novita Sari S.Pd, karena pada tahap awal peneliti membaca kumpulan puisi secara berulang-ulang. Dengan teknik pengecekan ini peneliti bisa mengecek kembali apakah data yang telah dibaca dan dipahami selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Jadi teknik pengabsahan data pada penelitian ini melalui teknik
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Data yang dideskripsikan adalah majas perbandingan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo. Majas perbandingan itu adalah (1) Alegori, (2) Litotes, (3) Metafora, (4) Personifikasi, (5) Simile, (6) Simbolik, dan (7) Tropen. Kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo ini terdiri atas empat puluh sembilan judul puisi, dan peneliti mengambil sepuluh judul puisi untuk diteliti, yaitu (1) Untuk Negeri Syuhada 1, (2) Lelaki 3 Zaman, (3) Surat Qais untuk Laila, (4) Untuk Negeri Syuhada 2, (5) Daun Jatuh, (6) Laksana, (7) Tarian Pena, Tarian Sufi, (8) Senja Berbisik, (9) Memori Sebuah Bukit, dan (10) Senja di Surau Kami. Pada bab ini disajikan pembahasan hasil penelitian mengenai majas perbandingan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo. Berdasarkan penelusuran terhadap majas perbandingan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo, maka majas tersebut dideskripsikan kemudian dianalisis. Berdasarkan penelitian majas perbandingan yang peneliti lakukan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo ditemukan majas perbandingan yang 6
berbentuk alegori, litotes, metafora, personifikasi, simile, simbolik, dan tropen. 1. Alegori Majas alegori yang ditemukan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun yaitu sebanyak 4 majas yaitu:
3. Metafora Pada penelitian ini ditemukan majas perbandingan metafora sebanyak 5 majas perbandingan. Dapat dilihat dari data di bawah ini sebagai berikut: Data ke 2. Judul puisi Untuk Negeri Syuhada: Digarang matahari, bermandi peluh dan darah jihad Bait puisi di atas menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama tapi sesungguhnya tidak sama. Kata antara kegarangan panas matahari dengan bermandi peluh dan darah jihad. Adapun kesetaraan yang baik antara keduanya atau dengan penggunaan "bercucuran keringat", dan penggunaan "darah jihad" dirasa tidak sebanding makna literalnya dengan "di garang matahari". 4. Personifikasi Data pada penelitian ini, ditemukan majas perbandingan personifikasi pada kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo sebanyak 14 majas perbandingan personifikasi. Dapat dilihat dari data di bawah ini: Data ke 3. Judul puisi Untuk Negeri Syuhada 1: Diantara nyanyian peluru syuhada Perbandingan "peluru" dengan "nyanyian" merupakan salah satu contoh majas personifikasi karena yang biasa bernyanyi atau kegiatan yang dilakukan manusia. Adapun kata yang selaras untuk digunakan untuk meyeimbangi peluru adalah
Data ke 1. Judul puisi Untuk negeri syuhada 1: untuk negeri syuhada Pada data di atas yang dialegorikan yaitu kata-kata "untuk negeri syuhada". Untuk negeri syuhada ini dapat mendeskripsikan bahwa negeri syuhada disamakan dengan negeri Palestina yang sedang bergejolak konflik. Dari bait puisi tersebut kata syuhada dialegorikan dengan negeri Palestina, karena negeri tersebut tempat para syuhada berjuang. 2. Litotes Pada penelitian ini ditemukan majas perbandingan litotes sebanyak 2 majas perbandingan. Dapat dilihat dari data di bawah ini sebagai berikut: Data ke 10. Judul puisi Surat Qais Untuk Laila: Diantara reruntuhan puing, kini menjadi istanaku Bait di atas menerangkan kerendahan hati Qais kepada Laila. Perbandingan jelas terlihat bahwa tiadalah mungkin dalam "reruntuhan puing" akan menjadi "istana" bagi seseorang. Kata tersebut menyatakan kata-kata yang artinya berlawanan dari keadaan sebenarnya.
7
"deru letusan". Majas perbandingan ini mempersamakan benda mati dengan manusia. 5. Simile Data pada penelitian ini, ditemukan majas perbandingan simile pada kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo sebanyak 7 majas perbandingan simile. Dapat dilihat dari data di bawah ini: Data ke 23. Judul puisi Untuk Negeri Syuhada 2: Bagaikan miks surgawi Pada bait puisi di atas ia menggunakan kata bagaikan untuk menyamakan sebagai kata pembanding. Penggunaan kata "bagaikan" dapat digolongkan sebagai majas perbandingan simile. Bagaikan adalah kata-kata yang termasuk ke dalam kata pembanding simile. 6. Simbolik Pada penelitian ini ditemukan majas perbandingan simbolik adalah sebanyak 6 majas perbandingan. Data tersebut dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut: Data ke 15. Judul puisi Surat Qais Untuk Laila : Laila, permata hatiku Berdasarkan bait puisi di atas, jelas diterangkan bahwa Laila disimbolkan dengan sebuah permata, sebuah benda berharga, sangat bernilai dan indah. 7. Tropen Pada penelitian ini hanya ditemukan majas perbandingan tropen sebanyak 2 majas
perbandingan. Data tersebut dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut: Data ke 6. Judul puisi Lelaki 3 Zaman: Lelaki 3 zaman, lelaki tua di bayang perjuangan Bait puisi data ke 6 diatas menerangkan penyetaraan makna "lelaki 3 zaman" yaitu veteran yang sudah hidup dan mengecap kehidupan perang, kemerdekaan dan kehidupan modern yang saat ini kita jalani. Para veteran yang tidak lagi mempunyai tenaga dan penuh memorian akan suasana perjuangan zaman dulu yang telah hilang oleh waktu. D. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mengenai majas perbandingan dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo ditemukan sebanyak 40 majas perbandingan. Majas perbandingan itu terbagi menjadi 7 bagian yaitunya (1) alegori sebanyak 4 majas seperti membandingkan dua buah kesamaan berdasarkan kesamaan yang utuh, cerita kiasan, dan lukisan kiasan, contohnya untuk negeri syuhada (2) litotes sebanyak 2 majas seperti memperendah keadaan sebenarnya, dan menggunakan kata-kata berlawanan, contohnya diantara reruntuhan puing, kini menjadi istanaku (3) metafora sebanyak 5 majas seperti menyatakan sesuatu yang sama, seharga tapi tidak sama, dan berbanding terbalik, contohnya digarang matahari, bermandi peluh dan darah jihat (4) personifikasi 8
sebanyak 14 majas seperti mempersamakan benda dengan manusia, seperti benda mati dapat bernyanyi, berbicara, menari, berkeringat, berbisik, dan bertanya, contohnya batupun berbicara (5) simile sebanyak 7 majas seperti menggunakan kata pembanding laksana, bagaikan, dan bak, contohnya laksana hujan (6) simbolik sebanyak 6 majas seperti menggunakan lambang atau simbol permata, angin, malaikat dan karpet hijau, contohnya laila, permata hatiku dan (7) tropen sebanyak 2 majas seperti menggunakan kata yang maknanya sejajar, contohnya lelaki 3 zaman, lelaki tua di bayang perjuangan. Hasil analisis data yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa Majas Perbandingan dalam Kumpulan Puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo ditemukan sebanyak 40 majas perbandingan dari sepuluh buah puisi yang terdiri dari majas personifikasi yang lebih dominan yaitu sebanyak 14 majas. Hal ini terlihat pada deskripsi data yang telah peneliti temukan. Majas perbandingan personifikasi banyak ditemukan karena, dalam penyajiannya kumpulan puisi Sajak Selembar Daun karya Taufik Sandjojo ini adalah puisi yang beraliran modern dan disampaikan sesuai dengan konteks yang sedang terjadi di kehidupan si pengarang dan di tengah-tengah masyarakat sekitar kehidupan pengarang puisi. Juga memiliki perbandingan yang menonjolkan sifat, sikap, perilaku dan tingkah laku kehidupan manusia. Sedangkan majas perbandingan litotes
dan tropen sedikit ditemukan karena, litotes itu sendiri adalah majas perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, sementara tropen itu sendiri adalah majas yang mempergunakan kata-kata yang maknanya sejajar dengan pengertian yang dimaksudkan. E. Simpulan Setelah dilakukan penelitian dan analisis data, peneliti menyimpulkan bahwa majas personifikasi adalah majas yang paling mendominasi diantara majas perbandingan yang lainnya yaitu sebanyak 14 majas, seperti benda mati dapat bernyanyi, berbicara, menari, berkeringat, berbisik, dan bertanya. Alegori sebanyak 4 majas seperti membandingkan dua buah kesamaan berdasarkan kesamaan yang utuh, cerita kiasan, dan lukisan kiasan. Metafora sebanyak 5 majas seperti menyatakan sesuatu yang sama, seharga tapi tidak sama, dan berbanding terbalik. Tropen sebanyak 2 majas seperti menggunakan kata yang maknanya sejajar atau penyetaraan makna. Simile sebanyak 7 majas seperti menggunakan kata pembanding laksana, bagaikan, dan bak. Litotes sebanyak 2 majas seperti memperendah keadaan sebenarnya, dan menggunakan kata-kata berlawanan, dan simbolik sebanyak 6 majas seperti menggunakan lambang atau simbol permata, angin, malaikat dan karpet hijau dalam kumpulan puisi Sajak Selembar Daun yang keseluruhan majas perbandingan yang ditemukan dalam kesepuluh puisi 9
yang dianalisa adalah sebanyak 40 majas perbandingan. Implikasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, terutama di tingkat SMP dan SMA sama-sama terdiri atas lima kompetensi yaitu berbicara, membaca, menyimak, mendengar, dan menulis. Masingmasing kompetensi terdiri atas beberapa standar kompetensi, khususnya pada bagian membaca, membaca adalah salah satu standar kompetensi yang materinya tentang membaca puisi. Membaca puisi merupakan salah satu materi yang ada di tingkat SMP dan SMA yang indikatornya siswa dituntut untuk mampu membaca puisi dengan baik dan benar. Puisi merupakan karya sastra yang memiliki kata-kata yang indah, tepat dan sarat akan makna. Puisi mengandung diksi yang menarik dan terkadang berisi curahan hati seseorang atau si penulis itu sendiri. Bila dikaitkan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu kumpulan puisi juga bisa dijadikan salah satu media dalam pembelajaran puisi, karena peneliti sendiri meneliti tentang puisi yaitu hal yang berkaitan dengan majas dan makna dari puisi itu sendiri. Peneliti yang peneliti lakukan ini dapat sebagai pedoman atau acuan dalam dunia pendidikan serta implikasinya dalam pembelajaran yaitu untuk mengetahui seluk beluk tentang puisi dan variasi majas dalam puisi.
DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Andriani, Durri, dkk. 2012. Metode Penelitian. Banten: Universitas Terbuka. Anonim.
2012. Http://Aldonsamosir.Wordpress. Com/Kurikulum/PembelajaranSastra. Diakses hari Senin, 17/03/2012. Pukul 14.00 Wib.
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra Teori Terapan. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. . 1990. Ilmu Sastra Teori Terapan. Padang: Angkasa Raya. Ayu, Maesa. 2009. Gaya Bahasa Kiasan dalam Cerpen Mereka Bilang Saya Monyet Karya Djenar Maesa Ayu. Skripsi. Padang: UNP. Hendriawati, Yenni. 2012. Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Cerpen Nurani Rina Karya Dian Yasmina Fajri. Skripsi. Solok: UMMY. Hendy,
Zaidan. 1984. Kesusastraan Indonesia I. Bandung: Angkasa.
Idris, Yosi. 2008. Majas dalam Lirik Lagu Minang Modern. Skripsi. Padang: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang. Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.
10
_____.
2009. Diski dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Yatik,
Manaf, Ngusman Abdul. 2008. Semantik Teori dan Terapannya Dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Offset. Marisa, Rahmi. 2007. Penggunaan Majas dalam Lirik Lagu Album Save My Soul Karya Padi. Skripsi. Padang: FBSS UNP. Moleong, dkk. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. M Zen, Azlan. 2008. Majas dalam Lirik Lagu Peterpan Album Hari Yang Cerah. Skripsi. Padang: FBSS UNP. Pradopo, Rachmat Djoko.1987. Pengkajian Puisi. UGM: Gajah Mada University Press. Purwandari, Retno. 2012. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Familia. Rizal, Yose. 2010. Apresiasi Puisi dan Sastra Indonesia. Jakarta: As Agency. Sandjojo, Taufik. 2013. Sajak Selembar Daun. Yogyakarta: Bahari Press. Semi, M. Atar.1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
11
Novi. 2003. Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Jangan MainMain dengan Kelaminmu. Skripsi. Padang: FBSS UNP.