PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN
VINA DARMAWAN
SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG, KECAMATAN MEDAN BELAWAN adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sunber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
Vina Darmawan C44104007
ABSTRAK VINA DARMAWAN. C44104007. Permintaan Lahan dan Nilai Land Rent Tambak Udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI. Perikanan tambak merupakan kegiatan pemanfaatan lahan pesisir yang menjadi salah satu sumber mata pencaharian utama masyarakat pesisir Kelurahan Sicanang, yang ditetapkan sebagai sentra pengembangan perikanan tambak budidaya udang windu di Kecamatan Medan Belawan, Sumatra Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat permintaan nilai sumberdaya lahan di Kelurahan Sicanang, menghitung nilai land rent berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar dan menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap nilai land rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurva permintaan lahan tambak Kelurahan Sicanang adalah Q = 2.436,8877 PX -0,54287, sehingga nilai elastisitas permintaan terhadap lahan tambak di Kelurahan Sicanang sebesar -0,5428. Permintaan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah sebesar 0,43 Ha per pembudidaya atau seluruh responden sebesar 8,17 Ha . Nilai ekonomi permintaan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang Rp17.527.446.61. Berdasarkan konsep Ricardian land rent, Kelurahan Sicanang memiliki nilai land rent Rp2.733.502,84 per Ha. Melalui analisis regresi berganda, diperoleh persamaan yang menyatakan hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas dan jarak. Persaman tersebut menunjukkan bahwa produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap nilai land rent, sementara jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai land rent. Hasil analisis sensitifitas menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea mengurangi nilai land rent yang perubahannya mempengaruhi biaya sarana produksi dan biaya transportasi.
Kata kunci : permintaan lahan, land rent, udang windu.
Hak Cipta milik Vina Darmawan, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopi, microfilm, dan sebagainya.
SKRIPSI Judul Skripsi
: Permintaan Lahan dan Nilai Land Rent Tambak Udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan
Nama Mahasiswa
: Vina Darmawan
NRP
: C44104007
Program Studi
: Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan
Disetujui, Pembimbing
Ir. Moch.Prihatna Sobari, M.S. NIP. 131 578 826
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Indra Jaya, M. Sc NIP. 131 578 799
Tanggal lulus : 29 Januari 2008
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 27 Maret 1986. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Darmawan dan Ibu Barniaty. Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMUN 6 Medan. Pada tahun yang sama, penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi PerikananKelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif di organisasi mahasiswa yaitu Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan (HIMASEPA) staff PPSDM periode 2005-2006 dan staff Internal periode 2006-2007, Forum Keluarga Muslim Perikanan (FKM-C) staff Syar periode 2005-2006, Bendahara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM-C) Periode 2006-2007. Selain aktif di organisai penulis juga pernah menjadi tim pengajar asrama Pengantar Matematika TPB tahun 2006, dan asisten dosen Sosiologi Umum tahun 2007-2008. Penulis melakukan penelitian sebagai bahan penyusunan skripsi dengan judul “Permintaan Lahan dan Nilai Land Rent Tambak Udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan”. Penulis dinyatakan lulus pada tanggaL 29 Januari 2008 dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Permintaan Lahan dan Nilai Land Rent Tambak Udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, pada Bulan Juli sampai dengan Agustus 2007. Pada kesempatan dan dalam tempat yang terbatas ini penulis hanya dapat menyampaikan terimakasih kepada : 1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S, sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingaan selama penyusunan skripsi ini, 2) Drs. Hadamean Dongoran dan Bapak Rizal sebagai staff di Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, 3) Bapak Shahdan, Bapak Syafei dan Chairul yang telah membantu perolehan data di lapangan selama penelitian, 4) Kepada responden yang telah membantu perolehan data di lapangan selama penelitian, 5) Kedua orang tua (Darmawan dan Barniaty), Ivan Darmawan dan seluruh keluarga penulis atas pengorbanan, dukungan, do’a, serta kasih sayangnya, 6) Temen-temen SEI’41, Cendana’ers (Artantidan Uci KPM’41, Ernawati dan Dian Manajemen’41, Mifta SEIP’41, Endang Agb’41, Alin Ilmu Tanah’41, Dea TIN’41, Winda Biologi’41 ), mas ‘Susetyo Dwi Prio Ekbang ’41, Wahyu Nanda Pratama ILKOM-USU-2004, M. Fikri Utomo Teknik Industri Mekanik USU-2004, yang telah memberikan dukungan kepada penulis, 7) Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan dalam tempat yang terbatas ini.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua yang berkepentingan.
Bogor,
Januari 2008
Vina Darmawan
PERMINTAAN LAHAN DAN NILAI LAND RENT TAMBAK UDANG DI KELURAHAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Faklutas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Oleh VINA DARMAWAN C44104007
PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi I.
PENDAHULUAN ................................................................................... 1. 1 Latar Belakang .................................................................................. 1. 2 Perumusan masalah ............................................................................ 1. 3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 1. 4 Kegunaan Penelitian ...........................................................................
1 1 3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5 2. 1 UsahaTambak Udang ......................................................................... 5 2. 2 Permintaan Lahan dan Nilai Sumberdaya ........................................... 7 2. 3 Produktivitas Pemanfaatan Lahan.......................................................... 7 2. 4 Sewa Lahan (Land Rent) .................................................................... 8 2. 5 Biaya .................................................................................................. 10 2. 6 Harga ................................................................................................. 10 2. 7 Biaya Transportasi.............................................................................. 11 III. KERANGKA PENELITIAN ................................................................. 13 IV. METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 4. 1 Metode Penelitian............................................................................... 4. 2 Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 4. 3 Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 4. 4 Metode Analisis Data ......................................................................... 4. 4. 1 Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak ...................... 4. 4. 2 Analisis Land Rent ..................................................................... 4. 4. 3 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent.......................................... 4. 5 Batasan Penelitian .............................................................................. 4. 6 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................
15 15 15 16 16 16 17 20 21 21
V. PROFIL LOKASI PENELITIAN.............................................................. 22 5.1 Kondisi Geofisik Kelurahan Sicanang.................................................... 22 5. 2 Kondisi Demogarafi Kelurahan Sicanang ............................................. 22 5. 3 Kondisi Sosial Kelurahan Sicanang....................................................... 23 5. 4 Kondisi Perekonomian Kelurahan Sicanang.......................................... 25
Halaman VI. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 26 6. 1 Input Produksi......................................................................................... 26 6. 2 Peralatan Kegiatan Budidaya dan Modal Investasi.................................30 6. 3 Kegiatan Produksi....................................................................................32 6. 3. 1 Masa Persiapan.............................................................................32 6. 3. 2 Masa Pemeliharaan..................................................................... 33 6. 3. 3 Masa Pemanenan..........................................................................34 6. 4 Hasil Produksi dan Pemasaran.................................................................34 6. 4. 1 Hasil Produksi...............................................................................34 6. 4. 2 Pemasaran Hasil Produksi............................................................35 6. 5 Analisis Permintaaan dan Nilai dari Lahan Tambak...............................35 6. 6 Analisis Nilai Land Rent.........................................................................38 6. 6. 1 Produktivitas Lahan.....................................................................39 6. 6. 2 Biaya Produksi.............................................................................39 6. 6. 3 Biaya Transportasi.......................................................................41 6. 6. 4 Land Rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar............................................................................. 42 6. 7 Anlisis Sensitivitas Nilai Land Rent........................................................45 6. 7. 1 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Akibat Kenaikan Harga Pupuk Urea...................................................................................45 6. 7. 2 Anillisis Sensitivitas Nilai Land Rent Akibat Kenaikan Harga BBM.............................................................................................48 6. 7. 3 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Akibat Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea.......................................................51 VII. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 55 7. 1 Kesimpulan.............................................................................................55 7. 2 Saran ......................................................................................................56 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57 LAMPIRAN..........................................................................................................59
DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Ekspor Udang di Indonesia dan Negara Tujuan Tahun 2000-2002......................................................................................................
2
2. Batasan Sistem Budidaya Udang di Tambak Tahun 2001..............................
6
3. Jumlah Penduduk Kelurahan Sicanang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2007 ....................................................................................................... 23 4. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru untuk Berbagai Jenjang Pendidikan di Kelurahan Sicanang Tahun 2007...............................................24 5. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kelurahan Sicanang Tahun 2007.........................................................................................24 6. Rata-rata Input dan Output per Siklus dari Usaha Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 ..................................................................26 7. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007....................................................................................... 31 8. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 .............................36 9. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007.......................................................................40 10. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007....................................................................40 11. Total Biaya Produksi Budidaya Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007.......................................................................................................41 12. Biaya Transportasi dari Tambak Kelurahan Sicanang ke KIM Tahun 2007.......................................................................................................42 13. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Tahun.......................................................................................42 14. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007...................................................................................46
Halaman 15. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007...................................................................................46
16. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007............................................................................................49 17. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007............................................................................................49 18. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007.....................................................52 19. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007.......................................................52
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Hubungan Input-Output dalam Proses Produksi Tahun 2007 .......................
8
2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar Terhadap Land Rent Tahun 2007 ................................................................
9
3. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep ”Land Rent” yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Tahun 2007..........................................................10 4. Kerangka Pendekatan Studi Tahun 2007 ..................................................... 14 5. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent Tahun 2007 ....................................................................... 18 6. Sungai Belawan yang Menjadi Sumber Air Tawar Tahun 2007 ......................27 7. Kondisi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007....................................................................................................................28 8. Salah Satu Contoh Rumah Jaga di Tambak Udang Windu Kelurahan Sicanang Tahun 2007 ......................................................................31 9. Masa Persiapan Tambak yaitu Pengeringan Lahan Tambak Tahun 2007.......................................................................................................33 10. Proses Pemanenan Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007.....................................................................................................34 11. Hasil Produksi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang tahun 2007.......................................................................................................35 12. Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan Antara Harga Sewa Lahan dan Luas Lahan Tahun 2007................................38 13. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan Tahun 2007......................................................................................................44 14. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Tahun 2007.....................44 15. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 ......................................................47
Halaman 16. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 .................................................................................47 17. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 ...............................................................50 18. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 ......................................................................................................51 19. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007.......................................................................................................53 20. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007............................54
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Wilayah Sumatra Utara Tahun 2007..................................................60 2. Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007...............................................................61 3. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 ..............................................................62 4. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007................................................................................................63 5.
Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai LandRent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang ke Pusat Pasar Tahun 2007 ................................64
6.
Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 .................................66
7.
Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007....................................71
8.
Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Setelah terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007..............................................................................................72
9.
Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 ..............................................................74
10. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi TambakUdang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM Tahun 2007..............................................78
Halaman 11. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Setelah terjadi Kenaikan Harga BBM dan Sebelum Kenaikan Harga BBM....................................79
12. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi TambakUdang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007...............................................................................................81
13. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Setelah terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea....................................................................82
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan merupakan bagian dari lingkungan hidup yang berpotensi besar dalam menyediakan sumberdaya kehidupan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan panjang pantai 81.000 Km dan memiliki 17.504 buah pulau yang dua per tiga dari wilayah tersebut berupa laut. Dari data tersebut, Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar, paling tidak menghasilkan sumberdaya ikan lebih kurang 6,17 juta ton per tahun yang berasal dari perikanan tangkap (Mulyadi S 2005). Di Indonesia, dalam publikasi FAO 2007 disebutkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di sekitar Perairan Indonesia, terutama di Perairan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sudah menunjukkan full exploited. Bahkan, di Perairan Samudera Hindia kondisinya cenderung mengarah pada over exploited. Artinya, di kedua perairan tersebut saat ini sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan ekspansi penangkapan secara besar-besaran. Sebagai alternatif usaha perikanan rakyat selain penangkapan adalah melalui usaha budidaya yang memanfaatkan kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha perikanan budidaya, baik budidaya perikanan berbasis lahan darat (land-based aquaculture) mau pun di laut (marine-based aquaculture). Budidaya yang berkembang dan memberikan hasil yang cukup besar bagi ekspor non-migas adalah budidaya dengan komoditas udang, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1, tentang perkembangan ekspor udang dari hasil budidaya di Indonesia. Negara yang paling banyak mengimpor udang dari Indonesia adalah Jepang dengan persentase rata-rata 46% dari tahun 2000-2002. Salah satu jenis udang yang diekspor dari hasil budidaya adalah udang windu (Penaeus monodon) yang dikenal dengan nama pancet, bago, menjangan, pedet, pelas-pelas, sito, lily, atau lotong. Besar udang ini bisa mencapai 30 cm bahkan 35 cm. Udang windu cocok untuk dipelihara di alam tambak karena tahan menghadapi salinitas yang rendah (3‰) mau pun salinitas tinggi (35‰). Udang windu terutama dihasilkan dari daerah Lautan India dan Pasifik/Asia, serta
2
Australia yang biasanya disebut sebagai Commom Tiger Prawn atau Grown Tiger Prawn (Suyanto RS dan M Ahmad 2001)
Tabel 1. Perkembangan Ekspor Udang Indonesia dan Negara Tujuan Dalam H/L (1000 MT) Tahun 2000-200 2000 (1000 MT)
2001 (1000 MT)
2002 (1000 MT)
Persentase ratarata
USA
16
16
17
13%
Jepang
54
60
60
46%
Eropa
18
18
16
14%
Lainnya
28
35
32
27%
TOTAL
116
129
125
100%
Sumber : Laporan Sidang Global Shrimp tahun 2003 (www. dkp. go. id)
Wilayah Medan memiliki luas 265,10 km2 merupakan ibukota Provinsi Sumatra Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memilki wilayah pesisir dan lautan. Wilayah Kota Medan terbagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Medan Belawan adalah salah satu kecamatan di Kota Medan yang merupakan wilayah pesisir. Salah satu kegiatan perikanan yang mulai berkembang di daerah ini adalah budidaya udang windu, Kelurahan Sicanang sebagai salah satu tempat perkembangan budidaya udang windu. Pemanfaatan lahan tambak terpusat di daerah ini, yaitu dari 621 Ha luas tambak di Medan Belawan, 410 Ha dengan hasil 490 ton per tahun terdapat di Kelurahan Sicanang. Komoditas udang windu yang dibudidayakan di daerah ini pada umumnya merupakan komoditas ekspor. Dalam setiap panen, hasilnya dipasarkan dan diolah di coldl storage Pelabuhan Belawan atau di daerah Kawasan Industri Medan (KIM) yang nantinya akan diekspor ke beberapa negara seperti Singapura dan Jepang. Dengan demikian Pelabuhan Belawan sebagai pusat pasar hasil perikanan budidaya di daerah Medan Belawan. Pemanfaatan lahan yang belum optimal dengan sumberdaya perikanan yang cukup menjanjikan memberikan harapan untuk memperbaiki perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di Kecamatan Medan Belawan, khususnya Kelurahan Sicanang. Sebagai pemilik lahan tentu saja mengharapkan nilai maksimum dari setiap kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan. Upaya
3
untuk mencapai manfaat maksimum dalam jangka panjang didapatkan apabila lahan dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya kajian tentang permintaan lahan dan nilai land rent sumberdaya tambak di kawasan Kecamatan Medan Belawan, Sumatra Utara.
1.2 Perumusan Masalah Keadaan sumberdaya ikan di laut yang sudah over fishing yaitu adanya penangkapan ikan secara berlebihan, mengakibatkan kegiatan budidaya semakin berkembang. Hal ini juga terlihat di Kelurahan Sicanang di Kecamatan Medan Belawan dengan budidaya udang windu. Kegiatan budidaya udang windu tentu saja dipengaruhi oleh permintaan pasar baik pasar lokal mau pun pasar luar negeri. Pemanfaatan yang belum maksimal dengan adanya sumberdaya pertambakan memberi harapan bagi masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di kawasan pesisir Kelurahan Sicanang. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di daerah penelitian, maka perumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah 1) Bagaimanakah permintaan lahan dan nilai sumberdaya lahan untuk usaha tambak udang di Kelurahan Sicanang ? 2) Berapakah nilai land rent pemanfaatan lahan tambak di Kelurahan Sicanang ? 3) Fakor apa saja yang akan berpengaruh terhadap nilai pemanfaatan lahan tambak udang di Kelurahan Sicanang ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menentukan tingkat permintaan dan nilai sumberdaya lahan tambak di Kelurahan Sicanang. 2) Menentukan nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang di Kelurahan Sicanang. 3) Menentukan besarnya pengaruh perubahan faktor eksogen (kenaikan harga BBM dan kenaikan harga pupuk) terhadap perubahan nilai land rent di Kelurahan Sicanang.
4
1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2) Sebagai informasi dan bahan masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di kawasan Kelurahan Sicanang dengan pemanfaatan lahan yang optimal.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Tambak Udang Usaha pertambakan, berdasarkan penelusuran pustaka, ternyata sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak tahun 1200, yaitu sejak zaman keemasan Kerajaan Majapahit. Istilah tambak sendiri berasal dari kata nembok (bahasa Jawa) yang berarti membuat bendungan. Jadi kata menambak bisa kita defenisikan sebagai menempung air laut sewaktu pasang untuk menangkap ikan dan udang (Murtidjo BA 1989). Ditinjau dari segi letak tambak terhadap laut dan muara sungai yang memberikan air kepadanya, ada 3 golongan tambak, yaitu (Soeseno S 1983) 1) Tambak Lanyah, yang terletak dekat sekali dengan laut, di tepi pantai. Dibandingkan dengan tambak biasa, air tambak lanyah cenderung senantiasa lebih tinggi kadar garamnya, karena pada dasarnya air masuk dari laut memang masih tinggi, kemudian mengalami penguapan sehari-hari sesudah ditahan dalam petakan tambak, sampai kadar air dalam air itu makin naik. 2) Tambak Biasa, yang terletak di belakang tambak lanyah, dan selalu terisi oleh campuran air asin dari laut dan air tawar dari sungai. Airnya dapat asin selama tambak itu diisi dengan air pasang (laut) yang tinggi, dan dapat tawar jika diisi dengan air sungai yang leluasa mengalir ke arah pantai, pada waktu lautnya sedang surut. 3) Tambak Darat, yang terletak jauh sekali dari pantai laut. Pasokan air dapat dipertahankan cukup hanya selama musim hujan saja. Kalau hujannya berkurang, maka sebagian tambak itu menjadi kering sama sekali, sehingga pengusahaannya kadang-kadang hanya dapat berlangsung selama 9 bulan saja, setiap tahunnya. Ada pun sistem budidaya udang yang dikenal sekarang ada 3 tingkatan, yaitu budidaya ekstensif (tradisional), semi-intensif, dan intensif. Seperti yang terlihat pada Tabel 2, tentang batasan sistem budidaya udang di tambak yang memiliki beberapa faktor penentu dalam menentukan tingkatan sistem budidaya seperti pakan, pengelolaan air, padat penebaran, ukuran petak tambak, dan produksi (Suyanto RS dan M Ahmad 2001).
6
Tabel 2. Batasan Sistem Budidaya Udang di Tambak Tahun 2007 Pakan Pengelolaan air Padat penebaran Ukuran petak tambak Produksi
Tingkatan Sistem Budidaya Ekstensif Semi-Intensif Alami Alami + pakan tambahan Pasang-surut Pasang surut + pompa 1.000-10.000 10.000-50.000 ekor/ha/musim ekor/ha/musim 3-20 ha 1-5 ha 100-500 kg/ha/tahun
500-1.000 kg/ha/tahun
Intensif Pakan formula lengkap Pompa + aerasi 100.000-600.000 ekor/ha/musim 0,1-1 ha 2.000-20.000 kg/ha/tahun
Sumber : Suyanto RS dan M Ahmad 2001
Udang yang hidup dalam tambak, sebagian besar sebenarnya adalah udangudang laut dari Familias Penaidae. Ada pun karekteristik dari udang windu (Penaeus monodon), yaitu memiliki kulit badan yang keras, berwarna hijau kebiru-biruan dan berloreng-loreng besar, memiliki warna kulit merah muda kekuning-kuningan, dengan ujung kaki renang berwarna merah. Ada pun yang masih muda memiliki kulit dengan ciri khas totol-totol hijau. Kerucut kepala bagian atas memiliki 7 buah gerigi dan bagian bawah 3 buah gerigi (Murtidjo BA 1989). Penaeus monodon yang hidup di laut, panjang tubuhnya bisa mencapai 35 cm, dengan berat sekitar 260 gram, sedangkan yang dipelihara dalam tambak, panjang tubuhnya hanya mencapai 20 cm, dengan berat sekitar 140 gram. Udang ini cukup ekonomis dan potensial dalam tambak, terutama karena udang jenis ini memiliki daya tahan yang tinggi untuk hidup di dalam air payau yang berkadar keasinan 335 promil (Murtidjo BA 1989). Pemilihan lokasi yang baik dan cocok memegang peranan penting dalam keberhasilan budidaya udang. Lokasi untuk mendirikan usaha budidaya udang ditentukan setalah dilakukan studi atau analisis terhadap data/informasi tentang topografi lahan, tanah, sumber pengairan, ekosistem (hubungan lingkungan dengan kehidupan fauna dan flora), iklim/meteorologi. Keadaan sosial ekonomi yang berkaitan dengan harga dan kemudahan suplai bahan-bahan sarana produksi juga penting dalam penentuan lokasi tambak (Suyanto RS dan M Ahmad 2001).
7
2. 2 Permintaan Lahan dan Nilai Sumberdaya Jumlah lahan yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut dengan jumlah yang diminta (Quantitiy demand) untuk lahan tersebut (Richard GL 1995). Menurut Hanafiah AM dan AM Saefuddin (1986) permintaan adalah jumlah barang atau lahan yang akan dibeli oleh konsumen pada kondisi, waktu, dan harga tertentu. Permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu lahan ditentukan oleh banyak faktor, yaitu (Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana 2002) 1) Harga lahan itu sendiri 2) Harga komoditas lain yang berkaitan dengan lahan tersebut 3) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4) Jumlah penduduk 5) Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang, dan lain-lain Permintaan lahan tersebut sangat berkaitan dengan ketersediaan lahan sebagai sumberdaya. Dapat dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia. Sumberdaya pada dasarnya memiliki nilai intrinsic. Nilai intrinsic adalah nilai yang terkandung dalam sumberdaya, terlepas apakah sumberdaya tersebut dikonsumsi atau tidak, atau lebih ekstrem lagi, terlepas dari apakah manusia ada atau tidak. Pengelompokkan berdasarkan waktu pembentukan sumberdaya itu sendiri. Sumberdaya alam dapat juga diklasifikasikan menurut jenis penggunaan akhir dari sumberdaya tersebut, yaitu sumberdaya material dan sumberdaya energi. Tanah atau lahan termasuk dalam sumberdaya material metalik (Fauzi A 2004).
2. 3 Produktivitas Pemanfaatan Lahan Tambak Produktivitas dapat diartikan sebagai jumlah output per satuan input yang digunakan . Peningkatan produktivitas dapat terwujud melalui 4 bentuk, yaitu (Simanjuntak 1985) 1) jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan sumberdaya yang lebih sedikit
8
2) jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang kurang 3) jumlah produksi yang lebih besar dapat dicapai dengan menggunakan sumberdaya yang sama 4) jumlah produksi yang lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumberdaya yang relatif kecil. Produktivitas berkaitan dengan produksi, dimana produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Biasanya kegiatan ini dinyatakan dalam fungsi produksi yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana 2002)
Input (kapital,tenaga kerja, tanah dan sumber alam, keahlian keusahawan)
Fungi Produksi (dengan teknologi tertentu)
output (barang dan jasa)
Sumber : Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana (2002) Gambar 1. Hubungan Input-Output dalam Proses Produksi Tahun 2007
2. 4 Sewa Lahan (Land Rent) Sewa lahan (Land Rent) adalah surplus ekonomi suatu lahan yang dapat dibedakan atas : (i) surplus yang selalu tetap (rent as an unearned uncrement), definisi ini memberikan kesan bahwa sewa lahan adalah surplus tetap atau mendapat hasil tanpa berusaha (windfall return), yang diperoleh akibat pemilikan lahan, dan (ii) surplus sebagai hasil dari investasi (rent as return on investment), dalam pengertian ini lahan dipandang sebagai faktor produksi ( Barlowe R 1978). Land rent dapat dibedakan atas teori sewa Ricardian (Ricardian Rent), dan sewa ekonomi (Economic Rent atau Location Rent). Teori sewa Ricardian, merupakan teori sewa lahan yang mempertimbangkan faktor kesuburan lahan. Lahan yang subur akan memiliki nilai land rent yang tinggi dibandingkan dengan lahan yang kurang subur, sedangkan sewa ekonomi mempertimbangkan lokasi atau jarak dari suatu lahan pertanian dengan pusat pasar. Kondisi ini berkaitan erat
9
dengan rendahnya biaya pengangkutan atau biaya perjalanan, yang dibutuhkan untuk memenpuh jarak dari lokasi produksi ke lokasi pemasaran (Barlowe R 1978). Suparmoko M (1997), menunjukkan penggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk nilai ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi. Pengaruh biaya transportasi kaitannya dengan perpindahan produk dari berbagai lokasi pasar terhadap sewa lahan digambarkan pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut, dijelaskan bahwa semakin jauh jarak lokasi dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Misalnya pada jarak 0 Km (tepat di pusat pasar), biaya transportasi nol dan biaya total sebesar OB pada Gambar 2 (a) dan jarak OP Km biaya total menjadi PL, karena biaya transportasi meningkat menjadi XL. Kemudian jika harga barang yang diangkut setinggi OR, maka pada jarak OP tidak lagi terdapat land rent, sedangkan pada jarak 0, besarnya land rent adalah BR. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa land rent mempunyai hubungan terbalik dengan jarak lokasi lahan dengan pasar seperti yang dilukiskan pada Gambar 2 (b).
Rp
Rp L
R Land Rent B
Biaya
Land
Transportasi
Rent
X 0 P Jarak ke pasar (a)
T
S
Jarak ke pasar (b)
Sumber : Suparmoko M (1997)
Gambar 2. Pengaruh Biaya Transportasi Produk dari Berbagai Lokasi ke Pasar terhadap Land Rent Tahun 2007
Suparmoko M (1997), menunjukkan panggunaan nilai produk dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran
10
biaya-biaya produksi, terlihat pada Gambar 3, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat LADP dengan biaya total dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat MNSR dan menghasilkan land rent atau economic rent seluas LCDP. Surplus sebagai investasi memandang tanah sebagai faktor produksi. Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat dari surplus ekonomi karena kesuburan tanahnya dan lokasi ekonomi.
MC
Harga L
P
AC
MR=AC = P
Land Rent C
A
D
B
Output
Sumber : Suparmoko M (1997)
Gambar 3. Penggunaan dari Nilai Produk dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land Rent yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya Produksi Tahun 2007
2.5 Biaya Dalam teori produksi jangka pendek, ciri dari produksi yaitu adanya pemakaian input tetap dan input variabel. Biaya yang dikeluarkan untuk input tetap disebut biaya tetap (fixed cost) dimana biaya ini tidak akan berubah walaupun jumlah output yang dihasilkan berubah.Biaya yang dikeluarkan untuk input variabel disebut biaya variabel (variable cost) dimana biaya ini akan bervariasi sesuai dengan perubahan output yang dihasilkan. Penggabungan dari biaya tetap dan biaya variabel disebut dengan biaya total (Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana 2002).
11
2.6 Harga Harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan dalam sejumlah uang (Hanafiah AM dan AM Saefuddin 1986 ). Harga terbentuk bila adanya keseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply). Harga memberikan rangsangan kepada produsen untuk menghasilkan barangbarang yang permintaannya sangat besar, sehingga mendorong produsen untuk memperluas produksinya. Dalam jangka panjang kenaikan permintaan ini bisa berakibat pada naiknya harga, dan nantinya juga akan mengurangi permintaan, sehingga keadaan kembali dalam keseimbangan atau kondisi awal (Hanafiah AM dan AM Saefuddin 1986). Perubahan permintaan dalam jangka pendek biasanya disebabkan oleh perubahan dalam harga barang pengganti, perubahan dalam preferensi dan taste konsumen, sedang dalam jangka panjang perubahan permintaan terjadi karena pertambahan penduduk, perubahan pendapatan per kapita, dan perubahan kebiasaan (habit) membeli dari konsumen (Hanafiah AM dan AM Saefuddin 1986). Kebutuhan penjual akan uang, biaya penyimpanan dan perkiraan tentang harga-harga akan datang dapat mengakibatkan perubahan nyata dalam penawaran dalam jangka waktu sangat pendek (very short run). Upah buruh atau keperluankeperluan lain yang tertuju untuk produksi dapat merubah penawaran dalam jangka pendek (short run). Dalam jangka panjang (long run), perubahan penawaran sangat tergantung pada kesediaan produsen untuk memproduksi barang (Hanafiah AM dan AM Saefuddin 1986).
2. 7 Biaya Transportasi Biaya transportasi merupakan biaya untuk memindahkan produk antar dua tempat. Biaya tranportasi umumnya merupakan fungsi dari jarak, semakin jauh jarak daerah suplai dengan daerah demand maka biayanya semakin tinggi. Biaya transpotasi juga kadang berbeda untuk produk bahan baku atau untuk produk yang sudah diproses ( Djojodipuro M 1991).
12
Harga input angkutan adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat barang sejauh satu satuan jarak. Harga yang ditentukan produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan ini mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan dijual. Perbedaan biaya angkutan (transpor) dapat mengakibatkan perbedaan harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Djojodipuro M 1991).
III. KERANGKA PENELITIAN Penelitian mengenai Permintaan Lahan Tambak dan Nilai Land Rent Sumberdaya tambak di Kelurahan Sicanang pada Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatra Utara bermula dengan adanya lahan tambak yang dimanfaatkan dengan pola sederhana dan komoditas unggulan yaitu udang windu. Pemanfaatan lahan yang belum optimal dengan sumberdaya perikanan yang cukup menjanjikan memberikan harapan untuk memperbaiki perekonomian masyarakat pesisir melalui usaha tambak udang di wilayah Kelurahan Sicanang. Sebagai pemilik lahan atau pun pembudidaya tentu saja mengharapkan nilai maksimum dari setiap kegiatan pemanfaatan yang dilakukan. Upaya untuk mencapai manfaat maksimum dalam jangka panjang didapatkan apabila lahan dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu dilakukan kajian tentang permintaan lahan dan nilai land rent tambak udang di kawasan tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap variabel endogen dengan membangun fungsi tujuan meningkatkan nilai rente. Variabel jumlah produksi, harga, biaya produksi, dan biaya transportasi digolongkan menjadi variabel endogen. Hasil dari analisis ini kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat permintaan dan nilai pemanfaatan lahan tambak udang di daerah Kelurahan Sicanang. Selain itu dilakukan juga analisis nilai land rent dimulai dengan mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi nilai land rent, yaitu variabel endogen di atas. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat adanya pengaruh faktor eksogen terhadap besarnya perubahan tingkat permintaan dan nilai pemanfaatan lahan (land rent) tambak udang di lokasi penelitian. Kerangka penelitian ini digambarkan pada Gambar 4.
14
Wilayah Pesisir Kelurahan Sicanang
Permintaan dan Nilai Lahan Tambak
Pemanfaatan Lahan Tambak
Analisis Faktor Endogen -Produktivitas -Harga Komoditas -Biaya Produksi -Biaya Transportasi
Usaha tambak udang
Analisis Faktor Eksogen -kebijakan kenaikan harga BBM -kebijakan kenaikan harga pupuk
Economic Rent
Land Rent
Gambar 4. Kerangka Pendekatan Studi Tahun 2007
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir M 1998). Studi kasus menyelidiki secara lebih mendalam dan meyeluruh terhadap lingkungan dari waktu dan keadaan sekarang dari lingkungan subjek. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pemanfaatan lahan tambak di Kelurahan Sicanang Kecamatan Medan Belawan, Sumatra Utara, yang merupakan daerah pengembangan perikanan tambak udang sebagai bentuk dari pemanfaatan lahan pesisir.
4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data text dan data image. Data text adalah data yang berbentuk alphabet dan numerik (Fauzi A 2001).Data text yang diambil adalah variabel-vairiabel yang memberikan informasi tentang jumlah penduduk, jumlah pembudidaya, jumlah pemilik lahan, luas lahan, harga lahan, jumlah produksi, harga udang, harga input yang digunakan, jumlah input yang digunakan, upah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, jarak wilayah ke pusat pasar, biaya transportasi, harga pupuk, dan harga BBM. Data image adalah data yang berbentuk foto yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keaadan tertentu (Fauzi A 2001). Data image yang diambil adalah foto keadaan lahan tambak udang di Kelurahan Sicanang. Berdasarkan sumber data yang diperoleh, data ini menggunakan data primer dan data sekunder (Nazir M 1998). Data primer adalah data dari hasil wawancara, pengamatan langsung, kuisioner, diskusi dengan kelompok pembudidaya, pemilik lahan atau pelaku usaha perikanan, aparat pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya yang menyangkut usaha tambak udang windu di daerah yang ditelti. Data sekunder adalah data tentang jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk, jumlah produksi udang windu yang diperoleh dari instansi pemerintah seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, Administrasi Kependudukan di
16
Kelurahan Sicanang, serta kepustakaan lainnya yang menyajikan data atau informasi yang dibutuhkan sesuai dengan penelitian.
4.3 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (sengaja) yaitu teknik yang termasuk dalam non-probability sampling dengan metode pengambilan non acak. Pada teknik ini pengambilan sampel dilakukan dengan perencanaan terlebih dahulu atau atas pertimbangan tertentu, dimana responden dipilih sebanyak 19 orang yang memiliki karekteristik sebagai pembudidaya udang windu yang ada di lokasi Kelurahan Sicanang, dan pembudidaya yang menyewa lahan, telah dan melakukan kegiatan produksi lebih dari satu tahun, dewasa dan baik dalam berkomunikasi.
4.4 Metode Analisis Data Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari permintaan sumberdaya lahan dan nilai land rent pemanfaatan lahan tambak sebagai sarana produksi dalam budidaya udang. Analisis yang akan digunakan adalah : (1). Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak; (2). Analisis Land Rent ; (3) Analisis Sensivitas Nilai Land Rent
4.4.1 Analisis Permintaan dan Nilai dari Lahan Tambak Analisis ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis permintaan dan nilai lahan tambak yang digunakan untu budidaya udang. Secara matematis dapat ditulis : Q = f (Px, X1,,.......X5) ......................................................................................... (1) Dimana : Q Px X1 X2 X3 X4 X5
= Jumlah sumberdaya lahan yang dipakai (m2) = Sewa Lahan/harga lahan (Rp per m2) = Umur responden (tahun) = Pendidikan (formal) = Pendapatan (Rp per Ha) = Jumlah tanggungan keluarga (orang) = Pengalaman usaha (tahun)
17
Dalam konteks ini, hubungan antara harga (Px) diasumsikan negatif terhadap permintaan lahan (Adrianto L 2006). Analisis permintaan dapat diselesaikan dengan menggunakan teknik regresi berganda dengan cara melogaritmakan persamaan menjadi sebagai berikut : ln Q = a +b0ln PX +b1lnX1 +b2lnX2 +b3lnX3 +b4lnX4+b5lnX5……………..(2) Persamaan (2) dapat disederhanakan dengan mentransformasi menjadi : ln Q = (a + (b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 3 + b4 ln X 4 + b5 ln X 5 )) + b0 ln Px ln Q = a + b0 ln Px …………………………………………………………(3) atau Q = αPX
b0
……………………………………………………………..(4)
Untuk menghitung berapa jumlah surplus konsumen atau berapa jumlah yang diterima oleh pembudidaya udang karena adanya perubahan permintaan lahan tambak, maka secara matematis dapat ditulis dengan q1
CSL
=
∫ P (Q) x
q0
NEK
= CSL . Px .....................................................................................(5)
Dimana : CSL NEK
= Surplus Konsumen = Nilai Ekonomi
4.4. 2 Analisis land rent Analisis land rent digunakan untuk mencari solusi nilai pemanfaatan sumberdaya lahan tambak pesisir Kelurahan Sicanang yang dimanfaatkan sebagai kegiatan produksi budidaya udang. Analisis yang dibangun mengacu pada nilai land rent yang didefinisikan sebagai akibat penggunaan lahan produksi (Barlowe R 1978). Nilai land rent menggambarkan harga atau nilai ekonomi lahan yang didapat sebagai hasil dari investasi, dimana lahan dipandang sebagai faktor produksi dalam kegiatan perikanan tambak. Dalam konsep Ricardian Land Rent adalah nilai land rent dilihat dari faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak dengan pusat pasar. Hal ini menggambarkan bahwa pada dasarnya nilai land rent dditentukan oleh nilai produktivitas, harga, biaya produksi dan biaya transportasi, sebagaimana terlihat pada Gambar 5.
18
Produktivitas
Harga Komoditi as
Land Rent
Biaya Transpor tasi
Total Biaya
Gambar 5. Diagram Kerangka Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Land Rent Tahun 2007 Dalam Gambar 5 dijelaskan bahwa nilai land rent merupakan fungsi dari nilai produksi, harga komoditas, biaya produksi, dan biaya transportasi yang dipengaruhi oleh jarak lokasi tambak ke pusat pasar. Secara matematis dapat dituliskan :
πi =yi (pi - tix-
Ci )..........................................................................................(6) yi
Dimana : Πi = Land rent dari komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per Ha) yi = Produktivitas udang di wilayah ke-i (Kg per Ha) pi = Harga komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per Kg) Ci = Total biaya produksi komoditas udang di wilayah ke –i (Rp per Kg) ti = Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i(Rp per Kg per Km) x = Jarak wilayah ke-i ke pusat pasar (Km) i = unit analisis (kawasan pesisir Kelurahan Sicanang) a) Produktivitas adalah sebagai produksi yang dihasilkan persatuan luas komoditas perikanan yang diusahakan oleh pembudidaya. Secara matematis dapat dittulis sebagai berikut : yi =
Qi Li ..........................................................................................................(7)
dimana : yi = Produktivitas udang di wilayah ke-i (Kg per Ha) Qi = Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (kg) Li = Luasan lahan yang digunakan untuk memproduksi komoditas udang di Wilayah ke-i (Ha)
19
i
= Unit analisis
b) Biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja dan biaya sarana produsi kegiatan perikanan tambak. Secara matematis dapat ditulis sabagai berikut: Ci = Z+c1+c2+c3+......cn ...........................................................................(8)
Dimana : Ci Z ci s/d cn
= Biaya produksi dari komoditas udang wilayah ke-i (Rp per Ha) = Biaya tenaga kerja (Rp per Ha) = Biaya sarana produksi (Rp per Ha)
Biaya tenaga kerja adalah perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Dalam perikanan tambak biaya tenaga kerja biasanya dibedakan pada saat masa persiapan, masa pemeliharaan, dan masa panen, sehingga biaya tenaga kerja juga merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikelurkan dalam masa produksi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Z = w1l1+w2l2+w3l3....................................................................................(9)
Dimana : Z w1 l1 w2 l2 w3 l3
= Biaya tenaga kerja (Rp per Ha) = Upah tenaga kerja pada masa persiapan (Rp per HOK) = Jumlah tenga kerja pada masa persiapan ( HOK) = Upah tenaga kerja pada masa pemeliharaan (Rp per HOK) = Jumlah tenga kerja pada masa pemeliharaan (HOK) = Upah tenaga kerja pada masa pemanenan (Rp per HOK) = Jumlah tenaga kerja pada masa pemanenan (HOK) Biaya sarana produksi merupakan perkalian antara jumlah sarana produksi
yang digunakan dengan harga sarana produksi tersebut. Secara matematis dapat dituliskan : c = q1p1+q2p2+q3p3+q4p4+q5p5..................................................................(10) c q1 p1 q2 p2 q3 p3
= Biaya sarana produksi budidaya udang (Rp per Ha) = Jumlah benih (Ekor per Ha) = Harga benih ( Rp per Kg) = Jumlah pupuk urea (Kg per Ha ) = Harga pupuk urea ( Rp per Kg) = Jumlah pupuk lainnya (Kg per Ha) = Harga pupuk lainnya (Rp per Kg)
20
q4 p4 q5 p5 q6 p6 q7 p7 q8 p8 q9 p9 q10 p10
= Jumlah akodan (Liter per Ha) = Harga akodan (Rp per Ha) = Jumlah limbancit (Liter per Ha) = Harga limbancit (Rp per Kg) = Jumlah racun lainnya (Liter per Ha) = Harga racun lainnya (Rp per Ha) = Jumlah pupuk cair (Liter per Ha) = Harga pupuk cair (Rp per Ha) = Jumlah kapur (Kg per Ha) = Harga kapur (Rp per Ha) = Jumlah pakan tambahan (Kg per Ha) = Harga pakan tambahan (Rp per Ha) = Jumlah vitamin (Liter per Ha) = Harga vitamin (Rp per Ha)
c) Komponen biaya transportasi yag digunakan dalam persamaan nilai land rent adalah biaya transportasi per Kg per Km hasil perikanan tambak. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : ti=
Ti Qixi
.................................................................................................(11) Dimana : ti
= Biaya transportasi untuk komoditas udang di wilayah ke-i (Rp per Kg)
Ti
= Total biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mengangkut udang di wilayah ke-i ke pusat pasar (Rp) = Total produksi komoditas udang di wilayah ke-i (Kg) = unit analisis
Qi xi
d) Harga yang digunakan dalam persamaan nilai land rent merupakan harga yang ditetapkan oleh mekanisme pasar dan diasumsikan bahwa pembudidaya tidak bisa menentukan harga karena berada pada pasar persingan sempurna .
4.4.3 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun didasarkan pada keadaan saat ini, yaitu kenaikan harga BBM yang berpengaruh pada biaya transportasi yang menjadi variabel endogen dalam penentuan nilai land rent. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar pengaruh jarak terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan biaya transportasi yang diakibatkan oleh
21
kenaikan harga BBM, dan seberapa besar pengaruh kesuburan terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan harga pupuk yang diakibatkan oleh kenaikan harga pupuk atau dapat dikatakan subsidi pupuk dihilangkan.
4.5. Batasan Penelitian 1) Land rent dalam satuan Rp per Ha, adalah nilai surplus lahan tambak yang didapat dari pemanfaatannya sebagai sarana produksi budidaya udang. 2) Penelitian menggunakan konsep Ricardian Land Rent yaitu dalam penentuannya dipengaruhi oleh beberapa faktor kesuburan lahan tambak dan jarak lokasi tambak dari pusat pasar yaitu Kawasan Industri Medan (KIM). 3) Studi dilakukan di Kelurahan Sicanang, Medan Belawan, Sumatra Utara. 4) Kesuburan ditentukan dari nilai produktivitas lahan dalam satuan Kg per Ha, dengan anggapan bahwa semakin tinggi nilai produktivitas, semakin tinggi pada tingkat kesuburan. 5) Jarak dengan satuan Km, adalah jarak lokasi budidaya ke pusat pasar yaitu Kawasan Industri Medan (KIM). 6) Biaya tenaga kerja dalam satuan Rp per Ha, adalah jumlah tenaga kerja dalam satuan HOK dikalikan dengan total upah yang harus diterima. 7) Biaya sarana produksi dalam satuan Rp per Ha, adalah jumlah seluruh sarana produksi yang dibutuhkan dikalikan dengan harganya. 8) Biaya transportasi dalam satuan Rp per Km, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membawa hasil produksi udang dari tempat produksi ke pusat pasar. 9) Harga udang adalah harga riil udang di tingkat pembudidaya pada saat penelitian . 4. 6 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan pesisir Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah yang diteliti adalah tambak penghasil udang windu yaitu di Kelurahan Sicanang. Penelitian dimulai pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Agustus 2007.
22
V. PROFIL LOKASI PENELITIAN
5. 1. Kondisi Geofisik Kelurahan Sicanang Kelurahan Sicanang merupakan salah satu dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Jarak Kelurahan Sicanang ke Kecamatan Medan Belawan sekitar 4 Km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Kelurahan Sicanang yaitu kendaraan roda dua, sedangkan ke Ibukota Medan sekitar 26 Km dengan waktu tempuh sekitar satu jam menggunakan alat transport yang digunakan masyarakat umum di Kelurahan Sicanang yaitu kendaraan roda dua. Kelurahan Sicanang berbatasan dengna wilayah-wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Sungai Belawan
Sebelah Timur
: Kelurahan Bahagia
Sebelah Selatan
: Kelurahan Terjun
Sebelah Barat
: Kelurahan H. Perak
Luas wilayah Kelurahan Sicanang adalah 1.518 Ha yang terbagi menjadi 657 Ha untuk pemukiman umum, 8 Ha untuk perkantoran, 7 Ha untuk pertokoan atau perdagangan, 1 Ha untuk tempat peribadatan (masjid, gereja, pura, vihara, dan lain-lain), 1 Ha untuk kuburan/makam, 3 Ha untuk jalan, 478 Ha untuk perikanan, 356 Ha untuk rawa, dan 5 Ha lain-lain. Secara topografi, Kelurahan Sicanang berada dalam kisaran ketinggian antara 1-1,5 meter dari permukaan laut. Iklim di wilayah Kelurahan Sicanang termasuk tropis dengan musim hujan antara November-April dan musim kemarau antara bulan Mei-Oktober. Curah hujan rata-rata 0,10 mm per hari. Temperatur suhu udara sekitar 32°C.
5. 2. Kondisi Demografi Kelurahan Sicanang Tahun 2006, jumlah penduduk Kelurahan Sicanang mencapai 14.269 jiwa, yang terdiri atas 7.213 laki-laki dan 7.056 perempuan. Kepadatan penduduk mencapai 1 orang per Km. Jumlah perubahan penduduk di tahun tersebut berjumlah 67 orang untuk laki-laki dan 64 orang untuk perempuan. Data jumlah penduduk menurut kelompok umur secara lengkap terdapat pada Tabel 3.
23
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Sicanang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2006 Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan (orang) (orang) (orang) 1. 0-4 695 598 1.393 2. 5-6 662 629 1.296 3. 7-12 650 697 1.347 4. 13-15 620 580 1.702 5. 16-18 299 570 869 6. 19-25 795 269 1.064 7. 26-35 1.747 750 2.497 8. 36-45 1.582 1.994 3.576 9. 46-50 78 886 964 10. 51-60 40 72 112 11. 61-75 38 28 66 12. 76 + 6 6 12 Jumlah 7.213 7.056 14.269 Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) Tahun 2006 No.
Golongan Umur (tahun)
Persentase (%) 9,12 9,04 9,02 11,02 6,08 7,11 17,20 25,05 6,09 0,14 0,08 0,05 100,00
Berdasarkan Tabel 3 menurut kelompok umurnya, jumlah penduduk yang terbanyak berada pada kelompok umur 36-45 tahun, yaitu sebesar 3.576 orang (25,06%). Jumlah penduduk yang paling sedukit berada pada kelompok umur >76 tahun, yaitu sebesar 12 orang (0,08%). Sex ratio sebesar 102 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki.
5. 3. Kondisi Sosial Kelurahan Sicanang a) Pendidikan Keadaan Kelurahan Sicanang menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan yaitu yang buta aksara dan angka 1,86%, tidak tamat SD 14,32%, tamat SD 36,27%, tamat SLTP 33,62%, tamat SLTA 13,30%, tamat akademi (D1-D3) 0,56%, S1 0,06%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Sicanang relatif cukup baik karena jumlah penduduk yang tamat SD sebesar 83,82% dari 3.458 orang yang dikategorikan dari kualitas angkatan kerja dirinci menurut pendidikan yang ditamatkan. Ada pun prasarana pendidikan formal yang ada di wilayah Kelurahan Sicanang untuk menunjang sektor pendidikan di wilayah tersebut seperti yang terdapat di Tabel 4, yang menampilkan banyaknya sekolah, murid, dan guru untuk berbagai jenjang pendidikan dimulai dari SD sampai dengan SLTA. Sarana dan prasarana yang sangat mendukung kelancaran belajar mengajar di Kelurahan Sicanang.
24
Tabel 4. Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru untuk Berbagai Jenjang No. 1.
2.
3.
Keterangan Jumlah Sekolah : SD SLTP SLTA Jumlah Murid : SD SLTP SLTA Jumlah Guru : SD SLTP SLTA
Jumlah 8 buah 2 buah 1 buah 2.891 orang 652 orang 98 orang 88 orang 48 orang 12 orang
Pendidikan di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) tahun 2006
Berdasarkan Tabel 4. menjelaskan bahwa tingkat pendidikan memang cukup baik di Kelurahan Sicanang. Ini terlihat dari jumlah bangunan SLTP 2 buah dengan jumlah murid 652 orang dan jumlah guru 48 orang, sedangkan untuk bangunan SLTA 1 buah dengan jumlah murid 98 orang dan jumlah guru 12 orang. Tingkat perbandingan antara jumlah guru SD dengan murid SD adalah 3,04% artinya setiap 100 murid SD terdapat 3 orang guru SD, untuk tingkat perbandingan antara jumlah guru SLTP dengan murid SLTP adalah 7,36% artinya setiap 100 murid SLTP terdapat 7 orang guru SLTP,dan untuk tingkat perbandingan antara jumlah guru SLTA dengan murid SLTA adalah 12,24% artinya setiap 100 murid SLTA terdapat 12 orang guru SLTA.
b) Kesehatan Penunjang aspek kesehatan masyarakat di Kerulahan Sicanang telah memiliki berbagai sarana kesehatan seperti yang ditampilakan pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Jumlah Sarana Kesehatan yang Terdapat di Kelurahan Sicanang tahun 2007 No.
Jenis
Jumlah
1. Posyandu 10 buah 2. Rumah Sakit Khusus 1 buah 3. Puskesmas 1 buah Sumber : Profil Kelurahan Sicanang (Monografi Kelurahan Sicanang) Tahun 2006
Sarana kesehatan di Keluhan Sicanang sudah cukup baik , ini terlihat dari Tabel 5 bahwa ada beberapa sarana kesehatan yang sangat penting untuk
25
Kelurahan Sicanang seperti posyandu dengan jumlah yang mencukupi yaitu 10 buah puskesmas, dan adanya rumah sakit khusus..
c) Agama Data yang didapat tahun 2006 di Kelurahan Sicanang, tercatat 7.179 orang penduduk memeluk agama Islam, 5.422 orang memeluk agama Kristen Protestan, 1.577 orang memeluk agama Khatolik, dan 91 orang memeluk agama Budha. Ada pun sarana Ibadah yang ada di Kelurahan Sicanang ini adalah Masjid sebanyak 4 unit, Langgar sebanyak 10 unit, Gereja-Kristen sebanyak 10 unit, dan Gereja Khatolik sebanyak 1 unit.
5. 4. Kondisi Perekonomian Kelurahan Sicanang Berdasarkan lapangan pekerjaan di Kelurahan Sicanang didominasi bidang perikanan yaitu sebanyak 230 orang. Selain itu, sektor jasa pemerintahan/non pemerintahan sebanyak 137 orang, sektor jasa perdagangan sebanyak 9 orang, sektor jasa komunikasi dan angkutan sebanyak 89 orang, dan sektor ketrampilan sebanyak 40 orang. Menurut data yang didapat penduduk di Kelurahan Sicanang pada usia kerja sebanyak 1.120 orang, penduduk usia kerja yang bekerja 1.498, dan penduduk usia kerja yang belum bekerja sebanyak 507 orang. Dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan tingkat pengangguran cukup rendah yaitu 33,85 % dari jumlah penduduk usia kerja.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. 1. Input Produksi Input produksi adalah segala yang digunakan dalam produksi untuk
menghasilkan output dari produksi tersebut. Tabel 6 menyajikan rata-rata input dan output per siklus dari usaha tambak udang di Kelurahan Sicanang. Tabel 6. Rata-Rata Input dan Output per Siklus dari Usaha Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 Penggunaan Input
1,2 11.777,19
Rata-Rata Input Per Luas Lahan 1 9.707,88
Rata-Rata Harga (Rp/unit) 2. 143. 275,00 39,74
40 70,67
12,1 19,52
7,35 5,93
2.128,57 2.957,14
0,1 0,17
2,6 2
0,65 0,51
0,5 0,22
99.555,56 101.800,00
Racun Lainnya (Liter)
0,1
30
5,84
2,79
37.295,45
Pupuk Cair (Liter)
0,25
8
2,66
1,27
22.727,27
No.
Keterangan
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1. 2.
Luas Lahan (Ha) Benih (Ekor)
0,25 400
3 45.000
3. 4.
Urea (Kg) Pupuk Lainnya (Kg)
4 2
5. 6.
Akodan (Liter) Limbancit (Liter)
7. 8. 9.
Kapur (Kg)
40
300
113,61
29,57
554,17
10.
Pakan Tambahan (Kg)
2,67
112,5
39,52
27,43
7.067,71
11.
Vitamin (Liter)
1
4
2,5
0,22
31.000
12. 13.
TK1 (Jam kerja) TK2 (Jam kerja)
13 3
52 192
19,32 50,89
15,92 41,95
4.375 4.375
14. 15.
TK3 (Jam kerja) Output (Kg)
10 18
24 185
19,11 71,83
15,75 66,46
4.375 50.688,6
(Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat ada 14 input produksi yang diperlukan dalam budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang, yaitu lahan, benih, urea, pupuk lainnya (TSP, NPK, kompos), akodan, limbancit, racun lainnya (diaginon, drusban, ostation, bykrap, samponin), pupuk cair, kapur, pakan tambahan, vitamin, TK1 (masa persiapan), TK2 (masa pemeliharaan), TK3 (masa pemanenan).
27
1) Lahan Tambak Pada kenyataannya usaha budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang dikembangkan oleh masyarakat sekitar secara turun-temurun, sehingga umumnya metode
yang
digunakan
adalah
secara
tradisioanl.
Untuk
membantu
keberlangsungan usaha tambak udang di wilayah tersebut, maka Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatra Utara mendirikan Demonstrasion Pond (DEMPOND). Ini adalah salah satu program dari Dinas sebagai tambak percobaan untuk budidaya udang, sehingga para pembudidaya di Kelurahan Sicanang dapat mengembangkan pola budidaya yang semula tradisional dan hanya berdasarkan ilmu turun-temurun menjadi semi intensif dan mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang cara budidaya udang windu yang baik dan benar. DEMPOND ini memang sangat membantu pembudidaya di wilayah tersebut karena sering mendapatkan penyuluhan dari dinas tentang cara yang baik dan benar budidaya udang. Areal tambak di Kelurahan Sicanang mendapatkan supply air tawar dari Sungai Belawan. Gambar 6 adalah keadaan Sungai Belawan yang mengalirkan air tawar ke areal tambak di Kelurahan Sicanang.
Gambar 6. Sungai Belawan yang Menjadi Sumber Air Tawar Tahun 2007 Rata-rata luasan lahan yang diusahakan oleh pembudidaya udang windu di Kelurahan Sicanang untuk kegiatan budidaya yaitu 1,2 Ha, luas lahan yang terkecil adalah 0,25 Ha dan luas lahan yang terbesar adalah 3 Ha. Gambar 7 adalah keadaan tambak udang di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Keadaaan lahan yang dijelasakan di atas, rata-rata kepemilikan lahan tambak di lokasi penelitian adalah secara sewa. Harga sewa lahan berkisar antara
28
Rp555.560,00- Rp6.000.000,00 per Ha per tahun atau rata-rata harga sewa lahan Rp2.143.275,00 per Ha per tahun.
Gambar 7. Kondisi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 2) Benih Benih udang windu yang digunakan oleh pembudidaya di Kelurahan Sicanang didapatkan dari tempat pembenihan udang windu yang letaknya tidak jauh dari areal
tambak.
Menurut informasi yang didapatkan,
pembenih tersebut
mendapatkan benih udang windu berasal dari daerah Aceh. Biasanya, pembudidaya di sini membeli benih udang windu rata-rata dengan ukuran atau usia Post Larva 12-15 (PL 12-PL 15) dengan harga rata-rata per ekornya Rp39,74. Ada pun alasan pembudidaya membeli benih pada usia PL12-PL15 agar tingkat survival rate tinggi, karena bagi pembudidaya pada usia tersebut benih udang
windu sudah relatif lebih stabil. Padat tebar untuk setiap Ha pada areal tambak di Kelurahan Sicanang ini cukup beragam. Faktor paling dominan, mengapa padat tebar berbeda-beda adalah tergantung dari modal si pembudidaya. Semakin sedikit modal pembudidaya maka semakin sedikit juga invesatasi benih yang dilakukan pembudidaya tersebut. Padat penebaran rata-rata yang ditanam pembudidaya di Kelurahan Sicanang sebesar 11.777,19 ekor per Ha dimana padat penebaran terkecil adalah 400 ekor per Ha dan padat penebaran terbesar adalah 45.000 per Ha. Menurut Suyanto RS dan M Ahmad (2001) padat penebaran benih di atas 10.000 ekor per Ha termasuk semi intensif. Berdasarkan keterangan tersebut, maka
sistem budidaya di
Kelurahan Sicanang termasuk semi intensif, tetapi sistem pengelolaan budidaya di daerah ini dapat dikatakan cenderung ke tradisional, misalnya pengelolaan air
29
yang masih tergantung pada pasang surut, dan jumlah peroduksinya juga masih di bawah 500 Kg per Ha per Tahun. Harga rata-rata benih Rp39,74 per ekor dalam usia PL12-PL15.
3) Pupuk, Kapur dan Racun Ada pun sarana pendukung lainnya dalam budidaya tambak udang windu di Kelurahan Sicanang antara lain adalah pupuk, pakan atau vitamin, racun atau bahan kimia pembasmi hama. Pupuk dibutuhkan untuk menyuburkan lahan tambak dan memicu pertumbuhan pakan alami di perairan. Di lokasi penelitian umumnya digunakan pupuk urea, TSP, NPK dan kompos. Rata-rata pembudidaya di Kelurahan Sicanang menggunakan pupuk urea dengan jumlah rata-rata 7,35 Kg per Ha dengan harga rata-rata Rp2.128,74 per Kg. Selain pupuk urea, NPK, TSP kompos juga digunakan dalam budidaya udang di Kelurahan Sicanang, walau pun dengan jumlah perbandingan yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea yaitu hanya 5,93 Kg per Ha. Selain dari pupuk padat, pembudidaya di Kelurahan Sicanang juga menggunakan pupuk cair dengan rata-rata penggunaan 1,27 liter per Ha. Jika hujan turun, maka untuk menetralkan pH air pembudidaya menebarkan kapur ke tambak dengan rata-rata pemakaian 29,27 Kg per Ha. Walau pun diperlukan dalam jumlah banyak, tetapi harganya tidak mahal yaitu rata-rata Rp554,17 per Kg, sehingga hal ini tidak memberatkan bagi pembudidaya. Racun berfungsi untuk membunuh hama-hama pengganggu dalam budidaya udang, misalnya kepiting. Ada pun racun yang digunakan akodan, limbancit, dan racun lainnya dengan rata-rata pemakaian 0,5 liter per Ha, 0,22 liter per Ha, dan 2,79 liter per Ha.
4) Pakan dan Vitamin Pembudidaya di Kelurahan Sicanang sangat mengaharapkan hasil outputnya memiliki ukuran yang cukup baik dan daya tahan yang cukup baik, sehingga pembudidaya menambahkan pakan selain pakan alami biasanya berupa pelet, campuran tepung ikan dan jagung, serta vitamin. Rata-rata penggunaan pakan
30
tambahan 27,43 Kg per Ha dengan harga rata-rata Rp7.067,71, dan rata-rata penggunaan vitamin 0,22 liter per Ha dengan harga rata-rata Rp31.000,00.
5) Tenaga Kerja Dalam kegiatan budidaya tambak udang windu, jumlah tenaga kerja dibagi ke dalam tiga bagian atau tahapan yaitu masa persiapan, masa pemeliharaan, masa panen. Pada masa persiapan di Kelurahan Sicanang rata-rata dibutuhkan antara 3 sampai dengan 6 orang dengan masa kerja berkisar antara 3 sampai dengan 6 hari. Pada masa pemeliharaan rata-rata dibutuhkan 1 sampai dengan 6 orang, sedangkan untuk masa panen dibutuhkan 2 sampai dengan 4 orang. Rata-rata jam kerja yang digunakan untuk masing-masing jenis pekerjaan yaitu 15,92 jam kerja untuk TK1, 41,95 jam kerja untuk TK2, 15,75 jam kerja untuk TK3. Upah yang diberikan untuk setiap pekerjaan yaitu Rp4.375,00 per jam.
6. 2 Peralatan Kegiatan Budidaya dan Modal Investasi 1) Peralatan Kegiatan Budidaya Ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak udang windu, antara lain hapa/kelambu biasanya digunakan untuk pemindahan benih, tangguk, timbangan, cangkul, saringan, babat, lam, ember, rakit/bambu, blong dan rumah jaga. Untuk lebih jelasnya Tabel 7 akan menjelaskan tentang peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang. Tabel 7 dapat memberikan informasi bahwa pembudidaya rata-rata memiliki bangunan sebagai rumah jaga dengan rata-rata luasnya 4 m2 atau 2m x 2m.Walau pun memiliki luas yang hampir rata-rata sama tetapi biaya untuk membangunnya berbeda. Ada juga pembudidaya yang memiliki sampai 3 rumah jaga karena memiliki tambak yang cukup luas dan jaraknya berbeda antara tambak yang satu dengan yang lain. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah jaga ini ratarata
Rp3.116.666,7
dengan
biaya
pemeliharaan
per
tahunnya
adalah
Rp623.333,34. Umur teknis bangunan rata-rata sampai 5 tahun. Gambar 8 merupakan salah satu contoh rumah jaga milik salah satu responden di Kelurahan Sicanang. Rata-rata pembudidaya di daerah ini, membuat rumah
31
jaga dari tepas atau berbahan dasar kayu, karena biaya yang dikeluarkan tidak begitu banyak.
Tabel 7. Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No.
Jenis
Jumlah
Satuan
Harga (Rp/Unit)
1.
Rumah Jaga
2x2
M2
3.116.666,7
Umur Teknis (Tahun) 5
Biaya Operasioanl / Biaya pemeliharaan (Rp) 623.333,34
2.
Ember
1-15
buah
10.200,00
1
3.
Hapa/Kelambu
1-3
unit
.43.142,86
1
-
4.
Timbangan
1-2
buah
108.750,00
3
36.250,00
5.
“Tangguk”
1-3
buah
50.000,00
1
-
6.
Cangkul
1-5
buah
43.571,43
3
14.523,81
7.
Paralon
2-15
batang
146.666,7
5
29.333,34
8.
Elbo
4-30
buah
27.400,00
5
.5.480,00
9.
2-15
buah
20.000,00
5
4.000,00
10.
Penutup Paralon “Lam”
1-5
buah
57.000,0
3
19.000,00
11.
Babat
1-2
buah
23.333,33
3
7.777,76
(Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Gambar 8. Salah Satu Contoh Rumah Jaga di Tambak Udang Windu Kelurahan Sicanang Tahun 2007 Model pengaturan keluar masuknya air tambak di Kelurahan Sicanang adalah dengan menggunakan paralon. Menurut hasil wawancara, petani di daerah penelitian lebih menyukai menggunakan paralon dari pada pintu air karena paralon lebih murah dan tahan lama. Rangkain paralon ini menggunakan elbo dan
32
penutupnya. Setiap tambak, paralon yang digunakan tidak memiliki jumlah yang pasti. Penggunaannya tergantung dari biaya atau modal yang dimiliki oleh pembudidaya tersebut. Rata-rata paralon yang digunakan sebanyak 2- 15 batang per tambaknya. Biasanya semakin luas tambak, maka semakin banyak paralon yang digunakan.Umur teknis paralon, elbo, dan penutup yaitu rata-rata 5 tahun, dengan
harga
rata-rata
masing-masing Rp146.666,67,
Rp27.400,00
dan
Rp20.000,00. Selain itu peralatan yang digunakan dalam budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang yaitu cangkul, lam, babat, timbangan, tangguk, hapa/kelambu, dan ember.
2) Modal Investasi Modal merupakan hal paling penting dalam memulai usaha termasuk dalam budidaya udang windu. Umumnya pembudidaya di Kelurahan Sicanang memiliki modal sendiri, tetapi ada juga yang mendapatkan pinjaman modal dari agen, dengan pembayaran pada saat panen. Rata-rata modal yang dikeluarkan oleh pembudidaya adalah Rp5.956.603,00. Berdasarkan hasil wawancara dengan pembudidaya , bahwa pada umumnya sumber utama dalam melakukan budidaya adalah dengan modal sendiri. Jika pembudidaya melakukan peminjaman modal hanya sebatas pembelian benih udang windu, pembayarannya pun disaat sudah panen dan tanpa bunga.
6. 3 Kegiatan Produksi Kegiatan budidaya udang windu di Kelurahan Sicanang dalam satu siklusnya selama 3-4 bulan, yang terdiri atas masa persiapan, masa pemeliharaan, dan masa pemanenan. Dalam satu tahun pembudidaya dapat melakukan 3 siklus, tetapi ada juga pembudidaya melakukan proses produksi dalam 1 tahun mencapai 4 siklus.
6. 3. 1 Masa Persiapan Kegiatan masa persiapan untuk tambak udang rata-rata memakan waktu hampir 7-8 hari. Ada pun kegiatan yang dilakukan selama masa persiapan antara lain sebagai berikut :
33
1) Membalikkan lahan tambak, menyingkirkan lumpur-lumpur hitam dan mengeringkan lahan selama beberapa hari. Kegiatan dimaksudkan untuk menjaga kualitas tanah agar tidak bermasalah pada saat kegiatan pemeliharaan dan juga untuk mematikan hama atau mikro organisme yang tidak menguntungkan bagi kegiatan budidaya udang windu. Salah satu cara yang digunakan oleh pembudidaya di daerah ini dengan menggunakan racun akodan dan kapur 2) Setelah lahan diolah kemudian diberi pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan lahan agar dapat menunjang pertumbuhan pakan alami. Jenis pupuk yang digunakan adalah urea, TSP, NPK, serta kompos. Rata-rata urea yang digunakan sebanyak 7,35 Kg per Ha dan pupuk-pupuk lainnya sebanyak 5,93 Kg per 1 Ha lahan tambak. 3) Setelah lahan siap digunakan, kemudian setiap petakan tambak di isi air setinggi 30-40 cm, dan benih siap untuk ditebar. Gambar 9 menjelaskan keadaan tambak di Kelurahan Sicanang pada saat masa persiapan yaitu proses pengeringan tambak.
Gambar 9. Masa Persiapan Tambak yaitu Pengeringan Lahan Tambak di Kelurahan Sicanang Tahun 2007
6. 3. 2 Masa Pemeliharaan Masa pemeliharaan dimulai sejak benih ditebar dalam petakan tambak, dan ini berlangsung 3 sampai dengan
4 bulan. Pada umumnya pembudidaya di
Kelurahan Sicanang menggunakan sistem semi tradisional atau semi intensif yaitu dengan padat penebaran berkisar 11.777 ekor per Ha. Selain itu untuk pakan, pembudidaya di daerah ini lebih banyak mengandalkan pakan alami, walau pun
34
ada pakan tambahan, tetapi proporsinya tidak terlalu banyak. Pemberian pakan tambahan biasanya dilakukan satu kali dalam satu hari, yaitu di waktu sore hari. Vitamin juga merupakan nutrisi tambahan yang diberikan pembudidaya di daerah ini. Proses pergantian air dilakukan dua kali dalam satu hari yaitu di waktu pagi dan sore hari. Pagi hari biasanya untuk mengatur air yang masuk ke tambak, sedangkan di sore hari untuk pengeluaran air dari tambak. Pembudidaya di Kelurahan Sicanang menggunakan paralon sebagai alat pengatur pergantian air.
6. 3. 3 Masa Pemanenan Satu siklus diakhiri dengan pemanenan. Rata-rata setelah 3 sampai dengan 4 bulan udang siap dipanen, dengan ukuran size 30. Pemanenan biasanya menggunakan jaring atau tangguk dan dilakukan secara total. Pembudidaya di lokasi penelitian melakukan pemanenan pada waktu pagi hari. Gambar 10 menjelaskan proses pemanenan tambak udang di Kelurahan Sicanang yang dimulai dari proses pembuangan air keluar tambak.
Gambar 10. Proses Pemanenan Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 6. 4 Hasil Produksi dan Pemasaran 6. 4. 1 Hasil Produksi Hasil produksi kegiatan budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang pada umumnya setiap siklus tidak menghasilkan dengan jumlah yang sama. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor kondisi lahan dan air, kualitas benih dan juga ketersediaan pakan alami di perairan tambak. Rata-rata dalam satu siklus hasil produksi tambak Kelurahan Sicanang bisa mencapai 71,83 Kg. Ada pun hasil produksi tertinggi sebanyak 185 Kg dan terendah sebanyak 18 Kg. Gambar 11
35
menjelaskan hasil produksi atau hasil panen di tambak udang Kelurahan Sicanang yang diletakkan di dalam blong.
Gambar 11. Hasil Produksi Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007
6. 4. 2 Pemasaran Hasil Produksi Sistem pemasaran di lokasi penelitian adalah dengan langsung menjualnya ke KIM (Kawasan Industri Medan) . Jarak ke lokasi pasar tersebut dari tambak udang Kelurahan Sicanang rata-rata 12 Km sampai dengan 15 Km. Umumnya pembudidaya mengangkut hasil panennya dengan menggunakan dua alternatif. Apabila hasil panen banyak, maka pembudidaya akan menyewa mobil sejenis pick-up dengan harga sewa antara Rp100.000,00 sampai dengan Rp150.000,00.
Apabila, jika hasil panen hanya sedikit, maka pembudidaya membawa hasil panennya ke KIM dengan menggunakan angkutan kota. Biasanya biaya pulangpergi yang dikeluarkan adalah sebesar Rp10.000,00 sampai dengan Rp20.000,00 PP. Harga jual udang windu tergantung kepada ukuran sizenya. Rata-rata ukuran size udang windu di Kelurahan Sicanang antara size 60 sampai dengan size 19 dengan harga rata-rata Rp50.688,60, dimana harga tertinggi Rp65.000,00 dan harga terendah Rp33.250,00.
6. 5. Analisis Permintaaan dan Nilai dari Lahan Tambak Analisis permintaan dapat digunakan untuk menghitung atau mengestimasi perubahan surplus konsumen dan produsen yang terkait dengan perubahan jumlah sumberdaya yang diminta. Hasil analisis regresi berganda terhadap variabel yang diduga berpengaruh pada permintaan lahan tambak di Kelurahan Sicanang, antara lain: harga lahan tambak (Px), umur (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3), jumlah anggota keluarga (X4), dan pengalaman berusaha (X5).
36
Berdasarkan hasil analisis menggunakan model kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) diperoleh nilai koefisien regresi dari variabel yang diduga
berpengaruh terhadap permintaan lahan tambak. Secara lengkap data hasil pendugaan koefisien regresi dengan metode kuadrat tekecil disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil Usaha Tambak Udang di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No. Peubah 1. Intercept 2. PX 3. X1 4. X2 5. X3 6. X4 7. X5 (Sumber : Diolah dari data primer, 2007). Keterangan R Square (r2) Adjusted R Square Standar Error F hitung
Koefisien Regresi -7,42205 -0,54287** 0,978153* -0,45033 0,839948** 0,313949 -0,09909*
: = 0,685192 = 0,527788 = 0,498684 = 4,353079
** = nyata pada α = 95% * = nyata pada α = 80%
Besarnya nilai R Square tersebut menunjukkan bahwa permintaan lahan dipengaruhi oleh variabel-variabel input tersebut sebesar 69 % sedangkan sisanya sebesar
31 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dihitung.
Berdasarkan hasil analisis model kuadrat terkecil diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,53, hal ini berarti apabila ditambahkan lagi variabel lain maka
nilai R Squarenya menjadi 53 %. Berdasarkan nilai F
hitung
adalah 2,70, maka nilai F
diperoleh nilai sebesar 4,35307. Apabila nilai F hitung
lebih besar daripada nilai F
tabel
tabel
pada taraf
kepercayaan sebesar 95% yang artinya faktor input secara serentak berpengaruh nyata terhadap output atau permintaan lahan. Nilai t
hitung
untuk variabel PX (harga lahan) adalah -2,3581 dengan peluang
0,036176, hal ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan lahan yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 95%. Nilai t
hitung
untuk variabel X1 (umur pembudidaya) adalah 1,508508 dengan
peluang 0,157294 , hal ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan lahan yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 80%.
37
Nilai t
hitung
untuk variabel X2 (pendidikan pembudidaya) adalah -0,9888
dengan peluang 0,342248 , hal ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan lahan yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 74%. Nilai t
hitung
untuk variabel X3 (pendapatan pembudidaya) adalah 2,950689
dengan peluang 0,012129, hal ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan lahan yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 98%. Nilai t
hitung
untuk variabel X4 (jumlah anggota keluarga) adalah 1,131623
dengan peluang 0,279901 , hal ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan lahan yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 69%. Nilai t
hitung
untuk variabel X5 (pengalaman berusaha) adalah -0,48892 dengan
peluang 0,63371, hal ini berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan lahan yang dihasilkan pada taraf kepercayaan 35%. Berdasarkan anlisis OLS diperoleh nilai koefisien regresi dapat dibuat persamaan linear sebagai berikut :
ln Q = -7,42205 -0,54287lnPX +0,978153lnX1 -0,45033lnX2 +0,839948lnX3 +0,313949lnX4 -0,09909lnX5........................................................(12)
Persamaan (12) disederhanakan lagi, dengan mentraspormasikan variabel X1 sampai dengan X5 yang dirata-ratakan ke persamaan (12), karena sesuai dengan teori
permintaan lahan dipengaruhi oleh harga lahan itu sendiri, sehingga
persamaan (12) menjadi :
ln Q = 7,798477 - 0,54287lnPx.......................................(13)
atau Q = 2.436,8877 PX -0,54287..................................................(14)
Berdasarkan persamaan (14), terlihat bahwa nilai elastisitas permintaan terhadap lahan tambak di Kelurahan Sicanang sebesar -0,54287. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa setiap terjadi kenaikan nilai sewa lahan sebesar satu rupiah, maka akan menurunkan permintaan lahan sebesar 0,54287 Ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan terhadap lahan di Kelurahan Sicanang cukup elastis.
38
Dengan menggunakan progran Maple 9,5 dapat disajikan kurva permintaan lahan, nilai surplus konsumen dari permintaan lahan dan nilai ekonomi untuk total pemanfaatan lahan tambak udang di Kelurahan Sicanang pada Gambar 12.
Harga Sewa Lahan (Rp/Ha)
Luas Lahan (Ha)
Gambar 12. Kurva Permintaan Lahan Tambak Udang Windu dari Hubungan Antara Harga Sewa Lahan dan Luas Lahan Tahun 2007 (Sumber : Diolah dari data primer, 2007). Gambar 12 memberikan informasi bahwa konsumen surplus dari permintaan terhadap lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah sebesar 0,43. Artinya setiap pembudidaya bersedia mengelola lahan tambak seluas 0,43 Ha, sehingga jumlah permintaan lahan tambak untuk seluruh responden adalah 8,17 Ha. Nilai ekonomi permintaan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang didapatkan dengan perkalian antara jumlah pemanfaatan lahan dengan rata-rata harga sewa lahan. Ada pun harga rata-rata sewa lahan tambak di Kelurahan Sicanang yaitu Rp2.143.275,26 per Ha, sehingga didapatkan nilai ekonomi pemanfaatan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang sebesar Rp17.527.446,61.
6. 6 Analisis Nilai Land Rent Nilai land rent dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai nilai surplus suatu bidang lahan yang didapat dari pengunaan lahan tersebut untuk suatu kegiatan ekonomi tertentu, yaitu untuk kegiatan budidaya udang windu. Dalam konsep Ricardian land rent menyatakan bahwa rente ekonomi dari sebidang lahan adalah nilai perbedaaan produktivitas antara sebidang lahan yang lebih buruk kualitasnya atau lebih jauh jaraknya, sehingga mengakibatkan biaya produksi yang lebih
39
besar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai land rent dari sebidang lahan ditentukan oleh kesuburan dan jarak lahan tersebut dari pusat pasar. Analisis nilai land rent dalam penelitian ini dilakukan dengan pembahasan mengenai faktor
kesuburan dan faktor jarak lahan tambak di Kelurahan Sicanang.
6. 6. 1. Produktivitas Lahan Produktivitas adalah jumlah produksi per satuan luas. Nilai land rent dapat dilihat dari sisi produktivitas, dimana jika tingkat produktivitas suatu lahan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan lainnya, maka dapat dikatakan bahwa lahan tersebut memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi, sehingga surplus produksi antara lahan tersebut inilah yang dinamakan sebagai land rent. Hasil dari pengolahan data penelitian memberikan informasi bahwa produktivitas rata-rata di tambak udang windu Kelurahan Sicanang adalah sebesar 66,46 Kg per Ha dengan luas lahan rata-rata 1,2 Ha dan produksi rata-rata sebesar 71,83 Kg. Menurut data responden dari luasan yang paling besar yaitu 3 Ha menghasilkan produksi 120 Kg per siklus produksi, sehingga produktivitasnya adalah 40 Kg per Ha dan yang paling rendah, yaitu dengan luasan sebesar 0,25 Ha menghasilkan produksi rata-rata 56 Kg per siklus produksinya, sehingga produktivitasnya adalah 224 Kg per Ha.
6. 6. 2. Biaya Produksi Biaya produksi dalam kegiatan budidaya tambak udang, terdiri atas tenaga kerja dan biaya input produksi. 1) Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja merupakan perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Biaya tenaga kerja budidaya tambak udang di Kelurahan Sicanang dapat dibedakan dalam tiga bagian, yaitu masa persiapan, masa pemeliharaan, dan masa panen. Total biaya tenaga kerja merupakan penjumlahan dari keseluruhan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam masa produksi. Ada pun biaya tenaga kerja budidaya tambak di Kelurahan Sicanang seperti terlihat pada Tabel 9 yang menunjukkan biaya tenaga kerja per 1 Ha luasan lahan tambak. Dari data tersebut diketahui bahwa rata-rata total biaya tenaga kerja di
40
Kelurahan Sicanang yaitu Rp2.576.700,00 per Ha per siklusnya yang terdiri atas masa
persiapan
sebesar
Rp.
557.200,00,
masa
pemeliharaan
sebesar
Rp1.468.250,00, dan masa pemanenan sebesar Rp551.250,00.
Tabel 9. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu Di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No. 1. 2. 3.
Kegiatan
Satuan
Besaran
Biaya Satuan (Rp)
Persiapan HOK 15,92 Pemeliharaan HOK 41,95 Pemanenan HOK 15,75 Total Biaya (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
35.000,00 35.000,00 35.000,00
Total Biaya (Rp) 557.200,00 1.468.250,00 551.250,00 2.576.700,00
2) Biaya Input Produksi Biaya input produksi kegiatan budidaya tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah seperti yang ditampilkan pada Tabel 10. Pada Tabel 10, menunjukkan bahwa sarana produksi yang digunakan di Kelurahan Sicanang terdiri atas benih, urea, pupuk lainnya (TSP,NPK, dan kompos), akodan, limbancit, racun lainnya (diaginon, drusban, ostation, bykrap, samponin), pupuk cair, kapur, pakan tambahan berupa pelet, dan vitamin.
Tabel 10. Biaya Sarana Produksi kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Biaya Sarana Produksi
Satuan
Benih Ekor Urea Kg Pupuk lainnya Kg Akodan Liter Limbancit Liter Racun lainnya Liter Pupuk cair Liter Kapur Kg Pakan Tambahan Kg Vitamin Liter Total Biaya (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Besaran 9.707,88 7,35 5,93 0,5 0,22 2,79 1,27 29,57 27,43 0,22
Biaya Satuan (Rp) 39,74 2.128,57 2.957,14 99.555,56 101.800,00 37.295,45 22.727,27 554.17 7.067,71 31.000
Total Biaya (Rp) 38.5731,20 15.644,99 17.535,84 49.777,78 22.396,00 104.054,30 28.863,63 16.386.81 193.867,30 6.820,00 841.137,80
Biaya input produksi pada Tabel 10 merupakan biaya per Ha luasan lahan tambak dalam satu siklus produksi. Dari data diketahui bahwa total biaya input
41
produksi budidaya tambak di Kelurahan Sicanang yaitu sebesar Rp841.137,80 per Ha per siklus produksi Berdasarkan hasil analisis struktur biaya tenaga kerja dan biaya sarana produksi di atas, maka dapat diketahui besarnya biaya produksi kegiatan budidaya tanbak udang windu di Kelurahan Sicanang, sebagaimana seperti tampak pada Tabel 11. Pada Tabel 11, menunjukkan bahwa total biaya produksi kegiatan budidaya udang windu di Kelurahan Sicanang per Ha per siklus produksinya yaitu sebesar Rp3.417.837,80, yang terdiri atas biaya tenaga kerja sebesar Rp2.576.700,00 dan biaya sarana produksi sebesar Rp841.137,80.
Tabel 11. Total Biaya Produksi Budidaya Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No. 1. 2.
Keterangan Biaya Tenaga Kerja Biaya Sarana Produksi Total Biaya Produksi (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Jumlah Biaya (Rp) 2.576.700,00 841.137,80 3.417.837,80
6. 6. 3 Biaya Transportasi Faktor jarak akan mempengaruhi besarnya biaya transportasi yang harus dikeluarkan, sehingga akan berpengaruh terhadap besarnya nilai land rent dari pemanfaatan lahan tersebut. Dari hasil wawancara, pembudidaya di Kelurahan Sicanang umumnya memasarkan hasil produksinya ke KIM (Kawasan Industri Medan) untuk disimpan dalam cold storage yang nantinya akan diekspor ke beberapa negara. Jarak rata-rata dari tambak di Kelurahan Sicanang ke KIM adalah 13,05 Km. Untuk mengangkut hasil produksi dari tambak ke KIM pembudidaya di Kelurahan Sicanang menggunakan dua alternatif, yaitu jika hasil panen banyak, maka pembudidaya akan menyewa mobil sejenis pick-up yang kapasitas angkutnya 1.500 Kg dengan harga sewa antara Rp100.000,00 sampai Rp150.000,00. Apabila , jika hasil panen hanya sedikit, maka pembudidaya membawa hasil panennya ke KIM dengan menggunakan angkutan kota. Biasanya biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp10.000,00 sampai dengan Rp20.000,00.
42
Tabel 12. Biaya Transportasi dari Tambak Kelurahan Sicanang ke KIM Tahun 2007 No. Keterangan 1. Jarak 2. Ongkos rata-rata 3. Produksi rata-rata 4. Biaya transportasi (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Km Rp Kg Rp per Kg per Km
Jumlah 13,05 116.842,00 71,83 153,27
Berdasarkan Tabel 12 memberikan informasi bahwa jarak rata-rata dari tambak kelurahan Sicanang ke KIM, yaitu sebesar 31,05 Km dengan ongkos rata-rata yang dikeluarkan oleh pembudidaya sebesar Rp116.842,00, dan didapatkan biaya transportasi rata-rata Rp153,27 per Kg per Km.
6. 6. 4 Land Rent Berdasarkan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak ke Pusat Pasar Analisis land rent lahan tambak udang windu berdasarkan konsep Ricardian Land Rent dibangun atas faktor kesuburan lahan dan jarak produksi terhadap
pasar. Ada pun data variabel dalam perhitungan land rent ditampilkan pada Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan nilai land rent pemanfaatan lahan tambak untuk kegiatan budidaya udang windu di Kelurahan Sicanang adalah sebesar Rp2.733.502,84 per Ha.
Tabel 13. Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Tahun 2007 No. Keterangan 1. Produktivitas 2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya sarana produksi 4. Harga udang windu 5. Biaya transportasi 6. Jarak ke pasar 7. Rente (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Kg per Ha Rp per Ha Rp per Ha Rp per Kg Rp per Kg per Km Km Rp per Ha
Jumlah 66,46 2.576.700,00 841.137,80 50.688,60 153,27 13,05 2.733.502,84
Untuk melihat seberapa besar nilai land rent dipengaruhi oleh faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak udang ke pusat pasar yaitu KIM, maka dilakukan analisis regresi berganda (Lampiran 4). Analisis tersebut dilakukan terhadap data land rent, produktivitas, dan jarak dari setiap tambak yang dimiliki oleh responden di
Kelurahan Sicanang, dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebagaimana terlihat
43
dalam data Lampiran 3, output analisis regresi menghasilkan nilai R 2 sebesar 0,93 yang artinya bahwa 93% nilai land rent dipengaruhi oleh tingkat produktivitas dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, sedangkan 7% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan. Nilai F hitung yaitu sebesar 108,02 dan nilai F tabel 4,45 sehingga tolak Ho yang artinya bahwa nilai land rent signifikan atau berhubungan dengan produktivitas dan jarak lokasi ke pusat pasar. Koefisien regresi yang dihasilkan membentuk persamaan regresi antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi ke pusat pasar yang secara
matematis ditulis sebagai berikut :
π =610.834,57 + 42.078,33 X1 – 97.283,41 X2 ............................(15) dimana : π adalah land rent; X1 variabel produktivitas dan X2 variabel jarak. Persamaan tersebut menggambarkan bahwa nilai produktivitas berhubungan secara positif dengan nilai land rent yang artinya semakin besar nilai produktivitas, maka akan semakin tinggi pula nilai pemanfaatan lahan tambak udang windu tersebut, ada pun besar perubahan satu-satuan produktivitas adalah sebesar Rp42.078,33 per Kg. Persamaan tersebut juga menggambarkan bahwa jarak lokasi tambak ke pusat pasar berhubungan secara negatif dengan besarnya nilai land rent. Ada pun perubahan nilai land rent yang diakibatkan perubahan satu-satuan jarak adalah sebesar Rp97.283,41 per Km. Untuk mengilustrasikan hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan nilai land rent dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, digunakan perangkat lunak Maple 9,5 seperti tampak dalam Lampiran 3 yang mem-plot-kan variabel-variabel tersebut, sehingga dihasilkan grafik seperti yang tampak pada Gambar 13 dan Gambar 14. Gambar 13 menampilkan hubungan anrata nilai land rent dengan produktivitas. Dalam menggambarkan hubungan tersebut, variabel jarak nilainya dianggap tetap, sehingga Gambar 13 dibangun berdasarkan persamaan :
π = -658.970,15+ 42.078,33 X1 (Lampiran 5), yang mengartikan jika produktivitas udang windu sama dengan 0 Kg, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah
44
sebesar –Rp658.970,15, dan setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu, akan merubah nilai land rent sebesar Rp42.078,33.
Rent
(Rp/Ha)
Produktivitas (Kg/Ha)
Gambar 13. Hubungan Antara Nilai Land Rent dengan Produktivitas Lahan Tahun 2007
Rent
(Rp/Ha)
Jarak (Km)
Gambar 14. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Tahun 2007 (Sumber : Diolah dari data primer, 2007). Gambar 14 menghubungkan antara besarnya nilai land rent dengan jarak lokasi tambak ke pusat pasar, dalam ilmu ekonomi sumberdaya lahan dikenal dengan nama bid rent schedulle. Dalam menggambarkan hubungan antara nilai rent dengan jarak, variabel produktivitas dianggap tetap, sehingga Gambar 14
45
dibangun berdasarkan persamaan: π = 3.407.232,94 -97.283,41 X2 (Lampiran 5), yang mengartikan jika lokasi tambak berjarak 0 Km dari pusat pasar, maka nilai land rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp3.407.232,94, dan setiap terjadi
perubahan satu-satuan jarak akan merubah nilai land rent sebesar Rp97.283,41. Tanda negatif pada koefisien jarak mengartikan adanya hubungan negatif antara nilai rent dengan variabel jarak, yang artinya semakin jauh jarak lokasi tambak dari pusat pasar, maka semakin kecil nilai rent yang akan diperoleh. Dari Gambar 14 tersebut, diketahui bahwa sampai jarak 35 Km dari pusat pasar, kegiatan usaha tambak udang windu ini masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif.
6. 7 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Analisis sensitivitas dalam penelitian ini untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor eksogen terhadap perubahan nilai land rent. Asumsi yang dibangun yaitu didasarkan pada isu yang sedang berlangsung pada saat penelitian yaitu kenaikan harga pupuk urea dan kenaikan harga BBM. Dengan analisis ini akan dilihat seberapa besar pegaruh kesuburan terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan harga pupuk urea yang diakibatkan dari berkurangnya subsidi terhadap harga pupuk urea tersebut. Selain itu, juga dapat dilihat seberapa besar pengaruh jarak terhadap perubahan nilai land rent karena adanya perubahan biaya transportasi yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM.
6. 7. 1 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Akibat Kenaikan Harga Pupuk Urea Berdasarkan dikurangi subsidi terhadap harga pupuk urea, maka kenaikan biaya untuk pupuk urea sebesar 50% (www.suara pembaruan. gom /news /2006/ 11/ekonomi/eko01 htm.). Kenaikan harga rata-rata yang terjadi pada pupuk urea yaitu sebesar Rp1.064,29. Harga pupuk urea dianggap sebagai variabel eksogen yang mempengaruhi nilai biaya produksi sebagai faktor endogen dalam perhitungan nilai land rent.
46
Tabel 14. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No. Keterangan 1. Produktivitas 2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya sarana produksi 4. Harga udang windu 5. Biaya transportasi 6. Jarak ke pasar 7. Rente (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Kg per Ha Rp per Ha Rp per Ha Rp per Kg Rp per Kg per Km Km Rp per Ha
Jumlah 66,46 2.576.700,00 848.960,30 50.688,60 62,13 13,05 2.723.726,52
Tabel 15. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No. Keterangan 1. Jarak dari pasar 2. Rent sebelum harga pupuk naik 3. Rent sesudah harga pupuk naik 4. Penurunan nilai land rent 5. Persentase penurunan (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Km Rp per Ha Rp per Ha Rp per Ha Persen (%)
Jumlah 13,05 2.733.502,84 2.723.726,52 9.776,32 0,36
Dengan adanya kenaikan harga pupuk urea, maka hal ini berpengaruh terhadap besarnya nilai land rent sebagaimana yang disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Kedua tabel tersebut memberikan informasi terjadi perubahan perubahan nilai land rent sebesar 0,36% atau mengalami penurunan sebesar Rp9.776,32 per Ha.
Dengan menggunakan teknik dan perangkat lunak yang sama seperti yang dilakukan pada analisis regresi berganda nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar sebelum adanya kenaikan harga pupuk urea, dihasilkan output regresi berganda yang tersaji dalam Lampiran 7. Berdasarkan hasil analisis tersebut, fungsi hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak dengan adanya kenaikan harga pupuk urea berubah menjadi :
π = 622.828,29 + 41.978,74 X1 – 98.336,17 X2.............................(15) Fungsi tersebut menjelaskan bahwa dengan terjadinya kenaikan harga pupuk urea, nilai parameter berubah menjadi Rp622.828,29, sedangkan koefisien produktivitas berubah menjadi Rp41.978,74 dan koefisien jarak berubah menjadi Rp98.336,17. Gambar 15 dan Gambar 16 merupakan ilustrasi hubungan antara nilai land rent dengan variabel produktivitas dan jarak, setelah adanya kenaikan harga pupuk urea dengan sebelum adanya kenaikan harga pupuk urea.
47
Rent (Rp/Ha)
Produktivitas (Kg/Ha)
Gambar 15. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007
Rent (Rp/Ha)
Jarak (Km)
Gambar 16. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 (Sumber : Diolah dari data primer, 2007). Gambar 15 menampilkan hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas setelah adanya kenaikan harga pupuk urea dengan sebelum adanya kenaikan harga pupuk urea. Dalam menggambarkan hubungan tersebut, variabel jarak dianggap tetap, sehingga Gambar 15 dibangun berdasarkan persamaan :
48
π
= - 660.717,49 + 41.978,74 X1
(Lampiran 8), yang mengartikan jika
produktivitas udang windu sama dengan 0 Kg, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar –Rp660.717,49, dan setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu, akan merubah nilai land rent sebesar Rp41.978,74. Akibat adanya kenaikan harga pupuk urea maka setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu
nilai land rent mengalami penurunan sebesar
Rp99,59. Gambar 16 adalah bid rent schedulle kegiatan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang setelah adanya kenaikan harga pupuk urea. Dalam menggambarkan hubungan antara nilai rent dengan jarak, variabel produktivitas dianggap tetap, sehingga Gambar 16 dibangun berdasarkan persamaan :
π = 3.412.608,62 – 98.336,17 X2 (Lampiran 8), yang artinya jika lokasi tambak berjarak 0 Km dari pasar, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp3.412.698,62, dan setiap terjadi perubahan satu-satuan jarak akan merubah nilai land rent sebesar Rp.98.336,17. Akibat adanya kenaikan pupuk urea maka setiap
terjadi perubahan satu-satuan jarak merubah nilai land rent mengalami penurunan sebesar Rp1.052,76. Melalui analisis gambar tersebut, diketahui bahwa sampai dengan jarak 35 Km dari pusat pasar, kegiatan usaha tambak udang ini masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif.
6. 7. 2 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Akibat Kenaikan Harga BBM Selain kenaikan pupuk urea, kenaikan harga BBM mengakibatkan kenaikan biaya transportasi sekitar 40% ( www .pertamina .com/ index.phph?/long=id). Harga BBM dianggap sebagai variabel eksogen yang mempengaruhi nilai biaya transportasi sebagai faktor endogen dalam perhitungan nilai land rent. Dengan adanya kenaikan BBM, maka hal ini berpengaruh terhadap besarnya nilai land rent sebagaimana yang disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Kedua tabel tersebut memberikan informasi terjadi perubahan perubahan nilai land rent sebesar 0,16% atau mengalami penurunan sebesar Rp4.627,4 per Ha.
49
Tabel 16. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 No. Keterangan 1. Produktivitas 2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya sarana produksi 4. Harga udang windu 5. Biaya transportasi 6. Jarak ke pasar 7. Rente (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Kg per Ha Rp per Ha Rp per Ha Rp per Kg Rp per Kg per Km Km Rp per Ha
Jumlah 66,46 2.576.700,00 841.137,80 50.688,60 214,58 13,05 2.728.875,44
Tabel 17. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 No. Keterangan 1. Jarak dari pasar 2. Rent sebelum harga BBM naik 3. Rent sesudah harga BBM naik 4. Penurunan nilai land rent 5. Persentase penurunan (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Km Rp per Ha Rp per Ha Rp per Ha Persen (%)
Jumlah 13,05 2.733.502,84 2.728.875,44 4.627,40 0,16
Dengan menggunakan teknik dan perangkat lunak yang sama seperti yang dilakukan pada analisis regresi berganda nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar sebelum adanya kenaikan harga BBM, dihasilkan output regresi berganda yang tersaji dalam Lampiran 10. Berdasarkan hasil analisis tersebut, fungsi hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak dengan adanya kenaikan harga pupuk urea berubah menjadi :
π = 598.847,11 + 42.011,50 X1 – 96.306,79 X2 .............................(16) Fungsi tersebut menjelaskan bahwa dengan terjadinya kenaikan harga BBM, nilai parameter berubah menjadi Rp598.847,11, sedangkan koefisien produktivitas berubah menjadi Rp42.011,50 dan koefisien jarak berubah menjadi Rp96.306,79. Gambar 17 dan Gambar 18 merupakan ilustrasi hubungan antara nilai land rent dengan variabel produktivitas dan jarak, setelah adanya kenaikan harga BBM dengan sebelum adanya kenaikan harga BBM.
50
Rent (Rp/Ha)
Produktivitas (Kg/Ha)
Gambar 17. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 Gambar 17 menampilkan hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas setelah adanya kenaikan harga BBM dengan sebelum adanya kenaikan harga BBM. Dalam menggambarkan hubungan tersebut, variabel jarak dianggap tetap, sehingga Gambar 17 dibangun berdasarkan persamaan :
π
= - 658.209,91 + 42.011,50 X1
(Lampiran 11), yang mengartikan jika
produktivitas udang windu sama dengan 0 Kg, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar –Rp658.209,91, dan setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu, akan merubah nilai land rent sebesar Rp42.011,50. Akibat adanya kenaikan harga BBM maka setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu
nilai land rent mengalami penurunan sebesar
Rp66,83. Gambar 18 adalah bid rent schedulle kegiatan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang setelah adanya kenaikan harga BBM. Dalam menggambarkan hubungan antara nilai rent dengan jarak, variabel produktivitas dianggap tetap, sehingga Gambar 18 dibangun berdasarkan persamaan : π = 3.390.804,66 – 96.306,79 X2 (Lampiran 11), yang artinya jika lokasi tambak berjarak 0 Km dari
pasar, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp3.390.804,66, dan setiap terjadi perubahan satu-satuan jarak akan merubah nilai Rp96.306,79.
land rent sebesar
51
Rent (Rp/Ha)
Jarak (Km)
Gambar 18. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Akibat adanya kenaikan BBM maka setiap terjadi perubahan satu-satuan jarak merubah nilai land rent mengalami penurunan sebesar Rp976,62. Melalui analisis gambar tersebut, diketahui bahwa sampai dengan jarak 35 Km dari pusat pasar, kegiatan usaha tambak udang ini masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif.
6. 7. 3 Analisis Sensitivitas Nilai Land Rent Akibat Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 Analisi sensitivitas ini juga dilihat dari kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea secara bersamaan yaitu 40% dan 50%. Tabel 18 dan Tabel 19 menjelaskan perubahan nilai land rent akibat kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea secara bersamaan. Dengan adanya kenaikan BBM dan kenaikan harga pupuk urea secara bersamaan, maka hal ini berpengaruh terhadap besarnya nilai land rent sebagaimana yang disajikan pada Tabel 18 dan Tabel 19. Kedua tabel tersebut
52
memberikan informasi terjadi perubahan perubahan nilai land rent sebesar 0,53% atau mengalami penurunan sebesar Rp14.403,72 per Ha.
Tabel 18. Perubahan Nilai Land Rent Berdasarkan Faktor Kesuburan dan Jarak Tambak ke Pusat Pasar Akibat Adanya Kenaikan Harga BBM dan Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No. Keterangan 1. Produktivitas 2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya sarana produksi 4. Harga udang windu 5. Biaya transportasi 6. Jarak ke pasar 7. Rente (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Kg per Ha Rp per Ha Rp per Ha Rp per Kg Rp per Kg per Km Km Rp per Ha
Jumlah 66,46 2.576.700,00 848.960,30 50.688,60 214,58 13,05 2.719.099,12
Tabel 19. Persentase Perubahan Nilai Land Rent dengan Adanya Kenaikan Harga BBM dan Pupuk Urea Tahun 2007 No. Keterangan 1. Jarak dari pasar 2. Rent sebelum BBM dan pupuk naik 3. Rent sesudah BBM dan pupuk naik 4. Penurunan nilai land rent 5. Persentase penurunan (Sumber : Diolah dari data primer, 2007).
Satuan Km Rp per Ha Rp per Ha Rp per Ha Persen (%)
Jumlah 13,05 2.733.502,84 2.719.099,12 14.403,72 0,53
Dengan menggunakan teknik dan perangkat lunak yang sama seperti yang dilakukan pada analisis regresi berganda nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar sebelum adanya kenaikan harga BBM, dihasilkan output regresi berganda yang tersaji dalam Lampiran 12. Berdasarkan hasil analisis tersebut, fungsi hubungan antara nilai land rent dengan faktor kesuburan dan jarak dengan adanya kenaikan harga BBM dan kenaikan harga pupuk urea berubah menjadi :
π = 641.081,03 + 41.911,92 X1 – 97.359,55 X2 .............................(17) Fungsi tersebut menjelaskan bahwa dengan terjadinya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea, nilai parameter berubah menjadi Rp641.081,03, sedangkan koefisien produktivitas berubah menjadi Rp41.911,92 dan koefisien jarak berubah menjadi Rp97.359,55. Gambar 19 dan Gambar 20 merupakan ilustrasi hubungan antara nilai land rent dengan variabel produktivitas dan jarak, setelah adanya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea dengan sebelum adanya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea.
53
Rent (Rp/Ha)
Produktivitas (Kg/Ha)
Gambar 19. Hubungan Nilai Land Rent dengan Variabel Produktivitas Setelah Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum AdanyaKenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007
Gambar 19 menampilkan hubungan antara nilai land rent dengan produktivitas setelah adanya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea dengan sebelum adanya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea. Dalam menggambarkan hubungan tersebut, variabel jarak dianggap tetap, sehingga Gambar 19 dibangun berdasarkan persamaan : π = -659.957,25+ 41.911,92 X1 (Lampiran 13), yang mengartikan jika produktivitas udang windu sama dengan 0 Kg, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar –Rp659.957,25, dan setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu, akan merubah nilai land rent sebesar Rp41.911,92. Akibat adanya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea maka setiap terjadi perubahan satu Kg produktivitas udang windu mengalami penurunan sebesar Rp99,58.
nilai land rent
54
Rent
(Rp/Ha)
Jarak (Km)
Gambar 20. Bid Rent Schedulle Lahan Tambak Udang Windu Setelah Terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk dan Sebelum Adanya Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 (Sumber : Diolah dari data primer, 2007). Gambar 20 adalah bid rent schedulle kegiatan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang setelah adanya kenaikan harga BBM dan harga pupuk urea. Dalam menggambarkan hubungan antara nilai rent dengan jarak, variabel produktivitas dianggap tetap, sehingga Gambar 20 dibangun berdasarkan persamaan : π = 3.396.180,34 – 97.359,55 X2 (Lampiran 13), yang artinya jika lokasi tambak berjarak 0 Km dari pasar, maka nilai rent yang akan diperoleh adalah sebesar Rp3.396.180,34, dan setiap terjadi perubahan satu-satuan jarak akan merubah nilai land rent sebesar Rp97.359,55. Akibat adanya kenaikan BBM dan harga pupuk urea maka setiap terjadi perubahan satu-satuan jarak merubah nilai land rent mengalami penurunan sebesar Rp1.052,76. Melalui analisis gambar tersebut, diketahui bahwa sampai dengan jarak 35 Km dari pusat pasar, kegiatan usaha tambak udang ini masih memberikan nilai pemanfaatan lahan yang positif.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1 Kesimpulan 1) Kurva permintaan lahan tambak di Kelurahan Sicanang mengikuti persamaan Q = 2.436,8877 PX -0,54287, sehingga nilai elastisitas permintaan terhadap lahan
tambak di Kelurahan Sicanang sebesar -0,54287. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa setiap terjadi kenaikan nilai sewa lahan sebesar satu rupiah, maka akan menurunkan permintaan lahan sebesar 0,54287 Ha.Permintaan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah sebesar 0,43 Ha per pembudidaya atau seluruh responden sebesar 8,17 Ha . Nilai ekonomi permintaan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang Rp17.527.446.61. 2) (a) Tingkat produktivitas rata-rata lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah 66,46 Kg per Ha dengan luas lahan rata-rata 1,2 Ha dan produksi rata-rata sebesar 71,83 Kg. (b) Total biaya tenaga kerja untuk mengolah per Ha luasan lahan tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah Rp2.576.700,00. (c) Total biaya sarana produksi per Ha kegiatan budidaya udang windu di Kelurahan Sicanang adalah Rp841.137,80 (d)Biaya transportasi untuk membawa hasil produksi udang windu ke pasar KIM (Kawasan Industri Medan) dari tambak udang windu di Kelurahan Sicanang adalah Rp153,27 per Kg per Km. (e) Nilai land rent lahan tambak yang dimanfaatkan untuk kegiatan produksi budidaya udang windu berdasarkan faktor kesuburan dan jarak lokasi tambak ke pusat pasar adalah Rp2.733.502,84 per Ha. 3) (a) Pengaruh perubahan faktor eksogen kenaikan harga BBM 40% terhadap perubahan nilai land rent di Kelurahan Sicanang mengakibatkan berubahnya biaya transportasi menjadi Rp214,58 per Kg per Km. Nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya transportasi akibat adanya kenaikan harga BBM mengalami penurunan sebesar 0,16 % atau Rp4.627,40 per Ha dengan nilai land rent sebesar Rp2.728.875,44 per Ha. (b) Pengaruh perubahan faktor eksogen kenaikan harga pupuk urea 50%
56
terhadap perubahan nilai land rent di Kelurahan Sicanang mengakibatkan berubahnya biaya sarana produksi menjadi Rp848.960,30. Nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya sarana produksi akibat adanya kenaikan harga pupuk urea mengalami penurunan sebesar 0,36 % atau Rp9.776,32 per Ha dengan nilai land rent sebesar Rp2.723.726,52 per Ha (c) Pengaruh perubahan faktor eksogen terjadi dengan adanya kenaikan harga BBM 40% dan harga pupuk 50% secara terhadap perubahan nilai land rent di Kelurahan Sicanang mengakibatkan berubahnya biaya transportasi menjadi Rp214,58 per Kg per Km dan biaya sarana produksi Rp848.960,30. Nilai land rent yang disebabkan oleh perubahan biaya transportasi dan biaya sarana produksi akibat adanya kenaikan harga BBM dan kenaikan harga pupuk urea mengalami penurunan sebesar 0,53% atau Rp14.403,72 per Ha dengan nilai land rent sebesar Rp2.719.099,12 per Ha.
7 . 2 Saran 1) Perlunya peningkatan peran Pemerintah Kecamatan Medan Belawan untuk membuat kebijakan agar dapat memperhatikan dan memperbaiki sarana prasarana transportasi misalnya perbaikan jalan raya terutama akses dari
2) Perlunya peningkatan peran Pemerintah Kecamatan Medan Belawan untuk menyediakan sarana input produksi di daerah penelitian agar dapat memperlancar kegiatan budidaya udang windu sehingga meningkatkan perekonomian di daerah penelitian. 3) Perlu adanya analisis lebih lanjut, mengenai kemungkinan adanya peningkatan teknologi intensif pada kegiatan budidaya udang windu di Kelurahan Sicanang, dalam rangka meningkatkan nilai pemanfaatan lahan tambak di kawasan tersebut, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Adrianto L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodelogi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dal Laut. Bogor : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut-Institut Pertanian Bogor. Barlowe R. 1978. Land Resource Economy. 3rd Edition. New Jersey. Prentice Hall Inc. Djojodidipuro M. 1991. Teori Lokasi. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Fauzi A. 2001. Pronsip-Prinsip Penelitian Sosial Ekonomi : Panduan Singkat (paper) Bogor : Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Institut Pertanian Bogor. . 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Hanafiah AM dan AM Saefuddin.1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta : UI Press Laporan Tahunan Budidaya Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006. Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, Sumatera Utara. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Richard GL. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Penterjemah : Wasana AJ dan Kibrandoko. Jakarta Barat : Binapa Aksara. Terjemahan dari : th Economic 10 ed. Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3S Mulyadi S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Murtidjo BA. 1989. Tambak Air Payau Budidaya Udang dan Bandeng. Yogyakarta : Kanisius. Kelurahan Sicanang. 2006. Profil Wilayah Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2006. Simanjuntak. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Jakarta : FE UI Pres. Soekartawi. 1991. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Press. . 1990. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press.
58
Soeseno S. 1983. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta : Gramedia. Sugiarto, T Herlambang, Brastoro, R Sudjana, dan S Kelana . 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Suparmoko M. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis ). Yogyakarta : BPFE. 568 hal. Suyanto RS dan M Ahmad. 2001. Budidaya Udang Windu. Jakarta : Penebar Swadaya. .2003. Laporan Sidang Global Shrimp 2000-2003. http:// www. dkp. go. Id/content. [tanggal 15April 2007]. . 2007. Harga BBM Tahun 2003-2007.http:// www .pertamina .com/ index.phph?/long=id. [tanggal 10 Desember 2007]. . 2007. Harga Pupuk Urea Tahun 2003-2007.http:// www.suara pembaruan gom /news /2006/ 11/ekonomi/eko01 htm.) [tanggal 10 Desember 2007).
LAMPIRAN
60
Lampiran 1. Peta Wilayah Sumatra Utara Tahun 2007
Tempat Penelitian
61
Lampiran 2. Analisis Regresi Permintaan Lahan Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0,827763 0,685192 0,527788 0,498684 19
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2 X Variable 3 X Variable 4 X Variable 5 X Variable 6
SS 6 12 18
6,495288 2,984227 9,479515
Coefficients -7,42205 -0,54287 0,978153 -0,45033 0,839948 0,313949 -0,09909
Standard Error 5,286459 0,230216 0,648424 0,455395 0,284662 0,277432 0,202676
MS 1,082548 0,248686
F 4,353079
Significance F 0,0145716
t Stat -1,40397 -2,3581 1,508508 -0,98887 2,950689 1,131623 -0,48892
P-value 0,185675 0,036176 0,157294 0,342248 0,012129 0,279901 0,63371
Lower 95% -18,94025 -1,044472 -0,434642 -1,442546 0,2197235 -0,290524 -0,540685
Upper 95% 4,096158 -0,04128 2,390947 0,541894 1,460172 0,918421 0,342499
Lower 95,0% -18,9403 -1,04447 -0,43464 -1,44255 0,219723 -0,29052 -0,54068
Upper 95,0% 4,096158 -0,04128 2,390947 0,541894 1,460172 0,918421 0,342499
62
Lampiran 3. Output MAPEL 9,5 untuk Plot garafik Permintaan dan Nilai Pemanfaatan Lahan Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 > restart; > a:=243.68877;b:=-0.54287;P:=2143275.263; a := 243.68877 b := -0.54287 P := 2.143275263 10
6
> f(Q):=(Q/a)^(1/b); f(Q) :=
24928.61399 Q 1.842061635
> plot(f(Q),Q=0..a);
> CSL:=int(f(Q),Q=555560..6000000); CSL := 0.4304147056
> NEK:=CSL*P; 5
NEK := 9.224971913 10
63
Lampiran 4. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0,964908 0,9310474 0,9224283 715942,03 19
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2
2 16 18
SS 1,10738E+14 8,20117E+12 1,18939E+14
Coefficients 610834,37 42078,329 -97283,411
Standard Error 1123968,678 2866,187059 83863,25256
MS 5,54E+13 5,13E+11
F 108,021662
Significance F 5,10984E-10
t Stat 0,543462 14,68094 -1,16002
P-value 0,59430343 1,0543E-10 0,26305675
Lower 95% -1771872,767 36002,28385 -275065,5637
Upper 95% 2993542 48154,37 80498,74
Lower 95.0% -1771872,8 36002,2839 -275065,56
Upper 95.0% 2993541,5 48154,374 80498,741
64
Lampiran 5. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Tahun 2007
> restart; > a:=610834.3738;b1:=42078.32895;b2:=-97283.41139; a := 6.108343738 10
5
b1 := 42078.32895 b2 := -97283.41139
> rent:=a+(b1*x1)+(b2*x2); 5
rent := 6.108343738 10 + 42078.32895 x1 - 97283.41139 x2
> rent1:=a+66.45697758*b1+b2*x2; 6
rent1 := 3.407232938 10 - 97283.41139 x2
> plot(rent1,x2=0....38);
65
> rent2:=a+13.05263158*b2+b1*x1; 5
rent2 := -6.589701542 10 + 42078.32895 x1
> plot(rent2, x1=0....50);
66
Lampiran 6. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No.
L 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
1 2 1,5 0,4 1 0,25 0,4 2 2,5 1 0,5 1,5 0,5 2 0,5 3 1 0,5 1,5 23,05
Q 88 54 123,33 125 30 224 47 33,5 16 75 36 34 140 50 120 40 40 196 60 1531,83 66,45
Harga 57000 46000 46666,67 44000 50000 48666,67 64000 54000 50000 51250 58333,33 50000 50000 65000 51666,67 55000 42250 46000 33250
Total 5016000 2484000 5755555,6 5500000 1500000 10901333 3008000 1809000 800000 3843750 2100000 1700000 7000000 3250000 6200000 2200000 1690000 9016000 1995000 75768639
HOK1 18 14 52 22 14 18 18 18 18 18 18 18 13 18 18 18 18 18 18 367 15,922
50688,59
Upah 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375
Biaya TK1 78750 61250 227500 96250 61250 78750 78750 78750 78750 78750 78750 78750 56875 78750 78750 78750 78750 78750 78750 1605625
HOK2 12 3 32 32 192 48 48 32 48 120 16 16 8 24 192 48 24 24 48 967 41,95
4375 0,24
Upah 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375
Biaya TK2 52500 13125 140000 140000 840000 210000 210000 140000 210000 525000 70000 70000 35000 105000 840000 210000 105000 105000 210000 4230625 4375
0,63
67
Lanjutan Lampiran 6. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
HOK3 18 20 10 24 18 18 18 24 24 15 18 18 18 24 18 18 18 18 24 363 15,75
Upah 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375
Biaya TK3 78750 87500 43750 105000 78750 78750 78750 105000 105000 65625 78750 78750 78750 105000 78750 78750 78750 78750 105000 1588125
b1 6000 12500 6666,67 17500 3000 15200 10000 2500 400 25000 20000 1000 45000 5000 20000 5000 9000 10000 10000 223766,67 9707,88
4375 0,24
Harga 50 50 25 50 50 50 50 50 50 25 25 25 25 20 50 20 40 50 50
Total 300000 625000 166666,67 875000 150000 760000 500000 125000 20000 625000 500000 25000 1125000 100000 1000000 100000 360000 500000 500000 8356666,7
b2 5 5
Harga 2500 1600
Total 12500 8000
25 15 40
2200 2000 2500
55000 30000 100000
10 4 10 10 8 10 12,5 10
2000 2500 2500 2000 2000 2000 2000 2000
20000 10000 25000 20000 16000 20000 25000 20000
5
2000
10000
169,5 7,35
39,7368 146,08
371500 2128,57
0,11
68
Lanjutan Lampiran 6. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanag Tahun 2007 No.
b3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
Harga 25 10
3000 3600
Total 75000 36000
2
3500
7000
70,67
1600
113066,67
14
3000
42000
10
3000
30000
5
3000
15000
136,67 5,93
318066,67
b4
Harga
0,25 0,33 1,25 2 1 0,75 0,3 0,2 0,1 0,2 0,27 0,6 0,3 2,6 0,33 0,5 0,2 0,5 11,68 0,51
80000 96000 100000 100000 100000 100000 96000 100000 120000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000
2957,14 0,089
Total 20000 32000 125000 200000 100000 75000 28800 20000 12000 20000 26666,67 60000 30000 260000 33333,33 50000 20000 50000 1162800
b5 1
harga 98000
total 98000
0,25 0,25
100000 100000
25000 25000
0,4 0,2
120000 100000
48000 20000
0,4
100000
40000
2 0,17
100000 100000
200000 16666,667
0,2 0,23 5,1 0,22
100000 100000
20000 23333,33 516000
99555,56 0,01
101800 0,003
69
Lanjutan Lampiran 6. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanag Tahun 2007 No.
b6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
harga
total
10 6,67 0,25
2000 2500 10000
20000 16666,67 2500
0,25 1,75
10000 56500
2500 98875
0,1 10 3,33 30
120000 3000 2500 2500
12000 30000 8333,33 75000
1,83 0,1
51250 150000
93958,33 15000
64,28 2,79
374833,33
b7
harga
0,25
24000
6000
8
18000
144000
0,75 1,2 4 5
22000 30000 20000 24000
16500 36000 80000 120000
3 0,5 4
24000 24000 24000
72000 12000 96000
1,5 1
20000 20000
30000 20000
29,2 1,27
37295,46 0,04
total
632500
b8
harga
40 50
325 500
13000 25000
66,67 300 125 100
600 700 600 600
40000 210000 75000 60000
681,67 29,57
22727,27 0,02
total
423000 554,17
0,45
70
Lanjutan Lampiran 6. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Tahun 2007 No.
b9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
harga
total
27,5 4,167 75
7750 8000 7500
213125 33333,33 562500
112,5 41 11,2 35 90 16,67 40 31 60 2,67 15 40,6 30 632,3 27,43
3500 6833,3333 8500 8000 3500 8000 3500 8000 8000 8000 8000 8000 8000
393750 280166,67 95200 280000 315000 133333,33 140000 248000 480000 21333,33 120000 324800 240000 3880541,7
b10
4
total
30000
120000
Keterangan : L = luas lahan (Ha) Q= produksi (Kg) HOK1 (Hari Orang Kerja)= masa persiapan (Jam) HOK2 (Hari Orang Kerja) =masa pemeliharaan (Jam) HOK3 (Hari Orang Kerja) = masa pemanenan
1 5 0,22
7067,71 0,41
harga
32000
32000 152000 31000
3649,49
(Jam) b1= benih (ekor) b2= urea (Kg) b3= pupuk lainnya (Kg) b4= akodan (Liter) b5= limbacit (Liter) b6=racun lainnya (Liter) b7= pupuk cair (Liter) b8= kapur (Kg) b9= pakan tambahan (Kg) b10= vitamin (Liter)
71
Lampiran 7. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Harga Pupuk Urea Tahun 2007 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0,964776841 0,930794353 0,922143647 715690,83 19
ANOVA df Regression Residual Total
Intercept X Variable 1 X Variable 2
2 16 18
SS 1,10226E+14 8,19541E+12 1,18421E+14
Coefficients 622828,2993 41978,74209 -98336,1699
Standard Error 1123574,319 2865,18142 83833,82805
MS 5,51E+13 5,12E+11
F 107,5975
Significance F 5,2618E-10
t Stat 0,554328 14,65134 -1,17299
P-value 0,58702 1,09E-10 0,257968
Lower 95% -1759042,84 35904,8289 -276055,945
Upper 95% 3004699 48052,66 79383,61
Lower 95.0% -1759042,8 35904,8289 -276055,95
Upper 95.0% 3004699,44 48052,6553 79383,6052
72
Lampiran 8. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Setelah terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007
> a1:=622828.2993;b3:=41978.74209;b4:=-98336.16992; a1 := 6.228282993 10
5
b3 := 41978.74209 b4 := -98336.16992
> rent3:=a1+(b3*x1)+(b4*x2); 5
rent3 := 6.228282993 10 + 41978.74209 x1 - 98336.16992 x2
> rent3:=a1+66.45697758*b3+b4*x2; 6
rent3 := 3.412608621 10 - 98336.16992 x2
> plot([rent1,rent3],x2=0....38);
> rent4:=a1+13.05263158*b4+b3*x1;
73
5
rent4 := -6.607174977 10 + 41978.74209 x1
> plot([rent2,rent4],x1=0....50);
74
Lampiran 9. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
HOK3 18 20 10 24 18 18 18 24 24 15 18 18 18 24 18 18 18 18 24 363 15,748
Upah 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375 4375
Biaya TK3 78750 87500 43750 105000 78750 78750 78750 105000 105000 65625 78750 78750 78750 105000 78750 78750 78750 78750 105000 1588125
b1 6000 12500 6666,67 17500 3000 15200 10000 2500 400 25000 20000 1000 45000 5000 20000 5000 9000 10000 10000 223766,67 9707,88
4375 0,24
Harga 50 50 25 50 50 50 50 50 50 25 25 25 25 20 50 20 40 50 50
Total 300000 625000 166666,67 875000 150000 760000 500000 125000 20000 625000 500000 25000 1125000 100000 1000000 100000 360000 500000 500000 8356666,7
b2 5 5
Harga 3750 2400
Total 9375 12000
25 15 40
3300 3000 3750
82500 45000 150000
10 4 10 10 8 10 12,5 10
3000 3750 3750 3000 3000 3000 3000 3000
30000 15000 37500 30000 24000 30000 37500 30000
5
3000
15000
169,5 7,35
39,737 146,08
547875 3058,93
0,11
75
Lanjutan Lampiran 9. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No.
b3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
Harga 25 10
3000 3600
Total 75000 36000
2
3500
7000
70,67
1600
113066,67
14
3000
42000
10
3000
30000
5
3000
15000
136,67 5,93
318066,67
b4 0,25 0,33 1,25 2 1 0,75 0,3 0,2 0,1 0,2 0,27 0,6 0,3 2,6 0,33 0,5 0,2 0,5 11,68 0,51
2957,14 0,089
Harga 80000 96000 100000 100000 100000 100000 96000 100000 120000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000 100000
Total 20000 32000 125000 200000 100000 75000 28800 20000 12000 20000 26666,67 60000 30000 260000 33333,33 50000 20000 50000 1162800
b5 1
harga 98000
total 98000
0,25 0,25
100000 100000
25000 25000
0,4 0,2
120000 100000
48000 20000
0,4
100000
40000
2 0,17
100000 100000
200000 16666,667
0,2 0,23 5,1 0,22
100000 100000
20000 23333,333 516000
99555,56 0,01
101800 0,003
76
Lanjutan Lampiran 9. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No.
b6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output
harga
total
10 6,67 0,25
2000 2500 10000
20000 16666,67 2500
0,25 1,75
10000 56500
2500 98875
0,1 10 3,33 30
120000 3000 2500 2500
12000 30000 8333,33 75000
1,83 0,1
51250 150000
93958,33 15000
64,28 2,79
374833,33
b7
harga
0,25
24000
6000
8
18000
144000
0,75 1,2 4 5
22000 30000 20000 24000
16500 36000 80000 120000
3 0,5 4
24000 24000 24000
72000 12000 96000
1,5 1
20000 20000
30000 20000
29,2 1,27
37295,46 0,04
total
632500
b8
harga
40 50
325 500
13000 25000
66,67 300 125 100
600 700 600 600
40000 210000 75000 60000
681,67 29,57
22727,27 0,02
total
423000 554,17
0,45
77
Lanjutan Lampiran 9. Data Karakteristk Output dan Input Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Kenaikan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 No.
b9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Jumlah Rata-rata output/input Rata-rata harga output/input Pemakaian input untuk 1 Kg output b9= pakan tambahan (Kg) b10=
harga
total
27,5 4,167 75
7750 8000 7500
213125 33333,33 562500
112,5 41 11,2 35 90 16,67 40 31 60 2,67 15 40,6 30 632,3 27,43
3500 6833,33 8500 8000 3500 8000 3500 8000 8000 8000 8000 8000 8000
393750 280166,67 95200 280000 315000 133333,33 140000 248000 480000 21333,33 120000 324800 240000 3880541,7
b10
harga
4
(Jam) HOK3 (Hari Orang Kerja) = masa pemanenan
1 5 0,22
32000
32000 152000 31000
3649,49 vitamin
120000
Keterangan : L = luas lahan (Ha) Q= produksi (Kg) HOK1 (Hari Orang Kerja)= masa persiapan (Jam) HOK2 (Hari Orang Kerja)=masa pemeliharaan
7067,71 0,41
30000
total
(Jam) b1= benih (ekor) b2= urea (Kg) b3= pupuk lainnya (Kg) b4= akodan (Liter) b5= limbacit (Liter) b6=racun lainnya (Liter) b7= pupuk cair (Liter) b8= kapur (Kg) (Liter)
78
Lampiran 10. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Di Kelurahan Sicanang Setelah Terjadi Harga BBM Tahun 2007 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0,964743545 0,930730107 0,922071371 716546,4626 19
ANOVA df Regression Residual Total
2 16 18
SS 1,10379E+14 8,21502E+12 1,18594E+14
MS 5,52E+13 5,13E+11
F 107,4903
Significance F 5,30098E-10
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Intercept X Variable 1
598847,1085 42011,50355
1124917,59 2868,606841
0,532348 14,64526
0,6018 1,09E-10
-1785871,636 35930,32875
2983566 48092,68
X Variable 2
-96306,7873
83934,05422
-1,14741
0,26808
-274239,0324
81625,46
Lower 95.0% 1785871,64 35930,3287 274239,032
Upper 95.0% 2983565,85 48092,6784 81625,4579
79
Lampiran 11. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Setelah terjadi Kenaikan Harga BBM dan Sebelum Kenaikan Harga BBM Tahun 2007 > a1:=598847.1085;b3:=42011.50355;b4:=-96306.78729; a1 := 5.988471085 10
5
b3 := 42011.50355
b4 := -96306.78729
> rent3:=a1+(b3*x1)+(b4*x2); 5
rent3 := 5.988471085 10 + 42011.50355 x1 - 96306.78729 x2
> rent3:=a1+66.45697758*b3+b4*x2; 6
rent3 := 3.390804658 10 - 96306.78729 x2
> plot([rent1,rent3],x2=0....38);
80
> rent4:=a1+13.05263158*b4+b3*x1; 5
rent4 := -6.582099045 10 + 42011.50355 x1
plot([rent2,rent4],x1=0....50);
81
Lampiran 12. Analisis Regresi Nilai Land Rent dengan Faktor dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu Di Kelurahan Terjadi Harga BBM dan Harga Pupuk Urea Tahun 2007 SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R R Square Adjusted R Square Standard Error Observations
0,964609058 0,930470635 0,921779465 716321,6926 19
ANOVA df Regression Residual Total
2 16 18
SS 1,09868E+14 8,20987E+12 1,18078E+14
MS 5,49E+13 5,13E+11
F 107,0593
Significance F 5,46193E-10
Coefficients
Standard Error
t Stat
P-value
Lower 95%
Upper 95%
Intercept X Variable 1
610841,034 41911,91669
1124564,72 2867,707001
0,54318 14,61513
0,594493 1,13E-10
-1773129,659 35832,64946
2994812 47991,18
X Variable 2
-97359,5458
83907,72535
-1,16032
0,262941
-275235,9763
80516,88
Lower 95.0% 1773129,66 35832,6495 275235,976
Upper 95.0% 2994811,73 47991,1839 80516,8846
Sicanang Setelah
82
Lampiran 13. Output MAPEL 9,5 untuk Plot Grafik Hubungan Nilai Land Rent dengan Kesuburan dan Jarak Lokasi Tambak Udang Windu di Kelurahan ke Pusat Pasar Setelah terjadi Kenaikan Harga BBM dan Harga Pupuk Urea dan Sebelum Kenaikan Harga BBM dan Pupuk Urea Tahun 2007
> a1:=610841.034;b3:=41911.91669;b4:=-97359.54582; a1 := 6.10841034 10
5
b3 := 41911.91669 b4 := -97359.54582
> rent3:=a1+(b3*x1)+(b4*x2); 5
rent3 := 6.10841034 10 + 41911.91669 x1 - 97359.54582 x2
> rent3:=a1+66.45697758*b3+b4*x2; 6
rent3 := 3.396180342 10 - 97359.54582 x2
> plot([rent1,rent3],x2=0....38);
83
> rent4:=a1+13.05263158*b4+b3*x1; 5
rent4 := -6.59957248 10 + 41911.91669 x1
> plot([rent2,rent4],x1=0....50);