1
ANALISIS LAND RENT SAWAH IRIGASI DAN LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN
RATRI ARIANI A14062726
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
6
RINGKASAN RATRI ARIANI. Analisis Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. Dibawah Bimbingan ASDAR ISWATI dan KHURSATUL MUNIBAH.
Pesatnya perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sleman yang pada awalnya terjadi di wilayah Kecamatan Depok, kini telah merambah ke daerahdaerah lainnya. Perubahan terjadi baik di lokasi yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta, maupun di lokasi lain yang terimbas pembangunan kota. Berdasarkan PP No.16/2004 tentang Penatagunaan Tanah, Kabupaten Sleman direncanakan memiliki lahan pertanian seluas 24.646 Ha, namun realita yang ada berdasarkan data tahun 2005 seluas 30.238 Ha. Dengan demikian jumlah lahan pertanian yang boleh dikonversi untuk non pertanian seluas 5.592 Ha. Untuk jumlah lahan non pertanian direncanakan seluas 19.875 Ha. Tujuan dari penelitian ini meliputi, (1) Mengidentifikasi land rent sawah irigasi dan lahan terbangun jenis penggunaan lahan di Kecamatan Depok. (2) Mengetahui sebaran land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok. (3) Menganalisis tingkat kesesuaian penggunan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun terhadap Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW). Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian adalah (1) persiapan data, (2) Pemetaan penggunaan lahan dari citra Quickbird tahun 2005, (3) Pengecekan lapang dan pengumpulan data, (4) Analisis data. Nilai land rent sawah irigasi di Kecamatan Depok memiliki rata-rata sebesar Rp 2181,79/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 3576/m2/tahun. Nilai land rent rata-rata lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar Rp 945.341/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun. Nilai land rent sawah irigasi di Kecamatan Depok terbesar terdapat di Desa Maguwoharjo dikuti Desa Condongcatur dan Desa Caturtunggal. Desa Maguwoharjo dengan pola tanam padi-bawang merah-padi memiliki nilai land rent rata-rata sebesar Rp 3.277/m2/tahun dan variasi nilai Rp 2.988/m2/tahun sampai dengan Rp 3.576/m2/tahun. Desa Caturtunggal dan Desa Condongcatur dengan pola tanam padi-bera-padi memiliki nilai land rent rata-rata untuk sawah irigasi di Desa Caturtunggal sebesar Rp 846/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1.087/m2/tahun dan nilai land rent rata-rata untuk Desa Condongcatur sebesar Rp 878/m2/tahun dengan variasi nilai nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1424/m2/tahun. Nilai land rent lahan terbangun terbesar di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa maguwoharjo. Nilai land rent lahan terbangun di Desa Caturtunggal rata-rata Rp 1.387.184/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.484/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun. Nilai land rent lahan terbangun di Desa Condongcatur rata-rata Rp 917.852/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 5.081/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun, dan Nilai land rent lahan terbangun di Desa Maguwoharjo rata-rata Rp 359.462/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 6.467/m2/tahun sampai dengan Rp 1.394.286/m2/tahun.
7
Kesesuaian penggunaan lahan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2005-2014 berpengaruh atas tingkat perkembangan desa, dimana sebesar 32,87 % dari total luas sawah irigasi di Kecamatan Depok peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW yang seharusnya dijadikan kawasan Perkotaan, 67,13% luas sawah irigasi peruntukannya telah sesuai sebagai lahan pertanian daerah sub urban/urban. Sebesar 74,75% dari total luas lahan terbangun di Kecamtan Depok peruntukannya telah sesuai sebagai kawasan perkotaan dan sebesar 25,25% lahan terbangun telah beralih fungsi yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian daerah sub urban/urban.
8
SUMMARY RATRI ARIANI . Analysis Land Rent of Irrigated Land and Built-up Area in Depok Sub District, Sleman Regency. (Under Supervision of ASDAR ISWATI and KHURSATUL MUNIBAH.)
Rapid changes in land use in Sleman District that originally occurred in the area of Depok sub district, has currently spread to other regions. The change was identified either directly the adjacent city of Yogyakarta, as well as areas affected by urban development. Beside on Government Regulation No.16/2004 about Land Stewardship, Sleman Regency is planned for an area of 24,646 ha of agricultural land and reality based on 2005 data covering 30 238 ha. Thus the amount of farmland that can be converted into non-agricultural area 5592 ha. In RTRW 2005-2014 the number space in the area for non agricultural land of 19.263 ha is planned, and which had been built into the yard area of 18,663 Ha. The research aims were : (1) Analysis land rent of the land irrigated and building area types of land use in Kecamatan Depok. (2) Analysis the distribution of land rent of the land irrigation and build area in the District of Depok (3) Analysis of land suitability of irrigated land and built-up area with the Regional Plan for spatial planning (RTRW). The activities carried out in this research was (1) data preparation, (2) land use interpretation and mapping from Quickbird imagery in 2005, (3) Check and data collection, (4) data analysis. Land rent of irrigated paddy field in Depok sub district have an average of Rp 2182/m2/year with variant Rp 612/m2/year up to Rp 3576/m2/year, and land rent of built-up area have an average Rp 945.341/m2/year with variant Rp 3.436/m2/year up to Rp 7.116.667/m2/year. Land rent of irrigated paddy field in Depok sub district the largest ware in Maguwoharjo village followed Condongcatur Village and Caturtunggal Village. Maguwoharjo Village apply the cropping pattern of paddy-onion-paddy. The village has land rent have an average Rp 3.277/m2/year with variant Rp 2.988/m2/year up to Rp 3.576/m2/year. Caturtunggal Village and Condongcatur Village apply cropping paddy-fallow-paddy have land rent in Caturtunggal village have an average Rp 846.28/m2/year with variant Rp 612/m2/year up to Rp 1.087/m2/year and at Condongcatur Village have an average Rp 878/m2/year with variant Rp 612/m2/year up to Rp 1.424/m2/year. Land rent of built-up area in Depok sub district the largest ware in Caturtunggal village followed Condongcatur Village and Maguwoharjo Village. Land rent of built-up area in Caturtunggal village have an average Rp 1.387.184/m2/ year with variant Rp 3.484/m2/year up to Rp 7.116.667/m2/year. Land rent of built-up area in Condongcatur village have an average Rp 917.852/m2/ year with variant Rp 5.081/m2/year up to Rp 5.282.000/m2/year, and land rent of built-up area in Maguwoharjo village have an average Rp 359.462/m2/ year with variant Rp 6.467/m2/year up to Rp 1.394.286/m2/year, These accordance with the Regional spatial plan (RTRW) 2005-2014 which affect the level of development of the village where 32.87% of the total area of land irrigated in the designation of the Depok sub district does not match
9
the spatial urban areas which should be used, 67.13% of the proper allocation of irrigated rice as a sub urban areas of agricultural land / city. Amounting to 74.75% of the total land allotment has been right up Kecamtan Depok as urban areas and 25.25% of the land has raised the switching function of agricultural land should be designated as sub-urban / urban.
2
ANALISIS SAWAH IRIGASI DAN LAHAN ANALISIS LANDLAND RENTRENT SAWAH IRIGASI DAN LAHAN TERBANGUN TERBANGUN DI KECAMATAN DEPOK DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN KABUPATEN SLEMAN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh RATRI ARIANI A14062726
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
3
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 07 Januari 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Mudjijono S. Pd dan Ibu Muryani. Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 04 Parung (1994 2000) lalu dilanjutkan ke SLTP Negeri 6 Bogor (2000 - 2003) dan SMU Negeri 5 Kota Bogor (2003 - 2006). Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan pada tahun 2007 penulis ditempatkan oleh IPB di Program Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif bergabung dalam berbagai kegiatan salah satunya organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) sebagai staf divisi Kewirausahaan periode 2008/2009 dan menjadi beberapa panitia kegiatan kemahasiswaan antara lain MPKMB 2007/2008, Seminar Nasional “Soil and Mining” (tahun 2008). Selain itu
penulis
berkesempatan menjadi asisten praktikum untuk beberapa mata kuliah diantaranya: mata kuliah Pengantar Ilmu Tanah (semester ganjil tahun ajaran 2009/2010), mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, serta mata kuliah Perencanaan Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan (semester ganjil tahun ajaran 2010/2011).
4
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul ”Analisi Land rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Asdar Iswati M. S selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta dukungan dalam penelitian ini selama masa penelitian maupun penulisan skripsi. 2. Dr. Khursatul Munibah M. Sc selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, serta dukungan dalam penelitian ini selama masa penelitian maupun penulisan skripsi. 3. Dyah R Panuju S.P M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan dalam meyusun skripsi ini. 4. Keluarga tercinta mama, papa, mas Panji dan d’hardjos family atas doa, dukungan, kasih sayang, cinta, perhatian, kepercayaan dan kesabaran sampai pada saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 5. Nuroby atas doa dan seluruh kasih sayang, cinta, kesabaran, perhatian dan pengertiannya. 6. Seluruh staf dan dosen pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Mba Dian, Mba Ema. 7. Teman teman seperjuangan Tim tos++ (Intan Laksmita Sari, Sony Nugroho, dan Uli K Theresia Siagian), Putri Yuniastuti, Vitta Puspita M,
5
Fanissa Ruliyani, Dempo Satriandu, Maulana Wijaya, Prito Rayesha, Richard Gunawan atas segala bantuan, dukungan dan canda tawa yag telah di lalui bersama. 8. Teman “the planners” 43 Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Agata, Onie, Mila, atas segala dukungan dan kerjasamanya. 9. Soilers 43 lainnya yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, dan dukungan, serta kenangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 10. Mas Shofa, Richo Richardi, Dessy Hapsari, Diah Sabatini S, atas semua bantuan yang telah diberikan selama melakukan penelitian di Yogyakarta. 11. Teman-teman Inter Club Indonesia (ICI) Jogja, ICI Bogor, #ICIBimbang yang telah memberikan keceriaan selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi sempurna dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Juni 2011
Penulis
10
LEMBAR PENGESAHAN Judul
:
Analisis Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman.
Nama
:
Ratri Ariani
NRP
:
A14062726
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Asdar Iswati, M.S NIP. 19600410 198503 2 001
Dr. Khursatul Munibah, M.Sc NIP. 19620515 199003 2 001
Mengetahui Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc NIP. 19621113 198703 1 001
Tanggal Lulus : ………………….
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ……………………………………………………
iii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………..........
iv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………...
v
I.
PENDAHULUAN …………………………………………........
1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………...
1
1.2. Tujuan Penelitian …………………………………………..
2
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………...
3
2.1. Penggunaan Lahan ……………………………...................
3
2.2. Perubahan Penggunaan lahan ……………………………...
5
2.3. Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) ………………………...
6
2.4. Sawah Irigasi ……………………………………………….
9
2.5. Lahan Terbangun …………………………………………..
10
III. BAHAN DAN METODE ……………………………………...
11
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….
11
3.2. Bahan dan Alat ……………………………………………..
11
3.3. Metode Penelitian …………………………………………..
12
3.3.1. Persiapan ……………………………………………..
12
3.3.2. Pengumpulan Data ………………………….…….....
14
3.3.2.1. Pengecekan Lapang ………………………....
14
3.3.2.2. Pengumpulan Data Land Rent ………………
15
3.3.3. Analisis Data ………………………………………....
17
3.3.3.1. Interpretasi Visual Penggunaan lahan ………
17
3.3.3.2. Analisis Entropi ……………………………..
18
3.3.3.3. Analisis Land Rent…………………………..
19
3.3.3.4. Analisis Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan dengan Peta RTRW …….
20
KEADAAN UMUM WILAYAH ……………………………..
21
4.1. Keadaan Iklim dan Topografi ……………………………..
21
4.2. Penggunaan Lahan ………………………………………...
21
IV.
ii
4.3. Kondisi Sosial Ekonomi …………………………………..
21
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………...
24
5.1. Penggunaan Lahan Kecamatan Depok …………………....
24
5.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird ………………………………………
24
5.1.2. Penggunaan Lahan …………………………………..
28
5.1.3. Nilai Entropi ………………………………………....
31
5.2. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun Kecamatn Depok ……………………………………….....
32
5.3. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa ……………………………………………..
34
5.4. Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Sawah irigasi dan Lahan Terbangun dengan RTRW …....
37
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………..
40
6.1. Kesimpulan ……………………………………………….
40
6.2. Saran ………………………………………………………
41
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..
43
LAMPIRAN ………………………………………………………….
46
V.
VI.
ii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman Teks
1
Sistem Kalsifikasi Tutupan Lahan USGS Tahun 1972 ………
5
2
Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamatan Depok ……………………………………………
32
3
Nilai Land Rent Lahan Terbangun Sesuai dengan Kegiatan Usaha ………………………………………………
33
4
Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun Setiap Desa …………………………………………………………...
35
5
Nilai Land Rent Lahan Terbangun di Setiap Desa ……….......
36
6
Tingkat Kesesuaian Penggunaan Lahan dengan RTRW Setiap Desa …………………………………………………………...
39
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman Teks
1
Ilustrasi Ricardiant Rent ………………………………….....
7
2
Ilustrasi Locational Rent …………………………………....
8
3
Peta Lokasi Penenlitian ……………………………………..
12
4
Bagan Alur Penelitian …………………………………….....
13
5
Peta Distribusi Sample Sawah Irigasi ……………………….
15
6
Peta Distribusi Sample Latan Terbangun …………………...
16
7
Lahan Terbangun Pemukiman di Kecamatan Depok ………
24
8
Lahan Terbangun yang Dijadikan Industri di Kecamatan Depok ………………………………………...
25
9
Sawah Irigasi dan Saluran Irigasi Primer di Kecamatan Depok ……………………………………………………......
10
Kebun Campuran di Kecamatan Depok ………………….....
26 27
11
Penggunaan Lahan Tegalan di Kecamatan Depok ……….....
27
12
Lahan Terbuka di Kecamatan Depok …………………….....
28
13
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok ………………..
29
14
Luasan Penggunaan Lahan per Desa di Kecamatan Depok ………………………………………………………..
30
15
Grafik Entropi Penggunaan Lahan Kecamatan Depok ……..
32
16
Peta Arahan RTRW Kecamatan Depok …………………….
38
17
Grafik Kesesuain Penggunaan Lahan Dengan RTRW ……………………………………………................
39
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Koordinat GPS Lokasi Contoh Untuk Sawah Irigasi ……..
47
2
Koordinat GPS Lokasi Contoh Untuk Lahan Terbagun …..
48
3
Kuesioner Pengumpulan Data Land Rent ………………...
49
4
Perhitungan Nilai Land Rent Jasa Foto Copy …………......
53
5
Perhitungan Nilai Land Rent Rumah Tinggal …………......
55
6
Perhitungan Nilai Land Rent Jasa Warung Makan ……......
56
7
Perhitungan Nilai Land Rent Jasa Kos-kosan …………......
58
8
Data Input dan Output Sawah Irigasi ……………………...
60
9
Perhitungan Land Rent Sawah Irigasi …………………......
62
1
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah salah satunya ditandai dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan penggunaan lahan. Demikian juga yang terjadi dengan Kecamatan Depok yang dulunya merupakan desa dan sekarang mulai beralih menjadi wilayah desa kota yang mengalami kondisi peralihan. Perkembangan yang terjadi di kecamatan ini dipengaruhi oleh banyaknya perguruan tinggi yang ada di wilayah ini baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta. Perkembangan wilayah ini hendaknya juga didukung oleh prasarana dan utilitas pendukung dasar seperti jalan, drainase, jaringan jalan, listrik dan air bersih. Pesatnya perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Sleman yang pada awalnya terjadi di wilayah Kecamatan Depok, kini telah merambah ke daerahdaerah lainnya, baik yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta, maupun daerah yang terimbas akibat pembangunan kota, misalnya daerah Banyuraden, Nogotirto, maupun sebagian Kecamatan Ngaglik dan Mlati. Berdasarkan penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan lahan pertanian antara lain adanya peningkatan harga tanah non pertanian yang relatif tinggi, adanya kesenjangan produktifitas untuk pertanian dan non pertanian serta pertumbuhan investasi. Berdasarkan PP No.16/2004 tentang Penatagunaan Tanah, Kabupaten Sleman seluas 57.482 Ha direncanakan untuk lahan pertanian seluas 24.646 Ha. Namun realita yang ada berdasarkan data BPS tahun 2005 luas lahan pertanian 30.238 Ha di Kabupaten Sleman. Dalam RTRW tahun 2006-2016 luas lahan non pertanian direncanakan 19.263 Ha, dan yang telah terbangun menjadi pekarangan seluas 18.663 Ha. Dengan demikian penggunaan lahan untuk budidaya non pertanian yang masih tersedia sampai dengan tahun 2016 seluas 600 Ha. Oleh karena itu Pemkab Sleman melalui Badan Pengendalian Pertanahan Daerah (BPPD) tetap fokus mengemban tugas mengendalikan perubahan penggunaan lahan pertanian di Kabupaten Sleman maksimal 600 Ha selama kurun waktu 10 tahun ke depan
2
dengan asumsi pertambahan penduduk 1,62% per tahun. Selama tahun 2005 BPPD telah menolak ijin perubahan penggunaan tanah sebanyak 109 buah, dengan luas lahan yang dikendalikan 11,69 Ha. Sebagian besar penolakan yang dikeluarkan tersebut disebabkan ketidaksesuaian dengan tata ruang sebesar 99 %, selebihnya berdasar kasus tertentu, misalnya pembangunan yang menyebar dan meloncat. Pada tahun 2001 – 2003 kesadaran masyarakat dalam mengajukan ijin pembangunan tergolong rendah sehingga banyak perubahan fungsi lahan yang tidak terpantau. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan transparansi proses perijinan sejak dibentuknya BPPD di Kabupaten Sleman maka konversi lahan yang berijin pada tahun 2004 – 2005 meningkat. Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian pada tahun 2001 seluas 16 Ha. Selanjutnya pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 perubahan yang sama berturut-turut sebesar 35 Ha, 43 Ha, 104 Ha, dan 158 Ha. Dari data tersebut menunjukkan sebelum ada BPPD perubahan penggunaan tanah seluas 94 Ha, sedangkan setelah ada BPPD penyusutan seluas 262 Ha. Jumlah pengurangan luas lahan pertanian selama 5 tahun terakhir 356 Ha. Adapun faktor pemicu konversi tanah yang begitu besar antara lain karena adanya pembangunan stadion, pembangunan kampus terpadu, sekolah model serta pembangunan dan peningkatan jalan. Dalam kurun waktu 10 tahun ke depan (2006 -2010) sesuai dengan Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW) tanah yang dapat dikonversi hanya seluas 600 Ha.
1.2.
Tujuan Penelitian Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini
meliputi : 1. Mengidentifikasi land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok. 2. Mengetahui sebaran land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok. 3. Menganalisis tingkat kesesuaian penggunan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun terhadap Rencana Tata ruang Wilayah (RTRW).
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penggunaan Lahan Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik
antara lain (1) luasan relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik yang bersifat spesifik lokasi seperti jenis batuan, kandungan mineral, topografi dan lain sebagainya. Menurut FAO (1976) dalam Balai Penelitian Tanah (2003), lahan merupakan bagian dari bentang alam dimana lingkungan fisik seperti topografi, tanah, hidrologi dan keadaan vegetasi alami yang meliputinya serta secara potensial akan mempengaruhinya terhadap penggunaan lahan. Untuk menjamin kelestarian sumberdaya lahan, pemanfaatan lahan memerlukan arahan disesuaikan dengan sifat fisiknya tersebut (Dardak, 2008). Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual. Secara umum penggunaan lahan dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan nonpertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan atas lahan tegalan, sawah, kebun karet, hutan produksi, dan sebagainya. Penggunaan bukan pertanian dapat dibagi atas permukiman perkotaan dan pedesaan , industri, rekreasi, dan sebagainya (Arsyad,1989). Penggolongan penggunaan lahan secara umum, adalah: pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Tipe pengunaan lahan merupakan penggunaan lahan yang diuraikan secara lebih terperinci sesuai dengan syarat-syarat teknis untuk suatu daerah dengan keadaan fisik dan sosial ekonomi tertentu, yaitu menyangkut pengelolaan, masukkan yang diperlukan, dan keluaran yang diharapkan secara spesifik (Rayes, 2007). Penggunaan lahan merupakan proses yang dinamis, berubah terus menerus, sebagai hasil perubahan pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang waktu, sehingga masalah yang berkaitan dengan lahan merupakan masalah yang kompleks (Saefulhakim dan Nasoetion, 1995). Di Indonesia penggunaan lahan memiliki tujuan umum yaitu untuk menjamin pengadaan pangan, sebagai sumber devisa bagi pembangunan untuk
4
pemukiman dan sarana atau prasarana fasilitas umum dan konservasi. Faktorfaktor yang mempengaruhi pola dan jenis penggunaan lahan di Indonesia adalah sifat fisik lahan (iklim, topografi, drainase, sifat fisik dan kimia tanah), kondisi faktor budaya dan ekonomi serta kebijakan pemerintah. Besarnya kontribusi faktor-faktor tersebut akan sangat beragam menurut waktu dan ruang (Lopulisa, 1995). Teknik interpretasi penggunaan lahan pada citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, 1. Interpretasi Visual Interpretasi data penginderaan jauh secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri (karakteristik) objek secara keruangan (spasial). Karakteristik objek yang tergambar pada citra dapat dikenali berdasarkan 9 unsur-unsur interpretasi yaitu, (1) rona/warna, (2) ukuran, (3) bentuk, (4) tekstur, (5) pola, (6) bayangan, (7) situs, (8) asosiasi.. Interpretasi ini dilakukan pada citra yang dikonversi dalam bentuk foto (Sutanto, 1986). 2. Digital Image Processing Interpretasi secara digital merupakan evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Analisis digital dapat dilakukan melalui pengenalan pola spektral dengan bantuan komputer. Dasar interpretasi ini berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spectral dan dapat dilakukan dengan cara statistik. (Purwadhi, 2001) Proses interpretasi penggunaan lahan diklasifikasikan menurut sistem USGS tahun 1972 yang dimodifikasi (Tabel 1). Sistem ini dapat digunakan untuk citra dengan resolusi tinggi dengan skala menengah (1 : 25.000 dan 1 : 10.000) seperti SPOT dan Quickbird. Penggunaan skala berpengaruh terhadap pemilihan kedetailan klasifikasi, dimana semakin besar skala yang digunakan maka pengklasifikasian akan semakin detail (Danoedoro, 1996). Untuk mengukur bagaimana proporsi suatu jenis penggunaan lahan cenderung menyebar atau terkonsentrasi dapat menggunakan nilai entropi sebaran spasial tipe penggunaan lahan. Semakin tinggi nilai entropi maka tipe penggunaan lahan tersebut semakin menyebar pada suatu wilayah sehingga dapat mengkontrol penggunan lahan yang ada agar tidak terjadi ketimpangan penggunaan lahan dan
5
tetap mengupayakan adanya ruang terbuka hijau yang dapat menjadi daerah resapan sehingga tetap sesuai dengan penataan ruang yang telah direncanakan pemerintah. Tabel.1 Sistem Klasifikasi Tutupan Lahan USGS tahun 1972 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2.2.
Tutupan Lahan Kota dan Daerah Terbangun Lahan Pertanian Peternakan Lahan vegetasi/tumbuahn Air Lahan Basah Lahan Kosong Tundra Salju/Es abadi
Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan penggunaan lahan atau alih fungsi lahan adalah perubahan
fungsi yang terjadi pada suatu lahan dalam kurun waktu yang berbeda. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut yaitu faktor politik dan faktor ekonomi. Faktor politik dapat mempengaruhi pola perubahan terhadap suatu lahan karena adaya kebijakan yang diambil oleh pengambil keputusan. Faktor ekonomi adalah perubahan pendapatan serta pola konsumsi yang menyebabkan kebutuhan akan ruang dan tempat rekreasi meningkat sehingga terjadilah perubahan penggunaan lahan (Dirjen, 2008). Permintaan akan sumberdaya lahan yang semakin meningkat disebabkan oleh meningkatnya aktifitas pembangunan dan keterbatasan serta karakteristik sumberdaya lahan mendorong beralih fungsinya lahan-lahan pertanian ke nonpertanian (Lopulisa, 1995). Menurut Nasoetion dan Winoto (1996) ada dua faktor yang langsung menentukan proses alih fungsi lahan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu (1) sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah, dan (2) sistem non-kelembagaan yang berkembang secara alamiah di dalam masyarakat. Sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan pemerintah antara lain direpresentasikan dalam bentuk terbitnya beberapa peraturan mengenai konversi lahan.
6
Jumlah penduduk yang meningkat berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan pangan dan perumahan. Kebutuhan lahan dalam pemenuhan kebutuhan pangan perumahan telah menyebabkan pergeseran pola penggunaan lahan seperti pertanian semusim di daerah-daerah yang semestinya tidak diperbolehkan. Sedangkan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah ruang dan kesesuaian lahan menyebabkan dampak lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti terjadi erosi, menurunnya fungsi hidrologis hutan, terjadinya degradasi lahan dan meningkatnya lahan kritis serta kerusakan lingkungan (Desman, 2007). Alih fungsi lahan sawah di Jawa mencapai 22.000 ha selama kurun waktu 1987 sampai 1993, untuk konversi lahan sawah sekitar 100.000 ha (sampai akhir 2000). Dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap ketahanan pangan (Dirjen, 2008). Lebih lanjut Witjaksono (1996) menjelaskan bahwa alih fungsi lahan memiliki lima faktor sosial yang mempengaruhinya, yaitu perubahan perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan, pengambilan keputusan, dan apresiasi pemerintah terhadap aspirasi masyarakat. Dengan asumsi pemerintah sebagai pengayom dan abdi masyarakat, seharusnya dapat bertindak sebagai pengendali terjadinya alih fungsi lahan.
2.3.
Nilai Ekonomi Lahan (land rent) Land rent merupakan selisih penerimaan dan biaya dalam satu unit satuan
lahan. Menurut Soeharjo dan Patong (1973) penerimaan usaha tani terdiri dari tiga komponen, yaitu hasil produk, produk yang dikonsumsi sendiri oleh keluarga, dan kenaikan nilai inventaris. Selanjutnya juga dinyatakan bahwa usaha tani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, dimana selisih dari keduanya merupakan pendapatan kegiatan usahanya. Menurut
Barlowe (1978) manfaat ekonomi dianggap sebagai suatu
surplus yang merupakan bagian dari jumlah nilai produk atau total pendapatan dari sisa setelah pembayaran yang didasarkan pada jumlah faktor biaya atau total biaya. Manfaat ekonomi suatu lahan umumnya dapat dinilai dari pendapatan bersih per meter persegi lahan per tahun untuk penggunaan tertentu. Manfaat
7
ekonomi lahan ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas lahan sebagai mana yang dijelaskan dalam teori ricardiant rent (Gambar 1) dan faktor lokasi yang menjadi prinsip utama konsep locational rent (Gambar 2).
PRODUKSI Q2
TANAH A
Y1
Y2 Q1 TANAH B
O
Q
BIAYA
Gambar 1. Ilustrasi Ricardiant Rent Gambar 1 menjelaskan kondisi kualitas lahan yang berbeda mempengaruhi nilai lahan. Tanah A dan tanah B dengan biaya sebesar Q memiliki jumlah produksi yang berbeda. Tanah A memiliki produksi sebesar OY1 dab tanah B memiliki produksi sebesar OY2 maka nilai akan lahan yang harus di bayar untuk kualitas lahan yang berbeda dengan biaya yang sama pada tanah A dan B adalah selisih dari OY1 dengan OY2. Gambar 2 menjelaskan bahwa nilai lahan dipengaruhi oleh letak lahan tersebut terhadap pusat aktifitas/kegiatan. Lahan A akan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan B karena jaraknya yang lebih dekat. Biaya yang harus dikeluarkan untuk perbedaan letak lahan ini adalah selisih dari AA1 dengan BB1 (Reksohadiprojo dan Karseno,1997). Dalam kenyataannya nilai dan fungsi lahan tidak hanya ditentukan oleh dua faktor terbsebut tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial yang keudian dikenal
8
NILAI RENT
A1 B1 LOCATIONA L RENT
PUSAT KEGIATAN
A
B
JARAK
Gambar 2. Ilustrasi Locational Rent sebagai sociocultural rent dan manfaat ekologi atau disebut juga ecological rent dan banyak faktor yang belum diketahui. Dengan demikian pemanfaatan lahan harus memenuhi persyaratan kesesuaian (suitability) secara fisik dan biologi, secara ekonomi menguntungkan (feasible) dan secara kelembagaan dapat dierima oleh masyarakat. Bersadarkan penelitian yang dilakukan oleh Sehani (2007) nilai land rent penggunaan lahan sawah di Kabupaten Karanganyar dengan pola tanam padipadi-padi memiliki nilai Rp 1.344,36/m2/tahun sampai dengan Rp 2.623,53/ m2/tahun. Sawah dengan pola tanam padi-bera-padi memliki nilai yag lebih kecil yaitu sebesar Rp. 0,67/ m2/tahun sampai dengan Rp 2.179,12/ m2/tahun dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rumiris (2008) nilai land rent pertanian di Kecamatan Dramaga adalah sebesar Rp 44,12/ m2/tahun sampai dengan Rp. 1.070,44/ m2/tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rumiris (2008) nilai land rent lahan terbangun pemukiman di kecamatan Dramaga memiliki rentang nilai antara Rp 208,33/ m2/tahun sampai dengan Rp 35.069,33/ m2/tahun.
9
2.4.
Sawah Irigasi Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dibatasi oleh
pemantang, saluran untuk menyalurkan air, yang biasanya ditanami oleh padi sawah tanpa memandang darimana diperolehnya lahan tersebut (Deptan,2000). Sawah dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya sawah berpengairan, sawah tadah hujan, sawah pasang surut, sawah lebak, dan lain-lain. Sawah berpengairan dibedakan menjadi sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi setengah teknis dan sawah berpengairan sederhana. Yang dimaksud sawah beririgasi teknis adalah sawah yang memperoleh pengairan dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuangan dengan penyedia dan pembagi irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Saluran induk serta pembuangannya dibangun, dikuasai, dan dipelihara oleh pemerintah. Sawah beririgasi setengah teknis adalah sawah berpengairan teknis tetapi pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan jaringan selanjutnya tidak diukur dan dikuasai pemerintah. Sawah berpengairan sederhana adalah sawah yang memperoleh pengairan dimana cara pengairan dan pembuangannya belum diatur, walaupun pemerintah telah membangun sebagian dari jaringan tersebut, misalnya bendungan. Sedangkan sawah tadah hujan adalah sawah yang pengairannya hanya tergantung pada air hujan (BPS, 1998). Luas sawah di Indonesia lebih kurang 8,6 juta ha dan terus menyusut dari waktu ke waktu. Sawah tersebut terdiri dari sawah Irigasi seluas 7.314.740 Ha dan sawah non irigasi seluas 1.265.304 Ha.Luas sawah di Pulau Jawa lebih kurang 4,2 juta ha, di Pulau Sumatera seluas 2,3 juta ha dan pulau jawa menjadi sentra sawah nasional.
Pada tahun 1994 – 2004 luas sawah di luar pulau Jawa terjadi
peningkatan seluas 602 ribu ha. Pertumbuhan luas sawah tersebut sebagian besar terdapat di Pulau Sumatera, yaitu seluas 460 ribu ha atau lebih kurang 76,42% dari keseluruhan pertumbuhan luas sawah di Indonesia. Sedangkan dalam kurun yang sama terjadi penyusutan luas sawah kelas satu di wilayah Pulau Jawa dan Bali seluas 36.798 ha atau sekitar 3.679 ha/tahun (BPN, 2007).
10
2.5.
Lahan Terbangun Pada dasarnya lahan terbangun memiliki pengertian yang hampir sama
dengan fasilitas karena memiliki pengertian yang luas meliputi prasarana dan sarana. Prasarana atau infrastruktur adalah alat atau tempat yang paling utama dalam kegiatan sosial atau ekonomi, sedangkan sarana adalah alat pendukung dari prasarana (Jayadinata, 1992). Sehingga ruang terbangun memiliki pengertian sebagai ruang-ruang dalam kota atau wilayah, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area vertikal/horizontal dimana dalam pengguanaannya tinggi dan memiliki aspek fungsional yang jelas pada dasarnya lebih bersifat ekonomis memiliki bentuk bangunan. Dalam ruang terbangun, pemanfaatannya lebih berbentuk prasarana ruang tertutup, yaitu : 1. Sebagai perlindungan, yaitu rumah 2. Sebagai unit pelayanan umum, yaitu prasarana kesehatan dan keamanan misalnya balai pengobatan, rumah sakit, pos pemadam kebakaran, pos polisi, dsb 3. Sebagai kehidupan ekonomi, misalnya : pasar, bangunan bank, bangunan pusat perbelanjaan, bangunan pabrik, dsb 4. Sebagai unit kebudayaan pada umumnya, misalnya : bangunan kantor pemerintahan, bangunan sekolah, bioskop, musium, gedung perpustakaan, dsb.
11
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan
di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
yang
terdiri dari Desa Caturtunggal, Desa Maguwoharjo dan Desa Condongcatur (Gambar 3). Kecamatan Depok terletak di Kabupatan Sleman propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geeografis Kabupaten Sleman terletak antara 7º 34’ 51” dan 7º 47’ 30” LS dan antara 107º 15’ 03” dan 107º 29’ 30” BT. Kecamatan Depok termasuk daerah daratan yang relatif rendah, mempunyai kemiringan wilayah 0 – 2%. Secara administratif, Kecamatan Depok mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Ngaglik dan Kecamatan Ngemplak
Sebelah Timur
: Kecamatan Kalasan
Sebelah Barat
: Kecamatan Mlati
Sebelah Selatan
: Kecamatan
Gondokusuman
Kota
Yogyakarta
dan
Kecamatan Banguntapan Kab. Bantul Analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari – September 2010
3.2.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Quickbird
Kabupaten Sleman tahun 2005, peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan skala 1: 50000 yang bersumber dari citra landsat tahun 2000, Peta Administrasi, Peta Jalan, Peta RTRW Kabupaten Sleman tahun 2008 dengan skala 1:53.000, Data Potensi Desa (PODES) tahun 2008 dan data Monografi desa tahun 2008. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat komputer dan perangkat lunak yang terdiri dari, Arc View versi 3.3, microsoft office excel, microsoft office word, dan GPS Garmin.
12
Gambar.3 Peta Lokasi Penelitian 3.3.
Metode Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu : (1) tahap
persiapan data, (2) tahap pemetaan penggunaan lahan, (3) tahap pengecekan lapang dan pengumpulan data, (4) tahap analisis data. Bagan alur penelitian dari metode penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
3.3.1. Persiapan Dalam tahap persiapan dilakukan pengumpulan data dan koreksi geometrik. Data yang dikumpulkan berupa citra Quickbird Kabupaten Sleman tahun 2005, peta penggunaan lahan, Peta Administrasi, Peta Jalan Peta RTRW Kabupaten Sleman, data Potensi Desa (PODES) tahun 2008 data monografi desa. Koreksi gometrik dilakukan untuk merujuk citra Quickbird ke peta topografi, sehingga kedua data tersebut kompatibel secara geografis.
14
Proses geometrik dilakukan dengan merektifikasi citra ke Peta Topografi (image to map rectification) berdasarkan GCP (Ground Control Point). Titik GCP yang digunakan adalah gunung merapi, bandara, stadion, dan Lapangan softball. Menurut Short 1982 dalam Sutanto 1986 akurasi dapat dilihat dengan perhitungan Root Mean Square-error (RMS-error). Pada umumnya akurasi yang tinggi diperoleh jika nilai RMS-error kurang dari satu dengan distribusi GCP yang merata baik pada citra maupun pada peta. Nilai RMS-error dihitung berdasarkan persamaan berikut : RMS-error = Dimana, x dan y adalah koordinat masukan (input) yang diperoleh dari peta topografi (baris dan kolom) X da Y adalah koordinat untuk citra yang dikoreksi.
3.3.2.
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian berupa citra Quickbird Kabupaten Sleman tahun 2005, data input-output penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian berupa peta penggunaan lahan tahun 2008 dengan skala 1 : 50.000 yang bersumber dari citra landsat tahun 2000, Peta Administrasi, Peta RTRW Kabupaten Sleman, Data Potensi Desa (PODES) tahun 2008 data Monografi desa dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Data tersebut diperoleh dari pemerintahan kecamatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sleman, Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dan instansi terkait lainnya. Pengumpulan data dibagi menjadi dua tahapan yaitu (1) pengecekan lapang untuk mengecek kebenaran hasil interpretasi di lapang, (2) pengumpulan data untuk analisis land rent.
3.3.2.1. Pengecekan Lapang Kegiatan pengecekan lapang untuk mengetahui kondisi penggunaan lahan sebenarnya di lapangan di Kecamatan Depok. Pengecekan lapang dilakukan pada
15
23 titik untuk sawah irigasi dan sebanyak 26 titik untuk penggunaan lahan lahan terbangun yang tersebar di setiap desa. Untuk menentukan lokasi titik pengecekan lapang tersebut digunakan GPS. Koordinat penggunaan lahan sawah irigasi disajikan pada Lampiran 1 dan sebaran lokasi pengecekan lapang pada Gambar 5 serta koordinat penggunaan lahan lahan terbangun pada Lampiran 2 dan sebaran titik lokasi pengecekan lapangnya pada Gambar 6.
3.3.2.2. Pengumpulan Data Land Rent Pengumpulan data land rent dilakukan dengan teknik wawancara dengan alat bantu kuesioner (Lampiran 3). Jenis data primer yang dikumpulkan untuk perhitungan land rent penggunaan lahan sawah irigasi meliputi : varietas, produksi, harga jual, pendapatan, biaya variabel, biaya tetap, modal (input), dan harga minimum atau maksimum. Jenis data primer yang dikumpulkan untuk perhitungan land rent lahan terbangun adalah identitas responden, kondisi sosial
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
#
7°44'
7°44'
S2cc
S4cc S5cc
110°27'
S1cc
#
#
#
110°26'
S3cc
S4mg
#
# #
#
S5mg
S6cc
7°45'
7°45'
S2mg #
S1mgS3mg #
S6mg
#
#
S7mg #
7°46'
7°46'
S2ct S1ct # S6ct #
S5ct #
#
#
S11mgS10mg #
S3ct
#
S4ct
# # S9mg
S8mg
#
N
7°47'
7°47'
0.5 0 0.5 1 Kilometers 7°48'
7°48'
110°22'
110°23'
Legenda : Desa Caturtunggal Desa Condongcatur Desa Maguwoharjo
110°24'
#
110°25'
110°26'
110°27'
Titik Cek Lapang
S1-6 ct = Titik Sample di Desa Caturtunggal S1-6 cc = Titik Sample di Desa Condondcatur S1-10 mg = Titik Sample di Desa Maguwoharjo
Sumber : Citra Quickbird Tahun 2005 Koordinat GPS Hasil Cek Lapang 2010
Gambar 5. Peta Distribusi Sampling Sawah Irigasi
16
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
7°44'
7°44'
#
#
T3cc
T7cc T3mg
7°45'
T2cc
T9ct
T6cc
#
#
T8cc
#
T1cc T1ct # # T4ct T8ct# T5cc T2ct # # #
#
7°46'
T7ct T5ct T6ct #
#
7°45'
#
T2mg #
T1mg #
7°46'
T4ccT11ct T10ct # # T5cc # #
T4mg
#
#
#
T5mg T3ct
7°47'
N
T6mg#
#
7°47'
0.5 0 0.5 1 Kilometers 7°48'
7°48'
110°22'
110°23'
Legenda : Desa Caturtunggal Desa Condongcatur Desa Maguwoharjo
110°24'
#
110°25'
110°26'
110°27'
Titik Cek Lapang
T1-11 ct = Titik Sample di Desa Caturtunggal T1-9 cc = Titik Sample di Desa Condondcatur T1-6 mg = Titik Sample di Desa Maguwoharjo
Sumber : Citra Quickbird Tahun 2005 Koordinat GPS Hasil Cek Lapang 2010
Gambar 6 Peta Sebaran sampling lahan terbangun responden yang meliputi kondisi fisik bangunan rumah (dilihat dari keadaan rumahnya apakah tipe rumah sangat sederhana, sederhana, atau tergolong rumah mewah), penghasilan per bulan, pendidikan, luas pemilikan lahan, posisi bangunan, dan jarak dengan jalan aspal, jenis pekerjaan, pendapatan, dan jumlah rata-rata pengeluaran. Jumlah responden yang diwawancarai untuk sawah irigasi sebanyak 25 dan untuk lahan terbangun sebanyak 42. Responden sawah irigasi adalah anggota gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Sidomulyo Kecamatan Depok. Respoden lahan terbangun terdiri dari pemilik jasa kos-kosan 8, warung makan 8, foto copy 12, dan rumah tinggal 14. Sebagian besar responden lahan terbangun memiliki kegiatan jasa dan usaha dengan input cukup besar dan secara produktif menghasilkan. Penentuan lokasi ini didasarkan pada kondisi wilayah Kecamatan Depok sebagian besar berkembang sebagai pusat pendidikan.
17
3.3.3.
Analisis Data
3.3.3.1. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Interpretasi penggunaan lahan dilakukan secara visual pada citra Quickbird dengan pendekatan unsure-unsur interpretasi yang di dukung dengan pengecekan lapang. Unsur interpretasi citra tersebut adalah rona/ warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi (Sutanto, 1986) : 1) Rona, adalah tingkat kegelapan atau kecerahan suatu objek pada citra. Rona dapat pula diartikan sebagai tingkat dari hitam ke putih atau sebaliknya.pada citra quickbird Kecamatan Depok objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga ke arah sensor menimbulkan rona yang cerah. Sebaliknya objek yang banyak menyerap tenaga atau sedikit memantulkan tenaga menimbulkan rona yang gelap. 2) Bentuk, ialah konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk beberapa objek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung hanya berdasarkan kriteria ini, misalnya beberapa bentuk yang harus di identifikasi adalahn bentuk gedung sekolah atau bangunan pemerintahan yang berupa huruf L atau U, dan sungai dikenali dari bentuknya yang panjang dan berkelok kelok serta seluruh bentuk khas yang terlihat di citra. 3) Ukuran, erat kaitanya dengan skala pada citra. Untuk mengukur ukuran objek pada citra maka skala citra harus dipertimbangkan. Ukuran suatu objek meliputi dimensi jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. 4) Tekstur, adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur merupakan kenampakan yang tidak bisa dibedakan secara individual. Tekstur merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan dan ronanya. 5) Pola, ialah hubungan spasial objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak objek alamiah maupun bangunan dan akan memberiakn suatu pola yang membantu penafsir untuk mengenali objek tertentu. Pengenalan objek melalui pola pada citra Quick Bird
misalnya, kompleks perumahan yang dikenali
dengan pola yang teratur dengan bentuk rumah yang ukurannya seragam, dan menghadap ke arah jalan.
18
6) Bayangan, objek yang tidak tertembus cahaya akan menyebabkan terdapatnya ssuatu daerah yang tidak terkena sinar secara langsung yang disebut dengan bayangan. Hal ini menyebabkan objek pada daerah tersebut akan samar-samar bahkan tidak tampak pada citra. Jadi bayangan dapat bersifat menyembunyikan objek yang terdapat di suatu daerah. Namun ada juga objek-objek tertentu yang justru tampak lebih jelas karena adanya bayangan, misalnya cerobong asap atau tembok stadion. 7) Situs, adalah letak suatu objek. Sawah mempunyai situs di dekat aliran sungai/air, karena sawah pada umumnya memerlukan pengairan yang cukup. 8) Asosiasi, adalah keterkaitan antara objek satu dengan objek yang lainnya. Bandara dikenali karena ada lapangan tempat parkir pesawat.
3.3.3.2. Analisis Entropy Pengertian entropi adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, artinya wilayah tersebut semakin berkembang (Indeks entropi tinggi = tingkat perkembangan juga tinggi). Keunggulan dari konsep ini karena dapat digunakan untuk : (1) memahami perkembangan suatu wilayah; (2) memahami perkembangan atau kepunahan keanekaragaman hayati; (3) memahami perkembangan aktifitas perusahaan; dan (4) memahami perkembangan aktifitas suatu sistem produksi pertanian dan lainlain (Saefulhakim, 2006). Persamaan umum entropy adalah sebagai berikut :
S = -Σ Pij ln Pij Dimana, S = Entropy Pi = Peluang Kejadian i (luas setiap penggunaan lahan) i = Jenis penggunaan lahan j = Desa
19
Analisis entropy dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan lahan yang paling menyebar di Kecamatan Depok. Penggunaan lahan dengan nilai entropi yang tinggi akan dipilih unutk dilakukan analisis land rent.
3.3.3.3. Analisis Land Rent Dalam Pravitasari, 2007 Land rent adalah keuntungan yang diperoleh dengan melakukan aktifitas pada suatu luasan lahan selama kurun waktu satu tahun. Manfaat ekonomi dari suatu lahan umumnya dapat dinilai dari pendapatan bersih per m2 lahan per tahun penggunaan tertentu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :
Dimana, P1, P2 ,….. Pn : Volume output produksi H1, H2 ,….. Hn : Harga output produksi B1, B2 ,…... Bn : Input produksi 1,2,3….,n
: Contoh ke-
Output : 1. Sawah irigasi adalah berupa hasil produksi dari total luas yang dimanfaatkan 2. Lahan terbangun adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan penerimaan dari pemanfaatan lahan terbangun
Input : 1. Sawah irigasi adalah berupa biaya variable (pupuk, pestisida,bibit) dan biaya tetap (cangkul,spreyer), tenaga kerja 2. Lahan terbangun adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dari pemanfaatan lahan terbangun seperti listril, air, gas, kbersihan, keamanan, dll.
20
3.3.3.4. Analisis Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan dengan Peta RTRW Dalam menganalisis kesesuaian pengalokasian penggunaan lahan dengan peta RTRW dilakukan dengan cara menumpang tindihkan peta penggunaan lahan Kecamatan Depok dengan peta RTRW Kecamatan Depok sehingga dapat di lihat kesesuainan pengalokasian penggunaan lahannya dengan RTRW Kecamtan Depok.
21
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1.
Keadaan Iklim dan Topografi Suhu udara rata-rata di Kecamatan Depok 26 sampai dengan 32 derajat
celcius dan curah hujan rata-rata 2704 mm/tahun. Wilayah
kecamatan ini
merupakan dataran rendah terletak pada ketinggian 150 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan sekitar 2%. Jenis tanah di Kecamatan Depok alluvial dengan bahan induk dari Gunung Merapi. Wilayah ini mempunyai topografi datar, sehingga mempunyai lahan yang baik untuk pemukiman dan pertanian. Hal ini menyebabkan pesatnya perubahan lahan di Kecamatan Depok.
4.2.
Penggunaan Lahan Kecamatan Depok mempunyai luas wilayah 3.555 ha, merupakan wilayah
dengan pertumbuhan paling pesat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berada di Kawasan Utara Aglomerasi Kota Yogyakarta. Depok istimewa dengan keberadaan berbagai perguruan tinggi, obyek vital (bandar udara Adisucipto Yogyakarta, Stadion Maguwoharjo, dan Markas Polda DIY) dan kawasan pemukiman baru (Pemerintah Kabupaten Sleman, 2010). Depok merupakan kawasan aglomerasi Kota Yogyakarta sehingga penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Depok hampir seluruhnya merupakan lahan terbangun di bagian Utara dan Selatan yang digunakan dalam berbagai macam peruntukan (pemukiman, pemerintahan, pendidikan, usaha). Penggunaan lahan lain yang terdapat di Kecamatan Depok adalah lahan sawah yang sebagian besar menggunakan irigasi teknis seluas 511,75 ha yang sebagian besar terdapat di bagian timur (Desa Maguwoharjo).
4.3.
Kondisi Sosial Ekonomi Jumlah penduduk di Kecamatan Depok tahun 2007 sebanyak 121.305
jiwa, yang terdiri dari 62.770 jiwa laki-laki dan 58.535 jiwa perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 34.974 Kepala Keluarga yang tersebar dalam 3 desa yaitu (1) Desa Caturtunggal terdiri dari 20 padukuhan, (2) Desa
22
Condongcatur terdiri dari 10 padukuhan, (3) Desa Maguwoharjo terdiri dari 20 padukuhan (Pemerintah Kecamatan Depok, 2008). Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan
penduduknya.
Beberapa
faktor
utama
yang
mendukung
penyelenggaraan pendidikan adalah ketersediaan sekolah yang memadai dengan sarana prasarananya, pengajar dan keterlibatan anak didik, maupun Komite Sekolah. Kecamatan Depok merupakan kecamatan yang memiliki fasilitas pendukung pendidikan serta tenaga pengajar pendidikan yang terlengkap di Kabupaten Sleman, karena Kecamatan Depok merupakan kawasan yang dikembangkan untuk pusat pendidikan. Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Depok SLB sebanyak 4 unit, TK sebanyak 57 unit, Sekolah Dasar (SD) negeri sebanyak 44 unit dan swasta sebanyak 10 unit, SMP negeri sebanyak 6 unit dan swasta sebanyak 10 unit, SMA negeri sebanyak 4 unit dan Swasta sebanyak 12 unit. Di tingkat perguruan tinggi Kecamatan Depok memiliki akademi sebanyak 10 unit, Politeknik sebanyak 2 unit, sekolah tinggi sebanyak 8 unit dan universitas sebanyak 11 unit. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Depok bekerja di bidang jasa sebanyak 29514 jiwa dan yang bekerja di bidang perdagangan sebanyak 6931 jiwa. Bidang pekerjaan lain yang merupakan mata pencaharian sebagian penduduk di Kecamatan Depok adalah bidang pertanian sebanyak 2384 jiwa, bidang industri sebanyak 2117 jiwa dan bidang konstruksi/bangunan seebanyak 2240 jiwa. Sarana Perekonomian di Kecamatan Depok tahun 2007 antara lain : pasar umum 5 buah, pertokoan 1.678 buah, warung kios 2.405 buah, restoran 135 buah, hotel 39 buah, tempat rekreasi (gedung bioskop, pertunjukan kesenian, kolam renang, dan taman hiburan) 18 buah, lembaga keuangan (BANK/KUD) 13 buah. Lahan pertanian yang berupa tanah sawah di Kecamatan Depok seluas 554,50 ha, dengan prosentase sebesar 15,59% dari total luas wilayah Kecamatan Depok. Luas lahan sawah dengan sistem irigasi seluas 511,75 ha, sedangkan sisanya seluas 42,75 dengan sistem tadah hujan. Banyaknya populasi peternakan yang terbanyak berasal dari domba sebanyak 3.051 ekor, kemudian kambing dan
23
sapi potong masing-masing 2.522 ekor dan 1.642 ekor. Sedangkan populasi unggas, jumlah terbesar adalah ayam potong yaitu 36.000 ekor, diikuti ayam buras dan puyuh masing-masing 21.010 ekor dan 18.000 ekor (Bappeda Kabupaten Sleman, 2008).
24
V.
5.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Lahan Kecamatan Depok
5.1.1. Interpretasi Penggunaan Lahan dari Citra Quickbird Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Quickbird Kecamatan Depok adalah Kawasan permukiman, kawasan industri, sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka, dan bandara. Kawasan Pemukiman Karakteristik pemukiman pada citra Quickbird memiliki rona cerah dan berwarna putih atau coklat dengan tekstur agak kasar, berbentuk empat persegi panjang, terdapat bayangan di tengah-tengah bagian atapnya, dan ukuran rumah relatif kecil, biasanya terletak di dekat jalan serta cenderung berkelompok, berpola teratur, atau terkelompok sesuai dengan blok-blok atau berpola acak sembarang. Karakteristik yang terlihat di lapang dominan berada di pinggir jalan utama, dekat dengan pusat perdagangan, dekat dengan aktivitas pendidikan, dan jarak antar bangunan yang sempit. Gambar 7 adalah foto lahan terbangun di Kecamatan Depok.
(a) Desa Caturtunggal
(b) Desa Maguwoharjo
(c) Desa Condongcatur
Gambar 7. Lahan Terbangun Pemukiman di Kecamatan Depok
25
Kawasan Industri Karakteristik kawasan industri pada citra Qiuckbird memiliki rona cerah dan berwarna putih Rona cerah dan berwarna putih, berbentuk persegi panjang, beberapa gedung menyatu dengan jarak dekat dan berpola teratur, berukuran besar memanjang. Di lapang karakteristik yang terlihat untuk penggunaan lahan ini adalah letaknya yang jauh dari pemukiman, dan dominan berada diantara lahan yang terbuka dengan beberapa gedung yang menyatu. Kondisi keberadaan kawasan industri yang ada di lapang dapat dilihat pada Gambar 8.
(a) Desa Caturtunggal
(b) Desa Condongcatur
(c) Desa Maguwoharjo Gambar 8. Lahan Terbangun yang Dijadikan Industri di Kecamatan Depok
Sawah Irigasi Kenampakan sawah irigasi pada citra sangat terlihat jelas dengam rona yang bervariasi dari cerah hingga terang dan berbentuk petak-petak persegi panjang dengan vegetasi yang homogen. Pada kondisi di lapang pada lahan sawah t terdapat saluran irigasi yang ada sangat baik dan teratur. Sebagai contoh saluran irigasi yang berada di antara petakan sawah di Desa Caturtunggal (Gambar 9a) dan di Desa Maguwoharjo (Gambar 9b dan Gambar 9c).
26
Interpretsi badan air pada lahan sawah dilakukan hanya pada selokan Mataram yang digunakan sebagai saluran irigasi primer sawah yang ada di Kecamatan Depok, dengan ciri terdapat tembok pembatas di sisi kanan dan kiri saluran air (Gambar 9d).
(a) Desa Caturtunggal
(c) Desa Maguwoharjo
(b) Desa Maguwoharjo
(d) Selokan Mataram
Gambar 9. Sawah Irigasi dan Selokan Mataram di Kecamatan Depok
Kebun Campuran Kebun campuran pada citra memiliki rona yang cerah dan warna hijau tidak merata, karena vegetasinya yang heterogen, terletak diantara pemukiman dan diantara sawah serta tegalan. Pada kondisi di lapang terlihat jenis pohon yang ada di dalam kebun campuran tersebut adalah pohon jati, pohon waru, serta beberapa jenis pepohonan lainnya. Kondisi tersebut dijumpai di Desa Maguwoharjo (Gambar 10a) dan di Desa Condongcatur (Gambar 10b). Tegalan Penggunaan lahan tegalan memiliki kenampakan di citra berona cerah dengan tekstur yang kasar dan terdapat bekas tanah yang telah diolah. Kepadatan
27
(a) Desa Maguwoharjo
(b) Desa Condongcatur
Gambar 10. Kebun Campuran di Kecamatan Depok vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran. Karakteristik tegalan di lapang vegetasi yang dijumpai antara lain tanaman tebu di Desa Maguwoharjo (Gambar 11a) dan tanaman jagung di Desa Caturtunggal (Gambar 11b).
(a) Desa Maguwoharjo
(b) Desa Condongcatur
Gambar 11. Penggunaan Lahan Tegalan di Kecamatan Depok
Lahan Terbuka Karakteristik lahan terbuka pada citra memiliki rona yang cerah, terdapat sedikit sekali vegetasi di lahan tersebut. Melalui pengecekan lapang, lahan terbuka banyak ditemukan di antara lahan terbangun baik pemukiman maupun lahan terbangun lainnya. Penggunaan lahan terbuka di lapang sebagai contoh adalah lapangan softball (Gambar 12a), dan lapangan sepak bola (Gambar 12b). Berdasarkan hasil yang telah diuraikan di atas penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman dan kawasan industri memiliki beberapa perbedaan
28
(a) Desa Caturtunggal
(b) Desa Condongcatur
Gambar 12. Lahan Terbuka di Kecamatan Depok
mendasar yaitu, ukuran dari kenampakan tiap individu bangunan untuk industri pada citra lebih besar dan kawasan industri hampir semua berwarna putih dan berbentuk memanjang karena terdapat beberapa gedung yang menyatu dengan jarak yang dekat. Perbedaan kenampakan sawah irigasi, kebun campuran, dan tegalan adalah teksturnya. Penggunaan lahan sawah irigasi bertekstur halus karena vegetasinya seragam, sedangkan penggunaan lahan kebun campuran bertekstur kasar karena jenis vegetasinya lebih beragam, dan terletak diantara pemukiman. Demikian halnya penggunaan lahan tegalan yang bertekstur kasar karena terdapatnya bekas tanah yang telah di olah dan kepadatan vegetasinya lebih jarang dan pendek jika dibandingkan dengan kebun campuran. Penggunaan lahan bandara mamiliki ciri nampak lapangan yang luas, datar dan tekstur halus. landasan yang lurus, lebar dengan pola yang teratur nampak jelas. Terdapat gedung terminal dan tempat parker pesawat dan berada di suatu kawasan khusus daerah militer.
5.1.2. Penggunaan Lahan Peta Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Depok hasil interpretasi citra Quickbird disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan di Kecamatan Depok, terdiri dari penggunaan lahan terbangun, penggunaan lahan sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, dan lahan terbuka. Luas penggunaan lahan terbangun sebesar 1849,27 ha. Penggunaan lahan ini
29
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
7°44'
7°44'
7°45'
7°45'
7°46'
7°46'
N 7°47'
7°47'
0.6 0
0.6 1.2 Kilometers
7°48'
7°48'
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
Legenda : Penggunaan Lahan Lahan Terbangun Sawah Irigasi Bandara Kebun Campuran
Luas Ha
%
1849,27
53,41
589,71
17,03
381,76 285,38
11,03 8,24
Penggunaan Lahan
Luas Ha
Tegalan 190,63 Lahan Terbuka 46,62 11,31 Badan Air (Selokan Mataram)
% 5,51 1,35 0,33
Sumber : Citra Quickbird Tahun 2005 Pengecekan Lapang
Gambar 13. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Depok tersebar hampir di seluruh desa di Kecamatan Depok karena lokasinya yang strategis dan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi
tiap tahun. Sesuai
dengan data BPS Kabupaten Sleman jumlah penduduk di Kecamatan Depok cenderung bertambah tiap tahun. Pertambahan penduduk dari tahun 2007 – 2009 adalah sebanyak 121.305 jiwa, 182.151 jiwa dan 184.407 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini yang menyebabkan lahan terbangun sangat besar proporsinya dan tersebar luas hampir di seluruh Kecamatan Depok dan kondisi ini pula yang mendukung kecamatan ini menjadi kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Kawasan aglomerasi yaitu pengumpulan atau pemusatan suatu aktifitas dalam lokasi atau kawasan tertentu, Proses ini terjadi akibat dari pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga memberikan keuntungan bagi daerah pusatnya (Richardson, 1997). Proses aglomerasi yang terjadi di Kecamatan Depok
30
didukung dengan adanya sistem jaringan transportasi jalan berupa ring road kawasan APY yang difasilitasi berupa angkutan trans jogja. Gambar 13 juga menunjukkan penggunaan lahan sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 589,71 ha dari total luas wilayah. Luas ini tetap dipertahankan karena menurut data BPS Kabupaten Sleman sebanyak 2.384 jiwa penduduk Kecamatan Depok memiliki mata pencaharian petani. Selain itu sudah adanya sistem irigasi teknis yang teratur di kecamatan ini menjadikan luas lahan sawah irigasi tidak banyak terkonversi menjadi lahan terbangun. Penggunaan lahan di setiap desa di Kecamatan Depok disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 menujukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan di setiap desa di Kecamatan Depok adalah lahan terbangun diikuti sawah irigasi, kebun campuran, tegalan, lahan terbuka dan badan air. Lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Luas lahan terbangun di Desa Caturtunggal yaitu 733,58 ha. Desa ini berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta di sebelah selatan. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab a
800,00 700,00 600,00 500,00
Luas (ha)
400,00 300,00 200,00 100,00 0,00 Sawah Irigasi
Lahan Kebun Terbang Campur Tegalan un an
Lahan Terbuka
Badan Air
Bandara
Condongcatur 119,93
560,00
92,93
68,83
17,05
2,02
0,00
Caturtunggal
162,11
733,58
48,39
27,21
11,13
5,45
0,00
Maguwoharjo
307,67
555,69
144,06
94,59
18,44
3,84
381,76
Total
589,71
1849,27
285,38
190,63
46,62
11,31
381,76
Gambar 14. Luasan Penggunaan Lahan per Desa di kecamatan Depok
31
luasnya lahan terbangun di desa ini. Dengan kondisi tersebut maka kecenderungan untuk merubah lahan menjadi lahan terbangun sangat besar. Luas penggunaan lahan untuk lahan terbangun di Desa Condongcatur sebesar 560 ha. Luas lahan tersebut masih dapat bertambah karena banyaknya pusat pelayanan pendidikan dan terdapat pusat aktifitas pemerintahan di desa ini menyebabkan desa ini terus mengembangkan infrastruktur pendukungnya. Penggunaan lahan sawah irigasi terluas di Desa Maguwoharjo yaitu 307,67 ha, Lokasi desa ini berjarak 10 km dari Kota Yogyakarta sehingga potensi untuk perubahan lahan dari pertanian ke non pertanian lebih kecil dibandingkan desa tetangganya yaitu Desa Caturtunggal dan Condongcatur yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta. Jarak dengan Yogyakarta mempengaruhi laju dari perubahan konversi dari sawah menjadi lahan terbangun. Selain itu bertani merupakan mata pencaharian utama warganya sehingga sawah irigasi menyebar merata di desa ini. Selain penggunaan lahan sawah irigasi, di Desa Maguwoharjo terdapat penggunaan lahan kebun campuran, tegalan dan lahan terbuka diamana ketiganya terluas dibandingkan dengan dua desa lainya, luas penggunaan lahan tersebut secara berturut-turut adalah 144,06 ha, 94,59 ha, dan 18,44 ha. Letak ketiga penggunana lahan ini beberapa berada diantara permukiman warga dan banyak pula terdapat berdampingan dengan sawah irigasi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Desa Maguwoharjo terkonsentrasi di bidang pertanian.
5.1.3. Nilai Entropi Ketujuh
penggunaan
lahan yang telah diinterpetasi dihitung
nilai
entropinya seperti disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 menunjukkan bahwa dua nilai entropi tertinggi adalah penggunaan lahan terbangun dan sawah irigasi. Nilai entropi yang tinggi menunjukkan konsentrasi geografis yang merata. Hal ini menjelaskan bahwa lahan terbangun dan sawah irigasi memiliki sebaran yang paling luas yaitu menyebar merata di ketiga desa Kecamatan Depok. Dengan Penggunaan lahan yang dominan tersebut maka akan berpengaruh terhadap tingkat perkembangan wilayah yang dipengaruhi oleh nilai land rent (Yanto,
32
1997) sehingga nilai entropi ini dijadikan dasar untuk memilih tipe penggunaan lahan yang akan dianalisis nilai land rentnya.
Entropi 0,400 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000
Entropi
Badan Air (Selokan Mataram)
Bandara
Kebun Campuran
Lahan Terbangun
Lahan Terbuka
Sawah Irigasi
Tegalan
0,019
0,243
0,206
0,335
0,058
0,301
0,160
Gambar 15. Grafik Entropi Penggunaan Lahan Kecamatan Depok
5.2. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun Kecamatan Depok Nilai land rent sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 2. Tabel. 2 Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Kecamtan Depok No 1 2
Penggunaan Lahan Sawah Irigasi Lahan Terbangun
Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun) Minimum Maksimum Rata-rata 612 3.576 2.182 3.436 7.116.667 945.341
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent sawah irigasi lebih kecil dari rata-rata nilai land rent lahan terbangun. Rendahnya nilai land rent sawah irigasi ini dikarenakan harga jual komoditi pertanian yang rendah sehingga mempengaruhi nilai outputnya. Walaupun petani di Kecamatan Depok sangat terorganisir dalam pengadaan bibit, pupuk, pestisida dan keperluan pertanian yang lainnya, serta mengadakan pertemuan tingkat kecamatan dalam jangka waktu 3-4 bulan sekali untuk melaporkan perkembangan, mendapatkan penyuluhan
33
mengenai pola tanam, cara tanam, dan pengelolaan lahan sawah hal ini tidak berpengaruh terhadap nilai outputnya. Tingginya nilai land rent lahan terbangun disebabkan oleh kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh setiap pemanfaatan lahan usaha sehingga dapat meningkatkan nilai outputnya. Nilai Land Rent lahan terbangun sesuai dengan kegiatan usahanya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Land Rent Lahan Terbangun Sesuai dengan Kegiatan Usaha No
Kegiatan Usaha 1 2 3 4
Kos-kosan Warung makan Foto copy Rumah tinggal
Nilai Land Rent (Rp/m2/tahun) Minimum Maksimum Rata-rata 52.775 192.000 111.579 218.824 7.116.667 1.570.672 287.500 5.282.000 2.343.423 3.436 12.480 5.948
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai land rent untuk foto copy terbesar. Hal ini karena kedekatannya dengan fasilitas pendidikan dan pelajar yang bermukim di sekitar lokasi contoh sehingga menyebabkan banyaknya pelanggan yang datang yang dapat meningkatkan nilai output. Kisaran nilai land rent usaha foto copy mulai dari Rp 287.500/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun. Variasi ini sangat di pengaruhi oleh pelayanan yang disediakan oleh masing masing tempat (Lampiran 4). Jasa ini berkembang mulai dari usaha foto copy rumahan yang berukuran 3 x 3 m2 sampai usaha fotocopy besar berukuran 10 x 10 m2 lengkap dengan segala fasilitasnya yang berlokasi di dekat pusat kota. Nilai land rent rumah tinggal terkecil karena nilai land rent ditentukan oleh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang ditetapkan pemerintah yang terdiri dari harga lahan dan harga bangunannya berdasarkan kelas lahan dan kelas bangunan melaui Direktorat Jendral Pajak dalam bentuk pajak bumi dan bangunan daerah setempat (Lampiran 5). Kisaran nilai land rent rumah tinggal dari Rp 3.436/m2/tahun hingga Rp 12.480/m2/tahun. Nilai ini bervariasi karena kondisi fisik bangunan dan aksesibilitasnya berbeda, sehingga menyebabkan penentuan NJOP yang berbeda. Rendahnya nilai land rent untuk pemanfaatan lahan ini juga disebabkan rumah tinggal tidak bisa di manfaatkan secara komersil seperti koskosan.
34
Nilai land rent lahan terbangun untuk usaha warung makan berkisar dari Rp 218.824/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun dengan rata-rata Rp 1.570.672/m2/tahun. Keragaman nilai ini disebabkan karena banyaknya warung makan sederhana dilengkapi fasilitas yang memadai seperti internet (hot spot),dan layanan televisi berlangganan. Beberapa membuka usaha mereka 24 jam sehingga dengan adanya fasilitas tersebut maka pelanggan akan meningkat sehingga nilai output untuk kegiatan usaha ini lebih tinggi (Lampiran 6). Nilai land rent jasa kos-kosan berkisar antara Rp 52.775/m2/tahun sampai dengan Rp 192.000/m2/tahun dengan nilai rata-rata Rp 111.579/m2/tahun. variasi nilai land rent tersebut desebabkan oleh kondisi fisik bangunan, fasilitas yang disediakan, dan aksesibilitas yang berbeda-beda. Kondisi fisik bangunan yang ada mulai dari yang sangat sederhana, hingga yang sangat mewah. Fasilitas yang disediakan pada setiap tempat berbeda-beda mengikuti kondisi fisik bangunannya sehingga menyebabkan nilai input dan output berbeda-beda, beberapa diantaranya yaitu fasilitas parkir mobil, televisi berlangganan (indovision), internet, air conditioner (ac) dan yang lainnya yang ada pada Lampiran 7. Perbedaan aksesibilitas jasa ini terhadap pusat aktifitas perguruan tinggi di sekitarnya juga sangat mempengaruhi nilai outputnya. Jasa ini berkembang karena banyak sekali pelajar dari luar kota yang menuntut ilmu di UGM, UNY, UII, UIN Sunan Kalijaga yang kebetulan berada di Kecamatan Depok ini.
5.3.
Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Nilai land rent penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di
setiap desa di Kecamatan Depok tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata land rent sawah irigasi terbesar berada di Desa Maguwoharjo diikuti Desa Caturtunggal dan Condongcatur. Nilai land rent di Desa Maguwoharjo terbesar karena bertani merupakan
matapencarian pokok bagi
penduduk di wilayah ini sehingga petani menanami lahannya secara intensif dengan pola tanam padi-bawang merah-padi, sehingga menghasilkan output yang besar. Selain itu terkonsentrasinya sawah irigasi di desa ini menunjukkan bahwa perkembangan perubahan lahan di desa ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan dua desa tetangganya. Faktor lain yang mempengaruhi nilai land rent di
35
desa ini adalah selokan mataram yang dijadikan irigasi primernya mengalir tepat di tengah wilayah Desa Maguwoharjo sehingga pengairan terjaga secara merata dan teratur sehingga petani tidak mengalami kesulitan air. Tabel 4. Nilai Land Rent Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun di Setiap Desa Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun)
Penggunaan Lahan Sawah Irigasi
Lahan Terbangun
Condongcatur
Caturtunggal
Maguwoharjo
Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum
612 1.087 878 5.081
612 1.424 846 3482
2.988 3.576 3.277 6..467
Maksimum
5.282.000
7.116.667
1.394.286
917.852
1.387.184
359.462
Rata-Rata
Nilai land rent sawah irigasi di Desa Condongcatur memiliki kisaran nilai land rent untuk sawah irigasi antara Rp 612/m2/tahun sampai Rp 1.087/m2/tahun. Nilai ini disebabkan oleh pola tanam yang diterapkan di wilayah desa ini adalah padi-bera-padi. Pemilihan petani untuk menanami lahannya hanya dua kali masa tanam didasarkan, letaknya yang agak sedikit jauh menuju kawasan sawah irigasi yang terkonsentrasi di bagian utara desa ini, sehingga ketersediaan air menjadi kendala penyediaan air.
Namun hal utamanya adalah karena sebagian besar
pemilik lahan hanya menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan. Nilai land rent sawah irigasi di Desa Caturtunggal memiliki kisaran antara Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1.424/m2/tahun dengan nilai rata-rata sebesar Rp 846/m2/tahun. Nilai ini adalah nilai terkecil yang didapat untuk penggunaan lahan sawah irigasi. Hal ini karena letaknya yang strategis dengan pusat pemerintahan, menyebabkan para pemilik lahan pertanian menjadikan kegiatan pertanian sebagai usaha sampingan sehingga nilai land rentnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai land rent di Desa Condongcatur dan Maguwoharjo. Tabel 4 menunjukkan Nilai land rent lahan terbangun terbesar berada di Desa Caturtunggal diikuti Desa Condongcatur dan Desa Maguwoharjo. Nilai land rent lahan tebangun di setiap desa disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai land rent foto copy terbesar berada
36
di Desa Condongcatur dengan nilai rata-rata Rp 3.127.762/m2/tahun. Hal ini terjadi karena banyaknya perguruan tinggi di desa Condongcatur yang menyebabkan kebutuhan akan fasilitas pelayanan pendidikan meningkat, sehingga usaha foto copy berkembang pesat dalam menyediakan fasilitas pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan para pelanggannya yang menjadikan nilai output akan bertambah besar. Tabel 5. Nilai Land Rent Lahan Terbangun di Setiap Desa Pemanfaatan Lahan Kos-kosan
Foto Copy
Warung Makan
Rumah Tinggal
Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata Minimum Maksimum Rata-Rata
Nilai Land Rent Desa (Rp/m2/tahun) Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo 52.775 86.933 144.718 192.000 102.283 139.467 833.333 2.328.000 287.500 5.282.000 3.754.286 1.394.286 3.250.133 3.127.762 621.780 267.000 218.824 816.000 7.116.667 482.212 2.223.748 5.081 3.482 3.436 12.480 7.708 3.509 7.675 5.361 3.471
Nilai land rent warung makan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp. 2.223.748/m2/tahun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya warung makan di lengkapi fasilitas yang memadai dan beberapa membuka usaha mereka 24 jam yang menyebabkan pelanggan datang lebih banyak, sehingga output untuk kegiatan usaha ini semakin tinggi. Untuk kegiatan usaha kos-kosan terbesar berada di Desa Caturtunggal dengan nilai rata-rata Rp 139.468/m2/tahun. Sama seperti Desa Condongcatur Di desa ini terkonsentrasi pusat pendidikan perguruan tinggi sehingga jasa kos-kosan berkembang pesat di desa ini. Namun secara aksesibilitas Desa Caturtunggal lebih dekat dengan pusat kota sehingga para penyewa rumah kos-kosan lebih memilih menyewa di desa ini dengan kelengkapan fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan fasilitas usaha kos-kosan di Desa Condongcatur. Hal ini meyebabkan nilai
37
tingginya output di desa ini sehingga nilai land rent jasa kos-kosan lebih tinggi dari Desa Condongcatur. Nilai land rent Penggunaan lahan dengan peruntukan rumah tinggal terbesar pada Desa Condongcatur diikuti Desa Caturtunggal dan Maguwoharjo. Nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 7.675/m2/tahun di Desa Condongcatur dan Rp 5.361/m2/tahun di Desa Caturtunggal. Nilai ini lebih besar dari Desa Maguwoharjo karena letaknya yang lebih strategis yang mempengaruhi tingginya nilai NJOP untuk rumah tinggal di kedua desa ini. Sedangkan di Desa Maguwoharjo nilai land rent rata-rata untuk rumah tinggal sebesar Rp 3.471/m2/tahun. Hal ini karena lahan tebangun di Desa Maguwoharjo sebagian besar digunakan untuk rumah tinggal dengan kondisi fisik bangunan yang lebih sederhana sehingga nilainya paling rendah dibandingkan dengan dua desa lainnya di Kecamatan Depok.
5.4.
Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Terbangun dengan Peta RTRW Dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman tahun
2005-2014 Kecamatan Depok diperuntukkan sebagai kawasan perkotaan karena berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga letak dan aksebilitasnya akan mendukung perencanaan ruang Kabupaten dan Provinsi.
Dalam jangka
panjang, arahan pengembangan Kecamatan Depok beserta beberapa kecamatan lain di Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan kota Yogyakarta adalah sebagai pusat pengembangan pendidikan, tempat jasa dan perdagangan skala regional maupun nasional, serta penyedia jasa pelayanan kepariwisataan. Seperti yang disajikan dalam Gambar 16 perencanaan budidaya dalam RTRW Kabupaten Sleman sangat berkaitan dengan penggunaan lahan sawah irigasi. Dalam perencanaan tersebut Kecamatan Depok dibagi dalam 2 kawasan budidaya, yakni budidaya pertanian dan budidaya non pertanian. Budidaya pertanian berupa kawasan budidaya pertanian daerah sub urban/urban yang sebagian besar berada di Desa Maguwoharjo sedangkan budidaya non pertanian yaitu sebagai pemukiman, sebagian besar kawasan ini berada di Desa Caturtunggal.
38
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
110°22'
110°23'
110°24'
110°25'
110°26'
110°27'
7° 48'
7°48'
7° 47'
7°47'
7° 46'
7°46'
7° 45'
7°45'
7° 44'
7°44'
110°22'
N
Legenda : pemukiman pertanian daerah suburban/urban peruntukan daerah militer
500
0
500 1000 1500 Meters
Sumber : Peta RTRW Kabupaten Sleman 2005-2014
Gambar 16. Peta Arahan RTRW Kecamatan Depok Grafik kesesuaian pengalokasian penggunaan lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Kabupaten Sleman tersaji dalam Gambar 17 dan Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW tersaji dalam Tabel 6. Gambar 17 menunjukkan tingkat kesesuaian penggunaan lahan sawah irigasi dan lahan terbangun di Kecamatan Depok terhadap RTRW Kabupaten Sleman. Luas sawah irigasi sebesar 67,13% di Kecamatan Depok telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban dan sebesar 32,87% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan. Dari Tabel 6 luas sawah irigasi yang tidak sesuai di Desa Condongcatur sebesar 6,55%, Desa Caturtunggal sebesar 8,48%, dan Desa Maguwoharjo seberar 17, 85%. Fenomena ini menjadikan bahwa perubahan sawah irigasi menjadi
39
lahan terbangun masih memiliki peluang yang cukup tinggi, Namun demikian keberadaan sawah irigasi yang ada saat ini disarankan untuk tetap dipertahankan
1400
400
1200 1000 Tidak Sesuai
200
Sesuai
Luas (ha)
Luas (ha)
300
800
Sesuai
600
Tidak Sesuai
400
100
200 0
0 Sawah Irigasi
Lahan Terbangun
Gambar.17 Grafik Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok dengan RTRW Tabel 6. Tingkat Kesesuaian Pengalokasian Penggunaan Lahan Setiap Desa dengan RTRW
Penggunaan Lahan Sawah irigasi
Total Lahan Terbangun
Desa Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo Condongcatur Caturtunggal Maguwoharjo
Total
Perkotaan Ha 38,6 50 105,2 193,9 392,9 649,6 339,9 1382,3
% 6,55 8,48 17,85 32,87 21,24 35,13 18,38 74,75
Pertanian daerah subruban/urban Ha % 81,3 13,79 112,1 19,01 202,4 34,33 395,9 67,13 167,1 9,04 84 4,54 215,8 11,67 466,9 25,25
Keterangan : % berdasarkan luas sawah irigasi dan lahan terbangun di kecamatan Depok
agar dapat memenuhi swasembada pangan walaupun dalam RTRW dialokasikan untuk perkotaan. Luas lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar 74,75% peruntukannya telah sesuai dengan RTRW yaitu sebagai kawasan perkotaan, dan sebesar 25,25% peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW, yang mana lahan ini merupakan alih fungsi dari lahan pertanian.
40
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan 1.
Nilai land rent sawah irigasi di Kecamatan Depok memiliki rata-rata sebesar Rp 2181,79/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 3576/m2/tahun. Nilai land rent rata-rata lahan terbangun di Kecamatan Depok sebesar Rp 945.341/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.
2.
Sebaran nilai land rent sawah irigasi :
- Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 3.277/m2/tahun dengan
variasi
nilai
Rp
2.988/m2/tahun
sampai
dengan
Rp
3.576/m2/tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bawang merahpadi.
- Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 878/m2/tahun dengan
variasi
nilai
Rp
612/m2/tahun
sampai
dengan
Rp
1.087/m2/tahun. Desa ini menerapkan pola tanam padi-bera-padi.
- Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 846/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 612/m2/tahun sampai dengan Rp 1424/m2/tahun. Desa in imenerapkan pola tanam padi-bera-padi. 3.
Sebaran nilai land rent lahan terbangun :
- Di Desa Caturtunggal rata-rata nilai land rent Rp 1.387.184/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 3.484/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.
-
Di Desa Condongcatur rata-rata nilai land rent Rp 917.852/m2/tahun
dengan variasi nilai Rp 5.081/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun.
- Di Desa Maguwoharjo rata-rata nilai land rent Rp 359.462/m2/tahun dengan variasi nilai Rp 6.467/m2/tahun sampai dengan Rp 1.394.286/m2/tahun. 4. Nilai land rent lahan terbangun di Kecamatan Depok berdasarkan jenis usaha :
41
- Nilai land rent usaha foto copy rata- rata sebesar Rp 2.343.423/m2/tahundengan variasi sebesar Rp 287.500/m2/tahun sampai dengan Rp 5.282.000/m2/tahun.
- Nilai land rent usaha warung makan rata-rata sebesar Rp 1.570.627/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 218.824/m2/tahun sampai dengan Rp 7.116.667/m2/tahun.
- Nilai land rent rata-rata jasa kos-kosan sebesar Rp 111.579/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 52.775/m2/tahun sampai dengan Rp 192.000/m2/tahun.
- Nilai land rent rumah tinggal rata-rata sebesar Rp 5.948/m2/tahun dengan variasi sebesar Rp 3.436/m2/tahun sampai dengan Rp 12.480/m2/tahun. 5. Sawah irigasi di Kecamatan Depok seluas 193,9 hektar (32,87 %) peruntukannya tidak sesuai dengan RTRW dengan kata lain belum mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya dijadikan kawasan perkotaan, sedangkan seluas 395,9 (67,13%) peruntukannya telah sesuai dengan RTRW sebagai kawasan lahan pertanian daerah sub urban/urban. Lahan terbangun di Kecamatan Depok seluas 1382,3 hektar (74,75% ) peruntukannya
telah sesuai sebagai kawasan perkotaan, sedangkan
sebesar 466,9 hektar (25,25%) peruntukannya tidak sesuai karena lahan ini telah mengalami alih fungsi lahan yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian daerah sub urban/urban.
6.2.
Saran
1. Ketidaksesuaian
pengalokasian
penggunaan
lahan
denagn
RTRW
Kabupaten Sleman yang terjadi pada sawah irigasi yang belum beralih fungsi menjadi lahan perkotaan diusahakan untuk dipertahankan, karena kebututan lahan terbangun perkotaan yang luasnya telah direncanakan sudah terpenuhi dari ketidaksesuaian lahan terbangun yang telah mengalami
alih
fungsi
dari
lahan
pertanian
sehingga
untuk
mempertahankan lahan sawah yang ada dapat diterapkan sistem barter dengan mempertimbangkan luas dari tingkat ketidaksesuaiannya.
42
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang perubahan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian, serta perlu dilakukannya tindakan agar lahan pertanian tidak beralih fungsi semua ke lahan non pertanian dimana campur tangan pemerintah kecamatan Depok melalui peraturan-peraturannya sangat diperlukan.
43
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Korversi Tanah dan Air. IPB. Bogor. Badan Pusat Statistik. 1998. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Jawa. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. PODES Kabupaten Sleman Balai Penelitian Tanah. 2003. Lahan dan Penggunaan lahan di Indonesia. Barlow, R. 1978. Land Resources Economic, Second Edition. Prentice Hall Inc, New Jersey. Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital, Teori dan Aplikasinya dalam Bidang Penginderaan jauh. Fakultas Geografi. UGM. Yogyakarta Dardak, A.h. 2008. Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang swbagai Upaya Perwujudan Ruang Hidup yang Nyaman, Produktif dan Berkelanjutan. Dalam Arsyad, S. Dan Rustandi, E. (Eds). Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan. Crestpent Press : Bogor Hlmn 34. Departemen Pertanian. 2000. Lahan dan Jenis Pengairan.Deptan. Jakarta Desman, M.R. 2007. Tuntutan, Strategi, dan Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pertanian di Era Globalisasi. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan dan Lingkungan Pertanian Bogor, 7-8 November 2007. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian. Bogor. Hlmn 39-45. Direktur Jendral RKLS. 2008. Ringkasan Presentasi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Pengadaan Pangan. Prosiding Semiloka Nasional ”Strategi Penanganan Krisis Sumberdaya Lahan untuk Mendukung Kedaulatan Panagn dan Energi”. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hlmn 27-36. FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation. Soil Buletin No.32 FAO Rome. Italy. p. 1-72 Gemilang, Akhmad A. 2008. Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lopulisa, C. 1995. Penggunaan Lahan dan Perspektif Pembangunan Keberlanjutan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VI HITI ”Penatagunaan Tanah Sebagai Perangkat Penataan Runag dalam rangka Meningkatnya Kesejahteraan rakyat. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Hlmn: 168-173.
44
Lillesand, T.M and R.W Kiefer. 1079. Penginderaan Jauh dan Interpretasi citra (terjemahan). Yogyakarta : Gajahmada University Press. Nasoetion, L. dan Winoto, J. 1996. Masalah Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Prosiding Lokakarya “ Persaingan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air”: Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras. Hasil Kerjasama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation. Bogor. Hlm: 64 – 82. Panuju, Dyah R., E. Rustiadi, dan S. Saefulhakim. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Pengembangan Wilayah. Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Purwadi, Sri. H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta. GRASINDO Pravitasari, A. M. 2007. Analisis Hirarki Wilayah dan Land Rent Pola Usaha Tani Padi dan Bawang Merah Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhhinya di Kabupaten Bantul Propinsi D.I Yogyakarta.Skripsi S1. Program Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rayes, L. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Reksohadipradjo, Sukanto dan A.R. Karseno. 1997. Ekonomi Perkotaan. Yogyakarta. BPPE. Richardson, Harry. W. 1997. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Rumiris, 2008. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Land Rent antara Pertanian dan Non Pertanian di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Skripsi S1. Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saefulhakim, R.S. dan L.I. Nasoetion. 1995. Kebijakan Pengendalian Konversi Sawah Beririgasi Teknis. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat No.13/1996. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Hal 67-72. Soeharjo, A dan D Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial dan Ekonomi. Fakultas Pertanian . IPB. Soepraptohardjo dan H. Suwardjo. 1988. Tanah dan Potensi Lahan Untuk Tanaman Padi dalam Ismunaji, M., S. Partohardjo, M. Syam, A.Wijono (Eds.). Padi (Buku 1). Halaman 271-294. Pusat PEnelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
45
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh :Jilid 1. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Witjaksono, R. 1996. Alih Fungsi Lahan: Suatu Tinjauan Sosiologis. Prosiding lokakarya “ Persainagn dalam Pemanfaatan Sumberdaya Lahan dan Air” : Dampaknya terhadap Keberlanjutan Swasembada Beras. Hasil Kerja sama Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian dengan Ford Foundation. Bogor.Hlmn:113-120. Yanto, E. 1997. Dampak Perkembangan Wilayah Pertanian Terhadap Kesejahteraan Petani. Jakarta : Universitas Indonesia.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1 . Koordinat GPS Lokasi Contoh Untuk Sawah Irigasi Titik Sample S1cc S2cc S3cc S4cc S5cc S6cc S1ct S2ct S3ct S4ct S5ct S6ct S1mg S2mg S3mg S4mg S5mg S6mg S7mg S8mg S9mg S10mg S11mg
Desa Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo
Sumbux 433795 434151 433833 432038 432260 434915 433972 434552 435218 435927 435180 433785 435918 435669 436692 437998 437601 438065 438101 437563 437380 437536 436956
Sumbu- Land Rent y (Rp/m2/th) Keterangan 9145260 861,67 Sawah irigasi 9144190 612,00 Sawah irigasi 9143643 1048,00 Sawah irigasi 9144149 861,67 Sawah irigasi 9143872 1087,06 Sawah irigasi 9143045 796,00 Sawah irigasi 9140448 612,00 Sawah irigasi 9140778 796,00 Sawah irigasi 9140586 876,15 Sawah irigasi 9140078 737,78 Sawah irigasi 9140928 830,00 Sawah irigasi 9140135 632,00 Sawah irigasi 9142340 3285,00 Sawah irigasi 9142718 3576,00 Sawah irigasi 9142408 3562,57 Sawah irigasi 9143529 3190,00 Sawah irigasi 9143499 3315,00 Sawah irigasi 9142243 3071,79 Sawah irigasi 9141756 3211,00 Sawah irigasi 9140801 3198,75 Sawah irigasi 9140829 2987,78 Sawah irigasi 9140907 3198,75 Sawah irigasi 9140829 3107,50 Sawah irigasi
48
Lampiran 2. Koordinat GPS Lokasi Contoh Untuk Lahan Terbangun
Titik Sample T1ct T2ct T3ct T4ct T5ct T6ct T7ct T8ct T9ct T10ct T11ct T1cc T2cc T3cc T4cc T5cc T6cc T7cc T8cc T9cc T1mg T2mg T3mg T4mg T5mg T6mg
Desa Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo Maguwoharjo
Sumbu-x 432260 432918 434552 432379 432844 433015 432419 432256 431829 434833 433915 433557 433621 432733 433628 434257 434321 433829 435279 434015 436498 436428 437853 437415 437456 437581
Sumbu-y 9142340 9141745 9139448 9142015 9141367 9140698 9141529 9141859 9142763 9141026 9141178 9142369 9142873 9143792 9141112 9141829 9142715 9143887 9142932 9140829 9141745 9142739 9143278 9140479 9140197 9139618
Land Rent (Rp/m2/th) 192000,00 86933,33 41522,49 28571,43 23076,92 3754285,71 1284000,00 218823,53 1168000,00 1331250,00 26250,00 144718,31 118596,49 28571,43 30000,00 4592000,00 176470,59 117222,22 267000,00 363636,36 6467,07 287500,00 10000,00 12649,33 312000,00 1394285,71
Keterangan Kos-kosan Kos-kosan Rumah tinggal Rumah tinggal Rumah tinggal Fotocopy Warung makan Warung makan Warung makan Warung makan Rumah tinggal Kos-kosan Kos-kosan Rumah tinggal Rumah tinggal Fotocopy Rumah tinggal Kos-kosan Warung makan Warung makan Rumah tinggal Fotocopy Rumah tinggal Rumah tinggal Fotocopy Fotocopy
49
Lampiran 3. Kuesioner Pengumpulan Data Land Rent Kuesioner (Sawah Irigasi) Nama responden : Usia responden : Alamat responden : Bertani sejak tahun : Jumlah total anggota keluarga (termasuk KK) Jumlah tanggungan yang masih sekolah : Jumlah keluarga yang bekerja
: :
1. Apakah tingkat pendidikan terakhir bapak/ibu? 1= tidak tamat SD 2= tamat SD 3= tamat SMP 4= tamat SMU 5= D1-D3 6=S1,S2,S3 2. Masuk dalam kategori mana bapak/ibu sebagai petani ? 1= petani pemilik tanah 2= petani penggarap tanah 3= petani penggarap/penyekap 4= buruh tani 3. Apakah lahan yang bapak/ibu usahakan milik sendiri? 1= ya 2=tidak 4. Bila ya, berapa luas lahan yang bapak/ibu miliki? ……………………. Ha. Berapa luas lahan yang bapak/ibu usahakan? ……………………. Ha. Sistem irigasi apa yg di pakai (teknis/non teknis)? Siapa yang mengelola lahan yang tidak diusahakan? Bagaimana system pengelolaan dan bagi hasilnya? 5. Bila lahan tersebut adalah lahan sewa, berapa harga sewa tiap m2 nya? Rp …………………….. / m2 6. Bila bapak/ibu petani penggarap, bagaimana dengan system bagi hasilnya? Pemilik = ………. % penggarap = ………. % 7. Bila bapak/ibu merupakan buruh tani berapa upah per hari ? Pria = Rp ……………….. /hari wanita = Rp ……………….. /hari 8. Apakah bapak/ibu melakukan pemupukan? 1= ya 2= tidak Jenis pupuk yang digunakan apa? Harga beli pupuk berapa? Berapa kali pemupukan dilakukan tiap satu masa tanam? 1= satu kali 2= dua kali 3= tiga kali 4= empat kali 9. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam pengadaan benih/bibit? 1= ya 2= tidak Jenis bibitnya apa? Harga bibit tersebut berapa? Dari mana bapak/ibu memperoleh bibit/benih tersebut? 1= beli 2= sendiri
50
Jika beli, dimana?biaya transportasinya berapa? 10. Apakan bapak/ibu melakukan pengendalian hama penyakit? 1= ya 2= tidak Bila ya, berapa kali bapak/ibu melakukan pengendalian hama penyakit dalam tiap satu masa tanam? 1= satu kali 2= dua kali 3= tiga kali 4= tidak tentu Menggunakan jenis pestisida apa? Harga Pestisida tersebut berapa? Dari mana bapak/ibu memperoleh Pestisida tersebut? 1= beli 2= sendiri Jika beli, dimana?biaya transportasinya berapa? Hama apa yang paling banyak menyerang tanaman bapak/ibu? ………………………………………. 11. Berapa modal yang bapak/ibu butuhkan (mulai dari pengolahan tanah hingga pasca panen(mengelola, menanam,memelihara))? Rp …………………….. 12. Berapa produksi rata-rata yang dihasilkan tiap kali panen (per musim panen (musim penghujan, musim kering 1, musim kering 2)) ? ……………………. Kg. 13. Berapa harga jual produksi per kilogram(bedakan antara penjualan gabah,padi beras? Rp…………………….. /kg 14. Apakah bapak/ibu menjual hasil produksi tersebut? 1= ya 2= tidak 15. Bila ya, berapa % produksi yang dijual dan berapa % produksi yang dikonsumsi sendiri? Produksi yang dijual = ……………. % Produsi yang dikonsumsi sendiri = ……………. % 16. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam menjual/memasarkan hasil panen tersebut? 1= ya 2=tidak 17. Bila tidak, kemana biasanya bapak/ibu menjual hasil panen tersebut? 1= tengkulak 2= langsung ke pasar 3= warga sekitar 4= lainnya, ……………………………. ……………………………. 18. Jika tanah ini akan di jual, berapa harga tanah per hektarnya? Rp. ………………………. /Ha
51
Kuesioner (lahan terbangun) Nama responden
:
Usia responden
:
Alamat responden
:
Jumlah total anggota keluarga (termasuk KK)
:
Jumlah tanggungan yang masih sekolah
:
Jumlah keluarga yang bekerja
:
Tingkat pendidikan terkahir
:
Jenis pekerjaan
:
Jumlah penghasilan perbulan
:
Jumlah pengeluaran
:
Luas kepemilikan lahan
: ………………………. m2
Jenis peruntukan bangunan
:
(1) Kos-kosan (2) Rumah tinggal (3) Usaha Kondisi fisik bangunan : (1) Sangat sederhana (2) Sederhana (3) Mewah Jika untuk usaha atau kos-kosan : Berapa jumlah penghasilan per bualan : Rp................... Pengeluaran yang harus di keluarkan tiap bulan (listrik, perawatan lainnya) : Rp…………….. Fasilitas yang di miliki kos-kosaan tersebut apa saja? Jika digunakan untuk pemukiman: Harga jual tanah dan nilai bangunannya berapa?(bisa dilihat dari NJOP yang ada) Dahulu di gunakan untuk apa? jika bukan untuk lahan terbangun, komoditi apa yang di tanam? Alasan mengkonfersi apa? ( jika pemilik bangunan itu sendiri yang mengkonfersi lahannya )
52
Jika di gunakan untuk usaha : Penghasilan dari peruntukan bangunan berapa ? Pengeluaran yang dikeluarkan berapa dan untuk apa saja : Lebih besar mana penghasilannya ? Posisi bangunan (dilihat dari jarak dengan jalan aspal) :
58
Lampiran 4. Perhitungan Nilai LandRent Jasa Foto Copy No
Desa
1 Condongcatur 2 Condongcatur 3 Condongcatur 4 Condongcatur 5 Condongcatur 6 7 8 9 10 11 12
Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo
Nama Suparman Paiman Sugianto Agus Nugroho Wibowo Agung Wahyudi Sunyoto Rusmiatun Slamet Jamin Suharwanto Hadi Susilo
Luas Penerimaan (m2) 100 24 18
Pengeluaran listrik
belanja
upah
kontrak
468000000 13200000 312000000 28800000 0 265200000 8400000 208000000 28800000 0 234000000 9924000 104000000 18000000 7000000
Land Rent
Total Pengeluaran 354000000 245200000 138924000
1140000 833333 5282000
12 20
156000000 187200000
8160000 6360000
78000000 12000000 5000000 67600000 14400000 7000000
103160000 95360000
4403333 4592000
15 24 21 9 16 10,5 20
171600000 202800000 187200000 23400000 46800000 31200000 62400000
7680000 104000000 18000000 7000000 9168000 96408000 18000000 0 6960000 85800000 15600000 0 6960000 12000000 0 0 7200000 18000000 12000000 5000000 4560000 12000000 0 0 5160000 39000000 12000000 0
136680000 123576000 108360000 18960000 42200000 16560000 56160000 minimum maximum rata-rata
2328000 3301000 3754286 493333 287500 1394286 312000 287500 5282000 2343423
53
59
Lampiran 4 (Lanjutan)
No
Desa
1 Condongcatur 2 Condongcatur 3 Condongcatur 4 Condongcatur 5 Condongcatur 6 7 8 9 10 11 12
Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo
Nama Suparman Paiman Sugianto Agus Nugroho Wibowo Agung Wahyudi Sunyoto Rusmiatun Slamet Jamin Suharwanto Hadi Susilo
Luas Total Penerimaan (m2) Pengeluaran 100 24 18
468000000 265200000 234000000
354000000 245200000 138924000
Land Rent 1140000 833333 5282000
12 20
156000000 187200000
103160000 95360000
4403333 4592000
15 24 21 9 16 10,5 20
171600000 202800000 187200000 23400000 46800000 31200000 62400000
136680000 123576000 108360000 18960000 42200000 16560000 56160000 minimum maximum rata-rata
2328000 3301000 3754286 493333 287500 1394286 312000 287500 5282000 2343423
54
60
Lampiran 5. Perhitungan Nilai Land Rent rumah tinggal
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Desa Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo
Nama Tiyo Atmojo Sukardi Sukaeni Purwaningsih Maman ibrohim Fajar Prianggono Sukasno Revolan Sumartono Sumedi wiraatmaja Agus Suwandi Mardiyo utomo Waluyo Destha Anjani Dwi Fajarina Akhmad Waluyo
Kondisi Nilai fisik luas NJOP bangunan (m2) tanah * s 363 1573000 s 289 702000 s 300 702000 s 130 573000 s 278 573000 s 160 573000 m 102 573000 m 130 335000 s 150 472000 s 210 472000 ss 100 335000 s 335 472000 s 287 472000 s 320 653000
Nilai NJOP Bangunan
Land Rent (Rp/m2/tahun)
429000 968000 595000 429000 395000 745000 700000 595000 543000 595000 298000 679000 535000 457000 Minium Maksimum Rata-rata
5515 5779 4323 7708 3482 8238 12480 7154 6767 5081 6330 3436 3509 3469 3436 12480 5948
55
61
Lampiran 6. Perhitungan Nilai LandRent Jasa Warung Makan No
Desa
Nama
pengeluaran
Luas (m2)
Penerimaan listrik
gas
belanja
1
Condongcatur
Sri rejeki
40
280800000
1800000
6000000
221520000
2
Condongcatur
Dalijan
40
405600000
4560000
6000000
234000000
3
Condongcatur
Eman
16,5
218400000
1200000
4800000
156000000
4
Caturtunggal
32
280800000
1200000
3600000
218400000
5
Caturtunggal
Darsih Gatot Irwanto
24
624000000
4800000
7200000
374400000
6
Caturtunggal
Gustav
300
1092000000
3600000
7200000
624000000
7
Caturtunggal
Ardi
300
561600000
6000000
0
156000000
8
Caturtunggal
Samilah
34
296400000
4560000
4800000
187200000
asumsi : 1 tahun= 364 hari dikurangi hari libur 52 hari , jadi 1 th=312 hari
upah 2880000 0 2880000 0 1920000 0 0 2880000 0 7200000 0 2520000 0 3360000 0
Land Rent
kontrak
internet
indovision
lain-lain
Total pengeluaran
12000000
0
0
0
270120000
267000
0
6000000
93600000
372960000
816000
0
0
31200000
212400000
363636
0 2400000 0
0
0
238200000
1331250
0
0
453200000
7116667
0 2400000 0 1200000 0
0
0
706800000
1284000
0
0
211200000
1168000
0
46800000
288960000
218824
15000000 14000000
minimum
218824
maximum
7116667
rata-rata
1570672
56
62
Lampiran 6. (Lanjutan)
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Condongcatur Condongcatur Condongcatur Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal
Nama Sri rejeki Dalijan Eman Darsih Gatot Irwanto Gustav Ardi Samilah
Luas (m2)
Penerimaan
40 40 16,5 32 24 300 300 34
171600000 202800000 187200000 23400000 46800000 31200000 62400000 0
Total pengeluaran 270120000 372960000 212400000 238200000 453200000 706800000 211200000 288960000 minimum maximum rata-rata
Land Rent 267000 816000 363636 1331250 7116667 1284000 1168000 218824 218824 7116667 1570672
57
63
Lampiran 7. Perhitungan Nilai LandRent Jasa Kos-kosan
Pengeluaran No
Desa
Nama
Luas (m2)
Penerimaan
listrik
gas
keamanan
internet
indovision
kebersihan
lainlain/perawatan
Total Pengeluaran
Land Rent
1
Condongcatur
Ahmad Waluyo
836
64800000
6480000
0
0
0
0
4200000
10000000
20680000
52775
2
Caturtunggal
Soeratno
1125
144000000
13800000
0
8400000
18000000
0
6000000
0
46200000
86933
3
Condongcatur
Murtahati
1563
182400000
10800000
4800000
8400000
12000000
6000000
6360000
0
48360000
85758
4
Condongcatur
Fifi Rumiris
432
70500000
10500000
4800000
0
0
0
4560000
0
19860000
117222
5
Condongcatur
Diah Purbaningrum
568
120000000
18000000
4800000
9600000
0
0
5400000
0
37800000
144718
6
Condongcatur
Usman Soeharto
285
51600000
3600000
4200000
0
0
0
0
10000000
17800000
118596
7
Condongcatur
Fadli Irmawan
856
144000000
18000000
6000000
9600000
24000000
0
5400000
0
63000000
94626
8
Caturtunggal
Agus Kuncoro
325
90000000
18000000
0
0
9600000
0
0
0
27600000
192000
minimum
52775
maximum
192000
rata-rata
111579
58
64
Lampiran 7. (Lanjutan)
No
Desa 1 2 3 4 5 6 7 8
Condongcatur Caturtunggal Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Caturtunggal
Nama Ahmad Waluyo Soeratno Murtahati Fifi Rumiris Diah Purbaningrum Usman Soeharto Fadli Irmawan Agus Kuncoro
Luas (m2) 836 1125 1563 432 568 285 856 325
Penerimaan
Total Pengeluaran
64800000 144000000 182400000 70500000 120000000 51600000 144000000 90000000
20680000 46200000 48360000 19860000 37800000 17800000 63000000 27600000 minimum maximum rata-rata
Land Rent 52775 86933 85758 117222 144718 118596 94626 192000 52775 192000 111579
59
65
Lampiran 8. Data Input dan Output Sawah Irigasi
No
Kardi Sugianto Mariani Darso Hamzah Rustini Rusmin A Rosul Kaniatun Paruji nurhasanah Tumino Bambang W Sudarmadi Yasir Sadiman Qosim Rasum Yani Kardiman Wardi Yanto Wahyu Legoso Panji Binangun
Alamat
Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Maguwohardjo Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Caturtunggal Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur Condongcatur
Jenis Irigasi
1000 1000 800 1500 2000 6000 900 1100 1400 2800 1000 1000 800 1800 1000 2000 1000 750 1300 900 500 1200 850 1200 2000
Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis Teknis
Komo ditas
Produksi (kg)
harga beli pupuk + bibit + pestisida
Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi
500 500 400 750 1000 3000 450 550 700 1400 500 500 400 900 480 890 500 350 650 450 250 600 450 600 890
340000 392000 258000 432500 850000 225800 388000 340000 432500 1236000 392000 392000 258000 756000 340000 850000 340000 258000 432500 388000 212000 405000 258000 405000 850000
Masa Tanam II Tenaga kerja
komoditas
562000 525000 450000 715000 852000 2680000 450000 562000 688000 1146000 525000 525000 450000 750000 562000 852000 562000 415000 688000 450000 176000 638000 450000 638000 852000
bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bw.merah bera bera bera bera bera bera bera bera bera bera
Masa Tanam III
Produksi (kg)
harga beli pupuk + bibit + pestisida
Tenaga kerja
komod itas
1200 1200 900 1800 2200 6200 1000 1300 1700 3000 1200 1200 900 2000 1200
1756000 1756000 1325000 2753000 3551000 10653000 1550000 1960000 2680000 4950000 1756000 1756000 1325000 3128000 1756000
525000 525000 380000 688000 830000 2560000 425000 565000 630000 965000 525000 525000 380000 798000 525000
padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi padi
Produksi (kg)
harga beli pupuk + bibit + pestisida
500 500 400 750 1000 3000 450 550 700 1400 500 500 400 900 480 890 500 350 650 450 250 600 450 600 890
340000 392000 258000 432500 850000 225800 388000 340000 432500 1236000 392000 392000 258000 756000 340000 850000 340000 258000 432500 388000 212000 405000 258000 405000 850000
Tenaga kerja
562000 525000 450000 715000 852000 2680000 450000 562000 688000 1146000 525000 525000 450000 750000 562000 852000 562000 415000 688000 450000 176000 638000 450000 638000 852000
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama
Masa Tanam I
Luas tanam (m2)
66
Lampiran 8. (Lanjutan) Masa Tanam I No
Nama
Alamat
Luas tanam (m2)
Jenis Irigasi
Komoditas
Produksi (kg)
harga beli pupuk + bibit + pestisida
Masa Tanam II Tenaga kerja
komoditas
Produksi (kg)
harga beli pupuk + bibit + pestisida
Masa Tanam III Tenaga kerja
komoditas
Produksi (kg)
harga beli pupuk + bibit + pestisida
Tenaga kerja
26
Jumadi
Condongcatur
1000
Teknis
Padi
500
340000
562000
bera
padi
500
340000
562000
27
Jamin
Caturtunggal
800
Teknis
Padi
400
258000
450000
bera
padi
400
258000
450000
harga jual produksi padi : Rp. 2.600/kg harga benih padi : Rp. 6.400/kg harga benih bawang merah : Rp 16.000/kg harga jual produksi bawang merah : Rp 4.000/kg upah tenaga kerja wanita : Rp. 16.000/hari upah tenaga kerja pria : Rp. 20.000/hari
61
67
Lampiran 9. Perhitungan Nilai Land Rent Sawah Irigasi No
Nama
Alamat
Luas tanam (m2)
Jenis Irigasi
MTI
MTII
MTIII
Komo ditas
penerim aan
pengeluar an
komoditas
penerimaan
pengeluara n
TOTAL
komodi tas
penerima an
pengelua ran
total penerimaan
total pengeluar an
land rent (Rp/m2 /th)
Kardi
Maguwohardjo
1000
Teknis
Padi
1300000
902000
bw.merah
4800000
2281000
padi
1300000
902000
7400000
4085000
3315
2
Sugianto
Maguwohardjo
1000
Teknis
Padi
1300000
917000
bw.merah
4800000
2281000
padi
1300000
917000
7400000
4115000
3285
3
Mariani
Maguwohardjo
800
Teknis
Padi
1040000
708000
bw.merah
3600000
1705000
padi
1040000
708000
5680000
3121000
3199
4
Darso
Maguwohardjo
1500
Teknis
Padi
1950000
1147500
bw.merah
7200000
3441000
padi
1950000
1147500
11100000
5736000
3576
5
Hamzah
Maguwohardjo
2000
Teknis
Padi
2600000
1702000
bw.merah
8800000
4381000
padi
2600000
1702000
14000000
7785000
3108
6
Rustini
Maguwohardjo
6000
Teknis
Padi
7800000
2905800
bw.merah
24800000
13213000
padi
7800000
2905800
40400000
19024600
3563
7
Rusmin
Maguwohardjo
900
Teknis
Padi
1170000
838000
bw.merah
4000000
1975000
padi
1170000
838000
6340000
3651000
2988
8
A Rosul
Maguwohardjo
1100
Teknis
Padi
1430000
902000
bw.merah
5200000
2525000
padi
1430000
902000
8060000
4329000
3392
9
Kaniatun
Maguwohardjo
1400
Teknis
Padi
1820000
1120500
bw.merah
6800000
3310000
padi
1820000
1120500
10440000
5551000
3492
10
Paruji
Maguwohardjo
2800
Teknis
Padi
3640000
2382000
bw.merah
12000000
5915000
padi
3640000
2382000
19280000
10679000
3072
11
nurhasanah
Maguwohardjo
1000
Teknis
Padi
1300000
917000
bw.merah
4800000
2281000
padi
1300000
917000
7400000
4115000
3285
12
Maguwohardjo
1000
Teknis
Padi
1300000
917000
bw.merah
4800000
2281000
padi
1300000
917000
7400000
4115000
3285
13
Tumino Bambang W
Maguwohardjo
800
Teknis
Padi
1040000
708000
bw.merah
3600000
1705000
padi
1040000
708000
5680000
3121000
3199
14
Sudarmadi
Maguwohardjo
1800
Teknis
Padi
2340000
1506000
bw.merah
8000000
3926000
padi
2340000
1506000
12680000
6938000
3190
15
Yasir
Maguwohardjo
1000
Teknis
Padi
1248000
902000
bw.merah
4800000
2281000
padi
1248000
902000
7296000
4085000
3211
16
Sadiman
Caturtunggal
2000
Teknis
Padi
2314000
1702000
bera
0
0
padi
2314000
1702000
4628000
3404000
612
17
Qosim
Caturtunggal
1000
Teknis
Padi
1300000
902000
bera
0
0
padi
1300000
902000
2600000
1804000
796
18
Rasum
Caturtunggal
750
Teknis
Padi
910000
673000
bera
0
0
padi
910000
673000
1820000
1346000
632
19
Yani
Caturtunggal
1300
Teknis
Padi
1690000
1120500
bera
0
0
padi
1690000
1120500
3380000
2241000
876
20
Kardiman
Caturtunggal
900
Teknis
Padi
1170000
838000
bera
0
0
padi
1170000
838000
2340000
1676000
738
21
Wardi
Condongcatur
500
Teknis
Padi
650000
388000
bera
0
0
padi
650000
388000
1300000
776000
1048
62
1
68
Lampiran 9 (Lanjutan)
No
Nama
Alamat
Luas tanam (m2)
Jenis Irigasi
MTI Komod itas
penerima an
MTII pengeluar an
Kom oditas
MTIII
penerim aan
pengeluar an
Komod itas
land rent (Rp/m 2/th)
TOTAL
penerimaan
pengeluaran
total penerimaan
total pengeluaran
22
Yanto
Condongcatur
1200
Teknis
Padi
1560000
1043000
bera
0
0
padi
1560000
1043000
3120000
2086000
862
23
Wahyu
Condongcatur
850
Teknis
Padi
1170000
708000
bera
0
0
padi
1170000
708000
2340000
1416000
1087
24
Condongcatur
1200
Teknis
Padi
1560000
1043000
Bera
0
0
Padi
1560000
1043000
3120000
2086000
862
25
Legoso Panji Binangun
Condongcatur
2000
Teknis
Padi
2314000
1702000
bera
0
0
padi
2314000
1702000
4628000
3404000
612
26
Jumadi
Condongcatur
1000
Teknis
Padi
1300000
902000
bera
0
0
padi
1300000
902000
2600000
1804000
796
27
Jamin
Caturtunggal
800
Teknis
Padi
1040000
708000
bera
0
0
padi
1040000
708000
2080000
1416000
830
minimum
612
maximum
3576
rata-rata
2182
63