ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
(Jurnal)
Sofy Hidayani NPM 1212011328
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ANALISIS KRIMINOLOGI TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA
Sofy Hidayani, Eddy Rifai, Rini Fathonah. (
[email protected]) ABSTRAK Penyalahgunaan narkotika adalah perbuatan yang sangat merugikan bagi kehidupan manusia. Terlebih apabila pelaku penyalahgunaan tersebut adalah seorang pegawai negeri sipil. Perbuatan tersebut akan memberikan efek negative bagi diri pegawai negeri sipil tersebut dan juga akan merusak instansi tempatnya bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab penyalahgunaan narkotika dan upaya dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil di kabupaten Lampung Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil di Kabupaten Lampung Utara yaitu faktor intern (dalam) diri individu, yaitu rasa ingin tahu serta coba-coba, mental yang lemah dan gangguan mental yang dimiliki oleh seseorang dan faktor ektern (luar) dari diri pegawai negeri sipil sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika, yaitu lemahnya keimanan, pengaruh lingkungan yang buruk, perkembangan teknologi yang tidak disikapi dengan bijak, dan efek media massa yang banyak menanyangkan tentang penyalahgunaan narkotika. Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dilakukan secara preventif dan represif, dengan sarana penal dan non penal. Upaya preventif yang dilakukan ialah melakukan razia rutin dan pemasangan reklame atau spanduk tentang bahaya narkotika di setiap instansi pemerintahan. Upaya represif yang dilakukan yaitu penindakan hukum tegas bagi pegawai negeri sipil yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Kata kunci: Kriminologis, Narkotika, Pegawai Negeri Sipil
CRIMINOLOGY ANALYSIS OF NARCOTICAL ABUSE BY CIVIL SERVANTS IN THE NORTH LAMPUNG REGENCY
Sofy Hidayani, Eddy Rifai, Rini Fathonah. (
[email protected]) ABSTRACT This research aimed to determine the causes of drug abuse and efforts in overcoming drug abuse by civil servants in the North Lampung Regency. The results of this research indicate that the causes of the drug abuse by civil servants in North Lampung Regency are internal factors (in) the individual as well as curiosity to try, mentally weak and mental disorders that are owned by someone and external (out) factors of the civil servants themselves as perpetrators of narcotical abuse namely the lack of faith and the influence of a bad environment, technological developments that are not addressed wisely, and the effects of mass media which broadcast a lot about drugs abuse. Drug abuse prevention efforts carried out preventive and repressive, whit penal and non-penal. Preventive measures undertaken is to conduct regular raids and installation of billboards or benners on the danger of narcotics in any government agency. Repressive efforts made is decisive legal action for civil servants who abuse narcotics. Keywords : Criminological, Narcotics, Civil Servants
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika tak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa hingga orang tua. Tidak pula memandang profesi mulai dari pengangguran, mahasiswa, dokter, pengusaha, hingga Pegawai Negeri Sipil sekalipun tak luput dari jeratan penyalahgunaan narkotika ini. Masalah peredaran dan penyalahgunaan narkotika ini juga tak kalah mengkhawatirkan, tidak hanya di kota-kota besar saja namun sampai merambah ke pelosok Indonesia, bahkan Provinsi Lampung. Penyalahgunaan narkotika ini dapat menyebabkan ketergantungan, mengganggu sistem syaraf pusat dan dapat menyebabkan gangguan fisik, jiwa, sosial dan keamanan. Kerugian yang ditimbulkan juga sangatlah besar. Kerugian terhadap pribadi sendiri dapat terlihat dari perubahan perilakunya, yang awalnya normal menjadi lebih pemarah, tidak peduli dengan sekitar hingga akhirnya akan menyakiti diri sendiri akibat gejala ketergantungan. Selain itu juga kecenderungan akan mengidap penyakit menular berbahaya akibat mengkonsumsi narkotika ini juga semakin besar. Bagi keluarga selain berdampak pada kerugian ekonomi, korban penyalahgunaan narkotika ini secara tidak langsung telah mencoreng nama baik keluarga di mata masyarakat, kehidupan sosialnya pun akan terganggu. Korban penyalahgunaan narkotika ini akan cenderung untuk melanggar norma yang berlaku dimasyarakat sehingga
memungkinkan dirinya untuk melakukan tindakan melawan hukum hanya untuk memenuhi hasratnya untuk kembali mengkonsumsi narkotika seperti mencuri, merampok bahkan membunuh sekalipun. Kerugian yang akan diterima dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ialah semakin rusaknya generasi muda penerus bangsa yang akan membuat bangsa ini mengalami kemunduran secara kualitas yang bisa mengancam kestabilan nasional. Saat ini penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sangat merajalela. Hal ini terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkotika dari semua kalangan dan peredaran narkotika yang terus meningkat. Namun yang lebih memperihatinkan, penyalahgunaan narkotika akhirakhir ini justru banyak dari kalangan Pegawai Negeri Sipil khususnya di Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 2015 terdapat 67 kasus penyalahgunaan narkotika yang ditangani oleh Polres Lampung Utara dan terdapat 3 Pegawai Negeri Sipil yang menjadi tersangka1. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, Aparat Satuan Narkoba (Satnarkoba) Polres Lampung Utara menangkap dua orang Pegawai Negeri Sipil yang sedang berpesta sabu2. Selain kasus tersebut terdapat beberapa kasus lainnya seperti tertangkapnya PNS Badan Pertanahan Nasional Lampung Utara ditangkap karena membawa sabu, PNS Dinas Pasar Simpang Perpau yang ditangkap saat 1
http://poskotanews.com diakses pada tanggal 17 Maret 2016 pukul 20:16 WIB 2 http://seputarlampung.co.id/konsumsinarkoba-dua-oknum-guru-diamankanpolres-lampura/ diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 20:30 WIB
melakukan transaksi sabu, dan kasuskasus lainnya baik yang masih dalam proses penyidikan, peradilan bahkan yang telah mendapat putusan pengadilan maupun dalam proses peradilan. Kondisi ini kontras mengingat Pegawai Negeri Sipil yang seharusnya menjadi contoh yang baik sebagai aparatur negara, yang saharusnya bersikap melayani dan memberi contoh yang baik kepada masyarakat malah mencoreng dan merusak citra institusinya, akan tetapi asa itu akan runtuh seketika manakala narkotika justru menjadi konsumsi keseharian dalam aktivitas kerja kaum intelektual. Pegawai Negeri Sipil seharusnya memiliki peran dan andil yang besar dalam upaya untuk membendung dan menekan peredaran dan penyalahgunaan narkotika dilingkungan masyarakat dan yang paling utama adalah di lingkungan institusi masing-masing. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita lihat bahwa banyak sekali faktorfaktor yang mendasari seseorang melakukan tidak pidana penyalahgunaan narkotika. Untuk itu penulis membuat suatu penelitian ilmiah yang berjudul: “Analisis Kriminologi Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Lampung Utara”. Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dikemukakan penulis antara lain: (1) Apakah faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara. (2) Bagaimanakah upaya dalam menanggulangi
penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Lampung Utara. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Responden penelitian adalah Kasipidum Kejaksaan Negeri Lampung Utara, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung, Akademi hukum pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan Narapida penyalahgunaan Narkotika pada Rutan Kelas 2B Kotabumi. Data dianalisis secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian. 2. HASIL PEMBAHASAN A. Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Pegawai Negeri Sipil Abdul Syani3 mengemukakan tentang teori faktor penyebab terjadinya kejahatan, yaitu: 1) Faktor intern, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a) Sifat khusus dari individu, seperti: sakit jiwa, daya emosional, rendahnya mental dan anatomi. b) Sifat umum, dapat dikategorikan atas beberapa macam, yaitu: umur, gender, kedudukan dalam masyarakat, pendidikan, dan hiburan. 2) Faktor ekstern, antara lain: a) Faktor ekonomi, dipengaruhi oleh kebutuhan hidup yang tinggi namun ekonominya rendah. b) Faktor agama, dipengaruhi rendahnya pengetahuan agama. c) Faktor bacaan, dipengaruhi oleh buku yang dibaca. 3
Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, Bandung, Remadja Karya, 1987. hlm. 44.
d) Faktor film, dipengaruhi oleh film yang disaksikan, dll. Menurut Edy Marjoni4 faktor yang menyebabkan kejahatan penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil adalah sebagai berikut: Faktor Intern, yaitu: 1. Faktor Rasa Ingin Tahu Semua orang memiliki rasa ingin tahu bahkan untuk sesuatu hal yang tidak harus diketahui. Mencoba sesuatu hal adalah usaha untuk mencari tahu. 2. Keinginan Untuk Mencoba Sama halnya dengan mencoba narkotika awalnya hanya ingin tahu bagaimana rasanya narkotika tersebut. Pertama hanya melihat, namun ditambah rasa ingin tahu lalu terpancing untuk menyentuh dan menggunakannya. 3. Mental Yang Lemah Seseorang yang memiliki mental yang lemah mudah goyah dan mudah terpengaruh dalam hal-hal yang buruk. Mental yang lemah ini bisa berbentuk seperti selalu merasa sendiri, tidak memiliki tanggung jawab, kurang mampu bergaul dengan baik, dan lain-lain. Faktor Ekstern, yaitu: 1. Faktor Agama atau Keimanan Seseorang yang melakukan penyalahgunaan narkotika biasanya dikarenakan landasan agamanya tidak kuat disebabkan tidak melaksanakan perintah agama yang dianjurkan dengan semestinya, ia berperilaku sesuai dengan pandangan 4
Hasil wawancara dengan Edy Marjoni, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung pada hari Rabu 25 Mei 2016 pukul 13.30 WIB.
dirinya dan tidak mempunyai iman yang kuat terhadap pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya. 2. Faktor Keluarga Faktor keluarga, yaitu orang tua, isteri atau suami, serta anak yang kurang memperhatikan segala aktivitas keluarganya diluar maupun di dalam rumah dapat mengakibatkan seseorang mudah sekali terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika. Keluarga yang kurang baik dan harmonis juga akan memberikan faktor negatif terhadap kehidupan seseorang bahakan orang dewasa sekalipun. Permasalahan atau konflik dalam rumah tangga juga dapat menjadi penyebab seseorang menggunakan narkotika sebagai pelarian. 3. Faktor Lingkungan Adanya pengaruh yang kuat dari hubungan seseorang dengan lingkungan sosial tempat tinggal maupun lingkungan kerjanya. Lingkungan yang buruk serta negatif dapat memicu seseorang dangan mudahnya untuk melakukan penyalahgunaan narkotika. 4. Faktor Kemajuan Teknologi Pergeseran nilai budaya dan moral oleh karena derasnya informasi global melalui segala sesuatu dari media massa dan alat elektronik menyebabkan seseorang dengan mudah memperoleh narkotika hanya dengan menggunakan media sosial seperti Black Berry Massenge, Line, Whats app, dan lainnya untuk memesan narkotika kepada bandar narkoba.
M. Indra Gunawan K5 menyatakan penyebab utama seseorang melakukan penyalahgunaan narkotika adalah sebagai berikut: 1. Gangguan Kepribadian Gangguan kepribadian yang terjadi didalam diri pengguna narkotika itu sendiri seperti emosi yang tidak stabil, kurangnya percaya diri atau malah terlalu percaya diri. 2. Faktor Lingkungan Selain faktor gangguan kepribadian penyebab lain dari seseorang melakukan penyalahgunaan narkotika adalah faktor lingkungan seperti lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal atau lingkungan pergulan. Tidak jarang seseorang merasa takut kehilangan temannya walaupun dia tahu kalau temantemannya tersebut dapat menjerumuskannya kedalam kehidupan yang negatif bahkan cenderung kearah kejahatan. 3. Terbiasa Hidup Mewah Orang yang biasa hidup mewah kerap berupaya menghindari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga akan memilih cara-cara yang praktis yang dapat memberikan kesenangan melalui penyalahgunaan narkotika yang dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan. 4. Kurangnya Penerapan Disiplin dan Tanggung Jawab
5
Hasil wawancara dengan M. Indra Gunawan K, Kasi Pidum dari Kejaksaan Negeri Lampung Utara pada hari Selasa 17 Mei 2016 pada pukul 10.00 WIB.
Penerapan disiplin dan tanggung jawab kepada seseorang akan mengurangi resiko seseorang terjebak ke dalam penyalahgunaan narkotika. Seseorang yang mempunyai tanggung jawab akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-coba narkotika. Erna Dewi6 menyatakan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan narkotika dapat dibagi menjadi dua, yaitu intern (dari dalam diri) dan ekstern (dari luar diri). 1. Faktor intern dapat terjadi karena banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh seseorang sehingga membuatnya melampiaskan permasalahannnya tersebut kedalam hal-hal yang negatif dan menyesatkan. 2. Faktor ekstern sendiri dapat disebabkan dari lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak kondusif. Lingkungan pergaulan juga tidak menutup kemungkianan bagi seseorang untuk melakukan penyalahgunaan narkotika. Apriza7 menyatakan faktor penyebab penyalahgunaan narkotika adalah: 1) Pengaruh dari temannya yang sudah lama memakai narkotika. 2) Rasa penasaran dan akhirnya berani untuk mencoba sampai kecanduan. 3) Lemahnya keimanan pun menjadi faktor yang mendorongnya menggunakan narkotika karena ia lupa akan dosa yang ia peroleh 6
Hasil wawancara dengan Erna Dewi, akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Senin tanggal 13 Juni 2016 pukul 10.00 WIB. 7 Hasil wawancara dengan Apriza, narapidana penyalahgunaan narkotika pada Rutan Kelas 2B Kotabumi pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2016 pukul 11.00 WIB.
kemudian hari karena perbuatannya tersebut. 4) Faktor lingkungan pekerjaan yang membuatnya merasa jenuh dan mengantuk saat bekerja. Menurut Syahroni8 sama halnya dengan Apriza dirinya menggunakan narkotika karena ajakan temannya yang juga teman Apriza. Karena rasa ingin tahu dan masalah dalam keluarga yang sedang dialaminya Syahroni pun mau mencoba menggunakan Narkotika jenis shabu. Bermula dari coba-coba Syahroni pun menjadi kecanduan narkotika yang awalnya hanya ikut menggunakan milik temannya hingga berusaha untuk membeli sendiri. Syahroni menyatakan setelah menggunakan narkotika jenis shabu ia merasa menjadi lebih percaya diri dan melupakan masalah yang ia hadapi baik dalam keluarga maupun masalah lainnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa faktor penyebab seorang pegawai negeri sipil melakukan penyalahgunaan narkotika, yaitu: 1. Faktor Diri Sendiri Seseorang yang tidak dapat mengendalikan emosi dan pikirannya akan mudah sekali terjerumus dalam hal negatif. Gangguan mental, tekanan yang dialami seseorang, rasa kurang percaya diri, bahkan terlalu percaya diri dapat menjadi penyebab seseorang menggunakan narkotika sebagai bentuk pelampiasan emosi. Mereka tidak akan memperdulikan status sosial dan pekerjaan mereka 8
Hasil wawancara dengan Syahroni, narapidana penyalahgunaan narkotika pada Rutan Kelas 2B Kotabumi pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2016 pukul 11.20 WIB.
sebagai seorang pegawai negeri sipil yang notabene adalah seorang pelayan masyarakat. 2. Faktor Lemahnya Keimanan Seseorang yang tumbuh dan hidup didalam keluarga yang dasar-dasar agamanya rendah, acuh terhadap agama, bahkan tidak pernah diajarkan tentang agama akan mudah sekali terlibat penyalahgunaan narkotika. Hal ini disebabkan tidak adanya patokan dan kontrol perilakunya sehingga takut kepada Tuhan untuk melakukan kesalahan. 3. Faktor Keluarga Kurangnya perhatian dari keluarga dan masalah yang timbul dalam rumah tangga dapat menyebabkan seseorang mencari pelarian untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Keluarga yang harmonis, saling memberikan perhatian, dan dukungan antara satu sama lain dapat membuat seseorang berpikir lebih jernih dan mau membagi akan masalah yang dihadapi baik itu masalah yang dihadapi di lingkungan pekerjaan maupun masalah lainnya. Peran keluargalah yang sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter dan sifat seseorang. 4. Faktor Lingkungan Pengaruh buruk dari lingkungan baik itu pergaulan, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan tempat tinggal akan sangat berdampak pada kualitas hidup seseorang. Mereka yang sudah terpengaruh oleh lingkungan yang buruk tidak akan memikirkan baik buruknya, akan tetapi lebih memikirkan apakah itu menyenangkan atau tidak, juga tidak dipertimbangkan resiko-resiko bagi dirinya. Bahkan untuk memenuhi
keinginannya mereka tidak segansegan melakukan hal-hal yang tidak baik. Kriminalitas itu pada umumnya merupakan kegagalan dari sistem pengontrolan diri terhadap aksi-aksi instingtip, juga menampilkan ketidakmampuan seseorang mengendalikan emosi untuk disalurkan pada perbuatan yang bermanfaat. Penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil disebabkan oleh modernisasi, keadaan masyarakat yang belum siap menerimanya yang mengakibatkan hal-hal negatif kerap terjadi. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil hanyalah sebagian kecil dari fenomena penyalahgunaan narkotika yang kini marak terjadi. Perilaku ini disebabkan oleh berbagai macam faktor lain, adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat dan disertai dengan arus globalisasi di segala bidang, pengaruh perkembangan budaya yang semakin tidak menghargai etika, tingkat kontrol masyarakat yang rendah artinya berbagai perilaku yang diduga sebagai penyimpangan, melanggar hukum dan norma keagamaan kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari berbagai unsur masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya hidup masyarakat membawa perubahan sosial serta memberikan pengaruh terhadap nilai dan perilaku masyarakat, serta nilai-nilai agama yang semakin terkikis di masyarakat atau pola relasi horizontal yang cenderung makin meniadakan peran agama adalah sangat potensial untuk mendorong seseorang melakukan
perbuatan negatif yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain.
B. Upaya dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika Oleh Pegawai Negeri Sipil G.P. Hoefnagels menyatakan bahwa upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan: a. Penerapan hukum pidana (criminal law application); b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment); dan c. Memengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment/mass media)9. Menurut Edy Marjoni10 upaya yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung untuk menanggulangi penyalahgunaan narkotika adalah sebagai berikut: 1. Upaya pre-emtif Upaya pre-emtif adalah upaya pencegahan yang dilakukan secara dini, antara lain mencakup pelaksanaan kegiatan penyuluhan untuk memberikan penjelasan tentang faktor-faktor penyebab dari adanya penyalahgunaan narkotika. Sehingga akan terciptanya suatu 9
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010. hlm. 41. 10 Hasil wawancara dengan Edy Marjoni, Kasi Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung pada hari Rabu 25 Mei 2016 pukul 13.30 WIB.
kondisi kesadaran, kewaspadaan serta terbina dan terciptanya kondisi perilaku dan norma hidup bebas dari segala ancaman narkotika. 2. Upaya preventif Upaya preventif merupakan upaya yang sifatnya strategis dan merupakan rencana aksi jangka menengah dan jangka panjang, namun harus dipandang sebagai tindakan yang mendesak untuk segera dilaksanakan. Tujuan dari upaya preventif adalah untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat agar sadar dan taat pada hukum serta berperan penting terhadap praktek melanggar hukum khususnya terhadap penyalahgunaan narkotika. 3. Upaya represif Merupakan upaya penanggulangan yang bersifat tindakan penegakan hukum mulai yang dilakukan oleh polisi dan Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dalam proses penyidik yang meliputi pengintaian, penggerbekan dan penangkapan guna menemukan pengguna maupun pengedar narkotika beserta buktibuktinya. Kemudian melakukan penyidikan guna mencari barang bukti dan mata rantai peredaran narkotika sampai ke pengadilan, dari adanya informasi mengenai keberadaan penyalahgunaan narkotika yang bersumber dari masyarakat dan media massa. Erna Dewi11 menyatakan bahwa ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara “penal” dan “nonpenal”. Dengan cara penal pelaku 11
Hasil wawancara dengan Erna Dewi, akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Senin tanggal 13 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
penyalahgunaan narkotika dapat dijerat dengan pidana sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sedangkan dengan cara non-penal pelaku penyalahgunaan narkotika dapat memperoleh rehabilitasi, penyuluhan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) ke instansi-instansi pemerintahan, deteksi dini terhadap penyalahgunaan narkotika dengan melakukan tes urine secara berkala di setiap instansi pemerintahan, perhatian antara anggota keluarga satu sama lain juga sangat dibutuhkan dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat juga akan berdampak positif pada setiap pegawai negeri sipil yang bekerja. Secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur “penal” (hukum pidana) dan lewat jalur “non-penal” (bukan/diluar hukum pidana). Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada sifat represif sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas. Mengingat upaya penangulangan kejahatan lewat jalur non-penal lebih bersifat pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-
masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan. 1. Tindakan Preventif dengan Cara Non Penal Artinya mengupayakan melakukan pencegahan oleh diri seseorang sendiri, antara lain dengan cara mengupayakan mengenal diri dan menanam kepercayaan diri dengan cara menyalurkan minat pada aktivitas positif dalam mengisi waktu luang. Melakukan penyuluhan ke instansi-instansi pemerintahan atau ke masyarakat agar menghidari penyalahgunaan narkotika. 2. Tindakan Represif dengan Cara Penal Artinya tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana antara lain dengan pemberian sanksi atau pidana. Menurut Erna Dewi12 upaya penanggulangan kejahatan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil (PNS) ini lebih dominan ke upaya non penal. Dalam hal ini bagaimana upaya pemerintah daerah seperti melakukan test urine secara berkala. Tidak hanya pemerintah yang turut berpartisipasi dalam hal ini melaikan adanya pula dukungan masyarakat lingkungan tempat tinggal serta peran keluarga dan pendidikan agama.
12
Hasil wawancara dengan Erna Dewi, akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung pada Senin tanggal 13 Juni 2016 pukul 10.00 WIB.
Menurut pendapat Indra Gunawan13 upaya-upaya dalam penanggulangan masalah penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil ini, yaitu dengan cara: 1. Upaya di lingkungan keluarga a. Menciptakan keluarga yang harmonis, terbuka dan jauh dari kekacauan. Dengan keadaan keluarga yang seperti ini, mengakibatkan seseorang lebih sering tinggal di rumah daripada keluyuran di luar rumah. b. Memberikan kemerdekaan kepada anggota keluarga untuk mengemukakan pendapatnya dalam batas-batas kewajaran tertentu. Dengan tindakan seperti ini, seseorang dapat berani untuk menentukan langkahnya, tanpa ada keraguan dan paksaan dari berbagai pihak. Sehingga mereka dapat lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan. 2. Upaya di lingkungan masyarakat a. Menegur orang-orang yang sedang melakukan tindakan-tindakan yang telah melanggar norma, seperti norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan. b. Menjadi masyarakat teladan bagi orang lain yang tinggal di lingkungan tempat tinggalnya. Baik itu didalam masyarakat perkotaan atau pedesaan. 3. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah Upaya pemerintah dalam rangka menanggulangi penyalahgunaan narkotika ditempuh melalui empat
13
Hasil wawancara dengan M. Indra Gunawan K, Kasi Pidum dari Kejaksaan Negeri Lampung Utara pada hari Selasa 17 Mei 2016 pada pukul 10.00 WIB.
langkah atau upaya secara simultan, yaitu: 1) Upaya empatif, yaitu upaya yang dilakukan berupa kegiatan edukatif. Dari upaya tersebut diharapkan tercipta suatu kesadaran yang tinggi, kewaspadaan dan daya tangkal serta terciptanya perilaku hidup sehat bebas dari narkotika. Operasional dari upaya empatif dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jalur atau media antara lain yaitu keluarga, pendidikan di sekolah, lembaga keagamaan, organisasi sosial, lembaga di desa misalnya rukun tentangga dan rukun warga, unitunit kerja dan berbagai media massa seperti yang telah kita ketahui bersama. 2) Upaya preventif, yaitu upaya yang dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran hukum atas penggunaan narkotika. 3) Upaya represif, yaitu upaya yang dilakukan untuk penindakan hukum, atas pelanggaran penyalahgunaan narkortika yaitu pengedar, pengangkut, pembawa, penanam, pengimpor, serta pemakai. Upaya represif sebagai kelanjutan dari kedua upaya yang telah dilakukan yaitu empatif, dan preventif. Secara fungsional maka kegiatan tersebut melibatkan petugas dari jajaran polri, bea cukai, dirjen POM, departemen kesehatan, imigrasi, polisi militer, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, dan instansi terkait. 4) Upaya rehabilitasi, yaitu upaya pemulihan kesehatan bagi pengguna dan korban narkotika, yang ditangani oleh departemen sosial, departemen kesehatan
maupun pihak swasta, serta pihak keluarga korban narkotika.
3.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Penulis, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang Pegawai Negeri Sipil melakukan kejahatan penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Lampung Utara terdapat dari faktor intern (dalam) dan ekstern (luar) dari pegawai negeri sipil sebagai individu pelaku kejahatan penyalahgunaan narkotika. Faktor intern yang bersumber dari dalam diri individu, seperti rasa ingin tahu, coba-coba dan lemahnya mental dan gangguan kepribadian. Faktor ekstern yang bersumber dari luar individu, yaitu seperti faktor lemahnya keimanan, lingkungan tempat tinggal yang buruk, lingkungan pergaulan yang negatif, masalah dalam lingkungan kantor, faktor kemajuan informasi dan teknologi, pengaruh buruk media massa dan faktor ekonomi. 2.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil tersebut dilakukan secara preventif oleh Badan Narkotika Provinsi Lampung seperti konseling dan tes urine secara berkala dan berkesinambungan. Tidak hanya secara preventif, upaya penanggulangan kejahatan penyalahgunaan narkotika yang
dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil juga secara represif dengan sanksi penegakan hukum. Upaya penanggulangan ini dilakukan secara penal dan non-penal. Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung juga turut berperan dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika ini dengan cara melakukan rehabilitasi bagi pemakai dan pecandu narkotika dan melakukakan pembinaan. Pembinaan ini bertujuan untuk mengembalikan Pegawai Negeri Sipil yang melakukan penyalahgunaan narkotika tersebut agar diterima dan berguna bagi masyarakat serta sebagai bekal untuk melanjutkan hidup baru dengan harapan tidak akan mengulanginya lagi. Salain sanksi pidana pegawai negeri sipil yang melakukan penyalahgunaan narkotika juga harus mendapatkan sanksi administrasi seperti pemecatan.
DAFTAR PUSTAKA Buku/Literatur : Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Hukum Pidana, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010. Syani, Abdul, Sosiologi Krimnalitas, Remadja Karya, Bandung, 1987.
Internet : http://postkotanews.com http://seputarlampung.co.id
Nama : Sofy Hidayani TTL 1994
: Bandarlampung, 08 Juni
No Hp : 089620357569
[email protected]